52
ANALISIS PERKEMBANGAN KARYA ANAK NEGERI YANG DI “ANAK TIRIKAN” DALAM BIDANG TRANSPORTASI DARAT DAN UDARA KARYA TULIS Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Wajib Siswa Kelas XI SMA Don Bosco III Oleh Nathanael Andreas Hutahaean Kelas : XI IPA Nomor Urut : 10 NIS : 141510038 i

Analisis Perkembangan Karya Anak Negeri yang di \" Anak Tirikan \" Dalam Bidang Transportasi Darat dan Udara

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PERKEMBANGAN KARYA ANAK NEGERI YANG DI “ANAK TIRIKAN” DALAM BIDANG TRANSPORTASI DARAT

DAN UDARA

KARYA TULIS

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas WajibSiswa Kelas XI SMA Don Bosco III

Oleh

Nathanael Andreas Hutahaean

Kelas : XI IPA

Nomor Urut : 10

NIS : 141510038

i

SMA DON BOSCO IIICIKARANG-BEKASI

2015-2016

ii

ANALISIS PERKEMBANGAN KARYA ANAK NEGERI YANG DI “ANAK TIRIKAN” DALAM BIDANG TRANSPORTASI DARAT DAN UDARA

OLEH

Nathanael Andreas Hutahaean

Kelas : XI IPA

Nomor Urut : 10

NIS : 1415 10 038

Telah diterima, disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat

sebagai salah satu tugas wajib siswa kelas XI

SMA Don Bosco III

Pada tanggal ……………….

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Victorius Yani Murtopo, S,Pd. Mulawarman, S, Pd.

iii

Mengetahui,

Kepala Sekolah,

Surjati Soenarjo, S.E.“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal”

(Yesus Kristus)

iv

Kupersembahkan karya tulis ini kepada Tuhan Yesus Kristus, keluargaku,

guru yang telah membantu, teman-teman, Indonesia, dan yang terakhir

dipersembahkan untuk orang yang kucintai kelak.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis yang saya tulis

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

v

Cikarang, 13 September 2015

Penulis,

Nathanael Andreas Hutahaean KATA PENGANTAR

vi

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan, karena atas kasih karunianya, karya

tulis ilmiah ini dapat saya selesaikan dengan baik. Karya tulis ini saya buat dalam rangka

tugas wajib kelas XI SMA Don Bosco III Tahun Ajaran 2015-2016, yaitu sebagai salah

satu syarat kenaikan kelas. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan, karena hanya Dia yang layak menerima segala ucapan syukur.

2. Ibu Surjati Soenarjo S.E., selaku kepala sekolah SMA Don Bosco III yang telah

membimbing saya hingga karya tulis ini selesai.

3. Bapak Viktorius Yani Murtopo S.Pd., selaku pembimbing materi karya tulis yang

telah membimbing saya dalam penyusunan karya tulis ini.

4. Bapak Mulawarman S.Pd., sebagai guru tata bahasa yang telah membimbing dan

banyak memberi masukan tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar.

5. Kedua Orangtua saya yang memfasilitasi saya, sehingga karya tulis ini dapat selesai

dengan baik.

Saya sadar akan kekurangan dari karya tulis yang telah saya susun ini, oleh

karena itu saya siap menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga karya tulis

ini bermanfaat bagi para pembaca.

Cikarang, 13 September 2015 Penulis,

vii

Nathanael Andreas Hutahaean

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................ iv

DAFTAR ISI......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 4

viii

1.4 Manfaat Penulisan................................................................................. 4

1.5 Ruang Lingkup Penulisan..................................................................... 5

1.6 Sistematika Penyajian........................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI............................................................................... 7

2.1 Hakikat Indonesia sebagai Negara Kepulauan...................................... 7

2.2 Hakikat Ekonomi Terpimpin (Berdikari).............................................. 8

2.3 Hakikat Transportasi........................................................................... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 12

3.1 Desain Penelitian................................................................................. 12

3.2 Variabel Pengukuran........................................................................... 12

3.3 Data dan Sampel................................................................................. 12

3.4 Metode Analisis.................................................................................. 12

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 13

4.1 Pelopor Angkutan Transportasi Udara Nasional................................ 13

4.2 Pelopor Angkutan Transportasi Darat Nasional................................. 16

4.3 Proyek Pembuatan Alat Transportasi Tidak Berjalan Dengan Baik... 18

4.4 Dampak dari Gagalnya Industri Transportasi Terhadap Indonesia.... 20

4.5 Mendukung Produk Nasional.............................................................. 21

ix

BAB V PENUTUP............................................................................................... 24

5.1 Kesimpulan..........................................................................................

24

5.2 Saran.................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 27

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................. 29

BIOGRAFI PENULIS........................................................................................ 33

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Total Delivery Pesawat PT DI dari Tahun 2007-2011........................19

xi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata Berdikari mungkin sudah sering kita dengar, di debat-debat politik, di

kampanye-kampanye calon pemimpin, dan lain-lain. Sebenarnya apakah Berdikari

itu? Dan mengapa Berdikari selalu dielu-elu kan? Berdikari sendiri merupakan

sebuah akronim dari Berdiri di Kaki Sendiri. Berdikari ini dicetuskan oleh Bapak

Proklamasi kita, Ir. Soekarno, sebagai konsep ekonominya pada peringatan HUT

RI ke-20, yang kemudian Partai Komunis Indonesia secara terang-terangan

langsung menyambut konsep ini dengan hangat, dan menuntut pemerintah segera

mengaplikasikannya. Jika sejak dulu negara kita mempraktikan kebebasan

berlandaskan demokrasi terpimpin, dan diaplikasikan sampai sekarang, maka

konsep berdikari, ekonomi terpimpin ini juga merupakan cita-cita Soekarno,

sebagai landasan ekonomi Indonesia.

