View
1.482
Download
12
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aliran proses produksi suatu departemen ke departeman yang lainnya
membutuhkan waktu proses (waktu siklus) produk tersebut. Apabila terjadi
hambatan/ketidakefisiensian dalam suatu departemen akan mengakibatkan tidak
lancarnya material ke departemen berikutnya, sehingga terjadi waktu menunggu
(delay time) dan penumpukan material.
Dalam upaya menyeimbangkan lini produksi maka tujuan utama yang ingin
dicapai adalah mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi bagi setiap departemen dan
berusaha memenuhi produksi yang telah ditetapkan, sehingga diupayakan untuk
memenuhi perbedaan waktu kerja antar departemen dan memperkecil waktu tunggu.
Konsep keseimbangan lini produksi sangat cocok diterapkan untuk perusahaan
bertipe produksi massal. Pada produksi massal, penyeimbangan lintasan ini akan
sangat bermanfaat. Pada produksi massal, penurunan sedikit waktu siklus produksi
akan memberikan penghematan besar dalam biaya produksi. Lini produksi yang
seimbang, berarti tidak ada operasi-operasi yang menganggur (idle), juga akan
memberikan efisiensi yang bermuara pada optimalitas biaya produksi.
Untuk memperbaiki kondisi penumpukan pada lini produksi dengan
kseimbangan lintasan yaitu menyeimbangkan stasiun kerja sesuai dengan kecepatan
produksi yang diinginkan. Keseimbangan yang sempurna tercapai apabila ada
persamaan keluaran (output) dari setiap operasi dalam suatu runtutan lini. Bila
keluaran yang dihasilkan tidak sama, maka keluaran maksimum mungkin tercapai
untuk lini operasi yang paling lambat. Operasi yang paling lambat menyebabkan
ketidakseimbangan dalam lintasan produksi. Keseimbangan pada stasiun kerja
berfungsi sebagai sistem keluaran yang efisien. Hasil yang bisa diperoleh dari
lintasan yang seimbang akan membawa ke arah perhatian yang lebih serius terhadap
1
metode dan proses kerja. Keseimbangan lintasan juga memerlukan ketrampilan
operator yang ditempatkan secara layak pada stasiun-stasiun kerja yang ada.
Keuntungan keseimbangan lintasan adalah pembagian tugas secara merata sehingga
kemacetan bisa dihindari.
1.2. Perumusan Masalah
1. Berapa jumlah stasiun kerja baru yang dihasilkan setelah melakukan
penyusunan stasiun kerja?
2. Bagaimana perbandingan antar metode sebelum dan setelah trial and eror ?
3. Manakah smothing indeks dari tiap metode yang paling baik?
4. Metode manakah yang lebih baik digunakan untuk perusahaan meja kantor?
1.3. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui jumlah stasiun kerja baru setelah melakukan penyusunan stasiun
kerja.
2. Mengetahui perbandingan metode sebelum dan setelah menggunakan trial
and eror.
3. Mengetahui smothing indeks yang paling baik dari tiap metode.
4. Mengetahui metode yang dapat digunakan oleh perusahaan meja kantor.
1.4. Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan ini diberikan beberapa batasan masalah yaitu menentukan
metode-metode apa saja yang digunakan dan membandingkan hasil perhitungan
dari line efisiensi dan smothing indeks yang dihasilkan dari metode–metode
tersebut.
2
1.5. Metode penelitian
a. Studi Pustaka
Metode ini menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan dipakai sebagai dasar untuk pembahasan laporan
ini. Bahan bacaan yang digunakan dalam studi pustaka ini adalah buku-buku
yang berhubungan dengan perancangan dan peramalan produksi.
b. Studi Lapangan
Kami melakukan pengamatan langsung untuk mendapatkan data
waktu siklus pada setiap perakitan meja kantor. Oleh karena itu studi
lapangan ini dapat digunakan pedoman dalam penelitian.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang
menyeluruh dan informasi yang jelas agar mudah dipahami. Sistematika
penulisan pada laporan penelitian cara kerja ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam Bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang menunjang dan
mendukung agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pemecahan masalah.
3
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini dilakukan pengolahan data berdasarkan pengumpulan data dan
juga dilakukan analisis hasil pengolahan data, untuk memperoleh suatu hasil
penelitian yang dapat memberikan jalan keluar atau alternatif pemecahan
masalah.
BAB IV ANALISIS MASALAH
Pada bab ini dilakukan analisis msalah yang ada yang telah tersedia oleh data
dan pengolahannya dengan tujuan mencari penyeimbangan lintasan dengan
beberapa metode sebagai acuan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab penutup yang mengungkapkan hasil dari penelitian secara
singkat dan memberikan saran-saran yang diharapkan berguna bagi perusahaan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Line Balancing
Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas
dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work
station dan meminimumkan total harga idle time pada semua stasiun untuk tingkat
output tertentu (Gaspersz, 2004). Dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu
per unit produk yang dispesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan sekuensial
harus dipertimbangkan.
Line balancing merupakan sekelompok orang atau mesin yang melakukan
tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk yang diberikan kepada masing-
masing sumber daya secara seimbang dalam setiap lintasan produksi, sehingga
dicapai efisiensi kerja yang tinggi di setiap stasiun kerja (Purnomo, 2004). Line
balancing adalah suatu penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja
yang saling berkaitan dalam satu lintasan atau lini produksi. Stasiun kerja tersebut
memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dan stasiun kerja. Fungsi dari Line
balancing adalah membuat suatu lintasan yang seimbang. Tujuan pokok dari
penyeimbangan lintasan adalah meminimumkan waktu menganggur (idle time) pada
lintasan yang ditentukan oleh operasi yang paling lambat (Baroto, 2002).
