25
FENOMENA PERKEMBANGAN ICT DAN MEDIA CETAK (Sebuah Telaah Awal) Hasyim Ali Imran 1 Abstract This article departed from the phenomenon of the change in the organisation of the media that happened because of the development of communication technology and information (ICT).With focussed in the organisation of the Kompas-Gramedia Group (KKG), this article discussed two matters of the subject, that is: (1) managerial the KKG organisation and Leadership of Jacob Oetama; (2) the Kompas Existence and the phenomenon of the use of the online media. Discussions were carried out by referring in the fact and objective information concerning the media organizationship and his adoption against ICT took the form of the application e- newspaper, as well as his use by audience. The discussing shows that : The process of collective succession of model leadership had nuances of humanism in the KKG management environment his persistence went not more ideal; - in connection with the phenomenon of the ICT development had the indication that in periods ten years in the future, conventional KKG products take the form of newsprint (Kompas, Warta Kota, Intisari) tended still will continue to be used by the customers in accessing the news and information. From results of discussions including could be recommended that the rank side headed by KKG immediately must take concrete steps took the form of the formation of the committee ad hock to absorb, to conceptualize, and afterwards to operate the concepts of the style of collective leadership in the style of Jacob Oetama earlier. Results of the work of the team ad hoch this, afterwards was sent in the level of the management. Kata Kunci : Media Cetak, ICT. PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Dalam konteks human communication, tradisi berkomunikasi melalui organisasi media muncul sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Embrio tradisi ini berawal ketika dalam era agricultural society, dengan perkembangan iptek saat itu, telah memungkinkan bagi terjadinya revolusi industri. Revolusi industri yang akhirnya mengubah masyarakat Eropa dari masyarakat pertanian (agricultural society) menjadi masyarakat industri (industrial society). Sebagai masyarakat industri, dengan mendayagunakan fungsi mesin cetak temuan Gutenberg dalam masa-masa revolusi industri untuk berkomunikasi dengan massa melalui media cetak 2 , organisasi media akhirnya menjadi eksis. 1 Peneliti madya bidang studi komunikasi dan media pada BPPI Wilayah II Jakarta, Badan Litbang SDM Depkominfo. 2 Dalam era industrial society, mesin cetak digunakan untuk mencetak media massa berupa buku (1455); suratkabar (1640); majalah (1731). Dalam era ini media juga berkembang pada media yang menggunakan gelombang elektromagnetik dan pita seluloid. Radio dan recorded, music (1877; Film & video (1888-1903); television & cabel (1948). Dalam era ini (1951) 1

Fenomena perkembangan ICT dan Media Cetak

Embed Size (px)

Citation preview

FENOMENA PERKEMBANGAN ICT DAN MEDIA CETAK (Sebuah Telaah Awal)Hasyim Ali Imran1

AbstractThis article departed from the phenomenon of the change in the organisation of the media thathappened because of the development of communication technology and information (ICT).Withfocussed in the organisation of the Kompas-Gramedia Group (KKG), this article discussed twomatters of the subject, that is: (1) managerial the KKG organisation and Leadership of JacobOetama; (2) the Kompas Existence and the phenomenon of the use of the online media.Discussions were carried out by referring in the fact and objective information concerning themedia organizationship and his adoption against ICT took the form of the application e-newspaper, as well as his use by audience. The discussing shows that : The process of collectivesuccession of model leadership had nuances of humanism in the KKG management environmenthis persistence went not more ideal; - in connection with the phenomenon of the ICT developmenthad the indication that in periods ten years in the future, conventional KKG products take theform of newsprint (Kompas, Warta Kota, Intisari) tended still will continue to be used by thecustomers in accessing the news and information. From results of discussions including could berecommended that the rank side headed by KKG immediately must take concrete steps took theform of the formation of the committee ad hock to absorb, to conceptualize, and afterwards tooperate the concepts of the style of collective leadership in the style of Jacob Oetama earlier.Results of the work of the team ad hoch this, afterwards was sent in the level of the management.Kata Kunci : Media Cetak, ICT.PENDAHULUANLatar Belakang dan Permasalahan

Dalam konteks human communication, tradisi berkomunikasimelalui organisasi media muncul sejalan dengan pertumbuhandan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).Embrio tradisi ini berawal ketika dalam era agricultural society,dengan perkembangan iptek saat itu, telah memungkinkan bagiterjadinya revolusi industri. Revolusi industri yangakhirnya mengubah masyarakat Eropa dari masyarakat pertanian(agricultural society) menjadi masyarakat industri (industrialsociety). Sebagai masyarakat industri, dengan mendayagunakanfungsi mesin cetak temuan Gutenberg dalam masa-masa revolusiindustri untuk berkomunikasi dengan massa melalui mediacetak2, organisasi media akhirnya menjadi eksis. 1 Peneliti madya bidang studi komunikasi dan media pada BPPI Wilayah II Jakarta, Badan Litbang SDM Depkominfo. 2 Dalam era industrial society, mesin cetak digunakan untuk mencetakmedia massa berupa buku (1455); suratkabar (1640); majalah (1731). Dalamera ini media juga berkembang pada media yang menggunakan gelombangelektromagnetik dan pita seluloid. Radio dan recorded, music (1877; Film& video (1888-1903); television & cabel (1948). Dalam era ini (1951)

1

Iptek di bidang information and communication technology (ICT)yang terus mengalami perkembangan dalam era masyarakatindustri akhirnya memunculkan fenomena revolusi informasi.Revolusi ini sendiri dimungkinkan karena kemajuan ICT tadimemfasilitasi bagi terjadinya konvergensi media yangmemungkinkan terjadinya penyediaan, pengolahan,pendistribusian dan pengambilan informasi secararevolusioner oleh semua pihak. Kondisi ini akhirnya mengubahmasyarakat industri menjadi masyarakat informasi (informationsociety).3

Sebagai bagian dari masyarakat industri yang ber-corebisnis di bidang informasi, dengan mendayagunakan fungsi ICTdalam memfasilitasi terwujudnya media konvergen gunakepentingan distribusi informasi kepada khalayak dalam eramasyarakat informasi, maka eksistensi organisasi mediaakhirnya mengalami perubahan signifikan. Perubahan tersebut,misalnya dalam bentuk out put kerja organisasi, budaya kerjaorganisasi4, atau dalam bentuk kebijakan organisasi mediadalam berkarya5.

Dalam realitas, fenomena media konvergence ternyata tidaksecara otomatis me-metamorfosis-kan semua organisasi mediayang ada. Ini karena berkaitan dengan kemampuan mengadopsisetiap organisasi media terhadap media convergence. Kemampuanini berhubungan dengan kemampuan ekonomi suatu media.Karena, seperti dikatakan Mc Manus6, sisi negatip teknologibaru biasanya memerlukan penambahan biaya yang besar, untukpengembaliannya memerlukan waktu beberapa bulan ataubeberapa tahun. Karena itu, hanya media-media besar sajalahakhirnya yang mampu melakukan perubahan terhadap organisasi

juga ditemukan media computer dan internet. 3 Sehubungan berkaitan dengan fase masyarakat industri, masyarakatinformasi karenanya ada yang mengkonseptualisirnya menjadi masyarakatpasca industri, misalnya oleh Daniel Bell. 4 Bentuk out put kerja, misalnya organisasi media menerapkan aplikasi e-newspaper; Budaya kerja, wartawan dituntut berkompetensi multi tasking agarefektif mengadopsi media konvergence5Bentuk kebijakan konvergensi ini variatif; terdiri dari modelnegosiasi, kooperasi, dan koordinasi.6 Mc Manus, John H.,1994,Market-Driven Journalism: Let the CitizenBeware?, California, SagePublications, Chapter 11, p.159

2

medianya terkait dengan adopsi perkembangan ICT tadi.Sementara bagi media-media ekonomi lemah, relatif sulituntuk melakukannya.

