11
[Get a Cbox] refresh name e-mail / url message Go help · smilies · cbox 12 POPULAR POST FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH AL-ASY’ARI DAN AL- MATURIDI SEJARAH MUNCULNYA ILMU KALAM DAN KERANGKA BERFIKIR ALIRAN-ALIRAN KALAM ILMU KALAM ALIRAN MU’TAZILAH ILMU KALAM SYI'AH (TOKOH DAN AJARANNYA) BERITA HOT BLOG TEMAN IPTEK Epistemologi Kajian Keislaman Kumpulan emak2 Blogger Studi Islam Sejarah Muslim India FOLLOWERS Home My Frontpage About All About This Blog Contact Us Sharing With Me Akidah About Akidah Filsafat About Filsafat Umum About Umum Loading...

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA -Akidah Filsafat

Embed Size (px)

Citation preview

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 1/11

HomeDaftar Isi

FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYASunday, 21 April 2013 10komentar

Oleh : Syafieh, M. Fil. I

A. Pendahuluan

Ketika filsafat Islam dibicarakan, maka terbayang disana hadir beberapa tokoh yang disebut sebagai filosof

muslim seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, dan seterusnya. Kehadiran para tokoh ini

memang tidak bisa dihindarkan, tidak saja karena dari merekalah kita dapat mengenal filsafat islam, akan

tetapi juga karena pada mereka benih-benih filsafat Islam dikembangkan.

Dalam makalah ini, penulis hanya membatasi pemaparan mengenai Al-Ghazali, seorang ulama besar yang

pemikirannya sangat berpengaruh terhadap Islam dan filsafat Dunia Timur. Beliau adalah seorang sufi

sekaligus seorang teolog yang mendapat julukan Hujjah al- Islam. Pemikiran Al-Ghazali begitu beragam dan

banyak, mulai dari pikiran beliau dalam bidang teologi (kalam), tasawuf, dan filsafat. Dalam Hal ini akan

dibahas tentang filsafat Al-Ghazali yang berkaitan dengan biografi, hasil karya, pemikirannya dan kritik terhadap

filosof Muslim lainnya.

B. Al-Ghazali

1. Biografi dan Pendidikannya

Nama asli Imam al-Ghazali ialah Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali.

Lahir di Thusi daerah Khurasan wilayah Persia tahun 450 H (1058 M). Pekerjaan ayah Imam Ghazali adalah

memintal benang dan menjualnya di pasar-pasar. Ayahnya termasuk ahli tasawuf yang hebat, sebelum

meninggal dunia, ia berwasiat kepada teman akrabnya yang bernama Ahmad bin Muhammad Ar Rozakani agar

dia mau mengasuh al-Ghazali. Maka ayah Imam Ghazali menyerahkan hartanya kepada ar-Rozakani untuk

biaya hidup dan belajar Imam Ghazali.[1]Ia wafat di Tusia, sebuah kota tempat kelahirannya pada tahun 505 H

(1111 M) dalam usianya yang ke 55 tahun.

Pada masa kecilnya ia mempelajari ilmu fiqh di negerinya sendiri pada Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-

Rozakani (teman ayahnya yang merupakan orang tua asuh al-Ghazali), kemudian ia belajar pada Imam Abi

Nasar Al-Ismaili di negeri Jurjan. Setelah mempelajri beberapa ilmu di negerinya, maka ia berangkat ke

Naishabur dan belajar pada Imam Al-Haromain. Di sinilah ia mulai menampakkantanda-tanda ketajaman

otaknya yang luar biasa dan dapat menguasai beberapa ilmu pengetahuan pokok pada masa itu seperti ilmu

matiq (logika), falsafah dan fiqh madzhab Syafi’i. Karena kecerdasannya itulah Imam Al-Haromain mengatakan

bahwa al-Ghazali itu adalah ”lautan tak bertepi...”.[2]

Setelah Imam Al-Haromain wafat, Al-Ghazali meninggalkan Naishabur untuk menuju ke Mu’askar,[3]ia pergi ke

Mu’askar untuk melakukan kunjungan kepada Perdana Mentri Nizam al Muluk dari pemerintahan Bani Saljuk.

Sesampai di sana, ia disambut dengan penuh kehormatan sebagai seorang ulama besar. Semuanya

mengakui akan ketinggian ilmu yang dimiliki al-Ghazali. Menteri Nizam al Muluk akhirnya melantik al-Ghazali

pada tahun 484 H/1091 M. Sebagai guru besar (profesor) pada perguruan Tinggi Nizamiyah yang berada di

kota Baghdad. Al-Ghazali kemudian mengajar di perguruan tinggi tersebut selama 4 (empat) tahun. Ia

mendapat perhatian yang serius dari para mahasiswa, baik yang datang dari dekat atau dari tempat yang jauh,

sampai ia menjauhkan diri dari keramaian.[4]

Di samping ia menjadi guru besar di perguruan tinggi Nizamiyah ia juga diangkat sebagai konsultan (mufti)

oleh para ahli hukum Islam dan oleh pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul

dalam masyarakat. Akan tetapi kedudukan yang diperoleh di Baghdad tidak berlangsung lama akibat adanya

berbagai peristiwa atau musibah yang menimpa, baik pemerintahan pusat (Baghdad) maupun pemerintahan

Daulah Bani Saljuk, di antara musibah itu ialah: pertama, pada tahun 484 H/1092 M, tidak lama sesudah

pertemuan al-Ghazali dengan permaisuri raja Bani Saljuk, suaminya, Raja Malik Syah yang terkenal adil dan

bijaksana meninggal dunia. Kedua, pada tahun yang sama (485 H/1092 M), perdana Menteri Nidham Al-Muluk

yang menjadi sahabat karib al-Ghazali mati dibunuh oleh seorang pembunuh bayaran di daerah dekat

Nahawand, Persi. Ketiga, dua tahun kemudian, pada tahun 487 H/1094 M, wafat pula Khalifah Abbasiyah,

Muqtadi bi Amrillah.

Ketiga orang tersebut di atas, bagi al-Ghazali, merupakan orang-orang yang selama ini dianggapnya banyak

ABOUT ME

SYAFIEH YANTI

Follow 33

View my complete profile

CHAT WITH ME

[Get a Cbox] refresh

name e-mail / url

message Go

help · smilies · cbox

12

POPULAR POST

FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRANFILSAFATNNYA

AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI

SEJARAH MUNCULNYA ILMU KALAM DAN KERANGKABERFIKIR ALIRAN-ALIRAN KALAM

ILMU KALAM ALIRAN MU’TAZILAH

ILMU KALAM SYI'AH (TOKOH DAN AJARANNYA)

BERITA HOT

BLOG TEMAN

IPTEK

Epistemologi

Kajian Keislaman

Kumpulan emak2 Blogger

Studi Islam

Sejarah Muslim India

FOLLOWERS

Home

My Frontpage

About

All About This Blog

Contact Us

Sharing With Me

Akidah

About Akidah

Filsafat

About Filsafat

Umum

About Umum

Loading...

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 2/11

memberi peran kepada al-Ghazali, bahkan sampai menjadikannya sebagai ulama yang terkenal.[5] Dalam halini, karena mengingat ketiga orang ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pemerintahan baniAbbas yang pada saat itu dikendalikan oleh daulah Bani Saljuk, meninggalnya ketiga orang ini sangatmengguncangkan kestabilan pemerintahan bergelar Mustadhhir Billah (dilantik tahun 487 H/1094 M).Pemerintahan menjadi sangat lemah untuk menangani kemelut yang terjadi di mana-mana terutama dalammenghadapi teror aliran Bathiniyah yang menjadi penggerak dalam pembunuhan secara gelap terhadapPerdana Menteri Nidham Al-Muluk.[6]

Dalam suasana kritis itulah, Al-Ghazali di minta oleh Khalifah Mustadhir Bilah (Masa Bani Abbasiyah) untukterjun dalam dunia politik dengan menggunakan penanya. Menurutnya, tidak ada pilihan, kecuali memenuhipermintaan Khalifah tersebut. Ia kemudian tampil dengan karangannya yang berjudul Fadha’il Al-Bathiniyah waFadha’il Al-Mustadhhiriyah (tercelanya aliran Bathiniyah dan baiknya pemerintahan Khalifah Mustadhhir) yangdisingkat dengan judul Mustadhhiry. Buku itupun disebarluaskan di tengah masyarakat umum, shingga simaptimasyarakat terhadap pemerintahan Abbasiyah kala itu dapat direbut kembali. Kemudian timbullah gerakanmenentang aliran Bathiniyah, tetapi sebaliknya pula, gerakan Bathiniyah ini tidak berhenti untuk menjalankanpengaruhnya untuk membuat kekacauan.[7]

