View
12
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
EVALUASI ERGONOMI UNTUK MENGURANGI MUSKULOSKELETAL
DISORDERS MENGGUNAKAN METODE NOVEL ERGONOMIC POSTURAL
ASSESSMENT ( NERPA) DAN WORK ERGONOMIC RISK ASSESSMENT
(WERA)
(Studi Kasus: UKM Cipta Mandiri, Sidowayah, Polanharjo, Klaten)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Oleh:
Bryan Rizki Irwanto
D 600 150 029
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
EVALUASI ERGONOMI UNTUK MENGURANGI MUSKULOSKELETAL
DISORDERS MENGGUNAKAN METODE NOVEL ERGONOMIC POSTURAL
ASSESSMENT ( NERPA) DAN WORK ERGONOMIC RISK ASSESSMENT
(WERA)
(Studi Kasus: UKM Cipta Mandiri, Sidowayah, Polanharjo, Klaten)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
Bryan Rizki Irwanto
D 600 150 029
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Indah Pratiwi S.T., M.T.
ii
NIK. 705
HALAMAN PENGESAHAN
EVALUASI ERGONOMI UNTUK MENGURANGI MUSKULOSKELETAL
DISORDERS MENGGUNAKAN METODE NOVEL ERGONOMIC POSTURAL
ASSESSMENT ( NERPA) DAN WORK ERGONOMIC RISK ASSESSMENT
(WERA)
(Studi Kasus: UKM Cipta Mandiri, Sidowayah, Polanharjo, Klaten)
OLEH
Bryan Rizki Irwanto
D 600 015 029
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Dr. Indah Pratiwi, S.T., M.T. (.............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Ir. Ratnanto Fitriadi, S.T., M.T. (............................)
(Anggota 1 Dewan Penguji)
3. Ir. Much. Djunaedi, S.T., M.T (............................)
(Anggota 2 Dewan Penguji)
Dekan,
Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D
NIK. 682
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali
secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di
atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, .................... 2019
Penulis
BRYAN RIZKI IRWANTO
D 600 150 029
1
EVALUASI ERGONOMI UNTUK MENGURANGI MUSKULOSKELETAL
DISORDERS MENGGUNAKAN METODE NOVEL ERGONOMIC POSTURAL
ASSESSMENT ( NERPA) DAN WORK ERGONOMIC RISK ASSESSMENT
(WERA)
(Studi Kasus: UKM Cipta Mandiri, Sidowayah, Polanharjo, Klaten)
Abstrak
Cidera pada otot merupakan salah satu kecelakaan kerja yang sering dialami pekerja
karena postur tubuh yang salah ketika melakukan pekerjaan. UKM Cipta Mandiri
merupakan usaha kecil menengah yang memproduki barecore. Proses pembuatan
barecore pada UKM Cipta Mandiri masih menggunakan metode manual sehingga
banyak menimbulkan postur kerja yang tidak alami dan menyebabkan pekerja
mengalami keluhan muskoloskeletal disorder. Penelitian ini menggunakan metode
Work Ergonomic Risk Assessment (WERA) dan Novel Ergonomic Postural
Assessment (NERPA) untuk mengetahui seberapa besar risiko yang ditimbulkan oleh
postur pada aktivitas yang dilakukan pekerja. Hasil perhitungan menggunakan kedua
metode menunjukan bahwa dari 9 stasiun kerja yang diteliti terpadat 12 aktivitas
kerja, mendapatkan skor medium pada metode WERA, sedangkan terdapat 3 aktivitas
yang mendapatkan skor 7, 1 aktivitas dengan skor 6, 2 aktivitas dengan skor 5, 3
aktivitas dengan skor 4, 3 aktivitas dengan skor 3 pada metode NERPA. Usulan yang
dapat diberikan adalah pengadaan alat bantu berupa wadah benda kerja dan
pengubahan aktivitas kerja pada stasiun kerja terkait.
