View
218
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Metode mengajar adalah salah satu cara yang dipergunakan oleh guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Metode ini berperan sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar,
yang merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran sehingga
tercapai tujuan belajar. Metode pembelajaran adalah sosok utuh konseptual dari
aktivitas pembelajaran yang secara keilmuan dapat diterima dan secara
operasional dapat dilakukan. Menurut Muhibin Syah (1999: 189), metode
pembelajaran adalah blue print pembelajaran yang direkayasa sedemikian rupa
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Blue print ini sebagai pedoman
perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi belajar. Dalam metode
pembelajaran terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah (syntax) yang relatif
tetap dan pasti untuk menyajikan materi pembelajaran secara berurutan.
Model pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan situasi proses pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan
mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar yang
memuaskan. Untuk mencapai hal-hal tersebut maka guru harus dapat memilih dan
mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien dan efektif sesusai dengan
materi yang diajarkan. Dengan pemilihan model dan metode yang tepat, maka
akan mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar
memahami materi yang diberikan (Dimyati dan Mudjiono, 1999: 101).
Metode Jigsaw sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran,
merupakan suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas,
kreativitas dan ketrampilan bernalar siswa. Metode ini memposisikan siswa
sebagai subyek dan pusat pembelajaran. Materi dikembangkan secara kontekstual
dengan menghubungkan konsep-konsep teoritis dengan realitas social dalam
7
8
upaya meningkatkan kinerja siswa dan kinerja guru, untuk mendapatkan data dan
menganalisisnya melalui kajian-kajian reflektif, partisipatif dan kolabolatif.
Pengembangan progam didasarkan data dan informasi dari siswa, guru dan setting
sosial kelas alamiah, yang berkaitan dengan faktor guru antara lain menyangkut
peningkatan kinerja melalui perubahan peran, yaitu: para guru terbelenggu
kebiasaan sistem konvensional yang telah mapan, sebagai contoh ceramah.
Temuan yang berkaitan dengan faktor siswa meliputi keterbatasan sumber dan
media belajar, rendahnya motivasi, kreativitas dan mentalitas.
Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada pemanfaatan kelompok-kelompok kecil untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dan mencapai tujuan belajar. Dalam kerja
kelompok, guru mengkondisikan peserta didik dalam suatu kelompok-kelompok
kecil dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut (Nurhadi,2004:
112).
Berdasarkan beberapa unsur yang dihadapi oleh seorang individu dalam
proses belajar, unsur teman sering kali mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan dari sustu proses belajar. Dalam belajar harus diupayakan agar siswa
dapat berinteraksi dengan teman sebayanya yaitu melalui metode kelompok
belajar. Menurut Mulyani dan Johar Permana (2001: 127), metode kerja
kelompok adalah format antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna
menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Metode kelompok
belajar adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam sutu
group atau kelompok sebagai satu kesatuan. Dalam kelompok belajar tersebut
terdapat kumpulan siswa yang memiliki beberapa atribut yang sama atau
berhubungan dengan pihak yang sama guna mencapai sebuah tujuan yang sama
pula.
Pembentukan kelompok belajar ialah suatu cara mengajar, dimana siswa
dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau dibagi menjadi beberapa
kelompok. Penggunaan teknik kelompok belajar agar siswa mampu bekerja sama
dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama, sebab dalam
pembentukan kelompok belajar siswa dibentuk dalam kelompok yang berjumlah
9
kecil, diorganisir untuk kepentingan belajar sehingga dengan sendirinya akan
terbentuk kerja kelompok yang aktif.
Menurut Muslimin Ibrahim (2000: 6) dalam Depdiknas (2004: 18), unsur-
unsur dalam kerja kelompok adalah:
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah berangggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya
mempunyai tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang
juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya.
f. Siswa membagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang
ditanggani dalam kelompok belajar.
Kelebihan dari metode kerja kelompok adalah :
a. Membuat peserta didik aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya;
b. Menggalang kerja sama dan kekompakan dalam kelompok;
c. Mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran ketrampilan
dan proses kelompok.
Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:127 Penerapan metode kerja
kelompok dapat didasarkan pada :
a. Fasilitas yang tersedia.
b. Perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan belajar.
c. Jenis pekerjaan yang diberikan.
d. Wilayah tempat tinggal peserta didik.
e. Jenis kelamin.
f. Memperbesar partisipasi peserta didik dalam kelompok.
g. Berdasarkan pada lotre atau random.
10
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu
a. Saling ketergantungan positif
Tiap anggota dalam kelompok harus ikut bserta dalam kegiatan kelompoknya
untuk mencapai tujuan kelompok. Keberhasilan suatu kelompok sangat
tergantung pada usaha setiap anggotanya.
b. Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya
sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tatap muka
Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberikan kesempatan
untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik
bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan
lebih baik dari pada hasil pemikiran satu orang saja.
d. Komunikasi antar anggota
Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru
agar siswa selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik.
Dari unsur dalam pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan : para
siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka harus bersama-sama, memiliki
tanggung jawab diri sendiri dalam mempelajari meteri yang dihadapi,
berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. Membagi
tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para kelompok, berbagi
kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerjasama selama
11
belajar, mempertanggung jaawabkan secara individu materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Sedangkan menurut Arends (1995: 111), pembelajaran kooperatif
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Siswa bekerja secara kooperatif didalam tim untuk menguasai materi
pelajaran.
b. Tim terdiri dari siswa yang berpencapaian tinggi, rata-rata dan rendah.
c. Sistem penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dibanding individual.
Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding
metode lain, di antaranya:
a. Meningkatkan kemampuan siswa
b. Meningkatkan rasa percaya diri
c. Menumbuhkan kegiatan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian
d. Memperbaiki hubungan antar kelompok
Arends memperkenalkan ada 4 metode yang biasa digunakan oleh guru,
keempat metode tersebut adalah:
a. Metode Student Team Achievement Divisions (STAD)
b. Metode Jigsaw
c. Metode Group Investigation
d. Metode Struktural
Perbandingan antara empat metode pembelajaran kooperatif tersebut
menurut Arends (1998: 323) dapat dilihat pada Tabel 2.
12
JIGSAW
GI
Tujuan kognitif
Tabel 1. Perbandingan Empat Metode Pembelajaran Kooperatif
STAD
Informasi akademik Informasi akademik Informasi sederhana sederhana akademik komplek dan keterampilan inkuiri
Metode Struktural
Informasi akademik sederhana
Tujuan sosial
Struktur
anggota
Kelompok belajar dan kooperatif
Kelompok belajar terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen
Kelompok belajar dan kooperatif
Kelompok belajar terdiri dari 5-6 anggota yang heterogen dan ada tim ahli (expert team) dan tim biasa (home team)
Kooperatif dalam Kelompok dan kelompok yang keterampilan komplek sosial
Kelompok belajar terdiri dari 5-6
anggota mungkin homogen
Bervariasi, berpasangan, bertiga atau 46 anggota kelompok
Pemilihan materi pelajaran
Tugas utama Siswa dapat menggunakan lembar kerja dan saling membantu dalam memahami materi
Penilaian
Biasanya dilakukan Biasanya dilakukan Biasanya oleh guru oleh guru dilakukan oleh siswa
Biasanya dilakukan oleh guru
Siswa diberi tugas kognitif dan sosial
Tes mingguan
Siswa mendiskusikan materi dalam kelompok ahli (expert team) dan kemudian membantu
Bervariasi, dapat
dengan tes mingguan, peran serta KBM
Siswa dengan keterampilan inkuiri secara lengkap
Setelah selesai materi dan pelaporan, mungkin dengan tes esay
Bervariasi
Penanda
Laporan berkala dan Laporan berkala dan Setelah selesai Bervariasi publisitas lainnya publisitas lainnya materi dan pelaporan, mungkin dengan tes
(Arends, 1998: 323)
13
2. Tipe Jigsaw
Jigsaw adalah bentuk dari instruksi, dimana materi dibagi menjadi
beberapa bagian, biasanya dalam empat bagian, dan didisbrusikan kepada setiap
kelompok
memprestasikan materi dan melengkapi tugasnya (Call, 2005). Dengan demikian
kelompok belajar model jigsaw memberikan kesempatan kepada individual untuk
bertanggung jawab secara pribadi atas materi yang diberikan, serta mengajarkan
kepada rekan kelompoknya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Doing
(2005) bahwa The Jigsaw structure promotes positive independence and also
provides a simple methots to ensure individual accountability.
