View
316
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program
Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan
Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur)
Yenni Kurnia
A14203004
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
Yenni Kurnia. Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus ProyekKesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi pada Program Pengembangan Wilayah atau AreaDevelopment Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, JakartaTimur) (di bawah bimbingan Pudji Muljono).
Wahana Visi Indonesia merupakan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang
bergerak dibidang sosial kemanusiaan. LSM ini memiliki program ADP (Area
Development Program) yang telah berlangsung sejak tahun 1999 di wilayah Jakarta
Timur, khususnya di wilayah Kelurahan Tengah. Program ADP dilaksanakan dengan
metode pelatihan, pemberian bantuan dan pembangunan infrastruktur. ADP
memfokuskan programnya pada tiga bidang yaitu bidang kesehatan, pendidikan, dan
ekonomi.
Tujuan program ADP secara umum adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat agar masyarakat bisa hidup mandiri. Sedangkan tujuan program ADP
secara khusus menitikberatkan pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat,
peningkatan prestasi belajar anak, dan peningkatan status ekonomi keluarga.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat jati,
Kotamadya Jakarta Timur. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
dan didukung pendekatan kuantitatif. Metode kualitatif yang digunakan adalah studi
kasus yakni untuk memperoleh informasi secara mendalam. Pengumpulan data
kualitatif dilakukan dengan tiga metode kualitatif (triangulasi) yakni dengan melakukan
pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Proses pengambilan data dilakukan
dengan teknik bola salju yaitu proses pengumpulan data secara bertahap dan berlapis,
setiap tambahan data menambah kelengkapan dan kedalaman data yang dikumpulkan,
Dan pendekatan kuantitatif dilakukan menggunakan metode survai yaitu pengambilan
sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan beberapa kesimpulan
yaitu tingkat partisipasi warga dalam mengikuti kegiatan program ADP, faktor-faktor
yang mempengaruhi partisipasi warga tersebut, output program ADP, efek program
ADP dan dampak Program ADP.
Tingkat partisipasi warga bervariasi pada setiap tahapan kegiatan, namun secara
umum dapat dikatakan memiliki nilai yang tinggi. Hal ini bisa dilihat pada tingginya
tingkat partisipasi warga pada tahap pelaksanaan program yakni sebanyak 70 persen,
pada tahap menikmati hasil sebesar 70 persen, dan pada tahap evaluasi sebesar 60
persen, sedangkan pada tahap perencanaan program sebesar 40 persen. Kemudian
faktor-faktor yang mendukung tingkat partisipasi warga adalah faktor pendamping,
fasilitas yang memadai, monitoring dari pengurus dan pendamping, dan keterlibatan
semua pihak. Sedangkan faktor penghambat tingkat partisipasi warga adalah faktor
internal dan eksternal dari individu.
Output program ADP yang dihasilkan setelah penggunaan input antara lain
meningkatnya hubungan kerjasama antara Wahana Visi Indonesia dengan institusi
kesehatan, meningkatnya kemampuan institusi kesehatan dalam menyediakan
pelayanan kesehatan gratis, meningkatnya akses warga ke tempat pembuangan sampah,
meningkatnya komitmen masyarakat untuk melakukan PHBS (Pola Hidup Bersih dan
Sehat), meningkatnya kapasitas dan kemampuan warga dalam mengelola sampah,
meningkatnya jumlah anak yang memiliki buku paket, meningkatnya partisipasi anak
dalam forum kegiatan anak-anak, meningkatnya jumlah anak yang dapat mengakses
kegiatan ekstrakulikuler, meningkatnya kemampuan masyarakat dalam berorganisasi
melalui KUB, dan meningkatnya kualitas produk KUB.
Efek yang diterima oleh warga Kelurahan Tengah adalah meningkatnya akses
warga ke pelayanan kesehatan melalui program mobile clinic, meningkatnya sanitasi
lingkungan yang baik dengan dibangunnya saluran air dan beroperasinya 18 unit
gerobak sampah, meningkatnya kemudahan warga untuk mengakses pelayanan
pendidikan yang terjangkau dan berkualitas, dan meningkatnya pendapatan kelompok
usaha selama setahun terakhir.
Dampak pada bidang kesehatan adalah terjadi penurunan beberapa kasus
penyakit seperti saluran pernapasan, diare dan kulit. Data menunjukkan penurunan
jumlah kasus penyakit saluran pernapasan menjadi 36,2 persen pada tahun 2006 dari
36,7 persen pada tahun 2005. Penyakit diare juga mengalami penurunan kasus menjadi
5,1 persen dari 5,3 persen pada tahun 2005. dan penyakit kulit kasusnya turun menjadi
3,3 persen dari 4,3 persen kasus pada tahun 2005.
Dampak pada bidang pendidikan adalah terjadi peningkatan prestasi belajar
anak di sekolah. Data Wahana Visi Indonesia menunjukkan bahwa sebesar 66,5 persen
siswa Sekolah Dasar (SD) binaan Wahana Visi Indonesia mendapatkan nilai rata-rata
tujuh disekolahnya. Dan siswa SMP juga menunjukkan kenaikan rata-rata nilai tujuh
sebesar 19,9 persen pada tahun 2006 dibandingkan tahun 2005 hanya 19,1 persen saja.
Hal ini tentu menjadi prestasi yang luar biasa bagi anak-anak, orang tua dan LSM
Wahana Visi Indonesia sendiri.
Wahana Visi Indonesia mentargetkan di tahun 2009 tejadi penurunan jumlah
keluarga miskin menjadi 2074 kepala keluarga dari data tahun 2003 sebesar 8296
kepala keluarga. Dampak proyek bidang ekonomi membutuhkan waktu yang panjang
untuk dapat merealisasikannya.
EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program
Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan
Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur)
Yenni Kurnia
A14203004
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
FAKULTAS PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini dinyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:
Nama : Yenni Kurnia
NRP : A14203004
Program studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul : Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat
(Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada
Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program
(ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur)
Dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si
NIP 1962 1010 198903 1 005
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof.Dr.Ir.Didy Soepandie, M.Agr
NIP 1957 1222 198203 1 002
Tanggal kelulusan : ________________________
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT” ADALAH
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI TIDAK
MENGANDUNG BAHAN – BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN
YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Februari 2010
YENNI KURNIA
A14203004
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Juni 1985 sebagai anak kedua dari
tiga bersaudara dari pasangan suami istri Abdul Rochim dan Darmayanti. Penulis
menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Harapan 1 pada tahun 1991 dan
pada tahun yang sama melanjutkan sekolah dasar di SD 25 Pagi dan lulus pada tahun
1997. Selanjutnya penulis sekolah di SLTPN 20 Jakarta dan lulus pada tahun 2000.
Kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMU PB.Sudirman Jakarta dan lulus pada
tahun 2003. Penulis pernah mendapatkan juara umum pada tahun pertama di SMU
PB.Sudirman.
Tahun 2003 penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI pada program studi “Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat”. Penulis
pernah aktif dalam kegiatan paduan suara IPB selama satu tahun dan pernah mengikuti
beberapa acara paduan suara di Bogor dan Jakarta.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT“ di bawah
bimbingan Dr.Ir.Pudji Muljono, MSi.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian skripsi berlokasi di Kelurahan
Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur selama tiga bulan.
Penyusunan skripsi ini banyak memberikan pelajaran yang berharga bagi penulis yaitu
belajar berbagi pengalaman dan pemikiran dengan masyarakat secara langsung.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan
sekaligus dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak yang ingin mendalami
evaluasi program.
Bogor, Februari 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan yang tidak
mengenal kata lelah dan menyerah dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sebagai berikut:
1. Bapak Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi sebagai dosen pembimbing yang banyak
memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
2. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada
penulis.
3. LSM Wahana Visi Indonesia khususnya ibu Asih selaku manager ADP
Cawang.
4. Semua teman-teman yang telah mengisi hari-hari penulis di kampus menjadi
sangat berwarna untuk dikenang.
5. Dan untuk yang terakhir penulis ingin mengucapkan terima kasih sekaligus kata
maaf yang terdalam “to my lovely husband” yang sangat banyak membantu dan
juga direpotkan oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………... i
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….. iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..... v
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………..... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penelitan…………………………………………………………. .3
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………... 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Evaluasi Program………………………………………………………….4
2.2 Pemberdayaan Masyarakat………………………………………………..8
2.3 Konsep Pemberdayaan………………………………………………….....9
2.4 Partisipasi Masyarakat…………………………………………………....11
2.5 Strategi Pemberdayaan…………………………………………………...13
2.6 Pendampingan Sosial....…………………………………………………..15
2.7 Pengembangan Wilayah..………………………………………………....20
2.8 Kerangka Pemikiran……………………………………………………....24
2.9 Definisi Operasional..…………………………………………………......27
2.10 Hipotesis Pengarah....................................................................................29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian………………………………………………….....30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………......30
3.3 Objek Pengamatan……………….. ……………………………………...31
3.4 Pengumpulan Data………………………………………………………..31
ii
3.5 Analisis Data……………………………………………………………..32
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Profil Wahana Visi Indonesia……………………………………...…….33
4.1.1 Sejarah........................................................................................33
4.1.2 Pendanaan...................................................................................34
4.2 Kinerja ADP……………………………………………………..……....35
4.2.1 Peserta.........................................................................................36
4.2.1.1 Bidang Kesehatan........................................................36
4.2.1.2 Bidang Pendidikan.......................................................37
4.2.1.3 Bidang Ekonomi..........................................................38
4.2.1.4 Pembangunan Inrastruktur...........................................39
4.2.2 Evaluasi.......................................................................................40
4.3 Lokasi ADP………………………………………………………….......40
BAB V TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PROGRAM PENGEMBANGAN
WILAYAH atau ADP
5.1 Partisipasi Masyarakat…………………………………………..…….47
5.1.1 Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanan Program.…....47
5.1.2 Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan Program.…...49
5.1.3 Partisipasi Masyarakat pada Tahap Menikmati Hasil…….…..51
5.1.4 Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi………………....52
5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakt…………...53
5.2.1 Faktor Pendukung………………………………………….....53
5.2.2 Faktor Penghambat…………………………………………...54
BAB VI EVALUASI INPUT dan OUTPUT PROGRAM
6.1 Input Program………………………………………………………...55
6.1.1 Aktivitas Program………………………………………..….55
6.1.2 Peserta Program……………………………………………..59
6.1.3 Anggaran………………………………..………………..…..59
6.1.4 Pendamping………………………………………………......60
6.2 Output Program……………………………………………………….60
6.2.1 Output pada Bidang Kesehatan…………………………………….....60
iii
6.2.2 Output pada Bidang Pendidikan……………………………………....63
6.2.3 Output pada Bidang Ekonomi……………………………………......64
BAB V11 EVALUASI EFEK dan DAMPAK PROGRAM
7.1 Efek Program pada Bidang Kesehatan……….………………………...66
7.2 Efek Program pada Bidang Pendidikan………………………………...67
7.3 Efek Program pada Bidang Ekonomi…………………………...……...67
7.4 Dampak Program pada Bidang Kesehatan……………………..……....68
7.5 Dampak Program pada Bidang Pendidikan………………….………....69
7.6 Dampak Program Pada Bidang Ekonomi…..…………………………..69
BAB VIII KESIMPULAN dan SARAN
8.1 Kesimpulan……………………………………………………….…....70
8.2 Saran……………………………………………………………….…..73
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….….74
LAMPIRAN…………………………………………………………………….…75
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Teks halaman
Tabel 1 Target dan Realisasi Peserta di Bidang Kesehatan...............................36
Tabel 2. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Pendidikan..............................37
Tabel 3. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Ekonomi.................................38
Tabel 4. Target dan Realisasi Pembangunan Infrastruktur…………….............39
Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan……………….………….......41
Tabel 6 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan……………….………….........41
Tabel 7 Pertambahan Penduduk Selama Bulan Maret 2007
Berdasarkan Lampid………………………………………….............41
Tabel 8. Sarana Ekonomi Usaha Menengah……………………………...........43
Tabel 9. Data Usaha Kecil………………………………..................................45
Tabel 10. Sarana Kesehatan…………………......................................................46
Tabel 11. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada
Tahap Perencanaan Program ADP.......................................................49
Tabel 12. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada
Tahap Pelaksanaan Program ADP.......................................................51
Tabel 13. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada
Tahap Menikmati Hasil Program ADP..............................................52
Tabel 14. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada
Tahap Evaluasi Program ADP...........................................................52
Tabel 15. Laporan Kegiatan Program ADP Bidang Kesehatan Tahun 2006…..57
Tabel 16. Laporan Kegiatan Program Bidang Pendidikan Tahun 2006……......58
Tabel 17 Laporan Kegiatan Program ADP Bidang Ekonomi Tahun 2006…....58
Tabel 18 Aktifitas Program Pemberian Bantuan………………………............59
Tabel 19 Pencapaian Output pada Bidang Kesehatan…………………............62
Tabel 20 Pencapaian Output pada Bidang Pendidikan…………………..........64
Tabel 21 Pencapaian Output pada Bidang Ekonomi.. …………………..........65
Tabel 22 Pencapaian Efek pada Bidang Kesehatan……………………...........67
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
Gambar 1 Kerangka Pemikiran…………………………...................... 26
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Teks Halaman
Kuesioner……………………..……………………………………….77
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan yang terjadi pada masyarakat membuat mereka kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan juga membuat masyarakat sulit berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka dalam keadaan
tidak mempunyai keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup.
Ife (1995) dalam Suharto (2005) menjelaskan bahwa pemberdayaan yang berasal dari
kata power (kekuasaan atau keberdayaan) bertujuan untuk memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi maupun sosial. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan
kekuasaan orang-orang yang lemah dan tidak beruntung. Rappaport (1987) dalam Suharto
(2005) menjelaskan pemberdayaan adalah suatu cara dimana rakyat, organisasi dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupanya.
Pemberdayaan hadir, dicanangkan, dan diprogramkan sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan masyarakat setempat sehingga diharapkan hasil dari pemberdayaan bisa membuat
perubahan sosial dan tepat pada sasaran pada sebuah komunitas miskin atau lemah. Program
pemberdayaan telah lama dilakukan oleh pemerintah namun tidak sedikit yang mengalami
kegagalan karena belum menyentuh pada kebutuhan masyarakat secara menyeluruh dan
berkesinambungan. Penyebab inilah yang akhirnya membuat LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) yang bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat tergerak untuk
menyingsingkan lengan untuk menuntaskan dan menghapus masalah kemiskinan dimasa
sekarang dan dimasa depan.
Wahana Visi Indonesia yang bermitra dengan World Vision mencanangkan program
pengembangan wilayah atau Area Development Program (ADP). ADP merupakan program
pemberdayaan jangka panjang yang menggunakan pendekatan wilayah. Program ini disusun
sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap wilayah dampingan sehingga diharapkan setiap wilayah
dapat mengembangkan program ini yang terfokus pada tiga bidang yaitu bidang kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi.
