7
Analisis Urin Urine Analysis Nurjatmi Puteri Mayang Sari1)*), Mahfud Huda2) Qorry Oktaviani3), Ranthy4) 1) NIM. 1310421043, KELOMPOK 3 C, Praktikum Fisiologi Hewan 2) NIM. 1210422022, KELOMPOK 3 C, Praktikum Fisiologi Hewan 3) NIM. 1310421087, KELOMPOK 3 C, Praktikum Fisiologi Hewan 4) NIM, 1310421079, KELOMPOK 3 C, Praktikum Fisiologi Hewan *Koresponden : [email protected] Abstrack The experiment about urine analysis was done on Wednesday, October 21th 2015 at Laboratory Teaching 2, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Andalas University, Padang. The aim of the experiment was to known and understood about procces of glucose level test in normal’s urine and patologic in semicuantitative and to identify the forms of sedimentation in normal’s urine and patologic. The experiment used two observations which are determining glucose level in urine with semicuantitative and urine sedimentation analysis. In urine of healthy human that gived by benedict is there is no changed in colour after heating, beside in urine of sick-person was changed in colour to become more clouded. On sedimentation test for pathologic urine were included triple fosfat, uric acid, Ca-carbonat, plant fiber, silinder agranula, uric amorphous, epithelium nucleated and thread mucus. In normal’s urine was found plant fiber only. Keywords : Benedict, glucose, sedimentation, normal urine, pathological urine Pendahuluan Urine merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika ada molekul yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar dari tubuh (Poedjiadi, 2005). Urine memiliki sifat kimia danfisik diantaranya adalah jumlah rata-rata 1-2 liter/hari tergantung banyaknya cairan yang dimasukan, berwarna bening atau orange pucat tanpa endapan, mempunyai bau yang menyengat, dan reaksi sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6. Sedangkan komposisi urine adalah 96% air, natrium, pigmen empedu, 1,5% garam, kalium, toksin, 2,5% urea, kalsium, bikarbonat, kreatinin n, magnesium, kreatin, khlorida, asam urat n, sulfat anorganik, asam urat, fosfat anorganik, amino, sulfat, ammonia dan hormon (Armstrong, 1998). Tiga tahap pembentukan urine terdiri dari filtrasi merupakan prpses yang terjadi dalam glomerulus, terjadi karena permukaan eferent lebih besar dari permukaan eferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpauni bawman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat diteruskan ke tubulus

Analisis Urin Urine Analysis

Embed Size (px)

Citation preview

Analisis Urin Urine Analysis

Nurjatmi Puteri Mayang Sari1)*), Mahfud Huda2) Qorry Oktaviani3), Ranthy4)

1) NIM. 1310421043, KELOMPOK 3 C, Praktikum Fisiologi Hewan 2) NIM. 1210422022, KELOMPOK 3 C, Praktikum Fisiologi Hewan 3) NIM. 1310421087, KELOMPOK 3 C, Praktikum Fisiologi Hewan4) NIM, 1310421079, KELOMPOK 3 C, Praktikum Fisiologi Hewan

*Koresponden : [email protected]

AbstrackThe experiment about urine analysis was done on Wednesday, October 21th 2015 at Laboratory Teaching 2, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Andalas University, Padang. The aim of the experiment was to known and understood about procces of glucose level test in normal’s urine and patologic in semicuantitative and to identify the forms of sedimentation in normal’s urine and patologic. The experiment used two observations which are determining glucose level in urine with semicuantitative and urine sedimentation analysis. In urine of healthy human that gived by benedict is there is no changed in colour after heating, beside in urine of sick-person was changed in colour to become more clouded. On sedimentation test for pathologic urine were included triple fosfat, uric acid, Ca-carbonat, plant fiber, silinder agranula, uric amorphous, epithelium nucleated and thread mucus. In normal’s urine was found plant fiber only.

