View
261
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PENENTAPAN AWAL SYAWAL MENGGUNAKAN ABOGE
DALAM MASYARAKAT NGGOGE’ DESA RONGGOMULYO
KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)
Oleh:
BUSROL CHABIBI
NIM. 1402046042
JURUSAN ILMU FALAK
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
ii
iii
iv
v
MOTTO
ىيه والحس ري مىاسل لتعلموا عدد الس لد الممز وورا و مس ضيآء و اب هو الذي جعل الش
للى لله ا االحك ما خلك للا
للى ل ا يات لموم يعلمون ﴾5﴿يفص
Artinya :“Dialah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan
bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar
kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.”1
(QS Yunus (10) : 5)
1 Departemen Agama RI, Alqur’anul Karim Terjemah Perkata Tadwid Warna
Robbani, Jakarta Timur: PT Surya Prisma Sinergi, h. 207.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
Bapak dan Ibu Biologis (Slamet Muchson dan Khofifah)
Mas Saifudin dan Mbak Rahayu Handayani
Mas Muhammad Sofi dan Kakak Siti Muyassaroh
Mas Mohammad Nur Hasyim (Ahmad)
Keponakan-keponakan Saya: Dek Dzihna Fatima, Dek Dzauqi
Mohammad, Dek Vina Ramadhani, dan Dek Rizka Zafira
Pengasuh Pondok Langgar Wali (K. H. Akromul Hadi)
Ayah dan Ibu Ideologis (Abah Mohammad Nasih dan Ibu Oky
Rahma)
Kakak-kakak, kawan-kawan, dan adek-adek ideologis Monash
Institute
Kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Teman-teman pengurus Korps Mahasiswa Gerakan Pemuda
Islam Indonesia (KOPMA GPII) Jawa Tengah
vii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi matei yang pernah ditulis oleh orang lain
atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak
berisi pemikiran orang lain kecuali informasi
yang terdapat dalam referensi yang dijadikan
bahan rujukan.
Semarang, 9 Januari 2018
Deklarator,
viii
ABSTRAK
Aboge merupakan sistem penanggalan dalam Jawa Islam yang
menurut siklusnya tidak lagi cocok diterapkan pada zaman sekarang,
karena siklus Aboge seharusnya sudah di nasakh ke siklus Asapon.
Selain tu, Aboge merupakan hisab urfi yang hanya memakai perkiraan
sehingga kurang relevan jika dijadikan pedoman untuk menentukan awal
bulan Kamariah. Namun pada masyarakat Nggoge’ Desa Ronggomulyo
Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang masih menggunakannya dalam
penentuan awal Syawal, sehingga Penulis tertarik untuk mengkajinya.
Penelitian ini akan membahas terkait karena apa sistem hisab
Aboge tetap digunakan oleh masyarakat Nggoge’ Desa Ronggomulyo
Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang dan bagaimana sistem hisab
Aboge dalam relevansinya.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode penelitian
lapangan (field research). Adapun dalam metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode wawancara (Interview), observasi
(Observation), dan dokumentasi (Documentation). Data yang diperoleh
secara deskriptif dianalisis yaitu mendeskripsikan eksistensi penggunaan
hisab Aboge oleh masyarakat Nggoge’ Desa Ronggomulyo Kecamatan
Sumber Kabupaten Rembang dan alasan penggunaannya.
Penelitian ini menghasilkan dua kesimpulan, yaitu: Pertama,
ketidak relevanan penetapan Awal Syawal menurut Aboge. Kedua,
penggunaan hasil perhitungan Aboge cocok digunakan untuk perayaan-
perayaan adat masyarakat dan tidak cocok digunakan untuk digunakan
dalam hal beribadah.
Kata kunci: Awal Syawal dan Masyarakat Nggoge’
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji Penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha penyayang atas segala limpahan nikmatNya, penulis
dapat menyelesaikan dengan baik skripsi ini sebagai memenuhi tugas
akhir Strata 1 dengan judul : Penetapan Awal Syawal Menurut
Masyarakat Nggoge’ Di Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber
Kabupaten Rembang dengan mudah dan tanpa ada halangan yang berat.
Shalawat serta Salam selalu terlimpahkan kepada baginda Rosulullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan umatnya.
Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
terlibat dan membantu dalam penyususnan skripsi ini, Penulis menyadari
bahwa tidak bisa selesai tanpa ada pihak-pihak yang membantu. Ucapan
terima kasih penulis tujukan kepada :
1. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo Semarang,
Bapak Dr. H. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag, beserta para Pembantu
Dekan dan staf yang telah memberikan pelayanan terhadap
mahasiswa dengan sopan dan baik.
2. Dr. H. Ahmad Izzuddin, M. Ag, selaku pembimbing I, Terima kasih
atas arahan, koreksi, dan mptivasi dalam proses bimbingan. Dr. H.
Mashudi, M. Ag, selaku pembimbing II, Terima kasih atas arahan,
saran, motivasi, bimbingan, serta kesabaran dalam proses bimbingan
selama ini.
x
3. Ketua Jurusan Ilmu Falak Drs. H. Maksun, M. Ag, beserta
kepengurusannya yang telah bersedia Penulis repoti dalam bertanya
dan konsultasi.
4. Bapak dan ibu tersayang (Slamet Muchson dan Khofifah), kakak-
kakak tercinta (Saifudin, Rahayu Handayani, Muhammad Shofi, Siti
Muyassaroh, dan Mohammad Nur Hasyim), serta keponakan-
keponakan lucu (Dzihna Fatima, Dzauqi Mohammad, Vina
Ramadhani, dan Rizka Zafira).
5. Pengasuh PP. Monash Institute, Abana Mohammad Nasih. Terima
kasih atas perkaderannya.
6. Direktur Utama dan Direktur Eksekutif, Bapak Abu Nadzir dan
Bapak Mohammad Abdul Aziz yang senantiasa mengarahkan kami
kejalan yang lebih baik.
7. Keluarga besar Monash Institute yang telah mendidik Penulis untuk
memiliki kepribadian baik dan memiliki jiwa pejuang.
8. Keluarga 2014 Monash Institute yang selalu siap diajak berjamaah
didalam sholat maupun diluar sholat (IJ, Rozaq, Lutfi, Ficky, Ropik,
Faiq, Rudi, Ulum, Ainiyatus, Aay, Aini, Eka, Evi, Gojilah, Ichak,
Idol, Isna, Izza endors, Lintang, Liya, Mahbub, Tri, Ulip, Nopel,
Selpong, Unee, Ayya, Alfi, dan Mbak Leha).
9. Kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Korkom
Walisongo.
10. Master-master pengurus Badan Pengelola Latitah (BPL) Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Semarang.
xi
11. Pengurus-pengurus Korps Mahasiswa Gerakan Pemuda Islam
Indonesia Jawa Tengah (KOPMA GPII Jateng) yang selalu siap
Penulis ajak berjuang (Sekum Ficky, Bendum Aini, Bidang
Perkaderan Faiq/Isna, Bidang Litbang Rudi/Wisnu, Bidang
Kepemudaan Rofiq/Selvi, Bidang keperempuanan Ghozilah/Erna,
Bidang Wirausaha Affa/Ardian), terima kasih banyak.
12. Keluarga Meeus Institute; Mas Akyas, Mas Albana, Mbak Ana,
Mbak Dwi Mulyasari, Mas Ayi, Mas Hilman, Mas Hisyam, Mas
Ihsan, Mas Umam, Mas Roif, Mas Saad, Mas Ulil, MasWawan,
Mbak Zahroh, Mbak Novi, Mbak Hidayah, Mas Nasrun, Mbak
Siska, Mas Tomi, Mbak Amel, Mas Lana, Mas Reza, Mas Tamim,
Mbak Nahar, Mas Abidin, Mas Lutfi, mas Fahmi, Mbak Dina, Mas
Ali, Mas Rizal, dan Mbak Sakho. Terima kasih telah menemani
dalam kebersamaan di kampus hijau tercinta.
13. Sahabat-sahabat Ansor Ranting Jogoloyo yang senantiasa berjuang.
14. Kawan-kawan Bidikmisi Community (BMC) UIN Walisongo
Semarang yang selalu memotivasi Penulis untuk menyelesaikan
segera tugas akhir.
15. Triomblo (Trio Jomblo); Penulis, Fickysheep, dan Densol. Terima
kasih atas kebersamaan dan motivasinya.
16. Terima kasih untuk Dek Rizka Alifah yang senantiasa memotivasi
dalam upaya menjaga semangat Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
17. Semua pihak yang telah memotivasi dan mengarahkan Penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
xii
18. Teman-temanku semua yang tidakbisa Penulis sebutkan satu-
persatu.
Atas kesadaran Penulis terhadap ketidaksempurnaan skripsi ini,
kritik dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan dari kaum
pembaca skripsi ini. Agar, kedepan dalam proses pembuatan karya-karya
setelah ini dapat lebih baik. Semoga bermanfaat.
Semarang, 9 Januai 2018
Penulis
Busrol Chabibi
1402046042
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING I .............................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING II ............................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................. iv
MOTTO ........................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
DEKLARASI .................................................................................. vii
ABSTRAK ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................... xvi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 8
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................... 8
D. Tinjauan Pustaka .......................................................... 9
E. Metode Penelitian ........................................................ 12
F. Sistematika Penulisan .................................................. 16
BAB II : PENENTUAN AWALBULAN KAMARIAH DI
INDONESIA
A. Pengertian Awal Bulan Kamariah ............................... 18
B. Metode Hisab dan Rukyah Dalam Menentukan
Awal Bulan Kamariah ................................................. 26
xiv
1. Pengertian Hisab dan Rukyah ............................... 27
a. Hisab ................................................................ 27
b. Rukyah ............................................................. 30
2. Kelebihan dan Kekurangan Hisab-Rukyah .......... 34
C. Macam-Macam Penanggalan ....................................... 34
1. Sistem Penanggalan Masehi ................................. 34
2. Sistem Penanggalan Hijriyah ............................... 39
3. Sistem Penanggalan China ................................... 39
4. Sistem Penanggalan Yahudi ................................. 41
5. Sistem Penanggalan Jawa .................................... 42
BAB III : PENETAPAN AWAL SYAWAL MENURUT
MASYARAKAT NGGOGE’ DI DESA
RONGGOMULYO KECAMATAN SUMBER
KABUPATEN REMBANG
A. Demografi Masyarakat Nggoge’ Desa
Ronggomulyo .............................................................. 44
1. Potensi Umum ...................................................... 44
2. Pertanian ............................................................... 45
3. Peternakan ............................................................ 47
4. Potensi Sumber Daya Manusia ............................ 48
B. Penetapan Awal Syawal Menurut Masyarakat
Nggoge’ Desa Ronggomulyo ........................................ 51
1. Nama-Nama Tahun Jawa Islam ........................... 54
2. Nama-Nama Bulan Tahun Jawa Islam ................. 55
xv
3. Data Dalam Menghitung Hari dan Pasaran Pada
Awal Tahun ........................................................... 55
4. Data Dalam Menghitung Hari dan Pasaran Pada
Awal Bulan ........................................................... 56
5. Mengetahui Nama-Nama Pasaran ........................ 57
BAB IV : ANALISIS PENETAPAN AWAL SYAWAL
DALAM SISTEM ABOGE MENURUT
MASYARAKAT NGGOGE’ DI DESA
RONGGOMULYO KECAMATAN SUMBER
KABUPATEN REMBANG
A. Analisis Penentuan Awal Syawal Menurut
Masyarakat Nggoge’ di Desa Ronggomulyo
Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang .................. 59
B. Analisis Dasar Hukum Masyarakat Nggoge’
Dalam Menentukan Satu Syawal .............................. 67
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 76
B. Saran-Saran ............................................................... 77
C. Penutup ....................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xvi
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN2
A. Konsonan
q = ق z = س ` = ء
k = ن s = س b = ب
l = ل sy = ش t = ت
m= م sh = ص ts = ث
n = ن dl = ض j = ج
w = و th = ط h = ح
h = ي zh = ظ kh = خ
y = ي ‘ = ع d = د
gh = غ dz = ل
f = ف r = ر
B. Vokal
- = a
- = i
- = u
C. Diftong
ay = اي
aw = او
D. Vokal Panjang
+أ = Ā
+ي = Ī
+و = Ū
2 Tim Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, Pedoman Penulisan
Skripsi, (Semarang: Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2012) h. 61-62
xvii
E. Syaddah ( -)
Syaddah dilambangkan dengan konsonan ganda,
misalnya الطب al-thibb
F. Kata Sandang ( ....ال)
Kata sandang ( ...ال ) ditulis dengan al-... misalnya
al-shina’ah. Al- ditulis dengan huruf kecil kecuali jika = الصناعة
terletak pada permulaan kalimat.
G. Ta’ Marbuthah ( ة )
Setiap ta’ marbuthah ditulis dengan “h” misalnya
al-ma’isyah al-thabi’iyyah = المعيشة الطبيعية
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber Kabupaten
Rembang ada sekelompok masyarakat yang memiliki perbedaan
dengan pemerintah dan masyarakat umum lainnya dalam penentuan
awal bulan Kamariah. Awal bulan yang memiliki perbedaan dengan
masyarakat lain pada umumnya, kini telah menjadi suatu kebiasaan
yang dilaksanakan turun temurun sejak nenek moyangnya hingga
sekarang.
Walaupun desa mereka atas nama Ronggomulyo, namun
beberapa diantara mereka suka mengeklaim kelompok mereka sendiri
dengan sebutan masyarakat Nggoge’. Hasil wawancara oleh Penulis
kepada sebagian mereka, nama Nggoge’ merupakan pengambilan
kata dari Aboge. Selain itu, maklum lidah orang jawa terbiasa
memplesetkan nama.
Masyarakat Nggoge’ sedikit berbeda dalam menentukan awal
Syawal atau hari raya Idul Fitri. Disamping mereka mengikuti hari
raya idul fitri yang diputuskan oleh pemerintah, mereka juga
mempercayai dan merayakan sesuai perhitungan jawa Islam (Aboge).
Namun perbedaan itu tidak berlaku pada bulan-bulan Kamariah
lainnya, yakni perbedaan hanya pada awal Syawal.
Awal bulan Kamariah merupakan salah satu ujung tombak
bagi umat Islam dalam melaksanakan ibadah Puasa, hari raya Idul
2
Fitri, dan hari raya Idul Adha atau Qur’ban. Sehingga perlu adanya
kepastian dalam menentukan kapan ibadah-ibadah Islam
dilaksanakan. Untuk mengetahui kapan memulai berpuasa Ramadhan
dan mengkhirinya (berhari raya), pada dasarnya Rasullah saw telah
memberikan tuntunan dalam hadis Shahih Muslim1:
Artinya: Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah bercerita
kepada kami Abu Usamah bercerita kepada Kami Ubaidillah dari
Nasi‟ bin Umar radiallahu anhu bahwa rasulullah Saw menuturkan
masalah bulan Ramadan sambil menunjukkan kedua tangannya
kemudian berkata;bulan itu seperti ini, seperti ini, seperti ini,
kemudian menelungkupkan ibu jarinya pada saat gerakan yang
ketiga. Maka berpuasalah kalian karena melihat hilal dan
berbukalah karena melihat hilal pula, jika terhalang oleh awan
terhadapmu maka genapkanlah tiga puluh hari. (HR. Imam Muslim)2
Rasulullah telah memberi pedoman praktis hadis diatas,
mestinya dalam penentuan waktunya pun tentu tidak menghendaki
kesulitan. Namun, perlu diketahui bahwa, kini penentuan awal bulan
tidak terbatas hanya dengan pengamatan hilal, muncul alternatif lain
1 Imam Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, Jakarta: Darus Sunnah
Press, Jilid 5, 2012, h.498. 2 Imam Nawawi, Al-Manhaj Syarah Terjemah Shahih Muslim, Jakarta: Darus
Sunnah Press, 2012, h.498.
3
yakni; hisab3. Berdasarkan pengalaman ratusan tahun keteraturan
periodisitas fase-fase bulan diketahui dengan baik, maka muncullah
ilmu hisab dalam menghitung posisi bulan dan matahari. Keakurasian
yang terus ditingkatkan sehingga keetapan hingga detikpun tercapai.
Hisab dan rukyah4 memiliki kedudukan sejajar. Sumber perbedaan
terletak pada keterbatasan manusia dalam mengatasi masalah
atmosfer bumi.