Manajemen industri dalam menyelesaikan masalah line balancing harus
mengetahui tentang metode kerja, peralatan-peralatan, mesin-mesin, dan personil
yang digunakan dalam proses kerja. Data yang diperlukan adalah informasi tentang
waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan precedence relationship.
Aktivitas-aktivitas yang merupakan susunan dan urutan dari berbagai tugas yang
perlu dilakukan, manajemen industri perlu menetapkan tingkat produksi per hari
yang disesuaikan dengan tingkat permintaan total, kemudian membaginya ke dalam
waktu produktif yang tersedia per hari. Hasil ini adalah cycle time yang merupakan
5
waktu dari produk yang tersedia pada setiap stasiun kerja (work station) (Baroto,
2002).
2.2 Hubungan Precedence dalam Line Balancing
Hubungan atau saling keterkaitan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan
lainnya digambarkan dalam suatu diagram yang disebut precedence diagram atau
diagram pendahuluan. Dalam suatu perusahaan yang memiliki tipe produksi massal,
yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi
memegang peranan yang penting dalam membuat penjadwalan produksi (production
schedule) terutama dalam masalah pengaturan operasi-operasi atau penugasan kerja
yang harus dilakukan.
Keseimbangan lini sangat penting karena akan menentukan aspek-aspek lain
dalam sistem produksi dalam jangka waktu yang cukup lama. Beberapa aspek yang
terpengaruh antara lain biaya, keuntungan, tenaga kerja, peralatan, dan sebagainya.
Keseimbangan lini ini digunakan untuk mendapatkan lintasan perakitan yang
memenuhi tingkat produksi tertentu.
Demikian penyeimbangan lini harus dilakukan dengan metode yang tepat
sehingga menghasilkan keluaran berupa keseimbangan lini yang terbaik. Tujuan
akhir pada line balancing adalah memaksimasi kecepatan di tiap stasiun kerja
sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di tiap stasiun (Kusuma, 1999).
2.3. Langkah Pemecahan Line Balancing
Terdapat sejumlah langkah pemecahan masalah line balancing (Gaspersz, 2004).
Berikut ini merupakan langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang akan dilakukan.
b. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas itu.
c. Menetapkan precedence constraints, jika ada yang berkaitan dengan setiap tugas
itu.
6
d. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.
e. Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi output.
f. Menghitung cycle time yang dibutuhkan, misalnya: waktu diantara penyelesaian
produk yang dibutuhkan untuk menyelesaikan output yang diinginkan dalam batas
toleransi dari waktu (batas waktu yang yang diijinkan).
g. Memberikan tugas-tugas kepada pekerja atau mesin.
h. Menetapkan minimum banyaknya stasiun kerja (work stasion) yang dibutuhkan
untuk mempoduksi output yang diinginkan.
i. Menilai efektifitas dan efisiensi dari solusi.
j. Mencari terobosan-terobosan untuk perbaiki proses terus menerus (continous
process improvement).
Line balancing biasanya dilakukan untuk meminimumkan
ketidakseimbangan diantara mesin-mesin atau personel agar memenuhi output yang
diinginkan dari assembly line itu. Menyelesaikan masalah line balancing,
manajemen industri harus dapat mengetahui tentang metode kerja, peralatan-
peralatan, mesin-mesin, dan personel yang digunakan dalam proses kerja. Selain itu,
diperlukan informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan
precedence relationship diantara aktivitas-aktivitas yang merupakan susunan dan
urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan (Gaspersz, 2004).
2.4 Pengukuran Dimensi Tubuh
Definisi dibawah ini bisa diterapkan pada semua lini perakitan
(Elsayed A. Elsayed, Thomas O. Boucher, 1994, p345):
1. Elemen kerja: bagian dari keseluruhan pekerjaan pada proses
perakitan, kita menggambarkan N sebagai jumlah total
dari elemen kerja yang dibutuhkan untuk melengkapi
perakitan dan I adalah jumlah elemen kerja i dalam
proses. Cat : 1 ≤ i ≤ N.
7
2. Stasiun kerja: suatu lokasi pada lini perakitan di mana elemen kerja/
elemen-elemen yang dilakukan pada produk, jumlah
minimum dari stasiun kerja, k, ≥ 1.
3. Waktu siklus: waktu diantara penyelesaian dari perakitan secara
Berturut-turut, dengan asumsi konstanta untuk semua
perakitan. Nilai minimum dari waktu siklus harus ≥
waktu stasiun
4. Waktu stasiun: jumlah dari waktu elemen kerja yang dilakukan pada
stasiun kerja yang sama sangat jelas terlihat bahwa
waktu stasiun (ST) sebaiknya tidak lebih besar dari
waktu siklus (CT).
a. Waktu senggang dari stasiun: Perbedaan antara waktu siklus (CT)
dan waktu stasiun (dimana waktu waktu
menganggur (idle time) dari stasiun = CT
– ST).
5. Precedence diagram: Suatu digram yang menggambarkan pemesanan
di mana elemen kerja sebaiknya dilakukan.
Beberapa pekerjaan tidak dapat dilakukan kecuali
operasi pendahulunya telah dilakukan. Faktanya,
tata letak stasiun kerja sepanjang lini perakitan
tergantung dari precedence diagram.
Rumus-rumus yang merupakan bagian-bagian dari perhitungan Line
Balancing, diantaranya:
1. Efisiensi Lini (Line Efficiency)
8
Efisiensi Lini atau Line Efficiency merupakan rasio dari total waktu
stasiun terhadap keterkaitan waktu siklus dengan jumlah stasiun.
