View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB PAJAK
USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
Jurusan Pendidikan IPS
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
MUHAMMAD DIMAS ADI
NIM: 11140150000019
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN
MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB PAJAK USAHA MIKRO, KECIL
DAN MENENGAH (UMKM)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S. Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
Disusun oleh:
MUHAMMAD DIMAS ADI
NIM. 11140150000019
Di bawah bimbingan:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. H. Nurochim, M. M Cut Dhien Nourwahida, M. A
NIP. 19590715 198403 1 003 NIP. 19791221 200801 2 016
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan
Membayar Pajak Pada Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang
disusun oleh Muhammad Dimas Adi, Nim: 11140150000019, Jurusan Pendidikan
IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 17 Desember 2018
Yang mengesahkan,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. H. Nurochim, M. M Cut Dhien Nourwahida, M. A
NIP. 19590715 198403 1 003 NIP. 19791221 200801 2 016
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Pada
Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah” yang disusun oleh Muhammad
Dimas Adi, Nim: 11140150000019, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah
diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 17 Desember
2018.
Jakarta, 17 Desember 2018
Mengesahkan
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. H. Nurochim, M. M Cut Dhien Nourwahida, M. A
NIP. 19590715 198403 1 003 NIP. 19791221 200801 2 016
i
ABSTRAK
MUHAMMAD DIMAS ADI. Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar
Pajak Pada Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
yang signifikan secara parsial antara pemahaman pajak terhadap kepatuhan
membayar pajak pada wajib pajak UMKM di Kecamatan Duren Sawit. Populasi
dalam penelitian ini adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Kecamatan
Duren Sawit yang berjumlah 2506. Sampel diambil dengan metode random
sampling dengan jumlah sampel 97 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
analisis data berupa regresi linier sederhana, uji secara parsial (uji t), serta koefisien
determinasi dan data diolah menggunakan program SPSS 22. Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara parsial, variabel pemahaman pajak berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak. Hal ini dibuktikan pada variabel
pemahaman pajak mempunyai nilai t hitung (6,215) > t tabel (1,980), nilai signifikansi
(0,000) < (0,05) dan nilai R2 sebesar 28,2%.
Kata Kunci : Pemahaman Pajak, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,
Kepatuhan Membayar Pajak
ii
ABSTRACT
MUHAMMAD DIMAS ADI. Department of Social Science Education, Faculty
of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta. The effect of understanding tax on compliance with paying
taxes on tax payers of Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM).
The purpose of this research is to find out whether there is a partially
significant influence between the understanding of taxes on compliance with paying
taxes on micro, small and medium business taxpayers in Duren Sawit District. The
population in this study were micro, small and medium enterprises in Duren Sawit
District, which amounted to 2506. Samples were taken by random sampling method
with a sample of 97 people. The technique of collecting data using a questionnaire
and documentation. This study uses a quantitative method with data analysis in the
form of simple linear regression, partial test (t test), and coefficient of determination
and data processed using the SPSS 22 program. The results of the study show that
partially, the variable understanding of taxes has a significant effect on compliance
with paying taxes. This is evidenced in the tax understanding variable has a value
of t arithmetic (6,215) > t table (1,980), significance value (0,000) < (0,05) and R2
value of 28,2%.
Keywords: Understanding of Taxes, Micro, Small and Medium Enterprises,
Compliance with Tax Payments
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh
Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Pada Wajib Pajak
UMKM”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam
rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata satu (S1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap semoga skripsi ini
bisa bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berterima kasih
kepada semua pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan
skripsi ini, yaitu:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Dr. Iwan Purwanto, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik.
3. Drs. Syaripulloh, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.
4. Dr. H. Nurochim, M.M dan Cut Dhien Nourwahida, M.A, selaku dosen
pembimbing yang banyak meluangkan banyak waktunya untuk
memberikan ilmu, pengarahan serta kemudahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan dapat
bermanfaat untuk penulis.
6. Kedua orang tua, Andrini Puspita dan Dedy Rachman yang selalu
mendukung apapun yang dilakukan anaknya. Kedua orang tua yang selalu
memberikan kasih sayang dan senantiasa memberikan doa serta dukungan
baik secara moril maupun materil.
7. Kapala Walikota Jakarta Timur, juga kepada para pelaku usaha usaha
mikro, kecil dan menengah yang dengan membantu dalam proses penelitian
ini.
iv
8. Teman-teman Pendidikan IPS angkatan 2014 yang telah memberikan
semangat dan dukungan dalam bentuk apapun kepada penulis.
9. Seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan mohon maaf dan terimakasih
banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Jakarta, 17 Desember 2018
Penulis,
Muhammad Dimas Adi
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR DIAGRAM ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Batasan Masalah ......................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................. 6
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ......................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
............................................................................................................ 10
A. Kajian Pustaka ............................................................................ 10
1. Kajian Tentang Pajak ............................................................. 10
a. Definisi Pajak .................................................................. 10
b. Fungsi Pajak .................................................................... 12
c. Sistem Perpajakan ........................................................... 13
d. Pajak Penghasilan ............................................................ 14
vi
e. Pemahaman Pajak ........................................................... 19
f. Kepatuhan Pajak .............................................................. 20
2. Kajian Tentang UMKM ......................................................... 24
a. Definisi UMKM .............................................................. 24
b. Kriteria UMKM .............................................................. 25
c. Peran dan Kontribusi UMKM ......................................... 27
3. Pajak UMKM ......................................................................... 30
a. Dasar Hukum dan Aturan Pelaksanaan ........................... 30
b. Wajib Pajak dengan Kategori Peredaran Bruto Tertentu dan
Wajib Pajak yang Tidak Termasuk dalam Kategori
Peredaran Bruto Tertentu ................................................ 31
c. Tarif PPh Final atas Penghasilan Kategori Peredaran Bruto
Tertentu dan Implementasinya ....................................... 33
B. Kerangka Berpikir ....................................................................... 34
C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 36
A. Populasi dan Sampel ................................................................... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 38
C. Sumber Data ............................................................................... 38
D. Instrumen Penelitian ................................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 41
F. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 41
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 46
A. Temuan Hasil Penelitian ............................................................. 46
1. Deskripsi Daerah Penelitian .................................................. 46
2. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 47
3. Uji Kualitas Data ................................................................... 50
a. Uji Validitas ..................................................................... 50
b. Uji Reliabilitas ................................................................. 52
4. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 53
a. Uji Normalitas ................................................................. 53
vii
b. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 54
c. Uji Homogenitas ............................................................. 55
5. Uji Hipotesis ......................................................................... 55
a. Uji Regresi Linier Sederhana .......................................... 55
b. Uji Secara Parsial (UJI T) ............................................... 56
c. Uji Koefisien Determinasi ............................................... 58
B. Pembahasan ................................................................................ 59
1. Pengaruh Pemahaman Pajak (X) Terhadap Kepatuhan
Membayar Pajak (Y) ........................................................ 59
2. Keterbatasan Penelitian .................................................... 60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 61
A. Kesimpulan ................................................................................. 61
B. Saran ........................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kontribusi UMKM Tahun 2014 .......................................................... 2
Tabel 2.1 Kriteria UMKM ................................................................................... 27
Tabel 2.2 Penyerapan Tenaga Kerja .................................................................... 29
Tabel 2.3 Penyerapan PDB Nasional ................................................................... 29
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................. 37
Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Menurut Skala Likert ............................................ 39
Tabel 3.3 Operasional Variabel ............................................................................ 40
Tabel 4.1 Luas Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit ........................................ 46
Tabel 4.2 Hasil Penyebaran Kuesioner ................................................................ 47
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas ................................................................................ 50
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................ 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 54
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas ......................................................................... 55
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ..................................................... 56
Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial ................................................................................... 57
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................ 58
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 34
x
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Pendidikan Terakhir Responden ...................................................... 48
Diagram 4.2 Memiliki NPWP Badan ................................................................... 49
Diagram 4.3 Kategori Usaha ................................................................................ 49
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto Penelitian
Lampiran 2 : Angket Penelitian
Lampiran 3 : Hasil SPSS
Lampiran 4 : Surat-surat
Lampiran 5 : Uji Refrensi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan jantung dari penerimaan negara. Pajak menjadi
kebutuhan yang sangat vital bagi suatu negara yang sumber utama
penerimaan berasal dari pajak. Fungsi dari pajak sangat luas bagi
keberlangsungan aktivitas kepemerintahan dan pembiayaan suatu negara
agar bisa terciptanya keadilan, kedamaian, dan kemakmuran.
Menurut Undang-Undang No. 16 tahun 2009 perubahan ke empat
dari Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Sedangkan S. I Djajadiningrat berpendapat bahwa pajak sebagai
suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari negara secara langsung, untuk memelihara negara secara umum.1
Berdasarkan aturan yang berlaku dan pendapat di atas yaitu pajak
diwajibkan kepada setiap individu ataupun perusahaan yang bersifat
memaksa namun tidak mendapatkan imbal balik secara langsung. Individu
atau perusahaan yang menetap ataupun tidak menetap di Indonesia yang
didasarkan atas sebab keadaan, kejadian ataupun perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu akan dikenakan pajak.
1 Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono, Amin Dara, Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh,
dan Studi Kasus, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), h 2.
Berbicara tentang pajak juga akan menyinggung terkait sumber
pajak. Pendapatan dari sumber pajak meliputi dari berbagai sektor
perpajakan salah satunya diperoleh dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM). Perekonomian di Indonesia banyak didominasi oleh kegiatan
usaha yang berbasis pada UMKM. Jumlah unit UMKM pada tahun 2014
mencapai 59,3 juta unit atau 99,99% unit usaha.2 Kekuatan dan kontribusi
UMKM dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa UMKM
begitu dominan dalam perekonomian di Indonesia. Berikut kontribusi
UMKM yang disajikan dalam tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Kontribusi UMKM Tahun 2014
Kontribusi Persentase
Penyerapan tenaga kerja 96,7%
Pembentukan produk domestik bruto 57,6%
Kontribusi Eskpor 15,7%
Kontribusi Investasi 56,2%
Sumber : Bappenas
Berdasarkan tabel di atas penyerapan tenaga kerja dari UMKM
adalah sebesar 96,7% angka yang sangat besar. Selanjutnya dalam
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), UMKM juga mampu
mendapatkan angka 57,6% setengah lebih dari total PDB Nasional. Ekspor
dan investasi memiliki persentase 15,7% dan 56,2%.3
Dari data tersebut membuktikan bahwa memang UMKM memiliki
kontribusi yang penting dan fundamental dalam perekonomian nasional,
yang terlihat dari perkembangan beberapa indikator seperti jumlah unit
pelaku UMKM, tenaga kerja yang diserap, kontribusi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB), dan kontribusi UMKM terhadap total ekspor non
2 Leonardo A.A.T Sambodo, dkk, https://www.bappenas.go.id/index.php/download
file/view/22661/832/, diakses pada tanggal 21 Juni 2018. 3 Ibid, h. 4
migas dan juga investasi. Hal ini merupakan potensi luar biasa yang bisa
dikembangkan atau dimanfaatkan keberadaan eksistensi UMKM di
Indonesia.
Dari perkiraan besarnya kontribusi yang berasal dari sektor UMKM,
maka sudah seharusnya akan berpotensi besar penerimaan pajak dari sektor
tersebut. Pada tahun 2017, jumlah unit usaha UMKM tercatat sebanyak
98.8% dari total unit usaha.4 Artinya jumlah UMKM yang relatif besar dari
tahun ke tahun, memberikan peluang kepada pemerintah untuk membidik
sektor tersebut dalam upaya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam
membayarkan kewajiban perpajakannya.
Meskipun kontribusi dan jumlah unit UMKM yang sangat besar,
namun penyerapan penerimaan pajak dari sektor UMKM masih terbilang
rendah. Menurut Sri Mulyani penerimaan pajak UMKM masih rendah, total
penerimaan Rp 3 hingga 4 triliun.5 Dari gambaran angka tersebut dapat
diduga masih banyak UMKM yang belum membayarkan pajaknya atau
dengan kata lain belum patuh akan pajak.
Meningkatkan kepatuhan pajak tidak mudah karena dimungkinkan
adanya berbagai persoalan dan penafsiran dari Wajib Pajak UMKM dalam
hal perpajakannya. Hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar
dalam sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai
30.044.103 Wajib Pajak (WP), yang terdiri atas 2.472.632 Wajib Pajak
badan, 5.239.385 Wajib Pajak orang pribadi non karyawan, dan 22.332.086
Wajib Pajak orang pribadi karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan
mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2015,
jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang.
