27
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ENTERPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN MINAT KEWIRAUSAHAAN RANCANGAN TESIS Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah Oleh MUKHSININ NIM 0402512021 1

BAHAN AJAR BERBASIS ENTREPRENEURSHIP

Embed Size (px)

Citation preview

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ENTERPRENEURSHIP UNTUKMENINGKATKAN MINAT KEWIRAUSAHAAN

RANCANGAN TESIS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Teknik Penulisan Ilmiah

Oleh

MUKHSININ

NIM 0402512021

1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA S2

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Saat ini masalah pengembangan jiwa kewirausahaan siswa

melalui pendidikan formal menjadi aktual untuk dibahas

karena berbagai alasan yang sangat rasional seperti

meningkatnya lulusan pendidikan dasar yang tidak

melanjutkan ke jenjang sekolah menengah, lulusan

sekolah menengah yang tidak melanjutkan ke perguruan

tinggi, meningkatnya angkatan kerja terdidik lulusan

perguruan tinggi yang jumlahnya semakin meningkat dalam

2

setiap tahun, sementara kesempatan kerja yang tersedia

tidak mampu menampung mereka, pada akhirnya menimbulkan

residu angkatan kerja berupa pengangguran. Menurut data

statistik yang dikeluarkan oleh BPS, pada Agustus 2013

angka pengangguran mencapai 6,25% dari jumlah angkatan

kerja sebagai mana berikut:

(www.bps.go.id:2014)

3

Kenyataan seperti ini mengindikasikan bahwa sekolah

baru sekedar mampu mempersiapkan peserta didik untuk

mengisi lapangan kerja dan belum mampu mempersiapkan

mereka menjadi manusia pencipta lapangan kerja.

Pendidikan yang berbasis enterpreneurship adalah

pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan

metodologi ke arah internalisasi nilai-nilai

kewirausahaan pada peserta didiknya melalui kurikulum

yang terintegrasi dengan perkembangan yang terjadi baik

di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakatnya

serta penggunaan model dan bahan pembelajaran yang

relevan dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan hal di atas, pendidikan/ sekolah

memiliki kepentingan untuk mengembangkan pembelajaran

berbasis kewirausahaan/ enterpreneurship sehingga

diharapkan mampu menumbuhkan semangat dan minat

kewirausahaan kepada para siswa yang pada akhirnya pada

saat memasuki kehidupan nyata mampu menciptakan

4

lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan juga orang

lain.

Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh sekolah

dan para guru adalah dengan mengembangkan bahan ajar

yang berbasis enterpreneurship. Penggunaan bahan ajar yang

berbasis enterpreneurship diharapkan mampu meningkatkan

minat kewirausahaan kepada para siswa sehingga siswa

lebih siap sejak dini untuk hidup mandiri di

masyarakat.

1.2Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat teridentifikasi antara

lain:

5

(1) Bahan ajar yang dipakai oleh guru belum menekankan

pada tumbuhnya minat kewirausahaan siswa

(2) Guru belum memprogramkan pengembangan bahan ajar

yang berbasis enterpreneurship

(3) Bagaimana merancang pengembangan bahan ajar yang

berbasis enterpreneurship untuk meningkatkan minat

kewirausahaan siswa

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi

masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah yang

penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan bahan

ajar yang berbasis enterpreneurship untuk meningkatkan

minat kewirausahaan siswa.

1.4Batasan Masalah

Supaya terdapat kesamaan persepsi maka beberapa batasan

masalah dalam penelitian ini adalah:

6

a. Bahan Ajar yang dimaksud di dalam penelitian ini

adalah dalam bentuk modul pembelajaran

b. Bahan Ajar yang dikembangkan terbatas pada materi

Kalor yang merupakan materi IPA Fisika Kelas VII

Semester Genap

1.5Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan ajar

yang dapat meningkatkan minat kewirausahaan siswa.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberi

manfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam

pembelajaran IPA di SMP bahwa pembelajaran IPA dapat

digunakan untuk meningkatkan minat kewirausahaan siswa

sehingga mereka pada akhirnya lebih siap menghadapi

dunia kerja yang penuh persaingan.

