22

Click here to load reader

PENERAPAN ERGONOMI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN ERGONOMI

PENERAPAN ERGONOMI

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan

sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya

peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya

meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi

lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya

potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi

pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Perbagai risiko

tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat

menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua

pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.

Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergon yang berarti kerja dan

Nomos yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat

diartikan aturan/hukum dalam bekerja. Secara umum ergonomi didefinisikan

sebagai ilmu yang mempelajari tentang kesesuaian pekerjaan, alat kerja dan atau

tempat/lingkungan kerja dengan pekerjanya. Semboyan yang digunakan adalah

“Sesuaikan pekerjaan dengan pekerjanya dan sesuaikan pekerja dengan

pekerjaannya” (Fitting the Task to the Person and Fitting The Person To The

Task). Kohar Sulistiadi dan Sri Lisa Susanti (2003) menyatakan bahawa fokus

ilmu ergonomi adalah manusia itu sendiri dalam arti dengan kaca mata ergonomi,

sistem kerja yang terdiri atas mesin, peralatan, lingkungan dan bahan harus

disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia tetapi bukan

manusia yang harus menyesuaikan dengan mesin, alat dan lingkungan dan bahan.

Ilmu ergonomi mempelajari beberapa hal yang meliputi:

1. Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu,

pencahayaan, sirkulasi udara , desain peralatan dan lainnya.

Page | 1

Page 2: PENERAPAN ERGONOMI

2. Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan

sebuah pekerjaan: pendidikan,postur badan, pengalaman kerja,

umur dan lainnya

3. Bahan-bahan/peralatan kerja yang berisiko menimbulkan

kecelakaan kerja: pisau, palu, barang pecah belah, zat kimia dan

lainnya

4. Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja,

kesehatan dan keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja

dengan pekerja, standar operasional prosedur dan lainny.

Sasaran dari ilmu ergonomi adalah meningkatkan prestasi kerja yang

tinggi dalam kondisi aman, sehat, yaman dan tenteram. Aplikasi ilmu ergonomi

digunakan untuk perancangan produk, meningkatkan kesehatan dan keselamatan

kerja serta meningkatkan produktivitas kerja. Dengan mempelajari tentang

ergonomi maka kita dapat mengurangi resiko penyakit, meminimalkan biaya

kesehatan, nyaman saat bekerja dan meningkatkan produktivitas dan kinerja serta

memperoleh banyak keuntungan. Oleh karena itu penerapan prinsip ergonomi di

tempat kerja diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri pekerja dan

kinerja pekerja

2. Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja

3. Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja saat

bekerja

4. Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian

antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja.

5. Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja untuk

meningkatkan produktivitas.

6. Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja

7. Meningkatkan faktor keselamatan kerja

8. Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan kesejahteraan

untuk individu dan institusi. (www.wsib.on.ca)

Page | 2

Page 3: PENERAPAN ERGONOMI

Dengan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja dapat diperoleh 3

keuntungan yaitu:

1. Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja

2. Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja

3. Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja Peran ergonomi

sangat besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan

sehat.

Penerapan ergonomi di indonesia terus terang masih tertinggal

jauh,dibandingkan di luar negeri. Ada beberapa prinsip dasar dalam melakukan

program ergonomi yaitu :

1. Sebagai upaya proaktif untuk pencegahan terjadinya kecelakaan dan

gangguan kesehatan.

2. Pelaksanaannya didasarkan pada hasil ilmu pengetahuan dan hasil

penelitian yang terbaik

3. Bekerjasama dengan pekerja dan departemen terkait

4. Fleksibel dan hindari satu ukuran untuk semua

5. Program yang dilaksanakan harus terjangkau dan sesuai kekuatan

sumberdaya yang dimiliki

6. Program yang dilaksanakan harus jelas, singkat dan sederhana. (OSHA,

2004)

Adapun 3 Langkah Awal Untuk Membangun Program Ergonomi di

Tempat Kerja:

1. Membangun komitmen dari manajemen ( ini sangat diperlukan dalam

setiap penerapan program, karena sistem yang baik harus ditunjang oleh

dukungan dari top management).

2. Mengadakan pelatihan ergonomi untuk mendorong adanya partisipasi dari

seluruh karyawan.( memeberikan pengetahuan kepada pekerja akan

pentingnya penerapan ergonomi demi meningkatkan produktivitas di

tempat kerja).

