View
23
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
“RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa kritis
penafsiran IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ atas Q.S. al-
Baqarah Ayat 30 dan 102”
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Nurhabibah
Nim : 11150340000306
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
“RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa kritis
penafsiran IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ atas Q.S. al-
Baqarah ayat 30 dan 102”
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag)
Oleh :
Nurhabibah
Nim : 11150340000306
Pembimbing
Moh. Anwar Syarifuddin, MA.
NIP: 19720518 199803 1 003
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
dc
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (ANALISA KRITIS PENAFSIRAN IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ ATAS Q.S. AL-BAQARAH AYAT 30 DAN 102 telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 02 Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Jakarta, 22 September 2020
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Eva Nugraha, M.Ag Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004
Anggota, Penguji I, Penguji II,
Dr. M. Suryadinata, M.Ag Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA NIP. 19600908 1989 1 005 NIP. 19711003 199903 2 001
Pembimbing,
Moh Anwar Syarifuddin, MA NIP. 19720518 199803 1 003
iii
ABSTRAK
Nurhabibah, NIM 11150340000306
“RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa kritis
penafsiran IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ atas q.s. al-
baqarah ayat 30 dan 102”
Penelitian ini membahas mengenai riwayat Israiliyyat dalam tafsir
analisis penafsiran Ibnu Katsīr dalam tafsir al-Qur‟an al-„Azīm, al-Ṭabarī
dan Hamka dalam tafsir al- Azhar atas Q.S. al- Baqarah (02): 30 dan 102.
Permasalah yang diangkat dalam penelitian ini, menjawab ganjalan penulis
dalam membaca sebuah teks terkait pemahaman surat al-Baqarah ayat 30
dan 102 tentang adanya riwayat Israiliyyat dalam tafsiran bahwa Allah
turunkan malaikat lalu diturunkannya di muka bumi seperti bani Adam.
Oleh sebab itu kiranya penting bagi penulis untuk mengkaji dua ayat di atas
keterkaitan analisa kritis penafsiran ibn Kaṣīr, Hamka dan al-Ṭabarī atas q.s.
al-baqarah ayat 30 dan 102”. Hal ini berkaitan sekali dengan aqidah umat
Islam dalam mempercayai malaikat.
Peneliti menggunakan metode Deskriptif Analitis yaitu metode penyajian
fakta secara sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami dan
disimpulkan. Dalam hal ini penulis berupaya menelusuri bagaimana
penafsiran Ibn Katsīr, al-Ṭabarī dan Hamka terhadap kedua ayat di atas yang
menjelaskan tentang riwayat dalam pandangan muffasir . Lantas bagaimana
penafsiran Ibn Katsîr al-Ṭabarī dan Hamka dalam menjelaskan mengenai
riwayat israiliyyat dalam tafsir atas Q.S al-Baqarah ayat 30 dan 102? Dari
penjelasan yang diungkapkan dalam penafsiran Ibnu Katsīr al-Ṭabarī dan
Hamka menafsirkan Q.S. al-Baqarah (02): 30 dan 102 menjelaskan ihwal
malaikat, Pada umumnya, yang banyak penulis temukan dalam beberapa
referensi menjelaskan bahwa jumhur ulama sepakat mengatakan bahwa
Hārūt dan Mārūt adalah dua malaikat, ada juga berpendapat dua raja yang
diutus Allah di negeri Babilonia dalam bentuk rupa manusia dan dalam jenis
laki-laki untuk mengajarkan sihir kepada manusia, Sehingga orang-orang
pada masa itu dapat membedakan antara sihir dan mukjizat, agar tidak
tertipu rayuan setan dan tidak ragu dalam menerima dakwah Nabi.
Adapun dua malaikat yang Allah turunkan di dunia, seperti bani Adam
dan melakukan perbuatan maksiat itu ternyata hanyalah sebuah cerita
israilliyat yang sekiranya bagi kita penganut agama Islam tidaklah patut
mempercayai riwayat tersebut. Ini adalah hadis yang derajatnya gharib.
Kata Kunci: Malaikat, Syahwat, Malaikaini.
iv
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Sebagai rasa syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, khususnya
berupa kekuatan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam penulis tujukan kepada Baginda Rasulallah Saw. yang telah
meninggalkan al-Qur‟an dan sunnah sebagai pedoman dalam menghadapi
berbagai persoalan dalam hidup dan kehidupan dunia ini. Demikian pula
kepada keluarga dan para sahabat setianya yang telah banyak berjasa dalam
menjelaskan kedua sumber pedoman hidup tersebut.
Penelitian skripsi ini sudah berlangsung sejak pertengahan tahun 2019,
akan tetapi disebabkan butuhnya penelitian yang lebih mendalam dan data-
data yang harus dicari, baru sekarang peneliti bisa merampungkan skripsi
ini. Selama perjalanan penulisan skripsi ini, promotor yang saya tujukan
sebagai pembimbing penulis adalah: kepada yang terhormat Moh Anwar
Syarifuddin, MA atas bantuannya, saya bisa menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul: “Riwayat Israiliyyat dalam Tafsir (Analisa Kritis Penafsiran Ibn
Kaṣīr, Hamka dan al-Ṭabarī atas Q.S. al-Baqarah Ayat 30 dan 102”.
Penulis menyadari betul, bahwa proses penyelesaian skripsi ini, telah
banyak melibatkan pihak, sekaligus banyak mendapatkan energi positif baik
bersifat materi, pikiran, fasilitas, motivasi dan lain sebagainya yang sulit
diungkapkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada
semuanya, penulis akan sampaikan secara khusus ungkapan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanudin Lubis, Lc., MA. selaku rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
3. Dr. Eva Nugraha, MA., Selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus sebagi dosen penasehat Akademik.
5. Moh Anwar Syarifuddin, MA. Selaku pembimbing penulis.
Terimakasih atas bimbingan yang berharga telah disampaikan untuk
penulis, keikhlasan waktu, dan tenaga. Jasa yang sangat mulia yang
tanpa bisa penulis balas kecuali dengan do‟a yang baik, juga selaku
salah satu Dosen di jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Dr. M. Suryadinata, M.Ag dan Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku
penguji skripsi, yang telah meluangkan waktu dan tenaga sekaligus
motivator dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Pimpinan Perpustakaan umum dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin
beserta staff, yang telah memberikan pelayanan berupa buku-buku
selama penulis menjalani proses menyelesaikan skrisi hingga
mengakhiri jenjang S1.
9. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Misda, dan Ibunda tercinta
Ropi‟ah. Terima kasih atas segala pengorbanan dan do‟a yang terbaik
yang tak terhingga untuk penulis (anak bungsu). Serta dukungan
moril, materil dan juga tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi yang tidak bisa di bayarkan dengan materi, hanya do‟alah yang
dapat penulis berikan. Serta kakak-kakak penulis, kak Omang
Romani, Ukhty Khumayyah yang sangan peduli, kak Ulul Ilmi (ibung)
vii
yang sangat sabar, pengertian dan yang selalu bisa menjadi teman
curhat kala sedih dan senang.
10. Paman tercinta dan tersayang Syafrudin Yahya (mang Sap) yang setia
membimbing dan semangat mendukung menghantarkan penulis dalam
mencari ilmu dari awal pesantren SMP sampai detik ini. Serta
keluarga besar Bapak Yahya (Alm) bani Abū Bakar yang selalu
kompak dalam menjalin silaturrahmi sesama sehingga memberi
semangat untuk penulis dalam mencari ilmu sampai saat ini.
11. Keluarga besar Yayasan Sabī luna, Abī yang mulia KH. Drs. Nasuha
Abū Bakar, MA Selaku pimpinan Yayasan Sabīluna, ummi Irene,
mimi Asiyah (almh) yang telah banyak memberikan banyak
pengorbanan untuk penulis dalam menuntut ilmu sampai bisa
menyelesaikan skripsi ini. dan seluruh keluarga besar Pon-Pes
Sabīluna, SMP Sabīluna, TPA Sabīluna, penulis ucapkan terima kasih
atas do‟a dan dorongan motifasi yang telah diberikan untuk penulis.
12. Sahabat kecil penulis, yaitu Nur Azizah, Junani dan Aminah yang
tetap setia menjadi sahabat dari mulai belajar iqra bersama di
kampung guwa kidul Cirebon sampai detik ini masih tetap setia walau
sudah punya tanggung jawab masing-masing yang berbeda-beda, tapi
mereka tetap menjadi sahabat terbaik yang selalu memberi semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir angkatan 2015
diantaranya teman semester 1 kelas G, khususnya untuk mbak Sicah
I‟anatillah Z yang setia menjadi teman sampai akhir proses
penyelesaian tulisan ini yang telah berjuang bersama dari awal
semester 1 sampai saat ini setia menjadi teman diskusi dan curhat,
semoga kita bisa mewujudkan cita-cita kita sesuai yang diharapankan.
viii
14. Teman-teman KKN INISIATIF yang sekarang menjadi keluarga baru
walau hanya membersamai selama empat puluh hari untuk bersama
berjuang mengabdikan diri kepada masyarakat Sangiang-Tangerang,
namun pertemuan yang sangan singkat itu menjadikan kita
silaturrahmi yang berkelanjutan sampai saat ini dan menjadi keluarga.
Penulis menyadari, meskipun skripsi ini merupakan hasil kerja keras dan
upaya maksimal, tentu penulis menyadari sebagai insan yang pasti ada
kekurangan dan keterbatas, sekaligus ini menjadi peluang untuk dikritik
oleh para pembaca. Terutama mereka yang faham dan menekuni dalam
bidang Ilmu Tafsir.
Lewat skripsi ini, penulis dapat mengungkapkan dan menyumbang
sejumlah informasi untuk para pembaca, berhubungan dengan masalah yang
belum pernah diteliti secara khusus sebelumnya. Dengan ridho Allah
penulis berharap ini bisa bermanfaat untuk pribadi penulis dan para
pembaca. Semoga dalam skripsi ini Allah berikan nilai ibadah dan mendapat
pahala dari-Nya. Aamiin.
Ciputat, 15 Februari 2020
Nurhabibah
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama
(SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.
Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
A. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat
pada halaman berikut:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan - ا
B Be ب
T Te ت
(ṡ Es (dengan titik di atas ث
j Je ج
(ḥ h (dengan titik di bawah ح
kh Ka dan Ha خ
d De د
(Ż Zet (dengan titik di atas ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
x
sy Es dan Ye ش
ṣ Es dengan titik di bawah ص
ḍ De dengan titik di bawah ض
ṭ Te dengan titik di bawah ط
ẓ Zet dengan titik di bawah ظ
Apostrof terbalik „ ع
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Qi ق
k Ka ك
l El ل
m Em م
n En ن
w We و
h Ha ھ
Apostrof ` ء
y Ye ي
xi
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan
tanda (‟).
