Upload
uinsgdbandung
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Media merupakan salah satu kebutuhan primer masa kini yang banyak dibutuhkan
oleh masyarakat. Melalui media, masyarakat dapat mengetahui berbagai informasi baik
itu berasal dari instantsi pemerintahan, perusahaan terbesar di negeri ini, keadaan alam
tanah bumi, keadaan lingkungan sosial masyarakat di berbagai wilayah, sampai keadaan
ekonomi masyarakat bawah. Pada intinya, media merupakan lemabaga netral yang
memiliki keleluasaan dlam menyampaikan berbagai informasi dari segala bidang, mulai
dari ekonomi, sosial, politik, keberagaman agama, ras, dan suku, dan berbagai informasi
lainnya. Semuanya telah mampu dirangkum oleh media dengan kemasan yang berbeda-
beda sesuai tipe media tersebut.
Televisi merupakan salah satu media yang merajai media zaman sekarang. Karena
televisi adalah salah satu media yang memiliki dua sifat sekaligus yakni audio-visual. Di
samping media surat kabar yang mengembangkan sayapnya sebagai media cetak dan
radio sebagai media audio, televisi memiliki memiliki cakupan dalam dua media tersebut.
Jika dulu televisi merupakan barang mahal dan mewah karena tidak semua orang
memilikinya, kini hampir seluruh masyarakat memiliki televisi, setidaknya dalam satu
rumah terdapat satu televisi. Bahkan televisi pun ada yang bisa diakses melalui ponsel
berantena. Ini menandakan bahwa zaman ini televisi sudah bukan barang mahal dan
mewah. Setiap orang memiliki informasi yang diserapnya masing-masing justru lewat
media televisi.
Job Training adalah salah satu mata kuliah wajib di jurusan Ilmu Komunikasi
Jurnalistik, sebagai wadah bagi mahasiswa Jurnalistik untuk persiapan menghadapi dunia
kerja. Melalui Job Training ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mengenal
langsung dunia kerja para jurnalis yang sesungguhnya di sebuah perusahaan media.
Mahasiswa juga diharapkan mampu mengevaluasi kelebihan dan kekurangan yang ada
dalam dirinya maupun teori yang ia pelajari. Kegiatan ini merupakan salah satu syarat
akademik untuk kelulusan mahasiswa Program Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi Prodi
Jurnalistik.
Untuk kali ini, penulis memilih media massa televisi sebagai tempat melaksanakan
job training. Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi penulis lebih memilih
media massa televisi dibanding media massa lain sebagai tempat job training. Media
televisi memiliki beberapa keunggulan dan multifungsi. Dengan sifat media televisi yang
mencakup audio-visual, membuat penulis tertarik untuk lebih mendalami tentang tata
kerja profesional dan suasana kerja di media televisi. Tentunya sangat berbeda dengan
media lainnya. Karena pengalaman kejurnalistikannya pun lebih banyak kategorinya
dibanding dengan media lain.
Contohnya spesifiknya seperti, apabila di media surat kabar hanya terdapat
kegiatan meliput, menulis, menyaring berita, dan menyebarluaskannya dengan cara
teknis, televisi memiliki satu cara lain dalam menyampaikan berita yakni ada teknik
announcing, yang biasanya dimiliki oleh para presenter. Adapula kegiatan broadcasting
selama proses penyampaian berita. Sehingga dalam menyelami dunia jurnalistik
pertelevisian, kita harus menyelami dua ilmu, yakni ilmu menulis dan ilmu broadcasting.
Untuk kali ini, penulis memilih Metro TV sebagai perusahaan media televisi
tempat penulis melaksanakan job training. Alasannya, karena Metro TV saat ini
merupakan barometer televisi berita, khususnya di news. Saat ini pula ada beberapa
stasiun televisi berita yang sedang memacu usahanya demi memberikan informasi terbaik
bagi khalayak, diantaranya TV One, Kompas TV, Berita Satu, dll. Namun, Metro TV
memiliki ketertarikan sendiri sebagai salah satu televisi news swasta yang ada di
Indonesia.
Penulis berharap dapat membandingkan antara teori dengan praktik
kejurnalistikan yang didapatkan dengan kegiatan Job Training yang akan dilakukan
selama kurang lebih tiga bulan.
1.2. Tujuan Job Training
Dengan adanya program kerja praktek ( Job Training ) di jurusan Ilmu
Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung maka
diharapkan terjalinnya hubungan kerja sama yang erat antara lembaga pendidikan
dan perusahaan tempat pelaksanaan kerja praktek, sehingga akan memberikan
manfaat dan tujuan antara lain:
A. Bagi Mahasiswa
1. Menumbuhkan dan melatih mahasiswa untuk mendapatkan keterampilan
dan pengalaman dalam praktek dilapangan.
2. Melatih kemandirian mahasiswa dalam ketepatan waktu, kedisiplinan,
tanggung jawab kerja dan mampu melaksanakan tugas yang diberikan
dengan baik.
3. Melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan sehari-hari
perusahaan bersangkutan guna mengembangkan, menstimulasi pola pikir
bernalar terhadap permasalahan yang terjadi, serta berusaha bekerja
bersama pihak-pihak yang mendukung untuk menyelesaikan persoalan
yang terjadi di perusahaan.
4. Untuk mengetahui dan memahami dengan mempelajari secara langsung
pola kerja khususnya di Institusi tempat Job Training.