Berdasarkan pengamatan, terdapat sejumlah organisasimedia cetak yang telah mengubah organisasi medianya sejalandengan fenomena adopsi perkembangan ICT tadi. Di Inggris,yaitu Guardian Newspaper dengan Guardian Unlimited-nya, diSewedia oleh suratkabar Aftonbladed dan di Spanyol diadopsitabloid Marca, dan di Indonesia, antara lain Jawa Pos ,Harian Kompas, Republika, Bangka Pos, dan lain-lain. Tulisanini sendiri akan mencoba menelaah salah satu suratkabarbesar di Indonesia dalam kaitannya dengan perkembangan ICTtadi, yakni Suratkabar Kompas sebagai kasus. Bahasan akandifokuskan pada soal manajerial KKG. Fokus bahasan kemudianberalih pada masalah eksistensi Kompas dalam kaitannyadengan fenomena penggunaan websites.

PEMBAHASANManajerial Organisasi KKG

Masalah kepemimpinan menjadi salah satu persoalanpenting dalam organisasi modern. Dalam kepemimpinan terdapatsejumlah pemimpin yang level dan jumlahnya akan terdiri darisesuai dengan jenjang dan jumlah nomenklatur yang ada dalamsuatu organisasi. Dalam kaitan manajemen organisasi sepertiperusahaan misalnya, maka para pemimpin sendiri tugasnyamemerankan pengambilan keputusan yang berkait dengan fungsi-fungsi manajemen dalam hubungannya dengan fungsi pemimpindalam organisasi.

Fungsi yang dimiliki bagian-bagian yang dipimpin olehseorang pemimpin dalam suatu organisasi, secara hakiki tidaksama bobotnya. Meskipun demikian, fungsi-fungsi ituseluruhnya diorientasikan kepada pencapaian goal organisasi.Dengan kata lain, setiap pemimpin suatu sub organisasi,target yang hendak dicapainya harus harmonis dengan goalyang mau dicapai perusahaan. Jadi, proses manajerialorganisasi yang diperankan oleh setiap pemimpin, carakerjanya tidak berbeda dengan cara kerja suatu sistem, yaituberupa totalitas unsur dalam suatu himpunan yang salingberketergantungan dalam mencapai tujuan sistem.

3

Mengingat proses manajerial identik dengan cara kerjasistem, maka dalam terminologi management, untuk mencapaiefektifitas dan efisiensi capaian goal perusahaan, ragamlevel pimpinan tadi lazim dikategorikan menjadi tiga bagianbesar, yaitu pemimpin dalam level lower manajemen, midlemanajemen dan higher manajemen. Dalam kaitan level ini denganManajerial Organisasi Kelompok Kompas-Gramedia (KKG), khususmenyangkut level higher, maka pada organisasi tersebutdipegang oleh Jakob Oetama sebagai CEO KKG.

Sebagai CEO KKG, kedudukan dan peran Jacob Oetama bagikemajuan KKG seperti sekarang ini, memiliki arti sangatpenting. Dihadapkan dengan kondisi persaingan yang sangatketat dalam market bisnis media saat ini, maka peran pentingJacob Oetama tadi justru menjadi masalah serius bagikelanggengan manajemen KKG sekaitan dengan kondisinya yangsemakin menua.

Menyimak tentang sejarah kemajuan KKG seperti yangdidapatkannya sekarang ini, maka itu berawal dariditerbitkannya Bentara Rakyat (nama asli Kompas yangdiberikan Presiden Soekarno) pada 28 Juni 1965 oleh sejumlahorang muda yang dua diantaranya adalah Jacob Oetama dan P.K.Ojong (Auwjong Peng Koen)7. Dari waktu ke waktu, harian inikemudian mampu memikat para pembacanya dengan sajian-sajianmenarik. Keberhasilan ini tak terlepas dari kepiawaian JacobOetama dan PK Ojong dalam memimpin, hingga menjadikan Kompassebagai koran terbesar, baik dari segi tiras maupun iklan.

Sejalan dengan kemajuan Kompas, maka perusahaanpenerbitan ini kemudian melakukan diversifikasi usaha, baikpada bisnis media yang membentuk newspaper chain8 maupun nonmedia. Kelompok bisnis mana, kemudian dikenal denganKelompok Kompas-Gramedia. Di bawah KKG yang dipimpin JacobOetama, menurut catatan Trust9 terhimpun di sini sebanyak 48perusahaan penerbitan, termasuk Kompas sendiri. Di sampingitu, terhimpun pula puluhan perusahaan yang bukan bergerak7 Majalah Trust, 2006 : 15.8 Praktek pemerolehan rangkaian suratkabar (newspapers chain) dimulai pada tahun 1880-an,yakni ketika penerbit-penerbit besar mulai mendapatkan sejumlah suratkabar (Vivian,1995). Di Amerika Serikat, Lebih 85 % dari semua suratkabar yang ada dimiliki olehperusahaan besar (McManus,1994).

9 Majalah Trust, 2006 : 13.

4

dalam bisnis industri media, misalnya seperti perhotelan,industri kertas tisu, perkebunan dan hortikultura,perdagangan ritel, pengolahan gas, pertambakan udang danperikanan, serta merambah pada bisnis media televisi (TV7).

Dalam mengelola bisnis KKG, sebagai CEO Jacob Oetamamenerapkan prinsip manajemen kolektif10 . Dalam artian bahwapengelolaan semua unit bisnis yang bernaung di bawah KKGdilakukannya menurut prinsip kebersamaan dalam satu kesatuandengan harmonisasi sebagai kata kunci dalam meraihkeberhasilan.

Bentuk-bentuk praktik manajemen demikian, dalam bisnisKKG diantaranya berupa saling isi bantu membantu terhadapsesama unit bisnis dalam kelompok KKG demi kebersamaan danharmonisasi dalam sistem manajemen bisnis KKG. TV 7 yangdisinyalir masih terus merugi dan terus mendapat suplai danadari Kompas sebagai salah satu tulang punggung dalammanajemen bisnis KKG 11(Trust, 2006 : 15) agar tetap eksis,kiranya menjadi salah satu contoh yang pas dalam kaitanpengertian ”kolektif” tadi (Lihat, Adiprasetyo, 2006 : 11).Untuk menyukseskan (efektifitas) prinsip tersebut, pengamatmedia 12 menilai bahwa hingga kini hanya Jacob Oetama satu-satunya pemimpin dalam KKG yang berhasil menjadi paku yangmembuat harmonisme internal ala budaya Jawa tadi bisaterjaga secara ketat.

Kini, Jacob Oetama telah berusia 75 tahun, suatu usiayang dinilai jauh di atas batas usia produktif. Meskipundemikian, pengamat media tetap optimis kalau Jacob Oetama

10 Collective management is the exercise of copyright and related rights by organizations acting in the interest and onbehalf of the owners of rights. There are various kinds of collective management organization or groups of suchorganizations, depending on the category of works involved (music, dramatic works, "multimedia" productions, etc.)that will collectively manage different kinds of right. . "Traditional" collective management organizations, acting onbehalf of their members, negotiate rates and terms of use with users, issue licenses authorizing uses, collect anddistribute royalties. The individual owner of rights does not become directly involved in any of these steps. Rightsclearance centers grant licenses to users that reflect the conditions for the use of works and the remuneration terms setby each individual holder of rights who is a member of the center (in the field of reprography, for instance, authors ofwritten works such as books, magazines and periodicals). Here the center acts as an agent for the owner of the rightswho remains directly involved in setting the terms of use of his works. "One-stop-shops" are a sort of coalition ofseparate collective management organizations which offer users a centralized sources where authorizations can beeasily and quickly obtained. There is a growing tendency to set up such organizations on account of growing popularityof "multimedia" productions (productions composed of, or created from, several types of work, including computersoftware) which require a wide variety of authorizations.( www.wipo.int.)

