View
225
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
PENILAIAN POTENSI WISATA
KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI
ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN
RATIH TRIANITA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
Ratih Trianita. Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian
Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan. Dibimbing
Oleh Meti Ekayani dan Nuva.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat ketergantungan
masyarakat Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga) terhadap pemanfaatan
sumberdaya alam, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat
kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi
wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di Musiduga, dan
Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas tersebut untuk beralih
profesi ke kegiatan wisata. Pengambilan data lapang dilakukan pada Maret-Mei
2011 di kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung,
Sumatera Barat. Data yang digunakan data primer menggunakan kuesioner dan
data sekunder dari instansi yang terkait dengan penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat ketergantungan
masyarakat desa sekitar kawasan wisata Musiduga terhadap pemanfaatan
sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya cukup tinggi, dimana lebih dari
80% masyarakat di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan
sumberdaya alam. Penghasilan masyarakat yang berasal dari pemanfaatan
sumberdaya alam merupakan usaha pokok masyarakat Musiduga, yaitu 70,01% -
100% dibanding dengan total pendapatan masyarakat.
Sebagian masyarakat Musiduga melakukan penambangan emas ilegal di
Sungai kuantan. Berdasarkan persepsi multistakeholder kegiatan tersebut telah
mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa polusi air dan merusak struktur
tanah dengan masing-masing dipilih oleh 90% responden.
Sementara itu, kawasan wisata Musiduga memiliki potensi obyek wisata
yang dapat dikembangkan secara optimal seperti Arung jeram, Pasir Putih,
Ngalau Talago, Ngalau Seribu, Air Terjun Palukahan, dan sebuah Lokomotif uap
peninggalan Jepang. Pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga
membutuhkan dana untuk kegiatan wisata dan untuk dana konservasi. Salah satu
caranya dengan penetapan tiket. Berdasarkan nilai rata-rata Wilingness to Pay
(WTP) pengunjung, harga tiket maksimum yang bersedia dibayarkan kawasan
wisata Musiduga adalah sebesar Rp 3.000. Dampak ekonomi dari kegiatan wisata
di Musiduga terhadap masyarakat sekitar masih kecil, sedangkan dampak
lingkungan akibat kegiatan wisata Musiduga berdasarkan persepsi
multistakeholder adalah berdampak positif terhadap lingkungan sekitar Musiduga.
Persepsi multistakeholder terhadap kemungkinan penambang emas beralih
profesi ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal ini terlihat dari persentase
kemungkinan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata masih
rendah yaitu sebanyak 28%. Faktor yang signifikan mempengaruhi kemungkinan
masyarakat untuk beralih profesi adalah jumlah tanggungan keluarga, lama
menambang emas, pendapatan, dan penyuluhan.
Kata kunci : Kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang, pemanfaatan
sumberdaya alam, kerusakan lingkungan, potensi wisata,
Wilingness to Pay.
PENILAIAN POTENSI WISATA
KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI
ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN
RATIH TRIANITA
H44070017
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Potensi Wisata
Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan
Sumberdaya Berkelanjutan adalah karya saya dengan arahan dari komisi
bimbingan dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011
Ratih Trianita
H44070017
Judul Skripsi : Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian
Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Berkelanjutan
Nama : Ratih Trianita
NIM : H44070017
Disetujui
Dosen Pembimbing I
(Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc)
19690917 200604 2 0 11
Dosen Pembimbing II
(Nuva, SP, M.Sc)
Diketahui
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
(Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT)
NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus:
UCAPAN TERIMA KASIH
Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi kepada penulis dalam
meyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a
yang tulus, dukungan moril dan materil serta uda Haris, uni Reren, dan adik
icha yang selalu memberikan motivasi.
2. Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama untuk
kesabaran, kebaikan, bimbingan, dan nasehatnya yang sangat berarti.
3. Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan
arahan, bimbingan, saran, dan kesabaran selama ini.
4. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak
Novindra SP, M.Si selaku dosen penguji komdik atas saran dan kritiknya.
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung: Dinas Parsenibudpora, Dinas
Pertambangan dan Energi, Kantor Lingkungan Hidup, Wali Nagari Muaro,
Silokek, dan Durian Gadang atas bantuan data, informasi serta kerjasama
selama penelitian.
6. Sahabat penulis: Rahmad Fauzi, Resti, Raisa, Wiwi, Risty, Imel, Uni Debi,
Mbak Yuyun, Mas Budi, Chichi, Norita, Fenny, Nissa, Ulil, Fiandra, Febri,
Rina, dan Ario (komti ESL 44) atas kebesamaan dan dukungannya.
7. Teman-teman ESL 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas keceriaan
dan kebersamaannya selama ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang
telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan, berkat segala
curahan rahmat dan kasih sayangNYA skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun
judul skripsi ini adalah Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian
Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan. Penelitian ini
berujuan untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga
terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya,
mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan
akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi dan dampak kegiatan
wisata di Musiduga, dan menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas
beralih profesi ke kegiatan wisata.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada
Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan ibu Nuva,
SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan,
bimbingan dan motivasi kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
khasanah pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi pihak-pihak yang
memerlukan informasi yang terkait dengan skripsi ini.
Bogor, September 2011
Penulis
Ratih Trianita
H44070017
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 10
2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam ............................................................ 10
2.2 Potensi, Obyek dan Daya TarikWisata ................................................. 11
2.3 Pariwisata................................................................................................ 13
2.4 Wisata Alam ........................................................................................... 14
2.5 Dampak Ekonomi Wisata ....................................................................... 14
2.6 Pertambangan Emas ............................................................................... 15
2.7 Konsep Wilingness to Pay ...................................................................... 16
2.8 Konsep Keberlanjutan ............................................................................ 17
2.9 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 17
2.9.1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata .......................................... 17
2.9.2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay .............................. 18
2.9.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata ............................. 19
2.9.4 Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas ....... 19
2.9.5 Perbaruan (Novelty) dari peneltian ............................................... 20
III. KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 21
IV. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 24
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 24
4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 24
4.3 Metode Pengambilan Sample ................................................................. 25
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 26
4.4.1 Identifikasi Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga
dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk
Pemenuhan Kebutuhannya ............................................................ 27
4.4.2 Identifikasi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan
Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal ............................ 28
4.4.3 Analisis Potensi Wisata dan Dampak Ekonomi
Lingkungan Kegiatan Wisata di Musiduga .................................. 29
4.4.3.1 Analisis Nilai WTP Pengunjung dalam Penetapatan Tarif
Masuk Musiduga ............................................................... 29
4.4.3.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Musiduga bagi
Masyarakat Sekitar ............................................................ 30
4.4.3.3Analisis Dampak Kegiatan Wisata terhadap Lingkungan
Sekitar Musiduga ............................................................... 31
4.4.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih
Profesi ke Kegiatan Wisata .......................................................... 32
4.4.4.1Pengujian Model Regresi Logit .......................................... 35
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ......................................................... 38
5.1 Gambaran Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang .............. 38
5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .................................................. 39
5.3 Karakteristik Pengunjung .................................................................... 40
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... ................. 44
6.1 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga Terhadap
Pemanfaatan Sumberdaya Alam ........................................................... 44
6.2 Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan
Akibat Penambangan Emas Ilegal ........................................................ 46
6.3 Analisis Potensi dan Dampak Lingkungan Kegiatan Wisata
Kawasan Musiduga............................................................................... 50
6.3.1 Potensi Obyek Wisata Musiduga ............................................... 50
6.3.2 Analisis Kesediaan Membayar Pengunjung Kawasan Wisata
Musiduga .................................................................................... 54
6.3.2.1 Deskripsi Skenario Penetapan Tarif Masuk di
Kawasan Wisata Musiduga .......................................... 54
6.3.2.2 Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung
Kawasan Wisata Musiduga ........................................... 55
6.3.3 Dampak keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap
Perekonomian Masyarakat Sekitar ............................................. 58
6.3.4 Dampak keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap
Lingkungan Sekitar ................................................................... 62
6.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi
ke Kegiatan Wisata ............................................................................... 64
6.4.1 Persepsi MultiStakeholder terhadap Kemungkinan Masyarakat
Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata ............. 64
6.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Masyarakat
Penambang Emas Beralih profesi ke Kegiatan Wisata ............. 66
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 71
7.1 Kesimpulan ........................................................................................... 71
7.2 Saran ..................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. 83
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata ......................................................... 18
2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay ................................................. 18
3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata .............................................. 19
4 Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas ....................................... 20
5 Matriks Analisis Data .................................................................................... 26
6 Inventarisasi Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata
Musiduga ....................................................................................................... 39
7 Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga ............... 43
8 Pendapatan Rata-rata Perbulan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata
Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam ........................................... 45
9 Distribusi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan Lingkungan
Akibat Penambangan Emas Ilegal ................................................................. 46
10 Distribusi Nilai WTP Responden Kawasan Wisata Musiduga ..................... 56
11 Estimasi Penerimaan dari Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata
Musiduga ..................................................................................................... 57
12 Jumlah dan Persentase Jenis Pekerjaan Sektor Wisata Musiduga ................. 59
13 Kontribusi Sektor Wisata terhadap Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar
Musiduga ..................................................................................................... 59
14 Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dari Kegiatan Wisata
Musiduga terhadap Pendapatan Total ............................................................ 61
15 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan
Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata ................................. 67
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Jumlah Pengunjung Muaro Silokek Durian Gadang ................................... 5
2 Kerangka Alur Berpikir ................................................................................. 23
3 Persepsi Multistakeholder terhadap adanya Kerusakan Lingkungan Akibat
Penambangan Emas Ilegal ............................................................................. 47
4 Pencemaran Sungai Kuantan (Musiduga) Akibat Kegiatan Penambangan
Emas Ilegal ..................................................................................................... 49
5 Arung jeram Musiduga .................................................................................. 50
6 Pasir Putih Musiduga ..................................................................................... 51
7 Ngalau Talago Musiduga .............................................................................. 51
8 Ngalau seribu Musiduga ................................................................................ 52
9 Air Terjun Palukahan ..................................................................................... 53
10 Lokomotif Uap Peninggalan Jepang Musiduga............................................. 53
11 Persepsi Multistakeholder Mengenai Dampak Tempat Wisata Musiduga
terhadap Lingkungan Sekitar ......................................................................... 62
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Kuesioner ..................................................................................................... 78
2 Hasil Estimasi Pendugaan Model .................................................................. 82
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan dengan kekayaan
sumberdaya alam yang sangat melimpah. Kekayaan sumberdaya alam tersebut
seharusnya bisa dioptimalkan sebagai potensi peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan perekonomian negara secara merata dan menyeluruh. Sebagai
sebuah negara berkembang dengan kemampuan pembangunan masih berada
dalam tahap factor-driven economy, yakni proses pembangunan yang bertumpu
pada pemanfaatan sumberdaya alam, maka sudah seharusnya setiap kegiatan
ekonomi yang dilakukan masyarakat dan kebijakan yang dibuat pemerintah
memperhatikan keberlanjutan dari keberadaan sumberdaya tersebut.1
Saat ini, beberapa sektor perekonomian Indonesia yang memiliki potensi
untuk dikembangkan secara optimal dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan
masyarakat adalah sektor pertanian, pariwisata, industri, dan pertambangan.
Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang perkembangannya
cukup signifikan, dimana hampir semua wilayah di Indonesia memiliki
sumberdaya alam yang sangat berguna dalam upaya mengembangkan sektor
pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan merupakan industri pariwisata
yang berkomitmen untuk meminimalkan dampak negatif pada lingkungan,
membantu menciptakan lapangan pekerjaaan dimasa depan bagi masyarakat lokal,
dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama dan layak secara
1 Porter M.E., et al. 1990. Executive Summary: Competitiveness and Stages of Economic
Development.http://www1.eeg.uminho.pt/economia/priscila/intocaveis/LEA_CI/Execsumm_gcr.pdf. Diakses: 8 Juni
2011.
ekonomi.2 Oleh karena itu, apabila di suatu wilayah terdapat aktivitas ekonomi
yang secara tidak langsung dapat dikategorikan merusak sumberdaya alam dan
lingkungan (seperti penambangan ilegal, penebangan pohon secara liar,
pembakaran hutan, dan lain-lain), sedangkan di sisi lain wilayah tersebut juga
memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berpotensi
dikembangkan sebagai kawasan wisata, maka penerapan pariwisata yang ramah
lingkungan dapat menjadi alternatif yang jauh lebih baik dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan (Suwantoro
2002).
Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang banyak dilakukan oleh
masyarakat selain pariwisata adalah sektor pertambangan. Beberapa wilayah di
Indonesia memiliki potensi pertambangan, baik penambangan batu bara, batu
besi, emas, dan lain-lain. Kegiatan penambangan tersebut dilakukan secara legal
dan ilegal. Akan tetapi, mayoritas masyarakat melakukan kegiatan penambangan
secara ilegal, terutama untuk penambangan skala kecil.3 Apabila hal ini terus
berlangsung bisa berakibat kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang
semakin parah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, guna meminimalkan
kerusakan lingkungan dalam jangka panjang, maka kegiatan penambangan harus
dilakukan secara legal dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Akan tetapi, saat ini
masih banyak penambangan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu
bentuk tambang yang banyak dikelola oleh masyarakat baik dalam skala besar
2 Anom, I. P. 2010. Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development).
http://balisustain.blogspot.com/2010/08/pembangunankepariwisataan.html. Diakses: 10 Februari 2011
3 Dingin M. 2011. Pertambangan Liar dan kerusakan lingkungan (Suatu Refleksi dalam Memperingati Hari Lingkungan
Hidup Sedunia). http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=446. Diakses: 8 Juni 2011.
maupun kecil adalah pertambangan emas. Kegiatan penambangan emas ilegal dan
tidak sesuai prosedur akan menimbulkan dampak negatif diantaranya adalah
pencemaran air, tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan
mengganggu ekosistem suatu sumberdaya.
Sumatera Barat (Sumbar) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki cukup banyak potensi sumberdaya alam seperti keindahan alam yang
memukau, berupa pantai-pantai yang indah, gunung-gunung yang mengitari
sebagian besar wilayah Sumbar, air tejun, dan danau.4 Keindahan alam Sumbar
tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai area wisata yang berkelanjutan
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu lokasi yang memiliki
potensi tersebut adalah kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang
(Musiduga). Potensi wisata pada kawasan Musiduga berupa obyek wisata alami
dengan keberagaman dan keindahan panorama alam. Namun, kegiatan pariwisata
di kawasan Musiduga belum dikelola secara optimal oleh pemerintah daerah dan
masyarakat masih sedikit yang berusaha di bidang pariwisata tersebut. Di dalam
kawasan wisata tersebut juga terdapat tambang emas yang dikelola oleh
masyarakat secara ilegal. Saat ini masyarakat banyak yang menggantungkan
hidup sebagai penambang emas ilegal. Kegiatan pariwisata dan penambangan
emas ilegal akan berdampak pada perekonomian masyarakat dan lingkungan
sekitar kawasan Musiduga. Oleh karena itu, agar pemanfaatan dan pengelolaan
potensi sumberdaya bisa dilakukan secara berkelanjutan dengan kerusakan
minimum, maka dibutuhkan kerjasama berbagai pihak dalam upaya
pengembangan dan pengelolaan kawasan Musiduga secara tepat.
4 Samsiarni. 2009. Benarkah Sumbar Siap Menjadi Daerah Tujuan Wisata Unggulan?. http://padang
today.com/?mod=artikel&today=detil&id=450. Diakses: 18 Juni 2011
1.2 Perumusan Masalah
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki
banyak potensi sumberdaya alam, salah satunya adalah panorama alam. Saat ini
sektor pariwisata di Sumbar belum terangkat secara optimal, sehingga dampaknya
belum begitu dirasakan oleh masyarakat.5 Selain panorama alam, Sumbar juga
memiliki sumberdaya pertambangan yang cukup signifikan, diantaranya batu
bara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, manganase, emas, dan batu kapur
(semen).6 Kegiatan tambang ini telah banyak dikelola oleh masyarakat. Akan
tetapi di beberapa wilayah di Sumbar, kegiatan penambangan banyak dilakukan
oleh masyarakat secara ilegal, terutama penambangan emas dan batu bara.
Kawasan Musiduga merupakan kawasan di Sumatera Barat yang memiliki
potensi sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat Musiduga memanfaatkan
sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam tersebut
dimanfaatkan masyarakat dengan bekerja pada sektor pertanian, penambangan
emas, dan pariwisata. Ketergantungan masyarakat dalam pemanfaatan
sumberdaya alam apabila pengelolaan dan pemanfaatannya tidak bijaksana dapat
membahayakan keberlanjutan sumberdaya alam tersebut seperti merusak air,
tanah, dan tumbuh-tumbuhan, serta kelangsungan hidup manusia (Fauzi 2004).
Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat ketergantungan masyarakat dalam
pemanfaatan sumberdaya alam di Musiduga dan seperti apa pemanfaatannya agar
menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak
mengorbankan sumberdaya alam itu sendiri.
5Mukri, A. R. 2008. Sektor Pariwisata Sumatera Barat Mutiara yang Belum
Tergarap.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Sektor+Pariwisata+Sumatra+Barat+Mutiara+yang+Belu
m+Tergarap&dn=20080426231618. Diakses: 31 Desember 2010.
6Anonim. 2007. Sumatera Barat. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat. Diakses: 18 Maret 2011
Adanya kegiatan penambangan emas di kawasan Musiduga telah menjadi
sumber penghidupan bagi sebagian masyarakat. Penambangan emas di kawasan
Musiduga dilakukan secara ilegal atau sering disebut PETI (Penambangan Emas
Tanpa Ijin). PETI di kawasan Musiduga dapat ditemukan di Sungai Kuantan-
Musiduga dan telah memberikan pemasukan ekonomi bagi masyarakat dalam
jangka waktu yang singkat. Namun, kegiatan ini juga berpeluang besar
menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya yang sulit untuk
direhabilitasi. Meskipun penambangan emas yang dilakukan di Sungai Kuantan
termasuk penambangan berskala kecil, akan tetapi kemungkinan dampaknya dapat
berskala besar. Dampak lingkungan yang mungkin terjadi seperti pencemaran air,
tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan mengganggu
ekosistem suatu sumberdaya. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan
identifikasi persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap kerusakan lingkungan
akibat penambangan emas ilegal.
Sementara itu, potensi wisata yang dimiliki oleh Musiduga telah menarik
pengunjung untuk datang dan melakukan aktivitas wisata di tempat tersebut.
Semenjak pertama kali didirikan pada tahun 2007 jumlah pengunjung Musiduga
mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 1:
Sumber: Wali Nagari Silokek dan Durian Gadang (2010)
Gambar 1. Jumlah Pengunjung Kawasan Wisata Muaro Silokek Durian
Gadang
2496
4992
12336
0
5000
10000
15000
2008 2009 2010
Jumlah Pengunjung
Peningkatan jumlah pengunjung Musiduga menunjukkan adanya minat
lebih masyarakat terhadap obyek wisata yang ada di kawasan ini. Peningkatan
pengunjung pada tahun 2010 cukup signifikan dibanding pada tahun 2008 dan
2009 disebabkan pada tahun 2010 aksesibiltas menuju kawasan wisata Musiduga
telah diperbaiki sehingga mempermudah pengunjung untuk mencapai lokasi
wisata. Selain itu, adanya fasilitas dan sarana prasarana yang disediakan
Pemerintah Daerah meskipun jumlahnya belum banyak juga menyebabkan
peningkatan pengunjung yang berkunjung ke tempat wisata Musiduga. Adanya
peningkatan pengunjung juga memperlihatkan bahwa kawasan Musiduga
memiliki potensi untuk dikembangkan. Agar manfaatnya bisa dirasakan dalam
jangka waktu yang panjang oleh semua pihak, maka pengelolaan dan
penyelenggaraan kegiatan wisata Musiduga harus dioptimalkan secara
berkelanjutan tanpa mengorbankan sumberdaya dan lingkungan yang ada.
Keindahan panorama alam serta wahana wisata pada kawasan ini
memberikan kenyamanan, kenikmatan, dan kepuasan bagi pengunjung. Daya tarik
wisata yang disuguhkan meliputi Ngalau (goa) Seribu, Ngalau Talago, pasir putih,
dan air terjun. Selain itu, wisata minat khusus arung jeram dan panjat tebing juga
dapat dilakukan di kawasan ini.7 Potensi pariwisata di kawasan Musiduga belum
dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dapat dilihat dengan
masih sedikitnya masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan pekerjaan di
bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang pariwisata juga belum
tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh keterbatasan
7 Dinas Porsenibudpora Kabupaten Sijunjung. Wisata alam. Http://sijunjung.go.id/?mod=konten&menu=wisata_alam.
Diakses: 20 Desember 2010.
anggaran Pemerintah Daerah untuk kawasan wisata Musiduga dan belum
ditetapkannya tarif masuk bagi pengunjung ke Musiduga. Oleh karena itu
penetapan tarif masuk ke tempat wisata diperlukan guna meningkatkan fasilitas
yang ada di Musiduga, menjaga kestabilan sumberdaya alam dan lingkungan, dan
untuk kedepannya dapat menjadi salah satu cara dalam membatasi jumlah
kunjungan agar tidak terjadi over carrying capacity.
Potensi wisata di Musiduga dapat menjadi sebuah alternatif
pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan tersebut.
Adanya kegiatan wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber
penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata dapat memiliki
dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga
akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata.
Terkait dengan kegiatan penambangan emas ilegal oleh masyarakat di
Musiduga, dugaan adanya indikasi dampak negatif kegiatan tersebut berpeluang
menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Penambangan emas ilegal
tersebut diharapkan bisa diminimalisir dengan adanya potensi wisata yang ramah
lingkungan yang saat ini masih belum dikembangkan secara optimal dapat
menjadi alternatif untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak
sumberdaya alam. Mempertimbangkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis
kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan
wisata. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, terdapat permasalahan yang
perlu dianalisis yaitu:
1. Sejauh mana tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap
pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya?
2. Sebagian masyarakat ada yang melakukan penambangan emas ilegal di
kawasan Musiduga, kegiatan tersebut berpotensi merusak lingkungan, oleh
karena itu, perlu diteliti sejauh mana tingkat kerusakan lingkungan akibat
penambangan emas ilegal berdasarkan persepsi multistakeholder?
3. Bagaimana potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan
wisata di kawasan Musiduga?
4. Bagaimana kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih
profesi ke kegiatan wisata?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap
pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya.
2. Mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan
lingkungan akibat penambangan emas ilegal oleh masyarakat.
3. Menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan
wisata di kawasan Musiduga.
4. Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih
profesi ke kegiatan wisata.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terkait
antara lain pemerintah daerah, masyarakat sekitar kawasan Musiduga, civitas
akademika, dan peneliti sendiri. Bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini
menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan dan pengembangan kawasan
wisata Musiduga. Bagi masyarakat sekitar kawasan Musiduga, diharapkan mampu
mendukung kegiatan pariwisata guna meningkatkan dan mengembangkan potensi
wisatanya. Bagi civitas akademika, penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan
untuk mengenal dan menggali lebih lagi mengenai konsep pemanfaatan potensi
sumberdaya alam yang ramah lingkungan agar pemanfaatannya berkelanjutan,
sedangkan bagi peneliti sendiri, penelitian ini sebagai bagian praktek dari berbagai
teori dan konsep yang telah dipelajari selama masa pendidikan di bangku
perkuliahan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk mengetahui tingkat
ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam
untuk pemenuhan kebutuhannya, mengidentifikasi persepsi multistakeholder
terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis
potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan
Musiduga, dan menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk
beralih profesi ke kegiatan wisata. Dampak ekonomi kegiatan wisata Musiduga
terhadap masyarakat sekitar dalam penelitian ini merupakan kontribusi
pendapatan yang diterima masyarakat dari sektor wisata. Penelitian ini hanya
mencakup daerah Muaro Silokek Durian Gadang Kabupaten Sijunjung, Sumatera
Barat sebagai obyek penelitiannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan
untuk proses produksi. Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan,
hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan
hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut
akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan
sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan manusia,
sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk
bagi manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan
pengelolaan sumberdaya alam adalah bagaimana mengelola sumberdaya alam
tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan
tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri (Fauzi 2004) .
Menurut Soerjani et al (1987), pembangunan suatu daerah selalu
didasarkan pada pemanfaatan sumberdaya alam. Makin banyak suatu daerah
mempunyai sumberdaya alam dan makin efisien pemanfaatan sumberdaya alam
tersebut, makin baiklah harapan akan tercapainya keadaan kehidupan ekonomi
yang baik dalam jangka panjang. Untuk menjamin kelangsungan pembangunan
ekonomi, maka perencanaan penggunaan, pengelolaan, dan penyelamatan
sumberdaya alam perlu dilakukan dengan cermat, dengan memperhatikan
hubungan-hubungan ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat yang
merugikan kelangsungan pembangunan secara menyeluruh.
2.2 Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata
Potensi alam dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah mengenai
kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU)
Nomor 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata. Potensi wisata adalah mengenai
kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dijadikan sebagai obyek
dan daya tarik suatu perjalanan wisata.
Menurut Prosiding lokakarya wana wisata (1986) dalam Rimbawanti (2003)
mengemukakan bahwa potensi wisata secara umum meliputi berbagai kekhasan
yaitu:
1. Estetis : keindahan alam, keunikan gejala alam seperti air terjun, kawah,
sumber air panas, dan lain-lain serta keindahan untuk lintas alam
2. Biologis : Keanekaragaman dari jenis-jenis flora dan fauna
3. Historis : Keanekaragaman peninggalan sejarah
4. Scientist : Untuk penelitian ilmu pengetahuan
Potensi wisata yang dikemukaan Yoeti (1997) yaitu obyek pariwisata yang
dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Obyek tersebut dapat berupa:
1. Berasal dari alam, dapat dilihat dan disaksikan secara bebas (pada tempat-
tempat tertentu harus bayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya,
dan lain-lain) seperti: iklim, pemandangan, vegetasi hutan, flora dan fauna,
sumber kesehatan.
2. Merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan,
dan dipelajari seperti: monumen dan peninggalan masa lalu, tempat-tempat
budaya, dan perayaan-perayaan tradisional.
UU No. 9 tahun 1990 menyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata
adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas:
a) Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.
b) Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro,
wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan
tempat hiburan.
Cooper et al. (1998), terdapat beberapa komponen obyek wisata yaitu:
1. Atraksi wisata alam, buatan (hasil karya manusia) atau kegiatan yang
merupakan alasan utama kunjungan.
2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah
tujuan wisata.
3. Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk
fisik, tetapi juga dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan
kenangan pada lingkungan setempat.
4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor
kesuksesan daerah tujuan wisata.
5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan
koordinasi.
Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui
suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk wisatawan. Jadi
atraksi wisata dibedakan dengan obyek wisata, karena atraksi wisata untuk
menyaksikan harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat
dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai,
gunung, candi, monument, dan lain-lain (Yoeti 1997).
2.3 Pariwisata
Menurut Yoeti (2006) prinsip dari sebuah perjalanan dikatakan sebagai
kegiatan pariwisata adalah perjalanan tersebut dilakukan untuk bersenang-senang.
Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain,
dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di
tempat yang ia kunjungi, tapi semata-mata sebagai konsumen menikmati perjalan
tersebut untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam. Sementara itu
menurut Wahab (1992) pariwisata juga merupakan sektor yang kompleks,
meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri
kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan dan transportasi secara
ekonomi juga dipandang sebagai industri.
Selanjutnya Wahab (1992) menjelaskan pariwisata sebagai suatu gejala
yang terwujud dalam beberapa bentuk. Pertama, menurut jumlah orang yang
bepergian, terdiri dari pariwisata individu dan pariwisata rombongan. Kedua,
menurut maksud bepergian, terdiri dari pariwisata rekreasi atau pariwisata santai,
pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata sport, dan pariwisata temu
wicara. Ketiga, menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat, tirta, dan
dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik
nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur,
terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri
dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial
terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata.
2.4 Wisata Alam
Menurut Kamus Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia
(1989), wisata alam merupakan perjalanan yang memanfaatkan potensi
sumberdaya alam dan tata lingkungannya sebagai obyek tujuan wisata. Suwantoro
(2002) mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang
memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Wisata alam
meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk
asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya tempat-tempat
rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan
kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi orang (wisatawan). Adanya
potensi alam, flora dan fauna, keindahan alam, keunikan budaya, bahasa, latar
belakang sejarah, dan keramahan penduduk lokal merupakan daya tarik dari
obyek wisata untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara.
2.5 Dampak Ekonomi Wisata
Potensi wisata yang dimiliki suatu kawasan berdampak pada
perekonomian. Sebagaimana pernyataan Yoeti (2008), dampak ekonomi itu
mencakup spectrum kebijakan yang luas, menyangkut kesempatan berusaha,
kesempatan kerja, transportasi, akomodasi, prasarana, pengembangan wilayah,
perpajakan, perdagangan, dan lingkungan. Lebih lanjut Yoeti menyatakan industri
pariwisata, secara khusus dikatakan sangat efektif dalam mendukung usaha kecil
dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan muda usia serta menyebarkan
peluang kesempatan peluang kerja, baik dalam lingkup regional, nasional,
maupun internasional. Selain itu, Vanhove (2005) juga mengemukan bahwa
dampak ekonomi dari wisata adalah peningkatan atau pembangkit pendapatan,
peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan
pembayaran, dan perbaikan struktur ekonomi daerah wisata.
2.6 Pertambangan Emas
Pertambangan merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam
kelompok stok, dimana sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang
terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan
cadangan sumberdaya. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien akan
mengurangi persediaan di masa datang. Sumberdaya ini disebut sebagai
sumberdaya tidak dapat diperbarui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible)
(Fauzi 2004).
Menurut Ngadiran et al (2002), emas merupakan salah satu bahan galian
yang menjadi perioritas sebagai sumber penghasilan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa persoalan
dalam pengelolaannya seperti :
1. Keselamatan kerja kurang terjamin karena penambang dalam pengolahan
bijih emas menggunakan bahan kimia beracun, seperti sianida dan
merkuri.
2. Modal kerja ditanggung oleh seorang pemilik lubang atau pemilik mesin.
Cara patungan diupayakan diantara para penambang sekalipun jumlahnya
sangat terbatas. Para penambang sering sekali hutang karena tidak ada
bank yang mau memberi kredit.
3. Para penambang bekerja dengan teknik sederhana yang dipelajari secara
tradisonal dan turun temurun, sehingga tidak terjadi inovasi. Hal ini jika
dibiarkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan.
Selanjutnya Ngadiran et al (2002) menyatakan bahwa dampak positif dari
penambangan emas mampu meningkatkan derajat hidup masyarakat. Selain itu
juga berdampak negatif seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan,
termasuk merusak manusia. Apabila kondisi seperti ini berlangsung terus menerus
di suatu daerah maka ketahanan daerah tersebut bisa rapuh.
2.7 Konsep Wilingness to Pay
Menurut Yakin (1997), konsep Wilingness to Pay (WTP) atau keinginan
untuk membayar didefinisikan sebagai uang yang ingin diberikan seseorang untuk
memperoleh suatu peningkatan kondisi lingkungan dan dia masih lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Sementara itu, menurut Fauzi (2004) WTP merupakan
keinginan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan. Keinginan membayar tersebut didasarkan pada
survey yang diperoleh secara langsung dari responden yang langsung
diungkapkannya secara lisan maupun tulisan. Menurut Haab dan McConnel
(2002) dalam Fauzi (2004), pengukuran WTP dapat diterima dengan syarat WTP
tidak memiliki batas bawah yang negatif, batas atas WTP tidak boleh melebihi
pendapatan, dan adanya konsistensi keacakan pendugaan perhitungannya.
2.8 Konsep Keberlanjutan
Menurut Komisi Brundtland dalam Fauzi (2004) pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Kemudian Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa konsep
keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu:
1. Keberlanjutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu
menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara
keberlanjutan pemerintah dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan
sektoral yang dapat merusak produk pertanian industri.
2. Keberlanjutan lingkungan: sistem yang berkelanjutan secara lingkungan
harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari
eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan.
3. Keberlanjutan sosial: sistem yang mampu mencapai kesetaraan,
menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan
akuntabilitas politik.
2.9 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang
identifikasi potensi wisata, penelitian menggunakan WTP, penelitian terhadap
dampak ekonomi wisata, dan penelitian terhadap dampak pertambangan emas.
2.9.1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata
Beberapa penelitian yang dilakukan untuk identifikasi potensi wisata
dilakukan oleh Rimbawanti (2003) dan Siswanto (2006). Hasil dari penelitian
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penelitian Identifikasi Potensi Wisata No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Rimbawanti, A Studi Potensi Alam
dan Konsep
Pengembangannya di
Areal HTI PT.
Finnantara Intiga
Distrik 1 Mengkiang
Unit Sanggau Kec.
Kapuas Kab.
Sanggau Prop.
Kalimantan Barat
Potensi wisata pada kawasan ini berupa:
(1) Daya tarik fisik berupa kawasan hutan
tanaman alam Plomas dengan air terjun
Plomas dan Batu Mas, air terjun riam
Penarik, air terjun Riam Jelipa, air terjun
Sedamar, dan aliran sungai Sekayam.