Biasanya efisiensi lini ini dinyatakan dalam nilai persentase.
LE = ∑ ST i
(K )(CT ) x 100%
Keterangan:
LE = Line Efficiency atau Efisiensi lini
STi = Waktu stasiun dari stasiun ke-i
K = Jumlah total stasiun kerja
CT = Cycle Time atau waktu siklus terpanjang
2. Smothness Index (SI)
Smothness Index (SI) merupakan index yang menunjukkan relatif
dari suatu keseimbangan lini. Indikasi dari Smothness Index (SI) ini
adalah apabila SI = 0, maka akan didapatkan perfect balance.
SI = √(∑ ST imax−ST i)2
Keterangan:
STi max = waktu stasiun maksimum
STi = waktu stasiun dari stasiun ke-i
Adapun langkah-langkah dalam Line Balancing sebagai berikut:
1. Penentuan hubungan antar proses operasi dengan penggambaran
precedence diagram sehingga dapat diketahui operasi terdahulu tiap
proses operasi.
9
2. Menentukan waktu siklus yang dibutuhkan dengan rumus yaitu:
CT = Waktu Produksi Tersedia/Tahun
Output /Tahun
3. Menentukan jumlah minimum stasiun kerja secara teoritis yang
dibutuhkan untuk memenuhi pembatas waktu siklus dengan
menggunakan rumus:
N = Jumlah total dari waktu pekerjaan setiap elemen
Waktu Siklus(CT)
4. Memilih metode yang akan digunakan dalam perhitungan keseimbangan
lini yang disesuaikan dengan pembatasan masalah.
5. Setelah pemilihan metode, maka dilakukan perhitungan efisiensi lini
total, efisiensi stasiun kerja, waktu menganggur (idle time) dan balance
day, smoothness index.
Metode yang digunakan dalam perhitungan kesimbangan lini adalah 3
metode yang merupakan bagian dari metode heuristik, yaitu:
2.4.1 Metode Ranked Positional Weight (RPW)
Metode Ranked Positional Weight (RPW) disebut juga sebagai
metode Hegelson-Barnie. Menentukan positional weight (bobot
posisi) untuk setiap elemen pekerjaannya dari suatu operasi dengan
memperhatikan precedence diagram. Cara penentuan bobotnya
sebagai berikut:
Pengelompokkan operasi ke dalam stasiun kerja dilakukan atas
dasar urutan RPW (dari yang terbesar), dan juga memperhatikan
pembatas berupa waktu siklus. Metode ini mengutamakan waktu
10
Bobot RPW = waktu proses operasi tersebut + waktu proses operasi
berikutnya
elemen kerja yang terpanjang, dimana elemen kerja ini akan
diprioritaskan terlebih dahulu untuk ditempatkan dalam stasiun kerja
dan diikuti oleh elemen kerja yang lebih rendah. Proses ini dilakukan
dengan memberikan bobot.
Bobot ini diberikan pada setiap elemen kerja dengan
memperhatikan precedence diagram. Dengan sendirinya elemen
pekerjaan memiliki bobot semakin besar pula, dengan kata lain akan
lebih diprioritaskan. Prosedur dalam metode ini terdiri dari:
1. Menggambarkan jaringan precedence diagram sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
2. Menentukan elemen pekerjaan berdasarkan positional weight
(bobot posisi) untuk setiap elemen pekerjaan dari suatu operasi
yang memiliki waktu penyelesaian terpanjang mulai dari awal
pekerjaan hingga akhir elemen pekerjaan yang memiliki waktu
penyelesaian terendah.
3. Mengurutkan elemen pekerjaan berdasarkan positional weight
pada langkah kedua diatas. Elemen kerja yang memiliki
positional weight tertinggi diurutkan pertama kali.
4. Melanjutkan dengan menempatkan elemen pekerjaan yang
memiliki positionalweight tertinggi hingga ke yang terendah ke
setiap stasiun kerja.
5. Jika pada setiap stasiun kerja terdapat kelebihan waktu dalam hal
ini waktustasiun melebihi waktu siklus, tukar atau ganti elemen
pekerjaan yang ada dalamstasiun kerja tersebut ke stasiun kerja
berikutnya selama tidak menyalahi precedence diagram.
11
6. Mengulangi langkah 4 dan 5 diatas sampai seluruh elemen
pekerjaan sudah ditempatkan ke dalam stasiun kerja.
Dalam metode ini terdapat kelebihan serta kekurangan yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan penulis. Kelebihan dalam
penggunaan metode ini adalah hasil yang dihasilkan lebih akurat
dalam hal akurasi dibandingkan dengan metode Largest Candidate
Rule(LCR) dan metode Region Approach (RA). Kelemahan dari
metode ini adalah tidak mempertimbangkan efisiensi aliran (flow
efficiency), sehingga mungkin saja akan dihasilkan penugasan yang
paling tinggi tingkat efisiensinya dan akan meningkatkan biaya
transportasi atau biaya pemindahan bahan.
2.4.2 Metode Pembebanan Berurut
Metode pembebanan berurut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hitung kecepatan lintasan yang diinginkan (Kusuma, 1999).
2. Buat matriks operasi pendahulu (=P) dan operasi pengikut (=F)
untuk setiap operasi berdasarkan jaringan kerja perakitan.
3. Perhatikan baris di matriks kegiatan pendahulu P yang semuanya
terdiri dari angka 0 dan bebankan elemen pekerjaan terbesar yang
mungkin terjadi jiak ada lebih dari 1 baris yang memiliki seluruh
elemen sama dengan nol.
4. Perhatikan nomor elemen di baris matriks kegiatan ikutan F yang
bersesuaian dengan elemen yang ditugaskan.
5. Lanjutkan penugasan elemen-elemen pekerjaan pada tiap stasiun
kerja dengan ketentuan bahwa waktu total operasi tidak melebihi
kecepatan lintasan yang ditetapkan.
6. Hitung efisiensi rata-rata stasiun kerja yang terbentuk.
7. Gunakan prosedur trial and error untukmencari pembebanan
yang akan mengahsilkan efisiensi rata-rata lebih besar dari
efisiensi rata-rata pada langkah f diatas.
12
2.4.3 Metode Region Approach (RA)
Langkah-langkah penyeimbangan lini dengan menggunakan
metode Region Approach (RA) ini adalah:
1. Membuat precedence diagram
2. Menentukan wilayah precedence diagram dari kiri ke kanan.
3. Dalam tiap-tiap wilayah precedence, mengurutkan pekerjaan dari
waktu yang maksimum ke waktu yang minimum. Hal ini akan
meyakinkan pekerjaan terbesar akan dipertimbangkan terlebih
dahulu, memberikan kesempatan untuk memperoleh kombinasi
yang lebih baik dengan pekerjaan-pekerjaan yang lebih kecil.
4. Mengumpulkan pekerjaan dengan urutan sebagai berikut:
5. Di akhir tiap-tiap stasiun kerja, memutuskan apakah penggunaan
waktunya dapat diterima. Jika tidak, periksa semua pekerjaan
yang memiliki hubungan precedence. Tentukan apakah
penggunaan waktu akan meningkatk bila dilakukan pertukaran
pekerjaan dengan pekerjaan yang sedang dipertimbangkan.
6. Meneruskan hingga semua elemen pekerjaan ditempatkan pada
semua stasiun kerja.
7. Menghitung efisiensi lini, dan smoothness index dari lini tersebut
(Bedworth, David.D, 1987, p366).
Dalam metode ini terdapat kelebihan serta kekurangan yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan penulis. Kelebihan dalam
penggunaan metode ini adalah pada prinsipnya, metode ini berusaha
membebankan terlebih dahulu operasi yang memiliki tanggung jawab
keterdahuluan yang besar sehingga hasilnya akan mendekati
13
optimal.Kelemahan dari metode ini adalah metode ini tetap tidak akan
menghasilkan solusi yang optimal, tetapi solusi yang dihasilkan sudah
cukup baik dan mendekati optimal.
2.5 Istilah – istilah Line Balancing
Ada beberapa istilah yang lazim digunakan dalam line balancing. Berikut adalah
istilah-istilah yang dimaksud (Baroto, 2002):
1. Precedence diagram
Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian
menggunakan metode keseimbangan lintasan.
Precedence diagram sebenarnya merupakan gambaran secara grafis dari urutan
operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk
memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya,
adapun tanda yang dipakai dalam precedence diagram adalah sebagai berikut:
a. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah
identifikasi asli dari suatu proses operasi.
b. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Hal ini
operasi yang ada di pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada
ujung anak panah.
c. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap proses operasi.
2. Assemble Product
Assemble Product adalah produk yang melewati urutan work station dimana, setiap
work station memberkan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada
perakitan akhir.
3. Waktu menunggu (Idle Time)
Dimana operator atau pekerja menunggu untuk melakukan proses kerja ataupun
kegiatan operasi yang selanjutnya akan dikerjakan. Selisih atau perbedaan antara
Cycle time (CT) dan Stasiun Time (ST), atau CT dikurangi Stasiun Time (ST).
14
Keterangan: n = Jumlah stasiun kerja.
Ws = Waktu stasiun kerja terbesar.
Wi = Waktu sebenarnya pada stasiun kerja.
i = 1,2,3,…,n.
4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan
ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan dari waktu mengganggur
sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna diantara
stasiun-stasiun kerja. Balance delay dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan: D = Balance delay (%).
C = Waktu siklus.
N = Jumlah stasiun kerja.
Σti = Jumlah semua waktu operasi.
ti = Waktu operasi.
5. Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun kerja
(Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws). Efisiensi stasiun kerja dapat
dirumuskan sebagai berikut:
15
Idle Time = n.Ws - ∑I=1
n
Wi
D = n .C−∑ ti
(nti) x 100%
Efisiensi stasiun kerja = WiWs x 100%
6. Line efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi dengan siklus
dikalikan jumlah stasiun kerja atau jumlah efisiensi stasiun kerja dibagi dengan
siklus dikalikan jumlah stasiun kerja atau jumlah efisiensi stasiun kerja dibagi
jumlah stasiun kerja.
Line efficiency dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan: STi = Waktu stasiun kerja dari ke-i.
K = Jumlah stasiun kerja.
CT = Waktu siklus.
7. Work Station merupakan tempat pada lini perakitan dimana proses perakitan
dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja
yang efisien dapat ditetapkan dengan rumus:
Keterangan: ti = Waktu operasi (elemen).
C = Waktu siklus stasiun kerja.
Kmin = Jumlah stasiun kerja minimal.
8. Smoothing index (SI) adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relatif
dari penyeimbangan lini perakitan tertentu.
Keterangan: maks ST = Maksimum waktu di stasiun
Sti = Waktu stasiun di stasiun kerja ke-i
16
Line Efficiency = ∑i=1
k
STi
( K )(CT ) x 100%
Kmin = ∑i=1
k
ti
C x 100%
SI = √∑i=1
k
(STI maks−STI2)
BAB III
PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA
3.1. Precedence Diagram
Berikut ini adalah Precedence diagram yang digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian menggunakan metode keseimbangan lintasan.