Keywords : Benedict, glucose, sedimentation, normal urine, pathological urine

PendahuluanUrine merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika ada molekul yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar dari tubuh (Poedjiadi, 2005).

Urine memiliki sifat kimia danfisik diantaranya adalah jumlah rata-rata 1-2 liter/hari tergantung banyaknya cairan yang

dimasukan, berwarna bening atau orange pucat tanpa endapan, mempunyai bau yang menyengat, dan reaksi sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6. Sedangkan komposisi urine adalah 96% air, natrium, pigmen empedu, 1,5% garam, kalium, toksin, 2,5% urea, kalsium, bikarbonat, kreatinin n, magnesium, kreatin, khlorida, asam urat n, sulfat anorganik, asam urat, fosfat anorganik, amino, sulfat, ammonia dan hormon (Armstrong, 1998).

Tiga tahap pembentukan urine terdiri dari filtrasi merupakan prpses yang terjadi dalam glomerulus, terjadi karena permukaan eferent lebih besar dari permukaan eferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpauni bawman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat diteruskan ke tubulus

seminiferos. Proses reabsorpsi merupakan penyerapan kembali sebagian dari glukosa, sodium, kloroda dan fospat dan beberpa ion bikarbonat. Prose ini terjadi secara pasif yang dikenal obligator reapsorbsi terjadi pada tubulus atas. Proses sekresi dimana sisa penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan keluar (Syaifuddin, 1997).

Volume urine normal per hari adalah 1200-1500 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zatdiuretika (teh, alkohol, dan kopi), jumlahairminum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urine dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang (Girindra, 2010).

Uji saringan glukosa dalam urine adalah pertanda seseorang individu itu mempunyai penyakit, misalnya diabetes melitus. Adanya glukosa dalam urine individu yang normal biasanya pada individu yang mempunyai ambang glukosa rendah (glukosurid). Pereaksi Benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan terbentuknya kuprooksida berwarna merah atau coklat. Uji glukosa ini sering tidak valid jika reagen yang digunakan telah kedaluawarsa atau terbuka terlalu lama di udara dan bercampur dengan air (Djuanda, 1980).

Unsur-unsur sedimen urin organik berdasarkan bentuknya adalah : eritrosit, leukosit, spermatozoa, dan benang lendir. Unsur-unsur sedimen urin anorganik atau non organik dalam suasana asam (kristal asam urat), kristal kalsium oksalat, dan dalam suasana basa (kristal triple phospat, kristal kalsium phospat, kristal kalsium karbonat) (Dahelmi, 1991).

Analisis urine dapat dilakukan secara fisik meliputi pengamatan warna urine, berat jenis cairan urine, pH, dan suhu urine. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi

analisis glukosa, analisis protein, dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode yang dapat digunakan, mulai dari metode uji Millon sampai kuprisulfat dan sodium basa. Analisis secara mikroskopik sampel urin dapat secara langsung diamati di bawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja seperti sedimen yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium fosfat, serat tanaman, bahkan bakteri (Lehninger1982).

Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia. Diabetes mellitus bisa disebabkan oleh destruksi sel beta pankreas karena proses autoimun atau idiopatik yang umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, resistensi insulin, defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, pengaruh obat atau zat kimia, infeksi, dan sindrom genetik lain (Powers, 2001).

Dengan demikian, analisa urine sangat diperlukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit yang diderita oleh seseorang melalui pengamatan kadar glukosa urine dan pengamatan sedimen urine. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami proses pengujian kadar glukosa urine normal dan patologis secara semikuantitatif, serta untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk sedimentasi pada urine normal dan urin patologis.

Pelaksanaan PraktikumWaktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21 Oktober 2015 di Laboratorium Pendidikan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan ilmu.pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

Alat dan Bahan Adapun alat yang dipakai pada praktikum ini yaitu tabung reaksi sebanyak 8 buah, pipet tetes, rak tabung reaksi, tang krus, penangas air, sentrifuse, kertas label, beaker glass, mikroskop dan kaca objek dan cover glass. Dan bahan-bahan yang digunakan ialah urine normal, urin pathologis, larutan benedict, dan larutan glukosa dengan kosentrasi 0,5% 1,5 % ,3% dan 5 %.

