145
Kelompok 1 Nama : - Dewi Indah Nurmalasari 12211210097 - Euis Yulianti 12211210604 Pendidik Memiliki Tanggung Jawab Terhadap Pelaksanaan dan Hasil Pekerjaannya Tugas utama seorang guru diantaranya adalah menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat (Djamarah, 1997: 1). Menurut Rosmali (2005), tugas seorang guru itu mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut: 1. Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. 2. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. 3. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadi dirinya sebagai orangtua kedua. Guru harus mampu menarik simpati sehingga guru tersebut menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswa dalam belajar. 1

etika kependidikan dan profesi

Embed Size (px)

Citation preview

Kelompok 1

Nama : - Dewi Indah Nurmalasari 12211210097

-Euis Yulianti 12211210604

Pendidik Memiliki Tanggung Jawab Terhadap

Pelaksanaan dan Hasil Pekerjaannya

Tugas utama seorang guru diantaranya adalah

menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang

dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan

baik dan semangat (Djamarah, 1997: 1).

Menurut Rosmali (2005), tugas seorang guru itu

mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

1. Guru memiliki tugas yang beragam yangberimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi,

bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan.

2. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik,mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskandan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan.Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmupengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatihberarti mengembangkan keterampilan-keterampilanpada siswa.

3. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolahharus dapat menjadi dirinya sebagai orangtuakedua. Guru harus mampu menarik simpati sehinggaguru tersebut menjadi idola para siswanya.Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapatmenjadi motivasi bagi siswa dalam belajar.

1

4. Guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menujupembentukkan manusia Indonesia seutuhnya yangberdasarkan Pancasila (Usman, 1998: 7).Jadi tugas guru yang dimaksud adalah tugas yang

terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dan dalam

bentuk pengabdian. Sehingga keberadaan guru merupakan

faktor yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana

pun dalam kehidupan bangsa sejak dahulu, karena

keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting,

apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun,

terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di

tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan

teknologi yang semakin canggih dan segala perubahan

serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa

kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam

kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.

Peters dikutip Sudjana (2002:15), menyebutkan

tugas dan tanggungjawab guru, yaitu:

a) guru sebagai pengajar,

b) guru sebagai pembimbing, dan

c) guru sebagai administrator.

Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok

profesi guru. Dimana guru sebagai pengajar lebih

menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan

melaksanakan pengajaran. Guru sebagai pembimbing

memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada

siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya.

Sedangkan guru sebagai administrator kelas pada

2

hakikatnya merupakan jalinan antara pengajaran dan

ketatalaksanaan pada umumnya.

Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada

dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu

mencintai, menghargai, menjaga, dan meningkatkan tugas

dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa

tugas dan tanggung jawab tidak bisa dilakukan orang

lain, kecuali oleh dirinya. Demikian pula ia harus

sadar bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut

untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan.

Guru harus sadar bahwa yang dianggap baik dan benar

saat ini, belum tentu benar di masa yang akan datang.

Oleh karena itu guru dituntut agar selalu

meningkatkan wawasan dan pengetahuan, kemampuan dalam

rangka pelaksanaan tugas profesinya. Ia harus peka

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya

dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

Dunia ilmu pengetahuan tak pernah berhenti tapi

selalu muncul hal-hal yang baru. Guru harus dapat

mengikuti perkembangan tersebut, sehingga ia harus

lebih dahulu mengetahuinya dari pada siswa dan

masyarakat pada umumnya

Tanggung jawab guru menurut Hamalik (2004: 127),

yaitu sebagai berikut:

1. Guru harus menuntut murid-murid belajar. 2. Turut serta membina kurikulum sekolah.

3

3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa(kepribadian, watak dan jasmaniah).

4. Memberikan bimbingan kepada murid. 5. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan

belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuanbelajar.

6. Menyelenggarakan penelitian. 7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif. 8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan

Pancasila. 9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan

persatuan bangsa dan perdamaian dunia. 10. Turut menyukseskan pembangunan.

Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional

guru. Bertitik tolak dari tanggungjawab guru yang

telah dikemukakan di atas maka dengan demikian guru

sangat perlu meningkatkan peranan dan kemampuan

profesionalnya. Tanpa adanya kecakapan yang maksimal

yang dimiliki oleh guru maka kiranya sulit bagi guru

tersebut mengemban dan melaksanakan tanggungjawabnya

dengan cara yang sebaik-baiknya.

Wijaya dkk. (1994:9), menyebutkan beberapa

tanggung jawab yang memerlukan sejumlah kemampuan yang

lebih khusus dari seorang guru, yaitu:

1. Tanggungjawab moral adalah setiap guru harusmemiliki kemampuan menghayati perilaku dan etikayang sesuai dengan moral Pancasila danmengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolahadalah setiap guru harus menguasai cara belajar-

4

mengajar yang efektif, mampu membuat satuanpelajaran, mampu dan memahami kurikulum denganbaik, mampu mengajar dikelas, mampu menjadi modelbagi siswa, mampu memberikan nasihat, menguasaiteknik-teknik pemberian bimbingan dan layanan,mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan lain-lain.

3. Tanggungjawab guru dalam bidang kemasyarakatanadalah turut serta menyukseskan pembangunan dalambidang kemasyarakatan, untuk itu guru harus mampumembimbing, mengabdi kepada dan melayanimasyarakat.

4. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yaituguru selaku keilmuan bertanggungjawab dan turutserta memajukan ilmu, terutama ilmu yang telahmenjadi spesialisasinya dengan melaksanakanpenelitian dan pengembangan.

Perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi

lainnya terletak dalam tugas dan tanggungjawabnya.

Tugas dan tanggungjawab tersebut erat kaitannya dengan

kompetensi atau kemampuan yang disaratkan untuk

memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar yang

dimaksud adalah kompetensi guru.

Guru memiliki tugas dan tanggungjawab yang beragam

yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas

guru dalam proses belajar-mengajar meliputi bidang

profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan.

Sedangkan tanggung jawab guru adalah menuntut siswa

untuk giat belajar, melakukan pembinaan dan bimbingan

dan lain-lain.

5

Untuk itu guru harus memiliki kecakapan dalam

membimbing peserta didik. Di dalam mengajar akan lebih

berhasil kalau disertai dengan kegiatan bimbingan yang

banyak berpusat pada kemampuan intelektual, guru perlu

memiliki pengetahuan yang memungkinkan dapat menetapkan

tingkat perkembangan setiap anak didiknya, baik

perkembangan emosi, minat dan kecakapan khusus maupun

dalam prestasi fisik dan sosial.

Dengan demikian tugas dan tanggungjawab guru tidak

dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Dia tidak terikat

oleh keterbatasan jam dan kelas untuk mendidik. Karena

proses belajar tidak hanya dilakukan di sekolah namun

dibutuhkan di lingkungan untuk membentuk karakter dan

kepribadian siswa, atau sekurang-kurangnya dapat

membentuk landasan yang berarti untuk bekal siswa

selanjutnya.

6

Kelompok 2:

Mia Syarifah Islamiati (1211210119)

Vina Selfiana (12211210948)

Guru Harus Memilki Keadilan Kepada Siapa Saja Yang

Menjadi Haknya

Pendidikan merupakan isu paling hangat di dunia

manapun karena menyangkut penyiapan sumber daya manusia

setiap bangsa. Pendidikan menjadi sangat penting setiap

saat karena berhubungan langsung dengan zaman dan

perubahannya yang tiada henti. Itulah mengapa

pendidikan dewasa ini sangat erat hubungannya dengan

pesatnya perkembangan ICT. Bagaimana pula guru-guru di

era globalisasi ini harus menyikapinya?

Anak-anak adalah harapan bangsa, untuk itu mereka

mempunyai hak memperoleh pendidikan, sebagaimana diatur

dalam Pasal 31 UUD 1945 (amandemen) ayat (1)  bahwa

setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

Bahkan dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, Pasal 49 menegaskan bahwa Negara,

pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan

yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.

Dalam pasal ini malah tidak boleh ada satupun hal yang

bisa menghambat anak untuk memperoleh pendidikan.

Termasuk di dalamnya keluarga dan orang tua.

Masalah ketidaksetaraan atau ketidakadilan dalam

pendidikan di negara kita memang lebih mengerucut

7

kepada masalah ketidakmampuan ekonomi keluarga. Banyak

anak yang terpaksa tidak sekolah karena harus

bertoleransi dengan keadaan ekonomi orang tua yang

sangat minim, walaupun masalah berikutnya yang

tercipta  juga tidak kalah besar, misalnya : pemerintah

mengadakan kelas RSBI dan SBI tapi justru menciptakan

pengkastaan dalam pendidikan. Sekolah internasional ini

membutuhkan biaya tinggi dalam  pelaksanaannya,

sehingga hanya keluarga kelas menengah ke atas saja

yang berkesempatan meneguk indahnya pendidikan berkelas

internasional. RSBI dan SBI sendiri banyak dianut dan

dilaksanakan justru oleh sekolah negeri milik

pemerintah yang seyogyanya memberikan kesempatan pada

wong cilik.

UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas Pasal 5, ayat (1)

menjelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak

yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 

Untuk itu, jika memang guru bertekad memberikan

keadilan bagi semua anak bangsa, maka guru wajib

memberikan mutu terbaik untuk peserta didik. Mutu yang

baik tidak harus dilaksanakan di sekolah mahal.

Adil secara harfiyah bermakna sama. Menurut kamus

Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat

sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar,

berpegang kepada kebenaran dan yang sepatutnya.

Dalam kontek pengertian tersebut, menjadi guru yang

adil berarti guru harus berpandangan bahwa semua anak

8

didik mempunyai kedudukan yang sama di hadapannya.

Secara umum memperlakukan mereka sama dan tidak

membeda-bedakan. Guru hanya berpihak kepada kepentingan

dan kebutuhan anak didik, bagaimana memberikan

“sesuatu” yang bermanfaat bagi kehidupan mereka kelak.

Guru harus berpegang teguh kepada kebenaran dan

bertindak atas dasar kepatutan dan kepantasan.

Sebagaimana pepatah dalam bahasa jawa, guru tidak boleh

berlaku “Mban cinde mban siladan”. Maksud dari ungkapan

ini adalah, menjadi guru yang adil berarti guru tidak

sepantasnya memperlakukan satu atau beberapa anak didik

secara istimewa dan terhadap yang lainnya biasa-biasa

saja bahkan cenderung tidak memberikan perhatian.

Hakikat Keadilan

Dari banyaknya etimologi dan terminologi tentang

adil dapat disimpulkan, sekurang-kurangnya ada tiga

hakikat keadilan. Ketiganya adalah :

1. Adil dalam pengertian sama (al-musawat)

2. Adil dalam pengertian keseimbangan (at-tawazun) dan

3. Adil dalam pengertian “perhatian terhadap hak-hak

individu dan memberikann hak-hak itu kepada setiap

pemiliknya.

Agar menjadi guru yang adil, setiap guru hendaknya

mengimplementasikan 3 hakikat keadilan tersebut dalam

kehidupan sehari-hari pada saat bersinggungan dengan

anak didik.

9

Implentasi Adil Dalam Proses Menjadi Guru Yang Adil

Keadilan tidak hanya harus ditegakkan dalam dunia

hukum dan pemerintahan. Keadilan dapat

ditegakberdirikan di mana saja, tak terkecuali dalam

dunia pendidikan. Dan dalam dunia pendidikan, salah

satu pilar penegak keadilan adalah guru. Maka, menjadi

guru yang adil adalah sebuah keniscayaan.

Agar dapat menjadi guru yang adil maka tiga

hakikat keadilan sebagaimana yang tersebut sebelumnya

harus diimplementasikan dalam proses pembelajaran

dengan anak didik.

1. Perlakukan yang sama

Anak didik mempunyai hak diperlakukan sama oleh

guru. Oleh karenanya guru harus bertindak dengan tidak

membedakan di antara anak didiknya dalam hal kesempatan

mendapatkan ilmu. Laki-laki atau prempuan, kaya atau

miskin, sempurna atau berkebutuhan khusus, kota atau

desa, dan sebagainya mempunyai hak yang sama dalam hal

mendapatkan memperoleh pembelajaran yang maksimal dari

guru.

Termasuk dalam kontek ini, guru harus tidak

membeda-bedakan asal usul suku, ras, agama dan golongan

anak didik. Apapun warna kulitnya, berasal dari suku

dan ras apapun mereka, mempunyai keyakinan dan agama

10

apapun yang dianut serta dari golongan manapun, anak

didik berhak mendapat pembelajaran apapun dari guru

tanpa pengecualian.

Untuk menjadi guru yang adil maka langkah pertama

adalah memberikan pembelajaran kepada seluruh siswa

tanpa kecuali dengan kualitas yang sama.

2. Adil dalam keseimbangan

Proses pembelajaran bertujuan menghasilkan output

yang sebaik-baiknya. Siapapun anak didik yang terlibat

dalam proses pembelajaran diharapkan menjadi lulusan

yang berkualitas. Dalam kontek inilah, adil dalam

keseimbangan dapat diterapkan oleh guru yang ingin

menjadi guru yang adil.

Anak didik tidak mempunyai kecerdasan yang sama.

Masing-masing dari mereka memiliki tingkat kecerdasan

dan daya tangkap yang bervariasi. Bahkan di antara

mereka ada anak yang tergolong berkebutuhan khusus.

Terhadap mereka, tentu guru harus memberikan “perlakuan

khusus”.

Kepada anak didik yang mempunyai daya tangkap dan

kecerdasan rendah, siapapun yang ingin menjadi guru

yang adil, maka ia harus memberikan perhatian lebih dan

memberikan pembelajaran dengan intensitas dan kualitas

yang lebih pula. Mereka harus diperlakukan “berbeda”

dengan anak-anak yang berkecerdasan tinggi. Demikian

juga terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Dibutuhkan

11

kesabaran, ketelatenan dan keuletan yang cukup dalam

memberikan pembelajaran kepada mereka.

3. Adil dalam hak-hak individu

Anak didik diciptakan Allah dengan segala

keberbedaan antara satu dan yang lainnya. Mereka

mempunyai potensi, bakat, minat dan kecenderungan yang

berbeda. Tentu saja dalam kontek ini, hak-hak yang

harus mereka dapatkan menjadi berbeda. Oleh karenanya,

guru sesuai kemampuan harus dapat memfasilitasi segala

keberbedaan yang dimiliki anak didik.

Dengan memberikan fasilitas yang memadai maka anak

didik akan berkembang sesuai dengan potensi, bakat,

minat dan kecenderungan mereka. Mengarahkan anak didik

agar berkembang namun tidak sesuai dengan potensi,

bakat, minat dan kecenderungan merupakan tindakan

memaksakan kehendak dan tindakan ketidakadilan.

Untuk anak didik SLTA, memberikan banyak pilihan

jurusan adalah bentuk keadilan dalam kontek ini. Anak

didik diberi kebebasan untuk memilih jurusan sesuai

potensi yang dimiliki adalah tindakan adil. Guru

memberikan bimbingan secukupnya agar anak didik tepat

dalam jalur potensi yang dimiliki.

Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dapat

diambil kesimpulannya sebagai berikut:

12

1. Menurut kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama

berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak

kepada yang benar, berpegang kepada kebenaran dan

yang sepatutnya.

2. Menjadi guru yang adil berarti guru harus

berpandangan bahwa semua anak didik mempunyai

kedudukan yang sama di hadapannya.

3. Implentasi adil dalam proses menjadi guru yang adil

yaitu: memberikan perlakuan yang sama, adil dalam

keseimbangan, dan adil dalam memberikan hak-hak

indiviu.

Kelompok 4:

Bustanul firdaus ( 12211210046)

M. Ghazian Lutfi (12211210101)

MENDIDIK AGAR EFECTIVE HARUS DI JIWAI DENGAN NILAI –

NILAI YANG HIDUP DALAM LINGKUNGAN PROFESI ITU SENDIRI.

Cara Mendidik Efektif

Tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya

karakter, yaitu mengetahui yang benar dan bertindak

mulia. Mendidik dan mengajar yang efektif adalah

mendidik yang dapat membangun karakter. Seoarng

pendidik akan mendidik dengan efektif jika pendidik

menguasai materi pelajaran yang akan di ajarkannya,

13

memnetukan strategi pembelajaran dengan kebutuhan

perkembangan siswa, membuat desain pembelajaran, ahli

dalam memotivasi, ahli dalam berkomunikasi, bekrja

secara efktif denagn siswa yang berasal dari latar

belakang kultur yang berlainan, menguasai teknologi,

memiliki komitmen dan motivasi.

Richard Dunne & Ted Wragg (1996) dalam bukunya

“Effective Teaching” menyatakan bahwa “Pembelajaran

efektif (effective teaching) adalah jantungnya sekolah

efektif atau sekolah yang berhasil mencapai tujuannya.

Di bagian pengantar buku tersebut di atas, Anwar Jasin

menyatakan bahwa “Mutu hasil pendidikan sebagian besar

ditentukan oleh mutu kegiatan belajar mengajar. Mutu

profesional guru harus terlihat pada kemampuannya

mengelola kelas dan mengajar secara efektif dalam arti

dia mampu membelajarkan para siswa menguasai bahan

pelajaran yang diberikannya sesuai dengan tuntutan

kurikulum”.

Pengertian pembelajaran efektif bukanlah sesuatu

yang sederhana atau tentu tidak memadai lagi jika hanya

diartikan sebatas transfer of knowledge, justru menjadi

penting ketika diartikan sebagai pembelajaran

konstruktivistik yang lebih berorientasi pada siswa

(student centries). Dalam arti, peserta didik atau si

belajar menjadi pusat pembelajaran. Sementara teaching-

learning berada melingkari peserta didik tersebut.

14

Keberhasilan teaching learning tergantung pada; (1)

enabling environment; (2) knowledge infrastructure; (3)

human and physical resource, and (4) school management

and governance. Akhirnya hal tersebut di atas sangat

ditentukan oleh sebuah kebijakan pendidikan.

Pendapat senada menyatakan bahwa, “Mutu pendidikan

ditentukan oleh “Effective Teaching and Learning

(ETL)”. ETL itu sendiri dipengaruhi oleh; (1) teacher

supply, training, and profesional development support;

(2) school leadership internal organization and

culture; (3) quality assurance and support system; (4)

accountability mechanisms and processes, including

school governence; (5) the physical environment of the

school; (6) the curriculum and it’s

assessment:instructional aid; (7) links and

partnerships with parent and the community; and (8) the

well-being attendance and motivation of all pupils.

