View
56
Download
8
Category
Preview:
DESCRIPTION
mata
Citation preview
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. L.A
Usia : 83 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Jln. Moh. Yamin Lr.12A
No. RM : 31 80 90
Tanggal masuk RS : 10 Maret 2016
Dokter pemeriksa : dr. Subandono Bambang Indarso, Sp.M
B. Anamnesis
Keluhan Utama : Kedua mata sakit rasa tertusuk-tusuk
Anamnesi Terpimpin :
Pasien datang ke Poli Mata RS TK. II Pelamonia dengan keluhan
kedua mata sakit rasa tertusuk-tusuk akibat kelopak mata bawah terlipat ke
dalam. Keluhan ini dirasakan sudah 1 bulan yang lalu yang dirasakan terus-
menerus. Keluhan ini disertai dengan perasaan tidak nyaman (+), air mata
berlebih (+), gatal (+), dan mata merah (+), secret (-), bengkak (-), riwayat
trauma (-), riwayat alergi (-), riwayat keluhan yang sama pada keluarga (-).
Riwayat keluhan yang sama 3 tahun yang lalu, dan telah di epilasi.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat keluhan yang sama 3 tahun yang lalu, dan telah di epilasi.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengeluhkan sakit yang sama
1
C. Status Opthalmologi
/
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/9 6/18
2. Tekanan Intra Okuler Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
Mikroftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas (+) Baik (+) Baik
Bawah (+) Baik (+) Baik
Temporal (+) Baik (+) Baik
Temporal atas (+) Baik (+) Baik
Temporal bawah (+) Baik (+) Baik
2
No. Pemeriksaan OD OS
4. Pergerakan Bola Mata
Nasal (+) Baik (+) Baik
Nasal atas (+) Baik (+) Baik
Nasal bawah (+) Baik (+) Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (+) (+)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (+) (+)
Madarosis (-) (-)
6. Apparatus Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Lakrimasi (+) (+)
7. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
3
No. Pemeriksaan OD OS
7. Konjungtiva Bulbi
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Hiperemis (+) (+)
8. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
9. Sklera
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
4
No. Pemeriksaan OD OS
10. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
11. Iris
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Jelas/tidak jelas Jelas/tidak jelas
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
12. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar cukup Cukup
Regularitas reguler reguler
Isokoria (+) (+)
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
13. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (+) (+)
14. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
5
D. Palpasi
OD OS
Tensi ocular Tn Tn
Nyeri tekan - -
Massa tumor - -
Glandula pre-aurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
E. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
/////
F. Slit Lamp
SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), kornea keruh (-), BMD kesan
normal, iris cokelat, kripte (+), pupil bulat, sentral, lensa IOL (+).
SLOS : Konjungtiva hiperemis (+), kornea keruh (-), BMD kesan
normal, iris cokelat, kripte (+), pupil bulat, sentral, lensa IOL (+).
G. Resume
Perempuan, 83 tahun, datang ke Poliklinik Mata RS TK. II
Pelamonia dengan keluhan kedua mata sakit rasa tertusuk-tusuk akibat
kelopak mata bawah terlipat ke dalam. Keluhan ini dirasakan sudah 1 bulan
yang lalu yang dirasakan terus-menerus. Keluhan ini disertai dengan
perasaan tidak nyaman (+), air mata berlebih (+), gatal (+), dan mata merah
(+). Tidak ada riwayat keluhan yang sama pada keluarga (-). Riwayat
keluhan yang sama 3 tahun yang lalu, dan telah di epilasi.
Pada pemeriksaan oftalmologi pada inspeksi tampak margo
palpebra inferior ODS mengarah ke dalam. Pada pemeriksaan visus VOD
6/9 dan VOS 6/18. Pada palpasi tidak ditemukan kelainan. Penyinaran
oblik dan Slit lamp pada ODS tampak konjungtiva hiperemis (+), kornea
tidak keruh, BMD kesan normal, iris cokelat, kripte (+), pupil bulat, sentral,
6
lensa IOL (+).
H. Kesan
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
ODS : Tampak margo palpebra inferior terlipat ke dalam
I. Diagnosis
ODS : Entropion
J. Terapi dan Edukasi
Terapi
- Epilasi
- Plester
- C. Xytrol EO 2x1 ODS
- C. Cenfresh ED 3x1 ODS
Edukasi
- Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit yang dialami pasien
- Menjelaskan tujuan dilakukan epilasi dan plester pada pasien
- Mengikuti terapi dengan tepat dan menjaga higien untuk mencegah
infeksi pasca epilasi
K. Prognosis
Visum (Visam) : ad bonam
Kesembuhan (Sanam) : ad bonam
Jiwa (Vitam) : ad bonam
Kosmetika (Kosmeticam) : dubia ad bonam
7
ENTROPION
A. Anatomi
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan
keringnya bola mata. Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi
lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian inferior.
