Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH
DALAM NOVEL KOPIAH GUS DUR
KARYA DAMIEN DEMATRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Ririn Syodikin
NIM: 205051000471
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH
DALAM NOVEL KOPIAH GUS DUR
KARYA DAMIEN DEMATRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
Ririn Syodikin
NIM: 205051000471
Di Bawah Bimbingan,
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 19700903 199603 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH DALAM
NOVEL KOPIAH KOPIAH GUS DUR KARYA DAMEIN DEMATRA telah
diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Maret 2011.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Jakarta, 18 Maret 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Angota Sekretaris
Drs. Study Rizal, LK, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19710412 200003 2 001
Penguji I Penguji II
Drs. Study Rizal, LK, MA M. Hudri, M. Ag
NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19720606 199803 1 003
Pembimbing
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 19700903 199603 1 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 24 Februari 2011
Ririn Syodikin
ABSTRAK
Ririn Syodikin
Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Novel Kopiah Gus Dur Karya
Damien Dematra
Berdakwah melalui media tulisan merupakan suatu bentuk hikmah yang
dapat memberikan pelajaran bagi para pembacanya. Salah satu media tulisan yang
digunakan sebagai sarana berdakwah ialah dalam bentuk novel. Novel sebagai
sebuah media untuk menyampaikan dakwah memiliki kelebihan tersendiri yang
dapat menghilangkan kejenuhan dan rasa digurui bagi para penerima dakwah
(mad‟u). Salah satu penulis novel yang memiliki dedikasi dalam menyampaikan
pesan dakwah dalam tulisannya ialah Damien Dematra. Melalui novel Kopiah
Gus Dur, Damien Dematra dengan cerdas telah mampu membungkus pesan-pesan
dakwah melalui jalan cerita yang menggugah dan inspiratif.
Untuk mengetahui cara Damien Dematra dalam mengemas pesan
dakwahnya dalam novel Kopiah Gus Dur diperlukan rumusan masalah. Adapun
rumusan masalahnya adalah: bagaimana wacana yang dikemas oleh Damien
Dematra di dalam novel Kopiah Gus Dur? Serta bagaimana kognisi sosial dan
konteks sosial dalam menyusun wacana pesan dakwah dalam novel Kopiah Gus
Dur? Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis wacana (discourse
analysis). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
wacana Teun A. van Dijk yang dikenal dengan model kognisi sosial. Data-data
dalam penelitian ini disesuaikan dengan metode yang digunakan van Dijk, yaitu
meneliti dari analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi
atau lebih tepatnya adalah telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.
Lebih tepatnya lagi adalah telaah mengenai aneka fungsi bahasa. Model analisis
wacana van Dijk kerap disebut sebagai “kognisi sosial”. Istilah ini sebenarnya
diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan
struktur dan proses terbentuknya suatu teks.
Secara struktur makro novel ini dikemas dengan tema perjalanan seorang
preman bernama Jarib dalam menemukan Tuhannya. Secara superstruktur Damien
Dematra mengarang novel ini dengan alur cerita yang cukup singkat, yaitu hanya
137 halaman. Secara struktur mikro Damien Dematra menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami. Bentuk kalimat yang digunakan merupakan
bentuk kalimat aktif. Retoris yang digunakan dalam novel ini berupa bentuk
grafis. Koherensi yang digunakan secara umum sudah baik. Kognisi sosial novel
ini berusaha menceritakan perjalanan seorang preman menemukan jati dirinya
melalui perjalanannya bersama kopiah yang diberikan oleh Gus Dur. Dari konteks
sosial Damien Dematra beralasan bahwa setiap individu sebenarnya memiliki
kesempatan yang sama dalam menyampaikan pesan-pesan nilai keIslaman sesuai
dengan kadar kemampuan masing-masing. Dan jika setiap individu secara kreatif
menuangkan karyanya dalam menyampaikan pesan dakwah maka nilai-nilai
keIslaman akan menjadi mudah untuk didapatkan.
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT., Sang
Maha Tahu dan sumber segala pengetahuan, yang cahaya-Nya selalu terpancar
kepada makhluk-Nya, sehingga penulis dengan rahmat-Nya dapat menyelesaikan
skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabatnya, dan umatnya
hingga akhir zaman.
Penulis menyadari benar, betapa proses menyelesaikan skripsi tidak
terlepas dari dukungan, jasa, dan budi baik berbagai pihak yang telah dengan tulus
membantu penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., selaku Pembantu Dekan Bidang
Akademik sekaligus sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini
yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA., dan Bapak Drs. Study Rizal LK, MA.,
selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Pembantu Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
4. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum., Ibu Dra. Hj. Musyfirah Nurlaily,
MA., dan Bapak Ahmad Fatoni, S. Sos. I., selaku Koordinator Teknis,
Sekretaris, dan Staf Administrasi Program Non Reguler Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
menuntut ilmu di UIN Jakarta yang tidak mungkin dapat penulis balas
kebaikan dan ketulusannya.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan pelayanan yang baik dalam menunjang
penyelesaian masa belajar penulis selama masa kuliah.
7. Bang Damien Dematra yang telah mengizinkan penulis mengangkat
novelnya sebagai bahan skripsi ini dan menginspirasi penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan cepat.
8. Yang terkhusus dan istimewa, kedua Orang Tua, Ayahanda H. Khairul
Saleh dan Ibunda Hj. Nurmalina, yang telah membesarkan, mendidik, dan
memfasilitasi penulis dengan segenap kasih sayang dan ketulusan hingga
penulis dapat menyelesaikan kuliah di UIN Jakarta ini.
9. Bang Riky Sholihin, Bang Rino Saputra, adikku Muhammad Rofai,
Almarhumah Nurmaliza Putri Khairul, dan adikku tercinta Nuraulia Putri
Khairul, yang selalu menjadi kekuatan tempat penulis bersandar dan
selalu menjadi pendukung terbaik tempat penulis berharap.
10. Sahabat-sahabat terbaik seperjuangan di program Non Reguler yang
selalu memberikan masukan yang baik dan membantu menyediakan
referensi bagi penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman di kostan kirai yang tak henti-hentinya memberikan
dukungan tenaga, pikiran, dan waktunya untuk membantu penulis dalam
proses menyelesaikan kuliah di UIN Jakarta ini.
12. Femmy Piesca Adriani yang selama ini telah memberikan perhatian dan
dukungan moral dan finansial bagi penulis baik dalam keadaan senang
maupun susah.
Dengan hamparan kedua tangan disertai ketulusan, penulis mendoakan
semoga bantuan, dukungan, bimbingan, dan perhatian yang telah diberikan oleh
semua pihak akan mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT disertai rahmat,
hidayah serta berkah-Nya. Amin Ya Robbal Alamin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dan belum dapat sepenuhnya menenteramkan kegelisahan intelektual
penulis, untuk itu penulis sangat berlapang dada menerima masukan dan kritik
konstruktif demi mencapai kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat memberikan
kontribusi positif, memperluas wawasan keilmuan serta menambah khasanah
perpustakaan.
Jakarta, Februari 2011 M
Rabiulawal 1432 H
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 4
D. Tinjauan Kepustakaan ............................................................ 5
E. Metodologi Penelitian ............................................................ 6
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Analisis Wacana ....................................................... 11
a. Pengertian Analisis Wacana ............................................. 11
b. Varian Analisis Wacana ................................................... 12
c. Analisis Wacana Teun A. van Dijk .................................. 22
B. Konsep Dakwah...................................................................... 23
a. Pengertian Dakwah .......................................................... 23
b. Unsur-unsur Dakwah ....................................................... 25
c. Pesan Dakwah .................................................................. 28
C. Novel ...................................................................................... 30
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL KOPIAH GUS DUR KARYA
DAMIEN DEMATRA
A. Biografi Damien Dematra ...................................................... 34
B. Karya-Karya Damien Dematra ............................................... 37
C. Sinopsis Novel Kopiah Gus Dur ............................................ 41
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS
A. Wacana Pesan Dakwah Yang Ditampilkan Oleh
Damien Dematra Di Dalam Novel Kopiah Gus Dur ............ 45
B.1. Analisis Novel Kopiah Gus Dur dari Kognisi Sosial ......... 81
B.2. Analisis Novel Kopiah Gus Dur dari Konteks Sosial......... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 89
B. Saran ....................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 93
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 ............................................................................................................ 7
Tabel 2 ............................................................................................................ 7
Tabel 3 ............................................................................................................ 13
Tabel 4 ............................................................................................................ 15
Tabel 5 ............................................................................................................ 16
Tabel 6 ............................................................................................................ 19
Tabel 7 ............................................................................................................ 20
Tabel 8 ............................................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kejayaan Islam sebagai agama yang terus berkembang dan mudah
diterima umat manusia sangat ditentukan oleh kebijaksanaan dan ketepatan
Rasulullah dalam berdakwah menyiarkan Islam. Selain melakukan dakwah secara
lisan dan keteladanan prilaku, Rasulullah juga banyak melakukan dakwah melalui
tulisan. Hal ini dapat dilihat pada dokumentasi surat-surat nabi yang ditulis ahli
tarikh Muhammad bin Sa‟ad (w 230 H) dalam kitabnya al-Tabaraqat al-Kubra
yang kesemuanya berjumlah tidak kurang dari 105 buah.1
Pendekatan dakwah melalui tulisan dewasa ini berkembang pesat, tidak
hanya tulisan dalam surat kabar, majalah, surat, buletin, atau selebaran,
pendekatan dakwah juga banyak dilakukan melalui karya tulisan seperti cerpen
dan novel. Salah seorang penulis besar di negeri ini yang memiliki dedikasi
dakwah melalui tulisan khususnya novel adalah Damien Dematra, Damien
Dematra adalah seorang novelis, penulis skenario, sutradara, produser, fotografer
internasional, dan pelukis.
Damien Dematra saat ini memegang 6 rekor dunia sebagai penulis tercepat
di dunia, penulis novel yang diterbitkan tercepat di dunia, fotografer tercepat di
dunia, pelukis tercepat di dunia, penulis buku tertebal di dunia, penulis buku
1 Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus) h.
181
dengan judul terpanjang di dunia (disahkan oleh Museum Rekor Dunia, Guinness
World Records, dan Royal World Records).2
Kemampuan Damien dalam menulis serta kepekaannnya terhadap kondisi
sosial masyarakat negeri ini menjadikan Damien seorang penulis yang tidak biasa,
Damien mampu dengan cerdas menerjemahkan kondisi realita masyarakat
kedalam bentuk tulisan yang menggugah dan menginspirasi. Hal terakhir inilah
yang menjadikan Damien pantas disebut sebagai seorang da‟i, karena tulisannya
memiliki kekuatan mengajak ke arah yang baik tanpa menggurui apalagi
memaksa.
Diantara novel-novel yang telah diterbitkannya adalah Bulan di Atas
Ka'bah, Mereka Bilang Aku Kafir, Mama Aku Harus Pergi, Selusin Ramadhan
Setahun, Kau Bakar Aku Bakar, Ternyata Aku Sudah Islam, novel yang
terinspirasi kisah nyata grup musik Debu, Demi Allah, Aku Jadi Teroris, dan
Tuhan. Selain itu ada juga Yogyakarta, Obama dari Asisi, Si Anak Panah, Ketika
Aku Menyentuh Awan, Sejuta Doa untuk Gus Dur, Sejuta Hati untuk Gus Dur,
Jangan Pisahkan Kami, Soulmate-Belahan Jiwa, dan Angels of Death-Kumpulan
Kisah Malaikat Maut.
Masih terdapat banyak lagi novel yang diterbitkan oleh Damien baik
dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Diantara novelnya yang paling
terbaru adalah novel berjudul Kopiah Gus Dur, sebuah novel yang bercerita
tentang perjalanan seorang preman bersama kopiah yang diberikan oleh
Almarhum Gus Dur. Novel ini sangat menggugah karena novel ini terinspirasi
2 Damien Dematra, “About Me.” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://www.
damiendematra.com/about%20me.htm
dari kisah nyata, penulisan alur ceritanya sangat sederhana sehingga mudah
dicerna dan dipenuhi dengan komedi untuk menghindari kejenuhan dan kekakuan.
Dan yang paling terpenting dari semua itu adalah bagaimana novel ini
mengandung begitu banyak kisah yang menggugah keimanan, dan memberikan
sentilan kepada kadar ketakwaan manusia terhadap Tuhannya. Sehingga novel
Kopiah Gus Dur memiliki nilai dakwah dan kaya khasanah Islam.
Sejauh mana novel ini dapat mempresentasikan nilai dakwah, dan
sebanyak apa nilai dakwah yang terkandung didalamnya tentu hanya dapat
dipahami dengan membaca dan mengulas wacana pesan dakwah dari novel
Kopiah Gus Dur secara langsung. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah
satu jalan menuju pemahaman yang lebih mengenai pesan dakwah novel Kopiah
Gus Dur, sehingga dapat diambil yang baiknya dan dimanfaatkan gunanya.
Berdasarkan latar belakang diatas, makan skripsi ini saya beri judul
“Analisis wacana pesan dakwah dalam novel Kopiah Gus Dur karya Damien
Dematra”. Diharapkan isi dari skripsi ini dapat mengantarkan kita pada
pemahaman lebih dari kata dan kalimat didalam novel Kopiah Gus Dur yang
berisi wacana pesan dakwah. Dimana wacana pesan dakwah tersebut merupakan
upaya Damien Dematra menyampaikan dakwah melalui novel.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, penyusun membatasi penelitian
pada karya Damien Dematra terutama yang berkenaan dengan wacana pesan
dakwah yang terkandung dalam novel Kopiah Gus Dur. Kajian terhadap novel
tersebut hanya dari aspek analisis wacana saja.
2. Perumusan Masalah
Sedangkan perumusan masalah yang di kaji pada penelitian skripsi ini
adalah :
a. Bagaimana wacana pesan dakwah yang dikemas oleh Damien Dematra di
dalam novel Kopiah Gus Dur?
b. Bagaimana kognisi sosial dan konteks sosial dalam penyusunan wacana
dakwah dalam novel Kopiah Gus Dur?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui wacana pesan dakwah yang dikemas oleh Damien
Dematra
b. Untuk mengetahui kognisi sosial dan konteks sosial dalam penyusunan
wacana dakwah dalam novel Kopiah Gus Dur karya Damien Dematra.
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah penelitian ilmiah
yang memenuhi syarat bernilai akademis serta menambah wawasan bagi
para praktisi dakwah dalam penggunaan tulisan untuk berdakwah.
b. Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada
para juru dakwah tentang pentingnya pemanfaatan segala media sebagai
alat bantu dalam berdakwah. Hal ini menjadi penting agar setiap individu
dari masyarakat dapat berperan aktif dalam dakwah di segala bidang.
D. Tinjauan Kepustakaan
Penelitian relevan yang penulis temukan antara lain tulisan dari
Muhammad Yusuf yang berjudul Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Novel
Di Bawah Lindungan Ka‟bah Karya Prof. DR. Hamka yang ditulis pada tahun
2008, Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel “Di Bawah Lindungan
Ka‟bah” oleh saudari Nurchasanah pada tahun 2007, dan Analisis Wacana
Dakwah Melalui Film Koran Gondrong oleh saudari Lisa Badriah tahun 2006.
Beberapa penelitian diatas telah lebih dulu mengupas wacana dakwah melalui
teori analisis wacana.
Serupa tapi tak sama, kelebihan dari skripsi yang penulis akan teliti adalah
pada fakta bahwa novel Kopiah Gus Dur merupakan kisah nyata, meskipun tentu
ada penambahan dan dramatisir bahasa namun tidak mengurangi orisinalitas dari
cerita sebenarnya, malah lebih menambah tekanan dan kedalaman renungan. Di
samping itu, peran Damien Dematra sebagai penulis muda berkarakter dakwah
layak mendapatkan perhatian khusus dunia dakwah baik praktis, maupun
akademis.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan
menggunakan analisis wacana (discourse analysis), metode ini dilakukan karena
lebih memenuhi kebutuhan analisa terhadap struktur pesan dalam komunikasi.
Melalui metode ini penulis dapat mengetahui bagaimana sebuah pesan
disampaikan lewat kata atau kalimat. Unsur penting dalam analisis wacana adalah
kepaduan, kesatuan, dan penafsiran peneliti.
Model yang digunakan adalah model Teun A. van Dijk menurutnya
penelitian wacana tidak hanya terbatas pada teks semata, tetapi juga bagaimana
suatu teks diproduksi. Kelebihan analisis wacana model Van Dijk adalah bahwa
penelitian wacana tidak semata-mata dengan menganalisis teks saja, tetapi juga
melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada
dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/ pikiran serta kesadaran yang
membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.3
Terdapat tiga struktur atau tingkatan yang menjadi elemen analisis wacana
dalam pemaparan struktur teks oleh van Dijk. Dengan struktur tersebut kita tidak
hanya mengetahu apa yang diliput oleh media, namun jua bagaimana media
mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu. Jika digambarkan
maka struktur teks adalah sebagai berikut:
3 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2006),
h.224
Tabel 1
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati
dari topik/ tema yang diangkat oleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,
penutup, dan kesimpulan
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan
kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.4
Berikut tabel yang akan menjelaskan satu per satu elemen wacana Teun A.
van Dijk yang diterapkan dalam dimensi teks sosial penelitian ini:
Tabel 2
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur Makro Tematik
Tema/ topik yang dikedepankan
dalam Novel Kopiah Gus Dur
Topik
4 Ibid., h.227.
Superstruktur
Skematik
Bagaimana bagian dari urutan novel
dikemas dalam teks yang utuh
Skema
Struktur Mikro
1. Semantik
Makna yang ingin ditekankan dalam
Novel Kopiah Gus Dur
2. Sintaksis
Bagaimana kalimat (bentuk,
susunan) yang dipilih.