(2) Daya tarik sosial: kawasan penelitian
Makam Raja Sanggau, Kebudayaan Dayak
dan kebudayaan.
(3) Daya tarik biologis : keragaman flora dan
fauna pada kawasan tersebut.
2 Siswanto, H Penilaian Obyek dan
Daya Tarik Wisata
serta Alternatif
Perencanaan Paket
Wisata di Kabupaten
Merangin Propinsi
Jambi
Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten
Merangin terdiri dari obyek wisata alam,
buatan, dan budaya. Pada obyek wisata
berbentuk darat (alam) memiliki daya tarik
wisata paling tinggi adalah teluk, obyek wisata
buatan yang memiliki daya tarik paling tinggi
adalah Dam, sedangkan untuk obyek wisata gua
adalah gua Singering, pada obyek wisata danau
adalah Pauh.
2.9.2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay
Penelitian menggunakan konsep WTP telah dilakukan oleh Buckley, et al
(2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Buckley, et al
(2008)
Recreational
Demand For Form
Commonage In
Irland: A
Contingent
Valuation
Assesment
Penelitian ini mengukur besarnya WTP
pengunjung terhadap akses publik dan
pengembangan trek pada lahan pertanian
bersama yang digunakan sebagai saarana
rekreasi berjalan kaki pada area dataran tinggi
dan dataran rendah di Irlandia Barat.
Berdasarkan penelitian tersebut 54% sampel
dari dataran rendah dan 44% pada dataran
tinggi memberikan WTP yang positif terhadap
scenario implementation yang ditawarkan.
Permintaan akan skenario yang ditawarkan
pada dataran rendah memiliki preferensi yang
lebih baik, hal ini tercermin dari median WTP
yang diperoleh sebesar € 12.22 jika
dibandingkan dengan € 9.08 yang merupakan
median WTP pada area dataran tinggi.
2 Firandari,T Analisis
Permintaan dan
Nilai Ekonomi
Wisata Pulau Situ
Gintung-3 dengan
Metode Biaya
Perjalanan
Berdasarkan analisis WTP pengunjung terhadap
harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa
apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung
masih mau membayar harga tiket masuk sampai
harga Rp 8.577,00. Hal itu terwujud asalkan
tempat wisata PSG-3 dapat mempertahankan
kelestarian lingkungannya dan pengelola PSG-3
melakukan pengembangan wisata serta
penambahan fasilitas wisata.
2.9.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata
Penelitian terhadap dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Suasani
(2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Suasani, P.S Persepsi Multipihak
dan Dampak Sosial
Ekonomi
Pengelolaan
Kampung Wisata
Cinangneng (KWC)
terhadap Masyarakat
Sekitar.
Adanya KWC memberikan peningkatan
pendapatan masyarakat sekitar yaitu pekerja
wisata yang terdiri dari guide meningkat
pendapatannya sebesar 59,5%, petugas
kebersihan mengalami peningkatan pendapatan
yang tidak terhingga, petugas keamanan
meningkat pendapatannya sebesar 38,2%,
petugas makanan mengalami peningkatan
pendapatan yang tidak terhingga. Petani ubi
kayu mengalami peningkatan sebesar 22,71%
dan petani buah-buahan meningkat
pendapatannya sebesar 45,4%. Pengrajin
anyaman bambu mengalami peningkatan
pendapatan yang tidak terhingga sedangkan
pengrajin obor meningkat pendapatannya
sebesar 260%, untuk pedagang makanan
mengalami peningkatan pendapatan sebesar
17,1% dan pedagang cinderamata mengalami
peningkatan pendapatan yang tidak terhingga.
2 Firandari, T Analisis Permintaan
dan Nilai Ekonomi
Wisata Pulau Situ
Gintung-3 dengan
Metode Biaya
Perjalanan
Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata
memberikan dampak positif bagi perekonomian
masyarakat sekitar. Pekerja wisata yang terdiri
dari petugas kebersihan dan petugas
maintenance masing-masing mengalami
peningkatan pendapatan sebesar Rp 300.000
dan Rp 483.333 per bulan. Selain pekerja
wisata peningkatan pendapatan juga dialami
oleh masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai
pedagang makanan yaitu sebesar Rp 900.000
dan tukang ojek sebesar Rp 340.000 serta
tukang parkir sebesar Rp1.500.000.
2.9.4 Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas
Penelitian terhadap dampak kegiatan pertambangan emas telah dilakukan
oleh Kardina, D. S. L (2005) dan Siallagan (2010). Hasil penelitian tersebut
terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Kardina, D. S.
L.
Analisi Kesediaan
Membayar Biaya
Remediasi
Masyarakat
Pertambangan Emas
Tanpa Ijin terhadap
Pencemaran Sungai
Cikaniki di Kabupaten
Bogor
Sungai Cikaniki yang berada di wilayah
Kecamatan Nanggung, telah tercemar akibat
proses pengolahan limbah merkuri yang tidak
ramah lingkungan, yang dilakukan oleh Peti
emas.
2 Siallagan, M.B Analisis Buangan
Berbahaya
Pertambangan Emas
di Gunung Pongkor
Proses pengolahan emas yang dilakukan oleh
para gurandil tidak memenuhi prosedur yang
benar, karena mereka menggunakan bahan
kimia berbahaya dalam melakukan proses
pengolahan bijih emas yang mereka peroleh
dengan cara menambang secara liar. Setelah
mereka melakukan pengolahan tersebut mereka
tidak mengolah limbah yang dihasilkan secara
benar, mereka hanya menampung limbah
tersebut atau membuangnya ke tanah kosong,
sawah, selokan dan sungai, atau sekedar
menjadikannya bentengan di halaman rumah
mereka.
2.9.5 Perbaruan (novelty) dari Penelitian
Perbaruan dari penelitian ini adalah menilai potensi wisata pada kawasan
wisata Musiduga dimana di dalam kawasan wisata ini juga terdapat penambangan
emas ilegal yang dilakukan oleh masyarakat sekitar desa Musiduga yang
berindikasi merusak sumberdaya alam dan lingkungan. Adanya kegiatan wisata
pada kawasan ini diharapkan dapat dikembangkan secara optmal yang dapat
berdampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar berupa peningkatan pendapatan.
Kegiatan wisata di Musiduga tersebut diharapkan juga dapat menjadi salah satu
alternatif masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata
sehingga dapat meminimalisir kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan akibat
kegiatan penambangan emas ilegal tersebut.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kawasan Musiduga merupakan kawasan yang memiliki potensi
sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam
untuk memenuhi kebutuhannya. Pemanfaatan sumberdaya alam tersebut
memperlihatkan adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam.
Menurut Fauzi (2004), apabila suatu wilayah hanya bergantung pada pemanfaatan
sumberdaya alam secara langsung, maka akan mempengaruhi keberlanjutan
sumberdaya alam tersebut, dan keberlanjutannya akan terancam jika pemanfaatan
dan pengelolaannya buruk (tidak bijaksana) yang dapat membahayakan manusia
dan sumberdaya alam tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana
tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya
alam dan seperti apa pemanfaatannya.
Pada sektor pertambangan, masyarakat melakukan kegiatan penambangan
emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga. Kegiatan tersebut telah berkontribusi
nyata terhadap perekonomian masyarakat. Meskipun manfaatnya secara nyata
dirasakan oleh masyarakat dalam waktu singkat, penambangan emas berpeluang
besar menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya alam dan
lingkungan. Besarnya dampak negatif yang muncul akibat pengelolaan dapat
mempengaruhi kelestarian sumberdaya alam. Berkaitan dengan hal tersebut,
diperlukan identifikasi persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan
akibat penambangan emas ilegal di Musiduga.
Sementara itu, potensi wisata yang disuguhkan oleh kawasan Musiduga
berupa wisata alam dan wisata minat khusus. Potensi wisata di kawasan Musiduga
tersebut masih belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini
dapat dilihat dengan masih terbatasnya masyarakat yang memanfaatkan peluang
usaha dan pekerjaan di bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang
pariwisata juga belum tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan
keterbatasan anggaran Pemerintah Daerah dan belum ditetapkannya tarif masuk
kawasan wisata Musiduga.
Potensi wisata di Musiduga dapat menjadi sebuah alternatif
pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan ini. Kegiatan
wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi
masyarakat sekitar sehingga tempat wisata memberikan dampak ekonomi berupa
peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga
akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan wisata Musiduga.
Terkait dengan kegiatan penambangan emas ilegal oleh masyarakat di
Musiduga, dugaan adanya indikasi dampak negatif kegiatan tersebut berpeluang
menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Penambangan emas ilegal
tersebut diharapkan bisa diminimalisir dengan adanya potensi wisata yang ramah
lingkungan yang saat ini masih belum dikembangkan secara optimal dan dapat
menjadi alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak
sumberdaya alam. Agar pemanfaatan potensi sumberdaya bisa dilakukan secara
berkelanjutan dengan meminimalkan kerusakan, maka dibutuhkan kerjasama
berbagai pihak dalam upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan Musiduga.
Adapun alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 2:
Gambar 2. Kerangka Alur Berpikir
Kegiatan
pertambangan emas
Kegiatan wisata
Ketergantungan masyarakat terhadap
sumberdaya alam di Musiduga
Pengelolaan
ilegal
Pendapatan
masyarakat
Potensi kerusakan
lingkungan
Potensi wisata
Pengelolaan
belum
optimal
Belum
ada
peneta-
pan
tarif
Potensi
kerusakan
lingkungan
Dampak
ekonomi
masyarakat
sekitar
WTP
pengunjung
Atraksi
wisata yang
diminati
pengunjung
Penetapan
tarif masuk
Analisis kemungkinan
masyarakat penambang emas
beralih profesi ke kegiatan
wisata
Pemanfaatan sumberdaya alam oleh
masyarakat Musiduga
Pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga
kenagarian (struktur pemerintahan setingkat desa) Kenagarian Muaro,
Kenagarian Silokek, dan Kenagarian Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung
Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat potensi wisata, namun di dalam daerah
ini juga terdapat kegiatan penambangan emas ilegal yang berindikasi merusak
sumberdaya alam dan lingkungan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-
Mei 2011.
4.2 Jenis dan Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data
sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan jalan dikumpulkan
sendiri oleh peneliti dan langsung dari objek yang diteliti. Data primer diperoleh
melalui pembagian kuesioner dan wawancara kepada pengunjung, penambang
emas, dan masyarakat sekitar kawasan Musiduga. Data sekunder diperoleh dari
literatur, website dan dari instansi yang terkait dengan penelitian, seperti Dinas
Pariwisata Seni Budaya Pemuda dan Olah Raga (Parsenibudpora) Kabupaten
Sijunjung, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sijunjung, dan Kantor
Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Sijunjung. Selain dari instansi terkait, data-
data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan topik
penelitian ini.
4.3 Metode Pengambilan Sample
Pada penelitian ini responden berasal dari pengunjung yang berkunjung ke
obyek wisata Musiduga, masyarakat sekitar Musiduga, penambang emas, dan
instansi terkait. Metode pengambilan sample dilakukan dengan purposive
sampling, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara sengaja
sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki yang sesuai dengan kriteria
penelitian. Menurut Mardalis (2004), purposive sampel adalah cara memperoleh
sampel yang dilakukan dengan cara sengaja dan dengan menggunakan
perencanaan tertentu. Responden yang dipilih pada penelitian ini merupakan
responden yang berusia 17 tahun ke atas yang dinilai dapat berkomunikasi dengan
baik dan bersedia untuk mengikuti proses wawancara.
Banyaknya sample pengunjung dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus Slovin (Sevilla 1993) yaitu:
dimana n adalah ukuran sample, N merupakan banyaknya populasi dan e sama
dengan nilai kritis/ batas kesalahan sehingga berdasarkan rumus tersebut,
responden pengunjung yang dijadikan sebagai sample penelitian ini berjumlah
100 orang. Selain pengunjung, dilakukan wawancara terhadap 50 orang
masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan Musiduga. Masyarakat yang
dimaksud memiliki kriteria sehat jasmani dan rohani, mampu berkomunikasi
dengan baik dan yang sudah memiliki pekerjaan dan kehidupannya terkait
langsung dan tidak langsung dengan kawasan Musiduga. Selanjutnya, dilakukan
juga wawancara terhadap 50 responden yang bekerja sebagai penambang emas
dengan syarat mampu berkomunikasi dengan baik dan memiliki pekerjaan utama
sebagai penambang emas di kawasan Musiduga. Pengambilan sample pada 50
responden masyarakat Musiduga dan 50 responden penambang emas diharapkan
dapat memberikan hasil yang lebih representatif. Wawancara secara mendalam
dilakukan kepada informan (key person), yaitu kepada dua orang dari Dinas
Parsenibudpora Kabupaten Sijunjung yaitu satu orang Kepala Bidang (Kabid)
Kepariwisataan dan satu orang staff bidang kepariwisataan, dua orang dari Dinas
pertambangan dan Energi Kabupaten Sijunjung yaitu satu orang Kabid
Pertambangan Umum dan satu orang staff Pertambangan Umum, dua orang dari
KLH, dan Wali Nagari di desa Musiduga.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan
komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab 14 for windows.
Pada Tabel 5 akan diuraikan matriks analisis data yang digunakan untuk
menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini.
Tabel 5. Matriks Analisis Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data
1. Mengetahui tingkat
ketergantungan masyarakat
Musiduga terhadap
pemanfaatan sumberdaya
alam untuk pemenuhan
kebutuhannya
5. .
Data sekunder:
- Monografi Desa
Data primer:
- Wawancara dengan
masyarakat melalui
kuesioner
- wawancara mendalam
kapada aparat desa di
kawasan Musiduga
- Inventarisasi
jenis pekerjaan
masyarakat
Musiduga
- Persentase
pendapatan
masyarakat
yang berasal
dari
pemanfaatan
sumberdaya
alam
2. Mengidentifikasi persepsi
stakeholder terhadap
kerusakan lingkungan
akibat penambangan emas
ilegal
Data primer:
- Wawancara dengan
masyarakat yang
menjadi responden
baik yang bekerja
sebagai penambang
- Analisis
Deskriptif
emas maupun yang
tidak
- Wawancara secara
mendalam pada key
person seperti: Dinas
Parsenibudpora dan
Dinas Pertambangan
dan Energi, Aparat
Desa, KLH
3. Menganalisis potensi dan
dampak kegiatan wisata di
Musiduga:
- Menganalisis nilai WTP
pengunjung terhadap
penetapan tarif di kawasan
Musiduga
- Menganalisis dampak
ekonomi dari kawasan
wisata Musiduga bagi
masyarakat sekitar.
- Menganalisis dampak
lingkungan dari kegiatan
wisata alam.
Data Primer:
- Wawancara dengan
pengunjung melaui
kuesioner
Data primer:
- Wawancara dengan
masyarakat melaui
kuesioner
Data primer:
Wawancara mendalam
dengan Dinas
Parsenibudpora
- Wilingness To
Pay untuk
penetapan tarif
dan atraksi
wisata yang
diminati
- Analisis
Perubahan
Pendapatan
dan pekerjaan
- Analisis
Deskriptif
4. 6. Menganalisis kemungkinan
masyarakat penambang
emas beralih profesi ke
kegiatan wisata
Data Primer:
- Wawancara dengan
penambang emas
melalui kuesioner
- Wawancara kepada
Dinas Pertambangan
dan Energi, Dinas
parsenibudpora,
KLH,Wali Nagari
- Analisis
Deskriptif
- Model Regresi
Logit
4.4.1 Identifikasi Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga dari
Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Pemenuhan Kebutuhannya
Identifikasi tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap
pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup dilakukan
dengan inventarisasi jenis pekerjaan masyarakat Musiduga terlebih dahulu.
Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis persentase pendapatan.