11 Majalah Trust, 2006 : 15.12 Adiprasetyo,dalam Trust, 2006: 12.

5

dengan kehebatan kharismanya yang notabene juga telahdijadikan standard kepemimpinan di Kompas, tetap akan mampumengantisipasi berbagai persoalan yang muncul dalamkompetisi market bisnis industri media yang cenderung kianmengetat 13.

Sejalan dengan bisnis KKG yang terus berkembang melaluiprinsip manajemen kolektif-konvensionalnya, maka organisasiinipun cenderung akan semakin tambun dan tentunya menjadirelatif lamban dalam bereaksi terhadap business environment.Pengamat bisnis media sendiri menganalogikan situasi inidengan pohon yang tumbuh semakin tinggi dan rimbun yangnotabene menjadi rawan tumbang karena terpaan angin14. Dalamkaitan status Jacob Oetama sebagai satu-satunya pemimpinyang dinilai mampu dalam mengatasi problema dalam manajemenorganisasi KKG hingga saat ini, maka ”ketambunan” organisasiKKG sebagai out put sistem manajemen kolektif tadi, tentunyabisa menjadi persoalan krusial bagi prospek bisnisorganisasi KKG.

Terkait dengan problem kepemimpinan dalam kaitanmanajemen KKG tadi, maka demi terjaganya prospek positifbagi bisnis KKG itu sendiri, mungkin tersedia banyakalternatif yang dapat memberikan solusi bagi krisiskepemimpinan. Dua alternatif yang mungkin relevan denganfaktor yang melatarbelakangi problema tersebut, yakni :pertama, solusi yang disesuaikan menurut tradisi manajemenyang berlaku di KKG. Kedua, solusi yang disesuaikan denganprinsip-prinsip manajemen organisasi modern yang aktual.

Berkaitan dengan alternatif pertama, maka alternatifini diperlukan karena pertimbangan demi terjaganyakelanggengan manajemen dalam tubuh orgnisasi KKG yang nobenesejauh ini memang menunjukkan keberhasilan yang sangatsignifikan. Signifikansi ini, paling tidak ditunjukkan olehdata riset AC Nielsen 15, bahwa pada sepanjang tahun 2002,Kompas memperoleh pendapatan iklan Rp. 800 milyar. TabloidNova pada tahun serupa, meraih Rp 80 milyar. PT GrahaKerindo Utama yang memproduksi tisu merek Tessa menyumbang13 Majalah Trust, 2006 : 15.14 Lihat, “Berkibar dengan Manajemen Kolektif” dalam Profil Pers Indonesia, 1996 : 32.15 AC Nielsen, dalam Majalah Trust, 2006 : 15.

6

keuntungan bagi KKG sebesar Rp 100 milyar setiap tahunnya.Sementara Tabloid Kontan diperkirakan omsetnya mencapai Rp100 juta per minggunya. Indikasi lain berupa begitubanyaknya pengusaha yang tertarik untuk mengakuisi bisnisKKG, utamanya dalam bisnis medianya seperti Kompas.

Meskipun begitu, pola manajemen kolektif yang dibangunJacob Oetama tadi, ada juga memang yang menunjukkan kinerjayang kurang berhasil atau tidak berhasil sama sekali. Untukyang kurang berhasil misalnya TV-7, yang karena terusdisubsidi menyebabkan stasiun televisi tersebut harusdidivestasikan sebagian sahamnya kepada kelompok Trans Corp.Sementara untuk usaha yang tidak berhasil, misalnya PTHortindo yang bergerak di bidang perkebunan danhortikultura, dan PT Gramina Swadaya dengan bisnispertambakan udang dan perikanan, karena rugi terus akhirnyaditutup.16 Dalam hubungan perlunya pengaplikasian solusimenurut alternatif pertama tadi, maka ini berartidiperlukannya proses suksesi kepemimpinan di tingkat manajemenKKG yang sifatnya sangat urgen, berhubung kondisi fisikJacob Oetama yang semakin hari, secara alami tentu cenderungakan semakin sulit diharapkan produktifitas maksimalnya bagiKKG.

Untuk melakukan suksesi yang demikian, tampaknya memangbukan menjadi pekerjaan mudah. Ketidakmudahan ini palingtidak tergambar dari komentar jajaran pimpinan KKG sendiriterhadap begitu sulitnya mengaplikasikan prinsip harmonismeyang dikembangkan melalui sistem manajemen kolektif padaorganisasi KKG. Dalam hubungan ini, salah seorang pimpinandi KKG mengatakan, bahwa orang ber IQ 140 pun mungkin takakan cocok bekerja di Kompas karena tuntutan harmonisme tadi17.

Komentar yang begitu, tentunya menyiratkan bahwa amatrumit dan sulitnya bekerja di KKG dengan tradisi manajemenyang dalam mencapai goal-nya melalui prinsip harmonisasidalam kolektifitas. Selain mencerminkan kesulitan, komentarsalah satu pimpinan KKG itu tampaknya dapat juga menjadisalah satu indikasi kalau dalam tubuh organisasi KKG saat16 Trust, 2006 : 15.17 AC Nielsen, dalam Majalah Trust, 2006 : 12.

7

ini, telah muncul pesimisme terhadap kelanggengan modelmanajemen kolektif pada pasca kepemimpinan Jacob Oetamananti. Sejalan dengan indikasi sikap pesimistis tersebut,Trust18 mencatat bahwa dalam jajaran pemimpin generasi barudi KKG, memang tidak ada pemimpin yang memiliki kkarismasehebat Jakob Oetama.

Dengan kondisi manajerial yang kurang mendukung bagikelancaran proses suksesi model kepemimpinan kolektif alaJacob Oetama itu, kiranya menjadi sesuatu yangmengkhawatirkan. Untuk itu, dalam waktu yang sesegeramungkin, pihak jajaran pimpinan KKG tampaknya menjadi perluuntuk mengambil langkah-langkah konkrit dalam mengatasikrisis kepemimpinan dalam manajerial KKG tadi. Langkah-langkah konkrit dimaksud, diantaranya berupa pembentukanpanitia ad hock untuk menyerap, mengkonseptualisir, dankemudian mengoperasionalisasikan konsep-konsep gayakepemimpinan kolektif ala Jacob Oetama tadi. Hasil kerja timad hoch tersebut, kemudian disosialisasikan di tingkatpimpinan. Khusus menyangkut para pemimpin yang dinilaipotensial untuk menerima suksesi, para pemimpin dimaksudperlu dibina secara intensif. Hasil pembinaan tersebutkemudian dievaluasi guna menemukan calon yang relatif pasdalam menerima tongkat estafet kepemimpinan ala jacobOetama.

