View
92
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
A.Judul : Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIIIA SLTP Negeri 4
Sibulue Kabupaten Bone Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Bertukar Pasangan
B.Latar Belaka
Era globalisasi menimbulkan kesadaran baru tentang pendidikan yang
memberikan kepedulian terhadap kemajuan peradaban manusia. Kesadaran ini
didukung oleh sebuah fakta bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yang bersifat positif ternyata dinilai telah membawa implikasi serius
baik bagi lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Dalam batasan pemahaman
demikian, pendidikan menempati posisi sentral dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM).
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa akan
datang. Seiring dengan tuntutan dunia pendidikan di Indonesia, maka pemerintah
senantiasa melakukan berbagai upaya dalam peningkatan mutu pembelajaran. Di
lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan
dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam prestasi belajarnya. Kualitas dan
keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan
guru memilih dan menggunakan metode pengajaran. Pengajaran yang baik adalah
salah satu upaya untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap
materi dan meningkatkan keterampilan berfikir kiritis serta analitik. Hal ini juga
tidak terlepas dari usaha guru sebagai komponen terpenting dalam pembelajaran
di kelas.
Guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan siswa
dalam belajar. Berbagai metode yang ditempuh oleh guru dalam peningkatan
prestasi belajar siswa, namun tidak mampu memberi hasil yang memuaskan. Guru
sebagai pengelola pengajaran bukan hanya dituntut profesional untuk berkreasi
dalam meminimalkan masalah-masalah di kelas, Namun juga harus memiliki
komitmen yang tinggi atas terselenggaranya pengajaran yang efektif. Solusinya
yakni dengan melakukan penelitian tindakan berbasis kelas yang orientasi
pelaksanaannya membawa siswa seolah-olah berada dalam keadaan nyata.
Dalam meningkatkan hasil belajar fisika, sangat dibutuhkan kemampuan
kepribadian, sosial dan akademik guru dalam menarik minat siswa untuk belajar.
Banyak materi-materi dalam belajar fisika sering dianggap sangat sulit yang
membuat mereka sangat cemas dan takut. Hal ini mengakibatkan peserta didik
kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Melihat kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang
berorientasi pada bagaimana peserta didik belajar menemukan sendiri informasi,
menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru
maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Salah
satu alternatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik
bertukar pasangan.
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada anak untuk bekerjasama sama dengan tugas-tugas
terstuktur (Lie, 1999 :12). Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat
saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam
kelompok. Model ini juga dapat meningkatkan berpikir kritis serta meningkatkan
siswa dalam pemecahan masalah.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran fisika masih belum menggembirakan. Berdasarkan hasil
wawancara awal penulis dengan guru mata pelajaran fisika yang bertindak sebagai
observer peneliti di SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone, ditemukan bahwa
pada umumnya siswa bersifat pasif dalam mengikuti pelajaran, rata-rata interaksi
dan minat siswa terhadap mata pelajaran fisika masih kurang dilihat dari masih
kurangnya siswa yang memperoleh nilai yang bagus. Model pembelajaran fisika
yang digunakan bersifat konvensional oleh karena itu perlu dikembangkan suatu
metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan
penelitian dengan judul ” Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIIIA
SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone Melalui Model Pembelajaran Teknik
Bertukar Pasangan”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu “ Apakah hasil belajar fisika siswa kelas VIIIA
SLTP Negeri 4 Sibulue dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif
teknik bertukar pasangan ? “
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah : “ Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa
kelas VIII SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone melalui model pembelajaran
kooperatif teknik bertukar pasangan “.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada:
1. Guru, dalam hal ini guru bidang studi fisika di SLTP Negeri 4 Sibulue
Kabupaten Bone sebagai bahan masukan dalam upaya menigkatkan mutu
pendidikan, melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik
bertukar pasangan untuk melihat hasil belajar siswa.
2. Sekolah, dalam hal ini Kepala SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone
sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan proses pembelajaran dan
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam usaha peningkatan kua;itas
sekolah.
3. Bagi siswa, penelitian ini merupakan media siswa untuk lebih terampil
menyelesaikan soal, lebih memahami dan mendalami materi pembelajaran
fisika serta lebih aktif belajar, bersikap positif, bertanggungjawab dan senang
belajar fisika yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar.
4. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan salah satu model pembelajaran kooperatif teknik bertukar
pasangan sebagai suatu pendekatan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
mata pelajaran fisika.
F. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Belajar, Mengajar, dan Hasil Belajar
a. Belajar
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian bagaimana
informasi itu diproses dalam pikiran siswa.Diharapkan suatu pembelajaran dapat
lebih meningkatkan pemahaman siswa sebagai hasil belajar. Gagne dalam E.Bell
dkk (1994:188) menyatakan bahwa untuk terjadi belajar pada diri siswa
diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi external. Kondisi
internal merupakan peningkatan (arising) memori siswa sebagai hasil belajar yang
terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang
baru dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau
benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Ini bertujuan antara
lain merangsang ingatan siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran,
membimbing siswa belajar materi baru, memberikan kesempatan kepada siswa
menghubungkan pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang baru.
Selanjutnya Hilgard dalam Pasaribu dan Simanjuntak (1983:59) berpendapat
“Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan”.
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.Belajar biasa digunakan untuk
menunjukkan bahwa kita telah menemukan sesuatu yang baru tentang sesuatu hal,
seseorang atau kita memperolah pendirian baru. Pidarta dalam Warsita(2000:97)
mengemukakan “Belajar adalah perubahan perilaku yang reletaif permanen
sebagai hasil pengalaman(bukan hasil perkembangan) dan bisa melaksanakannya
pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain”.
Menurut Dewey dalam Sudjana dan Rivai (1989:19) berpendapat bahwa
“Belajar adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan
dua arah antara belajar dan lingkungan”. Lingkungan memberi masukan kepada
siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan ini seefektif mungkin sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman
siswa yang diperoleh dari lingkungan itu akan menjadikan kepadanya bahan dan
materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan landasan pedoman dan
tujuan belajarnya.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar yang dikemukakan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh dari
pengalaman dan latihan, dimana perubahan itu akan menghasilkan peningkatan
keterampilan, nilai dan sikap ke arah yang positif.
b.Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun
tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada
seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidak sederhana.
Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan
tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Seseorang berpandangan bahwa
mengajar hanya sekedar menyampaikan pelajaran. Selain itu mengajar juga
merupakan penanaman pengetahuan pada peserta didik.
Menurut aliran progresif dalam Pasaribu dan Simanjuntak (1993:63),
mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-
baiknya dengan menghubungkannya pada anak sehingga terjadi proses belajar.
Menurut Ali (1987:12), mengajar adalah segala upaya yang disengaja
dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar
sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Menurut. Burton dalam Ali (1987:13) berpandangan bahwa, “Mengajar
adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan
dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”.
Menurut DeQueliy dan Gazali dalam Slameto (1995:30), “Mengajar
adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan
tepat”.
Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru
kurang memperhatikan bahwa di antara siswa ada perbedaan individual, sehingga
memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua siswa dianggap sama
kemampuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan akan sama pula. Hal itu
bertentangan dengan kenyataan.
Selanjutnya, menurut Gagne dan Brings dalam Ali (1987:73)
berpendapat bahwa mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan sesuai
tujuan. Hal ini berarti bahwa upaya guru hanya merupakan serangkaian peristiwa
terjadi yang dapat mempengaruhi siswa belajar. Rangkaian peristiwa tersebut
diperbuat guru dengan harapan dapat memberi kemungkinan terjadinnya proses
belajar, sehingga kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan
berbagai staretegi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual,
efektif, efisien dan bermakna. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran mampu
mengembangkan dan meningkatakan kompetensi, kreativitas, kemandirian,
kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup
peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat
bangsa.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan
membantu kegiatan belajar kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan
potensi intelektual, emosional dan spritualnya sehingga dapat berkembang secara
optimal.
c. Hasil Belajar
Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia.
Manusia belajar untuk melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu
sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak
lain adalah hasil belajar.
Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Perubahan yang ingin
dicapai melalui proses pendidikan pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku,
sebagaimana yang dikemukakan Ali (1987:14) bahwa “Belajar adalah proses
perubahan perilaku pola pikir yang berorientasi pada perubahan tingkah laku yang
baru akibat adanya pengalaman”.
Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat
keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha tertentu.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan belajar, maka hasil belajar yang dicapai
siswa dapat diketahui setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat
diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai oleh
seseorang dapat dijadikan sebagai indikator tentang kemampuan, kesanggupan,
penguasaan seseorang tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai
yang dimiliki oleh orang itu dalam suatu kegiatan belajar.