Keberhasilan rukyah tergantung kondisi atmosfer. Akurasi
hisab terbentuk pada formulasi faktor atmosfer bumi untuk kriteria
hilal agar teramati. Tidak ada superioritas antara keduanya (hisab dan
rukyah). Superioritas justru sering muncul dari para penggunanya.5
Jika merujuk permaslahan pada landasan hukum hisab dan
rukyah, maka dapat dipahami termasuk bagian persoalan fiqih atau
ijtihadi. Sehingga sesuai dengan ketentuannya bahwa fiqih yang
3 Secara etimologi kata hisab bermakna perhitungan. Dalam dunia Islam istilah
hisab sering digunakan dalam ilmu falak untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan
terhadap bumi. Posisi matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam
dalam menentukan masuknya waktu salat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk
mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender
hijriyah. Hal ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadan, awal Syawal, serta
awal Dzulhijah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijah) dan idul adha (10
Dzulhijah). Baca Farid Ruskanda, dkk., Rukyah dengan Teknologi Upaya, Jakarta: Gema
Insani, 1995, h. 138. 4 Rukyah adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni merupakan bulan
sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyah dapat dilakukan dengan
mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Aktivitas rukyah dilakukan
pada saat menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini,
posisi bulan berada di ufuk barat, dan bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya
matahari). Apabila hilal terlihat, maka pada petang (maghrib) waktu setempat telah
memasuki tanggal 1. Baca Muhyidin Khazin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab dan
Rukyah, Yogyakarta: .t.th, h. 143. 5 Djamaluddin, Menggagas….., h. 38-39.
4
kebenarannya relatif (zhanni) ini tidak mengikat. Adanya nuansa
fiqih dari persoalaan besar, yakni hisab rukyah dapat dilihat dari
sejarah perselisihan pemahaman antar ulama sehingga melahirkan
dua mazhab besar, yaitu; Mazhab Hisab dan Mazhab Rukyah.
Menurut para ahli fiqih, perbedaan pemahaman antara
Mazhab Hisab dengan Mazhab Rukyah merupakan masalah
Khilafiyyah klasik, atau termasuk hukum Islam kategori fiqih yang
diperselisihkan dikalangan fuqaha‟ sebagai akibat dari perbedaan
ijtihad yang ditempuhnya.6
Alasan mengapa Nabi menjadikan melihat bulan atau rukyah
sebagai alat penentu penetapan awal bulan adalah karena pada zaman
itu ilmu tentang astronomi modern belum dikenal oleh masyarakat
Arab. Sesuai yang dinyatakan Nabi Saw.
ثا بة أب بي بكز أبى حد ثا ش در ، حد ثا . شعبة ، عي غ د ح وحد بي هحو
ار وابي ، الوثى ثا بش د هح ، قال ابي الوثى : حد ثا جعفز بي و ، شعبة ، حد
س بي السىد عي ابي ، أه سوع سعد بي عوزو بي سعد ، قال : سوعت ق
ه وسلن ، قال عوز عل صلى للا ث ، عي الب هوا حد ع للا إا " : رض
هز هكذا وهكذا وهكذا ، وعقد ا ة ، ل كتب ول حسب الش ة أه بهام ف أه ل
هز هكذا وهكذا وهكذا ع توام ثلثي ثه " الثالثة ، والش د ، وحد بي هحو
ثا حاتن س بي السىد ، عي سفاى ، عي ههدي ابي ، حد ساد ، ولن ق بهذا ال
هز الثا ثلثي .ذكز للشArtinya: Abu Bakar bin Abu Syaibah telah memberitahukan kepada
kami, Ghundar telah memberitahukan kepada kami, dari Syu‟bah.
Muhammad bin Al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar telah
memberitahukan kepada kami. Ibnu Al-Mutsanna mengatakan,
6 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah (Menyatukan NU Dan Muhammadiyah
Dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha), Jakarta: Erlangga, 2007, h.
60-61.
5
„Muhammad bin Ja‟far telah memberitahukan kepada kami, Syu‟bah
telah memberitahukan kepada kami, dari Al-Aswad bin Qais, ia
berkata, „Aku telah mendengar Sa‟id bin „Amru bin Sa‟id
mengatakan bahwa ia telah mendengar Ibnu Umar Radhiyallahu
Anhu meriwayatkan hadist dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda, “Sesungguhnya kita adalah umat yang ummi, tidak
bisa menulis dan tidak pula bisa berhitung, satu bulan itu begini,
begini, dan begini.” Beliau melipat ibu jarinya pada kali yang ketiga.
“Dan bulan itu begini, begini, dan begini” maksudnya sempurna tiga
puluh hari. Dan Muhammad bin Hatim telah memberitahukan hal itu
kepadaku, Ibnu Mahdi telah memberitahukan kepada kami, dari
Sufyan, dari Al-Aswad bin Qais, dengan sanad ini, dan tidak
menyebutkan kalimat yang kedua, “Bulan itu berjumlah 30 hari.”7
Dalam sejarah, pada masa Daulah Abasiyyah kejayaan Islam
mulai tampak dengan bukti munculnya pengetahuan-pengetahuan
baru yang salah satunya adalah astronomi. Kemudian pada masa
Khalifah Abu Ja’far al-Mashur ilmu astronomi mendapat perhatian
khusus. Dilajutkan pada masa Khalifah al-Makmun yang
menterjemahkan naskah Tabril Magesthi dalam bahasa arab, dan dari
situlah lahir istilah ilmu hisab sebagai salah satu dari cabang ilmu
keislaman dan tumbuhnya ilmu hisab tentang penentuan awal waktu
shalat, awal bulan kamariah, dan penentuan arah kiblat.8
Ada dua macam dalam hisab awal bulan kamariah, yaitu;
hisab urfi dan hisab hakiki. Hisab urfi merupakan hisab yang
menggunakan umur rata-rata bulan (29-30) sebagai standar.
Sedangkan hisab hakiki awal bulan Kamariah merupakan
7 Nawawi, Al-Manhaj ……, h.504-505. 8 Izzudin, Fiqih……, h. 50
6
perhitungan astronomik yang dimaksudkan untuk mengetahui
keadaan bulan pada hari atau tanggal ke 29 setiap bulan. Keadaan
bulan tersebut setidaknya berkenaan dengan saat ijtimak
(konjungsi)nya dengan matahari, ketinggian (h)nya pada saat
matahari terbenam, dan beda azimuthnya dengan matahari pada saat
terbenam itu. Sehinga, hasil perhitungan tersebut digunakan sebagai
acuan dalam menentukan awal bulan Kamariah.9
Kalender jawa Islam merupakan salah satu kalender yang
sistemnya menggunakan hisab atau perhitungan. Adapun menurut
golongannya, kalender jawa Islam termasuk dalam golongan hisab
urfi, perhitungan yang didasarkan sesuai peredaran rata-rata bulan
mengelilingi bumi serta ditetapkan secara konvensional.10
Perhitungan jawa Islam memiliki fase-fase, diantaranya;
Awahgi (Alif Jum’at Legi) terjadi mulai ditemukan sejak 1555
sampai pada tahun 1674 Jawa Islam bertepatan dengan 1633-1749
Masehi, selanjutnya Amiswon (Alif Kamis Kliwon) terhitung sejak
1675 hingga 1794 Jawa Islam yang bertepatan dengan 1749-1866
Masehi, kemudian Aboge (Alif Rebo Wage) yang tejadi sejak 1795
sampai 1914 Jawa Islam bertepatan dengan 1866-1982 Masehi, dan
yang terakhir adalah Asapon (Alif Selasa Pon) yang terhitung sejak
9 Ahmad Musonnif, Ilmu Falak (Metode Hisab Awal Waktu Shalat, Arah
Kiblat, Hisab Urfi Dan Hisab Hakiki Awal Bulan), Yogyakarta: Teras, 2011, h. 133-135. 10 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, cet. ke-1, 2004, h. 62.
7
1915 hingga 2034 Jawa Islam bertepatan dengan 1982-2099
Masehi.11
Dari data di atas, seharusnya masyarakat Nggoge’ tidak lagi
menggunakan Aboge dalam perhitungan jawa Islam. Karena
perhitungan Aboge hanya berlaku sejak tahun 1795 sampai 1914
Jawa Islam atau 1866 sampai 1982 Masehi. Sedangkan tahun
sekarang yang lebih tepat adalah dengan menggunakan perhitungan
jawa Islam Asapon (1915-2034 Jawa Islam atau 1982-2099 Masehi).
Sesuai pemaparan Penulis di awal, sebagian masyarakat yang
berkediaman di Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber Kabupaten
Rembang memiliki perbedaan dalam menentukan awal syawal.
Mereka menentukan awal syawal dua kali, pertama bersama
pemerintah yang menggunakan sistem Imkanur Rukyah. Kedua
menggunakan hisab kejawen Aboge yang dihitung oleh sesepuh-
sesepuh masyarakat Nggoge’.
Padahal perhitungan Aboge merupakan salah satu hisab yang
tergolong dalam jenis hisab urfi. Hisab yang proses perhitungannya
menggunakan perhitungan kalender yang didasarkan pada rata-rata
bulan mengelilingi bumi secara konvensional, yakni tidak selalu
mencerminkan fase bulan yang sebenarnya. Lebih jelasnya, ia hanya
menggunakan metode pendekatan dan tidak sesuai perhitungan
matematik atau hakiki.
11 Musonnif, Ilmu …, h. 118.
8
Berbeda ketika menggunakan hisab hakiki, yang
perhitungannya melihat posisi benda-benda langit. Selain itu, hisab
hakiki menggunakan data-data astronomis yang diyakini
keakuratannya serta menggunkan rumus dan alat yang diyakini lebih
akurat daripada hisab urfi.12
Sehingga penulis memiliki keinginan
untuk meneliti dan mengkaji dengan judul : “Penetapan Awal Syawal
Menggunakan Aboge Dalam Masyarakat Nggoge’ Desa
Ronggomulyo Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Provinsi
Jawa Tengah.”
B. Rumusan Masalah
Sesuai penjelasan yang ada pada latar belakang, timbul
pertanyaan sebagai pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penentuan awal syawal menurut masyarakat Nggoge’
di Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang?
2. Apa dasar hukum masyarakat Nggoge’ menggunakan dua cara
dalam menentukan awal syawal?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:
a. Mengetahui penentuan awal syawal masyarakat Ngoge’ di
Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber Kabupaten
Rembang.
12 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015,
h. 37-38.
9
b. Mengetahui landasan dasar hukum masyarakat Nggoge’
dalam menentukan awal syawal.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian penulis adalah sebagai berikut:
a. Memperkaya khasanah keilmuan islam dan budaya disalah
satu masyarakat di Indonesia
b. Menjadi karya ilmiah yang dapat dijadikan informasi seluruh
masyarakat Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
Telaah pustaka atau tinjauan pustaka merupakan alat bantu
seseorang dalam melaksanakan penelitian dan memuat uraian
sistematis tentang penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya (previous finding). Bermanfaat dalam memperdalam
pengetahuan tentang bidang yang diteliti, mengetahui hubungan dan
perbedaan tentang penelitian yang sudah dibuat karya oleh orang lain
dan memperjelas masalah penelitian.13
Beramat banyak penelitian-penelitian yang membahas
penanggalan jawa, baik Awahgi, Amiswon, Aboge, maupun Asapon
dalam skripsi, tesis, serta penelitian-penelitian pada umumnya.
Namun, Penulis belum menemukan penelitian yang sama persis
dengan apa yang Penulis teliti.
Pada penelitian terdahulu, Penulis menemukan beberapa
pembahasan mengenai kalender Jawa Islam. Diantaranya; di teliti
13 Tim Fakultas Syariah, Pedoman Penulisan Skripsi, Semarang: Basscom
Multimedia Grafika, cet. I, 2012, h. 12-13.
10
oleh Slamet Hambali dalam penelitiannya yang berjudul ”Melacak
Metode Penentuan Poso dan Riyoyo Kalangan Kraton
Yogyakarta.”14
, Ahmad Izzuddin, berupa Fiqih Hisab Rukyat
Kejawen (Studi Atas Penentuan Poso dan Riyoyo Masyarakat Dusun
Golak Desa Kentang Ambarawa Jawa Tengah)15
, Ahmad Izzuddin
yang berjudul “Melacak Hisab Rukyah Masyarakat Kejawen” (Studi
Atas Pemikiran Muhammad Mas Mansur Al-Batani)16
, tesis Ahmad
Fuad Al-Ansyari yang berjudul “Dialektika Antropologis Falakiya
dan Budaya Jawa Dalam Penentuan Awal Bulan (Studi Kasus
Tariqat Naqsabandiyah Khalidiyah di Jombang)17
, dan mungkin
masih banyak lagi yang belum Penulis ketahui.
Namun, penulis mengambil dua contoh skripsi yang dapat
dijadikan perbandingan. Pertama, dikaji oleh saudara Joko Sulistyo
pada tahun 2008 dengan judul “Analisis Hukum Islam Tentang Sistem
Penanggalan Aboge Dikelurahan Mudal Kecamatan Mojotengan
Kabupaten Wonosobo”.18
Dalam skripsi tersebut lebih masuk dalam
14 Slamet Hambali, Melacak Metode Penentuan Poso dan Riyoyo Kalangan
Kraton Yogyakarta, Penelitian, Semarang: IAIN Walisongo, 2003. 15 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyat Kejawen (Studi Atas Penentuan Poso
dan Riyoyo Masyarakat Dusun Golak Desa Kentang Ambarawa Jawa Tengah),
Penelitian, Semarang: IAIN Walisongo, 2006. 16 Ahmad Izzuddin, Melacak Hisab Rukyah Masyarakat Kejawen (Studi Atas
Pemikiran Muhammad Mas Mansur Al-Batani), Penelitian, Semarang: IAIN Walisongo,
2004. 17 Ahmad Fuad Al-Ansyari, Dialektika Antropologis Falakiya dan Budaya
Jawa Dalam Penentuan Awal Bulan (Studi Kasus Tariqat Naqsabandiyah Khalidiyah di
Jombang), Tesis, (Semarang: UIN Walisongo, 2014. 18Joko Sulistyo, Analisis Hukum Islam Tentang Prinsip Penanggalan Aboge di
Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo, Skripsi, Semarang:
IAIN Walisongo, 2008.
11
sudut pandang hukum islam, karena sistem hisab aboge merupakan
hisab Urfi, sedangkan hisab urfi tidak dapat digunakan sebagai
penentuan awal bulan kamariah yang berkaitan dengan pelaksanaan
ibadah. Mengingat, penentuan awal bulan kamariah menggunakan
hisab hakiki. Persamaan dengan skripsi yang penulis angkat adalah
membahas penentuan awal bulan menggunakan sistem hisab Aboge.
Sedangkan perbedaannya adalah obyek masyarakat atau lokasi yang
diteliti, sistem penetapan awal syawal di Desa Ronggomulyo
Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah dan
faktor-faktor masyarakat dalam menyakini kenyakinannya serta
perayaan hari raya.
Kedua, telah dikaji oleh saudara Takhrir Fauzi pada tahun
2010 dengan judul “Studi analisis Penetapan Awal Bulan Kamariah
Sistem Aboge Di Desa Kracak Kecamatan Ajibaranag Kabupaten
Banyumas Jawa Tengah”.19
Dalam skripsi tersebut menjelaskan
bahwa penganut aboge tidak menggunakan musawarah,
pengumuman, dan tidak terpaku oleh tokoh. Mereka hanya
menggunakan kitab “Turki” yang diwariskan secara turun temurun.
Mereka pun tidak mau berpindah ke hisab Asapon, padahal Aboge
sudah tidak relevan lagi. Selain itu, dalam skripsi ini menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat menggunkan sistem
Aboge. Persamaan dengan skripsi yang akan penulis angkat adalah
19 Takhrir Fauzi, Studi Analisis Penetapan Awal Bulan Kamariah Sistem Aboge
Di Desa Kracak Kecamatan Ajibaranag Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Skripsi,
Semarang: IAIN Walisongo, 2011
12
membahas penentuan awal bulan menggunakan sistem hisab Aboge
dan faktor-faktor masyarakat untuk tetap menggunakan sistem Aboge
dalam menentukan awal bulan kamariah. Sedangkan perbedaannya
adalah tempat lokasi yang akan diteliti dan sistem penetapan awal
syawal di Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber Kabupaten
Rembang Provinsi Jawa Tengah serta perayaan hari raya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis metode yang penulis gunakan untuk penelitian
adalah metode penelitian kasus dan penelitian lapangan (field
research), dengan analisis kualitatif. Metode yang dirancang
untuk mendiskripsikan sifat dalam suatu keadaan kehidupan
masyarakat setempat yang menjadi kebiasaan hingga turun
temurun dan masih dikerjakan sampai sekarang.20
2. Sumber dan Jenis Data
a. Sumber data primer
Penulis menggunakan pengambilan sumber data
primer dengan cara meneliti secara langsung di desa
Ronggomulyo kecamatan Sumber kabupaten Rembang,
melalui wawancara kepada perangkat desa berupa Kepala
Desa (Bapak Ali Suyitno), Bapak Mudin (Bapak Sanusi),
Bapak Carik (Bapak Bapak Purnomo) yang sejatinya
memiliki kebijakan penuh terhadap kegiatan yang
20 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013, h. 80.
