Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ENTERPRENEURSHIP UNTUKMENINGKATKAN MINAT KEWIRAUSAHAAN
RANCANGAN TESIS
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teknik Penulisan Ilmiah
Oleh
MUKHSININ
NIM 0402512021
1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA S2
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Saat ini masalah pengembangan jiwa kewirausahaan siswa
melalui pendidikan formal menjadi aktual untuk dibahas
karena berbagai alasan yang sangat rasional seperti
meningkatnya lulusan pendidikan dasar yang tidak
melanjutkan ke jenjang sekolah menengah, lulusan
sekolah menengah yang tidak melanjutkan ke perguruan
tinggi, meningkatnya angkatan kerja terdidik lulusan
perguruan tinggi yang jumlahnya semakin meningkat dalam
2
setiap tahun, sementara kesempatan kerja yang tersedia
tidak mampu menampung mereka, pada akhirnya menimbulkan
residu angkatan kerja berupa pengangguran. Menurut data
statistik yang dikeluarkan oleh BPS, pada Agustus 2013
angka pengangguran mencapai 6,25% dari jumlah angkatan
kerja sebagai mana berikut:
(www.bps.go.id:2014)
3
Kenyataan seperti ini mengindikasikan bahwa sekolah
baru sekedar mampu mempersiapkan peserta didik untuk
mengisi lapangan kerja dan belum mampu mempersiapkan
mereka menjadi manusia pencipta lapangan kerja.
Pendidikan yang berbasis enterpreneurship adalah
pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan
metodologi ke arah internalisasi nilai-nilai
kewirausahaan pada peserta didiknya melalui kurikulum
yang terintegrasi dengan perkembangan yang terjadi baik
di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakatnya
serta penggunaan model dan bahan pembelajaran yang
relevan dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan hal di atas, pendidikan/ sekolah
memiliki kepentingan untuk mengembangkan pembelajaran
berbasis kewirausahaan/ enterpreneurship sehingga
diharapkan mampu menumbuhkan semangat dan minat
kewirausahaan kepada para siswa yang pada akhirnya pada
saat memasuki kehidupan nyata mampu menciptakan
4
lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan juga orang
lain.
Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh sekolah
dan para guru adalah dengan mengembangkan bahan ajar
yang berbasis enterpreneurship. Penggunaan bahan ajar yang
berbasis enterpreneurship diharapkan mampu meningkatkan
minat kewirausahaan kepada para siswa sehingga siswa
lebih siap sejak dini untuk hidup mandiri di
masyarakat.
1.2Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang dapat teridentifikasi antara
lain:
5
(1) Bahan ajar yang dipakai oleh guru belum menekankan
pada tumbuhnya minat kewirausahaan siswa
(2) Guru belum memprogramkan pengembangan bahan ajar
yang berbasis enterpreneurship
(3) Bagaimana merancang pengembangan bahan ajar yang
berbasis enterpreneurship untuk meningkatkan minat
kewirausahaan siswa
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi
masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah yang
penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan bahan
ajar yang berbasis enterpreneurship untuk meningkatkan
minat kewirausahaan siswa.
1.4Batasan Masalah
Supaya terdapat kesamaan persepsi maka beberapa batasan
masalah dalam penelitian ini adalah:
6
a. Bahan Ajar yang dimaksud di dalam penelitian ini
adalah dalam bentuk modul pembelajaran
b. Bahan Ajar yang dikembangkan terbatas pada materi
Kalor yang merupakan materi IPA Fisika Kelas VII
Semester Genap
1.5Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan ajar
yang dapat meningkatkan minat kewirausahaan siswa.
1.6Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberi
manfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam
pembelajaran IPA di SMP bahwa pembelajaran IPA dapat
digunakan untuk meningkatkan minat kewirausahaan siswa
sehingga mereka pada akhirnya lebih siap menghadapi
dunia kerja yang penuh persaingan.