Menurut Soedijarto dalam Saleh (2005:18) mengemukakan bahwa:
“Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan. Hasil belajar dalam hal ini meliputi kawasan kognitif, efektif dan kecakapan belajar seorang pelajar”.
Salah satu hasil belajar adalah penguasaan bahan pelajaran atau biasa
disebut prestasi. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individual, berpasangan, maupun kelompok. Banyak
kegiatan yang biasa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan suatu
prestasi.Dari beberapa pemikiran di atas, maka hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai tingkat penguasaan bahan pelajaran setelah mendapatkan atau
memperoleh pengalaman belajar dalam kurun waktu tertentu yang dapat diukur
dengan menggunakan tes atau penilaian tertentu.
2.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi atas dua faktor
utama, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri (intern) dan faktor yang
bersumber dari luar (ekstern).
Adapun yang termasuk dalam faktor intern adalah :
a.Faktor Jasmania
1..Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagian
atau bebas dari penyakit.Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya sehingga juga mempengaruhi hasil
belajarnya.Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selaian itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat ataupun ada
ganguan-gangguan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
2.Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh atau badannya.keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi beljar dan hasil belajar yang dicapai.Seseorang yang cacat belajar
juga akan terganggu.
b.Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis).Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.Kelelahan jasmani terjadi
karena terjadi kekacauan substansi sisa pembkaran di dlam tubuh sehingga darah
tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.Kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuhan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang.Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala
dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonstrasi, seolah-olah otak
kehabisan dayanya untuk bekerja.Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus
memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal
yang selalu sama tanpa ada variasi dan mengerjakan sesuatu karena sesuatu
karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, mina dan perhatiannya dari hal
seperti ini juga berakibat dari hasil pelajaran yang diperoleh.
c.Faktor Psikologis
Dalam faktor psikologi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
belajar dan hasil belajar yaitu :
1. Intelegansi
Intelegansi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dan hasil
belajar yang diperoleh.Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat
intelegansi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai intelegansi
yang rendah.Walaupun begitu siswa yang mempunyai tungkat intelegansi yang
tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.Hal ini disebabkan karena belajar
adalah hal yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya,sedangkan intelegansi adalah salah satu faktor di anatara faktor
yang lain.Jika faktor yang lain iti bersifat menghambat/berpengaruh negatif
terhadap belajar .akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.
2.Perhatian
Menurut Gazali perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek.Untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik, maka seseorang harus mempunyai perhatian terhadap hasil
belajar yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tudak menjadi mperhatian maka
timbillah kebosanan,sehingga ia tidak suka lagi belajar sehingga mempengaruhi
hasil belajarnya.
3.Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memeperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan.Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.Jadi berbeda dengan perhatian ,
karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalm waktu yang lama) dan belum
tentu diikuti dengan perasaan senang,sedangkan minat selalu diikuti dengan
perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Termasuk dalam faktor ekstern adalah :
1.Faktor Keluarga
Adapun yang mempengaruhi faktor keluarga yaitu :
a.Cara Orang Tua mendidik
b.Relasi antaranggota keluarga
c.Suasana Rumah
d.Keadaan Ekonomi Keluarga
e.Pengertian Orang Tua
f.Latar belakang Kebudayaan
2.Faktor sekolah
Adapun yang mempengaruhi faktor sekolah yaitu :
a.Metode Mengajar
b.Kurikulum
c.Relasi guru dengan Siswa
d.Relasi Siswa dengan Siswa
e.Disiplin Sekolah
3.Faktor Masyarakat
Adapun faktor yang mempelajari faktor masyarakat :
a.Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat
b.Mass Media
c.Teman Bergaul
d.Bentuk Kehidupan Masyarakat
3.Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning = CL) sebenarnya
bukanlah merupakan ide baru namun telah ada sejak lama, bahkan pada awal abad
pertama para filosof berpendapat bahwa, untuk dapat belajar dengan baik
seseorang harus memilki pasangan atau teman. Bertolak dari gagasan inilah ide
pembelajaran kooperatif dikembangkan.
