View
54
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN MASALAH SISTEM KADIOVASKULAR
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (Defek Septum Ventrikular (VSD))
Femy Yuanita
Ika Novia
Indira Eka Oktaviana
Intan Agustina
Irma Suryani
Melisa Hardianti
Oktaviana Yuli Arisanti
Olembata Giawa
Resti Purnama Sari
Rieska Fransiska Florina
Rika Diana
Siti Khodijah
Siti Robiah
Tia Nurtiah Barqah
(1111048)
(1111049)
(1111050)
(1111051)
(1111052)
(1111057)
(1111062)
(1111063)
(1111065)
(1111066)
(1111067)
(1111074)
(1111075)
(1111076)
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN TK 1B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami
membahas “Penyakit jantung Bawaan”, suatu permasalahan yang selalu dialami klien.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah dalam kasus penyakit
jantung bawaan yang terjadi di lingkungan Rumah Sakit dan sekaligus melakukan apa yang
menjadi tugas mahasiswa mengikuti mata kuliah “Sistem Kadiovaskular”
Dalam proses pendalaman materi kadiovaskular ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang kami sampaikan :
1. Tonika Tohri, S.Kp.M.Kes selaku ketua Stikes Rajawali Bandung.
2. Istianah, S.Kep., Ners selaku ketua prodi S1 keperawatan Stikes Rajawali Bandung.
3. Ayu Ningrum, S.Kep.,Ners selaku kordinator mata kuliah sistem respirasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembacanya.
Bandung, 26 Maret 2012
Hormat kami,
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini angka kejadian beberapa penyakit non-infeksi
makin menonjol , baik di negara maju maupun negara berkembang. Perbaikan tingkat sosial
ekonomi telah membawa perubahan pola penyakit. Penyakit infeksi serta defisiensi gizi
makin lama makin menyurut, sedangkan pelbagai penyakit non-infeksi, termasuk penyakit
kongenital makin meningkat. Peristiwa tersebut juga terjadi dalam bidang kardiologi. Di
Indonesia, walaupun belum ada data PJB yang akurat, namun masalah PJB jelas telah
memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh baik dari dokter umum maupun spesialis.
Data Polildinik Jantung Anak di Bagian Anak FKUI—RSCM1 melaporkan peningkatan
jumlah pengunjung dari 241 menjadi 512 pada tahun 1970 dan 1973. Jumlah PJB (72%)
lebih tinggi dari Penyakit Jantung Didapat (28%), dan jumlah konsultasi berasal dari Dokter
umum (47%) tidak jauh berbeda dari dokterspesialis (53%).
Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit jantung bawaan sangat diperlukan bagi
mahasiswa kedokteran dalam menunjang standart kompetensi pendidikan dokter. Dalam
laporan ini, penulis tidak membahas semua PJB. Namun, penulis hanya membahas PJB yang
berhubungan dengan kasus dan yang menjadi standart kompetensi dokter umum.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Ventrikel Septum Defect ?
2. Bagaimana etiologi dan patofisiologinya dari VSD?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatannya klien VSD?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan apa definisi dari Ventrikel Septum Defect.
2. Menggambarkan etiologi dan patofisiologi dari VSD.
3. Memaparkan Asuhan Keperwatan dari VSD.
1.4 Manfaat
1. Membentuk pola pikir penyusun dan pembaca menjadi terarah dan sistematis
2. Menambah wawasan penyusun dan pembaca terhadap penyakit VDS.
3. Penyusun dan pembaca dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien
VSD.
1.5 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penyusun obsevarsi studi pustaka, internet dan pakar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Ventrikel septum defect (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan
adanya lubang pada sekat antara ventrikel kanan dan ventrikil kiri dari mulai terbentuknya
embrio.
