View
230
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
METODE KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN
TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA
KARYA ASMA NADIA
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Vitalis Cicik Novika
121224016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
METODE KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN
TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA
KARYA ASMA NADIA
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Vitalis Cicik Novika
121224016
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati, memberi perlindungan,
kekuatan, dan kesabaran untuk saya.
2. Orang tua saya, Bapak Ignasius Sumanto dan Ibu Valentina Eni Indawati.
3. Adik saya, Yustina Mentari Adri Anjani dan Antonius Firmanda Tegar
Hermawan.
4. Serta segenap keluarga saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Mimpi dan rencana hanya akan menjadi bayangan semata, jika tanpa
usaha untuk mewujudkan. Karena sebaik-baiknya mimpi dan rencana adalah
lebih baik tindakan. (Penulis)
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”
(Amsal, 23: 18).
“Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan
diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka
pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima
dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok,
baginya pintu dibukakan” (Lukas 11: 9-10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Novika, Vitalis Cicik. 2016. “Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini menggunakan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, dalam kata-kata atau bahasa yang baik dan benar.
Peneliti menerapkan langkah-langkah metode kontekstual yang digunakan dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia yang terdiri dari (1) membuat sinopsis, (2) mengidentifikasi tokoh dan penokohan, (3) bertanya, (4) diskusi kelompok, (5) pemodelan, (6) refleksi, (7) penilaian autentik. Pada penelitian yang dilakukan, peneliti menganalisis tokoh dan penokohan yang terdapat pada novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Tokoh yang dianalisis dalam penelitian ini ada dua jenis, dari segi peranan (tokoh utama dan tokoh tambahan) dan dari segi fungsi penampilan (tokoh protagonis dan antagonis). Analisis penokohan menggunakan metode tidak langsung terdiri dari: (1) karakterisasi melalui dialog, (2) lokasi dan situasi percakapan, (3) jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, (4) kualitas mental para tokoh, (5) nada, suara, tekanan, dan dialek, (6) karakterisasi melalui tindakan para tokoh. Tokoh utama dalam novel adalah Rara dan Aldo. Tokoh tambahan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia adalah Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah Alia, Umi Alia, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, Salma, Suster, Bi Siti, Simbok, Ratna, Papa Aldo, dan Billy. Dari segi fungsi penampilan, tokoh yang termasuk dalam tokoh protagonis adalah: Rara, Aldo, Ibu, Raga, Nenek, Akbar, Rafi, Yati, Salma, Alia, Adam, Syarif, Simbok, Asih, Abah, Ummi, Bi Siti, Suster, dan Billy. Tokoh yang termasuk tokoh antagonis adalah: Ratna, Andini dan Ibu Yati. Analisis penokohan menggunakan metode tidak langsung menghasilkan gambaran penokohan tokoh yang terlibat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Peneliti menyusun metode kontekstual pembelajaran dalam bentuk silabus dan RPP sebagai acuan dan bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Silabus dan RPP dapat digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi membaca, memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Novika, Vitalis Cicik. 2016. “Contextual Method in Character and Characterization Learning on Novel Rumah Tanpa Jendela Written by Asma Nadia to the First Semester Senior High Schools Students of Class XI”. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
This research examined contextual method in character and characterization learning on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia. This research was aimed to describe contextual method in character and characterization learning on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia to the First Semester Senior High Schools Students of Class XI. The method used in this research was descriptive qualitative approach. Descriptive qualitative approach method was used to describe the character and characterization on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia, in the words or language is good and true.
Reserchers apply the steps used in the contextual method learning character and characterization of the novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia were: (1) making synopsis, (2) identifying of the character and characterization, (3) questioning, (4) learning in groups, (5) modeling, (6) reflection, (7) authentic assessment. On research, researchers analyzed character and characterization on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia. Character analyzed in this research are two type, in terms of the role (the main character and additional figures) and in terms of function appearance (protagonist and antagonist). Characterizations found by the reasearchers examined the indirect method were: (1) characterization through dialogue, (2) the location and situation of the conversation, (3) identity figures targeted by speakers, (4) mental quality leaders (5) tone, sound, pressure, and dialects, (6) characterization through action figures. The main character in the novel is Rara and Aldo. The addtional figures in the novel is Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah Alia, Umi Alia, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, Salma, Suster, Bi Siti, Simbok, Ratna, Papa Aldo, and Billy. In the terms of function appearance, a figure by which included in figures protagonist is Rara, Aldo, Ibu, Raga, Nenek, Akbar, Rafi, Yati, Salma, Alia, Adam, Syarif, Simbok, Asih, Abah, Ummi, Bi Siti, Suster, and Billy. Figure by which included in figures antagonist is Ratna, Andini dan Ibu Yati. Analyzed characterization used the indirect produce picture characterization figures involved on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia.
Researcher arranged contextual method learning in syllabus and lesson plantsused as a reference and materials in literature learning in Senior High Schools class XI semester 1. The syllabus and lesson plantsused could be used to reach the reading competency standard to understand various tales Indonesian/translated novels.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Metode
Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia.
Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat dukungan, doa,
semangat, bimbingan, nasihat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada penulis
agar cepat menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang selalu
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam
menyusun skripsi.
4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang selalu
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam
menyusun skripsi.
5. Seluruh dosen PBSI yang telah membimbing, mendampingi, dan mendidik
penulis selama menempuh perkuliahan.
6. Bapak Robertus Marsidiq, selaku staff sekretariat yang telah memberikan
pelayanan administrasi di Prodi PBSI.
7. Seluruh karyawan dan staf Universitas Sanata Dharma.
8. Orang tua saya, Bapak Ignasius Sumanto dan Ibu Valentina Eni Indawati
yang selalu mendoakan, memberi semangat, memberikan dana dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
MOTO v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
D. Manfaat 5
E. Definisi Istilah 6
F. Sistematika Penyajian 8
BAB II LANDASAN TEORI 9
A. Penelitian yang Relevan 9
B. Landasan Teori 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Metode Kontekstual 12
a. Definisi Metode Kontekstual 12
b. Prinsip Metode Kontekstual 13
c. Komponen Pembelajaran Kontekstual 15
d. Langkah-Langkah Penerapan CTL di Kelas 16
2. Hakikat Novel 22
3. Tokoh 23
4. Penokohan 24
C. Pembelajaran Sastra di SMA 30
1. Silabus 30
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 32
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 33
D. Kerangka Berpikir 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 37
B. Metode Penelitian 37
C. Sumber Data 38
D. Instrumen Penelitian 39
E. Teknik Pengumpulan Data 40
F. Teknik Analisis Data 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42
A. Deskripsi Data 42
B. Pembahasan Metode Kontekstual 43
1. Identifikasi Novel Rumah Tanpa Jendela
Karya Asma Nadia 43
2. Identifikasi Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa
Jendela Karya Asma Nadia 54
a. Identifikasi tokoh Novel Rumah Tanpa Jendela
Karya Asma Nadia 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
b. Identifikasi Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela
Karya Asma Nadia 108
3. Bertanya 192
4. Diskusi Kelompok 192
5. Pemodelan 193
6. Refleksi 196
7. Penilaian Autentik 197
C. Implementasi Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel
Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia 201
1. Silabus 202
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 205
BAB V PENUTUP 226
A. Kesimpulan 226
B. Implikasi 228
C. Saran 228
DAFTAR PUSTAKA 230
LAMPIRAN 232
A. Lampiran kutipan novel Rumah Tanpa Jendela
karya Asma Nadia 233
B. Bab sembilan Belas novel Rumah Tanpa Jendela
karya Asma Nadia 259
BIODATA 273
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kompetensi dasar
membaca novel maupun membaca terjemahan novel merupakan materi
yang wajib dipelajari oleh peserta didik, khususnya pada jenjang SMA
kelas XI semester 1. Materi ini termasuk dalam empat komponen
keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Empat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam membaca novel
memerlukan dua aspek kemampuan. Aspek kemampuan tersebut meliputi
aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra.
Pada dasarnya, proses pengajaran sastra bukanlah hal yang mudah.
Pengetahuan yang dimiliki oleh guru bukan menjadi hal utama suksesnya
pembelajaran sastra ini. Selain memiliki pengetahuan, seorang guru yang
kreatif harus mampu mengembangkan kemampuan mengajar dengan
berbagai metode pembelajaran yang efektif dan efisien yang disesuaikan
dengan tingkat kemampuan peserta didiknya.
Pemilihan pendekatan atau metode pembelajaran yang tepat dapat
menjadi tolok ukur keberhasilan pencapaian pembelajaran sastra. Secara
umum, pendekatan pembelajaran terbagi menjadi dua, yaitu pendekatan
yang berpusat pada siswa (student centered approach) dan pendekatan
yang berpusat pada guru (teacher centered approach). Pendekatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
strategi juga secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap proses
aktivitas peserta didik di kelas, karena pada dasarnya yang terpenting
bukanlah hasil akhir siswa dalam pembelajaran melainkan proses belajar
siswa dalam memahami materi.
Metode kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pembelajaran kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep
pembelajaran dengan mengaitkan antara materi pembelajaran dengan
dunia nyata siswa dengan mendorong siswa agar membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari (Muslich, 2007: 41). Dalam pembelajaran kontekstual, siswa
bukan hanya belajar mengenai materi bahasa dan sastra Indonesia
khususnya novel saja, melainkan siswa dapat mengambil pesan atau
manfaat dari isi novel tersebut untuk kemudian diaplikasikan secara nyata
ke dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Sastra merupakan gambaran dari kehidupan masyarakat yang
dituangkan dalam bentuk tulisan, gerak, maupun simbol tertentu. Karya
sastra diciptakan oleh pengarang bukan hanya untuk dibaca saja,
melainkan digunakan untuk diapresiasi dan dinikmati secara turun
temurun.
Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek
kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Wahyuningtyas &
Santoso, 2011: 47). Novel memiliki unsur pembangun yaitu unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Salah satu unsur intrinsik yang penting dan memengaruhi
jalannya cerita dalam novel yaitu adanya tokoh yang digambarkan atau
diceritakan.
Tokoh dalam novel berkaitan erat dengan penokohan. Tokoh
adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam
berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman via Budianta, 2008: 86),
sedangkan penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau
pelaku (Jauhari, 2013: 161).
Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia memuat cerita
yang sederhana namun mampu menggambarkan situasi kehidupan saat ini.
Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia merupakan salah satu
novel yang sukses menarik banyak pembaca dan dapat menjadi novel yang
layak diperhitungkan. Alasan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia layak diperhitungkan karena isi cerita mengandung fakta berkaitan
dengan kelas sosial dan kelas ekonomi yang terjadi pada masyarakat
sekarang. Melihat tanggapan dan antusias pembaca yang sangat baik
terhadap cerita novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, cerita
dalam novel kemudian di filmkan dengan judul yang sama. Film Rumah
Tanpa Jendela menjadi film terbaik dan memenangkan penghargaan
Festifal Film Indonesia pada tahun 2011, berkat isi ceritanya yang baik
dan memiliki unsur mendidik. Prestasi yang telah diraih oleh novel Rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Tanpa Jendela karya Asma Nadia dapat dijadikan gambaran dan
pertimbangan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran novel.
Ketertarikan peneliti terhadap novel Rumah Tanpa Jendela karya
Asma Nadia di dalam novel ini terdapat unsur yang membangun karya
sastra itu sendiri yaitu unsur tokoh dan penokohan. Selain itu, tindakan
yang dilakukan oleh para tokoh dalam menghadapi berbagai persoalan
kehidupan dapat dijadikan contoh bagi siswa sehingga novel ini dapat
dijadikan sebagai bahan baru dalam pengajaran sastra di SMA kelas XI
semester 1 terutama pada materi ajar tokoh dan penokohan.
Peneliti memilih metode kontekstual dalam menganalisis tokoh
dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia agar siswa
dapat mengaitkan kesesuaian antara penokohan dengan perilaku yang
ditimbulkan. Dengan adanya metode kontekstual ini, peserta didik dapat
belajar memaknai kehidupan dengan membaca novel tersebut kemudian
mengambil nilai yang terkandung untuk diaplikasikan dalam perilaku
sehari-hari. Peneliti melakukan penelitian terhadap novel Rumah Tanpa
Jendela ini dengan berfokus dalam salah satu unsur intrinsik dalam novel
Rumah Tanpa Jendela yaitu tokoh yang berkaitan erat dengan penokohan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini ialah “bagaimana penerapan metode
kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1
dalam bentuk silabus dan RPP?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh
dan penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk
siswa SMA kelas XI semester 1 dalam bentuk silabus dan RPP.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan sumbangan bagi ilmu pembelajaran sastra dan pendidikan
yaitu implementasi metode kontekstual.
2. Memperkaya pemahaman terhadap unsur tokoh dan penokohan novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
3. Memberikan sumbangan berupa referensi bagi peneliti-peneliti yang
akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan pendekatan maupun
objek yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
4. Bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia khususnya, hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk materi pengajaran dan strategi
pengajaran sastra.
5. Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pemahaman peneliti terhadap
strategi pembelajaran dengan menerapkan metode kontekstual dalam
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
E. Definisi Istilah
1. Novel
Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan aspek kehidupan
manusia yang mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan
merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Wahyuningtyas &
Santosa, 2011: 47).
2. Tokoh
Sudjiman via Budianta, dkk (2008: 86) tokoh adalah individu
rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai
peristiwa dalam cerita.
3. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku
(Jauhari, 2013: 161). Penokohan adalah cara pengarang menampilkan
tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161). .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
4. Implementasi
Im-ple-men-ta-si/ n/ pelaksanaan; penerapan (Depdiknas, 2008:
529).
5. Metode Kontekstual
Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning
merupakan suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana
tertentu (Hosnan, 2014: 267).
6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh tiap-tiap satuan
pendidikan/ sekolah (Muslich, 2007: 10).
7. Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan peraturan tentang
implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar,
serta penilaian berbasis kelas (Mulyasa, 2008: 133).
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru ketika
proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP yang ada, baik dibuat
sendiri oleh guru maupun bukan maka RPP dapat membantu
menerapkan pembelajaran secara terprogram (Muslich, 2007: 45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
F. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian penelitian ini terdiri dari lima bagian utama, yaitu:
(1) Pendahuluan. Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan
sistematika penyajian. (2) Landasan teori. Landasan teori terdiri dari penelitian
yang relevan, dan kajian teori. Bab ini akan memuat teori-teori yang digunakan
dalam penelitian ini. (3) Metodologi penelitian. Metodologi penelitian terdiri dari
pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data. (4)
Pembahasan. Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari deskripsi data,
pembahasan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, dan implementasi hasil analisis
pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia untuk siswa SMA kelas XI semeter I yang diaplikasikan dalam silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). (5) Penutup. Penutup terdiri dari
kesimpulan, implementasi dan saran. Kesimpulan diperoleh dari hasil pembahasan
terhadap analisis data. Kesimpulan inilah yang akan menjadi hasil penelitian ini.
Sedangkan, saran diperlukan untuk para peneliti lain yang ingin meneliti dengan
topik yang masih sama yaitu tokoh dan penokohan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan disajikan beberapa teori yang digunakan sebagai
acuan dalam penelitian. Bab ini meliputi tiga komponen penting, yaitu (A)
penelitian yang relevan, (B) landasan teori, serta (C) pembelajaran sastra
di SMA (D) kerangka berpikir.
A. Penelitian Yang Relevan
Peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian
ini. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Erna Lawu Niri dari
Universitas Sanata Dharma dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam
Pembelajaran Alur Novel Manusia Langit Karya Jajang Agus Sonjaya
Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I” (Niri, 2011).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maria Srilestari ini,
mencoba mendeskripsikan tentang bagaimana menemukan alur dalam
novel Manusia Langit karya Jajang Agus Sonjaya melalui pendekatan
kontekstual dan bagaimana implementasinya dalam kegiatan belajar
mengajar untuk siswa jenjang SMA kelas XI semester 1. Penelitian yang
dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti pada bagian
awal penelitian, membuat sinopsis novel terlebih dahulu. Setelah itu,
peneliti memberikan langkah kedua yaitu menentukan tema,
mengidentifikasi unsur alur. Implementasi yang dilakukan oleh peneliti
dalam wujud silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Hasil analisis yang telah dilakukan dalam novel Manusia Langit
karya Jajang Agus Sonjaya sebagai berikut, tema yang ditemukan yaitu
mempertahankan harga diri dan menjunjung nilai kebudayaan. Kemudian
dari segi alur, ditemukan bahwa alur yang digunakan yaitu alur sorot-balik
atau flash back. Hasil analisisnya berimplikasi dalam pembelajaran sastra
dalam bentuk silabus dan RPP.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Herlina, Magister
Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UNS dengan judul
“Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia (Kajian Sosiologi
Sastra, Resepsi Sastra, dan Nilai Pendidikan)” (Herlina, 2013).
Penelitian tersebut mendeskripsikan bagaimana latar belakang
sosial budaya masyarakat pinggiran novel Rumah Tanpa Jendela karya
Asma Nadia, pengaruh latar belakang sosial pengarang terhadap proses
penciptaan novel Rumah tanpa Jendela karya Asma Nadia, hal yang
mempengaruhi latar belakang sosial pengarang terhadap proses penciptaan
novel Rumah Tanpa Jendela, resepsi pembaca novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia, dan nilai pendidikan yang terkandung dalam
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan resepsi sastra. Teknik
pengumpulan data dengan analisis dokumen. Dokumen dalam penelitian
ini adalah Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) latar belakang sosial
budaya yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela tampak pada
seperti kebiasaan-kebiasaan, prilaku, sikap, sopan santun, hubungan
kekerabatan, tampak pada kesempatan memperoleh pendidikan, ajaran-
ajaran tertentu, Sifat kemandirian, (2) hal yang paling mendasar yang
mempengaruh latar belakang sosial pengarang terhadap proses penciptaan
novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia adalah keadaan ekonomi
keluarga pengarang novel ini yang sangat sederhana, permasalahan hidup
yang pernah dialami oleh pengarang, dan keyakinan yang kuat terhadap
agamanya.
(3) Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan
terhadap pembaca novel Rumah Tanpa Jendela, Tanggapan terhadap
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dinilai positif. Sebab
novel ini dapat mampu membawa pengaruh positif dalam diri
pembacanya. (4) nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia yaitu nilai pendidikan agama,
mengajarkan kepada pembacanya agar selalu meminta pertolongan hanya
kepada Allah melalui shalat dan berdoa. Nilai pendidikan sosial,
mengajarkan kepada pembacanya agar mengutamakan gotong royong dan
kepedulian terhadap sesama. Nilai pendidikan adat istiadat mengajarkan
kepada pembacanya, khususnya para orang tua agar tidak memaksakan
kehendaknya. Nilai pendidikan moral mengajarkan kepada pembacanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
agar tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan segala perbuatan kita
jangan sampai merugikan orang lain.
Secara garis besar penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang
berjudul “Metode Kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas
XI semester I” terdapat persamaan dan perbedaan dengan kedua peneliti
terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Erna Lawu Niri
adalah sama-sama menggunakan metode kontekstual, sedangkan
perbedaannya yaitu sumber data (judul novel) serta analisis unsurnya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian kedua yang di lakukan oleh
Herlina adalah objek penelitiannya sama (novel), sedangkan perbedaannya
adalah kajian yang digunakan dalam meneliti.
B. Landasan Teori
1. Metode Kontekstual
a. Definisi Metode Kontekstual
Metode kontekstual atau contextual teaching and learning
merupakan suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana
tertentu (Hosnan, 2014: 267). Metode kontekstual adalah usaha
untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri
tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dalam dunia
nyata (Rusnan, 2012: 187).
Dalam pembelajaran kontekstual, guru mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang ia miliki dalam hal
ini materi yang diberikan oleh guru dengan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Strategi pembelajaran kontekstual yaitu
bahwa materi tidak seluruhnya dari guru. Akan tetapi, siswa
dituntut untuk mencari, melakukan, dan mengalami dari
pembelajaran sastra yang telah dilakukan. Hal tersebut karena pada
dasarnya dalam pembelajaran sastra mengandung pesan yang baik
untuk siswa dalam memecahkan permasalahan yang ia alami dalam
lingkungan keluarga maupun masyarakatnya.
b. Prinsip Metode Kontekstual
Metode kontekstual dalam implementasinya memerlukan
perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip
CTL (Rusman, 2012: 193). Ada tujuh prinsip pembelajaran
kontekstual yang wajib dikembangkan oleh guru, yaitu sebagai
berikut:
1) Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam
CTL yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dalam CTL,
strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan
dibandingkan dengan penekanan terhadap beberapa banyak
pengetahuan yang harus diingat siswa.
2) Menemukan (Inquiry)
Proses ini merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Melalui upaya menemukan akan memberikan
penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan
hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan
hasil penemuan sendiri.
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang dimulai dengan bertanya.
Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru
atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali
informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan
kehidupan nyata.
4) Masyarakat-belajar (Learning Community)
Maksudnya adalah membiasakan siswa untuk melakukan
kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman. Konsep
masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari
hasil kerjasama dengan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
5) Pemodelan (Modeling)
Tahap pemodelan dapat dijadikan alternatif untuk
mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan
siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan
yang dimiliki oleh para guru. Modeling merupakan asas yang
cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling
siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritik-abstrak yang
dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
6) Refleksi (Reflection)
Reflleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja
terjadi atau baru saja dipelajari. Pada saat refleksi, siswa diberi
kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan
menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri
(learning to be). Setiap pengetahuna, sikap dan keterampilan pada
dunia nyata akan diaktualisasikan pada kehidupan selanjutnya yang
telah diinternalisasikan melalui pengalaman sebelumnya.
7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dari
informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap
pengalaman belajar siswa.
c. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Terdapat delapan komponen pembelajaran kontekstual
(Johnson dalam Rusman, 2012: 192) sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1) Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making
meaningful connections)
2) Mengajarkan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing
significant work)
3) Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated
learning)
4) Mengadakan kolaborasi (collaborating)
5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking)
6) Memberikan layanan secara individual (nurturing the
individual)
7) Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high
standards)
8) Menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment).
d. Langkah-langkah Penerapan CTL Di Kelas
Menurut Trianto (2009:111) secara garis besar langkah-
langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut:
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksikan sendiri pengetahuaan dan keterampilan
barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua
topik. Maksudnya adalah siswa
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-
kelompok).
5) Hadirkan model sebagi contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual (CTL) di
atas, dapat dilakukan implementasi metode kontekstual terhadap
proses pembelajaran tokoh dan penokohan sebagai berikut:
1) Membuat Sinopsis
Siswa membuat sinopsis atau ringkasan cerita novel sesuai
dengan pemahaman siswa. Hal ini berkaitan dengan metode
kontekstual dimana siswa berperan aktif sehingga siswa
dapat menghubungkan cerita novel dengan situasi siswa
sehari-hari dan siswa dapat menemukan hasil penemuan
sendiri.
2) Mengidentifikasi unsur tokoh
a) Tokoh
Terdapat dua jenis tokoh menurut peranannya yaitu
tokoh utama dan tokoh tambahan. Langkah-langkah
identifikasi tokoh utama dan tokoh tambahan adalah
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(1) Membaca novel dengan seksama.
(2) Memahami teori definisi tokoh utama dan tokoh
tambahan, kemudian mengartikan atau menangkap
makna sesuai dengan konsep pemahaman siswa
sendiri, selanjutnya menghubungkan definisi
dengan novel.
(3) Menganalisis atau mencari tokoh utama dan tokoh
tambahan dalam novel.
(4) Menemukan tokoh utama dan tokoh tambahan
berdasarkan hasil penemuan sendiri (inquiry).
(5) Mengkomunikasikan hasil temuan.
Berdasarkan fungsi penampilannya, terdapat dua
jenis tokoh yaitu tokoh protagonis dan antragonis.
Langkah-langkah identifikasi tokoh antagonis dan
protagonis adalah sebagai berikut.
(1) Membaca cerita novel dengan seksama dan teliti.
(2) Memahami definisi tokoh protagonis dan tokoh
antagonis, mengartikan definisi dengan sederhana
sesuai dengan pemahaman sendiri.
(3) Mencari dan menganalisis tokoh antagonis dan
protagonis dalam novel berdasarkan konsep
pemahamannya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
(4) Menemukan tokoh antagonis dan protagonis
berdasarkan hasil penemuan sendiri (inquiry).
(5) Mengkomunikasikan hasil temuan.
b) Penokohan
Langkah-langkah menemukan penokohan dalam
novel berdasarkan metode kontekstual adalah sebagai
berikut.
(1) Membaca secara seksama novel dan memahami
isinya.
(2) Memahami teori definsi penokohan yang
diterangkan oleh guru melalui pemahamannya
sendiri secara sederhana.
(3) Mencari dan menganalisis penokohan dalam novel
berdasarkan pemahamannya.
(4) Menemukan penokohan tokoh yang terdapat dalam
novel dan menyusun menggunakan bahasa yang
baik dan benar sesuai dengan pemahaman siswa
(Inquiry).
(5) Mengkomunikasikan hasil analisis atau temuan.
Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual (CTL) itu
pula, dapat dilakukan Implementasi metode kontekstual dalam RPP
pembelajaran unsur tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Jendela karya Asma Nadia pada siswa SMA kelas XI semester I.
Langkah-langkah pembelajaran CTL tersebut adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
Pada langkah awal, siswa secara individu diberikan waktu
untuk mengerjakan tugas membaca novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia dan memahami isi ceritanya,
kemudian siswa menuliskan sinopsis atau ringkasan cerita agar
lebih memahami secara mendalam isi cerita tersebut.
2) Mengidentifikasi unsur tokoh dan penokohan novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia
Pada langkah ketiga, siswa menganalisis unsur tokoh
dan penokohan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam silabus Bahasa
Indonesia pada novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia. Oleh karena itu, siswa diharapkan terlebih dahulu
mengetahui definisi tokoh dan penokohan.
3) Bertanya
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
berkaitan dengan pembelajaran tokoh dan penokohan. Begitu
juga sebaliknya, guru akan memberikan pertanyaan kepada
peserta didik untuk membangkitkan motivasi belajar peserta
didik. Melalui bertanya diharapkan agar siswa mampu
mengaitkan antara analisis tokoh dan penokohan dalam novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dengan kehidupan
siswa sehari-hari.
4) Diskusi kelompok
Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5
orang. Setiap kelompok dibagikan teks bab sembilan belas (19)
dari bacaan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Kemudian siswa mendiskusikan tokoh dan penokohan yang
terdapat pada bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela
karya Asma Nadia. Belajar dalam kelompok akan menambah
pengetahuan peserta didik dalam proses belajar. Kemudian,
siswa melalui perwakilan kelompok menyampaikan hasil
diskusi.
5) Pemodelan
Pada langkah kelima ini, guru menyediakan dan
memberikan contoh atau model sebuah novel yang telah
dianalisis. Contoh yang diberikan kepada peserta didik dapat
menjadi acuan bagi peserta didik untuk menganalisis unsur
tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia.
6) Refleksi
Untuk menguji pemahaman siswa, setelah
pembelajaran akan selesai, siswa membuat catatan kecil
mengenai pemahamannya pada materi yang telah dibahas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
7) Penilaian autentik
Ciri khusus dalam pendekatan kontekstual yaitu
melakukan penilaian autentik. Tujuannya agar guru mengetahu
sejauh mana pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh
peserta didik. Peserta didik akan diuji mengenai
pemahamannya dengan memberikan tugas baru mengenai
pembelajaran menganalisis novel Rumah Tanpa Jendela karya
Asma Nadia.
2. Hakikat Novel
Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek
kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah
dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Wahyuningtyas &
Santoso, 2011: 47). Novel memiliki dua unsur pembangun yaitu unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang berada di
luar karya sastra tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan
atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2007: 23). Unsur-unsur
intrinsik terdiri dari peristiwa, cerita, plot, tokoh, penokohan, tema, latar,
sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa. Unsur ekstrinsik
menurut Wellek & Warren melalui Nurgiantoro (2007: 24) antara lain
subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pandangan hidup yang semuanya itu akan mempengaruhi karya yang
ditulisnya. Dalam hal ini, unsur intrinsik dan ekstrinsik saling berkaitan
guna terciptanya suatu karya sastra berupa novel.
3. Tokoh
Sudjiman via Budianta, dkk (2008: 86) mendefinisikan tokoh
adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam
berbagai peristiwa dalam cerita. Jenis tokoh menurut peranannya terdiri
dari tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan
penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2007: 176-
177). Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai
pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. Tokoh utama dalam novel,
dapat lebih dari satu orang, meskipun kadar keutamaannya tidak sama.
Keutamaan ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan
pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.
Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya
dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam
porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007: 176- 177).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak
dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan
tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung.
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dalam cerita terbagi
atas 2 macam, sebagai berikut.
1) Tokoh Protagonis adalah tokoh yang dikagumi, tokoh yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang
ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis via Nurgiantoro, 2007:
178).
2) Tokoh Antagonis adalah tokoh yang melawan protagonis.
Penyebab terjadinya konflik dalam sebuah novel adalah tokoh
antagonis, kekuatan antagonis, atau keduanya sekaligus
(Nurgiantoro, 2007: 179).
Di dalam penelitian ini akan dibahas mengenai tokoh protagonis
dan antagonis pada bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan.
4. Penokohan
Secara etimologi karakterisasi berasal dari bahasa Inggris
character atau karakter yang berarti watak atau peran. Character atau
karakter bisa juga berarti orang, masyarakat, ras, sikap mental dan
moral, kualitas nalar, orang terkenal, tokoh dalam karya sastra
(Minderop, 2011: 2). Kemudian kata character mendapat tambahan
akhiran –ization yang artinya proses sehingga characterization atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
karakterisasi berarti pemeranan, pelukisan watak. Watak, perwatakan
dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang
ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi
seorang tokoh.
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku
(Jauhari, 2013: 161). Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering
juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk
pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu
dalam sebuah cerita.
Metode penokohan/karakterisasi dalam karya sastra adalah metode
melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi
(Minderop, 2011: 2). Beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh
pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh
(Jauhari, 2013: 161) adalah sebagai berikut.
1) Melukiskan bentuk lahir pelakon (physical description).
2) Melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam
pikirannya (portrayal of thought stream or of conscious thought).
3) Melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-
kejadian (Reaction to events).
4) Pengarang langsung menganalisis watak pelakon (direct author
analysis).
5) Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon (discussion of
environment).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
6) Pengarang melukiskan bagaimana pandangan pelakon lain dalam
suatu cerita terhadap pelaku utama (reaction of other about/to
character).
7) Pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita memperbincangkan
keadaan tokoh utama (conversation of other about character).
Pelukisan atau penggambaran karakter (watak) tokoh, pada
umumnya pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya,
metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing)
(Minderop, 2011: 6).
Metode langsung (telling) dilakukan secara langsung oleh si
pengarang (Minderop, 2011: 6-7). Metode ini biasanya digunakan oleh
kisah-kisah rekaan zaman dahulu sehingga pembaca hanya mengandalkan
penjelasan yang dilakukan pengarang semata. Metode ini mencakup:
(1) Karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh (chararterizkoh,
action through the use of the names). Nama tokoh dalam suatu
karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau
menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam
perwatakan tokoh. Pemberian nama pada tokoh bertujuan
untuk melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya
dengan tokoh yang lain.
(2) Karakterisasi melalui penampilan tokoh (chararterization
through appearance). Dalam karya sastra, penampilan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
memegang peranan penting dengan telaah karakterisasi.
Penampilan tokoh dapat berbentuk apa yang dikenakan dan
bagaimana ekspresinya. Metode perwatakan menggunakan
penampilan tokoh memberikan kebebasan pengarang untuk
mengekspresikan persepsi dan sudut pandangnya.
(3) Karakterisasi melalui tuturan pengarang (chararterization by
the author). Metode ini memberikan tempat yang luas dan
bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan
kisahnya. Pengarang berkomentar tentang watak dan
kepribadian para tokoh sehingga menembus ke dalam pikiran,
perasaan, dan gejolak batin tokoh. Di samping itu, dalam
metode ini pengarang tidak sekadar menggiring perhatian
pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tetapi
juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh
yang dikisahkannya.
Metode tidak langsung adalah metode yang lebih banyak dipilih
penulis modern. Pada metode ini, pembaca harus memahami watak tokoh
dengan melalui dialog dan action mereka (Minderop, 2011: 7-9). Metode
tidak langsung terdiri dari:
1) Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog terdiri atas apa yang
dikatakan penutur, jatidiri penutur, lokasi dan situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
percakapan, jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas
mental para tokoh, nada suara, penekanan, dialek, dan kosa
kata. Melalui dialog yang dilakukan oleh tokoh, maka
pembaca dapat menganalisis dan menarik kesimpulan
berkaitan dengan penokohan/ perwatakan tokoh yang
dimaksud.
2) Lokasi dan situasi percakapan
Lokasi dan situasi percakapan berperan penting
dalam sebuah cerita agar pembaca memiliki gambaran
cerita. Melalui lokasi percakapan, pengarang dapat
menggambarkan suatu keadaan. Melalui situasi
percakapan, pengarang dapat juga menggambarkan watak
para tokoh dalam suatu cerita.
3) Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur
Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain
dalam cerita yang menyampaikan tuturan atau cerita
mengenai tokoh tertentu yang berperan pula dalam cerita
tersebut.
4) Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika
tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain
melalui alunan dan aliran tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
5) Nada, suara, tekanan, dialek
Nada suara jika di ekspresikan baik secara eksplisit
maupun implisit maka dapat memberikan gambaran kepada
pembaca berkaitan dengan watak si tokoh. Penekanan suara
memberikan gambaran penting tentang tokoh karena
memperlihatkan keaslian watak tokoh. Misalnya watak
pemarah, penyabar, dan bijaksana. Selain itu, penekanan
suara juga dapat merefleksikan pendidikan, profesi dan dari
kelas mana si tokoh berasal.
Dialek dan kosa kata dapat memberikan fakta
penting tentang seorang tokoh karena keduanya
memperlihatkan keaslian watak. Bahkan, dapat
Mengungkapkan pendidikan profesi dan status sosial si
tokoh, apakah ia seorang berpendidikan, dari kalangan
tertentu, pekerjaan dan wataknya yang hakiki.
6) Karakterisasi melalui tindakan para tokoh.
Watak tokoh dapat di amati melalui tingkah laku.
Tingkah laku di sini diartikan sebagai tindakan tokoh dalam
cerita. Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi mata uang.
Untuk membangun watak dengan landaasan tingkah laku,
pembaca harus mampu mengamati secara lebih rinci pada
setiap alur peristiwa tersebut. Selain karakterisasi melalui
tindakan para tokoh yang dapat dilakukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
menganalisis watak tokoh yaitu dengan melalui ekspresi
wajah dan motivasi tokoh berperilaku demikian.
Berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan, peneliti
memilih menggunakan metode tidak langsung dalam menganalisis
penokohan/karakterisasi tokoh yang terdapat pada novel Rumah tanpa
Jendela karya Asma Nadia karena sesuai dengan tujuan penelitian.
C. Pembelajaran Sastra di SMA
Hal yang paling mendasar dalam mengolah pembelajaran sastra di
SMA adalah memilih materi yang tepat yang dipadukan dengan
kemampuan guru menggunakan daya kreativitasnya dalam penyampaian
materi. Selain itu, seorang guru memerlukan pegangan berupa rancangan
pembelajaran agar dalam proses pembelajarannya nanti dapat beralur atau
tertata. Rancangan pembalajaran itu berupa Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
1. Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan
ditindaklanjuti oleh masing-masing guru (Muslich, 2007: 24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Muslich (2007: 25—26) mengemukakan prinsip pengembangan
silabus sebagai berikut.
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian
materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual
peserta didik.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang
pencapaian kompetensi dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan
ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomondasikan
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan
yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru ketika
proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP yang ada, baik dibuat
sendiri oleh guru maupun bukan maka RPP dapat membantu menerapkan
pembelajaran secara terprogram. Oleh karena itu, RPP harus mempunyai
daya terap (aplicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat
diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya (Muslich,
2007: 45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Prinsip dalam pengembangan RPP untuk menyukseskan
implementasi dalam kurikulum KTSP (Mulyasa, 2008 :157- 158) adalah
sebagai berikut:
a. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas,
makin konkret kompetensi makin mudah diamati, dan
makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk
membentuk kompetensi tersebut.
b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta
dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi peserta didik.
c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam
RPP harus menunjang dan disesuaikan dengan kompetensi
dasar yang telah ditetapkan.
d. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta
jelas pencapaiannya.
e. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program
disekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan
secara tim (team teaching) atau moving class.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) merupakan
arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menyiapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai acuan
oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (Mulyasa, 2008: 231).
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra Indonesia. untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia (Mulyasa, 2008: 239).
Peneliti menemukan bahwa Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar yang terdapat pada Silabus pelajaran Bahasa Indonesia jenjang
SMA kelas XI semester I sesuai dengan penelitian ini, yaitu sebagai
berikut.
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Jenjang Pendidikan : SMA
Kelas : XI
Semester : 1
No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1 Membaca:
7. Memahami berbagai
hikayat, novel
Indonesia/ novel
terjemahan.
7.2 menganalisis unsur-
unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel
Indonesia/ terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Berdasarkan SK-KD tersebut, peneliti merumuskan
indikator yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu:
1. Mampu menjelaskan pengertian novel.
2. Mampu menjelaskan unsur intrinsik novel yaitu tokoh dan
penokohan.
3. Mampu mengidentifikasi tokoh yang terdapat pada novel.
4. Mampu mengidentifikasi penokohan yang terdapat pada novel.
5. Mampu menganalisis tokoh dalam novel dari segi peranan dan
fungsi penampilan.
6. Mampu menganalisis penokohan dalam novel menggunakan
teori tidak langsung.
7. Mampu menyimpulkan penokohan yang terdapat pada novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
D. Kerangka Berpikir
Kemampuan gurumenyesuaikan tujuan, bahan, dan metode pembelajaran yang digunakan.
Unsur intrinsik novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia
Guru
Bahan
Metodekontekstual
Analisis tokoh dilihat dari segi peranan dan fungsi penampilan.
Analisis penokohan menggunakan metode tidak langsung yang terdiri dari 6 langkah.
Pembelajaran sastra SMA kelas XI semester 1
Silabus
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siswa berperan aktif dalam belajar, menemukan jawaban setiap persoalan, mengaplikasikan hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari hari.
Peserta didik dapat mengerti materi ajar, belajar lebih aktif, dan mampu mengambil manfaat dari pembelajaran dalam kehidupan nyata.
Cara tokoh menghadapi berbagai situasi kehidupan dalam novel mampu menjadi contoh nyata yang baik bagi peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul Metode Kontekstual dalam Pembelajaran
Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia
Untuk SMA Kelas XI Semester 1 menggunakan metode kontekstual.
