View
295
Download
9
Category
Preview:
Citation preview
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
1/35
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO 3 BLOK PEDIATRI
NORMALKAH ANAKKU?
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 11
TUTOR:
RATIH PUSPITA FEBRINASARI, dr., M.Sc
PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013
Aulia Khoirunnisa G0011044
Hera Amalia U G0011106
Johanna Tania G0011122
Naila Shofwati P G0011146
Ratna Oktaviani G0011164
Sani Widya F G0011190
Rika Ernawati G0011172
Bayu Prasetyo G0011050
Maestro Rahmandika G0011130
Wahyu Pamungkas G0011208
Selvia Anggraeni G0011194
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
2/35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda
tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan ( growth ) berkaitan dengan masalah perubahan
ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat
(gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan
(development ) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel,
jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 2012; Tanuwijaya,
2003). Perkembangan anak dinyatakan terlambat apabila pada skrining terdapat
keterlambatan pada salah satu atau beberapa dari aspek perkembangan (motorik
kasar, motorik halus, berbicara, perilaku sosial).
Pada skenario 3 blok pediatri ini, kita dituntut untuk dapat menegakkan
diagnosis dini kelainan tumbuh kembang pada anak dan dapat memberikan
penanganan yang efektif. Berikut skenario tersebut :
Normalkah anakku?
Seorang anak berusia 2,5 tahun di gendong sang ibu mendatangi
poliklinik umum untuk berkonsultasi dengan dokter. Anak tersebut belum bisa
merangkak apalagi berjalan, dan sampai saat ini belum sepatah katapun bisa
diucapkannya, hanya merengek dan kadang terdiam.Berdasarkan hasil
pemeriksaan Denver II oleh dokter didapatkan adanya keterlambatan di semua
domain perkembangan.
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
3/35
BAB II
DISKUSI DAN STUDI PUSTAKA
Langkah 1 : Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah
dalam skenario.
1. Denver II : adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development
Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test
(DDST-R), merupakan salah satu metode skrining perkembangan untuk
mengetahui sedini mungkin penyimpangan perkembangan yang terjadi pada anak
sejak lahir sampai usia 6 tahun.
2. Domain perkembangan : dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu: (a) Perkembangan
fisik mencakup pertumbuhan biologis, misalnya pertumbuhan otak, otot, tulang
serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan
berkurangnya kekuatan otot-otot. (b) Perkembangan kognitif mencakup
perubahan-perubahan dalam berpikir, kemampuan berbahasa yang terjadi melalui
proses belajar. (c) Perkembangan psikososial berkaitan dengan perubahan-
perubahan emosi dan identitas pribadi individu, yaitu bagaimana seseorang
berhubungan dengan keluarga, teman-teman dan guru-gurunya.
Langkah 2 : Menentukan/ mendefinisikan permasalahan.
1. Seorang anak berusia 2,5 tahun di gendongan sang ibu mendatangi poliklinik umum
utnuk berkonsultasi dengan dokter.
2. Anak belum bisa merangkak,berjalan dan berbicara sepatah katapun.
3. Anak hanya bisa merengek dan kadang terdiam.
4. Hasil pemeriksaan Denver II didapatkan adanya keterlambatan di semua domain
perkembangan.
Langkah 3 : Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara
mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah 2).
1. Bagaimana tahapan tumbuh kembang anak usia 0 tahun sampai remaja?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?
3. Apa saja yang menyebabkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada
anak?
4. Bagaimana cara melakukan penilaian tumbuh kembang anak?5. Bagaimana kriteria rentang usia pada anak?
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
4/35
6. Apa saja kelainan tumbuh kembang pada anak?
7. Bagaimana terapi dan tatalaksana yang harus dilakukan pada anak yang
mengalami gangguan tumbuh kembang?
