View
12
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA ZAHIRA
KID’S LAND MEDAN TA. 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah
OLEH :
MAWADDAH BOANGMANALU
NIM. 38.14.4.031
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN SOSIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA ZAHIRA
KID’S LAND MEDAN TA. 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah
OLEH :
MAWADDAH BOANGMANALU
NIM. 38.14.4.031
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing I
Dr. Khadijah, M.Ag Ihsan Satrya Azhar, M.Ag
NIP. 196503272000032001 NIP. 1971051020054041001
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Nomor : Surat Istimewa Medan, 21 Maret 2019
Lampiran : - Kepada Yth :
Perihal : Skripsi Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sumatera Utara
Medan
Assalammualaikum Wr. Wb
Setelah membaca, menulis, dan memberi saran-saran perbaikan seperlunya terhadap
skripsi saudari :
Nama : Mawaddah Boangmanalu
Nim : 38.14.4.031
Jurusan/Progran Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini/SI
Judul Skripsi : Efektivitas Permainan Tradisional Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini
5-6 Tahun di RA Zahira Kid’s Land Medan TA.
2018/2019
Maka kami berpendapat bahwa skripsi ini sudah dapat diterima untuk
dimunaqasahkan pada sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sumatera Utara.
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian saudari kami ucapkan terima
kasih.
Wassalamualikum Wr. Wb
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Dr. Khadijah, M.Ag. Ihsan Satrya Azhar, M.Ag
NIP. 19550327200003 2001 NIP. 1971051020054041001
i
ABSTRAK
Nama : Mawaddah Boangmanalu
Nim : 38144031
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Pembimbing : 1. Dr. Khadijah, M.Ag
2. Ihsan Satrya Azhar M.Ag
Judul : Efektivitas Permainan Tradisional Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Sosial Anak Usia 5-6
Tahun Di RA Zahira Kid’s Land Medan TA
2018/2019
Kata Kunci : Karakter dan Pendidikan Karakter Anak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kecerdasan sosia anak usia 5-6 tahun di
RA Zahira Kid’s Land Medan dengan berbagai masalah dan cara penyelesaiannya.
Untuk memperoleh data dalam penelitian Kualitatif dari data yang dihasilkan melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini di laksanakan pada anak kelompok B
Kelas Doraemon Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land Medan dengan jumlah anak 18 orang.
Hasil penelitian ini mengungkapkan tiga temuan yaitu: 1) dalam mengembangkan
kecerdasan sosial anak usia 5-6 Tahun di RA Zahira Kid’s Land sudah berkembang dengan
baik sesuai dengan perencanaan dan penilaian yang sudah dibuat. 2) Cara guru dalam
mengembangkan kecerdasan sosial anak usia 5-6 tahun di RA Zahira Kid’s Land berjalan
secara efektif dan kondusif dan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan oleh guru. 3)
Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam mengembangkan kecerdasan sosial
melalui permainan tradisional anak usia 5-6 tahun Di RA Zahira Kid’s Land Medan sudah
berjalan dengan baik, yang dimana guru dapat menangtisipasi faktor penghambat nya dalam
mengembangkan kecerdasan sosial anak dengan berkonsultasi kepada orang tua murid
tentang perkembangan anak, dan mengembangkan faktor pendukung kecerdasan sosial anak
agar kedepannya kecerdasan sosial anak dapat terbentuk dengan mudah, tanpa hambatan.
Adapun tujuan dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak diantaranya adalah
mensosialisasikan betapa pentingnya pendidikan dan kecerdasan sosial yang dihubungkan
dengan etika, akhlak dan nilai-nilai moral pada anak usia dini.
Pendidikan sosial memiliki peran yang sangat penting karena perubahan perilaku anak
sebagai hasil dari proses pendidikan kecerdasan sosial yang ditentukan oleh beberapa faktor
dan salah satunya adalah faktor lingkungan. Dengan kata llain dalam mengembangkan
kecerdasan sosial dan rekayasa lingkungan yang mencakup diantaranya lingkungan fisik dan
budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum yang digunakan, pendidik dan metode
mengajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa mengembangkan kecerdasan sosial melalui
permainan tradisional pada anak memerlukan keteladanan yang ditularkan dan pembiasaan
terus menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan serta
harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur.
Pembimbing Skripsi I
Dr. Khadijah, M.Ag
NIP: 19650327 200003 2 001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah
Nya, sehingga kita masih diberikan kesehatan serta kesempatan agar penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Implementasi Pembentukan Karakter Anak
Usia 5-6 Tahun di RA Zahira Kid’s Land Medan T.A 2017/2018”. Shalawat
berangkaikan salam marilah senantiasa kita curahkan kepada Rasulullah Saw,
keluarga beserta para sahabatnya semoga kita termasuk kedalam golongan umatnya
yang mendapatkan syafa’at nya di yaumil akhir kelak, amiin Allahumma aamiin.
Skripsi ini berjudul “Efektivitas Permainan Tradisional Terhadap
Keterampilan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun di RA Zahira Kid’s Land Medan T.A
2017/2018”. Disusun untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SU.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Saidurrahman, M. Ag. Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
dalam mengikuti dan menjalankan perkuliahan ini sampai menyandang gelar
sarjana.
2. Bapak Dr. Amiruddin Siahaan, M. Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Bapak/Ibu Dosen serta staf di lingkungan Fkultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah
banyak mengarahan penulis selama masa perkuliahan.
iii
iv
3. Ibu Dr. Khadijah, M. Ag selaku Ketua Jurusa Pendidikan Islam Anak Usia
Dini.
4. Ibu Dr. Yusnaili Budianti, M. Ag selaku Dosen Pembibing Akademik yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama
perkuliaham.
5. Bapak Ihsan Satria Azhar, M. Ag selaku dosen pembiming skripsi II yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
6. Ibu Dr. Khadijah M. Ag selaku Dosen Pembibing Skripsi I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
7. Ibu Maysithah Rahman ST, selaku Kepala Sekolah RA Zahira Kid’s Lann
Medan beserta para guru dan staf karena telah banyak membantu
memberikan banyak informasi kepada penulis selama melakukan penelitian.
8. Teristimewa penulis ucapkan kepada ayahanda dan ibunda tercinta Sahdin
Boangmanalu dan Naran Limbong yang telah sabar medidik, membimbing,
mendo’akan, serta memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan perkuliahan hingga akhirnya skrispi ini dapat
diselesaikan. Semoga Allah SWT memberikan keberahannya kepada kita
semua dan masuk kepada surga-Nya Amiin.
9. Abang dan Adik-adik saya Jamil Ina Rahman Boangmanalu, Mukma Innah
Boangmanalu, Raya Fitri Boangmanalu, Amanah Penes Depa Boangmanalu,
dan Rohmo Rezeki Boangmanalu, terimakasih adinda ku atas dukungan dan
do’anya. Semoga Allah menggantikan dengan keberkahan yang tak terhingga
kepada kalia
iii
iv
iv
10. Tak lupa pula ucapan terimakasih kepada rekan-rekan seperjuangan dalam
menimba ilmu dan mendapatkan gelar PIAUD 1 Stambuk 2013 yang tak
dapat saya sebutkan namanya satu persatu. Semoga dengan ilmu dan gelar
yang kita terima dapat bermanfaat di dunia dan diakhirat kelak.
11. Terkhusus kepada sahabat-sahabatku tersayang grup OHP, Armayni Sari
Ritonga, Irmayanti Siregar, Hotmida Siregar, Nasriyah Khairani Lubis dan
Maulida Rizki Sipahutar, yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan
skripsi semoga kita sukses bersama tidak hanya di dunia tetapi juga diakhirat
amin .
v
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ i
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Fokus Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 6
A. Hakikat Anak Usia Dini ....................................................................... 6
1. Landasan Psikologis Anak Usia Dini ............................................. 6
2. Pengertian Anak Usia Dini............................................................. 6
B. Efektivitas ............................................................................................ 7
1. Pengertian Efektivitas .................................................................... 7
2. Teori Permainan Bagi Anak Usia Dini ......................................... 7
C. Permainan Bagi Anak Usia Dini .......................................................... 8
1. Teori Permainan Bagi Anak Usia Dini .......................................... 8
2. Pengertian permainan tradisional .................................................. 10
3. Manfaat Permainan Tradisional .................................................... 12
4. Jenis-jenis permainan tradisional .................................................. 12
5. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Permainan Tradisional ......... 17
6. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Permainan .......................... 20
7. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Tradisional ..................... 21
8. Permainan Tradisional dan keterampilan sosial ............................ 23
9. Keterampilan sosial ....................................................................... 24
10. Hambatan pelaksanaan permaianan tradisional ........................... 24
vi
iv
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 25
A. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 26
B. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 27
C. Teknik Analisis Data ............................................................................ 28
D. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data. ................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 38
A. Temuan Umum..................................................................................... 38
B. Temuan Khusus .................................................................................... 46
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 63
A. Kesimpulan Implikasi ......................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66
DOKUMENTASI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan sosial, merupakan kebutuhan primer yan perlu dimiliki anak-anak
sebagai bekal sebagai kemandirian pada jenjang kehidupan selanjudnya. Hal ini
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga maupun
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kualitas perkembangan anak dimasa
depannya sangat ditentukan oleh stimulasi yang diperolehnya sejak dini.
Pemberian stimulasi pendidikan adalah hal sangat penting, sebab 80%
pertumbuhan otak berkembang pada anak usia dini. Kemudian, elastisitas
perkembangan otak anak usia dini lebih besar apada usia lahir hingga sebelum 8
tahunkehidupannya, 20% sisanya ditentukan selama sisa kehidupanya setelah masa
kanak-kanak.
Bentuk stimulasi yang diberikan harusnya dengan cara yang tepat sesuai
dengan tingkat perkembangannya. satu bentuk dari kegiatan bermain diyakini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan fisik dan mental anak, namun apa
sebenarnya yang dimaksud dengan permainan tradisional akan dijelaskan pada
paparan berikut.
Santrock menjelaskan bahwa permainan (play) ialah suatu kegiatan yang
menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Permainan
tradisional merupakan suatu aktivitas permaianan yang tumbuh dan berkembang di
daerah tertentu, yang sarat dengan nilai nilai budaya dan tata nilai kehidupan
masyarakat dan diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dari permainan ini, anak-anak akan mampu mengembangkan potensi
2
yang dimilikinya, memperoleh pengalaman yang berguna dan bermakna, maupun
membina hubungan sesama teman, meningkatkan perbendaharaan kata, serta mampu
menyalurkan perasaan-perasaan yang tertekan dengan tetap melestarikan dan
mencintai budaya bangsa.
Berbagai perwujudan dari kecerdasan sosial yang dimiliki oleh anak, di
antaranya anak mampu menjalin hubungan dengan berinteraksi dengan
lingkungannya. Hubungan antara sebaya, sebagai satu aspek penting dari perwujudan
kecrdasan sosial, sangat besar kontribusinya terhadap perkembangan sosial maupun
kognitif anak.
Melalui serangkaian interaksi sosial, anak mampu mengembangkan berbagai
kecerdasan sosial, diantaranya menjalin pertemanan, persahabatan, mengembangkan
pengetahuan, serta menyelesaikan konflik antara individu. Samsul Yusuf
sebagaimana dikutip oleh Euis Kurniati bahwa perkembangan sosial anak merupakan
kematangan anak mencapai hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma, kelompok, moral dan
tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
bekerjasama.
Dalam interaksi sosial ini dibutuhkan kecerdasan anak yang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mereka akan berusaha untuk dapat
diterima oleh lingkungannya. Mereka akan belajar untuk berteman, berbagi perasaan,
mengembangkan sikap memberi dan menerima, belajar untuk bekerja sama
menghargai orang lain, maupun mengakui kelebihan orang lain, dan mampu
menghargai kekurangan orang lain.
3
Munculnya sikap-sikap ingin selalu menang sendiri, menolak terlibat dalam
satu kelompok yang tidak dinginkan, bersikeras terhadap pendapatnya sendiri,
mencela teman yang mengalami kegagalan, atau merasa bosan dalam satu aktivitas
permainan merupakan suatu proses belajar bagi anak yang bisa menerima
lingkungannya yang mungkin tidak sesui dengan keinginannya.
Dari sikap ini dan dalam konteks kelompok anak akan belajar bagaimana
menghargai keinginan orang lain, menyadari bahwa tidak semua keinginannya dapat
terpenuhi. Menyadari bahwa selain dirinya mereka juga harus memperhatikan orang
lain serta pada akhirnya mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial
yang mampu membantu mereka dalam menyesuaikan dengan lingkungan sosialnya.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa dari permainan yang
mereka lakukan anak-anak belajar menyelesaikan konflik-konflik yang muncul pada
saat permainan berlangsung. Hal ini mengandung arti bahwa secara tidak langsung
mereka belajar memanajeman konflik.
Dengan demikian lingkungan sekolah menjadi faktor penting selain faktor
keluarga dalam usaha mengoptimalkan seluruh keterampilan sosial anak.Disekolah
anak banyak mendapat kesempatan untuk belajar, bermain, berinteraksi, dengan
guru, teman sebaya, dan dengan lingkungan lainnya sehinggga proses inilah yang
turut mempengaruhi pencapaian keterampilan sosial anak di sekolah.
Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan yang membuat saya tertarik
melakukan observasi di RA Zahira Kids Land adalah sarana dan prasarananya yang
lengkap, dekat dengan kota/bisa di jangkau angkot, sekolahnya bersih dan jumlah
anak-anaknya lumayan banyak namun belum bisa berkembang sesuai dengan hasil
4
yang diharapan. Terdapat beberapa anak yang rasa ingin tahunya masih kurang Hal
tersebut terlihat pada saat kegiatan pembelajaran anak cenderung fasif.
Dilihat dari keseharian anak-anak bahwa masih ada anak yang ego atau tidak
mau mengalah misalnya dalam bermain. Anak tersebut tidak mau mengalah.
Bahwasanya anak tersebut salah dalam bermain atau curang dengan temannya
sehingga tidak menghasilkan hasil yang baik.
