View
254
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN AICHIR PENELITIAN FUNDAMENTAL
MAKNA REMITANSI BAGI TENAGA KERJA INDONESIA (TICE) LUAR NEGERI
DI KEPULAUAN BAWEAN, KABUPATEN GRESIK Suatu Perspektif Fenomenologi
Peneliti :
Dr. Singgih Susilo, MS., MSi. (Ketua) NIDN 0015085705
Dr. I Nyornan Ruja, MS. (Anggota) NIDN 001016116
FAICULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2013
ono. M.Pd. , 2271988021001
HALAMAN PENGESAHAN
: Makna Remitansi Bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Luar Negeri di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Suatu Perspektif Fenomenologi
• : Drs. Singgih Susilo, MS., MSi. : Laki-laki : 19570815 198603 1 004
Pembina Tk I/1V b Dosen Lektor Kepala
FIS / Geografi Lemlit Universitas Negeri Malang Jalari Semarang 5 Malang (0341) 551-312 Fax. (0341) 585-966 J1. Gunung Anyar Tambak Utara 111 Surabaya 031-8791829 / singgihsusi1o15@vahoo.com
3. Jangka Waktu Penelitian: 2 tahun 4. Pembiayaan
a. Biaya Tahun I : Rp 38.900.000,- b. Biaya dari instansi lain : -
Judul Penelitian
2. Peneliti Utama a. Nama Lengkap b. Jenis Kelaniin c. NIP d. Pangkat / Golongan: e. Jabatar, Strukinral : f. Jabatan Fungsional : g. Fakultas/Junian : h. Pusat Penelitian : i. Alamat j. Telpon/Faks k. Alamat Rumah : 1. Telpon/Faks/E-mail :
Malang, November 2013
Ketua P- eliti,
Drs. S' usilo MS. MSi NW. 1 '..,7081 198603 1 004
11301991031001
RINGKASAN
Studi tentang remitansi dilakukan di Pulau Bawean Kabupaten Gresik,
Jawa Timur. Penelitian ini menelaah arti remitansi bagi Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) sendir:, melalui perspektif fenomenologi. Pemaknaan remitansi oleh
pekerja migran memberikan warna tersendiri pada keluarga TKI di kampung
halaman mereka. Studi tentang pengiriman uang dipandang sebagai realitas
subjektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan konteks sosial remitansi
bagi p,a TKI.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan perspektif
fenomenologi dari Alfred Schutz. Sebagai subjek penelitian adalah TKI yang
bekerja di luar negeri. Data dikumpuikan melalui observasi, dengan observasi
partisipasi dan dokumentasi, dan dengan wawancara mendalam. Sebagai unit
analisis adalah individu, tetapi keluarga juga menjadi data tambahan yang penting.
Ada sembilan belas subyek yang diwawancarai secara mendalam.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor desa, warga desa sebagian
besar bekerja di luar negeri dengan tujuan Malaysia. Studi ini menemukan latar
belakang sosial subyek sebagai berikut: subyek berada di usia produktif; mereka
memiliki banyak saudara (tiga sampai tujuh orang); subyek memiliki tingkat
pendidikan yang rendah, tujuh orang subyek berpendidikan sekolah dasar, lima
orang subyek berpendidikan SMP, dan tujuh subyek sisanya berpendidikan
SLTA; subyek perempuan bekerja sebagai baby sitter, subyek laki-laki bekerja
pada bidang perkapalan, tenaga pelayan pada kapal pesiar, pekerja' industri
perkapalan, sebagai sebagai tukang bangunan, kontraktor bangunan, instalatir
listrik, dan pekerja pabrik.
Studi ini menemukan tiga pola keberangkatannya ke luar negeri, yaitu:
dibayar dengan sisters potong gaji, pembayaran dengan sistem pinjam uang dan
sistem pembayaran tunai. Cara pengambilan keputusan remitansi dilakukan
dengan musyawarah dan tanpa musyawarah. Pengambil keputusan dapat
dilakukan oleh TIC sendiri, suami, istri, atau
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ii
RINGKASAN
PRAKATA
iv
DAFTAR ISI
V
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah 1
1.2
Permasalahan yang Diteliti 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1 State of The Art
6
2.1.1 Remitansi
6
2.1.2 Fenomenologi untuk Memahami Makna Remitansi
12
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
26
3.1 Tujuan 26
3.2 Manfaat 26
BAB 4. METODE PENELITIAN 28
4.1 Desain Penelitian 28 4.2 Lokasi Penelitian 30
4.3 Bagan Alir Penelitian 31 4.4 Penentuan Subyek Penelitian 32
4.5 Tahapan Penelitian 32