B. Tanda Vokal
Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong. Untuk vokal tunggal
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ A Fatḥah
َ I Kasrah
َ U Ḍammah
Adapun untuk vokal rangkap, sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي َ Ai a dan i
و َ Au a dan u
Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad)
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ا Ā a dengan garis di atas ى
ي Ī i dengan garis di atas ى
xii
و Ū u dengan garis di atas ى
C. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf syamsiyah dan
huruf qamariyah.
al-Qamariyah ْير ن al-Munīr امل
al- Syamsiyah ال ر ج ْ al-Rijāl ال
D. Syaddah atau Tasydîd
Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan “ ّ “ ketika
dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu:
al-Qamariyah ة وَّ ق
ْ al-Quwwah ال
al- Syamsiyah ة ْور ر ض
ْ al-Ḍarūrah ال
E. Ta Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup atau
mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t].
Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata yang berakhir dengan ta
marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan
kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha
(h). Contoh:
No Kata Arab Alih Aksara
1 ة
ْيق ر
Ṭarīqah ط
xiii
ة 2 يَّ ْسالم ْ
ة لْا ع ام ج
ْ al-Jāmi‟ah al-Islāmiah ال
ْود 3ج و
ْة ال ْحد Waḥdat al-Wujūd و
F. Huruf Kapital
Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal
nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului
oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal
nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū
Hāmīd al-Gazālī, al-Kindī.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-
Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak
Nūr al-Dīn al-Rānīrī
G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa
Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau
kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa
Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak
lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur‟an (dari
al-Qur‟ān), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut
menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus
ditransliterasi secara utu,Contoh:
Fī ẓilāl al-Qur‟an
al-„Ibārāt bi „umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab
xiv
xv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 10
E. Metodologi Penelitian ............................................................. 13
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ISRAILIYYAT ................ 16
A. Pengertian Israiliyyat .............................................................. 16
B. Macam-macam Israiliyyat ...................................................... 18
C. Pandangan Ulama Terhadap Israiliyyat .................................. 20
D. Perawi Riwayat Israiliyyat ...................................................... 21
BAB III PROFIL TAFSIR DAN MUFASSIRNYA. .......................... 25
A. PROFIL IBN KAṢĪR DAN TAFSIR
AL-QUR‟AN AL-„AẒĪM .......................................................... 25
1. Biografi Ibn Kaṣīr (Lahir, Wafat dan Pendidikan
Ibn Kaṣīr) ......................................................................... 25
2. Karya-karya Ibn Kaṣīr ..................................................... 28
3. Karakteristik Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm Karya
Ibn Kaṣīr: Metode, Corak dan Sistematika Penulisan
Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm ............................................... 29
xvi
a. Metode Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm Karya
Ibn Kaṣīr ................................................................. 29
b. Corak Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm Karya
Ibn Kaṣīr ................................................................. 29
c. Sistematika Penulisan Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm
Karya Ibn Kaṣīr ...................................................... 29
B. PROFIL HAMKA DAN TAFSIR AL-AZHAR ....................... 31
1. Biografi Hamka (Lahir, Wafat dan
Pendidikan Hamka) ............................................................ 31
2. Karya-karya Hamka ........................................................... 33
3. Motivasi Hamka Menulis Tafsir Al-Azhar ......................... 34
4. Karakteristik Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm Karya
Ibn Kaṣīr: Metode, Corak dan Sistematika Penulisan
Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm .................................................. 37
a. Metode Tafsīr al-Azhar ............................................ 37
b. Corak Tafsīr al-Azhar ............................................... 38
c. Sistematika penulisan Tafsīr al-Azhar ...................... 39
C. PROFIL AL-ṬABARĪ DAN JAMI‟ AL BAYAN FI
TA‟WIL AY AL- QUR‟AN ...................................................... 40
1. Biografi Al-Ṭabarī (Lahir, Wafat dan Pendidikan al-Ṭabarī)
.......................................................................................... 40
2. Karya-karya Al-Ṭabarī ...................................................... 41
3. Karakteristik Tafsir Jami‟ Al Bayan Fi Ta‟wil
Ay Al- Qur‟an ................................................................... 42
a. Metode Tafsir Al-Ṭabarī ........................................... 42
b. Corak Tafsīr Al-Ṭabarī ............................................. 43
xvii
BAB IV : ANALISA PENAFSIRAN IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-
ṬABARĪ TERHADAP RIWAYAT ISRAILIYYAT ATAS Q.S. AL-
BAQARAH AYAT 30 DAN 102 .............................................................. 44
A. Ayat yang ditafsirkan, Asbab Nuzul, Munasabah…………. 44
B. Keinginan Malaikat terhadap Kehidupan yang Baik di Bumi ..... 47
C. Kurangnya Wawasan Keilmuan Malaikat ................................... 51
D. Bantahan atas Cerita Israiliyat bahwa Malaikat
Bersyahwat……………………………………………… 52
BAB V PENUTUP ............................................................................. .. 66
A. Kesimpulan .......................................................................... .. 66
B. Saran .................................................................................... .. 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ .. 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam keyakinan umat Islam, kepercayaan kepada malaikat merupakan
salah satu pokok ajaran Islam. Kepercayaan ini dinilai oleh ulama sebagai
salah satu rukun iman. Tidak sah iman seorang muslim apabila ia tidak
percaya dengan adanya malaikat dengan sifat-sifat yang dijelaskan agama.1
Dalil kepercayaan kepada para malaikat didasarkan firman Allah SWT.
dalam Q.S. al-Baqarah: 285.
ِبَما أُْنِزَل ِإلَْيِو ِمْن رَبِِّو َواْلُمْؤِمُنوَن ُكلٌّ آَمَن بِاللَِّو َوَمََلِئَكِتِو وَُكُتِبِو َوُرُسِلِو ََل آَمَن الرَُّسولُ ٥٨٢نُ َفرُِّق بَ ْيَن َأَحٍد ِمْن ُرُسِلِو َوقَاُلوا َسِمْعَنا َوَأَطْعَنا ُغْفَراَنَك رَب ََّنا َوِإلَْيَك اْلَمِصيرُ
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur‟an yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-
Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali".
Malaikat adalah Makhluk yang sangat taat kepada Allah, sempurna,
sesuai perintah-Nya, tidak melakukan sebelum dititahkan,2 sebagaimana
dalam firman Allah SWT. Q.S. al-Anbiyā` 21: 27.
٥٢ ََل َيْسِبُقونَُو بِاْلَقْوِل َوُىْم بَِأْمرِِه يَ ْعَمُلونَ “Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka
mengerjakan perintah-perintah-Nya”. (Q.S. al-Anbiyā` 21: 27).
1 M. Quraish Shihab, Yang Tersembunyi Jin, Iblis, dan Malaikat dalam Al-Qur‟an –
Sunnah, serta Wacana Ulama Masa Lalu dan Masa Kini (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
317. 2 Hakim Muda Harahap, Rahasia Al-Qur‟an Menguak Alam Semesta, Manusia,
Malaikat dan keruntuhan Alam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 154.
2
Malaikat diciptakan dengan tabiat taat kepada Allah, mereka tidak
memiliki kemampuan untuk berbuat maksiat.3 Sebagaimana firman-Nya.
Q.S. at-Taḥrīm:6
َها َمََلِئَكٌة يَا َأي َُّها الَِّذيَن آَمُنوا ُقوا َأنْ ُفَسُكْم َوَأىْ ِليُكْم نَارًا َوُقوُدَىا النَّاُس َواْلِحَجارَُة َعَلي ِْغََلٌظ ِشَداٌد ََل يَ ْعُصوَن اللََّو َما َأَمَرُىْم َويَ ْفَعُلوَن َما يُ ْؤَمُرونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. at-Taḥrīm:6).
Malaikat diciptakan dari cahaya kemuliaan, sebagaimana diriwayatkan
oleh Abū asy-Syaīkh dari „Ikrimah.4 Itu artinya malaikat diciptaan dari dzat
yang begitu istimewa. Peran mereka sebagai pesuruh Allah, sehingga
manusia menerima pesan-pesan Allah melalui perantaraan salah satunya
seperti Jibril as. menjadi alasan keberadaannya mesti diyakini
kebenarannya, beserta kebenaran kalamullah yang dibawakan, dan para
rasul yang menerimanya. Dari sinilah manusia mempunyai kewajiban
beriman kepada malaikat, yakin bahwa mereka adalah para hamba Allah
dan makhluk-Nya, mengakui kematian mungkin bagi mereka dan
membenarkan bahwa mereka adalah pesuruh dan utusan Allah.5
Barangsiapa yang ingkar dengan keberadaan malaikat, maka dia telah kafir,
keluar dari Islam.6
3 Umar Sulaiman, Rahasia Alam Malaikat Jin dan Setan (Jakarta: Qisty Pres, 2007), 29.
4Imam Jalaluddin as-Suyuti, Al-Haba‟ik fi Akhbar al-Malaikat, Terj Muhammad Al-
Migar, Menjelajah Alam Malikat terjemah dari Al-Haba‟ik fi Akhbar al-Malaik, cet.1
(Bandung: Pustaka Hidayah. 2005), 20. 5Imam Jalaluddin as-Suyuti, Al-Haba‟ik fi Akhbar al-Malaikat, 20.
6Abu Ka‟ab, “Iman Kepada Malaikat”. Diakses, https://muslim.or.id/6813-iman-
kepada-malaikat.html, tanggal 13 September 2011 pukul 21.49 WIB.
https://muslim.or.id/6813-iman-kepada-malaikat.htmlhttps://muslim.or.id/6813-iman-kepada-malaikat.html
3
Sebagaimana dipaparkan oleh Muhammad Quraish Shihab yang
mengurai rinci terkait ciri, sifat, kemampuan malaikat, dikatakan bahwa
dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap diperlihatkan ketakjuban dan
keajaiban yang datang pada diri seseorang. Dalam kehidupan, tidak jarang
pula manusia terbungkus dalam berbagai bentuk. Seseorang tidak akan tahu
rahasia di balik semua itu. Yang jelas, salah satu kemampuan Malaikat bisa
mengubah diri menjadi manusia.7
Penulis mengutip dalam buku yang ditulis oleh Imam as-Suyūthī
memberikan penjelasan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad didalam
Musnad-nya 2/134 Rasulullah Saw. bersabda “Ketika Allah SWT.
menurunkan Adam as. ke muka bumi, Malaikat berkata, “Wahai Tuhan,
mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi itu orang yang
membuat kerusakan kepadanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau? Allah
menjawab “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”.
