21
BAB III TES SEBAGAI ALAT HASIL PENILAIAN HASIL BELAJAR Ada dua jenis tes yang akan dibahas dalam bab ini, yakni uraian tes atau esai dan tes objektif. Tes ueraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar dan salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek tentang melengkapi. Setiap jenis tes dijelaskan konsep-konsepnya, jenis atau bentuk dan cara penyusunannya, kelebihan dan kekurangannya, pemeriksaan dan cara skoringnya, termasuk contoh-contohnya. 1. Tes uraian Tes uraian, yang dalam literatur disebut juga essay examination, merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengfan tuntuta pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan nsiswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Dalam hal inilah kekuatan atau kelebihan tes esai dari alat penilaian lainnya. Sungguh pun demikian, sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya bentuk objektif. Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat

Alat Evaluasi

  • Upload
    uinjkt

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB III

TES SEBAGAI ALAT HASIL PENILAIAN HASIL BELAJAR

Ada dua jenis tes yang akan dibahas dalam bab ini, yakni

uraian tes atau esai dan tes objektif. Tes ueraian terdiri

dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur.

Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni

bentuk pilihan benar dan salah, pilihan berganda dengan

berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek tentang

melengkapi. Setiap jenis tes dijelaskan konsep-konsepnya,

jenis atau bentuk dan cara penyusunannya, kelebihan dan

kekurangannya, pemeriksaan dan cara skoringnya, termasuk

contoh-contohnya.

1. Tes uraian

Tes uraian, yang dalam literatur disebut juga essay

examination, merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling

tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang

menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,

menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan,

dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengfan tuntuta

pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.

Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan nsiswa dalam

hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Dalam

hal inilah kekuatan atau kelebihan tes esai dari alat

penilaian lainnya. Sungguh pun demikian, sejak tahun 1960-an

bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya

bentuk objektif. Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat

populer dan digunakan oleh hampir semua guru mulai di tingkat

SD sampai perguruan tinggi. Ada semacam kecenderungan dio

kalangan pasa pendidik dan guru untuk kembali menggunakan tes

uraian sebagai alat penilaian hasil belajar, terutama di

perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal, antara lain

ialah (a) adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas

pebdidikan di perguruan tinggi yang salah satu diantaranya

berkenaan dengan pengunaan tes objektif, (b) lemahnya para

mahasiswa dalam bahasa tulisan sebagai akibat penggunakan tes

objektif yang berlebihan, (c) kurangnya daya analisis para

mahasiswa kafrena telah terbiasa dengan tes objektif yang

memungkinkan mereka main tebalk jawaban manakala menghadapai

kesulitan dalam menjawabnya. Kondisi seperti ini sangat

menunjang penggunaan tes uraian di perguruan tinggi akhir-

akhir ini dengan harapan dapat meningkatkan kembali kualitas

pendidikan di perguruan tinggi. Harus diakui bahwa tes uraian

dlam hal meningkartkan kemampuan menalar di kalangan mahasiswa

dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti

analisis-sintesis-evaluasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Siswa juga dibiasakan dengan nkemampuan memecahkan masalah

(probl;em solving), mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan

mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari

pemecahan masalah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebuihan

maupun keunggulan tes uraian ini adalah:

a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek

kognitif tingkat tinggi.

b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupu

tulisan dengan baik dan benarsesuai dengan kaidah-kaidah

bahasa.

c) Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran,

yakni berpikir logis, analitis dan sistematis.

d) Mengembangkan keterampilan pemecvahan masalah (problem

solving).

e) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya

sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara

langsung melihat proses berpikir siswa.

Di lain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat

dalam tes ini antara lain adalah:

a) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak

mungkin dapat mengujisemua bahan yang telah diberikan,

tidak seperti pada tes objektif yang dapat mmenanyakan

banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.

b) Sifatnya sangat subjektif, baik menanyakan, dalam

membuiat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru

bisa saja bertanya hal-hal yang menarik baguinya, dan

jawabannya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya.

c) Tes i ni biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang

terbatas, pemeriksaanya memerlukan waktu lamasehingga

tidak praktis bagi jelas yang jumlah siswanya relatif

besar.

a. Jenis-jenis tes uraian

Bentuk tes uraian dibedakan menjadi (a) uraian bebas

(free essay) (b) uraian tes terbatas dan uraian berstruktur.

Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung

pada pandangan siswa itu tersendiri. Hal ini disebabkan oleh

isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Comtoh pertanayaan

bentuk nuraian bebas adalah sebagai berikut:

Coba saudara jelaskan sebab terjadinya pertumbuhan

penduduk yang cepat?

Apa yang saudara ketahui tentang NNKBS?

Mengapa pertumbuhan penduduknberpengaruh terhadap

kualitas hidup manusia?

apabila kita kaji pertanyaan di atas, tampak bahwa dalam

ketiga contoh [ertanyaan tersebut tidak ada satu pun rambu

jawaban yang diberikan sehimgga siswa bebas mengungkapkan

pendapatnya. Dalam contoh pertanyaan pertama siswa bebas

mengemukakan sebab-sebab perumbuhan penduduk menurut

pandangan dan pengetahuan yang dimilikinya. Demikian juga

dalam pertanyaan nomor berikutnya, siswa bebas mengemukakan

pendapatnya mengenai NKKBS dan bebas melihat faktor-faktor

dan atau hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan kulaitas

hidup manusia. Di lain pihak guru pun bebas menilai jawaban

siswa, mana jawaban yang dianggapnya benar, yang kurang benar

atau kurang lengkap, dan yang salah sama sekali.

Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas

ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:

1. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu

masalah hingga dapat diketahui luas dan

intensitasnya.

2. Mengupas suatu persoalan yang memungkinkan

jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada satu

pun jwawaban yang pasti.

3. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat

persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.

Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban

siswa bisa bervariasi, sulit mementukan kriteria, penilaian,

sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai

dimensinya.

Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas.

Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal

tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari

segi: (a) ruang lingkupnya, (b) sudut pandang menjawabnya,

(c) indikator-indikatornya.

Perhatikan contoh pertanyaan uraian terbatas berikut ini.

Coba saudara jelaskan tiga faktor penyebab pertumbuhan

penduduk!

Apa makna NKKBS ditinjau dari aspek jumlah anak dalam suatu

keluarga?

Bagaimana hubungan perrumbuhan npenduduk dengan kualitas

manusia dalam hal ekonomi, pendidikan, dan kesehatan?

Dalam pertanyaan di atas, jawaban seolah-olah diarahkan

kepada aspek tertentu. Misalnya contoh pertanyaan pertama,

kepada siswa hanya diminta tiga faktpor pEnYEbab, jadi ada

batasan ruang blingkupnya, jawaban pertanyaan berikutnya

dibatasi pada aspke jumlah anak, jadi ada batasan sudut

pandang dalam memberikan jawabannya. Sedangkan dalam

pertanyaan terakhir, jawaban dibatasi pada aspek ekonomi,

pendidikan, dan kesehatan, jadi ada pembatasan indikator

jawaban. Dengan adanya pembatasan tersebut jawavban siswa

akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara

memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. Kriteria

kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan. Oleh sebab

itu, bentuk soal uraian terbatas lebih terarah dan lebih

tepat digunakan daripada bentuk uraian bebas.

Di samping kedua bentuk uraian di atas ada pula bentuk

tes uraian yang disebut soal-soal berstruktur. Soal

berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-sola

objektif dan soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan

serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat

terbuakdan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi

unsur-unsur (a) pengantar soal (b) seperangkat data (c)

serangkaian subsoal. Perhatikan contoh di bawah ini.

Di bawah ini tercantum daftar nilai hasil ujian

matematika siswa ke las dua SMA. Nilai tersebut telah

diurutkan dari skor tertinggi sampai terendah disertai

keterangan beraopa jumlah siswa yang mencapainya, baik untuk

setiap niali maupun secara kumulatif.

Nilai Jumlah siswa Kumulatif

32 1 1

31 2 3

30 2 5

29 2 7

28 1 8

27 2 10

Dari data di atas:

a) Hitunglah berapa rata-ratanya dan berapa median.

b) Hitunglah berapa orang siswa yang menilainya

termasuk ke dalam kelompok 28-31, 30-32.

c) Hitunglah pula beraqpa simpangan bakunya.