Kata Kunci: Ergonomi, MSDs, WERA, NERPA, K3
Abstract
Musculoskeletal injury is one of the work accidents that are often experienced by
workers because of the wrong posture when doing work. Cipta Mandiri is a small
business that produces barecore. The process of making barecore in Cipta Mandiri
still uses human power so that it creates a lot of unnatural work postures and causes
workers to have a health complaint about musculoskeletal disorder.This study uses
the Work Ergonomic Risk Assessment (WERA) and Novel Ergonomic Postural
Assessment (NERPA) methods to determine how much risk is posed by the posture of
the activities carried out by workers. The results of calculations using the two
methods show that of the 9 work stations studied were 12 work activities, obtained a
medium score on the WERA method, while there were 3 activities that got a score of
7, 1 activity with a score of 6, 2 activities with a score of 5, 3 activities with scores 4,
3 activities with a score of 3 on the NERPA method. The proposal that can be given is
the procurement of tools in the form of workpiece containers and changing work
activities at the related work stations.
Keywords : Ergonomic, MSDs, WERA, NERPA, OHS
2
1. PENDAHULUAN
Barecore adalah sebuah produk olahan berbahan dasar kayu yang mempunyai
banyak kegunaan. Barecore banyak diproduksi di Jawa Tengah khususnya daerah
Temanggung. Barecore biasanya terbuat dari kayu lunak sepert sengon dan albasia
(Joyce, 1970), Indonesia sendiri mengusai 90% pasar barecore, kayu sengon
Indonesia diakui kualitasnya oleh dunia. Negara dengan permintaan barecore
tertinggi adalah China dan Taiwan, dalam satu bulan Indonesia dapat mengekspor
4.000 sampai dengan 5.000 kontainer perbulan.
UKM Cipta Mandiri adalah industri manufaktur rumahan yang memproduksi
barecore sebagai produk utama, UKM Cipta Mandiri bertempat di Sidowayah,
Polanharjo, Klaten. Proses pembuatan barecore dimulai dengan pengovenan kayu
sampai kandungan airnya berkurang kemudian pemotongan sesuai ukuran, Setelah
pemotongan dilanjutkan proses penghalusan dan pencacahan menjadi lembaran-
lembaran kayu, lembaran kayu inilah yang nantinya akan melalui proses
pengeleman dan pada akhirnya melalui proses pengepressan. Proses yang
dilakukan pada saat produksi barecore pad UKM Cipta Mandiri sebagian besar
masih menggunakan tenaga manusia, hal ini menyebabkan beberapa aktivitas yang
dilakukan pekerja menimbulkan postur yang tidak alami. Dampak dari postur yang
tidak alami apabila dilakukan terus menerus akan menyebabkan musculoskeletal
disorders (Tarwaka, 2004).
Berdasarkan pemaparan di atas, fokus dari penelitian ini adalah menganalisis
beban kerja yang dialami oleh pekerja dalam upaya mengurangi risiko MSDs
dengan menggunakan metode Novel Ergonomic Postural Assessment (NERPA)
dan Work Ergonomic Risk Assessment (WERA) sebagai acuan untuk menentukan
skor risiko kecelakaan kerja yang dialami pekerja.
2. METODE
Penelitan dilakukan dengan meneliti 9 stasiun kerja yang terdiri dari 12
aktivitas utama, yaitu stasiun kerja cutting 1, Surface Planner, Gangrip,
Pemilahan, Conveyor, Cutting 2, Finger Joint, Pengeleman dan Pengepressan.
Tahap-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
3
2.1 Identifikasi Masalah
Hal pertama yang dilakukan sebelum penelitian dimulai adalah melakukan
identifikasi masalah, identifikasi masalah dilakukan dengan cara mengamati
secara langsung proses pembuatan barecore pada UKM Cipta Mandiri, tujuan
dilakukan pengamatan langsung adalah mengetahui secara langsung kondisi
lapangan dan untuk pembuatan rumusan masalah serta tujuan penelitan. Studi
literatur juga digunakan untuk memperkuat dasar pada penelitian.
2.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan me-dokumentasikan aktivitas
terekstrim pada saat pekerja melakukan pekerjaanya. Pengamatan
menggunakan stopwatch juga dilakukan kemudian wawancara singkat dengan
pekerja dilakukan untuk mengetahui apakah ada keluhan selama bekerja.
2.3 Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan dua metode yaitu WERA dan NERPA, dalam
metode WERA terdapat 6 risiko faktor fisik antara lain postur, pengulangan,
kekuatan, getaran, kontak stress dan durasi kerja (Rahman dkk., 2011). Metode
NERPA memiliki 5 variabel utama yaitu bahu, pergelangan, punggung, leher
dan kaki (Lite dkk., 2013) . Berikut adalah langkah-langkah dalam mengolah
data menggunakan WERA dan NERPA
2.3.1 Metode WERA
Pada metode WERA hal pertama yang harus dilakukan adalah
menentukan 9 faktor fisik, kemudian dilanjutkan dengan penentuan
skoring sistem yang sudah tertera pada WERA sheet, kemudian
dilakukan penjumlahan dari seluruh skor yang didapatkan kemudian
penentuan action level berdasarkan hasik skor terakhir.