Page | 3

Page 4: PENERAPAN ERGONOMI

3. Membentuk working group yang bertanggung jawab untuk penerapan

program ini ( team P2K3/ Health and Safety Executive).

Penerapan Ergonomi akan dapat berjalan dengan baik apabila semua

berpartisipasi aktif dari karyawan pada semua level di tempat kerjanya untuk

meningkatkan kondisi lingkungan kerjanya. (Norman dan Wells, 1998). Sukapto

(2008) menyatakan partisispatori ergonomi memiliki 4 elemen pokok yang saling

berinteraksi yang terdiri dari karyawan, pengelola perusahaan, pengetahuan dan

metode ergonomi dan konsep disain pekerjaan. Pentingnya melibatkan karyawan

pada semua level untuk mencapai kesuksesan dalam intervensi ergonomi adalah :

1. Karyawan adalah orang yang paling tahu terhadap pekerjaannya

2. Karyawan akan tahu solusi ergonomi yang paling tepat untuk dirinya

agar semakin nyaman dalam bekerja

3. Menjadikan karyawan terlibat dalam proses perubahan 4.Untuk

membangun budaya ergonomi yang aman, sehat dan nyaman.

contoh penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:

1. Bila posisi kerja Anda lebih banyak duduk, maka menurut Sanders & Mc.

Cormick :

Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun

dan naik

Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada

posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi

horizontal atau sedikit menurun. Duduklah dengan posisi

bersandar.

Ketinggian landasan kerja tak memerlukan menekuk tulang

belakang yang berlebihan

Jika pekerjaan Anda menuntut diskriminasi penglihatan dan

koordinasi tangan atau mata (contoh: mengetik dengan komputer)

maka posisi pekerjaan perlu di dekat daerah mata, sedikit di bawah

ketinggian bahu, untuk menstabilkan tangan diberi bantalan

Page | 4

Page 5: PENERAPAN ERGONOMI

siku/pergelangan yang nyaman dengan tujuan mengurangi beban

otot bahu

Sesekali lakukan ‘disguised pauses’, istirahat sekedar untuk

mengurangi konsentrasi pada pekerjaan misalnya: merubah posisi

duduk, berdiri sebentar dari kursi atau berjalan-jalan sebentar

2. Bila posisi kerja Anda lebih banyak berdiri maka:

Bekerjalah dengan posisi tegak ke depan. Usahakan pekerjaan

terlihat dengan kepala dan badan tegak, kepala agak ke depan

Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu yang senyaman

mungkin

Manfaatkan waktu istirahat semaksimal mungkin agar kerja dan

istirahat seimbang.

Hindari postur tubuh yang tidak berubah/statis, sesekali regangkan

otot-otot Anda

Apabila Anda memerlukan aktivitas menjangkau barang-barang

tertentu, maka letakkan barang-barang tersebut dalam posisi yang

minimal atau terdekat dan mudah dijangkau dan mudah terlihat

3. Bila posisi kerja Anda dinamis (duduk dan berdiri bergantian) maka:

Usahakan benda yang akan Anda jangkau berada maksimal 15 cm

di atas landasan kerja

Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90cm-120cm,

merupakan ketinggian yang paling tepat dan baik untuk posisi

duduk maupun berdiri

4. Dalam mengendarai mobil

Mengendarai mobil dengan jarak tempuh yang cukup jauh sangat

melelahkan bagi pengemudi. Hal tersebut wajar terjadi pada setiap orang

karena banyaknya gerakan yang harus dilakukan saat mengemudi. Apalagi

jenis gerakan yang dilakukan sifatnya monoton sehingga menimbulkan

kebosanan. Apabila keadaan semacam ini berlangsung cukup lama maka

Page | 5

Page 6: PENERAPAN ERGONOMI

akan menimbulkan rasa hambar, lelah dan puncaknya adalah rasa ngantuk.

Meskipun sesungguhnya secara psikologis rasa lelah bersifat melindungi,

sama seperti rasa lapar. Timbulnya rasa lelah berarti memberi isyarat

kepada manusia untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi

kesempatan untuk memulihkan tenaga. Apabila dalam kondisi lelah terus

dipaksakan, maka akan mengurangi kesiagaan yang dapat membuahkan

kesalahan atau kecelakaan bagi pengemudi atau orang lain yang ada di

sekitanya. Oleh karena itu pengemudi memerlukan waktu untuk

beristirahat walau sejenak. Di samping itu kendaraan yang dikemudikan

harus mampu bergerak secara tepat sesuai kehendak pengemudi sehingga

ada keterkaitan antara manusia dengan kendaraan dapat berjalan serasi.