5. Mendapatkan pengalaman kerja bidang pemberitaan.
6. Mengetahui kinerja, peran dan fungsi seorang reporter, penulis naskah,
serta proses peliputan di institusi tempat Job Training.
7. Mengetahui manajemen redaksi pada media televisi, khususnya media
televisi Metro TV.
8. Mengetahui cara serta proses penayangan program siaran berita langsung.
9. Mendapatkan gambaran dunia kerja media yang sesungguhnya melalui
media televisi Metro TV.
10. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 Jurusan Ilmu
Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
B. Bagi Lembaga Pendidikan/ Universitas
1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan ilmu yang didapat oleh
mahasiswa selama mengikuti perkuliahan untuk dipraktekkan dalam
kerja praktek.
2. Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik untuk mengembangkan
dan meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada bidang
kejurnalistikan.
C. Bagi Perusahaan
1. Sebagai salah satu wujud pengabdian perusahaan kepada masyarakat
khususnya, dalam bidang pendidikan.
2. Terjalinnya hubungan dan kerjasama antara perusahaan dan lembaga
pendidikan.
3. Mendapatkan masukan-masukan dari peserta Job Training dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan tersebut serta
evaluasi kinerja proses sesuai bidang kejurnalsitikan yang dimiliki oleh
mahasiswa.
1.3. Manfaat Job Training
1. Mengetahui dan memahami praktek kerja seorang jurnalis dan
broadcaster profesional dalam sebuah perusahaan.
2. Mengenal kinerja di bidang kejurnalistikan, produksi berita serta
produksi program.
3. Mengetahui bagaimana cara bekerja di dalam suatu team profesional.
4. Mengetahui situasi dan kondisi dunia kerja yang sebenarnya.
1.4. Tempat dan Waktu
Rencananya penulis akan melaksakan job training di Metro TV, yang
beralamat di Jl. Pilar Mas Raya Kav. A-D, Kedoya - Kebon Jeruk, Jakarta 11520,
dan dilapangan yang meliputi sekitar kota Jakarta. Untuk kali ini, penulis
ditempatkan di Program Bincang Pagi, yang merupakan program dialog interaktif
yang berlatar belakang dan berorientasi news.
Penulis akan melaksanakan job training kurang lebih selama tiga bulan terhitung
dari tanggal 3 Juli sampai 30 September 2015 dan kegiatan penulis akan dibina langsung
oleh Pury Purnomo selaku Sekretaris HRD, Rastra Dewangga Putra selaku Executive
Produser, dan Angga sebagai Koordinator Liputan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Komunikasi Secara Umum
Kata komunikasi berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”. Dengan
kata lain, komunikasi adalah suatu proses dalam upaya membangun saling pengertian.
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah.
Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk
menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. ( Deddy
Mulyana ;2007,46).
Kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan kegiatan berkomunikasi dengan
rekannya maupun dengan siapapun yang berkaitan dan terlibat dalam kehidupannya
sehari-hari. Mustahil jika seseorang tidak melakukan proses komunikasi, seseorang yang
pendiam sekalipun mereka melakukan kegiatan komunikasi salah satunya dengan gesture
tubuh, proximity atau kedekatan ataupun dengan segala hal yang ia kenakan merupakan
pesan yang ingin disampaikan kepada dunia luar. Dalam sebuah buku dikatakan oleh
Watzlawick, Beavin dan Jackson bahwa “ we cannot not comunicate” mereka
mengatakan bahwa kita tidak dapat untuk tidak berkomunikasi (Rakhmat dalam Ujang
Saefullah 2007 :1).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)
dari satu pihak kepada pihak yang lain. Umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau
verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.Apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu.Cara ini disebut dengan komunikasi
nonverbal.
Komunikasi secara sederhana sering dikutip dari paradigma yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function
of Communication in Society (Onong Uchjana, 2003 :10). Komunikasi yang
dijelaskan oleh Harold Lasswell adalah menjawab pertanyaan Who Says What In
Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell menunjukan
bahwa komunikasi itu meliputi lima unsur sebagai jawaban tersebut, yakni :
Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, dan Efek.
Fungsi komunikasi sebagai proses komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita,
aktualitas diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang
menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Ada beberapa pengertian mengenai komunikasi menurut para Ahli:
1. Raymond Ross Sunting : “Komunikasi adalah proses menyortir, memilih,
dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu penerima
pesan membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan
yang dimaksudkan oleh komunikator”
2. Gerald R. MillerSunting : “Komunikasi terjadi saat satu sumber
menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk
mempengaruhi perilaku mereka ”
3. Everett M. RogersSunting : “Komunikasi adalah proses suatu ide
dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”
4. Carl I. HovlandSunting : “Komunikasi adalah suatu proses yang
memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan
menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain”
5. New CombSunting : “Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri
dari rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima”
6. Bernard Barelson & Garry A. Steiner : “Komunikasi adalah proses
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan
menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb ”
7. Colin CherrySunting : “Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak
saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama
dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh
penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya”
Fungsi komunikasi sebagai proses komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita,
aktualitas diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang
menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
1.1. Pengertian Umum Jurnalistik
Secara umum, jurnaslitik merupakan kegiatan mencari, mengolah dan
mempublikasikan berita kepada khalayak melalui media massa. Ada banyak
pengertian jurnalistik yang dikemukakan para pakar atau kamus. Pengertian
jurnalistik yang “agak lengkap” ditemukan di Free Dictionary, yaitu “The
collecting, writing, editing, and presenting of news or news articles in newspapers
and magazines and in radio and television broadcasts” (pengumpulan, penulisan,
penyuntingan, dan penyajian berita atau artikel berita di suratkabar, majalah,
radio, dan televisi).