3. Stilistik
Bagaimana pilihan kata yang dipakai
dalam Novel Kopiah Gus Dur
4. Retoris
Bagaimana dan dengan cara apa
penekanan cerita dilakukan.5
Latar, Detail, dan
Maksud
Bentuk kalimat
Koherensi, dan
Kata Ganti
Leksikon
Grafis, Metafora
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah novel Kopiah Gus Dur karya
Damien Dematra, sedangkan objek dari penelitian ini adalah konstruksi
wacana dari segi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
5 Ibid., h. 228-229.
3. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan studi dokumentasi dan pengumpulan data data
terkait dengan masalah penelitian dari berbagai sumber kepustakaan
seperti buku, majalah, internet, dan lain-lain.
4. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dilakukan didalam penelitian ini ialah
dengan cara menyesuaikan data yang didapat kedalam teorinya van Dijk.
Data-data tersebut merupakan data yang terdapat di dalam novel Kopiah
Gus Dur, kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti dengan disesuaikan pada
kerangka dalam analisa wacana.
Selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk sekumpulan
informasi dan interpretasi peneliti sebagai acuan dalam menarik
kesimpulan dan saran pada akhir penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun atas lima bab yang terdiri dari:
BAB I :Bab ini berisi Pendahuluan yang membahas Latar Belakang,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II :Bab ini berisi Kerangka Pemikiran yang membahas mengenai
Konsep Analisis Wacana yang terdiri dari Pengertian Analisis
Wacana, Varian Analisis Wacana, dan Analisis Wacana Teun A.
van Dijk, Konsep Dakwah yang terdiri dari Pengertian Dakwah,
Unsur-Unsur Dakwah, dan Tujuan Dakwah, Pesan Dakwah yang
terdiri dari Aqidah, Syariah, dan Akhlak, serta Novel Sebagai
Media Dakwah.
BAB III :Merupakan bab mengenai Gambaran Umum Novel Kopiah Gus
Dur Karya Damien Dematra yang mencakup Biografi Damien
Dematra, Karya-Karya Damien Dematra, dan Sinopsis Novel
Kopiah Gus Dur.
BAB IV :Merupakan bab Temuan Data dan Pembahasan yang mencakup
Wacana Pesan Dakwah yang ditampilkan oleh Damien Dematra Di
Dalam Novel Kopiah Gus Dur, Analisis Novel Kopiah Gus Dur
Dilihat dari Kognisi Sosial, Analisis Novel Kopiah Gus Dur Dilihat
dari Konteks Sosial.
BAB V :Merupakan bab Penutup yang mencakup Kesimpulan dan Saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Secara etimologi (bahasa) istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta
wac/wak/vak yang artinya „berkata‟ atau „berucap‟. Kata ana yang berada di
belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membedakan‟
(nominalisasi). Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana.
Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan.1
Namun, istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguis
di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris discourse. Kata
discourse sebdiri berasal dari bahsa Latin yakni discursus (lari ke sana ke mari).
Kata ini diturunkan dari kata dis (dan/ dalam arah yang berbeda) dan kata currere
(lari).2
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia terdapat tiga makna dari istilah
wacana. Pertama, percakapan; ucapan; tutur. Kedua, keseluruhan tutur yang
merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terlengkap yang realisasinya
merupakan bentuk karangan yang utuh.3
1 Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis Wacana
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h.3.
2 Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana (Yogyakarta: Kanisius,
1993), h. 3.
3 Hoetomo M. A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), h.
588.
11
Sedangkan secara terminologi, istilah wacana memiliki arti yang sangat
luas. Luasnya makna wacana disebabkan oleh perbedaan lingkup dan disiplin
ilmu yang memakai istilah wacana tersebut, mulai dari studi bahasa, psikologi,
sosiologi, politik, komunikasi, dan, sastra.4
Secara ringkas dan sederhana, teori wacana menjelaskan sebuah peristiwa
terjadi seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pertanyaan. Karena itulah ia
dinamakan analisis wacana.5 Analisis wacana menekankan pada “how the
ideological significance of news is part and parcel of methods used to process
news” (bagaimana signifikansi ideologis berita merupakan bagian dan menjadi
paket metode yang digunakan untuk proses media). Dari beberapa definisi
mengenai analisis wacana di atas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana adalah
studi tentang susunan/ struktur pesan dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi
adalah telaah mengenai aneka fungsi bahasa.
2. Varian Analisis Wacana
Dalam perkembangannya, model analisis wacana dikemukakan para ahli
melalui pendekatan yang beragam. Diantara para ahli yang mengembangkan
model analisis wacana adalah:
a. Roger Fowler dkk.
Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew mulai
dikenal sejak diterbitkannya buku Language and Control pada tahun 1979.
4 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semantik dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 9.
5 Ibid., h. 12.
Mereka menggunakan pendekatan critical linguistics. Berikut akan digambarkan
secara detail beberapa elemen yang ditelaah oleh Fowler dkk.
Tabel 3
Kosakata
Sebagai sistem klasifikasi bahasa
menggambarkan bagaimana realitas
dunia dilihat, memberi kemungkinan
seseorang untuk mengontrol dan
mengatur pengalaman pada realitas
sosial. Akan tetapi, sistem klasifikasi
ini berbeda-beda antara seseorang atau
satu kelompok dengan kelompok lain.
1. Kosakata: Membuat Klasifikasi
Bahasa menyediakan klasifikasi.
Klasifikasi tersebut karena realitas
begitu kompleksnya, sehingga orang
kemudian membuat penyederhanaan
yang abstraksi dari realitas tersebut.
Realitas tersebut bukan hanya bisa
dikenali, pada akhirnya berusaha
dibedakan dengan yang lain.
2. Kosakata: Membatasi Pandangan
Bahasa pada dasarnya bersifat
membatasi, kita diajak berfikir untuk
memahami seperti itu, bukan yang lain.
Hal tersebut berpengaruh terhadap
bagaimana kita memahami dan
memaknai suatu peristiwa.
3. Kosakata: Pertarungan Wacana
Dalam suatu pemberitaan, setiap pihak
mempunyai pendapat sendiri-sendiri,
masing-masing mempunyai klaim
kebenaran dengan penjelasan yang
berbeda dalam upaya memenangkan
perhatian publik. Masing-masing
menggunakan kosakata sendiri agar
lebih diterima oleh publik.
4. Kosakata: Marjinalisasi
Pilihan linguistik tertentu dengan kata,
kalimat, proposisi yang membawa nilai
ideologis tertentu. Kita dipandang
bukan sesuatu yang netral.
Tata Bahasa
Dalam tata bahasa secara umum ada
tiga model yang diperkenalkan Fowler
dkk., yaitu: Pertama, transitif
merupakan model yang berhubungan
dengan proses, dengan melihat bagian
mana yang dianggap sebagai penyebab
suatu tindakan. Kedua, intransitif
merupakan model dengan
menghubungkan seorang aktor pada
suatu proses tetapi tanpa menjelaskan
atau menggambarkan akibat atau objek
yang dikenal. Ketiga, relasional
1. Efek Bentuk Kalimat Pasif:
Penghilangan Pelaku
Dalam tata bahasa bentuk kalimat pasif
dapat membuat halus atau netral sisi
pelaku karena yang adalah sasaran dari
suatu tindakan pelaku.
2. Efek Nominalisasi: Penghilangan
Pelaku
Nominalisasi bisa menghilangkan
subjek karena dalam bentuk ini bukan
lagi kegiatan/ tindakan yang ditekankan
melainkan suatu peristiwa. Peristiwa ini
merupakan model yang
menggambarkan hubungan diantara dua
etnis/ bagian yang melakukan tindakan
dan yang menjadi akibat.
pada hakikatnya tidak memerlukan
subjek.
Dalam menganalisis suatu teks model Roger Fowler memiliki kerangka
untuk menganalisis wacana. Kerangka analisis tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 4
TINGKAT YANG INGIN DILIHAT
Kata
Meliputi pilihan kosakata yang dipakai untuk menggambarkan
peristiwa dan pilihan kosakata yang dipakai untuk
menggambarkan katro (agen) yang terlibat dalam peristiwa.
Kalimat Bagaimana peristiwa digambarkan lewat rangkaian kata.6
b. Theo van Leeuwen
Model analisis yang diperkenalkan Theo van Leeuwen untuk mendeteksi
dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya
dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang
kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaanya sementara
6 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2001),
h. 166.
kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus-menerus menjadi
objek pemaknaan, dan digambarkan secara buruk.7
Analisis wacana van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana
pihak-pihak dan aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Berikut tabel yang akan
menguraikan tentang persoalan tersebut.
Tabel 5
Exclusion
Merupakan wacana yang dalam
tampilannya dalam suatu teks berita,
ada kelompok atau seseorang yang
dihilangkan dalam pemberitaan.
1. Pasivasi
Pada dasarnya ini adalah proses
bagaimana suatu kelompok atau aktor
tertentu tidak dilibatkan dalam suatu
pembicaraan atau wacana. Lewat
pemakaian kalimat pasif.
2. Nominalisasi
Strategi ini berhubungan dengan
mengubah kata kerja (verba) menjadi
kata benda (nomina). Umumnya
dilakukan dengan imbuhan “pe-an”.
Nominalisasi tidak membutuhkan
subjek sehingga dapat menghilangkan
pelaku dalam sebuah wacana.
3. Penggantian anak kalimat
7 Ibid., h. 171.
Penggantian subjek juga bisa dilakukan
dengan penggantian anak kalimat yang
sekaligus berfungsi sebagai aktor.
Inclusion
Berhubungan dengan pertanyaan
begaimana masing-masing pihak atau
kelompok itu ditampilkan lewat
pemberitaan. Dengan memakai kata,
kalimat, informasi, atau susunan
kalimat tertentu, cara bercerita tertentu,
masing-masing kelompok
direpresentasikan dalam teks.
1. Diferensi-Indeferensi
Hadirnya peristiwa atau kelompok lain
selain yang diberitakan, bisa menjadi
penanda yang baik bagaimana suatu
kelompok atau peristiwa
direpresentasikan dalam teks yang
merupakan strategi wacana bagaimana
suatu kelompok disudutkan dengan
menghadirkan kelompok atau wacana
lain yang dipandang lebih dominan atau
bagus.
2. Objektivitas-Abstraksi
Berhubungan dengan pertanyaan
apakah informasi mengenai suatu
peristiwa atau aktor sosial ditampilkan
dengan memberi petunjuk yang konkret
ataukah yang ditampilkan adalah
abstraksi.
3. Nominasi-Kategorisasi
Dalam suatu pemberitaan mengenai
aktor atau mengenai suatu
permasalahan, seringkali terjadi pilihan
apakah aktor tersebut ditampilkan apa
adanya, ataukah yang disebut adalah
kategori dari aktor sosial tersebut.
4. Nominasi-Identifikasi
Merupakan startegi tentang bagiaman
suatu kelompok, peristiwa, atau
tindakan tertentu didefinisikan. Proses
pendifinisiannya dilakukan dengan
memberi anak kalimat sebagai penjelas.
5. Determinasi-Indeterminasi
Penulisan anonim (tidak jelas) oleh
wartwan karena belum mendapatkan
bukti yang cukup jelas untuk menulis
atau karena ada ketakutan struktural
kalau kategorisasi yang jelas dari
seorang aktor sosial disebut dalam teks.
6. Asimilasi-Individualisasi
Berhubungan dengan pertanyaan,
apakah aktor sosial yang diberitakan
ditunjukkan dengan jelas kategorinya
atau tidak yang terjadi karena dalam
pemberitaan bukan kategori aktor sosial
yang spesifik yang disebut dalm berita
tetapi komunitasi atau kelompok sosial
dimana seseorang berada tersebut.
7. Asosiasi-Disasosiasi
Berhubngan dengan pertanyaan, apakah
aktor atau suatu pihak ditampilkan
sendiri ataukah ia dihubungkan dengan
kelompok lain yang lebih besar yang
terjadi seringkali tanpa disadari.
Dalam kerangka analisisnya van Leeuwen memberikan serangkaian
strategi wacana bagaimana wacana itu dapat digunakan sedemikian rupa sehingga
dapat mempengaruhi makna yang sampai ke tangan pembaca. Secara umum, apa
yang dilihatnya dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 6
TINGKATAN YANG INGIN DILIHAT
Ekslusi Apakah ada aktor (seseorang/ kelompok sosial) yang
dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan.
Bagaimana strategi yang dilajukan untuk
menyembunyikan atau menghilangkan aktor sosial
tersebut?
Inklusi Dari aktor sosial yang disebut dalam berita, bagaimana
mereka ditampilkan? Dengan strategi apa pemarjinalan
atau pengucilan dilakukan?8
b. Sara Mills
Titik perhatian Sara Mills pada wacana terutama mengenai feminisme:
bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik dalam novel, gambar, foto, atau
apapun dalam berita. Oleh karena itu apa yang dilakukan oleh Sara Mills sering
juga disebut dengan perspektif feminisme dengan titik perhatian yang
menunjukkan pada bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita.9
Tabel berikut akan menjelaskan tentang model analisis wacana Sara Mills:
Tabel 7
Posisi: Subjek-Objek
Dengan menekankan bagaimana posisi dari berbagai aktor sosial, posisi gagasan,
atau peristiwa ditempatkan dalam teks. Posisi-posisi tersebut pada akhirnya
menentukan bentuk teks yang hadir ditengah khalayak.
Posisi Pembaca
Dalam teks ini menekankan bahwa teks adalah hasil negosiasi antara penulis
dengan pembaca. Oleh karena itu, pembaca disini tidaklah dianggap semata
sebagai pihak yang menerima teks, tetapi juga ikut melakukan transaksi
sebagaimana akan terlihat dalam teks.
8 Ibid., h. 192-193.
9 Ibid., h. 199.
Secara umum, ada dua hal yang diperhatikan dalam analisis model ini
yaitu:
1. Bagaimana aktor sosial dalam berita tersebut diposisikan dalam
pemberitaan. Siapa pihak yang diposisikan sebagai penafsir dalam teks
untuk memaknai peristiwa, dan apa akibatnya.
2. Bagaimana poembaca diposisikan dalam teks. Teks berita dimaknai
sebagai hasil negosiasi antara penulis dan pembaca.10
Kerangka Analisis Sara Mills dijelaskan dalam tabel beikut ini:
Tabel 8
TINGKAT YANG INGIN DILIHAT
Posisi
Subjek-Objek
Bagaimana peristiwa dilihat, dari kacamata siapa peristiwa
itu dilihat, siapa yang diposisikan sebagai pencerita
(subjek) dan siapa menjadi objek yang diceritakan. Apakah
masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai
kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri,
gagasannya ataukah kehadirannya, gagasannya
ditampilkan oleh kelompok atau orang lain.
Posisi
Penulis-Pembaca
Bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam teks.
Bagaimana pembaca memposisikan dirinya didalam teks
yang ditampilkan. Kepada kelompok manakah pembaca
mengidentifikasikan dirinya.11
10
Ibid., h. 210-211. 11
Ibid., h. 211.
3. Analisis Wacana Teun A. van Dijk
Model analisis wacana van Dijk kerap disebut sebagai “kognisi sosial”.
Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial,
terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks.12
a. Teks
Untuk memperoleh gambaran struktur teks dalam model van Dijk, berikut
gambaran singkatnya:
1. Tematik, secara harfiah berarti tema. Tema adalah suatu amanat utama
yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2. Skematik, menggambarkan bentuk wacana umum yang disusun dengan
sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, penutup, kesimpulan, dan
sebagainya. Struktur ini merupakan satu kesatuan yang mendukung
gagasan utama dalam berita. Pemuatan story/ body juga merupakan
strategi penulis membentuk pemaknaan terhadap peristiwa yang dilakukan
dengan menonjolkan bagian tertentu dan menyembunyikan bagian yang
lain.
3. Semantik, adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan
lingual, baik makna lesikal maupun makna gramatikal.13
Menggambarkan
bentuk wacana umum dengan kategori latar, detil, dan maksud.
4. Sintaksis, merupakan struktur teks yang dalam pengemasannya
menentukan koherensi dan kata ganti yang digunakan dalam kalimat.
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat dalam teks.
12
Sobur, Analisis Teks Media, h. 73. 13
Ibid., h. 78
5. Stilistik yaitu cara yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan
maksud dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.
6. Retoris, adalah gaya yang diungkapkanketika seseorang berbicara ata
menulis yang memiliki fungsi persuasif dan berhubungan erat dengan
bagaimana pesan itu disampaikan kepada khalayak.
b. Konteks Sosial
Konteks Sosial adalah faktor-faktor yang mempengaruhi cerita atau teks
yang berasal dari luar. Menurut van Dijk struktur ini melhat bagaimana teks
dihubungkanlebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang
dalam publik atas suatu wacana. Konteks sosial berusaha memasukkan semua
situasi dan hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa.
c. Kognisi Sosial
Struktur ini menekankan pada bagaimana peristiwa dipahami,
didefinisikan, kemudian ditampilkan dalam suatu model. Proses terbentuknya teks
pada tahap ini memasukkan informasi yang digunakan untuk menulis dari suatu
wacana.
B. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata dakwah berasal dari bahsa Arab yang berarti
pemanggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak. Bila diurai
menurut tata bahasa Arab kata dakwah berasal dari kata دعا - يدعوا - دعوة yang
artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu.14
Sedangkan secara terminologi (istilah) kata dakwah memiliki arti yang
beragam. Hal ini disebabkan karena adaanya perbedaan sudut pandang dan
penafsiran yang dilakukan oleh para ahli dan praktisi dakwah. Beberapa
diantaranya yang memaparkan pengertian tentang dakwah adalah:
a. Prof. Toha Yahya Omar menyatakan bahwa dakwah Islam adalah sebagai
upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemashlahatan didunia dan akhirat.15
b. Syaikh Ali Mahfudz didalam kitabnya Hidayatul Mursyiddin dakwah
adalah mendorong (meotivasi manusia untuk melakukan kebaikan dan
mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma‟ruf dan
mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat.16
c. Syaikh Abdullah Ba‟alawi mengatakan dakwah adalah mengajak,
membimbing, dan memipin orang yang belum mengerti atau sesat
jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan ke jalan ketaatan kepada
Allah, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka berbuat jelek
agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.17
14
Mahmud Yunus, Kamus Arab- Indonesia (Jakarta: PT Hidayah Karya Agung, 1989), h.
