Upload
proletariat
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
1/88
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
2/88
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI
MALUKU UTARA
KAJIAN EKONOMI
REGIONALPROVINSI MALUKU UTARA
TRIWULAN II 2015
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
3/88
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
4/88
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, meng.atur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di
daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan
sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan
dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok
bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja
Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini
diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi
bagi penentu kebijakan di daerah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa
kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini
menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 14 Agustus 2015KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI MALUKU UTARA
BudiyonoKepala Perwakilan
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
5/88
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
6/88
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiiDAFTAR TABEL ivDAFTAR GRAFIK iv
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA iv
RINGKASAN UMUM xi
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 11.1 Kondisi Umum 21.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2
1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 10
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 172.1 Struktur APBD 182.2 Realisasi Pendapatan APBD 192.3 Realisasi Belanja APBD 212.4 Rekening Pemerintah 23
BAB III INFLASI DAERAH 253.1 Kondisi Umum 263.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 273.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 32
3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 38
BAB IV KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 434.1 Kinerja Perbankan 434.2 Stabilitas Sistem Keuangan 504.3 Perkembangan Sistem Pembayaran 52
BOKS KEWAJIBAN PENGGUNAAN UANG RUPIAH DI WILAYAH NKRI 55
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 615.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 625.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 63
5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan 65
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 676.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 686.2 Outlook Inflasi Daerah 71
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
7/88iv
DAFTAR TABEL
1
Tabel 1.1 Perkembangan Industri Manufaktur Kecil 162Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I
201520
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 23
3Tabel 3.1 Statistik Inflasi Per Kelompok 27Tabel 3.2 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan
Jasa (%)29
Tabel 3.3 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barangdan Jasa
29
Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang danJasa (%)
30
Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) KotaTernate
32
Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate 37
4Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II 2014 51Tabel 4.2 Perkembangan Cek/BG Kosong 53Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara 54
5Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 62Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua 65
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
8/88
DAFTAR GRAFIK
1
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan 3Grafik 1.2 Pertumbuhan dan Andil Struktur PDRB Sisi Permintaan 3Grafik 1.3 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 4Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 4Grafik 1.5 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT 4Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek 5Grafik 1.7 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton 5Grafik 1.8 Volume Barang konsumsi lainnya (Ton) 5
Grafik 1.9 Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) 6Grafik 1.10 Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit) 6Grafik 1.11 Konsumsi KwH Rumah Tangga 6Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton) 7Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen 7Grafik 1.14 Perkembangan PMA di Maluku Utara 8Grafik 1.15 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 8Grafik 1.16 Perkembangan Giro Pemerintah 9Grafik 1.17 Perkembangan Volume Ekspor 9Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor 9Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani
Ternate10
Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad YaniTernate
10
Grafik 1.21 Perkembangan Volume Impor 10Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Impor 11Grafik 1.23 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 11Grafik 1.24 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 11Grafik 1.25 Struktur PDRB Sisi Penawaran 12Grafik 1.26 Volume Tangkapan Ikan Ternate 13Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian 13Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan 14Grafik 1.29 Perkembangan TPKGrafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 15
2
Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015 18Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015 19Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan
Triwulan I 201521
Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I2015
22
Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 24
3Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 26
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
9/88vi
Grafik 3.2 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas 28Grafik 3.3 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 31Grafik 3.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika 33Grafik 3.5 Pergerakan Harga Emas Internasional 34Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap 35
Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap 35Grafik 3.8 Pergerakan harga Premium dan Solar 36
4Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 40Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 41Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 43Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 44Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 45Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs 46Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 47Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Malut
50
Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 50Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara 52
5
Grafik 5.1 Sebaran Tenaga Kerja di Maluku Utara 63Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara 64Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara 65
6Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 68
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
10/88
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN
PROVINSI MALUKU UTARA
A.Inflasi dan PDRB
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2
112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123
8.8 9.75 5.4 9.34 7.92 8
4,684.0 4,743.5 4,858.7 4,925.9 4,930.0 5,05
1,151.2 1,171.6 1,175.3 1,152.5 1180.3 119
506.6 458.3 477.1 487.7 510.9 53
260.0 257.0 264.5 272.9 274.7 273.2 3.5 4.1 4.6 4.1
4.2 4.3 4.4 4.5 4.4
290.0 302.1 299.4 315.1 308.7 32
805.0 828.9 865.5 878.1 888.5 90
257.0 262.3 273.9 274.9 275.7 28
21.0 21.0 21.3 21.6 21.1 2
193.4 200.1 210.1 209.5 216.1 21130.2 136.0 131.1 151.7 152.0 14
5.4 5.5 5.7 5.7 5.8
16.0 16.1 16.6 16.4 16.6 1
745.2 773.9 795.2 818.0760.4 79
159.6 163.3 169.6 166.8 165.6 17
99.2 101.9 105.7 106.8 105.1 10
36.8 37.7 39.2 39.1 40.0 4
INDIKATOR 2014 2015
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
11/88
viii
B.Perbankan
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw
ank Umum:
otal Aset (Rp miliar) 5,906.5 5,959.3 6,262.2 6,602.5 6,461.5 6,650.5 6,783.5 7,147.6 7,105.4 7,4
PK (Rp miliar) 4,792.5 4,743.5 4,923.3 4,830.8 5,080.1 5,355.7 5,571.7 5,216.8 5,743.1 6,2
Tabungan 2,513.8 2,598.4 2,786.2 3,170.7 2,942.7 2,821.0 2,956.6 3,270.2 3,001.2 1,8
Giro 1,390.6 1,282.5 1,290.5 779.2 1,183.2 1,509.2 1,528.5 839.1 1,485.5 3,0
Deposito 888.2 862.6 846.6 880.9 954.2 1,025.5 1,086.6 1,107.5 1,256.4 1,3
redit (Rp miliar) 4,025.0 4,375.9 4,508.4 4,631.5 4,712.9 4,819.2 4,937.6 5,066.9 5,202.9 5,4
Modal Kerja 1,185.2 1,279.0 1,278.5 1,295.9 1,279.7 1,263.1 1,311.3 1,328.6 1,370.4 1,4
Konsumsi 2,469.4 2,623.3 479.1 483.5 2,950.5 3,069.6 3,150.4 465.2 462.8 4Investasi 370.5 473.5 479.1 483.5 482.7 486.5 475.9 3,273.1 3,369.7 3,5
DR 83.99 92.25 91.57 95.87 92.77 89.98 88.62 97.13 90.59 8
redit UMKM (Rp miliar) 2,923.8 1,432.3 1,417.3 1,452.4 1,351.2 1,405.9 1,390.2 1,398.9 1,427.7 1,5
Kredit Mikro (Rp miliar) 235.7 256.0 249.1 266.4 272.0 336.7 300.5 345.0 355.4 3
Kredit Kecil (Rp miliar) 790.4 840.6 820.5 830.0 740.4 726.5 744.4 729.3 728.3 7
Kredit Menengah (Rp miliar) 282.5 335.8 347.7 355.9 338.8 342.7 345.3 324.6 344.0 3
PL 2.53 2.84 3.17 2.78 3.08 2.95 2.93 2.29 2.53
INDIKATOR 2013 2014 2015
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
12/88
Ringkasan Umum
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Perekonomian Maluku Utara menunjukkan adanya perkembangan dengan
mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,51% (qtq) jauh meningkat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,10% (qtq).Sementara itu, secara tahunan perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,54%
(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I-2015 sebesar 5,25% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional
yang sebesar 4,67% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut maka Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga
berlaku tahun dasar 2010 pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp 6.566,3
miliar.
Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari
membaiknya kondisi ekspor dan konsumsi rumah tangga yang meningkat.
Serupa dengan triwulan sebelumnya, pengeluaran konsumsi pemerintah kembali
menjadi faktor penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan.
Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara
triwulan laporan terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor
pertambangan, konstruksi, transportasi, dan administrasi pemerintah.
Keuangan Pemerintah
Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015
mengalami peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari APBD
2014. Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan APBD serta
pergantian pimpinan beberapa SKPD strategis, hingga akhir semester I-2015
realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara baru mencapai 10,51% dan
secara nominal turun 42,97% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
13/88
konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara triwulan laporan
mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy)
Inflasi Daerah
Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku
Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,22% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,92% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,75%
(yoy). Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh
penyesuaian kembali harga premium dan solar pada awal triwulan laporan.
Kenaikan tersebut kemudian diikuti dengan penyesuaian sejumlah tarif moda
angkutan sehinga menambah tekanan inflasi administered prices dari 12,35%
(yoy) menjadi 15,10% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu, peningkatan
tekanan juga terjadi pada inflasi inti yang tercatat 6,05% (yoy), sedikit lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya sebesar 5,91% (yoy) karena pelemahan nilai tukar yang
berdampak pada kenaikan harga beberapa barang impor serta penyesuaian
ongkos produksi beberapa produk manufaktur. Di lain sisi, penurunan tekanan
inflasi terjadi pada inflasi volatile foodpada triwulan laporan yang sebesar 7,97%
(yoy) lebih rendah dari triwulan I 2015 yang mencapai 9,69% (yoy). Penurunan
ini dipengaruhi oleh kondisi pasokan sayur-mayur, beras, dan ikan segar yang
lebih baik dibandingkan tahun 2014.