Secara lebih luas pengertian Jurnalistik dipaparkan oleh pakar komunikasi,
salah satunya Onong Uchjana Effendy (2003 : 95 ) menyatakan bahwa jurnalistik
adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda “Journalistiek” atau bahasa
Inggris “Journalism”, yang bersumber pada perkataan “journal” sebagai
terjemahan dari bahasa latin “diurnal” yang berarti “harian” atau “setiap hari”.
Adapun pendapat lain berkenaan dengan jurnalistik disampaikan oleh Kustadi
Suhandang, istilah jurnalistik terkandung makna sebagai suatu seni dan
keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan
informasidalam bentuk berita secara indah agar dapat diminati dan dinikmati
sehingga bermanfaat bagi segala kebutuhan pergaulan hidup khalayak (Kustadi ,
2010 : 20 )
Pengertian secara sederhana mengenai jurnalistik menurut Drs. AS Haris
Sumadiria M.Si adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada
khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya (Haris Sumadiria, 2005:3).
Kegiatan jurnalistik menghasilkan produk jurnalistik yaitu sebuah berita yang
akan disebarluaskan melalui media masa. Media masa yang berkembang saat ini
sangatlah banyak jauh dari zaman sejak kemunculan pers yang diawali dari
penemuan press atau mesin pencetak. Media masa yang memuat hasil karya
jurnalis ada diantaranya media cetak meliputi surat kabar, majalah, buletin dan
tabloid. Media elektronik diantaranya radio dan televisi, kini berkembang kembali
media online yang banyak memuat portal news.
Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa.
Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja
dan diakui eksistensi dengan baik.
Definisi Jurnalistik menurut para ahli yang dikutip dari buku Haris
Sumadiria (Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature):
1. F. Fraser Bond dalam An Introduction to journalism (1962: 1)
menuliskan: Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan
ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.
2. Adinegroho: jurnalistik adalah semacam kepandaian karang-
mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat
dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.
3. Astrid S. Susanto: jurnalistik adalah kegitan pencatatan dan atau
pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari (1986: 73)
4. Onong U. Effendi: jurnalistik adalah teknik mengelolah berita sejak
dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskan kepada
khalayak. Pada mulanya jurnaistik hanya mengelolah hal-hal yang
sifatnya informative saja (2003: 95)
5. Djen Amar: Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan
menyebarluaskan berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan
secepat-cepatnya.
6. Kustadi Sunandang: Jurnalistik adalah seni dan atau keterampilan
mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita
tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam
memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya (2004:23)
1.2. Jurnalistik Televisi
Seiring dengan berkembangnya ilmu komunikasi, maka definisi jurnalistik
pun makin berkembang. Hal ini juga sesuai dengan perkembangan media pers.
Tetapi akar definisi jurnalistik yang perlu kita catat diantaranya adalah yang
dikemukakan oleh Adinegoro, seorang tokoh pers yang menjadi ikon di kalangan
wartawan.
Menurut Adinegoro, jurnalistik adalah kepandaian mengarang untuk
member pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-
luasnya. Sementara itu definisi jurnalistik menurut ilmu komunikasi adalah suatu
bentuk komunikasi yang menyiarkan berita atau ulasan berita tentang peristiwa
sehari-hari yang umum dan aktual dengan secepat-cepatnya.
Menurut A. Muis, seorang pakar hukum komunikasi, definisi jurnalistik
cukup banyak. Namun definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan yang bersifat
umum. Semua definisi jurnalistik memasukkan unsur media massa, penulisan
berita, dan waktu yang tertentu (aktualitas). Jurnalistik adalah tindakan diseminasi
informasi, opini, dan hiburan untuk orang ramai (publik) dan sistematik dan dapat
dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa modern (Roland E.
Wolesely dan Laurence R. Campbell, 1949 dalam Exploring Journalism). Atau
laporan tentang kejadian-kejadian yang muncul pada saat laporan ditulis, bukan
suatu kejadian yang bersifat tetap mengenai suatu situasi (Edwin Emery et al,
1965: 10 dalam Introduction to Mass Communication).
Pada decade 70-an hingga 80-an, istilah jurnalistik cenderung identik
dengan kerja wartawan media cetak. Sementara sebutan untuk orang-orang yang
bekerja sebagai wartawan media elektronika adalah reporter. Padahal sebutan
wartawan, pewarta, dan reporter sama saja. Mereka bekerja mencari, mengolah,
dan menyebarluaskan berita di media massa.
Jika sebelum lahirnya era televise di Indonesia kegiatan jurnalistik lebih
mengarag pada kerja media cetak, maka setelah booming televise di Indonesia,
orang mulai melirik kegiatan jurnalistik, elektronik, baik televisi maupun radio.
Bagaimana sebetulnya wilayah audiovisual ini?
