View
233
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
1
PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN
DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE-2 DI
WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Dedy Arif Abdillah
NIM. ST14 008
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
2
3
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia,
serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP
KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE - 2 DI
WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA” sebagai tugas akhir
dalam menyelesaikan studi di program S-1 keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta. Untuk menyelesaikan peneliti ini penulis banyak mendapatkan
pengarahan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ns. Atik Murharyati M.Kep selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan
selama proses penyusunan proposal skripsi ini hingga selesai.
4. Sunardi, SKM, M. Kes selaku pembimbing pendamping yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan
selama proses penyusunan proposal skripsi ini hingga selesai.
v
5. Segenap dosen Program Studi S-1 Keperawatan dan Staf pengajar STIKes
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi ilmu dan bimbingan.
6. Keluarga tercinta yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Teman - teman mahasiswa program studi S-1 keperawatan transfer
angkatan 2 tahun 2014/2015 STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah
memberikan dukungan moril dan spiritual.
8. Teman-teman kelompok 6 yang menjadi inspirasi dan tak henti memberi
motivasi dan dukungan kepada saya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan sehingga dapat menyempurnakan Skripsi
ini. Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi mahasiswa STIKES
Kusuma Husada Surakarta khususnya bagi ilmu Keperawatan di Indonesia pada
umumnya.
Surakarta, Maret 2016
Peneliti
Dedy Arif Abdillah
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... I
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ II
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. III
PRAKATA .................................................................................................... IV
DAFTAR ISI ................................................................................................. VI
DAFTAR TABEL ........................................................................................ IX
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... X
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ XI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus ......................................................................... 6
2.1.1. Definisi ………............................................................... 6
2.1.2. Klasifikasi ……………….............................................. 6
2.1.3. Etiologi ........................................................................... 7
2.1.4. Manifestasi Klinis........................................................... 8
2.1.5 Penanganan .. ................................................................. 8
vii
2.1.6 Komplikasi ..................................................................... 10
2.1.7 Faktor yang mempengarusi naiknya gula darah ……..... 10
2.2 Kepatuhan .................................................................................. 13
2.2.1 Definisi …………..……………………………………. 13
2.2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ................ 14
2.3 Diet ………………..................................................................... 14
2.3.1 Definisi ………………………..................................... 14
2.3.2 Prinsip diet diabetes mellitus ......................................... 15
2.3.3 Tujuan diet diabetes mellitus…....................................... 17
2.4 Pendampingan (Coaching).......................................................... 17
2.4.1 Definisi ........................................................................... 17
2.4.1 Prinsip-prinsip dasar coaching……………………………... 18
2.8 Hipotesis ..................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 26
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 27
3.3 Tempat danWaktu Penelitian ...................................................... 27
3.4 Variabel, definisi Operasional dan Skala .................................... 28
3.5 Alat dan Cara Pengumpulan Data ............................................... 28
viii
3.6 Teknik Pengumpulan Dan Pengolahan Data .............................. 31
3.7 Etika Penelitian ........................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat .........................................................................
4.2 Analisa Bivariat ...........................................................................
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ............................................................
5.2 Gambaran Terhadap Kepatuhan Sebelum Dilakukan
Perlakuan ...................................................................................
5.3 Gambaran Terhadap Kepatuhan Setelah Dilakukan
Perlakuan ...................................................................................
5.4 Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan Diet pada
Penderita Diabetus Mellitus di wilayah Puskesmas
Banyuanyar Surakarta ..........................................................................
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan .....................................................................................
6.2 Saran ............................................................................................
36
39
40
41
42
43
45
46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Kepatuhan kalori berdasarkan usia,kelamin dan
aktifitas fisik
15
Tabel 2.2 Keaslian penelitian 21
Tabel 3.1 Definisi oprasional 39
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin 36
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia 37
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat
pendidikan
37
Table 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan variabel
kelompok perlakuan
38
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi berdasarkan variabel
kelompok kontrol
39
Tabel 4.6 Hasil uji Kruskal Wallis pengaruh pendampingan 40
x
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori 24
Gambar 2.2 Kerangka Konsep 25
Gambar 3.1 Rancangan nonequivalen
control grup
37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomer Lampiran Keterangan
Lampiran 1 Lembar Usulan Topik Penelitian
Lampiran 2 Lembar Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 3 Lembar Pengajuan Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Ijin Studi pendahuluan ke DKK
Lampiran 5 Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 6 F.04 Lembar Oponent Ujian Sidang
Proposal Skripsi
Lampiran 7 F.05 Lembar Audience Ujian Sidang
Proposal Skripsi
Lampiran 8 Pengajuan Ijin Penelitian
Lampiran 9 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 10 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 11 Data Responden
Lampiran 12 Kuesioner MMAS-8
Lampiran 13 Tabulasi Kuesioner
Lampiran 14 Out put SPSS
Lampiran 15 SOP Pendampingan
Lampiran 16 Lembar Konsultasi
xii
ROGRAM STUDI S - I KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Dedy Arif Abdillah
PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE – 2 DI WILAYAH PUSKESMAS
BANYUANYAR SURAKARTA
Abtrak
Diabetes mellites merupakan gangguan metabolik kronik yang tidak dapat
di sembuhkan tetapi dapat di kendalikan. Untuk mengendalikan DM diperlukan
kepatuhan dalam menjalani diet DM, diet DM yang dilakukan setiap hari dapat
menimbulkan kejenuhan sehingga dapat menurunkan kepatuhan maka di
perlukan pendampingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada pengaruh
pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus.
Penelitian ini merupakan penelitia kuantitatif dengan desain Quasi
experiment with nonequivalent control group design yang dilakukan di Wilayah
Puskesmas Banyuanyar Surakarta. Teknik pengambilan sample menggunakan
semple jenuh dengan total responden 30 orang.
Hasil penelitian menunjukkan nilai P value sebesar 0,009 < 0,05, artinya
ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes
mellitus di wilayah puskesmas banyuanyar surakarta. Pendampingan terbukti
sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan kepatuhan diet DM.
Kata Kunci : pendampingan, DM, kepatuhan
Daftar Pustaka : 46, 2006 – 2014
xiii
BACHELOR OF NURSING PROGRAM
SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
Dedy Arif Abdillah
EFFECT OF COMPANION IN OBEDIENCE OF DIET FOR PATIENT OF
DIABETES MELLITUS TYPE-2 CLINI BANYUANYAR SURAKARTA
Abstract
DM is chronic metabolic disease that cannot be cured but can be controlled. To
manageof DM needs of obedience of diet when it happens, if diet of DM can be
doing every day, it can be a patient feels saturate and makes a patient dropped so
this activity must be need a companion. The purpuse of this research is to know
that any effect of this companion in obedience of diet for patient of DM.
This research using qualitative with desigen Quasi Experiment with
nonequivalent control groub design clinic in Banyuanyar Surakarta. Technique of
sampling using saturated sample is about thirty people.
The result of this research is p Value is about 0,009 < 0,05 it means any
effect of companion in obedience of diet for patient DM in clinic Banyuanyar
Surakarta. The companion proven that this way is very efective to increase of
obedience of diet in DM.
Key Word : Companion, DM, Obedience
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellites atau disebut DM merupakan gangguan metabolik
kronik yang tidak dapat di sembuhkan tetapi dapat di kendalikan, yang
cirinya hiperglikemia karena defisiensi insulin dan atau ketidakadekuatan
penggunaan insulin (Lewis et al, 2011). Data dari WHO (2012) pada tahun
2000 indonesia termasuk 10 besar Negara dengan jumlah klien DM terbanyak
se-Asia yang mencapai 8.426.000 dan diprediksikan pada tahun 2030
meningkat menjadi 21.257.000 orang. Prevelansi diabetes di Indonesia
menurut data dari kemenkes (2013) Sulawesi tenggara menduduki peringkat
tertinggi dengan 3,7 % ; sedangkan Yogyakarta mencapai 2,6% dan jawa
tengah mencapai 1,9 %.
Prevalensi DM berdasarkan dan gejala meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun.
Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, di
perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada di desa, serta cenderung lebih
tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil
indeks kepemilikan tinggi (Kemenkes, 2013). Pasien DM dapat mengalami
peningkatan bahkan penurunan kadar gula darah, maka dari itu perlu adanya
2
pengetahuan diet untuk menjaga kesetabilan gula darah (smeltzer & Bare,
2006).
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
setiap hari agar seseorang tetap sehat. Diet merupakan preskripsi atau terapi
yang memanfaatkan makanan berbeda dengan orang normal untuk
mempercepat kesembuhan dan memperbaiki status gizi (Hartono, 2006). Holt
(2010) menyatakan bahwa makanan atau diet merupakan faktor utama yang
berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah pada pasien diabetes
terutama setelah makan. Pengelolaan diet yang tepat membutuhkan
kepatuhan pasien dan partisipasi aktif serta pendampingan keluarga dan
masyarakat (Delima, 2010).
Kepatuhan adalah istilah yang menggambarkan penggunaan obat atau
makanan sesuai dengan petunjuk mencakup waktu dan pembatasan makanan
yang berlaku. Kepatuhan diet juga dapat mencegah timbulnya komplikasi
pada pasien (Ayu, 2009). Upaya melaksanakan pengendalian penyakit DM
perlu pemahaman tentang pengelolaan penyakit DM di rumah, motivasi yang
tinggi dari penderita untuk melaksanakannya serta pendampingan oleh orang
di sekitarya. Pendampingan pada penderita dan keluarga dalam pemahaman
pengelolaan penyakit DM dan peningkatan motivasi dapat dilakukan perawat
melalui kunjungan rumah (Delima, 2010).
Menururut Lina. M. & sulityarini. T (2013) pendampingan dapat
mempengaruhi kepatuhan karena dalam pendampingan dapat menekan
munculnya stres, memberikan informasi yang dapat memotifasi pasien dan
3
keluarga untuk meningkatkan kepatuhan, memberikan dukungan emosional.
Penelitian ini menyatakan pemberian model pendampingan berpengaruh
terhadap penurunan kadar gula darah (Delima, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas
banyu anyar, jumlah penderita DM puskesmas banyu anyar pada 3 bulan
terakhir terdapat sekitar 30 orang dengan DM; Sedangkan dari hasil
wawancara, 5 dari 10 orang penderita DM telah mendapatkan pendidikan
kesehatan oleh perawat pada saat selesai kontrol tentang pola diet DM,
namun 3 dari 5 tingkat kepatuhan diet belum dilakukan sepenuhnya oleh
penderita DM, 2 dari 3 orang menyatakan bahwa tidak membutuhkan
kepatuhan diet karena selama ini merasa tubuhya tidak mengalami gangguan
apa pun. 1 dari 3 orang menyatakan bosan dengan aturan diet yang
ditetapkan dari rumah sakit.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada
penderita diabetes melitus di wilayah pukesmas banyuanyar”.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Pendampingan Terhadap
Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetus Mellitus di wilayah pukesmas
banyuanyar Surakarta ?”
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan
diet pada penderita Diabetes Mellitus di wilayah puskesmas
banyuanyar Surakarta.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh kepatuhan tentang diet DM sebelum
dilakukan perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol.
2. Untuk mengetahui pengaruh kepatuhan tentang diet DM setelah
dilakukan perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol.
3. Untuk mengetahui perbedaan kepatuhan diet DM sebelum
dilakukan perlakuan dan setelah dilakukan perlakuan pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
4. Untuk mengetahui pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan
diet pada penderita diabetes mellitus di wilayah banyuanyar
Surakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
Menambah referensi bagi masyarakat umum akan pentingnya
kesehatan dan menjaga pola hidup.
5
1.4.2 Manfaat bagi institusi
Semoga dapat menjadi bahan kajian untuk kegiatan penelitian
selanjutnya dan sebagai bahan di perpustakaan.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi penelitian lain
dalam membuat penelitian tentang pengobatan diabetes militus.
1.4.4 Manfaat bagi peneliti
Diharapkan dengan penelitian ini penulis dapat menambah ilmu
tentang pendampingan khususnya pendampingan pada pendidikan
pasien DM tipe – II, serta diharapkan dapat menambah pengalaman
dalam penerapan pendampingan khususnya pada pasien DM tipe –
II.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus
2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus atau disebut DM didefinisikan sebagai suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (ADA,
2006). Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama
mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Corwin, 2009). Glukosa
plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik DM penyerta,
glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta dan
glukosa 2 jam paska pembedahan ≥ 200 mg/dl (Kemenkes, 2013).
2.1.2 Klasifikasi
DM, menurut ADA (2006) adalah dapat dilihat di bawah ini :
1. Diabetes Tipe 1 (IDDN)
Diabetes yang tergantung dengan insulin disebabkan oleh
kerusakan sel-sel beta dalam pankres sejak masa anak-anak atau
remaja.
7
2. Diabetes Tipe 2 (NIDDM)
Mulai dari dominasi resistensi insulin relative sampai yang
dominan defeksekresi insulin.
3. Diabetes tipe lain
a. Efek genetic fungsi insulin
b. Efek genetik kerja insulin
c. Karena obat
d. Infeksi
e. Sebab imonologi yang jarang / antibody insulin
f. Resistensi insulin
g. Sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM
2.1.3 Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus
Tergantung Insuin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel ß pulau
Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung
Insuin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel ß dan resistensi insulin
(Mansjoer, 2010).
Resistensi insulin adalah turunnya kemampan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel ß tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Kemampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
8
glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang
sekresi insulin lain. Berarti sel ß pankreas mengalami desensitisasi
terhadap glukosa (Mansjoer, 2010).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala DM menurut Kemenkes (2013) ; Kurniawan
(2010) antara lain :
1. Sering merasa ingin kencing (poliuri).
2. Sering merasa lapar (polifagi).
3. Berat badan turun dengan cepat.
4. Kesemutan pada tangan dan kaki.
5. Gatal-gatal.
6. Penglihtan jadi kabur.
7. Impotensi.
8. Luka sulit sembuh.
2.1.5 Penanganan
Telah disepakati bahwa DM tidak dapat disembuhkan, tetapi kadar
gula darah dapat dikendalikan. Penderita DM sebaiknya melaksanakan 4
pilar pengelolaan DM yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan
intervensi farmakologis. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi
kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik yang mempunyai sasaran
dengan kriteria nilai baik, di antaranya gula darah puasa 80-100 mg/dL,
gula darah 2 jam sesudah makan 80-144 mg/dL, HbA1C <6,5%, kolesterol
9
total <200 mg/dL, trigliserida <150 mg/dL, IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan
tekanan darah <130/80mmHg (Mihardja, 2009; Utomo dkk, 2012).
WHO memastikan peningkatan penderita DM tipe 2 paling banyak
akan terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian
peningkatan jumlah penderita DM tipe 2 karena kurangnya pengetahuan
tentang pengelolaan DM. Penderita DM yang mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang DM, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya,
akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih
lama. Inilah yang menyebabkan edukasi menjadi salah satu komponen
penanganan DM (Witasari dkk, 2009).
Latihan jasmani secara teratur dapat menurunkan kadar gula darah.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan, meningkatkan fungsi kardiovaskuler, dan memperbaiki semua
aspek metabolik, termasuk memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Selain itu dengan latihan jasmani
dapat meningkatkan fungsi respirasi, menurunkan LDL dan meningkatkan
HDL sehingga sekaligus dapat mencegah penyakit jantung koroner apabila
latihan jasmani ini dilakukan secara benar dan teratur. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, berenang, dan senam diabetes (Utomo
dkk, 2012; Awad dkk, 2013; Indriyani dkk, 2007).
10
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi apabila DM menurut, Indriyani dkk
(2007), antara lain :
a. Neuropati.
b. Hipertensi.
c. Jantung koroner.
d. Retinopati.
e. Nefropati.
f. Ganggren.