Hubungan ketergantungan yang saling menguntungkan berarti bahwa
setiap anggota kelompok membutuhkan satu sama lain untuk berhasil dalam
belajar. Hubungan ketergantungan dijadikan unsur utama agar setiap anggota
kelompok mengerti secara spesifik konsep materi. Cara untuk menghasilkan
hubungan ketergantungan yang saling menguntungkan melalui sharing antar
sesama teman dalam kelompok.
Adanya hubungan ketergantungan yang saling menguntungkan menuntut
pertanggungjawaban pribadi. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap materi
yang dibebankan kepadanya untuk kemudian membirikan penjelasan lebih
seksama. Seperti yang dikatakan Doing (2005), bahwa Individual accountability
is common among students who participate in collaborative learning groups.
Maksud yang tersirat dari perkataan tersebut adalah akan merugikan kelompok
model jigsaw jika satu orang saja daria anggota kelompok tidak dapat
memberikan pertanggungjawabannya melalui sumbangsih yang sama banyaknya
dengan anggota yang lain. Sebab metode kelomp[ok belajar jigsaw dibuat untuk
menciptakan kelas yang konsisten melalui pendekatan komunikasi antara rekan
kelompok. Apabila satu anggota kelompok yang berhenti memberikan
sumbangsihnya maka akan menghentikan informasi yang akan penambah
pengetahuan setiap anggota kelompok lainya.
yang
belajar.
Siswa
yang
memiliki
materi
utama,
harus
14
Jadi dapat disimpulkan bahwa model kelompok belajar yang disusun
berdasarkan hubungan antara siswa yang saling mengjuntungkan serta dengan
memberikan tanggung jawab pribadi dinamakan kelompok belajar model Jigsaw.
Dalam kelompok belajar model Jigsaw setiap siswa mendapatkan bagian materi
secara lengkap. Kemudian siswa akan berusaha mencari data-data yang
bersangkutan dengan materi tersebut untuk diajarkan kepada rekan kelompoknya.
a. Sejarah Jigsaw
Jigsaw pertama kali digunakan pada tahun 1971 di Austhin, Texas.
Profesor Aronson dengan murid didiknya menciptakan strategi jigsaw untuk dapat
menolong situasi yang tidak terkendali dalam belajar. Sebab Austin selalu saja
mendiskriminasikan ras dengan memisahkan keturunan kulit putih, keturunan
Samerika. Afrika, dan keturunan Indian, untuk mempertemukan mereka dalam
kelas yang sam (http.History of the Jigsaw Classroom.htp, 3 Pebruari 2005).
Pendekatan jigsaw melibatkan partisipasi aktif individu dan kerja sama
kelompoknya. Dengan menyusun pelajaran sedemikian rupa seningga setiap
anggota kelompok memiliki informasi yang unik dan pengaruh tertentu. Hasil
kelompok tidak akan lengkap bila tanpa masing-msing kelompok melakukan
bagiannya. Hal tersebut diibaratkan sebagai jigsaw puzzle yang tidak lengkap
tanpa setiap kepingan digabungkan (Bropy, 1998).
Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda dan anggota
kelompok lain yang memiliki tugas sama harus bekerjasama untuk menyelesaikan
tugas tersebut dalam suatu kelompok yang disebut kelompok expert. Apabila tugs
setiap siswa telah selesai, mereka kembali ke kelompoknya dan menjelaskan
tugasnya.
Siswa hanya belajar pada bagiannya sendiri, sehingga mereka akan
mendengarkan secara rinci tentang apa yang diterangkan oleh teman
kelompoknya. Mereka akan termotifasi untuk saling belajar, dan selanjutnya
untuk tes individu.