Keuntungan soal bentuk berstruktur antara lain (a) satu soal

bisa terdiri atas beberapa subsoal atau pertanyaan, (b) setiap

pertanyaan diajukan mengacu kepada suatu data tertentu

sehingga lebih jelas dan terarah, (c) soal-soal berkaiatan

satun sama lain dan bisa diurutkan berdasarkan tingkat

kesulitannya.

Data yang diajukan dalam soal berstruktur bisa berupa

angka, tabel, grafik, gambar, bagan, kaskus, bacaan tertentu,

diagram, model, dll.

Bentuk soal berstruktur dapat digunakan untuk mengukur

semua aspek kognitif seperti ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Dengan demikian bantuk ini

dpat mengungkapkan banyak aspek yang diinginkan. Tingkat

kesulitan soal dapat dibuat sedemikian rupa sehingga berurutan

dari soal yang mudah menuju soal yang sukar. Satu permasalahan

yang akan diungkapkan dapat dikaji dari banyak aspek melalui

subsoal-subsoal atau pertanyaan yang diacukan kepada tema

permadalahan.

Kelemahan yang mungkin terjadi berkisar p[ada (a) bidang

diujikan menjadi terbatas dan (b) kurang praktis sebab satu

permasalahan harus dirumuskan dalam pemaparan yang lengkap

disertai data yang memadai.

b. Menyusun soal bentuk uraian

agar dip[eroleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan

memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya

diperhatikan hal-hal berikut:

1) Dari segi yang diukur

Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas

abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu

konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif

lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka

soal atau pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan

kemampuan siswa dalam abilitis tersebut.

Setelah abilitis yang hendak diukur cukup jelas,

tetapkan materi yang ditanyakan. Dalam memilih materi

sesuai dengan kurikulummnya atau silabusnya, pilihlah

materi yang esensial sehingga tidak semua materi perlu

ditanyakan. Materi esensial adalah materi yang menjadi

inti persoalan dan menjadi dasar penguasaan materi

lainnya. Dengan perkataan lain, bila konsep esensial

dikuasai, maka secara keseluruhan siswa akan mengetahui

aspek-aspek yang berkenaan dengan konsep tersebut.

Aturlah penyajian pertanyaan secara berurutan mulai dari

yang mudah menuju kepada yang sulit, atau dari yang

sederhana menuju kepada yang lebih kompleks. Gunakan

bentuk uraian terbatas atau berstruktur.

2) Dari segi bahasa

Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah

diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan.

Gahasanya sederhana, singkat, tatapi jelas apa yang

ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit,

membingungkan, atau mengecoh siswa.

3) Dari segi teknis penyajian

Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap

materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda

sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih

komperhensif daripada segi lingkup materinya. Perhatikan

waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut

sehungga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan

menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong

sulit diberi bobot yang besar. Tingkat kesulitan soal

dilihat dari sifat materinya dan abilitas yang diukurnya.

Abilitas analisis lebih sulit daripada aplikasi dan

pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit daripada

analisis. Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit

daripada fakta.

4) Dari segi jawaban

Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah

ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-

pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk

setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila

jawaban dianggap salah kurang memadai. Jangan sekali-kali

mengajukan pertanyaan yang jawabannya belum pasti atau

guru sendiri tidak tahu jawabannya, atau mengharapkan

kebenaran jawaban tersebut diperoleh dari siswa.

2. Tes Objektif

Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai

hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya

bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya

menilai jawaban yang diberikan.

Soal-soal bentuk objektif ini dikenal ada beberapa

bentuk, yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan

pikiran nganda. Kecuali bentuk jawaban singkat, dalam soal-

soal bentuk objektif telah tersedia kemungkinan-kemungkinan

jawaban (options) yang dapat dipilih.

a. Bentuk soal jawaban singkat

Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang

mengkehendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat,

atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau

salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk

pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap.

Contoh:

Berapa luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8

cm dan tingginnya 6 cm?

Luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan

tingginya 6 cm adalah...

Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur

pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi,

fakta, prinsip, metode, prosedur, dan penafsiran data yang

sederhana.

Kebaikan bentuk soal jawaban singkat

a) Menyusun bentuk soal relatif mudah.

b) Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara

menebak.

c) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan

tepat.

d) Hasil penilaiannya cukup objektif.