Bukankah rakyat sejahtera bila negara ini bisa lepas dari monopoli negara

asing? Dari fluktuasi harga internasional, yang selalu berubah-ubah?

Meningkatkan produksi dalam negeri? Menciptakan lapangan kerja bagi rakyat

Indonesia sendiri? Meningkatkan devisa negara? Tapi apa yang terjadi sekarang?

1

Kemana realisasi cita-cita Soekarno itu? Kenapa pembangunan tidak merata?

Mengapa di Jakarta bisa berdiri gedung Sahid Sudirman Center dengan tinggi

233,6 meter, sementara di Papua, sekolah masih beralaskan tanah?

Terdapat 17.504 pulau di Indonesia. Kunci untuk mencapai pembangunan

yang merata, tanpa ada kesenjangan sosial salah satunya terletak pada transportasi

dan infrastruktur. Untuk menghubungkan pulau-pulau ini, dibutuhkan sistem

transportasi yang terintegrasi. Transportasi dan infrastruktur saling mendukung

satu sama lain. Angkutan darat, laut dan udara, itu semua membutuhkan jalan,

pelabuhan dan bandar udara. Bayangkan jika pelabuhan di Papua di tambah,

begitu juga dengan kapasitasnya, lalu dilanjutkan dengan jalan-jalan yang

memadai bagi kendaraan-kendaraan berat seperti truk container dan juga semua

bandar udara mempunyai standar yang sama seperti bandar udara Biak, yang

mempunyai runway sepanjang 3.571 meter, sehingga pesawat kargo tidak

mempunyai masalah untuk mendarat. Papua tentu menjadi provinsi yang maju.

Masalah yang muncul setelah pembangunan infrastruktur adalah

transportasi. Saat ini, Indonesia belum menancapkan namanya dalam sejarah

otomotif darat maupun udara. Di negara ini, terdapat mobil-mobil bermerk

Honda, Toyota, Suzuki dan Daihatsu buatan Jepang. Di bandara ada pesawat-

pesawat Boeing buatan Amerika, Embraer buatan Brazil dan Airbus buatan

2

Perancis. Pesawat untuk keperluan militer di pesan ke Lockheed Martin buatan

Amerika, Mikoyan, Sukhoi, Tupolev, Ilyushin buatan Rusia, Embraer buatan

Brazil, Dassault buatan Prancis dan pesawat-pesawat buatan Korea Selatan. Di

pelabuhan umum, biasanya kita menemukan kapal-kapal bekas keluaran tahun 80-

90an buatan Taiwan, China, dan lain-lain. Sedangkan kapal-kapal militer kita

pesan ke Jerman, Korea, China tetapi dalam hal transportasi laut, kita bisa turut

bangga pada negara. Banyak kapal perang kita yang dibuat oleh PT PAL, yang

berarti Indonesia, dengan cukup efektif, dapat memproduksi kapal buatannya

sendiri.

Dari semua brand-brand diatas, kemanakah brand yang dibuat oleh

Indonesia sendiri? Sebuah fakta jika banyak ahli-ahli dari Indonesia yang unggul

dalam mendesign dan membuat produk-produk transportasi, namun bukankah

terdengar lucu, jika warga Indonesia membeli mobil Proton buatan Malaysia,

negara tetangganya sendiri yang “kalah start” dibanding Indonesia. Bukan tidak

mungkin jika kita Berdikari di dalam bidang mesin dan dirgantara. Industri

penerbangan negara sangat maju di era Nurtanio dan Habibie. Tidak sedikit

maskapai penerbangan negara asing yang datang ke Indonesia untuk

menandatangani “letter of intent” supaya bisa mendapatkan pesawat-pesawat

canggih buatan IPTN. Kita pernah membuat mobil alternatif dengan bahan bakar

3

listrik yang bernama “Selo”, dan juga mobil komersial dengan nama “Esemka”.

Tapi pada akhirnya, tidak ada yang jalan. IPTN ditutup, Mobil Selo dinyatakan

tidak lulus uji emisi (padahal mobil listrik tidak ada emisi) juga dinyatakan hanya

bisa berpacu di kecepatan 29 km/h (padahal ketika di test drive mampu melesat

sampai 300 km/h) dan mobil Esemka? Entah kemana. Semua permasalahan itu

akan saya bahas di sini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang saya paparkan di atas, maka saya

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Mengapa proyek pembuatan alat transportasi buatan dalam negeri tidak

berjalan baik?