13
masyarakat kerjakan secara rutin. Selain itu, Peneliti juga
mewawancarai sesepuh yang memahami terkait ilmu
Aboge (Bapak Supardi), dan masyarakat umum dalam
memastikan dan mengambil data-data yang penulis
butuhkan.
Tidak hanya wawancara, Peneliti juga melakukan
kegiatan yang tidak kalah penting, yakni; observasi
partisipasi secara langsung dan berbaur kepada masyarakat
setempat. Observasi yang dilakukan oleh penulis berjumlah
dua kali, pertama ketika awal syawal yang ditetapkan oleh
pemerintah yakni pada tanggal 24 Juni 2017 (malam hari,
karena perayaan awal Syawal yang dilaksanakan
masyarakat Nggoge’ di Desa Ronggomulyo Kecamatan
Sumber Kabupaten Rembang pada waktu malam hari –
malam tanggal 25 Juni 2017– sesuai penetapan awal
Syawal oleh pemerintah, yakni 25 Juni 2017), dan yang
kedua adalah pada saat awal syawal yang ditetapkan sesuai
perhitungan Aboge yaitu pada 27 Juni 2017 yang
dilaksanakan pagi hari.
b. Sumber data skunder
Penulis menggunakan pengambilan sumber data
skunder dengan mengambil refrensi dari buku Almanak
Sepanjang Masa karya Slamet Hambali, dan penelitian-
penelitian terdahulu Melacak Hisab Rukyah Masyarakat
14
Kejawen (Studi Atas Pemikiran Muhammad Mas Mansur
Al-Batani), Fiqih Hisab Rukyat Kejawen (Studi Atas
Penentuan Poso dan Riyoyo Masyarakat Dusun Golak
Desa Kentang Ambarawa Jawa Tengah) oleh Ahmad
Izzudin. Selain itu, skripsi-skripsi kakak-kakak angkatan
Analisis Hukum Islam Tentang Prinsip Penanggalan
Aboge di Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah
Kabupaten Wonosobo oleh Joko Sulistyo dan Studi
Analisis Penetapan Awal Bulan Kamariah Sistem Aboge
Di Desa Kracak Kecamatan Ajibaranag Kabupaten
Banyumas Jawa Tengah oleh Takhrir Fauzi yang dapat
dijadikan penyempurna dalam pembuatan skripsi.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara (Interview)
Peneliti telah melakukan wawancara kepada
perangkat desa berupa Kepala Desa (Bapak Ali Suyitno),
Bapak Mudin (Bapak Sanusi), Bapak Carik (Bapak Bapak
Purnomo), sesepuh yang memahami ilmu terkait Aboge
(Bapak Supardi), dan masyarakat umum dalam
memastikan dan mengambil data-data yang penulis
butuhkan. Wawancara ini, Peneliti lakukan secara tatap
muka dan lewat media massa.
15
b. Observasi (Observation)
Peneliti telah hadir pada saat satu syawal yang
ditetapkan oleh pemerintah dan menurut perhitungan
Aboge di Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber
Kabupaten Rembang untuk melihat secara langsung
bagaimana kedaan dan cara masyarakat Nggoge’ tersebut
dalam menentukan awal Syawal.
c. Dokumentasi (Documentation)
Dokumentasi merupakan hal penting dalam
pembuktian penelitian, maka Peneliti telah mengambil
dokumentasi berupa foto dan video pada saat perayaan
awal Syawal dan wawancara di Desa Ronggomulyo
Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang.21
4. Teknik Analisis Data
Berawal dari melihat fenomena yang terjadi di
tengah masyarakat di Desa Ronggomulyo Kecamatan
Sumber Kabupaten Rembang yang memiliki perbedaan pada
masyarakat umumnya, maka Peneliti telah menerapan atau
menggunakan teknik analisis data dengan bentuk analisis
deskriptif atau deskriptif analisis.22
21 Tim Fakultas Syariah, Pedoman……, cet. I, h. 16. 22 Tim Fakultas Syariah, Pedoman ….., cet. I, h. 17.
16
F. Sistematika Penulisan
Rancangan penulis dalam menyusun skripsi ini telah
membagi bab dan pembahasan secara garis besar. Berikut
pembagiannya:
a. Bab I : Pendahuluan
Bab ini memuat tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
b. Bab II : Penentuan awal Bulan Kamariah di Indonesia
Bab ini memuat teori gambaran umum mengenai
penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia.
c. Bab III : Mendeskripsikan penetapan awal Syawal masyarakat
Ngooge’
Bab ini mendeskripsikan hasil penelitian dalam
penetapan awal Syawal di masyarakat Ngoge’ Desa
Ronggomulyo Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang
beserta latar belakang masyarakat dalam penggunaan
sistem penanggalan Aboge.
d. Bab IV : Analisis penggunaan hisab Aboge dalam menentukan
awal Syawal serta dasar hukum
Bab ini mendeskripsikan dan melaporkan tentang
analisis penggunaan dan penerapan hisab Aboge dalam
menentukan awal Syawal serta dasar hukum
17
masyarakat Ngoge’ di Desa Ronggomulyo Kecamatan
Sumber Kabupaten Rembang
e. Bab V : Penutup
Bab ini mencakup tentang kesimpulan dari skripsi
penulis, saran-saran dari pembaca, serta penutup.
18
BAB II
PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH
A. Penentuan Awal Bulan Kamariah
Matahari dan Bulan dijadikan sebagai petunjuk manusia dalam
mengetahui waktu, dalam Al-qur’an, QS Yunus (10) : 5;
قذس هاصل لتعلووا عذد القوش وسا و جعل الشوس ضيآء و و الز
يي والحساب السقليها خلق هللا رلك اال بالحق
قلي ل االيات لقوم يفص
يعلووى
Artinya : “Dialah yang menjadikan Matahari bersinar dan
Bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat
orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang Mengetahui.”23
Sesungguhnya Allah telah menciptakan Matahari dan Bulan
bergerak secara teratur dalam lingkup orbitnya yang memiliki salah
satu tujuannya ialah untuk dijadikan pedoman waktu oleh makhluk
yang berada di Bumi. Karena dalam perjalanan Matahari dan Bulan
makhluk di Bumi, khususnya manusia mampu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan waktu.24
Matahari merupakan bintang terdekat yang memberikan
energi untuk mempertahankan kehidupan di Bumi. Matahari
23 Departemen Agama RI, Alqur’anul Karim Terjemah Perkata Tajwid Warna
Robbani, Jakarta Timur: PT Surya Prisma Sinergi, t.th, h. 207. 24 Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, Jakarta: Pustaka Al-
kautsar, 2015, h. 187.
19
memiliki diameter sekitar 14 x 105 km atau 109 kali diameter dari
Bumi. Matahari memiliki massa 333.400 kali massa bumi atau secara
pendekatan 1,99 x 1030
kg. maka dapat diketahui bahwa densitas
matahari rata-rata 1,41 g cm-3
yang lebih rendah seperempat kali
dibandingkan densitas Bumi secara rata-rata.25
Jarak rata-rata Matahari dengan Bumi adalah sekitar
149.680.000 kilometer (93.026.724 mil) yang kemudian jarak ini
dijadikan menjadi satuan astronomi (Astronomical Unit = AU)
adalah 93 juta mil = 148 juta kilometer.26
Karena dalam perjalanan Bumi berevolusi mengelilingi
Matahari selama 365 hari 5 jam 48 menit dan 2,8 detik dalam satu
tahun, maka Matahari dijadikan alat bantu manusia sebagai
menghitung waktu, dan penghitung waktu menggunakan alat bantu
Matahari disebut dengan tahun Syamsiyah.27
Sedangkan Bulan merupakan benda langit yang menjadi
satu-satunya satelit alam planet Bumi yang tidak berbahaya jika
dilihat oleh manusia menggunakan mata telanjang. Bulan berdiameter
3476 km atau 0,272499216 kali diameter dari planet Bumi, hampir
1/3 kali diameter Bumi atau diameter Bumi 3,67 kali lebih besar
dibandingkan dengan diameter Bulan. Jarak Bumi dengan Bulan di
25 Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013, h. 59-60. 26 Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak Menyimak Proses Pembentukan Alam
Semesta, Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012, h. 114. 27 Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, Semarang: Program Pascasarjana
IAIN Walisongo Semarang, 2011, h. 27.
20
titik maksimum adalah 40676 km, di titik minium 356395 km, dan di
rata-rata 384460 km. Bulan mengorbit pada Bumi dengan bentuk
orbit elips. Bidang orbit Bulan tidak konstan di langit, sehingga titik
potong lingkaran ekliptika dengan lingkaran orbit Bulan tidak tetap,
melainkan bergeser ke arah yang berlawanan dengan arah perubahan
posisi Matahari di ekliptika.28
Waktu satu bulan kamariah merupakan durasi waktu yang
diperlukan oleh bulan dalam mengelilingi bumi dalam satu periode
atau putaran. Untuk mengetahui periodenya lama bulan di langit,
maka sangat bergantung juga pada bagaimana cara menghitungnya.
Para ahli mencatat setidaknya ada lima macam durasi bulan.
1. Bulan sinodis
2. Bulan sideris
3. Bulan tropis
4. Bulan anomalistik
5. Bulan drakonis
Adapun penjelasannya sebagai berikut; Pertama, bulan
sinodis merupakan bulan yang memiliki durasi perputaran
mengililingi bumi selama 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Jika
dirata-rata selama 29,5 hari. Adapun gerak keliling ini disebut dengan
lunasi karena dihitung sejak terjadinya ijtimak (konjungsi) sampai
terjadi ijtimak yang selanjutnya. Pada setiap tahun variasi perbedaan
lunasi dapat mencapai 5 atau 6 jam, hal itu dikarenakan perbedaan
28 Moedji Raharto, Dasar-Dasar Sistem Kalender Bulan Dan Kalender
Matahari, Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2013, h. 7.
21
kecepatan gerak bulan dalam perjalanan mengelilingi bumi mendapat
akibat kekuatan daya tarik gravitasi benda-benda langit lain serta
karena lingkaran gerak itu berubah-ubah dan tidak tetap. Menurut
Espenak dan Meeus berubah-ubahnya lunasi disebabkan oleh posisi
bulan dalam proses peredarannya mengelilingi bumi. Apabila bulan
berada di titik perige (jarak bulan terdekat dengan bumi) saat ijtimak
(konjungsi), maka lunasinya lebih pendek dari rata-rata, dan apabila
bulan berada pada titik apoge (jarak bulan terjauh dengan bumi),
maka usia rata-rata lunasi akan lebih panjang.29
Menurut Dr. Moedji Raharto satu lunasi Islam satu siklus
penampakan hilal ke penampakan hilal berikutnya. Lunasi Islam
adalah sebuah sistem penomoran siklus sinodik dalam penanggalan
Islam yang diberikan secara berurutan. Penomoran lunasi Islam
bertujuan untuk mempermudah dalam perbandingan dan analisa
persoalan yang berkaitan visibilitas hilal.30
Kedua, bulan sideris merupakan waktu lama bulan dalam
proses peredarannya mengelilingi bumi dalam satu putaran yang
dikaitkan dengan latar belakang posisi suatu bintang tetap. Biasanya
sering dijelaskan bahwa bulan sideris merupakan satu putaran persis.
Lama waktu putaran sideris ini adalah 27 hari 7 jam 43 menit 11,6
detik rata-rata.
29 Muhammad Rasyid Rida, dkk, Hisab Bulan Kamariah (Tinjauan Syar’i
Tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah), Yogyakara: Suara
Muahammadiyah, 2012, h. 65-66. 30 Raharto, Dasar-Dasar…, h. 65.
22
Ketiga, bulan tropis merupakan waktu yang diperlukan oleh
bulan di langit untuk melakukan proses mengelilingi bumi yang
dihitung mulai titik deklinasi utara maksimum terhadap titik deklinasi
selatan maksimum dan dilanjutkan lagi kembali kepada titik deklinasi
utara maksimum. Atau dari titik equinox bulan untuk kemudian
kembali kepada titik equinox bulan berikutnya. Adapun durasi waktu
rata-ratanya adalah 27 hari 7 jam 43 menit 4,7 detik yang memiliki
selisih kecil dengan bulan sideris diatas.
Keempat, bulan anomalistik merupakan waktu lama bulan
dalam proses peredarannya mengelilingi bumi dengan menghitung
perputarannya dari titik terdekat bulan dengan bumi (perige) ke titik
terjauh bulan dengan bumi (apoge) sampai kembali lagi keitik
terdekat bulan dengan bumi (perige) yangmana bulan tersebut
memulai perjalanan awal kelilingnya. Adapun waktu yang diperlukan
bulan dalam perjalanan mengelilingi bumi adalah 27 hari 13 jam 18
menit 33,1 detik.
Terakhir, yakni lima bulan drakonis, merupakan waktu lama
bulan dalam proses peredarannya mengelilingi bumi dihitung dari
mulai titik nodal sampai kembali lagi ke titik nodal. Karena titik
nodal bergerak menyongsong arah gerak bulan, maka bulan sampai di
titik nodal dari mana ia mulai lebih cepat. Adapun waktu yang
diperlukan bulan dalam perjalanan mengelilingi bumi waktu rata-
ratanya adalah 27 hari 5 jam 5 menit 35, 9 detik.31
31 Rida, dkk, Hisab Bulan ……., h. 66-68.
23
Dalam satu tahun Hijriyah terdapat 12 bulan, yaitu:32
Nama Bulan Hari
Muharram 30
Shafar 29
Rabi’ul Awwal 30
Rabi’ul Akhir 29
Jumadil Awwal 30
Jumadil Akhir 29
Rajab 30
Sya’ban 29
Ramadhan 30
Syawwal 29
Dzulqa’dah 30
Dzulhijjah 29/30
Siklus penanggalan Hijriyah berbeda dengan siklus
penanggalan Jawa Islam –siklus penanggalan Jawa Islam akan
Penulis paparkan pada bab IV, di bab tersebut akan Penulis lihatkan
keganjalan antara penanggalan Hijriyah dengan penanggalan Jawa
Islam–, penanggalan Hijriyah mempunyai siklus 30 tahun. Dalam
penanggalan Hijriyah juga disajikan tahun-tahun panjang (tahun
kabisat) dan tahun-tahun pendek (tahun basithah), yang mana tahun
kabisat terdiri dari 355 hari sedangkan basithah terdiri dari 354 hari.
32 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta:
Buana Pustaka, Cet.3, 2004, h. 111
24
Untuk menentukan tahun-tahun kabisat dan tahun-tahun basithah bisa
menggunakan cara sebagai berikut:
يا * عي كل خل حب فصاكف الخليل كف د
Artinya: kekasih yang sejati itu menjaga dan memelihara agamanya,
dan bukan orang yang menjaga (memenuhi) kesenangannya.33
Syair yang terdiri dari 30 huruf ini dapat dijadikan cara
sebagai menentukan kapan terjadinya tahun kabisat dan kapan
terjadinya tahun basithah. Caranya; rangkaian huruf diatas yang
memiliki titik baik diatas maupun dibawah, maka dapat dipastikan
bahwa tahun tersebut adalah tahun kabisat. Sedangkan huruf yang
tidak memiliki titik, maka dapat dipastikan tahun tersebut adalah
tahun basithah. Jadi, tahun kabisat terjadi pada tahun 2, 5, 7, 10, 13,
16, 18, 20, 24, 26, dan 29. Sedangkan pada tahun 1, 3, 4, 6, 8, 9, 11,
12, 14, 15, 17, 19, 21, 22, 23, 25, 27, 28, dan 30 adalah tahun
basithah.34
Bulan Kamariah merupakan bulan Sinodis35
yang
didalamnya terkadang 29 hari dan 30 hari. Nabi juga telah
menyampaikan dalam hadisnya sebagai berikut:
33 Musonnif, Ilmu …, h. 108. 34 Hambali, Almanak ….., h. 63-64. 35 Bulan Sinodis merupakan bulan yang durasi waktunya adalah 29 hari 12 jam
44 menit 2,8 detik rata-rata atau lebih mudahnya berjumah 29,5 hari. Baca Rida, dkk,
Hisab………, h. 65.
25
Artinya: Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah bercerita
kepada kami Abu Usamah bercerita kepada Kami Ubaidillah dari
Nasi’ bin Umar radiallahu anhu bahwa rasulullah Saw menuturkan
masalah bulan Ramadan sambil menunjukkan kedua tangannya
kemudian berkata;bulan itu seperti ini, seperti ini, seperti ini,
kemudian menelungkupkan ibu jarinya pada saat gerakan yang
ketiga. Maka berpuasalah kalian karena melihat hilal dan
berbukalah karena melihat hilal pula, jika terhalang oleh awan
terhadapmu maka genapkanlah tiga puluh hari. (HR. Imam
Muslim)36
Hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim. Pemeriksaan
terhadap sanadnya melalui kitab Tahzib al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal
dan Tahzib Tahzib al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal memperlihatkan
bahwa semua perawi dalam sanad tersebut termasuk rawi-rawi yang
handal dan terpercaya. Dengan demikian rawi-rawi dalam hadis al-
Bukhari ini tidak ditemukan salah satu masalah dan dapat dikatakan
hadis yang sahih.Dilihat dari segi isi hadis tersebut, tidak
mengandung pertentangan dengan al-Qur’an dan hadis-hadis yang
lain. Isi hadis tersebut merupakan hal yang sudah menjadi ijmak
36 Nawawi, Al-Minhaj……, h.498.
26
kaum Muslimin bahwa bulan Islam itu terkadang 29 hari dan
terkadang 30 hari.
