Upload
uinjkt
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
TES SEBAGAI ALAT HASIL PENILAIAN HASIL BELAJAR
Ada dua jenis tes yang akan dibahas dalam bab ini, yakni
uraian tes atau esai dan tes objektif. Tes ueraian terdiri
dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur.
Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni
bentuk pilihan benar dan salah, pilihan berganda dengan
berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek tentang
melengkapi. Setiap jenis tes dijelaskan konsep-konsepnya,
jenis atau bentuk dan cara penyusunannya, kelebihan dan
kekurangannya, pemeriksaan dan cara skoringnya, termasuk
contoh-contohnya.
1. Tes uraian
Tes uraian, yang dalam literatur disebut juga essay
examination, merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling
tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang
menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan,
dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengfan tuntuta
pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan nsiswa dalam
hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Dalam
hal inilah kekuatan atau kelebihan tes esai dari alat
penilaian lainnya. Sungguh pun demikian, sejak tahun 1960-an
bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya
bentuk objektif. Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat
populer dan digunakan oleh hampir semua guru mulai di tingkat
SD sampai perguruan tinggi. Ada semacam kecenderungan dio
kalangan pasa pendidik dan guru untuk kembali menggunakan tes
uraian sebagai alat penilaian hasil belajar, terutama di
perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
ialah (a) adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas
pebdidikan di perguruan tinggi yang salah satu diantaranya
berkenaan dengan pengunaan tes objektif, (b) lemahnya para
mahasiswa dalam bahasa tulisan sebagai akibat penggunakan tes
objektif yang berlebihan, (c) kurangnya daya analisis para
mahasiswa kafrena telah terbiasa dengan tes objektif yang
memungkinkan mereka main tebalk jawaban manakala menghadapai
kesulitan dalam menjawabnya. Kondisi seperti ini sangat
menunjang penggunaan tes uraian di perguruan tinggi akhir-
akhir ini dengan harapan dapat meningkatkan kembali kualitas
pendidikan di perguruan tinggi. Harus diakui bahwa tes uraian
dlam hal meningkartkan kemampuan menalar di kalangan mahasiswa
dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti
analisis-sintesis-evaluasi, baik secara lisan maupun tulisan.
Siswa juga dibiasakan dengan nkemampuan memecahkan masalah
(probl;em solving), mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan
mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari
pemecahan masalah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebuihan
maupun keunggulan tes uraian ini adalah:
a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek
kognitif tingkat tinggi.
b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupu
tulisan dengan baik dan benarsesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa.
c) Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran,
yakni berpikir logis, analitis dan sistematis.
d) Mengembangkan keterampilan pemecvahan masalah (problem
solving).
e) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya
sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara
langsung melihat proses berpikir siswa.
Di lain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat
dalam tes ini antara lain adalah:
a) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak
mungkin dapat mengujisemua bahan yang telah diberikan,
tidak seperti pada tes objektif yang dapat mmenanyakan
banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.
b) Sifatnya sangat subjektif, baik menanyakan, dalam
membuiat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru
bisa saja bertanya hal-hal yang menarik baguinya, dan
jawabannya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya.
c) Tes i ni biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang
terbatas, pemeriksaanya memerlukan waktu lamasehingga
tidak praktis bagi jelas yang jumlah siswanya relatif
besar.
a. Jenis-jenis tes uraian
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi (a) uraian bebas
(free essay) (b) uraian tes terbatas dan uraian berstruktur.
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung
pada pandangan siswa itu tersendiri. Hal ini disebabkan oleh
isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Comtoh pertanayaan
bentuk nuraian bebas adalah sebagai berikut:
Coba saudara jelaskan sebab terjadinya pertumbuhan
penduduk yang cepat?
Apa yang saudara ketahui tentang NNKBS?