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu
menyebarkan lapis tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva
dari dehidrasi.1,2
Gambar 1. Kelopak mata dan anterior bola mata2
Kelopak mata terdiri atas lima lapisan. Dari superficial ke dalam
terdapat lapisan kulit dan jaringan subkutan, lapisan otot orbikularis okuli,
septum orbita, lemak orbita, lapisan otot retraktor, jaringan fibrosa (tarsus),
dan lapisan membrane mukosa (konjungtiva palpebrae).2
8
Struktur palpebra
1. Lapis kulit
Kulit palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.2
2. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra.
Serat-serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan
meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi
dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal; bagian di atas septum orbita adalah bagian praseptal.
Segmen di luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
disarafi oleh nervus fasialis.2
3. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat dibawah muskulus
orbikularis okuli berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit
kepala.2
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang bersama sedikit jaringan elastis disebut tarsus
superior dan inferior. Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus
tertambat pada tepian orbita oleh ligament palpebra lateralis dan
medialis. Tarsus superior dan inferior juga tertambat oleh fascia tipis
dan padat pada margo atas dan bawah orbita. Fascia tipis ini
membentuk septum orbita.2
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah
melalui garis kelabu dari margo palpebra membelah palpebra menjadi
lamel kulit dan muskulus orbikularis okuli di anterior dan lamella tarsal
dan konjungtiva palpebrae di posterior.2
9
Margo Palpebra
Panjang margo bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm.
Ia dipisahkan oleh garis kelabu (mukokutan junction) menjadi margo
anterior dan posterior.2
Margo Anterior2
1. Bulu Mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak
teratur. Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di
bawah dan melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung ke
bawah.
2. Glandula Zeis
Ini adalah modifikasi kelenjar sebasea yang kecil, yang
bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
3. Glandula Moll
Ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam
satu baris dekat bulu mata.
Margo Posterior
Margo palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang
telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).2
Fissura Palpebra
Fissura palpebra adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Kantus medialis lebih elliptik dari kantus lateralis dan mengelilingi lakuna
lakrimalis.2
Dua struktur terdapat di lakuna lakrimalis: karunkula lakrimalis,
peninggian kekuningan dari modifikasi kulit yang mengandung modifikasi
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea besar-besar yang bermuara ke dalam
folikel-folikel yang mengandung rambut-rambut halus.2
Septum Orbitale
10
Septum orbita merupakan jaringan fibrosis atau fascia di belakang
bagian muskularis orbikularis yang berasal dari rima orbita sebagai
pembatas isi orbita dan kelopak depan yang terletak di antara tepian orbita
dan tarsus serta berfungsi sebagai sawar antara palpebra dan orbita.1,2
Septum orbitale ditembus pembuluh dan saraf lakrimalis, yaitu
pembuluh dan nervus supratrokhlearis, pembuluh-pembuluh dan nervus
supraorbitalis, nervus infratrokhlearis, anastomosis antara vena angularis
dan oftalmika, dan muskulus levator palpebrae superioris.2
Septum orbitale superior menyatu dengan tendon dari levator
palpebrae superior dan tarsus superior; septum orbitale inferior menyatu
dengan tarsus inferior.2
Retraktor Palpebrae
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Mereka dibentuk
oleh kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan polos,
dikenal sebagai kompleks levator palpebra dan muskulus tarsal superior
(Muskulus Muller) di palpebra superior dan fascia capsula palpebra dan
muskulus tarsal inferior di palpebra inferior.2
Gambar 2. Anatomi palpebral3
B. Definisi
11
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian
tepi atau margo palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser
jaringan konjungtiva dan kornea. Melipatnya kelopak mata bagian tepi ini
dapat menyebabkan kelopak mata bagian lain ikut melipat. Entropion
diklasifikasikan menjadi empat, antara lain involusional (senile), sikatriks,
spastik dan kongenital.1,2,4
C. Epidemiologi
Entropion dapat terjadi pada semua orang, namun entropiom sering
ditemukan pada usia yang lebih tua (involusional), biasanya pada umur
diatas 60 tahun dan tidak ada perbedaan gender ditemukan pada kelainan
ini. Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada
entropion kelopak mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih
sering karena proses involusional pada proses penuaan, sedangkan pada
kelopak mata atas sering karena sikatrikal seperti akibat trakoma. Entropion
kongenital sering terjadi di kalangan orang Asia, tetapi jarang terjadi pada
keturunan Eropa. Entropion sendiri dapat terjadi unilateral maupun
bilateral.1,3,4,5
D. Etiologi
Entropion berdasakan penyebab dibagi atas :
1. Involusi3,6-9
Entropion involusional (senil) sangat erat hubungannya dengan
proses penuaan. Biasanya terjadi akibat atrofi jaringan dan melemahnya
fasiacapsulopalpebral (otot retractor palpebra), enoftalmus oleh karena
berkurangnya volume orbita), penipisan dari tarsal plate. Hal ini
menyebabkan kehilangan elastisitas lempeng tarsal dan tepi kelopak
mata memutar ke dalam. Pada tahap awal, entropion involunter
mungkin hanya bermanifestasi intermiten.