Al-Ghazali merupakan seorang yang berjiwa besar dalam memberikan pencerahan-pencarahan dalam Islam.Ia selalu hidup berpindah-pindah untuk mencari suasana baru, tetapi khususnya untuk mendalamipengetahuan. Dalam kehidupannya, ia sering menerima jabatan di pemerintahan, mengenai daerah yangpernah ia singgahi dan terobosan yang ia lakukan antara lain:

a. Ketika ia di Baghdad, ia pernah menjadi guru besar di perguruan Nidzamiyah selama 4 (empat) tahun.

b. Ia meninggalkan kota Baghdad untuk berangkat ke Syam, di Syam ia menetap hampir 2 (dua) tahun untukberkhalwat melatih dan berjuang keras membersihkan diri, akhlak, dan menyucikan hati hati denganmengingat Tuhan dan beri’tikaf di mesjid Damaskus.

c. kemudian ia menuju ke Palestina untuk mengunjungi kota Hebron dan Jerussalem, tempat di mana para

Nabi sejak dari Nabi Ibrahim sampai Nabi Isa mendapat wahyu pertama dari Allah.

d. tidak lama kemudian ia meninggalkan Palestina dikarenakan kota tersebut di kuasai Tentara Salib,terutama ketika jatuhnya kota Jerussalem pada tahun 492 H/1099 M, lalu iapun berangkat ke Mesir, yangmerupakan pusat kedua bagi kemajuan dan kebesaran Islam sesudah Baghdad.

e. Dari Palestina (Kairo), iapun melanjutkan perjalanannya ke Iskandariyah. Dari sana ia hendak berangkat keMaroko untuk memenuhi undangan muridnya yang beranama Muhammad bin Taumart (1087-1130 M), yangtelah merebut kekuasaanya dari tangan kaum Murabithun, dan mendirikan pemerintahan baru yang bernamaDaulah Muwahhidun. Ia mengurungkan niatnya untuk pergi memenuhi undangan ke Maroko, ia tetap tinggal diMekkah, ia berasalan untuk melaksanakan kewajiban yang ke lima dalam rukun Islam, yakni melaksanakanibadah haji, kemudian ia menziarahi kuburan Nabi Ibrahim.

f. Selanjutnya ia kembali ke Naisabur, di sana ia mendirikan Madrasah Fiqh, madrasah ini khusus untukmempelajari ilmu hukum, dan membangun asrama (khanqah) untuk melatih Mahasiswa-mahasiswa dalampaham sufi di tempat kelahirannya.[8]

2. Karya-Karya Al-Ghazali

Sebagai seorang ulama dan pemikir dalam dunia Islam, tentunya ia sangat tekun untuk menulis kitab. Jumlahkitab yang ditulis al-Ghazali sampai sekarang belum disepakati secara definitif oleh para penulis sejarahnya.Menurut Ahmad Daudy, penelitian paling akhir tentang berapa jumlah buku yang dikarang oleh al-Ghazaliseperti halnya yang dilakukan oleh Abdurrahman Al-Badawi, yang hasilnya dikumpulkan dalan satu buku yangberjudul Muallafat Al-Ghazali.Dala buku tersebut, Abdurrahman mengklasifikasikan kitab-kitab yang adahubungannya dengan karya al-Ghazali dalam tiga kelompok. Pertama, kelompok kitab yang dapat dipastikansebagai karya al-Ghazali yang terdiri atas 72 buah kitab. Kedua, kelompok kitab yang diragukan sebagaikaryanya yang asli terdiri atas 22 kitab. Ketiga, kelompok kitab yang dapat dipastikan bukan karyanya, terdiriatas 31 buah kitab.[9]

Mengenai kitab-kitab yang ditulis oleh al-Ghazali meliputi bidang ilmu yang populer pada zamannya, diantaranya tentang tafsir al-Qur’an, ilmu kalam, ushul fiqh, fiqih, tasawuf, mantiq, falsafat, dan lainnya.

a. Ihya Ulum Ad-Din (membahas ilmu-ilmu agama)

Ini merupakan kitab paling terkenal yang dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara syam, Yerussalem, Hijaz dan Yus, dan yang berisi paduan indah antara fiqh, tasawuf danfalsafat, bukan saja terkenal di kalangan kaum muslimin, tetapi juga di dunia Barat dan luar Islam.

b. Tahafut al-Falasifah (menerangkan pendapat para filsuf ditinjau dari segi agama).

c. Al-Munqidz min adh-Dhalal (menerangkan tujuan dan rahasia-rahasia ilmu).

Kedua kitab ini , yaitu Tahafut al-Falasifah dan Al-Munqidz min Adh-Dhalal merupakan kitab yang memuat didalamnya tentang permasalahan adanya peperangan dari kalangan fuqaha dan tasawuf (Ibnu Rusyd),disebabkan sikap al-Ghazali yang menentang para filosof Islam, bahkan ia sampai mengkafirkan dalam tigahal, yaitu :

i. Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani.

ii. Membatasi pengetahuan Tuhan kepada hal-hal yang besar saja,

iii. Adanya kepercayaan tentang qadimnya alam dan keasliannya.[10]

d. Al-Iqtashad fi Al-‘Itiqad (inti ilmu ahli kalam),

e. Jawahir Al-Qur’an (rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an),

f. Mizan Al-‘Amal (tentang falsafah keagamaan),

Dalam buku ini, juga menyepakti bahwa persoalan yang tiga hal dalam kitab Tahafut al-Falasifah dan Al-Munqidz min Adh-Dhalal menjadi kepercayaan orang-orang tasawuf juga. Bahkan dalam bukunya Al-Madhum‘ala Ghairi Ahlihi, ia mengakui qadimnya alam.

g. Al-Maqasshid Al-Asna fi Ma’ani Asma’illah Al-Husna (tentang arti nama-nama Tuhan),

h. Faishal At-Tafriq Baina Al-Islam Wa Al-Zindiqah (perbedaan antara Islam dan Zindiq),

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 3/11

i. Al-Qisthas Al-Mustaqim (jalan untuk mengatasi perselisihan pendapat).

j. Al-Mustadhhir,

k. Hujjat Al-Haq (dalil yang benar),

l. Mufahil Al-Khilaf fi Ushul Ad-Din (menjauhkan perselisihan dalam masalah ushul ad-din),

m. Kimiya As-sa’adah (menerangkan syubhat ahli ibadah),

n. Al-Basith (fiqh),

o. Al-Wasith (fiqh),

p. Al-Wajiz (fiqh),

q. Al-Khulasahah Al-Mukhtasharah (fiqh),

r. Yaqut At-Ta’wil fi Tafsir At-Tanzil (tafsir 40 jilid),

s. Al-Mustasfa (ushul fiqh),

t. Al-Mankhul (ushul fiqh),

u. Al-Muntaha fi ‘ilmi Al-Jadal (cara-cara berdebat yang baik),

v. Mi’yar Al-‘ilmi,

w. Al-Maqashid (yang dituju),

x. Al-Madnun bihi ’ala Ghairi Ahlihi,

y. Misykat Al-anwar (pelajaran keagamaan),

z. Mahku An-Nadhar,

3. Pemikiran Filsafat Al-Ghazali

a. Metafisika

Untuk pertama kalinya Al-Ghazali mempelajari karangan-karangan ahli filsafat terutama karangan Ibnu Sina.Setelah mempelajari filsafat dengan seksama, ia mengambil kesimpulan bahwa mempergunakan akalsemata-mata dalam soal ketuhanan adalah seperti mempergunakan alat yang tidak mencukupi kebutuhan.

Al-Ghazali dalam Al-Munqidz min al-Dhalal menjelaskan bahwa jika berbicara mengenai ketuhanan(metafisika), maka disinilah terdapat sebagian besar kesalahan mereka (para filosof) karena tidak dapatmengemukakan bukti-bukti menurut syarat-syarat yang telah mereka tetapkan sendiri dalam ilmu logika.