Selain itu diharapkan dapat membuka cakrawala baru

bagi siswa, guru dan pelaku atau praktisi pendidikan

7

untuk berinovasi dan mengembangkan bidang keilmuan yang

dimilikinya lebih baik lagi.

BAB II

LANDASAN TEORI

I.1 Bahan Ajar

Bahan ajar atau bahan pembelajaran merupakan komponen

isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan kepada

8

para siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang

beragam, ada yang berbentuk fakkta, konsep, prinsip/

kaidah, prosedur, problema dan sebagainya. Komponen

inin berperan sebagai isi atau materi yang harus

dikuasai siswa dalam proses pembelajaran.

Sifat materi kurikulum yang tersusun dalam silabus

hanya bersifat materi-materi pokok, maka untuk

kelancaran proses pembelajaran, materi pembelajaran

perlu disusun dalem bentuk bahan ajar/ bahan

pembelajaran secara utuh (M. Djauhar Shidiq et.al :

2008).

Menurut Iskandarwassid dalam Auliyah Naswa (2012)

bahan ajar merupakan seperangkat substansi atau materi

pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis

serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan

dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan

bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu

kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara

9

akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara

terpadu.

Pada proses pembelajaran bahan ajar berfungsi

sebagai:

a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua

aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus

merupakan substansi kompetensi yang seharusnya

diajarkan kepada siswa.

b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua

aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus

merupakan substansi kompetensi yang seharusnya

dipelajari/dikuasainya.

c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil

pembelajaran.(Depdiknas : 2007)

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar

dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:

a. Bahan cetak (printed) seperti antara lain handout,

buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,   

wallchart, foto/gambar, model/maket.

10

b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,

piringan hitam, dan compact disk audio.

c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti  video

compact disk, film. 

d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching

material)  seperti CAI (Computer Assisted Instruction),

compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif,

dan bahan ajar berbasis web (web based learning

materials).

Pada saat seorang guru mengembangkan sebuah bahan

ajar maka terdapat beberapa prinsip yang tidak boleh

ditinggalkan. Prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar

menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010) adalah:

c. Prinsip relevansi, settiap materi yang terdapat di

dalam bahan yang dikembangkan harus memiliki

keterkaitan dengan standar kompetensi/ kompetensi

dasar.

d. Prinsip konsistensi atau keajegan. Artinya jumlah

bahan ajar harus sama dengan kompetensi dasar yang

11

akan dicapai. Apabila terdapat 5 kompetensi dasar

yang hendak dicapai, maka harus dikembangkan bahan

ajar sebanyak 5 buah.

e. Prinsip adekuasi atau kecukupan. Artinya cakupan

materi yang terdapat di dalam bahan ajar yang

dikembangkan haruslah cukup untuk mencapai

kompetensi yang diinginkan.

Menurut Depdiknas (2007) bahwa prosedur pemilihan bahan

ajar adalah :

1) Menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar

dengan mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD). Sebab setiap aspek dalam SK

dan KD  terdapat jenis materi yang berbeda-beda

dalam kegiatan pembelajaran,

2) Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar.

Materi pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi

aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan

prosedur), aspek afektif (pemberian respon,

penerimaan, internalisasi, dan penilaian) serta

12

aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan

rutin),

3) Memilih bahan ajar  yang sesuai atau relevan 

dengan SK-KD yang telah teridentifikasi tadi,

4) Memilih sumber bahan ajar.

Bahan ajar yang dipilih di dalam penelitian ini

adalah modul. Modul pembelajaran merupakan salah satu

bahan belajar  yang dapat dimanfaatkan oleh siswa

secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara

sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan

kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.

Anwar (2010), menyatakan bahwa karakteristik modul

pembelajaran sebagai berikut :

1. Self instructional, siswa mampu membelajarkan diri

sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. 

13

2. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu

unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam

satu modul utuh.

3. Stand alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung

pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-

sama dengan media lain.

4. Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang

tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

5. User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah

akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.

6. Konsistensi, konsisten dalam penggunaan font, spasi,

dan tata letak.

