View
27
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
PEMBERIAN ROM PASIF DALAM MENINGKATKAN MOBILITAS
FISIK PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUP Dr.
SOERADJI TIRTONEGORO
NOVIA DWI NUGRAHANI
NIM. P27220016 083
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2018
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
PEMBERIAN ROM PASIF DALAM MENINGKATKAN MOBILITAS FISIK PADA
PASIEN STROKE NON HEMORAGIK
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
NOVIA DWI NUGRAHANI
NIM. P27220016 083
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa memberikan ilmu,
inspirasi, dan karunia-Nya. Atas rahmat dan kehendak Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Dalam penyusunan poposal
Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Satino, S.KM, M.ScN., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Surakarta yang telah
memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Surakarta.
2. Widodo, MN., selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat menimba ilmu di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta.
3. Sunarsih Rahayu, Skep, Ns, Mkep., selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Surakarta.
4. Tri Sunaryo., S.Kep, Ns, Mkes., selaku Dosen pembimbing dan penguji anggota Karya
Tulis Ilmiah Keperawatan yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan
wawasan ilmu yang sangat bermanfaat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
memotivasi serta memfasilitasi demi sempurnanya proposal studi kasus ini.
5. Semua Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta yang telah
memberikan bimbingan, wawasan, ilmu yang bermanfaat.
6. Keluarga, teman, dan calon patner hidup yang slalu memberikan dukungan serta semangat
dan doa untuk si penulis.
5
7. Trimakasih untuk alm. Ibu tercinta yang telah melahirkan dan membesarkan selama 16
tahun di dunia ini dan memberikan doa serta nasehat.
Penulis menyadari bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga proposal Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan,
amin.
6
vii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN .............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… .... iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………… v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR... ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ......... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus...................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus.................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Mobilitas Fisik .......................................................... 6
1. Pengertian ............................................................................. 6
2. Manfaat ROM ....................................................................... 7
3. Pengaruh ROM Terhadap Aktivitas Fisik Pasien ................. 7
4. Klasifikasi ROM ................................................................... 7
5. Indikasi pemberian ROM ..................................................... 8
6. Kontra indikasi pemberian ROM ......................................... 8
7. Tingkat Kekuatan Otot ........................................................ 8
8. Prosedur ROM ...................................................................... 9
9. Jenis Terapi ROM ................................................................ 16
10. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................. 17
B. Medis.. ......................................................................................... 22
1. Pengertian Stroke Non Hemoragik ....................................... 22
2. Klasifikasi Stroke ................................................................. 23
viii
3. Etiologi ................................................................................. 24
4. Manifestasi Klinis ................................................................. 25
5. Patofisiologi ......................................................................... 27
6. Komplikasi ........................................................................... 27
7. Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 28
8. Penatalaksanaan ................................................................... 29
B. Kerangka Teori.......................................................................... 31
C. Kerangka Konsep ...................................................................... 32
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus ............................................................. 33
B. Subyek Studi Kasus .................................................................. 33
C. Definisi Operasional.................................................................. 33
D. Tempat dan Waktu................................................................... . 34
E. Pengumpulan Data................................................................... . 34
F. Metode Analisa Kasus............................................................... 35
G. Etika Studi Kasus...................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Terapi ROM…………………………………………………....16
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka teori………………………………………………………31
Gambar 2.2 Kerangka konsep……………………………………………………32
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan untuk Mengikuti
Penelitian
Lampiran 2 Rencana Jadwal Studi Kasus
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 5 Standar Operasional Prosedure ROM
Lampiran 6 Format Penilaian Kekuatan Otot
Lampiran 7 Format Asuhan Keperawatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius
karena angka kematian dan kesakitannya yang tinggi serta dampaknya yang
dapat menimbulkan kecacatan yang berlangsung kronis dan bukan hanya
terjadi pada orang lanjut usia, melainkan juga pada usia muda
(Khairatunnisa & Sari, 2017). Serangan Stroke bisa terjadi secara tiba-tiba,
kapan saja, juga bisa menyerang siapa saja dalam rentan berbagai usia baik
laki-laki maupun perempuan. Gejala-gejala pada Stroke sebenarnya sudah
muncul jauh sebelum serangan itu datang namun gejala yang muncul sering
kali diabaikan dan dianggap bukan masalah yang serius.
Menurut World Health Organisation (WHO, 2016) 15 juta orang
menderita Stroke di seluruh dunia setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 5 juta
meninggal dan 5 juta lainnya dinonaktifkan secara permanen. Tekanan
darah tinggi menyumbang lebih dari 12,7 juta Stroke di seluruh dunia.
Kematian Stroke di Eropa sekitar 650.000 setiap tahun. Di Negara maju,
angka kejadian Stroke menurun, sebagian besar karena upaya untuk
menurunkan tekanan darah mengurangi merokok. Namun tingkat
keseluruhan stroke tetap tinggi karena penuan penduduk
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI (2013) Prevelensi jumlah Stroke
2
di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per 1000
penduduk dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1
per 1000 penduduk. Prevelensi kasus Stroke tertinggi berdasarkan
diagnosis nakes terdapat di provinsi Sulawesi Utara sebanyak 10,8% dan
terendah di Provinsi Papua sebanyak 2,3%. 67.0% penderita Stroke terdapat
pada kelompok usia 75 ke atas.
Sedangkan jumlah kasus Stroke di Jawa Tengah pada tahun 2013
sebanyak 40.972 terdiri dari Stroke Hemorogik sebanyak 12.452 dan Stroke
Non Hemorogik sebanyak 28.430. jumlah kasus Stroke pada tahun 2013
tertinggi di kabupaten Magelang sebesar 14.456% kasus. Dari perkiraan
angka ini kasus Stroke akan terus bertambah melihat grafik yang cenderung
terus meningkat dari tahun ke tahun, kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu
penanganan yang lebih baik (Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2013).
