Upload
uika-bogor
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kelompok 1
Nama : - Dewi Indah Nurmalasari 12211210097
-Euis Yulianti 12211210604
Pendidik Memiliki Tanggung Jawab Terhadap
Pelaksanaan dan Hasil Pekerjaannya
Tugas utama seorang guru diantaranya adalah
menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang
dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan
baik dan semangat (Djamarah, 1997: 1).
Menurut Rosmali (2005), tugas seorang guru itu
mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
1. Guru memiliki tugas yang beragam yangberimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi,
bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan.
2. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik,mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskandan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan.Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmupengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatihberarti mengembangkan keterampilan-keterampilanpada siswa.
3. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolahharus dapat menjadi dirinya sebagai orangtuakedua. Guru harus mampu menarik simpati sehinggaguru tersebut menjadi idola para siswanya.Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapatmenjadi motivasi bagi siswa dalam belajar.
1
4. Guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menujupembentukkan manusia Indonesia seutuhnya yangberdasarkan Pancasila (Usman, 1998: 7).Jadi tugas guru yang dimaksud adalah tugas yang
terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dan dalam
bentuk pengabdian. Sehingga keberadaan guru merupakan
faktor yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana
pun dalam kehidupan bangsa sejak dahulu, karena
keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting,
apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun,
terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di
tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan
teknologi yang semakin canggih dan segala perubahan
serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa
kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam
kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.
Peters dikutip Sudjana (2002:15), menyebutkan
tugas dan tanggungjawab guru, yaitu:
a) guru sebagai pengajar,
b) guru sebagai pembimbing, dan
c) guru sebagai administrator.
Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok
profesi guru. Dimana guru sebagai pengajar lebih
menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan
melaksanakan pengajaran. Guru sebagai pembimbing
memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada
siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya.
Sedangkan guru sebagai administrator kelas pada
2
hakikatnya merupakan jalinan antara pengajaran dan
ketatalaksanaan pada umumnya.
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada
dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu
mencintai, menghargai, menjaga, dan meningkatkan tugas
dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak bisa dilakukan orang
lain, kecuali oleh dirinya. Demikian pula ia harus
sadar bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut
untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan.
Guru harus sadar bahwa yang dianggap baik dan benar
saat ini, belum tentu benar di masa yang akan datang.
Oleh karena itu guru dituntut agar selalu
meningkatkan wawasan dan pengetahuan, kemampuan dalam
rangka pelaksanaan tugas profesinya. Ia harus peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya
dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Dunia ilmu pengetahuan tak pernah berhenti tapi
selalu muncul hal-hal yang baru. Guru harus dapat
mengikuti perkembangan tersebut, sehingga ia harus
lebih dahulu mengetahuinya dari pada siswa dan
masyarakat pada umumnya
Tanggung jawab guru menurut Hamalik (2004: 127),
yaitu sebagai berikut:
1. Guru harus menuntut murid-murid belajar. 2. Turut serta membina kurikulum sekolah.
3
3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa(kepribadian, watak dan jasmaniah).
4. Memberikan bimbingan kepada murid. 5. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan
belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuanbelajar.
6. Menyelenggarakan penelitian. 7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif. 8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan
Pancasila. 9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan
persatuan bangsa dan perdamaian dunia. 10. Turut menyukseskan pembangunan.
Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional
guru. Bertitik tolak dari tanggungjawab guru yang
telah dikemukakan di atas maka dengan demikian guru
sangat perlu meningkatkan peranan dan kemampuan
profesionalnya. Tanpa adanya kecakapan yang maksimal
yang dimiliki oleh guru maka kiranya sulit bagi guru
tersebut mengemban dan melaksanakan tanggungjawabnya
dengan cara yang sebaik-baiknya.
Wijaya dkk. (1994:9), menyebutkan beberapa
tanggung jawab yang memerlukan sejumlah kemampuan yang
lebih khusus dari seorang guru, yaitu:
1. Tanggungjawab moral adalah setiap guru harusmemiliki kemampuan menghayati perilaku dan etikayang sesuai dengan moral Pancasila danmengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolahadalah setiap guru harus menguasai cara belajar-
4
mengajar yang efektif, mampu membuat satuanpelajaran, mampu dan memahami kurikulum denganbaik, mampu mengajar dikelas, mampu menjadi modelbagi siswa, mampu memberikan nasihat, menguasaiteknik-teknik pemberian bimbingan dan layanan,mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan lain-lain.
3. Tanggungjawab guru dalam bidang kemasyarakatanadalah turut serta menyukseskan pembangunan dalambidang kemasyarakatan, untuk itu guru harus mampumembimbing, mengabdi kepada dan melayanimasyarakat.
4. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yaituguru selaku keilmuan bertanggungjawab dan turutserta memajukan ilmu, terutama ilmu yang telahmenjadi spesialisasinya dengan melaksanakanpenelitian dan pengembangan.
Perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi
lainnya terletak dalam tugas dan tanggungjawabnya.
Tugas dan tanggungjawab tersebut erat kaitannya dengan
kompetensi atau kemampuan yang disaratkan untuk
memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar yang
dimaksud adalah kompetensi guru.
Guru memiliki tugas dan tanggungjawab yang beragam
yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas
guru dalam proses belajar-mengajar meliputi bidang
profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan.
Sedangkan tanggung jawab guru adalah menuntut siswa
untuk giat belajar, melakukan pembinaan dan bimbingan
dan lain-lain.
5
Untuk itu guru harus memiliki kecakapan dalam
membimbing peserta didik. Di dalam mengajar akan lebih
berhasil kalau disertai dengan kegiatan bimbingan yang
banyak berpusat pada kemampuan intelektual, guru perlu
memiliki pengetahuan yang memungkinkan dapat menetapkan
tingkat perkembangan setiap anak didiknya, baik
perkembangan emosi, minat dan kecakapan khusus maupun
dalam prestasi fisik dan sosial.
Dengan demikian tugas dan tanggungjawab guru tidak
dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Dia tidak terikat
oleh keterbatasan jam dan kelas untuk mendidik. Karena
proses belajar tidak hanya dilakukan di sekolah namun
dibutuhkan di lingkungan untuk membentuk karakter dan
kepribadian siswa, atau sekurang-kurangnya dapat
membentuk landasan yang berarti untuk bekal siswa
selanjutnya.
6
Kelompok 2:
Mia Syarifah Islamiati (1211210119)
Vina Selfiana (12211210948)
Guru Harus Memilki Keadilan Kepada Siapa Saja Yang
Menjadi Haknya
Pendidikan merupakan isu paling hangat di dunia
manapun karena menyangkut penyiapan sumber daya manusia
setiap bangsa. Pendidikan menjadi sangat penting setiap
saat karena berhubungan langsung dengan zaman dan
perubahannya yang tiada henti. Itulah mengapa
pendidikan dewasa ini sangat erat hubungannya dengan
pesatnya perkembangan ICT. Bagaimana pula guru-guru di
era globalisasi ini harus menyikapinya?
Anak-anak adalah harapan bangsa, untuk itu mereka
mempunyai hak memperoleh pendidikan, sebagaimana diatur
dalam Pasal 31 UUD 1945 (amandemen) ayat (1) bahwa
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Bahkan dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, Pasal 49 menegaskan bahwa Negara,
pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.
Dalam pasal ini malah tidak boleh ada satupun hal yang
bisa menghambat anak untuk memperoleh pendidikan.
Termasuk di dalamnya keluarga dan orang tua.
Masalah ketidaksetaraan atau ketidakadilan dalam
pendidikan di negara kita memang lebih mengerucut
7
kepada masalah ketidakmampuan ekonomi keluarga. Banyak
anak yang terpaksa tidak sekolah karena harus
bertoleransi dengan keadaan ekonomi orang tua yang
sangat minim, walaupun masalah berikutnya yang
tercipta juga tidak kalah besar, misalnya : pemerintah
mengadakan kelas RSBI dan SBI tapi justru menciptakan
pengkastaan dalam pendidikan. Sekolah internasional ini
membutuhkan biaya tinggi dalam pelaksanaannya,
sehingga hanya keluarga kelas menengah ke atas saja
yang berkesempatan meneguk indahnya pendidikan berkelas
internasional. RSBI dan SBI sendiri banyak dianut dan
dilaksanakan justru oleh sekolah negeri milik
pemerintah yang seyogyanya memberikan kesempatan pada
wong cilik.
UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas Pasal 5, ayat (1)
menjelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Untuk itu, jika memang guru bertekad memberikan
keadilan bagi semua anak bangsa, maka guru wajib
memberikan mutu terbaik untuk peserta didik. Mutu yang
baik tidak harus dilaksanakan di sekolah mahal.
Adil secara harfiyah bermakna sama. Menurut kamus
Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat
sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar,
berpegang kepada kebenaran dan yang sepatutnya.
Dalam kontek pengertian tersebut, menjadi guru yang
adil berarti guru harus berpandangan bahwa semua anak
8
didik mempunyai kedudukan yang sama di hadapannya.
Secara umum memperlakukan mereka sama dan tidak
membeda-bedakan. Guru hanya berpihak kepada kepentingan
dan kebutuhan anak didik, bagaimana memberikan
“sesuatu” yang bermanfaat bagi kehidupan mereka kelak.
Guru harus berpegang teguh kepada kebenaran dan
bertindak atas dasar kepatutan dan kepantasan.
Sebagaimana pepatah dalam bahasa jawa, guru tidak boleh
berlaku “Mban cinde mban siladan”. Maksud dari ungkapan
ini adalah, menjadi guru yang adil berarti guru tidak
sepantasnya memperlakukan satu atau beberapa anak didik
secara istimewa dan terhadap yang lainnya biasa-biasa
saja bahkan cenderung tidak memberikan perhatian.
Hakikat Keadilan
Dari banyaknya etimologi dan terminologi tentang
adil dapat disimpulkan, sekurang-kurangnya ada tiga
hakikat keadilan. Ketiganya adalah :
1. Adil dalam pengertian sama (al-musawat)
2. Adil dalam pengertian keseimbangan (at-tawazun) dan
3. Adil dalam pengertian “perhatian terhadap hak-hak
individu dan memberikann hak-hak itu kepada setiap
pemiliknya.
Agar menjadi guru yang adil, setiap guru hendaknya
mengimplementasikan 3 hakikat keadilan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari pada saat bersinggungan dengan
anak didik.
9
Implentasi Adil Dalam Proses Menjadi Guru Yang Adil
Keadilan tidak hanya harus ditegakkan dalam dunia
hukum dan pemerintahan. Keadilan dapat
ditegakberdirikan di mana saja, tak terkecuali dalam
dunia pendidikan. Dan dalam dunia pendidikan, salah
satu pilar penegak keadilan adalah guru. Maka, menjadi
guru yang adil adalah sebuah keniscayaan.
Agar dapat menjadi guru yang adil maka tiga
hakikat keadilan sebagaimana yang tersebut sebelumnya
harus diimplementasikan dalam proses pembelajaran
dengan anak didik.
1. Perlakukan yang sama
Anak didik mempunyai hak diperlakukan sama oleh
guru. Oleh karenanya guru harus bertindak dengan tidak
membedakan di antara anak didiknya dalam hal kesempatan
mendapatkan ilmu. Laki-laki atau prempuan, kaya atau
miskin, sempurna atau berkebutuhan khusus, kota atau
desa, dan sebagainya mempunyai hak yang sama dalam hal
mendapatkan memperoleh pembelajaran yang maksimal dari
guru.
Termasuk dalam kontek ini, guru harus tidak
membeda-bedakan asal usul suku, ras, agama dan golongan
anak didik. Apapun warna kulitnya, berasal dari suku
dan ras apapun mereka, mempunyai keyakinan dan agama
10
apapun yang dianut serta dari golongan manapun, anak
didik berhak mendapat pembelajaran apapun dari guru
tanpa pengecualian.
Untuk menjadi guru yang adil maka langkah pertama
adalah memberikan pembelajaran kepada seluruh siswa
tanpa kecuali dengan kualitas yang sama.
2. Adil dalam keseimbangan
Proses pembelajaran bertujuan menghasilkan output
yang sebaik-baiknya. Siapapun anak didik yang terlibat
dalam proses pembelajaran diharapkan menjadi lulusan
yang berkualitas. Dalam kontek inilah, adil dalam
keseimbangan dapat diterapkan oleh guru yang ingin
menjadi guru yang adil.
Anak didik tidak mempunyai kecerdasan yang sama.
Masing-masing dari mereka memiliki tingkat kecerdasan
dan daya tangkap yang bervariasi. Bahkan di antara
mereka ada anak yang tergolong berkebutuhan khusus.
Terhadap mereka, tentu guru harus memberikan “perlakuan
khusus”.
Kepada anak didik yang mempunyai daya tangkap dan
kecerdasan rendah, siapapun yang ingin menjadi guru
yang adil, maka ia harus memberikan perhatian lebih dan
memberikan pembelajaran dengan intensitas dan kualitas
yang lebih pula. Mereka harus diperlakukan “berbeda”
dengan anak-anak yang berkecerdasan tinggi. Demikian
juga terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Dibutuhkan
11
kesabaran, ketelatenan dan keuletan yang cukup dalam
memberikan pembelajaran kepada mereka.
3. Adil dalam hak-hak individu
Anak didik diciptakan Allah dengan segala
keberbedaan antara satu dan yang lainnya. Mereka
mempunyai potensi, bakat, minat dan kecenderungan yang
berbeda. Tentu saja dalam kontek ini, hak-hak yang
harus mereka dapatkan menjadi berbeda. Oleh karenanya,
guru sesuai kemampuan harus dapat memfasilitasi segala
keberbedaan yang dimiliki anak didik.
Dengan memberikan fasilitas yang memadai maka anak
didik akan berkembang sesuai dengan potensi, bakat,
minat dan kecenderungan mereka. Mengarahkan anak didik
agar berkembang namun tidak sesuai dengan potensi,
bakat, minat dan kecenderungan merupakan tindakan
memaksakan kehendak dan tindakan ketidakadilan.
Untuk anak didik SLTA, memberikan banyak pilihan
jurusan adalah bentuk keadilan dalam kontek ini. Anak
didik diberi kebebasan untuk memilih jurusan sesuai
potensi yang dimiliki adalah tindakan adil. Guru
memberikan bimbingan secukupnya agar anak didik tepat
dalam jalur potensi yang dimiliki.
Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dapat
diambil kesimpulannya sebagai berikut:
12
1. Menurut kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama
berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak
kepada yang benar, berpegang kepada kebenaran dan
yang sepatutnya.
2. Menjadi guru yang adil berarti guru harus
berpandangan bahwa semua anak didik mempunyai
kedudukan yang sama di hadapannya.
3. Implentasi adil dalam proses menjadi guru yang adil
yaitu: memberikan perlakuan yang sama, adil dalam
keseimbangan, dan adil dalam memberikan hak-hak
indiviu.
Kelompok 4:
Bustanul firdaus ( 12211210046)
M. Ghazian Lutfi (12211210101)
MENDIDIK AGAR EFECTIVE HARUS DI JIWAI DENGAN NILAI –
NILAI YANG HIDUP DALAM LINGKUNGAN PROFESI ITU SENDIRI.
Cara Mendidik Efektif
Tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya
karakter, yaitu mengetahui yang benar dan bertindak
mulia. Mendidik dan mengajar yang efektif adalah
mendidik yang dapat membangun karakter. Seoarng
pendidik akan mendidik dengan efektif jika pendidik
menguasai materi pelajaran yang akan di ajarkannya,
13
memnetukan strategi pembelajaran dengan kebutuhan
perkembangan siswa, membuat desain pembelajaran, ahli
dalam memotivasi, ahli dalam berkomunikasi, bekrja
secara efktif denagn siswa yang berasal dari latar
belakang kultur yang berlainan, menguasai teknologi,
memiliki komitmen dan motivasi.
Richard Dunne & Ted Wragg (1996) dalam bukunya
“Effective Teaching” menyatakan bahwa “Pembelajaran
efektif (effective teaching) adalah jantungnya sekolah
efektif atau sekolah yang berhasil mencapai tujuannya.
Di bagian pengantar buku tersebut di atas, Anwar Jasin
menyatakan bahwa “Mutu hasil pendidikan sebagian besar
ditentukan oleh mutu kegiatan belajar mengajar. Mutu
profesional guru harus terlihat pada kemampuannya
mengelola kelas dan mengajar secara efektif dalam arti
dia mampu membelajarkan para siswa menguasai bahan
pelajaran yang diberikannya sesuai dengan tuntutan
kurikulum”.
Pengertian pembelajaran efektif bukanlah sesuatu
yang sederhana atau tentu tidak memadai lagi jika hanya
diartikan sebatas transfer of knowledge, justru menjadi
penting ketika diartikan sebagai pembelajaran
konstruktivistik yang lebih berorientasi pada siswa
(student centries). Dalam arti, peserta didik atau si
belajar menjadi pusat pembelajaran. Sementara teaching-
learning berada melingkari peserta didik tersebut.
14
Keberhasilan teaching learning tergantung pada; (1)
enabling environment; (2) knowledge infrastructure; (3)
human and physical resource, and (4) school management
and governance. Akhirnya hal tersebut di atas sangat
ditentukan oleh sebuah kebijakan pendidikan.
Pendapat senada menyatakan bahwa, “Mutu pendidikan
ditentukan oleh “Effective Teaching and Learning
(ETL)”. ETL itu sendiri dipengaruhi oleh; (1) teacher
supply, training, and profesional development support;
(2) school leadership internal organization and
culture; (3) quality assurance and support system; (4)
accountability mechanisms and processes, including
school governence; (5) the physical environment of the
school; (6) the curriculum and it’s
assessment:instructional aid; (7) links and
partnerships with parent and the community; and (8) the
well-being attendance and motivation of all pupils.