Melalui metode kontekstual, diharapkan memberikan ide baru baik bagi
guru maupun peserta didik dalam menganalisis tokoh dan penokohan yang
terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia. Selain
itu, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan
prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau
cara kuantifikasi lainnya (Moleong, 2006:6). Tujuan dalam penelitian
kualitatif adalah untuk menganalisis yang diteliti agar diperoleh informasi
mengenai perilaku mereka, perasaannya, keyakinan ide, bentuk pemikiran,
serta dapat menghasilkan sebuah teori (Syamsuddin, 2007:74).
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
deskriptif. Metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau sebagaimana adanya (Hadari, 2005: 73). Karena metode yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
digunakan adalah metode deskriptif, penelitian ini mendeskripsikan tokoh
dan penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya
Asma Nadia.
C. Sumber Data
Data penelitian yaitu bahan jadi (lawan dari bahan mentah). Data
dalam penelitian ini berupa percakapan (Sudaryanto melalui Mahsun,
2007: 18). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu
sumber data utama dan sumber data penunjang. Sumber data penunjang
dalam hal ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan pembelajaran
kontekstual, tokoh, serta perwatakan. Sedangkan, sumber data utama yaitu
sumber dimana didapatkannya informasi dari data yang diteliti. Dalam hal
ini, sumber data utamanya adalah metode kontekstual dalam pembelajaran
tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia
untuk siswa SMA kelas XI semester 1. Berikut ini merupakan klasifikasi
dari data utama:
Judul Novel : Rumah Tanpa Jendela
Pengarang : Asma Nadia
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Tahun Terbit : Januari 2011
Kota : Jakarta
Halaman : 188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat sebagai pengumpul data. Instrumen
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti bertindak sebagai alat
pengumpul data.
Menurut Moleong (2006: 169), ciri peneliti sebagai alat pengumpul
data mencakup beberapa segi. Segi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Responsif maksudnya peneliti bersifat interaktif terhadap orang dan
lingkungannya.
2. Dapat menyesuaikan diri maksudnya sikap menyesuaikan terhadap
keadaan dan situasi pengumulan data.
3. Menekankan keutuhan maksudnya peneliti berkepentingan dengan
konteks dalam keadaan utuh.
4. Mendasarkan diri atas pengetahuan maksudnya ialah peneliti sebagai
pengumpul data dengan menggunakan berbagai metode, tentu saja
sudah membekali pengetahuan dan mungkin latihan-latihan yang
diperlukan.
5. Memproses secepatnya maksudnya peneliti setelah mendapatkan
data segera diproses secepatnya.
6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan
mengiktisarkan maksudnya peneliti mempunyai kemampuan lebih
dalam, menghaluskan, ataupun menguji silang informasi yang
mulanya meragukan baginya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan dan
mengolah informasi yaitu teknik baca dan catat. Pada tahap awal, peneliti
membaca beberapa teori yang berkaitan dengan metode kontekstual
kemudian menerapkannya dalam pembelajaran tokoh dan penokohan
novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia. Selain itu, untuk
memahami isi cerita novel Rumah Tanpa Jendela, peneliti membaca
keseluruhan cerita. Teknik catat digunakan oleh peneliti untuk mencatat
kutipan dialog yang sekiranya dapat menunjukkan gambaran penokohan
setiap tokoh dalam novel tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif. Analisis
deskriptif yaitu analisis dengan merinci dan menjelaskan secara panjang
lebar keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat (Nurastuti, 2007:
130). Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data dengan teknik baca catat. Bagian yang akan
dideskripsikan dalam penelitian ini merupakan salah satu unsur intrinsik
yaitu unsur tokoh yang berkaitan erat dengan penokohan.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis
tokoh dan penokohan adalah sebagai berikut:
1. Peneliti membaca dengan seksama dan secara keseluruhan
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Peneliti menandai nama-nama tokoh yang terdapat dalam novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
3. Peneliti mencatat nama-nama tokoh yang terdapat dalam novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
4. Peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi peranannya
yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
5. Peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya
yaitu tokoh antagonis dan protagonis.
6. Peneliti menganalisis penokohan masing-masing tokoh
menggunakan teori tidak langsung dengan mencatat setiap
dialog yang dapat melukiskan watak tokoh yang terdapat dalam
setiap bab novel yang diperankan oleh masing-masing tokoh.
7. Peneliti merelevansikan novel Rumah Tanpa Jendela ke dalam
pembelajaran sastra di SMA dalam bentuk Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
8. Peneliti menyajikan data dalam bentuk laporan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini akan dikemukakan data metode kontekstual dalam
pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya
Asma Nadia. Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia ini terdiri
dari dua puluh satu bab. Dalam bab-bab tersebut menggunakan judul
kecil tertentu dan menggunakan numerik/angka. Dari dua puluh satu
bab tersebut, peneliti menganalisis tokoh dan penokohan yang terlibat
dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia kemudian
mengimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI
semester 1 melalui silabus dan RPP.
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam membuat pengajaran
sastra ini adalah metode kontekstual. Metode kontekstual dapat membuat
proses pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa. Hal tersebut
dikarenakan melalui metode kontekstual proses pembelajaran dilakukan
tidak dengan monoton, akan tetapi membutuhkan peran aktif siswa dalam
belajar. Melalui metode kontekstual ini, siswa bukan hanya belajar teori
melainkan siswa juga dapat menerapkannya dalam kehidupan siswa
sehari-hari sehingga siswa akan lebih termotivasi ketika belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
B. Pembahasan Metode Kontekstual
Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual dapat dilakukan
pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela
karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester I. Langkah-
langkah tersebut sebagai berikut:
1. Identifikasi novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
Pada tahap awal ini, siswa membaca secara seksama novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dan memahami isi
ceritanya. Kemudian, siswa membuat sinopsis atau ringkasan cerita
dengan tujuan agar siswa lebih memahami secara mendalam isi
ceritanya. Berikut ini sinopsis setiap bab novel Rumah Tanpa Jendela
karya Asma Nadia.
(1) Bab satu
Rara, seorang gadis kecil yang memiliki cita-cita sederhana
yaitu menginginkan jendela bagi rumahnya yang kecil. Tidak banyak
yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan jendela selain berdoa dan
meminta kepada Bapak serta Ibunya. Selain impian memiliki jendela,
Rara sangat menginginkan sang Ibu sehat lagi sehingga dapat
melihatnya tersenyum penuh kasih padanya.
(2) Bab dua
Rara tidak pernah menghentikan impiannya. melalui
imajinasinya ia terus membiarkan angannya memiliki jendela
terpelihara. Teman-teman Rara selalu mengejek impiannya, tetapi ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
tidak pernah putus asa karena selalu ada Ibu, Simbok, serta Bude Asih
yang tidak pernah melarangnya bermimpi dan ada Bapak yang selalu
memberinya nasihat.
(3) Bab tiga
Rara merasa lebih beruntung daripada teman sebaya di sekitar
rumahnya. Ia satu-satunya anak yang tidak pernah dipukul orang
tuanya berbeda dengan teman-temannya yang lain. Rara terus
membayangkan suatu saat memiliki jendela dan hidup di rumah yang
nyaman.
(4) Bab empat
Alia adalah guru sukarelawan yang memiliki budi baik
memberikan sekolah gratis di lingkungan Rara tinggal. Akan tetapi,
gejolak dalam hatinya muncul manakala orang tuanya melarangnya
mengajar dan memintanya untuk segera menikah dengan laki-laki
pilihan Abah (Bapak Alia).
(5) Bab lima
Rara merasa sangat bahagia karena akan memiliki seorang
adik. Akan tetapi, kebahagiaan yang belum sempat ia rasakan itu tiba-
tiba lenyap ketika sang Ibu terpeleset di rumahnya yang
mengakibatkan sang Ibu dan calon adiknya meninggal dunia. Setelah
sang Ibu meninggal, Rara tinggal bersama Bapak, Bude Asih dan
Simbok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
(6) Bab enam
Selepas kepergian sang Ibu, Rara masih belum merasakan
warna hidupnya. Ada satu hal yang baru dimengerti oleh Rara
mengapa Bapak tidak suka dengan Bude Asih, ternyata Bude Asih
adalah pelacur. Raga menyimpan kebencian terhadap Bude Asih
hingga membuat Bude Asih pergi dari rumah.
(7) Bab tujuh
Bu Alia, seorang guru cantik yang mengajari Rara dan teman-
temannya secara sukarela. Rara sangat menyukai sosok Bu Alia. Di
mata Rara, Bu Alia adalah sosok yang sempurna, cantik, baik, dan
pintar. Rara merasa bersyukur karena dapat bersekolah meskipun
usianya sudah terlambat.
(8) Bab delapan
Rara bertemu dengan teman barunya di sebuah sanggar lukis
ketika Rara bekerja mengojek payung. Sahabat barunya adalah Aldo,
anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, Rara tak pernah memilih
dalam berteman. Pada saat mengojek payung, Rara tertabrak mobil
lalu di bawa oleh Aldo dan neneknya ke rumah sakit.
(9) Bab sembilan
Adam adalah kakak Aldo. Adam menyukai guru Rara yang
bernama Alia. Adam membuat beberapa puisi untuk Alia. Alia mulai
tertarik, namun tidak mau memberi harapan lebih kepada Adam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
karena ia harus menghibur Rara yang terkena kecelakaan dan Alia
sudah dijodohkan oleh lelaki pilihan orang tuanya..
(10) Bab sepuluh
Bapak Rara membuat gambar di tembok tipleks rumahnya.
Gambar itu adalah gambar jendela. Bapaknya berusaha memberikan
kejutan kepada anaknya yang selalu merengek meminta jendela. Akan
tetapi, setelah Bapak menunjukkan pada Rara, justru Rara menangis
karena kecewa. Setelah kejadian itu, Bapaknya mengukir mimpi
anaknya di hatinya.
(11) Bab sebelas
Rara kini tidak sendiri dalam menggapai mimpinya. Teman-
temannya mulai menyadari pentingnya memiliki jendela. Rara telah
memberikan pengaruh pada anak-anak lain. Ia terus ingat nasihat sang
Ibu dan juga nasihat Bu Alia untuk selalu berdoa.
(12) Bab dua belas
Andini adalah kakak kedua Aldo. Andini merayakan ulang
tahunnya yang ke-17 di salah satu kafe. Aldo dan sang Nenek
berinisiatif mengundang Rara dan teman-temannya untuk menghadiri
dan meramaikan acara ulang tahun Andini. Adam, kakak tertua Aldo
mendukung rencana itu. Tibalah saat di mana mereka tampil di acara
ulang tahun Andini, akan tetapi hal ini justru membuat Andini malu.
Andini menangis dan merasa pestanya telah gagal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(13) Bab tiga belas
Rara teringat satu hal yang terjadi sore itu, Simbok
membantunya menyiapkan segala sesuatu untuk menghadiri acara
ulang tahun Andini. Sepulang dari acara Andini, Rara harus melihat
kenyataan rumahnya terbakar. Rara takut, Bapak dan Simbok tak
ditemukan.
(14) Bab empat belas
Rara masih berusaha mencari keberadaan Bapak dan Simbok,
akan tetapi mereka tidak ditemukan. Di waktu kejadian, Bapak Rara
yang baru saja pulang bekerja membawa jendela untuk sang anak
merasa terkejut melihat rumahnya terbakar. Ia lantas berlari ke dalam
dan menyelamatkan Simbok. Akan tetapi, ketika hendak keluar dari
rumah mereka, Raga yang sedang memapah Simbok tertimpa
reruntuhan kayu yang terbakar.
(15) Bab lima belas
Kabar berdatangan mengenai penyebab kebakaran terjadi.
Akan tetapi hal itu tidak dihiraukan Rara, yang ia tahu sekarang ia
telah kehilangan Bapaknya. Bapaknya meninggal dalam kebakaran itu
dan Simbok terbaring lemah di rumah sakit. Rara menyesal mengapa
di waktu kejadian, ia tak dapat menemukan Bapak dan Simbok yang
dibawa ambulan. Setelah itu, ia melihat kembali rumahnya yang
terbakar. Ia menemukan sebuah jendela, jendela dari Bapak untuknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
(16) Bab enam belas
Aldo bertemu Billy, teman laki-laki kakaknya Andini di
rumahnya. Aldo berbicara dan bercengkrama dengan Billy, tetapi
setelah Andini melihatnya ia justru marah dan malu kepada Billy.
Malu karena Andini memiliki adik seperti Aldo. Bukan Andini saja
yang mengabaikan Aldo, Papa dan Mama Aldo juga tidak
memperhatikan Aldo. Berbeda dengan Adam yang begitu menyayangi
sang adik. Andini melontarkan kekesalannya kepada Aldo. Awalnya
Aldo tak mengerti apa yang dikatakan Andini. Namun, semakin lama
Aldo semakin mengerti.
(17) Bab tujuh belas
Rara menunggu Simbok yang terbaring di rumah sakit. Teman-
teman Rara dan Bu Alia terkadang datang menjenguk dan menguatkan
Rara. Rara terus berdoa demi kesehatan satu-satunya anggota keluarga
yang Rara punyai itu. Suatu malam ketika Rara mengambil wudhu ia
terkejut melihat Aldo datang sendirian.
(18) Bab delapan belas
Nenek mencari Aldo yang hilang. Mama dan Papa Aldo panik
mendengar sang anak hilang. Mereka teringat ketika mereka malu
akan tingkah Aldo di hadapan teman-teman mereka. Hanya Adam
yang menganggap Aldo ada. Andini merasa bersalah atas hilangnya
Aldo. Andini mencari Aldo ditemani oleh Billy. Di perjalanan, Billy
menceritakan kisah saudaranya yang memiliki penyakit serupa dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Aldo yang kini sudah tiada. Cerita itu membuat Andini tersadar, apa
yang dilakukan selama ini adalah salah.
(19) Bab sembilan belas
Aldo mengajak Rara pergi, sedangkan Rara masih tidak
mengerti atas sikap Aldo. Aldo menitikkan air mata dan mengucapkan
terima kasih kepada Rara, seseorang yang tulus menganggapnya
sebagai seorang sahabat. Adam masih mencari Aldo, mencari di
rumah sakit, rumah teman-teman Rara kemudian mencari di rumah Bu
Alia. Alia kaget mendengar mereka hilang, ia meminta izin kepada
Abah untuk mencari mereka. Abah tidak mengizinkan, akan tetapi
Ummi membujuk Abah. Di rumah Aldo, Nenek dan Mama serta Papa
Aldo shalat berjamaah memohon keselamatan Aldo.
(20) Bab dua puluh
Mama dan Papa Aldo masih meratapi kepergian sang anak.
Mereka menyesali apa yang mereka lakukan pada Aldo. Ketika subuh
tiba, mereka melakukan shalat berjamaah kembali. Di tempat lain,
Rara dan Aldo berlari dengan napas tersengal karena di kejar orang
gila. Ketika mereka hendak di tangkap oleh orang gila itu, satu hal
yang tak disangka terjadi.
(21) Bab dua puluh satu
Adam dan Bu Alia telah menyelamatkan Aldo dan Rara. Adam
dan Alia saling melemparkan senyuman. Setelah kejadian Aldo pergi
dari rumah, keluarga Aldo kini bersikap baik terhadapnya. Ratna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
memutuskan untuk menjaga Aldo di rumah dan melakukan bisnis
melalui akun sosial media berkat saran Andini. Diterimanya Aldo di
keluarganya membuat Rara ikut merasakan kebahagiaan. Kini,
kebahagiaan Rara bertambah lagi. Simbok telah sehat dan kini Rara
tinggal di rumah Villa milik keluarga Aldo dan Rara dapat bersekolah
dengan biaya dari orang tua Aldo. Bude Asih juga ikut tinggal
bersama mereka dan memutuskan meninggalkan dunia gelapnya
setelah mengetrahui Raga meninggal dan Simbok sakit. Rara tidak
pernah lupa mengirim doa untuk kedua orang tuanya. Impian Rara
telah terwujud, ia telah memiliki banyak jendela di rumahnya.
Sinopsis atau ringkasan novel Rumah Tanpa Jendela karya
Asma Nadia secara keseluruhan adalah sebagai berikut.
Rara adalah seorang gadis kecil yang sangat periang dan baik
hati. Rara tinggal dalam rumah tak berjendela di sebuah
perkampungan kumuh di Jakarta. Ia sangat ingin mempunyai jendela
di rumahnya yang kecil berdinding tripleks. Tidak banyak
keinginannya, cukup satu jendela saja agar dari dalam rumah tiap
malam ia dapat melihat keindahan bulan, melihat senyum matahari,
melihat kupu-kupu dan ramainya rintik hujan.
Rara kecil tinggal bersama dengan Bapak dan Ibunya.
Bapaknya Raga yang bekerja sebagai pemulung dan penjual ikan hias,
tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
selembar daun jendela dan kusennya saja. Sampai suatu ketika Rara
merasa sangat bahagia karena hendak memiliki adik, akan tetapi
Tuhan berkehendak lain. Ibu Rara yang sedang hamil terpeleset di
kamar mandi dan meninggal dunia. Selepas Ibu dan calon adiknya
meninggal, Rara tinggal dengan Bapak, Nenek dan Budenya. Bude
Rara bernama Asih, ia tidak tahu jika budenya bekerja secara tidak
halal, Mbok dan Raga tidak suka dengan pekerjaan Asih tersebut.
Raga tidak suka Asih tinggal bersama mereka, sehingga Asih
memutuskan untuk pergi dari rumah Raga.
Rara tetap merajut mimpinya, melalui imajinasi dan gambar-
gambar rumah berjendela sederhana yang ia buat. Ia hanya ingin
melalui jendela, melihat burung-burung yang berkicau di pagi hari,
hujan yang turun atau sekedar menikmati sinar mentari pagi yang
menyentuh wajahnya. Bersama teman-temannya sesama anak
pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang
hujan, Rara sekolah di tempat sederhana khususnya untuk anak
jalanan. Bangunan sekolah tersebut hanya berdinding tepas setinggi
1,5 meter dan beratap seng bekas. Bu Alia satu-satunya pengajar
sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak- anak
pemulung tersebut .
Di tempat lain, di perumahan mewah Kota Jakarta adalah Aldo
anak lelaki berusia 10 tahun yang sedikit terbelakang mental,
merindukan kehangatan keluarga di tengah keluarganya yang sibuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dengan urusanya masing-masing. Aldo tidak memiliki sahabat,
sehingga ia juga memerlukan uluran tangan sahabat yang tulus. Ia
anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri dan Nyonya Ratna.
Kakak tertua Aldo bernama Adam berusia 23 tahun adalah seorang
vokalis sekaligus pemimpin dalam group bandnya sedangkan kakak
keduanya Andini, seorang gadis cantik berusia 17 tahun yang malu
mempunyai adik seperti Aldo. Kehadiran Nenek, Ibunya Pak Syahri
yang baru datang dari Medan dan kini menetap dirumah Pak Syahri,
menjadi penghiburan untuk Aldo.
Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek
payung dan terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab,
bahkan Rara dan beberapa anak pemulung lainnya jadi sering bermain
ke rumah Aldo. Ratna dan Andini terganggu dengan kehadiran
teman-teman baru Aldo, namun karena Pak Syahri mengizinkan
mereka tidak bisa melarang Aldo.
Suatu hari Andini merayakan ulang tahunnya yang ke-17 di
gedung, ia mendapat kejutan berupa pertujukan tari dan nyanyi dari
Aldo, Nenek Aisyah, Rara serta teman-teman pemulungnya.
Bukannya senang, Andini marah besar karena ia merasa Aldo telah
mempermalukannya di depan umum. Andini tidak suka karena
menurutnya semua orang jadi tahu kalau ia punya adik yang cacat!
sementara itu, di perkampungan kumuh tempat Rara tinggal terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kebakaran yang mengakibatkan Bapaknya meninggal dan Neneknya
(Simbok) koma. Rara sangat sedih dan terpukul dengan kejadian itu.
Andini penyebab Aldo pergi dari rumah. Aldo merasa kecewa
dengan sikap kakaknya yang terang- terangan merasa malu memiliki
adik seperti dirinya. Aldo pergi ke rumah sakit tempat di mana
Simbok dirawat. Ketika Aldo melihat Abangnya Adam mencarinya
hingga ke rumah sakit, Aldo akhirnya pergi dari rumah sakit di temani
oleh Rara. Rara yang bingung atas sikap Aldo tanpa sadar ikut
menemani Aldo pergi. Semuanya sibuk mencari, mereka bingung
mencari Aldo karena Rara juga tidak ada di rumah sakit.
Aldo tetap tidak mau pulang walaupun Rara sudah berusaha
membujuknya. Hari semakin larut dan hujan turun, mereka
kelaparan. Rara meminjam payung kepada penjual makanan untuk
digunakan mengojek payung agar dapat membeli makanan. Rara dan
Aldo dikejar oleh orang gila, untung saja Bu Alia dan Adam
menemukan mereka di waktu yang tepat. Setelah kejadian Aldo pergi
dari rumah, keluarga kini lebih memperhatikan Aldo. Andini tidak
malu memiliki adik seperti Aldo, justru Andini sadar dan sangat
sayang kepada Aldo.
Simbok telah sadar dari komanya, hati Rara sangat gembira. Rara
dan Neneknya tidak ada tempat tinggal, maka Ayah Aldo meminta
mereka tinggal di sebuah Villa milik keluarga Aldo. Rara dan teman-
teman pemulungnya di sekolahkan. Aldo sering berkunjung dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
bermain kesana. Rara telah mengubur mimpinya untuk mempunyai
jendela, karena di Villa tersebut banyak sekali jendela sehingga dapat
memandangi lingkungan sekitar yang indah. Ketika Bude Asih
mendengar Raga telah meninggal ia memutuskan untuk berhenti
bekerja sebagai PSK dan menemani Rara dan Simbok tinggal di Villa.
2. Identifikasi Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya
Asma Nadia
Peserta didik diharapkan mampu menganalisis tokoh dan
penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
yang terdapat pada silabus bahasa Indonesia untuk SMA kelas XI
semester I.
a. Tokoh
Peserta didik diminta menemukan tokoh dalam novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia di lihat dari segi peranannya.
Tokoh terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama (sentral), dan
tokoh bawahan. Peserta didik akan menganalisis tokoh berdasarkan
utama dan tokoh tambahan (tokoh dari segi peranannya) dengan
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007:
176— 177). Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk
menganalisis tokoh adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
(1) Membaca novel dengan seksama.
(2) Memahami definisi tokoh utama dan tokoh tambahan.
(3) Menganalisis atau mencari tokoh utama dan tokoh
tambahan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia.
(4) Menemukan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
(5) Menyusun dalam bentuk laporan.
Dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia ini,
peneliti menemukan tokoh utama dan tokoh tambahan yang sangat
berperan penting dalam jalannya cerita.
(1) Tokoh utama (sentral)
Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan
(Nurgiyantoro, 2007: 176—177). Tokoh utama sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir
sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. Kehadiran tokoh
utama (sentral) lebih dominan daripada tokoh lain serta menjadi pusat
perhatian bagi pembaca.
Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, tokoh
utama atau tokoh sentralnya adalah Rara dan Aldo. Rara disebut
sebaga tokoh sentral dikarenakan setiap kejadian atau peristiwa yang
diangkat baik secara langsung maupun tidak langsung menceritakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kehidupan kedua tokoh tersebut, sedangkan tokoh Aldo disebut
sebagai tokoh sentral karena tokoh Aldo juga banyak diceritakan,
banyak berhubungan dengan Rara, mempengaruhi perkembangan plot,
bahkan perwujudan mimpi oleh tokoh Rara tokoh Aldo yang
mewujudkan.
(2) Tokoh bawahan/tambahan
Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang
hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun
dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007:
176— 177). Tokoh bawahan juga sering disebut sebagai tokoh
tambahan. Disebut sebagai tokoh tambahan karena kedudukannya
tidak sentral, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung
tokoh utama.
Tokoh bawahan yang ditemukan dalam novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia adalah: Ibu, Raga, Rafi, Akbar,
Alia, Abah, Ummi, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam,
Andini, Salma, Suster, Bi siti, Simbok, Ratna, Syafri, dan Billy.
(3) Tokoh Berdasarkan Fungsi Penampilan
Peserta didik diminta menemukan sifat tokoh dalam novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia berdasarkan fungsi
penampilannya.
Berdasarkan fungsi penampilannya, tokoh dalam cerita
terbagi dua macam yaitu tokoh protagonis dan antagonis. Peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
didik akan menganalisis tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
Peserta didik menganalisis tokoh protagonis dan tokoh antagonis
dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurgiantoro
(2007: 178—179).
Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis
tokoh berdasarkan fungsi penampilan adalah sebagai berikut.
(1) Membaca novel dengan seksama.
(2) Memahami definisi tokoh antagonis dan tokoh
protagonis.
(3) Menganalisis tokoh antagonis dan tokoh protagonis
dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia.
(4) Menemukan tokoh antagonis dan protagonis dalam
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
(5) Menyajikan dalam bentuk laporan.
Peneliti menganalisis tokoh dari segi fungsi penampilan
setiap bab novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Hasil
analisis tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bab Satu
Pada bab satu dengan sub judul pada novel: gadis kecil dan
doanya, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilan. Hasil analisis sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (1—2) oleh tokoh Rara,
peneliti menemukan bahwa sifat Rara berdasarkan fungsi
penampilannya adalah tokoh protagonis. Ini dibuktikan dengan
kebaikan hatinya pada harapan kesembuhan ibunya serta impian
baiknya memiliki jendela dengan tetap berdoa kepada Tuhan.
(2) Ibu
Kutipan novel (3), menggambarkan bahwa tokoh Ibu
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis Tokoh
Ibu muncul untuk mengatasi persoalan anaknya dalam bermimpi
dengan berdoa.
2. Bab dua
Pada bab dua dengan sub judul novel: perjalanan mimpi
teman kecil, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (4— 6), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Kutipan novel (4&5), pembaca dapat melihat nilai
kebaikan seperti layaknya seorang anak baik hati yang mengikuti
apa nasihat yang diberikan oleh orang tuanya. Pada kutipan novel
(6), Rara juga mampu membuat orang tuanya selalu bangga dengan
mimpinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(2) Ibu
Berdasarkan kutipan novel (7—9), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Ibu berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Ibu baik hati selalu mendorong anaknya untuk tetap
bermimpi dan tidak mematahkan impian sang anak. Tokoh Ibu
selalu menasihati sang anak agar berani mengahadapi ketakutan.
(3) Raga
Berdasarkan kutipan novel (10— 12) dapat disimpulkan
bahwa tokoh Raga memiliki sifat Protagonis. Hal ini dibuktikan
dengan caranya menunjukkan kasih sayang kepada Rara serta
nasihat lembut yang diberikan kepada anaknya guna membangun
anaknya agar lebih berani melawan rasa takut.
(4) Rafi
Berdasarkan kutipan novel (13 & 14), dapat disimpulkan
bahwa Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Rafi seorang penakut, tetapi ia justru berusaha untuk
tidak membuat teman-temannya takut dengan membuat lelucon
agar teman-temannya tertawa karena merasa salah sangka atas apa
yang terjadi padanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3. Bab tiga
Pada bab tiga dengan sub judul novel: perjalanan mimpi
teman-teman kecil, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Kutipan novel (15 & 16), menunjukkan bahwa tokoh Rara
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis.
Kutipan tersebut, memberikan gambaran kepada pembaca bahwa
tokoh Rara mempunyai nilai optimis. Optimis mengenai mimpinya
memiliki jendela di rumahnya dengan berbagai keterbatasan yang
ada sehingga dapat membuat pembaca tersentuh sehingga tokoh
Rara layak di sebut tokoh protagonis.
(2) Akbar
Berdasarkan kutipan novel (17-18), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah
tokoh protagonis. Akbar sering menerima perlakuan fisik dari
bapaknya sampai mengalami luka lebam, tetapi hal ini tidak
menjadi beban bagi Akbar. Akbar tidak dendam atas apa yang
dilakukan oleh bapaknya.
(3) Yati
Pada kutipan novel (19), dapat disimpulkan bahwa tokoh
Yati berdasakan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis.
Tokoh Yati digambarkan sebagai tokoh yang sabar menghadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
perlakuan Ibunya, ia tidak pernah terlihat menjadikan itu sebagai
beban hidupnya. Yati tidak menaruh dendam atas apa yang
dilakukan ibunya terhadapnya.
(4) Rafi
Berdasarkan kutipan novel (20 & 21), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Rafi memiliki nilai kesabaran, ia tidak pernah marah
dan selalu tersenyum ketika teman-temannya menggodanya
meskipun tak mudah baginya mengulang-ulang kalimat karena
keterbatasannya.
(5) Ibu
Berdasarkan kutipan novel (22— 24), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Ibu berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Ibu memiliki nilai keimanan yang tinggi. Ibu selalu
menasihati anaknya untuk selalu berdoa kepada Tuhan.
4. Bab empat
Pada bab empat dengan sub judul novel: seorang gadis dan
pernikahan, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Alia
Berdasarkan kutipan novel (25— 29), peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh Alia berdasarkan fungsi
penampilannya adalah tokoh protagonis. Hal ini dapat kita lihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
melalui kutipan novel (25 & 26), ketika hendak dijodohkan oleh
orang tuanya, ia tak kuasa menolak meski dalam hati kecilnya tidak
menginginkan perjodohan terjadi.
Pada kutipan novel (27— 29), menunjukkan bahwa Alia
memiliki sifat mulia. Ia rela mengajar anak-anak di kampung
kumuh tanpa biaya sedikitpun.
(2) Abah
Berdasarkan kutipan novel (30 & 31), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Abah berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
antagonis. Abah selalu memaksakan kehendaknya kepada anaknya.
Konflik batin Alia timbul karena tokoh Abah selalu menentang
keinginan Alia dan cenderung egois dalam menentukan pilihan
hidup anaknya.
(3) Ummi
Berdasarkan kutipan novel (32 & 33), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Ummi berdasarkan fungsi penampilannya adalah
tokoh antagonis. Tokoh Ummi cenderung egois dan konflik yang
terjadi pada batin Alia dikarenakan Ummi memaksakan
kehendaknya kepada Alia.
5. Bab lima
Pada bab lima dengan sub judul novel: pintu mimpi
menghilang!, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (34— 36), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Pada kutipan dialog (34), Rara awalnya merasa cemas
dan takut atas pernyataan yang diberikan teman-temannya setelah
ia memiliki adik, akan tetapi Rara lantas menghilangkan pikiran
itu. Rara tetap bahagia dan menyambut baik kehamilan Ibunya.
Kutipan dialog (35), Rara berusaha membelikan nasi rendang
keinginan Ibu untu adik yang ada di kandungan Ibu, meskipun ia
harus bekerja dan mengumpulkan uang dari ngojek payung. Hal ini
menggambarkan betapa tokoh Rara ini peduli dengan Ibu dan adik
dalam kandungannya.
Pada kutipan novel (36), meskipun harus menerima
kenyataan pahit Ibunya jatuh dan bersimbah darah, Rara tetap tegar
dan tetap berdoa pada Tuhan, ia juga bersikap tidak egois. Ia rela
menukar mimpi terbesarnya memiliki jendela asal Ibunya selamat.
Pada akhirnya, ia harus menerima kenyataan pahit kehilangan sang
adik serta Ibunya yang menyusul menghadap Tuhan.
(2) Akbar
Berdasarkan kutipan novel (37 & 38), peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh Akbar berdasarkan fungsi
penampilannya adalah tokoh protagonis dan antagonis. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dapat dilihat dari kebaikan hatinya menanyai teman-teman apa
yang mereka inginkan meskipun tidak benar-benar
membelikannya, ia dapat menimbulkan gelak tawa teman-teman.
Pada kutipan novel (38) dapat disimpulkan pula watak
Akbar yang Antagonis. Akbar tidak menyukai kehadiran adiknya.
Menurut Akbar adiknya hanya menyusahkan dia. Jika dicermati,
perilaku maupun dialog yang ditimbulkan oleh Akbar, membuat
pembaca tahu bahwa ia tidak ingin memiliki adik. Hal ini
menggambarkan watak Akbar yang antagonis.
(3) Yati
Berdasarkan kutipan novel (39), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
antagonis. Hal ini terbukti ketika ia iri terhadap sang adik, iri
karena Ibunya lebih mementingkan sang adik. Selain itu, Yati juga
menganggap bahwa anak kecil hanya akan merepotkan hidupnya.
Yati juga membujuk Rara untuk tidak menyukai kehadiran calon
adiknya dengan berbagai pengalaman yang telah ia rasakan.
(4) Rafi
Berdasarkan kutipan novel (51 & 52), peneliti
menyimpulkan bahwa Rafi berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Berdasarkan kutipan novel (40), menunjukkan
bahwa Rafi memiliki sikap sabar dan mental yang kuat. Rafi selalu
diejek teman-teman karena ketika ia kesulitan berbicara, ia tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
merasa kesal dan tidak marah sedikitpun dengan perlakuan teman-
temannya.
6. Bab enam
Pada bab enam dengan sub judul novel: sayap yang lain,
peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya.
Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (41— 45), peneliti
menyimpulkan bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Kutipan novel (41), menunjukkan bahwa Rara
memiliki nilai ideal kehidupan kita sehari-hari yaitu peduli kepada
anggota keluarga (Budenya). Rara merasa cemas ketika Bude Asih
harus pergi menjelang malam.
Pada kutipan novel (42), Rara memiliki uang dan ingin
mengumpulkan uangnya untuk meneruskan mimpi memiliki
jendela. Teman-temannya membujuk Rara agar mau membelikan
makanan enak di restoran, ia tak kuasa menolaknya.
Pada kutipan novel (43), menggambarkan cara pikir Rara
yang berbeda dengan teman lain seusianya. Anak usia belia sudah
memikirkan pentingnya memiliki jendela. Selain itu, Rara juga
merupakan sosok yang senang berbagi kebahagiaan dengan teman-
temannya meskipun ia harus sedikit berkorban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kutipan novel (44) menggambarkan bahwa ia perhatian
dengan Budenya dengan menyambut ketika pulang. Pada kutipan
novel (45), Rara dengan polos dan lugu akhirnya mengerti apa arti
‘melacur’, namun ia tidak membenci Budenya dengan pekerjaan
itu.
(2) Bude Asih
Berdasarkan kutipan novel (46), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Bude Asih berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Ia baik hati kepada Rara dan tidak pelit kepadanya.
Pada kutipan novel (47 & 48), dapat disimpulkan pula bahwa sifat
Bude Asih adalah protagonis. Ia memang tidak berusaha mencari
pekerjaan lain yang halal, tetapi ia bekerja seperti itu untuk
membantu adik, keponakan, serta Ibunya yang mengalami
kesulitan ekonomi.
(3) Akbar
Berdasarkan kutipan novel (66— 69), peneliti
menyimpulkan bahwa Akbar berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Kutipan novel (49), menunjukkan bahwa
meskipun Akbar membujuk Rara untuk membelikan makanan
kepadanya dan teman-teman lain, Akbar tetap memikirkan
bagaimana membagi uang tersebut agar dapat makan secara adil,
sehingga menimbulkan kesan ia tidak serakah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Pada kutipan novel (50), Akbar memberi pengertian kepada
temannya Rara apa yang dimaksud dengan ‘pelacur’. Ia bahkan
mengajak Rara untuk menyaksikan sendiri pekerjaan pelacur agar
temannya itu dapat memahami betul jawaban dari pertanyaannya.
(4) Ibu Yati
Berdasarkan kutipan novel (52), peneliti menyimpulkan
bahwa Ibu Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah
antagonis. Ibu Yati tidak memikirkan perasaan orang lain dengan
kata-kata kasar yang ia ucapkan. Ibu Yati juga memiliki kebiasaan
memukuli anaknya ketika ia marah.
(5) Raga
Berdasarkan kutipan novel (52— 54), peneliti
menyimpulkan bahwa Raga berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Pada kutipan novel (52), Raga mendidik
anaknya untuk tidak meminta dan bergantung pada orang lain
meskipun itu saudaranya sendiri. Kutipan novel (53), Raga
memberi gambaran kepada sang anak untuk bersyukur dan
menerima keadaan yang dimiliki. Kutipan novel (54), meskipun
dengan nada ketus dan kata-kata yang sedikit kasar tetapi
sebenarnya Raga menginginkan Asih untuk merubah jalan
hidupnya menjadi lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
(6) Rafi
Berdasarkan kutipan novel (55), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Ia berusaha menjelaskan pada sahabatnya mengenai
‘uang haram’. Rafi yang mengalami kesulitan ketika berbicara
tetap menjelaskan sesuai dengan pengetahuannya meskipun dengan
usaha yang cukup keras.
(7) Yati
Pada kutipan novel (55), dapat disimpulkan bahwa tokoh
Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ia
sedih tidak dapat ikut temannya pergi karena ia memilih menjaga
adiknya yang sedang sakit di rumah.
7. Bab tujuh
Pada bab tujuh dengan sub judul novel: Ibu guru cantik,
peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya.
Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (56), dapat disimpulkan bahwa
Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis.
Rara berimajinasi memiliki jendela hingga menimbulkan gelak
tawa teman-temannya. Ia tetap memelihara mimpinya, meskipun
banyak yang mengejeknya ia tidak membalas ejekan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Selain itu, Rara tetap sekolah dan tidak putus asa meskipun usia
sudah terlambat.
(2) Akbar
Pada kutipan novel (57), dapat disimpulkan bahwa tokoh
Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis.
Akbar berusaha merayu bu Alia, dengan rayuan yang diberikan
kepada Bu Alia ia mampu mencairkan suasana. Bahkan, ketika
teman-teman melempari dengan kertas, ia tidak membalas
perbuatan teman-temannya.
(3) Alia
Berdasarkan kutipan novel (58—60), dapat disimpulkan
bahwa Alia berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Alia dengan penuh kesabaran mengajar untuk pertama
kalinya dengan anak kampung pemulung, ia juga lembut dan
santun.
8. Bab delapan
Pada bab delapan dengan sub judul novel: doa yang tak
diminta, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (61— 64), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (61), menunjukkan bahwa Rara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sosok yang rajin beribadah, serta mendengarkan setiap nasihat sang
Ibu. Kutipan novel (62), Rara menemukan teman baru yaitu Aldo
yang memiliki keterbelakangan fisik. Tetapi, Rara tidak memilih-
milih teman. Ia juga tidak pernah menyinggung perasaan temannya
yang kekurangan. Justru ia tidak menyukai jika orang lain
mengejek seseorang yang memiliki kekurangan.
Kutipan novel (63), menunjukkan bahwa Rara dapat
mengambil hikmah pada peritiwa yang dialaminya. Hikmah yang
dapat ia rasakan adalah melalui kecelakaan ia memiliki teman baru
yang berbeda status sosial dengannya. Kutipan novel (63),
menunjukkan bahwa Rara memiliki nilai ideal kelembutan hati. Ia
tidak lantas menyombongkan diri dengan temannya lantaran
memiliki teman baru yang kaya. Ia tetap menunjukkan kepada
teman-temannya bahwa ia tetap menjadi pribadi yang baik dan
menyenangkan. Kutipan novel (64) menunjukkan bahwa Rara
memiliki sifat tenggang rasa. Ia memaklumi kekurangan
sahabatnya, bahkan ia mengajak teman yang lain untuk
menghargai kekurangan dan kelebihan orang lain.