Stroke dapat menyebabkan gangguan sensoris dan motorik pada
klien, yaitu merasakan mati rasa atau kelumpuhan yang mendadak di wajah,
lengan atau kaki dan terutama terasa disalah satu sisi saja, Sehingga hal
tersebut dapat menyebabkan klien mengalami gangguan pada kekuatan otot,
sendi dan keseimbangan tubuh (Lany, Syamsir, Iwan 2007). Seseorang yang
mengalami gangguan gerak sendi atau gangguan pada kekuatan ototnya
akan berdampak pada gangguan aktivitas sehari-hari. Maka dari itu perlu
diajarkan kepada pasien Stroke dengan gangguan aktivitas dan latihan yaitu
Range Of Motion (ROM) latihan ini bertujuan melatih gerak sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot. Sehingga pasien
3
menggerakan persendiaanya sesuai gerakan normal baik secara aktif
(mandiri) maupun pasif (dibantu) (Mubarak, Lilis, Joko, 2015).
Latihan ROM salah satu bentuk intervensi fundamental perawat
yang dapat dilakukan untuk upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat
permanen pada pasien paska perawatan di Rumah Sakit. Sehingga dapat
menurunkan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga. Hal ini
dibuktikan dengan dilakukannya penelitian di salah satu rumah sakit umum
daerah di Jawa Tengah. Klien dengan gangguan motorik pada kekuatan otot
dan rentang sendi pada bagian ektermitas atas dan bawah bagian kiri
maupun kanan. Setelah dilakukan ROM sebanyak dua kali sehari saat pagi
dan sore selama 7 hari seacara rutin teryata memberikan perubahan kepada
pasien dengan adanya peningkatan kekuatan pada paien (Rahayu, 2015).
Berdasarkan kasus diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berfokus pada pemberian terapi ROM pasif dalam meningkatkan
kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas pada pasien Stroke Non
Hemoragik.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran pemenuhan kebutuhan mobilitas fisik
melalui terapi ROM pasif pada pasien Stroke Non Hemoragik?
4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan gambaran pemenuhan kebutuhan mobilitas
fisik melalui terapi ROM pasif pada pasien Stroke Non Hemoragik.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian asuhan keperawatan dengan tindakan
ROM pada pasien Stroke Non Hemoragik
b. Menggambarkan diagnosis asuhan keperawatan dengan tindakan
ROM pada pasien Stroke Non Hemoragik
c. Menggambarkan intervensi asuhan keperawatan dengan tindakan
ROM pada pasien Stroke Non Hemoragik
d. Menggambarkan implementasi asuhan keperawatan dengan tindakan
ROM pada pasien Stroke Non Hemoragik
e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan dengan tindakan
ROM pada pasien Stroke Non Hemoragik
f. Menjelaskan manfaat tindakan yang diberikan pada pasien Stroke
Non Hemoragik
D. Manfaat
Manfaat dari studi kasus ini adalah :
a. Bagi Pengembangan ilmu Teknologi
Keperawatan menambah keluasan ilmu dan ilmu teknologi terapan
dibidang keperawatan dalam meningkatkan pengaruh latihan gerak
ROM terhadap kekuatan otot pada pasien Stroke.
5
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat bermanfaat dan menambah informasi serta
pengetahuan masyarakat tentang pemberian latihan ROM pada pasien
Stroke.
c. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan mobilitas fisik pada pasien Stroke Hon Hemoragik.
6
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Mobilitas Fisik
1. Pengertian
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat &
Uliyah, 2014). Mobilisasi memiliki banyak tujuan, seperti mengekpresikan
emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan diri,
pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan
rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka
sistem saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik
(Mufidaturrohmah, 2017).
ROM adalah kemampuan maksimal seorang dalam melakukan
gerakan untuk mempertahankan tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal (Potter & Perry, 2009). Latihan
rentang gerak dapat mencegah terjadinya kontraktur, atropi otot,
meningkatkan peredaran darah ke ektermitas, mengurangi kelumpuhan
vaskular, dan memberikan kenyamanan pada klien. Perawat harus
mempersiapkan, membantu, dan mengajarkan klien untuk latihan rentang
gerak yang meliputi semua sendi (Ningsih & Lukman, 2013).
7
2. Manfaat ROM menurut Carpenito (2009).
a. Latihan ini dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan
kelenturan otot
b. Memperlancar sirkulasi darah
c. Memperbaiki tonus otot
d. Meningkatkan mobilisasi sendi
e. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
f. Mencegah kontraktur dan kekuatan pada persendian.
3. Pengaruh ROM terhadap aktivitas pasien Stroke menurut Nurhidayah
(2014).
a. Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kemampuan pergerakan
sendi
b. Meningkatkan massa otot dan tonus otot
c. Meningkatkan mobilitas sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah.
4. Klasifikasi ROM
Pada pasien stroke menurut Carpenito (2009), dibedakan menjadi 4 jenis
yaitu:
a. ROM Aktif
ROM Aktif adalah kontradiksi otot secara aktif melawan gaya
gravitasi seperti mengangkat tukai dalam posisi lurus.
b. ROM Pasif
8
ROM Pasif yaitu gerakan otot klien yang dilakukan oleh orang lain
dengan bantuan oleh klien.
c. ROM Aktif-Asitif
ROM Aktiv-Asitif yaitu kontraksi otot secara aktif dengan bantuan
gaya dari luar seperti terapis, alat mekanis atau ektermitas yang
sedang tidak dilatih.
d. ROM Aktif Resetif
ROM Aktif Resetif yaitu kontraksi otot secara aktif melawan tahanan
yang diberikan, misalnya beban.