Kinerja Perbankan dan Perkembangan SistemPembayaran
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, secara umum kinerja perbankan di
Maluku Utara pada triwulan II-2015 masih menunjukkan kinerja yang positif.
Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2015
tercatat sebesar Rp 7,44 triliun, meningkat 4,71% (qtq) dari triwulan
sebelumnya. Secara tahunan, aset tumbuh sebesar 9,97% (yoy). Kondisi ini
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
14/88
seiring dengan tingginya pertumbuhan kredit maupun DPK yang diimbangi
dengan penurunan NPL.
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku
Utara pada triwulan II-2015 mencapai Rp 6,24 triliun, meningkat dari triwulan
sebelumnya sebesar 8,59% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK
mencapai 16,44% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan I-2015 yang pertumbuhannya sebesar 13,05 % (yoy).
Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di
Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,43 triliun atau
meningkat 4,33% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,63%
(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,40% (yoy).
Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur
melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang
sangat tinggi yakni 87,04%.
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah
tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada
level yang rendah pada kedua kelompok tersebut. Rasio NPL pada triwulanlaporan tercatat hanya sebesar 2,33%, lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,53%
Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net outf low. Sementara itu,
terjadi penurunan nilai transaksi non tunai melalui fasilitas kliring. Di lain sisi,
seiring meningkatnya aktivitas perekonomian pada triwulan laporan, transaksi
nilai besar melalui RTGS menunjukan peningkatan.
Ketenagakerjaan dan kesejahteraan
Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan menyebabkan
masyarakat optimis terhadap kondisi ketenagakerjaan dalam enam bulan ke
depan. Sementara itu, di tengah meningkatnya laju inflasi pada triwulan II-2015,
persepsi masyarakat mengenai kesejahteraan dirinya masih positif walaupun
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
15/88
sedikit lebih rendah dari triwulan I-2015. Di lain sisi, kesejahteraan petani
terindikasi menurun yang tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani
(NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 101,22, turun 2,9% (yoy).
Prospek Perekonomian
Perekonomian Malut pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi
dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,36% - 6,86% (yoy) dengan
kecenderungan bias ke bawah. Sementara perekonomian Malut selama
tahun 2015 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 6,0% -
6,5% (yoy). Dari sisi permintaan, PMTB dan pengeluaran pemerintah menjadi
penggerak utama ekonomi Malut diperkirakan akan meningkat. Sementara itu,
ekspor baik luar negeri maupun antar daerah diprediksi masih tumbuh positif
karena faktor baseline effect. Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan,
pertanian, dan pertambangan diprediksi akan tumbuh meningkat menyusul
melimpahnya produksi bahan baku pada triwulan laporan
Laju inflasi kota Ternate diperkirakan masih berada di dalam t rend
menurun. Penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kondisi
pasokan pangan strategis yang relatif lebih baik dibandingkan tahun 2014.
Potensi inflasi masih dapat muncul akibat dampak pelemahan Rupiah,
peningkatan tekanan permintaan saat Idul Adha di Bulan September 2015, serta
penyesuaian dampak kenaikan tarif PLN untuk golongan tertentu pada Juni 2015
yang lalu. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi
ke depan, inflasi pada triwulan III-2015 diproyeksikan pada kisaran 8,03%
1% (yoy) lebih rendah dari triwulan laporan yang mencapai 8,22% (yoy)
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
16/88
1
Perekonomian Maluku Utara menunjukkan adanya
perkembangan dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar
2,51% (qtq) jauh meningkat dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya sebesar 0,10% (qtq).
Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi
bersumber dari ekspor dan konsumsi rumah tangga. Dari sisi
lapangan usaha terutama bersumber dari peningkatan kinerja
pada sektor pertambangan, konstruksi, transportasi, dan
administrasi emerintah.
1 PERTUMBUHANEKONOMI
Pertumbuhan
YoyTw II
Pertumbuhan
QtQ Tw II
6,54%
2,51%
Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja
pemerintah mengalami penurunan
Pantai Sulamadaha
Courtesy : gambarwisata.com
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
17/88
2
PERTUMBUHAN EKONOMI
1.1 Kondisi Umum
Perekonomian Maluku Utara menunjukkan adanya perkembangan dengan mencatatkan
pertumbuhan sebesar 2,51% (qtq) jauh meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 0,10% (qtq). Sementara itu, secara tahunan perekonomian Malut tumbuh
sebesar 6,54% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I-2015 sebesar 5,25% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar
4,67% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Provinsi Maluku Utara atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp
6.566,3 miliar.
Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari ekspor dan
konsumsi rumah tangga. Serupa dengan triwulan sebelumnya, pengeluaran konsumsi
pemerintah kembali menjadi faktor penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan.
Dari sisi lapangan usaha atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan
terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor pertambangan, konstruksi,
transportasi, dan administrasi pemerintah.
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan (penggunaan), faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada
triwulan laporan disumbang oleh komponen ekspor. Tingginya pertumbuhan ekspor sebesar
38,22% (yoy) turut memberikan andil paling dominan dalam pertumbuhan yaitu sebesar
28,85%. Sementara itu, komponen konsumsi rumah tangga juga mengalami akselerasi dari
triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga memberikan andil kedua terbesar pada
pertumbuhan ekonomi Malut triwulan laporan dengan andil sebesar 2,19%. Di lain sisi,komponen konsumsi pemerintah kembali menjadi penahan laju pertumbuhan karena
mengalami penyusutan sebesar 3,13% (yoy) dengan andil sebesar -0,44%.
Masih tingginya ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi
menyebabkan pertumbuhan impor juga meningkat sehingga neraca perdagangan Maluku Utara
masih mengalami net impor. Namun demikian, seiring dengan meningkatnya produksi lokal
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
18/88
PERTUMBUHAN EKONOMI
beberapa komoditas unggulan Maluku Utara, ekspor mencatatkan pertumbuhan yang lebih
tinggi sehingga terjadi penurunan net impor.
Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi
permintaan (penggunaan) pada triwulan II 2015 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya
konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 58,66%, menyusut dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 59,32%. Sementara konsumsi pemerintah memiliki pangsa
yang tergerus menjadi 26,71%, serupa dengan pangsa investasi (PMTB) yang mengalami
sedikit pengikisan pangsa sebesar 0,23% menjadi sebesar 26,48%. Di lain sisi, masih tingginya
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi
Maluku Utara, diolah
Grafik 1.2 Pertumbuhan dan Andil Struktur PDRB Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi
Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
19/88
4
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya net
impor sehingga menjadi pangsa negatif bagi struktur perekonomian Maluku Utara .
Grafik 1.3Struktur PDRB Sisi Penggunaan
1.2.1 Konsumsi Masyakat dan LNPRT
Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 3,64% (yoy)
terakselerasi dari triwulan sebelumnya sebesar 3,46%. Kondisi yang sama juga terjadi pada
konsumsi lembaga non profit yang pada triwulan ini tumbuh 2,88% (yoy) dimana pada triwulan
sebelumnya mencatat pertumbuhan 2,31%. Konsumsi masyarakat kembali memberikan andil
kedua terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yakni sebesar 2,19%.
Grafik 1.4Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
20/88
PERTUMBUHAN EKONOMI
Tendensi meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan
terkonfirmasi dari meningkatnya tendensi konsumen (ITK) pada triwulan II 2015 yang meningkat
pada angka 103,8 dibandingkan triwulan I 2015 yang mencapai 103,20. Peningkatan kondisi
ekonomi konsumen ini didukung oleh meningkatnya indeks penerimaan rumah tangga (IPRT)
dari 100,98 pada triwulan I-2015 menjadi 105,61 pada triwulan laporan.
Meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat di Maluku Utara dibandingkan triwulan
lalu juga terlihat dari pergerakan kegiatan bongkar muat selama triwulan II 2015 di Pelabuhan
Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas, terutama kegiatan bongkar bahan pokok
dan barang konsumsi yang dikirim dari luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung
(Manado). Volume bongkar barang konsumsi pada triwulan laporan tumbuh 44,7% (yoy) lebih
tinggi signifikan dari triwulan sebelumnya 2,0% (yoy).
Grafik 1.5Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT) Grafik 1.6Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek
Grafik 1.7Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton) Grafik 1.8Volume Barang konsumsi lainnya (Ton)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolahSumber : LBU, diolah
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
21/88
6
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah
Peningkatan konsumsi masyarakat dibandingkan triwulan lalu juga terkonfirmasi dari
jumlah kendaraan baru roda empat yang meningkat baik secara triwulanan sebesar 11,4% (qtq)
maupun tahunan sebesar 82,1% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, konsumsi listrik rumah
tangga (KwH) mengalami pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu 11,2% (yoy), naik dari 9,9% (yoy).
Grafik 1.11Konsumsi KwH Rumah Tangga
1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan II 2015
tercatat sebesar 7,27% (yoy). PMTB tumbuh sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
Grafik 1.9Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) Grafik 1.10Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit)
Sumber : Sumber : PLN Provinsi Maluku Utara
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
22/88
PERTUMBUHAN EKONOMI
mencapai 8,02% (yoy). Kondisi ini ditengarai oleh belum optimalnya pembangunan infrastruktur
dan kapasitas produksi yang disesuaikan dengan perkiraan beberapa perusahaan swasta.
Melambatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume
pengadaan semen di Maluku Utara yang turun sebesar 29,36% (yoy) jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,9% (yoy). Adapun peningkatan konsumsi
semen ini juga disebabkan melambatnya realisasi proyek investasi pemerintah akibat belum
optimalnya penyerapan anggaran. Di samping itu, penurunan pengadaan semen pada triwulan
ini merupakan imbas dari tingginya pasokan semen dimana pasokan terkonsentrasi pada bulan
akhir triwulan sebelumnya, sehingga konsumsi semen masih menggunakan stok lama.
Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton) Grafik 1.13Perkembangan Konsumsi Semen
Ditengah melambatnya pertumbuhan PMTB, kinerja arus investasi ke Maluku Utara
menunjukkan kinerja yang positif. Indikator investasi yang sebagian direpresentasikan dari
foreign direct investment (FDI) dan domestic direct investment (DDI) tercatat meningkat.
Perkembangan FDI tercatat sebesar Rp 141 miliar (asumsi rerata kurs rupiah terhadap USD
sebesar Rp.12.000/USD) tumbuh 17,54%, dimana pada triwulan sebelumnya mencatat
pertumbuhan negatif. Hal ini merupakan prospek positif untuk perkembangan kompenen PMTB
pada triwulan mendatang.
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
23/88
8
PERTUMBUHAN EKONOMI
Grafik 1.14Perkembangan PMA di Maluku Utara Grafik 1.15Perkembangan PMDN di Maluku Utara
1.2.3 Pengeluaran Pemerintah
Secara tahunan, konsumsi pemerintah pada triwulan II 2015 menyusut 1,42% (yoy).
Penyusutan ini masih merupakan dampak lanjutan dari terlambatnya penetapan APBD Provinsi
Maluku Utara 2015 yang baru disahkan pada akhir Februari 2015. Selain itu, melambatnya
penyerapan APBN yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur ditengarai menjadi
penyebab menurunnya konsumsi pemerintah. Namun demikian, komponen pengeluaran
pemerintah pada triwulan sebelumnya mengalami penyusutan yang lebih dalam yakni sebesar4,88% (yoy). Dengan demikian, kinerja pengeluaran pemerintah pada triwulan laporan relatif
membaik yang dikonfirmasi dengan adanya peningkatan konsumsi pemerintah secara
triwulanan sebesar 5,84% (qtq).
Membaiknya kinerja pengeluaran pemerintah terkonfirmasi dengan perkembangan saldo
giro pemerintah. Pada akhir triwulan II 2015 giro pemerintah tercatat sebesar Rp 681 miliar.
Jumlah ini tumbuh sebesar 52,10% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 9,08% (yoy)
pada triwulan II 2015. Menurunnya giro milik pemerintah menjadi indikator realisasi belanja
yang terakselerasi lebih baik pada triwulan laporan. Penjelasan lebih lanjut terkait pengeluaran
pemerintah ini dapat dilihat pada bab keuangan pemerintah.
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
24/88
PERTUMBUHAN EKONOMI
Grafik 1.16 Perkembangan Giro Pemerintah
1.2.4 Kegiatan Ekspor Impor
Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar negeri)
pada triwulan laporan menunjukkan net impor sebesar Rp848.40 miliar atau turun 33,08%
(yoy). Ekspor tercatat tumbuh positif sebesar 46,41% (yoy) seiring peningkatan ekspor antar
daerah khususnya komoditas kopra, kelapa, dan rempah-rempah serta faktor baseline effect
ekspor komoditas pertambangan. Di sisi lain impor juga mengalami pertumbuhan sebesar
22,52% (yoy) seiring meningkatnya rencana investasi pada periode mendatang.
Grafik 1.17 Perkembangan Volume Ekspor Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor
Sumber : LBU, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolahSumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
25/88
10
PERTUMBUHAN EKONOMI
Grafik 1.19Perkembangan Volume Muat Barang di
Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang
di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Tingginya konsumsi masyarakat khususnya pada barang habis konsumsi yang
didatangkan dari luar daerah, menghasilkan perkembangan impor Maluku Utara yang mencatat
pertumbuhan sebesar 22,52% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya
sebesar 25,17% (yoy) Berdasarkan data BPS, nilai impor luar negeri Maluku Utara mengalami
kenaikan sebesar 289,34% (yoy) kendati demikian volume impor mencatat penurunan sebesar
14,82%.
Grafik 1.21Perkembangan Volume Impor Grafik 1.22Perkembangan Nilai Impor
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, sebagian besar kinerja positif pada peningkatan pertumbuhan
ekonomi triwulan laporan merupakan andil dari lonjakan pertumbuhan sektor pertambangan
yang mengalami peningkatan kinerja yang signifikan dibandingkan triwulan lalu serta
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
26/88
PERTUMBUHAN EKONOMI
pertumbuhan industri pengolahan. Sementara itu, walaupun tumbuh sedikit melambat, sektor
perdagangan besar dan eceran masih tumbuh sangat tinggi sehingga kembali memberikan
andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi triwulan laporan yakni sebesar 1,70%.
Grafik 1.23Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Grafik 1.24Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
27/88
12
PERTUMBUHAN EKONOMI
Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan I 2015 masih
didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 25,39% dari
total PDRB. Kemudian pada triwulan ini msaih bertahan di peringkat kedua yaitu sektor
perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 17,35%, dan
berikutnya administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang menunjukkan
pangsa sebesar 16,31%. Sementara itu, sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10%.
Grafik 1.25Struktur PDRB Sisi Penawaran
1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pada triwulan II 2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar
2,39% (yoy) tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,53%. Perlambatan
pertumbuhan dibandingkan triwulan lalu ini disebabkan oleh berakhirnya masa panen raya padi
lokal dan tanaman hortikultura (cabai dan bawang merah) yang pada tahun ini terjadi pada awal
triwulan I-2015. Perlambatan juga disebabkan oleh penundaan panen akibat faktor permintaan
dimana permintaan ekspor untuk komoditas pala, cengkeh, dan kopra menurun akibat
melimpahnya panen kelapa di daerah produksi lain serta berlebihnya stok cengkeh pada
produsen rokok. Kualitas hasil panen rempah-rempah yang dinilai kurang baik pada periode
triwulan II 2015 ini. Di lain sisi, subsektor perikanan menunjukan perbaikan kinerja secara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
28/88
PERTUMBUHAN EKONOMI
relatif. Pada triwulan laporan hasil tangkapan ikan mencapai 1754 ton atau turun 4,52% (yoy).
Kondisi ini lebih baik daripada triwulan I-2015 di mana hasil tangkapan ikan tercatat turun
32,32% (yoy).
Grafik 1.26Volume Tangkapan Ikan Ternate Grafik 1.27Perkembangan Kredit Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian juga tercermin dari peningkatan kredit yang dikucurkan oleh
perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah Rp15,67 miliar, tumbuh
melambat 29,08% (yoy) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya, 33,75% (yoy).
1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor masih tumbuh
tinggi sebesar 9,75% (yoy) walaupun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan
triwulan sebelumnya yang sebesar 10,37% (yoy). Perlambatan pada sektor perdagangan
dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas sandang, elektronik, obat-obatan sehingga
penjualan untuk komoditas tersebut turun. Kondisi ini adalah dampak penguatan nilai dolar
yang mengakibatkan komoditas ekspor maupun produk manufaktur berbahan baku ekspor
mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.
Sumber : Pelabuhan Perikanan Kota Ternate Sumber : LBU, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
29/88
14
PERTUMBUHAN EKONOMI
Grafik 1.28Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Grafik 1.29Perkembangan TPK
Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, tingkat penghunian kamar sebagai
salah satu indikator aktivitas pendatang yang cenderung melakukan aktivitas di sektor
perdagangan mengalami akselerasi. Selain itu jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan
pada sektor ini masih mengalami akselerasi. Berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan
triwulan laporan tercatat sebesar Rp 58,29 miliar atau meningkat 11,33% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,12%. Dengan demikian, kinerja sektor ini pada
triwulan mendatang diperkirakan masih cukup tinggi.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 7,26% (yoy),
meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,67% (yoy). Pertumbuhan sektor
ini pada triwulan laporan ditopang oleh tingginya produksi sektor pertanian yang merupakan
bahan mentah dari sebagian besar industri pengolahan di Maluku Utara yaitu kopra dan olahan
hasil laut. Panen kelapa pada triwulan lalu membuat input produksi yang berkesinambungan
pada kinerja industri pengolahan bulan ini. Selain itu melimpahnya tangkapan ikan pada
triwulan ini, secara spontan meningkatkan industri pengolahan ikan.
Demikian pula dengan komoditas pertanian berupa hasil bumi seperti cengkeh yang
sebelumnya mengalami keterlambatan produksi akibat curah hujan yang masih tinggi, telah
dapat berproduksi pada triwulan II seiring datangnya musim kemarau.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
30/88
PERTUMBUHAN EKONOMI
Peningkatan kinerja pada sektor ini juga terlihat dari pertumbuhan outstanding kredit
yang dikucurkan perbankan yang tumbuh sebesar 8,67%, dimana pada triwulan sebelumnya
sempat terjadi koreksi sebesar 3,80% (yoy).
Grafik 1.30Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan
Peningkatan pertumbuhan sektor industri juga tercermin dari pertumbuhan produksi
industri manufaktur mikro dan kecil yang pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 8,67% (yoy)
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,41% (yoy). Sementara itu,
pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan laporan juga
meningkat dari 13,87% (yoy) menjadi 21,79% (yoy).