Pernyataan Nabi SAW, “Bulan itu begini, begini, begini”,
kata “begini” maksudnya adalah ketika saat itu Nabi SAW
mengangkat kedua tangan dan mengembangkan 10 jarinya sambil
mengatakan “begini”. Hal itu Nabi Muhammad lakukan sebanyak
tiga kali yang memiliki maksud 30 kali. Selajutnya beliau mengulang
dengan tangan yang yang sama sebanyak tiga kali juga, namun pada
pengembangan tangan ketiga Nabi Muhammad melipat ibu jarinya,
dan dapat dimaksudkan adalah 29 hari. Maka, dalam penjelasan Nabi
Muhammad telah jelas bahwa bulan terkadang berjumlah 29 hari dan
terkadang 30 hari.37
B. Metode Hisab dan Rukyah Dalam Menentukan Awal Bulan
Kamariah
Hisab dan rukyah menjadi problematika dalam penentuan
awal bulan kamariah di Indonesia, khususnya pada bulan-bulan yang
didalamnya menyimpan nilai ibadah, seperti Ramadhan, Idul Fitri,
dan Idul Adha. Masalah yang berlarut-larut layaknya air dan minyak
yang tidak mampu disatukan. Menurut bapak Thomas Djamaluddin
bahwa umat Islam di Indonesia hanya membuang energi dalam
menentukan awal bulan Kamariah, sekian lama umat Islam
terbelenggu pada masalah, bukan solusi. Seolah persoalannya hanya
sekedar hanya perbedaan metode hisab (perhitungan astronomi) dan
37 Rida, dkk, Hisab ……, h. 61-65.
27
rukyah (pengamatan hilal) yang mustahil untuk dipersatukan, sama
mustahilnya untuk menyatukan mazhab yang berbeda-beda.
Majlis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa
Nomor 2/2004 tentang penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan
Dzulhijjah yang salah satu butirnya merekomendasikan agar MUI
mengusahakan adanya kriteria penentuan awal Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijjah untuk dijadikan pedoman oleh Menteri Agama dengan
membahasnya bersama ormas-ormas Islam dan para ahli terkait.38
Secara umum ada dua mazhab besar dalam menentukan awal
bulan Kamariah di Indonesia, mazhab tersebut bernama hisab dan
rukyah. Mazhab hisab yang menjadi patokan ormas Muhammadiyah
dengan sebutan yang sering kita semua dengar yaitu wujudul hilal,
dan mazhab rukyah yang dijadikan patokan oleh ormas Nahdlotul
Ulama (NU) dengan nama metode rukyatul hilal. Selain itu, ada yang
menggunakan kedua mazhab tersebut dalam pengambilan keputusan
terkait awal bulan kamariah, yakni; pemerintah atau Kementerian
Agama Indonesia (Kemenag) dengan nama metode Imkanur Rukyah.
Berikut penulis akan deskripsikan beberapa metode yang digunakan
dalan menentukan awal bulan kamariah:
1. Pengertian Hisab dan Rukyah
a. Hisab
Hisab berawal dari bahasa arab yang berarti
hitungan. Namun dalam al-Qur’an, pengertian arithmetic
38 Thomas Djamaluddin, Menggagas Fiqih Astronomi Telaah Hisab-Rukyah
Dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya, Bandung: Kaki Langit, 2005, h. vii-viii.
28
atau hisab tidak hanya bermakna hitungan tetapi memiliki
makna lain, seperti batas, hari kiamat, dan tanggungjawab.
Akan tetapi kali ini penulis akan fokus pada hisab yang
bermakna hitungan atau metode untuk menentukan awal
bulan atau mengetahui hilal. Dalam literatur-literatur klasik
ilmu hisab sering disebut dengan ilmu falak39
, miqad, rasd,
dan haiah.40
سشيع ٱلحساب ٱليوم تجضى كل فس بوا كسبت ال ظلن ٱليوم إى ٱلل
Artinya: Pada hari ini, tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan
apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada
hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan
(pemeriksaan) –Nya (Gofir: 17)41
سۥ هاصل لتعلووا عذد و ٱلز جعل ٱلشوس ضياء وٱلقوش وسا وقذ
لك إال بٲلحق ر يي وٱلحساب ها خلق ٱلل ت لقوم يعلووى ٱلس ل ٱلي يفص
Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat orbit) bagi perjalanan bulan itu, supaya
39 Menurut Carlo Nillino, sebagaimana dikutip oleh Suwarno, kata falak yang
banyak disebutkan dalam al-Qur’anbukan berasal dari bahasa arab, akan tetapi teradopsi
dari bahasa Babilonia yaitu Pulukku yang berarti beredar. Falak secara bahasa berarti
madaar atau orbit, jalur lintasan. Adapun ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari seluk
beluk benda langit dari segi bentuk, ukuran, keadaan pisik, posisi, gerakan, dan saling
hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Terdiri dari ilmu: Astronomi, Astrologi,
Astrometrika, Astronomekanika, Astrofisika, Kosmogoni, dan Kosmologi. Ilmu falak
diguakan oleh orang-orang Islam untuk menentukan waktu salat, arah kiblat, dan
menentukan awal bulan kamariah. Baca Musonnif, Ilmu ….., h. 1-3. 40 Sukiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains
Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, cet. Ke-II, 2007, h. 97-98. 41 Departemen Agama RI, Alqur’anul Karim Robbani, …. h, 470.
29
kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
(Yunus: 5)42
Dalam istilah ilmu hisab, ada istilah yang namanya
nujum. Kedua ilmu tersebut mempunyai objek yang sama,
yakni; menghitung benda-benda langit yang ada di angkasa.
Namun, kedua ilmu ini memiliki tujuan dan maksud yang
berbeda. Ilmu nujum digunakan untuk meramal nasib baik
dan buruk seseorang dengan melihat posisi bintang yang
dihitung. Berbeda dengan ilmu hisab yang menghitung posisi
Bumi, Bulan, dan Matahari sebagai alat bantu manusia dalam
menentukan waktu yang berkaitan dengan jadwal ibadah –
awal Ramadhan, awal Syawal, awal Dzulhijjah, jadwal wakt
salat, gerhana, dan ibadah lainnya–. Selain itu, ilmu hisab
juga digunakan sebagai cara mengetahui arah mata angin
yang dapat dimanfaatkan sebagai cara mengetahui arah
kiblat.
Sesuai tujuan di atas, maka sebagian ulama
menfatwakan bahwa belajar ilmu hisab hukumnya fardu
kifayah. Karena dirasa sangat penting peran ilmu hisab dalam
menentukan waktu ibadah dimulai dan diakhiri, selain itu
karena tanpa ilmu hisab ibadah manusia bisa terbengkalai.
Mengingat bahwa ibadah umat Islam bersifat disiplin waktu.
Walaupun tidak ada isyarat dari Nabi terkait
mempelajari ilmu hisab, namun mempelajarinya dapat
42 Departemen Agama RI, Alqur’anul Karim Robbani, …. h, 207.
30
dipastikan bukan termasuk sesuatu hal yang dilarang. Karena
tujuan dalam mempelajari ilmu hisab adalah sebagai
memenuhi perintah-perintah Nabi, yakni; puasa, haji, salat,
dan lain sebagainya yang kesemuanya itu memerlukan waktu
yang sangat pasti.43
Dalam diskursus mengenai kalender hijriah, konsep
hisab mengarah kepada metodologi untuk mengetahui hilal.
Dalam pengertian ini hisab memiliki dua mcam tipe, yaitu;
hisab urfi dan hisab hakiki. Seperti yang penulis jelaskan
pada latar belakang skripsi ini, hisab urfi merupakan sistem
perhitungan kalender yang didasarkan pada peredaran rata-
rata bulan mengelilingi bumi dan ditetapkan secara
konvensional. Sistem hisab ini dimulai sejak ditetapkan oleh
khalifah Umar bin Khattab ra (tahun 17 H) sebagai acuan
untuk menyusun kalender abadi. Ada beberapa pendapat
yang mengatakan bahwa sistem kalender dimulai pada tahun
16 H dan 18 H. Namun, pendapat yang dikatakan paling
masyhur adalah tahun 17 H.44
b. Rukyah
Rukyah dalam kajian ilmu falak merupakan
kegiatan melihat hilal yang bertujuan untuk mengetahui
43 Shofiyullah Mukhlas, Hisab Falak dan Rukyat Hilal Antara Misi Ilmiah dan
Seruan Ta’abud, Jurnal, h. 3. 44 Azhari, Ilmu …, cet. Ke-II, h. 99-102.
31
kapan terjadinya awal bulan menurut Hijriyah. Adapun dalam
hadis terkait rukyah sebagai berikut:
Artinya: Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah
bercerita kepada kami Abu Usamah bercerita kepada Kami
Ubaidillah dari Nasi’ bin Umar radiallahu anhu bahwa
rasulullah Saw menuturkan masalah bulan Ramadan sambil
menunjukkan kedua tangannya kemudian berkata;bulan itu
seperti ini, seperti ini, seperti ini, kemudian menelungkupkan
ibu jarinya pada saat gerakan yang ketiga. Maka
berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah
karena melihat hilal pula, jika terhalang oleh awan
terhadapmu maka genapkanlah tiga puluh hari. (HR. Imam
Muslim)45
Sebagaimana menurut penelitian Syihabuddin Al-
Qalyubi, hadis diatas mengandung beberapa interpretasi
beragam, diantaranya:
1. Perintah untuk berpuasa terhadap semua orang yang
telah melihat hilal dan tidak berlaku atas orang-orang
yang tidak melihatnya.
45 Nawawi, Al-Minhaj……, h.498.
32
2. Melihat (rukyah) berarti melalui mata dan tidak berlaku
bagi orang-orang yang cacat mata atau buta (mata tidak
berfungsi).
3. Melihat (rukyah) secara ilmu bernilai muatawatir dan
merupakan berita yang berasal dari orang-orang yang
adil.
4. Nash tersebut mengandung makna zhana sehingga
mencakup ramalan dan nujum (astronomi).
5. Ada tuntutan berpuasa secara kontinu.
6. Ada kemunginan hilal sudah wujud sehingga diwajibkan
untuk berpuasa, walaupun secara astronomi belum ada
kemungkinan hilal dapat dilihat.
7. Perintah berpuasa tersebut ditunjukkan kepada kaum
muslimin secara menyeluruh, namun perintah melihat
hilal atau pelaksanaan rukyah tidak diwajibkan kepada
semua orang dan bahkan ditujukan hanya untuk orang-
orang tertentu yang memiliki ilmu.
8. Hadis ini juga mengandung makna berbuka puasa.
9. Melihat hilal (rukyah) ini berlaku terhadap hilal di bulan
Ramadhan dalam kewajiban berpuasa dan tidak untuk
Idul Fitrinya (berbuka).
10. Yang menghalangi pandangan ditentukan oleh mendung,
bukan selainnya.
33
Berawal dari perbedaan-perbedaan interpretasi dalil
diatas, hal itu mengaibatkan terjadinya beragam perbedaan
dalam memahami dan mengaplikasikan hadis Nabi
Muhammad diatas dalam menentukan awal bulan
Kamariah.46
Rukyah fisik dengan mata telanjang adalah cara
yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh banyak umat
Islam pada zaman tersebut. Itulah sebabnya hadisnya
berbunyi demikian (Rukyah atau melihat hilal). Pada saat itu
belum banyak umat Islam yang mengenal ilmu hisab
(perhitungan).
Dalam proses perjalanannya penentuan awal bulan
baru berdasarkan satu atau dua orang yang telah mengaku
melihat hilal dengan mata telanjang.47
Namun, perlu
diketahui juga bahwa di kalangan para ahli rukyah sebetulnya
belum memiliki satu suara dalam menetapkan awal bulan
baru. Pendapat pertama mengungkapkan bahwa hasil ruhyah
suatu tempat hanya berlaku untuk satu wilayah hukum atau
negara saja. Pendapat yang lain berpendapat bahwa rukyahdi
suatu tempat dapat dijadikan patokan seluruh dunia, yakni
bahwa ada seseorang yang sudah melihat hilal maka umat
46 Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, Jakarta: Pustaka Al-
kautsar, 2015, h. 212-213. 47 Rida, dkk, Hisab ….., h. 125-127.
34
Islam di dunia sudah memasuki bulan baru tanpa
memperkirakan jarak suatu tempat.48
2. Kelebihan dan Kekurangan Hisab-Rukyah
Perlu diketahui bersama bahwa hisab dan rukyah bukanlah
suatu pembeda antara benar dan salah. Namun, hisab dan rukyah
adalah satu kesatuan yang dapat digunakan sebagai menentukan
awal bulan Kamariah. Sebagaimana telah dinyatakan oleh H.A.
Mukti Ali dalam musyawarah hisab dan rukyah pada tahun 1977
M/ 1397 H bahwa hisab yang benarakan bisa dibuktikan dengan
rukyah yang benar karena yang menjadi objek keduanya sama,
yakni hilal.49
C. Macam-Macam Penanggalan
Ada beberapa macam sistem penanggalan yang digunakan,
antara lain:
1. Sistem Penanggalan Masehi
Sistem kalender Masehi yang sekarang digunakan, yakni;
Gregorian, memiliki sejarah indah dalam perjalanannya. Berawal
dari kalender Julian yang mengalami perbaikan sistem kalender
(penanggalan) pada zaman Romawi. Reformasi kalender ini
dilakukan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM dengan bantuan
oleh seorang pakar matematika dan asronomi Alexandria atau
48 Djamaluddin, Menggagas ….., h. xi. 49 Sukisnan Azhari, Ilmu…….., h. 129.
35
Iskandaria yang bernama Sosigenes, dengan mempergunakan
panjang setiap tahun adalah 365, 25 hari.50
Pada bilangan tahun yang tidak habis dibagi empat,
dijadikan sebagai tahun pendek (Basitoh) yang memiliki umur
365 hari dalam satu tahun. Sedangkan pada bilangan tahun yang
habis dibagi empat, dijadikan sebagai tahun panjang (Kabisat)
yang memiliki umur 366 hari dalam satu tahun. Selisih datu hari
ini ditempatkan pada bulan yang terakhir pada saat itu, yaitu
pada bulan Februari. Pada penanggalan inilah yang terkenal
dengan Kalender Yulius atau Kalender Yulian.51
Awal mula kalender Romawi hanya memiliki 10 bulan
dalam satu tahun, yaitu:
a) Martius (Maret)
b) Aprilis (April)
c) Maius (Mei)
d) Junius (Juni)
e) Quintilis (Juli)
f) Sextilis (Agustus)
g) September (September)
h) October (Oktober)
i) November (November)
j) December (Desember)
50 Ahmad Izzudin, Sistem Penanggalan, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya,
2015, h.73. 51 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2004, h. 105-106.
36
Yang kemudian berkembang di Romawi sebelum Julius
Caesar pada sekitar 700 SM di kota Antium. Perkembangan
tersebut menambahkan dua bulan, menjadi:
a) Martius (Maret) berumur 31 hari.
b) Aprilis (April) berumur 29 hari.
c) Maius (Mei) berumur 31 hari.
d) Junius (Juni) berumur 29 hari.
e) Quintilis (Juli) berumur 31 hari.
f) Sextilis (Agustus) berumur 29 hari.
g) September (September) berumur 29 hari.
h) October (Oktober) berumur 31 hari.
i) November (November) berumur 29 hari.
j) December (Desember) berumur 29 hari.
k) Ianuarius (Januari) berumur 29 hari.
l) Februarius (Februari) berumur 28 hari.
Baru ketika pada saat Dewan Gereja bersidang yang
mulanya awal tahun jatuh pada bulan Maret, lalu diganti awal
tahun pada bulan Januari. Pada saat itu sistem kalender disebut
dengan sistem Yustinian. Namun, walau sudah diadakan koreksi
dan perubahan, ternyata kalender Yulian masih memiliki
memiliki kelemahan, yakni kalender lebih panjang 11 menit 14
detik dari titik musim yan sebenarnya, sehingga berakibat
memundurkan kalender 3 hari dalam setiap 400 tahun.
