Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi
(Prawirohardjo, 2014). Kehamilan merupakan suatu proses
reproduksi yang perlu perawatan khusus agar berlangsung dengan
baik, karena kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin.
(Walyani, 2015). Kehamilan membutuhkan waktu 9 bulan kalender
atau 40 minggu. Kehamilan dibagi tiga periode, yaitu Trimester I
dari minggu ke-1 sampai minggu ke-13, trimester II dari minggu
ke-14 sampai minggu ke-26, trimester III dari minggu ke-27
sampai ke-38-40 (akhir kehamilan) (Susanti, 2008).
b. Kategori ibu hamil
Menurut (Janiwarty & Pieter, 2013), kategori ibu hamil dibagi
menjadi empat kelompok, diantaranya :
1) Primigravida
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama
kalinya. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi yang dapat hidup (vailable)
17
2) Nullipara
Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah
melahirkan bayi yang vailable untuk pertama kali.
3) Multigravida
Multigravida adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi yang vailable untuk beberapa kali.
4) Grandemultigravida
Grandemultigravida yaitu wanita yang telah hamil lebih dari 5
kali.
c. Perubahan Fisik Selama Kehamilan
Prawiroharjo tahun 2014 menjelaskan perubahan anatomi dan
fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi segera
setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan.
Kebanyakan perubahan ini merupakan respons terhadap janin. Satu
hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua perubahan ini
akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses
persalinan dan menyusui selesai.
Perubahan fisik selama kehamilan (Janiwarty & Pieter, 2013) :
1) Perubahan fisik kehamilan trimester I
Perubahan fisik pada trimester pertama adalah mual atau
muntah saat pagi hari (morning sickness) dan bila rasa mual
berkepanjangan disebut hiperemesis gravidarum, kembung
selama kehamilan, ibu ibu hamil seringkali mengalami perut
18
kembung akibat dari sembelit atau perubahan hormonal, sakit
gigi, perilaku meludah, sering buang air kecil, sesak nafas dan
kram perut.
2) Perubahan fisik kehamilan trimester II
Perubahan fisik trimester kedua ditandai dengan meningkatnya
jumlah frekuensi buang air kecil, mual di pagi hari mulai
berkurang, nafsu makan meningkat, pengeluaran cairan vagina
secara perlahan – lahan meningkat, bentuk payudara, perut,
dan pinggang semakin membesar, libido hubungan seksual
semakin naik dan meningkatnya jumlah kelenjar keringat, rasa
sakit pada perut, bengkak pada kaki dan tumit, terkadang
terasa panas pada bagian dada, kram pada kaki, denyut jantung
semakin meningkat, konstipasi atau sembelit, munculnya
varises, sakit pinggang, gatal – gatal dan tanda bergaris yang
terjadi pada perut atau stiae.
3) Perubahan fisik kehamilan trimester III
Ciri – cirir perubahan fisik pada periode trimester tiga ialah
kaki bertambah semakin bengkak dan kaki terasa semakin
nyeri, buang air kecil meningkat sehingga sering kepanasan,
rahim sering berkontraksi ringan (Braxton Hick Contraction),
pada bulan kedelapan payudara akan mengeluarkan cairan
yang kental, rasa nyeri punggung, dan sesak nafas sehingga
19
kesulitan mendapatkan posisi tidur nyaman dan uterus tumbuh
tinggi ke paru-paru.
d. Perubahan Psikologis dalam Kehamilan
Kehamilan juga diartikan periode kritis, saat terjadinya gangguan
dan perubahan identitas peran. Wanita hamil merespons terhadap
masa krisis dengan cara berbeda – beda menurut sifat dan situasi
kehidupan. Definisi krisis merupakan ketidakseimbangan
psikologis yang disebabkan situasi atau tahap perkembangan
(Pieter & Lubis, 2010). Selama kehamilan kebanyakan ibu
mengalami perubahan psikologis dan emosional. Perubahan
psikologis dan emosional ini tampaknya berhubungan dengan
perubahan biologis yang dialami ibu selama kehamilan. Emosi ibu
hamil cenderung labil. Reaksi yang ditunjukkan terhadap
kehamilan dapat juga berlebihan dan mudah berubah – ubah
(Rukiyah et al., 2013).
Ibu hamil sangatlah sensitif dan rapuh. Banyak ketakutan yang
muncul akan bahaya yang mungkin saja terjadi pada diri ibu
maupun janinnya. Ketakutan yang tidak mendasar ini mungkin
disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada tubuhnya tampaknya
tidak bisa ia ken dalikan dan proses hidupnya berubah dan tidak
dapat dikembalikan lagi. Inilah saat ibu hamil memerlukan saran,
dorongan, pengarahan dan bantuan dari orang – orang sekitarnya.
(Rukiyah et al., 2013). Awal perubahan psikologis wanita hamil
20
yaitu periode syok, menyangkal, bingung, dan sikap menolak.
Persepsi wanita bermacam – macam ketika mengetahui dia hamil,
seperti kehamilan suatu penyakit, kejelekan atau sebaliknya
memandang kehamilan sebagai masa kreatifitas dan pengabdian
kepada keluarga (Pieter & Lubis, 2010).
Oleh karena perubahan psikologis secara spesifik dapat diduga
berdasarkan perubahan biologis selama kehamilan. Perubahan
psikologis ini dapat dibagi berdasarkan trimester kehamilan
(Rukiyah et al., 2013).
1) Perubahan psikologi kehamilan trimester I
Perubahan emosional pada trimester I ialah penurunan
kemauan seksual karena letih dan mual, perubahan suasana
hati seperti depresi atau khawatir, ibu mulai berpikir mengenai
bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk
penampilan diri yang kurang menarik (Pieter & Lubis, 2010).