BAB 5. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 40
5.1 Keadaan Geografi 40 5.2 Keadaan Penduduk 42
5.3 Keadaan Penggunaan Lahan 44
5.4 Keadaan Sarana Transportasi dan Komunikasi 45
5.5 Keadaan Tingkat Pendidikan 47
5.6 Keadaan Ketenagakerjaan 48
5.7 Keadaan Sosial Ekonomi • - 49
BAB 6. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51
6.1 Konteks Sosial yang Melatarbelakangi Tindakan Remitasi 51
6.2 Proses Pengambilan Keputusan TKI dalam Melakukan
Tindakan Remitansi 113
6.3 Penentu Keputusan Remitansi 117
BAB 7. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 124
BP...B 8. KESIMPULAN DAN SARAN 126 DAFTAR PUSTAKA 131
LAMPIRAN 134
1. Artikel Ilmiah 134
5
BAB 1 PENDAKULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Permasalahan kependudukan di Indonesia merupakan masalah yang serius
dan perlu segera penanganan. Sedikitnya ada 5 aspek masalah kependudukan
yaitu masalah (1) kelahiran, (2) kematian, (3) migrasi, (4) sumber daya manusia
yang tergolong rendah, dan (5)masalah ketenagakerjaan. tvlasalah ketenagakerjaan
secara umum terjadi ketimpangan pasar tenaga kerja, ya!_ni pencari kerja lebih
banyak dibanding kesempatan kerja yang ada, akibat dari ketimpangan
menyebabkan pengangguran. Sempitnya kesempatan kerja di Indonesia, salah
satunya menyebabkan sebagian tenaga kerja bekerja di luar negeri , menjadi TM
(Tenaga Kerja Indonesia)'. TKI yang bekerja di luar negeri, berusaha untuk
bekerja secara sttngguh-sungguh, agar mereka dapat mengirim sejumlah uang
untuk keluarganya di daerah asal. Kiriman atau bawaan uang, barang oleh TM
kepada keluarganya di daerah asal disebut remitansi
Remitansi merupakan salah satu tujuan utama dari tenaga kerja Indonesia
yang bekerja di luar negeri. Studi remitansi sebenarnya' telah banyak dilakukan
baik studi remitansi yang terkait dengan migrasi lokal maupun internasional; hal
ini memberikan indikasi bahwa remitansi merupakan suatu realitas sosial yang
komplek dengan permasalahan, dan memiliki keunikan. Sampai saat ini remitansi
masih tetap menjadi perhatian pemerintah sebagai asset devisa Negara yang tidak
kecil sumbangannya. Jumlah remitan yang dikiiim oleh TM luar negeri dari tahun
ke tahun selalu ada peningkatan, dan jumlah kiriman remitansi tersebut yang
hanya terdekteksi melalui lembaga keuangan formal, sedangkan kiriman remitansi
2
yang tidak terdeteksi jumlahnya diperkirakan cukup besar pula, seperti remitansi
yang dibawa oleh TM saat pulang, maupun remitansi yang dikirim lewat
temannya ketika puiang ke Indonesia. Belum lagi remitansi yang berupa ide-ide
maupun pemikiran, yang juga memberikan sumbangannya tidak kecil bagi daerah
asal, seperti bentuk rumah, interior rumah maupun dalam pembangunan desanya.
Ujud remitansi sering dipahami sebagai simbol keberhasilan baik oleh dirinya
(TKI), keluarganya maupun masyarakat setempat.
Fenomena mobilitas tenag_ kerj; Lidonesia yang bekerja di luar negeri
diakui selain dapat sedikit membantu memecahkan masaiah ketenaga kerjaan di
Lndonesia dan meningkatkan devisa negara, secara khusus juga dapat untuk
memperbaiki nasib dan membangun diri TKI dan rumah tangganya di daerah
asal. Migrasi intemasional tenaga kerja Indonesia dapat diartikan sebagai tenaga
kerja yang meninggalkan sementara negaranya pindah ke negara lain dengan
tujuan mencari penghasilan, meningkatkan status sosial ekonomi, pada saat saat
tertentu kembali ke daerah asalnya dengan membawa uang (remitansi) atau pada
saat saat tertentu mengirimkan uang ke daerah asalnya, dan kembali lagi ke negara
tujuan. Dengan kata lain, migrasi luar negeri merupakan usaba tenaga kerja
Indonesia untuk meningkatkan status sosial ekonomi di daerah asal, dengan cara _
meninggalkan Indonesia sementara untuk bekerja di luar negeri (negara tujuan).
Berbagai kondisi konteks yang melatarbelakangi TKI dalam pemahaman
remitan, pemahaman terhadap mind (teikait dengan pattern of thingking) dan self
(TKI), motif tujuan dan motif sebab tindakan TKI dalam memaknai remitansi.