Keberadaan program ADP menarik untuk diamati karena dilakukan di wilayah
perkotaan dengan mobilitas warganya yang tinggi. Fenomena ini menjadi lebih menarik
untuk dikaji bagaimana tingkat partisipasi masyarakatnya terhadap program pemberdayaan.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan positif untuk program pemberdayaan yang
hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah pihak pemerintahan yang terkait, mengingat
banyaknya kegagalan yang terjadi pada pogram pemberdayaan sebelumnya.
Evaluasi program merupakan proses pengidentifikasian keberhasilan dan atau
kegagalan suatu rencana, pelaksanaan dan hasil kegiatan program. Evaluasi sangat penting
dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan telah dicapai sehingga bisa menjadi
masukan positif bagi program pemberdayaan selanjutnya.
1.2 Perumusan Masalah
1. Sejauh mana partisipasi masyarakat selama program ADP berlangsung?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat selama program ADP
berlangsung?
3. Bagaimanakah pemanfaatan input dan output yang dihasilkan dari pogram ADP?
4. Bagaimanakah efek dan dampak program ADP terhadap warga Kelurahan Tengah?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji sejauh mana partisipasi masyarakat selama program ADP
berlangsung;
2. Untuk mengkaji apa saja faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat selama
program ADP berlangsung;
3. Untuk mengevaluasi bagaimanakah pemanfaatan input dan output yang dihasilkan
dari pogram ADP; dan
4. Untuk mengevaluasi bagaimanakah efek dan dampak program ADP terhadap warga
Kelurahan Tengah.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi:
1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai evaluasi program sebagai bahan
penelitiannya;
2. Kalangan akademisi yang ingin menambah literatur untuk mengkaji evaluasi
program; dan
3. Pihak penyelenggara program agar dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kinerja
dimasa mendatang.
semester selama proses implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu rencana).
Kedua ex-post evaluation atau evaluasi akhir yang dilakukan setelah implementasi suatu
program atau rencana. Adapun jenis-jenis evaluasi berdasarkan waktu sebagai berikut (Yusuf,
2000):
1. Evaluasi ex-ante
Evaluasi ini dilakukan terhadap rencana kegiatan. Misalnya pada seminar proposal
rencana penelitian.
2. Evalusi ex-post
a. on going evaluation (evaluasi sewaktu berjalan)
Evaluasi ini adalah analisa untuk mengetahui apakah kesinambungan
relevansi, efisiensi dan efektivitas kegiatan proyek dapat dipertahankan serta
untuk mengetahui output, efek dan dampak yang timbul atau akan mungkin
ditimbulkannya ketika dilakukan pada waktu proyek tersebut sedang berjalan.
Evaluasi ini membantu para pengambil keputusan dengan menyediakan
informasi tentang langkah-langkah penyesuaian yang perlu diambil yang
menyangkut segi-segi tujuan, kebjaksanaan, strategi pelaksanaan proyek di
masa yang akan datang. Evaluasi ini akan menguji apakah semua asumsi dan
hipotesa yang telah dirumuskan selama masa persiapan proyek masih tetap
berlaku, atau memerlukan penyesuaian-penyesuaian untuk menjamin bahwa
keseluruhan tujuan proyek akan dapat tercapai.
b. Evaluasi akhir
Evaluasi ini dilaksanakan 6-12 bulan setelah proyek berakhir, atau sebelum
memulai fase proyek berikutnya sebagai pengganti ex-post evaluation
(evaluasi menyeluruh) pada proyek-proyek yang berjangka waktu singkat.
Evaluasi ini akan menghitung atau mengukur ouput dan sifatnya bisa dikontrol
atau diukur seketika itu juga.
c. Evaluasi dampak
Untuk mengevaluasi dampak dari kegiatan dan biasanya dilakukan setelah
progam selesai sekian lama. Contohnya evaluasi sebab-akibat dan evaluasi
perubahan perilaku.
Berikut adalah beberapa pendekatan dalam evaluasi program (Suyono, 2005):
1. Pendekatan experimental
2. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan
3. Pendekatan yang berfokus pada keputusan
4. Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai
5. Pendekatan yang responsive
Berikut adalah beberapa desain evaluasi program (Yusuf, 2000):
1. Fixed design
Desain evaluasi ini ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum
implementasi dikerjakan.
2. Emergent design
Evaluasi ini dibuat untuk beradaptasi dengan pengaruh dan situasi yang sedang
berlangsung dan berkembang seperti menampung pendapat audiensi, masalah dan
kegiatan program.
3. Experimental design
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menilai manfaat suatu objek, suatu program
atau strategi baru yang diuji cobakan.
4. Natural inquiry design
Strategi yang multiple dan sumber-sumber dipakai untuk mempertinggi reabilitas
pengumpulan data. Evaluator merundingkan isu dengan audiensi, hal ini dilakukan
sesuai dengan cara evaluator.
Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam
mendukung pencapaian tujuan program. Makna dari evaluasi program sendiri mengalami
proses pemantapan. Evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk
disampaikan kepada pengambil keputusan (Suharto, 2005). Sehubungan dengan definisi
tersebut The Standford Evacuation Consortium Group menegaskan bahwa meskipun
evaluator menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan tentang suatu
program. Tanpa ada evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui.
Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan
secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya (Arikunto,
1995).
Setiap kegiatan tentu mempunyai tujuan, demikian juga evaluasi program. Secara
singkat evaluasi program merupakan upaya untuk mengukur ketercapaian program yaitu
mengukur sejauh mana sebuah kebijakan dapat terimplementasikan. Evaluasi program adalah
penelitian yang mempunyai ciri khusus yaitu melihat keterlaksanaan program sebagai
realisasi kebijakan untuk menetukan tindak lanjut dari program yang dimaksud. Jika
kesimpulan penelitian diikuti dengan saran maka evaluasi program selalu harus mengarah
pada pengambilan keputusan sehingga harus diakhiri dengan rekomendasi kepada pengambil
keputusan.
2.2 Pemberdayaan Masyarakat
Parson (1994) dalam Suharto (2005) menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah
proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi
pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya.
Ife (1995) dalam Suharto (2005) menjelaskan bahwa pemberdayaan menekankan
orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Pemberdayaan bertujuan
untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah dan tidak beruntung.
Rapport (1984) dalam Hikmat (2004). Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana
rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan (Hikmat, 2005). Sebagai
proses adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, pemberdayaan menuju pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian
pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan
pemberdayaan sebagai sebuah proses.
Shardlow melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada
intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan
keinginan mereka (Adi, 2003). Menurut Rapport (1987) dalam Hikmat (2004) pemberdayaan
diartikan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan
sosial, kekuatan politik dan hak-haknya menurut undang-undang. Sementara itu menurut
McArdle pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara
konsekuen melaksanakan keputusan tersebut (Adi, 2003).
2.3 Konsep Pemberdayaan
Munculnya konsep pemberdayaan merupakan akibat dari dan reaksi terhadap alam
pikiran, tata masyarakat dan tata budaya sebelumnya yang berkembang di suatu negara
(Hikmat, 2004). Pada hakikatnya, proses permberdayaan dapat dipandang sebagai
depowerment dari sistem kekuasaan yang mutlak-absolut (intelektual-religius, politik,
ekonomi dan militer). Konsep ini digantikan oleh sistem baru yang berlandaskan idiil
manusia dan kemanusiaan atau humanisme (Hikmat, 2004). Jika kelompok miskin dapat
diberdayakan melalui ilmu pengetahuan dan kemandirian sehingga dapat berperan sebagai
agen pembangunan maka baru bisa disebut pemberdayaan (Adi, 2003). Pemberdayaan akan
menjadi masalah jika secara konseptual bersifat zero-sum. Maksudnya proses pemberdayaan
itu diselaraskan oleh adanya power kelompok terhadap kelompok lainnya. Weber
mendefinisikan power sebagai kemampuan seseorang atau, individu atau kelompok untuk
mewujudkan keinginannya, kendatipun terpakasa menentang lainnya (Suyono, 2005).
McArdle (1989) dalam Hikmat (2004) mengartikan pemberdayaan sebagai proses
pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan
tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui
kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha
mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka
mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan dari hubungan external. Namun
demikian McAdle (1989) mengimplikasikan hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan,
melainkan makna pentingnya proses dalam pengambilan keputusan. Partisipasi merupakan
komponen penting dalam membangkitkan kemandirian dan proses pemberdayaan. Sebaiknya
orang-orang harus terlibat dalam proses pemberdayaan sehingga mereka dapat lebih
memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki harga diri dan
pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru. Prosesnya dilakukan secara kumulatif
sehingga semakin banyak keterampilan yang dimiliki seseorang semakin baik kemampuan
partisipasinya (Hikmat, 2004).
Secara konservatif, pengertian pemberdayaan dibatasi oleh situasi mandiri. Menurut
pandangan ini pemberdayaan memerlukan partisipasi aktif langkah-langkah pencapaian
tujuan pribadi secara menyeluruh dengan intervensi minimal dari luar yang terdiri dari
beberapa tahapan yakni (Hikmat, 2004):
a. Identifikasi kebutuhan
b. Identifikasi pilihan atau strategis
c. Keputusan atau pilihan tidakan
d. Mobilisasi sumber-sumber
e. Tindakan itu sendiri
Upaya pemberdayaan merupakan upaya menumbuhkan peran serta dan kemandirian
sehingga masyarakat baik di tingkat individu, kelompok, kelembagaan, maupun komunitas
memiliki tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, memiliki akses pada
sumberdaya, memiliki kesadaran kritis, mampu melakukan pengorganisasian dan kontrol
sosial dari segala aktifitas pembangunan yang dilakukan di lingkungannya (Nasdian, 2003).
2.4 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi berarti melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan
keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi (Cohen dan Uphoff 1980
dalam Nasdian, 2003). Pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas merupakan dua
konsep yang erat kaitannya. Seperti dalam pernyataan Craig dan mayo (1995) dalam Nasdian
(2003) bahwa empowerment is road to participation. Pemberdayaan warga komunitas
merupakan tahap awal menuju pada partisipasi warga komunitas khususnya dalam proses
pengambilan keputusan untuk menumbuhkan kemandirian komunitas. Dengan kata lain
pemberdayaan dilakukan agar warga komunitas mampu berpartisipasi untuk mencapai
kemandirian.
Nasdian (2003) menyatakan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil
oleh warga komunitas sendiri, dibimbing cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan
sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol
secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: warga komunitas dilibatkan dalam
tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain.
Partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka
sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak kemudian mereka merefleksikan
tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Untuk menjalankan partisipasi secara terus
menerus dalam pengambilan keputusan dan pembentukan struktur komunitas memerlukan
suatu kegiatan atau kerja yang terus menerus. Logika dasarnya orang akan berpartisipasi
dalam kegiatan komunitas apabila kondisinya kondusif untuk melakukan kondisi tersebut.
Kondisi tersebut antara lain jika masyarakat memandang penting isu-isu atau aktifitas tertentu
dan warga komunitaslah yang menentukan isu atau tindakan mana yang penting. Bagi orang
miskin, orientasi kegiatan pengembangan masyarakat dapat menjawab kebutuhan dasarnya,
peningkatan pendapatan, kesehatan dan lain lain. Warga komunitas berpartisipasi jika mereka
merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan seperti kegiatan usaha ekonomi yang
segera memberikan hasil ataupun kegiatan-kegiatan yang memberikan jaminan sosial lebih
menarik orang untuk berpartisipasi daripada usaha-usaha ekonomi tahunan atau musiman.
Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Partisipasi komunitas
hendaknya dapat dilakukan oleh siapapun juga dengan mempertimbangkan keragaman
keterampilan, bakat dan minat. Seseorang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan
didukung dalam partisipasinya. Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat
menjauhkan. Oleh karena itu diperlukan metode-metode yang partisipatif.
Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka
meningkatkan ekonomi, sosial, dan transformasi budaya. Salah satu agen internasional, Bank
Dunia misalnya, percaya bahwa partisipasi masyarakat di dunia ketiga merupakan sarana
efektif untuk menjangkau masyarakat termiskin melalui upaya pembangkitan semangat hidup
untuk dapat menolong diri sendiri (Paul dalam Hikmat 2004). Brudtland menyimpulkan
bahwa jaminan pembangunan berkelanjutan adalah partisipasi masyarakat (Craig dan Mayo
dalam Hikmat 2004).
2.5 Strategi Pemberdayaan
Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Namun dalam beberapa
situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual meskipun pada
gilirannya akan tetap berkaitan dengan kolektivitas. Pencapaian tujuan pemberdayaan dapat
dilakukan melalui penerapan pendekatan pemberdayaan dan pelaksanaan pendekatan
tersebut berpijak pada pedoman dan prinsip pekerjaan sosial (Suharto, 2005).
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai melalui penerapan
pendekatan pemberdayaan (Suharto, 2005):
1. Pemungkinan
Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan
struktural yang menghambat;
2. Penguatan
Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap pengetahuan dan
kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka;
3. Perlindungan
Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan
dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil;
4. Penyokongan
Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam
keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan; dan
5. Pemeliharaan
Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang
memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.
Didalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras
atau matra pemberdayaan (empowerment setting) mikro, mezzo, dan makro
(Adi, 2003):
1. Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual melalui
bimbingan, konseling, stress management, dan crisis intervention. Tujuan utamanya
adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas( task centered
approach).
2. Aras mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan
dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan
pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar
memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3. Aras makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena sasarn
perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
perencanaan sosial, kampanye, dan aksi sosial. Lobbying, pengorganisasian
masyarakat, dan manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi
untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan
strategi yang tepat untuk bertindak.
2.6 Pendampingan Sosial
Pendampingan sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok miskin
dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti
(Suharto, 2005):
a. merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi
b. memobilisasi sumberdaya setempat
c. memecahkan masalah sosial
d. menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan.
e. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks
pemberdayaan masyarakat.
Merujuk pada Payne (1986) dalam Suharto (2005), prinsip utama pendampingan sosial
adalah “making the best of the client’s resourcers”. Klien dipandang sebagai sistem sosial
yang memiliki kekuatan positif dan bermanfaat bagi proses pemecahan masalah. Bagian dari
pendekatan pekerjaan sosial adalah menemukan sesuatu yang baik dan membantu klien
memanfaatkan hal tersebut. Pendampingan sosial berpusat pada 4 bidang tugas atau fungsi
yakni:
a. Pemungkinan (enabling) atau fasilitasi
Merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi
masyarakat. Beberpa tugas pekerja sosial yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain
menjadi contoh, melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta
melakukan manajemen sumber. Pekerja sosial terpanggil untuk mampu memobilisasi dan
mengkoordinasi sumber-sumber yang sulit terjangkau masyarakat karena alasan ekonomi
maupun birokrasi agar dapat terjangkau. Pengertian manajemen juga meliputi pembimbingan,
kepemimpinan dan kolaborasi dengan pengguna atau penerima program PM.
Dengan demikian, tugas utama pekerja sosial dalam manajemen sumber adalah
menghubungkan klien dengan sumber-sumber sedemikian rupa sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan diri klien maupun kapasitas pemecahan masalahnya.
b. Penguatan
Fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas
masyarakat (capacity building). Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi
masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar
gagsan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya.
