View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
18
PENGARUH PENILAIAN KINERJA DENGAN KONSEP
KONVENSIONAL DAN KONSEP VALUE BASED
TERHADAP RATE OF RETURN
PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM LQ 45
Kurniawati Mutmainah
Universitas Sains Alquran
ABSTRACT
The company’s performance is a measurement used by investors to invest their
capital in shares of stock. Several valuation approaches available in order to
measured company’s, but the most commonly used for analysis are based on the
earnings and cash flow for a specific period. This approach is called conventional
concept, where earning and cash flow often used as primary indicators in order to
valuing company’s successful. However, these traditional measurements are
highly dependent upon the accounting methods used in preparing the financial
statement. Investors must be careful in using earning or cash flow information as
a standard in making an investment decision.
The introduction of the value based metrics concepts in measuring the
company’s performance have been shown recently to recover the weakness of the
traditional measurements. One of the measurement using value based metrics
concept is Economic Value Added. Measuring the company’s performance with
this method is better than conventional method, so it can be a precisely reference,
compared with earnings and cash flow.
The objective of this research is to examine those performance measurement,
and how their influence on investment’s rate of return. This research used Rate of
Return (ROR) as dependent variable; Return on Investment (ROI), Return on
Equity (ROE), Operating Cash Flow (OCF), and Economic Value Added (EVA)
as independent variables. The hypotheses proposed were tested by multiple linear
regressions for 45 companies listed in Indonesian Stock Exchange in 2014.
However, this research has found that there is a significant influence of ROI,
ROE, OCF, and EVA on ROR.
Keywords : Rate of Return, Return on Investment, Return on Equity, Operating
Cash Flow, Economic Value Added
PENDAHULUAN
Dewasa ini dengan semakin pesatnya perkembangan zaman membawa
dampak pada persaingan antar perusahaan. Sehingga perusahaan dituntut untuk
dapat meningkatkan kinerjanya agar bisa bertahan dalam persaingan yang
semakin ketat tersebut. Saat ini banyak sekali investor baik asing maupun swasta
yang menginvestasikan dananya pada perusahan, tentunya investasi tersebut harus
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
19
dilakukan dengan berbagai pertimbangan investasi. Menurut Fauzan (2006), pada
dasarnya investasi merupakan penanaman sejumlah dana pada saat ini dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Karena itu
sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan apakah investasinya
tersebut dapat memberikan tingkat pengembalian (Rate Of Return) yang berupa
keuntungan sesuai yang diharapkan atau tidak.
Salah satu cara agar investor dapat memperoleh keuntungan yaitu dengan
melakukan investasi pada saham perusahaan yang memiliki kinerja yang baik.
Menurut Miranda dkk (2003), yang dimaksud dengan kinerja yang baik yaitu
apabila suatu perusahaan dapat meningkatkan kekayaan bagi para pemegang
sahamnya. Sehingga pengukuran kinerja suatu perusahaan sangat diperlukan
untuk menilai tingkat keberhasilan perusahaan yang nantinya bisa digunakan
sebagai acuan dalam melakukan investasi. Untuk itu diperlukan konsep penilaian
kinerja yang mampu mengukur seberapa baik kinerja yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan.
Konsep penilaian kinerja ada dua macam, yaitu konsep konvensional dan
konsep value based. Konsep konvensional sering menggunakan laba dan arus kas
sebagai indikator utama keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Sedangkan dalam
konsep value based mempertimbangkan resiko biaya modal yang dihadapi oleh
perusahaan (Fauzan, 2006).
Dalam konsep konvensional untuk mengukur kinerja suatu perusahaan
biasanya yang selalu menjadi fokus utama perhatian yaitu laba akuntansi. Karena
dari laba akuntansi tersebut dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam
pemenuhan kewajiban bagi para investornya dan untuk menilai prospek
perusahaan pada masa yang akan datang. Namun, dalam menilai kinerja
perusahaan tidak hanya cukup dengan menggunakan laba akuntansi saja, karena
laba akuntansi tidak mempunyai makna riil apabila tidak didukung oleh
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas. Maka diperlukan laporan arus
kas, yang secara tepat dapat menggambarkan waktu, manfaat, dan biaya, yaitu
saat uang diterima, saat dapat diinvestasi kembali, dan saat harus dibayarkan. Alat
ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kas yaitu Operating Cash Flow (OCF) (Baridwan, 1997).
Semakin banyaknya perusahaan yang go public dan semakin banyaknya
kritikan atas pengukuran kinerja konvensional menyebabkan munculnya berbagai
konsep penilaian kinerja baru, yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan pada metode penilaian kinerja tradisional yang menggunakan
pengukuran akuntansi. Salah satunya adalah konsep pengukuran kinerja
berdasarkan Value Based (Miranda dkk, 2003).