4
Gambar 1 WERA Sheet (Rahman dkk., 2011)
2.3.2 Metode NERPA
Metode NERPA skoring dibagi menjadi dua grub yang masing masing
grub memilik tabel sendiri, grub A memiliki tabel A dan grub B memiliki
tabel B. dan final skor akan dilihat dari titik temu hasil dari tabel A dan B
di tabel C. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetukan
postur kerja yang dilakukan pekerja dan kemudian memberikan skor, lalu
skor ditentukan dengan mencari titik temu yang sudah tersedia dimasing-
masing tabel, setelah mendapatkan skor tabel kemudian diakumulasi
dengan skor beban kerja dan skor otot. Hasil dari kedua tabel
dialokasikan untuk mengisi tabel C dan mendapatkan skor akhir yang
menunjukan risiko level dari aktivitas pekerja.
Gambar 2 NERPA Sheet (Lite dkk., 2013)
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Metode Wera
Perhitungan menggunakan metode WERA menunjukan hasil bahwa seluruh
stasiun kerja yang berada pada proses produksi dapat dihitung menggunakan
metode WERA berjumlah 9 stasiun kerja dengan 12 aktivitas. Hasil dari
perhitungan metode WERA tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Penilaian Metode WERA
Stasiun Kerja Aktivitas 1a. 2a. 3a. 4a. 5 6 7 8 9 Total Level
1b. 2b. 3b. 4b. 9 3a. 2.a 2a. 6
Cutting 1 Mengambil
kayu
4 3 5 3 5 4 3 5 4 36 Medium
Memotong
Kayu
4 5 3 3 4 3 6 4 4 36 Medium
Surface
Planner
Mengambil
Kayu
4 4 5 3 5 4 3 5 4 37 Medium
Memasukan
Kayu
4 3 3 3 5 3 4 4 4 33 Medium
Gangrip Mengambil
Kayu
4 3 2 2 4 2 3 5 4 29 Medium
Memasukan
Kayu
5 3 2 2 4 2 5 5 4 32 Medium
Pemilahan Memilah
Kayu
4 4 5 2 4 4 3 5 4 35 Medium
Conveyor Menyusun
Kayu
4 4 4 3 4 4 3 5 4 35 Medium
Cutting 2 Memotong
kayu
4 3 4 4 4 3 4 5 4 35 Medium
Fingerjoint Memotong
pola
4 3 4 3 5 3 4 5 4 35 Medium
Pengeleman Menngelem
papan
5 3 4 4 5 3 3 3 4 34 Medium
Pengepressan Menyusun
kayu
5 4 5 3 4 4 3 5 4 37 Medium
Tabel 1 menunjukan bahwa seluruh aktivitas pada proses produksi berada
dalam action level medium dengan skor terendah 29 dan skor tertinggi adalah
37.
3.2 Metode NERPA
Seluruh aktivitas pada proses produksi dapat diteliti menggunakan metode
NERPA, terdapat 12 aktivitas yang diteliti. Hasil dari perhitungan
menggunakan metode NERPA tersaji pada Tabel 2.