2. Apa dampak dari proyek yang tidak berjalan itu bagi negara?

3. Bagaimana cara mendukung proyek pembuatan alat transportasi dalam negeri

agar tetap berlanjut dan semakin berkembang?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari karya tulis ini adalah :

4

1. Mengetahui masalah yang menyebabkan proyek pembuatan alat transportasi

darat dan udara tidak berjalan baik

2. Dampak positif/negatif dari proyek pembuatan alat transportasi yang tidak

berjalan baik bagi negara

3. Cara-cara mendukung proyek pembuatan alat transportasi dalam negeri

1.4 Manfaat Penulisan

Saya berharap agar para pembaca dapat terbuka matanya tentang

pentingnya memakai produk dalam negeri, dan khususnya yang diperdalam di

karya tulis ini, produk angkutan transportasi dalam negeri. Saya berharap

pembaca dapat sadar bahwa banyak sekali dampak yang positif jika kita mampu

memproduksi massal angkutan-angkutan transportasi untuk digunakan oleh rakyat

Indonesia sendiri, dan juga, atas seizin Allah, produk-produk tersebut dapat

diekspor ke luar negeri.

5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Karya tulis ini membahas Produk-Produk Angkutan Transportasi yang

beruang lingkup di seluruh Indonesia.

1.6 Sistematika Penyajian

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Latar Belakang

1.8 Rumusan Masalah

1.9 Tujuan Penulisan

1.10 Manfaat Penulisan

1.11 Ruang Lingkup Penulisan

6

1.12 Sistematika Penyajian

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Indonesia sebagai Negara Kepulauan

2.2 Hakikat Ekonomi Terpimpin (Berdikari)

2.3 Hakikat Transportasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

3.2 Variabel Pengukuran

3.3 Data dan Sampel

3.4 Metode Analisis

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pelopor Angkutan Transportasi Udara Nasional

4.2 Pelopor Angkutan Transportasi Darat Nasional

4.3 Proyek Pembuatan Alat Transportasi Tidak Berjalan Dengan Baik

4.4 Dampak dari Gagalnya Industri Transportasi Terhadap Indonesia

4.5 Mendukung Produk Nasional

BAB V PENUTUP

7

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Indonesia sebagai Negara Kepulauan

UUD 1945 pasal 25A mengamanatkan bahwa negara Republik Indonesia

merupakan negara kepulauan. Hakikat negara kepulauan adalah pulau dan laut

8

sebagai ruang untuk hidup dan pusat aktivitas manusia. Demikian pula amanat

Undang- Undang 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

NKRI yang pada dasarnya berbasis kepulauan. Mobilitas dan pertukaran barang

dan jasa di negara kepulauan sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur di

pesisir dan moda transportasi di laut.

Hal ini berbeda dengan negara kontinental yang menempatkan darat

sebagai pusat aktivitas sehingga mobilitas semacam itu ditopang oleh infrastruktur

yang ada di darat. Di samping itu, komposisi sumber daya di negara kepulauan

merupakan kombinasi dari sumber daya di pulau dan laut. Hal ini bermakna

modal dasar pembangunan di negara kepulauan akan tergantung pada kemampuan

untuk memanajemen sumber daya di pulau dan laut dalam pengelolaan yang

saling berkomplemen, bukan saling menyubstitusikan.

Masalah utama pembangunan di negara kepulauan adalah menciptakan

soft power dan hard power dalam kerangka pembangunan nasional. Sebagian dari

kebutuhan soft power tersebut telah dipenuhi dengan lahirnya produk perundang-

undangan yang mendukung pengelolaan sumber daya di pesisir dan laut. Produk

perundang- undangan tersebut di antaranya UU No 17/1985 tentang

9

UNCLOS,UU No 31/2004 tentang Perikanan,dan UU No 27/2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

2.2 Hakikat Ekonomi Terpimpin (Berdikari)

Ekonomi terpimpin adalah gagasan yang dibuat oleh Bung Hatta. Gagasan

ini dibuat pada tahun 1960, setelah lahirnya gagasan demokrasi terpimpin.

Ekonomi terpimpin adalah sebuah antitesa dari ekonomi liberal, dimana ekonomi

liberal sangat menentang peran campur tangan negara dalam ekonomi dan

memberikan kekuasaan ekonomi kepada perorangan, ekonomi terpimpin justru

memberi tempat untuk peran pemerintah sehingga pemerintahan dapat turut

campur tangan dalam lapangan ekonomi. Ekonomi terpimpin di gagaskan sebagai

bentuk perlawanan dari kolonialisme dan imperialisme, dimana kolonialisme dan

imperialisme tidak memperbolehkan negara jajahannya untuk mandiri dan berdiri

di kaki sendiri. Ekonomi liberal hasil kolonialisme dan imperialisme ini memaksa

sebuah negara yang masih berkembang untuk selalu bergantung kepada sang

penjajah. Ekonomi terpimpin sesuai dengan Pancasila, yaitu sila ke 5 yang

berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini dikarenakan

gagasan ekonomi terpimpin mampu memeratakan pembagian kesejahteraan di

lapisan masyarakat.

10

Dampak negatif dari ekonomi liberal yang ditimbulkan sangat banyak.

Ketimpangan ekonomi, kesemena-menaan dan kesenjangan sosial yang semakin

menjadi-jadi. Karena tidak adanya pemerataan ekonomi, yang kaya akan semakin

kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Ekonomi hanya diatur oleh pemilik-

pemilik modal, dan para pemilik modal akan terus memonopoli pasar. Contoh nya

adalah Amerika yang menganut sistem ekonomi liberal. Meskipun orang-orang

terkaya di dunia banyak berasal dari Amerika, namun banyak sekali masyarakat

lapisan bawah yang menjadi korbannya. Contoh lainnya adalah proyek minyak

blok Cepu, dimana Exxon Mobile justru mengungguli Pertamina, dan Freeport

yang dikuasai oleh Amerika.