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam
lingkungan belajar berbentuk kelompok kecil, sehingga siswa dapat saling berbagi
ide dan bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan tugas akademik
(Davidson dan Kroll dalam Hobri dan Susanto, 2006). Pembelajaran kooperatif
sesuai dengan paradigma bahwa disamping mahluk individual, manusia juga
adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang tidak bisa berdiri sendiri, namun selalu
membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Jelasnya, pembelajaran kooperatif
tidak hanya bertujuan memahamkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari,
namun lebih menekankan pada melatih siswa untuk memilki kemampuan sosial,
yaitu kemampuan untuk saling bekerjasama,saling memahami,saling berbagi
informasi, saling membantu antar teman kelompok dan bertanggung jawab
terhadap sesama teman kelompok untuk mencapai tujuan umum kelompok. Di
dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya dituntut keberhasilan individu namun
juga keberhasilan kelompok. Dari pemikiran itulah dalam pembelajaran
kooperatif,siswa belajar dalam kelompok kecil yang bersifat heterogen dari segi
gender, etnis, dan kemampuan akademik untuk saling membantu satu sama lain
dalam mencapai tujuan bersama (Slavin dalam Hobri dan Susanto).
Menurut Slavin (Syarifuddin, 2007:6) bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar yang menempatkan siswa pada kelompok-kelompok
siswa yang heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok
akan bekerja sama dalam memahami suatu bahan pelajaran dan belajar belum
selesai jika salah satu anggota dalam kelompoknya belum menguasai bahan
pelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi
keberhasilan individu atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Umumnya pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif memilki ciri-ciri yang meliputi :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk memutuskan materi
belajarnya.
b.Kelompok yang dibentuk dari siswa memilki kemampuan tinggi (pandai),
sedang dan rendah (kurang)
c.Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda-beda.
d.Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
Kooperatif atau kerjasama dalam belajar merupakan lawan dari
persaingan dalam kehidupan sehari-hari.Garmbs (Rusman, 2009) berpendapat
bahwa dalam pembelajaran di sekolah yang demokratis,baik kerjasama maupun
persaingan sama pentingnya. Persaingan yang dimaksud bukan bertujuan untuk
memperoleh hadiah atau kenaikan tingkat tetapi untuk mencapai hasil yang baik
atau pemecahan masalah yang dihadapi kelompok untuk membentuk individu
peserta didik menjadi manusia yang demokratis, guru harus menekankan
pelaksanaan prinsip kerjasama atau kerja kelompok. Berkaitan dengan ini Bioton
(Hanisah, 2006) sangat memperhatikan apa yang dinamakan ”Group Process“
atau proses kelompok, yaitu cara individu mengadakan relasi dan kerjasama
individu lain dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama.
a. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie dalam Subrata (2008) Adapun
berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah :
1. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling
membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling
ketergantungan positif menuntut adanya interkasi promotif yang memungkingkan
sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang
optimal.
2. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap
muka, sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi
juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa
yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
3. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Meskipun demekian, penilaian untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual
tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat
memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua
anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan urunan
demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata
penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud
dengan akuntabilitas individual.
4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan social seperti tenggang
rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan memperhatahankan
pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lainyang
bermanfaat dalam menjalin antar hubungan antar pribadi.
b. Peranan Pembelajaran Kooperatif
Ada banyak alasan mengapa dikembangkan pembelajaran kooperatif.
Hasil penelitian melalui metode meta-analisis yang dilakukan oleh Johnson dalam
Noor, Fatirul (2008:25) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran
kooperatif sebagaimana terurai berikut ini :
1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
2. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.
3. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
4. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
5. Memabangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
6. Menimbulkan perlaku rasional di masa remaja.
7. Meningkatkan rasa saling percaya diri kepada sesama manusia.
8. Meningkatkan keyakinan terhadap idea tau gagasan sendiri.
9. Meningkatkan motivasi belajar intrinsik.
10. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.
c. Teknik-Teknik Pembelajaran Kooperatif
Sebagai seorang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan
persediaan strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi yang diketahuinya
harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari di ruang kelas. Meski
demikian, guru yang baik tidak akan terpaku pada satu strategi saja. Guru Yang
ingin maju dan berkembang perlu mempunyai persediaan strategi dan teknik-
teknik pembelajaran yang pasti akan selalu bermanfaat dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Guru bisa memilih dan juga memodifikasi
sendiri teknik-teknik pada situasi kelas mereka. Dalam satu jam/sesi pelajaran,
guru juga bisa memakai lebih dari satu teknik. Adapun teknik-teknik dalam
pembelajaran kooperatif(Fatirul 2008:35)yakni :
1. Mencari Pasangan (Make a Match).
2. Bertukar Pasangan
3. Berpikir-Berpasangan-Berempat
4. Berkirim Salam dan Soal.
5. Kepala Bernomor (Numbered Heads).
6. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray).