Membangkitkan kesadran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi,
menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan
fungsi penguatan.
c. Perlindungan
Fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga
eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat
bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media,
meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja. Fungsi perlindungan
juga menyangkut tugas pekerja sosial sebagai konsultan dan orang yang bisa diajak
berkonsultasi dalam proses pemecahan masalah.
d. Pendukungan
Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat mendukung
terjadinya perubahan positif pada masyarakat. Pendamping dituntut tidak hanya mampu
menjadi manajer perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu
melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar seperti
melakukan analisasi sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi,
berkomunikasi dan mencari serta mengatur sumber dana.
Mengacu pada Parson (1994) dalam Suharto (2005) terdapat beberapa peran pekerja
sosial dalam pembimbingan sosial yang akan melakukan pendampingan sosial yakni:
a. Fasilitator
Barker (1987) dalam Suharto (2005) memberi definisi pemungkinan atau fasilitator
sebagai tanggung jawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan
situasional atau transisional.
b. Broker
Pemahaman pekerja sosial yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan sosial di
sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya
memperoleh keuntungan maksimal. Parson (1994) dalam Suharto (2005) menerangkan tiga
kata kunci dalam pelaksanaan peran sebagai broker yaitu:
- Lingking adalah proses menghubungkan orang dengan lembaga-lembaga atau pihak-
pihak lainnya yang memiliki sumber-sumber yang diperlukan, memperkenalkan klien
dan sumber referal, tindak lanjut pendistribusian sumber dan menjamin bahwa
barang-barang dan jasa dapat diterima oleh klien.
- Goods adalah barang-barang nyata seperti makanan, uang, pakaian dll. Sedangkan
service mencakup keluaran pelayanan lembaga yang dirancang untuk memnuhi
kebutuhan hidup klien, misalnya perawatan kesehatan, pendidikan, pelatihan,
konseling, pengasuhan anak dll.
- Quality control adalah proses pengawasan yang dapat menjamin bahwa produk-
produk yang dihasilkan lembaga memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
c. Mediator
Pekerja sosial sebagai mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan
yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Kegiatan yang dapat
dilakukan seperti kontrak perilaku, negosiasi, pendamaian pihak ketiga serta berbagai macam
resolusi konflik.
d. Pembela
Peran pembelaan merupakan salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan
dengan kegiatan politik. Peran pembelaan dapat dibagi dua yakni advokasi kasus dan
advokasi kausal. Apabila pekerjaan sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien
secara individual maka ia berperan sebagai pembela kasus. Pembelaan kausal terjadi
manakala klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individu melainkan sekelompok anggota
masyarakat.
Kegiatan pendampingan sosial melibatkan dua strategi utama yakni pelatihan dan
advokasi (pembelaan masyarakat). Terdapat lima aspek penting yang dapat dilakukan dalam
melakukan pendampingan sosial khususnya melalui pelatihan dan advokasi terhadap
masyarakat yakni (Adi, 2003):
a. Motivasi
Masyarakat didorong agar dapat memahami nilai kebersamaan, interaksi sosial dan
kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat.
Pembentukan kelompok merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk melaksanakan
kegiatan pengembangan masyarakat. Kelompok dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan
peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan mereka
sendiri.
b. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan
Peningkatan kesadaran dapat dilakukan melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan
imunisasi dan sanitasi. Keterampilan vokasional dapat dilakukan dengan cara-cara
partisipatif, pengetahuan lokal dapat digabungkan dengan pengetahuan luar melalui
pelatihan. Hal ini dapat membantu masyarakat menciptakan mata pencaharian atau
membantu meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya.
c. Manajemen diri
Kelompok harus mampu mengatur kelompoknya sendiri. Pada tahap awal,
pendamping dari luar dapat membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem.
Kelompok kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan dan mengatur sistem
tersebut.
d. Mobilisasi sumber
Merupakan metode menghimpun sumber-sumber individual melalui tabungan reguler
dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Pengembangan sistem
penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat
sehingga semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin
kepemilikan dan pengelolaan secara berkelnjutan.
e. Pembangunan dan pengembangan jaringan
Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan
peningkatan kemampuan para anggotanya dalam membangun dan mempertahankan jaringan
dengan berbagai sistem sosial disekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan
dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan
keberdayaan masyarakat miskin.
2.7 Pengembangan Wilayah
Pengembangan adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat masyarakat
laukan dengan apa yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga
kualitas hidup orang lain. Pada dasarnya proses pengembangan itu juga merupakan proses
belajar (Alkadri, 2001). Secara umum wilayah dapat diartikan sebagai suatu unit geografi
yang membentuk suatu kesatuan. Pengertian unit geografi merujuk pada ruang (spasial),
sehingga pengertian wilayah tidak hanya sebatas aspek fisik tanah, melainkan juga aspek
biologi, ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan lain-lain (Ambardi, 2002).
Pengembangan wilayah tidak lain adalah usaha mengawinkan secara harmonis
Sumber Daya alam, manusianya dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung
lingkungan itu sendiri (Alkadri, 2001). Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk
memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga
kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. (Ambardi, 2002). Pengembangan wilayah
merupakan program yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan
memperhitungkan sumber daya yang ada dan kontribusinya pada pembangunan suatu
wilayah (Alkadri, 2001).
Konsep pengembangan wilayah sangat berorientasi pada issue (permasalahan) pokok
wilayah secara terkait dan pada dasarnya merupakan upaya intervensi terhadap kekuatan-
kekuatan pasar yang dalam konteks pengembangan wilayah memiliki tiga tujuan pokok,
yakni meminimalkan konflik kepentingan antar sektor, meningkatkan kemajuan sektoral, dan
membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan(Ambardi, 2002).
Tujuan utama pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan
pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang ada di
dalamnya dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan
dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan. Optimal berarti dapat dicapai tingkat
kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan dalam alam lingkungan
yang berkelanjutan (Ambardi, 2002). Tujuan pengembangan wilayah menurut (Alkadri,
2001):
1) Merupakan usaha memberdayakan masyarakat suatu masyarakat yang berada di suatu
daerah untuk memanfaatkan SDA yang terdapat di sekeliling mereka dengan
menggunakan teknologi yang relevan dengan kebutuhan dan bertujuan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan.
2) Membuat suatu komunitas dapat berdiri di atas usahanya sendiri, dan benar-benar
menyadarkan bahwa mereka dapat memperbaiki nasibnya atas usaha mereka sendiri.
3) Membuat suatu wilayah memiliki dan sadar akan kekuatan politiknya.
Arah kebijakan yang ingin dicapai dari analisis setiap unsur pembentuk suatu wilayah
adalah sebagai berikut (Ambardi, 2002):
1. Analisis kependudukan: untuk mengetahui struktur pendidikan, sebaran penduduk, ciri
dan faktor yang mempengaruhi pergerakan atau imigrasi dan produktivitas penduduk.
2. Analisis sosial budaya: untuk memahami faktor-faktor pembentuk pola dan pandangan
hidup serta adat istiadat masyarakat.
3. Analisis perekonomian: untuk mengetahui perkembangan ekonomi (meliputi sektor
usaha, kesempatan kerja, tingkat produksi dan sektor-sektor unggulan), faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi, sebaran kegiatan ekonomi, serta
keterkaitan kegiatan produksi intra dan antar wilayah.
4. Analisis potensi sumber daya alam untuk mengetahui tingkat penggunaan, tingkat
ketersediaan serta kemungkinan pengembangannya.
5. Analisis potensi sumber daya buatan: untuk mengetahui tingkat ketersediaan, tingkat
pelayanan, sebaran dari prasarana yang ada dan hal lain yang berkaitan dengan
teknologi serta biaya pembengunan prasarana yang spesifik sesuai dengan kondisi
geografi wilayah.
6. Analisis struktur dan pola pemanfaatan ruang: untuk mengetahui sifat keterkaitan
kegiatan-kegiatan produksi, sosial, pemukiman dalam wilayah, hirarki keterkaitannya,
serta ciri khusus keterkaitan tersebut dihubungkan dengan kondisi geografi wilayah.
Keseluruhan analisis diatas memberikan gambaran mengenai kecenderungan kegiatan
sosial budaya, ekonomi, kondisi lingkungan, ketersediaan SDA dan Sumber Daya buatan
(prasarana dan sarana) serta pola keterkaitan dan struktur pemanfaatan ruang yang ada di
dalam wilayah tersebut.
Wilayah menurut tipe-tipenya dapat dipilah menjadi tiga macam, yakni (Ambardi,
2002):
1. Wilayah homogen: wilayah yang mempunyai karakteristik seragam. Keseragaman ciri-
ciri tersebut bisa dilihat menurut faktor ekonomi (struktur produksi yang sama, pola
konsumsi serupa), geografi (topografi, iklim), sosial budaya (adat istiadat atau perilaku
masyarakat), dan aspek-aspek lainnya.
2. Wilayah heterogen: wilayah yang saling berhubungan secara fungsional karena adanya
faktor heterogenitas (ketidakmerataan). Wilayah-wilayah yang saling melengkapi tetapi
dengan fungsi yang berbeda tersebut, pada umumnya berlangsung anatar wilayah pusat
(core) dan wilayah pinggiran (periphery atau hinterland). Contohnya antara Jakarta dan
wilayah lain disekitarnya seperti Depok, Bekasi, Bogor, dan Tanggerang.
3. Wilayah perencanaan: wilayah yang berada dalam kesatuan kebijakan/ administrasi.
Contohnya wilayah yang tergolong dalam kategori provinsi, kota, kabupaten,
kecamatan, dan desa; atau wilayah yang secara special mempunyai perencanaan yang
tetap seperti Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu, Bopuncur (Bogor, Puncak, Cianjur).
Dalam membangun suatu wilayah, minimal ada tiga pilar yang perlu diperhatikan yaitu
SDA, SDM, dan teknologi. Pembangunan suatu wilayah sesungguhnya merupakan
pembangunan yang berorientasi kepada manusia (people center development), dimana
SDM dipandang sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan.
2.8 Kerangka Pemikiran
Program pengembangan wilayah atau ADP merupakan program yang hadir di tengah
masyarakat pinggiran perkotaaan dengan ekonomi lemah. Pusat-pusat pengembangan
terbentuk dan dibentuk untuk menjawab akar permasalahan serta isu atau topik regional
dengan menerapkan sistem, penggalangan SDA dan SDM, membentuk organisasi masyarakat
dan melakukan intervensi program yang komprehensif. Sarana yang diberikan meliputi
sarana pada bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Pada bidang kesehatan bantuan dan
kegiatan difokuskan untuk anak-anak, Balita dan ibu hamil. Untuk bidang pendidikan
bantuan dan kegiatan difokuskan untuk anak-anak usia sekolah, sedangkan pada bidang
ekonomi bantuan dan kegiatan difokuskan pada pembentukan kelompok masyarakat yakni
Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Tujuan dari program ADP adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada
bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
waktu yang cukup lama dan berkelanjutan. Setiap tahun ADP dilaksanakan secara
berkelanjutan dengan mempersiapkan input seperti tenaga pendamping atau koordinator
lapangan, jumlah peserta dan jumlah dana dan aktivitas yang dilakukan. Penggunaan input
direalisasikan untuk meningkatkan partisipasi warga pada tahap perencanaan dan
pelaksanaan program. Evaluasi akan dilakukan pada pencapaian output, efek, dan dampak
untuk mengetahui keberhasilan program.
Output program ADP yang dievaluasi antara lain mengenai hubungan kerjasama
antara Wahana Visi Indonesia dengan institusi kesehatan. Kemampuan institusi kesehatan
dalam menyediakan pelayanan kesehatan gratis. Akses warga ke tempat pembuangan
sampah, komitmen masyarakat untuk melakukan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat),
kapasitas warga dalam mengelola sampah.
Jumlah anak yang memiliki buku paket, partisipasi anak dalam forum anak,
meningkatnya jumlah anak yang dapat mengakses kegiatan ekstrakulikuler, kemampuan
masyarakat dalam berorganisasi melalui KUB, kualitas produk KUB.
Evaluasi efek yang diterima oleh warga Kelurahan Tengah adalah mengenai akses
warga ke pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan yang baik, akses pelayanan pendidikan
yang terjangkau dan berkualitas, dan pendapatan kelompok usaha selama setahun terakhir.
Evaluasi dampak pada bidang kesehatan adalah tentang penurunan beberapa kasus
penyakit. Dampak pada bidang pendidikan adalah tentang prestasi belajar anak di sekolah.
Pada bidang ekonomi evaluasi dampak dilakukan tentang jumlah kepala keluarga yang
miskin.
2.9 Definisi Operasional
1. Input adalah semua jenis barang, jasa, biaya, tenaga manusia, teknologi, dan
sumberdaya lainnya untuk menghasilkan output program.
2. Pendamping adalah fasilitator yang disediakan LSM untuk mendampingi masyarakat
dalam melaksanakan program.
3. Peserta program adalah warga binaan yang ikut serta dalam pelatihan program ADP.
4. Aktifitas adalah rangkaian kegiatan yang telah disusun dalam kerangka kerja.
5. Proses adalah tahap perencanaan, pelaksanaan dan partisipasi warga.
6. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil program.
7. Partisipasi tahap perencanaan adalah keterlibatan masyarakat dalam tahapan
penyusunan tujuan dan pemilihan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Terdapat lima pertanyaan yang terkait dengan indikator ini. Jawaban “ya” diberi nilai
dua dan jawaban “tidak” diberi nilai nol. partisipasi tinggi diberi nilai 6-10 dan
partisipasi rendah diberi nilai 0-5.
8. Patisipasi tahap pelaksanaan adalah keterlibatan warga dalam melaksanakan kegiatan
program ADP. Terdapat lima pertanyaan yang terkait dengan indikator ini. Jawaban
“ya” diberi nilai dua dan jawaban “tidak” diberi nilai nol. partisipasi tinggi diberi nilai
6-10 dan partisipasi rendah diberi nilai 0-5.
9. Perencanaan program adalah tahapan penyusunan tujuan dan pemilihan langkah-
langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam perencanaan melibatkan LSM sebagai
pihak pelaksana, aparatur pemerintah setempat sebagai pemberi izin dan penyumbang
ide, dan masyarakat setempat sebagai sasaran program. Perencanaan juga melibatkan
proses sosialisasi dan musyawarah dengan warga setempat.
10. Pelaksanaan program adalah tahapan merealisasikan rencana kerja yang telah disusun
pada tahapan perencanaan. Pelaksanaan kegiatan dapat merubah rencana kerja sesuai
dengan kondisi yang ada di lapangan.
11. Output adalah pencapaian hasil di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang
timbul akibat penggunaan input.
12. Efek adalah pencapaian hasil di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang
timbul akibat pencapaian output.
13. Dampak adalah pencapaian hasil yang terjadi di bidang kesehatan, pendidikan dan
ekonomi karena berfungsinya efek.
14. Evaluasi terhadap input adalah penilaian terhadap penggunaan pendamping, peserta
dan dana untuk mendukung terjadinya output pada program.