Selanjutnya ada beberapa anak-anak kurang percaya diri dan mandiri
contohnya anak untuk bertanya, takut mencoba anak tidak mau bersosialisasi dengan
teman sebanyanya atau teman sekelasnya. Munculnya masalah tersebut tentunya
tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya melihat kondisi seperti ini
peran guru semakin penting dalam menjaga keterampilan sosial anak agar tetap
terpelihara dan tidak menghilang dalam diri anak.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka
mendorong peneliti untuk mengangkat judul:EfektivitasPermainan Tradisional
Terhadap KecerdasanSosial Pada Anak Usia5-6 Tahun Kecamatan Medan
Perjuangan Di Ra Zahira Kids Land Medan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kecerdasan sosial anak usia 5-6 tahun di RA Zahira Kid’s Land
Medan?
2. Bagaimana cara guru dalam mengembangkankecerdasan sosial anak melalui
permainan tradisional di RA Zahira Kid’s Land Medan?
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui bagaimana keterampilan sosial anak usia 5-6 tahun di RA
Zahira Kid’s Land Medan.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara guru dalam memgembangkan kecerdasan
sosial anak usia 5-6 tahun di RA Zahira Kid’s Land Medan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan
praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan
pengetahuan tentang sains untuk anak usia dini, dan untuk memperluas pemahaman
tentang betapa pentingnya pelaksanaan pembelajaran sains untuk anak usia dini.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang pelaksanaan pembelajaran sains terutama
metode yang di terapkan pada pelaksanaan pembelajaran sains di Taman Kanak-
kanak.
b. Bagi guru
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada guru
tentang pembelajaran sains dan peningkatan kemampuan mengenal metode yang
tepat untuk mengembangkan kemampuan sains anak.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
D. Hakikat Anak Usia Dini
3. Landasan Psikologis Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan pembentukan karakter dan kepribadian
anak.Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Usia dini disebut dengan usia emas (golden age).
Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intesif sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini
merupakan masa peletak dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak.Apa yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu
makanan, minuman serta stimulasi dari lingkungannya memberikan kontribusi yang
sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
perkembangan struktur otak. Dari segi empiris banyak sekali penelitian yang
menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini penting, dikarenakan pada waktu
manusia dilahirkan, menurut Clark dalam Yuliani kelengkapan organisasi otaknya
mencapai 100-200 milyar sel otak yang siap dikembangkan dari tingkat
perkembangan yang optimal, sehingga hasil penelitian menyatakan bahwa 5%
potensi otak yang terpakai akan menstimulasikan fungsi otak.1
1 Yuliani Nuraini Sujiono, (2007), Buku Ajar Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini,Jakarta: Universitas Negeri, h.10.
7
E. Permainan Bagi Anak Usia Dini
3. Teori Permainan Bagi Anak Usia Dini
Piaget dalam Khadijah mengemukakan bahwa media yang meningkatkan
perkembangan kognitif anak, Misalnya: anak-anak yang baru saja belajar
menjumlahkan atau mengalihkan mulai bermain dengan angka melalui cara yang
berbeda dan bila mereka berhasil menyelesaikan dengan baik mereka akan
tertawadan merasa bangga. Permainan imajinasi dan permainan yang kreatif
jugameningkatkan perkembangan kognitif.
Scahaller dalam khadijahmengemukakan bahwa permainan memberikan
kelonggaran sesudah orangmelakukan tugasnya dan sekaligus mempunyai sifat
membersihkan. Karenamanusia melalui evolusi mencapai suatu tingkatan yang tidak
terlalu membutuhkan banyak energi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan
hidupmaka kelebihan energinya harus disalurkan melalui cara yang sesuai, dalam hal
ini permainan merupakan cara yang baik.2
Jadi, dapat disimpulkan bahwa permainan adalah suatu alat bagi anakuntuk
menjelajahi dan mencari informasi baru secara aman, sesuatu yang merekatidak
lakukan bila tidak ada permainan. Dengan demikian, ada pun ciri-ciripermainan
sebagai berikut;
2) Permainan adalah selalu bermain dengan sesuatu.
3) Dalam permainan selalu ada sifat timbal balik, sifat interaksi.
4) Permainan berkembang,tidak statis melainkan dinamis, karena proses yang
berputar ini dapat dicapai suatu klimaks dan mulailah prosesnya dari awal lagi.
2Khadijah, (2012),Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah,Medan: Perdana Mulya Sarana, h.135-136.
8
5) Permainan juga ditandai oleh pengantrian yang tak dapat diramalkan lebih
dahulu, setiap kali dipikirkan suatu cara yang lain atau di coba untuk datang
pada klimaks tertentu.
6) Orang bermain tidak hanya bermain dengan sesuai atau dengan orang lain,
melainkan yang lain tadi juga bermain dengan orang yang bermain itu.
7) Bermain menuntut ruangan untuk bermain dan menuntut aturan permainan
8) Aturan–aturan permainan membatasi.
Dalam masyarakat yang masih menunjung prinsip kekeluargaan dan
keakraban antara sesama anggota masyarakat, banyak permainan yang dilakukan
oleh anak-anak secara beramai-ramai dengan teman-teman mereka di halaman
rumah. Seperti berlarian, duduk melingkar dan berkelompok memainkan permainan.
Beberapa permainan ini tercipta di masa lalu dan disebut sebagai permainan
tradisional.
4. Pengertian permainan tradisional
Istilah permainan tradisional berasal dari kata dasar “main” yang terdapat
imbuhan per-an dalam kamus besar bahasa indonesia main adalah berbuat sesuatu
yang menyenangkan hati (dengan mengunakan alat atau tidak). Dengan demikian
permainan adalah sesuatu yang dipergunakan untuk bermain, barang atau sesuatu yan
dipermainkan, perbuatan yang dilakukan dengan tidak sunguh sungguh biasa saja.
Misbach menyimpulkan bahwa permainan adalah situasi bermain yang terkait
dengan beberapa aturan atau tujuan tertentu yang menghasilkan kegiatan dalam
bentuk tindakan bertujuan.
Ahmad yunus menjelaskan bahwa permainan tradisonal adalah suatu hasil budaya
masyarakat yang berasal dari zama yang sangat tua, yang telah tumbuh dan hidup
9
hingga sekarang, dengan masyarakat pendukungnya yang terdiri atas tua muda, laki-
laki, perempuan, kaya miskin,rakyat bangsawan dengan tiada bedanya.
Seafeldt dan Barbour aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang
spontan pada anak yang menghubungkannya dengan kegiatan orang dewasa dan
lingkuanan termasuk didalamnya imajinasi, penampilan anak dengan menggunakan
seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan
Permainan tradisional merupakan permainan yang diwariskan secara turun-
temurun, beredar secara lisan, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya, dan
dari mana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang
mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama.3
Permainan tradisional merupakan alat bermain yaitu sudah ada sejak zaman
dulu dan diwariskan secara turun temurun. Pada umumnya permainan tradisional
merupakan bentuk kreativitas seseorang karena permainan ini biasanya dibuat
dengan bahan yang ada disekitar kita.
Rachmawati menyatakan permainan tradisional ini akan mengasah kemapuan
otak, kemampuan membuat strategi, sikap mudah bersosialisasi, dan membangun
EQ. Permainan tradisional lahir dari hasil kreativitas yang bersumber pada nilai-nilai
kearifan lokal.4
Danandjaja menyatakan permainan tradisional adalah salah satu bentuk yang
berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lian diantara anggota-anggota
kolektif tertentu, yang berbentuk tradisional dan diwarisi tueun temurun, serta
banyak mempunyai variasi. Van Peursen mengatakan permainan tradisional
3James Dananjadja, (1987), Folklore Indonesia, Jakarta : Gramedia, h. 19.
4Rachmawati, Yeni, dkk, (2011), Metode Pengembangan Sosial Emosional, Jakarta:
Kencana, h. 6.
10
merupakan sebuah manifestasi kebudayaan setiap orang dan kelompok yang
mengarah pada segala perbuatan manusia.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka disimpulkan permainan
tradisonal adalah permainan dari zaman dahulu yang berasal dari berbagai daerah
yang ada di Indonesia dan sering dimainkan oleh anak-anak sewaktu mereka kecil
yang dapat memberikan kesenangan, dan petualangan.
Adapun hadist yang memperbolehkan bermain/permainan sebagai berikut:
ب س و ال ي ب إ ي هرع س الي ع ر و ع ه ي ع ام ش اه ر خ أ س ى ه ي ب ن اه ر ب اإ ث د ح
ه ل ع الل ل ص ب ال د ع ى ى ب ع ل ت ش ب ح اال :ب ال ق ه ع الل ض ر ة ر ر ه ب أ ي ع
(.ر و اع ن ه ع )د ال ق اف ه ن ه ب ص ح ف ص الح ل إ يى اه ف ر و ع ل خ د ن ه ا ر ج ن ل س و
د ج س و ال ف ر و ع اه ر ب خ أ اق ز الر د ب اع ث د ح ل ع اد ز و
Artinya : Dari Abu Humairah r.a ujarnya: ketika orang-orang Habsyi
bermain tombak di hadapan Rasulullah SAW, tiba-tiba datang Umar Bin Khatab r.a
lalu ia mengambil batu-batu kecil dan mereka dilontari dengan batu-batu tersebut.
Rasulullah SAW bersabda: “Biarkanlah mereka bermain hai Umar”, dan Ali
menambahkan bahwa telah menceritakan kepada kami Makmar tentang hal itu yang
terjadi di Masjid. (HR. Bukhari).5
Dengan demikian bermainpun diperkenankan dalam ajaran Islam, karena
diperlukan dalam kehidupan manusia untuk memperoleh kesenangan. Kegiatan
bermain tidak terikat pada waktu tertentu kapan saja dikehendaki dapat dilakukan
5 Bukhari, (2000), Al Jami’ Al Shohih Al Bukhari, Bairut : Dar Al Kutub Al Ilmiyah Jilid 3,
h. 1063.
11
Ismail dalam Muthiah menyatakan bahwa permainan sebagai suatu media
yang meningkatkan aspek perkembangan anak. Permainan memungkin anak
mempraktekkan potensi dan keterampilan yang diperlukan dengan cara yang santai
dan menyenangkan.6 Dalam kitab Ihya Ulumiddin Imam Al Ghazali
berkata,”seyogianyalah anak-anak itu sudah keluar dari sekolah untuk diperbolehkan
bermain-main dengan permainan yang baik, di mana ia bisa beristirahat dari
payahnya bersekolah. Sehingga dengan adanya permainan itu, mereka tidak merasa
adanya kepayahan. Maka jikalau anak-anak itu dilarang dari bermain dan memaksa
mereka untuk belajar, bisa menyebabkan hatinya mati, merusak kecerdasannya dan
mengeruhkan kehidupannya, sehingga ia berusaha untuk melepaskan diri
daripadanya.7
5. Manfaat Permainan Tradisional
Manfaat bermaina bagi anak merupakan hal yang mengasyikkan apalagi
permainan tradisionalnya yang didalamnya melibatkan banyak anak berada diruang
terbuka. Maka tak salah dengan penelitian Kurniati. Dalam penelitiannya ia
menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat menstimulasi anak dalam
mengembangkan kerja sama, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi
secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan
sikap empati terhadap teman, menaati aturan, serta menghargai orang lain.Dengan
demikian dapat dipahami bahwa permainan tradisional dapat memberikan dampak
yang sangat baik dalam membantu mengembangkan keterampilan emosi dan sosial
6Dian Muthia, (2010), Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta: Depdiknas, h. 130.
7Moh. Zuhri, Muqoffin Mochtar, Muqorrobin Misbah, (1994), Terjemah Ihya’ Ulumiddin
Jilid 5, Semarng: CV. Asy Syifa’, h. 180.
12
anak. Cahyo juga mengemukakan sejumlah karakter yang dimiliki oleh permainan
tradisional yang dapat membentuk karakter pada anak antara lain sebagai
berikut.Pertama, permainan tradisional menggunakan atau memanfaatkan alat atau
fasilitas dilingkungan kita tanpa harus membelinya sehingga perlu daya imajinasi
dan kreatifitas yang tinngi.
Permainan tradisional memiliki manfaat dalam perkembangan anak. Maka
inilah manfaatnya sebagai berikut :
a. Secara fisik anak menjadi terampil, cekatan, tangkas, dan dinamis.
b. Permainan berguna menumbuhkan kemampuan sosialisasi pada anak.
c. Mampu mengembangkan kemampuan dan potensi anak
d. Untuk mengembangkan emosi anak.8
6. Jenis-jenis permainan tradisional
Indonesia adalahnegara yang kaya akan budaya. Setiap daerah mempunyai
karakteristik, adat, budaya, yang berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu
permainan tradisional sangatlah banyak dan bervariasi. Menurut Seriati dan Hayati,
permainan tradisional berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari kajian ilmiah
dan diskusi dengan narasumber, terdapat kurang lebih 57 macam permainan
tradisional pada masyarakat khususnya didaerah jawa tengah dan daerah istimewa
Yogyakarta.
a. Congklak
Permaian tradisional yang satu ini memang identik dengan anak perempuan,
walaupun tak jarang anak lelakipun memainkanya.Cara bermainya yang hanya
duduk, menjadidi salah satu penyebab permaian ini sangat pas jika dimainkan oleh
8Diana Mutiah, (2012), Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, h. 91.
13
perempuan.Aktivitas fisik memang tidak terlalu menonjol dalam permaian ini.
Namun demikian, bermain congklak juga dapat melatih anak anak pandai dalam
berhitung selain itu anak yang bermain congklak harus pandai membuat strategi agar
bisa memenangkan permainan yang dalam bahasa jawa disebut “dakon” ini
menggunakan papan.
1) Tempat bermain
Permaian congklak tidak membutuhkan tempat bermaian yang luas karena
memang tidak membutuhkan aktifitas fisik.Permainan ini biasanya dilakukan anak-
anak didalam rumah atau diteras rumah.
2) Jumlah pemain
Jumlah pemain 2 orang.