5. Indikasi pemberian ROM menurut Carpenito (2009).
a. Stroke atau penurunan kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama.
6. Kontra Indikasi Pemberian ROM Pada Pasien Stroke menurut Carpenito
(2009).
a. Klien dengan fraktur
b. Klien dengan kelainan sendi dan tulang
c. Adanya trombus atau emboli pada pembuluh darah
d. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit jantung
e. Kemampuan Fungsi Motorik
7. Tingkat kekuatan otot :
9
Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi dan
menghasilkan gaya. Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi kekuatan
otot, seperti operasi, cidera, atau penyakit tertentu. Malas berolahraga juga
dapat menurunkan kekuatan otot yang dapat membuat anda rentan
mengalami cidera saat beraktivitas.
Nilai derajat kekuatan otot menurut Hidayat (2014).
a. Derajat 0 : Paralis sempurna
b. Derajat 1 : Tidak ada gerakan kontraksi otot dapat dipalpasi
c. Derajat 2 : Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
d. Derajat 3 : Gerakan yang normal melawan gravitasi
e. Derajat 4 : Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan
melawan tekanan minimal
f. Derajat 5 : Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh
8. Prosedur ROM menurut Mubarak, Indrawati, Susanto (2015).
Tujuan: Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian.
a. Prosedur Umum
1) Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme.
2) Jaga pivasi klien dengan menutup pintu atau memasang sekesel.
3) Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda
kerjakan dan minta klien untuk dapat bekerja sama.
4) Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan
perawat dalam bekerja.
10
5) Posisikan klien dengan posisi supinasi deket dengan perawat, buka
bagian tubuh yang akan digerakan.
6) Rapatkan kedua kaki dan letakan kedua lengan pada masing-
masing sisi tubuh.
7) Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan.
Ulangi masing-masing gerakan tiga kali.
8) Selama latihan pergerakan, kaji kemampuan untuk menoleransi
gerakan, rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian
yang bersangkutan.
9) Setelah latihann pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan tubuh
terhadap latihan.
10) Catat dan laporan setiap masalah, yang tidak diharapkan atau
perubahan pada pergerakan klien, misalnya kekuatan dan
kontraktur.
b. Prosedur Khusus.
1) Gerakan bahu
a) Mulai masing-masing gerakan dari lengan di sisi klien. Pegang
lengan di bawah siku dengan tangan kiri perawat dan pegang
pergelangan tangan klien dengan tangan kanan perawat.
b) Fleksi dan ekstensikan bahu. Gerakan lengan ke atas menuju
kepala tempat tidur. Kembalikan ke posisi sebelumnya.
c) Abduksikan bahu. Gerakan lengan menjahui tubuh dan
menuju kepala klien sampai tangan di atas kepala.
11
d) Adduksikan bahu. Gerakan lengan klien ke atas tubuhnya
sampai tangan yang bersangkutan menyentuh tangan pada sisi
di sebelahnya.
e) Rotasi bahu internal dan eksternal.
(1) Letakan lengan di samping tubuh klien sejajar dengan
bahu.
(2) Siku membentuk sudut 90° dengan kasur.
(3) Gerakan lengan kebawah hingga telapak tangan
menyentuh kasur, kemudian gerakan ke atas hingga
punggung tangan menyentuh tempat tidur.
2) Gerakan siku
a) Fleksi dan ekstensikan siku.
(1) Bengkokkan siku hingga jari-jari tangan menyentuh dagu
(2) Luruskan kembali ke tempat semula.
b) Pronasi dan supinasikan siku
(1) Genggam tangan klien seperti orang yang sedang berjabat
tangan
(2) Putar telapak tangan klien ke bawah dan ke atas, pastikan
hanya terjadi pergerakan siku, bukan bahu.
3) Gerakan pergelangan tangan
a) Fleksi pergelangan tangan
(1) Genggam telapak dengan satu tangan, tangan yang lainnya
menyangga lengan bawah
12
(2) Bengkokkan pergelangan tangan ke depan.
b) Ekstensi pergelangan tangan
Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergelangan tangan ke
posisi semula.
c) Fleksi radial (abduksi)
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu jari.
d) Fleksi ulnar (adduksi)
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral kea rah jari
kelima.
4) Gerakan jari-jari tangan.
a) Fleksi
Bengkok kan jari-jari tangan dan ibu jari kearah telapak tangan
(tangan menggenggam)
b) Ekstensi
Dari posisi fleksi kembali ke posisi semula (buka genggaman
tangan)
c) Hiperekstensi
Bengkokkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin.
d) Abduksi
Buka dan pisahkan jari-jari tangan.
e) Adduksi
Dari posisi abduksi, kembali ke posisi semula.
f) Oposisi
13
Sentuhlah masing-masing jari tangan dengan ibu jari.
5) Gerakan pinggul dan lutut
Untuk melakukan gerakan ini, letakan satu tangan dibawah lutut
klien dan tangan yang lainnya dibawah mata kaki klien.
a) Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul.
(1) Angkat kaki dan bengkokkan lutut
(2) Gerakan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin
(3) Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan
kaki sampai pada kasur
b) Abduksi dan adduksi kaki
(1) Gerakan kaki ke samping menjahui klien
(2) Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya.
c) Rotasikan pinggul internal dan eksternal. Putar kaki ke dalam,
kemudian ke luar.
6) Gerakan kaki dan pergelangan kaki
a) Dorsofleksi telapak kaki
(1) Letakan satu tangan di bawah tumit
(2) Tekan kaki klien dengan lengan anda untuk
menggerakannya ke arah kaki.
b) Fleksi plantar telapak kaki.