Santrok (2007) mengemukakan bahwa untuk enjadi

guru yang efektif perlu di perhtaikan beberapa hal:

1. Pengajaran yang efektif mensyaratkan agar guru

menguasai secara utuh ilmu yang diajarkannya, contohnya

guru fisika harus menguasai seluruh materi fisika yang

diajarkannya.

2. Memperluas perspektif, guru harus yakin bahwa

dirinya dapat menjadi guru yang efektif sebagaimana

15

diinginkannya, contohnya guru fisika harus memiliki

kepercayaan diri ketika mendidik murid-murid.

3. Guru perlu meningkatkan diri secara terus

menerus, contoh; guru fisika terus belajar dan berlatih

untuk meningkatkan ilmunya.

John W. Santrock menyatakan bahwa ada dua hal

utama yang harus dikuasai guru, yaitu;

1. Pengetahuan dan Keahlian Professional meliputi;

Penguasaan terhadap Materi Pelajaran

Guru yang efektif harus memiliki pengetahuan,

fleksibel dan memahami materi pelajaran yang di ampu.

Penguasaan subjek materi tidak hanya mencakup fakta,

istilah dan konsep umum, tetapi mencakup pengetahuan

tentang dasar-dasar pengorganisasian materi, mengaitkan

berbagai gagasan, cara berfikir dan berargumentasi,

pola perubahan dalam satu mata pelajaran, dan kemampuan

untuk mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplin ilmu

ke disipiln ilmu lainnya.

Strategi Pengajaran.

Kontruktivisme menekankan agar individu secara

aktif menyusun dan membangun (to construct) pengetahuan

dan pemahamannnya. Menurut pandangan konstruksivis,

guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran aank,

akan tetapi guru mendorong anak untuk mengeksplorasi

16

dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan

berpikir secara kritis. Konstruksivis juga menekankan

pada kolaborasi, anak-anak saling bekerja sama untuk

menegtahui dan memahami materi pelajaran.

Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan

Intruksioal.

Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas,

baik ia menggunakan prespektif tradisional maupun

konstruksivis. Namun, guru harus menentukan tujuan

pengajaran dan menyusun rencana pembelajaran untuk

mencapai tujuan pengajaran tersebut. Guru juga harus

menyusun kriteria tertentu agar sukses. Guru secara

matang menyusun rencana instruksional,

mengorganisasikan pelajaran agar siswa meraih hasil

maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam menyusun

rencana pembelajaran, guru harus memikirkan tentang

cara agar pelajaran bias menantang sealigus menarik.

Keahlian Manajemen Kelas.

Aspek penting lain untuk menjadi guru yang efektif

adalah kemampuan menjaga kelas agar tetap aktif bersama

dan mengorientasikan kelas/siswa ke tugas-tugas yang

telah dipersiapkan guru untuk mengaktifkan siswa. Guru

yang efektif membangun dan mempertahankan lingkungan

belajar yang kondusif. Agar lingkungan belajar optimal,

guru perlu senantiasa meninjau ulang strategi penataan

dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok,

17

monitoring, dan mengaktifkan kelas, serta menangani

tindakan siswa yang mengganggu kelas.

Keahlian Motivasional.

Guru yang efektif memiliki strategi yang baik untuk

memotivasi siswa agar mau belajar. Para ahli psikologi

pendidikan semakin percaya bahwa motivasi ini paling

baik didorong dengan memberi kesempatan siswa untuk

belajar di dunia nyata, agar setiap siswa berkesempatan

menemukan sesuatu yang baru dan sulit. Guru yang

efektif mengetahui bahwa siswa akan termotivasi saat

mereka bias memilih sesuatu yang sesuai dengan

minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan kepada

siswa untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek

mereka sendiri.

Keahlian Komunikasi.

Sisi lain yang tak kalah pentingnya dalam mengajar

adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi

hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi

nonverbal dari siswa, dan mampu memecahkan konflik

secara konstruktif. Keahlian komunikasi bukan hanya

penting untuk bukan hanya penting untuk mengajar,

tetapi juga untuk berinteraksi dengan orangtua siswa.

Guru yang efektif menggunakan keahlian komunikasi yang

baik saat mereka berbicara dengan siswa, orangtua,

administrator, dan lainnya, serta memiliki gaya

komunikasi asertif bukan agresif.

18

Bekerja secara Efektif dengan Siswa dari Latar

Belakang Kultural Berbeda.

Guru yang efektif mampu mendorong siswanya untuk

menjalin hubungan positif dengan siswa yang berbeda,

membimbing siswa untuk berpikir secara kritis tentang

isu kultural dan etnis, menanamkan sikap saling

menerima, dan bertindak sebagai mediator kultural.

Keahlian Teknologi.

Guru yang efektif mampu mengembangkan keahlian

teknologi dan mengintegrasikan komputer ke dalam proses

belajar mengajar di kelas, menggunakan alat komunikasi

melalui komputer seperti internet, mendesain media

pembelajaran berbasis komputer, serta menggunakan media

ICT lainnya untuk keperluan pembelajaran.

2. Komitmen dan Motivasi.

Menjadi guru yang efektif membutuhkan komitmen dan

motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan

perhatian kepada siswa. Guru yang efektif memiliki

kepercayaan diri terhadap kemampuannya dan tidak

membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi dirinya.

Cara mendidik efktif terletak pada kunci-kunci

berikut ini:

A. Proses belajar mengajar yang menyenangkan

19

Belajar yang menyenangkan tentu saja akan membuat

anak tertarik dan tidak akan membuat mereka jenuh.

Terutama bagi anak usia dini. Lebih baik untuk menunda

kegiatan belajar apabila kita belum bisa menciptakan

suasana menyenangkan bagi anak. Karena apabila kita

memaksa anak untuk belajar dalam situasi yang

menegangkan, hal itu dapat membuat anak frustasi dan

menjadi tidak mau belajar, karena merasa trauma dan

ketakutan. Pemaksaan bahkan bisa melumpuhkan sel syaraf

yang terdapat di otak anak. Setiap pendidik pasti

mengharapkan agar anak mendapatkan hasil belajar yang

optimal, dan hal itu hanya akan didapatkan apabila anak

mempunyai ketertarikan pada apa yang kita ajarkan.

Caranya yaitu dengan belajar sambil bermain,

bercerita,bernyanyi dan lain sebagainya.

B. Kasih Sayang

“Kasih sayang melahirkan kecerdasan”, hasil dari

sebuah penelitian telah membuktikan bahwa pembentukan

otak dan perasaan sangat terikat erat pada kasih sayang

yang diberikan kepadanya semasa ia berada di dalam

kandungan sampai kasih sayang yang ia dapatkan setelah

ia lahir dan tumbuh dewasa. “Autis” adalah salah satu

contoh sebagai akibat dari kurangnya kasih sayang.

(Autis terjadi akibat kurang terhubungkannya syaraf –

syaraf di pusat otak yang berisi emosi yang mengisi

gerakan rasional dan pikiran logis). Hilangnya perasaan

20

cinta pada awal kehidupan juga dapat melemahkan

kekuatannya dan membuat pengaruh yang fatal pada otak.

Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian bahwa

ukuran otak anak yang jarang tersiram kasih sayang dan

jarang diajak bermain lebih kecil 30% daripada anak

normal pada usia yang sama.

C. Disiplin

Disiplin merupakan salah satu elemen penting agar

terciptanya efektifitas belajar. Namun disiplin juga

harus diterapkan secara konsisten dan ber”sinergi”.

Konsisten atau istiqomah diperlukan dalam proses

penerapan disiplin. Hilangnya konsistensi akan

menghancurkan upaya kita dalam menegakkan disiplin.Satu

contoh ,misalnya kita menginginkan satu bentuk tertentu

pada sebuah pohon. Kita dapat membentuknya dengan

mengikat dahan pohon tersebut dengan tali atau kawat.

Namun bayangkan apa yang akan terjadi apabila dalam

waktu yang singkat kita telah membuka ikatan itu ?

tentu dahan pohon yang diikat tadi akan kembali seperti

keadaan semula, bahkan mungkin akan bergerak lebih jauh

dari posisi semula. Akan tetapi dengan kesabaran dan

ketelatenan kita akan mendapatkan hasil yang sesuai

dengan keinginan kita. Itulah sebabnya kenapa

pendidikan anak harus dilakukan secara bertahap,

sedikit demi sedikit sampai anak memahami apa yang kita

ajarkan. Karena pendidikan adalah sebuah proses yang

21

sangat panjang dan tak berujung. Selanjutnya kita akan

menjelaskan tentang arti dari kata “sinergi”. Sinergi

adalah satu bentuk penyatuan energi dari semua pihak

yang berkepentingan, dalam hal ini yaitu kerjasama yang

berkesinambungan antara orang tua,pihak sekolah serta

lingkungan (kakek nenek, saudara, teman bermain, dll).

Artinya pendidikan bukan hanya merupakan tanggung jawab

orang tua saja, atau tanggung jawab sekolah saja, akan

tetapi telah menjadi tanggung jawab bersama,sehingga

dalam pelaksanaan disiplinpun harus ada koordinasi yang

baik dari semua pihak.

D. Hukuman dan Ganjaran

Hukuman dapat diterapkan apabila anak tidak mematuhi

aturan yang telah disepakati / tidak disiplin, dengan

tujuan agar anak tidak mengulangi perbuatannya.

Ganjaran / hadiah diberikan kepada anak ketika anak

berhasil melakukan perbuatan yang baik (menurut norma

agama ataupun norma yang berlaku di masyrakat), dengan

tujuan untuk memotivasi anak agar mereka mempertahankan

bahkan meningkatkan perilaku baiknya menjadi lebih

baik.

Kelompok 5

Adnan hidayat

22

Rahmat iskandar

GURU HARUS BERPEGANG PADA RUMUSAN ATURAN ATAU

NORMA DALAM MENGEMBAN PROFESI

Pengertian Etika

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat diperlukan

suatu sistem atau pedoman yang mengatur bagaimana

seharusnya manusia bargaul atau berhubungan antara

manusia yang satu dengan yang lainnya. Sistem

pengaturan pergaulan tersebut  dikenal dengan sebutan

sopan santun, tata krama, adat, dan lain-lain. Secara

etismologis, kata etika berasal dari bahasaa Yunani

“ethos”, yang artinya adat kebiasaan atau watak

kesusilaan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (edisi ke-empat), etika diartikan sebagai

ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan

tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika memuat

tentang apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh

dilakukan, apa yang baik, dan apa yang buruk. Dengan

adanya etika perilaku-perilaku baik diatur berdasarkan

nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi

kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi

bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian

tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu

manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara

23

tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya

membantu kita untuk mengambil keputusan tentang

tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru

kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan

dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, etika

dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan

aspek atau sisi kehidupan manusianya. Dengan demikian,

etika dapat diartikan sebagai kumpulan nilai-nilai

moral yang dianut oleh masyarakat tertentu setelah

melalui pengkajian secara kritis. Ada dua macam etika

yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik

dan buruknya prilaku manusia.

1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha

meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku

manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup

ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif

memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil

keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.

2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha

menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang

seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini

sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi

penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan

kerangka tindakan yang akan diputuskan. Etika normatif

dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi

dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,

24

bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori

etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi

pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur

dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika

umum dapat dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang

membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-

prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.

Penerapan ini bisa berwujud seperti bagaimana kita

mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang

kehidupan dan kegiatan khusus yang kita lakukan, yang

didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral

dasar. Penerapan itu juga dapat berwujud sperti

bagaimana kita menilai perilaku diri sendiri dan orang

lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang

dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia

bertindak etis. Selain itu, penerapan lainnya adalah

cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau

tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada

dibaliknya. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua

bagian:

1). Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban

dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.

2). Etika sosial, yaitu berbicara mengenai

kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai

anggota umat manusia.

25

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan

etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain,

karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan

sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika

sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik

secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga,

masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-

pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung

jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Berikut

adalah contoh etika sosial.

a.     Sikap terhadap sesama

b.    Etika profesi

c.     Etika politik

d.    Etika lingkungan

e.     Etika idiolog

Dengan demikian etika profesi merupakan cabang

dari etika khusus yang merupakan produk dari etika

sosial.

Prinsip-prinsip etika profesi

1. Tanggung jawab. Etika profesi harus bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan profesi dan hasilnya,

serta bertanggungjawab terhadap dampak dari

profesi terhadap masyarakat.

2. Keadilan. Etika profesi dapat menjamin hak siapa

saja.

3. Otonomi. Setiap kaum profesional memiliki dan

diberi hak kebebasan dalam menjalankan profesinya.

26

Namun, dibatasi oleh tanggung jawab dan komitmen

profesional dan tidak mengganggu kepentingan umum.

4. Integritas moral yang tinggi. Komitmen pribadi

yang tinggi menjadi keluhuran suatu profesi.

Kode Etik Profesi

Secara harfiah, kode etik adalah sumber etika,

aturan, sopan santun, atau suatu hal yang berhubungan

dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

Menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-

pokok kepegawaian. Pasal 28 undang-undang ini dengan

jelas menyatakan bahwa “pegawai negeri sipil mempunyai

kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan

perbuatan di dalam dan di luar kedinasaan.” Dalam

penjelasan undang-undang tersbut dinyatakan bahwa

dangan adanya kode etik ini, pegawai negeri sipil

sebagi aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi

masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan

perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam

pergaulan hidup sehari-hari. Dari uraian tersebut

terlihat bahwa kode etik profesi adalah norma-norma,

pedoman sikap, tingkah laku yang harus diindahkan oleh

setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas

profesinya dan dalam hidup di masyarakat .

Tujuan Kode Etik Profesi

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode Etik dalam

suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan

27

kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Menurut E.

Mulyasa (2009: 44-45), secara umum tujuan mengadakan

kode etik adalah sebagai berikut.

a.       Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan

dan kesan dari pihak luar atau masyarakat, agar mereka

jangan sampai memandang rendah atau remeh terhadap

profesi yang bersangkutan. Oleh karena itu, setiap kode

etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak

tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat

mencermakan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari

segi ini, kode etik juga sering kali disebut kode

kehormatan.

b.      Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan

para anggotanya.

Kesejahteraan yang dimaksud yaitu meliputi

kesejahteraan lahir (atau material) maupun

kesejahteraan batin ( spiritual atau mental). Dalam hal

kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik

umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada para

anggotanya untuk melaksanakan profesinya.

c.       Untuk meningkatkan pengabdian para

anggota profesi.

Tujuan lain kode etik profesi dapat juga berkaitan

dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,

28

sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah

mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam

melaksanakan tugasnya.

d.      Untuk meningkatkan mutu profesi.

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga

memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota

profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu

pengabdian para anggotanya.

e.       Untuk meningkatkan mutu organisasi

profesi.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka

diwajibkan setiap anggota untuk secara aktif

berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan

kegiatan-kegiatan yang di rancang organisasi.

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah

untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan

memelihara kesejahteraan para anggota.menjadi pedoman

perilaku, meningkatkan pengabdian aggota profesi, dan

meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.

Penetapan Kode Etik

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu

organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para

anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada

suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian,

penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh seorang

secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh

29

orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-

anggota profesi dari organisasi tersebut. Maka jelas

bahwa orang-orang yang bukan dan tidak menjadi anggota

profesi tersebut, tidak dapat dikenakan aturan yang ada

dalam kode etik tersebut. Kode etik suatu profesi hanya

akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan

disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua orang

yang menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi

anggota) dalam organisasi profesi yang bersangkutan.

Apabila setiap orang yang menjalankan profesi suatu

profesi secara otomatis tergabung di dalam suatu

organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada

jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara

murni dan baik, Karena setiap anggota profesi yang

melakukan pelanggaran terhadap kode etik dapat

dikenakan sanksi.

Kode Etik Profesi Guru Indonesia

Kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas

yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia

sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksakan

tugas sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga

negara. Adapun tujuan mengapa kode etik guru harus

ditaati, ialah agar:

1.      Para guru memiliki pedoman dalam dalam

bertingkah laku sebagai pendidik.

2.      Para guru dapat becermin diri mengenai

tingkah lakunya.

30

3.      Para guru dapat menjaga perilaku.

4.      Guru dengan cepat akan memperbaiki diri

apabila melakukan kesalahan.

5.      Agar guru menjadi teladan bagi peserta

didik dan masyarakat umum.

Kode etik guru Indonsia ditetapkan dalam suatu

kongres, yaitu kongres PGRI XIII di Jakarta pada tahun

1973, kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI XVI

tahun 1989 di Jakarta. Adapun kode etik Guru Indonesia

yang telah disempurnakan adalah sebagai berikut.

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah

bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa,

dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru

Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-

undang Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas

terwujdunya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru

Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan

mendominasi dasar-dasar sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk

membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa

Pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran

profesional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang

peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan

pembinaan.

31

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya

yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua

murid dan masyarakat di sekitarnya untuk membina peran

serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap

pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama

mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat

profesinya.

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat

kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan

meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana

perjuangan dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah

dalam bidang pendidikan.

Berkaitan hubungan guru dengan peserta didik,

orang tua/wali, masyarakat, sekolah, profesi,

organisasi profesi, dan pemerintah, maka dibuatlah

nilai-nilai operasional yang harus dijalannkan oleh

guru sebagai berikut.

Hubungan Guru dengan Peserta Didik:

1. Guru berprilaku secara profesional dalam

melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing,

32

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

proses dan hasil pembelajaran.

2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami,

menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan

kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan

anggota masyarakat.

3. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki

karakteristik secara individual  dan masing-

masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik

dan menggunakannya untuk kepentingan proses

kependidikan.

5. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara

terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara,

dan mengembangkan suasana sekolah yang

menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang

efektif dan efisien bagi peserta didik.

6. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang

dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri

dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas

kaidah pendidikan.

7. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah

setiap gangguan yang dapat mempengaruhi

perkembangan negatif bagi peserta didik.

8. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha

profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam

33

mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk

kemampuannya untuk berkarya.

9. Guru menjunjung tinggi harga diri,  integritas,

dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta

didiknya.

10. Guru bertindak dan memandang semua tindakan

peserta didiknya secara adil.

11. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan

menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta

didiknya.

12. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya

untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi

pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.

13. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk

melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi

yang menghambat proses belajar, menimbulkan

gangguan kesehatan, dan keamanan.

14. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta

didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada

kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,

kesehatan, dan kemanusiaan.

15. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan

profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-

cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan,

moral, dan agama.

34

16. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan

profesional dengan peserta didiknya untuk

memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid:

1. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang

efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa

dalam melaksanakan proses pendidikan.

2. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali

secara jujur dan objektif mengenai perkembangan

peserta didik.

3. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik

kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya.

4. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk

beradaptasi dan berpartisipasi dalam memajukan

dan meningkatkan kualitas pendidikan.

5. Guru bekomunikasi secara baik dengan

orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan

peserta didik dan proses kependidikan pada

umumnya.

6. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa

untuk berkonsultasi denganya berkaitan dengan

kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita  anak atau

anak-anak akan pendidikan.

35

7. Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan

profesional dengan orangtua/wali siswa untuk

memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

Hubungan Guru dengan Masyarakat:

1. Guru menjalin  komunikasi dan kerjasama yang

harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat

untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.

2. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam

mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan

dan pembelajaran.

3. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi dalam masyarakat.

4. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat

untuk meningkatkan prestise dan martabat

profesinya.

5. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-

sama dengan masyarakat berperan aktif dalam

pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta

didiknya.

6. Guru mememberikan pandangan profesional,

menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral,

dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan

masyarakat.

7. Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta

didiknya kepada masyarakat.

36

8. Guru tidak menampilkan diri secara ekslusif dalam

kehidupan bermasyarakat.

Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat:

1. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja,

prestasi, dan reputasi sekolah.

2. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara

aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses

pendidikan.

3. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.

4. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam

dan luar sekolah.

5. Guru menghormati rekan sejawat.

6. Guru saling membimbing antar sesama rekan sejawat.

7. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme

dan hubungan kesejawatan dengan standar dan

kearifan profesional.

8. Guru  dengan berbagai cara harus membantu rekan-

rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional

dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan

tuntutan profesionalitasnya.

9. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk

mengekspresikan pendapat-pendapat profesional

berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan

pembelajaran.

37

10. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama,

moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan

profesional dengan sejawat.

11. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama

dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi

sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas

profesional pendidikan dan pembelajaran.

12. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat

yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral,

kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.

13. Guru tidak mengeluarkan pernyataan-keliru

berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi 

sejawat atau calon sejawat.

14. Guru tidak melakukan  tindakan dan

mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan

marabat pribadi dan profesional sejawatnya.

15. Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan

profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa

atau masyarakat yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

16. Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat

kecuali untuk pertimbangan-pertimbangan yang dapat

dilegalkan secara hukum.

17. Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak

yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan

konflik dengan sejawat.

38

Hubungan Guru dengan Sejawat:

1. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah

profesi.

2. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin

ilmu pendidikan dan mata pelajaran yang diajarkan.

3. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.

4. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan

pribadi dalam menjalankan tugas-tugas profesional

dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.

5. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk

tanggungjawab, inisiatif individual, dan

integritas dalam tindakan-tindakan profesional

lainnya.

6. Guru tidak melakukan  tindakan dan mengeluarkan

pendapat yang akan merendahkan martabat

profesionalnya.

7. Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian

yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-

tindakan profesionalnya.

8. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud

menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang

muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan

dan pembelajaran.

39

Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinyaa

(sekolah):

1. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan

berperan serta secara aktif dalam melaksanakan

program-program organisasi bagi kepentingan

kependidikan.

2. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi

guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan

kependidikan.

3. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru

agar menjadi pusat informasi dan komunikasi

pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.

4. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan

pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi

profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.

5. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi

sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif

individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan

profesional lainnya.

6. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan

pendapat yang dapat merendahkan martabat dan

eksistensi organisasi profesinya.

7. Guru tidak mengeluarkan pendapat dan bersaksi

palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari

organisasi profesinya.

40

8. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan

sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Hubungan Guru dengan Pemerintah:

1. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan

program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana

ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Undang-Undang tentang Guru

dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan

lainnya.

2. Guru membantu program pemerintah untuk

mencerdaskan kehidupan yang berbudaya.

3. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan

meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945.

4. Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebankan

oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk

kemajuan pendidikan dan pembelajaran.

5. Guru tidak melakukan tindakan pribadi atau

kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.

Kesimpulan

Guru harus berpegang pada rumusan norma dalam

mengemban profesi. Karena seorang guru akan

berinteraksi langsung dengan murid, masyarakat, sesama

41

guru, maupun organisasi profesinya dan pemerintah.

Dimana ada aruran dan norma berlaku yang harus

dipatuhi. Ada sanksi bilamana guru melanggar aturan.

Guru juga memberikan contoh kepada murid dan

kemungkinan akan diikuti oleh murid. Guru harus sesuai

dengan tujuan kode etik profesi.

Kelompok : 06

Nama : Diah Wulandari 12211210915

Nurhabibah 12211210914

TOLAK UKUR PERBUATAN PENDIDIKAN YANG SUKSES

Konsep belajar menurut UNESCO, menuntu setiap

satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat pilar

pendidikan baik untuk sekarangdan masa depan, yaitu :

(1) learning to know (belajar untuk mengetahui), (2)

learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal

ini peserta didik dituntut untuk terampil dalam

melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk

menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar

untuk menjalani kehidupan bersama).

Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses

perubahan tingkah laku pada seseorang yang asalnya

tidak tahu menjadi tahu, yang asalnya tidak mempunyai

42

keterampilan menjadi mempunyai keterampilan, dan yang

asalnya tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi bisa

mengerjakan sesuatu yang semuanya itu merupakan hasil

dari pengalaman atau interaksi dengan lingkungan yang

dilakukan secara sengaja. Dengan demikian, perubahan-

perubahan yang terjadi pada peserta didik sebagai

akibat dari proses belajar mengajar tersebut merupakan

hasil dari belajar atau dengan kata lain disebut hasil

belajar.

Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta

didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk

mengetahui keberhasilan belajar tersebut terdapat

beberapa indikator yang dapat diketahui bahwa proses

belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.

Maka indikator keberhasilan belajar peserta didik dapat

diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik

terhadap bahan pengajaran yang telah diajarkan serta

dari perbuatan atau tingkah laku yang telah digariskan

dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta

didik, baik secara individual maupun kelompok.

Penilaian Keberhasilan Belajar

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat

keberhasilan belajar peserta didik dapat dilakukan

dengan menggunakan tes prestasi belajar, tes merupakn

suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka

melaksanakan kegiatanpengukuran, yang didalamnya

43

terdapat berbagai pertanyaan, pertanyaan atau

serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab

oleh peserta didik guna mengukur aspek prilaku peserta

didik.

Adapun tes prestasi belajar yang dapat digunakan

sebagai penilaian keberhasilan peserta didik, yaitu :

(1) tes formatif,(2) tes subsumatif, dan(3) tes

sumatif. Tes prestasi belajar tersebut secara sederhan

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Tes formatif adalah kegiatan penilaian yang

bertujuan untuk mencapai umpan balik (feed back),

yang selanjutnya penilaian tersebutdapat digunakan

untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang

sedang atau yang sudah dilakukan.

b) Tes subsumatif adalah penilaian yang meliputi

sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah

diajarkan pada waktu tertentu. Tujuannya adalah

untuk memperoleh gambaran daya serap peserta didik

untuk meningkatkan tingakat prestasi belajar

peserta didik.

c) Tes sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk

memperoleh data atau informasi sampai dimana

penguasaan atau pencapaian belajar peserta didik

terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya

selama jangka waktu tertentu.

44

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan

bahwa, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak

faktor diantaranya adalah tujuan, guru, peserta

didik, kegiatan pembelajaran, bahan dan alat

evaluasi.dari beberapa faktor tersebut tidaklah

berdiri sendiri, akan tetapi membentuk suatu

kesatuan guna mencapai keberhasilan belajar mengajar

yang tinggi.

Kelompok : 07

Badrina Alfi

Wildatunnisa

Upaya-upaya Pencegahan Perilaku Tidak Etis Seorang

Pendidik

Pendidik adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam

pandangan masyarakat pendidik adalah orang yang

melaksanakan pendidikan di tempat – tempat tertentu,

tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa

juga di mesjid, di surau/musala, di rumah, dan

sebagainya. Pendidik bertanggung jawab mencerdaskan

kehidupan anak didik, serta bertanggung jawab untuk

membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang

45

cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa

yang akan datang.

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk

meningkatkan kualitas seorang pendidik, antara lain

melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam

melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan

pendidik pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun

dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan

banyak penyimpangan, namun paling tidak telah

menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa

sebagian pendidik memiliki ijazah perguruan tinggi.

Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi

positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan

faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam

kenyataannya banyak pendidik yang melakukan kesalahan-

kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak

disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh

kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:

1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,

2. Menunggu peserta didik berperilaku negatif,

3. Menggunakan destruktif discipline,

4. Mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus

(perbedaan individu) peserta didik,

5. Merasa diri paling pandai di kelasnya,

6. Tidak adil (diskriminatif), serta

7. Memaksakan hak peserta didik.

46

Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka

seorang guru yang profesional harus memiliki empat

kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-

Undang Dosen dan Guru, yakni:

1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik,

2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan

kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan

berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,

3. Kompetensi profesional adalah kamampuan

penguasaan materi pelajaran luas mendalam,

4. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan

efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang

tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Upaya lain yang dapat dilakukan agar sikap dan

perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan dapat

hindari, diantaranya:

1. Menyiapkan tenaga pendidik yang benar-benar

profesional yang dapat menghormati siswa secara

utuh.

2. Guru merupakan key succes factor dalam keberhasilan

budi pekerti. Dari guru siswa mendapatkan action

exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru

sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam

bersikap dan berperilaku.

47

3. Budi pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di

sekolah.

4. Adanya kerjasama dan interaksi yang erat antara

siswa, guru (sekolah), dan orang tua.

Upaya selanjutnya adalaah menerapkan enam belas

pilar dalam pembentukan karakter seorang guru, antara

lain:

1) kasih sayang,2) penghargaan, 3) pemberian ruang

untuk mengembangkan diri, 4) kepercayaan, 5) kerjasama,

6) saling berbagi, 7) saling memotivasi, 8) saling

mendengarkan, 9) saling berinteraksi secara positif,

10) saling menanamkan nilai-nilai moral, 11) saling

mengingatkan dengan ketulusan hati, 12) saling

menularkan antusiasme,13) saling menggali potensi diri,

14) saling mengajari dengan kerendahan hati, 15) saling

menginsiprasi, 16) saling menghormati perbedaan.

Dari data diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa

seorang pendidik yang mana diartikan sebagai orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik,

bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik,

serta membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila

yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di

masa yang akan datang.

Dari data diatas disebutkan bahwa pemerintah juga

ikut andil dalam mencerdaskan anak bangsa, contohnya

dengan meningkatkan kualitas seorang pendidik yang mana

dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan

48

banyak penyimpangan. Walaupun dalam kenyataannya banyak

pendidik yang melakukan kesalahan-kesalahan, terdapat

beberapa upaya yang dapat mengatasi kesalahan-kesalahan

yang dilakukan oleh pendidik itu.

Upaya pertama adalah menerapkan empat kompetensi

dasar yang mana tertuang didalam Undang-Undang Dosen

dan Guru, yakni: 1) Kompetensi Pedagogik, 2) Kompetensi

Kepribadian, 3) Kompetensi Profesional, dan 4)

kompetensi Sosial.

Upaya kedua agar sikap dan perilaku menyimpang

dalam dunia pendidikan terhindar adalah menyiapkan

tenaga pendidik yang benar-benar profesional yang dapat

menghormati siswa secara utuh, memberikan kesadaran

bahwa guru merupakan key succes factor dalam

keberhasilan budi pekerti peserta didik maka hendaknya

guru dapat menjaga image dalam bersikap dan

berperilaku, menjadikan budi pekerti sebagai mata

pelajaran khusus di sekolah, dan mengadakan kerjasama

dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah),

dan orang tua.

Upaya ketiga yang dapat dilakukan dalam pencegahan

perilaku buruk seorang pendidik adalah menerapkan enam

belas pilar dalam pembentukan karakter seorang

pendidik.Jika para pendidik menyadari dan menerapkan 16

pilar pembangunan karakter tersebut jelas akan

memberikan sumbangsih yang luar biasa kepada masyarakat

dan negaranya.

49

Kelompok : 08

Regina Maudy Octaviana

Qisthi

PERWUJUDAN MORAL YANG HAKIKI PENDIDIK YANG TIDAK

DAPAT DIPAKSAKAN DARI LUAR

Pengertian Profesi

Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang

mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan

pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang

lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja”

untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu

keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi

berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian

tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan

norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan

kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan

kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian

tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia,

di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan

ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai

dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang

lingkup yang luas, mencakup sifat manusia,

kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta

50

adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan

oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi

karena tidak ada standar pekerjaan/tugas yang

bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada

yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan seseorang

walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”.

Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal

yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.

Etika Profesi

Sebelum Membahas mengenai etika Profesi alangkah

baiknya kita bahas dulu apa yang dimaksud dengan

etika ;

Etika adalah : Kata etik (atau etika) berasal dari

kata ethos (bahasaYunani) yang berarti karakter, watak

kesusilaan atauadat. Sebagai suatu subyek, etika akan

berkaitan dengankonsep yang dimilki oleh individu

ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan

yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk

atau baik.

Etika akan memberikan semacam batasan maupun

standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam

kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara

khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika

ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code)

51

tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat

berdasarkan prinsip prinsip moralyang ada.

pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan

sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan

yang secara logika-rasional umum (common sense)

dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian

etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan

“self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan

diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial

(profesi) itu sendiri.

Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah

profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari

masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional

tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika

profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian

profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara

hingga pergaulan hidup tingkat internasional di

perlukan suatu system yang mengatur bagaimana

seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan

tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan

sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-

lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga

kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka

senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan

52

kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang

tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang

berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi

umumnya.

Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,

berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-

norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran

bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang

dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :

Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai

pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan

nilai yang baik. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika

filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku

perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk,

sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Drs. H.

Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang

berbicara mengenai nilai dan norma moral yang

menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

Kode etik profesi

Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang

berupakata-kata, tulisan atau benda yang disepakati

untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin

suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu

53

organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan

yang sistematis.

Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima

oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah

laku sehari- hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN) Kode

etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan

perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan

sehari-hari.

Tujuan Kode Etik Profesi

Etika profesi merupakan standar moral untuk

profesional yaitu mampu memberikan sebuah keputusan

secara obyektif bukan subyektif, berani bertanggung

jawab semua tindakan dan keputusan yang telah diambil,

dan memiliki keahlian serta kemampuan. Terdapat

beberapa tujuan mempelajari kode etik profesi adalah

sebagai berikut.

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para

anggota.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota

profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

54

6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan

pribadi.

7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan

terjalin erat.

8. Menentukan baku standarnya sendiri

Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika

• Kebutuhan individu.

• Korupsi alasan ekonomi.

• Tidak ada pedoman.

• Area “abu-abu”, sehingga tak ada panduan.

• Perilaku dan kebiasaan individu.

• Kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi.

• Lingkungan tidak etis.

• Pengaruh dari komunitas.

• Perilaku orang yang ditiru.

• Efek primordialisme yang kebablasan.

Sangsi Pelanggaran Etika

• Sanksi Sosial

Skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan

yang dapat “dimaafkan”.

55

• Sanksi Hukum

Skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum

pidana menempati prioritas utama, diikuti oleh hukum

Perdata.

Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme berasal dan kata profesional yang

mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan

memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,

(KBBI, 1994). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah

laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang

professional (Longman, 1987).

“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu

kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para

anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan

meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang

memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin

dalam sikap mental serta komitmenya terhadap perwujudan

dan peningkatan kualitas professional melalui berbagai

cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya

sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga

keberadaannya senantiasa memberikan makna proesional.

Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang

wajib dipunyai oleh setiap eksekutif yang baik. Ciri-

ciri profesionalisme:

56

Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang

wajib dipunyai oleh setiap eksekutif yang baik. Ciri-

ciri profesionalisme:

1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu

bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan

tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang

bersangkutan dengan bidang tadi

2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan

dalam menganalisis suatu masalah dan peka di dalam

membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam

mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan

3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga

punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan

yang terbentang di hadapannya

4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan

kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai

pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang

terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya

Kode etik profesional

Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan

dan diterima oleh sekelompok profesi, yang mengarahkan

atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana

seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi

itu dimata masyarakat.

57

Apabila anggota kelompok profesi itu menyimpang

dari kode etiknya, maka kelompok profesi itu akan

tercemar di mata masyarakat. Oleh karena itu, kelompok

profesi harus mencoba menyelesaikan berdasarkan

kekuasaannya sendiri. Kode etik profesi merupakan

produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan

penerapan pemikiran etis atas suatu profesi.

Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring

perkembangan zaman. Kode etik profesi merupakan

pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini

perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak

dipaksakan dari luar.

Kelompok 9 :

Marsiti (12211210059)

Nurjamilah aryani (12211210051)

GURU MEMILKI KEPRIBADIAN YANG TANGGUH YANG

BERCIRIKAN BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA DAN

BERAKLAK MULIA

Peranan guru adalah luas. Guru adalah pendidik,

pembimbing dan pendorong. Dia juga penyampai ilmu,

penggerak dan penasihat. Ini bermaksud, guru atau

pendidik mempunyai tugas dan tanggungjawab yang

mencabar,  kepentingan peranan guru itu memang tidak

dapat dinafikan kerana boleh dikatakan setiap ahli

58

masyarakat pada zaman ini melalui pendidikan yang

diberikan oleh guru.

Islam meletakkan tugas sebagai guru yang

melaksanakan tugas tarbiyah adalah ditempat yang

sungguh mulia, seluruh masa yang digunakan dikira

sebagai ibadah, setiap langkah dari rumah ke sekolah

dan pulang kerumah dari sekolah akan mendapat satu

pahala dan dihapuskan satu dosa, menyampaikan ilmu

secara hikmah dan ikhlas semata-mata kerana Allah

merupakan jihad yang paling tinggi pada pandangan Islam

seperti mana yang dituntut dalam syariat Islam. 

Firman Allah s.w.t. maksudnya :  “Serulah ke jalan

Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan

dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah

dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara

yang lebih baik”.( Surah al-Nahl ayat 125)

Dalam Islam terdapat 4 martabat guru atau pendidik

iaitu:

1) Mudarris : yang bermaksud guru yang hanya mengajar

mata pelajaran kemahiran mereka sahaja.

2) Mu’allim : yang bermaksud guru yang tidak hanya

mengajar mata pelajaran mereka tetapi turut

menyampaikan ilmu-ilmu lain.\Mursyid : yang

bermaksud guru yang menyampaikan ilmu dan

menunjukkan jalan yang benar.

3) Murabbi : yang bermaksud guru yang mendidik,

memelihara, mengasuh, mentarbiyyah anak didiknya 

59

menjadi manusia yang berilmu, bertaqwa dan beramal

soleh.

Sebagai seorang guru yang beriman dan bertaqwa

keempat-empat ciri di atas hendaklah fahami dan

dihayati di dalam kehidupannya sebagai  pendidik

terutama ciri keempat iaitu mendidik, memelihara,

mengasuh, mentarbiyyah anak didiknya menjadi manusia

berilmu, bertaqwa dan beramal soleh.

Beberapa Definisi Mengenai Guru Dalam paradigma

Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru, yang mempunyai

makna "Digugu dan ditiru"artinya mereka yang selalu

dicontoh dan dipanuti.Sedangkan dalam kamus besar

bahasa Indonesia adalah seorang yang pekerjaannya

(matapencahariannya, profesinya) mengajar.

Menurut Ngalim Purwanto bahwa guru ialah orang

yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian

kepada seseorang atau sekelompok orang.Ahmad Tafsir

mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang

bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik

dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak

didik, baik potensiafektif, kognitif maupun

psikomotorik.

Dalam pengertian umumGuru adalah pendidik dan

pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah

atau pendidikan formal,pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai

semacamkualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih

60

luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang

barudapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah

yang juga menggambarkan peran guru, antaralain: Dosen,

Mentor dan Tutor.

Dalam pasal 1 Undang-undang No. 14 tahun 2005

Tentang Guru dan Dosen, “guru adalah

pendidikprofesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

danmengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia

dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

danpendidikan menengah”

Hal penting yang juga perlu difahami oleh

seseorang yang akan menjadi seorang guru adalah pilar

dasar pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima

asas dalam pendidikan yaitu :

1) Asas Kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai

makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak

dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap

orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk

berkembang secara wajar menurut kodratnya.

2) Asas Kemerdekaan; kemerdekaan sebagai karunia Tuhan

kepada semua makhluk manusia yang memberikan

kepadanya “hak untuk mengatur dirinya sendiri”,

dengan selalu mengingat syarat-syarat tertib

damainya hidup bersama (masyarakat).

3) Asas Kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa,

namun mengikuti kebudAyaan luar yang telah maju

61

sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti,

namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama

(jati diri).

4) Asas Kabangsaan; Membina kesatuan kebangsaan,

perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan

bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain,

menciptakan keserasian dengan bangsa lain.

5) Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang

manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk

Tuhan. E. Sistem Pendidikan Dalam pelaksanaan

pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menggunakan “Sistem

Among” sebagai perwujudan konsepsi beliau dalam

menempatkan anak sebagai sentral proses pendidikan.

Dalam Sistem Among, maka setiap pamong sebagai

pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan

bersikap: Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun

karsa, dan Tutwuri handayani. Ing ngarsa berarti

di depan, atau orang yang lebih berpengalaman dan

atau lebih berpengatahuan. Sedangkan tuladha berarti

memberi contoh, memberi teladan (Ki Muchammad Said

Reksohadiprodjo, 1989: 47). ing ngarsa sung tuladha

mengandung makna, sebagai among atau pendidik adalah

orang yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman,

hendaknya mampu menjadi contoh yang baik atau dapat

dijadikan sebagai “central figure” bagi siswa.

Mangun karsa berarti membina kehendak, kemauan dan

hasrat untuk mengabdikan diri kepada kepentingan

62

umum, kepada cita-cita yang luhur. Sedangkan ing

madya berarti di tengah-tengah, yang berarti dalam

pergaulan dan hubungannya sehari-hari secara

harmonis dan terbuka. Jadi ing madya mangun karsa

mengandung makna bahwa pamong atau pendidik sebagai

pemimpin.

Sistem pendidikan yang dikemukakan Ki Hadjar

Dewantara juga merupakan warisan luhur yang

patutdiimplementasikan dalam perwujudan masyarakat yang

berkarakter. Jika para pendidik sadar bahwa keteladanan

adalah upaya nyata dalam membentuk anak bangsa yang

berkarakter, semua kita tentu akan terus mengedepankan

keteladanan dalam segala perkataan dan perbuatan. Sebab

dengan keteladanan itumaka karakter religius, jujur,

toleran, disiplin, kerja keras, cinta damai, peduli

sosial, dan karakter laintentu akan berkembang dengan

baik.

Begitu pula jika kita sadar bahwa berkembangnya

karakter peserta didik memerlukan dorongan danarahan

pendidik, sebagai pendidik tentu kita akan terus

berupaya menjadi motivator yang baik. Sebab dengan

dorongan dan arahan pendidik maka karakter kreatif,

mandiri, menghargi prestasi, dan pemberani peserta

didik akan terbentuk dengan baik..

Organisator Sebagai organisator adalah sisi lain

dari peranan yang diperlukan oleh guru dalam bidang ini

63

memiliki kegiatan pengelolaan kegiataan akademik dan

lain sebagainya.8. Inisator Sebagai inisiator guru

harus dapat menjadi pencetur ide-ide kemajuan dan

pendidikan dalam pengajaran.

Tugas Dan Peran GuruTugas Guru.

Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan

tugasnya, guru khususnya ia dibekali dengan berbagai

ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula dengan

seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada

kondisi itu pula ia belajar memersosialisasikan sikap

keguruan yang diperlukannya. Seorang yang berpribadi

khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap dan

keterampilankeguruan yang akan ditransformasikan kepada

anak didik atau siswanya

.Guru yang memahami fungsi dan tugasnya tidak hanya

sebatas dinding sekolah saja, tetapi juga sebagai

penghubung sekolah dengan masyarakat yang juga memiliki

beberapa tugas menurut Rostiyah (dalamDjamarah, 2000 :

36) mengemukakan bahwa fungsi dan tugas guru

profesional adalah :

1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa

kepandaian, kecakapan dan pengalaman-

pengalaman.

2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai

cita-cita dan dasar negara kita Pancasila.

3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik.

4. Sebagai prantara dalam belajar.

64

5. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa

anak didik ke arah kedewasaan.

6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan

masyarakat.

7. Sebagai penegak disiplin. Guru menjadi contoh

dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan

apabila guru menjalaninya terlebih dahulu.

8. Sebagai adminstrator dan manajer Guru sebagai

perencana kurikulum.

9. Guru sebagai pemimpin.

10. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-

anak.Seorang guru baru dikatakan sempurna jika

fungsinya sebagai pendidik dan juga berfungsi

sebagai pembimbing.

Sebagai pendidik guru harus berlaku membimbing dalam

arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan

mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan

tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini yang

terpenting ikut memecahkan persoalan-persoalan dan

kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan

demikian diharapkan menciptakan perkembangan yang lebih

baik pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun

mental.

Dari uraian di atas secara rinci peranan guru dalam

kegiatan belajar mengajar dapat disebutkan

sebagaiberikut :

65

a) Fasilitator Sebagai fasilitator guru hendaknya

dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan

kemudahan kegiatan belajar mengajar.

b) Motivator Sebagai motivator guru hendaknya

dapat mendorong anak didik agar bergairah dan

aktif belajar.

c) Informator Sebagai informator guru harus dapat

memberikan informasi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi selain sejumlah bahan

pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang

diprogramkan dalam kurikulum.

d) Pembimbing Peran guru yang tidak kalah

pentingnya dari semua peran yang telah

disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing.

e) Korektor Sebagai korektor guru harus bisa

membedakan mana nilai yang baik dan buruk.

f) Organisator Sebagai organisator adalah sisi

lain dari peranan yang diperlukan oleh guru

dalam bidang ini memiliki kegiatan pengelolaan

kegiataan akademik dan lain sebagainya.

g) Inisator Sebagai inisiator guru harus dapat

menjadi pencetur ide-ide kemajuan dan

pendidikan dalam pengajaran.

h) Demonstrator Dalam interaksi edukatif, tidak

semua bahan pelajaran anak didik pahami.

mempergakan apa yang diajarkan secara diktatis,

sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan

66

pemahaman anak didik, tujuan pengajaran

tercapai dengan efektif dan efisien.

i) Pengelolaan kelas Guru hendaknya dapat

mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah

tempat terhimpun semua anak didik dan guru

dalam rangka menerima bahan pelajaran dari

guru.

j) Mediator Guru hendaknya memiliki pengetahuan

dan pemahaman yang cukup tentang media

pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya

baik media non material maupun material.

k) Supervisor Guru hendaknya dapat membantu

memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap

proses pengajaran.

l) Evaluator Guru dituntut untuk menjadi evaluator

yang baik dan jujur dengan memerikan penilaian

yang menyentuh aspek intrinsik dan ekstrinsik.

Sedangkan menurut WF Connell (1972) membedakan

tujuh peran seorang guru yaitu:

a. pendidik (nurturer),

b. model,

c. pengajar dan pembimbing

d. pelajar (learner),

e. komunikator terhadap masyarakat setempat

f. pekerja administrasi, serta

g. kesetiaan terhadap lembaga.

67

Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan

peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugasmemberi

bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas

pengawasan dan pembinaan (supervisor) sertatugas-tugas

yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu

menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma

hidup dalam keluarga dan masyarakat.

Tugas-tugas ini berkaitan denganmeningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh

pengalaman-pengalaman lebihlanjut seperti penggunaan

kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang

dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab

kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar,

persiapan.untuk perkawinan danhidup berkeluarga,

pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal

dan spiritual.

Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru,

orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai

dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa

dannegara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa

Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik

harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam

pengalaman belajar. Setiap guru harusmemberikan

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar

fungsi sekolah seperti persiapanperkawinan dan

kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah

68

laku pribadi dan spiritual danmemilih pekerjaan di

masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan

tanggung jawab sosial tingkah lakusosial anak.

Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas

sehingga anak memiliki pribadi yang sesuaidengan nilai-

nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya,

mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk

hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk

mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.Peran guru

sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk

selalu menambah pengetahuan dan keterampilanagar supaya

pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak

ketinggalan jaman.

Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar

mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab

administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana

mengajar,mencatat hasil belajar dan sebagainya

merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah

melaksanakan tugasnya dengan baik.

Hubungan Guru dengan Berbagai Aspek Hubungan Guru

dengan Peserta Didik :

Guru berperilaku secara profesional dalam

melaksanakan tuga didik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

proses dan hasil pembelajaran.

Guru membimbing peserta didik untuk memahami,

menghayati dan mengamalkan hak-hak dankewajiban

69

sebagai individu, warga sekolah, dan anggota

masyarakat.

Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik

memiliki karakteristik secara individual dan

masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

Guru menghimpun informasi tentang peserta didik

dan menggunakannya untuk kepentingan

proseskependidikan.

Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang

dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan

diridari tindak kekerasan fisik yang di luar batas

kaidah pendidikan.

Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan

tidak sekali-kali merendahkan martabat

pesertadidiknya

Guru bertindak dan memandang semua tindakan

peserta didiknya secara adil.

Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan

menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak

pesertadidiknya.

Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk

secara tekun dan penuh perhatian bagi

pertumbuhandan perkembangan peserta didiknya.

Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk

melindungi peserta didiknya dari kondisi-

kondisiyang menghambat proses belajar, menimbulkan

gangguan kesehatan, dan keamanan.

70

Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta

didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada

kaitannyadengan kepentingan pendidikan, hukum,

kesehatan, dan kemanusiaan.

Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan

profesionallnya kepada peserta didik dengancara-

cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan,

moral, dan agama.

Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan

profesional dengan peserta didiknya

untukmemperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

Kelompok 10

Halimatus Sa’diyah

Lilisnurkomalasari

BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI PROFESI

A. Pengertian dan ciri-ciri profesi

Istilah “profesi” memang selalu menyangkut

pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat

disebutprofesi. Untuk mecegah kesimpang-siuran tentang

arti profesi dan hal-hal yang bersangkut paut dengan

itu, berikut ini dikemukakan beberapaistilah dan ciri-

ciri profesi.“Profesi” adalahs uatu jabatan atau

pekerjaan yang

menuntutkeahliandariparapetugasnya.Artinya, pekerjaan

yang disebutprofesi, tidak bias dilakukan oleh orang

71

yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus

terlebih dahulu untukm elakukan pekerjaan itu.

Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok,

yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapa naka demik.

Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi

pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb)

tertentu.Di dalam profess idi tuntuta danya keahlian

dan etika khususs erta standar layanan. Pengertian ini

mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat

dilakukan oleh orang-orang secarak husus di persiapkan

untuk itu.Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang

dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh

pekerjaan lain. Profesi adalah suatu pekerjaan yang

dalam melaksanakan tugas nya memerlukan / menuntut

keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah,

serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari

lembaga pendidikan yang khusu s diperuntukkan untuk itu

dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan.

Ada beberapaistilah yang berkaitan dengan profesi,

antaralain :

• Profesi adalah jabatan yang menuntut keahlian

seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat

komersial.

• Profesional mengacu pada dua hal yaitu, pertama orang

yang menyandang suatu profesi.Kedua, penanpilan seorang

dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya.

72

• Profesionalisme adalah suatu tingkah laku, suatu

tujuan atau suatu rangkaian kwalitas yang menandaiatau

melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalis

memengandung pula pengertian menjalankan suatuprofesi

untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.

• Profesionalitas merupakan kemampuan sikap seorang

anggota profesi untuk bertindak secara professional.

• Profesionalisasi meruju kepada suatu proses

pengembangan keprofesionalan para anggota suatuprofesi.

B. Ciri-ciri Profesi

Secara umum ada beberapa cirri atau sifat yang

selalu melekat pada profesi, yaitu :

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasa nya keahlian

dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan,

pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat

tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi

mendasarkan kegiatan nya pada kode etik profesi.

3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya

setiap pelaksana profesi harus meletak kan kepentingan

pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

C. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling

Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan

konseling adalah suatu profesi yang dapat memenuhi

ciri-ciri dan persyaratan tersebut diatas. Namun,

berhubung dengan perkembangan nya yang masih tergolong

baru, terutama di Indonesia, dewasa ini pelayanan

73

bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai

persyaratan yang diharapkan. Sebagai profesi yang

handal, bimbingan dan konseling masih perlu

dikembangkan, bahkan diperjuangkan.

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam profesi BK

Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan, individualitas, kebebasan memilih, dan

mengedepankan kemaslahatan konseli dalam konteks

kemaslahatan umum:

• Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis

tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral,

sosial, individual, dan berpotensi;

• Menghargai dan mengembangkan potensi positif

individu pada umumnya dan konseli pada khususnya;

• Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan

konseli pada khususnya;

• Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai

dengan hak asasinya;

• Toleran terhadap permsalahan konseli,

• Bersikap demokratis

Kesimpulan

Jadi kesimpulan dari makalah di atas tersebut adalah

bimbingan konseling sebagai profesi itu hanya bisa di

lakukan atau di kerjakan oleh seseorang yang sudah

74

menguasai atau yang ahli dalam bidang tersebut mulai

dari pelayanan nya, konsultasi nya karena kalo

seseorang mengerjakan nya tanpa keahlian atau yang

mempunyai bidang tersebut kita bias salah memberikan

materi atau pengarahan kepada si konseling tersebut

karena ini lebih mengaju untuk kehidupan atau recana

sikonseling tersebut.

Nama : De Irhas Nur Fizri ( 12211210946 )

Siti Nuriawati ( 12211210122 )

Kelompok : 11

GURU MEMILIKI WAWASAN KEPENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

A. Guru memiliki wawasan kependidikan

Salah satu ciri guru yang profesional adalah

memiliki wawasan kependidikan. Wawasan kependidikan

adalah salah satu syarat mutlak seorang pendidik untuk

menjadi pendidik yang baik karena dengan memiliki

wawasan kependidikan seorang guru dapat meningkatkan

wawasan dan keyakinannya sebagai ahli pendidikan maupun

pendidik dan pengelola pendidikan. Konsep-konsep ilmiah

pendidikan memperluas khasanah pengetahuan tentang

tingkah laku manusia sebagai individu atau pribadi

sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk susila.

Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan

karena seorang guru harus mampu melihat pendidikan

75

sebagai suatu proses sekaligus sebagai tujuan. Asumsi

dasar yang memandang pendidikan sebagai suatu kegiatan

kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan

manusia seutuhnya di lingkungan masyarakat. Sehingga

dengan demikian, guru mampu menjalankan tugas dan

peranannya dalam mendidik manusia menjadi manusia yang

seutuhnya atau memanusiakan manusia secara profesional

dan bertanggung jawab.

Wawasan kependidikan menjelaskan mengenai hal sebagai

berikut :

Pandangan tentang pendidikan

Tentang hakekat manusia

Faktor pendidikan

Konsep pendidikan sepanjang hayat

Hubungan kebudayaan dan pendidikan

B. Guru memiliki wawasan Wawasan psikologi

Psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah

satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji

perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan

dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta,

generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan

pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah

tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses

pendidikan.

76

Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari

psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan

sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada

pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum,

proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan

bimbingan dan konseling merupakan beberapa kegiatan

utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa

dilepaskan dari psikologi.

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya

melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik,

pendidik, administator, masyarakat dan orang tua

peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan

dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap

orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut

seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu

sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.

Guru dalam menjalankan perannya sebagai

pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta

didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai

aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang

terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta

didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat

menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang

pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi

pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

77

Di sinilah arti penting psikologi pendidikan bagi

guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan

merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai

guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin syah (2003)

mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang

perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan

psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses

belajar mengajar peserta didik”

Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru

melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya

diharapkan dapat :

a. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai

diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam

menentukan bentuk perubahan perilaku yang

dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya,

dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran bloom

tentang taksonomi perilaku individu dan

mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan

individu.

b. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang

sesuai.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai

diharapkan guru dapat menentukan strategi atau

78

metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan

mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan

keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar

dan tingkat perkembangan yang sedang dialami

siswanya.

c. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan

konseling.

Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan

pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing

para siswanya. Dengan memahami psikologi

pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat

memberikan bantuan psikologis secara tepat dan

benar, melalui proses hubungan interpersonal yang

penuh kehangatan dan keakraban.

d. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta

didik.

Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan

segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti

bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi

dapat diartikan berupaya memberikan dorongan

kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu,

khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman

psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru

akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya

sebagai fasilitator maupun motivator belajar

siswanya.

e. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

79

Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim

belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman

psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan

untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang

kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat

belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

f. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan

memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan

siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi

sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.

g. Menilai hasil pembelajaran yang adil.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat

mambantu guru dalam mengembangkan penilaian

pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam

teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip

penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

Kelompok 13:

Ersi Syaulla

Siti Khoerunnisa

Memiliki Wawasan Psikologi, Budaya Peserta Didik dan

Lingkungan

1. Wawasan Psikologi

Seorang pendidik harus memiliki wawasan pendidik

karena ada beberapa tujuan yaitu pertama, agar

80

seseorang mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang

individu, baik dirinya sendiri, maupun orang lain.

Kedua, dengan hasil pemahaman tersebut seseorang

diharapkan dapat bertindak ataupun memberikan perlakuan

yang lebih bijaksana. Tindakan yang bijaksana

menyangkut penggunaan cara atau metode yang tepat

terhadap individu yang tepat, pada saat dan dalam

situasi yang tepat.

Sesungguhnya setiap orang membutuhkan pengetahuann

tentang psikologi, sebab dalam kehidupan setiap orang

selalu menghadapi, bergaul dan berkerja sama dengan

ornag lain. Orang-orang yang dalam pekerjaannya

memberikan pelayanan kepada orang, atau menghadapi

orang membutuhkan pengetahuan psikologi yang lebih

banyak dan mendalam dibandingkan dengan orang-orang

yang menghadapi orang hanya dalam pergaulan dan dalam

kehidupan keluarga.

Setiap orang sebenarnya pendidik, minimal pernah

berperan sebagai pendidik, atau melakukan fungsi

pendidikan. Para pendidik memberikan suri tauladan,

arahan, bimbingan, dan pembinaan. Agar interaksi yang

berisi suri tauladan, arahan, bimbingan dan pembinaan

ini berlangsung dan memberikan hasil yang sebaik-

baiknya membutuhkan pengetahuan psikologi. Agar seorang

guru dapat mempersiapkan pelajaran yang sesuai dengan

bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan siswa dan

menyampaikan bahan pelajaran dengan baik, maka

81

dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan memahami segala

sifat, kemampuan, dan kondisi para siswanya.

Pengetahuan demikian diperoleh dari studi tentang

psikologi.

Tidak hanya guru yang membutuhkan pengetahuan

tentang psikologi, tetapi juga pekerjaan sosial lainnya

yang juga membutuhkannya. Semua pekerjaan bertujuan

untuk memeberikan pelayanan. Agar pelayanan tepat,

perlu didasarkan pada hasil pemahaman terhadap para

klien. Kekurangtepatan dalam pemahaman dapat

menyebabkan kesalah dalam memberikan suatu tindakan

atau keputusan.Hal ini jelas merupakan suatu kegagalan

dalam pekerjaan.

Psikologi pendidikan sangat penting dalam proses

pendidikan. Karena didalam proses pendidikan memerlukan

interaksi yang baik dan hal ini memerlukan pengetahuan

psikologi. Seseorang pendidik akan dapat memberikan

pengetahuan dan ilmunya kepada anak didik dengan baik

dan tepat berdasarkan kemampuan mereka untuk memahami

yang disampaikan oleh pendidik. Dan semua pendidikan,

suri tauladan dan arahan dapat menuju kearah yang baik

dan yang diinginkan. Tugas pendidikan yang pertama

adalah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat

berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu

diperlukan pengetahuan tentang hukum-hukum dasar

perkembangan kejiwaan manusia agar tindakan pendidikan

yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna.

82

Beberapa hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam

membimbing anak dalam proses pendidikan:

1) Tiap-tiap Anak Memiliki Sifat Kepribadian yang Unik

Anak didik merupakan pribadi yang sedang tumbuh

dan berkembang. Dikatakan tiap anak memiliki

sifat kepribadian yang unik, artinya anak

memiliki sifat-sifat khas yang dimiliki oleh

dirinya sendiri dan tidak dimiliki oleh ornag

lain. Keunikan sifat pribadi seseorang itu

terbentuk karena peranan tiga faktor penting,

yaitu keturunan, lingkungan dan diri sendiri.

2) Tiap Anak Memiliki Kecerdasan atau IQ (Intelligensi Quotien) yang

Berbeda-beda

Sejak anak dilahirkan, mereka memiliki potensi-

potensi yang berbeda dan bervarisi. Pendidikan

memberi hak kepada anak untuk mengembangkan

potensinya.

3) Tiap-tiap Pertumbuhan Mempunyai Ciri-ciri Tertentu

Karena tiap tahap pertumbuhan itu memiliki

ciri-ciri tertentu hal ini dapat membantu

pendidik untuk mengatur strategi pendidikan

sesuai dengan kesiapan anak untuk menerima,

memahami dan menguasai bahan pendidikan, jadi

strategi pendidikan untuk siswa sekolah taman

kanak-kanak akan berbeda dengan strategi yang

diperuntukkan siswa sekolah dasar.

83

Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang

sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Memang,

semua disiplin ilmu ada manfaatnya, tetapi tidak ada

suatu disiplin ilmu seperti psikologi yang mampu

menyentuh hampir seluruh dimensi kehidupan manusia.

Betapa tidak, teori-teori dan riset psikologi telah

digunakan dan diaplikasikan secara luas dalam berbagai

lapangan kehidupan, seperti ekonomi, kesehatan,

pendidikan, dan proses pembelajaran, industry,

perdagangan, sosial-kemasyarakatan, politik, kesehatan,

dan bahkan agama.

Secara umum, psikologi dapat dibedakan menjadi dua

cabang, yaitu psikologi teoritis dan psikologi terapan.

Psikologi teoritis dapat pula dibedakan atas dua

bagian, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus.

Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk ke

dalam psikologi khusus, yaitu psikologi yang

mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.

Dari pengertian psikologi di atas, maka dapat

dipahami bahwa psikologi perkembangan adalah suatu ilmu

pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu

manusia dalam perkembangannya beserta latar belakang

yang mempengaruhinya. Sedangkan psikologi perkembangan

peserta didik adalah bidang kajian psikologi

perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek-aspek

perkembangan individu yang berada pada tahap usia

sekolah dasar dan sekolah menengah.

84

Dengan memahami dan mengerti tentang psikologi

perkembangan peserta didik, serta mengetahui seluk –

beluk di dalamnya, maka sebagai calon tenaga pendidik

harus memahami betul perkembangan peserta didik dan

karakteristiknya. Menjadi guru berarti memikul amanah

yang begitu besar, yang mesti dipertanggungjawabkan,

tidak hanya di hadapan manusia melainkan juga kepada

Allah Swt. Profesi guru ternyata harus dilakoni dengan

sepenuh hati, melibatkan hampir segena kemampuan jiwa

dan raga, kemampuan intelektual, fisikal, emosional,

dan bahkan spiritual sekaligus.

Untuk dapat tampil menjadi guru yang ideal,

memmang tidak cukup hanya mengandalkan penguasaan atas

materi atau ilmu yang akan diajarkan. Namun menjadi

seorang guru harus mengetahui faktor – faktor apa saja

yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik

dalam belajar. Karena mereka datang dengan membawa

corak kepribadian, karakteristik, tingkah laku, minat,

bakat, kecerdasan, dan berbagai tingkat perkembangan

lainnya yang berbeda – beda pula. Oleh sebab itu, guru

perlu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki peserta

didik, motivasinya, latar belakang akademisnya, sosial

ekonominya, dan sebagainya.

Adanya keharusan guru mengenal karakteristik

peserta didik, berarti guru harus menguasai dan

mendalami psikologi perkembangan peserta didik, yakni

sebuah disiplin ilmu yanh secara khusus membahas

85

tentang aspek – aspek atau karakteristik perkembangan

peserta didik. Psikologi perkembangan peserta didik 

juga memungkinkan guru untuk memahami apa yang

dibutuhkan, diminati, dan yang hendak dicapai oleh

peserta didik, serta dapat membreikan pelayanan yang

bersifat individual bagi mereka yang mengalami

kesulitan.

A. Tujuan dan Manfaat Psikologi

a. Tujuan Psikologi

Psikologi peserta didik bertujuan :

J  Memberikan, mengukur dan menerangkan

perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan

yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat

usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal,

dalam artian yang berlaku bagi anak-anak di

mana saja dan dalam lingkungan social-budaya

mana saja.

Mempelajari karakteristik umum perkembangan

peserta didik, baik secara fisik, kognitif,

maupun psikososial.

Mempelajari perbedaan-perbedaan yang

bersifat pribadi pada tahapan atau masa

perkembangan tertentu.

86

Mempelajari tingkah laku anak pada

lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi

yang berbeda.

Khusus bagi guru, berguna untuk:

1. Dapat memilih dan memberikan materi

pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan

kebutuhan anak didik pada tiap tingkat

perkembangan tertentu.

2. Dapat memilih metode pengajaran dan

menggunakan bahasa yang sesuai dengan

tingkat perkembangan pemahaman murid –

murid.

b. Manfaat Psikologi

Psikologi perkembangan peserta didik

adalah sebuah disiplin ilmu yang secara khusus

mempelajari tentang perkembangan tingkah

peserta didik dalam interaksinya dengan

lingkungan. Manfaat mempelajari perkembangan

peserta didik diantaranya:

Pengetahuan tentang perkembangan dapat

membantu kita dalam memberikan respons yang

tepat terhadap perilaku tertentu seorang

anak.

Pengetahuan tentang perkembangan peserta

didik dapat membantu guru mengenali kapan

87

perkembangan normal yang sesungguhnya

dimulai.

Dengan mengetahui pola normal perkembangan,

memungkinkan para guru untuk sebelumnya

mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang

akan terjadi pada tubuh, perhatian dan

perilakunya.

Pengetahuan tentang perkembangan

memungkinkan para guru memberikan bimbingan

belajar yang tepat kepada anak.

Studi perkembangan dapat membantu kita

memahami diri sendiri.

B. Tujuan dan Manfaat Psikologi

c. Tujuan Psikologi

Psikologi peserta didik bertujuan :

J  Memberikan, mengukur dan menerangkanperubahan dalam tingkah laku serta kemampuanyang sedang berkembang sesuai dengan tingkatusia dan yang mempunyai ciri-ciri universal,dalam artian yang berlaku bagi anak-anak dimana saja dan dalam lingkungan social-budayamana saja.

Mempelajari karakteristik umum perkembanganpeserta didik, baik secara fisik, kognitif,maupun psikososial.

Mempelajari perbedaan-perbedaan yangbersifat pribadi pada tahapan atau masaperkembangan tertentu.

88

Mempelajari tingkah laku anak padalingkungan tertentu yang menimbulkan reaksiyang berbeda.

Khusus bagi guru, berguna untuk:

3. Dapat memilih dan memberikan materipendidikan dan pengajaran yang sesuai dengankebutuhan anak didik pada tiap tingkatperkembangan tertentu.

4. Dapat memilih metode pengajaran danmenggunakan bahasa yang sesuai dengantingkat perkembangan pemahaman murid –murid.

d. Manfaat Psikologi

Psikologi perkembangan peserta didikadalah sebuah disiplin ilmu yang secara khususmempelajari tentang perkembangan tingkahpeserta didik dalam interaksinya denganlingkungan. Manfaat mempelajari perkembanganpeserta didik diantaranya:

Pengetahuan tentang perkembangan dapatmembantu kita dalam memberikan respons yangtepat terhadap perilaku tertentu seoranganak.

Pengetahuan tentang perkembangan pesertadidik dapat membantu guru mengenali kapanperkembangan normal yang sesungguhnyadimulai.

Dengan mengetahui pola normal perkembangan,memungkinkan para guru untuk sebelumnyamempersiapkan anak menghadapi perubahan yangakan terjadi pada tubuh, perhatian danperilakunya.

89

Pengetahuan tentang perkembanganmemungkinkan para guru memberikan bimbinganbelajar yang tepat kepada anak.

Studi perkembangan dapat membantu kitamemahami diri sendiri.

C. Pengaruh Lingkungan terhadap Individu PesertaDidik

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan

perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya

adalah belajar.

Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang

menyebutnya sebagai empirik yang berarti

pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu

mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya.

Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak

dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan

itu senantiasa tersedia di sekitarnya.

Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri

individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :

a. Lingkungan membuat individu sebagai makhluksosial

90

Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian

ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-

manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan

dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan

menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial

yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang

lainnya.

Terputusnya hubungan manusia dengan

masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan

perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya

tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya

tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa

ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku

dengan sesamanya.

Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak

manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari

pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10

tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan

minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan

kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat

dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara

dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan

lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian

dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan

berlangsung sangat lambat sekali.

b. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu

91

Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya

merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk

diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya.

Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang,

karena manusia hidup adalah manusia yang

berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba

terhadap segala apa yang tersedia di alam

sekitarnya.

Lingkungan memiliki peranan bagi individu,

sebagai :

1) Alat untuk kepentingan dan kelangsungan

hidup individu dan menjadi alat pergaulan

sosial individu. Contoh: air dapat

dipergunakan untuk minum atau menjamu teman

ketika berkunjung ke rumah.

2) Tantangan bagi individu dan individu

berusaha untuk dapat menundukkannya.

Contoh: air banjir pada musim hujan

mendorong manusia untuk mencari cara-cara

untuk mengatasinya.

3) Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan

yang beraneka ragam senantiasa memberikan

rangsangan kepada individu untuk

berpartisipasi dan mengikutinya serta

berupaya untuk meniru dan

92

mengidentifikasinya, apabila dianggap

sesuai dengan dirinya. Contoh: seorang anak

yang senantiasa bergaul dengan temannya

yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat

rajin dari temannya akan diikutinya

sehingga lama kelamaan dia pun berubah

menjadi anak yang rajin.

4) Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik

secara alloplastis maupun autoplastis.

Penyesuaian diri alloplastis artinya

individu itu berusaha untuk merubah

lingkungannya. Contoh: dalam keadaan cuaca

panas individu memasang kipas angin

sehingga di kamarnya menjadi sejuk. Dalam

hal ini, individu melakukan manipulation

yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan

lingkungan panas menjadi sejuk sehingga

sesuai dengan dirinya. Sedangkan

penyesuaian diri autoplastis, penyesusian

diri yang dilakukan individu agar dirinya

sesuai dengan lingkungannya. Contoh:

seorang juru rawat di rumah sakit, pada

awalnya dia merasa mual karena bau obat-

obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi

terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi,

karena dirinya telah sesuai dengan

lingkungannya.

93

2. Wawasan Budaya Peserta Didik

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,

tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya melalui

belajar. Pengembangan budaya sekolah adalah nilai-nilai

dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang

menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan

komponen sekolah termasuk pembentukan sikap peserta

didik serta seluruh stakeholders pendidikan, seperti

cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi

atau kepercayaan dasar yang dianut oleh warga sekolah.

Pengembangan budaya sekolah merujuk pada suatu sistem

nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara

bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran

sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan

yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh

unsur dan stakeholder sekolah baik itu kepala sekolah,

pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan jika

perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan

sekolah. Pengembangan budaya sekolah pada akhirnya juga

berkaitan sangat erat dengan pembentukan sikap peserta

didik dan menciptakan suasana sekolah yang kondusif

bagi seluruh peserta didik dilingkungan sekolah.

Maka, tantangan utama kepala sekolah dalam

mengembangkan budaya sekolah adalah membangun suasana

sekolah yang kondusif melalui pengembangan komunikasi

94

dan interaksi yang sehat antara kepala sekolah dengan

peserta didik, pendidik, staf, orang tua siswa,

masyarakat, dan pemerintah. Komunikasi dan interaksi

yang sehat memilki dua indikator yaitu intensitas dan

kedalaman materi yang dibahas. Di samping itu, kepala

sekolah perlu mengembangkan komunikasi multi arah untuk

mengintegrasikan seluruh sumber daya secara optimal.

Dalam menunjang pengembangan budaya sekolah kepala

sekolah hendaknya menegakkan lima prinsip sebagai

berikut:

a. Selalu berorientasi pada pencapain tujuan;

mengembangkan visi misi dengan jelas.

b. Menerapkan kepemimpinan partisipatif dengan

memperluas peran pendidik dalam pengambilan

keputusan.

c. Berperan sebagai kepala sekolah yang inovatif

dengan meningkatkan keyakinan bahwa pendidik dapat

mengembangkan prilaku yang mendukung perubahan.

d. Memerankan kepemimpinan yang meyakinkan pendidik

sehingga mereka berpendapat bahwa kepala

sekolahnya “benar” menunjang efektivitas mereka

bekerja.

e. Mengembangkan kerja sama yang baik antar pendidik

dalam interaksi formal maupun informal.

Keberhasilan pengembangan budaya sekolah

ditentukan dengan efektivitas komunikasi dan

interaksi kepala sekolah dengan pemangku

95

kepentingan sehingga membangkitkan kepatuhan,

disiplin, dan motif berpartisipasi untuk

mewujudkan keunggulan.

3. Wawasan Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar

diri individu. Adapun lingkungan pengajaran merupakan

segala apa yang bisa  mendukung pengajaran itu sendiri

yang dapat digunakan sebagai “sumber pengajaran” atau

“sumber belajar”. Bukan hanya guru dan buku / bahan

pelajaran yang menjadi sumber belajar.

Apa yang dipelajari peserta didik tidak hanya

terbatas pada apa yang disampaikan guru dan apa yang

ada dalam textbook. Banyak hal yang dipelajari dan

dijadikan sumber belajar peserta didik. Pengajaran yang

tidak menghiraukan prinsip lingkungan akan

mengakibatkan peserta didik tidak mampu beradaptasi

dengan kehidupan tempat ia hidup. Pengetahuan yang

mungkin ia kuasai belum menjamin pada bagaimana ia

menerapkan pengetahuannya itu bagi lingkungan yang ia

hadapi (Asia, 2007:15). Ada dua macam cara menggunakan

lingkungan sebagai sumber pengajaran / belajar:

a. Membawa peserta didik dalam lingkungan dan

masyarakat untuk keperluan pelajaran

(karyawisata, service projects, school camping,

interviu, survei)

b. Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam

kelas pengajaran untuk kepentingan pelajaran

96

(resource persons, benda-benda seperti pameran atau

koleksi)

Usaha – usaha lain yang dapat dilakukan untuk

melaksanakan prinsip lingkungan diantaranya sebagai

berikut:

1. Memberi pengetahuan tentang lingkungan peserta

didik

2. Mengusahakan agar alat yang digunakan berasal dari

lingkungan yang dikumpulkan baik oleh guru maupun

peserta didik

3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

melaksanakan penyelidikan sesuai dengan

kemampuannya melalui bacaan-bacaan dan observasi,

kemudian mengekspresikan hasil penemuannya dalam

bentuk percakapan, karangan, gambar, pameran,

perayaan, dan sebagainya.

Interaksi antara sains, teknologi, dan lingkungan

mengakibatkan berkembangnya pemikiran tentang proses

belajar baik menyangkut tujuan dan teknik mengajar.

Melalui pendidikan fisika , peserta didik harus dilatih

menghadapi masalah yang menyangkut kehidupan di

masyarakat agar kemampuan intelektual dan

keterampilannya dapat berkembang.Pendidikan

sains/fisika dalam era globalisasi ini mengemban dua

tujuan ialah mengembangkan intelektual dan meningkatkan

kesiapan untuk hidup bermasyarakat. Untuk maksud itu

proses belajar mengajar fisika harus dapat

97

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mensintesakan

pengetahuan fisika dengan isu di masayarakat dan

mengambil keputusan yang ilmiah, logis dan dapat

diterima masyarakat umum. Pendekatan pendidikan fisika

harus ditekankan pada pembentukan keseimbangan

diantara:

1)      fakta, prinsip dan konsep fisika

2)      penggunaan proses intelektual dalam

kegiatan pendidikan fisika

3)      memanipulasi keterampilan dalam kegiatan

pendidikan fisika

4)      interaksi antara fisika, teknologi dan

masyarakat

5)      sistem nilai-nilai yang terkandung dalam

sains / fisika

6)      minat dan sikap individu terhadap masalah

sains / teknologi

Holman mengajukan suatu model pembelajaran fisika

berwawasan lingkungan. Menurut model Holman

pembelajaran dimulai dari penjelasan keilmuwannya

(sains) kemudian aplikasi dan membahas peristiwa di

alam sekitar. Menurut model tersebut terdapat 4 fase

yang harus dilalui dalam pembelajaran, yaitu sebagai

berikut:

98

Fase 1.   Mengundang peserta didik untuk mempelajari

suatu masalah sains dan teknologi yang erat hubungannya

dengan kehidupan masyarakat. Masalah dapat diajukan

oleh peserta didik atau diberikan  oleh guru atau hasil

diskusi bersama.

Fase  2. Peserta didik sudah siap dengan peralatan yang

diperlukan, mengumpulkan dan mengorganisasi data,

melakukan percobaan. Melalui diskusi, dicoba memperoleh

jawaban. Kemudian dapat terus melakukan percobaan lagi

untuk mengukuhkan argumentasi atau melanjutkan

penelaahan.

Fase  3. Peserta didik memberikan penjelasan dan solusi

mengenai masalah yang dihadapi sesuai dengan hasil

observasi dan membentuk pandangan baru terhadap konsep

yang dipelajari.

Fase  4. Berupa kegiatan tindak lanjut untuk menerapkan

hasil penemuan atau pengembangan lebih lanjut.

Aplikasi sains/fisika dalam kehidupan mengandung

arti penerapan komponen teknologi. Berdasarkan

pemikiran tersebut berkembanglah upaya untuk

mengintegrasikan pendidikan sains dengan pendidikan

teknologi. Pendidikan teknologi dapat mengandung arti

pendidikan keterampilan untuk mengoperasikan produk

99

teknologi, membuat alat-alat teknologi dan cara

pemeliharaan peralatan teknik.

Dengan demikian, melalui pendidikan sains/fisika

peserta didik terlatih untuk menemukan dan memahami apa

yang terjadi di alam sekitarnya, yakni pendekatan

mengajar yang disebut pendekatan lingkungan yang

mengandalkan sarana alam sekitarnya sebagai

laboratorium. Salah satu tujuan mata pelajaran fisika

adalah meningkatkan kesadaran akan kelestarian

lingkungan. Secara formal , pelajaran Fisika khususnya

konsep Lingkungan merupakan bagian dari pendidikan

lingkungan, karena memiliki nilai yang cukup strategis

dalam menanamkan sikap maupun aspek kognitif sains yang

berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan. Salah satu

penyebab kerusakan lingkungan adalah rendahnya

kepedulian manusia terhadap kelestarian lingkungan.

Melihat adanya kaitan erat antara mata pelajaran Fisika

dengan sikap positif terhadap lingkungan hidup, maka

perlu penyempurnaan proses belajar mengajar terutama

fisika, agar berhasil dalam menanamkan sikap positif

terhadap lingkungan.

Karakteristik pelajaran konsep Lingkungan yang

bersifat interdisipliner memungkinkan peserta didik

berpikir kritis dan komprehensif jika dalam

pembelajarannya menggunakan pendekatan inkuiri

berwawasan lingkungan. Melalui pendekatan ini peserta

didik dididik untuk dapat memecahkan masalah-masalah

100

lingkungan dengan menerapkan konsep-konsep yang sudah

dimiliki dari berbagai disiplin ilmu terkait.  

Karjawati (1995:16) menyatakan bahwa metode

pembelajaran di luar kelas adalah metode dimana guru

mengajak peserta didik belajar di luar kelas untuk

melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan

untuk mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya.

Pemilihan lingkungan di luar sekolah sebagai sumber

belajar hendaknya disesuaikan dengan materi

pelajarannya. Bentuk kegiatan yang diberikan

disesuaikan dengan kemampuan anak didik pada batas

frekuensi yang tetap menggairahkan mereka sehingga

tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

lingkungan merupakan sumber belajar peserta didik yang

tepat, dalam pelajaran konsep lingkungan dimaksudkan

agar peserta didik memperoleh kesempatan untuk

meningkatkan kepeduliannya terhadap permasalahan

lingkungan yang dihadapi masyarakat serta menumbuhkan

sikap mencintai lingkungan.

Kesimpulan

Sebagai pendidik diharus memiliki wawasan

psikologi karena bersangkutan dengan beberapa tujuan

yaitu, agar seseorang mempunyai pemahaman yang lebih

baik tentang individu, baik dirinya sendiri, maupun

orang lain. Dan dengan hasil pemahaman tersebut

seseorang diharapkan dapat bertindak ataupun memberikan

101

perlakuan yang lebih bijaksana. Tindakan yang bijaksana

menyangkut penggunaan cara atau metode yang tepat

terhadap individu yang tepat, pada saat dan dalam

situasi yang tepat.

Tidak hanya itu, pengembangan budaya di

sekolah pun pada akhirnya juga berkaitan sangat erat

dengan pembentukan sikap peserta didik dan menciptakan

suasana sekolah yang kondusif bagi seluruh peserta

didik dilingkungan sekolah.

Maka, dengan kata lain psikologi dan budaya

peseta didik juga berpengaruh besar dalam lingkungan.

Dikarenakan, lingkungan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan

perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah

belajar.

Kelompok 14

Annisa Nur fitriani 12211210965

Nadya dwijayanti 12211210072

Mampu Memecahkan Berbagai Persoalan yang Menyangkut

Bimbingan Konseling

Di sekolah, kita akan menjumpai berbagai jenis

masalah psikologis yang dihadapi peserta didik. Dari

sekian banyak jenis masalah yang mungkin dihadapi

peserta didik di sekolah, setidaknya ada dua jenis

102

masalah peserta didik yang perlu mendapat perhatian dan

diwaspadai oleh para pendidik di sekolah, yaitu masalah

yang berhubungan dengan belajar dan keadaan emosi

peserta didik.

1.   Masalah  Belajar

Kesulitan belajar peserta didik mencakup

pengertian yang luas, di antaranya: (a) learning disorder;

(b) learning disfunction; (c) under achiever; (d) slow learner,

dan (e) learning disabilities.

a.   Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan

dimana proses belajar seseorang terganggu karena

timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,

peserta didik yang mengalami kekacauan belajar, potensi

dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya

terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons

yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang

dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.

Contoh: peserta didik yang sudah terbiasa dengan olah

raga keras seperti karate, tinju, dan sejenisnya,

mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari

yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

b.   Learning disfunction merupakan gejala dimana proses

belajar yang dilakukan peserta didik tidak berfungsi

dengan baik, meskipun sebenarnya peserta didik tersebut

tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan

alat indera, atau gangguan psikologis lainnya

103

c.   Under achiever mengacu kepada peserta didik yang

sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang

tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya

tergorong rendah.

d.   Slow learner atau lambat belajar adalah peserta didik

yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia

membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan

sekelompok peserta didik lain yang memiliki taraf

potensi intelektual yang sama.

e.   Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu

pada gejala dimana peserta didik tidak mampu belajar

atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di

bawah potensi intelektualnya.

 2. Masalah Emosi

Selain masalah yang berhubungan kemampuan belajar

peserta didik seperti dikemukakan di atas, hal lain

yang perlu dipahami dan diwaspadai oleh para pendidik

adalah masalah yang berhubungan dengan keadaan emosi

peserta didik. Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi dapat

dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu: emosi

sensoris dan emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi

yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap

tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah,

kenyang, dan lapar. Emosi psikis yaitu emosi yang

mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti: (a) perasaan

intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup

104

kebenaran; (b) perasaan sosial, yaitu perasaan yang

terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang

bersifat individual maupun kelompok; (c) perasaan

susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-

nilai baik dan buruk atau etika (moral); (d) perasaan

keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan

keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan

maupun kerohanian; dan (e) perasaan ke-Tuhan-an,

sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (homo 

divinas) dan makhluk beragama (homo religious).

Mekanisme Penanganan Peserta Didik Bermasalah

Adapun upaya untuk menangani peserta didik yang

bermasalah, dapat dilakukan melalui dua pendekatan,

yaitu: (a) pendekalan disiplin dan (b) pendekatan

bimbingan dan konseling.

Penanganan peserta didik bermasalah melalui

pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan

(tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta

sanksinya.Sebagai salah satu komponen organisasi

sekolah, aturan (tata tertib) peserta didik beserta

sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah

sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan

perilaku peserta didik.Kendati demikian, harus diingat

sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral

sanksi kepada peserta didik yang mengalami gangguan

105

penyimpangan perilaku.Sebagai lembaga pendidikan,

justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha

menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi

pada para peserta didiknya.

Oleh karena itu, di sinilah pendekatan yang kedua

perlu digunakan yaitu pendekatan melalui bimbingan dan

konseling.Berbeda dengan pendekatan disiplin yang

memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek

jera, penanganan peserta didik bermasalah melalui

bimbingan dan konseling justru lebih mengutamakan pada

upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan

dan teknik yang ada. Penanganan peserta didik

bermasalah melalui bimbingan dan konseling sama sekali

tidak menggunakanbentuk sanksi apa pun, tetapi lebih

mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan

interpersonal yang saling percaya di antara konselor

dan peserta didik yang bermasalah, sehingga setahap

demi setahap peserta didik tersebut dapat memahami dan

menerima diri dan lingkungannya, serta dapat

mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang

lebih baik.

Prosedur Umum Mengatasai Masalah Peserta Didik

106

Sebagai sebuah layanan profesional, layanan

bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara

sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib

berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri

dari enam tahapan, yaitu: (a) identifikasi kasus; (b)

identifikasi masalah; (c) diagnosis; (d) prognosis; (e)

treatment; (f) evaluasi dan tindak lanjut.

a.   ldentifikasi kasus

ldentifikasi kasus merupakan langkah awal untuk

menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan

bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin

Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat

dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga

membutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni:

1)   Call them approach; melakukan wawancara dengan

memanggil semua peserta didik secara bergiliran

sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan peserta

didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.

2)   Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang

baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang

pemisah antara konselor dengan peserta didik. Hal ini

dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak

hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar

107

saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler,

rekreasi, dan situasi-situasi informal lainnya.

3)   Developing a desire for counseling;menciptakansuasana yang

menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan

masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara

mendiskusikan dengan peserta didik yang bersangkutan

tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi,

tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk

dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak

lanjutnya.

4)   Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta

didik, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis

kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta

didik.

5)   Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini

dapat ditemukan peserta didik yang diduga mengalami

kesulitan penyesuaian sosial.

b.   Identifikasi Masalah

Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis,

karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi

peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar,

permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan

aspek: (1) substansial-material; (2) struktural-

fungsional; (3) behavioral; dan atau (4) personality.

108

Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta

didik, Prayitno dkk (2004) telah mengembangkan suatu

instrumen untuk melacak masalah peserta didik, dengan

apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). lnstrumen

ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan

mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi peserta

didik, seputar aspek: (1) jasmani dan kesehatan; (2)

diri pribadi; (3) hubungan sosial; (4) ekonomi dan

keuangan; (5) karier dan pekerjaan; (6) pendidikan dan

pelajaran; (7) agama, nilai, dan moral; (8) hubungan

muda-mudi; (9) keadaan dan hubungan keluarga; dan (10)

waktu senggang. Sementara itu, Sunaryo dkk (2003) telah

mengembangkan instrumen untuk melacak masalah peserta

didik dikaitkan dengan tahapan perkembangan individu,

dikenal dengan istilah Inventori Tugas Perkembangan

(lTP).lnventori ini mengukur tujuh tingkat perkembangan

dan sebelas aspek perkembangan individu, merentang dari

mulai usia tingkat Sekolah Dasar sampai dengan usia

Perguruan Tinggi, dengan menggunakan kerangka pemikiran

dari Loevenger.

c.   Diagnosis

Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-

faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik, bisa 

dilihat dari segi input, proses, ataupun out put

belajarnya. Burton membagi ke dalam dua faktor yang

mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan

109

belajar peserta didik, yaitu: (1) faktor internal;

faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik itu

sendiri, seperti: kondisi jasmani dan kesehatan,

kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta

kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (2) faktor

eksternal, seperti: lingkungan rumah, lingkungan

sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan

sosial dan sejenisnya.

d.   Prognosis

Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah

masalah yang dialami peserta didik masih mungkin untuk

diatasi serta menentukan berbagai alternatif

pemecahannya. Hal ini dilakukan dengan cara

mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil

langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan

pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan

konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang

terkait dengan masalah yang dihadapi peserta didik

untuk diminta bekerja sama guna membantu menangani

kasus-kasus yang dihadapi.

e.   Treatment

Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan

perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang dihadapi

konseli, berdasarkan pada keputusan yang diambil dalam

langkah prognosis.Jika jenis dan sifat serta

110

surnberpermasalahannya masih berada dalam kesanggupan

dan kemampuan guru/konselor, maka pemberian bantuan

dapat dilakukan oleh guru/konselor itu sendiri

(intervensi langsung), melalui berbagai pendekatan

layanan yang tersedia.

Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek

kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka

selayaknya tugas guru atau konselor sebatas hanya

membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten

(referal atau alih tangan kasus).

f.  Evaluasi dan Follow Up

Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha

pemecahan masalah seyogyanya tetap dilakukan untuk

melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment)

yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang

dihadapi peserta didik.

Kelompok 15

111

Anggi Anggraini – Npm 12211210112

Tiara Ekandini – Npm 12211210111

MENGEMBANGKAN DAN MEMPRAKTEKKAN KERJASAMA DALAM

BIDANGNYA DENGAN PIHAK TERKAIT

I. PENJELASAN

Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting

dalam kehidupan suatu bangsa, hal ini tidak lain karena

posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks

kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan

dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas

pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik

dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat

Dengan mengingat hal tersebut, maka jelas bahwa

upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik

(Guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu

bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong

pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun

hasilnya.

Dalam konteks Indonesia dewasa ini, nampak

kecenderungan makin menguatnya upaya pemerintah untuk

terus mengembangkan profesi pendidik sebagai profesi

yang kuat dan dihormati sejajar dengan profesi lainnya

yang sudah lama berkembang, hal ini terlihat dari

lahirnya UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Undang-undang ini jelas menggambarkan bagaimana

112

pemerintah mencoba mengembangkan profesi pendidik

melalui perlindungan hukum dengan standar tertentu yang

diharapkan dapat mendorong pengembangan profesi

pendidik.

Perlindungan hukum memang diperlukan terutama

secara sosial agar civil effect dari profesi pendidik

mendapat pengakuan yang memadai, namun hal itu tidak

serta-merta menjamin berkembangnya profesi pendidik

secara individu, sebab dalam konteks individu justru

kemampuan untuk mengembangkan diri sendiri menjadi hal

yang paling utama yang dapat memperkuat profesi

pendidik. Oleh karena itu upaya untuk terus

memberdayakannya merupakan suatu keharusan agar

kemampuan pengembangan diri para pendidik makin

meningkat.

Dengan demikian, dapatlah difahami bahwa meskipun

perlindungan hukum itu penting, namun pengembangan diri

sendiri lebih penting dan strategis dalam upaya

pengembangan profesi, ini didasarkan beberapa alasan

yaitu :

Perlindungan hukum penting dalam menciptakan

kondisi dasar bagi penguatan profesi pendidik,

namun tidak dapat menjadikan substansi

pengembangan profesi pendidik otomatis terjadi

Perlindungan hukum dapat memberikan kekuasan legal

(legal power) pada pendidik, namun akan sulit

113

menumbuhkan profesi pendidik dalam pelaksanaan

peran dan tugasnya di bidang pendidikan

Pengembangan diri sendiri dapat menjadikan profesi

pendidik sadar dan terus memberdayakan diri

sendiri dalam meningkatkan kemampuan berkaitan

dengan peran dan tugasnya di bidang pendidikan

Pengembangan diri sendiri dapat memberikan

kekuasaan keahlian (expert power) pada pendidik,

sehingga dapat menjadikan pendidik sebagai profesi

yang kuat dan penting dalam proses pendidikan

bangsa.

Oleh karena itu, pendidik mesti terus berupaya

untuk mengembangkan diri sendiri agar dalam menjalankan

peran dan tugasnya dapat memberikan kontribusi yang

signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber

daya manusia bagi kepentingan pembangunan bangsa yang

maju dan bermoral sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional.

A. Strategi Pengembangan Profesi Pendidik/Guru

Mengembangkan profesi tenaga pendidik bukan sesuatu

yang mudah, hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat

mempengaruhinya, untuk itu pencermatan lingkungan

dimana pengembangan itu dilakukan menjadi penting,

terutama bila faktor tersebut dapat menghalangi upaya

pengembangan tenaga pendidik.Dalam hubungan ini, faktor

114

birokrasi, khususnya birokrasi pendidikan sering

kurang/tidak mendukung bagi terciptanya suasana yang

kondusif untuk pengembangan profesi tenaga pendidik.

Sebenarnya, jika mengacu pada peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan pendidikan, birokrasi

harus memberikan ruang dan mendukung proses

pengembangan profesi tenaga pendidik, namun sistem

birokrasi kita yang cenderung minta dilayani telah

cukup berakar, sehingga peran ideal sebagaimana

dituntun oleh peraturan perundang-undangan masih jauh

dari terwujud.

Dengan mengingat hal tersebut, maka diperlukan

strategi yang tepat dalam upaya menciptakan iklim

kondusif bagi pengembangan profesi tenaga pendidik,

situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga

pendidik untuk dapat mengembangkan diri sendiri kearah

profesionilisme pendidik. Dalam hal ini, terdapat

beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan

situasi yang kondusif bagi pengembangan profesi

pendidik, yaitu :

Strategi perubahan paradigma. Strategi ini dimulai

dengan mengubah paradigma birokasi agar menjadi

mampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi

yang berorientasi pelayanan, bukan dilayani.

Strategi debirokratisasi. Strategi ini dimaksudkan

untuk mengurangi tingkatan birokrasi yang dapat

menghambat pada pengembangan diri pendidik

115

Strategi tersebut di atas memerlukan metode

operasional agar dapat dilaksanakan, strategi perubahan

paradigma dapat dilakukan melalui pembinaan guna

menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi

dalam kontek pelayanan masyarakat, sementara strategi

debirokratisasi dapa dilakukan dengan cara mengurang

dan menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat

menjadi hambatan bagi pengembangan diri tenaga pendidik

serta menyulitkan pelayanan bagi masyarakat.

B. Pengembangan Profesi Tenaga Pendidik dan Arah

Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Banyak pakar yang menyatakan bahwa pendidikan di

Indonesia masih rendah dan ketinggalan, banyak faktor

penyebabnya, dari mulai masalah anggara pendidikan yang

kecil, sistem pendidikan yang masih perlu diperbaiki,

sosial budaya masyarakat serta hambatan dalam

implementasi kebijakan, namun yang jelas ini menunjukan

bahwa masih diperlukannya kerja keras dalam membangun

pendidikan di Indonesia guna mengejar ketertinggalannya

dari negara lain.

Pada tataran makro, ketertinggalan dalam bidang

pendidikan merupakan cerminan dari kebijakan nasional

pendidikan, meskipun dalam tingkat praktisnya aspek

kelemahan terjadi juga dalam implementasi kebijakan,

sehingga meskipun kebijakan secara ideal mengarah pada

116

upaya peningkatan kualitas pendidikan, namun

implementasi dilapangan sering terjadi distorsi yang

dapat mengurangi efektivitas pencapaian tujuan

kebijakan itu sendiri.

Selain itu pandangan masyarakat yang mencerminkan

nilai sosial budaya yang ada menunjukan arah yang

kurang kondusif bagi peningkatan kualitas pendidikan,

seperti pandangan bahwa mengikuti pendidikan hanya

untuk jadi pegawai, pandangan ini akan mendorong pada

pendekatan pragmatis dalam melihat pendidikan, dan ini

tentu saja memerlukan kesadaran sosial dan kesadaran

budaya yang berbeda dalam melihat outcome pendidikan.

Pendidikan harus dipandang sebagai upaya peningkatan

kualitas manusia untuk berkiprah dalam berbagai bidang

kehidupan, menjadi pegawai harus dipandang sebagai

salah satu alternatif pilihan yang setara dengan

pilihan untuk bidang-bidang pekerjaan lainnya, sehingga

keterlibatan manusia terdidik dalam berbagai bidang

kehidupan dan pekerjaan akan mendorong keseimbangan

dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik

dan berkualitas.

Berbagai bidang kehidupan di Indonesia ini banyak

sekali, wilayah lautan, kesuburan tanah jelas dapat

menjada dasar bagi pemilihan bidang pekerjaan yang

dapat diambil oleh manusia terdidik, sehingga fokus

untuk menjadi pegawai (lebih sempit lagi pegawai

negeri) jelas merupakan sikap yang mempersempit bidang

117

kehidupan, padahal bidang kehidupan itu sendiri sangat

beragam, dan bagi bangsa Indonesia, potensi yang ada

jelas memungkinkan manusia terdidik untuk berperan di

dalamnya.

Dengan melihat hal tersebut, jelas bahwa peran

pemerintah sangat besar dalam terbentuknya kondisi yang

demikian, pengembangan sekolah yang kurang/tidak

mengacu pada potensi yang dimiliki bangsa jelas

berakibat pada timpangnya pemilihan peserta didik dalam

memilih bidang pekerjaan/kehidupan, sehingga menjadi

pegawai dianggap sebagai suatu pilihan yang paling

tepat, meskipun bidang lain sebenarnya banyak

menjanjikan bagi peningkatan kualitas kehidupan.

Kondisi ini memang punya kaitan dengan kultur yang

diciptakan penjajah Belanda, dimana mereka membuka

sekolah untuk mendidik manusia menjadi pegawai

(ambtenaar) rendahan yang diperlukan oleh Penjajah.

Namun demikian upaya pembangunan pendidikan nasional

sejak jaman kemerdekaan jelas mestinya telah mampu

merubah cara berfikir demikian, hal ini tentu saja

dapat terjadi jika pembangunan pendidikan nasional

selalu mengacu pada potensi luhur yang dimiliki bangsa

Indonesia.

Dalam kondisi ketertinggalan serta arah pendidikan

yang tidak/kurang mempertimbangkan potensi luhur

bangsa, peran tenaga pendidik menjadi sangat penting

dan menentukan dalam tataran mikro pendidikan (Sekolah,

118

Kelas). Untuk itu pengembangan diri sendiri tenaga

pendidik akan menjadi landasan bagi penumbuhan

kesadaran pada peserta didik tentang perlunya berusaha

terus meningkatkan kualitas pendidikan diri serta

mengarahkan nya pada kesadaran untuk melihat dan

memanfaatkan potensi luhur bangsa dalam mengisi

kehidupan kelak sesudah selesai mengikuti pendidikan.

Oleh karena itu pengembangan profesi pendidik akan

memberi dampak besar bagi peningkatan kualita

pendidikan yang sekarang masih tertinggal, serta

memberi arah yang tepat pada peserta didik dalam

berperan di masyarakat untuk ikut bersama masyarakat

dalam membangun bangsa

C. Pengembangan Profesi Tenaga Pendidik dan Pendorong

Inovasi

Pengembangan profesi tenaga pendidik pada dasarnya

hanya akan berhasil dengan baik apabila dampaknya dapat

menumbuhkan sikap inovatif. Sikap inovatif ini kan

makin memperkuat kemampuan profesional tenaga pendidik,

untuk itu menurut Prof Idochi diperlukan tujuh pelajar

guna mendorong tenaga pendidik bersikaf inovatif serta

dapat dan mau melakukan inovasi, ketujuh pelajaran itu

adalah sebagai berikut :

Belajar kreatif

Belajar seperti kupu-kupu

119

Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi pendidik

Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit

Belajar rotasi kehidupan

Belajar koordinasi dengan orang profesional

Belajar ke luar dengan kesatuan fikiran

Tujuh pelajaran sebagaimana dikemukakan di atas

merupakan pelajaran penting bagi tenaga pendidik dalam

upaya mengembangkan diri sendiri menjadi orang

profesional.Dalam kaitan ini, ketujuh pelajaran

tersebut membentuk suatu keterpaduan dan saling terkait

dalam membentuk tenaga pendidik yang profesional dan

inovatif.

Belajar kreatif adalah belajar dengan berbagai

cara baru untuk mendapatkan pengetahuan baru, belajar

kreatif menuntut upaya-upaya untuk terus mencari, dan

dalam hal ini bercermin pada kupu-kupu amat penting,

mengingat kupu-kupu selalu peka dengan sari yang ada

pada bunga serta selalu berupaya untuk mencari dan

menjangkaunya. Dengan belajar yang demikian, maka

sekaligus juga belajar tentang keindahan dunia, dan

bagian dari keindahan dunia ini adalah keindahaan

indahnya jadi pendidik. Pendidik adalah perancang masa

depan siswa, dan sebagai perancang yang profesional,

maka tenaga pendidik menginginkan dan berusaha untuk

membentuk peserta didik lebih baik dan lebih

berkualitas dalam mengisi kehidupannya di masa depan.

120

Untukdapat melakukan hal tersebut di atas, maka

tenaga pendidik perlu memulainya dariyang kecil dan

konkrit, dengan tetap berfikir besar. Mulai dari yang

kecil pada tataran mikro melalui pembelajaran di kelas,

maka guru sebagai tenaga pendidik sebenarnya sedang

mengukir mas depan manusia, masa depan bangsa, dan ini

jelas akan menentukan kualitas kehidupan manusia di

masa yang akan datang. Dalam upaya tersebut pendidik

juga perlu menyadari bahwa dalam kehidupan selalu ada

perputaran atau rotasi, kesadaran ini dapat menumbuhkan

semangat untuk terus berupaya mencari berbagai

kemungkanan untuk menjadikan rotasi kehidupan itu

sebagai suatu hikmah yang perlu disikapi dengan upaya

yang ebih baik dalam melaksanakan tugas sebagai

pendidik.

Dalam upaya untuk memperkuat ke profesionalan

sebagai tenaga pendidik, maka diperlukan upaya untuk

selalu berhubungan dan berkoordinasi dengan orang

profesioanal dalam berbagai bidang, khususnya

profesional bidang pendidikan. Dengan cara ini maka

pembaharuan pengetahuan berkaitan dengan profesi

pendidik akan terus terjaga melalui komunikasi dengan

orang profesional, belajar koordinasi ini juga akan

membawa pada tumbuhnya kesatuan fikiran dalam upaya

untuk membengun pendidikan guna mengejar ketinggalan

serta meluruskan arah pendidikan yang sesuai dengan

nilai luhur bangsa.

121

Tenaga Pendidik dan Kependidikan, mempunyai tugas

pembinaan karier, peningkatan mutu guru, koordinasi

perlindungan hukum tenaga kependidikan dan koordinasi

penyelenggara penataran. Untuk menyelenggarakan Tenaga

Pendidik dan Kependidikan mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan dan evaluasi keadaan guru dan tenaga

kependidikan lainnya menurut jenis dan jenjang

pendidikan.

b. Pelaksanaan analisa kebutuhan, penempatan,

pemerataan tenaga kependidikan antar

Kabupaten/Kota.

c. Penetapan bahan kebijakan teknis peningkatan mutu

dan karier tenaga guru dan tenaga kependidikan

lainnya.

d. Penyusunan dan perencanaan pembinaan karier guru

dan tenaga kependidikan lainnya.

e. Peningkatan mutu dan profesi guru lewat program

penyetaraan.

f. Pelaksanaan penilaian prestasi tenaga kependidikan

berdasarkan penetapan angka kredit jabatan

fungsional.

g. Penyusunan pedoman dan pelaksanaan pemilihan guru

teladan.

h. Penyusunan dan penyelenggaraan program

standarisasi atau kompetensi tenaga guru dan

tenaga kependidikan lainnya.

122

i. Penyebarluasan, pedoman, penghargaan, perlindungan

hukum dn kesejahteraan guru dan tenaga

kependidikan lainnya.

j. Pelaksanaan tim koordinasi penyelenggaraan

penataran.

k. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap

pelaksanaan program pembinaan karier dan

peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan

lainnya.

l. Penyusunan laporan kegiatan monitoring dan

evaluasi kegiatan.

m. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Kepala Dinas.

II. KESIMPULAN

Pendidik seharusnya terus berupaya untuk mengembangkan

diri sendiri agar dalam menjalankan peran dan tugasnya

dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi

kepentingan pembangunan bangsa yang maju dan bermoral

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Dalam upaya untuk memperkuat ke profesionalan

sebagai tenaga pendidik, maka diperlukan upaya untuk

selalu berhubungan dan berkoordinasi dengan orang

profesioanal dalam berbagai bidang, khususnya

123

profesional bidang pendidikan. Dengan cara ini maka

pembaharuan pengetahuan berkaitan dengan profesi

pendidik akan terus terjaga melalui komunikasi dengan

orang profesional, belajar koordinasi ini juga akan

membawa pada tumbuhnya kesatuan fikiran dalam upaya

untuk membengun pendidikan guna mengejar ketinggalan

serta meluruskan arah pendidikan yang sesuai dengan

nilai luhur bangsa.

Kelompok 17

Ira Puspita Sari

Maulina Ami Khaldun

Memiliki Kemampuan Memberdayakan Anak Didik dalam

Konteks Lingkungannya

Konsep pemberdayaan adalah bersifat humanistik.

Pemberdayaan berarti memberikan siswa lebih dari

sekedar kewenangan mengikuti materi pelajaran. Para

guru tidak harus kaku dalam menyampaikan materi. Oleh

karena itu, siswa hendak diberikan peran yang lebih

aktif lagi dalam kegiatan sekolah. Mereka bukan saja

sebagai peserta, tetapi juga penggagas pelaksanaan

suatu kegiataan. Mereka juga perlu dilibatkan dalam

pengambilan keputusan dalam batas-batas tertentu

sehingga guru dan siswa sama-sama menjadi subjek.

Artinya, siswapun diharapkan berperan aktif,

berinisiatif, dan berkreasi dalam proses pembelajaran

124

di sekolah. Guru senantiasa harus kreatif mempengaruhi

siswa agar memperbaiki cara belajar mereka. Di samping

itu pula kepala sekolah harus memberikan peluang kepada

guru untuk memperbaiki pembelajaran murid dengan cara

memberdayakannya dengan otonomi, pengembangan kemampuan

serta meningkatkan penghargaan terhadap prestasi para

guru.

Keteladanan dan pemberdayaan adalah dua kunci

sukses pendidikan. Hal yang pertama adalah keteladanan.

Pendidkan yang kita lakukan terhadap anak didik kita

akan berhasil ketika disertai dengan adanya keteladanan

oleh para guru. Siswa sebagaimana para gurunya tentu

jengah ketika melihat orang yang menyuruh dan mendidik

kita tidak melakukan hal yang disampaikan bahkan

melakukan hal yang sebaliknya. Berjama’ahlah di masjid

ketika kita menyuruh para anak didik kita untuk

berjama’ah di masjid.Hal yang kedua adalah

pemberdayaan. Pemberdayaan adalah sebuah “proses

menjadi”, bukan sebuah proses yang “instant”. Sebagai

sebuah proses maka pemberdayaan memiliki tahapan.

Tahapan tersebut adalah penyadaran, pengkapasitasan dan

pendayaan. Tahap pertama adalah penyadaran.

Pada tahap ini, siswa atau anak didik diberi

“pencerahan” dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa

mereka mempunyai hak dan kewajiban dalam kehidupan ini.

Mereka disadarkan akan tugas sebagai kholifah di muka

125

bumi. Pada tataran yang lebih praktis mereka perlu

dipahamkan kenapa mereka harus berhasil dalam

pendidikan. Sehingga proses pemberdayaan itu dimulai

dari dalam diri mereka sendiri.

Setelah menyadari, tahap kedua adalah

pengkapasitasan. Pada tahap ini, peserta didik

diberikan bekal atau capacity building. Pengkapasitasan

ini salah satunya dilakukan dengan proses pengajaran

dan pelatihan. Peserta didik diberikan bekal yang

diperlukan untuk melaksanakan tugas dan mengoptimalkan

potensinya melalui program-program yang terencana dan

terevaluasi. Arti dasarnya adalah memberikan kapasitas

kepada peserta didik kita baik secara personal maupun

berkelompok untuk mampu menerima daya dan kepercayaan

yang akan diberikan.

Tahap ketiga adalah pendayaan atau pemberian daya

itu sendiri. Pada tahap ini kepada peserta didik

diberikan daya, kepercayaan, kekuasaan, otoritas dan

peluang yang sesuai dengan potensi dan kualitas

kecakapan yang dimilikinya. Tahap ketiga ini adalah

tahap aplikasi dari pemberdayaan atau empowering dimana

peserta didik dituntut untuk mengeluarkan potensi yang

dimilikinya. Guru dan siswa harus menyadari bahwa

potensi peserta didik jangan hanya dipandang dari sudut

kognitifnya saja tanpa memperhatikan sudut afektif dan

psikomotoriknya. Untuk mewujudkan rasa nyaman dalam

126

mengikuti proses pembelajaran, guru diharapkan dapat

menampilkan pola-pola pembelajaran yang menyenagkan

bagi siswa dengan berbagai metode dan media. Apalagi

jika diingat, proses iternalisasi pengetahuan dari guru

ke siswa bukanlah proses yang mudah, maka hendaknya

guru dapat membuat pikiran mereka rileks tetapi tetap

beraksi secara proaktif.

Para siswa merupkan klient utama yang harus

dilayani, oleh sebab itu para siswa harus dilibatkan

secara aktif dan tepat tidak hanya di dalam proses

belajar mengajar melainkan juga dalam kegiatan sekolah.

Sejak bertahun-tahun sekolah dipandang sebagai lembaga

yang memiliki otoritas, di mana para siswa berpartipasi

pasif di dalam program yang direncanakan, tetapi pada

saat ini peranan siswa telah berubah. Perubahan yang

makin meningkat mengakui bahwa hak-hak siswa secara

individual harus dilindungi dan kebutuhan pendidikan

mereka harus dipenuhi. Kepala sekolah sebagai manager

dan guru harus mengembangkan perhatian yang lebih besar

dalam memahami hati para siswa, utnuk melibatkan mereka

secara aktif pada kegiatan-kegiatan sekolah.

Wahana yang paling tepat untuk melibatkan siswa

tersebut adalah kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

Tanggungjawab legal kepala sekolah dalam hal ini

mengadakan pengendalian kehadiran siswa, penerapan

disiplin, kebebasan mengungkapkan pendapat dan

127

menghormati proses hak-hak siswa secara tepat.

Kedisplinan tidak dapat dilepaskan dari rangkaian mata

rantai proses pembelajaran. Sebab, meskipun terdapat

siswa yang pandai tetapi tidak disiplin, hasilnya juga

tidak maksimal bahkan tidak jarang justru menimbulkan

problem tersendiri. Kedisplinan termasuk bagian inti

dari proses pendidikan maupun pembelajaran. Dalam

proses pembelajaran maupun pendidikan ada aturan-aturan

yang mengikat siswa untuk tunduk pada dsiplin. Jika

siswa melakukan pelanggaran harus dikenakan hukuman

yang bersifat paedagogis.

Pemberdayaan siswa ditunjukkan pula oleh sikap

positif para dewan guru yang digambarkan oleh Brookover

dan Rutter yakni ;

1. Menanamkan kepercayaan bahwa seluruh siswa

mampu belajar

2. Mendorong keberanian siswa untuk menguasai

tugas akademik

3. Memberikan penghargaan yang tepat

4. Sikap positif para guru berarti membuat para

siswa untuk bertanggung jawab.