Untuk menjawab permasalahan pemahaman remitansi dalam penelitian- ini, maka
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remitansi
Aktivitas migrasi tenaga kerja pada umumnya merupakan suatu aktivitas
perpindahan penduduk, baik lokal maupun internasional bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan. I Remitansi merupakan salah satu aspek yang dihasilkan
oleh proses produksi tersebut yaitu suatu proses yang bersifat sangat kompIcs
Hal itu karena disamping banyak faktor yang berpengaruh seperti ilactor
demografis, status kawin, jenis kelamin, remittan juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor kultural dan sosial-psikologis. Menurut Standing, dalam remittan tidak
dapat dihindari bahwa frekuensi remittan, jenis maupun besarnya rernitan terkait
dengan jenis migrasi yang dilakukan.2
Sampai saat ini masih diperdebatkan apakah remitansi berpengaruh
positif terhadap kehidupan ekonomi di daerah asal migran. Conne113 berpendapat
bahwa penggunaan remitansi oleh keluarga migran yang ditinggalkan di desa
merupakan pencerininan dari kemiskinan. Sebaliknya Griffin (1976) berpendapat
bahwa remitan .berpengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi di daerah asal
Salah satu persoalan- yang sering dihadapi dalam mengkaji remittan adalah
sifat yang irregular (tidak teratur)4. Meskipun demikian, ada pengaruh yang kuat
khususnya terhadap pembangunan ekonomi di daerah asal, seperti terhadap
Ida Bagus Mantra, dan dan Nasrudin Harahap. 1989. "Mobilitas Penduduk dan Dampaknya Terhadap daerah Yang Ditinggalkan : Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo, Madiun, Ciamis dan Asahan". Laporan Akhir Kerjasama Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Pusat, Penelitian Kependudukan. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
2 ausilo, Singgih. 2002. "Remitansi dan Kesejaheeraan Keluarga ( Hubungan Antara Besarnya Remitansi dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga di Daerah Asal, Suatu Kasus TKI di Dukuh Dungmanten Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung". Tesis Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
3 Connell, John. 1S76. Migration from Rural Area. Studies on International Migraton, London. 4 Ibid.
7
pengangkatan Gross National product. Dalam merencanakan penelitian migrasi
yang berhubungan dengan remitansi, Standing mengusulkan paling tidak aka
empat dimensi tentatig isu konseptual yang hams bisa dipertimbangkan: Pertama,
dimensi defmisi remitansi. Ruang lingkup apa yang harus dicakup oleh remittan.
Berkenaan dengan kebanyakan studi empiris dan analisis diambil sebagai definisi
reriitansi adalah perpindahan atau transfer pendapatan seseorang secara langsung
sehubungan dengan migrasi, adalah pemberian atau peruthiinan uang, barang-
barang atau gagasan-gagasan dari migrant sirkuler kc daerah Sri scbgai hasil atau
pengalaman kerja di daerah lain. Perseorangan disini menunjukka.n beberapa
individu atau rumah tangga atau mekanisme hubungan sanak keluarga. Kedua,
dimensi sosio geografis. Klasifikasi sosio-geografis yang sesuai tentang wilayah
yang menggambarkan aliran masuk dan aliran keluar. Pemindahan pendapatan
melewati ruang dapat dipertirnbangkan "disini" atau "dimana saja" atau terpencar
ke banyak tempat yang menggambarkan suatu aliran masuk dan keluar yang
kompleks. Ketiga, konsepsi yang ketiga lebih mendasar, bahwa pengukuran yang
valid dari pemindahan pendapatan bersih pada individu atau rumah tangga berarti
memperhitungkan perbedaan jenis-jenis pemindahan, aliran kotor dalam dua arah
dan waktu yang bertzutan. Kesulitan utama adalah bahwa dalam studi cross
section", tentang remitansi yang dikirim dan diterima migran bare misalnya,
pemindahan bersih secara keseluruhan walaupun dapat ditaksir namun biasanya
tidak mencukupi. Kcempat, penggunaan, tujuan dan dampak dari remitansi.
Perhatian analisis dalam remittan berasal dari dampak potensial terhadap berbagai
macam perilaku dan struktur fenomena, juga ban tentang asal dari keinginan
untuk memahami faktor motivasi remitansi sehingga sanggup menerangkan dan
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian tentang makna remitansi bagi TKI ini, secara umum bertujuan
untuk mengungkap secara mendalam mengenai fenomena dibalik remitansi yang
menggejala di Pulau Bawean yang dilihat sebagai realitas subyvictif.
Tujuan secara khusus dari studi remitansi iiii lalah:
1). Mendiskripsikan kondisi konteks sosial yang melatarbelakangi TM
melakukan remitansi
2). Mendiskripsikan proses pengambilan keputusan TKI dalam melakukan
tindakan remitansi
3). Memahami makna tindakan remitansi bagi TM di Pulau Bawean.
3.2 Manfaat Penelitian
Gagasan mendasar kajian ini adalah bahwa remitansi merupakan realita
sosial yang unik dari berbagai aspek tinjauan. Penelitian ini memiliki nilai
orisionalitas tinggi, karetia fenomena remitansi tidak dipandang dan aspek
ekonomi, namun sebagai realitas subyektif dengan alat analisis perspektif
fenomenologi. Hasil kajian disamping menemukan atau membangun teori
remitansi, diharapkan dapat memberi kontribusi pengkayaan teoritis terhadap
ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Pada akhir penelitian ini (akhir tahun ke dua),
diharapkan dapat diperoleh :
1) Pemahaman makna tindakan iemitansi bagi TM di Pulau Bawean
27
2) Teori remitansi, yang selama ini belum pernah ada, baik dari disiplin ilmu
ekonomi, demografi, maupun ilmu sosial
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Dalam mengungkap persoalan pemaknaan atau pemahaman remitansi oleh
TKI, maka pendekatan penelitian menggunakan perspektif fenomenologi dengan
paradigma defmisi sosial yang berorientasi pada kajian mikro. Perspektif
fenomenologi dimalcsudkaii agar individu sebagai subyek penelitian dapat
memberikan interpretasi. Perspektif fenomenologi yang digunakan adalah
fenomenologi Albert Schutz, mengenai dunia intersubyektif dalam kehidupan
sehari-hari. Schutz menyatakan bahwa dunia sosial keseharian merupalcan sesuatu
yang intersubyekcif. Untuk melengkapi pemecahan rumusan masalah yang
diajukan, penelitian ini juga mengadaptasikan dengan perspektif fenomenologi
Peter Berger, mengenai ekternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi.
