106
ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH DALAM NOVEL KOPIAH GUS DUR KARYA DAMIEN DEMATRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh Ririn Syodikin NIM: 205051000471 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 M

ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH DALAM NOVEL

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH

DALAM NOVEL KOPIAH GUS DUR

KARYA DAMIEN DEMATRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Ririn Syodikin

NIM: 205051000471

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2011 M

ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH

DALAM NOVEL KOPIAH GUS DUR

KARYA DAMIEN DEMATRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh

Ririn Syodikin

NIM: 205051000471

Di Bawah Bimbingan,

Drs. Wahidin Saputra, MA

NIP. 19700903 199603 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2011 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH DALAM

NOVEL KOPIAH KOPIAH GUS DUR KARYA DAMEIN DEMATRA telah

diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Maret 2011.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

Jakarta, 18 Maret 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Angota Sekretaris

Drs. Study Rizal, LK, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19710412 200003 2 001

Penguji I Penguji II

Drs. Study Rizal, LK, MA M. Hudri, M. Ag

NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19720606 199803 1 003

Pembimbing

Drs. Wahidin Saputra, MA

NIP. 19700903 199603 1 001

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 24 Februari 2011

Ririn Syodikin

ABSTRAK

Ririn Syodikin

Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Novel Kopiah Gus Dur Karya

Damien Dematra

Berdakwah melalui media tulisan merupakan suatu bentuk hikmah yang

dapat memberikan pelajaran bagi para pembacanya. Salah satu media tulisan yang

digunakan sebagai sarana berdakwah ialah dalam bentuk novel. Novel sebagai

sebuah media untuk menyampaikan dakwah memiliki kelebihan tersendiri yang

dapat menghilangkan kejenuhan dan rasa digurui bagi para penerima dakwah

(mad‟u). Salah satu penulis novel yang memiliki dedikasi dalam menyampaikan

pesan dakwah dalam tulisannya ialah Damien Dematra. Melalui novel Kopiah

Gus Dur, Damien Dematra dengan cerdas telah mampu membungkus pesan-pesan

dakwah melalui jalan cerita yang menggugah dan inspiratif.

Untuk mengetahui cara Damien Dematra dalam mengemas pesan

dakwahnya dalam novel Kopiah Gus Dur diperlukan rumusan masalah. Adapun

rumusan masalahnya adalah: bagaimana wacana yang dikemas oleh Damien

Dematra di dalam novel Kopiah Gus Dur? Serta bagaimana kognisi sosial dan

konteks sosial dalam menyusun wacana pesan dakwah dalam novel Kopiah Gus

Dur? Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis wacana (discourse

analysis). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis

wacana Teun A. van Dijk yang dikenal dengan model kognisi sosial. Data-data

dalam penelitian ini disesuaikan dengan metode yang digunakan van Dijk, yaitu

meneliti dari analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi

atau lebih tepatnya adalah telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.

Lebih tepatnya lagi adalah telaah mengenai aneka fungsi bahasa. Model analisis

wacana van Dijk kerap disebut sebagai “kognisi sosial”. Istilah ini sebenarnya

diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan

struktur dan proses terbentuknya suatu teks.

Secara struktur makro novel ini dikemas dengan tema perjalanan seorang

preman bernama Jarib dalam menemukan Tuhannya. Secara superstruktur Damien

Dematra mengarang novel ini dengan alur cerita yang cukup singkat, yaitu hanya

137 halaman. Secara struktur mikro Damien Dematra menggunakan bahasa yang

sederhana dan mudah dipahami. Bentuk kalimat yang digunakan merupakan

bentuk kalimat aktif. Retoris yang digunakan dalam novel ini berupa bentuk

grafis. Koherensi yang digunakan secara umum sudah baik. Kognisi sosial novel

ini berusaha menceritakan perjalanan seorang preman menemukan jati dirinya

melalui perjalanannya bersama kopiah yang diberikan oleh Gus Dur. Dari konteks

sosial Damien Dematra beralasan bahwa setiap individu sebenarnya memiliki

kesempatan yang sama dalam menyampaikan pesan-pesan nilai keIslaman sesuai

dengan kadar kemampuan masing-masing. Dan jika setiap individu secara kreatif

menuangkan karyanya dalam menyampaikan pesan dakwah maka nilai-nilai

keIslaman akan menjadi mudah untuk didapatkan.

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT., Sang

Maha Tahu dan sumber segala pengetahuan, yang cahaya-Nya selalu terpancar

kepada makhluk-Nya, sehingga penulis dengan rahmat-Nya dapat menyelesaikan

skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi

besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabatnya, dan umatnya

hingga akhir zaman.

Penulis menyadari benar, betapa proses menyelesaikan skripsi tidak

terlepas dari dukungan, jasa, dan budi baik berbagai pihak yang telah dengan tulus

membantu penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., selaku Pembantu Dekan Bidang

Akademik sekaligus sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini

yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA., dan Bapak Drs. Study Rizal LK, MA.,

selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Pembantu Dekan

Bidang Kemahasiswaan.

4. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum., Ibu Dra. Hj. Musyfirah Nurlaily,

MA., dan Bapak Ahmad Fatoni, S. Sos. I., selaku Koordinator Teknis,

Sekretaris, dan Staf Administrasi Program Non Reguler Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

menuntut ilmu di UIN Jakarta yang tidak mungkin dapat penulis balas

kebaikan dan ketulusannya.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah memberikan pelayanan yang baik dalam menunjang

penyelesaian masa belajar penulis selama masa kuliah.

7. Bang Damien Dematra yang telah mengizinkan penulis mengangkat

novelnya sebagai bahan skripsi ini dan menginspirasi penulis untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan cepat.

8. Yang terkhusus dan istimewa, kedua Orang Tua, Ayahanda H. Khairul

Saleh dan Ibunda Hj. Nurmalina, yang telah membesarkan, mendidik, dan

memfasilitasi penulis dengan segenap kasih sayang dan ketulusan hingga

penulis dapat menyelesaikan kuliah di UIN Jakarta ini.

9. Bang Riky Sholihin, Bang Rino Saputra, adikku Muhammad Rofai,

Almarhumah Nurmaliza Putri Khairul, dan adikku tercinta Nuraulia Putri

Khairul, yang selalu menjadi kekuatan tempat penulis bersandar dan

selalu menjadi pendukung terbaik tempat penulis berharap.

10. Sahabat-sahabat terbaik seperjuangan di program Non Reguler yang

selalu memberikan masukan yang baik dan membantu menyediakan

referensi bagi penulisan skripsi ini.

11. Teman-teman di kostan kirai yang tak henti-hentinya memberikan

dukungan tenaga, pikiran, dan waktunya untuk membantu penulis dalam

proses menyelesaikan kuliah di UIN Jakarta ini.

12. Femmy Piesca Adriani yang selama ini telah memberikan perhatian dan

dukungan moral dan finansial bagi penulis baik dalam keadaan senang

maupun susah.

Dengan hamparan kedua tangan disertai ketulusan, penulis mendoakan

semoga bantuan, dukungan, bimbingan, dan perhatian yang telah diberikan oleh

semua pihak akan mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT disertai rahmat,

hidayah serta berkah-Nya. Amin Ya Robbal Alamin.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna dan belum dapat sepenuhnya menenteramkan kegelisahan intelektual

penulis, untuk itu penulis sangat berlapang dada menerima masukan dan kritik

konstruktif demi mencapai kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat memberikan

kontribusi positif, memperluas wawasan keilmuan serta menambah khasanah

perpustakaan.

Jakarta, Februari 2011 M

Rabiulawal 1432 H

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 4

D. Tinjauan Kepustakaan ............................................................ 5

E. Metodologi Penelitian ............................................................ 6

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Analisis Wacana ....................................................... 11

a. Pengertian Analisis Wacana ............................................. 11

b. Varian Analisis Wacana ................................................... 12

c. Analisis Wacana Teun A. van Dijk .................................. 22

B. Konsep Dakwah...................................................................... 23

a. Pengertian Dakwah .......................................................... 23

b. Unsur-unsur Dakwah ....................................................... 25

c. Pesan Dakwah .................................................................. 28

C. Novel ...................................................................................... 30

BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL KOPIAH GUS DUR KARYA

DAMIEN DEMATRA

A. Biografi Damien Dematra ...................................................... 34

B. Karya-Karya Damien Dematra ............................................... 37

C. Sinopsis Novel Kopiah Gus Dur ............................................ 41

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS

A. Wacana Pesan Dakwah Yang Ditampilkan Oleh

Damien Dematra Di Dalam Novel Kopiah Gus Dur ............ 45

B.1. Analisis Novel Kopiah Gus Dur dari Kognisi Sosial ......... 81

B.2. Analisis Novel Kopiah Gus Dur dari Konteks Sosial......... 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 89

B. Saran ....................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 93

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ............................................................................................................ 7

Tabel 2 ............................................................................................................ 7

Tabel 3 ............................................................................................................ 13

Tabel 4 ............................................................................................................ 15

Tabel 5 ............................................................................................................ 16

Tabel 6 ............................................................................................................ 19

Tabel 7 ............................................................................................................ 20

Tabel 8 ............................................................................................................ 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejayaan Islam sebagai agama yang terus berkembang dan mudah

diterima umat manusia sangat ditentukan oleh kebijaksanaan dan ketepatan

Rasulullah dalam berdakwah menyiarkan Islam. Selain melakukan dakwah secara

lisan dan keteladanan prilaku, Rasulullah juga banyak melakukan dakwah melalui

tulisan. Hal ini dapat dilihat pada dokumentasi surat-surat nabi yang ditulis ahli

tarikh Muhammad bin Sa‟ad (w 230 H) dalam kitabnya al-Tabaraqat al-Kubra

yang kesemuanya berjumlah tidak kurang dari 105 buah.1

Pendekatan dakwah melalui tulisan dewasa ini berkembang pesat, tidak

hanya tulisan dalam surat kabar, majalah, surat, buletin, atau selebaran,

pendekatan dakwah juga banyak dilakukan melalui karya tulisan seperti cerpen

dan novel. Salah seorang penulis besar di negeri ini yang memiliki dedikasi

dakwah melalui tulisan khususnya novel adalah Damien Dematra, Damien

Dematra adalah seorang novelis, penulis skenario, sutradara, produser, fotografer

internasional, dan pelukis.

Damien Dematra saat ini memegang 6 rekor dunia sebagai penulis tercepat

di dunia, penulis novel yang diterbitkan tercepat di dunia, fotografer tercepat di

dunia, pelukis tercepat di dunia, penulis buku tertebal di dunia, penulis buku

1 Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus) h.

181

dengan judul terpanjang di dunia (disahkan oleh Museum Rekor Dunia, Guinness

World Records, dan Royal World Records).2

Kemampuan Damien dalam menulis serta kepekaannnya terhadap kondisi

sosial masyarakat negeri ini menjadikan Damien seorang penulis yang tidak biasa,

Damien mampu dengan cerdas menerjemahkan kondisi realita masyarakat

kedalam bentuk tulisan yang menggugah dan menginspirasi. Hal terakhir inilah

yang menjadikan Damien pantas disebut sebagai seorang da‟i, karena tulisannya

memiliki kekuatan mengajak ke arah yang baik tanpa menggurui apalagi

memaksa.

Diantara novel-novel yang telah diterbitkannya adalah Bulan di Atas

Ka'bah, Mereka Bilang Aku Kafir, Mama Aku Harus Pergi, Selusin Ramadhan

Setahun, Kau Bakar Aku Bakar, Ternyata Aku Sudah Islam, novel yang

terinspirasi kisah nyata grup musik Debu, Demi Allah, Aku Jadi Teroris, dan

Tuhan. Selain itu ada juga Yogyakarta, Obama dari Asisi, Si Anak Panah, Ketika

Aku Menyentuh Awan, Sejuta Doa untuk Gus Dur, Sejuta Hati untuk Gus Dur,

Jangan Pisahkan Kami, Soulmate-Belahan Jiwa, dan Angels of Death-Kumpulan

Kisah Malaikat Maut.

Masih terdapat banyak lagi novel yang diterbitkan oleh Damien baik

dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Diantara novelnya yang paling

terbaru adalah novel berjudul Kopiah Gus Dur, sebuah novel yang bercerita

tentang perjalanan seorang preman bersama kopiah yang diberikan oleh

Almarhum Gus Dur. Novel ini sangat menggugah karena novel ini terinspirasi

2 Damien Dematra, “About Me.” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://www.

damiendematra.com/about%20me.htm

dari kisah nyata, penulisan alur ceritanya sangat sederhana sehingga mudah

dicerna dan dipenuhi dengan komedi untuk menghindari kejenuhan dan kekakuan.

Dan yang paling terpenting dari semua itu adalah bagaimana novel ini

mengandung begitu banyak kisah yang menggugah keimanan, dan memberikan

sentilan kepada kadar ketakwaan manusia terhadap Tuhannya. Sehingga novel

Kopiah Gus Dur memiliki nilai dakwah dan kaya khasanah Islam.

Sejauh mana novel ini dapat mempresentasikan nilai dakwah, dan

sebanyak apa nilai dakwah yang terkandung didalamnya tentu hanya dapat

dipahami dengan membaca dan mengulas wacana pesan dakwah dari novel

Kopiah Gus Dur secara langsung. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah

satu jalan menuju pemahaman yang lebih mengenai pesan dakwah novel Kopiah

Gus Dur, sehingga dapat diambil yang baiknya dan dimanfaatkan gunanya.

Berdasarkan latar belakang diatas, makan skripsi ini saya beri judul

“Analisis wacana pesan dakwah dalam novel Kopiah Gus Dur karya Damien

Dematra”. Diharapkan isi dari skripsi ini dapat mengantarkan kita pada

pemahaman lebih dari kata dan kalimat didalam novel Kopiah Gus Dur yang

berisi wacana pesan dakwah. Dimana wacana pesan dakwah tersebut merupakan

upaya Damien Dematra menyampaikan dakwah melalui novel.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, penyusun membatasi penelitian

pada karya Damien Dematra terutama yang berkenaan dengan wacana pesan

dakwah yang terkandung dalam novel Kopiah Gus Dur. Kajian terhadap novel

tersebut hanya dari aspek analisis wacana saja.

2. Perumusan Masalah

Sedangkan perumusan masalah yang di kaji pada penelitian skripsi ini

adalah :

a. Bagaimana wacana pesan dakwah yang dikemas oleh Damien Dematra di

dalam novel Kopiah Gus Dur?

b. Bagaimana kognisi sosial dan konteks sosial dalam penyusunan wacana

dakwah dalam novel Kopiah Gus Dur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui wacana pesan dakwah yang dikemas oleh Damien

Dematra

b. Untuk mengetahui kognisi sosial dan konteks sosial dalam penyusunan

wacana dakwah dalam novel Kopiah Gus Dur karya Damien Dematra.

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah penelitian ilmiah

yang memenuhi syarat bernilai akademis serta menambah wawasan bagi

para praktisi dakwah dalam penggunaan tulisan untuk berdakwah.

b. Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada

para juru dakwah tentang pentingnya pemanfaatan segala media sebagai

alat bantu dalam berdakwah. Hal ini menjadi penting agar setiap individu

dari masyarakat dapat berperan aktif dalam dakwah di segala bidang.

D. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian relevan yang penulis temukan antara lain tulisan dari

Muhammad Yusuf yang berjudul Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Novel

Di Bawah Lindungan Ka‟bah Karya Prof. DR. Hamka yang ditulis pada tahun

2008, Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel “Di Bawah Lindungan

Ka‟bah” oleh saudari Nurchasanah pada tahun 2007, dan Analisis Wacana

Dakwah Melalui Film Koran Gondrong oleh saudari Lisa Badriah tahun 2006.

Beberapa penelitian diatas telah lebih dulu mengupas wacana dakwah melalui

teori analisis wacana.

Serupa tapi tak sama, kelebihan dari skripsi yang penulis akan teliti adalah

pada fakta bahwa novel Kopiah Gus Dur merupakan kisah nyata, meskipun tentu

ada penambahan dan dramatisir bahasa namun tidak mengurangi orisinalitas dari

cerita sebenarnya, malah lebih menambah tekanan dan kedalaman renungan. Di

samping itu, peran Damien Dematra sebagai penulis muda berkarakter dakwah

layak mendapatkan perhatian khusus dunia dakwah baik praktis, maupun

akademis.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan

menggunakan analisis wacana (discourse analysis), metode ini dilakukan karena

lebih memenuhi kebutuhan analisa terhadap struktur pesan dalam komunikasi.

Melalui metode ini penulis dapat mengetahui bagaimana sebuah pesan

disampaikan lewat kata atau kalimat. Unsur penting dalam analisis wacana adalah

kepaduan, kesatuan, dan penafsiran peneliti.

Model yang digunakan adalah model Teun A. van Dijk menurutnya

penelitian wacana tidak hanya terbatas pada teks semata, tetapi juga bagaimana

suatu teks diproduksi. Kelebihan analisis wacana model Van Dijk adalah bahwa

penelitian wacana tidak semata-mata dengan menganalisis teks saja, tetapi juga

melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada

dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/ pikiran serta kesadaran yang

membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.3

Terdapat tiga struktur atau tingkatan yang menjadi elemen analisis wacana

dalam pemaparan struktur teks oleh van Dijk. Dengan struktur tersebut kita tidak

hanya mengetahu apa yang diliput oleh media, namun jua bagaimana media

mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu. Jika digambarkan

maka struktur teks adalah sebagai berikut:

3 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2006),

h.224

Tabel 1

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati

dari topik/ tema yang diangkat oleh suatu teks.

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,

penutup, dan kesimpulan

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan

kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.4

Berikut tabel yang akan menjelaskan satu per satu elemen wacana Teun A.

van Dijk yang diterapkan dalam dimensi teks sosial penelitian ini:

Tabel 2

STRUKTUR

WACANA

HAL YANG DIAMATI ELEMEN

Struktur Makro Tematik

Tema/ topik yang dikedepankan

dalam Novel Kopiah Gus Dur

Topik

4 Ibid., h.227.

Superstruktur

Skematik

Bagaimana bagian dari urutan novel

dikemas dalam teks yang utuh

Skema

Struktur Mikro

1. Semantik

Makna yang ingin ditekankan dalam

Novel Kopiah Gus Dur

2. Sintaksis

Bagaimana kalimat (bentuk,

susunan) yang dipilih.