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode
penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah
terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan
terhadap kenyataan ini dan arti bagi semua ini bagi dirinya
merupakan tugas psikologis paling tinggi bagi dirinya. Selama
trimester ini wanita menjadi ambivalen. Kurang lebih 80%
wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan,
depresi, dan kesedihan (Marmi, 2011)
21
Trimester pertama adalah saat yang spesial karena seorang ibu
akan menyadari kehamilannya. Selama kehamilan sedapat
mungkin wanita hamil harus beradaptasi dengan kondisi
psikologisnya. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu
mencari tanda – tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya
memang hamil. Segala perubahan yang terjadi pada tubuhnya
akan selalu diperhatikan dengan seksama (Rukiyah et al.,
2013). Kehamilan trimester pertama merupakan periode
adaptasi. Respon yang muncul pada periode ini adalah sebagai
berikut (H. P. Astuti, 2012) :
a) Ketidakyakinan/ketidakpastian
Awal minggu kehamilan, wanita akan merasa tidak yakin
dengan kehamilannya dan berusaha untuk
mengkonfirmasikan kehamilan tersebut. Hal ini disebabkan
karena tanda-tanda fisik dan kehamilannya tidak begitu
jelas atau sedikit berubah. Setiap wanita memiliki tingkat
reaksi yang bervariasi terhadap ketidakyakinan akan
kehamilan. Wanita hamil akan berusaha mencari kepastian
bahwa dirinya hamil, menjadi takut akan kehamilan yang
terjadi dan berharap tanda – tanda tersebut menunjukkan
bahwa dirinya tidak hamil.
Fase ini, seorang wanita akan mengobservasi seluruh
bagian tubuhnya untuk memastikan perubahan yang
22
mengindikasikan tanda – tanda kehamilan, merundingkan
kepada kelaurga dan teman tentang kemungkinan bahwa
telah terjadi kehamilan tersebut dengan menggunakan tes
kehamilan
b) Ambivalen
Setiap wanita hamil memiliki sedikit rasa ambivalen dalam
dirinya selama masa kehamilan. Ambivalen merupakan
respon normal individu ketika akan memasuki suatu peran
baru. Beberapa wanita merasa bahwa ini tidak nyata dan
bukanlah saat yang tepat untuk hamil, walaupun ini telah
direncanakan atau diidamkan.
c) Fokus pada diri sendiri
Awal kehamilan, pusat pikiran ibu berfokus pada dirinya
sendiri, bukan pada janin. Ibu merasa bahwa janin
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri ibu,
calon ibu juga mulai berkeinginan untuk menghentikan
rutinitasnya yang penuh tuntutan sosial dan tekanan agar
dapat menikmati waktu kosong tanpa beban. Banyak waktu
yang dihabiskan untuk tidur.
d) Perubahan seksual
Selama trimester I, seringkali keinginan seksual wanita
menurun. Ketakutan akan keguguran menjadi penyebab
23
pasangan menghindari aktivitas seksual. Apalagi jika
wanita tersebut sebelumnya pernah mengalami keguguran.
2) Perubahan psikologi kehamilan trimester II
Perubahan emosional trimester II terjadi pada bulan kelima
kehamilan terasa nyata karena bayi sudah mulai bergerak
sehingga dia mulai memerhatikan bayi dan memikirkan apakah
bayinya akan akan dilahirkan sehat (Pieter & Lubis, 2010).
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang
baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas
dari segala rasa ketidaknyamanan yang normal dialami oleh ibu
hamil (Marmi, 2011)
Perubahan psikologis yang terjadi pada trimester II (H. P.
Astuti, 2012)
a) Tanda – tanda kehamilan secara fisik
Kehamilan trimester II, terlihat tanda – tanda perubahan
fisik yang jelas, sehingga dirasakan keberadaan janin.
Tanda – tanda tersebut diantaranya uterus yang membesar
dengan cepat dan dapat dirasakan jika dipalpasi di daerah
abdomen, naiknya berat badan, serta payudara yang mulai
membesar. Janin dapat terlihat jika dilakukan USG,
sehingga dapat diperlihatkan gambar/video janin di dalam
kandungan kepada keluarga
24
b) Janin sebagai fokus utama
Pada tahap ini, janin sudah menjadi fokus utama dari ibu.
Ibu mulai memperhatikan kesehatan dari janin. Ibu menjadi
tertarik akan informasi tentang diet dan perkembangan fetal
c) Narsisme dan introvert
Beberapa wanita akan menjadi lebih narsis dan introvert
terhadap dirinya sendiri, sadar akan kemampuannya untuk
melindungi dan menyediakan kebutuhan bagi janin. Ibu
lebih selektif akan makanan dan baju yang ingin dipakai.
Beberapa wanita juga akan kehilangan ketertarikan akan
pekerjaan, berlebihan jika mengalami kejadian, karena
takut jika kejadian tersebut akan berdampak buruk dan
membahayakan janin
d) Citra tubuh
Pada trimester II perubahan bentuk terjadi begitu cepat dan
terlihat jelas. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah
besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perubahan –
perubahan ini akan diterima dan dianggap sebagai suatu
kebanggaan bagi pasangan suami dan istri.
e) Perubahan seksual
Ketertarikan dan aktivitas seksual selama masa kehamilan
bersifat individual dan sulit ditebak. Bersifat individual,
25
karena ada pasangan yang puas dan ada yang tidak.
Perasaan tersebut tergantung dari faktor – faktor fisik,
emosi, interaksi, budaya, masalah disfungsi seksual,
perubahan fisik pada wanita, bahkan tahayul/mitos tentang
seks selama kehamilan. Bersifat sulit ditebak, karena
perasaan seksual itu dapat sewaktu – waktu naik, turun,
atau bahkan tidak berubah. Aktivitas seksual tetap aman
dilakukan jika tidak ada komplikasi masa kehamilan.
3) Perubahan psikologi kehamilan trimester III
Marmi pada tahun 2011 menjelaskan pada trimester ketiga ini
sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
Ia mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang
terpisah sehingga ia tidak sabar menantikan kelahiran sang
bayi. Dan dalam trimester ini merupakan waktu persiapan yang
aktif menantikan kelahiran bayinya.
a) Gembira bercampur takut
Pieter dan Lubis pada tahun 2010 menjelaskan perubahan
emosional trimester III terutama pada bulan – bulan
terakhir kehamilan biasanya gembira bercampur takut
karena kehamilan telah mendekati persalinan.
Kekhawatiran ibu hamil biasanya seperti apa yang akan
terjadi pada saat melahirkan, apakah bayi sehat, dan tugas –
tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran. Pemikiran dan
26
perasaan seperti ini sangat biasa terjadi pada ibu hamil.
