27
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT (TUMBANG) A. Pengertian Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whalex dan Wone.2000) Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. 1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit. 2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap anak.

ASKEP ANAK SEHAT

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT (TUMBANG)

A. Pengertian

Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran

sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang

terjadi secara bertahap dan tingkat yang paling rendah dan

kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whalex dan

Wone.2000)

Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang

anak tidak hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi

lebih terampil yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda

tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.

1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam

jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu

yang bisa diukur berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan

elektrolit.

2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses

pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah

laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh

kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis,

psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan

hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada

setiap anak.

Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi,

dimana imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi

dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh

membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk

merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh

melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui

mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah

diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi

kecacatan akibat penyakit tertentu.

       Diantara sekian banyaknya imunisasi yang diperlukan anak,

satu diantaranya adalah imunisasi BCG.

Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer

atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi

BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC

pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru), atau

TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung

kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi

BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0 –

11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 – 3

bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal.

Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan

dan dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbang anak

1.      Faktor keturunan (Herediter)

Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang

anak melalui instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan

kuantitas pertumbuhan, gangguan pertumbuhan selain disebabkan

oleh kelainan kromosom (contoh; syndrome down, syndrome turner)

juga diakibatkan oleh factor lingkungan yang kurang memadai.

a.       Seks : kecukupan dan perkembangan pada anak laki-laki

berbeda dengan perempuan

b.      Ras      : ras/suku bangsa dapat mempengaruhi tumbang anak,

beberapa suku bangsa memiliki karakteristik.

2.      Faktor Lingkungan

a.      Lingkungan Internal

1.      Intelegensi

Pada umunya intelegensi tinggi, perkembangan lebih baik

dibandingkan jika intelegensi rendah.

2.      Hormon

Ada 3 jenis hormone yang mempengaruhi anak yaitu somatotropik

untuk pertumbuhan tinggi badan terutama pada masa kanak-kanak,

hormone tiroid menstimulasi pertumbuhan sel interstitial testis,

memproduksi testosterone dan ovarium memproduksi estrogen yang

mempengaruhi perkembangan dan reproduksi.

3.      Emosi

Hubungan yang hangat dengan orangtua, saudara teman sebaya serta

guru berpengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial, intelektual

anak, cara anak berinteraksi dengan keluarga akan mempengaruhi

interaksi anak diluar rumah.

b. Lingkungan Eksternal

1.      Kebudayaan

Budaya keluarga /masyarakat mempengaruhi bagaiman anak

mempersepsikan dan memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.

2.      Status sosial ekonomi keluarga

Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang

sosial ekonomi yang rendah serta banyak punya keterbataan untuk

memenuhi kebutuhan primernya.

3.      Nutrisi

Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi adekuat yang

didapat dari makanan bergizi

4.      Iklim/cuaca

Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak

5.      Olahraga/latihan fisik

Olahraga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan psikososial

anak.

6.      Posisi anak dalam keluarga

Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak

bungsu akan mempengaruhi pola anak setelah diasuh dan dididik

dalam keluarga

           

C. Periode Perkembangan

Menurut Donna L. Wong (2000) perkembangan anak secara umum

terdiri dari :

1.    Periode prenatal

Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi

pembentukan organ dan system organ anak. Selain itu hubungan

antara kondisi itu memberi dampak pada pertumbuhannya.

2.    Periode bayi

Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan bayi (28-12

bulan). Pada periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat

terutama pada aspek kognitif, motorik dan social.

3.    Periode kanak-kanak awal

Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut toddler dan pra

sekolah 3-6 tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang

lebih lanjut pada usia pra sekolah. Perkembangan fisik lebih

lambat dan relative menetap.

4.    Periode kanak-kanak pertengahan

Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak

laki-laki sedikit lebih meningkat daripada perempuan dan

perkembangan motorik lebih sempurna.

5.    Periode kanak-kanak akhir

Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada

usia 11-18 tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini

adalah kematangan identitas seksual dengan perkembangannya organ

reproduksi.

D. Perkembangan Anak Balita

Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita.

Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, dan keadaan social

emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan

landasan perkembangan berikutnya. Perkem–bangan moral serta

dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa-masa ini sehingga

setiap kelainan/penyimpangan seksual apapun. Apabila tidak

terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik maka akan mengurangi

kualitas perkembangan.

Kratenburg, dkk (1981) melalui DDST (Denver Development

Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang

dipakai dalam menilai perkembanagn anak balita yaitu :

1.    Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi

dan berinteraksi dengan lingkungan.

2.    Fine motor adaptif (gerakan motorik halus)

Aspek yang b/d kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang

melibatkan bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan

koordinasi yang cermat missal: ketrampilan menggambar.

3.    Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara, mengikuti perintah

berbicara spontan.

4.    Gross motor (motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Beberapa “Milestone” pokok yang harus diketahui dalam mengikuti

taraf perkembangan secara awal. Milestone adalah tingkat

perkembangan yang harus dicapai anak umur tertentu misalnya:

a.    4-6 minggu :tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2

minggu kemuadian.

b.    10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh

ke arah suara.

c.    20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.

d.   26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke

tangan yang lain.

e.    9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda

dengan jari telunjuk dan ibu jari.

f.     13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata

tunggal.

KONSEP DASARASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT (TUMBANG)

A.    PENGKAJIAN

1.      Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan

Identitas Anak dan/atau Orang Tua

a.       Nama                                                  

b.      Alamat                                               

c.       Telepon                                              

d.      Tempat dan tanggal lahir

e.       Ras/kelompok entries

f.       Jenis kelamin

g.      Agama

h.      Tanggal wawancara

i.        Informan

Keluhan Utama (KU)

Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi

sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam

imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan

kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan,

tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia

berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan

apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada

anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum

diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah

imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak

diberikan sama sekali.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan

keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat

penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan

tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat

dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan

anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga

dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan

lebih lanjut mengenai penyakitnya.

Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau

pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan

sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.

a.       Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan

perinatal).

b.      Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.

c.       Alergi.

d.      Pengobatan terbaru.

e.       Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta

pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat

sebelumnya.

f.       Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan

imunisasi dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak

sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta

pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola perilaku

anak baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun

keluarganya).

g.      Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.

Tinjauaan Sistem (TS)

Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan

masalah kesehatan pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat

akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi pilihan yang

lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam

pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi yang diberikan

anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan

yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya dan juga

keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum diimunisasi anak

mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk peninjauan terhadap

sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi:

a.       Menyeluruh/umum

b.      Integument

c.       Kepala

d.      Mata

e.       Telinga

f.       Hidung

g.      Mulut

h.      Tenggorokan

i.        Leher

j.        Dada

k.      Respirasi

l.        Kardiovaskuler

m.    Gastrointestinal

n.      Genitourinaria

o.      Ginekologik

p.      Muskuluskeletal

q.      Neurologik

r.        Endokrin

Riwayat pengobatan keluarga

Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit

yang memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk

mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada anggota keluarga

dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak,

seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat

kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.

Riwayat Psikososial

Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama

terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila

riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih

baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk

mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya

bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin

mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat

memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau

dalam menghadapi imunisasi.

Riwayat Keluarga       

Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu

dan sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga

berfokus pada sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi

yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan

diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan

sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi

sebagai langkah penting yang diperlukan untuk mencegah penyakit

pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum begitu memahami

imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan

pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.

Pengkajiaan Nutrisi

Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan

kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat

ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan

untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian

nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan

klinis.

2.      Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak,

sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan

anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan

kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan

pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting

yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar

pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan,

prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di

lapangan adalah:

a.       Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya

memberikan warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan

peralatan yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.

b.      Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk

bermain agar anak menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan

berarti mengabaikan tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar

anak tidak takut sehingga memudahkan pemeriksaan.

c.       Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan

tidak menakutkan anak.

d.      Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang

kooperatif sehingga akan mengurangi rasa takut dari anak yang

lain.

e.       Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa

menjelaskan pada anak mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada

dirinya. Apabila mungkin, beri kesempatan anak untuk membantu

proses pemeriksaan.

f.       Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat

berbaring di pangkuaan orang tua.

g.      Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat

merangsang anak yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.

h.      Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya

mengetahui nasehat petugas.

Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap

perawat sehingga memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan

meminimalkan kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-

prinsip ini, berikutnya adalah melakukan pengkajiaan pada anak.

Hal-hal yang perlu dikaji adalah

a.     Riwayat Pranatal

Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi

saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik,

preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau

berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan

benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui

riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.

b.    Riwayat Kelahiran

Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya,

apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir.

Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya

mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti

forceps, partuss lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat

mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.

c.     Pertumbuhan Fisik

Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu

diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.

Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri

yang sering digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang

anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan

dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan

pada anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak,

maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala.

Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan, berikut ini

akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing ukuran

antropometri:

a)      Berat Badan (BB)

Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan

adalaah sebagai berikut:

1)  Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah

ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan

yang digunakan dapat berupa dacin atau timbangan injak.

2)  Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal

tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang

berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan

menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun,

penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan posisi berdiri.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:

1)   Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran.

Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.

2)   Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan

timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan

gendongan ke timbangan.

Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas

timbangan injak tanpa dipegangi.

3)   Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di

atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat

ditimbang.

4)   Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk

menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh

ibu dan ditimbang.

Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu

sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat

dilihat rumus berikut.

BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu

5)   Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada

timbangan

6)   Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan

standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal,

kurang, atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat

dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan anak

berada pada kurva berwarna hijau, kuning, atau merah.

b)   Tinggi Badan (TB)

Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya

dikelompokkan menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2

tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang

dari 2 tahun adalah sebagai berikut :

1)   Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan

pita pengukur (meteran).

2)   Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan

lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi).

3)   Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak

kaki tegak lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan

skala yang tertera.

4)   Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan

dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus

rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan

bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda

tersebut dengan pita pengukur.

Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun

atau lebih adalah sebagai berikut :

1)   Tinggi badan diukur dengan  posisi berdiri tegak, sehingga

tumit rapat, sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang

kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat

pengukur.

2)   Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan

sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu

ukur sesuai dengan skala yang tertera.

c)      Lingkar Kepala

Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas

tertinggi dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran

kepala berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar

(macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva

normal, berarti ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar

kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara

pengukuran lingkar kepala :

a.         Siapkan pita pengukur (meteran)

b.        Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis)

atau supraorbita bagian antrior menuju oksiput pada bagian

posterior kemudian tentukan hasilnya

c.         Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

d)     Lingkar Lengan Atas (lila)

Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara

pengukurannya perlu diketahui :

1)   Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan

pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan

siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa

aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan,

sehingga ukurannya lebih stabil.

2)   Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat

digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang

diukur saat pengukuran.

3)   Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang

tertera pada pita pengukur.

4)   Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau

status anak.

e)      Lingkar Dada

Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang

dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid

respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis).

Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada

anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi

berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :

1)   Siapkan pita pengukur

2)   Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.

3)   Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang

disediakan.

d.   Pemeriksaan fisik

Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila

dilapangkan, namun petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan

fisik perlu dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui secara

keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala,

leher, dada, perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-

tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada

pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara

pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu,

pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.

e.    Perkembangan anak

Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku

Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah

dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai

keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam

keadaan normal, meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak

memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST

yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih

(1996).

f.     Data lain

Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas

anak, data penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium,

serta data yang diperlukan terutama apabila anak berada di

klinik.

Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan

Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan

perkembangan pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil

sebagai berikut:

a.       Pertumbuhan dan perkembangan normal

Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal

apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau

pada kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik

harus naik dan sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva)

berwarna hijau. Sementara, pertumbuhan anak dikatakan ideal jika

pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah

BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.

Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan

kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku.

Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang

diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila

menggunakan kalender balita (KMS), maka kemampuan anak sesuai

usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila menggunakan tes

DDST, anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai

usia. Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.

b.      Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal

Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat

badan anak berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah

jalur hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain

yang mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar

lengan dada. Perkembangan anak mengalami penyimpangan apabila

kemampuan kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan usianya,

sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak

dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar

kalender balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan

usianya.

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan

berhubungan dengan situasi yang terjadi di lingkungan

2.      Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan

kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru

3.      Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.

4.      Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak

berdasarkan tumbuh kembangnya.

5.      Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu

tentang tumbang anak

6.      Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan untuk

meningkatkan status imunisasi

C.    PERENCANAAN

1.      Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan

berhubungan dengan situasi yang terjadi di lingkungan

a.       Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai

dengan kelompok usia

Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang pada anak

b.      Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan

dalam tempat tidur anak.

Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam tumbang

c.       Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan

rasa takut.

Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan

d.      KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.

Rasional: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak

2.      Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan

kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.

a.        Jelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti

makanan yang baik sesuai umur anak, cara menggendong, cara

memberikan ASI yang baik dan bagaimana menyendawakan bayi.

Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perawatanan

anak

b.      Jelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting

sebagai role model anaknya.

Rasional: memberi pemahaman orang tua supaya bias memberi contoh

yang baik bagi anaknya

c.       Jelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang

yang harus dilewati anak sesuai dengan umurnya

Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang

3.      Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.

a.       Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi

Rasional: mengurangi risiko cedera pada saat anak beraktivitas

b.      Lindungi kaki anak dengan sandal/ sepatu

Rasional: mengurangi risiko cedera pada kaki anak

c.       Beri makanan yang aman untuk usia anak

Rasional: mencegah risiko keracunan makanan

d.      Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan

Rasional: mengurangi risiko cedera yang diakibatkan oleh air

mandi yang terlalu panas

4.       Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak

berdasarkan tumbuh kembangnya.

a.       Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang

terjadi

Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang

b.      Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang

tahapan tumbang yang dilewati anak dengan masa pertumbuhandan

perkembangan

Rasional: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh kembang

anaknya

c.       Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak

Rasional: meningkatatkan pemahaman tentang perawatan anaknya

5.      Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu

tentang tumbang anak

a.       Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada

anak saat ini sesuai umur

Rasional: agar ibu paham tentang tumbang anaknya

b.      Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang

diberikan

Rasional: mengurangi kecemasan ibu

c.       Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan

anaknya dan tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan anak

Rasional: agar kesehatan anak tetap terjaga

6.        Kesiapan meningkatkan status  imunisasi b/d

a.       Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya

didapatkan  oleh anaknya

Rasional: meningkatkan pemahaman tentang imunisasi yang harus

didapatkan oleh anak

b.      Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat

diberikan kepada anaknya selain imunisasi yang harusnya

didapatkan

Rasional: memberikan pemahaman tentang imunisasi tambahan

c.       Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk

mencegah penyakit yang bisa diderita oleh anaknya

Rasional: mencegah penyakit yang mungkin diderita anak.

D.  PELAKSANAAN

Tindakan keperawatan yang diberikan disesuaikan dengan rencana

keperawatan.

E.  EVALUASI

A.    Dx 1 : Orang tua mengetahui tugas pekembangan anak yang

sesuai dengan kelompok usia.

B.     Dx 2 : Orang tua mengerti bagaimana cara merawat anaknya

C.     Dx 3 :Anak bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya

diidentifikasi dan lingkungan rumah. Keluarga akan menekankan dan

mendemonstrasikan kegiatan yang aman di rumah.

D.    Dx 4 : Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses tumbang

pada anaknya dan informasi yang diberikan.

E.     Dx 5 :Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan

perkembangan anak

F.      Dx 6  : ibu dapat memberikan imunisasi tambahan yang bisa

didapat oleh anaknya selain imunisasi yang harus didapat oleh

anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.

Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi

8.Jakarta: EGC

Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.

Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Muscari, Mary.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku

Kedokteran EGC.

Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku

Kedokteran EGC.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran

EGC.

Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku

Kedokteran EGC.