View
45
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL
MENGGUNAKAN SKALA GUTTMAN BERDASARKAN
KURIKULUM 2013 SISWA KELAS 4 SEMESTER 2
DI SALATIGA TAHUN 2015/2016
ARTIKEL
Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Oleh
Maria Meilinda
292012304
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2016
2
3
4
5
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL
MENGGUNAKAN SKALA GUTTMAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013
SISWA KELAS 4 SD DI SALATIGA SEMESTER 2
TAHUN 2015/2016
Maria Meilinda
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas kristen satya wacana
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan instrumen penilaian sikap spiritual yang berkualitas untuk mengukur sikap spiritual siswa berdasarkan kurikulum 2013 kelas 4 sd di salatiga dengan target pencapaian menghasilkan produk instrumen penilaian yang berkualitas dan visibilitas sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar untuk mengukur sikap spiritual siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and development/R&D). Prosedur utama penelitian ini adalah melakukan analisis produk instrumen pneilaian sikap spiritual yang dikembangkan; mengembangkan produk awal, analisis butir pernyataan, uji coba lapangan dan revisis produk. Penelitian ini dilakukan di tiga SD Negeri di salatiga. Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara dan observasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen penilaian sikap spiritual berkualitas dan layak digunakan dalam pembelajaran untuk menilaia sikap spiritual siswa SD kelas 4 di Salatiga dengan tema Tempat Tinggalku subtema Keunikan Daerah Tempat tinggalku dan menghasilkan 20 item pernyataan yang dikembangkan menggunakan skala Guttman yang sudah direvis, diujicobakan dan di analisis validitas dan reliabilitas sehingga menghasilkan instrumen penilaian sikap spiritual yang baik sebagia alat ukur sikap spiritual siswa.
Kata Kunci : Instrumen Penilaian, Sikap Spiritual, Skala Guttman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kurikulum 2013 penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam penilaian sikap, pendidik melakukan penilaian
melalui observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala
penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Peniaian
pengetahuan pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan
penugasan. Dan pada penilaian keterampilan pendidik menilai kompetensi melalui penilaian
kinerja. Penilaian sikap dalam kurikulim 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu
sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa,
6
dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia,
mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari
menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai
wujud eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan. Didalam standar
penilaian pendidikan nomor 66 tahun 2013, juga dijelaskan bahwa dalam prisip penilaian
harus objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel dan edukatif. Sedangkan untuk
melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman
sejawat, dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian
antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang disebut rubrik, sedangkan pada
jurnal berupa catatan pendidik.
Dari hasil observasi, guru membutuhkan instrumen yang lengkap, dapat menilai sikap
dalam proses pembelajaran, praktis, mudah, lengkap, instrumen yang baik dan luas, instrumen
yang dapat mengukur sikap baik spiritual, sosial dan kepribadian, serta dapat
diimplemantasikan dalam sehari-hari, dan objektif serta dapat menilai sesuai kondisi. Untuk
itu mengembangkan instrumen penilaian ranah sikap spiritual dengan menggunakan model
skala Guttman, untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa instrumen penilaian sikap
untuk memudahkan guru dalam menilai sikap dan lebih objektif dalam menentukan penilaian
sikap spiritual siswa.
Tujuan Khusus
Penelitian pengembangan instrumen penilaian sikap spiritual ini bertujuan untuk :
1. Mampu melakukan penilaian instrumen aspek sikap spiritual pada pembelajran
tematik kelas 4 tema 8 subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku berdasarkan
kurikulum 2013.
2. Instrumen aspek sikap spiritual terdiri dari 20 nutir pernyataan dengan 2 alternatif
jawaban.
3. Instrumen aspek sikap spiritual disusun berdasarkan materi tema 8 subtema 2
Keunikan Daerah tempat tinggalku dalam kurikulum 2013.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mnberi insformasi dan pengetahuan untuk
mengembangkan dunia pendidikan khususnya dalam hal pengembangan instrumen penilaian
sikap spiritual. Manfaat Praktis untuk :
7
1. Memberi kemudahan pada guru SD untuk melakukan penilaian aspek sikap
spiritual padap embelajaran tematik kelas 4 semester 2 tema 8 subtema 2
berdasarkan kurikulum 2013.
2. Memperoleh dan mengembangkan instrumen aspek sikap spiritual pada materi
dan subtema yang lain.