Sebaiknya kecemasan seperti ini dikemukakan istri kepada
suaminya.
b) Kecemasan
Sejumlah ketakutan muncul dalam trimester ini yaitu
merasa cemas dengan kehidupan bayinya dan dirinya
sendiri, seperti : apakah bayinya nanti akan lahir abnormal,
terkait dengan persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan
kendali dan hal – hal lain yang tidak diketahui), apakah ia
akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena
perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya
akan mengalami cedera akibat tendangan bayi (Marmi,
2011)
Selain itu Rukiyah dkk pada tahun 2013 menjelaskan rasa
cemas dan takut akan proses persalinan dan kelahiran
meningkat, yang menjadi perhatian : rasa sakit, luka saat
melahirkan, kesehatan bayinya, kemampuan menjadi ibu
yang bertanggungjawab, dan bagaimana perubahan
hubungan dengan suami, ada gangguan tidur.
Pergerakan janin dan pembesaran uterus menjadi hal yang
mengingatkan keberadaan bayi. Wanita mungkin merasa
cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri
apakah bayinya akan lahir normal (Rukiyah et al., 2013)
27
c) Persiapan Persalinan
Pada fase ini, calon ibu mulai sibuk mempersiapkan diri
untuk persiapan melahirkan dan mengasuh anaknya setelah
dilahirkan. Mempersiapkan segala kebutuhan bayi, seperti
baju, nama, dan tempat tidur. Bernegosiasi dengan
pasangannya tentang pembagian tugas selama masa – masa
menjelang melahirkan sampai nanti setelah bayi lahir.
Pergerakan dan aktivitas bayi akan semakin sering terasa,
seperti memukul, menendang dan menggelitik (Astuti,
2012)
d) Pikiran sendiri dan berduka
Pikiran dan perasaan akan tanggung jawab sebagai ibu yang
akan mengurus anaknya. Bermacam penjelmaan dapat
terjadi : semula menolak kehamilan sekarang menunjukkan
sikap positif dan menerima kehamilan, semula jarang
memeriksakan kehamilan sekarang lebih teratur dan
mendaftarkan untuk bersalin, persiapan perawatan bayi
sudah disiapkan di rumah (Rukiyah et al., 2013).
Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia
mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa
khusus lain selama ia hamil, perpisahan antara ia dan
28
bayinya tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan
karena uterusnya yang penuh tiba – tiba akan mengempis
dan kosong (Marmi, 2011)
2. Kecemasan
a. Pengertian
Ansietas atau kecemasan merupakan istilah yang akrab digunakan
untuk kecemasan, khawatir, gelisah, tidak tenteram yang disertai
dengan gejala fisik. Ansietas adalah respon emosional terhadap
penilaian individu yang subjektif yang mana keadaannya
dipengaruhi alam bawah sadar dan belum diketaui pasti
penyebabnya (Pieter & Lubis, 2010).
Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan
kehamilan. (Susanti, 2008). Perasaan cemas dapat timbul oleh
karena dua sebab, pertama dari apa yang disadari seperti rasa takut,
terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah/berdosa merasa terancam, dan
sebagainya. Kedua, yang terjadi dari luar kesadaran dan tidak
mampu menghindari dari perasaan yang tidak menyenangkan itu.
Rasa cemas itu terdapat dalam semua gangguan dan penyakit jiwa,
dan bentuknya pun bermacam – macam (Prasetyono, 2007).
b. Dampak Kecemasan
Ramaiah menjelaskan kecemasan akan dirasakan oleh semua
orang, terutama jika ada tekanan perasaan atau tekanan kejiwaan
yang amat sangat.
29
Biasanya menyebabkan dua macam akibat :
1) Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi
secara normal atau menyesuaikan diri pada situasi atau
2) Gagal mengetahui lebih dahulu bahayanya dan mengambil
tindakan pencegahan yang mancukupi.
Reaksi pertama dinamakan “kecemasan traumatik” dan yang kedua
ialah “kecemasan tanda”.
c. Penyebab Kecemasan
Ada 4 faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pola dasar
yang menunjukkan reaksi rasa cemas (Ramaiah, 2003).
1) Lingkungan
2) Emosi yang ditekan
3) Sebab – sebab fisik
4) keturunan
d. Tanda dan Gejala Kecemasan (Lestari, 2015)
Keluhan – keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang
mengalami ansietas antara lain :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
30
6. Keluhan keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulan, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar – debar,
sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan
sakit kepala.
e. Tingkat kecemasan (Lestari, 2015)
Tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain :
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari – hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan
ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi
meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi
meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami
31
perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang
terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu
kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan
volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar
namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun,
perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak
menampah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah
lupa, marah dan menangis.
3) Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang yang terinci dan spesifik, serta
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkn pada
area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur
(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada
dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan
tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
4) Kecemasan Sangat Berat
32
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror
karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini
adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,
diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,
mengalami halusinasi dan delusi.
f. Proses Terjadinya Kecemasan
1) Faktor predisposisi kecemasan (Lestari, 2015)
Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori :
a) Teori Psikoanaliti (emosional)
Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani sesorang
dan dikendalikan oleh norma – norma budaya seseorang.
Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan
ego bahwa ada bahaya.
b) Teori tingkah laku
Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan
adalah hasil frustasi, dimana segala sesuatu yang
33
menghalangi terhadap kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dapat menimbulkan
kecemasan. Faktor presipitasi yang aktual mungkin adalah
sejumlah stressor internal dan eksternal, tetapi faktor –
faktor tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk
memperoleh kepuasan dan kenyamanan. Selain itu
kecemasan juga sebagai suatu dorongan untuk belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari
kepedihan.
c) Teori keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait
dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga.
d) Teori biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzo diazepine. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-
gamma neroregulator (GABA) juga mungkin biologis
berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya
dengan endorfin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan
34
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.
2) Faktor presipitasi kecemasan
Faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal dan
eksternal. Ada dua kategori faktor pencetus kecemasan, yaitu
ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri :
a) Ancaman terhadap integritas fisik
Ancaman pada kategori ini meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas
untuk melakukan aktifitas hidup sehari – hari.
b) Ancaman terhadap integritas sistem tubuh
Ancaman pada kategori ini dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial seseorang.
g. Patofisiologi kecemasan
Adanya suatu stressor sebagai kecemasan akan diproses sebagai
stressor oleh kortes serebri. Informasi akan dibawa oleh sistem
limbik ke hipotalamus. Kemudian hipotalamus melepaskan
neuropeptide yang selanjutnya akan mengaktifkan sistem saraf
simpatis dan merangsang kelenjar pituitary melepaskan ACTH.