Salah satu jenis metode dari konsep value based ini adalah Economic
Value Added (EVA). Konsep EVA dicetuskan oleh G. Bennet Stewart dan Joel M.
Stern (analis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Stewart & Co), pada
tahun 1991. Menurut G. Bennet Stewart dalam Miranda dkk (2003), “EVA is
operating profits less the cost of all of the capital employed to produce those
earnings”. EVA adalah alat ukur kinerja perusahaan yang mementingkan
penggunaan biaya atas modal yang digunakan perusahaan dalam operasional.
Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang konvensional, cara EVA
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
20
mengukur kinerja perusahaan adalah dengan mengurangi laba operasi setelah
pajak dengan beban biaya modal (cost of capital), di mana beban biaya modal
mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Perbedaan pokok antara EVA dan
pengukuran laba konvensional adalah EVA merupakan laba “ekonomis”
kebalikan dari laba “akuntansi”. EVA menekankan laba operasi setelah pajak dan
biaya modal aktual. Para investor menyukai EVA karena metode ini mengkaitkan
laba dengan jumlah sumber daya yang diperlukan untuk memperoleh laba
tersebut.
Dengan penerapan konsep EVA perusahaan dipaksa untuk dapat
menggabungkan dua prinsip dasar keuangan yaitu mereka harus memaksimumkan
kekayaan pemegang saham dan sekaligus meningkatkan nilai perusahaan yang
dapat dilihat dari sejauh mana investor berharap laba dimasa depan melebihi dari
biaya modal (Handoko, 2008).
Konsep-konsep penilaian kinerja dan pengaruhnya terhadap tingkat
pengembalian investasi harus diperhatikan oleh investor. Tujuannya adalah untuk
mengetahui tentang kepastian investasi yang akan dilakukan terhadap sebuah
perusahaan. Investor akan dapat melakukan pengambilan keputusan investasi
secara tepat, jika dapat mengetahui kinerja sebuah perusahaan. Tentunya investasi
akan dilakukan pada perusahaan yang dinilai dalam kategori perusahaan yang
berkinerja baik.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas,
dapat diuraikan rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Return On Investment
(ROI) terhadap Rate Of Return (ROR) ?
2. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Return On Equity (ROE)
berpengaruh terhadap Rate Of Return (ROR) ?
3. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Operating Cash Flow
(OCF) berpengaruh terhadap Rate Of Return (ROR) ?
4. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Economic Value Added
(EVA) berpengaruh terhadap Rate Of Return (ROR) ?
Penlitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh Return On Investment (ROI),
Return On Equity (ROE), Operating Cash Flow (OCF), Economic Value Added
(EVA) terhadap Rate Of Return (ROR).
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja Perusahaan
Pengukuran kinerja pada dasarnya merupakan pengukuran perilaku
manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan
organisasi. Pengukuran kinerja bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Pengukuran kinerja manajemen merupakan ukuran efisiensi dan keefektifan
seorang manajer, yaitu bagaimana dia menentukan dan mencapai obyektivitas
yang memadai. Pengukuran kinerja dalam suatu perusahaan pada akhirnya tidak
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
21
terlepas dari keterkaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan yang utama, yaitu
untuk meningkatkan nilai yang dimiliki perusahaan (Laduna, 2006).
Nilai perusahaan dikatakan baik apabila perusahaan tersebut memiliki
kinerja yang baik. Menurut Miranda dkk (2003), yang dimaksud dengan kinerja
yang baik yaitu apabila suatu perusahaan dapat meningkatkan kekayaan bagi para
pemegang sahamnya. Sehingga, pengukuran kinerja suatu perusahaan sangat
diperlukan untuk menilai tingkat keberhasilan perusahaan yaitu dengan
menganalisis kinerja keuangan.
Melihat kinerja keuangan suatu perusahaan sangat penting bagi seorang
investor terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan sehingga investor tidak
salah dalam menanamkan dananya pada sekuritas suatu perusahaan. Investor
harus melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba karena jika laba
suatu perusahaan tersebut besar maka menggambarkan kinerja perusahaan juga
naik, yang akan meningkatkan return saham pada perusahaan tersebut.
Menurut Sartono (2001), dengan menganalisis kinerja keuangan, investor
maupun calon investor akan dapat menilai apakah manajer dapat merencanakan
dan mengimplementasikan setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.
Rate Of Return (ROR)
Rate Of Return (ROR) adalah tingkat pengembalian saham atas investasi
yang dilakukan oleh investor. Komposisi penghitungan Rate Of Return (return
total) adalah capital gain (loss) dan yield. Capital gain (loss) merupakan selisih
laba/rugi karena perbedaan harga sekarang yang lebih tinggi atau lebih rendah bila
dibandingkan dengan harga periode waktu sebelumnya. Sedangkan yield
merupakan persentase penerimaan kas secara periodik terhadap harga investasi
periode tertentu dari sebuah investasi. Untuk saham, yield merupakan persentase
dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield
merupakan prosentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi
sebelumnya (Jogiyanto, 2003).