37
Pada tahun 1582 ada sesuatu menarik perhatian, yakni
ketika penentuan wafat Isa Al-Masih yang diyakini oleh orang-
orang Masehi bahwa peristiwa tersebut jatuh pada hari Minggu
setelah bulan purnama yang selalu terjadi segera setelah
Matahari di titik Aries (pada tanggal 21 Maret), namun pada
tahun tersebut mereka dalam memperingati tidak lagi pada hari
Minggu.52
Sehingga muncullah Almanak Gregorian yang memiliki
peran sebagai pembaharuan dari Almanak Yulian. Sebenarnya
pemikiran terkait koreksi ini mulai digunjingkan dengan
keluarnya tabel-tabel koreksi oleh gereja sejak zaman Paus Pius
V pada tahun 1572. Kemudian rekomendasi baru dikeluarkan
kepada penggantinya, yakni: Gregorius XIII dan disahkanlah
pada tanggal 24 Februari 1582. Dengan isi antara lain:
1) Koreksi daur tahun kabisat dan pengurangan 10 hari dari
Almanak Yulian.
2) Pelompatan dari tanggal 4 Oktober 1582 Yulian menjadi 15
Oktober 1582 Gregorian.
3) Maka, pada tanggal 5 Oktober 1582 hingga 14 Oktober
1582 tidak tercatat dalam sejarah penanggalan.
4) Sehingga, tabel purnama yang baru disahkan untuk
menentukan perayaan Paskah di seluruh dunia.53
52 Izzudin, Sistem ………., h.74-75. 53 Hambali, Almanak ………., h. 10-11.
38
Perhitungan Tahun Masehi memiliki dua jenis, yaitu
Tahun Sideris dan Tahun Tropis.
1) Tahun Sideris
Tahun yang akarab dengan sebutan Tahun Bintang
ini bahwa tahun Syamsiah atau Masehi itu didasarkan pada
peredaran semu matahari sepanjang tahun pada
ekliptikanya. Matahari bergeser disepanjang ekliptika yang
berada diantara bintang-bintang yang bertaburan pada
sepanjang lingkaran ekliptika Matahari tersebut. Gugusan-
gugusan bintang tersebut juga dikenal dengan sebutan
zodiac atau buruj. Sesuai yang ada pada namanya, maka
sebagian dari bintang-bintang tersebut terdiri dari nama-
nama hewan (zoo = hewan). Ekliptika matahri dibagi
menjadi 12 zodiak yang besarnya masing-masing zodiac
adalah 300 yang ditempuh Matahari dalam waktu satu
bulan, dengan arah pergeseran pada ekliptika yaitu dari
barat ke timur atau berlawanan dengan putaran semu
hariannya, yakni dari timur ke barat.
Apabila salah satu dari bintang-bintang pada
lingkaran akliptika ini diambil sebgai titik permulaan
bergesernya Matahari, maka ketika Matahari tersebut
kembali lagi ke titik awal, berarti Matahari telah menempuh
penuh sekali putar pada lingkaran ekliptika yang besarnya
39
3.600 bintang, lamanya 365,25636 hari atau sama dengan
365 hari 6 jam 9 menit 9 detik.54
2) Tahun Tropis
Menurut penelitian oleh para ahli Astronomi telah
mengetahui sesungguhnya titik Aries (Titik musim bunga)
yaitu salah satu diantara dua titik perpotongan lingkaran
ekliptika dengan equator langit, terjadi pergeseran pada
lingkaran ekliptika dengan yang lamanya 26.000 tahun
sekali putar penuh. Jadi dalam satu tahun ditempuh 0’50’’
saja. Pergeseran tersebut dinamakan pressessi titik Aries.
Sebab, titik Aries itu berputar dari arah Timur ke Barat
(Positif), sedangkan Matahari bergeser dari arah Barat ke
Timur (Negatif), maka titik Aries bergeser seolah-olah
menyongsong kedatangan Matahari, sehingga titik tempat
berhimpitnya Matahari dengan Aries tidak tetap.55
2. Sistem Penanggalan Hijriyah
Dalam penentuan hari dan tanggal pada kalender hijriyah
dimulai pada saat terbenamnya Matahari disuatu tempat yang
didiami oleh kelompok yang menetapkannya. Sistem Kalender
Hijriyah (1 Muharram 1 Hijriyah) dihitung sejak peristiwa Nabi
Muhammad SAW bersama pengikutnya hijrah dari Makkah ke
Madinah atas perintah Allah SWT. Maka sangat wajar jika
kalender ini dinamakan kalender Hijriyah. Memang
54 Izzudin, Sistem ………., h.76-77 55 Izzudin, Sistem ………., h.78.
40
pengambilan suatu nama dari peristiwa hijrah tersebut. Di Barat,
kalender Islam biasa dituliskan dengan A.H, dari latinnya Anno
Hegirae.
Peristiwa hijrah ini bertepatan pada tanggal 15 JULI 522
Masehi. Maka, penanggalan Islam (1 Muharram 1 Hijriyah)
dihitung sejak terbenamnya Matahari pada hari Kamis, 15 Juli
622 M. Penanggalan Hijriyah ini tidak langsung digunakan tepat
pada saat Nabi bersama sahabat Hijrah. Akan tetapi, kalender
Islam baru mulai dikenalkan pada masa Khalifah Umar bin
Khatab, tepatnya 17 tahun (dalam hitungan Masehi) setelah
peristiwa hijrah.
Kalender dengan jumah 12 bulan sebetulnya sudah sangat
lama digunakan oleh Bangsa Arab sebelum diresmikan oleh
Umar bin Khatab, akan tetapi belum ada belum ada pembakuan
perhitungan tahun pada masa-masa tersebut. Hanya peristiwa-
peristiwa penting yang dicatat dalam bentuk tanggal dan bulan.
Kalaupun tahun dimasukkan dalam penyebutan, sebutan tahun
tersebut adalah sebutan yang ada kaitannya dengan peristiwa itu.
Misal; tahun Gajah, dan lain sebagainya.56
Kalender Hijriyah ini berdasarkan pada peredaran Bulan
mengeilingi Bumi. Peredaran tersebut jika dihitung sekali edar
adalah 29 hari 12 jam 44 menit 2,5 detik. Dalam menghindari
adanya perpecahan hari, maka bagi dalam setiap bulan ada yang
56 Izzudin, Sistem ………., h.63-66.
41
29 hari dan ada juga yang 30 hari. Pembagian tersebut sudah
ditetapkan bahwa untuk bulan ganjil berumur 30 hari dan untuk
bulan yang genap memiliki umur 29 hari. Ada pengecualian
pada bulan Dzulhijjah pada tahun kabisat umur bulan berjumlah
30 hari.57
3. Sistem Penanggalan China
Nama lain kalender China adalah Yin Yang Li yang
bermakna Penanggalan Bulan-Matahari (Lunisolar Calender).
Selain itu ada penyebutan dengan nama Tarikh Imlik, Khongcu
Lik atau Tarikh Khongcu. Berdasarkan lama Bulan mengelilingi
Bumi yaitu 29,5 hari. Tarikh ini bukan semata-mata tarikh Bulan
murni karena disamping berdasarkan peredaran Bulan
dicocokkan pula dengan peredaran musim yang dipengaruhi oleh
letak Matahari. Sehingga Bulan penanggalan ini dapat digunakan
untuk menentukan bulan baru dan kapan terjadinya bulan
purnama, selain itu dapat juga digunakan untuk menentukan
peredaran musim, hal itulah yang dijadikan dasar bahwa
penentuan kalendernya menggunakan Bulan-Matahari (Lunisolar
Calender).58
4. Sistem Penanggalan Yahudi
Kalender Yahudi atau yang sering di sebut juga dengan
kalender Ibrani merupakan kalender resmi oleh bangsa Israel
yang digunakan untuk penentuan prosesi keagamaan etnis
57 Khazin, Ilmu …….., h. 112-116. 58 Izzudin, Sistem ………., h.45.
42
Yahudi yang tersebar di seluruh dunia. Pada dasarnya, kalender
Yahudi merupakan kalender yang murni menggunakan sistem
lunar kalender, akan tetapi selalu terjadi ketidakcocokan
terhadap musim, sehingga kemudian dikasih sisipan bulan pada
setian tahun ke tiga.59
Awal tahun ditentukan oleh perhitungan siklik
berdasarkan bulan lunar serta tahun tropis. Gabungan antara
Matahari dan Bulan (bulan baru, menurut bahasa Ibrani: Molad)
perbaikan awal bulan. The Molad bulan Tishri (Molad Tishri)
bersama dengan beberapa peraturan tambahan menentukan hari
tahun baru.
Dalam kalender Yahudi atau Ibrani ini, perhitungan hari
dimulai sejak terbenamnya Matahari. Maka jika hari Senin pukul
19.00 dalam kalender Masehi berarti hari Selasa dalam kalender
Ibrani atau Yahudi ini. Bulan baru ditandai dengan munculnya
bulan sabit, seperti halnya dalam penanggalan Hijriyah yang
dikenal dengan hilal.60
5. Sistem Penanggalan Jawa
Di tanah Jawa, pernah ada sistem penanggalan dari agama
Hindu yang terkenal dengan sistem penanggalan Saka.
Penanggalan yang berdasarkan pada peredaran Matahari
mengelilingi Bumi. Awal mula tahun saka pada hari Sabtu, 14
Maret 1978 Masehi, yakni satu tahun setelah penobatan Prabu
59 Izzudin, Sistem ………., h.105. 60 Izzudin, Sistem ………., h.108.
43
Syaliwahono (Aji Soko) sebagai raja di India. Maka,
penanggalan ini sangat terkenal dengan nama Soko atau Saka.
Selain penanggalan Saka masuk di tanah Jawa, pernah ada juga
penanggalan Islam atau Hijriyah yang perhitungannya
berdasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi.
Kemudian kedua sistem tersebut dikombinasikan menjadi
sebuah sistem baru yang akhirnya muncullah sistem penanggaan
Jawa.
Sri Sultan Muhammad atau yang terkenal dengan sebutan
Sultan Agung Anyokrkusumo Pada tahun 1625 Masehi berusaha
keras menyebarkan agama Islam di pulau Jawa diwilayah
kerajaan Mataram dengan mengeluarkan dekrit untuk mengubah
penangalan Saka. Sejak pada saat itu, kalender Jawa versi
Mataram menggunakan sistem kalender Kamariah, namun tidak
merubah angka tahun Saka. Dalam artian, Tahun Saka tetap di
pakai dan diteruskan hanya cara dasarnya saja yang mengalami
perubahan yang mulanya peredaran Matahari mengelilingi
Bumi, dijadikan peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Pada saat
itu Tahun 1035 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1547 Saka,
yang kemudian diteruskan menjadi 1547 Jawa.61
61 Izzudin, Sistem ………., h.95-96.
44
BAB III
Penetapan Awal Syawal Menurut Masyarakat Nggoge’ di Desa
Ronggomulyo Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang
A. Demografi Masyarakat Nggoge’ Desa Ronggomulyo
1. Potensi Umum
Desa Ronggomulyo merupakan salah satu desa yang ada
pada Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang. Desa yang
terletak diantara 4 desa yang lain, yaitu: Pertama, sebelah utara
Desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang. Kedua,
sebelah selatan Desa Kalinanas Kecamatan Japah Kabupaten
Blora. Ketiga, sebelah timur Desa Logede Kecamatan Sumber
Kabupaten Rembang. Dan yang terakhir atau yang ke empat,
sebelah barat Desa Ronggo Kecamatan Jaken Kabupaten Pati.
Desa yang sekaligus menjadi perbatasan antara Pati dengan
Blora.62
Luas wilayah menurut penggunaan desa Ronggomulyo
memiliki total luas 1.679.724 m2 meliputi:
1. Luas pemukiman 434.642 m2
2. Luas perswahan 1.225.288 m2
3. Luas kuburan 19.794 m2
Lokasi desa amatlah jauh dari perkotaan, jarak tempuh
menggunakan kendaraan bermotor dari desa ke kecamatan saja
62 Data diambil dari Daftar Isian Potensi Desa Dan Kelurahan pada tahun 2013,
h. 2.
45
memerlukan waktu 30 menit. Sedangkan jarak tempuh dari desa
ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan bermotor sekitar 90
menit atau 1,5 jam. Jarak antara desa dengan kecamatan sekitar
sejauh 8 sampai 10 Km dan jarak dari desa ke ibu kota kabupaten
sekitar 35 sampai 40 Km.63
2. Pertanian
Mayoritas masyarakat di desa Ronggomulyo adalah petani
jagung, kacang tanah, padi, cabai, bawang merah, dan tebu.
Meskipun tanah di desa Ronggomulyo dapat ditanami berbagai
macam komoditas, namun sebagian besar masyarakat lebih
memilih menjadi petani tanaman padi. Hal ini terlihat pada
penggunaan sebagian besar lahan pertanian, yaitu 204.000 Ha guna
menanam padi sebagai prioritas utama masyarakat petani desa
Ronggomulyo. Dengan lahan yang sedemikian luasnya,
masyarakat petani desa Ronggomulyo mampu menghasilkan 7,65
Ton/Ha. Alasan utama mengapa padi begitu diminati petani desa
Ronggomulyo adalah karena padi merupakan bahan makanan
pokok masyarakat desa Ronggomulyo. Sehingga terkadang petani
Ronggomulyo menanam padi bukan semata dengan dalih profit,
akan tetapi lebih pada pertimbangan jaminan kehidupan tanpa
harus membeli beras.
Sementara komoditas jagung menempati posisi terfavorit
nomor dua bagi petani desa Ronggomulyo setelah tanaman padi.
63 Data diambil dari Daftar Isian Potensi Desa Dan Kelurahan pada tahun 2013,
h. 2-5.
46
Luas lahan yang digunakan masyarakat dalam rangka
pengembangan komoditas jagung mencapai 80.000 Ha, dengan
hasil panen 120 Ton/Ha. Kemudian disusul dengan tanaman
kacang tanah dan cabai yang memiliki luas lahan yang sama yaitu
50.000 Ha serta mampu menghasilkan panen masing-masing 5,25
Ton/Ha dan 1,80 Ton/Ha. Ada pula petani bawang merah dengan
total luas lahan 30.000 Ha dan penghasilan 5,35 Ton/Ha. Namun,
distribusi petani brambang seringkali mengalami fluktuasi
tergantung pada pergantian musim. Terakhir adalah lahan yang
ditanami tebu yang luasnya 15 Ha sebagai bahan pokok pembuatan
gula.64
Adapun jumlah keluarga petani di desa Ronggomulyo
sebanyak 489 keluarga. Namun, dari keseluruhan jumlah keluarga
petani tersebut tidak semuanya memiliki lahan pertanian. Keluarga
petani yang memiliki lahan pertanian sendiri berjumlah 489
keluarga. Kemudian jumlah tersebut terbagi lagi menjadi dua
golongan. Golongan pertama adalah keluarga petani dengan
kepemilikan lahan kurang dari 1 Ha, yaitu berjumlah 389 keluarga.
Golongan kedua adalah keluarga petani yang memiliki lahan
dengan kisaran luas antara 1-5 Ha dengan jumlah 100 keluarga.
Sementara di luar dari keseluruhan jumlah tersebut, yaitu 62
keluarga merupakan golongan keluarga petani yang tidak memiliki
lahan pertanian. Golongan ini kemudian bekerja mengolah lahan
64 Data diambil dari Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan pada tahun 2013,
h. 5-7.
47
keluarga yang memiliki lahan dengan sistem bagi hasil dan atau
sewa lahan. Ada pula beberapa keluarga yang bekerja di luar sektor
pertanian.65
3. Peternakan
Selain bergantung pada sektor pertanian, masyarakat desa
Ronggomulyo juga menjadikan sektor peternakan sebagai mata
pencaharian penyokong bagi keberlangsungan hidup keluarga. Di
samping bekerja sebagai petani guna memenuhi kebutuhan pokok
berupa padi dan komoditas pertanian lainnya, mereka juga
memelihara hewan ternak dengan ukuran besar maupun kecil serta
dalam skala yang besar maupun kecil pula.
Wilayah desa Ronggomulyo yang subur dan kaya akan
tanaman hijau yang sengaja ditanam maupun tumbuh liar, menjadi
salah satu faktor pendukung berkembangnya sektor pertanian di
desa ini. Tercatat 377 warga desa Ronggomulyo memiliki ternak
sapi dengan populasi 750 ekor. Angka ini menunjukkan bahwa
sebagian masyarakat masih memandang ternak sapi sebagai asset
jangka panjang yang cukup menjanjikan. Selain ternak hewan
besar berupa sapi, masyarakat desa Ronggomulyo juga memiliki
ternak hewan kecil seperti ayam kampung. Data menunjukkan 400
65 Data diambil dari Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan pada tahun 2013,
h. 10.