128. 15
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1992), h. 1. 16
Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah (Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2006), h. 10. 17
Ibid.
d. Syaikh M. Abduh mengatakan dakwah adalah menyeru kepada kebaikan
dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang diwajibkan kepada
setiap muslim.18
e. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang
menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma‟ruf nahi
munkar.19
Dari berbagai pengertian tentang dakwah diatas dapat disimpulkan bahwa
dakwah adalah suatu usaha baik dalam bentuk lisan, tulisan, perbuatan, dan
sebagainya yang merupakan proses untuk menyeru, mengajak individu atau
kelompok agar mau menuju jalan Islam untuk beramal ma‟ruf nahi munkar dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai keridloan Allah.
2. Unsur-Unsur Dakwah
Untuk mencapai hasil dakwah yang efektif, dibutuhkan unsur-unsur
dakwah yang saling mendukung agar proses kegiatan dakwah dapat terlaksana
dengan sempurna. Unsur-unsur dakwah ini antara lain:
a. Subyek Dakwah
Pada dasarnya da‟i (subyek dakwah) adalah orang atau sekelompok orang
yang melaksanakan atau menyiarkan dakwah.20
Seorang da‟i harus memiliki
landasan keilmuan yang cukup serta teladan yang baik dalam berdakwah agar
dalam proses menyampaikan dakwah mampu menghadapi tantangan dan
cobaan di lapangan ketika berhadapan dengan obyek dakwah (mad‟u).
18
Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam (Solo: Citra Islami
Press, 1996), h. 13-14. 19
Nur Amien Fattah, Metode Dakwah Wali Songo (Pekalongan: PT. T. B. Bahagia), h.
16-17. 20
Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, op. cit., h. 20.
b. Obyek Dakwah
Obyek dakwah (mad‟u) adalah orang yang menerima pesan dakwah dari
subyek dakwah. Dalam kegiatan dakwah unsur ini harus diperhatikan karena
merupakan sasaran dakwah. Sifat, karakteristik, serta jenis dan model mad‟u
harus dipahami oleh seorang da‟i agar tujuan dari dakwah dapat diterima
dengan mudah.
c. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah inti dari pesan dakwah yang disampaikan dari
seorang da‟i terhadap mad‟u, materi dakwah merupakan ajaran-ajaran Islam
yang termaktub didalam Al-Qur‟an dan Hadits yang meliputi perkara
mengenai aqidah, syariah, dan akhlak. Materi yang diperlukan untuk suatu
kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang
berbeda. Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu untuk
pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah
pendengar itu heterogen artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya
ataukah sejenisnya.21
d. Metode Dakwah
Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da‟i
untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Sumber metode dakwah yang terdapat didalam Al-Qur‟an menunjukkan
ragam yang banyak, seperti “hikmah, nasihat yang benar, dan mujadalah atau
21
M. Syafa‟at Habib, Buku Pedoman Da‟wah (Jakarta: Widjaya, 1982), h. 99.
berdiskusi atau berbantah dengan cara yang paling baik” (Q.S. an-Nahl: 125),
dengan kekuatan anggota tubuh (tangan), dengan mulut (lidah) dan bila tidak
mampu, maka dengan hati (Hadits Riwayat Muslim). Dari sumber metode itu
tumbuh metode-metode yang merupakan operasionalisasinya yaitu dakwah
dengan lisan, tulisan, seni dan bil-hal.22
Dalam kegiatan dakwah metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi
mad‟u (obyek dakwah) baik dari segi ekonomi, pendidikan, latar belakang
sosial, dan adat agar tercapai keberhasilan dalam berdakwah.
e. Media Dakwah
Media merupakan saluran dalam proses komunikasi atau penyampaian
pesan, dalam proses dakwah media (saluran) merupakan salah satu unsur yang
paling penting yang menentukan efektifitas dari proses dakwah. Pemilihan
terhadap media (saluran) tertentu tergantung kepada metode dan sasaran
dakwah. Media Dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: televisi,
video, kaset rekaman, majalah, surat kabar, novel dan sebagainya.23
f. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta
mendapat ridha Allah.24
Secara umum tujuan dakwah adalah mengajak
sekalian manusia menuju jalan Islam yang di ridhai oleh Allah agar
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun menurut Prof. Dr. H.
Moh. Ardani, tujuan umum dakwah mesti diperinci lagi agar dapat diketahui
22
DR. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 34 23
Ibid., h. 35. 24
Ibid., h. 37
tujuan dakwahnya secara lebih terarah dan fokus. Diantara tujuan khusus
dalam berdakwah menurut beliau adalah:
1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah.
2. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah
(memeluk agama Allah).
3. Mendidik dan mengajar anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
Dari paparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan yang ingin
dicapai oleh dakwah adalah menuntun umat manusia agar melaksanakan apa
yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya agar
memperoleh keadaan hidup yang sejahtera.
C. Pesan Dakwah
Menurut Toto Tasmara pesan dakwah adalah semua pernyataan yang
bersumber dari Al_Qur‟an dan sunnah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-
pesan (risalah) tersebut.25
Sedangkan menurut Quraisy Shihab pesan dakwah
merupakan Al-Islam yang bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber
utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak. Jadi pesan dakwah dapat
dikatakan segala pernyataan yang berupa seperangkat lambang yang bermakna
yang disampaikan untuk mengajak manusia baik melalui media lisan maupun
tulisan agar mengikuti ajaran Islam dan mampu mensosialisasikannya dalam
25
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 43.
kehidupan dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun
akhirat. Penjelasan dari pesan-pesan dakwah tersebut adalah:
1. Aqidah
Secara etimologi aqidah berasal dari kata al-aqdu yang berarti
ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan, pengencangan dengan kuat dan
juga berarti yakin. Sedangkan secara terminologi, terdapat dua pengertian
aqidah baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum aqidah
berarti hukum yang benar seperti keimanan dan ketauhidan kepada Allah,
percaya kepada malaikat, rasul, kitab, qadha dan qadhar serta hari kiamat.
2. Syariah
Secara etimologi syariah artinya jalan. Sedangkan secara
terminologi syariah artinya suatu sistem norma Ilahi yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan
manusia, serta hubungan manusia dengan alam lainnya.26
Dalam
pembahasan syariah meliputi perkara ibadah dan muamalah.
3. Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari
khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai tingkah laku
atau tabiat. Secara terminologi Prof. Dr. Farid Ma‟ruf mendefinisikan
akhlak yaitu kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan
26
Endang Saefudin Anshari, Kuliah Al-Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992), h.
85.
mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan fikiran terlebih
dahulu.27
D. Novel
Dalam berdakwah, selain kualitas seorang da‟i dan pertimbangan keadaan
mad‟u serta pilihan metode tertentu, media (saluran) untuk menyampaikan
dakwah juga harus diletakkan dalam level yang penting. Hal ini diperlukan agar
proses menyampaikan dakwah tidak berhenti atau terpaku hanya pada pola-pola
yang formal saja. Mengingat majemuknya masyarakat penerima dakwah, maka
diperlukan inovasi dan cara-cara baru agar penyampaian dakwah tidak
menjemukan dan terkesan kaku. Berbagai cara dikembangkan dalam proses
menyampaikan dakwah, salah satunya dengan media novel.
Secara etimologi kata novel berasal dari kata latin novellas yang berasal
dari kata novies yang artinya baru. Dikatakan baru karena jika dibandingkan
dengan jenis-jenis karya sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka
jenis novel ini muncul kemudian.28
Menurut wikipedia Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan
naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel
berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita".29
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia novel diartikan sebagai suatu
bentuk karangan dalam prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan
27
H. A. Mustafa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1999), h. 14.
28
Henriy Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra (Bandung: Angkasa, 1993), h.
10. 29
Wikipedia, “Novel” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://id.wikipedia.org/
wiki/Novel
manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, suka duka, kasih
dan benci, tentang watak dan jiwanya.30
Menurut Muchtar Lubis novel terdiri dari lima jenis, yaitu: Pertama, novel
avontur merupakan jenis nivel yang dalam ceritanya dipusatkan pada seorang
lakon utama, pengalaman lakon dimulai pada pengalaman pertama dan diteruskan
pada pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Kedua, novel psikologis
merupakan jenis novel yang berisi kupasan tentang bakat, watak, atau karakter
para pelakunya beserta kemungkinan perkembangan jiwa. Ketiga, novel detektif
merupakan jenis novel yang melukiskan cara penyelesaian suatu peristiwa, untuk
membongkar suatu kejahatan dalam novel jenis ini dibutuhkan bukti-bukti af=gar
dapat menangkap si pembunuh dan sebagainya. Keempat, novel sosial merupakan
jenis novel yang pelaku pria dan wanitanya tenggelam dalam masyarakat, kelas,
atau golongan dengan persoalan yang bukan ditinjau dari sudut individu, tetapi
ditinjau melingkupi persoalan golongan dalam masyarakat dan pelaku hanya
dipergunakan sebagai pendukung jalan cerita.31
Novel merupakan sebuah media baru dalam penyampaian dakwah. Novel
memiliki keunikan tersendiri dalam berdakwah dikarenakan penyampaian pesan
dakwah tidak dilakukan secara langsung namun melalui jalan cerita tertentu yang
dengan membacanya para pembaca dapat memetik sari pelajaran dan hikmah dari
jalan cerita tersebut.
Keistimewaan novel dalam menyampaikan dakwah juga karena dalam
penulisan novel mengandung kebebasan dalam membuat alur cerita seperti apa
30
Badudu dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar harapan,
2001), h. 949 31
Umar Yunus, Dari Peristiwa ke Imajinasi (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), h. 90
yang diinginkan oleh penulis. Hal ini menjadikan novel sebagai salah satu media
dakwah yang efektif di masa kini karena tidak terikat pada aturan-aturan baku
tertentu sehingga novel dapat menembus kalangan mad‟u yang lebih luas.
Dewasa ini banyak kita temukan penulis yang menghiasi novelnya dengan
pesan-pesan dakwah. Hal ini menjadikan para penulis tersebut bukan hanya
sebagai sastrawan namun juga sebagai da‟i. Diantara para sastrawan yang telah
dikenal ditengah masyarakat yang memiliki dedikasi berdakwah melalui novel
adalah Prof. Dr. Hamka, Habiburrahman El Shirazy, Asma Nadia, A. Fuadi, dan
Helvi Tiana Rosa. Karya-karya mereka dapat dengan mudah kita temukan di toko
buku dan kebanyakan dari karya mereka merupakan novel bernafaskan Islam.
Selain nama-nama yang tersebut diatas ada juga seorang novelis baru yang
memiliki dedikasi dalam menyampaikan pesan dakwah didalam novelnya, yaitu
Damien Dematra, seorang novelis, pelukis, fotografer, sekaligus sutradara. Karya-
karya Damien Dematra lebih bertema umum dan luas, hal ini yang menjadikan
karya-karyanya dapat diterima kalangan masyarakat luas. Hingga saat ini Ia telah
menulis 74 novel dalam bahasa Inggris dan Indonesia, 57 skenario film dan TV
series, dan memproduksi 28 film dalam berbagai genre. Beberapa karya novelnya
yang bernafaskan Islami adalah Bulan di Atas Ka'bah, Mereka Bilang Aku Kafir,
Selusin Ramadhan Setahun, Sejuta Doa untuk Gus Dur, Sejuta Hati untuk Gus
Dur, Ternyata Aku Sudah Islam, Demi Allah, Aku Jadi Teroris, dan Tuhan.
Novel karya Damien Dematra yang paling terbaru adalah Kopiah Gus
Dur, novel ini diangkat dari kisah nyata perjalanan seorang preman jalanan yang
diberi kopiah oleh Gus Dur. Kelebihan Damien Dematra dalam menulis sebuah
karya sastra ialah ia mampu mengangkat sebuah realita menjadi sebuah kisah
yang menarik, membungkusnya dengan humor, memakai alur cerita yang
sederhana dan menyisipkan pesan-pesan mutiara dakwah tanpa sikap menggurui.
Hal tersebut menjadikan karya Damien Dematra tidak membosankan dan mudah
diterima dikalangan masyarakat luas.
BAB III
GAMBARAN UMUM NOVEL KOPIAH GUS DUR
KARYA DAMIEN DEMATRA
A. Biografi Damien Dematra
Damien Dematra adalah seorang novelis, penulis skenario, sutradara,
produser, fotografer internasional, dan pelukis. Damien Dematra lahir pada 25
Februari.1 Mengenai tahun dan tempat kelahirannya, pria yang mengidolakan Gus
Dur dan Obama ini selalu merahasiakannya kepada publik atas alasan pribadi,
seperti yang dipetik dari wawancara dengan Zack Peterson di situs
www.jakartaglobe.com, ketika Zack Peterson menanyakan: “Are you originally
from Jakarta?”(apakah anda asli dari Jakarta?), Damien menjawab: “ I don‟t
discuss my date of birth or where I‟m from for spiritual reasons, but I live in
Jakarta, I spend a lot of time in Bali and Yogyakarta, as well.”2 (saya tidak
membahas tentang tanggal kelahiran dan dari mana saya berasal atas alasan
spiritual, tapi saya tinggal di Jakarta, saya juga menghabiskan banyak waktu di
Bali dan Yogyakarta).
Damien Dematra merupakan sosok seniman multi talenta, karya-karyanya
banyak mendapatkan penghargaan baik dalam skala nasional maupun
internasional. Diantara karya-karyanya yang memecahkan rekor dunia adalah
buku tertebal yang diberi judul Obama & Pluralism, melalui karya ini Damien
Dematra mendapat rekor penulis novel tertebal (setebal 5247 halaman) yang
1Selebriti,”Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari
http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/d/damien_dematra/ 2 Damien “My jakarta” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://www.thejakarta-
globe. com/myjakarta/my-jakarta-damien-dematra-director-of-obama-movie/375441
mengalahkan rekor yang dipegang oleh Agatha Christie (4032 halaman), rekor ini
diberikan oleh Jaya Suprana sebagai Chairman Musium Rekor Dunia pada
Damien Dematra atas his achievement (pencapaiannya) pada September 2010.
Pada saat bersamaan Damien juga menerima rekor dunia melukis tercepat
Musium Rekor Dunia dengan lukisan berukuran 80x100cm yang diselesaikan
dalam waktu 9 menit 31 detik dengan tema Obama on Becak dalam pameran
lukisan di Dharmawangsa Square pada Juni 2010. Selain itu Damien Dematra
juga menjadi rekoris untuk rekor dunia penulis novel tercepat, buku yang
ditulisnya hanya dalam waktu dua hari dua malam ini berjudul “Kau Bakar Aku
Bakar”, sebuah novel untuk melawan “Hari Pembakaran Al-Qur‟an Sedunia”
pada tanggal 11 September 2010. Sekaligus memecahkan rekornya sendiri ketika
menulis sebuah novel untuk Almarhum Gus Dur “Sejuta Do‟a Untuk Gus Dur”
yang diselesaikannya dalam waktu tiga hari tiga malam.
Damien Dematra memperoleh dua gelar tertinggi fotografi yakni
“Fellowship in Portraiture” dan “Art Photography” dari Master Photographer
Association. Ia juga mendapat beberapa penghargaan Internasional diantaranya
“International Master Photographer of The Year”. Ia adalah lulusan dari New
York Institute of Photography, International Business and Politics University of
Western Sydney, dan Filsafat Teologi dari International Seminary.3
Selain menulis dan menghasilkan karya seni, Damien Dematra juga aktif
dalam beberapa gerakan nasional, diantaranya Damien Dematra sebagai
penggagas dan koordinator nasional “Gerakan Peduli Pluralisme” yang dicetuskan
pada Februari 2010 untuk memberi apresiasi terhadap perjuangan pluralisme
3 Daftar Tokoh “Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://www.
tokohindonesia.com/daftar-tokoh/article/157-daftar-tokoh/2492-demien-dematra
Buya Ahmad Syafii Maarif dan Gus Dur, para guru bangsa.4 Ia juga menjadi
inisiator “Gerakan Nasional Menulis” yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh besar
Indonesia seperti Prof. Amin Abdullah, Prof. Azyumardi Azra, Prof. Dr. H. Nur
Syam, M.Si., Zuhairi Misrawi, Prof. Kacung Mridjan, Prof. Amin Abdullah, Prof.
Bachtiar Effendi, Dr. Djohan Effendi dan masih banyak lagi tokoh lainnya.
Dibawah koordinasi Damien Dematra, Gerakan Peduli Pluralisme (GPP)
banyak melakukan pergerakan perdamaian seperti memfasilitasi berbagai dialog
untuk mencari solusi terhadap masalah bangsa bersama tokoh penting nasional
dan organisasi-organisasi besar. Diantaranya Pertemuan GPP, KUIB (Kongres
Umat Islam Bekasi), dan Presiden World Church Council tentang Kasus HKBP
yang terjadi pada agustus 2010, Dialog GPP dan Nahdlatul Ulama Mencari
Solusi untuk Ahmadiyah”, Safari Perdamaian Pertemuan Gerakan Peduli
Pluralisme (GPP) dengan Hizbut Tahriri Indonesia (HTI) Tentang Perlawanan
Terhadap “Hari Pembakaran Al Quran Sedunia”, dan Forum Pemuda Lintas
Agama. Selain itu, Gerakan Peduli Pluralisme (GPP) juga aktif dalam kegiatan
amal dan budaya seperti Festival Budaya Gus Dur, Lomba Menulis Pelajar dan
Umum, Bagi Buku Gratis Peduli Anak Pesisir, dan banyak lainnya.