(2) Nenek Aldo
Berdasarkan kutipan novel (65— 67), tokoh Nenek
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Nenek
menemani Rara dan memperhatikan Rara dengan mengajaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
makan agar kondisi tubuh Rara tetap sehat. Nenek yang usia sudah
senja, tetap suka dan tidak terbebani ketika harus memberikan rasa
nyaman kepada anak-anak kampung pemulung dengan berbaur,
bernyanyi, dan menari bersama. Hal ini menggambarkan bahwa
kehadiran Nenek selalu dapat menimbulkan suka cita kepada
orang-orang yang berada di sekitarnya.
(3) Salma
Berdasarkan kutipan novel (68), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Salma berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis, meskipun Salma terkesan senang melihat temannya
kecelakaan, akan tetapi maksud salma yang sebenarnya bukan itu.
Ia bersyukur karena kini mereka memiliki sahabat baru berkat Rara
kecelakaan. Salma juga mengkhawatirkan dan bersyukur bahwa
pasca kecelakaan yang terjadi, Rara tidak mengalami cidera yang
serius.
(4) Akbar
Berdasarkan kutipan novel (69— 71), tokoh Akbar
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis.
Kutipan novel (69), Akbar tidak menyetujui pendapat temannya
karena menurutnya teman Akbar bahagia di atas penderitaan orang
lain. Pada kutipan novel (70), meskipun Akbar terkesan gemuk dan
pemberani, layaknya seorang anak ia tetap takut dan segan terhadap
bapaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Kutipan novel (71), menunjukkan bahwa Akbar merasa
prihatin akan keadaan Aldo meskipun terlihat seperti meremehkan
keadaan fisik Aldo. Akbar tidak mempermasalahkan permintaan
Rara untuk menghargai kekurangan Aldo. Akbar juga mau
menerima Aldo sebagai teman barunya.
(5) Simbok
Berdasarkan kutipan novel (72), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Simbok berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Simbok menasihati cucunya agar tidak memilih teman
dan mengajak menyadari bahwa setiap orang memiliki kekurangan
agar cucunya tidak sombong.
(6) Aldo
Berdasarkan kutipan novel (73), dapat disimpulkan Aldo
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Aldo
adalah pribadi yang tidak memilih teman bergaul, ia membuka diri
bagi siapapun yang hendak datang ke rumahnya.
(7) Rafi
Berdasarkan kutipan novel (74), dapat disimpulkan bahwa
Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis.
Rafi tidak marah ketika teman-teman mengejeknya dalam
berbicara. Ia tetap sabar dan berusaha meneruskan perkataan agar
teman-temannya mengerti apa yang ia maksud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
9. Bab sembilan
Pada bab sembilan dengan sub judul novel: sebuah puisi
untuk Alia, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Alia
Berdasarkan kutipan novel (75— 77), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Alia berdasarkan fungsi penampilannya protagonis.
Pada kutipan novel (75), menggambarkan bahwa Alia sosok anak
yang patuh terhadap orang tua, ia rela menukar kebahagiaannya
demi membahagiakan orang tuanya.
Kutipan novel (76), menunjukkan bahwa Alia bukan tipe
wanita yang mudah didapatkan. Alia terkesan hati-hati dalam
bertutur kata agar tidak menyinggung meskipun ia sempat tidak
mengontrol perkataannya akan tetapi itu dilakukan secara tidak
sengaja.
Pada kutipan novel (77), menunjukkan Alia adalah pribadi
yang tidak egois. Ia tetap mengutamakan peraasaan yang sedang
dialami anak didiknya (Rara), meskipun sebenarnya mulai
tersanjung dengan sikap dan perlakuan Adam.
(2) Adam
Berdasarkan kutipan novel (78), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Adam berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
protagonis. Adam tidak marah dan tersinggung dengan pertanyaan
yang diajukan Alia kepadanya, ini menunjukkan pula bahwa Adam
bukan orang yang mudah marah.
10. Bab sepuluh
Pada bab sepuluh dengan sub judul novel: jendela Rara,
peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya.
Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (79— 81), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilanya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (79), menunjukkan Rara anak yang
baik. Ia selalu berdoa untuk semua anggota keluarga, terutama
budenya agar mendapat pekerjaan yang lebih baik.
Pada kutipan novel (80— 81), menunjukkan bahwa Rara
sosok yang tidak pemarah, meskipun kecewa karena harapannya
tidak sesuai dengan kenyataannya, ia tetap memaafkan bapaknya
dan berusaha menghapus kekecewaan terhadap bapaknya.
(2) Raga
Berdasarkan kutipan novel (110— 113), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Raga berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Tiap-tiap dialog yang dilakukan tokoh, menyampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
nilai ideal bagi pembacanya. Bukti jika Raga memiliki sifat
protagonis adalah sebagai berikut.
Pada kutipan novel (82), Raga telah berusaha membuat
anaknya bahagia dengan mengabulkan permintaan sang anak yang
ining memiliki jendela. Kutipan novel (83), Raga berusaha
menenangkan putrinya yang kecewa dengan usaha yang telah ia
lakukan. Raga meminta maaf dan memberika pelukan penuh kasih.
Kutipan novel (84), Raga mulai menyimpan mimpi sang anak
dalam hati dan akan berusaha lebih giat lagi agar benar-benar dapat
mewujudkan mimpi anaknya.
11. Bab sebelas
Pada bab sebelas dengan sub judul novel: cukup satu
jendela, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (85— 87), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (85), menunjukkan bahwa tokoh
Rara sangat optimis dalam mengejar mimpinya untuk memiliki
jendela. Ia juga telah memiliki pengetahuan hidup sehat walaupun
dengan keterbatasan yang ia miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Kutipan novel (86), menggambarkan sosok Rara yang suka
perdamaian. Ia tidak suka terlibat perkelahian dan justru mengalah
dengan diam dari cacian teman-teman yang meremehkan
mimpinya. Kutipan novel (87), dapat menunjukkan bahwa Rara
adalah pribadi yang taat beribadah. Ia percaya bahwa dengan
berdoa dan menyerahkan mimpinya kepada Tuhan maka mimpi itu
akan menjadi kenyataan.
(2) Rafi
Berdasarkan kutipan novel (88), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Rafi adalah pribadi yang sabar, ia tidak pernah marah
kepada teman-temannya yang sering menggodanya ketika
berbicara. Rafi juga tak lantas langsung menolak pernyataan Rara
perihal mimpinya memiliki jendela, tetapi menjelaskan alasan
mengapa ia tidak memiliki mimpi seperti Rara.
(3) Akbar
Berdasarkan kutipan novel (89 & 90), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah
tokoh protagonis. Kutipan novel (89), jika dilihat secara sekilas
Akbar sangat usil kepada temannya. Akan tetapi, hal itu dilakukan
hanya untuk bercanda dan tidak ada maksud mengejek temannya.
Ia hanya ingin menimbulkan gelak tawa seperti biasanya, dalam hal
ini Akbar senang menghibur teman-temannya. Kutipan novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
(122), Akbar mulai mendukung mimpi temannya. Ia juga mulai
membayangkan indahnya memiliki jendela.
(4) Alia
Berdasarkan kutipan novel (91), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Alia berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Alia mengajarkan Rara selaku anak didiknya agar taat
beribadah dan berdoa untuk orang-orang yang dicintai meskipun
sudah tidak ada di dunia.
12. Bab dua belas
Pada bab dua belas dengan sub judul novel: ulang tahun
Andini, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (92— 95), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (92), dapat kita lihat Rara taat
beribadah dan selalu setia menunggu orang terkasihnya yang sakit.
Kutipan novel (93) menunjukkan bahwa musibah yang dialami
orang terkasihnya berawal dari ulang tahun Andini, akan tetapi ia
menerima dengan ikhlas kejadian itu.
Kutipan novel (94), meskipun sebenarnya hati Rara juga
dipenuhi rasa cemas karena pertama kalinya datang ke pesta ulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tahun, ia tetap tenang dan menghibur temannya Yati agar tetap
bersyukur atas baju sederhana yang mereka miliki. Kutipan novel
(95), Rara mulai mengerti dan memahami bahwa sikapnya
meremehkan orang lain adalah salah. Ia mulai menyadari bahwa
setiap orang memiliki kelebihan masing-masing sehingga mulai
belajar menghargai kekurangan orang lain.
(2) Suster
Berdasarkan kutipan novel (96), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Suster berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Hal ini bukan dikarenakan profesi yang ia sanding
menuntutnya untuk selalu berbaur dengan pasiennya, melainkan
caranya untuk berusaha mencairkan kecanggungan dengan kata-
kata sederhana yang mengandung perhatian.
(3) Akbar
Berdasarkan kutipan novel (97 & 98), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah
tokoh antagonis. Pada kutipan novel (97), menunjukkan sifat Akbar
yang tamak (serakah), ia bahkan membujuk temannya dengan
mengambil beberapa makanan dengan dalih ‘mubazir’. Kutipan
novel (98), menunjukkan sikap Akbar yang sok tahu dan sombong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
(4) Rafi
Berdasarkan kutipan novel (99), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Rafi dengan kekurangan yang ia memiliki selalu
berhasil membuat suasana menjadi lucu dan menyenangkan bagi
teman-temannya. Rafi pun tidak sungkan membagikan apa yang ia
ketahui berkaitan dengan pengetahuan baru kepada teman-
temannya.
(5) Yati
Berdasarkan kutipan novel (100), dapat disimpulkan bahwa
Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ia
memberitahu temannya hal baru meskipun sebenarnya
pengetahuannya terbatas.
(6) Aldo
Berdasarkan kutipan novel (101— 104), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah
tokoh protagonis. Kutipan novel (101), menunjukkan bahwa Aldo
memiliki rasa perhatian terhadap temannya. Ia selalu datang
menemani Rara yang sedang bersedih. Kutipan novel (102— 104),
menunjukkan bahwa Aldo tidak pelit terhadap teman-temannya. Ia
juga baik hati karena mengundang teman-temannya ke pesta ulang
tahun kakaknya. Aldo yang memiliki kekurangan (Autis) dan
kesulitannya berkata-kata tak lantas membuatnya malu. Ia berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
berbicara meskipun dengan terbata-bata dan murah senyum kepada
teman-temannya.
(7) Salma
Berdasarkan kutipan novel (105), peneliti menyimpulkan
bahwa Salma berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis.
Salma mampu menemukan makna dibalik sebuah musibah. Dalam
kutipan dialog tersebut, bukan berarti Salma menginginkan Rara
kecelakaan, tetapi Salma menyadari bahwa kecelakaan tersebut
membawa perubahan pada kehidupan mereka secara tidak
langsung.
(8) Adam
Berdasarkan kutipan novel (106), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Adam berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Adam tidak sungkan berbaur dengan teman-teman
adiknya. Ia juga tidak melarang adiknya bergaul dengan anak-anak
kampung pemulung.
(9) Nenek Aldo
Berdasarkan kutipan novel (107— 109), dapat disimpulkan
bahwa Nenek Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah
tokoh protagonis. Pada kutipan novel (107), menunjukkan bahwa
Nenek Aldo memiliki sikap perhatian kepada orang lain. Ia berdoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dan sering mengunjungi Rara di rumah sakit bersama dengan Aldo
cucunya.
Kutipan novel (108), menunjukkan bahwa Nenek Aldo
tidak membeda-bedakan orang lain. Ia justru ikut berbaur dan
mengundang teman-teman Aldo dari perkampungan pemulung
hadir dalam ulang tahun Andini.
(10) Andini
Berdasarkan kutipan novel (110), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Andini berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
antagonis. Andini merasa malu karena teman-temannya tahu bahwa
dia memiliki adik yang cacat. Ia juga malu karena pestanya yang
nyaris sempurna harus rusak karena kehadiran teman-teman
adiknya yang kumuh.
(11) Ratna
Berdasarkan kutipan novel (111), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Ratna berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
antagonis. Ratna (Ibu Aldo) tidak menyukai apa yang telah
dilakukan oleh teman-teman Aldo. Ratna menganggap bahwa
teman-teman Aldo hanya memanfaatkan Aldo, dalam hal ini Ratna
memiliki sikap perasangka buruk terhadap orang lain. Ratna tidak
suka dan tidak mengira teman-teman Aldo dari lingkungan
pemulung itu datang ke pesta ulang tahun Andini. Ratna adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
sosok yang membeda-bedakan status sosial dan pergaulan dengan
orang lain tanpa memandang kebahagiaan luar biasa yang sedang
dialami anak bungsunya yang kurang perhatian darinya.
13. Bab tiga belas
Pada bab tiga belas dengan sub judul novel: tiga kejadian,
satu waktu, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (112 & 113), dapat disimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (112), menunjukkan bahwa ia
merupakan sosok penenang bagi teman-temannya. Rara yang
memiliki pengetahuan terbatas tetap menenangkan Akbar yang
panik.
Kutipan novel (113), menunjukkan bahwa Rara merupakan
anak yang sayang kepada orang tuanya. Rara tidak hanya
memikirkan keindahan pesta yang akan dihadirinya, melainkan ia
juga memikirkan untuk membawakan beberapa kue agar Bapak dan
Simbok dapat merasakan apa yang ia rasakan. Rara tetap
menghargai dan berterimakasih atas apa yang telah dilakukan
Simbok kepadanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
(2) Raga
Berdasarkan kutipan novel (114 & 115), dapat disimpulkan
bahwa Raga berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis.
Raga adalah sosok yang sangat menyanyangi anaknya. Ia rela
berkorban bagi anaknya dengan bekerja siang dan malam,
menabung sedikit demi sedikit untuk mewujudkan impian anaknya
memiliki jendela. Raga tidak mengharapkan imbalan atas apa yang
ia lakukan kepada anaknya, hanya melihat anaknya tersenyum itu
sudah cukup baginya. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa Raga
memiliki nilai ketulusan hati.
(3) Akbar
Berdasarkan kutipan dialog (116 & 117), peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh Akbar berdasarkan fungsi
penampilannya adalah protagonis. Kutipan novel (116), Akbar
mengajarkan kepada teman-temannya agar tidak membuang
makanan yang tersisa, bahkan ia memberikan solusi alternatif.
Pada kutipan novel (117), meskipun Akbar seperti terlihat
mengajarkan hal yang tidak baik kepada teman-temannya, hal
tersebut dirasa wajar ia lakukan mengingat situasi dan kondisi
mereka sedang di pesta yang megah mengingat mereka tidak
pernah mengalami hal itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
(4) Simbok
Berdasarkan kutipan novel (118 & 119), dapat disimpulkan
bahwa Simbok berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Pada kutipan novel (118), menunjukkan sosok Simbok
yang baik hati dan penyayang. Ia berusaha membantu cucunya
yang bersiap menyambut pesta ulang tahun. Ia merapikan baju
cucunya dengan teliti dan sabar meskipun ia sedang sakit. Kutipan
dialog (119), menunjukkan Simbok sosok yang tahu balas budi. Ia
mengucapkan ucapan terima kasih kepada Nenek Aldo karena
memberi kebahagiaan bagi cucunya Rara.
14. Bab empat belas
Pada bab empat belas dengan sub judul novel: catatan lain
tentang kehilangan, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (120 & 121), dapat disimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan (120), menunjukkan bahwa Rara adalah
sosok yang pantang menyerah. Ia berusaha mencari Bapak dan
Simbok meskipun hanya mampu berlari dan berteriak berharap
Simbok dan Bapaknya mendengar teriakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Kutipan novel (121), menggambarkan Rara sosok yang taat
beribadah dan patuh terhadap nasihat Ibu. Di saat musibah terjadi,
ia masih saja teringat pesan ibunya untuk berdoa kepada Tuhan.
(2) Raga
Berdasarkan kutipan novel (122— 123), dapat disimpulkan
bahwa Raga berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (122), menggambarkan Raga sosok
yang sayang dan mengutamakan kebahagiaan sang anak. Raga rela
melakukan apapun demi mewujudkan impian gadis kecilnya
memiliki jendela. Raga juga berusaha keras agar sang Ibu hidup
layak dan sejahtera. Kutipan novel (123) membuktikan bahwa
Raga sosok yang mencintai orang tua. Raga rela berkorban demi
orang yang dicintainya. Ia rela bertaruh nyawa menyelamatkan
Ibunya. Raga berjuang melawan kobaran api dan mengabaikan
keselamatan dirinya untuk sang Ibu.
15. Bab lima belas
Pada bab lima belas dengan sub judul novel: yang tersisa
dari cinta, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rafi
Berdasarkan kutipan novel (124), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Rafi di lihat dari fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Rafi merupakan sosok yang baik hati. Rafi berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
berbicara untuk mengungkapkan gagasannya mengenai penyebab
kebakaran di perkampungan mereka, meskipun pada akhirnya
teman-temannya enggan menanggapi argumennya ia tidak marah.
(2) Rara
Berdasarkan kutipan novel (125 & 126), dapat disimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (125), menggambarkan bahwa Rara
adalah pribadi yang menghargai usaha orang lain. Meskipun Ia
tidak tersenyum atas apa yang usaha Aldo, ia tahu Aldo sedang
menghiburnya dan ia juga sudah berusaha untuk tersenyum
meskipun kenyataannya ia tidak dapat tersenyum.
Kutipan novel (126), menunjukkan bahwa Rara sosok yang
mampu belajar dari kesalahan masa lalu. Rara mengoreksi
perlakuan yang diberikan kepada Bapaknya atas usaha yang
dilakukan untuk membahagiakannya. Rara menyesali dan meminta
maaf kepada Bapaknya meskipun tidak dapat diucapkan langsung
di hadapan Bapaknya.
(3) Aldo
Berdasarkan kutipan novel (127 & 128), dapat disimpulkan
bahwa Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Aldo merupakan sosok yang periang dan baik hati dan
tidak pemarah. Aldo dengan kemampuan terbatasnya berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
menghibur sahabatnya yang sedang bersedih meskipun ia tidak
mendapat tanggapan sama sekali dari sahabatnya.
Kutipan novel (128), menunjukkan bahwa Aldo adalah
orang yang memiliki nilai empati. Ia turut bersedih dan merasa iba
melihat cobaan yang dialami oleh sahabatnya.
(4) Nenek Aldo
Berdasarkan kutipan dialog (129 & 130), dapat disimpulkan
bahwa Nenek Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah
tokoh protagonis. Pada kutipan novel (129), menggambarkan
bahwa Nenek adalah sosok penyayang. Nenek tidak hanya sayang
kepada cucunya Aldo, melainkan ia juga sayang bahkan sampai
mengkhawatirkan perasaan Rara ketika hendak menyampaikan
berita duka.
Kutipan dialog (130), menggambarkan bahwa Nenek adalah
pribadi yang lemah lembut. Nenek mengajak Rara untuk beranjak
dari pusara Bapaknya dengan lembut dan meluluhkan hati Rara.
(5) Ratna
Berdasarkan kutipan novel (131), dapat disimpulkan bahwa
Ratna berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh antagonis.
Ratna adalah orang yang egois dan tidak punya rasa peri
kemanusiaan. Ratna hanya melihat perubahan sikap Aldo dari sisi
negatif menurutnya, bahkan ketika mendengar Aldo menemani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Rara dalam pemakaman Bapak Rara justru hal ini tidak disukai
oleh Ratna. Hal tersebut, menunjukkan bahwa Ratna sangat tidak
memiliki toleransi. Ratna tidak ikut dalam proses pemakaman,
justru ia malah menuduh Rara dan teman-temannya sebagai
pembawa masalah bagi Aldo.
(6) Syafri
Berdasarkan kutipan novel (132), dapat disimpulkan bahwa
Syafri berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis.
Syafri merupakan sosok yang bijaksana. Rafi dapat memahami
musibah yang dialami Rara dan dapat memaklumi sikap Aldo yang
tidak mau sekolah.
(7) Adam
Berdasarkan kutipan novel (133 & 134), dapat disimpulkan
bahwa Adam berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (133), menggambarkan bahwa
Adam adalah sosok yang cinta dan peduli kepada sesama. Hal ini
terbukti ketika Adam berjanji melakukan berbagai cara agar
sekolah Singgah tempat para anak pemulung belajar dapat kembali
seperti semula.
Kutipan novel (134), menunjukkan bahwa Adam adalah
sosok yang dapat menenangkan orang lain. Saat tidak ada satu
orang pun yang berani berkata kepada Rara, Adam datang dan
menguatkan Rara dengan kata-kata sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
16. Bab enam belas
Pada bab enam belas dengan sub judul novel: Aldo, peneliti
menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil
analisis sebagai berikut.
(1) Aldo
Berdasarkan kutipan novel (135), dapat disimpulkan bahwa
Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis.
Aldo memiliki mental yang lemah. Sebagai anak autis, untuk
menyadari dan mengerti bahwa dirinya tidak diterima oleh
lingkungan adalah hal yang sulit. Dalam hal ini, Aldo telah
menyadari dirinya adalah sumber segala masalah keluarga.
(2) Andini
Berdasarkan kutipan novel (136— 138), dapat disimpulkan
bahwa Andini berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
antagonis. Pada kutipan novel (136), menunjukkan bahwa Andini
adalah orang yang suka meremehkan orang lain. Andini lebih suka
mengejek Aldo daripada memahami yang tengah dialami oleh
Aldo.
Pada kutipan novel (137 & 138), menggambarkan bahwa
Andini malu memiliki adik yang cacat seperti Aldo. Bahkan,
Andini tidak mengharapkan teman-temannya terutama Billy tahu
bahwa Andini memiliki adik seperti Aldo. Andini memarahi Aldo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dengan kata-kata kasar tanpa memikirkan dampak yang terjadi
pada konflik batin adiknya.
(3) Bi Siti
Berdasarkan kutipan novel (139), dari segi fungsi
penampilannya dapat disimpulkan bahwa Bi Siti adalah tokoh
protagonis. Bi Siti adalah orang yang menghargai karya dan usaha
Aldo. Bi Siti selalu menjaga, merawat, melindungi, dan membuat
Aldo tertawa.
(4) Adam
Berdasarkan kutipan novel (140), dapat disimpulkan bahwa
Adam berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis.
Adam sosok yang penuh kasih dan rela berkorban terhadap
adiknya. Adam dengan penuh kasih sayang menjaga Aldo, rajin
membaca informasi untuk menangani Aldo, selain itu Adam juga
rela tidak mencoba merokok demi kesehatan Aldo.
(5) Ratna
Berdasarkan kutipan novel (141— 144), dapat disimpulkan
bahwa Ratna berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
antagonis. Pada kutipan novel (141 & 142), menunjukkan bahwa
Ratna adalah orang yang kurang bersyukur. Ratna merasa Aldo
adalah beban ketika ia tahu anaknya memiliki penyakit autis ia
merasa malu membawa Aldo pergi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Pada kutipan dialog (143 & 144), menunjukkan bahwa
Ratna adalah orang yang gemar menyalahkan orang lain tanpa
memiliki bukti. Ratna menyalahkan teman-teman Aldo hanya
dengan argumennya sendiri tanpa memberikan bukti. Ratna juga
menganggap permasalahan yang terjadi karena kesalahan Aldo.
Berbagai sifat dan sikap buruk Ratna ini, dapat memicu terjadinya
konflik permasalahan. Konflik batin Rara dan teman-temannya,
bahkan konflik batin Aldo.
17. Bab tujuh belas
Pada bab tujuh belas dengan sub judul novel: menunggu
keajaiban, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (145 & 146), dapat disimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (145), menggambarkan bahwa Rara
adalah sosok yang taat beribadah. Rara selalu berdoa demi
kesembuhan Simbok, ia tidak menginginkan Simbok pergi karena
Rara menyayanginya sebagai pengganti orang tuanya di dunia.
Kutipan novel (146), menggambarkan Rara taat beribadah
dan patuh terhadap nasihat Ibu. Rara selalu berdoa ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
menunggu Neneknya di rumah sakit. Rara selalu mengingat pesan
Ibu agar selalu berdoa dan meminta kepada Tuhan.
(2) Rafi
Berdasarkan kutipan novel (147 & 148), peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh Rafi berdasarkan fungsi
penampilannya adalah protagonis. Rafi tidak pernah marah ketika
teman mengejeknya berbicara. Rafi juga menunjukkan bahwa ia
adalah sosok yang tidak mudah putus asa. Rafi yang kesulitan
berbicara selalu berusaha menyelesaikan kalimatnya meskipun
dengan terbata-bata.
(3) Akbar
Berdasarkan kutipan novel (149 & 150), dapat disimpulkan
bahwa Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (149), menunjukkan Akbar adalah
sosok teman yang suka menyemangati temannya. Akbar memberi
semangat kepada Rara agar Rara mau kembali bersekolah lagi.
Kutipan dialog (150), menunjukkan bahwa Akbar memiliki
rasa menghargai dan jujur. Akbar menghargai perubahan temannya
Yati dan tidak sungkan berkata jujur dengan sebuah pujian yang
secara tidak langsung menimbulkan suasana ceria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
(4) Alia
Berdasarkan kutipan novel (151), dapat disimpulkan
berdasarkan fungsi penampilan tokoh Alia merupakan tokoh
protagonis. Alia selalu mengajarkan kepada muridnya untuk
beribadah kepada Tuhan.
(5) Yati
Berdasarkan kutipan novel (152), dapat disimpulkan
berdasarkan fungsi penampilan tokoh Yati adalah tokoh protagonis.
Yati memiliki sikap bijaksana dalam melakukan sesuatu dengan
melakukan pertimbangan mana yang baik yang hendak dilakukan
maupun diucapkan.
18. Bab delapan belas
Pada bab delapan belas dengan sub judul novel: cinta yang
menghilang, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Aldo
Berdasarkan kutipan novel (153), dilihat dari fungsi
penampilannya dapat disimpulkan bahwa Aldo adalah tokoh
protagonis. Aldo memiliki hati yang baik dan polos. Aldo adalah
contoh anak yang kekurangan perhatian, meskipun Aldo memiliki
kekurangan, ia tetap mengerti bahwa ibadah bersama-sama itu
penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
(2) Nenek Aldo
Berdasarkan kutipan novel (154), dilihat dari segi fungsi
penampilannya dapat disimpulkan bahwa Nenek Aldo adalah tokoh
protagonis. Nenek memiliki sifat penyayang terhadap cucunya
yang memiliki kekurangan itu. Sifat sayangnya terungkap dengan
kekhawatiran kepergian Aldo. Akan tetapi, nenek yang taat
beribadah itu tetap tenang dengan berdoa kepada Tuhan demi
keselamatan cucunya.
(3) Bi Siti
Berdasarkan kutipan novel (155), dilihat dari fungsi
penampilannya dapat disimpulkan bahwa tokoh Bi Siti adalah
tokoh protagonis. Bi Siti tokoh yang penyayang dan peduli. Bi Siti
hanyalah seorang pembantu Aldo, bukan keluarga, tetapi justru Bi
Siti begitu sayang dengan Aldo sampai merasa kehilangan ketika
Aldo pergi.
(4) Andini
Berdasarkan kutipan novel (156 & 157), dapat disimpulkan
bahwa Andini berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (156), Andini segera menyadari
kesalahannya selama ini dan ikut serta mencari Aldo.
Kutipan novel (157), menggambarkan bahwa Andini
mampu mengoreksi dirinya dan kesalahannya. Andini merasa
bersalah atas apa yang dilakukannya terhadap Aldo. Di awal cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Andini sangat membenci Aldo tetapi setelah Aldo pergi, Andani
menyadari bahwa sikapnya selama ini salah.
(5) Billy
Berdasarkan kutipan novel (158), dapat disimpulkan bahwa
Billy berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis.
Billy adalah sosok yang tulus dan penyayang. Billy tulus menerima
apa pun yang dimiliki oleh Andini, termasuk Billy tulus menerima
kekurangan Aldo. Melalui cerita masa lalunya, menunjukkan
bahwa Billy mempunya sifat penyayang. Billy menyayangi
Abangnya meskipun memiliki kekurangan dan tidak normal.
19. Bab sembilan belas
Pada bab sembilan belas dengan sub judul novel: Aldo dan
Rara, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan kutipan novel (159— 161), dapat disimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (159), menunjukkan bahwa Rara
merupakan tokoh yang bertanggung jawab. Rara merasa berat
meninggalkan Simbok yang terbaring di rumah sakit karena
memiliki tanggung jawab untuk menjaga Simbok.
Pada kutipan novel (160), menunjukkan bahwa Rara adalah
orang yang tulus. Rara berteman dengan Aldo bukan karena orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kaya, Rara bahkan berteman dengan Aldo bukan karena kasihan
Aldo cacat. Semua itu karena Rara memiliki ketulusan. Pada
kutipan novel (161), Rara merasa memiliki tanggung jawab untuk
melindungi Aldo.
(2) Aldo
Berdasarkan kutipan novel (162), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Aldo tidak sungkan mengucapkan terima kasih kepada
Rara atas segala ketulusan persahabatan dengannya. Aldo yang
memiliki kekurangan telah mampu melihat ketulusan dari orang di
sekitarnya.
(3) Rafi
Berdasarkan kutipan novel (163), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Rafi yang kesulitan berbicara selalu berusaha
menyelesaikan kalimatnya meskipun dengan terbata-bata untuk
memberi petunjuk dimana keberadaan Rara dan Aldo
sepengetahuannya.
(4) Adam
Berdasarkan kutipan novel (164), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Adam berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Adam berusaha mencari adiknya yang hilang hingga ke
rumah Alia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
(5) Alia
Berdasarkan kutipan novel (165— 167), peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh Alia berdasarkan fungsi
penampilannya adalah protagonis. Pada kutipan novel (165), Alia
tidak bisa tinggal diam mendengar anak didiknya dan Aldo hilang.
Alia ingin ikut serta mencari mereka.
Kutipan dialog (166), Alia akhirnya berani mengungkapkan
bahwa ia tidak ingin menikah dengan lelaki pilihannya meskipun ia
sebenarnya takut untuk berkata jujur kepada orang tuanya. Kutipan
novel (167), menggambarkan bahwa Alia adalah pribadi yang
santun dan menghormati orang tua. Alia mencium tangan kedua
orang tua sebelum keluar rumah, hal yang sangat jarang dilakukan
oleh anak muda jaman sekarang.
(6) Abah
Berdasarkan kutipan novel (168 & 169), peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh Abah berdasarkan fungsi
penampilannya adalah protagonis. Pada kutipan novel (168),
menunjukkan bahwa Abah orang yang menjaga hubungan baik.
Abah tidak ingin mengecewakan orang lain. Selaras dengan
kutipan dialog (169), Abah mengajarkan kepada anaknya agar tidak
melukai atau menegcewakan perasaan orang lain serta bertanggung
jawab terhadap suatu keputusan. Abah sebenarnya hanya ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
yang terbaik untuk anaknya, meskipun Abah terlihat kolot karena
hanya melihat dari penampilan luar seseorang, tetapi jika dilihat
sebenarnya Abah hanya ingin anaknya bahagia dengan laki-laki
yang baik dan bertanggung jawab.
(7) Ummi
Berdasarkan kutipan novel (170), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Ummi berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Ummi memiliki sikap toleransi. Ummi melihat alasan
Alia pergi ke luar rumah adalah demi kebaikan mencari anak
didiknya yang hilang, oleh karena itu Ummi mengizinkan.
(8) Nenek Aldo
Berdasarkan kutipan novel (171), peneliti menyimpulkan
bahwa Nenek Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Nenek bersikap bijaksana dan tenang dalam menyikapi
hilangnya Aldo agar tidak menimbulkan suasana menegangkan
meskipun dalam hatinya ia sangat khawatir terhadap cucu
kesayangannya itu. Di situasi menegangkan seperti ini, Nenek
mengajak anak menantunya untuk bersama-sama berdoa kepada
Tuhan demi keselamatan Aldo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
(9) Ratna
Berdasarkan kutipan novel (172— 173), peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh Ratna berdasarkan fungsi
penampilannya adalah protagonis. Pada kutipan novel (172),
awalnya Ratna mencurigai teman-teman Aldo lah yang telah
mengambil cincinnya tanpa bukti. Ketika Ratna mengetahu bahwa
tuduhannya salah, kutipan novel (173), menggambarkan bahwa
Ratna telah menyesali perbuatannya dan ia berdoa. Satu-satunya
yang ia inginkan anaknya yang tidak pernah dihiraukan itu, dapat
kembali selamat. Ia bahkan rela melakukan apa saja demi
keselamatan Aldo.
(10) Syafri
Berdasarkan kutipan novel (174 & 175), peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh Syarif berdasarkan fungsi
penampilannya adalah protagonis. Kutipan novel (174),
menggambarkan Syafri sosok yang cekatan dan bijaksana. Setelah
mengetahui anak bungsunya hilang, Syarif langsung pulang ke
rumah. Syarif tak lantas marah perihal kepergian Aldo, Syarif tetap
menanangani permasalahan dengan kepala dingin bahkan setelah
pengakuan istrinya tentang cincin yang telah Syarif temukan.
Kutipan novel (175) yang menyebabkan anaknya kabur tak
membuatnya lantas marah. Syarif mengambil jalan tengah dengan
menghubungi kantor polisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
20. Bab dua puluh
Pada bab sembilan belas dengan sub judul novel: cinta
kembali, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Nenek Aldo
Berdasarkan kutipan novel (176), peneliti menyimpulkan
bahwa Nenek Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Nenek tidak pernah meninggalkan shalat meskipun
suasana hatinya sedang dilanda kecemasan.
(2) Syafri
Berdasarkan kutipan novel (177), peneliti menyimpulkan
bahwa Syafri berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis.
Syafri berjaga sepanjang hingga mencari berbagai bantuan.
(3) Aldo
Berdasarkan kutipan novel (178), peneliti menyimpulkan
bahwa Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis.
Aldo rela berkorban demi sahabatnya. Aldo meminta Rara pergi
agar Rara tidak terluka atau disakiti orang yang sedang mengejar
mereka. Aldo meminta Rara pergi karena Aldo merasa sudah tidak
bertenaga, Aldo tidak mau sahabatnya tersakiti hanya karena
kelemahan yang ia miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
(4) Rara
Berdasarkan kutipan novel (179), peneliti menyimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis.
Rara digambarkan sebagai sosok yang setia kawan. Rara tidak mau
meninggalkan Aldo sendiri hanya demi keselamatannya. Rara juga
digambarkan sebagai sosok yang taat beribadah. Rara tetap berdoa
ditengah ketegangan dan bahaya yang mengancamnya dan Aldo.
21. Bab dua puluh satu
Pada bab sembilan belas dengan sub judul novel: jendela
besar di hati Rara, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
(1) Andini
Berdasarkan kutipan novel (180) peneliti menyimpulkan
bahwa Andini berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Andini mampu mengoreksi kesalahannya, sekarang ia
sosok yang sayang kepada adiknya. Andini bahkan turut ambil
bagian memberikan solusi agar Mama lebih fokus mengurus
adiknya di rumah.
(2) Rara
Berdasarkan kutipan novel (181— 183), peneliti
menyimpulkan bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Pada kutipan novel (181), menggambarkan
bahwa Rara adalah sosok yang tulus. Rara bersahabat dengan Aldo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
setulus hati. Rara bahkan turut merasakan kebahagiaan Aldo yang
kini lebih dekat dengan keluarganya.
Kutipan novel (182), menggambarkan Rara yang taat
beribadah dan selalu bersyukur. Rara selalu bersyukur kepada
Tuhan atas apa yang telah terjadi di dalam kehidupannya. Setelah
Rara menikmati mimpi indahnya, pada kutipan (183),
menggambarkan bahwa Rara sosok yang patuh kepada orang tua.
Rara tetap ingat kepada orang tuanya dan mendoakan mereka
meskipun kini mimpinya memiliki jendela telah terwujud.
Analisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya dalam novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia secara keseluruhan adalah sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Dari awal, pertengahan, sampai dengan akhir cerita,
menunjukkan segala kebaikan- kebaikan yang dapat membuat
pembaca merasa terkesan.
(2) Aldo
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah
tokoh protagonis. Dari awal cerita kemunculannya, pertengahan cerita,
sampai dengan akhir cerita, tokoh Aldo konsekuen menjadi tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
protagonis. Aldo hadir dengan berbagai nilai kebaikan yang berguna
bagi pembaca.
(3) Ibu
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Ibu berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Dari awal- akhir kemunculannya ia tetap menjadi tokoh
protagonis yang membawa berbagai nilai kebaikan bagi pembaca.
(4) Raga
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Raga berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Dari awal kemunculan- akhir kemunculannya, Raga
menjadi tokoh protagonis yang memiliki nilai kebaikan bagi pembaca.
(5) Nenek
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Nenek (Aldo) berdasarkan fungsi
penampilannya adalah protagonis. Pada awal- pertengahan- akhir
cerita, tokoh Nenek selalu memberikan nilai kebaikan bagi pembaca.
(6) Akbar
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Akbar berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Pada pertengahan cerita peneliti menemukan sifat
lain Akbar yang menjadikannya antagonis yaitu ketamakan dan
kebencian terhadap adiknya, tetapi hal ini tidak menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
pengaruh besar berupa konflik dalam cerita, sehingga secara
keseluruhan dapat disimpulkan Akbar adalah tokoh protagonis.
(7) Rafi
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Dari awal hingga akhir kemunculannya, ia selalu memberi
nilai kebaikan bagi pembaca.
(8) Yati
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Pada pertengahan cerita peneliti menemukan sifat lain Yati
yang menjadikannya antagonis yaitu kebencian terhadap adiknya,
tetapi hal ini tidak menimbulkan pengaruh besar berupa konflik dalam
cerita, sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan Yati adalah
tokoh protagonis.
(9) Salma
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Salma berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Dari awal hingga akhir kemunculannya, ia
memberikan nilai kebaikan bagi pembaca.
(10) Alia
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Alia berdasarkan fungsi penampilannya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
protagonis. Kemunculannya selalu memberikan nilai kebaikan bagi
pembaca.
(11) Adam
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Adam berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Dari awal, pertengahan, hingga akhir cerita Adam
dapat memberikan nilai-nilai kebaikan kepada pembaca sehingga layak
disebut tokoh protagonis.
(12) Ratna
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Ratna berdasarkan fungsi penampilannya adalah
antagonis. Konflik batin dan kepergian Aldo disebabkan oleh Ratna
sehingga Ratna layak jika disebut tokoh antagonis meskipun pada
akhir cerita Ratna berubah dan menyesali segala perbuatannya
sehingga menjadi protagonis tetapi berdasakan kualitas
kemunculannya ia selalu memberikan kesan tidak baik dengan
sikapnya.
(13) Andini
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Andini berdasarkan fungsi penampilannya
adalah antagonis. Konflik batin dan kepergian Aldo selain disebabkan
oleh Mamanya, Andini pun ikut ambil bagian, meskipun pada akhir
cerita Andini berubah dan menyesali segala perbuatannya sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
menjadi protagonis tetapi berdasakan kualitas kemunculannya ia selalu
memberikan kesan tidak baik dengan sikap dan perbuatannya.
(14) Syafri
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Syarif berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis.
(15) Simbok
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Simbok berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Kemunculan tokoh Simbok selalu memberi nilai-
nilai kebaikan bagi pembaca.