Mengapa pertumbuhan penduduknberpengaruh terhadap
kualitas hidup manusia?
apabila kita kaji pertanyaan di atas, tampak bahwa dalam
ketiga contoh [ertanyaan tersebut tidak ada satu pun rambu
jawaban yang diberikan sehimgga siswa bebas mengungkapkan
pendapatnya. Dalam contoh pertanyaan pertama siswa bebas
mengemukakan sebab-sebab perumbuhan penduduk menurut
pandangan dan pengetahuan yang dimilikinya. Demikian juga
dalam pertanyaan nomor berikutnya, siswa bebas mengemukakan
pendapatnya mengenai NKKBS dan bebas melihat faktor-faktor
dan atau hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan kulaitas
hidup manusia. Di lain pihak guru pun bebas menilai jawaban
siswa, mana jawaban yang dianggapnya benar, yang kurang benar
atau kurang lengkap, dan yang salah sama sekali.
Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas
ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
1. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu
masalah hingga dapat diketahui luas dan
intensitasnya.
2. Mengupas suatu persoalan yang memungkinkan
jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada satu
pun jwawaban yang pasti.
3. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat
persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban
siswa bisa bervariasi, sulit mementukan kriteria, penilaian,
sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai
dimensinya.
Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas.
Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal
tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari
segi: (a) ruang lingkupnya, (b) sudut pandang menjawabnya,
(c) indikator-indikatornya.
Perhatikan contoh pertanyaan uraian terbatas berikut ini.
Coba saudara jelaskan tiga faktor penyebab pertumbuhan
penduduk!
Apa makna NKKBS ditinjau dari aspek jumlah anak dalam suatu
keluarga?
Bagaimana hubungan perrumbuhan npenduduk dengan kualitas
manusia dalam hal ekonomi, pendidikan, dan kesehatan?
Dalam pertanyaan di atas, jawaban seolah-olah diarahkan
kepada aspek tertentu. Misalnya contoh pertanyaan pertama,
kepada siswa hanya diminta tiga faktpor pEnYEbab, jadi ada
batasan ruang blingkupnya, jawaban pertanyaan berikutnya
dibatasi pada aspke jumlah anak, jadi ada batasan sudut
pandang dalam memberikan jawabannya. Sedangkan dalam
pertanyaan terakhir, jawaban dibatasi pada aspek ekonomi,
pendidikan, dan kesehatan, jadi ada pembatasan indikator
jawaban. Dengan adanya pembatasan tersebut jawavban siswa
akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara
memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. Kriteria
kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan. Oleh sebab
itu, bentuk soal uraian terbatas lebih terarah dan lebih
tepat digunakan daripada bentuk uraian bebas.
Di samping kedua bentuk uraian di atas ada pula bentuk
tes uraian yang disebut soal-soal berstruktur. Soal
berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-sola
objektif dan soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan
serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat
terbuakdan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi
unsur-unsur (a) pengantar soal (b) seperangkat data (c)
serangkaian subsoal. Perhatikan contoh di bawah ini.
Di bawah ini tercantum daftar nilai hasil ujian
matematika siswa ke las dua SMA. Nilai tersebut telah
diurutkan dari skor tertinggi sampai terendah disertai
keterangan beraopa jumlah siswa yang mencapainya, baik untuk
setiap niali maupun secara kumulatif.
Nilai Jumlah siswa Kumulatif
32 1 1
31 2 3
30 2 5
29 2 7
28 1 8
27 2 10
Dari data di atas:
a) Hitunglah berapa rata-ratanya dan berapa median.
b) Hitunglah berapa orang siswa yang menilainya
termasuk ke dalam kelompok 28-31, 30-32.
c) Hitunglah pula beraqpa simpangan bakunya.
Keuntungan soal bentuk berstruktur antara lain (a) satu soal
bisa terdiri atas beberapa subsoal atau pertanyaan, (b) setiap
pertanyaan diajukan mengacu kepada suatu data tertentu
sehingga lebih jelas dan terarah, (c) soal-soal berkaiatan
satun sama lain dan bisa diurutkan berdasarkan tingkat
kesulitannya.
Data yang diajukan dalam soal berstruktur bisa berupa
angka, tabel, grafik, gambar, bagan, kaskus, bacaan tertentu,
diagram, model, dll.