Kajian Pustaka
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran tematik untuk kelas 4
semester 2 terdiri 5 tema yaitu tema 5 Pahlawan ku Tema 6 Indahnya negeriku Tema 7 cita-
cita ku Tema 8 Tempat tinggal ku Tema 9 Makanan ku Sehat dan Bergizi. Dari tema 8
Tempat Tinggal Ku terdiri dari subtema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku Subtema 2
Keunikan Daerah Tempat Tinggalku subtema 3 Aku Bangga Dengan Daerah Tempat
Tinggalku. berikut adalah sajian tema dan penjabaran dari sub tema:
Tabel 2.1 Pembelajaran Tematik Kelas 4 Semester II
Tema Sub Tema
5 Pahwlanku 1 Perjuangan Para Pahlawan 2 Pahlawanku Kebanggaanku 3 Sikap Kepahlawanan
6 Indahnya Negeriku 1 Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan 2 Keindahan Alam Negeriku 3 Indahnya Peninggalan Sejarah
7 Cita-citaku 1 Aku dan Cita-citaku 2 Hebatnya Cita-citaku 3 Giat Berusaha Meraih Cita-cita
8 Tempat Tinggalku
1 Lingkungan Tempat Tinggalku 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku 3 Aku Bangga dengan Daerah Tempat
Tinggalku
9 Makananku Sehat dan Bergizi
1 Makananku Sehat dan Bergizi 2 Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi 3 Kebiasaan Makanku
Sumber : Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas 4 Pada pembelajaran tematik berdasarkan kurikulum 2013 disekolah, guru harus
menggunakan pendekatan ilmiah (scientific) dalam proses pembelajaran yang menyentuh
tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam Buku Guru IPS Kelas 7 SMP
(2014, 8) mendefinisikan pendekatan scientifik sebagai pembelajaran yang dirancang
8
sedemikian rupa, sehingga peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau
prinsip melalui tahapan –tahapan mengamati, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan
inormasi, mengolah informasi dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan kesimpulan
(5M). Daryanto (2014:51) mendefinisikan bahwa “pendekatan pembelajaran scieintific adalah
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi
konsep, hukum atau prinsip”. Sependapat dengan itu, Kurniasih, Imas, dkk (2014:29-30)
mengartikan pendekatan pembelajaran scientific adalah “pembelajaran yang memberikan
siswa kesempatan berperan secara aktif membangun konsep, hukum atau prinsip dengan
melibatkan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran”. Dari beberapa pendapat di
atas disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang
dirancang oleh guru dengan menggunakan pendekatan keilmuan yang menuntun siswa
bersikap objektif dan rasional. Dalam setiap pembelajaran, guru tidak hanya mentransfer
materi kepada peserta didik, namun juga harus melakukan evaluasi belajar, sehingga hasil
belajar dari setiap siswa dapat diketahui. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:54 ) hasil
belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non
tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes). Menurut Abdurrahman dalam Jihad dan Haris
(2013:14) hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik sebagai hasil dari proses belajar yang
dilakukan oleh peserta didik. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil
pengukuran penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes dan nontes.
Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian kompetensi hasil belajar seperti
yang dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi
dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor Wardani Naniek Sulistya, dkk: (2012:109)
dalam Asesmen Pembelajaran SD 2012.
Dalam kurikulum 2013. Penilaian sikap juga dibagi menjadi dua kompetensi sikap,
yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peseta didik yang beriman dan
bertakwa, misalnya menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut. Sikap spiritual
sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa,
sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan
harmoni kehidupan. Pada jenjang SMP/MTs, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1:
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Sejalan dengan kebijakan nasional
dalam pelatihan kurikulum 2013 terpadu sikap spiritual adalah sikap peserta didik yang
9
berkaitan dengan iman dan taqwa terhadap Tuhan yang maha Esa, yaitu menghargai ajaran
agama yang dianutnya penjelasan lebih dalam dapat dilihat dalam tabel 2.2 dibawah ini :
Tabel 2.2 Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Tema 8 Tempat Tinggalku
Sumber : Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas 4 Tema 8 Tempat Tinggalku subtema 2 Keunikan Daerah Tempat tinggalku.
Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, ada tiga istilah yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, yakni pengukuran, asesmen dan evaluasi. Pengukuran dalam
dalam Wardani dkk (2012 : 47) kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan
angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Pengukuran adalah penetapan
angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu Allen dan Yen
dalam (Wardani dkk 2012 :48). Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah
alat ukur yang disebut dengan instrumen. Ada instrumen yang standar dan tidak standar.