2.2 Etiologi
Penyebab dari VSD sampai sekarang belum, tetapi ada beberapa faktor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : RubellaIbu alkoholisme.
b. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
c. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
d. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
2.3 Klasifikasi
PJB dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu sebagai berikut :
1. Penyakit jantung bawaan non-sistonik
Defek septum atrium (ASD)
Defek septum ventrikuler (VSD)
Dukus arteri paten (PDA)
Pulmonary aorta (CA)
2. Penyakit jantung bawaan sistonik
Tetralogi fallot
Transposisi pembuluh darah besar (TGA)
2.3 Patofisiologi
Faktor Prenatal dan Faktor Genetik
Penutupan Shunt (aliran darah bukan melalui vaskuler yang tidak lazim)
dari ventrikel kanan ke kiri
Darah mengalir dari ventrikel kanan ke kiri
Peningkatan beban di ventrikel kiri
Peningkatan beban volume ventrikel kiri
Peningkatan aliran ventrikel kiri ke
Kongesti paru pembuluh pulmonalis
Edema paru peningkatan beban pada pulmonalis
Sesak napas peningkatan tekanan pulmo
Pola napas
Tidak efektif
Penurunan volume
darah ventrikel kiri (muncul dispenia)
Penurunan Curah Jantung
Penurunan kapasitas pulmo
Penurunan proses difusi O2
Penurunan oksigen pulmo dan
Penurunan produk energi metabolic Jaringan
Kompensasi peningkatan Denyut jantung kelemahan fisik
Untuk memenuhi asupan oksigen
Intoleran aktivitas
Nyeri dada pemenuhan nutrisi
Kurang dari kebutuhan tubuh
2.4 Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala klinis yang muncul pada anak yang menderita VSD congenital sangat
tergantung dengan besar kecilnya shunt.
a. VSD dengan shunt kecil
VSD dengan shunt kecil yang biasanya tidak muncul keluhan apa-apa pada penderita.
Anak atau penderita tetap dapat menjalankan aktifitasnya seperti biasa, anak tidak
mengalami keluhan berdebar-debar setelah aktifitas. Data klinis yang muncul adalah
adanya bising pada akhir sistolik (tepat sebelum S2).
b. VSD dengan shunt yang sedang
Gejala yang sering pada jenis ini adalah:
Keluhan cepat lelah terutama saat aktifitas fisik berat seperti berlari
Batuk (karena mudah mengalami infeksi paru)
Terdapatnya bising sitolik yang cukup keras kalau kita dengarkan pada
interkosta 3-4 linea sternalis kiri.
c. VSD dengan shunt beras
Gejala klinis pada tipe ini antara lain:
Sesak nafas (karena peningkatan beban pada paru yang besar)
Mudah lelah (akibat penurunan kemampuan kontraksi jantung untuk
mencukupi kebutuhan jaringan)
Batuk
Kenaikan berat badan yang lambat
Pucat (terjadi penurunan oksigen pada jaringan karena darah dari ventrikel kiri
yang seharusnya dipompa ke jaringan masuk kembali ke ventrikel kanan)
Terdengar bunyi sistolik yang keras dan kasar yang terdengar pada interkosta
3-4 linea parasternalis kiri.
d. VSD dengan shunt besar dan hipertensi pulmonal permanen type ini merupakan type
yang komleks atau disebut juga dengan sindrom Eisemenger.gejala klinis yang
muncul pada type ini antara lain:
Sianosis (terjadi karena terjadi gangguan yang besar pada proses diffusi
oksigen dan karbondioksida kadarnya pada jaringan tubuh lebih banyak)
Mudah lelah
Palpitasi
Sesak nafas
Batuk
Adanya bising sistolik dengan type ejeksi (bunyi bising yang lemah makin
lama makin keras dan makin lama lemah lagi)
Pada type ini jarang terjadi secara tiba-tiba akan tetapi melalui proses yang alami.