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai koordinator Gerakan Peduli
Pluralisme, penulis, dan seniman, Damien Dematra juga menyutradarai puluhan
film yang diangkat dari karya tulisnya. Diantara yang paling fenomenal adalah
Film “Obama Anak Menteng”, sebuah film yang ia persembahkan untuk Presiden
Amerika Serikat Barack Husein Obama yang belakangan menjadi idola nomor
satunya ketika Obama memenangkan Pemilu Amerika serikat pada tahun 2008.
4Waldan Hasan “Siapakah Damien” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari
http://wildanhasan.blogspot.com/2010/09/siapakah-damien-dematra-dan-gerakan.html
Film ini selain menuai kontroversi pada topiknya juga mengandung sensasi pada
proses pembuatannya yang hanya menghabiskan waktu selama satu bulan untuk
proses shoot nya.
Damien Dematra bisa dibilang sebagai seorang pecandu tantangan, ia tidak
takut dibilang ambisius, ia justru bangga ketika dapat menjadi rekoris pada
sesuatu hal yang dianggap tidak mungkin oleh orang lain. Damien mendefinisikan
dirinya sebagai seorang spiritualis yang mengikuti instingnya. Ia adalah seorang
seniman yang tidak sabaran dan menginginkan segala sesuatu berhasil dengan
cepat. "Otherwise, I will lose it," katanya ketika diwawancarai oleh Louise
Lavabre dari The Jakarta Post pada Agustus 2010.5
B. Karya-Karya Damien Dematra
Karya-karya Damien Dematra terdiri dari karya bidang penulisan (buku,
novel), karya bidang seni (lukis, fotografi) dan karya filmografi (film layar lebar).
Daftar karya-karya Damien Dematra sebagai berikut:
a) Karya Bidang Penulisan
1. Obama & Pluralism.
2. Dear President Obama.
3. Messages to President Obama.
4. Bulan di Atas Ka'bah, kisah tentang KH. Hasyim Asy'ari.
5. New York, Obama & Me.
6. Mereka Bilang Aku Kafir.
7. Mama Aku Harus Pergi.
5 Louise Lavabre, “The Riddle of Demin Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011
dari http://www.thejakartapost.com/news/2010/08/01/the-riddle-damien-dematra.html
8. Selusin Ramadhan Setahun.
9. Kau Bakar Aku Bakar.
10. Yogyakarta.
11. Obama dari Asisi.
12. Si Anak Panah.
13. Ketika Aku Menyentuh Awan.
14. Obama, Anak Menteng.
15. Si Anak Kampoeng (sebuah novel yang diangkat berdasarkan kisah nyata
Buya Syafi‟i Ma‟arif).
16. Sejuta Doa untuk Gus Dur.
17. Sejuta Hati untuk Gus Dur.
18. Ternyata Aku Sudah Islam (novel yang terinspirasi kisah nyata grup musik
Debu).
19. Demi Allah, Aku Jadi Teroris.
20. Tuhan.
21. Jangan Pisahkan Kami.
22. Soulmate-Belahan Jiwa.
23. Angels of Death-Kumpulan Kisah Malaikat Maut.
24. If Only I Could Hear-Kisah Suara Hati.
25. Mama Aku harus pergi....
26. Tarian Maut yang dirilis dengan memakai nama Katyana.
27. Ku Tak Dapat Jalan Sendiri yang dirilis dengan memakai nama Mark
Andrew.
28. Samawi (trilogi ke-2).
29. Ibrahim (trilogi ke-3).
30. Mahaguru (trilogi ke-2 Bulan di Atas Ka'bah).
31. Matinya Sasi Hidupnya Amai.
32. Mafia Pluralisme.
33. Aku adalah Aku--The Life of Dorce.
34. Demi Allah, Anakku Jadi Teroris.
35. Kartosoewirjo: Pahlawan atau Teroris? sebuah novel sejarah.
36. Gus Dur, Wali ke-10 sebuah novel perbandingan.
37. Gus Dur dan Pendekar Gendeng di Negeri Edan-- sebuah novel satire.
38. Liarnya si Gadis Berjilbab.
39. Bus Terakhir.
40. Ketika Tuhan sedang Bermain.6
b) Karya Bidang Seni Lukis
Karya bidang seni lukis yang dihasilkan oleh Damien Dematra berjumlah
365 lukisan terbagi menjadi 6 bagian tema, yaitu:
1. Mystic
2. Reflection
3. Modern Art
4. Impressionist
5. Cubist
6. Spiritism7
6 Daftar Tokoh “Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari
http://www.tokohindonesia.com/daftar-tokoh/article/157-daftar-tokoh/2492-demien-dematra
7 Damien Dematra “Lukisan” Artikel diakses pada 23 Februari 2011 dari http://www.
damiendematra.com/painting_home.htm
Secara detil, karya lukis Damien Dematra tidak akan penulis urai satu per
satu pada skripsi ini. Mengingat banyaknya jumlah data dan inrelevansi terhadap
penelitian dalam skripsi ini.
c) Karya Bidang Fotografi
Karya bidang fotografi terbagi menjadi lima bagian tema, yaitu:
1. Life Story
2. Photo Painting Art
3. The Tale of Restless Spirits
4. Tsunami, the Chronicle of Destruction
5. Narrative Contemplation8
d) Karya Bidang Filmografi
1. Obama Anak Menteng/"Little Obama" the movie (Teaser) (2010)
2. Di Atas Kanvas Cinta (Trailer)
3. Tuhan, Jangan Pisahkan Kami (Trailer)
4. Mystique
5. Senandung Cinta di Pulau Dewata
6. Jurnal Kasih
7. Mama, Aku Harus Pergi
8. Sehari Bersama Gus Dur9
Sebagian besar karya Damien Dematra mengandung nilai dan falsafah Islam dan
Pluralisme, ini menunjukkan bahwa seniman multi talenta dan multi profesi ini
memiliki dedikasi dakwah melalui karya-karyanya.
8 Damien Dematra “Fotografi” Artikel diakses pada 23 Februari 2011 dari http://www.
damiendematra.com/photo_home.htm 9 Daftar Tokoh “Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://www.
tokoh indonesia.com/daftar-tokoh/article/157-daftar-tokoh/2492-demien-dematra
C. Sinopsis Novel Kopiah Gus Dur
Mengisahkan tentang seorang preman jalanan yang ganteng tapi pendek
bernama Sitor Lubis atau biasa dipanggil “Jarib” alias jari ajaib dan perjalanannya
bersama kopiah Gus Dur. Sebuah kopiah anyaman yang didapatnya langsung dari
tangan sang mantan Presiden tersebut ketika ia memalak mobil yang sedang
parkir didaerah “palakannya” yang ternyata didalamnya ada Gus Dur.
Jarib memang telah lama mengidolakan Gus Dur, Gus Dur baginya adalah
tokoh yang tiada duanya, meskipun preman, Jarib suka membaca dan mengikuti
perkembangan berita melalui koran yang juga merupakan hasil palakannya. Jarib
selalu terobsesi dengan pemikiran pluralisme ala Gus Dur, ia juga senang dengan
humor-humor ala Gus Dur yang selalu mengandung nilai intelektual dan ironi.
Setelah menerima kopiah anyaman dari Gus Dur, kehidupan Jarib
mendadak berubah, ia menjadi orang yang alim, bicaranya penuh dengan hikmah
dan nasehat kebaikan, sholat yang telah lama ia tinggalkanpun kembali ia jalani
bahkan dengan berjamaah di mesjid. Singkat kata Jarib tiba-tiba insyaf,
perilakunya berubah hampir 180 derajat. Hal ini menjadikan lingkungan preman
disekitarnya menjadi bingung dan bahkan ada yang menghina perubahannya.
Jarib juga merasa seolah-olah memiliki kekuatan sakti, ia tiba-tiba dapat
dengan mudah menaklukkan preman-preman besar yang menantangnya, sehingga
atas keadaan itu ia pun mendadak menjadi ketua preman. Namun bukan
sembarangan ketua preman, ketua preman ini bahkan dipanggil ustadz oleh para
anak buahnya. Jarib mengendalikan lingkungannya dengan falsafah keihklasan
dan anti membuat orang bersedih atau menangis. Menurutnya, meskipun preman
tapi harus baik hati.
Nama Jarib pun dengan sekejap menjadi harum dan terkenal, ia
menebarkan cahaya kebajikan kepada setiap hal yang bersentuhan dengannya,
banyak orang menyukai gayanya memimpin dan membagi hasil kepada sesama
preman. Namun selain ada yang kagum, ada juga yang iri terhadap kekuasaannya.
Bento, sang preman besar yang terkenal seram dan sadis yang menguasai daerah
disebelah wilayah Jarib merasa terusik dan tidak terima atas pertumbuhan geng
Jarib yang terus meningkat.
Atas tuduhan mempengaruhi anak buahnya untuk pindah ke geng Jarib,
Bento menantang Jarib dalam sebuah perkelahian ala preman. Perkelahian antar
geng. Namun Jarib dengan bijak malah balik menantang Bento untuk duel satu
lawan satu. Dengan kesaktiannya bukanlah perkara yang sulit untuk menjatuhkan
Bento, namun Polisi lebih dulu datang dan melerai perkelahian tersebut.
Jarib pun ditahan Polisi atas alasan membuat onar, namun lagi-lagi karena
“kesaktiannya” dan intelektualitasnya Jarib mampu meyakinkan Polisi bahwa
semuanya terkendali dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jarib pun bebas dan
langsung menuju markas Bento untuk menyelesaikan masalah yang tertunda.
Alih-alih berkelahi, Jarib malah membuat kesepakatan dengan Bento melalui
penawaran yang sulit untuk ditolak. Jarib berjanji akan membagi hasil
pendapatannya untuk anak buah Bento. Bento seperti tersihir, tidak menyangka ia
akan didatangi Jarib dan menawarkan solusi masalah dengan dialog.
Begitu besarnya pengaruh kopiah yang diberikan oleh Gus Dur kepada
Jarib, ia menjadi bersinar bukan saja nama dan daerah kekuasaannya namun
pesona Jarib yang selama ini terpendam di mata kaum hawa pun mulai terbuka.
Jarib ditaksir oleh cewek yang ia taksir selama ini. Namun perjalanan cinta Jarib
tak semudah membalikkan telapak tangan, kisah cintanya dipenuhi dengan
pertarungan dan pengorbanan ala jalanan. Jarib mencintai seorang wanita penjaja
seks, ia harus berhadapan dengan lelaki hidung belang bernama Heru yang telah
lebih dulu memiliki Si Manis, sang putri cinta Jarib dengan membelinya kepada
germo Si Manis. Pertengkaran pun terjadi, Heru menuntut uang ganti sebanyak
sepuluh juta. Tak berpikir panjang lagi, Jarib menyanggupi untuk membayarnya.
Si Manis merasa hina atas keadaan itu, ia pun pergi dan meninggalkan
kedua lelaki yang memperebutkannya itu. Jarib kembali kesepian namun tidak
pernah menyesali perbuatannya, baginya cinta itu harus merdeka, jika ada orang
yang ingin mencintainya, maka ia ingin dicintai dalam kebebasan.
Tidak lama Si Manis pergi ia kembali lagi menemui Jarib, namun kali ini
dalam keadaan yang berbeda, Si Manis telah bertaubat, ia tidak lagi menjadi
penjaja seks, terinspirasi dari kehidupan Jarib, Si Manis pun akhirnya memilih
untuk insyaf membersihkan diri. Mulai memakai pakaian muslimah, aktif
dipengajian dan melaksanakan sholat.
Jarib memberanikan diri melamar Si Manis, dan lamarannya diterima,
mereka pun menikah dengan sebuah pesta pernikahan yang meriah. Seminggu
setelah pesta pernikahannya, ketika hujan rintik di bulan desember, Jarib merasa
ada yang tidak enak dengan perasaannya, ia meletakkan kopiah kesayangannya di
dalam laci. Untuk menghilangkan perasaan tidak enaknya Jarib pun berjalan-jalan
keluar rumah menuju jalan raya hingga matahari terbenam. Namun sesampainya
dirumah perasaan gundah itu belum juga hilang, ia membuka laci ingin
mengambil kopiahnya, namun malang kopiah itu sudah tidak ada di dalam laci, ia
menuduh istrinya mengambil kopiah tersebut, istrinya pun tersinggung dan pergi
meninggalkan Jarib. Dalam sendirinya, tiba-tiba ada sesuatu didalam hatinya yang
menyuruhnya untuk menyalakan televisi. Jarib tiba-tiba tersentak lalu berteriak
seolah tidak percaya atas apa yang terjadi, Gus Dur telah wafat, begitu beritanya.
Tokoh yang selama ini ia idolakan telah berpulang ke Rahmatullah. Pria yang
selama ini selalu menjadi bagian dari semangat hidup dan perjuangannya telah
tiada. Jarib terduduk lemas, mulai memahami mengapa tiba-tiba kopiah tersebut
hilang bersamaan dengan wafat tuannya.
Jarib menjadi gamang dan ragu terhadap masa depannya dan bertanya-
tanya apakah kesaktiannya juga akan ikut hilang bersamaan dengan hilangnya
kopiah tersebut? Apakah hidupnya akan kembali hitam bila ia tidak memakai
kopiah tersebut? Jarib akhirnya sadar bahwa kopiah tersebut hanya menggali sisi
baik yang ada dalam dirinya saja, ia pun pasrah kepada Allah dan mulai mengerti
bahwa keyakinan dalam hatinya lah yang akan membuatnya tegar menghadapi
kehidupan ini. Di ujung batinnya, sambil tersenyum Jarib mengucapkan “Selamat
Jalan Gus.”
BAB IV
TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Wacana Pesan Dakwah yang Ditampilkan Oleh Damien Dematra di
. Dalam Novel “Kopiah Gus Dur”.
Pada bab ini penulis akan memaparkan analisis wacana pesan dakwah
yang ditampilkan oleh Damien Dematra dalam novelnya Kopiah Gus Dur yang
disesuaikan dengan model Teun A. Van Dijk. Model Teun A. Van Dijk
menganalisis wacana dari segi teks sosial meliputi tema, segi skematik, segi
semantik, segi sintaksis, segi stilistik, dan segi retoris. Adapun pembahasan
penulis lakukan hanya pada beberapa bab didalam buku, yaitu mulai dari bab 5
sampai bab 15 dikarenakan pada bab-bab lainnya tidak penulis temukan tema
dakwah secara khusus. Adapun uraiannya sebagai berikut:
a. Pertemuan Istimewa
1. Tema Dakwah
Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita
pada bagian ini yakni suatu kebaikan akan menumbuhkan kebaikan lainnya.
2. Segi Skematik
Judul cerita bagian ini adalah Pertemuan Istimewa, bagian ini diawali
dengan latar belakang kehidupan Jarib dirumah kontrakannya yang sangat
sederhana. Setelah mencuci pakaiannya yang telah dua hari direndam Jarib pun
keluar untuk mencari uang dengan membantu memarkirkan mobil-mobil disekitar
komplek pertokoan.
45
Cerita bagian ini berisi tentang pertemuan Jarib dengan tokoh idolanya
Gus Dur ketika sedang memarkirkan mobil yang ditumpangi oleh Gus Dur yang
mampir di toko buah. Jarib merasa malu dan tidak enak hati dengan pertemuan itu
karena ia meminta secara paksa uang parkir kepada supir Gus Dur, padahal parkir
di toko buah itu gratis. Demi mengetahui bahwa didalam mobil tersebut ada Gus
Dur Jarib pun meminta maaf dan mengatakan tidak perlu membayar parkir.
Namun Gus Dur dengan bijak tetap membayar, bahkan lebih, serta
memberikannya hadiah sebuah kopiah yang sedang dipakainya.
Inti dari cerita diletakkan pada bagian tengah, terdapat pada kalimat:
“.....Jarib menatap pria itu bagai masih terhipnotis. “ Gus... Gus maaf...” ia
menjadi salah tingkah. “Saya... saya nggak tahu, Gus” Jarib berkata pelan. Dan
tiba-tiba dengan mata membesar tidak percaya, ia melihat pria didepannya
membuka kopiah yang dipakainya – sebuah kopiah berwarna cokelat rajut
dengan hiasan pinggir kuning keemasan dan putih, dan memberikannya
padanya.....”10
Cerita ini ditutup dengan perginya Jarib menuju masjid untuk menunaikan
sholat magrib untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun tidak pernah
melaksanakan sholat. Jarib menangis, menyadari semua kesalahannya dan merasa
mendapatkan sebuah spirit baru untuk menjalani kehidupannya.
Kesimpulan dari cerita bagian ini yaitu Jarib merasa menjadi seseorang
yang berbeda setelah pertemuannya dengan Gus Dur yang memberikannya tidak
hanya uang seratus ribu, namun juga sebuah kopiah yang sangat indah. Kopiah
yang nantinya akan merubah banyak sisi kehidupannya.
10
Damien Dematra, Kopiah Gus Dur (Jakarta: PT. Gramedia, 2010), h. 48
3. Segi Semantik
Latar cerita bagian ini berawal dari perasaan jarib yang gundah karena
nasibnya yang kurang beruntung, tempat ia biasa “markir” menjadi “polisi cepek”
sudah kurang aman karena banyak Satuan Polisi Pamong Praja. Ia pun pergi ke
daerah pertokoan lainnya untuk mencari nafkah.
Cerita bagian ini cukup detil, karena menceritakan secara naratif tentang
perjalanan Jarib dari rumah menuju daerah pertokoan untuk memarkir dan
pertemuannya dengan Gus Dur. Tujuan Jarib memarkir didaerah pertokoan adalah
untuk menghindari Satuan Polisi Pamong Praja yang sering melakukan razia di
jalanan.
Maksud yang ingin disampaikan pada bagian ini disampaikan dengan
jelas, terdapat dalam kalimat: “.....Perasaannya seketika berubah. Walaupun agak
berlebihan, namun entah bagaimana, ia merasa menjadi seperti Gus Dur –
seakan-akan perasaan itu masuk kedalam hatinya dan menggoncangkan jiwanya.