Informasi yang diberikan harus tersedia setiap saat dan setepat mungkin.

Demikian juga perintah yang diberikan pengemudi harus segera mendapat

respon yang cepat dan tepat dari kendaraannya. Kondisi yang tidak

ergonomis dapat diberikan contoh antara lain : tempat duduk tidak nyaman

dan terlalu rendah sehingga mengganggu medan pandang, ruang kemudi

terlalu sempit, desain interior kurang indah dan penempatan kontrol-

kontrol tidak tepat. Ergonomi merupakan suatu cara untuk menekan agar

kelelahan yang timbul pada manusia sekecil mungkin sehingga

menurunnya gerak reflek pengemudi karena kelelahan dapat ditingkatkan

dan interval waktu siaga sampai timbulnya kelelahan dapat diperpanjang.

Untuk itu ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk

menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis antara lain : desain

tempat duduk, perlengkapan pengendali kendaraan, medan pandang,

istrumen dan panel, desain interior, dan kontrol-kontrol..

Desain Tempat Duduk

Kelengkapan mobil yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan

pengemudi/penumpang adalah tempat duduk, karena sebagian besar

tubuh manusia berada di sini. Berbeda dengan perangkat lainnya yang

hanya dikenai sebagian kecil anggota badan manusia. Oleh karena itu

Page | 6

Page 7: PENERAPAN ERGONOMI

kenyamanan tempat duduk mempunyai pengaruh terhadap

kenyamanan secara menyeluruh bagi yang menempatinya.

Kenyamanan tempat duduk sangat dipengaruhi oleh distribusi tekanan

permukaan tempat duduk. Orang yang berada di atasnya akan disangga

di bagian pinggul dan punggungnya oleh permukaan tempat duduk.

Apabila penyangga tersebut terlalu kuat, pengemudi akan tersiksa dan

mengakibatkan kelelahan yang pada akhirnya dapat me-nimbulkan

rasa ngantuk. Keadaan yang sama akan dialami jika tata letak

penyangga berada pada tempat yang salah.

Untuk meningkatkan kenyamanan maka tempat duduk harus dirancang

secara khusus karena pengemudi akan duduk lama di atasnya. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat tempat

duduk dengan tekanan yang cukup tinggi di sekitar tulang pinggul,

tetapi harus mempunyai tekanan yang lebih rendah di bagian paha dan

sekitar tulang ekor. Artinya tempat duduk tidak menerima tekanan

yang besar dan terpusat di suatu tempat. Berat badan akan disebar

secara merata dan sedikit tekanan di bagian belakang dan samping

tubuh. Tekanan yang tinggi pada suatu tempat tertentu akan

menyebabkan bagian tubuh tersebut menjadi mudah lelah. Kelelahan

suatu bagian tubuh akan menurunkan daya tahan dan konsentrasi

pengemudi hingga kecenderungan terjadinya kecelakaan menjadi lebih

besar. Karena setiap pengemudi mempunyai bentuk tubuh yang

berbeda, maka diperlukan pengatur jarak dan kemiringan sandaran

yang dapat distel.

Roda Kemudi, Pedal Rem, dan Pedal Kopling

Bentuk dan ukuran roda kemudi (steer) sangat mempengaruhi

kenyamanan pengemudi, karena keduanya berkaitan dengan kebutuhan

tenaga yang diperlukan untuk memutarkannya dan ruang gerak

pengemudi. Diameter roda kemudi yang besar dapat meringankan

Page | 7

Page 8: PENERAPAN ERGONOMI

kemudi, tetapi banyak memerlukan tempat (ruang). Sebaliknya jika

diameter roda kemudi terlalu kecil maka ruang kemudi lebih luas tetapi

diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memutarkannya sehingga

akan cepat melelahkan pengemudi. Namun diameter roda kemudi yang

kecil sangat sensitif terhadap setiap gerakan roda kendaraan, artinya

dengan gerakan yang sedikit mampu menggerakkan roda kendaraan.

Untuk itu perlu diciptakan roda kemudi yang tidak memerlukan tenaga

yang besar untuk memutarkannya.