Analisis mengenai besarnya persentasi pendapatan yang diterima oleh masyarakat
dengan adanya kawasan Musiduga digunakan untuk mengetahui apakah
pendapatan yang diterima oleh masyarakat dengan adanya pemanfaatan
sumberdaya alam Musiduga merupakan usaha pokok, cabang usaha, atau hanya
sebagai penghasilan tambahan bagi mereka. Menurut Soehadji (1995) dalam
Soetanto (2002) menjelaskan persentase pendapatan seseorang dan membaginya
menjadi tiga tipologi usaha berdasarkan share pendapatan yaitu: (1) usaha yang
mendatangkan proporsi pendapatan kurang dari 30% (<30%) disebut sebagai
usaha sambilan, (2) usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 30
sampai 70% (30-70%) disebut sebagai cabang usaha, (3) usaha yang
mendatangkan proporsi pendapatan lebih dari 70 sampai 100% (70,1-100%)
disebut sebagai usaha pokok. Perhitungan persentase pendapatan masyarakat yang
berasal dari pemanfaatan SDA secara langsung terhadap total pendapatan adalah:
.................................(4.1)
dimana:
%IMM = Persentase pendapatan masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam
ISDA = Pendapatan rata-rata masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam
ITotal = Pendapatan total masyarakat
4.4.2 Identifikasi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan
Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal
Identifikasi persepsi multistakeholder terhadap penambangan emas ilegal
melalui wawancara dengan masyarakat yang bekerja sebagai penambang emas
maupun yang tidak sebagai penambang emas yang menjadi responden dalam
penelitian (kuesioner) dan wawancara secara mendalam kepada aparat desa, Dinas
Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, dan KLH yang dianalisis secara
deskriptif. Responden diberi pilihan mengenai ada tidaknya kerusakan lingkungan
akibat penambangan emas berupa polusi air, udara, suara, struktur tanah rusak,
mempengaruhi kehidupan biota, dan mempengaruhi kesehatan. Analisis ini
diharapkan menghasilkan persepsi multipihak (masyarakat, penambang emas, dan
instansi terkait) terhadap kondisi lingkungan di sekitar kawasan Musiduga akibat
adanya kegiatan tambang emas tersebut.
4.4.3 Analisis Potensi Wisata dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan
Wisata di Kawasan Musiduga
Keberadaan kawasan wisata Musiduga memiliki potensi yang dapat
dianalisis seperti potensi obyek wisata alam dan dampak ekonomi lingkungan dari
kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Analisis pada penelitian ini yaitu analisis
nilai WTP pengunjung dalam penetapan tarif masuk kawasan Musiduga, dampak
ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar,
dan analisis dampak kegiatan wisata terhadap lingkugan sekitar Musiduga.
4.4.3.1 Analisis Nilai WTP Pengunjung dalam Penetapan Tarif Masuk
Kawasan Musiduga
Guna mendapatkan nilai kesediaan membayar atau WTP pengunjung di
kawasan wisata Musiduga dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.
Sebelum mendapatkan nilai kesediaan membayar, penulis membuat skenario
berdasarkan usaha pengembangan tempat wisata Musiduga memerlukan dana
yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan pengelolaan
tempat wisata dimana sumber pendapatan berasal dari Pemerintah Daerah.
Namun, dana dari Pemerintah Daerah tersebut belum mencukupi untuk
pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga. Selanjutnya dana
tersebut akan dialokasikan untuk penyediaan fasilitas-fasilitas dan pengadaan
sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas rekreasi di kawasan wisata
Musiduga, meningkatkan daya tarik wisata, serta untuk upaya pemeliharaan
lingkungan tempat wisata. Oleh karena itu Pemerintah Daerah berencana
mengadakan penetapan tarif masuk kawasan wisata. Seluruh responden diberi
informasi mengenai skenario tersebut agar responden dapat mengetahui gambaran
tentang situasi hipotesis yang dimaksud.
Setelah membuat pasar hipotetik, guna mendapatkan nilai penawaran pada
penelitian ini dilakukan dengan survey ke pengunjung. Tujuan dari survey ini
adalah memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung
sebagai responden. Nilai penawaran yang diajukan terhadap pengunjung adalah
menggunakan teknik pertanyaan tertutup atau close-ended question yaitu teknik
bertanya terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang sudah disertai
dengan jawaban-jawaban untuk dipilih (Mubyarto dan Suratno 1981). Langkah
selanjutnya adalah memperkirakan nilai rata-rata WTP menggunakan nilai rata-
rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden.
Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus (Hanley dan Spash 1993):
=
........................................(4.2)
Dimana :
= Dugaan rataan WTP (Rp)
Wi = Nilai WTP ke-i (Rp)
n = Jumlah responden (orang)
i = Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk kawasan wisata
(i=1,2,...,n)
4.4.3.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Musiduga bagi Masyarakat
Sekitar
Dampak ekonomi keberadaan tempat wisata Musiduga terhadap
masyarakat sekitar dianalisis dengan mengkaji kontribusi sektor wisata terhadap
pendapatan masyarakat dari adanya kegiatan wisata di kawasan Musiduga.
Kontribusi tersebut dilihat dengan perhitungan pendapatan rata-rata masyarakat
berdasarkan kelompok pekerjaan. Perhitungan pendapatan rata-rata dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
..................................(4.3)
dimana: IM = Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan rata-rata
responden masyarakat
ITM = Pendapatan total responden masyarakat
IT = Pendapatan rata-rata responden masyarakat di luar sektor
wisata Musiduga
Tujuan dari analisis yang dilakukan terhadap pendapatan masyarakat di
sektor wisata adalah untuk melihat proporsi pendapatan rata-rata masyarakat
sebagai pekerja yang terkait baik langsung maupun tidak langsung terhadap
pengelolaan kawasan wisata Musiduga. Berdasarkan proporsi pendapatan tersebut
dapat diketahui apakah keberadaan Musiduga merupakan usaha pokok, cabang
usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan. Persentase proporsi pendapatan yang
diperoleh dari Musiduga tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
........................(4.4)
dimana : % IM = Persentase proporsi pendapatan responden masyarakat
pada sektor wisata Musiduga
IM = Pendapatan rata-rata responden masyarakat dari kegiatan
wisata Musiduga
ITM = Pendapatan total responden masyarakat Musiduga
4.4.3.3 Analisis Dampak Kegiatan Wisata terhadap Lingkungan Sekitar
Musiduga
Penelitian untuk mengetahui apakah pemanfaatan sumberdaya untuk
kegiatan wisata memberikan dampak terhadap lingkungannya dilakukan dengan
melakukan wawancara kepada responden (kuesioner) yaitu pengunjung, pekerja,
masyarakat sekitar, dan instansi terkait seperti pihak Dinas Parsenibudpora, KLH,
dan Wali Nagari. Adapun indikator yang ditanyakan kepada responden tentang
dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan sekitar yaitu menambah keindahan
pemandangan, menjaga keasrian lingkungan, membuat segar udara sekitar, dan
menimbulkan sampah. Analisis ini diharapkan menghasilkan persepsi
multistakeholder (pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait)
terhadap kondisi lingkungan di sekitar kawasan Musiduga akibat adanya kegiatan
wisata.
4.4.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi
ke kegiatan Wisata
Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke
kegiatan wisata dengan wawancara kepada penambang emas dan melalui
wawancara secara mendalam kepada Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas
Parsenibudpora, dan KLH. Selanjutnya, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke
wisata digunakan model regresi logistik; Bentuk umum model logit adalah:
.......................(4.5)
Dalam kasus penelitian ini, nilai biner diberikan kepada variabel dependen
yaitu keinginan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata.
Nilai “0” untuk penambang emas yang tidak bersedia beralih profesi dan nilai “1”
untuk penambang emas yang bersedia beralih profesi. Guna menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi keinginan penambang emas beralih profesi ke kegiatan
wisata menggunakan model regresi logit dengan menduga variabel penjelas
(independent) seperti jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, lama
menambang emas, pendapatan per bulan, pengetahuan tentang dampak jangka
panjang penambangan ilegal terhadap sumberdaya alam dan lingkungan, dan
penyuluhan dari Pemerintah Daerah.
Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat
untuk beralih mata pencaharian dari pertambangan emas ke sektor wisata, maka
digunakan model sebagai berikut :
Z = β0 - 1JTK + 2PNDDKN - 3LME - 4PNDPTN + 5PDJPPEI + 6PNYLH + εi
Dimana :
Z = Kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke
kegiatan wisata, nilai “0” untuk penambang emas yang tidak
bersedia beralih profesi dan nilai “1” untuk penambang emas yang
bersedia beralih profesi.
β0 = Intersep
1... 6 = koefisisien regresi.
JTK = Jumlah tanggungan keluarga (orang).
PNDDKN = Tingkat pendidikan (bernilai 1 jika ”SD”, bernilai 2 jika ”SMP”,
bernilai 3 jika ”SMU”, bernilai 4 jika ”D1/D3” bernilai 5 jika ”S1”,
bernilai 6 jika ”S2/S3).
LME = Lama menambang emas (tahun).
PNDPTN = Pendapatan per bulan (rupiah).
PDJPPEI = Pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan ilegal
terhadap sumberdaya alam dan lingkungan: ”0” tidak tahu, ”1”
tahu.
PNYLH = Penyuluhan dari Pemerintah Daerah: ”0” tidak ada penyuluhan, ”1”
ada penyuluhan.
εi = error term
Variabel-variabel di atas dipilih karena berdasarkan teori-teori, penelitian
terdahulu, dan observasi di lapangan. Menurut Pangesti (1995) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam suatu
kegiatan atau program dikelompokkan dalam dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor internal: mencakup karakteristik individu yang dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
2. Faktor eksternal: merupakan faktor diluar karakteristik individu.
Pada penelitian ini faktor internal yang diteliti terbatas pada hal-hal
berikut: jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, lama menambang emas,
pendapatan, dan pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan emas
ilegal, sedangkan faktor eksternal berupa penyuluhan dari Pemerintah Daerah.
Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk beralih profesi dari kegiatan penambangan emas
ke kegiatan wisata, yang dinyatakan dalam besaran jumlah jiwa yang ditanggung
oleh anggota dalam keluarga. Jumlah tanggungan keluarga diduga bernilai negatif.
Semakin sedikit jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung akan
menyebabkan semakin sedikit kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Oleh karena
itu, semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga akan mendorong penambang
emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.
Menurut Sumarwan (2004) menyatakan bahwa pendidikan akan
menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang. Pemasukan variabel
pendidikan ini dapat melihat bagaimana tingkat pendidikan seseorang dapat
mempengaruhi kemungkinan beralih profesi dari kegiatan penambangan emas
ilegal ke kegiatan wisata. Tingkat pendidikan diduga bernilai positif. Semakin
tinggi tingkat pendidikan penambang emas semakin mudah untuk memahami
tentang lingkungan. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan
mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.
Pada penelitian ini, lama menambang emas diduga bernilai negatif.
Semakin lama penambang emas berprofesi sebagai pekerja diduga akan semakin
kecil kemauan penambang emas tersebut untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.
Faktor selanjutnya yang diduga berpengaruh adalah pendapatan. Menurut
Sukirno (1985) menyatakan bahwa besarnya pendapatan berhubungan dengan
kemampuan membiayai kebutuhan hidup. Tingkat pendapatan diduga bernilai
negatif. Semakin tinggi pendapatan penambang emas maka diduga semakin kecil
kemauan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.
Menurut Kurniawan (2008) adanya pengetahuan terhadap manfaat dari
suatu hal akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut.
Pada penelitian ini, pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan
emas ilegal terhadap sumberdaya alam dan lingkungan diduga bernilai positif.
Semakin penambang emas mengetahui dan memahami tentang dampak jangka
panjang penambangan emas ilegal akan mendorong penambang emas untuk
beralih profesi ke kegiatan wisata.
Adanya penyuluhan merupakan salah satu faktor yang diduga
mempengaruhi kemungkinan responden untuk beralih profesi. Penyuluhan dari
Pemerintah Daerah diduga bernilai positif. Semakin banyak penyuluhan yang
didapat oleh penambang emas maka akan mendorong penambang emas untuk
beralih profesi ke kegiatan wisata.
4.4.4.1 Pengujian Model Regresi Logit
Pengujian signifikansi model dan parameter dalam analisis regresi logistik
diuraikan sebagai berikut:
Uji Likelihood Ratio
Uji Likelihood Ratio dalam uji secara keseluruhan model logit dimana
rasio fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan
modelR (H0 benar). Fungsi kemungkinan tersebut adalah (Juanda 2009):
Dengan hipotesis:
H0 : 1=
2 = …. =
k
H1 : minimal j#0, untuk j= 1,2,3...k
Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak (model signifikan) jika dan
jika statistik G > X2
α (k-1) dan jika H0 ditolak maka dapat disimpulkan minimal ada
#0, dengan pengertian model regresi logistik dapat menjelaskan atau
memprediksikan pilihan individu pengamatan.
Uji Signifikansi Tiap Parameter (uji Wald)
Untuk menguji faktor mana ( j#0) yang berpengaruh terhadap pilihannya,
perlu uji statistik lanjut. Dalam hal ini, uji signifikasi dari koefisian secara parsial
dapat dilakukan dengan statistik uji Wald yang serupa dengan statistik uji-t atau
uji Z dalam regresi linear biasa (Juanda 2009). Hipotesisnya adalah:
H0 : j = 0 untuk suatu j tertentu ; j = 0,1,...,p
H1 : j 0
Statistik uji yang digunakan adalah
Wj = j / SE ( j) ; j = 0,1,....p
Dimana : i = vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X)
SE ( i) = Galat kesalahan dari i
Odd Ratio
Odds berarti resiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap
kejadian tidak sukses dari variabel respon. Makin besar nilai Odds makin besar
peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai Odds merupakan
kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis
dapat dituliskan (Juanda 2009):
Dimana:
P = Peluang kejadian yang terjadi
P-1 = Peluang Kejadian yang tidak terjadi
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang
Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,
Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung,
Sumatera Barat. Kawasan ini memiliki luas 41.158 hektar dengan keadaan
daerah sebagian besar adalah pegunungan , perbukitan, dan dialiri Sungai Kuantan
dan beberapa sungai kecil. Batas fisik kawasan wisata Musiduga yaitu sebelah
utara dan timur berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah selatan berbatasan
dengan Nagari Air Hangat, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Sumpur Kudus. Pengelolaan kawasan Wisata Musiduga berada di bawah Dinas
Pariwisata Seni Budaya dan Olah Raga (Parsenibudpora) dan bekerja sama
dengan Wali Nagari (kepala Desa) Muaro, Silokek, dan Durian Gadang.
Upaya pengembangan Kawasan wisata Musiduga dalam jangka pendek
akan mengadakan dayung perahu secara berkala setiap peringatan hari
kemerdekaan yaitu tanggal 17 Agustus, setiap peringatan hari jadi kabupaten dan
hari peringatan nasional. Selanjutnya untuk jangka panjang akan meningkatkan
infrastruktur sektor wisata dan pengembangan obyek-obyek wisata pada kawasan
ini. Untuk pengembangan obyek-obyek wisata ini Dinas Parsenibudpora telah
membuat grand design yang sedang diproses untuk mendapat persetujuan dari
Bupati Sijunjung. Grand design ini berisikan pembangunan fasilitas yang
mendukung pengembangan obyek wisata Musiduga seperti pembangunan
jembatan hubung antara pulau andam dewi di tengah Sungai Kuantan dengan
pinggiran sungai, pembuatan arena permainan, arena outbond, dramaga arung
jeram, dan plaza panjat tebing.
Kawasan wisata Musiduga biasanya ramai dikunjungi oleh para wisatawan
pada akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu serta hari libur. Pada saat ada
kegiatan seperti sepak bola, voli, sepak takrau, dan seni budaya pada obyek wisata
di hamparan pasir putih maka kawasan ini akan banyak dikunjungi wisatawan
sehingga kegiatan tersebut perlu diadakan secara berkala.
5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Menurut data dari Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang (tahun
2010), terdapat 8 jorong (setingkat RT) yaitu satu jorong di Nagari Muaro, dua
jorong di Nagari Silokek, dan lima jorong di Nagari Durian Gadang dengan
jumlah penduduk 4.113 orang. Penduduk desa sekitar kawasan wisata Musiduga
seluruhnya memeluk agama islam. Mata pencaharian penduduk adalah sebagai
petani, pekerja tambang (penambang dan buruh tambang), buruh bangunan,
pedagang, pegawai negeri, jasa, pekerja wisata serta sebagian kecil sebagai
TNI/POLRI.
Tabel 6. Inventarisasi Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan
Wisata Musiduga
Mata Pencaharian
Masyarakat
Nagari
Muaro
Nagari
Silokek
Nagari
Durian
Gadang
Jumlah Persentase
(%)
Petani 18 500 698 1.216 57,17
Pekerja Tambang 31 59 498 588 27,64
Buruh Bangunan - - 35 35 1,65
Pedagang - 177 - 177 8,32
Pegawai Negeri 7 9 - 16 0,75
Jasa - - 85 85 4
Pekerja Wisata - 5 3 8 0,37
TNI/POLRI - 2 - 2 0,09
Total 56 752 1.319 2.127 100 Sumber: Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang (2009)
Secara umum masyarakat desa sekitar Musiduga memiliki mata
pencaharian dari pemanfaatan sumberdaya alam seperti pada sektor pertanian,
pertambangan, dan pariwisata. Pada sektor pertanian masyarakat bekerja sebagai
petani musiman yang tergantung cuaca. Keadaan ekonomi masyarakat pada sektor
pertanian tergolong pada tingkat menengah kebawah dilihat dari kepemilikan
lahan dan modal usaha. Pada sektor pertambangan masyarakat bekerja sebagai
penambang emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga. Hasil penambangan ini
telah memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sementara itu, pada sektor wisata masyarakat memanfaatkan potensi
sumberdaya alam berupa panorama yang belum optimal dikembangkan oleh
pemerintah daerah. Masyarakat yang berusaha di sektor wisata masih sedikit
dibandingkan sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor wisata harus lebih
dikembangkan secara optimal.