(16) Asih
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Asih berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Kemunculan tokoh Asih selalu memberikan nilai kebaikan,
meskipun pekerjaan yang dilakukan tidak halal, ia memiliki alasan
tersendiri. Pada akhir cerita Asih meninggalkan pekerjaan tersebut
untuk mengurusi ibunya dan Rara.
(17) Abah
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Abah berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Pada kemunculannya, terdapat beberapa kutipan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
memperlihatkan Abah sebagai pribadi antagonis, akan tetapi hal
tersebut dilakukan demi kebaikan anaknya.
(18) Ummi
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Ummi berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Pada cerita terdapat gambaran sikap Ummi yang
membuat ia antagonis tetapi pada dasarnya semua itu demi kebaikan
sang anak.
(19) Bi Siti
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Bi Siti berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Kehadiran Bi Siti mampu memberikan nilai ideal
bagi pembaca.
(20) Ibu Yati
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Ibu Yati berdasarkan fungsi penampilannya
adalah Antagonis. Konflik batin yang dialami oleh Yati disebabkan
oleh sikapnya.
(21) Suster
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Suster berdasarkan fungsi penampilannya
adalah protagonis. Kemunculan Suster dapat memberikan nilai
kebaikan bagi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
(22) Billy
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Billy berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Billy memiliki nilai ideal yang baik bagi pembaca.
Kemunculannya dalam cerita memberikan nilai-nilai kebaikan bagi
pembacanya.
b. Penokohan
Peserta didik diminta menemukan penokohan tokoh yang terdapat
dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Peserta didik akan
menganalisis penokohan tokoh dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya
Asma Nadia. Peserta didik menganalisis penokohan dengan menggunakan
teori yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9).
Dialog dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
antara satu tokoh dengan tokoh lain mampu memberikan gambaran kepada
pembaca sehingga pembaca dapat menyimpulkan penokohan yang dimiliki
oleh masing-masing tokoh. Selaras dengan hal tersebut, peneliti
menganalisis penokohan masing-masing tokoh dengan menggunakan
kutipan novel sebagai kunci utama. Sehingga, peneliti dapat menemukan
hasil analisis penokohan masing-masing tokoh yang terdapat dalam novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Langkah-langkah menganalisis penokohan novel Rumah Tanpa
Jendela adalah sebagai berikut.
(1) Membaca secara seksama novel dan memahami isinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
(2) Memahami teori penokohan.
(3) Mencari dan menganalisis penokohan dalam novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
(4) Menemukan penokohan tokoh yang terdapat dalam novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
(5) Menyusun dalam bentuk laporan.
Hasil analisis penokohan tokoh yang terdapat dalam novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia yang ditemukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut.
(1) Rara
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Rara
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan
peristiwa. Berikut ini adalah kutipan dialog yang dapat
menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Rara.
(1) Adik di dalam perut ibu ingin makan rendang.“Nasi sama rendang berapa, ya?”Akbar menatap kepingan uang logam di tangan Rara. Hari ini mendung, tapi hujan belum juga turun. Uang di tangan Rara, hasil mengamen, baru dua ribu.“Kurang?”Akbar dan Rafi berbarengan mengangguk.Mudah-mudahan besok cukup...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Sejak celetukan Ibu soal rendang, Rara memasukkan hal itu dalam catatan mimpinya. Sebenarnya bisa saja bilang ke Bapak. Tapi Bapak sering pulang larut belakangan ini. Mereka jarang ngobrol. Pagi-pagi sekali, sebelum Rara bangun, lelaki itu sudah berangkat (Nadia, 2011: 33).
(2)Rafi, Akbar, Yati dan lain-lain berpandangan. Masih belum mengerti.
“Janji nggak boleh ngeledekin Aldo kalau dia bicara.”Akbar mengangguk-angguk,,“Udah gue duga... anak itu emang rada aneh sih.”“Aneh tapi ba... ba... ba...ik!”Tumben kali ini tidak ada yang meledek Rafi.Persyaratan Rara diterima dengan suara bulat (Nadia,
2011: 56).
Berdasarkan kutipan (1), menggambarkan bahwa Rara
memiliki karakter kuat dan baik hati. Rara berusaha memenuhi
keinginan Ibu untuk makan rendang padahal Rara tahu untuk
membelinya memerlukan uang yang cukup banyak baginya. Rara
tidak menyerahkan keinginan Ibunya kepada Bapak, ia justru
berusaha memenuhi keinginan sang Ibu dengan mengumpulkan
uang dari mengamen dan mengojek payung.
Kutipan (2), menggambarkan karakter Rara yang peduli
terhadap orang lain. Rara mengajarkan kepada teman- temannya
untuk menghargai orang lain dengan meminta teman-temannya
untuk tidak mengejek kekurangan Aldo.
Selain kedua kutipan tersebut, berikut ini adalah kutipan
dialog penutur yang dapat menggambarkan karakter penutur.
(3) “Pak...”Bisikan gadis itu masih terdengar diantara sedu sedan.Apakah Bapak mendengar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Kasihan Bapak. Pasti sakit mnenanggung luka separah itu. Tangan Rara membelai lembut kedua tangan Bapak yang bersidekap dan tertutup kain putih.“Sampaikan salam Rara buat Ibu...”
Kutipan (3), menggambarkan karakter Rara yang kuat dan
tegar serta sayang kepada kedua orang tuanya. Rara meskipun
menangis di hadapan jasad Bapaknya, ia tetap berusaha berbicara
kepada Bapak. Rara masih mengingat sang Ibu yang telah pergi
mendahului Bapak dengan menitip salam kepada Bapak karena
dia yakin Bapaknya akan mendengar apa yang ia katakan dan
menyampaikan salamnya.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam
sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu
keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh
dalam cerita. Berikut ini kutipan yang dapat menggambarakan
karakter Rara dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(4) Seorang perempuan, sepantaran Bude, dengan bedak tebal dan bibir merah duduk di atas pangkuan bapak-bapak paro baya. Sebagian lagi menemani berjoget atau menuangkan minuman ke dalam gelas dan mengupas kacang kulit lalu menyuapkannya ke mulut pengunjung laki-laki.Pakaiannya ketat dan pendek. Persis baju-baju yang dikenakan bude Asih.Perlahan Rara mulai paham.Rara mengangguk. Akbar dan Rafi menarik napas lega.“Jadi, pelacur itu kerjaannya dipangku, joget, sama nemenin makan dan minum, gitu?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Kedua anak lelaki di depannya berpandangan. Garuk-garuk kepala mereka yang tidak gatal (Nadia, 2011: 44).
Kutipan (4) menggambarkan lokasi percakapan di tempat
lokalisasi (tempat melacur/ menjual harga diri), situasinya Akbar
dan Rafi menjelaskan kepada Rara mengenai pertanyaannya apa
yang dimaksud dengan melacur atau pelacur. Disini akbar dan
Rafi memberikan gambaran aktifitas pekerjaan sebagai pelacur
yang tidak baik.
Kutipan (4) menunjukkan karakter Rara yang polos dan
lugu. Rara melihat dengan mata kepalanya apa yang membuatnya
selama ini bingung. Rara tidak mengerti mengapa pekerjaan
‘melacur’ di sebut tidak halal. Setelah Rara melihat dan
mendengar penjelasan Akbar dan Rafi, ia menarik kesimpulan
pengetahuannya mengenai “pelacur”, akan tetapi itu bukan yang
dimaksudkan oleh kedua sahabatnya.
c. Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan salah satu tokoh mengenai
karakter Rara yang aneh tetapi juga optimis dan pemimpi.
(5) “Ada apa, Ra?”Bu Alia menegurnya lembut. Rara menggeleng. Tersipu. Cepat-cepat duduk di bangkunya. Dari belakang terdengar bisik-bisik, “Pasti nggak jauh dari urusan jendela. Lama-lama dia bisa kumat kayak emak lo kayaknya, Yat!” (Nadia, 2011: 48).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Kutipan (5) menggambarkan bahwa teman-teman Rara
menganggap Rara aneh. Rara dianggap aneh karena mimpinya
memiliki jendela di rumah perkampungan pemulung yang rata-
rata hanya bangunan kecil dari tripleks bekas dan kardus.
Menurut teman-teman Rara, mimpi Rara adalah mimpi yang
terlalu besar mengingat hidup mereka yang susah. Akan tetapi,
ejekan dan pelbagai perkataan yang diterima Rara tidak mampu
menyurutkan mimpi gadis kecil itu.
d. Kualitas mental tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Kualitas mental
Rara dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
adalah kuat. Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa kualitas
mental Rara kuat.
(6) “Jendela itu penting soalnya...”“Kalau ada jendela kita nggak perlu nyalain lampu, lagi!”“Meski di dalam rumah, ketika hujan, kita tetap bisa melihat pemandangan di luar!”Begitu kampanye Rara. Tidak peduli sebagian teman masih mengejek keinginannya yang dianggap aneh.“Anak kampung pengin jadi anak kota? Kenapa nggak sekalian aja minta AC!”“Jendela? Buat beli buku aja susah, ngomongin jendela!”“Itu akibatnya kalau sering berteman sama anak orang kaya!”Rara diam saja. Suara tawa yang menertai kalimat-kalimat sinis dari teman-teman sekelas yang lain tidak menggoyahkan keinginan gadis berambut panjang itu(Nadia, 2011: 73).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Kutipan (6) menggambarkan bahwa mental Rara kuat. Rara
tetap meneruskan mimpinya meskipun teman-teman banyak yang
mengejek dan mengacuhkan mimpinya. Rara tetap tahan
mendengar ucapan teman-teman yang selalu merendahkan
mimpinya. Selain kutipan (6) yang menunjukkan bahwa Rara
memiliki mental yang kuat, kutipan berikut ini juga
menggambarakan mental Rara yang kuat.
(7) Suara cekikikan terdengar dari deretan kursi-kursi kayu kusam, di belakangnya.“Makanya jangan suka bengong, Ra!”“Kayaknya sih nggak jauh dari utusan jendela!”“Jendela? Ntar dia minta AC lagi lama-lama...”Rara tak menanggapi. Hanya melirik sekilas ke sumber suara, sebelum pelan-pelan duduk di bangkunya (Nadia, 2011: 5).
Kutipan (7) menggambarkan mental Rara yang tidak mudah
marah dan emosi. Rara telah menerima ejekan teman-temannya,
meskipun Ia kecewa namun ia tak lantas membalas teman-
temannya.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu
dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat
menggambarkan karakter tokoh melalui nada, suara, tekanan,
dialek.
(8) .... Bude yang mengenakan baju bagus-bagus, meski meurut Rara agak kesempitan dan kependekan. Kadang dia khawatir melepas Bude yang keluar di saat langit mulai gelap.“Bude nggak takut ngelewatin kuburan?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Bude tersenyum , menggeleng.“Rara tahu hantu tidak ada, tapi masih takut, hihihi...” (Nadia, 2011: 38).
Kutipan (8) menunjukkan nada bicara Rara yang lembut
karena tidak ada kesan ataupun tanda yang menunjukkan nada
bicara yang kasar. Melalui kutipan tersebut menunjukkan bahwa
Rara sosok yang manja dan lembut. Senyum di akhir ucapannya
untuk membuat budenya terhibur dan agar budenya tahu ia
ketakutan jika keluar malam. Selain itu, kutipan tersebut
menunjukkan karakter Rara yang penuh perhatian kepada
budenya.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Berikut ini kutipan yang
menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Rara melalui
tindakan tokoh.
(9) Malam itu Rara berdoa agar awan-awan mendung menumpahkan hujan sederas-derasnya. Lebih banyak hujan, berarti payungnya akan lebih dicari orang.Tapi, kalau hujan rumahnya juga akan kebocoran. Rara lupa itu.Esok sore kaki-kakinya berlari riang tak sabar di jalan tanah yang becek. Senandung kecil tak surut dari mulut anak perempuan itu meski beberapa kali langkahnya tergelincir di jalan setapak yang menjadi licin karena genangan air hujan.Sebuah kantung plastik hitam di tangannya, terasa hangat dan berbau sedap. Nasi rendang buat Ibu dan adik (Nadia, 2011: 34).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Kutipan (9) menggambarkan karakter seorang pahlawan.
Rara bekerja lebih giat agar keinginan Ibu yang sedang
mengandung dapat terpenuhi. Rara yang masih kecil memiliki
pikiran yang sangat mulia. Rara merelakan uang yang
didapatkannya dari mengojek payung dengan susah payah hanya
demi adik dan Ibunya. Selain kutipan (7), kutipan berikut
menggambarkan karakter Rara berdasarkan tingkah lakunya.
(10) “Ra... Rara malu nggak ja... jad...jadi te...teman Aldo?”Rara menggeleng cepat. Bahkan tanpa perlu berpikir. Wajah gadis kecil itu membuat lekukan senyum yang lucu dan tulus (Nadia, 2011: 151).(11) Aldo sudah terduduk lemas. Rara bersimpuh tak jauh dari sahabatnya, masih berusaha menarik-narik tangan Aldo. Teriakannya semakin lirih. Tapi anak lelaki berambut ombak itu menggelengkan kepala.“Ra... per... pergi! Pergi...”Rara menggeleng. Mulai menangis. Tidak, dia tidak akan meninggalkan Aldo sendirian. Seorang sahabat tidak akan melakukan itu untuk kepentingannya sendiri.Allah...Bibir mungil anak perempuan itu mulai berdoa. Ayat kursi. Surat An-Naas, Al Fatihah... apa saja (Nadia, 2011: 169).
Kutipan novel (10) menggambarkan bahwa Rara
adalah tokoh yang tulus. Rara tulus bersahabat dengan Aldo
meskipun Aldo memiliki kekurangan. Selaras dengan kutipan
(10), kutipan (11) menggambarkan ketulusan Rara melindungi
sahabatnya dengan terus menemani meskipun bahaya sedang
mengintai mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Pada kutipan (11) pula, dapat dilihat Rara memiliki
karakter religius. Disaat bahaya yang tengah dihadapinya, Rara
tetap berdoa dan mohon perlindungan Tuhan. Kutipan berikut
ini juga menggambarkan karakter Rara melalui tindakannya.
(12) Setelah semua kesenangan itu, Rara akan mengirimkan alfatihah buat kedua orang tua yang disayanginya.Lembar kehidupan baru menanti bagi Rara, Bude Asih dan Simbok, di sebuah rumah peristirahatan milik keluarga Aldo yang kini dipercayakan kepada mereka.Semua yang terjadi mengembalikan keyakinan Rara akan doa, juga semangatnya untuk mencatat setiap keinginan, harapan dan cita-cita yang ingindicapainya. Seperti terus melanjutkan sekolah dan menjadi orang besar (Nadia, 2011: 174).
Kutipan (12) menggambarkan karakter Rara adalah
patuh terhadap orang tua serta optimis. Rara tetap mengingat
bapak dan ibunya dengan mengirim doa .
Rara optimis bahwa mimpinya dapat terwujud, hingga
ia dapat membuktikan bahwa segala sesuatu yang dilakukan
dengan yakin akan menjadi kenyataan pada akhirnya. Rara
juga tidak putus asa, ia tetap melanjutkan sekolah karena
optimis bahwa ia kelak akan menjadi orang sukses.
(2) Ibu
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Ibu
ditemukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan
peristiwa. Berikut ini adalah kutipan dialog yang dapat
menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Ibu.
(13) Berdoa, Ra... mengaji. Minta sama Allah.”“Apa Allah selalu mengabulkan doa?”.....”Allah mendengar doa, Ra. Allah nggak pernah menyiakan doa yang meminta.”Rara tidak puas, mengejar lagi, “Tapi apa pasti dikabulkan Bu? Rara ingin punya jendela...” kalimat itu menggantung sejenak sebelum bersuara pelan, “Rara juga ingin Ibu sembuh.”Perempuan dengan wajah teduh itu menggenggam tangan anak satu-satunya, sebelum berbisik, “Allah pasti mengabulkan sertiap doa, Ra. Tapi kadang ada doa-doa lebih penting yang harus didahulukan.” (Nadia, 2011: 2).
Kutipan dialog (13), menggambarkan karakter Ibu yang
penuh kelembutan, taat beribadah, dan penasihat yang baik. Ibu
mengajarkan kepada anaknya agar Rara selalu berdoa kepada
Tuhan.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam
sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu
keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh
dalam cerita. Berikut ini kutipan yang dapat menggambarakan
karakter Ibu dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(14) Tidak disangkanya, Ibu yang sedang sibuk mengelompokkan sampah-sampah di hadapannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
masih bisa menangkap langkah putri satu-satunya yang menjauhi rumah triplek mereka.“Main, Bu.”“Sama siapa?”“Rafi,..., ...,”“Sudah shalat Zuhur?” (Nadia, 2011: 15).
Kutipan (14) menggambarkan lokasi di perkampungan
kumuh serta situasi pada siang hari ketika Ibu bekerja. Kutipan
(14) menunjukkan karakter Ibu yang penuh perhatian. Di tengah
kesibukan Ibu bekerja, ia masih memerhatikan putrinya yang
hendak pergi.
c. Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan tuturan Rara mengenai karakter
Ibu yang religius.
(15) Pertanyaan ibu yang lain umunya seputar:“Sudah shalat atau belum?”“Sudah mengaji?”Rara hapal itu. Semakin besar dia juga semakin tahu bahwa tidak ada cara lain untuk melepaskan diri dari nasihat Ibu kecuali jika dia sudah mengerjakan semuanya, sekalipun cepat-cepat (Nadia 16- 17).
Kutipan (15) menggambarkan karakter Ibu yang religius
yang rajin berdoa. Ibu juga selalu mengingatkan kepada Rara agar
selalu mengutamakan doa terlebih dahulu di atas segala aktifitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Berikut kutipan
yang menunjukkan karakter Ibu dilihat dari kualitas mentalnya.
(16) Sepertinya Ibu juga tidak pernah menyinggung ngidamnya sama Bapak... (Nadia, 2011: 33).
Kutipan (16) menggambarkan karakter Ibu berdasarkan
kulaitas mentalnya adalah kuat. Ibu dapat menahan keinginannya
sendiri demi keluarga. Ibu tidak mau membebani suaminya
dengan bermanja mengutarakan keinginan mengingat keadaan
mereka yang susah.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu
dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat
menggambarkan karakter tokoh Ibu melalui nada, suara, tekanan,
dialek.
(17) “Shalat juga bisa menjadi penolong kita, Ra... kalau kita sedang susah.”..... Tetapi, ya... Ibu hanya suka bicara panjang-panjang, toh. Tidak pakai aksi teriak atau menyambitnya.Suara ibunya lembut. Ada nada sayang yang membuat iru teman-temannya (Nadia, 2011: 16).
Kutipan (17) menggambarkan karakter Ibu yang lemah
lembut dan bersahaja. Ibu menasihati anaknya dengan suara dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
nada yang lembut tidak pernah dengan suara kasar ataupun
sampai memukul.
f. Karakterisasi melalui tindakan
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Berikut ini kutipan yang
menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Ibu sebagai
pribadi yang sigap dan mampu membaca situasi hati melalui
tindakan tokoh.
(18) Seperti membaca pikiran Rara, Ibu mulai mengusap-usap rambut anak semata wayangnya itu.“Rara bacakan ayat Qur’an untuk memohon kesembuhan, ya? Masih ingat?”Jemari ibu yang bergetar susah payah membuka halaman Al Qur’an yang dibawakan Rara ke pembaringan.Dan di halaman itu, telunjuk Ibu berhenti. Qur’an surat Al Anbiya, ayat 83-84 (Nadia, 2011: 2— 3).
Kutipan (18) menunjukkan karakter Ibu yang sigap. Ibu
dengan cepat berusaha menghibur anaknya setelah membaca atau
memerhatikan apa yang sedang dipikirkan oleh anaknya. Ibu
kemudian meminta anaknya untuk berdoa bagi dirinya sebagai
wujud menenangkan batin anaknya.
(3) Raga (Bapak Rara)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Raga
ditemukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan
peristiwa. Berikut ini adalah kutipan novel yang dapat
menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Raga.
(19) “Nggak boleh!”“Kenapa sih, Pak?”“Pokoknya nggak boleh. Kalau Rara kepengin jajan minta sama Bapak!” (Nadia, 2011: 38).
Kutipan (19) menggambarkan karakter Raga yang mandiri.
Raga mengajarkan kepada anaknya agar tidak membiasakan
meminta kepada orang lain.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam
sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu
keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh
dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter
Raga dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(20) Jendela buat Rara....hhh.Lelaki itu mengeluh.Hidup mereka susah. Masih ada utang biaya rumah sakit yang harus dibayarnya entah ke berapa tetangga saat istrinya jatuh dan pendarahan. Bisa makan sehari-hari sudah alhamdulillah (Nadia, 2011: 68).
Kutipan (20) menggambarkan situasi kehidupan Raga
dengan lamunannya mengenai impian anaknya. Kutipan (20)
menunjukkan bahwa Raga memiliki karakter pejuang. Raga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
berjuang melalui tantangan hidup dengan bekerja keras meskipun
belum sepenuhnya membahagiakan dengan mewujudkan impian
Rara. Kutipan berikut ini juga memberikan gambaran karakter
Raga berdasarkan lokasi dan situasinya.
(21) Ketika malamnya melihat Rara tidur, berdampingan dengan Simbok, lelaki itu memahat kata jendela dalam-dalam di hatinya (Nadia, 2011: 69).
Kutipan (21) menunjukkan situasi pada malam hari di
dalam rumah ketika Rara sudah tertidur. Pada kutipan ini,
menggambarkan karakter Raga sebagai pribadi penyayang. Rasa
sayang kepada sang anak membuat ia selalu memikirkan harapan
anaknya.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan novel salah satu tokoh Raga
yang memiliki karakter bertanggung jawab terhadap janjinya.
(22) Bapak... lelaki itu memenuhi janjinya. Mata Rara berkaca. Butiran bening yang sempat terhenti meluncur lagi di pipi (Nadia, 2011: 115).(23) Ya. Bapaknya pahlawan. Lelaki yang tidak mementingkan keselamatannya sendiri. Sosok sederhana yang kuat dan bertanggung jawab. Tidak pernah dia melihat Bapak membentak atau memarahi Ibu, ketika perempuan itu masih bersama mereka dulu.
Kutipan (22) menggambarkan bahwa Raga pribadi yang
menepati janjinya. Sampai akhir hayatnya, ia telah melunasi janji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
mewujudkan mimpi anaknya memiliki jendela meskipun belum
sempat diberikan kepada sang anak. Kutipan (23)
menggambarkan nilai-nilai kebaikan berupa tanggung jawab,
pahlawan, sederhana, dan tidak kasar. Dengan demikian dapat
disimpulkan Raga berkarakter baik.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Perhatikan
kutipan berikut ini.
(24) Dengan gaya seperti pesulap amatiran, lelaki berperawakan kurus itu menarik kain yang menutupi triplek yang menjadi dinding rumah mereka.“Jendela... Rara! Tarraaa...”Seharusnya Rara melompat, berteriak kegirangan.Seharusnya dia memeluk Bapak dengan rasa terima kasih. Bagaimana pun lelaki itu telah berusaha.Ini menjadi catatan Rara kemudian setiap mengingat hari di mana Bapak memberinya kejutan jendela.Tapi yang terjadi tidak demikian.Rara terdiam, melongo.Dia tak menemukan jendela impian. Hanya lukisan jendela yang dibuat Bapak dengan sisa-sisa cat (Nadia, 2011: 67).
Kutipan (24) berdasarkan kualitas mentalnya, karakter
Raga ialah seorang yang tidak mudah berkecil hati. Raga telah
berusaha mewujudkan mimpi Rara semampunya, meskipun
usahanya tidak disambut baik oleh Rara tetapi ia tidak marah
dengan sikap anaknya yang kecewa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Raga melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
(25) “Kalau memang ada niat, pasti ada. Kerjaan apa saja, tapi jangan melacur, Mbak!” Suara Bapak penuh kemarahan (Nadia, 2011: 41).(26) “Besok pagi, aku mau Mbak keluar dari rumah ini. Pekerjaan Mbak nggak bagus buat Rara. Aku nggak butuh uang haram untuk ngasih makan Rara dan Simbok!” (Nadia, 2011: 42).
Kutipan (26) menunjukkan nada bicara yang keras dengan
tekanan dibeberapa kata, akan tetapi jika dilihat kalimat yang
disampaikan bukan berarti nada atau suara keras Raga
mengesankan ia sosok yang pemarah. Melalui kutipan tersebut
dapat disimpulkan karakter Raga yang tegas. Rara tegas bahwa ia
tidak suka pekerjaan saudaranya dan ia tidak mau pekerjaannya
memberi pengaruh buruk bagi keluarga yang lain.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Berikut ini kutipan yang
menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Raga sebagai
pribadi yang penuh kasih dan sigap melalui tindakan tokoh.
(27) Maafin Bapak, ya Ra...”Pelan kepala Rara mengangguk. Sebelumnya dia tak mengerti betapa besar keinginan anak satu-satunya itu untuk memiliki jendela... (Nadia, 2011: 68).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
(28) Tak ada waktu lagi. Api berkobar makin tinggi. Satu dua tetangga tampak bejibaku memadamkan api di depan rumah Raga agar tidak merembet ke rumah-rumah sebelahnya. Lelaki itu melepaskan kusen dan jendela bekas dari tangannya, lalu tanpa berpikir berlari memasuki rumah (Nadia, 2011: 103— 104).
Kutipan (27) menggambarkan Raga memiliki kasih yang
begitu besar terhadap sang anak. Kutipan (28) menggambarkan
Raga sosok yang sigap dan tanggap dalam menghadapi persoalan.
Raga dengan sigap ikut ambil bagian menyelamatkan keluarganya
ditengah kebakaran hebat dan menghiraukan keselamatannya.
(4) Rafi (Teman Rara)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Rafi
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan
peristiwa. Berikut ini adalah kutipan novel yang dapat
menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Rafi.
(29) “Besok-besok lo... elo ngumpet aja kalau bo... bo...”“Bola? Bodrex? Bo...”Hihihi. Teman-temannya itu... masih saja menggoda Rafi! Rara nyengir.“Bu... bukan. Maksud gue, bokap sama... nyo... nyo...”“Nyolek? Nyosor? Nyopet?”Tapi Rafi tidak marah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
“Maksud gue nyokap lo. Bo... bokap sama nyokap lo... ma... ma...ma”“Makan? Madat? Maling?”Tapi lagi-lagi Rafi nggak marah, “Marah. Su... supaya lo pade ka...gak kena ti...”“Tikus? Tilep? Tidur? Ti...”“Ssst... udah... udah.” Rara nggak tega juga.“Yang bener tim... timpuk!” Rafi menyelesaikan kalimatnya susah payah. Tapi bibirnya yang terbuka menampilkan deretan gigi-gigi gingsul berantakan itu menyunggingkan senyum lebar (Nadia, 2011: 12).
Kutipan (29) menggambarkan karakter Rafi yang
penyabar. Rafi memiliki kekurangan kesulitan dalam berbicara, ia
sering diejek oleh teman-teman. Tetapi ia tidak pernah marah.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Rafi dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(30) Sementara Rafi, anak lain yang mengingatkannya pada Aldo tampak berpikir keras.“Mung...mung...mungkin...”“Ya?”“Al... Aldo... dan... dan... dan...” anak lain yang kausnya seperti kekecilan buru-buru menergah.“Cepet dikit kenapa, Fi! Kak Adam, kan nggak punya waktu semalaman di sini!”...Jawaban anak lelaki yang sulit bicara menghantarkan langkahnya ke rumah seseorang... (Nadia, 2011: 153).
Kutipan (30) menggambarkan lokasi di perkampungan
pemulung dengan situasi menegangkan. Rafi menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
karakter pemberi solusi masalah. Rafi berpikir keras mencari tahu
dalam dirinya di mana keberadaan kedua sahabatnya dan
mengutarakan pendapat meskipun dengan terbata-bata.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh
mengenai Rafi yang memiliki karakter percaya diri.
(31) Entah benar entah tidak. Tapi Rafi tampak bangga dengan pengetahuannya, dan Rara senang melihat temannya punya sesuatu yang orang lain tidak tahu. Itu bagus buat Rafi, menurut Rara. Soalnya teman-teman sering agak keterlaluan mengolok-olok Rafi (Nadia, 2011: 81).
Kutipan (31) menunjukkan bahwa Rafi tampil percaya diri
dengan pengetahuannya, meskipun teman-temannya sering
meragukan.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Perhatikan
kutipan berikut ini.
(32) Menurut gu... gue, i...ini ka...ka...karena kom... kom...”Dalam kondisi biasa anak-anak lain sudah berebutan meledek Rafi yang bicaranya selalu gagap itu. Tapi sekarang, hanya tatapan lesu yang tersisa di antara mereka.“Kom... kom...maksud gu...gue, kom... kompor... gas!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Tidak ada juga yang tertarik menimpali... (Nadia, 2011: 107).
Kutipan (32) menunjukkan karakter Rafi berdasarkan
kualitas mentalnya tegar. Rafi tetap tegar dan tidak marah ketika
teman-temannya tidak memperdulikan ceritanya ceritanya bahkan
ceritanya terkesan tidak menarik.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Rafi melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
(32) “A... ak...ak...”“Aki?”“Akan?”“Aklit sepakbola?”Keempat anak itu tertawa lagi. Makin maksa deh. Yang ada kan atlit, bukan aklit...Rafi tersipu. Namun seperti biasa tetap meneruskan kalimatnya,“Ak...aku akan pu...pu... punya jendela, ju...ga!”(Nadia, 2011: 135).
Kutipan (32) menunjukkan nada, suara, dialek dan
penekanan yang tidak jelas sehingga menggambarkan karakter
Rafi seorang yang gagap atau kesulitan dalam berbicara. Rafi
tidak dapat berbicara secara normal.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
(33) “Pesta orang kaya, biasanya makanannya banyak Fi. Sayang kalau sampai terbuang sia-sia. Kata Bu Alia juga gitu kan. Makanan nggak boleh sia-sia... ti namanya mubazir.”Rafi mangut-mangut jempolnya di arahkan ke Akbar (Nadia, 2011: 78).
Kutipan (33) menggambarkan karakter Rafi yang mudah
terpengaruh. Rafi mengacungkan jempol ke arah Akbar yang
berarti setuju saja dengan rencana Akbar tanpa berpikir kembali.
(5) Akbar (Teman Rara)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Akbar
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan
peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini.
(34) “Lagian, bapak lo nakutin gitu, berani nge... nge...”
“Ngelawak? Ngelaba? Nge...”Akbar bukannya serius malah seperti main tebak kata (Nadia, 2011: 10).
Kutipan (34) menggambarkan karakter Akbar melalui
dialognya adalah seorang yang humoris dan suka usil. Akbar
mampu menimbulkan gelak tawa temannya tetapi dengan cara
mengganggu Rafi ketika berbicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Akbar yang gemar menolong teman dan berbagi dilihat
dari lokasi dan situasi percakapan.
(35) “Ssst... jadi lokalisasi itu apa?”Akbar tidak menjawab, tangannya menunjuk ke satu arah.
Seorang perempuan, sepantaran Bude, dengan bedak tebal dan bibir merah duduk di atas pangkuan bapak-bapak paro baya. Sebagian lagi menemani berjoget atau menuangkan minuman ke dalam gelas dan mengupas kacang kulit lalu menyuapkannya ke mulut pengunjung laki-laki(Nadia, 2011: 44).
Kutipan (35) menggambarkan situasi di lokalisasi atau
tempat pekerja seks komersil. Akbar memberi gambaran kepada
Rara mengenai kebingungan Rara mengartikan pekerjaan Budenya.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Akbar.
(36) ...Anak laki-laki berusia sebelas tahun itu, santai aja. Hanya sedikit meringis saat Rafi menekan lebam di tangannya.
Uniknya, baik Akbar maupun Yati biasa saja. Mereka nggak menangis. Paling cemberut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
sebentar, dan tidak lama kemudian sudah tertawa dan asyik bermain lagi (Nadia, 2011: 11).
Kutipan (36) menggambarkan karakter Akbar yang tegar
menghadapi masalah hidupnya. Akbar beberapa kali mendapatkan
perlakuan kasar dari Bapaknya, akan tetapi itu tak membuatnya
larut dalam kesedihan dan tidak membuatnya marah maupun
dendam kepada Bapaknya.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Perhatikan
kutipan berikut ini.
(37) “Ada badut nggak, ya?”Pertanyaan itu terlontar juga.Akbar takut badut? Baru tahu! Maksudnya... Akbar, dengan bapaknya yang preman dang sangar itu... tapi takut badut. Kan lucu... hehehe (Nadia, 2011: 87).
Kutipan (37) menunjukkan karakter Akbar penakut dan
terkesan aneh. Akbar yang biasa menghadapi Bapaknya yang kasar
dan seram justru takut dengan badut.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Akbar melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
(38) Bude Asihmu itu lonte, Ra!” Akbar memotong.
“Bukan, kata Bapak... bude malacur. Bukan lonte!” Rara membela diri.
“Pelacur, lonte, jablay, sama aja!”Akbar menghembuskan napas panjang. Susah menjelaskan pada Rara (Nadia, 2011: 43).
Kutipan (38) memperlihatkan Akbar mulai menggunakan
tekanan di akhir ucapannya untuk memberi penjelasan dan
pengertian kepada temannya. Melalui penekanan ini, dapat
disimpulkan bahwa karakter Akbar adalah mudah emosi tetapi
dapat menahannya. Akbar mampu menahan emosi dengan
menghembuskan napas panjang di akhir dialognya.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(39) Dan Akbar yang doyan makan itu, benar-benar tidak membuang kesempatan, termasuk mengerahkan pasukan plastiknya, agar tidak ada makanan yang terbuang.“Ambil apa-apa yang banyak!” ujarnya memberikan instruksi (Nadia, 2011: 88).
Karakterisasi melalui tindakan tokoh Akbar pada kutipan
(39) menunjukkan bahwa Akbar adalah pribadi yang rakus. Akbar
menginginkan makanan yang banyak dengan mengerahkan semua
teman-temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
(6) Alia (Guru)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Alia
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Kutipan berikut ini menggambarkan karakter Alia melalui dialog.
(40) Bukannya anak band itu identik dengan minuman keras dan drugs?”Uups. Pertanyaan itu!Alia kontan menutup bibirnya. Mereka memang mulai akrab, tetapi bagaimanapun usia pertemanan yang terjalin masih seumur jagung (Nadia, 2011: 60— 61).
Kutipan (40) menggambarkan karakter Alia yang tidak
mudah percaya kepada orang lain dan suka main hakim sendiri.
Alia tidak langsung percaya dengan kebaikan Adam, Ia justru
mengira Adam sama seperti anak band lain yang pasti
mengkonsumsi obat-obat terlarang.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Alia dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
(41) Permintaannya mungkin akan melahirkan kemarahan tambahan bagi Abbah dan Ummi. Anak gadis mereka keluar malam-malam... apa kata tetangga?Tapi Alia tidak bisa berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa ketika Rara dan Aldo tak jelas keberadaannya (Nadia, 2011: 160).(42) “Pagi Alia nggak bisa menjenguk Rara, Abah. Kan Alia harus kuliah.”Sekarang...Hening. Abah belum mengizinkan Alia ikut mencari dua anak yang hilang itu... (Nadia, 2011: 102).
Kutipan (41 & 42), menggambarkan lokasi percakapan di
rumah Alia pada situasi menegangkan di tengah hilangnya Aldo
dan Rara. Berdasarkan kedua kutipan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Alia memiliki karakter pemberani dan pahlawan. Alia tidak
bisa membiarkan muridnya hilang, ia berkeinginan ikut mencari
meskipun konsekuensinya ia harus berani meminta izin kepada
kedua orang tuanya.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Alia.
(43) Kalau Bu Alia lain lagi. Perempuan berkerudung itu banyak mengingatkannya untuk meluruskan cara berdoa (Nadia, 2011: 135).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Kutipan (43) menggambarkan karakter Alia yang religius.
Alia selalu menasehati dan mengajarkan kepada Rara agar tetap
berdoa kepada Tuhan.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Perhatikan
kutipan berikut ini.
(44) Awalnya ada yang mencurigai niat baik gadis itu. Bahkan mengira Alia disponsori kelompok atau partai tertentu.Tapi Alia terus meyakinkan, tidak ada siapa-siapa di belakangnya kecuali Allah.“Gratis? Tidak mbayar?”Tanya seorang Ibu kepadanya dengan nada galak, tak percaya.Alia mengangguk (Nadia, 2011: 23).
Kutipan (44) menunjukkan karakter Alia yang pemberani
dan kuat. Alia tetap berani menghadapi orang tua siswanya
meskipun pada awalnya ia harus mendapatkan berbagai penolakan
tetapi ini tidak menyurutkan semangatnya.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Alia melalui nada, suara,
tekanan, dialek.
(45) “Boleh Alia pikirkan dulu, Abah?” suara Alia hati-hati (Nadia, 2011: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Kutipan (45) menunjukkan karakter alia yang lembut dan
santun. Alia yang tak kuasa menolak keinginan Abah untuk
menikah mencoba memberi pengertian kepada Abah bahwa ia
belum siap menikah dan memikirkan rencana Abah tersebut. Alia
menyampaikan pendapatnya dengan pelan-pelan dan lembut.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(46) Sambutan hangat dari anak-anak dan warga sekitar mengobarkan semangat Alia. Lima kali sepekan, usai kuliah Alia mengajar di sekolah singgah itu. Berbagi sedikit ilmu juga mimpinya (Nadia, 2011: 24).(47) Alia tidak bisa memberikan harapan. Dia tidak boleh mempermainkan hati orang lain. Apalagi musibah yang dialami Rara, salah satu anak didiknya, membuat gadis itu merasa egois jika hanya memikirkan urusannya sendiri tanpa berusaha meringankan kesedihan gadis kecil berambut panjang, yang menyimpan impian tentang jendela itu (Nadia, 2011: 63).
Kutipan (46) menunjukkan bahwa Alia memiliki karakter
pahlawan tanpa tanda jasa. Alia rela mengajar di sekolah singgah
dan menyisakan waktu di tengah aktifitas kuliahnya.
Kutipan (47) menunjukkan Alia yang tidak mudah
memberi harapan dan mengutamakan orang lain. Alia tidak begitu
saja memberikan harapan kepada Adam karena ia tidak mau
menyakiti. Sebaliknya, Alia justru memikirkan perasaan Rara yang
sedang mengalami musibah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
(7) Abah Alia (Bapak Alia)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Abah
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(48) “Abah sama Ummi ingin Alia menikah.” (Nadia, 2011: 20).(49) “Alia baru masuk kuliah lagi, Abah. Lagian, mau nikah sama siapa?”Abah dan Ummi berpandang-pandangan, sambil melempar senyum. Pertanda buruk bagi Alia.“Teman Alia juga waktu kecil. Ingat sama Deni? Anak Dokter Maman, tetangga kita waktu di Sukabumi?” (Nadia, 2011: 21).
Kutipan (48 & 49) menggambarkan krakter Abah keras
kepala. Abah memaksa anaknya untuk nmenikah dengan pria
pilihan Abah dan tidak memperdulikan apakah anaknya mencintai
atau tidak terhadap lelaki pilihannya.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Abah dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
(50) “Abah sama Ummi ingin Alia menikah.”Kalimat serupa petir di siang hari, ungkapan itu meski klise tapi cukup mewakili perasaan Alia saat itu (Nadia, 2011: 20).