Selain itu diharapkan dapat membuka cakrawala baru
bagi siswa, guru dan pelaku atau praktisi pendidikan
7
untuk berinovasi dan mengembangkan bidang keilmuan yang
dimilikinya lebih baik lagi.
BAB II
LANDASAN TEORI
I.1 Bahan Ajar
Bahan ajar atau bahan pembelajaran merupakan komponen
isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan kepada
8
para siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang
beragam, ada yang berbentuk fakkta, konsep, prinsip/
kaidah, prosedur, problema dan sebagainya. Komponen
inin berperan sebagai isi atau materi yang harus
dikuasai siswa dalam proses pembelajaran.
Sifat materi kurikulum yang tersusun dalam silabus
hanya bersifat materi-materi pokok, maka untuk
kelancaran proses pembelajaran, materi pembelajaran
perlu disusun dalem bentuk bahan ajar/ bahan
pembelajaran secara utuh (M. Djauhar Shidiq et.al :
2008).
Menurut Iskandarwassid dalam Auliyah Naswa (2012)
bahan ajar merupakan seperangkat substansi atau materi
pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis
serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan
dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara
9
akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara
terpadu.
Pada proses pembelajaran bahan ajar berfungsi
sebagai:
a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
diajarkan kepada siswa.
b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
dipelajari/dikuasainya.
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil
pembelajaran.(Depdiknas : 2007)
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar
dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
a. Bahan cetak (printed) seperti antara lain handout,
buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, model/maket.
10
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,
piringan hitam, dan compact disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video
compact disk, film.
d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching
material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction),
compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif,
dan bahan ajar berbasis web (web based learning
materials).
Pada saat seorang guru mengembangkan sebuah bahan
ajar maka terdapat beberapa prinsip yang tidak boleh
ditinggalkan. Prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar
menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010) adalah:
c. Prinsip relevansi, settiap materi yang terdapat di
dalam bahan yang dikembangkan harus memiliki
keterkaitan dengan standar kompetensi/ kompetensi
dasar.
d. Prinsip konsistensi atau keajegan. Artinya jumlah
bahan ajar harus sama dengan kompetensi dasar yang
11
akan dicapai. Apabila terdapat 5 kompetensi dasar
yang hendak dicapai, maka harus dikembangkan bahan
ajar sebanyak 5 buah.
e. Prinsip adekuasi atau kecukupan. Artinya cakupan
materi yang terdapat di dalam bahan ajar yang
dikembangkan haruslah cukup untuk mencapai
kompetensi yang diinginkan.
Menurut Depdiknas (2007) bahwa prosedur pemilihan bahan
ajar adalah :
1) Menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar
dengan mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD). Sebab setiap aspek dalam SK
dan KD terdapat jenis materi yang berbeda-beda
dalam kegiatan pembelajaran,
2) Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar.
Materi pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi
aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan
prosedur), aspek afektif (pemberian respon,
penerimaan, internalisasi, dan penilaian) serta
12
aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan
rutin),
3) Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan
dengan SK-KD yang telah teridentifikasi tadi,
4) Memilih sumber bahan ajar.
Bahan ajar yang dipilih di dalam penelitian ini
adalah modul. Modul pembelajaran merupakan salah satu
bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa
secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara
sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan
kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.
Anwar (2010), menyatakan bahwa karakteristik modul
pembelajaran sebagai berikut :
1. Self instructional, siswa mampu membelajarkan diri
sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.
13
2. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu
unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam
satu modul utuh.
3. Stand alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung
pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-
sama dengan media lain.
4. Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang
tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah
akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.
6. Konsistensi, konsisten dalam penggunaan font, spasi,
dan tata letak.
I.2 Enterpreneurship atau Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan kemauan dan kemampuan seseorang
dalam menghadapi berbagai resiko dengan mengambil
inisiatif untuk menciptakan dan melakukan hal-hal baru
14
melalui pemanfaatan kombinasi berbagai sumberdaya
dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik
kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dan
memperoleh keuntungan sebagai konsekuensinya (Rusli
Muhammad Rukka: 2011).