(Q.S. 2:30). Lalu dalam percakapannya malaikat kembali bertanya “Wahai
Tuhanku, bahwasanya kami lebih taat kepada-Mu daripada anak-anak
Adam, Allah SWT. kembali berfirman “Bawalah (pilihlah dua malaikat
untuk kami turunkan ke bumi, sehingga kami dapat melihat apa yang
mereka berdua lakukan.” “Wahai Tuhan kami, (kami memilih) Harut dan
Marut”. Keduanya pun diturunkan di muka bumi.8 Riwayat di atas yang
menjadikan penulis ingin lebih dalam meneliti kajian tafsir mengenai respon
malaikat ketika Allah perintahkan untuk turun dimuka bumi. Yang akan
lebih fesifik dijelaskan dalam Q.S. al-Baqarah: 30 dan 102, dimana dalam
percakapannya itulah seperti adanya percakapan malaikat terhadap perintah
7 M. Quraish Shihab, Yang Halus dan Tak Terlihat: Malaikat dalam Al-Qur‟an (Jakarta:
Lentera Hati, 2010), 9-10.
8 Imam Falaluddin as-Suyuti, Al-Haba‟ik fi Akhbar al-Malaikat, 89-90.
4
Allah ketika malaikat mendengar akan diturunkannya seorang khalifah
dimuka bumi, dan penulis akan meneliti bagaimana kwalitas akan hadis di
atas.
Imam al-Suyūṭī juga menyebutkan dalam al-Dūrr al-Mantsūr, 1/98-99
menisbatkannya kepada Ibn Abī Hatim dan menshohihkannya bahwa Allah
SWT. menurunkan kedua malaikat Harut dan Marut kemuka bumi, diberi
syahwat9 seperti layaknya bani Adam.
10 Kisah Harut dan Marut juga
tercantumkan dalam firman Allah SWT. surah al-Baqarah: 102.
َياِطيَن َكَفُروا َياِطيُن َعَلى ُمْلِك ُسَلْيَماَن َوَما َكَفَر ُسَلْيَماُن َوَلِكنَّ الشَّ ُلو الشَّ َوات َّبَ ُعوا َما تَ ت ْْحَر َوَما أُْنِزَل َعَلى اْلَمَلَكْيِن بَِباِبَل َىاُروَت َوَماُروَت َوَما يُ َعلَِّماِن ِمْن يُ َعلُِّموَن النَّ اَس السِّ
ُهَما َما يُ َفرُِّقوَن بِِو بَ ْيَن اْلَمرْ َنٌة َفََل َتْكُفْر فَ َيتَ َعلَُّموَن ِمن ْ ِء َأَحٍد َحتَّى يَ ُقوََل ِإنََّما َنْحُن ِفت َْفُعُهْم َوَلَقْد َوَزْوِجِو َوَما ُىْم بِ َضارِّيَن ِبِو ِمْن َأَحٍد ِإَلَّ بِِإْذِن اللَِّو َويَ تَ َعلَُّموَن َما َيُضرُُّىْم َوََل يَ ن ْ
َعِلُموا َلَمِن اْشتَ َراُه َما َلُو ِفي اْْلِخَرِة ِمْن َخََلٍق َولَِبْئَس َما َشَرْوا ِبِو َأنْ ُفَسُهْم َلْو َكانُوا ٢٠١ يَ ْعَلُمونَ
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan
sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
orang malaikat di negeri BAbī l yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang
dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)
dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat
dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan
mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya
dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini
9 Di dalam diri manusia terkandung dorongan-dorongan yang mendesak manusia untuk
melakukan hal-hal yang memberikan kepada kepuasan seksual, kepuasan kepemilikan,
kepuasan kenyamanan dan kepuasan harga diri. 10
Imam Falaluddin as-Suyuti, Al-Haba‟ik fi Akhbar al-Malaikat, 89-90.
5
bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,
tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan
mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”. (Q.S.
Al-Baqarah: 102).
Dari ayat di atas banyak dari kalangan mufassir seperti al-Ṭabarī, Ibn
Kaṣīr, dan lainya menafsirkan kata “malakaini” dengan makna “dua
malaikat”, yang dimaksud di sini adalah Harut dan Marut.11
Dari berbagai
latar belakang masalah di atas terkait diturunkannya dua malaikat yakni
Harut dan Marut yang Allah SWT. turunkan mereka ke muka bumi dan
diberikannya syahwat bani Adam untuk menjalankan tugas-tugas mereka,
maka penulis tertarik untuk meneliti tema tersebut ke dalam sebuat skripsi
yang berjudul; “RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa
kritis penafsiran IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ atas Q.S. al-
Baqarah Ayat 30 dan 102”.
B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan masalah
1. Identifikasi Masalah
Penulis meyakini bahwasanya malaikat adalah makhluk ciptaaan Tuhan
yang paling tunduk dan patuh, namun terkait kata malaikat memiliki
keinginan seperti halnya bani adam dalam surah al-Baqarah ayat 30 terdapat
riwayat dalam buku Imam al-Suyūthī. menyebutkan dalam al-Dūrr al-
Mantsūr, 1/98-99 menisbatkannya kepada Ibn Abī Hatim dan
menshohihkannya bahwa Allah SWT. menurunkan kedua malaikat Harut
dan Marut ke muka bumi, seperti layaknya bani Adam. Sehingga peneliti
ingin mengkaji lebih dalam terkait persoalan riwayat hadis di atas bahwa
malaikat yang melakukan maksiat. juga diulas dalam tafsir Ibn Kaṣīr
bahwasanya Allah menurunkan dua malaikat ke muka bumi untuk
11Ibn Kaṣīr, al-Misbahul Munir fii Tahdzibii Tafsiiri Ibnu Katsir Jilid 1, cet.17
(Jakarta:Pustaka Ibnu Katsir), 284.
6
menjalankan tugasnya, yang untuk itu mereka menyerupai manusia.
Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah kebenarkan pendapat
Imam Al-Suyūṭī dalam bukunya Menjelajah Alam Malaikat mengatakan ada
dua malaikat yang dibahas dalam surah al-Baqarah ayat 102 adalah mereka
yang diutus oleh Allah ke muka bumi seperti bani Adam. Dan telah
ditemukan riwayat dalam Al-Dūrr al-Mantsūr, 1/98-99 menisbatkannya
kepada Ibn Abī Hatim dan menshohihkannya bahwa Allah SWT.
menurunkan kedua malaikat Harut dan Marut kemuka bumi, seperti
layaknya bani Adam. Ditemukan pula riwayat dalam karya Ibn Kaṣīr
tentang malaikat perihal q.s al-baqarah ayat 102 . Buya Hamka juga
penyampaikan dengan satu riwayat dalam tafsirannya yang dianggap
menurutnya adalah satu riwayat yang dahsyat kerena dalam riwayatnya di
tulis nama sahabat Rāsulallah yang shahih, yaitu Sayyidinā „Abdullah bin
„Umar. Buya Hamka menceritakan “konon katanya malaikat-malaikat
dilangit berbicara mengapa terlalu banyak anak adam yang durhaka kepada
Tuhan. Lalu apakah kedua malaikat itu memiliki keinginan seperti halnya
manusia? Bagaimakah sikap kedua malaikat itu ketika diperintahkan oleh
Allah untuk turun ke muka bumi layaknya seperti halnya manusia?
Bagaimana mufasir Ibn Kaṣīr dalam kitab Tafsir Al-Qur‟an Al-Aẓīm, al-
Tabari dan Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar mengemukakan
penafsiranya dalam kitab tafsirnya? Apakah memang keduanya malaikat
atau manusia? Apa persamaan dan perbedaan antara penafsiran Ibn Kaṣīr
dan Hamka mengenai sikap kedua malaikat itu, ketika diperintah Allah
untuk turun ke muka bumi dengan diberi syahwat seperti halnya manusia?
Alasan penulis menggunakan dua rujukan tafsir di atas adalah karena
penulis pertama kali mendapatkan permasalah di atas dari salah satu riwayat
dalam Al-Dūrr al-Mantsūr karya Imam al-Suyūthī. Termasuk corak bi al-
7
ma‟tsur /tafsir bi al-riwayah. Di sini ada Hierarki dalam penafsiran bi al-
ma‟tsur. Mulai dari al-Qur‟an bil Qur‟an, al-Qur‟an bil Sunnah, lalu al-
Qur‟an bil Qoul Sahabī , Qoul Tabī ‟in dan sebagainnya. Dengan Hierarki
kuwalitas penafsiran dibangun, dari yang paling utama sampai paling
rendah. Saya kira Tafsir al-Qur‟an al-„Aẓīm karya Ibnu Kasir yang
merepresentasikan karya tafsir abad pertengahan yang memakai corak bi al-
ma‟tsur /tafsir bi al-riwayah ini menerapkan hirearki penafsiran itu.
Kebetulan Ibn Kaṣīr sendiri adalah murid dari Ibn Taimiyyah. Ibn
Taimiyyah menerapkan hierarki dalam prosedur penafsiran dalam al-
Qur‟an.
Sedangkan alasan untuk mengkaji lebih dalam pandangan Hamka dalam
Tafsir al-Azhar karena Hamka juga penyampaikan dengan satu riwayat
dalam tafsirannya yang dianggap menurutnya adalah satu riwayat yang
dasyat kerena dalam riwayatnya ditulis nama sahabat Rasūlallah yang
shahih, yaitu Sayyidina „Abdullah bin „Umar. Buya Hamka menceritakan
“konon katanya malaikat-malaikat dilangit berbicara mengapa terlalu
banyak anak adam yang durhaka kepada Tuhan. Saya sebagai penulis ingin
lebih dalam mengkaji sehingga mendapatkan informasi yang benar. Kita
tahu juga Hamka begitu luar biasa dikenal publik masyarakat Indonesia
sebagai salah seorang ulama yang berpengaruh hingga saat ini, meski beliau
telah wafat lebih dari 30 tahun yang lalu. Sehingga penulis ingin
mengetahui persamaan dan perbedaan penafsiran dalam kedua ayat di atas
yaitu Q.S. Al-Baqarah (02): 30 dan 102) tentang malaikat yang diutus Allah
layaknya seperti bani Adam. Tujuannya agar mendapatkan informasi yang
lebih baik. Dari tafsir abad pertengahan dan modern. Sehingga peneliti ingin
mengkaji lebih dalam terkait bagaimana kedua mufasir menjelaskan
tafsirannya tentang sikap malaikat ketika di perintah Sehubungan dengan
8
hal-hal tersebut, maka penulis mendapatkan beberapa masalah yang akan di
kaji dalam skripsi ini, sebagai berikut:
a. Bagaimana kwalitas riwayat perihal malaikat yang Allah ciptakan
dan turunkan dimuka bumi, apakah seluruh malaikat atau pilihan
saja?
b. Bagaimana sikap dan peran malaikat dalam menjalankan tugas
sebagai malaikat, ketika diperintan oleh Allah turun ke bumi seperti
layaknya bani adam ?
c. Apakah sebenaranya kedua malaikat bersyahwat ?
d. Bagaimana penafsiran Ibn Kaṣīr, al-Tabari dan al-Azhar atas Q.S.