Lahirnya budaya televisi (audiovisual) memang mampu menggeser
dominasi budaya tulis. Ruedi Hofmann dalam bukunya Dasar-Dasar Apresiasi
Program Televisi menyebutkan, bahasa merupakan kemajuan dari komunikasi
antarmanusia ada zaman sebelum manusia mengenal bahasa. Demikian juga
sebelum tulisan yang memungkinkan bahasa “dibekukan” dalam sebuah dokumen
dilihat sebagai kemajuan komunikasi yang bersifat lisan. Dalam hal ini kita dapat
melihat bahwa dengan adanya tulisan, peradaban manusia mengalami beberapa
kerugian juga, terutama pada waktu tulisan mulai dicetak dalam jumlah besar.
Televisi dengan tayangan beritanya sudah menjadi bagian dari kehidupan.
Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa
dan tempat kejadian dengan penontonnya. Menurut J.B. Wahyudi, ilmu jurnalistik
hanya ada satu, tetapi penerapannya ke dalam bentuk karya jurnalistik dapat
melalui media massa cetak dan elektronik/penyiaran. Penyajian melalui media
massa cetak harus disesuaikan dengan sifat fisik medianya. Demikian juga
penyajian melalui media massa elektronik, dengan tujuan agar isi pesan dapat
diterima dan dimengerti dengan baik oleh khalayak.
Perbedaan sifat fisik media massa periodik membentuk ciri khas karya
jurnalistik cetak, film, radio, dan televisi, yang hanya dimiliki oleh masing-masing
karya itu. Khusus untuk berita radio dan televisi, harus diusahakan agar pendapat
narasumber yang relevan dapat tersaji secara langsung dan orisinal, dan dengan
kata lain jangan dijadikan uraian pendapat. Dengan demikian, dalam menyusun
berita radio, reporter dituntut untuk memiliki keterampilan dalam
mengombinasikan uraian fakta, pendapat, dan penyajian pendapat yang relevan
dari narasumber (hanya audio) secara dinamis dan variatif, sesuai dengan arah
uraian, sedangkan reporter televisi dituntut untuk memiliki keterampilan yang
sama, tetapi dalam bentuk audiovisual.
Pada media massa periodic radio dan televisi di Indonesia saat ini, arus
informasi masih berjalan satu arah, yaitu dari pengelola media massa periodik
(komunikator) kepada khalayk (komunikan), sedangkan arus balik bersifat
tertunda (delayed feedback).
Terdapat berbagai cara untuk menyiarkan konten televisi yang dapat disiarkan
untuk umum. Setelah diproduksi, langkah selanjutnya adalah memasarkan dan
menjualnya kepada pasar manapun yang ingin membelinya. Hal ini secara tipikal terbagi
dalam dua tingkatan:
Tayangan Pertama atau Tayangan Perdana — sebuah badan produksi
menghasilkan acara yang terdiri dari satu atau beberapa episode yang kemudian
ditayangkan dalam sebuah stasiun atau jaringan televisi yang telah membayar
untuk produksi itu sendiri ataupun telah menerima lisensi acara tersebut dari
produser aslinya.
Sindikasi penyiaran — istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
penggunaan acara selanjutnya (setelah tayangan pertama). Hal ini tidak saja
mengatur tayangan lanjutan di negara yang sama (dengan tayang perdananya),
tetapi juga penggunaan internasional yang mungkin sudah tidak lagi diurus dan
berhubungan oleh produser aslinya. Pada umumnya, organisasi lain (stasiun
televisi ataupun individu) akan terikat dalam melakukan sindikasi, dalam kata lain,
mereka hanya dapat menjual suatu acara ke suatu pasar secara legal dengan adanya
kontrak dengan pemegang hak cipta, pada umumnya adalah produser.
Tujuan Media Televisi
a. Melindungi anak dari pengaruh negatif media
b. Memberdayakan posisi orang tua dan anak dalam interaksi dengan media,
terutama televisi, dengan cara menumbuhkan sikap kritis terhadap media televisi.
c. Meningkatkan semua program telavisi untuk semua kalangan masyarakat. Yang
dilakukan dengan memproduksi informasi obyektif dan independen tentang
kualitas isi tayangan televisi yang relevan, biro iklan, komisi penyiaran Indonesia
dan berbagai institusi terkait.(dalam Google).
1.3. Karakteristik Jurnalistik Televisi
A. Penampilan Anchor
Tanpa menutup relaitas yang ada, mayoritas masyarakat Indonesia masuk
dalam kategori headline readers (pembaca judul berita), yakni masyarakat yang
lebih banyak membaca judul-judul berita, daripada membaca tuntas keseluruhan
isi berita. Mungkin karena masyarakat kita begitu sibuk (atau menyibukkan diri)
sehingga tidak sempat membaca tubuh berita (body). Atau kemalasan tersendiri
sehingga begitu memegang surat kabar yang dibaca hanya judulnya saja.
Berbeda dengan keadaaan televisi. Meskipun dalam kondisi fisik dan psikis
tidak optimal, apalagi sepulang kerja, orang masih menyempatkan diri untuk
menonton televisi. Dengan penampilan audiovisual, televisi mampu member
alternative tontonan yang informatif. Dalam kondisi apapun televisi mampu
memberikan suguhan yang menyenangkan.
