View
798
Download
60
Category
Preview:
Citation preview
PENGGUNAAN ALAT BANTU PADA PASIEN
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
Disusun untuk memenuhi tugas KMB B2
Dosen pengampu Wahyu Tuti, S.kep,Ns
Disusun oleh
Kelompok 8
Tingkat II B
1. Andi Prasetyo
2. Fadma Dewi Sagita P
3. Siti Amini
4. Taufiq Wahyu W
AKADEMI KEPERAWATAN PRAGOLO PATI– PATI
TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia-Nya
kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengunaan
Alat Bantu Pada Pasien Gangguan Muskuloskeletal”.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini merupakan bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari berbagai pihak.Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr.Sutarwo selaku Direktur Akper Pragolopati – Pati.
2. Ibu Wahyu Tuti H, S.kep. Ns selaku dosen pembimbing
3. Teman-teman Mahasiswa Tingkat II B APP T.A.2012/2013
4. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Tim penulis menyadari dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
Pati, Febuari 2013
penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................................1
BAB II Tinjauan Teori....................................................................................................2
A. Pengertian.................................................................................................................2
B. Macam-Macam Alat Bantu.......................................................................................2
a. Tongkat...............................................................................................................2
b. Kruk....................................................................................................................2
c. Kursi Roda..........................................................................................................7
d. Walker Kruk........................................................................................................8
BAB III Penutup.............................................................................................................10
A. Kesimpulan...............................................................................................................10
B. Saran.........................................................................................................................10
Daftar Pustaka.................................................................................................................11
Lampiran.........................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilisaasi merupakan kebutuhan manusia untuk melakukan aktivitas karena
aktivitas dilakukan secara bebas dari satu tempat ke tempat yang lain. Imobilisasi
merupaka ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan hubungan sendi.
Imobilitas merupakan faktor resiko ut ketidakmampuan seseorang untuk
menggerakkan hubungan sendi. Imobilitas merupakan faktor resiko utama pada
munculnya luka dekubitus.
Pada pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi,penggunaan alat bantu
sangat bermanfaat untuk mminimalkan imobilitas pasien sehingga kebutuhan
mobilitas terpenuhi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar selama 50 menit mahasiswa mampu mengetahui tentang penggunaan alat bantu mobilisasi pada pasien
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang jenis-jenis alat bantu
b. Mahasiswa mampu mengetahui tentang indikasi dari alat bantu
c. Mahasiswa mampu mengetahui tentang kontra indikasi dari penggunaan alat bantu
d. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penatalaksanaan penggunaan alat bantu
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Alat bantu jalan yaitu alat yang di gunakan untuk membantu klien supaya
dapat berjalan dan bergerak,
(suratu dkk,2008)
Alat bantu sebuah alat yang digunakan untuk memudahkan klien berjalan agar
menurunkan ketergantungan pada orang lain
(purwantiidewii.blogspot.com)
B. Macam-Macam Alat Bantu
1. Tongkat
Tongkat adalah alat yang ringan, dapat dipindahkan, setinggi pinggang dan
terbuat dari kayu atau logam.
a. Tipe tongkat:
a) Tongkat standar yang berbentuk lurus, tongkat standar mempunyai
panjang 91 cm.
b) Tongkat kaki tiga
c) Tongkat kaki empat.
(kozier barbara dkk, 2009)
b. Persyaratan tongkat meliputi:
a) Ujung tongkat yang mengenai lantai diberi karet setebal 3,75 cm untuk
memberi stabilitas optimal pada klien.
b) Ukuran tongkat setinggi pangkal paha
c) Siku klien dapat defleksi (pembelokan) diatas tongkat kira-kira 25-300
(suratun dkk,2008)
c. Tujuan mobilisasi
a) Mempertahankan tonus otot
2
b) Meningkatkan peristaltik usus sehingga mencegah obstipasi
c) Memperlancar peredaran darah
d) Mempertahankan fungsi tubuh
e) Mengembalikan pada aktivitas semula
(suratun dkk,2008)
d. Tekhnik berjalan dengan tongkat:
a) Cuci tangan untuk mengurangi transmisi organisme
b) Jelaskan prosedur dan tujuan dilakukan tindakan tersebut pada klien
c) Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien yang terkuat
d) Jelaskan pada klien untuk memegang tongkat dengan tangan yang sehat
e) Klien mulai melangkah dengan kaki yang terlemah, bergerak maju dengan
tongkat, sehingga berat badan klien terbagi antaratongkat dan kaki yang
terkuat
f) Kaki yang terkuat maju melangkah setelah tongkat, sehingga kaki
terlemah dan berat badan klien disokong oleh tongkat dan kaki terkuat.