3. Stilistik

Bagaimana pilihan kata yang dipakai

dalam Novel Kopiah Gus Dur

4. Retoris

Bagaimana dan dengan cara apa

penekanan cerita dilakukan.5

Latar, Detail, dan

Maksud

Bentuk kalimat

Koherensi, dan

Kata Ganti

Leksikon

Grafis, Metafora

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah novel Kopiah Gus Dur karya

Damien Dematra, sedangkan objek dari penelitian ini adalah konstruksi

wacana dari segi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

5 Ibid., h. 228-229.

3. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan studi dokumentasi dan pengumpulan data data

terkait dengan masalah penelitian dari berbagai sumber kepustakaan

seperti buku, majalah, internet, dan lain-lain.

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang dilakukan didalam penelitian ini ialah

dengan cara menyesuaikan data yang didapat kedalam teorinya van Dijk.

Data-data tersebut merupakan data yang terdapat di dalam novel Kopiah

Gus Dur, kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti dengan disesuaikan pada

kerangka dalam analisa wacana.

Selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk sekumpulan

informasi dan interpretasi peneliti sebagai acuan dalam menarik

kesimpulan dan saran pada akhir penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun atas lima bab yang terdiri dari:

BAB I :Bab ini berisi Pendahuluan yang membahas Latar Belakang,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metodologi Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II :Bab ini berisi Kerangka Pemikiran yang membahas mengenai

Konsep Analisis Wacana yang terdiri dari Pengertian Analisis

Wacana, Varian Analisis Wacana, dan Analisis Wacana Teun A.

van Dijk, Konsep Dakwah yang terdiri dari Pengertian Dakwah,

Unsur-Unsur Dakwah, dan Tujuan Dakwah, Pesan Dakwah yang

terdiri dari Aqidah, Syariah, dan Akhlak, serta Novel Sebagai

Media Dakwah.

BAB III :Merupakan bab mengenai Gambaran Umum Novel Kopiah Gus

Dur Karya Damien Dematra yang mencakup Biografi Damien

Dematra, Karya-Karya Damien Dematra, dan Sinopsis Novel

Kopiah Gus Dur.

BAB IV :Merupakan bab Temuan Data dan Pembahasan yang mencakup

Wacana Pesan Dakwah yang ditampilkan oleh Damien Dematra Di

Dalam Novel Kopiah Gus Dur, Analisis Novel Kopiah Gus Dur

Dilihat dari Kognisi Sosial, Analisis Novel Kopiah Gus Dur Dilihat

dari Konteks Sosial.

BAB V :Merupakan bab Penutup yang mencakup Kesimpulan dan Saran.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Analisis Wacana

1. Pengertian Analisis Wacana

Secara etimologi (bahasa) istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta

wac/wak/vak yang artinya „berkata‟ atau „berucap‟. Kata ana yang berada di

belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membedakan‟

(nominalisasi). Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana.

Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan.1

Namun, istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguis

di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris discourse. Kata

discourse sebdiri berasal dari bahsa Latin yakni discursus (lari ke sana ke mari).

Kata ini diturunkan dari kata dis (dan/ dalam arah yang berbeda) dan kata currere

(lari).2

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia terdapat tiga makna dari istilah

wacana. Pertama, percakapan; ucapan; tutur. Kedua, keseluruhan tutur yang

merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terlengkap yang realisasinya

merupakan bentuk karangan yang utuh.3

1 Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis Wacana

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h.3.

2 Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana (Yogyakarta: Kanisius,

1993), h. 3.

3 Hoetomo M. A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), h.

588.

11

Sedangkan secara terminologi, istilah wacana memiliki arti yang sangat

luas. Luasnya makna wacana disebabkan oleh perbedaan lingkup dan disiplin

ilmu yang memakai istilah wacana tersebut, mulai dari studi bahasa, psikologi,

sosiologi, politik, komunikasi, dan, sastra.4

Secara ringkas dan sederhana, teori wacana menjelaskan sebuah peristiwa

terjadi seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pertanyaan. Karena itulah ia

dinamakan analisis wacana.5 Analisis wacana menekankan pada “how the

ideological significance of news is part and parcel of methods used to process

news” (bagaimana signifikansi ideologis berita merupakan bagian dan menjadi

paket metode yang digunakan untuk proses media). Dari beberapa definisi

mengenai analisis wacana di atas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana adalah

studi tentang susunan/ struktur pesan dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi

adalah telaah mengenai aneka fungsi bahasa.

2. Varian Analisis Wacana

Dalam perkembangannya, model analisis wacana dikemukakan para ahli

melalui pendekatan yang beragam. Diantara para ahli yang mengembangkan

model analisis wacana adalah:

a. Roger Fowler dkk.

Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew mulai

dikenal sejak diterbitkannya buku Language and Control pada tahun 1979.

4 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semantik dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 9.

5 Ibid., h. 12.

Mereka menggunakan pendekatan critical linguistics. Berikut akan digambarkan

secara detail beberapa elemen yang ditelaah oleh Fowler dkk.

Tabel 3

Kosakata

Sebagai sistem klasifikasi bahasa

menggambarkan bagaimana realitas

dunia dilihat, memberi kemungkinan

seseorang untuk mengontrol dan

mengatur pengalaman pada realitas

sosial. Akan tetapi, sistem klasifikasi

ini berbeda-beda antara seseorang atau

satu kelompok dengan kelompok lain.

1. Kosakata: Membuat Klasifikasi

Bahasa menyediakan klasifikasi.

Klasifikasi tersebut karena realitas

begitu kompleksnya, sehingga orang

kemudian membuat penyederhanaan

yang abstraksi dari realitas tersebut.

Realitas tersebut bukan hanya bisa

dikenali, pada akhirnya berusaha

dibedakan dengan yang lain.

2. Kosakata: Membatasi Pandangan

Bahasa pada dasarnya bersifat

membatasi, kita diajak berfikir untuk

memahami seperti itu, bukan yang lain.

Hal tersebut berpengaruh terhadap

bagaimana kita memahami dan

memaknai suatu peristiwa.

3. Kosakata: Pertarungan Wacana

Dalam suatu pemberitaan, setiap pihak

mempunyai pendapat sendiri-sendiri,

masing-masing mempunyai klaim

kebenaran dengan penjelasan yang

berbeda dalam upaya memenangkan

perhatian publik. Masing-masing

menggunakan kosakata sendiri agar

lebih diterima oleh publik.

4. Kosakata: Marjinalisasi

Pilihan linguistik tertentu dengan kata,

kalimat, proposisi yang membawa nilai

ideologis tertentu. Kita dipandang

bukan sesuatu yang netral.

Tata Bahasa

Dalam tata bahasa secara umum ada

tiga model yang diperkenalkan Fowler

dkk., yaitu: Pertama, transitif

merupakan model yang berhubungan

dengan proses, dengan melihat bagian

mana yang dianggap sebagai penyebab

suatu tindakan. Kedua, intransitif

merupakan model dengan

menghubungkan seorang aktor pada

suatu proses tetapi tanpa menjelaskan

atau menggambarkan akibat atau objek

yang dikenal. Ketiga, relasional

1. Efek Bentuk Kalimat Pasif:

Penghilangan Pelaku

Dalam tata bahasa bentuk kalimat pasif

dapat membuat halus atau netral sisi

pelaku karena yang adalah sasaran dari

suatu tindakan pelaku.

2. Efek Nominalisasi: Penghilangan

Pelaku

Nominalisasi bisa menghilangkan

subjek karena dalam bentuk ini bukan

lagi kegiatan/ tindakan yang ditekankan

melainkan suatu peristiwa. Peristiwa ini

merupakan model yang

menggambarkan hubungan diantara dua

etnis/ bagian yang melakukan tindakan

dan yang menjadi akibat.

pada hakikatnya tidak memerlukan

subjek.

Dalam menganalisis suatu teks model Roger Fowler memiliki kerangka

untuk menganalisis wacana. Kerangka analisis tersebut dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 4

TINGKAT YANG INGIN DILIHAT

Kata

Meliputi pilihan kosakata yang dipakai untuk menggambarkan

peristiwa dan pilihan kosakata yang dipakai untuk

menggambarkan katro (agen) yang terlibat dalam peristiwa.

Kalimat Bagaimana peristiwa digambarkan lewat rangkaian kata.6

b. Theo van Leeuwen

Model analisis yang diperkenalkan Theo van Leeuwen untuk mendeteksi

dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya

dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang

kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaanya sementara

6 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2001),

h. 166.

kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus-menerus menjadi

objek pemaknaan, dan digambarkan secara buruk.7

Analisis wacana van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana

pihak-pihak dan aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Berikut tabel yang akan

menguraikan tentang persoalan tersebut.

Tabel 5

Exclusion

Merupakan wacana yang dalam

tampilannya dalam suatu teks berita,

ada kelompok atau seseorang yang

dihilangkan dalam pemberitaan.

1. Pasivasi

Pada dasarnya ini adalah proses

bagaimana suatu kelompok atau aktor

tertentu tidak dilibatkan dalam suatu

pembicaraan atau wacana. Lewat

pemakaian kalimat pasif.

2. Nominalisasi

Strategi ini berhubungan dengan

mengubah kata kerja (verba) menjadi

kata benda (nomina). Umumnya

dilakukan dengan imbuhan “pe-an”.

Nominalisasi tidak membutuhkan

subjek sehingga dapat menghilangkan

pelaku dalam sebuah wacana.

3. Penggantian anak kalimat

7 Ibid., h. 171.

Penggantian subjek juga bisa dilakukan

dengan penggantian anak kalimat yang

sekaligus berfungsi sebagai aktor.

Inclusion

Berhubungan dengan pertanyaan

begaimana masing-masing pihak atau

kelompok itu ditampilkan lewat

pemberitaan. Dengan memakai kata,

kalimat, informasi, atau susunan

kalimat tertentu, cara bercerita tertentu,

masing-masing kelompok

direpresentasikan dalam teks.

1. Diferensi-Indeferensi

Hadirnya peristiwa atau kelompok lain

selain yang diberitakan, bisa menjadi

penanda yang baik bagaimana suatu

kelompok atau peristiwa

direpresentasikan dalam teks yang

merupakan strategi wacana bagaimana

suatu kelompok disudutkan dengan

menghadirkan kelompok atau wacana

lain yang dipandang lebih dominan atau

bagus.

2. Objektivitas-Abstraksi

Berhubungan dengan pertanyaan

apakah informasi mengenai suatu

peristiwa atau aktor sosial ditampilkan

dengan memberi petunjuk yang konkret

ataukah yang ditampilkan adalah

abstraksi.

3. Nominasi-Kategorisasi

Dalam suatu pemberitaan mengenai

aktor atau mengenai suatu

permasalahan, seringkali terjadi pilihan

apakah aktor tersebut ditampilkan apa

adanya, ataukah yang disebut adalah

kategori dari aktor sosial tersebut.

4. Nominasi-Identifikasi

Merupakan startegi tentang bagiaman

suatu kelompok, peristiwa, atau

tindakan tertentu didefinisikan. Proses

pendifinisiannya dilakukan dengan

memberi anak kalimat sebagai penjelas.

5. Determinasi-Indeterminasi

Penulisan anonim (tidak jelas) oleh

wartwan karena belum mendapatkan

bukti yang cukup jelas untuk menulis

atau karena ada ketakutan struktural

kalau kategorisasi yang jelas dari

seorang aktor sosial disebut dalam teks.

6. Asimilasi-Individualisasi

Berhubungan dengan pertanyaan,

apakah aktor sosial yang diberitakan

ditunjukkan dengan jelas kategorinya

atau tidak yang terjadi karena dalam

pemberitaan bukan kategori aktor sosial

yang spesifik yang disebut dalm berita

tetapi komunitasi atau kelompok sosial

dimana seseorang berada tersebut.

7. Asosiasi-Disasosiasi

Berhubngan dengan pertanyaan, apakah

aktor atau suatu pihak ditampilkan

sendiri ataukah ia dihubungkan dengan

kelompok lain yang lebih besar yang

terjadi seringkali tanpa disadari.

Dalam kerangka analisisnya van Leeuwen memberikan serangkaian

strategi wacana bagaimana wacana itu dapat digunakan sedemikian rupa sehingga

dapat mempengaruhi makna yang sampai ke tangan pembaca. Secara umum, apa

yang dilihatnya dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 6

TINGKATAN YANG INGIN DILIHAT

Ekslusi Apakah ada aktor (seseorang/ kelompok sosial) yang

dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan.

Bagaimana strategi yang dilajukan untuk

menyembunyikan atau menghilangkan aktor sosial

tersebut?

Inklusi Dari aktor sosial yang disebut dalam berita, bagaimana

mereka ditampilkan? Dengan strategi apa pemarjinalan

atau pengucilan dilakukan?8

b. Sara Mills

Titik perhatian Sara Mills pada wacana terutama mengenai feminisme:

bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik dalam novel, gambar, foto, atau

apapun dalam berita. Oleh karena itu apa yang dilakukan oleh Sara Mills sering

juga disebut dengan perspektif feminisme dengan titik perhatian yang

menunjukkan pada bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita.9

Tabel berikut akan menjelaskan tentang model analisis wacana Sara Mills:

Tabel 7

Posisi: Subjek-Objek

Dengan menekankan bagaimana posisi dari berbagai aktor sosial, posisi gagasan,

atau peristiwa ditempatkan dalam teks. Posisi-posisi tersebut pada akhirnya

menentukan bentuk teks yang hadir ditengah khalayak.

Posisi Pembaca

Dalam teks ini menekankan bahwa teks adalah hasil negosiasi antara penulis

dengan pembaca. Oleh karena itu, pembaca disini tidaklah dianggap semata

sebagai pihak yang menerima teks, tetapi juga ikut melakukan transaksi

sebagaimana akan terlihat dalam teks.

8 Ibid., h. 192-193.

9 Ibid., h. 199.

Secara umum, ada dua hal yang diperhatikan dalam analisis model ini

yaitu:

1. Bagaimana aktor sosial dalam berita tersebut diposisikan dalam

pemberitaan. Siapa pihak yang diposisikan sebagai penafsir dalam teks

untuk memaknai peristiwa, dan apa akibatnya.

2. Bagaimana poembaca diposisikan dalam teks. Teks berita dimaknai

sebagai hasil negosiasi antara penulis dan pembaca.10

Kerangka Analisis Sara Mills dijelaskan dalam tabel beikut ini:

Tabel 8

TINGKAT YANG INGIN DILIHAT

Posisi

Subjek-Objek

Bagaimana peristiwa dilihat, dari kacamata siapa peristiwa

itu dilihat, siapa yang diposisikan sebagai pencerita

(subjek) dan siapa menjadi objek yang diceritakan. Apakah

masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai

kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri,

gagasannya ataukah kehadirannya, gagasannya

ditampilkan oleh kelompok atau orang lain.

Posisi

Penulis-Pembaca

Bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam teks.

Bagaimana pembaca memposisikan dirinya didalam teks

yang ditampilkan. Kepada kelompok manakah pembaca

mengidentifikasikan dirinya.11

10

Ibid., h. 210-211. 11

Ibid., h. 211.

3. Analisis Wacana Teun A. van Dijk

Model analisis wacana van Dijk kerap disebut sebagai “kognisi sosial”.

Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial,

terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks.12

a. Teks

Untuk memperoleh gambaran struktur teks dalam model van Dijk, berikut

gambaran singkatnya:

1. Tematik, secara harfiah berarti tema. Tema adalah suatu amanat utama

yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.

2. Skematik, menggambarkan bentuk wacana umum yang disusun dengan

sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, penutup, kesimpulan, dan

sebagainya. Struktur ini merupakan satu kesatuan yang mendukung

gagasan utama dalam berita. Pemuatan story/ body juga merupakan

strategi penulis membentuk pemaknaan terhadap peristiwa yang dilakukan

dengan menonjolkan bagian tertentu dan menyembunyikan bagian yang

lain.

3. Semantik, adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan

lingual, baik makna lesikal maupun makna gramatikal.13

Menggambarkan

bentuk wacana umum dengan kategori latar, detil, dan maksud.

4. Sintaksis, merupakan struktur teks yang dalam pengemasannya

menentukan koherensi dan kata ganti yang digunakan dalam kalimat.

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat dalam teks.

12

Sobur, Analisis Teks Media, h. 73. 13

Ibid., h. 78

5. Stilistik yaitu cara yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan

maksud dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.

6. Retoris, adalah gaya yang diungkapkanketika seseorang berbicara ata

menulis yang memiliki fungsi persuasif dan berhubungan erat dengan

bagaimana pesan itu disampaikan kepada khalayak.

b. Konteks Sosial

Konteks Sosial adalah faktor-faktor yang mempengaruhi cerita atau teks

yang berasal dari luar. Menurut van Dijk struktur ini melhat bagaimana teks

dihubungkanlebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang

dalam publik atas suatu wacana. Konteks sosial berusaha memasukkan semua

situasi dan hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa.

c. Kognisi Sosial

Struktur ini menekankan pada bagaimana peristiwa dipahami,

didefinisikan, kemudian ditampilkan dalam suatu model. Proses terbentuknya teks

pada tahap ini memasukkan informasi yang digunakan untuk menulis dari suatu

wacana.