Dalam dunia pendidikan isntrumen yang sering digunakan seperti tes, lembar observasi,
panduan wawancara, skala sikap dan angket. Menurut Harjono (2002) dalam Wardani dkk
(2012 : 140) istilah instrumen diartikan sebagai alat pengukur. Arikunto, S (2007) dalam
Wardani dkk (2012 : 140) menyatakan bahwa instrumen adalah alat yang berfungsi untuk
memudahkan pelaksanaan sesuatu tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan
efisien. Instrumen sikap adalah alat ukur ranah afektif yang dipergunakan untuk mengetahui
sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata
pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan
strategi pembelajaran yang tepat. Skala Guttman adalah skala komulatif. Jika seseorang
menyisakan pertanyaan yang berbobot lebih berat, responden akan mengiyakan pertanyaan
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
PPKn IPA IPS
1. Menerima,menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat sekitar.
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya
1.3 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya
10
yang kurang berbobot lainnya. Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu
variabel yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik
untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti yang
sering disebut dengan universal.
Pada skala Guttman terdapat beberapa pernyataan yang diurutkan secara hierarki
untuk melihat sikap tertentu sesorang. Jika seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan
sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak terhadap
pernyataan berikutnya. Jadi, skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang
bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Yaitu yang digunakan adalah pilihan Ya – Tidak. Data
yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif yang berbeda).
Contoh :
1. Apakah anda menyukai pelajaran matematika Ya atau tidak
a. Ya b. Tidak
Contoh skala diatas dibuat dalam bentuk pilihan ganda dan bisa juga dibuat dalam bentuk
checklist. Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi bernilai (1) dan skor terendah
bernilai (0). Misalnya untuk jawaban benar (1) dan salah (0). Analisis dilakukan seperti pada
skala Likert.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang didefinisikan (research
and development/R&D) yang didefinisikan oleh Borg dan Gall. Menurutnya, siklus R & D
mengacu pendapat Sukmadinata (2007:184) dapat disederhanakan menjadi tiga langkah
utama, dimana masing-masing langkah mencakup beberapa langkah operasional. Tiga
langkah utama tersebut adalah (1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap desain dan
pengembangan produk, (3) tahap pengujian produk. Langkah penelitian ini secara detil dapat
dilihat pada gambar 3.1 dihalaman berikut
11
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Febuari 2016 sampai bulan Mei 2016, pada
siswa kelas 4 SD di Salatiga yakni SD Negeri Kumpulrejo 03, SD Negeri Salatiga 05 dan SD
Negeri Blotongan 01.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi, wawancara
dan observasi. Data dokumentasi dipergunakan untuk merekam peristiwa proses pembelajaran
yang berlangsung selama pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apakah guru
sudah melakukan penilaian sikap spiritual dengan tepat menggunakan alat ukur yang sesuai.
Observasi digunakan untuk mencari informasi apakah guru menggunakan alat untuk
mengukur sikap spiritual siswa.
Teknik Analisis Data
Data hasil uji validasi dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif persentase dan
kategoris untuk menggambarkan kelayakan produk instrumen kawasan afektif model
Guttman.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini ada 11 langkah yakni penelitian pendahuluan, mengembangkan
perencanaan pembelajaran, uji coba lapangan permulaan, revisi produk utama, uji lapang
utama, revisi produk operasional, uji lapang operasional dan revisi produk akhir.
Penelitian Pendahuluan
& pengumpulan RPP dan
informasi
Menyusun
perencanaan
prototipe
Mengembang
kan dan ahli
media
Uji ahli
materi
Melakukan Uji
Lapangan
Revisi
produk
permulaan
Uji lapangan utama
Revisi produk
operasional
Uji
lapangan
akhir
Revisi
produk
12
Pada saat studi pendahuluan dilakukan observasi dan pengamatan terhadap kurikulum
dan alat penilaian yang digunakan oleh guru Sekolah Dasar yang melibatkan tiga Sekolah
sebagai subjek penelitian. Dari observasi ini didapatkan hasil bahwa kurikulum yang
digunakan oleh SDN Blotongan 01 dan SDN Kumpulrejo 03 adalah kurikulum KTSP dan
SDN Salatiga 05 menggunakan Kurikulum 2013 dilihat dari Silabus dan RPP yang digunakan
oleh guru dari Ketiga Sekolah Dasar yang dijadikan subjek penelitian perangkat pembelajaran
ini sudah mencantumkan nilai karakter yang harus dicapai untuk setiap materi pokok yang
diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dari tiga guru di Sekolah Dasar
didapatkan informasi bahwa penilaian afektif sikap spiritual tetap dilakukan yaitu dengan
pengamatan dan tugas-tugas. Pengamatan dilakukan saat pembelajaran berlangsung di dalam
kelas, sedangkan tugas-tugas diberikan sebagai pekerjaan rumah yaitu dengan merangkum
materi atau mencari materi tambahan serta mengerjakan soal latihan yang terdapat di dalam
buku lembar kerja siswa. Penilaian sikap spiritual dilakukan setiap hari melalui pengamatan
namun tidak secara keseluruhan dari semua peserta didik dinilaia dengan cermat. Untuk
menentukan sikap spiritual siswa diberikan tugas-tugas dari buku siswa, jika siswa sudah
mengerjakan semua tugas yang diberikan guru maka nilai sikap spiritual siswa baik (B).