g) Berjalanlah disisi bagian tungkai klien yang lemah. Klen kemungkinan
jatuh ke arah bagian tungkai yang lemah tersebut.
h) Ajak klien berjalan selama waktu atau jarak yang telah ditetapkan dalam
rencana keperawatan.
i) Jika klien kehilangan keseimbangan atau kekuatannya dan tidak segera
pulih, masukkan tangan anda keketiak klien, dan ambil jarak berdiri yang
luas untuk mendapatkan dasar tumpuan yang baik. Sandarkan klien pada
pinggul andasampai tiba bantuan, atau rendahkan badan andadan
turunkan klien secara perlahan ke lantai
j) Dokumentasikan kemajuan klien.
(kozier barbara dkk, 2009)
2. Kruk
3
Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara
berpasangan yang di ciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan
berjalan.
(suratun dkk,2008)
a. Indikasi penggunaan kruk
a) Pasca amputasi kaki
b) Hemiparese
c) Paraparese
d) Fraktur pada ekstremitas bawah
e) Terpasang gibs
f) Pasca pemasangan gibs
(suratun dkk,2008)
b. Kontra Indikasi
a) Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37o C.
b) Penderita dalam keadaan bedrest.
(anggalesmana.blogspot.com)
c. Manfaat Penggunaan Kruk
a) Memelihara dan mengembalikan fungsi otot.
b) Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi bengkok.
c) Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
d) Mencegah komplikasi, seperti otot mengecil dan kekakuan sendi.
(suratun dkk,2008)
d. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kruk
a) Perawat atau keluarga harus memperhatikan ketika klien akan
menggunakan kruk.
b) Monitor klien saat memeriksa penggunaan kruk dan observasi untuk
beberapa saat sampai problem hilang.
c) Perhatikan kondisi klien saat mulai berjalan.
d) Sebelum digunakan, cek dahulu kruk untuk persiapan.
e) Perhatikan lingkungan sekitar.
(suratun dkk,2008)
4
e. Tujuan Penggunaan Kruk
a) Meningkatkan kekuatan otot,
b) pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
c) Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
d) Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
e) Meningkatkan rasa percaya diri klien
(suratun dkk,2008)
f. Fungsi Kruk
a) Sebagai alat bantu berjalan.
b) Mengatur atau memberi keseimbangan waktu berjalan.
c) Membantu menyokong sebagian berat badan klien
g. Tekhnik penggunaan kruk
a) Pastikan panjang kruk sudah tepat
b) Bantu klien mengambil posisi segitiga, posisi dasar berdiri menggunakan kruk sebelum mulai berjalan.
c) Ajarkan klien tentang salah satu dari empat cara berjalan dengan kruk
1) Perubahan empat titik atau cara berjalan empat titik memberi
kestabilan pada klien, tetapi memerlukan panahanan berat badan pada
kedua tungkai. Masing-masing tungkai digerakkan secara bergantian
dengan masing-masing kruk, sehingga sepanjang waktu terdapat tiga
titikdukungan pada lantai
2) Perubahan tiga titik atau cara berjalan tiga titik mengharuskan klien
menahan semua beratbadan pada satu kaki. Berat badan dibebankan
pada kaki yang sehat, kemudian pada kedua krukdan selanjutnya
urutan tersebut diulang. Kaki yang sakit tidak menyentuh lantai selama
fase dini berjalan tiga titik. Secara bertahap klien menyentuh lantai dan
semua beban berat badan bertumpu pada
3) Cara berjalan dua titik memerlukan sedikitnya pembebanan berat
badan sebagian pada masing-masing kaki. Kruk sebelah kiri dan kaki
kanan maju bersama-sama. Kruk sebelah kanan dan kaki kiri maju
bersama-sama.
5
4) Cara jalan mengayun ke kruk ( swing to gait), klien yang mengalami
paralisi tungkai dan pinggul dapat menggunakan cara jalan mengayun
ini. Penggunaan cara ini dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan atrofi otot yang tidak terpakai. Minta klien untuk
menggerakkan kedua kruk kedepan secara bersamaan.pindahkan berat
badan kelengan dan mengayun melewati kruk.