Kutipan (50), menggambarkan lokasi di rumah Alia pada
waktu siang hari dengan suasana menegangkan. Melalui kutipan
tersebut, karakter Abah digambarkan sebagai seorang yang egois.
Abah menginginkan anaknya menikah tanpa melihat apakah
anaknya telah benar-benar siap menikah.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Abah.
(51) Persoalannya, pertunangan sudah diresmikan, dengan tata cara yang diminta orang tua meski tidak disepakatinya. Seandainya saja dia lebih berani bicara dan menolak kehendak Abah dan Ummi (Nadia, 2011: 59).
Kutipan (51) menggambarkan karakter Abah yang teguh
pada pendiriannya sendiri tanpa mendengar pendapat orang lain
atau dengan kata lain egois. Alia merasakan bahwa keinginan Abah
untuk menjodohkan Alia tidak membuat Alia merasa nyaman.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
(52) “Alia belum ingin menikah.”Kalimat itu diucapkannya cepat-cepat beberapa hari lalu dengan kepala tertunduk. Tak berani menghadapi kemarahan Abah... (Nadia, 2011: 160).
Kutipan (52) menunjukkan karakter pemarah. Abah
mudah emosi dan marah jika keinginannya tidak terpenuhi.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Abah melalui nada, suara,
tekanan, dialek.
(52) Kenapa nggak mau jadi sekretaris. Kerja dikantor kan bagus. Dingin, kulit Alia nggak jadi hitam. Nggak perlu kena panas, Ah pokoknya Abah mau kamu jadi sekretaris. Titik!” (Nadia, 2011: 22).
Kutipan (52) menunjukkan karakter Abah yang mudah
tegas karena di dalam kutipan tersebut terdapat penekanan kata di
akhir yaitu kata “Titik!” yang berarti keputusan tidak bisa di
ganggu gugat.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(53) Hening. Abah belum mengizinkan Alia ikut mencari dua anak yang hilang itu bersama pemuda yang meski sopan tapi tampak seperti anak, kalau istilah orang dulu, anak bergajul. Lelaki yang pelispisnya sudah memutih itu masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
mematung memandangi Adam yang salah tingkah. Belum berucap kata sepatah pun.
Kutipan (53) menunjukkan karakter Abah yang
memandang orang berdasarkan penampilan luar. Abah menarik
kesimpulan mengenai karakter Adam begitu saja hanya karena
penampilannya.
(8) Ummi Alia (Ibu Alia)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Ummi
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(54) “Menikahlah Alia... Ummi yakin Deni mengizinkanmu kuliah. Hal-hal ini bisa dibicarakan.” (Nadia, 2011: 24).
Kutipan dialog (54) menunjukkan karakter Ummi yang
pemaksa kehendak. Ummi memaksakan kehendaknya kepada
anaknya untuk menikah dengan lelaki pilihannya.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Ummi dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(55) “Abah sama Ummi ingin Alia menikah.”Kalimat serupa petir di siang hari, ungkapan itu meski klise tapi cukup mewakili perasaan Alia saat itu (Nadia, 2011: 20).
Kutipan (55) menggambarkan situasi di rumah Alia dan
pada siang hari. Melalui kutipan tersebut menunjukkan karakter
Ummi yang egois. Secara tiba-tiba Ummi dan Abah meminta
anaknya harus menikah dengan lelaki pilihannya.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan ungkapan tokoh Alia yang dapat
menggambarkan karakter Ummi.
(56) Ironisnya, ketika tiba di rumah, dua orang tua, yang bakti kepada mereka adalah pembuka surga baginya, justru mencoba mencuri semangat dan cita-citanya (Nadia, 2011: 24).
Kutipan (56) menggambarkan Alia merasa orang tuanya
telah mencuri impiannya akan tetapi ia tidak bisa melawan
kehendak ibunya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
karakter tokoh Ummi adalah tokoh egois.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(57) Tiga hari yang lalu. Untuk peretama kalinya Alia tidak bisa menebak hati Abah, dan harus mengoreknya drai Ummi yang biasanya tak banyak bicara.“Abah malu, Alia. Nggak enak juga sama hubungan baik dengan orang tua Deni. Belum kata tetangga nanti.” (Nadia, 2011: 161).
Kutipan (57) menunjukkan Alia tidak berani menyapa
Abah yang marah tetapi ia menanyakan perasaan Abah kepada
Ummi yang meskipun marah masih menanggapi pertanyaan
anaknya dengan lembut. Ummi dalam kutipan ini berkarakter
lembut.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Ummi melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
(58) “Abah malu, Alia. Nggak enak juga sama hubungan baik dengan orang tua Deni. Belum kata tetangga nanti.” (Nadia, 2011: 161).
Kutipan (58) menunjukkan karakter Ummi yang lembut
karena di dalam kalimat tersebut tidak ada tanda atau penekanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
yang menunjukkan karakter Ummi kasar atau pemarah. Ia
memberikan pengertian kepada anaknya dengan lembut.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(59) Abah hanya mengangguk-anggukkan kepala. Nmungkin masih menimbang-nimbang. Tetapi perempuan yang melahirkannya cepat mendorong Alia ke pintu.“Pergilah... kabari Ummi sama Abah kalau sudah bertemu mereka, ya?” (Nadia, 2011: 162).
Kutipan (59) menunjukkan karakter Ummi yang sigap dan
toleransi tehadap orang lain. Ummi dapat membaca raut wajah Alia
saat meminta izin kepadanya. Ummi juga mengizinkan Alia yang
pergi malam hari mengingat hilangnya anak didik Alia.
(9) Yati
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Yati
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(60) Rara memandang heran. Tak percaya.“Begitu kamu punya adik, kamu nggak penting lagi!” Yati ikut menjelaskan. Seorang bayi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
berusia setahunan menggelendot di gendongan, “Repot!”“Ssst... terutama ji... jika ibunya kumat, Ra!” Rafi berbisik (Nadia, 2011: 31).
Kutipan (60) menunjukkan bahwa Yati berkarakter iri.
Yati iri dengan adiknya, karena semenjak kehadiran sang adik Yati
merasa sudah tidak penting lagi di mata orang tuanya.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Yati yang tegar dan sabar dilihat dari lokasi dan situasi
percakapan.
(61)Trus, lo juga susah kemana-mana, kecuali kayak gini nih...” Akbar menunjuk Yati, “Adiknya dibawa terus. Pokoknya repot deh!” (Nadia, 2011: 32).
Kutipan (61) menggambarkan situasi percakapan yang
tegang disela-sela obrolan ketika mereka bermain. Kutipan (61)
menunjukkan karakter Yati yang tegar dan sabar mengasuh adiknya
meskipun ia sedang bermain. Di usianya yang masih kecil, Yati
memiliki tanggung jawab mengasuh adiknya dan membawa
adiknya kemanapun ia berada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Yati.
(62) Dia tidak menanggapi, takut ibunya Yati kumat dan akhirnya Yati harus mengurusi adiknya yang masih bayi itu, dan karenanya tidak bisa bermain (Nadia, 2011: 39).
Kutipan (62) menunjukkan karakter Yati yang patuh dan
takut terjadap orangtuanya. Yati tidak menolak ketika ibunya
meminta menjaga adiknya hingga ia tidak bisa bermain bersama
teman-temannya.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(63) Ibunya sering kesetanan, cepat sekali naik darah. Kalau sudah marah teriak-teriak seperti orang gila dan mengakibatkan Yati harus menanggung malu, karena gadis bertubuh kurus tinggi itu juga harus sigap mengelak, sebab jika kumat, Ibunya tak hanya memukuli kepala tetapi suka melempari Yati dengan barang-barang. Pernah batu bata sepanjang lengan Rara melayang dan hampir mengenai kepala Yati....Yati biasa saja. Mereka nggak menangis. Paling cemberut sebentar, dan tidak lama kemudian sudah tertawa dan asyik bermain lagi (Nadia, 2011: 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Kutipan (63) menunjukkan mental Yati yang kuat dan
tidak pendendam. Yati sering merasakan pukulan dan luapan
kemarahan sang Ibu. Namun, Yati tidak marah maupun menjadi
larut dalam kesedihan di depan teman-temannya. Yati juga tidak
menaruh dendam ketika menghadapi ibunya.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Yati melalui nada, suara,
tekanan, dialek.
(64) Yati yang bertubuh kurus dan sehari-hari hanya mengenakan rok dan atasan kaus yang warnanya sudah pudar itu, menambahi, “Mana anak kecil kerjaannya nangis mulu. Kalau nggak nangis sakit deh. Batuk, pilek lah... heh.. uang jajan yang buat kita aja kurang, sekarang harus dibagi!” (Nadia, 2011: 31).
Kutipan (64) menunjukkan penekanan-penekanan
dibeberapa kata terutama penjelasannya seputar beban yang ia
rasakan setiap hari dalam mengurusi adiknya untuk mempengaruhi
temannya. Hal ini menggambarkan Yati yang tidak suka anak kecil
dan pemberi pengaruh. Yati tidak suka mengurusi adiknya karena
beberapa faktor, kemudian ia mempengaruhi Rara agar tidak
senang ketika hendak memiliki adik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(65) “Gini deh... biar ngerti, besok malam kamu ikut aku. Yati sama Rafi juga.”Yati menggeleng,“Aku udah tahu artinya. Lagian adikku sakit panas.” (Nadia, 2011: 43).
Kutipan dialog (65) menggambarkan Yati yang menolak
pergi bersama teman-temannya karena adiknya sedang sakit.
Kutipan ini menunjukkan bahwa Yati pribadi yang bertanggung
jawab. Yati bertanggung jawab terhadap adiknya yang
dipercayakan kepada Ibunya untuk di asuh. Yati memilih merawat
dan menjaga adiknya daripada pergi dengan Akbar, Rara, dan Rafi.
Selain kutipan (65) kutipan berikut ini juga
menggambarkan karakter Yati dilihat dari tindakannya.
(66) Hm... mendoakan agar hubungan ibu guru mereka putus sehingga terbuka harapan untuk Kak Adam.“Jangan...” Yati tidak setuju.“Kita doa saja yang terbaik buat Bu Alia, gimana?”Rara tersenyum. Iya juga. Tumben Yati bijak (Nadia, 2011: 129).
Kutipan (66) menggambarkan bahwa Yati berkarakter
bijaksana. Yati mengajak teman-temannya untuk tidak mendoakan
doa yang kurang baik buat Bu Alia, akan tetapi Yati memberi saran
agar mendoakan yang terbaik saja buat Alia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
(10) Bude Asih (Bude Rara)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Asih
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(67) Terdengar kalimat Bude Asih membela diri.“Habis mau kerja di mana? Nyari kerja susah. Kamu pasti tahu itu.”“Kalau memang ada niat, pasti ada. Kerjaan apa saja, tapi jangan melacur, Mbak!” suara Bapak penuh kemarahan.“Memangnya kamu pikir kita makan sehari-hari dari mana? Tidak setiap hari kamu pulang bawa uang.” (Nadia, 2011: 41— 42).
Kutipan (67) menggambarkan bahwa rela melakukan
pekerjaannya demi keluarga. Hal tersebut menunjukkan karakter
rela berkorban. Akan tetapi, kutipan Asih juga menunjukkan
karakter mudah putus asa. Asih tidak mau berusaha mencari
pekerjaan lain karena ia merasa pekerjaan ini yang paling mudah ia
lakukan.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Asih dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(68)... Hanya beberapa jam setelahnya, saat Bude Asih mengetuk pintu mata gadis kecil itu kembali terbuka lebar. Itu artinya sebentar lagi subuh. ... Terdengar kalimat Bude Asih membela diri.“Habis mau kerja di mana? Nyari kerja susah. Kamu pasti tahu itu.”“Kalau memang ada niat, pasti ada. Kerjaan apa saja, tapi jangan melacur, Mbak!” suara Bapak penuh kemarahan (Nadia, 2011: 41-- 42).
Kutipan (68) menunjukkan di dalam rumah ketika pulang
dari pekerjaannya hampir fajar suaasana yang tergambar
menegangkan. Berdasarkan kutipan (68) dapat disimpulkan bahwa
Asih pribadi yang keras kepala. Asih tidak mau mendengar nasihat
Raga agar mencari pekerjaan lain.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Asih.
(70) Bukan, kata Bapak... Bude malacur. Bukan lonte!”Rara membela diri.“Pelacur, lonte, jablay, sama aja!” (Nadia, 2011: 43).
Kutipan (70) menunjukkan bahwa karakter Asi adalah
wanita penghibur, hampir semua masyarakat sekitar tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
tinggalnya mengetahui pekerjaannya. Hal ini membuatnya tidak
memiliki nama baik di mata masyarakat.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(71) “Bude nggak takut ngelewatin kuburan?”Bude tersenyum, menggeleng.“Rara tahu hantu tidak ada, tapi masih takut, hihihi...” (Nadia, 2011: 38).
Kutipan (71) menunjukkan karakter Asih yang pemberani.
Asih yang bekerja pada malam hari itu tidak takut dengan hal-hal
takhyul.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Abah melalui nada, suara,
tekanan, dialek.
(72) “Aku... aku Cuma pengin bantu.”Ada isak tertahan dari kalimat terakhir Bude.
Kutipan (72) menunjukkan karakter Asih peduli terhadap
sesama. Asih bekerja tidak halal untuk membantu Raga menopang
ekonomi keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(73) Rara mengangguk. Tidak berani melawan perintah Bapak. Tapi meski tidak diminta budenya sering menyelipkan uang setiap Rara bermain dengan teman-temannya (Nadia, 2011: 38).
Kutipan (73) menunjukkan Asih adalah orang yang
peduli dan sayang terhadap keluarga. Asih selalu berusaha
memberikan uang untuk Rara meskipun Raga tidak mengizinkan
karena ia sayang kepada Rara.
(11) Ibu Yati
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Ibu Yati
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(74) “Di tempat sampah kok bayangin kupu-kupu!” celetuk ibunya Yati sinis, ketika suatu hari Rara menceritakan keinginannya kepada Yati (Nadia, 2011: 39).
Kutipan (74) menggambarkan Ibu Yati yang sinis ketika
mendengar impian atau cita-cita orang lain. Hal ini menunjukkan
bahwa Ibu Yati berkarakter mudah meremehkan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Ibu Yati dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(75) “Di tempat sampah kok bayangin kupu-kupu!” celetuk ibunya Yati sinis, ketika suatu hari Rara menceritakan keinginannya kepada Yati.Dia tidak menanggapi, takut ibunya Yati kumat dan akhirnya Yati harus mengurusi adiknya yang masih bayi itu, dan karenanya tidak bisa bermain (Nadia, 2011: 39).
Kutipan (75) menggambarkan lokasi percakapan di
rumah Yati dan situasi percakapan memanas. Hal ini menunjukkan
bahwa Ibu Yati memiliki karakter kurang menghargai orang lain.
Ibu Yati tidak menghargai impian Rara bahkan mengejeknya.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Ibu Yati.
(76) “Lo pinteran deh belakangan, Yat!” celetuk Akbar.“Be... betul!”“Pasti karena jendela deh, ibu lo jarang mukul kepala lo kan sekarang? Hehehe.” Nadia, 2011: 139).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Kutipan (76) menunjukkan karakter Ibu Yati yang ringan
tangan. Ringan tangan bukan maksudnya mudah menolong tetapi
muedah memukul anaknya. Karakter Ibu Yati yang ringan tangan
bahkan sudah menjadi hal biaasa bagi teman-teman Yati.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(77) ... Perempuan itu bisa ngamuk habis-habisan hanya karena ada dua ekor kucing yang berkelahi atau berkejar-kejaran, dan menyiram, bahkan menendang mereka, dengan kalap (Nadia, 2011: 39).
Kutipan (77) menunjukkan karakter Ibu Yati dari
kualitas mentalnya adalah mudah emosi dan pemarah. Ibu Yati
mudah emosi hanya karena hal kecil.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Ibu Yati melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
(78) “Di tempat sampah kok bayangin kupu-kupu!” celetuk ibunya Yati sinis... (Nadia, 2011: 39).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Kutipan (78) menggambarkan karakter Ibu Yati yang
kasar. Ibu Yati berbicara dengan nada tinggi karena Ia sinis
terhadap orang lain.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(79) Ibunya sering kesetanan, cepat sekali naik darah. Kalau sudah marah teriak-teriak seperti orang gila dan mengakibatkan Yati harus menanggung malu, karena gadis bertubuh kurus tinggi itu juga harus sigap mengelak, sebab jika kumat, Ibunya tak hanya memukuli kepala tetapi suka melempari Yati dengan barang-barang. Pernah batu bata sepanjang lengan Rara melayang dan hampir mengenai kepala Yati (Nadia, 2011: 11).
Kutipan (79) menunjukkan karakter Ibu Yati yang kasar
dan ringan tangan. Ibu Yati selalu memarahi dan memukuli
anaknya ketika emosinya meluap.
(12) Aldo
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Aldo
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
(80) Pesta ulang tahun Andini minggu ini menjadi sesuatu yang paling ditunggu Rara dan teman-temannya.Aldo benar-benar baik mau mengundang mereka semua.“Nenek... Nenek un... dang teman-teman Al...do.” (Nadia, 2011: 81).
Kutipan (80) menunjukkan karakter Aldo yang suka
berbagi. Aldo mengundang semua teman-temannya agar teman-
temannya merasakan kebahagiaan bersama Aldo di acara pesta
ulang tahun Andini.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Aldo dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(81) “Kasihan.... Ra... Rara, ya... Nekk!”Nenek mengangguk. Mengelus rambut Aldo yang hitam berombak (Nadia, 2011: 111).
Kutipan (81) terjadi di lokasi rumah Aldo dengan situasi
yang menyedihkan. Kutipan ini menunjukkan karakter Aldo
adalah pengertian. Aldo tahu bahwa kabar yang akan disampaikan
akan membuat sahabatnya sedih sehingga ia merasa kasihan.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Aldo.
(82) Rafi, Akbar, Yati, dan lain-lain berpandangan. Masih belum mengerti.“Janji nggak boleh ngeledekin Aldo kalau dia bicara.”Akbar mengangguk-angguk,“Udah gue duga... anak itu emang rada aneh sih.” (Nadia, 2011: 56).
Kutipan (82) menunjukkan karakter Aldo yang aneh.
Aldo yang kesulitan dalam berkomunikasi membuatnya menjadi
aneh menurut Akbar.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(83) Kepala aldo penuh. Pusing.“Kamu tuh berisik! Kamu...”“Kamu... hhh... kamu tuh bikin kakak malu, tahu nggak sih?”“Jangan-jangan diambil lagi sama salah satu anak jalanan yang kemari ketika mereka main atau berenang. Harusnya setiap puloang diperiksa dulu tas mereka satu-satu. Kita kan nggak tahu Mi...”“Ini semua gara-gara Aldo!”..... Aldo duduk diam di dalam taksi, air matanya tumpah tanpa bisa ditahan. Mungkin memang dian aneh... dia... memalukan seperti kata Andini. Tapi dia tidak pernah bermaksud aneh atau mempermalukan siapa pun dengan sengaja. Tidak pernah! (Nadia, 2011: 130).
Kutipan (83) menunjukkan karakter Aldo yang lemah.
Aldo langsung merasa bersalah dan pergi begitu saja dari rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
ketika ia sadar bahwa keluarganya menganggap ia sebagai sumber
permasalahan. Aldo memikirkan ucapan-ucapan yang ia dengar
hingga merasakan pusing.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Aldo melalui nada, suara,
tekanan, dialek.
(84) Aldo tidak langsung menjawab. Matanya berputar-putar seperti biasa. Tangannya bergerak-gerak lebih cepat.“Ngg... Kak Adam.. nya...nyanyi. nyanyi!”“Oh... ada band?”Aldo mengangguk. Senyumnya tersungging lebar (Nadia, 2011: 79).
Kutipan (84) menunjukkan karakter Aldo susah
berbicara (Autis). Nada, suara, tekanan dan dialek yang tidak jelas
secara langsung menggambarkan karakter Aldo yang sulit
berkomunikasi dengan baik.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(85) Aldo sudah terduduk lemas. Rara bersimpuh tak jauh dari sahabatnya, masih berusaha menarik-narik tangan Aldo. Teriakannya semakin lirih. Tapi anak lelaki berambut ombak itu menggelengkan kepala.“Ra.. per... pergi! Pergi...” (Nadia, 2011: 169).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Kutipan (85) menunjukkan karakter Aldo yang rela
berkorban. Aldo meminta Rara meninggalkan dia agar Rara
selamat dari bahaya yang mereka hadapi karena kekurangan Aldo
tidak mampu berjalan menghindari bahaya yang menghadang
mereka.
(13) Nenek Aldo
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Nenek
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(86) “Cincin berlian dengan batu safir hitam itu sudah ada yang mau beli. Kemarin-kemarin masih di kamar. Sekarang...”“Mungkin keselip Ratna...” suara lembut Nenek, “carilah dulu.” (Nadia, 2011: 128).
Kutipan (86) menggambarkan karakter Nenek tidak suka
menyalahkan orang lain. Nenek tidak begitu saja setuju dengan
ucapan Ratna perihal cincin Ratna yang hilang karena ulah teman-
teman Aldo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Nenek dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(87) Alat berbentuk monitor gelap di ruangan itu masih mengeluarkan suara teratur yang sama.Rara memandang berkas sinar matahari yang masuk melalui jendela ruangan rawat inap ini, mulai meredup. Senja sebentar lagi datang.“Rara mau ikut Nenek ke kantin?” tanya Nenek, perempuan tua yang menemani Rara sejak bakda zuhur tadi (Nadia, 2011: 50).
Kutipan (87) menggambarkan lokasi di rumah sakit
dimana Rara sedang menunggu Simbok dan menatapnya dengan
sedih. Pada kutipan ini, menunjukkan karakter Nenek yang
perhatian dan peduli. Nenek datang untuk menemani Rara menjaga
Simbok di rumah sakit.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Nenek.
(88) Aldo benar-benar baik mau mengundang mereka semua.“Nenek... Nenek un... dang teman-teman Al...do.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Ya... ya... nenek Aldo yang lincah itu lucu dan baik hati (Nadia, 2011: 81).
Kutipan (88) menunjukkan karakter Nenek yang baik
hati, ramah, dan lucu. Nenek yang berusia senja dan dari kalangan
atas, tidak sungkan berbaur bersama teman-teman Aldo. Bahkan,
Nenek turut mengundang teman-teman Aldo.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(89) “Kita berdoa, Ratna... semoga Allah melindungi Aldo, di mana pun dia sekarang.” Kalimat itu meski disampaikan dengan keyakinan, tetapi bernada khawatir (Nadia, 2011: 145).(90) “Kita salat malam, ya Ratna... Ummi juga nggak bisa tidur. Hhh, di mana anak itu?” (Nadia, 2011: 158).
Kutipan (89 & 90) menunjukkan kualitas mental Nenek
yang kuat dan tenang, meskipun ia khawatir dengan keadaan
cucunya, ia tetap berusaha menenangkan yang lain dengan
mengajak beribadah.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Nenek melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
(91) “Ra... kita pulang, ya?”Lembut suara Nenek membujuk (Nadia, 2011: 114).
Kutipan (91) menunjukkan karakter Nenek yang lembut.
Nada bicara nenek yanmg lembut menggambarkan karakter Nenek
yang sesungguhnya.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(92) Selama menunggui sosok yang dicintainya, Nenek dan Aldo datang hampir tiap hari. Biasanya mereka akan membaca Al Quran bersama, setelah itu baru mengobrol. Sebelum pulang, Nenek akan memimpin dia dan Aldo memanjatkan doa, agar tubuh yang kini terbaring itu segera sembuh... (Nadia, 2011: 77).
Kutipan (92) menunjukkan karakter Nenek yang peduli
dan religius. Nenek peduli dengan apa yang dialami Rara dan
selalu mengajarkan Rara untuk mendoakan Simbok.
(14) Adam (Kakak Aldo)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Adam
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
(93) “Enak aja. Yang sering ngajak Aldo main di rumah ini siapa? Hayo...”“Sekolah kak.... A...dam kapan se....selesai?”Adam menyentuh rambutnya yang barusan dipakakaikan gel, biar lebih keren.“Tahu, deh! Mama maksa sih. Kak Adam kan senangnya main musik, bukan hapalan pasal undang-undang. Ya kapan kelarnya? Hehehe...” (Nadia, 2011: 125).
Kutipan (93) menunjukkan karakter Adam yang jenaka
dan tidak mudah tersinggung. Akbar tidak merasa tersinggung
maupun minder dengan pertanyaan Aldo, justru Akbar
mengajaknya bercanda dengan kalimat yang lucu.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Adam dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(94) Di luar dugaan, sosok tampan itu mengangguk.“Biasanya nggak ada kontak mata, atau respon seperti senyum atau gerakan anak ketika orang tua mengajak interaksi. Begitu sih yang aku baca...” cowok itu tersenyum. Salah tingkah.“Ada lagi?”Seberapa jauh anak muda ini memahami dunia adiknya?“Ada ... misalnya ketika anak berusia dua sampai tiga tahun sudah bisa atau belum meniru gerakan atau kebiasaan orang tua.” (Nadia, 2011: 123).
Kutipan (94) menggambarkan situasi percakapan yang
serius antara Adam dan Alia. Dalam kutipan tersebut, menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
karakter Adam yang cerdas. Adam memiliki pengetahuan yang luas
mengenai penyakit autis karena Ia peduli dengan adiknya sehingga
dia dapat menangani Aldo dengan pengetahuannya.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Adam.
(95) “Iya, abangnya Aldo lebih asik! Calon suaminya Bu Alia itu mukanya ketus.” (Nadia, 2011: 138).
Kutipan (95) menunjukkan bahwa Adam memiliki
karakter pandai bergaul. Adam mampu bergaul dengan teman-
teman Aldo yang masih kecil dan orang lain dengan cara
menyesuaikan diri sehingga Ia terlihat asyik bagi orang-orang di
sekitarnya.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(96) “Bukannya anak band itu bidentik dengan minuman keras dan drugs?”...Tapi lelaki yang suka mengenakan jaket kulit itu tidak tersinggung. Santai saja saat memberikan jawaban, “Drugs? Nggak lah. Ngerokok aja aku benggak, kok!” (Nadia, 2011: 61).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Kutipan (96) menunjukkan karakter Adam dilihat dari
kualitas mentalnya adalah orang yang tidak mudah naik darah atau
emosi. Pertanyaan dari Alia yang terang-terangan meragukannya
tak lantas membuat Adam tersinggung.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Adam melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
(97) “Bapakmu pahlawan, Ra.” Bisik Kak Adam beberapa waktu lalu sambil mengusap kepala Rara, saat yang lain kehilangan kata-kata (Nadia, 2011: 116).
Kutipan (97) menggambarkan kalimat Adam
disampaikan dengan suara yang pelan dan lembut karena dalam
kutipan menunjukkan Adam berbisik. Kalimat Adam ditujukan
untuk menenangkan hati Rara. Kutipan ini menunjukkan karakter
Adam yang lembut dan penyayang serta bisa menenangkan orang
lain.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(98) Adam lebih rajin menghabiskan waktu dengan Aldo. Anak muda itu bahkan membuang keinginannya merokok jauh-jauh, hanya karena tak ingin menambahi masalah kesehatan Aldo. Penuh kasih, dia mengajak si bungsu ke kamar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
untuk mendengarkan musik. Adam bahkan merelakan gitar yang sebelumnya tidak pernah disentuh siapapun, untuk dimainkan tangan-tangan kecil Aldo (Nadia, 2011: 122).
Kutipan (98) menunjukkan karakter Adam yang tulus,
rela berkorban, penuh kasih, dan sabar. Adam rela membuang
keinginannya merokok demi mementingkan kesehatan Aldo, ia
bahkan rela gitarnya rusak oleh Aldo. Adam dengan penuh kasih,
sabar, dan ketulusannya mengajari Aldo banyak hal melalui
bermain.
(15) Andini (Kakak Aldo)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Andini
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(99) Aldo tidak merasa berbeda. Sekalipun kakaknya sering meledek, ketika dia mengatakan ingin masuk sekolah biasa, seperti sekolah Rara. “Mana bisa.. kamu kan aneh gitu...”Dulu dia hanya tertawa jika Andini melontarkan hal senada, mengira kakaknya mengajak bercanda (Nadia, 2011: 117).
Kutipan (98) menunjukkan karakter Andini yang suka
meremehkan orang. Andini tidak memotivasi justru meremehkan
keinginan Aldo belajar di sekolah biasa karena kekurangan Aldo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Andini dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(100) “Itu Aldo... adik kamu... tahu sendiri dia kan cacat gitu... ngapain di atas panggung, Dini? Apa kata Billy, coba?!”Sepasang mata Andini memanas seketika.Dia hanya ingin ulang tahun ketujuh belasnya berlangsung sempurna. Istimewa bagi dia dan Billy...Dan apa yang dilakukan adiknya?Andini berlari ke belakang panggung (Nadia, 2011: 85).
Kutipan (100) menggambarkan lokasi tempat ulang
tahun Andini dan situasinya memanas. Andini merasa malu karena
adiknya yang cacat muncul di depan teman-temannya serta di
depan Billy laki-laki yang sedang dekat dengannya. Melalui
kutipan (100) dapat disimpulkan bahwa karakter Andini adalah
orang yang tidak mau menerima kekurangan orang lain serta
mengutamakan gengsi.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Andini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
(101) Tapi Kak Dini tidak suka kalau Aldo keluar dan bertemu dengan teman-temannya (Nadia, 2011: 126).
Kutipan (101) menunjukkan karakter Andini yang tidak
mau menerima kekurangan orang lain. Andini merasa malu dengan
teman-temannya karena memiliki adik cacat.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(102) Tapi Andini yang datang, melihat bagaimana Billy dan Aldo tertawa-tawa, langsung melarikan diri ke kamar, tanpa mengucapkan sepatah pun (Nadia, 2011: 127).
Kutipan (102) menunjukkan karakter Andini berdasarkan
kualitas mentalnya gampang tersulut emosi atau pemarah. Andini
marah hanya karena melihat adiknya tertawa dengan Billy.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Andini melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
(103) “Please deh. Kamu tuh berisik! Kamu... “Andini menatap Aldo, yang berdiri hanya semeter darinya (Nadia, 2011: 127).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Kutipan (103) menggambarkan karakter Andini yang
kasar. Kutipan (103) menggambarkan andini memarahi Aldo
dengan penekanan karena di dalam kutipan terdapat tanda (!) yang
berarti keras, seru, atau perintah.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(104) Barusan wajah gadis itu terlihat gusar saat menemukan Aldo mengobrol dengan Billy (Nadia, 2011: 126).
Kutipan (104) menunjukkan karakter Andini yang
mudah cemas. Andini cemas melihat Aldo mengobrol dengan Aldo
memikirkan tanggapan Billy bahwa Andini memiliki adik cacat.
(16) Salma (Teman Rara)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Salma
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(105) Untung kamu kesrempet mobil ya, Ra!” bisik Salma, salah seorang teman Rara.Kecelakaan ringan yang menjadi awal persahabatan dia dan Aldo (Nadia, 2011: 53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Kutipan (105) menunjukkan karakter Salma yang
mampu mengambil hikmah dari sebuah musibah. Salma
menunjukkan hikmah yang Rara dapat setelah kecelakaan yaitu
berteman dengan Aldo.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Salma dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(106) ... Bahkan berenang. Ya! Berenang di kolam renang pribadi milik keluarga Aldo!Untung kamu kesrempet mobil ya, Ra!” bisik Salma, salah seorang teman Rara.(Nadia, 2011: 53).
Kutipan (106) menunjukkan karakter Salma yang suka
mengambil keuntungan dari musibah orang lain. Salma merasa
kecelakaan Rara dapat membuat Ia menikmati fasilitas Aldo karena
ia turut menjadi teman Aldo berkat Rara.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Salma yang suka mengambil
keuntunga dari musibah orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
(107) Rara melongo.Salma masih saja merasa bahwa kecelakaan Rara adalah anugerah. Sebab dengan kejadian itu mereka semua punya teman orang kaya bernama Aldo, (Nadia, 2011: 81).
Kutipan (107) menjelaskan bahwa Salma merasa
beruntung berkat kecelakaan yang dialami oleh Rara, Ia memiliki
teman orang berada seperti Aldo.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(108) Pesta ulang tahun Andini minggu ini menjadi sesuatu yang paling ditunggu Rara dan teman-temannya....”Aku bilang juga apa... untung kamu ketabrak ya. Jadi kita kenal Aldo dan bisa ke pesta ulang tahun deh!” (Nadia, 2011: 81).
Kutipan (108) menunjukkan karakter Salma berdasarkan
kualitas mentalnya adalah pecundang. Salma merasa bahagia pergi
ke pesta sedangkan dia mengambil keuntungan dari kecelakaan
sahabatnya.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Abah melalui Nada,
suara, tekanan, dialek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
(109) “Ya, tapi kan bener. Kalau Rara nggak ngojek payung, terus mampir ke tempat Aldo belajar lukis, terus nawarin Aldo ojek payung karena hujan, padahal si Santo sudah ngincer dari tadi untuk mayungin Aldo... yang penting kan Rara kagak kenapa-kenapa. Ya nggak Ra?” (Nadia, 2011: 53).
Kutipan (109) menunjukkan karakter Salma yang suka
meminta perlindungan. Dengan penekanan di bagian akhir
kalimatnya meskipun bertanya seolah mengharapkan lawan
bicaranya memberikan jawaban sama dengan pemikirannya.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(110) “Kenapa nggak bilang sekalian Rara beruntung didorong Santo ke mobilnya Aldo?”Temannya yang berkuncir itu memonyongkan bibir, “Ya, tapi kan bener. Kalau Rara nggak ngojek payung, terus mampir ke tempat Aldo belajar lukis, terus nawarin Aldo ojek payung karena hujan, padahal si Santo sudah ngincer dari tadi untuk mayungin Aldo... yang penting kan Rara kagak kenapa-kenapa. Ya nggak Ra?” (Nadia, 2011: 53).
Kutipan (110) menunjukkan karakter Salma yang
perhatian. Meskipun pada kutipan tersebut Salma terkesan jahat
karena bahagia sahabatnya tertimpa musibah tetapi Ia juga
perhatian terhadap kondisi sahabatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
(17) Suster
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Suster
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(111) “Rara sudah makan?”Suster berseragam putih itu menyapanya disertai senyum ramah.Rara mngangguk sopan.“Mengkaji lagi... sudah pernah khatam?” (Nadia, 2011: 76).
Kutipan (111) menggambarkan karakter suster yang
ramah. Suster mengajak Rara untuk berbincang- bincang meskipun
hanya beberapa kata saja.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Suster dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(112) Pintu ruangan terbuka. Seorang suster masuk. Memeriksa denyut nadi, melihat ke grafik di monitor yang berbunyi teratur. Lalu tersenyum padanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
“Sudah makan?” Rara menggeleng (Nadia, 2011: 29).
Kutipan (112) menggambarkan percakapan berlangsung
di rumah sakit dengan situasi santai. Kutipan (112) menunjukkan
karakter perhatian terhadap otrang lain. Pekerjaannya menuntut
tokoh Suster untuk mampu berinteraksi dengan pasien dengan
memberi perhatian secara tidak langsung membentuk karakternya.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu..
Pada kutipan (111) menunjukkan karakter suster yang
ramah. Rara mengagumi sosok Suster yang ramah ketika berbicara
disertai senyumnya.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Kutipan (111) menggambarkan karakter Suster
penyabar dilihat dari kualitas mentalnya. Suster mengajak Rara
berbicara untuk mencairkan suasana tetapi tanggapan Rara hanya
datar saja. Hal tersebut tidak membuat Suster berkecil hati.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan (112)
menunjukkan nada bicara yang lembut karena disertai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
senyuman sehingga dapat disimpulkan karakter Suster berdasarkan
nada bicaranya adalah lembut.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Kutipan (112) menggambarkan
Suster memiliki karakter suka basa-basi. Suster hanya bertanya
apakah Rara sudah makan atau belum, tetapi setelah Rara
menggeleng tidak ada reaksi maupun tindakan Suster atas jawaban
Rara.
(18) Bi siti (pembantu Aldo)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Bi Siti
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(113) “Memang... Al... Aldo bisa ngomong u...u...umur berapaaa?”Bi Siti, pembantu mereka yang sudah bertahun-tahun menemaninya, dan paling senang diajak ngobrol, menjawab,“Kamu dulu diam banget, Do! Umur... berapa ya?...(Nadia, 2011: 118).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Kutipan (113) menunjukkan karakter Siti yang sabar. Siti
mau menanggapi pertanyaan-pertanyaan Aldo yang dirasa tidak
penting bagi orang lain.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Siti dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(114) Apa mungkin...” Suara Siti, ragu meneruskan kalimatnya. Wajahnya yang tak bisa menyembunyikan rasa sedih, terlihat basah oleh tangis. Tapi tatapan kehilangan orang-orang disekitarnya, mendorong Siti berani mengungkapkan dugaannya.“Apa mungkin ke rumah sakit tempat Neneknya Rara di rawat?”Kalimat Siti yang diucapkan dengan liorih itu menerbangkan Adam seketika (Nadia, 2011: 146).
Kutipan (114) menunjukkan karakter Siti yang tulus dan
penasihat yang baik. Siti tulus menyayangi Aldo bahkan Ia merasa
kehilanmgan ketika Aldo pergi dari rumah. Siti tidak kehilangan
akal, Ia menemukan solusi untuk mencari Aldo di rumah sakit.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Siti.
(115) ...Aldo senang dengan keberadaan Neneknya.... Mata tuanya bukan tak melihat, si bungsu hanya dekat kepada Adam dan pembantu di rumah itu, ketimbang orang tuanya sendiri (Nadia, 2011: 143).
Kutipan (115) menunjukkan bahwa karakter Siti baik
hati. Nenek melihat bagaimana kedekatan Siti dengan Aldo dan
kebaikannya terhadap cucunya yang malang.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(116) Hm... siapa pula yang menundang anak-anak kampung itu kemari?Bi Siti, pembantunya tak bisa menjawab. Perempuan berusia tiga puluhan itu hanya menundukkan kepala (Nadia, 2011: 86).
Kutipan (116) menunjukkan bahwa Siti memiliki mental
penakut. Siti tidak berani mengungkapkan kata-kata dan hanya
menundukkan kepala ketika majikannya marah.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Yati melalui nada, suara,
tekanan, dialek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
(117) Aldo mikir agak lama, lalu menggaruk beberapa kali. Membenarkan kalimat pembantu mereka.“Papa kerja mulu. Mama urusan jual beli berlian terus seminar-seminar perhiasan.... boro-boro di rumah. Andini... ya gitu deh ama nteman-temannya.” (Nadia, 2011: 125).
Kutipan (117) menunjukkan karakter Siti yang penyabar.
Siti memberi penjelasan kepada Aldo secara pelan-pelan dan
dengan nada lembut agar Aldo mengingat kesulitan Aldo dalam
berkomunikasi.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(118) “Dan gambar kamu bagus, Do. Bi Siti aja pengin deh dilukis gitu sama Aldo.” Ucap perempuan bertubuh besar itu sambil bergaya yang membuat Aldo tertawa.Kak Adam baik. Bi Siti selalu ramah...(Nadia, 2011: 126).