7. Jigsaw
8. Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling)
9. Kancing gemerincing
10. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (inside Outside Circle)
d. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa cara menggunakan pembelajaran kooperatif bagi siswa di
sekolah ( Darnah S, 2005:10)yaitu :
Pertama, memanfaatkan tugas pekerjaan rumah. Membentuk beberapa
kelompok siswa dengan ukuran antara dua sampai lima orang setiap kelompok.
Untuk memulai siswa belajar, siswa dibimbing untuk membandingkan dan
mendiskusikan hasil pekerjaan rumah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
kunci dan saran-saran tertentu.
Kedua, pembahasan materi baru. Di dalam format pengajaran tradisional
(direct instruction), biasanya guru mengembangkan, menerangkan atau
mendemostrasikan suatu teknik baru, dalam format ini biasanya guru diharapkan
para siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan materi baru itu atau soal-soal itu,
tetapi kadang-kadang siswa malu bertanya dan segan terhadap guru. Oleh karena
itu, dalam format pembelajaran kooperatif, setelah guru menyampaikan materi
pelajaran, para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk berdiskusi, kemudian
menyerahkan hasil kerja kelompok kepada guru. Dan jika perlu, guru memimpin
diskusi tentang pekerjaan itu yang membutuhkan penjelasan dan klarifikasi.
Untuk mengoptimalkan manfaat pembelajaran kooperatif, keanggotaan
kelompok sebaiknya heterogen dan setiap anggota satu kelompok dapat duduk
saling berdekatan sehingga dapat bekerja dengan cukup nyaman dan tidak perlu
berbicara keras-keras.
Pembelajaran kooperatif diarahkan untuk menciptakan empat kondisi
yang harus dipenuhi untuk membangkitan perubahan konseptual berdasarkan pada
konstruktivisme. Keempat langkah yang dimaksud adalah :
1. Orientasi, yaitu pengenalan topik yang akan dipelajari.
2. Pemunculan gagasan yaitu siswa diberi kesempatan untuk menyatukan
secara eksplisit gagasan mereka kepada teman sebayanya dan gurunya.
3. Penyusunan ulang, perubahan dan perluasan gagasan, meliputi aktivitas
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran
dengan teman sebaya dan membentuk serta menilai ide baru.
4. Aplikasi memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep baru
yang telah dibentuk ke dalam konteks yang baru.
e. Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif
Model pemebelajaran kooperatif terdiri dari enam langkah atau fase
utama (Natsir, 2004:74). Pelajaran dimulai dengan guru meyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase diikuti oleh penyajian
informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya
siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru
pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase
hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari
dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Tabel 1.Langkah-langkah Model Pembelajaran KooperatifFase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan Informasi
Fase 3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
Fase 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan
penghargaan
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstarasi atau lewat bahan bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efesien
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok
4. Model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan
Sebagai seorang guru yang profesional, maka perlu dipahami bahwa
setiap siswa yang berada di dalam suatu kelas, bukan merupakan kertas kosong
yang akan ditulisi. Tetapi masing-masing berbekal pengetahuan, keterampilan-
keterampilan dan motivasi yang berbeda-beda. Sehingga ketika guru akan
menyampaikan suatu materi pelajaran dalam kelas yang beragam pengetahuannya,
kemungkinan ada beberapa siswa yang tidak memiliki keterampilan-keterampilan
persyaratan untuk mempelajari materi pelajaran tersebut. Salah satu alternatif
pemecahan masalah tersebut adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik bertukar pasangan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sama dengan orang lain.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar
pasangan, setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa melakukan prosedur teknik mencari pasangan).
Kemudian guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas tersebut dengan
pasangannya. Setelah selesai mengerjakan tugas, setiap pasangan bergabung
dengan satu pasangan yang lain dan kedua pasangan tersebut bertukar pasangan.
Masing-masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan
mengukuhkan jawaban mereka. Temuan yang baru yang diperoleh dari pertukaran
pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula(Noor Fatirul 2008 :35).
G. Kerangka Pikir
Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, maka harus
berusaha meningkatkan aktivitas, minat, motivasi, serta perhatian siswa dalam
belajar. Permasalahan yang timbul bahwa telah berbagai macam model
pembelajaran diterapakan dalam kegiatan belajar mengajar, namun upaya tersebut
belum sepenuhnya dapat membawa peserta didik ke arah belajar yang bermakna.