Penelitian ini dilakukan secara intensionalitas di Pulau Bawean, Kabupaten
Gresik. Pulau Bawean menjadi studi kasus karena inenunjukkan fenomena
kompleks dan unik sesuai dengan keinginan penelitian. Di pulau ini sebagian besar
masyarakatnya bekerja sebagai TKI di luar negeri dan sangat bergantung kepada
remitansi. Desa-desa di pulau tersebut menunjukkan simbol-simbol identitas
sebagai "Desa TKI".
Untuk membangun proposisi peneliti perlu memahami dan mengungkap
makna yang ada dioalik pemahaman tentang remitansi oleh TKI seperti pada
tujuan dan fokus penelitian. Peneliti berpijak dari fenomena yang ada di lapangan.
Tindakan TKI penuh dengan makna unik yang perlu diungkap secara lebih
29
mendalam. Data dalam penelitian ini berupa pengungkapan, perbuatan dan sikap
TKI dalam memahami remitansi.
Penelitian ini memandang fenomena implementasi remitansi yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Di sini peneliti berupaya mengungkap berbagai
makna di balik fenomena tersebut (noumena) atas persepsi pelaku sendiri. Oleh
karena itu, peneliti di lapangan nantinya melakukan kegiatan yang mengarah pada
perhatian kasus yang spesifik (seperti pada fokus dan tujuan penelitian) yang
bersifat erniik dengar mengandalkan terlcnik observasi partisipatif dengan
wawancara mendalam.
Pemahaman makna (atas persepsinya sendiri) terhadap suatu fenomena
yang ditampakkan individu menjadi tekanan yang utama, tetapi kondisi obyektif
yang ada di seldtarnya tidak dikesampingkan. Tindakan rnereka itu menjadi
pijakan dalam pengumpulan data. Beybagai kondisi konteks yang melatarbelakangi
tindakan individu pelaku remitansi (TKI), pemahaman terhadap mind (terkait
dengan pattern of thingking) dart self (Ti-u), motif tujuan dan motif sebab tindakan
TKI melakukan remitansi. Pengumpulan data yang dilakukan dalam pelaksanaan
penelitian ini merujuk pada proporsional masing-masing individu sebagai pelaku
tindakan yang ada dan mengarah pada tujuan atau fokus penelitian sebagai
pengendali jalannya penelitian ini.
Gagman pokok metode fenomenologi adalah menjembatani tugas ilmu
sosial yang pada ciasamya berada pada dua kutup ekstrim, yaitu realitas subyektif
yang ada di sini di satu kutup, dan realitas obyektif yang di kutup yang lain. Oleh
sebab itu, sernua teori sosial yang dikembangkan dengan maksud untuk
menemukan essensi dengan jalan merujukkan dua kutup ekstrim tersebut, pada
BAB 5 DISKRIPSI DAERAH PENELIT1AN
5.1. Keadaan Geografi
Secara administratif, Puiau Bawean merupakan salah satu pulau yang
memiliki dua kecamatan yang merupakan bagian cirri wilayah Kabupaten Gresik,
Propinsi Jawa Timur. Secara Geografis Pulau Bawean terletak di tengah Laut
Jawa, lebih kurang 150 Km dari kota Gresik. Puiau Bawean ada dua Kecamatan
yaitu kecamatan Sangkapura dan kecamatan fambak. Secara geografis, Pulau
Bawean digambarkan terdiri dari 99 gunung dan sebagian besar tanahnya masih
hutan alami. Di sekitar pulau desa-desa kecil bertaburan, kebanyakan desa ini
terletak di jalan utama yang mengelilingi seluruh pulau. Jumlah keseluruhan desa
tiga puluh, 17 desa terletak di kacamatan Sangkapura dan 13 desa di kacamaten
Tambak.
Oleh karena aiasan geografis, pembangunan Skala besar di Pulau Bawean
terbatas. Pulau ini terpencil sekali dan suiit untuk dicapai. Walaupun ada kapal
penumpang yang cepat (tiga jam) dari kota Gresik ke Sangkapura yang berangkat
dua kali seminggu, kapal ini tidak bisa berisi barang-barang. lintuK rnengangkut
barang-barang besar, Pulau Bawean bergantung kepada perahu-perahu kayu yang
secara tradisi berangkat dari Surabaya atau Madura. Perjalanan dari Surabaya ke
Sangkapura naik perahu seperti itu makan waktu 16 jam. Oleh karena itu
perusahaan-perusahaan internasional atau dari daerah-daerah lain di Indonesia
belum menginvestasikan atausmembuka lapangan kerja di sektor industri. Faktor-
faktor ini mengakibatkan perkembangan industri belum terdapat di Bawean.
41
Sumber daya alam yang pznting belum ditemukan di tanah Bawean.