15
b. Langkah-langkah pembentukan kelompok belajar model Jigsaw
Dalam
Depdiknas
pembelajaran model Jigsaw. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Kelompok Kooperatif (awal)
a). Siswa dibagi kedalam kelompok kecil beranggotakan 3-5 orang.
b). Bagikan wacana atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
c). Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau tugas
yang berbeda-beda dan memahami informasi yang ada di dalamnya.
2) Kelompok Ahli
a) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana atau tugas yang
sama dalam satu kelompok sehingga jumlh kelompok ahli sesuai dengan
wacana tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.
b) Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
c) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat
menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana atau tugas yang telah
dipahami kepada kelompok kooperatif.
d) Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-
masing siswa kembali ke kelompok kooperatif (awal).
e) Beri
menyampaikan hasil dari tugas kelompok ahli.
f) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan
masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberikan
klasifikasi.
g) Pada akhir pertemuan siswa diberi tes secara individu.
c. Keunggulan Jigsaw
Aronson 2006 mengungkapkan berapa keunggulan jigsaw antara lain:
1) Banyak pengajar yang menyatakan bahwa jigsaw mudah dipelajari.
2) Banyak pengajar yang lebih menyukai pengajaran dengan jigsaw.
(2004:
19),
diterangkan
mengenai
langkah-langkah
kesempatan
secara
bergiliran
masing-masing
siswa
untuk
16
3) Jigsaw dapat digunakan bersama strategi belajar yang lain.
4) Jigsaw efektif bahkan bila hanya dilakukan satu jam perhari.
5) Jigsaw mudah dilakukan.
d. Masalah Dalam Penggunaan Jigsaw dan Pemecahannya
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif jigsaw didalam kelas tidak
sepenuhnya dapat berjalan mulus. Beberapa masalah mungkin dapat terjadi,
biasanya siswa yang dominan akan berbicara terlalu banyak dan mengontrol
kelompoknya, sementara siswa yang lambat kesulitan untuk memberikan
presentasinya. Masalah juga dapat muncul dari siswa yang pandai yang mungkin
akan merasa bosan dengan anggota kelompok yang lamban. Masalah-masalah ini
sering terjadi meskipun tidak berakibat fatal. Metode jigsaw memberi jalan
tersendiri untuk mengatasi masalah tersebut, bagaimana dijelaskan oleh Aronson
(Aronson,2006).
1). Masalah siswa yang dominan.
Siswa dalam kelas Jigsaw mendapat giliran untuk menjadi pemimpin
diskusi dan mereka akan menyadari bahwa kerja kelompok akan lebih efektif bila
setiap siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan materinya sebelum
dikomentari atau diberi pertanyaan. Hal ini akan meningkatkan ketertarikan pada
kelompok dan mengurangi dominasi.
2). Masalah siswa yang lambat.
Sebelum siswa menampilkan laporannya pada kelompok siswa terlebih
dahulu berdiskusi dengan kelompok ahlinya yang terdiri dari siswa yang hendak
mempersiapkan permasalahan yang sama. setiap siswa akan mendapat
kesempatan untuk mendiskusikan laporan dan memodifikasinya berdasarkan saran
dari kelompok ahlinya. Guru dapat memastikan bahwa apa yang meeka peroleh
dari diskusi ini tepat. Biasanya kelompok dapat mengatasi masalahnya sendiri
sehingga guru tidak diperlukan untuk memonitor lebih dekat.
3). Masalah siswa yang pandai bosan.
Kebosanan bisa jadi merupakan masalah bagi setiap teknik pengajaran.
penelitian menunjukkan bahwa kebosanan dapat dikurangi dengan metode jigsaw.
metode ini menguatkan rasa suka siswa terhadap sekolah baik siswa pandai
17
maupun lambat. Siswa yang pandai akan mendapat giliran untuk memposisikan
diri sebagai pengajar. Hal ini akan memacu mereka untuk lebih giat belajar dan
akhirnya mengurangi rasa bosan mereka (Aronson,2006).