Investor menanamkan modalnya pada sekuritas perusahaan yaitu untuk
memperoleh keuntungan (return) yang memuaskan dengan risiko tertentu. Return
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Semakin tinggi harga jual saham di
atas harga belinya, maka semakin tinggi pula return yang akan diperoleh investor.
Jogiyanto (2003), membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu
return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return).
1) Return Realisasi (realized return)
Return Realisasi merupakan return yang telah terjadi, return realisasi
ini dihitung berdasarkan dari data historis. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return historis
ini, juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return)
dan risiko di masa mendatang.
2) Return Ekspektasi (expected return)
Return Ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh
oleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang
sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
22
ROI (Return On Investment)
ROI (Return On Investment) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (tingkat pengembalian),
yang akan digunakan untuk menutupi investasi yang dikeluarkan. Laba yang
digunakan unuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak (EAT =
Earning After Tax) (Sutrisno, 2000).
Analisis ROI dalam analisis rasio keuangan memiliki arti yang penting
sebagai salah satu teknik analisis rasio keuangan yang bersifat menyeluruh
(komprehensif). Analisis ROI lazim digunakan oleh pihak manajemen untuk
mengukur efektivitas operasi perusahaan secara menyeluruh. ROI merupakan
salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional
perusahaan. Dengan demikian, rasio ini membandingkan keuntungan yang
diperoleh dari sebuah kegiatan operasi perusahaan (net operating income)
menghasilkan keuntungan tersebut. Sebutan lain untuk rasio ini adalah net
operating profit rate of return atau operating earning power (Munawir, 2000).
ROI umumnya digunakan sebagai pedoman investor dalam mengambil
suatu keputusan investasi. Hanya investasi yang mampu memberikan ROI seperti
yang diharapkan investor saja yang akan diterima. Pengumuman laba mempunyai
kandungan informasi dan oleh investor pengumuman tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui harga saham yang wajar (Miranda dkk, 2003).
Menurut Dwi Prastowo (1995), Return on investment mengukur tingkat
kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik dengan
menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan
menggunakan dana yang berasal dari pemilik. Return on investment merupakan
terminologi yang luas dari ratio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara
laba yang diperoleh dan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut.
ROE (Return On Equity) Return on Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh mana
perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan
dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham
perusahaan. Return On Equity (ROE) juga dapat disebut sebagai rentabilitas
modal sendiri (Sutrisno, 2000). Menurut Hanafi dan Halim (2005), ROE
merupakan alternatif alat analisis keuangan untuk mengukur profitabilitas. ROE
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan berdasarkan
ukuran modal tertentu.
ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang
saham. Tujuan utama kegiatan operasi perusahaan adalah untuk menghasilkan
laba yang bermanfaat bagi pemegang saham, dan ukurannya adalah pencapaian
angka ROE. Maka ROE yang semakin besar, juga akan mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan yang tinggi bagi
pemegang saham (Dwi, 1995).
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
23
Menurut Riyanto (1995), ROE menggunakan hubungan antara keuntungan
setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Yang dianggap
modal sendiri adalah saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen dan
cadangan-cadangan lain. Melihat hubungan-hubungan itu, Return On Equity tidak
lain adalah rentabilitas ekonomi. Bagi perusahaan pada umumnya masalah
rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar
saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan
efisien. Return On Equity diperoleh dari profit after tax dibagi equity (Indonesian
Capital Market Directory). Hasil pembagian ini pada umumnya dinyatakan dalam
persen. Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik
atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ini.
OCF (Operating Cash Flow)
Arus kas adalah kas bersih yang sebenarnya yang berbeda dari laba
akuntansi bersih, yang dihasilkan perusahaan dalam periode waktu tertentu
(Bringham dalam Laduna, 2006).
Menurut Sutrisno (2000), kegiatan investasi yang akan dilakukan oleh
perusahaan diharapkan akan tertutupi oleh penerimaan–penerimaan yang
direncanakan diperoleh di masa yang akan datang. Penerimaan-penerimaan
tersebut berasal dari proyeksi keuntungan yang akan diperoleh atas investasi yang
bersangkutan. Keuntungan atau laba yang akan digunakan untuk menutup
investasi tersebut mengandung dua pengertian yaitu (1) laba akuntansi, yaitu laba
yang terdapat dalam laporan keuangan yang disusun oleh bagian akuntansi, yang
dapat dilihat dari laba pada Laporan Laba Rugi, serta (2) laba tunai, yaitu laba
yang berupa aliran kas atau cash flow. Cashflow yang berhubungan dengan suatu
keputusan investasi bisa dikelompokkan dalam 3 macam aliran kas yaitu :
1) Initial cashflow, yaitu aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran-
pengeluaran kas untuk keperluan investasi, seperti pengeluaran kas untuk
pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin, pembelian
peralatan lain, pembelian kendaraan, dan pengeluaran kas lain dalam rangka
mendapatkan aktiva tetap. Termasuk dalam initial cashflow ini adalah
kebutuhan dana yang akan digunakan untuk modal kerja. Initial cashflow
biasanya dikeluarkan pada saat pendirian investasi.