I.2 Enterpreneurship atau Kewirausahaan

Kewirausahaan merupakan kemauan dan kemampuan seseorang

dalam menghadapi berbagai resiko dengan mengambil

inisiatif untuk menciptakan dan melakukan hal-hal baru

14

melalui pemanfaatan kombinasi berbagai sumberdaya

dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik

kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dan

memperoleh keuntungan sebagai konsekuensinya (Rusli

Muhammad Rukka: 2011).

Esensi wirausaha adalah menciptakan nilai tambah

dengan ara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.

Wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan

menciptakan suatu organisiasi untuk mengejar “peluang”.

Wirausaha merupakan sebuah pekerjaan yang bersifat

fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil

resiko, mengambil keputusan dan tindakan untuk mencapai

tujuan (Meredith dalam Suryana: 2001).

Sekolah tentu menghendaki memiliki outcomes berupa

siswa yang mandiri, bisa mengahadapi tantangan dunia

yang begitu cepat berubah, memecahkan masalah yang

terjadi dalam kehidupannya dengan baik. Jiwa

kewirausahaan yang merupakan bagian dari ranah afektif

perlu ditanamkan pada siswa.

15

Orang yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah orang

yang memiliki perilaku inovatif, kreatif, menyukai

perubahan, kemajuan dan tantangan. Rahasianya terletak

pada kreatifitas dan keinovasian. Secara ringkas ciri

dan watak kewirausahaan menurut Geoffrey G. Meredith

dalam Suryana (2001) dapat dilihat pada tabel berikut.

No Ciri-ciri Watak

1. Percaya diriKeyakinan, ketergantungan, individualis dan optimisme

2. Berorientasi pada tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai doroangan kuat, energetik, dan inisiatif

3. Pengambilan resiko

Kemampuan untuk memgambil resiko yang wajar dan suka tantangan

4. KepemimpinanPerilaku sebagai pemimpin, bergauldengan orang lain, menanggapi saran dan kritik

5. KeorisinalanInovatif dan kreatif serta fleksibel

6. Berorientasi ke masa depan

Pandangan ke depan, prespektif

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

I.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pati

yang beralamat di Jalan Pemuda 287 Pati mulai bulan

Maret sampai Mei 2014.

I.4 Prosedur Penelitian

Rancangan pengembangan bahan ajar pada penelitian

ini dapat dijelaskan dengan gambar berikut:

17

Identifikasi

Pengumpulan Data

DesainAwal

Validasi

RevisiDesain

UjiKeterbac

RevisiDesain

Uji CobaPemakaian

RevisiDesain

ProdukFinal

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi diperoleh dari angket yang

diberikan kepada sepuluh orang siswa untuk

menganalisis bahan ajar apa saja yang telah

digunakan oleh guru dan dimanfaatkan siswa

secara langsung dalam pembelajaran IPA Fisika.

Selain itu juga menggunakan wawancara dengan

beberapa guru IPA

b. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada tahap ini berupa

hasil observasi dan angket ketersediaan bahan

ajar IPA Fisika. Pada tahap ini juga dilakukan

pengkajian terhadap materi IPA Fisika yang akan

dikembangkan bahan ajarnya. Pengkajian ini

meliputi analisis terhadap SK, KD dan indikator

pencapaian kompetensi.

c. Pembuatan Desain Awal (Draft I)

18

Berdasarkan data yang diperoleh kemudian

dikembangkan desain pengembangan bahan ajar

berbasis enterpreneurship

d. Validasi

Bahan ajar yang telah dikembangkan

selanjtnya divalidasi oleh para pakar, meliputi

pakar bahasa, pakar materi dan pakar pendiikan

kewirausahaan. Aspek-aspek yang dinilai oleh

para validator adalah:

1. Aspek kelayakan isi;

2. Aspek kelayakan penyajian;

3. Aspek kelayakan bahasa;

4. Aspek kelayakan kegrafikan;

5. Aspek kewirausahaan.

e. Revisi desain (Draft II)

19

Berdasarkan hasil validasi dan saran para

validator, dilakukan revisi bahan ajar yang

telah dikembangkan, agar diperoleh bahan ajar

yang lebih baik.