Dengan pengecualian beberapa tambang batu pualam yang kecil, tidak ada
pekerjaan-pekerjaan yang diciptakan untuk menggunakan sumber daya alam dan
pulau ini. Ikan laut adalah satu-satunya sumber daya alam yang berlimpah ruah di
Bawean. Meskipun demikian, musim ikan yang mempunyai hasil yang paling
baik hanya berlangsung untuk tiga bulan dalam setahun yaitu dari bulan Agustus
sampai bulan Oktober. Sesudali bulan ini, ombak-ombak menjadi terlalu besar
untuk memancing.
5.2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk resmi pada tahun 2009 bernomor hampir 75.000 orang,
diperkirakan 70% penduduk laki-laki bekerja di luar negeri. Jumlah penduduk
Pulau Bawean sebesar 97.854 jiwa dengan rincian sebanyak 56.280 bertempat
tinggal di Kecamatan Sangkapura, dan sebanyak 41.574 jiwa bertempat tinggal
di wilayah kecamatan Tambak. Dari jumlah penduduk tersebut yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 47.445 jiwa, dan pendudulc perempuan sebanyak
50.409 jiwa. Banyaknya penduduk perempuan ini juga terjadi baik di Kecamatan
sangkapura , maupun kecamatan Tambak.
Penduduk merupakan faktor yang penting dalam bidang pembangunan
ekonomi, sosial maupun pembangunan budaya. Dalani studi remitansi tidak
terlepas dari telaah penduduk, teratama yang berkaitan dengan mobilitas
penduduk. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu fertilitas
(kelahiran), mortalitas (kematian) dan migrasi (perpindahan penduduk). Untuic
mengetahui perubahan penduduk (pertumbuhan) secara nasional, hanya faktor
fertilitas dan mortalitas saja, sedangkan faktor migrasi diabaikan. Namun untuk
BAP 6 PENEUTIAN
6.1_ Konteks Sosial 'yang Melatarhetak2ng Tinciakan Rernitansi
Konteks sosial yang meiatarbelaicangi tenaga keria Indonesia (TIO) yang
bekeria di !liar negeri menipakan saiah satu faktor mendorongTIC untuk bekeria
di luar negeri. Konteks sosial TKI beragain dan pada tanumnya mereka ilieniiliki
keterbatasan untuk mendapatkan pet-el:jaw.; di &feral.' asal., yafig disebabk<in
r•A"csj'» •-• 77:* "1.^.fl 1'.: It' r• • "• '1'77.̀1' 1,1.. y Cat j
!I i11 ...La.., ......•••.11•••••••
•
to.pkotiti fririnatai.i•itt.t•-• avt.q rtrran ru.tres,f:*•,..21 rerwiritfkr.n.•• ...i.eNsIriarxfn-rt
spa, Ss,. t a 14V,, .15b.. a a.a.ssaa ...a.a.aa a a. a.: a as.as—c.aa a .7 we p.a..aAllkazyr.aaa.la.a
yang diterints Untuk rnPno,21Pbtri !(onteks trans* rnPlatarbeilkanoi infnrrnan Banat
diielaskan sebagai herikut:
Ii. rviustofa
Mustofa termasuk tenaga keria Indonesia (TKI) di pulau Bawean yang
tergolong lama bekeda di 'war ii( 'vii. Joso i3iipak ivivatuta Orang
YCZ11aftw•cw at. Isesir.r.o; rs .fesh, *Sri.; t, +.1-31 •-• Arb 1: MY Vet 14,471
16 62.6111 j .1.44 1.441.114 C4.31 Jca. .1.A.L6K-La
tiekeAqan-Thva ini -diketahui (Rd tnetgen8i tri 1-.1.0..A .1 21ep7..14/1. A.; 1.
bet-ita di Malaysia. Parig awal kedntongannya di negeri jiran MalasiA frays
sebagi buruh bangunan dengan upah harian, namun sekarang. (saat wawaneara
ditalcuican:) pekerjaan fiapak Mustofa telah menjadi seorang pekeija yang
.memegang peranan penting dan sangat dibutuhkan pada perusahaannya.
Mustofa yang tinggai wiiayah Keeamatan Sangkapura, kepulauan Bawean
ja lug negeri nienjakii Tki caaua 1.785, yang V.enuli Suuaii
.1.0.2.--ph" 25 tthreal. ya. Bapc.c.,'"k IMUSthfa •
5:7
dan keinarga pasangart A rvae.,...1. NAvic-+/-k-f%) -at4731,41 •, 1.:11.• J. 7.1 3.:44..L.1.1.42-1.
kedua &Ir.; 6 draw" berSandara.
(?rani.? tug Mustoca bekerja sebagai petani, sehingga nendapatan yang
diperoleb t3dak cukup untuk merabiayai kebuntban WIT keivarga. Mustota
inenyadari keadaan keluarganya tersebut, sehingga meskipun ia ingin bersekoiah
lebib iiugl, akan tetapi kareua kemainpuan orang i'dart-Ya Yal)g le! baths, seitingga ia
iianya bisa menatuatkan 'pendidikau p da iettjaata Sckolah Dasar saja.
nu la ma,sa kccil Itylustoia, seperti layaknya anak-anak seba.yar;:yz, scririg
.1%4 whollab bervrna tLlrn2. Pada 21y=1 flhnn 1985, f€Tatnya
hninn FPbruari, bapak Mnqtnfa Fu-rtekad unblk mPtroba bPkprin inar negPri dan
memiiih Matawda sebagai sasaran. Pada, away in hekerin. hanvak rnengn.inrni
penderitaan, dengan menerima gaji yang. sangat rendah. Setelab empat buian
bekeria bangunan, bapak Mustofa ikut bekerja di perusahaan bernarn.a Sarikat
Bina Putra Company (semacam CV) sebagai tcriaga kasar.