B. Konsep Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi kata dakwah berasal dari bahsa Arab yang berarti

pemanggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak. Bila diurai

menurut tata bahasa Arab kata dakwah berasal dari kata دعا - يدعوا - دعوة yang

artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu.14

Sedangkan secara terminologi (istilah) kata dakwah memiliki arti yang

beragam. Hal ini disebabkan karena adaanya perbedaan sudut pandang dan

penafsiran yang dilakukan oleh para ahli dan praktisi dakwah. Beberapa

diantaranya yang memaparkan pengertian tentang dakwah adalah:

a. Prof. Toha Yahya Omar menyatakan bahwa dakwah Islam adalah sebagai

upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar

sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemashlahatan didunia dan akhirat.15

b. Syaikh Ali Mahfudz didalam kitabnya Hidayatul Mursyiddin dakwah

adalah mendorong (meotivasi manusia untuk melakukan kebaikan dan

mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma‟ruf dan

mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh

kebahagiaan di dunia dan akhirat.16

c. Syaikh Abdullah Ba‟alawi mengatakan dakwah adalah mengajak,

membimbing, dan memipin orang yang belum mengerti atau sesat

jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan ke jalan ketaatan kepada

Allah, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka berbuat jelek

agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.17

14

Mahmud Yunus, Kamus Arab- Indonesia (Jakarta: PT Hidayah Karya Agung, 1989), h.

128. 15

Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1992), h. 1. 16

Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah (Jakarta: PT. Mitra Cahaya

Utama, 2006), h. 10. 17

Ibid.

d. Syaikh M. Abduh mengatakan dakwah adalah menyeru kepada kebaikan

dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang diwajibkan kepada

setiap muslim.18

e. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang

menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma‟ruf nahi

munkar.19

Dari berbagai pengertian tentang dakwah diatas dapat disimpulkan bahwa

dakwah adalah suatu usaha baik dalam bentuk lisan, tulisan, perbuatan, dan

sebagainya yang merupakan proses untuk menyeru, mengajak individu atau

kelompok agar mau menuju jalan Islam untuk beramal ma‟ruf nahi munkar dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai keridloan Allah.

2. Unsur-Unsur Dakwah

Untuk mencapai hasil dakwah yang efektif, dibutuhkan unsur-unsur

dakwah yang saling mendukung agar proses kegiatan dakwah dapat terlaksana

dengan sempurna. Unsur-unsur dakwah ini antara lain:

a. Subyek Dakwah

Pada dasarnya da‟i (subyek dakwah) adalah orang atau sekelompok orang

yang melaksanakan atau menyiarkan dakwah.20

Seorang da‟i harus memiliki

landasan keilmuan yang cukup serta teladan yang baik dalam berdakwah agar

dalam proses menyampaikan dakwah mampu menghadapi tantangan dan

cobaan di lapangan ketika berhadapan dengan obyek dakwah (mad‟u).

18

Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam (Solo: Citra Islami

Press, 1996), h. 13-14. 19

Nur Amien Fattah, Metode Dakwah Wali Songo (Pekalongan: PT. T. B. Bahagia), h.

16-17. 20

Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, op. cit., h. 20.

b. Obyek Dakwah

Obyek dakwah (mad‟u) adalah orang yang menerima pesan dakwah dari

subyek dakwah. Dalam kegiatan dakwah unsur ini harus diperhatikan karena

merupakan sasaran dakwah. Sifat, karakteristik, serta jenis dan model mad‟u

harus dipahami oleh seorang da‟i agar tujuan dari dakwah dapat diterima

dengan mudah.

c. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah inti dari pesan dakwah yang disampaikan dari

seorang da‟i terhadap mad‟u, materi dakwah merupakan ajaran-ajaran Islam

yang termaktub didalam Al-Qur‟an dan Hadits yang meliputi perkara

mengenai aqidah, syariah, dan akhlak. Materi yang diperlukan untuk suatu

kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang

berbeda. Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu untuk

pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah

pendengar itu heterogen artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya

ataukah sejenisnya.21

d. Metode Dakwah

Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da‟i

untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Sumber metode dakwah yang terdapat didalam Al-Qur‟an menunjukkan

ragam yang banyak, seperti “hikmah, nasihat yang benar, dan mujadalah atau

21

M. Syafa‟at Habib, Buku Pedoman Da‟wah (Jakarta: Widjaya, 1982), h. 99.

berdiskusi atau berbantah dengan cara yang paling baik” (Q.S. an-Nahl: 125),

dengan kekuatan anggota tubuh (tangan), dengan mulut (lidah) dan bila tidak

mampu, maka dengan hati (Hadits Riwayat Muslim). Dari sumber metode itu

tumbuh metode-metode yang merupakan operasionalisasinya yaitu dakwah

dengan lisan, tulisan, seni dan bil-hal.22

Dalam kegiatan dakwah metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi

mad‟u (obyek dakwah) baik dari segi ekonomi, pendidikan, latar belakang

sosial, dan adat agar tercapai keberhasilan dalam berdakwah.

e. Media Dakwah

Media merupakan saluran dalam proses komunikasi atau penyampaian

pesan, dalam proses dakwah media (saluran) merupakan salah satu unsur yang

paling penting yang menentukan efektifitas dari proses dakwah. Pemilihan

terhadap media (saluran) tertentu tergantung kepada metode dan sasaran

dakwah. Media Dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk

menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: televisi,

video, kaset rekaman, majalah, surat kabar, novel dan sebagainya.23

f. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta

mendapat ridha Allah.24

Secara umum tujuan dakwah adalah mengajak

sekalian manusia menuju jalan Islam yang di ridhai oleh Allah agar

mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun menurut Prof. Dr. H.

Moh. Ardani, tujuan umum dakwah mesti diperinci lagi agar dapat diketahui

22

DR. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 34 23

Ibid., h. 35. 24

Ibid., h. 37

tujuan dakwahnya secara lebih terarah dan fokus. Diantara tujuan khusus

dalam berdakwah menurut beliau adalah:

1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu

meningkatkan taqwanya kepada Allah.

2. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah

(memeluk agama Allah).

3. Mendidik dan mengajar anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.

Dari paparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan yang ingin

dicapai oleh dakwah adalah menuntun umat manusia agar melaksanakan apa

yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya agar

memperoleh keadaan hidup yang sejahtera.

C. Pesan Dakwah

Menurut Toto Tasmara pesan dakwah adalah semua pernyataan yang

bersumber dari Al_Qur‟an dan sunnah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-

pesan (risalah) tersebut.25

Sedangkan menurut Quraisy Shihab pesan dakwah

merupakan Al-Islam yang bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber

utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak. Jadi pesan dakwah dapat

dikatakan segala pernyataan yang berupa seperangkat lambang yang bermakna

yang disampaikan untuk mengajak manusia baik melalui media lisan maupun

tulisan agar mengikuti ajaran Islam dan mampu mensosialisasikannya dalam

25

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 43.

kehidupan dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun

akhirat. Penjelasan dari pesan-pesan dakwah tersebut adalah:

1. Aqidah

Secara etimologi aqidah berasal dari kata al-aqdu yang berarti

ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan, pengencangan dengan kuat dan

juga berarti yakin. Sedangkan secara terminologi, terdapat dua pengertian

aqidah baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum aqidah

berarti hukum yang benar seperti keimanan dan ketauhidan kepada Allah,

percaya kepada malaikat, rasul, kitab, qadha dan qadhar serta hari kiamat.

2. Syariah

Secara etimologi syariah artinya jalan. Sedangkan secara

terminologi syariah artinya suatu sistem norma Ilahi yang mengatur

hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan

manusia, serta hubungan manusia dengan alam lainnya.26

Dalam

pembahasan syariah meliputi perkara ibadah dan muamalah.

3. Akhlak

Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari

khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai tingkah laku

atau tabiat. Secara terminologi Prof. Dr. Farid Ma‟ruf mendefinisikan

akhlak yaitu kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan

26

Endang Saefudin Anshari, Kuliah Al-Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992), h.

85.

mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan fikiran terlebih

dahulu.27

D. Novel

Dalam berdakwah, selain kualitas seorang da‟i dan pertimbangan keadaan

mad‟u serta pilihan metode tertentu, media (saluran) untuk menyampaikan

dakwah juga harus diletakkan dalam level yang penting. Hal ini diperlukan agar

proses menyampaikan dakwah tidak berhenti atau terpaku hanya pada pola-pola

yang formal saja. Mengingat majemuknya masyarakat penerima dakwah, maka

diperlukan inovasi dan cara-cara baru agar penyampaian dakwah tidak

menjemukan dan terkesan kaku. Berbagai cara dikembangkan dalam proses

menyampaikan dakwah, salah satunya dengan media novel.

Secara etimologi kata novel berasal dari kata latin novellas yang berasal

dari kata novies yang artinya baru. Dikatakan baru karena jika dibandingkan

dengan jenis-jenis karya sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka

jenis novel ini muncul kemudian.28

Menurut wikipedia Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan

naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel

berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita".29

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia novel diartikan sebagai suatu

bentuk karangan dalam prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan

27

H. A. Mustafa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1999), h. 14.

28

Henriy Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra (Bandung: Angkasa, 1993), h.

10. 29

Wikipedia, “Novel” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://id.wikipedia.org/

wiki/Novel

manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, suka duka, kasih

dan benci, tentang watak dan jiwanya.30

Menurut Muchtar Lubis novel terdiri dari lima jenis, yaitu: Pertama, novel

avontur merupakan jenis nivel yang dalam ceritanya dipusatkan pada seorang

lakon utama, pengalaman lakon dimulai pada pengalaman pertama dan diteruskan

pada pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Kedua, novel psikologis

merupakan jenis novel yang berisi kupasan tentang bakat, watak, atau karakter

para pelakunya beserta kemungkinan perkembangan jiwa. Ketiga, novel detektif

merupakan jenis novel yang melukiskan cara penyelesaian suatu peristiwa, untuk

membongkar suatu kejahatan dalam novel jenis ini dibutuhkan bukti-bukti af=gar

dapat menangkap si pembunuh dan sebagainya. Keempat, novel sosial merupakan

jenis novel yang pelaku pria dan wanitanya tenggelam dalam masyarakat, kelas,

atau golongan dengan persoalan yang bukan ditinjau dari sudut individu, tetapi

ditinjau melingkupi persoalan golongan dalam masyarakat dan pelaku hanya

dipergunakan sebagai pendukung jalan cerita.31

Novel merupakan sebuah media baru dalam penyampaian dakwah. Novel

memiliki keunikan tersendiri dalam berdakwah dikarenakan penyampaian pesan

dakwah tidak dilakukan secara langsung namun melalui jalan cerita tertentu yang

dengan membacanya para pembaca dapat memetik sari pelajaran dan hikmah dari

jalan cerita tersebut.

Keistimewaan novel dalam menyampaikan dakwah juga karena dalam

penulisan novel mengandung kebebasan dalam membuat alur cerita seperti apa

30

Badudu dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar harapan,

2001), h. 949 31

Umar Yunus, Dari Peristiwa ke Imajinasi (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), h. 90

yang diinginkan oleh penulis. Hal ini menjadikan novel sebagai salah satu media

dakwah yang efektif di masa kini karena tidak terikat pada aturan-aturan baku

tertentu sehingga novel dapat menembus kalangan mad‟u yang lebih luas.

Dewasa ini banyak kita temukan penulis yang menghiasi novelnya dengan

pesan-pesan dakwah. Hal ini menjadikan para penulis tersebut bukan hanya

sebagai sastrawan namun juga sebagai da‟i. Diantara para sastrawan yang telah

dikenal ditengah masyarakat yang memiliki dedikasi berdakwah melalui novel

adalah Prof. Dr. Hamka, Habiburrahman El Shirazy, Asma Nadia, A. Fuadi, dan

Helvi Tiana Rosa. Karya-karya mereka dapat dengan mudah kita temukan di toko

buku dan kebanyakan dari karya mereka merupakan novel bernafaskan Islam.

Selain nama-nama yang tersebut diatas ada juga seorang novelis baru yang

memiliki dedikasi dalam menyampaikan pesan dakwah didalam novelnya, yaitu

Damien Dematra, seorang novelis, pelukis, fotografer, sekaligus sutradara. Karya-

karya Damien Dematra lebih bertema umum dan luas, hal ini yang menjadikan

karya-karyanya dapat diterima kalangan masyarakat luas. Hingga saat ini Ia telah

menulis 74 novel dalam bahasa Inggris dan Indonesia, 57 skenario film dan TV

series, dan memproduksi 28 film dalam berbagai genre. Beberapa karya novelnya

yang bernafaskan Islami adalah Bulan di Atas Ka'bah, Mereka Bilang Aku Kafir,

Selusin Ramadhan Setahun, Sejuta Doa untuk Gus Dur, Sejuta Hati untuk Gus

Dur, Ternyata Aku Sudah Islam, Demi Allah, Aku Jadi Teroris, dan Tuhan.

Novel karya Damien Dematra yang paling terbaru adalah Kopiah Gus

Dur, novel ini diangkat dari kisah nyata perjalanan seorang preman jalanan yang

diberi kopiah oleh Gus Dur. Kelebihan Damien Dematra dalam menulis sebuah

karya sastra ialah ia mampu mengangkat sebuah realita menjadi sebuah kisah

yang menarik, membungkusnya dengan humor, memakai alur cerita yang

sederhana dan menyisipkan pesan-pesan mutiara dakwah tanpa sikap menggurui.

Hal tersebut menjadikan karya Damien Dematra tidak membosankan dan mudah

diterima dikalangan masyarakat luas.

BAB III

GAMBARAN UMUM NOVEL KOPIAH GUS DUR

KARYA DAMIEN DEMATRA

A. Biografi Damien Dematra

Damien Dematra adalah seorang novelis, penulis skenario, sutradara,

produser, fotografer internasional, dan pelukis. Damien Dematra lahir pada 25

Februari.1 Mengenai tahun dan tempat kelahirannya, pria yang mengidolakan Gus

Dur dan Obama ini selalu merahasiakannya kepada publik atas alasan pribadi,

seperti yang dipetik dari wawancara dengan Zack Peterson di situs

www.jakartaglobe.com, ketika Zack Peterson menanyakan: “Are you originally

from Jakarta?”(apakah anda asli dari Jakarta?), Damien menjawab: “ I don‟t

discuss my date of birth or where I‟m from for spiritual reasons, but I live in

Jakarta, I spend a lot of time in Bali and Yogyakarta, as well.”2 (saya tidak

membahas tentang tanggal kelahiran dan dari mana saya berasal atas alasan

spiritual, tapi saya tinggal di Jakarta, saya juga menghabiskan banyak waktu di

Bali dan Yogyakarta).

Damien Dematra merupakan sosok seniman multi talenta, karya-karyanya

banyak mendapatkan penghargaan baik dalam skala nasional maupun

internasional. Diantara karya-karyanya yang memecahkan rekor dunia adalah

buku tertebal yang diberi judul Obama & Pluralism, melalui karya ini Damien

Dematra mendapat rekor penulis novel tertebal (setebal 5247 halaman) yang

1Selebriti,”Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/d/damien_dematra/ 2 Damien “My jakarta” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://www.thejakarta-

globe. com/myjakarta/my-jakarta-damien-dematra-director-of-obama-movie/375441

mengalahkan rekor yang dipegang oleh Agatha Christie (4032 halaman), rekor ini

diberikan oleh Jaya Suprana sebagai Chairman Musium Rekor Dunia pada

Damien Dematra atas his achievement (pencapaiannya) pada September 2010.

Pada saat bersamaan Damien juga menerima rekor dunia melukis tercepat

Musium Rekor Dunia dengan lukisan berukuran 80x100cm yang diselesaikan

dalam waktu 9 menit 31 detik dengan tema Obama on Becak dalam pameran

lukisan di Dharmawangsa Square pada Juni 2010. Selain itu Damien Dematra

juga menjadi rekoris untuk rekor dunia penulis novel tercepat, buku yang

ditulisnya hanya dalam waktu dua hari dua malam ini berjudul “Kau Bakar Aku

Bakar”, sebuah novel untuk melawan “Hari Pembakaran Al-Qur‟an Sedunia”

pada tanggal 11 September 2010. Sekaligus memecahkan rekornya sendiri ketika

menulis sebuah novel untuk Almarhum Gus Dur “Sejuta Do‟a Untuk Gus Dur”

yang diselesaikannya dalam waktu tiga hari tiga malam.

Damien Dematra memperoleh dua gelar tertinggi fotografi yakni

“Fellowship in Portraiture” dan “Art Photography” dari Master Photographer

Association. Ia juga mendapat beberapa penghargaan Internasional diantaranya

“International Master Photographer of The Year”. Ia adalah lulusan dari New

York Institute of Photography, International Business and Politics University of

Western Sydney, dan Filsafat Teologi dari International Seminary.3

Selain menulis dan menghasilkan karya seni, Damien Dematra juga aktif

dalam beberapa gerakan nasional, diantaranya Damien Dematra sebagai

penggagas dan koordinator nasional “Gerakan Peduli Pluralisme” yang dicetuskan

pada Februari 2010 untuk memberi apresiasi terhadap perjuangan pluralisme

3 Daftar Tokoh “Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://www.

tokohindonesia.com/daftar-tokoh/article/157-daftar-tokoh/2492-demien-dematra

Buya Ahmad Syafii Maarif dan Gus Dur, para guru bangsa.4 Ia juga menjadi

inisiator “Gerakan Nasional Menulis” yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh besar

Indonesia seperti Prof. Amin Abdullah, Prof. Azyumardi Azra, Prof. Dr. H. Nur

Syam, M.Si., Zuhairi Misrawi, Prof. Kacung Mridjan, Prof. Amin Abdullah, Prof.

Bachtiar Effendi, Dr. Djohan Effendi dan masih banyak lagi tokoh lainnya.

Dibawah koordinasi Damien Dematra, Gerakan Peduli Pluralisme (GPP)

banyak melakukan pergerakan perdamaian seperti memfasilitasi berbagai dialog

untuk mencari solusi terhadap masalah bangsa bersama tokoh penting nasional

dan organisasi-organisasi besar. Diantaranya Pertemuan GPP, KUIB (Kongres

Umat Islam Bekasi), dan Presiden World Church Council tentang Kasus HKBP

yang terjadi pada agustus 2010, Dialog GPP dan Nahdlatul Ulama Mencari

Solusi untuk Ahmadiyah”, Safari Perdamaian Pertemuan Gerakan Peduli

Pluralisme (GPP) dengan Hizbut Tahriri Indonesia (HTI) Tentang Perlawanan

Terhadap “Hari Pembakaran Al Quran Sedunia”, dan Forum Pemuda Lintas

Agama. Selain itu, Gerakan Peduli Pluralisme (GPP) juga aktif dalam kegiatan

amal dan budaya seperti Festival Budaya Gus Dur, Lomba Menulis Pelajar dan

Umum, Bagi Buku Gratis Peduli Anak Pesisir, dan banyak lainnya.