Hampir seluruh industri mencatat pertumbuhan positif yang signifikan. Meningkatnya
pertumbuhan industri skala mikro dan kecil terutama terjadi pada industri pakaian jadi yang
tumbuh pesat dari 19,33% (yoy) menjadi 40,09% (yoy).
Sumber : LBU, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
31/88
16
PERTUMBUHAN EKONOMI
Tabel 1.1Perkembangan Industri Manufaktur Kecil
1.3.4 Sektor Pertambangan
Dengan adanya baseline effectakibat kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada periode
yang sama tahun sebelumnya pasca diberlakukannya UU Minerba, sektor pertambangan kian
menunjukkan perkembangan positif. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh positif sebesar
17,15% (yoy) naik signifikan dari triwulan sebelumnya sebesar 0,46% (yoy), dan memberikan
andil tertinggi yaitu sebesar 1,66%. Pertumbuhan ini bersumber dari tambang emas serta
tambang nikel milik beberapa perusahaan besar yang tetap beroperasi secara terbatas. Hasil
produksi bijih nikel dikirimkan untuk diolah lebih lanjut ke smelter terdekat seperti smeltermilik
PT Antam di Pomalaa Sulawesi Tenggara.
qtq yoy qtq yoy
Industri Makanan 1.61 8.75 13.24 21.71
Industri Minuman 4.08 38.92 7.62 37.75
Industri Pakaian Jadi -8.18 19.33 10.25 40.09
Industri Kayu -3.48 14.61 -0.62 3.95
Industri Barang Galian Bukan Logam 5.87 0.12 5.55 9.59
Industri Logam Dasar 0.96 0.53 13.03 24.58
Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 4.38 15.02 11.45 36.87
Industri Alat Angkutan Lainnya -2.02 22.91 -2.06 12.15
Industri Furnitur 0.64 3.19 6.42 8.45
Industri Pengolahan Lainnya 0.51 25.72 13.92 37.980.96 6.41 10.78 19.87
Jenis IndustriPertumbuhan Triwulan I 2015 Pertumbuhan Triwulan II 2015
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
32/88
17
Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi
Maluku Utara 2015 mengalami peningkatan sebesar masing-
masing 12,86% dan 16,42% dari APBD 2014.
Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan
APBD serta pergantian pimpinan beberapa SKPD strategis,
hingga akhir semester I-2015 realisasi belanja APBD Provinsi
Maluku Utara baru mencapai 10,51% dan secara nominal turun
42,97% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen
konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara
triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy) .
2 KEUANGANPEMERINTAH
Realisasi
Pendapatan Tw II
Realisasi
Belan a Tw II
45,8%
22,3%
Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja
pemerintah mengalami penurunan
Festival Teluk Jailolo
Courtesy : wisataindonesia.co.id
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
33/88
18
KEUANGAN PEMERINTAH
2.1 Struktur APBD
Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2015 adalah sebesar
Rp1,83 triliun atau meningkat 12,86% dari anggaran pendapatan pada APBD 2014.Sementara
itu, anggaran belanja pada APBD 2015 tercatat sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 16,42%
dari anggaran belanja tahun sebelumnya.
Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan
transfer sebesar 34,8% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari
pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur
pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara
yaitu sebesar 82,6% pada APBD 2015, dikarenakan pendapatan asli daerah belum dapatmenjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak,
masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada
sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Sementara itu, meningkatnya pendapatan transfer
dipengaruhi oleh pengalihan subsidi energi pada APBN 2015 pada dana untuk pembangunan
daerah serta fokus pembangunan pemerintah pusat terhadap daerah di kawasan Indonesia
Timur.
Grafik 2.1Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
34/88
KEUANGAN PEMERINTAH
Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran
pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 16,0% (yoy).
Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan
sarana publik/infrastruktur pada triwulan mendatang. Secara struktural, pangsa dari anggaran
belanja tidak mengalami banyak perubahan. Meskipun mengalami penurunan, belanja
operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 67,6%.
Grafik 2.2Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015
2.2 Realisasi Pendapatan APBD
Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga
akhis semester I 2015 mencapai Rp 837,06 miliar, mencapai 45,79% dari total target anggaran
pendapatan 2015 yang sebesar Rp1.827,93 miliar, atau masih di bawah target per semester
sebesar 50%. Nominal realisasi tersebut menurun apabila dibandingkan realisasi pendapatan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 52,78% (yoy).
Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan pemerintahProvinsi Maluku Utara berasal dari komponen transfer pemerintah pusat-dana bagi hasil bukan
pajak sebesar 55,17%, diikuti dana penyesuaian dengan realisasi sebesar 32,62%. Dengan
demikian, pendapatan Pemprov, Pemerintah kabupaten dan kota di Maluku Utara sebagian
besar bukan berasal dari pendapatan dari daerah itu sendiri, melainkan bergantung pada dana
perimbangan.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
35/88
20
KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi seluruh komponen pendapatan pada semester I tahun 2015, baik Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan/Transfer, maupun Pendapatan Lain-lain mengalami
penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014. Serupa dengan
triwulan lalu, kinerja penerapan anggaran pendapatan terendah kembali ditunjukkan oleh
pendapatan lain-lain (hibah). Realisasi pendapatan hibah sampai dengan akhir semester I-2015
hanya sebesar 29,80%. Pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai >50%.
Tabel 2.1Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015
data per 25 Juni 2015
(dalam rupiah)
Realisasi PAD hingga akhir semester I-2015 baru mencapai 36,4% lebih rendah dari
realisasi pada tahun 2014 yang sudah mencapai 45,2%. Kondisi tersebut ditengarai disebabkan
oleh perusahaan tambang nikel masih beroperasi terbatas sembari menunggu selesainya
pembangunan smelter. Perusahaan-perusahaan tersebut selama ini menjadi lumbung PAD
Maluku Utara melalui pajak maupun retribusi daerah.
Sementara itu, komponen pendapatan transfer yang seyogyanya dapat menjadi penentu
pencapaian target anggaran juga tidak menunjukkan kinerja yang memuaskan. Pos pendapatan
yang memegang 86,70% hanya mencatatkan realisasi sebesar 48%, Kondisi ini berbeda
dengan periode sama tahun sebelumnya yang menunjukkan kinerja sebesar 54,12%.
Pendapatan 1,827,927,649,000 837,058,227,522 45.79%
PAD 248,646,493,000 90,501,362,322 36.40%
Pa ak daerah 169,135,747,000 66,324,566,749 39.21%
Retribusi daerah 47,240,121,000 21,650,024,370 45.83%
Has il pengelolaan kekayaan daerah yang dipis ahkan 634,493,000 0.00%
Lain-lain PAD yang sah 31,636,132,000 2,526,771,203 7.99%Pendapatan Transfer 1,509,281,156,000 725,696,217,664 48.08%
Transfer emerintah usat-dana erimban an 1,309,937,956,000 0.00%
Dana Bagi Hasil Pajak/ 58,194,166,000 19,054,056,296 32.74%
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 75,957,780,000 41,902,941,368 55.17%
DAU 1,061,177,950,000 530,588,952,000 50.00%
DAK 114,608,060,000 34,382,418,000 30.00%
Transfer emerintah usat-lainn a 199,343,200,000 99,767,850,000 50.05%
Dana penyesuaian 199,343,200,000 99,767,850,000 50.05%
Lain-lain pendapatan yang sah 70,000,000,000 20,860,647,536 29.80%
Pendapatan Hibah 70,000,000,000 20,860,647,536 29.80%
UraianAnggaran Pemprov
Maluku Utara
Realisasi s/d
TW II 2015(%) Realisasi
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
36/88
KEUANGAN PEMERINTAH
Grafik 2.3Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015
2.3 Realisasi Belanja APBD
Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir semseter I 2015 mencapai Rp
406,24 miliar atau sebesar 22,27% dari anggaran sebesar 1.824,43 miliar. Jumlah realisasi
tersebut jauh lebih rendah dibandingkan realisasi belanja pada periode yang sama di tahun
2014 sebesar 38,89%.
Dari sisi komponen pembentuknya, tingkat realisasi tertinggi belanja daerah terjadi pada
belanja transfer bagi hasil sebesar 63,51% dengan pangsa 14,45% dari keseluruhan realisasi
belanja semester I 2015. Kemudian disusul dengan komponen belanja hibah sebesar 44,15%
dengan pangsa sebesar 27,7% terhadap total realisasi semester I 2015. Sementara realisasi
terbesar secara nominal terdapat pada pos belanja pegawai.
Realisasi seluruh komponen belanja pada semester I 2015, baik Belanja Operasional
maupun Belanja Modal mengalami penurunan dibandingkan kondisi yang sama pada tahun
sebelumnya. Realisasi belanja modal menjadi sumber utama perlambatan kinerja APBD
dengan realisasi hanya sebesar 9,1% hingga akhir semester I-2015. Kondisi ini sangat berbeda
dengan semester I-2014 di mana realisasi belanja model sudah mencapai 39%.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
37/88
22
KEUANGAN PEMERINTAH
Grafik 2.4Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015
Rendahnya realisasi belanja modal pada semester I-2015 adalah imbas lanjutan dari
keterlambatan pengesahan APBD 2015 yang baru terlaksana pada akhir Februari 2015. Kondisi
ini berdampak pada terlambatnya dropping dana ke SKPD-SKPD serta pemerintah kabupaten
kota. Akibat keterlambatan dropping, keseluruhan proses lelang juga mundur. Kondisi ini
diperparah dengan kondisi politik jelang pilkada kabupaten dan kota serta maraknya
penggantian pimpinan SKPD.