3) Cara bermain
a) Isi setiap lubang dengan 7 biji yang biasanya tersebut dari karang atau
batu kecil, tetapi lubang induk tetap dikosongkan.
b) Setelah setiap lobang terisi, kecuali lubang induk kemudian tentukan
siapa yang akan memulai permaian terlebih dahulu maka pemain
dimulai dengan memilih satu lubang.
b. Lompat tali, engklek, congklak,dan tebak-tebakan. permainan ini selain
membantumengembangkan logika dan fisik anak seperti: berhitung, juga
mengembangkan kemampuan fisik dan bersosialisasi anak.9
c. Permainan petak umpet, petak jongkok, gobak sodor, dan benteng-
bentengan.Selain melatih anak bersosialisasi, permainan–permainan ini
9 Khadijah, (2012), Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah, Bandung:
Citapustaka Media perintis, h.143.
14
jugamelatih kecerdasan spasial anak.Terlebih lagi,permainan ini juga bisa
dijadikan salah satu bentuk olah raga
E. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Permainan Tradisional
Sejatinya, permainan tradisional mengandung beberapa nilai yang terdapat
ditanamkan. Nilai-nilai tersebut antara lain rasa senang, bebas, rasa berteman, lam
kehidupan demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh, rasa saling membantu, yan
semuanya merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan
masyarakat.
Bermain atau kegiatan melakukan permaian ini sangat memungkinkan anak-
anak bertemu teman sebaya bermain di anggap sebagai media yang penting.
Untuk bersosialisasi.Bermain juga membantu anak dalam menjalin hubungan
sosial, mengembangkan imajinasi, mengembangkan kognisi, bahasa, dan motorik
kasar serta halus.Anak menggunakan gerak dan kemampuan fisiknya, menyelesaikan
masalah dengan menghadapi berbagai permaianan.Jadi bermaian bagi anak tidak
sekedar menghabisakan waktu, tetapi merupakan media untuk belajar.Setiap bentuk
kegiatan bermain bagi anak prasekolah mempunyai nilai nilai positif terhadap
perkembangan pribadinya.
Misbach dalam penelitiannya menunjukkan bahwa permainan tradisional
dapat menstimulasikan berbagai aspek perkembangan anak yang dapat meliputi hal-
hal sebagai berikut.
1. Aspek motorik dengan melatih daya tahan lentur, sensori motorik halus
2. Aspek kognitif dengan mengembangkan imagianasi kreativitas problem
solving, strategi kemapuan antipatif dan pemahan kontektual.
15
3. Aspek emosi dengan menjadi media katersis emosional dapat mengasah
empati, dan pengendalian diri.
4. Aspek bahasa pemahaman konsep-konsep nilai.
5. Aspek sosial dengan mengkondisikan anak agar dapat mengkondisikan anak
agar anak dapat menjalin relasi, bekerja sama melatih kematangan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam permaian tradisional yaitu:
a. Nilai demokrasi
Nilai demokrasi dalam permaian anak tradisional sebenarnya telah di
tunjukkan oleh anak-anak sebelum mereka mulai bermain. Terbukti dengan cara
memilih dan menentukan jenis jenis permaianan, harus mengikuti tata tertibatau
aturan yang disepakati pendidkana semua itu dilakukan secara berunding atau
bermusyawarah secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar,
contohnya dengan melakukan hompimpah ataupun suit. Dengan demikian anak-anak
sebenarnya sejak dahulu telah memiliki jiwa yang demokrasi.
b. Nilai pendidikan
Permaian tradisional baik untuk pendidikan aspek kejasmanian maupun
kerohanian misalnya sifat sosial, sifat disiplin, etika kejujuran kemandirian dan
percaya diri.
c. Nilai kepribadian
Aktivitas bermain merupakan media yang sangat tepat bagi anak untuk
mengembangkan dan mengungkapkan jati dirinya.Dengan bermain anak dapat
mempunyai kesiapan mental dan kesiapan diri untuk mengatasi masalah sehari
16
hari.Disamping dapat mengembangkan pribadinya melalui bermain dapat melatih
untuk mengolah cipta, rasa dan kasa.10
F. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Permainan
Dalam bermain, anak-anak sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut
ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi permainan anak,diantaranya:
a. Kesehatan Anak–anak yang sehat mempunyai banyak energi nntuk bermain
dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anakanak
yangsehat lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dan
membutuhkan banyak energi.
b. Intelegensi Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-
anak yang kurang cerdas. Artinya anak yang cerdas lebih suka dengan
permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak,
serta dapat merangsang daya berfikir anak tersebut. Misalnya: Permainan
drama.
c. Jenis Kelamin Anak perempuan sedikit melakukan permainan yang banyak
menghabiskan energi, misalnya: Memanjat, berlari, atau kegiatan fisik
lainnya. Sedangkan anak laki-laki lebih banyak melakukan permainan yang
menghabiskan banyak energi. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak
perempuan kurang sehat dibandingkan anak laki-laki, melainkan pandangan
masyarakat bahwa anak perempuan bertingkah lemah lembut dan halus
sedangkan anak laki-laki kasar dalam bertindak.
10
Indra soefandi, (2009) strategi mengembangkan potensi kecerdasan anak ,jakarta:hak cipta
h,42
17
d. Lingkungan Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang kasih sayang
dengan orang tuanya maka akan berdampak buruk bagi perkembangan
sosialnya maupun psikologisnya.
e. Status Sosial Ekonominya,Anak yang dibesarkan dilingkungan keluarga
yang memiliki status sosial ekonominya yang lebih tinggi maka permainan
lebih lengkap dan tersediadibandingkan anak yang dibesarkan di lingkungan
yang status sosialnya lebihrendah maka permainanya tidak lengkap dan
tersedia.
Berdasarkan pendapat diatas peneliti berpendapat faktor-faktor yang
mempengaruhi permainan adalahkesehatan, intelegensi, jenis kelamin, lingkungan,
dan status sosial ekonominya.Karena faktor-faktor ini sangat mempengaruhi terhadap
perkembangan motorikkasar anak dalam permainan engklek.
G. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Tradisional
Terdapat beberapa kelebihan yang biasa didapatkan dari aktivitas permainan
tradisional yang telah dilakukan oleh anak-anak yang kerap melakukanpermainan
tradisonal. Adapun kelebihan permainan tradisional akan diuraikan, sebagai berikut:
a. Kelebihan lain dari permainan tradisonal adalah bahan-bahan yang digunakan
adalah bahan yang mudah dan murah, bahkan pada umumnya jika ada alat
dan bahan yang diperlukan dalam melakukansuat permainan, maka alat dan
bahan tersebut adalah alat-alat bekasyang ada di sekitar lingkungan mereka.
b. Permainan tradisional sangat mendidik anak-anak untuk menghadapi masa
depan. Sebabdalam cerita rakyat dan permainan anak-anak, terdapatbanyak
nilai–nilai yang bisa dijadikan pegangan hidup. Nilai moral, etika,kejujuran,
18
kemandirian, etos kerja, solidaritas sosial, dan lain-lain adapun kekurangan
dari permainan tradisonal yaitu:
a). Tempat atau lahan yang semakin sulit di temukan, dikarenakan banyaknya
pemukiman penduduk.
b). Kurangnya sosialisasi baik dari masyarakat maupun pemerintah.
Ada juga terdapat beberapa kelebihan yang biasa didapatkan dari aktivitas
permainan tradisional yang telah dilakukan oleh anak-anak yang kerap melakukan
permainan tradisonal.Adapun kelebihan permainan tradisional akan diuraikan,
sebagai berikut:
a. Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan yang mudah dan murah,
bahkan pada umumnya jika ada alat dan bahan yang diperlukan dalam
melakukan suatu permainan, maka alat dan bahan tersebut adalah alat-alat
bekas yang ada di sekitar lingkungan mereka.
b. Permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral
tertentu seperti nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, sikap
lapang dada (kalau kalah), dorongan prestasi, dan taat pada aturan.
c. Permainan tradisional sangat mendidik anak-anak untuk menghadapi
masa depan. Sebab, dalam cerita rakyat dan permainan anak-anak,
terdapat banyak nilai–nilai yang bisa dijadikan pegangan hidup. Nilai
moral, etika,kejujuran, kemandirian, etos kerja,solidaritas sosial,dan lain-
lain.
19
Adapun kekurangan dari permainan tradisonal lainnya sebagai berikut:
a. Tempat atau lahan yang semakin sulit di temukan, dikarenakan banyaknya
pemukiman penduduk.
b. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang permainan tradisional
c. Karena umur permainan yang tua yang menjadikan permainan ini tidak
dikenal
d. Kurangnya sosialisasi baik dari masyarakat maupun pemerintah.11
H. Permainan Tradisional dan kecerdasan sosial
Permainan Tradisional yang teridentifikasi pada bagian berikutnya yang
berpeluang untuk dapat mengembangkan kecerdasan sosial anak. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah peserta permainan yang mengikuti permainan tradisional, yaitu
minimal 2,3,5 orang atau lebih. Jumlah peserta ini menjadi indikator terjadinya
interaksi sosial yang positif dari para peserta pemain sehingga pada akhirnya akan
membantu pengembangan kecerdasan sosial anak itu sendiri. Dari indikator-indikator
kecerdasan sosial yang dapat cermati hampir seluruh permainan mampu
mengembangkan, kecerdasan dalam bekerjasama, dalam menyesuaikan diri,
kecerdasandalam berinteraksi, kecerdasan dalam mengontrol diri, keterampilan
dalam berempati,kecerdasan dalam menaati aturan mampu bersosialisasi sesama
teman sebaya dan orang dewasa, Kerjasama, yakni interaksi saling membantuuntuk
menghargai orang lain. Melalui serangkaian interaksi sosial, anak mampu
mengembangkan berbagai kecerdasan sosial, diantaranya menjalin pertemanan,
persahabatan, mengembangkan pengetahuan, serta menyelesaikan konflik antara
11Euis Kurniaati, (2016), Permainan Tradisional Dan Perannya Dalam
mengembangkan keterampilan Sosial Anak,Jakarta: prenadamedia Group, h.23.
20
individu. Dalam interaksi sosial ini dibutuhkan kecerdasan anak yang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mereka akan berusaha untuk dapat
diterima oleh lingkungannya. Mereka akan belajar untuk berteman, berbagi perasaan,
mengembangkan sikap memberi dan menerima, belajar untuk bekerja sama
menghargai orang lain, maupun mengakui kelebihan orang lain, dan mampu
menghargai kekurangan orang lain. Samsul Yusuf sebagaimana dikutip oleh Euis
Kurniati bahwa perkembangan sosial anak merupakan kematangan anak mencapai
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma, kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama.
Emile Durkheim menyatakan sosial adalah bahwa ketika kita ingin melihat suatu
kebudayaan, maka dapat dilihat pula institusi dan norma yang ada dalam kebudayaan
tersebut. Sebab masyarakat terbentuk dari institusi dan norma-norma tersebut.
Norma dan dan institusi berawal dari masyarakat melalui kesepakatan bersama.
Namun, dalam perjalananya institusi dan norma tersebut tumbuh dengan sendirinya
secara mandiri. Hal ini yang disebut Emile Durkheim sebagai realitas suie generis,
dalam artian masyarakat memliliki eksistensnya sendiri.
Max weber menyatakan individu manusia dalam masyarakat merupakan aktor
yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang setatis dari pada paksaan
fakta sosial. Artinya, tindakan manusia tidak sepenuhnya di tentukan oleh norma,
kebiasaan,nilai, dan sebagainya yang mencakup di dalam konsep fakta sosial.
Walaupun pada akhirnya weber mengakui bahwa dalam masyarakat terdapat
setruktural sosisal dan pranata sosial. Dikatakan bahwa setruktur sosial dan pranta
21
sosial merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam membentuk tindakan
sosial.
Tindakan sosial terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada
tindakan mereka. Hubungan sosial menurut Weber yaitu suatu tindakan dimana
beberapa aktor yang berbeda-beda, sejauh tindakan itu mengandung makna
dihubungkan serta diarahkan kepada tindakan orang lain. Masing-masing individu
berinteraksi dan saling menanggapi.Weber juga membicarakan bentuk-bentuk
empiris tindakan sosial dan antar-hubungan sosial tersebut. Weber membedakan dua
jenis dasar dari pemahaman yang bersifat tafsiran dari arti, dari tiap jenis pemahaman
ini bisa dibagi sesuai dengan masing-masing pertaliannya, dengan menggunakan
tindakan rasional ataupun emosional.
Jenis pertama adalah pemahaman langsung yaitu memahami suatu tindakan
dengan pengamatan langsung. Kedua, pemahaman bersifat penjelasan. Dalam
tindakan ini tindakan khusus aktor ditempatkan pada suatu urutan motivasi yang bisa
dimengerti, dan pemahamannya bisa dianggap sebagai suatu penjelasan dari
kenyataan berlangsungnya perilaku.
Musfiroh mengatakan bahwa, bermain mendukung perkembangan sosialisasi
dalam hal-hal berikut.
1) Iteraksi soail, yakni interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan
memecahkan konflik.
2) Kerjasama, yakni interaksi saling membantu, berbagi, dan pola pergiliran
3) Menghemat sumberdaya, yakni menggunakan dan menjaga benda-benda dan
lingkunagan secara tepat
22
4) Peduli terhadap orang lain, seperti memahami dan menerima perbedaan
individu, memahami masalah multi budaya.
Piaget mengatakan bahwa, play was the chilid way of assimilating new
information into his or her view nd adapting of the world and adapting to new
situations. Artinya, bermain merupakan cara anak untuk mengasimilasi informasi
baru kedalam pandangan mereka serta menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru.
Munculnya sikap-sikap ingin selalu menang sendiri, menolak terlibat dalam satu
kelompok yang tidak dinginkan, bersikeras terhadap pendapatnya sendiri, mencela
teman yang mengalami kegagalan, atau merasa bosan dalam satu aktivitas permainan
merupakan suatu proses belajara bagi anak yang bisa menerima lingkungannya yang
mungkin tidak sesui dengan keinginannya. Dari sikap ini dan dalam konteks
kelompok anak akan belajar bagaimana menghargai keinginan orang lain,
menyadarai bahwa tidak semua keinginannya dapat terpenuhi, menyadari bahawa
selan dirinya mereka juga harus memperhatikan orang lain serta pada akhirnya
mampu mengembangkan keterampialan-keterampilan sosial yang mampu membantu
mereka dalam menyesuaikan dengan longkungan sosialnya. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah bahwa dari permainan yang mereka lakukan anak-anak belajar
menyelesaikan konflik-konflik yang muncul pada saat permainan berlangsung. Hal
ini mengandung arti bahwa secara tidak langsung mereka belajar memanajeman
konflik.