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi naiknya kadar gula darah
Beberapa hal yang menyebabkan gula darah naik, yaitu kurang
berolahraga atau aktivitas fisik, bertambahnya jumlah makanan yang
dikonsumsi atau diet, meningkatnya stress dan faktor emosi, pertambahan
berat badan (obesitas) dan usia, serta dampak perawatan dari obat,
misalnya steroid (Fox & Kilvert, 2010).
a. Diet
Makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan
dengan peningkatan kadar glukosa darah pada pasien diabetes
terutama setelah makan (Holt, 2010). Respon peningkatan kadar
glukosa darah setelah makan berhubungan dengan sifat monosakarida
yang diserap, jumlah karbohidrat yang dikonsumsi, tingkat
penyerapan dan fermentasi kolon (Wolever, 2006).
11
b. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang juga dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah. Aktivitas fisik merupakan gerakan
yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka yang memerlukan energi
melebihi pengeluaran energi selama istirahat. Latihan merupakan
bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur dengan
gerakan secara berulang untuk meningkatkan atau mempertahankan
kebugaran fisik (Sigal, 2007).
Aktivitas fisik meningkatkan transport glukosa melalui Glucose
Transporter-4 (GLUT-4) kedalam membran sel yang memungkinkan
terajadinya mekanisme peningkatan AMP otot. AMP kinase
menyebabkan perubahan metabolisme termasuk metabolisme glukosa
sehingga dengan meningkatnya intensitas dan durasi latihan akan
lebih banyak menggunakan pemecahan karbohidrat (Sigal, 2004).
Pada fase pemulihan setelah aktivitas terjadi proses pengisian kembali
cadangan glikogen otot dan hepar yang berlangsung sampai 12-72 jam
sesuai dengan berat dan ringannya latihan yang dilakukan (Soegondo,
Soewondo, Subekti 2009).
c. Penggunaan obat
Kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan
obat hipoglikemia oral maupun dengan insulin. Mekanisme kerja obat
dalam menurunkan kadar glukosa darah antara lain dengan
merangsang kelenjar pankreas untuk meningkatkan produksi insulin,
12
menurunkan produksi glukosa dalam hepar, menghambat pencernaan
karbohidrat sehingga dapat mengurangi absorpsi glukosa dan
merangsang receptor. Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih
agresif menunjukkan hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan
dengan masalah glukotoksisitas yang ditunjukan dengan adanya
perbaikan fungsi sel beta pankreas (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata & Setiati 2007).
d. Stress
Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah karena
stress menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin,
ephinefrin mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan
timbulnya proses glikoneogenesis di dalam hati sehingga akan
melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam darah dalam beberapa
menit (Guyton and Hall, 2007).
e. Usia
Semakin bertambah usia perubahan fisik dan penurunan fungsi
tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada usia lanjut
sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan
kegemukan/obesitas yang memicu timbulnya penyakit degeneratif
termasuk diabetes mellitus (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, &
Batubara, 2008).
13
f. Obesitas
Obesitas atau Orang gemuk dapat menjadi resisten terhadap
insulin, menyebabkan peningkatan hormon insulin dalam darah.
Insulin mengurangi lipolisis (pemecahan lemak) dan meningkatkan
pembentukkan dan ambilan lemak. Orang gemuk berespon terhadap
makanan berkarbohidrat dengan menaikan insulin dan mengurangi
penggunaan asam lemak. Resistensi insulin telah diketahui merupakan
salah satu ciri dari obesitas dan diabetes tipe 2. Hal ini mungkin dapat
disebabkan oleh kelebihan gizi yang berkepanjangan dan
hiperinsulinemia pada penderita obesitas. Salah satu dampak dari
resistensi insulin adalah tingginya kadar gula darah (hiperglikemia)
(Ricart dan Real, 2006).
2.2 Kepatuhan
2.2.1 Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh adalah suka menurut
perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai
aturan dan berdisiplin (Pranoto, 2007). Menurut Slamet, (2007),
mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter
atau orang lain, juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif penderita
dalam mencapai tujuan terapi.
14
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Niven
(2008) antara lain :
1. Pendidikan
2. Akomodasi
3. Perubahan model terapi
4. Usia
5. Dukungan Keluarga
2.3 Diet DM
2.3.1 Definisi
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
setiap hari agar seseorang tetap sehat. Diet merupakan preskripsi atau
terapi yang memanfaatkan makanan berbeda dengan orang normal untuk
mempercepat kesembuhan dan memperbaiki status gizi (Hartono, 2006).
Menurut Lanywati (2007), diet diabetes mellitus adalah berupa
pantangan atau larangan keras untuk mengkonsumsi gula dan karbohidrat
lainnya, misalnya nasi dan roti, tetapi tanpa adanya pembatasan jumlah
konsumsi protein dan lemak. Berdasarkan para ahli kedokteran, diet
semacam itu akhirnya diubah dengan diet baru yang berprinsip pada
pembatasan kalori total. Dengan demikian, makanan yang dikonsumsi
boleh mengandung relatif banyak karbohidrat dan serat-serat gizi, dengan
jumlah protein normal dan relatif sedikit lemak.Tujuan utama dari diet
baru tersebut adalah mengendalikan kadar gula darah agar tetap berada di
15
antara nilai-nilai normal, yaitu yang terletak antara nilai 60 mg% - 130
mg%.
2.3.2 Prinsip diet diabetes mellitus (Lanywati, 2007)
Dasar terapi diet pada diabetes mellitus adalah memberikan kalori
yang cukup dan komposisi yang memadai, dengan memperhatikan 3J,
yaitu jumlah makanan, jadwal makanan, dan jenis makanan.
a. Jumlah makanan harus disesuaikan dengan jumlah kalori yang
dibutuhkan setiap harinya. Kebutuhan ini ditentukan secara individual
berdasarkan berat badan (obesitas, kurus atau ideal), jenis kelamin,
usia, cara hidup atau kegiatan pekerjaan (pekerjaan fisik atau
karyawan kantor).
Tabel 2.1 Kebutuhan Kalori Berdasarkan Usia, Kelamin, Dan
Aktivitas Fisik
Usia (th) Aktivitas
fisik
Pria (Kkal) Wanita (Kkal)
20 – 35 Ringan
Sedang
2.300
2.900
1.800
2.200
35 – 55 Ringan
Sedang
2.100
2.700
1.700
2.100
55 – 75 Ringan
Sedang
2.000
2.500
1.650
2.000
Diatas 75 Ringan
Sedang
1.800
2.200
1.550
1.900
Catatan :
Ringan : Terutama duduk, berbaring dan berjalan di rumah
Sedang: kerja duduk dengan aktivitas olahraga ringan
16
b. Jadwal makan atau frekuensi makan, umumnya dibagi menyaji 6,
yaitu 3 porsi besar dan 3 porsi kecil. Pembagian berdasarkan jumlah
kalori yang dibutuhkan ini dilakukan dengan tujuan untuk membagi
secara merata pemasukan kalori sepanjang harinya, sehingga dapat
menghindari kenaikan kadar gula darah yang terlalu tinggi.
c. Jenis makanan atau komposisi diet yang dianjurkan bagi penderita
DM, hendaknya tersusun dari karbohidrat, protein dan lemak yang
masing-masing jumlahnya ditentukan sebagai berikut :
1) Karbohidrat merupakan komponen terbesar, yaitu mencapai ± 68%
dari total kalori yang dibutuhkan setiap harinya. Jenis karbohidrat
yang dianjurkan terutama adalah polisakarida, misalnya pati
gandum (roti, bakmi, makaroni), nasi, kentang, ubi dan jagung.
Sebagian kecil (± 5% kalori) boleh diberikan dalam bentuk mono
atau disakarida, misalnya glukosa, fruktosa atau gula pasir dalam
bentuk jam/selai manis atau buah yang matang.
2) Protein dicadangkan ± 12% dari total kalori. Protein hewani
terutama diperbolehkan dari daging dan putih telur, sedangkan
protein nabati dapat diperoleh dari kacang-kacangan.
3) Lemak diperlukan sebanyak ± 20% dari total kalori. Lemak
tersebut sebaiknya diambil dari minyak nabati dan sedikit dari
lemak hewani.
4) Dianjurkan bagi penderita DM, agar setiap hari mengkonsumsi ±
60 g serat-serat gizi.
17
2.3.3 Tujuan diet DM menurut Hartono (2006),antara lain :
a. Mengendalikan kadar glukosa dan lemak darah agar komplikasi
diabetes dapat dicegah atau ditunda.
b. Mendapatkan dan mempertahankan berat badan normal atau ideal.
c. Mencegah terjadinya komplikasi.
d. Mencapai berat badan yang diinginkan.
e. Menghasilkan kebugaran dan rasa nyaman tubuh karena
pengendalian gula darah.
2.4 Pendampingan (Coaching)
2.4.1 Definisi
Pendampingan adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk
memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang
untuk belajar dari pada mengajarinya. Sedangkan menurut Grant (dalam
Wilson, 2011), coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus
pada solusi, berorientasi pada hasil, dan sistematis, dimana coach
memfasilitasi peningkatan atas perfoma kerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri dan pengembangan pribadi.
2.4.2 Prinsip-prinsip dasar coaching
Terdapat tujuh prinsip coaching yang merupakan dasar atau
pondasi yang perlu dipahami baik oleh coach maupung coachee, yaitu
(Wilson, 2011) :
18
a. Kesadaran
Tujuan dari proses coaching adalah diperolehnya kesadaran
bagi coachee, dimana mereka mengenali tujuan sendiri dan mau
melakukan perubahan, ini disebabkan apapun yang dikatakan dan
dilakukan oleh coach terpusat pada upaya meningkatkan kesadaran
dan pengetahuan mengenai diri coachee sendiri.
b. Tanggung jawab
Prinsip utama dari proses coaching adalah tanggung jawab
terhadap diri sendiri dengan apa yang sudah menjadi keputusan kita.
Kita belajar lebih banyak dengan mencari sendiri, bukan hanya
mendengarkan perkataan orang. kita lebih suka membuat keputusan
sendiri dari pada diarahkan orang lain. Maka dari itu, yang
diperlukan dalam proses coaching adalah dukungan dan dorongan
untuk terus mencoba. Coach bertanggung jawab terhadap proses dan
coachee bertanggung jawab terhadap isi.
c. Percaya diri
Orang mengembangkan kepercayaan diri dengan memberi
ruang untuk belajar, baik dengan melakukan kesalahan, maupun
melalui upaya pencapaian tujuan. Memberi pujian kepada orang
karena mereka pantas mendapatkannya akan membangun percaya
diri, memantapkan keyakinan untuk mencapai lebih dan menambah
energi untuk menggapainya.
19
d. Tidak menyalahkan
Dalam budaya coaching, kesalahan dipandang sebagai
pengalaman belajar. Coachee belajar lebih banyak dari tindakan-
tindakan yang belum mereka tuntaskan, karena baru sejauh itulah
pengetahuan yang mereka miliki.
e. Fokus pada solusi
Ketika kita berkutat pada satu persoalan, maka persoalan itu
akan membesar. Namun ketika kita berfokus pada solusi, maka
persoalan itu bisa ditangani dan kita mendapatkan energi yang lebih
besar untuk menanganinya. Saat anda berfikir jauh ke depan menuju
solusi, sekalipun belum ada jawaban pasti terhadap persoalan itu,
anda akan merasa lebih optimis dan memiliki energi yang menguat.
f. Tantangan
Pada umumnya kita menyukai tantangan dan berupaya untuk
menanggapinya (dengan mengeluarkan semua tenaga dan pikiran)
dalam sebuah lingkungan yang suportif dan membesarkan hati.
Terkadang kita tidak menyadari terdapat batas-batas, baik dalam diri
maupun lingkungan untuk mencapai sasaran yang melebihi dari
seharusnya (diperlukan). Pada situasi seperti ini, tugas coach adalah
memberikan perspektif baru bagi coachee untuk lebih melihat segala
sesuatu secara proporsional.
20
g. Tindakan
Coaching menyiapkan perspektif dan kesadaran baru. Coachee
mendapatkan wawasan baru yang memungkinkan tersedianya
banyak pilihan yang pada gilirannya akan menimbulkan keinginan
untuk bertindak dan berubah. Coach menjamin bahwa energi ini
tersalur ke dalam tindakan dan perubahan perilaku yang tepat.
21
2.5 KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian
Nama
Penelitian
Judul Penelitian Metode yang
Digunakan
Hasil Penelitian
Rosiana
(2014)
Pengaruh
pendampingan
perilaku diet
hipertensi terhadap
kepatuhan diet pada
penderita hipertensi
di kampung
Sanggrahan
Pre test and
post test
nonequivalent
control group
Kepatuhan responden
sesudah mengikuti
pendampingan memiliki
kepatuhan tinggi, berbeda
dengan kelompok kontrol
yang tidak mengalami
peningkatan kepatuhan
diet hipertensi.
Hasil post test diketahui P
value 0,003 (< 0,05)
sehingga dapat dikatakan
bahwa pendampingan
perilaku diet hipertensi
memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan diet
pada penderita hipertensi.
Sugiyarti
(2007)
Hubungan ketaatan
diet dan kebiasaan
olahraga dengan
kadar gula darah
pada pasien diabetes
mellitus yang
berobat di
puskesmas Ngembal
Kulon Kabupaten
Kudus
Explanatory
reserch dan
menggunakan
metode survey
dengan teknik
wawancara
dengan
pendekatan
cross sectional
Dari 32 responden
diperoleh hasil bahwa
sebagian besar responden
taat melakukan diet yaitu
93,8% dan yang tidak taat
melakukan diet sebanyak
6,2%.
Responden yang biasa
berolahraga dengan
kategori benar sebanyak
53,1%, dan responden
yang biasa berolahraga
dengan kategori yang
salah sebanyak 46,9%.
Responden yang memiliki
kadar gula darah buruk
sebanyak 75% dan yang
memiliki kadar gula darah
sedang sebanyak 25%.
22
Kesimpulan : Tidak ada
hubungan antara ketaatan
diet dengan kadar gula
darah pasien DM (p=1,000
< α). Ada hubungan antara
kebiasaan olah raga
dengan kadar gula darah
pasien DM (p= 0,041 < α).
Delima
(2010)
Pengaruh model
pendampingan
terhadap
terkontrolnya
diabetus melitus
pada penderita dm
tipe II
di wilayah
puskesmas Gamping
II Sleman
Quasi
eksperiment
with pre-post
test design
with control
group
Persentase terkontrolnya
dm pada penderita DM
tipe II di wilayah kerja
puskesmas gamping II
adalah sebelum
pendampingan 20%
terkontrol sedang dan 80%
terkontrol buruk atau tidak
terkontrol. setelah
dilakukan pendampingan
13,4% terkontrol
baik,33,3% terkontrol
sedang dan 53,3%
terkontrol buruk atau tidak
terkontrol.
Model pendampingan
berpengaruh terhadap
terkontrolnya DM tipe II
Maine &
Ismail
(2013)
Hubungan diet dm
tipe II dengan kadar
glukosa darah
Di rawat sewaktu di
RSUD Labuang
Baji Makassar
pendekatan
analitik
asosiatif
dengan
rancangan
cross sectional
Didapatkan hasil bahwa
dari total 10 orang
responden(37%) yang
dalam kategori Diet DM
Tipe II baik, 1 orang
responden (3.7%)
mengalamiglukosa darah
sewaktu yang tinggi dan 9
orang responden (33.3%)
mengalami Glukosa Darah
Sewaktu normal.
Sedangkan dari total17
orang responden (63%)
yang dalamkategori Diet
23
DM Tipe II krang baik, 16
orangresponden (59.3%)
mengalami Glukosa Darah
Sewaktu tinggi dan 1
orang responden (3.7%)
mengalami Glukosa Darah
Sewaktu yang normal.
Disimpulkan bahwa ada
hubungan antara Diet DM
Tipe II dengan Glukosa
darah sewaktu di Ruangan
Poli Endokrin RSUD
Labuang Baji Makassar
24
2.6 KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber :Fox & Kilfert (2010), Indriyan dkk (2007), Mihardja (2009), Niven
(2008)
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
: Berpengaruh diteliti
- Diet
- Aktivitas fisik
- Penggunaan obat
Faktor yang mempengaruhi
kepatuhan diet :
a. Pendidikan
b. Akomodasi
c. Perubahan model terapi
d. Usia
e. Dukungan keluarga Kepatuhan diet
Pendampingan
Diabetes Mellitus
Kestabilan kadar gula darah
25
2.7 KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.8 HIPOTESIS
Ha
Ho
:
:
Ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada pasien
diabetes mellitus
Tidak ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada
pasien diabetes mellites
Kepatuhan diet
sebelum di lakukan
pendampingan.