Selain itu kedudukan seorang anchor (penyaji berita) dan repoter di monitor
juga mempengaruhi persepsi dan penerimaan penonton. Anchor yang tampak
memiliki integritas dan smart (cerdas) mampu menghipnotis penonton untuk
memelototi tayangan berita. Penampilan anchor yang santai, bersahabat, dan
komunikatif mampu mengajak penonton untuk lebih antusias mengikuti tayangan
berita.
B. Narasumber
Jika mendengar narasumber langsung menuturkan kesaksiannya tentang
suatu kejadian, khalayak mendapatkan kepuasan tersendiri. Itulah yang menjadi
kelebihan televisi. Namun seperti yang diungkapkan J.B. Wahyudi, dalam
menyusun berita elektronik, reporter dituntut memiliki keterampilan dalam
mengkombinasikan fakta, uraian pendapat, dan penyajian pendapat yang relevan
dari narasumbernya.
Berkaitan dengan penyampaian berita seorang reporter televisi harus
mampu mengambil angle (sudut pengambilan) materi berita secara variatif. Bisa
jadi dalam suatu berita penyusunannya mendahulukan pendapat narasumber yang
langsung diuraikan oleh reporternya. Kepandaian menyusun bahan berita inilah
yang menjadi tuntutan seorang reporter televisi.
C. Bahasa
Bahasa adalah sistem ungkapan melalui suara yang dihasilkan oleh pita
suara yang bermakna, dengan satuan-satuan utamanya berupa kata-kata dan
kalimat, yang masing-masing memiliki kaidah-kaidah pembentuknya. Adam
Smith dalam bukunya The Theory of Moral Sentiments mengungkapkan, bahasa
manusia lahir karena kebutuhan manusia untuk saling mengerti. Oleh karena itu,
mereka menciptakan bunyi-bunyian yang kemudian disepakati oleh kelompoknya.
Bunyi-bunyi tersebut dijadikan symbol untuk menyatakan objek tertentu. Teori ini
dinamakan teori sosial (Keraf, 1984:2).
Pengertian bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem
lambing bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat
untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Ferdinand de Saussure, seorang tokoh linguistik struktural menyimpulkan
bahwa kelanggengan sebuah sistem bahasa justru terjadi karena setiap orang
bebas di hadapan bahasa. Sebagai sebuah sistem, bahasa memang cenderung
langgeng karena kebebasan masyarakat di hadapan bahasa (Sarwono, 2001: 42).
Antara bahasa sebagai sarana komunikasi verbal dan budaya memang tidak bisa
dilepaskan. Keduanya saling terkait dan memengaruhi. Bahasa merupakan
cerminan dari budaya yang berlaku, sementara budaya menyebarluaskan nilai-
nilai melalui bahasa.
BAB III
KONDISI OBJEKTIF LOKASI
3.1. Profil METRO TV
a. Sejarah METRO TV
PT. Media Televisi Indonesia memperoleh izin penyiaran untuk METRO TV pada
25 Oktober 1999. METRO TV adalah anak perusahaan dari Media Group, yang dipimpin
oleh Surya Paloh, CEO / Presiden perusahaan, yang memiliki banyak pengalaman di
industri media lokal dan penerbit surat kabar nasional terbesar ketiga di Indonesia, Media
Indonesia. Start up tenaga kerja yang pada masa berdirinya hanya berjumlah 280
karyawan perusahaan, kini mempekerjakan lebih dari 1200 orang, yang sebagian besar di
bagian news dan produksi.
Pada 25 November 2000, METRO TV mengudara untuk pertama kalinya dalam
serangkaian uji coba siaran di 7 kota. Pada awalnya disiarkan hanya 12 jam sehari sampai
1 April 2001. Sejak hari itu pula, METRO TV mulai menayangkan program-program
andalan-nya sepanjang 24 jam non stop.
Mungkin tantangan terbesar bagi suatu perusahaan pada tahap awal adalah
kebutuhan untuk membangun infrastruktur, fasilitas dan tim, semua dalam skala waktu
singkat yaitu sembilan bulan. Meskipun ini adalah kerja keras pengalaman sangat
berharga yang diperoleh dalam membentuk tim yang solid profesional berpengalaman
yang sudah diuji di bawah kondisi yang menantang.
Perusahaan ini telah diantar dalam gelombang baru gaya hidup dan kualitas
program hiburan alternatif untuk melengkapi dominasinya di sektor berita industri. Hal
ini telah menjadi pelopor bagi perspektif baru dan beberapa program unik sekaligus
meningkatkan cara menyajikan informasi. Produksi canggih dan stylish dari METRO TV
telah meniupkan kehidupan baru ke dalam industri. Bahkan pemirsa yang paling cerdas
memiliki pilihan melihat keduanya.
MetroTV berencana untuk semakin menjadi yang terbaik dengan inovasi-inovasi
terbaru dengan pendekatan multi-dimensi untuk kebutuhan pemrograman. Melihat
kepada visi perusahaan yakni untuk mencapai peringkat nomor satu untuk kualitas berita
dan pengiriman serta loyalitas tingkat tinggi dari penonton dan pengiklan.
Perusahaan juga mengambil tanggung jawab ke arah pemegang saham dan para
karyawan. Meskipun konsisten dalam mendorong maju untuk mencapai tingkat signifikan
pertumbuhan dan keuntungan, serta untuk meningkatkan aset, kesejahteraan dan kualitas
hidup karyawan Metro TV tetap sangat penting.
b. Visi
Untuk menjadi stasiun televisi Indonesia yang berbeda dengan peringkat nomor
satu untuk berita, menawarkan kualitas hiburan dan gaya hidup pemrograman.