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai koordinator Gerakan Peduli

Pluralisme, penulis, dan seniman, Damien Dematra juga menyutradarai puluhan

film yang diangkat dari karya tulisnya. Diantara yang paling fenomenal adalah

Film “Obama Anak Menteng”, sebuah film yang ia persembahkan untuk Presiden

Amerika Serikat Barack Husein Obama yang belakangan menjadi idola nomor

satunya ketika Obama memenangkan Pemilu Amerika serikat pada tahun 2008.

4Waldan Hasan “Siapakah Damien” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari

http://wildanhasan.blogspot.com/2010/09/siapakah-damien-dematra-dan-gerakan.html

Film ini selain menuai kontroversi pada topiknya juga mengandung sensasi pada

proses pembuatannya yang hanya menghabiskan waktu selama satu bulan untuk

proses shoot nya.

Damien Dematra bisa dibilang sebagai seorang pecandu tantangan, ia tidak

takut dibilang ambisius, ia justru bangga ketika dapat menjadi rekoris pada

sesuatu hal yang dianggap tidak mungkin oleh orang lain. Damien mendefinisikan

dirinya sebagai seorang spiritualis yang mengikuti instingnya. Ia adalah seorang

seniman yang tidak sabaran dan menginginkan segala sesuatu berhasil dengan

cepat. "Otherwise, I will lose it," katanya ketika diwawancarai oleh Louise

Lavabre dari The Jakarta Post pada Agustus 2010.5

B. Karya-Karya Damien Dematra

Karya-karya Damien Dematra terdiri dari karya bidang penulisan (buku,

novel), karya bidang seni (lukis, fotografi) dan karya filmografi (film layar lebar).

Daftar karya-karya Damien Dematra sebagai berikut:

a) Karya Bidang Penulisan

1. Obama & Pluralism.

2. Dear President Obama.

3. Messages to President Obama.

4. Bulan di Atas Ka'bah, kisah tentang KH. Hasyim Asy'ari.

5. New York, Obama & Me.

6. Mereka Bilang Aku Kafir.

7. Mama Aku Harus Pergi.

5 Louise Lavabre, “The Riddle of Demin Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011

dari http://www.thejakartapost.com/news/2010/08/01/the-riddle-damien-dematra.html

8. Selusin Ramadhan Setahun.

9. Kau Bakar Aku Bakar.

10. Yogyakarta.

11. Obama dari Asisi.

12. Si Anak Panah.

13. Ketika Aku Menyentuh Awan.

14. Obama, Anak Menteng.

15. Si Anak Kampoeng (sebuah novel yang diangkat berdasarkan kisah nyata

Buya Syafi‟i Ma‟arif).

16. Sejuta Doa untuk Gus Dur.

17. Sejuta Hati untuk Gus Dur.

18. Ternyata Aku Sudah Islam (novel yang terinspirasi kisah nyata grup musik

Debu).

19. Demi Allah, Aku Jadi Teroris.

20. Tuhan.

21. Jangan Pisahkan Kami.

22. Soulmate-Belahan Jiwa.

23. Angels of Death-Kumpulan Kisah Malaikat Maut.

24. If Only I Could Hear-Kisah Suara Hati.

25. Mama Aku harus pergi....

26. Tarian Maut yang dirilis dengan memakai nama Katyana.

27. Ku Tak Dapat Jalan Sendiri yang dirilis dengan memakai nama Mark

Andrew.

28. Samawi (trilogi ke-2).

29. Ibrahim (trilogi ke-3).

30. Mahaguru (trilogi ke-2 Bulan di Atas Ka'bah).

31. Matinya Sasi Hidupnya Amai.

32. Mafia Pluralisme.

33. Aku adalah Aku--The Life of Dorce.

34. Demi Allah, Anakku Jadi Teroris.

35. Kartosoewirjo: Pahlawan atau Teroris? sebuah novel sejarah.

36. Gus Dur, Wali ke-10 sebuah novel perbandingan.

37. Gus Dur dan Pendekar Gendeng di Negeri Edan-- sebuah novel satire.

38. Liarnya si Gadis Berjilbab.

39. Bus Terakhir.

40. Ketika Tuhan sedang Bermain.6

b) Karya Bidang Seni Lukis

Karya bidang seni lukis yang dihasilkan oleh Damien Dematra berjumlah

365 lukisan terbagi menjadi 6 bagian tema, yaitu:

1. Mystic

2. Reflection

3. Modern Art

4. Impressionist

5. Cubist

6. Spiritism7

6 Daftar Tokoh “Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari

http://www.tokohindonesia.com/daftar-tokoh/article/157-daftar-tokoh/2492-demien-dematra

7 Damien Dematra “Lukisan” Artikel diakses pada 23 Februari 2011 dari http://www.

damiendematra.com/painting_home.htm

Secara detil, karya lukis Damien Dematra tidak akan penulis urai satu per

satu pada skripsi ini. Mengingat banyaknya jumlah data dan inrelevansi terhadap

penelitian dalam skripsi ini.

c) Karya Bidang Fotografi

Karya bidang fotografi terbagi menjadi lima bagian tema, yaitu:

1. Life Story

2. Photo Painting Art

3. The Tale of Restless Spirits

4. Tsunami, the Chronicle of Destruction

5. Narrative Contemplation8

d) Karya Bidang Filmografi

1. Obama Anak Menteng/"Little Obama" the movie (Teaser) (2010)

2. Di Atas Kanvas Cinta (Trailer)

3. Tuhan, Jangan Pisahkan Kami (Trailer)

4. Mystique

5. Senandung Cinta di Pulau Dewata

6. Jurnal Kasih

7. Mama, Aku Harus Pergi

8. Sehari Bersama Gus Dur9

Sebagian besar karya Damien Dematra mengandung nilai dan falsafah Islam dan

Pluralisme, ini menunjukkan bahwa seniman multi talenta dan multi profesi ini

memiliki dedikasi dakwah melalui karya-karyanya.

8 Damien Dematra “Fotografi” Artikel diakses pada 23 Februari 2011 dari http://www.

damiendematra.com/photo_home.htm 9 Daftar Tokoh “Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://www.

tokoh indonesia.com/daftar-tokoh/article/157-daftar-tokoh/2492-demien-dematra

C. Sinopsis Novel Kopiah Gus Dur

Mengisahkan tentang seorang preman jalanan yang ganteng tapi pendek

bernama Sitor Lubis atau biasa dipanggil “Jarib” alias jari ajaib dan perjalanannya

bersama kopiah Gus Dur. Sebuah kopiah anyaman yang didapatnya langsung dari

tangan sang mantan Presiden tersebut ketika ia memalak mobil yang sedang

parkir didaerah “palakannya” yang ternyata didalamnya ada Gus Dur.

Jarib memang telah lama mengidolakan Gus Dur, Gus Dur baginya adalah

tokoh yang tiada duanya, meskipun preman, Jarib suka membaca dan mengikuti

perkembangan berita melalui koran yang juga merupakan hasil palakannya. Jarib

selalu terobsesi dengan pemikiran pluralisme ala Gus Dur, ia juga senang dengan

humor-humor ala Gus Dur yang selalu mengandung nilai intelektual dan ironi.

Setelah menerima kopiah anyaman dari Gus Dur, kehidupan Jarib

mendadak berubah, ia menjadi orang yang alim, bicaranya penuh dengan hikmah

dan nasehat kebaikan, sholat yang telah lama ia tinggalkanpun kembali ia jalani

bahkan dengan berjamaah di mesjid. Singkat kata Jarib tiba-tiba insyaf,

perilakunya berubah hampir 180 derajat. Hal ini menjadikan lingkungan preman

disekitarnya menjadi bingung dan bahkan ada yang menghina perubahannya.

Jarib juga merasa seolah-olah memiliki kekuatan sakti, ia tiba-tiba dapat

dengan mudah menaklukkan preman-preman besar yang menantangnya, sehingga

atas keadaan itu ia pun mendadak menjadi ketua preman. Namun bukan

sembarangan ketua preman, ketua preman ini bahkan dipanggil ustadz oleh para

anak buahnya. Jarib mengendalikan lingkungannya dengan falsafah keihklasan

dan anti membuat orang bersedih atau menangis. Menurutnya, meskipun preman

tapi harus baik hati.

Nama Jarib pun dengan sekejap menjadi harum dan terkenal, ia

menebarkan cahaya kebajikan kepada setiap hal yang bersentuhan dengannya,

banyak orang menyukai gayanya memimpin dan membagi hasil kepada sesama

preman. Namun selain ada yang kagum, ada juga yang iri terhadap kekuasaannya.

Bento, sang preman besar yang terkenal seram dan sadis yang menguasai daerah

disebelah wilayah Jarib merasa terusik dan tidak terima atas pertumbuhan geng

Jarib yang terus meningkat.

Atas tuduhan mempengaruhi anak buahnya untuk pindah ke geng Jarib,

Bento menantang Jarib dalam sebuah perkelahian ala preman. Perkelahian antar

geng. Namun Jarib dengan bijak malah balik menantang Bento untuk duel satu

lawan satu. Dengan kesaktiannya bukanlah perkara yang sulit untuk menjatuhkan

Bento, namun Polisi lebih dulu datang dan melerai perkelahian tersebut.

Jarib pun ditahan Polisi atas alasan membuat onar, namun lagi-lagi karena

“kesaktiannya” dan intelektualitasnya Jarib mampu meyakinkan Polisi bahwa

semuanya terkendali dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jarib pun bebas dan

langsung menuju markas Bento untuk menyelesaikan masalah yang tertunda.

Alih-alih berkelahi, Jarib malah membuat kesepakatan dengan Bento melalui

penawaran yang sulit untuk ditolak. Jarib berjanji akan membagi hasil

pendapatannya untuk anak buah Bento. Bento seperti tersihir, tidak menyangka ia

akan didatangi Jarib dan menawarkan solusi masalah dengan dialog.

Begitu besarnya pengaruh kopiah yang diberikan oleh Gus Dur kepada

Jarib, ia menjadi bersinar bukan saja nama dan daerah kekuasaannya namun

pesona Jarib yang selama ini terpendam di mata kaum hawa pun mulai terbuka.

Jarib ditaksir oleh cewek yang ia taksir selama ini. Namun perjalanan cinta Jarib

tak semudah membalikkan telapak tangan, kisah cintanya dipenuhi dengan

pertarungan dan pengorbanan ala jalanan. Jarib mencintai seorang wanita penjaja

seks, ia harus berhadapan dengan lelaki hidung belang bernama Heru yang telah

lebih dulu memiliki Si Manis, sang putri cinta Jarib dengan membelinya kepada

germo Si Manis. Pertengkaran pun terjadi, Heru menuntut uang ganti sebanyak

sepuluh juta. Tak berpikir panjang lagi, Jarib menyanggupi untuk membayarnya.

Si Manis merasa hina atas keadaan itu, ia pun pergi dan meninggalkan

kedua lelaki yang memperebutkannya itu. Jarib kembali kesepian namun tidak

pernah menyesali perbuatannya, baginya cinta itu harus merdeka, jika ada orang

yang ingin mencintainya, maka ia ingin dicintai dalam kebebasan.

Tidak lama Si Manis pergi ia kembali lagi menemui Jarib, namun kali ini

dalam keadaan yang berbeda, Si Manis telah bertaubat, ia tidak lagi menjadi

penjaja seks, terinspirasi dari kehidupan Jarib, Si Manis pun akhirnya memilih

untuk insyaf membersihkan diri. Mulai memakai pakaian muslimah, aktif

dipengajian dan melaksanakan sholat.

Jarib memberanikan diri melamar Si Manis, dan lamarannya diterima,

mereka pun menikah dengan sebuah pesta pernikahan yang meriah. Seminggu

setelah pesta pernikahannya, ketika hujan rintik di bulan desember, Jarib merasa

ada yang tidak enak dengan perasaannya, ia meletakkan kopiah kesayangannya di

dalam laci. Untuk menghilangkan perasaan tidak enaknya Jarib pun berjalan-jalan

keluar rumah menuju jalan raya hingga matahari terbenam. Namun sesampainya

dirumah perasaan gundah itu belum juga hilang, ia membuka laci ingin

mengambil kopiahnya, namun malang kopiah itu sudah tidak ada di dalam laci, ia

menuduh istrinya mengambil kopiah tersebut, istrinya pun tersinggung dan pergi

meninggalkan Jarib. Dalam sendirinya, tiba-tiba ada sesuatu didalam hatinya yang

menyuruhnya untuk menyalakan televisi. Jarib tiba-tiba tersentak lalu berteriak

seolah tidak percaya atas apa yang terjadi, Gus Dur telah wafat, begitu beritanya.

Tokoh yang selama ini ia idolakan telah berpulang ke Rahmatullah. Pria yang

selama ini selalu menjadi bagian dari semangat hidup dan perjuangannya telah

tiada. Jarib terduduk lemas, mulai memahami mengapa tiba-tiba kopiah tersebut

hilang bersamaan dengan wafat tuannya.

Jarib menjadi gamang dan ragu terhadap masa depannya dan bertanya-

tanya apakah kesaktiannya juga akan ikut hilang bersamaan dengan hilangnya

kopiah tersebut? Apakah hidupnya akan kembali hitam bila ia tidak memakai

kopiah tersebut? Jarib akhirnya sadar bahwa kopiah tersebut hanya menggali sisi

baik yang ada dalam dirinya saja, ia pun pasrah kepada Allah dan mulai mengerti

bahwa keyakinan dalam hatinya lah yang akan membuatnya tegar menghadapi

kehidupan ini. Di ujung batinnya, sambil tersenyum Jarib mengucapkan “Selamat

Jalan Gus.”

BAB IV

TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Wacana Pesan Dakwah yang Ditampilkan Oleh Damien Dematra di

. Dalam Novel “Kopiah Gus Dur”.

Pada bab ini penulis akan memaparkan analisis wacana pesan dakwah

yang ditampilkan oleh Damien Dematra dalam novelnya Kopiah Gus Dur yang

disesuaikan dengan model Teun A. Van Dijk. Model Teun A. Van Dijk

menganalisis wacana dari segi teks sosial meliputi tema, segi skematik, segi

semantik, segi sintaksis, segi stilistik, dan segi retoris. Adapun pembahasan

penulis lakukan hanya pada beberapa bab didalam buku, yaitu mulai dari bab 5

sampai bab 15 dikarenakan pada bab-bab lainnya tidak penulis temukan tema

dakwah secara khusus. Adapun uraiannya sebagai berikut:

a. Pertemuan Istimewa

1. Tema Dakwah

Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita

pada bagian ini yakni suatu kebaikan akan menumbuhkan kebaikan lainnya.

2. Segi Skematik

Judul cerita bagian ini adalah Pertemuan Istimewa, bagian ini diawali

dengan latar belakang kehidupan Jarib dirumah kontrakannya yang sangat

sederhana. Setelah mencuci pakaiannya yang telah dua hari direndam Jarib pun

keluar untuk mencari uang dengan membantu memarkirkan mobil-mobil disekitar

komplek pertokoan.

45

Cerita bagian ini berisi tentang pertemuan Jarib dengan tokoh idolanya

Gus Dur ketika sedang memarkirkan mobil yang ditumpangi oleh Gus Dur yang

mampir di toko buah. Jarib merasa malu dan tidak enak hati dengan pertemuan itu

karena ia meminta secara paksa uang parkir kepada supir Gus Dur, padahal parkir

di toko buah itu gratis. Demi mengetahui bahwa didalam mobil tersebut ada Gus

Dur Jarib pun meminta maaf dan mengatakan tidak perlu membayar parkir.

Namun Gus Dur dengan bijak tetap membayar, bahkan lebih, serta

memberikannya hadiah sebuah kopiah yang sedang dipakainya.

Inti dari cerita diletakkan pada bagian tengah, terdapat pada kalimat:

“.....Jarib menatap pria itu bagai masih terhipnotis. “ Gus... Gus maaf...” ia

menjadi salah tingkah. “Saya... saya nggak tahu, Gus” Jarib berkata pelan. Dan

tiba-tiba dengan mata membesar tidak percaya, ia melihat pria didepannya

membuka kopiah yang dipakainya – sebuah kopiah berwarna cokelat rajut

dengan hiasan pinggir kuning keemasan dan putih, dan memberikannya

padanya.....”10

Cerita ini ditutup dengan perginya Jarib menuju masjid untuk menunaikan

sholat magrib untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun tidak pernah

melaksanakan sholat. Jarib menangis, menyadari semua kesalahannya dan merasa

mendapatkan sebuah spirit baru untuk menjalani kehidupannya.

Kesimpulan dari cerita bagian ini yaitu Jarib merasa menjadi seseorang

yang berbeda setelah pertemuannya dengan Gus Dur yang memberikannya tidak

hanya uang seratus ribu, namun juga sebuah kopiah yang sangat indah. Kopiah

yang nantinya akan merubah banyak sisi kehidupannya.

10

Damien Dematra, Kopiah Gus Dur (Jakarta: PT. Gramedia, 2010), h. 48

3. Segi Semantik

Latar cerita bagian ini berawal dari perasaan jarib yang gundah karena

nasibnya yang kurang beruntung, tempat ia biasa “markir” menjadi “polisi cepek”

sudah kurang aman karena banyak Satuan Polisi Pamong Praja. Ia pun pergi ke

daerah pertokoan lainnya untuk mencari nafkah.

Cerita bagian ini cukup detil, karena menceritakan secara naratif tentang

perjalanan Jarib dari rumah menuju daerah pertokoan untuk memarkir dan

pertemuannya dengan Gus Dur. Tujuan Jarib memarkir didaerah pertokoan adalah

untuk menghindari Satuan Polisi Pamong Praja yang sering melakukan razia di

jalanan.

Maksud yang ingin disampaikan pada bagian ini disampaikan dengan

jelas, terdapat dalam kalimat: “.....Perasaannya seketika berubah. Walaupun agak

berlebihan, namun entah bagaimana, ia merasa menjadi seperti Gus Dur –

seakan-akan perasaan itu masuk kedalam hatinya dan menggoncangkan jiwanya.