Penerapan
pendampingan
Kepatuhan diet
setelah diberikan
pendampingan
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
experiment with nonequivalent control group design, yaitu eksperimen yang
belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena
variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat
atau sulit dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
Kelompok Pretest Eksperimen Post test
A O X OX-A
B O Y OX-B
Tabel 3.1 Rancangan nonequivalent control group
Keterangan :
O : Tingkat kepatuhan sebelum dilakukan perlakuan
X : Diberikan pendampingan diet
Y : Tidak diberikan pendampingan diet
OX-A : Tingkat kepatuhan setelah diberikan pendampingan diet pada
kelompok perlakuan
OX-B : Tingkat kepatuhan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan
pendampingan diet
27
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemungkinan ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini populasi yang
diambil adalah seluruh penderita diabetes melitus di wilayah
Puskesmas Banyuanyar Surakarta sebanyak 30 orang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel dengan
menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012).
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah 30 orang dan
dibagi 2 kelompok menjadi 15 orang kelompok eksperimen dan 15
orang kelompok kontrol.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitan
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, mulai bulan
Desember 2015 – Januari 2016.
28
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
3.4.1 Variabel penelitan
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependent
(terikat), yaitu tingkat kepatuhan diet pada penderita diabetes
mellitus, dan variabel independent (bebas), yaitu pendampingan.
3.4.2 Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Indikator
penilaian
Skala
data
Variable
independen :
pendampingan
Membantu
penderita DM
dalam
menjaga
asupan
makanan yang
dikonsumsi
Lembar
Obervasi
1. Diberi
pendampingan
2. Tidak
diberikan
pendampingan
Nominal
Variabel
dependen :
tingkat
kepatuhan diet
pada penderita
diabetes
mellitus
Perilaku
disiplin
penderita DM
dalam
mengatur
asupan
makanan yang
dikonsumsi
berdasarkan
jumlah,
jadwal dan
jenis makanan
Kuesioner
kepatuhan
Morisky
Medication
Adherence
Scale 8
items
Rendah > 2
Sedang = 1 atau 2
Tinggi 0
Ordinal
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1. Alat Penelitian
Penelitian menggunakan alat-alat pendukung seperti alat ukur
gula darah, buku, pensil dan kuisoner MMAS-8 (Morisky Medication
Adherence Scale) dengan cara penelitian jika “ya” bernilai 1 dan jika
29
“tidak” bernilai 0 dengan total skor 0 merupakan kepatuhan yang tinggi,
1-2 kepatuhan menengah, dan >2 merupakan kepatuhan yang rendah,
kuosioner di isi oleh reponden.
3.5.2. Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara langsung mendatangi setiap
responden di rumah. Penelitian membagi 2 kelompok yaitu kelompok
control dan kelompok perlakuan :
1. Pengajuan surat ijin studi penelitian yang didapat dari kampus
diberikan kepada Dinas Kesehatan kemudian ke Puskesmas
Banyuanyar
2. Peneliti membagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan
3. Penulis datang ke setiap rumah masing-masing responden.
4. Penulis memberikan pre test pada setiap responden, saat pre test
responden didamping oleh keluarga, saat kuesioner pre-test di isi
oleh responden dan didampingi oleh penulis. Pre test dilakukan 1
kali dan dilakukan selama ± 15 menit pada minggu pertama.
5. Penulis memberikan pendampingan pada kelompok perlakuan,
pendampingan berupa pemberian informasi tentang diet DM,
informasi diberikan saat responden dan keluarga responden (yang
merawat responden) hadir. Pendampingan dilakukan di rumah
masing-masing responden selama 30 menit setiap kali tatap muka,
30
sehari dilakukan 1 kali tatap muka pada sore hari selama 2 kali
tatap muka.
6. Penulis melakukan post-test pada minggu keempat dibulan Januari
dengan mendatangi setiap rumah responden dan didampingi oleh
keluarga. Kuesioner Post-test diisi oleh responden dan didampingi
oleh penulis selama 15 menit, post-test dilakukan 1x.
3.5.3 Uji Instrumen
Pada umumnya penelitian dinyatakan berhasil apabila banyak
menggunakan instrument, karena data yang diperlakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis diperoleh melalui
instrument. Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data.
3.5.3.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Arikunto, 2010). Uji validitas pada MMAS–8
tidak dilakukan karena sebelumnya telah ada uji validitas yang
dilakukan oleh Hidayah, Karuniayawati, Zulliesikawat dan
Abdulgofir (2015) didapati hasil nilai rtabel (r = 0,508-0,579).
31
3.5.3.2 Uji Reliabilitas
Hasil uji reabilitas koesioner MMAS-8 pada penelitian ini
dengan melihat cronbach alpha yaitu 0,724, koesioner dikatakan
reliable jika nilai alpha minimal 0,7(Riwidikdo, 2007) sehingga
koesioner MMAS-8 yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reliabel.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), langkah-langkah dalam
pengolahan data antara lain :
a. Editing
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner, apakah lengkap, dalam arti semua
pertanyaan sudah terisi. Apakah jawaban atau tulisan masing-
masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca, apakah jawabannya
relevan dengan pertanyaan, dan apakah jawaban-jawaban
pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan yang lainnya.
Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau
memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk
melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak
memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak
32
lengkap tersebut tidak bisa diolah atau dimasukkan dalam
pengolahan “data missing”.
b. Coding
Adalah tahap memberi kode agar memudahkan dalam
pengumpulan data. Coding adalah mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Memasukkan data (data entry) atau processing
Entry adalah memasukkan data yang diperoleh ke dalam
program atau software komputer. Paket program yang digunakan
untuk data entry adalah paket program SPSS for windows.
d. Pembersihan data (cleaning)
Data cleaning adalah proses pembetulan atau koreksi untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
kode, ketidak lengkapan dan sebagainya.
e. Tabulating
Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel
kemudian dianalisis dengan proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
3.6.2 Analisa Data
3.6.2.1 Analisa Univariat
Analisa yang dilakukan menganalisis tiap variable dari
hasil penelitian, dan disajikan dalam bentuk penyajian data
diskriptif. Analisa univariat dalam penelitian ini adalah data
33
pasien yang dilakukan pendampingan diet DM meliputi
kepatuhan diet pada kelompok control dan kelompok
pendampingan. Dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
3.6.2.2 Analisa Bivariat
Analisa yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan
dua Variabel. Dalam penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada
penderita DM di Pukesmas Banyuanyar menggunakan uji
kruskal wallis dengan tingkat kepatuhan 95 % dan α 5 %.
Intepretasi hasil uji statistic bila :
1. p value > α (0,05) maka ho diterima atau Ha ditolak, yang
berarti tidak ada pengaruh pendampingan perilaku diet
DM terhadap kepatuhan diet pada penderita DM.
2. p value ≤ α (0,05) maka Ho ditolak atau ha diterima, yang
berarti ada pengaruh pendampingan perilaku diet DM
terhadap kepatuhan diet pada penderita DM.
34
3.7 Etika Penelitian
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan subyek penelitian dengan menggunakan lembar persetujuan.
Informed consent dilakukan dengan tujuan agar calon subyek mengerti
maksud dan tujuan peneliti, serta mengetahui dampaknya. Apabila calon
subyek bersedia, maka calon subyek harus menandatangani lembar
persetujuan. Apabila calon subyek menolak, maka peneliti akan
menghormati keputusan calon subyek dengan tidak memaksa
menandatangani lembar persetujuan.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode pengganti
nama responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan peneliti terhadap informasi
maupun masalah lain yang diberikan subyek kepada peneliti. Informasi
yang diberikan oleh subyek hanya akan diketahui oleh peneliti. Dalam
penyajian pembahasan penelitihanya akan dicantumkan hasil penelitian,
tidak menggunakan identitas subjek.
35
4. Justice (keadilan)
Keadilan adalah kebenaran ideal secara mral mengenai suatu hal,
baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan
memiliki tingkat kepatuhan yang besar.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Data hasil penelitian berbentuk penilaian atau juga koding berdasarkan
hasil yang di dapat, masing-masing variabel diperoleh dari dua kelompok
responden (kelompok kontrol dan kelompok pendampingan) di wilayah
Banyuanyar yang telah memenuhi kriteria sampel.
4.1. Analisa Univariat
Analisa yang digunakan untuk memelihara distribusi frekuensi data
dari responden yang telah bersedia dijadikan sebagai objek penelitian,
berikut klasifikasi responden :
4.1.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Kelompok kontrol Kelompok perlakuan
F % f %
Perempuan 8 55 9 65
Laki-Laki 7 45 6 35
Total 15 100 15 100
Table 4.1 dapat di gambarkan bahwa distribusi frekuensi
jenis kelamin kelompok kontrol yang berjumlah 15 responden
lebih banyak perempuan yaitu 8 orang (55%), sedangkan pada
kelompok perlakuan yang berjumlah 15 orang distribusi
frekuensi jenis kelamin perempuan yaitu 9 orang (65%).
37
4.1.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
Usia Kelompok Kontrol
Kelompok
Perlakuan
F % F %
25-40 tahun 0 0 1 5
41-55 tahun 2 5 3 25
56-70 tahun 13 95 11 75
Total 15 100 15 100
Berdasarkan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Usia, data dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
adalah responden dengan usia 56-70 tahun adalah responden
terbanyak dari penelitian ini.
4.1.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Usia Jumlah
f %
SMP 16 53.3
SMA 10 33.3
Perguruan Tinggi 4 13.3
Total 30 100
Berdasarkan table 4.3 diatas menunjukkan bahwa
responden yang berpendidikan SMP sebanyak 16 orang
(53,3%), responden yang berpendidikan SMA berjumlah 10
orang (33,3%) dan responden berpendidikan Perguruan Tinggi
berjumlah 4 orang (13,30%). Dari data di atas diketahui bahwa
38
responden dengan pendidikan SMP merupakan responden
terbanyak dari penelitian ini.
4.1.4 Distribusi Frekuensi Variabel kepatuhan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel kelompok perlakuan
Variabel
Perlakuan
Pre Test Perlakuan Post Test Perlakuan
F % F %
Rendah 5 33,3 2 13,3
Sedang 6 40.0 4 26,7
Tinggi 4 26,7 9 60,0
Total 15 100 15 100
Berdasarkan table 4.4 diatas menunjukan bahwa dapat
dijelaskan nilai kepatuhan kelompok perlakuan pre test memiliki
nilai dari 6 orang (40,0%) responden memiliki tingkat kepatuhan
sedang. kelompok perlakuan post test memiliki nilai dari 9
orang (60,0%) responden memiliki nilai kepatuhan yang tinggi.
4.1.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kepatuhan
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kelompok kontrol
Variabel
Kontrol
Pre Test Kontrol Post Test Kontrol
F % F %
Rendah 5 33.3 6 40.0
Sedang 9 60.0 8 53.3
Tinggi 1 6.7 1 6.7
Total 15 100 15 100
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai kepatuhan
kelompok kontrol pre test memiliki nilai dari 9 orang (60.0%)
responden memiliki tingkat kepatuhan sedang. Kelompok
kontrol post test memiliki nilai dari 8 orang (53.3%) responden
memiliki nilai kepatuhan sedang.
39
4.2 Hasil Analisa Bivariat
Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di
Wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan kruskal wollis
dapat dilihat sebagai berikut
Tabel 4.7 hasil uji kruskal wallis tentang pengaruh pendampingan
terhadap kepatuhan diet diabetes melitus di Wilayah Puskesmas Banyuanyar
Surakarta.
Variabel
Kepatuhan Post Test kontrol Post Test Perlakuan p Value
Rendah 6 2
0.009 Sedang 8 4
Tinggi 1 9
Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui hasil uji kruskal wallis diperoleh
nilai signifikansi (p value) sebesar 0,009 < 0,05 menunjukkan nilai yang
signifikan. Maka dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
sehingga ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita
diabetus mellitus di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
40
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan jenis kelamin responden yang paling banyak ditemukan
adalah perempuan, yaitu pada kelompok kontrol 8 responden (55%) dan pada
kelompok perlakuan 9 responden (65%). Kejadian DM tipe – 2 juga
dipengaruhi oleh jenis kelamin yang sebagian besar dapat dijumpai pada
perempuan dibandingan dengan laki-laki (Haryati & Jelatik, 2014).
Perempuan lebih berpontensi terkena DM di bandingkan laki-laki karena
aktifitas perempuan lebih kecil dibanding laki-laki apa lagi ibu rumah tangga.
5.1.2 Usia
Hasil penelitian menunjukkan rentang usia dengan responden terbanyak
adalah 56-70 tahun dengan jumlah responden pada kelompok kontrol 13
(95%) dan pada kelompok perlakuan 11 (75%) dari jumlah masing-masing
setiap kelompok adalah 15 responden. Menurut Suyono (2009), kasus DM tipe
-2 di indonesia biasanya meningkat diatas usia 40 tahun. Pada kasus DM, usia
memiliki pengaruh terhadap kepatuhan dalam melakukan terapi non
farmakologis salah satunya adalah diet, hal ini dikarenakan karena proses
berpikir yang dimiliki oleh responden mengalami penurunan dalam hal
mengingat dan menerima sesuatu hal yang baru (Isnarian, 2006). Semakin
41
bertambah usia maka mempengaruhi penurunan pendengaran, penglihatan dan
daya ingat seseorang maka mempengaruhi akan sulitnya menerima informasi.
5.1.3 Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan paling banyak
adalah SMP yaitu 16 orang (53,3%) dari 30 responden. Tingkat pendidikan
menurut Anggara & Prayitno (2013) merupakan salah satu yang berpengaruh
terhadap kepatuhan pola hidup sehat karena pada masyarakat dengan
pendidikan yang lebih rendah akan lebih sulit atau lebih lambat dalam
menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan. Yulianti (2007) dalam
Anagara dan Prayitno (2013) menyatakan bahwa hubungan ini tidak semata-
mata diakibatkan perbedaan tingkat pendidikan, tetapi tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap gaya hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum
alkohol, dan sering berolah raga. Seseorang pasien DM memiliki latar
belakang pendidikan yang kurang cenderung tidak dapat menerima
perkembangan baru terutama menunjang kesehatanya.
5.2 Gambaran Terhadap Kepatuhan Sebelum Dilakukan Perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan terbanyak sebelum dilakukan
perlakuan berada pada kepatuhan menengah yaitu kelompok perlakuan sebanyak 6
responden (40.0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 9 responden (60.0%).
Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soegondo (2009)
Perubahan perilaku kearah kepatuhan merupakan suatu proses yang memerlukan
edukasi dan pendampingan secara terus menerus dan perlu evaluasi keberhasilan
penanganan dengan melihat perubahan dari kriteria pengendalian (kadar gula darah
dan IMT). Menurut Siregar (2006), penderita DM seharusnya menerapkan pola
42
makan seimbang untuk menyesuaikan kebutuhan glukosa sesuai dengan kebutuhan
tubuh melalui pola makan sehat.
5.3 Gambaran Terhadap Kepatuhan Setelah Dilakukan Perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan terbanyak setelah
dilakukan perlakuan pada kelompok perlakuan adalah kepatuhan tinggi yaitu
sebanyak 9 responden (60%) dan pada kelompok kontrol adalah kepatuhan sedang
yaitu sebanyak 8 responden (53.3%). Kepatuhan dari program kesehatan merupakan
perilaku yang dapat diobservasi dan dengan begitu dapat diukur (Basble, 2002).