Memberikan peluang iklan yang unik dan mencapai loyalitas dengan pemirsa dan
pengiklan.
c. Misi
Untuk merangsang dan mempromosikan kemajuan bangsa dan negara menuju
suasana yang demokratis, dalam rangka untuk unggul dalam persaingan global,
dengan apresiasi yang tinggi dari moral dan etika.
Untuk menambahkan kehadiran berharga untuk industri televisi dengan
memberikan perspektif baru, dengan meningkatkan cara informasi disajikan dan
dengan menawarkan alternatif hiburan berkualitas.
Untuk mencapai tingkat signifikan pertumbuhan dengan mengembangkan dan
meningkatkan aset, untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
karyawan, dan untuk menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi pemegang
saham.
d. Logo
Pada tanggal 20 Mei 2010, METRO TV memperkenalkan logo dan slogan
barunya. Logo baru tetap menggunakan lambang burung elang dan warna dasar
biru dan kuning, tetapi dengan jenis huruf Handel Gothic kursif yang memberikan
kesan modern, segar dan futuristik. Penempatan logo pun juga diubah dari posisi
semula di pojok kanan atas menjadi di pojok kanan bawah, penempatan ini pun
berbeda dari stasiun-stasiun televisi yang ada di Indonesia yang letaknya masih di
pojok kanan/kiri atas.
Ciri khas METRO TV adalah simbol bidang elips emas kepala burung
elang, dipertegas dengan Huruf M,E,T,R,T,V berwarna biru seperti tampak dalam
gambar 1.1. Berikut ini adalah gambar logo PT. Media Televisi Indonesia:
Gambar 1.1 Logo Metro TV
(Sumber: Comprof PT. Media Televisi Indonesia METRO TV, 2010)
Arti Logo
Logo METRO TV dirancang tampil dalam citraan tipografis sekaligus
kecitraan gambar. Oleh karena itu komposisi visualnya gabungan antara tekstual
(diwakili huruf – huruf : M-E-T-R-T-V) dengan visual (Diwakili simbol bidang
elips emas kepala burung elang). Elips emas dengan kepala burung elang pada
posisi huruf “O” dengan pertimbangan kesamaan stuktur huruf “O” dengan elips
emas, dan menjadi pemisah bentuk – bentuk teks M-E-T-R dengan T-V. Hal itu
mengingat,dirancang agar pelihat akan menangkap dan membaca sekaligus
melafalkan METR-TV sebagai METRO TV.
Logo METRO TV dalam kehadirannya secara visual tidak saja
dimaksudkan sebagai simbol informasi atau komunikasi METRO TV secara
institusi, tetapi berfungsi sebagai sarana pembangunan image yang tepat dan cepat
dari masyarakat terhadap institusi METRO TV. Melalui tampilan logo.
Masyarakat luas mendapatkan gerbang masuk, mengenal, memahami, serta
meyakini visi, misi serta karakter METRO TV sebagai institusi. Logo METRO
TV dalam rancang rupa bentuknya berlandaskan pada hal – hal berikut :
- Simpel (Tidak Rumit)
- Memberi kesan global dan modern
- Menarik dilihat dan mudah diingat
- Dinamis dan Lugas
- Berwibawa namun Familiar
- Memenuhi syarat – syarat teknis dan estesis untuk aplikasi print,
elektronik dan filmis.
- Memenuhi syarat teknis dan estesis untuk metamorfossis dan animatif.
Arti Logo Bidang Elips Emas
Sebagai latar dasar teraan kepala burung elang, merupakan proses
metamorphosis atas beberapa bentuk, yaitu :
- Bola Dunia
Sebagai simbol cakupan yang global dari sifat informasi, komunikasi dan
seluruh kiprah operasional institusi METRO TV.
- Telur Emas
Sebagai simbol Bold yang tampil penuh kewajaran. Telur juga merupakan
simbol kesempurnaan dan merupakan image suatu bentuk (institusi) yang secara
struktur kokoh, akurat, dan artistik sedangkan tampilan emas adalah sebagai
simbol puncak prestasi dan puncak kualitas.
- Elips
Sebagai simbol citraan lingkar (ring) benda planet, tampil miring kekanan
sebagai kesan bergerak, dinamis. Lingkar (ring) planet sendiri sendiri sebagai
simbol dunia cakrawala angkasa, satelit sesuatu yang erat berkait dengan citraan
dunia elektronik dan penyiaran.
- Elang
Simbol kewibawaan, kemandirian, keluasaan penjelajahan dan wawasan.