Aktivitas permainan Tradisional dapat membantu mengatasi anak-anak yang
memiliki permasalahan dalam penyesuaian diri terutama bagi anak kelas 1 SD yang
umumnya masih memiliki ketergantungan kepada orang tua atau memiliki
permasalahan sosial. Hoorn mengatakan bahwa, di tingkat sekolah dasar, bermain
23
dan games with rules telah menjadi komponen utama kurikulum berbasis
permaianan.
I. Kecerdasan sosial
Kecerdasan sosial merupakan kebutuhan primer yang perlu dimiliki anak-
anak sebagai bekal bagi kemandirian pada jejang kehidupan selanjudnya hala ini
bermanfaat dalam kehidupan sehari hari baik dilingkungan keluarga maupun
lingkungan sekitarnya. Ahmad menyebutkan bahwa kecerdasan sosial adalah
kemampuan anak untuk mereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap lingkungan
sosial yang merupakan persyaratan bagi penyesuaian sosial yang baik, kehidupan
yang memuaskan, dan dapat diterima oleh masyarakat. Anak yang memiliki
kecerdasan sosial adalah anak yang mampu menunjukkan perilaku yang disetujui
secara sosial oleh kelompoknya dan mampu bersosialisasi dengan teman-temannya
dan tolong menolong sesama.
Mclntrye menyebutkan bahawa keterampilan sosial anak meliputi hal-hal
berikut ini:
1) Tingkah laku dan interaksi positif dengan teman lainnya,
2) Perilaku yang sesuai di dalam kelas,
3) Cara-cara mengatasi frustrasi dan kemarahan dan
4) Cara-cara untuk mengatasi konflik dengan yang lain.
Helms & Turner mejelaskan dalam Martin menjelaskan pola perilaku sosial
anak dapat dilihat dari empat dimensi, sebagai berikut:
1) Anak dapat bekerja sama (cooperating) dengan teman
2) Anak mampu menghargai (altruism) teman, baik menghargai milik, pendapat,
hasil karya teman atau kondisi-kondisi yang ada pada teman
24
3) Anak mampu berbagi (sharing) kepada teman
4) Anak mampu membantu (helping other) kepada orang lain.12
J. Hambatan pelaksanaan permaianan tradisional
Hambatan-hambatan yang mungkin akan muncul pada saat anak-anak
melakukan permainan tradisional, sebagai berikut:
1) Pemahaman orang tua dan guru yang kurang mendukung terhadap
aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak. Beberapa orang tua
menganggap bahwa bermain merupakan aktivitas yang sia-sia dan
membuang buang waktu atau bahkan merupak hal yang sepele. Dan jika
orangtua dan guru menganggap bermain bermanfaat, muncul juga
pemahaman bahwa bermain diperuntukkan bagi anak yang bermasalah
2) Guru-guru disekolah mengalami kesulitan untuk menginplementasikan
bermain kedalam proses pembelajaran.
3) Kekhawatiran guru dan administrator sekolah yang menduga bahwa
permainan tradisional yang akan dilakukan mungkin akan mengangu
aktivitas pembelajaran karena dapat menimbulkan kebisingan dan
keributan dan hal ini dapat menganggu pelajaran di kelas lain.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Syarifatul Anwaria pada tahun 2016 dengan
judul Efektivitas Permainan Tradisional Dalam Mengembangkan Kemampuan
Berkomunikasi Lisan Anak Usia Dini Kelompok B Di Tk Al-Hukama Bandar
Lampung. Menunjukkan bahwa permainan tradisional berkembang dalam
12
Euis Kurniati, 2017permainan tradisional dan perannya dalam mengembangkan
keterampilan sosial anak, jakarta: pt fajar interpratama mandiri h.8-17.
25
mengembangkan kemampuan berkomuniksi lisan yang ditunjukkan dengan
berkembangnya kemampuan melakukan kegiatan sesuai perintah lisan, mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menceritakan pengalaman.
Jika dikaitkan dengan penelitian yang saya lakukan, keduanya sama-sama
untuk Efektivitas Permainan Tradisional tetapi penelitian yang dilakukan
olehSyarifatul Anwariatentang Efektivitas Permainan TradisionalDalam
Mengembangkan Kemampuan Berkomunikasi LisanAnak Usia Dini sedangkan
peneliti disini lebih terhadap keterampilan sosial pada anak.
Penelitian yang dilakukan olehPutri Admi Perdani pada tahun 2013 dengan
judul Peningkatan Keterampilan SosialMelaluiMetode Bermain Permainan
TradisionalPada Anak Tk BMenunjukkan bahwa hasil penelitian menunjukkan
bahwa keterampilan sosial anak melalui metode bermainpermainan tradisional kelas
B meningkatkan. Hasil akhir dari keseluruhan analisis data adalah peningkatan
persentase = 78,61% yang menunjukkan dari pretest rata-ratakelas adalah 42,55
sampai dengan 54,13 pada hasil posttest.
Jika dikaitkan dengan penelitian yang saya lakukan, keduanya sama-sama
untuk Permainan Tradisional tetapi penelitian yang dilakukan olehPutri Admi
Perdanitentang Peningkatan Kecerdasan SosialMelaluiMetode Bermain Permainan
TradisionalPada Anak Tk Bsedangkan peneliti disini tentang efektivitas permainan
tradisional terhadap keterampilan sosial pada anak.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
E. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif.Di karenakan peneliti melihat sifat dari masalah yang diteliti dapat
berkembang secara alamiah sesuai dengan kondisi dan situasi di lapangan.
Peneliti juga berkeyakinan bahwa dengan pendekatan alamiah, penelitian ini akan
menghasilkan informasi yang lebih baik dan akurat. Peneliti berkeinginan untuk
memahami situasi sosial secara mendalam.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melakukan pengamatan yang
mendalam dan menyeluruh terhadap gejala dan fenomena yang terjadi di
lapangan, dan data yang diungkap bukan berupa angka-angka melainkan berupa
kata-kata dan dokumen-dokumen.13
A. Partisipan dan Setting Penelitian
Dalam penelitian ini, yang peneliti jadikan sebagai subjek penelitian
adalah anak usia dini, guru, dan kepala sekolah yang berada di sekolah RA Zahira
Kid’s Land Kecamatan Medan Perjuangan tahun ajaran 2018/2019. Karena dari
guru, peneliti dapat mengumpulkan data dengan melalui wawancara untuk
mengetahui bagaimana efektivitas permainan tradisional terhadap keterampilan
sosial.
Lokasi sekolah RA Zahira Kid’s Land tepatnyain beralamat di Jln. Ibrahim
Umar Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Yang letak geografis sekolah
RA Zahira Kid’s Land sudah cukup strategis, Dari jalan Willem Iskandar Pancing
13 Salim dan Syahrum, (2015), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Citapustaka Media, h, 41
27
menuju lokasi sekolahan berjarak hanya kurang lebih sekitar 500m. Dan terletak
di pinggir jalan/pasar sehingga memudahkan para orang tua dan siswa untuk
mudah mengetahui lokasi RA Zahira Kid’s Land Tersebut.Untuk menuju RA
Zahira Kid’s dari Jalan Willem iskandar pancing bisa masuk dari jalan perjuangan
dan jumpa simpang empat pertama belok kiri sekitar 10 meter jumpalah RA
Zahira kid’s.dan kalau masuk dari jalan pimpinan jumpa simpang tig alalu ujung
belok kanan sekitar 10 meter juga jumpa dengan sekolah RA Zahira Kid’s Land.
B. Pengumpulan Data
Keberhasilan dalam mengumpulkan data merupakan syarat bagi
keberhasilan penelitian, sedangkan keberhasilan pengumpulan data itu sendiri
tergantung dari metode yang digunakan. Pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan beragam jenis
observasi. Adapun jenisnya yaitu observasi berpartisipasi, observasi yang secara
terang-terangan dan tersamar serta observasi yang tidak berstruktur.14
Peneliti
ingin mengetahui ativitas-aktivitas guru terhadap kecerdasan sosial anak-anak di
RA Zahira Kid’s Land Kecamatan Medan Perjuangan, dan mendengar secara
cermat, sudah terbentuk secara maksimal. Peneliti dalam melakukan pengumpulan
data melalui metode ini tidak mengambil bagian dalam praktik pembelajaran
kesetaraan gender pada anak, tetapi hanya mengamati dan menyaksikan secara
langsung kegiatan para guru dan anak didik yang dilaksanakan diRA Zahira Kid’s
14Sugiyono, (2016), Metode Penelitian & Pengembangan (Research and
Development/R&D), cet.2, Bandung: CV. Alfabeta., h. 310.
28
Land Kecamatan Medan Perjuangan tahun ajaran 2018/2019, serta kecerdasan
sosial yang berkaitan dengan permaianan tradisional anak.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara kualitatif atau yang juga
dikenal sebagai wawancara mendalam. Berbeda dengan wawancara formal yang
biasanya sangat terstruktur dan relatif terbatas atau tertutup. Wawancara
mendalam dilakukan secara informal dalam bentuk perbincangan sehari-hari
terhadap semua partisipan. Wawancara bertujuan untuk menggali fokus penelitian
secara berkelanjutan dan pada partisipan tertentu mungkin dilakukan secara
berulang-ulang.15
Teknik yang digunakan dalam wawancara ini adalah dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan berdasarkan pedoman wawancara yang telah
dibuat terlebih dahulu. Pertanyaan wawancara diajukan oleh peneliti kepada
Kepala Sekolah RA Zahira Kid’s Land, guru kelas B RA Zahira Kid’s Land
sebagai subjek penelitian dan anak RA Zahira Kid’s Land sebagai informan.
Wawancara pada guru kelas dimaksudkan untuk mengetahui gambaran
secara jelas mengenai permainana tradisional terhadap keterampilan sosial sebagai
sasaran penelitian, baik ditinjau dari pelaksanaan faktor-faktor pendukung dan
penghambat. Wawancara ini digunakan sebagai data awal tentang pemahaman
permainana tradisional terhadap keterampilan sosial di RA Zahira Kid’s Land
15Nusa Putra, (2013) Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, Jakarta: Rajawali
Persada, h. 225.
29
Wawancara pada Kepala RA Zahira Kid’s Land ditujukan untuk mendapat
data mengenai tanggapan dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil
penelitian yang peneliti lakukan. Data ini digunakan sebagai pelengkap analisi
tentang penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran sains di RA Zahira
Kid’s Land.
1. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.16
Agar
mendapatkan deskripsi dan pemahaman mendalam atas fokus penelitian, peneliti
akan mengumpulkan sejumlah dokumen seperti silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, pekerjaan anak dan berbagai dokumen yang terkait lainnya.
Dokumen-dokumen itu dianalis untuk memeperdalam dan memperinci temuan
penelitian.
Dokumentasi diperlukan dalam penelitian untuk memperkuat data yang
diperoleh dari lapangan melalui catatan atau dokumen yang ada diRA Zahira
Kid’s Land yang meliputi:
a. Sejarah dan letak geografis RA Zahira Kid’s Land.
b. Visi, misi dan Tujuan RA Zahira Kid’s Land.
c. Tata tertib RA Zahira Kid’s Land.
d. Struktur Organisasi RA Zahira Kid’s Land.
e. Data guru, karyawan dan anak.
f. Sarana dan Prasarana.
g. Kurikulum yang berkaitan dengan metode pembelajaran.
16Ibid., h. 329.
30
h. Dokumentasi kegiatan anak berupa foto.17
C. Analisis Data
Data yang di peroleh dengan menggunakan analisis data model Miles dan
Huberman yaitu analisi data dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus
menerus sampai tuntas,sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
Berikut ini akan dipaparkan penjelasan mengenai aktivitas dalam analisis data,
yaitu:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibnatu dengan peralatan
elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode-kode pada aspek
tertentu.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan
dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena
itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang
dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus
dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Ibarat melakukan
17
Nusa Putra, (2013) Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, Jakarta: Rajawali
Persada, h.226.
31
penelitian dihutan, maka pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan dan binatang-
binatang yang belum dikenal selama ini, justru dijadikan fokus untuk pengamatan
selanjutnya.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori,flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini
Miles and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent form display data for
qualitative research data in the past has been narative tex”. Penyajian data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.18
Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut, “looking at displays help us to understant what is happening
and to do something-further analysis or cation on that undertsnding”, Miles and
Huberman 1984. Selanjutnya disarankan dalam melakukan penyajian data, selain
dengan teks yang naratif, juga dapat berupa graffik, matriks, network (jejaring
kerja) dan chart.
c. Conclusion Drawing/ Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
18Sugiyono, (2016), Metode Penelitian & Pengembangan (Research and
Development/R&D), cet.2, Bandung: CV. Alfabeta, h. 369
32
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
Selain itu, kesimpulan dalam penelitian kualitatif juga merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa perbandingan kategori dan
dapat berupa hubungan kausal, interaktif, dan hubungan struktural (hubungan
jalur, ada variabel intervening satu atau lebih).19
Analisis data dalam penelitian efektivitas permainan tradisional terhadap
keterampilan sosialRA Zahira Kid’s Landdilakukan sebelum peneliti memasuki
lapangan, pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis data penelitian yang dilakukan
maksudnya untuk menjawab rumusan masalah mengenaiBagaimana peran
permainan tradisional terhadap keterampilan sosial anak usia 5-6 tahun di RA
Zahira Kid’s Land.