Bentuk soal berstruktur dapat digunakan untuk mengukur
semua aspek kognitif seperti ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Dengan demikian bantuk ini
dpat mengungkapkan banyak aspek yang diinginkan. Tingkat
kesulitan soal dapat dibuat sedemikian rupa sehingga berurutan
dari soal yang mudah menuju soal yang sukar. Satu permasalahan
yang akan diungkapkan dapat dikaji dari banyak aspek melalui
subsoal-subsoal atau pertanyaan yang diacukan kepada tema
permadalahan.
Kelemahan yang mungkin terjadi berkisar p[ada (a) bidang
diujikan menjadi terbatas dan (b) kurang praktis sebab satu
permasalahan harus dirumuskan dalam pemaparan yang lengkap
disertai data yang memadai.
b. Menyusun soal bentuk uraian
agar dip[eroleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan
memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya
diperhatikan hal-hal berikut:
1) Dari segi yang diukur
Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas
abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu
konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif
lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka
soal atau pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan
kemampuan siswa dalam abilitis tersebut.
Setelah abilitis yang hendak diukur cukup jelas,
tetapkan materi yang ditanyakan. Dalam memilih materi
sesuai dengan kurikulummnya atau silabusnya, pilihlah
materi yang esensial sehingga tidak semua materi perlu
ditanyakan. Materi esensial adalah materi yang menjadi
inti persoalan dan menjadi dasar penguasaan materi
lainnya. Dengan perkataan lain, bila konsep esensial
dikuasai, maka secara keseluruhan siswa akan mengetahui
aspek-aspek yang berkenaan dengan konsep tersebut.
Aturlah penyajian pertanyaan secara berurutan mulai dari
yang mudah menuju kepada yang sulit, atau dari yang
sederhana menuju kepada yang lebih kompleks. Gunakan
bentuk uraian terbatas atau berstruktur.
2) Dari segi bahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah
diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan.
Gahasanya sederhana, singkat, tatapi jelas apa yang
ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit,
membingungkan, atau mengecoh siswa.
3) Dari segi teknis penyajian
Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap
materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda
sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih
komperhensif daripada segi lingkup materinya. Perhatikan
waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut
sehungga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan
menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong
sulit diberi bobot yang besar. Tingkat kesulitan soal
dilihat dari sifat materinya dan abilitas yang diukurnya.
Abilitas analisis lebih sulit daripada aplikasi dan
pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit daripada
analisis. Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit
daripada fakta.
4) Dari segi jawaban
Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah
ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-
pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk
setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila
jawaban dianggap salah kurang memadai. Jangan sekali-kali
mengajukan pertanyaan yang jawabannya belum pasti atau
guru sendiri tidak tahu jawabannya, atau mengharapkan
kebenaran jawaban tersebut diperoleh dari siswa.
2. Tes Objektif
Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai
hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya
bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya
menilai jawaban yang diberikan.
Soal-soal bentuk objektif ini dikenal ada beberapa
bentuk, yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan
pikiran nganda. Kecuali bentuk jawaban singkat, dalam soal-
soal bentuk objektif telah tersedia kemungkinan-kemungkinan
jawaban (options) yang dapat dipilih.
a. Bentuk soal jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang
mengkehendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat,
atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau
salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk
pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap.
Contoh:
Berapa luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8
cm dan tingginnya 6 cm?
Luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan
tingginya 6 cm adalah...
Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur
pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi,
fakta, prinsip, metode, prosedur, dan penafsiran data yang
sederhana.
Kebaikan bentuk soal jawaban singkat
a) Menyusun bentuk soal relatif mudah.
b) Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara
menebak.
c) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan
tepat.
d) Hasil penilaiannya cukup objektif.
Kelemahan bentuk soal jawaban singkat
a) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yangh lebih
tinggi.
b) Memerluka waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun
tidak selama bentuk uraian.
c) Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa
membingungkan pemeriksa.
Kaidah dan contoh penulisan soal
a) Jangan mengambil atau menggunakan pernyataan yang
langsung diambil dari buku.
b) Pertanyaan hendaknya mengandung hanya satu kemungkinan
jawaban yang dapat diterima. Contoh:
Kurang baik : Abraham Lincoln dilahirkan pada...