Dimulai karena perbedaan tekanan antara ventrikel kiri yang lebih besar (120 mmHg) dari
ventrikel kanan (25 mmHg) sehingga terjadi aliran yang deras ke ventrikel kanan sehingga
lambat laun dapat merusak pembuluh darah di paru.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan elektrokardiogram menunjukan adanya gangguan konduksi pada ventrikel
kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 900. Pemeriksaan ekokardiogram
menunjukan adanya pembesaran ventrikel kanan serta gerakan paradoksal septum
interventrikuler. Ekokardiografi dua dimensi dapat menunjukan adanya defek septum
interatrial dan lokalisasi defek tersebut. Ekokardiografi dengan kontras dapat menunjukkan
defek akiran darah dari kiri ke kanan, atau aliran kanan ke kiri.
2.6 Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Edema paru
3. Gangguan pertumbuhan
4. kematian
2.7 Pengkajian penatalaksanaan Medis
Besarnya aliran pintas darah ialah aliran darah melalui sirkulasi pulmonar dibandingkan
sirkulasi sistemik (QP/QS). Hal ini sangat erat kaitannya dengan timbulnya kelainan pada
dinding kapiler paru dikemudian hari. Oleh karena itu, jika perbandingannya mencapai lebih
besar dari 1,5 dianjurkan untuk dilakukan operasi karena resistensi kapiler paru yang sangat
tinggi. Penutupan defek interatrial dapat dilakukan dengan jahitan langsung atau penempelan
patch. Di indonesia, operasi jenis ini sudah dapat dilakukan dan berhasil baik dengan
mortalitas perioperatif sekitar 0-1%.
Klien dengan resistensi kapiler paru yang sangat timggi dan tidak dapat dioperasi dapat
dibantu dengan obat vasodilator, antagonis kalsium, dan lain-lain. Sedangkan untuk gagal
jantung dapat diberikan pengobatan sama seperti gagal jantung lainnya. Operasi dianjurkan
pada saat berusia 5-10 tahun. Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, bila
terjadi Sindrom Eisenmenger umumnya menunjukan prognosis yang buruk. Prognosis pasien
yang dioperasi pada umumnya sama seperti populasi normal.
2.8 Pengkajian Pada Anak
Pada pemeriksaan, selain didapatkan pertumbuhan terhambat, anak juga terlihat pucat,
banyak keringat bercucuran, dan ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah,
sering terlihat pembenjolan ddada kiri. Tanda yang menonjol ialah napas pendek dan retraksi
pada jugularis, sela interkostal, dan regio epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat implus
jantung yang hiperdinamik. Selain kelainan tersebut, pada palpasi dan auskultasi masih
terdapat kelainan-kelainan yang menunjukkan adanya VSD besar, seperti terdapatnya
tekanan arteri pulmonalis yang tinggi. Penutupan katup pulmonalis teraba jelas pada sela iga
III kiri dekat sternum, dan mungkin teraba getaran bising pada dinding dada.
2.9 Diagnosis Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan darah ke ventrikel
kanan atau kiri, penurunan isi sekuncup.
2. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan kelainan vaskuler paru obstruktif
sekunder dari stenosis pulmonar.
3. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan intake tidak adekuat sekunder dari adanya sesak napas, mual, dan anoreksi.
4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder dan
perembesan darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.
2.10 Asuhan Keperawatan
2.10.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : An. R
Umur : 16 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Diagnosa : Defek Septum Ventrikuler (VSD)
Alamat : Jalan sari asih No. 123
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu RT
Hub dengan Klien : Orang tua kandung
Alamat : Jalan sari asih No.123
c. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : terengah-engah saat menyusui dan hanya sebentar.
Riwayat kesehatan sekarang : Penyakit Jantung Bawaan (VSD)
Riwayat kesehatan dahulu : -
Riwayat kesehatan keluarga : Ayah/Ibu menderita PJB
d.Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran : normal
Penampilan umum : Tampak anak tidak aktif
e. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD :-
N :120x/mnt
RR :44x/mnt
2.10.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Ibu klien mengatakan
saat menyusu anak
terengah-engah dan
hanya sebentar-
sebentar.