TAHAPAN TUMBUH KEMBANG NORMAL PADA ANAK-ANAK
Aspek-aspek perkembangan anak:
1. Perkembangan motorik/ gerakan Motorik: keseluruhan gerakan yang dapat diamati pada makhluk hidup Perkembangan motorik berlangsung dari kepala ke ujung-ujung anggota badan Mula-mula gerakan global, berkembang menjadi terarah dan khas Pada bayi, perkembangan motorik penting karena menjadi gambaran taraf
perkembangan intelegensinya
Tahapan perkembangan motorik:
0 : menyusu
6 minggu : menoleh ke kanan/ kiri
3 bulan : mengangkat kepala dan bahu bila ditengkurapkan
4 bulan : menguasai gerak tangan
5 bulan : tengkurap sendiri
6 bulan : duduk bersandar
7 bulan : duduk sendiri
8 bulan : merangkak
9-10 bulan : berdiri berpegangan
10-11 bulan : berjalan berpegangan
12-15 bulan : jalan sendiri
18 bulan : lari dengan langkah kaku
24 bulan : naik turun tangga, melompat pada objek yang rendah
2. Perkembangan bicara/ bahasa Melalui periode:
a. Pra lingual
Periode satu kata: 0-12 bulan
b. Lingual awal
Periode kalimat 2 kata: 1-2 tahun
c. Periode diferensiasi
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
5/35
Periode kalimat 3 kata
Diferensiasi dan kecakapan verbal bertambah, bertambah umur 2 tahun
Tahapan perkembangan bicara/ bahasa:
a. Tingkat permulaan
Bayi menangis
b. 3-4 bulan
Suara raban: suara di tenggorokan seperti berkumur-kumur, menyatakan
perasaan senang
c. > 4 bulan
Mengoceh dengan ouw...ouw
d. 8-9 bulan
Meniru suara, suara sendiri diulang-ulang, belum ada maksud tertentu
e. 1-1 tahun
Kata-kata pertama dengan maksud tertentu
f. 1 - 2 tahun
2 s/d 3 kata, kehausan akan nama, ini apa itu apa, jika anak bertanya
harus dijawab
g. 2-2 tahun
Menyebut nama dengan istilah sendiri, misal kucing dipanggil meong
h. 3 tahun
Bentuk kalimat makin sempurna, kata tanya: mengapa, dari mana, anak
tidak boleh dibohongi, semakin cerdas anak semakin banyak tanya
3. Perkembangan inteligensi Definisi menurut Georgr d. Stoddard
Bentuk kemampuan untuk memahami masalah yang bercirikan:
- Mengandung kesukaran- Kompleks- Abstrak- Ekonomis- Diarahkan pada suatu tujuan yang jelas - Mempunyai nilai sosial - Membangkitkan kreativitas
Definisi menurut D. weschler:
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
6/35
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
7/35
a. Kognisi sosial
Dilatih dengan tata krama, adat, norma, sejauh manaanak mempunyai
pengertian akan tingkah laku orang lain.
b. Kecakapan dalam bergaul dengan orang lain
Hal ini perlu dilatih oleh lingkungan sejak dini mengenai tata krama,
aturan.
Misal: dalam bermain dan bergaul sehari-hari perlu tahu milik sendiri dan
milik orang lain.
c. Kemampuan anak berhubungan dengan nilai-nilai sosial
Berfikir dan bertindak atas dasar pemilikan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG
A. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai
faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, dan suku bangsa.
Potensi genetik yang bermutu hendaknya berinteraksi dengan lingkungan secara
positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal
B. Faktor Lingkungan
1. Faktor Lingkungan Pranatal
a. Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang buruk sebelum atau selama masa kehamilan menyebabkan
bayi BBLR, lahir mati, maupun cacat bawaan. Selain itu, dapat juga
menyebabkan hambatan perumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir,
mudah terkena infeksi, abortus, dsb.
b. Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin
pada uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis
kongenital, palsi fasialis, atatu kranio tabes.
c. Toksin/ zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zatteratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin,
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
8/35
methadion , obat-obat antikanker, dsb. Dapat menyebabkan kelainan
bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil yang perokok berat/ peminum
alkohol kronis sering melahirkan bayi BBLR, bayi lahir mati, cacat, atau
retardasi mental. Keracunan logam berat dapat menyebabkan mikrosefali
dan palsi serebralis.
d. Endokrin
- Hormon somatotropin ( growth hormone ) disekresi oleh kelenjar
hipofisis janin sekitar minggu ke-9 dan produksinya terus meningkat
sampai minggu ke-20, selanjutnya menetap sampai lahir.
- Hormon plasenta
- Hormon tiroid (TRH, TSH, T3, dan T4) sudah diproduksi oleh janin
sejak minggu ke-12. Pengaturan oleh hipofisis sudah terjadi pada
minggu ke-13. Kadar hormon ini makin meningkat sampai minggu ke-
24, lalu konstan.
- Insulin mulai diproduksi oleh janin pada minggu ke-11, lalu meningkat
sampai bulan ke-6 dan kemudian konstan.
e. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otek, mikrosefali, atau cacat
bawaan lainnya.
f. Infeksi
g. Stres
h. Imunitas
Rhesus atau ABO inkompabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops
fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.
i. Anoksia embrioMenurunnya oksigenasi janin menyebabkan bayi BBLR.
2. Faktor Lingkungan Postnatal
a. Lingkungan biologis
1) Ras/ suku bangsa
2) Jenis kelamin
3) Umur
4) Gizi5) Perawatan kesehatan
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
9/35
6) Kepekaan terhadap penyakit
7) Penyakit kronis
8) Fungsi metabolism
9) Hormon
b. Faktor fisik
1) Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah
2) Sanitasi
3) Keadaan rumah
4) Radiasi
c. Faktor psikososial
1) Stimulasi
2) Motivasi belajar
3) Ganjaran/ hukuman yang wajar
4) Kelompok sebaya
5) Stres
6) Sekolah
7) Cinta dan kasih sayang
8) Kualitas interaksi anak-orang tua
d. Faktor keluarga dan adat istiadat
1) Pekerjaan/ pendapatan keluarga
2) Pendidikan orang tua
3) Jumlah saudara
Jumlah anak dan jarak anak memengaruhi terpenuhinya kebutuhan
anak.