2) Operational cashflow, yaitu aliran kas yang akan dipergunakan untuk
menutup investasi. Operational cashflow biasanya diterima setiap tahun
selama usia investasi, dan berupa aliran kas bersih. Operational cashflow
inilah yang sering disebut sebagai cashflow saja. Dengan demikian
operational cashflow dapat dihitung dengan menambahkan laba akuntansi
(EAT) dengan penyusutan.
3) Terminal cashflow, yaitu aliran kas yang diterima sebagai akibat habisnya
umur ekonomis suatu proyek investasi. Apabila proyek investasi habis umur
ekonomisnya biasanya masih ada penerimaan kas, misalnya dari penjualan
aktiva tetap yang masih bisa digunakan, juga dana yang digunakan sebagai
modal kerja. Oleh karena itu yang termasuk dalam kelompok terminal
cashflow adalah nilai residu dan modal kerja. Nilai residu adalah taksiran
harga jual aktiva tetap bila usia ekonomis proyek habis. Sedangkan modal
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
24
kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan
sehari hari.
Laporan arus kas dibuat oleh perusahaan dengan tujuan untuk
menyediakan informasi tentang penerimaan–peneriamaan kas dan pembayaran-
pembayaran kas dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Tujuan
lainnya adalah untuk memaparkan informasi tentang kegiatan-kegiatan operasi,
investasi, dan pendanaan dari perusahaan tersebut. Selain itu laporan arus kas juga
dapat memasok informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi
perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, dan struktur keuangan (termasuk
likuiditas dan solvabilitas). Bagi pihak internal laporan arus kas dapat digunakan
untuk menentukan kebijakan deviden, kebijakan investasi dan pendanaan.
Sedangkan bagi fihak eksternal, laporan arus kas dapat digunakan untuk
menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar deviden, kemampuan
membayar hutang dengan kas dari operasi dan menentukan proporsi kas yang
berasal dari operasi dibandingkan kas yang berasal dari sumber pendanaan (Dwi,
1995).
EVA (Economic Value Added) Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart dan Stern seorang
analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Di
Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah
Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur
laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan
hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi
dan biaya modal. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai
atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam
operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah
pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of
Capital) (Tunggal, 2001).
EVA dapat diartikan sebagai nilai tambah ekonomis yang dihasilkan
perusahaan dengan mengoptimalkan beban bunga pinjaman atas struktur
permodalan. EVA sendiri dapat didefinisikan sebagai: ”Keuntungan operasional
setelah pajak (after tax operating income) dikurangi dengan total biaya modal
(total cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan
laba tersebut”. Dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa
(residual income) yang mengurangkan biaya-biaya modal terhadap laba operasi.
Stern dan Steward melakukan beberapa penyesuaian terhadap laba operasi setelah
pajak yang disusun menurut Standar Akuntansi Keuangan. Penyesuaian ini perlu
dilakukan untuk menghilangkan distorsi yang ditimbulkan oleh Standar Akuntansi
Keuangan yang digunakan. Penyesuaian tersebut yaitu: dengan menambahkan
cadangan-cadangan ekuitas ekuivalen (equity equivalent reserves) ke dalam
modal serta menambahkan beban periodik dari cadangan-cadangan tersebut pada
laba operasi setelah pajak. Contoh dari cadangan-cadangan ekuitas ekuivalen
antara lain adalah cadangan piutang tak tertagih, amortisasi komulatif dan
goodwill, dan aktiva tak berwujud yang dikapitalisasikan (Utama, 1997).
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
25
Menurut Mike Rousanna (1997), EVA secara sederhana didefinisikan
sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital)
dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Laba
operasi setelah pajak merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak, dimana laba
operasi dihitung sebelum dikurangkan dengan financing cost dan non-
cashbookkeeping entries. C* (Weighted Average Cost of Capital) merupakan rata-
rata tertimbang biaya hutang (cost of debt) dan biaya modal sendiri (cost of
equity). Biaya hutang (cost of debt) yaitu rate yang harus dibayar perusahaan
didalam pasar sekarang untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru.