Gambar 1. Precedence Diagram Proses Pembuatan Meja Kantor
17
A B C
D
E G
F I
H
J K
L PON
M
Q R S T U V
175'
26'
70'175'
1'
2,33'
44'22'
1'
0,5'
2,5'3,67'
0,67'
0,5'0,5' 2'1,5'0,42' 2'1,5' 0,5'120'
18
Operasi Nama Operasi Waktu Operasi
A Pengukuran 175’
B Pemotongan 1(Gergaji) 175’
C Penyerutan (Mesin Serut) 70’
D Pengukiran (Pahat dan Palu) 22’
E Pengamplasan (Amplas) 26’
F Pengamplasan (Amplas) 44’
G Pemeriksaan 1 2,33’
H Pemeriksaan 2 1’
I Pemeriksaan 3 0,67’
J Pemeriksaan 4 3,67’
K Perakitan 1 (Sekrup) 2,5’
L Pemasangan rumah kunci 0,5’
M Perakitan 2 (Palu) 1’
N Pemasangan engsel, rumah kunci, dan handle
0,5’
O Perakitan 3 0,5’
P Pemeriksaan 5 0,42’
Q Pendempulan 1,5’
R Pengamplasan (Amplas) 2’
S Pengecatan/ pernis (Kompresor)
1,5’
T Penguasan (Kuas) 2’
U Pengeringan 120’
V Pemeriksaan 6 0,5’
Total 652,6'
3.2 Metode Bobot Posisi
1. Menentukan waktu siklus, diketahui :
hari kerja per tahun = 250 hari
jumlah jam kerja dalam 1 hari kerja = 8 jam kerja
waktu operasi terpanjang = 175 menit
perkiraan jumlah produksi / tahun :
= 250 hari kerja/tahun x 8 jam kerja x 60 menit
175 menit / unit
19
= 120.000
175 unit
= 685,7 ≈ 686 unit
Waktu siklus :
= 𝛴 waktu yang tersedia
𝛴 unit yang akan diproduksi
= 250 hari kerja/tahun x 8 jam kerja x 60 menit
686 unit
= 120.000
686 unit
= 174,92 ≈ 175 menit
Karena waktu operasi terpanjang 175 menit, dan hasilnya sama dengan kecepatan lintasan yang diinginkan maka yang digunakan
adalah 175 menit sebagai kecepatan lintasan aktual.
Operasi Waktu (menit)
A 175
20
B 175
C 70
D 22
E 26
F 44
G 2,33
H 1
I 0,67
J 3,67
K 2,5
L 0,5
M 1
N 0,5
O 0,5
P 0,42
Q 1,5
R 2
S 1,5
T 2
U 120
V 0,5
Tabel 3.1 Operasi dan Waktu Operasi
21
2. Matriks Pendahuluan
Hal yang pertama yang dilakukan adalah membuat matriks pendahuluan, berikut ini adalah tabel matriks pendahuluan metode bobot posisi
dapat dilihat sebagai berikut :
Operasi
pendahul
u
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V
A - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
C 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
D 0 0 0 - 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
E 0 0 0 0 - 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
F 0 0 0 0 0 - 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
G 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22
H 0 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
I 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
J 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
K 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
M 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 1
N 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1
O 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1
P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 1
Q 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1
R 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1
S 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1
T 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1
U 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1
V 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
Tabel 3.2 Matriks Pendahuluan
3. Menghitung bobot posisi
Setelah membuat matriks pendahuluan, maka hal yang harus dilakukan adalah menghitung bobot posisi yang dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
23
Operasi
pendahulu
Operasi Pengikut Bobot Posisi
A (175’) 175, 70, 22, 26, 44, 2,33, 1, 0,67,
3,67, 2,5, 0,5, 1, 0,5, 0,5, 0,42,
1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5
652,59 menit
B (175’) 70, 22, 26, 44, 2,33, 1, 0,67,
3,67, 2,5, 0,5, 1, 0,5, 0,5, 0,42,
1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5
477,59 menit
C (70’) 22, 26, 44, 2,33, 1, 0,67, 3,67,
2,5, 0,5, 1, 0,5, 0,5, 0,42, 1,5, 2,
1,5, 2, 120, 0,5
302,59 menit
D (22’) 44, 1, 0,67, 3,67, 2,5, 0,5, 1, 0,5,
0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5
204,26 menit
E (26’) 2,33, 0,5, 1, 0,5, 0,5, 0,42, 1,5, 2,
1,5, 2, 120, 0,5
158,75 menit
F (44’) 1, 0,67, 3,67, 2,5, 0,5, 0,5, 0,5,
0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5
181,26 menit
G (2,33’) 0,5, 1, 0,5, 0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5,
2, 120, 0,5
132,75 menit
H (1’) 0,5, 0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120,
0,5
129,92 menit
I (0,67’) 0,5, 0,5, 0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 130,09 menit
24
120, 0,5
J (3,67’) 2,5, 0,5, 0,5, 0,5, 0,42, 1,5, 2,
1,5, 2, 120, 0,5
135,59 menit
K (2,5’) 0,5, 0,5, 0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2,
120, 0,5
131,92 menit
L (0,5’) 0,5, 0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120,
0,5
129,42 menit
M (1’) 0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5 129,42 menit
N (0,5’) 0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5 128,92 menit
O (0,5’) 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5 128,42.menit
P (0,42’) 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5 127,92 menit
Q (1,5’) 2, 1,5, 2, 120, 0,5 127,50 menit
R (2’) 1,5, 2, 120, 0,5 126,00 menit
S (1,5’) 2, 120, 0,5 124,00 menit
T (2’) 120, 0,5 122,50 menit
U (120’) 0,5 120,50 menit
V (0,5’) 0 0,5 menit
Tabel 3.3 Bobot Posisi
4. Mengurutkan prioritas operasi
Setelah membuat bobot posisi, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah mengurutkan prioritas operasi berdasarkan bobot posisi dari yang
terbesar sampai yang terkecil. Dapat dilihat pada tabel berikut ini.
25
Operasi Jumlah Bobot Waktu Operasi per operasi
(menit)
A 652,59 menit 175
B 477,59 menit 175
C 302,59 menit 70
D 204,26 menit 22
F 181,26 menit 44
E 158,75 menit 26
J 135,59 menit 3,67
G 132,75 menit 2,33
K 131,92 menit 2,5
I 130,09 menit 0,67
H 129,92 menit 1
L 129,42 menit 0,5
M 129,42 menit 1
N 128,92 menit 0,5
O 128,42.menit 0,5
P 127,92 menit 0,42
Q 127,50 menit 1,5
R 126,00 menit 2
S 124,00 menit 1,5
T 122,50 menit 2
26
U 120,50 menit 120
V 0,5 menit 0,5
Tabel 3.4. Prioritas Operasi
5.Menghitung jumlah stasiun kerja
Setelah itu yang harus dilakukan selanjutnya adalah menghitung jumlah stasiun kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
- waktu siklus = 175 menit
Jumlah stasiun kerja = 652,59 menit
175 menit hasil penyusunan
= 3,73≈ 4 Stasiun kerja
Tabulasi stasiun kerja adalah sebagai berikut :
Stasiun Kerja Operasi Waktu operasi
(tidak boleh lebih
dari 175)
Efisiensi (175%)
I A 175 100%
II B 175 100 %
III C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O 174,67 99,81 %
IV P,Q,R,S,T,U,V 127,92 73,10%
27
Jumlah 372,91%
Rata-rata 93,23 %
Tabel 3.5. Tabulasi Stasiun Kerja
Smoothing indeks : √ (175−175 )2+ (175−175 )2+(175−174,67 )2+(175−127,92) ²
= 47,08
Maka gambar jaringan kerja penyeimbang adalah :
28
Bahan Baku
Stasiun Kerja I A
175 menit
Stasiun Kerja IV P;Q;R;S;T;U;V 127,92 menit
Stasiun Kerja II B
175 menit
Stasiun Kerja III C;D;E;F;G;H;I;J;K;L;M;N;O174,67 menit
Barang Jadi
Gambar 3.2 Jaringan Kerja
Hasil penyeimbangan di atas memperlihatkan tingkat efisiensi (93,23%).
3.2. Metode Pembebanan Berurut
Menentukan waktu siklus, diketahui :
Hari kerja per tahun = 250 hari
Jumlah jam kerja dalam 1 hari kerja = 8 jam kerja
Waktu operasi terpanjang = 175 menit
Perkiraan jumlah produksi / tahun :
= 250 hari kerja/tahun x 8 jam kerja x 60 menit
175 menit / unit
= 120.000
175 unit
= 685,7 ≈ 686 unit
Waktu siklus :
29
= 𝛴 waktu yang tersedia
𝛴 unit yang akan diproduksi
= 250 hari kerja/tahun x 8 jam kerja x 60 menit
686 unit
= 120.000
686 unit
= 174,92 ≈ 175 menit
Karena waktu operasi terpanjang 175 menit, dan hasilnya sama dengan kecepatan lintasan yang diinginkan maka yang digunakan
adalah 175 menit sebagai kecepatan lintasan aktual.
1. Buat matriks Keterdahuluan
Langkah yang pertama dilakukan adalah membuat matriks keterdahuluan. Berikut ini adalah tabel Matriks Keterdahuluan yang dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
30
Tabel 3.6. Matriks Keterdahuluan
2. Mengurutkan stasiun kerja
Setelah membuat matriks pendahuluan,
selanjutnya dilakukan mengurutkan stasiun yaitu
urutannya sebagai berikut :
A-B-C-D-E-F-G-H- I-J-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-
T-U-V
Tabel perhitungan efisiensi dengan menurut
stasiun kerja dapat dilihat sebagai berikut
Stasiun Kerja Operasi Waktu operasi Efisiensi (175%)
I A 175 menit 100 %
II B 175 menit 100 %
III C,D,E,F,G,H 165,33 menit 94,47 %
IV I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V 137,26 menit 78,43 %
Jumlah 372,9 %
Rata-rata 93,23 %
Tabel 3.7. Efisiensi Menurut Stasiun
Kerja
31
Operasi Waktu Operasi Operasi Pendahulu
Operasi
pengikut
A 175' 0 0 0 B 0 0
B 175' A 0 0 C 0 0
C 70' B 0 0 D E 0
D 22' C 0 0 F 0 0
E 26' C 0 0 G 0 0
F 44' D 0 0 H I J
G 2,33' E 0 0 N M 0
H 1' F 0 0 N P 0
I 0,67' F 0 0 L 0 0
J 3,67' F 0 0 K 0 0
K 2,5' J 0 0 L 0 0
L 0,5' I K 0 N 0 0
M 1' G 0 0 O 0 0
N 0,5' G H L O 0 0
O 0,5' M N 0 P 0 0
P 0,42' H O 0 Q 0 0
Q 1,5' P 0 0 R 0 0
R 2' Q 0 0 S 0 0
S 1,5' R 0 0 T 0 0
T 2' S 0 0 U 0 0
U 120' T 0 0 V 0 0
V 0,5' U 0 0 0 0 0
Smoothing indeks
= √(175−175)2+(175−175)2+(175−165,33)2+(175−137,26)2
= 38,96
Jaringan kerja hasil penyeimbang lintasan adalah sebagai berikut :
Gambar 3.3. Jaringan Kerja
32
Bahan Baku
Stasiun kerja 1
A (175 menit)
Stasiun Kerja 2
B (175 menit)
Stasiun kerja 3
C,D,E,F,G,H (165,33 menit)
Stasiun kerja 4
I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V
(137,26 menit)
Barang jadi
3.3 Metode Pendekatan Wilayah (Weston)
Menentukan waktu siklus, diketahui :
hari kerja per tahun = 250 hari
jumlah jam kerja dalam 1 hari kerja = 8 jam kerja
waktu operasi terpanjang = 175 menit
perkiraan jumlah produksi / tahun :
= 250 hari kerja/tahun x 8 jam kerja x 60 menit
175 menit / unit
= 120.000
175 unit
= 685,7 ≈ 686 unit
Waktu siklus :
= 𝛴 waktu yang tersedia
𝛴 unit yang akan diproduksi
= 250 hari kerja/tahun x 8 jam kerja x 60 menit
33
686 unit
= 120.000
686 unit
= 174, 92 ≈ 175 menit
Karena waktu operasi terpanjang 175 menit dan hasil perhitungan tersebut sama dengan kecepatan lintasan yang diinginkan, maka yang
digunakan sebagai kecepatan lintasan aktual adalah 175 menit.