f. Uji keterbacaan

Uji keterbacaan bahan ajar dilakukan oleh

10 siswa yang dipilih. Kesepuluh siswa yang

dipilih diberi kesempatan untuk menelaah bahan

ajar yang telah dikembangkan kemudian mengisi

angket tingkat keterbacaan.

g. Revisi Desain (Draft III)

Hasil angket tingkat keterbacaan bahan ajar

dijadikan dasar untuk memperbaiki bahan ajar

yang dikembangkan.

h. Ujicoba Pemakaian Bahan Ajar

Bahan ajar yang telah direvisi sebanyak dua

kali kemudian diujicobakan pada proses

pembelajaran sebenarnya. Kelas yang diberi bahan

ajar yang telah dikembangkan ini kemudian diberi

20

angket untuk menentukan minat kewirausahaan

mereka. Hasilnya dibandingkan dengan minat

kewirausaahan dari kelas lain yang tidak

menggunakan bahan ajar ini (kelas kontrol)

i. Finalisasi Produk

Hasil ujicoba digunakan untuk

menyempurnakan bahan ajar yang dkembangkan

sehingga akhirnya didapatkan bahan ajar yang

benar-benar sempurna.

I.5 Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Jenis data yang diambil adalah sebagai berikut

No Data yang Jenis data Instrumen TeknikAnalisis

Dikumpulkan

1. Jenis bahan Nominal Angket keter- Deskriptifkua-ajar yang sudah sediaanbahan litatifdigunakan ajar

2. Validitas bahan Interval Instrumenpeni- Deskriptif per-Ajar laian sentase

3. Uji keterbacaan Interval Angkettingkat Deskriptif per-

21

Keterbacaan sentase4. Uji keterterapan Interval Angket

tingkat Deskriptif per-Keterterapan sentase

5. Efektifitas Nominal Angket minat Deskriptifkua-

Kewirausahaan litatif.

I.6 Metode Analisis Data

a. Data mengenai jenis-jenis bahan ajar materi

Kalor dalam pembelajaran IPA Fisika Kelas VII

dari angket ketersediaan bahan ajar IPA Fisika

dianalis secara deskriptif kualitatif.

b. Data dari instrumen penilaian pakar terhadap

modul materi Kalor berbasis kewirausahaan

dihitung dengan Rumus Analisis Deskriptif

Persentase ( Ali 1992).

Keterangan :

22

% = skor yang diharapkan

n = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimum

c. Persentase data dari instrumen penilaian pakar

terhadap modul materi Kalor berbasis

kewirausahaa kemudian dikonversikan menggunakan

Tabel 7 (Ali 1992, Sudjana 2009).

Tabel 7 Kriteria deskriptif persentase

d. Data mengenai tingkat keterbacaan dan tingkat

keterterapan modul dalam pembelajaran dianalisis

dengan teknik deskriptif persentase.

23

Keterangan :

% = skor yang diharapkan

n = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimum

e. Persentase data dari angket keterbacaan dan

angket keterterapan modul dalam pembelajaran

bagi siswa dikonversikan dengan Tabel 8 (Ali

1992, Sudjana 2009).

Tabel 8 Tabel kriteria tingkat keterbacaan dan tingkat keterterapan modul

24

f. Data mengenai minat kewirausahaan yang diperoleh

dari angket minat kewirausahaan dianalisis secara

deskriptif kualitatif

25

DAFTAR PUSTAKA

Ali M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa

Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah

Online. Direktori UPI. Bandung.

Auliyah Niswa. 2012. Pengembangan Bahan Ajar

Mendengarkan Berbasis Video Interaktif Bermedia

Flash Kelas VIID SMP Negeri 1 Kedamean. Jurnal

Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 01 (01).

Biro Pusat Statistik. 2013. Keadaan Ketanagakerjaan

Agustus 2013. Diunduh di http://www.bps.go.id pada

tanggal 3 Januari 2014.

Depdiknas, 2007. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:

Depdiknas

26

Rusli Muhammad Rukka. 2011. Bahan Ajar Kewirausahaan. LKPP

UNHAS: Makassar.

Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryana. 2001. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses

Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

27