Tujuan dari penerapan prinsip ekonomi terpimpin, menurut Bung Hatta

adalah :

1. Menciptakan kesempatan kerja penuh (Full Employment), sehingga rakyat

terbebas dari pengangguran

2. Standar hidup yang lebih baik

3. Mengurangi ketimpangan ekonomi

4. Keadilan sosial

11

Namun, walau ekonomi terpimpin terlihat serupa dengan ekonomi

komunis, Bung Hatta menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan ekonomi

komunis. Hal itu dikarenakan ekonomi komunis tidak mengakui adanya

kepemilikan pribadi. Hal ini mematikan inisiatif pribadi. Menurut Bung Hatta,

konsep ekonomi terpimpin tetap menggunakan logika ekonomi : “Mengejar hasil

yang sebesar-besarnya dengan tenaga sekecil-kecilnya”. Dalam badan usaha

negara, Bung Hatta menggunakan tenaga profesional untuk memimpin. Usaha

swasta juga tetap diperbolehkan, asal tunduk pada arahan pemerintah dan

kepentingan bersama.

2.3 Hakikat Transportasi

Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang dan penumpang dari

suatu tempat ke tempat lain (H.A. Abas Salim, Manajemen Transportasi, p.6).

Dua fungsi utama dari transportasi adalah aksesibilitas dan mobilitas. Kita dapat

meningkatkan aksesibilitas dengan cara meningkatkan mobilitas dan atau

mengubah distribusi dari peluang. Tetapi jika peluang tersebut tidak dapat diubah,

maka perubahan dari mobilitas ekuivalen dengan perubahan aksesibilitas. Fungsi

mobilitas dilihat dari peningkatan yang dapat mempercepat proses pembangunan,

sedangkan fungsi aksesibilitas dalam pembangunan terealisir dalam hal

12

pemerataan pembangunan, sehingga dapat membuka daerah terisolir dari

infrastruktur yang dibuat dan juga mengurangi kesenjangan sosial antar daerah.

Secara umum, moda transportasi dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Darat

2. Laut

3. Udara

Dengan sila ke 5 Pancasila yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh

Rakyat Indonesia”, maka pemerintah wajib membangun infrastruktur dan

menyediakan transportasi yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan mobilitas

masyarakat. Dengan demikian, pada hakikatnya transportasi adalah alat angkutan

untuk memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat lain melalui

darat, laut dan udara.

13

BAB III

14

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian/Karya Ilmiah ini menggunakan metode kualitatif atau deskriptif,

yaitu metode yang memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan sejelas

mungkin dan juga mengandung analisa-analisa berdasarkan perspektif subyek.

3.2 Variabel Pengukuran

Variabel Bebas : Karya Anak Negeri

Variabel Terikat : Transportasi Darat dan Udara Negara Indonesia

3.3 Data dan Sampel

Adapun data yang akan dijadikan objek penelitian adalah data yang

berhubungan dengan bidang trasnportasi, khususnya darat dan udara dengan

sampel yang diambil dari industri-industri transportasi yang mencakup wilayah

Indonesia.

3.4 Metode Analisis

15

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan

data yang bersumber dari buku, makalah, maupun data yang tersebar di internet.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pelopor Angkutan Transportasi Udara Nasional

Industri pesawat terbang sudah dimulai sejak Indonesia belum merdeka.

Kegiatan penerbangan di Indonesia dimulai satu tahun setelah Wright bersaudara

menerbangkan pesawat pertamanya. Ir. Onnen, seorang insinyur berkebangsaan

Belanda, membuat pesawat eksperimental dari bambu di Sukabumi. Selanjutnya,

pada tahun 1914, Belanda mendirikan sebuah lembaga penguji penerbangan yang

bertugas dalam pengkajian kinerja pesawat Eropa untuk pengoperasian di daerah

Asia. Lalu, pada tahun 1923, dibangunlah Departemen Penerbangan Pelayanan

Teknis di Sukamiskin, Bandung. Karena perkembangannya yang pesat,

Departemen ini dipindahkan ke Lanud Husein Sastranegara, yang dulu masih

bernama Lanud Andir. Fasilitas tersebut kemudian dikembangkan untuk perakitan

pesawat pembom yang mengatasi ancaman Jepang. Tahun 1935, pusat

16

pengembangan ini berhasil membuat pesawat PW1 bermesin tunggal dan PW2

bermesin ganda pesanan seorang pengusaha roti yang ingin mendirikan industri

pesawat terbang. Pesawat itu mengejutkan dunia, karena berhasil terbang dari

Batavia ke Amsterdam, London dan China. Ini membuktikan bahwa Indonesia

mempunyai potensial memiliki industri pesawat terbang yang berani bersaing.

Bahkan pelopor produsen pesawat asal Belanda, Fokker yang didirikan oleh

A.H.G Fokker, lahir di Kediri.