4) Jenis kelamin dalam keluarga
Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih
rendah dibandingkan laki-laki.
5) Stabilitas rumah tangga
6) Kepribadian orang tua
7) Adat istiadat dan norma
8) Agama
9) Urbanisasi
10) Kehidupan politik dalam masyarakat(Soetjiningsih, 2012)
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
10/35
KEBUTUHAN DASAR ANAK
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
asuh, asih dan asah(Soetjiningsih, 2012).
1. Asuh (kebutuhan fisik-biomedis)Yang termasuk kebutuhan asuh adalah :
a. Nutrisi yang mencukupi dan seimbang.
Pemberian nutrisi yang mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak
dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada
ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif,
yaitu anak hanya diberikan ASI saja sampai berumur 4-6 bulan. Sejak
berumur enam bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan tambahanatau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting
untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi yang mulai meningkat pada masa bayi dan prasekolah, karena pada
masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat,
terutama pertumbuhan otak.
b. Perawatan kesehatan dasar.
Untuk mencapai keadaan kesehatan anak yang optimal diperlukan beberapaupaya, misalnya imunisasi, kontrol ke Puskesmas/Posyandu secara berkala
atau diperiksakan segera ke dokter apabila anak sakit. Dengan upaya
tersebut, keadaan kesehatan anak dapat dipantau secara dini, sehingga bila
ada kelainan maka anak segera mendapatkan penanganan yang benar.
c. Pakaian.
Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai. Karena
aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang
mudah menyerap keringat.
d. Perumahan.
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak maka hal tersebut akan
membantu anak untuk bertumbuh kembang secara optimal. Tempat tinggal
yang layak tidak berarti rumah yang berukuran besar, tetapi bagaimana
upaya orang tua untuk mengatur rumah menjadi sehat, cukup ventilasi serta
terjaga kebersihan dan kerapiannya, tanpa memperdulikan berapapun
ukurannya.
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
11/35
e. Higienis diri dan lingkungan.
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi
risiko tertularnya berbagai penyakit. Selain itu, lingkungan yang bersih akan
memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain
secara aman.
f. Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi).
Aktivitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih kekuatan otot-otot
tubuh dan membuang sisa metabolisme. Selain itu juga membantu
meningkatkan motorik anak dan aspek perkembangan lainnya. Aktivitas
olahraga dan rekreasi bagi anak merupakan aktivitas bermain yang
menyenangkan.
2. Asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang)
Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulai sedini
mungkin. Bahkan sejak anak berada dalam kandungan, perlu diupayakan kontak
psikologis antara ibu dan anak, misalnya dengan mengajak berbicara atau
mengelusnya. Setelah lahir, upaya tersebut dapat dilakukan dengan
mendekapkan bayi ke dada ibu segera setelah lahir. Ikatan emosi dan kasih
sayang yang erat antara ibu/orang tua dengan anak sangatlah penting karena
berguna untuk menentukan perilaku anak dikemudian hari, merangsang
perkembangan otak anak serta merangsang perhatian anak tehadap dunia luar.
Oleh karena itu, kebutuhan asih ini meliputi :
a. Kasih sayang orang tua.
Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan
penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak
pernah memarahi, tetapi bagaimana orang tua menciptakan hubungan yang
hangat dengan anak sehingga anak merasa aman dan senang.
b. Rasa aman.
Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan memberikan
rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.
c. Harga diri.
Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak
diacuhkan, maka hal ini dapat menyebabkan frustasi pada anak.
d. Dukungan atau dorongan.
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
12/35
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
13/35
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan
gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan
KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui
pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan
anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan
hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan
anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal.
Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam
mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar
kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal.
Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita
hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal.
Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi
normal. Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis
gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas
visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta
warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain
sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan
menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin (2000), tuli
pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal
antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama kehamilan.
Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi
bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.
2. Gangguan perkembangan motorikPerkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah
satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau
penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami
keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia,
atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular
sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
14/35
didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga
dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang
tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau
diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai
kemampuan motorik.
3. Gangguan perkembangan bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional,
dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak
dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan
pendengaran,intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan,
maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga
dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral
palsi. Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang
dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas
(Soetjingsih, 2003).
4. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan
yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang
muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila
mempengaruh interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang
dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan
kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan perkembangan pervasif pada
anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi sosial. Menurut
Widyastuti (2008) autism adalah kelainan neurobiologis yang menunjukkan
gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan
terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti
berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.
Terdapat 3 pola gangguan pertumbuhan, yaitu:
a. Tipe I
Berat badan lebih tertekan daripada tinggi badan, lingkaran kepala tidak
terganggu pertumbuhannya.
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
15/35
- Umumnya karena masukan kalori tidakcukup, pengeluaran kalori yang
berlebihan, masukan kalori yang berlebihan, atau ketidakmampuan tubuh
perifer menggunakan kalori. Kebanyakan kasus merupakan akibat dari
kegagalan pada penyampaian (delivery) ke jaringan yang dituju.
- Kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor kemiskinan, kesenjangan
hubungan pengasuh dan anak, pola makan yang abnormal atau kombinasi
dari faktor-faktor tersebut.
b. Tipe II.
Ditandai oleh tubuh kecil yang proporsional, lingkaran kepala dalam batas
normal.
- Berkaitan dengan faktor genetik pada perawakan pendek, endokrinopati,
pertumbuhan lambat konstitusional, penyakit jantung atau ginjal, displasia
tulang.
c. Tipe III
Ditandai oleh ketiga parameter (tinggi, berat dan lingkaran kepala) di bawah
normal
- Tipe ini berkaitan dengan Susunan Syaraf Pusat yang abnormal, defek pada
kromosom, dan gangguan perinatal (Irwanto, 2006).
PEMERIKSAAN DENVER II
Definisi
Salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Test
ini bukan test diagnostic atau test IQ.
Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan anak.
2. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan.
Manfaat
1. Untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
2. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin.
3. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha
menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan.
Tahapan
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
16/35
1. Tahap pertama, dilakukan pada usia: 0-6 tahun.
a. 3-6 bulan
b. 9-12 bulan
c. 18-24 bulan
d. 3 tahun
e. 4 tahun
f. 5 tahun
2. Tahap kedua, dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
AspekyangdinilaiAda 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan menjadi 4 sektor,
yaitu:
1. Sektor personal sosial
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Sektor gerakan motorik halus
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamatisesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu
yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3. Sektor bahasa
Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah,
dan berbicara spontan.
4. Sektor gerakan motorik kasar
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar.
Skoring
1. Passed atau lulus (P/L): anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/ pengasuh
anak memberi laporan tepat/ dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya.
2. Failure atau gagal (F/G): anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau
ibu/ pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat
melakukannya dengan baik.3. Refuse atau menolak (R/M): anak menolak untuk melakukan uji coba.
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
17/35
4. No opportunity (tidak ada kesempatan): anak tidak mempunyai kesempatan untuk
melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji
coba dengan tanda R.
Interpretasi Penilaian Individual
1. Lebih ( advanced )
Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur,
dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.
2. Normal
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan di sebelahkanan garis umur dikategorikan sebagai normal.
Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas
perkembangan di mana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka
dikategorokan sebagai normal.
3. Caution / peringatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak tugas perkembangan, di mana garis
umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.
4. Delay / keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak
lengkap di sebelah kiri garis umur.
5. No opportunity / tidak ada kesempatan
P
RF
RFP
RF
FR
RF
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
18/35
Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan
bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan
tersebut. Hasil ini tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan.
Kesimpulan
1. Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.2. Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.
3. Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal ataumeragukan.
4. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
NONO
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
19/35
KRITERIA USIA ANAK
Tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa pranatal
danmasa postnatal.Setiap masa tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalamanatomi,fisiologi, biokimia, dan karakternya.
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
20/35
Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan.Masa ini
dibagimenjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus.Masa embrio adalah
masa sejakkonsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu, sedangkan masa fetus adalah
sejak umur 9minggu sampai kelahiran.
Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode. Periode
pertamaadalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari dilanjutkan masa bayi
yaitu sampaiusia 2 tahun. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2 6 tahun.
Sampai denganmasa ini, anak laki-laki dan perempuan belum terdapat perbedaan,
namun ketika masukdalam masa selanjutnya yaitu masa sekolah atau masa pubertas,
perempuan berusia 6 10tahun, sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak
perempuan memasuki masaadolensensi atau masa remaja lebih awal dibanding anak
laki-laki, yaitu pada usia 10 tahundan berakhir lebih cepat pada usia 18 tahun. Anak
laki-laki memulai masa pubertas padausia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun
(Tanuwijaya, 2003).
Langkah4 :Menginventarisasi permasalahan-permasalahan secara sistematis
dan pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan pada langkah
3.Keluhan pada anak di
Tahapan tumbuh kembang
Skrining penilaian tumbuh dan
Jenis-jenis gangguanpertumbuhan dan perkembangan
Faktor yang mempengaruhi tumbuh
Penatalaksanaan gangguanpertumbuhan dan perkembangan
ada anak
Definisi tumbuh kembang
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
21/35
Langkah 5 : Merumuskan tujuan pembelajaran.
1. Apa saja kelainan tumbuh kembang pada anak?
2. Bagaimana terapi dan tatalaksana yang harus dilakukan pada anak yang
mengalami kelainan tumbuh kembang?
Langkah 6 : Mengumpulkan informasi tambahan di luar waktu diskusi
kelompok.
Langkah 7 : Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru
yang diperoleh.
1. Apa saja kelainan tumbuh kembang pada anak?
2. Bagaimana terapi dan tatalaksana yang harus dilakukan pada anak yang
mengalami kelainan tumbuh kembang?