Sistem saraf simpatis akan menstimulus medulla adrenal
melepaskan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin). Katekolamin
akan mempengaruhi kerja beberapa organ tubuh diantaranya adalah
peningkatan frekuensi dan isi sekuncup jantung/stroke volume
35
yang akan meningkatkan tekanan darah dan volume darah yang
berdistribusi dalam setiap menitnya.
Katekolamin juga menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah di
perifer, ginjal dan hampir semua organ viseral dan juga
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sketel, sehingga
meningkatkan tekanan darah dan volume darah yang berdistribusi
setiap menitnya (Lewis, Dirkse, Heitkemper, Bucher, & Camera,
2004; Videbeck, 2008)
Efek utama sistem saraf simpatis adalah meningkatnya aliran darah
ke otot rangka, meingkatnya ketegangan otot, meningkatnya
kecepatan nafas, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah,
meningkatnya pengeluaran keringat, meningkatnya konduktifitas
kulit, meningkatnya motilitas usus, meningkatnya pengeluaran
saliva. Sedangkan efek utama sistem parasimpatis adalah
sebaliknya yaitu menurunkan fungsi sistem parasimpatis tersebut
(Marks, Marks, & Smith, 2006).
h. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale
Menurut Lestari tahun 2015 Kecemasan dapat diukur dengan alat
ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating
Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang
didasarkan pada munculnya simptom pada individu yang men
galami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat simptom yang
nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item
36
yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4.
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang
diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala Hamilton Anxiety Rating
Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri 14 item meliputi:
1. Perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila
tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan
sulit konsentrasi.
6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang
hari.
7. Gejala somatik : nyeri pada otot – otot dan kaku, gerakan gigi,
suara tidak stabil dan kedutan otot.
8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk – tusuk, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi
mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
37
10. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
11. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan
kencing, amenore, ereksi lemah dan impotensi.
13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka
merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari – jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat dan napas pendek dan cepat.
Hawari dalam bukunya menyebutkan masing masing kelompok
gejala diberi penilaian angka :
Tabel 2.1 nilai kategori kecemasan
Nilai Keterangan
0 Tidak pernah
1 Jarang
2 Sering
3 Selalu
Masing – masing nilai dari 14 kelompok gejala tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut diketahui derajat
kecemasan seseorang yaitu :
38
Tabel 2.2 nilai derajat kecemasan
i. Kecemasan dalam Kehamilan
Reva Ruvin mengatakan bahwa, selama periode kehamilan hampir
sebagian besar ibu hamil sering mengalami kecemasan. Namun
tingkat kecemasannya berbeda – beda dan tergantung pada sejauh
mana ibu hamil itu memersepsikan kehamilannya. Faktor – faktor
penyebab timbulnya kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan
dengan kondisi :
1) Kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan.
2) Pengalaman keguguran kembali (teratoma)
3) Rasa aman dan nyaman selama masa kehamilan
4) Penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua.
5) Sikap memberi dan menerima kehamilan
6) Keuangan keluarga.
7) Support keluarga dan tenaga medis
Rasa cemas berlebihan dengan sendirinya menyebabkan ibu sakit.
Hal ini bisa menimbulkan bentuk penyakit lain bermunculan yang
sebelumnya telah dideritanya. Kemudian, perasaan cemas
berkepanjangan dapat membuat ibu hamil tak bisa berkonsentrasi
Total Nilai Keterangan
<14 Tidak ada kecemasan
14-20 Kecemasan ringan
21-27 Kecemasan sedang
28-41 Kecemasan berat
42-56 Kecemasan Berat Sekali
39
baik dan hilangnya rasa kepercayaan diri. Bahkan untuk beberapa
ibu penderita ibu penderita cemas berat menghabiskan waktunya
dengan merasakan kecemasan sehingga mengganggu aktivitasnya.
Gejala – gejala cemas ibu hamil terlihat dari mudah tersinggung,
suling bergaul dan berkomunikasi, stres, sulit tidur, palpitasi atau
denyut jantung yang kencang, sering buang air kecil, sakit perut
atau diare, tangan berkeringat dan gemetar, kaki dan tangan
kesemutan, kejang otot, sering pusing, dan pingsan (Pieter &
Lubis, 2010).
Peningkatan kecemasan menyebabkan kenaikan emosi atau
tekanan fisik sehingga seseorang sulit untuk berfikir sehingga
mempengaruhi perilaku. Ditandai juga dengan adanya peningkatan
denyut jantung, perubahan denyut nadi, peningkatan tekanan darah,
sekresi hormon stres, peningkatan suhu tubuh, peningkatan laju
aliran saliva, peningkatan sekresi cairan tubuh, perubahan warna
kulit, peningkatan saturasi oksigen (Gyergyay et al., 2015).
40
3. Perubahan Tanda – Tanda Vital Akibat Kecemasan
a. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah
terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah yang
dinyatakan dalam milimeter air raksa. Periode pengisian jantung
dengan darah disebut diastolik, yang diikuti oleh satu periode
kontraksi yang disebut sistolik (Guyton & Hall, 2008). Selama
kehamilan dan masa nifas terjadi perubahan – perubahan pada
jantung dan sirkulasi pada ibu (Wolff, Memon, Chalmers,
Sundquist, & Midlöv, 2015). Rata – rata tekanan darah normal
biasanya 120/80 mmHg (Marks et al., 2006).
Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya
adalah kecemasan. Hal ini dikarenakan tekanan darah pada sistem
kardiovaskuler diatur oleh sistem saraf otonom. Kecemasan
merupakan sifat subjektif dan secara sadar disertai perangsangan
sistem saraf otonom yang dapat meningkatkan tekanan darah,
denyut jantung dan respirasi. Dari teori tersebut dapat dijelaskan
bahwa peningkatan tekanan darah merupakan respon fisiologis dan
psikologis dari kecemasan. Kedua hal ini saling berhubungan
sebagai dampak dari perubahan psikologis yang akan
mempengaruhi psikologis, begitu pula sebaliknya. Apabila pasien
mengalami kecemasan maka akan berdampak pada peningkatan
tekanan darah. Hal ini dikarenakan pusat pengaturan tekanan darah
41
dilakukan oleh sistem saraf, sistem humoral dan sistem
hemodinamik (Marks et al., 2006)
b. Pernafasan
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan
oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk
oksidanya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen
dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri
proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil
buangan dalam bentuk karbon dioksida (CO2) dan air (H2O)
dihilangkan (Pearce, 2011).
Pernafasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran
gas di dalam jaringan atau “pernafasan dalam” dan di dalam paru –
paru atau “pernafasan luar” (Pearce, 2011).
Tabel 2.3 Kecepatan pernafasan normal setiap menit
Pernafasan pada Jumlah nafas
Bayi Baru Lahir 30-40
12 Bulan 30
2 – 5 Tahun 24
Orang Dewasa 10-20
Respon fisiologis tubuh terhadap kecemasan salah satunya pada
pernafasan berupa nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada,
nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekat,
terengah – engah (Lestari, 2015).
42
c. Nadi
Denyut nadi adalah getaran atau denyut darah di dalam pembuluh
darah arteri akibat kontraksi ventrikel jantung kiri. Denyut nadi
dirasakan di area tubuh dimana arteri dekat dengan permukaan
kulit dan di bawah struktur yang padat seperti tulang. Secara umum
denyut nadi dapat ditemukan di daerah pergelangan tangan, karotis,
temporal, brankhial, femoral, popliteal, dan dorsalis pedis. Denyut
nadi normal dalam keadaan istirahat adalah antara 72-80 kali per
menit. Walaupun kecepatan denyut nadi dapat bervariasi selama
jangka waktu pendek pada respons terhadap kecemasan (Fraser,
Cooper, & Fletcher, 2009)(Marks et al., 2006). Pemeriksaan
denyut nadi dilakukan selama satu menit secara manual dengan
cara menekan 3 jari (telunjuk, tengah, manis) pada salah satu
pergelangan tangan. Perhitungan denyut nadi di mulai ketika
denyut nadi sudah mulai teraba (Marks et al., 2006).
43
4. Prenatal yoga
a. Pengertian Yoga
Yoga adalah sebuah gaya hidup, suatu sistem pendidikan yang
terpadu antara tubuh, pikiran dan jiwa (Widya, 2015).
Yoga merupakan sistem kesehatan menyeluruh (holistik) yang
terbentuk dari kebudayaan India kuno sejak 3.000 SM yang lalu.
Yoga atau yuj-dalam bahasa Sanskerta kuno-berarti union
(penyatuan) (Sindhu, 2011). Penyatuan ini mempunyai makna
bersatunya manusia dengan Sang Maha Pencipta atau bermakna
keutuhan / keharmonisan diri secara fisik, mental, dan spiritual
(Pratignyo, 2014). Masih menurut Pratignyo, Yoga bukan lagi gaya
hidup yang eksklusif, tetapi sudah menjadi kebutuhan manusia
untuk hidup lebih sehat, mendapatkan ketenangan dan
kebahagiaan, serta bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun.
b. Yoga Untuk Ibu hamil
Pada dasarnya, prenatal yoga (yoga bagi kehamilan) merupakan
modifikasi dari yoga klasik yang telah disesuaikan dengan kondisi
fisik wanita hamil yang dilakukan dengan intensitas yang lebih
lembut dan perlahan. Yoga bisa membuat pikiran kita lebih fokus
dan konsentrasi dalam keseharian, begitu juga saat masa kehamilan
dan persalinan (Sindhu, 2011).
44
c. Manfaat Yoga Bagi Ibu Hamil
Sindhu tahun 2011 dalam bukunya menjelaskan manfaat prenatal
yoga antara lain :
1) Meningkatkan kekuatan dan stamina tubuh saat hamil
2) Melancarkan sirkulasi darah dan asupan oksigen ke janin.
3) Mengatasi sakit punggung dan pinggang, skiatika, konstipasi
(sembelit), saluran urine yang lemah, pegel – pegel dan
bengkak pada sendi.
4) Melatih otot perineum (otot dasar panggul) yang berfungsi
sebagai otot kelahiran; membuatnya lebih kuat dan elastis
sehingga mempermudah proses kelahiran.
5) Mengurangi kecemasan dan mempersiapkan mental sang ibu
untuk menghadapi persalinan.
6) Mempermudah proses kelahiran, yoga mengajarkan teknik –
teknik penguasaan tubuh dan menekankan bahwa otot yang
tegang tak akan membantu proses persalinan.
7) Menjalani komunikasi antara ibu dan anak sejak masih berada
di dalam kandungan
8) Mempercepat penyembuhan setelah melahirkan.
Menurut Pratignyo tahun 2014 manfaat prenatal yoga adalah
1) Fisik
a) Meningkatkan energi, vitalitas, dan daya tahan tubuh
b) Melepaskan stress dan cemas
45
c) Meningkatkan kualitas tidur
d) Menghilangkan ketegangan otot
e) Mengurangi keluhan fisik secara umum semasa kehamilan,
seperti nyeri punggung, nyeri panggul, hingga
pembengkakan bagian tubuh.
2) Mental dan emosi
a) Menstabilkan emosi ibu hamil yang cenderung fluktuatif
b) Menguatkan tekad dan keberanian
c) Meningkatkan rasa percaya diri dan fokus
d) Membangun afirmasi positif dan kekuatan pikiran pada saat
melahirkan
3) Spritual
a) Menenangkan dan mengheningkan pikiran melalui
relaksasi dan meditasi
b) Memberikan waktu yang tenang untuk menciptakan ikatan
batin antara ibu dengan bayi
c) Menanamkan rasa kesabaran, intuisi, dan kebijaksanaan
d. Waktu untuk melakukan prenatal yoga
Dan demi keselamatan ibu dan anak, disarankan prenatal yoga
dilakukan pada trimester ke-2 kehamilan. Hal ini dikarenakan pada
trimester pertama, ibu hamil sering mengalami morning sickness
dan beberapa keluhan kehamilan sehingga bisa menganggu saat
berlatih yoga (Yuliarti, 2010).
46
Pada prinsipnya yoga aman dilakukan selama kehamilan dan dapat
dilakukan oleh semua wanita hamil dimulai pada usia kehamilan
18 minggu, tidak memiliki riwayat komplikasi selama kehamilan,
tidak memiliki riwayat persalinan preterm, dan BBLR. Pada wanita
dengan riwayat abortus boleh melakukan yoga setelah usia diatas
20 minggu atau setelah dinyatakan kehamilan baik (Husin, 2013).