Al-Baqarah (02): 30 dan 102 berkaitan dengan analisa kritik hadis
malaikat ketika diperintah Allah untuk hidup di bumi.
2. Pembatasan Masalah
Kiranya akan lebih menarik jika penulis memaparkan poin “d” yang ada
pada identifikasi masalah, yaitu : Bagaimana penafsiran Ibn Kaṣīr, al-Tabari
dan al-Azhar atas Q.S. Al-Baqarah (02): 30 dan 102 berkaitan dengan
analisa kritik hadis malaikat ketika diperintah Allah untuk hidup di bumi.
Memaparkan pandangan yang menjelaskan malaikat yang diturunkan
layaknya seperti bani adam, yang dijelaskan dalam dua surah al-Baqarah
ayat 30 dan 102 menurut sebuah riwayat dalam al-Dūrr al-Mantsūr, 1/98-99
menisbatkannya kepada Ibn Abī Hatim dan menshohihkannya bahwa Allah
SWT. menurunkan kedua malaikat Harut dan Marut kemuka bumi, seperti
layaknya bani Adam, kemudian penulis mencari penjelasan tersebut di
dalam Tafsir Ibn Kaṣīr , al-Tabari dan Al-Azhar.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas dalam
penelitian ini, penulis ingin merumusakan masalah dalam kajian skripsi ini
9
yakni poin “d” yang ada dalam identifikasi masalah : Bagaimana penafsiran
Ibn Kaṣīr, al-Tabari dan al-Azhar atas Q.S. Al-Baqarah (02): 30 dan 102
berkaitan dengan analisa kritik hadis malaikat ketika diperintah Allah untuk
hidup di bumi ? .
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah:
a. Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi tugas akhir dan
memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) di Universitas Islam
Negeri Jakarta.
b. Mengetahui bagaimana penafsiran para mufassir dalam menafsirkan
ayat tentang kisah Hārūt dan Mārūt.
c. Mengetahui lebih lanjut bagaimana status riwayat yang ada dalam
penafsiran Ibnu kasir Tafsir al-Quran al-„Azhim, al-Tabari
dan tafsir Al-Azhar atas Q.S. Al-Baqarah (02): 30 dan 102)
berkaitan dengan analisa kritik hadis malaikat ketika diperintah
Allah untuk hidup di bumi.
d. Untuk membuktikan atas tulisan yang mengatakan malaikat yang
seperti halnya bani adam, dengan bukti bahwa malaikat adalah
makhluk Allah yang taat dan tunduk.
e. Sebagai penguat keimanan kita kepada malaikat agar akidah kita
tidak melenceng.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Peneliti berharap dapat memberikan wawasan bagi seluruh umat
Islam khususnya peneliti sendiri yang mempercayai akan Malaikat
adalah makhluk yang Mulia.
b. Menambah wawasan keilmuan Islam dalam tafsir al-Qur‟an.
10
c. meyakinkan akan keimanan oranng awam dengan menjelaskan
secara lebih mendalam tentang ketaatan Malaikat melalui pandangan
mufasir.
d. Penulis ingin memberikan sumbangsih kepada para pembaca,
khususnya bagi penulis sendiri akan manfaat dari karya ilmiyah ini.
D. Tinjauan Pustaka
Skripsi yang penulis ambil tema tentang malaikat hampir sama dengan
skripsi yang berjudul “Malaikat Perspektif Al-Qur‟an (Study komparatif
Penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab)”. Skripsi karya Zakiah M
Bandjar berisi tentang penciptaan fisik Malaikat, Hakikat Malaikat, dengan
membandingakn antara tafsi al-Misbah dan al-Azhar.12
Selanjutnya skripsi
dengan judul “Peran Malaikat dalam Kitab Suci (Study komparatif Kitab
Suci Al-Qur‟an dan Perjanjian Lama)”, Skripsi karya Joko Maryanto berisi
tentang persamaan dan perbedaan peran Malaikat dalam kitab suci Al-
Qur‟an dan dalam Perjanjian Lama.13
Selanjutnya skripsi tema Malaikat hanya saja karya ini dikemas dengan
penelitian lapangan, Dengan judul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar
Siswa Kelas X pada Pembelajaran Iman Kepada Malaikat di
Muhammadiyah Boarding School KAbūpaten Klaten Tahun Ajaran
2014/2015”, Karya Laila Mifatkhul Hasanah. Ada lagi Skripisi dengan judul
“Konsep Malaikat menurut Muhammad 'Abduh: studi atas Q.S al-
Baqarah/2:30 dan Q.s al-Infithar/82:11”, Skripsi karya Ahmad Rizal berisi
Konsep penciptaan Malaikat. Dalam skripsinya dia berfokus pada konsep
12 Zakiah M Bandjar, “Malaikat Perspektif Al-Qur‟an (Study komparatif Penafsiran
Hamka dan M. Quraish Shihab)” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin program Studi Tafsir
Hadis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 2014). 13
Joko Maryanto, Peran Malaikat dalam Kitab Suci (Study komparatif Kitab Suci Al-Qur‟an dan Perjanjian Lama) (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin universitas
Muhammadiyah: Surakarta, 2014).
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/18790http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/18790
11
malaikat, isi skripsinya hanya menjelaskan penjelasan secara umum apa itu
malaikat. juga menjelaskan arti penting malaikat dalam kehidupan menurut
pandangan abduh.14
Lalu ada skrispi dengan judul “Penggambaran malaikat dalam al-Quran
(studi perbandingan antara penafsiran Ibn Katsir dan Hamka”, Skripsi karya
Irfan Abdurrahmat berisikan tentang penggambaran sifat sifat Malaikat
dengan membandingkan kedua tafsir yaitu penafsiran Ibn Katsir dan
Hamka. Skripsi karya Irfan Abdurrahmat berisikan tentang penggambaran
sifat sifat Malaikat dengan membandingkan kedua tafsir yaitu penafsiran
Ibn Katsir dan Hamka, dalam skripsinya, beliau berfokus dalam menjelasan
gambaran malaikat yakni tentang hakikat malaikat sebenarnya laki-laki atau
perempuan, bersayap secara fisik atau metafisika dll. skripsinya dia, ingin
membantahkan penjelasan ahli filsafal. Berbeda dengan skripsi yang yang
berfokus pada sikap malaikat dalam menjalankan perintah Allah, dalam hal
ini ada pembangkanan malaikat terhadap perintah Allah, yang hal ini
dikuatkan oleh riwayat yang mengatakan ada malaikat yang diutus Tuhan
untuk turun ke bumi dan diberi syahwat seperti bani adam. Riwayat inilah
yang akan penulis lanjutkan penelitiannya menjadi sebuah skripsi.15
Judul
selanjutnya “Keberimanan kepada Malaikat dalam perspektif Pendidikan
Islam”. Jurnal Kependidikan Islam vol 2 nomor 1 2004, Karya Afifudin
Harizah. 16
Ada tema tentang malaikat, hanya saja ini lebih spesifik kepada
pembahasan malaikat jibril dengan judul“Jibril dalam Al-Qur‟an” Skripsi
14 Ahmad Rizal, “Konsep Malaikat menurut Muhammad 'Abduh: studi atas Q.S al-
Baqarah/2:30 dan Q.s al-Infithar/82:11, )” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin program Studi
Tafsir Hadis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 2003). 15
Irfan Abdurrahmat Penggambaran malaikat dalam al-Quran (studi perbandingan
antara penafsiran Ibn Katsir dan Hamka (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin program Studi
Tafsir Hadis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). 16
Afifudin Harizah “Keberimanan kepada Malaikat dalam perspektif Pendidikan
Islam”. Jurnal Kependidikan Islam vol 2 nomor 1 2004.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25820http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25820http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/18790http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/18790http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25820http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25820
12
karya Lukman Hakim berisikan tentang keistimewaan Malaikat jibril yang
sering di sebutkan dalam al-Qur‟an di bandingkan dengan Malaikat
lainnya.17
Ditemukan pula selanjutnya skripsi tema Malaikat dikemas dengan
penelitian lapangan, dengan judul “Efektifitas Hasil Belajar Pelajaran
Aqidah Akhlaq Materi Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah dan
Makhlauk Gaib selain Malaikat Pada Peserta Didik Kelas VII MTS NU 01
Bumi Jawa dengan Penggunaaan Mind Mapping”, skripsi Karya Syamsuf
Ma‟arif yang berisikan kajian studi kasus tentang penerapan materi terkait
pengetahuan murid MTS tentang materi iman kepda Malaikat. Fakultas
Tarbiyyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 2010.18
“Penafsiran Malaikat dalam Tafsir Al-Manar (Studi atas Tafsir Q.S. Al-
Baqarah ayat 34-35)” karya Susilo, Skripsi yang berisikan tentang
penafsiran Malaikat dalam tafsir al-manar dilihat dari Q.S. al-Baqarah ayat
34-35.19
“Implementasi Metode Tematik Al-Qur‟an Untuk Memahami
Makna Beriman Kepada Malaikat” Karya Munawar Rahmat M.Pd, Penulis
ingin menggali langsung dari Al-Quran melalui metode tematik Al-Quran
diharapkan makna beriman kepada para Malaikat dapat diungkap secara
lebih gamblang. Studi ini berusaha memahami keterkaitan makna tiga term
17 Lukman Hakim, Jibril dalam Al-Qur‟an (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin program
Studi Tafsir Hadis, Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2016). 18
Syamsuf Ma‟arif, Efektifitas Hasil Belajar Pelajaran Aqidah Akhlaq Materi Iman
Kepada Malaikat-Malaikat Allah dan Makhlauk Gaib selain Malaikat Pada Peserta Didik
Kelas VII MTS NU 01 Bumi Jawa dengan Penggunaaan Mind Mapping (Skripsi Fakultas
Tarbiyyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 2010). 19
susilo, Penafsiran Malaikat dalam Tafsir Al-Manar (Studi atas Tafsir Q.S. Al-
Baqarah ayat 34-35) (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin program Studi Tafsir Hadis,
Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2015).
13
berikut: Khalîfah fil ardhi, Malaikat, dan Iblis perspektif Al-Quran
berdasarkan pendekatan/metode tematik Al-Quran.20
Skripsi yang penulis ambil tema tentang Malaikat hampir sama dengan
kesepuluh penelitian tersebut. Akan tetapi, dari penelitian tersebut belum
ada yang spesifik membahas tentang bagaimana sikap kedua malaikat yang
telah dijelaskan dalam permasalah ketika diperintah Allah untuk turun ke
muka bumi dengan diberi syahwat seperti halnya manusia? Bagaimana
menurut pandangan Mufasir Ibn Kaṣīr dalam kitab Tafsir Al-Qur‟an Al-
Azim dan Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar mengemukakan penafsiranya
dalam kitab tafsirnya.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yakni
peneliti berusaha mendapatkan dan mengola data-data kepustakaan untuk
mendapatkan jawaban dari masalah pokok yang diajukan.