Baik : Abraham Lincoln dilahirkan pada tahun...
b. Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah dalah bentuk tes yang soal-
soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu
nmerupakan peryataan yang benar dan sebagian lagi merupakan
pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-sala
dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta,
definisi, dan prinsip. Contoh:
(B)- S 1. Danau Toba di Sumatera Utara dari segi
pembentukannya dari tektonik.
(B)- S 2. Nitrogen membantu pembakaran.
(B)- S 3. Berat satu liter air adalah 100 gram.
Kebaikan bentuk soal benar-salah
a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif
b) Soal dapat disusun dengan mudah
Kelemahan bentuk soal benar-salah
a) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal
adalah 50%.
b) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali.
c) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan
dua kemungkinan (benar dan salah).
Kaidah penulisan soal benar salah
a) Hindarkan pernyataan yang mengandung kata kadang-kadang,
selalu, umumnya, seringkali, tidak ada, tidak pernah, dan
sejenisnya.
b) Hindarkan pengambilan kalimat langsung dari buku
pelajaran.
c) Hindarkan pernyataan yang merupakan suatu pendapat yang
masih bisa diperdebatkan kebenarannya.
d) Hindarkan penggunaan pernyataan negatif ganda. Contoh;
padi tidak tumbuh di tempat yang tidak beriklim panas.
e) Usahakan agar kalimat untuk setiap soal tidak terlalu
panjang.
f) Susunlah pernyataan-pernyataan benar-salah secara acak.
BAB V
NONTES SEBAGAI ALAT PENILAIAN
HASLI DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
Penggunaan hasil nontes untuk menilai hasil dan proses
belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan
penggunaan tes dalam menilai hasil dan proses belajar. Para
guru di sekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan tes
daripada bukan tes mengingat alatnya mudah dibuat,
penggunaannya hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Berikut ini dijelaskan secara umum alat penilaian bukan
tes yang telah dijelaskan di atas.
1. Wawancara dan Kuesioner
Wawancara dan kuesioner sebagai alat yang digunakan untuk
mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan,
keyakinan, danlain-lain sebagai hasil belajar siswa. Cfara
yang dilakukan ialah dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa
de3ngan berapa cara. Apabila pertanyaan yang diajukan dijawab
oleh siswa secara lisan, maka cara ini disebut wawancara. Bila
pertanyaan yang diajukan dijawab oleh siswa secara tertulis,
disebut kuesioner. Bentuk pertanyaannya bisa objektif bisa
pula esai.
a. Wawancara
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk
menilai hasil dan proses belajar. Kelebihan wawancara ialah
bisa langsung kontak dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan
jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Lebih dari itu,
hubungan dapat dibina lebih baik sehingga siswa bisa dicatat
secara lengkap. Wawancara bisa direkam sehingga jawaban siswa
dapat dicatat secara lengkap. Melalui wawancara, data bisa
diperoleh dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif.
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan
wawancara bebas (tak berstruktur). Dalam wawancara berstruktur
kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal
mengategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat.
Keuntungannya dapat mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat
kesimpulan. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak
perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.
Keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap
sekalipun kita harus bekerja keras dalam menganalisa sebab
jawabannya bisa beraneka ragam.
Ada tiga aspek yang harus diperhatikanj dalam
melaksanakan wawancara, yakni (a) tahap awal pelaksanaan
wawancara (b) penggunaan pertanyaan, dan (c) pencatatan hasil
wawancara.
Tahap awal wawancara bertujuan untuk mengondisikan
situasi wawancara. Buatlah situasi yang mengungkapkan suasana
keakraban sehingga siswa tidak dapat merasa takut, dan ia
terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan
benar atau jujur.
Setelah kondisi awal cuckup baik, barulah diajukan
pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tujuan wawancara.
Pertanyaan diajukian secara bertahap dan sistematis
berdasarkan rambu-rambu atau kisi-kisi nyang telah dibuatnya.
Apabila pertanyaan dibuat secara berstruktur, pewawancara
membacakan pertanyaan dan kalau perlu alternatif jawabannya.