Kelemahan bentuk soal jawaban singkat

a) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yangh lebih

tinggi.

b) Memerluka waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun

tidak selama bentuk uraian.

c) Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa

membingungkan pemeriksa.

Kaidah dan contoh penulisan soal

a) Jangan mengambil atau menggunakan pernyataan yang

langsung diambil dari buku.

b) Pertanyaan hendaknya mengandung hanya satu kemungkinan

jawaban yang dapat diterima. Contoh:

Kurang baik : Abraham Lincoln dilahirkan pada...

Baik : Abraham Lincoln dilahirkan pada tahun...

b. Bentuk soal benar-salah

Bentuk soal benar-salah dalah bentuk tes yang soal-

soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu

nmerupakan peryataan yang benar dan sebagian lagi merupakan

pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-sala

dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta,

definisi, dan prinsip. Contoh:

(B)- S 1. Danau Toba di Sumatera Utara dari segi

pembentukannya dari tektonik.

(B)- S 2. Nitrogen membantu pembakaran.

(B)- S 3. Berat satu liter air adalah 100 gram.

Kebaikan bentuk soal benar-salah

a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif

b) Soal dapat disusun dengan mudah

Kelemahan bentuk soal benar-salah

a) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal

adalah 50%.

b) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi

karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali.

c) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan

dua kemungkinan (benar dan salah).

Kaidah penulisan soal benar salah

a) Hindarkan pernyataan yang mengandung kata kadang-kadang,

selalu, umumnya, seringkali, tidak ada, tidak pernah, dan

sejenisnya.

b) Hindarkan pengambilan kalimat langsung dari buku

pelajaran.

c) Hindarkan pernyataan yang merupakan suatu pendapat yang

masih bisa diperdebatkan kebenarannya.

d) Hindarkan penggunaan pernyataan negatif ganda. Contoh;

padi tidak tumbuh di tempat yang tidak beriklim panas.

e) Usahakan agar kalimat untuk setiap soal tidak terlalu

panjang.

f) Susunlah pernyataan-pernyataan benar-salah secara acak.

BAB V

NONTES SEBAGAI ALAT PENILAIAN

HASLI DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Penggunaan hasil nontes untuk menilai hasil dan proses

belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan

penggunaan tes dalam menilai hasil dan proses belajar. Para

guru di sekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan tes

daripada bukan tes mengingat alatnya mudah dibuat,

penggunaannya hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah

menyelesaikan pengalaman belajarnya.

Berikut ini dijelaskan secara umum alat penilaian bukan

tes yang telah dijelaskan di atas.

1. Wawancara dan Kuesioner

Wawancara dan kuesioner sebagai alat yang digunakan untuk

mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan,

keyakinan, danlain-lain sebagai hasil belajar siswa. Cfara

yang dilakukan ialah dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa

de3ngan berapa cara. Apabila pertanyaan yang diajukan dijawab

oleh siswa secara lisan, maka cara ini disebut wawancara. Bila

pertanyaan yang diajukan dijawab oleh siswa secara tertulis,

disebut kuesioner. Bentuk pertanyaannya bisa objektif bisa

pula esai.

a. Wawancara

Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk

menilai hasil dan proses belajar. Kelebihan wawancara ialah

bisa langsung kontak dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan

jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Lebih dari itu,

hubungan dapat dibina lebih baik sehingga siswa bisa dicatat

secara lengkap. Wawancara bisa direkam sehingga jawaban siswa

dapat dicatat secara lengkap. Melalui wawancara, data bisa

diperoleh dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif.

Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan

wawancara bebas (tak berstruktur). Dalam wawancara berstruktur

kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal

mengategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat.

Keuntungannya dapat mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat

kesimpulan. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak

perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.

Keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap

sekalipun kita harus bekerja keras dalam menganalisa sebab

jawabannya bisa beraneka ragam.

Ada tiga aspek yang harus diperhatikanj dalam

melaksanakan wawancara, yakni (a) tahap awal pelaksanaan

wawancara (b) penggunaan pertanyaan, dan (c) pencatatan hasil

wawancara.

Tahap awal wawancara bertujuan untuk mengondisikan

situasi wawancara. Buatlah situasi yang mengungkapkan suasana

keakraban sehingga siswa tidak dapat merasa takut, dan ia

terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan

benar atau jujur.

Setelah kondisi awal cuckup baik, barulah diajukan

pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tujuan wawancara.