Cara jalan mengayun melewati kruk ( swing throughgait)
Cara jalan ini sangat memerlukan ketrampilan,kekuatan dan koordinasi
klien. Minta klien untuk menggerakkan kedua kruk kedepan secara
bersamaan. Pindahkan berat badan ke lengan dan mengayun melewati
kruk.
d) Ajarkan klien menaiki dan menuruni tangga
Naik:
1) Lakukan posisi tiga titik
2) Bebankan berat badan pada kruk(gb 10-30a)
3) Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dan anak tangga
4) Pindahkan beban berat badan dari kruk ketungkai yang tidak sakit (gb
10-30b)
5) Luruskan kedua kruk dengan kaki yang tidak sakit diatas anak tangga
(gb 10-30c)
Turun:
1) Bebankan berat badan pada kaki yang tidak sakit (gb 10-31a).
Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat badan
pada kruk, gerakkan kaki yang sakit kedepan (gb 10-31b)
2) Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk (gb 10-
31c)
e) Ajarkan klien tentang cara duduk di kursi dancara beranjakdari kursi.
Duduk:
1) Klien diposisi tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki
menyentuh kursi( gb 10-32a)
6
2) Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan
tungkai yang sakit. Jika kedua tungkai sakit kruk ditahan dan pegang
pada tangan klien yang lebih kuat
3) Klien meraih tangan kursi dengan tangan yang lain dan merendahkan
tubuh kekursi
Bangun:
Lakukan tiga langkah di atas dalam urutan sebaliknya.
f) Cuci tangan
g) Catat cara berjalan dan prosedur yang diajarkan serta kemampuan klien
untuk melakukan cara berjalan dalam catatan perawat.
(suratun dkk,2008)
3. Kursi Roda
Ada dua tipe kursi roda yaitu kursi roda manual dan listrik. Kursi roda listrik
merupakan kursi roda yang digerakkan dengan motor listrik biasanya digunakan
untuk perjalanan jauh bagi penderita cacat atau bagi penderita cacat ganda
sehingga tidak mampu untuk menjalankan sendiri kursi roda, untuk menjalankan
kursi roda mereka cukup dengan menggunakan tuas seperti joystick untuk
menjalankan maju, mengubah arah kursi roda belok kiri atau belok kanan dan
untuk mengerem jalannya kursi roda.
Biasanya kursi roda listrik dilengkapi dengan alat untuk mengecas/mengisi
ulang aki/baterainya yang dapat terus dimasukkan dalam stop kontak
dirumah/bangunan yang dikunjungi.
Kursi roda manual memiliki bentuk lipat atau rangka kaku. kursi roda
digerakkan dengan tangan si penderita cacat, merupakan kursi roda yang biasa
digunakan untuk semua kegiatan. Kursi roda manual dapat dioperasikan dengan
bantuan orang lain maupun oleh penggunanya sendiri. Kursi roda seperti ini tidak
dapat dioperasikan oleh penderita cacat yang mempunyai kecacatan ditangan
(wikipedia.com)
a. Hal-hal yang harus diperhatikan:
7
a) Tentukan ukuran tubuh klien
b) Tentukan kemampuan klien intuk mengikuti perintah
c) Kekuatan otot dan pergerakan sendi klien,
d) Adanya paralisis. (kozier barbara dkk,2009)
b. Indikasi penggunaan kursi roda:
a) Paraplegia
b) Tidak dapat berjalan atau tirah baring
c) Pada pelaksanaan prosedur tindakan, misal klien akan foto rontgen
d) Pasca amputasi kedua kaki
(suratun dkk,2008)
c. Penatalaksanaan:
a) Cuci tangan untuk mengurangi transmisi organisme
b) Jelaskan prosedur pelaksanaan
c) Rendahkan posisi tempat tidur pada posisi terendah sehinggaa kaki klien
dapat menyentuh lantai. Kunci semua roda tempat tidur
d) Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat mungkin dengan tempat tidur.
Kunci semua roda dari kursi roda. Bantu klien pada posisi duduk di tepi
tempat tidur
e) Kaji adanya hipotensi ssebelum memindahkan klien dari tempat tidur
f) Ketika klien turun dari tempat tidur, perawat harus berdiri tepat
dihadapannya dan klien meletakkan tangannya dipundak perawat.