Metode yang digunakan dalam penulisan adalah Deskriptif Analitis yaitu
metode penyajian fakta secara sistematis sehingga dapat dengan mudah di
pahami dan di simpulkan.21
Sedangkan Analitis adalah mengurai sesuata
dengan tepat dan terarah. Yaitu sebuah model penelitian yang berupaya
menggali sejauh mungkin informasi yang terdapat dalam buku buku. Data-
data yang di peroleh oleh literature tersebut, kemudian dideskripsikan
secara lengkap lalu dianalisis.22
Deskripsi dilakukan yaitu setelah
mendapatkan data-data yang berkaitan dengan
20Munawar Rahmat, “Implementasi Metode Tematik Al-Qur‟an Untuk Memahami
Makna Beriman Kepada Malaikat”. Jurnal Pendidikan Agama Islam_Ta‟lim. Vol. 13, No.
1_2015). 21
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999), 6. 22
Didin, Saifuddin Bukhory, Metodelogi Study Islam, cet. 1 (Bogor: Granada Sarana
Pustaka: 2015), 23-24. untuk pengertian metodologi bias lebih lanjut baca Saifuddin
Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999), 6.
14
1. Pengumpulan data
a. Sumber data primer
Adapun literatur pokok yang menjadi acuan dalam penelitian adalah
penjelasana dalam tafsir Ibnu kasir Tafsir al-Qur‟an al-„Aẓim, Tafsir Jami‟
al-Bayan fi Ta‟wil al-Qur‟an dan tafsir al-Azhar karya Buya Hamka.
b. Sumber data Sekunder
Karya-karya ilmiyah yang menjadi penunjang dalam penelitian seperti,
buku yang berjudul menjelajah alam Malaikat, buku Malaikat pun bertanya.
Dan acuan lainnya seperti kitab-kitab tafsir, artikel artikel dan lainnya.
F. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan, penulis membagi menjadi lima bab, setiap
bab terdiri beberapa sub-sub yang yang dimaksudkan untuk mempermudah
dalam penyusunan serta mempelajarinya, dengan sistematika
Bab pertama, berisi pendahuluan yang akan mengulas perihal latar
belakang masalah, identifikasi pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penulis, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan diakhiri
dengan sistematika penulisan. Bab ini berusaha memberikan gambaran
singkat tentang masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
Bab kedua, membahas tinjauan umum tentang konsep atau gambaran
tentang pengertian malaikat, sejarah-sejarah malaikat, fungsi dan tugas
malaikat, dan sedikit pendapat mufasir dalam menafsirkan arti malaikat
secara global. ini adalah uraian secara umum untuk memberi penjelasan dari
sebuah permasalah pada bab pertama .
Bab ketiga ini menjelaskan tentang riwayat hidup (Biografi) dan metode
penafsiran meliputi: biografi Ibnu Kasir, latar belakang Tafsir al-Quran al-
„Aẓim, metode penafsiran Tafsir al-Quran al-„Aẓim, biografi Hamka, latar
belakang tafsir al-Azhar, metode penafsiran tafsir al-Azhar. Pada bab ini
15
sangat berpengaruh penting bagi peneliti untuk mencari informasi penelitian
sebagai bahan utama penelitian menggunakan pendapat mufassir di atas.
Bab keempat, dalam tulisan ini berisi tentang analisis pemapaparan
perbandingan perbedaan dan persamaan meliputi: interpretasi Ibnu Kasir
dalam Tafsir al-Quran al-„Aẓim, Tafsir Jami‟ al-Bayan fi Ta‟wil al-Qur‟an
dan Hamka dalam tafsir al-Azhar menafsirkan berkaitan dengan analisa
kritik hadis atas Q.S. al-Baqarah (02): 30 & 102) tentang malaikat ketika
diperintah Allah untuk hidup di bumi dengan sikap kedua Malaikat di
perintah Allah untuk ke muka bumi layaknya bani adam. Serta menjelaskan
bagaimana kebenaran sebenarnya tentang kedua Malaikat ketika Allah utus
di bumi. tetap menjadi kategori malaikat atau manusia, di sertakan
alasannya. Bab empat ini sangat berkesinambungan dengan bab
sebelumnya, bab sebelumnya sangat membantu bagi peneliti untuk
mengetahui metode penafsirannya. Di bab inilah sebagai bahan analisa
peneliti untuk menguraikan pembahasan yang lebih inti pada bagian skripsi.
Bab kelima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan sebagai
jawaban dari sebuah permasalah yang ada pada bab pertama, yang
didasarkan pada keseluruhan uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan
dalam bab-bab sebelumnya. Juga memuat saran-saran yang diperlukan.
Penulis menjawab permasalah penelitian yang diangkat.
16
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ISRAILIYYAT
A. Pengertian Israiliyyat
Pengertian Israiliyyat ditinjau dari segi etimologis, Israiliyyat merupakan
bentuk jamak dari kata Israiliyah. Yaitu bentuk kata yang dinisbahkan pada
kata Israil. Dalam bahasa Ibrani (Hebrew), Isra berarti hamba atau pilihan,
dan il berarti Allah, atau bisa diartikan dengan Abdullah (Hamba Allah).23
Israil adalah anak cucu keturunan Nabi Ya‟qub bin Ishaq bin Ibrahim a.s
dalam al- Qur‟an seringkali disebut Bani Israil dalam rangka mengingatkan
mereka terhadap nikmat-nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada nenek
moyang mereka dan agar mereka juga kembali ke jalan yang benar yang
telah dinyatakan di dalam kitab Taurat mereka yang asli menngenai
kerasulan Muhammad Saw.24
Para ulama menggunakan istilah Israiliyyat untuk riwayat yang didapat
dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, baik berupa kisah-kisah atau
dongengan yang umumnya berkaitan dengan fakta-fakta sejarah, keadaan
umat pada masa lampau dan berbagai hal yang pernah terjadi pada para nabi
dan Rasul, serta informasi tentang penciptaan manusia dan alam.25
Orang
Yahudi adalah Ahli Kitab yang banyak bergaul dengan orang Islam,
perdabannya paling tinggi bila dibandingkan dengan yang laiinnya, demikan
pula tipu daya yang digunakan untuk menghancurkan ajaran Islam yang
merupakan tindakan yang sangat berbahaya. Atas dasar inilah akhirnya kata
23 Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur„an dan Pengenalan Dasar Metodologi
(Bandung: Pustaka Islamika, 2002), 197. 24
Afrizal Nur, Dekontruksi Israiliyyat dalam tafsir al-Misbah, an-Nida: Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 39, No. 1, Januari-Juni 2014, 36. 25
Anshori, Ulumul Qur„an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Rajawali
Pers, 2014). 230
17
Israiliyyat sering dinisbahkan kepada kaum Yahudi.26
Karakter Bani Israil
telah diabadikan dalam al-Qur‟an, hal ini bukannya sebagai sejarah belaka,
tetapi melangkah lebih jauh dalam artian bahwa umat Islam harus tetap
waspada dan berhati-hati terhadapa pola dan tingkah laku serta tipu
dayanya, sekaliggus menjadi peringatan untuk tidak mengikuti jejak
mereka.27
Adapun Israiliyyat menurut pendapat para ulama diantaranya adalah:
1. Menurut al-Dzahabi, secara terminologi Israiliyyat adalah kisah-
kisah yang pada asalnya diriwayatkan orang Yahudi. Maksudnya,
setiap sesuatu yang masuk ke dalam tafsir dan hadits yang sumber
periwayatannya kembali pada sumber orang Yahudi, Nasrani, dan
yang lain. Atau lebih memperluas lagi definisi Israiliyyat ini,
sehingga meliputi cerita-cerita yang disusupkan oleh musuh-musuh
Islam, baik dari Yahudi atau lainnya ke dalam tafsir dan hadits, yang
sama sekali tidak dijumpai dasarnya dalam sumber-sumber cerita
lama, akan tetapi semua itu merupakan buatan musuh-musuh
Islam.28
2. Amin al-Khulli berpendapat bahwa Israiliyyat merupakan
pembauran kisah- kisah dari agama dan kepercayaan bukan Islam,
yang meresap masuk jazirah Arab Islam. Kisah-kisah tersebut
dibawa oleh orang-orang Yahudi yang sejak dulu berkelana ke arah
timur Babilonia dan sekitarnya, sedangkan ke arah Barat menuju
Mesir. Setelah kembali ke negara asal, mereka membawa
26 Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi‟i, Ulumul Qur„an (Bandung: Pustaka Setia,
2006), 240.
27 Basri Mahmud, Israiliyyat dalam Tafsir al-Thabari (al-Munzir Vol.8 No.2,
November 2015),162. 28
Muhammad Husein adz-Dzahabi, Israiliyat dalam Tafsir dan Hadits (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1993), 9.
18
bermacam-macam berita keagamaan yang mereka jumpai dari
negara-negara yang mereka singgahi.29
Ditarik kesimpulan bahwasanya Israiliyyat adalah sebuah kisah, cerita
atau dongeng yang berisikan bersumber dari orang non Islam baik sejalan
ataupun tidak sejalan dengan Islam.
B. Macam-macam Israiliyyat
Ada tiga macam israiliyyat
1. Kisah yang Benar (Shahih)
Kisah yang benar (shahih) Kategori ini termasuk kategori yang boleh di
terima dan diakui kebenarannya. Contohnya: Riwayat Bukhari dan
selainnya Ibn Mas‟ud r.a mengatakan: Datanglah salah seorang Habr
(pendeta kaum Yahudi), kepada Rasulullah SAW dan mengatakan “ Wahai
Muhammad, sesungguhnya kami mendapati (dalam kitab kami) bahwasanya
Allah SWT menjadikan langit-langit pada satu jari, bumi-bumi di satu jari
dan seluruh mahluk di satu jari, kemudian Allah SWT berfirman: “Akulah
Raja”. Rasulullah SAW lantas tertawa hingga terlihat gigi grahamnya
karena membenarkan perkataan sang Habr,30
kemudian beliau membaca
firman Allah SWT :
َماَواُت َمْطِويَّاٌت بَِيِميِنِو َوَما َقَدُروا اللََّو َحقَّ َقْدرِِه َواْْلَْرُض َجِميًعا قَ ْبَضُتُو يَ ْوَم اْلِقَياَمِة َوالسَّ
ا ُيْشرُِكونَ ُسْبَحانَُو َوتَ َعاَلى َعمَّ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan semestinya, padahal
bumi seluruhnya dalam genggamanNya pada hari kiamat dan langit
digulung dengan tangan kananNya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi
Dia dari apa yang mereke persekutukan.” ( Az-Zumar/39:67)
29 Muhammad Chirzin, al-Qur„an dan Ulumul Qur„an (Yogyakarta: Dana Bakti
Prima Yasa, 1998), 78. 30
Bukhori At-Tafsir no.4811 dan Muslim “Shifaatul Muanaafiqin Wa
Ahkaamuhun”, no.2786
19
2. Kisah yang palsu (dhaif) Adapun contohnya ialah: “seorang
wanita yahudi berkata bila di gauli dari belakang niscaya akan
mendapatkan anak yang juling matanya” di riwayatkan oleh
Bukhori dari jabir ra. Lalu turunlah firman Allah:
ُموا ِْلَنْ ُفِسُكْم َوات َُّقوا اللََّو ِنَساؤُُكْم َحْرٌث َلُكْم فَْأتُوا َحْرَثُكْم َأنَّى ِشْئُتْم َوَقدِِّر اْلُمْؤِمِنينَ َواْعَلُموا َأنَُّكْم ُمََلُقوُه َوَبشِّ
Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu
sesukamu. (Q.S al-Baqarah: 223).”31
Kategori ini tidak bisa di terima karena bertentangan dengan
syari‟at.32
3. Kisah Israiliyat yang tidak diakui dan tidak diingkari Pada kisah
ini diwajibkan untuk diam. Bukhori meriwayatkan, Abu
Hurairah ra mengatakan “Ahli kitab membaca Taurat dalam
bahasa Ibrani, mereka menafsirkan dengan bahasa arab untuk
kaum Muslimin, maka Rasulullah SAW bersabda” janganlah
kalian membenarkan Ahli kitab dan janganlah mendustakan
mereka, akan tetapi katakanlah “kami telah beriman kepada
kitab-kitab yang diturunkan kepada kami yang diturunkan
kepada kamu”.33
C. Pandangan Ulama Terhadap Riwayat Israiliyyat
Hubungan yang begitu erat antara umat Islam, Yahudi maupun Nasrani,
mengakibatkan terjadinya akulturasi budaya diantara keduanya, maka tidak
dapat dielakkan juga terjadinya penyerapan ajaran-ajaran mereka ataupun
umat Yahudi dan Nasrani seperti yang telah penulis ungkapkan di atas.
Untuk hal tersebut ulama menyikapinya dengan berbeda-beda pendapat,
31 Bukhari At-Tafsir no.4811 dan muslim “Kibab An-Nikah no 1435
32 Adz-Dzahabi,Tafsir wal Muffasirun.180.
33 Bukhari At-Tafsir Bab 11: Qouluhu Ta‟alla hadist no.1435.
20
agar mempermudah pembahasan, peta pemikiran dan pendapat para ulama
tentang Israiliyyat, maka penulis akan menggambarkan beberapa pendapat
ulama tentang Israiliyyat. Dalam memandang Israiliyyat, Ibnu Taimiyah
bertolak kepada tiga bagian, yaitu: Israiliyyat yang masuk dalam bagian
yang sejalan dengan Islam perlu dibenarkan dan boleh diriwayatkan,
sedangkan yang masuk dalam bagian yang tidak sejalan dengannya harus
ditolak dan tidak boleh diriwayatkan. Sementara itu, Israiliyyat yang tidak
masuk bagian pertama dan kedua tidak perlu dibenarkan dan didustakan,
tetapi boleh diriwayatkan.34
Ibnu Khaldun dalam muqaddimahnya menyatakan diperbolehkannya
merujuk kepada Ahli Kitab. Keterangannya tersebut diungkapkan dengan
redaksi sebgai berikut, “Tafsir itu terbagi menjadi dua macam. (salah
satunya adalah tafsir naqli yang disandarkan kepada riwayat- riwayat yang
dinukil dari kaum salaf). Berita-berita yang dinukil dari kaum salaf biasanya
yang berupa pengetahuan tentang nasikh Mansukh, asbab an- nuzul, maksud
beberapa ayat, dan segala sesuatu yang tidak bisa diketahui kecuali melalui
riwayat dari generasi sahabat dan tabi‟in. Sebenarnya generasi awal umat ini
sudah memiliki perhatian yang sangat besar terhadap riwayat- riwayat naqli
ini. Hanya saja kitab dan hasil nukilan mereka masih banyak mengandung
unsure yang baik dan buruk atau maqbul dan mardud.35
D. Perawi Riwayat Israiliyyat
Seperti yang telah penulis utarakan di atas, bahwa para sahabat seperti
dikisahkan tidak mengambil sesuatu dari Ahlu al-Kitab ketika mereka
memusatkan perhatian kepada tafsir al-Quran, kecuali kepada hal-hal
tertentu saja itupun sangat kecil. Pada masa tabi‟in, pemeluk Islam semakin
34 Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unnsur Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari
dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 42. 35
Muhammad Abdurrahim Muhammad, Tafsir Nabawi, (Jak-Sel: Pustaka Azzam,
2001), 102.
21
bertambah dikalangan Ahli Kitab dan diriwayatkan bahwa para tabi‟in
banyak mengambil informasi dari mereka. Para mufassir yang datang
setelah periode para tabi‟in juga lebih giat dan rajin mengadopsi informasi
yang berasal dari orang Yahudi.36
Pada periwayatan, telah termasyhur adanya golongan dari kalangan
sahabat, tabi‟in dan pengikut tabi‟in yang meriwayatkan cerita-cerita
Israiliyyat. Kita melihat terlebih dahulu orang yang termasyhur di dalam
meriwayatkan cerita Israiliyyat dari kalangan sahabat, kemudian yang
termasyhur dikalangan para tabi‟in, dan kemudian yang termasyhur dari
kalangan pengikut tabi‟in.37
1. Perawi dari kalangan sahabat tidak dapat diragukan lagi,
bahwasannya segolongan diantara mereka mengembalikan persoalan
kepada sebagian orang yang telah memeluk Islam dan kalangan Ahli
Kitab, mereka mengambil dari orang- orang tersebut cerita-cerita
yang dikemukakan di dalam kitabnya dengan terperinci, sementara
di dalam al-Quran dikemukakan secara singkat dan global. Hanya
saja para sahabat Rasul itu, di dalam mengembalikan persoalan
kepada Ahli Kitab, senantiasa mempergunakan cara yang benar dan
tepat, sejalan dengan apa yang ditetapkan oleh Rasulullah.38
Diantara sahabat yang dikenal dalam periwayatan cerita Israiliyyat adalah:
36Thameem Ushama, Metodologi Tafsir al-Quran, Kajian Kriis, Objektif dan
Komprehensif, (Jakarta: Penerbit Riora Cipta), 65.
37 Muhammad Husein Adz-Zahabi, Penyimpangan-Penyimpangan Dalam
Penafsiran Al- Quran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 65.
38 Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unnsur Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari
dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 37.
22
a. Tamim ad-Dari
Dia merupakan perawi yang berasal dari Nasrani, mengetahui
banyak ilmu Nasraniah dan berita-beritanya. Disamping mengetahui
ilmu Nasraniah, ia mengetahui pula ilmu-ilmu lainnya, seperti
kejadian-kejadian, peperangan-peperangan dann berita-berita umat
terdahulu. Tamim ad-Dari adalah orang pertama yang mengisahkan
cerita Israiliyyat dan ia meminta izin kepada Umar bin al-Khattab,
lalu Umar mengizinkannya. Yang jadi pertanyaan adalah, mengapa
Umar yang sangat hati-hati dalam menerima riwayat akan
mengizinkan Tamim untuk mengisahkan cerita yang penuh dengan
kebbohongan kepada orang.39
b. Abdullah bin Salam
Nama lengkap beliau adalah Abu Yusuf Abdullah bin Salam bin
Haris al-Israilly al-Anshari, beliau merupakan anak dari Yusuf bin
Ya‟qub, dan beliau menyatakan keislamannya ketika Rasulullah tiba
di kota Madinah. Ia pun salah seorang sahabat yang dikabarkan
masuk surga. Dalam perjuangan menegakkan Islam, ia termasuk
pejuang dalam perang Badar dan ikut menyaksikan penyerahan Bait
al-Maqdis ketangan umat Islam. Riwayat-riwayatnya banyak
diterima oleh kedua putranya: Yusuf Muhammad, Auf bin Malik,
Abu Hurairah, dan lain- lain. Imam Bukhari pun memasukkan
beberapa riwayat darinya.40
2. Perawi Dari Kalangan Tabi‟in
Sebagaimana penulis utarakan di atas, bahwasannya tabi‟in banyak
mengambil cerita dari Ahli Kitab. Pada zaman itu banyak sekali cerita
39 Muhammad Husein Adz-Zahabi, Penyimpangan-Penyimpangan Dalam
Penafsiran Al- Quran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 87 40
Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unnsur Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 37.
23
tersebut di dalam tafsir dan hadis. Hal itu karena banyaknya Ahli Kitab yang
memeluk agama Islam, dan ada kecenderungan orang-orang untuk
mendengarkan cerita yang bersifat global di dalam al-Quran, yang diuraikan
dengan cerita-cerita Yahudi, Nasrani mupun lainnya.41
Diantara mereka yang dituduh meriwayatkan Israiliyyat, adalah Ka‟ab
al-Akhbar dan Wahab bin Munabbih, yang kedua ulama Yahudi dan
keduanya masuk Islam setelah mengetahui kebenaran Islam.
a. Ka‟ab al-Akhbar Nama lengkap beliau adalah Abu Ishaq Ka‟ab bin
Mani al- Humairi, ia dikenal dengan sebutan Ka‟ab al-Akhbar. Ia berasal
dari Yahudi di Yaman dan menurut Ibnu Hajar, ia masuk Islam pada
kekhalifahan Umar bin Khattab. Dalam perjuangannya menegakkan Islam,
ia ikut menyerbu Syam bersama kaum muslim lainnya. Riwayat-riwayatnya
banyak diterima oleh Muawiyyah, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Malik bin
Amir dan lain-lain. Menurut Abu Rayah, ia adalah seorang yang
menunjukkan keislamannya dengan tujuan menipu, hatinya
menyembunyikan sifat-sifat keyahudiannya Dalam perjuangannya
menegakkan Islam, ia ikut menyerbu Syam bersama kaum muslim lainnya.
Riwayat-riwayatnya banyak diterima oleh Muawiyyah, Abu Hurairah, Ibnu
Abbas, Malik bin Amir dan lain-lain. Menurut Abu Rayah, ia adalah
seorang yang menunjukkan keislamannya dengan tujuan menipu, hatinya
menyembunyikan sifat-sifat keyahudiannya, dan dengan kecerdikannya, ia
berusaha memanfaatkan keluguan Abu Hurairah agar tertarik kepadanya
sehingga beliau dengan mudah menceritakan khurafat-khurafat kepadanya.42
41 Muhammad Husein Adz-Zahabi, Penyimpangan-Penyimpangan Dalam
Penafsiran Al- Quran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 91 42
Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unnsur Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 37.