48
penduduk desa Ronggomulyo memelihara ayam kampung dengan
jumlah populasi mencapai 2000 ekor.66
4. Potensi Sumber Daya Manusia
a) Jumlah
Jumlah keseluruhan Kepala Keluarga di desa
Ronggomulyo adalah 489 KK. Jumlah tersebut kemudian
dapat dirinci kembali dalam komposisi laki-laki dan
perempuan. Total penduduk perempuan di desa Ronggomulyo
berjumlah 897 orang. Sementara total penduduk laki-laki di
desa Ronggomulyo berjumlah 856 orang. Sehingga jumlah
keseluruhan penduduk desa Ronggomulyo mencapai angka
1.753 orang. Meskipun jumlah pendduduk perempuan
menunjukkan angka yang lebih besar, namun selisih di antara
keduanya masih menunjukkan perbandingan yang seimbang.67
b) Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di desa Ronggomulyo
masih terbilang rendah. Hal ini nampak dari kurangnya
institusi pendidikan di desa Ronggomulyo. Di desa
Ronggomulyo hanya terdapat 1 Play Group, 1 Taman Kanak-
kanak (TK), 1 Sekolah Dasar (SD), dan 2 Pendidikan
66 Data diambil dari Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan pada tahun 2013,
h. 10 67 Data diambil dari Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan pada tahun 2013,
h. 18
49
Keagamaan berupa Raudhatul Athfal.68
Sehingga, setelah para
pemuda desa Ronggomulyo lulus dari Sekolah Dasar (SD)
kemudian hendak melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah
Pertama (SMP)/sederajat, Sekolah Menengah Atas
(SMA)/sederajat, dan atau Perguruan Tinggi, maka mereka
harus mendaftar ke instansi pendidikan di luar daerah.
Distribusi Instansi Pendidikan mayoritas terkonsentrasi di
daerah perkotaan.
Tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pendidikan tinggi dapat dikatakan masih rendah. Pernyataan
tersebut terbukti dengan jumlah warga yang mampu
menyelesaikan pendidikan hingga lulus S1 yang hanya 7
orang. Sementara penduduk desa Ronggomulyo yang mampu
menyelesaikan pendidikan hingga lulus Sekolah Menengah
Atas (SMA)/sederajat berjumlah 40 laki-laki dan 42
perempuan. Penduduk yang tengah menempuh pendidikan di
tingkat Sekolah Dasar (SD)/sederajat dan atau Sekolah
Menengah Atas (SMA)/sederajat berjumlah 100 orang laki-
laki dan 135 perempuan. Kemudian sejumlah 260 laki-laki
dan 220 perempuan terah menamatkan pendidikan tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat. Ada pula
beberapa pemuda yang sempat duduk di bangku SMP namun
tidak sempat menyelesaikannya, yaitu berjumlah 40 laki-laki
68 Data diambil dari Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan pada tahun 2013,
h. 35
50
dan 42 perempuan. Setingkat lagi di bawahnya, yaitu sejumlah
360 laki-laki dan 440 perempuan telah menamatkan
pendidikan di Sekolah Dasar (SD)/sederajat. Golongan
selanjutnya mampu merampungkan jenjang pendidikan Play
Group sebanyak 13 laki-laki dan 20 perempuan. Golongan
terakhir merupakan masyarakat desa Ronggomulyo yang
belum/tidak sempat mengecap dunia pendidikan berjumlah 60
orang laki-laki dan 20 perempuan.69
c) Mata Pencaharian Pokok
Sebagian besar masyarakat desa Ronggomulyo
bermata pencaharian utama sebagai petani. Petani di desa
Ronggomulyo didominasi oleh kaum adam sebagai kepala
keluarga, yaitu sejumlah 400 petani laki-laki dan 27
perempuan. Ada pula golongan petani yang tidak memiliki
lahan pertanian atau yang disebut sebagai buruh tani, yaitu
berjumlah 25 orang laki-laki dan 20 perempuan.
Sebagian kecil masyarakat bekerja sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS), yakni berjumlah 6 laki-laki dan 3
perempuan. Sebagian lainnya merupakan wirausahawan skala
kecil dan menengah yang memiliki usaha kerajinan industri
rumah tangga sejumlah 6 orang, montir sejumlah 3 orang, dan
69 Data diambil dari Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan pada tahun 2013,
h. 19
51
pengusaha kecil dan menengah lainnya dengan jumlah total 5
orang.70
d) Tenaga Kerja
Komposisi masyarakat desa Ronggomulyo
berdasarkan usianya tergolong masyarakat yang heterogen.
Kelompok usia 18-56 tahun mendominasi dengan jumlah 545
laki-laki dan 570 perempuan. Dari total jumlah tersebut tidak
semuanya produktif, dalam artian memiliki pekerjaan.
Sejumlah 520 orang laki-laki dan 530 perempuan merupakan
pekerja, sementara sisanya sejumlah 25 orang laki-laki dan 40
perempuan tidak bekerja.
Di luar golongan pertama, merupakan kelompok
nonpekerja lain diantaranya kelompok lansia di atas usia 56
tahun yang berjumlah cukup banyak, yakni 109 laki-laki dan
90 perempuan. Ada pula kelompok anak-anak dan remaja
antara usia 7 hingga 18 tahun ang berjumlah 173 laki-laki dan
180 perempuan. Selebihnya merupakan kelompok balita
sejumlah 80 anak laki-laki dan 111 perempuan.71
B. Penetapan Awal Syawal Menurut Masyarakat Nggoge’ Desa
Ronggomulyo
Aboge merupakan alat bantu Masyarakat Nggoge’ dalam
menetapkan awal Syawal di Masyarakat Nggoge’ Desa
70 Data diambil dari Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan pada tahun 2013,
h. 19 71 Data diambil dari Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan pada tahun 2013,
h. 22
52
Ronggomulyo. Namun disamping masyarakat mempercayai hisab
Aboge untuk menentukan awal Syawal, masyarakat Nggoge’ juga
meyakini hasil Imkanur Rukyah (hisab dan rukyah sebagai alat bantu
melihat hilal) oleh pemerintah.
Tentu ada semacam dualisme dalam penentuan awal
Syawal yang terjadi di Masyarakat Nggoge’. Hari raya Idul Fitri
yang terjadi dua kali ini menjadi salah satu ciri khas Masyarakat
Nggoge’.72
Nama-nama bulan Jawa Islam pada dasarnya beracuan
pada nama-nama bulan dalam tahun atau kalender Hijriyah, tetapi
ada sedikit perbedaan karena disesuaikan dengan lidah orang-orang
Jawa pada saat itu, selain itu karena disesuaikan dengan momentum-
momentum yang ada pada bulan-bulan tersebut.
Bisa dilihat pada tabel berikut:
No Hijriyah Jawa Islam Keterangan
1 Muharram Suro Karena dalam Jawa ada
yang namanya hari raya
Asyura
2 Shafar Sapar Penyesuaian lidah orang-
orang Jawa
3. Rabiul Awwal Mulud Karena pada bulan
tersebut Nabi Muhammad
SAW dilahirka di Bumi
4 Rabiul Akhir Bakda Mulud Karena bulan ini jatuh
pada setelah bulan Mulud
72 Hasil wawancara dengan Bapak Supardi selaku sesepuh di Desa
Ronggomulyo, pada tanggal hari Minggu, 4 Juni 2017.
53
5 Jumadil Ula Jumadil Awal Karena Ula bermakna
pertama
6 Jumadil Akhir Jumadilakir Karena orang Jawa
lidahnya terseret
7 Rajab Rejeb Karena orang Jawa
lidahnya terseret
8 Sya’ban Ruwah Pada bulan ini masyarakat
Jawa biasa melakukan
kegiatan ruwatan
9 Ramadhan Pasa Karena pada bulan ini
seluruh umat Islam
diwajibkan untuk
melakukan ibadah puasa
10 Syawal Sawal Karena orang Jawa
lidahnya terseret
11 Dzulqa’dah Selo atau Hapit Karena pada bulan ini
terjepit antara dua bulan
hari raya, yakni Idul Fitri
dan Ibadah Haji
12 Dzulhijjah Haji atau Besar Karena pada bulan ini
ummat Islam sedang
melakukan ibadah haji dan
qurban. Selain itu di Jawa
menamakan dengan hari
raya agung
Untuk umur bulan pada tahun Jawa Islam sama dengan
umur bulan pada tahun Hijriyah.73
Sedangkan nama-nama hari dalam bahasa Sansekerta yang
bercorak hindu juga dihapuskan oleh Sultan Agung, kemudian
73 Musonnif, Ilmu……….., h. 114.
54
diganti dengan nama-nama hari dalam bahasa Arab dengan
menyesuaikan lidah orang jawa, berikut nama-nama hari:
a. Raditya dalam bahasa Arab “Ahad”
b. Soma dalam bahasa Arab “Isnain”
c. Anggara dalam bahasa Arab “Tsulatsa”
d. Budha dalam bahasa Arab “Arba’a”
e. Brehaspati dalam bahasa Arab “Khomis”
f. Sukra dalam bahasa Arab “Jumu’ah”
g. Saniscara dalam bahasa Arab “Sabt”74
Sebelum menghitung awal bulan Syawal menurut hisab
Aboge, maka terlebih dahulu menghitung Satu Suro atau awal tahun
Aboge. Sebelum menghitung Aboge hal yang terpenting adalah
mengetahui data-data yang akan dibutuhkan dalam hisab Aboge.
Adapun data-data tersebut sebagai berikut:
1. Nama-Nama Tahun Jawa Islam
Dalam tahun Jawa Islam terdapat 8 tahun dalam satu
siklus, adapun nama-nama tersebut sebagai berikut:
a. Tahun pertama adalah Alip (ا)
b. Tahun kedua adalah Ehe (ه)
c. Tahun ketiga adalah Jim Awal (ج)
d. Tahun keempat adalah Ze (ز)
e. Tahun kelima adalah Dal (د)
f. Tahun keenam adalah Be (ب)
74 Musonnif, Ilmu……….., h. 115.
55
g. Tahun ketujuh adalah Wawu (و)
h. Tahun kedelapan adalah Jim Akir (ج)
2. Nama-Nama Bulan Jawa Islam
Dalam hisab awal bulan tentu sangat memerlukan
pengetahuan jumlah dan nama-nama bulan. Adapun jumlah
bulan dalam penanggalan Islam ada 12 bulan dan nama-nama
bulan sebagai berikut:
1. Suro 7. Rejeb
2. Sapar 8. Ruwah
3. Mulud 9. Poso
4. Bakdo Mulud 10. Sawal
5. Madi Awal 11. Apit
6. Madi lakhir 12. Besar
3. Data Dalam Menghitung Jatuhnya Hari dan Pasaran Pada Awal
Tahun
Dalam hisab jawa, awal tahun sudah ditentukan hari dan
pasarannya. Adapun hari dan pasarannya sebagai berikut:
a. Tahun Alif jatuh pada hari Rebo pasaran Wage
b. Tahun Ha’ jatuh pada hari Ahad pasaran Pon
c. Tahun Jim jatuh pada hari Awal Jum’at pasaran Pon
d. Tahun Za jatuh pada hari Selasa pasaran Pahing
e. Tahun Dal jatuh pada hari Sabtu pasaran Legi
f. Tahun Ba jatuh pada hari Kamis pasaran Legi
g. Tahun Wawu jatuh pada hari Senin pasaran Kliwon
56
h. Tahun Jim Akhir jatuh pada hari Jum’at pasaran Wage75
4. Data Dalam Menghitung Jatuhnya Hari dan Pasaran Pada Awal
Bulan
Ada rumus tersendiri dalam menentukan awal awal bulan
Jawa Islam, berikut dalam bentuk tabel:
Rumus Arti Rumus
Romjiji Muharrom Dino 1 Pasaran 1
Parluji Shofar Dino 3 Pasaran 1
Ngual Patmo Robi’ul Awal Dino 4 Pasaran 5
Ngukher Nemo Robi’ul Akhir Dino 6 Pasaran 5
Diwal Tupat Jumadil Awal Dino 7 Pasaran 4
Dikher Rupat Jumadil Akhir Dino 2 Pasaran 4
Jablulu Rajab Dino 3 Pasaran 3
Banmolu Sya’ban Dino 5 Pasaran 3
Dhonemro Ramadhan Dino 6 Pasaran 2
Waljiru Syawal Dino 1 Pasaran 2
Dah Tuji Zulqaidah Dino 2 Pasaran 1
Jah Patji Zulhijjah Dino 4 Pasaran 1
Dalam rumus tersebut dapat digunakan untuk
mengetahu hari dan pasaran pada awal bulan menurut
penanggalan Jawa Islam.76
75 Hasil wawancara dengan Bapak Supardi selaku sesepuh di Desa
Ronggomulyo, pada tanggal hari Minggu, 4 Juni 2017 76 Hambali, Almanak ………, h. 89.
57
Adapun aplikasi atau penerapan dalam mencari awal
bulan Jawa Islam menggunakan tabel rumus di atas, Penulis
jelaskan pada Bab IV.
5. Mengetahui Nama-Nama Hari
Hari dalam penanggalan Jawa hampir sama dengan
penanggalan Hijriyah:
a. Akad
b. Senen
c. Seloso
d. Rebo
e. Kemis
f. Jumuwah
g. Saptu77
6. Mengetahui Nama-Nama Pasaran
Pasaran merupakan istilah dalam melengkapi hari
pada penanggalan Jawa. Menurut Ahmad Musonnif dalam
buku Ilmu Falak Metode Hisab Awal Waktu Shalat, Arah
Kiblat, Hisab Urfi dan Hisan Hakiki Awal Bulan bahwa
pasaran dalam kalender Jawa dinamakan Pancawara.
Pasaran biasanya dinamakan dengan sepekan atau lima hari,
maka wajar saja jumlah pasaran hanya ada 5. Adapun nama-
nama pasaran Jawa tersebut adalah sebagai berikut:
a. Legi
77 Musonnif, Ilmu……….., h. 115.
58
b. Pahing
c. Pon
d. Wage
e. Kliwon78
Meskipun Sultan Agung telah membuang nama-nama
hari yang berbau hindu, namun dia tetap melestarikan hari-
hari pancawara tersebut, karena pancawara tersebut
merupakan konsep Asli masyarakat Jawa, bukan diambil
dari kalender Saka ataupun budaya India.79
Adapun dalam perhitungan untuk menentukan awal
Syawal 1438 Penulis bahas pada Bab IV. Sedangkan terkait
penggunaan Awal Bulan Kamariah hanya digunakan pada
awal Syawal saja. Bulan yang lain seperti awal Ramadhan,
dan bulan Suro penanggalan Jawa Islam tidak digunakan.80
78 Hasil wawancara dengan Bapak Supardi selaku sesepuh di Desa
Ronggomulyo, pada tanggal hari Minggu, 4 Juni 2017 79 Musonnif, Ilmu……….., h. 115. 80 Hasil wawancara dengan Bapak Supardi selaku sesepuh di Desa
Ronggomulyo, pada tanggal hari Minggu, 4 Juni 2017
59
BAB IV
Analisis Penetapan Awal Syawal dan Dasar Hukum Menurut
Masyarakat Nggoge’ di Desa Ronggomulyo Kecamatan
Sumber Kabupaten Rembang
A. Analisis Penetapan Awal Syawal Menurut Masyarakat Nggoge’
di Desa Ronggomulyo
Penanggalan Jawa Islam atau tahun Jawa Islam yang
dijadikan sebagai suatu metode dalam menentukan Awal Syawal atau
hari raya Idul Fitri di Masyarakat Nggoge’ Desa Ronggomulyo
Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang adalah hisab Aboge. Aboge
yang dari kepanjangan Alif Rebo Wage81
ini, hingga saat ini menjadi
suatu adat atau kebiasaan yang terus dilakukan oleh masyarakat
Nggoge’ di awal Syawal.
Padahal jika ditelisik kembali dalam metode hisab jawa,
Aboge merupakan metode yang sudah tidak layak diakui
kebenarannya pada zaman sekarang. Hal itu dikarenakan,
penanggalan Jawa memiliki fase-fase tersendiri dalam menentukan
tahun. Fase-fase tersebut, diantaranya;82
81 Hambali, Almanak ……….., h. 87. 82 Musonnif, Ilmu …………., h. 118.
60
1. Awahgi (Alif Jum’at Legi) terjadi mulai ditemukan sejak 1555
sampai pada tahun 167483
Jawa Islam bertepatan dengan 1633-
1749 Masehi
2. Amiswon (Alif Kamis Kliwon) terhitung sejak 1675 hingga
179484
Jawa Islam yang bertepatan dengan 1749-1866 Masehi
3. Aboge (Alif Rebo Wage) yang tejadi sejak 1795 sampai 1914
Jawa Islam bertepatan dengan 1866-1982 Masehi
4. Asapon (Alif Selasa Pon) yang terhitung sejak 1915 hingga 2034
Jawa Islam bertepatan dengan 1982-2099 Masehi
Sehingga secara otomatis dapat kita ketahui bahwa hisab
Aboge sejak tahun 1982 sudah tidak dapat lagi dijadikan sebagai
penentu dalam penanggalan. Perlu diketahui juga bahwa penanggalan
Jawa juga memiliki tahun panjang dan tahun pendek layaknya
penanggalan Hijriyah maupun Masehi. Satu tahun dalam tahun Jawa
Islam berumur 354,375 hari (354 3/8 hari), sehingga daur dalam
siklus Jawa Islam ini selama 8 tahun (1 windu).85
Pada tahun Jawa
Islam dibagi 8 tahun masa yang dibulat-bulatkan agar dapat
ditentukan kapan tahun panjang dan kapan tahun pendek terjadi.