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) faktor yang mempengaruhi
kepatuhan meliputi faktor predisposisi (meliputi sikap,kepercayaan,sosial budaya,
adat istiadat dan tradisi), faktor pemungkin (meliputi jarak antara antara rumah dan
konsul gula darah) dan faktor pendorong (meliputi sikap petugas kesehatan dan
dukungan keluarga). Hal ini diperlukanpendidikan kesehatan bagi penderita maupun
keluarganya agar pengetahuannya meningkat, terjadi perubahan sikap dan gaya
hidup yang pada akhirnya akan meningkatkan kepatuhan pengelolaan sehingga
meningkatkan kualitas hidup penderita tercapai (Delima, 2011)
5.4 Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetus
Mellitus di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta
Berdasarkan perhitungan diketahui nilai signifikansi (sig p value) sebesar
0,009 < 0,05 menunjukkan nilai yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan
diet pada penderita diabetus mellitus di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rosiana (2010) ada pengaruh
pendampingan perilaku diet hipertensi terhadap kepatuhan diet pada penderita
hipertensi. Menurut Delima (2011) ada pengaruh model pendampingan terhadap
43
terkontrolnya diabetes mellitus pada penderita DM tipe –II. Indriani (2014) ada
pengaruh terhadap pendampingan keluarga meningkatkan kepatuhan minum obat.
ada hubungan yang signifikan antara peran pendampingan spiritual dengan motivasi
kesembuhan pada pasien lanjut usia di Instalasi Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit
Baptis Kediri (Dinda.K.K & Wahyuningih. A (2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Helen, at all (2006) membuktikan bahwa
penerapan pendampingan berpengaruh terhadap perubahan sikap pada pasien DM.
Penelitian ini menyatakan pemberian model pendampingan berpengaruh terhadap
penurunan kadar gua darah (Delima, 2011).
Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar, baik perorangan mau kelompok
untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan
permasalahan kelompok. Menururut Lina. M. & sulityarini. T (2013) pendampingan
dapat mempengaruhi kepatuhan karena dalam pendampingan dapat menekan
munculnya stres, memberikan informasi yang dapat memotifasi pasien dan keluarga
untuk meningkatkan kepatuhan, memberikan dukungan emosional.
Penelitian ini menyatakan ada pengaruh efektifita pendampingan keluarga
terhadap tingkat kemandirian diabetes mellitus lansia dalam mempertahankan
keseimbangan kadar gula darah di kelurahan purwoyoso (Istikharah, Nuraeni A,
Supriyono M, 2015).
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat kepatuhan terbanyak sebelum dilakukan perlakuan berada pada
kepatuhan sedang yaitu kelompok perlakuan sebanyak 6 responden
(40.0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 9 responden (60.0%).
2. Tingkat kepatuhan terbanyak setelah dilakukan perlakuan pada kelompok
perlakuan adalah kepatuhan tinggi yaitu sebanyak 9 responden (60%) dan
pada kelompok kontrol adalah kepatuhan sedang dengan tingkat kepatuhan
berjumlah 8 responden (53.3%).
3. Kelompok pre test perlakuan didapatkan tingkat kepatuhan yang paling
banyak pada kategori menengah (40.0%). Setelah diberi perlakuan (post
test) tingkat kepatuhan meningkat menjadi kategori tinggi (60.0%).
Kelompok kontrol pre test didapatkan hasil tingkat kepatuhan rendah
(40.0%) dan post test didapatkan hasil tingkat kepatuhan (53.3%).
4. Ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM
Tipe-2 di Wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta (p value sebesar
0,009 < 0,05).
45
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti dapat memberi beberapa saran,
antara lain:
1. Bagi masyarakat sekitar, khususnya masyarakat di Wilayah Puskesmas
Banyuanyar diharapkan setelah penelitian ini diet DM terus dilakukan
sehingga kadar gula bisa terkontrol.
2. Bagi istitusi, diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan bacaan
dan reverensi belajar dan dapat membantu meningkatkan mutu dalam
pembelajaran untuk menghasilkan perawat yang lebih profesional.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan penelitian selanjutnya dapat
mengembangkan tentang diet DM.
46
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
American Diabetes Association. (2006). ADA Position Statement : Standard of
Medical Care in Diabetes. Diabetes Care 2006; 29 (suppl 1) : S4-S42
Andriani, Winda. (2014). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Perubahan Kadar Gula
Darah Puasa Pada Klien Diabetes Melitus Di Kelurahan Batipuh Kabupaten
Tanah Datar Tahun 2014. Skripsi Fakultas Kesehatan Dan MipaUniversitas
Muhammadiyah Sumatera Barat. Tidak dipublikasikan.
Ayu, Ida. P. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Terapi pada
penderita diabetes melitus (suatu studi pada penderita diabetes melitus
Bulan oktober 2009 di RSD dr. Soebandi, jember). Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Jember. Tidak dipublikasikan.
Corwin, Elizabeth J. (2009).Buku Saku PATOFISIOLOGI.Jakarta : EGC.
Degresi. (2006). Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Delima, dkk. (2010). Pengaruh Model Pendampingan Terhadap Terkontrolnya
Diabetus Melitus Pada Penderita Dm Tipe II Di Wilayah Puskesmas
Gamping II Sleman. Jurnal ilmiah kesehatan Volume I Nomor 1, Desember
2011 ISSN: 2089-4686.
Dewi, M., (2007). Resistensi Insulin Terkait Obesitas: Mekanisme Endokrin Dan
Intrinsik Sel. Jurnal Gizi dan Pangan, 2(2):49-54.
Dinda. K. K & Wahyuningih. A (2012). Peran Pendampingan Spiritual Terhadap
Motivasi Kesembuhan Pada Pasien Lanjut Usia di Instalasi Rawat Inap
Dewasa Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES, Vol. 5. (1)
Fox, C., Kilvert, A. (2010). Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2. Jakarta: Penebar
Plus. 13-6.
Guyton A.C. and J.E. Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta : EGC.
47
Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Edisi 7, Rajawali Pers, Jakarta.
Helen, et.al. (2006). Coaching for behaviour change in chronic disease : a review
of the literature and the implications for coaching as a self-management
intervention, Australian Journal of Primary Health Vol. 9, No. 2 & 3,
Australia, La Trobe University and Whitehorse Division of General
Practice.
Haryati & Jelatik. (2014). Hubungan Faktor Resiko Umur, Jenis Kelamin,
Kegemukan dan Hipertensi Dengan Kejadian DM Tipe-2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah 39. (Online)
(http://www.lpsdimataram.com) diakses 19 febuari 2016.
Holt, R.I.G., Cockram, C., Flyvbjerg, A., Goldstein, B.J. (2010). Textbook of
Diabetes, 4th ed.
Indriyani P, Suprayitno H, Santoso A. (2007). Pengaruh Latihan Fisik; Senam
Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita DM Tipe 2
di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga. Media Ners. 2007;1(2):89-99.
Istikharah, Nuraen A, Supriyono M, (2015). Pengaruh Efektifita Pendampingan
Keluarga Terhadap Tingkat Kemandirian Diabetes Mellitus Lansia Dalam
Mempertahankan Keseimbangan Kadar Gula Darah di Kelurahan
Purwoyoso. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). Vol. 11(3): 134-
143.
Indriani N. (2014). Pengaruh Pendampingan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Minum Obat Dan Pengendalian Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
(Pada Program Prolanis Pelayanan Dokter Keluarga). Pascasarjana Prodi.
Kedokteran Keluarga. UNS. Surakarta
Kemenkes. (2013).Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Kreitner & Kinichiki (2009). Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.
Kurniawan I. (2010). Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2010;60(12):576-84.
Lanywati, Endang. (2007). Diabetes Mellitus : Penyakit Kencing Manis
(Kesehatan Masyarakat). Yogyakarta : Kanisius Media.
Lina, M. S & sulityarini. T. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan
Kepatuhan Diet Paien Diabetes mellitus Di Ruang Rawat Inap RS Baptis
Kediri. Jurnal STIKE. Vol. 6 (1)
48
Mansjoer, A. dkk. (2006). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid pertama.
Jakarta : Media Aesculapius.
Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati., Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).
Mengenal usia lanjut dan perawatanya. Jakarta: Salemba Medika.
Mihardja L. (2009).Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah
pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2009;59(9):418-24.
Niven. (2008). Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional.
Jakarta : EGC.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Reneka
Cipta. Jakarta.
Passmore, J. (2012). Coaching and Mentiring : Panduan Lengkap Menjadi Coach
Profesional. Jakarta : PPM Manajemen.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2006). Konsensus
Pengelolaan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta.
Pranoto. (2007). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Ricart, W. & Real, J.M. F. (2006). No Decrase in Free IGF-I with Increasing
Insulin in Obesity-Related Insulin Resistance.Obesity Research, 9, 631-636.
Rosiana, Ayu. (2014). Pengaruh Pendampingan Perilaku Diet Hipertensi
Terhadap Kepatuhan Diet Pada Hipertensi Di Kampung Sanggrahan.
Skripsi. Prodi keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta. Tidak
dipublikasikan.
Sigal, J.R., Kenny, G.P., Wasserman, D.H., and Castaneda, S.C. (2007). Physical
activity/exercise and type 2 diabetes. ADA Statements. Diabetes Care.I
Volume 27. Number 10. p. 2518-2539.
Siregar, C. (2006). Farmasi Klinik Teori dan Peneraan. Jakarta: EGC
Slamet, B. (2007). Psikologi Umum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan diabetes melitus
terpadu. Panduan penatalaksanaan diabetes melitus bagi dokter dan
edukator. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.
Sudoyo, A. W., B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata. K., dan S. Setiati, editors.
(2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : FKUI.
49
Sugiyarti. (2007). Hubungan ketaatan diet dan kebiasaan olahraga dengan kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus yang berobat di puskesmas
Ngembal Kulon Kabupaten Kudus. Jurnal kesehatan masyarakat Indonesia
Vol. 7 No. 1 Tahun 2011.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Trisnawati SK, Setyorogo S. (2012). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2013;5(1):6-11.
Utomo OM, Azam M, Anggraini DN. (2012). Pengaruh Senam Terhadap Kadar
Gula Darah Penderita Diabetes. Unnes Journal of Public Health.
2012:1(1):36-40
Wilson, C. (2011). Perfomance Coaching : Metode Baru Mendongkrak Kinerja
Karyawan. Jakarta : PPM Manajemen
Witasari U, Rahmawaty S, Zulaekah S. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan,
Asupan Karbohidrat dan Serat dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi. 2009;10(2):130-8.
Wolever, M.T. (2006). Carbohydrate and the regulation of blood glucose and
metabolism. International Life Sciences Institute
50
51
USULAN TOPIK PENELITIAN
Nama Mahasiswa : Dedy Arif Abdillah
NIM : ST14008
Topik Penelitian : PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP
KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS
Latar Belakang Penelitian Secara Singkat
Diabetes melites atau disebut DM merupakan gangguan metabolic
kronik yang tidak dapat di sembuhkan tetapi dapat di kendalikan, yang
cirinya hiperglikemia karena defisiensi insulin dan atau ketidakadekuatan
penggunaan insulin (Lewis et al, 2011). Data dari WHO (2012) pada tahun
2000 indonesia termasuk 10 besar Negara dengan jumlah klien DM terbanyak
se-Asia yang mencapai 8.426.000 dan diprediksikan pada tahun 2030
meningkat menjadi 21.257.000 orang. Prevelansi diabetes di Indonesia
menurut data dari kemenkes (2013) Sulawesi tenggara menduduki peringkat
tertinggi dengan 3,7 % ; sedangkan Yogyakarta mencapai 2,6% dan jawa
tengah mencapai 1,9 %.
Lampiran 1
52
Prevalensi DM berdasarkan dan gejala meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun.
Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan tersebut, penulis tertarik untuk
mengetahui apakah ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada
penderita Diabetes Mellitus.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendampingan terhadap
kepatuhan diet pada penderita Diabetes Mellitus
Pembimbing utama : Ns. Happy Indri Hapsari, M.kep
Pembimbing pendamping : Sunardi,SKM. M. Kes
Judul Yang Disetujui .
Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe – 2 di Wilayah Puskesmas Banyuanyar
Surakarta
53
PERNYATAAN PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama Mahasiswa : Dedy Arif Abdillah
NIM : ST14008
Judul skripsi yang telah disetujui oleh pembimbing :
PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA
PENDERITA DIABETE MELLITUS TIPE - DI ILAYAH PUSKESMAS
BANYUANYAR SURAKARTA
Menyatakan bahwa benar – benar akan melakukan penelitian dengan judul
tersebut diatas dengan persetujuan Pembimbing utama dan Pendamping.
Surakarta, 22 juni 2015
Mahasiswa
Dedy Arif Abdillah
Menyetujui
Pembimbing utama Pembimbing Pendamping
Ns. Happy Indri Hapsari, M. Kep Sunardi, SKM, M. Kes
NIK. 201284113 NIP. 19730128199503 1 00
Lampiran 2
54
PENGAJUAN IJIN STUDI PENDAHULUAN
Nama : Dedy Arif Abdillah
NIM : ST14008
Tempat Penelitian : Wilayah puskesmas Banyuanyar
Waktu Penelitian : Desember
Judul Skripsi : Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan
Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe – 2 di
Wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta
Surakarta, 24 Oktober 2015
Dedy Arif Abdillah
Lampiran 3
55
56
57
58
59
PENGAJUAN IJIN PENELITIAN
Nama : Dedy Arif Abdillah
NIM : ST14008
Tempat Penelitian : Wilayah puskesmas Banyuanyar
Waktu Penelitian : Desember
Judul Skripsi : Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan
Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe – 2 di
Wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta
Surakarta, 15 November 2015
Dedy Arif Abdillah
Lampiran 8
60
61
62
63
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Calon Responden
Penelitian
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dedy Arif Abdillah
NIM : ST 14008
Alamat : Madekan RT/RW 02/03 jetiskudul, Kec. Arjosari, Kab.pacitan,
JATIM
Adalah mahasiswa Program Studi S-1Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta, yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pendampingan Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di PUSKESMAS
Banyuanyar Surakarta “ .
Dengan ini memohon kesediaan Bpk/Ibu/Sdr/Sdri menyetujui, maka saya
mohon kesediaannya. Apabila Bpk/Ibuk/Sdr/Sdri menyetujui, maka saya mohon
kesediaanya untuk mendampingi lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan
yang saya ajukan.
Atas perhatianya dan kesediaanya Bpk/Ibu/Sdr/Sdri sebagai partisipan, saya
mengucapkan banyak terima kasih.
Hormat saya,
Dedy Arif Abdillah
Lampiran 9
64
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan kesediaan untuk
menjadi partisipan penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang bernama Dedy Arif
Abdillah dengan judul “Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan Diet
Diabetes Melitus di PUSKESMAS Banyuanyar Surakarta”.
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negative dan
merugikan saya. Oleh karena itu saya bersedia untuk menjadi responden.
Surakarta, November 2015
( )
Lampiran 10
65
DATA RESPONDEN
NO. RESPONDEN :
A. DATA UMUM
1. Nama :……………………………………………………………….
2. TTL : ………………………………………………………………
3. Umur : ……………………………………………………………....
4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
5. Pendidikan :
Tidak tamat SD / tidak sekolah
SD
SLTP
SLTA
Akademi
6. Pekerjaan :
Pensiunan / tidak bekerja
PNS / TNI / POLRI
Wiraswasta / Pedagang
Pegawai Swasta
Ibu Rumah Tangga
Lain-lain
Lampiran 11
66
LEMBAR OBSERVASI
1. NO. Responden :
2. Inisial Responden :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
5. Tipe Pendidikan : a. tidak sekolah c. SMP e.
Perguruan tinggi
b. SD d. SMA
6. Pekerjaan : a. Tidak Bekerja c.
PNS/POLRI/TNI
b. Petani/Pedagang/Buruh d. Lain-
lain,……………
7. Penghasilan perbulan : Rp……………………………………..
8. Status Pernikahan : a. menikah b. Tidak Menikah c.
Janda/Duda
9. Lama Menderita DM : ……………………..Tahun ………………..Bulan
67
LEMBAR OBSERVASI DIET
Minggu Ke………
NO JAM DIET KETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
68
Kuesioner kepatuhan Morisky scale 8 item modifikasi
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah bapak/ibu terkadang lupa melakukan diet DM?