D. Prosedur Penelitian
Secara spesifik, prosedur penelitian kualitatif dapat dijabarkan dalam tujuh
langkah penelitian kualitatif yaitu: identifikasi masalah, pembatasan masalah,
19 Sugiyono, (2016), Metode Penelitian & Pengembangan (Research and
Development/R&D), cet.2, Bandung: CV. Alfabeta, h. 375
33
penetapan fokus masalah, pelaksanaan penelitian, pengolahan dan pemaknaan
data, pemunculan teori, dan pelaporan hasil penelitian.20
1. Mengidentifikasi Masalah.
Suatu masalah merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang
bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang ada.
Fenomena masalah tersebut terjadi karena adanya sesuatu yang diharapkan,
dipikirkan, dirasakan tidak sama dengan kenyataan, sehingga timbul “pertanyaan”
yang menantang untuk ditemukan “jawabannya”. Atas dasar prinsip masalah
tersebut, dalam mengidentifikasi masalah dapat muncul pertanyaan yang terkait
dengan apakah, mengapa, dan bagaimana.
Dari pertanyaan yang muncul tergambar substansi masalah yang terkait
dengan pendekatan atau jenis penelitian tertentu. Dengan kata lain, jenis
penelitian apa yang harus digunakan peneliti bergantung pada masalah yang ada.
Di dalam penelitian sebaiknya seorang peneliti melakukan identifikasi masalah
dengan mengungkapkan semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang
akan ditelitinya.
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian kualitatif sering disebut rumusan
penelitian. Sejumlah masalah yang diidentifikasi dikaji dan dipertimbangkan
apakah perlu direduksi atau tidak. Pertimbangannya antara lain atas dasar
keluasan lingkup kajian. Kajian yang terlalu luas memungkinkan adanya
hambatan dan tantangan yang lebih banyak.21
Kajian yang terlalu spesifik
20
Arikunto S, (2013), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, h. 45.
21Arikunto S, (2013), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta,h, 46
34
memerlukan kemampuan khusus untuk dapat melakukan kajian secara mendalam.
Pembatasan masalah merupakan langkah penting dalam menentukan kegiatan
penelitian. Meski demikian, pembatasan masalah penelitian kualitatif tidaklah
bersifat kaku/ketat. Pembatasan masalah dapat dilakukan dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan antara lain:
a. Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?
b. Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk
menemukan jawaban atas masalah yang dipilih?
c. Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
d. Apakah masalah tersebut baru dan aktual?
e. Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah tersebut?
f. Apakah masalah tersebut layak diteliti dengan melihat kemampuan
peneliti, akses memperoleh informasi, serta ketersediaan dana dan
waktu?
3. Penetapan Fokus Penelitian
Penetapan fokus berarti membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus
masalah berarti peneliti telah melakukan pembatasan bidang kajian, yang berarti
pula membatasi bidang temuan. Menetapkan fokus berarti menetapkan kriteria
data penelitian. Dengan pedoman fokus masalah seorang peneliti dapat
menetapkan data yang harus dicari. Data yang dikumpulkan hanyalah data yang
relevan dengan fokus penelitian. Peneliti dapat mereduksi data yang tidak relevan
dengan fokus penelitian. Sebagai catatan bahwa dalam penelitian kualitatif dapat
terjadi penetapan fokus penelitian baru dilakukan pada saat peneliti berada di
lapangan. Hal itu dapat terjadi bila fokus masalah yang telah dirumuskan secara
35
baik, namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan penelitian sehingga
diubah, diganti, disempurnakan atau dialihkan. Peneliti memiliki peluang untuk
menyempurnakan, mengubah, atau menambah fokus penelitian.
4. Pengumpulan Data
Pada tahap ini yang perlu dipenuhi antara lain rancangan atau skenario
penelitian, memilih dan menetapkan setting (latar) penelitian, mengurus perijinan,
memilih dan menetapkan informan (sumber data), menetapkan strategi dan teknik
pengumpulan data, serta menyiapkan sarana dan prasarana penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan menemui sumber data. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat melakukan pengumpulan data adalah menciptakan hubungan
yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal ini terkait dengan teknik
pengumpulan data yang akan digunakan misalnya observasi, wawancara atau
pengamatan.22
5. Pengolahan dan Pemaknaan Data
Pada penelitian yang lain pada umumnya pengolahan data dan pemaknaan
data dilakukan setelah data terkumpul atau kegiatan pengumpulan di lapangan
dinyatakan selesai. Analisis data kualitatif yang meliputi pengolahan dan
pemaknaan data dimulai sejak peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang
sama dilakukan secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan
pengumpulan data secara berulang sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi
informasi baru). Dalam hal ini, hasil analisis dan pemaknaan data akan
berkembang, berubah, dan bergeser sesuai perkembangan dan perubahan data
yang ditemukan di lapangan.
22Arikunto S, (2013), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, h, 48
36
6. Pemunculan Teori
Peran teori dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif teori tidak dimanfaatkan untuk
membangun kerangka pikir dalam menyusun hipotesis. Penelitian kualitatif
bekerja secara induktif dalam rangka menemukan hipotesis. Teori berfungsi
sebagai alat dan berfungsi sebagai fungsi tujuan. Teori sebagai alat dimaksudkan
bahwa dengan teori yang ada peneliti dapat melengkapi dan menyediakan
keterangan terhadap fenomena yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung
makna bahwa temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru.23
7. Pelaporan Hasil Penelitian
Laporan hasil penelitian merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti
setelah melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian dinyatakan selesai.
Dalam konteks yang seperti ini, pelaporan hasil penelitian secara tertulis memiliki
nilai guna setidaknya dalam empat hal, yaitu:
a. Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh p
ara peneliti dalam setiap kegiatan penelitian
b. Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah
c. Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan ilmiah yang dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat ataupun sesama peneliti
23
Sukardi, (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan
Praktiknya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 70.
37
d. Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan bergantung pada kepentingan peneliti.24
E. Penjaminan Keabsahan Data.
Untuk memeriksa keabsahaan data yang diperoleh dalam penelitian ini
digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahaan
data yang memanfaatkan sesuatu yang diluar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data ini. Denzim menyimpulkan ada empat
model triangulasi yaitu menggunakan sumber, metode, anggota peneliti dan teori-
teori.Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung. Teknik
pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi data yang diperoleh melalui
data primer.25
24
Sukardi, (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan
Praktiknya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 73.
25Lexy J.Moleong, (2013), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Karya, h. 330.
38
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. TEMUAN UMUM PENELITIAN
1. Sejarah Berdirinya Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land
Zahira school dikelola oleh Yayasan Zahira Rahman sejak tahun 2003.
Zahira school bertujuan untuk mengembangkan pendidikan dan pengajaran
berbasis ajaran-ajaran islami. Pada tahun 2003 awal Zahira membuka kelas untuk
kursus bagi anak-anak usia TK, SD dan SMP dalam bidang pelajaran dasar umum
yang berlaku di sekolah masing-masing . Kemudian berkembang menjadi kursus
pembelajaran bahasa inggris.
Melihat antusiasme para anak didik dan para orang tua pada masa itu
maka Zahira mencoba mengembangkan diri lagi untuk bisa membuka peluang
bagi anak-anak usia 2 tahun s/d 5 tahun untuk mengenyam pendidikan pra sekolah
yang berkualitas dengan berdasarkan kepada ajaran-ajaran islami yang
bergandengan dengan semangat memompa kteativitas dan potensi anak agar dapat
berkembang maksimal.
Pada tahun 2005 ZAhira school bergabung di Depag Kota Medan dengan
mengikrarkan diri sebagai Raudhatul Athfal. Raudhatul Athfal sendiri merupakan
lembaga pendidikan setara dengan Taman Kanak-kanak (pra sekolah) yang
bernaung di Departemen Agama Kota Medan. Untuk itu maka Zahira member
nama baru yaitu ra. ZAHIRA KID’S LAND. Alhamdulillah perkembangan
ZAHIRA KID’S LAND ini dari tahun ke tahun makin berkembang dan tahun
2010 Zahira mendirikan sekolah dasar Islam terpadu dengan nama SDIT
ZAHIRA. Yang terdaftar di bawah Dinas Pendidikan Kota Medan. Saat ini Zahira
39
School memiliki 3 bidang pendidikan yaitu; Play Group Zahira Kid’s Land,
Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land dan SDIT Zahira. Ra Zahira Kid’s Land
terletak di Jl. Ibrahim Umar No. 19, Sei Kera Hilir I, Medan Perjuangan, Kota
Medan, Sumatera Utara 20222.26
2. Visi Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land
1. Terwujudnya generasi berprestasi yang terampil, ceria, berakhlak
mulia, sehat dan siap melanjutkan pendidikan selanjutnya.
2. Meraih prestasi menjadi yang terbaik
3. Misi Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land
1. Menyelenggarakan pendidikan yang bernafaskan Islam
2. Menyelenggarakan pendidikan yang menumbuh kembangkan
potensi anak untuk menjadi manusia seutuhnya
3. Menghasilkan lulusan yang berkompetensi, terampil dan bermutu
4. Menghasilkan sumber daya manusia yang berguna bagi dirinya,
bangsa dan agama
5. Menghasilkan lulusan yang siap menghadapi pola pendidikan
lanjutan dasar
6. Menjadikan lembaga pendidikan unggul
7. Menjadikan anak didik yang unggul dalam Imtaq dan Iptek
26
Wawancara dengan kepala sekolah Ibu Maysithah Rahman ST pada tanggal 25 Mei
2018 pukul 08.00 WIB di RA Zahira Kid’s Land Medan
40
4. Tujuan Berdirinya Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land
Zahira Kid’s Land adalah lembaga yang memfokuskan diri pada
pendidikan yang melingkupi pendidikan anak usia dini formal di rentang usia 2,5
tahun s/d 6 tahun yang mengutamakan pola pendidikan berkarakter demi
mewujudkan anak-anak muslim yang bertaqwa, terampil, percaya diri, sehat
jasmani dan rohani yang mampu mengembangkan diri serta bertanggungjawab.
“Zahira Kid’s Land” didirikan pada tahun 2005 oleh Yayasan Zahira
Rahman. “Zahira Kid’s Land” hadir untuk menjembatani kebutuhan para siswa
dan orang tua akan sebuah lembaga pendidikan anak usia dini yang Islami, yang
mampu memberikan materi pelajaranyang sesuai dengan pola tumbuh anak sesuai
usia, serta memberikan metode-metode belajar yang kreatif dan inovatif. Siswa
yang tergabung dalam “Zahira Kid’s Land” akan mendapatkan materi
pengembangan softskill dari materi-materi yang dikembangkan oleh RA. Zahira
Kid’s Land pusat yang memiliki pengalaman dalam dunia pendidikan anak usia
dini. Materi ini antara lain terdiri atas :
1. Flash card method, untuk membaca lebih cepat
2. for Soft skill, enteurpreneurship kids
3. Brain gym
4. Religion, life skill, parent’s day, literasidannumerasi, outbound, field trip,
computer kids, science, English day, talent day, art & craft.
Atas dasar konsep ini, kami berusaha untuk memberikan pendidikan terbaik
pada siswa kami.“RA.Zahira Kid’s Land” memiliki visi mendalam untuk turut
41
serta dalam pengembangan sumber daya manusia terutama anak-anak di
Indonesia.Dengan menonjolkan kelebihan dari sisi metode pendidikan dan
materi yang dimiliki diharapkan “RA. Zahira Kid’s Land” dapat menjadi
terdepan dalam hal pendidikan anak usia dini.
5. Guru dan Tenaga Kependidikan Serta Rencana Pengembangan
Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land berlokasi di jalan Ibrahim Umar nomor
09 Medan Perjuangan. Telah melaksanakan aktivitas pengajaran secara baik
dengan melihatkan komponen-komponen yang ada di sekolah ini, mulai dari
kepala sekolah, gruru dan siswa dan komponen-komponen lain yang terlihat
dalam kegiatan-kegiatan pengajaran disekolah ini. Kemajuan dan kemunduran
Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land erat hubungannya dengan para pendidik dan
pengajar serta masyarakat disekitarnya. Keadan guru dan tenaga kependidikan
lainnya telah tersedia dengan kualitas yang baik. Raudhatul Athfal Zahira Kid’s
Land memiliki personil sekolah yang berjumlah 13 orang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 1.
42
Tabel 1
Data Personil Sekolah
No Nama Jabatan Kualitas
Pendidikan
1 Maysithah Rahman ST Kepala Sekolah S-1
2 Maysarah Rahman ST Wa.Kepala
Sekolah
S-I
3 Mustika Dewi HRP S.Pd Guru kelas S-1
4 Halimah SS Guru kelas S-1
5 Sari Mawaddah Nasution S.Pd Guru pendamping S-1
6 Roihatul Jannah, Amd Guru kelas D3
7 Rina Afnida Sari S.Pd Guru pendamping S-1
8 Kartika Guru kelas SMA
9 Kikin Triwulandari S.Pd Guru kelas S-1
10 Istika Milasari, Amd Guru kelas D3
11 Adella Purnama Sari S.Pd Guru pendamping S-1
12 Ainil Fitri S.Pd Guru pendamping S-1
13 Halimah Zharifah S.Pd Guru pendamping S-1
Sumber:Data Statistik RA Zahira Kid’s Land Medan Tahun 2017-2018.
Keahlian guru di Raudhatul Athfal Zahira sebagai pendidik adalah karena
jabatan yang memperoleh wewenang dan limpahan tugas dan tanggung jawab
pendidikan dari orang tua, dengan asusmsi bahwa guru memiliki berbagai
kelebihan atau keahlian, baik dalam lapangan kerohanian, pengetahuan,
kecakapan maupun pengalaman.
43
6. Keadaan Sarana Dan Prasarana
Tanah Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land sepenuhnya milik Yayasan.
Dengan halaman depan sekolah yang memiliki pagar yang permanen sarana dan
prasarana yang dimiliki Raudhatul Athfal cukup besar perananya dalam upaya
mengantarkan anak didik ketingkat upaya pencapaian pendidikan yang telah
ditetapkan. Anak tidak akan belajar dengan baik bila sarana dan prasarana di
Raudhatuhul Athfal Zahira Kid’s Land tidak memadai. Sebaiknya jika sarana dan
prasarana Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land, tidak ada maka proses belajar
mengajar tidak akan kondusif. Adapun sarana dan prasarana yang saat ini dimiliki
Raudhatuhul Athfal Zahira Kid’s Land dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.