KELAINAN TUMBUH KEMBANG ANAK
1. Gangguan perkembangan bicara
70 % anak dengan keterlambatan bicara dari anak cerebral palsy (CP), tapi tidak
semua anak CP terlambat bicara.
a. Speech delayed: keterlambatan bicara
Perlu dilakukan screening pendengaran apakah tuli atau tidak tuli
(kurang stimulasi, dll). Karena ada anak yang tidak bicara karena tuli
sehingga tidak mampu menangkap stimulasi.
Sering pada kasus Retardasi Mental, Cerebral Palsy, Autism Pemeriksaan: Neuro, THT, psikologi Contoh: 17 bulan belum bisa kata tunggal, 36 bulan belum bisa 3 kata
b. Speech disorder: gangguan bicara/ kacau
Meliputi:
Kesalahan artikulasi (ucapan tidak dipahami)
Contoh: baby talk, lisping (ngomong cepat/ bergumam, tidak jelas)
Gangguan fonasi/ bunyi
Misal: suara hidung (bindeng), suara serak dan kering, pada anak dengan
kelainan bentuk mulut (sumbing)
Ganguan ritme
Bisa karena trauma psikologis, anak dimarahi
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
22/35
Contoh: stuttering (gagap) di awal, tengah, akhir
2. Gangguan intelektual
a. Retardasi Mental Faktor Penyebab:
- Masa pranatal: ibu terkena infeksi TORCH, trauma, sakit jiwa, gizi
kurang, dll
- Masa kelahiran: prematur, BBLR, alat (vac, forceps)- Masa post natal: penyakit, trauma, gizi kurang, dll
Klasifikasi:- Retardasi mental ringan (debil):
IQ= 50-70
Umur mental setara anak 6-12 tahun waktu sudah tua, dapat
disekolahkan di SLB C.
- Retardasi mental sedang (imbisil):
IQ= 26-49
Umur mental setara anak 3-5 tahun, tidak bisa disekolahkan, tapi
bisa dilatih untuk satu keterampilan tertentu (kencing dan mandi
sendiri).
- Retardasi mental berat (idiot):
IQ= 0-2
Umur mental setara anak 0-3 tahun, tidak bisa apa-apa, mudah
terkena infeksi sehingga biasanya tidak hidup lama, terus menerus
seperti bayi, tidak bisa berjalan.
b. Lambat belajar
Anak dengan lambat belajar mengalami kesulitasn belajar di sekolah:
Kesulitan belajar membaca khas Kesulitan berhitung khas Kesulitan konsentrasi (tidak dapat menyelesaikan tugas tapi tidak
hiperaktif)
(Murti, 2005)
GANGGUAN PERKEMBANGAN NEUROLOGIS
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
23/35
GPN lebih sering terlihat sebelum anak berumur 2,5 tahun, karena terdapat
keluhan bayi/anak terlambat dalam mencapai milestone nya (patokan perkembangan),
misalnya bayi/anak belum bisa bicara atau berjalan.
Secara garis besar faktor-faktor penyebab GPN dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Faktor prenatal
Sepeti defek gen/kromosom, kesehatan ibu selama hamil, keadaan gizi,
emosional ibu. Penyakit menahun pada ibu hamil seperti: tuberculosis, hipertensi,
diabetes mellitus, anemia. Termasuk penggunaan narkotika, alcohol, merokok,
usaha menggugurkan janin. Infeksi virus pada ibu hamil seperti:
cytomegalovirus, toxoplasmosis. Anoksia dalam kehamilan, terkena radiasi sinar
X, plasenta previa. Penggunaan obat-obat yang dapat menimbulkan efek
teratogenesis.
Efek teratogenesis adalah defek anatomi, pertumbuhan pada janin yang meliputi:
Defek struktur/fungsi organ janin Pertumbuhan janin terhambat Kematian janin Kegagalan implantasi dan pertumbuhan embrio Gangguan neurologic: obat yang mempengaruhi mielinisasi jaringan saraf,
efek karsinogenesis pada neonatal/anak
Abnormalitas atau retardasi mental
Obat-obat yang dapat menimbulkan efek teratogenesis, yaitu:
Metotreksat, siklofosfamid, fenitoin, barbiturate, benzodiazepine, warfarin:
defek SSP
ACE inhibitor: gagal ginjal Danazol/obat androgenic: maskulinisasi pada janin perempuan Talidomid: defek organ interna Tertrasiklin: defek pertumbuhan gigi dan tulang NSAID: konstriksi duktus arteriosus, enterokolitis
(Prawirohardjo, 2009)
2. Faktor perinatal
Keadaan perinatal yang berkaitan dengan GPN seperti: asfiksia, trauma lahir,
hipoglikemia dengan glukosa darah
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
24/35
hiperbilirubinemia terutama bila bilirubin indirek melewati sawar darah otak
sehingga terjadi ensefalopati biliaris (kernicterus).