Rendahnya realisasi juga dialami oleh komponen belanja lainnya. Belanja barang yang
juga memerlukan proses pengadaan hanya mencatat realisasi sebesar 11,92%. Sementara itu,
realisasi belanja pegawai yang sifatnya rutin hanya mencapai 30,59% dari pagu APBD 2015.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
38/88
KEUANGAN PEMERINTAH
Tabel 2.2Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 (dalam rupiah) data per 25 Juni
2015
Rendahnya realisasi juga dialami oleh komponen belanja lainnya. Belanja barang yang
juga memerlukan proses pengadaan hanya mencatat realisasi belanja sebesar 11,92%.Sementara itu, walaupun tetap lebih rendah, realisasi belanja pegawai yang sifatnya rutin hanya
mencapai 30,59% dari pagu APBD 2015.
Dari sisi komponen pembentuknya, tingkat realisasi tertinggi belanja daerah terjadi pada
belanja transfer bagi hasil sebesar 63,51% dengan pangsa 14,45% dari keseluruhan realisasi
belanja triwulan II-2015. Kemudian disusul dengan komponen belanja hibah sebesar 44,15%
dengan pangsa sebesar 27,7% terhadap total realisasi triwulan II 2015. Sementara realisasi
terbesar secara nominal terdapat pada pos belanja pegawai.
2.4 Rekening Pemerintah
Dana pemerintah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan II 2015 tercatat
sebesar Rp. 1,12 triliun, nominal tersebut merupakan nominal dana pemerintah tertinggi selama
Belanja 1,824,427,649,000 406,238,240,191 22.27%
Belanja operasi 1,232,912,385,180 302,532,746,002 13.73%
Belanja Pegawai 417,884,617,000 127,831,775,902 30.59%Belanja Barang 510,286,360,180 60,817,994,100 11.92%
Belanja Subsidi 5,000,000,000 0.00%
Belanja Hibah 255,261,783,000 112,687,976,000 44.15%
Belanja Bantuan sosial 43,579,625,000 1,195,000,000 2.74%
Bela nja Bantuan keuangan kpd Prov/Ka b/Kota dan Pemdes 900,000,000 0.00%
Belanja modal 497,060,351,350 44,988,876,940 9.05%
Belanja tanah 10,515,045,000 2,195,210,000 20.88%
Belanja peralatan dan mesin 57,240,936,500 5,666,913,130 9.90%
Belanja bangunan dan gedung 148,675,334,200 6,398,180,300 4.30%
Belanja jalan, irigasi dan jaringan 278,819,094,650 30,728,573,510 11.02%
Belanja aset tetap lainnya 1,809,941,000 - 0.00%
Belanja tak terduga 2,000,000,000 - 0.00%
Belanja tidak terduga 2,000,000,000 - 0.00%
Transfer 92,454,912,470 58,716,617,249 63.51%
Transfer Bagi hasil ke kab/kota/desa 92,454,912,470 58,716,617,249 63.51%
Bagi hasil pajak 92,454,912,470 58,716,617,249 63.51%
UraianAnggaran Pemprov
Maluku Utara
Realisasi s/d
TW II 2015(%) Realisasi
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
39/88
24
KEUANGAN PEMERINTAH
lebih dari tiga tahun terakhir. Jumlah ini tumbuh signifikan sebesar 42,05% (yoy) melambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 60,33% (yoy).
Perlambatan terutama terjadi pada simpanan giro. Berdasarkan data LBU, giro milik
Pemda tumbuh 42,05% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
60,33% (yoy). Kondisi ini terutama disebabkan oleh masih rendahnya realisasi pendapatan
pemda selama tahun 2015. Hal ini menyebabkan giro milik pemda tetap tumbuh melambat di
tengah rendahnya realisasi belanja Pemda.
Grafik 2.5Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)
Sumber : Data Perbankan
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
40/88
25
Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di
Provinsi Maluku Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebesar
8,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan
sebelumnya sebesar 7,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,75% (yoy).
Secara bulanan, selama triwulan kedua Provinsi Maluku Utara
mengalami tiga kali inflasi berturut-turut yaitu sebesar 0,62%
(mtm), 0,65% (mtm) dan menutup triwulan II dengan inflasi
bulanan sebesar 0,89%.
3 INFLASI
Inflasi YoY
Tw II
Inflasi QtQ
Tw II
8,22%
2,17%
Tekanan Inflasi pada triwulan II 2015meningkat
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
41/88
26
INFLASI
2.1 Kondisi Umum
Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang
direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,22% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,92% (yoy). Akan tetapi, angka
tersebut masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar
9,75% (yoy). Angka inflasi triwulan II 2015 ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka Nasional
sebesar 7,26% (yoy).
Secara bulanan, selama triwulan kedua Provinsi Maluku Utara mengalami tiga kali inflasi
berturut-turut yaitu sebesar 0,62% (mtm), 0,65% (mtm) dan menutup triwulan II dengan inflasibulanan sebesar 0,89%. Dengan demikian, hingga akhir triwulan II-2015, Maluku Utara
mengalami inflasi sebesar 2,03% (ytd).
Grafik 3.1Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional
Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh penyesuaian
kembali harga premium dan solar pada awal triwulan laporan. Kenaikan tersebut kemudian
diikuti dengan penyesuaian sejumlah tarif moda angkutan sehinga menambah tekanan inflasi
administered pricesdari 12,35% (yoy) menjadi 15,10% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu,
peningkatan tekanan juga terjadi pada inflasi inti yang tercatat 6,05% (yoy), sedikit lebih tinggi
8.22
7.26
0
2
4
6
8
10
12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2012 2013 2014 2015
Malut Nasional
Malut
Nasional
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
42/88
INFLASI
dari triwulan sebelumnya sebesar 5,91% (yoy) karena pelemahan nilai tukar yang berdampak
pada kenaikan harga beberapa barang impor serta penyesuaian ongkos produksi beberapa
produk manufaktur. Di lain sisi, penurunan tekanan inflasi terjadi pada inflasi volatile foodpada
triwulan laporan yang sebesar 7,97% (yoy) lebih rendah dari triwulan I 2015 yang mencapai
9,69% (yoy). Penurunan ini dipengaruhi oleh kondisi pasokan sayur-mayur, beras, dan ikan
segar yang lebih baik dibandingkan tahun 2014.
Tabel 3.1Statistik Inflasi Per Kelompok
3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate
3.2.1 Inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi tahunan Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan meningkat dari 7,92% (yoy)
pada triwulan sebelumnya menjadi 8,22% (yoy). Penyumbang tekanan inflasi tahunan datang
dari ketiga kelompok disagregasi baik volatile foods, administered prices, maupun core inflation.
Tw II 2014
YoY
2014
YoY
Tw I 2015
YoY
Tw II 2015
YoY
Tw II 2015
QTQ
UMUM
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
43/88
28
INFLASI
Grafik 3.2Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas
Peningkatan terutama disumbang oleh kelompok yang dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah (administered prices) yaitu kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan
yang memiliki bobot inflasi signifikan, dengan inflasi sebesar 14,20% (yoy). Kebijakan
pemerintah pada tanggal 28 Maret 2015 untuk menaikkan harga bahan bakar bersubsidi,
(setelah sempat diturunkan pada triwulan sebelumnya), secara responsif meningkatkan tekanan
inflasi pada triwulan laporan. Dampak dari peningkatan harga BBM tersebut memberikan efek
lanjutan yang lebih besar pada kelompok transpor berupa kenaikan tarif angkutan dalam kota
yang menunjukkan andil inflasi tahunan yang dominan. Sejalan dengan kenaikan sepanjang
triwulan tersebut, sewa sepeda motor yang menjadi barang substitusi angkutan umum turut
mengalami peningkatan tarif yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Sumbangan peningkatan inflasi tahunan terbesar disusul oleh kelompok perumahan, air,
listrik dan bahan bakar dengan tingkat inflasi sebesar 4,89% (yoy) dengan andil 1,60%. Tarif
listrik yang memiliki bobot besar dalam konsumsi rumah tangga mengalami penyesuaian tarif
sehingga meningkatkan tekanan inflasi tahunan pada kelompok ini.