Artinya baru sekitar 32,05% dari total jumlah orang pribadi pekerja dan
4 Dian Anggraeni, http://www.pajak.go.id/article/pajak-tuntas-umkm-naik-kelas?lang=en,
diakses pada tanggal 21 Juni 2018. 5 Penerimaan Pajak UMKM masih rendah, https://kumparan.com/@kumparanbisnis/sri-
mulyani-penerimaan-pajak-umkm-masih-rendah-27431110790545565, diakses pada tanggal 17
Juli 2018
berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai
Wajib Pajak (WP).6
Dari data di atas diketahui bahwa Wajib Pajak yang mempunyai
penghasilan dan telah menyadari akan kewajiban pajaknya masih sangat
sedikit. Dapat dilihat bahwa Wajib Pajak badan hanya sebagian kecil atau
sekitar 2 jutaan yang telah mendaftarkan diri dan mempunyai Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP). Masih banyak sekali masyarakat yang belum
mendaftarkan dirinya untuk memenuhi kewajiban pajaknya.
Kesadaran pajak pada pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di
Indonesia masih dikatakan kategori cukup rendah karena dari jumlah Usaha
Kecil Menengah (UKM) sebanyak 500 juta, baru 23 juta Usaha Kecil
Menengah (UKM) yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).7
Selain persoalan di atas, sistem pemungutan pajak yang berlaku di
Indonesia adalah self assessment system dengan arti bahwa Wajib Pajak
mempunyai kuasa untuk menghitung, melaporkan, dan membayar sendiri
pajak terutang setiap tahun. Dalam menjalankan sistem tersebut tentu sangat
diperlukan partisipasi dan keaktifan dari Wajib Pajak itu sendiri. Seperti
halnya membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), mengisi Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) dengan benar dan jujur. Namun dalam hal
ini banyak dari Wajib Pajak tidak paham atau tidak mau mengerti serta
minim pengetahuan akan hal tersebut. Artinya bahwa pemahaman akan
pajak diperlukan guna mensukseskan potensi pemungutan pajak pada sektor
UMKM ini. Pemahaman akan pajak sangat penting dalam membantu Wajib
Pajak melaksanakan kewajiban pajaknya.
Mengatasi persoalan-persoalan yang ada, pemerintah terus membuat
kebijakan-kebijakan baru yang bisa meningkatkan kesadaran Wajib Pajak
agar patuh untuk membayar pajak demi kepentingan bersama. Dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sudah memiliki berbagai cara atau strategi
untuk meningkatkan kepatuhan akan kewajiban membayar pajak. Berbagai
6 Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, http://www.pajak.go.id/
content/article/refleksi-tingkat-kepatuhan-wajib-pajak, diakses pada tanggal 17 Juli 2018. 7 Rajabuddin Nasution, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Kewajiban
Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah Di Kota Medan Timur, (Medan: Universitas
Sumatera Utara, 2015), h. 2
cara atau strategi untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, mulai dari
(i) membuat sistem pemungutan pajak yang sederhana, jelas, mudah dan
waktu yang cepat, (ii) sosialisasi, (iii) pendekatan persuasif, (iv) jemput
bola, (v) pelayanan yang lebih baik, (vi) penegakan hukum, hingga
(vii) mengajak tokoh-tokoh bangsa dan masyarakat untuk menjadi panutan
atau pelopor dalam melaporan SPT Tahunan pajak.8
Namun pada kenyataan atau fakta dilapangan hasilnya masih jauh
dari yang diharapkan. Jumlah sumber daya manusia dari Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak
yang ada menyebabkan informasi dan sosialisasi akan perpajakan tidak
menjangkau semua lapisan masyarakat. Artinya semua itu akan berdampak
pada ketidaktahuan Wajib Pajak terhadap perpajakan.
Menurut Muslim, semakin tinggi tingkat pengetahuan dan
pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin kecil
kemungkinan wajib pajak untuk melanggar peraturan tersebut sehingga
meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak.9
Dari penjelasan di atas sangatlah relevan menempatkan kepatuhan
membayar pajak menjadi sorotan utama. Berhasil atau tidaknya
pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) dalam memungut pajak dari sektor UMKM masih
bergantung pada pemahaman ataupun kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri.
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil
judul “PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB PAJAK USAHA
MIKRO, KECIL DAN MENENENGAH (UMKM).”
8 Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, http://www.pajak.go.id/content/strategi-
meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak, diakses pada tanggal 17 Juli 2018 9 Apriani Purnamasari, dkk, Pengaruh Pemahaman Pajak, Sanksi Perpajakan, Tingkat
Kepercayaan Pada Pemerintah dan Hukum Serta Nasionalisme Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak PBB, (Banjar: Universitas Jenderal Soedirman, 2012) h. 25
B. Identifikasi Masalah
1. Penyerapan Wajib Pajak dari sektor UMKM belum mampu
dimaksimalkan seiring dengan jumlah UMKM yang relatif besar setiap
tahunnya.
2. Pelaku UMKM belum atau tidak memenuhi kewajiban pajaknya.
3. Kesadaran pelaku UMKM terhadap pajak masih rendah
C. Batasan Masalah
Batasan masalah ini diharapkan dapat mempersempit ruang lingkup
pembahasan serta membuat pembahasan menjadi fokus, mendalam, dan
terarah dengan baik. Dalam penelitian ini hanya membatasi pengaruh
pemahaman pajak terhadap kepatuhan membayar pajak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Adakah pengaruh pemahaman pajak terhadap kepatuhan membayar pajak
pada Wajib Pajak UMKM?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hal berikut :
Mengetahui pengaruh pemahaman pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak
UMKM
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan
memberikan banyak manfaat secara teoritis dan juga secara praktis, yaitu
sebagai berikut :
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, khususnya dalam hal kegiatan
usaha. Diharapkan juga dapat menjadi refrensi untuk penelitian lanjutan
yang serupa.
2. Praktis
a. Peneliti
Menambah wawasan pengetahuan terkait pajak dan tingkat
kepatuhan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang ada
di Indonesia. Menambah refrensi untuk dilakukannya penelitian
lanjutan yang relevan.
b. Pelaku UMKM
Mengetahui aturan yang berlaku terkait perpajakan serta
diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan kepatuhan para
pelaku UMKM untuk melaporkan kewajiban pajaknya.
c. Pemerintah
Sebagai masukan kepada regulator agar dapat meningkatkan
jumlah Wajib Pajak UMKM yang mempunyai potensi besar dalam
penerimaan pajak. Dan sebagai bahan data untuk regulator
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib
Pajak UMKM dalam melaporkan kewajiban pajaknya.
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Penelitian mengenai tentang perpajakan telah banyak dilakukan oleh
peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
banyak memberikan kontribusi dalam berbagai hal dan memberikan
masukan tambahan untuk penelitian selanjutnya. Berikut beberapa
penelitian relevan:
1. Penelitian Skripsi Afifatun Nisa’ dari Fakultas Ekonomi dengan judul
penelitian adalah mengenai pengaruh pengetahuan perpajakan,
kesadaran wajib pajak, dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib
pajak usaha mikro, kecil dan menengah. Permasalahan yang diangkat
adalah mengenai sektor pajak di daerah Sumenep. Menurutnya jumlah
usaha mikro, kecil dan menengah dari tahun ke tahun dan apakah itu
juga meningkatkan pendapatan pada sektor pajak. Metode yang
dilakukan adalah dengan cara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan
bahwa secara simultan mempunyai pengaruh dan secara parsial terdapat
dua variabel yang berpengaruh yaitu pengetahuan perpajakan dan
sanksi perpajakan. Sedangakan variabel kesadaran wajib pajak tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.10
2. Penelitian Ayu Ningtyas Wulansari dari Fakultas Ekonomi dengan
judul penelitian adalah mengenai analisis tingkat kesadaran pajak pada
usaha mikro, kecil dan menengah. Permasalahan yang diangkat adalah
pemerintah telah membuat draf peraturan pemerintah dan apakah
mampu menjaring dan memperluas potensi lebih luas wajib pajak lagi.
Metode yang dilakukan adalah dengan cara kuantitatif deskriptif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dan pemahaman para
UMKM masih tergolong minim.11
3. Penelitian Ellen Silvia Priyanti dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
dengan judul penelitian adalah mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kamauan pemilik usaha kecil menengah untuk
membayar pajak penghasilan. Permasalahan yang diangkat adalah
mengenai kesadaran pajak, pemahaman terhadap peraturan perpajakan,
persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan tingkat
pendidikan wajib pajak merupakan faktor-faktor penentu wajib pajak
dalam membayar pajaknya. Metode yang dilakukan adalah dengan cara
kuantitatif. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa secara parsial
variabel kesadaran pajak, pemahaman terhadap peraturan perpajakan
dan tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan
membayar pajak. Sedangkan persepsi yang baik atas efektifitas sistem
perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.
Secara simultan bersama-sama berpengaruh terhadap kemauan
membayar pajak.12
4. Penelitian Rajabuddin Nasution dari Fakultas Ekonomi dengan judul
penelitian adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.
Permasalahan yang diangkat adalah mengenai pengetahuan wajib
10 Afifatun Nisa, Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Dan Sanksi
Perepajakan Terhadap Kepattuhan wajib Pajak UMKM, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,
2016) 11 Ayuningtyas Wulansari, Analisis Tingkat Kesadaran Pajak UMKM, (Jakarta: UI, 2012) 12 Ellen Silvia Priyanti, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Pemilik
Usaha Kecil Menengah Untuk Membayar Pajak Penghasilan Pada Kota Bangkinang, (Riau:
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2013)
pajak, pemahaman system self assessment dan tingkat pendapatan wajib
pajak merupakan faktor-faktor dari kesadaran wajib pajak. Metode
yang dilakukan adalah dengan cara kuantitatif. Hasil dari penelitian
menunjukan secara parsial variabel pengetahuan wajib pajak, tingkat
pendapatan tidak berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban
perpajakan. Sedangkan variabel system self assessment berpengaruh
terhadap kesadaran kewajiban perpajakan. Secara simultan bersama-
sama berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan.13
5. Penelitian Banyu Ageng Wahyu Utomo dari Fakultas Ekonomi dan
Bisnis dengan judul penelitian adalah mengenai pengaruh sikap,
kesadaran wajib pajak, dan pengetahuan perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
Permasalahan yang diangkat mengenai variabel yang ada berpengaruh
terhadap kepatuhan membayar pajak. Metode yang dilakukan adalah
dengan cara kuantitatif. Hasil dari penelitian menunjukan secara parsial
sikap wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Sedangakan variabel kesadaran wajib pajak dan pengetahuan
perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Secara
simultan bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.14
13 Rajabuddin Nasution, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Kewajiban
Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah Di Kota Medan Timur, (Medan: Universitas
Sumatera Utara, 2015) 14 Banyu Agung Wahyu Utomo, Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, Dan
Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan
Bangunan Di Kecamatan Pamulang Kota Tanggerang Selatan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2011)
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Kajian Tentang Pajak
a. Definisi Pajak
Berbagai pengertian mengenai pajak sangat banyak baik dari
para ahli maupun dari Undang-Undang. Definisi pajak diperlukan
agar dapat memahami arti daripada pajak itu sendiri. Menurut Pasal
1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 perubahan ke empat dari
Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.1 Dari pengertian di atas
diketahui bahwa pajak merupakan kewajiban setiap individu yang
tinggal di Indonesia.
Hal yang senada disampaikan oleh P.J.A Andriani, pajak
adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.2 Dari pengertian di
atas diketahui bahwa pajak adalah iuran artinya masyarakat
bersama-sama membayar pajaknya sesuai dengan ketetapan yang
berlaku.
1 J. Eko Lesmana, Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2017, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2017), h. 2 2 Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia: edisi 4, (Jakarta: PT Indeks, 2015), h. 3
Begitu juga dengan Rochmat Soemitro mengartikan “pajak
adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk
membayar keperluan umum”. Definisi tersebut kemudian di
koreksinya yang berbunyi sebagai berikut: pajak sebagai peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving
yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Dari pengertian di atas pajak adalah pemindah kekayaan atau
kepemilikan dari hak pribadi menjadi kewajiban umum dengan
memberikan kekayaan atau kepemilikan tersebut kepada
pemerintah.