Santrok (2007) mengemukakan bahwa untuk enjadi
guru yang efektif perlu di perhtaikan beberapa hal:
1. Pengajaran yang efektif mensyaratkan agar guru
menguasai secara utuh ilmu yang diajarkannya, contohnya
guru fisika harus menguasai seluruh materi fisika yang
diajarkannya.
2. Memperluas perspektif, guru harus yakin bahwa
dirinya dapat menjadi guru yang efektif sebagaimana
15
diinginkannya, contohnya guru fisika harus memiliki
kepercayaan diri ketika mendidik murid-murid.
3. Guru perlu meningkatkan diri secara terus
menerus, contoh; guru fisika terus belajar dan berlatih
untuk meningkatkan ilmunya.
John W. Santrock menyatakan bahwa ada dua hal
utama yang harus dikuasai guru, yaitu;
1. Pengetahuan dan Keahlian Professional meliputi;
Penguasaan terhadap Materi Pelajaran
Guru yang efektif harus memiliki pengetahuan,
fleksibel dan memahami materi pelajaran yang di ampu.
Penguasaan subjek materi tidak hanya mencakup fakta,
istilah dan konsep umum, tetapi mencakup pengetahuan
tentang dasar-dasar pengorganisasian materi, mengaitkan
berbagai gagasan, cara berfikir dan berargumentasi,
pola perubahan dalam satu mata pelajaran, dan kemampuan
untuk mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplin ilmu
ke disipiln ilmu lainnya.
Strategi Pengajaran.
Kontruktivisme menekankan agar individu secara
aktif menyusun dan membangun (to construct) pengetahuan
dan pemahamannnya. Menurut pandangan konstruksivis,
guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran aank,
akan tetapi guru mendorong anak untuk mengeksplorasi
16
dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan
berpikir secara kritis. Konstruksivis juga menekankan
pada kolaborasi, anak-anak saling bekerja sama untuk
menegtahui dan memahami materi pelajaran.
Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan
Intruksioal.
Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas,
baik ia menggunakan prespektif tradisional maupun
konstruksivis. Namun, guru harus menentukan tujuan
pengajaran dan menyusun rencana pembelajaran untuk
mencapai tujuan pengajaran tersebut. Guru juga harus
menyusun kriteria tertentu agar sukses. Guru secara
matang menyusun rencana instruksional,
mengorganisasikan pelajaran agar siswa meraih hasil
maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam menyusun
rencana pembelajaran, guru harus memikirkan tentang
cara agar pelajaran bias menantang sealigus menarik.
Keahlian Manajemen Kelas.
Aspek penting lain untuk menjadi guru yang efektif
adalah kemampuan menjaga kelas agar tetap aktif bersama
dan mengorientasikan kelas/siswa ke tugas-tugas yang
telah dipersiapkan guru untuk mengaktifkan siswa. Guru
yang efektif membangun dan mempertahankan lingkungan
belajar yang kondusif. Agar lingkungan belajar optimal,
guru perlu senantiasa meninjau ulang strategi penataan
dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok,
17
monitoring, dan mengaktifkan kelas, serta menangani
tindakan siswa yang mengganggu kelas.
Keahlian Motivasional.
Guru yang efektif memiliki strategi yang baik untuk
memotivasi siswa agar mau belajar. Para ahli psikologi
pendidikan semakin percaya bahwa motivasi ini paling
baik didorong dengan memberi kesempatan siswa untuk
belajar di dunia nyata, agar setiap siswa berkesempatan
menemukan sesuatu yang baru dan sulit. Guru yang
efektif mengetahui bahwa siswa akan termotivasi saat
mereka bias memilih sesuatu yang sesuai dengan
minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan kepada
siswa untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek
mereka sendiri.
Keahlian Komunikasi.
Sisi lain yang tak kalah pentingnya dalam mengajar
adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi
hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi
nonverbal dari siswa, dan mampu memecahkan konflik
secara konstruktif. Keahlian komunikasi bukan hanya
penting untuk bukan hanya penting untuk mengajar,
tetapi juga untuk berinteraksi dengan orangtua siswa.
Guru yang efektif menggunakan keahlian komunikasi yang
baik saat mereka berbicara dengan siswa, orangtua,
administrator, dan lainnya, serta memiliki gaya
komunikasi asertif bukan agresif.
18
Bekerja secara Efektif dengan Siswa dari Latar
Belakang Kultural Berbeda.
Guru yang efektif mampu mendorong siswanya untuk
menjalin hubungan positif dengan siswa yang berbeda,
membimbing siswa untuk berpikir secara kritis tentang
isu kultural dan etnis, menanamkan sikap saling
menerima, dan bertindak sebagai mediator kultural.
Keahlian Teknologi.
Guru yang efektif mampu mengembangkan keahlian
teknologi dan mengintegrasikan komputer ke dalam proses
belajar mengajar di kelas, menggunakan alat komunikasi
melalui komputer seperti internet, mendesain media
pembelajaran berbasis komputer, serta menggunakan media
ICT lainnya untuk keperluan pembelajaran.
2. Komitmen dan Motivasi.
Menjadi guru yang efektif membutuhkan komitmen dan
motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan
perhatian kepada siswa. Guru yang efektif memiliki
kepercayaan diri terhadap kemampuannya dan tidak
membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi dirinya.
Cara mendidik efktif terletak pada kunci-kunci
berikut ini:
A. Proses belajar mengajar yang menyenangkan
19
Belajar yang menyenangkan tentu saja akan membuat
anak tertarik dan tidak akan membuat mereka jenuh.
Terutama bagi anak usia dini. Lebih baik untuk menunda
kegiatan belajar apabila kita belum bisa menciptakan
suasana menyenangkan bagi anak. Karena apabila kita
memaksa anak untuk belajar dalam situasi yang
menegangkan, hal itu dapat membuat anak frustasi dan
menjadi tidak mau belajar, karena merasa trauma dan
ketakutan. Pemaksaan bahkan bisa melumpuhkan sel syaraf
yang terdapat di otak anak. Setiap pendidik pasti
mengharapkan agar anak mendapatkan hasil belajar yang
optimal, dan hal itu hanya akan didapatkan apabila anak
mempunyai ketertarikan pada apa yang kita ajarkan.
Caranya yaitu dengan belajar sambil bermain,
bercerita,bernyanyi dan lain sebagainya.
B. Kasih Sayang
“Kasih sayang melahirkan kecerdasan”, hasil dari
sebuah penelitian telah membuktikan bahwa pembentukan
otak dan perasaan sangat terikat erat pada kasih sayang
yang diberikan kepadanya semasa ia berada di dalam
kandungan sampai kasih sayang yang ia dapatkan setelah
ia lahir dan tumbuh dewasa. “Autis” adalah salah satu
contoh sebagai akibat dari kurangnya kasih sayang.
(Autis terjadi akibat kurang terhubungkannya syaraf –
syaraf di pusat otak yang berisi emosi yang mengisi
gerakan rasional dan pikiran logis). Hilangnya perasaan
20
cinta pada awal kehidupan juga dapat melemahkan
kekuatannya dan membuat pengaruh yang fatal pada otak.
Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian bahwa
ukuran otak anak yang jarang tersiram kasih sayang dan
jarang diajak bermain lebih kecil 30% daripada anak
normal pada usia yang sama.
C. Disiplin
Disiplin merupakan salah satu elemen penting agar
terciptanya efektifitas belajar. Namun disiplin juga
harus diterapkan secara konsisten dan ber”sinergi”.
Konsisten atau istiqomah diperlukan dalam proses
penerapan disiplin. Hilangnya konsistensi akan
menghancurkan upaya kita dalam menegakkan disiplin.Satu
contoh ,misalnya kita menginginkan satu bentuk tertentu
pada sebuah pohon. Kita dapat membentuknya dengan
mengikat dahan pohon tersebut dengan tali atau kawat.
Namun bayangkan apa yang akan terjadi apabila dalam
waktu yang singkat kita telah membuka ikatan itu ?
tentu dahan pohon yang diikat tadi akan kembali seperti
keadaan semula, bahkan mungkin akan bergerak lebih jauh
dari posisi semula. Akan tetapi dengan kesabaran dan
ketelatenan kita akan mendapatkan hasil yang sesuai
dengan keinginan kita. Itulah sebabnya kenapa
pendidikan anak harus dilakukan secara bertahap,
sedikit demi sedikit sampai anak memahami apa yang kita
ajarkan. Karena pendidikan adalah sebuah proses yang
21
sangat panjang dan tak berujung. Selanjutnya kita akan
menjelaskan tentang arti dari kata “sinergi”. Sinergi
adalah satu bentuk penyatuan energi dari semua pihak
yang berkepentingan, dalam hal ini yaitu kerjasama yang
berkesinambungan antara orang tua,pihak sekolah serta
lingkungan (kakek nenek, saudara, teman bermain, dll).
Artinya pendidikan bukan hanya merupakan tanggung jawab
orang tua saja, atau tanggung jawab sekolah saja, akan
tetapi telah menjadi tanggung jawab bersama,sehingga
dalam pelaksanaan disiplinpun harus ada koordinasi yang
baik dari semua pihak.
D. Hukuman dan Ganjaran
Hukuman dapat diterapkan apabila anak tidak mematuhi
aturan yang telah disepakati / tidak disiplin, dengan
tujuan agar anak tidak mengulangi perbuatannya.
Ganjaran / hadiah diberikan kepada anak ketika anak
berhasil melakukan perbuatan yang baik (menurut norma
agama ataupun norma yang berlaku di masyrakat), dengan
tujuan untuk memotivasi anak agar mereka mempertahankan
bahkan meningkatkan perilaku baiknya menjadi lebih
baik.
Kelompok 5
Adnan hidayat
22
Rahmat iskandar
GURU HARUS BERPEGANG PADA RUMUSAN ATURAN ATAU
NORMA DALAM MENGEMBAN PROFESI
Pengertian Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat diperlukan
suatu sistem atau pedoman yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bargaul atau berhubungan antara
manusia yang satu dengan yang lainnya. Sistem
pengaturan pergaulan tersebut dikenal dengan sebutan
sopan santun, tata krama, adat, dan lain-lain. Secara
etismologis, kata etika berasal dari bahasaa Yunani
“ethos”, yang artinya adat kebiasaan atau watak
kesusilaan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (edisi ke-empat), etika diartikan sebagai
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika memuat
tentang apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh
dilakukan, apa yang baik, dan apa yang buruk. Dengan
adanya etika perilaku-perilaku baik diatur berdasarkan
nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi
kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi
bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu
manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara
23
tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya
membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru
kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan
dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, etika
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan
aspek atau sisi kehidupan manusianya. Dengan demikian,
etika dapat diartikan sebagai kumpulan nilai-nilai
moral yang dianut oleh masyarakat tertentu setelah
melalui pengkajian secara kritis. Ada dua macam etika
yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik
dan buruknya prilaku manusia.
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha
meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku
manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup
ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif
memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha
menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi
penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan. Etika normatif
dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi
dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,
24
bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori
etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika
umum dapat dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-
prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.
Penerapan ini bisa berwujud seperti bagaimana kita
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang kita lakukan, yang
didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral
dasar. Penerapan itu juga dapat berwujud sperti
bagaimana kita menilai perilaku diri sendiri dan orang
lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis. Selain itu, penerapan lainnya adalah
cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau
tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada
dibaliknya. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua
bagian:
1). Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban
dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
2). Etika sosial, yaitu berbicara mengenai
kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota umat manusia.
25
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan
etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika
sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik
secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga,
masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-
pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung
jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Berikut
adalah contoh etika sosial.
a. Sikap terhadap sesama
b. Etika profesi
c. Etika politik
d. Etika lingkungan
e. Etika idiolog
Dengan demikian etika profesi merupakan cabang
dari etika khusus yang merupakan produk dari etika
sosial.
Prinsip-prinsip etika profesi
1. Tanggung jawab. Etika profesi harus bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan profesi dan hasilnya,
serta bertanggungjawab terhadap dampak dari
profesi terhadap masyarakat.
2. Keadilan. Etika profesi dapat menjamin hak siapa
saja.
3. Otonomi. Setiap kaum profesional memiliki dan
diberi hak kebebasan dalam menjalankan profesinya.
26
Namun, dibatasi oleh tanggung jawab dan komitmen
profesional dan tidak mengganggu kepentingan umum.
4. Integritas moral yang tinggi. Komitmen pribadi
yang tinggi menjadi keluhuran suatu profesi.
Kode Etik Profesi
Secara harfiah, kode etik adalah sumber etika,
aturan, sopan santun, atau suatu hal yang berhubungan
dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
Menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-
pokok kepegawaian. Pasal 28 undang-undang ini dengan
jelas menyatakan bahwa “pegawai negeri sipil mempunyai
kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam dan di luar kedinasaan.” Dalam
penjelasan undang-undang tersbut dinyatakan bahwa
dangan adanya kode etik ini, pegawai negeri sipil
sebagi aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi
masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam
pergaulan hidup sehari-hari. Dari uraian tersebut
terlihat bahwa kode etik profesi adalah norma-norma,
pedoman sikap, tingkah laku yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidup di masyarakat .
Tujuan Kode Etik Profesi
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode Etik dalam
suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
27
kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Menurut E.
Mulyasa (2009: 44-45), secara umum tujuan mengadakan
kode etik adalah sebagai berikut.
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan
dan kesan dari pihak luar atau masyarakat, agar mereka
jangan sampai memandang rendah atau remeh terhadap
profesi yang bersangkutan. Oleh karena itu, setiap kode
etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak
tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat
mencermakan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari
segi ini, kode etik juga sering kali disebut kode
kehormatan.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan
para anggotanya.
Kesejahteraan yang dimaksud yaitu meliputi
kesejahteraan lahir (atau material) maupun
kesejahteraan batin ( spiritual atau mental). Dalam hal
kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik
umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada para
anggotanya untuk melaksanakan profesinya.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para
anggota profesi.
Tujuan lain kode etik profesi dapat juga berkaitan
dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,
28
sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam
melaksanakan tugasnya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga
memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota
profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
pengabdian para anggotanya.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi
profesi.
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka
diwajibkan setiap anggota untuk secara aktif
berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan
kegiatan-kegiatan yang di rancang organisasi.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah
untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggota.menjadi pedoman
perilaku, meningkatkan pengabdian aggota profesi, dan
meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu
organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para
anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada
suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian,
penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh seorang
secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh
29
orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-
anggota profesi dari organisasi tersebut. Maka jelas
bahwa orang-orang yang bukan dan tidak menjadi anggota
profesi tersebut, tidak dapat dikenakan aturan yang ada
dalam kode etik tersebut. Kode etik suatu profesi hanya
akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan
disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua orang
yang menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi
anggota) dalam organisasi profesi yang bersangkutan.
Apabila setiap orang yang menjalankan profesi suatu
profesi secara otomatis tergabung di dalam suatu
organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada
jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara
murni dan baik, Karena setiap anggota profesi yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etik dapat
dikenakan sanksi.
Kode Etik Profesi Guru Indonesia
Kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas
yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia
sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksakan
tugas sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga
negara. Adapun tujuan mengapa kode etik guru harus
ditaati, ialah agar:
1. Para guru memiliki pedoman dalam dalam
bertingkah laku sebagai pendidik.
2. Para guru dapat becermin diri mengenai
tingkah lakunya.
30
3. Para guru dapat menjaga perilaku.
4. Guru dengan cepat akan memperbaiki diri
apabila melakukan kesalahan.
5. Agar guru menjadi teladan bagi peserta
didik dan masyarakat umum.
Kode etik guru Indonsia ditetapkan dalam suatu
kongres, yaitu kongres PGRI XIII di Jakarta pada tahun
1973, kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI XVI
tahun 1989 di Jakarta. Adapun kode etik Guru Indonesia
yang telah disempurnakan adalah sebagai berikut.
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah
bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa,
dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-
undang Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas
terwujdunya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru
Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
mendominasi dasar-dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk
membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa
Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran
profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang
peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan
pembinaan.
31
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya
yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua
murid dan masyarakat di sekitarnya untuk membina peran
serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap
pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah
dalam bidang pendidikan.
Berkaitan hubungan guru dengan peserta didik,
orang tua/wali, masyarakat, sekolah, profesi,
organisasi profesi, dan pemerintah, maka dibuatlah
nilai-nilai operasional yang harus dijalannkan oleh
guru sebagai berikut.
Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
1. Guru berprilaku secara profesional dalam
melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing,
32
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami,
menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan
kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan
anggota masyarakat.
3. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki
karakteristik secara individual dan masing-
masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik
dan menggunakannya untuk kepentingan proses
kependidikan.
5. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara
terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara,
dan mengembangkan suasana sekolah yang
menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang
efektif dan efisien bagi peserta didik.
6. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang
dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri
dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas
kaidah pendidikan.
7. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah
setiap gangguan yang dapat mempengaruhi
perkembangan negatif bagi peserta didik.
8. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha
profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam
33
mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk
kemampuannya untuk berkarya.
9. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas,
dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta
didiknya.
10. Guru bertindak dan memandang semua tindakan
peserta didiknya secara adil.
11. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan
menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta
didiknya.
12. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya
untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi
pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
13. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk
melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi
yang menghambat proses belajar, menimbulkan
gangguan kesehatan, dan keamanan.
14. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta
didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada
kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
15. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan
profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-
cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan,
moral, dan agama.
34
16. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan
profesional dengan peserta didiknya untuk
memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid:
1. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang
efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa
dalam melaksanakan proses pendidikan.
2. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali
secara jujur dan objektif mengenai perkembangan
peserta didik.
3. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik
kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya.
4. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk
beradaptasi dan berpartisipasi dalam memajukan
dan meningkatkan kualitas pendidikan.
5. Guru bekomunikasi secara baik dengan
orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan
peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya.
6. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa
untuk berkonsultasi denganya berkaitan dengan
kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau
anak-anak akan pendidikan.
35
7. Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan
profesional dengan orangtua/wali siswa untuk
memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
Hubungan Guru dengan Masyarakat:
1. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang
harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat
untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
2. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan
dan pembelajaran.
3. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi dalam masyarakat.
4. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat
untuk meningkatkan prestise dan martabat
profesinya.
5. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-
sama dengan masyarakat berperan aktif dalam
pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta
didiknya.
6. Guru mememberikan pandangan profesional,
menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral,
dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
7. Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta
didiknya kepada masyarakat.
36
8. Guru tidak menampilkan diri secara ekslusif dalam
kehidupan bermasyarakat.
Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat:
1. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja,
prestasi, dan reputasi sekolah.
2. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara
aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses
pendidikan.
3. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
4. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam
dan luar sekolah.
5. Guru menghormati rekan sejawat.
6. Guru saling membimbing antar sesama rekan sejawat.
7. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme
dan hubungan kesejawatan dengan standar dan
kearifan profesional.
8. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-
rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional
dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan
tuntutan profesionalitasnya.
9. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk
mengekspresikan pendapat-pendapat profesional
berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan
pembelajaran.
37
10. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama,
moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan
profesional dengan sejawat.
11. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama
dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi
sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas
profesional pendidikan dan pembelajaran.
12. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat
yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral,
kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
13. Guru tidak mengeluarkan pernyataan-keliru
berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi
sejawat atau calon sejawat.
14. Guru tidak melakukan tindakan dan
mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan
marabat pribadi dan profesional sejawatnya.
15. Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan
profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa
atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
16. Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat
kecuali untuk pertimbangan-pertimbangan yang dapat
dilegalkan secara hukum.
17. Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak
yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan
konflik dengan sejawat.
38
Hubungan Guru dengan Sejawat:
1. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah
profesi.
2. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin
ilmu pendidikan dan mata pelajaran yang diajarkan.
3. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
4. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan
pribadi dalam menjalankan tugas-tugas profesional
dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan
integritas dalam tindakan-tindakan profesional
lainnya.
6. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang akan merendahkan martabat
profesionalnya.
7. Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian
yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-
tindakan profesionalnya.
8. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud
menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang
muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan
dan pembelajaran.
39
Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinyaa
(sekolah):
1. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan
berperan serta secara aktif dalam melaksanakan
program-program organisasi bagi kepentingan
kependidikan.
2. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi
guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan
kependidikan.
3. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru
agar menjadi pusat informasi dan komunikasi
pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
4. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan
pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi
profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi
sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
6. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang dapat merendahkan martabat dan
eksistensi organisasi profesinya.
7. Guru tidak mengeluarkan pendapat dan bersaksi
palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari
organisasi profesinya.
40
8. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan
sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Hubungan Guru dengan Pemerintah:
1. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan
program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana
ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang tentang Guru
dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan
lainnya.
2. Guru membantu program pemerintah untuk
mencerdaskan kehidupan yang berbudaya.
3. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
4. Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebankan
oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk
kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
5. Guru tidak melakukan tindakan pribadi atau
kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.
Kesimpulan
Guru harus berpegang pada rumusan norma dalam
mengemban profesi. Karena seorang guru akan
berinteraksi langsung dengan murid, masyarakat, sesama
41
guru, maupun organisasi profesinya dan pemerintah.
Dimana ada aruran dan norma berlaku yang harus
dipatuhi. Ada sanksi bilamana guru melanggar aturan.
Guru juga memberikan contoh kepada murid dan
kemungkinan akan diikuti oleh murid. Guru harus sesuai
dengan tujuan kode etik profesi.
Kelompok : 06
Nama : Diah Wulandari 12211210915
Nurhabibah 12211210914
TOLAK UKUR PERBUATAN PENDIDIKAN YANG SUKSES
Konsep belajar menurut UNESCO, menuntu setiap
satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat pilar
pendidikan baik untuk sekarangdan masa depan, yaitu :
(1) learning to know (belajar untuk mengetahui), (2)
learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal
ini peserta didik dituntut untuk terampil dalam
melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk
menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar
untuk menjalani kehidupan bersama).
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku pada seseorang yang asalnya
tidak tahu menjadi tahu, yang asalnya tidak mempunyai
42
keterampilan menjadi mempunyai keterampilan, dan yang
asalnya tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi bisa
mengerjakan sesuatu yang semuanya itu merupakan hasil
dari pengalaman atau interaksi dengan lingkungan yang
dilakukan secara sengaja. Dengan demikian, perubahan-
perubahan yang terjadi pada peserta didik sebagai
akibat dari proses belajar mengajar tersebut merupakan
hasil dari belajar atau dengan kata lain disebut hasil
belajar.
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta
didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk
mengetahui keberhasilan belajar tersebut terdapat
beberapa indikator yang dapat diketahui bahwa proses
belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Maka indikator keberhasilan belajar peserta didik dapat
diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik
terhadap bahan pengajaran yang telah diajarkan serta
dari perbuatan atau tingkah laku yang telah digariskan
dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta
didik, baik secara individual maupun kelompok.
Penilaian Keberhasilan Belajar
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat
keberhasilan belajar peserta didik dapat dilakukan
dengan menggunakan tes prestasi belajar, tes merupakn
suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatanpengukuran, yang didalamnya
43
terdapat berbagai pertanyaan, pertanyaan atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oleh peserta didik guna mengukur aspek prilaku peserta
didik.
Adapun tes prestasi belajar yang dapat digunakan
sebagai penilaian keberhasilan peserta didik, yaitu :
(1) tes formatif,(2) tes subsumatif, dan(3) tes
sumatif. Tes prestasi belajar tersebut secara sederhan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Tes formatif adalah kegiatan penilaian yang
bertujuan untuk mencapai umpan balik (feed back),
yang selanjutnya penilaian tersebutdapat digunakan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang
sedang atau yang sudah dilakukan.
b) Tes subsumatif adalah penilaian yang meliputi
sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan pada waktu tertentu. Tujuannya adalah
untuk memperoleh gambaran daya serap peserta didik
untuk meningkatkan tingakat prestasi belajar
peserta didik.
c) Tes sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi sampai dimana
penguasaan atau pencapaian belajar peserta didik
terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya
selama jangka waktu tertentu.
44
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya adalah tujuan, guru, peserta
didik, kegiatan pembelajaran, bahan dan alat
evaluasi.dari beberapa faktor tersebut tidaklah
berdiri sendiri, akan tetapi membentuk suatu
kesatuan guna mencapai keberhasilan belajar mengajar
yang tinggi.
Kelompok : 07
Badrina Alfi
Wildatunnisa
Upaya-upaya Pencegahan Perilaku Tidak Etis Seorang
Pendidik
Pendidik adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam
pandangan masyarakat pendidik adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat – tempat tertentu,
tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa
juga di mesjid, di surau/musala, di rumah, dan
sebagainya. Pendidik bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan anak didik, serta bertanggung jawab untuk
membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang
45
cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa
yang akan datang.
Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas seorang pendidik, antara lain
melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam
melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan
pendidik pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun
dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan
banyak penyimpangan, namun paling tidak telah
menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa
sebagian pendidik memiliki ijazah perguruan tinggi.
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi
positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan
faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam
kenyataannya banyak pendidik yang melakukan kesalahan-
kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak
disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh
kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:
1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
2. Menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3. Menggunakan destruktif discipline,
4. Mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus
(perbedaan individu) peserta didik,
5. Merasa diri paling pandai di kelasnya,
6. Tidak adil (diskriminatif), serta
7. Memaksakan hak peserta didik.
46
Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka
seorang guru yang profesional harus memiliki empat
kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-
Undang Dosen dan Guru, yakni:
1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik,
2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
3. Kompetensi profesional adalah kamampuan
penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
4. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Upaya lain yang dapat dilakukan agar sikap dan
perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan dapat
hindari, diantaranya:
1. Menyiapkan tenaga pendidik yang benar-benar
profesional yang dapat menghormati siswa secara
utuh.
2. Guru merupakan key succes factor dalam keberhasilan
budi pekerti. Dari guru siswa mendapatkan action
exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru
sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam
bersikap dan berperilaku.
47
3. Budi pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di
sekolah.
4. Adanya kerjasama dan interaksi yang erat antara
siswa, guru (sekolah), dan orang tua.
Upaya selanjutnya adalaah menerapkan enam belas
pilar dalam pembentukan karakter seorang guru, antara
lain:
1) kasih sayang,2) penghargaan, 3) pemberian ruang
untuk mengembangkan diri, 4) kepercayaan, 5) kerjasama,
6) saling berbagi, 7) saling memotivasi, 8) saling
mendengarkan, 9) saling berinteraksi secara positif,
10) saling menanamkan nilai-nilai moral, 11) saling
mengingatkan dengan ketulusan hati, 12) saling
menularkan antusiasme,13) saling menggali potensi diri,
14) saling mengajari dengan kerendahan hati, 15) saling
menginsiprasi, 16) saling menghormati perbedaan.
Dari data diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa
seorang pendidik yang mana diartikan sebagai orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik,
bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik,
serta membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila
yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di
masa yang akan datang.
Dari data diatas disebutkan bahwa pemerintah juga
ikut andil dalam mencerdaskan anak bangsa, contohnya
dengan meningkatkan kualitas seorang pendidik yang mana
dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan
48
banyak penyimpangan. Walaupun dalam kenyataannya banyak
pendidik yang melakukan kesalahan-kesalahan, terdapat
beberapa upaya yang dapat mengatasi kesalahan-kesalahan
yang dilakukan oleh pendidik itu.
Upaya pertama adalah menerapkan empat kompetensi
dasar yang mana tertuang didalam Undang-Undang Dosen
dan Guru, yakni: 1) Kompetensi Pedagogik, 2) Kompetensi
Kepribadian, 3) Kompetensi Profesional, dan 4)
kompetensi Sosial.
Upaya kedua agar sikap dan perilaku menyimpang
dalam dunia pendidikan terhindar adalah menyiapkan
tenaga pendidik yang benar-benar profesional yang dapat
menghormati siswa secara utuh, memberikan kesadaran
bahwa guru merupakan key succes factor dalam
keberhasilan budi pekerti peserta didik maka hendaknya
guru dapat menjaga image dalam bersikap dan
berperilaku, menjadikan budi pekerti sebagai mata
pelajaran khusus di sekolah, dan mengadakan kerjasama
dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah),
dan orang tua.
Upaya ketiga yang dapat dilakukan dalam pencegahan
perilaku buruk seorang pendidik adalah menerapkan enam
belas pilar dalam pembentukan karakter seorang
pendidik.Jika para pendidik menyadari dan menerapkan 16
pilar pembangunan karakter tersebut jelas akan
memberikan sumbangsih yang luar biasa kepada masyarakat
dan negaranya.
49
Kelompok : 08
Regina Maudy Octaviana
Qisthi
PERWUJUDAN MORAL YANG HAKIKI PENDIDIK YANG TIDAK
DAPAT DIPAKSAKAN DARI LUAR
Pengertian Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang
mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan
pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang
lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja”
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu
keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi
berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan
norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan
kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan
kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian
tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia,
di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan
ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai
dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang
lingkup yang luas, mencakup sifat manusia,
kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta
50
adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan
oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi
karena tidak ada standar pekerjaan/tugas yang
bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada
yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan seseorang
walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”.
Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal
yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.
Etika Profesi
Sebelum Membahas mengenai etika Profesi alangkah
baiknya kita bahas dulu apa yang dimaksud dengan
etika ;
Etika adalah : Kata etik (atau etika) berasal dari
kata ethos (bahasaYunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atauadat. Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengankonsep yang dimilki oleh individu
ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik.
Etika akan memberikan semacam batasan maupun
standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam
kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara
khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika
ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code)
51
tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip prinsip moralyang ada.
pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan
sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan
yang secara logika-rasional umum (common sense)
dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian
etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan
“self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah
profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional
tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika
profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian
profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara
hingga pergaulan hidup tingkat internasional di
perlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan
tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan
sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-
lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga
kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka
senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
52
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang
tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang
berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi
umumnya.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-
norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran
bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai
pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan
nilai yang baik. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika
filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk,
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Drs. H.
Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Kode etik profesi
Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang
berupakata-kata, tulisan atau benda yang disepakati
untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin
suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu
53
organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan
yang sistematis.
Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima
oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah
laku sehari- hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN) Kode
etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan
sehari-hari.
Tujuan Kode Etik Profesi
Etika profesi merupakan standar moral untuk
profesional yaitu mampu memberikan sebuah keputusan
secara obyektif bukan subyektif, berani bertanggung
jawab semua tindakan dan keputusan yang telah diambil,
dan memiliki keahlian serta kemampuan. Terdapat
beberapa tujuan mempelajari kode etik profesi adalah
sebagai berikut.
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota
profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
54
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan
pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri
Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika
• Kebutuhan individu.
• Korupsi alasan ekonomi.
• Tidak ada pedoman.
• Area “abu-abu”, sehingga tak ada panduan.
• Perilaku dan kebiasaan individu.
• Kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi.
• Lingkungan tidak etis.
• Pengaruh dari komunitas.
• Perilaku orang yang ditiru.
• Efek primordialisme yang kebablasan.
Sangsi Pelanggaran Etika
• Sanksi Sosial
Skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan
yang dapat “dimaafkan”.
55
• Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum
pidana menempati prioritas utama, diikuti oleh hukum
Perdata.
Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dan kata profesional yang
mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,
(KBBI, 1994). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah
laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang
professional (Longman, 1987).
“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu
kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para
anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang
memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin
dalam sikap mental serta komitmenya terhadap perwujudan
dan peningkatan kualitas professional melalui berbagai
cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya
sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga
keberadaannya senantiasa memberikan makna proesional.
Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang
wajib dipunyai oleh setiap eksekutif yang baik. Ciri-
ciri profesionalisme:
56
Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang
wajib dipunyai oleh setiap eksekutif yang baik. Ciri-
ciri profesionalisme:
1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu
bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan
tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang
bersangkutan dengan bidang tadi
2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan
dalam menganalisis suatu masalah dan peka di dalam
membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam
mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan
3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga
punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan
yang terbentang di hadapannya
4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan
kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai
pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang
terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya
Kode etik profesional
Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan
dan diterima oleh sekelompok profesi, yang mengarahkan
atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana
seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi
itu dimata masyarakat.
57
Apabila anggota kelompok profesi itu menyimpang
dari kode etiknya, maka kelompok profesi itu akan
tercemar di mata masyarakat. Oleh karena itu, kelompok
profesi harus mencoba menyelesaikan berdasarkan
kekuasaannya sendiri. Kode etik profesi merupakan
produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesi.
Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring
perkembangan zaman. Kode etik profesi merupakan
pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini
perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak
dipaksakan dari luar.
Kelompok 9 :
Marsiti (12211210059)
Nurjamilah aryani (12211210051)
GURU MEMILKI KEPRIBADIAN YANG TANGGUH YANG
BERCIRIKAN BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA DAN
BERAKLAK MULIA
Peranan guru adalah luas. Guru adalah pendidik,
pembimbing dan pendorong. Dia juga penyampai ilmu,
penggerak dan penasihat. Ini bermaksud, guru atau
pendidik mempunyai tugas dan tanggungjawab yang
mencabar, kepentingan peranan guru itu memang tidak
dapat dinafikan kerana boleh dikatakan setiap ahli
58
masyarakat pada zaman ini melalui pendidikan yang
diberikan oleh guru.
Islam meletakkan tugas sebagai guru yang
melaksanakan tugas tarbiyah adalah ditempat yang
sungguh mulia, seluruh masa yang digunakan dikira
sebagai ibadah, setiap langkah dari rumah ke sekolah
dan pulang kerumah dari sekolah akan mendapat satu
pahala dan dihapuskan satu dosa, menyampaikan ilmu
secara hikmah dan ikhlas semata-mata kerana Allah
merupakan jihad yang paling tinggi pada pandangan Islam
seperti mana yang dituntut dalam syariat Islam.
Firman Allah s.w.t. maksudnya : “Serulah ke jalan
Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan
dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah
dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara
yang lebih baik”.( Surah al-Nahl ayat 125)
Dalam Islam terdapat 4 martabat guru atau pendidik
iaitu:
1) Mudarris : yang bermaksud guru yang hanya mengajar
mata pelajaran kemahiran mereka sahaja.
2) Mu’allim : yang bermaksud guru yang tidak hanya
mengajar mata pelajaran mereka tetapi turut
menyampaikan ilmu-ilmu lain.\Mursyid : yang
bermaksud guru yang menyampaikan ilmu dan
menunjukkan jalan yang benar.
3) Murabbi : yang bermaksud guru yang mendidik,
memelihara, mengasuh, mentarbiyyah anak didiknya
59
menjadi manusia yang berilmu, bertaqwa dan beramal
soleh.
Sebagai seorang guru yang beriman dan bertaqwa
keempat-empat ciri di atas hendaklah fahami dan
dihayati di dalam kehidupannya sebagai pendidik
terutama ciri keempat iaitu mendidik, memelihara,
mengasuh, mentarbiyyah anak didiknya menjadi manusia
berilmu, bertaqwa dan beramal soleh.
Beberapa Definisi Mengenai Guru Dalam paradigma
Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru, yang mempunyai
makna "Digugu dan ditiru"artinya mereka yang selalu
dicontoh dan dipanuti.Sedangkan dalam kamus besar
bahasa Indonesia adalah seorang yang pekerjaannya
(matapencahariannya, profesinya) mengajar.
Menurut Ngalim Purwanto bahwa guru ialah orang
yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian
kepada seseorang atau sekelompok orang.Ahmad Tafsir
mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak
didik, baik potensiafektif, kognitif maupun
psikomotorik.