Peningkatan inflasi tahunan terbesar juga ditunjukkan oleh kelompok sandang yang
pada triwulan laporan yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok lainnya yaitu
sebesar 22,40% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga menunjukkan inflasi tahunan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
44/88
INFLASI
yang mencapai 18.58% (yoy). Peningkatan inflasi pada kelompok sandang merupakan implikasi
dari penyesuaian ongkos produksi akibat pelemahan Rupiah dan kenaikan tarif listrik serta
BBM. Di lain sisi, permintaan untuk komoditas sandang khususnya pakaian muslim sudah
meningkat sejak bulan Mei 2015 seiring majunya awal bulan puasa.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.2Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.3Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa
I II III IV I II III IV I IIAndilKelompok Barang dan Jasa 2013 2014 2015
Barang & Jasa Inflasi Andil Barang & Jasa Inflasi Andil
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
45/88
30
INFLASI
3.2.2 Inflasi Triwulanan (q tq)
Inflasi triwulan laporan menunjukkan inflasi sebesar 2,17% (qtq) jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan I-2015 yang mengalami deflasi sebesar 1,03% (qtq). Tingkat inflasi ini
lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama tiga tahun terakhiryang sebesar 1,77% (qtq). Penyebab inflasi berasal dari kelompok transpor dan kelompok
bahan makanan.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.4Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Inflasi triwulanan terbesar sekaligus andil inflasi triwulanan paling dominan terjadi pada
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 6,53% (qtq). Pada triwulan
sebelumnya kelompok tersebut menunjukkan angka deflasi terbesar baik dibandingkan
kelompok lainnya maupun dibandingkan angka historisnya yaitu sebesar 8,54% (qtq). Hal ini
dipicu oleh dampak kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi pada akhir
triwulan I dimana dampak kebijakan tersebut bergulir pada triwulan ini. Penurunan ini segera
direspon pelaku usaha khususnya usaha angkutan dalam kota, serta dampak lanjutan yang
berdampak pada usaha perdagangan bahan makanan akibat mahalnya distribusi.
Disamping kelompok transpor, penyumbang inflasi pada triwulan laporan juga datang
dari kelompok bahan makanan, khususnya bahan makanan pokok yang tergolong dalam
kelompok volatile foods. Kondisi ini disebabkan faktor musiman bulan puasa yang pada tahun
2015 dimulai pada tanggal 18 Juni 2015 sehingga terjadi peningkatan tekanan permintaan
khususnya untuk komoditas bahan makanan. Hal ini terindikasi dari kelompok bahan makananyang mengalami inflasi sebesar 2,58% (qtq) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
mengalami deflasi sebesar 1,19% (qtq). Kondisi diperparah dengan tingginya curah hujan
selama bulan Mei dan Juni sehingga pasokan bumbu-bumbuan dari lokal Maluku Utara serta
hasil tangkapan ikan tidak sebanyak triwulan I-2015.
I II III IV I II III IV I IIAndilKelompok Barang dan Jasa
2013 2014 2015
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
46/88
INFLASI
3.2.3 Inflasi Bulanan (mtm)
Laju inflasi bulanan (mtm) kota Ternate pada triwulan II 2015 mengalami tren yang
meningkat, dimana pada April 2015, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,62% (mtm),
kemudian pada bulan Mei 2015 kembali terjadi inflasi sebesar 0,65% (mtm) dan kemudian
triwulan II ditutup dengan lonjakan inflasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,89% (mtm). Selama
tiga bulan berturut-turut Kota Ternate memiliki inflasi bulanan yang lebih tinggi dibandingkan
kondisi inflasi di level Nasional (grafik 3.2).
Grafik 3.3Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
Bahan makanan masih mendominasi karakteristik inflasi ketiga bulan tersebut.Penyumbang inflasi seperti komoditas ikan, aneka cabai maupun bawang, sering ditemui pada
faktor penyebab inflasi pada triwulan ini meskipun bukan menjadi penyumbang inflasi yang
utama. Sementara itu, penyebab inflasi bulanan yang utama masih berkaitan dengan dampak
kenaikan administered pricesdan kenaikan harga sandang.
Pada bulan April 2015, paska kebijakan harga BBM bersubsidi pada akhir Maret 2015,
pasar segera merespon pernyataan kebijakan tersebut dalam kurun waktu kurang dari satu
bulan. Inflasi pada bulan April merupakan sumbangan dari kelompok yang berkaitan dengan
kebijakan tersebut, yaitu kelompok transpor yang terdiri atas kenaikan harga bensin maupun
angkutan dalam kota, serta tarif sewa sepeda motor yang merupakan moda transportasi darat
utama selain angkutan umum.
Sementara itu pada bulan Mei 2015, komoditas yang berkaitan dengan tempat tinggal
memberikan dampak yang signifikan. Komoditas papan, maupun sewa rumah menjadi
0.54
0.89
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2012 2013 2014 2015
Nasional Malut
Malut
Nasional
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
47/88
32
INFLASI
penyumbang terbesar. Para pemilik rumah sewa menyesuaikan tarif seiring dengan
peningkatan berbagai biaya dan bahan bangunan. Di samping itu kegiatan renovasi rumah
meningkat jelang Idul Fitri sehingga permintaan bahan bangunan juga meningkat. Sementara
itu, pada bulan Mei harga beberapa komoditas volatile foods serempak meningkat seperti
aneka rica (cabai) yang naik hingga kisaran 20%, bawang, tomat, dan aneka ikan laut olahan.
Tingginya curah hujan selama bulan Mei 2015 menyebabkan rendahnya kualitas panen
komoditas barito sehingga pasokan ke pasar berkurang dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Seiring dengan meningkatnya tekanan permintaan selama bulan Ramadhan, bulan Juni
2015 mengalami inflasi tertinggi selama triwulan laporan. Komoditas penyumbang inflasi bulan
sebelumnya yaitu barito (bawang, rica/cabai, tomat), sayur mayur, ikan segar, dan daging ayam
ras kembali memberikan sumbangan inflasi. Pada bulan Juni 2015, tingginya tekanan
permintaan juga berdampak pada meningkatnya harga rokok, beberapa komoditas sandang,
dan makanan olahan.
Tabel 3.5Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate
3.3 Faktor-faktor Penggerak Inflasi
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan
dipengaruhi oleh gejolak harga yang terjadi pada tiga kelompok pengeluaran. Pada triwulan
laporan, kelompok administered price dan core menjadi faktor utama peningkatan inflasi
tahunan.
3.3.1 Faktor Fundamental
Tekanan inflasi inti (core inflation) tahunan pada triwulan II 2015 meningkat tipis dari
5,91% (yoy) menjadi 6,05% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi inti terutama disumbang oleh
komoditas aneka sandang khususnya sandang wanita.
APRILNo. Komoditas Andil
1 Angkutan Dalam Kota 0.44%
2 Tarip Sewa Motor 0.36%
3 Bensin 0.12%
4 Bawang Merah 0.09%
5 Mie 0.06%
MEI
No. Komoditas Andil
1 Papan 0.12%
2 Sewa Rumah 0.07%
3 Lolosi 0.06%
4 Baju Kaos Berkerah 0.06%
5 Cabai Rawit 0.05%
JUNI
No. Komoditas Andil
1 Selar/Tude 0.27%
2 Mie 0.14%
3 Rokok Putih 0.08%
4 Celana Pendek 0.08%
5 Pakaian Bayi 0.07%Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
48/88
INFLASI
Peningkatan tekanan pada komoditas sandang terutama disebabkan oleh dampak
lanjutan dari kenaikan TTL yang menyebabkan biaya energi di pabrik tekstil meningkat. Di
samping itu, banyaknya bahan baku tekstil yang berasal dari produk impor juga menyebabkan
biaya bahan baku meningkat signifikan seiring dolar yang semakin terapresiasi. Kedua faktor ini
menyebabkan indutri manufaktur khususnya pakaian menyesuaikan harga produknya.
Grafik 3.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika
Penguatan nilai dolar AS juga mulai meningkatkan harga komoditas impor seperti produk obat
dan elektronik. Selama triwulan laporan, Dollar Amerika terus mengalami apresiasi. Pada Tw II-
2015, Nilai Rupiah terhadap dolar Amerika (kurs jual) tercatat sebesar Rp.13.399, dololar
terapresiasi signifikan sebesar 12,51% (yoy) dibandingkan rata-rata pada periode yang sama.
Faktor pendorong inflasi inti lainnya adalah harga emas perhiasan. Harga emas
mengalami kenaikan seiring terapresiasinya harga dolar terhadap rupiah Hal ini terkonfirmasi
dari data harga emas aneka tambang (Antam), dimana harga pembelian emas pada akhir
triwulan II 2015 adalah Rp.508.000/gr, atau meningkat 1,28% (yoy).
Sumber : Bank Indonesia
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
49/88
34
INFLASI
Grafik 3.5Pergerakan Harga Emas Internasional
3.3.2 Non Fundamental
Volat i le foods
Tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods pada triwulan laporan mengalami
retardasi dari 9,69% (yoy) pada triwulan I menjadi 7,97% (yoy) pada triwulan ini. Secara umum,
penurunan tekanan inflasi volatile food dipengaruhi oleh kondisi pasokan pangan strategis
selama 2015 khususnya pada triwulan laporan yang lebih baik daripada tahun 2014. Sesuai
dengan informasi dari BPS Provinsi Maluku Utara dan Dinas Pertanian Provinsi, produksi beras,
bawang merah, dan cabai merah pada tahun 2015 diperkirakan meningkat.
Berkurangnya tekanan inflasi volatile food disebabkan oleh terjaganya pasokan sayur
mayur seiring meningkatnya panen di sentra produksi dalam provinsi. Pada triwulan laporan
subkelompok sayur-sayuran mencatatkan deflasi sebesar 7,13% (yoy) setelah pada triwulan
sebelumnya mengalami inflasi sebesar 2,55% (yoy).
Penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada subkelompok umbi-umbian dan hasil-
hasilnya khususnya komoditas beras. Meningkatnya panen beras pada sentra-sentra produksi
di Maluku Utara dan provinsi sekitarnya berhasil mempertahankan stabilitas harga beras
sehingga inflasi komoditas ini turun dari 6,95% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Kondisi ini juga
terkonfirmasi dari posisi stok bulog Divre Ternate pada bulan Juni 2015 (sebelum penyaluran)
yang mencapai 5,6 ribu ton jauh lebih tinggi dari kondisi pada periode yang sama tahun 2014
yang hanya mencapai 4,5 ribu ton.
Sumber : World Bank
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
50/88
INFLASI
Meredanya tekanan inflasi year on year pada triwulan II juga dipicu oleh menurunnya
tekanan inflasi pada kelompok komoditas ikan segar yang merupakan makanan favorit warga
Maluku Utara. Tingkat inflasi kelompok ikan segar pada triwulan laporan turun dari 22,99%
(yoy) menjadi 14,20% (yoy).
Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap
Pelemahan tekanan ini juga ditunjukkan dengan menurunnya harga rata-rata ikan segar
dari nelayan pada triwulan II, dapat dilihat pada grafik 3.5. Penurunan harga ikan di pelabuhan
ini dikarenakan melimpahnya tangkapan dibandingkan triwulan yang lalu. Berdasarkan data
PIPP tersebut, hasil tangkapan ikan pada triwulan II 2015 dilaporkan mencapai 1754 ton, naik
sebesar 36% dari triwulan I. Berdasarkan data BMKG, kondisi gelombang laut pada akhir
triwulan II 2015 relatif lebih rendah dibandingkan triwulan lalu, yaitu pada kirsaran ketinggian
1,5 m 2 m. Kondisi gelombang ini cukup konduisif bagi peningkatan hasil tangkapan ikan
tertentu seperti ikan tongkol dan ikan lolosi.
Adm inistered Pr ices
Inflasi yang dialami oleh kelompok administered prices pada akhir triwulan II 2015
tercatat meningkat dari 12,35% (yoy) menjadi 15,10% (yoy). Penyesuaian harga BBM
bersubsidi di penghujung triwulan pertama menyebabkan peningkatan pada tekanan inflasi
kelompok ini. Dengan kenaikan harga premium dan solar pada bulan Maret, inflasi komoditas
bensin pada akhir triwulan II-2015 mengalami peningkatan dari 6,29% (yoy) menjadi 12,82%
(yoy). Demikian pula dengan inflasi solar yang naik dari 17,54% (yoy) menjadi 25,45% (yoy).
Sumber: PPN Kota Ternate, diolah Sumber: PPN Kota Ternate, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
51/88
36
INFLASI
Grafik 3.8Pergerakan harga Premium dan Solar
Selain berdampak langsung pada kenaikan komoditas bensin dan solar, peningkatan
pada kelompok ini turut meningkatkan harga komoditas administered prices lainnya yakni
subkelompok transport. Kenaikan terjadi pada tarif angkutan dalam kota dan sewa sepeda
motor (ojek) yang merupakan moda transportasi darat preferensi utama masyarakat Maluku
Utara.
Fluktuasi harga BBM berpotensi menyebabkan dampak lanjutan yang signifikan.
Dampak penyesuaian harga komoditas terkait fluktuasi bahan bakar cenderung inelastis ke
atas. Sebagai contoh, ketika harga BBM turun, komoditas tarif angkutan dalam kota di lapangan
tidak mengalami banyak perubahan Kondisi berbeda ketika harga BBM dinaikkan, komoditas
tersebut dengan cepat merespon melalui kenaikan tarif yang langsung diikuti dengan kenaikan
harga bahan makanan. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu lebih tegas dalam
menerapkan kebijakan perubahan tarif pasca perubahan harga BBM.
3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara
Selama triwulan II 2015, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku Utara
dan TPID Kota Ternate telah melakukan 2 kali rapat koordinasi (high level meeting). Selain
untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi stok pangan strategis, rapat juga dilaksanakan
Sumber: Pertamina, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
52/88
INFLASI
untuk merumuskan program-program TPID dalam rangka menahan lonjakan inflasi saat bulan
puasa dan Idul Fitri.
No Koordinator Kegiatan
1 TPID Kota Ternate
Dipimpin langsung Walikota
Ternate
Sidak harga dan stok pangan ke pasar-pasar di Ternate
2 Disperindag Kota Ternate Pasar Murah dan bazar sembako
3 TPID Kota Ternate Himbauan walikota Ternate kepada masyarakat untuk
tidak berbelanja secara berlebihan melalui media massa
cetak dan elektronik. Konferensi pers dipimpin langsung
oleh Walikota Ternate.
4 TPID Provinsi Maluku Utara Himbauan tokoh agama kepada pedagang dan
masyarakat agar tidak melakukan penimbunan barang dan
aktivitas spekulasi harga
5 Bank Indonesia Fasilitasi pertemuan petani klaster bawang dan cabai
merah di Halmahera Timur dengan asosiasi pemasok Kota
Ternate
Tabel 3.6Program Pengendalian Inflasi Puasa Idul Fitri TPID Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate
Adapun langkah strategis jangka panjang yang dilakukan untuk mengendalikan gejolak
harga kebutuhan pokok adalah meningkatkan koordinasi antar kabupaten kota dalam
mengelola dan mendistribusikan produksi bahan pangan strategis sehingga dapat mengurangi
ketergantungan Maluku Utara akan komoditas impor dari provinsi lain. Langkah awal dari
strategi ini telah ditempuh dengan kegiatan roadshow TPID Kota Ternate ke Kabupaten
Halmahera Barat, Halmahera Utara, dan Halmahera Tengah. Pada kegiatan ini selain
sosialisasi dan koordinasi antar pemda juga sekaligus mempertemukan petani dari sentra
produksi dengan pedagang dari Ternate. Sementara itu, TPID Provinsi Maluku Utara melalui
Disperindagprov juga mulai mensosialisasikan pentingnya TPID ke beberapa Kabupaten.Strategi tersebut sudah membuahkan hasil. Saat ini, TPID Tidore sudah terbentuk dan TPID
Kabupaten Halmahera Timur sedang dalam proses pembentukan.
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
53/88
38
INFLASI
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
54/88
39
Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada
triwulan II-2015 menunjukkan kinerja yang positif. Fungsi
intermediasi perbankan juga berada pada level yang
tinggi yang disertai dengan peningkatan kredit dan DPK.
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor
korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang
terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada level
yang rendah pada kedua kelompok tersebut.
4 KINERJAPERBANKAN&
Pertumbuhan
DPKYoyTw II
Penyaluran kredit
Yo Y Tw II
16,44%
12,63%
PEKEMBANGAN SITEM PEMBAYARAN
Pantai Sulamadaha, Ternate
Courtesy : jalan2.com
Kinerja positif sektor perbankan & transaksi
tunai mengalami net out f low
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
55/88
40
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.1 Kinerja Perbankan
4.1.1 Perkembangan Aset Perbankan
Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2015 tercatat sebesar
Rp7,44 triliun, meningkat 4,71% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, aset sebesar
9,97% (yoy). Kondisi ini seiring dengan tingginya pertumbuhan kredit maupun DPK yang
diimbangi dengan penurunan NPL.
Grafik 4.1Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)
Dari segi kepemilikan, bank milik pemerintah maupun swasta mengalami peningkatan
pertumbuhan. Bank milik pemerintah tercatat tumbuh 12,73% (yoy) lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,19% (yoy). Begitu juga dengan bank milik
swasta yang tumbuh meningkat dari 3,41% (yoy) menjadi 6,79% (yoy).
Berdasarkan jenis operasinya, volume usaha perbankan konvensional dan syariah
sama-sama menunjukan peningkatan kinerja. Aset perbankan konvensional tercatat tumbuh
meningkat dari 9,97% (yoy) menjadi 11,98% (yoy). Sementara itu, perbankan syariah tumbuh
melambat dari 9,91% (yoy) menjadi 9,78% (yoy).
Sumber : LBU, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
56/88
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.1.2 Intermediasi Perbankan
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada
triwulan II-2015 mencapai Rp 6,24 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,59%
(qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK mencapai 16,44% (yoy), meningkat dibandingkanpertumbuhan pada triwulan I-2015 yang pertumbuhannya sebesar 13,05 % (yoy).
Grafik 4.2Perkembangan DPK (miliar rupiah)
Peningkatan pertumbuhan terjadi pada jenis simpanan tabungan. Pada triwulan laporan,
jumlah simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp3,07 triliun atau tumbuh
meningkat dari 1,99% (yoy) menjadi 8,94% (yoy). Masuknya THR dan gaji ke -13 ke rekening
masyarakat Malut khususnya PNS pada akhir Juni 2015 menjadi faktor utama pendorong
pertumbuhan pada triwulan laporan. Hal ini terkonfirmasi dari meningkatnya pertumbuhan
simpanan tabungan milik individu dari sebelumnya menyusut 1,29% (yoy) menjadi 3,63% (yoy).
Sementara itu, simpanan dalam bentuk deposito pada akhir triwulan laporan mencapaiRp1,33 triliun, meningkat sebesar 5,60% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara
tahunan, deposito masih tumbuh tinggi yakni mencapai 29,36% (yoy), namun sedikit lebih
rendah dari triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 21,27% (yoy). Melambatnya pertumbuhan
deposito disebabkan oleh meningkatnya penggunaan dana milik sendiri para pelaku usaha baik
BUMN, lembaga keuangan nonbank, maupun swasta non lembaga keuangan. Deposito milik
Sumber : LBU, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
57/88
42
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
individu juga tumbuh melambat dari 22,21% (yoy) menjadi 17,52% (yoy) seiring meningkatnya
konsumsi masyarakat jelang lebaran khususnya untuk pengeluaran besar seperti renovasi
rumah dan pembelian kendaran baru.