15. Evaluasi terhadap proses program adalah penilaian terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program.
16. Evaluasi terhadap output program adalah penilaian terhadap pencapaian hasil di
bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang timbul akibat penggunaan input.
17. Evaluasi terhadap efek program adalah penilaian terhadap pencapaian hasil di bidang
kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang timbul akibat pencapaian output.
18. Evaluasi terhadap dampak program adalah penilaian terhadap pencapaian hasil yang
terjadi di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi karena berfungsinya efek.
2.10 Hipotesis Pengarah
1. Pelaksanaan program ADP terdiri dari tiga bidang yaitu kesehatan, pendidikan, dan
ekonomi. Output, efek dan dampak yang terjadi hasilnya akan berbeda-beda pada
setiap bidang.
2. Tingkat partisipasi warga berbeda-beda pada setiap perencanaan, dan pelaksanaan di
bidang yang berbeda.
3. Pelaksanaan program ADP dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat
program.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang
didukung pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif
dengan strategi studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga metode kualitatif
(triangulasi) yakni dengan melakukan pengamatan, wawancara dan analisis dokumen.
Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survei yaitu mengambil sampel dari sebuah
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Hasil metode survei
digunakan untuk mendukung data kualitatif agar diperoleh data yang komprehensif mengenai
objek yang diteliti.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati,
Kotamadya Jakarta Timur yang dijadikan sebagai kasus. Alasan pemilihan lokasi tersebut
karena wilayah Kelurahan Tengah merupakan wilayah yang perkembangannya sangat pesat
dan pertumbuhan serta mobilitas penduduk yang datang ke wilayah ini cukup tinggi,
mengingat keberadaan pasar induk sayur-mayur kramat jati di wilayah ini. Selain itu wilayah
ini juga mudah dijangkau oleh peneliti dan merupakan salah satu wilayah dampingan
program pengembangan wilayah atau ADP.
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2007. Alasan pemilihan waktu
penelitian karena ADP FY (fiskal year) 2005-2006 telah selesai dan selanjutnya akan
dilaksanakan ADP FY 2008-2014 mendatang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi
masukan positif bagi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program.
3.3 Objek Pengamatan
Pemilihan sumber informasi dipilih secara sengaja menurut kepentingan hal,
peristiwa, struktur masyarakat, dan situasi yang diamati agar dapat memberikan informasi
mengenai aspek rumusan masalah yang akan dikaji. Informan adalah pihak yang memberikan
keterangan tentang pelaksanaan program dan keadaan disekitarnya sedangkan responden
adalah pihak yang memberikan keterangan tentang diri mereka sendiri dan kegiatan yang
dilakukannya. Dalam penelitian ini informan terdiri dari lima orang dari unsur LSM dan dua
orang dari aparat pemerintahan sedangkan responden berjumlah 50 orang.
3.4 Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode
pengumpulan data kualitatif menggunakan metode triangulasi berupa wawancara mendalam,
pengamatan berperan serta dan penelusuran dokumen. Metode survei dilakukan dengan
menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data.
Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan keterangan tentang potensi wilayah
penelitian, keadaan umum masyarakat dan hal-hal yang berhubungan dengan tujuan
penelitian baik dari kantor kelurahan, hasil studi literatur dan dokumen-dokumen dari pihak
LSM.
Proses pengambilan data dilakukan dengan teknik bola salju yaitu proses
pengumpulan data secara bertahap dan berlapis, setiap tambahan data menambah
kelengkapan dan kedalaman data yang dikumpulkan.
3.5 Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data hasil
wawancara mendalam dianalisa secara kualitatif dengan menjabarkan dan memaparkan fakta
yang terjadi di lapangan. Untuk menguatkan hasil penelitian, peneliti mencantumkan data-
data berupa kutipan pernyataan dari informan. Data kuantitatif diolah secara manual dan
hasilnya dipaparkan secara deskriptif
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Profil Wahana Visi Indonesia
4.1.1 Sejarah
Wahana Visi Indonesia (WVI) adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang berbasis
Kristen yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan melalui kegiatan pengembangan
transformatif. Pengembangan transformatif ini memiliki fokus pelayanan pada pemberdayaan
masyarakat miskin baik di pedesaan maupun perkotaan dengan tujuan mendorong masyarakat
menjadi mandiri dalam menapaki kehidupan. Untuk mencapai tujuan itu WVI sebagai
yayasan nirlaba menjalankan program-program pengembangan jangka panjang 10-15 tahun
dimana staff Wahana Visi Indonesia secara intensif mendampingi masyarakat dalam proses
pemberdayaan.
Wahana Visi Indonesia semula bernama Yayasan World Vision Indonesia yang
terbentuk pada bulan Maret 1995, dan pada akhir 1998 nama yayasan ini dirubah menjadi
Wahana Visi Indonesia. Meskipun berganti nama, sebagian besar pelayanan World Vision di
Indonesia tetap dipercayakan kepada Wahana Visi Indonesia dalam implementasinya. Dan
Wahana Visi Indonesia tetap menjalin kerjasama yang erat dengan lembaga kemanusiaan
World Vision.
Program penyantunan anak mentransformasikan seluruh komunitas melalui program
pengembangan masyarakat yang terintregasi, membantu desa-desa membutuhkan dengan
mengkombinasikan dana penyantun yang diterima. Intervensi, seperti penyediaan air bersih
biasanya dapat segera dilakukan di daerah-daerah yang membutuhkan.
Agenda program lainnya seperti peningkatan kualitas pendidikan, sangat
dimungkinkan membutuhkan waktu lebih lama untuk direalisasikan akan tetapi bukan
menjadi alasan yang utama untuk mengerem perjalanan menjadi lebih lambat. Perubahan-
perubahan vital semacam ini memiliki kekuatan yang signifikan untuk mengangkat serta
membebaskan generasi yang baru keluar dari kemiskinan.
Wahana Visi Indonesia memiliki landasan dalam beraktifitas yakni community based
yang berarti masyarakat menjadi mampu mandiri tanpa bantuan pihak luar, child focus yang
berarti kesejahteraan anak adalah yang utama. Landasan ini dibuat berdasarkan pengalaman
kegetiran perang yang dialami sendiri oleh pendiri World Vision Internasional pada tahun
1950, seorang misionaris Amerika Serikat bernama Bob Pierce. Selama berada dalam perang
Korea dan melihat penderitaan yang harus ditanggung oleh anak-anak akibat perang, beliau
tergugah untuk menyejahterakan semua anak yang membutuhkan bantuan demi masa depan.
Dan landasan christ center yang berarti WVI mengasihi sesama manusia sesuai dengan kasih
Tuhan kristus. Namun bukan berarti agama lain tidak diperbolehkan terlibat dalam kegiatan
LSM ini. WVI terbuka lebar dan siap berbagi dengan siapa saja yang ingin bergabung dalam
mensukseskan program mereka tanpa melihat suku, agama, ras dan golongan.
4.1.2 Pendanaan
Program ADP didukung sepenuhnya dari dana sponsorship terhadap anak-anak yang
ada di wilayah program tersebut yang sudah terencana. Setiap donasi yang diberikan melalui
WVI akan digunakan untuk program. Setiap tahun dilakukan audit oleh tim audit internal
WVI yang hasilnya dilaporkan kepada badan penyantun.
4.2 Kinerja ADP ( Area Development Program)
ADP merupakan program pemberdayaan masyarakat jangka panjang yang
menggunakan pendekatan wilayah dengan metode pengembangan transformatif. ADP dapat
juga dikatakan sebagai suatu model pendekatan pengembangan masyarakat jangka panjang
yang dilandasi atas sumberdaya dan potensi masyarakat dengan memperhatikan letak
geografis rencana pengembangan, dimana pusat-pusat pengembangan terbentuk dan dibentuk
untuk menjawab akar permasalahan serta isu atau topik regional dengan menerapkan sistem,
penggalangan SDA dan SDM, membentuk organisasi masyarakat dan melakukan intervensi
program yang komprehensif..
Konsep program sesuai dengan visi LSM Wahana Visi Indonesia yakni “Visi kami
untuk setiap anak, hidup utuh sepenuhnya; doa kami untuk setiap hati, tekad untuk
mewujudkannya”. Seluruh program yang dikembangkan oleh ADP Urban Jakarta difokuskan
pada upaya untuk memenuhi kebutuhan anak. Tujuan akhirnya adalah untuk mewujudkan
kehidupan masyarakat yang bermartabat, berkeadilan, damai dan berpengharapan. Program
yang dikembangkan berbasiskan masyarakat yakni seluruh kegiatan dalam bidang
pendidikan, ekonomi, dan kesehatan dimulai dari adanya kebutuhan di masyarakat.
ADP hadir bersamaan dengan hadirnya LSM WVI pada tahun 1998 di Jakarta Timur
khususnya di Kelurahan tengah. ADP direncanakan akan berakhir pada tahun 2014 di seluruh
wilayah dampingan ADP Jakarta. ADP periode tahun 2005-2009 terfokus pada bidang
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Untuk penelitian ini difokuskan pada ADP FY (Fiskal
Year) 2006 yang sudah terlaksana pada Oktober 2005- September 2006.
1.2.1 Peserta
4.2.1.1 Bidang Kesehatan
Peserta pada bidang kesehatan terdiri dari ibu rumah tangga, anak-anak binaan, dan
Lansia. Jumlah peserta yang ikut serta dalam kegiatan bidang kesehatan berjumlah 225 orang.
Tabel berikut menjelaskan jumlah peserta yang ditargetkan dalam rencana kerja ADP FY
2006 dan realisasi jumlah peserta di bidang kesehatan.
Tabel 1. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Kesehatan
No. AktifitasTarget JumlahPeserta
RealisasiJumlah Peserta
1.Sosialisasi bersama kartu keluargamiskin
60 orang 40 orang
2.Penyuluhan manfaat kartu keluargamiskin
60 orang 50 orang
3.Medical Check Up untuk anak
binaan80 anak 50 anak
4. Medical Treatment 80 orang 82 orang5. Kegiatan mobile clinic 49 orang 60 orang6. Penyuluhan TB 90 orang 50 orang7. Penyuluhan demam berdarah 64 orang 45 orang8. Pengadaan abate 70 KK 40 KK9. Penyuluhan nutrisi 39 orang 12 orang
10.Training untuk kader posyandu
tentang pencatatan28 orang 10 orang
11.Penyuluhan tentang sanitasilingkungan dan saluran air
95 orang 25 orang
12.Penyuluhan pengunaan gerobaksampah & pengelolaannya
45 orang 40 orang
13. Training pengelolaan sampah 26 orang 10 orang14. Training daur ulang sampah 40 orang 12 orang
15.Pengelolaan sampah dengan tungkupembakar
10 orang 12 orang
4.2.1.2 Bidang Pendidikan
Peserta pada bidang pendidikan adalah anak-anak dan ibu rumah tangga. Jumlah
peserta yang ikut serta dalam kegiatan bidang pendidikan berjumlah 150 orang Tabel berikut
menjelaskan jumlah peserta yang ditargetkan dalam rencana kerja ADP FY 2006 dan realisasi
jumlah peserta di sektor pendidikan.
Tabel 2. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Pendidikan
No.
AktifitasTarget JumlahPeserta
RealisasiJumlah Peserta
1. Pengadaan perlengkapan KBA 62 anak 3 kelompokatau 30 anak
2. Mengembangkan kegiatan KBA yangbaru
38 orang 38 orang
3. Memfasilitasi pembentukan play group 30 orang 30 orang4. Training pengelolaan perpustakaan 30 orang 30 orang5. Mendukung pengadaan peralatan
perpustakaan31 orang 11 orang
6. Bantuan biaya sekolah dan uangpangkal dengan kasus khusus
24 orang 30 orang
7. Pemberian kamus bahasa inggris 20 anak 13 anak8. Bantuan pengadaan modul belajar
untuk siswa kelas 6 SD dan kelas 3SMP
30 anak 84 anak
9. Pengaktifan dan Pembentukan forum 20 anak 12 anak10. Pelatihan Kepemimpinan 12 anak 70 anak11. Membentuk sanggar seni dan olah raga 16 anak 2 kelompok
(70 anak)12. Porseni 70 anak 75 anak13. Pertemuan rutin forum anak 18 anak 80 anak14. Kursus Bahasa Inggris 14 anak 13 anak15. Kursus Komputer 15 anak 12 anak16. Kursus matematika 30 anak 30 anak17. Kursus jurnalistik 32 orang 15 orang18. Perayaan hari anak nasional 60 orang 60 orang
4.2.1.3 Bidang Ekonomi
Peserta pada bidang ekonomi adalah ibu rumah tangga dan warga laki-laki. Jumlah
peserta yang ikut serta dalam kegiatan bidang pendidikan berjumlah 125 orang Tabel berikut
menjelaskan jumlah peserta yang ditargetkan dalam rencana kerja dan realisasi jumlah
peserta di sektor ekonomi.
Tabel 3. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Ekonomi
No AktifitasTarget JumlahPeserta
RealisasiJumlahPeserta
1. Pertemuan rutin KSM 38 orang 31 orang2. Training pembukuan 50 orang 15 orang3. Pertemuan calon anggota KUB 30 orang 20 orang4. Pertemuan calon anggota KUB 55 orang 28 orang5. Pembentukan dan pelatihan KUB
langseng45 orang 16 orang
6. Pembentukan KSM baru 50 orang 28 orang7. Pelatihan menjahit dasar 15 orang 32 orang8. Pelatihan menjahit terampil 35 orang 15 orang9. Pelatihan membuat kompor langseng 20 orang 15 orang10. Pelatihan membuat kompor langseng 30 orang 10 orang11. Training elektronika 10 orang 8 orang12. Pelatihan sablon 20 orang 20 orang13. Pelatihan sablon 10 orang 10 orang14. Pelatihan sablon 25 orang 15 orang15. Pelatihan keterampilan rajutan 5 orang 5 orang16. Pelatihan souvenir akar wangi 15 orang 15 orang17. Training pemasaran 20 orang 13 orang
4.2.1.4 Pembangunan Infrastruktur
Peserta pada kegiatan pembangunan infrastruktur adalah warga laki-laki. Jumlah
peserta yang ikut serta dalam kegiatan pembangunan infrastruktur berjumlah 50 orang. Tabel
berikut menjelaskan jumlah target dan realisasinya dalam pembangunan infrastruktur pada
program kesehatan dan pendidikan.
Dengan adanya bantuan infrastruktur dibidang kesehatan dan pendidikan diharapkan
menjadi awal yang baik bagi masyarakat setempat agar mampu mengejar ketertinggalan
dengan wilayah lainya baik dari segi kualitas dan kuantitas. Dengan menitikberatkan pada
pengadaan gerobak sampah, pembangunan tempat sampah, diharapakan sanitasi lingkungan
yang saat ini terkenal buruk dapat teratasi dengan signifikan. Pengadaan perlengkapan
Posyandu sangat dinanti-nanti oleh para warga yang mempunyai Balita, karena dirasa
peralatan yang selama ini dipakai kurang memadai dan sudah saatnya diadakan peremajaan.
Untuk memerangi angka buta huruf dan meningkatkan minat baca anak pada usia
sekolah pengadaan tujuh unit perpustakaan baru dirasa sangat tepat.
Tabel 4. Target dan Realisasi Pembangunan Infrastruktur
Program Aktifitas Target RealisasiPengadaan perlengkapanposyandu
5 unit 5 unit
Pembangunan MCK 1 unit 1 unitPembangunan tempatsampah
10 unit 10 unit
Kesehatan
Pengadaan gerobaksampah
18 unit 18 unit
Pendidikan Pembentukanperpustakaan baru
7 unit 7 unit
4.2.2 Evaluasi
Evaluasi kegiatan program dilakukan dalam periode tertentu yakni per tiga bulan, per
enam bulan, dan setiap akhir tahun. Hasil evaluasi ini akan digunakan sebagai acuan ADP
tahun berikutnya.
4.3 Lokasi ADP
Kelurahan Tengah terletak di selatan wilayah Kecamatan Kramat Jati dan merupakan
kelurahan keenam dalam urutan kelurahan di Kecamatan Kramat Jati. Luas wilayahnya
202,52 hektar. Sampai akhir bulan Maret 2007 jumlah kepala keluarga sebanyak 9.097 dan
jumlah penduduk sebesar 28.920 jiwa. Pada tahun 1975 melalui surat keputusan gubernur
KDKI Jakarta Nomor D.1-7903/A/30/1975, Kelurahan Tengah ditetapkan sebagai cagar
budaya buah-buahan Condet. Namun dengan keberadaan pasar induk sayur mayur kramat jati
mengakibatkan perkembangan wilayah kelurahan tengah sangat pesat dan pertumbuhan serta
mobilitas penduduk yang datang dari daerah ke wilayah kelurahan tengah cukup tinggi
sehingga sangat dirasa sulit untuk mempertahankan kawasan ini sebagai cagar budaya buah-
buahan Condet.
Sebagai usaha untuk mengimbangi dan mengatasi hal tersebut diatas kelurahan tengah
berupaya melakukan berbagai kegiatan baik dalam pembangunan fisik maupun mental
spiritual, pembinaan masyarakat serta pembinaan ketentraman dan ketertiban dengan
berpedoman pada tugas pokok sebagaimana diatur dalam Perda No. 3 tahun 2001 dan SK
Gubernur No. 40 Tahun 2002. Tentang organisasi pemerintahan kelurahan di daerah khusus
ibukota Jakarta.
A. Kependudukan
Kelurahan Tengah memiliki jumlah penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) laki-laki
berjumlah 14.974 jiwa, perempuan 13.946 jiwa dan total jumlah warga adalah 28.920 jiwa.
Dapat kita klasifikasikan sesuai dengan tingkat akademik yang ada.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase1 Tidak sekolah 994 3,42 Tidak tamat SD 9.938 343 Tamat SD 6.321 214 Tamat SLTP 3.854 135 Tamat SLTA 4.976 176 Tamat akademi/PT 2.837 10
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase1 PNS 1.715 62 TNI/POLRI 995 33 Karyawan swasta 9.795 344 Pensiunan 1.354 4,65 Jasa 265 0,86 Dagang 8.786 307 Pertukangan 967 3,38 Buruh 4.875 179 Pemulung/ lapak 190 0,6
Tabel 7. Pertambahan Penduduk Selama Bulan Maret 2007 Berdasarkan Lampid (Lahir,Mati, Pindah, dan Kedatangan)
Datang PindahNo Keterangan
LK PR LK PR
1Dalam satukecamatan
11 10 5 3
2 Dalam satu Kodya 13 10 12 113 Dalam satu propinsi 6 2 6 54 Dari/ke luar Jakarta 3 5 10 7
B. Pertanahan
Sebagian besar pemukiman tanah di wilayah kelurahan tengah adalah pemukiman
penduduk yang statusnya adalah Hak Bebas Milik adat dengan bukti kepemilikannya berupa
Girik dan beberapa sertifikat. Dua RW diantaranya adalah kompleks Bulak Rantai di RW 05
berupa tanah negara dan kompleks paspampres di RW 06 adalah hibah dari tanah
paspampres.
C. Pembangunan Fisik
Pembangunan di wilayah kelurahan tengah terbagi menjadi tiga jenis sumber
pembiayaan kegiatan yaitu swadaya murni masyarakat, bantuan pemerintah dan swadaya
masyarakat, dan bantuan pemerintah murni. Hasil pembangunan dan kegiatan yang telah
dilaksanakan pada bulan Maret 2007 adalah kerja bakti kebersihan lingkungan di RW 01-10
dengan sumber daya dari swadaya murni sebesar Rp. 750.000,00 dan Majlis Ta’lim Miftahul
Khair RT 004/03 dengan sumber daya dari swadaya murni sebesar Rp. 21.060.000,00
D. Pembangunan Ekonomi
a. Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi yang ada di kelurahan tengah bernama KSU Harapan Remaja (Kosuharja)
didirikan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1983 dan terdaftar di Departemen Koperasi DKI
Jakarta. Menjadi backbone perekonomian daerah kramat jati dan sekitarnya yang
memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi perekonomian masyarakat sekitar.
b. Sarana Ekonomi
Tabel 8. Sarana Ekonomi Usaha Menengah
No Jenis Jumlah Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Pasar Induk
Pasar Umum
Toko Kelontong
Koperasi Fungsional
Warung Nasi
Warung Beras
Warung Makanan
Warung Langsam
1 buah
1 buah
79 buah
2 buah
21 buah
5 buah
39 buah
26 buah
- pusat sayur dan buah
- pasar kios kaget
Jumlah 194 buah
c. P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan)
P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam
penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku
pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat,
sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan
pembangunan berkelanjutan". Dengan adanya program tersebut ADP ikut berperan aktif
memberikan penyuluhan dan penanganan lebih lanjut sehingga diharapakan masyarakat
mampu menyerap dengan maksimal.
Dari dana bantuan Rp. 750.000.000,00 telah disalurkan kepada 161 kelompok dengan
jumlah anggota sebanyak 991 orang. Untuk PPMK 2003 alokasi dana bantuan sebesar Rp.
288.000.000,00 telah disalurkan kepada 10 tim pelaksana kegiatan (TPK) di 10 RW dengan
anggota sebanyak 280 orang. Adapun kegiatan dana bergulir PPMK tahun 2002, 2003,
2004,2005 dan 2006 pelaporannya dari 10 TPK di 10 RW telah dilaporkan oleh UPK/MK ke
badan pemberdayaan masyarakat (BPM) Kodya Jakarta Timur secara rutin setiap bulannya.
Untuk PPMK tahun 2002 dari penerima manfaat semula sebanyak 229 orang kini telah
menjadi 508 orang atau telah berkembang sebanyak 279 orang dan dana semula Rp.
246.250,00 kini telah berkembang secara akumulatif Rp.336.950.000,00.
d. Pembinaan Usaha Kecil
Pembinaan yang dilakukan terhadap Usaha Ekonmi Lemah baru dalam bentuk
pengarahan dan bantuan Modal yang digulirkan melalui dana bergulir yang ada di Kelurahan
Tengah. Selanjutnya sesuai permintaan dan harapan pemerintah melalui Direktorat Bangdes
Propinsi DKI Jakarta, kami mengusulkan agar diadakan pembinaan langsung terhadap Usaha
Ekonomi Lemah tersebut, sehingga dapat dicapai hasil menuju kemandirian yang optimal,
yang selanjutnya dapat diikutsertakan dalam pameran atau bazar bagi pengusaha ekonomi
lemah.
Kelompok usaha kerajinan tangan atau industri rumah tangga yang telah
ditumbuhkembangkan dengan memanfaatkan program Wahana Visi Indonesia dan World
Vision dengan program TAP adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan souvenir dari akar wangi di RW 01
2. Pembuatan emping melinjo di RW 03
3. Kursus menjahit di RW 02 dan 03
4. Pembuatan rempeyek di RW 08
5. Pembuatan kain perca di RW 08
6. Pembuatan keripik singkong di RW 02
7. Pembuatan renggenek di RW 07
8. Pembuatan makanan kue kering di RW 01 dan 06
9. Pembuatan es rumput laut di RW 01
10. Pembuatan telor asin di RW 09
Tabel dibawah ini merupakan usaha-usaha kecil yang terdapat di Kelurahan Tengah
menunggu uluran tangan dari investor baik dari segi permodalan atau pencarian pasar
baik pasar domestik maupun pasar luar negri.
Tabel 9. Data Usaha Kecil
No Jenis usaha Jumlah1.2.3.4.5.6.7.8.9.
10.11.
Pengrajin KursiPembuat TasJahit-SulamBubutan KayuPembuat EmpingPembuat Kue-KuePembuat RotiIkan HiasIkan KonsumsiLapak
Warung Klontong
2-5-232123221274
e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Kelurahan yang telah berubah nama
menjadi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat pada tahun 2002 telah membentuk susunan
pengurus LPM kelurahan Tengah periode 2002-2007.
E. Bidang Sosial
Kegiatan sosial pada program ADP Wahana Visi Indonesia dilakukan melalui jalur
sosial kemasyarakatan seperti LPM, LSM, RT, RW, Karang Taruna bahkan perkumpulan
arisan ibu-ibu karena pada sosial kemasyarakatan inilah yang lebih eksis di masyarakat.
Sedangkan kegiatan sosial lainnya berupa pendataan penyuluhan dan pembinaan yaitu
pembinaan Lansia, bantuan untuk anak usia sekolah keluarga miskin (AUS KM) yang juga
memanfaatkan program Wahana Visi Indonesia kepada para siswa, pembinaan kegiatan
pemuda dan karang taruna, dan pembinaan kegiatan pramuka.
F. Bidang Kesehatan
Kegiatan program Area Development Program yang dicanangkan Wahana Visi
Indonesia pada bidang kesehatan telah bekerjasama secara baik dan berkesinambungan
dengan petugas Puskesmas kelurahan Tengah maupun dengan Puskesmas Kecamatan Kramat
Jati.
Tabel 10. Sarana Kesehatan
No Sarana Jumlah1.23456789
101112
Rumah SakitPuskesmasPos KesehatanUPGKKarang BalitaDokter PraktekApotekDukun BeranakBalai PengobatanPosyanduKlinik KBBidan Praktek
-21--3111171-
Selain sumber sarana diatas juga memanfaatkan program Wahana Visi Indonesia dengan
memeriksa kesehatan warga tidak mampu oleh para dokter-dokter yang berpengalaman sekali
dalam sebulan bertempat di gedung sekretariat TP. PKK Kelurahan Tengah.
G. Bidang pendidikan
Sarana pendidikan yang didirikan dan terealisasi oleh Wahana Visi Indonesia melalui
program Area Development Program (ADP) terdiri dari taman kanak-kanak, sekolah dasar
atau madrasah, SLTP, SLTA dan sederajat diharapkan mampu mencetak generasi muda yang
cakap, berguna dimasyarakat, arief, dan bijaksana.
Partisipasi warga pada tahap sosialisasi program adalah keikutsertaan responden
dalam mengikuti pertemuan rutin sosialisasi program. Sosialisasi dilakukan melalui
pertemuan yang diadakan di rumah pengurus organisasi atau di balai warga. Sebenarnya
sosialisasi ini sudah rutin diadakan setiap pergantian tahun program ADP sehingga warga
sudah terbiasa dengan pertemuan yang membahas mengenai rencana kegiatan program ADP
selanjutnya. Dalam pertemuan ini membahas seputar program apa saja yang akan dilanjutkan,
ditambah atau dihentikan. Selain itu juga diadakan pemilihan kembali para pengurus
organisasi di setiap RW.
Pertemuan rutin ini selalu menghadirkan pendamping dari LSM, ketua KSM, ketua
KUB, kader posyandu dan warga dampingan LSM. Menurut keterangan dari ketua KSM di
RW 02 bahwa pertemuan yang membahas kegiatan program lebih banyak dihadiri oleh
pengurus dibandingkan warganya yang berjumlah sekitar 10 orang.
Pertemuan ini sebenarnya diperuntukan bagi seluruh warga yang ingin terlibat dalam
kegiatan ADP. Namun masih ada keluhan dari ketua KSM bahwa tidak mudah mengajak
warga untuk hadir dalam pertemuan ini. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh warga
seperti sibuk dengan pekerjaan rumah tangga, tidak dapat ijin suami dan juga ada alasan
malas mengikuti kegiatan.
Tabel 10 menunjukkan hasil penelitian tingkat partisipasi warga pada tahap sosialisasi
program ADP. Persentase menunjukkan bahwa sebanyak 40 persen responden memiliki
partisipasi yang tinggi dan sebanyak 60 persen responden memiliki partisipasi yang rendah.
Keterlibatan warga binaan memang dirasa masih kurang dalam perencanaan program ini
meskipun pertemuan rutin ini dibuka untuk seluruh warga binaan. Sosialisasi program ini
membahas semua bidang program ADP yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Seluruh peserta yang hadir diajak untuk memberi masukan dan saran dalam bentuk
diskusi. Selanjutnya setiap pengurus mensosialisasikan kembali informasi yang mereka dapat
dari pertemuan rutin ini kepada warga disekitarnya. Menurut keterangan dari ketua KSM di
RW 03 dari tahun ke tahun warga semakin sulit diajak berpartisipasi khususnya pada
kegiatan KUB (Kelompok Usaha Bersama). Sejak awal dibentuk dan difasilitasi oleh LSM,
setiap anggota KUB memang diberikan sembako setiap bulan. Hal ini bertujuan untuk
membantu perekonomian keluarga yang pada saat itu sedang krisis ekonomi tahun 1999 dan
untuk memotivasi warga agar aktif dalam kegiatan KUB. Sejak tahun 2005 bantuan tersebut
dihentikan dengan alasan perubahan strategi pemberdayaan. LSM ingin menciptakan
masyarakat yang sadar terampil melalui serangkaian pelatihan.
Tabel 11. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah Pada Tahap Perencanaan ProgramADP
Tahap Sosialisasi Jumlah (orang) Persentase (%)
Rendah 30 60Tinggi 20 40Total 50 100
5.1.2 Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan Program
Partisipasi warga pada tahap pelaksanaan diukur melalui banyaknya kegiatan yang
diikuti dalam program ADP serta absensi dan keaktifan mereka dalam setiap kegiatan yang
diikuti. Tingkat partisipasi pada setiap bidang memang berbeda-beda namun dalam penelitian
ini diukur secara menyeluruh karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama
untuk mengikuti seluruh kegiatan. Contohnya saja seorang kader yang tidak termasuk warga
miskin tidak diperkenankan mengikuti pemerikasaan kesehatan secara gratis. Hal ini
bertujuan agar tidak terjadi kecemburuan sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 70 persen responden memiliki
partisipasi yang tinggi dan sebanyak 30 persen responden memiliki partisipasi yang rendah.