Kutipan (118) menunjukkan karakter Siti adalah ramah
dan lucu. Siti mampu menyesuaikan diri dengan Aldo dan mampu
membuat Aldo selalu tersenyum.
(19) Simbok
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Simbok
ditemukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(119)”Setiap orang punya kekurangan, Ra. Bapak sama Ibu. Simbok juga. Kita berkawan agar saling membantu.” (Nadia, 2011: 55).
Kutipan (119) menunjukkan karakter Simbok adalah
mampu menghargai kekurangan orang lain. Simbok mengajarkan
kepada Rara untuk menghargai kekurangan setiap orang dan
menyadari bahwa setiap orang memiliki kelemahannya masing-
masing.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Simbok dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(120) Sepagian besoknya Rara menatap sepatu yang tergantung di atas rumah triplek mereka dengan cemas.“Asal nggak hujan insya Allah kering, Ra.” (Nadia, 2011: 93).
Kutipan (120) menggambarkan situasi pagi hari di
rumah. Rara yang khawatir sepatunya tidak akan kering, di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
tenangkan oleh Simbok agar tidak bingung. Dalam hal ini karakter
Simbok adalah penenang orang lain.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Simbok.
(121) Tentang Simbok, ini keajaiban lin, yang memantik semangat bdan mengembalikan sebagian besar keceriaan yang hilang ketika Bapak meninggal. Ketika dia merasa, akan sebatangkara (Nadia, 2011: 173).
Kutipan (121) menggambarkan bahwa semangat Rara
tumbuh lagi setelah kehadiran Simbok dalam hidupnya. Hal ini
menunjukkan karakter Simbok adalah penyemangat bagi orang di
sekitarnya.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara, tindakannya, atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(122) Sisa hari itu seharusnya digunakan untuk memilah gelas-gelas dan botol-botol plastik yang menumpuk di depan rumah. Sebelum hujan menyusahkan pekerjaannya. Tapi batuk beruntun menyisakan sesak di dada dan lemas tiba-tiba. Ketika menutup pintu, dia hanya berniat tidur beberapa kejap agar tubuhnya bisa kembali bertenaga (Nadia, 2011: 94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Kutipan (122) menunjukkan karakter nenek yang kuat
dilihat dari kualitas mentalnya. Nenek berani menghadapi penyakit
batuknya dan menahan agar tidak membebani orang yang ia
sayangi.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Simbok melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
(123) “Asal nggak hujan insya Allah kering, Ra.” (Nadia, 2011: 93).
Kutipan (123) menunjukkan karakter Simbok yang
lembut. Ia berkata dengan lembut untuk membujuk cucunya agar
tidak cemas menatap sepatunya sepanjang hari.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(124) “Rara suka yang ini, Simbok. Tapi rendanya sudah lepas-lepas.”Dia menerima baju yang warna putihnya sudah kekuningan itu, lalu melihat renda yang lepas benang dan karenanya menjulur kemana-mana. Tanpa banyak bicara perempuan itu mengambil jarum, meminta Rara memasukkan benang, dan mulai merapikan... (Nadia, 2011: 92).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Kutipan (124) menunjukkan karakter Simbok melalui
tindakannya adalah sigap. Simbok langsung mengambil inisiatif
membetulkan baju Rara yang rusak dengan menjahitnya.
(20) Ratna (Mama Aldo)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Ratna
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(125) “Mungkin keselip Ratna... “ suara lembut Nenek, “carilah dulu.”“Udah, Mi... Ratna udah cari kemana-mana tapi nggak ada. Jangan-jangan diambil lagi sama salah satu anak jalanan yang kemari ketika mereka main atau berenang. Harusnya setiap pulang diperiksa dulu tas mereka satu-satu. Kita kan nggak tahu Mi...” (Nadia, 2011: 128).
Kutipan (125) menunjukkan karakter Ratna yang mudah
menuduh orang. Ratna menuduh teman-teman Aldo yang
mengambil cincinnya yang ia yakini hilang tanpa menggunakan
bukti maupun saksi.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Ratna dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(126) “Jangan menangis, sayang. Make up-mu rusak tuh... sudah ya?”...Hm... siapa pula yang mengundang anak-anak kampung itu ke mari?” (Nadia, 2011: 86).
Kutipan (126) menggambarkan lokasi di tempat
perayaan ulang tahun Andini dengan situasi yang memanas
sehingga menimbulkan ketegangan. Dalam situasi demikian, Ratna
menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kehadiran anak-anak
sekolah Singgah. Melalui kutipan ini dapat disimpulkan bahwa
Ratna memiliki karakter suka membeda-bedakan kelas sosial.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Ratna.
(127) Di rumah itu kecuali Adam, yang lain beramai- ramai menyembunyikan Aldo ketka ada tamu. Walau hanya sebentar dia menetap, perempuan tua itu bisa melihat ekspresi Ratna saat teman-temannya, sesama pengusaha berlian itu mampir.“Aldo ajak main ke belakang dulu, ya? Biar nggak berisik!”Pesan sponsor menantunya ke Siti, yang tertangkap telinga tuanya (Nadia, 2011:144).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Kutipan (127) menunjukkan karakter Ratna yang tidak
mau menerima kekurangan seseorang. Nenek sendiri telah melihat
betapa Ratna malu jika Aldo hadir di tengah-tengah sahabatnya.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(128) Mama terhenyak. Menangis. Seisi rumah tahu betapa Mama berharap dan berdoa untuk kelahiran seorang anak laki-laki lagi di rumah ini.“Tetapi bukan yang seperti ini... bukan seperti Aldo, Pa...” (Nadia, 2011: 121).
Kutipan (128) menunjukkan mental Ratna yang lemah.
Ratna mudah putus asa ketika mendengar anaknya memiliki
kelainan.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Ratna melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
(129) “Ini semua gara-gara Aldo!”Berkata begitu Mama menghentakkan langkah ke kamarnya. Meninggalkan ruang tamu (Nadia, 2011: 129).
Kutipan (129) menunjukkan nada kesal dan suara cetus
dan penekanannya pada kata Aldo. Hal ini menggambarkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
sosok Ratna mudah menyalahkan orang lain dan cenderung
emosionalnya tidak stabil.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(130) ... Meski harus berhadapan dengan kekesalan Mama.“Sejak bergaul sama anak- anak kampung itu, Aldo jadi makin susah di atur sekarang!” keluh perempuan cantik itu panjang lebar (Nadia, 2011:111).
Kutipan (130) menunjukkan karakter Ratna yang tidak
memiliki toleransi dan perasaan. Di saat Rara mengalami musibah,
Ratna masih saja menyalahkan Rara atas perubahan sikap Aldo.
(21) Syafri
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Syafri
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(131) ...Syafri, suaminya, berusaha menyabarkan.“Sahabatnya baru kemalangan, Ma. Biar aja kalau Aldo mau mendampingi dulu.” (Nadia, 2011: 111).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Kutipan (131) menunjukkan karakter Syafri yang
bijaksana dan toleransi. Syafri mampu memaklumi sikap Aldo
karena musibah yang sedang dialami Rara.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Syafri dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(132) Syafri keluar belakangan. Blackberry masih menempel di telinganya.... “Sejak semalam Papa minta tolong beberapa karyawan bantu mencari Aldo, Ma. Tapi belum ada kabar.” (Nadia, 2011: 169).
Kutipan (132) menggambarkan lokasi di rumahnya dan
situasi menegangkan. Kutipan ini menunjukkan Syafri memiliki
karakter sigap. Syafri langsung mengerahkan karyawannya untuk
mencari Aldo yang belum juga ditemukan.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Syafri.
(133) Mata tuanya bukan tak melihat, Si bungsu hanya dekat kepada Adam dan pembantu rumah itu, ketimbang orang tuanya sendiri (Nadia, 2011: 143).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Kutipan (133) menggambarkan bahwa Nenek
mengetahui Syafri tidak dekat dengan anak bungsunya sehingga
Aldo merasa tidak pernah diperhatikan olehnya. Kutipan ini
menunjukkan karakter Syafri yang kurang perhatian terhadap anak.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(134) Cincin itu nggak hilang Ratna. Papa temukan di wastafel. Mungkin kamu lupa ketika mencopotnya. Papa simpan di lemari baju.” (Nadia, 2011: 157).
Kutipan (134) kualitas mental Syafri yang tidak mudah
marah atau tenang. Safri tak lantas memarahi istrinya atas
perilakunya yang kurang baik menuduh orang atas kecerobohannya
sendiri.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Syafri melalui nada,
suara, tekanan, dialek.
(135) Dan Papa menjelaskan dengan hati-hati ke Mama, obrolannya dengan seorang teman yang juga memiliki anak autis (Nadia, 2011: 120).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Kutipan (135) menggambarkan nada yang digunakan
lembut karena disampaikan dengan hati-hati. Ini menggambarkan
karakter Syafri yang lembut.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(136) Di rumah, Mama memeluk Papa yang secepatnya pulang setelah mendapatkan kabar dari istrinya tentang kepergian Aldo (Nadia, 2011: 156).
Kutipan (136) menunjukkan karakter Raga sigap dilihat
dari tindakannya. Ia langsung pulang ke rumah begitu mendengar
anaknya hilang.
(22) Billy
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Billy
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa.
Perhatikan kutipan berikut ini.
(137) Billy, sebelah tangannya menyodorkan sehelai tissue yang diterima Andini.“Menurut kamu?”“Katamu tadi Adam sudah mengarah ke rumah sakit tempat temannya Aldo menunggui neneknya, yang sakit ya? Kita cari arah lain.”Andini mengangguk (Nadia, 2011: 147).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Kutipan (137) menunjukkan karakter Billy yang sabar,
meskipun ia tidak mendapatkan respon baik dari Andini, ia tetap
sabar menghadapi Andini dan terus menemani mencari Aldo.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting
dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran
suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan
karakter Billy dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(138) Seandainya saja Andini memahami, sikap antusias Billy saat melihat Aldo di pesta ulang tahunnya, juga saat cowok itu ke rumah, semuanya tulus dan bukan pura- pura.“Abangku yang sudah tidak ada, dulu menderita down syndrome, Dini. Dia tidak sempurna. Tetapi setelah Allah memanggilnya, baru aku merasa betapa ketidaksempurnaan itu telah membuat dia begitu sempurna sebagai mahluk Allah.” (Nadia, 2011: 148).
Kutipan (138) menunjukkan situasi menegangkan dan di
tengah situasi tersebut Billy mampu menjadi penasihat yang baik.
Ia memberikan gambaran kepada Andini bahwa yang ia lakukan
terhadap Aldo selama ini salah. Dalam hal ini, karakter Billy adalah
penasihat yang baik.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh
dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang
dapat menggambarkan karakter Billy.
(139) ... Billy kelihatannya baik-baik saja tadi. Tidak memandang Aldo kesal atau marah... (Nadia, 2011: 127).
Kutipan (139) menggambarkan penilaian Aldo terhadap
Billy bahwa Billy tidak merasa terusik dengan tingkah laku dan
kekurangan Aldo. Hal ini membuktikan bahwa Billy memiliki
karakter mau menerima kekurangan orang lain.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh
berbicara atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
(140) Mereka tak banyak bicara. Billy yang baik tidak mengganggunya dengan banya pertanyaan; kenapa Andini bersikap menjauh setelah pesta ulang tahun itu? Kenapa telepon dan smsnya tidak pernah dibalas? keAndini tampak marah melihatnya bercanda dengan Aldo?Beberapa waktu setelah episode pencarian Aldo berakhir, baru Billy menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Kekhawatiran Andini yang tidak beralasan karena pengaruh sahabat-sahabat gadis itu (Nadia, 2011: 148).
Kutipan (140) menggambarkan karakter Billy yang tidak
mudah emosi dilihat dari kualitas mentalnya. Billy tidak marah atau
emosi dengan sikap Andini, justru Ia mencaritahu masalahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat
membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut
ini dapat menggambarkan karakter tokoh Billy melalui nada, suara,
tekanan, dialek.
(141) “Menurut kamu?”“Katamu tadi Adam sudah mengarah ke rumah sakit tempat temannya Aldo menunggui neneknya, yang sakit ya? Kita cari arah lain.”Andini mengangguk.
Kutipan (141) menggambarkan bahwa kalimat tersebut
tidak menggunakan tekanan, tidak menggunakan nada merah,
maupun suara keras. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Billy sosok yang lembut.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(142) Air mata Andini menitik.....Billy, sebelah tangannya menyodorkan sehelai tissue yang diterima Andini (Nadia, 2011: 147).
Kutipan (142) menunjukkan karakter Billy yang
romantis dan pengertian. Tindakan Billy memberikan tissue kepada
Andini dirasa tidak berlebihan sama halnya ketika melihat orang
lain menangis. Pengertian Billy kepada Andini memberikan tissue
agar air mata Andini segera terhapus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
3. Bertanya
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
berkaitan dengan materi pembelajaran. Sebaliknya, guru juga
memberikan pertanyaan kepada peserta didik agar lebih termotivasi lagi
dalam belajar. Dengan bertanya kepada guru, peserta didik dapat
menambah wawasannya, membenarkan pemahaman yang keliru serta
lebih aktif menyumbangkan pendapat. Dengan bertanya kepada peserta
didik, guru dapat mengetahui tingkat pemahaman peserta didik
berkaitan dengan materi ajar tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia. Melalui bertanya pula, diharapkan peserta
didik mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan realita
kehidupan siswa sehari-hari.
Peserta didik serta guru berfokus pada kegiatan tanya jawab
mengenai materi pembelajaran. Peserta didik mempunyai kesempatan
untuk bertanya mengenai tokoh, jenis tokoh berdasarkan peranannya
(tokoh utama dan tokoh tambahan), jenis tokoh berdasarkan fungsi
penampilannya (antagonis dan protagonis), serta penokohan dalam
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
4. Diskusi kelompok
Melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat bertukar pikiran,
pendapat, gagasan, dan ide baerkaitan dengan materi maupun tugas
yang diberikan. Dengan diskusi kelompok ini, peserta didik dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
berdiskusi mengenai tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia.
Dalam kelompok masing-masing yang telah dibagi oleh guru,
peserta didik akan mendiskusikan tugas menganalisis tokoh, jenis
tokoh berdasarkan peranannya (tokoh utama dan tokoh tambahan),
jenis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya (antagonis dan
protagonis), serta penokohan masing-masing tokoh yang terdapat
dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia pada bab
sembilan belas.
5. Pemodelan
Pemodelan diberikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat
mengerti apa yang guru inginkan sehingga peserta didik dapat
mengerjakan tugas yang diberikan guru. Pada langkah pemodelan ini,
guru memberikan contoh sebuah novel yang telah dianalisis unsur
intrinsik yaitu tokoh dan penokohannya. Melalui pemodelan ini,
peserta didik membaca dan memahami langkah-langkah analisis tokoh
dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
kemudian membandingkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan
contoh yang diberikan oleh guru.
Model atau contoh novel yang diberikan kepada peserta didik
dalam analisis tokoh dan penokohan adalah novel Surat Kecil Untuk
Tuhan karya Agnes Davonar. Secara ringkas cerita novel Surat Kecil
Untuk Tuhan adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Seorang gadis bernama Gita Sesa Wanda Cantika atau biasa di
sapa Keke harus menerima kenyataan bahwa ia memiliki penyakit
langka kanker jaringan lunak (Rabdosmiosarkoma). Keke adalah
pasien pertama di Indonesia yang mengidap penyakit tersebut. Keke
divonis oleh doker bahwa ia mengidap penyakit kanker jaringan lunak
ketika ia berusia 13 tahun.
Keke yang berwajah belia harus menerima kenyataan bahwa
wajahnya berubah mengerikan hanya dalam waktu singkat setelah ia
divonis oleh dokter. Awalnya, Ayah Keke merahasiakan penyakit yang
diderita anaknya, akan tetapi seiring berjalan waktu Keke mengetahui
apa yang terjadi kepadanya. Ayah Keke selalu memberikan dukungan
kepadanya ketika ia harus melalui tahap demi tahap pengobatan agar ia
sembuh dari penyakit itu. Suatu ketika, dokter memberikan kabar
gembira bahwa tim dokter berhasil menyembuhkan penyakitnya.
Kabar ini membuat gembira Keke, Ayah, serta teman-temannya.
Kebahagiaan yang dirasakan oleh Keke hanya sementara. Beberapa
saat setelah ia menjalankan pengobatan, kanker tersebut tumbuh
kembali dengan ganasnya. Keke dengan sepenuh tenaga berjuang
melawan rasa sakit yang luar biasa, sampai suatu ketika Keke sadar
bahwa perjuangannya sia-sia dan sisa umurnya tidak lama lagi. Keke
menuliskan sebuah surat, surat yang ia tujukan kepada Tuhan:
Andaikan..... semua dapat terulang kembali,Tetapi pernahkah anda berpikir tentang itu?
Pernahkah anda mengira-ira apa yang akan terjadi jika semua dapat terulang kembali?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Tuhan.....Andai aku bisa kembali
Aku tak ingin ada tangisan di dunia iniTuhan.....
Andai aku bisa kembaliAku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku
Terjadilah pada orang lainTuhan.....
Bolehkah aku menulis surat kecil untuk-Mu?Tuhan.....
Bolehkah aku memohon satu hal kecil pada-Mu?Tuhan.....
Biarkanlah aku bisa dapat melihat dengan matakuUntuk memandang langit dan bulan setia harinya (Keke, 2006).
Keke telah melawan penyakit dan berharap mukjizat datang
kepadanya dengan menuliskan sebuah surat sederhana kepada Tuhan,
akan tetapi Tuhan berkehendak lain. Pada tanggal 26 Desember tahun
2006 Keke meninggal dunia.
Berdasarkan sinopsis diatas, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari
segi peranannya, tokoh utama adalah Keke karena Keke merupakan
objek cerita serta kehadiran tokoh Keke mempengaruhi jalannya cerita.
Tokoh tambahannya adalah Ayah, dokter, serta teman-temannya. Dari
segi fungsi penampilan, Keke adalah tokoh protagonis karena Keke
memiliki sifat dan sikap yang baik. Ayah, dokter, serta teman-teman
Keke dilihat dari segi fungsi penampilan adalah tokoh protagonis pula.
Mereka senantiasa memberikan dukungan kepada Keke agar mampu
melawan penyakit yang dideritanya. Penokohan yang ditemukan
melalui metode tidak langsung menghasilkan: tokoh Keke adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
tokoh yang kuat (Keke berjuang melawan rasa sakit yang harus ia
terima dengan sepenuh tenaga), taat beribadah (Keke tetap berdoa dan
berserah kepada Tuhan untuk memberikan mukjizat terhadap penyakit
yang dideritanya), dan optimis (Keke memiliki keyakinan bahwa
penyakit yang ia derita dapat sembuh). Ayahnya memiliki penokohan
yang penyayang (Ayah Keke dengan penuh kasih mencintai dan
menyayangi anaknya dengan sepenuh hati), sabar (Ayah Keke selalu
sabar merawat Keke), dan penyemangat (Ayah Keke selalu
memberikan dorongan ketika Keke harus menjalankan pengobatan).
Doker memiliki penokohan yang baik (dokter sekuat tenaga membantu
Keke melawan penyakitnya), dan gigih (dokter tidak pernah menyerah
dalam menangani penyakit Keke meskipun kesembuhan Keke adalah
mustahil.
6. Refleksi
Setelah melalui proses pembelajaran tokoh dan penokohan dalam
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, membandingkan
langkah analisis novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
dengan novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar. Peserta
didik melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran. Refleksi
berguna bagi peserta didik untuk mengungkapkan hasil yang
didapatkan selama proses pembelajaran, sedangkan bagi guru refleksi
berguna untuk menjadi tolok ukur keberhasilan metode dan proses
pembelajaran yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
7. Penilaian autentik
Penilaian autentik bertujuan agar guru mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh peserta didik. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk mengambil penilaian autentik adalah
dengan memberikan tugas baru dengan menganalisis tokoh dan
penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Untuk melakukan penilaian autentik, guru menyiapkan satu bab
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia sebagai bahan
penilaian. Bab yang dipilih adalah bab sembilan belas. Bab sembilan
belas mengisahkan tentang kepergian Aldo dari rumah ditemani oleh
Rara. Aldo pergi dari rumah karena merasa hidupnya hanya
menimbulkan masalah bagi keluarga.
Rara tidak mengerti apa yang terjadi. Tadinya mereka hanya ke
kantin mencari makanan karena Aldo lapar. Ketika melihat
bayangan Kak Adam, Aldo mengajak Rara ke arah lain. Mereka
melintasi halaman rumah sakit yang dipenuhi mobil yang terparkir,
raut Aldo kembali panik (Nadia, 2011: 64— 69).
Rara melihat disepanjang jalan yang mereka lalui terdapat
beberapa rumah makan. Namun, mereka tidak memiliki uang
sepeserpun. Ketika hujan turun, Rara menemukan ide untuk meminjam
payung di tempat penjual restoran. Setelah itu, mereka makan dengan
uang hasil mengojek payung Rara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Aldo menangis ketika mendengar jawaban yang ia lontarkan
kepada Rara bahwa Rara tidak malu memiliki sahabat sepertinya.
Pertanyaan Aldo membuat Rara bingung mengapa Aldo bertanya
demikian, tetapi ia tidak ingin mempertanyakan kebingungannya
kepada Aldo yang sedang sedih karena memikirkan sesuatu.
Adam mencari adiknya hingga ke rumah sakit, perkampunagn
Menteng Pulo, menemui sahabat- sahabat Rara, sampai kemudian
Adam menuju rumah Alia. Alia adalah guru di sekolah Singgah tempat
Rara belajar. Adam harus menerima resiko menghadapi orang tua Alia
terutama Abah yang terlihat tidak menyukai penampilan Adam. Adam
menemui kekecewaan karena mendapati Aldo tidak ada di sana. Alia
merasa bingung mengapa Adam datang ke rumanya malam-malam
untuk mencari Aldo dan Rara. Adam yang sedang bingung berusaha
menjelaskan kepada Alia mengenai kejadian yang menimpa Aldo dan
Rara.
Adam berpamitan hendak mencari mereka kembali. Alia
memberanikan diri meminta izin kepada orang tuanya untu ikut
mencari anak didiknya. Alia teringat kejadian beberapa hari lalu yang
membuat Abah marah kepadanya perihal ungkapannya yang
membatalkan perjodohannya dengan lelaki pilihan kedua orang tuanya.
Alia takut kemarahan Abah akan memuncak dan tidak mengizinkan
Alia pergi untuk membantu mencari Rara dan Aldo. Pada awalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
Abah harus berpikir seribu kali namun untuk mengizinkan Alia pergi,
namun kemudian Alia mendapatkan izin segera berkat Ummi.
Di pinggiran jalan Jakarta, dua anak kecil melangkah menembus
malam. Aldo dan Rara tidak tahu harus bermalam dimana. Mereka
menghentikan langkah di suatu jalan ketika mereka melihat sosok
tinggi besar menghadang langkah mereka.
Di rumah Aldo, kebingungan dan kesedihan melanda seluruh
anggota rumah mendapati Aldo pergi entah kemana. Papa pulang
begitu saja mendengar kabar dari Mama bahwa Aldo pergi tanpa
siapapun. Papa merasa bingung, emosi, dan marah. Papa tidak tahu
meluapkan kepada siapa emosinya ketika melihat kenyataan Aldo
pergi tanpa meninggalkan pesan apapun dan tanpa ditemani oleh
siapapun. Ratna menceritakan perihal kehilangan cincinnya dengan
suami dan ia menuduh teman-teman Aldo yang telah mengambilnya.
Akan tetapi tuduhan itu ditangkis suaminya karena suaminya yang
menemukan dan menyimpan cincin yang dimaksud oleh Ratna.
Ratna merasa menyesal, ia merasa kepergian Aldo karena kata-
kata dan tindakannya yang telah menuduh anaknya. Nenek melihat
raut kesedihan dan penyesalan tergambar di wajah menantunya. Ia
lantas mengajak menantunya itu untuk bersama-sama berdoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
Berdasarkan penggalan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia bab sembilan belas, berikut ini instrumen soal yang akan
dikerjakan oleh peserta didik.
Tes Tertulis
Bentuk soal: Uraian
Jenis tugas: individu dan kelompok
(a) Tugas Individu
1. Jelaskan pengertian novel menurut anda!
2. Jelaskan pengertian tokoh dan penokohan!
3. Bagaimanakah langkah-langkah menganalisis tokoh dan
penokohan!
(b) Tugas Kelompok
1. Bagaimanakah unsur tokoh dalam bab sembilan belas novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia dilihat dari segi peranan dan
fungsi penampilan?
2. Bagaimanakah unsur penokohan dalam bab sembilan belas novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia berdasarkan langkah-
langkah analisis menggunakan teori tidak langsung.
Produk yang dihasilkan
Peserta didik membuat laporan berupa tugas rumah, tugas
rumah yang diberikan untuk peserta didik adalah membuat sinopsis
atau ringkasan cerita bab sembilan belas novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
C. Implementasi pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia
Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, seorang guru terlebih dahulu
menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk RPP yang dibuat
dengan memerhatikan silabus. RPP sangat berperan dalam mengontrol proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Hasil
analisis yang dilakukan dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia perlu dilanjutkan dengan membuat
Silabus serta RPP untuk pembelajaran novel siswa SMA kelas XI semester I.
Silabus dan RPP tersebut adalah sebagai berikut.
1. Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan
ditindaklanjuti oleh masing-masing guru (Muslich, 2007: 24). Berikut
ini Silabus pembelajaran kelas XI semester satu materi tokoh dan
penokohan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
SILABUS SEKOLAH MENENGAH ATAS
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Jenjang Pendidikan : SMA
Kelas : XI
Semester : I
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit
Standar Kompetensi : 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan.
Kompetensi Dasar Indikator Materi PokokAlokasi Waktu
Kegiatan Belajar Penilaian Sumber/bahan
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
Menjelaskan pengertian novel.
menjelaskan pengertian unsur intrinsik novel yaitu tokoh dan penokohan.
Mengidentifikasi unsur tokoh yang terdapat dalam novel.
Mengidentifikasi unsur penokohan
Novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia.
Unsur intrinsik novel yaitu Tokoh dan penokohan.
Analisis tokoh dan penokohan.
4 x 45 menit
Peserta didik membuat sinopsis novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Peserta didik mengidentifikasi tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Jenis tagihan: Tugas
Kelompok Tugas
Individu
Bentuk Instrumen:
Uraian bebas.
Novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia.
Buku penunjang lainnya yang relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
yang terdapat dalam novel.
Menganalisis unsur tokoh (berdasarkan segi peranan dan fungsi penampilannya).
Menganalisis penokohan berdasarkan teori tidak langsung.
Menyimpulkan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel.
Peserta didik memahami contoh analisis tokoh dan penokohan novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar.
Peserta didik bertanya kepada Guru mengenai hal yang kurang dimengerti.
Peserta didik menganalisis tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.
Guru melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran tokoh dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
penokohan.
Guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa melalui tugas individu dan tugas kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan oleh guru
sebagai panduan mengajar. Melalui RPP, guru dapat menyusun rancangan
metode, proses, dan penyampaian materi. Pada sisi lain, melalui RPP pun
dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya
(Muslich, 2007: 45).
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI / I
Materi : Analisis tokoh dan penokohan novel
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit ( 4 jam pelajaran/ 2x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
Membaca:
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/
terjemahan.
C. Indikator
a. Mampu menjelaskan pengertian novel berdasarkan novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
b. Mampu menjelaskan pengertian unsur intrinsik novel, tokoh dan
penokohan.
c. Mampu mengidentifikasi unsur tokoh yang terdapat dalam novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
d. Mampu mengidentifikasi unsur penokohan yang terdapat dalam
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
e. Mampu menganalisis unsur tokoh (berdasarkan segi peranan dan
fungsi penampilannya) dalam novel Rumah Tanpa Jendela
karya Asma Nadia.
f. Mampu menganalisis penokohan berdasarkan teori tidak
langsung.
g. Mampu menyimpulkan tokoh dan penokohan yang terdapat
dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
D. Tujuan Pembelajaran
1) Peserta didik dapat menjelaskan pengertian novel.
2) Peserta didik dapat menjelaskan pengertian unsur intrinsik novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, tokoh dan penokohan.
3) Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur tokoh yang terdapat
dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
4) Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur penokohan yang tedapat
dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
5) Peserta didik dapat menganalisis unsur tokoh (berdasarkan segi
peranan dan fungsi penampilannya) dalam novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia.
6) Peserta didik dapat menganalisis penokohan berdasarkan teori
tidak langsung novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
7) Peserta didik dapat menyimpulkan tokoh dan penokohan yang
terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
E. Materi Pembelajaran
1. Hakikat Novel
Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek
kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-
ubah dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna
(Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 47). Novel memiliki dua unsur
pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang berada di
luar karya sastra tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan
atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2007: 23). Unsur-
unsur intrinsik terdiri dari peristiwa, cerita, plot, tokoh, penokohan,
tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa.
Unsur ekstrinsik menurut Wellek & Warren melalui Nurgiantoro
(2007: 24) antara lain subjektivitas individu pengarang yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu akan
mempengaruhi karya yang ditulisnya. Dalam hal ini, unsur intrinsik
dan ekstrinsik saling berkaitan guna terciptanya suatu karya sastra
berupa novel.
2. Tokoh
Sudjiman dalam Budianta, dkk (2008: 86) tokoh adalah individu
rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa
dalam cerita. Jenis tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan
tokoh tambahan.
Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan
penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2007: 176-
177). Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai
pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. Tokoh utama dalam novel,
dapat lebih dari satu orang, meskipun kadar keutamaannya tidak sama.
Keutamaan ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan
pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.
Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya
dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam
porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007: 176- 177).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak
dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan
tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung.
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dalam cerita terbagi
atas 2 macam, yaitu.
1) Tokoh Protagonis adalah tokoh yang dikagumi, tokoh yang
merupakan penjawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal
bagi kita ( Altenbernd & Lewis dalam Nurgiantoro, 2007: 178).
2) Tokoh Antagonis adalah tokoh yang melawan protagonis.
Penyebab terjadinya konflik dalam sebuah novel adalah tokoh
antagonis, kekuatan antagonis, atau keduanya sekaligus
(Nurgiantoro, 2007: 179).
3. Penokohan
Secara etimologi karakterisasi berasal dari bahasa Inggris character
atau karakter yang berarti watak atau peran. Character atau karakter bisa
juga berarti orang, masyarakat, ras, sikap mental dan moral, kualitas nalar,
orang terkenal, tokoh dalam karya sastra (Minderop, 2011: 2). Kemudian
kata character mendapat tambahan akhiran –ization yang artinya proses
sehingga characterization atau karakterisasi berarti pemeranan, pelukisan
watak.
Metode penokohan/karakterisasi dalam karya sastra adalah metode
melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
(Minderop, 2011: 2). Beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh
pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh (Jauhari,
2013: 161) adalah sebagai berikut.
1) Melukiskan bentuk lahir pelakon (physical description).
2) Melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam
pikirannya (portrayal of thought stream or of conscious thought).
3) Melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-
kejadian (Reaction to events).
4) Pengarang langsung menganalisis watak pelakon (direct author
analysis).
5) Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon (discussion of
environment).
6) Pengarang melukiskan bagaimana pandangan pelakon lain dalam
suatu cerita terhadap pelaku utama (reaction of other about/to
character).
7) Pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita memperbincangkan
keadaan tokoh utama (conversation of other about character).
Pelukisan atau penggambaran karakter (watak) tokoh, pada
umumnya pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya,
metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing)
(Minderop, 2011: 6).
Metode langsung (telling) dilakukan secara langsung oleh si
pengarang (Minderop, 2011: 6-7). Metode ini biasanya digunakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
kisah-kisah rekaan zaman dahulu sehingga pembaca hanya mengandalkan
penjelasan yang dilakukan pengarang semata. Metode ini mencakup:
(1) Karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh (chararterizkoh,
action through the use of the names). Nama tokoh dalam suatu
karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau
menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam
perwatakan tokoh. Pemberian nama pada tokoh bertujuan
untuk melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya
dengan tokoh yang lain.
(2) Karakterisasi melalui penampilan tokoh (chararterization
through appearance). Dalam karya sastra, penampilan tokoh
memegang peranan penting dengan telaah karakterisasi.
Penampilan tokoh dapat berbentuk apa yang dikenakan dan
bagaimana ekspresinya.
(3) Karakterisasi melalui tuturan pengarang (chararterization by
the author). Metode ini memberikan tempat yang luas dan
bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan
kisahnya.
Metode tidak langsung adalah metode yang lebih banyak dipilih
penulis modern. Pada metode ini, pembaca harus memahami watak tokoh
dengan melalui dialog dan action mereka (Minderop, 2011: 7-9). Metode
tidak langsung terdiri dari:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
1) Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog terdiri atas apa yang
dikatakan penutur, jatidiri penutur, lokasi dan situasi
percakapan, jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas
mental para tokoh, nada suara, penekanan, dialek, dan kosa
kata. Melalui dialog yang dilakukan oleh tokoh, maka
pembaca dapat menganalisis dan menarik kesimpulan
berkaitan dengan penokohan/ perwatakan tokoh yang
dimaksud.
2) Lokasi dan situasi percakapan
Lokasi dan situasi percakapan berperan penting
dalam sebuah cerita agar pembaca memiliki gambaran
cerita. Melalui lokasi percakapan, pengarang dapat
menggambarkan suatu keadaan. Melalui situasi
percakapan, pengarang dapat juga menggambarkan watak
para tokoh dalam suatu cerita.
3) Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur
Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain
dalam cerita yang menyampaikan tuturan atau cerita
mengenai tokoh tertentu yang berperan pula dalam cerita
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
4) Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika
tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain
melalui alunan dan aliran tuturan.
5) Nada, suara, tekanan, dialek
Nada suara jika di ekspresikan baik secara eksplisit
maupun implisit maka dapat memberikan gambaran kepada
pembaca berkaitan dengan watak si tokoh. Penekanan suara
memberikan gambaran penting tentang tokoh karena
memperlihatkan keaslian watak tokoh. Misalnya watak
pemarah, penyabar, dan bijaksana. Selain itu, penekanan
suara juga dapat merefleksikan pendidikan, profesi dan dari
kelas mana si tokoh berasal.
Dialek dan kosa kata dapat memberikan fakta
penting tentang seorang tokoh karena keduanya
memperlihatkan keaslian watak. Bahkan, dapat
Mengungkapkan pendidikan profesi dan status sosial si
tokoh, apakah ia seorang berpendidikan, dari kalangan
tertentu, pekerjaan dan wataknya yang hakiki.
6) Karakterisasi melalui tindakan para tokoh.
Watak tokoh dapat di amati melalui tingkah laku.
Tingkah laku di sini diartikan sebagai tindakan tokoh dalam
cerita. Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi mata uang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
Untuk membangun watak dengan landaasan tingkah laku,
pembaca harus mampu mengamati secara lebih rinci pada
setiap alur peristiwa tersebut. Selain karakterisasi melalui
tindakan para tokoh yang dapat dilakukan untuk
menganalisis watak tokoh yaitu dengan melalui ekspresi
wajah dan motivasi tokoh berperilaku demikian.
F. Media, Alat, dan Sumber
(1) Media : Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia,
powerpoint, teks lain yang relevan.
(2) Alat : LCD, speaker, laptop, screen, Spidol dan papan tulis.
(3) Sumber : Buku- buku pembelajaran yang relevan dengan materi dan
internet.
G. Metode dan Teknik
(1) Metode : Kontekstual
(2) Teknik : Tanya jawab, diskusi, presentasi, dan tugas kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran.
Pertemuan Pertama : 2 X 45 Menit
Langkah-langkah Metode Kontekstual dalam Pembelajaran novel Rumah Tanpa
Jendela
KegiatanAlokasi Waktu
Pendahuluan Guru memberi salam kepada peserta didik kemudian peserta didik menjawab salam.
Guru memulai atau mengawali pembelajaran dengan berdoa dipimpin oleh salah satu peserta didik yang sudah ditunjuk atau bersedia memimpin.
Guru mempresensi kehadiran peserta didik.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sesuai KD dan Indikator.
10 Menit
Kegiatan Inti1. Identifikasi Novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
Eksplorasi Peserta didik membaca dan
memahami isi novel bab sembilan belas Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia.
Peserta didik menulis sinopsis novel bab sepuluh Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
65 Menit
2. Analisis Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
Peserta didik menerima informasi khususnya materi tokoh dan penokohan.
Peserta didik menganalisis tokoh dari segi peranan dan fungsi penampilan berdasarkan langkah-langkah analisis yang telah dipelajari.
3. Bertanya Peserta didik menganalisis unsur tokoh dari segi peranan dan fungsi penampilan bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela secara mandiri. Guru memancing pertanyaan agar peserta didik dapat mengaitkan isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
cerita dengan kehidupan nyata untuk mencapai tujuan konsep pembelajaran melalui bertanya.
4. Diskusi Kelompok Peserta didik dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan langkah-langkah analisis tokoh dari segi peranan dan dari segi fungsi penampilan, setiap peserta didik memberi pendapat berkaitan dengan analisis tokoh.
Peserta didik melaporkan hasil diskusi tokoh bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia.
5. Pemodelan Elaborasi Peserta didik membaca model
atau contoh novel yang telah dianalisis tokohnya, dari segi penampilan dan dari segi fungsi peranan dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar.
Peserta didik membandingkan langkah penentuan tokoh dalam pemodelan dengan hasil analisis yang telah dilakukan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Kegiatan Akhir6. Refleksi
Konfirmasi Peserta didik memberi refleksi
berkaitan dengan materi tokoh dan langkah-langkah analisis tokoh.
Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran.
15 Menit
7. Penilaian Autentik Peserta didik diberi tugas rumah untuk membuat ringkasan cerita atau sinopsis bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia.
Peserta didik diminta memimpin doa penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
Pertemuan kedua: 2 x 45 Menit
Langkah-langkah Metode Kontekstual dalam Pembelajaran novel
Rumah Tanpa Jendela
KegiatanAlokasi Waktu
Pendahuluan Guru memberi salam kepada peserta didik kemudian peserta didik menjawab salam.
Guru memulai atau mengawali pembelajaran dengan berdoa dipimpin oleh salah satu peserta didik yang sudah ditunjuk atau bersedia memimpin.
Guru mempresensi kehadiran peserta didik.
Guru meminta peserta didik mengumpulkan tugas yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Guru menanyakan materi pertemuan sebelumnya.
10 Menit
Kegiatan Inti1. Identifikasi Novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
Guru menunjuk peserta didik untuk maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi cerita bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Peserta didik menyampaikan tokoh dari segi penampilan dan dari segi fungsi peranan bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela.
65 Menit
2. Analisis Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
Eksplorasi Peserta didik membaca dan
memahami isi novel bab sembilan belas Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia. Kemudian peserta didik menganalisis penokohan tokoh yang terdapat dalam novel.
Peserta didik menganalisis penokohan melalui metode tidak langsung yang telah dipelajari.