Biaya modal sendiri (cost of equity) dihitung menggunakan CAPM yaitu sebagai
penjumlahan dari tingkat bunga tanpa resiko dan selisih antara tingkat
pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar. Capital merupakan jumlah
dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan
penjumlahan dari total hutang dan modal saham. ROR (rate of return) merupakan
tingkat pengembalian yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, yang
diukur melalui produktivitas modal.
Kerangka Teoritis
Gambar 1
Model Penelitian Gambar 2
Model Penelitian
Sumber : Data primer diolah, 2011
Sumber : Data primer diolah, 2011
Kinerja dari sebuah perusahaan bisa dilihat dari laporan keuangannya.
Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi utama bagi
Konsep Value Based
Konsep konvensional
Variabel dependen
Variabel independen
ROR (Y)
ROI (X1)
ROE (X2)
OCF (X3)
EVA (X4)
H1
H2
H3
H4
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
26
kepentingan manajemen maupun bagi investor dalam pengambilan keputusan
investasi di pasar modal. Laporan ini mencakup dua hal pokok yaitu laporan rugi
laba dan neraca, kemudian laporan keuangan tadi dianalisis. Dalam penelitian ini
menggunakan dua konsep yaitu konsep konvensional dan konsep value based.
Konsep konvensional terdiri dari Return on Investment (ROI), Return on Equity
(ROE) dan Operating Cash Flow (OCF), sedangkan konsep value based yaitu
dengan Economic Value Added (EVA).
Dari hasil analisis laporan keuangan yang berupa ROI, ROE, OCF serta
EVA akan dilakukan pengujian apakah keempat varibel tersebut baik secara
parsial akan berpengaruh terhadap perubahan harga saham kategori LQ 45 pada
Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis Penelitian
Pengaruh Return On Investment (ROI) terhadap Rate Of Return (ROR)
Laba akuntansi selalu menjadi fokus perhatian dalam menilai kinerja
sebuah perusahaan. Alat ukur finansial yang lazim digunakan untuk mengukur
tingkat laba adalah Return on Investment (ROI) (Miranda dkk, 2003).
James Dodd dan Shimin Chen (1996), yang meneliti korelasi antara
tingkat pengembalian saham dengan berbagai pengukur profitabilitas untuk 566
perusahaan Amerika dalam rentang waktu mulai tahun 1983 hingga 1992. Dodd
dan Chen mendapat hasil R2 dari tingkat pengembalian saham dengan ROI
sebesar 24,5%, sedangkan dengan EVA 20,2%, residual income 19,4%, EPS 5%,
dan ROE 7%. Sehingga dari penelitian Dodd dan Chen ini dapat disimpulkan
bahwa di antara berbagai pengukur profitabilitas yang telah disebutkan di atas,
ROI memiliki korelasi yang paling besar dengan tingkat pengembalian saham.
Diyanti (2000), meneliti hubungan laba bersih dan arus kas dengan return
pada saham di Bursa Efek Jakarta pada periode 1994-1997. Laba bersih
memperlihatkan hubungan yang lebih kuat daripada arus kas.
Miranda dkk (2003), meneliti hubungan ROI dengan ROR pada 50
perusahaan yang terdaftar di BEJ, menemukan bahwa ROI berpengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengembalian ROR. Berdasarkan pada hal tersebut
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1: Return On Investment (ROI) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return
(ROR).
Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Rate Of Return (ROR)
Resmi (2002), meneliti hubungan kinerja keuangan perusahaan yang salah
satunya dengan menggunakan ROE pada perusahaan kategori LQ 45, menemukan
bahwa ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Solihudin (2005), melakukan penelitian mengenai pengaruh EVA dan
ROE terhadap return saham , menemukan bahwa kedua variabel independent
yaitu ROE dan EVA berpengaruh signifikan terhadap return saham. ROE
berpengaruh dengan signifikansi sebesar 3,8 % dan EVA sebesar 1%.
Penelitian Setyoningsih (2006), dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan
Perusahaan Terhadap Return Saham Studi pada Perusahaan Manufaktur yang
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
27
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa : Rasio yang digunakan
EPS, PER, DER dan ROE yaitu secara bersama-sama mempunyai pengaruh
sebesar 5% terhadap return saham.
Handoko (2008), meneliti hubungan kinerja keuangan perusahaan yang
salah satunya dengan menggunakan ROE terhadap perubahan harga saham pada
perusahaan kategori LQ 45, menemukan bahwa ROE berpengaruh terhadap
perubahan saham.
Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H2 : Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return
(ROR).
Pengaruh Operating Cash Flow (OCF) terhadap Rate Of Return (ROR) Secara teoritis, setelah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada PSAK No. 2
mengenai laporan arus kas mengharuskan perusahaan yang sudah go publik
menyajikan laporan arus kas, maka seluruh informasi keuangan diperusahaan
semakin mudah diketahui investor. Oleh sebab itu, hal ini akan berdampak pada
reaksi investor dalam menanggapi informasi tersebut, termasuk pula berpengaruh
pada volume perdagangan dan harga permintaan maupun harga penawaran saham
yang diperjualbelikan (Miranda dkk, 2003).