Dilihat dari daftar nilai siswa kelas 4 terdapat dua aspek yang harus dinilai oleh guru,
yaitu pengetahuan dan sikap. Dimana penilaian pengetahuan siswa dapat dilakukan per KD
yang meliputi penilaian nilai ulangan harian dan tugas, sedangkan penilaian sikap dilakukan
tiga kali dalam waktu satu semester. Penilaian kognitif menggunakan angka bulat (10-100)
sedangkan penilaian sikap menggunakan huruf (A-D Pada daftar nilai tersebut juga dapat
dilihat bahwa 100% siswa mendapatkan nilai B pada penilaian sikap spiritual. Hal ini kurang
mencerminkan sikap siswa yang sebenarnya, karena penilaian terhadap siswa hanya
digeneralisasikan. Berdasarkan masalah disimpulkan bahwa penilaian sikap spiritual belum
menggunakan instrumen penilaian sikap spiritual yang berkualitas, karena tidak adanya
penilaian menggunakan instrumen yang tepat, tidak dibuat indikator penilaian sesuai KKO
sikap spiritual dan tidak dapat berfungsi untuk mengukur seluruh karakteristik penilaian sikap
spiritual. Oleh karena itu, dikembangkan instrumen penilaian sikap spiritual siswa dengan
memperhatikan kaidah penulisan instrumen non tes dan akan di ujikan untuk mengetahui
kualitas instrumen secara teoritik dan empris. Dalam pembuatan kisi-kisi, menggunakan
tingkatan ranah afektif dara Kata Kerja Operasional (KKO) pada taksonomi Bloom yang
meliputi menerima (A1), menanggapi (A2), menilaia (A3), mengelola (A4), menghayati (A5).
Hasil uji ahli perlu dilakukan revisi terutama dalam penyesuaian pernyataan sesuai
dengan indikator dan materi sesuai Kompetendi Dasar dalam tema 4 Tempat tinggalku
13
subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku, perludatambahkan indikator yang
menggambarkan masing-masing Kompetensi Dasar yang untuk membuat instrumen penilaian
sikap spiritual.
Instrumen penelitian yang berupa instrumen skala sikap menggunakan Skala Guttman
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen
adalah sebagai berikut :
1) Tingkat kesukaran butir soal
Pada uji coba kelompok setelah diananlisis tingkat kesukaran soal tergolong
sedang dengan rata-rata proporsi peserta didik yang menjawab benar dari 20 butir
pernyataan yang ujikan dengan 15 peserta didik sebagai subjek uji coba menunjukan hasil P
= 0,333 dilihat dari hasil analisi bahwa nilai P > 0.26 dan P < 0.76 makan tingkat kesukaran
butir pernyataan tergolong kategori sedang.
2) Analisis Validitas
Pada uji coba kelompok kecil,hasil uji validitas terhadap instrumen penilaian
domain afektif dengan skala guttman digunakan rtabel sebesar 0,300. Setelah dilaksanakan
ujicoba terdapat 2 ( 10%) item pernyataan yang tidak valid dengan rhitung 0,254 < 0,300
nomor soal yang tidak valid adalah 3 dan 11, sedangkan 18 (90%) item pernyataan lainnya
sudah valid dengan rata-rata rhitung 0,400 > 0,300. Indeks keandalan instrumen sudah baik,
dilihat dari hasil analisis reliabilitas hasil r11 = 0,717 sedangkan rtabel =0,576. Karena r11 > rtabel
maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian reliabel.