2. Selama 2 minggu, apakah bapak/ibu pada suatu hari tidak
melakukan diet DM?
3. Apakah bapak/ibu pernah mengurangi atau menghentikan diet
karena merasakan kondisi lebih buruk/tidak nyaman saat
melakukan diet DM?
4. Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah
bapak/ibu terkadang lupa untuk melakukan diet DM?
5. Apakah bapak/ibu kemarin patuh melakukan diet DM?
6. Saat merasa keadaan membaik, apakah bapak/ibu terkadang
memilih untuk berhenti melakukan diet DM?
7. Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus melakukan
diet DM. Apakah bapak/ibu pernah merasa tergangu karena
keadaan seperti ini?
8 Seberapa sering anda lupa melakukan diet DM?
Tidak pernah/jarang sekali ................0
Sekali-sekali ......................................1
Terkadang ..........................................2
Biasanya ............................................ 2
Setiap saat ......................................... 3
Lampiran 12
69
PENDAMPINGAN PRE TEST
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL
1 1 0 0 1 0 0 1 1 4
2 1 1 0 1 0 0 1 1 5
3 0 0 0 1 0 0 0 0 1
4 0 0 0 0 0 0 0 1 1
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 1 0 0 0 0 0 1 1 3
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 1 0 0 0 0 0 0 1
11 1 1 0 1 0 0 1 1 5
12 0 0 0 1 0 0 1 0 2
13 1 1 0 0 0 0 0 0 2
14 1 0 0 1 0 0 0 0 2
15 1 1 0 1 0 0 1 1 5
JUMLAH
Lampiran 13
70
KONTROL PRE TEST
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 1 1
3 0 1 0 1 0 0 1 1 4
4 0 0 0 0 0 0 1 0 1
5 1 1 0 1 0 0 1 0 4
6 0 0 0 0 0 0 0 1 1
7 1 0 0 0 0 0 0 0 1
8 1 1 0 0 0 0 1 0 3
9 0 0 0 0 0 0 1 0 1
10 1 0 0 0 0 0 0 0 1
11 1 0 0 1 0 0 0 0 2
12 1 0 0 1 0 0 0 1 3
13 1 0 0 0 0 0 0 0 1
14 1 0 0 1 0 0 0 0 2
15 0 0 0 1 0 0 1 1 3
JUMLAH
71
PENDAMPINGAN POST TEST
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL
1 0 1 0 0 0 0 0 1 2
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 1 1
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 1 0 1 2
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 1 0 1 2
10 0 0 0 0 0 1 0 1 2
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 1 0 1 1 1 0 1 5
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH
72
KONTROL POST TEST
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL
1 1 0 0 0 0 0 0 1 2
2 1 0 0 0 0 0 0 1 2
3 0 0 0 0 0 0 0 1 1
4 0 0 1 0 0 0 0 1 2
5 1 1 0 1 0 0 1 1 5
6 1 0 0 1 0 1 1 1 5
7 1 0 0 0 0 0 0 1 2
8 1 0 1 0 0 1 1 1 5
9 1 0 0 1 0 0 0 1 3
10 1 0 0 1 0 1 1 1 5
11 1 0 0 0 0 0 0 1 2
12 0 0 1 0 0 1 0 1 3
13 1 0 0 0 0 0 0 1 2
14 1 0 0 0 0 0 0 1 2
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH
36
Frequency Table
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 25-40 tahun 1 3.3 3.3 3.3
41-55 tahun 5 16.7 16.7 20.0
56-70 tahun 24 80.0 80.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Perempuan 16 53.3 53.3 53.3
Laki-laki 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SMP 16 53.3 53.3 53.3
SMA 10 33.3 33.3 86.7
Perguruan TInggi 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Lampiran 14
74
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendampingan * Kepatuhan 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
pendampingan * Kepatuhan 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
pendampingan * Kepatuhan Crosstabulation
Kepatuhan Total
rendah sedang tinggi
pendampingan tidak Count 6 8 1 15
% within
pendampingan 40.0% 53.3% 6.7% 100.0%
% within
Kepatuhan 75.0% 66.7% 10.0% 50.0%
% of Total 20.0% 26.7% 3.3% 50.0%
ya Count 2 4 9 15
% within
pendampingan 13.3% 26.7% 60.0% 100.0%
% within
Kepatuhan 25.0% 33.3% 90.0% 50.0%
% of Total 6.7% 13.3% 30.0% 50.0%
Total Count 8 12 10 30
% within
pendampingan 26.7% 40.0% 33.3% 100.0%
% within
Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 26.7% 40.0% 33.3% 100.0%
75
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kepatuhan N Mean Rank
pendampingan rendah 8 11.75
sedang 12 13.00
tinggi 10 21.50
Total 30
Test Statisticsa,b
pendampingan
Chi-Square 9.409
df 2
Asymp. Sig. .009
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kepatuhan
76
SOP PENDAMPINGAN
NO Aspek Yang Dilakukan
A Fase Oriantasi
1 Memberi salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan
4 Menjelaskan prosedur pendampingan
5 Menanyakan kesiapan pasien
B Fase Kerja
1 Menyiapkan materi pendampingan
2 Menanyakan faktor-faktor resiko DM
3 Menjelaskan penyebab DM beserta keluarga penderita
(bila ada)
4 Memberi contoh diet DM
5 Menenyakan diet dm
6 Diskusi diet DM
7 Kontrak waktu
C Fase Terminasi
1 Melakukan evaluasi tindakan
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut
3 Berpamitan
Lampiran 15
77
78
79
1
PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN
DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE-2 DI
WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Dedy Arif Abdillah
NIM. ST14 008
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
2
3
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia,
serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP
KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE - 2 DI
WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA” sebagai tugas akhir
dalam menyelesaikan studi di program S-1 keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta. Untuk menyelesaikan peneliti ini penulis banyak mendapatkan
pengarahan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ns. Atik Murharyati M.Kep selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan
selama proses penyusunan proposal skripsi ini hingga selesai.
4. Sunardi, SKM, M. Kes selaku pembimbing pendamping yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan
selama proses penyusunan proposal skripsi ini hingga selesai.
v
5. Segenap dosen Program Studi S-1 Keperawatan dan Staf pengajar STIKes
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi ilmu dan bimbingan.
6. Keluarga tercinta yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Teman - teman mahasiswa program studi S-1 keperawatan transfer
angkatan 2 tahun 2014/2015 STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah
memberikan dukungan moril dan spiritual.
8. Teman-teman kelompok 6 yang menjadi inspirasi dan tak henti memberi
motivasi dan dukungan kepada saya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan sehingga dapat menyempurnakan Skripsi
ini. Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi mahasiswa STIKES
Kusuma Husada Surakarta khususnya bagi ilmu Keperawatan di Indonesia pada
umumnya.
Surakarta, Maret 2016
Peneliti
Dedy Arif Abdillah
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... I
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ II
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. III
PRAKATA .................................................................................................... IV
DAFTAR ISI ................................................................................................. VI
DAFTAR TABEL ........................................................................................ IX
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... X
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ XI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus ......................................................................... 6
2.1.1. Definisi ………............................................................... 6
2.1.2. Klasifikasi ……………….............................................. 6
2.1.3. Etiologi ........................................................................... 7
2.1.4. Manifestasi Klinis........................................................... 8
2.1.5 Penanganan .. ................................................................. 8
vii
2.1.6 Komplikasi ..................................................................... 10
2.1.7 Faktor yang mempengarusi naiknya gula darah ……..... 10
2.2 Kepatuhan .................................................................................. 13
2.2.1 Definisi …………..……………………………………. 13
2.2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ................ 14
2.3 Diet ………………..................................................................... 14
2.3.1 Definisi ………………………..................................... 14
2.3.2 Prinsip diet diabetes mellitus ......................................... 15
2.3.3 Tujuan diet diabetes mellitus…....................................... 17
2.4 Pendampingan (Coaching).......................................................... 17
2.4.1 Definisi ........................................................................... 17
2.4.1 Prinsip-prinsip dasar coaching……………………………... 18
2.8 Hipotesis ..................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 26
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 27
3.3 Tempat danWaktu Penelitian ...................................................... 27
3.4 Variabel, definisi Operasional dan Skala .................................... 28
3.5 Alat dan Cara Pengumpulan Data ............................................... 28
viii
3.6 Teknik Pengumpulan Dan Pengolahan Data .............................. 31
3.7 Etika Penelitian ........................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat .........................................................................
4.2 Analisa Bivariat ...........................................................................
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ............................................................
5.2 Gambaran Terhadap Kepatuhan Sebelum Dilakukan
Perlakuan ...................................................................................
5.3 Gambaran Terhadap Kepatuhan Setelah Dilakukan
Perlakuan ...................................................................................
5.4 Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan Diet pada
Penderita Diabetus Mellitus di wilayah Puskesmas
Banyuanyar Surakarta ..........................................................................
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan .....................................................................................
6.2 Saran ............................................................................................
36
39
40
41
42
43
45
46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Kepatuhan kalori berdasarkan usia,kelamin dan
aktifitas fisik
15
Tabel 2.2 Keaslian penelitian 21
Tabel 3.1 Definisi oprasional 39
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin 36
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia 37
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat
pendidikan
37
Table 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan variabel
kelompok perlakuan
38
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi berdasarkan variabel
kelompok kontrol
39
Tabel 4.6 Hasil uji Kruskal Wallis pengaruh pendampingan 40
x
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori 24
Gambar 2.2 Kerangka Konsep 25
Gambar 3.1 Rancangan nonequivalen
control grup
37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomer Lampiran Keterangan
Lampiran 1 Lembar Usulan Topik Penelitian
Lampiran 2 Lembar Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 3 Lembar Pengajuan Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Ijin Studi pendahuluan ke DKK
Lampiran 5 Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 6 F.04 Lembar Oponent Ujian Sidang
Proposal Skripsi
Lampiran 7 F.05 Lembar Audience Ujian Sidang
Proposal Skripsi
Lampiran 8 Pengajuan Ijin Penelitian
Lampiran 9 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 10 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 11 Data Responden
Lampiran 12 Kuesioner MMAS-8
Lampiran 13 Tabulasi Kuesioner
Lampiran 14 Out put SPSS
Lampiran 15 SOP Pendampingan
Lampiran 16 Lembar Konsultasi
xii
ROGRAM STUDI S - I KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Dedy Arif Abdillah
PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE – 2 DI WILAYAH PUSKESMAS
BANYUANYAR SURAKARTA
Abtrak
Diabetes mellites merupakan gangguan metabolik kronik yang tidak dapat
di sembuhkan tetapi dapat di kendalikan. Untuk mengendalikan DM diperlukan
kepatuhan dalam menjalani diet DM, diet DM yang dilakukan setiap hari dapat
menimbulkan kejenuhan sehingga dapat menurunkan kepatuhan maka di
perlukan pendampingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada pengaruh
pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus.
Penelitian ini merupakan penelitia kuantitatif dengan desain Quasi
experiment with nonequivalent control group design yang dilakukan di Wilayah
Puskesmas Banyuanyar Surakarta. Teknik pengambilan sample menggunakan
semple jenuh dengan total responden 30 orang.
Hasil penelitian menunjukkan nilai P value sebesar 0,009 < 0,05, artinya
ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes
mellitus di wilayah puskesmas banyuanyar surakarta. Pendampingan terbukti
sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan kepatuhan diet DM.
Kata Kunci : pendampingan, DM, kepatuhan
Daftar Pustaka : 46, 2006 – 2014
xiii
BACHELOR OF NURSING PROGRAM
SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
Dedy Arif Abdillah
EFFECT OF COMPANION IN OBEDIENCE OF DIET FOR PATIENT OF
DIABETES MELLITUS TYPE-2 CLINI BANYUANYAR SURAKARTA
Abstract
DM is chronic metabolic disease that cannot be cured but can be controlled. To
manageof DM needs of obedience of diet when it happens, if diet of DM can be
doing every day, it can be a patient feels saturate and makes a patient dropped so
this activity must be need a companion. The purpuse of this research is to know
that any effect of this companion in obedience of diet for patient of DM.
This research using qualitative with desigen Quasi Experiment with
nonequivalent control groub design clinic in Banyuanyar Surakarta. Technique of
sampling using saturated sample is about thirty people.
The result of this research is p Value is about 0,009 < 0,05 it means any
effect of companion in obedience of diet for patient DM in clinic Banyuanyar
Surakarta. The companion proven that this way is very efective to increase of
obedience of diet in DM.
Key Word : Companion, DM, Obedience
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellites atau disebut DM merupakan gangguan metabolik
kronik yang tidak dapat di sembuhkan tetapi dapat di kendalikan, yang
cirinya hiperglikemia karena defisiensi insulin dan atau ketidakadekuatan
penggunaan insulin (Lewis et al, 2011). Data dari WHO (2012) pada tahun
2000 indonesia termasuk 10 besar Negara dengan jumlah klien DM terbanyak
se-Asia yang mencapai 8.426.000 dan diprediksikan pada tahun 2030
meningkat menjadi 21.257.000 orang. Prevelansi diabetes di Indonesia
menurut data dari kemenkes (2013) Sulawesi tenggara menduduki peringkat
tertinggi dengan 3,7 % ; sedangkan Yogyakarta mencapai 2,6% dan jawa
tengah mencapai 1,9 %.
Prevalensi DM berdasarkan dan gejala meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun.
Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, di
perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada di desa, serta cenderung lebih
tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil
indeks kepemilikan tinggi (Kemenkes, 2013). Pasien DM dapat mengalami
peningkatan bahkan penurunan kadar gula darah, maka dari itu perlu adanya
2
pengetahuan diet untuk menjaga kesetabilan gula darah (smeltzer & Bare,
2006).
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
setiap hari agar seseorang tetap sehat. Diet merupakan preskripsi atau terapi
yang memanfaatkan makanan berbeda dengan orang normal untuk
mempercepat kesembuhan dan memperbaiki status gizi (Hartono, 2006). Holt
(2010) menyatakan bahwa makanan atau diet merupakan faktor utama yang
berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah pada pasien diabetes
terutama setelah makan. Pengelolaan diet yang tepat membutuhkan
kepatuhan pasien dan partisipasi aktif serta pendampingan keluarga dan
masyarakat (Delima, 2010).
Kepatuhan adalah istilah yang menggambarkan penggunaan obat atau
makanan sesuai dengan petunjuk mencakup waktu dan pembatasan makanan
yang berlaku. Kepatuhan diet juga dapat mencegah timbulnya komplikasi
pada pasien (Ayu, 2009). Upaya melaksanakan pengendalian penyakit DM
perlu pemahaman tentang pengelolaan penyakit DM di rumah, motivasi yang
tinggi dari penderita untuk melaksanakannya serta pendampingan oleh orang
di sekitarya. Pendampingan pada penderita dan keluarga dalam pemahaman
pengelolaan penyakit DM dan peningkatan motivasi dapat dilakukan perawat
melalui kunjungan rumah (Delima, 2010).
Menururut Lina. M. & sulityarini. T (2013) pendampingan dapat
mempengaruhi kepatuhan karena dalam pendampingan dapat menekan
munculnya stres, memberikan informasi yang dapat memotifasi pasien dan
3
keluarga untuk meningkatkan kepatuhan, memberikan dukungan emosional.
Penelitian ini menyatakan pemberian model pendampingan berpengaruh
terhadap penurunan kadar gula darah (Delima, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas
banyu anyar, jumlah penderita DM puskesmas banyu anyar pada 3 bulan
terakhir terdapat sekitar 30 orang dengan DM; Sedangkan dari hasil
wawancara, 5 dari 10 orang penderita DM telah mendapatkan pendidikan
kesehatan oleh perawat pada saat selesai kontrol tentang pola diet DM,
namun 3 dari 5 tingkat kepatuhan diet belum dilakukan sepenuhnya oleh
penderita DM, 2 dari 3 orang menyatakan bahwa tidak membutuhkan
kepatuhan diet karena selama ini merasa tubuhya tidak mengalami gangguan
apa pun. 1 dari 3 orang menyatakan bosan dengan aturan diet yang
ditetapkan dari rumah sakit.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada
penderita diabetes melitus di wilayah pukesmas banyuanyar”.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Pendampingan Terhadap
Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetus Mellitus di wilayah pukesmas
banyuanyar Surakarta ?”