5.3 Karakteristik Pengunjung
Pengunjung yang datang ke kawasan wisata Musiduga berasal dari
berbagai elemen, mulai dari masyarakat biasa, mahasiswa, dan lembaga
pemerintah. Jumlah pengunjung yang datang paling banyak adalah pada akhir
pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu serta hari libur Nasional.
Karakteristik pengunjung kawasan wisata Musiduga dalam penelitian ini
dilihat dari hasil survey yang telah dilakukan kepada beberapa responden yang
ditemukan dilokasi sebagai sample. Pengunjung kawasan wisata Musiduga yang
menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 100 orang. Responden terdiri
dari 68% berjenis kelamin laki-laki dan 32% berjenis kelamin perempuan. Hal ini
disebabkan karena secara umum atraksi wisata seperti arung jeram, memancing,
dan bermain di pasir putih seperti bermain sepak bola, voli, dan takrau lebih
disukai oleh kaum laki-laki daripada kaum perempuan.
Tingkat usia pengunjung dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu
kelompok responden dengan kategori usia kurang dari 20 tahun sebanyak 24%.
Kategori kedua berumur 20 sampai 29 tahun yaitu sebanyak 60%, kategori ketiga
berumur 30 sampai 39 tahun sebanyak 11%, dan responden dengan umur 40
sampai 49 tahun sebanyak 5%. Pengunjung kawasan wisata Musiduga diominasi
oleh pengunjung yang berumur 20-29 tahun, hal ini memperlihatkan bahwa wisata
Musiduga diminati oleh kalangan muda. Pengunjung yang berusia 20-29 tahun
tersebut cenderung belum menikah dan menyukai atraksi wisata tantangan seperti
arung jeram, atau hanya menikmati indahnya air terjun dan pasir putih bersama
pasangannya.
Status pernikahan pengunjung secara tidak langsung didukung oleh
perbandingan tingkat usia, sebagaimana telah dibahas di atas. Berdasarkan hasil
survey, didapat sebanyak 83% responden belum menikah dan 17% responden
sudah menikah. Delapan puluh tiga persen belum menikah karena rentang usia
pengunjung mayoritas pada rentangan 20-29 tahun.
Tingkat pendidikan responden (berdasarkan pendidikan formal terakhir
yang telah dijalani) cukup bervariasi. Sebanyak 63% pengunjung pendidikan
terakhirnya adalah SMA, 29% pengunjung pendidikan terakhirnya adalah SMP,
lulusan S1 sebanyak 5%, dan 3% responden berpendidikan terakhir SD. Data
tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas pengunjung yang datang ke kawasan
wisata Musiduga memiliki pendidikan terakhir SMA dan usianya kurang dari 30
tahun.
Jenis Pekerjaan Pengunjung di kawasan Musiduga yaitu sebanyak 56%
berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa, masing-masing 14% berprofesi sebagai
pegawai swasta dan wirausaha, 10% berprofesi sebagai TNI, dan 6% berprofesi
sebagai PNS. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengunjung
kawasan wisata Musiduga belum bekerja.
Variasi usia dan jenis pekerjaan menyebabkan tingkat pendapatan juga
bervariasi. Tingkat pendapatan responden sebagian besar berada pada kisaran
kurang dari Rp. 1.000.000 yaitu sebesar 58%. Hal ini didukung oleh usia
responden kurang dari 30 tahun dan kebanyakan responden belum memiliki
pekerjaan karena masih pelajar/mahasiswa.
Pada penelitian ini, domisili atau tempat tinggal pengunjung
diklasifikasikan ke dalam dua kriteria, yaitu dekat lokasi kawasan wisata
Musiduga dengan parameter satu kecamatan dengan kawasan wisata Musiduga
dan jauh dari lokasi kawasan wisata Musiduga dengan parameter berbeda
kecamatan dengan Musiduga. Sebanyak 58% responden berdomisili satu
kecamatan dengan kawasan wisata Musiduga, sedangkan sisanya 42% responden
berdomisili berbeda kecamatan dengan lokasi kawasan wisata Musiduga. Hal ini
sesuai dengan persepsi dinas Parsenibudpora, dimana kebanyakan pengunjung
Musiduga adalah mereka yang berasal dari daerah yang dekat dengan kawasan
wisata Musiduga. Karakteristik pengunjung tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 di
bawah ini.
Tabel 7. Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga
Karakteristik Persentase (%)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 68
Perempuan 32
2. Tingkat Usia (tahun)
< 20 24
20 – 29 60
30 – 39 11
40 – 49 5
3. Status Pernikahan
Sudah Menikah 17
Belum Menikah 83
4. Tingkat pendidikan
SD 3
SMP 29
SMA 63
S1 5
5. Jenis Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa 56
PNS 6
Pegawai Swasta 14
Wirausaha 14
TNI 10
6. Tingkat Pendapatan
< 1.000.000 58
1.000.000 - 2.000.000 15
2.000.000,1 - 3.000.000 21
> 3.000.000 6
7. Domisili
Satu Kecamatan dengan Musiduga 58
Berbeda Kecamatan dengan Musiduga 42
Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga terhadap
Pemanfaatan Sumberdaya Alam
Berdasarkan data pada Tabel 6 pada bab V terlihat bahwa lebih dari 80%
masyarakat di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan
sumberdaya alam yaitu sebanyak 57,17% pada sektor pertanian dan sebanyak
27,64% pada sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena kondisi alam
kawasan Musiduga sebagian besar berupa kawasan hutan, pegunungan,
perbukitan dan dialiri oleh Sungai Kuantan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk pertanian dan pertambangan. Selain di sektor pertanian dan pertambangan,
masyarakat Musiduga ada pula yang bekerja di sektor pariwisata, namun masih
kecil yaitu sebanyak 0,37%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan
masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam cukup tinggi.
Tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan
sumberdaya alam yang cukup tinggi ini akan dapat terlihat pada persentase
pendapatan dari pemanfaatan sumberdaya alam. Mengamati persentase
pendapatan tersebut maka dapat diketahui apakah dengan pemanfaatan
sumberdaya alam menjadikan pendapatan masyarakat Musiduga sebagai usaha
pokok, cabang usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat.
Persentase pendapatan masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam (dihitung
dengan menggunakan rumus 1 pada Bab.IV) dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pendapatan Rata-rata Perbulan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan
Wisata Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam Sektor Mata
Pencaharian
(1)
Pendapatan
Total (Rp)
(2)
Pendapatan
bukan dari
pemanfaatan
SDA (Rp)
(3)
Pendapatan
dari
pemanfaatan
SDA (Rp)
(4)= (2-3)
Persentase
Pendapatan dari
Pemanfaatan SDA
(%)
(5)=(4)/(2) x 100%
Pertanian 3.018.000 98.000 2.920.000 96,75
Perkebunan 2.774.967 141.667 2.633.300 94,89
Pertambangan emas 4.020.000 - 4.020.000 100,00
Pariwisata 797.917 231.250 566.667 71,01
Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Tabel 8 memperlihatkan bahwa sebanyak 96,75% pendapatan masyarakat
yang bekerja di sektor pertaian berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam, untuk
masyarakat yang bekerja di sektor perkebunan sebagai penyadap karet sebanyak
94,89%, sektor pertambangan emas sebanyak 100%, dan sektor pariwisata
sebanyak 71,01%. Hal ini menunjukkan penghasilan yang didapat masyarakat di
semua sektor mata pencaharian yang memanfaatkan sumberdaya alam merupakan
usaha pokok bagi mereka karena memiliki persentase lebih dari 70% sampai
100% sebagaimana dinyatakan oleh Soehaji (1995) dalam Soetanto (2002).
Mata pencaharian dari sektor pertambangan emas memiliki persentase
sebanyak 100%, hal ini menunjukkan bahwa pada sektor ini masyarakat tidak
memiliki pendapatan selain dari bekerja pada sektor penambangan emas.
Beberapa responden memiliki pendapatan bukan dari pemanfaatan sumberdaya
alam yaitu masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan
memperoleh pendapatan dari berdagang kebutuhan sehari-hari di depan rumah
mereka, sedangkan untuk sektor pariwisata pendapatan bukan dari pemanfaatan
sumberdaya alam diperoleh dari berdagang makanan di luar kawasan wisata
Musiduga karena mereka bukan merupakan pedagang tetap di Musiduga dan ada
juga beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai aparat desa.
6.2 Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan
Akibat Penambangan Emas Ilegal
Kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal di Sungai
Kuantan-Musiduga dianalisis dengan menggunakan persepsi multistakeholder
(masyarakat (50 responden), penambang emas (50 responden), dan instansi terkait
(delapan responden) yaitu: Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan
Energi, KLH, dan Wali Nagari). Berikut tabulasi persentase persepsi
multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan
emas ilegal di Sungai Kuantan Musiduga.
Tabel 9. Distribusi Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan
Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Jenis
Kerusakan Stakeholder
Responden yang Menjawab Ya
(Orang)
Persentase
(%)
Polusi air
Masyarakat 43 86,00
Penambang emas 42 84,00
Instansi terkait 8 100,00
Total 93 90,00
Polusi suara
Masyarakat 21 42,00
Penambang emas 22 44,00
Instansi terkait 4 50,00
Total 47 45,33
Polusi udara Masyarakat
15
30,00
Penambang emas 18 36,00
Instansi terkait 3 37,50
Total 36 34,5
Struktur tanah
rusak
Masyarakat 43 86,00
Penambang emas 42 84,00
Instansi terkait 8 100,00
Total 93 90,00
Mempengaruhi
kehidupan biota
Masyarakat 19 38,00
Penambang emas 0 0
Instansi terkait 2 25,00
Total 21 21,00
Mempengaruhi
kesehatan
Masyarakat 6 12,00
Penambang emas 8 16,00
Instansi terkait 2 25,00
Total 16 17,67
Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Berdasarkan tabulasi pada Tabel 9 dapat digambarkan persepsi
multistakeholder terhadap adanya kerusakan lingkungan akibat penambangan
emas ilegal seperti pada Gambar 3 berikut.
Sumber : Data Primer, diolah (2011)
Gambar 3. Persepsi Multistakeholder terhadap adanya Kerusakan
Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal
Berdasarkan Gambar 3 terlihat persepsi multistakeholder (masyarakat,
penambang emas, dan instansi terkait) menyatakan bahwa secara keseluruhan
terjadi kerusakan lingkungan akibat penambangan emas berupa polusi air dan
struktur tanah menjadi rusak dengan persentase masing-masing sebesar 90%.
Alasan multistakeholder menyatakan terjadinya polusi air karena adanya kegiatan
tambang emas mengakibatkan air Sungai Kuantan menjadi keruh dan kotor,
sedangkan alasan bahwa kegiatan tambang emas mengakibatkan struktur tanah
rusak adalah karena kegiatan tersebut mengakibatkan tebing-tebing di pinggir
sungai runtuh akibat pengerukan untuk mencari lokasi yang mengandung emas.
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa mayoritas masyarakat tidak bisa
menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk mandi dan
mengambil air minum. Selanjutnya Dinas Parsenibudpora menyatakan bahwa
kegiatan penambangan emas ini dapat mengganggu kegiatan wisata di kawasan
Musiduga. Air Sungai Kuantan yang keruh merusak pemandangan bagi
pengunjung yang melakukan ataupun melihat atraksi arung jeram.
90%
45,33% 34,50%
90%
21% 17,67%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Polusi air Polusi suara Polusi udara Struktur tanah rusak
Mempengaruhi kehidupan
biota
Mempengaruhi kesehatan
Persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat adanya
kegiatan tambang emas berupa polusi suara dan udara relatif kecil jika
dibandingkan dengan polusi air dan struktur tanah yang rusak dengan persentase
masing-masingnya 45,33% dan 34,50%. Kebanyakan masyarakat yang dekat
dengan lokasi kegiatan tambang emas ilegal telah merasakan dampak dari
kegiatan tersebut. Mesin dan asap yang ditimbulkan kapal pengeruk emas
menimbulkan kebisingan dan menjadikan udara kotor. Dampak negatif berupa
polusi suara dan udara dirasakan oleh penambang emas khususnya penambang
emas yang belum terbiasa berada dilokasi penambangan emas. Sementara
penambang emas yang sudah lama sudah terbiasa mendengar suara bising dan
menghirup udara yang berpolusi sehingga tidak dianggap sebagai gangguan lagi.
Jarak yang sangat berdekatan antara penambang emas dengan sumber polusi yang
berasal dari mesin kapal pengeruk emas dan hasil pembakarannya merupakan
faktor utama dirasakannya dampak polusi ini bagi penambang emas. Menurut
Wali Nagari dan Dinas Parsenibudpora kegiatan penambangan emas ilegal
tersebut mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar lokasi tambang emas ilegal
dan pengunjung wisata Musiduga.
Dampak adanya kerusakan lingkungan akibat tambang emas ilegal yang
merusak kehidupan biota memiliki persentase sebesar 21%. Dampak negatif
tersebut dirasakan oleh masyarakat yang biasa memancing di Sungai Kuantan
karena mereka kesulitan mendapatkan ikan yang semakin sedikit. Bagi
penambang emas menyatakan bahwa tidak mengetahui dampak negatif berupa
merusak kehidupan biota akibat penambangan emas illegal yang disebabkan
karena kurangnya pengetahuan mereka tentang dampak negatif dari kegiatan
penambangan emas tersebut. Menurut pihak KLH, terdapat potensi terhadap
terganggunya kehidupan biota di Sungai Kuantan dimana hal ini masih dalam
penelitian sehingga belum diketahui besarnya dampak tersebut terhadap
kehidupan biota.
Persentase persepsi multistakeholder terhadap kerusakan akibat
penambangan emas berupa mempengaruhi kesehatan sebesar 17,67%. Bagi
beberapa masyarakat yang masih menggunakan air Sungai Kuantan untuk
kebutuhannya mengakibatkan alergi. Begitu juga bagi beberapa penambang emas
juga mengalami hal yang sama akibat air sungai yang kotor. Menurut Wali
Nagari, beberapa masyarakat mengeluhkan air Sungai Kuantan yang mereka
konsumsi telah tercemar akibat kegiatan penambangan emas ilegal sehingga
mengakibatkan peyakit kulit seperti alergi dan gatal-gatal.
Berdasarkan observasi lapang, kegiatan penambangan emas ilegal ini telah
mengakibatkan pencemaran air akibat bahan bakar kapal tambang emas yang
digunakan untuk mengeruk emas. Selain itu, tebing-tebing di tepi sungai menjadi
runtuh akibat pengerukan tanah yang dilakukan oleh penambang emas. Asap dari
kapal juga menimbulkan polusi udara yang mengakibatkan udara di sekeliling
lokasi tambang emas menjadi berwarna hitam dan bau. Berikut adalah gambar
kerusakan lingkungan akibat penambangan emas di kawasan Musiduga:
Sumber : Data Primer (2011)
Gambar 4. Pencemaran Sungai Kuantan (Musiduga) Akibat Kegiatan
Penambangan Emas Ilegal
6.3 Analisis Potensi dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan Wisata
Kawasan Musiduga
Keberadaan kawasan wisata Musiduga memiliki banyak potensi yang
dapat dianalisis seperti potensi obyek wisata alam dan dampak ekonomi
lingkungan dari kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Analisis pada penelitian
ini seperti penetapan tarif masuk kawasan wisata, dampak ekonomi masyarakat
dan lingkungan sekitar akibat adanya kegiatan wisata di musiduga.
6.3.1 Potensi Obyek Wisata Musiduga
Kawasan wisata Musiduga yang terletak sekitar 12 km dari kabupaten
Sijunjung terdiri dari beraneka obyek wisata alam, sejarah, dan minat khusus.
Pada sepanjang kawasan ini para wisatawan dapat menikmati bentangan alam
yang indah, seperti Arung jeram, Pasir Putih, Ngalau Talago, Ngalau Seribu, Air
Terjun Palukahan, dan sebuah lokomotif uap peninggalan Jepang.
Arena Arung Jeram
Arung Jeram merupakan salah satu olahraga wisata alternatif Kabupaten
Sijunjung. Arung jeram ini memanfaatkan aliran Sungai Kuantan sepanjang 23
km dengan arus yang selalu stabil dan bergelombang sedang sampai tinggi dengan
tingkat kesulitan tinggi kelas IV dan V yang sangat ideal untuk wisata arung
jeram.