Dalam melakukan yoga, dianjurkan untuk berlatih dengan
frekuensi frekuensi antara 1 kali sampai 2 kali seminggu dengan
bimbingan instruktur selama 60 – 90 menit/sesi (Sindhu, 2015).
Untuk mendapatkan hasil maksimal Hasil yang maksimal dari yoga
yaitu ibu hamil melakukan yoga dengan frekuensi 1-2 kali minimal
3 kali pelaksanaan yoga (Almasyhur, 2010)
e. Prinsip Prenatal yoga
Prinsip dalam melakukan prenatal yoga (Pratignyo, 2014):
1) Napas dengan penuh kesadaran
Napas yang dalam dan teratur bersifat menyembuhkan dan
menenangkan. Melalui teknik pernapasan yang benar, sang ibu
akan lebih dapat mengontrol pikiran dan tubuhnya.
2) Gerakan yang lembut dan perlahan
Gerakan yang lembut dan mengalir akan membuat tubuh ibu
lebih luwes sekaligus kuat. Gerakan prenatal yoga fokus pada
otot – otot dasar panggul, otot panggul, pinggul, paha, dan
punggung.
47
3) Relaksasi dan meditasi
Dengan relaksasi dan meditasi, seluruh tubuh dan pikiran ibu
dalam kondisi yang relaks, tenang dan damai.
4) Ibu dan bayi
Prenatal yoga meluangkan waktu spesial dan meningkatkan
bonding antara ibu dan calon bayi. Jika ibu bahagia dan relaks,
bayi pun akan merasakan hal yang sama.
f. Indikasi Prenatal yoga (B. Irianti et al., 2013)
Pada prinsipnya yoga aman dilakukan selama hamil dan dapat
dilakukan oleh semua wanita hamil dimulai pada usia kehamilan
18 minggu, tidak memiliki riwayat komplikasi selama kehamilan
termasuk penyakit jantung turunan (PJT), tidak memiliki riwayat
persalinan preterm, dan BBLR. Pada wanita dengan riwayat
abortus boleh melakukan yoga setelah usia di atas 20 minggu atau
setelah dinyatakan kehamilan baik
g. Kontraindikasi Prenatal yoga (B. Irianti et al., 2013)
Walaupun yoga dianggap latihan yang aman selama kehamilan
namun terdapat beberapa keadaan dimana wanita memerlukan
persetujuan dari tenaga kesehatan, seperti memiliki tekanan darah
rendah, riwayat obstetri buruk seperti perdarahan dalam kehamilan,
KPD dan BBLR. Selain keadaan tersebut, yoga pun harus
dihentikan jika saat pelaksanaan wanita mengalami keluhan seperti
:
48
1) Rasa pusing, mual, dan muntah berkelanjutan
2) Gangguan penglihatan
3) Kram pada perut bagian bawah
4) Pembengkakan pada tangan dan kaki
5) Tremor pada ekstremitas atas maupun bawah
6) Jantung berdebar debar
7) Gerakan janin yang melemah.
h. Persiapan prenatal yoga
Persiapan dalam prenatal (Pratignyo, 2014)
1) Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman.
2) Berlatih tanpa alas kaki di atas yoga mat.
3) Jaga agar perut tidak terlalu kenyang dan tidak terlalu lapar.
4) Berlatih di pagi hari atau sore hari ketika perut kosong.
Lakukan yoga 1-2 jam setelah makan.
5) Gunakan bantal, guling, atau kursi sebagai alat bantu
melakukan postur yoga.
6) Minum air yang banyak sesudah berlatih.
i. Alat Yoga
Alat yang digunakan selama yoga antara lain :
1) Matras
2) Handuk lipat
3) Balok
4) Band 5) Bantal
49
j. Gerakan Prenatal yoga
Berikut gerakan dalam prenatal yoga (Pratignyo, 2014)
1) Pemanasan
Pemanasan sangat penting sebelum berlatih prenatal yoga. Jika
tidak melakukan pemanasan, otot – otot tubuh akan kaget dan
akibatnya tubuh merasa nyeri atau pegal setelah latihan.
Pemanasan yang dilakukan dengan kesadaran napas akan
membuat tubuh relaksasi dan aktif sehingga tubuh akan siap
melakukan gerakan – gerakan yoga.
a) Pemanasan Leher
Manfaat meredakan ketegangan di daerah leher dan
melancarkan energi di daerah leher dan kepala.
Gerakan 1
Gambar 2.1
(1) Duduk bersila dengan nyaman dan luruskan tulang
punggung.
(2) Letakkan kedua tangan di atas lutut.
(3) Tengok kepala ke arah kanan. Tahan posisi dan
bernapas relaks 3-5 kali
50
(4) Tengok kepala ke arah kiri. Tahan posisi dan bernapas
relaks 3-5 kali.
Gerakan 2
Gambar 2.2
(1) Rebahkan kepala ke samping kanan. Tahan posisi dam
bernapas relaks 3-5 kali.
(2) Rebahkan kepala ke samping kiri. Tahan posisi dan
bernapas 3-5 kali.
Gerakan 3
Gambar 2.3
(1) Tundukkan kepala seluruhnya ke bawah dan rasakan
peregangan leher bagian belakang.
(2) Perlahan putar pergelangan leher dan kepala ke kiri,
belakang, kanan, dan kembali ke depan. Lakukan
sebanyak 3-4 kali.
51
(3) Putar leher dan kepala ke arah sebaliknya. Lakukan
sebanyak 3-4 kali.
(4) Tundukkan kepala seluruhnya ke bawah dan bernapas
normal.
(5) Angkat kepala kembali ke tengah dan relaks.
b) Peregangan dan Pemuntiran Samping Tubuh
Manfaat meredakan ketegangan tubuh di daerah tulang
belakang, pinggang dan panggul dan melancarkan energi
tubuh dan memperdalam kapasitas napas.
Gerakan 1
Gambar 2.4
(1) Duduk bersila dengan nyaman.
(2) Buang napas, regangkan tubuh ke samping, dan
pandang ke atas. Tahan lembut posisi ini dan bernapas
normal 3-5 kali. Ulangi sisi lainnya.
52
Gerakan 2
Gambar 2.5
(1) Kembali duduk bersila menghadap depan.
(2) Buang napas, perlahan memuntir tubuh ke samping
kanan. Tahan lembut posisi ini dan bernapas normal 3-5
kali. Ulangi sisi lainnya.