Bernard dan Stober (1989), menemukan adanya reaksi harga saham yang
sangat tinggi sekali terhadap pengumuman informasi arus kas. Alaraini dan
Stephens (1999), juga menemukan dalam hasil penelitiannya bahwa ada hubungan
antara informasi arus kas dan penilaian sekuritas. Demikian pula dengan
penelitian Baridwan (1997), Hastuti (1997), Suadi (1998), Asyik (1999), dan
Triyono (2000) menemukan bahwa informasi arus kas ternyata mampu
memberikan nilai tambah bagi para pemakai informasi laporan keuangan.
Menurut Manurung (1998), meneliti hubungan laba bersih dan arus kas
dengan return pada saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ,
menemukan bahwa arus kas operasi yang surplus akan menunjukkan korelasi
positif dengan kinerja perusahaan. Kesimpulan ini mendukung pemikiran bahwa
arus kas yang positif akan meningkatkan harga saham.
Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H3: Operating Cash Flow (OCF) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return
(ROR).
Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Rate Of Return (ROR).
O’Byrne (1996), mengatakan bahwa berdasarkan riset yang dilakukan
dipasar modal New York (NYSE), perubahan EVA dalam 5 tahun menjelaskan
perubahan nilai pasar saham sebesar 74%, sementara perubahan dalam earning
pada periode yang sama hanya menjelaskan 24%.
Lehn dan Mahkija (1996), melakukan uji sahih atas hubungan EVA
(economic value added) dengan stock return dari 241 perusahaan yang termasuk
dalam peringkat pencipta nilai yang setiap tahun diterbitkan oleh Stern Stewart &
Co untuk tahun 1987, 1988 dan 1993. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
28
walaupun bedanya tidak terlalu besar, ternyata hubungan EVA dengan return
saham memiliki hubungan yang lebih tinggi.
Handoko (2008), meneliti hubungan kinerja keuangan perusahaan yang
salah satunya dengan menggunakan EVA terhadap perubahan harga saham pada
perusahaan kategori LQ 45, menemukan bahwa EVA berpengaruh terhadap
perubahan saham.
Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H4 : Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return
(ROR).
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Rate Of Return (ROR)
Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah tingkat pengembalian
investasi (rate of return) yaitu capital gain dan dividen yield. Untuk menghitung
rate of return (ROR) digunakan rumus sebagai berikut :
ROR = P1 – P0 + D1
P0
Dimana :
ROR = tingkat pengembalian investasi
P1 = harga saham penutupan tahun 2014
P0 = harga saham penutupan tahun 2013
D1 = dividen yang diharapkan tahun 2014
Return on Investment (ROI) ROI dihitung dengan membagi laba bersih atau earning after tax (EAT) dengan total
aktiva. Formula yang digunakan untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut :
Return On Equity (ROE)
ROE dalam penelitian ini dihitung dengan membagi EAT dengan modal
sendiri (Handoko, 2008). Formula yang digunakan untuk menghitung ROE adalah
sebagai berikut :
Operating Cash Flow (OCF)
Variabel operating cash flow diukur berdasarkan nilai operating cash flow
yang tersaji dalam laporan arus kas. Operating cash flow dapat diambil dari
laporan arus kas, yang merupakan salah satu unsur dalam laporan keuangan.
EAT
Modal Pemilik ROE =
EAT
Total Aktifa ROI =
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
29
Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan selisih antara net operating after tax (NOPAT) dengan
biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan (capital charge). Rumus menghitung
EVA :
EVA = NOPAT - ( WACC x Capital )
Dimana :
NOPAT = net operating profit after tax atau laba operasi bersih WACC = tingkat biaya modal rata-rata tertimbang
Capital = hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri.
Model Penelitian
Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan
adalah regresi linier berganda. Formula untuk menghitung ROR adalah sebagai
berikut : ROR = a + b1ROI + b2ROE +b3OCF + b4EVA+e
Dimana :
ROR = Rate of Return (tingkat pengembalian investasi)
ROI = Return on Investment
ROE = Return On Equity
OCF = Operating Cash Flow
EVA = Economic Value Added
a = intersep (konstanta)
b1, b2, b3,b4 = koefisien variabel bebas
e = error Tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian ini adalah 0.95 atau 0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka dinyatakan signifikan pada
taraf kesalahan 5%. Ini berarti bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen sebesar nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah data sekunder perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 yang masuk kategori indek
saham LQ 45.
Teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Adapun
kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan di BEI tahun 2014.