Cara KerjaA. Penentuan kadar glukosa urine secara

semikuantitatif Disediakan 6 tabung reaksi, kemudian dimasukkan larutan benedict sebanyak 7-10 tetes. Pada tabung pertama dimasukan 4 tetes

urin orang yang normal kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain masing-masingnya empat tetes urin patologis dan dimasukan larutan glukosa masing-masingnya 0,5%, 1,5%, 3 %, dan 5 % ke dalam tabung 3,4,5 dan 6. Dipanaskan sampai terjadi perubahan warnanya.

B. Analisis sedimen urine Disediakan 2 tabung reaksi, diisi masing-masingnya dengan urin normal dan urin patologis, kemudian disentrifuse selama 10 menit, setelah itu diambil 1 tetes sedimen yang terbentuk, diamati di bawah mikroskop dan digambar sedimen yang terdapat pada kedua sample urin tersebut dan bandingkan.

Hasil dan PembahasanA. Penentuan kadar glukosa urine secara semikuantitatifTabel 1. Hasil kadar glukosa urine secara semikuantitatif

Tabung Warna urine yang didapatkan

Skor Kadar glukosa

Tabung I Biru jernih 0 <0.5%Tabung II Kuning jernih 2 1-0.5%Tabung III Biru jernih 0 <0.5%Tabung IV Biru jernih 0 <0.5%Tabung V Hijau kekuningan 1 0.5-1%Tabung VI Hijau kekuningan 1 0.5-1%

Gambar 1. Hasil uji urine dengan benedict

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil untuk uji kadar glukosa dengan menggunakan larutan benedict adalah pada tabung I, III dan IV berwarna biru jernih dengan kadar glukosa <0.5% hal ini menandakan bahwa jumlah kadar glukosa yang terkandung kecil. Pada tabung II berwarna kuning jernih dengan kadar glukosa 1-1,5% artinya urin mengandung banyak glukosa. Pada tabung IV dan V warna urin yang didapatkan adalah berwarna hijau kekuningan dengan kadar glukosa 0,5-1%, Menurut Despopoulus (1998), urine yang ditambahkan larutan glukosa akan memberikan hasil reaksi berupa warna. Semakin tinggi konsentrasi glukosa diberikan maka perubahan warna yang terjadi akan semakin pudar. Reaksi pemberian glukosa terhadap urine menusia normal akan menyebabkan naiknya kadar gula pada urine manusia normal akan menyebabkan naiknya kadar gula pada urine sehingga akan terjadi perubahan warna jika sebelumnya diperlakukan dengan benedict.

Selama praktikum berlangsung, praktikan melakukan beberapa kesalahan yang mengakibatkan terjadinya bias data seperti jumlah larutan benedict dan glukosa yang tidak seimbang antara tabung satu dengan tabung lainnya sehingga menyebabkan data yang didapat tidak sesuai

dengan yang diharapkan seperti pada tabung IV dan V yang hanya mendapatkan urin berwarna hijau, seharusnya pada kedua tabung ini bisa didapatkan urin berwarna kuning jernih.

Menurut Dawiesah (1989), bahwa Warna urin disebabkan oleh pigmen yang terlarut di dalamnya dan zat warna normal urin sendiri berasal dari metabolisme endogen yang berasal dari pemecahan zat warna empedu. biasanya warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua.

Urin yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-unsur yang terlarut didalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor makanan dan adanya infeksi yang mengeluarkan bakteri atau konsumsi air yang kurang. Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah menguap. Diantaranya bau yang berlainan dari normal seperti bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol,petai, durian, dan asperse. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol. Bau ammonia biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong kemih.Bau keton sering terjadi pada penderita kencing manis dan bau busuk sering terjadi pada penderita tumor di saluran kemih (Ophart, 2003).