6
Tabel 2 Hasil Penilaian Metode NERPA
Lengan
atas
Lengan
Bawah
Pergel
angan
tangan
Wrist
Twist
Tabel
A
point
otot
point
beban
Kolo
m CLeher
Pung
gungKaki
Tabel
B
point
otot
point
beban
Baris
C
Nilai
Tabel
C
Mengambil
kayu3 1 2 2 4 1 0 5 2 4 2 5 1 0 6 7
Memotong
Kayu3 1 2 2 4 1 0 5 2 1 1 2 1 0 3 4
Mengambil
Kayu3 1 2 2 4 1 0 5 4 3 1 5 1 0 6 7
Memasukan
Kayu3 1 1 1 3 1 0 4 1 1 1 1 1 0 2 3
Mengambil
Kayu1 3 2 2 3 0 0 3 1 1 1 1 0 0 1 3
Memasukan
Kayu1 2 1 1 2 1 0 3 2 1 1 2 1 0 3 3
PemilahanMemindah
kayu4 1 1 2 4 1 0 5 1 3 1 3 1 0 4 5
ConveyorMenyusun
Kayu4 1 3 1 4 1 0 5 2 2 1 2 1 0 3 4
Cutting 2Memotong
kayu4 1 3 1 4 0 0 4 3 1 1 3 0 0 4 4
FingerjointMemotong
pola4 1 3 2 5 0 0 5 3 2 2 4 0 0 4 5
PengelemanMengelem
papan 3 2 1 2 4 1 0 5 3 2 2 4 1 0 5 6
Penge-
pressan
Menyusun
kayu4 2 1 2 4 1 0 5 2 4 1 5 1 6 0 7
Penilaian
Surface
Planner
Gangrip
Cutting 1
Stasiun
KerjaAktivitas
Tabel 2 menunjukan bahwa terhadap 12 aktivitas terdapat 3 aktivitas dengan
skor 7, 1 aktivitas dengan skor 6, 2 aktivitas dengan skor 5, 3 aktivitas dengan
skor 4, 3 aktivitas dengan skor 3. Stasiun kerja yang memiliki skor 7 perlu
dilakukan usulan untuk perbaikan stasiun kerja.
3.3 Evaluasi Ergonomi
Seluruh stasiun kerja telah dihitung menggunakan metode WERA dan NERPA d
untuk memperoleh skor akhir yang bertujuan mengetahui tingkat resiko ergonomi
dari keseluruhan aktivitas kerja pada proses pembuatan barecore. Rekapitulasi
penilaian tingkat resiko ergonomic dari masing-masing metode tersaji pada Tabel 3.
7
Tabel 3. Rekaptulasi Penilaian Tingkat Resiko Ergonomi
No Stasiun kerja
WERA NERPA
Skor Level Skor Level
1 Cutting 1 A 36 Medium 7 High
Cutting 1 B 36 Medium 4 Low
2 Surface Planner A 37 Medium 7 High
Surface Planner B 33 Medium 3 Low
3 Gangrip A 29 Medium 3 Low
Gangrip B 32 Medium 3 Low
4 Pemilahan 35 Medium 5 Medium
5 Conveyor 35 Medium 4 Low
6 Cutting 2 35 Medium 4 Low
7 Fingerjoint 35 Medium 5 Medium
8 Pengeleman 34 Medium 6 Medium
9 Pengepressan 37 Medium 7 High
3.4 Usulan Perbaikan
Usulan perbaikan dilakukan terhadap stasiun kerja yang aktivitasnya
memiliki skor tertinggi pada metode WERA atau NERPA. Stasiun dengan
skor tertinggi tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3 Skor Aktivitas Tertinggi WERA atau NERPA
No Aktivitas WERA NERPA
Skor Skor
1 Mengambil Kayu Cutting 1 36 7
2
Mengambil Kayu Surface
Planner 37 7
3
Menyusun Kayu
Pengepressan 37 7
3.4.1 Aktivitas Mengambil Kayu Cutting 1
Aktivitas mengambil kayu pada stasiun kerja Cutting 1 dilakukan
dengan posisi membungkuk yang mengharuskan pekerja mengambil benda
kerja di lantai, tidak adanya tempat untuk menaruh benda kerja
menyebabkan pekerja membungkuk untuk mengambil benda kerja,
sehingga diperlukan usulan berupa membuat tempat untuk wadah benda
kerja. Penentuan dimensi dari wadah benda kerja berdasarkan dimensi
benda kerja yaitu dengan tinggi 130 cm dan berdiameter 4 cm, atas dasar
8
tersebut dibentuk wadah benda kerja dengan dimensi panjang 135 cm,
lebar 125 cm dan tinggi 100 cm serta kedalaman 40 cm. Dengan adanya
wadah benda kerja postur janggal membungkuk bisa dihindari. Desain
wadah benda kerja dapat ditunjukan pada Gambar 3.
Gambar 3. Rekomendasi Usulan Stasiun Kerja Cutting 1
3.4.2 Aktivitas Mengambil Kayu Surface Planner
Aktivitas mengambil kayu pada stasiun kerja surface planner
dilakukan dengan duduk dan membungkuk untuk mengambil benda kerja di
lantai. Gerakan yang dilakukan adalah membungkuk dan menjangkau untuk
mengambil benda kerja, hal ini menyebabkan postur tak lazim. Desain ulang
stasiun kerja diperlukan dengan memberikan wadah untuk benda kerja
sehingga pekerja tidak perlu membungkuk untuk mengambil benda kerja.