Simpanan giro juga tercatat tumbuh melambat. Pada akhir triwulan laporan jumlah
simpanan giro di perbankan Maluku Utara mencapai Rp1,84 triliun, tumbuh melambat dari
25,55% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 21,69% (yoy). Perlambatan juga dipengaruhi
oleh meningkatnya penggunaan giro milik individu untuk keperluan biaya operasional usahanya.
Sementara itu giro milik pemda yang menguasai 37,68% simpanan giro di Maluku Utara tumbuh
melambat dari 52,10% (yoy) menjadi 9,08% (yoy).
Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku
Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,43 triliun atau meningkat 4,33% (qtq). Secara
tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,63% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
mencapai 10,40% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh meningkatnya
kembali aktivitas di sektor pertambangan serta perkembangan sektor perdagangan dan sektor
industri pengolahan yang cukup tinggi pada triwulan laporan. Di samping itu, persepsi pelaku
usaha mengenai perekonomian lokal yang juga turut mempengaruhi perkembangan kredit pada
triwulan laporan.
Dari jenis penggunaannya, peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada kredit
modal kerja yang tumbuh meningkat dari 7,09% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 15,37%
(yoy) pada triwulan II-2015. Peningkatan terutama terjadi kredit untuk sektor perdagangan
besar dan eceran seiring masih tingginya pertumbuhan sektor tersebut. Meningkatnya
intensitas konsumsi masyarakat, kenaikan harga barang-barang impor, serta meningkatnya
perdagangan antar pulau memicu kenaikan kebutuhan modal para pelaku sektor pedagangan
di Maluku Utara. Kredit untuk sektor perdagangan besar dan eceran yang menguasai 70,32%
kredit produktif perbankan Maluku Utara, tercatat tumbuh 11,77% (yoy) pada triwulan II-2015
setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 6,96% (yoy).
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
58/88
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 4.3Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)
Sementara itu, kredit produktif lainnya yakni kredit investasi pada triwulan laporan
masih mengalami penurunan sebesar 3,61% (yoy) namun tidak sedalam penurunan pada
triwulan sebelumnya sebesar 4,12% (yoy). Adanya potensi perbaikan pertumbuhan kredit
investasi terutama dipengaruhi oleh persepsi para pelaku usaha seiring meningkatnya
kepastian pembangunan smelter di Maluku Utara.
Di lain sisi, kredit konsumsi yang menguasai 64,51% dari total keseluruhan kredit,
tercatat tumbuh 14,08% (yoy) pada triwulan laporan, sedikit melambat dari pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya yang mencapai 14,21% (yoy). Perlambatan dipicu oleh kontraksi pada
KPR, kredit kendaraan bermotor, dan kredit elektronik. Suku bunga jenis kredit tersebut masih
tinggi bahkan ada yang menunjukan peningkatan. Perbankan masih menilai bahwa profil risiko
pada saat ini cukup tinggi sehingga belum menurunkan suku bunga kreditnya.
Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui
tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 87,04%.
Tingkat LDR tersebut sedikit mengalami penurunan dari triwulan IV-2014 yang mencapai
90,59%.
Sumber : LBU, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
59/88
44
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 4.4Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
4.1.3 Perkembangan Bank Syariah
Perbankan syariah secara umum memiliki share aset sebesar 5,11% dari seluruh
perbankan umum di Maluku Utara pada triwulan laporan. Kecilnya jumlah ini ditengarai karena
masih kecilnya preferensi masyarakat Maluku Utara untuk menggunakan layanan bank syariah.
Terbatasnya jaringan baik kantor maupun ATM juga menjadikan kelompok ini kurang dikenal
masyrakat.
Seiring dengan kinerja perbankan secara umum yang mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya, perbankan syariah juga menunjukkan kinerja yang positif
diiringi dengan terakselerasinya pertumbuhan di beberapa aspek. Aset perbankan syariah di
Maluku Utara pada triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp370,83 miliar. Secara tahunan, volume
usaha perbankan syariah pada triwulan laporan tumbuh 9,78% (yoy), lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 9,91% (yoy) seiring turunnya penyaluran dana oleh kelompok
tersebut.
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah pada triwulan II-2015
tercatat Rp325,48 miliar atau meningkat 6,45% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan,
DPK perbankan syariah tumbuh 17,39% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulanan
Sumber : LBU, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
60/88
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
sebelumnya yang mencapai 16,40% (yoy). Percepatan pertumbuhan didorong oleh
meningkatnya pertumbuhan deposito.
Deposito syariah tercatat tumbuh 43,28% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya 11,88% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito syariah ditengarai dipicu oleh
tingginya ratebagi hasil pada simpanan jenis ini.
Di lain sisi, tabungan syariah tumbuh 8,03% (yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,79% (yoy). Warga Malut yang memiliki
tabungan pada kelompok bank ini banyak menggunakan dananya untuk pembayaran biaya
ibadah haji dan keperluan sehari-hari khususnya selama bulan puasa dan Idul Fitri.
Giro syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya, melambat dari 81,94% (yoy) menjadi 22,17%. Sama halnya dengan tabungan,
perlambatan giro lebih disebabkan banyaknya penggunaan dana milik sendiri untuk keperluan
rumah tangga dan usaha.
Grafik 4.5Perkembangan Bank Syariah
Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan II-2015
tercatat sebesar Rp197,56 miliar, meningkat 0,28% (qtq). Pembiayaan syariah turun 1,39%
(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 0,64% (yoy).
Perlambatan terutama dipengaruhi oleh pembiayaan konsumtif yang mengalami kontraksi
sebesar 17,68% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun sebesar 12,25% (yoy).
Sumber : LBU, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
61/88
46
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Penyusutan pembiayaan syariah ini masih dipengaruhi oleh menurunnya penyaluran
pembiayaan untuk kepemilikan rumah.
Sementara itu, pembiayaan produktif masih tumbuh positif sebesar 32,05% (yoy) lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,31% (yoy). Akselerasi ini disebabkan
oleh meningkatnya pembiayaan modal kerja sebesar 49,77% (yoy) seiring membaiknya kinerja
beberapa sektor utama.
Melambatnya pertumbuhan pembiayaan menyebabkan peran intermediasi bank
syariah yang tercermin dari angka FDR (financing to deposit ratio) mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan periode yang sama pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2015
angka FDR sebesar 64,43%, maka pada triwulan laporan angka FDR turun ke level 60,70%.
Dari sisi risiko pembiayaan, non performing finances (NPFs) mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya dari 4,97% menjadi 4,51% pada triwulan laporan.
Peningkatan NPF ini didorong oleh turunnya kualitas pembiayaan pada sektor pengangkutan
dan sektor perdagangan besar dan eceran.
4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di Maluku Utara pada triwulan II-2015 menunjukkan kinerja positif yang tercermin dari
meningkatnya pertumbuhan Aset dan Kredit/Pembiayaan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Aset BPR/S secara tahunan tumbuh 43,03% (yoy) lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya sebesar 42,78% (yoy) seiring meningkatnya pertumbuhan penghimpunan dan
penyaluran dana BPR/BPRS di Maluku Utara.
Grafik 4.6Perkembangan BPR/BPRs
Sumber : LBU, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
62/88
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 28,36 miliar atau tumbuh 31,32% (yoy),
lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan deposito dan tabungan pada triwulan
laporan masing-masing mencapai 51,13% (yoy) dan 7,88% (yoy) meningkat dibandingkan pada
triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 49,81% (yoy) dan 5,09% (yoy).Meningkatnya pertumbuhan simpanan di BPR/BPRS dipicu oleh penawaran tingkat suku bunga
yang menarik serta gencarnya BPR/BPRS dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Dari sisi penyaluran dana, pada triwulan laporan BPR/BPRS di Maluku Utara berhasil
mencatatkan kredit sebesar Rp41,04 miliar atau tumbuh 42,83% (yoy), lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 42,60% (yoy). Sama halnya dengan bank umum, peningkatan kredit
terutama terjadi untuk debitur yang beroperasi di sektor perdagangan besar dan eceran
4.2 Stabilitas Sistem Keuangan
4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah dan Sektor Rumah Tangga
Secara umum, ketahanan sektor korporasi daerah dan sektor rumah tangga
masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Risiko kredit yang dicerminkan dengan
perkembangan Non Performing Loan(NPL) pada triwulan laporan masih berada di dalam batas
aman. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian risiko kredit terindikasi mulai
menurun. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 2,33%, lebih rendah daritriwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,53%.
Grafik 4.7Perkembangan NPL Perbankan
Sumber : LBU, diolah
7/24/2019 KEKR Provinsi Maluku Utara Tw II 2015.pdf
63/88
48
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Membaiknya risiko kredit berasal dari meningkatnya ketahanan sektor rumah tangga.
Rasio NPL untuk kredit yang disalurkan untuk penggunaan konsumtif pada triwulan laporan
sangat rendah yakni pada level 0,72%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya 0,79%.