2. Perusahaan yang masuk kategori LQ 45 dan menyediakan data keuangan
tahun 2014.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data Penelitian
Data penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dari perusahaan yang
masuk dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 kategori LQ 45. Indeks LQ
45 adalah salah satu indeks harga saham yang ada di Bursa Efek Indonesia. Indek
LQ 45 adalah saham-saham dengan likuiditas (liquid) tinggi. Indeks LQ 45 hanya
terdiri dari 45 saham yang terpilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
30
sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan tingakt likuiditas (liquid) yang
tinggi
Tabel 1
Statistik Diskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
ROI 45 2.49 40.15 19.6271 10.52228
ROE 45 2.09 63.88 18.1036 14.06507
OCF 45 506,160,000.- 15,726,100,000,000.- 2.6085E12 4.31108E12
EVA 45 -1,420,931,871,799.- 3,221,092,575,813.- 1.7679E11 6.51528E11
ROR 45 -24.85 54.76 27.3804 15.69543
Valid N 45
Nilai rata-rata dari variabel ROR adalah sebesar 27,3%; variabel ROI sebesar 19,62%;
variabel ROE sebesar 18,1%; variabel OCF sebesar Rp2.6085E12; dan EVA sebesar Rp
1.7679E11. Semua variabel memiliki nilai rata-rata yang positif, hal ini menunjukkan bahwa
selama tahun 2014 perusahaan mampu menghasilkan rata-rata ROI yang baik, rata-rata ROE yang
baik, mampu menghasilkan arus kas yang baik dan mampu menciptakan nilai tambah, serta
mampu memberikan tingkat pengembalian yang memadai yang diharapkan investor.
Nilai standar deviasi variabel ROR (Rate Of Return) adalah sebesar
15.695%, sedangkan ROI (Return On Investment ) sebesar 10.522%; dan ROE
(Return On Equity) yang sebesar 14,065%. Standar deviasi untuk OCF
(Operating Cash Flow) adalah sebesar Rp 431.108.000.000,00 dan EVA
(Economic Value Added) sebesar Rp 65.152.800.000,00
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Tabel 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 45
Normal Parametersa,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 13.49139080
Most Extreme
Differences
Absolute .081
Positive .067
Negative -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .541
Asymp. Sig. (2-tailed) .931
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan normalitas dengan
menggunakan uji One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test memiliki probabilitas
tingkat signifikansi di atas tingkat α = 0,05 yaitu 0,931. Hal ini berarti dalam
model regresi terdapat variabel residual atau variabel pengganggu yang
terdistribusi secara normal.
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
31
2. Uji Multikolonieritas
Tabel 3
Model
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
1 ROI 0.868 1.152
ROE 0.912 1.097
OCF 0.846 1.183
EVA 0.911 1.098
Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10. Selanjutnya hasil perhitungan VIF
(Variance Inflation Factor) juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada
satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor)
lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi
3. Uji Heterokedastisitas
Gambar 2
Hasil Uji
Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
32
Pengujian Hipotesis
Pengaruh penilaian kinerja dengan menggunakan konsep konvensional dan
konsep velue bassed terhadap Rate of Return (H1, H2, H3, H4) diuji dengan
regresi linier berganda. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B Beta t Sig.
1 (Constant) 4.714 .716 0.478
ROI 0.629 0.422 2.893 0.006
ROE 0.381 0.342 2.400 0.021
OCF 1.305E-12 0.358 2.425 0.020
EVA 4.849E-14 0.002 .014 0.989
a. Dependent Variable: ROR
Pengujian pengaruh Return on Investment (ROI) dengan Rate of Return
(ROR)
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung ROI sebesar 2.893
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,006, lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan H1 yang menyatakan bahwa Return On Investment (ROI)
berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR) dapat diterima.
Pengujian pengaruh Return on Equity (ROE) dengan Rate of Return (ROR)
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung ROE sebesar 2.400
dengan signifikansi sebesar 0,021, lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan H2 yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh
positif terhadap Rate Of Return (ROR) dapat diterima.
Pengujian pengaruh Operating Cash Flow (OCF) dengan Rate of Return
(ROR)
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung OCF sebesar 2.425
dengan signifikansi sebesar 0,02, lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan H3 yang menyatakan bahwa Operating Cash Flow (OCF)
berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR) dapat diterima.
Pengujian pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Rate of Return
(ROR) Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung EVA sebesar 0,014 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,989, lebih besar dari 0,05.Sehingga dapat
disimpulkan H4 yang menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA)
berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR) ditolak.
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
33
KESIMPULAN
Penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh ROI,ROE,OCF dan EVA
terhadap ROR. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penilaian kinerja dengan
konsep konvensional yaitu dengan analisis ROI,ROE dan OCF memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi. Sedangkan konsep value
based yaitu analisis EVA tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa investor
dalam memutuskan investasi masih cenderung menggunakan metode
konfensional. Sehingga diharapkan, kedepan dalam menentukan portofolio
investasinya sebaiknya tidak hanya menilai kinerja perusahaan saja tapi
menggunakan dasar analisis fundamental khususnya dengan mencermati kinerja
perusahaan.