Langkah suksesi merupakan hal umum terjadi dalam suatuorganisasi, baik organisasi terbesar berupa negara maupunbentuk perusahaan. Suksesi diperlukan dalam kaitan prosesmenjaga kelanggengan pelaksanaan sebuah sistem dari pemimpinyang lama kepada pemimpin yang baru. Suksesi tidak selaluberhasil, namun tidak sedikit dijumpai yang menemukankeberhasilannya. Untuk organisasi setingkat negara, makacontoh keberhasilan suksesi terjadi di Negara Singapura,yakni dari PM Lee Kuan Yew kepada penggantinya. Demikianhalnya di Korea Utara, dari Kim Jung Il kepada putranya.Sementara terkait dengan perusahaan, tampaknya perusahaanrokok H.M Sampoerna dapat menjadi contoh keberhasilansuksesi yang kini dikelola oleh putranya.

18 Trust, 2006 : 12.

8

Selanjutnya, berkaitan dengan alternatif kedua, yaitusolusi yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip manajemenorganisasi modern yang aktual. Dalam kaitan ini, beberapapengamat menilai, manajemen KKG yang berlangsung sepertisaat ini, dianggap sudah kurang relevan dengan iklim bisnisyang relatif ketat dalam persaingan. Irrelevansi ituterutama berkaitan dengan soal pendanaan bagi perusahaan-perusahaan yang berada di bawah payung manajemen KKG,terutama ketika anak perusahaan itu terus-menerus menerimabantuan dana karena mengalami kerugian. Selain soalpendanaan, manajemen kolektif yang tersentralisir jugadinilai kurang efisien dan efektif karena memiliki matarantai pos-pos manajemen yang panjang yang menyebabkansulitnya pengawasan.

Sinyalemen para pengamat itu sendiri, banyak munculketika terdengar adanya rencana akuisisi TV7 yang rugi -oleh kelompok Trans Corp. di bawah pimpinan Chairul Tanjung.Dalam kaitan ini seorang pengamat media menegaskan bahwaJacob Oetama memang sudah seharusnya melakukan divestasi(melepas) saham di perusahaan-perusahaan KKG. Karenanyapula, para pengamat menilai bahwa divestasi saham di KKGhendaknya tidak sebatas pada TV7 dan Kontan saja, melainkanmencakup pada perusahaan-perusahaan lainnya di bawah KKG,termasuk Harian Kompas sendiri.

Menurut pengamat, model kepemimpinan Jacob Oetama yangnota bene hanya dia sendiri yang bisa melakukannya, dinilaijustru menjadi justifikasi bagi kesegeraan (urgensitas)langkah-langkah divestasi saham di perusahaan-perusahaankelompok KKG agar kekeroposan manajemen dari dalam KKGsendiri dapat dihindari sedini mungkin, sejalan dengansemakin menuanya Jacob Oetama sebagai ”pemain tunggal”manajemen Kolektif KKG itu.19

Banyak manfaat yang dapat diperoleh manajemen KKG dariupaya divestasi saham sebagaimana disarankan para pengamattadi. Diantaranya, sejalan dengan divestasi saham yangmenyebabkan kepemilikan saham menjadi tidak terkonsentrasipada satu tangan sebagai mayoritas, maka ini memungkinkanmunculnya banyak kontrol terhadap KKG. Kontrol mana dinilai19 Trust, 2006: 12.

9

akan menciptakan efisiensi dan efektifitas terhadapmanajemen KKG.

Apa yang menjadi analisis para pengamat itu, biladibandingkan dengan respon Agung Adiprasetyo, Wakil PresidenDirektur KKG dan Jacob Oetama ketika dimintai wartawanjawabannya atas sejumlah pertanyaan menyangkut rencanapenjualan mayoritas saham KKG di TV7, maka tampak adanyaketidaksesuaian di antara keduanya. Sejumlah indikasi yangmencerminkan ketidaksesuaian itu, misalnya dari munculnyaberagam bantahan pihak KKG saat menjawab pertanyaan wartawanmenyangkut divestasi saham KKG di sejumlah perusahaannya20.Demikian pula dari respon Jacob Oetama sendiri. Sebagaimanadilaporkan wartawan, Jacob Oetama agak kesal ketika dalamproses divestasi saham TV7, para peminat juga ada yangmenawar-nawar saham Kompas, suratkabar yang menjadi anak emasJacob Oetama21 Suatu bentuk respon yang kiranyamerefleksikan upaya Jacob dalam mempertahankan kolektifitasdalam KKG.

Ada beberapa indikasi yang kiranya menjadi kontradiktifbagi upaya KKG dalam mempertahankan manajemen kolektifnyaitu. Beberapa diantaranya, yaitu berkaitan dengan sejumlahkegagalan dalam unit-unit usaha yang berada di bawahmanajemen kolektif KKG. Unit usaha yang ditutup karena rugi,yaitu PT Gramina Swadaya, PT Hortindo, PT Laksana Oxygen,Grasera (non media). Dalam bentuk media, yakni Tiara,Jakarta-Jakarta, Warta Pramuka dan Raket. Terakhir yaituTV7, yakni bergerak di bidang industri penyiaran. Untuk unitusaha terakhir ini, disinyalir bahwa KKG mesti ke luar duithingga triliunan rupiah untuk bisa terus menghidupi TV 7hingga sekarang22

Sementara itu, Kompas yang menjadi salah satu “mesinuang” utama bagi manajemen KKG, di samping Nova, HotelSantika dan beberapa lainnya, seperti diketahui jugamengalami persoalan yang sama dengan yang dialami olehindustri media cetak lainnya, baik pada tingkat lokal maupuninternasional. Persoalan dimaksud yaitu fenomena menurunnya

20 Trust, 2006 : 1321 Trust, 2006 : 1222 Trust, 2006 : 11

10

jumlah tiras suratkabar sehubungan dengan munculnya media online. Namun demikian, bagi pihak KKG ternyata masalahtersebut bukan ancaman serius. “Kalau kita bicara bisnis dimedia cetak, Anda harus paham bahwa oplah bukanlah segala-galanya. Masih ada pemasukan dari iklan”, demikian AgungAdiprasetyo, Wakil Presiden Direktur KKG, saat menjawabpertanyaan wartawan tentang menurunnya jumlah oplah mediacetak saat ini.23 Atas keyakinan soal dukungan iklantersebut, terutama dalam kaitannya dengan penurunan oplah,maka Kompas mengambil kebijakan dengan menaikkan jumlahhalaman cetak dari 40 menjadi 50 halaman pada 2002. Langkahini memang berhasil ketika itu karena harian ini sempatmengalami booming iklan.24.

Kini, keberhasilan itu telah berlalu lima tahun. Padatahun 2002, perkembangan media on line masih belum sepesatsaat ini. Berdasarkan catatan, hingga medio 2006, terdapat18-20 juta orang pengguna internet 25. Jumlah ini jauhmeningkat dibandingkan dengan tahun 2000. Pada tahun ini,berdasarkan hasil survey Mark Plus dan Swasembada di kota-kota besar Indonesia, jumlahnya diperkirakan hanya 1,1 jutahingga 1,5 juta orang 26. Fenomena pertumbuhan penggunamedia on line ini tentu menjadi signifikan eksistensinya biladihubungkan dengan kebijakan Kompas menyangkut oplah padatahun 2002 sebelumnya. Itu terutama dalam kaitannya denganporsi iklan. Dengan kata lain, booming yang terjadi pada2002 berindikasi akan sulit diperoleh Kompas dalam tahun-tahun belakangan ini sehubungan dengan meningkat tajamnyapengguna media on line yang nota bene menjadi pasar iklan barubagi para pemasang iklan produk.