Ia membuka mata.....”11

Kalimat ini menandakan bahwa Jarib sangat tersentuh

dengan kejadian pertemuannya dengan Gus Dur.

4. Segi Sintaksis

Bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat berstruktur aktif, yaitu

bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan

biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstrutur aktif itu

terdapat pada kalimat: “.....Jarib segera berlari. Ia mendongak, melihat ke arah

pria itu dan membungkuk malu – masih merasakan kejanggalan hidup.

11

Ibid., h. 50-51

Seharusnya ia melayani sang idola, bukannya memalaknya parkir....”12

Dan pada

kalimat: “.....Ia melihat kopiah itu dan merasa benda itu seperti bersinar.....”13

Koherensi atau pertalian/ hubungan antar kata atau kalimat pada seluruh

kalimat dibagian ini sudah cukup baik, baik dari segi penggunaan kata

penghubung maupun kata ganti.

Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada cerita bagian ini yaitu

bentuk kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini terdapat

dalam kalimat: “.....ia berjalan kaki... entah kemana saja kakinya melangkah....”14

Dan pada kalimat: “....Ia tahu, ia sudah menjadi orang yang berbeda. Ia mulai

melangkah ke batas suci, kemudian ke arah tempat wudhu.....”15

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pengarang pada bagian ini adalah kata-kata

yang bergaya asosiasi, artinya gaya bahasa perbandingan dengan

memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain sesuai dengan keadaan/

gambaran dan sifatnya.16

Hal ini terdapat pada kalimat: “.....Ia melihat sebuah

daun pohon yang gugur didepannya dan baru akan menendangnya, namun ia

sudah terbang, pergi ditiup angin. Begitu juga dengan dirinya....”17

Dan pada

kalimat: “.....Dan berlalulah pula masa lalu pria itu bersama dengan hembusan

angin itu.....”18

Pemilihan leksikal yang digunakan pengarang pada cerita ini dengan

menggunakan kata Sampeyan. Kata tersebut merupakan kata yang berasal dari

12

Ibid., h. 48 13

Ibid., h. 49 14

Ibid., h. 49 15

Ibid., h. 51 16

Ndang Sudaryat dan Hanafi Natasasmita, Ringkasan Bahasa Indonesia (Bandung :

Ganesha Exact, 1985), h. 137 17

Ibid., h. 49 18

Ibid., h. 49

bahasa Jawa. Kata itu digunakan pengarang untuk menunjukkan gaya pluralisnya

menggambarkan keragaman bahasa yang digunakan masyarakat Indonesia.

6. Segi Retoris

Gaya penulisan yang ditampilkan pada bagian ini adalah dalam bentuk

grafis yang berupa penggunaan huruf miring.

Cerita bagian ini menekankan pada proses pertemuan Jarib dengan Gus

Dur yang mengakibatkan perubahan besar pada hidup Jarib disebabkan oleh

pesona kopiah yang diberikan Gus Dur padanya.

b. Preman Suci dan Geng P

1. Tema dakwah

Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita

pada bagian ini yaitu mengajarkan prilaku yang tidak menyakiti orang lain.

2. Segi Skematik

Judul cerita bagian ini adalah Preman Suci dan Geng P. Cerita ini

didahului dengan perenungan Jarib yang masih tidak percaya dengan

pertemuannya dengan Gus Dur. Bahkan lingkungannya pun kaget dan kagum atas

perubahan yang terjadi pada Jarib.

Bagian ini berisi tentang pertemuan Jarib dengan teman-temannya sesama

preman. Kegalauan terjadi dihati Jarib ketika harus mengikuti kebiasaan teman-

temannya untuk memalak. Dalam keraguannya Jarib menemukan jawaban untuk

menjadi preman suci, preman yang tidak menyakiti orang lain. Ia pun berhasil

menaklukkan Bigmen dengan kekuatannya yang dipikirnya merupakan kesaktian

dari kopiah yang diberikan Gus Dur padanya.

Inti cerita bagian ini terdapat ditengah, dapat dilihat pada kalimat berikut:

“......Pokoknya, kita ini meskipun preman, tetap tidak boleh menyakiti orang lain.

Kita harus jadi preman yang baik, nggak boleh marah-marah, nggak boleh

nyopet. Kita akan tetap melindungi orang-orang yang harus dilindungi.....”19

Penutup bagian ini menceritakan penaklukan Jarib terhadap kepala preman

yang bernama Bigmen, yang karena hal itu Jarib pun diangkat menjadi kepala

preman baru secara otomatis berdasarkan hukum jalanan. Namun dihati Jarib

masih tersisa sebuah pertanyaan tentang apa yang telah terjadi.

Kesimpulan dari cerita bagian ini yaitu keputusan Jarib untuk tetap

menjadi preman sebagai mata pencaharian hidupnya dan memutuskan untuk

menjadi preman yang Islami. Jarib menaklukan kepala preman bernama Bigmen

dalam sebuah perkelahian. Jarib diangkat sebagai ketua preman baru. Pangkat itu

menjadikan Jarib lebih mudah dalam mengajak kepada kebaikan.

3. Segi Semantik

Latar cerita ini berawal dari perenungan Jarib didalam rumah

kontrakannya yang lebih pantas kalau disebut gubuk. Jarib memutuskan untuk

menjual poster-poster bergambar wanita yang ada dirumahnya dan menukarnya

dengan buku-buku tentang Gus Dur.

Cerita bagian ini cukup detail karena menceritakan secara naratif tentang

perjalanan Jarib menuju area pertokoan lalu menuju ke Mesjid untuk

melaksanakan sholat magrib. Setelahnya Jarib secara tidak sengaja bertemu

dengan teman-teman lamanya yang membawanya ke tempat tongkrongan.

Perasaan Jarib digambarkan berada antara keyakinan dan kegalauan.

19

Ibid., h. 58

Maksud dalam cerita ini cukup jelas, terdapat pada kalimat: “.....Jarib

menatap pria itu, kemudian mengulurkan tangan. Hatinya berbisik ragu, apa kau

sudah gila, Jarib? Apa kau mau mati? Bersalaman dengan maut?.....”20

Kalimat

ini menggambarkan keraguan di dalam hati Jarib dalam menyuarakan kebenaran

untuk kali pertama terhadap orang yang ditakutinya.

4. Segi Sintaksis

Bentuk kalimat yang digunakan pada bagian ini adalah struktur kalimat

langsung. Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan

orang. Biasanya ditandai dengan tanda petik. Bentuk kalimat struktur kalimat

langsung ini terdapat pada kalimat: “.....Ini sudah azan. Waktunya sholat

Magrib,” kata Jarib tiba-tiba pada mereka....”21

Dan pada kalimat: “.....Saat jarib

menjabat tangannya dan membantunya berdiri, ia serta-merta berteriak, “Hidup

Pluralisme!”.....”22

.

Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan

pada cerita bagian ini adalah kata hubung sebab akibat. Kata hubung sebab akibat

ini terdapat pada kalimat: “.....Ia menegakkan kepala dan tiba-tiba berkata, tepat

saat Bigmen sudah akan menghajarnya, menyebabkan langkah Bigmen berhenti

ditengah.....”23

Bagian ini mengunakan bentuk kata ganti orang ketiga dengan

menggunakan kata ia. Hal ini terdapat pada kalimat: “.....Ia mengulurkan tangan

untuk menolongnya. “Horas,” katanya sambil tersenyum....”24

20

Ibid., h. 61 21

Ibid., h. 54 22

Ibid., h. 64 23

Ibid., h. 62. 24

Ibid., h. 64

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini

adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti.

Pemiliha leksikal yang digunakan pengarang pada cerita bagian dengan

memasukkan kata Kiapa,25

Horas,26

dan kata Pluralisme. Kata tersebut

dimasukkan pengarang untuk menarik pembaca melalui literasinya yang

menunjukkan keberagaman dalam berbahasa.

6. Segi Retoris

Gaya penulisan yang ditampilkan pengarang pada bagian cerita ini adalah

dalam bentuk grafis dengan penggunaan huruf miring.

Cerita pada bagian ini menekankan pada pilihan Jarib menegakkan cara

pandang Islam di tengah kehidupan jalanan.

c. Bernafas dalam Ironi

1. Tema Dakwah

Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita

pada bagian ini yaitu keihlasan merupakan kunci dari kehidupan.

2. Segi Skematik

Judul cerita pada bagian ini adalah Bernafas dalam ironi. Cerita pada

bagian ini didahului dengan situasi di sebuah restoran tempat mereka bekerja

menjaga keamanan dan parkir. Tempat itu menjadi ramai karena seluruh preman

yang dikalahkan Jarib dalam sebuah pertarungan menjadi anak buahnya.

25

Gimana (bahasa Manado) 26

Hidup (bahasa Batak)

Isi bagian ini tentang sikap Jarib yang penuh kelembutan dalam melayani

tamu parkir. Ia menerapkan sistem yang penting ikhlas kepada para tamu yang

hendak membayar parkir, tidak ada tarif tertentu.

Inti cerita diletakkan pada bagian tengah, terdapat pada kalimat: “.....Jarib

mengangguk sopan, “Nggak apa-apa, Bu. Kami terima seikhlasnya

saja.”.....Selama beberapa saat, wanita itu berpikir-pikir. Berapa uang yang

diikhlaskannya? Bagaiamanapun, mereka telah membantunya. “Trus, kalau

nggak ikhlas, gimana?” tanyanya......”Ya kami gak akan maksa,” Jarib

menunduk dan mengarahkan tangannya ke samping, mempersilakannya

lewat....”27

Penutup cerita bagian ini menjelaskan tentang ingatan Jarib akan sebuah

anekdot humor ala Gus Dur yang pernah ia baca dalam sebuah buku tentang Gus

Dur. Cerita humor tersebut membuatnya “tersentil” dan menyadari bahwa

mencopet itu salah dan Jarib berjanji untuk tidak akan mencopet lagi.

Kesimpulan cerita bagian ini yaitu setelah berhasil menaklukkan Bigmen,

Jarib segera membuat peraturan baru yaitu hanya boleh menerima uang dari

pemberian yang ikhlas. Sebagai ketua preman baru Jarib juga menerapkan sistem

bagi hasil yang adil bagi anggotanya.

3. Segi Semantik

Latar cerita berawal ketika jarib mendapat tugas untuk menjaga keamanan

disekitar restoran oleh sang pemilik restiran melalui manajernya.

27

Ibid., h. 69

Detil dalam cerita ini diungkapkan dengan dialog Bigmen dengan seorang

lelaki yang mabuk dan dialog antara Jarib dengan seorang wanita yang menjadi

tamu parkirnya.

Sedangkan maksud cerita bagian ini cukup jelas, terdapat pada kalimat:

“.....”Alhamdulillah rejeki ini dari Allah,” Jarib menatap wanita itu sambil

tersenyum. “Saya doakan selamat sampai tujuan , Bu, dan nggak ketemu laki-laki

seperti yang tadi lagi”.....”28

4. Segi Sintaksis

Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah bentuk kalimat

berstruktur aktif, yaitu bentuk kalimay yang dalam susunannya meletakkan pelaku

sebelum penderita dan biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk

kalimat berstruktur aktif ini terdapat pada kalimat: “.....Jarib menunjuk ke arah

Bigmen dan Pin Bo.....” Dan pada kalimat: “.....Jarib melepaskan kopiahnya dan

tiba-tiba merasakan sesuatu yang berbeda. Seakan-akan ada yang terlepas

darinya. Benarkah demikian, ataukah ini hanya perasaannya saja?.....”29

Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan

pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti

maupun kata penghubung.

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini

adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti

dan tidak mengandung perubahan makna.

28

Ibid., h. 69 29

Ibid., h. 70

Leksikal yang digunakan oleh pengarang pada bagian ini terindikasi dari

kata mengimpi-ngimpikan. Kata tersebut digunakan pengarang untuk

mempertegas kondisi sosial Jarib yang sangat jauh dari kemungkinan bertemu

dengan Gus Dur seolah-olah Jarib harus bermimpi berulang-ulang kali.

6. Segi Retoris

Pada bagian ini pengarang menyajikan gaya penulisan dalam bentuk grafis

dengan penggunaan huruf miring.

Cerita pada bagian ini menekankan pada perubahan pada diri Jarib

disebabkan oleh perasaannya yang aneh terhadap kopiah yang di berikan Gus Dur

padanya.

d. Potret Tragis di Parkiran

1. Tema dakwah

Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita

pada bagian ini yaitu ketulusan hati Jarib membantu orang yang kesusahan.

2. Segi Skematik

Judul cerita bagian ini adalah Potret Tragis di Parkiran. Cerita ini

didahului dengan rutinitas Jarib memarkirkan mobil ditempat ia biasa markir.

Jarib bertemu dengan pelanggan lamanya yang biasa ia palak. Namun kali ini

Jarib begitu ramah dan santun. Membuat bingung pelanggannya atas

perubahannya yang drastis.

Bagian ini berisi tentang interaksi Jarib dengan para pelanggan parkirnya.

Seorang ibu bernama Tuti yang selalu kerepotan dengan proses memarkirkan

mobil, keheranan dengan perubahan sikap Jarib yang tiba-tiba menjadi sangat

ramah. Seorang pria muda malah memberinya uang lebih ketika dengan Jarib

menanyakan keikhlasannya membayar parkir didepan kekasihnya. Jarib juga

merasa tersentuh melihat si Mbok tua yang kerepotan membawa barang belanjaan

majikannya, Jarib datang membantu dan memberi arti tersendiri bagi si Mbok itu

atas keikhlasannya.

Inti cerita terletak pada bagian tengah, terdapat pada kalimat: “.....Jarib

melihat si mbok langsung menciut, menunduk sambil membungkukkan tubuhnya,

namun Jarib berkata tenang dan sangat sopan, “Nyonya, saya ini orang bodoh,

nggak tahu yang mana manjikan, yang mana pembantu. Saya ini Cuma ngeliat

dengan hati dan hati saya mau nolong mereka yang butuh.”.....”30

Bagian ini ditutup dengan penolakan Jarib terhadap si Nyonya yang ingin

membeli kopiahnya dengan harga dua ratus ribu. Jarib menyatakan keikhlasannya

dalam membantu si Mbok.

Kesimpulan dari bagian ini yaitu keikhlasan dan ketulusan yang dilakukan

oleh Jarib memberikan kesan yang mempesona bagi orang berhadapan

dengannya. Jarib telah mampu melihat dengan hati yang selama ini ia pikir sudah

mati.

3. Segi Semantik

Latar cerita bagian ini berawal dari tempat markir Jarib yang menjadi

rutinitas kerjanya. Jarib bersikap sangat santun dan ramah pada semua orang yang

ditemuinya.

Bagian ini diceritakan dengan detil karena menceritakan secara rinci dari

interaksi Jarib dengan para pelanggan parkirnya.

30

Ibid., h. 77

Sedangkan maksud cerita bagian ini disampaikan secara jelas pada

kalimat: “.....Pria berpakaian necis itu memberikan uang dua ratus ribu rupiah

padanya, namun Jarib berkata, “Nggak. Saya ikhlas mbantuin Mbok belanja.

Nggak usah bayar.” Ia mengatakannya dengan suara keras, memastikan si Mbok

yang duduk meringkuk dibelakang mendengarnya.....”31

4. Segi Sintaksis

Bentuk laimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya

bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan

biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini

terdapat pada kalimat: “.....Jarib mengangguk dan berkata sopan – jauh lebih

sopan daripada biasanya. “Bu, Ibu ikutin petunjuk saya. Maju, mundur, pokoknya

pelan-pelan. Ibu pasti bisa.”.....”32

Dan pada kalimat: “.....Jarib menatap anak itu

dengan keheranan. Lama sekalai ia menangis? Apa ia menangis sejak tadi?.....”33

Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan

pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti

maupun kata penghubung.

Bagian ini menggunakan bentuk kata ganti orang ketiga dengan

menggunakan kata ia. Hal ini terdapat pada kalimat: “.....Dengan ujung mata ia

melihat muda-mudi sedang berjalan menuju mobil mereka.....”34

Dan pada

kalimat: “......Di kejauhan, ia melihat rekan-rekannya sedang mendatangi toko-

toko di daerah itu.....”35

31

Ibid., 78 32

Ibid., h. 73-74 33

Ibid., h. 76 34

Ibid., h. 74 35

Ibid., h. 75

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini

adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti

dan tidak mengandung perubahan makna.

Pilihan leksikal yang digunakan pengarang pada bagian ini terindikasi

pada kata matur nuwun. Kata tersebut merupakan kata yang berasal dari bahasa

Jawa. Digunakan pengarang untuk menunjukkan sifat pluralisnya yang

menjunjung nilai perbedaan dan keberagaman.

6. Segi Retoris

Pada bagian ini pengarang menyajikan gaya penulisan dalam bentuk grafis

dengan menggunakan huruf miring.

Gaya penulisan yang digunakan pengarang pada bagian ini adalah dengan

penekanan pada visual image pada alur ceritanya. Visual image artinya

menjelaskan secara detil tentang karakter tokoh-tokoh.

e. Pembelaan

1. Tema dakwah

Tema cerita pada bagian ini adalah sesama manusia adalah saudara jika

saling menganggap saudara satu sama lain.

2. Segi Skematik

Judul cerita bagian ini adalah Pembelaan. Cerita ini didahului dengan

kegalauan perasaan Jarib atas ketimpaangan yang dilihatnya. Kegalauan itu

menjadikannya sedih dan menangis. Setelah itu Jarib bertemu Nita, warga

sekampungnya dan membelanya dari godaan laki-laki hidung belang.

Isi bagian ini tentang pembelaan Jarib terhadap Nita, seorang gadis satu

kampung dengannya yang digoda oleh seorang lelaki yang ingin mengajaknya

kencan. Jarib mengatakan bahwa ia akan berdamai jika jalan damai yang dipilih,

namun Jarib juga tak gentar jika harus menggunakan kekerasan.