Hal serupa dinyatakan oleh S. I. Djajadiningrat yaitu pajak
sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke
kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.3 Dari pengertian di atas pajak adalah
menyerahkan sebagian harta kepada pemerintah atas suatu keadaan,
kejadian, atau perbuatan dari individu itu sendiri.
Berdasarkan dari beberapa definisi di atas yang berkaitan
dengan pajak, dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri pajak
sebagai berikut:
1. Pajak adalah hak Negara, dan pajak adalah kewajiban rakyat.
2. Pajak bersifat memaksa, artinya peralihan kekayaan yang
dimiliki oleh rakyat kemudian menjadi kekayaan milik negara
sesuai undang-undang.
3 Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono, Amin Dara, Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh,
dan Studi Kasus, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), h 2.
3. Wajib pajak tidak mendapatkan timbal balik dari pajak yang
dibayarkan
4. Pemungutan pajak digunakan atau dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk pembiayaan umum (Negara) dan rakyat. Pajak
yang mulanya dari rakyat akan kembali kepada rakyat secara
tidak langsung akan dirasakan oleh rakyat.
b. Fungsi Pajak
Fungsi pajak menurut Thomas Sumarsan, adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi Penerima (Budgetair)
Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat
bagi kas Negara, yang diperuntukan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Untuk menjalankan
tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,
negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari
penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk
pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,
yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Tabungan pemerintah ini darai tahun ke tahun harus
ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor
pajak.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur
pendapatan di tengah masyarakat dan struktur kekayaan antara
para pelaku ekonomi. Fungsi mengarut ini sering menjadi tujuan
pokok dari sistem pajak, paling tidak dalam sistem perpajakan
yang benar tidak terjadi pertentangan dengan kebijaksanaan
Negara dalam bidang ekonomi dan sosial. Sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan, terutama
banyak ditujukan terhadap sektor swasta. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri
maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas
keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam
negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk
produk luar negeri.4
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi
pajak adalah menyerap sebagian pendapatan dari masyarakat ke
kas Negara yang menjadi sumber dana untuk Negara.
Penerimaan tersebut dialokasikan untuk pembiayaan-pembiyaan
keperluan Negara agar terciptanya kestabilan ekonomi melalui
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
mencapai tujuan tertentu.
c. Sistem Pemungutan Perpajakan
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dalam
hal ini Dirjen Pajak untuk menetapkan pajak adalah dengan
menentukan sistem yang akan digunakan. Siti Resmi membagi
sistem pemungutan pajak menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewewenang
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak
yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
2. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib
Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang
setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
3. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan
4 Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia: edisi 4, (Jakarta: PT Indeks, 2015), h. 5
pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan
perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk
memotong dan memungut pajak, menyetor dan
mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang
tersedia.5
Berdasarkan definisi sistem pemungutan pajak di atas, dapat
disimpulkan bahwa sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3
macam, yaitu Official Assesment System, Self Assesment System,
dan With Holding System.
Dalam Official Assesment System, penghitungan dan
pemungutan pajak dilakukan oleh aparatur pajak. Kewenangan
atau ketetapan sepenuhnya dipihak aparatur perpajakan, dan
Wajib Pajak tidak dapat berampur tangan dalam penentuan pajak
terutang. Selanjutnya dalam Self Assesment System, Wajib Pajak
mendapatkan keleluasaan dalam hal menghitung sendiri jumlah
pajak terutang, melaporkan sendiri pajak terutang, membayar
sendiri pajak terutang, serta mempertanggungjawabkan semua
pajak terutangnya. With Holding System membiarkan pihak
selain Wajib Pajak dan aparatur pajak untuk menentukan besaran
pajak terutang Wajib Pajak. Penentuan pihak ketiga sudah diatur
dalam perundang-undangan yang ada sehingga Wajib Pajak
tidak dapat menunjuk sendiri siapa yang dipercayakan untuk
menentukan besaran pajak terutang.
d. Pajak Penghasilan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak
penghasilan memberikan penjelasan subjek dan objek pajak, berikut
penjelasannya:
1. Subjek Pajak
a. Subjek Pajak orang pribadi
Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal
atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
5 Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus: edisi 6, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 11
b. Subjek Pajak Warisan
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
merupakan Subjek Pajak pengganti, menggantikan mereka
yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang
belum terbagi sebagai Subjek Pajak pengganti dimaksudkan
agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari
warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan
c. Subjek Pajak Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Badan
usaha milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan
Subjek Pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya
sehingga setiap unit tertentu dari badan Pemerintah, misalnya
lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh
penghasilan merupakan Subjek Pajak. Dalam pengertian
perkumpulan termasuk pula asosiasi persatuan,
perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan yang sama.
d. Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia.6
2. Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang ini;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
c. Laba usaha;
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham
atau penyertaan modal.
2) Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu atau anggota.
3) Keuntungan karena likuiditas, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha.
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan
atau badan sosial, atau pengusaha kecil, termasuk
6 Ibid, h. 75-76
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-
pihak yang bersangkutan.
5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian
atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam
pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan biaya dan pembayaran tambahan pengembalian
pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang. Peraturan Pemerintah No. 94
tahun 2010 menegaskan pinjaman tanpa bunga dari
pemegang saham yang diterima Wajib Pajak bentuk
perseroan terbatas diperkenankan apabila:
1) Pinjaman tersebut berasal dari pemegang saham itu
sendiri.
2) Modal telah disetor seluruhnya oleh pemegang saham.
3) Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan
merugi.
4) Perseroan sedang mengalami kesulitan keuangan.
5) Apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut, maka
pinjaman tersebut terutang bunga dengan tingkat suku
bunga yang wajar.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis,
dan pembagian sisa hasil usaha koperasi. Peraturan
Pemerintah No. 94 tahun 2010 menegaskan pemberian
saham bonus tanpa penyetoran tidak termasuk dividen dan
bukan objek pajak sepanjang dari kapitalisasi agio saham
atau kapitalisasi selisih revaluasi aktiva tetap;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. Peraturan Menteri Keuangan No.
105/PMK.03/2009 diubang dengan No. 57/PMK.03/2010
menyebutkan debitur kecil atau debitur kecil lainnya adalah
jumlah tidak melebihi 100 juta yang merupakan gunggungan
dari beberapa kredit yang diberikan institusi perbankan/
lembaga pembiayaan kredit usaha keluarga prasejahtera
(KUKESRA), kredit usaha tani (KUT), kredit pemilikan
rumah sangat sederhana (KPRSS), kredit usaha kecil (KUK),
kredit usaha rakyat (KUR), kredit kecil lainnya oleh
perbankan dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi;
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata
cara perpajakan;
s. Surplus Bank Indonesia.7
7 Wirawan B. Iyas, Rudy Suhartono, Praktikum Perpajakan: edisi 3, (Bogor: In Media,
2017), h. 1-3
e. Pemahaman Pajak
Pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya
mengerti benar, tahu benar akan tentang sesuatu hal. Pemahaman
adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan menurut Soekidjo
dalam Handayani, Faturokhman, dan Pratiwi, memahami adalah
suatu kemauan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar.8
Menurut Riko dalam Farid Syahril, pemahaman adalah suatu
proses peningkatan pengetahuan secara intensif yang dilakukan oleh
seseorang individu dan sejauh mana dia akan dapat mengerti benar
akan suatu materi permasalahan yang ingin diketahui. Sedangkan
menurut Muslim, semakin tinggi tingkat pengetahuan dan
pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka
semakin kecil kemungkinan wajib pajak untuk melanggar peraturan
tersebut sehingga meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak.9
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa pemahaman pajak
merupakan suatu proses yang mana Wajib Pajak mau untuk
mengetahui segala hal berkaitan mengenai perpajakan.
Perumusan hipotesis dalam penelitian ini mengacu pada
penelitian dari Rahadi yang menyatakan bahwa pengetahuan dan
pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak. Pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan
merupakan penyebab internal karena berada di bawah kendali wajib
pajak sendiri. Tingkat pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak
yang berbeda-beda akan mempengaruhi penilaian masing-masing
Wajib Pajak untuk berperilaku patuh dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan. Tingkat pemahaman Wajib Pajak tinggi akan
8 Apriani Purnamasari, dkk, Pengaruh Pemahaman Pajak, Sanksi Perpajakan, Tingkat
Kepercayaan Pada Pemerintah dan Hukum Serta Nasionalisme Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak PBB, (Banjar: Universitas Jenderal Soedirman, 2012) h. 25 9 Ella Widyastuti, Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus,
Sanksi Perpajakan, dan Lingkungan Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015) h. 5
membuat Wajib Pajak memilih berperilaku patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan.10
Berikut Indikator pengetahuan dan pemahaman perpajakan :
1. Pendaftaran NPWP bagi setiap wajib pajak yang memiliki
penghasilan.
2. Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban
sebagai wajib pajak.
3. Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan.
4. Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP dan tarif
pajak.
5. Wajib pajak mengetahui dan memahami tentang peraturan
perpajakan melalui sosialisasi.
6. Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui training.11
f. Kepatuhan Pajak
Kepatuhan pajak sangat diperlukan dari tiap-tiap orang yang
mempunyai kewajiban untuk membayarkan pajaknya. Untuk itu
definisi diperlukan agar mengetahui mengenai kepatuhan pajak.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kepatuhan adalah sifat
patuh atau mentaati pimpinan Negara meminta dari setiap
warganya.12 Dapat dikatakan bahwa menjadi suatu keharusan
mutlak bagi setiap individu untuk bersedia dalam hal ini membayar
kewajiban pajak kepada negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Brotodihardjo menjelaskan bahwa “hukum pajak materil
adalah membuat norma-norma yang menerangkan keadaan-
keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang
harus dikenakan pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak ini,
berapa besarnya pajak, dengan perkataan lain segala sesuatu tentang
10 Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,
https://www.hestanto.web.id/pengaruh-pengetahuan-dan-pemahaman-pajak-terhadap-kepatuhan-
wajib-pajak, di akses pada tanggal 25 Januari 2019. 11 Siti Nurlaela, Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman, Kesadaran, Persepsi Terhadap
Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas, Jurnal
Paradigma Vol. 11 (Jakarta: Salemba empat, 2014), h..92 12 Frista Amanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h. 898
timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak dan hubungan
hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Sementara itu
pemenuhan kewajiban pajak formal mengacu pada bagaimana wajib
pajak melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan
yang telah ditetapkan”.13
Dari pengertian di atas telah di rincikan aspek-aspek hukum
terkait dengan pajak. Terdapat dua hukum pajak yaitu hukum pajak
materil dan formal yang keduanya memiliki perbedaan masing-
masing.
Sedangkan menurut Nurmantu kepatuhan dalam perpajakan
dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak
perpajakannya.14 Artinya disini hak rakyat menjadi kewajiban
rakyat itu sendiri. Dalam beberapa kondisi seseorang diwajibkan
untuk membayar pajaknya.
Sependapat dengan Brotodihardjo, Siti Kurnia Rahayu
membagi kepatuhan wajib pajak menjadi dua kategori, yaitu:
1. Kepatuhan Pajak Formal
Kepatuhan perpajakan formal merupakan ketaatan Wajib
Pajak dalam memenuhi ketentuan formal perpajakan. Ketentuan
formal ini terdiri dari:
a. Tepat waktu dalam mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP maupun untuk ditetapkan memperoleh NPPKP.
b. Tepat waktu dalam menyetorkan pajak yang terutang.
c. Tepat waktu dalam melaporkan pajak yang sudah dibayar
dan perhitungan perpajakannya
2. Kepatuhan Pajak Material
Kepatuhan perpajakan material merupakan ketaatan Wajib
Pajak dalam memenuhi ketentuan material perpajakan.
Ketentuan material terdiri dari:
13 Okke Kustiono, Analisis Faktor-Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Badan Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Timur, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2010), h. 17-18 14 Ayuningtyas Wulansari, Analisis Tingkat Kesadaran Pajak UMKM, (Jakarta: UI, 2012),
h. 15
a. Tepat dalam menghitung pajak terutang sesuai dengan
peraturan perpajakan.
b. Tepat dalam memperhitungkan pajak terutang sesuai dengan
peraturan perpajakan.
c. Tepat dalam memotong maupun memungut pajak (Wajib
Pajak sebagai pihak ketiga).15
Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Nomor
544/KMK.04/2000, untuk dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak
patuh terdapat kriteria tertentu, Wajib Pajak harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak
dalam 2 tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak.
3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana
di bidang perpajakan dalam jangka wantu 10 tahun terakhir
4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan
dalam hal terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan,
koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing
jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.