Keadaan Sarana dan Prasarana Raudhathul Athfal Zahira Kid’s Land
No Nama Jumlah Keadaan Keterampilan
1 Ruang Belajar 6 Baik
2 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik Menyatu dalam satu
Ruangan
3 Ruang Tata Usaha 1 Baik
4 WC Siswa 4 Baik
5 WC Guru 1 Baik
6 Westafel 3 Baik
7 Papan Tulis 6 Baik
8 Mading 2 Baik
9 AC 8 Baik
8 Aula 1 Baik
44
9 Sarana Bermain Baik
Ayunan 4 Baik
Prosotan 2 Baik
Kereta Apian 1 Baik
APE dan Balok 1 Unit Baik
Poster-Poster 6 Baik
Ruang Bermain 1 Baik
DVD 6 Baik
TV 6 Baik
Loudspeaker 2 Baik
7. Kurikulum Sekolah
Untuk memenuhi amanat undang-undang dan guna mencapai tujun
pendidikan maksimal pada umumnya, serta tujuan pendidikan sekolah pada
khususnya, Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land sebagai lembaga pendidikan
tingkat dapat melaksanakan program pendidikannya sesuai dengan karakteristik,
potensi, dan kebutuhan peserta didik. Untuk itu dalam pengembangan melibatkan
seluruh warga sekolah dengan koordinasi kepada masyarakat sekitar dilingkungan
sekitar sekolah. Kegiatan Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land berdasarkan
Kurikulum 2013 yang ada dengan ketentuan sebagaimana diuraikan pada tabel 3.
45
Tabel 3
Kurikulum Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land
Semester Tema Alokasi Waktu
RA-B
I Diri Sendiri (Aku Hamba Allah, Aku anak
Indonesia, Panca Indra)
3
Kebutuhan, (makanan, minuman, Pakaian,
Kesehatan dan Kebersihan
5
Tanaman (jenis tanaman dan manfaat tanaman) 2
Lingkunganku (Keluarga, Rumah, Sekolah dan
Lingkungan Sekitar)
4
Binatang (Halal dan Haram) 2
Rekreasi (Wisata Alam, Lokasi Hiburan dan
Alat Transportasi)
3
II Air, Udara dan Api 2
Alat Komunikasi (Media elektronik dan Media
Cetak)
2
Pekerjaan (Profesi dan Jenis Pekerjaan) 3
Alam Semesta (Benda-benda Langit, gejala
alam dan Bencana Alam)
3
Negaraku (Indonesia Negaraku dan Kehidupan
di Negara ku)
3
Amaliah Ramadhan (Ibadah, puasa dan
kegiatan di bulan ramadhan)
2
Jumlah 34
Sumber Data Statistik Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land 2017-2018
46
B. TEMUAN KHUSUS
Desksripsi yang berkenaan dengan hasil penelitian ini, disusun
berdasarkan jawaban-jawaban atas pertanyaan dalam penelitian melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Diatara pertanyaan-pertanyaan ataupun
masalah-masalah dalam penelitian ini ada tiga hal yaitu :
1. Bagaimana mengembangkan kecerdasan sosial anak di Raudhatul
Athfal Zahira Kid’s Land ?
2. Bagaimana cara guru dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak di
Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land ?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat mengembangkan kecerdasan
sosial anak di Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land ?
1. Efektivitas Permainan Tradisional Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun di Raudhatul Athfal Zahira
Kid’s land Medan
Ada beberapa cara yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kecerdasan
sosial anak melalui permainan tradisional, Tingkah laku dan interaksi positif
dengan teman lainnya,salah satu dari kecerdasan anak
seperti congklak dan permainan tradisional lainnya yang diadakan setiap
ada perlombaan. Permainan tradisonal congklak merupakan bentuk kreativitas
seseorang karena permainan ini biasanya dibuat dengan bahan yang ada disekitar
kita atau memanfaatkan alat atau fasilitas yang ada dilingkungan kita. Dengan
permaian ini anak dibentuk berkelompok dan berpasang-pasangan dengan teman
yang sudah ditentukan dan masing masing anak mendaptkan giliran bermain.
Dengan diadakannya permainan tradisional ini makan secara fisik anak menjadi
47
terampil, cekatan, menumbuhkan kemampuan bersosialisasi dengan teman dan
dapat membentuk karakter pada anak.
Berbagai perwujudan dari kecerdasan sosial yang dimiliki oleh anak, di antaranya
anak mampu menjalin hubungan dengan berinteraksi dengan lingkungannya.
Hubungan antara sebaya, sebagai satu aspek penting dari perwujudan kecerdasan
sosial, sangat besar kontribusinya terhadap perkembangan sosial maupun kognitif
anak. Melalui serangkaian interaksi sosial, anak mampu mengembangkan
berbagai kecerdasan sosial, diantaranya menjalin pertemanan, persahabatan,
mengembangkan pengetahuan, serta menyelesaikan konflik antara individu.
Dari hasil wawancara dengan ibu Rina selaku guru kelas B Doraemon
menyatakan :
Sebagai seorang pendidik saya mengajarkan pembelajaran yang dapat
mengembangkan kecerdasan sosial anak seperti memebebaskan anak berinteraksi
berinteraksi dengan temannya mengajarkan kepada anak saling tolong menolong
sesama teman, saling berbagi, jangan memilih’ kawan kita semua disini kawan
saudara tidak ada membeda bedakan sesama teman religius, jujur, percaya diri,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca, peduli
lingkungan, dan tanngung jawab. Dengan menggunakan beberapa metode
pembelajaran, dan media pembelajaran, saya mencoba untuk mengembangkan
kecerdasan sosial anak. Terutama percaya diri, disiplin, bekerja keras dan kretif.
Itu tampak dari antusiasme anak yang tinggi pada saat anak mengikuti
pembelajaran, anak tampak berlomba-lomba dengan tingkat kepercayaan yang
timggi ketika guru memberikan mereka pertanyaan dan guru menggunakan media
bermain yaitu congklak dalam sekali seminggu masing-masing kelas agar anak
bisa mengenal permaian pada zaman dahulu atau pada zaman nenek moyang jadi
anak dapat mengenali beberapa permainan tradisional lainnya karena setiap 17 an
kami juga mengadakan perlombaan permainan tradisional yaitu permainan
Terompah, Congklak, Galah Panjang, Memindahkan Air dengan Pipa. Semua
permainan itu diadakan setiap ada perlombaan seperti 17 an, semarak lomba kami
guru” mengadakan permaianan tradisional itu supaya? anak bisa juga berbaur
dengan teman” percaya diri dan ikut serta dalam perlombaan jadi anak tidak ada
istilah malu” karena kami mengadakan perlombaan tidak satu permainan. Ada
beberapa permainan yang diperlombakan jika anak tidak bisa bermain congklak
ada permainan lainnya yang bisa diikuti dalam permainan congklak yang
diadakan seminggu sekali masing-masing kelas terlebih dahulu guru mengajarkan
atau mempraktekkan cara bermain congklak dengan benar dan baik dan memberi
48
tahu larangan”dalam bermain congklak yaitu tidak boleh curang dengan teman
setelah guru mengajarakan cara-cara bermain barulah anak-anak bermain dengan
teman. 27
Sejalan dengan pertanyaan diatas, Ummi Hajar selaku guru pendamping kelas
B Doraemon menyatakan:
Ada beberapa media dan permaian yang sering digunakan oleh mereka dalam
mengembangkan kecerdasan sosial anak, diantaranya bergambar majalah, buku
cerita dan semua untuk berhitung. Semua media tersebut dibuat oleh guru sendiri
dengan berbagai model yang dirancang semenarik mungkin agar anak benar-benar
tertarik dalam mengikuti pembelajaran disekolah dan permainan tradisional yang
digunakan dalam sekali seminggu yaitu permaian congklak agar dapat
mengembangkan kecerdasan sosial anak dan berbaur dengan teman” dan percaya
diri dengan diadakannya permaian congklak anak-anak bisa bersosialisasi dengan
teman misalnya dalam bermain congklak dibutuhkan 2 orang anak bisa
berpasangan setiap bermain congkalak dan anak” tersebut bisa berbaur dengan
temannya .28
Ibu Rina menyatakan:
Bahwa sebelum memulai pembelajaran biasanya para guru di RA Zahira
Kid’s Land terlebih dahulu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH), agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efisien dan
guru zahira membuat kegiatan rutin pada hari jumat untuk mengadakan rapat
kurikulum, membuat Rencana Pembelajaran Mingguan (RPM). Membuat media
pembelajaran terlebih dahulu sebelum guru-guru pulang untuk digunakan anak
pada hari berikutnya.29
Adapun kurikulum yang dipakai di Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land
adalah Kurikulum 2013, yang menyertakan kompetensi dasar anak.
Selaras dengan pertanyaan di atas, ibu Hajar selaku guru pendamping di kelas
B Doraemon menyatakan:
Adapun langkah-langkah yang mereka lakukan untuk mengembangkan
kecerdasan sosial anak yaitu: dengangan cara bermain congklak pada saat
permaian guru menggunakan metode berkelompok. Dengan memebebaskan anak
berinteraksi dengan temannya dengan dibebaskan anak dalam kegiatan belajar
mengajar anak kecerdasan sosial amak dapat meningkat. Dengan dibebaskannya
anak tersebut maka anak anak yang belajar di kelas dora emon akan merasa
senang dan tidak canggung selain cara berinteraksi guru juga mengelompokkan
anak anak saat belajar Dengan mengkelompokkan anak berdasarkan angka. Disitu
anak terlihat lebih percaya diri, rasa senang, rasa berteman, rasa patuh, kreatif dan
27
Wawancara dengan guru B Ummi Maysarah Rahman pada tanggal 10 November 2018
pukul 09.00 WIB di RA Zahira Kid’s Land Medan 28
Wawancara dengan Ummi Hajar pada tanggal 15 November 2018 pukul 10.00 WIB di
RA Zahira Kid’s Land Medan 29
Wawancara dengan Ummi Rina pada tanggal 15 November 2018 pukul 09.00 WIB di
RA Zahira Kid’s Land Medan
49
bertanggung jawab. Sebelum memulai permaian guru memerintahkan anak
berdasarkan kelompokmya maka tidak ada anak yang telihat malu-malu, terlihat
takut atau hanya diam saja ketika pembacaan do’a, surah-surah pendek, dan
vocabulary. Anak juga lebih kreatif karena bisa berbagi ide dengan teman-teman
sekelompoknya, sifat tanggung jawab anak juga terbentuk karena anak merasa
memiliki tanggung jawab atas kelompok yang dipimpinnya.30
Anak tampak berperan sangat aktif ketika permainan congklak sedang
berlangsung, karena jenis permainan yang kami gunakan kami rancang dan
menyenangkan hati anak” dan banyak diminati anak” permaian ini juga lebih
menarik minat anak karena tidak capek dan tidak mudah bosan.
Adapun cara yang dilakukan membuat suatu permainan yaitu permainan
congklak yang dapat mengembangkan kecerdasan sosial anak yaitu dengan cara
Tingkah laku dan interaksi positif dengan teman lainnya,salah satu dari
kecerdasan anak membebaskan anak berinteraksi dengan teman-temannya,
membebaskan anak memilih kelompok mereka sendiri agar anak dapat mandiri,
memilih minat dan bakat mereka sendiri dan mengikut sertakan anak dalam
permainan congklak , sehingga guru dan anak sama-sama berperan aktif, disitu
agan terjalin komunikasi yang baik antara guru dan anak, dengan cara demikian
anak bisa bersosialisasi dengan teman sehingga permainan congklak dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
Dengan membebaskan anak dalam memilih kelompok dan membebaskan
anak berinteraksi dengan temannya maka anak akan merasa berada pada posisi
yang nyaman ketika sedang berada di dalam ruang kelas atau pun ruangan terbuka
diaman anak ada ruangan tertentu untuk melangsungkan permainan yaitu
congklak dalam permaiana congklak yang diadakan sekali dalam seminggu
masing-masing kelas. Dengan dibebaskannya anak” memilih kelompok bermain
maka perlahan akan menghilang rasa takut, rasa malu, dan tidak percaya diri pada
anak perlahan akan bisa bersosialisasi. Adapun metode-metode pembiasaan yang
30
Wawancara dengan Ummi Hajar pada tanggal 14 November 2018 pukul 09.30 WIB di
RA Zahira Kid’s Land Medan
50
dilakukan oleh guru terhadap anak utnuk mengembangkan kecerdasan sosial pada
anak. tampak anak memang benar-benar melaksanakannya. Dapat dilihat dari
mulai anak memasuki ruangan untuk melakukan permaian tersebut. Dalam
keseharian tingkah laku anakpun terlihat saat bergabung sama kawan” mereka
terlihat sangat kompak dan tidaka ada membeda bedakan. Dan anak-anak juga
terlihat bisa diatur, dan melaksanakan perintah guru” misalnya saat memasuki
gerbang sekolah tanpa instruksi guru anak sudah bergegas untuk membentuk
barisannya sendiri, melepas sendal sebelum memasuki ruangan, menyalam tangan
guru ketika pertama memasuki gerbang, mengucapkan salam, mencuci tangan
sendiri sebelum makan dan terbiasa membaca do’a sebelum melakukan sesuatu.