DO: BB : 7500 gram
Penurunan preload,
kontraktilitas dan
afterload
Perubahan daya
kembang dan gerakan
Resiko Tinggi Penurunan
Curah Jantung
PB : 70 cm
Terdengar murmur
middiastolik dengan
derajat 2/6 terdengar
irama gallope
dinding ventrikel kiri
Penurunan curah
jantung
2 DS: Ibu klien mengatakan
saat menyusu anak
terengah-engah dan
hanya sebentar-
sebentar.
DO: - retaksi interkostal
-dada kiri menonjol
(asimetris)
-Suara paru rales
-Palpasi dada teraba
getaran bising
Edema paru
Pengembangan paru
tidak optimal
Sesak napas
Resiko tinggi pola
nafas tidak efektif
Resiko Tinggi Pola Napas
Tidak Efektif
3 DS: Ibu klien mengatakan
saat menyusu anak
terengah-engah dan
hanya sebentar-
sebentar.
DO: Diet 120 kcal/kg BB
dengan rendah
natrium dan intake
cairan disesuaikan
dengan diuresis.
Penurunan produk
energi metabolic
Kompensasi
peningkatan Denyut
jantung untuk
memenuhi asupan
oksigen
Nyeri dada
pemenuhan nutrisi
Kurang dari kebutuhan
tubuh
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh
4 DS:
DO: Anak tampak tidak
aktif
Curah jantung
Penurunan oksigen
pulmo dan jaringan
Kelemahan
Intoleransi aktifitas
Intoleransi aktifitas
2.10.3 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Tinggi Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan preload dan
afterload, ditandai dengan :
a. Distensi vena jugularis
b. Murmur
c. Perubahan gambaran EKG
d. Peningkatan frekuensi jantung
2. Resiko Tinggi Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan kelainan vaskular paru
obstruktif sekunder dari stenosis pulmonar, ditandai dengan :
a. sesak nafas
b. peningkatan diameter anterior dan posterior
c. keletihan
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat dari adanya sesak nafas, mual, muntah dan anoreksia, ditandai dengan :
a. Bising usus hiperaktif
b. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
c. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
2.10.4 Rencana Intervensi
Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksiektrikal.
Ditandai dengan : peningkatan frekuensi jantung (tahikardi), disritmia : perubahan
gambaran pola EKG, perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi), bunyi jantung
ekstra (S3, S4), penurunan pengeluaran urine, nadi perifer tidak teraba, kulit dingin
(kusem : diaforesis), ortopnea, crackles, distensi vena jugularis, pembesaran hepar,
edema ekstremitas, dan nyeri dada.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi.
Kriteria : klien akan melaporkan episode dispnea, berperan dalam aktivitas mengurangi
beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas normal. (120/80mmHg), nadi 80
kali/menit, tidak terjadi aritmia, denyut, dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3
detik, pengeluaran urine 30 ml/jam.
INTERVENSI RASIONAL
Catat bunyi jantung S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa, irama gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai
aliran darh ke dalam serambi yang
distensi murmur dapat menunjukkan
inkompetensi/stenosis mitral.
Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi radial,
popliteal, dorsalis pedis, dan postibial.
Nadi mungkin cepat hilang atau tidak
teratur untuk dipalpasi, dan pulsus
alteran (denyut kuat lain dengan denyut
lemah) mungkin ada.
Pantau adanya pengeluaran urine, catat
pengeluaran, dan kepekatan/konsentrasi
urine.
Ginjal berespons untuk menurunkan
curah jantung dengan menahan cairan
dan natrium, pengeluaran urine biasanya
menurun selama tiga hari karena
perpindahan cairan ke jaringan, tetapi
dapat meningkat pada malam hari,
sehingga cairan berpindah kembali ke
sirkulasi bila pasien tidur.