Dalam jawa, setiap 8 tahun sama dengan satu tahun windu.
83 Dalam karangan Muhyiddin Khazin, dalam periode tahun pertama, yakni
tahun 1555 sampai dengan tahun 1626. Baca Khazin, Ilmu ………, Cet.3, h. 118. 84 Ada perbedaan pendapat terkait fase Amiswon ini,dalam bukunya Slamet
Hambali yang berjudul Almanak Sepanjang Masa bahwa tahun Jawa di fase Amiswon
adalah pada tahun 1748 Jawa Islam. Baca Hambali, Almanak ……, h. 86. 85 Khazin, Ilmu ….., Cet.3, h. 117.
61
Adapun tahun-tahun panjang dan tahun-tahun pendek
tersebut adalah:
1. Tahun pertama adalah Alip (ا) –termasuk tahun pendek–
2. Tahun kedua adalah Ehe (ه) –termasuk tahun panjang–
3. Tahun ketiga adalah Jim Awal (ج) –termasuk tahun pendek–
4. Tahun keempat adalah Ze (ز) –termasuk tahun pendek–
5. Tahun kelima adalah Dal (د) –termasuk tahun panjang–
6. Tahun keenam adalah Be (ب) –termasuk tahun pendek–
7. Tahun ketujuh adalah Wawu (و) –termasuk tahun pendek–
8. Tahun kedelapan adalah Jim Akir (ج) –termasuk tahun
panjang–
Ada tiga tahun panjang yang tertulis diatas, yakni; Ehe (ه),
Dal (د), dan Jim Akir (ج). Namun ada sedikit pembeda untuk tahun
Dal (د), tahun Dal (د) agak berlainan jumlah setiap hari dalam
bulannya, yaitu; 30, 30, 29, 29, 29, 29, 30, 29, 30, 29, 30, dan 30 hari.
Perhitungan kalender Hijriyah dan Jawa Islam memiliki selisih
sedikit, setiap 120 tahun Hijriyah dengan 120 tahun Jawa Islam
memiliki selisih satu hari. Hal itu dapat dibuktikan dengan
perhitungan sebagai berikut:
Tahun Jawa, 8 X 354 + 3 = 2835
120 X 2835 = 42525 hari
Tahun Hijriyah 30 X 354 + 11 = 10631
4 X 10631 = 42524 hari86
86 Hambali, Almanak ……, h. 82-83.
62
Sehingga memiliki selisih satu hari yang lebih banyak tahun
Jawa Islam atau tahun Jawa tertinggal satu hari dari tahun Hijriyah.
Maka, dari situlah setiap 120 tahun sekali harus ada upaya
penyamaan kembali dengan cara memindahkan tahun kabisat yang
dimaksudkan untuk tidak adanya perbedaan hari. Mengingat,
walaupun selisih satu hari tentu akan berpengaruh terhadap
penanggalan yang selanjutya.
Dalam mencari hisab Aboge tentu dibutuhkan pengetahuan
terkait nama dan jumlah hari dari bulan-bulan Jawa Islam. Berikut
nama dan jumlah hari bulan Jawa Islam:
Nama Bulan Hari
Suro 30
Sapar 29
Mulud 30
Bakdomulud 29
Jumadilawal 30
Jumadilakir 29
Rejeb 30
Ruwah 29
Poso 30
Sawal 29
Dulkangidah 30
Besar 29/3087
87 Bulan ke 12 pada tahun pendek berumur 29 hari dan berumur 30 hari pada
tahun panjang. Baca Hambali, Almanak ……,, h. 81
63
Dalam menentukan awal Syawal dalam perhitungan Aboge,
perlu kiranya menghitung cara menentukan awal tahun Jawa Islam
terlebih dahulu. Berikut tata cara menentukan awal tahun Jawa Islam:
1. Menentukan awal tahun Jawa dengan cara tahun hijriyah
ditambah (+) 512 tahun
2. Setelah menemukan tahun Jawa, kemudian di bagi (/) angka 8
3. Hasil pembagian diambil sisanya, jika:
a. Sisa 0/8; maka tahun Be (ب), yaitu satu Suro jatuh pada hari
Kamis pasaran Legi
b. Sisa 1; maka tahun Wawu (و), yaitu satu Suro jatuh pada hari
Senin pasaran Kliwon
c. Sisa 2; maka tahun Jim Akir (ج), yaitu satu Suro jatuh pada
hari Jum’at pasaran Wage
d. Sisa 3; maka tahun Alip (ا), yaitu satu Suro jatuh pada hari
Rabu pasaran Wage
e. Sisa 4; maka tahun Ehe (ه), yaitu satu Suro jatuh pada hari
Ahad pasaran Pon
f. Sisa 5; maka tahun Awal (ج), yaitu satu Suro jatuh pada hari
Jum’at pasaran Pon
g. Sisa 6; maka tahun Ze (ز), yaitu satu Suro jatuh pada hari
Selasa pasaran Pahing
h. Sisa 7; maka tahun Dal (د), yaitu satu Suro jatuh pada hari
Ahad pasaran Pahing88
88 Hambali, Almanak ……, h. 85-87.
64
Atau untuk mempermudah bisa lihat tabel Aboge berikut ini:
Seharusnya rumusan tersebut sudah berganti sejak tahun
1867 jawa, menjadi Asapon. Adapun tabel Asapon sebagai berikut:
89 Hambali, Almanak ……, h. 87.
Arti Rumus Rumus
Tahun Alif Rebo Wage Aboge
Tahun Ha’ Ahad Pon Hahad Pon
Tahun Jim Awal Jum’at Pon Jangah Pon
Tahun Za Selasa Pahing Za Shahing
Tahun Dal Sabtu Legi Dal Tugi
Tahun Ba Kamis Legi Bi Misgi
Tahun Wawu Senin Kliwon Wo Nenwon
Tahun Jim Akhir Jum’at Wage Ja Ngahgie89
Arti Rumus Rumus
Tahun Alif Selasa Pon Asapon
Tahun Ha Sabtu Pahing Hatuhing
Tahun Jim Awal Kamis Pahing Ja Meshing
Tahun Za Senin Legi Za Nengi
Tahun Dal Jum’at Kliwon Dal Ngahwon
Than Ba Rabu Kliwon Be Bowon
Tahun Wawu Ahad Wage Wa Hadgie
Tahun Jim Akhir Kamis Pon Ha Mispon
65
Untuk mengUntuk mengetahui awal bulan Jawa, dapat
melihat tabel berikut:
Arti Rumus Rumus
Muharrom Dino 1 Pasaran 1 Romjiji
Shofar Dino 3 Pasaran 1 Parluji
Robi’ul Awal Dino 4 Pasaran 5 Ngual Patmo
Robi’ul Akhir Dino 6 Pasaran 5 Ngukher Nemo
Jumadil Awal Dino 7 Pasaran 4 Diwal Tupat
Jumadil Akhir Dino 2 Pasaran 4 Dikher Rupat
Rajab Dino 3 Pasaran 3 Jablulu
Sya’ban Dino 5 Pasaran 3 Banmolu
Ramadhan Dino 6 Pasaran 2 Dhonemro
Syawal Dino 1 Pasaran 2 Waljiru
Zulqaidah Dino 2 Pasaran 1 Dah Tuji
Zulhijjah Dino 4 Pasaran 1 Jah Patji90
Untuk memudahkan dalam mencari awal Bulan dalam tahun
jawa dapat juga menggunakan tabel sebagai berikut:
Tahun
Bulan
Alif
3
Ehe
4
J.Awal
5
Ze
6
Dal
7
Be
8/0
Wawu
1
J.Akhir
2
Suro Rabu
Wage
Ahad
Pon
Jum’at
Pon
Selasa
Pahing
Sabtu
Legi
Kamis
Legi
Senin
Kliwon
Jum’at
Wage
Sapar Jum’at
Wage
Selasa
Pon
Ahad
Pon
Kamis
Legi
Senin
Legi
Sabtu
Legi
Rabu
Kliwon
Ahad
Wage
Mulud Sabtu
Pon
Rabu
Pahing
Senin
Pahing
Jum’at
Legi
Selasa
Kliwon
Ahad
Kliwon
Kamis
Legi
Senin
Pon
Ba’da
Mulud
Senin
Pon
Jum’at
Pahing
Rabu
Pahing
Ahad
Legi
Kamis
Kliwon
Selasa
Kliwon
Sabtu
Wage
Rabu
Pon
Jumadil Selasa Sabtu Kamis Senin Jum’at Rabu Ahad Kamis
90 Hambali, Almanak ………, h. 89.
66
Awal Pahing Legi Legi Kliwon Wage Wage Pon Pahing
Jumadil
Akhir
Kamis
Pahing
Senin
Legi
Sabtu
Legi
Rabu
Kliwon
Ahad
Wage
Jum’at
Wage
Selasa
Pon
Sabtu
Pahing
Rejeb Jum’at
Legi
Selasa
Kliwon
Ahad
Kliwon
Kamis
Wage
Senin
Pon
Sabtu
Pon
Rabu
Pahing
Ahad
Legi
Ruwah Ahad
Legi
Kamis
Kliwon
Selasa
Kliwon
Sabtu
Wage
Rabu
Pon
Senin
Pon
Jum’at
Pahing
Selasa
Legi
Poso Senin
Kliwon
Jum’at
Wage
Rabu
Wage
Ahad
Pon
Kamis
Pahing
Selasa
Pahing
Sabtu
Legi
Rabu
Kliwon
Syawal Rabu
Kliwon
Ahad
Wage
Jum’at
Wage
Selasa
Pon
Sabtu
Pahing
Kamis
Pahing
Senin
Legi
Jum’at
Kliwon
Selo Kamis
Wage
Senin
Pon
Sabtu
Pon
Rabu
Pahing
Ahad
Legi
Jum’at
Legi
Selasa
Kliwon
Sabtu
Wage
Besar Sabtu
Wage
Rabu
Pon
Senin
Pon
Jum’at
Pahing
Selasa
Legi
Ahad
Legi
Kamis
Kliwon
Senin
Wage91
Pada tahun 1438 Hijriyah akan Peneliti hitung awal Syawal
menggunakan sistem Aboge, berikut ini:
1438 + 512 = 1950
1950 / 8 = 243, 75
Setelah , (koma) dikalikan 8 agar ketemu sisa.
75 X 8 = 6
Sisa 6 berarti Ye (Za’). Dalam Aboge tahun Ye (1 Muharom
1 Suro) jatuh pada hari Selasa pasaran Pahing.
Selanjutnya bisa pakai rumus Wal Ji Ro (Syawal dino 1
pasaran 2), sehingga ditemukan satu Syawal tahun 1438 jatuh pada
hari Selasa pasaran Pon bertepatan dengan tanggal 27 Juni 2017.
Disini ada perbedaan dua hari dengan kebijakan pemerintah, hasil
Imkanur Rukyah satu Syawal jatuh pada hari Ahad pasaran Legi
bertepatan dengan tanggal 25 Juni 2017.
91 Fauzi, Studi ………, 2011, h. 60.
67
B. Analisis Dasar Hukum Masyarakat Nggoge’ Dalam Menentukan
Satu Syawal
Masyarakat Nggoge’ merupakan masyarakat yang
mempertahankan adat kebudayaan dari nenek moyangnya. Begitupun
dalam sistem penanggalan, mereka masih menggunakan kalender
Jawa dalam memperingati hari-hari besar Jawa. Menurut bapak
Supardi92
, kebudayaan sangat perlu dipertahnkan agar generasi-
generasi penerus tidak melupakan hasil karya-karya nenek moyang.
Apalagi terkait penanggalan yang hukumnya pasti dan sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dalam menentukan waktu. Maka,
peninggalan ilmu penanggalan ini harus tetap dipertahankan.93
Awal Syawal merupakan salah satu agenda rutinan tiap tahun
yang dilaksanakan oleh Masyarakat Nggoge’ Desa Ronggomulyo
Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang. Agenda berbasis Islami
dicampur dengan agenda sesuai kultur Jawa. Hal itu sudah menjadi
suatu kebiasaan sejak zaman nenek moyang mereka dan sampai
sekarang masih diterapkan. Satu Syawal menurut Imkanur Rukyah
(hasil penentapan oleh pemerintah) dengan satu Syawal menurut
hisab Jawa Islam sangatah berbeda. Pada tahun 1438 Hijriyah
bertepatan dengan tahun 1950 menemukan hasil satu Syawal yang
berbeda, menurut Imkanur Rukyah hasil satu Syawal jatuh pada
tanggal 25 Juni 2017 sedangkan menurut hisab Aboge satu Syawal
92 Sesepuh sekaligus ahli hisab Hisab Aboge Desa Ronggomulyo. 93 Supardi selaku sesepuh sekaligus ahli hisab Hisab Aboge Desa
Ronggomulyo, hasil wawancara pada hari Minggu, 4 Juni 2017.
68
jatuh pada tanggal 27 Juni 2017, terlihat bahwa hisab Aboge
mengalami keterlambatan selama 2 hari. Padahal sejatinya hisab
Jawa dengan hisab modern bisa menghasilkan kesamaan dalam
menentukan satu Syawal.
Namun dibalik perbedaan hasil penetapan awal Syawal
tersebut, ternyata masyarakat Nggoge’ juga membedakan antara
ibadah dengan sebuah adat-istiadat. Lebaran satu Syawal yang
ditetapkan oleh pemerintah tetap mereka laksanakan dengan bukti
mereka mengakhiri puasa dan merayakan malam takbir dengan
keliling desa dan meramaikan masjid. Begitu juga dengan jatuhnya
satu Syawal menurut hisab Aboge oleh sesepuh yang telah
menetapkan bahwa merayakan satu Syawal dengan berkumpulnya
seluruh masyarakat Nggoge’ di Desa Ronggomulyo dengan berbagai
susunan acara yang dipimpim oleh perangkat desa (Pak Mudin;
Bapak Sanusi).94
Dalam acara tersebut Bapak Sanusi menyatakan
bahwa dalam melakukan adat budaya, masyarakat Nggoge’ tidak ada
unsur untuk melanggar hukum Islam. Dengan menyatakan
االصل في العبادة التوقيف واالتباع
Artinya: Hukum asal dalam ibadah adalah menunggu dan mengikuti
tuntunan syariah.
Dalam sambutan Pak Lurah (Bapak Ali Suyitno) pada acara
tersebut sangat menekankan masyarakatnya untuk tetap
mempertahankan budaya atau adat yang telah diturun temurunkan
94 Hasil wawancara dengan bapak Sanusi selaku Mudin desa pada hari Senin, 23
September 2017.
69
oleh nenek moyangnya, sebagai bentuk hormat dan cinta terhadap
nenek moyang yang telah membuat serta membangun desa.95
Begitupun dalam perbincangan panjang antara Peneliti dengan Pak
Lurah dalam kediamannya yang menyatakan bahwa Aboge
merupakan salah satu adat yang dianut oleh masyarakat Nggoge’ di
Desa Ronggomulyo. Aboge dengan desa Ronggomulyo memiliki
kesinambungan atau hubungan dalam sejarah. Salah satu hasil sejarah
itu adalah perayaan satu Syawal menurut hisab Aboge.96
Di dalam sejarah yang tertulis dalam Desa Ronggomulyo,
nama “Ronggo” merupakan nama asli desa tersebut yang merupakan
tanah perdikan yang bernama Delamong (Ronggo). Adapun
hubungan dengan Aboge dapat didalam cuplikan isi kitab Babat
Delamong yang ditulis oleh Kyai Sungging Hadi Warno pada saat
masa pemerintahan Citrosumo II dari Jepara pada tahun 1729 Masehi
dalam bahasa jawa.
Ingsun amiwiti wiji muji, panggopae warak sekalir
cinandrane gumungan saktangkep, katrangaken ing serat
delamong ingkang kaserat dening Kyai Sungging Hadi
Warno ingkang katrangaken: Natkolo amiwiti anulis ing
dinten Akhad puniki, Kliwon pasarane, anuju bangun raino
wayahipun, mongso geni anyurat puniki (1273 Saka)
ingkang katrangaken wonten sedoso.97
95 Observasi langsung pada tanggal 27 Juni 2017 di Desa Ronggomulyo
Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang 96 Hasil wawancara dengan bapak Ali Suyitno selaku Kepala Desa pada hari
Senin, 5 Desember 2017 97 Jaliyo, Dumadine Desa Ronggo lan Lawang Gede, Buku Sejarah Desa
Ronggomulyo, 1966, h. 8.