34
Pembagian wilayah dalam proses pembuatan meja kantor ini mengikuti precedence diagram, berikut merupakan hasil dari
pembagian wilayah untuk setiap operasi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Jaringan Kerja Proses Operasi pada Metode Pendekatan Wilayah
Berdasarkan Gambar 3.4. maka dibuat prioritas operasi untuk setiap wilayah serta dihitung waktu operasi untuk setiap wilayah seperti
yang ditunjukkan oleh Tabel 3.8.
35
A B C
D
E G
F I
H
J K
L PON
M
Q R S T U V
I XVIIXIV XVIXVXIIIXIIXIXIXVIIIVIIVIVIVIIIII
Wilayah Operasi Waktu Operasi Prioritas OperasiI A 175’ 1II B 175’ 2III C 70’ 3IV D,E 48’ 4V F,G 46,33’ 5VI H,I,J 5,34’ 6VII K 2,5’ 7VIII L,M 1,5’ 8IX N 0,5’ 9X O 0,5’ 10XI P 0,42’ 11XII Q 1,5’ 12XIII R 2’ 13XIV S 1,5’ 14XV T 2’ 15XVI U 120’ 16XVII V 0,5’ 17
Tabel 3.8. Prioritas Operasi
Selanjutnya dari pembagian wilayah yang sudah dilakukan pada Tabel 3.8.
dibuatlah stasiun kerja dimana tetap memperhatikan proses pendahulunya.
Pembuatan stasiun kerja pada metode ini ditunjukkan oleh Tabel 3.9.
Operasi Waktu
Operasi
Waktu Stasiun
Kerja
Stasiun Kerja Efisiensi
A 175’ 175’ I 100%
B 175’ 175’ II 100%
C 70’ 174,67’ III 99,81%
D 22’
E 26’
F 44’
G 2,33’
H 1’
I 0,67’
J 3,67’
K 2,5’
36
L 0,5’
M 1’
N 0,5’
O 0,5’
P 0,42’
127,92’ IV 73,10%
Q 1,5’
R 2’
S 1,5’
T 2’
U 120’
V 0,5’
Total
Waktu652,59’ Jumlah 372,91%
Efisisensi Rata-rata 93,23%
Tabel 3.9. Pembebanan Operasi pada Stasiun Kerja
Line efisiensi rata-rata= 652,59
(4 ) (175 )x 100 %=93,23 %
Smoothing indeks = √(175−175)2+(175−175)2+(175−174,67)2+(175−127,92)2
= 47,1
Gambar stasiun kerja setelah Trial and Error pada metode pendekatan wilayah
dapat dilihat pada gambar 3.5.
Gambar 3.5. Stasiun Kerja Setelah Trial and Error pada Metode Pendekatan Wilayah.
37
Hasil perhitungan tersebut memperlihatkan tingkat efisiensi yang tinggi
(93,23%) dan proses stasiun kerja tertata secara teratur. Dengan demikian,
stasiun kerja pada sebelumnya harus tetap dipertahankan agar tidak terjadi arus
stasiun kerja yang bolak balik yang akan menimbulkan penambahan biaya.
BAB IV
ANALISIS MASALAH
4.1 Analisis Stasiun Kerja Sebelum dan Sesudah Trial and Eror
Berdasarkan tiga metode yang digunakan untuk penyeimbangan lintasan
produksi meja kantor diantaranya metode bobot posisi, metode pembebanan
berurut, dan metode pendekatan wilayah di dapatkan 4 stasiun kerja dengan
memperlihatkan hasil tingkat efisiensi yang masih rendah di bandingkan setelah
38
dilakukan trial and error pada beberapa metode. Setelah melakukan trial and
error hasil efisiensi nya lebih tinggi dibandingkan sesudah trial and error.
- Metode bobot posisi : 93,23 %
- Metode pembebanan berurut : 93,23%
- Metode pendekatan wilayah, sesudah trial and eror : 93,23 %
Penggunaan Trial and Error digunakan untuk menyeimbangkan lintasan
sehingga tidak terjadi arus bolak balik antara stasiun kerja yang ada.
4.2 Analisis Efisiensi Stasiun Kerja
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan 3 metode diketahui waktu
kecepatan lintasan yang diperlukan sebesar 175 menit. Dalam hal ini kecepatan
lintasan sama dengan waktu operasi terpanjang pada aliran produksi yaitu
sebesar 175 menit. Sehingga kecepatan lintasan aktual yang digunakan adalah
waktu proses operasi terpanjang.