Istirahatkan klien dengan tirah baring
optimal.
Oleh karena jantung tidak dapat
diharapkan agar benar-benar istirahat
untuk sembuh seperti luka pada patah
tulang, maka hal terbaik yang dilakukan
adalah mengistirahatkan klien. Dengan
demikian, melalui inaktivitas, kebutuhan
pemompaan jantung diturunkan.
Istirahat akan mengurangi kerja jantung,
meningkatkan tenaga cadangan jantung,
dan menurunkan tekanan darah.
Lamanya berbaring juga merangsang
diuresis karena berbaring akan
memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat
juga mengurangi kerja otot pernapasan
dan penggunaan oksigen. Frekuensi
jantung menurun yang akan
memperpanjang masa diastole
pemulihan sehingga memperbaiki
efisiensi kontraksi jantung.
Atur posisi tirah baring yang ideal.
Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20
sampai 30 cm (8-10 inci) atau klien
didudukkan di kursi.
Pada posisi ini aliran balik ke jantung
(preload) dan paru berkurang, kongesti
paru berkurang, dan penekanan hepar ke
diafragma menjadi minimal. Lengan
bawah harus disokong dengan bantal
untuk mengurangi kelelahan otot bahu
akibat berat lengan yang menarik secara
terus-menerus. Klien yang dapat
bernapas hanya pada posisi tegak
(ortopnea) dapat didudukkan di sisi
tempat tidur dengan kedua kaki di
sokong kursi, kepala dan lengan
diletakkan di meja tempat tidur, serta
vertebra lumbosakral disokong dengan
bantal. Bila terdapat kongesti paru,
maka lebih baik klien didudukkan di
kursi karena posisi ini dapat
memperbaiki perpindahan cairan dari
paru.
Kaji perubahan pada sensorik, contoh :
letargi, cemas, dan depresi.
Dapat menunjukkan tidak adekuatnya
perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung.
Berikan istirahat psikologi dengan
lingkungan yang tenang.
Stres emosi menghasilkan
vesokonstriksi yang terkait serta
meningkatkan tekanan darah dan
meningkatkan frekuensi/kerja jantung.
Berikan oksigen tambahan dengan nasal
kanul/masker sesuai dengan indikasi.
Meningkatkan sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokardium guna melawan
efek hipoksia/iskemia.
Kolaborasi untuk pemberian diet jantung. Rasional dukungan diet adalah mengatur
diet sehingga kerja dan ketegangan otot
jantung minimal dan status nutrisi
terpelihara, sesuai dengan selera dan
pola makan klien
Kolaborasi untuk pemberian obat Banyaknya obat dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup,
memperbaiki kontraktilitas, dan
menurunkan kongesti.
Diuretik, furosemid (lasix), dan
sprironolakton (aldakton).
Penurunan preload paling banyak
digunakan dalam mengobati pasien
dengan curah jantung relatif normal
ditambah dengan gejala kongesti
diuretik blok reabsorpsi diuretik,
sehingga mempengaruhi reabsorpsi
natrium dan air.
Vasodilator, contoh nitrat (isosorbide
dinitrat, isodril).
Vasodilator digunakan untuk
meningkatkan curah jantung,
menurunkan volume sirkulasi
(vasodilator) dan tahanan vaskular
sistemik (arteridilator), juga kerja
ventrikel.
Captopril (capoten), isinopril (prinvil),
enapril (vasotec).
Meningkatkan kekuatan kontraksi
miokardium dan memperlambat
frekuensi jantung dengan menurunkan
konduksi dan memperlama periode
refraktori angiostensin dalam paru serta
menurunkan vasokonstriksi, SVR, dan
TD.
Morfin sulfat. Penurunan tahanan vaskular dan aliran
balik vena menurunkan kerja miokard,
menghilangkan cemas dan
mengistirahatkan sirkulasi umpan balik
cemas pengeluaran katekolamin
Vasokonstriksi cemas.