Sesuai dengan teori cara dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak
yang memiliki 11 prinsip pembelajaran yaitu: 1) komunitas sekolah
mengembangkan nilai-nilai rasa berteman, rasa patuh, rasa saling dan membantu
sebagai landasan sosial anak yang baik,2) sekolah mendefinisikan sosial secara
komprehensif untuk memasukkan pemikiran, perasaan, dan perbuatan 3) sekolah
membebaskan anak-anak berinteraksi dengan teman temannya 4) sekolah
menciptakan masyarakat peduli sosial emosional, 5) sekolah mengadakan
permainan tradisional masing-masing kelas, memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melakukan permainan, 6) sekolah menawarkan kurikulum
akademik yang berarti dan menantang yang menghargai semua peserta didik
mengembangkan kecerdasan sosial anak, dan mebantu mereka untuk mencapai
keberhasilan, 7) sekolah mengembangkan motivasi diri anak didik, 8) staf sekolah
adalah masyarakat belajar etika yang membagi tanggung jawab untuk
melaksanakan pendidikan dalam mengembangkan kecerdasan sosial atau
51
bersosialisasi dan memasukkan nilai-nilai inti yang mengarahkan peserta didik, 9)
sekolah mengembangkan kepemimpinan bersama dan dukungan yang besar
terhadap permulaan atau perbaikan pendidikan sosial, 10) sekolah melibatkan
anggota keluarga dan masyarakat dalam upayamengembangkan kecerdasan sosial
anak, 11) sekolah secara teratur menilai dan mengukur budaya dan iklim, fungsi-
fungsi staf sebagai pendidik dalam mengembangkan kecerdasan sosial serta
sejauh mana peserta didik mampu memanifestasikan karakter yang baik dalam
pergaulan sehari-hari.
2. Cara Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Sosial Anak Usia 5-6
Tahun di RA Zahira Kid’s Land Medan
Guru berperan penting dalam mengembanganakan kecerdasan sosial anak
melalui permainan tradisional ataupun media-media pembelajaran. Dalam hal ini
sguru dijadikan figur oleh anak-anak.apa yang dikatakan dan dilakukan oleh guru
akan diikuti dan dipatuhi oleh anak .
Ada beberapa metode yang dilakukan oleh guru dalam membentuk
kecerdasan sosial anak, seperti dengan berkelompok, dalam bermain congklak
masing” anak memiliki kawan dalam bermain dan praktek langsung. Sehingga
jelas bahwa beberapa metode yang dilakukan oleh guru tersebut dapat membentuk
kecerdasan sosial anak.
Adapun cara guru dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak yaitu:
1. Memiliki strategi yang cocok dalam mengembangkan kecerdasan soaial
anak
Strategi adalah teknik atau cara guru untuk menyampaikan langkah-
langkah bermain congkalak dengan baik yang dapat mengembangkan
52
kecerdasan sosial anak. Dalam kegiatan yang berlangsung anak di bentuk
untuk bersosialisasi dengan teman,maupun guru disekolah maupun di
kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun lingkungan
sekitar agar mencapai tujuan dari permainan tradisional tersebut. Dalam
proses belajar mengajar guru tersebut harus tahu strategi yang cocok
dalam mengajarkan permainan kepada anak, agar anak tersebut tidak
merasa bosan dan jenuh. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam
memilih strategi yaitu:
a) Pilih permainan yang cocok dan menyenangkan untuk anak-anak yang
sesuai dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak
b) Memilih kegiatan yang cocok dilakukan agar kecerdasan bersosialisasi
anak dapat terbentuk dengan baik
2. Memilih metode yang cocok dalam mengembangkan kecerdasan sosial
Anak
Metode adalah cara yang dilakukan guru untuk membimbing
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan. Metode
pembelajaran sambil bermain sangat banyak jenis, namun tidak semua
cocok bagi program kegiatan peserta didik. Anak–anak pada umunya
selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu, senang dalam bereksprimen
dan mengekspresikan diri secara kreatif. Maka peran guru sangat penting
untuk memilih metode mana yang cocok untuk diajarkan kepada peserta
didik dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak yang akan dijarkan
oleh guru tersebut agar proses belajar mengajar berjalan baik sesuai yang
53
diharapkan oleh guru . Adapun hal –hal yang harus diperhatikan agar
metode ini tepat pada peserta didik yang kita ajarkan yaitu:
1. Memiliki tujuan pembelajaran dan interaksi positif dengan teman
lainnya
2. Adanya bahan pembelajaran dan bahan untuk bermain
3. Waktu yang digunakan.
4. Fasilitas media dan sumber pembelajaran.
5. Memberikan pujian kepada anak
Memberikan pujian kepada anak merupakan perilaku yang baik yang di
lakukan oleh guru, mengingat anak- anak sangat suka di beri pujian berupa kata –
kata atau dengan pujian yang nyata. Hal ini sangat penting bagi guru, karena
dengan kita memberikan pujian kepada anak, anak akan termotivasi untuk belajar
lagi dan mau mengikuti aturan yang diberikan oleh guru tersebut.
3. Memberikan pujian kepada anak
Memberikan pujian kepada anak merupakan perilaku yang baik, dan
penghargaan bagi anak yang diberikan oleh guru, mengingat anak-anak sangat
suka di beri pujian berupa kata-kata dengan pujian yang nyata, diberikan lambang
penghargaan, seperti diberi gambar bintang dan sebagainya. Hal ini sangat penting
bagi guru, karena dengan memberikan pujian kepada anak, anak akan termotivasi
untuk belajar lagi dan mau mengikuti aturan yang diberikan oleh guru.
Dengan pujian-pujian yang diberikan oleh guru juga anak akan merasa
bahwa setiap hal yang dikerjakan oleh anak disenangi dan dihargai oleh guru
sehingga anak lebih bersemangat lagi dalam mengikuti setiap pembelajaran.
54
Adapun hasil observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti dengan
hasil sebagai berikut:
a. Guru menggunakan metode pembelejaran berkelompok untuk
mengembangkan kecerdasan sosial anak dengan demikian anak
bisa bersosialisasi dengan teman sekelompoknya.
b. Dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak guru memberikan
contoh teladan terlebih dahulu kepada anak
c. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk praktek
langsung latihan kemandirian, dan rasa kepercayaan diri
d. Guru memberikan pujian kepada anak, ketika percaya diri anak
telah terbentuk dengan maksimal dalm diri anak
e. Guru menegur dan memberitahuan kepada anak jika anak
melakukan kesalahan agar anak jujur, disiplin, mandiri dan rasa
tanggung jawab pada diri anak dapat berkembang
f. Guru menanamkan peduli sosial pada anak dengan membiasakan
anak berbaur, dan bermain bersama-sama dengan teman sebayanya
Hasil observasi tersebut juga didukung oleh wawancara dengan ibu Rina
selaku guru kelas B kelas Doraemon tentang cara guru dalam mengembangkan
kecerdasan sosial anak di RA Zahira Kid’s Land adalah sebagai berikut:
Setiap hari guru-guru disini mengajarkan anak tentang pembiasaan diri
anak anak terbiasa mandiri contohnya: Toilet training, cuci tangan sendiri,
tujuannya agar aanak terbiasa melakukan hal tersebut sendiri jadi guru tidak perlu
turut serta membantu anak ketika ingin pergi ke toilet dan sebagainya, guru-guru
disini juga membiasakan anak berbaris sebelum memasuki ruangan kelas,
membaca surah-surah pendek, megulang kembali hafalan-hafalan do’a dan
bernyanyi pada saat di barisan, agar anak terbiasa untuk tertib.31
31
Wawancara dengan Ummi Rina pada tanggal 15 November 2018 pukul 09.00 WIB di
RA Zahira Kid’s Land Medan
55
Hampir setiap guru merancang ruangan kelas dengan mengelompok-
kelompokkan meja dan kursi, hanya setiap hari jum’at anak duduk membentuk
lingkaran dan tidak menggunakan kursi, tujuannya agar ank lebih tampak percaya
diri, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Anak tampak aktif dalam bertanya
tanapa ada rasa malu-malu, tampak juga bahwa rasa ingin tahu anak dapat
terbentuk dengan baik dikarenakan anak terlihat berlomba-lomba dalam bertanya
dengan teman sekelompoknya.
Setiap hari jum’at juga guru membiasakan anak untuk shalat dhuha
berjama’ah guna membentuk Agama dan akhlak anak, yang dimana anak
diwajibkan oleh guru membawa peralatan dari rumah dan ditinggal di sekolah,
yang perempuan membawa mukenah dan yang laki-laki membawa sarung dan
lobe.
Setelah itu semua anak di kumpulkan di aula untuk shalat dhuha berjamah.
Setelah shalat anak juga diwajibkan untuk berdo’a dan bernyayi terlebih dahulu
sebelum memasuki ruangan kelas masing-masing dan melanjutkan pembelajaran
kembali.
Selaras dengan wawancara diatas ibu Adella Purna Sari selaku guru kelas
B2 Kelas Dora juga menyampaikan hal yang sama diantaranya:
Kami guru-guru di sini setiap hari memberikan pembelajaran dan
permainan yang menarik minat anak misalnya permainan tradisional congklak
yang dapat menengembangkan kecerdasan sosial dan dapat melatih anak pandai
dalam berhitung karna dalam permainan itu anak” mengisi lubang yang sudah ada
dengan batu kecil atau biji lainnya. Anak juga bisa berbaur dengan teman”nya.
Agar ketika anak sudah beranjak dewasa, kelak seiring bertambahnya usia anak
bisa bersosialisasi dengan baik, sehinga nantinya anak didik kami menjadi anak
yang shaleh dan shaleha. Kami senantiasa memberikan contoh yang baik dan
teladan yang baik kepada anak agar kiranya anak dapat meniru dan mengikuti
56
perbuatan-perbuatan yang baik yang dilakukan oleh guru nantinya sebagai bekal
anak dewasa kelak.32
Hasil wawancara diatas juga diperkuat oleh pernyataan kepala sekola
Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land, yaitu Ibu Maysithah Rahman ST beliau
menyatakan:
Setiap pembelajaran yang dirancang dan disusun oleh guru-guru melalui
kurikulum 2013, mencakup pembentukan karakter anak, yang dimana Raudhatul
Athfal Zahira Kid’s Land, memang benar-benar mempunyai misi untuk
menjadikan anak didiknya seorang anak yg shaleh dan shaleha, berpengatahuan
tinggi, dan kelak akan berguna bagi agama dan bangsa. Itu dapat dilihat dari
kreativitas guru dalam membuat media-media pembelajaran yang akan digunakan
guru dalam proses pembelajaran. 33
Dari hasil observasi dan wawancara di atas, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa cara guru dalam mengembangkan kecerdasan
sosial anak melalui permainan tradisional dan pembiasaan-pembiasaan dalam
berkelakuan, memberikan teguran dan sanksi jika anak melakukan kesalaha ketika
anak melakukan hal yang baik, memberitahukan anak tentang berbagai hal yang
baik dan buruk yang patut ditiru dan tidak ditiru, mengajari anak tentang berbagi,
percaya diri, tolong menolong bersedekah, membiasakan anak untuk mandiri dan
bertanggung jawab. Seperti membiarkan anak untuk pergi ke toilet sendiri,
membiasakan anak untuk membuang sampah ke dalam tong sampah dan
memberikan pujian serta hadiah ketika anak sudah melakukan hal yang baik,
guru-guru senantiasa memberikan situasi, kondisi dan ruang yang nyaman
terhadap anak agar anak dapat dengan mudah menerima pembelajaran dari guru
sehingga karakter-karakter anak dapat terbentuk dengan baik di dalam dirinya.
32
Wawancara dengan Ummi Adella Purnama Asari guru kela B2 TK Dora pada tanggal
15 November 2018 pukul 10.00 WIB di RA Zahira Kid’s Land Medan 33
Wawancara dengan Kepala Sekolah ibu Maysithah Rahman ST pada tanggal 10
November 2018 pukul 09.00 WIB di RA Zahira Kid’s Land Medan
57
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Sosial Anak Usia 5-6 Tahun di Raufhatul Athfal Zahira Kid’s Land
Medan
a. Faktor Pendukung Dalam Membentuk Karakter anak Usia 5-6
Tahun di RA Zahira Kid’s Land Medan.
Banyak faktor –faktor yang dapat mengembangkan kecerdasan sosial
anak, tergantung cara guru dalam mengembangkan sosial anak dalm suatu
kegiatan ataupun permainan, ada dua faktor yang mendukung perkembangan
kecerdasan sosial anak yaitu:
1. Faktor Kematangan
Yaitu faktor yang berasal dari fisik maupun psikis yang telah mencapai
kesanggupan dalam menjalankan fungsinya. Kematangan merupakan penentu
dalam belajar. Hal ini memberikan pola berfikir dan berprilaku bagi anak yang
sedang belajar, dalam kematangan dalam menerima pembelajaran. Sehingga
ketika guru memberikan materi anak dengan mudah dapat menangkap dan
mengingat serta mengimplementasikan pembelajaran yang diberikan guru
tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Ummi Rina selaku guru kelas B Doraemon
menyatakan:
Perkembangan soial anak dipengaruhi oleh fisik dan pisikis yang ada di
dalam diri anak, karena fisik dan psikis anak ini memiliki peran yang sangat
penting bagi kecerdasan sosial anak yang dapat membantu untuk kemampuan
berfikir anak sehingga anak dengan mudah menangkap dengan pembelajaran
yang diberikan oleh guru.34
Kemudian Ummi Adella Purnama Sari selaku guru kelas B Dora
berpendapat:
34
Wawancara dengan Ummi Rina pada tanggal 13 November 2018 pukul 10.00 WIB di
RA Zahira Kid’s Land Medan
58
Bahwa dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak terjadi dalam fisik
dan psikis anak yang dipengaruhi oleh faktor kematangan yang dapat membentuk
fungsi dan organ otak anak sehingga anak siap untuk menerima semua kegiatan-
kegiatan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru untuk membentuk karakter
anak.35
Dari hasil pengamatan ketika Ummi Rina guru kelas B TK Doraemon
memberikan materi pembelajaran anak terlihat begitu antusias, banyak anak yang
tampak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, itu terlihat dari banyaknya anak
yang bertanya kepada guru saat pembelajaran sedang berlangsung, anak juga
tampak begitu percaya diri ketika guru menginstruksikan anak satu-satu untuk
maju kedepan mengulang kembali pembelejaran yang diberikan guru tersebut.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam mengembangkan kecerdasan
sosial anak. Yang dimana yang dimana ketika anak berada pada lingkungan yang
baik maka akan terbentuk lah kecerdasan sosial anak baik pada diri anak, begitu
juga sebaliknya jika anak terpengaruh pada lingkungan yang tidak baik maka
tidak baik pula lah kecerdasan sosial yang terbentuk pada diri anak tersebut.