Tidak jelas memang, ke mana para pengguna internet itumengarahkan aktifitas media on line-nya, apakah ke on line newsatau content lainnya yang non news. Sejauh pengamatan, belumada temuan riset khusus menyangkut on line news tersebut di23 Trust, 2006 : 1324 Majalah Trust, 2006 : 15.25 Bisnis Indonesia, 11 Juli 200626 Sukartono, 2000, dalam Manihuruk, Amin Sar, 2002, ”Medium Internet dan Penggunaannyaoleh Pelajar”, dalam Jurnal Penelitian Pers dan Pendapat Umum, Vol. 6 (1), hal. 11,Jakarta, BPPI DKI Jakarta.

11

Indonesia. Namun, bila mengacu pada data penggunaan internetdi Amerika Serikat, maka para pengguna on line newskecenderungannya menunjukkan fenomena peningkatan yangsignifikan dari tahun-ke tahun.

Menurut hasil survey di sana, disebutkan, that would meanthat roughly about 137 million adult Americans reported going online at the endof 2005. Disebutkan pula, bahwa In 2005, approximately 70%(approximately 97 million- up from the 86 million estimated in November 2004)of American adults who had gone online said they had used the Internetfor news. More than two thirds (67%) of American adults said they read eitherlocal or national newspaper Web sites in late 2005, an increase of fivepercentage points from earlier in 2005. If those people are substituting theonline version of the paper for the print version, as some of the data suggest,that is probably one of the reasons print newspaper circulation losses areaccelerating. Jupiter Research, one of the key forecasters of online economicsand audience figures, predicts that by 2010,overall Internet penetration willreach 74%, up from 68% in 2005,or roughly a 1 % increase each year over thenext four years. 27

Another study looked at the question more deeply, concentrating on onemarket — Washington, D.C. The study, conducted by Matthew Gentzkow of theUniversity of Chicago, developed a mathematical model to assess the extent towhich online news either crowds out or complements print newspapers.According to that research, the city’s major online newspaper site,www.washingtonpost.com, reduced newspaper print readership by 27,000 aday, which Gentzkow called “a moderate amount.” To what extent othernewspaper Web sites might be reducing Washington Post print readership wasnot clear.28

Gambaran mengenai penggunaan internet dalam kaitanpenggunaan on line news di Amerika tadi, kiranya menunjukkansemakin mengecilnya jumlah penggunaan newsprint melaluisuratkabar. Termasuk pada suratkabar sekaliber WashingtonPost sekalipun. Jika perkiraan Jupiter Research itu benarnantinya, maka bisa jadi suratkabar cetak Washington Postpada 2010 akan mendapat share yang lebih keci lagi, yaknisebagian dari 26 % sebagai sisa dari overall Internet penetration

27 Journalism_org- The State of the News Media 2006.htm28 Journalism_org- The State of the News Media 2006.htm

12

74%, yakni proporsi yang diestimasikan oleh Jupiter Researchtadi.

Hasil riset penggunaan internet (the uses of on line news) diAmerika Serikat sebelumnya, memang tidak dapat dijadikanukuran bahwa fenomenanya secara simetris terjadi diIndonesia saat ini. Salah satu factor yang paling menunjangkebenaran asumsi ini, paling tidak bila dikaitkan denganeksistensi internet di kedua Negara. Amerika Serikat telahmemulai tradisi internet itu sejak tahun 1990-an Sementaradi Indonesia, secara terbatas baru mulai pada penghujung 90-an dan mulai intensif dan resmi menjadi perhatian pemerintahsejak tahun 2005, yakni dengan dibentuknya DepartemenKomunikasi dan informatika.

Meskipun begitu, fenomena penggunaan on line news diAmerika itu, kiranya patut pula menjadi acuan penting dalamkaitan upaya melihat perkembangannya di Indonesia. Hal initerutama jika dilihat dari pengaruh perkembangan ICTterhadap suratkabar di Amerika Serikat pada masa-masa awalpenggunaannya, yakni pada masa-masa awal 90-an. Suatu masayang mungkin mirip dengan kondisi perkembangan internet diIndonesia saat ini.

Berdasarkan catatan Newspaper Association of America (NAA),sirkulasi tahunan untuk suratkabar sore (suratkabar palingpopular di USA) pada masa-masa itu, jumlahnya 16.761.294eksemplar, merosot mendekati satu juta suratkabardibandingkan dengan tahun 1992. Demikian pula dari segijumlah penerbitannya, dari sebanyak 1084 suratkabar sorepada tahun 1990, menjadi 956 pada tahun 1993. Penurunan inijelas dapat menjadi indikasi kalau perkembangan ICT itucenderung memang memillliki pengaruh pada eksistensisuratkabar cetak. 29

Bila gambaran pengaruh ICT pada masa awal penggunaannyadi Amerika itu dihubungkan dengan kondisi di Indonesia saatini, kondisi yang dilengkapi dengan kesadaran tinggi pihakpemerintah Indonesia dalam mencapai target terciptanyainformation society pada tahun 2015 sehubungan keterikatannyapada komitmen WSIS (World Summit Information Society) di Tunisia

29 Mc Manus, John H.,1994,Market-Driven Journalism: Let the CitizenBeware?, California, Sage Publications, Chapter 11, p. 153.

13

November 200330, maka akselerasi pertumbuhan jumlah penggunainternet yang signifikan, bukan menjadi sesuatu yang tidakmungkin terealisasi di Indonesia dalam tahun-tahun berikut.Prediksi akselerasi tersebut semakin logis tatkala komitmenWSIS tadi telah diimplementasikan pemerintah dalam sejumlahkebijakan 31. Jika ini benar, maka ini berarti menjadiancaman serius bagi eksistensi suratkabar harian diIndonesia. Pertumbuhannya, maka bisa jadi akan mirip denganyang terjadi di USA, yang akan terus digerogoti pertumbuhancepat jumlah pengakses media on line, seperti sebagaimanadiperkirakan oleh Jupiter Research tadi.

Bagi Kompas, maka sebagai anak emas CEO Jacob Oetamayang menjadi tulang punggung KKG dalam mendanai anak-anakusahanya, perkembangan pesat pengguna on line news yangberindikasi akan terus bertambah di Indonesia, berdasarkanpengalaman industri suratakabar di USA, tentu akanmengurangi pula tiras Kompas di masa-masa mendatang.Pengurangan mana, implikasi negatifnya tentu berkaitandengan perolehan keuntungan dari iklan. Jika fenomena initerus dibiarkan, maka apa yang diramalkan oleh para pengamatmedia di Indonesia sebelumnya, bisa jadi akan benar-benarmenjadi kenyataan. Manajemen KKG akan keropos dengansendirinya dari dalam diri sendiri. Untuk itu, saran daripengamat industri media di Indonesia, kiranya perlu menjadiperhatian serius para pimpinan KKG, bahwa pimpinan KKG sudahtepat waktunya saat ini untuk mendivestasikan saham-sahamnyapada sejumlah perusahaan yang berada di bawah manajemen KKG.Jadi, tidak hanya pada saham di TV 7, melainkan juga saham-saham di perusahaan lainnya, termasuk pada Kompas sendiri.

30 Dalam WSIS Tunia November 2005 antara lain dirumuskan bahwa pada tahun 2015, 50 % daripenduduk bumi harus dapat mengakses informasi melalui internet, dan tahun 2020ditargetkan sudah seluruhnya dapat mengakses.