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan
diet pada penderita Diabetes Mellitus di wilayah puskesmas
banyuanyar Surakarta.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh kepatuhan tentang diet DM sebelum
dilakukan perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol.
2. Untuk mengetahui pengaruh kepatuhan tentang diet DM setelah
dilakukan perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol.
3. Untuk mengetahui perbedaan kepatuhan diet DM sebelum
dilakukan perlakuan dan setelah dilakukan perlakuan pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
4. Untuk mengetahui pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan
diet pada penderita diabetes mellitus di wilayah banyuanyar
Surakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
Menambah referensi bagi masyarakat umum akan pentingnya
kesehatan dan menjaga pola hidup.
5
1.4.2 Manfaat bagi institusi
Semoga dapat menjadi bahan kajian untuk kegiatan penelitian
selanjutnya dan sebagai bahan di perpustakaan.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi penelitian lain
dalam membuat penelitian tentang pengobatan diabetes militus.
1.4.4 Manfaat bagi peneliti
Diharapkan dengan penelitian ini penulis dapat menambah ilmu
tentang pendampingan khususnya pendampingan pada pendidikan
pasien DM tipe – II, serta diharapkan dapat menambah pengalaman
dalam penerapan pendampingan khususnya pada pasien DM tipe –
II.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus
2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus atau disebut DM didefinisikan sebagai suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (ADA,
2006). Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama
mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Corwin, 2009). Glukosa
plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik DM penyerta,
glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta dan
glukosa 2 jam paska pembedahan ≥ 200 mg/dl (Kemenkes, 2013).
2.1.2 Klasifikasi
DM, menurut ADA (2006) adalah dapat dilihat di bawah ini :
1. Diabetes Tipe 1 (IDDN)
Diabetes yang tergantung dengan insulin disebabkan oleh
kerusakan sel-sel beta dalam pankres sejak masa anak-anak atau
remaja.
7
2. Diabetes Tipe 2 (NIDDM)
Mulai dari dominasi resistensi insulin relative sampai yang
dominan defeksekresi insulin.
3. Diabetes tipe lain
a. Efek genetic fungsi insulin
b. Efek genetik kerja insulin
c. Karena obat
d. Infeksi
e. Sebab imonologi yang jarang / antibody insulin
f. Resistensi insulin
g. Sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM
2.1.3 Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus
Tergantung Insuin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel ß pulau
Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung
Insuin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel ß dan resistensi insulin
(Mansjoer, 2010).
Resistensi insulin adalah turunnya kemampan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel ß tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Kemampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
8
glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang
sekresi insulin lain. Berarti sel ß pankreas mengalami desensitisasi
terhadap glukosa (Mansjoer, 2010).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala DM menurut Kemenkes (2013) ; Kurniawan
(2010) antara lain :
1. Sering merasa ingin kencing (poliuri).
2. Sering merasa lapar (polifagi).
3. Berat badan turun dengan cepat.
4. Kesemutan pada tangan dan kaki.
5. Gatal-gatal.
6. Penglihtan jadi kabur.
7. Impotensi.
8. Luka sulit sembuh.
2.1.5 Penanganan
Telah disepakati bahwa DM tidak dapat disembuhkan, tetapi kadar
gula darah dapat dikendalikan. Penderita DM sebaiknya melaksanakan 4
pilar pengelolaan DM yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan
intervensi farmakologis. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi
kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik yang mempunyai sasaran
dengan kriteria nilai baik, di antaranya gula darah puasa 80-100 mg/dL,
gula darah 2 jam sesudah makan 80-144 mg/dL, HbA1C <6,5%, kolesterol
9
total <200 mg/dL, trigliserida <150 mg/dL, IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan
tekanan darah <130/80mmHg (Mihardja, 2009; Utomo dkk, 2012).
WHO memastikan peningkatan penderita DM tipe 2 paling banyak
akan terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian
peningkatan jumlah penderita DM tipe 2 karena kurangnya pengetahuan
tentang pengelolaan DM. Penderita DM yang mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang DM, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya,
akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih
lama. Inilah yang menyebabkan edukasi menjadi salah satu komponen
penanganan DM (Witasari dkk, 2009).
Latihan jasmani secara teratur dapat menurunkan kadar gula darah.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan, meningkatkan fungsi kardiovaskuler, dan memperbaiki semua
aspek metabolik, termasuk memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Selain itu dengan latihan jasmani
dapat meningkatkan fungsi respirasi, menurunkan LDL dan meningkatkan
HDL sehingga sekaligus dapat mencegah penyakit jantung koroner apabila
latihan jasmani ini dilakukan secara benar dan teratur. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, berenang, dan senam diabetes (Utomo
dkk, 2012; Awad dkk, 2013; Indriyani dkk, 2007).
10
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi apabila DM menurut, Indriyani dkk
(2007), antara lain :
a. Neuropati.
b. Hipertensi.
c. Jantung koroner.
d. Retinopati.
e. Nefropati.
f. Ganggren.
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi naiknya kadar gula darah
Beberapa hal yang menyebabkan gula darah naik, yaitu kurang
berolahraga atau aktivitas fisik, bertambahnya jumlah makanan yang
dikonsumsi atau diet, meningkatnya stress dan faktor emosi, pertambahan
berat badan (obesitas) dan usia, serta dampak perawatan dari obat,
misalnya steroid (Fox & Kilvert, 2010).
a. Diet
Makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan
dengan peningkatan kadar glukosa darah pada pasien diabetes
terutama setelah makan (Holt, 2010). Respon peningkatan kadar
glukosa darah setelah makan berhubungan dengan sifat monosakarida
yang diserap, jumlah karbohidrat yang dikonsumsi, tingkat
penyerapan dan fermentasi kolon (Wolever, 2006).
11
b. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang juga dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah. Aktivitas fisik merupakan gerakan
yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka yang memerlukan energi
melebihi pengeluaran energi selama istirahat. Latihan merupakan
bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur dengan
gerakan secara berulang untuk meningkatkan atau mempertahankan
kebugaran fisik (Sigal, 2007).
Aktivitas fisik meningkatkan transport glukosa melalui Glucose
Transporter-4 (GLUT-4) kedalam membran sel yang memungkinkan
terajadinya mekanisme peningkatan AMP otot. AMP kinase
menyebabkan perubahan metabolisme termasuk metabolisme glukosa
sehingga dengan meningkatnya intensitas dan durasi latihan akan
lebih banyak menggunakan pemecahan karbohidrat (Sigal, 2004).
Pada fase pemulihan setelah aktivitas terjadi proses pengisian kembali
cadangan glikogen otot dan hepar yang berlangsung sampai 12-72 jam
sesuai dengan berat dan ringannya latihan yang dilakukan (Soegondo,
Soewondo, Subekti 2009).
c. Penggunaan obat
Kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan
obat hipoglikemia oral maupun dengan insulin. Mekanisme kerja obat
dalam menurunkan kadar glukosa darah antara lain dengan
merangsang kelenjar pankreas untuk meningkatkan produksi insulin,
12
menurunkan produksi glukosa dalam hepar, menghambat pencernaan
karbohidrat sehingga dapat mengurangi absorpsi glukosa dan
merangsang receptor. Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih
agresif menunjukkan hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan
dengan masalah glukotoksisitas yang ditunjukan dengan adanya
perbaikan fungsi sel beta pankreas (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata & Setiati 2007).
d. Stress
Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah karena
stress menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin,
ephinefrin mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan
timbulnya proses glikoneogenesis di dalam hati sehingga akan
melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam darah dalam beberapa
menit (Guyton and Hall, 2007).
e. Usia
Semakin bertambah usia perubahan fisik dan penurunan fungsi
tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada usia lanjut
sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan
kegemukan/obesitas yang memicu timbulnya penyakit degeneratif
termasuk diabetes mellitus (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, &
Batubara, 2008).
13
f. Obesitas
Obesitas atau Orang gemuk dapat menjadi resisten terhadap
insulin, menyebabkan peningkatan hormon insulin dalam darah.
Insulin mengurangi lipolisis (pemecahan lemak) dan meningkatkan
pembentukkan dan ambilan lemak. Orang gemuk berespon terhadap
makanan berkarbohidrat dengan menaikan insulin dan mengurangi
penggunaan asam lemak. Resistensi insulin telah diketahui merupakan
salah satu ciri dari obesitas dan diabetes tipe 2. Hal ini mungkin dapat
disebabkan oleh kelebihan gizi yang berkepanjangan dan
hiperinsulinemia pada penderita obesitas. Salah satu dampak dari
resistensi insulin adalah tingginya kadar gula darah (hiperglikemia)
(Ricart dan Real, 2006).
2.2 Kepatuhan
2.2.1 Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh adalah suka menurut
perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai
aturan dan berdisiplin (Pranoto, 2007). Menurut Slamet, (2007),
mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter
atau orang lain, juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif penderita
dalam mencapai tujuan terapi.
14
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Niven
(2008) antara lain :
1. Pendidikan
2. Akomodasi
3. Perubahan model terapi
4. Usia
5. Dukungan Keluarga
2.3 Diet DM
2.3.1 Definisi
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
setiap hari agar seseorang tetap sehat. Diet merupakan preskripsi atau
terapi yang memanfaatkan makanan berbeda dengan orang normal untuk
mempercepat kesembuhan dan memperbaiki status gizi (Hartono, 2006).
Menurut Lanywati (2007), diet diabetes mellitus adalah berupa
pantangan atau larangan keras untuk mengkonsumsi gula dan karbohidrat
lainnya, misalnya nasi dan roti, tetapi tanpa adanya pembatasan jumlah
konsumsi protein dan lemak. Berdasarkan para ahli kedokteran, diet
semacam itu akhirnya diubah dengan diet baru yang berprinsip pada
pembatasan kalori total. Dengan demikian, makanan yang dikonsumsi
boleh mengandung relatif banyak karbohidrat dan serat-serat gizi, dengan
jumlah protein normal dan relatif sedikit lemak.Tujuan utama dari diet
baru tersebut adalah mengendalikan kadar gula darah agar tetap berada di
15
antara nilai-nilai normal, yaitu yang terletak antara nilai 60 mg% - 130
mg%.
2.3.2 Prinsip diet diabetes mellitus (Lanywati, 2007)
Dasar terapi diet pada diabetes mellitus adalah memberikan kalori
yang cukup dan komposisi yang memadai, dengan memperhatikan 3J,
yaitu jumlah makanan, jadwal makanan, dan jenis makanan.
a. Jumlah makanan harus disesuaikan dengan jumlah kalori yang
dibutuhkan setiap harinya. Kebutuhan ini ditentukan secara individual
berdasarkan berat badan (obesitas, kurus atau ideal), jenis kelamin,
usia, cara hidup atau kegiatan pekerjaan (pekerjaan fisik atau
karyawan kantor).
Tabel 2.1 Kebutuhan Kalori Berdasarkan Usia, Kelamin, Dan
Aktivitas Fisik
Usia (th) Aktivitas
fisik
Pria (Kkal) Wanita (Kkal)
20 – 35 Ringan
Sedang
2.300
2.900
1.800
2.200
35 – 55 Ringan
Sedang
2.100
2.700
1.700
2.100
55 – 75 Ringan
Sedang
2.000
2.500
1.650
2.000
Diatas 75 Ringan
Sedang
1.800
2.200
1.550
1.900
Catatan :
Ringan : Terutama duduk, berbaring dan berjalan di rumah
Sedang: kerja duduk dengan aktivitas olahraga ringan
16
b. Jadwal makan atau frekuensi makan, umumnya dibagi menyaji 6,
yaitu 3 porsi besar dan 3 porsi kecil. Pembagian berdasarkan jumlah
kalori yang dibutuhkan ini dilakukan dengan tujuan untuk membagi
secara merata pemasukan kalori sepanjang harinya, sehingga dapat
menghindari kenaikan kadar gula darah yang terlalu tinggi.
c. Jenis makanan atau komposisi diet yang dianjurkan bagi penderita
DM, hendaknya tersusun dari karbohidrat, protein dan lemak yang
masing-masing jumlahnya ditentukan sebagai berikut :
1) Karbohidrat merupakan komponen terbesar, yaitu mencapai ± 68%
dari total kalori yang dibutuhkan setiap harinya. Jenis karbohidrat
yang dianjurkan terutama adalah polisakarida, misalnya pati
gandum (roti, bakmi, makaroni), nasi, kentang, ubi dan jagung.
Sebagian kecil (± 5% kalori) boleh diberikan dalam bentuk mono
atau disakarida, misalnya glukosa, fruktosa atau gula pasir dalam
bentuk jam/selai manis atau buah yang matang.
2) Protein dicadangkan ± 12% dari total kalori. Protein hewani
terutama diperbolehkan dari daging dan putih telur, sedangkan
protein nabati dapat diperoleh dari kacang-kacangan.
3) Lemak diperlukan sebanyak ± 20% dari total kalori. Lemak
tersebut sebaiknya diambil dari minyak nabati dan sedikit dari
lemak hewani.
4) Dianjurkan bagi penderita DM, agar setiap hari mengkonsumsi ±
60 g serat-serat gizi.
17
2.3.3 Tujuan diet DM menurut Hartono (2006),antara lain :
a. Mengendalikan kadar glukosa dan lemak darah agar komplikasi
diabetes dapat dicegah atau ditunda.
b. Mendapatkan dan mempertahankan berat badan normal atau ideal.
c. Mencegah terjadinya komplikasi.
d. Mencapai berat badan yang diinginkan.
e. Menghasilkan kebugaran dan rasa nyaman tubuh karena
pengendalian gula darah.
2.4 Pendampingan (Coaching)
2.4.1 Definisi
Pendampingan adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk
memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang
untuk belajar dari pada mengajarinya. Sedangkan menurut Grant (dalam
Wilson, 2011), coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus
pada solusi, berorientasi pada hasil, dan sistematis, dimana coach
memfasilitasi peningkatan atas perfoma kerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri dan pengembangan pribadi.
2.4.2 Prinsip-prinsip dasar coaching
Terdapat tujuh prinsip coaching yang merupakan dasar atau
pondasi yang perlu dipahami baik oleh coach maupung coachee, yaitu
(Wilson, 2011) :
18
a. Kesadaran
Tujuan dari proses coaching adalah diperolehnya kesadaran
bagi coachee, dimana mereka mengenali tujuan sendiri dan mau
melakukan perubahan, ini disebabkan apapun yang dikatakan dan
dilakukan oleh coach terpusat pada upaya meningkatkan kesadaran
dan pengetahuan mengenai diri coachee sendiri.
b. Tanggung jawab
Prinsip utama dari proses coaching adalah tanggung jawab
terhadap diri sendiri dengan apa yang sudah menjadi keputusan kita.
Kita belajar lebih banyak dengan mencari sendiri, bukan hanya
mendengarkan perkataan orang. kita lebih suka membuat keputusan
sendiri dari pada diarahkan orang lain. Maka dari itu, yang
diperlukan dalam proses coaching adalah dukungan dan dorongan
untuk terus mencoba. Coach bertanggung jawab terhadap proses dan
coachee bertanggung jawab terhadap isi.
c. Percaya diri
Orang mengembangkan kepercayaan diri dengan memberi
ruang untuk belajar, baik dengan melakukan kesalahan, maupun
melalui upaya pencapaian tujuan. Memberi pujian kepada orang
karena mereka pantas mendapatkannya akan membangun percaya
diri, memantapkan keyakinan untuk mencapai lebih dan menambah
energi untuk menggapainya.