Ia membuka mata.....”11
Kalimat ini menandakan bahwa Jarib sangat tersentuh
dengan kejadian pertemuannya dengan Gus Dur.
4. Segi Sintaksis
Bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat berstruktur aktif, yaitu
bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan
biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstrutur aktif itu
terdapat pada kalimat: “.....Jarib segera berlari. Ia mendongak, melihat ke arah
pria itu dan membungkuk malu – masih merasakan kejanggalan hidup.
11
Ibid., h. 50-51
Seharusnya ia melayani sang idola, bukannya memalaknya parkir....”12
Dan pada
kalimat: “.....Ia melihat kopiah itu dan merasa benda itu seperti bersinar.....”13
Koherensi atau pertalian/ hubungan antar kata atau kalimat pada seluruh
kalimat dibagian ini sudah cukup baik, baik dari segi penggunaan kata
penghubung maupun kata ganti.
Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada cerita bagian ini yaitu
bentuk kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini terdapat
dalam kalimat: “.....ia berjalan kaki... entah kemana saja kakinya melangkah....”14
Dan pada kalimat: “....Ia tahu, ia sudah menjadi orang yang berbeda. Ia mulai
melangkah ke batas suci, kemudian ke arah tempat wudhu.....”15
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan pengarang pada bagian ini adalah kata-kata
yang bergaya asosiasi, artinya gaya bahasa perbandingan dengan
memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain sesuai dengan keadaan/
gambaran dan sifatnya.16
Hal ini terdapat pada kalimat: “.....Ia melihat sebuah
daun pohon yang gugur didepannya dan baru akan menendangnya, namun ia
sudah terbang, pergi ditiup angin. Begitu juga dengan dirinya....”17
Dan pada
kalimat: “.....Dan berlalulah pula masa lalu pria itu bersama dengan hembusan
angin itu.....”18
Pemilihan leksikal yang digunakan pengarang pada cerita ini dengan
menggunakan kata Sampeyan. Kata tersebut merupakan kata yang berasal dari
12
Ibid., h. 48 13
Ibid., h. 49 14
Ibid., h. 49 15
Ibid., h. 51 16
Ndang Sudaryat dan Hanafi Natasasmita, Ringkasan Bahasa Indonesia (Bandung :
Ganesha Exact, 1985), h. 137 17
Ibid., h. 49 18
Ibid., h. 49
bahasa Jawa. Kata itu digunakan pengarang untuk menunjukkan gaya pluralisnya
menggambarkan keragaman bahasa yang digunakan masyarakat Indonesia.
6. Segi Retoris
Gaya penulisan yang ditampilkan pada bagian ini adalah dalam bentuk
grafis yang berupa penggunaan huruf miring.
Cerita bagian ini menekankan pada proses pertemuan Jarib dengan Gus
Dur yang mengakibatkan perubahan besar pada hidup Jarib disebabkan oleh
pesona kopiah yang diberikan Gus Dur padanya.
b. Preman Suci dan Geng P
1. Tema dakwah
Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita
pada bagian ini yaitu mengajarkan prilaku yang tidak menyakiti orang lain.
2. Segi Skematik
Judul cerita bagian ini adalah Preman Suci dan Geng P. Cerita ini
didahului dengan perenungan Jarib yang masih tidak percaya dengan
pertemuannya dengan Gus Dur. Bahkan lingkungannya pun kaget dan kagum atas
perubahan yang terjadi pada Jarib.
Bagian ini berisi tentang pertemuan Jarib dengan teman-temannya sesama
preman. Kegalauan terjadi dihati Jarib ketika harus mengikuti kebiasaan teman-
temannya untuk memalak. Dalam keraguannya Jarib menemukan jawaban untuk
menjadi preman suci, preman yang tidak menyakiti orang lain. Ia pun berhasil
menaklukkan Bigmen dengan kekuatannya yang dipikirnya merupakan kesaktian
dari kopiah yang diberikan Gus Dur padanya.
Inti cerita bagian ini terdapat ditengah, dapat dilihat pada kalimat berikut:
“......Pokoknya, kita ini meskipun preman, tetap tidak boleh menyakiti orang lain.
Kita harus jadi preman yang baik, nggak boleh marah-marah, nggak boleh
nyopet. Kita akan tetap melindungi orang-orang yang harus dilindungi.....”19
Penutup bagian ini menceritakan penaklukan Jarib terhadap kepala preman
yang bernama Bigmen, yang karena hal itu Jarib pun diangkat menjadi kepala
preman baru secara otomatis berdasarkan hukum jalanan. Namun dihati Jarib
masih tersisa sebuah pertanyaan tentang apa yang telah terjadi.
Kesimpulan dari cerita bagian ini yaitu keputusan Jarib untuk tetap
menjadi preman sebagai mata pencaharian hidupnya dan memutuskan untuk
menjadi preman yang Islami. Jarib menaklukan kepala preman bernama Bigmen
dalam sebuah perkelahian. Jarib diangkat sebagai ketua preman baru. Pangkat itu
menjadikan Jarib lebih mudah dalam mengajak kepada kebaikan.
3. Segi Semantik
Latar cerita ini berawal dari perenungan Jarib didalam rumah
kontrakannya yang lebih pantas kalau disebut gubuk. Jarib memutuskan untuk
menjual poster-poster bergambar wanita yang ada dirumahnya dan menukarnya
dengan buku-buku tentang Gus Dur.
Cerita bagian ini cukup detail karena menceritakan secara naratif tentang
perjalanan Jarib menuju area pertokoan lalu menuju ke Mesjid untuk
melaksanakan sholat magrib. Setelahnya Jarib secara tidak sengaja bertemu
dengan teman-teman lamanya yang membawanya ke tempat tongkrongan.
Perasaan Jarib digambarkan berada antara keyakinan dan kegalauan.
19
Ibid., h. 58
Maksud dalam cerita ini cukup jelas, terdapat pada kalimat: “.....Jarib
menatap pria itu, kemudian mengulurkan tangan. Hatinya berbisik ragu, apa kau
sudah gila, Jarib? Apa kau mau mati? Bersalaman dengan maut?.....”20
Kalimat
ini menggambarkan keraguan di dalam hati Jarib dalam menyuarakan kebenaran
untuk kali pertama terhadap orang yang ditakutinya.
4. Segi Sintaksis
Bentuk kalimat yang digunakan pada bagian ini adalah struktur kalimat
langsung. Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan
orang. Biasanya ditandai dengan tanda petik. Bentuk kalimat struktur kalimat
langsung ini terdapat pada kalimat: “.....Ini sudah azan. Waktunya sholat
Magrib,” kata Jarib tiba-tiba pada mereka....”21
Dan pada kalimat: “.....Saat jarib
menjabat tangannya dan membantunya berdiri, ia serta-merta berteriak, “Hidup
Pluralisme!”.....”22
.
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
pada cerita bagian ini adalah kata hubung sebab akibat. Kata hubung sebab akibat
ini terdapat pada kalimat: “.....Ia menegakkan kepala dan tiba-tiba berkata, tepat
saat Bigmen sudah akan menghajarnya, menyebabkan langkah Bigmen berhenti
ditengah.....”23
Bagian ini mengunakan bentuk kata ganti orang ketiga dengan
menggunakan kata ia. Hal ini terdapat pada kalimat: “.....Ia mengulurkan tangan
untuk menolongnya. “Horas,” katanya sambil tersenyum....”24
20
Ibid., h. 61 21
Ibid., h. 54 22
Ibid., h. 64 23
Ibid., h. 62. 24
Ibid., h. 64
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini
adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti.
Pemiliha leksikal yang digunakan pengarang pada cerita bagian dengan
memasukkan kata Kiapa,25
Horas,26
dan kata Pluralisme. Kata tersebut
dimasukkan pengarang untuk menarik pembaca melalui literasinya yang
menunjukkan keberagaman dalam berbahasa.
6. Segi Retoris
Gaya penulisan yang ditampilkan pengarang pada bagian cerita ini adalah
dalam bentuk grafis dengan penggunaan huruf miring.
Cerita pada bagian ini menekankan pada pilihan Jarib menegakkan cara
pandang Islam di tengah kehidupan jalanan.
c. Bernafas dalam Ironi
1. Tema Dakwah
Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita
pada bagian ini yaitu keihlasan merupakan kunci dari kehidupan.
2. Segi Skematik
Judul cerita pada bagian ini adalah Bernafas dalam ironi. Cerita pada
bagian ini didahului dengan situasi di sebuah restoran tempat mereka bekerja
menjaga keamanan dan parkir. Tempat itu menjadi ramai karena seluruh preman
yang dikalahkan Jarib dalam sebuah pertarungan menjadi anak buahnya.
25
Gimana (bahasa Manado) 26
Hidup (bahasa Batak)
Isi bagian ini tentang sikap Jarib yang penuh kelembutan dalam melayani
tamu parkir. Ia menerapkan sistem yang penting ikhlas kepada para tamu yang
hendak membayar parkir, tidak ada tarif tertentu.
Inti cerita diletakkan pada bagian tengah, terdapat pada kalimat: “.....Jarib
mengangguk sopan, “Nggak apa-apa, Bu. Kami terima seikhlasnya
saja.”.....Selama beberapa saat, wanita itu berpikir-pikir. Berapa uang yang
diikhlaskannya? Bagaiamanapun, mereka telah membantunya. “Trus, kalau
nggak ikhlas, gimana?” tanyanya......”Ya kami gak akan maksa,” Jarib
menunduk dan mengarahkan tangannya ke samping, mempersilakannya
lewat....”27
Penutup cerita bagian ini menjelaskan tentang ingatan Jarib akan sebuah
anekdot humor ala Gus Dur yang pernah ia baca dalam sebuah buku tentang Gus
Dur. Cerita humor tersebut membuatnya “tersentil” dan menyadari bahwa
mencopet itu salah dan Jarib berjanji untuk tidak akan mencopet lagi.
Kesimpulan cerita bagian ini yaitu setelah berhasil menaklukkan Bigmen,
Jarib segera membuat peraturan baru yaitu hanya boleh menerima uang dari
pemberian yang ikhlas. Sebagai ketua preman baru Jarib juga menerapkan sistem
bagi hasil yang adil bagi anggotanya.
3. Segi Semantik
Latar cerita berawal ketika jarib mendapat tugas untuk menjaga keamanan
disekitar restoran oleh sang pemilik restiran melalui manajernya.
27
Ibid., h. 69
Detil dalam cerita ini diungkapkan dengan dialog Bigmen dengan seorang
lelaki yang mabuk dan dialog antara Jarib dengan seorang wanita yang menjadi
tamu parkirnya.
Sedangkan maksud cerita bagian ini cukup jelas, terdapat pada kalimat:
“.....”Alhamdulillah rejeki ini dari Allah,” Jarib menatap wanita itu sambil
tersenyum. “Saya doakan selamat sampai tujuan , Bu, dan nggak ketemu laki-laki
seperti yang tadi lagi”.....”28
4. Segi Sintaksis
Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah bentuk kalimat
berstruktur aktif, yaitu bentuk kalimay yang dalam susunannya meletakkan pelaku
sebelum penderita dan biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk
kalimat berstruktur aktif ini terdapat pada kalimat: “.....Jarib menunjuk ke arah
Bigmen dan Pin Bo.....” Dan pada kalimat: “.....Jarib melepaskan kopiahnya dan
tiba-tiba merasakan sesuatu yang berbeda. Seakan-akan ada yang terlepas
darinya. Benarkah demikian, ataukah ini hanya perasaannya saja?.....”29
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti
maupun kata penghubung.
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini
adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti
dan tidak mengandung perubahan makna.
28
Ibid., h. 69 29
Ibid., h. 70
Leksikal yang digunakan oleh pengarang pada bagian ini terindikasi dari
kata mengimpi-ngimpikan. Kata tersebut digunakan pengarang untuk
mempertegas kondisi sosial Jarib yang sangat jauh dari kemungkinan bertemu
dengan Gus Dur seolah-olah Jarib harus bermimpi berulang-ulang kali.
6. Segi Retoris
Pada bagian ini pengarang menyajikan gaya penulisan dalam bentuk grafis
dengan penggunaan huruf miring.
Cerita pada bagian ini menekankan pada perubahan pada diri Jarib
disebabkan oleh perasaannya yang aneh terhadap kopiah yang di berikan Gus Dur
padanya.
d. Potret Tragis di Parkiran
1. Tema dakwah
Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita
pada bagian ini yaitu ketulusan hati Jarib membantu orang yang kesusahan.
2. Segi Skematik
Judul cerita bagian ini adalah Potret Tragis di Parkiran. Cerita ini
didahului dengan rutinitas Jarib memarkirkan mobil ditempat ia biasa markir.
Jarib bertemu dengan pelanggan lamanya yang biasa ia palak. Namun kali ini
Jarib begitu ramah dan santun. Membuat bingung pelanggannya atas
perubahannya yang drastis.
Bagian ini berisi tentang interaksi Jarib dengan para pelanggan parkirnya.
Seorang ibu bernama Tuti yang selalu kerepotan dengan proses memarkirkan
mobil, keheranan dengan perubahan sikap Jarib yang tiba-tiba menjadi sangat
ramah. Seorang pria muda malah memberinya uang lebih ketika dengan Jarib
menanyakan keikhlasannya membayar parkir didepan kekasihnya. Jarib juga
merasa tersentuh melihat si Mbok tua yang kerepotan membawa barang belanjaan
majikannya, Jarib datang membantu dan memberi arti tersendiri bagi si Mbok itu
atas keikhlasannya.
Inti cerita terletak pada bagian tengah, terdapat pada kalimat: “.....Jarib
melihat si mbok langsung menciut, menunduk sambil membungkukkan tubuhnya,
namun Jarib berkata tenang dan sangat sopan, “Nyonya, saya ini orang bodoh,
nggak tahu yang mana manjikan, yang mana pembantu. Saya ini Cuma ngeliat
dengan hati dan hati saya mau nolong mereka yang butuh.”.....”30
Bagian ini ditutup dengan penolakan Jarib terhadap si Nyonya yang ingin
membeli kopiahnya dengan harga dua ratus ribu. Jarib menyatakan keikhlasannya
dalam membantu si Mbok.
Kesimpulan dari bagian ini yaitu keikhlasan dan ketulusan yang dilakukan
oleh Jarib memberikan kesan yang mempesona bagi orang berhadapan
dengannya. Jarib telah mampu melihat dengan hati yang selama ini ia pikir sudah
mati.
3. Segi Semantik
Latar cerita bagian ini berawal dari tempat markir Jarib yang menjadi
rutinitas kerjanya. Jarib bersikap sangat santun dan ramah pada semua orang yang
ditemuinya.
Bagian ini diceritakan dengan detil karena menceritakan secara rinci dari
interaksi Jarib dengan para pelanggan parkirnya.
30
Ibid., h. 77
Sedangkan maksud cerita bagian ini disampaikan secara jelas pada
kalimat: “.....Pria berpakaian necis itu memberikan uang dua ratus ribu rupiah
padanya, namun Jarib berkata, “Nggak. Saya ikhlas mbantuin Mbok belanja.
Nggak usah bayar.” Ia mengatakannya dengan suara keras, memastikan si Mbok
yang duduk meringkuk dibelakang mendengarnya.....”31
4. Segi Sintaksis
Bentuk laimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya
bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan
biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini
terdapat pada kalimat: “.....Jarib mengangguk dan berkata sopan – jauh lebih
sopan daripada biasanya. “Bu, Ibu ikutin petunjuk saya. Maju, mundur, pokoknya
pelan-pelan. Ibu pasti bisa.”.....”32
Dan pada kalimat: “.....Jarib menatap anak itu
dengan keheranan. Lama sekalai ia menangis? Apa ia menangis sejak tadi?.....”33
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti
maupun kata penghubung.
Bagian ini menggunakan bentuk kata ganti orang ketiga dengan
menggunakan kata ia. Hal ini terdapat pada kalimat: “.....Dengan ujung mata ia
melihat muda-mudi sedang berjalan menuju mobil mereka.....”34
Dan pada
kalimat: “......Di kejauhan, ia melihat rekan-rekannya sedang mendatangi toko-
toko di daerah itu.....”35
31
Ibid., 78 32
Ibid., h. 73-74 33
Ibid., h. 76 34
Ibid., h. 74 35
Ibid., h. 75
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini
adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti
dan tidak mengandung perubahan makna.
Pilihan leksikal yang digunakan pengarang pada bagian ini terindikasi
pada kata matur nuwun. Kata tersebut merupakan kata yang berasal dari bahasa
Jawa. Digunakan pengarang untuk menunjukkan sifat pluralisnya yang
menjunjung nilai perbedaan dan keberagaman.
6. Segi Retoris
Pada bagian ini pengarang menyajikan gaya penulisan dalam bentuk grafis
dengan menggunakan huruf miring.
Gaya penulisan yang digunakan pengarang pada bagian ini adalah dengan
penekanan pada visual image pada alur ceritanya. Visual image artinya
menjelaskan secara detil tentang karakter tokoh-tokoh.
e. Pembelaan
1. Tema dakwah
Tema cerita pada bagian ini adalah sesama manusia adalah saudara jika
saling menganggap saudara satu sama lain.
2. Segi Skematik
Judul cerita bagian ini adalah Pembelaan. Cerita ini didahului dengan
kegalauan perasaan Jarib atas ketimpaangan yang dilihatnya. Kegalauan itu
menjadikannya sedih dan menangis. Setelah itu Jarib bertemu Nita, warga
sekampungnya dan membelanya dari godaan laki-laki hidung belang.
Isi bagian ini tentang pembelaan Jarib terhadap Nita, seorang gadis satu
kampung dengannya yang digoda oleh seorang lelaki yang ingin mengajaknya
kencan. Jarib mengatakan bahwa ia akan berdamai jika jalan damai yang dipilih,
namun Jarib juga tak gentar jika harus menggunakan kekerasan.