?vtusiofa faeugatakaa: "Stigma beketja di pkausidiaati Sarikkit Bina Ntra Company, sering mernberanikan diri pegang-pegang aiat tucsin escalator, &lain atesin untuk. pengeruk tk,ilah, Iraznpir setiap hari mencobanya mengoperasikan alas tersebut, kita harus berati setiap Bari_ kena are.,11 masuk lcuping karma kPluar kuping
tapi tidak boieh marah balik. Kata tvlustofa, k3osaya. halo march, ber.katn flpa pPgang yaw, pecrang eini. rusak bage.iiinana, saya diam saja. Suuranya kale marah keras sekaii, tapi kalo selesai ya sudah selesai, tidak ada apa-apa.. Kadan.g-kadatT wzikta ketja. marah, tapi ketika pulang mereka. satu keretf.L., yang perbincangannva sudah biasa, seperti tidak tedadi apa-apa. iviustota c-reeita1'4 ri-rqt1 =anernata r.isedkn d pet Plninnthr, R sj, seelhini
pulang ya sudah biasa, tidak marah lagi, apa yang terjadi dikantor ya harva flikantrir Setelah SlIva Mor an pa-kill rkr, menagurmkar tnesin escalator dan has-Elva bagus, bos saya menyayangi sekali, apa-apa kekurangan yang berkaitan dengan peketaart kalo s-aya merlgelah pasti laiigsting
'
BAB 7 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Penelitian ini secara utuh adalah untuk mengetahui pemaknaan remitansi
bagi TKI dalam perspektif fenomenologi. Penelitian dirancang dengan sistimatika
pada tahun pertama menghasilkan konteks sosial yang melatarbelakangi individu,
proses pengambilan keputusan dalam menentukan remitansi, dan pada tahun
kedua, penelitian difokuskan kepada pemaknaan remitansi bagi TKI.
Hasil penelitan tentang konteks sosial yang melatarbelakangi individu
melakukan remitansi, antara lain umur subyek, jenis kelamin subyek, tingkat
pendidikan subyek, negara tujuan subyek, pekerjaan subyek di daerah asal
sebelum menjadi TKI, jenis pekerjaan subyek di negara tujuan, proses
keberangkatan ke luar negeri, dan besarnya penghasilan di luar negeri.
Penelitian ini juga menghasilkan proses pengambiian keputusan dalam
penentuan remitansi, yang ditelaah melalui bagaimana cara pengambilan
keputusan dalam menentukan remitansi dan penentu dalam pengambil keputusan.
Cara pengambil keputusan dilakukan dengan (1) musyawarah (dialami oleh
subyek: Mustofa, Hamsiah, Khoirul, Wahliah, Jumain, Juin, Imam 1-Iambali,
Danauri Wahidin). (2) tidak dengan musyawarah (dialami oleh subyek:
Solamah, Sapi'i, dan Muhdi). Temuan penelitian pada penentu pengambil
keputusan adalah (a) TM sendiri sebagai penentu (subyek Solamah, Solechan,
dan Jaelani); (b) suami sebagai penentu (subyek Hamisah, Wahliah, dan Juin); (c)
istri sebagai penentu (subyek Achmadi dan Mustofa); dan (d) suami-istri sebagai
penentu (subyek Sapi'i dan Wahidin).
125
Studi fenomenologi dalam perspektif Alfred Schutz menyatakan bahwa
dunia makna tidak akan terlepas dari because motives (motif sebab) dan in order
to motives (motif tujuan). Menurut Schutz bahwa pemaknaan tidak bisa terlepas
dari konteks sosial yang melatarbelakangi individu. Lebih lanjut Schutz
mengemukakan bahwa konteks sosial merupakan because motives, sedang
keinginan-keinginan atau impian-impian dari seseorang merupakan in order to
motives.
Temuan penelitian dari salah satu konteks sosial adalah proses
keberangkatan ke luar negeri untuk menjadi TKI. Proses keberangkatan subyek
ada yang melalui sistem potong gaji (subyek Solamah dan Jumain); sistem
pinjam uang (subyek Mustofa, Hamisah, Solechan, Jaelani, Imam Hambali, dan
Sapi'i); dan sistem bayar tunai (subyek Wahidin). Penelitian ini juga
mengungkapkan bahwa dengan remitansi, subyek ingin memiliki rumah sendiri,
memiliki tanah, dan memiliki usaha sendiri.
Dari hasil penelitian tentang konteks sosial yang melatarbelakangi TKI,
(motif sebab) dan keinginan atau tujuan dari TKI (motif tujuan), akan sangat
menginspirasi bagi TKI dalam rnernaknai remitansi. Pemaknaan remitansi akan
dilakukan pada penelitian tahun ke do a- atau nada penelitian tahap berikutnya.