Pasca kemerdekaan, TRI mengambil alih semua fasilitas penerbangan dari

Belanda. Fasilitas-fasilitas penerbangan pada masa itu difokuskan untuk

mempertahankan kemerdekaan. Pesawat-pesawat rampasan dimodifikasi menjadi

pesawat serang. Pada tahun 1946, dibuatlah 6 unit pesawat layang yang disponsori

oleh Wiweko Supono, Sumarsono dan yang terakhir, Nurtanio Pringgoadisurjo,

yang merupakan bapak perintis industri pesawat terbang Indonesia. Pesawat ini

digunakan untuk menarik minat para pemuda untuk menjadi calon pilot, yang

elanjutnya akan dikirim ke pelatihan di India.

Pada tahun 1948, dibuatlah pesawat WEL-1 yang menggunakan mesin

motor Harley Davidson bertenaga 28 tenaga kuda. Dari tahap desain sampai tes

penerbangan, pesawat ini dibangun hanya dengan waktu 5 minggu. Berdasarkan

17

desain-desain Nurtanio, lahirlah pesawat-pesawat Si Kumbang, Belalang 89 yang

kemudian disempurnakan lagi menjadi Belalang 90, dan Kunang 25 yang

bermesin Volkswagen. Hal ini dilakukan untuk menarik minat generasi muda

pada dunia dirgantara. Kemudian, Nurtanio dan 3 orang Indonesia lainnya,

dikirim ke Filipina guna menambah pengetahuan dalam bidang industri

penerbangan.

Pada 1960, dibentuklah LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan)

yang bertugas menyiapkan pembangunan industri pesawat terbang. Kemudian,

LAPIP bekerjasama dengan CEKOP, produsen pesawat Polandia, yang meliputi

pembangunan pabrik, pelatihan karyawan dan pembuatan pesawat STOL (Short

Take Off and Landing) bernama Gelatik, atau PZL-104 Wilga.

Pada 1965, Presiden Soekarno membentuk KOPELAPIP (Komando

Pelaksana Industri Pesawat Terbang) dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari.

Pada Maret 1966, Nurtanio meninggal karena kecelakaan saat pengujian pesawat.

Untuk menghormati jasanya, kedua lembaga itu digabung menjadi LIPNUR

(Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio). Berdasarkan keputusan presiden,

didirikanlah Teknik Penerbangan ITB, yang saat itu dibawah naungan dari

Departemen Mesin. Semua hal diatas, dikerjakan sendiri tanpa adanya bantuan

dana dari pemerintah. Sebelumnya, sejumlah mahasiswa Indonesia dikirim ke luar

18

negeri. B.J Habibie merupakan salah satu mahasiswa yang dikirimkan ke luar

negeri pada gelombang ke 2.

Pada 1976, seluruh fasilitas penerbangan diambil alih untuk mendirikan

IPTN, dengan B.J Habibie sebagai direktur utama. Personel angkatan udara

dieliminasi dan pada 1985, nama Nurtanio diganti menjadi Nusantara.

Pada era Gus Dur, paradigma IPTN diubah dari high cost menjadi

competitive industry yang bersaing di pasar internasional. Nama PT IPTN pun

diubah menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI). PT DI diminta untuk tidak

membuat pesawat maupun helikopter, namun hanya sebagai pemasok suku

cadang pesawat dari produsen-produsen seperti Boeing, British Airspace, dan

Airbus.

Berbagai masalah telah menimpa industri ini. Pada tahun 1995, pesawat

Gatot Kaca (N250) terbang perdana. Pesawat ini mengusung teknologi turboprop,

glass cockpit, kapasitas penumpang 50 orang, dan teknologi yang paling canggih

di jamannya adalah : Fly by Wire. Teknologi pesawat ini dirancang untuk 30

tahun ke depan. Pesawat ini sudah tidak mengalami Dutch Roll (pesawat oleng

berlebihan). N250 merupakan satu-satunya pesawat turboprop dengan teknologi

19

Fly by Wire sampai saat ini. IPTN membangun pabrik khusus N250 di Amerika

dan Eropa, namun tiba-tiba presiden memutuskan untuk menutup IPTN dan

industri strategis lainnya (krisis moneter 1997). B.J Habibie meminta uang 500

juta dollar dan meyakinkan presiden bahwa Indonesia tidak akan bergantung pada

produsen pesawat luar negeri. Namun, permintaan itu ditolak presiden. Sampai

saat ini, bekas karyawan IPTN yang ditutup itu dipekerjakan pada produsen-

produsen pesawat terbang internasional kelas dunia seperti Boeing, Airbus, dan

lain-lain. Pada saat itu IPTN mempunyai 16.000 lebih karyawan dan sekarang PT

DI sekarang hanya mempunyai 4.000 karyawan.

4.2 Pelopor Angkutan Transportasi Darat Nasional

Indonesia tidak mempunyai industri yang benar-benar membuat angkutan

transportasi darat dengan desain dari karya anak bangsa dan perakitannya di

Indonesia. Adapun bisnis karoseri seperti Adiputro dan Putra Berlian hanya

membuat rangka yang dipasang pada sasis dengan menggunakan mesin-mesin

dari Hino, Scania, Isuzu, dan lain-lain. Sedangkan perusahaan seperti Astra yang

merakit mobil di Indonesia, hanya bersifat sebagai distributor produsen mobil atau

motor dari luar negeri.

20

Namun, pada akhir-akhir ini, beberapa pihak mencoba untuk membuat

mobil buatan lokal seperti Esemka dan Selo. Esemka adalah merk mobil, yang

dirakit oleh perkumpulan SMK-SMK di seluruh negeri yang berpusat di Solo.