Pemberian cairanIV, pembatasan jumlah
total sesuai dengan indikasi, hindari cairan
garam.
Oleh karena adanya peningkatan
tekanan ventrikel kiri pasien tidak dapat
mentoleransi peningkatan volume cairan
(preload), pasien juga mengeluarkan
sedikit natrium yang menyebabkan
retensi cairan dan meningkatkan kerja
miokard.
Pantau seri EKG dan perubahan foto dada Depresi segmen ST dan datarnya
gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan oksigen. Foto
dada dapat menunjukkan pembesaran
jantung dan perubahan kongesti
pulmonal.
Pembedahan rekonstruksi VSD Pada VSD besar dengan kalainan
vaskular paru obstruktif, apabila tidak
dioperasi pada resistensi vaskular paru,
maka resistensi akan cenderung semakin
meningkat. Demikian juga VSD sedang
resistensi vaskular paru total harus
dikoreksi dengan operasi. Mortalitas
perioperatif berkisar antara 0-2%.
Aktual/risiko tinggi napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru
tidak optimal. Kelebihan cairan di paru sekunder akibat edema paru akut.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Kriteria : klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit, respons
batuk berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi bunyi napas (krakles) Indikasi edema paru, akibat sekunder
akibat dekompensasi jantung.
Kaji adanya edema Curiga gagal kongestif/kelebihan
volume cairan.
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung
mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,
retensi natrium/air, dan penurunan
pengeluaran urine.
Pertahankan pemasukan total cairan
2000ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskular
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
orang dewasa, tetapi memerlukan
pembatasan dengan adanya
dekompensasi jantung.
Kolaborasi
Berikan diet tanpa garam.
Berikan diuretik, contoh:
furosemide, sprinolakton,
hidronolakton.
Pantau data laboratorium elektrolit
kalium
Natrium meningkatkan retensi cairan
dan volume plasma yang berdampak
terhadap peningkatan beban kerja
jantung serta kebutuhan akan
miokardium meningkat.
Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume plasma ddan menurunkan
retensi cairan di jaringan, sehingga
menurunkan risiko terjadinya edema
paru.
Hipokalemia dapat membatasi
keefektifan terapi.
Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba dari berat badan
menunjukkan gangguan keseimbangan
cairan.
Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder
akibat perembesan darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.
Tujuan : aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan
beraktifitas.
Kriteria : klien menunjukkan kemampuan beraktifitas tanpa gejala-gejal yang berat,
terutama mobilisasi di tempat tidur.
INTERVENSI RASIONAL
Catat frekuensi jantung, irama serta
perubahan tekanan darah selama dan
Respons klien terhadap aktifitas dapat
mengiindikasikan penurunan oksigen
sesudah aktifitas miokard.
Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas, dan
berikan aktifitas senggang yang tidak berat
Menurunkan kerja miokard/konsumsi
oksigen.
Anjurkan klien untuk menghindari
peningkatan tekanan abdomen, misalnya
mengejan saat defekasi.
Dengan mengejan dapat mengakibatkan
bradikardi, menurunkan curah jantung
dan tahikardi, serta peningkatan TD.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari
tingkat aktifitas. Contohnya bangun dari
kursi, bila tak ada nyeri ambulasi, dan
istirahat selam 1 jam setelah makan.
Aktifitas yang mampu memberikan
kontrol jantung, meningkatkan
regangan, dan mencegah aktifitas
berlebihan.
Pertahankan klien tirah baring sementara
sakit akut.
untuk mengurangi beban jantung.
Tingkatkan klien duduk di kursi dan
tinggikan kaki klien.
Untuk meningkatkan aliran vena balik.
Pertahankan rentang gerak pasif selama
sakit kritis.
Meningkatkan kontraksi otot sehingga
membantu aliran vena balik.
Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktifitas
terjadi.
Untuk mengetahui fungsi jantung bila
dikaitkan dengan aktifitas.