Gangguan selalu mengenai kelopak mata bawah dan merupakan
akibat dari gabungan kelemahan otot-otot retraktor kelopak bawah,
12
migrasi ke atas musculus orbikularis preseptal dan menyebabkan
melipatnya tepi tarsus atas.
Gambar 3. Entropion involusi kelopak mata bawah5
Gambar 4. Entropion involusi kelopak mata atas. 10
2. Sikatrik2,8-12
Entropion sikatriks biasanya berhubungan dengan pemendekan
lamela posterior akibat akibat kontraktur konjungtiva tarsal. Penyebab
tersering entropion sikatriks adalah blefarokonjungtifitis dan trakoma.
Mengenai kelopak mata atas atau bawah yang disebabkan oleh jaringan
parut di konjungtiva atau tarsus.
Penyakit ini pada umumnya merupakan hasil dari trauma,
bahan kimia, Steven Jhonson sindrom, pemphigoid, infeksi, respon
lokal obat-obatan topikal, sindroma post enukleasi soket, herpes zoster
oftalmikus. Riwayat pasien, bersama dengan tes diagnostik sederhana
(eversi digital), biasanya membedakan entropion sikatrisial dari
entropion involusional.
13
3. Kongenital7-9,11
Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang
ditemukan. Dapat disebabkan oleh disgenesis retractor kelopak mata
bawah yang menyebabkan ketidakstabilan di kelopak mata atau
pemendekan maupun kekurangan jaringan dalam lamela posterior
kelopak mata dan penebalan kulit dan otot orbicularis oculi dekat
margin dari kelopak mata yang dapat menimbulkan entropion.
Entropion juga dapat terjadi ketika tarsalplate sempit yang
memungkinkan untuk memutar ke dalam. Entropion kongenital dapat
menyebabkan erosi kornea kronik dan blefarospasm. Pada entropion
kongenital, tepi kelopak mata memutar kearah kornea, sementara pada
epiblefaron kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulu mata
memutari tepi tarsus.
4. Entropion Spastik Akut7-9,11
Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun
inflamasi okuli dimana terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan
spasme otot orbikularis. Entropion ini disebabkan oleh kontraksi spastik
otot orbicularis yang dicetuskan oleh iritasi pada mata (meliputi
pembedahan), setelah bebat mata yang terlalu ketat atau yang berkaitan
erat dengan blepharospasme. Selalu timbul dengan sendirinya setelah
dilakukan pembedahan. Kebanyakan pasien sudah mengalami
perubahan komponen involusional sebelumnya.
Entropion akut biasanya hilang bila siklus entropion atau iritasi
teratasi dengan terapi dari faktor penyebab entropion tersebut.
E. Gejala Klinik3,7
14
Keluhan yang sering timbul akibat entropion adalah rasa tidak
nyaman seperti adanya sensasi benda asing atau iritasi, mata berair, mata
merah, dan pandangan kabur.
Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa :
1. Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.
2. Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.
3. Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).
5. Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).
6. Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital
entropion).
F. Diagnosis Banding1,2,13
1. Distrikiasis.
Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan tempat keluarnya
saluran Meibom.
2. Trikiasis.
Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul
reaksi radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut.
G. Penatalaksanaan4,6,13
Metode perbaikan entropion ini didasarkan pada jenis dan
tingkatan masalah, sepeti halnya kemampuan pasien untuk mentolerir suatu
pemeriksaan. Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke
arah pipi sehingga menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala
sementara terutama untuk involusi atau spastik entropion. Pencukuran bulu
mata bisa dilakukan di tempat lokasi trichiasis.
Ada beberapa tindakan pembedahan yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki kelopak mata sesuai dari klasifikasi entropion itu sendiri.
Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan
tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar
keluar kelopak mata (rekonstruksi palpebra) merupakan suatu prosedur
15
aman dan efektif dengan tingkat kekambuhan dan tingkat komplikasi yang
rendah pada semua jenis entropion.
Pembedahan perbaikan kapsulopalpebra dengan teknik inferior
refraktorplikasi dimulai dengan anestesi lokal, kemudian bentuk goresan
subsilar dibuat 2 mm di bawah luka dari bawah pungtum menuju cabang
sentral. Penutup kulit yang kecil disayat ke bawah di atas tarsus, dan
potongan otot orbikularis pretarsal disayat sampai batas tarsus. Batas bola
mata digores dan dibuka, sehingga tepi lapisan (fasia) kapsulopalpebra
yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan bola mata bawah
(inferior orbita), yang kondisinya sama dengan keadaan kelopak
mata bawah kepada otot bola mata (levator), dapat ditutup dengan empat
jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal yang mengarah
ke samping menunjukkan kelemahan kelopak mata bawah dan potongan
tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan dengan
silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali lapisan (fasia)
kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal.