31 Instruksi Presiden N0. 3/2003 tentang kebijakan dan strategi Nasional Pengembangan E-Govt, telah memerintahkan kepada eksekutif termasuk pejabat pemerintah di daerah untukmengimplementasikan e-govt di pemerintahan masing-masing. Untuk maksud tersebut, saatmelantik Satgas Reformasi Birokrasi Tahun 2005, Presiden telah menetapkan penjadualanimplementasi e-govt di Indonesia, yaitu : -Tahun 2009 e-govt telah diterapkan di 100 %kementerian dan 70 % di Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota; Padatahun 2009, tele healt dilaksanakan di 50 % rumah sakit dan Puskesmas; Pada tahun 2009,tele education dilaksanakan di 50 % SLTP Negeri dan 60 % di SMU Negeri; Pada tahun 2009lembaga keuangan (Perbankan, lembaga keuangan mikro, dll. Tergabungkan dalam satu sistemteknologi informasi.

14

B. Eksistensi Kompas dan Fenomena Penggunaan media onlineSuratkabar sangat dipengaruhi oleh perubahan teknologi

dalam hal cara suratkabar dipersiapkan, dicetak dandidistribusikan. Lebih dari tiga puluh tahun, sejumlahteknologi baru telah berdampak pada industri suratkabar 32

Menurut Picard 33 bahwa teknologi baru memiliki dua efekutama pada industri suratkabar. Pertama, sebuah suratkabar bisadiproduksi saat ini dengan sedikit tenaga kerja yang mahirmenggunakan teknologi canggih. Departemen dalam organisasisuratkabar dapat secara langsung memasukkan cerita/beritadan periklanan tanpa penggunaan typesetters. Kedua, suratkabardapat diproduksi lebih cepat, memberikan waktu yang lebihlama bagi deadlines dan bisa menyediakan peliputan bagiberita penting paling aktual (late-breaking news). Inimemungkinkan suratkabar untuk tetap dapat lebih bersaingdengan media elektronik dalam kemampuan mereka meliputberita.

Terdapat aspek positip dan aspek negatip daripengadopsian teknologi baru dalam proses produksi berita. Sisipositipnya, suratkabar bisa dibuat secara lebih efisien,dengan proses dan distribusi yang cepat. Pada sisinegatipnya, teknologi baru biasanya memerlukan penambahanbiaya yang besar, untuk pengembaliannya memerlukan waktubeberapa bulan atau beberapa tahun 34

Bagi kalangan pelaku bisnis industri media di Amerika,dalam kaitan menjawab perkembangan teknologi tadi, pada masaitu mereka jawab dengan berbagai langkah-langkah bisnis.Para penerbit mencari pasar tambahan untuk mengembangkanaliran alternatif perolehan keuntungan. Banyak suratkabartelah mengembangkan kemampuan distribusi berita merekamelalui layanan offering voice information dan layanan komputer on-line kepada para pelanggan. Layanan suara termasuk suatuvaritas dari kategori informasi, banyak diantaranya yangdidukung oleh periklanan. Layanan informasi faksimili, 900-

32 Mc Manus, John H.,1994,Market-Driven Journalism: Let the CitizenBeware?, California, Sage Publications, Chapter 11, p.15933 Picard (1993), dalam Mc Manus, John H.,1994,Market-Driven Journalism: Let the CitizenBeware?, California, Sage Publications, Chapter 11

34 Mc Manus, John H.,1994,Market-Driven Journalism: Let the CitizenBeware?, California, Sage Publications, Chapter 11, p.159

15

number services dan produk-produk lainnya berkembang dengancepat dalam pusat bisnis suratkabar. Newspaper Association ofAmerica (NAA) memperkirakan bahwa lebih dari 150 suratkabarharian yang menyediakan beberapa jenis dari on line accesskepada suratkabar mereka (NAA, 1994). Perusahaan lainnya,misalnya seperti Times Mirror, pemfokusannya pada cara-carayang berbeda untuk mendistribusikan informasi –produk-produkdasar melalui CD ROM melalui bentuk-bentuk alternatif daripenerbitan elektronik. 35

Kini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,telah jauh berkembang jika dibandingkan dengan masa-masasebagaimana digambarkan Mc Manus pada 1994. Pada tahun 2005,mungkin berkaitan dengan efisiensi seperti dikatakan McManustadi, atau karena berkaitan dengan penurunan tiras, salahsatu suratkabar besar di Amerika memang telah mem-PHK-kansejumlah karyawannya.

Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Kini, meski masihbelum semarak di Amerika Serikat yang notabene telahmenggeser pasar media suratkabar secara signifikan,sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya menuruthasil-hasil riset, fenomena pergeseranpun juga mulai terjadidi lingkungan industri media cetak Indonesia. Menurut hasilsurvei AC Nielsen, pada tahun 2006, hampir semua media cetakmengalami penurunan tiras36

Namun begitu, beberapa tahun sebelum temuan riset ACNielsen tadi, para pelaku bisnis media di Indonesiasebenarnya memang telah menunjukkan upayanya dalammengantisipasi dampak perkembangan ICT (internet). Antisipasiini berindikasi mengikuti media-media cetak besar di Barat,misalnya seperti yang dilakukan Washington Post (USA),Guardian (Suratkabar Inggris terbit tahun 1821) denganGuardian Unlimited-nya (beroperasi sejak 1996), atau Aftonbladet(Swedia) 37. Sejumlah media cetak di Indonesia yangmelakukan antisipasi dimaksud diantaranya yaitu Tempo, Media

35 Mc Manus, John H.,1994,Market-Driven Journalism: Let the CitizenBeware?, California, Sage Publications, Chapter 11, p.16036 Majalah Trust, 2006 : 13.37 Nainggolan, Bestian, 2006, Handout mata kuliah Perkembangan Teknik-teknik Jurnalistik, PPS Magister Ilmu Komunikasi, Jakarta, UPDM (B).

16

Indonesia dan termasuk Kompas sendiri melalui Kompas CyberMedia-nya (KCM).

Meskipun begitu, namun ada indikasi lain bahwa faktorpendorong sikap media lokal seperti Kompas tadi, tampaknyatidak semata hanya karena sekedar ikut-ikutan, melainkanjuga lebih karena efek teknologi baru terhadap industrimedia seperti sebagaimana dikatakan Picard 38 sebelumnya.Dalam kaitan ini, melalui KCM-Kompas berindikasi berupayamengimbangi pesaingnya yang berasal dari media elektronikguna menjaga eksistensinya di masyarakat dengan carasenantiasa menyajikan late-breaking news.39

Suratkabar on line seperti KCM, Guardian Unlimited atauAftonbladet, sebenarnya merupakan bentuk media yangmerepresentasikan reaksi para pebisnis dalam industri mediacetak terhadap kemajuan ICT. Representasi reaksi ini sendirisecara terminologis dikenal dengan konsep konvergensi-konvergensi media. Konvergensi sendiri berarti the integration ofmass media –print, radio, television, film-computers, and telecommunication into a common technological and institutional base 40. Jadi, inti darikonvergensi yaitu : integrasi, mass media, computer,telekomunikasi, teknologi dan kelembagaan.

Dengan konvergensi media, pengelola manajemen industrimedia bertujuan memperluas jangkauan pasar (pembaca,pengiklan) dengan pengorbanan biaya (editorial & advetorial costs)yang terkendali. Di samping juga untuk mengembangkan mediumberita yang lebih efektif, relevan dan berkelanjutan.Benefit yang diharapkan akan muncul dari konvergensi terdiridari : -konvergensi berupa pendiversifikasian produk keberbagai flatform membuat suratkabar (media massa) tampillebih efisien di dalam menjangkau pasar baru seperti pembacamuda, pembaca yang berada di luar jangkauan distribusi; -perluasan isi pemberitaan (informasi) yang selama inibersifat statis dan menjadi arsip perpustakaan setelah38 Picard (1993), dalam Mc Manus, John H.,1994,Market-Driven Journalism: Let the CitizenBeware?, California, Sage Publications, Chapter 11, p.159.