Dalam pengertian umumGuru adalah pendidik dan
pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah
atau pendidikan formal,pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai
semacamkualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih
60
luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang
barudapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah
yang juga menggambarkan peran guru, antaralain: Dosen,
Mentor dan Tutor.
Dalam pasal 1 Undang-undang No. 14 tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen, “guru adalah
pendidikprofesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
danmengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
danpendidikan menengah”
Hal penting yang juga perlu difahami oleh
seseorang yang akan menjadi seorang guru adalah pilar
dasar pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima
asas dalam pendidikan yaitu :
1) Asas Kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai
makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak
dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap
orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk
berkembang secara wajar menurut kodratnya.
2) Asas Kemerdekaan; kemerdekaan sebagai karunia Tuhan
kepada semua makhluk manusia yang memberikan
kepadanya “hak untuk mengatur dirinya sendiri”,
dengan selalu mengingat syarat-syarat tertib
damainya hidup bersama (masyarakat).
3) Asas Kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa,
namun mengikuti kebudAyaan luar yang telah maju
61
sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti,
namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama
(jati diri).
4) Asas Kabangsaan; Membina kesatuan kebangsaan,
perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan
bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain,
menciptakan keserasian dengan bangsa lain.
5) Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang
manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk
Tuhan. E. Sistem Pendidikan Dalam pelaksanaan
pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menggunakan “Sistem
Among” sebagai perwujudan konsepsi beliau dalam
menempatkan anak sebagai sentral proses pendidikan.
Dalam Sistem Among, maka setiap pamong sebagai
pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan
bersikap: Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun
karsa, dan Tutwuri handayani. Ing ngarsa berarti
di depan, atau orang yang lebih berpengalaman dan
atau lebih berpengatahuan. Sedangkan tuladha berarti
memberi contoh, memberi teladan (Ki Muchammad Said
Reksohadiprodjo, 1989: 47). ing ngarsa sung tuladha
mengandung makna, sebagai among atau pendidik adalah
orang yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman,
hendaknya mampu menjadi contoh yang baik atau dapat
dijadikan sebagai “central figure” bagi siswa.
Mangun karsa berarti membina kehendak, kemauan dan
hasrat untuk mengabdikan diri kepada kepentingan
62
umum, kepada cita-cita yang luhur. Sedangkan ing
madya berarti di tengah-tengah, yang berarti dalam
pergaulan dan hubungannya sehari-hari secara
harmonis dan terbuka. Jadi ing madya mangun karsa
mengandung makna bahwa pamong atau pendidik sebagai
pemimpin.
Sistem pendidikan yang dikemukakan Ki Hadjar
Dewantara juga merupakan warisan luhur yang
patutdiimplementasikan dalam perwujudan masyarakat yang
berkarakter. Jika para pendidik sadar bahwa keteladanan
adalah upaya nyata dalam membentuk anak bangsa yang
berkarakter, semua kita tentu akan terus mengedepankan
keteladanan dalam segala perkataan dan perbuatan. Sebab
dengan keteladanan itumaka karakter religius, jujur,
toleran, disiplin, kerja keras, cinta damai, peduli
sosial, dan karakter laintentu akan berkembang dengan
baik.
Begitu pula jika kita sadar bahwa berkembangnya
karakter peserta didik memerlukan dorongan danarahan
pendidik, sebagai pendidik tentu kita akan terus
berupaya menjadi motivator yang baik. Sebab dengan
dorongan dan arahan pendidik maka karakter kreatif,
mandiri, menghargi prestasi, dan pemberani peserta
didik akan terbentuk dengan baik..
Organisator Sebagai organisator adalah sisi lain
dari peranan yang diperlukan oleh guru dalam bidang ini
63
memiliki kegiatan pengelolaan kegiataan akademik dan
lain sebagainya.8. Inisator Sebagai inisiator guru
harus dapat menjadi pencetur ide-ide kemajuan dan
pendidikan dalam pengajaran.
Tugas Dan Peran GuruTugas Guru.
Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan
tugasnya, guru khususnya ia dibekali dengan berbagai
ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula dengan
seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada
kondisi itu pula ia belajar memersosialisasikan sikap
keguruan yang diperlukannya. Seorang yang berpribadi
khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap dan
keterampilankeguruan yang akan ditransformasikan kepada
anak didik atau siswanya
.Guru yang memahami fungsi dan tugasnya tidak hanya
sebatas dinding sekolah saja, tetapi juga sebagai
penghubung sekolah dengan masyarakat yang juga memiliki
beberapa tugas menurut Rostiyah (dalamDjamarah, 2000 :
36) mengemukakan bahwa fungsi dan tugas guru
profesional adalah :
1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa
kepandaian, kecakapan dan pengalaman-
pengalaman.
2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai
cita-cita dan dasar negara kita Pancasila.
3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik.
4. Sebagai prantara dalam belajar.
64
5. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa
anak didik ke arah kedewasaan.
6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat.
7. Sebagai penegak disiplin. Guru menjadi contoh
dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan
apabila guru menjalaninya terlebih dahulu.
8. Sebagai adminstrator dan manajer Guru sebagai
perencana kurikulum.
9. Guru sebagai pemimpin.
10. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-
anak.Seorang guru baru dikatakan sempurna jika
fungsinya sebagai pendidik dan juga berfungsi
sebagai pembimbing.
Sebagai pendidik guru harus berlaku membimbing dalam
arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan
mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan
tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini yang
terpenting ikut memecahkan persoalan-persoalan dan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan
demikian diharapkan menciptakan perkembangan yang lebih
baik pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun
mental.
Dari uraian di atas secara rinci peranan guru dalam
kegiatan belajar mengajar dapat disebutkan
sebagaiberikut :
65
a) Fasilitator Sebagai fasilitator guru hendaknya
dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegiatan belajar mengajar.
b) Motivator Sebagai motivator guru hendaknya
dapat mendorong anak didik agar bergairah dan
aktif belajar.
c) Informator Sebagai informator guru harus dapat
memberikan informasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi selain sejumlah bahan
pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang
diprogramkan dalam kurikulum.
d) Pembimbing Peran guru yang tidak kalah
pentingnya dari semua peran yang telah
disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing.
e) Korektor Sebagai korektor guru harus bisa
membedakan mana nilai yang baik dan buruk.
f) Organisator Sebagai organisator adalah sisi
lain dari peranan yang diperlukan oleh guru
dalam bidang ini memiliki kegiatan pengelolaan
kegiataan akademik dan lain sebagainya.
g) Inisator Sebagai inisiator guru harus dapat
menjadi pencetur ide-ide kemajuan dan
pendidikan dalam pengajaran.
h) Demonstrator Dalam interaksi edukatif, tidak
semua bahan pelajaran anak didik pahami.
mempergakan apa yang diajarkan secara diktatis,
sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan
66
pemahaman anak didik, tujuan pengajaran
tercapai dengan efektif dan efisien.
i) Pengelolaan kelas Guru hendaknya dapat
mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah
tempat terhimpun semua anak didik dan guru
dalam rangka menerima bahan pelajaran dari
guru.
j) Mediator Guru hendaknya memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya
baik media non material maupun material.
k) Supervisor Guru hendaknya dapat membantu
memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap
proses pengajaran.
l) Evaluator Guru dituntut untuk menjadi evaluator
yang baik dan jujur dengan memerikan penilaian
yang menyentuh aspek intrinsik dan ekstrinsik.
Sedangkan menurut WF Connell (1972) membedakan
tujuh peran seorang guru yaitu:
a. pendidik (nurturer),
b. model,
c. pengajar dan pembimbing
d. pelajar (learner),
e. komunikator terhadap masyarakat setempat
f. pekerja administrasi, serta
g. kesetiaan terhadap lembaga.
67
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan
peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugasmemberi
bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas
pengawasan dan pembinaan (supervisor) sertatugas-tugas
yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu
menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma
hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Tugas-tugas ini berkaitan denganmeningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman lebihlanjut seperti penggunaan
kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab
kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar,
persiapan.untuk perkawinan danhidup berkeluarga,
pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal
dan spiritual.
Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru,
orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai
dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa
dannegara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa
Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik
harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam
pengalaman belajar. Setiap guru harusmemberikan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar
fungsi sekolah seperti persiapanperkawinan dan
kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah
68
laku pribadi dan spiritual danmemilih pekerjaan di
masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan
tanggung jawab sosial tingkah lakusosial anak.
Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas
sehingga anak memiliki pribadi yang sesuaidengan nilai-
nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya,
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk
hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk
mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.Peran guru
sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk
selalu menambah pengetahuan dan keterampilanagar supaya
pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak
ketinggalan jaman.
Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar
mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab
administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana
mengajar,mencatat hasil belajar dan sebagainya
merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Hubungan Guru dengan Berbagai Aspek Hubungan Guru
dengan Peserta Didik :
Guru berperilaku secara profesional dalam
melaksanakan tuga didik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
Guru membimbing peserta didik untuk memahami,
menghayati dan mengamalkan hak-hak dankewajiban
69
sebagai individu, warga sekolah, dan anggota
masyarakat.
Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik
memiliki karakteristik secara individual dan
masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
Guru menghimpun informasi tentang peserta didik
dan menggunakannya untuk kepentingan
proseskependidikan.
Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang
dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan
diridari tindak kekerasan fisik yang di luar batas
kaidah pendidikan.
Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan
tidak sekali-kali merendahkan martabat
pesertadidiknya
Guru bertindak dan memandang semua tindakan
peserta didiknya secara adil.
Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan
menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak
pesertadidiknya.
Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk
secara tekun dan penuh perhatian bagi
pertumbuhandan perkembangan peserta didiknya.
Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk
melindungi peserta didiknya dari kondisi-
kondisiyang menghambat proses belajar, menimbulkan
gangguan kesehatan, dan keamanan.
70
Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta
didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada
kaitannyadengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesionallnya kepada peserta didik dengancara-
cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan,
moral, dan agama.
Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesional dengan peserta didiknya
untukmemperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
Kelompok 10
Halimatus Sa’diyah
Lilisnurkomalasari
BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI PROFESI
A. Pengertian dan ciri-ciri profesi
Istilah “profesi” memang selalu menyangkut
pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat
disebutprofesi. Untuk mecegah kesimpang-siuran tentang
arti profesi dan hal-hal yang bersangkut paut dengan
itu, berikut ini dikemukakan beberapaistilah dan ciri-
ciri profesi.“Profesi” adalahs uatu jabatan atau
pekerjaan yang
menuntutkeahliandariparapetugasnya.Artinya, pekerjaan
yang disebutprofesi, tidak bias dilakukan oleh orang
71
yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus
terlebih dahulu untukm elakukan pekerjaan itu.
Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok,
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapa naka demik.
Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb)
tertentu.Di dalam profess idi tuntuta danya keahlian
dan etika khususs erta standar layanan. Pengertian ini
mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang secarak husus di persiapkan
untuk itu.Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang
dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh
pekerjaan lain. Profesi adalah suatu pekerjaan yang
dalam melaksanakan tugas nya memerlukan / menuntut
keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah,
serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari
lembaga pendidikan yang khusu s diperuntukkan untuk itu
dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan.
Ada beberapaistilah yang berkaitan dengan profesi,
antaralain :
• Profesi adalah jabatan yang menuntut keahlian
seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat
komersial.
• Profesional mengacu pada dua hal yaitu, pertama orang
yang menyandang suatu profesi.Kedua, penanpilan seorang
dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya.
72
• Profesionalisme adalah suatu tingkah laku, suatu
tujuan atau suatu rangkaian kwalitas yang menandaiatau
melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalis
memengandung pula pengertian menjalankan suatuprofesi
untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.
• Profesionalitas merupakan kemampuan sikap seorang
anggota profesi untuk bertindak secara professional.
• Profesionalisasi meruju kepada suatu proses
pengembangan keprofesionalan para anggota suatuprofesi.
B. Ciri-ciri Profesi
Secara umum ada beberapa cirri atau sifat yang
selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasa nya keahlian
dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan,
pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat
tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatan nya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya
setiap pelaksana profesi harus meletak kan kepentingan
pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
C. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling
Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling adalah suatu profesi yang dapat memenuhi
ciri-ciri dan persyaratan tersebut diatas. Namun,
berhubung dengan perkembangan nya yang masih tergolong
baru, terutama di Indonesia, dewasa ini pelayanan
73
bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai
persyaratan yang diharapkan. Sebagai profesi yang
handal, bimbingan dan konseling masih perlu
dikembangkan, bahkan diperjuangkan.
D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam profesi BK
Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, individualitas, kebebasan memilih, dan
mengedepankan kemaslahatan konseli dalam konteks
kemaslahatan umum:
• Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis
tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral,
sosial, individual, dan berpotensi;
• Menghargai dan mengembangkan potensi positif
individu pada umumnya dan konseli pada khususnya;
• Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan
konseli pada khususnya;
• Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai
dengan hak asasinya;
• Toleran terhadap permsalahan konseli,
• Bersikap demokratis
Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari makalah di atas tersebut adalah
bimbingan konseling sebagai profesi itu hanya bisa di
lakukan atau di kerjakan oleh seseorang yang sudah
74
menguasai atau yang ahli dalam bidang tersebut mulai
dari pelayanan nya, konsultasi nya karena kalo
seseorang mengerjakan nya tanpa keahlian atau yang
mempunyai bidang tersebut kita bias salah memberikan
materi atau pengarahan kepada si konseling tersebut
karena ini lebih mengaju untuk kehidupan atau recana
sikonseling tersebut.
Nama : De Irhas Nur Fizri ( 12211210946 )
Siti Nuriawati ( 12211210122 )
Kelompok : 11
GURU MEMILIKI WAWASAN KEPENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
A. Guru memiliki wawasan kependidikan
Salah satu ciri guru yang profesional adalah
memiliki wawasan kependidikan. Wawasan kependidikan
adalah salah satu syarat mutlak seorang pendidik untuk
menjadi pendidik yang baik karena dengan memiliki
wawasan kependidikan seorang guru dapat meningkatkan
wawasan dan keyakinannya sebagai ahli pendidikan maupun
pendidik dan pengelola pendidikan. Konsep-konsep ilmiah
pendidikan memperluas khasanah pengetahuan tentang
tingkah laku manusia sebagai individu atau pribadi
sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk susila.
Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan
karena seorang guru harus mampu melihat pendidikan
75
sebagai suatu proses sekaligus sebagai tujuan. Asumsi
dasar yang memandang pendidikan sebagai suatu kegiatan
kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan
manusia seutuhnya di lingkungan masyarakat. Sehingga
dengan demikian, guru mampu menjalankan tugas dan
peranannya dalam mendidik manusia menjadi manusia yang
seutuhnya atau memanusiakan manusia secara profesional
dan bertanggung jawab.
Wawasan kependidikan menjelaskan mengenai hal sebagai
berikut :
Pandangan tentang pendidikan
Tentang hakekat manusia
Faktor pendidikan
Konsep pendidikan sepanjang hayat
Hubungan kebudayaan dan pendidikan
B. Guru memiliki wawasan Wawasan psikologi
Psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah
satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji
perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan
dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta,
generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan
pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah
tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses
pendidikan.
76
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari
psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan
sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada
pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum,
proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan
bimbingan dan konseling merupakan beberapa kegiatan
utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa
dilepaskan dari psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya
melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik,
pendidik, administator, masyarakat dan orang tua
peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan
dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap
orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut
seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu
sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai
pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta
didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai
aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang
terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta
didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang
pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi
pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
77
Di sinilah arti penting psikologi pendidikan bagi
guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan
merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai
guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin syah (2003)
mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang
perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan
psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses
belajar mengajar peserta didik”
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru
melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya
diharapkan dapat :
a. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai
diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam
menentukan bentuk perubahan perilaku yang
dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya,
dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran bloom
tentang taksonomi perilaku individu dan
mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan
individu.
b. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang
sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai
diharapkan guru dapat menentukan strategi atau
78
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan
mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan
keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar
dan tingkat perkembangan yang sedang dialami
siswanya.
c. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan
konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan
pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing
para siswanya. Dengan memahami psikologi
pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat
memberikan bantuan psikologis secara tepat dan
benar, melalui proses hubungan interpersonal yang
penuh kehangatan dan keakraban.
d. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta
didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan
segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti
bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi
dapat diartikan berupaya memberikan dorongan
kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu,
khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman
psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru
akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya
sebagai fasilitator maupun motivator belajar
siswanya.
e. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
79
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim
belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman
psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan
untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang
kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
f. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan
memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan
siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi
sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
g. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat
mambantu guru dalam mengembangkan penilaian
pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam
teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip
penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Kelompok 13:
Ersi Syaulla
Siti Khoerunnisa
Memiliki Wawasan Psikologi, Budaya Peserta Didik dan
Lingkungan
1. Wawasan Psikologi
Seorang pendidik harus memiliki wawasan pendidik
karena ada beberapa tujuan yaitu pertama, agar
80
seseorang mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang
individu, baik dirinya sendiri, maupun orang lain.
Kedua, dengan hasil pemahaman tersebut seseorang
diharapkan dapat bertindak ataupun memberikan perlakuan
yang lebih bijaksana. Tindakan yang bijaksana
menyangkut penggunaan cara atau metode yang tepat
terhadap individu yang tepat, pada saat dan dalam
situasi yang tepat.
Sesungguhnya setiap orang membutuhkan pengetahuann
tentang psikologi, sebab dalam kehidupan setiap orang
selalu menghadapi, bergaul dan berkerja sama dengan
ornag lain. Orang-orang yang dalam pekerjaannya
memberikan pelayanan kepada orang, atau menghadapi
orang membutuhkan pengetahuan psikologi yang lebih
banyak dan mendalam dibandingkan dengan orang-orang
yang menghadapi orang hanya dalam pergaulan dan dalam
kehidupan keluarga.
Setiap orang sebenarnya pendidik, minimal pernah
berperan sebagai pendidik, atau melakukan fungsi
pendidikan. Para pendidik memberikan suri tauladan,
arahan, bimbingan, dan pembinaan. Agar interaksi yang
berisi suri tauladan, arahan, bimbingan dan pembinaan
ini berlangsung dan memberikan hasil yang sebaik-
baiknya membutuhkan pengetahuan psikologi. Agar seorang
guru dapat mempersiapkan pelajaran yang sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan siswa dan
menyampaikan bahan pelajaran dengan baik, maka
81
dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan memahami segala
sifat, kemampuan, dan kondisi para siswanya.
Pengetahuan demikian diperoleh dari studi tentang
psikologi.
Tidak hanya guru yang membutuhkan pengetahuan
tentang psikologi, tetapi juga pekerjaan sosial lainnya
yang juga membutuhkannya. Semua pekerjaan bertujuan
untuk memeberikan pelayanan. Agar pelayanan tepat,
perlu didasarkan pada hasil pemahaman terhadap para
klien. Kekurangtepatan dalam pemahaman dapat
menyebabkan kesalah dalam memberikan suatu tindakan
atau keputusan.Hal ini jelas merupakan suatu kegagalan
dalam pekerjaan.
Psikologi pendidikan sangat penting dalam proses
pendidikan. Karena didalam proses pendidikan memerlukan
interaksi yang baik dan hal ini memerlukan pengetahuan
psikologi. Seseorang pendidik akan dapat memberikan
pengetahuan dan ilmunya kepada anak didik dengan baik
dan tepat berdasarkan kemampuan mereka untuk memahami
yang disampaikan oleh pendidik. Dan semua pendidikan,
suri tauladan dan arahan dapat menuju kearah yang baik
dan yang diinginkan. Tugas pendidikan yang pertama
adalah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat
berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu
diperlukan pengetahuan tentang hukum-hukum dasar
perkembangan kejiwaan manusia agar tindakan pendidikan
yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna.
82
Beberapa hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam
membimbing anak dalam proses pendidikan:
1) Tiap-tiap Anak Memiliki Sifat Kepribadian yang Unik
Anak didik merupakan pribadi yang sedang tumbuh
dan berkembang. Dikatakan tiap anak memiliki
sifat kepribadian yang unik, artinya anak
memiliki sifat-sifat khas yang dimiliki oleh
dirinya sendiri dan tidak dimiliki oleh ornag
lain. Keunikan sifat pribadi seseorang itu
terbentuk karena peranan tiga faktor penting,
yaitu keturunan, lingkungan dan diri sendiri.
2) Tiap Anak Memiliki Kecerdasan atau IQ (Intelligensi Quotien) yang
Berbeda-beda
Sejak anak dilahirkan, mereka memiliki potensi-
potensi yang berbeda dan bervarisi. Pendidikan
memberi hak kepada anak untuk mengembangkan
potensinya.
3) Tiap-tiap Pertumbuhan Mempunyai Ciri-ciri Tertentu
Karena tiap tahap pertumbuhan itu memiliki
ciri-ciri tertentu hal ini dapat membantu
pendidik untuk mengatur strategi pendidikan
sesuai dengan kesiapan anak untuk menerima,
memahami dan menguasai bahan pendidikan, jadi
strategi pendidikan untuk siswa sekolah taman
kanak-kanak akan berbeda dengan strategi yang
diperuntukkan siswa sekolah dasar.
83
Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang
sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Memang,
semua disiplin ilmu ada manfaatnya, tetapi tidak ada
suatu disiplin ilmu seperti psikologi yang mampu
menyentuh hampir seluruh dimensi kehidupan manusia.
Betapa tidak, teori-teori dan riset psikologi telah
digunakan dan diaplikasikan secara luas dalam berbagai
lapangan kehidupan, seperti ekonomi, kesehatan,
pendidikan, dan proses pembelajaran, industry,
perdagangan, sosial-kemasyarakatan, politik, kesehatan,
dan bahkan agama.
Secara umum, psikologi dapat dibedakan menjadi dua
cabang, yaitu psikologi teoritis dan psikologi terapan.
Psikologi teoritis dapat pula dibedakan atas dua
bagian, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus.
Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk ke
dalam psikologi khusus, yaitu psikologi yang
mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.
Dari pengertian psikologi di atas, maka dapat
dipahami bahwa psikologi perkembangan adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu
manusia dalam perkembangannya beserta latar belakang
yang mempengaruhinya. Sedangkan psikologi perkembangan
peserta didik adalah bidang kajian psikologi
perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek-aspek
perkembangan individu yang berada pada tahap usia
sekolah dasar dan sekolah menengah.
84
Dengan memahami dan mengerti tentang psikologi
perkembangan peserta didik, serta mengetahui seluk –
beluk di dalamnya, maka sebagai calon tenaga pendidik
harus memahami betul perkembangan peserta didik dan
karakteristiknya. Menjadi guru berarti memikul amanah
yang begitu besar, yang mesti dipertanggungjawabkan,
tidak hanya di hadapan manusia melainkan juga kepada
Allah Swt. Profesi guru ternyata harus dilakoni dengan
sepenuh hati, melibatkan hampir segena kemampuan jiwa
dan raga, kemampuan intelektual, fisikal, emosional,
dan bahkan spiritual sekaligus.
Untuk dapat tampil menjadi guru yang ideal,
memmang tidak cukup hanya mengandalkan penguasaan atas
materi atau ilmu yang akan diajarkan. Namun menjadi
seorang guru harus mengetahui faktor – faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik
dalam belajar. Karena mereka datang dengan membawa
corak kepribadian, karakteristik, tingkah laku, minat,
bakat, kecerdasan, dan berbagai tingkat perkembangan
lainnya yang berbeda – beda pula. Oleh sebab itu, guru
perlu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki peserta
didik, motivasinya, latar belakang akademisnya, sosial
ekonominya, dan sebagainya.
Adanya keharusan guru mengenal karakteristik
peserta didik, berarti guru harus menguasai dan
mendalami psikologi perkembangan peserta didik, yakni
sebuah disiplin ilmu yanh secara khusus membahas
85
tentang aspek – aspek atau karakteristik perkembangan
peserta didik. Psikologi perkembangan peserta didik
juga memungkinkan guru untuk memahami apa yang
dibutuhkan, diminati, dan yang hendak dicapai oleh
peserta didik, serta dapat membreikan pelayanan yang
bersifat individual bagi mereka yang mengalami
kesulitan.
A. Tujuan dan Manfaat Psikologi
a. Tujuan Psikologi
Psikologi peserta didik bertujuan :
J Memberikan, mengukur dan menerangkan
perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan
yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat
usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal,
dalam artian yang berlaku bagi anak-anak di
mana saja dan dalam lingkungan social-budaya
mana saja.
Mempelajari karakteristik umum perkembangan
peserta didik, baik secara fisik, kognitif,
maupun psikososial.
Mempelajari perbedaan-perbedaan yang
bersifat pribadi pada tahapan atau masa
perkembangan tertentu.
86
Mempelajari tingkah laku anak pada
lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi
yang berbeda.
Khusus bagi guru, berguna untuk:
1. Dapat memilih dan memberikan materi
pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan
kebutuhan anak didik pada tiap tingkat
perkembangan tertentu.
2. Dapat memilih metode pengajaran dan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan
tingkat perkembangan pemahaman murid –
murid.
b. Manfaat Psikologi
Psikologi perkembangan peserta didik
adalah sebuah disiplin ilmu yang secara khusus
mempelajari tentang perkembangan tingkah
peserta didik dalam interaksinya dengan
lingkungan. Manfaat mempelajari perkembangan
peserta didik diantaranya:
Pengetahuan tentang perkembangan dapat
membantu kita dalam memberikan respons yang
tepat terhadap perilaku tertentu seorang
anak.
Pengetahuan tentang perkembangan peserta
didik dapat membantu guru mengenali kapan
87
perkembangan normal yang sesungguhnya
dimulai.
Dengan mengetahui pola normal perkembangan,
memungkinkan para guru untuk sebelumnya
mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang
akan terjadi pada tubuh, perhatian dan
perilakunya.
Pengetahuan tentang perkembangan
memungkinkan para guru memberikan bimbingan
belajar yang tepat kepada anak.
Studi perkembangan dapat membantu kita
memahami diri sendiri.
B. Tujuan dan Manfaat Psikologi
c. Tujuan Psikologi
Psikologi peserta didik bertujuan :
J Memberikan, mengukur dan menerangkanperubahan dalam tingkah laku serta kemampuanyang sedang berkembang sesuai dengan tingkatusia dan yang mempunyai ciri-ciri universal,dalam artian yang berlaku bagi anak-anak dimana saja dan dalam lingkungan social-budayamana saja.
Mempelajari karakteristik umum perkembanganpeserta didik, baik secara fisik, kognitif,maupun psikososial.
Mempelajari perbedaan-perbedaan yangbersifat pribadi pada tahapan atau masaperkembangan tertentu.
88
Mempelajari tingkah laku anak padalingkungan tertentu yang menimbulkan reaksiyang berbeda.
Khusus bagi guru, berguna untuk:
3. Dapat memilih dan memberikan materipendidikan dan pengajaran yang sesuai dengankebutuhan anak didik pada tiap tingkatperkembangan tertentu.
4. Dapat memilih metode pengajaran danmenggunakan bahasa yang sesuai dengantingkat perkembangan pemahaman murid –murid.
d. Manfaat Psikologi
Psikologi perkembangan peserta didikadalah sebuah disiplin ilmu yang secara khususmempelajari tentang perkembangan tingkahpeserta didik dalam interaksinya denganlingkungan. Manfaat mempelajari perkembanganpeserta didik diantaranya:
Pengetahuan tentang perkembangan dapatmembantu kita dalam memberikan respons yangtepat terhadap perilaku tertentu seoranganak.
Pengetahuan tentang perkembangan pesertadidik dapat membantu guru mengenali kapanperkembangan normal yang sesungguhnyadimulai.
Dengan mengetahui pola normal perkembangan,memungkinkan para guru untuk sebelumnyamempersiapkan anak menghadapi perubahan yangakan terjadi pada tubuh, perhatian danperilakunya.
89
Pengetahuan tentang perkembanganmemungkinkan para guru memberikan bimbinganbelajar yang tepat kepada anak.
Studi perkembangan dapat membantu kitamemahami diri sendiri.
C. Pengaruh Lingkungan terhadap Individu PesertaDidik
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan
perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya
adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang
menyebutnya sebagai empirik yang berarti
pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu
mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya.
Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak
dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan
itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri
individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :
a. Lingkungan membuat individu sebagai makhluksosial
90
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian
ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-
manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan
dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan
menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial
yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang
lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan
masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan
perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya
tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya
tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa
ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku
dengan sesamanya.
Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak
manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari
pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10
tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan
minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan
kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat
dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara
dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan
lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian
dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan
berlangsung sangat lambat sekali.
b. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu
91
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk
diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya.
Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang,
karena manusia hidup adalah manusia yang
berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam
sekitarnya.
Lingkungan memiliki peranan bagi individu,
sebagai :
1) Alat untuk kepentingan dan kelangsungan
hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh: air dapat
dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
2) Tantangan bagi individu dan individu
berusaha untuk dapat menundukkannya.
Contoh: air banjir pada musim hujan
mendorong manusia untuk mencari cara-cara
untuk mengatasinya.
3) Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan
yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk
berpartisipasi dan mengikutinya serta
berupaya untuk meniru dan
92
mengidentifikasinya, apabila dianggap
sesuai dengan dirinya. Contoh: seorang anak
yang senantiasa bergaul dengan temannya
yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat
rajin dari temannya akan diikutinya
sehingga lama kelamaan dia pun berubah
menjadi anak yang rajin.
4) Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik
secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya
individu itu berusaha untuk merubah
lingkungannya. Contoh: dalam keadaan cuaca
panas individu memasang kipas angin
sehingga di kamarnya menjadi sejuk. Dalam
hal ini, individu melakukan manipulation
yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan
lingkungan panas menjadi sejuk sehingga
sesuai dengan dirinya. Sedangkan
penyesuaian diri autoplastis, penyesusian
diri yang dilakukan individu agar dirinya
sesuai dengan lingkungannya. Contoh:
seorang juru rawat di rumah sakit, pada
awalnya dia merasa mual karena bau obat-
obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi
terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi,
karena dirinya telah sesuai dengan
lingkungannya.
93
2. Wawasan Budaya Peserta Didik
Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya melalui
belajar. Pengembangan budaya sekolah adalah nilai-nilai
dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang
menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan
komponen sekolah termasuk pembentukan sikap peserta
didik serta seluruh stakeholders pendidikan, seperti
cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi
atau kepercayaan dasar yang dianut oleh warga sekolah.
Pengembangan budaya sekolah merujuk pada suatu sistem
nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara
bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran
sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan
yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh
unsur dan stakeholder sekolah baik itu kepala sekolah,
pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan jika
perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan
sekolah. Pengembangan budaya sekolah pada akhirnya juga
berkaitan sangat erat dengan pembentukan sikap peserta
didik dan menciptakan suasana sekolah yang kondusif
bagi seluruh peserta didik dilingkungan sekolah.
Maka, tantangan utama kepala sekolah dalam
mengembangkan budaya sekolah adalah membangun suasana
sekolah yang kondusif melalui pengembangan komunikasi
94
dan interaksi yang sehat antara kepala sekolah dengan
peserta didik, pendidik, staf, orang tua siswa,
masyarakat, dan pemerintah. Komunikasi dan interaksi
yang sehat memilki dua indikator yaitu intensitas dan
kedalaman materi yang dibahas. Di samping itu, kepala
sekolah perlu mengembangkan komunikasi multi arah untuk
mengintegrasikan seluruh sumber daya secara optimal.
Dalam menunjang pengembangan budaya sekolah kepala
sekolah hendaknya menegakkan lima prinsip sebagai
berikut:
a. Selalu berorientasi pada pencapain tujuan;
mengembangkan visi misi dengan jelas.
b. Menerapkan kepemimpinan partisipatif dengan
memperluas peran pendidik dalam pengambilan
keputusan.
c. Berperan sebagai kepala sekolah yang inovatif
dengan meningkatkan keyakinan bahwa pendidik dapat
mengembangkan prilaku yang mendukung perubahan.
d. Memerankan kepemimpinan yang meyakinkan pendidik
sehingga mereka berpendapat bahwa kepala
sekolahnya “benar” menunjang efektivitas mereka
bekerja.
e. Mengembangkan kerja sama yang baik antar pendidik
dalam interaksi formal maupun informal.
Keberhasilan pengembangan budaya sekolah
ditentukan dengan efektivitas komunikasi dan
interaksi kepala sekolah dengan pemangku
95
kepentingan sehingga membangkitkan kepatuhan,
disiplin, dan motif berpartisipasi untuk
mewujudkan keunggulan.
3. Wawasan Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar
diri individu. Adapun lingkungan pengajaran merupakan
segala apa yang bisa mendukung pengajaran itu sendiri
yang dapat digunakan sebagai “sumber pengajaran” atau
“sumber belajar”. Bukan hanya guru dan buku / bahan
pelajaran yang menjadi sumber belajar.
Apa yang dipelajari peserta didik tidak hanya
terbatas pada apa yang disampaikan guru dan apa yang
ada dalam textbook. Banyak hal yang dipelajari dan
dijadikan sumber belajar peserta didik. Pengajaran yang
tidak menghiraukan prinsip lingkungan akan
mengakibatkan peserta didik tidak mampu beradaptasi
dengan kehidupan tempat ia hidup. Pengetahuan yang
mungkin ia kuasai belum menjamin pada bagaimana ia
menerapkan pengetahuannya itu bagi lingkungan yang ia
hadapi (Asia, 2007:15). Ada dua macam cara menggunakan
lingkungan sebagai sumber pengajaran / belajar:
a. Membawa peserta didik dalam lingkungan dan
masyarakat untuk keperluan pelajaran
(karyawisata, service projects, school camping,
interviu, survei)
b. Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam
kelas pengajaran untuk kepentingan pelajaran
96
(resource persons, benda-benda seperti pameran atau
koleksi)
Usaha – usaha lain yang dapat dilakukan untuk
melaksanakan prinsip lingkungan diantaranya sebagai
berikut:
1. Memberi pengetahuan tentang lingkungan peserta
didik
2. Mengusahakan agar alat yang digunakan berasal dari
lingkungan yang dikumpulkan baik oleh guru maupun
peserta didik
3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
melaksanakan penyelidikan sesuai dengan
kemampuannya melalui bacaan-bacaan dan observasi,
kemudian mengekspresikan hasil penemuannya dalam
bentuk percakapan, karangan, gambar, pameran,
perayaan, dan sebagainya.
Interaksi antara sains, teknologi, dan lingkungan
mengakibatkan berkembangnya pemikiran tentang proses
belajar baik menyangkut tujuan dan teknik mengajar.
Melalui pendidikan fisika , peserta didik harus dilatih
menghadapi masalah yang menyangkut kehidupan di
masyarakat agar kemampuan intelektual dan
keterampilannya dapat berkembang.Pendidikan
sains/fisika dalam era globalisasi ini mengemban dua
tujuan ialah mengembangkan intelektual dan meningkatkan
kesiapan untuk hidup bermasyarakat. Untuk maksud itu
proses belajar mengajar fisika harus dapat
97
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mensintesakan
pengetahuan fisika dengan isu di masayarakat dan
mengambil keputusan yang ilmiah, logis dan dapat
diterima masyarakat umum. Pendekatan pendidikan fisika
harus ditekankan pada pembentukan keseimbangan
diantara:
1) fakta, prinsip dan konsep fisika
2) penggunaan proses intelektual dalam
kegiatan pendidikan fisika
3) memanipulasi keterampilan dalam kegiatan
pendidikan fisika
4) interaksi antara fisika, teknologi dan
masyarakat
5) sistem nilai-nilai yang terkandung dalam
sains / fisika
6) minat dan sikap individu terhadap masalah
sains / teknologi
Holman mengajukan suatu model pembelajaran fisika
berwawasan lingkungan. Menurut model Holman
pembelajaran dimulai dari penjelasan keilmuwannya
(sains) kemudian aplikasi dan membahas peristiwa di
alam sekitar. Menurut model tersebut terdapat 4 fase
yang harus dilalui dalam pembelajaran, yaitu sebagai
berikut:
98
Fase 1. Mengundang peserta didik untuk mempelajari
suatu masalah sains dan teknologi yang erat hubungannya
dengan kehidupan masyarakat. Masalah dapat diajukan
oleh peserta didik atau diberikan oleh guru atau hasil
diskusi bersama.
Fase 2. Peserta didik sudah siap dengan peralatan yang
diperlukan, mengumpulkan dan mengorganisasi data,
melakukan percobaan. Melalui diskusi, dicoba memperoleh
jawaban. Kemudian dapat terus melakukan percobaan lagi
untuk mengukuhkan argumentasi atau melanjutkan
penelaahan.
Fase 3. Peserta didik memberikan penjelasan dan solusi
mengenai masalah yang dihadapi sesuai dengan hasil
observasi dan membentuk pandangan baru terhadap konsep
yang dipelajari.
Fase 4. Berupa kegiatan tindak lanjut untuk menerapkan
hasil penemuan atau pengembangan lebih lanjut.
Aplikasi sains/fisika dalam kehidupan mengandung
arti penerapan komponen teknologi. Berdasarkan
pemikiran tersebut berkembanglah upaya untuk
mengintegrasikan pendidikan sains dengan pendidikan
teknologi. Pendidikan teknologi dapat mengandung arti
pendidikan keterampilan untuk mengoperasikan produk
99
teknologi, membuat alat-alat teknologi dan cara
pemeliharaan peralatan teknik.
Dengan demikian, melalui pendidikan sains/fisika
peserta didik terlatih untuk menemukan dan memahami apa
yang terjadi di alam sekitarnya, yakni pendekatan
mengajar yang disebut pendekatan lingkungan yang
mengandalkan sarana alam sekitarnya sebagai
laboratorium. Salah satu tujuan mata pelajaran fisika
adalah meningkatkan kesadaran akan kelestarian
lingkungan. Secara formal , pelajaran Fisika khususnya
konsep Lingkungan merupakan bagian dari pendidikan
lingkungan, karena memiliki nilai yang cukup strategis
dalam menanamkan sikap maupun aspek kognitif sains yang
berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan. Salah satu
penyebab kerusakan lingkungan adalah rendahnya
kepedulian manusia terhadap kelestarian lingkungan.
Melihat adanya kaitan erat antara mata pelajaran Fisika
dengan sikap positif terhadap lingkungan hidup, maka
perlu penyempurnaan proses belajar mengajar terutama
fisika, agar berhasil dalam menanamkan sikap positif
terhadap lingkungan.
Karakteristik pelajaran konsep Lingkungan yang
bersifat interdisipliner memungkinkan peserta didik
berpikir kritis dan komprehensif jika dalam
pembelajarannya menggunakan pendekatan inkuiri
berwawasan lingkungan. Melalui pendekatan ini peserta
didik dididik untuk dapat memecahkan masalah-masalah
100
lingkungan dengan menerapkan konsep-konsep yang sudah
dimiliki dari berbagai disiplin ilmu terkait.
Karjawati (1995:16) menyatakan bahwa metode
pembelajaran di luar kelas adalah metode dimana guru
mengajak peserta didik belajar di luar kelas untuk
melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan
untuk mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya.
Pemilihan lingkungan di luar sekolah sebagai sumber
belajar hendaknya disesuaikan dengan materi
pelajarannya. Bentuk kegiatan yang diberikan
disesuaikan dengan kemampuan anak didik pada batas
frekuensi yang tetap menggairahkan mereka sehingga
tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
lingkungan merupakan sumber belajar peserta didik yang
tepat, dalam pelajaran konsep lingkungan dimaksudkan
agar peserta didik memperoleh kesempatan untuk
meningkatkan kepeduliannya terhadap permasalahan
lingkungan yang dihadapi masyarakat serta menumbuhkan
sikap mencintai lingkungan.
Kesimpulan
Sebagai pendidik diharus memiliki wawasan
psikologi karena bersangkutan dengan beberapa tujuan
yaitu, agar seseorang mempunyai pemahaman yang lebih
baik tentang individu, baik dirinya sendiri, maupun
orang lain. Dan dengan hasil pemahaman tersebut
seseorang diharapkan dapat bertindak ataupun memberikan
101
perlakuan yang lebih bijaksana. Tindakan yang bijaksana
menyangkut penggunaan cara atau metode yang tepat
terhadap individu yang tepat, pada saat dan dalam
situasi yang tepat.
Tidak hanya itu, pengembangan budaya di
sekolah pun pada akhirnya juga berkaitan sangat erat
dengan pembentukan sikap peserta didik dan menciptakan
suasana sekolah yang kondusif bagi seluruh peserta
didik dilingkungan sekolah.
Maka, dengan kata lain psikologi dan budaya
peseta didik juga berpengaruh besar dalam lingkungan.
Dikarenakan, lingkungan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan
perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah
belajar.
Kelompok 14
Annisa Nur fitriani 12211210965
Nadya dwijayanti 12211210072
Mampu Memecahkan Berbagai Persoalan yang Menyangkut
Bimbingan Konseling
Di sekolah, kita akan menjumpai berbagai jenis
masalah psikologis yang dihadapi peserta didik. Dari
sekian banyak jenis masalah yang mungkin dihadapi
peserta didik di sekolah, setidaknya ada dua jenis
102
masalah peserta didik yang perlu mendapat perhatian dan
diwaspadai oleh para pendidik di sekolah, yaitu masalah
yang berhubungan dengan belajar dan keadaan emosi
peserta didik.
1. Masalah Belajar
Kesulitan belajar peserta didik mencakup
pengertian yang luas, di antaranya: (a) learning disorder;
(b) learning disfunction; (c) under achiever; (d) slow learner,
dan (e) learning disabilities.
a. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan
dimana proses belajar seseorang terganggu karena
timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,
peserta didik yang mengalami kekacauan belajar, potensi
dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya
terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons
yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Contoh: peserta didik yang sudah terbiasa dengan olah
raga keras seperti karate, tinju, dan sejenisnya,
mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari
yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b. Learning disfunction merupakan gejala dimana proses
belajar yang dilakukan peserta didik tidak berfungsi
dengan baik, meskipun sebenarnya peserta didik tersebut
tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan
alat indera, atau gangguan psikologis lainnya
103
c. Under achiever mengacu kepada peserta didik yang
sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergorong rendah.
d. Slow learner atau lambat belajar adalah peserta didik
yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok peserta didik lain yang memiliki taraf
potensi intelektual yang sama.
e. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu
pada gejala dimana peserta didik tidak mampu belajar
atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di
bawah potensi intelektualnya.
2. Masalah Emosi
Selain masalah yang berhubungan kemampuan belajar
peserta didik seperti dikemukakan di atas, hal lain
yang perlu dipahami dan diwaspadai oleh para pendidik
adalah masalah yang berhubungan dengan keadaan emosi
peserta didik. Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu: emosi
sensoris dan emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi
yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap
tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah,
kenyang, dan lapar. Emosi psikis yaitu emosi yang
mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti: (a) perasaan
intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup
104
kebenaran; (b) perasaan sosial, yaitu perasaan yang
terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang
bersifat individual maupun kelompok; (c) perasaan
susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-
nilai baik dan buruk atau etika (moral); (d) perasaan
keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan
keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan
maupun kerohanian; dan (e) perasaan ke-Tuhan-an,
sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (homo
divinas) dan makhluk beragama (homo religious).
Mekanisme Penanganan Peserta Didik Bermasalah
Adapun upaya untuk menangani peserta didik yang
bermasalah, dapat dilakukan melalui dua pendekatan,
yaitu: (a) pendekalan disiplin dan (b) pendekatan
bimbingan dan konseling.
Penanganan peserta didik bermasalah melalui
pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan
(tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta
sanksinya.Sebagai salah satu komponen organisasi
sekolah, aturan (tata tertib) peserta didik beserta
sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah
sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan
perilaku peserta didik.Kendati demikian, harus diingat
sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral
sanksi kepada peserta didik yang mengalami gangguan
105
penyimpangan perilaku.Sebagai lembaga pendidikan,
justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha
menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi
pada para peserta didiknya.
Oleh karena itu, di sinilah pendekatan yang kedua
perlu digunakan yaitu pendekatan melalui bimbingan dan
konseling.Berbeda dengan pendekatan disiplin yang
memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek
jera, penanganan peserta didik bermasalah melalui
bimbingan dan konseling justru lebih mengutamakan pada
upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan
dan teknik yang ada. Penanganan peserta didik
bermasalah melalui bimbingan dan konseling sama sekali
tidak menggunakanbentuk sanksi apa pun, tetapi lebih
mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan
interpersonal yang saling percaya di antara konselor
dan peserta didik yang bermasalah, sehingga setahap
demi setahap peserta didik tersebut dapat memahami dan
menerima diri dan lingkungannya, serta dapat
mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang
lebih baik.
Prosedur Umum Mengatasai Masalah Peserta Didik
106
Sebagai sebuah layanan profesional, layanan
bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara
sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib
berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri
dari enam tahapan, yaitu: (a) identifikasi kasus; (b)
identifikasi masalah; (c) diagnosis; (d) prognosis; (e)
treatment; (f) evaluasi dan tindak lanjut.
a. ldentifikasi kasus
ldentifikasi kasus merupakan langkah awal untuk
menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan
bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin
Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga
membutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni:
1) Call them approach; melakukan wawancara dengan
memanggil semua peserta didik secara bergiliran
sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan peserta
didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.
2) Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang
baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang
pemisah antara konselor dengan peserta didik. Hal ini
dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak
hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar
107
saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler,
rekreasi, dan situasi-situasi informal lainnya.
3) Developing a desire for counseling;menciptakansuasana yang
menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan
masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara
mendiskusikan dengan peserta didik yang bersangkutan
tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi,
tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk
dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak
lanjutnya.
4) Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta
didik, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis
kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta
didik.
5) Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini
dapat ditemukan peserta didik yang diduga mengalami
kesulitan penyesuaian sosial.
b. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis,
karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi
peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar,
permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan
aspek: (1) substansial-material; (2) struktural-
fungsional; (3) behavioral; dan atau (4) personality.
108
Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta
didik, Prayitno dkk (2004) telah mengembangkan suatu
instrumen untuk melacak masalah peserta didik, dengan
apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). lnstrumen
ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan
mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi peserta
didik, seputar aspek: (1) jasmani dan kesehatan; (2)
diri pribadi; (3) hubungan sosial; (4) ekonomi dan
keuangan; (5) karier dan pekerjaan; (6) pendidikan dan
pelajaran; (7) agama, nilai, dan moral; (8) hubungan
muda-mudi; (9) keadaan dan hubungan keluarga; dan (10)
waktu senggang. Sementara itu, Sunaryo dkk (2003) telah
mengembangkan instrumen untuk melacak masalah peserta
didik dikaitkan dengan tahapan perkembangan individu,
dikenal dengan istilah Inventori Tugas Perkembangan
(lTP).lnventori ini mengukur tujuh tingkat perkembangan
dan sebelas aspek perkembangan individu, merentang dari
mulai usia tingkat Sekolah Dasar sampai dengan usia
Perguruan Tinggi, dengan menggunakan kerangka pemikiran
dari Loevenger.
c. Diagnosis
Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-
faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik, bisa
dilihat dari segi input, proses, ataupun out put
belajarnya. Burton membagi ke dalam dua faktor yang
mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan
109
belajar peserta didik, yaitu: (1) faktor internal;
faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik itu
sendiri, seperti: kondisi jasmani dan kesehatan,
kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta
kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (2) faktor
eksternal, seperti: lingkungan rumah, lingkungan
sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan
sosial dan sejenisnya.
d. Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah
masalah yang dialami peserta didik masih mungkin untuk
diatasi serta menentukan berbagai alternatif
pemecahannya. Hal ini dilakukan dengan cara
mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil
langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan
pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan
konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang
terkait dengan masalah yang dihadapi peserta didik
untuk diminta bekerja sama guna membantu menangani
kasus-kasus yang dihadapi.
e. Treatment
Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan
perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang dihadapi
konseli, berdasarkan pada keputusan yang diambil dalam
langkah prognosis.Jika jenis dan sifat serta
110
surnberpermasalahannya masih berada dalam kesanggupan
dan kemampuan guru/konselor, maka pemberian bantuan
dapat dilakukan oleh guru/konselor itu sendiri
(intervensi langsung), melalui berbagai pendekatan
layanan yang tersedia.
Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek
kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka
selayaknya tugas guru atau konselor sebatas hanya
membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten
(referal atau alih tangan kasus).
f. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha
pemecahan masalah seyogyanya tetap dilakukan untuk
melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment)
yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang
dihadapi peserta didik.
Kelompok 15
111
Anggi Anggraini – Npm 12211210112
Tiara Ekandini – Npm 12211210111
MENGEMBANGKAN DAN MEMPRAKTEKKAN KERJASAMA DALAM
BIDANGNYA DENGAN PIHAK TERKAIT
I. PENJELASAN
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting
dalam kehidupan suatu bangsa, hal ini tidak lain karena
posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks
kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan
dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas
pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik
dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat
Dengan mengingat hal tersebut, maka jelas bahwa
upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik
(Guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu
bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong
pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun
hasilnya.
Dalam konteks Indonesia dewasa ini, nampak
kecenderungan makin menguatnya upaya pemerintah untuk
terus mengembangkan profesi pendidik sebagai profesi
yang kuat dan dihormati sejajar dengan profesi lainnya
yang sudah lama berkembang, hal ini terlihat dari
lahirnya UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Undang-undang ini jelas menggambarkan bagaimana
112
pemerintah mencoba mengembangkan profesi pendidik
melalui perlindungan hukum dengan standar tertentu yang
diharapkan dapat mendorong pengembangan profesi
pendidik.
Perlindungan hukum memang diperlukan terutama
secara sosial agar civil effect dari profesi pendidik
mendapat pengakuan yang memadai, namun hal itu tidak
serta-merta menjamin berkembangnya profesi pendidik
secara individu, sebab dalam konteks individu justru
kemampuan untuk mengembangkan diri sendiri menjadi hal
yang paling utama yang dapat memperkuat profesi
pendidik. Oleh karena itu upaya untuk terus
memberdayakannya merupakan suatu keharusan agar
kemampuan pengembangan diri para pendidik makin
meningkat.
Dengan demikian, dapatlah difahami bahwa meskipun
perlindungan hukum itu penting, namun pengembangan diri
sendiri lebih penting dan strategis dalam upaya
pengembangan profesi, ini didasarkan beberapa alasan
yaitu :
Perlindungan hukum penting dalam menciptakan
kondisi dasar bagi penguatan profesi pendidik,
namun tidak dapat menjadikan substansi
pengembangan profesi pendidik otomatis terjadi
Perlindungan hukum dapat memberikan kekuasan legal
(legal power) pada pendidik, namun akan sulit
113
menumbuhkan profesi pendidik dalam pelaksanaan
peran dan tugasnya di bidang pendidikan
Pengembangan diri sendiri dapat menjadikan profesi
pendidik sadar dan terus memberdayakan diri
sendiri dalam meningkatkan kemampuan berkaitan
dengan peran dan tugasnya di bidang pendidikan
Pengembangan diri sendiri dapat memberikan
kekuasaan keahlian (expert power) pada pendidik,
sehingga dapat menjadikan pendidik sebagai profesi
yang kuat dan penting dalam proses pendidikan
bangsa.
Oleh karena itu, pendidik mesti terus berupaya
untuk mengembangkan diri sendiri agar dalam menjalankan
peran dan tugasnya dapat memberikan kontribusi yang
signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia bagi kepentingan pembangunan bangsa yang
maju dan bermoral sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional.
A. Strategi Pengembangan Profesi Pendidik/Guru
Mengembangkan profesi tenaga pendidik bukan sesuatu
yang mudah, hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat
mempengaruhinya, untuk itu pencermatan lingkungan
dimana pengembangan itu dilakukan menjadi penting,
terutama bila faktor tersebut dapat menghalangi upaya
pengembangan tenaga pendidik.Dalam hubungan ini, faktor
114
birokrasi, khususnya birokrasi pendidikan sering
kurang/tidak mendukung bagi terciptanya suasana yang
kondusif untuk pengembangan profesi tenaga pendidik.
Sebenarnya, jika mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pendidikan, birokrasi
harus memberikan ruang dan mendukung proses
pengembangan profesi tenaga pendidik, namun sistem
birokrasi kita yang cenderung minta dilayani telah
cukup berakar, sehingga peran ideal sebagaimana
dituntun oleh peraturan perundang-undangan masih jauh
dari terwujud.
Dengan mengingat hal tersebut, maka diperlukan
strategi yang tepat dalam upaya menciptakan iklim
kondusif bagi pengembangan profesi tenaga pendidik,
situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga
pendidik untuk dapat mengembangkan diri sendiri kearah
profesionilisme pendidik. Dalam hal ini, terdapat
beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan
situasi yang kondusif bagi pengembangan profesi
pendidik, yaitu :
Strategi perubahan paradigma. Strategi ini dimulai
dengan mengubah paradigma birokasi agar menjadi
mampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi
yang berorientasi pelayanan, bukan dilayani.
Strategi debirokratisasi. Strategi ini dimaksudkan
untuk mengurangi tingkatan birokrasi yang dapat
menghambat pada pengembangan diri pendidik
115
Strategi tersebut di atas memerlukan metode
operasional agar dapat dilaksanakan, strategi perubahan
paradigma dapat dilakukan melalui pembinaan guna
menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi
dalam kontek pelayanan masyarakat, sementara strategi
debirokratisasi dapa dilakukan dengan cara mengurang
dan menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat
menjadi hambatan bagi pengembangan diri tenaga pendidik
serta menyulitkan pelayanan bagi masyarakat.
B. Pengembangan Profesi Tenaga Pendidik dan Arah
Perkembangan Pendidikan di Indonesia
Banyak pakar yang menyatakan bahwa pendidikan di
Indonesia masih rendah dan ketinggalan, banyak faktor
penyebabnya, dari mulai masalah anggara pendidikan yang
kecil, sistem pendidikan yang masih perlu diperbaiki,
sosial budaya masyarakat serta hambatan dalam
implementasi kebijakan, namun yang jelas ini menunjukan
bahwa masih diperlukannya kerja keras dalam membangun
pendidikan di Indonesia guna mengejar ketertinggalannya
dari negara lain.
Pada tataran makro, ketertinggalan dalam bidang
pendidikan merupakan cerminan dari kebijakan nasional
pendidikan, meskipun dalam tingkat praktisnya aspek
kelemahan terjadi juga dalam implementasi kebijakan,
sehingga meskipun kebijakan secara ideal mengarah pada
116
upaya peningkatan kualitas pendidikan, namun
implementasi dilapangan sering terjadi distorsi yang
dapat mengurangi efektivitas pencapaian tujuan
kebijakan itu sendiri.
Selain itu pandangan masyarakat yang mencerminkan
nilai sosial budaya yang ada menunjukan arah yang
kurang kondusif bagi peningkatan kualitas pendidikan,
seperti pandangan bahwa mengikuti pendidikan hanya
untuk jadi pegawai, pandangan ini akan mendorong pada
pendekatan pragmatis dalam melihat pendidikan, dan ini
tentu saja memerlukan kesadaran sosial dan kesadaran
budaya yang berbeda dalam melihat outcome pendidikan.
Pendidikan harus dipandang sebagai upaya peningkatan
kualitas manusia untuk berkiprah dalam berbagai bidang
kehidupan, menjadi pegawai harus dipandang sebagai
salah satu alternatif pilihan yang setara dengan
pilihan untuk bidang-bidang pekerjaan lainnya, sehingga
keterlibatan manusia terdidik dalam berbagai bidang
kehidupan dan pekerjaan akan mendorong keseimbangan
dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik
dan berkualitas.
Berbagai bidang kehidupan di Indonesia ini banyak
sekali, wilayah lautan, kesuburan tanah jelas dapat
menjada dasar bagi pemilihan bidang pekerjaan yang
dapat diambil oleh manusia terdidik, sehingga fokus
untuk menjadi pegawai (lebih sempit lagi pegawai
negeri) jelas merupakan sikap yang mempersempit bidang
117
kehidupan, padahal bidang kehidupan itu sendiri sangat
beragam, dan bagi bangsa Indonesia, potensi yang ada
jelas memungkinkan manusia terdidik untuk berperan di
dalamnya.
Dengan melihat hal tersebut, jelas bahwa peran
pemerintah sangat besar dalam terbentuknya kondisi yang
demikian, pengembangan sekolah yang kurang/tidak
mengacu pada potensi yang dimiliki bangsa jelas
berakibat pada timpangnya pemilihan peserta didik dalam
memilih bidang pekerjaan/kehidupan, sehingga menjadi
pegawai dianggap sebagai suatu pilihan yang paling
tepat, meskipun bidang lain sebenarnya banyak
menjanjikan bagi peningkatan kualitas kehidupan.
Kondisi ini memang punya kaitan dengan kultur yang
diciptakan penjajah Belanda, dimana mereka membuka
sekolah untuk mendidik manusia menjadi pegawai
(ambtenaar) rendahan yang diperlukan oleh Penjajah.
Namun demikian upaya pembangunan pendidikan nasional
sejak jaman kemerdekaan jelas mestinya telah mampu
merubah cara berfikir demikian, hal ini tentu saja
dapat terjadi jika pembangunan pendidikan nasional
selalu mengacu pada potensi luhur yang dimiliki bangsa
Indonesia.
Dalam kondisi ketertinggalan serta arah pendidikan
yang tidak/kurang mempertimbangkan potensi luhur
bangsa, peran tenaga pendidik menjadi sangat penting
dan menentukan dalam tataran mikro pendidikan (Sekolah,
118
Kelas). Untuk itu pengembangan diri sendiri tenaga
pendidik akan menjadi landasan bagi penumbuhan
kesadaran pada peserta didik tentang perlunya berusaha
terus meningkatkan kualitas pendidikan diri serta
mengarahkan nya pada kesadaran untuk melihat dan
memanfaatkan potensi luhur bangsa dalam mengisi
kehidupan kelak sesudah selesai mengikuti pendidikan.
Oleh karena itu pengembangan profesi pendidik akan
memberi dampak besar bagi peningkatan kualita
pendidikan yang sekarang masih tertinggal, serta
memberi arah yang tepat pada peserta didik dalam
berperan di masyarakat untuk ikut bersama masyarakat
dalam membangun bangsa
C. Pengembangan Profesi Tenaga Pendidik dan Pendorong
Inovasi
Pengembangan profesi tenaga pendidik pada dasarnya
hanya akan berhasil dengan baik apabila dampaknya dapat
menumbuhkan sikap inovatif. Sikap inovatif ini kan
makin memperkuat kemampuan profesional tenaga pendidik,
untuk itu menurut Prof Idochi diperlukan tujuh pelajar
guna mendorong tenaga pendidik bersikaf inovatif serta
dapat dan mau melakukan inovasi, ketujuh pelajaran itu
adalah sebagai berikut :
Belajar kreatif
Belajar seperti kupu-kupu
119
Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi pendidik
Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit
Belajar rotasi kehidupan
Belajar koordinasi dengan orang profesional
Belajar ke luar dengan kesatuan fikiran
Tujuh pelajaran sebagaimana dikemukakan di atas
merupakan pelajaran penting bagi tenaga pendidik dalam
upaya mengembangkan diri sendiri menjadi orang
profesional.Dalam kaitan ini, ketujuh pelajaran
tersebut membentuk suatu keterpaduan dan saling terkait
dalam membentuk tenaga pendidik yang profesional dan
inovatif.
Belajar kreatif adalah belajar dengan berbagai
cara baru untuk mendapatkan pengetahuan baru, belajar
kreatif menuntut upaya-upaya untuk terus mencari, dan
dalam hal ini bercermin pada kupu-kupu amat penting,
mengingat kupu-kupu selalu peka dengan sari yang ada
pada bunga serta selalu berupaya untuk mencari dan
menjangkaunya. Dengan belajar yang demikian, maka
sekaligus juga belajar tentang keindahan dunia, dan
bagian dari keindahan dunia ini adalah keindahaan
indahnya jadi pendidik. Pendidik adalah perancang masa
depan siswa, dan sebagai perancang yang profesional,
maka tenaga pendidik menginginkan dan berusaha untuk
membentuk peserta didik lebih baik dan lebih
berkualitas dalam mengisi kehidupannya di masa depan.
120
Untukdapat melakukan hal tersebut di atas, maka
tenaga pendidik perlu memulainya dariyang kecil dan
konkrit, dengan tetap berfikir besar. Mulai dari yang
kecil pada tataran mikro melalui pembelajaran di kelas,
maka guru sebagai tenaga pendidik sebenarnya sedang
mengukir mas depan manusia, masa depan bangsa, dan ini
jelas akan menentukan kualitas kehidupan manusia di
masa yang akan datang. Dalam upaya tersebut pendidik
juga perlu menyadari bahwa dalam kehidupan selalu ada
perputaran atau rotasi, kesadaran ini dapat menumbuhkan
semangat untuk terus berupaya mencari berbagai
kemungkanan untuk menjadikan rotasi kehidupan itu
sebagai suatu hikmah yang perlu disikapi dengan upaya
yang ebih baik dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik.
Dalam upaya untuk memperkuat ke profesionalan
sebagai tenaga pendidik, maka diperlukan upaya untuk
selalu berhubungan dan berkoordinasi dengan orang
profesioanal dalam berbagai bidang, khususnya
profesional bidang pendidikan. Dengan cara ini maka
pembaharuan pengetahuan berkaitan dengan profesi
pendidik akan terus terjaga melalui komunikasi dengan
orang profesional, belajar koordinasi ini juga akan
membawa pada tumbuhnya kesatuan fikiran dalam upaya
untuk membengun pendidikan guna mengejar ketinggalan
serta meluruskan arah pendidikan yang sesuai dengan
nilai luhur bangsa.
121
Tenaga Pendidik dan Kependidikan, mempunyai tugas
pembinaan karier, peningkatan mutu guru, koordinasi
perlindungan hukum tenaga kependidikan dan koordinasi
penyelenggara penataran. Untuk menyelenggarakan Tenaga
Pendidik dan Kependidikan mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan dan evaluasi keadaan guru dan tenaga
kependidikan lainnya menurut jenis dan jenjang
pendidikan.
b. Pelaksanaan analisa kebutuhan, penempatan,
pemerataan tenaga kependidikan antar
Kabupaten/Kota.
c. Penetapan bahan kebijakan teknis peningkatan mutu
dan karier tenaga guru dan tenaga kependidikan
lainnya.
d. Penyusunan dan perencanaan pembinaan karier guru
dan tenaga kependidikan lainnya.
e. Peningkatan mutu dan profesi guru lewat program
penyetaraan.
f. Pelaksanaan penilaian prestasi tenaga kependidikan
berdasarkan penetapan angka kredit jabatan
fungsional.
g. Penyusunan pedoman dan pelaksanaan pemilihan guru
teladan.
h. Penyusunan dan penyelenggaraan program
standarisasi atau kompetensi tenaga guru dan
tenaga kependidikan lainnya.
122
i. Penyebarluasan, pedoman, penghargaan, perlindungan
hukum dn kesejahteraan guru dan tenaga
kependidikan lainnya.
j. Pelaksanaan tim koordinasi penyelenggaraan
penataran.
k. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan program pembinaan karier dan
peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan
lainnya.
l. Penyusunan laporan kegiatan monitoring dan
evaluasi kegiatan.
m. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas.
II. KESIMPULAN
Pendidik seharusnya terus berupaya untuk mengembangkan
diri sendiri agar dalam menjalankan peran dan tugasnya
dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi
kepentingan pembangunan bangsa yang maju dan bermoral
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Dalam upaya untuk memperkuat ke profesionalan
sebagai tenaga pendidik, maka diperlukan upaya untuk
selalu berhubungan dan berkoordinasi dengan orang
profesioanal dalam berbagai bidang, khususnya
123
profesional bidang pendidikan. Dengan cara ini maka
pembaharuan pengetahuan berkaitan dengan profesi
pendidik akan terus terjaga melalui komunikasi dengan
orang profesional, belajar koordinasi ini juga akan
membawa pada tumbuhnya kesatuan fikiran dalam upaya
untuk membengun pendidikan guna mengejar ketinggalan
serta meluruskan arah pendidikan yang sesuai dengan
nilai luhur bangsa.
Kelompok 17
Ira Puspita Sari
Maulina Ami Khaldun
Memiliki Kemampuan Memberdayakan Anak Didik dalam
Konteks Lingkungannya
Konsep pemberdayaan adalah bersifat humanistik.
Pemberdayaan berarti memberikan siswa lebih dari
sekedar kewenangan mengikuti materi pelajaran. Para
guru tidak harus kaku dalam menyampaikan materi. Oleh
karena itu, siswa hendak diberikan peran yang lebih
aktif lagi dalam kegiatan sekolah. Mereka bukan saja
sebagai peserta, tetapi juga penggagas pelaksanaan
suatu kegiataan. Mereka juga perlu dilibatkan dalam
pengambilan keputusan dalam batas-batas tertentu
sehingga guru dan siswa sama-sama menjadi subjek.
Artinya, siswapun diharapkan berperan aktif,
berinisiatif, dan berkreasi dalam proses pembelajaran
124
di sekolah. Guru senantiasa harus kreatif mempengaruhi
siswa agar memperbaiki cara belajar mereka. Di samping
itu pula kepala sekolah harus memberikan peluang kepada
guru untuk memperbaiki pembelajaran murid dengan cara
memberdayakannya dengan otonomi, pengembangan kemampuan
serta meningkatkan penghargaan terhadap prestasi para
guru.
Keteladanan dan pemberdayaan adalah dua kunci
sukses pendidikan. Hal yang pertama adalah keteladanan.
Pendidkan yang kita lakukan terhadap anak didik kita
akan berhasil ketika disertai dengan adanya keteladanan
oleh para guru. Siswa sebagaimana para gurunya tentu
jengah ketika melihat orang yang menyuruh dan mendidik
kita tidak melakukan hal yang disampaikan bahkan
melakukan hal yang sebaliknya. Berjama’ahlah di masjid
ketika kita menyuruh para anak didik kita untuk
berjama’ah di masjid.Hal yang kedua adalah
pemberdayaan. Pemberdayaan adalah sebuah “proses
menjadi”, bukan sebuah proses yang “instant”. Sebagai
sebuah proses maka pemberdayaan memiliki tahapan.
Tahapan tersebut adalah penyadaran, pengkapasitasan dan
pendayaan. Tahap pertama adalah penyadaran.
Pada tahap ini, siswa atau anak didik diberi
“pencerahan” dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa
mereka mempunyai hak dan kewajiban dalam kehidupan ini.
Mereka disadarkan akan tugas sebagai kholifah di muka
125
bumi. Pada tataran yang lebih praktis mereka perlu
dipahamkan kenapa mereka harus berhasil dalam
pendidikan. Sehingga proses pemberdayaan itu dimulai
dari dalam diri mereka sendiri.
Setelah menyadari, tahap kedua adalah
pengkapasitasan. Pada tahap ini, peserta didik
diberikan bekal atau capacity building. Pengkapasitasan
ini salah satunya dilakukan dengan proses pengajaran
dan pelatihan. Peserta didik diberikan bekal yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan mengoptimalkan
potensinya melalui program-program yang terencana dan
terevaluasi. Arti dasarnya adalah memberikan kapasitas
kepada peserta didik kita baik secara personal maupun
berkelompok untuk mampu menerima daya dan kepercayaan
yang akan diberikan.
Tahap ketiga adalah pendayaan atau pemberian daya
itu sendiri. Pada tahap ini kepada peserta didik
diberikan daya, kepercayaan, kekuasaan, otoritas dan
peluang yang sesuai dengan potensi dan kualitas
kecakapan yang dimilikinya. Tahap ketiga ini adalah
tahap aplikasi dari pemberdayaan atau empowering dimana
peserta didik dituntut untuk mengeluarkan potensi yang
dimilikinya. Guru dan siswa harus menyadari bahwa
potensi peserta didik jangan hanya dipandang dari sudut
kognitifnya saja tanpa memperhatikan sudut afektif dan
psikomotoriknya. Untuk mewujudkan rasa nyaman dalam
126
mengikuti proses pembelajaran, guru diharapkan dapat
menampilkan pola-pola pembelajaran yang menyenagkan
bagi siswa dengan berbagai metode dan media. Apalagi
jika diingat, proses iternalisasi pengetahuan dari guru
ke siswa bukanlah proses yang mudah, maka hendaknya
guru dapat membuat pikiran mereka rileks tetapi tetap
beraksi secara proaktif.
Para siswa merupkan klient utama yang harus
dilayani, oleh sebab itu para siswa harus dilibatkan
secara aktif dan tepat tidak hanya di dalam proses
belajar mengajar melainkan juga dalam kegiatan sekolah.
Sejak bertahun-tahun sekolah dipandang sebagai lembaga
yang memiliki otoritas, di mana para siswa berpartipasi
pasif di dalam program yang direncanakan, tetapi pada
saat ini peranan siswa telah berubah. Perubahan yang
makin meningkat mengakui bahwa hak-hak siswa secara
individual harus dilindungi dan kebutuhan pendidikan
mereka harus dipenuhi. Kepala sekolah sebagai manager
dan guru harus mengembangkan perhatian yang lebih besar
dalam memahami hati para siswa, utnuk melibatkan mereka
secara aktif pada kegiatan-kegiatan sekolah.
Wahana yang paling tepat untuk melibatkan siswa
tersebut adalah kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.
Tanggungjawab legal kepala sekolah dalam hal ini
mengadakan pengendalian kehadiran siswa, penerapan
disiplin, kebebasan mengungkapkan pendapat dan
127
menghormati proses hak-hak siswa secara tepat.
Kedisplinan tidak dapat dilepaskan dari rangkaian mata
rantai proses pembelajaran. Sebab, meskipun terdapat
siswa yang pandai tetapi tidak disiplin, hasilnya juga
tidak maksimal bahkan tidak jarang justru menimbulkan
problem tersendiri. Kedisplinan termasuk bagian inti
dari proses pendidikan maupun pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran maupun pendidikan ada aturan-aturan
yang mengikat siswa untuk tunduk pada dsiplin. Jika
siswa melakukan pelanggaran harus dikenakan hukuman
yang bersifat paedagogis.
Pemberdayaan siswa ditunjukkan pula oleh sikap
positif para dewan guru yang digambarkan oleh Brookover
dan Rutter yakni ;
1. Menanamkan kepercayaan bahwa seluruh siswa
mampu belajar
2. Mendorong keberanian siswa untuk menguasai
tugas akademik
3. Memberikan penghargaan yang tepat
4. Sikap positif para guru berarti membuat para
siswa untuk bertanggung jawab.
Dengan demikian interaksi formal dan informal
terus menerus di antara para siswa, guru dan kepala
sekolah merupakan bantuan dalam menciptakan dan
meningkatkan pemberdayaan peserta didik.