Gambar 5. Perbaikan faisa kapsulopalpebra dengan teknik inferior refraktorplikasi.3
Tindakan pembedahan lain yang dapat dilakukan adalah
pemasangan kembali lapisan (fasia) kapsulopalpebra pada entropion
kongenital berguna untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak
yang horizontal secara tidak serentak. Kemudian pada entropion
spastik dapat diberikan suntikan toksin botulinum dimana efektif
16
untuk paralisis orbikularis, namun efek toksin ini bertahan sampai 3
bulan saja tetapi tidak akan menimbulkan entropion lagi ketika efek
sudah hilang. Selanjutnya pada entropion involusional selain dari
pembedahan dengan teknik inferior refraktorplikasi yang sudah
dijelaskan diatas, masih ada teknik lain yang dapat dilakukan yaitu
teknik jahitan quickert/tiga jahitan dapat dilakukan.
Gambar 6. Jahitan Quickert8
H. Komplikasi4,6
1. Konjungtivitis : Komplikasi yang sering terjadi pada entropion adalah
konjungtivitis, yaitu terjadi suatu peradangan pada konjungtiva dimana
pada mata akan terlihat lapisan putih yang transparan dan garis pada
kelopaknya.
2. Keratitis : kondisi dimana kornea meradang karena masuknya bulu
mata dan tepi kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan
rasa sakit. Pada kornea harus diperiksa pewarnaan dengan fluorescein.
3. Ulkus kornea : disebabkan oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius
karena dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
I. Prognosis4,6
Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik.
Keefektifan pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan
tingkat keparahan penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Ilyas S: Anatomy dan Fisiologi Mata: Kelopak Mata. In: Ilmu Penyakit
Mata. Edisi Kelima. Jakarta: FKUI.
2. Vaughan DG, Asbury T, 2011. General Ophtalmology. Eighteen Edition.
Jakarta : Mv Graw Hill Medical.
3. Eyelid surgery, Surgical Anatomy of the Eyelids. Available from :
http://eyelidssurgery.blogspot.com/2009_02_01_archive.html
4. Silaen, Partozy. 2016. Penatalaksanaan Entropion Involusional pada
Palpebra Inferior. Fakultas Kedokteran : Universitas Lampung. Available
from : http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/02/phartozy_2016_
02_09_13_27_28 172.pdf
5. DeBacker C. Entropion . Medscape Reference; 2015. Available from :
h t t p : / / e m ed i ci n e. m edsca p e. c o m/ a r ticl e / 1 8 4 4 04 5 o v e r v ie w .
6. Sari, FP. 2016. Entropion pada Kelopak Bawah Mata Kanan pada Wanita
Usia 78 Tahun. Fakultas Kedokteran : Universitas Lampung. Available
from : ttp://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/02/phartozy_
2016_02_09_13 27_28_172.pdf
7. Khurana A K, 2007. Anomalies in The Position of The Lashes and Lid
Margin: Entropion. In: Comprehensive Opthalmology. Fourth Edition.
New Delhi: New Age International (P) Limited Publishers. p.348-351.
8. J, Elisabeth. 2002. Entropion/Ectropion. The University of Texas Medical
Branch. Departement of Ortolaryngologi. Grand Rounds Presentation.
Available from :
http://www.utmb.edu/otoref/Grnds/Ectro-Jan2001/Ectropion.pdf
9. The eye M.D. Association, 2011-2012. Chapter 11: Periocular
Malposition and Involutional Changes. In: American Academy of
Ophtalmology: Orbit, Eyelids and Lacrimal System. Section Seven. San
Fransisco: AAO..
18
10. Camara JG, Nguyen LT, Sangalang-Chuidian M et al. Involutional lateral
entropion of the upper eyelids. Arch. Ophthalmol 2002. available from :
http://archopht.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=273047
11. Duthon Jonathan J, Gayre Gregg S, Proia Alan D, 2007. Chapter 7: Atlas
of Eyelid Malpositions. In: Diagnostic Atlas of Common Eyelid Disease.
London: Informa Health Care.
12. Cicatrical Entropion. Available from :
http://www.aao.org/bcscsnippetdetail.aspx?id=521f616c-a76c-4d7a-9c28-
730ec9a1a135
13. Kaiser PK, Friedman NJ. 2014. Entropion. Fourth Edition. In : The
Massachusetts Eye and Ear Infirmary Illustrated Manual of Ophtalmology.
London
19
Recommended