Al-Ghazali meneliti kerja para filsuf dengan metodenya yang rasional, yang mengandalkan akal untukmemperoleh pengetahuan yang meyakinkan. Dia pun menekuni bidang filsafat secara otodidak sampaimenghasilkan beberapa karya yang mengangkatnya sebagai filsuf. Tetapi hasil kajian ini mengantarkannyakepada kesimpulan bahwa metode rasional para filsuf tidak bisa dipercaya untuk memberikan suatupengetahuan yang meyakinkan tentang hakikat sesuatu di bidang metafisika (ilahiyyat) dan sebagian daribidang fisika (thabi’iyat) yang berkenaan dengan akidah Islam. Meskipun demikian, Al-Ghazali tetapmemberikan kepercayaan terhadap kesahihan filsafat-filsafat di bidang lain, seperti logika dan matematika.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa ada pemikiran tentang filsafat metafisika yang menurut al-Ghazali sangat berlawanan dengan Islam, dan karenanya para filosof dinyatakan kafir. Hal ini akan lebihdijelaskan dalam bagian selanjutnya.

b. Iradat Tuhan

Mengenai kejadian alam dan dunia, Al-Ghazali berpendapat bahwa dunia itu berasal dari iradat (kehendak)tuhan semat-mata, tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Iradat tuhan itulah yang diartikan penciptaan. Iradat itumenghasilkan ciptaan yang berganda, di satu pihak merupakan undang-undang, dan di lain pihak merupakanzarah-zarah (atom-atom) yang masih abstrak. Penyesuaian antara zarah-zarah yang abstrak dengan undang-undang itulah yang merupakan dunia dan kebiasaanya yang kita lihat ini.

Iradat tuhan adalah mutlak, bebas dari ikatan waktu dan ruang, tetapi dunia yang diciptakan itu seperti yangdapat ditangkap dan dikesankan pada akal (intelek) manusia, terbatas dalam pengertian ruang dan waktu. Al-Ghazali menganggap bahwa tuhan adalah transenden, tetapi kemauan iradatnya imanen di atas dunia ini, danmerupakan sebab hakiki dari segala kejadian.[11]

Pengikut Aristoteles, menamakan suatu peristiwa sebagai hukum pasti sebab dan akibat (hukum kausalitas),sedangkan Al-Ghazali seperti juga Al-Asy’ari berpendapat bahwa suatu peristiwa itu adalah iradat Tuhan, danTuhan tetap bekuasa mutlak untuk menyimpangkan dari kebiasaan-kebiasaan sebab dan akibat tersebut.Sebagai contoh, kertas tidak mesti terbakar oleh api, air tidak mesti membasahi kain. Semua ini hanyamerupakan adat (kebiasaan) alam, bukan suatu kemestian. Terjadinya segala sesuatu di dunia ini karenakekuasaan dan kehendak Allah semata. Begitu juga dengan kasus tidak terbakarnya Nabi Ibrahim ketikadibakar dengan api. Mereka menganggap hal itu tidak mungkin, kecuali dengan menghilangkan sifatmembakar dari api ituatau mengubah diri (zat) Nabi Ibrahim menjadi suatu materi yang tidak bisa terbakar olehapi.[12]

c. Etika

Mengenai filsafat etika Al-Ghazali secara sekaligus dapat kita lihat pada teori tasawufnya dalam buku Ihya’‘Ulumuddin. Dengan kata lain, filsafat etika Al-Ghazali adalah teori tasawufnya itu. Mengenai tujuan pokok darietika Al-Ghazali kita temui pada semboyan tasawuf yang terkenal “Al-Takhalluq Bi Akhlaqihi ‘Ala Thaqah al-Basyariyah, atau Al-Ishaf Bi Shifat al-Rahman ‘Ala Thaqah al-Basyariyah”. Maksudnya adalah agar manusiasejauh kesanggupannya meniru perangai dan sifat-sifat ketuhanan seperti pengasih, pemaaf, dan sifat-sifatyang disukai Tuhan, jujur, sabar, ikhlas dan sebagainya.

Sesuai dengan prinsip Islam, Al-Ghazali menganggap Tuhan sebagai pencipta yang aktif berkuasa, yangsangat memelihara dan menyebarkan rahmat (kebaikan) bagi sekalian alam. Berbeda dengan prinsip filsafat

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 4/11

klasik Yunani yang menganggap bahwa Tuhan sebagai kebaikan yang tertinggi, tetapi pasif menanti, hanyamenunggu pendekatan diri dari manusia, dan menganggap materi sebagai pangkal keburukan sama sekali.

Al-Ghazali sesuai dengan prinsip Islam, mengakui bahwa kebaikan tersebar di mana-mana, juga dalammateri. Hanya pemakaiannya yang disederhanakan, yaitu kurangi nafsu dan jangan berlebihan.

Bagi Al-Ghazali, taswuf bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri terpisah dari syari’at, hal ini nampak dalam isiajaran yang termuat dalam kitab Ihya’nya yang merupakan perpaduan harmonis antara fiqh, tasawuf dan ilmukalam yang berarti kewajiban agama haruslah dilaksanakan guna mencapai tingkat kesempurnaan. Dalammelaksanakan haruslah dengan penuh rasa yakin dan pengertian tentang makna-makna yang terkandung didalamnya.[13]

4. Pandangan Al-Ghazali terhadap Filsafat

Mengenai pandangan al Ghazali, para ilmuwan berpendapat bahwa ia bukan seorang filosof, karena iamenentang dan memerangi filsafat dan membuangnya. Tentangan yang di lontarkan al-Ghazali ini tercermindari bukunya yang berjudul Tahafut al-Falasifah, yakni sebagai berikut :

”...sumber kekufuran manusia pada saat itu adalah terpukau dengan nama-nama filsuf besar seperti Socrates,Epicurus, Plato, Aristoteles dan lain-lainnya ..., mereka mendengar perilaku pengikut filsuf dan kesesatannyadalam menjelaskan intelektualitas dan kebaikan prinsip-prinsipnya, ketelitian ilmu para filsuf di bidanggeometri, logika, ilmu alam, dan telogi ..., mereka mendengar bahwa para filsuf itu mengingkari semua syari’atdan agama, tidak percaya pada dimensi-dimensi ajaran agama. Para filsuf menyakini bahwa agama adalahajaran-ajaran yang disusun rapi dan tipu daya yang dihiasi keindahan ...”[14]

Jikalau melihat ungkapan di atas, terlihat bahwa al-Ghazali lebih tepat digolongkan dalam kelompokpembangunan agama yang jalan pemikirannya didasarkan pada sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Apabila memakai sumber lain dari Islam maka sumber-sumber ini hanya dijadikan sebagai alat untukmaksud menghidupkan ajaran-ajaran agama dan untuk membantu menerangi jalan menuju Allah SWT. Hal inidikuatkan dengan kitabnya Ihya’Ulum Ad-din. Dalam buku Tahafut al-Falasifah al-Ghazali juga diterangkantentang keremehan pemikiran-pemikiran filsafat. Sehingga apakah mungkin filsafat justru menghukumi atasdirinya sendiri? Al-Ghazali dengan beberapa kali menyatakan, bahwa tujuan penyusunan buku tersebut untukmenghancurkan filsafat dan menggoyahkan kepercayaan orang terhadap filsafat. Dari sinilah, apakah tepatorang yang menetapkan kegagalan filsafat disebut sebagai seorang filosof?.[15]

Dalam bukunya pula yang berjudul Munqiz min al-Dhalal, al-Ghazali mengelompokkan filsosof menjadi 3 (tiga)golongan:

1. Filosof Materialis (Dhariyyun)

Mereka adalah para filosof yang menyangkal adanya Tuhan. Sementara itu, kosmos ini ada dengan sendirinya.

2. Filosof Naturalis (Thabi’iyyun)

Mereka adala para filosof yang melaksanakan berbagai penelitian di alam ini. Melalui penyelidikan-penyelidikan tersebut mereka cukup banyak menyaksikan keajaiban-keajaiban dan memaksa mereka untukmengakui adanya Maha Pencipta di alam raya ini. Kendatipun demikian, mereka tetap mengingkari Allah danRasul-Nya dan Hari berbangkit. Mereka tidak mengenal pahala dan dosa sebab mereka hanya memuaskannafsu seperti hewan.

3. Filosof Ke-Tuhanan (Ilahiyun)

Mereka adalah filosof Yunani, sperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Aristoteles telah menyanggah pemikiranfilosof sebelumnya (Materialis dan Naturalis), namun ia sendiri tidak dapat membebaskan diri dari sia-siakekafiran dan keherodoksian. Oleh karena itu, ia sendiri termasuk orang kafir dan begitu juga al-Farabi danIbnu Sina yang menyebarluaskan pemikiran ini di dunia Islam.

Dalam bidang Ke-Tuhanan, al-Ghazali memandang para filosof sebagai ahl al-bid’at dan kafir. Kesalahan parafilosof tersebut diterangkan oleh al-Ghazali dalam bukunya Tahafut al-Falasifah, dan ia membaginya menjadi20 bahagian, antara lain:

1. Membatalkan pendapat mereka bahwa alam ini azali,

2. Membatalkan pendapat mereka bahwa akal ini kekal,

3. Menjelaskan keragu-raguan mereka bahwa Allah Pencipta alam semesta dan sesungguhnya alam inidiciptakan-Nya,

4. Menjelaskan kelemahan mereka dalam membuktikan Yang Maha Pencipta,

5. Menjelaskan kelemahan mereka dalam menetapkan dalil bahwa mustahil adanya dua Tuhan,

6. Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah tidak mempunyai sifat,

7. Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah tidak terbagi ke dalam al-jins dan al-fashl,

8. Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah mempunyai substansi basith (simple) dan tidakmempunyai mahiyah (hakikat),

9. Menjelaskan kelemahan pendapat mereka bahwa Allah mengetahui yang selain-Nya,

10. Menjelaskan pernyataan mereka tentang al-dhar (kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir),

11. Menjelaskan kelemahan pendapat mereka bahwa Allah mengetahui yang selain-Nya

12. Menjelaskan kelemahan pendapat mereka dalam membuktikan bahwa Allah hanya mengetahui zat-Nya,

13. Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah tidak mengetahui juz’iyyat,

14. Menjelaskan pendapat mereka bahwa planet-planet adalah hewan yang bergerak dengan kemauan-Nya,

15. Membatalkan apa yang mereka sebutkan tentang tujuan penggerak dari planet-planet,

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 5/11

16. Membatalkan pendapat mereka bahwa planet-planet mengetahui semua yang juz’iyyat,

17. Membatalkan pendapat mereka yang mengatakan bahwa mustahil terjadinya sesuatu di luar hukumalam,

18. Menjelaskan pendapat mereka bahwa roh manusia adalah jauhar (substansi) yang berdiri sendiri tidakmempunyai tubuh,

19. Menjelaskan pendapat mereka yang menyatakan tentang mustahilnya fana (lenyap) jiwa manusia,

20. Membatalkan pendapat mereka yang menyatakan bahwa tubuh tidak akan dibangkitkan dan yang akanmenerima kesenangan dalam surga dan kepedihan dalam nereka hanya roh. [16]

Kemudian al-Ghazali menjelaskan lagi, dari 20 masalah tersebut ada tiga hal yang bisa menyebabkan seorangfilosof itu menjadi kafir, antara lain :

b. Alam semesta dan semua substansi qadim.

Para filosof muslim di kala itu mengatakan bahwa alam ini qadim. Sebab qadimnya Tuhan atas alam samahalnya dengan qadimnya illat atas ma’lulnya (ada sebab akibat), yakni dari zat dan tingkatan, juga dari segizaman. Alasan dari para filosof itu adalah tidak mungkin wujud yang lebih dahulu, yaitu alam, keluar dari yangqadim (Tuhan), karena dengan demikian berarti kita bisa membayangkan bahwa yang qadim itu sudah ada,sedangkan alam belum ada.

Menurut al-Ghazali, bila alam itu dikatakan qadim (tidak mempunyai permulaan atau tidak pernah ada) makamustahil dapat dibayangkan bahwa alam itu diciptakan oleh Tuhan. Jadi, paham qadimnya alam membawapada kesimpulan bahwa alam itu ada dengan sendirinya. Tidak diciptakan Tuhan dan ini berarti bertentangandengan ajaran al-Qur’an yang jelas menyatakan bahwa Tuhanlah yang menciptakan segenap alam (langit,bumi, dan segala isinya). Bagi al-Ghazali, alam haruslah tidak qadim dan ini berarti pada awalnya Tuhan ada,sedangkan alam tidak ada, kemudian Tuhan menciptakan alam maka alam ada di samping adanya Tuhan.[17]

Al-Ghazali juga menjawab argumen filosof-filosof mulsim itu. Katanya; tidak ada halangan apa pun bagi Allahmenciptakan alam sejak azali dengan iradah-Nya yang qadim pada waktu diadakan-Nya. Sementara itu,ketiadaan wujud alam sebelumnya karena memang belum dikehendaki-Nya. Iradah menurut al-Ghazali adalahsuatu sifat bagi Allah berfungsi membedakan (memilih) sesuatu dari lainnya yang sama. Jika tidak demikianfungsinya, tentu bagi Allah cukup saja dengan sifat qudrat. Akan tetapi, karena sifat qudrat antara mencipta dantidaknya sama kedudukannya, harus ada suat sifat khusus yang membedakannya, yaitu sifat iradah. Andaikatapara filosof Muslim menganggap sifat tersebut tidak tepat disebut sebagai iradah, dapat diberi nama lain asalitu yang dimaksud atau dengan arti sama. Sekedar istilah tidak perlu diperdebatkan, yang penting adalahisinya.[18]

Apakah yang menjadi landasan berpikir al-Ghazali sehingga mengatakan bahwa alam itu tidak qadim danTuhan yang qadim. Kerangka filosofis yang ia tawarkan adalah titik tolak yang benar dan ortodoks harus diawalidengan mengakui Tuhan sebagai wujud tertinggi dan kehendak unik yang bertindak secara aktual. ”PrinsipPertama adalah Maha Mengetahui, Maha Perkasa, dan Maha Berkehendak. Ia bertindak sekehendak-Nya danmenentukan sesuatu yang ia kehendaki; ia menciptakan semua makhluk dan alam sebagaimana ia kehendakidan dalam bentuk yang Dia kehendaki”.[19]

Sebenarnya perbedaan yang terjadi pada al-Ghazali dan tentang qadimnya alam hanya sebuah perbedaanpenafsiran antara teolog Muslim dan filosof Muslim. Memang filosof Muslim berkeyakinan bahwa penciptaandari tiada (nihil) adalah suatu kemustahilan. Dari nihil yang kosong, tidak bisa timbul sesuatu. Hal yang terjadiialah sesuatu yang diubah menjadi sesuatu yang lain. Justru itu materi asal (al-hayula alula), yang darinyaalam ini disusun, mesti qadim. Materi asal ini diciptakan Allah secara emanasi sejak qadim dan tidak di batasioleh zaman. Oleh karena itu, apa yang diciptakan semenjak qidam dan azali tentu ia qidam dan azali. Justru itualam ini qidam pula. Interprestasi filosof Muslim ini sudah jelas lebih liberal dari teolog Muslim dan jugadipengaruhi oleh ilmu alam, yakni antara sebab dan musabab tidak ada perbedaan. Allah menciptakan alamsemenjak azali, berarti materinya berasal dari energi yang qadim. Sementara susunan materi yang menjadialam adalah baru. Agaknya, interprestasi ini sejalan dengan ilmu fisika modren.[20]

Menurut ilmu fisika modren, antara energi dan materi tidak bisa lagi ditarik garis pemisah yang tegas, energidapat berubah menjadi materi dan materi dapat berubah menjadi energi. Dengan kata lain, energi ialah materiyang direnggangkan, sedangkan materi adalah energi yang dipadatkan.[21]

c. Tuhan tidak mengetahui yang juz’iyyat (hal-hal yang terperinci/kecil) yang terjadi di alam.

Sebuah pemahaman bahwa Tuhan tidak mengetahui juz’iyyat (hal-hal yang sifatnya terperinci/kecil), bukanlahsebuah pemahaman yang dianut oleh para filosof Muslim. Sedangkan pemahaman yang banyak digunakanfilosof Muslim itu adalah pemahaman yang dianut oleh Aristoteles. Menurut al-Ghazali para filosof Muslim itumempunyai pemahaman bahwa Allah sebagai Tuhan umat Muslim hanya mengetahui zat-Nya sendiri dantidak bisa mengetahui yang selain-Nya.

Pendapat para filosof Muslim ini di jawab oleh al-Ghazali. Al-Ghazali mengatakan bahwa para filosof itu telahmelakukan kesalahan fatal. Menurut al-Ghazali lebih lanjut adalah sebuah perubahan pada objek ilmu tidakmembawa perubahan pada ilmu. Karena ilmu berubah tidak membawa perubahan pada zat, dalam artiankeadaan orang yang mempunyai ilmu tidak berubah. Kemudian al-Ghazali memberikan sebuah ilustrasi, bilaseseorang berada di sebelah kanan Anda, lalu orang itu berpindah kesebelah kiri Anda, kemudian berpindahlagi kedepan atau kebelakang, maka yang berubah adalah orang itu, bukanya Anda. Ia mengetahui segalasesuatu dengan ilmu-Nya yang satu (Esa) semenjak azali dan tidak berubah meskipun alam yang diketahui-Nya itu mengalami perubahan.[22]

Untuk memperkuat argumennya, al-Ghazali mengeluarkan dalil-dalil al-Qur’an yang menyatakan bahwa AllahMaha Tahu segalanya, baik yang besar atau yang kecil.

Dalil pertama:

ربك من مثقال ذرة في األرض وال في السماء وال یعزب عن تفیضون فیھ وما تعملون من عمل إال كنا علیكم شھودا إذ من قرآن وال تتلو منھ وما تكون في شأن وما أصغر من ذلك وال أكبر إال في كتاب مبین

Artinya: ”Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidakmengerjakan suatu pekerjaan, melainkan kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. tidakluput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebihkecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam Kitab yang nyata (Lauhmahfuzh).”(Q.S. Yunus: 61)

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 6/11

Dalil kedua :

بكل شيء علیم یعلم ما في السماوات وما في األرض وهللا قل أتعلمون هللا بدینكم وهللا

Artinya:”Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu, padahal Allahmengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu?"(Q.S. Al-Hujurat: 16).

Dalam ayat ini jelaslah bahwa Allah Maha Tahu atas segala sesuatu. berbeda dengan Ibnu Rusyd yangmengatakan Tuhan hanya tahu yang universal, bukan perkara yang kecil (partikular). Tudingan al-Ghazali iniberbentuk sebuah ucapan seperti di bawah ini :

Yang menjadi persoalan adalah pernyataan mereka (para filsafat) ”Tuhan yang Mahamulia mengetahui hal-halyang bersifat universal, tetapi tidak hal-hal yang bersifat partikular” pernyataan ini jelas-jelas telahmenyelewengkan dalil-dalil di atas, ini menunjukkan ketidakberimanannya mereka. Maka yang benar adalah”tidak ada sebutir atom pun di langit maupun di bumi yang luput dari pengetahuan-Nya.” [23]

Kalau dilihat pendapat Ibnu Rusyd maka akan berlawanan, menurut Ibnu Rusyd; pengetahuan Allah tidak dapatdikatakan juz’i (parsial) dan kully (umum). Juz’i adalah satuan yang ada di alam yang berbentuk materi danmateri hanya bisa ditangkap dengan pancaindera. Kully, mencakup berbagai jenis (nu’). Kully bersifat abstrak,hanya dapat diketahui melalui akal. Allah bersifat imateri (rohani), tentu saja pada zat-Nya tidak terdapatpancaindera untuk mengetahui yang parsial. Oleh karena itu, kata Ibnu Rusyd, tidak ada para filosof muslimyang mengatakan ilmu Allah bersifat juz’i dan kully.[24]

d. Pembangkitan Jasmani Tidak Ada.

Banyak dari para filosof berpendapat bahwa yang akan dibangkitkan nantinya di alam akhirat adalah rohanisemata, sedangkan jasmani (jasad) akan hancur. Maka dari itu, ketika di akhirat nanti, tentang adanyakebahagiaan ataupun kepedihan di sana yang dapat merasakan adalah rohani. Sedangkan jasmani (jasad)merasakan kebahgiaan dan kepedihan hanya saat di dunia saja.

Kesesuaian suasana rohani maka ketika dibangkitkan nanti saat di akhirat bersifat rohani pula. Akan tetapi,kebangkitan jasmani tidak sampai ke akhirat atau dikembalikan. Dalam mengulas alasan-alasan, merekamengemukakan bahwa pengembalian jasad memiliki tiga kemungkinan. Pertama, manusia terdiri atas badandan kehidupan, ini sama halnya seperti dikatakan oleh sebagian ulama kalam, sedangkan jiwa berdiri dengansendirinya dan yang mengatur badan tidak ada wujudnya. Pengertian mati berarti terputus hidup, yakni Tuhantidak lagi menciptakan hidup, oleh karena itu hidup ini tidak ada, dan badan tidak ada pula. Jadi, artikebangkitan adalah bahwa Tuhan mengembalikan badan yang sudah tidak ada karena mati kepada wujudnya,dan mengembalikan hidupnya yang sudah tidak ada. Dalam perkataan lain, badan manusia setelah menjaditanah dikumpulkan dan disusun kembali menurut bentuk manusia dan diberikan hidup kepadanya. Kedua,atau dikatakan bahwa jiwa (roh) manusia tetap wujud sesudah mati, tetapi badan yang pertama (yang terjadi didunia ini) nantinya dikembalikan lagi dengan anggota-anggota badannya sendiri dengan lengkap. Ketiga, ataudikatakan, jiwa manusia dikembalikan kepada badan, baik badan dengan anggota-anggotanya yang semulaataupun badan yang lain samasekali. Jadi, yang dikembalikan ialah manusianya, sebab badannya (bendanya)tidak terpenting, sedangkan manusia disebut karena jiwanya (rohnya), bukan karena bendanya (badannya).[25]

Atas dasar ini, para filosof muslim ini berpendapat bahwa mustahil mengembalikan rohani kepada jasadketika keduanya telah berpisah. Menurut mereka, setelah berpisah antara roh dengan jasad, berarti kehidupan telah berakhir dan tubuh menjadi hancur. Penciptaan kembali berarti penciptaan baru yang tidak sama denganyang berlalu. Pengandaian hal ini berarti mengimplikasikan qadimnya suatu hal dan baharunya hal yang lain.Akan tetapi, jika diandaikan terjadi kebangkitan jasad, maka akan menempuh jalan yang sulit danmembutuhkan pemikiran yang panjang, seperti adanya manusia pincang, manusia buta, dan lainnya. Kalau iniyang terjadi maka di surga nantinya akan ada sidat kekurangan dan ada pula satu jiwa dengan dua tubuh atausebaliknya. Sesungguhnya di surga yang suci tidaklah demikian. Jika demikian terjadilah proses yangpanjang, seperti panjangnya proses kapas hingga menjadi kain.[26]

Menurut al-Ghazali, berdasarkan gambaran al-Qur’an dan al-Hadits Nabi Muhammad SAW. Tentang kehidupandi akhirat bukanlah mengacu pada kehidupan rohani saja. Tetapi pada kehidupan rohani dan jasmani. Jasaddibangkitkan dan disatukan dengan jiwa-jiwa manusia yang pernah hidup di dunia untuk merasakan nikmatsurgawi yang bersifat rohani-jasmani. Kehidupan di surga dan neraka yang bersifat rohani-jasmani itu,menurut al-Ghazali, bukanlah kehidupan di surga dan neraka bersifat rohaniah saja, menurut al-Ghazali adalahpemahaman yang mengingkari adanya kebangkitan jasad di hari akhirat. Pemahaman demikian, menurutnyabertentangan dengan apa yang diajarkan oleh al-Qur’an dan al-Hadits, karena itu dikufurkannya. Al-Ghazaliberpandangan bahwa yang akan dibangkitkan itu adalah jasmani. Ini terbukti dengan perkataannya :

”... adalah bertentangan dengan seluruh keyakinan seorang Muslim, keyakinan mereka yang mengatakanbahwa badan jasmani manusia tidak akan dibangkitkan pada hari kiamat, tetapi hanya jiwa yang terpisah daribadan yang akan diberi pahala dan hukuman, dan pahala atau hukuman itu pun akan bersifat spritual danbukannya bersifat jasmaniah. Sesungguhnya, mereka itu benar di dalam menguatkan adanya pahala danhukuman yang bersifat spritual karena hal itu memang ada secara pasti; tetapi secara salah, mereka menolakadanya pahala dan hukuman yang bersifat jasmaniah dan mereka dikutuk oleh hukum yang telah diwahyukandalam pandangan yang mereka nyatakan itu.”[27]

Dalam bukunya Tahafut al-Falasifah al-Ghazali juga mengatakan; banyak hadits yang mengatakan bahwa roh-roh manusia merasakan adanya kebaikan atu siksa kubur dan lainnya. Semua ini sebagai indikasi adanyakekekalan jiwa. Sedangkan kebangkitan jasmani secara eksplisit telah ditegaskan dalam syara’, yakni berartijiwa dikembalikan pada tubuh, baik tubuh semula maupun tubuh yang lain, atau tubuh yang baru dijadikan. Inidikarenakan tubuh manusia dapat berganti bentuk, seperti dari kecil menjadi besar, kurus menjadi gemuk, danseterusnya. Namun, hal yang terpenting ada satu tubuh berbentuk jasmani yang dapat merasakan kepedihandan kebahagiaan. Allah Mahakuasa menciptakan segala sesuatu. dan dengan KeMahakuasaan-Nya tidakmerasa sulit bagi-Nya menjadikan setetes sperma menjadi aneka macam organ tubuh, seperti tulang, daging,kulit, urat saraf, otoit, lemak, dan sebagainya. Dari hasil ini detik berganti menit, menit berganti jam, dan jamberganti hari. Akhirnya menjadi mata, gigi, perasaan yang berbeda antara setiap manusia. Justru itu, Allah jauhlebih mudah mengembalikan rohani pada badan (jasmani) di akhirat ketimbang penciptaan-Nya pertama kali.[28]

Sungguh pertentangan antara al-Ghazali dengan filosof Muslim kalau di kaji secara mendalam, makapertentangan tersebut hanya sebuah perbedaan Interprestasi karena bedanya titik pijak. Al-Ghazali seorangteolog al-Asy’ari, ia aktif mengembangkan Asy’arisme selama delapan tahun (1077-1085) pada UniversitasNizhamiyah Baghdad, tentu saja pemikirannya dipengaruhi oleh aliran ini, yakni dengan kekuasaan kehendakmutlak Tuhan dan interprestasinya tidak seliberal para filosof. Sementara itu, pemikiran para filosof Muslimdipengarhui oleh pemikiran rasional, tentu saja interprestasi mereka lebih liberal dari al-Ghazali. Namun,antara kedua pihak sependapat bahwa di akhirat nanti ada kebangkitan.[29]

e. Pandangannya terhadap Ilmu

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 7/11

Ilmu merupakan sumber kebutuhan bagi setiap manusia, karena tanpa ilmu manusia akan bodoh dan tidakmengetahui arah hidup dalam prikehidupan. Sebagai seorang ilmuwan besar, Al-Ghazali berupaya membuatsebuah karya-karya tulis yang bersifat memotivasi seseorang untuk selalu menggali ilmu pengetahuan,khususnya ilmu agama. Di dalam karyanya al-Ghazali yang berjudul Ihya Ulum Ad Din yang artinyamenghidupkan ilmu-ilmu agama. Ini merupakan sebuah karya al-Ghazali yang banyak dipakai oleh paraulama-ulama kalam sebagai bahan kajian untuk amalan-amalan baik manusia. Karena di dalam buku itubanyak menjelaskan tentang ilmu-ilmu keagamaan Islam, ke-Esaan Allah, dan ilmu-ilmu yang bersangkutandengan syari’at.

Pada karyanya yang lain, dan juga terkenal di tengah masyarakat yang berjudul Al Munqiz min Ad Dhalal Al-Ghazali berpendapat bahwa :

”ilmu hati merupakan konsekuensi logis bagi ilmu-ilmu manusia, karena ada dua alam, yakni alam lahir danalam bathin. Jika ilmu-ilmu (pengetahuan) menguasai ilmu lahir dengan analisa dan keterangan, maka harusada ilmu khusus untuk menjelaskan ilmu bathin. Pengetahuan-pengetahuan itu sendiri ada dua, yaitu inderawidan sufi (lahir dan bathin). Sarana untuk mengenal pengetahuan-pengetahuan lahir adalah panca indera,sedang metoda untuk mencapai pengetahuan-pengetahuan bathin harus kembali kepada mereka (kaum sufi)yang mengatakan bahwa kesederhanaan, zuhud, dan amal-amal praktis seluruhnya adalah jalan untukmempersepsi berbagai realitas yang tersembunyi dan ilham yang melampaui penglihatan dan pendengaran.Maka ma’rifat adalah tujuan yang luhur bagi tasawuf. Al-Ghazali menentang kesatuan antara manusia denganTuhan (teori Al Ijtihad) karena bertentangan dengan ajaran agama.”[30]

Di lain karyanya yang berjudul The Juwels of the Qur’an (mutiara al-Qur’an) dan Mizan Al-Amal (timbanganamal), al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi empat bagian :

1. Pembagian ilmu-ilmu menjadi bagian teoritis dan praktis.

2. Pembagian pengetahuan menjadi pengetahuan yang dihadirkan (hudhuri) dan pengetahuan yang dicapai(hushuli).

3. Pembagian atas ilmu-ilmu religius (sya’iyyah) dan intelektual (aqliyah).

4. Pembagian ilmu menjadi ilmu-ilmu fardhu’in (wajib atas setiap individu) dan fardhu kifayah (wajib atasumat).

Di antara empat hal dari klasifikasi ilmu di atas yang telah diuraikannya, yang paling luas di bahas olehnyadalam melakukan pengajaran/diskusi adalah pembagian ilmu menjadi ilmu-ilmu intelektual dan religius.Namun menurutnya, yang jelas keempat sistem klasifikasi di atas sangat absah, dan mempunyai derajat yangsama.

Kalau dilihat pemikiran dari al-Ghazali, maka akan terlihat pendapatnya yang banyak menentang aliran-aliranfilsafat. Menurutnya banyak orang-orang yang menyimpang dari ajaran agama saat mempelajari filsafat, karenakebanyakan manusia di saat mempelajari filsafat tanpa sebuah pegangan yang kuat atau dasar yang kuat.Filsafat menurutnya lebih banyak mengedepankan akal daripada dalil untuk mencari sebuah kebenaran. Olehsebab itu, al-Ghazali banyak dikenal oleh para masyarakat seorang ahli tasawuf, akan tetapi ia tidak melibatkandirinya kedalam aliran tasawuf yang terkenal saat itu, yakni tasawuf inkarnasi dan tasawuf pantheisme.Sedangkan pengetahuan yang dimiliki oleh al-Ghazali berdasarkan atas rasa yang memancar dalam hati,bagaikan sumber air yang bersih/jernih, bukan dari penyelidikan akal, dan tidak pula dari hasil argumen-argumen ilmu kalam.[31]

C. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Al-Ghazali adalah seorang teolog sekaligus seorangpemikir Islam yang banyak menyumbangkan pikirannya sampai ke generasi sekarang.