Pertanyaan diajukian secara bertahap dan sistematis

berdasarkan rambu-rambu atau kisi-kisi nyang telah dibuatnya.

Apabila pertanyaan dibuat secara berstruktur, pewawancara

membacakan pertanyaan dan kalau perlu alternatif jawabannya.

Siswa diminta mengemukakan pendapatnya, lalu pendapat siswa

diklasifikasikan ke dalam alternatif jawaban yang telah ada.

Bila wawancara tak berstruktur, baca atau ajukan pertanyaan,

lalu siswa duminta menjawabnya secara bebas.

Tahap terakhir adalah mencatat hasil wawancara. Hasil

wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.

Mencatat hasil wawancara berstruktur cukup mudah sebab tinggal

memberikan tanda pada alternatif jawaban, misalnya melingkari

salah satu jawaban yang ada.

Mempersiapkan wawancara

Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman

wawancara. Pedoman ini disusun dengan menempuh langkah-langkah

sebagai berikut.

a) Tentukan tujuan yang ingin dicapai wawancara. Misalnya

untuk mengetahui pemahaman bahan pengajaran (hasil ajar)

atau mengetahui pendapat siswa mengenai kemampuan

mengajar yang dilakukan guru (proses belajar mengajar).

b) Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan

diungkap wawancara tersebut. Aspek-aspek tersebut

dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan

wawancara. Aspek yang diungkap diurutkan secara

sistematis mualiu dari yang sederhana menuju yang

kompleks dari yang khusus menuju yang umum, atau dari

yang mudah menuju yang sulit.

c) Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni

bentuk berstruktur ataukan bentuk terbuka. Bisa saja

kombinasi dari kedua bentuk tersebut.

d) Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis butir

(c) di atas, yakni membuat pertanyaan yang berstruktur

dan atau yang bebas. Pertanyaan jangan terlalu banyak,

cukup yang pokok-pokok saja.

e) Ada baiknya apabila dibuat pula p[edoman mengolah dan

menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman untuk wawancara

berstruktut maupun untuk wawancara bebas.

b. Kuesioner

kelebihan kuesioner ialah sifatnya yang praktis, hemat

waktu, tenaga dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban yang

sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang

tajam yang memungkinkan siswa berpura-pura. Seperti halnya

wawancara, kuesioner pun ada dua macam, yakni kuesioner

berstruktur dan terbuka. Kelebihan masing-masing kuesioner

tersebut hampir sama dengan wawancara.

Cara penyampaian kuesioner ada yang langsung dibagikan

kepada siswa, yang setelah diisi lalu dikumpulkan lagi. Ada

juga yang dikirim melalui pos. Cara kedua belum menjamin

terkumpulnya kembali sesuai dengan jumlah yang dibagikan. Oleh

karena itu, sebaiknya pengiriman kuesioner dibuat lebih dari

yang diperlukan.

Cara menyusun kuesioner seperti pada tes prestasi

belajar, sehinga berlaku langkah-langkah yang telah dijelaskan

di muka, yakni dimulai dengan analisis variabel, membuat kisi-

kisi, dan menyusun pertanyaan. Petunjuk yang lebih teknis

dalam membuat kuesioner adalah sebagai berikut:

a) Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan mengisi

kuesioner sambil dijelaskna maksud dan tujuannya.

b) Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya supaya tidak

salah. Kalau perlu, berikan contohnya.

c) Mul;ai dengan pertanyaan untuk mengungkapkan identitas

responden, dalam identitas ini sebaiknya tidak mengisi

lama. Identitas cukup mengungkapkan hal yang penting saja

yang berkaitan dengan tujuan kuesioner.

d) Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa ketegori atau

bagian sesuai dengan variabel yang diungkapkan sehingga

mudah mengolahnya.

e) Pumusan pertanyaan dibuat singkat, tetapi jelas sehingga

tidak membingungkan dan smengakibatkan salah penafsiran.

f) Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertnyaan

yang lainnya harus dijaga sehingga tampak logikanya dalam

satu rangkaian yang sistematis.

g) Usahakan kemungkinan agar jawaban, kalimat, atau

rumusannya tidak lebih panjang dari pertanyaannya.

h) Kuesioner yang terlalu banyak atau terlalu panjang akan

melelahkan dan membosankan responden sehingga tidak

objektif lagi.

i) Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda tangan is

pengisi untuk menjamin keabsahan jawaban.