Inti cerita ini diletakkan pengarang pada bagian tengah yaitu pada kalimat:

“.....“Aku saudaranya, karena aku menganggapnya saudara. Kau juga akan

menjadi saudara aku kalau kita saling menganggap saudara; tapi kalau kau

memperlakukan kita seperti musuh, ya kita akan menjadi musuh,” katanya

tenang.....”36

Bagian ini ditutup dengan percakapan antara Jarib dengan Nita dan

keduanya menuju ke tempat makan dekat rumah Jarib. Nita mengucapkan terima

kasih kepada Jarib karena telah membelanya. Nita mengajaknya makan bersama.

Kesimpulan dari cerita bagian ini yaitu Jarib semakin menjadi orang yang

berbuat berdasarkan nuraninya. Ia merasa apapun yang ia lakukan seperti

mendapat dukungan dari sebuah kekuatan magis yang datang dari kopiahnya.

3. Segi Semantik

Latar cerita berawal dari kesedihan Jarib terhadap realita disekitarnya

hingga membuatnya menangis. Jarib terkejut, sulit mempercayai ketika air

matanya mengalir setelah sekian lama tidak pernah menetes.

Detil cerita ini terdapat pada kalimat: “.....Jarib duduk dengan lesu,

bersandar ditembok pagar bangunan yang bersebrangan dengan warung si

36

Ibid., h. 82

Manis.....”37

Dan pada kalimat: “.....Ia memegang kopiah itu, melepaskannya,

kemuadian memainkannya selama beberapa saat di tangannya....”38

Sedangkan maksud yang ingin disampaikan dalam cerita ini terletak pada

bagian awal, terdapat pada kalimat: “......Kejadian siang menjelang sore itu cukup

memukul hati Jarib dan membuatnya tiba-tiba merasa muak dengan keadaan

yang serba timpang ini.....”39

4. Segi Sintaksis

Bentuk laimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya

bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan

biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini

terdapat pada kalimat: “.....Jarib menapak jalanan, melangkah ke arah warung si

Manis, tidak benar-benar sadar kalau sedang menuju kesana; hanya alam bawah

sadarnya saja yang menuntunnya.....”40

Dan pada kalimat: “.....Ia memakai

kopiahnya lagi, selalu merasakan sebuah gelora yang berbeda ketika

memakainya.....”41

Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan

didalam bagian ini yaitu kata hubung penjelas, dapat dilihat pada kalimat:

“.....“Aku saudaranya, karena aku menganggapnya saudara”.....”42

Sedangkan bentuk kata ganti yang digunakan oleh pengarang pada bagian

ini yaitu bentuk kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini

dapat terlihat pada kalimat: “.....Ia terlihat ketakutan. “Gila! Lu cewek gila! Bisa-

37

Ibid., h. 80 38

Ibid., h. 79 39

Ibid., h. 79 40

Ibid., h. 79 41

Ibid., h. 80 42

Ibid., h. 82

bisa gue mati ditangan elu dan keluarga gue kocar-kacir! Sial!” ia berlari

kembali masuk ke mobilnya dengan ketakutan.....”43

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini

adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti

dan tidak mengandung perubahan makna.

Pilihan leksikal yang digunakan pengarang pada bagian ini terindikasi

pada kata Batak dan Cina, kata-kata tersebut digunakan pengarang untuk

mempertegas adanya perbedaan namun dapat disatukan. Ini merupakan ciri dari

penulis yang bersifat pluralis.

6. Segi Retoris

Pada bagian ini pengarang menyajikan gaya penulisan dalam bentuk grafis

dengan menggunakan huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).

Bagian ini menekankan pada tindakan Jarib yang semakin berani

mengatakan kebenaran dan membela yang lemah.

f. Malam Panjang

1. Tema dakwah

Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita

pada bagian ini yaitu upaya jarib dalam menyelesaikan masalah melalui dialog.

2. Segi Skematik

Judul cerita bagian ini adalah Malam Panjang. Cerita ini didahului dengan

percakapan Jarib dengan anak buahnya, Tumin mengenai kekhawatiran akan

43

Ibid., h. 83

terjadinya keributan antar geng. Jarib menjadi was-was dan tidak dapat tidur

dengan tenang.

Bagian ini berisi tentang cara yang dipakai Jarib dalam menghadapi

masalah penyerbuan geng preman Bento terhadap anak buahnya Pin Bo. Jarib

menawarkan perkelahian yang gentlemen antara ketua sama ketua. Namun

sebelum masalah dapat diselesaikan Polisi keburu datang dan membuat acara

tawuran antar geng itu bubar. Di kantor Polisi Jarib dapat meyakinkan Polisi

bahwa tidak perlu khawatir akan adanya perkelahian lagi.

Inti dari cerita ini terletak ditengah cerita, terdapat pada kalimat: “.....“Eh!

Tunggu, tunggu, tunggu,” kata Jarib. “Buat perjanjian dulu. Jangan seperti

preman dong, main bubar. Serbu langsung nyebar. Kau orang yang gentlemen,

kan?” tanya Jarib, pernah membaca kata itu.....”44

Bagian ini ditutup dengan sebuah humor ala gus Dur yang disampaikan

Jarib kepada Polisi yang menahannya. Jarib dapat meyakinkan Polisi untuk tidak

perlu khawatir akan terjadinya keributan lagi karena ia adalah orang yang cinta

damai seperti Gus Dur.

Kesimpulan dari cerita ini yaitu kebijaksanaan Jarib dalam memilih

menyelesaikan masalah secara damai melalui dialog. Ketenangan hati Jarib telah

berhasil meredam terjadinya perkelahian antar geng yang dapat mengakibatkan

pertumpahan darah dikampungnya.

3. Segi Semantik

Latar cerita bagian ini berawal ketika Tumin menemui Jarib di

tongkrongannya. Tumin mengadukan kekhawatirannya tentang akan adanya

44

Ibid., h. 93

serangan dari geng Bento yang tidak senang karena ada anak buah Bento yang

pindah ke geng P yang diketuai oleh Jarib.

Detil cerita ini terdapat pada kalimat: “.....Mendadak, terdengar sirine

mobil polisi berdengung dan mereka semua kocar-kacir. Kopiah Jarib terjatuh.

Cepat-cepat ia berusaha memungut kopiah nyaris terinjak kaki orang-orang. Saat

berhasil mengambilnya, ia melihat disebelahnya telah berdiri mobil pengangkut

khusus.....”45

Maksud yang ingin disampaikan dalam cerita ini disampaikan pada bagian

awal cerita, terdapat dalam kalimat: “....“Pak Aji, sekarang yang mimpin orang

baru. bos baru,” tumin menatap pria penjual televisi didepannya, sementara Brur

sedang bercengkerama dengan salah satu pramuniaganya.....”46

4. Segi Sintaksis

Bentuk laimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya

bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan

biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini

terdapat pada kalimat: “.....Jarib mencengkeram lengan Nita. “Abang janji,

sebelum itu terjadi, maka Abang yang akan menghadapinya dulu. Abang akan

mengusahakan apa pun supaya perdamaian terjadi”.....”47

Dan pada kalimat:

“.....Dengan segera Jarib menghindar dan Bento yang tidak menyangka kalau

Jarib bisa cukup cekatan jatuh terjerembab.....”48

Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan

pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini secara umum sudah baik dari segi

45

Ibid., h. 95 46

Ibid., h. 85 47

Ibid., h. 91 48

Ibid., h. 94

kata ganti maupun kata penghubung. Namun ada terdapat sedikit kerancuan pada

penggunaan kata penghubung, terdapat pada kalimat: “.....“Sekali ini, Gus Dur

yang terkekeh, dan berkata, „Saya ajak dia pulang ke negara saya, Mister

Presiden, and dia kaget sekali.‟”.....”49

Seharusnya setelah kata Mister Presiden

menggunakan kata sambung dan bukannya and yang merupakan konteks dalam

bahasa Inggris.

Sedangkan bentuk kata ganti yang digunakan pada bagian ini yaitu bentuk

kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata mereka. Hal ini dapat terlihat

dalam kalimat: “.....“Aku tidak bisa melarang mereka. Kalau Mas tidak mau

mereka pindah, naikin tingkat kehidupan mereka dan beri jatah lebih banyak,”

kata Jarib tenang yang segera disambut dengan teriakan setuju anggota Bento.

Segera saja mereka menyadari bahwa yang mengucapkan hal ini adalah lawan

mereka dan saat Bento melirik mereka, dengan segera kepala-kepala itu

menunduk.....”50

5. Segi Stilistik

Pada cerita bagian ini terdapat kata-kata yang bergaya bahasa antitesis,

artinya gaya bahasa bertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang

berlawanan artinya.51

Gaya bahasa ini terdapat pada kalimat: “.....Tidak ada yang

tidak tahu Bento. Preman tetangga. Kalau dibandingkan dengan tubuh mereka,

maka Bento bagaikan Bumi dengan langit.....”52

49

Ibid., h. 98 50

Ibid., h. 94 51

Sudaryat dan Hanafi, h. 136 52

Damien Dematra, Kopiah Gus Dur, h. 87

Pemilihan leksikal yang digunakan pengarang sesuai dengan sifat

pluralisnya yang suka menjabarkan keberagaman. Hal ini terlihat dari penggunaan

kata gentlemen53

dan bendol54

.

6. Segi Retoris

Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa

pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).

Cerita bagian ini ditekankan pada interaksi Jarib dalam menghadapi

masalah dengan cara dialog. Dimana dalam cerita ini dijelaskan tentang interaksi

Jarib dengan pihak musuh dan polisi.

g. Gelandangan dan Banci Juga Manusia

1. Tema dakwah

Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita

pada bagian ini yaitu kebaikan hati Jarib yang menggugah nurani seorang

gelandangan.

2. Segi Skematik

Judul cerita bagian ini adalah Gelandangan dan Banci Juga Manusia.

Cerita ini didahului dengan perjalanan Jarib pulang menuju rumahnya dengan

menggunakan bus. Jarib memilih untuk turun sebelum sampai di tempat tujuan

karena tidak tahan akan kesesakan bus kota.

Bagian ini berisi tentang interaksi Jarib dengan seorang waria dan

gelandangan yang ditemuinya. Dalam perjalanannya pulang Jarib tidak sengaja

menginjak kaki seorang gelandangan yang tidur ditepi jalan. Jarib lalu meminta

53

Lelaki (bahasa Inggris) 54

Benjol (bahasa Medan)

maaf dan memberikan sedikit sedekah kepada gelandangan tersebut. Dari

pertemuan itu terbukalah jati diri si gelandangan itu yang sebenarnya.

Inti cerita terletak di bagian tengah cerita, terdapat pada kalimat:

“.....Segera setelah sang preman yang manusiawi itu pergi, sang gembel berkata

lirih, “Nama saya Karim dan saya dulu manajer keuangan PT. Adaaja sebelum

saya menjadi kambing hitam yang bahkan tidak bisa mengembik dan akhirnya

masuk penjara untuk membayar kesalahan orang lain... semua keluarga saya

meninggalkan saya....” Pria itu terisak. “Dan tidak ada yang tersisa lagi kecuali

keinginan untuk mati.” Dalam hatinya, ia melanjutkan... tapi saya tidak memiliki

setitik keberanian untuk bunuh diri karena saya masih ngeri sama Hukum

Ilahi.....”55

Penutup cerita bagian ini ditandai dengan pertemuan Jarib dengan seorang

waria yang takut akan ditangkap oleh petugas tantrib. Jarib melindungi waria

tersebut dengan mengakuinya sebagai kekasih.

Kesimpulan cerita bagian ini adalah bertemunya Jarib dengan seorang

gelandangan yang selama ini ada di lingkungannya namun tidak pernah ia

perhatikan. Pertemuan itu membuat hati sang gelandangan menjadi tersentuh

karena Jarib bersikap begitu santun dan manusiawi.

3. Segi Semantik

Latar cerita ini berawal dari pulangnya Jarib menuju kerumahnya dengan

menggunakan bus kota. Jarib lebih dulu turun sebelum bus mencapai tujuan dan

memilih untuk berjalan kaki.

55

Ibid., h. 105-106

Dari segi detil cerita ini cukup detil dengan menceritakan secara naratif

perjalanan Jarib pulang ke rumahnya dan menemui seorang gelandangan dan

waria di tengah perjalanannya.

Sedangkan maksud dari cerita ini cukup jelas, terdapat dalam kalimat:

“......“Yah, Bang. Aku ngerti kalau manusia kadang hanya kasar di permukaan

aja. Hatinya lembut.” Jarib merenung. “Abang juga begitu, sampai ada orang

memberi Abang kesempatan dan mempercayai Abang.....”56

4. Segi Sintaksis

Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya

bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan

biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini

terdapat pada kalimat: “.....Jarib merogoh sakunya, kemudian memberinya uang

dari apa yang ada padanya. Dua puluh ribu.....”57

Dan pada kalimat: “.....Jarib

memeluk punggung perempuan itu, menahan rasa dalam dadanya sendiri,

memeluk seorang lelaki.....”58

Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan

pada cerita ini ada sedikit kerancuan pada kalimat: “.....“Yah, Bang. Aku ngerti

kalau manusia kadang kasar dipermukaan aja. Hatinya lembut.”.....”59

Seharusnya sebelum kata hatinya diletakkan kata penghubung namun/ tapi.

Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada bagian ini yaitu bentuk

kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini dapat terlihat dalam

kalimat: “.....“Nama aslinya Anto,” katanya tiba-tiba dengan suara laki-laki. Ia

56

Ibid., h. 105 57

Ibid., h. 103 58

Ibid., h. 107 59

Ibid., h. 105

berjalan ke arah Antje.....”60

Dan pada kalimat: “.....Si gembel itu memperhatikan

Jarib. “Kamu ini preman bukan?‟ Ia terdiam selama beberapa saat. “Kamu ini

preman, kan?”.....”61

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini

adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti

dan tidak mengandung perubahan makna.

Pilihan leksikal yang digunakan pengarang ditandai dengan penggunaan

kata dipenyet-penyet. Kata ini digunakan pengarang untuk menampilkan

dramatisasi keadaan yang memang sudah sesak.

6. Segi Retoris

Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa

pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).

Cerita bagian ini ditekankan pada interaksi Jarib dengan gelandangan yang

ditemuinya dengan sikap yang manusiawi dan kebijaksanaan serta kecerdasan

Jarib dalam membela seorang waria dengan mengakuinya sebagai seorang

kekasih.

h. Lolita

1. Tema dakwah

Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita

pada bagian ini yaitu memaafkan lebih utama daripada dendam.

60

Ibid., h. 102 61

Ibid., h. 103

2. Segi Skematik

Judul cerita bagian ini adalah Lolita. Cerita ini didahului dengan

pertemuan Jarib dengan si Manis, seorang perempuan yang ia taksir selama ini.

Lalu Jarib menemui Pin Bo yang terluka karena diserang oleh preman tetangga

geng Bento. Jarib memutuskan untuk menemui Bento dan menyelesaikan masalah

secara damai.

Bagian ini berisi tentang percakapan Jarib dengan si Manis yang menjadi

pertemuannya yang pertama secara pribadi. Jarib baru mengetahui bahwa nama

perempuan itu adalah Lolita. Kemudian Jarib menemui anak buahnya, Pin Bo

yang terluka dan memberikan pengertian tentang pentingnya untuk tidak balas

dendam. Lalu Jarib menemui Bento dan menyelesaikan masalah dengan sebuah

perjanjian.

Inti pesan bagian ini terletak tengah cerita, terdapat pada kalimat:

“.....Jarib membungkuk, kemudian menatap Pin Bo dan memegang tangannya.

Pin Bo merasakan sebuah energi mengalir ke dalam tubuhnya. Ia tersenyum, “Ya,

Stadz. Aku ikut aja.” Sekarang ia percaya, bahwa apapun yang dilakukan

pemimpinnya adalah yang terbaik.....”62

Penutup cerita bagian ini ditandai dengan kesepakatan antara Jarib dengan

Bento mengenai sistem bagi hasil yang diusulkan oleh Jarib. Sebuah penawaran

yang sulit ditolak yang membuat Bento hampir tidak percaya atas apa yang telah

terjadi.

Kesimpulan dari cerita bagian ini adalah bahwa Jarib telah dapat

menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dengan dialog dan damai.

62

Ibid., h. 114-115

Kecerdasan dan kebijaksanaan Jarib merupakan kunci baginya untuk menjadi

seorang pemimpin.

3. Segi Semantik

Latar cerita ini berawal dari sampainya Jarib ke daerah tempat ia tinggal.

Secara tidak sengaja ia bertemu dengan si Manis, seorang gadis pujaannya selama

ini.

Dari segi detil cerita ini cukup detil, terdapat pada kalimat: “.....Wajahnya

tanpa polesan make-up dan ia nampak manis, meski sedikit lelah.....”63

Kalimat

ini menggambarkan kondisi si Manis yang baru ditemui Jarib ketika ia berjalan

pulang.

Sedangkan maksud dari cerita ini cukup jelas, terdapat dalam kalimat:

“.....Jarib tidak ingin membuang waktu banyak dan langsung mengatakan

maksudnya, “Selain kesepakatan kita sebelum bertarung, aku ingin menegaskan

kalau aku ingin berdamai. Kalau masalahnya hanyalah perebutan anak buah

yang mempegaruhi pemasukan Abang, aku bersedia membagi setengah dari

pemasukanku dengan Abang untuk setiap anak buah Abang.”......”64

4. Segi Sintaksis

Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya

bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan

biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini

terdapat pada kalimat: “.....Jarib menceritakan rencananya, kemudian berkata,

“Mereka nggak akan menyerang kita lagi. Percayalah.”.....”65

Dan pada kalimat:

63

Ibid., h. 109 64

Ibid., h. 116 65

Ibid., h. 114

“.....Jarib membungkuk, kemudian menatap Pin Bo dan memegang

tangannya....”66

Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan

pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti

maupun kata penghubung.

Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada bagian ini yaitu bentuk

kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini dapat terlihat dalam

kalimat: “.....Hanya beberapa jam saja ia tidur.....”67

Dan pada kalimat: “.....Jarib

tidak akan pernah mengatakan rahasianya pada siapapun. Ia menatap Bento dan

tersenyum......”68

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini

adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti

dan tidak mengandung perubahan makna.