Bentuk roda kemudi pada umumnya bulat, tetapi ada juga yang

berbentuk elips (oval). Roda kemudi bentuk elips ini dapat mengatasi

kelemahan seperti dijelaskan di atas. Dengan roda kemudi bentuk

elips, maka tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkannya pada saat

belok lebih kecil dan kemudi lebih sensitif pada saat mobil berjalan

lurus.

Untuk menyesuaikan ukuran tubuh pengemudi, maka diupayakan agar

posisi roda kemudi dapat distel. Dengan merubah kemiringan batang

(poros) kemudi, maka letak roda kemudi dikonstruksi sedemikian rupa

sehingga dapat mengkerut (collapsible) pada saat ada benturan yang

cukup keras (misal : jika terjadi tabrakan) sehingga pengemudi

terhindar dari himpitan roda kemudi saat terjadi kecelakaan.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pengemudi

terhindar dari himpitan saat kecelakaan. Seperti yang dilakukan

perusahaan mobil Volvo yang menerapkan konsep “safety cage”(ruang

aman), yaitu ruang penumpang yang sangat kokoh, tetapi bagian depan

dan belakang mobil berfungsi sebagai peredam. Jika terjadi tabrakan

frontal (saling berhadapan) yang fatal, kap mesin terlipat ke atas,

spatbor (slebor) terlipat ke sisi, mesin dan bak transmisi (presnelling)

jatuh ke bawah. Dengan demikian ruang penumpang tetap aman dari

kemungkinan terdesak mesin/bak transmisi. Pada mobil Saab 9000

Page | 8

Page 9: PENERAPAN ERGONOMI

dilengkapi dengan bumper yang mampu menahan benturan tanpa

mengakibatkan kerusakan hingga kecepatan 12,5 mil/jam. Bumper

dirancang khusus dengan pemakaian pegas yang mampu meredam

energi bila terjadi tumbukan pada kecepatan rendah. Pedal kopling dan

pedal rem juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi.

Posisi pedal terhadap kaki pengemudi akan mempengaruhi kerja kaki

pada saat mengemudi.

Medan Pandang dan Kemampuan Pandang

Medan pandang pengemudi meliputi : bagian depan, belakang

samping, atas dan bawah. Untuk memonitor semua medan pandang

tersebut maka diperlukan kaca spion yang cukup lebar. Kemampuan

yang merefleksikan keadaan yang tidak dapat dilihat secara langsung

oleh mata mutlak harus dimiliki oleh kaca spion. Penempatannyapun

harus memenuhi prinsip ergonomi, artinya dapat dengan jelas

menggambarkan situasi yang sesungguhnya.

Kemampuan pandang pengemudi dapat dipengaruhi oleh lingkungan

di sekitarnya. Misalnya saja pada saat turun hujan, adanya kabut

tebal,dan sebagainya. Terlebih lagi pada malam hari, seringkali

berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan dengan sinar (sorot)

lampu yang tidak memenuhi standard. Untuk meningkatkan

kemampuan pandang dan memberikan tingkat ergonomi yang lebih

baik, maka perlu dilakukan beberapa perbaikan atau penambahan

perlengkapan khusus. Cara yang dapat ditempuh antara lain dengan

memakai kaca depan dan bagian interior yang tidak memantulkan sinar

sehingga pengemudi tidak silau. Kemampuan pandang di malam hari

dipengaruhi oleh terangnya lampu dan arah penyinaran. Lampu jenis

“halogen” dapat memberikan penerangan yang lebih baik dibanding

lampu biasa. Arah sinar lampu sebaiknya tidak terlalu pendek atau

terlalu tinggi. Masing-masing jenis kendaraan memiliki spesifikasi

Page | 9

Page 10: PENERAPAN ERGONOMI

(ukuran) arah sinar terhadap garis horisontal dan tergantung posisi

lampu terhadap permukaan tanah. Dengan arah sinar yang tepat akan

memperbaiki kemampuan pandang dan tidak mengganggu pengemudi

dari arah yang berlawanan. Berkurangnya kemampuan pandang akibat

adanya kabut dapat diatasi dengan menempatkan lampu kabut (lampu

berwarna kuning). Sinar lampu kabut mampu menembus kabut sampai

beberapa meter sehingga dapat memperbaiki kemampuan pandang saat

terjadi kabut. Apabila hanya mengandalkan lampu depan untuk

menembus kabut, maka pengemudi akan merasa cepat lelah karena

kemampuan pandang berkurang.

