Upload
angga-asc
View
612
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila berasal dari Afrika bagian timur. Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih ke
arah vertikal (compress). Posisi mulutnya terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat
disembulkan (Suyanto 2003).
Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai
berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak mulut
subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila
adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih,
sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar,
kasar dan tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki
garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas
memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor.
Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang
besar (Kottelat et al. 1993).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan
sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa
dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang
rendah (Trewavas 1982). Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38 oC dengan suhu terbaik adalah
25-30 oC dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 (Suyanto 2003).
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-
ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang
berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan
jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi
kesan kokoh.sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar (Suyanto 2003).
B. Habitat dan Penyebaran
Ikan Nila merupakan jenis ikan air tawar. Pada mulanya, ikan Nila berasal dari perairan
tawar di Afrika. Di Asia penyebaran ikan Nila pada mulanya berpusat di beberapa negara seperti
Filipina dan Cina. Dalam perkembangan selanjutnya, ikan Nila meluas dibudidayakan di
berbagai negara, antara lain Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia.
Pengembangan ikan Nila di perairan tawar di Indonesia dimulai tahun 1969. Jenis atau
strain ikan Nila yang pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Nila hitam asal Taiwan.
Tahun 1981 didatangkan lagi jenis atau strain ikan Nila merah hibrida. Kedua jenis ikan Nila ini
telah meluas dibudidayakan di seluruh wilayah perairan nusantara (Rukmana, 1997: 18).
C. Kebiasaan Makan
Ikan nila tergolong sebagai ikan pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai
pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali
gulma air. Karena itu, ikan ini sangat mudah dibudidayakan (Bardach, 2002).
Ketika masih benih, pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti
Rotifera sp. atau Daphnia sp. Selain itu benih nila juga memakan alga atau lumut yang
menempel di bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, nila juga memakan
tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini bisa
diberi berbagai pakan tambahan seperti pellet (Djarijah, 2001).
D. Endoparasit
Endoparasit adalah parasit yang menyerang organ bagian dalam pada tubuh inang contonya
mata,otak,gonad,jantung,insang dll. Lingkungan merupakan salah satu faktor penyabab penyakit,
ketika lingkungan berada pada kondisi yang kurang baik, maka ikan akan kehilangan
kemampuan untuk bertahan terhadap penyakit karena ikan menjadi stres. Pada kondisi yang
demikian akan memudahkan bagi organisme parasit penyabab penyakit infeksi untuk menyerang
ikan baik melalui infeksi primer maupun sekunder (Kordi, 2004).
Keberadaan endoparasit dapat menyebabkan kematian pada populasi inang dan
konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian besar bagi industri perikanan. Infeksi endoparasit
dapat menyebabkan dampak yang dapat merugikan secara ekonomi, yaitu ikan kehilangan berat
badan, penolakan oleh konsumen karena perubahan patologi pada inang, penurunan fekunditas
ikan dan penurunan jumlah dalam penetasan ikan dan larva (Anshary, 2008).
Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL) Mata Kuliah
Parasitologi Ikan. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP). Universitas
Hasanuddin. Makassar. 126 hal