3. Faktor pascanatal
Infeksi (meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis, infeksi bagian tubuh lain
yang menahun), trauma kapitis, tumor otak, gangguan pembuluh darah otak,
epilepsy, kelainan tulang tengkorak (kraniosinostosis), gangguan endokrin dan
metabolic, keadaan social ekonomi rendah, malnutrisi.
http://eprints.undip.ac.id/29394/3/Bab_2.pdf
GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF
Kelompok gangguan ini ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi
social yang timbal balik dan dalam pola komunikasi, serta minat dan aktivitas yang
terbatas, stereotipik, berulang.Kelainan kualitatif ini menunjukkan gambaran yang
pervasive dari fungsi-fungsi individu dalam semua situasi, meskipun dapat berbeda
dalam derajat keparahan.
Autisme Masa Kanak
Kelainan/hendaya perkembangan muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan
cirri kelainan fungsi dalam tiga bidang: interaksi social, komunikasi, dan perilakuyang terbatas dan berulang.
Hendaya interaksi social yang timbal balik berbentuk apresiasi yang tidak
adekuat terhadap isyarat sosio-emosional, kurangnya modulasi terhadap perilaku,
buruk dalam menggunakan isyarat social, integrasi lemah dalam perilaku social,
komunikatif.
Hendaya komunikasi berbentuk kurangnya penggunaan keterampilan bahasa,
permainan imaginative, keserasian buruk, buruknya keluwesan dalam bahasa
ekspresif dan kreativitas dan fantasi terhadap ungkapan verbal atau nonverbal,
variasi irama.
Pola perilaku , minat dan kegiatan yang terbatas, berulang dan streotipik.
Kecenderungan bersikap kaku.
Seemua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam autisme, tetapi tiga perempat kasus
secara signifikan terdapat retardasi mental.
Sindrom Rett
http://eprints.undip.ac.id/29394/3/Bab_2.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/29394/3/Bab_2.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/29394/3/Bab_2.pdf8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
25/35
Terjadi pada usia 7-24 bulan. Pola perkembangan awal yang tampak normal,
diikuti dengan kehilangan keterampilan tangan dan berbicara,
kemunduran/perlambatan pertumbuhan kepala.Bersifat progressive motor
deterioration.
Gejala khas adalah kehilangan kemampuan gerakan tangan yang
bertujuan.gerakan mencuci tangan yang stereotipik, membasahi tangan dengan
ludah, hambatan dalam mengunyah makanan, gangguan pengaturan buang air.
Anak tetap dapat senyum social, menatap seseorang dengan kosong Cara berdiri dan berjalan cenderung melebar (broad based), otot hipotonik,
ataksia, skoliosis maupun kifoskoliosis. Atrofi spinal dan disabilitas motorik
berat saat remaja. Serangan epileptic mendadak.
Gangguan Disintegrasi Masa Kanak
Perkembangan normal sampai usia 2 tahun. terjadi regresi berat dalam
kemampuan berbahasa, bermain, interaksi social, perilaku adaptif, hilangnya
pengendalian buang air, kemerosotan pengendalian motorik. Hilangnya secara
menyeluruh perhatian/minat terhadap lingkungan, hendaya interaksi social,
komunikasi seperti dengan autism.
Sindrom Asperger
Tidak adanya hambatan/keterlambatan umum dalam perkembangan bahasa
atau kognitif, adanya defisiensi kualitatif interaksi social timbale balik, adanya pola
perilaku, perhatian dan aktivitas yang terbatas berulang dan stereotipik.
Autisme
Depdiknas menyatakan bahwa autisme adalah suatu gangguan perkembangan
yang kompleks menyangkut gangguan komunikasi, interaksi sosial dan imajinasi
yang biasanya muncul pada usia 1- 3 tahun. Seorang anak dapat dikatakan termasuk
autisme, bila ia memiliki hambatan perkembangan di tiga aspek yaitu hambatan
dalam interaksi sosial emosional, dalam komunikasi timbal balik, dan minat yang
terbatas disertai gerakan gerakan berulang tanpa tujuan, gejala gejala tersebut
sudah terlihat sebelum usia 3 tahun (http://www.kemdiknas.go.id/autisme.html )
Gejala autisme
http://www.kemdiknas.go.id/autisme.htmlhttp://www.kemdiknas.go.id/autisme.htmlhttp://www.kemdiknas.go.id/autisme.htmlhttp://www.kemdiknas.go.id/autisme.html8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
26/35
Usia Interaksi Sosial
0 6
bulan
1. Bayi tampak selalu tenang (jarang menangis)
2. Terlalu sensitif, cepat terganggu
3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
4. Tidak babbling (mengoceh)
5. Tidak ditemukan senyuman sosial diatas 10 minggu
6. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 tahun
7. Perkembangan motor kasar / halus sering tampak normal
6 12
bulan
1. Bayi tampak selalu tenang (jarang menangis)
2. Terlalu sensitif, cepat terganggu
3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
4. Sulit bila digendong
5. Tidak babbling (mengoceh)
6. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
7. Tidak ditemukannya senyuman sosial
8. Tidak ada kontak mata
9. Perkembangan motor kasar / halus sering tampak normal
1 2
tahun
1. Kaku bila digendong
2. Tidak mau bermain permainann sedeerhana (cilukba)
3. Tidak mengeluarkan kata, tidak tertarik pada boneka
4. Memperhatikan tangannya sendiri
5. Terdapat keterlambatan dan perkembagan motor kasaar
6. Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
2 3
tahun
1. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
2. Melihat orang sebagai benda
3. Kontak mata terabtaas
4. Tertarik pada benda tertentu
5. Kaku bila digendong
4 5
tahun
1. Sering didapatkan echolalia (membeo)
2. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
3. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
4. Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
5. Tempramen tantrum atau agresif
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
27/35
Retardasi Mental
American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi
retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu
penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting
yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual,
adaptasi sosial, dan masa perkembangan.Penurunan fungsi intelektual secara umum
menurut definisi Rick Heber diukur berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit
satu deviasi standar (1 SD) di bawah rata-rata.Periode perkembangan mental menurut
definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 16 tahun.Gangguan adaptasi sosialdalam definisi ini dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi intelektual.Menurut
definisi ini tidak ada kriteria bahwa retardasi mental tidak dapat diperbaiki seperti
definisi retardasi mental sebelumnya.