39 Menurut Bestian Nainggolan, GM Litbang Kompas, suratkabar on line di Indonesia, baru KCMyang sifatnya sudah interaktif, yang lainnya masih belum. Sebagai media on line, KCMmasih belum untung, namun dipertahankan karena dinilai akan mampu mempertahankan pasartradisional Kompas.

40 Straubbaar, Joseph and Robert LaRose, Media Now, Communications Media in theInformation Age, Wadsworth, 2001.

17

penerbitan; memberikan nilai tambah baru bagi bagianperiklanan dibandingkan dengan pola periklanan konvensionalmedia cetak;-membuat core brand menjadi lebih kuat terlebihjika sukses bermigrasi ke dalam berbagai flatform;-konvergensi dengan basis teknologi broadband memungkinkanterjadinya peningkatan pola konsumsi berita dan manfaat bagipenerbit yang mengembangkan teknologi di masa mendatang41.

Idealisasi dari konvergensi media barusan, dalamrealita ternyata kurang seiring dengan fakta yang dialamiindustri media. Berdasarkan hasil analisis situasikonvergensi media massa di Eropa oleh Mudia Project, WorldAssociation of Newspaper tahun 2002 menunjukkan bahwa GuardianUnlimited (4 juta pengakses/ bulan) yang tergabung dalamkelompok Guardian Media Group (GMG) yang dimiliki The Scott Trust,pada 2001 merugi 16,6 juta Euro, padahal perusahaan induknyasendiri (GMG) dalam tahun serupa meraih laba bersih 112 jutaEuro. Suratkabar berformat tabloid Aftonbladet yang terbittahun 1830 di Swedia, melakukan pola konvergensi dengan web(Aftonbladet Nya Medier AB). Tahun 2001 Aftonbladet yang bertiras350 (weekdays) dan 500.000 tiap hari Minggu, meraih profit15,5 juta dollar AS, sementara website-nya yang bernamaAftonbladet Nya Medier AB dengan sejuta pengakses setiap bulanjustru merugi. Hal serupa juga dialami oleh Marca. Marcamelakukan pola konvergensi antara suratkabar olah ragaMarca, web (Marca.com), radio sport (Marca Digital). Marcaterbit di Spanyol tahun 1938 dengan sirkulasi saat inimencapai 396.000. Radionya mengudara sejak tahun 2000 denganpenguasaan populasi Barcelona dan Madrid sebesar 20 % danMarca.com sendiri pengunjungnya mencapai 5,25 juta setiapbulannya.42

Pengalaman kebijakan konvergensi media yang dialamiketiga kelompok bisnis industri media itu, jauh sebelumnyamemang telah diprediksi oleh Mc Manus 43 ketika dia melihatfenomena pengadopsian teknologi baru dalam proses produksi berita41 Nainggolan, Bestian, 2006, Handout mata kuliah Perkembangan Teknik-teknik Jurnalistik, PPS Magister Ilmu Komunikasi, Jakarta, UPDM (B).

42 Nainggolan, Bestian, 2006, Handout mata kuliah Perkembangan Teknik-teknik Jurnalistik, PPS Magister Ilmu Komunikasi, Jakarta, UPDM (B).

43 Mc Manus, John H.,1994,Market-Driven Journalism: Let the CitizenBeware?, California, Sage Publications, Chapter 11, p.159

18

dalam industri media. Sebagaimana telah disinggungsebelumnya, Mc Manus menilai bahwa ada dua aspek daripengadopsian teknologi baru itu. Aspek positipnya, suratkabarbisa dibuat secara lebih efisien, dengan proses dandistribusi yang cepat. Aspek negatipnya, teknologi barubiasanya memerlukan penambahan biaya yang besar, untukpengembaliannya memerlukan waktu beberapa bulan ataubeberapa tahun.

Terkait dengan pengalaman kelompok media tadi, aspekpositip ditandai dengan lebih meluasnya isi media(misalnya : Guardian, sirkulasi 410.000; Guardian Unlimited, 40juta page impressions/4 juta pengunjung/bulan). Sedang aspeknegatif dicirikan oleh meruginya konvergensi (GuardianUnlimited pada tahun kelima (1996-2001) rugi 16,6 juta Euro,tahun yang sama GMG untung 112 juta Euro; atau , budgetuntuk Aftonbladet yang memberi untung bersih 15,5 juta dollarAS pada tahun 2001, per tahunnya sebanyak 30 juta dollar AS,sementara Aftonbladet Nya Medier AB yang rugi - justru memakanbiaya setiap tahunnya sebanyak 10 juta dollar AS).44

Kebijakan konvergensi media, sekalipun masih mengalamikerugian, namun para pengelolanya tetap mempertahankan polakonvergensi media dengan adopsi modelnya45 masing-masingyang dinilai relevan bagi dunia usahanya. Terkait denganini, KCM pun melakukan langkah serupa dengan mediakonvergensi Barat, tanpa memiliki rencana menutup maupunmengurangi bobot sekalipun masih mengalami kerugian46.Fenomena yang demikian tentu menjadi indikator kontradiktifbagi tujuan dasar keputusan konvergensi media itu sendiri.Dengan kata lain, secara sederhana kebijakan konvergensiitu dimaksudkan untuk memperoleh good will atau profit bagiorganisasi usaha, namun dalam realitanya belum ada yang

44 Nainggolan, Bestian, 2006, Handout mata kuliah Perkembangan Teknik-teknik Jurnalistik, PPS Magister Ilmu Komunikasi, Jakarta, UPDM (B).

45 Model konvergensi media terdiri dari : model negosiasi (diadopsi oleh Chicago Tribune, CLTV, WGN (Cable); Model Kooperasi (diadopsi Tampa Tribune, WFLA TV, TBO. Com); Model Koordinasi (misal, Orlando Sentinel Communication, The Orlando Sentinel, Orlando Sentinel.com, 13 News TV); model/pola integrasi (diadopsi oleh Guardian, Aftonbladet danMarca).

46 Nainggolan, Bestian, 2006, GM Litbang Kompas, dalam perkuliahan “Perkembangan Teknik-teknik Jurnalistik”, PPS Magister Ilmu Komunikasi, Jakarta, UPDM (B).

19

telah memberi keuntungan bagi organisasi. Meskipun begitukonvergensi tetap saja dipertahankan.

Terdapat beberapa alasan mengapa konvergensi mediatetap dipertahankan sekalipun masih terus merugikanpengelola organisasi media saat ini. Di antara alasan yangpaling diyakini adalah, bahwa pola konvergensi media dinilaidapat menguatkan posisi marketing mereka. Selain itu, merekajuga yakin bahwa di masa mendatang pasar akan terus menerusmembaik47.

Kebijakan konvergensi media yang dimungkinkan karenaperkembangan di bidang ICT, dalam kenyatan bukanlah menjadisatu-satunya bentuk out put dari perkembangan ICT. Sebagaisalah satu bentuk out put yang notabene antara lainmenyebabkan berubahnya pola akses khalayak terhadap media(dalam konteks decoder), di sisi lain “konvergensi media”48

juga jadi memungkinkan khalayak individu non media untukmengekspresikan gagasan-gagasannya mengenai apa saja dalamkehidupannya. Ini berarti, bahwa melalui konvergensi media -setiap individu dapat melakukan peran relatif sama denganperan yang dimainkan oleh organisasi media yang memerankanfungsi encoder. Peran ini sendiri, dalam terminologi ICTlazim dikenal dengan blog jurnalisme (blogging journalism)49, katamajemuk yang dikembangkan dari dua kata dasar : weblogs danjournalism.