19
d. Tidak menyalahkan
Dalam budaya coaching, kesalahan dipandang sebagai
pengalaman belajar. Coachee belajar lebih banyak dari tindakan-
tindakan yang belum mereka tuntaskan, karena baru sejauh itulah
pengetahuan yang mereka miliki.
e. Fokus pada solusi
Ketika kita berkutat pada satu persoalan, maka persoalan itu
akan membesar. Namun ketika kita berfokus pada solusi, maka
persoalan itu bisa ditangani dan kita mendapatkan energi yang lebih
besar untuk menanganinya. Saat anda berfikir jauh ke depan menuju
solusi, sekalipun belum ada jawaban pasti terhadap persoalan itu,
anda akan merasa lebih optimis dan memiliki energi yang menguat.
f. Tantangan
Pada umumnya kita menyukai tantangan dan berupaya untuk
menanggapinya (dengan mengeluarkan semua tenaga dan pikiran)
dalam sebuah lingkungan yang suportif dan membesarkan hati.
Terkadang kita tidak menyadari terdapat batas-batas, baik dalam diri
maupun lingkungan untuk mencapai sasaran yang melebihi dari
seharusnya (diperlukan). Pada situasi seperti ini, tugas coach adalah
memberikan perspektif baru bagi coachee untuk lebih melihat segala
sesuatu secara proporsional.
20
g. Tindakan
Coaching menyiapkan perspektif dan kesadaran baru. Coachee
mendapatkan wawasan baru yang memungkinkan tersedianya
banyak pilihan yang pada gilirannya akan menimbulkan keinginan
untuk bertindak dan berubah. Coach menjamin bahwa energi ini
tersalur ke dalam tindakan dan perubahan perilaku yang tepat.
21
2.5 KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian
Nama
Penelitian
Judul Penelitian Metode yang
Digunakan
Hasil Penelitian
Rosiana
(2014)
Pengaruh
pendampingan
perilaku diet
hipertensi terhadap
kepatuhan diet pada
penderita hipertensi
di kampung
Sanggrahan
Pre test and
post test
nonequivalent
control group
Kepatuhan responden
sesudah mengikuti
pendampingan memiliki
kepatuhan tinggi, berbeda
dengan kelompok kontrol
yang tidak mengalami
peningkatan kepatuhan
diet hipertensi.
Hasil post test diketahui P
value 0,003 (< 0,05)
sehingga dapat dikatakan
bahwa pendampingan
perilaku diet hipertensi
memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan diet
pada penderita hipertensi.
Sugiyarti
(2007)
Hubungan ketaatan
diet dan kebiasaan
olahraga dengan
kadar gula darah
pada pasien diabetes
mellitus yang
berobat di
puskesmas Ngembal
Kulon Kabupaten
Kudus
Explanatory
reserch dan
menggunakan
metode survey
dengan teknik
wawancara
dengan
pendekatan
cross sectional
Dari 32 responden
diperoleh hasil bahwa
sebagian besar responden
taat melakukan diet yaitu
93,8% dan yang tidak taat
melakukan diet sebanyak
6,2%.
Responden yang biasa
berolahraga dengan
kategori benar sebanyak
53,1%, dan responden
yang biasa berolahraga
dengan kategori yang
salah sebanyak 46,9%.
Responden yang memiliki
kadar gula darah buruk
sebanyak 75% dan yang
memiliki kadar gula darah
sedang sebanyak 25%.
22
Kesimpulan : Tidak ada
hubungan antara ketaatan
diet dengan kadar gula
darah pasien DM (p=1,000
< α). Ada hubungan antara
kebiasaan olah raga
dengan kadar gula darah
pasien DM (p= 0,041 < α).
Delima
(2010)
Pengaruh model
pendampingan
terhadap
terkontrolnya
diabetus melitus
pada penderita dm
tipe II
di wilayah
puskesmas Gamping
II Sleman
Quasi
eksperiment
with pre-post
test design
with control
group
Persentase terkontrolnya
dm pada penderita DM
tipe II di wilayah kerja
puskesmas gamping II
adalah sebelum
pendampingan 20%
terkontrol sedang dan 80%
terkontrol buruk atau tidak
terkontrol. setelah
dilakukan pendampingan
13,4% terkontrol
baik,33,3% terkontrol
sedang dan 53,3%
terkontrol buruk atau tidak
terkontrol.
Model pendampingan
berpengaruh terhadap
terkontrolnya DM tipe II
Maine &
Ismail
(2013)
Hubungan diet dm
tipe II dengan kadar
glukosa darah
Di rawat sewaktu di
RSUD Labuang
Baji Makassar
pendekatan
analitik
asosiatif
dengan
rancangan
cross sectional
Didapatkan hasil bahwa
dari total 10 orang
responden(37%) yang
dalam kategori Diet DM
Tipe II baik, 1 orang
responden (3.7%)
mengalamiglukosa darah
sewaktu yang tinggi dan 9
orang responden (33.3%)
mengalami Glukosa Darah
Sewaktu normal.
Sedangkan dari total17
orang responden (63%)
yang dalamkategori Diet
23
DM Tipe II krang baik, 16
orangresponden (59.3%)
mengalami Glukosa Darah
Sewaktu tinggi dan 1
orang responden (3.7%)
mengalami Glukosa Darah
Sewaktu yang normal.
Disimpulkan bahwa ada
hubungan antara Diet DM
Tipe II dengan Glukosa
darah sewaktu di Ruangan
Poli Endokrin RSUD
Labuang Baji Makassar
24
2.6 KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber :Fox & Kilfert (2010), Indriyan dkk (2007), Mihardja (2009), Niven
(2008)
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
: Berpengaruh diteliti
- Diet
- Aktivitas fisik
- Penggunaan obat
Faktor yang mempengaruhi
kepatuhan diet :
a. Pendidikan
b. Akomodasi
c. Perubahan model terapi
d. Usia
e. Dukungan keluarga Kepatuhan diet
Pendampingan
Diabetes Mellitus
Kestabilan kadar gula darah
25
2.7 KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.8 HIPOTESIS
Ha
Ho
:
:
Ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada pasien
diabetes mellitus
Tidak ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada
pasien diabetes mellites
Kepatuhan diet
sebelum di lakukan
pendampingan.
Penerapan
pendampingan
Kepatuhan diet
setelah diberikan
pendampingan
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
experiment with nonequivalent control group design, yaitu eksperimen yang
belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena
variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat
atau sulit dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
Kelompok Pretest Eksperimen Post test
A O X OX-A
B O Y OX-B
Tabel 3.1 Rancangan nonequivalent control group
Keterangan :
O : Tingkat kepatuhan sebelum dilakukan perlakuan
X : Diberikan pendampingan diet
Y : Tidak diberikan pendampingan diet
OX-A : Tingkat kepatuhan setelah diberikan pendampingan diet pada
kelompok perlakuan
OX-B : Tingkat kepatuhan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan
pendampingan diet
27
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemungkinan ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini populasi yang
diambil adalah seluruh penderita diabetes melitus di wilayah
Puskesmas Banyuanyar Surakarta sebanyak 30 orang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel dengan
menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012).
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah 30 orang dan
dibagi 2 kelompok menjadi 15 orang kelompok eksperimen dan 15
orang kelompok kontrol.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitan
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, mulai bulan
Desember 2015 – Januari 2016.
28
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
3.4.1 Variabel penelitan
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependent
(terikat), yaitu tingkat kepatuhan diet pada penderita diabetes
mellitus, dan variabel independent (bebas), yaitu pendampingan.
3.4.2 Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Indikator
penilaian
Skala
data
Variable
independen :
pendampingan
Membantu
penderita DM
dalam
menjaga
asupan
makanan yang
dikonsumsi
Lembar
Obervasi
1. Diberi
pendampingan
2. Tidak
diberikan
pendampingan
Nominal
Variabel
dependen :
tingkat
kepatuhan diet
pada penderita
diabetes
mellitus
Perilaku
disiplin
penderita DM
dalam
mengatur
asupan
makanan yang
dikonsumsi
berdasarkan
jumlah,
jadwal dan
jenis makanan
Kuesioner
kepatuhan
Morisky
Medication
Adherence
Scale 8
items
Rendah > 2
Sedang = 1 atau 2
Tinggi 0
Ordinal
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1. Alat Penelitian
Penelitian menggunakan alat-alat pendukung seperti alat ukur
gula darah, buku, pensil dan kuisoner MMAS-8 (Morisky Medication
Adherence Scale) dengan cara penelitian jika “ya” bernilai 1 dan jika
29
“tidak” bernilai 0 dengan total skor 0 merupakan kepatuhan yang tinggi,
1-2 kepatuhan menengah, dan >2 merupakan kepatuhan yang rendah,
kuosioner di isi oleh reponden.
3.5.2. Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara langsung mendatangi setiap
responden di rumah. Penelitian membagi 2 kelompok yaitu kelompok
control dan kelompok perlakuan :
1. Pengajuan surat ijin studi penelitian yang didapat dari kampus
diberikan kepada Dinas Kesehatan kemudian ke Puskesmas
Banyuanyar
2. Peneliti membagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan
3. Penulis datang ke setiap rumah masing-masing responden.
4. Penulis memberikan pre test pada setiap responden, saat pre test
responden didamping oleh keluarga, saat kuesioner pre-test di isi
oleh responden dan didampingi oleh penulis. Pre test dilakukan 1
kali dan dilakukan selama ± 15 menit pada minggu pertama.
5. Penulis memberikan pendampingan pada kelompok perlakuan,
pendampingan berupa pemberian informasi tentang diet DM,
informasi diberikan saat responden dan keluarga responden (yang
merawat responden) hadir. Pendampingan dilakukan di rumah
masing-masing responden selama 30 menit setiap kali tatap muka,
30
sehari dilakukan 1 kali tatap muka pada sore hari selama 2 kali
tatap muka.
6. Penulis melakukan post-test pada minggu keempat dibulan Januari
dengan mendatangi setiap rumah responden dan didampingi oleh
keluarga. Kuesioner Post-test diisi oleh responden dan didampingi
oleh penulis selama 15 menit, post-test dilakukan 1x.
3.5.3 Uji Instrumen
Pada umumnya penelitian dinyatakan berhasil apabila banyak
menggunakan instrument, karena data yang diperlakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis diperoleh melalui
instrument. Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data.
3.5.3.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Arikunto, 2010). Uji validitas pada MMAS–8
tidak dilakukan karena sebelumnya telah ada uji validitas yang
dilakukan oleh Hidayah, Karuniayawati, Zulliesikawat dan
Abdulgofir (2015) didapati hasil nilai rtabel (r = 0,508-0,579).
31
3.5.3.2 Uji Reliabilitas
Hasil uji reabilitas koesioner MMAS-8 pada penelitian ini
dengan melihat cronbach alpha yaitu 0,724, koesioner dikatakan
reliable jika nilai alpha minimal 0,7(Riwidikdo, 2007) sehingga
koesioner MMAS-8 yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reliabel.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), langkah-langkah dalam
pengolahan data antara lain :
a. Editing
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner, apakah lengkap, dalam arti semua
pertanyaan sudah terisi. Apakah jawaban atau tulisan masing-
masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca, apakah jawabannya
relevan dengan pertanyaan, dan apakah jawaban-jawaban
pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan yang lainnya.
Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau
memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk
melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak
memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak
32
lengkap tersebut tidak bisa diolah atau dimasukkan dalam
pengolahan “data missing”.
b. Coding
Adalah tahap memberi kode agar memudahkan dalam
pengumpulan data. Coding adalah mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Memasukkan data (data entry) atau processing
Entry adalah memasukkan data yang diperoleh ke dalam
program atau software komputer. Paket program yang digunakan
untuk data entry adalah paket program SPSS for windows.
d. Pembersihan data (cleaning)
Data cleaning adalah proses pembetulan atau koreksi untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
kode, ketidak lengkapan dan sebagainya.
e. Tabulating
Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel
kemudian dianalisis dengan proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
3.6.2 Analisa Data
3.6.2.1 Analisa Univariat
Analisa yang dilakukan menganalisis tiap variable dari
hasil penelitian, dan disajikan dalam bentuk penyajian data
diskriptif. Analisa univariat dalam penelitian ini adalah data
33
pasien yang dilakukan pendampingan diet DM meliputi
kepatuhan diet pada kelompok control dan kelompok
pendampingan. Dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
3.6.2.2 Analisa Bivariat
Analisa yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan
dua Variabel. Dalam penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada
penderita DM di Pukesmas Banyuanyar menggunakan uji
kruskal wallis dengan tingkat kepatuhan 95 % dan α 5 %.
Intepretasi hasil uji statistic bila :
1. p value > α (0,05) maka ho diterima atau Ha ditolak, yang
berarti tidak ada pengaruh pendampingan perilaku diet
DM terhadap kepatuhan diet pada penderita DM.
2. p value ≤ α (0,05) maka Ho ditolak atau ha diterima, yang
berarti ada pengaruh pendampingan perilaku diet DM
terhadap kepatuhan diet pada penderita DM.
34
3.7 Etika Penelitian
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan subyek penelitian dengan menggunakan lembar persetujuan.
Informed consent dilakukan dengan tujuan agar calon subyek mengerti
maksud dan tujuan peneliti, serta mengetahui dampaknya. Apabila calon
subyek bersedia, maka calon subyek harus menandatangani lembar
persetujuan. Apabila calon subyek menolak, maka peneliti akan
menghormati keputusan calon subyek dengan tidak memaksa
menandatangani lembar persetujuan.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode pengganti
nama responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan peneliti terhadap informasi
maupun masalah lain yang diberikan subyek kepada peneliti. Informasi
yang diberikan oleh subyek hanya akan diketahui oleh peneliti. Dalam
penyajian pembahasan penelitihanya akan dicantumkan hasil penelitian,
tidak menggunakan identitas subjek.
35
4. Justice (keadilan)
Keadilan adalah kebenaran ideal secara mral mengenai suatu hal,
baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan
memiliki tingkat kepatuhan yang besar.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Data hasil penelitian berbentuk penilaian atau juga koding berdasarkan
hasil yang di dapat, masing-masing variabel diperoleh dari dua kelompok
responden (kelompok kontrol dan kelompok pendampingan) di wilayah
Banyuanyar yang telah memenuhi kriteria sampel.
4.1. Analisa Univariat
Analisa yang digunakan untuk memelihara distribusi frekuensi data
dari responden yang telah bersedia dijadikan sebagai objek penelitian,
berikut klasifikasi responden :
4.1.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Kelompok kontrol Kelompok perlakuan
F % f %
Perempuan 8 55 9 65
Laki-Laki 7 45 6 35
Total 15 100 15 100
Table 4.1 dapat di gambarkan bahwa distribusi frekuensi
jenis kelamin kelompok kontrol yang berjumlah 15 responden
lebih banyak perempuan yaitu 8 orang (55%), sedangkan pada
kelompok perlakuan yang berjumlah 15 orang distribusi
frekuensi jenis kelamin perempuan yaitu 9 orang (65%).
37
4.1.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
Usia Kelompok Kontrol
Kelompok
Perlakuan
F % F %
25-40 tahun 0 0 1 5
41-55 tahun 2 5 3 25
56-70 tahun 13 95 11 75
Total 15 100 15 100
Berdasarkan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Usia, data dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
adalah responden dengan usia 56-70 tahun adalah responden
terbanyak dari penelitian ini.
4.1.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Usia Jumlah
f %
SMP 16 53.3
SMA 10 33.3
Perguruan Tinggi 4 13.3
Total 30 100
Berdasarkan table 4.3 diatas menunjukkan bahwa
responden yang berpendidikan SMP sebanyak 16 orang
(53,3%), responden yang berpendidikan SMA berjumlah 10
orang (33,3%) dan responden berpendidikan Perguruan Tinggi
berjumlah 4 orang (13,30%). Dari data di atas diketahui bahwa
38
responden dengan pendidikan SMP merupakan responden
terbanyak dari penelitian ini.