Efisiensi stasiun kerja hanya mengalami perubahan yang sedikit sehingga
tidak memiliki dampak yang terlalu besar. Jika efisiensi pada setiap stasiun kerja
semakin tinggi maka biaya yang dikeluarkan akan semakin kecil. Sebaliknya,
semakin kecil efisiensi yang dihasilkan pada stasiun kerja maka semakin besar
biaya yang dikeluarkan.
4.3 Analisis Smoothing Indeks
- Metode bobot posisi
Smoothing indeks : √ (175−175 )2+(175−175 )2+(175−174,67 )2+(175−127,92) ²
= 47,08
- Metode pembebanan berurut
Smoothing indeks
= √(175−175)2+(175−175)2+(175−165,33)2+(175−137,26)2
39
= 38,96
- Metode pendekatan wilayah
Smoothing indeks = √(175−175)2+(175−175)2+(175−174,67)2+(175−127,92)2
= 47,1
Dari ketiga metode di atas semua perhitungan smoothing indeks tidak ada yang
mendekati 1 karena ada proses operasi yang tingkat efisiensi yang tidak maksimal
dibandingkan yang lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Setelah dilakukan penyusunan stasiun kerja di dapatkan 4 stasiun kerja dari
setiap metode, antara lain :
- Metode Bobot Posisi
Stasiun Kerja Operasi Waktu operasi
(tidak boleh
lebih dari 175)
Efisiensi (175%)
I A 175 100%
II B 175 100 %
40
III C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O 174,67 99,81 %
IV P,Q,R,S,T,U,V 127,92 73,10%
Jumlah 372,91%
Rata-rata 93,23 %
- Metode Pembebanan Berurut
Stasiun Kerja Operasi Waktu operasi Efisiensi (175%)
I A 175 menit 100 %
II B 175 menit 100 %
III C,D,E,F,G,H 165,33 menit 94,47 %
IV I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V 137,26 menit 78,43 %
Jumlah 372,9 %
Rata-rata 93,23 %
- Metode Pendekatan Wilayah
Operasi Waktu
Operasi
Waktu Stasiun
Kerja
Stasiun Kerja Efisiensi
A 175’ 175’ I 100%
B 175’ 175’ II 100%
C 70’ 174,67’ III 99,81%
D 22’
E 26’
F 44’
G 2,33’
H 1’
I 0,67’
41
J 3,67’
K 2,5’
L 0,5’
M 1’
N 0,5’
O 0,5’
P 0,42’
127,92’ IV 73,10%
Q 1,5’
R 2’
S 1,5’
T 2’
U 120’
V 0,5’
Total
Waktu652,59’ Jumlah 372,91%
Efisisensi Rata-rata 93,23%
2. Pada upaya penyeimbangan lini pada sebuah Meja Kantor H.M Soleh
Furniture didapatkan sebuah waktu siklus dengan nilai sebesar 175 menit.
Metode yang digunakan adalah Metode Bobot Posisi (Hegelson-Barnie),
Metode Pembebanan Berurut, Metode Pendekatan Wilayah (Weston) dengan
sama-sama membutuhkan 4 stasiun kerja.
3. Metode Bobot Posisi (Hegelson-Barnie), Metode Pembebanan Berurut, dan
Metode Pendekatan Wilayah (Weston) menghasilkan nilai efesiensi yang
sama yaitu sebesar 93,23%. Metode Bobot Posisi menghasilkan nilai
smoothness index sebesar 47,08 menit. Metode Pembebanan Berurut 38,96
menit, dan Metode Pendekatan Wilayah (Weston) menghasilkan nilai
smoothness index yaitu 47,1 menit.
4. Dari perhitungan nilai efesiensi ketiga metode dihasilkan nilai yang sama.
Nilai efesiensi tersebut dikatakan masih sangat tinggi sehingga dapat
42
dikatakan bahwa efesiensi stasiun kerja pada proses pembuatan meja kantor
kayu kamper tersebut masih sudah baik. Dari perhitungan nilai smoothness
index didapatkan nilai yang terbaik yaitu menggunakan metode Pembebanan
Berurut dengan nilai 38,96 menit. Metode tersebut dapat digunakan dalam
merancang stasiun kerja agar meningkatkan nilai efesiensi dikarenakan
metode tersebut memiliki nilai smoothness index yang paling rendah
dibandingkan metode lain. Meskipun nilai tersebut masih belum baik karena
masih jauh dari angka 0 menit sehingga dapat dikatakan keseimbangan lini
pada stasiun kerjanya belum seimbang dan masih perlu dilakukan perbaikan.
5.2 Saran
Dari hasil rancangan stasiun kerja yang diperoleh, sebaiknya
menggunakan rancangan stasiun kerja hasil dari metode Pembebanan Berurut
karena akan memperoleh tingkat smoothness index yang terendah dan akan
menghasilkan keseimbangan yang baik antar stasiun kerja. Hal ini akan
menambahkan tingkat efisiensi pada setiap stasiun kerja yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Gaspers, Vincent, Production Planning and Inventory Control, Berdasarkan
Pendekatan Sistem Terintegrasi MRPII dan JIT Menuju Manufakturing 21, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
Heizer, R., Render, B., Operattions Management, Flexible Version, Seventh
Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2005.
Nahmias,S., Production and Operations Analysis, McGraw Hill, 2001
43
The World of IE. (2012). Line Balancing. [Online]. Tersedia:
http://industrialengineeringworld.wordpress.com/2012/07/21/line-balancing-2/. [5
Januari 2016]
44
Recommended