Pilihan leksikal yang digunakan pengarang ditandai dengan penggunaan

kata tertohok. Kata ini menandakan bahwa pengarang memiliki kedalaman

perasaan dalam mendramatisasikan sebuah cerita.

6. Segi Retoris

Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa

pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).

Cerita bagian ini ditekankan pada pesona Jarib yang selalu memberikan

kesan yang baik pada setiap orang yang berbicara dengannya. Baik dengan wanita

maupun pria.

66

Ibid., h. 114-115 67

Ibid., h. 114 68

Ibid., h. 117

i. Apa Dia Untukku?

1. Tema dakwah

Tema dakwah pada bagian ini adalah akhlak, dapat dilihat dari tema cerita

pada bagian ini yaitu pengorbanan Jarib yang tulus membuat Lolita sadar dan

ingin bertaubat.

2. Segi Skematik

Judul cerita bagian ini adalah Apa Dia Untukku?. Cerita ini didahului

ketika Jarib menemui penjual wedang ronde untuk membayar hutangnya dan

menitipkan seikat bunga untuk diserahkan kepada Lolita.

Isi cerita bagian ini tentang usaha Jarib mendekati Lolita. Jarib

menghadapi masalah karena Lolita adalah seorang perempuan simpanan lelaki

lain bernama Heru yang telah membeli harga dirinya kepada sang germo.

Inti pesan bagian ini terletak akhir cerita, terdapat pada kalimat: “.....Jarib

melepaskan kopiahnya, kemudian berkata dengan nada sedih, “Karena aku

mencintaimu. Kau satu-satunya orang yang Abang cintai, dan Abang tidak mau

melihat kau terikat seperti itu.”.....”69

Bagian ini ditutup dengan hancurnya perasaan Lolita setelah menyadari

betapa kotornya dirinya sehingga membuatnya bertanya apakah ia layak untuk

sebuah cinta.

Kesimpulan dari cerita bagian ini adalah bahwa Jarib telah dapat

menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dengan dialog dan damai.

Kecerdasan dan kebijaksanaan Jarib merupakan kunci baginya untuk menjadi

seorang pemimpin.

69

Ibid., h. 125

3. Segi Semantik

Latar cerita ini berawal dari pembicaraan Jarib dengan penjual tukang

ronde tentang perasaannya terhadap Lolita.

Cerita pada bagian cukup detail karena menceritakan secara naratif

percakapan Jarib dengan penjual tukang ronde, dan perdebatan Jarib dengan Heru,

seorang lelaki yang mengaku memiliki hak atas diri Lolita.

Sedangkan maksud dari cerita ini cukup jelas, terdapat dalam kalimat:

“.....Ia mungkin akan kehilangan Manis kalau ia tidak memaksanya... tapi Jarib

tidak mau memaksa.....”70

4. Segi Sintaksis

Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya

bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan

biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini

terdapat pada kalimat: “.....Jarib mendesah. Begitulah...sekali preman tetap

preman.”.....”71

Dan pada kalimat: “.....Ia menatap ke arah langit.....”72

Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan

pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti

maupun kata penghubung.

Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada bagian ini yaitu bentuk

kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini dapat terlihat dalam

kalimat: “.....Ia duduk diatas tembok batu dengan satu kaki berselonjor.....”73

Dan

70

Ibid., h. 125 71

Ibid., h. 121 72

Ibid., h. 121 73

Ibid., h. 121

pada kalimat: “.....Ia tidak pernah mengira wanita itu masih ditemani laki-laki

itu.....”74

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan dalam cerita bagian ini terdapat kata-kata

yang bergaya asosiasi, artinya gaya bahasa perbandingan dengan

memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain sesuai dengan

keadaan/gambaran dan sifatnya.75

Gaya bahasa itu terdapat pada kalimat: “.....Ia

menatap Manis dan terngiang-ngiang kata si tukang ronde. Wanita itu bagai

bintang yang hanya indah untuk diamati.....”76

Pilihan leksikal yang digunakan pengarang ditandai dengan penggunaan

kata seteko. Kata tersebut menandakan ciri pengarang yang selalu menggunakan

bahasa sederhana dan mudah dicerna untuk mencakup pembaca dari kalangan

umum.

6. Segi Retoris

Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa

pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).

Penekanan yang digunakan pengarang pada cerita bagian ini pada

keputusan Jarib yang radikal terhadap pilihannya memperjuangkan cinta Si Manis

meski secara ironi harus menebus kebebasan cintanya sebesar sepuluh juta rupiah.

74

Ibid., h. 122 75

Sudaryat dan Hanafi, Ringkasan bahasa Indonesia, h. 137 76

Damien, Kopiah Gus Dur, h. 124

j. Monggo, Silakan Ibadah

1. Tema dakwah

Tema dakwah pada bagian ini adalah aqidah, dapat dilihat dari tema cerita

pada bagian ini yaitu kerukunan antar umat beragama

2. Segi Skematik

Judul cerita bagian ini adalah Monggo, Silakan Ibadah. Cerita ini

didahului ketika terjadi sebuah keributan kecil antara warga dengan sekelompok

jamaat yang ingin beribadah di gereja sementara mereka. Lalu Jarib datang dan

membantu penyelesaian masalahnya.

Bagian ini berisi tentang kebijaksanaan Jarib dalam menyelesaikan

sengketa yang terjadi antar umat beragama dan menyangkut ketertiban umum.

Jarib dengan bijak menghadapi massa dan memberikan pengertian agar dapat

bersabar. Kepada pendeta Jarib meminta penjelasan akar permasalahannya.

Terhadap Pak Aji Jarib dapat meyakinkan dan menjamin pengelolaan lahan

dengan menawarkan kerjasama sewa-menyewa.

Inti pesan bagian ini terletak akhir cerita, terdapat pada kalimat:

“.....“Mereka bersedia bayar parkir. Atas nama perdamaian antar umat

beragama, atas nama Islam yang toleran dan mencontoh teladan Nabi yang

datang untuk membawa damai, saya mohon, supaya diberi ijin.”.....”77

Bagian ini ditutup dengan pertemuan Jarib dengan si Manis yang tidak

diduga-duganya. Masing-masing masih tetap menyimpan perasaan cinta dihati

mereka. Jarib pun melamar si Manis.

77

Ibid., h. 129

Kesimpulan dari cerita bagian ini adalah bahwa Jarib telah memantapkan

perannya di masyarakat sebagai seorang muslim yang membawa pesan

perdamaian dengan menunjukkan kemampuannya menyelesaikan sengketa tempat

ibadah. Jarib telah menjadi seorang yang terpandang, ia di panggil dengan gelar

Ustadz dan dirumahnya yang baru Jarib rutin mengadakan pengajian.

3. Segi Semantik

Latar cerita ini berawal dari terjadinya keributan kecil berhubungan

dengan tempat ibadah yang tidak ada izin dan peran Jarib dalam menyelesaikan

masalah tersebut.

Cerita pada bagian cukup detail karena menceritakan secara naratif

percakapan Jarib dengan massa, pendeta, dan Pak Aji. Dalam cerita ini juga

menceritakan dengan detil tentang sebuah ingatan lama Jarib yang berhubungan

dengan uang sepuluh juta yang digunakannya untuk menebus si Manis.

Sedangkan maksud dari cerita ini cukup jelas, terdapat dalam kalimat:

“.....“Ini bagian dari kegiatan sosial kelompok kami. Kami bekerja untuk

perdamaian dalam keragaman. Geng P. Geng Pluralisme,” Jarib tersenyum

sambil bangkit berdiri.....”78

4. Segi Sintaksis

Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya

bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan

biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini

terdapat pada kalimat: “.....Pak Aji menghitung tasbihnya.....”79

Dan pada

78

Ibid., h. 131 79

Ibid., h. 129

kalimat: “.....Pak Aji menatapnya dan melihat betapa bersungguh-sungguh pria

didepannya.....”80

Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan

pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti

maupun kata penghubung.

Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada bagian ini yaitu bentuk

kata ganti orang pertama dengan menggunakan kata kami. Hal ini dapat terlihat

dalam kalimat: “.....Pria tua itu berkata, “Iya. Kami sedang mengurusnya, tapi

belum selesai”.....”81

Dan pada kalimat: “.....Jarib berkata, “Orang-orang saya

akan saya tempatkan untuk jaga parkir, dan kami akan menungut uang

parkir”.....”82

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini

adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti

dan tidak mengandung perubahan makna.

Pilihan leksikal yang digunakan pengarang ditandai dengan penggunaan

kata Anta83

, Monggo84

, dan Yo Wis85

. Kata tersebut menandakan ciri pengarang

yang selalu menggunakan keberagaman bahasa untuk menunjukkan

pandangannya yang pluralis.

80

Ibid., h. 129 81

Ibid., h. 128 82

Ibid., h. 129 83

Kamu (bahasa Arab) 84

Silakan (bahasa Jawa) 85

Ya Sudah ( bahasa Jawa)

6. Segi Retoris

Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa

pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).

Penekanan yang digunakan pengarang pada cerita bagian ini adalah pada

proses penyelesaian masalah yang dilakukan oleh Jarib dengan dialog. Cerita

bagian ini menjelaskan secara rinci mulai dari konflik masalah, akar masalah,

sebab, dan solusi masalah tersebut.

k. Kopiahku Sayang....

1. Tema dakwah

Tema dakwah pada bagian ini adalah aqidah, dapat dilihat dari tema cerita

pada bagian ini yaitu keyakinan untuk hanya berpegang pada Allah swt semata.

2. Segi Skematik

Judul cerita bagian ini adalah Kopiahku Sayang.... Cerita ini didahului

dengan cerita Jarib dan istrinya, si Manis yang sedang menikmati waktu dirumah

mereka menjelang malam pada bulan desember ketika hujan rintik.

Bagian ini berisi tentang perasan Jarib yang berduka atas meninggalnya

tokoh idolanya, Gus Dur yang diketahuinya lewat berita di TV. Jarib merasa sedih

dan seperti kehilangan panutan untuk menjalani kehidupannya ke depan. Kopiah

kesayangannya juga ikut menghilang bersamaan wafatnya Gus Dur. Jarib menjadi

ragu apakah ia dapat bertahan tanpa kopiah tersebut. Pada akhirnya Jarib

menyadari bahwa kekuatan itu ada dalam dirinya bukan pada kopiah

kesayangannya.

Inti pesan bagian ini terletak akhir cerita, terdapat pada kalimat:

“.....Hatinya terasa ringan. Ia menatap bintang-bintang yang bersemayam di

langit dan langkahnya berhenti. Batin dan bibirnya beriring mengucapkan sebuah

kata, “Selamat jalan Gus. Terima kasih untuk segalanya. Kopiah Gus dur sudah

banyak membantu aku, menemukan diriku, menemukan Tuhanku.” Ia menarik

nafas panjang. “Selamat jalan, Pahalawanku. Beristirahatlah dalam

damai.”.....”86

Bagian ini ditutup dengan pertemuannya dengan preman lain yang hendak

menyerangnya. Namun dengan gesit Jarib dapat mengelaknya meski tanpa kopiah

di kepalanya. Membuatnya sadar bahwa kekuatan itu ada dalam hatinya, bukan

pada kopiahnya.

Kesimpulan dari cerita bagian ini adalah bahwa Jarib telah menemukan

kekuatan sejatinya yang ada dalam dirinya. Meski sempat goyah pada

keyakinannya untuk dapat menjalani hidup tanpa Gus Dur dan kopiah pemberian

beliau.

3. Segi Semantik

Latar cerita ini berawal dari suasana rumah Jarib yang tenang ketika ia

mengetahui berita tentang wafatnya Gus Dur dan kebimbangannya ketika harus

kehilangan kopiah kesayangannya bersamaan dengan mangkatnya sang tokoh

Idola.

Detil cerita pada bagian ini terletak ditengah cerita, terdapat pada kalimat:

“.....Ada sesuatu yang terjadi. Ia dapat merasakannya dalam batinnya-sebagian

dari dirinya sedang berguncang, dan tepat dimulut gang, ia tersentak, tiba-tiba

86

Ibid., h. 141

merasa kehabisan nafas. Wajahnya memucat dan ia bersandar ditembok gang. Ia

merasa sedih sekali.....”87

Maksud pada bagian ini disampaikan dengan jelas, terdapat dalam kalimat:

“.....Ia tahu hatinya tetap sama. Kopiah itu hanya menggali sisi baik yang ada

dalam dirinya – membuatnya dapat melihat dirinya yang sesungguhnya yang

selama ini telah tidur.....”88

4. Segi Sintaksis

Bentuk kalimat yang digunakan pengarang adalah kalimat aktif, artinya

bentuk kalimat yang dalam susunannya meletakkan pelaku sebelum penderita dan

biasanya diawali dengan ditandai awalan me-. Bentuk kalimat berstruktur aktif ini

terdapat pada kalimat: “.....Ia melihat pintu kamarnya terkuak pelan dan Manis

sedang berdiri disana, menatapnya.....”89

Dan pada kalimat: “.....Jarib

melepaskan pemuda tanggung itu. “preman mau dipalak!” katanya keras dan

pria muda itu berlar terbirit-birit keluar.....”90

Koherensi atau pertalian/hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan

pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini sudah baik dari segi kata ganti

maupun kata penghubung.

Bentuk kata ganti yang digunakan pengarang pada bagian ini yaitu bentuk

kata ganti orang ketiga dengan menggunakan kata ia. Hal ini dapat terlihat dalam

kalimat: “.....Ya, Cuma itu. Ia melihat dirinya pada mata istrinya. Ia masih tetap

Jarib yang sama.....”91

Dan pada kalimat: “.....Kakinya terus melangkah dan ia

87

Ibid., h. 136 88

Ibid., h. 141 89

Ibid., h. 138 90

Ibid., h. 140 91

Ibid., h. 139

tiba dijalanan utama, meliaht jalan bebas. Sebuah senyuman merekah. Ya Allah,

hamba pasrah sepenuhnya pada-Mu.”.....”92

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini

adalah kata-kata yang bersifat denotatif, artinya kata-kata yang mudah dimengerti

dan tidak mengandung perubahan makna.

Pilihan leksikal yang digunakan pengarang ditandai dengan penggunaan

kata menilep. Kata tersebut berasal dari bahasa Jawa. Penggunaan kata tersebut

oleh pengarang selain sebagai cirinya yang menghargai keberagaman juga untuk

menunjukkan ciri bahasa jalanan.

6. Segi Retoris

Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah dalam bentuk grafis berupa

pemakaian huruf miring dan huruf kapital (huruf besar).

Penekanan yang digunakan pengarang pada cerita bagian ini adalah pada

kegundahan hati Jarib menghadapi berita meninggalnya Gus Dur dan kesadaran

Jarib terhadap hakikat kehidupannya yang sesungguhnya.

B.1. Novel “Kopiah Gus Dur” Dilihat dari Analisis Kognisi Sosial

Dalam menganalisis wacana struktur teks, kognisi sosial, konteks sosial

adalah bagian yang integral bila menyesuaikan dengan kerangka Teu A. van Dijk.

Pendekatan kognisi sosial ini bersifat lokal, spesifik, dan psikologis. Hal ini

sangat berseberangan dengan kecenderungan menghubungkan teks komunikasi

dengan isu besar dalam media seperti kontrol institusi, profesi, modal dan

92

Ibid., h. 140

sebagainya.93

Maksud dari analisis kognisi sosial disini adalah dengan melihat

pemahaman yang dilakukan oleh komunikator (Damien Dematra) terhadap novel

Kopiah Gus Dur.

Dalam novel Kopiah Gus Dur komunikator berusaha menceritakan

perjalanan seorang preman menemukan jati dirinya. Komunikator mengangkat

sebuah kisah nyata seorang preman yang berubah menjadi religius melalui kisah

pertemuannya dengan tokoh idolanya, Gus Dur. Damien Dematra mewarnai jalan

cerita dalam novelnya dengan nilai-nilai kebersamaan dan kerukunan. Sebagai

representasinya sebagai seorang yang berpandangan pluralis.

Novel Kopiah Gus Dur merupakan sebuah karya yang mencerminkan

kepribadian pengarangnya yakni Damien Dematra. Dalam kehidupan pribadinya

pengarang adalah seorang penggemar Gus Dur. Pengarang juga aktif dalam

Gerakan Peduli Pluralisme sebagai koordinator nasional. Kehidupan pengarang

yang selalu bersentuhan dengan masalah sosial mempengaruhi beberapa novel

karyanya yang mayoritas berisi tentang masalah sosial, baik dalam bentuk kritik,

analisis, fenomena, maupun ide pemikiran.

Damien Dematra merupakan seorang yang sangat menghargai perbedaan.

Melalui Gerakan Peduli Pluralisme ia telah banyak melakukan pergerakan dalam

upaya penyebaran kedamaian di Indonesia dalam bentuk kegiatan amal,

pemberdayaan masyarakat, hingga memfasilitasi dialog untuk membahas masalah

sosial antar organisasi, suku atau agama. Dalam novel Kopiah Gus Dur Damien

selalu memaparkan konsep-konsep kebersamaan dan keberagaman. Sikap

pluralisnya berpengaruh dalam mengemas kisah dalam novel Kopiah Gus Dur.

93

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lkis, 2001),

h.266

Dalam novel Kopiah Gus Dur sering ditemui pernyataan-pernyataan

melalui tokoh utamanya tentang toleransi, bagi Damien hal tersebut merupakan

kaidah yang harus dipahami setiap manusia yang hidup dalam keberagaman.

Toleransi merupakan suatu keharusan untuk mencapai perdamaian dalam

kemajemukan. Manusia hanya akan dapat hidup berdampingan bila mereka saling

menghargai perbedaan yang ada.

Perbedaan adalah fitrah yang digariskan oleh Allah swt. sebagai anugerah-

Nya kepada kehidupan manusia. Rasulullah juga memberikan teladan tentang

hidup damai berdampingan dalam kehidupan beliau. Beliau mengajarkan bahwa

Islam adalah rahmatan lil alamin, yakni agama yang damai dan membawa

kedamaian.