Siswa diminta mengemukakan pendapatnya, lalu pendapat siswa
diklasifikasikan ke dalam alternatif jawaban yang telah ada.
Bila wawancara tak berstruktur, baca atau ajukan pertanyaan,
lalu siswa duminta menjawabnya secara bebas.
Tahap terakhir adalah mencatat hasil wawancara. Hasil
wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.
Mencatat hasil wawancara berstruktur cukup mudah sebab tinggal
memberikan tanda pada alternatif jawaban, misalnya melingkari
salah satu jawaban yang ada.
Mempersiapkan wawancara
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman
wawancara. Pedoman ini disusun dengan menempuh langkah-langkah
sebagai berikut.
a) Tentukan tujuan yang ingin dicapai wawancara. Misalnya
untuk mengetahui pemahaman bahan pengajaran (hasil ajar)
atau mengetahui pendapat siswa mengenai kemampuan
mengajar yang dilakukan guru (proses belajar mengajar).
b) Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan
diungkap wawancara tersebut. Aspek-aspek tersebut
dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan
wawancara. Aspek yang diungkap diurutkan secara
sistematis mualiu dari yang sederhana menuju yang
kompleks dari yang khusus menuju yang umum, atau dari
yang mudah menuju yang sulit.
c) Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni
bentuk berstruktur ataukan bentuk terbuka. Bisa saja
kombinasi dari kedua bentuk tersebut.
d) Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis butir
(c) di atas, yakni membuat pertanyaan yang berstruktur
dan atau yang bebas. Pertanyaan jangan terlalu banyak,
cukup yang pokok-pokok saja.
e) Ada baiknya apabila dibuat pula p[edoman mengolah dan
menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman untuk wawancara
berstruktut maupun untuk wawancara bebas.
b. Kuesioner
kelebihan kuesioner ialah sifatnya yang praktis, hemat
waktu, tenaga dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban yang
sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang
tajam yang memungkinkan siswa berpura-pura. Seperti halnya
wawancara, kuesioner pun ada dua macam, yakni kuesioner
berstruktur dan terbuka. Kelebihan masing-masing kuesioner
tersebut hampir sama dengan wawancara.
Cara penyampaian kuesioner ada yang langsung dibagikan
kepada siswa, yang setelah diisi lalu dikumpulkan lagi. Ada
juga yang dikirim melalui pos. Cara kedua belum menjamin
terkumpulnya kembali sesuai dengan jumlah yang dibagikan. Oleh
karena itu, sebaiknya pengiriman kuesioner dibuat lebih dari
yang diperlukan.
Cara menyusun kuesioner seperti pada tes prestasi
belajar, sehinga berlaku langkah-langkah yang telah dijelaskan
di muka, yakni dimulai dengan analisis variabel, membuat kisi-
kisi, dan menyusun pertanyaan. Petunjuk yang lebih teknis
dalam membuat kuesioner adalah sebagai berikut:
a) Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan mengisi
kuesioner sambil dijelaskna maksud dan tujuannya.
b) Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya supaya tidak
salah. Kalau perlu, berikan contohnya.
c) Mul;ai dengan pertanyaan untuk mengungkapkan identitas
responden, dalam identitas ini sebaiknya tidak mengisi
lama. Identitas cukup mengungkapkan hal yang penting saja
yang berkaitan dengan tujuan kuesioner.
d) Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa ketegori atau
bagian sesuai dengan variabel yang diungkapkan sehingga
mudah mengolahnya.
e) Pumusan pertanyaan dibuat singkat, tetapi jelas sehingga
tidak membingungkan dan smengakibatkan salah penafsiran.
f) Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertnyaan
yang lainnya harus dijaga sehingga tampak logikanya dalam
satu rangkaian yang sistematis.
g) Usahakan kemungkinan agar jawaban, kalimat, atau
rumusannya tidak lebih panjang dari pertanyaannya.
h) Kuesioner yang terlalu banyak atau terlalu panjang akan
melelahkan dan membosankan responden sehingga tidak
objektif lagi.
i) Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda tangan is
pengisi untuk menjamin keabsahan jawaban.