Fenomena yang terjadi selama ini bahwa minat siswa terhadap mata
pelajaran fisika sangat kecil. Hal ini disebabkan karena siswa menganggap bahwa
fisika sebagai mata pelajaran yang susah untuk dipahami yang akan berimbas
terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Keadaan tersebut harus diperbaiki
dengan cara memperbaharui proses belajar mengajar baik dari segi penyediaan
media yang tepat maupun penggunaan metode pembelajaran yang relevan dengan
kondisi sekarang ini sehingga siswa dapat merasa senang mengikuti pelajaran.
Dengan penerapan pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan
dengan membentuk beberapa pasangan kelompok dalam satu kelas dan
memudahkan belajar, kerjasama, saling memberi dan menerima pendapat secara
terbuka, menyelesaikan masalah yang ditemukan bersama-sama. Dengan model
ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa mengembangkan potensi yang
dimiliki, serta dapat menimbulkan minat siswa sehingga sifat pasif dari siswa
dapat teratasi dan siswa akan aktif belajar juga dapat mendorong siswa untuk
berinteraksi dengan kelompok lainnya dan saling bekerja sama untuk
memecahkan masalah bersama sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
terhadap materi yang akan diajarkan. Akhirnya tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan.
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
KURIKULUM
KELAS VIIISEMESTER GENAP
METODE MENGAJARKOMPETENSI
PROSES BELAJAR MENGAJAR
GURU
SISWASISWA
METODEMENGAJAR
KELAS VIIISEMESTER GENAP
HASIL BELAJAR
Gambar. 2. Bagan Kerangka Pikir
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoretik yang telah diberikan di atas maka
hipotesis tindakan penelitian ini sebagai jawaban dari permasalahan yang diajukan
adalah “jika pada proses pembelajaran fisika digunakan model pembelajaran
kooperatif teknik bertukar pasangan maka hasil belajar fisika siswa kelas VIII
SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone dapat meningkat”
I. Jenis dan Variabel Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII
SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone melalui penerapan model pembelajaran
Kooperatif teknik bertukar pasangan.
2. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini hanya terdiri atas dua variabel yakni hasil belajar
fisika siswa dan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.
J. Definisi Operasional Variabel.
Untuk memberikan batasan ruang lingkup penelitian serta untuk
menghindari beda penafsiran tentang variabel dalam penelitian, maka dirumuskan
definisi operasional sebagai berikut :
1. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat
penguasaan materi fisika yang sudah dipelajari atau diajarkan dalam kurun
waktu tertentu. Tingkat penguasaan tercermin dari skor yang dicapai siswa
dari jawaban tes hasil belajar fisika yang mencakup materi yang diajarkan.
2. Model pembelajaran teknik bertukar pasangan adalah model pembelajaran
dimana setiap siswa mendapat pasangan kemudian mendapat tugas dan
dikerjakan dengan pasangannya.Selanjutnya setiap pasangan bergabung
dengna pasangan yang lain kemudian masing-masing pasangan yang baru
saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.Temuan baru yang
didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula.
K. Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SLTP Negeri 4 Sibulue Kabupaten Bone.
Subjek penelitian ini adalah siswa pada satu kelas yaitu Kelas VIIIA pada semester
genap tahun ajaran 2010/2011 dan peneliti sebagai guru fisika di kelas tersebut.
L. Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II.
Siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan dalam 4
kali pertemuan. Kegiatan-kegiatan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus
I jika masih terdapat sesuatu yang tidak diharapkan.
Rancangan penelitian ini mengikuti model Kemmis dan McTaggart
(1989) yang terdiri dari empat komponen utama, yaitu (1) rencana, (2) tindakan,
(3) observasi, dan (4) refleksi. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Acting
Observatinggg
Reflecting
Sumber : Kemmis & Mc Taggart ( Wibawa B, dalam Rusman Rasyid 2008 : 24)
Sumber : Kurt Lewin ( Wijaya Kusuma 2009 : 20)
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas
Planning
Siklus I
Siklus II
Melaksanakan Tindakan I
Melaksanakan Tindakan II
Masalah Utama Persiapan
Pelaporan Hasil
Merencanakan Tindakan I
MerencanakanTindakan II
Observasi &Refleksi
Observasi &Refleksi
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai
model penelitian tindakan yang lain,khususnya PTK.Dikatakan demikian karena
dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian
tindakan.Namun Model Kemmis & Mc.Taggart merupakan pengembangan dari
konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin hanya saja komponen acting
(tindakan) dengan observing (pengamatan)dijadikan sebagai suatu
kesatuan.Disatukannya dua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan
bahwa antara penerpan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak
terpisah.Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam kesatuan waktu,ketika
tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan.
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan
dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Gambaran Kegiatan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan atau 8 jam
pelajaran dengan alokasi waktu 8 x 40 menit. Prosedur kegiatan siklus I dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Tahap perencanaan tindakan dalam siklus I, peneliti melakukan kegiatan
sebagai berikut :
1. Menelaah materi pelajaran fisika kelas VIII SLTP semester genap agar dapat
diketahui materi apa yang akaan diajarkan..
2. Menentukan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan siklus I melalui
model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.
3. Peneliti melaksanakan diskusi awal dengan guru mata pelajaran fisika lainnya
di lokasi penelitian,untuk membahas materi yang akan diajarkan dalam
penelitian.
4. Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama proses belajar-mengajar
berlangsung dalam penelitian ini.
5. Mengembangkan alat bantu pengajaran (media pembelajaran) yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan.
6. Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
7. Merancang dan membuat soal, baik soal latihan di kelas, soal tugas pekerjaan
rumah, LKS (lembar kerja siswa) dan kuis yang akan diberikan.
8. Membuat tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah
diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar
pasangan.
b.Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 4 kali
pertemuan, lama waktu setiap pertemuan (tatap muka) adalah 2 x 40 menit. Secara
umum, tindakan yang dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan pembelajaran)
pada siklus I ini adalah sebagai berikut :
a. Guru memberikan motivasi kepada siswa dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b. Guru menyampaikan materi pelajaran secara singkat.
c. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara berpasangan.
d. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok dan mengerjakan soal yang
ada pada LKS dengan mendiskusikan jawabannya dengan pasangannya.
e. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain. Kedua
pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan dan
mengukuhkan jawaban. Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan
kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
f. Selama proses kerja kelompok berlangsung, setiap kelompok tetap diawasi dan
diberi bimbingan secara langsung kepada kelompok yang mengalami kesulitan
dan mengobservasi tindakan yang dilaksanakan dengan menggunakan lembar
observasi atau pengamatan.
g. Kelompok memutuskan jawabannya yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap pasangannya mengetahui jawaban tersebut.
h. Guru memanggil salah satu pasangan untuk mempersentasekan jawaban
LKSnya. Selanjutnya, kelompok lain menanggapi jawaban yang diajukan
kelompok tersebut.
i. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran.
j. Guru memberikan skor terhadap hasil laporan setiap anggota kelompok dan
memberikan penghargaan kepada setiap anggota kelompok dengan presentase
terbaik.
b. Tahap Observasi (Obesvation)
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Selain itu,
memberikan evaluasi tes hasil belajar setelah 2 kali pertemuan pada siklus I yang
telah disediakan. Jenis tes berupa pilihan ganda yang terdiri atas item soal yang
mewakili seluruh materi yang telah dibahas. Menganalisis data hasil observasi dan
tes untuk mengetahui skor akhir yang diperoleh siswa setelah mengikuti beberapa
kali pertemuan dengan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.
c. Tahap Refleksi (Reflection)
Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis
dalam tahap ini, demikian pula dengan evaluasinya.
Pada tahap ini dilakukan refleksi atau menelaah kembali penelitian ini
berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran
berlangsung. Melibatkan siswa dalam penelitian dengan meminta tanggapan
mereka mengenai proses pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal apa yang menurut
mereka perlu ditingkatkan, baik segi model pembelajaran yang digunakan
maupun teknik penyajian informasi yang dilakukan oleh peneliti.
Mendiskusikan hasil refleksi yang telah dibuat bersama dengan observer yakni
rekan-rekan guru mata pelajaran fisika. Dari hasil diskusi yang diperoleh,
peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat sejauh mana faktor-faktor yang
diselidiki pada data observasi telah tercapai. Hal-hal yang yang masih belum
berhasil pada siklus ini akan ditindak lanjuti pada siklus II dan hal-hal yang
sudah dianggap benar dipertahankan.
Perbaikan-perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa yakni; membentuk kelompok baru dengan cara mengganti pasangannya,
melakukan pengontrolan kepada setiap kelompok terutama pada saat diskusi
kelompok, memberi penguatan kepada siswa untuk dapat percaya diri tampil
di depan pada saat presentase kelompok, meningkatkan latihan mengerjakan
soal di kelas dan mengurangi tugas rumah dan menekankan kepada siswa
untuk mencatat materi yang diberikan . Hasil refleksi ini digunakan sebagai
acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya.
2. Gambaran Kegiatan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada pelaksanaan tindakan I, apabila terdapat
hal-hal yang perlu diperbaiki maka perlu untuk dilakukan siklus II sebagai
kelanjutan dari penyempurnaan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan
siklus I.
Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan (6 jam pelajaran).
Prosedur kegiatan pada siklus II relatif sama dengan prosedur kegiatan pada
siklus I. Hal-hal yang masih belum berhasil diperbaiki pada siklus II ini
sehingga diharapkan hasil yang diinginkan dapat tercapai. Adapun langkah-
langkah dalam siklus II ini antara lain :
1. Merencanakan tindakan akhir sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya.
2. Siswa lebih diaktifkan dengan mengajukan pertanyaan tentang tugas yang
diberikan dan memberikan motivasi agar lebih tampil percaya diri dalam
memperesentasekan hasil kelompoknya.
3. Mengurangi tugas rumah dan menambah soal-soal latihan di kelas. Hal ini
disebabkan karena banyak siswa yang mengerjakan pekerjaan rumahnya di
sekolah dan mereka cenderung dan lebih semangat jika diberikan tugas
atau latihan disekolah.
4. Menganalisis data hasil observasi dan evaluasi.
5. Mengadakan refleksi akhir dari tindakan yang telah dilakukan.
M. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dan cara pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini adalah data tentang hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dengan
menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus. Untuk data mengenai
keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti proses belajar akan
diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
pedoman observasi.
N. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi dianalisis secara
kualitatif. Sedangkan data hasil belajar fisika siswa dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yang meliputi skor rata-
rata, presentase, stándar deviasi,nilai minimum dan nilai maksimun yang
dicapai setiap siklus.
Menurut Sudjana (2005) análisis kuntitatif dapat digunakan teknik
kategorisasi dengan berpedoman pada skala 1-100 dengan tabel dibawah ini :
Tabel 2 Analisi Kuantitatif
Interval Nilai Kulifikasi
90-100
75-89
55-74
40-45
0-39
Tinggi sekali
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
O. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadi
peningkatan skor rata-rata hasil belajar fisika dari siklus pertama ke siklus
berikutnya. Perlakuan dianggap berhasil bila 80% siswa mencapai skor
minimal 65 dari hasil tes belajar yang dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1987, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, PT. Sinar Baru Algesindo: Bandung
Darna, S. 2005, Meningkatkan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa kelas VII SMP Negeri 26 Makassar. Skripsi FMIPA. Universitas Negeri Makassar.
E. Bell Gredler, Margaret. 1994. Belajar dan Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Haling, Abdul. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Universitas Negeri Makassar : Makassar
Natsir, Muh. 2004. Strategi Pembelajaran Fisika, Universitas Negeri Makassar : Makassar
Noor Fatirul, Ahmad. 2008. Cooperative Learning, Trimanunipa@yahoo.com. Diakses pada tanggal 18 Februari 2009
Syamsuddin Abin, 2005. Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung
Syarifuddin. 2007. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Biologi siswa SMP Negeri 6 Enrekang.Skripsi FMIPA. Universitas Negeri Makassar.
Pasaribu, 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Tarsito.
Rasyid, R.2008. Peningkatan Hasil Belajar Geografi melalui Model Pembelajaran Konstrutivisme pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Duampanua.Skripsi FMIPA.Universitas Negeri Makassar.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group : Bandung
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta : Jakarta
Sudjana, n. 2005. Penilaiaan Hasil Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung
Subrata, Heru. 2008. Cooperative Learning. www.google.com. Diakses pada tanggal 29 Januari 2009.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. PT. Rineka cipta: Jakarta
Zainal Aqib.2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Yrama Widya: Bandung.
PROPOSAL PENELITIAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIIIA SLTP NEGERI 4 SIBULUE KABUPATEN BONE MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK BERTUKAR PASANGAN
HERPINA062504010
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2009
PROPOSAL PENELITIAN
EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK DI KABUPATEN BARRU
FATMAWATI062504021
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2009
Recommended