3. Bertanya Guru bertanya penokohan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
yang terdapat dalam bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Peserta didik menjawab pertanyaan Guru.
Guru memberikan ilusi keterkaitan penokohan dengan kehidupan sehari-hari, kemudian peserta didik memberikan contoh keterkaitan penokohan yang terdapat dalam novel dengan kehidupan sehari-hari.
4. Diskusi Kelompok Peserta didik membentuk kelompok dari 4-5 orang. Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan hasil analisis penokohan tokoh yang terdapat dalam bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia melalui metode tidak langsung, setiap peserta didik memberikan pendapat dalam analisis penokohan.
Melalui perwakilan kelompok, peserta didik menyampaikan hasil diskusi penokohan tokoh yang terdapat dalam bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap kelompok yang maju
5. Pemodelan Elaborasi Peserta didik membaca model
atau contoh novel yang telah dianalisis penokohannya melalui metode tidak langsung dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhankarya Agnes Davonar
Peserta didik membandingkan langkah penentuan analisis penokohan dalam pemodelan dengan hasil analisis yang telah dilakukan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
Kegiatan Akhir6. Refleksi
Konfirmasi Peserta didik memberi refleksi
berkaitan dengan materi penokohan dan langkah-langkah analisis penokohan.
Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran.
15 Menit
7. Penilaian Autentik Peserta didik mengerjakan tes tertulis secara individu berkaitan dengan materi yang telah diberikan.
Peserta didik diminta memimpin doa penutup.
I. Sumber belajar
Budianta, Melani. dkk. 2008. Membaca Sastra: Pengantar Sastra untuk Perguruan Tinggi. Magelang: Indonesia Tera.
Jauhari, Heri. 2013. Terampil Mengarang. Bandung: Nuansa Cendekia.
Minderop, Albertine. 2011. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santoso. 2011. Sastra: Teori
dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
J. Penilaian
Tes Tertulis
Bentuk soal: Uraian
Jenis tugas: individu dan kelompok
(a) Tugas Individu
1. Jelaskan definisi novel menurut anda!
2. Jelaskan definisi tokoh dan penokohan!
3. Jelaskan langkah-langkah menganalisis tokoh dan penokohan!
Pedoman penilaian kognitif
No Kriteria Penilaian Skor
1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian novel dengan
secara baik dan benar serta menggunakan bahasa yang baik
(berdasarkan EYD).
4
Peserta didik mampu menjelaskan pengertian novel tetapi
belum menggunakan bahasa yang baik dan benar
(berdasarkan EYD).
3
Peserta didik mampu menjelaskan pengertian novel tetapi
belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik
(berdasarkan EYD).
2
Peserta didik tidak mampu menjelaskan pengertian novel dan
tidak mengggunakan bahasa yang baik (berdasarkan EYD).
1
2. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian tokoh dan
penokohan dengan secara baik dan benar dan menggunakan
bahasa yang baik (berdasarkan EYD).
4
Peserta didik mampu menjelaskan pengertian tokoh dan
penokohan tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
benar (berdasarkan EYD).
Peserta didik mampu menjelaskan pengertian tokoh dan
penokohan tetapi belum lengkap dan tidak menggunakan
bahasa yang baik (berdasarkan EYD).
2
Peserta didik tidak mampu menjelaskan pengertian novel dan
tidak menggunakan bahasa yang baik (berdasarkan EYD).
1
3. Peserta didik mampu menjelaskan langkah-langkah analisis
tokoh dengan secara baik dan benar dan menggunakan bahasa
yang baik (Berdasarkan EYD).
4
Peserta didik mampu menjelaskan langkah-langkah analisis
tokoh tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar
(Berdasarkan EYD).
3
Peserta didik mampu menjelaskan langkah-langkah analisis
tokoh tetapi belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa
yang baik (Berdasarkan EYD).
2
Peserta didik tidak mampu menjelaskan langkah-langkah
analisis tokoh dan tidak menggunakan bahasa yang baik
(Berdasarkan EYD).
1
Jumlah skor yang dicapai
Nilai = X 100 = . . . .
Skor maksimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
(b) Tugas Kelompok
1. Bagaimanakah unsur tokoh dalam bab sembilan belas novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia?
2. Bagaimanakah unsur penokohan dalam bab sembilan belas
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia?
Pedoman Penilaian Afektif
No Kriteria PenilaianSkor
Keterangan1 2 3 4
1 Selama proses pembelajaran, peserta didik
mampu mengemukakan pendapat secara logis
dalam diskusi unsur tokoh bab sembilan belas
novel Rumah Tanpa Jendela menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Selama proses pembelajaran, peserta didik
mampu menghargai pendapat teman
kelompok dalam diskusi tokoh bab sembilan
belas novel Rumah Tanpa Jendela.
2 Selama proses pembelajaran, peserta didik
mampu mengemukakan pendapat secara logis
dalam diskusi unsur penokohan bab sembilan
belas novel Rumah Tanpa Jendela
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Selama proses pembelajaran, peserta didik
mampu menghargai pendapat teman
kelompok dalam diskusi tokoh bab sembilan
belas novel Rumah Tanpa Jendela.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
Jumlah skor yang dicapai
Nilai = X 100 = . . . .
Skor maksimum
Produk yang dihasilkan
Peserta didik membuat laporan berupa tugas rumah, tugas
rumah yang diberikan untuk peserta didik adalah membuat sinopsis
atau ringkasan cerita bab sembilan belas novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia.
Rubik penilaian produk membuat sinopsis bab sembilan belas novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia
No. Kriteria Penilaian SkorBobot
Bobot x skor
1 Pendeskripsian cerita secara lengkap dan jelas,
ringkasan cerita padat dan logis.
3 3 9
Pendeskripsian cerita kurang lengkap dan jelas,
ringkasan cerita kurang padat dan logis.
2 3 6
Pendeskripsian cerita tidak lengkap dan jelas,
ringkasan cerita tidak padat dan tidak logis.
1 3 3
2 Sistematika urutan dan penempatan bagian
novel urut dan tepat.
3 3 9
Sistematika urutan dan penempatan bagian
novel ada yang tidak tepat.
2 3 6
Sistematika urutan dan penempatan bagian 1 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
novel salah total.
3 Menggunakan bahasa baku, tepat, menarik,
kalimat efektif dan komunikatif, tidak ada
kalimat yang ambigu.
3 3 9
Bahasa kurang baku, tepat, menarik, kalimat
tidak efektif dan komunikatif, ada kalimat yang
ambigu.
2 3 6
Bahasa tidak baku, tepat, kurang menarik,
banyak kalimat yang tidak efektif dan
komunikatif, banyak kalimat yang ambigu.
1 3 3
4 Tidak ada kesalahan ejaan, tidak ada kesalahan
pemilihan jenis dan ukuran huruf, margin
sangat pas, format pengetikan benar dan
konsisten.
3 3 9
Ada beberapa kesalahan ejaan, pemilihan jenis
dan ukuran huruf tidak jelas, margin kurang
tepat, format pengetikan kurang tepat.
2 3 6
Mengabaikan ejaan, pemilihan jenis, ukuran
huruf, dan margin tidak sesuai dengan
ketentuan, asal ketik tidak menggunakan
format.
1 3 3
Jumlah skor yang dicapai
Nilai = X 100 = . . . .
Skor maksimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Yogyakarta, Juni 2016
Guru Bahasa Indonesia
(..........................) Vitalis Cicik Novika
NIP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan deskirptif kualitatif karena
data yang diambil berupa kata-kata dan hasil analisis yang dilakukan oleh
peneliti menghasilkan pendeskripsian tokoh dan penokohan dalam novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Penerapan metode kontekstual
dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mengajarkan
pembelajaran sastra kepada peserta didik. Langkah-langkah metode
kontekstual yang dapat digunakan untuk menganalisis unsur tokoh dan
penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia adalah
membuat sinopsis, mengidentifikasi tokoh dan penokohan, bertanya,
diskusi kelompok, refleksi, dan penilaian autentik.
Langkah pertama peserta didik membuat sinopsis novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Hal tersebut bertujuan untuk
mempermudah dalam mengetahui isi cerita dari bacaan.
Langkah kedua yaitu mengidentifikasi tokoh dan penokohan.
Peserta didik menentukan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Berdasarkan hasil analisis
tokoh dilihat dari segi peranannya, tokoh utama adalah Rara dan Aldo,
sedangkan tokoh tambahan adalah Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah
Alia, Umi Alia, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
Salma, Suster, Bi Siti, Simbok, Ratna, Papa Aldo, dan Billy. Hasil
analisisis tokoh berdasarkan fungsi penampilan yang terdiri dari tokoh
protagonis dan antagonis secara keseluruhan adalah sebagai berikut.
Tokoh yang termasuk dalam tokoh protagonis: Rara, Aldo, Ibu, Raga,
Nenek, Akbar, Rafi, Yati, Salma, Alia, Adam, Syarif, Simbok, Asih,
Abah, Ummi, Bi Siti, Suster, dan Billy. Tokoh yang termasuk dalam
antagonis adalah Ratna, Andini dan Ibu Yati. Hasil Analisis penokohan
masing-masing tokoh menggunakan metode tidak langsung yang terdiri
dari: 1) karakterisasi melalui dialog, (1) lokasi dan situasi percakapan, (3)
jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, (4) kualitas mental para tokoh, (5)
nada, suara, tekanan, dialeg, (6) dan karakterisasi melalui tindakan para
tokoh.
Langkah ketiga yaitu bertanya, peserta didik bertanya jawab
dengan guru mengenai unsur tokoh dan penokohan untuk mengaitkan isi
cerita novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dengan kehidupan
nyata melalui bertanya. Peserta didik mengaitkan tokoh serta penokohan
dalam novel dengan situasi yang terjadi pada kehidupan nyata.
Langkah keempat yaitu diskusi kelompok, peserta didik dibagi
dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Peserta didik dapat bertukar
pikiran, pendapat, gagasan, dan ide berkaitan dengan tugas kelompok
menemukan tokoh dan penokohan bab sembilan belas novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
Langkah kelima yaitu pemodelan, peserta didik membaca dan
memahami contoh novel yang telah dianalisis oleh guru. Contoh novel
yang telah dianalisis sebagai acuan agar siswa lebih mengetahui dan
memahami menganalisis sebuah novel. Novel yang digunakan sebagai
pemodelan adalah novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar.
Langkah keenam yaitu refleksi, peserta didik melakukan refleksi
untuk mengungkapkan hasil yang diperoleh selama proses pembelajaran.
Bagi guru, refleksi berguna untuk menjadi tolok ukur keberhasilan metode
dan proses pembelajaran yang digunakan.
Langkah ketujuh dalam penilaian autentik, bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh
peserta didik. Penilaian autentik dapat dilakukan dengan mengumpulkan
tugas yang diberikan oleh guru.
B. Implikasi
Hasil analisis tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela
karya Asma Nadia diimplikasikan dalam bentuk silabus dan RPP dalam
pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI semester I. Silabus dan
RPP yang digunakan disesuaikan pula dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
C. Saran
Saran yang diberikan ini ditujukan kepada guru mata pelajaran
bahasa Indonesia kelas XI semester I dan bagi peneliti selanjutnya yang
relevan. Bagi guru, diharapkan bahwa mnetode kontekstual dapat
dijhadikan sebagai salah satu pilihan alternatif metode dalam pengajaran
sastra. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menggunakan dan mengembangkan
metode atau pendekatan yang sesuai dengan kondisi kelas, metode
kontekstual bukan hanya pada unsur intrinsik tokoh dan penokohan tetapi
dapat digunakan dalam unsur intrinsik lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
DAFTAR PUSTAKA
Budianta, Melani. dkk. 2008. Membaca Sastra: Pengantar Sastra untuk Perguruan Tinggi. Magelang: Indonesia Tera.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi keempat. Jakarta: Balai Pustaka.
Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Heriyanto. 2014. Penokohan, alur, latar, tema, dan amanat dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar. Diunduh pada 18 Juni 2016 dari http://portal.widyamandala.ac.id/jurnal/index.php/educatiovitae/article/view/17 .
Herlina. 2013. “Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia (Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Sastra, dan Nilai Pendidikan)”. Tesis. Pascasarjana: Universitas Negeri Solo.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintific dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Jauhari, Heri. 2013. Terampil Mengarang. Bandung: Nuansa Cendekia.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, dan Tekniknya (Edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Minderop, Albertine. 2011. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Dharma.
Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nadia, Asma. 2011. Rumah Tanpa Jendela. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Niri, Erna Lawu. 2011. Skripsi: “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur Novel Manusia Langit Karya Jajang Agus Sonjaya Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi Kedua. Jakarta: Grafindo Persada.
Syamsuddin dan Vismaia S Damianti. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Dasar-Dasar Kurikulum Bahasa. Bandung: Angkasa.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santosa. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
A. Lampiran kutipan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
dalam analisis tokoh berdasarkan fungsi penampilan
Bab 1
Nama Tokoh Kutipan NovelRara (1)..... “Apa Allah selalu mengabulkan doa?” (Nadia, 2011 :2).
(2)..... ” Tapi apa pasti dikabulkan Bu? Rara ingin punya jendela.” kalimat itu menggantung sejenak sebelum bersuara pelan, “Rara juga ingin Ibu sembuh.” (Nadia, 2011 : 2).
Ibu (3) “Berdoa, Ra..... mengaji. Minta sama Allah” (Nadia, 2011:2).
Bab 2
Nama Tokoh Kutipan NovelRara (4) ....”Caranya, Bu?” “(Nadia, 2011 : 6).
(5)... Rara menurut. Mula-mula memang susah. Tetapi lama-lama dia mengerti apa yang dimaksudkan Ibu. (Nadia, 2011: 6).(6) Rara ingat gambarnya membuat Ibu tercenung. Ada air mata membayang di bola mata Ibu. Tapi air mata itu tak sempat menitik. (Nadia: 2011: 9).
Ibu (7) Malah Ibu mengajarinya memulai perjalanan mimpi.“ Mimpi itu bisa hidup, lho Ra...” Ibu, selalu bisa menghadirkan kerlip di mata Rara. (Nadia, 2011:5).(8) ....“Tutup mata Rara. Lalu bayangkan mimpimu. Bayangkan juga Rara ada di mimpi itu.” (Nadia, 2011: 6).(9).....“Sekali kamu percaya hantu itu ada, dia akan hidup terus di hatimu dan memakan keberanianmu, Ra!” (Nadia, 2011: 8).
Raga (10).....“Ssst, Rara kenapa Bu? Cengengesan sendiri gitu?” (Nadia, 2011:6).(11).....“Hantu itu nggak ada, Ra!” komentar Bapak.(12)....Bapak memandangnya sayang,”Kata siapa, hayo? Cuma katanya... katanya... kan?” (Nadia, 2011: 7).
Rafi (13)..... Temannya, Rafi pernah lari terbirit-birit karena ada yang mengejarnya dari belakang (Nadia, 2011: 7)..(14).....Rafi mendekatkan wajah ke teman-teman kecilnya, memasang tampang misterius, sebelum menjawab,“Ssst... bu...bukan!”..”Ternyata a...ada maling la...lagi dike...kejar hansip! Hihihi...” (Nadia, 2011: 7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
Bab 3
Nama Tokoh Kutipan NovelRara (15).....“Ssst... udah... udah.” Rara nggak tega juga (Nadia, 2011
: 12).(16) “Pak... Pak!”Rara berlari menyusul langkah Bapak menuju rumah.“Ada apa toh, Ra?”Gadis kecil itu melompat-lompat riang. Rambutnya yang tergerai berayun ayun.“Rara pengin punya jendela!” (Nadia, 2011: 14).
Akbar (17)..... Akbar, yang tinggal dekat rumahnya sudah tidak terhitung kena tangan bapaknya, lelaki bertampang angker dengan tubuh besar dan tato berganbar kepala naga di tangannya.“Lagian, Bapak lo nakutin gitu, berani nge... nge...”“Ngelawak? Ngelaba? Nge...”Akbar bukannya serius malah seperti main tebak kata. (Nadia, 2011:10).(18)..... Anak laki-laki berusia sebelas tahun itu, santai saja. Hanya sedikit meringis saat Rafi menekan lebam di tangannya (Nadia, 2011: 11).
Yati (19)..... Ibunya sering kesetanan, cepat sekali naik darah. Kalau sudah marah teriak-teriak seperti orang gila dan mengakibatkan Yati harus menanggung malu. Bukan hanya malu, karena gadis bertubuh kurus tinggi itu juga harus sigap mengelak, sebab jika kumat, Ibunya tak hanya memukuli kepala tetapi suka melempari Yati dengan barang-barang. Pernah batu bata sepanjang lengan Rara melayang dan hampir mengenai kepala Yati.Uniknya, baik Akbar maupun Yati biasa saja. Mereka nggak menangis. Paling cemberut sebentar, dan tidak lama kemudian sudah tertawa dan asyik bermain lagi. (Nadia, 2011: 11).
Rafi (20)..... Rafi memang gagap dan teman-temannya yang jahil biasanya bukan membantu malah asik meneruskan kalimat anak lelaki berambut gondrong itu, sesuka mereka...” (Nadia, 2011: 11).(21)..... “Besok-besok lo... elo ngumpet aja kalau bo... bo...”“Bola? Bodrek? Bo...”Hihihi. Teman-temannya itu... masih saja menggoda Rafi! Rara nyengir.“Bu... bukan. Maksud gue, bokap sama... nyo... nyo...”“Nyolek? Nyosor? Nyopet?”Hus!Tapi Rafi tidak marah.“Maksud gue nyokap lo. Bo... bokap sama nyokap lo... ma... ma... ma”Makan? Madat? Maling?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
Heh... nggak selesai-selesai.Tapi lagi-lagi, Rafi nggak marah, “Marah. Su... supaya lo pade ka...gak kena ti...”“tikus? Tilep? Tidur? Ti...”“Sst.. udah.. udah.” Rara nggak tega juga.“Yang bener tim... timpuk!” Rafi menyelesaikan kalimatnya susah payah. Tapi bibirnya yang terbuka menampilkan deret gigi-gigi gingsul berantakan itu menyunggingkan senyum lebar. (Nadia: 2011: 12).
Ibu (22) “Shalat itu amal pertama yang ditanyai Allah, Ra.” (Nadia, 2011:15).(23)..... “Shalat juga bisa menjadi penolong kita, Ra... kalau kita sedang susah.” (Nadia, 2011:15).(24)..... Pertanyaan Ibu yang lain umumnya seputar:“Sudah shalat atau belum?”“Sudah mengaji?” (Nadia, 2011:16).
Bab 4
Nama Tokoh Kutipan Novel
Alia (25) “Alia baru masuk kuliah lagi, Abah. Lagian, mau nikah sama siapa? ” (Nadia, 2011: 21).(26).....“Boleh Alia pikirkan dulu, Abah?” suara Alia hati-hati. (Nadia, 2011: 21).(27)..... Tapi Alia tidak ingin menikah. Tidak sekarang. Dia baru merintis sekolah singgah, dengan uang tabungan yang selama ini disimpan dan tidak tahu ingin digunakan untuk apa. Kedua orangtuanya meski tidak kaya raya tapi terbilang berkecukupan. Lagi pula dia anak semata wayang.(Nadia, 2011: 22).(28)..... Jika diizinkan, dia ingin membuka sekolah singgah, sekaligus taman baca bagi anak-anak di sana. Barangkali bisa menjadi alternatif, selain satu-satunya madrasah yang terletak cukup jauh dan memerlukan biaya. (Nadia, 2011: 23).(29)..... “Gratis? Tidak mbayar?”Tanya seorang Ibu kepadanya dengan nada galak, tak percaya.Alia mengangguk. Tak ada biaya apa pun. Tempatnya bisa di mana saja. Tak perlu ruangan kelas tertutup. Belakangan, beberapa orangtua yang ingin anaknya bersekolah gratis membantunya menemukan sebuah ruangan sederhana untuk anak-anak belajar. (Nadia, 2011: 23).
Abah (30) “Teman Alia juga waktu kecil. Ingat sama Deni? Anak Dokter Maman, tetangga kita waktu di Sukabumi?” (Nadia, 2011: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
(31)..... “Dipikir? Apa yang harus dipikirkan? Anaknya baik, orang tuanya teman dekat Abah. Kenapa harus pakai bpikir-pikir? Kecuali kamu menikah dengan orang yang tidak jelas, baru dipikir! Dia sudah bekerja, kok!”Dulu juga begitu.“Kenapa nggak mau jadi sekretaris. Kerja di kantor kan bagus. Dingin, kulit Alia nggak jadi hitam. Nggak perlu kena panas. Ah, pokoknya Abah mau kamu jadi sekretaris. Titik!” (Nadia, 2011: 21-22).
Ummi (32) “Abah sama Ummi ingin Alia menikah.” (Nadia 2011:20).(33)..... “Menikahlah Alia... Ummi yakin Deni mengizinkanmu kuliah. Hal-hal ini bisa dibicarakan.” (Nadia, 2011: 24).
Bab 5
Nama Tokoh Kutipan Novel
Rara (34)..... Kalimat-kalimat itu sempat memenuhi pikiran Rara. Membuat wajah cerahnya was-was dan murung. Apalagi jika melihat betapa perhatian Bapak yang bertambah sama Ibu sejak tahu istrinya hamil.Tetapi hari-hari berlalu, seiring membuncitnya kandungan Ibu, Rara tidak melihat tanda-tanda kekhawatirannya beralasan. “Dia main bola, ya Bu di dalam sana.”Rara membayangkan lapangan bola... eh kolam bola di dalam perut Ibu, pikiran yang mengulaaskan senyum di bibirnya (Nadia, 2011 : 32).(35)..... Sebuah kantung plastik hitam di tangannya, terasa hangat dan berbau sedap. Nasi rendang buat Ibu dan Adik. “Bu.... Rara bawa ren...”Kalimat Rara menggantung. Mata bulatnya bersinar panik. Mendadak tubuhnya lemas tak bertenaga. Di lantai tanah rumah mereka, perempuan yang melahirkannya tergeletak dengan mata tertutup rapat.Cairan merah merembes dari daster lusuhnya (Nadia, 2011: 34).(36)..... Pertama adik kecilnya yang pergi. Bahkan tanpa sempat mencicipi rendang yang dibawa kakaknya. Hari keempat, Ibu tertidur dan tak pernah bangun lagi.Padahal dia sudah berdoa. Bahkan berjanji menukarkan catatan mimpinya tentang jendela, asalkan Allah membiarkan Ibu bersamanya lebih lama (Nadia, 2011: 35).
Akbar (37)..... “Ayam gorengnya satu, ya!” Akbar buka suara sambil telunjuknya ditempelkan pada bayangan paha ayam berukuran sedang, “Kamu apa, Yati?”.....“Kalau kamu apa, Fi?” Akbar bersuara lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
.....“Ubin? Celetukan Akbar menimbulkan tawa anak-anak.
.....“Kalau kamu apa, Ra?”
.....“Sudah, jangan pakai mikir. Ambil saja semua. Gue yang bayar! Hehehe...” Akbar berlagak bos. Tapi suaranya berangsur panik saat Rafi mencoleknya dan menunjukkan ke satu arah. “Bo.... bokap lo!”“Mana?”“It... itu!”Waduh gawat!“Kabur!” (Nadia, 2011: 28— 29).(38)..... “Siapa bilang?” ujar anak lelaki yang bajunya meski tidak kekecilan tapi selalu terangkat sebagian ke atas sehingga bagian pusarnya sering melompong atau kelihatan, “Punya adik itu menyebalkan tahu, Ra!”.....“Bukan cuma itu. Kalau ada adek lo juga bakal lebih sering digebukin!”..... “Heh... nggak percaya. Nih gue jelasin. Ade lo nangis... siapa yang disalahin? Terus kalau adek lo jatuh atau nyungsep? Salah lo juga! Kenapa nggak bisa jagain dia? Belum kalau adek lo mecahin gelas, piring... salah lo lagi! Tuh makhluk kecil nangis? Lo lagi yang di salahin!” ..... “Terus lo juga susah kemana-man, kecuali kayak gini nih...” Akbar menunjuk Yati, “Adiknya dibawa terus. Pokoknya repot deh!” (Nadia, 2011: 31— 32).
Yati (39)..... “Begitu kamu punya adik, kamu nggak penting lagi!” Yati ikut menjelaskan. Seorang bayi berusia setahunan menggelendot di gendongan, “Repot!”..... Yati yang bertubuh kurus dan sehari-hari hanya mengenakan rok dan atasan kaus yang warnanya sudah pudar itu, menambahi, ”Mana anak kecil kerjaanya nangis mulu. Kalau nggak nangis sakit deh. Batuk, pilek lah... heh... uang jajan yang buat kita aja kurang, sekarang harus dibagi!” (Nadia, 2011: 31).
Rafi (40)..... Rafi, liurnya bahkan sudah menggantung di sudut bibir saat menjawab,“Aku... aku... u...u...”“Ubin?”Celetukan Akbar menimbulkan tawa anak-anak.“Ud... udang yang be...sar dua!” (Nadia, 2011: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
Bab 6
Nama Tokoh Kutipan Novel
Rara (41)..... Kadang dia kawatir melepas Bude yang keluar di saat langit mulai gelap.“Bude nggak takut ngelewatin kuburan?”Bude tersenyum, menggeleng.“Rara tahu hantu tidak ada, tapi masih takut, hihihi...”(Nadia, 2011 : 38).(42)..... Sebenarnya Rara punya rencana lain dengan uang saku yang diberikan Bude Asih, tapi... teman-temannya menatap lapar. Beralih-alih dari memandangnya lalu ke restoran. Rafi malah sudah menelan ludah berkali-kali.Ya sudah, besok-besok dia pasti bisa menabung lagi. Bayangan jendela besar yang bisa menjaring cahaya matahari muncul. Mimpi yang sempat terkubur saat Ibu pergi (Nadia, 2011: 39).(43).... Sepenting-pentingnya jendela dalam benak Rara, buat ketiga temannya jauh lebih penting makanan yang berada di balik etalase kaca di restoran padang itu.Setelah berpikir cukup lama, Rara akhirnya mengangguk setuju (Nadia, 2011: 40).(44)..... Rara menegakkan tubuh, ingin menyambut Bude yang pasti capek. Setidaknya menyeduh teh manis penghilang haus Bude. Namun sebelum Rara bangkit, suara keras Bapak terdengar dab menciutkan nyali gadis kecil itu. Simbok sampai memeluknya erat (Nadia, 2011: 41).(45) Seorang perempuan sepantaran Bude, dengan bedak tebal dan bibir merah duduk di atas pangkuan bapak-bapak paro baya. Sebagian lagi menemani berjoged atau menuangkan minuman ke dalam gelas dan mengupas kacang kulit lalu menyuapkannya ke mulut pengunjung laki-laki.Pakaiannya ketat dan pendek. Persis baju-baju yang dikenakan Bude Asih.Perlahan Rara mulai paham...... “Jadi, pelacur itu kerjanya dipangku, joged, sama nemenin makan dan minum, gitu?” (Nadia, 2011: 44).
Bude Asih (46)..... Sejak ada Bude kehidupan sedikit membaik. Perempuan itu murah hati, suka mengeluarkan uang dari dompetnya untuk Rara. Meski dilakukannya sembunyi-sembunyi, sebab Bapak marah jika Rara menerima uang dari Bude (Nadia, 2011: 38).(47)..... Terdengar kalimat Bude Asih membela diri.“Habis mau kerja di mana? Nyari kerja susah. Kamu pasti tahu itu.” (Nadia, 2011: 41).(48)..... ”Memangnya kamu pikir kita makan sehari-hari dari mana? Tidak setiap hari kamu pulang bawa uang.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
.....”Aku... aku cuma pengin bantu.”Ada isak tertahan dari kalimat terakhir Bude (Nadia, 2011: 42).
Akbar (49)..... “Asal jangan pada nambah. Kalau nasinya masih ada, banyakin kuahnya aja!” Akbar mengatur siasat, “Pasti cukup, Ra!” (Nadia, 2011: 38).(50) Akbar kontan menggeplak kepala sahabatnya, mendengar jawaban itu......“Bude Asihmu itu lonte, Ra!”..... “Pelacur, lonte, jablay, sama aja!”Akbar menhembuskan napas panjang. Susah menjelaskan pada Rara.“Gini deh... biar ngerti, besok malam kamu ikut aku. Yati sama Rafi juga.” (Nadia, 2011: 43).
Ibu Yati (51)..... Di tempat sampah kok bayangin kupu-kupu!” celetuk ibunya Yati sinis, ketika suatu hari Rara menceritakan keinginannya pada Yati...... Dia tidak menanggapi, takut ibunya Yati kumat dan akhirnya Yati harus mengurusi adiknya yang masih bayi itu, dan karena tidak bisa bermain. Perempuan itu bisa ngamuk habis-habisan hanya karena ada dua ekor kucing yang berkelahi atau kejar-kejaran, dan menyirami, bahkan menendang mereka, dengan kalap (Nadia, 2011: 39).
Raga (52)..... “Pokoknya nggak boleh. Kalau Rara kepengin jajan, minta sama Bapak!” (Nadia, 2011: 39).(53)..... “Buka saja pintunya, Ra... nggak perlu jendela.”Itu komentar Bapak (Nadia, 2011: 40).(54)..... “Kalau memang ada niat, pasti ada. Kerjaan apa saja, tapi jangan melacur, mbak!” suara Bapak penuh kemarahan.”Memangnya kamu pikir kita makan sehari-hari dari mana? Tidak setiap hari kamu pulang bawa uang.”“Kamu bukan cuma bawa uang Mbak, tapi juga bawa bau minuman keras ketika masuk ke rumah ini!”....... “Besok pagi, aku mau Mbak keluar dari rumah ini. Pekerjaan Mbak nggak bagus buat Rara. Aku nggak butuh uang haram untuk ngasih makan Rara dan Simbok!” (Nadia, 2011: 42).
Rafi (55)..... “U...uang ha...ram itu... ada... adalah...”Semua menunggu Rafi menyelesaikan kalimatnya dengan pandangan tidak sabar.“Adalah... apa?” Rara mengejar.Rafi menarik napas panjang.“Uang ha... ram itu adalah u... ang tidak ha... halal! Hehehe...” (Nadia, 2011: 42— 43).
Yati (55)..... Yati menggeleng,“Aku udah tahu apa artinya. Lagian adikku sakit panas.” (Nadia, 2011: 43).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
Bab 7
Nama Tokoh Kutipan Novel
Rara (56)..... Awalnya Rara tak mengerti, sampai kemudian dia menyadari kedua tangan yang bertolak pinggang, dan kaki kanannya yang terangkat tinggi. Gayanya persis bangau sedang mengambil ancang-ancang mematuk ular. Pantas mereka tertawa (Nadia, 2011: 47— 48)...... Seperti mendapat anugerah akan mimpi yang tak pernah dicatatnya, hari itu Rara mulai sekolah. Memang agak telat karena usianya hampir sembilan tahun. Tapi tak apa. Rara bersyukur Allah mempertemukannya dengan Bu Alia. Setelah Ibu pergi, Rara sempat merasa tidak akan bisa tertawa dan bergembira lagi...(Nadia, 2011 : 48).
Akbar (57)..... “Bu!” suara Akbar tiba-tiba, lantang sekali.“Ya?”“Ibu sudah punya pacar?”Pertanyaan itu seketika menghasilkan belasan gumpalan kertas yang dilemparkan anak-anak ke arah Akbar, disertai teriakan ‘Huuuu...’ yang panjang. (Nadia, 2011: 46).
Alia (58)..... “Ya, ada yang ingin bertanya?” (Nadia, 2011:45).(59)..... Belum ada yang menjawab pertanyaan Bu Alia barusan.“Sudah jelas atau ada yang ingin bertanya?” (Nadia, 2011: 46).(60)..... “Ada apa, Ra?”Bu Alia menegurnya lembut... (Nadia, 2011: 48).
Bab 8
Nama Tokoh Dialog
Rara (61)..... Inikah cara Allah mengabulkan doa Rara seperti yang pernah dituturkan Ibu?Allah kadang mengabulkan, kadang menunda, kadang memberikan ganti yang lebih baik dari doa-doa seseorang (Nadia, 2011 : 51).(62)...... “Gambar rumahmu bagus!” kalimat Rara tulus sebelum memayungi Aldo.“Teri... ma... kasiiih...!”Jawaban yang disampaikan barusan dengan nada berteriak, mengagetkan Rara.Nada dan bicara anak laki-laki yang kemudian diketahuinya bernama Aldo, mengingatkan Rara akan Rafi temannya yang sering menjadi bulan-bulanan setiap anak lelaki itu membuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
mulut (Nadia, 2011: 54).(63)..... Efek yang ditimbulkan setelah kecelakaan itu memang tidak menyenangkan. Kepala Rara sempat pusing-pusing. Pelipisnya berdarah, kakinya lecet.Tapi kejadian itu membuka lembaran baru yang dikiranya tidak mungkin: bersahabat dengan Aldo, yang berbeda sekali kehidupannya dengan Rara (Nadia, 2011:55).(64) Awalnya Akbar dan Rafi sempat cemburu. Merasa Rara tidak akan peduli lagi dengan mereka setelah punya teman bermobil. Tapi perasaan itu disingkirkan jauh-jauh setelah menyaksikan sikap Rara yang tidak berubah. Masih menyapa dan mau bermain, tidak lantas jadi sombong mendadak.Rara juga mengajar mereka ke rumah Aldo. Tentu saja dengan menyelipkan pesan sponsor sebelumnya:“Tapi kalian harus janji!”..... “Janji nggak boleh seperti yang barusan.”Rafi, Akbar, Yati dan lain-lain berpandangan. Masih belummengerti.“Janji nggak boleh ngeledekin Aldo kalau dia bicara.” (Nadia, 2011: 56).
Nenek Aldo (65)..... “Rara mau ikut Nenek ke kantin?” tanya Nenek, perempuan tua yang menemani Rara sejak bakda zuhur tadi. Ia didampingi Aldo cucunya, seorang sahabat yang berbeda, kadang terlihat tidak acuh, tetapi berhati hangat (Nadia, 2011: 30).(66)..... Nenek yang lucu.Bukan hanya Rara yang berpendapat begitu. Saat bersama Nenek, Rara tak ingin pergi ke tempat lain. Dia tidak perlu mencari-cari pintu ke dunia mimpi dengan jembatan pelangi. Sebab, bersama Nenek dia dan teman-teman bisa bernyanyi dan menari dan tergelak-gelak setelahnya, .... (Nadia, 2011: 51— 52).(67)..... Nenek, yang menemani Aldo, langsung membawa Rara ke dokter, dan mengantarkannya pulang dengan mobil.... (Nadia, 2011: 55).
Salma (68)..... “Untung kamu keserempet mobil ya, Ra!” bisik Salma salah seorang teman Rara...... “Ya, tapi kan bener. Kalau Rara nggak ngojek payung, terus mampir ke tempat Aldo belajar lukis, terus nawarin Aldo ojek payung karena hujan, padahal si Santo sudah ngincer dari tadi untuk mayungin Aldo... yang penting kan Rara kagak kenapa-kenapa. Ya nggak Ra?” (Nadia, 2011: 53).
Akbar (69)..... “Kenapa nggak bilang sekalian Rara beruntung didorong Santo ke mobilnya Aldo?” (Nadia, 2011: 53).(70)..... Akbar yang perutnya besar, baju-bajunya seperti susut ketika dipakai, saking perutnya yang buncit, tetapi penakut jika kepergok di jalan sama bapaknya (Nadia, 2011: 54).(71) Akbar mengangguk-angguk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
“Udah gue duga... anak itu emang rada aneh sih.” (Nadia, 2011: 56).
Simbok (72)..... “Setiap orang pasti punya kekurangan, Ra. Bapak sama Ibu. Simbok juga. Kita berkawan agar saling membantu.” (Nadia, 2011: 55).
Aldo (73)..... Selama di rumah sakit, entah sudah beberapa kali Aldo datang. Kadang bersama Adam, lelaki berusia dua puluhan dengan lesung dalam di kedua pipinya, atau Nenek yang senang mengajak mereka bernyanyi dan berjoget bersama ketika Rara dan teman-teman datang ke rumah Aldo (Nadia, 2011: 51).
Rafi (74)..... “Janji ap... app...ap...”“Api, apel...”“Apusan!”Gelak tawa terdengar. Rara buru-buru meneruskan,.....“Aneh tapi ba... ba... ba...ik!”Tumben kali ini tidak ada yang meledek Rafi (Nadia, 2011: 56).
Bab 9
Nama Tokoh Kutipan Novel
Alia (75)..... Persoalannya, pertunangan sudah diresmikan, dengan tata cara yang diminta orang tua meski tidak disepakatinya. Seandainya saja dia lebih berani bicara dan menolak kehendak Abah dan Ummi.Tetapi, dia anak satu-satunya mereka. Kalau bukan dia yang menjadi sumber kebahagiaan, kemana orang tuanya harus mendapatkan kegembiraan? Alia tidak tega...(Nadia, 2011 : 59).(76)..... Bukan sok suci, sama sekali tidak. Hanya Alia malas dan capek jika harus terlibat pada hubungan coba-coba yang tidak mengarah ke perkawinan. Pacaran bukan jaminan kebahagiaan. Itu keyakinan Alia...... Alia tidak boleh menghakimi dari penampilan luar. Dia sudah sempat salah menilai, saat berkomentar spontan soal profesi cowok itu sebagai anak band.“Bukannya anak band itu identik dengan minuman keras dan drugs?”Uups. Pertanyaan itu!Alia kontan menutup bibirnya. Mereka memang mulai akrab, tetapi bagaimanapun usia pertemanan yang terjalin masih seumur jagung (Nadia, 2011: 60— 61). (77)..... Alia tidak bisa memberikan harapan. Dia tidak boleh mempermainkan hati orang lain. Apalagi musibah yang dialami Rara, salah satu anak didiknya, membuat gadis itu merasa egois jika hanya memikirkan urusannya sendiri tanpa berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
meringankan kesedihan gadis kecil berambut panjang, yang menyimpan impian tentang jendela itu.Tetapi, dengan caranya lelaki berlesung pipit itu dan surat-surat, puisi serta syairnya telah menggoreskan senyum dan rasa bahagia, di hati Alia (Nadia, 2011: 63).
Adam (78)..... Tapi lelaki yang suka mengenakan jaket kulit itu tidak tersinggung. Santai saja saat memberikan jawaban, “Drugs? Nggak lah. Ngerokok aja aku enggak, kok!” (Nadia, 2011: 61).
Bab 10
Nama Tokoh Dialog
Rara (79)..... Allah, jaga keluarga kami. Lindungi Bapak... lindungi Simbok... lindungi Bude Asih, umm... kalau mungkin bisakah Engkau berikan Bude pekerjaan yang lain?Dia tidak suka membayangkan Budenya yang manis dipangku-pangku orang asing atau berjoged dan menuangkan botol minuman. Dia tidak suka kata ‘lonte’ dan ‘jablay’ juga intonasi dua kata itu saat diucapkan Akbar atau anak-anak lelaki lain tetangganya (Nadia, 2011 : 65).(80)..... Seharusnya Rara melompat, berteriak kegirangan.Seharusnya dia memeluk Bapak dengan rasa terima kasih. Bagaimana pun lelaki itu telah berusaha.Ini menjadi catatan Rara kemudian setiap mengingat hari di mana Bapak memberinya kejutan jendela.Tapi yang terjadi tidak demikian.Rara terdiam melongo.Dia tidak menemukan jendela impian. Hanya lukisan jendela yang dibuat Bapak dengan sisa-sisa cat (Nadia, 2011: 67).(81) Rara menggeleng. Dia tidak marah. Hanya berusaha dia sungguh-sungguh mengira akan melihat jendela betulan. Bahwa akhirnya rumah mereka akan seperti rumah-rumah lain yang sering di lewatinya.Nyatanya...Rara tersenyum kecut.“Maafin Bapak, ya Ra...”Pelan-pelan kepala Rara mengangguk (Nadia, 2011: 68).
Raga (82)..... “Satu atau dua?”“Satu juga boleh.”“Ya sudah. Nanti Bapak buatkan jendela, ya?”Dan Bapak kemudian memang membuatkan jendela.“Siap?” tanya Bapak antusias, mencegat langkah Rara yang baru pulang dari belajar bersama teman-teman dengan Bu Alia.Rara mengangguk. Menatap tak sabar pada kain yang menutupi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
bagian depan rumah mereka. Di sanakah Bapak menyembunyikan jendelanya?Bapak menatap Rara dengan sorot mata jenaka.“Bener sudah siap?”Rara mengangguk lagi, lebih semangat. Senyum harap-harap cemas mulai tersungging di wajahnya.Satu...Dua...Tiga... !!!Dengan gaya seperti pesulap amatir, lelaki perawakan kurus itu menarik kain yang menutupi triplek yang menjadfi dinding rumah mereka.“Jendela... Rara! Tarraaa...” (Nadia, 2011: 66— 67).(83)..... Bapak menyusul ke dalam dan kemudian ikut duduk di sisi Rara,“Marah, ya?”.....“Maafin Bapak, ya Ra...”Pelan-pelan kepala Rara mengangguk.Bapak memeluknya. Sebelumnya dia tak mengerti betapa besar keinginan anak satu-satunya itu untuk memiliki jendela. Hingga dia melihat kekecewaan membayang di mata Rara barusan. Juga air mata yang membayangi.Jendela buat Rara....hhh.Lelaki itu mengeluh (Nadia, 2011: 68).(84)..... Ketika malamnya melihat Rara tidur, berdampingan dengan Simbok, lelaki itu memahat kata jendela dalam-dalam di hatinya (Nadia, 2011: 69).
Bab 11
Nama Tokoh Kutipan Novel
Rara (85)..... “Semua rumah perlu jendela, tahu... biar sehat!”...”Itu karena kita nggak tahu bedanya kalau punya jendela. Bu Alia juga bilang kan itu syarat rumah sehat!”(Nadia, 2011 : 71).(86) Rara tidak suka berdebat mulut yang nantinya berlanjut ke pertengkaran. Lebih baik dia diam. Meski tentu saja tetap semangat berceloteh tentang jendela kepada teman-teman yang mau mendengar. Lama-lama keinginannya yang awalnya terdengar aneh, mulai terdengar biasa. ..... Rara memandang catatan mimpi yang dituliskannya di buku tulis tipis yang sama, yang juga menyimpan deretan doa bagi orang-orang yang dicintainya. Setiap hari, tidak pernah tidak, dia membayangkan menjadi kenyataan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
Suatu hari, dia akan punya jendela.Tidak, tidak hanya dia.... tetapi mereka. Beberapa teman yang akhirnya terkena virus jendela dari Rara (Nadia, 2011: 74).(87) Dia tahu, mimpi yang disertai doa akan menjadi kenyataan. Pada saatnya Allah akan menjawab keinginan-keinginan yang disandarkan padaNya... (Nadia, 2011: 75).
Rafi (88)..... Rafi, yang sejak tadi sudah buka mulut dan mengambil ancang-ancang menyusun kalimat dengan susah payah seperti biasa, akhirnya bersuara,“Se... se... se...”“Sepatu, sendal, sedan, se... tan?”Hihihi... Akbar, isengnya kambuh lagi.Tapi Rafi tidak terganggu. Mata anak lelaki dengan bibir tebal dan gigi-gigi besar yang sering menyebabkan dia sulit menutup mulut dengan sempurna itu, masih mengerjap-ngerjap.“Se... sebenarnya... jendela itu me... memang perlu!”“Tapi?” Akbar menyelak tak sabar.“Tapi... bikin jen... jen... dela itu, nggak murah. Ma... ma...”Masak? Main? Macan? Hehh...“Maksud gue... ma... hal! Itu di... dia!” (Nadia, 2011: 72).
Akbar (89)..... Hihihi... Akbar, isengnya kambuh lagi..... “Tapi?” Akbar menyelak tak sabar.“Tapi... bikin jen... jen... dela itu, nggak murah. Ma... ma...”Masak? Main? Macan? Hehh... (Nadia, 2011: 72).(90)..... “Tapi sebenarnya enak kali ya... punya jendela. Rumah jadi nggak panas.”“Betul!”“Jangan-jangan emak gue sering ngamuk karena gerah kali, ya?” (Nadia, 2011: 73).
Alia (91)..... Belakangan Ibu Alia menambahkan,Kenangan dan Al Fatihah, Rara....... Ibu gurunya yang cantik pernah mengatakan, Al Fatihah itu jembatan rindu, yang mengantar cinta dan semua kerinduannya kepada orang-orang tercinta di alam sana (Nadia, 2011: 75).
Bab 12
Nama Tokoh Kutipan Novel
Rara (92)..... Rara meneruskan ayat Al Qur’an yang dibacanya. Insya Allah... tidak lama lagi dia akan selesai.Selama menunggu sosok yang dicintainya, Nenek dan Aldo datang hampir setiap hari. Biasanya mereka akan membaca Al Quran bersama, setelah itu baru mengobrol..... (Nadia, 2011 : 77).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
(93)..... Dan mimpi buruknya berawal dari ulang tahun Andini...... Entah benar atau tidak. Tapi Rafi tampak bangga dengan pengetahuannya, dan Rara senang melihat temannya punya sesuatu yang orang lain tidak tahu. Itu bagus buat Rafi, menurut Rara. Soalnya teman-teman sering agak keterlaluan mengolok-olok Rafi (Nadia, 2011:80— 81).(94)..... “Tenang aja, Yati. Pasti banyak banget yang datang. Kagak ada yang bakalan memperhatikan baju yang kita pakai.”Rara menggenggam tangan Yati, teman sepermainan yang tubuhnya lebih tinggi dari Rara, saat akhirnya jemputan mereka datang... (Nadia, 2011: 82).(95) Rara jadi malu, sebab selama ini dia tidak pernah melihat kebagusan wajah Aldo. Padahal setiap orang pasti tidak hanya memiliki kekurangan, melainkan kelebihan. Kelebihan yang sayangnya begitu mudah luput dari pandangan. Seharusnya tidak boleh begitu... pikir Rara, sambil menikmati wajah tersipu-sipu Aldo yang muncul lebih sering. Pun gerak kedua tangannya (Nadia, 2011: 83).
Suster (96)..... “Rara sudah makan?”Suster berseragam putih itu menyapanya disertai senyum ramah.Rara mengangguk sopan.“Mengaji lagi... sudah pernah khatam?” (Nadia, 2011: 76).
Akbar (97)..... “Ssst.. kita di sana bagi-bagi tugas, Fi!”“Mak.... maksudnya?”Akbar yang terlalu gembira untuk merasa terganggu dengan kebolotan temannya, dengan sabar menjelaskan, masih dengan suara berbisik.“Pesta orang kaya, biasanya makanan banyak Fi. Sayang kalau sampai terbuang sia-sia. Kata Bu Alia juga gitu kan. Makanan nggak boleh sia-sia... itu namanya mubazir.” (Nadia, 2011: 78).(98) “EMCE maksudnya?” Akbar sok tahu. Dia sering melihat tulisan itu sebelumnya (Nadia, 2011: 80).
Rafi (99).... “Ssst... Ra, bedanya EMCE sama WECE apa?”Aduh... beda banget! Rara ingin tertawa geli karenanya. Tapi ditahannya, sebab sejujurnya dia juga baru tahu istilah itu dari Rafi. Temannya yang satu itu memang unik. Di satu sisi kalau bicara susah, tapi dia tahu Obama.... terus Dona... Donal Trum atau siapa gitu... yang katanya orang terkaya di Amerika (Nadia, 2011: 80).
Yati (100)..... Yati yang hari ini bebas dari adik-adiknya menjelaskan,“Bukan tape, tapi ka-fe!”“Apa tuh?”“Yah, pokoknya warung makan-minum gitu, deh.” (Nadia, 2011: 79).
Aldo (101)..... Selama menunggu sosok yang dicintainya, Nenek dan Aldo datang hampir setiap hari. Biasanya mereka akan membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
Al Quran bersama, setelah itu baru mengobrol..... (Nadia, 2011 : 77).(102)..... Tidak ada yang tidak melompat kegirangan saat Aldo mengundang Rara serta teman-teman di sekolah singgah, datang ke ulang tahun Andini (Nadia, 2011: 78).(103)..... Aldo tidak langsung menjawab. Matanya berputar-putar seperti biasa. Tangannya bergerak-gerak lebih cepat.“Ngg... Kak Adam... nya...nyanyi. Nyanyi!”“Oh... ada band?”Aldo mengangguk. Senyumnya tersungging lebar (Nadia, 2011: 79).(104)..... Aldo benar-benar baik mau mengundang mereka semua.“Nenek... Nenek un... dang teman-teman Al...do.” (Nadia, 2011: 81).
Salma (105)..... “Aku bilang juga apa... untung kamu ketabrak ya. Jadi kita kenal Aldo dan ke pesta ulang tahun deh!”Rara melongo.Salma masih saja merasa bahwa kecelakaan Rara adalah anugerah. Sebab dengan kejadian itu mereka semua punya teman orang kaya bernama Aldo.Mungkin ada benarnya, batin Rara (Nadia, 2011: 81).
Adam (106)..... Kak Adam mengenakan baju dan celana panjang jeans serba putih malam. Tampak lebih ganteng dari biasa, pikir Rara sambil terus mengamati bagaimana pemuda berkulit putih itu memukulkan tangannya ke telapak tangan teman-teman adiknya. Melakukan ‘toss’. Termasuk kepada Rara...... Di malam ulang tahun Andini, band Kak Adam yang memiliki personil hanya tiga orang itu mampu membuat gedung gemuruh oleh tepuk tangan yang hadir. Entah siapa yang memelopori, tahu-tahu mereka sudah maju ke atas panggung, ketika lagu terakhir dimainkan. Kaki-kai kecil dengan sandal tipis dan pakaian lusuh, berjingkrak-jingkrak tidak selalu harmoni dengan tempo lagu (Nadia, 2011: 83— 84).
Nenek Aldo (107)..... Selama menunggu sosok yang dicintainya, Nenek dan Aldo datang hampir setiap hari. Biasanya mereka akan membaca Al Quran bersama, setelah itu baru mengobrol. Sebelum pulang, Nenek akan memimpin dia dan Aldo memanjatkan doa, agar tubuh yang kini terbaring itu segera sembuh... (Nadia, 2011 : 77).(108)..... Wajah-wajah mereka yang ceria berkeringat. Nenek berada di antara mereka, lebur bersama Aldo yang melonjak-lonjak tidak karuan, bersama teman-temannya (Nadia, 2011 : 84).(109)..... “Aldo selalu senang bersama teman- temannya, jadi ummi pikir tidak apa-apa mengajak mereka ke sini (Nadia, 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
: 86).Andini (110)..... Tetapi, salah seorang sahabat membisikkan sesuatu ke
telinga Andini, dan serta merta mengalihkan perhatian gadis itu,“Itu Aldo... adik kamu... tahu sendiri dia kan cacat gitu... ngapain di atas panggung, Dini? Apa kata Billy, coba?!”Sepasang mata Andini memanas seketika.Dia hanya ingin ulang tahun ketujuh belasnya berlangsung sempurna. Istimewa bagi dia dan Billy...Dan apa yang dilakukan adiknya?Andini berlari ke belakang panggung. Mama yang menangkap perubahan wajah anak gadisnya menyusul. (Nadia, 2011 : 85).
Ratna (111)..... Tetapi dengan keluguan Aldo bukan mustahil bungsunya menjadi alat bagi teman-temannya untuk bersenang-senang dengan fasilitas yang mereka miliki. Jika benar itu yang terjadi, pertemanan mereka harus dibatasi. Dia tidak mau Aldo dimanfaatkan orang. Peristiwa yang barusan terjadi, jangan-jangan dimonitori anak-anak kampung itu lagi?“Jangan menangis, sayang. Make up- mu rusak tuh... sudah, ya?”Di hadapannya Andini menatap dengan pandangan luka.Seharusnya tidak seperti ini... keluh perempuan yang wajahnya masih menyisakan kecantikan, meski usianya sudah mendekati angka lima puluh.Hm... siapa pula yang mengundang anak-anak kampung itu kemari? (Nadia, 2011 : 86).
Bab 13
Nama Tokoh Kutipan Novel
Rara (112)..... “Sepertinya begitu... orang dewasa nggak terlalu suka badut, deh. Kalau aku nggak salah...”Akbar menghembuskan napas lega mendengar kalimat Rara. Sekalipun tidak diucapkan dengan penuh keyakinan, cukup melegakan (Nadia, 2011 : 88).(113)..... Rara diam-diam juga menyiapkan kantung plastik. Mungkin beberapa kue buat Bapak, juga Simbok yang tadi membantunya bersiap, bahkan mencuci sepatunya yang biarpun kumal, tapi terlihat bersih (Nadia, 2011: 89).
Raga (114)..... Benaknya sibuk menghitung, mencocokkan dengan beberapa rupiah yang ada di kantungnya, penghasilan hari itu. Begitu terus, nyaris setiap hari mengkalkulasi setiap melewati tumpukan barang rongsok yang dijual di kolong jembatan itu...... Berbagai rencana memenuhi kepala Raga ketika akhirnya pulang dengan menjinjing kusen dan sebuah jendela bekas yang kacanya pecah (Nadia, 2011: 91).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
(115)..... Raranya akan punya jendela... akhirnya.Lelaki itu berjalan menembus malam. Bayangan Rara yang tersenyum dan berjingkrakan karena gembira menghilangkan penat juga hawa panas yang semakin terasa saat langkahnya mendekati perkampungan pemulung itu (Nadia, 2011: 92).
Akbar (116)..... Dan Akbar yang doyan makan itu, benar-benar tidak membuang kesempatan, termasuk mengerahkan pasukan plastiknya, agar tidak ada yang terbuang.“Ambil apa-apa yang banyak!” ujarnya memberikan instruksi.“Kalau nggak habis?”“Masukin plastik! Pada bawa kantong keresek kan?” (Nadia, 2011: 88).(117)..... “Ssst.... yang penting jangan ketahuan Ibunya Aldo. Tampangnya nggak enak. Kalau Nenek sih nggak apa kayaknya.” Akbar memberikan instruksi lagi, matanya awas mengamati undangan yang mengantri berbaris teratur di meja makan panjang berisi makanan yang ada (Nadia, 2011: 89).
Simbok (118)..... Tidak ada firasat, tidak ada perasaan tidak enak atau semacamnya. Hati perempuan yang sehari-hari mengenakan daster lusuh itu ringan saja, saat membantu Rara bersiap-siap. Malam sebelumnya Rara sudah sibuk memikirkan baju yang akan dipakainya ke acara ulang tahun kakaknya Aldo.“Rara suka yang ini, Simbok. Tapi rendanya sudah lepas-lepas.”Dia menerima baju yang warna putihnya sudah kekuningan itu, lalu melihat renda yang sudah lepas benang dan karenanya menjulur kemana-mana. Tanpa banyak bicara perempuan itu mengambil jarum, meminta Rara memasukkan benang, dan mulai merapikan. Ketika selesai senyum lebar Rara adalah hadiah yang meringankan batuk-batuknya yang semakin parah memasuki musim hujan..... Perempuan tua itu mengangguk.“Bantu Simbok bersihkan ya? Pakai sabun tapi airnya jangan banyak-banyak.”Sepagian besoknya Rara menatap sepatu yang tergantung di atas rumah triplek mereka dengan cemas.“Asal nggak hujan, insya Allah kering, Ra.” (Nadia, 2011: 92—93).(119)..... Perempuan yang wajahnya dipenuhi guratan usia itu memeluk Rara erat, sebelum melepas gadis itu bersama teman-temannya yang lain dari sekolah singgah. Tak lupa mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada nenek Aldo yang khusus meluangkan waktu untuk menjemput anak-anak di kampung itu (Nadia, 2011: 94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
Bab 14
Nama Tokoh Kutipan Novel
Rara (120).... “Pak....! Simbok....!” Rara berteriak-teriak. Di samping gadis kecil itu, Aldo ikut berteriak. Tapi suara mereka seolah dibungkam oleh teriakan-teriakan lain disekitarnya. Aba-aba dari sekelompok lelaki yang berusaha memadamkan api, berbaur dengan jerit panik dan tangisan korban kebakaran.......... Jangan menangis, Ra. Berdoa...Samar suara Ibu terngiang di telinga gadis kecil itu. Ya, doa. Kata Ibu Allah mengabulkan semua doa... meski tidak selalu dengan cara yang bisa dimengerti (Nadia, 2011: 97— 98).(121) Doa... doa... hanya itu yang dia miliki. Terutama setelah lelah mencari dan tidak menemukan kedua orang terkasih itu. Barusan sopir Aldo membawa mereka kembali ke dalam mobil. Mungkin khawatir karena asap dan api yang masih menjalar. (Nadia, 2011: 99).
Raga (122)..... Lelaki itu mempercepat langkah. Perasaannya makin gelisah. Tangannya memegang lebih kuat kusen dan jendela bekas yang dibelinya untuk Rara.Seharusnya hari ini dia bisa melunasi mimpi gadis kecilnya itu. Uangnya cukup, tabungan Rara yang tidak seberapa yang diperoleh bocah perempuan itu dari mengojek payung dan mengamen di jalan dengan teman-teman di perkampungan mereka, bisa digunakan untuk membeli buku gambar atau crayon seperti punya Aldo. Atau apa saja keinginan lain putrinya...... Saat ini yang dia ingin perjuangkan adalah Allah mengizinkan Rara dan Simbok hidup dan berada dalam keadaan yang lebih sejahtera, lebih baik. Raga melakukan apa pun yang halal dan berkorban untuk itu...... Tak ada waktu lagi. Api berkobar makin tinggi. Satu dua tetangga tampak berjibaku memadamkan api di depan rumah Raga agar tidak merembet ke rumah-rumah sebelahnya. Lelaki itu melepaskan kusen dan jendela bekas dari tangannya, lalu tanpa berpikir berlari memasuki rumah...... Bismillah, Raga melangkah cepat. Jaraknya ke pintu rumah yang kusennya sudah dipenuhi kobaran api itu tinggal beberapa langkah saja. Lelaki itu mengambil kain alas tempat tidur mereka, menyelubungi dia dan perempuan dalam gendongan, bersiap melompat....... Waktunya tak banyak, hanya beberapa detik. Sekelilingnya semakin panas. Bau benda-benda terbakar menyerang hidupng, sementara mata dan kulitnya terasa semakin perih.Allah, mohon pertolonganmu... (Nadia, 2011, 103— 104).(123)..... Raga cemas. Menatap Simbok yang terpejam dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
wajah pucat. Langkahnya maju mundur...Derak suara triplek dan bilah kayu yang dibakar terdengar makin keras. Raga menatap ke atas. Pias. Mati langkah. Sebilah kayu berukuran besar yang sudah menjelma bara api melayang ke arahnya dan Simbok (Nadia, 2011: 105).
Bab 15
Nama Tokoh Kutipan Novel
Rafi (124)..... “Menurut gu... gue, i... ini ka...ka...karena kom... kom...”Dalam kondisi biasa anak-anak lain sudah meledek Rafi yang bicaranya selalu gagap itu. Tapi sekarang, hanya tatapan lesu yang tersisa di antara mereka.“Kom... kom...maksud gu...gue, kom... kompor... gas!” (Nadia, 2011: 107).
Rara (125)..... Rara menghargai usaha Aldo menghiburnya. Dia ingin tersenyum. Tapi kedua mata bocah perempuan itu terasa berat, sembab karena terlalu banyak menangis. Otot-otot wajahnya seperti tidak mau diajak bekerja sama. Tidak, dia tidak bisa tersenyum (Nadia, 2011 : 110).(126)..... Kalau waktu bisa dibalik, dia ingin kembali ke saat itu, dan mengoreksi sikap. Dia tidak ingin kecewa dan menangis. Sebaliknya Rara akan melompat dan memeluk Bapak, mengucapkan terima kasih, lalu menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi di pipi, meski hanya berupa lukisan dari sisa-sisa cat yang entah ditemukan Bapak dimana (Nadia, 2011: 115).
Aldo (127)..... “Kak... Kak Adam suka... suka Bu... Bu A... Alia!”bisik Aldo terbata-bata dengan senyum lucu. Mungkin dimaksudkan agar Rara tersenyum. Tapi sahabatnya itu diam saja. Tentang perasaan Kak Adam, surat-surat sempat diintip Rara dan teman-teman sudah bicara banyak. Mungkin hanya Aldo yang terlambat tahu. (Nadia, 2011: 109— 110).(128).... “Kasihan... Ra... Rara, ya... Nekk!” (Nadia, 2011: 111).
Nenek Aldo (129)..... “Kasihan... Ra... Rara, ya... Nekk!”Nenek mengangguk. Mengelus rambut Aldo yang hitam berombak. Menyampaikan kabar duka, tidak pernah mudah. Hhh, bagaimana Rara sanggup menerima berita ini? (Nadia, 2011: 111).(130) “Ra... kita pulang, ya?”Lembut suara Nenek membujuk... (Nadia, 2011: 114).
Ratna (131)..... “Sejak bergaul sama anak-anak kampung itu, Aldo jadi makin susah diatur sekarang! Keluh perempuan cantik itu panjang lebar. Disisinya, Syafri, suaminya berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
menyabarkan (Nadia, 2011: 111).Syafri (132)..... “Sahabatnya baru kemalangan, Ma. Biar aja kalau Aldo
mau mendampingi dulu.” (Nadia, 2011: 111).Adam (133)..... Ibu Alia meski memahami hal ini, tidak urung sempat
terlihat bingung. Syukurlah menurut Aldo, kak Adam sudah berjanji untuk membantu guru mereka yang cantik itu, hingga anak-anak didiknya akan segera belajar lagi. Pemuda itu juga berjanji akan mencari cara untuk memulihkan koleksi bacaan mereka yang ludes dimakan api (Nadia, 2011: 109).(134)..... “Bapakmu pahlawan, Ra.” Bisik Kak Adam beberapa waktu lalu sambil mengusap kepala Rara, saat yang lain kehilangan kata-kata (Nadia, 2011: 116).
Bab 16
Nama Tokoh Kutipan Novel
Aldo (135) Aldo duduk diam di dalam taksi, air matanya tumpah tanpa bisa di tahan. Mungkin memang dia aneh... dia... memalukan seperti kata Andini. Tapi dia tidak pernah bermaksud aneh atau mempermalukan siapapun dengan sengaja. Tidak pernah! “Nadia, 2011: 130.
Andini (136)..... Aldo tidak merasa berbeda. Sekalipun kakaknya sering meledek, ketika dia mengatakan ingin masuk sekolah biasa, seperti sekolah Rara.“Mana bisa... kamu kan aneh gitu...” (Nadia, 2011: 117).(137)..... Tapi Kak Dini tidak suka kalau Aldo keluar dan bertemu dengan teman-temannya...... Barusan wajah gadis itu terlihat gusar saat menemukan Aldo menobrol dengan Billy (Nadia, 2011: 126).(138)..... “Please deh. Kamu tuh berisik! Kamu...”..... “Kamu... hhh... kamu tuh bikin kakak malu, tahu nggak sih?”Usai mengatakan itu Andini menghempaskan tubuh rampingnya ke tempat tidur. Menangis karena kesal. Meninggalkan Aldo berdiri canggung di dekat pintu kamarnya (Nadia, 2011: 127).
Bi Siti (139)..... Dan gambar kamu bagus, Do. Bi Siti aja pengin deh dilukis gitu sama Aldo.” Ucap perempuan bertubuh besar itu sambil bergaya lucu yang membuat Aldo tertawa.Kak Adam baik. Bi Siti selalu ramah. Juga Syukron suaminya, yang bekerja sebagai supir mereka. (Nadia, 2011: 126).
Adam (140)..... Jadi ... tidak bisa orang lain. Harus Adam.Sejak itu dia rajin melahap berbagai informasi tentang autis...... Adam lebih rajin menghabiskan waktu dengan Aldo. Anak muda itu bahkan membuang keinginannya merokok jauh-jauh, hanya karena tak ingin menambah masalah kesehatan Aldo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
(Nadia, 2011: 122).Ratna (141)..... Home schooling, awalnya jadi pilihan Mama karena
dengan begitu Mama tidak perlu membawa Aldo kemana-mana (Nadia, 2011: 119).(142)..... Mama terhenyak. Menangis. Seisi rumah tahu betapa Mama berharap dan berdoa untuk kehadiran seorang anak laki-laki lagi di rumah ini.“Tetapi bukan yang seperti ini... bukan seperti Aldo, Pa...” (Nadia, 2011: 121).(143)..... “Cincin berlian dengan batu safir hitam itu sudah ada yang mau beli. Kemarin-kemarin masih ada di kamar. Sekarang...”..... ”Udah, Mi... ratna udah cari kemana-mana tapi nggak ada. Jangan-jangan diambil lagi sama salah satu anak jalanan yang kemari ketika mereka main atau berenang. Harusnya setiap pulang diperiksa dulu tas mereka satu-satu. Kita kan nggak tahu Mi...” (Nadia, 2011: 128).(144)..... “Ini semua gara-gara Aldo!”Berkata begitu Mama menghentakkan langkah ke kamarnya. Meninggalkan Nenek dan Bi Siti, yang kemudian menjauhi ruang tamu (Nadia, 2011: 129).
Bab 17
Nama Tokoh Kutipan Novel
Rara (145)..... Bagaimana jika Simbok menyusul Bapak dan Ibu?Pikiran kehilangan ini membuat sajadah dan Al Qur’an besar yang dibacanya, sering basah air mata. “(Nadia, 2011 : 2).(146) Rara berusaha tidak sering tidur. Dia harus berdoa sekuat tenaga, agar Simbok sembuh. Biasanya setelah ruangan sepi, Rara mengambil Al Quran besar yang ditinggalkan Nenek dan mulai mengaji.Kata Ibu, shalat, berdoa dan mengaji semakin sering melantunkan ayat-ayat Al Qur’an juga berdoa. Pagi, siang, malam, kapan saja (Nadia, 2011: 140).
Rafi (147)..... “Rumah-rumah sudah dibangun lagi, Ra.”“Iya! Leb... leb... leb...”“Lebar?”“Lebay?”“Leb keleleb?”Rafi ikut tertawa, sebelum menyelesaikan kalimatnya, “Lebar di...dikkit...mak...sud, maksud... nya.” (Nadia, 2011: 132). (148)..... “A...ak...ak...”“Aki?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
“Akan?”“Aklit sepakbola?”Keempat anak itu tertawa lagi. Makin maksa deh. Yang ada kan atlit, bukan aklit...Rafi tersipu. Namun seperti biasa tetap meneruskan kalimatnya,“Ak... aku akan pu...pu... punya jendela, ju...ga!”Berbarengan mereka menghembuskan napas, lega akhirnya Rafi menyelesaikan kalimatnya (Nadia, 2011: 134).
Akbar (149)..... “Iya... seru. Kak Adam ngajar kesenian. Makanya cepat sekolah lagi, Ra!” (Nadia, 2011: 134).(150)..... “Lo pinteran deh belakangan, Yat!” celetuk Akbar.“Be... betul!”“Pasti karena jendela deh, ibu lo jarang mukul kepala lo kan sekarang? Hehehe.”Akbar bisa saja. Tapi bahkan Yati ikut tertawa mendengar celetukan sahabatnya (Nadia, 2011: 139).
Alia (151)..... Kalau Bu Alia lain lagi. Perempuan berkerudung itu banyuak mengingatkannya untuk meluruskan cara berdoa (Nadia, 2011: 135).
Yati (152)..... “Jangan... “ Yati tidak setuju.“Kita doa saja yang terbaik buat Bu Alia, gimana?”Rara tersenyum. Iya juga. Tumben Yati bijak (Nadia, 2011: 139).
Bab 18
Nama Tokoh Kutipan Novel
Aldo (153)..... “Sejak ada Ne... ne...nek, kita salat ber...sa...ma!”Kalimat Aldo dengan wajah cengengesan yang segera dihujani cubitan di pipi bocah lelaki itu (Nadia, 2011 : 143).
Nenek Aldo (154)..... Astaghfirullah.“Kita berdoa, Ratna... semoga Allah melindungi Aldo, di mana pun dia sekarang.” Kalimat itu meski disampaikan dengan keyakinan, tetap bernada khawatir (Nadia, 2011: 145).
Bi Siti (155)..... “Apa mungkin...” suara siti, ragu meneruskan kalimatnya. Wajahnya yang tak bisa menyembunyikan rasa sedih, terlihat basah oleh tangis. Tapi tatapan kehilangan orang-orang di sekitarnya, mendorong Siti berani mengungkapkan dugaannya.“Apa mungkin ke rumah sakit tempat Neneknya Rara dirawat?” (Nadia, 2011: 146).
Andini (156)..... Andini tadi yang paling tampak merasa bersalah. Tidak berapa lama setelah tahu Aldo menghilang, gadis itu pergi bersama Billy yang kembali untuk menjemput.“Mau bantu cari Aldo, Nek!” (Nadia, 2011: 143).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
(157)..... Ah... apa yang sudah dia lakukan? Hanya karena kemarahan tidak beralasan. Hanya karena teman-temannya, anak-anak manja seperti dirinya, mengembuskan kekhawatiran... siapa yang mau menjadi pacar Andini jika tahu adiknya tidak normal”Air mata Andini menitik (Nadia, 2011: 147).
Billy (158)..... Seandainya saja Andini memahami, sikap antusias dan senyum Billy saat melihat Aldo di pesta ulang tahunnya, juga saat cowok itu ke rumah, semuanya tulus dan bukan pura-pura.“Abangku yang sudah tidak ada, dulu menderita down syndrome, Dini. Dia tidak sempurna. Tetapi setelah Allah memanggilnya, baru aku merasa betapa ketidaksempurnaan itu telah membuat dia begitu sempurna sebagai mahluk Allah.” (Nadia, 2011: 148).
Bab 19
Nama Tokoh Kutipan Novel
Rara (159)..... “Aldo... aku... aku nggak bisa ninggalin simbok!”(Nadia, 2011 : 149).(160)..... “Ra... Rara malu nggak ja... jad...jadi te...teman Aldo?”Rara menggeleng cepat. Bahkan tanpa perlu berpikir. Wajah gadis itu membuat lekukan senyum yang lucu dan tulus (Nadia, 2011: 151).(161)..... Untuk satu alasan, Rara merasa harus melindungi Aldo. (Nadia, 2011: 156).
Aldo (162)..... “Ra... Rara malu nggak ja... jad...jadi te...teman Aldo?”Rara menggeleng cepat. Bahkan tanpa perlu berpikir. Wajah gadis itu membuat lekukan senyum yang lucu dan tulus.“Terima... kasih ya... Ra!” (Nadia, 2011: 151).
Rafi (163)..... Sementara Rafi, anak lain yang mengingatkannya pada Aldo tampak berpikir keras.“Mung...mung...mungkin...”“Ya?”“Al... Aldo... dan... dan... dan...”Anak lain yang kausnya seperti kekecilan buru-buru menyergah.“Cepet dikit kenapa, Fi! Kak Adam, kan nggak punya waktu semalaman di sini!”..... Jawaban anak lelaki yang sulit bicara itu menghantarkan langkahnya ke rumah seseorang... (Nadia, 2011: 153).
Adam (164)..... Berharap akan menemukan wajah adiknya dari balik punggung bu Alia yang mendekat, Adam harus kecewa (Nadia, 2011: 154).
Alia (165)..... Tapi Alia tidak bisa berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa ketika Rara dan Aldo tak jelas keberadaannya (Nadia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
2011: 1`60).(166)..... “Alia belum ingin menikah.”Kalimat itu diucapkannya cepat-cepat beberapa hari lalu dengan kepala tertunduk. Tak berani menghadapi kemarahan Abah. Tak siap juga melukai hati Ummi yang dicintai (Nadia, 2011: 160).(167)..... Alia mengangguk. Ada binar terima kasih yang terpancar di wajah gadis itu saat mencium tangan kedua orangtuanya, sebelum meninggalkan rumah (Nadia, 2011: 162).
Abah (168)..... “Abah malu, Alia. Nggak enak juga sama hubungan baik dengan orang tua Deni. Belum kata tetangga nanti.” (Nadia, 2011: 161). (169)..... “Dulu kamu yang menerima, sudah bertunangan pula. Sekarang selesaikan baik-baik. Jangan sampai laki-laki sakit hati, Alia. Nggak baik!”..... Hening. Abah belum mengizinkan Alia ikut mencari dua anak yang hilang itu bersama pemuda yang meski sopan tapi tampak seperti anak, kalau istilah orang dulu, anak bergajul. Lelaki yang pelipisnya sudah memutih itu masih mematung memandangi Adam yang salah tingkah. Belum berucap sepatah kata pun (Nadia, 2011: 162).
Ummi (170)..... “Pergilah... kabari Ummi sama Abah kalau sudah bertemu mereka, ya?” (Nadia, 2011: 162).
Nenek Aldo (171)..... “Kita salat malam, ya Ratna... Ummi juga nggak bisa tidur. Hhh, di mana anak itu?” (Nadia, 2011: 158).
Ratna (172)..... “Cincin dengan batu safir hitam yang dikelilingi berlian. Mama cari-cari nggak ketemu. Padahal Mama biassanya menaruh di laci di tempat perhiasan di meja rias. Mama sempat tanya ke Ummi juga Siti, jangan-jangan salah satu teman Aldo. Papa tahu sendiri kan rumah belakangan ramai sama teman-teman nggak jelas Aldo itu?”“Astaga...”Ratna memandang suaminya tak mengerti.“Cincin itu nggak hilang Ratna. Papa temukan di watafel. Mungkin kamu lupa ketika mencopotnya. Papa simpan di lemari baju.”Suaminya benar. Cincin itu tergeletak utuh di salah satu laci lemari baju di kamar tidurnya...... Sekarang tangis perempuan itu meledak lebih keras. Prasangkanya yang membuat Aldo kabur (Nadia, 2011: 156—157).(173)..... Di atas sajadah usai salat keduanya sama menengadahkan tangan, bermunajat kepadaNya di salah satu waktu terkabulnya doa.Allah, asalkan Aldo kembali... (Nadia, 2011: 158).
Syafri (174)..... Di rumah, Mama memeluk Papa yang secepatnya pulang setelah mendapatkan kabar dari istrinya tentang kepergian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
Aldo.Bingung, emosi, marah. Tapi siapa yang salah (Nadia, 2011: 156).(175)..... “Cincin itu nggak hilang Ratna. Papa temukan di watafel. Mungkin kamu lupa ketika mencopotnya. Papa simpan di lemari baju.”..... Papa langsung memutuskan menelepon kantor polisi (Nadia, 2011: 157).
Bab 20
Nama Tokoh Kutipan Novel
Nenek Aldo (176)..... Di sisinya Ummi bersiap berdiri untuk shalat sunnah sebelum subuh.“Bangunkan Syafri ya. Juga Dini, kita shalat subuh sama-sama” (Nadia, 2011 : 167).
Syafri (177)..... Syafri keluar belakangan. Blackberry masih menempel di telinganya.Siapa yang ditelepon suaminya subuh-subuh begini?“Sejak semalam Papa minta tolong beberapa karyawan bantu mencari Aldo, Ma. Tapi belum ada kabar.“ (Nadia, 2011: 168).
Aldo (178)..... Aldo sudah terduduk lemas. Rara bersimpuh tak jauh dari sahabatnya, masih berusaha menarik-narik tangan Aldo. Teriakannya semakin lirih. Tapi anak lelaki berambut ombak itu menggelengkan kepala.“Ra... per... pergi! Pergi!...” (Nadia, 2011: 169).
Rara (179)..... “Ra... per... pergi! Pergi...”Rara menggeleng. Mulai menangis. Tidak, dia tidak akan meninggalkan Aldo sendirian. Seorang sahabat tidak akan melakukan itu untuk kepentingannya sendiri.Allah....Bibir mungil anak perempuan itu mulai berdoa. Ayat kursi. Surat An-Naas, Al Fatihah... apa saja (Nadia, 2011: 169).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
Bab 21
Nama Tokoh Kutipan Novel
Andini (180)..... Kak Andini tidak pernah lagi memasang wajah serius dan tegang saat Aldo dan teman-temannya bermain di rumah...... “Pakai facebook aja, Ma. Atau twitter. Atau website sendiri. Nanti pembayarannya dengan paypal account saja.” Usul Andini (Nadia, 2011 : 2).
Rara (181)..... Rara sendiri merasa bahagia, keluarga Aldo kini bersikap lebih baik kepada anak bungsu mereka... (Nadia, 2011:172). (182)..... Rara bersyukur tidak pernah menghentikan doa-doanya. Mungkin selama ini cara dia berdoa yang salah, sampai Ibu Alia meluruskan. Mungkin Allah menunda pengabulan doa-doa itu, termasuk kesembuhan simbok, agar Rara lebih mensyukuri kebersamaan dengan neneknya itu (Nadia, 2011: 173).(183)..... Setelah semua kesenangan itu, Rara akan mengirimkan alfatihah buat kedua orang tua yang disayanginya.Lembar kehidupan baru menanti Rara, Bude Asih dan Simbok, di sebuah rumah peristirahatan miliki keluarga Aldo yang kini dipercayakan kepada mereka (Nadia, 2011: 174).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
B. Bab 19 Novel RumahTanpaJendelakaryaAsma Nadia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
271
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
273
BIODATA PENULIS
Vitalis Cicik Novika atau yang biasa disapa dengan Vika
adalah anak sulung dari tiga bersaudara dari pasangan
Ignasius Sumanto dan Valentina Eni Indawati. Lahir di Jaya
Bhakti- Palembang pada tanggal 24 November 1993.
Menempuh pendidikan TK (Taman Kanak-kanak) pada
tahun 1999, Sekolah Dasar pada tahun 2000-2006 di SD Negeri 11 Jaya Bhakti,
pada tahun 2006-2009 menjadi siswa di SMP Negeri 1 Mesuji, kemudian pada
tahun 2009 melanjutkan pendidikan di SMK Xaverius 1 Belitang dan lulus pada
tahun 2012.
Pada tahun 2012 melanjutkan jenjang perguruan tinggi di Universitas
Sanata Dharma. Sejak 2012 ia resmi menjadi mahasiswa Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis
skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Metode Kontekstual dalam Pembelajaran
Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dalam
Pembelajaran Sastra Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended