36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media merupakan salah satu kebutuhan primer masa kini yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Melalui media, masyarakat dapat mengetahui berbagai informasi baik itu berasal dari instantsi pemerintahan, perusahaan terbesar di negeri ini, keadaan alam tanah bumi, keadaan lingkungan sosial masyarakat di berbagai wilayah, sampai keadaan ekonomi masyarakat bawah. Pada intinya, media merupakan lemabaga netral yang memiliki keleluasaan dlam menyampaikan berbagai informasi dari segala bidang, mulai dari ekonomi, sosial, politik, keberagaman agama, ras, dan suku, dan berbagai informasi lainnya. Semuanya telah mampu dirangkum oleh media dengan kemasan yang berbeda- beda sesuai tipe media tersebut. Televisi merupakan salah satu media yang merajai media zaman sekarang. Karena televisi adalah salah satu media yang memiliki dua sifat sekaligus yakni audio-visual. Di samping media surat kabar yang mengembangkan sayapnya sebagai media cetak dan radio sebagai media audio, televisi memiliki memiliki cakupan dalam dua media tersebut. Jika dulu televisi merupakan barang mahal dan mewah karena tidak semua orang memilikinya, kini hampir seluruh masyarakat memiliki televisi, setidaknya dalam satu rumah terdapat satu televisi. Bahkan televisi pun ada yang bisa diakses melalui ponsel berantena. Ini menandakan bahwa zaman ini televisi sudah bukan barang mahal dan mewah. Setiap orang memiliki informasi yang diserapnya masing-masing justru lewat media televisi.

Desain Jobtre Fix

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Media merupakan salah satu kebutuhan primer masa kini yang banyak dibutuhkan

oleh masyarakat. Melalui media, masyarakat dapat mengetahui berbagai informasi baik

itu berasal dari instantsi pemerintahan, perusahaan terbesar di negeri ini, keadaan alam

tanah bumi, keadaan lingkungan sosial masyarakat di berbagai wilayah, sampai keadaan

ekonomi masyarakat bawah. Pada intinya, media merupakan lemabaga netral yang

memiliki keleluasaan dlam menyampaikan berbagai informasi dari segala bidang, mulai

dari ekonomi, sosial, politik, keberagaman agama, ras, dan suku, dan berbagai informasi

lainnya. Semuanya telah mampu dirangkum oleh media dengan kemasan yang berbeda-

beda sesuai tipe media tersebut.

Televisi merupakan salah satu media yang merajai media zaman sekarang. Karena

televisi adalah salah satu media yang memiliki dua sifat sekaligus yakni audio-visual. Di

samping media surat kabar yang mengembangkan sayapnya sebagai media cetak dan

radio sebagai media audio, televisi memiliki memiliki cakupan dalam dua media tersebut.

Jika dulu televisi merupakan barang mahal dan mewah karena tidak semua orang

memilikinya, kini hampir seluruh masyarakat memiliki televisi, setidaknya dalam satu

rumah terdapat satu televisi. Bahkan televisi pun ada yang bisa diakses melalui ponsel

berantena. Ini menandakan bahwa zaman ini televisi sudah bukan barang mahal dan

mewah. Setiap orang memiliki informasi yang diserapnya masing-masing justru lewat

media televisi.

Job Training adalah salah satu mata kuliah wajib di jurusan Ilmu Komunikasi

Jurnalistik, sebagai wadah bagi mahasiswa Jurnalistik untuk persiapan menghadapi dunia

kerja. Melalui Job Training ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mengenal

langsung dunia kerja para jurnalis yang sesungguhnya di sebuah perusahaan media.

Mahasiswa juga diharapkan mampu mengevaluasi kelebihan dan kekurangan yang ada

dalam dirinya maupun teori yang ia pelajari. Kegiatan ini merupakan salah satu syarat

akademik untuk kelulusan mahasiswa Program Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi Prodi

Jurnalistik.

Untuk kali ini, penulis memilih media massa televisi sebagai tempat melaksanakan

job training. Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi penulis lebih memilih

media massa televisi dibanding media massa lain sebagai tempat job training. Media

televisi memiliki beberapa keunggulan dan multifungsi. Dengan sifat media televisi yang

mencakup audio-visual, membuat penulis tertarik untuk lebih mendalami tentang tata

kerja profesional dan suasana kerja di media televisi. Tentunya sangat berbeda dengan

media lainnya. Karena pengalaman kejurnalistikannya pun lebih banyak kategorinya

dibanding dengan media lain.

Contohnya spesifiknya seperti, apabila di media surat kabar hanya terdapat

kegiatan meliput, menulis, menyaring berita, dan menyebarluaskannya dengan cara

teknis, televisi memiliki satu cara lain dalam menyampaikan berita yakni ada teknik

announcing, yang biasanya dimiliki oleh para presenter. Adapula kegiatan broadcasting

selama proses penyampaian berita. Sehingga dalam menyelami dunia jurnalistik

pertelevisian, kita harus menyelami dua ilmu, yakni ilmu menulis dan ilmu broadcasting.

Untuk kali ini, penulis memilih Metro TV sebagai perusahaan media televisi

tempat penulis melaksanakan job training. Alasannya, karena Metro TV saat ini

merupakan barometer televisi berita, khususnya di news. Saat ini pula ada beberapa

stasiun televisi berita yang sedang memacu usahanya demi memberikan informasi terbaik

bagi khalayak, diantaranya TV One, Kompas TV, Berita Satu, dll. Namun, Metro TV

memiliki ketertarikan sendiri sebagai salah satu televisi news swasta yang ada di

Indonesia.

Penulis berharap dapat membandingkan antara teori dengan praktik

kejurnalistikan yang didapatkan dengan kegiatan Job Training yang akan dilakukan

selama kurang lebih tiga bulan.

1.2. Tujuan Job Training

Dengan adanya program kerja praktek ( Job Training ) di jurusan Ilmu

Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung maka

diharapkan terjalinnya hubungan kerja sama yang erat antara lembaga pendidikan

dan perusahaan tempat pelaksanaan kerja praktek, sehingga akan memberikan

manfaat dan tujuan antara lain:

A.  Bagi Mahasiswa

1. Menumbuhkan dan melatih mahasiswa untuk mendapatkan keterampilan

dan pengalaman dalam praktek  dilapangan.

2. Melatih kemandirian mahasiswa dalam ketepatan waktu, kedisiplinan,

tanggung jawab kerja dan mampu melaksanakan tugas yang diberikan

dengan baik.

3. Melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan sehari-hari

perusahaan bersangkutan guna mengembangkan, menstimulasi pola pikir

bernalar terhadap permasalahan yang terjadi, serta berusaha bekerja

bersama pihak-pihak yang mendukung untuk menyelesaikan persoalan

yang terjadi di perusahaan.

4. Untuk mengetahui dan memahami dengan mempelajari secara langsung

pola kerja khususnya di Institusi tempat Job Training.

5. Mendapatkan pengalaman kerja bidang pemberitaan.

6. Mengetahui kinerja, peran dan fungsi seorang reporter, penulis naskah,

serta proses peliputan di institusi tempat Job Training.

7. Mengetahui manajemen redaksi pada media televisi, khususnya media

televisi Metro TV.

8. Mengetahui cara serta proses penayangan program siaran berita langsung.

9. Mendapatkan gambaran dunia kerja media yang sesungguhnya melalui

media televisi Metro TV.

10. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 Jurusan Ilmu  

Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

B. Bagi Lembaga Pendidikan/ Universitas

1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan ilmu yang  didapat  oleh 

mahasiswa  selama  mengikuti perkuliahan untuk dipraktekkan dalam

kerja praktek.

2. Sebagai  bahan  evaluasi  di  bidang  akademik  untuk mengembangkan 

dan meningkatkan  mutu pendidikan khususnya pada bidang

kejurnalistikan.

C.  Bagi Perusahaan

1. Sebagai  salah  satu  wujud  pengabdian  perusahaan kepada masyarakat

khususnya, dalam bidang pendidikan.

2. Terjalinnya  hubungan  dan  kerjasama  antara perusahaan dan lembaga

pendidikan.

3. Mendapatkan   masukan-masukan   dari   peserta  Job Training   dalam 

memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan tersebut serta

evaluasi kinerja  proses  sesuai bidang  kejurnalsitikan yang  dimiliki  oleh

mahasiswa.

1.3. Manfaat Job Training

1. Mengetahui dan memahami praktek kerja seorang jurnalis dan

broadcaster profesional  dalam sebuah perusahaan.

2. Mengenal kinerja di bidang kejurnalistikan, produksi berita serta

produksi program.

3. Mengetahui bagaimana cara bekerja di dalam suatu team profesional.

4. Mengetahui situasi dan kondisi dunia kerja yang sebenarnya.

1.4. Tempat dan Waktu

Rencananya penulis akan melaksakan job training di Metro TV, yang

beralamat di Jl. Pilar Mas Raya Kav. A-D, Kedoya - Kebon Jeruk, Jakarta 11520,

dan dilapangan yang meliputi sekitar kota Jakarta. Untuk kali ini, penulis

ditempatkan di Program Bincang Pagi, yang merupakan program dialog interaktif

yang berlatar belakang dan berorientasi news.

Penulis akan melaksanakan job training kurang lebih selama tiga bulan terhitung

dari tanggal 3 Juli sampai 30 September 2015 dan kegiatan penulis akan dibina langsung

oleh Pury Purnomo selaku Sekretaris HRD, Rastra Dewangga Putra selaku Executive

Produser, dan Angga sebagai Koordinator Liputan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Komunikasi Secara Umum

Kata komunikasi berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”. Dengan

kata lain, komunikasi adalah suatu proses dalam upaya membangun saling pengertian.

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah.

Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk

menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. ( Deddy

Mulyana ;2007,46).

Kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan kegiatan berkomunikasi dengan

rekannya maupun dengan siapapun yang berkaitan dan terlibat dalam kehidupannya

sehari-hari. Mustahil jika seseorang tidak melakukan proses komunikasi, seseorang yang

pendiam sekalipun mereka melakukan kegiatan komunikasi salah satunya dengan gesture

tubuh, proximity atau kedekatan ataupun dengan segala hal yang ia kenakan merupakan

pesan yang ingin disampaikan kepada dunia luar. Dalam sebuah buku dikatakan oleh

Watzlawick, Beavin dan Jackson bahwa “ we cannot not comunicate” mereka

mengatakan bahwa kita tidak dapat untuk tidak berkomunikasi (Rakhmat dalam Ujang

Saefullah 2007 :1).

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

dari satu pihak kepada pihak yang lain. Umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau

verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.Apabila tidak ada bahasa verbal

yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan

menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,

menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu.Cara ini disebut dengan komunikasi

nonverbal.

Komunikasi secara sederhana sering dikutip dari paradigma yang

dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function

of Communication in Society (Onong Uchjana, 2003 :10). Komunikasi yang

dijelaskan oleh Harold Lasswell adalah menjawab pertanyaan Who Says What In

Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell menunjukan

bahwa komunikasi itu meliputi lima unsur sebagai jawaban tersebut, yakni :

Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, dan Efek.

Fungsi komunikasi sebagai proses komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita,

aktualitas diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,

terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang

menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Ada beberapa pengertian mengenai komunikasi menurut para Ahli:

1. Raymond Ross Sunting : “Komunikasi adalah proses menyortir, memilih,

dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu penerima

pesan membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan

yang dimaksudkan oleh komunikator”

2. Gerald R. MillerSunting : “Komunikasi terjadi saat satu sumber

menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk

mempengaruhi perilaku mereka ”

3. Everett M. RogersSunting : “Komunikasi adalah proses suatu ide

dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan

maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”

4. Carl I. HovlandSunting : “Komunikasi adalah suatu proses yang

memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan

menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain”

5. New CombSunting : “Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri

dari rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima”

6. Bernard Barelson & Garry A. Steiner : “Komunikasi adalah proses

transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan

menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb ”

7. Colin CherrySunting : “Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak

saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama

dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh

penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya”

Fungsi komunikasi sebagai proses komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita,

aktualitas diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,

terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang

menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang

dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

1.1. Pengertian Umum Jurnalistik

Secara umum, jurnaslitik merupakan kegiatan mencari, mengolah dan

mempublikasikan berita kepada khalayak melalui media massa. Ada banyak

pengertian jurnalistik yang dikemukakan para pakar atau kamus. Pengertian

jurnalistik yang “agak lengkap” ditemukan di Free Dictionary, yaitu “The

collecting, writing, editing, and presenting of news or news articles in newspapers

and magazines and in radio and television broadcasts” (pengumpulan, penulisan,

penyuntingan, dan penyajian berita atau artikel berita di suratkabar, majalah,

radio, dan televisi).

Secara lebih luas pengertian Jurnalistik dipaparkan oleh pakar komunikasi,

salah satunya Onong Uchjana Effendy (2003 : 95 ) menyatakan bahwa jurnalistik

adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda “Journalistiek” atau bahasa

Inggris “Journalism”, yang bersumber pada perkataan “journal” sebagai

terjemahan dari bahasa latin “diurnal” yang berarti “harian” atau “setiap hari”.

Adapun pendapat lain berkenaan dengan jurnalistik disampaikan oleh Kustadi

Suhandang, istilah jurnalistik terkandung makna sebagai suatu seni dan

keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan

informasidalam bentuk berita secara indah agar dapat diminati dan dinikmati

sehingga bermanfaat bagi segala kebutuhan pergaulan hidup khalayak (Kustadi ,

2010 : 20 )

Pengertian secara sederhana mengenai jurnalistik menurut Drs. AS Haris

Sumadiria M.Si adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan,

mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada

khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya (Haris Sumadiria, 2005:3).

Kegiatan jurnalistik menghasilkan produk jurnalistik yaitu sebuah berita yang

akan disebarluaskan melalui media masa. Media masa yang berkembang saat ini

sangatlah banyak jauh dari zaman sejak kemunculan pers yang diawali dari

penemuan press atau mesin pencetak. Media masa yang memuat hasil karya

jurnalis ada diantaranya media cetak meliputi surat kabar, majalah, buletin dan

tabloid. Media elektronik diantaranya radio dan televisi, kini berkembang kembali

media online yang banyak memuat portal news.

Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa.

Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja

dan diakui eksistensi dengan baik.

Definisi Jurnalistik menurut para ahli yang dikutip dari buku Haris

Sumadiria (Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature):

1. F. Fraser Bond dalam An Introduction to journalism (1962: 1)

menuliskan: Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan

ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.

2. Adinegroho: jurnalistik adalah semacam kepandaian karang-

mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat

dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.

3. Astrid S. Susanto: jurnalistik adalah kegitan pencatatan dan atau

pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari (1986: 73)

4. Onong U. Effendi: jurnalistik adalah teknik mengelolah berita sejak

dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskan kepada

khalayak. Pada mulanya jurnaistik hanya mengelolah hal-hal yang

sifatnya informative saja (2003: 95)

5. Djen Amar: Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan

menyebarluaskan berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan

secepat-cepatnya.

6. Kustadi Sunandang: Jurnalistik adalah seni dan atau keterampilan

mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita

tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam

memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya (2004:23)

1.2. Jurnalistik Televisi

Seiring dengan berkembangnya ilmu komunikasi, maka definisi jurnalistik

pun makin berkembang. Hal ini juga sesuai dengan perkembangan media pers.

Tetapi akar definisi jurnalistik yang perlu kita catat diantaranya adalah yang

dikemukakan oleh Adinegoro, seorang tokoh pers yang menjadi ikon di kalangan

wartawan.

Menurut Adinegoro, jurnalistik adalah kepandaian mengarang untuk

member pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-

luasnya. Sementara itu definisi jurnalistik menurut ilmu komunikasi adalah suatu

bentuk komunikasi yang menyiarkan berita atau ulasan berita tentang peristiwa

sehari-hari yang umum dan aktual dengan secepat-cepatnya.

Menurut A. Muis, seorang pakar hukum komunikasi, definisi jurnalistik

cukup banyak. Namun definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan yang bersifat

umum. Semua definisi jurnalistik memasukkan unsur media massa, penulisan

berita, dan waktu yang tertentu (aktualitas). Jurnalistik adalah tindakan diseminasi

informasi, opini, dan hiburan untuk orang ramai (publik) dan sistematik dan dapat

dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa modern (Roland E.

Wolesely dan Laurence R. Campbell, 1949 dalam Exploring Journalism). Atau

laporan tentang kejadian-kejadian yang muncul pada saat laporan ditulis, bukan

suatu kejadian yang bersifat tetap mengenai suatu situasi (Edwin Emery et al,

1965: 10 dalam Introduction to Mass Communication).

Pada decade 70-an hingga 80-an, istilah jurnalistik cenderung identik

dengan kerja wartawan media cetak. Sementara sebutan untuk orang-orang yang

bekerja sebagai wartawan media elektronika adalah reporter. Padahal sebutan

wartawan, pewarta, dan reporter sama saja. Mereka bekerja mencari, mengolah,

dan menyebarluaskan berita di media massa.

Jika sebelum lahirnya era televise di Indonesia kegiatan jurnalistik lebih

mengarag pada kerja media cetak, maka setelah booming televise di Indonesia,

orang mulai melirik kegiatan jurnalistik, elektronik, baik televisi maupun radio.

Bagaimana sebetulnya wilayah audiovisual ini?

Lahirnya budaya televisi (audiovisual) memang mampu menggeser

dominasi budaya tulis. Ruedi Hofmann dalam bukunya Dasar-Dasar Apresiasi

Program Televisi menyebutkan, bahasa merupakan kemajuan dari komunikasi

antarmanusia ada zaman sebelum manusia mengenal bahasa. Demikian juga

sebelum tulisan yang memungkinkan bahasa “dibekukan” dalam sebuah dokumen

dilihat sebagai kemajuan komunikasi yang bersifat lisan. Dalam hal ini kita dapat

melihat bahwa dengan adanya tulisan, peradaban manusia mengalami beberapa

kerugian juga, terutama pada waktu tulisan mulai dicetak dalam jumlah besar.

Televisi dengan tayangan beritanya sudah menjadi bagian dari kehidupan.

Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa

dan tempat kejadian dengan penontonnya. Menurut J.B. Wahyudi, ilmu jurnalistik

hanya ada satu, tetapi penerapannya ke dalam bentuk karya jurnalistik dapat

melalui media massa cetak dan elektronik/penyiaran. Penyajian melalui media

massa cetak harus disesuaikan dengan sifat fisik medianya. Demikian juga

penyajian melalui media massa elektronik, dengan tujuan agar isi pesan dapat

diterima dan dimengerti dengan baik oleh khalayak.

Perbedaan sifat fisik media massa periodik membentuk ciri khas karya

jurnalistik cetak, film, radio, dan televisi, yang hanya dimiliki oleh masing-masing

karya itu. Khusus untuk berita radio dan televisi, harus diusahakan agar pendapat

narasumber yang relevan dapat tersaji secara langsung dan orisinal, dan dengan

kata lain jangan dijadikan uraian pendapat. Dengan demikian, dalam menyusun

berita radio, reporter dituntut untuk memiliki keterampilan dalam

mengombinasikan uraian fakta, pendapat, dan penyajian pendapat yang relevan

dari narasumber (hanya audio) secara dinamis dan variatif, sesuai dengan arah

uraian, sedangkan reporter televisi dituntut untuk memiliki keterampilan yang

sama, tetapi dalam bentuk audiovisual.

Pada media massa periodic radio dan televisi di Indonesia saat ini, arus

informasi masih berjalan satu arah, yaitu dari pengelola media massa periodik

(komunikator) kepada khalayk (komunikan), sedangkan arus balik bersifat

tertunda (delayed feedback).

Terdapat berbagai cara untuk menyiarkan konten televisi yang dapat disiarkan

untuk umum. Setelah diproduksi, langkah selanjutnya adalah memasarkan dan

menjualnya kepada pasar manapun yang ingin membelinya. Hal ini secara tipikal terbagi

dalam dua tingkatan:

Tayangan Pertama atau Tayangan Perdana — sebuah badan produksi

menghasilkan acara yang terdiri dari satu atau beberapa episode yang kemudian

ditayangkan dalam sebuah stasiun atau jaringan televisi yang telah membayar

untuk produksi itu sendiri ataupun telah menerima lisensi acara tersebut dari

produser aslinya.

Sindikasi penyiaran — istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

penggunaan acara selanjutnya (setelah tayangan pertama). Hal ini tidak saja

mengatur tayangan lanjutan di negara yang sama (dengan tayang perdananya),

tetapi juga penggunaan internasional yang mungkin sudah tidak lagi diurus dan

berhubungan oleh produser aslinya. Pada umumnya, organisasi lain (stasiun

televisi ataupun individu) akan terikat dalam melakukan sindikasi, dalam kata lain,

mereka hanya dapat menjual suatu acara ke suatu pasar secara legal dengan adanya

kontrak dengan pemegang hak cipta, pada umumnya adalah produser.

Tujuan Media Televisi

a. Melindungi anak dari pengaruh negatif media

b. Memberdayakan posisi orang tua dan anak dalam interaksi dengan media,

terutama televisi, dengan cara menumbuhkan sikap kritis terhadap media televisi.

c. Meningkatkan semua program telavisi untuk semua kalangan masyarakat. Yang

dilakukan dengan memproduksi informasi obyektif dan independen tentang

kualitas isi tayangan televisi yang relevan, biro iklan, komisi penyiaran Indonesia

dan berbagai institusi terkait.(dalam Google).

1.3. Karakteristik Jurnalistik Televisi

A. Penampilan Anchor

Tanpa menutup relaitas yang ada, mayoritas masyarakat Indonesia masuk

dalam kategori headline readers (pembaca judul berita), yakni masyarakat yang

lebih banyak membaca judul-judul berita, daripada membaca tuntas keseluruhan

isi berita. Mungkin karena masyarakat kita begitu sibuk (atau menyibukkan diri)

sehingga tidak sempat membaca tubuh berita (body). Atau kemalasan tersendiri

sehingga begitu memegang surat kabar yang dibaca hanya judulnya saja.

Berbeda dengan keadaaan televisi. Meskipun dalam kondisi fisik dan psikis

tidak optimal, apalagi sepulang kerja, orang masih menyempatkan diri untuk

menonton televisi. Dengan penampilan audiovisual, televisi mampu member

alternative tontonan yang informatif. Dalam kondisi apapun televisi mampu

memberikan suguhan yang menyenangkan.

Selain itu kedudukan seorang anchor (penyaji berita) dan repoter di monitor

juga mempengaruhi persepsi dan penerimaan penonton. Anchor yang tampak

memiliki integritas dan smart (cerdas) mampu menghipnotis penonton untuk

memelototi tayangan berita. Penampilan anchor yang santai, bersahabat, dan

komunikatif mampu mengajak penonton untuk lebih antusias mengikuti tayangan

berita.

B. Narasumber

Jika mendengar narasumber langsung menuturkan kesaksiannya tentang

suatu kejadian, khalayak mendapatkan kepuasan tersendiri. Itulah yang menjadi

kelebihan televisi. Namun seperti yang diungkapkan J.B. Wahyudi, dalam

menyusun berita elektronik, reporter dituntut memiliki keterampilan dalam

mengkombinasikan fakta, uraian pendapat, dan penyajian pendapat yang relevan

dari narasumbernya.

Berkaitan dengan penyampaian berita seorang reporter televisi harus

mampu mengambil angle (sudut pengambilan) materi berita secara variatif. Bisa

jadi dalam suatu berita penyusunannya mendahulukan pendapat narasumber yang

langsung diuraikan oleh reporternya. Kepandaian menyusun bahan berita inilah

yang menjadi tuntutan seorang reporter televisi.

C. Bahasa

Bahasa adalah sistem ungkapan melalui suara yang dihasilkan oleh pita

suara yang bermakna, dengan satuan-satuan utamanya berupa kata-kata dan

kalimat, yang masing-masing memiliki kaidah-kaidah pembentuknya. Adam

Smith dalam bukunya The Theory of Moral Sentiments mengungkapkan, bahasa

manusia lahir karena kebutuhan manusia untuk saling mengerti. Oleh karena itu,

mereka menciptakan bunyi-bunyian yang kemudian disepakati oleh kelompoknya.

Bunyi-bunyi tersebut dijadikan symbol untuk menyatakan objek tertentu. Teori ini

dinamakan teori sosial (Keraf, 1984:2).

Pengertian bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem

lambing bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat

untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

Ferdinand de Saussure, seorang tokoh linguistik struktural menyimpulkan

bahwa kelanggengan sebuah sistem bahasa justru terjadi karena setiap orang

bebas di hadapan bahasa. Sebagai sebuah sistem, bahasa memang cenderung

langgeng karena kebebasan masyarakat di hadapan bahasa (Sarwono, 2001: 42).

Antara bahasa sebagai sarana komunikasi verbal dan budaya memang tidak bisa

dilepaskan. Keduanya saling terkait dan memengaruhi. Bahasa merupakan

cerminan dari budaya yang berlaku, sementara budaya menyebarluaskan nilai-

nilai melalui bahasa.

BAB III

KONDISI OBJEKTIF LOKASI

3.1. Profil METRO TV

a. Sejarah METRO TV

PT. Media Televisi Indonesia memperoleh izin penyiaran untuk METRO TV pada

25 Oktober 1999. METRO TV adalah anak perusahaan dari Media Group, yang dipimpin

oleh Surya Paloh, CEO / Presiden perusahaan, yang memiliki banyak pengalaman di

industri media lokal dan penerbit surat kabar nasional terbesar ketiga di Indonesia, Media

Indonesia. Start up tenaga kerja yang pada masa berdirinya hanya berjumlah 280

karyawan perusahaan, kini mempekerjakan lebih dari 1200 orang, yang sebagian besar di

bagian news dan produksi.

Pada 25 November 2000, METRO TV mengudara untuk pertama kalinya dalam

serangkaian uji coba siaran di 7 kota. Pada awalnya disiarkan hanya 12 jam sehari sampai

1 April 2001. Sejak hari itu pula, METRO TV mulai menayangkan program-program

andalan-nya sepanjang 24 jam non stop.

Mungkin tantangan terbesar bagi suatu perusahaan pada tahap awal adalah

kebutuhan untuk membangun infrastruktur, fasilitas dan tim, semua dalam skala waktu

singkat yaitu sembilan bulan. Meskipun ini adalah kerja keras pengalaman sangat

berharga yang diperoleh dalam membentuk tim yang solid profesional berpengalaman

yang sudah diuji di bawah kondisi yang menantang.

Perusahaan ini telah diantar dalam gelombang baru gaya hidup dan kualitas

program hiburan alternatif untuk melengkapi dominasinya di sektor berita industri. Hal

ini telah menjadi pelopor bagi perspektif baru dan beberapa program unik sekaligus

meningkatkan cara menyajikan informasi. Produksi canggih dan stylish dari METRO TV

telah meniupkan kehidupan baru ke dalam industri. Bahkan pemirsa yang paling cerdas

memiliki pilihan melihat keduanya.

MetroTV berencana untuk semakin menjadi yang terbaik dengan inovasi-inovasi

terbaru dengan pendekatan multi-dimensi untuk kebutuhan pemrograman. Melihat

kepada visi perusahaan yakni untuk mencapai peringkat nomor satu untuk kualitas berita

dan pengiriman serta loyalitas tingkat tinggi dari penonton dan pengiklan.

Perusahaan juga mengambil tanggung jawab ke arah pemegang saham dan para

karyawan. Meskipun konsisten dalam mendorong maju untuk mencapai tingkat signifikan

pertumbuhan dan keuntungan, serta untuk meningkatkan aset, kesejahteraan dan kualitas

hidup karyawan Metro TV tetap sangat penting.

b. Visi

Untuk menjadi stasiun televisi Indonesia yang berbeda dengan peringkat nomor

satu untuk berita, menawarkan kualitas hiburan dan gaya hidup pemrograman.

Memberikan peluang iklan yang unik dan mencapai loyalitas dengan pemirsa dan

pengiklan.

c. Misi

Untuk merangsang dan mempromosikan kemajuan bangsa dan negara menuju

suasana yang demokratis, dalam rangka untuk unggul dalam persaingan global,

dengan apresiasi yang tinggi dari moral dan etika.

Untuk menambahkan kehadiran berharga untuk industri televisi dengan

memberikan perspektif baru, dengan meningkatkan cara informasi disajikan dan

dengan menawarkan alternatif hiburan berkualitas.

Untuk mencapai tingkat signifikan pertumbuhan dengan mengembangkan dan

meningkatkan aset, untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan

karyawan, dan untuk menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi pemegang

saham.

d. Logo

Pada tanggal 20 Mei 2010, METRO TV memperkenalkan logo dan slogan

barunya. Logo baru tetap menggunakan lambang burung elang dan warna dasar

biru dan kuning, tetapi dengan jenis huruf Handel Gothic kursif yang memberikan

kesan modern, segar dan futuristik. Penempatan logo pun juga diubah dari posisi

semula di pojok kanan atas menjadi di pojok kanan bawah, penempatan ini pun

berbeda dari stasiun-stasiun televisi yang ada di Indonesia yang letaknya masih di

pojok kanan/kiri atas.

Ciri khas METRO TV adalah simbol bidang elips emas kepala burung

elang, dipertegas dengan Huruf M,E,T,R,T,V berwarna biru seperti tampak dalam

gambar 1.1. Berikut ini adalah gambar logo PT. Media Televisi Indonesia:

Gambar 1.1 Logo Metro TV

(Sumber: Comprof PT. Media Televisi Indonesia METRO TV, 2010)

Arti Logo

Logo METRO TV dirancang tampil dalam citraan tipografis sekaligus

kecitraan gambar. Oleh karena itu komposisi visualnya gabungan antara tekstual

(diwakili huruf – huruf : M-E-T-R-T-V) dengan visual (Diwakili simbol bidang

elips emas kepala burung elang). Elips emas dengan kepala burung elang pada

posisi huruf “O” dengan pertimbangan kesamaan stuktur huruf “O” dengan elips

emas, dan menjadi pemisah bentuk – bentuk teks M-E-T-R dengan T-V. Hal itu

mengingat,dirancang agar pelihat akan menangkap dan membaca sekaligus

melafalkan METR-TV sebagai METRO TV.

Logo METRO TV dalam kehadirannya secara visual tidak saja

dimaksudkan sebagai simbol informasi atau komunikasi METRO TV secara

institusi, tetapi berfungsi sebagai sarana pembangunan image yang tepat dan cepat

dari masyarakat terhadap institusi METRO TV. Melalui tampilan logo.

Masyarakat luas mendapatkan gerbang masuk, mengenal, memahami, serta

meyakini visi, misi serta karakter METRO TV sebagai institusi. Logo METRO

TV dalam rancang rupa bentuknya berlandaskan pada hal – hal berikut :

- Simpel (Tidak Rumit)

- Memberi kesan global dan modern

- Menarik dilihat dan mudah diingat

- Dinamis dan Lugas

- Berwibawa namun Familiar

- Memenuhi syarat – syarat teknis dan estesis untuk aplikasi print,

elektronik dan filmis.

- Memenuhi syarat teknis dan estesis untuk metamorfossis dan animatif.

Arti Logo Bidang Elips Emas

Sebagai latar dasar teraan kepala burung elang, merupakan proses

metamorphosis atas beberapa bentuk, yaitu :

- Bola Dunia

Sebagai simbol cakupan yang global dari sifat informasi, komunikasi dan

seluruh kiprah operasional institusi METRO TV.

- Telur Emas

Sebagai simbol Bold yang tampil penuh kewajaran. Telur juga merupakan

simbol kesempurnaan dan merupakan image suatu bentuk (institusi) yang secara

struktur kokoh, akurat, dan artistik sedangkan tampilan emas adalah sebagai

simbol puncak prestasi dan puncak kualitas.

- Elips

Sebagai simbol citraan lingkar (ring) benda planet, tampil miring kekanan

sebagai kesan bergerak, dinamis. Lingkar (ring) planet sendiri sendiri sebagai

simbol dunia cakrawala angkasa, satelit sesuatu yang erat berkait dengan citraan

dunia elektronik dan penyiaran.

- Elang

Simbol kewibawaan, kemandirian, keluasaan penjelajahan dan wawasan.

Simbol kejelian, awas, tajam, tangkas namun penuh keanggunan gerak hidupnya

anggun.

e. Konsep

Stasiun TV ini memiliki konsep agak berbeda dengan stasiun televisi lain,

sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya

memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam

perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam

program-programnya, meski tetap dalam koridor news. METRO TV adalah

stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin:

Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak

menayangkan sinetron. MetroTV juga menayangkan siaran internasional

berbahasa Inggris pertama di Indonesia Indonesia Now yang dapat disaksikan dari

seluruh dunia. Stasiun ini dikenal memiliki presenter berita terbanyak di Indonesia

MetroTV juga menayangkan program e-Lifestyle, yakni program talkshow

yang membahas teknologi informasi dan telekomunikasi.

f. Satelit

Selain secara ereksterial, siaran METRO TV dapat tangkap melalui televisi

kabel diseluruh Indonesia, melalui satelit Palapa 2 ke seluruh Negara – Negara

ASEAN, termasuk di Hongkong Cina selatan India, Taiwan, Makau, Papua New

Guinea, dan sebagian Australia serta Jepang. METRO TV juga memiliki 19 buah

mobil satelit untuk dapat menayangkan secara live kejadian – kejadian yang

berlangsung setempat. Peralatan tersebut berupa 12 Buah mobil SNG (Satelit

News Gathering) dan 7 Buah mobil ENG (Electronic News Gathering)

Satelit-satelit yang digunakan oleh MetroTV:

JCSAT 4B (BiG TV)

Palapa D (Topas TV, OrangeTV, Skynindo, K-Vision)

SES 7 (Indovision)

Telkom 1 (TransVision)

Measat 3a (aora)

3.2. Struktur Organisasi

Daftar direktur utama

No NamaAwal

jabatanAkhir jabatan

1 Surya Paloh 2000 2006

2 Wisnu Hadi 2006 2011

3 Adrianto Machribie 2011 sekarang

Direksi saat ini

Struktur dewan direksi MetroTV saat ini adalah sebagai berikut:

No Nama Jabatan

1 Adrianto Machribie Presiden Direktur

2 Suryopratomo Direktur Pemberitaan

3 Lestary Luhur Direktur Marketing dan Pemasaran

4 Andre Burhanudin Direktur Keuangan dan Administrasi

5 John Balonso Direktur Teknik

6 Putra Nababan Pemimpin Redaksi

Kru Produksi Bincang Pagi dan Editorial MI:

No Nama Jabatan

1 Rastra Dewangga Putra Produser Eksekutif

2 Fauzan Dahlan Produser

3 Nurdhian Santoso Produser

4 Aprilia Rina Produser

5 Hafiz Lutfirahman Staf Produksi

6 Ragil Purnama Guestbooker

7 Devi Fitria Guestbooker

8 Anisya Syaria Guestbooker

Daftar Presenter tetap Bincang Pagi dan Editorial MI:

Zilvia Iskandar

Yohana Margaretha

Leonard Samosir

Iqbal Himawan

BAB IV

RENCANA KEGIATAN JOB TRAINING

Selama melakukan Job Training, penulis membuat beberapa rencana untuk

mempermudah dan melancarkan proses Job Training nantinya. Dalam

mempersiapkan rencananya, penulis melakukan beberapa tahap, mulai dari

persiapan sebelum Job Training, rencana selama pelaksanaan Job Training, dan

evaluasi.

4.1. Persiapan Sebelum Job Training

a. Konsultasi kepada dosen pembimbing akademik dan dosen

pembimbing Job Training untuk menentukan media apa yang cocok

untuk penulis melaksanakan Job Training.

b. Mencari link untuk bisa melaksanakan Job Training di beberapa media

diantaranya TVOne, SCTV, MNCTV, dan MetroTV.

c. Mencari teman yang memiliki minat sama yaitu melaksanakan Job

Training di media massa televisi agar bisa sharing tentang pelaksanaan

Job Training di media televisi.

d. Penulis mempersiapkan kesehatan fisik dan mental penulis, restu dari

orang tua, serta ongkos dan biaya hidup apabila telah diterima di salah

satu media yang disebutkan diatas

e. Membuat currriculum vitae, transkrip nilai, surat pengantar fakultas,

fotocopy KTP, dan pas photo 3x4 dan 2x3 sebanyak 2 lembar.

4.2. Rencana Kegiatan Selama Job Training

Selama melaksanakan kegiatan Job Training di MetroTV, penulis berencana

melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Bulan Juli

Minggu I :    Mengobservasi perusahaan sebagai langkah awal pengenalan

pada perusahaan. Membantu sekaligus mempelajari kegiatan yang berkenaan

dengan produksi dan proses peliputan berita pada program News.

Minggu II  :  Ikut serta dalam kegiatan Redaksi, menjadi reporter, wartawan,

atau bagian produksi dalam pembuatan berita jurnalistik seperti melakukan

pengambilan gambar, merekam sebuah peristiwa, melakukan wawancara,

mengolah serta memvisualisasikan informasi yang diperoleh menjadi sebuah

berita. Melakukan kegiatan produksi secara rutin.

Minggu III : Melakukan kegiatan jurnalistik bersama dengan crew dan

karyawan lain sesuai job masing-masing. Menjalin kerjasama, menjaga hubungan

yang harmonis serta membangun kredibilitas baik didalam lingkungan internal

ataupun eksternal.

Minggu IV : Ikut serta terlibat dalam proses peliputan berita dan produksi

siaran berita, sampai mengikuti semua baik beberapa kegiatan produksi.

2. Bulan Agustus

Minggu I – IV : melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai bagian yang

ditugaskan oleh HRD, yakni di bagian produksi.

Minggu III – IV : ikut serta dalam proses peliputan berita ke lapangan.

3. Bulan September

Minggu I - II : melakukan tugas dan fungsi pokok sesuai jobdes yang telah diberikan,

melakukan kunjungan ke program-program lain.

Minggu III – IV : melakukan evaluasi, meminta hasil penilaian kepada yang

membimbing. Melaksanakan tugas dan fungsi pokok hingga selesai.

4.3. Evaluasi

Setelah mempersiapkan segala kebutuhan serta jadwal kegiatan yang akan

dilaksanakan selama Job Training, penulis melakukan evaluasi persiapan. Penulis

berkonsultasi dengan dosen pembimbing sebelum, selama, dan setelah

pelaksanaan Job Training. Penulis mencatat segala kelebihan serta kekurangan

media tersebut. Sehingga penulis dapat mengetahui media yang penulis pilih

sesuai dengan passion penulis.        

BAB V

JADWAL KEGIATAN JOB TRAINING

Rencananya penulis akan melaksakan Job Training di Stasiun Televisi

MetroTV Pusat, yang beralamat di Jl. Pilar Mas Raya Kav. A-D, Kedoya - Kebon

Jeruk, Jakarta 11520 sebagai salah satu staf redaksi/produksi.

Penulis akan melaksanakan Job Training kurang lebih selama tiga bulan

terhitung dari tanggal 30 juni sampai 30 September 2015. Dan kegiatan penulis

akan dibina langsung oleh Pury Purnama Kayla sebagai General Manager/HRD,

Rastra Dewangga Putra sebagai Eksekutif Produser Program Bincang Pagi, dan

Hafiz Luthfirahman sebagai salah satu staf redaksi. Dibantu oleh bantuan

beberapa Produser seperti Nurdhian Santoso, Fauzan Dahlan, dan Aprilia Rina.

5.1. Rincian Kegiatan

Di dalam praktek kerjanya, penulis berharap dapat mengikuti proses

pengeditan naskah cetak atau online diubah dalam bentuk naskah berita televisi.

Selain itu penulis membuat visual dari naskah tersebut dari gambar-gambar yang

penulis dapatkan dari berbagai sumber, baik dari hasil liputan wartawan lapangan,

website khusus, internet, youtube, dll, kemudian mengemasnya menjadi sebuah

berita yang siap tayang. Adapun penulis juga berharap diberikan kesempatan

untuk melakukan proses peliputan berita di lapangan (jika diperkenankan), untuk

meliput beberapa peristiwa mengenai ibukota dan sekitarnya.

Penulis melaksanakan kerja praktek di Institusi yang terkait dengan Ilmu

Komunikasi yang terkonsentrasi pada bidang Jurnalistik dan Broadcasting. Dalam

pelaksanaan program kerja praktek, penulis dibimbing dan diberi arahan dalam

pelaksanaan tugas Jurnalistik dan Broadcasting. Penulis juga di ajarkan tentang

kedisiplinan dan etos kerja yang ada di Institusi.

5.2. Jadwal Kegiatan

Adapun jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan, sebagai berikut :

1. Penulis melakukan kegiatan redaksi/produksi setiap hari Minggu-Kamis,

dimulai pukul 01.00 WIB. Disana penulis melakukan pembuatan naskah

dan mempersiapkan visual dari naskah tersebut serta membantu produser

bertanggung jawab atas keberlangsungan acara dari awal hingga akhir.

2. Penulis diberi jatah libur selama dua hari dalam seminggu, yaitu hari

Jum’at-Sabtu.

3. Setiap hari setelah selesai on air, penulis mengikuti rapat proyeksi dan

evaluasi bersama seluruh crew utama.

4. Apabila diperkenankan, penulis ikut ke lapangan bersama

wartawan/reporter lapangan untuk meliput peristiwa langsung.

5.3. Mahasiswa Job Training

Nama :  Shalha Nurul Afifah

No. Mahasiswa : 1124050135

Institusi : Fakultas Dakwah & Komunikasi Universitas Islam Negeri

Sunan Gunung Djati Bandung.

Konsentrasi : Jurnalistik.

Alamat : Jl Kapten Halim No. 61 RT 21/03 Kel. Nagrikidul Kec.

Purwakarta, Kab. Purwakarta 41111

Email :  [email protected]

No. HP :  085793644795

BAB VI

PENUTUP

Untuk itu besar ketertarikan saya untuk memilih stasiun Metro TV sebagai

tempat Job Training untuk menimba ilmu serta aplikasinya dalam dunia

profesional kerja yang sesungguhnya dan dapat memberikan wawasan baru dalam

bidang kejurnalistikan dan broadcasting dan bermanfaat bagi saya untuk

kedepannya. Dengan adanya Job Training ini bisa dijadikan pengalaman dan

pengetahuan baru mengenai dunia kerja yang sesungguhnya, dimana dunia kerja

nyata dibutuhkan adanya suatu keahlian serta pengalaman yang diseimbangkan

dengan teori-teori yang selama ini didapat.

Demikian desain Job Training ini saya buat sebagai satu syarat pengajuan Job

Training di Metro TV. Maka besar harapan saya agar desain ini segera disetujui

sehingga saya dapat menentukan langkah ke tahap selanjutnya. Atas perhatiannya

saya ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 1997, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung:

PT Citra Aditya Bakti dan PT Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana. 2003, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya

Suhandang, Kustadi. 2010. Pengantar Jurnalistik ; Seputar Organisasi, Produk

dan Kode Etik.Bandung : Nuansa.

Arsip PT Media Televisi Indonesia

Wikipedia.com

LAMPIRAN-LAMPIRAN