128
Dalam rangka pemberdayaan peserta didik maka
diperlukan pengaturan dalam kegiatan-kegiatan yang
terkait dengan siswa. Seperti yang telah saya ungkapkan
sebelumnya bahwa kegiatan yang perlu diberdayakan
misalnya kegiatan ekstrakurikuler. Maka perlu
pengaturan dan pembinaan dalam pelaksanaannya. Apabila
program kurikuler dilaksanakan sesuai dengan mata
pelajaran yang telah dijadwalkan disekolah, sebaliknya
program ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam yang
telah dijadwalkan dan diselanggarakan di sekolah atau
di luar sekolah.
Dalam program kurikuler para siswa lebih
ditekankan kepada kemampuan intelektual yang mengacu
kepada kemampuan berfikir secara rasional dan
analistik. Sedang program pemberdayaan peserta didik
melalui kegiatan ektrakurikuler, para siswa dibina ke
arah mantapnya pemahaman, kesetiaan, dan pengamalan
nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, watak dan berbudi pekerti luhur, kesadaran
berbangsa dan bernegara, keterampilan dan kemandirian,
olahraga dan kesehatan, serta persepsi, apresiasi dan
kreasi seni.
Pemberdayaan melalui kegiatan pembinaan peserta
didik merupakan usaha agar para siswa tumbuh dan
berkembang sebagai manusia Indonesia seutuhnya sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional.
129
Tujuan dan Sasaran Pembinaan Peserta Didik
Adapun tujuan dan sasaran pembinaan peserta didik
adalah :
a. Mengusahakan agar siswa tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
b. Meningkatkan peran serta dan inisiatif para
siswa untuk menjaga dan membina sekolah
c. Memantapkan kegiatan ektrakurikuler dalam
menunjang pencapaian kurikulum
d. Meningkatkan apresiasi dan penghayatan seni
e. Menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara
f. Meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan
nilai-nilai perjuangan
g. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani
Sedangkan sasaran pembinaan peserta didik adalah
seluruh siswa pada setiap jenis dan jenjang pendidikan
sekolah.
Jalur dan Materi Pembinaan
Pembinaan kesiswaan mempunyai nilai strategis di
samping sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan
sumber daya manusia masa depan, sasarannya adalah anak
usia sekolah sekitar 6-18 tahun, suatu tingkat
perkembangan usia anak, diamana secara fisik dan
130
phisikis anak sedang mengalami pertumbuhan suatu
periode usia yang ditandai dengan kondisi kejiwaan yang
tidak stabil, agresifitas yang tinggi dan mudah
dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh sebab itu, pembinaan
anak usia sekolah yang di dalamnya mengandung nilai
seperti peningkatan mutu gizi, perilaku kehidupan
bergama dan perilaki terpuji, penananaman rasa cinta
tanah air, disiplin dan kemandirian, peningkatan daya
cipta, daya analisis, prakarsa dan daya kreasi,
penumbuhan akan hidup bermasyarakat, serta kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan perlu dilaksanakan
secara berstruktur dan berkelanjutan.
Ada dua faktor dominan yang menentukan
keberhasilan pembinaan yaitu:
1. Jalur atau wadah sebgai wahana untuk
melaksanakan pembinaan
2. Substansi atau materi yang dijadikan bahan
pembinaan yang betul-betul bermanfaat dalam
memberdayakan pesta didik.
Jalur pembinaan dilaksanakan melalui; organisasi
kesiswaan, latihan kepemimpinan, kegiatan
ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala :
1. Organisasi Kesiswaan
Setiap sekolah (kecuali SD/MI) berkewajiban
membentuk organisasi siswa yang diberi nama organisasi
131
siswa intera sekolah (OSIS). OSIS merupakan satu-
satunya wadah organisasi siswa di sekolah untuk
mencapai atau sebagai salah satu jalur tercapainya
tujuan pembinaan kesiswaan.
2. Latihan Kepemimpinan
Latihan kepemimpinan di arahkan kepada Pembina,
pengurus, perwakilan kelas, dan semua anggota osis.
Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan berfungsi
sebagai sarana penggerak motifator sumber daya yang ada
dalam organisasi, sehingga pelatihan kepemimpinan
diharapkan mampu meningkatkan kualitas para Pembina,
pengurus dan perwakilan kelas, dalam arti :
a. Mampu memahami dan menghayati tugas dan
tanggung jawab.
b. Mampu menciptakan kesadaran dan tanggung jawab
terhadap para anggota organisasi.
c. Mampu menciptakan etos kerja sebagai cerminan
rasa ikut memiliki, melaksanakan,
dan mengamalkan tugas dan tanggungjawab.
d. Mampu menimbulkan dinamika organisasi sesuai
dengan kebutuhan dan tantangan
yang dihadapi.
3. Kegiatan Ekstrakurikuler
132
Kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan-kegiatan
siswa di luar jam pelajaran yang dilaksanakan di
sekolah atau di luar sekolah, dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan memahami keterkaitan antara
berbagai mata pelajaran, penyaluran bakat dan minat
serta dalam rangka usaha untuk meningkatkan kualitas
keimanan dan ketakwaan para peserta didik, kesadaran
berbangsa dan bernegara, dan berbudi pekerti luhur.
4. Wiyatamandala
Wiyatamandala yaitu lingkungan pendidikan yang di
dalamnya terjadi kegiatan belajar mengajar.
Materi pembinaan peserta didik yakni:
1. Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, meliputi:
a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan agama
masing-masing.
b. Memperingati hari-hari besar agama.
c. Melaksanakan perbuatan amaliah, sesuai dengan
norma agama.
d. Membina toleransi kehidupan antar umat
beragama.
e. Mengadakan kegiatan lomba dan seni yang
bersifat keagamaan
133
2. Kegiatan Berbangsa dan Bernegara, meliputi:
a. Melaksanakan upacara bendera pada setiap hari
senin.
b. Melaksanakan bakti sosial.
c. Melaksanakan lomba karya tulis.
d. Mengadakan pertukaran siswa.
e. Mampu menyanyikan lagu-lagu nasional.
Dengan demikian diharapkan siswa memiliki jiwa
patriotisme dan meningkatkan rasa cinta tanah air,
semangat kebangsaan dan rasa tanggung jawab serta
semangat persatuan dan kesatuan.
3. Pendidikan Bela Negara, meliputi:
a. Melaksanakan tata tertib sekolah.
b. Mempelajari dan menghayati sejarah perjuangan
bangsa.
c. Melaksanakan wisata alam dan kelestarian
lingkungan.
4. Kepribadian dan budi pekerti luhur.
5. Berorganisasi dan kepemimpinan.
6. Ketermapilan dan kewiraswastaan.
7. Kesegaran jasmani dan daya kreasi.
134
8. Persepsi, apresiasi dan kreasi seni.
Dalam kegiatan pembinaan peserta didik, kepala
sekolah merupakan orang yang pertama dan utama
bertanggung jawab sehingga peranan kepala sekolah
sebagai manajer dan pendidik sangatlah penting. Pada
tahap selanjutnya, para peserta didik diharapkan dapat
diarahkan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan
berikutnya sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan
mereka, baik kemampuan intelektual maupun ekonomi. Bagi
sekolah kejuruan, sebaiknya ada upaya riil dari pihak
sekolah dalam megelola dan menyalurkan setidaknya
sebagian siswa untuk memasuki dunia kerja terutama bagi
mereka yang berprestasi. Maka, lembaga-lembaga
pendidikan perlu membangun jaringan kerja sama dengan
para pemimpin instansi terkait maupun dengan para
pengusaha. Pengarahan bakat, minat, dan kemampuan siswa
serta penyaluran para alumni untuk memasuki lapangan
kerja merupakan bentuk kepedulian lembaga pendidikan
terhadap siswa atau alumninya. Bila kepedulian ini
dapat diwujudkan dengan baik dan para peserta didik
dapat merasakan kemudahan terutama dalam melanjutkan
pendidikan kejenjang berikutnya atau mendapatkan
pekerjaan tentu dapat meningkatkan posisi tawar lembaga
pendidikan yang bersangkutan.
Saat ini, rumus yang dipegang peserta didik sangat
pragmatis. Siapapun yang menjadi manajer dan apapun
135
lembaga pendidikannya, selama pihak lembaga dapat
memperomosikan para alumninya, maka lembaga tersebut
akan diminati banyak orang. Kecenderungan pragmatis
dari para peserta didik sekarang inilah yang perlu
dibaca, dipahamai, dan direspon melalui pelaksanaan
strategi pengembangan dan pemberdayaan peserta didik.
Sebaiknya harus juga dikondisikan agar para peserta
didik dilembaga pendidikan terkait merasakan kelebihan,
antara lain: unggul dalam keperibadian, unggul dalam
intelektual, unggul dalam kepedulian, dan unggul dalam
mengakses lapangan kerja. Selanjutnya, keunggulan-
keunggulan tersebut secara teknsi harus dirancang
melalui program-program kegiatan yang riil dan jelas
serta harus dapat dibuktikan.
Kesimpulan
Pendidikan merupakan wahana untuk menciptakan
manusia yang berdayaguna salah satunya melalui
pemberdayaan peserta didik. Tahapan pemberdayaan adalah
penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan. Pemberdayaan
berarti memberikan siswa lebih dari sekedar kewenangan
mengikuti materi pelajaran. Siswa hendaknya diberikan
peran yang lebih aktif lagi dalam kegiatan sekolah.
Mereka bukan saja sebagai peserta, tetapi juga
penggagas pelaksanaan suatu kegiataan. Mereka juga
perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam
batas-batas tertentu sehingga guru dan siswa sama-sama
136
menjadi subjek. Artinya, siswapun diharapkan berperan
aktif, berinisiatif, dan berkreasi dalam proses
pembelajaran di sekolah. Dengan manajemen pemberdayaan
peserta didik diharapkan para peserta didik dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan
potensi masing-masing.
Kelompok : 18
Nama : Dwi Putri Nurhikmah 12211210094
Riska Syifa Elkamilah 12211210103
Memiliki pengetahuan tentang hakikat, tujuan, prinsip
evaluasi pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang
disengaja atas input untuk menimbulkan suatu hasil yang
diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan . Sebagai
sebuah proses maka pendidikan harus dievaluasi hasilnya
untuk melihat apakah hasil yang dicapai telah sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.Evaluasi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam
menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh
siswa.
Evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan
perestasi belajar siswa. Definisi yang pertama
dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses
137
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam
hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah
tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa
sebabnya.
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi
pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Tujuan Evaluasi Pendidikan yaitu sebagai berikut :
A. Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai
keterampilan atau pengetahuan dasar tertentu.
B. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan siswa dalam proses belajar.
C. Untuk merangsang peserta didik dalam menempuh
proses pembelajaran.
D. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-
metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam
proses pembelajaran.
Prinsip Evaluasi Pendidikan :
a. Prinsip integralitas.
Prinsip ini dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa
proses pembelajaran merupakan proses yang terintegrasi.
138
Melalui proses tersebut diharapkan sejumlah kemampuan
akan tertanam di dalam pribadi siswa. Kemampuan-
kemampuan yang dimaksud meliputi penanaman konsep-
konsep intelektual, pembentukan keterampilan, penanaman
sikap dan nilai, pengembangan proses berpikir kritis,
dan penyesuaian fisik, emosional dan sosial.
b. Prinsip kontinuitas.
Proses pembelajaran merupakan proses yang
kontinyu, yaitu berlangsung terus menerus hingga pada
akhirnya akan mencapai kompetensi yang diharapkan.
Setiap tahapan proses bukan merupakan proses yang
berdiri sendiri, namun saling ada keterkaitan antara
satu tahapan proses dengan tahapan proses yang lain.
Melalui kegiatan evaluasi secara bertahap diharapkan
akan dapat diketahui tahapan ketercapaian setiap
kompetensi. Dengan demikian evaluasi dilakukan sebagai
sarana untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan
pengalaman belajar.
c. Prinsip objektivitas
Hasil evaluasi yang terkumpul harus dapat
ditafsirkan secara jelas dan tegas. Perkembangan
kompentensi sebagai hasil belajar seseorang dapat
diketahui dengan cara membandingkan dengan kompetensi
sebelumnya. Dengan demikian perkembangan kompetensi
siswa secara nyata dapat diketahui. Untuk
mengintepretasi hasil akhir dapat diteliti hubungan
139
antara rentetan skor yang diperoleh selama
berlangsungnya proses evaluasi serta mmberikan makna
dari setiap skor yang diperoleh. Rentetan skor yang
diperoleh siswa dalam kegiatan evaluasi tidak dapat
begitu saja dirata-rata.
Kesimpulan
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Tujuan
evaluasi pendidikan Untuk mengetahui tingkat
efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran.Prinsip Evaluasi
Pendidikan meliputi, Prinsip integralitas, Prinsip
kontinuitas, Prinsip objektivitas.
Kelompok 19
Nama : Komarudin
Npm : 12211210065
PEMBERDAYAAN ANAK DIDIK DALAM KONTEKS LINGKUNGAN
A.Pengertian guru
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan
anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru
seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal.
Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang
mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap
140
seorang guru. Secara formal, guru adalah seorang
pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki
kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal
minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan
hukum yang syah sebagai guru berdasarkan undan g undang
guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.
B.Pendidikan sebagai sarana pemberdayaan
Pendidikan Sebagai Sarana Pemberdayaan Pendidikan
pada dasarnya merupakan usaha sadar untukmenyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan atau latihan
bagiperananannya di masa yang akan datang. Peranan
peserta didik dalamkehidupan bermasyarakat, baik
individumaupun sebagai anggota masyarakat merupakan
keluaran dari system dan fungsi
pendidikan.Padahakikatnya pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan,meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia baik individumaupun social. Dengan
kata lain, pendidikan berfungsi sebagai
saranapemberdayaan individu dan masyarakat guna
menghadapi masa depan. Seorang tokoh pendidikan Paulo
Fiere, berpendapat bahwapendidikan seharusnya dapat
memberdayakan dan membebaskan pesertadidiknya, karena
melaluinya dapat mendengarkan suara peserta
didik.Yangdimaksudkan suara yaitu segala aspirasi
maupun segala potensi yangdimiliki olehpeserta didik
tersebut.Pendidikan yang relevan dalam masyarakat
141
adalah mengajar untukmemampukan mereka mendengarkan
siswanya sendiri dan bukan suara dari luar termasuk
suara pendidik. Fiere berpendapat bahwa pendidikanpada
umumnya adalah pendidikan dengan gaya bank dimana
pendidikhanya mentransfer ilmu sebanyak-banyaknya
kepada peserta didik tersebut diibaratkan seperti
sebuah wadah untukmenampung berbagai pengetahuan.
Pendidikan seperti itu yang disebut Fiere dengna
pendidikangaya bank. Disebut pendidikan gaya bank sebab
dalam proses belajar22mengajar guru tidak memberikan
pengertian kepada peserta didik, tetapimemindahkan
sejumlah ilmu kepada peserta didik.Pada hakikatnya
proses pemberdayaan dibidang pendidikan merupakan
pendekatan holistik yang meliputi pemberdayaan sumber
daya manusia, system belajar mengajar, instusi atau
lembaga pendidikan dengan sarana dan prasarana
pendukungnya.Mengacu dari pernyataan diataspemberdayaan
adalah sebagai proses belajar mengajar yang
merupakanusaha terencana dan sistematis yang dilakukan
secara berkesinambunganbaik individu maupun kolektif,
guna mengembangkan daya yang trdapatpada diri individu
dan kelompok masyarakat sehingga mampu melakukan
transformasi sosial.
Usaha ini berlangsung sebagai proses yang
berkesinambungan sesuai dengan prinsip belajar seumur
hidup.
142
Kehidupan masyaakatperlu dikondisikan sebagai sebuah
wadah, dimanasetiap anggotamelakukan aktifitas sehari–
hari dan saling belajarmengajar. Demikian diharapkan
akan terjadi proses interaksi dalam wujud dialog dan
komunikasi nformasi antar sesama anggota
masyarakatmendorong guna mencapai pemenuhan kebutuhan
manusia mulai darikebutuhan fisik sampai dengan
kebutuhan aktualisasi diri.Konsep pemberdayaan dalam
pendidikan non formal pertama kali diIndonesia
dikembangkan oleh Kindervatter, ia memandang
bahwapemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan
atau daya dalam bentukpendidikan yang bertujuan untuk
membangkitkan kesadaran, pengertian, Tantangan pada
masa depan sistem pendidikan di Indonesia tidak semata
– mata menyangkut upaya untuk meningkatkan mutu dan
efisiensi pendidikan secara internal , tetapi juga
dituntut untuk meningkatkan kesesuaian pendidikan
dengan aneka aspek kehidupan lain yang semakin kompleks
( Danin, 2002 : 17 ).
Oleh karena itu perlu program pengembangan tenaga
kependidikan penting untuk dirancang secara cermat dan
tepat. Dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan
Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kemajuan
teknologi dan budaya yang berkembang dalam masyarakat.
Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan upaya
untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Secara
khusus tujuan dinyatakan dalam Undang – undang RI No 20
143
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan mmembentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab ( Pasal 3 Undang –
undang RI No 20 Tahun 2003 ). Untuk dapat mencapai
tujuan yang ditetapkan maka individu – individu dalam
organisasi pendidikan harus memiliki kemampuan. Guru
sebagai bagian dari organisasi sekolah memiliki
kewajiban untuk melaksanakan serangkaian tugas sesuai
dengan fungsi yang harus dijalankannya. Sebagai seorang
manajer proses belajar mengajar guru berkewajiban
member pelayanan kepada siswanya terutama alam kegiatan
pembelajaran di kelas. Tanpa menguasai materi
pelajaran, strategi pembelajaran dan pembimbingan
kepada siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka
guru tidak mungkin dapat mencapai kualitas pendidikan
yang maksimal Pemberdayaan masyarakat adalah suatu
proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat
agar mampu menempatkan diri secara proporsional
dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan
strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam
jangka panjag, melalui pengembangan kemampuan
144