24
25
BAB III
PROFIL TAFSIR DAN MUFASSIRNYA
1. Profil Ibn Kaṣīr Dan Tafsir Al-Qur’an al-‘Aẓīm
1. Biografi Ibn Kaṣīr (Lahir, Wafat dan Pendidikan Ibn Kaṣīr)
Nama kecil Ibn Kaṣīr adalah Ismail. Nama lengkapnya adalah Syaīkh al-
Imām al-Ḥafiẓ Abū al-Fida‟ „Imaduddīn Isma‟il bin „Umar Katsir bin Ḍau‟
bin Katsīr al-Qurasy al-Dimasyqī.43
Lahir di desa Mijdal dalam wilayah
Bushara (Bashrah), tahun 700 H. / 1301 M. Oleh karena itu ia mendapat
predikat al- Buṣarawī (orang Bushra). Ibn Kaṣīr berasal dari keluarga
terhormat. Ayahnya seorang ulama terkemuka dimasanya, Syihab al-Dīn
Abū Hafṣ „Amr Ibn Kaṣīr bin Ḍaw‟ ibn Zarā‟ al-Qurasyī, pernah mendalami
madzhab Hanafi, kendatipun menganut madzhab Syafi‟i setelah menjadi
khatib di Bushra. berkata dalam biografi ayahnya bahwa ayahnya wafat
pada tahun 703 H. Ketika usianya tiga tahun. Dalam usia kanak-kanak,
setelah ayahnya wafat, Ibn Kaṣīr dibawa kakaknya (Kamal al-Dīn„ „Abd al-
Wahhāb) dari desa kelahirannya ke Damaskus. Di kota inilah ia tinggal
hingga akhir hayatnya. Karena perpindahan ini, ia mendapat predikat al-
Dimasyqi (orang Damaskus).44
Sebagian pendapat yang lain mengatakan bahwa Nama lengkap Ibn Kaṣīr
ialah, Isma‟l bin „Umar bin Katsir bin Ḍau bin Ḍar‟īn yang kemudian
dipanggil “Abū al-Fida” dan beliau dijuluki dengan “Imaduddin” yang
43 Ahmad Muhammad Syakir, Umdat at-Tafsir al-Hafidz Ibn Katsir (Mesir: Dar al-
Ma‟arif, 1959), 22. 44
Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Menara Kudus,
2002), 35.
26
berarti tiang agama, yang sampai sekarang ini beliau terpanggil dengan
sebutan “al-Ḥafiẓ Ibn Kaṣīr .45
Selama hidupnya Ibn Kaṣīr didampingi seorang istri yang dicintainya
yang bernama Zainab. Setelah menjalani hidupnya yang panjang, penuh
didikasi pada Tuhannya, agama, negara dan dunia keilmuan, 26 Sya‟ban
774 H, bertepatan pada bulan Februari 1373 M, pada hari Kamis, Ibn Kaṣīr
dipanggil kerahmat Allah.46
Ibn Kaṣīr menyatakan “kematiannya menarik
perhatian orang ramai dan tersiar kemana-mana. Dia dikuburkkan atas
wasiatnya sendiri, di sisi pusara Syaīkh Islam Ibn Taimiyyah, di kuburan
para sufi, terletak diluar pintu al-Nashr kota Damaskus.47
Pendidikan Ibn Kaṣīr berawal Pada usia 7 tahun mulai untuk menghafal
al-Qur‟an.48
Dan pada umur 11 tahun Ibn Kaṣīr menyelesaikan hapalan al-
Qur‟an, dilanjutkan memperdalam ilmu qirā‟at dari studi tafsîr dan ilmu
tafsîr, kepada gurunya yaitu Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah (661-728 H)49
.
Ibn Kaṣīr adalah seorang ulama yang berilmu tinggi dan mempunyai
wawasan ilmiyah yang cukup luas, para ulama dimasanya sangat terkenal
alam kepandaian ilmu yang dimilikinya, baik bidang tafsir, hadis dan
sejarah (Tarīkh). Berkat kegigihannya beliau menjadi ahli tafsir ternama,
ahli hadis, sejarawan serta ahli fiqih pada abad ke-8 H.50
45 An-Nursiy, Syaikh Mohammad Sa‟id. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2007), 207. 46
Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah
Klasik,,(Jakarta: Menara Kudus, 2002), 36. 47
Ibnu Katsir, Huru-Hara Hari Kiamat (Mesir: Maktabah Al-Turats Al-Islami, 2002),
2. 48
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan dari Allah ringkasan Ibnu Katsir (Jakarta:
Gema Insani Pres, 1999), 12. 49
Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah
Klasik, 36. 50
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
(Jakarta: Gema Insan Press,1999), 13.
27
Ibn Kaṣīr merupakan pakar fiqh yang dapat dipercaya, pakar hadist yang
cerdas, sejarawan ulung, dan pakar tafsir yang paripuna.51
Para ahli meletakkan beberapa gelar keilmuan kepada Ibn Kaṣīr sebagai
kesaksian atas kepiawaiannya dalam beberapa bidang keilmuan yang ia
geluti yaitu:
a. al-Ḥafīẓ, orang yang mempunyai kapasitas hapal 100.000 hadis,
matan maupun sanad.
b. al-Muḥaddiṣ, orang yang ahli mengenai hadis riwayah dan
dirayah, dapat membedakan cacat atau sehat, mengambilnya dari
imam-imamnya, serta dapat mensahihkan dalam mempelajari dan
mengambil faedahnya.
c. al-Faqīh, gelar bagi ulama yang ahli dalam ilmu hukum Islam
(fiqh), namun tidak sampai tingkat mujtahid.
d. al-Mu‟arrīkh, seorang yang ahli dalam bidang sejarah atau
sejarawan.
e. al-Mufassīr, seorang yang ahli dalam bidang tafsîr, yang
menguasai beberapa peringkat berupa ulūm al-Qur‟an dan
memenuhi syarat-syarat mufassir.
Di antara lima predikat tersebut, al-Ḥafīẓ merupakan gelar yang paling
sering disandangkan pada Ibn Kaṣīr. Ini terlihat pada penyebutan namanya
pada karya-karyanya atau ketika menyebut pemikirannya.52
Selain mempelajari hadis beliau juga belajar berbagai macam jenis
qira‟at hingga menjadi ulama ahli Qur‟an. Beliau wafat pada bulan Sya‟ban
51 Manna‟ Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, Terj.Mudzakir (Jakarta: Litera
Antar Nusa, 1995), 527. 52
Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah
Klasik, 37.
28
tahun 774. Dan dimakamkan di makam As-Sufiyyah dekat makam gurunya
(Ibn Taimiyyah).53
2. Karya-karya Ibn Kaṣīr
a. Aḥkām „ala Abwab al-Tanbīh, ini merupakan komentar dari kitab
al-Tanbīh karya al-Syirazī.54
Karya dalam bidang fiqh.
b. Syaraḥ Shahih al-Bukhārī, merupakan penjelasan terhadap hadis-
hadis bukhari. Kitab ini tidak selesai, tetapi dilanjutkan oleh Ibn
Hajar al-Asqalani (952 H/1449 M).55
karya dalam bidang hadis.
c. Tafsir Al-Qur‟an al-Azim, lebih dikenal dengan Tafsir Ibn Katsir.
Diterbitkan pertama kali dalam 10 jilid, pada tahun 1342 H/1923
M. Kairo. Karya bidang tafsir.
d. Takhrij Ahaddits Adillah li Ulum al-Hadits atau dikenal dengan al-
Hadiṣ merupakan takhrij terhadap hadis-hadis yang digunakan dalil
oleh asy-Syirazi dalam kitab at-Tanbih.
e. Ikhtisar Ulūm al-Hadiṣ, suatu ringkasan muqaddimah ibnu al-Hajib
dalam masalah Musthalah al-Hadiṣ.56
Kontribusi Ibn Kaṣīr dalam dunia Islam yaitu karya tafsirnya. Kitab
beliau dalam bidang tafsir yaitu Tafsir al-Qur‟an al-„Aẓīm, menjadi sumber
penafsiran sampai saat ini, di samping tafsir karangan Ibnu Jarir ath-
Thabari. Selain kitab tafsir beliau juga mengarang kitab yang berjudul al-
53Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir,12. 54
Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah
Klasik, 42. 55
Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah
Klasik, 42. 56
Muhammad Ali Sabuni, Pengantar Studi al-Qur‟an, Terj. Aminuddin (Bandung: al-
Ma‟arif, 1987), 189.
29
Bidayah wa an-Nihayah yang berisi tentang para nabī dan umat terdahulu.57
dan beberapa karya beliau yang sudah saya sebutkan di atas.
3. Karakteristik Tafsir al-Qur’an al-‘Aẓīm Karya Ibn Kaṣīr, Metode,
Corak dan Sistematika Tafsir al-Qur’an al-‘Aẓīm
Muhammad Husain al-Żahabī dalam salah satu karyanya menulis nama
kitab tafsîr Ibn Kaṣīr “Tafsīr al-Hafīẓ Ibn Kaṣīr al-Musamma Tafsir al-
Qur‟an al-„Aẓīm”, namun nama tersebut belum mengandung ketegasan
tentang siapakah yang memberi nama itu, sedangkan „Alī al-Ṡabunī dalam
mukhtasarnya dengan tegas mengatakan bahwa nama itu sebagian
pemberian Ibn Kaṣīr sendiri. Ibn Kaṣīr sendiri nampaknya tidak pernah
menyebut secara khusus nama kitab tafsirnya itu. Hal ini sangat berbeda
dengan para penulis kitab dahulu yang selalu mencantumkan nama kitab
pada muqaddimahnya, yang pada umumnya dipilih dari rangkaian dan
kalimat bersajak.58
a. Metodologi Tafsir al-Qur’an al-‘Aẓīm Karya Ibn Kaṣīr
Metode penafsiran yang paling shahih adalah penafsiran al-Qur‟an
dengan al-Qur‟an. Ayat yang di mujmalkan pada suatu tempat akan
dijelaskan ditempat lain.59
Ibn Kaṣīr menggunakan metode tahlīllī, suatu metode tafsir yang
bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dan seluruh
aspeknya.60
Tafsir Ibn Kaṣīr termasuk kitab yang sangat kaya dengan
materi. Didalamnya, terdapat banyak ilmu bukan hanya saja materi tafsir al-
57 Abu Ishaq, Keajaiban dan Keistimewaan Al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka Azzam, 2012),
11. 58
Rosihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrâîliyyât Dalam Tafsîr Al-Thabâri Dan
Tafsîr Ibnu Katsîr (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 71. 59
Muhammad Nasib ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,
Terj: Syihabuddin (Jakarta: Gema Insani Press,1999), 51. 60
Nasiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur‟an (Yogyakarta, Pustaka Pelajar:
2000), 31.
30
Qur‟an namun terdapat banyak cabang didalamnya, diantarnya yaitu: Hadis,
Fiqih, sejarah, ilmu qira‟at dan lain-lainnya. Karena tafsir al-Qur‟an al-
„Aẓīm termasuk tafsir bil ma‟tsur. Hadis yang disampaikan dalam tafsir al-
Qur‟an al-„Aẓīm disampaikan dilengkapi dengan perangkat keilmunya
berkaitan dengan hadis, misalnya, ilmu jarh wa ta‟dil, kritik hadis, rijal al-
Hadiṣ, dan lain-lainya. Keberadaan ini tidak lepas dengan kedudukan Ibn
Kaṣīr sebagai ahli Hadis.61
b. Corak Tafsir Al-Qur’an al-‘Aẓīm (Tafsir Ibn Kaṣīr)
Tafsir Ibn Kaṣīr termasuk kategori tafsir bil ma‟tsur yaitu, penafsiranya
ayat dengan ayat, penafsiran ayat dengan Hadis Nabi Muhammad Saw.
menjelaskan makna sebagian ayat yang di rasa sulit atau penafsiran dengan
hasil ijtihad para sahabat atau penafsiran hasil ijtihad para tabiin.62
c. Sistematika Tafsir al-Qur’an al-‘Aẓīm Karya Ibn Kaṣīr
Ibn Kaṣīr menafsirkan seluruh ayat al-Qur‟an dalam al-Qur‟an. Mufassir
menafsirkan mengikuti susunan ayat sesuai mushhaf (tartib mushhafi) yaitu
menafsirkan seluruh ayat-ayat al-Qur‟an sesuai susunan dalam mushhaf ayat
demi ayat, surat demi surat, dimulai dari surah al-Fātiḥah sampai dengan
surah al-Nās. Mengemukakan arti kosa kata, penjelasan arti global ayat,
mengemukakan munasabah dan membahas Asbāb al-Nuzūl, disertai sunnah
Rasul, pendapat Saḥābat, tabiin dan pendapat penafsir itu sendiri dengan
diwarnai oleh latar belakang pendidikan, dan sering pula bercambur baur
dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang dipandang dapat
membantu memahami nash al- Qur‟an tersebut.63
61Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah
Klasik, 51. 62
Abd al-hayy al-Farmawi, Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu‟iy Metode Tafsir al-
Maudhu‟iy: sebuah pengantar, Terj: Suryana (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996),13. 63
Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah
Klasik, 64.
31
2. PROFIL HAMKA DAN TAFSIR AL-AZHAR
1. Biografi Hamka (Lahir, Wafat dan Pendidikan Hamka)
Hamka adalah seorang ulama terkenal, penulis produktif, muballigh
besar yang berpengaruh di Asia Tenggara. Ia adalah Haji Abdul Karīm bin
Muhammad Amrullah bin Abdul Ṣalīh bin Abdullah „Arīf,64
yang waktu
kecilnya dikenal dengan Muhammad Rasul,65
adalah tokoh pelopor gerakan
Islam “Kaum Muda” di Minangkabau. Hamka lahir pada masa awal
gerakan “Kaum Muda” di daerahnya pada tanggal 16 Februari 1908 di
Maninjau, Sumatera Barat.66
Nama sebenarnya Abdul Malik Karīm
Amrullah. Sesudah menunaikan ibadah haji pada 1927, namanya mendapat
tambahan “Haji” sehingga menjadi Haji Abdul Karim Malik Amrullah,
disingkat Hamka.67
Pada tahun 1924, dalam usia 16 tahun, ia pergi ke Jawa, di sana ia
menimba pelajaran tentang gerakan Islam modern melalui H. Oemar Said
(Tjokroaminoto), Ki Bagus Hadikusumo (ketua Muhammadiyah 1944-
1952), RM Soerjopranoto (1871-1959), dan KH Fakhruddin, yang
mengadakan kursus-kursus pergerakan di Gedung Abdi Dharmo di
Pakualaman, Yogyakarta.68
Setelah beberapa lama di sana pada tahun 1925. Dalam usianya ke 17
tahun, ia kembali ke Minang, Ia telah menjadi ulama muda yang disegani.
Keterkipahan Seni Tablig/dakwah di atas pangging saat di jawa,
64 Hamka, Tafsir al-Azhar, jil.1 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2005), 1.
65Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Proyek Peningkatan
Prasarana dan Sarana, dan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Jakarta, Ensiklopedi Islam, ed.
Harun Nasution, dkk (Jakarta: Departemen Agama, 1993), 15.
66 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam ( Jakarta: Ichtiar baru Van
Hoeve, 1993), 75. 67
Hamka, Juz „Amma Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Gema Insani, 2015), 54. 68
Mafri Amir, Literatur Tafsir Inonesia (Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013), 137.
32
membuatnya merintis kursus-kursus pidato untuk kalangan seusianya.
Hamka rajin mencatat, dan merangkum pidato-pidato kawanya, kemudian
diterbitkan menjadi buku, yang di beri judul Khatib al-Ummah. Itu adalah
karya pertama Hamka.69
Hamka menikah dengan Siti Rahim binti Enang Sutan di tahun 1929 di
usia 22 tahun.70
Pada tahun 1958, ia menjadi anggota delegasi Indonesia untuk
simposium Islam di Lahore. Dari Lahore ia meneruskan perjalanannya ke
Mesir. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan pidato promosi untuk
mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa di Universitas al-Azhar, Cairo.
Gelar yang sama juga didapatkannya dari University Kebangsaan Malaysia
pada tahun 1974. Dalam kesempatan itu, Tun Abdul Razak, perdana menteri
Malaysia, berkata. “Hamka bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi juga
kebanggaan bangsa Asia Tenggara.”71
Hamka mulai mendapat fitnah pada tahun 1963, pada 1964 ia ditangkap
oleh penguasa Orde Lama dimasukan dalam penjara.72
Dalam tahanan Orde
Lama ini ia menyelesaikan Tafsīr al-Azhar (30 juz) kurang lebih dua tahun
dalam menyelesaikan karya tafsirnya.73
Ia wafat di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1981 dan meninggalkan karya
yang sangat banyak, diantaranya yang sudah dibukukan tercatat lebih
kurang 118 buah, belum termasuk karangan-karangan panjang dan pendek
yang dimuat di berbagai media massa dan disampaikan dalam beberapa
kesempatan kuliah atau ceramah ilmiah. Tulisan-tulisan itu meliputi banyak
69 Hamka, Kenang-Kenangan Hidup (Jakarta:Bulan Bintang, 1974), 105.
70 Mafri Amir, Literatur Tafsir Inonesia, 174.
71 Hamka, Juz „Amma Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Gema Insani, 2015), 41-43.
72 Mafri Amir, Literatur Tafsir Inonesia, 175.
73 Hamka, Juz „Amma Tafsir Al-Azhar, 47-50.
33
bidang kajian, seperti politik, sejarah, budaya, akhlak, dan ilmu-ilmu
keIslaman.74
2. Karya-karya Hamka
a. Kenang-kenangan Hidup (empat jilid),1974
b. Di dalam lembah kehidupan,1976
c. Merantau ke Deli, 1977
Judul di atas itulah beberapa yang termasuk karya sastra Hamka. Untuk
menunjukan produktivitas Hamka. Kemudian saya akan sedikit
menguraikan tentang sejarah karya monumental Hamka, ialah Tafsir al-
Azhar. Hamka mulai melakukan penafsiran al-Qur‟an karya utamanya
dalam biang tafsir adalah Tafsir al-Azhar. Penafsiran dari tafsir ini awalnya
dilakukan lewat kuliah subuh setelah shalat subuh berjama‟ah di masjid al-
Azhar Kebayoran Baru Jakarta.
Penulisan Tafsir al-Azhar dimulai pada tahun 1958 dan diberi judul
Tafsir al-Azhar, karena mulanya tafsir tersebut dari kuliah-kuliah subuh
pada masjid agung al-Azhar, yaitu sebuah masjid yang terletak di masjid al-
Azhar Kebayoran Baru Jakarta. Nama tersebut adalah nama yang diberikan
Syeikh Jami‟ah al-Azhar, yaitu Syeikh Mahmud Syahtout. Dan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa Hamka mendapatkan gelar (Doctor
Honoris Cause) di Jami‟ah tersebut. Maka untuk mengabdikan semua itu
Hamka memberi nama tafsir al-Azhar. Selanjutnya dalam pendahuluannya,
Hamka menjelaskan tentang tujuan tafsir, yaitu untuk membantu seseorang
dalam memahami lebih dalam maksud dari suatu ayat, Hamka dalam
pendahuluan tafsirnya: al-Qur‟an mengandung segala ilmu Islam: ilmu
tauhid, tasawuf, fiqh, sejarah, ilmu jiwa, akhlak, ilmu alam dengan segala
74Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, jilid.2 (Jakarta: PT Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1994), 75-77.
34
cabangnya dan akan keluarlah tafsir berpuluh bahkan beratus jilid sebagai
uraian masing-masing ayat.75
Hamka menjelaskan pengertian al-Qur‟an, yaitu wahyu-wahyu yang
ditunkan Tuhan kepada Rasul-Nya dengan perantara malaikat Jibril untuk
disampaikan kepada manusia, jumlah ayat dari wahyu Allah SWT. tersebut
berjumlah 6.236, sedangkan surahnya berjumlah 114.76
3. Motivasi Hamka Menulis Tafsir Al-Azhar
Tafsīr al-Azhar pada mulanya merupakan rangkaian kajian yang
disampaikan oleh Hamka pada kuliah subuh di Masjid al-Azhar yang
terletak di Kebayoran Baru sejak tahun 1959.77
Nama ”al-Azhar” bagi
masjid tersebut diberikan oleh Rektor Universitas al-Azhar Kairo yakni
Syaikh Mahmud Shaltut, ketika kunjungan beliau ke Indonesia pada
Desember 1960 agar menjadi kampus al-Azhar di Jakarta.78
Penamaan tafsir Hamka dengan nama Tafsīr al-Azhar berkaitan erat
dengan tempat lahirnya tafsir tersebut yaitu Masjid Agung al-Azhar.
Beberapa hal yang mendorong beliau untuk menghasilkan karya tersebut
beliau nyatakan pada muqaddimah kitabnya. Diantaranya adalah keinginan
beliau untuk menanamkan semangat dan kepercayaan Islam dalam jiwa
generasi muda Indonesia yang sangat tinggi minat mereka untuk memahami
al-Qur‟an tetapi terkendala karena ketidakmampuan mereka dalam
menguasai ilmu bahasa arab. Kecenderungan beliau dalam tafsir ini juga
bertujuan untuk memudahkan pemahaman para muballigh
Recommended