View
99
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
Microsoft Word - Kabupaten Nias Selatan
Citation preview
PROFIL WILAYAH KABUPATEN NIAS SELATAN
1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Nias Selatan 1.1. Letak Geografis Wilyah Kabupaten Nias Selatan
Kabupaten Nias Selatan secara geografis terletak pada 0° 33’ 25” Lintang
Selatan dan 1° 4’ 5” Lintang Utara serta 97° 25’ 59” dan 98° 48’ 29” Bujur Timur,
dengan batas-batas administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Nias;
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan Pulau
Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah;
Sebelah Selatan : berbatasan dengan pulau-pulau Mentawai Provinsi
Sumatera Barat; dan
Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia.
Wilayah Kabupaten Nias Selatan berada pada bagian paling selatan di Provinsi Sumatera
Utara, meliputi sebagian Pulau Nias dan beberapa pulau di sekitarnya. Kondisi ini di satu
sisi berdampak pada iklim serta potensi ekonomi kabupaten dan di sisi lain menjadikan
wilayah tersebut mengalami aksesibilitas rendah dari pusat pertumbuhan provinsi.
1.2 Wilayah Kabupaten Nias Selatan
Wilayah administrasi Kabupaten Nias Selatan terbagi menjadi 18 kecamatan.
Luas wilayah administrasi Kabupaten Nias Selatan (darat dan laut) adalah 1.825,20 km2.
Luas wilayah Kabupaten Nias Selatan:
No. Kecamatan Luas Wilayah
(km2)
% Terhadap
Kecamatan
1 Hibala 54.25 3.44
2 Pulau-Pulau Batu 121.05 6.98
3 Teluk Dalam 490.00 27.54
4 Amandraya 183.10 9.95
5 Lahusa 334.00 10.91
6 Gomo 158.60 19.64
7 Lolomatua 188.60 9.70
8 Lolowau 295.60 11.84
T o t a l
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2009
1.3 Kependudukan Wilayah Kabupaten Nias Selatan
Selama periode 1988
Kabupaten Nias Selatan sebesar 1,8%, dimana angka tersebut lebih tinggi dari laju
pertumbuhan tingkat provinsi yaitu 1,33% pada periode yang sama
pertumbuhan penduduk dilihat per 5 tahun, maka dapat diamati bahwa laju
pertumbuhan rata-rata penduduk sebesar 1,88% (periode 1988
1994-1998), 3,02% (periode 1999
menunjukkan bahwa dari periode 5 tahun pertama sampai periode 5 tahun ketiga laju
pertumbuhan penduduk semakin meningkat, namun pada periode keempat laju
pertumbuhan penduduk langsung menjadi negatif.
Dengan memplot angk
pertumbuhan penduduk kabupaten semakin meningkat dengan pola eksponensial
selama periode 15 tahun pertama. Penurunan laju pertumbuhan pada 5 tahun terakhir,
yaitu pada masa Pasca Bencana Gempa (2005 s/d 2008),
gempa berdampak langsung pada faktor
kelahiran, kematian dan migrasi), yang selanjutnya menyebabkan
pertumbuhan penduduk. Dengan demikian dapat diduga bahwa dalam b
ke depan laju pertumbuhan penduduk masih akan berlangsung dengan laju
pertumbuhan yang rendah. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan
proyeksi penduduk.
POLA PERTUMBUHAN PENDUDUK KABUPATEN NIAS SELATAN
1,825.20 100.00
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2009.
Wilayah Kabupaten Nias Selatan
Selama periode 1988-2008, laju pertumbuhan rata-rata penduduk
Kabupaten Nias Selatan sebesar 1,8%, dimana angka tersebut lebih tinggi dari laju
tingkat provinsi yaitu 1,33% pada periode yang sama
pertumbuhan penduduk dilihat per 5 tahun, maka dapat diamati bahwa laju
rata penduduk sebesar 1,88% (periode 1988-1993), 2,48% (periode
1998), 3,02% (periode 1999-2003) dan -0,16 (periode 2004-2008). Hal ini
menunjukkan bahwa dari periode 5 tahun pertama sampai periode 5 tahun ketiga laju
pertumbuhan penduduk semakin meningkat, namun pada periode keempat laju
pertumbuhan penduduk langsung menjadi negatif.
Dengan memplot angka jumlah penduduk dalam grafik,terlihat bahwa
pertumbuhan penduduk kabupaten semakin meningkat dengan pola eksponensial
selama periode 15 tahun pertama. Penurunan laju pertumbuhan pada 5 tahun terakhir,
yaitu pada masa Pasca Bencana Gempa (2005 s/d 2008), menunjukkan bahwa bencana
gempa berdampak langsung pada faktor-faktor pertumbuhan penduduk (seperti tingkat
kelahiran, kematian dan migrasi), yang selanjutnya menyebabkan level baru pada laju
pertumbuhan penduduk. Dengan demikian dapat diduga bahwa dalam beberapa tahun
ke depan laju pertumbuhan penduduk masih akan berlangsung dengan laju
Hal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan
POLA PERTUMBUHAN PENDUDUK KABUPATEN NIAS SELATAN
rata penduduk
Kabupaten Nias Selatan sebesar 1,8%, dimana angka tersebut lebih tinggi dari laju
tingkat provinsi yaitu 1,33% pada periode yang sama.Bila laju
pertumbuhan penduduk dilihat per 5 tahun, maka dapat diamati bahwa laju
1993), 2,48% (periode
2008). Hal ini
menunjukkan bahwa dari periode 5 tahun pertama sampai periode 5 tahun ketiga laju
pertumbuhan penduduk semakin meningkat, namun pada periode keempat laju
terlihat bahwa
pertumbuhan penduduk kabupaten semakin meningkat dengan pola eksponensial
selama periode 15 tahun pertama. Penurunan laju pertumbuhan pada 5 tahun terakhir,
menunjukkan bahwa bencana
faktor pertumbuhan penduduk (seperti tingkat
baru pada laju
eberapa tahun
ke depan laju pertumbuhan penduduk masih akan berlangsung dengan laju
Hal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan
POLA PERTUMBUHAN PENDUDUK KABUPATEN NIAS SELATAN
1.3.1 Persebaran Dan Kepadatan Penduduk
Pola persebaran penduduk merupakan salah satu elemen yang menunjukkan struktur
spasial suatu wilayah. Struktur tersebut pada gilirannya mencerminkan pola
perkembangan dan potensi/permasalahan wilayah.
Pola persebaran penduduk Kabupaten Nias Selatan diidentifikasi dengan pendekatan
stadia perkembangan penduduk dalam 3 tahun berbeda.Metode ini dimulai dengan
mentabulasi data kepadatan penduduk per kecamatan, lalu membagi tingkat kepadatan
penduduk dalam 3 kategori (Tinggi, Sedang dan Rendah).
1.3.2 Struktur Dan Karakteristik Penduduk
a) Struktur Mata Pencaharian
Struktur mata pencaharian penduduk Kab. Nias Selatan dapat diidentifikasi dari data
Sakernas yang diterbitkan oleh BPS. Berdasarkan data tersebut, dapat diidentifikasi
bahwa sebagian besar (87,3%) penduduk menggantungkan mata pencaharian pada
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Adapun penduduk yang memiliki mata
pencaharian pada sektor pertambangan, utilitas dan konstruksi sebesar 4,9%, sektor
jasa kemasyarakatan sebesar 3,7% sektor perdagangan, rumah makan dan hotel
sebesar 3,2% dan sektor industri hanya sebesar 0,87%
Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan tempat dimana sebagian
besar penduduk menggantungkan penghidupannya. Kondisi ini sejalan dengan hasil
pengamatan langsung dimana penduduk pada umumnya bekerja sebagai petani (kecuali
di Kec. Pulau Pulau Batu dan Hibala), baik dengan pola menetap maupun berpindah.
Dalam waktu mendatang dibutuhkan kebijakan dan strategi pengembangan sektor
pertanian dan alokasi lahan (spasial) yang dapat mengakomodasi kebijakan tersebut.
1.4 Potensi Sumber Daya Alam
Produktivitas Pertanian
Produktivitas tanaman pangan dan tanaman perkebunan di Kabupaten Nias
umumnya rendah jika dibandingkan dengan daerah lain di provinsi Sumatera
Utara karena sebagian besar petani masih berorientasi pada kegiatan subsisten.
Kendala utama dalam produktivitas tanaman mencakup pemakaian bibit
berkualitas rendah, tidak/sedikit menggunakan pupuk, praktik agronomi masih
buruk, lemahnya program penyuluhan, tidak adanya pengendalian hama dan
penyakit serta kurangnya keterampilan dan pengetahuan dalam tekhnologi yang
lebih baik. Selain daripada itu, akses ke pasar yang tidak memadai dan
terbatasnya atau tidak adanya fasilitas pengolahan di daerah telah menekan
harga di tingkat petani serta minimnya insentif bagi petani untuk melakukan
investasi berupa input dan mekanisasi pertanian modern.
Tanaman dan Ternak
Pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam perekonomian
Kabupaten Nias Selatan. Sub-sektor tanaman perkebunan memegang peranan
paling penting dari sisi nilai produksi (17,9%), diikuti oleh tanaman pangan
(10,9%), perikanan (9%), kehutanan (5%)dan peternakan (3,5%).
Tanaman Perkebunan
Perkebunan (seluruhnya perkebunan rakyat) terdapat di seluruh wilayah
Kabupaten Nias Selatan. Perkebunan berkembang pesat melebihi skala
perkembangan pertanian padi karena hasil tanaman perkebunan lebih tinggi
daripada padi apalagi tanaman perkebunan memerlukan lebih sedikit tenaga
kerja dan input pertanian dan sebanyak 85 persen tanaman perkebunan
umumnya dikembangkan pada lahan yang memang tidak sesuai untuk tanaman
pangan. Sebagian besar perkebunan dimiliki oleh petani kecil dan diperkirakan
bahwa terdapat sekitar 17.450 petani terkait dalam produksi perkebunan rakyat
yang terdiri dari 80 persen berupa kebun kelapa, 16persen karet dan sisanya
terutama kakao, kopi dan cengkeh (data 2005).
1.5 Perekonomian Wilayah Nias Selatan
1.5.1 Nilai PDRB
Nilai PDRB merupakan hasil penjumlahan secara
agregat seluruh nilai tambah bruto kegiatan
ekonomi/lapangan usaha suatu wilayah. Dengan
demikian PDRB merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat
perkembangan perekonomian di suatu daerah. Nilai PDRB Kab. Nias Selatan
diidentifikasi dari laporan Nias Selatan Dalam Angka Tahun 2008, dimana nilai
PDRB terakhir yang diterbitkan adalah PDRB Tahun 2007.
Sesuai dengan sumber tersebut, nilai PDRB Kab. Nias Selatan sebesar 1,89 triliun
rupiah pada Tahun 2007 (harga berlaku). Nilai PDRB tersebut setara dengan 0,88% dari
nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara (sebesar 213,9 triliun rupiah), dan menempatkan
nilai PDRB Kab. Nias Selatan pada urutan ke-9 terendah dari 28 kab/kota di Provinsi
Sumatera Utara. Nilai PDRB Kabupaten Nias Selatan menunjukkan bahwa kabupaten
tersebut menghasilkan output ekonomi yang relatif rendah dibandingkan kabupaten
sekitarnya, dimana hal ini mengindikasikan masih rendahnya produktivitas ekonomi
kabupaten.
1.5.2 Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi mencerminkan peran sektor-sektor perekonomian suatu
daerah, dimana peran tersebut mencerminkan kekuatan ekonomi daerah. Struktur
ekonomi Kab. Nias Selatan diidentifikasi dari data PDRB Tahun 2007, yang menunjukkan
bahwa sektor utama yang menopang perekonomian kabupaten adalah pertanian,
dengan kontribusi sebesar 42,8%. Sektor kedua terbesar adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 20%, diikuti oleh sektor bangunan dengan
kontribusi sebesar 10,9%.Struktur ekonomi Kab. Nias Selatan menunjukkan bahwa
sektor pertanian merupakan sektor dominan yang membentuk hampir separuh dari total
PDRB kabupaten. Sektor ini juga menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar
(87%) penduduk.
DISTRIBUSI PDRB MENURUT SEKTOR TAHUN 2008
No. Sektor / Sub Sektor PDRB
Nilai (Rp juta) %
1 Pertanian 815,656.36 43.07
- Tanaman Pangan 226,442.77 11.96
- Tanaman Perkebunan 317,383.98 16.76
- Peternakan 58,250.80 3.08
- Kehutanan 93,284.04 4.93
- Perikanan 120,294.77 6.35
2 Pertambangan 60,333.01 3.19
3 Industri Pengolahan 37,168.55 1.96
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 6,790.03 0.36
5 Bangunan 217,653.20 11.49
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 364,862.06 19.27
- Perdagangan Besar dan Eceran 351,612.47 18.57
- Hotel 5,946.45 0.31
- Restoran 7,303.14 0.39
7 Pengangkutan dan Komunikasi 131,681.00 6.95
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Prshn 96,835.87 5.11
9 Jasa-Jasa 162,663.28 8.59
- Pemerintahan 122,725.50 6.48
- Swasta 39,937.78 2.11
T o t a l 1,893,643.36 100.00
2. ISU - ISU STRATEGIS
Beberapa isu-isu strategis yang ada di Kabupaten Nias Selatan sehingga
diharapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Labuhanbatu dapat
menjawab tantangan pembangunan dan pengembangan Kabupaten Nias Selatan
20 tahun yang akan datang.
Berikut ini isu-isu strategis yang ada di Kabupaten Labuhanbatu :
a. Pemekaran kabupaten sehingga mengubah karakteristik potensi Kabupaten
yang sebelumnya berorientasi pertanian dan perkebunan menjadi
perkotaan,
b. Memiliki posisi strategis baik dalam konstelasi regional maupun dalam
jaringan regional seperti jaringan transportasi darat (jalan negara, kereta
api), pelabuhan laut dan bandara,
c. Adanya lahan cadangan ex lahan perkebunan (HGU) yang dapat
dimanfaatkan dimasa yang akan datang,
d. Merupakan inlet dan outlet bagi pergerakan barang dan orang bagi wilayah
timur-utara Provinsi Sumatera Utara (hinterland Labuhanbatu) dan Provinsi
Riau,
e. Adanya rencana pengembangan jaringan jalan susur pantai timur Pulau
Sumatera yang melintasi Kabupaten Labuhanbatu khususnya di bagian
Utara,
f. Perlunya penguatan sentra perkotaan sebagai competitive adventage bagi
daerah sekitarnya (dari comparative adventages menjadi competitive
adventages),
g. Masih adanya wilayah / desa yang belum terlayani jaringan listrik dan
telekomunikasi,
Dari Isu tersebut hal ini memberikan implikasi :
v Perlunya penguatan kegiatan perkotaan,
v Perlunya peningkatan dan pengembangan pelayanan transportasi baik
darat, laut maupun udara,
v Perlu membuka linkage antar sentra perkotaan maupun dengan
perdesaan.
Recommended