View
35
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
sulsel
Citation preview
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Sulawesi Selatan
TRIWULAN I 2015
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
Divisi Advisory dam Pengembangan Ekonomi Daerah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Jenderal Sudirman No. 3
Makassar 90113, Indonesia
Telepon: 0411 3615188/3615189
Faksimili: 0411 3615170
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi iii
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap
triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi,
keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan
uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah
disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan
moneter maupun makroprudensial, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah
dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di daerah diharapkan dapat semakin
berperan sebagai strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.
Perekonomian Sulsel tumbuh 5,23% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan IV 2014 (7,71%; yoy). Melambatnya
perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan oleh menurunnya kinerja di dua sektor ekonomi utama Sulsel, yaitu
pertanian dan industri pengolahan. Dari sisi kelompok pengeluaran, penurunan kinerja ekspor menjadi penyebab utama
melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan I 2015. Sementara itu, tekanan inflasi tercatat menurun di triwulan
laporan, sebesar 7,13% (yoy), dibandingkan dengan triwulan IV 2014 (8,61%, yoy). Dengan hasil evaluasi tersebut,
perekonomian kedepan masih memiliki tantangan-tantangan yang memerlukan sinergi bersama, antara lain dalam hal
peningkatan produktivitas untuk mendorong konsumsi domestik, investasi dan produksi industri berbasis sektor primer
(hilirisasi), peningkatan produksi tanaman pangan beserta infrastruktur pendukung, serta kerjasama antar TPID untuk
mengatasi gejolak harga.
Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara
langsung yaitu melalui survei dan liaison maupun dari data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada
kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik
berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan
dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.
Makassar, Mei 2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
Mokhammad Dadi Aryadi Direktur Eksekutif
iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian
inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi
kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan
efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan
eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan
dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan
stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan
akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta
melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam
rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen,
dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri
atas:Trust and Integrity Professionalism Excellence Public Interest
Coordination and Teamwork.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi v
DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR III
DAFTAR ISI V
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
TABEL INDIKATOR EKONOMI 5
1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 11
1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 12
1.2. SISI PENGELUARAN 12
1.3. SISI LAPANGAN USAHA 19
2. KEUANGAN PEMERINTAH 29
2.1. STRUKTUR ANGGARAN 30
2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 30
2.3. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA ANGGARAN APBD KABUPATEN/KOTA SE-SULSEL 33
2.4. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA INSTANSI VERTIKAL DI SULSEL 34
2.5. PERAN REALISASI KEUANGAN PEMERINTAH DALAM PDRB 35
3. INFLASI DAERAH 37
3.1. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 38
3.2. INFLASI MENURUT KOTAIHK 43
3.3. DISAGREGASI INFLASI 44
3.4. KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 44
4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 49
4.1. KONDISI UMUM PERBANKAN 50
4.2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN 53
4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 56
5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 63
5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 64
5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 65
DAFTAR ISI
vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 67
6.1. TENAGA KERJA 68
6.2. PENDUDUK MISKIN 69
6.3. RASIO GINI 70
6.4. NILAI TUKAR PETANI 70
7. PROSPEK PEREKONOMIANDAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 73
7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 74
7.2. PROSPEK INFLASI 78
7.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN 81
LAMPIRAN 83
DAFTAR BOKS
BOKS 1.A. 26
KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR SULSEL
BOKS 3.A. 47
KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI DI SULAWESI SELATAN
BOKS 4.A. 58
PEMETAAN DAERAH POTENSIAL DALAM RANGKA IMPLEMENTASI LAYANAN KEUANGAN DIGITAL (LKD)
BOKS 4.B. 60
MENGENAL KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
BOKS 7.A. 82
KARAKTERISTIK EKSPOR RUMPUT LAUT SULSEL
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
Gambaran Umum
Perekonomian Sulawesi Selatan
triwulan I 2015
tumbuhmelambat, searah
dengan perlambatan ekonomi
Nasional.
Perekonomian Sulsel tumbuh 5,23% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan IV
2014 (7,71%; yoy). Melambatnya perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan
oleh menurunnya kinerja di dua sektor ekonomi utama Sulsel, yaitu pertanian dan
industri pengolahan. Dari sisi kelompok pengeluaran, penurunan kinerja ekspor
menjadi penyebab utama melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan I 2015.
Sementara itu, tekanan inflasi tercatat menurun di triwulan laporan, sebesar 7,13%
(yoy), dibandingkan dengan triwulan IV 2014 (8,61%, yoy). Penurunan tekanan inflasi
pada beberapa kelompok barang/jasa seperti penurunan harga BBM bersubsidi,
masuknya musim panen pada beberapa komoditas diperkirakan menjadi faktor
pendorong penurunan tekanan inflasi. Selain itu, faktor cuaca yang membaik
mempengaruhi pasokan komoditas dan distribusi barang lebih lancar. Kondisi sistem
keuangan yang diwakili oleh indikator perbankan tetap menunjukkan penguatan dan
tetap dalam risiko yang terjaga. Di sisi lain, sistem pembayaran menunjukan
perlambatan. Beberapa indikator sistem pembayaran tunai dan non tunai menunjukan
trend penurunan di awal tahun.
Perekonomian kedepan masih memiliki tantangan-tantangan antara lain dalam hal
peningkatan produktivitas untuk mendorong investasi dan produksi industri berbasis
sektor primer (hilirisasi). Dari stabilitas harga dan ketahanan pangan, peningkatan
produksi tanaman pangan beserta infrastruktur pendukung (waduk, irigasi), serta
kerjasama antar TPID untuk mengatasi gejolak harga karena ketimpangan pasokan dan
permintaan kiranya perlu diperkuat. Pola kebijakan seperti penentuan tarif batas atas
angkutan dan penetapan harga eceran tertinggi untuk LPG sudah mulai diintrodusir
oleh Pemerintah Daerah.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Sektor perdagangan dan
konstruksi menjadi penahan
pertumbuhan ekonomi
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) di triwulan I 2015 melambat, searah dengan
perlambatan ekonomi nasional. Pada triwulan pelaporan, ekonomi Sulsel tumbuh
sebesar 5,23% (yoy)lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 (7,71%; yoy).
Melambatnya perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan oleh menurunnya
kinerja di sektor primer (sektor pertanian) dan sektor sekunder (sektor industri
pengolahan). Yang mampu menahan laju perlambatan adalah pertumbuhan sektor
sekunder lainnya (sektor konstruksi dan sektor perdagangan). Sementara di sisi
pengeluaran, pelemahan terjadi sebagai dampak dari melemahnya kondisi lokal dan
permintaan global yang belum pulih. Hal ini terindikasi dari perlambatan konsumsi
rumah tangga, investasi, dan ekspor. Hanya stimulus fiskal (konsumsi pemerintah),
satu-satunya komponen yang masih kuat.
RINGKASAN EKSEKUTIF
2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
Keuangan Pemerintah
Realisasikan pendapatan
maupun belanja fiskal daerah
cenderung masih rendah
Persentase realisasi pendapatan maupun belanja keuangan daerah relatif masih
belum optimal. Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel triwulan I 2015
relatif sama dengan triwulan I 2014. Faktor pendorong adalah optimalisasi
pemungutan pajak dan retribusi daerah, serta kenaikan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah. Sementara di sisi persentase realisasi belanja untuk APBD Provinsi,
APBD Kabupaten Kota, maupun instansi vertikal, pada triwulan I 2015, cenderung lebih
rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Faktor penyebab adalah
karena faktor pola awal tahun dan kendala teknis.
Inflasi Daerah
Penurunan harga BBM dan
terjaganya pasokan pangan
mendorong penurunan inflasi di
triwulan I 2015.
Tekanan inflasi di triwulan laporan menurun. Laju inflasi Sulsel pada triwulan I 2015
tercatat sebesar 7,13% (yoy) lebih rendah dari triwulan IV 2014 (8,61%, yoy) yang
disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi pada beberapa kelompok barang/jasa
seperti penurunan harga BBM bersubsidi, masuknya musim panen pada beberapa
komoditas dan faktor cuaca yang membaik mempengaruhi pasokan komoditas dan
distribusi barang lebih lancar. Melimpahnya pasokan ikan akibat membaiknya cuaca
yang mendukung kegiatan penangkapan ikan juga menjadi salah satu penyebab
menurunnya tekanan inflasi di triwulan laporan. Terkendalinya inflasi juga tidak
terlepas dari kontribusi TPID. Kondisi perkembangan koordinasi pengendalian inflasi
menunjukkan perkembangan yang lebih baik lagi dari sisi kerjasama dan koordinasi
TPID di sepanjang periode laporan
Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Intermediasi perbankan tetap
tinggi, diiringi dengan risiko
masih dalam batas aman
Kinerja perbankan cenderung meningkat. Dari indikator utama yaitu aset, dana pihak
ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan, memperlihatkan peningkatan
yang lebih baik pada triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan aset bank umum
didorong oleh peningkatan aset kelompok bank pemerintah. Sementara itu, kegiatan
intermediasi masih tinggi tercermin dari rasio LDR sebesar 128,43% disebabkan
penyaluran kredit lebih besar dibandingkan penghimpunan DPK, meskipun pada
triwulan laporan akselerasi pertumbuhan DPK lebih tinggi daripada kredit. Sementara
itu, risiko kredit perbankan secara umum masih terjaga dengan baik tercermin dari
Rasio nonperforming loan (NPL) yang masih berada pada level aman, khususnya sektor
rumah tangga. Kkualitas kredit UMKM dan korporasi perlu mendapatkan perhatian
khususnya sektor pertambangan dan konstruksi dimana NPL pada triwulan laporan
sudah melewati batas aman 5%.
Di triwulan I 2015, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh sektor
perdagangan. Kredit korporasi (bukan lembaga keuangan dan sektor swasta lainnya)
pada triwulan I 2015 tercatat sebesar Rp18,85, dengan pangsa terbesar adalah sektor
perdagangan yaitusebesar 50,14%. Adapun untuk porsi kredit yang ditujukan pada
sektor pertanian dan pertambangan masih relatif kecil dimana masing-masing tercatat
sebesar 0,82%, dan 1,78%.Di sisi lain, Penyaluran kredit bagi UMKM pada triwulan I
2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit UMKM tercatat
tumbuh melambat sebesar 10,49% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya
sebesar 12,11% (yoy).
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 3
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang
Pada akhir tahun terjadi net
inflow, berbeda dengan pola
biasanya, kemungkinan terkait
tekanan harga yang kuat di
akhir tahun
Perkembangan kinerja sistem pembayaran menunjukkan perlambatan pada triwulan
I 2015. Transaksi keuangan non-tunai melalui Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun. Sejalan dengan menurunnya
pertumbuhan transaksi keuangan melalui RTGS, transaksi keuangan melalui Sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami perlambatan di triwulan I
2015.
Faktor musiman menunjukkan pengaruh terhadap pergerakan aliran uang kartal net
inflow pada triwulan I 2015. Terjadi tren yang sama dari tahun-tahun sebelumnya yang
cenderung inflow di awal tahun, yang berarti terjadi kegiatan penyetoran uang ke Bank
Indonesia. Sementara itu, langkah Bank Indonesia dalam mewujudkan clean money
policy juga senantiasa terus dilakukan melalui kegiatan pengelolaan uang tunai oleh
Bank Indonesia melalui pembukaan layanan penukaran uang, kas keliling, remise,
pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata uang.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tingkat pengangguran dan
kesejahteraan relatif tidak
berubah signifikan
Kondisi kesejahteraan belum menunjukkan perubahan signifikan. Penyerapan tenaga
kerja relatif baik, terpantau dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) Sulawesi Selatan
yang mencapai 5,80% (dataFebruari 2015) atau relatif tidak berubah dari tahun
sebelumnya (Februari 2013). Sementara tingkat kesejahteraan petani yang diukur dari
Nilai Tukar Petani (NTP) hingga akhir Maret 2015 terpantau melemah dari triwulan
I2015. Jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga September 2014 menurun dibanding
Maret 2014 baik di kota maupun di desa. Persentase penduduk miskin di Sulsel 9,5%
atau relatif baik dibandingkan Sulampua maupun nasional.
Prospek Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi Sulsel
pada triwulan I 2015
diperkirakan melemah dengan
tingkat inflasi yang terkendali
Perekonomian Sulsel pada triwulan II 2015 dan untuk keseluruhan tahun 2015,
masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,9% - 8,9% (yoy) dan 7,5% -
8,5% (yoy). Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Sulsel
2015 akan tetap lebih tinggi. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh
permintaan domestik (konsumsi dan investasi), sementara ekspor luar negeri
cenderung masih lemah. Di sisi lapangan usaha, hampir semua sektor meningkat,
didukung oleh kebijakan pemerintah dan faktor musiman.
Tekanan harga akhir tahun 2015 diprakirakan akan tetap terkendali, dengan besaran
masuk dalam rentang target inflasi nasional. Faktor yang mendorong adalah volatile
food karena terkait peningkatan produksi bahan pangan. Namun demikian, perlu
diwaspadai untuk tekanan dari sisi administered prices dan inflasi inti, masing-masing
karena potensi harga minyak dunia dan peningkatan permintaan masyarakat
Rekomendasi kebijakan yang
ditawarkan sebagai hasil kajian
perkembangan ekonomi dan
inflasi triwulan I 2015
Bank Indonesia menawarkan beberapa rekomendasi kebijakan untuk mendorong
realisasi potensi ekonomi Sulsel yang masih besar serta untuk memperkuat peran
Sulsel sebagai simpul utama perekonomian Kawasan Timur Indonesia serta
implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, antara lain: (1) Memperkuat
konsumsi lokal dengan mendorong penggunaa penggunaan produk-produk lokal di
setiap event yang dilaksanakan pemerintah, (2) Mendorong pertumbuhan ekonomi
yang inklusif, melalui peningkatan kualitas SDM, peningkatan produksi sektor primer,
hilirasi industri, dan peningkatan iklim investasi, (3) Percepatan stimulus fiskal yang
berupa belanja rutin atau modal, secara tepat waktu dan tepat sasaran, (4) Mendorong
dan memfasilitas komoditas ekspor yang masih mengalami peningkatan.
RINGKASAN EKSEKUTIF
4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
Sementara untuk mendukung kegiatan pengendalian harga yang telah mencapai
banyak kemajuan dan prestasi, maka untuk penguatan ke depan kami menyarankan
kepada pemerintah daerah, antara lain: (1) Mempercepat Rencana pembangunan
infrastruktur pertanian (waduk, saluran irigasi, dan perluasan area tanam) untuk
meningkatkan ketersediaan pasokan bahan makanan di Sulsel (2) Penguatan
kelembagaan kelompok tani, pembiayaan (Koperasi), dan lembaga penjamin stok
pangan (Bulog) untuk menjaga ketahanan pangan di provinsi Sulsel
TABEL INDIKATOR EKONOMI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 5
TABEL INDIKATOR EKONOMI
Tabel Indikator Ekonomi
A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
I II III IV I II III IV I II III IV I
MAKRO
- Sulawesi Selatan 132.89 133.44 135.69 136.14 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71 111.72 116.89 116.95
- Sulawesi Utara 128.11 129.75 131.57 133.73 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28 110.90 118.61 118.13
- Gorontalo 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32 109.62 115.26 113.96
- Papua 126.38 127.28 129.07 132.71 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66 114.05 121.17 121.30
- Papua Barat 144.28 149.65 152.64 152.79 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26 113.93 115.18 116.00
- Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97 112.31 115.86 120.40
- Sulawesi Tengah 135.20 137.53 141.14 142.34 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64 115.12 120.21 117.34
- Sulawesi Tenggara 137.27 138.93 141.02 141.15 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 109.77 111.72 117.67 116.43
- Sulawesi Barat 134.57 134.98 137.56 138.24 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28 112.54 116.85 116.20
- Maluku Utara 133.20 134.73 135.68 136.87 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28 117.01 122.30 121.04
- Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92 3.72 8.61 7.14
- Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26 4.00 9.67 7.99
- Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 3.59 6.14 5.28
- Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51 9.11 6.83
- Papua Barat 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.32 6.56 7
- Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.85 2.79 7.19 9.08
- Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37 5.46 8.84 5.28
- Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.84 1.83 8.45 7.81
- Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65 4.46 7.89 6.68
- Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75 5.40 9.35 7.92
14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 6,936 -
1. Pertanian 3,787 4,095 4,321 3,329 3,831 4,059 4,491 3,765
2. Pertambangan dan Penggalian 875 1,116 1,091 1,209 1,123 1,181 1,230 1,153
3. Industri Pengolahan 1,948 1,990 2,033 2,079 2,108 2,187 2,210 2,199
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 157 159 164 168 169 173 178 181
5. Konstruksi/Bangunan 841 868 903 955 913 964 1,022 1,058
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,509 2,616 2,738 2,798 2,797 2,876 2,966 3,022
7. Angkutan dan Komunikasi 1,436 1,459 1,502 1,553 1,544 1,613 1,660 1,663
8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 1,129 1,240 1,272 1,338 1,323 1,414 1,468 1,480
9. Jasa-jasa 1,460 1,514 1,522 1,544 1,494 1,529 1,604 1,636
55,239 58,217 62,188 58,439 58483.6
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12,293 13,015 14,950 10,826 12550.5
Pertambangan dan Penggalian 3,108 3,792 4,039 3,810 3542.59
Industri Pengolahan 7,648 8,213 8,631 8,941 8110.64
Pengadaan Listrik, Gas 51 55 56 59 55.17
Pengadaan Air 75 77 77 73 75.12
Konstruksi 6,494 6,789 7,044 7,301 6924.4
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,775 8,088 8,620 7,881 8211.51
Transportasi dan Pergudangan 2,072 2,105 2,193 2,272 2146.48
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 765 797 806 815 809.84
Informasi dan Komunikasi 3,492 3,592 3,733 3,743 3748.6
Jasa Keuangan 1,956 2,021 2,013 2,116 2135.69
Real Estate 2,068 2,124 2,164 2,209 2251.9
Jasa Perusahaan 245 249 252 254 256.32
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,510 2,550 2,653 2,686 2571.68
Jasa Pendidikan 2,916 2,929 3,105 3,523 3176.01
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,065 1,093 1,107 1,169 1143.69
Jasa lainnya 707 728 747 761 773.39
14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 16,157
1. Konsumsi 9,586 9,767 9,984 10,142 10,136 10,336 10,675 10,852 35,255 37,975 38,926 42,129 37129.7
2. Investasi 4,070 4,797 4,557 3,387 4,666 5,153 4,323 4,052 21,026 23,641 24,033 17,449 23506.7
3. Ekspor 4,755 5,323 5,659 6,158 5,322 5,634 6,169 6,176 14,794 14,295 15,704 16,429 13407.7
4. Impor 4,269 4,830 4,655 4,713 4,820 5,128 4,339 4,923 15,497 17,694 16,474 17,658 15560.5
14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 16,157 55,577 58,217 62,188 58,349 78,496
7.90 8.06 8.70 8.88 8.21 6.23 8.26 7.90 7.71 5.23
269.15 334.64 425.37 526.60 403.02 389.29 417.56 386.19 360.34 452.96 490.63 444.80 344.16
223.29 193.78 152.34 245.36 171.92 198.44 499.94 230.41 167.44 182.55 193.36 209.93 163.96
155.07 186.72 254.70 219.18 300.72 404.72 218.82 123.23 139.10 181.87 149.05 129.39 163.07
280.95 500.79 246.48 215.54 160.04 472.75 216.69 271.11 221.11 258.82 266.39 217.60 326.28
114.08 147.92 170.67 307.42 102.30 (15.43) 198.75 262.96 221.25 271.09 341.58 315.40 181.09
*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012
***) Tahun 2014 menggunakan Tahun Dasar 2010
2015**
Catatan:
Total PDRB (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB (%, yoy)
Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)
Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Ribu Ton)
Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)
Sumber : BPS & Dirjen Bea Cukai
2014**
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008
Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Ribu Ton)
Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta)
2012* 2013*
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2000 & SNA 1993
PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) ***
INDIKATOR
Indeks Harga Konsumen
TABEL INDIKATOR EKONOMI
6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)
I II III IV I II III IV I II III IV I
Total Aset (Rp Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,307 80,876 86,366 90,288 90,932 90,909 97,572 99,571 101,351 104,945 -
45,734 48,024 49,917 53,717 52,302 53,457 57,359 60,444 58,162 61,402 64,339 66,112 66,420
Giro 7,471 7,282 7,257 7,345 7,770 8,092 9,221 7,845 7,990 9,730 9,693 7,995 10,154
Tabungan 25,004 27,206 28,545 31,466 29,321 30,068 32,076 35,007 32,446 33,168 34,828 37,428 34,147
Deposito 13,259 13,536 14,115 14,907 15,211 15,297 16,062 17,592 17,726 18,504 19,819 20,690 22,118 -
54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304
- Modal Kerja 20,516 22,850 22,385 25,506 25,980 26,659 26,160 27,231 27,257 29,062 29,847 31,442 32,776
- Investasi 10,025 10,588 10,997 11,380 12,232 14,486 15,769 14,494 14,642 15,467 15,457 16,241 16,482
- Konsumsi 24,044 25,597 27,707 29,335 30,158 31,793 33,085 33,663 33,974 34,807 35,159 35,877 36,045
119.35% 122.93% 122.38% 123.28% 130.72% 136.44% 130.78% 124.72% 130.45% 129.21% 125.06% 126.39% 128.43%
54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304
- Pertanian 906 1,128 1,171 1,215 1,403 1,396 1,385 1,400 1,405 1,499 1,435 1,506 1,630
- Pertambangan 312 363 375 399 447 449 444 397 377 560 537 509 427
- Industri pengolahan 3,468 3,904 4,008 5,250 5,335 5,579 5,631 4,186 3,918 4,210 4,283 4,747 5,035
- Listrik, Gas, dan Air 137 124 135 141 133 116 121 191 218 245 232 350 382
- Konstruksi 2,065 2,448 2,582 2,674 2,565 2,780 2,966 3,034 3,043 3,666 4,173 4,366 4,746
- Perdagangan 15,459 17,631 17,741 19,027 19,933 22,957 23,360 24,132 24,334 25,587 25,748 27,033 27,920
- Pengangkutan 1,744 1,730 1,794 2,321 2,631 2,763 2,864 2,923 2,960 2,950 2,951 2,820 2,782
- Jasa Dunia Usaha 2,917 3,178 3,131 3,105 3,240 3,433 3,414 3,550 3,747 3,598 3,581 3,662 3,733
- Jasa Sosial Masyarakat 1,570 1,485 1,372 1,404 1,619 1,650 1,733 1,780 1,828 1,968 2,115 2,340 2,473
- Lain-lain 26,007 27,045 28,781 30,684 31,065 31,814 33,096 33,794 34,043 35,053 35,408 36,226 36,174 -
18,349 19,582 18,240 20,270 21,818 24,162 24,221 24,684 24,823 26,489 26,768 27,675 27,428 -
3,533 3,939 3,628 3,672 3,994 4,211 4,412 4,499 4,648 5,114 5,297 5,883 6,221
- Modal Kerja 3,151 3,489 3,159 3,206 3,484 3,558 3,648 3,768 3,827 4,088 4,249 4,479 4,674
- Investasi 382 449 469 467 510 653 764 731 821 1,027 1,048 1,404 1,548
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - -
8,932 8,933 8,433 8,938 9,290 9,819 9,877 10,037 10,123 10,329 10,885 11,035 10,893
- Modal Kerja 5,564 5,848 5,455 5,760 5,678 6,492 5,624 5,750 5,862 6,076 6,408 6,683 6,596
- Investasi 3,369 3,085 2,978 3,178 3,612 3,328 4,253 4,287 4,261 4,253 4,478 4,353 4,296
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - -
5,884 6,710 6,180 7,660 8,534 10,132 9,932 10,148 10,052 11,046 10,586 10,757 10,313
- Modal Kerja 4,759 5,478 4,833 5,644 6,186 7,205 6,872 7,278 7,079 7,822 7,680 7,802 7,488
- Investasi 1,125 1,232 1,347 2,016 2,349 2,927 3,060 2,870 2,972 3,224 2,906 2,954 2,825
- Konsumsi - - - - - - - - - - - -
3.05% 3.08% 2.87% 2.74% 2.94% 2.83% 2.91% 2.85% 3.14% 3.54% 3.57% 3.13% 3.36%
4.12% 4.23% 4.18% 3.96% 4.25% 3.95% 4.57% 4.38% 4.87% 4.98% 5.42% 4.81% 5.21%
BANK UMUM SYARIAH
3,377 3,689 3,977 4,524 4,802 5,085 5,420 5,576 5,586 5,580 5,619 5,906 6,000 0
1,578 1,635 1,817 2,063 2,138 2,138 2,594 2,884 2,742 2,795 2,878 2,991 3,187
Giro 196 199 200 296 253 232 243 338 221 262 346 380 547
Tabungan 756 803 844 984 969 974 1,162 1,307 1,261 1,261 1,337 1,479 1,488
Deposito 626 633 773 783 916 932 1,188 1,239 1,260 1,272 1,195 1,132 1,153 0
2,759 2,953 3,076 3,502 3,870 4,157 4,265 4,374 4,453 4,869 4,926 5,141 5,239
- Modal Kerja 647 645 656 674 673 688 651 631 684 776 985 1,135 1,292
- Investasi 224 212 228 284 329 362 359 438 488 670 670 825 865
- Konsumsi 1,887 2,096 2,192 2,544 2,868 3,107 3,255 3,304 3,282 3,423 3,270 3,181 3,081
174.80% 180.63% 169.33% 169.77% 181.04% 194.41% 164.44% 151.65% 162.40% 174.20% 171.16% 171.91% 164.36%
Catatan:* (
TABEL INDIKATOR EKONOMI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 7
C. SISTEM PEMBAYARAN
I II III IV I II III IV I II III IV I
KAS
Inflow (Rp Miliar) 3,872 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,562 4,304 6,184
Uang Kertas 3,871 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,561 4,304 6,184
Uang Logam 0.15 0.13 0.02 0.05 0.03 0.08 0.08 0.10 0.14 0.04 0.23 0.01 0.004
Outflow (Rp Miliar) 1,860 3,174 3,575 3,214 1,715 2,885 5,313 4,162 2,346 3,829 5,641 4,098 2,248
Uang Kertas 1,859 3,171 3,574 3,214 1,715 2,885 5,310 4,159 2,343 3,826 5,637 4,096 2,247
Uang Logam 1.80 2.53 0.86 0.34 0.28 0.78 2.51 2.63 2.20 3.22 3.93 2.07 1.74
Pemusnahan Uang (Rp Miliar) 893 158 51 272 350 502 989 708 748 620 269 403 925
TRANSAKSI RTGS
From / Outgoing (Rp Miliar) 11,504 15,473 15,421 19,880 14,448 17,402 18,770 20,540 15,660 21,374 22,719 25,647 19,951
To / Incoming (Rp Miliar) 29,147 37,788 34,631 40,648 32,767 36,120 37,614 41,480 27,887 33,669 38,096 41,348 21,897
From - To (Rp Miliar) 4,578 4,355 4,424 5,049 4,245 4,921 6,755 7,299 4,748 9,765 10,970 11,845 3,778
TRANSAKSI KLIRING
Nominal Kliring* (Rp Miliar) 9,296 9,439 9,466 10,139 9,737 9,976 10,239 10,670 9,483 9,616 9,716 11,198 9,757
Volume Kliring* (Lembar) 281,461 283,706 285,156 294,745 284,030 285,559 280,922 290,332 260,069 266,025 260,914 280,987 262,477
Kliring Kredit
Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 558 569 579 605 557 576 874 1,050 675 637 675 805 887
Volume Kliring Kredit (Lembar) 37,461 38,646 39,105 40,567 36,457 34,774 37,895 41,130 29,191 28,625 30,355 32,940 34,547
RRH** Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 9 9 9 10 9 10 15 17 11 11 11 13 15
RRH Nominal Kliring Kredit (Lembar) 595 613 621 644 608 580 632 663 487 477 490 515 566
Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 8,737 8,870 8,887 9,534 9,180 9,400 9,365 9,620 8,809 8,978 9,041 10,393 8,870
Volume Kliring Debet (Lembar) 244,000 245,060 246,051 254,178 247,573 250,785 243,027 249,202 230,878 237,400 230,559 248,047 227,930
RRH Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 139 141 141 151 153 157 156 155 147 150 146 162 145
RRH Nominal Kliring Debet (Lembar) 3,873 3,890 3,906 4,035 4,126 4,180 4,050 4,019 3,848 3,957 3,719 3,876 3,737
Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 294 305 296 292 322 352 402 325 317 387 287 343 341
Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 7,013 7,732 7,412 7,623 7,549 7,531 7,092 6,659 7,114 7,119 6,765 6,008 6,571
RRH Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 5 5 5 5 5 6 7 5 5 6 5 5 6
RRH Nominal Kliring Pengembalian (Lembar) 111 123 118 121 126 126 118 107 119 119 109 94 108
Cek/BG Kosong
Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 208 234 208 206 221 259 307 251 230 328 231 270 239
Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 5,563 6,349 6,033 6,020 5,904 6,187 5,674 5,411 5,695 5,832 5,313 4,552 5,185
RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 3 4 3 3 4 4 5 4 4 5 4 4 4
RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 88 101 96 96 98 103 95 87 95 97 86 71 85
*) Jumlah transaksi kliring kredit dan kliring debet penyerahan**) Rata-Rata harian: jumlah rata-rata transaksi setiap hari***) Angka sementara
2015***INDIKATOR
Kliring Debet Penyerahan
Kliring Debet Pengembalian
2014***2012*** 2013***
TABEL INDIKATOR EKONOMI
8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
D. GRAFIK INDIKATOR
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010
Pangsa Perekonomian (PDRB ADHB) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Sumbangan SektorEkonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel
Kontribusi Pertumbuhan per Triwulan (%-yoy) Kontribusi Pertumbuhan per Tahun (%-yoy)
7.71
5.23
8.40 8.39 8.04 8.138.87
7.63 7.57 7.56
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
2014-Q4 2015-Q1P 2015-Q2P 2015-Q3P 2015-Q4P 2011 2012 2013 2014 2015P
Konsumsi Investasi Ekspor Impor PDRB
TABEL INDIKATOR EKONOMI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 9
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah
Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
700
750
800
850
900
950
1000
2009 2010 2011 2012 2013 2014
(Ribu Orang)
% Penduduk Miskin - Skala Kanan
Jumlah Penduduk Miskin
TABEL INDIKATOR EKONOMI
10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 11
1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Perekonomian Sulsel yang diukur berdasarkan PDRB di triwulan I 2015
mencapai Rp78.496 milyar (ADHB) atau Rp58.484 milyar (ADHK), tumbuh
5,23% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan IV 2014 (7,71%; yoy).
Melambatnya perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan oleh
menurunnya kinerja di dua sektor ekonomi utama Sulsel, yaitu pertanian dan
industri pengolahan.
Dari sisi kelompok pengeluaran, penurunan kinerja ekspor menjadi
penyebab utama melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan I 2015.
Ekspor Sulsel di triwulan I 2015 tercatat mengalami kontraksi sebesar -
9,37% (yoy) jauh menurun dibandingkan triwulan IV 2014 yang
mencatatkan pertumbuhan sebesar 14,73% (yoy). Konsumsi rumah tangga
dan investasi (PMTB) yang menjadi peendorong utama ekonomi Sulsel juga
mengalami perlambatan di triwulan I 2015.
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) di triwulan I 2015 melambat, searah dengan perlambatan ekonomi nasional.
Pada triwulan pelaporan, ekonomi Sulsel tumbuh sebesar 5,23% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014
(7,71%; yoy). Melambatnya perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan oleh menurunnya kinerja di sektor primer
(sektor pertanian) dan sektor sekunder (sektor industri pengolahan). Sektor yang mampu menahan laju perlambatan
adalah pertumbuhan sektor sekunder lainnya (sektor konstruksi dan sektor perdagangan). Sementara di sisi pengeluaran,
menunjukkan kondisi lokal maupun yang terkait dengan global semuanya melemah, terindikasi dari perlambatan
konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor. Tercatat hanya stimulus fiskal (konsumsi pemerintah), satu-satunya
komponen yang masih kuat di triwulan I 2015.
Sumber: Badan Pusat Statistik
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan
1.2. Sisi Pengeluaran Dari semua komponen permintaan, kontraksi dikomponen ekspor menjadi penyebab utama lesunya ekonomi Sulsel di
periode laporan. Ditriwulan I 2015, ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar -9,37% (yoy) jauh lebih rendah
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 14,73% (yoy). Selain karena produksi di sektor
primer yang melemah, permintaan dari negara mitra dagang juga masih rendah.
Selain ekspor, komponen konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB) juga tercatat pengalami perlambatan.
Konsumsi Rumah tangga tercatat mengalami perlambatan dari 5,49% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 5,32% (yoy) di
triwulan I 2015. Komponen investasi mengalami perlambatan yang lebih dalam, dimana di triwulan I 2015 tercatat
tumbuh 7,13% (yoy) lebih rendah dari triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 9,03% (yoy). Konsumsi rumah tangga
tertekan karena masih tingginya harga di semua kebutuhan dasar masyarakat (energi dan pangan). Sementara investasi,
diperkirakan karena hanya faktor siklus awal tahun.
Tabel 1.1. Pertumbuhan (yoy) Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran (triwulanan)*
Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara
1.2.1 Konsumsi
Secara umum, konsumsi di triwulan I 2015 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV 2014. Peningkatan
konsumsi didorong oleh peningkatan konsumi pemerintah yang mampu tumbuh 6,99% (yoy), lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -2,92% (yoy). Di sisi lain, konsumsi rumah tangga dan konsumi LNPRT
mengalami penurunan dari 5,49% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 5,32% (yoy). Penurunan yang lebih dalam terjadi di
komponen konsumsi LNPRT yang mengalami kontraksi -2,50% (yoy).
I II III IV TOTAL I
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.63 6.36 6.2 5.49 5.92 5.32
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 14.66 15.04 15.41 4.93 11.26 -2.50
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.66 4.55 3.89 -2.92 1.88 6.99
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.48 8.39 5.32 9.03 9.4 7.13
5 Perubahan Inventori -126.3 -47.60 -609 -18.99 -125.2 -175.33
6 Ekspor 14.6 11.56 7.62 14.73 11.85 -9.37
7 Impor -9.32 -1.06 6.73 9.35 -1.64 0.41
PDRB 8.03 7.34 8.23 7.71 7.57 5.23
KomponenTahun Dasar 2000 Tahun Dasar 2010
2014 2015
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 13
Konsumsi rumah tangga melambat di triwulan I 2015, disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat. Pemicu utama
penurunan daya beli antara lain masih tingginya harga kebutuhan dasar masyarakat (harga bahan bakar minyak/BBM dan
harga pangan). Sejak diterapkannya floating price system di bulan November 2014, volatilitas harga BBM berpengaruh
signifikan terhadap tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini terjadi mengingat peningkatan harga BBM, juga diikuti oleh
second round effect(tarif angkutan umum dan harga di berbagai komoditas utama). Dengan peningkatan harga tersebut,
inflasi triwulan I 2015 mencapai 7,13% (yoy), meskipun lebih rendah dari inflasi triwulan IV 2014 (8,61%, yoy).
Sumber: Pertamina, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.2. Perkembangan Harga BBM Bersubsidi Grafik 1.3. Perkembangan Inflasi Sulsel
Perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut, terindikasi dengan penurunan indeks keyakinan konsumen, indeks
penjualan eceran, dan kredit konsumsi. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) di Makassar pada periode triwulan laporan mengalalami penurunan, meskipun masih berada
pada level optimis (> 100)(Grafik 1.6). Selain itu, pergerakan Indeks Penjualan Eceran, hasil Survei Penjualan Eceran Bank
Indonesia, juga menunjukkan penurunan (Grafik 1.7). Perlambatan konsumsi rumah tangga juga dikonfirmasi dari
perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi (Grafik 1.8).
Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.4. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran
Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.6. Penyaluran Kredit Konsumsi
Di sisi lain, konsumsi pemerintah menjadi pendorong peningkatan konsumsi di triwulan I 2015. Kenaikan konsumsi
pemerintah ini didorong oleh peningkatan nominal realisasi APBD Sulsel. Di triwulan I 2015, realisasi belanja instansi
vertikal di Sulsel (APBN) dan APBD Provinsi Sulsel tumbuh 6,70% (yoy), lebih tinggi dari realisasi di triwulan IV 2014 yang
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
mengalami kontraksi sebesar -0,82% (yoy). Peningkatan tersebut, terutama didorong oleh realisasi belanja APBN
mencapai Rp2,084 triliun atau meningkat 15,2% (yoy) yang sebagian besar berasal dari belanja pegawai.
Sumber: DJPbN, diolah
Grafik 1.7. Realisasi APBD Sulsel
1.2.2 Investasi
Trend perlambatan diawal tahun kembali terjadi di sektor investasi. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) menunjukan perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 9,03% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 7,13%
(yoy) di triwulan pelaporan. Penurunan juga terjadi di perubahan inventori, dimana di triwulan pelaporan komponen ini
mengalami kontraksi sebesar -175,33% (yoy) lebih dalam dari kontraksi di triwulan IV 2014 yang mencapai 18,99% (yoy).
Berkurangnya nilai dan jumlah proyek infrastruktur, mendorong perlambatan investasi di triwulan I 2015. Total nilai
proyek yang dimulai di triwulan I 2015 mengalami kontraksi sebesar -62,61% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya,
menjadi senilai Rp988,71 miliar.1 Penurunan terjadi pada proyek infrastruktur yang diinisiasi oleh pemerintah dan pihak
swasta untuk keperluan komersial. Penurunan investasi juga terkonfirmasi oleh penurunan impor barang modal
sepanjang triwulan I 2015. Dirjen Bea Cukai Makassar mencatat penurunan laju impor barang modal yang signifikan, dari
91,22% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 9,01% (yoy) di triwulan I 2015.Beberapa proyek pemerintah dan swasta
diperkirakan akan dimulai pada triwulan I 2015 senilai Rp981,11 miliar (turun 62,88% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2014
yang tercatat tumbuh 4,92% (yoy)). Pada triwulan I 2015, proyek pemerintah yang akan mulai berjalan diperkirakan
mencapai Rp264 miliar dengan beberapa proyek besar seperti Perumahan Magnolia Residences, Jalan Batas Kabupaten
Barru dan Kabupaten Marros, Jalan tepi pantai Bantaeng, Jalan Bau Massepe (batas Kota Pinrang), RSUD Sultan DG Radja
Bulukumba dan Kantor pusat Pelindo Makassar. Selain itu, proyek swasta yang diperkirakan ada 38 proyek akan mulai
berjalan ditriwulan I 2015 dengan total nilai proyek Rp264 miliar. Beberapa proyek besar yang dikelola oleh swasta
tersebut antara lain Nipah Auto Mall di Makassar, Princewood Hotel, Bantaeng Smelter Electrical Station, Perumahan
Bukit Baruga , dan Pembangkit listrik Bolangi (150 KV).
Sumber: BCI Asia, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.8. Nilai Proyek Investasi Infrastruktur Sulsel Grafik 1.9. Impor Barang Modal
1Sumber : BCI Asia, 2015
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
%, yoyRp triliun
p : perkiraan realisasi triwulan II (data historis)
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 15
Trend berbeda terjadi pada indikator pembiayaan, kredit untuk tujuan investasi tercatat mengalami percepatan
pertumbuhan meski dalam rentang yang rendah. Pertumbuhan kredit investasi tercatat mengalami percepatan
pertumbuhan dari 9,03% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 11,88% (yoy) di triwulan I 2015. Pertumbuhan kredit investasi
infrastruktur diperkirakan didorong oleh investasi yang diinisasi oleh perorangan dan non lembaga keuangan.
Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: BCI Asia, diolah
Grafik 1.10. Penyaluran Kredit Investasi Grafik 1.11. Trend Investasi Sulsel per Kelompok Inisiator Proyek
Di sisi lain, perubahan inventori di triwulan I 2015 juga mengalami penurunan yang salah satu penyebabnya adalah
penurunan inventori nikel. Kontraksi perubahan inventory di periode pelaporan sebesar -175,33% (yoy) lebih dalam
dibandingkan triwulan IV 2014 (-125,2%, yoy). Posisi inventory nikel, yang merupakan parameter perubahan stok, tercatat
mengalami kontraksi sebesar -9,84% (yoy) lebih dalam dari kondisi di triwulan IV 2014 (-10,11%, yoy).
Sumber: Produsen, diolah
Grafik 1.12. Perubahan Inventori Produsen Nikel
1.2.3 Ekspor dan Impor
Ekspor Sulsel di triwulan I 2015 mengalami kontraksi sebesar -9,37% (yoy). Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan
dengan angka di triwulan IV 2014 yang mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,85% (yoy). Penurunan ekspor
terjadi baik pada ekspor dengan tujuan luar negeri (LN) maupun dalam negeri (DN). Ekspor LN yang sebagian besar
ditopang dari ekspor non migas, mengalami kontraksi sebesar -4,49% (yoy) turun tajam dibandingkan dengan triwulan IV
2014 (15,13%; yoy). Ekspor antar daerah juga mengalami penurunan di triwulan pelaporan, hal ini terlihat dari
menurunnya volume muat barang dalam negeri di pelabuhan Makassar. Kantor administrasi pelabuhan mencatat
kontraksi 15,17% (yoy) sepanjang triwulan I 2015 turun dibandingkan triwulan IV 2014 yang masih mencatatkan
pertumbuhan positif sebesar 13,24% (yoy).
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan
Grafik 1.13. Volume Ekspor Nonmigas Grafik 1.14. Volume Barang yang Dimuat
Penurunan ekspor di triwulan I 2015 tidak lepas dari penurunan kinerja industri pengolahan nikel di Sulsel. Berdasarkan
data yang dirilis oleh produsen nikel terbesar di Sulsel, diketahui bahwa produksi dan penjualan nikel matte mengalami
kontraksi di triwulan I 2015. Produksi nikel matte diperiode pelaporan mengalami kontraksi sebesar -10,12% (yoy) dan
penjualan mengalami kontraksi sebesar -7,12% (yoy). Secara nominal, tingkat produksi dan nilai penjualan di triwulan I
2015 ini merupakan terendah dalam 2 tahun terakhir. Selain nikel, beberapa komoditas ekspor utama Sulsel juga
mengalami penurunan ditriwulan I 2015. Tercatat ekspor rumput laut dan kayu olahan mengalami perlambatan. Biji
kakao juga masih tercatat mengalami kontraksi meski tidak sedalam di periode sebelumnya. Salah satu penyebab
turunnya nominal ekspor Sulsel adalah penurunan harga komoditas yang terjadi hampir di seluruh komoditas, termasuk
harga Nikel dan Coklat yang menjadi komoditas unggulan ekspor Sulel.
Sumber: Produsen Nikel Matte Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan
Grafik 1.15. Produksi Nikel dalam Matte Grafik 1.16. Penjualan Nikel dalam Matte
Selain penurunan harga komoditas, belum pulihnya kondisi ekonomi negara tujuan ekspor menjadi penyebab
penurunan kinerja ekspor Sulsel. Dari data yang dirilis oleh World Bank, kondisi ekonomi negara tujuan ekspor Sulsel
masih belum menunjukan pemulihan yang berarti. Hal ini terlihat dari kinerja industri manufaktur para negara mitra
dagang Sulsel yang menurun diperiode pelaporan. Tercatat hanya Korea Selatan yang menunjukan peningkatan signifikan,
sedangkan Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Zona Eropa menunjukan tendensi penurunan kinerja ekonomi.
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bloomberg
Grafik 1.17. Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Grafik 1.18. Purchasing Managers Index
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 17
Di sisi lain, Impor Sulsel di triwulan I 2015 juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Impor di
periode pelaporan tercatat tumbuh sebesar 0,41% (yoy) membaik setelah ditriwulan sebelumnya mengalami kontraksi (-
1,64%, yoy). Peningkatan impor terkonfirmasi dari peningkatanvolume impor non migas luar negeri di triwulan I 2015.
Dirjen Bea Cukai melaporkan peningkatan impor yang signifikan, dari -19,79% (yoy) menjadi 47,56% (yoy). Peningkatan
impor tertahan oleh penurunan impor DN. Hal ini tercermin dari kontraksi volume bongkar muat barang dalam negeri di
pelabuhan Makassar yang mencapai -3,13% (yoy) sepanjang triwulan I 2015.
Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.19. Volume Barang yang Dibongkar Grafik 1.20. Volume Impor Nonmigas
Pada triwulan I 2015, struktur ekspor maupun impor luar negeri Sulsel relatif tidak mengalami perubahan
dibandingkan periode sebelumnya. Produk industri masih menjadi komoditas yang dominan dalam komposisi barang
dari Sulsel yang dijual ke luar negeri yang diikuti komoditas pertanian. Sementara itu, impor bahan baku mencatat pangsa
terbesar dari total nilai impor Sulsel di triwulan laporan yang kemudian diikuti oleh impor barang modal dan barang
konsumsi.
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.21. Pangsa Ekspor Menurut Komoditas Grafik 1.22. Pangsa Impor Menurut Kategori
Jika dilihat secara lebih rinci, nikel matte masih merupakan komoditas dengan pangsa terbesar dalam struktur ekspor,
sedangkan gandum kembali menjadi komoditas impor dengan pangsa terbesar. Pada triwulan IV 2014, komoditas nikel
matte mengambil pangsa sebesar 61,56% dalam struktur ekspor luar negeri Sulsel. Selanjutnya, makanan olahan dan
bahan nabati dengan pangsa terbesar yaitu masing-masing sebesar 11,63 dan 8,18%. Untuk impor luar negeri, komoditas
yang tergolong hasil pertanian lainnya, termasuk didalamnya gandum, mengambil pangsa 26,83% pada triwulan I 2015
dan berada pada urutan teratas dalam struktur impor. Setelah gandum, komoditas yang tergolong hasil industri lainnya
dan makanan ternak lainnya dengan pangsa impor yaitu masing-masing 15,71% dan 13,42%.
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
Tabel 1.2. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.3. Peringkat Impor Menurut Komoditas
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Neraca perdagangan Sulsel kembali mengalami defisit di triwulan I 2015. Menurunnya kinerja ekspor menjadi
pendorong penurunan neraca perdagangan Sulsel di triwulan pelaporan. Ekspor Sulsel mengalami kontraksi-9,37% (yoy)
lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 11,85% (yoy). Dari sisi impor,
terjadi peningkatan pertumbuhan sebesar -1,64% (yoy) dibandingkan tahun 2013 (5,36%, yoy). Deaselerasi ekspor pada
ditriwulan I 2015 yang dibarengi dengan akselerasi impor membuat defisit perdagangan atas dasar harga konstan (ADHK)
menjadi lebih dalam dibandingkan dengan triwulan Iv 2014.
Sumber: BPS Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.23. Neraca Perdagangan Bersih PDRB Grafik 1.24. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri
KomoditasNilai Ekspor
Triwulan I 2015
(US$ Juta)
Pangsa
Nikel 211,882,088 61.56%
Makanan Olahan 40,023,389 11.63%
Bahan Nabati 28,145,840 8.18%
Udang Segar/Beku 11,833,541 3.44%
Biji Cokelat 9,422,067 2.74%
Kayu Olahan 7,201,440 2.09%
Ikan dan Lain-Lain 6,965,713 2.02%
Makanan Ternak 6,125,248 1.78%
Hasil Industri Lainnya 4,441,347 1.29%
Kopi 3,290,067 0.96%
KomoditasNilai Impor
Triwulan I 2015
(USD)
Pangsa
Hasil Pertanian Lainnya 43,748,347 26.83%
Hasil Industri Lainnya 25,623,333 15.71%
Makanan Ternak Lainnya 21,885,058 13.42%
Kapal Laut dan Sejenisnya 13,900,000 8.52%
Besi/Baja 10,636,327 6.52%
Kendaraan Bermotor Roda 4 dan Lebih 9,836,268 6.03%
Alat Listrik 4,915,267 3.01%
Bahan Kimia Anorganik 4,555,470 2.79%
Kertas dan Barang Dari Kertas 4,179,207 2.56%
Produk Keramik 3,353,013 2.06%
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 19
1.3. Sisi Lapangan Usaha
Melambatnya perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan oleh menurunnya kinerja di dua sektor ekonomi
utama Sulsel, yaitu pertanian dan industri pengolahan. Sektor pertanian tercatat melambat dari 10,40% (yoy) di triwulan
IV 2014 menjadi 2,09% (yoy) di triwulan I 2015, sedangkan sektor industri pengolahan tercatat mengalami penurunan
yang lebih dalam dari 15,20% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 6,05% (yoy) di triwulan I 2015. Di sisi lain, pertumbuhan di
sektor konstruksi dan perdagangan menjadi penahan ekonomi Sulsel sehingga tidak terdeselerasi lebih lanjut.
Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi*
Sumber: Badan Pusat Statistik
*) Angka sementara
Sumber: Badan Pusat Statistik
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Grafik 1.25. SharePDRB Menurut Lapangan Usaha
Bila dilihat dari andil terhadap PDRB, Lapangan Usaha
pertanian masih menjadi penyumbang terbesar di
triwulan I 2015. Share sektor pertanian terhadap total
PDRB di periode pelaporan mencapai 21,46 tertinggi
dibandingkan 16 sektor ekonomi lainnya. Sektor lainnya
yang menjadi tumpuan perekomian Sulsel adalah Industri
Perdagangan, Pengolahan, dan Konstruksi. Ketiga sektor ini
memiliki share terhadap total PDRB sebesar 14,04%,
13,87%, dan 11,84%.
1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian
Pergeseran musim tanam pada beberapa komoditas tanaman bahan makanan, sehingga terjadi penurunan produksi
pada triwulan I 2015 dan berdampak pada melambatnya kinerja lapangan usaha pertanian secara keseluruhan.
Lapangan usaha pertanian tercatat mengalami perlambatan dari 10,40% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi2,09% (yoy)
ditriwulan I 2015. Keterbatasan pasokan dampak dari mundurnya musim tanam pada beberapa komoditas tabama
seperti padi dan palawija lainnya diakhir tahun 2014 mengakibatkan penurunan yang besar pada sektor pertanian. Panen
raya yang harusnya berlangsung mulai di bulan Maret 2015 mundur ke akhir April dan awal Mei 2015.
I II III IV TOTAL I
1 Pertanian A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 11.80 12.03 10.83 10.40 9.98 2.09
2 Pertambangan dan Penggalian B Pertambangan dan Penggalian 8.34 2.54 -0.10 9.60 11.43 2.83
3 Industri Pengolahan C Industri Pengolahan 3.51 8.03 10.27 15.20 9.45 6.05
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 8.87 11.75 10.73
D Pengadaan Listrik, Gas 15.00 10.56 7.52
E Pengadaan Air -1.20 2.13 0.58
5 Bangunan F Konstruksi 7.98 7.40 5.75 5.10 6.14 6.63
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.28 9.15 11.41
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3.40 7.20 5.62
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.80 2.14 5.81
7 Pengangkutan dan Komunikasi 6.34 3.01 3.56
H Transportasi dan Pergudangan 5.60 7.77 3.60
J Informasi dan Komunikasi 6.60 5.75 7.34
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 11.23 7.38 4.57
K Jasa Keuangan 11.90 5.91 9.18
L Real Estate 9.00 7.97 8.88
9 Jasa-jasa 6.72 6.10 6.97
M,N Jasa Perusahaan 7.40 6.76 4.77
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.70 1.03 2.47
P Jasa Pendidikan 3.10 4.65 8.90
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.30 10.23 7.41
R,S,T,U Jasa lainnya 9.40 7.57 9.42
8.03 7.34 8.23 7.71 7.57 5.23
Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2000 Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010Tahun Dasar 2000
2014
PDRB PRDB
Tahun Dasar 2010
2015
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
Perlambatan pertumbuhan juga dialami subsektor perikanan dampak dari cuaca di awal periode pelaporan dan adanya
regulasi dari pemerintah terkait kegiatan penangkapan ikan. Saat ini pemerintah melalui kementrian kelautan dan
perikanan telah menerbitkan empat kebijakan, yaitu permen no 56/PERMEN/KP/2014 tentang moratorium penghentian
perizinan kapal eks asing, Permen No.57/PERMEN/KP/2014 tentang larangan transhipment dan penggunaan ABK asing,
Permen No.1/PERMEN/KP/2015 tentang larangan penangkapan lobster, kepiting dan rajungan dengan ukuran tertentu.
dan Permen No.2/PERMEN/KP/2015 tentang larangan penggunaan alat tangkap pukat hela dan pukat tarik. Tujuan dari
keempat kebijakan ini adalah mengurangi praktik Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) di wilayah RI, menjaga
kelestarian sumber daya perikanan, membuka kesempatan kerja bagi nelayan lokal. Namun pada praktiknya, keempat
kebijakan tersebut mengakibatkan penurunan kinerja perikanan hampir diseluruh wilayah KTI. Hal ini tercermin dari
menurunnya hasil tangkapan ikan hampir diseluruh wilayah KTI, tidak terkecuali Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil
liaison, dampak kebijakan lebih terasa bagi beberapa wilayah dengan sektor ekonomi utama di bidang perikanan, dimana
beberapa perusahaan telah merumahkan sebagian dari karyawan akibat penurunan pendapatan. Khusus di Sulsel,
penurunan kinerja perikanan juga terlihat dari masih terkontraksinya ekspor udang beku di triwulan I 2015.
Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.26. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan Grafik 1.27. Volume Ekspor Udang
Subsektor Perkebunan masih mengalami kontraksi di triwulan I 2015. Penurunan pasokan setelah lewatnya masa panen
ditambah produktivitas pohon kakao yang terus menurun dan memasuki masa replacement pohon kakao mengakibatkan
tambahan tekanan di subsektor perkebunan. Selain itu, harga kakao di pasar global yang terus tumbuh melambat juga
menambah tekanan produksi kakao pada triwulan laporan sehingga subsektor perkebunan tidak dapat melaju lebih
cepat. Penurunan produksi kakao pada akhirnya menurunkan pasokan ke industri (saat ini daya serap Industri sekitar 80%
produksi) dan ekspor. Program Dinas Perkebunan Sulsel berupa rehabilitasi, ekstensifikasi dan pembagian 1,2 juta bibit
sambung pucuk diharapkan dapat menjadi sumber penguatan kembali produksi kakao Sulsel.
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank
Grafik 1.28. Volume Ekspor Biji Kakao Grafik 1.29. Harga Internasional Kakao
1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian
Lampangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami perlambatan di triwulan I 2015. Lapangan usaha ini
tercatat melambat dari 9,6% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 2,83% (yoy) di periode pelaporan. Dampak pelarangan
ekspor bahan tambang mentah dan pelemahan harga komoditas diperkirakan masih menjadi penyebab utama penurunan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 21
kinerja lapangan usaha pertambangan. Hampir seluruh komoditas tambang termasuk nikel terus mengalami penurunan
harga sejak pertengahan tahun 2014. Sebagai contoh, harga komoditas nikel turun USD1.467 per metrik ton atau turun
1,83% (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Penurunan harga komoditas tambang diperkirakan
masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2015 seiring dengan penurunan permintaan konsumen utama barang tambang
seperti China dan Jepang. Penurunan lapangan usaha pertambangan juga terlihat dari perkembangan ekspor
pertambangan yang masih mengalami kontraksi di triwulan I 2015. Ekspor pertambangan tercatat mengalami kontraksi
sebesar -9,63% (yoy).
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank
Grafik 1.30. Volume Ekspor Pertambangan Grafik 1.31. Harga Komoditas Tambang
1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan
Lapangan usaha industri pengolahan mengalami perlambatan di triwulan I 2015. Setelah di triwulan sebelumnya
tumbuh paling tinggi diantara lapangan usaha lainnya, di triwulan pelaporan lapangan usaha industri pengolahan tercatat
mengalami perlambatan dari 15,20% (yoy) menjadi 6,05% (yoy). Penurunan di lapangan usaha ini sejalan dengan
penurunan kinerja Industri Mikro dan Kecil (IMK) maupun Industri Besar dan Sedang (IBS). Selain tren penurunan di awal
tahun, penurunan kinerja industri pengolahan tidak lepas dari penurunan permintaan dari negara mitra dagang. Selain
itu, penurunan daya beli masyarakat pasca kenaikan harga BBM juga menurunkan permintaan produk industri dipasar
domestik. Salah satu subsektor industri yang mengalami penurunan adalah industri pengolahan semen. Di triwulan I
2015, realisasi pengadaan semen mengalami kontraksi sebesar -0,63% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mampu tumbuh positif sebesar 5,45% (yoy). Industri pengolahan lain yang tercatat mengalami penurunan adalah
industri pengolahan nikel yang tercatat mengalami kontraksi sebesar -10,85% (yoy).
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Grafik 1.32. Pertumbuhan Industri Grafik 1.33. Realisasi Pengadaan Semen
Penurunan dilapangan usaha industri pengolahan juga tercermin dari penurunan realisasi harga jual sektor industri di
triwulan I 2014. Pada triwulan pelaporan, realisasi harga jual sektor industri mengalami koreksi jauh lebih rendah
dibandingkan perkiraan. Pertumbun realisasi harga jual sektor industri mencapai 0,76% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,67%. Di sisi lain, subsektor industri kayu olahan serta makanan olahan juga
menunjukkan perlambatan. Hal ini dikonfirmasi oleh penurunan pertumbuhan volume ekspor komoditas kayu olahan dan
makanan olahan yang triwulan laporan.
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 1.34. Volume Ekspor Hasil Industri Grafik 1.35. Harga Jual Sektor Industri Pengolahan
1.3.4 Lapangan Usaha Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA)2
Pada lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas mengalami pertumbuhan sebesar 7,52% (yoy), sedangkan lapangan
usaha Pengadaan Air mengalami pertumbuhan sebesar 0,58% (yoy). Bila dibandingkan dengan periode sebelumnya,
kedua lapangan usaha ini tercatat mengalami perlambatan. Penurunan daya beli masyarakat diperkirakan menjadi faktor
penyebab penurunan pertumbuhan seiring dengan stagnannya harga jual usaha sektor LGA. Hal ini diperkuat dengan
menurunnya kapasitas produksi terpakai sektor LGA dibandingkan periode sebelumnya.
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 1.36. Harga Jual Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.37. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor LGA
1.3.5 Lapangan Usaha Konstruksi
Pada triwulan I 2015, Lapangan Usaha Konstruksi kembali menunjukan peningkatan kinerja. Di triwulan pelaporan,
sektor ini mampu bertumbuh hingga 6,63% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di periode sebelumnya yang
mencapai5,75% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini sejalan dengan pertumbuhan pada komponen investasi, khususnya yang
dihitung dari PMTB yang mencatatkan pertumbuhan diatas 5% di triwulan laporan. Percepatan dipengaruhi oleh realisasi
beberapa proyek multiyears dan beberapa proyek infrastruktur komersil baru yang sudah direncanakan di mulai pada
awal tahun 2015. Peningkatan kinerja di lapangan usaha konstruksi diimbangi dengan peningkatan penyaluran
pembiayaan ke sektor konstruksi. Kredit yang disalurkan ke sektor konstruksi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar
34,02% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 22,18% (yoy).
2Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor LGA dapat di lihat dari lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas dan lapangan usahan Pengadaan Air (Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 23
Sumber: Survei Penjualan Eceran Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.38. Penjualan Eceran Perlengkapan Konstruksi Grafik 1.39. Kredit kepada Sektor Konstruksi
1.3.6 Lapangan Usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)3
Kategori Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Kendaraan mengalami pertumbuhan sebesar 5,62% (yoy),
sedangkan kategori Penyediaan Akomodasi Makan Minum tumbuh sebesar 5,81% (yoy). Bila dibandingkan dengan
periode sebelumnya, kedua lapangan usaha ini tercatat mengalami percepatan pertumbuhan di triwulan I 2015. Hal ini
searah dengan peningkatan penyaluran pembiayaan ke sektor perdagangan. Kredit ke sektor perdagangan tercatat
tumbuh 13,92% (yoy) lebih tingi dari pertumbuhan di triwulan IV 2014 yang tercatat mencapai 12,60% (yoy).
Pertumbuhan perdagangan diperkirakan ditopang oleh peningkatan penjualan dikomoditas bahan makanan dan
beberapa produk kebutuhan tersier seperti suku peralatan elektronik, bahan bakar, dan suku cadang kendaraan. Hal ini
terlihat dari kenaikan indeks penjualan eceran di keempat kelompok barang tersebut.
Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.40. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.41. Penjualan Barang Eceran Riil
Lapangan usaha Penyediaan Akomodasi Makan Minum mendukung arah penurunan Lapangan Usaha PHR pada
triwulan laporan seiring. Di triwulan I 2015, lapangan usaha ini mengalami pertumbuhan 5,81% (yoy), lebih tinggi dari
periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 4,80% (yoy). Peningkatan permintaan akomodasi makan minum
diperkirakan berasal dari domestik, mengingat indikator pariwisata seperti tingkat penghunian kamar hotel dan jumlah
wisman mengalami penurunan di periode pelaporan.
3Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor PHR dapat di lihat dari kategoriPerdagangan Besar dan
Eceran dan Reparasi Kendaraan serta kategoriPenyediaan Komodasi Makan Minum(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 1.42. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Grafik 1.43. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
1.3.7 Lapangan Usaha Angkutan dan Komunikasi4
Di triwulan laporan, lapangan usaha transportasi dan pergudangan tumbuh melambat sebesar 3,60% (yoy), sedangkan
kelompok informasi dan komunikasi tumbuh meningkat sebesar 7,34% (yoy). Pertumbuhan lapangan usaha transportasi
dan pergudangan terkonfirmasi dari peningkatan penyaluran kredit ke sektor pengangkutan. Selain itu, kinerja lapangan
usaha transportasi dan pergudangan juga terlihat dari aktivitas penumpang di Bandara Sultan Hasanudin. Jumlah
penumpang yang berangkat tercatat dari Bandara Sultan Hasanudin sepanjang triwulan I 2015 relatif masih rendah,
mencapai 731 ribu orang, atau masih tumbuh negatif (-6,08%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-7,05%).