Angka ini menunjukkan bahwa warga masih menaruh perhatian pada program ADP
khususnya program kesehatan dan pendidikan. Peneliti melihat bahwa kecenderungan warga
untuk aktif berpartisipasi pada bidang kesehatan dan pendidikan karena faktor lebih banyak
bantuan yang dikucurkan oleh LSM dikedua bidang ini. Pelayanan kesehatan secara gratis
rutin dilakukan melalui MCB ( Mobile Clinic Program ) dengan fasilitas dokter dan obat-
obatan. Selain itu juga ada medical treatment dan medical chek up bagi lansia dan anak-anak
yang rutin dilakukan setiap tahun. Pada bidang pendidikan, LSM dikenal sangat bermurah
hati memberikan bantuan fasilitas sekolah untuk anak-anak binaannya seperti perlengkapan
sekolah mulai dari tas, alat tulis, sepatu sampai seragam sekolah. Dan untuk bantuan biaya
sekolah, LSM akan langsung membayar ke sekolah anak yang bersangkutan agar tidak terjadi
penyelewengan dana bantuan. Pada ADP tahun 2007 mulai diberlakukan bantuan biaya untuk
kuliah DI sesuai dengan minat anak. Hal ini disambut dengan sangat baik oleh warga
mengingat biaya kuliah yang tidak sedikit.
Bidang ekonomi memfokuskan kegiatannya pada pengembangan KUB (Kelompok
Usaha Bersama) yang memang sebagian KUB sudah berdiri sebelum LSM Wahana Visi
Indonesia berada di wilayah ini. KUB yang dibentuk kembali pada tahun 2005 berjumlah 17
bidang usaha namun yang baru berjalan hingga tahun 2006 hanya ada lima KUB yaitu KUB
akar wangi, KUB menjahit, KUB kerajinan kain perca, KUB rempeyek kacang, dan KUB
memasak. LSM. Hal ini berkaitan dengan strategi cash in hand yang pada awalnya
diberlakukan oleh LSM untuk membangun KUB. LSM sudah menyadari bahwa efek dari
strategi ini tidak terlalu baik yakni warga jadi enggan mengikuti kegiatan KUB lagi jika
bantuan sembako dihentikan.
Namun LSM beralasan bahwa hal ini dilakukan dengan alasan krisis moneter tahun
1999 yang sangat membebani warga sehingga untuk mendorong warga aktif dalam kegiatan
KUB, LSM berinisiatif memberikan bantuan langsung berupa sembako setiap bulannya.
Tabel 12. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Pelaksanaan ProgramADP
Tahap Pelaksanaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Rendah 15 30Tinggi 35 70Total 50 100
5.1.3 Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Menikmati Hasil
Partisipasi warga pada tahap menikmati hasil yaitu manfaat yang dapat dirasakan oleh
warga dari program Area Development Program dari Wahana Visi Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebanyak 70 persen memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan
sebanyak 30 persen memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Angka ini tdak terlalu jauh
berbeda dengan hasil penelitian tingkat partisipasi warga pada tahap pelaksanaan program
ADP. Manfaat yang paling banyak dirasakan oleh wargapun lebih banyak seputar kesehatan
dan pendidikan. Warga mengaku merasakan manfaat yang besar dengan mengikuti banyak
pelatihan kesehatan dan bantuan pelayanan ksehatan gratis dirasa sangat mengurangi beban
hidup mereka. Para orang tua sangat bersyukur akan bantuan pendidikan yang juga dirasa
mengurangi beban hidup mereka sehingga anak-anak mereka dapat menikmati fasilitas
sekolah dengan baik.
Bidang ekonomi responden merasakan manfaat akan keterampilan yang mereka
miliki setelah mengikuti pelatihan seperti menjahit, membuat kerajinan tangan dan memasak.
Tabel 13. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Menikmati HasilProgram ADP
Tahap Menikmati Hasil Jumlah (orang) Persentase (%)
Rendah 15 30Tinggi 35 70Total 50 100
5.1.4 Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Evaluasi
Evaluasi program ADP dilaksanakan dalam beberapa periode yakni tiga bulan, enam
bulan, dan satu tahun. Hasil evaluasi yang telah disusun oleh LSM Wahana Visi Indonesia
akan dirapatkan dengan para pengurus organisasi dan anggota pada periode I tahun sekali.
Partisipasi warga pada tahap evaluasi yaitu kehadiran dan keaktifan responden dalam rapat
evaluasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60 persen tingkat partisipasi warga
pada tahap evaluasi sangat tinggi. Sedangkan sebanyak 40 persen tingkat partisipasi warga
rendah. Angka-angka ini menunjukkan bahwa antusiasme warga untuk mengikuti rapat
evaluasi ini sangat tinggi. Menurut penelusuran peneliti, rapat tahunan ini banyak diminati
warga karena bisa menjadi tempat bersilaturahmi karena rapat ini juga dihadiri oleh ADP dari
wilayah lain diseluruh Jakarta Timur.
Tabel 14. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Evaluasi Program ADP
Tahap evaluasi Jumlah (orang) Persentase (%)
Rendah 20 40Tinggi 30 60Total 50 100
5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Brudtland menyimpulkan bahwa jaminan pembangunan berkelanjutan adalah
partisipasi masyarakat (Craig dan Mayo dalam Hikmat 2004). Partisipasi masyarakat
memegang peranan yang sangat penting untuk mewujudkan tujuan pemberdayaan yakni
masyarakat yang mandiri.
Setiap orang memiliki alasan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan.
Dan pada dasarnya setiap orang akan berpartisipasi dalam suatu kegiatan jika memberikan
manfaat bagi diri mereka. Pada program pemberdayaan, masyarakat miskin memiliki harapan
bahwa program ini dapat merubah hidup mereka menjadi lebih baik. Dan fakta yang terjadi di
lapangan menunjukkan bahwa masyarakat miskin cenderung menginginkan manfaat atau
keuntungan dari perogram ADP dalam waktu singkat sehingga masyarakat cenderung
menyukai kegiatan yang sifatnya pelayanan gratis seperti pelayanan kesehatan dan bantuan
biaya pendidikan anak. Berikut ini adalah faktor-faktor pendukung dan penghambat yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam program ADP.
5.2.1 Faktor Pendukung
Pendamping merupakan jembatan yang menghubungkan antara LSM Wahana Visi
Indonesia dan warga binaannya. Melalui seorang pendamping warga dapat menyalurkan
aspirasi mereka kepada LSM sehingga tercipta hubungan yang baik antara warga dan LSM.
Berdasarkan penelusuran peneliti, hubungan baik yang tercipta antara warga dan pendamping
sangat mempengaruhi eksistensi warga dalam setiap kegiatan program ADP. Hubungan baik
yang tercipta antara warga dan pendamping tidak terbentuk dalam waktu yang singkat.
Tumbuhnya kepercayaan warga terhadap LSM juga tercipta dari hubungan baik ini sehingga
ketika terjadi pergantian pendamping karena suatu alasan warga merasa keberatan.
5.2.2 Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari progam ADP Wahana Visi Indonesia ini adalah masyarakat
di Kelurahan Tengah dengan mayoritas beragama Islam dan tokoh agama didalam agama
Islam merupakan panutan yang sangat kuat pengaruhnya bagi masyarakat, memberikan
tantangan yang tidak sederhana dan penuh perjuangan. Pada awalnya latar belakang Wahana
Visi Indonesia sebagai lembaga yang berlatar belakang Kristen menjadi penghambat LSM ini
untuk dapat diterima oleh masyarakat. Terjadi kekhawatiran yang mendalam pada
masyarakat yang berasumsi akan terjadi kristenisasi. Pendekatan kemanusiaan yang cukup
kental dan holistik disertai dengan komunikasi dua arah yang berkesinambungan dengan
tokoh masyarakat setempat. Seiring berjalannya dengan waktu hal ini bisa diterima oleh
masyarakat karena tidak pernah terjadi hal-hal yang menyinggung agama sekalipun.
BAB VIEVALUASI INPUT DAN OUTPUT PROGRAM
Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program
dalam mendukung pencapaian tujuan program (Arikunto, 1995). Evaluasi program dilakukan
untuk mengidentifikasi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan program. Evaluasi yang
dilakukan oleh peneliti yakni pada penyediaan input dan output yang dihasilkan dari
pemanfaatan input tersebut.
6.1 Input Program
Input program terdiri dari aktifitas, peserta program, biaya, dan pendamping program.
Aktifitas program akan dibedakan menjadi tiga bidang yaitu aktifitas bidang kesehatan,
aktifitas bidang pendidikan, dan aktifitas bidang ekonomi. Masing-masing aktifitas memiliki
waktu pelaksanaan dan jumlah peserta yang berbeda-beda. Peserta program adalah warga
binaan LSM Wahana Visi Indonesia yang bertempat tinggal di Kelurahan Tengah dan
menjadi warga binaan LSM Wahana Visi Indonesia. Pendamping program adalah petugas
khusus dan terlatih yang akan mendampingi warga selama program ADP berlangsung.
6.1.1 Aktifitas Program
Aktifitas program ADP terdiri dari kegiatan dibidang kesehatan, pendidikan,
ekonomi, dan pemberian bantuan. Kegiatan ini juga dilaksanakan serentak di wilayah ADP
lain seperti Cawang dan Kramat Jati. Dan terdapat beberapa kegiatan pelatihan yang
diadakan bersama-sama dengan warga di wilayah tersebut. ADP juga didukung penuh oleh
aparat Kelurahan.
I. Aktifitas Program Pada Bidang Kesehatan
Penyuluhan kartu Gakin dihairi oleh 50 peserta pada bulan Januari 2006 disambut
dengan sangat antusias oleh masyarakat kelas bawah yang kurang dan bahkan tidak mendapat
perhatian dari pemerintah. Penyuluhan kartu Gakin sangat penting dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak mereka mendapatkan pelayanan kesehatan
yang terjangkau. Penyuluhan TBC dihadiri oleh 50 peserta yang dilaksanakan dua kali pada
bulan Mei 2006.
Asumsi yang tepat dan terpercaya bahwa penyakit TBC banyak diderita oleh
masyarakat miskin ditambah lagi dalam penanganan TBC yang sangat lama dan butuh
perhatian lebih maka dirasa perlu dan penting untuk mengadakan penyuluhan dan peran aktif
dari ADB. Penyuluhan DBD yang banyak merenggut banyak jiwa terutama anak-anak,
dihadiri oleh 150 orang.
Penyuluhan ini dilaksanakan bersama dengan dua kelurahan lain yaitu Kelurahan
Kramat Jati dan Kelurahan Cawang yang diketahui pada saat musim hujan banyak terjadi
kasus DBD, bahkan ketika tahun 2007 terjadi KLB untuk kasus DBD. Sama halnya dengan
penyuluhan DBD.
Penyuluhan nutrisi juga dihadiri oleh tiga kelurahan sekaligus diharapkan mampu
mengatasi permasalahan mal nutrisi yang banyak terjadi dan memberikan penyuluhan
makanan yang sehat dan murah yang tersedia disekitar kita. Penyuluhan tentang sanitasi
lingkungan diharapkan mampu memberikan penyuluhan kepada warga kelurahan kampung
tengah yang menjadi langganan banjir setiap tahunnya akibat buruknya sistem pengairan
ditambah kurangnya pengetahuan warga tentang sanitasi lingkungan, penggunaan gerobak
sampah dan pengelolaan sampah melibatkan bapak-bapak dan warga sekitar sebagai peserta.
Selain aktifitas penyuluhan dan pelatihan, aktifitas program pada bidang kesehatan
juga memberikan bantuan berupa pemeriksaan kesehatan gratis kepada anak-anak binaan
LSM Wahana Visi Indonesia.
Tabel 15. Laporan Kegiatan Program ADP Bidang Kesehatan Tahun 2006
No Aktifitas JumlahPeserta
WaktuPelaksanaan
Keterangan
1. Penyuluhan kartuGakin
50orang
Januari 2006
2. Penyuluhan TBC 50orang
Mei 2006
3. Penyuluhan DBD 15orang
Maret 2006 Penyuluhan dihadirioleh 3 kelurahan
4. Penyuluhan nutrisi 112orang
Desember2005
Penyuluhan dihadirioleh 3 kelurahan
5. Penyuluhan tentangpencatatan
10orang
Januari 2006
6. Penyuluhan tentangsanitasi lingkungan
25orang
Oktober2005
7. Penyuluhanpenggunaan gerobaksampah
40orang
November2005
8. Penyuluhanpengolahan sampah
10orang
Oktober2005
II. Aktifitas Program Pada Bidang Pendidikan
Aktifitas pelatihan perpustakaan banyak diikuti oleh ibu-ibu rumah tangga yang aktif
di KUB (Kelompok Usaha Bersama). Training ini bertujuan agar pengelolaan perpustakaan
dapat berjalan mandiri di kemudian hari. Pelatihan kepemimpinan ini ditujukan bagi anak
usia sekolah dasar bertujuan menanamkan jiwa kepemimpinan sejak usia dini sehingga
diharapakan dimasa depan dapat menjadi generasi yang kuat, ulet dan pantang menyerah.
Pelatihan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini yang merupakan barang mahal
untuk saat ini maka dengan adanya progra ADP ini diperkenalkan dengan harga terjangkau
masyarakat bawah. Training pengelolaan KBA mempunyai tujuan yang mulia yaitu
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk dapat meningkatkan
kualitas anak dan bakat agar mampu mandiri dan berkualitas.
Tabel 16. Laporan Kegiatan Program ADP Bidang Pendidikan Tahun 2006
No Aktifitas JumlahPeserta
WaktuPelakanaan
Keterangan
1. Trainingpengelolaanperpustakaan
30 orang Januari 2006
2. Pelatihankepemimpinan
70 orang Juli&Agustus2006
Pelatihan dihadiri olehanak-anak di tigakelurahan
3. PelatihanpengelolaanPAUD
30 orang Mei 2006
5. TrainingpengelolaanKBA(KelompokBelajar Anak)
30 orang Oktober 2005
III. Aktifitas Program Pada Bidang Ekonomi
Aktifitas pada bidang ekonomi antara lain training pembukuan memberikan
bimbingan dan riayah bagaimana membuat laporan keuangan dan administrasi yang berkaitan
satu sama lain. Pelatihan KUB pengelolaan sampah pada saat ini sudah berhasil membuat
pupuk kompos dari sampah yang dibuang masyarakat sekitar. Dan sekarang pupuk kompos
tersebut sudah bisa menjadi komoditi yang bernilai jual.