Temuan penelitian ini merupakan dasar untuk kelanjutan dalam
penelitian berikutnya, seperti yang dikemukakan oleh Alfred Schutz bahwa studi
pemaknaan, terlebih dulu hams mengetahui konteks sosial yang melatarbelakangi
TKI sebagai motif sebab, dan mengetahui keinginan-keinginan masa depan dari
TKI sebagai motif tujuan.
BAB 8 KESIMPULAN
Predikat Bawean sebagai pulau putri ini merupakan kepulauan yang
termasuk wilayah Kabupaten Gresik, dan untuk mencapai pulau tersebut hares
naik kapal dari pelabuhan Gresik. Meskipun Pulau Bawean ini ada fasilitas
pendidikan dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga tingkat SLTA, tetapi anak-
anak di pulau ini lebih memilih bekerja di luar negeri menjadi TKI/TKW, dari
pada meneruskan sekolah. Pada umumnya TKI pulau Bawean menjadi TM
karena faktor turun menurun, dari dulu, orang Bawean sudah terkenal sebagai
Nelayan. Pada umumnya mereka bekerja sebagai TKI di Negara Malaysia. Studi
tentang makna remitansi oleh TKI ini, tahun pertama menemukan beberapa
kesimpulan berikut ini.
Pertama: Kontek Sosial yang melatarbelakangi TM.
Pekerjaan orang tua subyek adalah petani, dan merupakan keluarga bestir,
banyak subyek yang mempunyai saudara tiga sampai enam saudara, hanya satu
subyek (Solamah) yang memiliki satu saudara. Barriaknya jumiah anggota
keluarga memberikan imbas pada tingkat pendidikan anggota keluarga yang
tergolong rendah. Adanya TKI yang berpendidikan SD seperti: Mustofa,
Solechan, Jumain, dan Danauri. Umur TKI yang terendah 29 tahun (Jumain), dan
umur tertua 51 tahun (Juin)
Konteks sosial ekonomi orang tua TM yang kurang menguntungkan,
menyebabkan proses keberangkatan TKI ke luar negeri melalui beberapa model
sistem. Studi ini menemukan tiga konteks pola keberangkatan TKI ke luar negeri,
127
yaitu pola sistem potong gaji, pola sistem pinjam uang, dan pola sistem bayar
tunai.
a.Proses Keberangkatan sistem potong gaji
Pola keberangkatan dengan sistem potong gaji, merupakan sistem paling
mudah untuk dipenuhi oleh calon TKI, dianggap suatu kemudahan dalam
prosedur, sebab PJTKI tidak menarik biaya keberangkatan. Dengan cara
pemotongan gaji setelah bekerja di luar negeri, TKI setiap bulannya hanya terima
sebesar 30 sampai 40 persen, dari gaji diterima, dan sisa gaji tersebut dipotong
oleh PJTKI. Sistem potong gaji, memiliki bunga pinjaman tinggi, dalam waktu
tergolong lama, antara tujuh sampai sembilan bulan, tergantung besar kecilnya
potongan. Kondisi latar belakang sosial ekonomi orang tua calon TKI tersebut
memaksa untuk memilih proses keberangkatan dengan model potong gaji.
Proses keberangkatan dengan model sistem potong gaji ditemui pada TKI
yang bekerja di sektor rumah tangga, seperti Solamah yang bekerja di Hongkong,
Jumain bekerja di Taiwan. Proses keberangkatan sistem potong gaji
mencerminkan ketidakmampuan ekonomi keluarga TKI, hal ini menggambarkan
bahwa keluarga TKI tidak memiliki akses untuk mendapatkan pinjaman dana da-.1
lembaga keuangan, disebabkan keluarga TKI tersebut tidak memiliki jaminan.
Sedangkan untuk akses mendapatkan pinjaman uang dari sanak —saudara atau
tetangga, ada perasaan kuatir tidak dipercaya, selain kondisi sosial ekonomi
saudara-saudaranya atau tetangganya memiliki standar ekonomi keluarga kurang
lebih hampir sama.
131
DAFTAR PUSTAKA
Aho, James A. 1998 TheThingsoftheWorld:ASocialPhenomenology. Westport,
Con
Bogdan, Robert, and Steven J. Taylor 1975 Introduction to Qualitative Research Methods: A Fenomenological Approach to the Social Sciences. New York:
Wiley.
Bowring; Finn 1996 "A Lifeworld without a Subject: Habermas and the Pathologies of Modernity."Telos106:77-104.
Budijanto, 1989. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Remitansi (Studi Kasus di Dukuh Sentong, Desa Rembun Kecamatan Dampit), Malang
Lembaga Penelitian IKIP Malang.
Cherryholmes, Cleo, 1973 Theory and Method in a Study of Argentine Fertility. New York: Wiley.Costelloe, Timothy M. 1996 "Between the Subject and Sociology: Alfred Schutz's Phenomenology ofthe Life-World." Human
Studies, 19:247-266
Curson, Peter, C. 1980. Remittance and Migration The Commerce of Movement. Population Geography Vol. IX April. Sydney.