Sementara trafik jaringan telekomunikasi salah satu provider telepon di Makassar mengalami peningkatan sampai dengan
15% dibanding hari normal5 pada triwulan I 2015, terutama saat perayaan Imlek.
Sumber: Angkasa Pura Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.44. Lalu Lintas Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.45. Kredit Sektor Pengangkutan
1.3.8 Lapangan Usaha Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan6
Di triwulan pelaporan, lapangan usaha jasa keuangan tumbuh sebesar 9,18% (yoy). Sedangkan lapangan usaha real
estate tumbuh sebesar 8,88% (yoy). Bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, kedua lapangan usaha ini tercatat
mengalami perlambatan. Faktor penyebab perlambatan salah satunya datang dari peningkatan penurunan kinerja
subsektor perbankan. Deselerasi penghimpunan DPK dan penyaluran kredit mengakibatkan penurunan nilai tambah
bruto perbankan di Sulsel pada triwulan I 2015. Di sisi lain, penurunan di lapangan usaha real estate terlihat dari
melambatnya penjualan properti di wilayah Sulsel sepanjang triwulan I 2015. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)
menunjukan tendensi perlambatan melanjutkan tren yang sudah berlangsung sejak pertengahan tahun 2014.
4 Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Angkutan dan Komunikasi dapat dilihat dari pendekatan
kategoriTransportasi dan Pergudangan dan kategoriInformasi Dan Komunikasi(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).
5 Kenaikan trafik pada layanan voice kurang dari 5%, SMS sekitar 5%, dan paket data sekitar 10-15% dari trafik hari normal.
6 Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dapat dilihat
dari pendekatan kategoriJasa Keuangan dan kategori Real Estate(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 25
Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Perusahaan Properti
Grafik 1.46. Nilai Tambah Bank Grafik 1.47. Penjualan Properti
1.3.9 Lapangan Usaha Jasa-jasa7
Di triwulan pelaporan, kategori jasa perusahaan; kategori administrasi pemerintah; kategori jasa pendidikan; kategori
jasa kesehatan & kegiatan sosial; dan kategori jasa lainnya, secara berturut-turut tumbuh sebesar 4,77% (yoy); 2,47%
(yoy); 8,90% (yoy); 7,41% (yoy); dan 9,42% (yoy). Secara agregat, bila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor jasa-
jasa triwulan IV 2014, maka terjadi akselerasi pertumbuhan di periode pelaporan. Hal ini sejalan dengan perkembangan
penyaluran kredit ke sektor jasa sosial masyarakat. Di triwulan I 2015, kredit jasa sosial masyarakat tumbuh 29,92% (yoy)
lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 20,03% (yoy).
Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.48. Kredit Sektor Jasa Sosial Masyarakat
7Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Jasa-Jasa Perusahaan dapat dilihat dari pendekatan
lapanganusaha yang baru antara lain kategoriJasa Perusahaan, kategoriAdministrasi Pemerintah, kategoriJasa Pendidikan, kategoriJasa Kesehatan & Kegiatan Sosial, dan kategoriJasa Lainnya(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
Boks 1.A. Keterkaitan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Ekspor Sulsel Dari akhir tahun 2014, nilai tukar rupiah mengalami
pelemahan terendah semenjak tahun 1998 dan terus
berlanjut hingga beberapa waktu terakhir ini. Pelemahan
nilai tukar Rupiah khususnya terhadap mata uang USD
terjadi lebih pada penguatan ekonomi Amerika Serikat
yang berdampak pada penguatan USD terhadap seluruh
mata uang negara lain, termasuk Rupiah. Bila dibandingkan
dengan valas lainnya, seperti Yen (JPY), Rupiah relatif
menguat. BI meyakini, depresiasi rupiah saat ini berbeda
dengan depresiasi di tahun 1998 mengingat saat ini kondisi
fundamental ekonomi RI jauh lebih kuat dibandingkan
dengan tahun 1998 silam.
Grafik 1.A.1 Perkembangan Nilai Tukar
NIKEL Biji Cokelat
Ganggang Laut Ikan Olahan
Udang Segar Cokelat Olahan
Rp100
Rp105
Rp110
Rp115
Rp120
Rp125
Rp8.000
Rp9.000
Rp10.000
Rp11.000
Rp12.000
Rp13.000
Rp14.000
USD SGD JPY-rhs
Correl : USD - SGD = 0,939Correl : USD - JPY = 0,932
Correl : USD - SGD = 0,399Correl : USD - JPY = -0,388
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 27
Kayu Lapis Dedak/Bekatul
Industri Lainnya Ikan Lainnya
Grafik 1.A.2 Perkembangan Ekspor Komoditas terhadap Nilai Tukar
Di sisi lain, secara teori depresiasi harusnya berdampak positif terhadap kinerja ekspor suatu negara. Hal yang berbeda
terjadi di ekspor Indonesia, termasuk Sulsel di dalamnya. Data menunjukan tidak ada korelasi yang kuat antara depresiasi
dan peningkatan nilai Ekspor komoditas unggulan di Sulsel. Dari 10 komoditas utama ekspor Sulsel, hanya ganggang laut
(rumput laut) dan cokelat olahan yang memiliki korelasi positif cukup tinggi terhadap depresiasi rupiah. Rendahnya
pengaruh nilai tukar terhadap ekspor di Sulsel. Salah satu faktor penyebabnya adalah komoditas ekspor utama Sulsel
yang berupa komoditas hasil pengolahan produk pertambangan cenderung dipengaruhi harga komoditas internasional
dan kontrak jual beli yang bersifat jangka panjang. Di atas adalah beberapa hasil uji korelasi perkembangan nilai ekpor
Sulsel terhadap pergerakan nilai tukar.
Sementara itu, valuta asal untuk ekspor di Sulsel secara garis besar masih menggunakan US dollar. Valuta asal dengan
US dollar mencapai 98,2% dari total ekspor selama 2015. Selebihnya adalah Poundsterling, Yen, dan Singapura Dollar.
Poundsterling digunakan pada ekspor biji coklat, sedangkan Singapura Dollar digunakan untuk produk ikan olahan, udang
segar/beku, dan ikan lainnya. Perkembangan pergerakan nilai tukar USD yang cenderung berkorelasi minimal terhadap
peningkatan ekspor, diperkirakan akibat bentuk ekspornya masih berbentuk mentah, yang cenderung dipengaruhi oleh
harga internasional. Oleh karena itu, perlu didorong hilirisasi komoditas-komoditas tersebut, menjadi produk setengah
jadi hingga produk jadi.
Grafik 1.A.3 Penggunakan Mata Uang Asal dalam Ekspor
JPY -JAPANESE
YEN0,1%
SGD -SINGAPORE
$0,0%
USD - US$98,2%
GBP -POUND
STERLING1,8%
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 29
2. KEUANGAN PEMERINTAH
Bab 2 Keuangan Pemerintah
Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel triwulan I 2015 relatif sama dengan triwulan I 2014. Faktor pendorong adalah
optimalisasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, serta kenaikan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Sementara di sisi persentase realisasi belanja untuk APBD Provinsi,
APBD Kabupaten Kota, maupun instansi vertikal, pada triwulan I
2015, cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama
pada tahun 2014. Faktor penyebab adalah karena faktor pola
awal tahun dan kendala teknis.
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH
30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015
Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi
2.1. Struktur Anggaran
Keuangan Pemerintah di Sulsel terbagi atas keuangan pemerintah daerah (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah/APBD) dengan keuangan pemerintah pusat di daerah, dengan porsi terbesar adalah APBD Kabupaten/Kota .
Keuangan pemerintah daerah terdiri atas APBD Provinsi Sulsel dengan seluruh APBD Kabupaten dan Kota. Sementara
keuangan pemerintah pusat di daerah, merupakan anggaran instansi vertikal yang berada di Sulsel. Anggaran tahun 2015,
jumlah anggaran belanja keuangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat di daerah mencapai sekitar Rp48,5 triliun
dengan proporsi masing-masing yaitu APBD Provinsi 12,7%, APBD Kabupaten/Kota sekitar 53,4%, dan instansi vertikal
senilai 33,9%.
Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel
Tahun 2015 Grafik 2.2. Struktur Realisasi Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel
Triwulan I 2015
Porsi realisasi instansi vertikal triwulan I 2015 (grafik 2.2) meningkat dibandingkan porsi anggaran tahun 2015 (grafik
2.1). Realisasi instansi vertikal menunjukkan peningkatan yang paling tinggi dibandingkan realisasi APBD Provinsi maupun
APBD Kabupaten dan Kota. Porsi realisasi instansi vertikal menjadi 39,75% mencapai Rp2,08 triliun pada triwulan I 2015,
dibandingkan porsi anggarannya (33,9%). Hal ini terkait instruksi optimalisasi penyerapan anggaran APBN untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi pemerintah.
2.2. Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi
2.2.1 Pendapatan 2.
Recommended