5. Wajib Pajak yang laporan keuangan untuk 2 tahun terakhir
diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang
tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.16
Dari ke empat definisi di atas terlihat jelas bahwa kepatuhan
pajak adalah suatu sikap wajib pajak terhadap peraturan perpajakan
yang akan dikenakan kepada wajib pajak itu sendiri. Sikap tersebut
akan terlihat dari wajib pajak apakah wajib pajak tersebut mematuhi
ataupun tidak mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku.
Indikator kepatuhan adalah seperti memiliki NPWP, menyampaikan
15 Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan (Konsep dan Aspek Formal), (Bandung: Rekayasa
Sains, 2017), h. 193-194 16 Ibid, h. 194
SPT dengan benar dan tepat waktu ataupun tidak menunggak
membayar pajak.
Soemitro mengatakan bahwa secara umum teori tentang
kepatuhan dapat digolongkan dalam teori paksaan dan teori
konsensus. Menurut teori paksaan, orang mematuhi hukum karena
adanya unsur paksaan dari kekuasaan yang bersifat legal dari
penguasa. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa paksaan fisik
yang merupakan monopoli penguasa adalah dasar untuk terciptanya
suatu ketertiban sebagai tujuan dari hukum. Jadi menurut teori
paksaan, unsur sanksi merupakan faktor yang menyebabkan orang
mematuhi hukum. Lain halnya dengan teori konsensus, dasar
ketaatan hukum terletak pada penerimaan masyarakat terhadap
sistem hukum, yaitu sebagai dasar legalitas hukum. Konon teori ini
yang disebut terakhir inilah yang sejalan dengan upaya mewujudkan
kepatuhan sukarela wajib pajak.17
Selain daripada teori paksaan dan konsensus yang telah
dijabarkan di atas, ada juga bahan pertimbangan perihal pajak yaitu
teori keadilan. Teori Keadilan yang dikemukakan oleh John Rawl
memandang keadilan sebagai fairness. Apabila keadilan sebagai
fairness dijadikan prinsip dasar dalam melaksanakan suatu
kebijakan, maka akan tercipta kesukarelaan segenap anggota
masyarakat untuk menerima dan mematuhi ketentuan-ketentuan
yang ada. Teori keadilan Rawls menitikberatkan pada bagaimana
mendistribusikan hak dan kewajiban secara seimbang di
masyarakat, sehingga setiap orang berpeluang untuk memperoleh
manfaat dan menanggung beban yang sama. Kunci keberhasilan
pada rumusan keadilan Rawl ini dapat dicapai dengan adanya
prosedur yang jelas dan tidak memihak. Bila suatu kebijakan
dilaksanakan sesuai prosedur yang fair (tidak memihak), maka akan
17 Okke Kustiono, Analisis Faktor-Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Badan Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Timur, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2010), h. 16
terjalin hubungan baik antar individu dan juga menjamin diperoleh
hasil akhir yang adil pula.18
Dari landasan-landasan teori di atas dapat disimpulkan
bahwa masyarakat akan patuh untuk memenuhi kewajiban
membayar pajaknya apabila sistem hukum sudah jelas dan dapat
diterima oleh masyarakat (adil). Direktorat Jendral Pajak sebagai
pembuat kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pajak harus
bisa memenuhi atau menyesuaikan setiap kebijakan yang dibuat
terhadap hak dan kewajiban masyarakat yang menjadi Wajib Pajak.
Dengan begitu masyarakat akan sukarela membayarkan pajaknya
tanpa harus adanya paksaan atau sanksi hukum.
2. Kajian Tentang UMKM
a. Definisi UMKM
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang UMKM, pengertian usaha mikro, kecil dan menengah, yaitu
sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
18 Agustin Dewi Nugraheni, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2015), h. 17-18
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.19 Dari
ketiga penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan dari UMKM. Perbedaan pada masing-masing usaha
tersebut berdasarkan pada jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan.
Namun menurut Nunuy, usaha kecil didefinisikan sebagai
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah
tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang
atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai
omzet penjualan sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang.
Sementara itu usaha menengah didefinisikan sebagai kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga
maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa
untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet
penjualan lebih dari 1 (satu) miliar.20
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa UMKM
adalah usaha produktif atau kegiatan ekonomi yang dikerjakan,
dibuat, dilakukan oleh perseorangan atau badan guna menghasilkan
suatu barang, jasa atau produk tertentu untuk tujuan medapatkan
omzet.
b. Kriteria UMKM
Kriteria merupakan alat ukur dari suatu objek agar dapat
dinilai secara keseluruhan dan dengan jelas. Kriteria UMKM juga
telah ditetapkan di dalam Undang-Undang. Kriteria usaha mikro,
kecil dan menengah menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20
tahun 2008 dijelaskan bahwa:
1. Kriteria Usaha Mikro ada dua kriteria usaha, yakni:
19 Sami’un Jaja Raharja, Ratih Purbasari, Kewirausahaan, (Tangerang: Universitas
Terbuka, 2014), h. 2.4 20 Ibid, h. 2.3-3.4
a. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil pejualan tahunan paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil, kriteria usaha ini meliputi:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus
juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah ada dua kriteria Usaha Menengah,
yaitu:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah).21
Selain dilihat dari nilai omzetnya, kriteria UMKM juga dapat
dilihat dari jumlah tenaga kerjanya. Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS), UMI (atau di sektor industri manufaktur umum disebut
industri rumah tangga) adalah unit usaha dengan jumlah pekerja
tetap hingga 4 orang; UK antara 5 hingga 19 pekerja dan UM dari
20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah
21 Oskar Raja, dkk., Kiat Sukses Mendirikan dan Mengelola UMKM, (Jakarta: L Press,
2010), h. 3
pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori UB.22 Dari pengertian
di atas dapat disimpulkan dalam bentuk tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Kriteria UMKM
No JENIS
USAHA
KRITERIA
ASSET PENDAPATAN PEKERJA
1 Usaha Mikro Max 50
Jt
Max 300 Jt 4 orang
2 Usaha Kecil > 50 Jt -
500 Jt
>300 Jt – 2,5 M 5 - 19 orang
3 Usaha
Menengah
> 500 Jt
– 10 M
> 2,5 M – 50 M 20 – 99
orang
c. Peran dan Kontribusi UMKM
Keberadaan UMKM di Indonesia semakin menjamur dari
tahun ke tahun. Sudah tidak bisa diragukan lagi dari peran dan
kontribusi UMKM. UMKM mempunyai peran yang sangat vital di
dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional
memiliki peran: (1) sebagai pemeran utama dalam kegiatan
ekonomi, (2) penyedia lapangan kerja terbesar, (3) pemain penting
dalam perkembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan
masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5)
kontribusinya terhadap neraca pembayaran.23 Artinya banyak sekali
peran dan kontribusi dari usaha mikro, kecil dan menengah baik dari
skala kecil maupun mencakup lebih luas lagi,
22 Tulus T.H Tambunan, UMKM Di Indonesia, (Jakarta: GI, 2009), h. 16 23 Wildan Aryo Bimantoro, Pengaruh PDB UMKM Dan Investasi UMKM Terhadap
Ekspor UMKM Tahun 2000-2011 di Indonesia, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014), h. 21-23
Para peneliti juga menyatakan pendapatnya mengenai
pentingnya peran dan konribusi UMKM. Hal ini diperkuat dengan
adanya penelitian yang dilakukan Supriyanto pada tahun 2006,
menyimpulkan dalam penelitiannya ternyata UMKM mampu
menjadi solusi penanggulangan kemiskinan di Indonesia.
Penanggulangan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM
memiliki potensi yang cukup baik, karena ternyata sektor UMKM
memiliki kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja,
yaitu menyerap lebih dari 99,45% tenaga kerja dan sumbangan
terhadap PDB sekitar 30 %.24 Dari penjelasan di atas diketahui
bahwa UMKM menjadi salah satu solusi yang tepat dari
permasalahan yang ada seperti mengurangi kemiskinan,
memperbanyak penyerapan tenaga kerja, dan sebagainya
Menurut Nunuy, Eksistensi dan peran UMKM yang ada
pada tahun 2007 mencapai 49,84 juta unit usaha, dan merupakan
99,99% dari pelaku usaha nasional, dalam tata perekonomian
nasional, sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya
dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik
Bruto (PDB) Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi
nasional.25 Dari penjelasan di atas pembahasan peran skala yang
mencakup lebih luas dari UMKM yaitu PDB Nasional, ekspor, dan
investasi nasional. Disampaikan juga angka dari pelaku usaha di
Indonesia yang sangat banyak.
Berikut tabel 2.2 yang menunjukan penyerapan tenaga kerja
di Indonesia dari tahun ke tahun:
24 Yuli Rahmini Suci, Perkembangan UMKM Di Indonesia, (Balikpapan: STIE, 2012), h.
52 25 Sami’un Jaja Raharja, Ratih Purbasari, Kewirausahaan, (Tangerang: Universitas
Terbuka, 2014), h. 2.8
Tabel 2.2
Penyerapan Tenaga Kerja
Skala
Usaha
2008 2009 2010 2011 2012
Mikro-
Kecil
87.648 93.534 96.642 98.878 104.395
Menengah 3.250 2.677 2.760 2.845 3.262
Besar 2.776 2.674 2.840 2.891 3.150
Total 93.674 98.885 102.242 104.614 111.219
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM
Perkembangan kondisi usaha mikro-kecil dari tahun 2008
sampai tahun 2012 mengalami kenaikan yang sangat signifikan jika
dilihat dari kenaikan unit usaha. Kenaikan unit usaha ini juga
dialami oleh usaha menengah dan besar dari tahun 2008 sampai
tahun 2012. Tenaga kerja yang diserap UMKM mencapai angka
rata-rata 96.642 orang pada tahun 2010 atau sekitar 94,52% dan
hanya 2.480 atau sekitar 2,8% saja yang mampu diserap usaha
berskala besar.26
Selain penyerapan tenaga kerja, UMKM juga memberikan
kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Penyerapan
Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3
Penyerapan PDB Nasional
Skala
Usaha
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Mikro 0,0% 33,2
%
33,0
%
32,8
%
32,7
%
32,4
%
33,4
%
26 M. Azrul Tanjung, Koperasi dan UMKM, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 13
Kecil 39,3
%
10,7
%
10,9
%
10,9
%
10,8
%
10,8
%
7,1%
Menenga
h
16,6
%
14,5
%
14,6
%
14,7
%
14,7
%
14,6
%
15,2
%
Besar 44,1
%
41,5
%
41,6
%
41,7
%
41,8
%
42,2
%
44,3
%
Sumber: BPS
Berdasarkan data BPS, UMKM memberikan kontribusi pada
Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang cukup besar. Dalam
periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, kontribusi UMKM
pada PDB nasional selalu di atas 50% dari total PDB nasional.
UMKM memberikan kontribusi yang besar dalam PDB nasional.
Pada tahun 2011, misalnya, nilai PDB nasional atas harga konstan
tahun 2000 sebesar Rp. 2.277 triliun. Dari nilai PDB tersebut, peran
UMKM tercatat sebesar Rp. 1.269.3 triliun atau 55,7% dari total
PDB nasional, sementara usaha besar berkontribusi sebesar Rp.
1.007,7 triliun atau 44,3%.27
Belakangan ini, UMKM di Indonesia seperti layaknya pionir
dalam perkembangan usaha-usaha yang ada. UMKM juga diberikan
perhatian dan kesempatan dalam bersaing di era modern sekarang.
Terlihat jelas potensi yang diberikan UMKM dalam perekonomian
nasional. Dengan melihat potensi dan kontribusi yang diberikan
UMKM seperti besarnya penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan
PDB maka diharapkan dan sudah seharusnya dapat meningkatkan
juga penerimaan negara melalui pajak.
3. Pajak UMKM
a. Dasar Hukum dan Aturan Pelaksanaan
Untuk mengetahui mengenai pajak yang akan dikenakan
pada pelaku usaha, penting untuk mengetahi dasar hukum yang
27 Kajian PPH Final, https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/kajian%20pph%
20final%20 umkm_pkpn.pdf, Kajian PPh final UMKM pkpn, diakses tanggal pada 13 Agustus 2018
berlaku untuk menetapkan objek ataupun subjek pajak. Adapun
yang menjadi dasar hukum perlakuan PPh atas penghasilan dari
usaha yang diterima atau diperoleh WP yang memiliki Peredaran
Bruto Tertentu adalah:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009.