(1) Letakan satu tangan pada punggung dantangan yang
lainnya berada pada tumit
(2) Dorong telapak kaki menjauh dari kaki.
14
c) Fleksi dan ekstensikan jari-jari kaki
(1) Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien, letakkan
tangan yang lainnya pada pergelangan kaki
(2) Bengkokkan jari tangan ke bawah
(3) Kembalikan lagi pada posisi semula.
d) Intervensi dan eversi telapak kaki
(1) Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang
lainnya di atas punggung kaki.
(2) Putar telapak kaki ke dalam, kemudian ke luar.
7) Gerakan leher
a) Fleksi dan ekstensi leher.
(1) Letakkan satu tangan di bawah kepala klien, dan tangan
yang lainnya di atas dagu klien
(2) Gerakan kepala ke depan sampai menyentuh dada,
kemudian kembalikan ke posisi semula tanpa disangga
oleh bantal.
b) Fleksi lateral leher.
(1) Letakkan kedua tangan pada pipi klien
(2) Gerakan kepala klen kearah kanan dan kiri.
8) Gerakan hiperekstensi
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur
dekat dengan perawat.
a) Hiperekstensi leher.
15
(1) Letakkan satu tangan di atas dahi, tangan yang lainnya
pada kepala bagian belakang
(2) Gerakkan kepala ke belakang.
b) Hiperekstensi bahu.
(1) Letakkan satu tanggan di atas bahu klien dan tangan yang
lainnya dibawah siku klien
(2) Tarik lengan atas ke atas dan ke belakang.
c) Hiperekstensi pinggul.
(1) Letakkan satu tanggan di atas pinggul. Tangan yang
lainnya menyangga kaki bagian bawah, gerakan kaki ke
belakang
(2) Gerakkan kaki ke belakang dari persendian pinggul
16
9. Jenis Terapi ROM
Tabel 2.1 jenis gerakan ROM pasif pada paien Stroke menurut Barbara, dkk
(2010).
Gerakan Pada ROM
1 Fleksi Menurunkan sudut sendi (menekuk siku).
2 Ekstensi Meningkatkan sudut sendi (meluruskan lengan dibagian siku).
3 Abduksi Pergerakan tulang menjauhi garis tengah tubuh.
4 Adduksi Pergerakan tubuh menuju garis tengah tubuh.
5 Sirkumduksi Pergerakan bagian distal tulang membentuk sebuah lingkaran.
6 Supinasi Menggerakan tulang lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke atas saat diletakkan di depan tubuh.
8 Pronasi Menggerakan tulang lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah saat diletakkan di depan tubuh.
9 Inversi Menggerakan telapak kaki ke arah dalam dengan menggerakan
sendi pergelangan kaki.
17
10. Asuhan keperawatan dengan pemberian terapi ROM pasif pada pasien
Stroke Non Hemoragik (Tarwoto & Wartonah, 2015).
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan terhadap masalah gangguan gerakan otot
dalam meningkatkan kekuatan otot dapat meliputi pengkajian khusus
masalah gangguan dan aktivitas serta pengkajian fisik secara umum
yang berhubungan dengan gangguan gerakan otot yaitu:
(1) Keluhan utama
Sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
(2) Riwayat pengkajian sekarang
Pengkajian riwayat pasien meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilitas dan
mobilisasi, daerah terganggunya mobilitas dan mobilisasi, dan
lamanya terjadinya mobilitas.
(3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat
penyakit sistem neurologis (kecelakaan serebrovaskuler, trauma
kepala, peningkatan tekanan intrakranial, cidera medulla spinalis
dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskuler (infark
miokard, gagal jantung kongesif).
18
(4) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat yang mnderita hipertensi, diabetesmelitus,
atau adanya riwayat Stroke dari generasi terdahulu.
(5) Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien Stroke meliputi beberapa dimensi
yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang
jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
(1) Tingkat kesadaran .
(2) Postur atau bentuk tubuh
a) Skoliosis
b) Kifosis
c) Lordosis
d) Cara berjalan
(3) Ektermitas
a) Kelemahan
b) Gangguan sensori
c) Tonus otot
d) Atrofi
e) Tremor
f) Gerakan tak terkendali
g) Kekuatan otot
19
h) Kemampuan berjalan
i) Kemampuan duduk dan kemampuan berdiri
c. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan
secara mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Gangguan persepsi kognitif
2) Imobilisasi
3) Gangguan neuromuskular
4) Kelemahan atau paralis
5) Pasien dengan traksi
Kemungkinan data yang ditemukan:
1) Gangguan dalam pergerakan
2) Keterbatasan dalam pergerakan
3) Menurunya kekuatan otot
4) Nyeri saat pergerakan
5) Kontraksi dan atrofi otot.
Kondisi klinis:
1) Fraktur, kasus dengan traksi
2) Rematik artritis
3) Stroke
4) Depresi
20
5) Gangguan neuromuskuler.
d. Intervensi
Kriteria hasil
1) Pasien dapat menunjukan peningkatan mobilitas
2) Pasien mengatakan terjadi peningkatan aktivitas.
Intervensi :
a) Pertahankan postur tubuh dan posisi yang nyaman
Rasional : mencegah iritasi dan mencegah komplikasi
b) Cegah pasien jatuh, berikan pagar pengaman pada tempat
tidur
Rasional : mempertahankan keamanan pasien
c) Lakukan latihan aktif maupun pasif
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
d) Lakukan fisioterapi dada dan postural drainase
Rasional : meningkatkan fungsi paru
e) Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi
Rasional : mempertahankan tonus otot
f) Berikan terapi nyeri jika ada indikasi nyeri sebelum atau
setelah latihan
Rasional: Mengurangi rasa nyeri
g) Kolaborasi dengan fisioterapi dalam progam latihan
Rasional : Kerjasama dalam perawatan holistic
h) Lakukan latihan ROM aktif maupun pasif.