Tujuan penggunaan kuesioner dalam kegiatan pengajaran
adalah (a) untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa
sebagai bahan dalam menganalisis tingkah laku hasil dan
p[roses belajarnya, (b) umtuk meperoleh data mengenai hasil
belajar yang dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya,
(c) untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyususn
kurikulum dan program belajar mengajar.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan
kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan
preoses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu
belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan
diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan
penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Malalui pengamatan
dapat diketahui bagaimana sikap perilaku siswa, kegiatan yang
dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses
kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang
diperoleh dari kegiatannya. Observasi harus dilakukan pada
saat proeses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih
dahulu harus menetapkan aspek-aspek tingkah laku apa yang
diobservasinya. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang
dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian
mengenai gejala yang tampak dari perilaku yang diobservasi,
bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (v) ceklis pada kolom
jawaban hasil observasi jika pedoman observasi yang dibuat
telah disediakan jawabannya (berstruktur).
Ada tiga jenis observasi yakni observasi langsung,
observasi dengan alat (tidak langsung), dan observasi
partisipasi. Observasi langsung adalah pengamatan yang
dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam
siyuasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
Sedangkan observasi tidak langsung dilaksanakan dengan
menggunakan alat seperti mikroskop untuk mkengamati bakteri,
suryakanta untuk melihat pori-pori kulit. Observasi
partisipasi berarti bahwa pengamat harus melibatkan diri atau
ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu yang
sedang diamati. Dengan demikian hasil pengamatan akan lebih
menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti individu
yang diamatinya. Kelemahan yang sering terjadi di dalam
observasi ada pada pengamat itu sendiri. Misalnya kurang
cermat, kurang konsentrasi, lekas bosan sehingga hasil
pengamatannya lebih banyak dipengaruhi pendapatnya, buka oleh
perilaku yang ditunjukkan oleh objek yang diamatinya. Cara
mengatasinya ialah dengan melekukan observasi oleh dua orang
atau lebih secara terpisah terhadap satu individu yang
diamati. Hasilnya dibandingkan dan dicocokkan untuk menentukan
hasil akhir pengamatan dari semua pengamat.
Langkah yang ditempuh dalam membuat pedoman observasi
langsung adalah:
a) Lakukan terlebih dahulu observasi langsung terhadap suatu
proses tingkah laku, misalnya penampilan guru di kelas.
Lalu catat kagiatan yang dilakukannya dari awal sampai
akhir pelajaran. Hal ini dilakukan agar menentukan jenis
perilaku pada saat mengajar sebagai sefi-segi yang akan
diamati.
b) Berdasarkan gambaran dari langkah (a) di atas, penilaian
menentukkan segi-segi mana yang perlu guru tersebut yang
akan diamati sehubungan dengan keperluannya. Urutkan
segi-segi tersebut dengan apa yang seharusnya berdasarkan
khazanah pengetahuan ilmiah, misalnya berdasarkan teori
mengajar. Rumusan tingkah laku tersebut harus jelas dan
spesifik sehingga dapat diamati oleh pengamatnya.
c) Tentukan bendtuk pedoman observasi tersebut, apakan
bentuk bebas (tak perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa
yang tampak) atau memakai bentuk yang berstruktur
( memakai kemungkinan jawaban). Bila dipakai bentuk
berstruktur, tetapkan pilihan jawaban serta indikator dan
setiap jawaban yang disediakan sebagai pegangang bagi
pengamat pada saat melaksanakan observasi nanti.
d) Sebelum observasi dilaksanakan, diskusikan dahulu pedoman
observasi yang telah dibuat dengan calon opbservan agar
setiap segi yang diamati dapat dipahami maknanya dan
bagaimana cara mengisinya.
e) Bila ada hal khusus yang menarik, tetapi tidak ada dalam
pedoman observasi, sebaiknya sediakan catatan khusus atau
komentar pengamat di bagian akhir pedoman observasi.
Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian bergantung
pada pengamat, bukan pada pedoman observasi. Oleh sebab itu,
memilih pengamat yang cakap, mampu, dan menguasai segi-segi
yang diamati sangat diperlukan.