a. Retardasi mental ringan
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu
menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan,
mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun
tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan
utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang
bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang
memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika
ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka
mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau
mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
b. Retardasi mental sedang
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan
perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya
terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor
juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
28/35
pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih
bisa belajar dasardasar membaca, menulis dan berhitung.
c. Retardasi mental berat
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang
terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
d. Retardasi mental sangat berat
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.
Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada
bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.
TatalaksanaRetardasi Mental :
a. Tatalaksana Medis
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental
adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin)
dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin,
dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadangdipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar pada
umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat,
gamma aminobutyric acid (GABA).
b. Rumah Sakit/Panti Khusus
Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar:
kedudukan sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, derajat
retardasi mental, pandangan orangtua mengenai prognosis anak, fasilitas
perawatan dalam masyarakat, dan fasilitas untuk membimbing orangtua dan
sosialisasi anak. Kerugian penempatan di panti khusus bagi anak retardasi mental
adalah kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak dengan orang lain
dan kurangnya variasi lingkungan yang memberika kebutuhan dasar bagi anak.
c. Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada
orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
29/35
tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap,
tingkah laku dan adaptasi sosialnya.
d. Konseling
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan
ada atau tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi
mengenai sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga,
kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal.
e. Pendidikan
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun
bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini.
Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental.
Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa Sekolah luar biasa C Panti khusus Pusat latihan kerja (sheltered workshop) (Sularyo, 2000).
Cerebral palsy (CP)
Cerebral palsy (CP) adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi
pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak mengenai sel-sel motorik di dalamsusunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat
pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Gangguan neurologik ini
menyebabkan cacat menetap.Cerebral palsy terjadi akibat kerusakan atau gangguan
pada otak yang sedang tumbuh (belum matang). Otak dianggap matang kira kira pada
usia 4 tahun, sedangkan menurut The American Academy for Cerebral Palsy batas
kematangan otak adalah 5 tahun. Adapula beberapa penelitian yang menyebutkan
bahwa kematangan otak terjadi pada usia 8 9 tahun.
PenatalaksanaanCP :
Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerja sama yang
baik dari pihak orang tua/keluarga penderita. Hal ini akan tercapai dengan baik
jika diorganisasi terpadu pada satu pusat klinik khusus. Cerebral palsy yang
dikelola tenaga tenaga dari pelbagai multidisipliner ( misal: dokter anak, neurologis,
ahli bedah ortopedi, bedah saraf, THT, guru luar biasa)
a. Obat obatan
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
30/35
1. Obat anti spastisitas
Biasanya indikasi pembarian obat obatan anti spastisitas pada penderita
C.P. karena :
Spastisitas penderita sangat hebat yang disertai rasa nyeri sehingga
mengganggu program rehabilitasi.
Keadaan hiperefleksi yang sangant mengganggu fungsi motorik
(misalnya: ada klonus kaki yang hebat)
Kontraksi pleksi pada tungkai yang progresif. Spasitisitas penderita yang mempersulit perawatan.
2. Obat psikotropik
3. Antikonvulsan
b. Tindakan ortopedi
Salah satu indikasi dilakukan tindakan ortopedi jika sudah terjadi
deformitas akibat proses spasme otot atau telah terjadi kontraktur pada otot
dan tendon. Dalam hal ini harus dipertimbangkan secara matang beberapa
factor sebelum melakukan tindakan bedah.
c. Fisioterapi
Fisioterapi merupakan salah satu terapi dasar bagi penderita C.P fisioterapi
yang cepat dilaksanakan pada penderita yang masih muda pada tahap dini
manfaatnya jauh lebih nyata jika dibandingkan dengan penderita yang lebih
lambat. Satu hal yang perlu ditekan kan pada orang tua didalam membantu
pelaksanaan fisioterpi sang anak berada dirumah.