Al-Ghazali mengktitik para filosof tentang tiga persoalan tentang kekeliruan para filosof yaitu; (1) Bahwa materidapat merusak sedangkan jiwa tidak, karena materi adalah entitas material yang terpisah dan hanya jiwa yangabadi yang karena inilah esensi logos yang merupakan ruh (2) Menolak klaim bahwa pengetahuan yangkhusus berubah jelas mungkin. Tuhan tidak mungkin berubah, dan (3) Al-Ghazali mengatakan tidak ada satukasus pun yang tidak abadi,mulai dari yang abadi.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub (Rahasia Ketajaman Mata Hati), Surabaya: Terbit Terang, t.t

----------------, Al-Munqiz min al-Dhalal, terj. Abdullah bin Nuh, Jakarta: Tinta Mas, 1960

----------------, Al-Munqiz min al-Dhalal, terj.Abdullah bin Nuh, Jakarta: Tinta Mas, 1960

-----------------, lihat “Muqaddimah” kitab Tahafut Al-Falasifah, Tahkik Sulaiman Dunya, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1928

Ahmad, Zainal Abidin, Riwayat Hidup Al-Ghazali, Jakarta: Bulan Bintang, 1975

A. Hanafi, Antara Imam Al-Ghazali dan Imam Rusyd Dalam Tiga Metafisika, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1981

Abdullah, M. Amin, Studi Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996

A. Mustofa, Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1999

Daudy, Ahmad, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1986

Nasution, Harun, Akal dan Wahyu Dalam Islam, Jakarta: Universitas Indonesi, 1983

Rusyd, Ibnu, Tahafut al-Tahafut, Tahkik, Sulaiman Dunya, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1971

Supriyadi, Dedi, Pengantar Filsafat Islam Konsep, Filosof dan Ajarannya, Bandung: Pustaka Setia, 2009

Poerwantana, dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, Bandung: CV ROSDA, 1988

Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam filosof dan filsafatnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004

[1] Al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub (Rahasia Ketajaman Mata Hati), (Surabaya: Terbit Terang, t.t), hal. Vii

[2] A. Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 215

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 8/11

Tw eet 2 ?Share this article :

+ komentar +

Fauzan al-Farisi 7 June 2013 21:18

Reply

Artikel yang bagus. Saya mempunyai media berupa majalah yang terbit tiap bulan. Jika

[3] Mu’askar adalah suatu lapangan luas di dekat Kota Naishabur yang di dalamnya didirikan barak-barakmiliter oleh Nizam al-Muluk.

[4] Ibid.

[5] Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Al-Ghazali, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 40.

[6] Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam Konsep, Filosof dan Ajarannya, (Bandung: Pustaka Setia, 2009)hal.148

[7] Ibid.

[8] Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Al-Ghazali…, hal.10

[9] Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hal.97

[10] H. A. Mustofa berpendapat, berdasarkan kutipan dari Kitab Al Munqids min Ad Dhalal al Ghazali, iaberpendapat bahwa: “ilmu hati merupakan konsekuensi logis bagi ilmu-ilmu manusia, karena ada dua alam,yakni alam lahir dan alam bathin. Jika ilmu-ilmu (pengetahuan) menguasai ilmu lahir dengan analisa danketerangan, maka harus ada ilmu khusus untuk menjelaskan ilmu bathin. Sarana untuk mengenalpengetahuan-pengetahuan lahir adalah panca indera, sedang metode untuk mencapai pengetahuan-pengetahuan bathin harus kembali kepada mereka (kaum sufi) yang mengatakan bahwa kesederhanaan,zuhud dan amal-amal praktis seluruhnya adalah jalan untuk mempersepsi berbagai realitas yang tersembunyidan ilham yang melampaui penglihatan dan pendengaran. Maka ma’rifat adalah tujuan yang luhur bagitasawuf. Al Ghazali menentang kesatuan antara manusia dengan Tuhan (teori Al-Ijtihad) karena bertentangandengan ajaran agama.” Tulisan ini mempunyai maksud bahwa; al Ghazali memberikan jalan kepada parapemikir baik filosof, teologi, dan para sufi di kala itu, agar kembali kepada ajaran agama yang kukuh. Lihat, H. A.Mustofa., Filsafat Islam …, hal.221

[11] Poerwantana, dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung: CV ROSDA, 1988), hal. 172.

[12] Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 176

[13] M. Amin Abdullah, Studi Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal.280.

[14] Al-Ghazali, lihat “Muqaddimah” kitab Tahafut Al-Falasifah, Tahkik Sulaiman Dunya, (Kairo: Dar al-Ma’arif,1928), hal.1

[15] H. A. Mustofa., Filsafat Islam … , hal.215

[16] Al-Ghazali, Tahafut Al-Falasifah …, hal. 86-87

[17] Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam ..., hal. 162

[18] A. Hanafi, Antara Imam Al-Ghazali dan Imam Rusyd Dalam Tiga Metafisika, (Jakarta: Pustaka al-Husna,1981), hal. 29

[19] Al-Ghazali, Tahafut Al-Falasifah …, hal. 131

[20] Harun Nasution, Akal dan Wahyu Dalam Islam, (Jakarta: Universitas Indonesi, 1983) , hal. 89

[21] Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam … , hlm. 167

[22] Al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah …, hlm. 206-207

[23] Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam … , hlm.171

[24] Ibnu Rusyd, Tahafut al-Tahafut, Tahkik, Sulaiman Dunya, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1971), hal. 700-703

[25] A. Mustofa, Filsafat Islam … , hlm. 237-238

[26] Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam … , hlm. 172

[27] Al-Ghazali, Al-Munqiz min al-Dhalal, terj. Abdullah bin Nuh, (Jakarta: Tinta Mas, 1960), hlm. 129

[28] Ibnu Rusyd, Tahafut al-Tahafut …, hlm. 287-290

[29] Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam … , hlm. 173

[30] Al-Ghazali, Al-Munqiz min al-Dhalal, terj.Abdullah bin Nuh, ( Jakarta: Tinta Mas, 1960), hal. 205

[31] A. Mustofa, Filsafat Islam … , hlm. 237-238

Diposkan oleh Syafieh Yanti di 20:08

Label: Filsafat Islam

10 komentar

+2 Recommend this on Google

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 9/11

tidak keberatan, saya minta izin untuk memasukkan artikel ini ke majalah saya..

Syafieh Yanti 6 July 2013 22:00

Reply

Salam Mas Fauzan. Tank's sebelumnya. pada dasarnya saya tidak keberatan, tapimohon dikirimi ke saya majalahnya yaa? karena itu buat angka kredit saya.

Anonymous 17 July 2013 13:42

Reply

terima kasih tulisannya.bisa bantu ditambahkan yang dimaksud dengan filsof muslim disini siapa saja? karenabanyak statement yang kontroversial semisal:"Menurut al-Ghazali para filosof Muslim itu mempunyai pemahaman bahwa Allahsebagai Tuhan umat Muslim hanya mengetahui zat-Nya sendiri dan tidak bisamengetahui yang selain-Nya".

salam.

rusmin min 6 August 2013 04:01

Reply

assalamu alaikum, ijin kopas mas bro..

reza ba'umar 13 August 2013 23:58

Reply

ajiib... Berarti ibn rusyd bertntangan ya sama imam al ghazaly ? Kalau ibnu sina alkhindi ?

Anonymous 19 October 2013 15:13

Reply

ibnu sina alkhindo ibnu rusyd adalah filosof terdahulu khususnya alkindikarena dia filosof arab yang pertama, belajar dr aristoteles tapi sedikit berbeda denganaristoteles

iat solihat 30 October 2013 11:34

Reply

ada yang tau gx judul kitab karangan imam ghozali yang menerangkan tentang prediksicuaca???

Anonymous 10 November 2013 10:43

Reply

ijin copas y mas....

Anonymous 20 November 2013 18:51

Reply

SARAN SAYA JANGAN TERLALU SIBUK “BERARTIKULASI” TENTANG MACAMRAGAM FILSAFAT, TAPI SEBAIKNYA MEMBUAT KARYA FILSAFAT AGAR KITAMENJADI SEORANG FILSUF, YANG BERTANGGUNG JAWAB MENGHADIRKANKEBENARAN ILMU SANG MAHA PENCIPTA, sebagai mana yang dilakukan olehFilsuf Sunda Mandalajati Niskala,yang sebagian hipotesisnya sbb:

1) Menurut para akhli di seluruh Dunia bahwa GRAVITASI BUMI EFEK DARI ROTASIBUMI.Menurut Filsuf Sunda Mandalajati Niskala SALAH BESAR, bahwa Gravitasi BumiTIDAK ADA KAITANNYA DENGAN ROTASI BUMI. Sekalipun bumi berhenti berputar

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 10/11

Gravitasi Bumi tetap ada.

2) Bahkan kesalahan lainnya yaitu semua akhli sepakat bahwa panas di bagian IntiMatahari mencapai 15 Juta Derajat Celcius.Menurut Filsuf Sunda Mandalajati Niskala panas Inti Matahari SEDINGIN AIRPEGUNUNGAN”.Beliau menambahkan:“KALAU TIDAK PERCAYA SILAKAN BUKTIKAN SENDIRI”.

3) Filsuf Sunda Mandalajati Niskala sangat logis menjelaskan kepada banyak pihakbahwa MATAHARI ADALAH GUMPALAN BOLA AIR RAKSASA YANG BERADAPADA RUANG HAMPA BERTEKANAN MINUS, SEHINGGA DI BAGIAN SELURUHSISI BOLA AIR RAKSASA TERSEBUT IKATAN H2O PUTUS MENJADI GASHIDROGEN DAN GAS OKSIGEN, YANG SERTA MERTA AKAN TERBAKAR DISAATTERJADI PEMUTUSAN IKATAN TERSEBUT. Suhu kulit Matahari menjadi sangatpanas karena Oksigen dan Hidrogen terbakar, tapi suhu Inti Matahari TETAPSEDINGIN AIR PEGUNUNGAN.

4) Filsuf Sunda Mandalajati Niskala menegaskan: “CATAT YA SEMUA BINTANGTERBUAT DARI AIR DAN SUHU PANAS INTI BINTANG SEDINGIN AIRPEGUNUNGAN. TITIK”.

5) Menurut para akhli diseluruh Dunia bahwa Gravitasi ditimbulkan oleh adanya massapada suatu Zat.Menurut Filsuf Sunda Mandalajati Niskala: “GAYA GRAVITASI BUKAN DITIMBULKANOLEH ADANYA MASSA PADA SEBUAH ZAT ATAU BENDA”.Mandalajati Niskala menambahkan: “Silahkan pada mikir & jangan terlalu doyanmengkonmsumsi buku2 Barat.

6) Filsuf Sunda Mandalajati Niskala membuat pertanyaan di bawah ini cukupmenantang bagi orang-orang yang mau berpikir:a) BAGAIMANA TERJADINYA GAYA GRAVITASI DI PLANET BUMI?b) BAGAIMANA MENGHILANGKAN GAYA GRAVITASI DI PLANET BUMI?c) BAGAIMANA MEMBUAT GAYA GRAVITASI DI PLANET LAIN YG TIDAK MEMILIKIGAYA GRAVITASI?

7) Menurut para akhli diseluruh Dunia bahwa Matahari memiliki Gaya Gravitasi yangsangat besar.Menurut Filsuf Sunda Mandalajati Niskala Matahari tidak memiliki Gaya Gravitasi tapimemiliki GAYA ANTI GRAVITASI.

8) Pernyataan yang paling menarik dari Filsuf Sunda Mandalajati Niskala yaitu:“SEMUA ORANG TERMASUK PARA AKHLI DI SELURUH DUNIA TIDAK ADA YANGTAHU JUMLAH BINTANG & JUMLAH GALAKSI DI JAGAT RAYA, MAKA AKU BERITAHU, SBB:a) Jumlah Bintang di Alam Semesta adalah 1.000.000.000.000.000.000.000.000.000b) Jumlah Galaksi di Alam Semesta adalah 80.000.000.000.000c) Jumlah Bintang di setiap Galaksi adalah sekitar 13.000.000.000.000

9) Dll Hipotesis dari Filsuf Sunda Mandalajati Niskala YANG MENCENGANGKANDUNIA.

Selamat berfilsafat@Sandi Kaladia

Anonymous 24 March 2014 23:25

Reply

Atas ane ngelawak apa udah mulai stress ya ....ente ga berfilsafat gan, ente cuma asal njeplak aja :v

Post a Comment

Sign out

Notify me

Enter your comment...

Comment as: aleevaa skh (Google)

Publish

Preview

« Prev Post Next Post »Home

5/20/2014 FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA - Akidah Filsafat

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-al-ghazali-dan-pemikiran.html 11/11

Daftar Isi Blog

May 2014

[12] KONSEP AL-KASB AL-ASY’ARIYYAH DAN MODERNISASI DALAM ISLAM

March 2014

[02] SILABUS MATA KULIAH FILSAFAT UMUM

February 2014

[27] SILABUS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU[26] MEMBONGKAR KEDOK LIBERALISME ISLAM DI INDONESIA[03] BANI UMAYYAH II : PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL ANDALUSIA

January 2014

[10] PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA ABBASIYAH

September 2013

[30] METODOLOGI STUDI ISLAM: MANUSIA DAN AGAMA[23] METODOLOGI STUDI ISLAM[22] PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM SEBUAH KENISCAYAAN[21] SILABUS MATA KULIAH PMDI

July 2013

[06] SEJARAH AL-QUR’AN DALAM PANDANGAN THEODOR NOLDEKE (1836-1930)

June 2013

[02] MULLA SADRA DAN GAGASAN TEOSOFI TRANSENDEN

May 2013

[27] H. M. RASYIDI DAN HARUN NASUTION: TOKOH KALAM KONTEMPORER INDONESIA[26] NASHR AL-DIN TUSI FILOSUF ISLAM PASCA IBNU RUSYD[24] ILMU KALAM KONTEMPORER (Ismail Raji Al-Faruqi dan Hasan Hanafi)[21] PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM IBNU RUSYD[16] ILMU KALAM MODERN (Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, dan Sayyid Ahmad Khan)[15] FILSAFAT ISLAM DUNIA ISLAM BARAT IBNU BAJJAH DAN IBNU THUFAIL[15] FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM “ Pandangan Imam Al-Ghazali Terhadap Pendidikan Islam”

April 2013

[28] FILSAFAT ISLAM SUHRAWARDI AL-MAQTUL DAN PEMIKIRAN ISYRAQI[21] FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNNYA[21] ALIRAN KALAM SALAFIYAH (AHMAD IBN HANBAL DAN IBNU TAIMIYAH)[14] PERGESERAN PARADIGMA TEOLOGI ISLAM: DARI TEOSENTRISME KE ANTROPOSENTRISME[13] FILSAFAT ISLAM IBNU SINA DAN PEMIKIRAN TENTANG JIWA[13] AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI[07] FILSAFAT ISLAM AR-FARABI DAN PEMIKIRAN EMANASINYA[06] ILMU KALAM SYI'AH (TOKOH DAN AJARANNYA)[01] FILSAFAT ISLAM AR-RAZI (SEJARAH DAN PEMIKIRANNYA)[01] FILSAFAT AL-KINDI

March 2013

[31] ILMU KALAM ALIRAN MU’TAZILAH[29] ALIRAN TEOLOGI ISLAM JABARIYAH DAN QADARIYAH[28] SISTEMATIKA PENERAPAN PENDEKATAN NAZRIYYAH AL-WAHDAH[28] EPISTEMOLOGI ISLAM MUHAMMAD ABID AL-JABIRI[10] PENGETAHUAN DAN KEKUASAAN DALAM PERSPEKTIF FOUCAULT[10] Islam Dan Kelestarian Lingkungan: Studi Tentang Fiqh Al-Biah Sebagai Solusi Alternatif TerhadapKerusakan Lingkungan

February 2013

[16] PEMIKIRAN PENDIDIKAN RAHMAH EL-YUNUSIA[16] PEMIKIRAN PENDIDIKAN HASAN LANGGULUNG[13] JAZIRAH ARAB PRA ISLAM[13] PERKEMBANGAN FILSAFAT PADA MASA YUNANI KUNO[13] PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT[11] STUDI KRITIS TERHADAP ILMU KALAM[10] AKIDAH POKOK DAN CABANG DALAM ILMU KALAM[10] SEJARAH MUNCULNYA ILMU KALAM DAN KERANGKA BERFIKIR ALIRAN-ALIRAN KALAM[10] TAUHID ILMU KALAM (Kerangka Berfikir Aliran-Aliran Ilmu Kalam)[10] HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA[10] BEBERAPA PENGERTIAN DASAR DALAM ILMU KALAM DAN PENGERTIAN AKIDAH POKOK DANCABANG

January 2013

[08] About Me

Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template

Copyright © 2011. Akidah Filsafat - All Rights Reserved

Template Created by Creating Website Published by Mas Template

Proudly powered by Blogger