B. Analisis sedimen urine Tabel 2. Analisis sedimen urin

Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh

hasil seperti pada tabel. Pada Urin normal tidak

No Jenis urin Jenis sedimen

1 Normal(Warna urin kuning)

Serat tumbuhan

2 Penderita diabetes mellitus (Warna urin kuning pekat)

Triple fosfat, urat amorf, epitel berinti, Ca-karbonat, asam urat, benang lendir, silinder tak bergranula, serat tumbuhan

ditemukan sedimen organik, melainkan hanya ditemukan berupa serat tumbuhan saja. Menurut pendapat Wilson (1979) urin normal akan mengandung Leucine dan Kristal lena tetapi pada saat praktikum tidak terlihat adanya sedimen ini mungkin dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan dalam melaksanakan praktikum.

Pada urin patologis ditemukannya Triple fosfat, urat amorf, epitel berinti, Ca-karbonat, asam urat, benang lendir, silinder tak bergranula, serat tumbuhan Sedimen-sedimen yang terkandung didalam urin seperti kristal, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal, terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin

Sedimen urin berasal dari hasil pemekatan urin yang terdiri dari garam kalsium Urin yang pekat berasal dari ginjal dengan berbagai penyebab, salah satunya adalah gagal ginjal kronik, yang dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih dan nantinya akan dilanjutkan ke uretra sampai keluar tubuh (Wilson, 1979). Kristal dipengaruhi oleh jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolism dan kepekatan urin.

Bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, lekosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder lekosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Silinder yang terkandung dalam

endapan urin merupakan endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal (Wulangi, 1979).

KesimpulanDari hasil pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada urin orang sehat yang diberi larutan benedict tidak terdapat perubahan warna setelah dipanaskan, sedangkan urin orang sakit yang mengandung glukosa mengalami perubahan warna menjadi lebih keruh.

2. Pada uji sedimentasi terhadap urine patologis yang terdapat adalah Triple fosfat, urat amorf, epitel berinti, Ca-karbonat, asam urat, benang lendir, silinder tak bergranula, serat tumbuhan.

Daftar PustakaAmstrong.W.J., 1998, Air Kehidupan.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Dahelmi. Ms. 1991. Fisiologi Hewan. Universitas Andalas. Padang

Dawiesah, S.I. 1989. Petunjuk Laboratorium, Penentuan Nutrien dalam Jaringan dan Plasma Tubuh. PAU-Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta

Despopoulus,A. 1998. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokratea: Jakarta

Djuanda, T. 1980. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Armico: Bandung.

Gandasoebrata, R. 1992. Penuntun Laboratorium Klinik. PT. Dian Rakyat. Jakarta

Girindra A. 2010. Biokimia. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. PB. Perkeni. Jakarta

Poedjiadi A. 2005. Dasar-Dasar Biokimia . Penerbit UI-Press. Jakarta

Powers A. 2001. Diabetes Mellitus. Di dalam: Braunwald E, Fauci A, Kasper D, Hauser S, Longo D, Jameson J, editor. Harrison's principles of internal medicine. Edisi ke-15. New York: McGraw-Hill.

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. ECG.

Wilson, J. A. 1979. Prinsiple of Animal Physiology. Collier Mc Millan. S Publisher. London

Wulangi, K. 1979. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Erlangga. Jakarta :

LAMPIRANANALISIS URIN

Gambar 1. Pemanasan urin Gambar 2. Uji sedimentasi urin Gambar 3. Asam urat

`Gambar 4. Benang Lendir Gambar 5. Ca-Karbonat Gambar 6. Epitel Berinti

Gambar 7. Serat tumbuhan Gambar 8. Silinder tak bergranula Gambar 9. Triple fosfat

Gambar 10. Urat amorf