Esensi wirausaha adalah menciptakan nilai tambah
dengan ara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.
Wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan
menciptakan suatu organisiasi untuk mengejar “peluang”.
Wirausaha merupakan sebuah pekerjaan yang bersifat
fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil
resiko, mengambil keputusan dan tindakan untuk mencapai
tujuan (Meredith dalam Suryana: 2001).
Sekolah tentu menghendaki memiliki outcomes berupa
siswa yang mandiri, bisa mengahadapi tantangan dunia
yang begitu cepat berubah, memecahkan masalah yang
terjadi dalam kehidupannya dengan baik. Jiwa
kewirausahaan yang merupakan bagian dari ranah afektif
perlu ditanamkan pada siswa.
15
Orang yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah orang
yang memiliki perilaku inovatif, kreatif, menyukai
perubahan, kemajuan dan tantangan. Rahasianya terletak
pada kreatifitas dan keinovasian. Secara ringkas ciri
dan watak kewirausahaan menurut Geoffrey G. Meredith
dalam Suryana (2001) dapat dilihat pada tabel berikut.
No Ciri-ciri Watak
1. Percaya diriKeyakinan, ketergantungan, individualis dan optimisme
2. Berorientasi pada tugas dan hasil
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai doroangan kuat, energetik, dan inisiatif
3. Pengambilan resiko
Kemampuan untuk memgambil resiko yang wajar dan suka tantangan
4. KepemimpinanPerilaku sebagai pemimpin, bergauldengan orang lain, menanggapi saran dan kritik
5. KeorisinalanInovatif dan kreatif serta fleksibel
6. Berorientasi ke masa depan
Pandangan ke depan, prespektif
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
I.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pati
yang beralamat di Jalan Pemuda 287 Pati mulai bulan
Maret sampai Mei 2014.
I.4 Prosedur Penelitian
Rancangan pengembangan bahan ajar pada penelitian
ini dapat dijelaskan dengan gambar berikut:
17
Identifikasi
Pengumpulan Data
DesainAwal
Validasi
RevisiDesain
UjiKeterbac
RevisiDesain
Uji CobaPemakaian
RevisiDesain
ProdukFinal
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi diperoleh dari angket yang
diberikan kepada sepuluh orang siswa untuk
menganalisis bahan ajar apa saja yang telah
digunakan oleh guru dan dimanfaatkan siswa
secara langsung dalam pembelajaran IPA Fisika.
Selain itu juga menggunakan wawancara dengan
beberapa guru IPA
b. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh pada tahap ini berupa
hasil observasi dan angket ketersediaan bahan
ajar IPA Fisika. Pada tahap ini juga dilakukan
pengkajian terhadap materi IPA Fisika yang akan
dikembangkan bahan ajarnya. Pengkajian ini
meliputi analisis terhadap SK, KD dan indikator
pencapaian kompetensi.
c. Pembuatan Desain Awal (Draft I)
18
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian
dikembangkan desain pengembangan bahan ajar
berbasis enterpreneurship
d. Validasi
Bahan ajar yang telah dikembangkan
selanjtnya divalidasi oleh para pakar, meliputi
pakar bahasa, pakar materi dan pakar pendiikan
kewirausahaan. Aspek-aspek yang dinilai oleh
para validator adalah:
1. Aspek kelayakan isi;
2. Aspek kelayakan penyajian;
3. Aspek kelayakan bahasa;
4. Aspek kelayakan kegrafikan;
5. Aspek kewirausahaan.
e. Revisi desain (Draft II)
19
Berdasarkan hasil validasi dan saran para
validator, dilakukan revisi bahan ajar yang
telah dikembangkan, agar diperoleh bahan ajar
yang lebih baik.