21
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
e. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan dimana rencana tindakan dilakukan dan melaksanakan
intervensi atau aktivitas yang telah ditentukan. Implementasi adalah
aktualisasi dari rencana perawat melalui intervensi keperawatan
(Mutaqin, 2008).
f. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan menilai seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaanya berhasil dicapai. Evaluasi
dilakukan bersama pasien sehingga perawat dapat mengambil
keputusan untuk mengakhiri rencana tindakan keperawatan (pasien
mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan) dan meneruskan rencana
tindakan. tahapan yang menentukan apakah tujuan dari intervensi
tersebut tercapai atau tidak. Evaluasi menggunakan metode SOAP
(subjektif, Objektif, Assesment, Planning) (Nursalam, 2014).
22
B. Medis
1. Pengertian Stroke Non Hemoragik
Stroke merupakan defisit neurologis yang mempunyai awitan
tiba-tiba, berlangsung lebih 24 jam dan disebabkan oleh penyakit
serebrovaskuler. Stroke terjadi saat terdapat gangguan aliran darah ke
bagian otak, aliran darah terganggu karena adanya sumbatan
pembuluh darah karena trombus atau embolus, atau ruptur pembuluh
darah (Morton, Fontaine, Hudak & Gallo, 2011).
Stroke Non Hemoragik merupakan suatu penyakit yang
diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang
terserang yang apabila tidak ditangani dengan segera akan berakhir
dengan kematian bagian otak tersebut (Junaidi, 2011). Stroke Non
Hemoragik disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat gumpalan
aliran darah baik itu sumbatan karena trombosis (penggumpalan darah
yang menyebabkan sumbatan di pembuluh darah) atau embolik
(pecahnya pembuluh darah, udara atau benda asing yang berada di
pembuluh darah sehingga dapat menyumbat pembuluh darah di otak)
ke bagian otak (Black and Jane, 2009).
Berdasarkan pengertian Stroke yang disampaikan beberapa
pakar diatas, maka stroke iskemik adalah gangguan peredaran darah
ke otak yang disebabkan oleh sumbatan arteri besar pada sirkulasi
serebrum dan dapat mengakibatkan kematian.
23
2. Klasifikasi Stroke
Menurut Ariani (2012) Gangguan peredaran darah otak atau
Stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu Stroke Non-Hemoragik dan
Stroke Hemoragik.
a. Non-hemoragik atau iskemik
(1) Serangan Iskemik Sepintas (Transient Ischemic Attack-TIA).
TIA merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode
serangan sesaat dari suatu disfungsi serebral fokal akibat
gangguan vaskular, dengan lama serangan sekitar 2-15 menit
sampai paling lama 24 jam.
(2) Defisit Neurologis Iskemik Sepintas (Reversible Ischemic
Neurology Deficit-RIND).
Gejala dan tanda gangguan neurologis yang berlangsung lebih
lama dari 24 jam dan kemudian pulih kembali (dalam waktu
kurang dari tiga minggu).
(3) In Evolutional atau Progeressing Stroke.
Gejala gangguan neurologis yang progresif dalam waktu enam
jam atau lebih.
(4) Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke).
Gejala gangguan neurologis dengan lesi-lesi yang stabil selama
periode waktu 18-24 jam, tanpa adanya progesivitas lanjut.
24
b. Stroke Hemoragik
Perdarahan intrakranial dibedakan berdasarkan tempat
perdarahannya, yakni di rongga subraknoid atau dalam perenkim
otak (intraserebral). Ada juga perdarahan yang terjadi bersamaan
pada kedua tempat di atas seperti : perdarahan subaraknoid yang
bocor ke dalam otak atau sebaliknya. Selanjutnya gangguan-
gangguan arteri yang menimbulkan perdarahan otak spontan
dibedakan lagi berdasarkan ukuran dan lokasi regional otak.
3. Etiologi
Menurut Oktavianus (2014) menjelaskan penyebab dari Stroke
Non Hemoragik adalah :
a. Timbulnya trombosis
Trombosis merupakan pembentukan plak pada pembuluh darah
yang disebabkan karena kadar lemak dalam darah.
b. Timbulnya emboli
Emboli merupakan plak yang lepas dari perletakan dinding
pembuluh darah mengalir mengikuti aliran darah. Emboli biasanya
menyebabkan sumbatan di pembuluh darah yang menyebabkan
hambatan aliran darah.
c. Akibat kerusakan arteri yaitu : Usia, Hipertensi, DM.
Pembuluh darah yang mengalami degeneratif seiring bertambahnya
usia seorang Hipertensi dan DM menyebabkan dinding pembuluh
25
darah mengalami pergeseran sehingga tidak elastis lagi ketika harus
berkompensasi terhadap perubahan tekanan darah.
4. Manisfestasi Klinik
Menurut Ariani (2012) manisfestasi klinis stroke adalah sebagai
berikut.
a. Defisit lapang penglihatan
1. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang
penglihatan)
Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan,
penglihatan, mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan
menilai jarak.
2. Kehilangan pengelihatan perifer
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau
batas objek.
3. Diplopia
Penglihatan ganda.
b. Defisit motorik
1. Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2. Ataksia
26
Berjalan tidak mantap, tegak. Tidak mampu menyatukan kaki
pada sisi yang sama. Paralis wajah (karena lesi pada malam
hari, tidak menyadari objek atau batas objek.
3. Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata.
4. Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
c. Defisit verbal
1) Afasia ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin
mampu bicara dalam respons kata tunggal.
2) Afasia reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu
bicara tetapi tidak masuk akal.
3) Afasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
d. Defisit kognitif
Penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi, alasan abstrak buruk, dan perubahan penilaian.
e. Defisit emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan
27
stres, depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah,
serta perasaan isolasi.
5. Patofisiologi
Oktavianus (2014) menjelaskan pada stroke trombotik, okulasi
disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak
karena thrombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran
darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan
iskemi yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam
daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan akan
terjadi nekrosis. Lokasi yang paling sering pada stroke trombosis
adalah di percabangan arteri carotis besar dan arteri vertebra yang
berhubungan dengan arteri basiler. Onset Stroke trombotik biasanya
bejalan lambat.
Stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari
bagian tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di
pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah
percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis di bagian
tengan atau Middle Carotid Artery (MCA). Dengan adanya sumbatan
oleh emboli akan menyebabkan iskemi.
6. Komplikasi
Menurut Nurarif (2013) komplikasi stroke antara lain :
a. Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
28
1. Edema serebri : defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan
akhirnya menimbulkan kematian.
2. Infark miokard : penyebab kematian mendadak pada Stroke
stadium awal.
b. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari)
1. Pneumonia : akibat immobilisasi lama.
2. Infark miokard
3. Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca strok, sering
kali penderita mulai mobilisasi.
4. Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat.
c. Komplikasi jangka panjang
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain: penyakit
vaskuler perifer.
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Oktavianus (2014).
a. MRI (Magnetic Resonance Imaging) : Pemeriksaan MRI
menunjukan daerah yang mengalami infark atau hemoragik.
b. EEG (Electro Enchepalografi) : Pemeriksaan EEG memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
c. Ultrasonografi Dopler : Pemeriksaan Ultrasonografi Doppler
mengidentifikasi penyakit arteriovena.
29
d. Sinar X/foto Rontgen : Pemeriksaan foto rontgen menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal.
e. CT Scan : Pemeriksaan CT Scan memperlihatkan adanya edema,
hematoma, iskemia, dan adanya infark.
f. Angiografi Serebral : Pemeriksaan angiografi serebral membantu
menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri.
g. Pungsi Lumbal : Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan adanya
tekanan normal. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukan adanya perdarahan.
8. Penatalaksanaan
Menurut Oktavianus (2014) Untuk penatalaksanaan umum ini
digunakan pedoman 5B yaitu :
a) Breathing : Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan bahwa fungsi
paru-paru cukup baik. Pengobatan dengan oksigen hanya perlu
bila kadar oksigen darah berkurang.
b) Brain : Edema otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi.
Bila terjadi edema otak, dapat dilihat dari keadaaan penderita
yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan
funduskopi, dapat diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-
kejang yang timbul dapat diberikan Diphenylhydantoin atau
Carbamazepin.
30
c) Blood : Pengobatan hipertensi pada fase akut dapat mengurangi
tekanan perfusi yang justru akan menambah iskemik lagi. Kadar
Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak.
Pemberian infus glukosa harus dicegah karena akan menambah
terjadinya asidosis di daerah infark yang ini akan mempermudah
terjadinya edema. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
d) Bowel : Defakasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari
terjadinya obstipasi karena akan membuat pasien gelisah. Nutrisi
harus cukup bila perlu diberikan nasogastric tube.
e) Bladder : Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan
samapai terjadi retentio urinae. Pemasangan kateter jika terjadi
inkontinensia.
31
9. Kerangka Teori
gambar 2.1 kerangka teori
Keterangan : Yang dilakukan Penelitian.
Faktor-Faktor risiko stroke:
perokok, usia lanjut, hipertensi
Aterosklerosis, trombus dan emboli
Menyumbat pembuluh darah otak
Suplay darah ke otak turun
Iskemia dan hipoksia jaringan otak
Stroke Non Hemoragik
Gangguan Fungsi motorik
Disartria
disfasia/afasia,
apraksia
Kerusakan
komunikasi
verbal
Bedrest
Defisit
perawatan
Diri
Gangguan
Intergritas kulit Disfungsi
bahasa dan
komunikasi
Kehilangan
Kontrol
volunter
Hemipelgi dan
Hemiparesis
Gangguan
Mobilitas Fisik
ROM Pasif
1. Melatih pergerakan
sendi
2. Melatih pergerakan
anggota tubuh
32
10. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
STROKE NON HEMORAGIK
Gangguan
Mobilitas Fisik
ROM Pasif
1. Melatih pergerakan sendi
2. Melatih pergerakan
anggota tubuh
Kekuatan Otot
Meningkat
33
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Rancangan studi kasus
Studi kasus ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
pemberian terapi Range Of Motion (ROM) pasif, guna meningkatkan
kekuatan otot dan mencegah terjadinya kontraktur sendi. Sehingga desaian
studi kasus ini menggunakan jenis dan rancangan deskripif dengan metode
pendekatan asuhan keperawatan.
B. Subyek studi kasus
Pada studi kasus ini, penulis mengambil dua pasien kelolaan
dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik. Penulis melakukan proses
keperawatan yang berfokus pada tindakan ROM pasif untuk mengatasi
gangguan mobilias fisik pada pasien Stroke Non Hemoragik.
C. Definisi Operasional (DO)
1. Stroke Non Hemoragik adalah pasien yang mengalami gangguan
peredaran darah ke otak yang disebabkan karena trhombosis dan
emboli, sehingga menyebabkan seorang penderita mengalami
kelumpuhan atau kematian yang telah di diagnosa oleh dokter melalui
catatan rekam medis
2. ROM pasif merupakan latihan pergerakan yang dilakukan perawat
untuk menggerakan persendian pasien sesuai rentang geraknya.
