Upload
tri-widya-astuti
View
212
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
SISTEM MUKULOSKELETAL 2011
LAPORAN MODUL 2
“Nyeri ekstremitas”
KELOMPOK 12 :
1. Deni Kurniawan
2. Tri widya astuti
3. Dita kunti heru putri
4. M. Diki ardhi
5. Nindita ayu
6. Nunung nuripah
7. Revisca oktavia
8. Reyka pratiwi
9. Risa maulida
10. Suci sukmawati
TUTOR :
dr. Muchlis
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2012
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya sehingga laporan tutorial modul batuk ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil tutorial yang telah kami laksanakan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk mengetahui tentang definisi dan mekanisma penyakit dengan gejala batuk
Mohon maaf bila ada kekurangan dalam laporan yang kami buat ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kelompok 12
2
PENDAHULUAN
Penyakit-penyakit dengan gejala batuk perlu dicermati dalam penegakan diagnosis, karena umunya gejala-gejala diperlihatkan hampir sama. Ketelitian dalam mengumpulakn gejala-gejala dan pemeriksaan pendukung sangat diperlukan. Untuk diagnosis penyakit-penyakit dengan gejala batuk umumnya digunakan kriteria dari American Collage of Rheumatology (ACR). Bila gejala dan pemeriksaan sudah memenuhi, maka diagnosis dan terapi sudah dapat dilakukan.
Melalui laporan ini, diharapkan kami dapat mengetahui gejala-gejala yang ada. Dan dapat dihubungkan dengan pemeriksaan pendukung yang diperlukan. Kami berharap bisa memecahkan masalah penyakit dengan gejala batuk.
Jakarta, April 2012
3
DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................................1
Pendahuluan………………………………………………………………………………...2
Daftar isi……………………………………………………………………………………..3
Pembahasan
Skenario………………………………………………………………………4
Kata kunci………………………………………………..…………………..4
Pertanyaan…………………………………………………………………....4
Tujuan pembelajaran………………………………………………………….5
Pembahasan…………………………………………………………………..5
Kesimpulan…………………………………………………………………………………..21
Daftar pusaka………………………………………………………………………………...22
4
A. Skenario
Udin, laki-laki berusia 35 tahun, karyawan swasta, datang ke RS dengan keluhan batuk
berdahak sejak 5 hari yang lalu. Dahak kental kadang berdarah. Pasien juga mengalami demam
sampai mengigil, hidung tersumbat dan berair, disertai keluhan batuk pilek dan sakit tenggorok.
Terkadang juga didapatkan keluhan sesak napas. Pasien tinggal dekat peternakan ayam. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg dan suhu tubuh ketiak 38,8 derajat
celcius.
B. KATA KUNCI
1. Laki – laki, usia 35 tahun
2. Batuk berdahak 5 hari yang lalu
3. Dahak kental kadang berdarah
4. Demam sampai menggigil
5. Hidung tersumbat dan berair
6. Batuk, pilek, dan sakit tenggorok
7. Sesak nafas
8. Tinggal dekat peternakan ayam
9. Tekanan darah 100/60 mmHg
10. Suhu tubuh 38,8 c
C. PERTANYAAN
1. Jelaskan etiologi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk ?
2. Jelaskan epidemiologi penyaki-penyakit respirasi dengan gejala utama batuk ?
3. Sebutkan gejala lain dari masing-masing penyakit dengan keluhan utama batuk ?
4. Jelaskan patomekanisme terjadinya batuk ?
5. Mengapa dahak yang dikeluarkan kental dan kadang berdarah ?
6. Jelaskan sifat-sifat umum virus penyebab pneumonia ?
7. Jelaskan pencegahan penyakit dari gejala utama batuk ?
8. Mengapa suhu, frekuensi nafas, dan tekanan darah berpengaruh terhadap batuk ?
9. Jelaskan bagaimana penatalaksanaan penyakit sesuai skenario ?
5
10. Apakah hubungan lingkungan berpengaruh pada penyakit dalam skenario ?
11. . Pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa penyakit pada skenario ?