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008, khususnya
Pasal 4 ayat (2) huruf e dan Pasal 17 ayat (7).28
Sebagai aturan pelaksanaan mengenai perlakuan PPh atas
penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WP yang
memiliki Peredaran Bruto Tertentu dari kedua Undang-Undang
Perpajakan yang merupakan dasar hukum diatas adalah:
- Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak
Penghasilan dalam Tahun Berjalan (sebagai aturan umum).
- Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
(sebagai aturan khusus).
b. Wajib Pajak dengan Kategori Peredaran Bruto Tertentu dan
Wajib Pajak yang Tidak Termasuk dalam Kategori Peredaran
Bruto Tertentu
1. Wajib Pajak (WP) dengan Kategori Peredaran Bruto Tertentu
Dari semua WP dengan berbagai kriteria, dasar dan skala
usaha di atas yang masuk dalam kategori sebaga UMKM, sesuai
dengan kebijakan pajak maka tidak semua Wajib Pajak (WP)
28 Liberti Pandiangan, Mudahnya Menghitung Pajak UMKM, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2014), h. 3
diperkenankan dapat menggunakan atau memanfaatkan fasilitas
pajak berupa kemudahan, kesederhanaan, dan keringanan pajak
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013.
Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, adapun Wajib Pajak
(WP) yang diperkenankan dalam kategori Peredaran Bruto
Tertentu adalah Wajib Pajak (WP) yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a) Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi dan Wajib Pajak (WP)
Badan, Namun untuk Wajib Pajak (WP) Badan, tidak
termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT).
b) Menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto
tidak melebihi jumlah Rp. 4.800.000.000,- (empat miliar
delapan ratus juta rupiah) dalam satu Tahun Pajak.
Namun menyangkut penghasilan tersebut perlu diperhatikan
bahwa:
- dalam jumlah penghasilan tersebut tidak termasuk
penghasilan yang diperoleh dari jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas.
- peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha,
termasuk dari usaha cabang, namun tidak termasuk
peredaran bruto dari usaha yang atau penghasilannya telah
dikenai PPh yang bersifat final berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.29
2. Wajib Pajak (WP) yang Tidak Termasuk dalam Kategori
Peredaran Bruto Tertentu
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan jelas dan
tegas dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013, maka
Wajib Pajak (WP) baik Orang Pribadi maupun Badan yang tidak
termasuk sebagai WP dalam kategori Peredaran Bruto Tertentu
sebagaimana berikut:
29 Ibid, h. 14
a) Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi dan Wajib Pajak (WP)
Badan yang menerima penghasilan dari usaha dengan
peredaran bruto telah melebihi jumlah Rp. 4,8 Miliar dalam
satu Tahun Pajak. Dengan kondisi ini, maka untuk tahun
berikutnya Wajib Pajak (WP) tersebut tidak termasuk lagi
sebagai Wajib Pajak (WP) dengan kategori Peredaran Bruto
Tertentu.
b) Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi yang memperoleh
penghasilan yang diperoleh dari jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas, walaupun jumlah penghasilannya tidak
melebihi Rp. 4,8 Miliar dalam setahun.
c) Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi dan Wajib Pajak (WP)
Badan yang peredaran brutonya telah dikenai PPh yang
bersifat final berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan (selain Peraturan Pemerintah
No. 46 Tahun 2013).
d) Wajib Pajak (WP) Badan dengan Bentuk Usaha Tetap
(BUT).30
c. Tarif PPh Final atas Penghasilan Kategori Peredaran Bruto
Tertentu dan Implementasinya
Sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 17 ayat (7) UU PPh
bahwa dengan Peraturan Pemerintah (PP) dapat ditetapkan besarnya
tarif pajak tersendiri yang dapat bersifat final atas jenis pneghasilan
yang ditetapkan dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh. Syaratnya,
sepanjang besarnya tarif pajak tersebut tidak melebihi tarif pajak
tertinggi dari tarif pajak umum PPh. Untuk itu, berdasarkan Pasal 3
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ditetapkan besarnya
tarif PPh Pasal 4 ayat (2) Final atas penghasilan kategori Peredaran
Bruto Tertentu yaitu 1% (satu persen).
Dalam Mengimplementasikan tarif PPh Final atas
penghasilan kategori Peredaran Bruto Tertentu, beberapa hal harus
dipastikan yaitu:
30 Ibid, h. 15-16
a) Objek pajaknya harus merupakan penghasilan yang dikenakan
pajak secara final, yang dalam hal ini Peredaran Bruto Tertentu.
b) Periode penghasilan selama satu tahun pajak, kecuali tahun
2013 sebagai tahun pertama diberlakukannya Peraturan
pemerintah No. 46 Tahun 2013 berlaku mulai Juli sampai
dengan Desember 2013.
c) Dikenakan untuk setiap bulan selama satu tahun pajak.31
B. Kerangka Berpikir
Agar penjelasan menjadi fokus, mendalam, dan terarah antar
hubungan variabel dengan variabel lainnya sesuai dengan konsep
pemikiran, serta untuk menggambarkan alur dari penelitian ini. Maka model
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
31 Ibid, h. 44-45
Pengetahuan Self
Assessment System
Lama Usaha
Ukuran Usaha NPWP Badan
Informasi dan
Sosialisasi
Pendidikan
Terakhir
Kepatuhan
Membayar Pajak
Pemahaman
Pajak
Variabel (X)
Variabel (Y)
Keterangan:
Indikator
Hubungan Parsial
Dalam penelitian ini variabel dependen adalah kepatuhan UMKM
dalam membayar pajak. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pemahaman pajak, dengan indikator sebagai berikut :
1. NPWP Badan
2. Ukuran Usaha
3. Lama Usaha
4. Pendidikan Terakhir
5. Informasi dan Sosialisasi
6. Pengetahuan Self Assessment System.
C. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai pajak UMKM. Di era modern
saat ini perkembangan UMKM di Indonesia sangat cepat. Kita dapat melihat
sendiri di berbagai tempat, UMKM selalu tumbuh dan menjamur dalam
berbagai sektor. Melihat pesatnya UMKM, berarti ada potensi para pelaku
UMKM menjadi wajib pajak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak
Ho: Pemahaman tidak berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak
Ha: Pemahaman berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak
.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi atau universe adalah sebuah wilayah atau tempat
objek/subjek yang diteliti, baik orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal
lain yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu untuk mendapatkan
sebuah informasi.1 Populasi dalam penelitian ini adalah para pelaku UMKM
di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Berdasarkan pada data dari BPS,
jumlah usaha yang dapat di kategorikan sebagai UMKM sebanyak 2506
UMKM yang tersebar di 7 kelurahan.
Menurut Edi Riadi, sampel adalah bagian atau subset yang mewakili
sebuah populasi.2 Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil
maka peneliti menggunakan teori atau rumus dari Slovin. Untuk itu, sampel
yang diperlukan sebagai berikut:
𝑛 =N
1+N𝑒2
Keterangan:
n = sampel
N = populasi
e = perkiraan tingkat kesalahan3
𝑛 =2506
1 + 2506 (0,1)2
𝑛 =2506
26,06= 97 Orang
Jadi, jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini
sebanyak 97 orang.
1 Edi Riadi, Statistika Penelitian, (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2011), h. 33 2 Ibid, h.34 3 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013) h. 61
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan
kuantitatif. Menurut Iskandar, penelitian survei adalah penelitian yang
dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap suatu gejala atau
pengumpulan informasi dari populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data dari sampel sebagai mewakili data populasi
tersebut”.4 Menurut Sugiyono penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.5
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan pada penelitian ini bertempat di Kecamatan Duren
Sawit, Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Juni
2018 sampai bulan Desember 2018. Dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
4 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Jakarta: Referensi, 2013) h 67 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 8
2018
Kegiatan Penelitian Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Penyusunan bab I
Penyusunan bab II
Penyusunan bab III
Penyusunan bab IV
Penyusunan Bab V
C. Sumber Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan dua sumber
yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah data informasi yang
diperoleh tangan pertama yang dikumpulkan secara langsung dari
sumbernya. Data sekunder adalah informasi tangan kedua yang sudah
dikumpulkan oleh beberapa orang (organisasi) untuk tujuan tertentu dan
tersedia untuk berbagai penelitian. 6
D. Instrumen Penelitian
Menurut Syofian Siregar, instrumen penelitian adalah suatu alat
yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan
menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang
dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.7
1. Definisi Konseptual
Kepatuhan membayar pajak merupakan suatu sikap atau
tindakan dari seseorang wajib pajak yang dengan sengaja atau tanpa
paksaan menghitung, membayar, dan melaporkan kewajiban pajaknya
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam penelitian ini kepatuhan
membayar pajak ditujukan kepada pelaku UMKM yang mempunyai
penghasilan dari usahanya. Kepatuhan membayar pajak oleh UMKM
dapat dipengaruhi oleh pemahaman pajak itu sendiri.
2. Definisi Operasional
Berdasarkan pada konsep penelitian, variabel penelitian ini
menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). definisi operasional berdasarkan pengembangan dari
beberapa sumber atau refrensi yang menjadi acuan dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran data
menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan salah satu skala
yang paling banyak digunakan pada penelitian sosial. Pada Skala Likert,
6 Edi Riadi, Statistika Penelitian, (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2011), h. 33
7 Syofian Siregar, Statsitik Parametrik Untuk Penelitian Kualitatif: Dilengkapi Dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, hlm. 75
peneliti harus merumuskan sejumlah pernyataan mengenai suatu topik
tertentu, dan responden diminta memilih apakah ia sangat setuju, setuju,
ragu-ragu/tidak tahu/netral, tidak setuju, atau sangat tidak setuju dengan
berbagai pernyataan tersebut.8 Setiap pilihan jawaban memiliki bobot
yang berbeda, dan seluruh jawaban responden dijumlahkan berdasarkan
bobotnya sehingga menghasilkan suatu skor tunggal mengenai suatu
topik tertentu. Untuk menjaga konsistensi pengukuran sikap, bobot
jawaban harus disusun terbalik untuk pertanyaan yang bersifat negatif.
Berikut ini tabel alternatif jawaban Skala Likert (tabel 3.2) dan
operasional variabel Pemahaman Pajak dan Kepatuhan Pajak (tabel 3.3).
Tabel 3.2
Alternatif Jawaban Menurut Skala Likert
Pernyataan Skor untuk pernyataan
Positif Negatif
Sangat Setuju SS 5 1
Setuju S 4 2
Tidak Tahu/
Ragu-Ragu TT 3 3
Tidak Setuju TS 2 4
Sangat Tidak
Setuju STS 1 5
8 Morissan, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2012), h. 88
Tabel 3.3
Operasional Variabel
Variabel Indikator Nomor
Instrumen
Pemahaman
Pajak (X)
NPWP Badan
WP harus membuat NPWP jika
memiliki penghasilan
1,2
Ukuran Usaha
WP menyadari usaha yang
dimiliki akan dikenakan pajak
sesuai peraturan perpajakan
3,4
Lama Usaha
WP mengalokasikan dananya
untuk membayar pajak
5,6
Pendidikan Terakhir
WP menyadari pendidikan
diperlukan untuk mengetahui
hak dan kewajiban pajaknya
7,8
Informasi dan Sosialisasi
WP mencari informasi dan tata
cara pembayaran pajak
9,10,11
Pengetahuan Self Assessment
System
WP memberikan data dan
informasi pajaknya yang dapat
dipertanggungjawabkan
12,13,14,15,16
Kepatuhan
WP
(Y)
WP mentaati peraturan
perpajakan
Kepatuhan WP dalam
mendaftarkan diri, menghitung,
membayar dan melapor
17,18,19,20,21,22,23
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari peneliti adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.9
Teknik pengumpulan berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian, maka peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data berupa kuesioner (angket).
1. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada untuk dijawabnya.10 Pada penelitian ini kuesioner atau angket
diberikan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di
Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur.
2. Dokumentasi
Dokumen adalah kumpulan fakta dan data yang tersimpan
dalam bentuk teks atau artefak.11 Dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan data yang mendukung penelitian. Data-data tersebut
didapat dari tampat-tempat usaha baik mikro, kecil ataupun menengah
yang berada di Kecamatan Duren Sawit.
F. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data meliputi kegiatan Editing dan Skoring, Dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan
oleh para pengumpul data. Tujuannya dari editing adalah untuk mengurangi
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2014), Cet ke-20, h. 224 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2014), Cet ke-20, h. 142 11 Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya, 2012), h. 131.
kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah
diselesaikan sampai sejauh mungkin.12
Skoring adalah pemberian nilai pada setiap jawaban yang
dikumpulkan peneliti dari instrumen yang telah disebarkan. Setiap item
pertanyaan atau pernyataan yang dimunculkan dalam instrumen
dikualifikasikan dalam bentuk angka.13
Data yang diolah akan diuji melalui beberapa tahap seperti uji
kualitas data, uji asumsi klasik, dan juga uji hipotesis seperti berikut :
1. Uji Kualitas data
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu instrumen dikatakan valid jika
instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak
diukur.14 Perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan
rumus product moment yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
n = banyaknya subjek
∑x = jumlah nilai setiap butir soal
∑y = jumlah nilai total
∑xy = jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor asli dari x dan y
12 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2016), Cet ke-15, h. 153 13 Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya, 2012), h. 171 14 Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
Dalam Penelitian: Dilengkapi Aplikasi Program SPSS, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), Cet.II,
h. 30
Kriteria penilaian instrumen dikatakan valid apabila rxy lebih
besar dari pada rtabel, dan sebaliknya apabila rxy lebih kecil dari pada
rtabel maka instrumen dikatakan tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang
diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat
diandalkan.15 Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur,
sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Menurut Syofian Siregar, kriteria suatu instrumen
penelitian dikatakan reabel dengan menggunakan teknik alpha
cronbach, bila koefisien reliabilitas r11 > 0,6.16 Tahapan perhitungan
uji reliabilitas dengan menggunakan teknik aplha cronbach yaitu:
a. Menentukan nilai varian setiap butir pertanyaan:
b. Menentukan nilai varial total:
c. Menentukan reliabilitas instrumen:
r11 = ( 𝒌
𝒌−𝟏 ) – ( 1 -
∑𝛔 𝐛𝟐
𝛔 𝐭𝟐 )
Keterangan:
n = Jumlah sampel
Xi = Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
∑X = Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
σ t2 = Varian total
15 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.V, h. 126 16 Syofian Siregar, Statsitik Parametrik Untuk Penelitian Kualitatif: Dilengkapi Dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, h. 90-91
∑ σ b2 = Jumlah varian butir
k = Jumlah butir pertanyaan
r11 = Koefisien realiabilitas instrument
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas terhadap serangkaian
data adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak. Metode yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas data dengan menggunakan statistik Kolmogrov-Smirnov.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi linier terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.17
c. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah
objek (tiga sampel atau lebih) yang diteliti mempunyai varian yang
sama. Bila objek yang diteliti tidak mempunyai varian yang sama.
Maka uji anova tidak dapat diberlakukan. Metode yang digunakan
dalam melakukan uji homogenitas ini adalah metode varian terbesar
dibandingkan varian terkecil.18
3. Uji Hipotesis
a. Model Regresi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan regresi linear
sederhana yang digunakan hanya untuk satu variabel bebas
(independent) dan satu variabel tak bebas (dependent). Tujuan
17 Afifatun Nisa, Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Dan Sanksi
Perepajakan Terhadap Kepattuhan wajib Pajak UMKM, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,
2016), h. 54 18 Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h.167.
penerapan metode ini adalah untuk meramalkan atau memprediksi
besaran nilai variabel tak bebas (dependent) yang dipengaruhi oleh
variabel bebas (independent). Data yang digunakan biasanya
berskala interval atau rasio. Rumus regresi linear sederhana sebagai
berikut:
Y= a + b.X
Keterangan :
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel Independen
a dan b = Konstanta19
b. Uji Signifikansi Parameter Parsial
Uji statistik t menurut Arikunto, digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh satu variabel independen
dalam menerangkan variabel dependen. Untuk mengetahui
pengaruh secara parsial digunakan uji t, dengan melihat tingkat
perbandingan pada masing-masing variabel bebas yang diuji antara
nilai signifikansi t dan nilai nyata (α), apabila signifikansi t < α, dan
bila nilai thitung > nilai ttabel, maka variabel bebas tersebut secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel independen.20
c. Uji Koefisien Determinasi
Uji ini digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan
variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Nilai
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti independen mampu memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen.21
19 Syofian Siregar, Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta : Prenadamedia
Group, 2015) hlm.220 20 Ibid, h. 57 21 Ibid, h. 58
46
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian
1. Deskripsi Daerah Penelitian
Kecamatan Duren Sawit terletak antara 106º 49’ 35’’Bujur
Timur dan 06º 10’ 37’’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 22,80
Km2. Adapun batas wilayahnya:
Sebelah Utara: Kecamatan Pulo Gadung – Jakarta Timur
Sebelah Selatan:Kecamatan Makasar – Kabupaten Bogor
Sebelah Timur:Kecamatan Cakung – Jakarta Timur
Sebelah Barat:Kecamatan Jatinegara – Jakarta Timur
Jumlah Penduduk di Duren Sewit berjumlah 317.862 jiwa,
dengan jumlah rumah tangga berjumlah 71.806. Tingkat pertumbuhan
penduduknya 0.75% per tahun. Jumlah RW. 95, RT. 1.113, KK. 86.113.
Persentase penggunaan lahan di Kecamatan Duren Sawit yang
terbesar adalah sebagai daerah perumahan sebesar 79,43% dan industri
merumakan yang terkecil hanya sebesar 0,40% dari luas wilayah
Kecamatan Duren Sawit.1 Secara administrasi Kecamatan Duren Sawit
terdiri atas tujuh kelurahan. Masing – masing kelurahan mempunyai
luas yang sangat bervariasi. Secara rinci luas wilayah Kelurahan di
Kecamatan Duren Sawit adalah:
Tabel 4.1
Luas Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit
No Kelurahan Luas Wilayah
(Km2)
1 Kelurahan Pondok Bambu 4,99
2 Kelurahan Duren Sawit 4,58
3 Kelurahan Pondok Kelapa 5,72
4 Kelurahan Pondok Kopi 2,06
5 Kelurahan Malaka Jaya 0,99
1 Kecamatan Duren Sawit, http://lintasjaktim.blogspot.com/2010/11/kecamatan -duren-
sawit.html
6 Kelurahan Malaka Sari 1,38
7 Kelurahan Klender 3,08
Sumber : lintasjaktim
2. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan dilakukan
penyebaran kuesioner kepada wajib pajak UMKM yang berada di
daerah Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Target responden yang
akan dicapai adalah 97 responden. Dari 100 kuesioner yang disebar,
sebanyak 99 kuesioner yang kembali. Dari 99 kuesioner yang diterima,
2 kuesioner tidak dapat diolah disebabkan oleh tidak lengkapnya data
yang diminta oleh peneliti. Total dari kuesioner yang dapat diolah
sebanyak 97 kuesioner seperti yang sudah ditargetkan. Data hasil
penyebaran kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Penyebaran Kuesioner
No Keterangan Jumlah
1 Kuesioner yang disebar 100
2 Kuesioner yang kembali 99
3 Presentase pengembalian kuesioner 99%
4 Kuesioner yang tidak dapat diolah 2
5 Kuesioner yang diolah 97
6 Presentase kuesioner yang diolah 97%
Berikut ini informasi terkait dengan responden yang telah
dijadikan sampel dalam penelitian.
1. Pendidikan Terakhir
Peneliti dalam penelitiannya ingin mengetahui tingkat
perndidikan yang dimiliki oleh para responden. Sebagai bagian dari
gambaran umum responden di dalam penelitian. Pendidikan terakhir
dari responden cukup variatif. Lebih detail dapat di lihat pada
diagram berikut:
Diagram 4.1
Pendidikan Terakhir Responden
Pada diagram di atas menunjukan bahwa pendidikan terakhir
responden di dominasi oleh lulusan sarjana S1 sebanyak 49
responden atau 51%, selanjutnya sebanyak 35 atau 36% responden
adalah berpendidikan SMA/SMK, selanjutnya sebanyak 8 atau 8%
responden adalah berpendidikan D3 dan yang terakhir sebanyak 5
atau 5% responden adalah lulusan sarjana S2.
2. NPWP Badan yang dimiliki
Salah satu yang terpenting dalam penelitian ini adalah
mengetahui kepemilikan NPWP Badan yang dimiliki oleh
responden. Jawaban diberikan hanya dua yaitu ya dan tidak. Dengan
jumlah responden 97 orang, dapat di lihat dalam diagram berikut :
36%
8%
51%
5%
Pendidikan Terakhir
SMA/SMK D3 S1 S2
Diagram 4.2
Memiliki NPWP Badan
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 36 atau
37% responden menyatakan telah memiliki NPWP Badan dalam
usaha yang dijalankan. Sedangkan sebanyak 61 atau 63% responden
menyatakan belum mempunyai NPWP Badan dalam usaha yang
dijalankan.
3. Kategori Usaha
Pengambilan data kategori usaha di dasarkan pada peraturan
yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.
Kategori usaha bisa di dasarkan pada penghasilan tiap tahun dan
juga kekayaan bersih pelaku usaha. Di dapatkan hasil seperti di
bawah ini :
Diagram 4.3
Kategori Usaha
Ya37%
Tidak63%
NPWP Badan
Ya Tidak
58%31%
11%
Kategori Usaha
Mikro Kecil Menengah
Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa terdapat tiga
kategori yaitu usaha mikro, kecil dan menengah. Data menunjukan
usaha mikro lebih banyak daripada usaha kecil dan menengah.
Ukuran usaha yang diambil sebanyak 56 atau 58% responden
memiliki usaha mikro. Selanjutnya 30 atau 31% responden memiliki
usaha kecil. Sedikit responden yang memiliki usaha menengah,
hanya terdapat 11 atau 11% responden.
3. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas kuesioner yang dilakukan oleh peneliti
bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu data.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan model Pearson
Correlation dengan one shot method, yaitu metode yang dilakukan
sekali pengururan saja.
Kuesioner dapat dinyatakan valid jika nilai Pearson
Correlation (r hitung) lebih besar dari nilai distribusi (r tabel). Uji
coba pada responden sebanyak 20 orang dengan signifikansi 0,05
yaitu sebesar 0,444. Berikut ini variabel dependen dan independen,
dari hasil uji validitas data dapat disajikan dalam tabel 4.3 sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas
No Variabel
Pertanyaan
Item
Pertanyaan
Pearson
Correlatic
Kesimpulan
1
Pemahaman
Pajak
Q.1 0,835 Valid
Q.2 0,690 Valid
Q.3 0,619 Valid
Q.4 0,846 Valid
Q.5 0,906 Valid
Q.6 0,823 Valid
Q.7 0,893 Valid
Q.8 0,893 Valid
Q.9 0,814 Valid
Q.10 0,899 Valid
Q.11 0,678 Valid
Q.12 0,735 Valid
Q.13 0,774 Valid
Q.14 0,528 Valid
Q.15 0,647 Valid
Q.16 0,754 Valid
2
Kepatuhan
Membayar
Pajak (Y)
Q.17 0,590 Valid
Q.18 0,471 Valid
Q.19 0,450 Valid
Q.20 0,739 Valid
Q.21 0,490 Valid
Q.22 1,000 Valid
Q.23 0,490 Valid
Sumber : Data Olahan SPSS v.22
Dari tabel 4.3 di atas, terdapat 23 pertanyaan untuk
mengukur seberapa besar kepatuhan membayar pajak pada wajib
pajak UMKM. Dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :
1) Indikator NPWP Badan diukur dengan 2 item pertanyaan yang
telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian menunjukan nilai
korelasi terendah yaitu 0,690 artinya semua item melebihi 0,444
dan dinyatakan valid.
2) Indikator Ukuran Usaha diukur dengan 2 item pertanyaan yang
telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian menunjukan nilai
korelasi terendah yaitu 0,619 artinya semua item melebihi 0,444
dan dinyatakan valid.
3) Indikator Lama Usaha diukur dengan 2 item pertanyaan yang
telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian menunjukan nilai
korelasi terendah yaitu 0,823 artinya semua item melebihi 0,444
dan dinyatakan valid.
4) Indikator Pendidikan Terakhir diukur dengan 2 item pertanyaan
yang telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian menunjukan nilai
korelasi terendah yaitu 0,893 artinya semua item melebihi 0,444
dan dinyatakan valid.
5) Indikator Informasi dan Sosialisasi diukur dengan 3 item
pertanyaan yang telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian
menunjukan nilai korelasi terendah yaitu 0,678 artinya semua
item melebihi 0,444 dan dinyatakan valid.