Jaga agar tulang punggung tetap tegak lurus. Bernapas
normal alami dengan penuh kesadaran dan rasakan
peregangan dengan lembut.
c) Peregangan Bahu dan Pundak
Manfaat mengurangi ketegangan di pundak, bahu, dan dada
dan melancarkan energi tubuh dan memperdalam kapasitas
napas.
Gambar 2.6
(1) Duduk bersila dengan nyaman
53
(2) Letakkan kedua tangan di pundak dan kedua siku
bersentuhan.
(3) Tarik napas, putar lengan ke atas, dan kedua siku
menghadap ke atas.
(4) Buang napas, lalu putar lengan ke belakang.
(5) Ulangi gerakan 3-5 kali.
2) Gerakan Inti
a) Postur anak (Child Pose)
Manfaat merasakan napas perut secara langsung,
Memperdalam kapasitas napas, Membantu posisi bayi di
dalam perut agar berada pada posisi yang benar, dan
Membuat tubuh dan pikiran lebih relaks.
Gambar 2.7
(1) Duduk di atas tumit dan regangkan lutut melebar ke
samping.
(2) Bungkukkan badan ke depan, tekuk kedua lengan, dan
rebahkan kepala ke lengan atau alas.
54
(3) Pejamkan mata dan perdalam napas.
(4) Bernapas perlahan dan teratur sebanyak 5-8 kali.
b) Postur Peregangan Kucing (Cat Stretch)
Manfaat menguatkan dan melenturkan tulang punggung,
Mengatasi nyeri punggung, nyeri panggul, dan nyeri di
daerah sekitar tulang selangkang. Menguatkan lengan dan
pergelangan tangan, dan Meregangkan leher dan bahu.
Gambar 2.8
(1) Letakkan kedua telapak tangan dan lutut di alas. Posisi
lutut sejajar panggul dan telapak tangan sejajarbahu.
Regangkan jari – jari tangan.
(2) Tarik napas, lihat ke depan, serta naikkan tulang ekor
dan panggul ke atas. Kedua tangan tetap lurus.
(3) Embuskan napas, tundukkan kepala, dan pandangan ke
arah perut. Posisi punggung melengkung ke arah dalam.
55
(4) Ulangi latihan 5-8 kali secara perlahan dan lembut.
(5) Setelah selesai, istirahat sejenak dengan posisi postur
anak. Bernapas dalam beberapa kali sebelum lanjut ke
postur berikutnya.
c) Postur Peregangan Kucing Mengalir (Flowing Cat Stretch)
Meregangkan tubuh bagian depan dan belakang,
Memperdalam kapasitas napas, Menguatkan otot – otot
panggung, dan Melenturkan otot – otot panggul.
(1) Letakkan kedua telapak tangan dan lutut di alas. Posisi
lutut sejajar panggul dan telapak tangan sejajar bahu.
Regangkan jari – jari tangan.
(2) Turunkan ke2 siku ke alas (gambar 1), tarik napas, dan
dorong/julurkan badan perlahan ke depan (gambar 2)
Gambar 2.9
56
(3) Buang napas, lekukkan punggung dan panggul ke
dalam, dan tundukkan kepala. Arahkan pandangan ke
perut (gambar 3)
(4) Perlahan mundur ke belakang, pantat ke arah tumit
kedua siku kembali diletakkan ke alas (gambar 1).
Lanjutkan gerakan pada gambar 2 dan 3.
(5) Ulangi gerakan 1, 2 , dan 3 sebanyak 5-8 kali.
d) Postur Harimau (Tiger Stretch)
Manfaat meningkatkan energi dan vitalitas tubuh,
Melenturkan tulang punggung dan otot punggung,
Menguatkan kaki dan sendi panggul, Menguatkan otot
perut, Membantu melancarkan pencernaan, dan Membantu
melancarkan aliran darah.
(1) Letakkan telapak tangan di atas sejajar bahu, sedangkan
lutut sejajar panggul. Regangkan jari – jari tangan.
Gambar 2.10
57
(2) Tarik napas, regangkan kaki kiri ke belakang, sejajar
panggul. Arahkan pandangan ke depan.
(3) Embuskan napas dan tekuk lutut. Lekukkan tubuh ke
arah dalam.
(4) Tarik napas, kembali rentangkan kaki, dan buang napas.
Tekuk lutut ke arah dalam.
(5) Ulangi gerakan beberapa 5-8 kali.
(6) Lakukan dengan sisi kanan. Ulangi gerakan sebanyak 5-
8 kali.
e) Postur Berdiri (Standing Pose)
Manfaat membantu melatih
keseimbangan tubuh, Menguatkan
otot – otot kaki dan otot panggul,
dan Mengurangi sakit pinggang dan
nyeri tulang punggung.
Gambar 2.11
(1) Regangkan kedua kaki sejajar panggul sehingga tubuh
stabil dan seimbang. Berat badan bertumpu secara
seimbang pada seluruh kaki.
58
(2) Luruskan tulang punggung dengan posisi bahu relaks.
Kedua tangan lurus di samping tubuh dengan telapak
tangan menghadap ke dalam.
(3) Bernapas perlahan, dalam, dan teratur. Rasakan sensasi
pada seluruh tubuh mulai dari ujung kepala hingga
ujung kaki.
f) Postur Segitiga (Triangle Pose)
Manfaat memperdalam kapasitas
napas, Menguatkan tubuh bagian
samping, Meredakan sakit punggung,
Melancarkan sirkulasi darah,
Menguatkan seluruh otot paha,
Membantu melancarkan pencernaan,
dan Melenturkan otot punggung.
Gambar 2.12
(1) Regangkan kedua kaki ke samping lebih lebar daripada
bahu.
(2) Arahkan kaki kanan 90 derajat ke arah kanan.
Rentangkan kedua lengan sejajar dengan bahu.
(3) Embuskan napas, condongkan tubuh ke samping kanan.
Jaga agar lutut kanan tidak terkekuk dan bernapas
normal perlahan.
59
(4) Tahan lembut posisi ini dan bernapas normal perlahan
5-8 kali.
(5) Perlahan tegakkan tubuh kembali.
(6) Lakukan dengan sisi lainnya.
g) Postur Berdiri Merentang Tubuh Bagian Samping (Side
Angle Stretch)
Manfaat menguatkan dan melenturkan otot paha, pinggul,
dan pinggang, Melenturkan otot lengan dan bahu, dan
Memperdalam kapasitas napas.