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang menimbulkan batuk
2. Menjelaskan patomekanisme terjadinya batuk
2.1. Menggambarkan susunan anatomi dari organ-organ respirasi
2.2. Menjelaskan tentang struktur dari fungsi sel-sel dari masing-masing organ
respirasi
2.3. Menjelaskan tentang fisiologi pernafasan dan refleks batuk
3. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk
4. Menjelaskan etiologi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk
4.1. Menjelaskan tentang morfologi, klasifikasi, sifat-sifat lain, bakteri penyebab
infeksi saluran nafas
5. Menjelaskan gambaran klinik lain yang menyertai batuk pada penyakit sistem respirasi
5.1. Menyebutkan gejala lain dari masing-masing penyakit dengan keluhan utama
batuk
5.2. Menjelaskan pemeriksan-pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa
penyakit dengan gejala batuk
6. Menjelaskan penatalaksanaan yang diberikan pada penderita penyekit-penyakit yang
memberikan keluhan utrama batuk
7. Menjelaskan pencegahan penyakit-penyakit respirasi dengan gejala utama batuk
8. Menjelaskan epidemiologi penyakit-penyakit respirasi dengan gejala utama batuk
6
E. PEMBAHASAN
Pneumonia Flu burung bronkiektaksis
1. Laki- laki 35
tahun
+ + +
2. Batuk berdahak
+ + +
3. 5 hari yang lalu
+ - -
4. Dahak kental
kadang
berdarah
+ + +
5. Hidung
tersumbat dan
berair
+ + +
6. Batuk pilek
dan sakit
tenggorok
+ + +
7. Batuk pilek
dan sakit
tenggorok
+ + +
8. Sesak nafas + + +
9. Tinggal dekat
peternakan
ayam
+ + +
10. . Tekanan
darah 100/60
mmHg
+ - -
7
11. Suhu tubuh
ketian 38.8oc
+ + +
1. ETIOLOGI PNEUMONIA
Disebabkan oleh berbagai macam, yaitu :
VIRUS
virus influenza
virus RSV (RSV)
Adenovirus
metapneumovirus.
Herpes simplex virus merupakan penyebab pneumonia langka kecuali pada
bayi baru lahir.
Orang dengan sistem kekebalan yang lemah juga berisiko pneumonia yang
disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV).
BAKTERI
Gram positif :
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae menjadi
penyebab penting pneumonia pada bayi baru lahir
Gram negatif
Hemophilus influenzae
Klebsiella pneumoniae
Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa
Moraxella catarrhalis
Atypical bakteri
Chlamydophila pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Legionella pneumophila
JAMUR
8
Histoplasma capsulatum
blastomyces
Cryptococcus neoformans
Pneumocystis jiroveci
Coccidoide immitis
PARASIT
Toxoplasma gondii
Strongyloides stercoralis
ascariasis
Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah:
1. Peminum alkohol
2. Perokok
3. Penderita diabetes
4. Penderita gagal jantung
5. Penderita penyakit paru obstruktif menahun
6. Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker, penerima organ
cangkokan)
7. Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS). \
2. EPIDEMIOLOGI PNEUMONIA
Survey serologik menunjukkan bahwa kebanyakan anak yang normal pernah terpajan
mikroorganisme nya pada usia 3 sampai 4 tahun. Pada hewan ditularkan melalui udara.
Sedangkan penularan pada manusia ditunjukkan dengan timbulnya ledakan wabah pneumositosis
diantara anak-anak yang keadaannya buruk serta dirawat dipanti asuhan dan pada rumah sakit
9
yang merawat pasien yang kekebalannya tertekan. Dari hasil penelitian inkubasi infeksinya
diperkirakan berkisar dari 4 hingga 8 minggu.
Data pneumonia di indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, menunjukkan
prevalensi nasional ISPA 25,5% (16 Provinsi diatas angka nasional), angka kesakitan
(morbiditas) pneumonia bayi 2,2%angka kesakitan (morbiditas) balita 3%, kematian bayi
karena pneumonia (mortalitas) 23,8% atau kematian balita karena pneumonia(mortalitas)
15,5%.
PNEUMONIA VIRAL
Pneumonia viral dapat juga terjadi pada anak-anak dan rasio antara anak-anak dan orang
dewasa yang diserang banyak tergantung pada jenis virusnya. Misalnya respiratory
syncytial virus terbanyak terdapat pada anak balita. Sebaliknya varicella yang menyerang
paru-paru hanya terdapat pada orang dewasa. Demikian pula campak atipik dapat
menyebabkan pneumonia yang erat hubungannya dengan gangguan imunisasi. Influenza
A dapat menyebabkan infeksi saluran nafas pada orang dewasa dan anak-anak tetapi
komplikasi ke paru lebih sering didapat pada orang dewasa.