Sumber: Data Primer (2011)
Gambar 5. Arung Jeram Musiduga
Pasir Putih
Pasir Putih terletak di pinggir Sungai Kuantan. Pasirnya yang putih dan
lembut menjadikan lokasi ini nyaman untuk bermain dan beristirahat bagi
keluarga maupun bagi muda mudi. Selain itu, kawasan ini didukung oleh udara
yang segar dan suara satwa liar sehingga menjadikan obyek wisata ini sebagai
tempat favorit menikmati panorama alam Musiduga.
Sumber: Data Primer, (2011)
Gambar 6. Pasir Putih Musiduga
Ngalau Talago
Ngalau atau goa Talago terletak sekitar 2,5 km dari Nagari Silokek,
dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Medan untuk mencapai obyek wisata ini
yang cukup berat merupakan tantangan tersendiri bagi pengunjung. Pada Ngalau
ini terdapat telaga yang tak pernah kering. Selain itu, stalagtit dan stalagmit yang
berkilauan dan adanya batuan yang menyerupai buaya menjadikan ngalau ini
layak dikunjungi.
Sumber: Dinas Parsenibudpora, (2010)
Gambar 7. Ngalau Talago Musiduga
Ngalau seribu
Selain Ngalau Talago, di kawasan Musiduga juga terdapat Ngalau Seribu.
Masyarakat di sekitar daerah ini memberi nama Ngalau Seribu karena ngalau ini
bisa menampung sekitar seribu orang di dalamnya. Menurut informasi yang
didapat, para pejuang menggunakan ngalau ini untuk rapat dan menyusun strategi
untuk melawan Belanda.
Sumber: Data Primer, (2011)
Gambar 8. Ngalau Seribu Musiduga
Air Terjun Palukahan
Air Terjun Palukahan terletak di Nagari Durian Gadang. Air terjun ini
memiliki ketinggian 75 meter. Untuk mencapai lokasi air terjun ini harus berjalan
sejauh satu kilometer. Kawasan air terjun ini merupakan pilihan yang tepat untuk
kegiatan trekking, istirahat, dan mendapatkan sensasi segarnya air pegunungan.
Air terjun Palukahan dapat dilihat pada Gambar 9.
Sumber: Data Primer, (2011)
Gambar 9. Air Terjun Palukahan Musiduga
Lokomotif Uap Peninggalan Jepang
Lokomotif uap ini terletak di Nagari Durian Gadang yang berjarak 17 kilo
meter dari ibu kota kabupaten. Lokomotif uap merupakan bukti sejarah terjadinya
kerja paksa Romusha untuk pembuatan rel kereta api dari Muaro ke Logas Pekan
Baru, Riau.
Sumber: Data Primer, (2011)
Gambar 10. Lokomotif Uap Peninggalan Jepang Musiduga
Potensi wisata yang dimiliki oleh kawasan Musiduga menjadikan kawasan
ini layak untuk dikunjungi pengunjung. Pengunjung dapat menikmati berbagai
kegiatan wisata baik wisata alam, wisata sejarah, dan wisata minat khusus. Oleh
karena itu, diperlukan pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga
yang serius dari berbagai pihak yang terkait agar kawasan wisata ini banyak
dikunjungi pengunjung.
6.3.2 Analisis Kesediaan Membayar Pengunjung Kawasan Wisata
Musiduga
Potensi wisata di Musiduga belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah
Daerah. Hal ini terlihat dari belum adanya penetapan tarif masuk kawasan wisata
Musiduga. Diharapkan dengan penetapan tarif tersebut penyediaan fasilitas serta
sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata di Musiduga dapat dilengkapi
dan meningkatkan jumlah kunjungan sehingga keberadaan kawasan wisata dapat
memberikan dampak ekonomi berupa peningkatan pendapatan bagi masyarakat
sekitar. Oleh karena itu, agar pengelolaan dan pengembangan Musiduga dapat
berkelanjutan maka dibutuhkan penetapatan tarif masuk kawasan wisata ini.
6.3.2.1 Deskripsi Skenario Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata
Musiduga
Pengelolaan kawasan wisata Musiduga yang berada di bawah Dinas
Parsenibudpora dan bekerja sama dengan Wali Nagari selama ini mendapatkan
dana pengelolaan yang berasal dari APBD. Pengembangan dan pengelolaan
kawasan wisata Musiduga memerlukan dana yang banyak. Dengan demikian
untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga, Dinas
Parsenibudpora dan Wali Nagari memiliki suatu rencana dengan mengadakan
penetapan tarif bagi para pengunjung kawasan wisata Musiduga. Dana yang
diperoleh dari tarif masuk tersebut akan digunakan pengelola untuk melayani
berbagai macam kebutuhan dan keinginan pengunjung. Misalnya dengan
mendesain produk wisata yang baru, menetapkan strategi promosi yang baru,
menambah fasilitas di sekitar kawasan wisata, dan upaya pemeliharaan
lingkungan sekitar kawasan wisata Musiduga.
Berdasarkan perencanaan dari Pemerintah Daerah, tarif untuk dewasa
sebesar Rp 2.000 dan untuk anak-anak sebesar Rp 1.000. Penetapan tarif tersebut
didasarkan lebih kepada keadaan ekonomi masyarakat yang tergolong pada
masyarakat berekonomi menengah ke bawah dimana pengunjung banyak yang
berasal dari masyarakat yang dekat dengan lokasi kawasan wisata Musiduga
daripada perhitungan kebutuhan biaya pengelolaan kawasan wisata tersebut.
Selain itu kawasan wisata Musiduga masih pada tahap pengembangan dengan
fasilitas dan sarana prasarana yang masih sedikit, sehingga diharapkan dengan
adanya penetapan tarif pengunjung yang berkunjung ke kawasan wisata Musiduga
semakin meningkat. Melihat potensi wisata dan tren peningkatan pengunjung
yang cukup besar, maka diperlukan analisis nilai WTP yang bersedia dibayar
pengunjung untuk menikmati kawasan wisata Musiduga.
6.3.2.2 Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Kawasan Wisata
Musiduga
Analisis WTP digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa
besar kesediaan pengunjung membayar untuk menikmati wisata di Musiduga. Hal
ini terkait dengan rencana penetapan tarif masuk pada kawasan ini. Langkah awal
yaitu membangun pasar hipotetik dan mendapatkan penawaran besarnya nilai
WTP, selanjutnya ditanyakan apakah responden bersedia membayar atau tidak
sejumlah uang tersebut dalam upaya pengembangan kawasan wisata Musiduga.
Dugaan nilai rata-rata WTP responden kawasan wisata Musiduga
diperoleh berdasarkan rasio jumlah nilai WTP yang diberikan responden dengan
jumlah responden yang bersedia membayar. Distribusi nilai WTP ditampilkan
pada tabel di bawah ini.
Tabel 10. Distribusi Nilai WTP Responden Kawasan Wisata Musiduga
No WTP (Rp)
Jumlah
Responden
(Orang)
Persentase
(%)
WTP X Jumlah
Responden (Rp)
A B C A X B
1 2.000 34 34 68.000
2 3.000 47 47 141.000
3 4.000 5 5 20.000
4 5.000 14 14 70.000
Total 100 100 299.000
Rata-Rata WTP
2.990~3.000 Sumber : Data Primer, Diolah (2011)
Berdasarkan Tabel 10, sebanyak 100 responden yang ditanyakan
kesediaannya membayar tarif masuk ke kawasan Musiduga dan semua responden
tersebut menyatakan kesediaannya untuk membayar tarif tersebut. Selain itu,
diperoleh nilai rata-rata WTP responden yang menunjukkan nilai maksimum yang
bersedia dibayarkan oleh pengunjung sebesar Rp 2.990 dibulatkan menjadi sekitar
Rp 3.000. Nilai rata-rata WTP responden ini lebih besar dari nilai rencana
penetapan tarif oleh Pemerintah Daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung
ingin berpartisipasi aktif dalam upaya pengelolaan kawasan wisata Musiduga
yang ramah lingkungan dan untuk kelengkapan fasilitas dan sarana prasarana pada
kawasan ini serta meningkatkan daya tarik wisata pada tempat wisata Musiduga.
Kesediaan membayar pengunjung ini dapat dijadikan acuan dengan syarat
penambahan dan perbaikan sarana prasarana wisata serta pengembangan atraksi
wisata yang lebih menarik dan nyaman untuk berwisata. Berdasarkan WTP dan
rata-rata jumlah pengunjung Musiduga tiap tahun, dapat dihitung estimasi
penerimaan dari penerapan tarif masuk di kawasan wisata pada Tabel 11 berikut:
Tabel 11. Estimasi Penerimaan dari Penetapan Tarif Masuk di Kawasan
Wisata Musiduga
Kawasan Wisata Musiduga
WTP Rata-rata Jumlah Pegunjung
setiap Tahun
Estimasi
Penerimaan/Tahun
( a ) ( b ) ( c = a x b )
Rp 3.000 6.608 Rp19.824.000
Total Rp19.824.000 Sumber : Data Primer, Diolah (2011)
Berdasarkan tabel estimasi penerimaan dapat dilihat bahwa total
pemasukan pengelola setiap tahunnya sebesar Rp 19.824.000. Total estimasi
penerimaan tersebut masih rendah, namun bisa ditingkatkan dengan cara
peningkatan pengunjung dan segmentasi tiket pada setiap obyek wisata.
Peningkatan pengunjung dilakukan dengan cara peningkatan sarana prasarana dan
atraksi wisata dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan
peningkatan promosi. Pengunjung yang bersedia membayar menginginkan
perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
wisata di Musiduga. Perbaikan sarana dan prasarana yang diinginkan pengunjung
adalah mushola dan tempat sampah. Selain itu pengadaan fasilitas seperti papan
penunjuk jalan menuju obyek wisata, pusat informasi, dan toko cendramata.
Penambahan gazebo yang lebih merata pada setiap obyek wisata juga diinginkan
pengunjung sehingga pengunjung lebih nyaman untuk berekreasi di kawasan
Musiduga dan pengadaan atraksi wisata seperti arung jeram, dayung perahu, dan
seni budaya secara berkala di kawasan ini. Promosi juga perlu ditingkatkan
melalui media cetak dan elektronik sehingga tidak hanya masyarakat sekitar yang
mayoritas berekonomi menengah ke bawah yang banyak berkunjung ke kawasan
wisata Musiduga namun juga pengunjung dari kalangan atas.
Untuk itu, perlu adanya segmentasi wisata yaitu selain penetapan tarif
tiket biasa yang terjangkau oleh semua kalangan di gerbang utama, juga dibentuk
tarif khusus pada obyek-obyek wisata lain di kawasan wisata Musiduga seperti
wisata arung jeram, wisata goa, wisata air terjun, dan wisata budaya. Hal ini
dimaksudkan agar pengunjung yang berekonomi menengah ke bawah tetap dapat
berkunjung ke kawasan wisata Musiduga sehingga tidak terjadi penurunan jumlah
pengunjung sedangkan bagi pengunjung yang berekonomi dari kalangan atas
dapat menikmati atraksi wisata yang lebih dengan membayar lebih. Masyarakat
sekitar diharapkan dapat memanfaatkan peluang usaha di bidang pariwisata
dengan adanya pengunjung yang memiliki daya beli lebih. Untuk itu, dalam
pengembangan kawasan wisata Musiduga dibutuhkan perhatian Pemerintah
Daerah dalam pengelolaan kawasan wisata untuk menyediakan lapangan
pekerjaan di sektor wisata bagi masyarakat sekitar kawasan wisata Musiduga.
6.3.3 Dampak Keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap
Perekonomian Masyarakat Sekitar Musiduga
Keberadaan kawasan wisata Musiduga sedikit banyak telah memberikan
dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar Musiduga. Adapun jenis pekerjaan
di sektor wisata yang telah ada di kawasan Musiduga adalah pedagang makanan,
tukang parkir, dan guide. Berikut jumlah pekerja dan persentasenya yang
disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Jenis Pekerjaan Sektor Wisata Musiduga
Jenis Pekerjaan Jumlah Pekerja (Orang) Presentase (%)
Pedagang Makanan 8 61,54
Tukang Parkir 2 15,38
Guide 3 23,08
Total 13 100,00 Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Tabel 12 menunjukkan terdapat delapan orang yang bekerja sebagai
pedagang makanan, lima orang diantaranya merupakan pedagang tetap yang
menjual barang daganganannya setiap hari dan selebihnya bukan merupakan
pedagang tetap karena hanya berjualan makanan di Musiduga pada hari Sabtu,
Minggu, dan hari libur. Tukang parkir di kawasan Musiduga berjumlah dua orang
yang bekerja tetap di kawasan Musiduga. Jumlah guide di kawasan Musiduga
sebanyak tiga orang yaitu dua orang sebagai guide arung jeram dan satu orang
sebagai guide panjat tebing.
Adanya kegiatan di sektor wisata Musiduga memberikan kontribusi
terhadap pendapatan yang diterima masyarakat sekitar Musiduga. Dampak
ekonomi keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar
dianalisis dengan melihat kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan
masyarakat sekitar. Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat
sekitar dihitung dengan rumus 3 pada Bab. IV, dapat diamati pada Tabel 13.
Tabel 13. Kontribusi Sektor Wisata terhadap Pendapatan Rata-rata
Masyarakat Sekitar Musiduga
Pendapatan Rata-Rata / Bulan (Rupiah)
No
Kelompok Pekerjaan
(1)
Pendapatan Total
(2)
Pendapatan di
Luar Sektor
Wisata
(3)
Kontribusi Sektor
Wisata terhadap
Pendapatan (Rp)
(4)=(2)-(3)
1 Pedagang Makanan 1.693.750 443.750 1.250.000
2 Tukang Parkir 250.000 - 250.000
3 Guide 450.000 250.000 200.000
Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Tabel 13 menunjukkan kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan rata-
rata masyarakat sekitar Musiduga pada kelompok pekerjaan pedagang makanan,
tukang parkir, dan guide. Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan
masyarakat yang proporsinya paling banyak adalah pada kelompok pedagang
makanan yaitu sebesar Rp 1.250.000, karena pada kelompok ini masyarakat
memperoleh pendapatan yang cukup besar akibat adanya peningkatan pengunjung
yang berkunjung ke kawasan wisata Musiduga. Pada kelompok pekerjaan tukang
parkir kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat sebesar Rp
250.000, karena pada kelompok ini tidak memiliki pendapatan dari sumber lain
hanya dari kawasan wisata Musiduga. Selanjutnya kontribusi sektor wisata
terhadap pendapatan juga terjadi pada kelompok pekerjaan sebagai guide yaitu
sebesar Rp 200.000.
Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat sekitar juga akan dapat terlihat
perbedaannya berdasarkan proporsi pendapatan yang diperoleh dengan adanya
kegiatan wisata di Musiduga terhadap pendapatan total. Dari proporsi pendapatan
tersebut dapat diketahui apakah keberadaan Musiduga merupakan penghasilan
utama, cabang usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat sekitar
kawasan wisata Musiduga. Persentase 70,01%-100% dari pendapatan total
merupakan penghasilan utama, 30%-70% merupakan cabang usaha, dan
persentase kecil dari 30% merupakan usaha sambilan (Soehaji (1995) dalam
Soetanto (2002). Persentase proporsi pendapatan rata-rata masyarakat sekitar
dengan adanya Musiduga (dihitung dengan menggunakan rumus 4 pada Bab.IV)
dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dari Kegiatan
Wisata Musiduga terhadap Pendapatan Total
Pendapatan Rata-Rata / Bulan (Rupiah)
No
Kelompok
Pekerjaan
(1)
Pendapatan
Total
(2)
Pendapatan
dari Kegiatan
Wisata
Musiduga
(3)
Peresentase
Proporsi
Pendapatan dari
Sektor Wisata
(%)
(4)=(3)/(2)x100%
1 Pedagang Makanan 1.693.750 1.250.000 73,80
2 Tukang Parkir 250.000 250.000 100,00
3 Guide 450.000 200.000 44,44 Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Tabel 14 di atas dapat memperlihatkan bahwa proporsi pendapatan rata-
rata masyarakat sekitar dengan adanya Musiduga terhadap pendapatan total
terbesar adalah kelompok pekerjaan tukang parkir sebanyak 100%. Tukang parkir
yang bekerja di Musiduga adalah dua orang pria yang tidak mempunyai pekerjaan
lain selain bekerja di Musiduga. Kelompok pekerjaan pedagang makanan dengan
adanya Musiduga juga memberikan proporsi pendapatan yang cukup besar pada
pendapatan mereka yaitu sebesar 73,80%. Sebagian besar pedagang makanan ini
merupakan pedagang tetap, namun beberapa pedagang makanan merupakan
pedagang yang tidak menetap di Musiduga. Penghasilan yang didapat dengan
adanya Musiduga berkontribusi sebagai usaha pokok bagi kelompok pekerjaan
tukang parkir dan pedagang makanan.