Esemka menggunakan spare part dan rangka yang di import dari luar negeri

namun untuk mesin, dirakit sendiri oleh para mahasiswa SMK. Dengan spesifikasi

yang mumpuni seperti kapasitas cc dari 1.500 sampai 2.500 (diesel), seharusnya

Esemka dapat bersaing di pasar nasional, mengingat harganya yang begitu murah,

yaitu dibawah 150 juta (untuk varian yang paling mahal). Esemka sempat terhenti

karena uji emisi yang gagal, namun setelah tahap perbaikan dan lolos uji emisi,

Esemka masih tidak mendapat dukungan pemerintah. Hal ini sangat disayangkan,

karena karya seperti ini seharusnya mendapat apresiasi dan dukungan dari negara.

Pada tahun 2013, dibuatlah mobil listrik bernama Selo yang dirakit oleh

Bengkel Kupu-kupu Malam Yogyakarta. Mobil ini pernah di test oleh Menristek,

Gusti Muhammad Hatta. Beliau mengaku nyaman menggunakan mobil ini. Selo

tidak mengeluarkan emisi sama sekali karena bertenaga listrik. Kapasitas

baterainya mencapai 6 jam, dengan kecepatan sampai 200 Km/jam, kekuatan torsi

10.000 rpm dan 180 tenaga kuda. Selo sendiri merupakan mobil generasi kedua

setelah Tucuxi yang diberhentikan karena diduga terdapat kasus korupsi. Jika

Tucuxi lebih mirip Ferrari, maka desain Selo lebih mirip Lamborghini. Berbagai

langkah agar mobil ini dapat diproduksi massal pun ditempuh. Namun, Sarjono

21

Turin, penyidik kejaksaan agung, mengatakan bahwa mobil ini tidak lulus uji

emisi dan hanya bisa melaju dengan kecepatan 29 Km/jam. Hal ini sangat

membingungkan, mengingat bahwa mobil listrik tidak mengeluarkan emisi sama

sekali, lagipula Bengkel Kupu-kupu Malam telah mengetes mobil ini hingga

kecepatan 200 Km/jam. Terakhir dikabarkan bahwa, Malaysia ingin mengakuisisi

mobil listrik ini.

4.3 Proyek Pembuatan Alat Transportasi Tidak Berjalan Dengan Baik

Total Delivery Pesawat PT DI dari Tahun 2007-2011

2007 2008 2009 2010 2011

CN 235 1 3

NC 212 1

NBO 105 1 1

NBELL412 1 1

NAS 332 1 1

TOTAL 2 2 2 1 4

Tabel 1 Total Delivery Pesawat PT DI dari Tahun 2007-2011

Berdasarkan data dari tabel, dapat ditarik kesimpulan bahwa produksi

pesawat PT DI tidaklah produktif. Dari tahun 2007 hingga 2011, PT DI hanya

22

mampu menjual 11 unit pesawat maupun helikopter. Rata-rata penjualan pesawat

oleh PT DI hanya 2 unit per tahun. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan

dengan IPTN di era keemasannya. IPTN sampai harus membuka cabang-cabang

di luar negeri, dan memperkerjakan 16.000 karyawan.

Dari pembahasan di atas, banyak faktor yang menghambat majunya

industri alat transportasi di negeri ini. Kebanyakan dari faktor itu memang tidak

disengaja, seperti kegagalan N-250 karena tekanan-tekanan politik dan krisis

ekonomi Asia 1997, IPTN yang bangkrut juga karena krisis ekonomi sehingga

harus mem-PHK 16.000 karyawan, PT DI yang dinyatakan pailit pada 2007,

Esemka yang tidak dapat berkembang karena kurangnya dukungan dan tidak lolos

uji emisi, Proyek Tucuxi yang diberhentikan karena kasus dugaan korupsi, dan

Selo yang harus diakuisisi negara tetangga.

Industri transportasi negeri ini sering menemukan berbagai hambatan.

Namun ndustri transportasi lain (luar negeri) yang sekarang merajai pasar, juga

pernah menemukan hambatan yang sama. Seperti Boeing yang tidak mendapat

kepercayaan untuk pesawatnya, dan tidak punya modal sama sekali, belum lagi

pesanan pertama untuk pesawatnya harus batal karena perang dunia 1. Sukhoi

yang harus berhenti membuat pesawat karena oposisi politik dengan Stalin dan

23

jatuhnya pesawat-pesawat mereka karena kecelakaan. Ford yang kehabisan modal

untuk percobaan dan pinjaman yang ditolak bank ketika perang dunia 1 baru

berakhir. Honda yang rancangan ring pistonnya ditolak oleh Toyota dan

pabriknya yang mulai ditinggalkan.

Jika Boeing, Sukhoi, Ford, Honda dan banyak lagi produsen alat

transportasi lainnya berhenti dan tutup usaha, mungkin dunia transportasi tidak

akan maju seperti sekarang. Mereka pantang menyerah untuk berkarya, lebih lagi

mereka mendapat dukungan yang berupa pesanan-pesanan. Masyarakat di negara

mereka optimis dan percaya akan produksi alat transportasi di negara mereka

sendiri. Suatu hal yang jarang di Indonesia, dimana rakyat nya sendiri pesimis dan

memilih untuk menggunakan produk luar negeri, sehingga sekarang Indonesia

bergantung pada barang impor. Tenaga ahli di Indonesia biasanya pergi bekerja di

luar negeri, dan umumnya ketika karya mereka menjadi terkenal, para rakyat akan

memuji karena karya itu diciptakan oleh orang Indonesia. Hal ini tidak mengubah

apapun, karena Indonesia tetap menjadi konsumen. Karya anak negeri tidak

pernah mendapat dukungan dari pemerintah dan rakyatnya sendiri. Pemerintah

tidak akan mendapat komisi kalau tidak mengimport barang dari luar negeri, dan

rakyatnya yang cenderung bersifat konsumerisme hanya menginginkan barang-

barang yang sudah terkenal dan bermerk.