Pneumonia jauh lebih sering didapat pada musim hujan. Konsentrasi penduduk terutama
mereka yang tinggal diasrama, lebih memungkinkan penyebaran cepat pneumonia viral,
apalagi kalau hubungannya dengan dunia luar terbatas seperti pada latihan angkatan
bersenjata. Dari segi penderita sudah dapat diketrahui bahwa orang dewasa berpenyakit
jantung lebih sering terserang pneumonia virus influenza.
Pada penderita dengan pengobatan imunosupresi dapat ditunjukkan bahwa terdapat
presentase lebih banyak penderita dengan pneumonia virus cytomegalo dibandingkan
dengan orang tanpa pengobatan imunosupresi.
PNEUMONIA LEGIONELLA
10
L.Pneumophila sehari-hari hidup dalam air mikroorganisme ini dapat diisolasi dari
tempat tempat persediaan air dan dapat menyebabkan wabah atau penyakit perseorangan
secara sporadis.pada saat ini sudah dilaporkan 363 wabah yang disebabkan
mikroorganisme ini terdapat lebih dari 1000 kasus perseorangan pada center od desease
control departemen kesehatan Amerika Kesehatan.
Risiko untuk mendapatkan penyakit ini lebih tinggi untuk pria dari wanita .faktor lain
yang penting adalah umur diatas50 tahun, penyakit ginjal kronik,diabetes,
bronkitis,penyakit jantung dan kebanyakan merokok serta keadaan imunosupresif. Data
ini berlakun untuk infeksi dengan L.pneumophili.
Hubungan dengan air secara jelas dapat diketahui secara jelas dapat diketahui pada saat
wajah berlangsung dan mikroorganisme ini akan dapat diisolasi dari kran air mandi, alat
pendingin kamar dan menara air.
Masa inkubasi diperkirakan 2 sampai 10 hari dan tidak terdapat penularan antara sesama
manusia.
3. GEJALA DARI MASING-MASING PENYAKIT DENGAN
KELUHAN UTAMA BATUK
Pneumonia
Gejala lain (bakteri)
Demam
Bernafas dengan cepat dan sesak nafas
Gemetar dan menggigil
Nyeri dada ketika batuk atau bernafas
11
Detak jantung cepat
Mudah lelah
Mual dan muntah
Diare
Avian Viral Influenza
gejala lain :
Demam
Lemas
Sakit tenggorokan
Sakit kepala
Tidak nafsu makan
Muntah
Nyeri perut
Nyeri sendi
Diare
Infeksi selaput mata
severe respiratory distress
12
Bronkiektasis
gejala lain :
Demam berulang
Batuk darah
Sesak nafas (dispnea)
Penurunan berat badan
Lelah
Clubbing fingers
Wheezing
Warna kulit kebiruan
Pucat
Bau mulut
13
4. MEKANISME BATUK
Terdiri dari beberapa fase, yaitu :
Fase Iritasi
merupakan fase perangsangan reseptor oleh berbagai stimulus/rangsangan
Fase Inspirasi
fase dimana glotis secara refleks terbuka karena kontraksi akibat adanya inspirasi
singkat dan cepat dari sejumlah besar udara. Pada fase ini volume paru akan
membesar sehingga memperkuat fase ekspirasi dan dapat
menghasilkan menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial
Fase Kompresi
fase dimana glotis menutup selama 0,2 detik tekanan di paru dan abdomen akan
meningkat. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya
dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang
berbeda
Fase Ekspulsif
pada fase ini secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi.
Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada
sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal
5. Warna sputum
Kekuning-kuningan
Hijau
Sputum merah muda + berbusa
Sputum berlendir, lekat dan berwarna abu-abu/putih
Sputum berbau busuk
Sputum mengandung darah
Infeksi
Bronkietaksis
Edema paru akut
14
Bronkitis kronik
Karsinoma
Pneumonia, pneumokokus
6. VIRUS PENYEBAB PNEUMONIA
Pneumonia-masyarakat , bila infeksinya terjadi di masyarakat (Streptococcus
pneumoniae Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus
Pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia).
Staphylococcus aureus, Escherechia coli
TIPIKAL DAN ATIPIKAL
- Pneumonia tipik
Disebabkan oleh bakteri yang responsif terhadap pengobatan dengan antibiotik
beta-laktam
- Pneumonia atipik
Tidak responsif dengan antibiotik beta-laktam
Terutama disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae
FASE INFLAMASI
Setela capai alveoli maka kuman menimbulkan respon;
1. Fase kongesti
Fase ini terjadi pada 4 sampai 12 jam pertama. Dimana pada fase ini eksudasi serosa
masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
2. Fase hepatisasi merah
Terjadi reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke
jaringan sekitarnya.
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi
Ditemukan kuman di alveoli
15
Fase ini terjadi 48 jam berikutnya. Paru-paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi
= seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear
mengisi alveoli.
3. Fase hepatisasi kelabu
Deposisi fibrin semakin bertambah
Terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli
Terjadi proses fagositosis yang cepat
Pada fase ini 3 sampai 8 hari. Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Fase resolusi
Jumlah makrofag meningkat di alveoli
Sel akan mengalami degenerasi
Fibrin menipis
Kuman dan debris menghilang
Fase ini 7 sampai 11 hari, dimana eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
7. Pencegahan Penyakit Bronkiektasis
a) Imunisasi campak dan pertusis pada masa kanak-kanak.
b) Vaksin influenza berkala
c) Vaksin pneumokokus
d) Pemberian antibiotik sedini mungkin saat infeksi
e) Pengobatan immunoglobulin pada sindroma kekurangan immunoglobulin
f) Penggunaan anti peradangan yang tepat
g) Menghindari udara yang terpolusi, asap, dan serbuk yang berbahaya
h) Mencegah masuknnya benda asing ke saluran pernapasan
i) Jangan menggunakan tetes minyak atau mineral untuk mulut atau hidung
menjelang tidur
16
j) Bronskopi
Pencegahan Bronchopneumonia
a. Mengatur ventilasi ruangan
memperbanyak lubang udara dan usahakan sinar matahari dapat masuk kedalam
rumah agar pertukaran udara baik dan membuka jendela dipagi hari
b. Menjaga kebersihan lingkungan
menjaga ruangan dari debu
membersikan ruangan setiap
menjemur tempat tidur
memberikan pengharum ruangan (yang tidak merangsang dan tidak mengakibatkan
batuk)
c. Memberi tahu pasien untuk menutup hidung atau menutup mulut bila batuk atau
bersin
8. Mengapa suhu, denyut nadi, frekuensi napas berpengaruh terhadap batuk dan gejala-gejala klinis yang dialami penderita ?
SuhuPaling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit. Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatuzattoksin/racuntertentu yang dikenal sebagai pirogeneksogen. Denganmasuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan “tentarapertahanantubuh” antara lain berupaleukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit).Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan “senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnyainterleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat bias keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akanpemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin
17
pun berkat bantuan dan campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan mempengaruhi kerja dari thermostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal.Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau febris
NADIJika suhu tubuh meningkat, tubuh akan memberikan respon untuk mengurangi suhu tersebut dengan cara membuang panas tubuh melalui keringat yang di bawa oleh darah. Maka, pada pembuluh darah akan terjadi vasodilatasi agar volume darah yang menuju jaringan kulit lebihbanyak dari biasanya dan membuang panas yang berlebih bersamaan dengan keringat. Hal itu juga menyebabkan warna kulit akan terlihat merah karena banyaknya darah yang melewati jaringan kulit tersebut.
FREKUENSI NAFASJika terjadi suatu kontriksi padasaluran napas atas, maka akan menyebabkan dispnea atau sesak napas. Pasokan O2 pada tubuh menjadi inadequate sehingga tubuh berusaha memnuhi kebutuhan akan O2 dengan cara melakukan pernapasan cepat, sehingga terjadi suatu kompensasi.
9. Penatalaksanaan PneumoniaKepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.Engram (1998) menyatakan bahwa penatalaksanaan medis umum terdiri dari 1. Farmakoterapi : antibiotik (diberikan secara intravena), ekspektoran, antipiretik dan analgetik.2. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol.3. Fisioterapi dada dengan drainage postural.
Terapi lain yang tidak kalah penting adalah terapi suportif yaitu (1) terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95 – 96% berdasarkan pemeriksaan
18
analisis gas darah, (2) humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dan dapat disertai obat bronkodilator untuk mencegah penyempitan saluran nafas (bronkospasme), (3) fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, (4) pengaturan pemberian cairan sehingga tidak berlebihan yang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di paru-paru, (5) pemberia kortikosteroid, (6) pmeberian obat inotropik, (7) penggunaan ventilasi mekanik, (8) drainase empiema bila ada, 9) Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi cukup kalori terutama didapatkan dari lemak (50%), hingga dapat dihindari produksi CO2 yang berlebihan.
Dalam melakukan terapi pada penderita pneumonia, yang perlu diperhatikan antara lain : 1. Perhatikan hidrasi.2. Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan.3. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi ADH juga akan berlebihan.4. Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai kebutuhan.5. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan keadaan klinis pengukuran pulse oksimetri.6. Pengobatan antibiotik:
Pneumonia yang disebabkan mikroorganisme anaerob dapat diobati dengan klindamisin (300 mg setiap 6 jam atau 450 mg setiap 8 jam selama 7 hingga 10 hari), amoksisilin (500 mg setiap jam) yang dikombinasikan dengan metronidazol (500 mg setiap 6 jam) atau amoksisilin/asam klavulanat (500 mg setiap 8 jam). Metronidazol memiliki aktivitas yang kurang adekuat terhadap kokos gram-positif.
Penderita pneumonia dapat dirawat di rumah, namun bila keadaannya berat penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang memadai, seperti cairan intravena bila sangat sesak, oksigen, serta sarana rawat lainnya. Bayi memerlukan perhatian lebih khusus lagi.
Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis anak :2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet
Antibiotik pengganti adalah amoksisilin atau ampisilin. Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan eritromisin 500mg 4 x
sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya mikoplasma (batuk kering). Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau brankodilator
(teofilin atau salbutamol). Pada kasus dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin dan atau
gentamisin. Pada orang dewasa terapi kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000 –
1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada penderita dengan batuk produktif.
Pengobatan antibiotik:
19
a. Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000 unit/kg/hari atau penisilil prokain i.m 600.000 V/kali/hari atau amphisilin 1000 mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 – 10 hari untuk kasus yang tidak terjadi komplikasi
b. Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten terhadap ampisillin.c. Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi ketiga, misal sefatoksim.d. Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P. Aeruginosa umumnya resisten terhadap ampisillin dan derivatnya. Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari aatu sefalosporin.e. Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk pneumonia karena M. Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi jaringan lebih baik dengan rasio konsentrasi antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan compliance dan efficacy. f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C. pneumonie in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik.
10. Pengaruh lingkungan terhadap sistem pernafasan
a. Pencemaran udara dalam rumahAsap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan
konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga akan
memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan
ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar
tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan
karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya
sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara,
diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia pada anak-anak yang
tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9
bulan dan 6 – 10 tahun.
20
b. Ventilasi rumah
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari
ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang
optimum bagi pernapasan.
2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat
pencemar lain dengan cara pengenceran udara.
3. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang
4. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.
5. Mengeluakan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh,
kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata
c. Kepadatan rumah hunian
Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang
minimal menempati luas rumah 8m². Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat
mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas.
Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam
rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara
kepadatan dan kematian dari bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan
21
bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi
pada faktor ini.
11. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Mikrobiologik
b. Pemeriksaan Sputum
c. Darah Perifer Lengkap
d. C-Reactive Protein (CRP)
e. Uji Serologis
12. Diferensial diagnosis
22
23
Kesimpulan :
Batuk meupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing atau dahak dari saluran nafas
bagian atas dan paru paru. Batuk juga bisa timbul sebagai reaksi atas iritasi pada saluran nafas. Batuk
hanya gejala dari suatu penyakit dan biasanya gejala batuk tidak berdiri sendiri, ada gejala lain yang
menyertainya.
24
Daftar pustaka :
Robbins dkk. Bukuajarpatologiedisi 7 volume 2. Hal: 538-544. PenerbitBukuKedokteran;
EGC
Sylvia A.Pricedkk. Patofisiologiedisi 6 vol 2. Hal: 805. PenerbitBukuKedokteran; EGC
Junaidi, iskandar. 2010. Penyakit Paru & Saluran Napas. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
A.Price, sylvia dkk. 2006. Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ilmu Penyakit Dalam, jilid 3 Buku Pediatri
Buku Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam , Ed.13 , volume 2 , EGC
Harison. 2002. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 3, PenerbitBukuKedokteran EGC. Jakarta
Editor Aru W.sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi V. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam: jakarta
http://sunuwirawan.blogspot.com/2011/03/laporan-pendahuluan-anak-dengan.html http://dokter-agus.blogspot.com/2011/10/pneumonia.html http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-penyakit/201-pneumonia.html
25
26