Berikan waktu istirahat diantara waktu
aktifitas.
Untuk mendapatkan cukup waktu
resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu
memaksa kerja jantung.
Pertahankan penambahan O2 sesuai
kebutuhan.
Untuk meningkatkan oksigenasi
jaringan.
Selama aktifitas kaji EKG, dispnea,
sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta
keluhan subjektif.
Melihat dampak aktifitas terhadap
fungsi jantung.
Berikan diet sesuai kebutuhan (pembatasan
air dan Na0.
Untuk mencegah restensi cairan dan
edema akibat penurunan kontraktilitas
jantung.
Rujuk ka program rehabilitasi jantung. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk pemakaian miokardium sekaligus
mengurangi ketidaknyamanan karena
iskemia.
Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan pemenuhan intake, mual, dan anoreksia.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisi.
Kriteria : klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai
anjuran, klien dan keluarga mengetahui tentang asupan nutrisi yang tepat pada klien,
asupan meningkat pada porsi makan yang disediakan.
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tentang manfaat makan bila
dikaitkan dengan kondisi klien saat ini.
Dengan pemahaman klien akan lebih
kooperatif mengikuti aturan.
Anjurkan agar klien memakan makanan
yang disediakan di ruamh sakit.
Untuk menghindari makanan yang
justru dapat mengganggu proses
penyembuhan klien.
Beri makanan dalam keadaan hangat dan
porsi kecil serta diet TKTPRG
Untuk meningkatkan selera dan
mencegah mual, mempercepat
perbaikan kondisi, serta mengurangi
nbeban kerja jantung.
Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan
nutrisi tambahan yang tidak bertentangan
dengan penyakitnya.
Klien kadang kala mempunyai selera
makan yang sudah terbawa sejak di
rumah. Dengan bantuan keluarga dalam
pemenuhan nutrisi dengan tidak
bertentangan dengan pola diet akan
meningkatkan pemenuhan nutrisi.
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan serta sebelum
dan sesudah intervensi/pemeriksaan per
oral.
Higiene oral yang baik akan
meningkatkan nafsu makan klien.
Beri motivasi dan dukungan psikologis. Meningkatkan secara psikologis.
Kolaborasi
Dengan nutrisien tentang
pemenuhan diet klien.
Pemberian multivitamin.
Meningkatkan pemenuhan sesuai
dengan kondisi klien.
Memenuhi asupan vitamin yang kurang
sekunder dari penurunan asupan nutrisi
secara umum dan memperbaiki daya
tahan tubuh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Ventrikel septum defect (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan
adanya lubang pada sekat antara ventrikel kanan dan ventrikil kiri dari mulai terbentuknya
embrio. Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak di operasi,
kebanyakan akan meninggal pada waktu bayi.
Dengan begitu maka asuhan serta proses keperawatan yang akan diberikan kepada pasien
akan jauh lebih mudah, cepat dan tepat karena dapat mengetahui karakteristik dari masing-
masing klasifikasi.
3.2 Saran
Kita sebagai calon perawat profesional harus mahir dalam membedakan dan
mengklasifikasikan penyakit jantung bawaan baik Defek Septum Atrium (ASD) maupun
Defek Septum Ventrikuler (VSD). Selain itu kita juga harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang benar, baik, tepat dan cepat dalam mengambil tindakan asuhan
keperawatan serta proses keperawatannya.
Daftar Pustaka
Faqih Ruhyanudin, S. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kadiovaskular. Malang: Universitas Muhammadiyah malang.
Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Sukarmin, S. R. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://jarumsuntik.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-penyakit-jantung-bawaan-patent-ductus-arteriosus-pda/
http://www.slideshare.net/abhique/askep-anak-dengan-kelainan-jantung-kongenital
http://virtuashare.blogspot.com/2011/06/penyakit-jantung-bawaan-pada-anak.html
Recommended