3. Penguasaan Konsep
Penilaian hasil belajar dapat mengungkapkan semua aspek dalam
pembelajaran yaitu aspek kognitif, psikomotorik, afektif. Penilaiaan hasil belajar
dapat terkait dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Pada
umumnya tujuan pembelajaran meliputi pengklasifikasian hasil belajar yang telah
diterapkan oleh Blom pada tahun 1956, yaitu cognitif, affective, dan
psychomotor.
Salah satu penilaian hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melihat
sejauh mana penguassan konsep belajar siswa terhadap materi yang telah
diajarkan oleh guru. Agar tujuan penilaian tersebut tercapai, guru harus
menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar. Menurut Oemar
Hamalik (2002: 162) konsep adalah suatu kelas atau kategori stimulasi yang
memiliki ciri-ciri umum. Stimulasi merupakan obyek-obyek atau orang .
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
penguasaan konsep belajar siswa adalah masuknya informasi atau pesan pada diri
siswa yang relatif lama dan sulit untuk diujbah akibat adanya interaksi dengan
orang lain dan lingkungan. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
Ciri-ciri konsep antara lain: a. Atribut konsep adalah suatu sifat yang
membedakan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya; b. Atibut nilai-
nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut; c. Jumlah atribut
yang bermacam-macam satu konsep dengan konsep lainnya; d. Kedominan
atribut, menunjukan pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan dari
pada yang lainnya (Oemar Hamalik, 2002: 162)
Sistem penilaian yang diharapkan untuk mengukur hasil belajar siswa
menurut
kurikulum
2004
adalah
sistem
penilaian
yang
berkelanjutan.
18
Berkelanjutan berarti semua indikator harus ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum dikuasai
siswa, serta untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa. Untuk itu perlu
dikembangkan berbagai teknik penilaian dan ujian, seperti : pertanyaan lisan,
kuis, ulangan harian, tugas rumah. Penilaian hasil belajar kognitif dapat
digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep terhadap materi pelajaran yang
telah dipelajari.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mengetahui keberhasilan siswa
memahami suatu konsep yaitu : (1) dapat menyebutkan contoh konsep ; (2) dapat
menyatakan ciri-ciri konsep ;(3) dapat memilih dan membedakan antara contoh
dari yang bukan konsep ; (4) dapat memecahkan masalah yang berkenaan dengan
konsep. (Oemar Hamalik, 2002: 166)
4. Kerangka Pemikiran
Metode mengajar mempunyai peran yang sangat penting dalam berhasil
atau tidaknya siswa memperoleh atau menyerap informasi pelajaran yang
diterimanya karena baik tidaknya suatu metode mengajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor, misalnya : faktor masukan (input), proses (Kegiatan Belajar
Mengajar) dan fasilitas. Apabila input berkualitas namun prosese (Kegiatan
Berlajar Mengajar) dan fasilitas penunjang tidak mendukung, maka output belum
tentu berkualitas. Maka input, proses dan fasilitas dalam belajar mengajar sangat
berperan penting dalam menghasilkan output.
Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar biologi masih ada suatu
permasalahan dalam proses yaitu masalah penyampaian materi biologi yang
masih bersifat konvensional yaitu dengan sistem ceramah pada materi pokok
ekosistem jadi siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang diberikan
oleh guru. Sehingga hal tersebut di atas masih memberikan dampak siswa kurang
memahami konsep yang ada. Untuk itu perlu diadakan pembaharuan dalam
pembelajaran terhadap penguasaan konsep yang sudah ada sebelumnya dengan
metode yang inovatif yaitu dengan pendekatan metode pembelajaran kooperatif
model Jigsaw yang bertujuan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dengan
19
menggunakan presentasi kelas yang menarik. Dari metode di atas maka hasil yang
diharapkan adalah penguasaan konsep yang lebih kuat dan dampak output
(keluaran) yang dihasilkan juga lebih berkualitas.
Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dapat dilihat pada bagan
berikut :
20
Proses belajar mengajar di kelas
Metode pembelajaran konvensional dalam pembelajaran biologi (ekosistem)
Pemahaman konsep lemah dan tidak optimal
Peningkatan pemahaman
Penguatan konsep
Perbaikan metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh
Metode pembelajaran kooperatif model jigsaw
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Recommended