Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGGUNAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PEDAGANG USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BMT AL-FATH
IKMI CABANG PONDOK AREN Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Wahyu Firdaus NIM: 11150530000070
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1441 H
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini
telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan
hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan karya
orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Oktober 2019
Wahyu Firdaus
v
ABSTRAK
Wahyu Firdaus
Analisis Penggunaan Pembiayaan Murabahah Pada
Pedagang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren
Pembiayaan Murabahah yang diberikan oleh BMT Al-
Fath IKMI Cabang Pondok Aren kepada pedagang Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dunia usaha maupun kebutuhan
hidupnya. Sehingga banyak dari pedagang Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) tertarik dengan pembiayaan
murabahah yang di tawarkan oleh BMT Al-Fath IKMI Cabang
Pondok Aren.
Berdasarkan paparan di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana proses
pembiayaan murabahah pada pedagang UMKM BMT Al-Fath
IKMI Cabang Pondok Aren ? Bagaimana penggunaan
pembiayaan murabahah pada pedagang UMKM BMT Al-Fath
IKMI Cabang Pondok Aren ?
Konsep teori yang di gunakan pada penelitian ini yaitu
mengacu pada konsep teori Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin,
dikatakan bahwa tujuan pemberian pembiayaan meliputi lima
tahap, yaitu : meningkatkan ekonomi umat, menyediakan dana
usaha, meningkatkan produktivitas, membuka lapangan kerja,
dan distribusi pendapatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
data diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber.
Penelitian ini dilalui dengan proses observasi, mengumpulkan
data yang akurat berdasarkan fakta narasumber, kemudian
dokumentasi untuk melengkapi dan memberikan informasi
dalam proses penelitian.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pedagang
UMKM BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren
menggunakan pembiayaan murabahah untuk Keperluan modal
usaha, peningkatan produktivitas : menambah varian produk,
menambah asset usaha, menambah luas wilayah
usaha,penambahan kondisi bangunan dan pendistribusian
pendapatan seperti penggunaan uang pendapatan digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari dan juga dapat digunakan untuk
pembeliaan lahan atau tanah.
Kata kunci: Murabahah, UMKM, BMT.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa
dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :
“Analisis Penggunaan Pembiayaan Murabahah Pada Pedagang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) BMT Al-Fath IKMI
Cabang Pondok Aren”. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang
membawa manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak
mengalami hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan dari
berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih setulus-
tulusnya kepada :
1. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Drs. Sugiharto, MA, selaku Ketua Jurusan
Manajemen Dakwah dan Bapak Amirudin, M.Si, selaku
Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, dan Ibu Drs.
Jundah Sulaiman, MA. selaku dosen Pembimbing
Akademik.
3. Bapak Drs. Study Rizal LK.,M.Ag selaku Dosen
Pembimbing yang dengan sabar membimbing dan
memberikan motivasi, arahan, saran serta masukkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga
vii
apa yang sudah beliau ajarkan mendapat balasan kebaikan
dari Allah SWT.
4. Kedua orang tua saya, ayahanda Nahrawi dan Ibunda
Rukiyah yang selalu memberikan doa, semangat,
motivasi, kasih sayang bahkan materi yang tak ternilai
harganya kepada penulis selama menempuh pendidikan
sampai perguruan tinggi.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, dan Perpustakaan Utama yang telah
membantu penulis dalam mencari data maupun referensi
yang diperlukan.
6. Manager BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren
Bapak dan seluruh staff Kantor yang memberikan
informasi dan ilmu untuk bahan penulisan skripsi ini.
7. Sahabat terdekat penulis, Putri Widiyanti, Burhanuddin
Hidayat, Muhammad Fauzan, Aini Nanda Sari yang
sangat pengertian dan selalu memberi semangat.
Terimakasih selalu ada disaat penulis dalam keadaan sulit.
8. Keluarga Manajemen Dakwah angkatan 2015 dan
khususnya Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan
Syariah terimaksih banyak atas doa, dukungan dan
motivasinya. Dari kalian penulis belajar banyak hal.
Terimakasih telah menjadi keluarga baru selama 4 tahun.
9. Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu per
satu, terimakasih atas segala dukungan dan doanya kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
Semoga semua bantuan, dukungan, doa dan bimbingan
yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan
kebaikan yang berlimpah dari Allah SWT. Aamiin.
Jakarta, 23 Oktober 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Batasan Masalah ............................................................... 6
C. Rumusan Masalah ............................................................. 6
D. Tujuan Penelitian .............................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................ 7
F. Kajian Terdahulu ............................................................... 8
G. Pendekatan Penelitian ....................................................... 9
1. Metode Penelitian........................................................ 9
2. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................... 10
3. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 10
H. Analisis Data ..................................................................... 13
I. Sistematika Penulisan ....................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................... 15
A. Teori Pembiayaan.............................................................. 15
B. Murabahah......................................................................... 18
1. Pengertian Murabahah ................................................ 18
2. Jenis Akad Murabahah ................................................ 20
x
3. Landasan Hukum ........................................................ 21
4. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah ................ 22
5. Penggunaan Akad Murabahah .................................... 25
6. Skema atau Teknik Pembiayaan Murabahah .............. 26
C. Konsep UMKM ................................................................. 29
1. Pengertian UMKM ...................................................... 29
2. Kriteria UMKM .......................................................... 33
3. Peranan UMKM .......................................................... 35
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ......... 37
A. Sejarah Berdiri BMT Al-Fath IKMI ................................. 37
B. Visi dan Misi ..................................................................... 39
C. Tujuan BMT ...................................................................... 40
D. Struktur Organisasi ........................................................... 40
E. Produk-produk BMT Al-Fath IKMI ................................. 42
1. Produk Pendanaan ....................................................... 42
2. Produk Penyaluran Dana ............................................. 45
3. Produk Baitul Maal ..................................................... 46
F. Penghargaan dan Keberhasilan yang telah dicapai oleh
BMT Al-Fath IKMI ......................................................... 48
BAB IV DATA DAN TEMUAN ................................................ 49
A. Pembiayaan Syariah untuk Usaha dan Mikro Kecil dan
Menengah (UMK) BMT Al-Fath IKMI ............................ 49
B. Dasar Penetapan Persyaratan Pengajuan Pembiayaan
Murabahah BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren .... 51
C. Syarat atau Mekanisme Proses Pengajuan Pembiayaan
Murabahah......................................................................... 51
xi
D. Klasifikasi Pedagang UMKM BMT Al-Fath IKMI
Cabang Pondok Aren ........................................................ 55
E. Data Jumlah Nasabah yang Melakukan Pembiayaan
Murabahah......................................................................... 56
F. Profil Pedagang UMKM BMT Al-Fath IKMI Cabang
Pondok Aren ..................................................................... 56
BAB V ANALISIS PENGGUNAAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH PADA PEDAGANG USAHA MIKRO
KECIL DAN MENENGAH BMT AL-FATH IKMI
CABANG PONDOK AREN ...................................................... 58
A. Proses atau Skema Pembiayaan Murabahah ..................... 58
B. Analisis Penggunaan Pembiayaan Murabahah ................. 59
BAB VI PENUTUP ..................................................................... 67
A. Kesimpulan ....................................................................... 67
B. Saran .................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 69
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria UMKM
Tabel 4.1 Ilustrasi Pembiayaan Murabahah
Tabel 4.2 Data Nasabah
Tabel 4.3 Profil Pedagang UMKM
Tabel 5.1 Teori Proses Pembiayaan Murabahah dan Temuan
Tabel 5.2 Teori Penggunaan Pembiayaan Murabahah dan
Temuan
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah
Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Murabahah
Gambar 4.1 Brosur Pembiayaan UMK BMT Al-Fath IKMI
Gambar 4.2 Surat Permohonan Pembiayaan BMT Al-Fath IKMI
Gambar 4.3 Alur Proses Pembiayaan BMT Al-Fath IKMI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan syariah dituangkan dalam suatu perjanjian atau
akad yang mempunyai peranan dalam pembiayaan yang menjadi
dasar dalam aktivitas pembiayaan tersebut. Akad Pembiayaan
syariah memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan
dan kepentingannya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa
bantuan dari orang lain.Salah satunya terdapat dalam pembiayaan
Murabahah yang merupakan jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam
Murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang di
beli dan menentukan keuntungan sebagai tambahannya.1
Pembiayaan Murabahah yaitu akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati
oleh penjual dan pembeli. Murabahah dapat dilakukan secara
tunai, bisa juga secara bayar tangguh atau bayar dengan angsuran.
Murabahah merupakan produk perbankan Islam dalam
pembiayaan pembelian barang local maupun Internasional.
Pembiayaan Murabahah mirip dengan kredit modal kerja dari
bank konvensional karena itu jangka waktu pembiayaan tidak
lebih dari satu tahun. Bank mendapatkan keuntungan dari harga
barang yang dinaikkan. Bank membiayai pembelian barang
1 Lukmanul Hakim & Amelia Anwar, Pembiayaan Murabahah Pada
Perbankan Syariah Dalam Perspektif Hukum Indonesia, Jurnal Ekonomi
Syariah dan Filantropi Islam, Vo.1 (2017) h.213-214
2
dengan membeli barang itu atas nama nasabahnya dan
menambahkan suatu mark up sebelum menjual barang itu kepada
nasabah atas dasar cost-plus profit.2 Pada akhir-akhir ini
pembiayaan murabahah sangatlah digeluti bagi para pelaku usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) guna pemenuhan kebutuhan
dalam dunia usahanya karena harga perolehan dan margin
keuntungan disepakati oleh kedua belah pihak.
UMKM atau usaha mikro, kecil dan menengah merupakan
usaha yang berdiri sendiri yang memiliki peran penting dalam
perekonomian di Indonesia. Ketika krisis moneter pada tahun
1998 usaha miko, kecil dan menengah yang mampu bertahan
dibandingkan perusahaan besar. Karena sumber dana atau modal
usaha berskala kecil tidak bergantung kepada modal pinjaman
dari luar dalam bentuk mata uang asing. Sehingga Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) dapat berdiri kokoh dan berperan
penting dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja.
Menurut Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan, pasca
krisis ekonomi tahun 1997-1998 jumlah UMKM tidak berkurang,
justru meningkat terus, bahkan mampu menyerap 85 juta hingga
107 juta tenaga kerja sampai tahun 2012. Pada tahun ini, jumlah
pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 unit. Dari jumlah
tersebut, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebanyak
56.534.592 unit atau 99.99%. sisanya, sekitar 0,01% atau 4.968
unit adalah usaha besar. Data tersebut membuktikan, UMKM
2 Andrian Sutedi, Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),
h. 95-96
3
merupakan pasar yang sangat potensial bagi industri jasa
keuangan, terutama bank untuk menyalurkan pembiayaan.
Karena sekitar 60-70% pelaku UMKM belum memiliki akses
pembiayaan perbankan.3
Meski UMKM mempunyai andil yang cukup besar dalam
pembangunan nasional, sektor ini selalu mendapat kendala dalam
pengembangannya. Permasalahan klasik dan mendasar yang
dihadapi UMKM, antara lain, permasalahan modal, bentuk badan
hukum yang umumnya non-formal, SDM, pengembangan produk
dan akses pemasaran.4 Tanpa suntikan modal maka kemungkinan
akan susah bagi UMKM untuk meningkatkan produktivitasnya.
Dalam hal ini peran lembaga keuangan seperti perbankan juga
sangat penting terkait dalam segala hal mengenai pendanaan
terutama dari sisi pemberian pinjaman.5
Namun menurut Muhammad (2009) pelaku UMKM pada
realitasnya masih kesulitan untuk mendapatkan modal dari
lembaga keuangan perbankan. Hal ini diakibatkan oleh anggapan
bahwa usaha mikro tidak bankable karena tidak memiliki agunan
dan diasumsikan memiliki kemampuan pengembalian pinjaman
rendah sehingga UMKM terkendala askes pendanaan ke lembaga
3 LPPI & Bank Indonesia, Profil Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) (Jakarta: Bank Indonesia, 2015)h.1 4 Muslimin Kara, Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah
Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) di Kota
Makassar , vol 47 no.1 (2010) h.274 5 Dwi Purnamasari & Abdullah Salam, Analisis Pengaruh
Pembiayaan Mikro Syariah terhadap Keberhasilan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM)(Studi Kasus Anggota BMT Saka Madani Yogjakarta),
Jurpol Volume 2 no.1 (2019) h.134
4
keuangan perbankan.6 Salah satu lembaga keuangan mikro
syariah yang berkembang saat ini adalah Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah
lembaga keuangan ,mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi
hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka
mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan
kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal
dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada
sistem ekonomi yang salaam: keselamatan(berintikan keadilan),
kedamaian, dan kesejahteraan.7
Kehadiran BMT ini diharapkan mampu menanggulangi
masalah permodalan yang dialami pengusaha kecil mikro,
sehingga distribusi modal dan pendapatan dapat dirasakan
masyarakat kecil yang tidak tersentuh oleh kebijakan
pemerintah.8 Dimana akses pembiayaan pada BMT Al-Fath IKMI
ini masih didominasi oleh Murabahah sebesar 69% dari total
pembiayaan, disusul Ijarah sebesar 30% dari total pembiayaan,
kemudian Musyarakah sebesar 0.33% dan Mudhrabah sebesar
0.02% dan Al Qardh sebesar 0.77%. Adapun pembiayaan yang
dikeluarkan pada produk Pembiayaan Murabahah BMT Al-Fath
6 Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Yogjakarta:
Graha Ilmu, 2009) h.50 7 M. Nur Rianto Al-arif, Dasar dasar Ekonomi Islam, (Solo: PT Era
Adicitra Intermedia, 2011) h.377 8 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2009) h.17
5
IKMI Cabang Pondok Aren pada Desember 2018 yaitu sebesar
Rp. 3,049,860,002.00,-9
Menurut penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Lalu Heri
Irawan , Analisis Penggunaan Pembiayaan Murabahah pada
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) PT. Maybank Syariah
KCP Kebayoran Lama. Jurusan Manajemen Dakwah tahun 2018
konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam. Beliau
menyimpulkan hasil penelitiannya mengenai penggunaan
pembiayaan murabahah pada sektor UMKM digunakan untuk
modal awal mengembangkan sebuah usaha. Selain itu digunakan
untuk menambah asset, luas bangunan dan juga luas lokasi usaha
bagi para pelaku UMKM. Namun dari penelitian yang beliau
lakukan masih belum ada kejelasan terkait teori apa yang
digunakan. Oleh karena itu penelitian kali ini, penulis akan
menambahkan terkait teori yang akan digunakan untuk
memperjelas penelitian terdahulu.
Berdasarkan uraian diatas, lembaga yang menjadi fokus
penelitian ini yaitu Baitul Mal Wat Tamwil (BMT ) Al-Fath
IKMI Cabang Pondok Aren yang beramalat Jl. Pesantren Ruko 2
Perumahan Mutiara Bintaro RT 03 RW 03, Jurang Manggu
Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan,
Banten didirikan sejak tahun 2015 memiliki lokasi yang strategis
dengan pedagang usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan
mempunyai peran utama yaitu memberikan pembiayaan
murbahahah dengan prinsip-prinsip syariah dan juga merupakan
9 Wawancara dengan Bpk Parzan tanggal 29 Agustus 2019 pukul
13.00 wib
6
lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi
hasil yang sangat membantu para pelaku UMKM disekitarnya.10
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul :”Analisis Penggunaan Pembiayaan Murabahah
Pada Pedagang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren”
B. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, penulis
membatasi masalah agar penelitian ini lebih berfokus pada objek
yang akan penulis teliti mengingat luasnya pemberdayaan
pedagang usaha mikro kecil menengah (UMKM). Maka batasan
masalah dalam penelitian ini yaitu Penggunaan Pembiayaan
Murabahah pada pedagang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren. Adapun
pedagang yang akan penulis teliti yaitu pedagang sembako,
pedagang sayur mayur dan usaha konveksi jahit yang menerima
pembiayaan murabahah sejak tahun 2016 sampai 2019.
C. Rumusan Masalah
Dari pemaparan permasalahan diatas, penulis selanjutnya
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembiayaan murabahah pada
pedagang UMKM BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok
Aren ?
10
Wawancara dengan Bpk Parzan tanggal 29 Agustus 2019 pukul
13.00 wib
7
2. Bagaimana penggunaan pembiayaan murabahah pada
pedagang UMKM BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok
Aren ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui proses pembiayaan murabahah pada
pedagang UMKM BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok
Aren.
2. Untuk mengetahui penggunaan pembiayaan murabahah
pada pedagang UMKM BMT Al-Fath IKMI Cabang
Pondok Aren.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di peroleh dari hasil penelitian ini yaitu
1. Secara akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
memperkaya ilmu pengetahuan mengenai pembiayaan
murabahah dan juga mengetahui usaha mikro kecil
menengah (UMKM) serta implikasi nasabah terhadap
pembiayaan murabahah tersebut. Penelitian ini
diharapkan memberikan hal positif dalam membangun
rasa semangat dan kepercayan masyarakat terhadap BMT
Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren.
2. Secara Praktis
8
Bagi BMT Al-Fath IKMI diharapkan agar hasil penelitian
ini dapat dijadikan masukan dan evaluasi dalam
pemberian pembiayaan murabahah.
F. Kajian Terdahulu
Untuk menghindari plagiarisme peneliti melakukan
penelusuran diruang skripsi perpustakaan utama guna skripsi
yang memiliki kesamaan displin. kemudian peneliti menemukan
skripsi yang meneliti tentang penggunaan pembiayaan murabahah
tersebut dengan penelitian kualitatif. Berikut skripsi yang peneliti
temukan:
1. Lalu Heri Irawan , Analisis Penggunaan Pembiayaan
Muarabaha pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
PT. Maybank Syariah KCP Kebayoran Lama. Jurusan
Manajemen Dakwah tahun 2018 konsentrasi Manajemen
Lembaga Keuangan Islam. Skripsi ini membahas tentang
penggunaan pembiayaan murabahah yang diberikan
kepada pedagang UMKM. Penelitian ini memiliki
kesamaan objek namun yang membedakan penelitian ini
yaitu tempat penelitian dan juga periode waktu penelitian.
2. Rahmi Fathani, Efektivitas Pembiayaan Qardhul Hasan
BMT pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Jurusan Perbankan Syariah tahun
2018. Skripsi ini membahas tentang efektivitas
pembiayaan qardhul hasan kepada pedagang UMKM
dengan metode mix methods. Persamaan dalam penelitian
9
ini yaitu subjek nya yaitu pedagang UMKM namun yang
membedakannya yaitu produk yang diteliti, tempat
penelitiannya dan juga metode penelitian yang
digunakan.
3. Ana Mira Kunita, Peran Pembiayaan Murabahah Dalam
Mengoptimalkan Usaha Kecil Dan Menengah Pada Bank
Syariah Cabang Tangerang Ciputat . Mahasiswa Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Kominkasi Jurusan Manajeman
Dakwah konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan
Islam tahun 2016. Skripsi ini membahas tentang peran
pembiayaan murabahah untuk mengoptimalkan pedagang
UMKM. Persamaan dalam penelitian ini yaitu penulis
meneliti produk pembiayaan murabahah dan pedagang
UMKM namun yang membedakannya yaitu tempat
penelitian dan juga objek penelitiannya.
G. Pendekatan Penelitian
1. Metode penelitian
Metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan yang terdapat dalam penelitian.11
Metode penelitian yang dipakai dalam peneltian
“Analisis Kualitatif”.Analisis kualitatif adalah analisis
adalah yang menggunakan data yang berbentuk data,
kalimat, gambar (data yang bukan dalam bentuk skala
interval dan rasio) serta dalam skala yang rendah, yaitu
11
Husaini usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi
Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h.41
10
skala nominal dan ordinal.12
Atau dengan kata lain arti
metodologi penelitian yaitu prosedur atau cara yang di
tempuh untuk mendapatkan data dalam sebuah penelitian.
Metodologi penelitian ini adalah suatu cara kerja
untuk dapat memahami objek penelitian dalam rangka
menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau
mengetahui. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode
kualitatif, yaitu dengan penelitian yang menghasilkan data
data dari orang yang diamati. Bogdan dan Taylor dalam
bukunya Lexy J. Moeleong mendefiniskan pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data data berupa kata atau tulisan dari otang orang dan
perilaku yang dapat diamati secara langsung.13
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini di laksanakan di BMT Al-Fath
IKMI Cabang Pondok Aren yang beralamat Jl. Pesantren
Ruko 2 Perumahan Mutiara Bintaro RT 03 RW 03, Jurang
Manggu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota
Tangerang Selatan, Banten. Sedangkan waktu penelitian
yaitu bulan Agustus – bulan Oktober.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, diantaranya :
12
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Perilaku Konsumen,
(Yogjakarta:Andi, 2013) h.287 13
Lexy j. Moeleong , Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 2007) cet. Ke-33 h.329
11
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.14
Observasi yaitu pengamatan kegiatan keseharian
seseorang dengan menggunakan panca indera mata
sebagai alat bantunya. Penulis melakukan penelitian
dengan cara mengamati langsung terhadap segala
sesuatu yang terkait dengan Penggunaan Pembiayaan
Murabahah Pada Pedagang UMKM BMT AL-Fath
Cabang Pondok Aren dengan bertemu dan melihat
kondisi para pedagang UMKM yang melakukan
pembiayaan Murabahah pada BMT Al-Fath IKMI
Cabang Pondok Aren. Untuk hasil dari observasi yang
penulis lakukan, maka seterusnya penulis akan
membahasnya pada BAB IV dan BAB V.
b. Metode dokumen
Yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa
catatan peristiwa yang telah berlaku baik dalam
bentuk tulisan, jurnal-jurnal, perpustakaan, majalah,
gambar dan buku pedoman BMT Al-Fath IKMI.
Metode ini digunakan untuk mengungkakan data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini. Cara
pengumpulan data dapat berupa bukti tertulis dari
objek penelitian untuk memperkuat data yang di
peroleh khusunya yang berkaitan dengan data BMT
14
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi
Penelitian Sosial, h. 53
12
Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren yaitu gambaran
umum, sejarah berdirinya, visi dan misi, produk–
produk pembiayaan BMT serta struktur oganisasi.
Pada metode ini penulis meminta dan mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan judul penelitian ini.
Sehingga hasil dokumen yang penulis temukan,
penulis jabarkan pada BAB III, BAB IV dan BAB V.
c. Metode interview
Yaitu percakapan tanya jawab dalam penelitian
langsung secara lisan, antara dua orang atau lebih
yang duduk secara fisik mendengarkan secara
langsung informasi–informasi atau keterangan-
keterangan dan diarahkan suatu masalah.15
Adapun
jenis interview yang penulis gunakan adalah interview
bebas terpimpin dengan Bapak Parzan selaku Kabag
Opertational BMT Al-Fath IKMI, Bapak Lazmi
Suchendri (Informan) dan para pedagang UMKM.
Interview ini membuat pokok-pokok masalah yang
akan diteliti dan pedoman interiew berfungsi sebagai
pengendali guna mendapatkan data yang akurat.
Untuk hasil interview ini penulis akan bahas pada
BAB IV dan BAB V.
15
Cholid Narbuko da Hamadi Abu, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi aksara , 1997)h. 83
13
H. Analisis Data
Setelah data yang diperoleh diperlukan terkumpul, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data. Pada penulisan skripsi ini
penulis menggunakan analisis data pendekatan kualitatif dengan
analisis deskriptif, untuk kemudian dianalisis sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Dalam hal ini penulis menambahkan informan sebagai
penguat teori yang sudah ada. Informan dalam penelitian
kualitatif yaitu informan penelitian yang memahami informasi
tentang objek penelitian. Informan yang dipilih harus memiliki
kriteria agar informasi yang didapatkan bermanfaat untuk
penelitian yang dilakukan Adapun yang menjadi informan dalam
skripsi ini yaitu Bapak Lazmi Suchendri (Owner Banirijn Sport).
I. Sistematika Penulisan
Pada pemahaman yang komprehensif, penulis menguraikan
isi penelitian secara terperinci dalam lima bab diantaranya :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini terdiri Latar Belakang, Perumusan
dan Pembatasan Masalah, Tujuan, Manfaat
Penelitian, Penelitian Terdahulu, Analisis Data
dan Sistematika Penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini menjelaskan tentang teori dan definisi-
definisi tentang Pengunaan Murabahah, Konsep
Murabahah, Pedagang UMKM.
14
Bab III Gambaran Umum Latar Penelitian
Bab ini berisi tentang gambaran umum, sejarah
singkat , visi misi, struktur organisasi serta produk
dan jasa yang dimiliki BMT Al-Fath IKMI
Cabang Pondok Aren.
Bab IV Data Dan Temuan
Pada bab ini penulis memaparkan hasil temuan
yang penulis temukan pada penelitian tentang
penggunaan pembiayaan murabahah pada
pedagang UMKM BMT Al-Fath IKMI Cabang
Pondok Aren.
Bab V Analisis Penggunaan Pembiayaan Murabahah
Pada Pedagang Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah (UMKM) BMT Al-Fath IKMI
Cabang Pondok Aren
Pada bab ini penulis memaparkan hasil penelitian
tentang pembiayaan murabahah dan analisis
penggunaan pembiayaan murabahah pada
pedagang UMKM BMT Al-Fath IKMI Cabang
Pondok Aren.
Bab VI Penutup
Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan dari
seluruh pembahasan yang didapat berdasarkan
data dan analisis yang merupakan jawaban dari
perumusan.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Pembiayaan
Kata pembiayaan berasal dari kata biaya yang dapat diartikan
sebagai pengeluaran atau pengorbanan yang tidak dapat
dihindarkan untuk mendapatkan barang atau jasa dengan tujuan
memperoleh maslahat, pengeluaran untuk kegiatan, tujuan atau
waktu tertentu, seperti ongkos pengiriman, pengepakan dan
penjualan dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan, dalalm
laporan laba rugi perusahaan, komponen biaya merupakan
pengurangan dari pendapatan, pengertian biaya berbeda dengab
beban, semua biaya adalah beban, tetapi tidak semua beban
adalah biaya.1
Dalam UUD RI No 10 Tahun 1998 tentang perbankan bab 1
butir 12 dijelaskan definisi pembiayaan pada bank syari‟ah yaitu:
pembiayaan berdasarkan pada prinsip syari‟ah adalah
pembiayaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu,
berdasarkan dengan persetujuan kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan terebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”2
1 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah (Yogjakarta
:Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2005) h. 17 2 Undang –undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Jakarta :
Menteri Sekretaris Negara Repulik Indonesia, 1998)
16
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang tergolong sebagai pihak yang mengalami
kekurangan dana (deficit dana).3 Pembiayaan merupakan
pemberian biaya atau uang dari lembaga keuangan dengan
anggota berdasarkan persetujuan dan kesepakatan guna
pengembalian uang atau tagihan dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah No. 06/per/M.KUKM/I/2007 tentang petunjuk
teknis program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro
pola syariah bahwa pembiayaan adalah kegiataan penyediaan
dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi
dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau
anggotanya yang mewajibkan penerimaan pembiayaan itu untuk
melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi
sesuai akad dengan pembayaran sejumlah bagian hasil dari
pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibayai atau penggunaan
dana pembiayaan tersebut.4
Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah yang dimaksud dengan pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah
3 Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah,
(Jakarta :Salemba Empat, 2013) h.103 4 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor06/per/M.KUKM/I/2007
17
2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa
beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah,
salam, dan istishna’
4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan
dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.5 Tujuan memberikan
pembiayaan, diantaranya:
1. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang
tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya
pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.
Dengan demikian, dapat meningkatkan taraf ekonominya.
2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk
pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana
tambahan ini dapat diperoleh melakukan aktivitas
pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan
kepada pihak minus dana, sehingga dapat tergulirkan.
3. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan
memberikan peluang bagi masyarakat usaha agar mampu
5 Nur Riyanto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,
(Bandung: Alfabeta, 2012), h.42-43
18
meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi
tidak akan dapat jalan tanpa adanya dana.
4. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya
sektor-sektor usaha melalui penambahan dana
pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap
tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka
lapangan kerja baru.
5. Terjadi distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha
produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti
mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya.
Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan
masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi
pendapatan.6
B. Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Murabahah secara etimologi berasal dari kata rabiha-
yarbahu yang mempunyai arti untung. Sedangkan
murabahah berasal dari kata ribh , yang berarti perolehan,
keuntungan, atau tambahan, yang secara bahasa berbentuk
mutual yang bermakna saling. Oleh karena itu, dalam
konteks bisnis makna murabahah adalah saling
mendapatkan keuntungan.7
6 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori,
Konsep, dan Aplikasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cetakan I, h.681-682 7 Marwini , Aplikasi Kontraktual Pembiayaan Murabahah Pada Bank
Syariah, Jurnal vol.4 (Yogjakarta : Az-Zarqa :2002) h. 319
19
Menurut Adiwarman A. Karim (2007) murabahah adalah
akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk
natural certainty contracts, karena dalam murabahah
ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan
yang ingin diperoleh). 8
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara
pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli,
kemudian mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.
Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian
barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli
barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya
kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan
atau di mark-up. Dengan kata lain, perjualan barang
kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus profit.9
Dengan demikian, murabahah yaitu suatu jenis penjualan
dengan pembayaran tunda dan kontrak dagang murni
dimana tingkat keuntungan telah ditetapkan dimuka dari
investasi bank.
Dalam Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah antara lain ditegaskan bahwa jaminan dalam
8 Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan,
(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007) edisi ke tiga . h 113 9 Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi
dan Ilustrasi , (Yogjakarta :EKONISIA, 2008) Edisi Ketiga, h.69
20
murabahah dibolehkan, agara nasabah serius dengan
pesanannya. Bank dapat meminta nasabah untuk
menyediakan jaminan yang dapat dipegang. Karena
barang yang dijual oleh bank kepada nasabah sejak akad
sudah mnjadi milik nasabahdan dapat dibalik nama atas
nasabah yang bersangkutan, maka barang yang dibiayai
denga fasilitas pembiayaan murabahah tersebut
merupakan agunan pokok yang dapat diikat sesuai
ketentuan yang berlaku, misalnya Hak Tanggungan,
Jaminan Fidusia atau gadai.10
2. Jenis Akad Murabahah
Terdapat dua jenis akad murabahah, yaitu:
a. Murabahah dengan pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan
pembelian barang setelah ada pemesanan dari
pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat
mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli
barang yang dipesannya. Jika bersifat mengikat, maka
pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan
tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset
murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam
murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan
nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka
10
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 2012)h.201
21
penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan
akan mengurangi nilai akad.11
b. Murabahah tanpa pesanan
Dalam murabahah tanpa pesanan, barang yang
diinginkan oleh pembeli (nasabah) kepada penjual
(bank) sudah tersedia, jadi murabahah jenis ini tidak
bersifat mengikat.
3. Landasan Hukum
a. Al-Quran
Landasan hukum akad murabahah ini adalah:
Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan
jual beli, diantaranya adalah firman Allah :
يا أيها انذيه آمىىا ال تأكهىا أمىانكم بيىكم بانباطم إال أن تكىن
ىكم وال تقتهىا أوفسكم إن للا كان بكم رحيما تجارة عه تزاض م
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An
Nisa : 29)
11
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta:Salemba
Empat, 2012), h.171.
22
Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi
jual beli dan murabahah merupakan salah satu bentuk
dari jual beli.
b. Al-Hadist
عه صا نح به صهيب عه أبيه قم قم رسى ل للا صهى للا
وسهم ثال ث فيهه انبز كت انبيع إنى أجم و انمقارضت عهيه
ـــعيز نهبيت ال نهبيع وأخالط انبز بانش
Artinya: Dari shalih bin shuhaib r.a. bahwa
Rasulullah SAW bersabda,“Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara
tangguh, mudharabah, dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk
dijual.” (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-
Tijarah)12
4. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah
Rukun jual beli menurut madzhab Hanafi adalah ijab dan
qabul yang menunjukan adanya pertukaran atau kegiatan
saling memberi yang menempati kedudukan ijan dan
qabul tersebut. Sedangkan menurut Jumhur Ulama ada 5
rukun dalam Murbahah, antara lain : pertama, orang yang
menjual, kedua, orang yang membeli, ketiga shighat (ijab
12 Ibnu Majah, Sunan Ibn Majah. Kairo: Dar al-Hadits. Juz 2, h. 768
23
Qabul), keempat barang atau objek (sesuatu yang
diadakan), kelima harga (tsaman).13
Rukun akad murabahah yang harus dipenuhi dalam
trsansaski diantaranya14
:
a. Pelaku yaitu adanya pembeli (cakap hokum, baligh)
ndan adanya penjual (pihak yang memproduksi atau
menjual barang)
b. Obyek akad murabahah yang terdiri dari jenis,
kuantitas, kualitasnya, halal, manfaatnya dan harga
barang harus diketahui dengan jelas dan benar
sehingga terhindar dari hal-hal yang merusak akad
murabahah.
c. Serah terima (ijab dan qabul) artinya adanya
pernyataan dari kedua belah pihak untuk saling rela
dalam serah terima barang.
Beberapa syarat pokok murabahah menurut Usmani
(1999), antara lain sebagai berikut :
a. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli
ketika penjual secara eksplisit menyatakan biaya
perolehan barang yang akan dijualnya dan menjual
kepada orang lain dengan menambahkan tingkat
keuntungan yang diinginkan.
13
Sumarto Zukifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah,
(Jakarta : Zikrul Hakim, 2001) h.40 14
Ikit, Manajemen Dana Bank Syariah, (yogjakarta : Gava Media :
2018) h. 126-127
24
b. Tingkat keuntungan dalam murabahah dapat
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dalam
bentuk lumpsum atau persetase tertentu dari biaya.
c. Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam angka
memperoleh barang, seperti biaya pengiriman, pajak,
dan sebagainya dimasukkan ke dalam biaya perolehan
untuk harga agregat dan margin keuntungan di
dasarkan pada harga agregat ini. Akan tetapi,
pengeluaran yang timbul karena usaha, seperti gaji
pegawai, sewa tempat usaha, dan sebagainya tidak
dapat dimasukkan ke dalam harga untuk suatu
transaksi. Margin keuntungan yang diminta itulah
meng-cover pengeluaran-pengeluaran tersebut.
d. Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya
perolehan barang dapat ditentukan secara pasti. Jika
biaya-biaya tidak dapat dipastikan, barang komoditas
tersebut tidak dapat dijual dengan prinsip murabahah.
Contoh (1) : A membeli sebuah sepasang sepatu
seharga RP 100 ribu. A ingin menjual sepatu tersebut
secara murabahah dengan margin 10 persen. Harga
sepatu dapat ditentukan secara pasti sehingga jual beli
murabahah tersebut sah.
Contoh (2) : A membeli jas dan sepatu dalam satu
paket dengan harga RP 500 ribu. A dapat menjual
paket jas dan sepatu degan prinsip murabahah. Akan
tetapi, A tidak dapat menjual sepatu secara terspisah
dengan prinsip murabahah karena harga sepatu secara
25
terpisahtidak diketahui deng pasti. A dapat menjual
sepatu secara terpisah dengan harga lumpsum tanpa
berdasar pada harga perolehan dan margin keuntungan
yang diinginkan.15
5. Penggunaan Akad Murabahah
Berikut ini merupakan penggunaan akad murabahah ,
yaitu :
a. Pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan
yang sering di aplikasikan dalam bank syariah, yang
pada umumnya digunakan dalam transaksi jual beli
barang investasi dan barang-barang yang di perlukan
oleh individu.
b. Jenis penggunaan pembiayaan murabahah lebih
sesuai untuk pembiayaan investasi dan konsumsi.
Dalam pembiayaan investasi, akad murabahah sangat
sesuai karena ada barang yang akan di investasi oleh
nasabah atau akan ada barang yang menjadi objek
investasi. Dalam pembiayaan konsumsi, biasanya
barang yang akan dikonsumsi oleh nasabah jelas dan
terukur.
c. Pembiayaan murabahah kurang cocok untuk
pembiayaan modal kerja yang diberikan langsung
dalam bentuk uang. 16
15
Ascarya , Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta “ PT Raja
Grafindo Persada, 2015) h. 83-84 16
Drs.Ismail, Perbankan Syari’ah, (Jakarta:Kencana Pernada Media
Group,2011) Edisi Pertama, h. 141
26
6. Skema atau Teknik Pembiayaan Murabahah
Dalam pembiayaan murabahah, sekurang-kurangnya
terdapat dua pihak yang melakukan transaksi jual beli,
yaitu bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli barang.
Skema Pembiayaan Murabahah17
1. Negosiasi & Persyaratan
2. Akad Jual Beli
6. Bayar
3. Beli Barang 5. Terima Barang
&Dokumen
4. Kirim barang
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah
17
Dra.Ismail,. ,Perbankan Syariah Edisi Pertama,h.139-140
Bank
Syariah
Nasabah
Supplier
penjual
27
Keterangan:
a. Bank syariah dan nasabah melakukan negoisasi tentang
rencana transaksi jual beli yang akan dilaksanakan. Poin
negoisasi meliputi jenis barang yang akan dibeli, kualitas
barang, dan harga jual.
b. Bank Syari‟ah selanjutnya mempelajari kemampuan
nasabah dalam membayar piutang Murabahah. Apabila
rencana pembelian barang disepakati oleh kedua belah
pihak maka Bank syari‟ah melakukan pemesanan ke
supplier.
c. Bank syariah melakukan akad jual beli dengan nasabah,
dimana bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli. Dalam akad jual beli ini, ditetapkan barang yang
menjadi objek jual beli yang telah dipilih oleh nasabah,
dan harga jual barang.
d. Atas dasar akad yang dilaksanakan antara bank syariah
dan nasabah, maka bank syariah membeli barang dari
supplier atau penjual. Pembelian yang dilakukan oleh
bank syariah ini sesuai dengan keinginan nasabah yang
telah tertuang dalam akad.
e. Supplier mengirimkan barang kepada nasabah atas
perintah bank syariah.
f. Nasabah menerima barang dari supplier dan menerima
dokumen kepemilikan barang tersebut.
28
Skema Transaksi menurut Sunarto yaitu sebagai berikut :
Skema Murabahah18
2. .Penyerahan Barang Sekarang
1. Akad Muarabahah
3. Pembayaran Secara Tunai
, Tangguh, ataupun dicici
Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Murabahah
Prinsip murabahah umumnya diterapkan dalam
pembiayaan pengadaan barang investasi. Murabahah sangat
berguna bagi seseorang yang membutuhkan barang secara
mendesak tetapi kekurangan dana. Kemudian meminta kepada
pihak yang memberi dana agar membiayaipembelian barang
tersedut dan bersedia menebusnya. Harga jual didalam
murabahah adalah harga pokok ditambah profit margin yang
disepakati. Dalam transaksi jual beli murabahah ini (bank
syariah) bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai
pembeli. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran. Kesepakatan harga dicantumkan
dalam akad beli dan tidak dapat berubah menjadi lebih selama
berlakunya akad.19
18
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah,
(Jakarta : Zikrul Hakim, 2007) Cetakan Ketiga, h.41 19
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksana Pembukaan Kantor Cabang
Bank Syariah,(Jakarta : Bank Indonesia, 1999) h. 33
Penjual Pembeli
29
C. Konsep UMKM
1. Pengertian UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
mempunyai peran penting dan strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja,
UMKM juga berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil
pembangunan. UMKM juga telah terbukti tidak
terpengaruh terhadap krisis. Ketika krisis menerpa pada
periode tahun 1997 – 1998, hanya UMKM yang mampu
tetap berdiri kokoh.20
Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang
UMKM.21
Pasal 1 dari UU terebut, dinyatakan bahwa Usaha
mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria
usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut.22
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang buka merupakan anak perusahan atau bukan
anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian,
baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha
20
LPPI & Bank Indonesia, Profil Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) (Jakarta: Bank Indonesia, 2015)h.1 21
Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2009), h.16 22
Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, h. 17
30
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha
kecil sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.23
Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari
usaha mikro, usah kecil atau usaha besar yangmemenuhi
kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam UU
tersebut.24
Secara umum, UKM atau yang biasa dikenal
dengan usaha kecil menengah merupakan sebuah istilah
yang mengacu pada suatu jenis usaha yang didirikan oleh
pribadi dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000,00 (belum termasuk tanah dan bangunan).25
Menurut The American Heritage Dictionary,
wirausahawan (entrepreneur), didefinisikan dengan,
seseorang yang mengorganisasikan, mengoperasikan dan
memperhitungkan risiko untuk sebuah usaha yang
mendatangkan laba. Dalam pengertian ini terdapat kata
mengorganisasikan„, apakah yang diorganisasikan tersebut.
Demikian juga terdapat kata mengoperasikan„ dan
memperhitungkan risiko„. Seorang pelaku usaha dalam
skala yang kecil sekalipun dalam menjalankan kegiatannya
akan selalu menggunakan berbagai sumber daya. Sumber
23
Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, h. 18 24
Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, h. 19 25
Akifa P. Nayla, ―Komplet Akuntansi untuk UKM dan Waralaba‖,
Laksana, Jogjakarta, 2014, h. 12.
31
daya organisasi usaha meliputi, sumber daya manusia,
finansial, peralatan fisik, informasi dan waktu. Dengan
demikian seoarng pelaku usaha telah melakukan
pengorganisasian„ terhadap sumber daya yang dimiliknya
dalam ruang dan dimensi yang terbatas dan berusaha
mengoperasikan„ sebagai kegiatan usaha guna mencapai
laba. Dalam mengorganisasikan dan mengoperasikan
usahanya tersebut ia berhadapan dengan sejumlah risiko,
utamanya risiko kegagalan. Mengapa demikian?
Jawabannya tidak lain karena berbagai sumber daya yang
dimiliki keterbatasan, jelas mengandung sejumlah risiko.
Itulah hal yang dilakukan oleh seorang pelaku usaha yang
memiliki jiwa kewirausahaan.26
Usaha atau bisa disebut dengan kewirausahaan. Istilah
kewirausahaan menurut Peggy A. Lambing dan Charles R.
Kuel dalam bukunya Entrepreneurship adalah tindakan
kreatif yang membangun suatu value dari sesuatu yang
tidak ada. Entrepreneurship merupakan proses untuk
menangkap dan mewujudkan suatu peluang terlepas dari
sumber daya yang ada, serta membutuhkan keberanian
untuk mengambil risiko yang telah diperhitungkan.27
Di dalam Undang-undang tersebut, kriteria yang
digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang
26
Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan & Manajemen Usaha Kecil,
Alfabeta, Bandung, 2010, h. 26-27. 27
Tejo Nurseto, ―Strategi Menumbuhkan Wirausaha Kecil
Menengah yang Tangguh‖,dalam Jurnal Ekonomi & Pendidikan Vol.1 No.1
februari 2004, h. 3.
32
tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau
nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset
paling banyak Rp.50 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan
tahunan paling besar Rp.300 juta.
b. Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta
sampai dengan paling banyak Rp.500 juta tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga
maksimum Rp.2.500.000, dan.
c. Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai
kekayaan bersih lebih dari Rp.500 juta hingga paling
banyak Rp.100 milyar hasil penjualan tahunan di
atasRp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50 milyar.28
Beberapa keunggulan UKM terhadap usaha besar
antara lain adalah sebagai berikut.
a. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah
terjadi dalam pengembangan produk.
b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam
perusahaan kecil.
c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup
banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja.
28
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, Bab IV
pasal 6.
33
d. Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri
terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat
dibanding dengan perusahaan besar yang pada
umumnya birokrasi.
e. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peran
kewirausahaan.29
2. Kriteria UMKM
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
UMKM memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang
perorangan atau badan usaha milik perorangan yang
memenuhi kriteria yakni:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, 2) Memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah).
b. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
29
Tiktik Sartika Partomo&Abd. Rachman Soejoedono, “Ekonomi
Skala Kecil/Menengah dan Koperasi”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hal.
13.
34
dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria yakni:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang
memenuhi kriteria:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta`rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
35
rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).30
Tabel Kriteria UMKM
NO USAHA KRITERIA ASSET KRITERIA
OMSET
1 Usaha Mikro Maks 50 juta Maks 300 Juta
2 Usaha Kecil >50 Juta -500 Juta >300 Juta-2,5
Miliar
3 Usaha Menengah >500 Juta – 10 Miliar >2,5 Miliar-50
Miliar
Tabel 2.1 Kriteria UMKM
(Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, 2012)
3. Peranan UMKM
Diakui, bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) memainkan peran penting di dalam
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di
negara-negara sedang berkembang (NSB), tetapi juga di
negara-negara maju (NM). Di negara maju, UMKM sangat
penting, tidak hanya kelompok usaha tersebut menyerap
paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar (UB),
seperti halnya di negara sedang berkembang, tetapi juga
kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan
30
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia,
h. 12
36
produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan
kontribusi dari usaha besar.31
31
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia,
h. 1
37
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdiri BMT Al-Fath IKMI
BMT Al-Fath IKMI di dirikan pada tanggal 13 Oktober
1996 oleh 25 orang dengan modal awal terkumpul sebesar Rp.
5.000.000,00. Salah satu pendiri awal yaitu bapak H. Saimin, S.
E selaku manajer baituttamwil. BMT Al-Fath adalah lembaga
keuangan mikro syariah yang notabennya merupakan lembaga
keuagan aset umat dengan prinsip operasionalnya mengacu pada
prinsip-prinsip syari’at islam. BMT Al-Fath dibentuk dalam
upaya memberdayakan umat secara kebersamaan melalui
kegiatan simpanan dan pembiayaan serta kegiatan-kegiatan lain
yang berdampak pada peningkatan ekonomi anggota dan mitra
binaan kearah yang lebih baik lagi, lebih aman, serta lebih adil.
Selain itu landasan dasar didirikannya BMT Al-Fath ini
karena melihat permasalahan-permasalahan yang ada id
masyarakat. Dari sisi ekonomi, kondisi riil masyarakat kita belum
dapat hidup secara layak dan mapan, msih sering terjerat rentenir,
tidak adanya lembaga yang membantu untuk meningkatkan
pendapatan mereka, tidak punya posisi tawar dengan pihak lain
dan kondisi-kondisi lainnya yang serba tidak menguntungkan
bagi masyarakat kecil.
Pada awalnya BMT AL-FATH IKMI mengontrak pada
sebuah ruko untuk dijadikan kantor usahanya, dikarena modal
yang terbilang masih minim, tapi seiring dengan berjalannya
38
waktu dan semakin baiknya perkembanga usaha serta kinerjanya,
hingga saat ini BMT AL-FATH telah mempunyai 3 kantor
cabang yaitu BMT AL-FATH IKMI cabang jombang, BMT AL-
FATH IKMI cabang Legoso dan juga BMT AL-FATH IKMI
cabang Pondok aren. Adapun kantor utama atau pusat beralamat
di JL. Aria putra no.7 Kedaung, Ciputat, Kota Tangerang Selatan.
Adapun berdirinya BMT AL-FATH IKMI CABANG
PONDOK AREN yaitu pada tahun 2015 yang beralamat di Jl.
Jombang Raya No.70C, Pondok KAcang Timur Pondok Aren
dengan Kepala Cabang Hedy Rusmantoro dan resmi beroperasi
tanggal 6 Mei 2015. Dan setelah berjalan selama kurang lebih 2
tahun sekitar tahun 2018, BMT AL-FATH IKMI CABANG
PONDOK AREN pindah ke Jl. Pesantren Ruko 2 Perumahan
Mutiara Bintaro RT 03 RW 03, Jurang Manggu Timur,
Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Sebagai lembaga yang mengemban misi sosial, divis
Baitul Maal dikelola secara terpisah dengan Baituttamwil agar
dalam melayani umat dapat terealisasi dengan maksimal dan juga
misi sebagai lembaga yang berorientasi pada profit tanpa
meninggalkan pola syariah juga berjalan dengan baik. Dalam
awal perkembangannya banyak konflik serta lika-liku yang
dihadapi oleh BMT Al-Fath salah satunya dari struktur organisasi
kepengurusan serta karyawannya, belum lagi di tambah dengan
masih banyak diantara masyarakat sekitar yang kurang percaya
terhadap BMT Al-Fath sebagai lembaga pembiayaan serta
simpan pinjam, para masyarakat lebih meilih untuk melakukan
transaksi simpan pinjam di Bank-bank lain yang ada disekitar.
39
Dengan semangat para pendiri untuk menciptakan kondisi
ekonomi yang baik, maka BMT Al-fath terus dijalankan ditengah
masyarakat. Pada awalnya masyarakat sekitar merasa khawatir
untuk menjadi anggota dan menyimpan dananya di BMT Al-Fath
Ikmi, bahkan ada yang khawatir dan ketakutan jika dana yang
disimpan BMT Al-Fath Ikmi akan hilang dan tidak dapat ditarik
kembali. Namun dengan kesabaran, keuletan dan keteguhan, para
pengurus dan pengelola terus memberikan pemahaman tentang
fungsi dan peran BMT, Alhamdulillah lambat laun kepercayaan
masyarakat kepada BMT mulai tumbuh terbukti tahun 2011/2012
mereka mendapatkan bantuan LPDB dari pemerintah Kota
Tangerang Selatan sebanyaj 1 milyar rupiah, dan dengan bantuan
itu kontribusi BMT Al-Fath Ikmi kepada masyarakat miskin,
,menengah kebawah semakin maksimal.
B. Visi dan Misi
1. Visi
BMT Al-Fath IKMI dalam hal ini memiliki visi
“Meningkatkan Kualitas keimanan anggota dan mitra
binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah
Allah SWT.”
2. Misi
Sedangkan misi BMT Al-Fath IKMI ialah,”Menerapkan
prinsip-prinsip syari’ah dalam kegiatan ekonomi,
memperdayakan pengusaha kecil dan menngah, dan
membina kepedulian orang mampu kepada dhuafaa secara
terpola dan berkesinambungan.”
40
C. Tujuan BMT
Adapun tujuan di dirikan nya BMT Al-Fath IKMI yaitu :
1. Menjadi tempat pemberdayaan masyarakat dhuafa.
2. Menumbuhkembangkan ekonomi syariah ditingkat usaha
mikro, kecil dan menengah guna memacu pertumbuhan
usaha yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan.
3. Meningkatkan semangat, peran serta anngota, anggota
luar biasa dan masyarakat dalam kegiatan koperasi.
4. Memperkuat kelembagaan dan memperluas jaringan kerja
melalui kerjasama dengan berbagai potensi umat,
bersinergi dengan lembaga-lembaga keuangan syariah.
5. Mengtembangkan program kerjasama (linkage
programme) dengan lembaga-lembaga keuangan syariah
sebagai agen dalam memberdayakan usaha mikro, kecil
dan menengah.
6. Mendukung terciptanya jaringan kerjasama antar
koperasi/koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah
di dalam negeri dan luar negeri.
D. Struktur Organisasi
Dewan Pengawas Syariah :
Ketua :Drs.Mustakim Kurdi, MA.
Anggota :Drs.Yahya Harun Alrasyid
Dewan Pengawas Umum :
Ketua : H. Farid Hidayat
Anggota : H. Kapsulani, SE ,MM.
H. Faridi Syahdana, SE
41
Dewan Pengurus :
Ketua :Drs. Budiyono, M.Pd
Wakil Bid. Pembiayaan dan Umum: H. Abdul Rohim
Bidang Legal :Drs.R.Prastowo Sidhi,S.H., M.H
Sekretaris : H. Z. Arifin Listanto
Bendahara : H. Djaelani, SE
Sumber Daya Insani : H. Imama Tumudi MS
Pengelola Kantor Pusat :
Manager : Saimin, SE., M.Si
Sekretaris : Harum Sulostio Rini, SE
IT : Muhammad Yusuf S.Kom
Staff Baitul Maal : Shidiq Anshori, S.Pd.I
Ibnu Muftahurrohman
Head Security : Opik Taupikur Rohman
Security : Muhammad Reza
Lucky Saputra
Sagiman
Fandi Ahmad
Helmi Priandi
Akbar
Sopir : Septya Ferry Perdana
Office Boy : Iqba
Ali Akbar
Hari Robi Setyanto
Ahmad Salim Setyanto
Pengelola Kantor Cabang Utama :
Kepala cabang : Robi Sugara
42
Kabag Operasional : Suryadi, S.T
Kabag Marketing : Opan Sopyan Sauri, S. Ag
Pembukuan : Neneng Syarifah, Amd
Head Teller :Nurmilati,S.E
Teller Payment Point : Febri
Teller : Nuraini
Costumer Service : Silvia Herlena, S.E
Surveyor : Parjan
Account Officer : M. Erwin
Isep Nurfahmi
Dadi Alamsyah
Muharis
Eka
Funding Officer : Eka Erfan Khoir Abdillah
UsmanNurohim, S.E., S.H.
Tele Marketing : Hana
Staff adm Legal : Muhammad Saman
E. Produk-produk BMT Al-Fath IKMI
Produk BMT AL-Fath IKMI ada 3, yaitu :
1. Produk Pendanaan
BMT AL-FATH IKMI menghimpun dana dari
anggota dan calon anggota dalam bentuk :
a. Akad Wadiah
Simpanan anggota pada koperasi akad
wadiah/titipan dan simpanan tersebut dapat digunakan
oleh koperasi untuk kegiatan usaha koperasi, dengan
43
ketentuan penyimpanan tidak mendapatkan bagi hasil
atas penyimpanan dananya, tetapi koperasi dapat
memberikan kompensasi dengan imbalan
bonus/hadiah yang nominalnya ditentukan
berdasarkan kebijakan dan kemampuan koperasi.
b. Akad Mudharabah
Simpanan anggota pada koperasi dengan akad
mudharabah yang diperlakukan sebagai investasi
anggota untuk dimanfaatkan secara produktif dalam
bentuk pembiayaan kepada anggota, calon anggota,
dan masyarakat secara professional dengan ketentuan
penyimpanan dananya sesuai nisbah (proporsi bagi
hasil)yang disepakati pada saat pembukaan rekening.
Seperti halnya :
1) Simpanan Pendidikan
Simpanan pendidikan diperuntukkanbagi
perenaan pendidikan putra/putri anggota.
Penarikan dilakukan satu tahun hanya dua kali
(persemester sekolah). Dari keuntungan
pengelolaan usaha, anggota mendapatkan bagi
hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati.
2) Simpanan Idul Fitri
Yaitu simpanan yang diperuntukkan bagi
persiapan biaya mudik/lebaran idul fitri anggota.
Penarikan dilakukan satu tahun hanya ssati kali (
satu bulan sebelum Idul Fitri ). Dari keuntungan
44
pengelolaan usaha, anggota mendapatkan bagi
hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati.
3) Simpanan Qurban
Yaitu simpanan yang diperuntukkan bagi
anggota yang hendak melaksanakan niat suci
melaksanakan ibadah qurban. Penarikan simpanan
ini satu kali dalam setahun, yaitu satu bulan
menjelang Hari Raya Qurban. Dari keuntungan
pengelolaan usaha, anggota mendapatkan bagi
hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati.
4) Simpanan Walimah
Yaitu simpanan yang diperuntukkan bagi
anggota yang belum menikah dan bermaksud
merencanakan pernikahan atau bagi anggota yang
akan menikahkan putra/putrinya. Penarikan
dilakukan satu kali yaitu pada satu bulan
menjelang pernikahan. Dari keuntungan
pengelolaan usaha, anggota mendapatkan bagi
hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati.
5) Simpanan Haji
Yaitu simpanan yang diperuntukkan bagi
anggota yang merencanakan ibadah haji atau
umroh. Penarikan hanya dapat dilakukan untuk
kebutuhan haji/umroh. Dari keuntungan
pengelolaan usaha, anggota mendapatkan bagi
hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati.
6) Tabah (tabungan berjangka)
45
Tabungan anggota pada koperasi dengan akad
mudharabah yang penyetoran dilakukan sekali dan
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara penyimpan
dengan koperasi, dengan ketentuan penyimpan
mendapatkan bagi hasil atas penyimpanan
dananya sesuai nisbah (proporsi bagi hasil) yang
disepakati di awal perjanjian.Jenis-jenis Tabungan
Mudharabah berjangka Tabah(Tabungan
Berjangka) 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan.
c. Jasa Layanan Online
Adapun jasa layanan online yang ada di BMT Al-
FAth Ikmi yaitu :
1) Pembayaran rekening listrik
2) Rekening Telepon/speedy
3) Transfer antar bank
4) Rekening PAM Bintaro
5) Dll
2. Produk Penyaluran Dana
BMT Al-Fath Ikmi menyalurkan dana ke anggota dan
calon anggota dalam bentuk :
a. Pembiayaan Mudharabah
Yaitu pembiayaan dengan pola kerjasama dimana
sumber modal 100% dari BMT (shahibul maal) dan
anggota sebagai pengelola usaha (mudharib).
Keuntungan usaha dibagi sesuai nisbah kesepakatan.
b. Pembiayaan Musyarakah
46
Yaitu pembiayaan dengan pola kerjasama
dimanasumber modal dari 2 belah pihak, BMT dan
anggota. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai
dengan nisbah yang disepakati. Jika usaha rugi bukan
karena salah kelola, kerugian ditanggung bersama
sesuai porsi modal.
c. Pembiayaan Murabahah
Yaitu pembiayaan dengan system jual beli barang
antara BMT dan anggota seharga perolehan ditambah
keuntungan/margin yang disepakati. Pembayaran
sesuai kesepakatan dan harga tetap sampai
pembiayaan lunas.
d. Pembiayaan Ijarah
Yaitu pembiayan sewa menyewa manfat suatu
baranh atau jasa anatara BMT dan anggota. Harga
sewa dan jangka waktu sewa sesuai dengan
kesepakatan.
3. Produk Baitul Maal
Produk-produk Baitul Maal yang terdapat pada BMT
Al-Fath IKMI adalah sebagai berikut:
a. Insan Sehat
Yaitu program yang fokus kepada dua aspek, yang
pertama kesehatan fisik dan yang kedua kesehatan
rohani. Kegiatan insan sehat meliputi pengobatan
gratis dan khitanan massal
b. Insan Cerdas
47
Yaitu layanan Baitul Maal yang fokus kepada
pendidikan dan syiar Islam. Tujuan dibuatnya layanan
ini adalah agar kaum dhuafa dapat terbantu tatkala
terdapat kebutuhan pendidikan yang mendesak untuk
anak-anaknya sehinggan tidak terjadi putus sekolah.
Kegiatan insan cerdas ini meliputi beasiswa dhuafa,
pembinaan anak asuh, bimbingan belajar dan syiar
Islam
c. Insan Mulia
Yaitu layanan sosial yang bersifat bantuan
langsung yang diberikan kepada kaum dhuafa. Tujuan
adanya layanan ini adalah salah satu bentuk
penyaluran zakat, infaq dan sadaqah dari semua pihak
BMT, donatur dan masyarakat umum. Kegiatan insan
mulia meliputi paket door to door, insentif guru TPA,
insentif marbot masjid, peduli bencana, dan bantuan
sandang, pangan dan papan
d. Insan Mandiri
Yaitu program yang bertujuan pada usaha-usaha
kaum dhuafa untuk merubah status mustahik menjadi
muzakki, dengan cara memberikan modal usaha,
pelatihan dan pembinaan. Program insan mandiri
meliputi bantuan modal Qardhul Hasan dan
membangun jaringan usaha.
48
F. Penghargaan dan keberhasilan yang telah dicapai oleh
BMT AL-FATH IKMI
Sebagai lembaga keuangan yang telah berjalan lebih dari
satu dekade, BMT AL-FATH IKMI telah memperoleh
pengkuan/ penghargaan dari pemerintah setempat yaitu Bapak
Bupati Tangerang H.Agus Dinuara pada tahun 2001 sebagai
Koperasi Simpan Pinjam Berprestasi di Kabupaten
Tangerang.
49
BAB IV
DATA DAN TEMUAN
A. Pembiayaan Syariah untuk Usaha Mikro kecil dan
Menengah (UMK) BMT Al-Fath IKMI
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada
BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren Pembiayaan Syariah
adalah pembiayaan yang diperuntukkan untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja atau usaha, pemenuhan kebutuhan hidup
(pembelian rumah tinggal, tanah, kendaraan, pendidikan anak,
dll) bagi usaha mikro dan kecil dengan akad-akad syariah. Akad
Murabahah :
1. Yakni akad jual beli barang antara BMT dan Anggota
seharga perolehan ditambah keuntungan/margin yang
disepakati oleh kedua belah pihak, dengan pembayaran
diangsur sesuai dengan kesepakatan.
2. Harga jual tetap sampai dengan pelunasan sewa.
3. Tidak ada denda keterlambatan.
4. Ilustrasi Harga Jual & Angsuran Murabahah:
Tabel 4.1 Ilustrasi Pembiayaan Murabahah
Harga Perolehan Harga Jual dan Angsuran dalam Jangka Waktu
12 Bulan 24 Bulan 36 Bulan 48 Bulan
10.000.000 1.033.000 616.000 477.000
20.000.000 2.066.000 1.233.000 955.500
30.000.000 3.100.000 1.850.000 1.433.000 1.225.000
50
40.000.000 4.133.000 2.467.000 1.911.000 1.633.000
50.000.000 5.167.000 3.083.000 2.389.000 2.042.000
60.000.000 6.200.000 3.700.000 2.867.000 2.450.000
70.000.000 7.233.000 4.317.000 3.344.000 2.858.000
80.000.000 8.267.000 4.933.000 3.822.000 3.267.000
100.000.000 10.333.000 6.167.000 4.778.000 4.083.000
Keunggulan:
1. Proses lebih cepat.
2. Untuk pelunasan dipercepat, tidak ada penalty.
3. Biaya admin sesuai biaya riil, tidak ada biaya provisi.
4. Tidak ada denda keterlambatan.
5. Plafond mulai dari Rp2.000.000,- sampai
Rp200.000.000,-
6. Jangka waktu maksimal 5 tahun.
51
Gambar 4.1 Brosur Pembiayaan UMK BMT AL-
FATH IKMI
(Sumber data diolah oleh penulis)
B. Dasar penetapan persyaratan pengajuan pembiayaan
Murabahah BMT AL-FATH IKMI CABANG PONDOK
AREN
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Operational BMT
AL-FATH IKMI CABANG PONDOK AREN yaitu apak Parzan
tentang dasar-dasar penetapan persyaratan pengajuan pembiayaan
murabahah mengikuti peraturan perbankan syariah yang ada di
Indonesia dengan ketetapan FATWA DSN –MUI No.04/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Murabahah.1
C. Syarat atau mekanisme proses pengajuan pembiayaan
Murabahah
Berdasarakan penelitian yang penulis lakukan pada BMT AL-
FATH IKMI CABANG PONDOK AREN, berikut ini adalah
1 Wawancara Pribadi Bapak Parjan (Kabag Operational BMT Al-Fath
IKMI Cabang Pondok Aren), Pondok Aren 9 September 2019.
52
mekanisme dan proses pengajuan pembiayaan murabahah sebagai
berikut :
Persyaratan:
1. Telah menjadi Anggota BMT Al-Fath IKMI dengan
membuka simpanan anggota minimal Rp25.000,-
2. Bagi wirausaha, usaha harus telah berjalan minimal 1
tahun.
3. Mengisi formulir Permohonan Pembiayaan dengan
melampirkan:
a) Fotocopy KTP 3 lembar suami dan istri, KK, dan Surat
Nikah.
b) Pas Foto berwarna terbaru ukuran 3x4, suami dan istri,
@2 lembar.
c) Fotocopy jaminan (BPKB+STNK, SHM, SHGB +SPT
PBB).
d) Bagi pegawai tambah fotocopy SK pegawai, slip gaji 3
bulan terakhir atau mutasi buku bank.
55
Gambar 4.3 Alur Proses Pembiayaan BMT Al-Fath IKMI
(Sumber data yang diolah oleh penulis dari blog BMT Al-
Fath IKMI)
D. Klasifikasi Pedagang UMKM BMT AL-FATH IKMI
Cabang Pondok Aren
Menurut hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan
mengenai klasifikas nasabah yang mengajukan pembiayaan
Murabahah pada BMT AL-FATH IKMI Cabang Pondok Aren.
Dari 100% nasabah yang melakukan pembiayan murabahah
terbagi menjadi 75% terdiri dari pedagang UMKM yaitu
pedagang warung sembako, pedagang makanan, pedagang sayur
mayur dan usaha jasa konveksi atau jahit, bengkel motor.
Kemudian 25% nya yaitu bekerja sebagai karyawan. Berikut
klasifikasi yang peniliti akan teliti dalam penelitian ini adalah :
56
1. Pedagang Sembako
2. Pedagang bahan atau Pakaian
3. Usaha Jasa penjahit.
E. Data Jumlah Nasabah yang Melakukan Pembiayaan
Murabahah
Berikut ini adalah data nasabah yang melakukan pembiayaan
murabahah pada tahun 2016-2019 yang peneliti dapatkan saat
wawancara dengan Kabag Operational BMT AL-FATH IKMI
CABANG PONDOK AREN:
Tabel 4.2 Data Nasabah Pembiayaan Murabahah
NO TAHUN JUMLAH
NASABAH
TOTAL
PEMBIAYAAN
1 2016 256 2,153,572,000.00
2 2017 253 2,614,323,164.00
3 2018 309 3,049,860,002.00
4 2019 300 3.241,288,002.00
(Sumber data diolah dari hasil wawancara dengan Kabag
Operational BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren )
F. Profil Pedagang UMKM BMT AL-FATH IKMI Cabang
Pondok Aren
Berdasarkan observasi lapangan, peneliti mendapatkan data
profil usaha yang melakukan pembiayaan murabahah pada BMT
Al-FATH IKMI Cabang Pondok Aren :
57
Tabel 4.3 Profil Pedagang UMKM
NO NAMA
PENGUSAHA
JENIS
USAHA
ALAMAT
USAHA
NO.
HANDPHONE
1. Ibu Heni Warung
Sembako
Jln. Barokah
1 RT/RW
01/010
Ciledug
082299023520
2. Bapak A. Saidi Konveksi
Jahit Bahan
dan Pakaian
Jln. Panti
asuhan GG.
H. Samiin,
Pondok aren
083812688887
3. Ibu Kartika Warung
Sayur-
mayur
Jln. M Ali
RT/RW
02/03
Ciledug
085216022839
(Sumber data diolah dari hasil wawancara pedagang
UMKM yang melakukan pembiayaan murabahah)
58
BAB V
ANALISIS PENGGUNAAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH PADA PEDAGANG USAHA MIKRO
KECIL DAN MENENGAH BMT AL-FATH IKMI
CABANG PONDOK AREN
A. Proses atau Skema Pembiayaan Murabahah
Berikut merupakan proses pembiayaan murabahah yang
terjadi pada BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren yang di
tuangkan dalam bentuk tabel :
Tabel 5.1Teori Proses Pembiayaan Murabahah dan Temuan
Teori Proses Pembiayaan
Murabahah
Temuan
Menurut Ismail (2011) skema
pembiayaan murabahah akan
terjadi 6 tahap antara bank dan
nasabah :
1.Negosisasi & persyaratan
2.Akad jual beli
3.Beli barang
4.Kirim barang
5.Terima barang dan
dokumen
6.Bayar
Proses pembiayaan
murabahah BMT Al-Fath
IKMI menurut Kabag
Operational Bapak Parzan
:
1. Penyerahan berkas
2. Survey dan analisa
3. Komite Pemby
4. Tolak/ terima
5. Akad
Selain itu ada beberapa
yang menggunakan sistem
bil wakalah (diwakilkan)
biasanya para pedagang
pedagang yang menjual
bermacam macam jenis
yang dijual yang tidak
dibisa di belikan langsung
oleh BMT.
59
Proses yang digunakan oleh BMT Al-Fath IKMI berbeda
dengan teori Ismail (2011). Nampak jelas perbedaan yang ada
dalam tabel diatas diantaranya adanya tim analisa yang akan
memantau kondisi usaha yang akan mengajukan pembiayaan.
kemudian akan ditindak lanjut oleh komite pemby apakalah layak
menerima pembiayaan atau tidak.
Selain itu, konsep yang diterapkan saat ini menggunakan
mekanisme posisi nasabah menjadi perwakilan bank (wakalah)
karena pada saat yang sama akad pihak bank dengan supplier
diwakilkan oleh nasabah. Dana dari pihak bank dikreditkan ke
rekening nasabah dan nasabah menandatangani tanda terima uang
dengan perjanjian akad murabahah.
B. Analisis Penggunaan Pembiayaan Murabahah
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang peneliti lakukan terhadap beberapa nasabah
yang bekerja sebagai pedagang UMKM BMT Al-Fath IKMI
Cabang Pondok Aren tahun 2019. Dimana para nasabah tersebut
memiliki jenis usaha yang cukup variatif diantaranya pedagang
warung sembako, pedagabg sayur mayur, usaha jasa konveksi
atau jahit, warung makan serta karyawan. Namun peneliti hanya
meneliti 3 (tiga) nasabah dari 5 (lima) jenis pedagang yaitu
pedagang warung sembako, pedagang sayur mayur dan usaha
jasa konveksi atau jahit.
60
Kabag Operational BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren
yaitu Bpk. Parzan berkata tentang penggunaan pembiayaan
murabahah yang dilakukan oleh para nasabah sudah dilakukan
sejak tahun 2015 tepatnya saat berdirinya BMT ALl-Fath IKMI
Cabang Pondok Aren sudah sesuai dengan syarat dan ketentuan
yang berlaku pada perbankan syariah yang ada di Indonesia.
Adapun dasar yang digunakan dalam menentukan persyaratan
pembiayaan murabahah BMT Al-Fath IKMI yaitu sesuai standar
yang digunakan perbankan syariah yang ada di Indonesia pada
umumnya yaitu ketetapan FATWA DSN – MUI No.04/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Murabahah.1
Menurut hasil observasi lapangan dan laporan nasabah,
penggunaan pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh nasabah
yang bertindak sebagai pelaku UMKM sudah cukup merubah
keadaan perekenomian mereka diantaranya yaitu penambahan
jumlah pendapatan pertahun, penambahan asset usaha atau
membuka cabang atau outlet baru, penambahan modal usaha
guna memperbanyak produk penjualan dan juga penambahan
jumlah karyawan.2
1 Wawancara Pribadi Bapak Parjan (Kabag Operational BMT AL-
FATH IKMI CABANG PONDOK AREN), Pondok Aren 9 September 2019.
2 Wawancara Pribadi Bapak Parjan,
61
Tabel 5.2 Teori Penggunaan Pembiayaan Murabahah dan
Temuan
Teori Temuan
Menurut Veithzal Rivai dan Arviyan
Arifin (2010) tujuan pembiayaan yaitu : 1. Peningkatan ekonomi umat
2. Tersedianya dana bagi
peningkatan usaha
3. Meningkatkan produktivitas
4. Membuka lapangan kerja baru
5. Terjadi distribusi pendapatan
1. Ibu Heni
Kondisi usaha Ibu Heni
setelah melakukan
pembiayaan Murabahah :
a. Modal usaha
b. Penambahan Asset
Usaha
c. Penambahan luas
wilayah
d. Penambahan kondisi
bangunan
e. Pendistribusian
pendapatan
2. 2. Bapak A. Saidi
Kondisi Usaha Jahit
Bapak A. Saidi setelah
melakukan pembiayaan
murabahah :
a. Modal Usaha
b. Penambahan Asset
Usaha
c. Penambahan Kondisi
Bangunan
62
3. 3. Ibu Kartika
Kondisi usaha Ibu Kartika
setelah melakukan
pembiayaan murabahah :
a. Modal usaha
b. Penambahan Asset
usaha
c. Pendistribusian
Pendapatan.
4. Bapak Lazmi Suchendri
(Informan)
Kondisi usaha Jersey
Bapak Lazmi stelah
mengajukan pembiayaan
murabahah :
a. Modal usaha
b. Penambahan Asset
usaha
c. Pendistribusian
pendapatan
Berdasarkan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) menurut UU Nomor 20 tahun 2008 usaha yang dimiliki
Ibu Heni yang beralamat di jalan Barokah 1 RT 01/RW 10
termasuk jenis usaha mikro karena mempunyai asset maksimal
Rp 50 Juta. Produk Murabahah yang digunakan Ibu Heni yaitu
Pembiayaan Syariah untuk usaha mikro kecil dan menengah dari
BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren. Produk ini merupakan
pembiayaan yang diberikan dengan limit pembiayaan Rp 1 juta-
Rp 500 juta untuk jangka waktu pinjaman maksimal 2 tahun
dengan dicicil atau diangsur.
63
Awal berdiri usaha Ibu Heni yaitu sejak tahun 2006
merupakan nasabah BMT Al-Fath IKMI CAbang Pondok Aren
dimana kondisi usaha Ibu Heni sebelum mengajukan pembiayaan
hanya mempunyai 1 toko dengan modal relatif kecil dan hanya
menjual produk-produk sembako. Selain itu omset yang didapat
sebelum mengajukan pembiayaan sekitar Rp. 60 juta pertahun.
Kemudian Ibu Heni berinisatif untuk melakukan pembiayaan
murabahah kepada BMT Al-Fath IKMI yang bertujuan untuk
penambahan modal usaha, penambahan produk-produk
dagangan, perluasaan bangunan usaha, dan juga penambahan luas
usaha atau cabang baru dengan prinsip syariah yang menjauhkan
hal-hal riba.
Adapun kondisi usaha Ibu Heni setelah mengajukan
pembiayaan Murabahah dari BMT yaitu berhasil menambah
kondisi bangunan dengan merenovasi teras samping rumahnya
untuk menjual kaset atau dvd dan juga Ibu Heni berhasil
membuka cabang baru berupa Toko Nayla Toys yang menjual
mainan anak-anak. Peningkatan omset yang di dapat Ibu Heni
meningkat menjadi Rp. 96 juta pertahunnya.3
Bapak A. Saidi menjalani usaha dalam bidang jahit-menjahit
atau yang biasa kita sebut konveksi pakaian atau celana. Usaha
yang berdiri sejak tahun 2015 ini beralamat di Jl. Panti Asuhan
GG. H. Sami’in merupakan usaha mikro dimana penghasilan
Bapak A. Saidi sebelum mengajukan pembiayaan Murabahah
3 Wawancara Pribadi Ibu Heni (Pemilik Toko Sembako & Toko
Nayla Toys), Ciledug 16 September 2019
64
pada BMT AL-FATH IKMI berkisar Rp. 1,5 juta perminggu
dengan kondisi hanya mempunyai 1 mesin jahit dan 1 mesin
obras. Setelah berjalan 1 tahun dalam dunia usaha, Bapak A.
Saidi mendapatkan pekerjaan di bidang Penanganan Prasarana
Sarana Umum DKI atau yang biasa kita sebut PPSU atau Tim
Oren guna penambahan modal usaha nya. Tetapi dengan status
pekerja, Bapak A.Saidi tidak berhasil menambah modal atau asset
usaha nya karena uang hasil bekerja digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari.
Akhirnya pada tahun 2017 Bapak A. Saidi mengajukan
pembiayaan kepada BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren
dengan tujuan awal untuk menambah modal usaha, menambah
asset usaha dan juga menambah kondisi bangunan. Tahun
pertama yang dirasakan Bapak A. Saidi setelah melakukan
pembiayaan yaitu berhasil menambah modal usaha untuk
pembeliin jenis bahan yang biasa Bapak A. Saidi menjahit jenis
pakaian kemudian Bapak A. Saidi menjahit jenis celana.
Kemudian Bapak A. Saidi menambah 1 mesin jahit, 1 mesin
obras dan juga 1 mesin potong. Dengan perkembangan yang
melesat, otomatis omset Bapak A. Saidi meningkat setiap minggu
nya menjadi Rp. 2-3 juta. Pada tahun 2018 Bapak A. Saidi
memperluas bangunan usahanya dengan merenovasi teras depan
rumahnya menjadi tempat produksi atau menjahit baru dan
meletakkan mesin.4
4 Wawancara Pribadi Bapak A. Saidi (Pemilik Konveksi Bahan
&Pakaian), Pondok Aren 17 September 2019
65
Ibu Kartika merupakan pengusaha sayuran yang beralamat di
Jl. M Ali RT 02/ RW 03 Ciledug. Warung sayur ini berdiri sejak
tahun 2010 dengan omset bersih perbulannya sekitar RP. 6 Juta.
Setelah berjalan kurang lebih 5 tahun, tepat pada tahun 2016 Ibu
Kartika melakukan pembiayaan murabahah kepada BMT Al-Fath
IKMI Cabang Pondok Aren dengan tujuan awal penambahan
modal usaha dan menambah varian produk sayuran. Pembiayaan
Murabahah yang dilakukan oleh Ibu Kartika sangat sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh seorang tukang sayur ini, karena
dengan penambahan varian produk dagangannya ini, Ibu Kartika
berhasil menambah omsetnya menjadi Rp. 7 juta perbulannya.
Dengan uang keuntungan yang didapatkan Ibu Kartika sekarang,
beliau berhasil membeli sebidang tanah di Jl. M Ali RT 02/ RW
03 Ciledug yang nantinya akan dibangun menjadi tempat
tinggalnya.5
Owner Banirijin Sport yaitu Bapak Lazmi Suchendri berkata
“penggunaan pembiayaan murabahah yang di tawarkan oleh
Bank Syariah atau BMT yang ada sangatlah membantu para
pelaku UMKM yang mengajukan pembiayaan murabahah. Hal
pertama yaitu terhindar dari riba, kemudian dengan cara yang
halal maka menimbulkan keberkahan dalam hal mencari rezeki.
Pengaruh yang ditimbulkan dalam pembiayaan murabahah yang
saya alami yaitu terpenuhnya modal usaha sebagai kebutuhan
awal untuk pembelian mesin-mesin jahit. Selain itu pendapatan
yang saya dapatkan meningkat sehingga dapat saya alokasikan
5 Wawancara Pribadi Ibu Kartika (Pemilik Warung Sayur Mayur),
Ciledug 18 September 2019
66
untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi sangat jelas pengaruh
penggunaan pembiayaan murabahah bagi pada pelaku usaha
mikro kecil dan menengah”.6 Penggunaan pembiayaan
murabahah sangatlah mempengaruhi pedagang UMKM dalam hal
permodalan yang kemudian terjadilah distribusi pendapatan
sebagai pemenuh kebutuhan hidup para pelaku UMKM. Selain
itu mendapatkan keberkahan dalam mencari rezeki karena
terhindar dari hal riba.
6 Wawancara Pribadi Bapak Lazmi Suchendri (Owner Banirijin
Sport), Petukangan Utara 9 Oktober 2019
67
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan penulis sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pembiayaan murabahah yang digunakan oleh BMT
Al-Fath IKMI berbeda dengan teori Ismail (2011).
Nampak jelas perbedaan yang ada diantaranya adanya tim
analisa yang akan memantau kondisi usaha yang akan
mengajukan pembiayaan. kemudian akan ditindak lanjut
oleh komite pemby apakalah layak menerima pembiayaan
atau tidak. Dan juga ada sistem wakalah (perwakilan)
dalam proses pembelian barang-barang yang tidak bisa di
belikan oleh BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren.
2. Penggunaan pembiayaan murabahah yang digunakan oleh
ketiga nasabah BMT-Fath IKMI Cabang Pondok Aren
digunakan untuk modal usaha, penambahan asset usaha,
penambahan luas wilayah, penambahan kondisi bangunan
dan juga pendistribusian pendapatan guna kelangsungan
kebutuhan dunia usahanya.
B. Saran
1. Peran BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren dalam
mengoptimalkan pedagang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah melalui pembiayaan Murabahah sudah sesuai
dengan SOP yang berlaku di Indonesia. Saran yang dapat
68
penulis sampaikan yaitu memperketat proses
penyelenggaraan pembiayaan murabahah dengan
menetapkan nasabah menjadi wakalah (wakil bank)
dalam proses jual beli agar sesuai dengan kaidah fiqh
yang berlaku.
2. Saran terhadap peneliti selanjutnya dalam mengkaji topik
yang sama dengan topik yang penulis lakukan agar kajian
ini dapat lenih komprehensif femi keberlanjutan proses
belajar yang berkesinambungan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Cholid Narbuko & Hamadi. Metodologi Penelitian. Jakarta
: Bumi AKsara, 1997.
Akbar, Husaini Husman & Purnomo Setiady. Metodologi
Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Amalia, Euis. Keadilan DIstributif Dalam Ekonomi Islam.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009.
Anwar, Lukmanul Hakim & Amelia. “Pembiayaan Murabahah
Pada Perbankan Syariah Dalam Perspektif Hukum
Indonesia.” Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi ,
Vol.1 2017: 213-214.
Arif, M. Nur Rianto Al. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Solo: PT.
Era Adicitra Intermedia, 2011.
Arif, Nur Riyanto Al. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah.
Bandung: Alfabeta, 2012.
Arifin, Veithzal Rivai & Arviyan. Islamic Banking Sebuah Teori,
Konsep dan Aplikasi . Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Askarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada, 2015.
Danupranata, Gita. Buku Ajaran MAnajemen Perbankan Syariah
. Jakarta: Salemba Empat, 2013.
Ikit. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Gaya Media,
2018.
Indonesia, Bank. Petunjuk Pelaksana Pembukaan Kantor Cabang
Bank Syariah. Jakarta: Bank Indonesia, 2015.
Indonesia, LPPI & Bank. Profil Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). Jakarta: Bank Indonesia, 2015.
Ismail, Drs. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Pernada Media
Group, 2011.
Kara, Muslim. “Kontribusi Pembayaran Perbankan Syariah
Teradap Pengembangan Usaha Kecil Mikro Menengah
(UMKM) di Kota Makasar (Studi Kasus anggota BMT
Saka Madani Yogyakarta).” Jurpol Vol.2 No.1, 2019: 134.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007.
70
Marwini. “Aplikasi Kontraktual Pembiayaan Murabahah Pada
Bank Syariah .” Jurnal Vol.4, 2002: 319.
Moeleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya , 2007.
Muhammad. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009.
. Manajemen Pembayaran BAnk Syariah. Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan AMPYKPN, 2005.
Nayla, Aktifa P. Komplet Akuntasi Untuk UKM dan Waralabal.
Yogyakarta: Laksana, 2018.
Nitisusastro, Mulyadi. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha
Kecil. Bandung: Alfabeta, 2010.
Nurhayati, Sri. Akuntansi Syariah di Indonesia . Jakarta :
Salemba Empat, 2012.
Nurseto, Tejo. “Strategi Menumbuhkan Wirausaha Kecil dan
Menengah yang Tangguh.” Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan Vol.1 No.1 , 2004: 3.
Perbankan, UU No.10 tahun 1998 Tentang. Menteri Sekertaris
Negara Republik Indonesia. Jakarta, 1998.
Soejoedono, Titik Sartika Partomo & Abd. Rachman. Ekonomi
Sekala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2004.
Sopiah, Etta Mamang Sangadji &. Perilaku Konsumen. Jakarta:
ANDI, 2013.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Deskripsi dan Ilustrasi . Yogyakarta: Ekonisia, 2008.
Sutedi, Andrian. Perbankan Islam. Jakarta : Sinar Grafika, 2008.
Tambunan, Tulus T.H. UMKM di Indonesia . Bogor: Ghalia
Indonesia, 2009.
Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah . Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah
. Jakarta: Zikrul Hakim, 2001.
LAMPIRAN
Nasabah 1
A. Profil Usaha
1. Nama Nasabah : Ibu Heni
2. Nama Usaha : Warung Sembako & Toko
NaylaToys
3. Jenis Usaha :Sembako dan Mainan Anak
4. Alamat Usaha : Jln. Barokah 1 RT 01/ RW
010
5. No Kontak : 082299023520
6. Tanggal Wawancara : 16 September 2019
7. Tingkatan Usaha : Mikro
8. Omset tahunan : 96 juta
B. Pertanyaan Tentang Murabahah :
1. Sudah berapa lama usaha ibu/ bapak berdiri ?
“Usaha saya berdiri sejak tahun 2006, kurang lebih
sudah sekitar 13 tahun.”
2. Kapan ibu/bapak mengajukan pembiayaan murabahah
kepada BMT AL-FATH IKMI ?
Pada tahun 2015 saya mengajukan pembiayaan
murabahah, dimana saat itu posisi BMT AL-FATH
IKMI cabang Pondok Aren baru dibuka.
3. Apa tujuan ibu/bapak melakukan pembiayaan
murabahah pada BMT Al-FATH IKMI ?
Awal saya mengajukan pinjaman yaitu karena rasa
ingin menjauhkan hal-hal riba dengan ikut pada
produk pembiayaan murabahah yang ada di BMT AL-
FATH IKMI. Selain ingin menjauhkan hal riba, saya
ingin menambah modal usaha guna mengembangkan
usaha dengan menambah varian produk dagang saya
dan melakukan perluasaan tempat dagang.
4. Apakah pembiayaan yang dilakukan ibu/bapak ajukan
sesuai dengan rencana atau tidak ?
Alhamdulillah sangat sesuai dengan apa yang saya
inginkan. Karena dengan pembiayaan yang diberikan
kepada saya dapat mengembangkan usaha yang saya
dirikan menjadi makin maju.
5. Apakah selama ini terjadi peningkatan pendapatan
sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan
murabahah pada BMT AL-FATH IKMI ?
Meningkat drastis, karena sebelum mengajukan
pembiayaan tingkat pendapatan saya standar kurang
lebih 5 juta pertahunnya.
6. Bagaimana kondisi usaha ibu/bapak sebelum dan
sesudah mendapatkan pembiayaan murabahah pad
BMT AL-FATH IKMI?
a. Apakah terjadi peningkatan asset usaha ?
Ada, varian produk sembako, VCV & DVD dan
mainan anak-anak.
b. Apakah terjadi peningkatan luas wilayah ?
Ada, membuka 1 kios baru yang diberi nama Toko
Nayla Toys
c. Apakah terjadi peningkatan jumlah karyawan ?
Tidak Ada, usaha keluarga yang saya jalankan
bersama suami saya.
d. Apakah terjadi peningkatan atau penambahan
kondisi bangunan ?
Ada, perluasan teras samping rumah.
Gambar 1. Interview Ibu Heni
Nasabah II
A. Profil Usaha
1. Nama Nasabah : Bapak A. Saidi
2. Nama Usaha : Konveksi
3. Jenis Usaha :Konveksi Jahit Bahan
Pakaian
4. Alamat Usaha : Jln. Panti Asuhan GG. H.
Samiin
5. No Kontak : 083812688887
6. Tanggal Wawancara : 17 September 2019
7. Tingkatan Usaha : Mikro
8. Omset tahunan : 84 juta
B. Pertanyaan Tentang Murabahah :
1. Sudah berapa lama usaha ibu/ bapak berdiri ?
4 tahun.
2. Kapan ibu/bapak mengajukan pembiayaan murabahah
kepada BMT AL-FATH IKMI ?
Sejak tahun 2016 saya mengajukan pembiayaan
murabahah kepada BMT AL-FATH IKMI CABANG
PONDOK AREN.
3. Apa tujuan ibu/bapak melakukan pembiayaan
murabahah pada BMT Al-FATH IKMI ?
Tujuan awal saya untuk penambahan modal usaha dan
juga penambahan asset usaha seperti mesin dll.
4. Apakah pembiayaan yang dilakukan ibu/bapak ajukan
sesuai dengan rencana atau tidak ?
Alhamdulillah sangat sesuai.
5. Apakah selama ini terjadi peningkatan pendapatan
sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan
murabahah pada BMT AL-FATH IKMI ?
Meningkat, karena sebelum mendapatkan pembiayaan
murabahah saya hanya memproduksi celana dengan
omset perminggu kurang lebih 1 juta, kemudian
setelah saya mengajukan pembiayaan murabahah pada
BMT AL-FATH IKMI CABANG PONDOK AREN
saya berhasil menambah jenis produksi baru seperti
pakaian Ibu-ibu atau yang biasa disebut Daster.
Alhamdulillah omset saya meningkat menjadi 2-3 juta
perminggunya.
6. Bagaimana kondisi usaha ibu/bapak sebelum dan
sesudah mendapatkan pembiayaan murabahah pada
BMT AL-FATH IKMI ?
a. Apakah terjadi peningkatan asset usaha ?
Ada, jenis bahan dan tambahan mesin jahit, mesin
obras dan mesin potong.
b. Apakah terjadi peningkatan luas wilayah ?
Tidak ada.
c. Apakah terjadi peningkatan jumlah karyawan ?
Belum.
d. Apakah terjadi peningkatan atau penambahan
kondisi bangunan ?
Ada, ruang tamu direnovasi jadi tempat produksi.
Nasabah III
A. Profil Usaha
1. Nama Nasabah : Ibu Kartika
2. Nama Usaha : Warung Sayur Mayur
3. Jenis Usaha : Pedagang Sayur Mayur
4. Alamat Usaha : Jl. M Ali RT 02/RW 03
Ciledug
5. No Kontak : 085216022839
6. Tanggal Wawancara : 18 September 2019
7. Tingkatan Usaha : Mikro
8. Omset tahunan : 84 juta
B. Pertanyaan Tentang Murabahah :
1. Sudah berapa lama usaha ibu/ bapak berdiri ?
Sejak tahun 2010 usaha saya berdiri, kurang lebih
sudah 9 tahun lamanya.
2. Kapan ibu/bapak mengajukan pembiayaan murabahah
kepada BMT AL-FATH IKMI ?
Sejak tahun 2016
3. Apa tujuan ibu/bapak melakukan pembiayaan
murabahah pada BMT Al-FATH IKMI ?
Tujuan awal mengajukan pembiayaan murabahah
yaitu untuk keperluan modal tambahan, karena usaha
saya butuh penambahan jumlah produk terbaru.
4. Apakah pembiayaan yang dilakukan ibu/bapak ajukan
sesuai dengan rencana atau tidak ?
Alhamdulillah sangat sesuai dengan yang saya
harapkan.
5. Apakah selama ini terjadi peningkatan pendapatan
sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan
murabahah pada BMT AL-FATH IKMI ?
Sebelum mengajukan pembiayaan muarabahah, usaha
yang saya jalanin hanya diam ditempat dengan
penghasilan perharinya sekitar Rp 100.000 sampai Rp.
200.000 dengan produk yang itu itu saja.
Setelah mengajukan pembiayaan murabahah pada
BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren omset saya
meningkat atau bertambah sekitar Rp. 50.000 sampai
Rp 100.000 menjadi Rp 300.000 perhari dengan
tambahan varian produk terbaru.
6. Bagaimana kondisi usaha ibu/bapak sebelum dan
sesudah mendapatkan pembiayaan murabahah pad
BMT AL-FATH IKMI ?
a. Apakah terjadi peningkatan asset usaha ?
Ada, varian produk sayur dan buah buahan.
b. Apakah terjadi peningkatan luas wilayah ?
Ada, pembelian tanah tempat tinggal.
c. Apakah terjadi peningkatan jumlah karyawan ?
Tidak ada.
d. Apakah terjadi peningkatan atau penambahan
kondisi bangunan ?
Ada.
Informan
Teks Wawancara dengan Informan
A. Profil Usaha
1. Nama Nasabah : Lazmi Suchendri
2. Nama Usaha : Banirijin Sport
3. Jenis Usaha : Jersey Futsal atau Bola
4. Alamat Usaha : Jalan H. Radin RT 10/RW
04 Pet-UT
5. No Kontak : 081287152344
6. Tanggal Wawancara : 9 Oktober 2019
7. Tingkatan Usaha : Usaha Kecil
8. Omset tahunan : 200 juta
B. Pertanyaan Tentang Murabahah :
1. Sudah berapa lama usaha ibu/ bapak berdiri ?
Awal berdiri usaha saya tahun 2014, jadi kurang lebih
sudah 5 tahun usaha saya berjalan.
2. Kapan ibu/bapak mengajukan pembiayaan murabahah
?
Tahun 2015
3. Dimana ibu/ bapak mengajukan pembiayaan
murabahah ?
BMT Komunitas Amal Soleh Kreo
4. Kapan ibu/bapak selesai mengajukan pembiayaan
murabahah ?
Tahun 2017 sekitar 2 tahun saya mengajukan
pembiayaan murabahah
5. Apa tujuan ibu/bapak melakukan pembiayaan
murabahah?
Yang pertama yaitu sebagai modal usaha, karena awal
tahun 2014 usaha saya berdiri masih gabung dengan
orang lain atau reseller kepada temen. Kemudian
tahun 2015 pelanggan semakin percaya dan bertambah
jumlah pesanannya maka saya mebgajukan
pembiayaan murabahah untuk membeli mesin-mesin
yang saya butuhkan.
6. Apakah pembiayaan yang dilakukan ibu/bapak ajukan
sesuai dengan rencana atau tidak ?
Alhamdulillah sangat sesuai.
7. Apakah selama ini terjadi peningkatan pendapatan
sesudah mendapatkan pembiayaan murabahah ?
Meningkat dratis
8. Bagaimana kondisi usaha ibu/bapak sesudah
mendapatkan pembiayaan murabahah
a. Apakah terjadi peningkatan asset usaha ?
Ada, pembelian mesin jahit, mesin obras, mesin
cutting, komputer, mesin press, varian bahan,
dan jumlah karyawan.
b. Apakah terjadi peningkatan luas wilayah ?
Ada, lahan rumah orang tua saya ubah menjadi
workshop untuk tempat produksi
c. Apakah terjadi peningkatan jumlah karyawan ?
Ada, sebelumnya saya sendiri. Kemudian saya
ajak orang tua saya untuk menjahit dan tetangga
saya menjadi tukang press baju.
d. Apakah terjadi peningkatan atau penambahan
kondisi bangunan ?
Perombakan lahan saja.
9. Menurut ibu/bapak, apakah penggunaan pembiayaan
murabahah yang diajukan mempengaruhi para pelaku
usaha mikro kecil dan menengah ?
Penggunaan pembiayaan murabahah yang di tawarkan
oleh Bank Syariah atau BMT yang ada sangatlah
membantu para pelaku UMKM yang mengajukan
pembiayaan murabahah. Hal pertama yaitu terhindar
dari riba, kemudian dengan cara yang halal maka
menimbulkan keberkahan dalam hal mencari rezeki.
Pengaruh yang ditimbulkan dalam pembiayaan
murabahah yang saya alami yaitu terpenuhnya modal
usaha sebagai kebutuhan awal, selain itu pendapatan
yang saya dapatkan meningkat sehingga dapat saya
alokasikan untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi sangat
jelas pengaruh penggunaan pembiayaan murabahah
bagi pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah.
Wawancara dengan Kabag Operational BMT Al-Fath IKMI
Cabang Pondok Aren
1. Sejarah berdirinya BMT AL-FATH IKMI Cabang Pondok
Aren ?
BMT Al-Fath IKMI di dirikan pada tanggal 13 Oktober
1996 oleh 25 orang dengan modal awal terkumpul sebesar
Rp. 5.000.000,00. Salah satu pendiri awal yaitu bapak H.
Saimin, S. E selaku manajer baituttamwil. BMT Al-Fath
adalah lembaga keuangan mikro syariah yang notabennya
merupakan lembaga keuagan aset umat dengan prinsip
operasionalnya mengacu pada prinsip-prinsip syari’at
islam. BMT Al-Fath dibentuk dalam upaya
memberdayakan umat secara kebersamaan melalui
kegiatan simpanan dan pembiayaan serta kegiatan-
kegiatan lain yang berdampak pada peningkatan ekonomi
anggota dan mitra binaan kearah yang lebih baik lagi,
lebih aman, serta lebih adil.
2. Kapan Pembiayaan Murabahah BMT AL-FATH IKMI
Cabang Pondok Aren beroperasi ?
Untuk cabang pondok aren sudah beroperasi dari tahun
2015
3. Apa dasar yang digunakan BMT AL-FATH IKMI Cabang
Pondok Aren dalam menentukan persyaratan pembiayaan
murbahah ?
FATWA DSN –MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000
4. Bagaimana proses pembiayaan murabahah pada pedagang
UMKM BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren ?
Proses pembiayaan murabahah BMT Al-Fath IKMI
pertama penyerahan berkas, kemudian tim melakukan
survey dan analisa. Setelah survey makan akan ada
pertimbangan dari komite pemby untuk diputuskan
apakah diterima atau ditolak. Apabila di terima maka akan
terjadi akad jual beli. Selain itu ada beberapa nasabah
yang menggunakan sistem bil wakalah (diwakilkan)
biasanya para pedagang pedagang yang menjual
bermacam macam jenis yang dijual yang tidak dibisa di
belikan langsung oleh BMT.
5. Apakah pembiayaan yang dilakukan nasabah ajukan
sesuai dengan rencana atau tidak ?
Alhamdulillah sesuai
6. Apakah selama ini terjadi peningkatan pendapatan
sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan
murabahah pada BMT AL-FATH IKMI ?
Dari laporan nasabah yang melakukan pembiayaan
murabahah senantiasa mengalami perubahan sebelum dan
sesudah melakukan pembiayaan murabahah.
7. Bagaimana kondisi usaha nasabah sebelum dan sesudah
mendapatkan pembiayaan murabahah pad BMT AL-
FATH IKMI ?
a. Apakah terjadi peningkatan asset usaha ?
Ada
b. Apakah terjadi peningkatan luas wilayah ?
Ada
c. Apakah terjadi peningkatan jumlah karyawan ?
Ada
d. Apakah terjadi peningkatan atau penambahan
kondisi bangunan ?
Ada, walaupun perlahan-lahan.
Gambar 5. Setelah interview dengan Kabag Operational
BMT Al-Fath IKMI Cabang Pondok Aren