Pada saat hujan turun, kemampuan pandang terhalang oleh air hujan

dan kabut (embun) yang menempel pada dinding kaca depan dan

belakang bagian dalam. Untuk (wiper) yang mampu mengikis air

hujan. Kecepatan gerak wiper dapat disesuaikan dengan banyaknya air

hujan yang menempel pada dinding kaca. Untuk mobil-mobil mewah

ada yang telah dilengkapi dengan pengatur otomatis penggerak wiper

dengan interval waktu tertentu. Misalnya pada saat hujan gerimis,

wiper dapat diatur gerakannya hanya sesekali saja, namun saat hujan

deras gerak wiper dapat dipercepat. Sebagai contoh seperti pada mobil

Volks Wagen telah menggunakan penghapus kaca yang terprogram.

Pada kecepatan tertentu kadang-kadang hanya diperlukan satu

penghapus kaca, tetapi jika diperlukan bantuan yang lain maka tinggal

memijit tombol sekali lagi sehingga kedua wiper akan bekerja

bersama-sama. Untuk waktu penghapusan pun dapat diprogram ulang

berapa waktu yang diperlukan.

Kontrol Yang Ergonomis

Terdapat beberapa jenis alat kontrol yang digunakan pada mobil antara

lain : sistem tombol tekan (push-buuton), sistem saklar towel (toggle

switch), sistem tombol putar (rotary selector switch), dan lain-lain.

Page | 10

Page 11: PENERAPAN ERGONOMI

Pemilihan jenis kontrol disesuaikan dengan frekuensi pemakaian,

tempat yang tersedia dan jenis instrumen yang dikendalikan (Mark S.

Sanders dan Ernest J. Mc Cormick, 1987).

Sistem tombol-tekan hanya memerlukan tempat yang sempit dan dapat

dengan mudah dibedakan dengan variasi warna. Permukaannya harus

agak cembung dan diameternya cukup besar sehingga jika

dioperasikan dengan ujung jari tidak meleset.

Sistem saklar towel mudah dikenali dan menjamin kecermatan yang

tinggi untuk mengendalikan. Biasanya saklar tersebut mempunyai tiga

atau dua posisi (on-off). Dalam pemasangannya, saklar ini banyak

memerlukan tempat jika dibanding sistem tombol tekan. Sebaiknya

saklar ini ditempatkan dalam satu baris dan dalam arah tegak.

Sistem tombol putar ada beberapa bentuk antara lain : bentuk bulat,

balok dan kerucut. Apapun bentuknya tombol ini harus mudah diraba

dan mempunyai pegangan yang handal. Apabila beberapa tombol putar

dipakai sebuah panel instrumen, tombol bergigi, (pointed knob) akan

lebih baik karena posisi yang dikehendaki mudah distel. Contoh

pemakaian tombol ini yaitu pada pengatur AC, radio, wiper, lampu

depan dan lain-lain.

Tata letak dan jenis saklar mempengaruhi kenyamanan pengemudi.

Letak saklar hendaknya dirancang supaya mudah dijangkau dan

disesuaikan dengan berbagai ukuran pengemudi hingga cocok pada

segala keadaan. Selain mudah dijangkau. Pergerak-an tangan harus

nyaman dan tidak terganggu oleh perlengkapan lainnya. Letak yang

mudah di- ingat juga sangat penting sehingga tanpa melihatpun

pengemudi dapat menjangkau alat kontrol yang ada. Untuk saklar-

saklar yang paling sering digunakan hendaknya ditempatkan sedekat

mungkin dengan pengemudi.

Page | 11

Page 12: PENERAPAN ERGONOMI

Instrumen Pada Panel Yang Mudah di Baca

Apabila pengemudi menginginkan mengendarai mobilnya dengan

aman, sebelumnya harus mengerti bagaimana instrumen dan meter-

meter bekerja. Di samping itu perlengkapan tersebut harus akurat dan

mudah dibaca. Untuk mengetahui kemampuan pengemudi dalam

membaca instrumen, dilakukan pengujian dengan menggunakan

metode EOG (Electro Ocolugraphy). Metode ini menggunakan

perangkat yang bentuknya seperti helm pengaman yang dipasang pada

kepala pengemudi. Dengan menggunakan dua elektrode yang

ditempatkan di sekeliling mata, maka dapat diketahui ukuran,

terangnya suatu warna, dan posisi dari meter-meter yang dikehendaki

pengemudi.