Tabel 17. Laporan Kegiatan Program ADP Bidang Ekonomi Tahun 2006
No Aktifitas Jumlah Peserta Waktu Pelakanaan1. Training pembukuan 15 orang Maret 20062. Pelatihan KUB pengelola
sampah28 orang Oktober& Januari 2006
3. Pelatihan menjahit dasar 32 orang November 20054. Pelatihan menjahit terampil 15 orang Oktober 2005 & Januari
20065. Pelatihan montir 10 orang Febuari 20066. Pelatihan sablon 20 orang April 20067. Pelatihan KUB ceker ayam 15 orang Desember 20058. Pelatihan keterampilan
rajutan10 orang Desember 2005
9. Pelatihan KUB akar wangi 15 orang April 200610. Pelatihan bordir kain perca 15 orang April 200611. Pelatihan pemasaran 113 orang Maet 2006
Aktifitas yang merupakan langkah nyata dari ADP untuk mengurangi angka
kemiskinan dan pemerataan pembangunan patut kita contoh sehingga dapat kita terapkan
dilingkungan kita. Antara lain adalah :
Tabel 18. Aktifitas Program Pemberian Bantuan
No Aktifitas Jumlah Waktu Pelaksanaan1. Pengadaan Perlengkapan
Posyandu5 unit Mei 2006
2. Pembangunan MCK 1 unit Oktober 2005 & Juni 20063. Pembangunan tempat
sampah10 unit Mei 2006
4. Pengadaan gerobaksampah
18 unit Oktober 2005 s/d April 2006
5. Pembentukanperpustakaan baru
7 unit Oktober 2005 s/d September2006
6. Bantuan biaya sekolah 300 anak Oktober 2005&Januari 2006
6.1.2 Peserta Program
Peserta dari program kesehatan diutamakan ibu dan anak. Untuk peserta orangtua baik
bapak-bapak atau ibu-ibu yang lanjut usia (Lansia) cukup banyak, peserta program
pendidikan menjadi fokus diutamakan anak-anak usia sekolah baik wajib belajar sembilan
tahun sampai SMU. Hal ini karena kegiatan pendidikan banyak terfokus pada peningkatan
mutu pendidikan usia sekolah dasar sampai menengah yang dirasakan mampu memberantas
angka buta huruf yang terkadang masih banyak. Peserta program ekonomi banyak melibatkan
ibu rumah tangga kurang produktif.
6.1.3 Anggaran
Sumber dana berasal dari institusi, simpatisan perorangan, dan orang tua angkat.
Untuk jumlah dan alokasi dana baik pengeluaran maupun pendapatan dalam satu tahun ADP
berjalan merupakan data yang bersifat intern sehingga penulis tidak diperkenankan
mengetahuinya.
6.1.4 Pendamping
Sistem kerja yang digunakan Wahana Visi Indonesia dalam melaksanakan program
ADP adalah setiap satu wilayah kelurahan Wahana Visi Indonesia memfasilitasi tiga orang
pendamping atau fasilitator. Pendamping mempunyai tugas secara luas dan umum ialah
memberikan bimbingan dan arahan kepada warga agar pelaksanaan program berjalan dengan
baik dan harus mampu menjadi duta sosial yang baik bagi Wahana Visi Indonesia sebagai
induk yayasan. Pendamping juga melakukan monitoring kegiatan yang sedang atau sudah
selesai dilaksanakan agar dapat dievaluasi.
6.2 Output Program
Output program adalah hasil yang diperoleh dari penggunaan input yang tersedia.
Output program ADP akan dibedakan berdasarkan bidang masing-masing program yakni
bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Selain itu akan dibahas juga perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku peserta pelatihan kegiatan program ADP.
6.2.1 Output Pada Bidang Kesehatan
Output Program ADP pada bidang kesehatan yang mempunyai kemajuan secara
signifikan dapat dilihat bahwa semakin kuatnya aliansi antara Wahana Visi Indonesia dengan
institusi kesehatan dalam hal ini adalah departemen kesehatan Republik Indonesia dan
penanganan dilapangan khususnya Puskesmas. Pada pogram ADP tahun 2006 Puskesmas
kembali menjalin kerjasama dengan Wahana Visi Indonesia melalui mobile clinic program
(MCP) yang beroperasi sejak bulan Oktober 2005 sampai dengan September 2006. MCP
telah banyak melayani masyarakat dengan memberikan pemeriksaan kesehatan secara gratis.
Jumlah warga yang tercatat telah berpartisipasi pada pelayanan MCP ini adalah 600 orang
dari perkiraan 490 orang saja. MCP juga mencatat bahwa sebanyak 820 anak-anak binaan
telah menjalani tes kesehatan selama program ADP tahun 2006 berlangsung.
Wahana Visi Indonesia melalui program ADP (Area Development Program) pada
tahun 2006 bekerjasama dengan dinas kebersihan dalam rangka meningkatkan akses
masyarakat seluas-luasnya ke tempat pembuangan sampah untuk mengajak masyarakat
sekitar agar lebih peduli dengan kebersihan.
Realisasi dari program ADP Wahana Visi Indonesia, untuk bidang kebersihan ini
dapat terlihat dari 18 unit gerobak sampah yang telah disebar ke seluruh wilayah Kelurahan
Tengah. Jumlah ini masih belum memenuhi rencana program ADP tahun 2006 yakni
sebanyak 36 unit gerobak sampah, namun kekurangannya telah direalisasikan pada program
ADP tahun selanjutnya.
Permasalahan sampah di wilayah Kelurahan Tengah perlu dituntaskan dan
diselesaikan dengan serius dan masalah ini yang mendorong warga untuk berperan aktif
meningkatkan kemampuan mereka dalam menjaga kebersihan sekaligus dapat memanfaatkan
sampah.
Kemajuan ini terlihat dari pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB) dalam
perkembanganya telah berhasil membuat pupuk urea dan pengelola sampah yang telah
berhasil pula, memasarkan pupuk urea siap jual. Dengan adanya KUB ini masyarakat di
Kelurahan Tengah telah mampu dengan kemandirian yang patut diacungi jempol
meningkatkan kapasitas warga dalam mengelola sampah.
Tabel dibawah merupakan keberhasilan dari program ADP Wahana Visi Indonesia,
seperti yang kita ketahui dan dapat kita lihat di sekeliling kita bahwa masyarakat kecil kurang
bisa menikmati pelayanan kesehatan yang memadai seperti obat generik, pemeriksaan
kesehatan dan penyuluhan kesehatan lebih lanjut. Oleh Karena itu Wahana Visi Indonesia
dengan program ADP (Area Development Program) terjun langsung ke masyarakat untuk
mengetahui kebutuhan masyarakat kecil.
Tabel 19. Pencapaian Output pada Bidang Kesehatan
No Output Indikator Pencapaian Output1. Memperkuat aliansi
antara ADP denganinstitusi kesehatan
Tercetusnya perjanjian kerjasamaantara ADP dan institusi kesehatan
Terjalin kerjasamaanatara ADP danPuskesmas melaluiMobile ClinicProgram (MCP)
2. Meningkatkankemampuan dariinstitusi kesehatanuntuk menyediakanpengobatan gratis
- Jumlah pegunjung mobile clinic(tahun 2005:400 orang, tahun2006:500 orang)
- Jumlah anak binaan yangmendapatkan medical chek up(tahun 2005:800 anak, tahun2006: 900 anak)
Jumlahpengunjung mobileclinic sebanyak600 orang danmedical chek upuntuk anak-anaktelah melayani 820anak binaan.
3. Meningkatkan akseske tempatpembuangan sampah
Jumlah tempat pembuangansampah
Telah tersedia 18unit gerobaksampah
4. Meningkatkankomitmenmasyarakat untukmelakukan PHBS(Pola Hidup Bersihdan Sehat)
Jumlah RW yang mempunyaisaluran air
Telah dibuat 2saluran air baru diRW 03 dan RW 09
5. Meningkatkankapasitas wargadalam pengelolaansampah
Jumlah kelompok pengelolasampah yang aktif
Telah terbentuk 1KUB pengelolasampah
6.2.2 Output Pada Bidang Pendidikan
Anak-anak usia sekolah menjadi perhatian khusus pada bidang pendidikan. Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan anak, Wahana Visi Indonesia berusaha memfasilitasi
mereka dengan kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan forum anak, dan juga pemberian bantuan
buku paket untuk mempermudah kegiatan belajar.
Kegiatan ekstrakulikuler terdiri dari kursus pelajaran sekolah, olah raga, menari,
kelompok belajar dan lain-lain. LSM Wahana Visi Indonesia memfasilitasi anak-anak dengan
kegiatan ekstrakulikuler dengan harapan dapat mengasah bakat yang mereka miliki.
Jumlah anak yang telah menjadi anggota dan aktif mengikuti kegiatan sebanyak 270
anak. Angka ini menunjukkan peningkatan karena tahun lalu hanya 100 anak yang terdaftar
sebagai anggota kegiatan ekstrakulikuler dan jumlahnya menjadi 300 anak pada tahun 2005.
Penambahan 270 anak telah meningkatkan jumlah anak yang aktif dalam kegiatan
ekstrakulikuler menjadi 570 anak.
Peningkatan jumlah anggota juga terjadi dalam kegiatan forum anak sebanyak 100
anak sehingga jumlah anggota menjadi 175 anak. Forum ini adalah media bagi anak untuk
belajar berdiskusi, mengeluarkan pendapat dan saling bertukar pikiran.
Untuk memperlancar kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah anak-anak binaan
difasilitasi dengan pemberian buku paket kepada 455 anak. Angka ini menunjukkan
peningkatan jumlah anak yang menerima buku paket sebanyak 343 anak dari jumlah tahun
lalu sebanyak 112 anak.
Tabel 20. Pencapaian Output pada Bidang Pendidikan
No Output Indikator Pencapaian Output1. Meningkatkan jumlah
anak yang memilikibuku paket
Jumlah anak yangmemiliki buku paket
Jumlah anak yang menerimabuku paket sebanyak 455 orang
2. Meningkatkanpartisipasi anakdalam forum anak
Jumlah anak yangmenjadi anggotaforum anak
Jumlah anggota forum anaksebanyak 125 anak.
3. Meningkatkan jumlahanak yang dapatmengakses kegiatanextrakulikuler
Jumlah anak yangdapat mengakseskegiatanekstrakulikuler
Jumlah anak yang terdaftardalam kegiatan ekstrakulikulersebanyak 270 anak
6.2.3 Output Pada Bidang Ekonomi
Sejak awal kedatangan Wahana Visi Indonesia di Kelurahan Tengah, KUB
(Kelompok Usaha Bersama) merupakan salah satu prioritas utama yang menjadi perhatian
untuk dikembangkan. KUB yang sebelumnya telah terbentuk terdiri dari KUB pembuatan
souvenir akar wangi, pembuatan emping melinjo, kusus menjahit, pembuatan rempeyek,
pembuatan kain perca, pembuatan keripik singkong, pembuatan renggenek, pembuatan
makanan kue kering, pembuatan es rumput laut, dan pembuatan telor asin.
Kegiatan KUB pada tahun 2006 sedikit menurun, dimana KUB pembuatan emping
melinjo, keripik singkong, renggenek, es rumput laut dan telor asin produksinya telah atau
sementara berhenti. Jumlah warga yang aktif dalam KUB menurun sekitar 50 orang karena
sebelumnya tiap-tiap KUB minimal beranggotakan 10 orang.
KUB yang masih aktif berproduksi adalah lima KUB yang seluruh anggotanya
berjumlah 50 orang. Jumlah anggota KUB baru pengelolaan sampah menampung 15 anggota.
Hal ini menjadi kabar baik dimana warga laki-laki mau berpartisipasi dalam kegiatan KUB.
Tahun lalu hanya produk kue kering yang berhasil masuk pasar wilayah ADP lain
namun tahun 2006 mengalami peningkatan yakni KUB akar wangi, kain perca dan rempeyek
telah mampu menjual produknya ke wilayah ADP lain seperti Kramat Jati dan Cawang.
Pencapaian output pada bidang ekonomi walaupun masih awal tapi mampu
memberikan hasil yang cukup menggembirakan dengan meningkatnya kemampuan
masyarakat dalam berorganisasi dan meningkatnya kualitas produk hasil para anggota KUB.
Tabel 21. Pencapaian Output pada Bidang Ekonomi
No Output Indikator Pencapaian Output1. Meningkatkan
kemampuanmasyarakat dalamberorganisasi
Jumlah orang yangambil bagian dalamorganisasimasyarakat
Jumlah orang yang tergabungdalam KUB baru sebanyak 15orang
2. Meningkatkan kualitasproduk
Jumlah produksiKUB yang dapatmasuk wilayah ADPlain.
tiga produk KUB mampumenembus pasar wilayahADP lain
BAB VIIEVALUASI EFEK dan DAMPAK PROGRAM
7.1 Efek Program Pada Bidang Kesehatan
Efek program ADP di bidang kesehatan adalah meningkatnya akses ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Jumlah pengunjung mobile clinic meningkat pada tahun 2006 yaitu
sebanyak 600 pengunjung dari tahun 2005 sebanyak 400 pengunjung. Peningkatan jumlah
pengunjung ke mobile clinic dapat diartikan bahwa masih banyak warga yang memiliki
keluhan penyakit tetapi enggan memeriksakan diri ke rumah sakit atau Puskesmas karena
kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan masih rendah. Hal ini dapat disimpulkan dari
beberapa pendapat warga yang menyatakan bahwa mereka enggan memeriksakan diri ke
dokter meskipun punya uang karena takut mengetahui ada penyakit berbahaya pada diri
mereka dan perlu biaya yang besar. Selain itu alasan kemiskinan juga menjadi penyebab
sulitnya warga mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Melalui program mobile
clinic warga bisa mengakses pelayanan kesehatan dengan mudah karena berada dekat dengan
tempat tinggal mereka. Selain itu warga juga difasilitasi dengan jasa dokter dan obat-obatan
secara cuma-cuma.
Kegiatan rutin tahunan pemeriksaan kesehatan untuk anak-anak mengalami
peningkatan dari ADP tahun 2005 yaitu sebanyak 20 anak. Data tahun 2005 menyebutkan
jumlah anak yang menjalani pemeriksaan kesehatan sebanyak 800 orang dan tahun 2006
mengalami peningkatan menjadi 820 orang dari target 900 orang.
Efek program ADP di bidang kesehatan juga terlihat pada peningkatan sanitasi
lingkungan. Pembangunan saluran air (got) di RW03 dan RW 09 dapat terwujud berkat
bantuan Wahana Visi Indonsia melalui program ADP dan tenaga sukarela para warga.
Tabel 22. Pencapaian Efek pada Bidang Kesehatan
No Efek Indikator Pencapaian Efek1. Meningkatnya akses
ke fasilitas pelayanankesehatan
Jumlah warga yangdapat mengaksespelayanan kesehatan
- Jumlah pengunjung mobileclinic meningkat dari tahun2005
- Jumlah anak yang menjalanimedical chek up meningkatdari tahun 2005
2. Meningkatnyasanitasi lingkunganyang baik
Jumlah RW yangmempunyai saluranair (got) dan tempatpembuangan sampahyang cukup
- Jumlah RW yang memilikisaluran air bertambah di RW03 dan 09
- Jumlah gerobak pengangkutsampah bertambah 18 unit
7.2 Efek Program Pada Bidang Pendidikan
Efek program ADP di bidang pendidikan dapat terlihat pada kemudahan akses
mendapatkan pelayanan pendidikan yang terjangkau dan tetap berkualitas. Program ADP
telah membuka sedikitnya tujuh perpustakaan untuk anak-anak usia sekolah yang tersebar di
seluruh RW kelurahan Tengah. Hal ini tentu memudahkan anak untuk belajar dan
meningkatkan motivasi mereka untuk membaca. Selain itu Wahana Visi bekerjasama dengan
warga dan institusi pendidikan setempat untuk menyediakan PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini) bagi anak usia tiga sampai lima tahun. PAUD disambut dengan baik oleh warga
setempat karena biaya yang sangat terjangkau yaitu Rp. 5000,- setiap bulan dan tim pengajar
yang profesional.
7.3 Efek Program Pada Bidang Ekonomi
Efek program ADP di bidang ekonomi terlihat pada peningkatan pendapatan
kelompok usaha selama setahun terakhir. Kelompok usaha yang mengalami peningkatan
pendapatan antara lain KUB kain perca, KUB souvenir akar wangi dan KUB pembuatan
makanan ringan rempeyek.
Berdasarkan laporan peningkatan pendapatan yang disusun oleh masing-masing ketua
KUB diketahui bahwa KUB kain perca mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp.
750.000,00 pada tiga bulan pertama dan terus meningkat pada bulan selanjutnya dengan
jumlah yang bervariasi.
Kelompok usaha pembuatan rempeyek juga mengalami peningkatan pendapatan jika
dibandingkan tahun 2005. Keuntungan bersih yang diperoleh sebanyak Rp.450.000,00 pada
bulan-bulan tertentu seperti hari raya. Pada tahun 2005 KUB rempeyek ini hanya mampu
mendapat keuntungan paling besar Rp. 80.000,00 karena pemasarannya belum luas dan
anggotanya baru berjumlah tiga orang saja.
Kelompok usaha akar wangi berawal dari usaha keluarga yang kemudian
dikembangkan dalam usaha kelompok sejak tahun 2005. Usaha ini bisa mencapai keuntungan
hingga Rp.4.000.000,00 dalam sebulan dengan jumlah anggota sebanyak 12 orang, namun
hal ini hanya berlangsung beberapa bulan saja karena terdapat masalah pada sistem
pengelolaan keuangannya.
7.4 Dampak Program Pada Bidang Kesehatan
Dampak yang diharapkan terjadi di masa mendatang adalah meningkatnya kualitas
kesehatan masyarakat di wilyah Kelurahan Tengah. Hal ini dapat dilihat dari penurunan
beberapa kasus penyakit yang banyak menjangkit di masyarakat seperti saluran pernapasan,
diare dan kulit. Data menunjukkan penurunan jumah kasus penyakit saluran pernapasan
menjadi 36,2 persen pada tahun 2006 dari 36,7 persen pada tahun 2005. Penyakit diare juga
mengalami penurunan kasus menjadi 5,1 persen dari 5,3 persen pada tahun 2005. dan
penyakit kulit kasusnya turun menjadi 3,3 persen dari 4,3 persen kasus pada tahun 2005.
7.5 Dampak Program Pada Bidang Pendidikan
Dampak program ADP di bidang pendidikan dapat terlihat pada peningkatan prestasi
belajar anak. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebesar 66,5 persen siswa
SD anak binaan Wahana Visi Indonesia mendapatkan nilai rata-rata tujuh disekolahnya. Dan
siswa SMP juga menunjukkan kenaikan rata-rata nilai tujuh sebesar 19,9 persen pada tahun
2006 dibandingkan tahun 2005 hanya 19,1 persen saja. Hal ini tentu menjadi prestasi yang
luar biasa bagi anak-anak, orang tua dan LSM Wahana Visi Indonesia sendiri.
7.6 Dampak Program Pada Bidang Ekonomi
Dampak yang terjadi pada bidang ekonomi memerlukan proses yang lumayan
memerlukan waktu yang tidak sebentar. Untuk meningkatkan status ekonomi keluarga miskin
tentu memerlukan kerja keras dan kesungguhan dalam mewujudkannya. Wahana Visi
Indonesia mentargetkan pada tahun 2009 tejadi penurunan jumlah keluarga miskin menjadi
2074 kepala keluarga dari data tahun 2003 sebesar 8.296 kepala keluarga. Program ADP
tahun 2006 merupakan salah satu proses untuk merealisasikan target tersebut.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Kesimpulan hasil evaluasi program ADP adalah sebagai berikut:
1. Tingkat partisipasi warga pada tahap sosialisasi program ADP menunjukkan bahwa
sebanyak 40 persen responden memiliki partisipasi yang tinggi dan sebanyak 60
persen responden memiliki partisipasi yang rendah.
2. Tingkat partisipasi warga pada tahap pelaksanaan program ADP menunjukkan bahwa
sebanyak 70 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan sebanyak
30 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang rendah.
3. Tingkat partisipasi warga pada tahap menikmati hasil program ADP menunjukkan
bahwa sebanyak 70 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan
sebanyak 30 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang rendah.
4. Tingkat partisipasi warga pada tahap evaluasi program menunjukkan bahwa sebanyak
60 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang tinggi. Sedangkan sebanyak 40
persen tingkat partisipasi warga rendah.
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi warga adalah hubungan baik
yang terjalin antara warga dengan pendamping program, kemampuan dan kemauan
warga yang mendorong untuk berpartisipasi, penyuluhan yang intens dari
pendamping kepada warga, monitoring dari pengurus organisasi dan pendamping
kepada warga, dan keterlibatan semua stakeholder baik tokoh agama, aparatur
pemerintah maupun pengurus organisasi.
6. Input program ADP tersedia dengan baik seperti aktifitas program, jumlah peserta
yang terlibat, anggaran biaya dan pendamping program.
7. Output program ADP yang dihasilkan setelah penggunaan input antara lain:
a. Meningkatnya hubungan kerjasama antara Wahana Visi Indonesia dengan
institusi kesehatan.
b. Meningkatnya kemampuan institusi kesehatan dalam menyediakan pelayanan
kesehatan gratis.
c. Meningkatnya akses warga ke tempat pembuangan sampah.
d. Meningkatnya komitmen masyarakat untuk melakukan PHBS (Pola Hidup
Bersih dan Sehat).
e. Meningkatnya kapasitas warga dalam mengelola sampah.
f. Meningkatnya jumlah anak yang memiliki buku paket.
g. Meningkatnya partisipasi anak dalam forum anak.
h. Meningkatnya jumlah anak yang dapat mengakses kegiatan ekstrakulikuler.
i. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam berorganisasi melalui KUB.
j. Meningkatnya kualitas produk KUB.
8. Efek yang diterima oleh warga Kelurahan Tengah adalah:
a. Meningkatnya akses warga ke pelayanan kesehatan melalui program mobile
clinic.
b. Meningkatnya sanitasi lingkungan yang baik dengan dibangunnya saluran air
dan beroperasinya 18 unit gerobak sampah.
c. Meningkatnya kemudahan warga untuk mengakses pelayanan pendidikan
yang terjangkau dan berkualitas.
d. Meningkatnya pendapatan kelompok usaha selama setahun terakhir.
9. Dampak pada bidang kesehatan adalah :
a. Terjadi penurunan beberapa kasus penyakit seperti saluran pernapasan,
diare dan kulit. Data menunjukkan penurunan jumlah kasus penyakit
saluran pernapasan menjadi 36,2 persen pada tahun 2006 dari 36,7 persen
pada tahun 2005. Penyakit diare juga mengalami penurunan kasus menjadi
5,1 persen dari 5,3 persen pada tahun 2005. dan penyakit kulit kasusnya
turun menjadi 3,3 persen dari 4,3 persen kasus pada tahun 2005.
b. Dampak pada bidang pendidikan adalah terjadi peningkatan prestasi
belajar anak di sekolah. Data Wahana Visi Indonesia menunjukkan bahwa
sebesar 66,5 persen siswa Sekolah Dasar (SD) binaan Wahana Visi
Indonesia mendapatkan nilai rata-rata tujuh disekolahnya. Dan siswa SMP
juga menunjukkan kenaikan rata-rata nilai tujuh sebesar 19,9 persen pada
tahun 2006 dibandingkan tahun 2005 hanya 19,1 persen saja.
c. Pada bidang ekonomi Wahana Visi Indonesia menargetkan di tahun 2009
tejadi penurunan jumlah keluarga miskin menjadi 2074 kepala keluarga dari
data tahun 2003 sebesar 8296 kepala keluarga. Program ADP tahun 2006
merupakan salah satu proses untuk merealisasikan target tersebut.
8.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Untuk peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai evaluasi program.
Sebaiknya dalam menentukan proyek atau program untuk dievaluasi,
peneliti melihat sisi menarik dalam suatu program atau proyek sehingga
hasilnya dapat memberikan masukan yang baru.
b. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini bisa dijadikan literatur untuk
mengkaji evaluasi program atau proyek.
c. Untuk pihak penyelenggara program, sebaiknya jumlah fasilitator ditambah
karena banyak kelompok usaha yang belum berproduksi dengan baik. Hal
ini dipengaruhi oleh penyuluhan dan monitoring yang kurang dari
fasilitator.
1
Lampiran 1. Kuesioner
Tanggal Pengisian
Nomor Responden
Petunjuk Pengisian:
Isilah titik-titik (…….) dan berilah tanda silang ( x ) pada pilihan jawaban yang
tersedia yang menurut anda tepat dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya !
Nama RespondenJenis Kelamin (a) Laki-laki
(b) PerempuanAlamat di KelurahanTengah
(a) RW 01(b) RW 02(c) RW 03(d) RW 04(e) RW 06(f) RW07(g) RW 08(h) RW 09(i) RW 10
KUESIONER
Peneliti bernama Yenni Kurnia, mahasiswi Program Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Saat ini peneliti sedang menyelesaikan skripsi dengan judul
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pengembangan
Wilayah di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Penelitian
ini merupakan salah satu syarat kelulusan studi.
Peneliti berharap Anda bersedia menjawab pertanyaan yang
diajukan dengan jujur dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Identitas dan
jawaban Anda dijamin kerahasiannya dan semata-mata digunakan untuk
kepentingan penyusunan skripsi.
Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi kuesioner ini.
2
Bagian I *diisi oleh peneliti
1. Usia
(a) <30 tahun (b) 30-50 tahun (c) >50 tahun
2. Pendidikan Terakhir
(a) tidak tamat sekolah (d) tamat SMA
(b) tamat SD (e) Diploma
(c) tamat SMP (f) Sarjana/Pascasarjana
3. Jenis Pekerjaan
(a) PNS (d) TNI/POLRI
(b) Pegawai swasta (e) Lainnya………
(c) Wiraswasta
4. Pendapatan (/bulan)
(a) Rp. 1000.000
(b) Rp. 1.000.000 – Rp 2.000.000
(c) > Rp. 2000.000
5. Lama tinggal:
(a) 0-5 tahun
(b) 6- 11 tahun
(c) > 11 tahun
Bagian II
1. Apakah Anda menghadiri kegiatan rapat perencanaan program?
(a) ya (b) tidak
2. Jika Ya, berapa kali Anda menghadiri rapat?
Jawab:……………………………………
3. Apakah Anda mengetahui hasil keputusan rapat perencanaan program?
(a) ya (b) tidak
4. Jika Ya, apa hasil keputusan rapat perencanaan program?
Jawab:…………………………………..
5. Apakah Anda dilibatkan dalam pengambilan keputusan?
(a) ya (b) tidak
3
Bagian III
1. Apakah Anda menghadiri kegiatan penyuluhan kesehatan?
(a) ya (b) tidak
2. Jika Ya, kegiatan apa saja yang anda hadiri?
Jawab:……………………………………..
3. Apakah Anda menghadiri kegiatan pelayanan kesehatan?
(a) Ya (b) tidak
4. Apakah Anda menghadiri pelatihan kegiatan ekonomi?
(a) Ya (b) tidak
5. Jika Ya, kegiatan apa saja yang Anda hadiri?
Jawab:…………………………………….
Bagian IV
1. apakah Anda merasakan manfaat dari kegiatan penyuluhan kesehatan?
(a) Ya (b) Tidak
2. Apakah Anda merasakan manfaat dari kegiatan pelayanan kesehatan?
(a) Ya (b) Tidak
3. apakah Keterampilan Anda meningkat setelah mengikuti pelatihan kesehatan?
(a) Ya (b) Tidak
4. Apakah Anda merasakan manfaat dari bantuan operasional sekolah?
(a) Ya (b) Tidak
5. Apakah Anda merasakan manfaat dari kegiatan PAUD( Pendidikan Anak Usia
Dini)?
(a) Ya (b) Tidak
6. Apakah Anda merasakan manfaat dari pelatihan ekonomi?
(a) Ya (b) Tidak
7. Apakah Keterampilan Anda meningkat setelah mengikuti pelatihan ekonomi?
(a) Ya (b) Tidak
8. Apakah pendapatan Anda meningkat setelah mengikuti kegiatan KUB?
(a) Ya (b) Tidak
4
Bagian V
1. Apakah Anda menghadiri rapat evaluasi program yang diadakan 3 bulan sekali?
(a) Ya (b) Tidak
2. Apakah Anda membuat laporan tertulis mengenai kegiatan yang telah Anda
ikuti
(a) Ya (b) Tidak
3. apakah Anda mengutarakan saran/ide saat rapat berlangsung?
(a) Ya (b) Tidak
4. Apakah Anda membuat catatan mengenai hasil rapat evaluasi?
(a) Ya (b) Tidak
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas. FE Universitas Indonesia.
Alkadri, dkk. 2001. Manajemen Teknologi Untuk Pengembangan wilayah. Jakarta : BPPT
Ambardi, Urbanus dan Socia Prihawantoro. 2002. Pengembangan Wilayah dan OtonomiDaerah. Jakarta: BPPT
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar.1995. Evaluasi ProgramPendidikan. Penerbit: Bumi Aksara.
Bakhit, Izzedin, dkk. 2001. Pembangunan Tanpa Perasaan Menggempar Akar-AkarKemiskinan. Yakoma-PGI. Jakarta.
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif ( Aktualisasi Metodologis ke ArahRagam Varian Kontemporer ). Jakarta: PT Raya Grafindo Persada.
Departemen Pertanian. 1990. Monitoring dan Evaluasi: Sistem Monitoring dan EvaluasiProyek-proyek Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Departemen Pertanian.Jakarta.
Hikmat, Harry. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Humaniora Utama.
Hastuty, Yuli.2004. Partisipasi Masyarakat dalam Penerapan Program PemberdayaanMasyarakat (Studi kasus di Proyek Susukan Kecamatan Ciracas, Jakarta timur).Tesis. UI.
Nasdian, Tonny Fredian. 2003.Pengembangan Masyarakat.Materi kuliah.IPB.
Nasution, Sofyan. 1995. Berbagai faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat DalamPembangunan Perkotaan. Jakarta:UI.
Nurzaman, Siti sutriah. 2002. perencanaan Wilayah di Indonesia. Bandung: ITB.
Pranarka, AMW dan Vidhiyanka Moeljarto. 1996. Pemberdayaan, Konsep Kebijakan danImplementasi. Jakarta: CSIS.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika Aditama.
Santosa, Iman Budhi. 2001. Potret gaya Hidub Transformatif. LKiS Yogyakarta
Santoso, Jo.2006. Kota Tanpa Warga. Penerbit:KPG.
Tayibnapsis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. UNJ
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1993. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3ES
Recommended