24

Pemerintah merupakan satu unsur yang penting untuk majunya industri

ini. Pada kasus Selo, pemerintah mengatakan bahwa biaya riset 2 milyar untuk

mobil ini terlalu mahal. Biaya riset 2 milyar untuk membuat mobil listrik, terlalu

mahal? Bahkan para produsen mobil seperti Toyota, Lexus, dan lain-lain

mengeluarkan triliunan hanya untuk biaya riset dan pengembangan mobil listrik.

4.4 Dampak dari Gagalnya Industri Transportasi Terhadap Indonesia

Setelah gagalnya berbagai rancangan dan prototipe, Indonesia tetap akan

menjadi konsumen barang import. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang

Presiden Soekarno cita-citakan, yaitu bahwa Indonesia mampu berdiri di kakinya

sendiri dan tidak berketergantungan terhadap barang import, khususnya dalam hal

ekonomi. Dengan cara seperti ini, Indonesia akan semakin miskin dan negara

pemasok barang tersebut akan semakin kaya. Hal ini tidak hanya berlaku dalam

hal industri transportasi, tetapi berlaku untuk seluruh kegiatan ekonomi Indonesia.

Melihat bahwa karyanya yang tidak dihargai, para tenaga ahli akan

berkarya di luar negeri, yang nantinya hasil karya nya di negeri itu akan dibeli

Indonesia. Hal ini juga akan membuat citra buruk pada Indonesia, bahwa hasil

jerih payah untuk membuat suatu inovasi tidak dihargai.

25

Oleh karena Indonesia tidak mempunyai industri pembuatan alat

transportasinya sendiri dan terlalu beketergantungan terhadap alat transportasi

impor, maka daya beli akan berkurang karena harga yang tinggi. Oleh karena daya

beli akan alat transportasi yang rendah, maka alat trasnportasi yang beredar

sedikit. Alat transportasi yang sedikit ini dapat menyebabkan ketimpangan

pembangunan maupun kesenjangan sosial karena Indonesia adalah negara

kepulauan. Daerah-daerah terpencil cenderung tidak tersentuh pembangunan,

karena kurangnya sarana dan prasarana transportasi. Pembangunan nasional akan

berpusat ke satu daerah atau satu pulau saja.

4.5 Mendukung Produk Nasional

Untuk mencegah Indonesia semakin ketergantungan, harus dilakukan

beberapa perubahan. Perubahan ini dimulai dari diri sendiri, dan merupakan

kesadaran diri sendiri. Kita harus membayangkan, bagaimana jika kita menjadi

para inovator tersebut, yang tidur hanya beberapa jam demi mewujudkan

prototipe nya namun pada akhirnya tidak menjadi apa-apa. Setelah mencoba

menempatkan diri kita di posisi para inovator tersebut, kita harus paham bahwa

mereka membutuhkan dukungan. Kita harus mendukung kerja keras mereka,

jangan bersifat pesimis dan hargai karyanya. Hal ini dapat kita praktekkan dalam

26

kehidupan sehari-hari, yaitu dengan menggunakan produk-produk buatan

Indonesia.

Selanjutnya, yang harus dipahami adalah mereka membutuhkan

pengalaman. Sebuah produk baru, mungkin masih mempunyai beberapa

kekurangan, namun ini adalah hal yang wajar mengingat negara kita sudah

tertinggal. Produk yang masih mempunyai kekurangan bukanlah sebuah akhir,

melainkan sebuah awalan dari produk yang dapat bersaing pada pangsa pasar.

Produk itu membutuhkan perbaikan dan pengenmbangan-pengembangan lagi, dan

tidak ada usaha yang instan karena semuanya membutuhkan waktu. Jadi ketika

ada produk nasional yang masih mempunyai kekurangan, janganlah menganggap

bahwa memang Indonesia tidak mampu bersaing, melainkan kita harus berpikir

bahwa para inovator tersebut terus belajar untuk menyempurnakan karya-karya

mereka.

Ketika produk nasional sudah mampu bersaing, sebagai rakyat anda harus

mendukung produk-produk Indonesia tersebut. Hal yang terpenting adalah fitur

dan kualitas produk, bukanlah merk. Perlu di ingat juga bahwa seharusnya kita

merasa bangga saat memakai produk nasional, tidak perlu merasa gengsi, kenapa?

27

Karena ini bukti bahwa langkah demi langkah, negara kita mampu berdiri di

kakinya sendiri.

28

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan tentang Karya Anak Negeri yang di “Anak

Tirikan” dalam Bidang Transportasi Darat dan Udara, maka dapat diambil

kesimpulan :

1. Saat ini produk nasional berupa alat transportasi udara dan darat masih di

remehkan dan tidak mendapat perhatian pemerintah maupun masyarakat.

2. Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan transportasi yang

layak sebagai sarana pembangunan.

3. Karena Indonesia tidak mempunyai industri pembuatan alat transportasi

sendiri, pembangunan nasional cenderung berpusat ke satu daerah atau satu pulau

saja.

29

4. Pada dasarnya, inovasi-inovasi Indonesia seharusnya tidak kalah oleh

merk-merk lain dan mampu untuk bersaing di pasar internasional.

5. Gagalnya proyek–proyek industri pembuatan alat transportasi udara dan

darat disebabkan banyak hal, namun faktor yang paling penting adalah kurangnya

dukungan dari pemerintah dan masyarakat yang pesimis dan gengsi jika memakai

produk negara sendiri.

6. Indonesia ketergantungan terhadap barang-barang impor, karena tidak

mampu membuatnya sendiri.

7. Gagalnya proyek-proyek tersebut akan membuat berbagai citra buruk bagi

Indonesia, salah satunya adalah gambaran yang terbentuk bahwa Indonesia tidak

menghargai inovasi-inovasi.

8. Agar proyek-proyek tersebut dapat sukses, perubahan harus dilakukan

terutama dari diri sendiri seperti mendukung para inovator, memakai produk-

produk Indonesia dan bangga ketika menggunakan produk Indonesia.

30

5.2 Saran

Dari berbagai pembahasan diatas, ternyata masih terdapat banyaknya

kekurangan-kekurangan. Adapun saran-saran dari penulis untuk penelitian

berikutnya adalah :

1. Metode penelitian yang ditambah wawancara dari narasumber dari

instansi-instansi terkait maupun para inovator-inovator.

2. Dilengkapi data-data yang berasal dari instansi-instansi terkait. Karena

data tentang industri pembuatan alat transportasi jarang beredar secara umum,

maka data-data tersebut diminta langsung dari instansi tersebut.

31

DAFTAR PUSTAKA

Aristanti Widyaningsih, Pengaruh Audit Internal Terhadap Efektivitas

Pengendalian Intern Biaya Produksi.

Astadi Pangarso dan Fardani Fajar Firdaus, Pengaruh Fasilitas Kerja Terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan (Studi pada Karyawan Divisi Sumber Daya Manusia

dan Diklat PT. Dirgantara Indonesia).

Drs. Zaini Noer, MM. dan Drs. Usman Melayu, MSi, Kebijaksanaan Transportasi.

32

F. Daganzo, Carlos. 2010. Public Transportation Systems: Basic Principles of

System Design, Operations Planning and Real-Time Control. Berkeley:

University of California.

Habibie, BJ. 2006. Detik-Detik yang Menentukan. Jakarta: The Habibie Center

Mandiri.

Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS, Arah Strategi Pembangunan Indonesia

Sebagai Negara Maritim.

Tunggul Alam, Wawan. 2003. Demi Bangsaku : Pertentangan Bung Karno vs

Bung Hatta. Jakarta: Gramedia.

Universitas Kristen Maranatha, Peranan Controller Dalam Menunjang Efektivitas

Pengendalian Internal Gaji.

http://www.berdikarionline.com/ekonomi-terpimpin/

https://wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005086-3-bab%202.pdf

http://transportjabar.blogspot.co.id/2011/10/filsafat-transportasi.html

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/10364/738/content

%202.pdf?sequence=2

http://www.digilib.unpas.ac.id/files/disk1/135/jbptunpaspp-gdl-damarbenga-6742-

1-skripsi-x.pdf

33

http://blogmiliterindonesia.blogspot.co.id/2014/02/sejarah-indonesia-cerita-

panjang-industri-pesawat-terbang-indonesia.html

http://www.nkri.web.id/index.php/2015/07/08/sejarah-penerbangan-indonesia/

https://sanzpermana2013.wordpress.com/38-2/

http://www.jogja.co/lamborghini-listrik-dari-jogja-mampu-capai-kecepatan-200-

kmjam/

http://www.bumn.go.id/ptdi/halaman/134

LAMPIRAN-LAMPIRAN

34

Unit N250 Milik Amerika

35

Lambang dan Tulisan Gatotkaca pada N250

36

N250 Milik Maritim Spanyol

37

Esemka Sebagai Mobil Dinas

Interior Unit Esemka

38

Interior Unit Selo

39

1 Unit Mobil Selo

Prototipe Design Selo

BIOGRAFI PENULIS

Nathan adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ia lahir di Sidoarjo pada tanggal

23 Mei 1999. Ia memulai pendidikannya di Tambun, Bekasi Selatan. Ia kemudian

melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, TK dan SD di Don Bosco III

Cikarang. Setelah lulus, ia pindah ke SMP Kristen Tunas Bangsa di Lippo

40

Cikarang. Lulus dari SMP, ia melanjutkan SMA nya di Don Bosco III Cikarang,

dengan jurusan IPA. Ia bercita-cita menjadi businessman dan seorang IT. Namun,

ia juga ingin berkecimpung dalam dunia politik. Hobinya adalah menggunakan

komputer dan bermain musik. Saat menggunakan komputer, ia lebih suka bermain

game, mengurus blog, memanipulasi foto, mengedit video dan meretas. Ia bisa

bermain drum dan gitar, juga biola, dan beberapa alat musik lainnya. Saat waktu

senggang ia lebih suka tidur dan santai.

41