Dari hasil berbagai pengujian dikembangkan “dual vision meter“, yaitu

salah satu dari tipe meter yang mampu mengurangi waktu untuk

melihat informasi yang diberikan. Untuk memperbaiki kemampuan

pandang biasa digunakan cara pemantulan dari perangkat meter

dengan menggunakan cermin. Cara tersebut sangat menguntungkan

karena mata tidak perlu memperbaiki fokus setelah membaca meter.

Kesan yang sama jauh dengan jarak pandang keluar diberikan oleh

meter tersebut sehingga sangat menguntungkan pada saat kendaraan

berjalan dengan kecepatan tinggi.

Hasil pengujian menunjukkan, bahwa waktu yang diperlukan untuk

membaca dan kembali ke posisi pandang awal dengan pola meter

dipantulkan dengan menggunakan dual meter vision jauh lebih cepat

sekitar 10%. Kecepatan ini dibandingkan dengan pembacaan langsung

tanpa pantulan. Dari hasil pengujian terhadap beberapa pengemudi

dengan cara pantulan, ternyata menghasilkan kecepatan yang sama

dalam pembacaan sehingga cara ini baik untuk mobil yang mampu

bergerak cepat atau saat melaju di jaan bebas hambatan (jalan tol).

Page | 12

Page 13: PENERAPAN ERGONOMI

Indikator yang dianggap penting dapat diberikan lampu peringatan jika

terjadi gangguan. Misalnya indikator pengukur bahan bakar akan

menyala bila menunjukkan angka kritis (bensin hampir habis),

demikian pula pengukur putaran mesin. Tekanan pelumasan, pengukur

kapasitas minyak rem dalam reservoir, indikator pengisian baterai,

juga penting untuk diberi tambahan lampu peringatan. Dengan

demikian pengemudi tidak perlu melihat angka instrumen, sehingga

memudahkan bagi pengemudi jika terjadi gangguan/kerusakan dalam

sistem. Penentuan warna pada panel/dashboard (tempat meter-meter)

dan sekitar pengemudi perlu mendapat perhatian dalam menciptakan

lingkungan pengendalian yang ergonomis. Susunan panel dengan

warna hitam nampak lebih gelap dan mampu mengurangi pantulan

cahaya. Dengan cara ini, kelelahan pengemudi dapat dikurangi

terutama pada malam hari.

Aspek Psikologis

Dengan penerapan prinsip ergonomi di atas diharapkan dapat

mengurangi tingkat stress yang diakibatkan karena kelelahan ketika

melakukan perjalanan jauh pada pengguna kendaraan beroda empat.

Selain itu, dengan berkurangnya tingkat stress maka unsur keamanan

dan keselamatan pun akan lebih meningkat.

Kesimpulam

Menyadari pentingnya penerapan ergonomi bagi semua orang di manapun berada

maupun bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap

perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk meningkatkan

kesadaran akan pentingnya aspek-aspek ergonomi bagi kemajuan perusahaan

menjadi prioritas dan komitmen semua pihak baik pemerintah maupun swasta dari

tingkat pimpinan sampai ke seluruh karyawan dalam manajemen perusahaan.

Page | 13

Page 14: PENERAPAN ERGONOMI

Dengan hal tersebut tingkat kesehatan dan keselamatan kerja akan lebih baik

karena sakit akan menurun, biaya pengobatan dan perawatan akan menurun,

kerugian akibat kecelakaankan berkurang, tenaga kerja akan mampu bekerja

dengan produktivitas yang lebih tinggi, keuntungan akan meningkat dan pada

akhirnya kesejahteraan karyawan maupun pemberi kerja akan meningkat.

Daftar Pusataka

1. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri Jilid 1 untuk SMK oleh

Bambang Suhardi —- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

2. Dewa Putu Sutjana, “Hambatan dalam penerapan K3 dan ergonomic di

perusahaan”, Bali, Peneletian Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

3. ref: wells dkk, 2003. Participative Ergonomic Blueprint, www.iwh.on.ca

4. Fitrihana, Noor, 2008, “Evaluasi dan Analisi Resiko Ergonomi”.

5. Fitrihana, Noor, 2008, “Partisipatori Ergonomi”.

6. Fitrihana, Noor, 2008, “Tentang Ergonomi”.

Page | 14