Selanjutnya, perawat meletakkan tangannya dipinggang klien.
g) Sementara klien mendorong badannya keposisi berdiri, perawat membantu
mengangkat bagian atas tubuh klien.
h) Klien dibiarkan berdiri selama beberapa detik untuk memastikan tidak
adanya pusing
i) Perawat tetap berdiri menghadap klien lalu memutar tubuh klien sehingga
membelakangi kursi roda. Setelah itu, perawat memajukan salah satu
kakinya dan memegang kedua lutut untuk menjaga keseimbangan,
kemudian membantu klien untuk duduk di kursi roda.
8
(suratun dkk,2008)
4. Walker Kruk
Walker ditujukan bagi klien yang membutuhkan lebih banyak bantuan dari
yang bisa diberikan oleh tongkat. Tipe standar walker terbuat dari alumunium
yang telah dihaluskan. Walker mempunyai empat kaki dengan ujung dilapisi karet
dan pegangan tangan yang dilapisi plastik. Walker standar membutuhkan
kekuatan parsial pada kedua tangan dan pergelanga tangan; ekstensor siku yang
kuat, dan depresor bahu yang kuat pula. Selainitu klien juga harus mampu
menahan setengahberat badan pada kedua tungkai. Walkker dengan empat roda
atau walker beroda tidak perlu diangkat ketika hendak bergerak, namun walker
jenis ini kurang stabil dibandingkan dengan walker jenis standar. Beberapa jenis
walker beroda mempunyai tempat duduk pada bagian belakang sehingga klien
dapat duduk untuk istirahat jika diinginkan. Walker jenis lain mempunyai dua
ujung karet dan dua roda. Klien memiringkan walker,mengangkat ujung karet
sementara rodanya tetapdi permukaan tanah, kemudian mendorong walker
tersebut kearah depan.
Perawat mungkin harus menyesuaikan tinggi walker sehingga penyangga
tangan berada dibawah pinggang klien dan siku klien agak fleksi. Walker yang
terlalu rendah dapat menyebabkan klien membungkuk, sementara yang terlalu
tinggi dapat membuat klien tidak dapat meluruskan lengannya.
Cara penggunaan walker kruk
a. Ketika klien membutuhkan bantuan maksimal.
a) Gerakkan walker kedepan kira-kira 15cm sementara berat badan
bertumpu pada kedua tungkai
b) Kemudian gerakkan kaki kanan hingga mendekakti walker sementara berat
badan dibebankan pada tungkai kiri dan kedua tangan.
c) Selanjutnya, gerakkan kaki kiri hingga mendekati kaki kanan sementara
berat badan bertumpu pada tungkai kanan dan kedua lengan.
b. Jika salah satu tungkai klien lemah
a) Gerakkan tungkai yang lemah kedepan secara bersamaan sekitar 15 cm (6
inchi) sementara berat badan bertumpu pada tungkai yang kuat
b) Kemudian, gerakkan tungkai yang lebih kuat ke depan sementara
beratbadan bertumpu pada tungkai lemah dan kedua lengan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mobilisasi merupakan kebutuhan manusia untuk melakukan
aktivitas karena aktivitas dilakukan secara bebas dari satu tempat ke
tempat yang lain.
Alat bantu merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
memudahkan klien berjalan agar menurunkan ketergantungan pada
orang lain.
B. Saran
Setelah dilakukan seminar ini hendaknya mahasiswa dan
masyarakat mengetaui dan menggunakan alat bantu disesuaikan
dengan indikasi dan kontra indikasi dari alat tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Suratun dkk. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008. EGC. Jakarta
Barbara, Kozier dkk. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & ERB, Edisi 5. 2009.
EGC. Jakarta
http://purwantiidewii.blogspot.com/2012/11/alat-bantu-jalan-dan-mobilisasi-post.html
http://anggalesmana.blogspot.com//
11
LAMPIRAN
Gb. 10.30 tekhnik menaiki tangga menggunakan kruk
Gb. 10.31 tekhnik menuruni tangga menggunakan kruk
12
13
Cara berjalan dengan tongkat
Kursi roda macam-macam kruk
penggunaan walker
14
Recommended