f. Uji keterbacaan
Uji keterbacaan bahan ajar dilakukan oleh
10 siswa yang dipilih. Kesepuluh siswa yang
dipilih diberi kesempatan untuk menelaah bahan
ajar yang telah dikembangkan kemudian mengisi
angket tingkat keterbacaan.
g. Revisi Desain (Draft III)
Hasil angket tingkat keterbacaan bahan ajar
dijadikan dasar untuk memperbaiki bahan ajar
yang dikembangkan.
h. Ujicoba Pemakaian Bahan Ajar
Bahan ajar yang telah direvisi sebanyak dua
kali kemudian diujicobakan pada proses
pembelajaran sebenarnya. Kelas yang diberi bahan
ajar yang telah dikembangkan ini kemudian diberi
20
angket untuk menentukan minat kewirausahaan
mereka. Hasilnya dibandingkan dengan minat
kewirausaahan dari kelas lain yang tidak
menggunakan bahan ajar ini (kelas kontrol)
i. Finalisasi Produk
Hasil ujicoba digunakan untuk
menyempurnakan bahan ajar yang dkembangkan
sehingga akhirnya didapatkan bahan ajar yang
benar-benar sempurna.
I.5 Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Jenis data yang diambil adalah sebagai berikut
No Data yang Jenis data Instrumen TeknikAnalisis
Dikumpulkan
1. Jenis bahan Nominal Angket keter- Deskriptifkua-ajar yang sudah sediaanbahan litatifdigunakan ajar
2. Validitas bahan Interval Instrumenpeni- Deskriptif per-Ajar laian sentase
3. Uji keterbacaan Interval Angkettingkat Deskriptif per-
21
Keterbacaan sentase4. Uji keterterapan Interval Angket
tingkat Deskriptif per-Keterterapan sentase
5. Efektifitas Nominal Angket minat Deskriptifkua-
Kewirausahaan litatif.
I.6 Metode Analisis Data
a. Data mengenai jenis-jenis bahan ajar materi
Kalor dalam pembelajaran IPA Fisika Kelas VII
dari angket ketersediaan bahan ajar IPA Fisika
dianalis secara deskriptif kualitatif.
b. Data dari instrumen penilaian pakar terhadap
modul materi Kalor berbasis kewirausahaan
dihitung dengan Rumus Analisis Deskriptif
Persentase ( Ali 1992).
Keterangan :
22
% = skor yang diharapkan
n = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimum
c. Persentase data dari instrumen penilaian pakar
terhadap modul materi Kalor berbasis
kewirausahaa kemudian dikonversikan menggunakan
Tabel 7 (Ali 1992, Sudjana 2009).
Tabel 7 Kriteria deskriptif persentase
d. Data mengenai tingkat keterbacaan dan tingkat
keterterapan modul dalam pembelajaran dianalisis
dengan teknik deskriptif persentase.
23
Keterangan :
% = skor yang diharapkan
n = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimum
e. Persentase data dari angket keterbacaan dan
angket keterterapan modul dalam pembelajaran
bagi siswa dikonversikan dengan Tabel 8 (Ali
1992, Sudjana 2009).
Tabel 8 Tabel kriteria tingkat keterbacaan dan tingkat keterterapan modul
24
f. Data mengenai minat kewirausahaan yang diperoleh
dari angket minat kewirausahaan dianalisis secara
deskriptif kualitatif
25
DAFTAR PUSTAKA
Ali M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa
Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah
Online. Direktori UPI. Bandung.
Auliyah Niswa. 2012. Pengembangan Bahan Ajar
Mendengarkan Berbasis Video Interaktif Bermedia
Flash Kelas VIID SMP Negeri 1 Kedamean. Jurnal
Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 01 (01).
Biro Pusat Statistik. 2013. Keadaan Ketanagakerjaan
Agustus 2013. Diunduh di http://www.bps.go.id pada
tanggal 3 Januari 2014.
Depdiknas, 2007. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:
Depdiknas
26