Simbol kejelian, awas, tajam, tangkas namun penuh keanggunan gerak hidupnya
anggun.
e. Konsep
Stasiun TV ini memiliki konsep agak berbeda dengan stasiun televisi lain,
sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya
memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam
perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam
program-programnya, meski tetap dalam koridor news. METRO TV adalah
stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin:
Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak
menayangkan sinetron. MetroTV juga menayangkan siaran internasional
berbahasa Inggris pertama di Indonesia Indonesia Now yang dapat disaksikan dari
seluruh dunia. Stasiun ini dikenal memiliki presenter berita terbanyak di Indonesia
MetroTV juga menayangkan program e-Lifestyle, yakni program talkshow
yang membahas teknologi informasi dan telekomunikasi.
f. Satelit
Selain secara ereksterial, siaran METRO TV dapat tangkap melalui televisi
kabel diseluruh Indonesia, melalui satelit Palapa 2 ke seluruh Negara – Negara
ASEAN, termasuk di Hongkong Cina selatan India, Taiwan, Makau, Papua New
Guinea, dan sebagian Australia serta Jepang. METRO TV juga memiliki 19 buah
mobil satelit untuk dapat menayangkan secara live kejadian – kejadian yang
berlangsung setempat. Peralatan tersebut berupa 12 Buah mobil SNG (Satelit
News Gathering) dan 7 Buah mobil ENG (Electronic News Gathering)
Satelit-satelit yang digunakan oleh MetroTV:
JCSAT 4B (BiG TV)
Palapa D (Topas TV, OrangeTV, Skynindo, K-Vision)
SES 7 (Indovision)
Telkom 1 (TransVision)
Measat 3a (aora)
3.2. Struktur Organisasi
Daftar direktur utama
No NamaAwal
jabatanAkhir jabatan
1 Surya Paloh 2000 2006
2 Wisnu Hadi 2006 2011
3 Adrianto Machribie 2011 sekarang
Direksi saat ini
Struktur dewan direksi MetroTV saat ini adalah sebagai berikut:
No Nama Jabatan
1 Adrianto Machribie Presiden Direktur
2 Suryopratomo Direktur Pemberitaan
3 Lestary Luhur Direktur Marketing dan Pemasaran
4 Andre Burhanudin Direktur Keuangan dan Administrasi
5 John Balonso Direktur Teknik
6 Putra Nababan Pemimpin Redaksi
Kru Produksi Bincang Pagi dan Editorial MI:
No Nama Jabatan
1 Rastra Dewangga Putra Produser Eksekutif
2 Fauzan Dahlan Produser
3 Nurdhian Santoso Produser
4 Aprilia Rina Produser
5 Hafiz Lutfirahman Staf Produksi
6 Ragil Purnama Guestbooker
7 Devi Fitria Guestbooker
8 Anisya Syaria Guestbooker
Daftar Presenter tetap Bincang Pagi dan Editorial MI:
Zilvia Iskandar
Yohana Margaretha
Leonard Samosir
Iqbal Himawan
BAB IV
RENCANA KEGIATAN JOB TRAINING
Selama melakukan Job Training, penulis membuat beberapa rencana untuk
mempermudah dan melancarkan proses Job Training nantinya. Dalam
mempersiapkan rencananya, penulis melakukan beberapa tahap, mulai dari
persiapan sebelum Job Training, rencana selama pelaksanaan Job Training, dan
evaluasi.
4.1. Persiapan Sebelum Job Training
a. Konsultasi kepada dosen pembimbing akademik dan dosen
pembimbing Job Training untuk menentukan media apa yang cocok
untuk penulis melaksanakan Job Training.
b. Mencari link untuk bisa melaksanakan Job Training di beberapa media
diantaranya TVOne, SCTV, MNCTV, dan MetroTV.
c. Mencari teman yang memiliki minat sama yaitu melaksanakan Job
Training di media massa televisi agar bisa sharing tentang pelaksanaan
Job Training di media televisi.
d. Penulis mempersiapkan kesehatan fisik dan mental penulis, restu dari
orang tua, serta ongkos dan biaya hidup apabila telah diterima di salah
satu media yang disebutkan diatas
e. Membuat currriculum vitae, transkrip nilai, surat pengantar fakultas,
fotocopy KTP, dan pas photo 3x4 dan 2x3 sebanyak 2 lembar.
4.2. Rencana Kegiatan Selama Job Training
Selama melaksanakan kegiatan Job Training di MetroTV, penulis berencana
melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Bulan Juli
Minggu I : Mengobservasi perusahaan sebagai langkah awal pengenalan
pada perusahaan. Membantu sekaligus mempelajari kegiatan yang berkenaan
dengan produksi dan proses peliputan berita pada program News.
Minggu II : Ikut serta dalam kegiatan Redaksi, menjadi reporter, wartawan,
atau bagian produksi dalam pembuatan berita jurnalistik seperti melakukan
pengambilan gambar, merekam sebuah peristiwa, melakukan wawancara,
mengolah serta memvisualisasikan informasi yang diperoleh menjadi sebuah
berita. Melakukan kegiatan produksi secara rutin.
Minggu III : Melakukan kegiatan jurnalistik bersama dengan crew dan
karyawan lain sesuai job masing-masing. Menjalin kerjasama, menjaga hubungan
yang harmonis serta membangun kredibilitas baik didalam lingkungan internal
ataupun eksternal.
Minggu IV : Ikut serta terlibat dalam proses peliputan berita dan produksi
siaran berita, sampai mengikuti semua baik beberapa kegiatan produksi.
2. Bulan Agustus
Minggu I – IV : melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai bagian yang
ditugaskan oleh HRD, yakni di bagian produksi.
Minggu III – IV : ikut serta dalam proses peliputan berita ke lapangan.
3. Bulan September
Minggu I - II : melakukan tugas dan fungsi pokok sesuai jobdes yang telah diberikan,
melakukan kunjungan ke program-program lain.