Inti cerita ini diletakkan pengarang pada bagian tengah yaitu pada kalimat:
“.....“Aku saudaranya, karena aku menganggapnya saudara. Kau juga akan
menjadi saudara aku kalau kita saling menganggap saudara; tapi kalau kau
memperlakukan kita seperti musuh, ya kita akan menjadi musuh,” katanya
tenang.....”36
Bagian ini ditutup dengan percakapan antara Jarib dengan Nita dan
keduanya menuju ke tempat makan dekat rumah Jarib. Nita mengucapkan terima
kasih kepada Jarib karena telah membelanya. Nita mengajaknya makan bersama.
Kesimpulan dari cerita bagian ini yaitu Jarib semakin menjadi orang yang
berbuat berdasarkan nuraninya. Ia merasa apapun yang ia lakukan seperti
mendapat dukungan dari sebuah kekuatan magis yang datang dari kopiahnya.
3. Segi Semantik
Latar cerita berawal dari kesedihan Jarib terhadap realita disekitarnya
hingga membuatnya menangis. Jarib terkejut, sulit mempercayai ketika air
matanya mengalir setelah sekian lama tidak pernah menetes.
Detil cerita ini terdapat pada kalimat: “.....Jarib duduk dengan lesu,
bersandar ditembok pagar bangunan yang bersebrangan dengan warung si
36
Ibid., h. 82
Manis.....”37
Dan pada kalimat: “.....Ia memegang kopiah itu, melepaskannya,
kemuadian memainkannya selama beberapa saat di tangannya....”38
Sedangkan maksud yang ingin disampaikan dalam cerita ini terletak pada
bagian awal, terdapat pada kalimat: “......Kejadian siang menjelang sore itu cukup
memukul hati Jarib dan membuatnya tiba-tiba merasa muak dengan keadaan
yang serba timpang ini.....”39
4. Segi Sintaksis
Bentuk laimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya
bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan
biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini
terdapat pada kalimat: “.....Jarib menapak jalanan, melangkah ke arah warung si
Manis, tidak benar-benar sadar kalau sedang menuju kesana; hanya alam bawah
sadarnya saja yang menuntunnya.....”40
Dan pada kalimat: “.....Ia memakai
kopiahnya lagi, selalu merasakan sebuah gelora yang berbeda ketika
memakainya.....”41
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
didalam bagian ini yaitu kata hubung penjelas, dapat dilihat pada kalimat:
“.....“Aku saudaranya, karena aku menganggapnya saudara”.....”42
Sedangkan bentuk kata ganti yang digunakan oleh pengarang pada bagian
ini yaitu bentuk kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini
dapat terlihat pada kalimat: “.....Ia terlihat ketakutan. “Gila! Lu cewek gila! Bisa-
37
Ibid., h. 80 38
Ibid., h. 79 39
Ibid., h. 79 40
Ibid., h. 79 41
Ibid., h. 80 42
Ibid., h. 82
bisa gue mati ditangan elu dan keluarga gue kocar-kacir! Sial!” ia berlari
kembali masuk ke mobilnya dengan ketakutan.....”43
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini
adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti
dan tidak mengandung perubahan makna.
Pilihan leksikal yang digunakan pengarang pada bagian ini terindikasi
pada kata Batak dan Cina, kata-kata tersebut digunakan pengarang untuk
mempertegas adanya perbedaan namun dapat disatukan. Ini merupakan ciri dari
penulis yang bersifat pluralis.
6. Segi Retoris
Pada bagian ini pengarang menyajikan gaya penulisan dalam bentuk grafis
dengan menggunakan huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).
Bagian ini menekankan pada tindakan Jarib yang semakin berani
mengatakan kebenaran dan membela yang lemah.
f. Malam Panjang
1. Tema dakwah
Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita
pada bagian ini yaitu upaya jarib dalam menyelesaikan masalah melalui dialog.
2. Segi Skematik
Judul cerita bagian ini adalah Malam Panjang. Cerita ini didahului dengan
percakapan Jarib dengan anak buahnya, Tumin mengenai kekhawatiran akan
43
Ibid., h. 83
terjadinya keributan antar geng. Jarib menjadi was-was dan tidak dapat tidur
dengan tenang.
Bagian ini berisi tentang cara yang dipakai Jarib dalam menghadapi
masalah penyerbuan geng preman Bento terhadap anak buahnya Pin Bo. Jarib
menawarkan perkelahian yang gentlemen antara ketua sama ketua. Namun
sebelum masalah dapat diselesaikan Polisi keburu datang dan membuat acara
tawuran antar geng itu bubar. Di kantor Polisi Jarib dapat meyakinkan Polisi
bahwa tidak perlu khawatir akan adanya perkelahian lagi.
Inti dari cerita ini terletak ditengah cerita, terdapat pada kalimat: “.....“Eh!
Tunggu, tunggu, tunggu,” kata Jarib. “Buat perjanjian dulu. Jangan seperti
preman dong, main bubar. Serbu langsung nyebar. Kau orang yang gentlemen,
kan?” tanya Jarib, pernah membaca kata itu.....”44
Bagian ini ditutup dengan sebuah humor ala gus Dur yang disampaikan
Jarib kepada Polisi yang menahannya. Jarib dapat meyakinkan Polisi untuk tidak
perlu khawatir akan terjadinya keributan lagi karena ia adalah orang yang cinta
damai seperti Gus Dur.
Kesimpulan dari cerita ini yaitu kebijaksanaan Jarib dalam memilih
menyelesaikan masalah secara damai melalui dialog. Ketenangan hati Jarib telah
berhasil meredam terjadinya perkelahian antar geng yang dapat mengakibatkan
pertumpahan darah dikampungnya.
3. Segi Semantik
Latar cerita bagian ini berawal ketika Tumin menemui Jarib di
tongkrongannya. Tumin mengadukan kekhawatirannya tentang akan adanya
44
Ibid., h. 93
serangan dari geng Bento yang tidak senang karena ada anak buah Bento yang
pindah ke geng P yang diketuai oleh Jarib.
Detil cerita ini terdapat pada kalimat: “.....Mendadak, terdengar sirine
mobil polisi berdengung dan mereka semua kocar-kacir. Kopiah Jarib terjatuh.
Cepat-cepat ia berusaha memungut kopiah nyaris terinjak kaki orang-orang. Saat
berhasil mengambilnya, ia melihat disebelahnya telah berdiri mobil pengangkut
khusus.....”45
Maksud yang ingin disampaikan dalam cerita ini disampaikan pada bagian
awal cerita, terdapat dalam kalimat: “....“Pak Aji, sekarang yang mimpin orang
baru. bos baru,” tumin menatap pria penjual televisi didepannya, sementara Brur
sedang bercengkerama dengan salah satu pramuniaganya.....”46
4. Segi Sintaksis
Bentuk laimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya
bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan
biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini
terdapat pada kalimat: “.....Jarib mencengkeram lengan Nita. “Abang janji,
sebelum itu terjadi, maka Abang yang akan menghadapinya dulu. Abang akan
mengusahakan apa pun supaya perdamaian terjadi”.....”47
Dan pada kalimat:
“.....Dengan segera Jarib menghindar dan Bento yang tidak menyangka kalau
Jarib bisa cukup cekatan jatuh terjerembab.....”48
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini secara umum sudah baik dari segi
45
Ibid., h. 95 46
Ibid., h. 85 47
Ibid., h. 91 48
Ibid., h. 94
kata ganti maupun kata penghubung. Namun ada terdapat sedikit kerancuan pada
penggunaan kata penghubung, terdapat pada kalimat: “.....“Sekali ini, Gus Dur
yang terkekeh, dan berkata, „Saya ajak dia pulang ke negara saya, Mister
Presiden, and dia kaget sekali.‟”.....”49
Seharusnya setelah kata Mister Presiden
menggunakan kata sambung dan bukannya and yang merupakan konteks dalam
bahasa Inggris.
Sedangkan bentuk kata ganti yang digunakan pada bagian ini yaitu bentuk
kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata mereka. Hal ini dapat terlihat
dalam kalimat: “.....“Aku tidak bisa melarang mereka. Kalau Mas tidak mau
mereka pindah, naikin tingkat kehidupan mereka dan beri jatah lebih banyak,”
kata Jarib tenang yang segera disambut dengan teriakan setuju anggota Bento.
Segera saja mereka menyadari bahwa yang mengucapkan hal ini adalah lawan
mereka dan saat Bento melirik mereka, dengan segera kepala-kepala itu
menunduk.....”50
5. Segi Stilistik
Pada cerita bagian ini terdapat kata-kata yang bergaya bahasa antitesis,
artinya gaya bahasa bertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang
berlawanan artinya.51
Gaya bahasa ini terdapat pada kalimat: “.....Tidak ada yang
tidak tahu Bento. Preman tetangga. Kalau dibandingkan dengan tubuh mereka,
maka Bento bagaikan Bumi dengan langit.....”52
49
Ibid., h. 98 50
Ibid., h. 94 51
Sudaryat dan Hanafi, h. 136 52
Damien Dematra, Kopiah Gus Dur, h. 87
Pemilihan leksikal yang digunakan pengarang sesuai dengan sifat
pluralisnya yang suka menjabarkan keberagaman. Hal ini terlihat dari penggunaan
kata gentlemen53
dan bendol54
.
6. Segi Retoris
Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa
pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).
Cerita bagian ini ditekankan pada interaksi Jarib dalam menghadapi
masalah dengan cara dialog. Dimana dalam cerita ini dijelaskan tentang interaksi
Jarib dengan pihak musuh dan polisi.
g. Gelandangan dan Banci Juga Manusia
1. Tema dakwah
Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita
pada bagian ini yaitu kebaikan hati Jarib yang menggugah nurani seorang
gelandangan.
2. Segi Skematik
Judul cerita bagian ini adalah Gelandangan dan Banci Juga Manusia.
Cerita ini didahului dengan perjalanan Jarib pulang menuju rumahnya dengan
menggunakan bus. Jarib memilih untuk turun sebelum sampai di tempat tujuan
karena tidak tahan akan kesesakan bus kota.
Bagian ini berisi tentang interaksi Jarib dengan seorang waria dan
gelandangan yang ditemuinya. Dalam perjalanannya pulang Jarib tidak sengaja
menginjak kaki seorang gelandangan yang tidur ditepi jalan. Jarib lalu meminta
53
Lelaki (bahasa Inggris) 54
Benjol (bahasa Medan)
maaf dan memberikan sedikit sedekah kepada gelandangan tersebut. Dari
pertemuan itu terbukalah jati diri si gelandangan itu yang sebenarnya.
Inti cerita terletak di bagian tengah cerita, terdapat pada kalimat:
“.....Segera setelah sang preman yang manusiawi itu pergi, sang gembel berkata
lirih, “Nama saya Karim dan saya dulu manajer keuangan PT. Adaaja sebelum
saya menjadi kambing hitam yang bahkan tidak bisa mengembik dan akhirnya
masuk penjara untuk membayar kesalahan orang lain... semua keluarga saya
meninggalkan saya....” Pria itu terisak. “Dan tidak ada yang tersisa lagi kecuali
keinginan untuk mati.” Dalam hatinya, ia melanjutkan... tapi saya tidak memiliki
setitik keberanian untuk bunuh diri karena saya masih ngeri sama Hukum
Ilahi.....”55
Penutup cerita bagian ini ditandai dengan pertemuan Jarib dengan seorang
waria yang takut akan ditangkap oleh petugas tantrib. Jarib melindungi waria
tersebut dengan mengakuinya sebagai kekasih.
Kesimpulan cerita bagian ini adalah bertemunya Jarib dengan seorang
gelandangan yang selama ini ada di lingkungannya namun tidak pernah ia
perhatikan. Pertemuan itu membuat hati sang gelandangan menjadi tersentuh
karena Jarib bersikap begitu santun dan manusiawi.
3. Segi Semantik
Latar cerita ini berawal dari pulangnya Jarib menuju kerumahnya dengan
menggunakan bus kota. Jarib lebih dulu turun sebelum bus mencapai tujuan dan
memilih untuk berjalan kaki.
55
Ibid., h. 105-106
Dari segi detil cerita ini cukup detil dengan menceritakan secara naratif
perjalanan Jarib pulang ke rumahnya dan menemui seorang gelandangan dan
waria di tengah perjalanannya.
Sedangkan maksud dari cerita ini cukup jelas, terdapat dalam kalimat:
“......“Yah, Bang. Aku ngerti kalau manusia kadang hanya kasar di permukaan
aja. Hatinya lembut.” Jarib merenung. “Abang juga begitu, sampai ada orang
memberi Abang kesempatan dan mempercayai Abang.....”56
4. Segi Sintaksis
Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya
bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan
biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini
terdapat pada kalimat: “.....Jarib merogoh sakunya, kemudian memberinya uang
dari apa yang ada padanya. Dua puluh ribu.....”57
Dan pada kalimat: “.....Jarib
memeluk punggung perempuan itu, menahan rasa dalam dadanya sendiri,
memeluk seorang lelaki.....”58
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
pada cerita ini ada sedikit kerancuan pada kalimat: “.....“Yah, Bang. Aku ngerti
kalau manusia kadang kasar dipermukaan aja. Hatinya lembut.”.....”59
Seharusnya sebelum kata hatinya diletakkan kata penghubung namun/ tapi.
Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada bagian ini yaitu bentuk
kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini dapat terlihat dalam
kalimat: “.....“Nama aslinya Anto,” katanya tiba-tiba dengan suara laki-laki. Ia
56
Ibid., h. 105 57
Ibid., h. 103 58
Ibid., h. 107 59
Ibid., h. 105
berjalan ke arah Antje.....”60
Dan pada kalimat: “.....Si gembel itu memperhatikan
Jarib. “Kamu ini preman bukan?‟ Ia terdiam selama beberapa saat. “Kamu ini
preman, kan?”.....”61
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini
adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti
dan tidak mengandung perubahan makna.
Pilihan leksikal yang digunakan pengarang ditandai dengan penggunaan
kata dipenyet-penyet. Kata ini digunakan pengarang untuk menampilkan
dramatisasi keadaan yang memang sudah sesak.
6. Segi Retoris
Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa
pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).
Cerita bagian ini ditekankan pada interaksi Jarib dengan gelandangan yang
ditemuinya dengan sikap yang manusiawi dan kebijaksanaan serta kecerdasan
Jarib dalam membela seorang waria dengan mengakuinya sebagai seorang
kekasih.
h. Lolita
1. Tema dakwah
Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita
pada bagian ini yaitu memaafkan lebih utama daripada dendam.
60
Ibid., h. 102 61
Ibid., h. 103
2. Segi Skematik
Judul cerita bagian ini adalah Lolita. Cerita ini didahului dengan
pertemuan Jarib dengan si Manis, seorang perempuan yang ia taksir selama ini.
Lalu Jarib menemui Pin Bo yang terluka karena diserang oleh preman tetangga
geng Bento. Jarib memutuskan untuk menemui Bento dan menyelesaikan masalah
secara damai.
Bagian ini berisi tentang percakapan Jarib dengan si Manis yang menjadi
pertemuannya yang pertama secara pribadi. Jarib baru mengetahui bahwa nama
perempuan itu adalah Lolita. Kemudian Jarib menemui anak buahnya, Pin Bo
yang terluka dan memberikan pengertian tentang pentingnya untuk tidak balas
dendam. Lalu Jarib menemui Bento dan menyelesaikan masalah dengan sebuah
perjanjian.
Inti pesan bagian ini terletak tengah cerita, terdapat pada kalimat:
“.....Jarib membungkuk, kemudian menatap Pin Bo dan memegang tangannya.
Pin Bo merasakan sebuah energi mengalir ke dalam tubuhnya. Ia tersenyum, “Ya,
Stadz. Aku ikut aja.” Sekarang ia percaya, bahwa apapun yang dilakukan
pemimpinnya adalah yang terbaik.....”62
Penutup cerita bagian ini ditandai dengan kesepakatan antara Jarib dengan
Bento mengenai sistem bagi hasil yang diusulkan oleh Jarib. Sebuah penawaran
yang sulit ditolak yang membuat Bento hampir tidak percaya atas apa yang telah
terjadi.
Kesimpulan dari cerita bagian ini adalah bahwa Jarib telah dapat
menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dengan dialog dan damai.
62
Ibid., h. 114-115
Kecerdasan dan kebijaksanaan Jarib merupakan kunci baginya untuk menjadi
seorang pemimpin.
3. Segi Semantik
Latar cerita ini berawal dari sampainya Jarib ke daerah tempat ia tinggal.
Secara tidak sengaja ia bertemu dengan si Manis, seorang gadis pujaannya selama
ini.
Dari segi detil cerita ini cukup detil, terdapat pada kalimat: “.....Wajahnya
tanpa polesan make-up dan ia nampak manis, meski sedikit lelah.....”63
Kalimat
ini menggambarkan kondisi si Manis yang baru ditemui Jarib ketika ia berjalan
pulang.
Sedangkan maksud dari cerita ini cukup jelas, terdapat dalam kalimat:
“.....Jarib tidak ingin membuang waktu banyak dan langsung mengatakan
maksudnya, “Selain kesepakatan kita sebelum bertarung, aku ingin menegaskan
kalau aku ingin berdamai. Kalau masalahnya hanyalah perebutan anak buah
yang mempegaruhi pemasukan Abang, aku bersedia membagi setengah dari
pemasukanku dengan Abang untuk setiap anak buah Abang.”......”64
4. Segi Sintaksis
Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya
bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan
biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini
terdapat pada kalimat: “.....Jarib menceritakan rencananya, kemudian berkata,
“Mereka nggak akan menyerang kita lagi. Percayalah.”.....”65
Dan pada kalimat:
63
Ibid., h. 109 64
Ibid., h. 116 65
Ibid., h. 114
“.....Jarib membungkuk, kemudian menatap Pin Bo dan memegang
tangannya....”66
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti
maupun kata penghubung.
Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada bagian ini yaitu bentuk
kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini dapat terlihat dalam
kalimat: “.....Hanya beberapa jam saja ia tidur.....”67
Dan pada kalimat: “.....Jarib
tidak akan pernah mengatakan rahasianya pada siapapun. Ia menatap Bento dan
tersenyum......”68
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini
adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti
dan tidak mengandung perubahan makna.
Pilihan leksikal yang digunakan pengarang ditandai dengan penggunaan
kata tertohok. Kata ini menandakan bahwa pengarang memiliki kedalaman
perasaan dalam mendramatisasikan sebuah cerita.
6. Segi Retoris
Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa
pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).
Cerita bagian ini ditekankan pada pesona Jarib yang selalu memberikan
kesan yang baik pada setiap orang yang berbicara dengannya. Baik dengan wanita
maupun pria.
66
Ibid., h. 114-115 67
Ibid., h. 114 68
Ibid., h. 117
i. Apa Dia Untukku?
1. Tema dakwah
Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita
pada bagian ini yaitu pengorbanan Jarib yang tulus membuat Lolita sadar dan
ingin bertaubat.
2. Segi Skematik
Judul cerita bagian ini adalah Apa Dia Untukku?. Cerita ini didahului
ketika Jarib menemui penjual wedang ronde untuk membayar hutangnya dan
menitipkan seikat bunga untuk diserahkan kepada Lolita.
Isi cerita bagian ini tentang usaha Jarib mendekati Lolita. Jarib
menghadapi masalah karena Lolita adalah seorang perempuan simpanan lelaki
lain bernama Heru yang telah membeli harga dirinya kepada sang germo.
Inti pesan bagian ini terletak akhir cerita, terdapat pada kalimat: “.....Jarib
melepaskan kopiahnya, kemudian berkata dengan nada sedih, “Karena aku
mencintaimu. Kau satu-satunya orang yang Abang cintai, dan Abang tidak mau
melihat kau terikat seperti itu.”.....”69
Bagian ini ditutup dengan hancurnya perasaan Lolita setelah menyadari
betapa kotornya dirinya sehingga membuatnya bertanya apakah ia layak untuk
sebuah cinta.
Kesimpulan dari cerita bagian ini adalah bahwa Jarib telah dapat
menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dengan dialog dan damai.
Kecerdasan dan kebijaksanaan Jarib merupakan kunci baginya untuk menjadi
seorang pemimpin.
69
Ibid., h. 125
3. Segi Semantik
Latar cerita ini berawal dari pembicaraan Jarib dengan penjual tukang
ronde tentang perasaannya terhadap Lolita.
Cerita pada bagian cukup detail karena menceritakan secara naratif
percakapan Jarib dengan penjual tukang ronde, dan perdebatan Jarib dengan Heru,
seorang lelaki yang mengaku memiliki hak atas diri Lolita.
Sedangkan maksud dari cerita ini cukup jelas, terdapat dalam kalimat:
“.....Ia mungkin akan kehilangan Manis kalau ia tidak memaksanya... tapi Jarib
tidak mau memaksa.....”70
4. Segi Sintaksis
Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya
bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan
biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini
terdapat pada kalimat: “.....Jarib mendesah. Begitulah...sekali preman tetap
preman.”.....”71
Dan pada kalimat: “.....Ia menatap ke arah langit.....”72
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti
maupun kata penghubung.
Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada bagian ini yaitu bentuk
kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini dapat terlihat dalam
kalimat: “.....Ia duduk diatas tembok batu dengan satu kaki berselonjor.....”73
Dan
70
Ibid., h. 125 71
Ibid., h. 121 72
Ibid., h. 121 73
Ibid., h. 121
pada kalimat: “.....Ia tidak pernah mengira wanita itu masih ditemani laki-laki
itu.....”74
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan dalam cerita bagian ini terdapat kata-kata
yang bergaya asosiasi, artinya gaya bahasa perbandingan dengan
memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain sesuai dengan
keadaan/gambaran dan sifatnya.75
Gaya bahasa itu terdapat pada kalimat: “.....Ia
menatap Manis dan terngiang-ngiang kata si tukang ronde. Wanita itu bagai
bintang yang hanya indah untuk diamati.....”76
Pilihan leksikal yang digunakan pengarang ditandai dengan penggunaan
kata seteko. Kata tersebut menandakan ciri pengarang yang selalu menggunakan
bahasa sederhana dan mudah dicerna untuk mencakup pembaca dari kalangan
umum.
6. Segi Retoris
Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa
pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).
Penekanan yang digunakan pengarang pada cerita bagian ini pada
keputusan Jarib yang radikal terhadap pilihannya memperjuangkan cinta Si Manis
meski secara ironi harus menebus kebebasan cintanya sebesar sepuluh juta rupiah.
74
Ibid., h. 122 75
Sudaryat dan Hanafi, Ringkasan bahasa Indonesia, h. 137 76
Damien, Kopiah Gus Dur, h. 124
j. Monggo, Silakan Ibadah
1. Tema dakwah
Tema dakwah pada bagian ini adalah aqidah, dapat dilihat dari tema cerita
pada bagian ini yaitu kerukunan antar umat beragama
2. Segi Skematik
Judul cerita bagian ini adalah Monggo, Silakan Ibadah. Cerita ini
didahului ketika terjadi sebuah keributan kecil antara warga dengan sekelompok
jamaat yang ingin beribadah di gereja sementara mereka. Lalu Jarib datang dan
membantu penyelesaian masalahnya.
Bagian ini berisi tentang kebijaksanaan Jarib dalam menyelesaikan
sengketa yang terjadi antar umat beragama dan menyangkut ketertiban umum.
Jarib dengan bijak menghadapi massa dan memberikan pengertian agar dapat
bersabar. Kepada pendeta Jarib meminta penjelasan akar permasalahannya.
Terhadap Pak Aji Jarib dapat meyakinkan dan menjamin pengelolaan lahan
dengan menawarkan kerjasama sewa-menyewa.
Inti pesan bagian ini terletak akhir cerita, terdapat pada kalimat:
“.....“Mereka bersedia bayar parkir. Atas nama perdamaian antar umat
beragama, atas nama Islam yang toleran dan mencontoh teladan Nabi yang
datang untuk membawa damai, saya mohon, supaya diberi ijin.”.....”77
Bagian ini ditutup dengan pertemuan Jarib dengan si Manis yang tidak
diduga-duganya. Masing-masing masih tetap menyimpan perasaan cinta dihati
mereka. Jarib pun melamar si Manis.
77
Ibid., h. 129
Kesimpulan dari cerita bagian ini adalah bahwa Jarib telah memantapkan
perannya di masyarakat sebagai seorang muslim yang membawa pesan
perdamaian dengan menunjukkan kemampuannya menyelesaikan sengketa tempat
ibadah. Jarib telah menjadi seorang yang terpandang, ia di panggil dengan gelar
Ustadz dan dirumahnya yang baru Jarib rutin mengadakan pengajian.
3. Segi Semantik
Latar cerita ini berawal dari terjadinya keributan kecil berhubungan
dengan tempat ibadah yang tidak ada izin dan peran Jarib dalam menyelesaikan
masalah tersebut.
Cerita pada bagian cukup detail karena menceritakan secara naratif
percakapan Jarib dengan massa, pendeta, dan Pak Aji. Dalam cerita ini juga
menceritakan dengan detil tentang sebuah ingatan lama Jarib yang berhubungan
dengan uang sepuluh juta yang digunakannya untuk menebus si Manis.
Sedangkan maksud dari cerita ini cukup jelas, terdapat dalam kalimat:
“.....“Ini bagian dari kegiatan sosial kelompok kami. Kami bekerja untuk
perdamaian dalam keragaman. Geng P. Geng Pluralisme,” Jarib tersenyum
sambil bangkit berdiri.....”78
4. Segi Sintaksis
Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya
bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan
biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini
terdapat pada kalimat: “.....Pak Aji menghitung tasbihnya.....”79
Dan pada
78
Ibid., h. 131 79
Ibid., h. 129
kalimat: “.....Pak Aji menatapnya dan melihat betapa bersungguh-sungguh pria
didepannya.....”80
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti
maupun kata penghubung.
Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada bagian ini yaitu bentuk
kata ganti orang pertama dengan menggunakan kata kami. Hal ini dapat terlihat
dalam kalimat: “.....Pria tua itu berkata, “Iya. Kami sedang mengurusnya, tapi
belum selesai”.....”81
Dan pada kalimat: “.....Jarib berkata, “Orang-orang saya
akan saya tempatkan untuk jaga parkir, dan kami akan menungut uang
parkir”.....”82
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini
adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti
dan tidak mengandung perubahan makna.
Pilihan leksikal yang digunakan pengarang ditandai dengan penggunaan
kata Anta83
, Monggo84
, dan Yo Wis85
. Kata tersebut menandakan ciri pengarang
yang selalu menggunakan keberagaman bahasa untuk menunjukkan
pandangannya yang pluralis.
80
Ibid., h. 129 81
Ibid., h. 128 82
Ibid., h. 129 83
Kamu (bahasa Arab) 84
Silakan (bahasa Jawa) 85
Ya Sudah ( bahasa Jawa)
6. Segi Retoris
Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa
pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).
Penekanan yang digunakan pengarang pada cerita bagian ini adalah pada
proses penyelesaian masalah yang dilakukan oleh Jarib dengan dialog. Cerita
bagian ini menjelaskan secara rinci mulai dari konflik masalah, akar masalah,
sebab, dan solusi masalah tersebut.
k. Kopiahku Sayang....
1. Tema dakwah
Tema dakwah pada bagian ini adalah aqidah, dapat dilihat dari tema cerita
pada bagian ini yaitu keyakinan untuk hanya berpegang pada Allah swt semata.
2. Segi Skematik
Judul cerita bagian ini adalah Kopiahku Sayang.... Cerita ini didahului
dengan cerita Jarib dan istrinya, si Manis yang sedang menikmati waktu dirumah
mereka menjelang malam pada bulan desember ketika hujan rintik.
Bagian ini berisi tentang perasan Jarib yang berduka atas meninggalnya
tokoh idolanya, Gus Dur yang diketahuinya lewat berita di TV. Jarib merasa sedih
dan seperti kehilangan panutan untuk menjalani kehidupannya ke depan. Kopiah
kesayangannya juga ikut menghilang bersamaan wafatnya Gus Dur. Jarib menjadi
ragu apakah ia dapat bertahan tanpa kopiah tersebut. Pada akhirnya Jarib
menyadari bahwa kekuatan itu ada dalam dirinya bukan pada kopiah
kesayangannya.
Inti pesan bagian ini terletak akhir cerita, terdapat pada kalimat:
“.....Hatinya terasa ringan. Ia menatap bintang-bintang yang bersemayam di
langit dan langkahnya berhenti. Batin dan bibirnya beriring mengucapkan sebuah
kata, “Selamat jalan Gus. Terima kasih untuk segalanya. Kopiah Gus dur sudah
banyak membantu aku, menemukan diriku, menemukan Tuhanku.” Ia menarik
nafas panjang. “Selamat jalan, Pahalawanku. Beristirahatlah dalam
damai.”.....”86
Bagian ini ditutup dengan pertemuannya dengan preman lain yang hendak
menyerangnya. Namun dengan gesit Jarib dapat mengelaknya meski tanpa kopiah
di kepalanya. Membuatnya sadar bahwa kekuatan itu ada dalam hatinya, bukan
pada kopiahnya.
Kesimpulan dari cerita bagian ini adalah bahwa Jarib telah menemukan
kekuatan sejatinya yang ada dalam dirinya. Meski sempat goyah pada
keyakinannya untuk dapat menjalani hidup tanpa Gus Dur dan kopiah pemberian
beliau.
3. Segi Semantik
Latar cerita ini berawal dari suasana rumah Jarib yang tenang ketika ia
mengetahui berita tentang wafatnya Gus Dur dan kebimbangannya ketika harus
kehilangan kopiah kesayangannya bersamaan dengan mangkatnya sang tokoh
Idola.
Detil cerita pada bagian ini terletak ditengah cerita, terdapat pada kalimat:
“.....Ada sesuatu yang terjadi. Ia dapat merasakannya dalam batinnya-sebagian
dari dirinya sedang berguncang, dan tepat dimulut gang, ia tersentak, tiba-tiba
86
Ibid., h. 141
merasa kehabisan nafas. Wajahnya memucat dan ia bersandar ditembok gang. Ia
merasa sedih sekali.....”87
Maksud pada bagian ini disampaikan dengan jelas, terdapat dalam kalimat:
“.....Ia tahu hatinya tetap sama. Kopiah itu hanya menggali sisi baik yang ada
dalam dirinya – membuatnya dapat melihat dirinya yang sesungguhnya yang
selama ini telah tidur.....”88
4. Segi Sintaksis
Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya
bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan
biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini
terdapat pada kalimat: “.....Ia melihat pintu kamarnya terkuak pelan dan Manis
sedang berdiri disana, menatapnya.....”89
Dan pada kalimat: “.....Jarib
melepaskan pemuda tanggung itu. “preman mau dipalak!” katanya keras dan
pria muda itu berlar terbirit-birit keluar.....”90
Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti
maupun kata penghubung.
Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada bagian ini yaitu bentuk
kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini dapat terlihat dalam
kalimat: “.....Ya, Cuma itu. Ia melihat dirinya pada mata istrinya. Ia masih tetap
Jarib yang sama.....”91
Dan pada kalimat: “.....Kakinya terus melangkah dan ia
87
Ibid., h. 136 88
Ibid., h. 141 89
Ibid., h. 138 90
Ibid., h. 140 91
Ibid., h. 139
tiba dijalanan utama, meliaht jalan bebas. Sebuah senyuman merekah. Ya Allah,
hamba pasrah sepenuhnya pada-Mu.”.....”92
5. Segi Stilistik
Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini
adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti
dan tidak mengandung perubahan makna.
Pilihan leksikal yang digunakan pengarang ditandai dengan penggunaan
kata menilep. Kata tersebut berasal dari bahasa Jawa. Penggunaan kata tersebut
oleh pengarang selain sebagai cirinya yang menghargai keberagaman juga untuk
menunjukkan ciri bahasa jalanan.
6. Segi Retoris
Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa
pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).
Penekanan yang digunakan pengarang pada cerita bagian ini adalah pada
kegundahan hati Jarib menghadapi berita meninggalnya Gus Dur dan kesadaran
Jarib terhadap hakikat kehidupannya yang sesungguhnya.
B.1. Novel “Kopiah Gus Dur” Dilihat dari Analisis Kognisi Sosial
Dalam menganalisis wacana struktur teks, kognisi sosial, konteks sosial
adalah bagian yang integral bila menyesuaikan dengan kerangka Teu A. van Dijk.
Pendekatan kognisi sosial ini bersifat lokal, spesifik, dan psikologis. Hal ini
sangat berseberangan dengan kecenderungan menghubungkan teks komunikasi
dengan isu besar dalam media seperti kontrol institusi, profesi, modal dan
92
Ibid., h. 140
sebagainya.93
Maksud dari analisis kognisi sosial disini adalah dengan melihat
pemahaman yang dilakukan oleh komunikator (Damien Dematra) terhadap novel
Kopiah Gus Dur.
Dalam novel Kopiah Gus Dur komunikator berusaha menceritakan
perjalanan seorang preman menemukan jati dirinya. Komunikator mengangkat
sebuah kisah nyata seorang preman yang berubah menjadi religius melalui kisah
pertemuannya dengan tokoh idolanya, Gus Dur. Damien Dematra mewarnai jalan
cerita dalam novelnya dengan nilai-nilai kebersamaan dan kerukunan. Sebagai
representasinya sebagai seorang yang berpandangan pluralis.
Novel Kopiah Gus Dur merupakan sebuah karya yang mencerminkan
kepribadian pengarangnya yakni Damien Dematra. Dalam kehidupan pribadinya
pengarang adalah seorang penggemar Gus Dur. Pengarang juga aktif dalam
Gerakan Peduli Pluralisme sebagai koordinator nasional. Kehidupan pengarang
yang selalu bersentuhan dengan masalah sosial mempengaruhi beberapa novel
karyanya yang mayoritas berisi tentang masalah sosial, baik dalam bentuk kritik,
analisis, fenomena, maupun ide pemikiran.
Damien Dematra merupakan seorang yang sangat menghargai perbedaan.
Melalui Gerakan Peduli Pluralisme ia telah banyak melakukan pergerakan dalam
upaya penyebaran kedamaian di Indonesia dalam bentuk kegiatan amal,
pemberdayaan masyarakat, hingga memfasilitasi dialog untuk membahas masalah
sosial antar organisasi, suku atau agama. Dalam novel Kopiah Gus Dur Damien
selalu memaparkan konsep-konsep kebersamaan dan keberagaman. Sikap
pluralisnya berpengaruh dalam mengemas kisah dalam novel Kopiah Gus Dur.
93
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lkis, 2001),
h.266
Dalam novel Kopiah Gus Dur sering ditemui pernyataan-pernyataan
melalui tokoh utamanya tentang toleransi, bagi Damien hal tersebut merupakan
kaidah yang harus dipahami setiap manusia yang hidup dalam keberagaman.
Toleransi merupakan suatu keharusan untuk mencapai perdamaian dalam
kemajemukan. Manusia hanya akan dapat hidup berdampingan bila mereka saling
menghargai perbedaan yang ada.
Perbedaan adalah fitrah yang digariskan oleh Allah swt. sebagai anugerah-
Nya kepada kehidupan manusia. Rasulullah juga memberikan teladan tentang
hidup damai berdampingan dalam kehidupan beliau. Beliau mengajarkan bahwa
Islam adalah rahmatan lil alamin, yakni agama yang damai dan membawa
kedamaian.