Dengan demikian interaksi formal dan informal

terus menerus di antara para siswa, guru dan kepala

sekolah merupakan bantuan dalam menciptakan dan

meningkatkan pemberdayaan peserta didik.

128

Dalam rangka pemberdayaan peserta didik maka

diperlukan pengaturan dalam kegiatan-kegiatan yang

terkait dengan siswa. Seperti yang telah saya ungkapkan

sebelumnya bahwa kegiatan yang perlu diberdayakan

misalnya kegiatan ekstrakurikuler. Maka perlu

pengaturan dan pembinaan dalam pelaksanaannya. Apabila

program kurikuler dilaksanakan sesuai dengan mata

pelajaran yang telah dijadwalkan disekolah, sebaliknya

program ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam yang

telah dijadwalkan dan diselanggarakan di sekolah atau

di luar sekolah.

Dalam program kurikuler para siswa lebih

ditekankan kepada kemampuan intelektual yang mengacu

kepada kemampuan berfikir secara rasional dan

analistik. Sedang program pemberdayaan peserta didik

melalui kegiatan ektrakurikuler, para siswa dibina ke

arah mantapnya pemahaman, kesetiaan, dan pengamalan

nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, watak dan berbudi pekerti luhur, kesadaran

berbangsa dan bernegara, keterampilan dan kemandirian,

olahraga dan kesehatan, serta persepsi, apresiasi dan

kreasi seni.

Pemberdayaan melalui kegiatan pembinaan peserta

didik merupakan usaha agar para siswa tumbuh dan

berkembang sebagai manusia Indonesia seutuhnya sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional.

129

Tujuan dan Sasaran Pembinaan Peserta Didik

Adapun tujuan dan sasaran pembinaan peserta didik

adalah :

a. Mengusahakan agar siswa tumbuh dan berkembang

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional

b. Meningkatkan peran serta dan inisiatif para

siswa untuk menjaga dan membina sekolah

c. Memantapkan kegiatan ektrakurikuler dalam

menunjang pencapaian kurikulum

d. Meningkatkan apresiasi dan penghayatan seni

e. Menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara

f. Meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan

nilai-nilai perjuangan

g. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani

Sedangkan sasaran pembinaan peserta didik adalah

seluruh siswa pada setiap jenis dan jenjang pendidikan

sekolah.

Jalur dan Materi Pembinaan

Pembinaan kesiswaan mempunyai nilai strategis di

samping sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan

sumber daya manusia masa depan, sasarannya adalah anak

usia sekolah sekitar 6-18 tahun, suatu tingkat

perkembangan usia anak, diamana secara fisik dan

130

phisikis anak sedang mengalami pertumbuhan suatu

periode usia yang ditandai dengan kondisi kejiwaan yang

tidak stabil, agresifitas yang tinggi dan mudah

dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh sebab itu, pembinaan

anak usia sekolah yang di dalamnya mengandung nilai

seperti peningkatan mutu gizi, perilaku kehidupan

bergama dan perilaki terpuji, penananaman rasa cinta

tanah air, disiplin dan kemandirian, peningkatan daya

cipta, daya analisis, prakarsa dan daya kreasi,

penumbuhan akan hidup bermasyarakat, serta kemampuan

menyesuaikan diri dengan lingkungan perlu dilaksanakan

secara berstruktur dan berkelanjutan.

Ada dua faktor dominan yang menentukan

keberhasilan pembinaan yaitu:

1. Jalur atau wadah sebgai wahana untuk

melaksanakan pembinaan

2. Substansi atau materi yang dijadikan bahan

pembinaan yang betul-betul bermanfaat dalam

memberdayakan pesta didik.

Jalur pembinaan dilaksanakan melalui; organisasi

kesiswaan, latihan kepemimpinan, kegiatan

ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala :

1. Organisasi Kesiswaan

Setiap sekolah (kecuali SD/MI) berkewajiban

membentuk organisasi siswa yang diberi nama organisasi

131

siswa intera sekolah (OSIS). OSIS merupakan satu-

satunya wadah organisasi siswa di sekolah untuk

mencapai atau sebagai salah satu jalur tercapainya

tujuan pembinaan kesiswaan.

2. Latihan Kepemimpinan

Latihan kepemimpinan di arahkan kepada Pembina,

pengurus, perwakilan kelas, dan semua anggota osis.

Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan berfungsi

sebagai sarana penggerak motifator sumber daya yang ada

dalam organisasi, sehingga pelatihan kepemimpinan

diharapkan mampu meningkatkan kualitas para Pembina,

pengurus dan perwakilan kelas, dalam arti :

a. Mampu memahami dan menghayati tugas dan

tanggung jawab.

b. Mampu menciptakan kesadaran dan tanggung jawab

terhadap para anggota organisasi.

c. Mampu menciptakan etos kerja sebagai cerminan

rasa ikut memiliki, melaksanakan,

dan mengamalkan tugas dan tanggungjawab.

d. Mampu menimbulkan dinamika organisasi sesuai

dengan kebutuhan dan tantangan

yang dihadapi.

3. Kegiatan Ekstrakurikuler

132

Kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan-kegiatan

siswa di luar jam pelajaran yang dilaksanakan di

sekolah atau di luar sekolah, dengan tujuan untuk

memperluas pengetahuan memahami keterkaitan antara

berbagai mata pelajaran, penyaluran bakat dan minat

serta dalam rangka usaha untuk meningkatkan kualitas

keimanan dan ketakwaan para peserta didik, kesadaran

berbangsa dan bernegara, dan berbudi pekerti luhur.

4. Wiyatamandala

Wiyatamandala yaitu lingkungan pendidikan yang di

dalamnya terjadi kegiatan belajar mengajar.

Materi pembinaan peserta didik yakni:

1. Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, meliputi:

a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan agama

masing-masing.

b. Memperingati hari-hari besar agama.

c. Melaksanakan perbuatan amaliah, sesuai dengan

norma agama.

d. Membina toleransi kehidupan antar umat

beragama.

e. Mengadakan kegiatan lomba dan seni yang

bersifat keagamaan

133

2. Kegiatan Berbangsa dan Bernegara, meliputi:

a. Melaksanakan upacara bendera pada setiap hari

senin.

b. Melaksanakan bakti sosial.

c. Melaksanakan lomba karya tulis.

d. Mengadakan pertukaran siswa.

e. Mampu menyanyikan lagu-lagu nasional.

Dengan demikian diharapkan siswa memiliki jiwa

patriotisme dan meningkatkan rasa cinta tanah air,

semangat kebangsaan dan rasa tanggung jawab serta

semangat persatuan dan kesatuan.

3. Pendidikan Bela Negara, meliputi:

a. Melaksanakan tata tertib sekolah.

b. Mempelajari dan menghayati sejarah perjuangan

bangsa.

c. Melaksanakan wisata alam dan kelestarian

lingkungan.

4. Kepribadian dan budi pekerti luhur.

5. Berorganisasi dan kepemimpinan.

6. Ketermapilan dan kewiraswastaan.

7. Kesegaran jasmani dan daya kreasi.

134

8. Persepsi, apresiasi dan kreasi seni.

Dalam kegiatan pembinaan peserta didik, kepala

sekolah merupakan orang yang pertama dan utama

bertanggung jawab sehingga peranan kepala sekolah

sebagai manajer dan pendidik sangatlah penting. Pada

tahap selanjutnya, para peserta didik diharapkan dapat

diarahkan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan

berikutnya sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan

mereka, baik kemampuan intelektual maupun ekonomi. Bagi

sekolah kejuruan, sebaiknya ada upaya riil dari pihak

sekolah dalam megelola dan menyalurkan setidaknya

sebagian siswa untuk memasuki dunia kerja terutama bagi

mereka yang berprestasi. Maka, lembaga-lembaga

pendidikan perlu membangun jaringan kerja sama dengan

para pemimpin instansi terkait maupun dengan para

pengusaha. Pengarahan bakat, minat, dan kemampuan siswa

serta penyaluran para alumni untuk memasuki lapangan

kerja merupakan bentuk kepedulian lembaga pendidikan

terhadap siswa atau alumninya. Bila kepedulian ini

dapat diwujudkan dengan baik dan para peserta didik

dapat merasakan kemudahan terutama dalam melanjutkan

pendidikan kejenjang berikutnya atau mendapatkan

pekerjaan tentu dapat meningkatkan posisi tawar lembaga

pendidikan yang bersangkutan.

Saat ini, rumus yang dipegang peserta didik sangat

pragmatis. Siapapun yang menjadi manajer dan apapun

135

lembaga pendidikannya, selama pihak lembaga dapat

memperomosikan para alumninya, maka lembaga tersebut

akan diminati banyak orang. Kecenderungan pragmatis

dari para peserta didik sekarang inilah yang perlu

dibaca, dipahamai, dan direspon melalui pelaksanaan

strategi pengembangan dan pemberdayaan peserta didik.

Sebaiknya harus juga dikondisikan agar para peserta

didik dilembaga pendidikan terkait merasakan kelebihan,

antara lain: unggul dalam keperibadian, unggul dalam

intelektual, unggul dalam kepedulian, dan unggul dalam

mengakses lapangan kerja. Selanjutnya, keunggulan-

keunggulan tersebut secara teknsi harus dirancang

melalui program-program kegiatan yang riil dan jelas

serta harus dapat dibuktikan.

Kesimpulan

Pendidikan merupakan wahana untuk menciptakan

manusia yang berdayaguna salah satunya melalui

pemberdayaan peserta didik. Tahapan pemberdayaan adalah

penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan. Pemberdayaan

berarti memberikan siswa lebih dari sekedar kewenangan

mengikuti materi pelajaran. Siswa hendaknya diberikan

peran yang lebih aktif lagi dalam kegiatan sekolah.

Mereka bukan saja sebagai peserta, tetapi juga

penggagas pelaksanaan suatu kegiataan. Mereka juga

perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam

batas-batas tertentu sehingga guru dan siswa sama-sama

136

menjadi subjek. Artinya, siswapun diharapkan berperan

aktif, berinisiatif, dan berkreasi dalam proses

pembelajaran di sekolah. Dengan manajemen pemberdayaan

peserta didik diharapkan para peserta didik dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan

potensi masing-masing.

Kelompok : 18

Nama : Dwi Putri Nurhikmah 12211210094

Riska Syifa Elkamilah 12211210103

Memiliki pengetahuan tentang hakikat, tujuan, prinsip

evaluasi pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang

disengaja atas input untuk menimbulkan suatu hasil yang

diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan . Sebagai

sebuah proses maka pendidikan harus dievaluasi hasilnya

untuk melihat apakah hasil yang dicapai telah sesuai

dengan tujuan yang diinginkan.Evaluasi dapat

didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam

menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh

siswa.

Evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan

perestasi belajar siswa. Definisi yang pertama

dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini

mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses

137

pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam

hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah

tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa

sebabnya.

UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi

pendidikan adalah kegiatan pengendalian,

penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap

berbagai komponen

pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan sebagai

bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

Tujuan Evaluasi Pendidikan yaitu sebagai berikut :

A. Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai

keterampilan atau pengetahuan dasar tertentu.

B. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-

kelemahan siswa dalam proses belajar.

C. Untuk merangsang peserta didik dalam menempuh

proses pembelajaran.

D. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-

metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam

proses pembelajaran.

Prinsip Evaluasi Pendidikan :

a. Prinsip integralitas.

Prinsip ini dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa

proses pembelajaran merupakan proses yang terintegrasi.

138

Melalui proses tersebut diharapkan sejumlah kemampuan

akan tertanam di dalam pribadi siswa. Kemampuan-

kemampuan yang dimaksud meliputi penanaman konsep-

konsep intelektual, pembentukan keterampilan, penanaman

sikap dan nilai, pengembangan proses berpikir kritis,

dan penyesuaian fisik, emosional dan sosial.

b. Prinsip kontinuitas.

Proses pembelajaran merupakan proses yang

kontinyu, yaitu berlangsung terus menerus hingga pada

akhirnya akan mencapai kompetensi yang diharapkan.

Setiap tahapan proses bukan merupakan proses yang

berdiri sendiri, namun saling ada keterkaitan antara

satu tahapan proses dengan tahapan proses yang lain.

Melalui kegiatan evaluasi secara bertahap diharapkan

akan dapat diketahui tahapan ketercapaian setiap

kompetensi. Dengan demikian evaluasi dilakukan sebagai

sarana untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan

pengalaman belajar.

c. Prinsip objektivitas

Hasil evaluasi yang terkumpul harus dapat

ditafsirkan secara jelas dan tegas. Perkembangan

kompentensi sebagai hasil belajar seseorang dapat

diketahui dengan cara membandingkan dengan kompetensi

sebelumnya. Dengan demikian perkembangan kompetensi

siswa secara nyata dapat diketahui. Untuk

mengintepretasi hasil akhir dapat diteliti hubungan

139

antara rentetan skor yang diperoleh selama

berlangsungnya proses evaluasi serta mmberikan makna

dari setiap skor yang diperoleh. Rentetan skor yang

diperoleh siswa dalam kegiatan evaluasi tidak dapat

begitu saja dirata-rata.

Kesimpulan

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data

untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan

bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Tujuan

evaluasi pendidikan Untuk mengetahui tingkat

efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah

dipergunakan dalam proses pembelajaran.Prinsip Evaluasi

Pendidikan meliputi, Prinsip integralitas, Prinsip

kontinuitas, Prinsip objektivitas.

Kelompok 19

Nama : Komarudin

Npm : 12211210065

PEMBERDAYAAN ANAK DIDIK DALAM KONTEKS LINGKUNGAN

A.Pengertian guru

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan

anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru

seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal.

Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang

mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap

140

seorang guru. Secara formal, guru adalah seorang

pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki

kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal

minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan

hukum yang syah sebagai guru berdasarkan undan g undang

guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.

B.Pendidikan sebagai sarana pemberdayaan

Pendidikan Sebagai Sarana Pemberdayaan Pendidikan

pada dasarnya merupakan usaha sadar untukmenyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan atau latihan

bagiperananannya di masa yang akan datang. Peranan

peserta didik dalamkehidupan bermasyarakat, baik

individumaupun sebagai anggota masyarakat merupakan

keluaran dari system dan fungsi

pendidikan.Padahakikatnya pendidikan berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan,meningkatkan mutu kehidupan dan

martabat manusia baik individumaupun social. Dengan

kata lain, pendidikan berfungsi sebagai

saranapemberdayaan individu dan masyarakat guna

menghadapi masa depan. Seorang tokoh pendidikan Paulo

Fiere, berpendapat bahwapendidikan seharusnya dapat

memberdayakan dan membebaskan pesertadidiknya, karena

melaluinya dapat mendengarkan suara peserta

didik.Yangdimaksudkan suara yaitu segala aspirasi

maupun segala potensi yangdimiliki olehpeserta didik

tersebut.Pendidikan yang relevan dalam masyarakat

141

adalah mengajar untukmemampukan mereka mendengarkan

siswanya sendiri dan bukan suara dari luar termasuk

suara pendidik. Fiere berpendapat bahwa pendidikanpada

umumnya adalah pendidikan dengan gaya bank dimana

pendidikhanya mentransfer ilmu sebanyak-banyaknya

kepada peserta didik tersebut diibaratkan seperti

sebuah wadah untukmenampung berbagai pengetahuan.

Pendidikan seperti itu yang disebut Fiere dengna

pendidikangaya bank. Disebut pendidikan gaya bank sebab

dalam proses belajar22mengajar guru tidak memberikan

pengertian kepada peserta didik, tetapimemindahkan

sejumlah ilmu kepada peserta didik.Pada hakikatnya

proses pemberdayaan dibidang pendidikan merupakan

pendekatan holistik yang meliputi pemberdayaan sumber

daya manusia, system belajar mengajar, instusi atau

lembaga pendidikan dengan sarana dan prasarana

pendukungnya.Mengacu dari pernyataan diataspemberdayaan

adalah sebagai proses belajar mengajar yang

merupakanusaha terencana dan sistematis yang dilakukan

secara berkesinambunganbaik individu maupun kolektif,

guna mengembangkan daya yang trdapatpada diri individu

dan kelompok masyarakat sehingga mampu melakukan

transformasi sosial.

Usaha ini berlangsung sebagai proses yang

berkesinambungan sesuai dengan prinsip belajar seumur

hidup.

142

Kehidupan masyaakatperlu dikondisikan sebagai sebuah

wadah, dimanasetiap anggotamelakukan aktifitas sehari–

hari dan saling belajarmengajar. Demikian diharapkan

akan terjadi proses interaksi dalam wujud dialog dan

komunikasi nformasi antar sesama anggota

masyarakatmendorong guna mencapai pemenuhan kebutuhan

manusia mulai darikebutuhan fisik sampai dengan

kebutuhan aktualisasi diri.Konsep pemberdayaan dalam

pendidikan non formal pertama kali diIndonesia

dikembangkan oleh Kindervatter, ia memandang

bahwapemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan

atau daya dalam bentukpendidikan yang bertujuan untuk

membangkitkan kesadaran, pengertian, Tantangan pada

masa depan sistem pendidikan di Indonesia tidak semata

– mata menyangkut upaya untuk meningkatkan mutu dan

efisiensi pendidikan secara internal , tetapi juga

dituntut untuk meningkatkan kesesuaian pendidikan

dengan aneka aspek kehidupan lain yang semakin kompleks

( Danin, 2002 : 17 ).

Oleh karena itu perlu program pengembangan tenaga

kependidikan penting untuk dirancang secara cermat dan

tepat. Dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan

Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kemajuan

teknologi dan budaya yang berkembang dalam masyarakat.

Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan upaya

untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Secara

khusus tujuan dinyatakan dalam Undang – undang RI No 20

143

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan mmembentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab ( Pasal 3 Undang –

undang RI No 20 Tahun 2003 ). Untuk dapat mencapai

tujuan yang ditetapkan maka individu – individu dalam

organisasi pendidikan harus memiliki kemampuan. Guru

sebagai bagian dari organisasi sekolah memiliki

kewajiban untuk melaksanakan serangkaian tugas sesuai

dengan fungsi yang harus dijalankannya. Sebagai seorang

manajer proses belajar mengajar guru berkewajiban

member pelayanan kepada siswanya terutama alam kegiatan

pembelajaran di kelas. Tanpa menguasai materi

pelajaran, strategi pembelajaran dan pembimbingan

kepada siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka

guru tidak mungkin dapat mencapai kualitas pendidikan

yang maksimal Pemberdayaan masyarakat adalah suatu

proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat

agar mampu menempatkan diri secara proporsional

dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan

strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam

jangka panjag, melalui pengembangan kemampuan

144

masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan

pengorganisasian masyarakat.

145