4.1.4 Distribusi Frekuensi Variabel kepatuhan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel kelompok perlakuan
Variabel
Perlakuan
Pre Test Perlakuan Post Test Perlakuan
F % F %
Rendah 5 33,3 2 13,3
Sedang 6 40.0 4 26,7
Tinggi 4 26,7 9 60,0
Total 15 100 15 100
Berdasarkan table 4.4 diatas menunjukan bahwa dapat
dijelaskan nilai kepatuhan kelompok perlakuan pre test memiliki
nilai dari 6 orang (40,0%) responden memiliki tingkat kepatuhan
sedang. kelompok perlakuan post test memiliki nilai dari 9
orang (60,0%) responden memiliki nilai kepatuhan yang tinggi.
4.1.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kepatuhan
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kelompok kontrol
Variabel
Kontrol
Pre Test Kontrol Post Test Kontrol
F % F %
Rendah 5 33.3 6 40.0
Sedang 9 60.0 8 53.3
Tinggi 1 6.7 1 6.7
Total 15 100 15 100
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai kepatuhan
kelompok kontrol pre test memiliki nilai dari 9 orang (60.0%)
responden memiliki tingkat kepatuhan sedang. Kelompok
kontrol post test memiliki nilai dari 8 orang (53.3%) responden
memiliki nilai kepatuhan sedang.
39
4.2 Hasil Analisa Bivariat
Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di
Wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan kruskal wollis
dapat dilihat sebagai berikut
Tabel 4.7 hasil uji kruskal wallis tentang pengaruh pendampingan
terhadap kepatuhan diet diabetes melitus di Wilayah Puskesmas Banyuanyar
Surakarta.
Variabel
Kepatuhan Post Test kontrol Post Test Perlakuan p Value
Rendah 6 2
0.009 Sedang 8 4
Tinggi 1 9
Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui hasil uji kruskal wallis diperoleh
nilai signifikansi (p value) sebesar 0,009 < 0,05 menunjukkan nilai yang
signifikan. Maka dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
sehingga ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita
diabetus mellitus di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
40
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan jenis kelamin responden yang paling banyak ditemukan
adalah perempuan, yaitu pada kelompok kontrol 8 responden (55%) dan pada
kelompok perlakuan 9 responden (65%). Kejadian DM tipe – 2 juga
dipengaruhi oleh jenis kelamin yang sebagian besar dapat dijumpai pada
perempuan dibandingan dengan laki-laki (Haryati & Jelatik, 2014).
Perempuan lebih berpontensi terkena DM di bandingkan laki-laki karena
aktifitas perempuan lebih kecil dibanding laki-laki apa lagi ibu rumah tangga.
5.1.2 Usia
Hasil penelitian menunjukkan rentang usia dengan responden terbanyak
adalah 56-70 tahun dengan jumlah responden pada kelompok kontrol 13
(95%) dan pada kelompok perlakuan 11 (75%) dari jumlah masing-masing
setiap kelompok adalah 15 responden. Menurut Suyono (2009), kasus DM tipe
-2 di indonesia biasanya meningkat diatas usia 40 tahun. Pada kasus DM, usia
memiliki pengaruh terhadap kepatuhan dalam melakukan terapi non
farmakologis salah satunya adalah diet, hal ini dikarenakan karena proses
berpikir yang dimiliki oleh responden mengalami penurunan dalam hal
mengingat dan menerima sesuatu hal yang baru (Isnarian, 2006). Semakin
41
bertambah usia maka mempengaruhi penurunan pendengaran, penglihatan dan
daya ingat seseorang maka mempengaruhi akan sulitnya menerima informasi.
5.1.3 Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan paling banyak
adalah SMP yaitu 16 orang (53,3%) dari 30 responden. Tingkat pendidikan
menurut Anggara & Prayitno (2013) merupakan salah satu yang berpengaruh
terhadap kepatuhan pola hidup sehat karena pada masyarakat dengan
pendidikan yang lebih rendah akan lebih sulit atau lebih lambat dalam
menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan. Yulianti (2007) dalam
Anagara dan Prayitno (2013) menyatakan bahwa hubungan ini tidak semata-
mata diakibatkan perbedaan tingkat pendidikan, tetapi tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap gaya hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum
alkohol, dan sering berolah raga. Seseorang pasien DM memiliki latar
belakang pendidikan yang kurang cenderung tidak dapat menerima
perkembangan baru terutama menunjang kesehatanya.
5.2 Gambaran Terhadap Kepatuhan Sebelum Dilakukan Perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan terbanyak sebelum dilakukan
perlakuan berada pada kepatuhan menengah yaitu kelompok perlakuan sebanyak 6
responden (40.0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 9 responden (60.0%).
Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soegondo (2009)
Perubahan perilaku kearah kepatuhan merupakan suatu proses yang memerlukan
edukasi dan pendampingan secara terus menerus dan perlu evaluasi keberhasilan
penanganan dengan melihat perubahan dari kriteria pengendalian (kadar gula darah
dan IMT). Menurut Siregar (2006), penderita DM seharusnya menerapkan pola
42
makan seimbang untuk menyesuaikan kebutuhan glukosa sesuai dengan kebutuhan
tubuh melalui pola makan sehat.
5.3 Gambaran Terhadap Kepatuhan Setelah Dilakukan Perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan terbanyak setelah
dilakukan perlakuan pada kelompok perlakuan adalah kepatuhan tinggi yaitu
sebanyak 9 responden (60%) dan pada kelompok kontrol adalah kepatuhan sedang
yaitu sebanyak 8 responden (53.3%). Kepatuhan dari program kesehatan merupakan
perilaku yang dapat diobservasi dan dengan begitu dapat diukur (Basble, 2002).
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) faktor yang mempengaruhi
kepatuhan meliputi faktor predisposisi (meliputi sikap,kepercayaan,sosial budaya,
adat istiadat dan tradisi), faktor pemungkin (meliputi jarak antara antara rumah dan
konsul gula darah) dan faktor pendorong (meliputi sikap petugas kesehatan dan
dukungan keluarga). Hal ini diperlukanpendidikan kesehatan bagi penderita maupun
keluarganya agar pengetahuannya meningkat, terjadi perubahan sikap dan gaya
hidup yang pada akhirnya akan meningkatkan kepatuhan pengelolaan sehingga
meningkatkan kualitas hidup penderita tercapai (Delima, 2011)
5.4 Pengaruh Pendampingan Terhadap Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetus
Mellitus di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta
Berdasarkan perhitungan diketahui nilai signifikansi (sig p value) sebesar
0,009 < 0,05 menunjukkan nilai yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan
diet pada penderita diabetus mellitus di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rosiana (2010) ada pengaruh
pendampingan perilaku diet hipertensi terhadap kepatuhan diet pada penderita
hipertensi. Menurut Delima (2011) ada pengaruh model pendampingan terhadap
43
terkontrolnya diabetes mellitus pada penderita DM tipe –II. Indriani (2014) ada
pengaruh terhadap pendampingan keluarga meningkatkan kepatuhan minum obat.
ada hubungan yang signifikan antara peran pendampingan spiritual dengan motivasi
kesembuhan pada pasien lanjut usia di Instalasi Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit
Baptis Kediri (Dinda.K.K & Wahyuningih. A (2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Helen, at all (2006) membuktikan bahwa
penerapan pendampingan berpengaruh terhadap perubahan sikap pada pasien DM.
Penelitian ini menyatakan pemberian model pendampingan berpengaruh terhadap
penurunan kadar gua darah (Delima, 2011).
Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar, baik perorangan mau kelompok
untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan
permasalahan kelompok. Menururut Lina. M. & sulityarini. T (2013) pendampingan
dapat mempengaruhi kepatuhan karena dalam pendampingan dapat menekan
munculnya stres, memberikan informasi yang dapat memotifasi pasien dan keluarga
untuk meningkatkan kepatuhan, memberikan dukungan emosional.
Penelitian ini menyatakan ada pengaruh efektifita pendampingan keluarga
terhadap tingkat kemandirian diabetes mellitus lansia dalam mempertahankan
keseimbangan kadar gula darah di kelurahan purwoyoso (Istikharah, Nuraeni A,
Supriyono M, 2015).
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat kepatuhan terbanyak sebelum dilakukan perlakuan berada pada
kepatuhan sedang yaitu kelompok perlakuan sebanyak 6 responden
(40.0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 9 responden (60.0%).
2. Tingkat kepatuhan terbanyak setelah dilakukan perlakuan pada kelompok
perlakuan adalah kepatuhan tinggi yaitu sebanyak 9 responden (60%) dan
pada kelompok kontrol adalah kepatuhan sedang dengan tingkat kepatuhan
berjumlah 8 responden (53.3%).
3. Kelompok pre test perlakuan didapatkan tingkat kepatuhan yang paling
banyak pada kategori menengah (40.0%). Setelah diberi perlakuan (post
test) tingkat kepatuhan meningkat menjadi kategori tinggi (60.0%).
Kelompok kontrol pre test didapatkan hasil tingkat kepatuhan rendah
(40.0%) dan post test didapatkan hasil tingkat kepatuhan (53.3%).
4. Ada pengaruh pendampingan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM
Tipe-2 di Wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta (p value sebesar
0,009 < 0,05).
45
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti dapat memberi beberapa saran,
antara lain:
1. Bagi masyarakat sekitar, khususnya masyarakat di Wilayah Puskesmas
Banyuanyar diharapkan setelah penelitian ini diet DM terus dilakukan
sehingga kadar gula bisa terkontrol.
2. Bagi istitusi, diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan bacaan
dan reverensi belajar dan dapat membantu meningkatkan mutu dalam
pembelajaran untuk menghasilkan perawat yang lebih profesional.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan penelitian selanjutnya dapat
mengembangkan tentang diet DM.
46
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
American Diabetes Association. (2006). ADA Position Statement : Standard of
Medical Care in Diabetes. Diabetes Care 2006; 29 (suppl 1) : S4-S42
Andriani, Winda. (2014). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Perubahan Kadar Gula
Darah Puasa Pada Klien Diabetes Melitus Di Kelurahan Batipuh Kabupaten
Tanah Datar Tahun 2014. Skripsi Fakultas Kesehatan Dan MipaUniversitas
Muhammadiyah Sumatera Barat. Tidak dipublikasikan.
Ayu, Ida. P. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Terapi pada
penderita diabetes melitus (suatu studi pada penderita diabetes melitus
Bulan oktober 2009 di RSD dr. Soebandi, jember). Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Jember. Tidak dipublikasikan.
Corwin, Elizabeth J. (2009).Buku Saku PATOFISIOLOGI.Jakarta : EGC.
Degresi. (2006). Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Delima, dkk. (2010). Pengaruh Model Pendampingan Terhadap Terkontrolnya
Diabetus Melitus Pada Penderita Dm Tipe II Di Wilayah Puskesmas
Gamping II Sleman. Jurnal ilmiah kesehatan Volume I Nomor 1, Desember
2011 ISSN: 2089-4686.
Dewi, M., (2007). Resistensi Insulin Terkait Obesitas: Mekanisme Endokrin Dan
Intrinsik Sel. Jurnal Gizi dan Pangan, 2(2):49-54.
Dinda. K. K & Wahyuningih. A (2012). Peran Pendampingan Spiritual Terhadap
Motivasi Kesembuhan Pada Pasien Lanjut Usia di Instalasi Rawat Inap
Dewasa Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES, Vol. 5. (1)
Fox, C., Kilvert, A. (2010). Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2. Jakarta: Penebar
Plus. 13-6.
Guyton A.C. and J.E. Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta : EGC.
47
Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Edisi 7, Rajawali Pers, Jakarta.
Helen, et.al. (2006). Coaching for behaviour change in chronic disease : a review
of the literature and the implications for coaching as a self-management
intervention, Australian Journal of Primary Health Vol. 9, No. 2 & 3,
Australia, La Trobe University and Whitehorse Division of General
Practice.
Haryati & Jelatik. (2014). Hubungan Faktor Resiko Umur, Jenis Kelamin,
Kegemukan dan Hipertensi Dengan Kejadian DM Tipe-2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah 39. (Online)
(http://www.lpsdimataram.com) diakses 19 febuari 2016.
Holt, R.I.G., Cockram, C., Flyvbjerg, A., Goldstein, B.J. (2010). Textbook of
Diabetes, 4th ed.
Indriyani P, Suprayitno H, Santoso A. (2007). Pengaruh Latihan Fisik; Senam
Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita DM Tipe 2
di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga. Media Ners. 2007;1(2):89-99.
Istikharah, Nuraen A, Supriyono M, (2015). Pengaruh Efektifita Pendampingan
Keluarga Terhadap Tingkat Kemandirian Diabetes Mellitus Lansia Dalam
Mempertahankan Keseimbangan Kadar Gula Darah di Kelurahan
Purwoyoso. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). Vol. 11(3): 134-
143.
Indriani N. (2014). Pengaruh Pendampingan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Minum Obat Dan Pengendalian Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
(Pada Program Prolanis Pelayanan Dokter Keluarga). Pascasarjana Prodi.
Kedokteran Keluarga. UNS. Surakarta
Kemenkes. (2013).Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Kreitner & Kinichiki (2009). Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.
Kurniawan I. (2010). Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2010;60(12):576-84.
Lanywati, Endang. (2007). Diabetes Mellitus : Penyakit Kencing Manis
(Kesehatan Masyarakat). Yogyakarta : Kanisius Media.
Lina, M. S & sulityarini. T. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan
Kepatuhan Diet Paien Diabetes mellitus Di Ruang Rawat Inap RS Baptis
Kediri. Jurnal STIKE. Vol. 6 (1)
48
Mansjoer, A. dkk. (2006). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid pertama.
Jakarta : Media Aesculapius.
Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati., Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).
Mengenal usia lanjut dan perawatanya. Jakarta: Salemba Medika.
Mihardja L. (2009).Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah
pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2009;59(9):418-24.
Niven. (2008). Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional.
Jakarta : EGC.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Reneka
Cipta. Jakarta.
Passmore, J. (2012). Coaching and Mentiring : Panduan Lengkap Menjadi Coach
Profesional. Jakarta : PPM Manajemen.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2006). Konsensus
Pengelolaan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta.
Pranoto. (2007). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Ricart, W. & Real, J.M. F. (2006). No Decrase in Free IGF-I with Increasing
Insulin in Obesity-Related Insulin Resistance.Obesity Research, 9, 631-636.
Rosiana, Ayu. (2014). Pengaruh Pendampingan Perilaku Diet Hipertensi
Terhadap Kepatuhan Diet Pada Hipertensi Di Kampung Sanggrahan.
Skripsi. Prodi keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta. Tidak
dipublikasikan.
Sigal, J.R., Kenny, G.P., Wasserman, D.H., and Castaneda, S.C. (2007). Physical
activity/exercise and type 2 diabetes. ADA Statements. Diabetes Care.I
Volume 27. Number 10. p. 2518-2539.
Siregar, C. (2006). Farmasi Klinik Teori dan Peneraan. Jakarta: EGC
Slamet, B. (2007). Psikologi Umum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan diabetes melitus
terpadu. Panduan penatalaksanaan diabetes melitus bagi dokter dan
edukator. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.
Sudoyo, A. W., B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata. K., dan S. Setiati, editors.
(2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : FKUI.
49
Sugiyarti. (2007). Hubungan ketaatan diet dan kebiasaan olahraga dengan kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus yang berobat di puskesmas
Ngembal Kulon Kabupaten Kudus. Jurnal kesehatan masyarakat Indonesia
Vol. 7 No. 1 Tahun 2011.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Trisnawati SK, Setyorogo S. (2012). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2013;5(1):6-11.
Utomo OM, Azam M, Anggraini DN. (2012). Pengaruh Senam Terhadap Kadar
Gula Darah Penderita Diabetes. Unnes Journal of Public Health.
2012:1(1):36-40
Wilson, C. (2011). Perfomance Coaching : Metode Baru Mendongkrak Kinerja
Karyawan. Jakarta : PPM Manajemen
Witasari U, Rahmawaty S, Zulaekah S. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan,
Asupan Karbohidrat dan Serat dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi. 2009;10(2):130-8.
Wolever, M.T. (2006). Carbohydrate and the regulation of blood glucose and
metabolism. International Life Sciences Institute
Recommended