Dengan kata lain kecerdasan sosial anak memrlukan pengembangan
keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan,
pembiasaan terus menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten
dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur.
Hal ini diperkuat dengan wawancara orang tua murid ibu Rina menyatakan
bahwa:
Menurut saya benar bahwa lingkungan sangat mempengaruhi kecerdasan
sosial anak, maka dari itu hendaknya sebagai orang tua senantiasa selalu
mengawasi lingkungan tempat bergaul nya anak-anak. Jangan sampai anak
bergaul dengan orang yang salah karena anak belum dapat membedakan
35
Wawancara dengan Ummi Adella Purnama Sari guru kelas B2 TK Dora pada tanggal
12 November 2018 pukul 19.00 WIB di RA Zahira Kid’s Land Medan
59
perbuatan yang benar dan yang salah. Maka dari itu sebaiknya anak dimasukkan
kedalam limgkungan pendidikan seperti PAUD, TK, ataupun RA.36
Selanjutnya wawancara dengan ibu Halimah selaku orang tua murid,
beliau mengatakan bahwa:
Sebaiknya anak-anak yang memasuki masa usia dini sudah dimasukkan
kedalam lingkungan sekolah, yang dimana nanti lingkungan tersebut dapat
mengembangkan kecerdasan sosial anak yang baik pada anak, disekolah anak
akan dibentuk menjadi anak yang mandiri, percaya diri, saling membantu satu
sama lain, religius, bertanggung jawab dan banyak hal baik lainnya yang nanti
akan diajarkan oleh guru, disekolah juga anak akan bergaul dengan teman
sebayanya, sehingga perkembangan anak sesuai dengan usianya. Di dekolah guru
juga akan membentuk pribadi anak menjadi seorang anak yang mempunyai rasa
percaya diri, mengembangkan bakat anak, mengasah kreativitas anak,
menumbuhkan rasa tanggung jawab dan toleransi pada diri anak serta
mengembangkan akhlak anak dengan berbagai pembelajaran-pembelajaran yang
yang dirancang oleh guru. 37
Jadi peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa faktor-faktor pendukung
dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak di RA Zahira Kid’s Land Medan
adalah faktor kematangan dan faktor lingkungan. Karena kedua faktor ini
sangatlah berpengaruh bagi terbentuknya karakter pada anak sesuai dengan
usianya.
Faktor-faktor tersebut biasanya terdapat dari dalam maupun dari luar. Dari
dalam diri anak bisa dikarenakan gen atau keturunan yang dimana orang tua dari
si anak tersebut dahulu juga lambat dalam menerima pembelajaran dan memang
cepat memasuki dunia pendidikan sebelum cukup umurnya untuk sekolah.
Sebagian orang tua beralasan anak yang belum matang daya berfikirnya atau anak
yang belum cukup umur untuk sekolah dikarenakan orang tua sibuk bekerja
dipagi hari. Jadi orang tua menyekolahkan anaknya lebnih cepat dari batas usinya
36
Wawancara dengan ibu Rina orang tua murid pada tanggal 13 November 2018 pukul
10.30 WIB di RA Zahira Kid’s Land Medan 37
Wawancara dengan ibu Halimah orang tua murid pada tanggal 13 November 2018
pukul 10.00 WIB di RA Zahira Kid’s Land Medan
60
agar orang tua bisa sambil bekerja dan anak bisa sambil belajar dan bertemu
dengan kawan-kawannya.
Faktor lingkungan yang paling mendukung dalam mengembangkan
kecerdasan sosial anak paling pertama terdapat pada lingkungan keluarga tempat
anak tinggal yang dimana prilaku pertama yang ditiru oleh anak adalah prilaku
ayah dan ibunya, sesuai dengan factor-faktor pendukung keberhasilan pendidikan
anak usia dini pada saat anak berusia 5-6 tahun inilah diharapkan peran orang tua
dan guru dalam memberikan suatu pendidikan bersosialisasi yang baik bagi bagi
anak usia dini. Dengan menanamkan nilai-nilai moral kepada anak sehingga nanti
dapat diterapkan anak dalam kehidupannya.
b. Faktor Penghambat Dalam mengembangkan kecerdasan sosial
Anak Usia 5-6 Tahun di RA Zahira Kid’s Land Medan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Rina guru Kelas B Doraemon
Salah satu faktor penghambat sulitnya mengembangkan kecerdasan sosial
anak adalah makanan, dan asupan gizi. Yang dimana anak-anak yang tampak
tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maupun kegiatan
lainnya di sekolah yang dilaksanakan oleh guru, kebanyakan beralasan mereka
tidak srapan pagi sebelum pergi kesekolah. Jadi anak tampak lemas dan tidak
berenergi. Kebanyakan alasan dari orang tua murid mengapa anak tampak malas
dan lemas dikarenakan kebanyakan anak tidak sarapan di rumah sebelum
berangkat ke sekolah.38
Pernyataan Ummi Hajar, mengatakan bahwa:
Selain faktor makanan dan asupan gizi yang kurang memadai, faktor
lingkungan juga berpengaruh terhadap kecerdasan sosial anak. Yang dimana jika
anak terdapat pada lingungan yang cenderung lebih berpengaruh tidak baik
terhadap pembentukan karakter anak, maka anak juga akan terikut serta kepada
lingkungan buruk tersebut. Sehingga nantinya guru sulit untuk mengajarkan
kepada anak hal-hal yang baik. Dikarenakan anak usia dini cenderung meniru
pelakuan-perlakuan dan perbuatan-perbuatan yang dilihatnya pada lingkungan
tempat anak itu tinggal. Maka dari itu orang tua harus bijak dalam menjaga sikap
38
Wawancara dengan Ummi Rina pada tanggal 13 November 2018 pukul 10.00 WIB di
RA Zahira Kid’s Land Medan
61
di depan anak, menunjukkan hal-hal yang baik di rumah kepada anak.
Menempatkan anak pada lingkungan-lingkungan yang baik pula.39
Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor penghambat dalam
mengembangkan kecerdasan sosial anak di RA Zahira Kid’s Land Medan
disebabkan oleh faktor lingkungan, karena lingkungan berperan penting dalam
perkembangan anak atau kepribadian anak, maka tugas guru dan orang tua adalah
mengajarkan kepada mereka hal yang baik dan buruk yang patut ditiru dan tak
patut ditiru, melalui kegiatan-kegiatan yang positif sehingga dapat
mengembangkan kecerdasan sosial anak akan terbentuk sesuai dengan yang
diharaplan oleh guru dan orang tua.
Anak usia dini seperti halnya kertas bersih tanpa goresan tinta. Jadi orang
tua dan guru adalah tinta bagi goresan-goresan di kertas bersih putih tanpa noda
tersebut. Dari itu orang tua hendaknya memberikan contoh yang baik terhadap
anak dirumah agar dapat diriru oleh anak, memberikan pengwasan yang ketat
terhadap anak namun bijaksana, dalam artian tidak terlalu mengekang anak untuk
berbaur dan bergaul dilingkungan sekitar, hanya saja anak lebih dibatasi dan
diawasi dalam berbaur dan berteman di lingkungan masyarakat tempat anak
tinggal. Selaku guru juga hendaknya memberikan pelajaran-pelajaran tidak hanya
teori melainkan praktek langsung yang berupa perbuatan yang nyata. Agar anak
lebih mudah mengingat dan menangkap setiap pembelajaran yang diberikan oleh
guru, dan anak dapat menerapkan dan melaksanakannya dalam kehidupannya
sehari-hari.
Dalam hal ini semua pelaksaan kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
bermain yang dilakukan di Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land sesuai dengan
39
Wawancara dengan Hajar pada tanggal 12 November 2018 pukul 09.00 WIB di RA
Zahira Kid’s Land Medan
62
teori perkembangan anak, yang dimana anak benar- benar dibentuk menjadi anak
yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, kreativitas, mandiri, tanngung
jawab, pekerja keras, baik dan rendah hati, toleransi, serta jujur dan amanah,
melalui berbagai metode pembelajaran guru dan kegiatan-kegiatan permainan
yang dirancang oleh para guru di Raudhatul Athfal Zahira Kid’s Land.
63
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang “Efektivitas
Permaianan Tradisional Dalam Mengembangkan Kecerdasan Sosial Anak Usia 5-
6 Tahin di RA Zahira Kid’s Land Medan” dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Efektivitas Permaianan Tradisional Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Sosial anak usia 5-6 tahun di RA Zahira Kid’s Land Medan sudah berjalan
dengan bailk, karena para guru sebelum memulai pebelajaran terlebih
dahulu membuat rencana pembelajaran harian (RPPH) dan penilaian
kepada anak untuk melihat sejauh mana karakter anak telah terbentuk dari
hari ke hari.
Permainan tradisonal congklak merupakan bentuk kreativitas
seseorang karena permainan ini biasanya dibuat dengan bahan yang ada
disekitar kita atau memanfaatkan alat atau fasilitas yang ada dilingkungan
kita. Dengan permaian ini anak dibentuk berkelompok dan berpasang-
pasangan dengan teman yang sudah ditentukan dan masing masing anak
mendapatkan giliran bermain. Dengan diadakannya permainan tradisional
ini makan secara fisik anak menjadi terampil, cekatan, menumbuhkan
kemampuan bersosialisasi dengan teman dan dapat membentuk
kecerdasan sosial anak. Sebagai seorang pendidik saya mengajarkan
pembelajaran yang dapat mengembangkan kecerdasan sosial anak seperti
mengajarkan kepada anak saling tolong menolong sesama teman, saling
berbagi, jangan memilih’ kawan tidak ada membeda bedakan sesama
64
teman religius, jujur, percaya diri, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
rasa ingin tahu, gemar membaca, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar di RA Zahira Kid’s Land
Medan media pembelajaran yang di butuhkan anak-anak tersebut dibuat
oleh guru sendiri dengan berbagai model yang dirancang semenarik
mungkin agar anak benar-benar tertarik dalam mengikuti pembelajaran
disekolah dan permainan tradisional yang digunakan dalam sekali
seminggu yaitu permaian congklak agar dapat mengembangkan
kecerdasan sosial, dan dapat melatih anak pandai dalam berhitung dan
berbaur dengan teman” dan percaya diri dengan diadakannya permaian
congklak anak-anak bisa bersosialisasi dengan teman. Dengan
diadakannya proses belajar mengajar yang sudah di jelaskan diatas maka
ana-anak pun mengetahui permainan tradisional dan dapat meningkatkan
kecerdasan sosial anak tersebut.
2. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak usia 5-6
Tahun di RA Zahira Kid’s Land Medan yaitu: Faktor kematangan dan
faktor lingkungan yang baik. Dan faktor penghambat kecerdasan sosial
anak usia 5-6 tahun di RA Zahira Kid’s Land yaitu: faktor asupan gizi atau
makanan dan faktor lingkungan yang buruk.
D. Saran
Berdasarkan penelitian dan kesimpulan tersebut, maka dalam
mengembangkan kecerdasan sosial anak usia 5-6 Tahun di RA Zahira Kid’s Land
Medan melakukan upaya-upaya sebagai berikut
65
a. Untuk kepala sekolah seharusnya ikut serta dalam mengembangkan
kecerdasan sosial anak, agar kepala sekolah mengetahui kekurangan dari
metode ataupun media pembelajaran yang digunakan guru dalam
pembentukan karakter anak sehingga dapat diperbaiki bersama-sama
kedepannya.
b. Kepada guru diharapkan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya dan
kreativitas, dengan menciptakan media-media pembelajara terbaru agar
anak merasa senang saat melaksanakan proses belajar, anak tidak mudah
bosan, dan dapat memahami pelajaran dengan mudah.
c. Kepada orang tua diharapkan untuk lebih memrhatikan perkembangan
kecerdasan sosial anak, dan ikut serta mengulang kembali pelajaran dan
pembiasaan diri yang baik di rumah, agar anak tidak lupa pembelajaran
yang diberikan guru di sekolah.
Peneliti menyadari banyak keterbatasan dan kekurangan dalam kegiatan
penelitian ini, baik ditinjau dari fokus penelitian, waktu pengumpulan data,
masih kurangnya pengetahuan dalam penganalisaan data dan keterbatasan
dalam membuat instrumen penelitian, maka diharapkan adanya penelitian
selanjutya untuk lebih mengembangkan dan memperdalam kajian pada
penelitian
66
DAFTAR PUSTAKA
Ans, Haziah. 2013. 1001 Ide Kreatif Berlibur Ala Balita. Jakarta Timur: Bestari
Buana Murni.
Effi Aswita Lubis, (2012), Metode Penelitian Pendidikan, Medan: Perdana Mulya
Sarana, hal.139-140
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta; Rineka Cipta.
Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, Dan lain-lain
Cetakan ke IV. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Dananjadja, James. 1987. Folklore Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Departemen Agama RI. 2011. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Bintang
Indonesia.
Dharmamulya, Sukirman, dkk. 2008. Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta:
Kepel Press.
Didith Pramunditya Ambara, Mutiara Magta, Nice Maylani Asri, Luh Ayu
Fadillah, Muhammad. 2014. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjaun Teoretik
&Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Fadillah, M. 2014. Endutainment Pendidikan Anak Usia Dini Menciptakan
Pembelajaran Menarik, Kreatif, dan Menyenangkan. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga
DOKUMENTASI
Gambar 1.1 Halaman Depan
Gambar 1.2 Halaman depan
Gambar 1.3 Halaman Belakang
Gambar 1.4 perpustakaan
Gambar 1.5 Aula
Gambar 1.6 Kantin sekolah
Gambar1.7. Lapangan Futsal
Gambar 1.8 Alat Peraga
Gambar 1.9 Ruang kantor
Gambar 1.0 Tempat Wudhu
Gambar 11. Media Komputer/ Laptop
Gambar 14. Kamar Mandi
Gambar 15. Ruang Belajar Kelas
Gambar 18. Ruang Belajar Kelas
Gambar 16. Anak sedang praktek bermainn congklak
Gambar 17. Anak sedang Out Bound pembelajaran faktual
Gambar 18. Anak sedang mengikuti perlombaan permainan tradisional
Recommended