Berdasarkan hasil analisis daya beda, validitas dan reliabilitas instrumen tersebut
daapt disimpulkan bahwa draf 1 instrumen penilaian domain afektif 16 (80%) item memiliki
daya beda yang baik, 13 (65%) item pernyataan valid dan indeks keandalan tergolong baik.
Dalam instrumen tersebut masih terdapat banyak pernyataan yang belum valid, hal ini
disebabkan karena hanya berbekal pengalaman secar teoritik. Sehingga masih banyak
terdapat item pernyataan kurang tepat dalam penyusunan klimatnya. Oleh karena itu untuk
menghasilkan instrumen penilaian domain afektif yang lebih baik, dilakukan revisi terhadap
draf I instrumen yaitu untuk item pernyataan tidak valid dan memiliki daya beda kecil.
Revisi instrumen didasarkan pada hasi ujicoba kelompok kecil. Hasil analisis ujicoba
kelompok kecil menunjukan masih ada 2 item pernyataan yang tidak valid,dengan rhitung
0,254 diantaranya pernyataan nomor 1 dan 11. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan untuk
soal-soal yang memiliki daya beda kecil dan tidak valid. Dari hasil uji lapang untuk kelas
kecil di hitung analisis validitas dan reliabilitas instrumen.
1) Tingkat kesukaran butir pernyataan
14
Berdasarkan uji lapangan yang dilakukandengan melibatkan tiga Sekolah Dasar yang
ada di Salatiga didapat hasil analisis tingkat kesukaran butir pernyataan terdapat 7
butir pernyataan tergolong Sukar dengan jumlah P = 0.25 , 5 butir pernyataan
tergolong kategori mudah dengan P > 0.76 dan 8 soal tergolong kategori sedang
dengan P < 0.76.
2) Analisis Validitas
Hasil uji validitas terhadap instrumen domain afektif dengan rtabel sebesar 0,244,
setelah dianalisis dengan program SPSS 16.0, item yang valid yaitu sebesar 17 (85%)
dan 3 item tidak valid yaitu item nomor 14,15,16.
Tabel.4.1 Hasil Analisis validitas Uji Lapangan
No Kriteria Nomor Butir Jumlah Persentase
(%)
1 Tidak
Valid
14,15,16 3 15
2 Valid 1,2,3,4,5,
6,7,8,9,1
0,11,12,1
3,18,19,2
0
17 85
Berdasarkan hasil analisis dalam tabel 4.1 di atas di dapatkan hasil untuk setiap
kriteria pengukuran dimana item pernyataan yang tidak valid. Pernyataan-pernyataan
yang tidak valid di sebabkan karenan konstruksinya yang kurang bagus, sehingga
mengarahkan siswa untuk menjawab pada kategori “Tidak”.
3) Analisis Reliabilitas Instrumen
Hasil analisis reliabilitas menunjukan hasil r11 =0,721 karena r11 > rtabel sebesar 0,244
maka dapat disimpulkan bahwa intrumen penelitian reliabe. Karena instrumen
penilaian domain afektfi ini > 0,700, maka dapat disimpulkan pula bahwa reliabilitas
instrumen adalah baik.
Berdasarkan hasil analisis uji lapangan, secara umum instrumen sudah berfungsi
dengan baik. Namun, masih ada beberapa pernyataan yagn tidak valid, yaitu nomor
14,15,16. Karena tidak membuat penelitian lanjutan lagi, mak untuk pernyataan-pernyataan
yang tidak valid tidak akan dimasukan dalam produk akhir instrumen penilaian domain
afektif. Dengan dibuangnya pernyataan-pernytaan tidak valid tersebut juga tidak akan
15
mempengaruhi ketercapaian indikator penilaian yang ingin dicapai. Hasil penilaian domain
afektif sikap spiritual siswa kelas 4 dianalisis berdasarkan skor tiap pernyataan ranah afektif
sikap spiritual dan skor total atau gabungan dari seluruh karakteristik penilaian afektif sikap
spiritual yang diperoleh dari hasil uji lapangan dengan menggunakan draf II instrumen
penilaian domain afektif sikap spiritual. Fungsi dari tabulasi skor ini adalah untuk
mengetahui perbedaan nilai afektif siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria
penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Spiritual Siswa kelas 4 Subtema 2 Keunikan daerah
Tempat tinggalku
Rentang Skor Frekuensi Persentase
(%) Kriteria Nilai
16 – 20 4 11 Baik Sekali A
11 -15 31 89 Baik B
6 – 10 0 Kurang Baik C
1 – 5 0 Tidak Baik D
Jumlah 35 100
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui nilai afektif siswa kelas 4 untuk kategori
sikap spiritual dari 35 siswa, 4 siswa (11%) siswa kriteria nilainya baik sekali, 31 (89%)
siswa kriteria Baik. Skor tertinggi untuk penilaian sikap adalah 18 dan skor terendah 14
dengan rata-rata skor 15, sehingga daapt disimpulkan bahwa nilai siswa kelas 4 untuk
kategori sikap spiritual adalah Baik.