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain, pada
penelitian ini data yang diamati masih sedikit karena hanya terbatas pada saham–
saham yang masuk dalam kategori LQ 45, sehingga dari segi jumlah dirasa kurang
mewakili terhadap populasi yang ada dan hanya menggunakan satu periode
pengamatan yaitu periode tahun 2014.
DAFTAR PUSTAKA
Alaraini and Stephen. 1999. Improving the Role of Accounting Information for
Securities Valuation: SFAS No. 95. Working Paper, Temple University.
Amin Widjaja Tunggal. 2001. Memahami Konsep Value Added dan Value Based
Management, Harvindo.
Anoraga, Pandji. 2000. Pengantar Pasar Modal. Pengantar Pasar Modal. Rineka
Cipta. Baridwan, Z. 1997. Analisis Nilai Tambah Informasi Laporan Arus Kas. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 1997, vol. 12.2, hal 1-14.
Bernard, V. and T., and Stober. 1989. “The Nature and Amount of Information in
Cash Flows and Accruals”. The Accounting Review, October 1989, pp.
713-725.
Brigham, Eugene F. and Joel F Houston 2001. Manajemen Keuangan, Buku dua,
Edisi kedelapan, diterjemahkan oleh Dodo Suharto dan Herman Wibowo,
Erlangga, Jakarta.
Diyanti, Vera. 2000.Analisis Keterkaitan Pendapatan dan Arus Kas dengan Return
Saham. Karya Akhir MM-UI.
Dodd, James L., and Shimin Chen. 1996. “EVA: A New Panacea?”. B&E Review,
July-September 1996, pp. 26-28.
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
34
Fauzan, Agung 2006. Analisis Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Rate Of
Return. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.
Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim. 2005. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi
Kedua. UPP AMP YKPN.
Handoko, Wahyu 2008. Pengaruh EVA, ROE, ROA Dan EPS Terhadap
Perubahan Harga Saham Kategori LQ 45 Bursa Efek Jakarta. Surakarta:
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Husnan, Suad. 2003, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Cetakan
ketiga, Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta.
Iramani, Erie. 2006. Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja Dan Nilai
Tambah Perusahaan.
Jogiyanto,H. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3, Yogyakarta,
BPFE Universitas Gajah Mada.
Jusuf, Jopie. 2000. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Penerbit Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta
Laduna, Rudy. 2006. Analisis Pengaruh Konsep Konvensional dan Konsep
Berbasis Nilai sebagaiAlat Ukur Kinerja terhadap Return Saham. Jurnal
Aplikasi Manajemen, Volume 4, Nomor 3, Desember 2006.
Lehn, Kenneth, and Anil K. Makhija.1996. EVA & MVA as Performance
Measures and Signals for Strategic Change. Strategy and Leadership,
May/ June 1996, pp. 34-38.
Miranda, Yuliana, & Thio. 2003.Analisa Pengaruh Penilaian Kinerja Dengan
Konsep Konvensional Dan Konsep Value Based Terhadap Rate Of Return.
SNA 6 Surabaya.
Munawir.2000. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta:Liberty.
Penerbit : Ekonisia.
Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty, 2008. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi 2.
UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Prastowo, Dwi. 1995. Analisis Laporan Keuangan : Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X
35
Resmi Siti, 2002. “Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Return
Saham”. Jurnal Akuntansi Kompak, No. 6, September 2002.
Riyanto, Bambang., 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Gajah Mada
Rousana, Mike, 1997, Memanfaatkan EVA untuk Menilai Perusahaan di Pasar
Modal Indonesia, Usahawan, No. 4 th XXVI, April, hal. 18-21.
Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta:
BPFE.
Setyoningsih, Eny. 2006. “ Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap
Return Saham Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Jakarta”. Skripsi UAD.
Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta.
Tunggal, A.W., 2001, Memahami Konsep (EVA) dan VBM (Value Based
Management). Harvindo, Jakarta.University Press, Yogyakarta.
Utama, Sidharta. 1997. Economic Value Added : Pengukuran Penciptaa Nilai
Perusahaan. Usahawan No 4 Th XXVI, April 1997.
Yanindya. 1998. Perbandingan Penggunaan Metode ROE. EVA dan CVA Dalam
Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan. Thesis Magister
Manajemen.Universitas Indonesia.
Young, S. David, and Stephen O’Byrne. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan
Nilai (judul asli: EVA and Value-Based Management: A Practical Guide
to Implementation). Penerjemah Lusy Widjaja. Jakarta: Salemba Empat,.
Recommended