6) Indikator Pengetahuan Self Assessment diukur dengan 5 item
pertanyaan yang telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian
menunjukan nilai korelasi terendah yaitu 0,528 artinya semua
item melebihi 0,444 dan dinyatakan valid.
7) Kepatuhan Membayar Pajak diukur dengan 7 item pertanyaan
yang telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian menunjukan nilai
korelasi terendah yaitu 0,450 artinya semua item melebihi 0,444
dan dinyatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas kuesioner dilakukan oleh peneliti bertujuan
untuk mengetahui konsistensi pertanyaan dari waktu ke waktu. Uji
reliabilitas menggunakan model Cronbach Alpha menggunakan
SPSS. Suatu variabel dikatakan konsisten jika nilai Cronbach Alpha
> dari 0,60. Hasil uji reliabilitas disajikan dalam bentuk tabel 4.4
berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,858 23
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan menggunakan program
SPSS didapat bahwa hasil Cronbach Alpha lebih kecil dari 0,60.
Dapat disimpulkan bahwa setiap pernyataan yang ada akan
memperoleh data yang konsisten. Artinya jika pernyataan yang sama
diajukan kembali maka akan diperoleh jawaban yang relatif sama
dengan jawaban sebelumnya.
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan
model Kolmogorov Smirnov dengan melihat signifikan 5%. Dasar
pengambilan keputusan dari uji normalitas ini adalah melihat nilai
signifikansi > 0.05 maka data berdistribusi normal. Namun jika nilai
signifikansi < 0,05 maka data mempunyai distribusi tidak normal.
Hasil uji normalitas disajikan dalam bentuk tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 97
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 2,32565868
Most Extreme
Differences
Absolute ,060
Positive ,042
Negative -,060
Kolmogorov Smirnov Z ,060
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Tabel 4.5 menunjukan hasil pengujian normalitas dari
indikator-indikator penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa
seluruh indikator penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan data
dari tabel diatas nilai semua indikator memiliki signifikansi
Kolmogorov Smirnov dengan nilai 0,200 > 0,05.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi linier terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
heteroskedastisitas disajikan dalam bentuk tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,602 1,847 ,326 ,745
Pemahaman_Pajak ,019 ,027 ,073 ,711 ,479
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel independen
memiliki nilai signifikansi > 0,05. Artinya bahwa variabel
independen yang telah diuji tidak mengandung heteroskedastisitas.
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari
beberapa populasi yang ada. Kriteria pengambilan keputusan adalah
jika probabilitas (sig) > 0,05, maka distribusi data adalah homogen.
Jika probabilitas (sig) < 0,05, maka distribusi data adalah tidak
homogen. Berikut hasil uji homogenitas dengan metode One-Way
Anova dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan_Membayar_Pajak
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,531 15 76 ,116
Berdasarkan tabel pengujian homogenitas di atas besarnya
nilai signifikan adalah 0,116. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai sig
< α = 0,116 > 0,05 maka distribusi data adalah homogen atau varian
yang sama.
5. Uji Hipotesis
a. Uji Regresi Linier Sederhana
Variabel independen maupun variabel dependen dimasukan
bertujuan untuk melihat hubungan yang terbangun atau mencari
pengaruh diantara variabel-variabel penelitian. Variabel independen
Pemahaman Pajak terhadap Kepatuhan Membayar Pajak sebagai
variabel dependen. Hasil pengujian dapat dilihat dalam tabel 4.8
berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 11,516 3,041 3,787 ,000
Pemahaman
_Pajak ,274 ,044 ,538 6,215 ,000
1,000 1,000
Persamaan regresi adalah sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 11,516 + 0,274X
Model dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai berikut :
1. Nilai konstanta (a) adalah 11,516, dapat diartikan jika
Pemahaman Pajak nilainya adalah 0, maka Kepatuhan
Membayar Pajak akan mengalami kenaikan sebesar 11,516.
2. Hasil regresi X menunjukan variabel Pemahaman Pajak sebesar
0,274 yang menyatakan bahwa apabila Pemahaman Pajak
mengalami kenaikan 1 poin sedangkan variabel lain tetap, maka
variabel dependen (kepatuhan membayar pajak) akan
mengalami kenaikan 0,274.
b. Uji Secara Parsial (Uji T)
Uji individual yaitu, statistik bagi koefisien regresi dengan
hanya satu koefisien regresi yang mempengaruhi Y. Uji ini gunanya
ialah untuk menemukan nilai korelasi murni yang terlepas dari
pengaruh-pengaruh variabel lainnya. Uji ini menggunakan taraf
signifikansi 0,05 untuk uji 2 arah dengan prosedur statistik sebagai
berikut :
a. Taraf signifikan (α = 0.05/2 = 0.025)
b. Distribusi t dengan derajat kebebasan df (n-k-1)
c. Apabila T hitung > T tabel, maka terdapat pengaruh variable X
terhadap variabel Y
d. Apabila T hitung < T tabel, maka tidak terdapat pengaruh
variabel X terhadap variabel Y
Hasil pengujian dapat di lihat pada tabel 4.9 yang telah
disajikan di bawah ini :
Tabel 4.9
Hasil Uji Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 11,516 3,041 3,787 ,000
Pemahaman_Pajak ,274 ,044 ,538 6,215 ,000
a. Dependent Variable: Kepatuhan_Membayar_Pajak
Sebelum menjelaskan hasil dari uji T berdasarkan tabel di
atas, perlu terlebih dahulu menentukan t tabel. Taraf signifikansi
0,05/2 = 0,025, dengan distribusi t = n-k-1 atau 97-6-1 = 90, setelah
itu lihat pada T tabel dengan taraf signikansi 0,025 pada jumlah
sampel atau n = 90, maka diperoleh T tabel = 1,980. Keenam
variabel independen setelah di uji menghasilkan hasil uji sebagai
berikut :
Pemahaman Pajak
Ho : Pemahaman Pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan
membayar pajak
Ha : Pemahaman Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan membayar
pajak
Variabel pemahaman pajak memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,000 nilai ini lebih kecil dari 0,05. Sedangkan t hitung < t
tabel (6,215 < 1,980). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa
pemahaman pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak usahanya di Kecamatan Duren Sawit
Jakarta.
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefesien Determinasi digunakan untuk menjelaskan
proporsi variabel independen (Pemahaman Pajak) yang mampu
dijelaskan oleh variabel dependen (Kepatuhan Membayar Pajak)
dalam persamaan regresi. Pada pengujian Koefisien Determinasi
dengan melihat nilai Adjusted R Square dengan nilai antara 0 sampai
dengan 1. Apabila nilai Adjusted R Square bernilai kecil
menunjukan kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Dan nilai yang
mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan
informasi untuk memprediksi variabel dependen yaitu Kepatuhan
Membayar Pajak. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada
tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,538a ,289 ,282 2,435
Berdasarkan tabel 4.11 nilai yang digunakan adalah nilai
Adjusted R Square yaitu 0,282. Maka dapat diartikan bahwa variabel
independen (Pemahaman Pajak) dapat menjelaskan variabel
dependen (Kepatuhan Membayar Pajak) sebesar 28,2%, sedangkan
sisanya sebesar 71,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
B. Pembahasan
1. Pengaruh Pemahaman Pajak (X) Terhadap Kepatuhan Membayar
Pajak (Y).
Variabel Pemahaman Pajak (X) yang telah diuji secara parsial
(uji T) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 nilai lebih kecil dari
0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman pajak tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak dalam membayarkan
pajak usahanya di kecamtan Duren Sawit.
Sejalan dengan penelitian Rahadi (2014), menyatakan bahwa
pengetahuan dan pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak. Pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan
perpajakan merupakan penyebab internal karena berada di bawah
kendali wajib pajak sendiri. Tingkat pengetahuan dan pemahaman
Wajib Pajak yang berbeda-beda akan mempengaruhi penilaian masing-
masing Wajib Pajak untuk berperilaku patuh dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan. Tingkat pemahaman Wajib Pajak tinggi akan
membuat Wajib Pajak memilih berperilaku patuh dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan.
Hal senada juga dikatakan dalam penelitian Muslim (2007:11),
semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib pajak
terhadap peraturan perpajakan, maka semakin kecil kemungkinan wajib
pajak untuk melanggar peraturan tersebut sehingga meningkatkan
tingkat kepatuhan wajib pajak.
Menurut penelitian Siska Lovihan terdapat pengaruh secara
segnifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun, yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kemauan membayar, apa bila
kemauan membayar pajak tinggi maka wajib pajak yang patuh akan
banyak. Begitu juga yang dikemukakan oleh Siregar bahwa
pengetahuan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak. Serta didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Nur Rohmawati dan Siti Putri Tita Mutia menunjukkan bahwa
Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif kesadaran perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Dimana semakin tinggi kesadaran
perpajakan wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak akan semakin
tinggi. Diduga pengetahuan perpajakan akan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
2. Keterbatasan Penelitian
a. Terbatasnya dana untuk melakukan penelitian sehingga tidak bisa
dilakukan dengan cepat.
b. Penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket sehingga sering
terhambat pada pengumpulan data dari responden.
c. Penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket sehingga tidak
dapat memastikan jawaban responden sesuai dengan kenyataan
sebenarnya.
d. Indikator yang mempengaruhi pemahaman pajak banyak, akan
tetapi dalam penelitian ini hanya menganalisis 6 indikator.
61
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
simpulan bahwa berdasarkan hasil uji t secara parsial bahwa hasil regresi
menunjukkan variabel pemahaman pajak memiliki nilai t hitung > t tabel
(6,215 > 1,980) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 nilai ini lebih kecil dari
0,05. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan membayar pajak.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijabarkan beberapa saran untuk
menyajikan penelitian yang lebih berkualitas di masa mendatang,
diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menambah variabel
independen yang dapat berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan memperluas objek penelitian,
memperluas daerah survei dan memperbanyak ragam sampel sehingga
data yang diperoleh lebih baik lagi.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mempersiapkan biaya,
mempersiapkan lebih banyak waktu dan tenaga agar proses peneltian
berjalan dengan lancar, sesuai yang diharapkan dan tepat waktu dalam
penyajiannya sehingga hasil penelitian lebih berkualitas.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono, Amin Dara. 2014. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Nasution Rajabuddin. 2015. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran
Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah Di Kota Medan
Timur. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Lesmana J. Eko. 2017. Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2017. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Sumarsan Thomas. 2015. Perpajakan Indonesia: edisi 4. Jakarta: PT Indeks.
Resmi Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus: edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
Wirawan B. Iyas, Rudy Suhartono. 2017. Praktikum Perpajakan: edisi 3. Bogor: In
Media.
Amanda W Frista, 2010 Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media
Kustiono Okke. 2010. Analisis Faktor-Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Jakarta Timur. Jakarta: Universitas Indonesia.
Wulansari Ayuningtyas. 2012. Analisis Tingkat Kesadaran Pajak UMKM. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Rahayu Siti Kurnia. 2017. Perpajakan (Konsep dan Aspek Formal). Bandung:
Rekayasa Sains.
Dewi Nugraheni Agustin. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Sami’un Jaja Raharja, Ratih Purbasari. 2014. Kewirausahaan. Tangerang:
Universitas Terbuka.
Raja Oskar. 2010. Kiat Sukses Mendirikan dan Mengelola UMKM. Jakarta: L
Press.
Tambunan Tulus T.H. 2009. UMKM Di Indonesia. Jakarta: GI.
Bimantoro Wildan Aryo. 2014. Pengaruh PDB UMKM Dan Investasi UMKM
Terhadap Ekspor UMKM Tahun 2000-2011 di Indonesia. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Suci Yuli Rahmini. 2012. Perkembangan UMKM Di Indonesia. Balikpapan: STIE
Sami’un Jaja Raharja, Ratih Purbasari. 2014 Kewirausahaan. Tangerang:
Universitas Terbuka.
Tanjung M. Azrul. 2017. Koperasi dan UMKM. Jakarta: Erlangga
Pandiangan Liberti. 2014. Mudahnya Menghitung Pajak UMKM. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Nisa Afifatun. 2016. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak,
Dan Sanksi Perepajakan Terhadap Kepattuhan wajib Pajak UMKM. Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim.