Kegiatan latihan yang bertujuan untuk memelihara fleksibilitas dan
34
mobilitas sendi. Latihan ROM dapat menggerakan persendian
seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang dan tidak
menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakan
3. Kekuatan Otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi dan
menghasilkan gaya pada suatu kontraksi dengan beban maksimal.
D. Tempat dan waktu
Studi kasus ini akan dilaksanakan pada bulan January 2018
bertempatkan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten.
E. Pengumpulan data
1. Metode
Pengumpulan data pada studi kasus ini menggunakan dua sumber,
yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
1) Anamnesa
Anamnesa digunakan untuk menggali informasi mengenai
permasalahan yang dialami atau dirasakan oleh pasien.
2) Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan pengamatan
langsung yang dapat dilakukan dengan menggunakan seluruh
alat indera.
3) Pemeriksaan fisik
Merupakan suatu tindakan untuk mengkaji bagian tubuh pasien
baik secara lokal atau head to toe guna memperoleh
35
informasi/data dari keadaan pasien secara komprhensif untuk
menegakkan suatu diagnosa.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara. Media perantara yang
digunakan adalah rekam medis RSUP Dr. Soeradji Tirtonardi yang
menyajikan informasi pasien mengenai identitas, diagnosa medis,
pemeriksaan penunjang, dan lain-lain.
2. Instrumen
Instrumen yang digunakan pada studi kasus ini adalah format asuhan
keperawatan, lembar observasi, dan Standar Operating Prosedure
(SOP) ROM yang telah dibuat mulai dari fase orientasi, pelaksanaan,
fase terminasi sampai dokumentasi.
F. Metode Analisa Data
Studi kasus ini menggunakan metode pendekatan asuhan
keperawatan yaitu membuat gambaran pemenuhan kebutuhan ROM pasif
pada pasien Stroke Non Hemoragik. Sedangkan teknik analisa data
menggunkan analisa deskriptif yang meliputi subyektif dan obyektif.
G. Etika studi kasus
Etika yang harus diterapkan dalam studi kasus tersebut, yaitu:
1. Informed Consent (persetujuan)
Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti memperkenalkan diri,
memberikan penjelasan tentang judul studi kasus, deskripsi tentang
36
tujuan pencatatan, menjelaskan hak dan kewajiban pasien. Setelah
dilakukan pejelasan kepada pasien, peneliti meminta persetujuan
kepada pasien, apabila kondisi pasien tidak memungkinkan seperti
saat sedang mengalami penurunan kesadaran, peneliti meminta
persetujuan kepada keluarga pasien tentang dilakukannya penelitian.
2. Anominity (tanpa nama)
Pada studi kasus ini penulis menuliskan dengan inisial nama depan
pasien.
3. Confidentiality ( kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, dan hanya
kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
4. Ethical Clearance (kelayaan etik)
Ethical Clearance merupakan keterangan tertulis yang diberikan oleh
komisi etik penelitian untuk riset yang melibatkan makhluk hidup
(manusia hewan dan tumbuhan) yang menyatakan bahwa suatu
proposal riset layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan
tertentu.
Rancangan penelitian yang telah memenuhi kaidah etik penelitian
dibuktikan dengan surat ethical clearance yang diberikan oleh komisi
etik penelitian yang sudah disahkan oleh institusi pendidikan. Surat ini
bertujuan agar responden diperlakukan sesuai hak dan tidak
menimbulkan bahaya atau kerugian bagi responden penelitian.
37
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, T. A. (2012). Sistem Eurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika.
Barbara, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &
Praktik Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Black, M. J. & Hawks, H. J., (2009). Medical Surgical Nursing: Clinical
Magement For Continuity Of Care, 8th ed. Philadephia: W. B. Saunders
Company.
Carpenito, I. J. (2009). Nursing Care Plans. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A dan Musrifatul, U. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia buku
1 edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Junaidi, I. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogjakarta: C.V Andi Offset.
Khairatunnisa dan Dian Maya Sari. 2017. Faktor Risiko Yang Berhubungan
Dengan kejadian Stroke Pada Pasien Di RSU H. Sanudin Kutacane
Kabupaten Aceh Tenggara. Jurnal Jumantik Volume 2, No 1, Mei 2017.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta:
BalitbangKemenkes RI. (online).
http://www.depkes.go.id/resources/donwload/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf Diakses tanggal 10 Oktober 2018.
Lukman, Ningsih. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Lany, dkk. (2007). STROKE. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Marton, Patricia, dkk. (2011). Keperawatan Kritis Pendekatan Praktis Edisi 8.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mubarak, W.I, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika.
Mufidaturrohmah. (2017). Buku Referensi Ilmu Dasar Keperawatan. Yogyakarta:
Gava Medika.
Muttaqin, A. (2008). Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurhidayah. (2014). Latihan Range Of Motion (ROM). Medan: Fakultas
Keperawatan USU.
Nurarif, A. H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Media Action
Publishing.
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Oktavianus. (2014). Asuhan Keperawatan pada Neurobehavior. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of nursing: Fundamental
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, (2013). (online)
http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/profil 2015
fix.pdf Diakses tanggal 10 Oktober 208
Rahayu, K. I (2015). Pengaruh Pemberian Latihan ROM terhadap Kemampuan
Mototrik Pada Pasien Post stroke di RSUD Gambiran. Jurnal keperawatan
Tarwoto dan Wartonah. 2015. “Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan”. Jakarta: Salemba Medika.