Gambar 2.13
(1) Regangkan kedua kaki ke samping lebih lebar daripada
bahu.
(2) Arahkan telapak kaki kanan ke kanan dan tekuk lutut.
(3) Letakkan tangan kanan di atas paha.
(4) Luruskan tangan kiri ke atas.
(5) Arahkan pandangan ke atas atau ke depan.
60
(6) Tahan lembut posisi ini dan bernapas normal perlahan
5-8 kali.
(7) Ulangi sisi lainnya.
h) Postur Pejuang I (Warrior I Pose)
Manfaat menguatkan pergelangan kaki, lutut, dan paha,
Menguatkan dada, pundak, dan punggung, Memperdalam
kapasitas napas, Melatih keseimbangan tubuh,
Meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh, dan
Meningkatkan energi dan konsentrasi.
Gambar 2.14
(1) Berdiri tegak lurus. Perlahan letakkan kaki kiri ke
belakang.
(2) Tarik napas dan rentangkan kedua tangan ke atas.
Kedua telapak tangan menghadap satu sama lain.
61
(3) Buang napas, tekuk lutut kanan sejajar tumit.
Pandangan melihat ke depan atau atas.
(4) Tahan lembut posisi dan bernapas normal 3-5 kali.
(5) Tarik napas, luruskan kaki kanan.
(6) Buang napas dan posisikan kedua tangan ke bawah di
samping tubuh.
(7) Lakukan dengan sisi lainnya.
i) Postur Pejuang II (Warrior II Pose)
Manfaat menguatkan otot paha, betis dan tumit,
Melenturkan otot di sekitar bahu, Meningkatkan stamina
dan daya tahan tubuh, dan Meningkatkan energi dan
konsentrasi.
Gambar 2.15
(1) Berdiri tegak lurus. Perlahan letakkan kaki kiri ke
belakang.
(2) Rentangkan kedua tangan ke samping sejajar dengan
bahu. Kedua telapak tangan menghadap ke bawah.
62
(3) Buang napas dan tekuk lutut kanan sejajar dengan
tumit. Tahan lembut posisi ini dan bernapas normal 3-5
kali.
(4) Tarik napas dan luruskan kaki kanan kembali. Buang
napas, kedua tangan kembali di samping tubuh.
(5) Lakukan dengan sisi lainnya.
j) Postur Kupu – Kupu (Butterfly Pose)
Manfaat melenturkan sendi dan otot bagian dalam paha dan
Melancarkan pencernaan dan aliran darah ke rahim.
Gambar 2.16
Duduk dengan menyatukan kdua telapak kaki. Ayunkan
kedua paha ke atas dan ke bawah. Lakukan 10-20 kali.
k) Postur Jongkok (Squating Pose)
Manfaat menguatkan otot – otot paha dan melenturkan otot
dasar panggul dan Melancarkan sirkulasi darah ke kaki dan
pencernaan.
63
Gambar 2.17
Berjongkok dengan nyaman. Kedua telapak kaki menempel
pada alas. Satukan kedua tangan dan kedua siku di dalam
lutut mendorong ke arah luar.
l) Postur Bersandar Dinding (Forward Bend On Walls)
Manfaat memberi ruang untuk bernapas lebih dalam,
Memperlancar aliran oksigen ke rahim, Menguatkan
lengan, bahu dan punggung, dan Melancarkan aliran darah
pada kaki.
Gambar 2.18
(1) Letakkan kedua telapak tangan di dinding dan tarik
kedua kaki ke belakang.
64
(2) Perlahan, tundukkan bahu dan punggung ke bawah
sejajar dengan kedua lengan. Telapak tangan menekan
dinding dan pandangan melihat ke bawah.
(3) Tahan lembut posisi ini dan bernapas normal 3-5 kali.
m) Postur Memutar Panggul Pada Dinding (Pelvic Rotation On
Walls)
Manfaat melenturkan otot – otot panggul dan pinggul dan
Memberi ruang pada ibu hamil untuk leluasa bergerak.
Gambar 2.19
Memutar panggul dengan perlahan ke arah depan, kanan,
belakang, dan kiri. Lakukan 3-5 kali putaran. Ulangi arah
sebaliknya.
3) Relaksasi
Relaksasi sangat bermanfaat untuk memperdalam napas,
menurunkan adrenalin, meredakan ketegangan otot tubuh,
65
menambah daya tahan tubuh, melancarkan aliran darah,
mengeluarkan endorfin, mengurangi stres dan ketegangan, serta
memberi rasa tenang, nyaman, dan tentram.
Gambar 2.20
(1) Perlahan, berbaring miring ke samping kiri/mencari posisi
paling nyaman.
(2) Berdiam tenang dan amati napas dari dalam tubuh.
(3) Bernapaslah perlahan dan lembut menggunakan pernapasan
perut.
(4) Perlahan, rasakan tubuh dari telapak kaki dan rasakan
telapak kaki rileks.
(5) Rasakan seluruh anggota tubuh rileks.
(6) Rileksasikan seluruh tubuh dari ujung kepala hingga ujung
kaki.
(7) Saat menghembuskan napas, rasakan tubuh semakin tenang
dan relaks.
66
(8) Perhatikan irama dan bunyi napas. Rasakan kenyamanan di
seluruh tubuh.
(9) Fokuskan pikiran saat ini.
(10) Rasakan ketenangan yang telah dirasakan tubuh dan
pikiran. Rasakan keutuhan dan kesatuan antara napas,
tubuh dan pikiran. Tetap bernapas dalam, perlahan, dan
nyaman.
(11) Setelah beberapa saat, perlahan buka mata. Rasakan
kesegaran setelah latihan.
67
Gambar 2.21 Kerangka Teori
Sumber : (Lewis et al., 2004; Marks et al., 2006; Marmi, 2011; Pratignyo, 2014;
Ramaiah, 2003; Videbeck, 2008)
Kecemasan
Gembira +
Takut
Pikiran Sendiri
dan Berduka
Persiapan
Persalinan
Psikologis TM III
Psikolog
is
Obat -
obatan
Tekanan Darah Frekuensi Napas
Meditas
i Relaksa
si
Hipotalamus
Yoga
Hipofisis posterior
Parasimpatis
Relaksasi
Adrenalin
B. KERANGKA TEORI