Tujuan penggunaan kuesioner dalam kegiatan pengajaran

adalah (a) untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa

sebagai bahan dalam menganalisis tingkah laku hasil dan

p[roses belajarnya, (b) umtuk meperoleh data mengenai hasil

belajar yang dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya,

(c) untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyususn

kurikulum dan program belajar mengajar.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak

digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses

terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam

situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan

kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan

preoses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu

belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan

diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan

penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Malalui pengamatan

dapat diketahui bagaimana sikap perilaku siswa, kegiatan yang

dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses

kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang

diperoleh dari kegiatannya. Observasi harus dilakukan pada

saat proeses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih

dahulu harus menetapkan aspek-aspek tingkah laku apa yang

diobservasinya. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang

dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian

mengenai gejala yang tampak dari perilaku yang diobservasi,

bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (v) ceklis pada kolom

jawaban hasil observasi jika pedoman observasi yang dibuat

telah disediakan jawabannya (berstruktur).

Ada tiga jenis observasi yakni observasi langsung,

observasi dengan alat (tidak langsung), dan observasi

partisipasi. Observasi langsung adalah pengamatan yang

dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam

siyuasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.

Sedangkan observasi tidak langsung dilaksanakan dengan

menggunakan alat seperti mikroskop untuk mkengamati bakteri,

suryakanta untuk melihat pori-pori kulit. Observasi

partisipasi berarti bahwa pengamat harus melibatkan diri atau

ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu yang

sedang diamati. Dengan demikian hasil pengamatan akan lebih

menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti individu

yang diamatinya. Kelemahan yang sering terjadi di dalam

observasi ada pada pengamat itu sendiri. Misalnya kurang

cermat, kurang konsentrasi, lekas bosan sehingga hasil

pengamatannya lebih banyak dipengaruhi pendapatnya, buka oleh

perilaku yang ditunjukkan oleh objek yang diamatinya. Cara

mengatasinya ialah dengan melekukan observasi oleh dua orang

atau lebih secara terpisah terhadap satu individu yang

diamati. Hasilnya dibandingkan dan dicocokkan untuk menentukan

hasil akhir pengamatan dari semua pengamat.

Langkah yang ditempuh dalam membuat pedoman observasi

langsung adalah:

a) Lakukan terlebih dahulu observasi langsung terhadap suatu

proses tingkah laku, misalnya penampilan guru di kelas.

Lalu catat kagiatan yang dilakukannya dari awal sampai

akhir pelajaran. Hal ini dilakukan agar menentukan jenis

perilaku pada saat mengajar sebagai sefi-segi yang akan

diamati.

b) Berdasarkan gambaran dari langkah (a) di atas, penilaian

menentukkan segi-segi mana yang perlu guru tersebut yang

akan diamati sehubungan dengan keperluannya. Urutkan

segi-segi tersebut dengan apa yang seharusnya berdasarkan

khazanah pengetahuan ilmiah, misalnya berdasarkan teori

mengajar. Rumusan tingkah laku tersebut harus jelas dan

spesifik sehingga dapat diamati oleh pengamatnya.

c) Tentukan bendtuk pedoman observasi tersebut, apakan

bentuk bebas (tak perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa

yang tampak) atau memakai bentuk yang berstruktur

( memakai kemungkinan jawaban). Bila dipakai bentuk

berstruktur, tetapkan pilihan jawaban serta indikator dan

setiap jawaban yang disediakan sebagai pegangang bagi

pengamat pada saat melaksanakan observasi nanti.

d) Sebelum observasi dilaksanakan, diskusikan dahulu pedoman

observasi yang telah dibuat dengan calon opbservan agar

setiap segi yang diamati dapat dipahami maknanya dan

bagaimana cara mengisinya.

e) Bila ada hal khusus yang menarik, tetapi tidak ada dalam

pedoman observasi, sebaiknya sediakan catatan khusus atau

komentar pengamat di bagian akhir pedoman observasi.

Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian bergantung

pada pengamat, bukan pada pedoman observasi. Oleh sebab itu,

memilih pengamat yang cakap, mampu, dan menguasai segi-segi

yang diamati sangat diperlukan.