Sementara itu, kelompok pekerjaan sebagai guide memberikan proporsi
pendapatan dengan persentase sebesar 44,44%. Masyarakat yang berada pada
kelompok pekerjaan ini juga memiliki penghasilan lain selain bekerja sebagai
guide yaitu ada yang berprofesi sebagai aparat desa namun ada juga yang masih
mahasiswa yang tergabung dalam kelompok pencinta alam. Hal ini menunjukkan
penghasilan yang didapat dengan adanya Musiduga berkontribusi sebagai cabang
usaha bagi kelompok pekerjaan sebagai guide.
6. 3.4 Dampak Keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap
Lingkungan Sekitar Musiduga
Dampak adanya tempat wisata Musiduga terhadap lingkungan di sekitar
kawasan wisata Musiduga di analisis dengan persepsi multistakeholder
(pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait seperti pihak Dinas
Parsenibudpora, Kantor Lingkungan Hidup, dan Wali Nagari). Dalam
pelaksanaan penelitian, para responden diberi pilihan mengenai dampak
keberadaan Musiduga terhadap lingkungan. Pilihan-pilihan tersebut dibedakan
menjadi dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif antara lain
menambah keindahan pemandangan, menjaga keasrian lingkungan, dan membuat
udara menjadi segar sedangkan pilihan dampak negatif keberadaan Musiduga
adalah menimbulkan sampah. Berikut persepsi multistakeholder mengenai
dampak keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap lingkungan sekitar:
Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Gambar 11. Persepsi Multistakeholder Mengenai Dampak Tempat Wisata
Musiduga terhadap Lingkungan Sekitar
Keterangan:
A: Menambah Keindahan Pemandangan
B: Menjaga Keasrian Lingkungan
C: Membuat segar udara sekitar
D: Menimbulkan sampah
42%
28,00%
20,00%
10,00%
46,15%
23,07%
23,07%
7,07%
40,54%
32,43%
21,62%
5,40%
33,33%
33,33%
16,67%
16,67%
0% 10% 20% 30% 40% 50%
A
B
C
D
Instansi Terkait
Masyarakat Sekitar
Pekerja
Pengunjung
Gambar 11 memperlihatkan bahwa multistakeholder (pengunjung, pekerja,
masyarakat sekitar, dan instansi terkait) lebih memilih dampak positif daripada
dampak negatif dari kegiatan wisata Musiduga terhadap lingkungan. Dampak
positif yaitu menambah keindahan pemandangan dan menjaga keasrian
lingkungan sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan sampah.
Berdasarkan persepsi multistakeholder (pengunjung, pekerja, masyarakat
sekitar, dan instansi terkait) memilih bahwa keberadaan Musiduga memberikan
dampak positif paling besar terhadap lingkungan yaitu menambah keindahan
pemandangan dengan persentase masing-masing pilihan 42%, 46,15%, 40,54 %,
dan 33,33%. Multistakeholder juga memilih dampak positif yaitu menjaga
keasrian lingkungan dengan persentase masing-masing pilihan 28%, 23,07%,
32,43%, dan 33,33%. Selain itu, multistakeholder memilih dampak positif yaitu
membuat segar udara sekitar dengan persentase masing-masing pilihan 20,00%,
23,07%, 21,62%, dan 16,67%. Pihak pengunjung, pekerja, dan masyarakat sekitar
memilih dampak positif karena dengan adanya kawasan wisata Musiduga
menambah keindahan pemandangan dengan adanya fasilitas dan sarana prasarana
yang tertata dengan baik di kawasan Musiduga, menjadikan lingkungan sekitar
kawasan wisata Musiduga tetap asri, dan membuat udara sekitar kawasan wisata
menjadi segar. Menurut pihak Dinas Parsenibudpora, adanya obyek wisata alam
yang terdapat pada kawasan wisata Musiduga memberikan keindahan
pemandangan terhadap lingkungan sekitar Musiduga sehingga menarik
pengunjung untuk berkunjung ke kawasan wisata Musiduga.
Selain itu, pihak pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi
terkait juga memberikan penilaian keberadaan Musiduga memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan yaitu timbulnya sampah (masing-masing presentase
pilihan 10,00%, 7,07%, 5,40%, dan 16,67%). Pihak pengunjung, pekerja,
masyarakat sekitar, dan instansi terkait memilih dampak negatif karena dengan
adanya Musiduga dapat menimbulkan sampah walaupun jumlahnya tidak terlalu
besar yang dihasilkan dari kegiatan wisata di tempat tersebut.
6.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi
ke Kegiatan Wisata
Kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga telah
berdampak terhadap kerusakan lingkungan, sementara itu terdapat potensi wisata
di kawasan Musiduga yang belum dikembangkan secara optimal dan masyarakat
masih sedikit yang berusaha pada sektor tersebut. Diharapkan dengan
pengembangan dan pengelolaan yang optimal oleh Pemerintah Daerah, sektor
wisata dapat menjadi sebuah alternatif bagi masyarakat penambang emas untuk
beralih profesi ke kegiatan wisata. Usaha pengembangan sektor wisata secara
optimal tentunya akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, dimana saat
ini masyarakat yang berusaha di sektor wisata masih sedikit sehingga dapat
menjadi sebuah alternatif bagi penambang emas untuk dapat beralih profesi ke
sektor wisata tersebut.
6.4.1 Persepsi MultiStakeholder terhadap Kemungkinan Masyarakat
Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata
Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke
kegiatan wisata dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam kepada pihak
Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, Kantor Lingkungan
Hidup, dan Wali Nagari. Secara keseluruhan semua pihak menyatakan bahwa
kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi tersebut sulit dilakukan.
Menurut pihak Dinas Parsenibudpora, kemungkinan masyarakat untuk
beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata untuk saat ini
sulit dilakukan, karena pengembangan kawasan wisata Musiduga belum optimal
karena masih minimnya dana. Namun, kemungkinan penambang emas beralih ke
kegiatan wisata bisa terjadi apabila obyek wisata di Musiduga lebih
dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pengunjung ke Musiduga. Adanya
peningkatan pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di Musiduga dapat
memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar berupa peningkatan
pendapatan. Selain itu, kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi
dapat dilakukan dengan menghimbau masyarakat secara bertahap oleh Pemerintah
Daerah Sijunjung dengan cara membuat peraturan daerah yang berpihak untuk
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan, menyediakan lapangan
pekerjaan baru di sektor wisata, dan melakukan sosialisasi secara berkala kepada
penambang emas tentang dampak kerusakan lingkungan akibat penambangan
emas ilegal di kawasan Musiduga.
Persepsi pihak Dinas Pertambangan dan Energi bahwa kemungkinan
beralih profesi sulit karena lapangan pekerjaan di sektor wisata masih rendah dan
kurang menjanjikan seperti pendapatan yang didapat dengan adanya kegiatan
penambangan emas oleh masyarakat. Hal tersebut juga diungkapkan oleh pihak
KLH dan Wali Nagari bahwa kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi dari
penambang emas ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal tersebut disebabkan
karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat sehingga mereka tidak
mempedulikan dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan emas
tersebut. Selain itu melalui kegiatan ini mereka mendapatkan penghasilan yang
menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
6.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Masyarakat
Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata
Berdasarkan hasil wawancara kepada 50 responden penambang emas
menyatakan bahwa kemungkinannya untuk beralih profesi ke kegiatan wisata,
sebanyak 28% menyatakan kemungkinan mereka untuk beralih profesi. Persentase
ini masih kecil, hal ini disebabkan karena melalui profesi ini penambang emas
mendapatkan pendapatan per bulan yang jauh lebih tinggi yaitu sebesar Rp
4.020.000 dibandingkan dengan pendapatan per bulan pada sektor wisata sebesar
Rp 566.667 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 8. Untuk itu, Pemerintah
Daerah perlu membatasi kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan
Musiduga dan perlu mencari alternatif pekerjaan selain tambang emas yang lebih
ramah lingkungan. Salah satu alternatif pekerjaan yang lebih ramah lingkungan
adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata diharapkan dapat dikembangkan dan
dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah sehingga sektor wisata ini layak
sebagai profesi bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan
wisata.
Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam pengambilan keputusan
oleh penambang emas dianalisis menggunakan model regresi logistik. Variabel
independen yang menjadi faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah jumlah
tanggungan keluarga (JTK), tingkat pendidikan (PNDDKN), lama menambang
emas (LME), pendapatan (PNDPTN), pengetahuan jangka panjang tentang
dampak penambangan emas ilegal (PDJPPEI), dan penyuluhan (PNYLH).
Variabel dependen dalam model ini adalah kemungkinan masyarakat penambang
emas beralih profesi ke kegiatan wisata, nilai “0” untuk penambang emas yang
tidak bersedia beralih profesi dan nilai “1” untuk penambang emas yang bersedia
beralih profesi. Pengolahan model regresi logistik menggunakan program Minitab
14.0 for Windows (Lampiran 2). Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi
petani dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan
Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata
Predictor Coef P Odds Ratio
Constant 20,6378 0,132
JTK -2,34198 0,139* 0,10
PNDDKN 1,70510 0,274 5,50
LME -1,91067 0,091* 0,15
PNDPTN -0,0000024 0,098* 1,00
PDJPPEI 1,20796 0,516 3,35
PNYLH 2,97534 0,099* 19,60
Log-Likelihood = -6,327
Test that all slopes are zero: G = 46,641, DF = 6, P-Value = 0.000
Sumber : Data Primer, Diolah (2011)
Keterangan : * Signifikan pada tingkat kepercayaan 85%
Model regresi logistik yang didapat dari model dapat dituliskan sebagai berikut :
Z = 20,637 – 2,341JTK – 1,911LME – 0,0000024 PNDPTN + 2,975 PNYLH
Pengujian keseluruhan model regresi logistik dapat dilakukan dengan
melakukan uji G yang menyebar menurut sebaran Chi-Square (X2). Pengujian
dapat dilakukan dengan membandingan antara nilai G dengan nilai X2
pada taraf
nyata tertentu dengan derajat bebas k-1, namun jika menggunakan paket program
Minitab dapat dilihat dari nilai P. Berdasarkan hasil olahan di atas didapatkan nilai
Log-Likelihood sebesar -6,327 menghasilkan nilai G sebesar 46,641 dengan nilai
P sebesar 0,000. Nilai P dibawah taraf nyata 15%, maka dapat disimpulkan model
regresi logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan masyarakat
untuk beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata. Pada
uji kebaikan model atau Goodness-of-Fit dengan melihat pada metode Pearson,
Deviance, dan Hosmer-Lameeeshow, nilai P untuk ketiga model tersebut adalah
lebih besar dari taraf nyata 15% sehingga model layak.
a) Penjelasan Variabel-Variabel Signifikan
Variabel jumlah tanggungan keluarga signifikan secara statistik pada taraf
nyata 15% dengan nilai P sebesar 0,139. Nilai odds ratio JTK sebesar 0,1 artinya
peluang terjadinya kemungkinan beralih profesi dari kegiatan penambangan emas
ilegal ke kegiatan wisata 0,1 kali lebih kecil daripada peluang tidak terjadinya
kemungkinan beralih profesi. Koefisien JTK bertanda negatif yang berarti bahwa
semakin banyak jumlah tanggungan keluarga penambang emas maka mengurangi
kemauan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Hal ini sesuai
dengan kondisi di lapangan, dimana semakin banyak JTK penambang emas,
maka kemauan penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata semakin kecil.
Hal ini dikarenakan dengan banyaknya tanggungan keluarga maka pengeluaran
rumah tangga akan semakin besar, sehingga pendapatan dari hasil penambangan
emas yang cukup besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Variabel lama menambang emas signifikan secara statistik pada taraf nyata
(α) 15% dengan nilai P sebesar 0,091. Odds ratio LME sebesar 0,15 artinya
peluang terjadinya kemungkinan beralih profesi dari kegatan penambangan emas
ilegal ke kegiatan wisata 0,15 kali lebih kecil daripada peluang tidak terjadinya
kemungkinan beralih profesi. Koefisien LME bertanda negatif berarti semakin
lama responden berprofesi sebagai penambang emas maka akan mengurangi
kemauan responden untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Hal ini sesuai
dengan kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa semakin lama responden
berprofesi sebagai penambang emas maka kemauan beralih profesi ke kegiatan
wisata semakin kecil karena semakin lama berprofesi sebagai penambang emas,
mereka memiliki pendapatan yang lebih banyak sehingga tidak bersedia pindah ke
sektor wisata.
Variabel pendapatan penambang emas signifikan secara statistik pada
taraf nyata (α) 15% dengan nilai P sebesar 0,098. Pendapatan penambang emas
memiliki nilai odds ratio sebesar 1,00 artinya peluang terjadinya kemungkinan
beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ilegal ke kegiatan wisata 1,00
kali lebih kecil daripada peluang tidak terjadinya kemungkinan beralih profesi.
Koefisien pendapatan penambang emas bertanda negatif berarti semakin tinggi
tingkat pendapatan penambang emas maka akan mengurangi kemauan responden
untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Hal ini sesuai dengan kondisi lapangan
yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan penambang emas maka
kemauan beralih profesi semakin kecil karena melalui profesi sebagai penambang
emas mereka mendapatkan pendapatan yang cukup besar dibandingkan dengan
pendapatan di sektor wisata.
Variabel selanjutnya signifikan secara statistik pada taraf nyata (α) 15%
adalah penyuluhan dengan nilai P sebesar 0,099. Nilai odds ratio sebesar 19,60
berarti tambahan frekuensi dari penyuluh kepada penambang emas maka peluang
untuk beralih profesi dari penambangan emas ke kegiatan wisata 19,60 kali lebih
tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak beralih profesi, cateris paribus.
Variabel pengaruh penyuluhan bertanda positif artinya semakin banyak
penambang emas mendapatkan informasi dari penyuluh maka kemauan berpindah
penambang emas ke kegiatan wisata semakin besar. Berdasarkan kondisi di
lapangan telah ada upaya untuk melakukan penyuluhan kepada penambang emas
oleh pihak KLH, pihak Kepolisian, dan pihak Dinas Pertambangan dan Energi,
walaupun belum semua penambang emas bersedia untuk berpartisipasi dalam
kegiatan ini. Namun, melalui kegitan penyuluhan tersebut, maka penambang emas
mendapatkan informasi tentang pentingnya menjaga lingkungan sehingga
mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata semakin
besar.
b) Penjelasan Variabel-Variabel Tidak Signifikan
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan terdapat dua variabel yang
tidak signifikan yaitu pendidikan (PNDDKN) dan pengetahuan jangka panjang
tentang dampak penambangan emas ilegal (PDJPPEI). Variabel tingkat
pendidikan tidak signifikan secara statistik karena memiliki nilai P sebesar 0,274
yang lebih besar dari taraf nyata 15%, sehingga dapat diabaikan secara statistik.
Tingkat pendidikan yang dimiliki responden secara umum yang bersedia atau
tidak untuk beralih profesi ke kegiatan wisata adalah pada umumnya memiliki
tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), sehingga responden yang bersedia atau
tidak beralih profesi ke kegiatan wisata pada umumnya memiliki tingkat
pendidikan Sekolah Dasar.
Variabel selanjutnya yang tidak signifikan adalah pengetahuan jangka
panjang tentang dampak penambangan emas ilegal karena memiliki nilai P
sebesar 0,516 yang lebih besar dari taraf nyata 15%, sehingga dapat diabaikan
secara statistik. Hal ini disebabkan karena responden yang memiliki pengetahuan
atau tidak memiliki pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan
emas ilegal tidak mempengaruhi kemungkinan mereka untuk beralih profesi dari
kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Masyarakat Musiduga dalam memenuhi kebutuhannya sangat bergantung
dengan pemanfaatan sumberdaya alam karena lebih dari 80% masyarakat
di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan
sumberdaya alam.
2. Berdasarkan persepsi multistakeholder kegiatan penambangan emas ilegal
di Sungai Kuantan Musiduga telah mengakibatkan kerusakan lingkungan
dimana yang banyak dipilih berupa polusi air dan merusak struktur
tananyah dengan persentase masing-masingnya sebesar 90%.