Darroch, Vivian, and Ronald J. Silvers (eds.) 1982 Interpretive Human Studies: An Introduction to Fenomenological Research. Washington, D.C.:
University Press
Effendi, Tajuddin Noer,1995.Mobilitas Pekerja, Remitansi dan Peluang Berusaha di Pedesaan, Kelola No 8/IV Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada..
Engkus Kuswamo, 2010, "Fenomenologi: Metode Penelitian Kualitatif', diakses 13 Desember 2010, http://id.shvoong.comfbooks/dictionary/1967914-
fenomenologi-metode-penelitian-kualitat.
Helle, Horst J., ed. 1991 Verstehenand Pragmatism: Essays in Interpretative
Sociology. Frankfurt, Federal Republic Germany: Peter Lang.Herek, Gregory M. 1986 "The Instrumentality of Attitudes: Toward a Neofunctional Theory." Journal of Social Issues 42:99-114.
Hugo, Graeme, J. 1978. Population Mobility in West Java Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Ida Bagus Mantra, dan dan Nasrudin Harahap. 1989. "Mobilitas Penduduk dan Dampaknya Terhadap daerah Yang Ditinggalkan : Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo, Madiun, Ciamis dan Asahan". Laporan Akhir Kerjasama Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan
132
Pusat Penelitian Kependudukan. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
Ihde, Don 1977 Experimental Phenomenology: An Introduction. New York: Putnam.
John Connel, 1980 Remitansice and Rural Development: Migration, Dependency and Inequality in The Suoth Pacific. Development study centre. Paper No. 22. Canberra: The Australian National University Press.
Levesque-Lopman, Louise 1988 Claiming Reality: Phenomenology and Women's Experience.Totowa, N.J.: Rowman and Littlefield; Hitzler, Ronald, and Reiner Keller 1989 "On Sociological and Common-Sense Verstehen."Current Sociology 37:91-101.
Massofa.wordpress" dengan judul "Karl Manheim, Robert Ezra Park dan Alfred Schutz". Blogger ini mencamtumkan sumber tulisan dari buku Teori Sosiologi Klasik Karya Boedhi Oetoyo, dkk, lihat http://massofa.wordpress.com/ 2008/03/04/karl-mannheim-robert-ezra-park-dan-alfred-schut..., diakses 27 Januari 2009. •
Natanson, Maurice 2008 "Alfred Schutz on Social Reality and Social Science." In Maurice Natanson,ed., Phenomenology and Social Reality. The Hague: Nijhoff.
O'Neill, John 1985 "Fenomenological Sociology'." Canadian Review of Sociology and Anthropology 22:748-770.; O'Neill, John, 1994 ThePoverty of Postmodernism London: Routledge.
Phillipson, Michael 1972 "Fenomenological Philosophy and Sociology'." In Paul Filmer, Michael Phillipson, David Silverman, and David Walsh, eds., New Directions in Sociological Theory. Cambridge, Mass.: MIT Press.
Rogers, Mary F. 19'(33 Sociology, Ethnomethodology, and Experience: APheomenoloal Critique.; Psathas, George (ed.) 1973 Fenomenological Sociology:Issues and Applications. New York: Wiley.
Ritzer, G, dan Goodman, D., 2005, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media. Halaman 94
Schutz, Alfred 1962 Collected PapersI: The Problem of Social Reality. Maurice Natanson, ed. TheHague: Nijhoff..
Setiadi. 1999. Konteks Sosio Kultural Migrasi Internasional. Kasus di Lewotolok Flores Timur. Flores Timur. Populasi 10 (2). Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
Nom
or:
712/U
N32. 1
4/LT
/ 2014
in
(CT
C
z 0 4-, 0
O
O
N-
0 • jcz4p,i,ZA N G 4-0 a.
1— —
C Cd
on -0 Q.) (I3 0 CL
0 C on c
ro Y a)
ro to E . f.1
ro on o 1- co
L._ C (i) r,--;
) N LL ai
on - 1/44- Z 0
'on- L-.-- rvi -0 a C .0 (1) 03
ro _ 0.. 4-) v) CA L. L71
L_ i CO a) ra CL c > 4-4
.,_ - n .m
c E -6
a N z a) as-0 m co -I—,
(0V) on
ro Ers .._
c -•,7
> cL(Dc
rcS, fa
1-- c
, ,„ ro
r0 • • Li -0 .•=._', C •—
ro to -0 CU nzf 4--, • ,--, tt ._
ck:S a z C 0 1.-- 0_ ,--.-f
0_ OD W = kii on _o _cl c c a) c Y < on iv
=
ro ro 0:5 >, - on C — nzs e•-,
EiS ccs • it5 7 0 C., -
tar n ([1 .,.., on 4--,
C Ea ..c) (1) as
_0 fts = a, Ezi
co
(1) _.J CL in .._ co ,..,-,Q.) e c
z z , c -0 0:5 -0 (45 0,
p c - v- z R:1
C LL. = 0
co C,•1 '47J c ca.
.,.. c cu n
O r.. (175 Y .c .,_ (0 c
a) - 'a O ._ its CL C s.- -0 CO rtS
0-(1) DA et_fl:5 rz _o c (1) c
,,, L_ E ro a) - ro ro _..1 Oil = C ro Q.) .__I 03
..Y v) _ ... .i.., a) E R 11
(...ss 1- 16 rcs -0
Recommended