Berarti sebagian besar siswa dikelas 4 memperhatikan dapat menerima dengan
baik penjelasan materi yang disampaikan oleh guru. Hasil analisis reliabilitas yang dilakukan
pada ujicoba menghasilkan indeks reliabilitas hasil r11 = 0,717 sedangkan rtabel =0,576. Karena
r11 > rtabel maka instrumen penilaian domain afektif tergolong baik. Dilihat dari hasil analisis
reliabilitas instrumen dari ujicoba hingga uji lapangan reliabel sehingga tidak diragukan lagi
keajegkannya dan mampu menggambarkan nilai afektif responden yang sebenarnya. Sesuai
dengna rencana awal produk akhir dari intrumen penilaian sikap spiritual ini terdiri dari 20
item pernyataan, dimana setiap indikator tersebut terdiri dari A1 (16%), A2 (24%), A3
(26%), A4 (8%) dan A5 (26%). Produk akhir instrumen penilaian domain afektif lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9. Sebelum menghasilkan produk akhir instrumen
penilaian domain afektif, dalam penyusunan draf awal sampai draf akhir ada beberapa
16
kendala yang dihadapi peneliti yaitu sulitnya menyusun indikator penilaian domain afektif
yang yang sesuai dengan aspek yang diukur. Oleh karena itu masukan dari ahli sangat
bermanfaat untuk peneliti. Pada pelaksanaan uji lapangan juga menghadapi kendala yaitu
mengajak siswa untuk benar-benar juju dalam mengerjakan instrumen. Namun, dengan
pendekatan yang baik kepada siswa kendala dapat terselesaikan dengan demikian hasil uji
lapangan ini benar-benar dapat dipercaya.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengembangan draf awal instrumen, yaitu
dengan validasi ahli, hasil validasi ahli menyatakan instrumen penilaian domain afketif layak
dengan rata persentase 63 %. Pengembangan draf I instrumen melalui ujicoba pertama hasil
analisis validitas instrumen penilaian domain afektif pada ujicoba hasilnya 7 ( 35%) item
pernyataan yang tidak valid dengan rhitung < 0,300, sedangkan 13 (65%) item pernyataan
lainnya sudah valid dengan rhitung > 0,300. Sedangkan analisis reliabilitas instrumen reliabel
dengan r11 = 0,717. Pengembangan draf II instrumen, pelaksanaan uji lapangan hasil analisis
item yang valid yaitu sebesar 17 (85%) dan 3 item tidak valid. Indeks reliabel menunjukan
keajegkan hasil yaitu r11 =0,721 karena r11 > rtabel sebesar 0,244 berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya yang pernah dilakukan menunjukan indeks reliabel 0,700, dalam pengembangan
instrumen penilaian sikap spiritual dengan indek reliabilitas > 0,700, instrumen penilaian
sikap spiritual ini dikatakan baik.
Saran
untuk mengembangkan instrumen penilaian domain afektif Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu penulisan indikator sesuai dengan KKO ranah afektif, penggunaan
bahasa yang tepat serta perbedaan penyusunan kalimat pada setiap kriteria pengukuran sikap
spiritual. Kiranya adanya pelatihan guru untuk membuat instrumen penilaian domain afektif
untuk menilaia domain afektif siswa dan kepada siswa harus lebih jujur ketika memberikan
tanggapan saat mengisi instrumen penilaian domain afektif.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2011. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Kemendikbud. (2014). Permendikbud No. 57 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
17
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan praktiknya/Sukardi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, nana syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Undang-Undang, Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wardani, Naniek Sulistya, dkk.2012. Asesmen Pembelajaran SD.BBM. Salatiga :
Widya Sari.
Wardani, Naniek Sulistya, dan Slameto. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar SD.
Salatiga : widya Sari.
Wardani Naniek Sulistya.Slameto.2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Salatiga.
WidyaSari
Recommended