3. Potensi wisata kawasan Musiduga sangat potensial untuk dikembangkan
karena memiliki obyek wisata alam dan atraksi wisata yang banyak
diminati oleh pengunjung. Pengembangan dan pengelolaan kawasan
wisata membutuhkan dana untuk kegiatan wisata dan konservasi. Salah
satu caranya dengan penetapan tiket. Dampak ekonomi dari kegiatan
wisata di Musiduga terhadap masyrakat sekitar masih kecil. Diharapkan
dengan pengembangan dan pengelolaan yang optimal dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar dengan tetap memperhatikan lingkungan,
sedangkan dampak lingkungan akibat kegiatan wisata Musiduga
berdasarkan persepsi multistakeholder adalah berdampak positif terhadap
lingkungan sekitar Musiduga.
4. Persepsi Multistakeholder terhadap kemungkinan penambang emas beralih
profesi ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal ini terlihat dari persentase
kemungkinan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata
masih rendah yaitu sebanyak 28%. Faktor yang signifikan mempengaruhi
kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan
wisata adalah jumlah tanggungan keluarga, lama menambang emas,
pendapatan, dan penyuluhan.
7.2 Saran
1. Pemerintah Daerah diharapkan dapat meningkatkan koordinasi antara
lembaga/instansi terkait untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan
wisata Musiduga dan melarang/membatasi kegiatan penambangan emas
ilegal dengan membuat peraturan daerah serta menciptakan alternatif
pekerjaan selain di sektor wisata agar masyarakat penambang emas ilegal
mau beralih profesi.
2. Pengadaan dan penambahan sarana prasarana harus ditingkatkan sesuai
kebutuhan pengunjung kawasan wisata Musiduga, namun tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Terutama perbaikan mushola dan
tempat sampah, pengadaan papan penunjuk jalan menuju obyek wisata
dan penambahan gazebo yang lebih merata pada setiap obyek wisata
sehingga pengunjung lebih nyaman untuk berekreasi di kawasan
Musiduga.
3. Pada penelitian ini, nilai WTP pengunjung dapat dijadikan acuan oleh
Pemerintah Daerah dalam penetapan tarif masuk kawasan wisata
Musiduga.
4. Pemerintah Daerah harus dapat lebih meningkatkan kegiatan promosi
melalui media cetak dan elektronik agar menarik wisatawan lokal dan
mancanegara sehingga meningkatkan daya beli pengunjung yang
diharapkan dapat meningkatkan dampak ekonomi terhadap masyarakat
sekitar kawasan wisata Musiduga.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk analisis segmentasi tiket pada
setiap obyek wisata dan penelitian jalur paket wisata di kawasan wisata
Musiduga sehingga dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah
dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga.
DAFTAR PUSTAKA
Anom, I. P. 2010. Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan (Sustainable
Tourism Development). http://balisustain.blogspot.com/2010/08/
pembangunankepariwisataan.html. Diakses: 10 Februari 2011.
Anonim. 2007. Sumatera Barat. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat.
Diakses: 18 Maret 2011.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Undang-Undang Republik
Indonesia. 1990. Kepariwisataan. Nomor 9.
Buckley, et al. 2008. Recrational Demand For Form Commonage In Ireland: A
Contingent Valuation Assesment. Jurnal Land Use Policy. Vol. 26. no.
846: 846-854.
Cooper, et al. Editor. 1998. Tourism: Principles and Practice. Edisi ke-2. Pearson
Education Limited. England.
Departemen Kehutanan. 1989. Kamus Kehutanan Edisi Pertama. Departemen
Kehutanan RI. Jakarta.
Dinas Parsenibudpora Kabupaten Sijunjung. Wisata alam.
Http://sijunjung.go.id/?mod=konten&menu=wisata_alam. Diakses: 20
Desember 2010.
Dingin M. 2011. Pertambangan Liar dan kerusakan lingkungan (Suatu Refleksi
dalam Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia).
http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=446. Diakses: 8 Juni 2011.
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Firandari, T. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ
Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor.
Hanley, N dan CL Spash. 1993. Cost Benefit Analysis and The Environment.
Edwar Elger Publishing Limited. Hanst-England.
Juanda, B. 2009. Ekonometrika 1. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kardina, D.S.L. 2005. Analisis Kesediaan membayar Biaya Remediasi Bagi
Masyarakat Pertambangan Emas Tanpa Ijin terhadap Pencemaran Sungai
Cikaniki di Kabupaten Bogor. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Kurniawan, E. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Skripsi. Program
Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Mardalis, 2004. Metode Penelitian. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Mubyarto dan Suratno. 1981. Metodologi Penelitian Ekonomi. Yayasan Agro
Ekonomika. Yogyakarta.
Mukri, A. R. 2008. Sektor Pariwisata Sumatera Barat Mutiara yang Belum
Tergarap.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Sektor+
Pariwisata+Sumatra+Barat+Mutiara+yang+Belum+Tergarap&dn=20080
426231618. Diakses: 31 Desember 2010.
Ngadiran, et al. 2002. Dampak Sosial Budaya Penambangan Emas di Kecamatan
Mandor Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat. Tesis. Program
Studi Ketahanan Nasional. Universitas Gajah Mada.
Pangesti, M.H.T. 1995. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan
Perhutanan Sosial (studi kasus: KPH Cianjur, Jawa Barat). Tesis.
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Porter M.E., et al.1990. Executive Summary: Competitiveness and Stages of
EconomicDevelopment.http://www1.eeg.uminho.pt/economia/priscila/int
ocaveis/LEA_CI/Execsumm_gcr.pdf. Diakses: 8 Juni 2011.
Rimbawanti, A. 2003. Studi Potensi Wisata Alam dan Konsep Pengembangannya
di Areal HTI PT> Finnantara Intiga Distrik I Mengkiang Unit Sanggau
Kec. Kapuas Kab. Sanggau Prop. Kalimantan Barat. Skripsi. Program
Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian
Bogor.
Samsiarni. 2009. Benarkah Sumbar Siap Menjadi Daerah Tujuan Wisata
Unggulan?. http://padang-today.com/?mod=artikel&today=detil&id=450.
Diakses: 18 Juni 2011.
Sevilla, et al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah, Alimuddin Tuwu.
UI-Press. Jakarta.
Siallagan, M. B. 2010. Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di
Gunung Pongkor. Skripsi. Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan. Institut Pertanian Bogor.
Siswanto, H. 2006. Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata serta Alternatif
Perencanaan Paket Wisata di Kabupaten Merangin Propinsi Jambi.
Skripsi. Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
Institut Pertanian Bogor.
Soerjani, M., et al. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan kependudukan
dalam Pembangunan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Soetanto, H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Dan Teknologi
Tepat Guna Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi
Potong.Makalah.http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=co
m_content&View=article&id=78:makalah-utama&catid=50: prosoding &
ltemid=33. Diakses: 26 Juni 2011.
Suasanai, P.S. 2008. Persepsi Multipihak dan Dampak Sosial Ekonomi
Pengelolaan Kampung Wisata Cinangneng (KWC) terhadap Masyarakat
Sekitar. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Bima Grafika. Jakarta.
Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen Teori Penerapannya dalam Pemasaran.
Editor. Lolita Krisnawati. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Suwantoro, G. 2002. Dasar-dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta.
Vanhove, N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier. Burlington.
Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Akademika Presindo.
Jakarta.
Yoeti, O. A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT Pradnya
Paramita. Jakarta.
2006. Tours and Travel Marketing. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
2008. Ekonomi Pariwisata Introduksi, Informasi, dan Aplikasi. PT
Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Lampiran 1. Kuesioner
Kuesioner Penelitian
No Responden…………………………
Tanggal Wawancara……………………
Kuesioner ini digunakan untuk penelitian Penilaian Potensi Wisata Kawasan
Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Berkelanjutan oleh Ratih Trianita, mahasiswa Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian
Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner ini
dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Saya akan
menjaga kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i. Terimakasih atas
kesediaannya.
A. Karakteristik Responden
1. Nama : …………………………………..
2. Jenis Kelamin : L/P (lingkar)
3. Usia :……………
4. Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Diploma/S1/S2/S3
5. Status Perkawinan…….
a. Menikah b. Belum menikah
Jika sudah menikah, berapa jumlah anggota keluarga?..........orang
6. Tempat tinggal:
Desa/kelurahan…………………….kecamatan…………kabupaten…………
7. Pekerjaan pokok :
a. Pegawai Negeri sipil/BUMN f. Ibu Rumah Tangga
b. TNI/ABRI g. Pensiunan
c. Pegawai Swasta h. Buruh/pabrik
d.Pengusaha/Wiraswasta I .Pelajar/Mahasiswa
e. Petani j.Lain-lain (sebutkan)………………
B. Motivasi Responden
1. Anda datang ke tempat ini:
a. sendiri b. kelompok c. keluarga
2. Anda melakukan rekreasi pada waktu:
a. libur b. tidak harus hari libur c. akhir pekan
3. Biasanya anda datang ke lokasi ini hari:………………
4. Apa yang mendorong anda untuk datang kesini? (jawaban boleh dari satu)
a. Belum pernah berkunjung ke tempat ini
b. Mudah dijangkau
c. Diajak teman
d. Mendengar cerita pengalaman orang
e. Melihat obyek yang menarik
f. Lainnya (sebutkan)……………
5. Berapa lama anda berekreasi disini?
a. 1 jam b. 2 jam c. 3 jam d. lebih dari 3 jam
6. Frekuensi kunjungan anda ke kawasan ini?...........kali
7. Bagaimana menurut anda perjalanan menuju lokasi ini?
a. mudah b. sulit
8. Berapa lama waktu yang anda tempuh menuju lokasi ini?............................
9. Apakah sebelumnya anda sudah mengetahui tempat wisata Musiduga?
a. ya b. tidak
10. Jika ya, anda mengetahui tempat ini dari siapa?
a. Teman/keluarga
b. Surat kabar/majalah
c. radio/televisi
d. brosur
e. lainnya…………
11. Apakah anda berkeinginan untuk datang lagi kesini?
a. ya b. tidak
12. Jika ya, apa yang membuat anda untuk datang kesini lagi?
a. Lokasinya dekat dari rumah
b. Biaya rekreasi murah
c. tempatnya indah dan menarik
d. lainnya………….
13. Selain Musiduga, tempat wisata alternatif anda?
a. Talabang Sakti c. Aia Angek
b. Kandi Sawahlunto d. lainnya……….
14. Apa alasan anda berkunjung ke tempat tersebut?....................
15. Adakah tempat wisata alternatif anda untuk berekreasi yang sejenis dengan
Musiduga?
a. ada, sebutkan………. b. tidak
C. Aktivitas Responden
1. Jumlah yang ikut berkunjung ke kawasan ini?
a. sendiri b. berdua c. bersama keluarga/lkelompok
(…..orang)
2. Kegiatan apa yang dilakukan/ disukai di kawasan ini
a. Wisata gua
b. Arung jeram
c. panjat tebing
d. Menikmati panorama alam
e. Penelitian
f. Fotografi
g. Memancing
h. Lainnya………………………..
3. Perlengkapan apa yang anda bawa ?
a. kamera b. teropong c. tape recorder d.lainnya/tidak
ada
D. Preferensi Responden Terhadap Keberadaan Musiduga
1. Obyek unggulan apa yang suka anda kunjungi?
a. Ngalau Seribu c. Pasir Putih e. Arung jeram
b. Ngalau Talago d. Air Terjun
2. Adakah hambatan untuk sampai ke obyek unggulan tersebut?
a. Ya, sebutkan………………….. b. tidak
3. Menurut anda, kondisi lingkungan setelah ada obyek wisata Musiduga?
a. Menambah Keindahan Pemandangan
b. Menjaga keasrian lingkungan
c. Membuat udara segar
d. Menimbulkan sampah
4. Bagaimana kesan anda setelah berkunjung pada kawasan ini
a. Puas d. Ingin datang kembali
b. Menyenangkan e.. Tidak menyenangkan
c. kecewa f. perlu diperbaiki
5. Menurut anda sejauh mana peran pemerintah dalam pengembangan dan
pengelolaan Musiduga?dalam hal apa?
a. sarana infrastruktur
b. pelatihan
c. membantu pemasaran
d. informasi
e. lainnya………
E. Pendapatan
1. Berapa pendapatan anda per-bulan
a. Kurang dari Rp 1.000.000 tepatnya Rp..............
b. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 tepatnya Rp..............
c. Rp 2.000.000,1 – Rp 3.000.000 tepatnya Rp..............
d. Lebih dari Rp 3.000.000 tepatnya Rp..............
2. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan?
a. ya, bekerja sebagai…………….. b. tidak
3. Jika ya, berapa pendapatan sampingan anda per
bulannya?......................................
4. Jika anda sudah menikah, apakah pendapatan selain dari pendapatan anda,
jika ya maka kisaran pendapatan perbulan tersebut adalah
a. Kurang dari Rp 500.000 tepatnya Rp............
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 tepatnya Rp............
c. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000` tepatnya Rp.............
d. Lebih dari Rp 2.000.000 tepatnya Rp................
F. Willingness To Pay
1. Menurut anda, perlukah pembayaran tiket masuk di tempat wisata ini?
a. Perlu b.tidak
Skenario
Usaha pengembangan tempat wisata Musiduga memerlukan dana yang cukup besar
untuk menunjang kegiatan pengembangan dan pengelolaan tempat wisata dimana
sumber pendapatan berasal dari Pemda. Namun, dana dari Pemda tersebut belum
mencukupi untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga.
Selanjutnya dana tersebut akan dialokasikan untuk penyediaan fasilitas-fasilitas dan
pengadaan prasarana dan sarana yang mendukung aktivitas rekreasi di kawasan wisata
Musiduga, meningkatkan daya tarik wisata, serta untuk upaya pemeliharaan
lingkungan tempat wisata. Oleh karena itu Pemda berencana mengadakan penetapan
harga tarif masuk kawasan wisata.
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia untuk membayar tiket masuk dalam
rangka pengembangan dan perawatan dan pelestarian lingkungan di Musiduga?
a. Ya b. tidak
Jika ya, lanjutkan dengan pertanyaan selanjutnya
3 .Berapa harga tiket maksimum yang bersedia anda bayarkan untuk
pengembangan dan perawatan wisata di Musiduga?
a. Rp 2.000 d. Rp 5.000 g. Rp 8.000
b. Rp 3.000 e. Rp 6.000 h. Rp 9.000
c. Rp 4.000 f. Rp 7.000 i. Rp 10.000
G. Harapan dan Saran
1. Apa harapan dan saran anda dari keberadaan Musiduga ini?
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Terimakasih atas kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, Semoga amal
kebaikan anda dibalas oleh Yang Maha Kuasa. Amin.
Lampiran 2. Hasil Estimasi Pendugaan Model
Logistic Regression Table
Odds 95% CI
Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper
Constant 20,6378 13,7078 1,51 0,132
JTK -2,34198 1,58328 -1,48 0,139 0,10 0,00 2,14
PNDDKN 1,70510 1,55989 1,09 0,274 5,50 0,26 117,04
LME -1,91067 1,13048 -1,69 0,091 0,15 0,02 1,36
PNDPTN -0,0000024 0,0000014 -1,65 0,098 1,00 1,00 1,00
PDJPPEI 1,20796 1,86070 0,65 0,516 3,35 0,09 128,37
PNYLH 2,97534 1,80511 1,65 0,099 19,60 0,57 674,08
Log-Likelihood = -6,327
Test that all slopes are zero: G = 46,641, DF = 6, P-Value = 0,000
Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P
Pearson 12,2809 38 1,000
Deviance 12,6544 38 1,000
Hosmer-Lemeshow 1,7813 8 0,987
Measures of Association:
(Between the Response Variable and Predicted Probabilities)
Pairs Number Percent Summary Measures
Concordant 496 98,4 Somers' D 0,97
Discordant 8 1,6 Goodman-Kruskal Gamma 0,97
Ties 0 0,0 Kendall's Tau-a 0,40
Total 504 100,0
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Muaro Gambok, Provinsi Sumatera Barat pada
tanggal 20 Januari 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara
pasangan Ermayulis, SH dan Nelbahren AN, Spd.I.
Pendidikan formal diawali di TK Pertiwi Gambok, tahun 1995
melanjutkan pendidikan ke SDN 27 Muaro Ganting Mudik, tahun 2001
melanjutkan pendidikan ke SMPN 7 Sijunjung dan tahun 2005 melanjutkan
pendidikan ke SMAN 1 Sijunjung. Tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen,
Tahun 2008 penulis aktif pada organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) sebagai Staf divisi Perekonomian
dan aktif pada Himpunan Mahasiswa Sawahlunto, Sijunjung dan Dharmasraya
(HIMASWISS) sebagai bendahara selama satu tahun. Tahun 2009 penulis aktif
pada organisasi himpunan mahasiswa Resource Economics and Environmental
Students Association (REESA) sebagai bendahara umum selama satu tahun.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di
Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Penulis menyusun skripsi yang berjudul
“Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai
Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan” dibawah bimbingan Ibu Meti
Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Nuva, SP, M.Sc.
Recommended