Upload
khangminh22
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data Penelitian
Dalam penelitian ini, seluruh data yang digunakan untuk
menganalisis merupakan data sekunder deret waktu (time series) yang
dimulai dari Tahun 2011 bulan Juni sampai dengan tahun 2018 bulan
April. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh Suku Bunga,
Nilai Tukar, Harga Minyak Mentah (CPO), IMUS, DJIJP, DJIEU terhadap
Pergerakan ISSI dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder
yang didapatkan dari website lembaga yang bersangkutan, pada data ISSI,
IMUS, DJIJP dan DJIEU peneliti mendapatkannya dari website
investing.com data suku bunga dan nilai tukar didapatkan dari website
Bank Indonesia, data CPO didapat dari website indexmundi.com.
Data tersebut berkaitan dengan seluruh variabel pada tahun 2011
bulan 6 sampai dengan tahun 2018 bulan 4. Model yang digunakan sebagai
alat analisis pada penelitian ini ditentukan menggunakan ECM (Error
Corection Model) yang tentunya sebelum penggunaan alat analisis tersebut
terlebih dahulu dilakukan beberapa pengujian sesuai dengan prosedur
dengan menggunakan alat analisis untuk mendapatkan hasil sesuai yang
diinginkan.
50
Grafik 4.1 Perkembangan ISSI
4.7
4.8
4.9
5.0
5.1
5.2
5.3
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
LNISSI
Pada grafik data pergerakan ISSI terlihat terjadi fluktuatif setiap
bulannya, hal ini disebabkan oleh pengaruh beberapa faktor, bisa dari
faktor ekonomi makro maupun ekonomi global. Seperti naik turunya
tingkat suku bunga Bank Indonesia, melemah atau menguatnya nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar USD, faktor naik turunnya harga minyak mentah
dunia yang merupakan patokan perekonomian dunia atau dikarenakan
adanya pengaruh integritas pasar saham syariah dunia. Keadaan paling
buruk harga ISSI terjadi pada tahun September 2015 sebesar 134.39
Rupiah akibat dari terdepresiasinya Rupiah. Namun keadaan semakin
membaik seiiring membaiknya perekonomian. Hingga kini ISSI terus
berekspansi sehingga mendorong istrumen keuangan syariah Indonesia.
51
Grafik 4.2. Perkembangan Tingkat Suku Bunga (BI rate)
Pada data siklus tingkat suku bunga indonesia terlihat bahwa
terjadi fluktuatif, awal pergerakan tingkat suku bunga cenderung stabil
yaitu berada pada kisaran 7-7.75%. Hal ini dikarenakan tingkat suku
bunga dijadikan alat kebijakan moneter guna meningkatkan perekonomian
Indonesia. Semenjak diberlakukan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate sejak 19
Agustus 2016, sebagai suku bunga acuan baru yang bergerak pada kisaran
4-5% hingga kini cenderung stabil.
Grafik 4.3. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa selama periode penelitian,
pada bulan September 2015, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS
mencapai angka tertinggi yaitu 14896sedangan nilai terendah terjadi pada
0
2
4
6
8
10Ju
n-1
1
Okt
20
11
Feb
-12
Jun
-12
Okt
20
12
Feb
-13
Jun
-13
Okt
20
13
Feb
-14
Jun
-14
Okt
20
14
Feb
-15
Jun
-15
Okt
20
15
Feb
-16
Jun
-16
Okt
20
16
Feb
-17
Jun
-17
Okt
20
17
Feb
-18
Tingkat Bunga (%) IR
0
5000
10000
15000
20000
Jun
-11
Okt
20
11
Feb
-12
Jun
-12
Okt
20
12
Feb
-13
Jun
-13
Okt
20
13
Feb
-14
Jun
-14
Okt
20
14
Feb
-15
Jun
-15
Okt
20
15
Feb
-16
Jun
-16
Okt
20
16
Feb
-17
Jun
-17
Okt
20
17
Feb
-18
Kurs (IDR/USD) EXR
52
bulan Januari 2012 sebesar 5000. Terdepresiasinya nilai tukar Rupiah
diawali Juni 2011 akibat dampak dari devaluasi mata uang Yuan. Namun
seiring waktu keadaan semakin membaik, dikarenakan membaiknya
perekonomian AS pasca krisis global 2008, sejak Oktober 2015 hingga
Maret 2018, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS terlihat cenderung
stabil yaitu berada dalam kisaran level 13000 hingga 14000.