Dasar dari desain wadah adalah dimensi dari kursi tempat pekerja duduk
yaitu tinggi 32 cm, lebar 37 cm dan panjang 42 cm dan dimensi dari benda
kerja yaitu 37 cm dan diameter 4 cm. Maka dari itu dimensi wadah usulan
adalah tinggi 40 cm, sisi 49 cm dan kedalaman 20 cm. Dengan adanya
wadah benda kerja postul janggal membungkuk dapat dihindari. Desain
wadah benda kerja dapat ditunjukan pada Gambar 4.
9
Gambar 4. Rekomendasi Usulan Stasiun Kerja Surface Planner
3.4.3 Aktivitas Menyusun Kayu Stasiun Kerja Pengepressan
Aktivitas menyusun kayu pada stasiun pengepressan dilakukan dengan
berdiri sedangkan punggung membungkuk untuk menjangkau seluruh
bagian dari benda kerja yang ingin disusun dari satu sisi, hal tersebut
menyebabkan pekerja melakukan postur yang tidak lazim atau dapat
dikatakan ekstrim. Usulan yang dapat diberikan oleh peneliti adalah
mengubah pola kerja dari pekerjaan yang hanya dilakukan pada satu sisi,
dilakukan dari dua sisi. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi usaha
pekerja dalam menjangkau benda kerja paling ujung sehingga postur yang
tidak lazim dapat dihindari.
Setelah dilakukan perbaikan terhadap stasiun kerja yang memiliki skor tertinggi
terjadi penurunan skor pada stasiun kerja terkait. Perbedaan skor pada stasiun kerja
terkait tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Skor Sebelum dan Sesudah Perbaikan
No Aktivitas
Metode
WERA NERPA
Skor
Awal
Skor
Sesudah
Perbaikan
Skor
Awal
Skor
Sesudah
Perbaikan
1 Mengambil Kayu Cutting 1 36 32 7 3
2
Mengambil Kayu Surface
Planner 37 29 7 3
3 Menyusun Kayu Pengepressan 37 35 7 5
Perbedaan skor yang terdapat pada Tabel 4. menunjukan bahwa perbaikan yang
dilakukan berdampak pada skoring yang dihitung menggunakan kedua metode, hal
10
ini diharapkan dapat mengurangi risiko MSDs yang bisa terjadi kapan saja kepada
pekerja.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dipaparkan pada
penelitian di UKM Cipta Mandiri maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terjadinya risiko MSDs dikarenakan pekerja tidak memperhatikan postur yang
mereka lakukan selama melakukan aktivitas kerja.
2. Sarana prasarana di UKM Cipta Mandiri terkesan belum mencukupi dalam
standar Keselamatan kerja (Salvendy, 2012)
3. Perbaikan stasiun kerja dilakukan pada aktivitas dengan skor tertinggi yaitu
aktivitas mengambil kayu stasiun kerja Cutting 1, aktivitas mengambil kayu
stasiun kerja Surface Planner dan aktivitas menyusun kayu stasiun kerja
Pengepressan.
4. Rekomendasi yang dilakukan yang bertujuan mengurangi skor WERA dan
NERPA adalah penambahan wadah benda kerja untuk stasiun kerja Cutting 1
dan Surface Planner, sedangkan untuk stasiun kerja Pengepressan dilakukan
perbaikan postur kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, E. 1970. The Technique of Furniture Making. London:B.T. Batsford Limited.
Rahman, M.N.A., M.R.A. Rani, dan J.M. Rohani. 2011. ‘WERA: An Observational
Tool Develop to Assess The Physical Risk Factor Associated with
WRMDs’. Journal of Human Ergology. 40: 19-36.
Salvendy, G. 2012. Handbook of Human Factors and Ergonomics: Fourth Edition.
Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Lite, S.A., M Garcia, R. Domingo, dan M.A. Sebastian. 2013. ‘Novel Ergonomic
Postural Assessment Method (NERPA) Using Product-Process Computer
Aided Engineering for Ergonomic Workplace Design’. Spain: Plos One,
Vol. 8, No. 8.
Tarwaka., S.HA. Bakri, dan L. Sudiajeng. 2004. Kesehatan Keselamatan Kerjadan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.
Recommended