Prognosis :
Di negara yang telah maju misalnya inggris dan skandinvia terdapat 20-25%
penderita cerebral palsy sebagai buruh penuh dan 30-50% tinggal di institutecerebral palsy. Prognosis penderita dengan gejala motorik yang ringan adalah
baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya, makin
buruk prognosisnya (Soetjiningsih, 2012).
TATALAKSANA PENILAIAN TUMBUH KEMBANG
1. Anamnesa : keluhan orangtua dan riwayat tumbuh kembang (lisan dan tertulis/
kuesioner skrining perkembangan anak).
2. Pemeriksaan :
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
31/35
a. Observasi dan pemeriksaan (bentuk mukan, tubuh , tindak tanduk anak,
hubungan anak dengan orang tuanya/ pengasuhnya, sikap anak terhadap
pemeriksa).
b. Pengukuran anthropometri :
Rutin : tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkaran lengan.
Atas indikasi : lingkaran dada, panjang lengan (armspan), panjang tungkai,
tenal kulit (skinfold).
3. Penilaian pertumbuhan.
Plot pada kurva pertumbuhan yang sesuai dengan stansar yang dipakai
4. Penialain maturiatas
a. Pertumbuhan pubertas (Tanner):
Anak perempuan ( payudara, haid, rambut pubis)
Anak laki-laki (testis, penis, rambut pubis)
Umur tulan (bone age)
5. Penilaian perkembangan :
Skrinning dengan instru,em Denver II, Munchen, Bayley, Stanford binner atau
lainnya.
Pilihlah tes yang paling dikuasai pemeriksa.
6. Pemeriksaan lain yang diperlukan atas indikasi :
a. Radiologi : umur tulang (Bone Age), Foto tengkorak, CT Scan/ MRI.
b. Laboratorium :
darah (umum atau hormonal)
urine tergantung penyakit atau kelainan organik yang mendasari.
c. Fungsi pendengatan (TDD)
d. Fungsi penglihayan (TLD), Funduskopi, lapang pandang
e. Pemeriksaan potot (EMG)7. Klasifikasi / diagnosis kerja :
Setelah dilakukan skrinning kemudian perlu ditetapka apakah anak termasuk
kategori normal atau menyimpang (teralambat atau terlalu cepat dibandingkan
dengan standar )
8. Rujukan
Menetapkan indikasi rujukan : dirujuk kemana danpersiapan apa saja yang
diperlukan. Perlu dipersiapkan pada intervensi/tindkan infasif : information ofconsent kemudian disusul informed consent (Soetjiningsih, 2012).
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
32/35
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
33/35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tumbuh kembang pada anak dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu
faktor bawaan (genetik) dan lingkungan. Lingkungan yang baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang
kurang baik akan menghambatnya.
2. Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi 4 aspek kemampuan
fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara
dan bahasa, serta sosial emosi dan perilaku. Jika terjadi kekurangan pada
salah satu aspek kemampuan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan
aspek yang lain.
3. Penilaian tumbuh kembang anak dapat dilakukan sedini mungkin sejak
anak dilahirkan, melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan
tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi,
penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas
pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
B. Saran
1. Pentingnya ibu dalam ekologi anak, sebagai para genetik faktor, yaitu
pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan perkembangan
psikobiologisnya terhadap tumbuh kembang postnatal dan perkembangan
kepribadian anak. Juga pentingnya menyusui dalam tumbuh kembang
anak.
2. Pemantauan perkembangan anak sangat penting, karena dengan
pemantauan yang baik maka dapat dilakukan deteksi dini kelainan
perkembangan. Sehingga intervensi dini dapat dilakukan dan tumbuh
kembang anak dapat lebih optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya.
3. Untuk mahasiswa dalam melaksanakan diskusi tutorial diharapkan selalu
aktif dalam berdiskusi dan terus belajar, karena ilmu hanya bisa didapat
dengan belajar dan diharapkan lebih banyak menginput materi yang
mendukung kasus dalam diskusi tutorial sehingga diskusi tutorial dapat
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
34/35
berjalan dengan lacar dan kerelevanan info yang disampaikan juga harus
diperhatikan.
8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3
35/35
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto, dkk. 2006. Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak.
http://old.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdf (diakses pada 12
Maret 2014)
Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III .
Jakarta: PT Nuh Jaya
Murti S. 2005. Psikologi Perkembangan Anak. Surakarta: SMF Ilmu Kesehatan Anak
RSUD dr. Moewardi
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan . Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hlm: 935-944
Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya . Jakarta: EGC
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak . Jakarta: EGC
Sularyo, Titi Sunarwati. 2000. Retardasi Mental. Sari Pediatri . Vol 2 (3): 170-177
Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang . Jakarta: EGC
Veskarisyanti, Galih A. 2008. Terapi Autis Paling Efektif Dan Hemat Untuk Autisme,
Hiperaaktif, Dan Retardasi Mental . Yogyakarta, Pustaka Anggrek.
Widyastuti, D, dan Widyani, R. 2001. Panduan Perkembangan Anak 0 Sampai 1
Tahun. Jakarta: Puspa Swara
http://old.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdfhttp://old.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdfhttp://old.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdfRecommended