Upload
dbssiliguri
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERKEMBANGAN KARYA ANAK NEGERI YANG DI “ANAK TIRIKAN” DALAM BIDANG TRANSPORTASI DARAT
DAN UDARA
KARYA TULIS
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas WajibSiswa Kelas XI SMA Don Bosco III
Oleh
Nathanael Andreas Hutahaean
Kelas : XI IPA
Nomor Urut : 10
NIS : 141510038
i
ANALISIS PERKEMBANGAN KARYA ANAK NEGERI YANG DI “ANAK TIRIKAN” DALAM BIDANG TRANSPORTASI DARAT DAN UDARA
OLEH
Nathanael Andreas Hutahaean
Kelas : XI IPA
Nomor Urut : 10
NIS : 1415 10 038
Telah diterima, disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat
sebagai salah satu tugas wajib siswa kelas XI
SMA Don Bosco III
Pada tanggal ……………….
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Victorius Yani Murtopo, S,Pd. Mulawarman, S, Pd.
iii
Mengetahui,
Kepala Sekolah,
Surjati Soenarjo, S.E.“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal”
(Yesus Kristus)
iv
Kupersembahkan karya tulis ini kepada Tuhan Yesus Kristus, keluargaku,
guru yang telah membantu, teman-teman, Indonesia, dan yang terakhir
dipersembahkan untuk orang yang kucintai kelak.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis yang saya tulis
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
v
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan, karena atas kasih karunianya, karya
tulis ilmiah ini dapat saya selesaikan dengan baik. Karya tulis ini saya buat dalam rangka
tugas wajib kelas XI SMA Don Bosco III Tahun Ajaran 2015-2016, yaitu sebagai salah
satu syarat kenaikan kelas. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan, karena hanya Dia yang layak menerima segala ucapan syukur.
2. Ibu Surjati Soenarjo S.E., selaku kepala sekolah SMA Don Bosco III yang telah
membimbing saya hingga karya tulis ini selesai.
3. Bapak Viktorius Yani Murtopo S.Pd., selaku pembimbing materi karya tulis yang
telah membimbing saya dalam penyusunan karya tulis ini.
4. Bapak Mulawarman S.Pd., sebagai guru tata bahasa yang telah membimbing dan
banyak memberi masukan tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar.
5. Kedua Orangtua saya yang memfasilitasi saya, sehingga karya tulis ini dapat selesai
dengan baik.
Saya sadar akan kekurangan dari karya tulis yang telah saya susun ini, oleh
karena itu saya siap menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga karya tulis
ini bermanfaat bagi para pembaca.
Cikarang, 13 September 2015 Penulis,
vii
Nathanael Andreas Hutahaean
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................ iv
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 4
viii
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................. 4
1.5 Ruang Lingkup Penulisan..................................................................... 5
1.6 Sistematika Penyajian........................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................... 7
2.1 Hakikat Indonesia sebagai Negara Kepulauan...................................... 7
2.2 Hakikat Ekonomi Terpimpin (Berdikari).............................................. 8
2.3 Hakikat Transportasi........................................................................... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 12
3.1 Desain Penelitian................................................................................. 12
3.2 Variabel Pengukuran........................................................................... 12
3.3 Data dan Sampel................................................................................. 12
3.4 Metode Analisis.................................................................................. 12
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 13
4.1 Pelopor Angkutan Transportasi Udara Nasional................................ 13
4.2 Pelopor Angkutan Transportasi Darat Nasional................................. 16
4.3 Proyek Pembuatan Alat Transportasi Tidak Berjalan Dengan Baik... 18
4.4 Dampak dari Gagalnya Industri Transportasi Terhadap Indonesia.... 20
4.5 Mendukung Produk Nasional.............................................................. 21
ix
BAB V PENUTUP............................................................................................... 24
5.1 Kesimpulan..........................................................................................
24
5.2 Saran.................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 27
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................. 29
BIOGRAFI PENULIS........................................................................................ 33
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata Berdikari mungkin sudah sering kita dengar, di debat-debat politik, di
kampanye-kampanye calon pemimpin, dan lain-lain. Sebenarnya apakah Berdikari
itu? Dan mengapa Berdikari selalu dielu-elu kan? Berdikari sendiri merupakan
sebuah akronim dari Berdiri di Kaki Sendiri. Berdikari ini dicetuskan oleh Bapak
Proklamasi kita, Ir. Soekarno, sebagai konsep ekonominya pada peringatan HUT
RI ke-20, yang kemudian Partai Komunis Indonesia secara terang-terangan
langsung menyambut konsep ini dengan hangat, dan menuntut pemerintah segera
mengaplikasikannya. Jika sejak dulu negara kita mempraktikan kebebasan
berlandaskan demokrasi terpimpin, dan diaplikasikan sampai sekarang, maka
konsep berdikari, ekonomi terpimpin ini juga merupakan cita-cita Soekarno,
sebagai landasan ekonomi Indonesia.
Bukankah rakyat sejahtera bila negara ini bisa lepas dari monopoli negara
asing? Dari fluktuasi harga internasional, yang selalu berubah-ubah?
Meningkatkan produksi dalam negeri? Menciptakan lapangan kerja bagi rakyat
Indonesia sendiri? Meningkatkan devisa negara? Tapi apa yang terjadi sekarang?
1
Kemana realisasi cita-cita Soekarno itu? Kenapa pembangunan tidak merata?
Mengapa di Jakarta bisa berdiri gedung Sahid Sudirman Center dengan tinggi
233,6 meter, sementara di Papua, sekolah masih beralaskan tanah?
Terdapat 17.504 pulau di Indonesia. Kunci untuk mencapai pembangunan
yang merata, tanpa ada kesenjangan sosial salah satunya terletak pada transportasi
dan infrastruktur. Untuk menghubungkan pulau-pulau ini, dibutuhkan sistem
transportasi yang terintegrasi. Transportasi dan infrastruktur saling mendukung
satu sama lain. Angkutan darat, laut dan udara, itu semua membutuhkan jalan,
pelabuhan dan bandar udara. Bayangkan jika pelabuhan di Papua di tambah,
begitu juga dengan kapasitasnya, lalu dilanjutkan dengan jalan-jalan yang
memadai bagi kendaraan-kendaraan berat seperti truk container dan juga semua
bandar udara mempunyai standar yang sama seperti bandar udara Biak, yang
mempunyai runway sepanjang 3.571 meter, sehingga pesawat kargo tidak
mempunyai masalah untuk mendarat. Papua tentu menjadi provinsi yang maju.
Masalah yang muncul setelah pembangunan infrastruktur adalah
transportasi. Saat ini, Indonesia belum menancapkan namanya dalam sejarah
otomotif darat maupun udara. Di negara ini, terdapat mobil-mobil bermerk
Honda, Toyota, Suzuki dan Daihatsu buatan Jepang. Di bandara ada pesawat-
pesawat Boeing buatan Amerika, Embraer buatan Brazil dan Airbus buatan
2
Perancis. Pesawat untuk keperluan militer di pesan ke Lockheed Martin buatan
Amerika, Mikoyan, Sukhoi, Tupolev, Ilyushin buatan Rusia, Embraer buatan
Brazil, Dassault buatan Prancis dan pesawat-pesawat buatan Korea Selatan. Di
pelabuhan umum, biasanya kita menemukan kapal-kapal bekas keluaran tahun 80-
90an buatan Taiwan, China, dan lain-lain. Sedangkan kapal-kapal militer kita
pesan ke Jerman, Korea, China tetapi dalam hal transportasi laut, kita bisa turut
bangga pada negara. Banyak kapal perang kita yang dibuat oleh PT PAL, yang
berarti Indonesia, dengan cukup efektif, dapat memproduksi kapal buatannya
sendiri.
Dari semua brand-brand diatas, kemanakah brand yang dibuat oleh
Indonesia sendiri? Sebuah fakta jika banyak ahli-ahli dari Indonesia yang unggul
dalam mendesign dan membuat produk-produk transportasi, namun bukankah
terdengar lucu, jika warga Indonesia membeli mobil Proton buatan Malaysia,
negara tetangganya sendiri yang “kalah start” dibanding Indonesia. Bukan tidak
mungkin jika kita Berdikari di dalam bidang mesin dan dirgantara. Industri
penerbangan negara sangat maju di era Nurtanio dan Habibie. Tidak sedikit
maskapai penerbangan negara asing yang datang ke Indonesia untuk
menandatangani “letter of intent” supaya bisa mendapatkan pesawat-pesawat
canggih buatan IPTN. Kita pernah membuat mobil alternatif dengan bahan bakar
3
listrik yang bernama “Selo”, dan juga mobil komersial dengan nama “Esemka”.
Tapi pada akhirnya, tidak ada yang jalan. IPTN ditutup, Mobil Selo dinyatakan
tidak lulus uji emisi (padahal mobil listrik tidak ada emisi) juga dinyatakan hanya
bisa berpacu di kecepatan 29 km/h (padahal ketika di test drive mampu melesat
sampai 300 km/h) dan mobil Esemka? Entah kemana. Semua permasalahan itu
akan saya bahas di sini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang saya paparkan di atas, maka saya
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Mengapa proyek pembuatan alat transportasi buatan dalam negeri tidak
berjalan baik?
2. Apa dampak dari proyek yang tidak berjalan itu bagi negara?
3. Bagaimana cara mendukung proyek pembuatan alat transportasi dalam negeri
agar tetap berlanjut dan semakin berkembang?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari karya tulis ini adalah :
4
1. Mengetahui masalah yang menyebabkan proyek pembuatan alat transportasi
darat dan udara tidak berjalan baik
2. Dampak positif/negatif dari proyek pembuatan alat transportasi yang tidak
berjalan baik bagi negara
3. Cara-cara mendukung proyek pembuatan alat transportasi dalam negeri
1.4 Manfaat Penulisan
Saya berharap agar para pembaca dapat terbuka matanya tentang
pentingnya memakai produk dalam negeri, dan khususnya yang diperdalam di
karya tulis ini, produk angkutan transportasi dalam negeri. Saya berharap
pembaca dapat sadar bahwa banyak sekali dampak yang positif jika kita mampu
memproduksi massal angkutan-angkutan transportasi untuk digunakan oleh rakyat
Indonesia sendiri, dan juga, atas seizin Allah, produk-produk tersebut dapat
diekspor ke luar negeri.
5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Karya tulis ini membahas Produk-Produk Angkutan Transportasi yang
beruang lingkup di seluruh Indonesia.
1.6 Sistematika Penyajian
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.7 Latar Belakang
1.8 Rumusan Masalah
1.9 Tujuan Penulisan
1.10 Manfaat Penulisan
1.11 Ruang Lingkup Penulisan
6
1.12 Sistematika Penyajian
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Indonesia sebagai Negara Kepulauan
2.2 Hakikat Ekonomi Terpimpin (Berdikari)
2.3 Hakikat Transportasi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.2 Variabel Pengukuran
3.3 Data dan Sampel
3.4 Metode Analisis
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pelopor Angkutan Transportasi Udara Nasional
4.2 Pelopor Angkutan Transportasi Darat Nasional
4.3 Proyek Pembuatan Alat Transportasi Tidak Berjalan Dengan Baik
4.4 Dampak dari Gagalnya Industri Transportasi Terhadap Indonesia
4.5 Mendukung Produk Nasional
BAB V PENUTUP
7
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Indonesia sebagai Negara Kepulauan
UUD 1945 pasal 25A mengamanatkan bahwa negara Republik Indonesia
merupakan negara kepulauan. Hakikat negara kepulauan adalah pulau dan laut
8
sebagai ruang untuk hidup dan pusat aktivitas manusia. Demikian pula amanat
Undang- Undang 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
NKRI yang pada dasarnya berbasis kepulauan. Mobilitas dan pertukaran barang
dan jasa di negara kepulauan sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur di
pesisir dan moda transportasi di laut.
Hal ini berbeda dengan negara kontinental yang menempatkan darat
sebagai pusat aktivitas sehingga mobilitas semacam itu ditopang oleh infrastruktur
yang ada di darat. Di samping itu, komposisi sumber daya di negara kepulauan
merupakan kombinasi dari sumber daya di pulau dan laut. Hal ini bermakna
modal dasar pembangunan di negara kepulauan akan tergantung pada kemampuan
untuk memanajemen sumber daya di pulau dan laut dalam pengelolaan yang
saling berkomplemen, bukan saling menyubstitusikan.
Masalah utama pembangunan di negara kepulauan adalah menciptakan
soft power dan hard power dalam kerangka pembangunan nasional. Sebagian dari
kebutuhan soft power tersebut telah dipenuhi dengan lahirnya produk perundang-
undangan yang mendukung pengelolaan sumber daya di pesisir dan laut. Produk
perundang- undangan tersebut di antaranya UU No 17/1985 tentang
9
UNCLOS,UU No 31/2004 tentang Perikanan,dan UU No 27/2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2.2 Hakikat Ekonomi Terpimpin (Berdikari)
Ekonomi terpimpin adalah gagasan yang dibuat oleh Bung Hatta. Gagasan
ini dibuat pada tahun 1960, setelah lahirnya gagasan demokrasi terpimpin.
Ekonomi terpimpin adalah sebuah antitesa dari ekonomi liberal, dimana ekonomi
liberal sangat menentang peran campur tangan negara dalam ekonomi dan
memberikan kekuasaan ekonomi kepada perorangan, ekonomi terpimpin justru
memberi tempat untuk peran pemerintah sehingga pemerintahan dapat turut
campur tangan dalam lapangan ekonomi. Ekonomi terpimpin di gagaskan sebagai
bentuk perlawanan dari kolonialisme dan imperialisme, dimana kolonialisme dan
imperialisme tidak memperbolehkan negara jajahannya untuk mandiri dan berdiri
di kaki sendiri. Ekonomi liberal hasil kolonialisme dan imperialisme ini memaksa
sebuah negara yang masih berkembang untuk selalu bergantung kepada sang
penjajah. Ekonomi terpimpin sesuai dengan Pancasila, yaitu sila ke 5 yang
berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini dikarenakan
gagasan ekonomi terpimpin mampu memeratakan pembagian kesejahteraan di
lapisan masyarakat.
10
Dampak negatif dari ekonomi liberal yang ditimbulkan sangat banyak.
Ketimpangan ekonomi, kesemena-menaan dan kesenjangan sosial yang semakin
menjadi-jadi. Karena tidak adanya pemerataan ekonomi, yang kaya akan semakin
kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Ekonomi hanya diatur oleh pemilik-
pemilik modal, dan para pemilik modal akan terus memonopoli pasar. Contoh nya
adalah Amerika yang menganut sistem ekonomi liberal. Meskipun orang-orang
terkaya di dunia banyak berasal dari Amerika, namun banyak sekali masyarakat
lapisan bawah yang menjadi korbannya. Contoh lainnya adalah proyek minyak
blok Cepu, dimana Exxon Mobile justru mengungguli Pertamina, dan Freeport
yang dikuasai oleh Amerika.
Tujuan dari penerapan prinsip ekonomi terpimpin, menurut Bung Hatta
adalah :
1. Menciptakan kesempatan kerja penuh (Full Employment), sehingga rakyat
terbebas dari pengangguran
2. Standar hidup yang lebih baik
3. Mengurangi ketimpangan ekonomi
4. Keadilan sosial
11
Namun, walau ekonomi terpimpin terlihat serupa dengan ekonomi
komunis, Bung Hatta menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan ekonomi
komunis. Hal itu dikarenakan ekonomi komunis tidak mengakui adanya
kepemilikan pribadi. Hal ini mematikan inisiatif pribadi. Menurut Bung Hatta,
konsep ekonomi terpimpin tetap menggunakan logika ekonomi : “Mengejar hasil
yang sebesar-besarnya dengan tenaga sekecil-kecilnya”. Dalam badan usaha
negara, Bung Hatta menggunakan tenaga profesional untuk memimpin. Usaha
swasta juga tetap diperbolehkan, asal tunduk pada arahan pemerintah dan
kepentingan bersama.
2.3 Hakikat Transportasi
Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang dan penumpang dari
suatu tempat ke tempat lain (H.A. Abas Salim, Manajemen Transportasi, p.6).
Dua fungsi utama dari transportasi adalah aksesibilitas dan mobilitas. Kita dapat
meningkatkan aksesibilitas dengan cara meningkatkan mobilitas dan atau
mengubah distribusi dari peluang. Tetapi jika peluang tersebut tidak dapat diubah,
maka perubahan dari mobilitas ekuivalen dengan perubahan aksesibilitas. Fungsi
mobilitas dilihat dari peningkatan yang dapat mempercepat proses pembangunan,
sedangkan fungsi aksesibilitas dalam pembangunan terealisir dalam hal
12
pemerataan pembangunan, sehingga dapat membuka daerah terisolir dari
infrastruktur yang dibuat dan juga mengurangi kesenjangan sosial antar daerah.
Secara umum, moda transportasi dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Darat
2. Laut
3. Udara
Dengan sila ke 5 Pancasila yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia”, maka pemerintah wajib membangun infrastruktur dan
menyediakan transportasi yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan mobilitas
masyarakat. Dengan demikian, pada hakikatnya transportasi adalah alat angkutan
untuk memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat lain melalui
darat, laut dan udara.
13
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian/Karya Ilmiah ini menggunakan metode kualitatif atau deskriptif,
yaitu metode yang memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan sejelas
mungkin dan juga mengandung analisa-analisa berdasarkan perspektif subyek.
3.2 Variabel Pengukuran
Variabel Bebas : Karya Anak Negeri
Variabel Terikat : Transportasi Darat dan Udara Negara Indonesia
3.3 Data dan Sampel
Adapun data yang akan dijadikan objek penelitian adalah data yang
berhubungan dengan bidang trasnportasi, khususnya darat dan udara dengan
sampel yang diambil dari industri-industri transportasi yang mencakup wilayah
Indonesia.
3.4 Metode Analisis
15
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan
data yang bersumber dari buku, makalah, maupun data yang tersebar di internet.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pelopor Angkutan Transportasi Udara Nasional
Industri pesawat terbang sudah dimulai sejak Indonesia belum merdeka.
Kegiatan penerbangan di Indonesia dimulai satu tahun setelah Wright bersaudara
menerbangkan pesawat pertamanya. Ir. Onnen, seorang insinyur berkebangsaan
Belanda, membuat pesawat eksperimental dari bambu di Sukabumi. Selanjutnya,
pada tahun 1914, Belanda mendirikan sebuah lembaga penguji penerbangan yang
bertugas dalam pengkajian kinerja pesawat Eropa untuk pengoperasian di daerah
Asia. Lalu, pada tahun 1923, dibangunlah Departemen Penerbangan Pelayanan
Teknis di Sukamiskin, Bandung. Karena perkembangannya yang pesat,
Departemen ini dipindahkan ke Lanud Husein Sastranegara, yang dulu masih
bernama Lanud Andir. Fasilitas tersebut kemudian dikembangkan untuk perakitan
pesawat pembom yang mengatasi ancaman Jepang. Tahun 1935, pusat
16
pengembangan ini berhasil membuat pesawat PW1 bermesin tunggal dan PW2
bermesin ganda pesanan seorang pengusaha roti yang ingin mendirikan industri
pesawat terbang. Pesawat itu mengejutkan dunia, karena berhasil terbang dari
Batavia ke Amsterdam, London dan China. Ini membuktikan bahwa Indonesia
mempunyai potensial memiliki industri pesawat terbang yang berani bersaing.
Bahkan pelopor produsen pesawat asal Belanda, Fokker yang didirikan oleh
A.H.G Fokker, lahir di Kediri.
Pasca kemerdekaan, TRI mengambil alih semua fasilitas penerbangan dari
Belanda. Fasilitas-fasilitas penerbangan pada masa itu difokuskan untuk
mempertahankan kemerdekaan. Pesawat-pesawat rampasan dimodifikasi menjadi
pesawat serang. Pada tahun 1946, dibuatlah 6 unit pesawat layang yang disponsori
oleh Wiweko Supono, Sumarsono dan yang terakhir, Nurtanio Pringgoadisurjo,
yang merupakan bapak perintis industri pesawat terbang Indonesia. Pesawat ini
digunakan untuk menarik minat para pemuda untuk menjadi calon pilot, yang
elanjutnya akan dikirim ke pelatihan di India.
Pada tahun 1948, dibuatlah pesawat WEL-1 yang menggunakan mesin
motor Harley Davidson bertenaga 28 tenaga kuda. Dari tahap desain sampai tes
penerbangan, pesawat ini dibangun hanya dengan waktu 5 minggu. Berdasarkan
17
desain-desain Nurtanio, lahirlah pesawat-pesawat Si Kumbang, Belalang 89 yang
kemudian disempurnakan lagi menjadi Belalang 90, dan Kunang 25 yang
bermesin Volkswagen. Hal ini dilakukan untuk menarik minat generasi muda
pada dunia dirgantara. Kemudian, Nurtanio dan 3 orang Indonesia lainnya,
dikirim ke Filipina guna menambah pengetahuan dalam bidang industri
penerbangan.
Pada 1960, dibentuklah LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan)
yang bertugas menyiapkan pembangunan industri pesawat terbang. Kemudian,
LAPIP bekerjasama dengan CEKOP, produsen pesawat Polandia, yang meliputi
pembangunan pabrik, pelatihan karyawan dan pembuatan pesawat STOL (Short
Take Off and Landing) bernama Gelatik, atau PZL-104 Wilga.
Pada 1965, Presiden Soekarno membentuk KOPELAPIP (Komando
Pelaksana Industri Pesawat Terbang) dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari.
Pada Maret 1966, Nurtanio meninggal karena kecelakaan saat pengujian pesawat.
Untuk menghormati jasanya, kedua lembaga itu digabung menjadi LIPNUR
(Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio). Berdasarkan keputusan presiden,
didirikanlah Teknik Penerbangan ITB, yang saat itu dibawah naungan dari
Departemen Mesin. Semua hal diatas, dikerjakan sendiri tanpa adanya bantuan
dana dari pemerintah. Sebelumnya, sejumlah mahasiswa Indonesia dikirim ke luar
18
negeri. B.J Habibie merupakan salah satu mahasiswa yang dikirimkan ke luar
negeri pada gelombang ke 2.
Pada 1976, seluruh fasilitas penerbangan diambil alih untuk mendirikan
IPTN, dengan B.J Habibie sebagai direktur utama. Personel angkatan udara
dieliminasi dan pada 1985, nama Nurtanio diganti menjadi Nusantara.
Pada era Gus Dur, paradigma IPTN diubah dari high cost menjadi
competitive industry yang bersaing di pasar internasional. Nama PT IPTN pun
diubah menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI). PT DI diminta untuk tidak
membuat pesawat maupun helikopter, namun hanya sebagai pemasok suku
cadang pesawat dari produsen-produsen seperti Boeing, British Airspace, dan
Airbus.
Berbagai masalah telah menimpa industri ini. Pada tahun 1995, pesawat
Gatot Kaca (N250) terbang perdana. Pesawat ini mengusung teknologi turboprop,
glass cockpit, kapasitas penumpang 50 orang, dan teknologi yang paling canggih
di jamannya adalah : Fly by Wire. Teknologi pesawat ini dirancang untuk 30
tahun ke depan. Pesawat ini sudah tidak mengalami Dutch Roll (pesawat oleng
berlebihan). N250 merupakan satu-satunya pesawat turboprop dengan teknologi
19
Fly by Wire sampai saat ini. IPTN membangun pabrik khusus N250 di Amerika
dan Eropa, namun tiba-tiba presiden memutuskan untuk menutup IPTN dan
industri strategis lainnya (krisis moneter 1997). B.J Habibie meminta uang 500
juta dollar dan meyakinkan presiden bahwa Indonesia tidak akan bergantung pada
produsen pesawat luar negeri. Namun, permintaan itu ditolak presiden. Sampai
saat ini, bekas karyawan IPTN yang ditutup itu dipekerjakan pada produsen-
produsen pesawat terbang internasional kelas dunia seperti Boeing, Airbus, dan
lain-lain. Pada saat itu IPTN mempunyai 16.000 lebih karyawan dan sekarang PT
DI sekarang hanya mempunyai 4.000 karyawan.
4.2 Pelopor Angkutan Transportasi Darat Nasional
Indonesia tidak mempunyai industri yang benar-benar membuat angkutan
transportasi darat dengan desain dari karya anak bangsa dan perakitannya di
Indonesia. Adapun bisnis karoseri seperti Adiputro dan Putra Berlian hanya
membuat rangka yang dipasang pada sasis dengan menggunakan mesin-mesin
dari Hino, Scania, Isuzu, dan lain-lain. Sedangkan perusahaan seperti Astra yang
merakit mobil di Indonesia, hanya bersifat sebagai distributor produsen mobil atau
motor dari luar negeri.
20
Namun, pada akhir-akhir ini, beberapa pihak mencoba untuk membuat
mobil buatan lokal seperti Esemka dan Selo. Esemka adalah merk mobil, yang
dirakit oleh perkumpulan SMK-SMK di seluruh negeri yang berpusat di Solo.
Esemka menggunakan spare part dan rangka yang di import dari luar negeri
namun untuk mesin, dirakit sendiri oleh para mahasiswa SMK. Dengan spesifikasi
yang mumpuni seperti kapasitas cc dari 1.500 sampai 2.500 (diesel), seharusnya
Esemka dapat bersaing di pasar nasional, mengingat harganya yang begitu murah,
yaitu dibawah 150 juta (untuk varian yang paling mahal). Esemka sempat terhenti
karena uji emisi yang gagal, namun setelah tahap perbaikan dan lolos uji emisi,
Esemka masih tidak mendapat dukungan pemerintah. Hal ini sangat disayangkan,
karena karya seperti ini seharusnya mendapat apresiasi dan dukungan dari negara.
Pada tahun 2013, dibuatlah mobil listrik bernama Selo yang dirakit oleh
Bengkel Kupu-kupu Malam Yogyakarta. Mobil ini pernah di test oleh Menristek,
Gusti Muhammad Hatta. Beliau mengaku nyaman menggunakan mobil ini. Selo
tidak mengeluarkan emisi sama sekali karena bertenaga listrik. Kapasitas
baterainya mencapai 6 jam, dengan kecepatan sampai 200 Km/jam, kekuatan torsi
10.000 rpm dan 180 tenaga kuda. Selo sendiri merupakan mobil generasi kedua
setelah Tucuxi yang diberhentikan karena diduga terdapat kasus korupsi. Jika
Tucuxi lebih mirip Ferrari, maka desain Selo lebih mirip Lamborghini. Berbagai
langkah agar mobil ini dapat diproduksi massal pun ditempuh. Namun, Sarjono
21
Turin, penyidik kejaksaan agung, mengatakan bahwa mobil ini tidak lulus uji
emisi dan hanya bisa melaju dengan kecepatan 29 Km/jam. Hal ini sangat
membingungkan, mengingat bahwa mobil listrik tidak mengeluarkan emisi sama
sekali, lagipula Bengkel Kupu-kupu Malam telah mengetes mobil ini hingga
kecepatan 200 Km/jam. Terakhir dikabarkan bahwa, Malaysia ingin mengakuisisi
mobil listrik ini.
4.3 Proyek Pembuatan Alat Transportasi Tidak Berjalan Dengan Baik
Total Delivery Pesawat PT DI dari Tahun 2007-2011
2007 2008 2009 2010 2011
CN 235 1 3
NC 212 1
NBO 105 1 1
NBELL412 1 1
NAS 332 1 1
TOTAL 2 2 2 1 4
Tabel 1 Total Delivery Pesawat PT DI dari Tahun 2007-2011
Berdasarkan data dari tabel, dapat ditarik kesimpulan bahwa produksi
pesawat PT DI tidaklah produktif. Dari tahun 2007 hingga 2011, PT DI hanya
22
mampu menjual 11 unit pesawat maupun helikopter. Rata-rata penjualan pesawat
oleh PT DI hanya 2 unit per tahun. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan
dengan IPTN di era keemasannya. IPTN sampai harus membuka cabang-cabang
di luar negeri, dan memperkerjakan 16.000 karyawan.
Dari pembahasan di atas, banyak faktor yang menghambat majunya
industri alat transportasi di negeri ini. Kebanyakan dari faktor itu memang tidak
disengaja, seperti kegagalan N-250 karena tekanan-tekanan politik dan krisis
ekonomi Asia 1997, IPTN yang bangkrut juga karena krisis ekonomi sehingga
harus mem-PHK 16.000 karyawan, PT DI yang dinyatakan pailit pada 2007,
Esemka yang tidak dapat berkembang karena kurangnya dukungan dan tidak lolos
uji emisi, Proyek Tucuxi yang diberhentikan karena kasus dugaan korupsi, dan
Selo yang harus diakuisisi negara tetangga.
Industri transportasi negeri ini sering menemukan berbagai hambatan.
Namun ndustri transportasi lain (luar negeri) yang sekarang merajai pasar, juga
pernah menemukan hambatan yang sama. Seperti Boeing yang tidak mendapat
kepercayaan untuk pesawatnya, dan tidak punya modal sama sekali, belum lagi
pesanan pertama untuk pesawatnya harus batal karena perang dunia 1. Sukhoi
yang harus berhenti membuat pesawat karena oposisi politik dengan Stalin dan
23
jatuhnya pesawat-pesawat mereka karena kecelakaan. Ford yang kehabisan modal
untuk percobaan dan pinjaman yang ditolak bank ketika perang dunia 1 baru
berakhir. Honda yang rancangan ring pistonnya ditolak oleh Toyota dan
pabriknya yang mulai ditinggalkan.
Jika Boeing, Sukhoi, Ford, Honda dan banyak lagi produsen alat
transportasi lainnya berhenti dan tutup usaha, mungkin dunia transportasi tidak
akan maju seperti sekarang. Mereka pantang menyerah untuk berkarya, lebih lagi
mereka mendapat dukungan yang berupa pesanan-pesanan. Masyarakat di negara
mereka optimis dan percaya akan produksi alat transportasi di negara mereka
sendiri. Suatu hal yang jarang di Indonesia, dimana rakyat nya sendiri pesimis dan
memilih untuk menggunakan produk luar negeri, sehingga sekarang Indonesia
bergantung pada barang impor. Tenaga ahli di Indonesia biasanya pergi bekerja di
luar negeri, dan umumnya ketika karya mereka menjadi terkenal, para rakyat akan
memuji karena karya itu diciptakan oleh orang Indonesia. Hal ini tidak mengubah
apapun, karena Indonesia tetap menjadi konsumen. Karya anak negeri tidak
pernah mendapat dukungan dari pemerintah dan rakyatnya sendiri. Pemerintah
tidak akan mendapat komisi kalau tidak mengimport barang dari luar negeri, dan
rakyatnya yang cenderung bersifat konsumerisme hanya menginginkan barang-
barang yang sudah terkenal dan bermerk.
24
Pemerintah merupakan satu unsur yang penting untuk majunya industri
ini. Pada kasus Selo, pemerintah mengatakan bahwa biaya riset 2 milyar untuk
mobil ini terlalu mahal. Biaya riset 2 milyar untuk membuat mobil listrik, terlalu
mahal? Bahkan para produsen mobil seperti Toyota, Lexus, dan lain-lain
mengeluarkan triliunan hanya untuk biaya riset dan pengembangan mobil listrik.
4.4 Dampak dari Gagalnya Industri Transportasi Terhadap Indonesia
Setelah gagalnya berbagai rancangan dan prototipe, Indonesia tetap akan
menjadi konsumen barang import. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang
Presiden Soekarno cita-citakan, yaitu bahwa Indonesia mampu berdiri di kakinya
sendiri dan tidak berketergantungan terhadap barang import, khususnya dalam hal
ekonomi. Dengan cara seperti ini, Indonesia akan semakin miskin dan negara
pemasok barang tersebut akan semakin kaya. Hal ini tidak hanya berlaku dalam
hal industri transportasi, tetapi berlaku untuk seluruh kegiatan ekonomi Indonesia.
Melihat bahwa karyanya yang tidak dihargai, para tenaga ahli akan
berkarya di luar negeri, yang nantinya hasil karya nya di negeri itu akan dibeli
Indonesia. Hal ini juga akan membuat citra buruk pada Indonesia, bahwa hasil
jerih payah untuk membuat suatu inovasi tidak dihargai.
25
Oleh karena Indonesia tidak mempunyai industri pembuatan alat
transportasinya sendiri dan terlalu beketergantungan terhadap alat transportasi
impor, maka daya beli akan berkurang karena harga yang tinggi. Oleh karena daya
beli akan alat transportasi yang rendah, maka alat trasnportasi yang beredar
sedikit. Alat transportasi yang sedikit ini dapat menyebabkan ketimpangan
pembangunan maupun kesenjangan sosial karena Indonesia adalah negara
kepulauan. Daerah-daerah terpencil cenderung tidak tersentuh pembangunan,
karena kurangnya sarana dan prasarana transportasi. Pembangunan nasional akan
berpusat ke satu daerah atau satu pulau saja.
4.5 Mendukung Produk Nasional
Untuk mencegah Indonesia semakin ketergantungan, harus dilakukan
beberapa perubahan. Perubahan ini dimulai dari diri sendiri, dan merupakan
kesadaran diri sendiri. Kita harus membayangkan, bagaimana jika kita menjadi
para inovator tersebut, yang tidur hanya beberapa jam demi mewujudkan
prototipe nya namun pada akhirnya tidak menjadi apa-apa. Setelah mencoba
menempatkan diri kita di posisi para inovator tersebut, kita harus paham bahwa
mereka membutuhkan dukungan. Kita harus mendukung kerja keras mereka,
jangan bersifat pesimis dan hargai karyanya. Hal ini dapat kita praktekkan dalam
26
kehidupan sehari-hari, yaitu dengan menggunakan produk-produk buatan
Indonesia.
Selanjutnya, yang harus dipahami adalah mereka membutuhkan
pengalaman. Sebuah produk baru, mungkin masih mempunyai beberapa
kekurangan, namun ini adalah hal yang wajar mengingat negara kita sudah
tertinggal. Produk yang masih mempunyai kekurangan bukanlah sebuah akhir,
melainkan sebuah awalan dari produk yang dapat bersaing pada pangsa pasar.
Produk itu membutuhkan perbaikan dan pengenmbangan-pengembangan lagi, dan
tidak ada usaha yang instan karena semuanya membutuhkan waktu. Jadi ketika
ada produk nasional yang masih mempunyai kekurangan, janganlah menganggap
bahwa memang Indonesia tidak mampu bersaing, melainkan kita harus berpikir
bahwa para inovator tersebut terus belajar untuk menyempurnakan karya-karya
mereka.
Ketika produk nasional sudah mampu bersaing, sebagai rakyat anda harus
mendukung produk-produk Indonesia tersebut. Hal yang terpenting adalah fitur
dan kualitas produk, bukanlah merk. Perlu di ingat juga bahwa seharusnya kita
merasa bangga saat memakai produk nasional, tidak perlu merasa gengsi, kenapa?
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang Karya Anak Negeri yang di “Anak
Tirikan” dalam Bidang Transportasi Darat dan Udara, maka dapat diambil
kesimpulan :
1. Saat ini produk nasional berupa alat transportasi udara dan darat masih di
remehkan dan tidak mendapat perhatian pemerintah maupun masyarakat.
2. Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan transportasi yang
layak sebagai sarana pembangunan.
3. Karena Indonesia tidak mempunyai industri pembuatan alat transportasi
sendiri, pembangunan nasional cenderung berpusat ke satu daerah atau satu pulau
saja.
29
4. Pada dasarnya, inovasi-inovasi Indonesia seharusnya tidak kalah oleh
merk-merk lain dan mampu untuk bersaing di pasar internasional.
5. Gagalnya proyek–proyek industri pembuatan alat transportasi udara dan
darat disebabkan banyak hal, namun faktor yang paling penting adalah kurangnya
dukungan dari pemerintah dan masyarakat yang pesimis dan gengsi jika memakai
produk negara sendiri.
6. Indonesia ketergantungan terhadap barang-barang impor, karena tidak
mampu membuatnya sendiri.
7. Gagalnya proyek-proyek tersebut akan membuat berbagai citra buruk bagi
Indonesia, salah satunya adalah gambaran yang terbentuk bahwa Indonesia tidak
menghargai inovasi-inovasi.
8. Agar proyek-proyek tersebut dapat sukses, perubahan harus dilakukan
terutama dari diri sendiri seperti mendukung para inovator, memakai produk-
produk Indonesia dan bangga ketika menggunakan produk Indonesia.
30
5.2 Saran
Dari berbagai pembahasan diatas, ternyata masih terdapat banyaknya
kekurangan-kekurangan. Adapun saran-saran dari penulis untuk penelitian
berikutnya adalah :
1. Metode penelitian yang ditambah wawancara dari narasumber dari
instansi-instansi terkait maupun para inovator-inovator.
2. Dilengkapi data-data yang berasal dari instansi-instansi terkait. Karena
data tentang industri pembuatan alat transportasi jarang beredar secara umum,
maka data-data tersebut diminta langsung dari instansi tersebut.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aristanti Widyaningsih, Pengaruh Audit Internal Terhadap Efektivitas
Pengendalian Intern Biaya Produksi.
Astadi Pangarso dan Fardani Fajar Firdaus, Pengaruh Fasilitas Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan (Studi pada Karyawan Divisi Sumber Daya Manusia
dan Diklat PT. Dirgantara Indonesia).
Drs. Zaini Noer, MM. dan Drs. Usman Melayu, MSi, Kebijaksanaan Transportasi.
32
F. Daganzo, Carlos. 2010. Public Transportation Systems: Basic Principles of
System Design, Operations Planning and Real-Time Control. Berkeley:
University of California.
Habibie, BJ. 2006. Detik-Detik yang Menentukan. Jakarta: The Habibie Center
Mandiri.
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS, Arah Strategi Pembangunan Indonesia
Sebagai Negara Maritim.
Tunggul Alam, Wawan. 2003. Demi Bangsaku : Pertentangan Bung Karno vs
Bung Hatta. Jakarta: Gramedia.
Universitas Kristen Maranatha, Peranan Controller Dalam Menunjang Efektivitas
Pengendalian Internal Gaji.
http://www.berdikarionline.com/ekonomi-terpimpin/
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005086-3-bab%202.pdf
http://transportjabar.blogspot.co.id/2011/10/filsafat-transportasi.html
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/10364/738/content
%202.pdf?sequence=2
http://www.digilib.unpas.ac.id/files/disk1/135/jbptunpaspp-gdl-damarbenga-6742-
1-skripsi-x.pdf
33
http://blogmiliterindonesia.blogspot.co.id/2014/02/sejarah-indonesia-cerita-
panjang-industri-pesawat-terbang-indonesia.html
http://www.nkri.web.id/index.php/2015/07/08/sejarah-penerbangan-indonesia/
https://sanzpermana2013.wordpress.com/38-2/
http://www.jogja.co/lamborghini-listrik-dari-jogja-mampu-capai-kecepatan-200-
kmjam/
http://www.bumn.go.id/ptdi/halaman/134
LAMPIRAN-LAMPIRAN
34
1 Unit Mobil Selo
Prototipe Design Selo
BIOGRAFI PENULIS
Nathan adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ia lahir di Sidoarjo pada tanggal
23 Mei 1999. Ia memulai pendidikannya di Tambun, Bekasi Selatan. Ia kemudian
melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, TK dan SD di Don Bosco III
Cikarang. Setelah lulus, ia pindah ke SMP Kristen Tunas Bangsa di Lippo
40
Cikarang. Lulus dari SMP, ia melanjutkan SMA nya di Don Bosco III Cikarang,
dengan jurusan IPA. Ia bercita-cita menjadi businessman dan seorang IT. Namun,
ia juga ingin berkecimpung dalam dunia politik. Hobinya adalah menggunakan
komputer dan bermain musik. Saat menggunakan komputer, ia lebih suka bermain
game, mengurus blog, memanipulasi foto, mengedit video dan meretas. Ia bisa
bermain drum dan gitar, juga biola, dan beberapa alat musik lainnya. Saat waktu
senggang ia lebih suka tidur dan santai.
41