Watak tokoh utama dalam novel Kopiah Gus Dur adalah keras, sebagai

gambaran seorang preman jalanan. Namun melalui jalan ceritanya pengarang

menjadikan watak tokoh utama menjadi lembut dan penuh simpati. Tokoh utama

diceritakan mengalami perubahan drastis sebagai ungkapan maksud pengarang

bahwa sekeras apapun manusia dapat berubah menjadi seorang yang ramah dan

santun. Pengarang selalu menekankan bahwa lingkungan bukanlah faktor penentu

seseorang terpengaruh untuk menjadi baik atau jahat, namun niat dan

kesungguhan merupakan kunci utama.

Dari perjalanan hidup tokoh utama dengan jelas dapat diketahui apa yang

menjadi pandangan hidup pengarang. Pengarang adalah seorang muslim yang

terbuka terhadap perbedaan keyakinan lain. Pengarang juga selalu merujuk

pernyataan-pernyataan tokoh utamanya di dalam novel Kopiah Gus Dur

berdasarkan ajaran Islam, yaitu Al-Qura‟an dan Hadits.

Setelah diketahui watak dari tokoh utama dan pandangan hidup pengarang,

maka kelihatan ada penyesuaian. Penyesuaian ini demikian eratnya, sehingga

sampai pada kesimpulan bahwa Damien Dematra dalam menulis novelnya sedikit

banyak sadar atau tidak, terpengaruh oleh konsep-konsep pluralisme. Oleh sebab

itu penggambaran watak dari tokoh utama dalam novelnya merupakan jiwa yang

terbuka terhadap perubahan.

Damien Dematra dalam novelnya ini lebih menitikberatkan

pembahasannya pada problema sosial akan potensi-potensi terjadinya perpecahan

akibat adanya perbedaan. Pengarang berulang kali mengisi jalan cerita dalam

novel Kopiah Gus Dur dengan menghadirkan sebuah masalah diikuti proses

penyelesaiannya melalui jalan dialog. Pengarang selalu membuat tokoh utama

dapat dengan cerdas dan bijak menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini

merupakan penggambaran sifat pengarang yang percaya diri dan merasa bahwa

segala masalah dapat diselesaikan melalui jalan damai.

Damien Dematra ingin memberikan semacam pelajaran kepada para

pembacanya bagaimana seharusnya suatu masalah itu diselesaikan. Khususnya

menyangkut masalah perbedaan yang dapat mengakibatkan pertengkaran. Ia

menghendaki agar manusia dalam menghadapi segala masalah perbedaan

menggunakan cara-cara yang lebih beradab dan sikap toleransi. Sikap toleransi itu

terindikasi dari sikap menghargai, mempercayai, memberi kesempatan, dan tidak

mudah menghakimi sesuatu. Disinilah keunggulan Damien Dematra yang berhasil

menjalin secara cerdas pemikirannya sebagai latar belakang yang mempengaruhi

tokoh utama.

Dalam novel Kopiah Gus Dur Damien Dematra banyak menyelipkan

pikiran-pikiran bijak tentang ajaran keIslaman berkaitan dengan masalah bersikap

atas perbedaan, baik itu perbedaan individu, kelompok, suku, maupun perbedaan

keyakinan. Selain itu Damien Dematra juga menyisipkan beberapa cerita humor

khas Gus Dur yang juga berkaitan dengan sindiran atau kritikan terhadap masalah

sosial. Hal ini selain merupakan ciri menulis pengarang yang tidak kaku, juga

membuktikan sifat pengarang yang humoris.

Pada akhir cerita pengarang menyelipkan pesan penting mengenai

keyakinan, ia menuangkan dengan jelas bahwa kekuatan manusia yang

sebenarnya ada di dalam hati yang di dalamnya ada Sang Khalik Allah swt.

Kekuatan itu bukan berasal dari makhluk yang dikeramatkan. Pesan ini

mengisyaratkan bahwa pengarang adalah seorang yang memahami tauhid.

Dalam menyampaikan pesan dakwahnya, Damien Dematra menggunakan

media novel sebagai bentuk kreatifitasnya dalam mengkomunikasikan pikiran-

pikirannya, maka lahirlah novel yang diberi judul Kopiah Gus Dur. Dalam novel

tersebut, Damien Dematra berusaha menyampaikan kepada masyarakat tentang

pentingnya sikap toleransi dan saling menghargai diatas perbedaan.

Menurut penulis, tujuan ditulisnya novel tersebut adalah untuk

mengajarkan kita bagaimana seharusnya manusia menghadapi masalah perbedaan.

Bagaimana menyelesaikan masalah dengan cara dialog dan damai. Bagaimana

menghadapai kekerasan dengan kelembutan, dan tentunya mengajarkan kita

bahwa kekuatan itu hanya bersumber dari Allah swt. Nilai luhur yang bisa dipetik

antara lain adalah prinsip-prinsip hidup yang jujur, ikhlas, kesederhanaan, dan

perjuangan.

Dengan adanya novel tersebut kompetensi komunikator sebagai pengarang

yang berlandaskan ajaran keIslaman semakin jelas. Semoga hal ini dapat diikuti

dengan pemahaman dari masyarakat bahwa novel merupakan salah satu media

dakwah yang efektif.

B.2. Novel “Kopiah Gus Dur” Dilihat dari Segi Analisis Konteks Sosial

Dimensi terakhir dari analisis wacana yang dikemukakan oleh Teu A. van

Dijk adalah konteks sosial. Konteks sosial adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi cerita atau teks yang berasal dari luar, sehingga menjadi salah satu

alasan dari komunikator dalam membuat atau menulis novel tersebut.

Damien Dematra adalah seorang yang memiliki kepribadian yang

dinamis. Pandangan hidupnya adalah pluralisme. Bagi Damien, kata “toleransi”

adalah hakikat yang mesti dipahami oleh setiap individu. Damien Dematra tidak

hanya memiliki konsep dan ide tentang pluralisme, ia juga merupakan seorang

aktifis, penulis, dan seniman pada saat yang bersamaan. Karya-karyanya tidak

diragukan lagi memiliki kelebihan tersendiri yang patut mendapatkan perhatian

lebih dari masyarakat.

Damien Dematra di kenal sebagai seorang rekoris, penggila tantangan,

dan seorang penulis yang ulung. Mayoritas dari novel-novel karyanya di tulis dan

diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat bagi sebuah karya penulisan. Salah

satu rekor yang ia patahkan adalah sebagai penulis tercepat. Selain itu, darah seni

dan sosial yang mengalir dalam jiwanya membentuk Damien menjadi kepribadian

yang unik, halus dalam ekpresi seni, namun juga keras dalam menyampaikan

kritik.

Dalam menghasilkan sebuah karya tulis seperti novel, Damien Dematra

banyak dipengaruhi oleh realita yang terjadi, ini dapat di lihat dari beberapa

novelnya yang muncul karena adanya satu kejadian sebelumnya. Seperti ia

menulis novel Sejuta Hati Untuk Gus Dur yang merupakan ungkapan rasa

dukanya ketika Gus Dur meninggal, pada tahun 2009 silam. Selain itu ada juga

novel berjudul Obama & Pluralism yang ditulisnya untuk menyambut kedatangan

Obama ke Indonesia dan sebuah novel berjudul Kau Bakar Aku Bakar yang

ditulisnya sebagai kritik dan perlawanan terhadap rencana dari pendeta Terry

Jones yang ingin melakukan pembakaran kitab suci Al-Qur‟an pada September

2010 silam.

Novel kopiah Gus Dur juga merupakan sebuah karya sastra yang diangkat

pengarang dari kisah nyata. Dengan kreatifitasnya, pengarang mampu

memperkaya alur cerita sekaligus menyelipkan pemikirannya baik melalui watak

maupun isi cerita. Hal ini tidak mengakibatkan susutnya orisinalitas fakta cerita,

justru menambah khasanah nilai yang terkandung di dalam novel. Selain memang

diperlukan sebagai langkah dramatisasi, hal tersebut juga dibutuhkan sebagai

upaya pengarang membungkus sebuah karya tulis yang memiliki peran dakwah

dengan penuh warna, menarik, dan tidak membosankan.

Sebagai seorang pengarang yang memiliki latar belakang aktifis yang

banyak terlibat pada masalah sosial, maka pendekatan yang dilakukan pengarang

lebih banyak dari sudut itu. Hal itu dapat kita temui pada mayoritas karya-

karyanya yang lebih banyak menonjolkan nilai-nilai sosial di banding dengan

kisah-kisah percintaan atau imajinasi fiksi semata.

Menurut penulis, alasan ditulisnya novel Kopiah Gus Dur adalah untuk

membuktikan bahwa pesan moral dan sosial dapat menjadi sebegitu menarik

ketika di olah secara kreatif. Pesan moral dan sosial yang disampaikan pengarang

adalah pesan yang berlandaskan kepada Al-Qur‟an dan Hadits, sehingga dapat

dikatakan bahwa novel Kopiah Gus Dur merupakan manifestasi dari pemikiran

dakwah pengarang.

Pada masa kini penyebaran ajaran Islam tidak hanya dilakukan dengan

cara-cara tradisionil lagi, seperti ceramah diatas mimbar atau hanya dalam sebuah

pengajian. Pesan dakwah dapat disampaikan dalam berbagai media dan metode.

Salah satunya adalah melalui novel. Hal ini sekaligus menyimpulkan bahwa setiap

orang dapat melakukan peran dakwah dengan cara dan porsi masing-masing tanpa

harus terlebih dahulu menjadi seorang ustadz atau da‟i yang profesional. Damien

Dematra sebagai seorang yang spiritualis merepresentasikan nilai spiritualitasnya

ke dalam bentuk tulisan, sehingga lahirlah novel Kopiah Gus Dur. Keberagaman

cara mengkomunikasikan ajaran keIslaman tersebut diperlukan agar keluasan

ajaran Islam dapat dihadirkan pada setiap sisi kehidupan.

Novel Kopiah Gus Dur adalah salah satu karya Damien Dematra yang

dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat yang ingin mengenal pesan

dakwah tanpa adanya perasaan digurui dan menghindarkan kejenuhan dari bahasa

formal dan budaya tradisional. Dengan lahirnya banyak cara alternatif menuju

pemahaman ajaran keIslaman akan menjadikan masyarakat mudah

mendapatkannya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menjelaskan dan menganalisa bahasan-bahasan yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Wacana pesan dakwah dalam novel ini terdiri dari pesan aqidah dan

akhlak. Hal tersebut dapat diketahui setelah menganalisis dan membahas

novel ini menggunakan pendekatan teori analisis wacana Teun A. van

Dijk.

2. Novel Kopiah Gus Dur mengandung banyak pesan dakwah tentang

toleransi beragama, persaudaraan, keikhlasan, ketulusan, dan

pengorbanan. Hingga mengenai keyakinan dan kepasrahan pada Allah swt.

3. Secara garis besar dalam mengemas pesan dakwahnya Damien Dematra

menggunakan kata-kata yang lugas dan sederhana serta mengemas kisah

yang inspiratif dalam novelnya.

4. Secara struktur makro novel ini dikemas Damien Dematra dengan tema

perjalanan Jarib menemukan Tuhannya. Di dalamnya terdapat banyak

pelajaran mengenai kehidupan yang mejemuk dengan segala permasalahan

sosial dan solusi atas masalah tersebut dengan cara Islam.

5. Secara superstruktur Damien Dematra mengarang novel ini dengan alur

cerita yang cukup singkat bagi sebuah novel, yaitu hanya 137 halaman inti

saja. Tidak terdapat aturan baku bagi pengarang dalam menulis novel

Kopiah Gus Dur. Inti cerita yang dikemas merupakan pesan pokok yang

ingin disampaikan oleh pengarang.

6. Secara struktur mikro Damien Dematra menggunakan bahasa yang

sederhana, ia tidak banyak menampilkan ragam gaya bahasa. Bentuk

kalimat yang digunakan merupakan bentuk kalimat aktif. Pengarang lebih

sering menggunakan kata ganti orang ketiga. Leksikal yang ditampilkan

merupakan ragam bentuk bahasa daerah yang populer. Retoris yang

digunakan dalam novel ini berupa penggunaan grafis. Sedangkan

koherensi yang digunakan secara umum sudah baik.

7. Jika dilihat dari kognisi sosial dalam novel ini komunikator (Damien

Dematra) berusaha menceritakan sebuah kisah nyata perjalanan seorang

preman yang berubah menjadi alim setelah mendapatkan kopiah dari Gus

Dur. Namun statusnya sebagai preman menjadikan permasalahan ceritanya

mengalir dalam warna jalanan. Bagaimana Damien mengisahkan dan

menyelipkan pesan dalam novelnya merupakan representasi dari

pemikirannya.

8. Dalam konteks sosial dapat diketahui bahwa alasan komunikator dalam

menulis novel ini adalah untuk membuktikan bahwa pesan moral dan

sosial dapat menjadi sebegitu menarik ketika di olah secara kreatif. Pesan

moral dan sosial yang disampaikan pengarang adalah pesan yang

berlandaskan kepada Al-Qur‟an dan Hadits, sehingga dapat dikatakan

bahwa novel Kopiah Gus Dur merupakan manifestasi dari pemikiran

dakwah pengarang.

9. Setiap individu sebenarnya memiliki kesempatan yang sama dalam

menyampaikan pesan-pesan nilai keIslaman sesuai dengan kadar

kemampuan masing-masing. Menulis novel adalah salah satu cara yang

kreatif dalam menyebarkan ajaran-ajaran keIslaman.

10. Damien Dematra dapat dikatakan sebagai salah satu yang terunik. Muncul

dari latar belakang seni dan aktifis, Damien dapat menunjukkan

dedikasinya dalam karya tulis berbentuk novel yang penuh dengan nilai

keIslaman.

B. Saran

Mengingat bahwa tidak ada yang sempurna dari setiap karya manusia,

maka novel Kopiah Gus Dur pun tak luput dari kekurangan dan kelebihan. Maka

dalam hal ini penulis mencoba memberikan pandangan mengenai beberapa hal

berkenaan dengan saran terhadap novel Kopiah Gus Dur. Saran-sarannya sebagai

berikut:

1. Secara umum, profil pengarang yang ada dibagian belakang novel

menguraikan biodata pengarang. Namun pada novel Kopiah Gus Dur

hanyalah uraian tentang karya dan prestasi pengarang. Padahal dengan

mengetahui biodata pengarang dapat membantu pembaca mengenal

pengarang lebih dalam.

2. Alur cerita yang di gunakan pengarang terlalu berpihak kepada peran

utama, sehingga jalan cerita mudah ditebak dan minimnya nuansa

tantangan bagi peran utama. Sebuah novel terkadang dikatakan menarik

ketika ia menyimpan banyak misteri dan alurnya membuat pembaca

terkejut.

3. Minimnya penonjolan karakter terhadap pemeran lain juga membuat

novel ini terasa datar, meski muncul konflik, namun pusat dari cerita

selalu mengarah kepada peran utama. Dari apa yang penulis tahu, sebuah

novel terasa lebih padat jika eksplorasi karakter pemeran lebih dari satu.

4. Merupakan hal yang relevan bila lebih banyak lagi para juru dakwah

yang menggunakan pendekatan dakwah melalui media novel ringan dan

menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah,

2008.

Anshari, Endang Saefudin. Kuliah Al-Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1992.

Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. 2nd

ed. Jakarta: Kencana, 2009.

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1997.

Badudu dan Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar

harapan, 2001.

Dematra, Damien. Kopiah Gus Dur. Jakarta: Birde Publishing, 2010.

Eriyanto. Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS,

2005.

Fattah, Nur Amien. Metode Dakwah Wali Songo. Pekalongan: PT. T. B

BahagPia, t. T.

Ghazali, M. Bahri. Da‟wah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar ilmu

Komunikasi Da‟wah. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997.

Habib, M. Syafa‟at. Buku Pedoman Dakwah. Jakarta: Widjaya, 1982.

Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:GP Press, 2009.

M.A Hoetomo. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar, 2005.

Mustafa,H.A. Akhlak Tasawuf . Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999.

Nuh, Sayyid M. Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam. Solo: Citra Islami

Press, 1996.

Omar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1992.

Qutb, Sayyid. Fiqih Dakwah. Jakarta: Pustaka Amani, 1995.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. 4th

ed. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006.

Sudaryat, Ndang, dan Natasasmita, Hanapi. Ringkasan Bahasa Indonesia.

Bandung: Geneca Exact, 1985.

Suparta, Munzier, dan Hefni, Harjani, ed. Metode Dakwah. 2nd

ed. Jakarta:

Prenada Media, 2006.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

2010.

Suwandi, Sarwiji. Semantik; Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media

Perkasa, 2008.

Tarigan, Henriy Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa, 1993.

Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Tim Penulis. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi). Jakarta:

CeQDA, 2007.

Tim Penyusun UIN Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi.

Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002.

Yaqub, Ali Mustafa. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. 2nd

ed. Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2000.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidayah Karya Agung,

1989.

Yunus, Umar. Dari Peristiwa ke Imajinasi. Jakarta: PT. Gramedia, 1985.

Yusuf, Muhammad. “Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Novel DiBawah

Lindungan Ka‟bah Karya Prof. Dr. Hamka.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah

dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2008.

Sumber dari Situs Internet

Daftar Tokoh “Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://

www .tokohindonesia. com/ daftar-tokoh/article/157-daftar-tokoh/2492-

damien-dematra.

Damien “My Jakarta” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://www.the-

jakarta-globe.com/myjakarta/my- jakarta-damien-dematra-director-of-

obama-movie/375441.

Louise Lavabre, “The Riddle of Demin Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari

2011 dari http://www .thejakartapost.com/news/2010/08/01/the-riddle-

damien-dematra.html.

Selebriti,”Damien Dematra” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://sele-

briti.kapanlagi.com/indonesia/d/damien_dematra/.

Waldan Hasan “Siapakah Damien” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http:

//wildanhasan.blogspot. com /2010/09/siapakah-damien-dematra-dan

gerakan.html.

Wikipedia, “Novel” Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://id.wikipedia.-

org/wiki/Novel.