Grafik 4.4. Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia
Dari data pergerakan harga minyak mentah menunjukan harga
minyak mentah sangat berfluktuatif. Harga minyak mentah tertinggi
terjadi pada Agustus 2014 yaitu sebesar 1158286 Rupiah/Barrel, kemudian
akibat perekonomian Amerika Serikat sedang mebaik. Harga minyak
mentah yang meningkat memberikan efek negatif terhadap keadaan pasar
modal di Indonesia. Dimana emiten yang terdaftar dalam saham syariah
merupakan perusahaan yang cenderung yang tidak berkaitan langsung
dengan komoditas minyak mentah dunia.
0.00
500,000.00
1,000,000.00
1,500,000.00
Jun
-11
Okt
20
11
Feb
-12
Jun
-12
Okt
20
12
Feb
-13
Jun
-13
Okt
20
13
Feb
-14
Jun
-14
Okt
20
14
Feb
-15
Jun
-15
Okt
20
15
Feb
-16
Jun
-16
Okt
20
16
Feb
-17
Jun
-17
Okt
20
17
Feb
-18
Harga Minyak Mentah (Rp/Barel)
53
Grafik 4.5. Perkembangan DJIJP, IMUS, dan DJIEU
Dari data diatas terlihat bahwa pergerakan Indeks Saham Syariah
US (IMUS) menduduki peringkat pertama, disusul dengan pergerakan
Indeks Saham Syariah Eropa (DJIEU), kemudian yang terakhir yaitu
pergerakan Indeks Saham Syariah Jepang (DJIJP). Perekonomian Amerika
Serikat mampu mempengaruhi perekonomian dunia. Hal ini dikarenakan
Amerika Serikat mempunyai Produk Nasional Bruto terbesar di hasilkan
dari operasi perusahaan-perusahaan besar Amerika. Tidak terkecuali
Sektor Pasar Saham Syariah Amerika, yang juga merupakan tujuan
investor dunia. Keadaan pasar modal di beberapa negara kawasan Eropa
dan Asia juga merupakan tujuan investor, terlebih seperti Indeks Saham
Syariah Eropa (DJIEU) dan Indeks Saham Syariah Jepang (DJIJP) adalah
Indeks dengan saham terbesar yang terdaftar pada Dow Jones Islamic
Market Index (DJIMI).
4.2. Analisis Model ECM
Penelitian ini menggunakan model ECM. Analisis Model ECM
digunakan untuk melihat pengaruh jangka pendek maupun jangka panjang
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Jun
-11
No
p2
01
1
Ap
r-1
2
Se
p 2
01
2
Feb
-13
Jul-
13
De
s 2
01
3
Me
i 20
14
Okt
20
14
Mar
-15
Agt
20
15
Jan
-16
Jun
-16
No
p 2
01
6
Ap
r-1
7
Se
p 2
01
7
Feb
-18
DJIJP (USD) DJIJP
IMUS (USD) IMUS
DJIEU (USD) DJIEU
54
variabel Suku Bunga, Nilai Tukar, CPO, IMUS, DJIJP dan DJIEU
terhadap ISSI. Untuk mengetahui model yang digunakan dapat diketahui
dengan beberapa uji:
4.2.1. Uji Stasioneritas
Pada tahap ini langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menguji akar-akar unit yang bertujuan untuk mengetahui derajat integrasi
data yang digunakan tersebut. Pada penelitian ini, uji akar unit yang
digunakan adalah uji akar unit yang telah dikembangkan oleh Dickey-
Fuller. Untuk uji akar unit dan derajat integrasi, jika nilai t-statistik lebih
besar dari pada nilai yang tertera pada critical value maka kita menolak
hipotesis nol adanya akar unit sehingga data yang diamati dianggap
stationer. Apabila nilai t-statistik lebih kecil dari nilai yang tertera pada
critical value maka data yang diamati masih belum stationer sehingga
perlu diuji akar unit ketika data tersebut didiferensikan.
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Akar Unit
ADF
Statistik
T-statistik
Level Data
Critical Value
(α = 5%)
Level Data
T-statistik
First
Difference
Critical Value
(α = 5%)
First Difference
LNISSI -1.739063 -2.897223 -8.248403* -2.897678
IR -0.912688 -2.898145 -6.167759* -2.897678
LNEXR -2.608186 -2.897223 -14.61852* -2.897678
LNCPO -1.692031 -2.897678 -6.677733* -2.897678
LNDJIJP -0.334474 -2.897223 -9.252452* -2.897678
LNIMUS -0.579125 -2.897223 -10.14550* -2.897678
LNDJIEU -1.300770 -2.897223 -10.07749* -2.897678
Sumber: Hasil Olahan Eviews8
55
Berdasarkan dari hasil pengujian akar unit yang dikembangkan
oleh Dickey-Fuller, diketahui bahwa semua variabel tidak stasioner pada
tingkat level. Untuk itu uji unit root dilanjutkan pada level first difference.
Hasil pengujian unit root pada level first difference menunjukkan bahwa
semua variabel signifikan pada 5%. Selanjutnya data tersebut dapat
dilakukan uji kointegrasi.
4.2.2. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi merupakan salah satu uji yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan jangka panjang yang terjadi antar variabel. Apabila
variabel menunjukkan adanya kointegrasi maka terjadi hubungan dalam
jangka waktu yang panjang. Sebaliknya jika pada variabel tidak
menunjukkan adanya kointegrasi maka tidak terjadinya hubungan dalam
jangka panjang.
Kointegrasi antar variabel dapat dilihat dengan membandingkan
antara nilai trace statistic dengan nilai kritisnya. Apabila nilai trace
statistic > nilai kritisnya (pada α= 1%, 5%, 10%) maka terdapat
kointegrasi antar variabel. Sebaliknya apabila trace statistic < nilai
kritisnya (pada α= 1%, 5%, 10%) maka tidak terdapat kointegrasi antar
variabel. Hasil uji kointegrasi pada penelitian ini sebagai berikut:
56
Tabel 4.3. Tabel Hasil Uji Kointegrasi
Series: LNISSI IR LNCPO LNDJIJP LNIMUS LNDJIEU
Lags interval (in first differences): 1 to 4
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.467175 131.9800 95.75366 0.0000
At most 1 * 0.405639 82.87413 69.81889 0.0032
At most 2 0.207111 42.29316 47.85613 0.1507
At most 3 0.192171 24.19157 29.79707 0.1925
At most 4 0.092211 7.546000 15.49471 0.5151
At most 5 1.40E-07 1.09E-05 3.841466 0.9992
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.467175 49.10591 40.07757 0.0037
At most 1 * 0.405639 40.58098 33.87687 0.0068
At most 2 0.207111 18.10159 27.58434 0.4867
At most 3 0.192171 16.64557 21.13162 0.1894
At most 4 0.092211 7.545989 14.26460 0.4267
At most 5 1.40E-07 1.09E-05 3.841466 0.9992
Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Sumber: Hasil Olahan Eviews8
Berdasarkan tabel kointegrasi ISSI di atas maka olah data yang
telah dilakukan menunjukkan terjadinya kointegrasi dilihat dari nilai yang
tertera pada trace statictic maupun Max-eigenvalue. Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut mempunyai hubungan jangka panjang. Model
berikutnya yang digunakan dalam analisis data adalah Error Correction
Model (ECM).
57
4.2.3. Analisis Jangka Pendek
Tabel 4.3. Hasil Regresi Jangka Pendek
Dependent Variable: D(LNISSI)
Method: Least Squares
Date: 10/04/18 Time: 06:30
Sample (adjusted): 2011M07 2018M04
Included observations: 82 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.000390 0.003510 -0.111039 0.9119
D(IR) -0.034997 0.016544 -2.115458 0.0378
D(LNEXR) -0.059272 0.033731 -1.757175 0.0830
D(LNCPO) -0.073383 0.043195 -1.698879 0.0935
D(LNDJIJP) 0.179622 0.118836 1.511515 0.1349
D(LNIMUS) 0.358855 0.199173 1.801724 0.0757
D(LNDJIEU) 0.091261 0.154784 0.589603 0.5573
ECT(-1) -0.277301 0.069750 -3.975658 0.0002
R-squared 0.457866 Mean dependent var 0.004579
Adjusted R-squared 0.406583 S.D. dependent var 0.037479
S.E. of regression 0.028872 Akaike info criterion -4.159446
Sum squared resid 0.061684 Schwarz criterion -3.924644
Log likelihood 178.5373 Hannan-Quinn criter. -4.065176
F-statistic 8.928243 Durbin-Watson stat 1.875540
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil Olahan Eviews8
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa koefisien ECT
(ISSI) sebesar -0.277301. Di lihat dari taraf signifikansi sebesar 0.0002,
artinya variabel tersebut signifikan pada taraf signifikansi 5%. Dengan
demikian, spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tepat. Oleh karena itu, model dari pengujian ECM ini dapat dikatakan
sahih atau valid.
Nilai probabilitas (F-statistik) sebesar 0.0000. Artinya nilai
probabilitasnya berada dibawah α = 1% dan signifikan secara statistik. Hal
ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Suku Bunga (IR),
58
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat (EXR), Harga
Minyak Mentah (CPO), Dow Jones Islamic Market Index US (IMUS),
Dow Jones Islamic Market Index Japan (DJIJP), Dow Jones Islamic
Market Index Europe (DJIEU) berpengaruh terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) dalam jangka pendek.
Berikut ini merupakan uji signifikansi variabel independen secara
individu (uji t) terhadap ISSI dalam jangka pendek sebagai berikut:
Variabel D(IR) dengan nilai t-statistiknya sebesar 2.115458.
Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =75 yaitu sebesar 1.671
(lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih besar dari t kritis maka
menolak H0.Artinya dalam jangka pendek Suku Bunga (IR) berpengaruh
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Pengaruh Suku Bunga
terhadap ISSI dalam jangka pendek yaitu negatif.
Variabel D(LNEXR) dengan nilai t-statistiknya sebesar
1.757175. Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =75 yaitu
sebesar 1.671 (lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih besar dari
t kritis maka menolak H0.Artinya dalam jangka pendek Nilai Tukar
berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Pengaruh
Nilai Tukar terhadap ISSI dalam jangka pendek yaitu negatif.
Variabel D(LNCPO) dengan nilai t-statistiknya sebesar
1.698879. Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =75 yaitu
sebesar 1.671 (lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih besar dari
t kritis maka menolak H0. Artinya dalam jangka pendek Harga Minyak
59
Mentah (CPO) berpengaruh terhadapIndeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI). Pengaruh CPO terhadap ISSI dalam jangka pendek yaitu negatif.
Variabel D(LNDJIJP) dengan nilai t-statistiknya sebesar
1.511515. Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 10% dan df =75 yaitu
sebesar 1.296 (lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih besar dari
t kritis maka menolak H0.Artinya dalam jangka pendek Dow Jones Islamic
Market Index Japan (DJIJP) berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI). Pengaruh DJIJP terhadap ISSI dalam jangka pendek
yaitu positif.
Variabel D(LNIMUS) dengan nilai t-statistiknya sebesar
1.801724. Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =75 yaitu
sebesar 1.671 (lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih besar dari
t kritis maka menolak H0. Artinya dalam jangka pendek Dow Jones
Islamic Market Index US (IMUS) berpengaruh terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI). Pengaruh IMUS terhadap ISSI dalam jangka
pendek yaitu positif.
Variabel D(LNDJIEU) dengan nilai t-statistiknya sebesar
0.589603. Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =75 yaitu
sebesar 1.671 (lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih kecil dari t
kritis maka menerima H0.Artinya dalam jangka pendek Dow Jones Islamic
Market Index Europe (DJIEU) tidak berpengaruh terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI).
60
Hasil estimasi dari regresi jangka pendek ISSI diperoleh bahwa
nilai R-Squared (R2) sebesar 0.457866. Artinya variabel D(LNISSI)
dijelaskan oleh variabel D(IR), D(LNEXR), D(LNCPO), D(LNDJIJP),
D(LNIMUS) dan D(LNDJIEU) sebesar 45.78%. Sisanya sebesar
54,22% dijelaskan oleh variabel lain.
4.2.4. Analisis Jangka Panjang
Tabel 4.4. Hasil Regresi Jangka Panjang
Dependent Variable: LNISSI
Method: Least Squares
Date: 10/04/18 Time: 06:23
Sample: 2011M06 2018M04
Included observations: 83
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.643613 0.672264 2.444894 0.0168
IR -0.044503 0.007810 -5.698088 0.0000
LNEXR -0.134154 0.072061 -1.861679 0.0665
LNCPO -0.040972 0.036149 -1.133432 0.2606
LNDJIJP -0.510732 0.111594 -4.576721 0.0000
LNIMUS 0.744218 0.129514 5.746218 0.0000
LNDJIEU 0.389557 0.156468 2.489700 0.0150
R-squared 0.862034 Mean dependent var 5.054105
Adjusted R-squared 0.851142 S.D. dependent var 0.127113
S.E. of regression 0.049043 Akaike info criterion -3.111678
Sum squared resid 0.182795 Schwarz criterion -2.907679
Log likelihood 136.1346 Hannan-Quinn criter. -3.029723
F-statistic 79.14348 Durbin-Watson stat 0.700242
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil Olahan Eviews8
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa nilai probabilitas (F-
statistik) sebesar 0.000000. Artinya nilai probabilitasnya berada di bawah
α = 5% dan signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa secara
bersama-sama variabel Suku Bunga (IR), Nilai Tukar Rupiah Terhadap
61
Dollar Amerika Serikat (EXR), Harga Minyak Mentah (CPO), Dow Jones
Islamic Market Index US (IMUS), Dow Jones Islamic Market Index Japan
(DJIJP), Dow Jones Islamic Market Index Europe (DJIEU) berpengaruh
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia(ISSI) dalam jangka panjang.
Variabel IR dengan nilai t-statistiknya sebesar 5.698088.
Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =76 yaitu sebesar 1.671
(lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih besar dari t kritis maka
menolak H0. Artinya dalam jangka panjang Suku Bunga (IR) berpengaruh
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Pengaruh Suku Bunga
terhadap ISSI dalam jangka panjang yaitu negatif.
Variabel LNEXR dengan nilai t-statistiknya sebesar 1.861679.
Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =76 yaitu sebesar 1.671
(lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih besar dari t kritis maka
menolakH0. Artinya dalam jangka panjang Nilai Tukar berpengaruh
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Pengaruh Nilai Tukar
terhadap ISSI dalam jangka panjang yaitu negatif.
Variabel LNCPO dengan nilai t-statistiknya sebesar 1.133432.
Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =76 yaitu sebesar 1.671
(lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih kecil dari t kritis maka
menerima H0.Artinya dalam jangka panjang Harga Minyak Mentah (CPO)
tidak berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Variabel LNDJIJP dengan nilai t-statistiknya sebesar 4.576721.
Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =76 yaitu sebesar 1.671
62
(lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih besar dari t kritis maka
menolak H0. Artinya dalam jangka panjang Dow Jones Islamic Market
Index Japan (DJIJP) berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI). Pengaruh DJIJP terhadap ISSI dalam jangka panjang
yaitu negatif.
Variabel LNIMUS dengan nilai t-statistiknya sebesar 5.746218.
Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =76 yaitu sebesar 1.671
(lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih besar dari t kritis maka
menolak H0.Artinya dalam jangka panjang Dow Jones Islamic Market
Index US (IMUS) berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI). Pengaruh IMUS terhadap ISSI dalam jangka panjang yaitu positif.
Variabel LNDJIEU dengan nilai t-statistiknya sebesar 2.489700.
Selanjutnya mencari t kritis dengan α = 5% dan df =76 yaitu sebesar 1.671
(lihat tabel t). Sehingga t hitung (t-statistik) lebih besar dari t kritis maka
menolak H0.Artinya dalam jangka panjang Dow Jones Islamic Market
Index Europe (DJIEU) berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI). Pengaruh DJIEU terhadap ISSI dalam jangka panjang
yaitu positif.
Hasil estimasi dari regresi jangka panjang ISSI diperoleh bahwa
nilai R-Squared (R2) sebesar 0.862034.Artinya variabel LNISSI dijelaskan
oleh variabel IR, LNEXR, LNCPO, LNDJIJP, LNIMUS dan LNDJIEU
sebesar 86.20%. Sisanya sebesar 13.80% dijelaskan oleh variabel lain.
63
4.2.5. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Hasil pengujian asumsi klasik
dalam penelitian ini akan dijelaskan satu persatu. Berikut ini merupakan
hasil dari uji asumsi klasik ISSI:
A. Autokorelasi
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokerolasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.502572 Prob. F(2,72) 0.6071
Obs*R-squared 1.128986 Prob. Chi-Square(2) 0.5686
Sumber: Hasil Olahan Eviews8
Berdasarkan uji autokorelasi dengan menggunakan LM-Test
diperoleh bahwa nilai X2 hitung sebesar 1.128986. Sedangkan nilai X
2
kritis dengan df = 2pada α = 5% sebesar 5.9915. Karena X2 hitung < X
2
kritis maka menerima H0.Artinya model tersebut tidak mengandung
masalah autokorelasi. Selain itu, dilihat dari probabilitas chi squares
sebesar 0,5686 > α = 0,05 sehingga menerima H0. Artinya model tersebut
tidak mengandung masalah autokorelasi.
64
B. Heteroskedastisitas
Tabel 4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 0.626820 Prob. F(7,74) 0.7322
Obs*R-squared 4.589935 Prob. Chi-Square(7) 0.7099
Scaled explained SS 2.473172 Prob. Chi-Square(7) 0.9291
Sumber: Hasil Olahan Eviews8
Berdasarkan hasil regresi heteroskedastisitas diatas maka diperoleh
X2 hitung yaitu 4.589935.Nilai X
2 hitung diperoleh dari informasi Obs*R-
squared yaitu jumlah observasi dikalikan dengan koefisien determinasi.
Sedangkan nilai X2 kritis dengan df = 7 dan α = 5% sebesar 14.0671.
Karena X2 hitung < X
2 kritis maka menerima H0.Artinya model tersebut
tidak mengandung masalah heteroskedastisitas.
4.2.6. Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
4.8 4.9 5.0 5.1 5.2 5.3
Series: LNISSI
Sample 2011M06 2018M04Observations 83
Mean 5.054105Median 5.062089Maximum 5.285536Minimum 4.748578Std. Dev. 0.127113Skewness -0.320318Kurtosis 2.277344
Jarque-Bera 3.225400Probability 0.199349
Sumber: Hasil Olahan Eviews8
65
Berdasarkan uji normalitas diperoleh bahwa nilai dari probabilitas
chi squares sebesar 0,199349 > α = 0,05 sehingga menerima H0.
Kesimpulannya yaitu model tersebut dapat dikatakan terdistribusi normal.
4.2.7. Interprestasi Analisis Ekonomi
Suku bunga Bank Indonesia dalam jangka pendek dan jangka
panjang berpengaruh negatif terhadap pergerakan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Beik dan Fatmawati (2014) yang menemukan bahwa suku bunga
memiliki hubungan negative dengan indeks harga saham syariah. Hal ini
dapat dipahami bahwa investor cenderung lebih memilih instrument
investasi dengan return yang tetap dan beresiko rendah seperti deposito
dibandingkan pada pasar saham. Hal ini juga mengindikasikan investor
pada saham syariah di dominasi oleh investor yang rasional.
Variabel Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat
dalam jangka pendek dan panjang memiliki pengaruh negatif terhadap
ISSI. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Kewal (2012). Depresiasi mata
uang merupakan ancaman besar bagi negara yang didominasi oleh impor
sebab harga produk yang diimpor akan naik sehingga akan menurunkan
cash flow, profit, dan harga saham perusahaan. Keadaan ini tentu tidak
menguntungkan bagi para investor. Investor akan mengubah investasinya
pada instrumen-instrumen yang akan mendatangkan return, seperti
deposito.
66
Variabel Harga Minyak Mentah Dunia (Crude Palm Oil) dalam
jangka pendek memiki pengaruh terhadap ISSI, akan tetapi dalam jangka
panjang tidak berpengaruh terhadap ISSI. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
Harga Minyak Mentah Dunia dalam periode penelitian masih cenderung
stabil, sehingga pergerakan ISSI tidak mengalami perubahan yang berarti.
Ditambah lagi, banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan ISSI seperti
tingkat suku bunga (BI rate), nilai tukar, laba perusahaan dll. Hal ini juga
disebabkan karena sebagian besar emiten pada ISSI adalah perusahaan
yang tidak berkaitan langsung dengan komoditas minyak mentah dunia.
Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang bergerak pada subsektor
tenaga dan infrastuktur pembangkit listrik.
Variabel Dow Jones Islamic Market Index Japan (DJIJP) dalam
jangka pendek tidak berpengaruh terhadap ISSI, namun pada jangka
panjang memiliki pengaruh negatif terhadap ISSI. Sebagian besar investor
di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah investor asing, yang mudah
mengalihkan investasinya akibat semakin terintegrasinya pasar modal
dunia. Kenaikan indeks DJIJP dalam jangka panjang, bisa dengan mudah
direspon investor dengan mengalihkan investasinya di ISSI ke negara lain,
misalnya Malaysia yang indeks saham syariahnya lebih besar dari Jepang.
Variabel Dow Jones Islamic Market Index US (IMUS) dalam
jangka panjang dan pendekberpengaruh positif terhadap ISSI. Hal ini
sesuai dengan penelitian Beik dan Fatmawati (2014), bahwa pasar modal
AS merupakan tujuan utama bagi para investor dunia. Sehingga apabila
67
terjadi bad news pada perekonomian AS, maka investorakan mengalihkan
dananya kekawasan lain di pasar modal Eropa dan Asia. Hal itu juga
menjadi alasan bahwa antara IMUS dan ISSI memiliki korelasi positif.
Adanya efek penularan (Contagion Effect) pergerakan DJIMI terutama
IMUS yang merupakan salah satu saham terbesar akan mempengaruhi
hampir seluruh indeks saham di dunia, karena Amerika mempunyai
produk nasional bruto terbesar di dunia yang ditopang oleh perusahaan
besar.
Variabel Dow Jones Islamic Market Index Europe (DJIEU) dalam
jangka pendek tidak berpengaruh terhadap ISSI, namun dalam jangka
panjangberpengaruh positif terhadap ISSI. Hal ini terjadi karena
suatuvariabel bereaksi terhadap variabel lainnya membutuhkan waktu
(lag) dan pada umumnya reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya
terjadi dalam jangkapanjang. Terbukti adanya mekanisme penyesuaian
dari jangka pendek ke jangkapanjang. Walaupun perekonomian
Indonesia masih bergantung pada negara lain, namun perekonomian Eropa
tidak terlalu berimbas pada perekonomian Indonesia, khususnya sektor
investasi syariah. Berbeda hal dengan pasar saham Amerika Serikat yang
memiliki kekuatan mempengaruhi pergerakan saham Indonesia bahkan
dunia.