Minggu III – IV : melakukan evaluasi, meminta hasil penilaian kepada yang
membimbing. Melaksanakan tugas dan fungsi pokok hingga selesai.
4.3. Evaluasi
Setelah mempersiapkan segala kebutuhan serta jadwal kegiatan yang akan
dilaksanakan selama Job Training, penulis melakukan evaluasi persiapan. Penulis
berkonsultasi dengan dosen pembimbing sebelum, selama, dan setelah
pelaksanaan Job Training. Penulis mencatat segala kelebihan serta kekurangan
media tersebut. Sehingga penulis dapat mengetahui media yang penulis pilih
sesuai dengan passion penulis.
BAB V
JADWAL KEGIATAN JOB TRAINING
Rencananya penulis akan melaksakan Job Training di Stasiun Televisi
MetroTV Pusat, yang beralamat di Jl. Pilar Mas Raya Kav. A-D, Kedoya - Kebon
Jeruk, Jakarta 11520 sebagai salah satu staf redaksi/produksi.
Penulis akan melaksanakan Job Training kurang lebih selama tiga bulan
terhitung dari tanggal 30 juni sampai 30 September 2015. Dan kegiatan penulis
akan dibina langsung oleh Pury Purnama Kayla sebagai General Manager/HRD,
Rastra Dewangga Putra sebagai Eksekutif Produser Program Bincang Pagi, dan
Hafiz Luthfirahman sebagai salah satu staf redaksi. Dibantu oleh bantuan
beberapa Produser seperti Nurdhian Santoso, Fauzan Dahlan, dan Aprilia Rina.
5.1. Rincian Kegiatan
Di dalam praktek kerjanya, penulis berharap dapat mengikuti proses
pengeditan naskah cetak atau online diubah dalam bentuk naskah berita televisi.
Selain itu penulis membuat visual dari naskah tersebut dari gambar-gambar yang
penulis dapatkan dari berbagai sumber, baik dari hasil liputan wartawan lapangan,
website khusus, internet, youtube, dll, kemudian mengemasnya menjadi sebuah
berita yang siap tayang. Adapun penulis juga berharap diberikan kesempatan
untuk melakukan proses peliputan berita di lapangan (jika diperkenankan), untuk
meliput beberapa peristiwa mengenai ibukota dan sekitarnya.
Penulis melaksanakan kerja praktek di Institusi yang terkait dengan Ilmu
Komunikasi yang terkonsentrasi pada bidang Jurnalistik dan Broadcasting. Dalam
pelaksanaan program kerja praktek, penulis dibimbing dan diberi arahan dalam
pelaksanaan tugas Jurnalistik dan Broadcasting. Penulis juga di ajarkan tentang
kedisiplinan dan etos kerja yang ada di Institusi.
5.2. Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan, sebagai berikut :
1. Penulis melakukan kegiatan redaksi/produksi setiap hari Minggu-Kamis,
dimulai pukul 01.00 WIB. Disana penulis melakukan pembuatan naskah
dan mempersiapkan visual dari naskah tersebut serta membantu produser
bertanggung jawab atas keberlangsungan acara dari awal hingga akhir.
2. Penulis diberi jatah libur selama dua hari dalam seminggu, yaitu hari
Jum’at-Sabtu.
3. Setiap hari setelah selesai on air, penulis mengikuti rapat proyeksi dan
evaluasi bersama seluruh crew utama.
4. Apabila diperkenankan, penulis ikut ke lapangan bersama
wartawan/reporter lapangan untuk meliput peristiwa langsung.
5.3. Mahasiswa Job Training
Nama : Shalha Nurul Afifah
No. Mahasiswa : 1124050135
Institusi : Fakultas Dakwah & Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung.
Konsentrasi : Jurnalistik.
Alamat : Jl Kapten Halim No. 61 RT 21/03 Kel. Nagrikidul Kec.
Purwakarta, Kab. Purwakarta 41111
Email : [email protected]
No. HP : 085793644795
BAB VI
PENUTUP
Untuk itu besar ketertarikan saya untuk memilih stasiun Metro TV sebagai
tempat Job Training untuk menimba ilmu serta aplikasinya dalam dunia
profesional kerja yang sesungguhnya dan dapat memberikan wawasan baru dalam
bidang kejurnalistikan dan broadcasting dan bermanfaat bagi saya untuk
kedepannya. Dengan adanya Job Training ini bisa dijadikan pengalaman dan
pengetahuan baru mengenai dunia kerja yang sesungguhnya, dimana dunia kerja
nyata dibutuhkan adanya suatu keahlian serta pengalaman yang diseimbangkan
dengan teori-teori yang selama ini didapat.
Demikian desain Job Training ini saya buat sebagai satu syarat pengajuan Job
Training di Metro TV. Maka besar harapan saya agar desain ini segera disetujui
sehingga saya dapat menentukan langkah ke tahap selanjutnya. Atas perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. 1997, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti dan PT Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2003, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Suhandang, Kustadi. 2010. Pengantar Jurnalistik ; Seputar Organisasi, Produk
dan Kode Etik.Bandung : Nuansa.
Arsip PT Media Televisi Indonesia
Wikipedia.com
GALERI LOGO
Logo MetroTV
(25 November 2000 - 20 Mei 2010)
Logo MetroTV
(20 Mei 2010 - sekarang)