Watak tokoh utama dalam novel Kopiah Gus Dur adalah keras, sebagai
gambaran seorang preman jalanan. Namun melalui jalan ceritanya pengarang
menjadikan watak tokoh utama menjadi lembut dan penuh simpati. Tokoh utama
diceritakan mengalami perubahan drastis sebagai ungkapan maksud pengarang
bahwa sekeras apapun manusia dapat berubah menjadi seorang yang ramah dan
santun. Pengarang selalu menekankan bahwa lingkungan bukanlah faktor penentu
seseorang terpengaruh untuk menjadi baik atau jahat, namun niat dan
kesungguhan merupakan kunci utama.
Dari perjalanan hidup tokoh utama dengan jelas dapat diketahui apa yang
menjadi pandangan hidup pengarang. Pengarang adalah seorang muslim yang
terbuka terhadap perbedaan keyakinan lain. Pengarang juga selalu merujuk
pernyataan-pernyataan tokoh utamanya di dalam novel Kopiah Gus Dur
berdasarkan ajaran Islam, yaitu Al-Qura‟an dan Hadits.
Setelah diketahui watak dari tokoh utama dan pandangan hidup pengarang,
maka kelihatan ada penyesuaian. Penyesuaian ini demikian eratnya, sehingga
sampai pada kesimpulan bahwa Damien Dematra dalam menulis novelnya sedikit
banyak sadar atau tidak, terpengaruh oleh konsep-konsep pluralisme. Oleh sebab
itu penggambaran watak dari tokoh utama dalam novelnya merupakan jiwa yang
terbuka terhadap perubahan.
Damien Dematra dalam novelnya ini lebih menitikberatkan
pembahasannya pada problema sosial akan potensi-potensi terjadinya perpecahan
akibat adanya perbedaan. Pengarang berulang kali mengisi jalan cerita dalam
novel Kopiah Gus Dur dengan menghadirkan sebuah masalah diikuti proses
penyelesaiannya melalui jalan dialog. Pengarang selalu membuat tokoh utama
dapat dengan cerdas dan bijak menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini
merupakan penggambaran sifat pengarang yang percaya diri dan merasa bahwa
segala masalah dapat diselesaikan melalui jalan damai.
Damien Dematra ingin memberikan semacam pelajaran kepada para
pembacanya bagaimana seharusnya suatu masalah itu diselesaikan. Khususnya
menyangkut masalah perbedaan yang dapat mengakibatkan pertengkaran. Ia
menghendaki agar manusia dalam menghadapi segala masalah perbedaan
menggunakan cara-cara yang lebih beradab dan sikap toleransi. Sikap toleransi itu
terindikasi dari sikap menghargai, mempercayai, memberi kesempatan, dan tidak
mudah menghakimi sesuatu. Disinilah keunggulan Damien Dematra yang berhasil
menjalin secara cerdas pemikirannya sebagai latar belakang yang mempengaruhi
tokoh utama.
Dalam novel Kopiah Gus Dur Damien Dematra banyak menyelipkan
pikiran-pikiran bijak tentang ajaran keIslaman berkaitan dengan masalah bersikap
atas perbedaan, baik itu perbedaan individu, kelompok, suku, maupun perbedaan
keyakinan. Selain itu Damien Dematra juga menyisipkan beberapa cerita humor
khas Gus Dur yang juga berkaitan dengan sindiran atau kritikan terhadap masalah
sosial. Hal ini selain merupakan ciri menulis pengarang yang tidak kaku, juga
membuktikan sifat pengarang yang humoris.
Pada akhir cerita pengarang menyelipkan pesan penting mengenai
keyakinan, ia menuangkan dengan jelas bahwa kekuatan manusia yang
sebenarnya ada di dalam hati yang di dalamnya ada Sang Khalik Allah swt.
Kekuatan itu bukan berasal dari makhluk yang dikeramatkan. Pesan ini
mengisyaratkan bahwa pengarang adalah seorang yang memahami tauhid.
Dalam menyampaikan pesan dakwahnya, Damien Dematra menggunakan
media novel sebagai bentuk kreatifitasnya dalam mengkomunikasikan pikiran-
pikirannya, maka lahirlah novel yang diberi judul Kopiah Gus Dur. Dalam novel
tersebut, Damien Dematra berusaha menyampaikan kepada masyarakat tentang
pentingnya sikap toleransi dan saling menghargai diatas perbedaan.
Menurut penulis, tujuan ditulisnya novel tersebut adalah untuk
mengajarkan kita bagaimana seharusnya manusia menghadapi masalah perbedaan.
Bagaimana menyelesaikan masalah dengan cara dialog dan damai. Bagaimana
menghadapai kekerasan dengan kelembutan, dan tentunya mengajarkan kita
bahwa kekuatan itu hanya bersumber dari Allah swt. Nilai luhur yang bisa dipetik
antara lain adalah prinsip-prinsip hidup yang jujur, ikhlas, kesederhanaan, dan
perjuangan.
Dengan adanya novel tersebut kompetensi komunikator sebagai pengarang
yang berlandaskan ajaran keIslaman semakin jelas. Semoga hal ini dapat diikuti
dengan pemahaman dari masyarakat bahwa novel merupakan salah satu media
dakwah yang efektif.
B.2. Novel “Kopiah Gus Dur” Dilihat dari Segi Analisis Konteks Sosial
Dimensi terakhir dari analisis wacana yang dikemukakan oleh Teu A. van
Dijk adalah konteks sosial. Konteks sosial adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi cerita atau teks yang berasal dari luar, sehingga menjadi salah satu
alasan dari komunikator dalam membuat atau menulis novel tersebut.
Damien Dematra adalah seorang yang memiliki kepribadian yang
dinamis. Pandangan hidupnya adalah pluralisme. Bagi Damien, kata “toleransi”
adalah hakikat yang mesti dipahami oleh setiap individu. Damien Dematra tidak
hanya memiliki konsep dan ide tentang pluralisme, ia juga merupakan seorang
aktifis, penulis, dan seniman pada saat yang bersamaan. Karya-karyanya tidak
diragukan lagi memiliki kelebihan tersendiri yang patut mendapatkan perhatian
lebih dari masyarakat.
Damien Dematra di kenal sebagai seorang rekoris, penggila tantangan,
dan seorang penulis yang ulung. Mayoritas dari novel-novel karyanya di tulis dan
diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat bagi sebuah karya penulisan. Salah
satu rekor yang ia patahkan adalah sebagai penulis tercepat. Selain itu, darah seni
dan sosial yang mengalir dalam jiwanya membentuk Damien menjadi kepribadian
yang unik, halus dalam ekpresi seni, namun juga keras dalam menyampaikan
kritik.
Dalam menghasilkan sebuah karya tulis seperti novel, Damien Dematra
banyak dipengaruhi oleh realita yang terjadi, ini dapat di lihat dari beberapa
novelnya yang muncul karena adanya satu kejadian sebelumnya. Seperti ia
menulis novel Sejuta Hati Untuk Gus Dur yang merupakan ungkapan rasa
dukanya ketika Gus Dur meninggal, pada tahun 2009 silam. Selain itu ada juga
novel berjudul Obama & Pluralism yang ditulisnya untuk menyambut kedatangan
Obama ke Indonesia dan sebuah novel berjudul Kau Bakar Aku Bakar yang
ditulisnya sebagai kritik dan perlawanan terhadap rencana dari pendeta Terry
Jones yang ingin melakukan pembakaran kitab suci Al-Qur‟an pada September
2010 silam.
Novel kopiah Gus Dur juga merupakan sebuah karya sastra yang diangkat
pengarang dari kisah nyata. Dengan kreatifitasnya, pengarang mampu
memperkaya alur cerita sekaligus menyelipkan pemikirannya baik melalui watak
maupun isi cerita. Hal ini tidak mengakibatkan susutnya orisinalitas fakta cerita,
justru menambah khasanah nilai yang terkandung di dalam novel. Selain memang
diperlukan sebagai langkah dramatisasi, hal tersebut juga dibutuhkan sebagai
upaya pengarang membungkus sebuah karya tulis yang memiliki peran dakwah
dengan penuh warna, menarik, dan tidak membosankan.
Sebagai seorang pengarang yang memiliki latar belakang aktifis yang
banyak terlibat pada masalah sosial, maka pendekatan yang dilakukan pengarang
lebih banyak dari sudut itu. Hal itu dapat kita temui pada mayoritas karya-
karyanya yang lebih banyak menonjolkan nilai-nilai sosial di banding dengan
kisah-kisah percintaan atau imajinasi fiksi semata.
Menurut penulis, alasan ditulisnya novel Kopiah Gus Dur adalah untuk
membuktikan bahwa pesan moral dan sosial dapat menjadi sebegitu menarik
ketika di olah secara kreatif. Pesan moral dan sosial yang disampaikan pengarang
adalah pesan yang berlandaskan kepada Al-Qur‟an dan Hadits, sehingga dapat
dikatakan bahwa novel Kopiah Gus Dur merupakan manifestasi dari pemikiran
dakwah pengarang.
Pada masa kini penyebaran ajaran Islam tidak hanya dilakukan dengan
cara-cara tradisionil lagi, seperti ceramah diatas mimbar atau hanya dalam sebuah
pengajian. Pesan dakwah dapat disampaikan dalam berbagai media dan metode.
Salah satunya adalah melalui novel. Hal ini sekaligus menyimpulkan bahwa setiap
orang dapat melakukan peran dakwah dengan cara dan porsi masing-masing tanpa
harus terlebih dahulu menjadi seorang ustadz atau da‟i yang profesional. Damien
Dematra sebagai seorang yang spiritualis merepresentasikan nilai spiritualitasnya
ke dalam bentuk tulisan, sehingga lahirlah novel Kopiah Gus Dur. Keberagaman
cara mengkomunikasikan ajaran keIslaman tersebut diperlukan agar keluasan
ajaran Islam dapat dihadirkan pada setiap sisi kehidupan.
Novel Kopiah Gus Dur adalah salah satu karya Damien Dematra yang
dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat yang ingin mengenal pesan
dakwah tanpa adanya perasaan digurui dan menghindarkan kejenuhan dari bahasa
formal dan budaya tradisional. Dengan lahirnya banyak cara alternatif menuju
pemahaman ajaran keIslaman akan menjadikan masyarakat mudah
mendapatkannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisa bahasan-bahasan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Wacana pesan dakwah dalam novel ini terdiri dari pesan aqidah dan
akhlak. Hal tersebut dapat diketahui setelah menganalisis dan membahas
novel ini menggunakan pendekatan teori analisis wacana Teun A. van
Dijk.
2. Novel Kopiah Gus Dur mengandung banyak pesan dakwah tentang
toleransi beragama, persaudaraan, keikhlasan, ketulusan, dan
pengorbanan. Hingga mengenai keyakinan dan kepasrahan pada Allah swt.
3. Secara garis besar dalam mengemas pesan dakwahnya Damien Dematra
menggunakan kata-kata yang lugas dan sederhana serta mengemas kisah
yang inspiratif dalam novelnya.
4. Secara struktur makro novel ini dikemas Damien Dematra dengan tema
perjalanan Jarib menemukan Tuhannya. Di dalamnya terdapat banyak
pelajaran mengenai kehidupan yang mejemuk dengan segala permasalahan
sosial dan solusi atas masalah tersebut dengan cara Islam.
5. Secara superstruktur Damien Dematra mengarang novel ini dengan alur
cerita yang cukup singkat bagi sebuah novel, yaitu hanya 137 halaman inti
saja. Tidak terdapat aturan baku bagi pengarang dalam menulis novel
Kopiah Gus Dur. Inti cerita yang dikemas merupakan pesan pokok yang
ingin disampaikan oleh pengarang.
6. Secara struktur mikro Damien Dematra menggunakan bahasa yang
sederhana, ia tidak banyak menampilkan ragam gaya bahasa. Bentuk
kalimat yang digunakan merupakan bentuk kalimat aktif. Pengarang lebih
sering menggunakan kata ganti orang ketiga. Leksikal yang ditampilkan
merupakan ragam bentuk bahasa daerah yang populer. Retoris yang
digunakan dalam novel ini berupa penggunaan grafis. Sedangkan
koherensi yang digunakan secara umum sudah baik.
7. Jika dilihat dari kognisi sosial dalam novel ini komunikator (Damien
Dematra) berusaha menceritakan sebuah kisah nyata perjalanan seorang
preman yang berubah menjadi alim setelah mendapatkan kopiah dari Gus
Dur. Namun statusnya sebagai preman menjadikan permasalahan ceritanya
mengalir dalam warna jalanan. Bagaimana Damien mengisahkan dan
menyelipkan pesan dalam novelnya merupakan representasi dari
pemikirannya.
8. Dalam konteks sosial dapat diketahui bahwa alasan komunikator dalam
menulis novel ini adalah untuk membuktikan bahwa pesan moral dan
sosial dapat menjadi sebegitu menarik ketika di olah secara kreatif. Pesan
moral dan sosial yang disampaikan pengarang adalah pesan yang
berlandaskan kepada Al-Qur‟an dan Hadits, sehingga dapat dikatakan
bahwa novel Kopiah Gus Dur merupakan manifestasi dari pemikiran
dakwah pengarang.
9. Setiap individu sebenarnya memiliki kesempatan yang sama dalam
menyampaikan pesan-pesan nilai keIslaman sesuai dengan kadar
kemampuan masing-masing. Menulis novel adalah salah satu cara yang
kreatif dalam menyebarkan ajaran-ajaran keIslaman.
10. Damien Dematra dapat dikatakan sebagai salah satu yang terunik. Muncul
dari latar belakang seni dan aktifis, Damien dapat menunjukkan
dedikasinya dalam karya tulis berbentuk novel yang penuh dengan nilai
keIslaman.
B. Saran
Mengingat bahwa tidak ada yang sempurna dari setiap karya manusia,
maka novel Kopiah Gus Dur pun tak luput dari kekurangan dan kelebihan. Maka
dalam hal ini penulis mencoba memberikan pandangan mengenai beberapa hal
berkenaan dengan saran terhadap novel Kopiah Gus Dur. Saran-sarannya sebagai
berikut:
1. Secara umum, profil pengarang yang ada dibagian belakang novel
menguraikan biodata pengarang. Namun pada novel Kopiah Gus Dur
hanyalah uraian tentang karya dan prestasi pengarang. Padahal dengan
mengetahui biodata pengarang dapat membantu pembaca mengenal
pengarang lebih dalam.
2. Alur cerita yang di gunakan pengarang terlalu berpihak kepada peran
utama, sehingga jalan cerita mudah ditebak dan minimnya nuansa
tantangan bagi peran utama. Sebuah novel terkadang dikatakan menarik
ketika ia menyimpan banyak misteri dan alurnya membuat pembaca
terkejut.
3. Minimnya penonjolan karakter terhadap pemeran lain juga membuat
novel ini terasa datar, meski muncul konflik, namun pusat dari cerita
selalu mengarah kepada peran utama. Dari apa yang penulis tahu, sebuah
novel terasa lebih padat jika eksplorasi karakter pemeran lebih dari satu.
4. Merupakan hal yang relevan bila lebih banyak lagi para juru dakwah
yang menggunakan pendekatan dakwah melalui media novel ringan dan
menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah,
2008.
Anshari, Endang Saefudin. Kuliah Al-Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1992.
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. 2nd
ed. Jakarta: Kencana, 2009.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997.
Badudu dan Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
harapan, 2001.
Dematra, Damien. Kopiah Gus Dur. Jakarta: Birde Publishing, 2010.
Eriyanto. Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS,
2005.
Fattah, Nur Amien. Metode Dakwah Wali Songo. Pekalongan: PT. T. B
BahagPia, t. T.
Ghazali, M. Bahri. Da‟wah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar ilmu
Komunikasi Da‟wah. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Habib, M. Syafa‟at. Buku Pedoman Dakwah. Jakarta: Widjaya, 1982.
Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:GP Press, 2009.
M.A Hoetomo. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar, 2005.
Mustafa,H.A. Akhlak Tasawuf . Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999.
Nuh, Sayyid M. Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam. Solo: Citra Islami
Press, 1996.
Omar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1992.
Qutb, Sayyid. Fiqih Dakwah. Jakarta: Pustaka Amani, 1995.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. 4th
ed. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Sudaryat, Ndang, dan Natasasmita, Hanapi. Ringkasan Bahasa Indonesia.
Bandung: Geneca Exact, 1985.
Suparta, Munzier, dan Hefni, Harjani, ed. Metode Dakwah. 2nd
ed. Jakarta:
Prenada Media, 2006.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2010.
Suwandi, Sarwiji. Semantik; Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media
Perkasa, 2008.
Tarigan, Henriy Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa, 1993.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Tim Penulis. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi). Jakarta:
CeQDA, 2007.
Tim Penyusun UIN Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002.
Yaqub, Ali Mustafa. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. 2nd
ed. Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2000.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidayah Karya Agung,
1989.
Yunus, Umar. Dari Peristiwa ke Imajinasi. Jakarta: PT. Gramedia, 1985.
Yusuf, Muhammad. “Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Novel DiBawah
Lindungan Ka‟bah Karya Prof. Dr. Hamka.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008.
Sumber dari Situs Internet
Daftar Tokoh “Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://
www .tokohindonesia. com/ daftar-tokoh/article/157-daftar-tokoh/2492-
damien-dematra.
Damien “My Jakarta” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://www.the-
jakarta-globe.com/myjakarta/my- jakarta-damien-dematra-director-of-
obama-movie/375441.
Louise Lavabre, “The Riddle of Demin Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari
2011 dari http://www .thejakartapost.com/news/2010/08/01/the-riddle-
damien-dematra.html.
Selebriti,”Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://sele-
briti.kapanlagi.com/indonesia/d/damien_dematra/.
Waldan Hasan “Siapakah Damien” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http:
//wildanhasan.blogspot. com /2010/09/siapakah-damien-dematra-dan
gerakan.html.
Wikipedia, “Novel” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://id.wikipedia.-
org/wiki/Novel.