70
Dalam adat Desa Ronggomulyo sering melaksanakan
sedekah bumi dalam acara-acara yang telah ditentukan oleh sesepuh
seperti satu Syawal. Dalam mengetahui kapan terjadinya atau
kegiatan adat itu dilakukan, maka perlu adanya ilmu hisab Aboge.
Adapun dalam memperingati hari adat yang telah ditetapkan,
memiliki 10 syarat sebagai berikut:
1. Nanas 6. Tape
2. Kembang Kedali 7. Pitik Blorok
3. Kembang Rawe 8. Senteng
4. Ketan Ireng 9. Kembang Gedang
5. Ketan Putih 10. Kebo Urang98
Namun, persyaratan-persyaratan di atas tidak lagi menjadi
sebuah kewajiban saat ini, terpenting masyarakat meramaikan acara-
acara dengan membawa makanan-makanan seadanya dari rumah
masih-masing yang kemudian makanan-makanan tersebut didoakan
bersama-sama agar mendapat berkah dari Allah Swt. Lalu
masyarakat boleh membawa makanan itu kembali ke rumah masing-
masing untuk dimakan bersama keluarganya. Masyarakat percaya
akan keberkahan doa bersama-sama.99
Walaupun terkesan unik,
namun adat tersebut perlu dilestarikan guna melindungi adat dan
kebiasaan peninggalan-peninggalan nenek moyang.
98 Jaliyo, Dumadine ………, h. 8-9. 99 Observasi langsung pada tanggal 27 Juni 2017 di Desa Ronggomulyo
Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang
71
Adapun jika dilihat dari segi hukum Islam, Penulis tidak
menemukan dalil yang menentang terkait permasalahan yang sama.
Dengan semakin berkembangnya arus informasi dan jaringan
komunikasi dunia, maka proses modernisasi dengan sendirinya
terjadi. Dengan modernisasi melahirkan berbagai macam bentuk,
baik secara struktural maupun kultural. Perubahan secara struktural
berarti perubahan yang hanya meliputi struktur sosial belaka, yaitu
hubungan antara satu sama lain dari keseluruhan unsur-unsur sosial.
Unsur-unsur yang paling penting adalah kaidah-kaidah, lembaga-
lembaga, kelompok-kelompok, dan lapisan-lapisan sosial. Sedangkan
perubahan secara kultural lebih bersifat ideologis atau imateril,
berupa perubahan nilai-nilai, pemikiran, dan lain sebagainya. Adapun
dalam era modernisasi ini, salah satu aspek pemikiran yang turut
mengalami tuntutan perubahan adalah di bidang hukum Islam.100
Seperti halnya permasalahan yang ada pada skripsi Penulis
ini bahwa masyarakat Nggoge’ merayakan hari raya Idul Fitri dua
kali, yakni mengikuti keputusan pemerintah dan keputusan hisab
Aboge. Dalam penentual satu Syawal tentunya ada kaitannya dengan
ibadah mahdah, akan tetapi yang dilakukan masyarakat Nggoge’
tidak melanggar ibadah mahdah. Karena secara ibadah, masyarakat
Nggoge’ tetap mengikuti kebijakan pemerintah. Sebab dalam kaidah
fikih terkait permasalahan ini bahwa yang pada prinsipnya Allah
100 Muhammad Azhar, Fiqh Kontemporer Dalam Pandangan Neomodernisme
Islam, Yogyakarta: Lesiska, 1996, h. 57-58.
72
tidak dapat disembah kecuali dengan cara-cara yang telah
ditentutan.101
Seperti halnya beberapa dalil berikut:
Artinya: sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas
bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram.
Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu
menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah
kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi
kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang
yang takwa. (At-taubah: 36).102
Ayat tersebut yang berkaitan dengan jumlah bulan kalender
Islam yaitu menjelaskan bahwa dalam kalender Islam atau Hijriyah
ada dua belas bulan dalam setiap tahunnya. Seperti halnya
penanggalan Jawa Islam yang dalam setahun memiliki dua belas
bulan.
101 Ahmad Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: Prenadamedia Group, 2006,
Cet. Ke I, h. 114. 102 Departemen Agama RI, Alqur’anul Karim Robbani, …. h, 193.
73
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.
Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi
manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah
kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu
dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung (Al-baqarah: 189).103
Adapun dalam mengetahui kapan terjadi awal bulan, Allah
telah memberi panduan yaitu dengan cara mengamati atau
mengetahui bulan sabit, bulan sabit disitu dapat dimaknai
bahwasannya adalah hilal.
Artinya: Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah bercerita
kepada kami Abu Usamah bercerita kepada Kami Ubaidillah dari
103 Departemen Agama RI, Alqur’anul Karim Robbani, …. h, 30.
74
Nasi’ bin Umar radiallahu anhu bahwa rasulullah Saw menuturkan
masalah bulan Ramadan sambil menunjukkan kedua tangannya
kemudian berkata;bulan itu seperti ini, seperti ini, seperti ini,
kemudian menelungkupkan ibu jarinya pada saat gerakan yang
ketiga. Maka berpuasalah kalian karena melihat hilal dan
berbukalah karena melihat hilal pula, jika terhalang oleh awan
terhadapmu maka genapkanlah tiga puluh hari. (HR. Imam
Muslim)104
Maka dalam hadis berhari raya Idul Fitri bukanlah menjadi
permasalahan yang dianggap melanggar syari’at agama, karena
masyarakat Nggoge’ juga menghargai atas kebijakan pemerintah
dalam penentuan awal Syawal dengan bukti mereka berhenti tidak
puasa dan meyakini sudah masuk pada hari raya Idul Fitri.
Masyarakat Nggoge’ dalam mengamalkan adat-istiadat termasuk
dengan amat kehati-hatian (al-ihtiyath), mengingat hubungan Allah
dengan orang-orang muslim adalah kepuasan batin, sedangkan
kepuasan batin tersebut dapat manusia rasakan dengan cara
melakukan peribadatan secara benar, baik, dan kehati-hatian.
االصل في العبادة التوقيف واالتباع
Artinya: Hukum asal dalam ibadah adalah menunggu dan mengikuti
tuntunan syariah.
Adapun dalil yang telah dismpaikan oleh Bapak Sanusi
selaku perangkat desa di Desa Ronggomulyo memiliki maksud dan
inti kaidah di atas adalah dalam menggunakan atau melaksanakan
ibadah mahdah harus memiliki dalil dan mengikuti tuntunan.105
104 Nawawi, Al-Manhaj……, h.498. 105 Djazuli, Kaidah………., h. 114 .
75
Sebetulnya selain dalil yang disampaikan oleh Bapak Sanusi
tersebut, ada kaidah lain yang dapat digunakan untuk memperkuat:
تى يقوم الدليل على االمراالصل في العبادة البطالن ح
Artinya: Hukum asal dalam ibadah mahdah adalah batal sampai ada
dalil yang memperintahkannya
Dua kaidah di atas memiliki substansi atau makna yang sama
bahwa dalam melaksanakan ibadah mahdah harus sesuai dalil yang
jelas seperti hadist di atas.106
Maka, masyarakat Nggoge’ dalam
melaksanakan dua hari raya merupakan kegiatan yang tidak
melanggar syari’ah, karena dalam pelaksanaan ibadah mahdah yakni
dengan menghentikan kegiatan puasa Ramadhan dan melaksanakan
hari raya Idul Fitri sesuai kebijakan pemerintah.
106 Djazuli, Kaidah………., h. 115.
76
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Setelah penulis membahas dan analisis terkait penentuan
awal Syawal pada masyarakat Nggoge’ diatas, maka penulis
simpulkan dalam kesimpulan sebagai berikut:
1. Masyarakat Nggoge’ Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber
Kabupaten Rembang memiliki warisan budaya dari nenek
moyangnya berupa penanggalan Jawa Islam (Aboge). Mereka
tidak mengenal tentang hisab Asapon sebagai siklus pengganti
setelah Aboge. Hisab Aboge yang telah diketahui sampai saat ini
diajarkanoleh nenek moyangnya tanpa ada pedoman berupa buku
atau semacamnya. Daya ingat yang dijadikan sebagai pedoman
utama itu telah melekat pada sebagian orang yang berpengaruh di
lingkungan masyarakat (sesepuh).
2. Masyarakat Nggoge’ Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber
Kabupaten Rembang dalam penggunaan hisab Aboge diterapkan
pada awal Syawal dengan dasar hukum sebagai berikut:
االصل في العبادة التوقيف واالتباع
Artinya: Hukum asal dalam ibadah adalah menunggu
dan mengikuti tuntunan syariah.
Dengan dasar hukum tersebut, bahwa pelaksanaan hari raya
sebanyak dua kali tidak mengganggu proses waktu ibadah
ummat Islam. Masyarakat Nggoge’ meyakini kebijakan yang
diambil pemerintah dalam penentuan awal Syawal melalui
77
metode Imkanur Rukyah, begitu pula masyarakat Nggoge’
menghargai dan menghormati jatuhnya awal Syawal menurut
hisab Aboge karena merupakan budaya oleh nenek moyangnya.
Ada kaidah lain yang dapat digunakan untuk memperkuat:
االصل في العبادة البطالن حتى يقوم الدليل على االمر
Artinya: Hukum asal dalam ibadah mahdah adalah batal
sampai ada dalil yang memperintahkannya
Bahwa dalam melaksanakan ibadah mahdah penggunaan
dalil harus jelas. Sehingga tidak asal-asalan dalam
melaksanakan ibadah yang diperintahkan oleh Tuhan.
B. Saran-saran
1. Kepada pemerintah agar tetap melindungi masyarakat Nggoge’ di
Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang
karena telah melindungi dan mewarisi ilmu penanggalan Jawa
yang tidak banyak orang bisa dalam memelajari ilmu Aboge.
2. Untuk masyarakat Nggoge’ Desa Ronggomulyo Kecamatan
Sumber Kabupaten Rembang agar tetap meneruskan warisan
ilmu dari nenek moyangnya. Selain itu, agar untuk mengajarkan
kepada generasi penerus yang selanjutnya.
3. Kepada perangkat Desa Ronggomulyo Kecamatan Sumber
Kabupaten Rembang harus terus mengamati dan mengawasi
dalam penggunaan Aboge terhadap adat atau ibadah. Harus
benar-benar mampu membedakan antara adat dengan hal-hal
yang berkaitan dengan ibadah.
78
C. Penutup
Puji serta syukur terus Penulis panjatkan kepada Allah Swt.
yang memberi kemampuan untuk menyelesaikan skripsi terhadap
Penulis. Penulis meyakini tiada daya dan upaya kecuali hanya karena
kehendak Allah Swt. Sholawat dan salam Penulis haturkan kepada
Nabi Agung, Nabi Muhammad Saw. yang telah menerangi ummat
Jahiliyyah menjadi Islam secara Khaffah.
Penulis sangat meyakini bahwa skripsi ini penuh dengan
kekurangan walaupun dengan penuh kesungguhan Penulis dalam
melakukan penelitian dan mendeskripsikan dengan bentuk tulisan
(skripsi) ini. Maka, kritik dan saran yang membangun semangat serta
kebaikan penulisan selanjutnya sangatlah Penulis harapkan tentu
bertujuan untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang telah
penulis lakukan saat ini.
Walaupun belum baik dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini, namun Penulis punya harapan besar agar dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Terlebih dapat dijadikan bahn diskusi oleh mahasiswa
atau kaum pelajar di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ansyari, Ahmad Fuad. Dialektika Antropologis Falakiya dan Budaya
Jawa Dalam Penentuan Awal Bulan (Studi Kasus Tariqat
Naqsabandiyah Khalidiyah di Jombang), Tesis, Semarang: UIN
Walisongo, 2014.
Azhari, Sukiknan. Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains
Modern, cet. Ke-II, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.
Azhari, Susiknan. Ilmu Falak Teori dan Praktek, cet. ke-1, Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah, 2004.
Bashori, Muhammad Hadi. Pengantar Ilmu Falak, Jakarta: Pustaka Al-
kautsar, 2015.
Data dari Daftar Isian Potensi Desa Dan Kelurahan pada tahun 2013
Departemen Agama RI. Alqur’anul Karim Robbani Terjemah Perkata,
Jakarta Timur: PT Surya Prisma Sinergi, t.th.
Djamaluddin , Thomas. Menggagas Fiqih Astronomi Telaah Hisab-
Rukyah Dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya, Bandung:
Kaki Langit, 2005.
Djazuli, Ahmad. Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: Prenadamedia Group,
2006.
Fauzi, Takhrir. Studi Analisis Penetapan Awal Bulan Kamariah Sistem
Aboge Di Desa Kracak Kecamatan Ajibaranag Kabupaten
Banyumas Jawa Tengah, Semarang: IAIN Walisongo, 2011.
Hambali, Slamet. Almanak Sepanjang Masa, Semarang: Program
Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011.
Hambali, Slamet. Melacak Metode Penentuan Poso dan Riyoyo
Kalangan Kraton Yogyakarta, Semarang: IAIN Walisongo, 2003.
Hambali, Slamet. Pengantar Ilmu Falak Menyimak Proses Pembentukan
Alam, Semesta. Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012.
Khazin, Muhyiddin. Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek, Cet.3,
Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004.
Khazin, Muhyidin. 99 Tanya Jawab Masalah Hisab dan Rukyah,
Yogyakarta, t.th.
Marpaung, Watni. Pengantar Ilmu Falak, Jakarta: Prenadamedia Group,
2015.
Mukhlas, Shofiyullah. Hisab Falak dan Rukyat Hilal Antara Misi Ilmiah
dan Seruan Ta’abud, Jurnal
Musonnif, Ahmad. Ilmu Falak (Metode Hisab Awal Waktu Shalat, Arah
Kiblat, Hisab Urfi Dan Hisab Hakiki Awal Bulan), Yogyakarta:
Teras, 2011.
Nawawi, Imam. Al-Manhaj Syarah Shahih Muslim, Jakarta: Darus
Sunnah Press, 2012.
Izzudin, Ahmad. Ilmu Falak Praktis, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2012.
Izzuddin, Ahmad. Melacak Hisab Rukyah Masyarakat Kejawen (Studi
Atas Pemikiran Muhammad Mas Mansur Al-Batani), Semarang:
IAIN Walisongo, 2004.
Izzuddin, Ahmad. Fiqih Hisab Rukyat Kejawen (Studi Atas Penentuan
Poso dan Riyoyo Masyarakat Dusun Golak Desa Kentang
Ambarawa Jawa Tengah), Semarang: IAIN Walisongo, 2006.
Izzudin, Ahmad. Fiqih Hisab Rukyah (Menyatukan NU Dan
Muhammadiyah Dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri,
dan Idul Adha), Jakarta: Erlangga, 2007.
Izzudin, Ahmad. Sistem Penanggalan, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya,
2015.
Raharto, Moedji. Dasar-Dasar Sistem Kalender Bulan Dan Kalender
Matahari, Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2013.
Rida, Muhammad Rasyid, dkk. Hisab Bulan Kamariah (Tinjauan Syar’i
Tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah).
Yogyakara: Suara Muahammadiyah, 2012.
Ruskanda, Farid, dkk. Rukyah dengan Teknologi Upaya, Jakarta: Gema
Insani, 1995.
Sulistyo, Joko. Analisis Hukum Islam Tentang Prinsip Penanggalan
Aboge di Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten
Wonosobo, Semarang: IAIN Walisongo, 2008.
Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013.
Tim Fakultas Syariah. Pedoman Penulisan Skripsi, cet. I, Semarang:
Basscom Multimedia Grafika, 2012.
Tjasyono, Bayong. Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Maktabah Syamilah, Shahih Muslim, edisi ke-2, zus. 5, hlm. 431, hadis
ke 1796
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang membuat daftar riwayat hidup ini :
1. Nama Lengkap : Busrol Chabibi
2. NIM : 1402046042
3. Tempat / Tanggal Lahir : Demak, 21 Oktober 1996
4. Nama Orang Tua : Slamet Muhson / Khofifah
5. Alamat Asal : Desa Jogoloyo RT 04 RW 02
Kecamatan Wonosalam Kabupaten
Demak
6. Agama : Islam
7. Alamat Email : busrol96@gmail.com
8. Riwayat Pendidikan :
a. Sekolah Dasar ;
- MI Jogoloyo (2002 – 2008)
b. Sekolah Menengah Pertama ;
- MTs NU Jogoloyo (2008 – 2011)
c. Sekolah Menengah Atas ;
- SMK Perikanan Nusantara Demak (2011 – 2014)
d. Perguruan Tinggi (S1);
- Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah (2014 – 2018)
Demikian daftar riwayat pendidikan yang dibuat dengan data yang
sebenarnya dan semoga menjadi keterangan yang lebih jelas.
Semarang, 9 Januari 2018
Penulis,
Busrol Chabibi
NIM: 1402046042
Recommended