WHO. (2016). Stroke Statistics. Retrieved from
http://www.strokecenter.org/patients/about-stroke/stroke-statistic/
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami
Studi kasus yang dilakukan dengan judul :
PEMBERIAN ROM PASIF DALAM MENINGKATKAN MOBILITAS
FISIK PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUP Dr.
SOERADJI TIRTONEGORO
Yang dibuat oleh :
Nama : Novia Dwi Nugrahani
NIM : P27220016 083
Dengan ini saya menyatakan kesediaan untuk berperan serta menjadi subjek
studi kasus dan bersedia melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang
diperlukan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
Yang membuat pernyataan,
__________________________
Lampiran 5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE
LATIHAN ROM
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Menggerakan sendi ekstermitas atas secara aktif atau pasif
TUJUAN 1. Menjaga dan mengembalikan kelenturan sendi
2. Meningkatkan vaskularisasi atau sirkulasi pembuluh
darah
3. Mencegah kontraktur
KEBIJAKAN Pasien dengan keterbatasan rentang gerak dan imobilisasi
PETUGAS Perawat/ Mahasiswa keperawatan
PERALATAN 1. Handyk kecil
2. Lotion
3. Penghangat/WWZ dan sarungnya
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama
pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi pasien
2. Mengahngatkan sendi yang akan di latih ± 10
menit dan memberi lotion bila perlu
3. Melatih sendi-sendi secara bergantian (setiap
gerakan ± 8 kali gerakan)
a. Bahu
1) Menggerakan lengan Fleksi-Ekstensi-
Hiperekstensi
2) Menggerakan lengan Abduksi-Adduksi
3) Menggerakan lengan Pronasi(Rotas ke
dalam) dan Supinasi (rotasi ke luar)
4) Menggerakan lengan Sirkumduksi
(lingkaran penuh)
b. Siku
1) Menggerakan lengan bawah Fleksi-
Ekstensi
c. Lengan Bawah
1) Menggerakan Pronasi (rotasi ke dalam)
dan Supinasi (rotasi ke luar)
d. Pergelangan Tangan
1) Menggerakan Ekstensi-Fleksi-
Hiperekstensi
2) Menggerakan lengan Abduksi (ke arah
ulnaris) dan Adduksi (ke arah radialis)
e. Jari-jari
1) Menggerakan Ekstensi-Fleksi-
Hiperekstensi
2) Menggerakan Abduksi-Adduksi
f. Ibu Jari
1) Menggerakan Fleksi-Ekstensi
2) Menggerakan Abduksi-Adduksi
3) Oposisi (menyentuh jari-jari)
g. Panggul
1) Menggerakan kaki Fleksi-Ekstensi-
Hiperekstensi
2) Menggerakan kaki Abduksi-Adduksi
3) Menggerakan kaki Pronasi-Supinasi
h. Lutut
1) Menggerakan lengan bawah Fleksi-
Ekstensi
i. Pergelangan Kaki dan Tangan
1) Menggerakan dorso Fleksi-Ekstensi
2) Menggerakan Inversi-Eversi
j. Jari-jari Kaki
1) Menggerakan Fleksi-Ekstensi
2) Menggerakan Abduksi-Adduksi
4. Merapihkan Pasien
D. Tahap Terminasi
1) Mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan
2) Berpamitan dengan pasien
3) Membereskan dan merapihkan alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
Lampiran 6
Format Penilaian Kekuatan Otot
Nama Paien :
Umur :
Hari/tanggal :
Bagian tubuh yang dilakukan ROM :
Keadaan Fungsi Otot Nilai % dari Normal Hasil (√)
Tidak terdapat kontraksi otot 0 0
Sedikit gerakan/tegangan 1 10
Terdapat gerakan, tetapi tidak
mampu menahan gravitasi
2 25
Terdapat gerakan dan mampu
menahan gravitasi
3 50
Mampu melawan gravitasi dan
sedikit tahanan
4 75
Mampu melawan gravitasi dan
tahanan yang kuat.
5 100
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Novia Dwi Nugrahani
Institusi : Politeknik Kesehatan Surakarta
Jurusan : Prodi Diploma-III Keperawatan
Dengan ini meminta Anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam
penelitian studi kasus yang berjudul “Pemberian ROM Pasif Dalam
Meningkatkan Mobilitas Fisik pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSUP
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”. Tujuan dari studi kasus ini untuk
menggambarkan tindakan pemberian terapi ROM pasif untuk mengatasi
gangguan mobilitas fisik pada pasien Stroke Non Hemoragik.
Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara dengan
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang lebih 15-20
menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi Anda tidak
perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan
keperawatan.
Keuntungan yang Anda peroleh dalam keikutsertaan Anda pada penelitian
ini adalah Anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan
keperawatan atau tindakan yang diberikan. Nama dan jati diri Anda beserta
seluruh informasi yang Anda sampaikan akan tetap dirahasiakan. Jika Anda
membutuhkan informasi sehubung dengan penelitian ini, silahkan
menghubungi peneliti pada nomor Hp : 08571200650
Peneliti
Novia Dwi Nugrahani
NIM. P27220016 083
Lampiran 4
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Hal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth,
Direktur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Novia Dwi Nugrahani
NIM : P27220016 083
Jurusan : Prodi Diploma-III Keperawatan
Status : Mahasiswa Politeknik Kesehatan Surakarta
Dengan ini mengajukan permohonan untuk meneliti di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk tugas akhir
dalam penyusunan karya tulis ilmiah, dengan judul “Pemberian ROM Pasif
Dalam Meningkatkan Mobilitas Fisik pada Pasien Stroke Non Hemoragik di
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro”.
Demikian surat permohonan izin ini saya buat dengan sebenar-benarnya,
atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
Novia Dwi Nugrahani
Recommended