Wulansari Ayuningtyas. 2012. Analisis Tingkat Kesadaran Pajak UMKM. Jakarta:
Universitasi Indonesia
Priyanti Ellen Silvia. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan
Pemilik Usaha Kecil Menengah Untuk Membayar Pajak Penghasilan Pada Kota
Bangkinang. Riau: UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
Nasution Rajabuddin. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran
Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah Di Kota Medan
Timur. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Utomo Banyu Agung Wahyu. 2011. Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, Dan
Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Bumi Dan Bangunan Di Kecamatan Pamulang Kota Tanggerang Selatan. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah.
Dian Anggraeni, http://www.pajak.go.id/article/pajak-tuntas-umkm-naik-
kelas?lang=en, diakses pada tanggal 21 Juni 2018.
Leonardo A.A.T Sambodo, dkk, https://www.bappenas.go.id/index.php/download
file/view/22661/832/, diakses pada tanggal 21 Juni 2018.
Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, http://www.pajak.go.id/content/strategi-
meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak, diakses pada tanggal 17 Juli 2018
Penerimaan Pajak UMKM masih rendah,
https://kumparan.com/@kumparanbisnis/sri-mulyani-penerimaan-pajak-umkm-
masih-rendah-27431110790545565, diakses pada tanggal 17 Juli 2018
Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, http://www.pajak.go.id/
content/article/refleksi-tingkat-kepatuhan-wajib-pajak, diakses pada tanggal 17
Juli 2018.
64
LAMPIRAN 1
Beberapa contoh dari usaha dengan kategori “mikro” yang dibagikan
kuesioner oleh peneliti
Beberapa contoh dari usaha dengan kategori “kecil” yang dibagikan
kuesioner oleh peneliti
Beberapa contoh dari usaha dengan kategori “menengah” yang dibagikan
kuesioner oleh peneliti
LAMPIRAN 2
Angket Penelitian
Data Responden:
Nama : (boleh tidak diisi)
Alamat : (boleh tidak diisi)
No Handphone : (boleh tidak diisi)
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *
Status : Menikah / Belum menikah *
* coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian bagian 1:
Untuk setiap pertanyaan pada bagian satu, berikan jawaban sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya. Silang (X) pada jawaban yang disediakan.
1. Posisi Bapak/Ibu dalam perusahaan?
a. Pemilik Perusahaan
b. Manager Perusahaan
c. Karyawan Perusahaan
d. Lainnya _______
2. Pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
a. SMA/SMK/Sederajat
b. D3
c. S1
d. S2
3. Apakah perusahaan Bapak/Ibu mempunyai NPWP Badan?
a. Ya
b. Tidak
4. Aset perusahaan Bapak/Ibu?
a. 1 Juta – 50 Juta
b. > 50 Juta – 500 Juta
c. > 500 Juta – 10 Miliar
d. Lainnya _______
5. Penjualan perusahaan per tahun perusahaan?
a. 1 Juta – 300 Juta
b. > 300 Juta – 2,5 Miliar
c. > 2,5 Miliar – 50 Miliar
d. Lainnya _______
6. Jumlah karyawan perusahaan?
a. 1 – 4 Orang
b. 5 – 19 Orang
c. 20 – 99 Orang
d. Lainnya _______
Petunjuk Pengisian bagian 2:
Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda anggap paling tepat dengan cara
memberi tanda (√) atau (X) pada setiap butir pernyataan. Setiap butir pernyataan
terdiri dari 5 pilihan jawaban :
SS = Sangat Setuju dimasukan dalam kelompok 5
S = Setuju dimasukan dalam kelompok 4
TT = Tidak Tahu dimasukan dalam kelompok 3
TS = Tidak Setuju dimasukan dalam kelompok 2
STS = Sangat Tidak Setuju dimasukan dalam kelompok 1
Pernyataan NPWP Badan (X1), Ukuran Usaha (X2), Lama Usaha (X3),
Pendidikan Terakhir (X4). Informasi dan Sosialisasi (X5), Pengetahuan Self
Assessment System (X6), dan Kepatuhan Membayar Pajak (Y).
NPWP Badan
No Pertanyaan SS S TT TS STS
1 Wajib Pajak yang memiliki
penghasilan harus
mendaftarkan diri agar
mendapat NPWP
2 NPWP penting sebagai
identitas wajib pajak
Ukuran Usaha
No Pertanyaan SS S TT TS STS
3 Besar kecilnya suatu usaha
yang dijalankan tetap
memiliki kewajiban
membayar pajak
4 Besar kecilnya suatu usaha,
tarif pajak harus sesuai
ketentuan
Lama Usaha
No Pertanyaan S TT TS STS
5 Lama tidaknya suatu usaha
yang dijalankan tetap memiliki
kewajiban membayar pajak
6 Semakin lama suatu usaha,
berpotensi taat membayar
pajak
Pendidikan Terakhir
No Pertanyaan SS S TT TS STS
7 Pendidikan sebagai upaya
pelaku usaha memahami
peraturan pajak
8 Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka pemahaman
tentang peraturan pajak
semakin luas
Informasi dan Sosialisasi
No Pertanyaan SS S TT TS STS
9 Informasi dan sosialisasi dapat
mempermudah pelaku usaha
memahami pajak
10 Dirjen pajak bertanggungjawab
atas informasi dan sosialisasi
tentang pajak kepada pelaku
usaha
11 Wajib pajak harus mengetahui
informasi terbaru tentang pajak
Pengetahuan Self Assessment System
No Pertanyaan SS S TT TS STS
12 Wajib pajak harus mengenal
sistem perpajakan di Indonesia
13 Surat Pemberitahuan Pajak
(SPT) merupakan alat untuk
melaporkan perhitungan pajak
14 Mengerti tata cara pembayaran
pajak usaha
15 Mengetahui tarif pajak yang
akan dibayar
16 Wajib pajak harus
mempertanggung jawabkan
atas jumlah pajak yang
terhutang
Kepatuhan Pajak
No Pertanyaan SS S TT TS STS
17 Pemahaman tentang pajak
menjadikan wajib pajak taat
membayar pajak
18 Pajak yang dibayarkan akan
menjadi penerimaan negara
dan digunakan untuk
kepentingan negara
19 Melaksanakan kewajiban
pajak penghasilan dari usaha
tepat waktu
20 Melaksanakan kewajiban
pajak dengan benar
21 Membayar pajak karena
adanya paksaan dari pihak
fiskus (Dirjen Pajak)
22 Membayar pajak karena
keadaan sukarela
23 Membayar pajak karena
perpajakan di Indonesia adil
LAMPIRAN 3
Hasil SPSS
1. Uji valid
NPWP Badan
Correlations
item1 item2 totalskor
item1 Pearson Correlation 1 ,177 ,835**
Sig. (2-tailed) ,456 ,000
N 20 20 20
item2 Pearson Correlation ,177 1 ,690**
Sig. (2-tailed) ,456 ,001
N 20 20 20
Totalskor Pearson Correlation ,835** ,690** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,001
N 20 20 20
Ukuran Usaha
Correlations
item1 item2 totalskor
item1 Pearson Correlation 1 ,106 ,619**
Sig. (2-tailed) ,656 ,004
N 20 20 20
item2 Pearson Correlation ,106 1 ,846**
Sig. (2-tailed) ,656 ,000
N 20 20 20
Totalskor Pearson Correlation ,619** ,846** 1
Sig. (2-tailed) ,004 ,000
N 20 20 20
Lama Usaha
Correlations
item1 item2 totalskor
item1 Pearson Correlation 1 ,505* ,906**
Sig. (2-tailed) ,023 ,000
N 20 20 20
item2 Pearson Correlation ,505* 1 ,823**
Sig. (2-tailed) ,023 ,000
N 20 20 20
totalskor Pearson Correlation ,906** ,823** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 20 20 20
Pendidikan Terakhir
Correlations
item1 item2 totalskor
item1 Pearson Correlation 1 ,596** ,893**
Sig. (2-tailed) ,006 ,000
N 20 20 20
item2 Pearson Correlation ,596** 1 ,893**
Sig. (2-tailed) ,006 ,000
N 20 20 20
totalskor Pearson Correlation ,893** ,893** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 20 20 20
Informasi dan Sosialisasi
Correlations
item1 item2 item3 totalskor
item1 Pearson Correlation 1 ,792** ,190 ,814**
Sig. (2-tailed) ,000 ,421 ,000
N 20 20 20 20
item2 Pearson Correlation ,792** 1 ,381 ,899**
Sig. (2-tailed) ,000 ,098 ,000
N 20 20 20 20
item3 Pearson Correlation ,190 ,381 1 ,678**
Sig. (2-tailed) ,421 ,098 ,001
N 20 20 20 20
totalskor Pearson Correlation ,814** ,899** ,678** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001
N 20 20 20 20
Pengetahuan Self Assessment System
Correlations
item1 item2 item3 item4 item5 totalskor
item1 Pearson Correlation 1 ,505* ,269 ,293 ,440 ,735**
Sig. (2-tailed) ,023 ,251 ,209 ,052 ,000
N 20 20 20 20 20 20
item2 Pearson Correlation ,505* 1 ,134 ,492* ,492* ,774**
Sig. (2-tailed) ,023 ,574 ,028 ,028 ,000
N 20 20 20 20 20 20
item3 Pearson Correlation ,269 ,134 1 ,068 ,272 ,528*
Sig. (2-tailed) ,251 ,574 ,776 ,246 ,017
N 20 20 20 20 20 20
item4 Pearson Correlation ,293 ,492* ,068 1 ,458* ,647**
Sig. (2-tailed) ,209 ,028 ,776 ,042 ,002
N 20 20 20 20 20 20
item5 Pearson Correlation ,440 ,492* ,272 ,458* 1 ,754**
Sig. (2-tailed) ,052 ,028 ,246 ,042 ,000
N 20 20 20 20 20 20
Totalskor Pearson Correlation ,735** ,774** ,528* ,647** ,754** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,017 ,002 ,000
N 20 20 20 20 20 20
2. Uji Reliabilitas
3. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 97
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,32565868
Most Extreme Differences Absolute ,060
Positive ,042
Negative -,060
Test Statistic ,060
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,858 23
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
4. Uji T
5. Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,587a ,344 ,301 2,402
6. Tabel r Product Moment pada sig 0,05 (Two Tail)
N r N r N r N r N r N r
1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138
2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137
3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137
4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137
5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136
6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136
7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10,650 3,200 3,328 ,001
x1 ,012 ,305 ,004 ,040 ,968
x2 ,207 ,171 ,115 1,209 ,230
x3 ,328 ,350 ,116 ,935 ,352
x4 ,499 ,362 ,182 1,376 ,172
x5 -,118 ,213 -,061 -,553 ,582
x6 ,563 ,135 ,413 4,186 ,000
8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135
9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135
10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135
11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134
12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134
13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134
14 0.497 54 0.263 94 0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134
15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133
16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133
17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133
18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132
19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132
20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132
21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131
22 0.404 62 0.246 102 0.193 142 0.164 182 0.145 222 0.131
23 0.396 63 0.244 103 0.192 143 0.163 183 0.144 223 0.131
24 0.388 64 0.242 104 0.191 144 0.163 184 0.144 224 0.131
25 0.381 65 0.24 105 0.19 145 0.162 185 0.144 225 0.13
26 0.374 66 0.239 106 0.189 146 0.161 186 0.143 226 0.13
27 0.367 67 0.237 107 0.188 147 0.161 187 0.143 227 0.13
28 0.361 68 0.235 108 0.187 148 0.16 188 0.142 228 0.129
29 0.355 69 0.234 109 0.187 149 0.16 189 0.142 229 0.129
30 0.349 70 0.232 110 0.186 150 0.159 190 0.142 230 0.129
31 0.344 71 0.23 111 0.185 151 0.159 191 0.141 231 0.129
32 0.339 72 0.229 112 0.184 152 0.158 192 0.141 232 0.128
33 0.334 73 0.227 113 0.183 153 0.158 193 0.141 233 0.128
34 0.329 74 0.226 114 0.182 154 0.157 194 0.14 234 0.128
35 0.325 75 0.224 115 0.182 155 0.157 195 0.14 235 0.127
36 0.32 76 0.223 116 0.181 156 0.156 196 0.139 236 0.127
37 0.316 77 0.221 117 0.18 157 0.156 197 0.139 237 0.127
38 0.312 78 0.22 118 0.179 158 0.155 198 0.139 238 0.127
39 0.308 79 0.219 119 0.179 159 0.155 199 0.138 239 0.126
40 0.304 80 0.217 120 0.178 160 0.154 200 0.138 240 0.126
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
76
Recommended