Fenomena blogger journalism sendiri, menurut praktisi dankonsultan pemasaran on line, Onggo, kini telah mendapatperhatian dari para praktisi PR, komunikasi, jurnalis danpelaku TI. Penyebabnya yaitu, karena para blogger melaluiblog-nya dapat melakukan reportase dan jurnalisme blak-blakan. Bentuk jurnalisme yang kerap membuat para jurnalisdari mainstream publication, jadi merasa tersaingi karena mereka

47 Nainggolan, Bestian, 2006, Handout mata kuliah Perkembangan Teknik-teknik Jurnalistik, PPS Magister Ilmu Komunikasi, Jakarta, UPDM (B). Prediksi membaiknya pasar dimaksud, berdasarkan indikasi yang diperlihatkan oleh hasil riset Matthew Gentzkow dan Jupiter Researchdi USA tentang on line media, tampaknya memang menemui relevansinya (Journalism_org- The State of the News Media 2006.htm).

48 Tanda kutip dimaksudkan untuk membedakannya dengan kebijakan konvergensi media dari organisasi media. Dengan begitu, “konvergensi media” di sini dimaksudkan sebagai padanan kata dari kata telematika/internet. 49 Lihat, Onggo, Bob Julius, dalam Warta Ekonomi, 09/Th. XVIII, 12 Mei, 2006, 70-71; Nieman Reports, Fall, 2003 : 9.

20

merasa kehilangan monopoli dan kendali atas reportase suatuberita.Bukan hanya menyangkut cara reportasenya, tapi juga dalammemilih apa yang cocok dan disukai publik.50

Terkait dengan fenomena blogger journalism yangmengkhawatirkan kalangan mainstream publication tadi, kiranyapatut dipahami. Ini terutama bila dikaitkan dengan datariset di Amerika yang menunjukkan fenomena blogger journalismitu diminati oleh kalangan “younger and male”. Ironisnya,diminati pula oleh kalangan journalists. Kalangan jurnalisini, menurut temuan riset University of Connecticut 2005, 41 %diantaranya mengakses blog paling tidak sekali dalamseminggu dan 55 % mengatakan mereka membaca blogs itu karenasebagai bagian dari kewajiban kerja mereka sebagaiwartawan.51 Tambahan lagi, data survey konsumsi media darithe Pew Research Center for the People and the Press confirms what we sawlast year, that some consumers who go to the online version of thenewspaper are abandoning the print version. According to these data,more than a third (35%) of online newspaper readers say theyare reading the print version “less often.

Akan tetapi, kekhawatiran itu sebenarnya justru menjadiberlebihan bila dikaitkan dengan analisis temuan risetlainnya. Sebagaimana dilaporkan Gallup/CNN/USA Today poll,in February 2005, only 26% of Internet users said they were “very familiar” or“somewhat familiar” with blogs. Selain itu, diketahui pula bahwa“from February 2004 to January 2005, the number of online Americans who saidthey had ever read a blog increased nearly 60% — from 17% to 27%, accordingto the Pew Internet project. Since then, the percentage of blog readers hasremained stable. The proportion of Internet users who were regularly readingblogs year to year remained at 7%. Regular blog readership, as distinct fromoccasional or one-time, has not grown much, either.52Diskusi

Dengan menyimak fenomena media konvergen di Amerikatadi, kiranya menunjukkan bahwa penggunaan media online padanegara yang ICT-nya sudah semaju Amerika saja, ternyatamasyarakatnya masih belum menunjukkan begitu pentingnya50 Lihat, Onggo, Bob Julius, dalam Warta Ekonomi, 09/Th. XVIII, 12 Mei, 2006, 70. 51 Journalism_org- The State of the News Media 2006.htm52 Journalism_org- The State of the News Media 2006.htm

21

media on line untuk saat ini guna memenuhi kebutuhan berita.Fenomena ini kiranya menjadi kontradiktif bila dikaitkandengan gambaran kemajuan media online yang begitu “wah”sebagaimana kerap diwacanakan oleh kalangan mastel(masyarakat telematika). Terkait dengan ini, fenomena onlinemedia di Amerika Serikat itu, tentu menjadi penting artinyabagi upaya memahami eksistensi media konvergensi dan mediakonvensional di Indonesia. Dua jenis media yang jugadimiliki oleh KKG, yakni organisasi media yang dijadikankasus dalam makalah ini.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan pengamatan belum adariset media online yang mengkhususkan kajiannya terhadapkonten seperti berita itu, yakni seperti riset-riset yangdilakukan oleh lembaga riset di Amerika sebelumnya. Meskipundemikian, menurut beberapa temuan riset ICT, menunjukkanbahwa pengguna medium internet di Indonesia masih relatifrendah jumlahnya. Tempat mengakses internet umumnya juga dilakukan di kantor institusi pemerintah. Tempat lainnya yaitudi warnet-warnet swasta. Hal demikian, tentu dapat menjadiindikator kalau cyber space habitual masyarakat Indonesia53 masihrelatif jauh berbeda dibandingkan dengan di Amerika Serikat.

Fenomena lain kiranya tidak dapat juga dipungkiri,yakni menyangkut perkembangan yang terjadi menyangkut sistemoperasi smartphone saat ini. Dengan perkembangan ini, yaknimelalui pemunculan berbagai sistem operasi yang ada kiniseperti I OS, Android OS atau Microsoft OS, jadimemungkinkan bagi pemaksimalan fungsi smartphone yang adasaat ini. Pemaksimalan itu misalnya seperti menghadirkankeberadaan media konvergensi (mainstream media) seperti radiodan televisi di smartphone. Pemaksimalan ini dengansendirinya dapat memaksimalkan pemediasian berbagai beritadi berbagai smartphone yang dimiliki individu masyarakat.Fenomena di sisi lain pada gilirannya dengan sendirinyadapat meminimalisir konsumsi berita pada media konvensionalatau media online itu sendiri. Itu di medium smartphone,fenomena indikasi peminimalisiran konsumsi berita pada mediakonvensional atau media online itu juga dapat terjadi

53 BPPI Wilayah II Jakarta, Penelitian Pola Penggunaan Media Komunikasi Masyarakat, 2006.

22

melalui medium komputer PC. Dengan teknologi konvergensi,individu masyarakat saat ini dapat dengan mudah mengaksesberita melalui mainstream media (media online) seoperti mediatelevisi atau radio. Begitu pula melalui fasilitas internetlainnya seperti portal. Melalui portal internet sepertiportal Yahoo, individu masyarakat juga dapat dengan mudahmengakses berbagai berita yang up to date.saat ini.

Fenomena akses berita terkini tadi, disadari memangbelum didukung oleh suatu fakta empirik yang terkumpulmelalui suatu proses riset media. Namun begitu, asumsi yangbertolak dari fenomena kekinian tadi setidaknya bisadijadikan indikasi bahwa fenomena ranah akses berita itusaat ini memang sudah relatif melebar lokusnya. Fenomenamana, jelas kiranya dapat mempengaruhi trafik aksesmasyarakat terhadap media konvensional atau media onlineseperti Kompas tentunya.

Implikasi dari perbandingan fenomena media on lineantara di Amerika dengan di Indonesia itu, dalam hubungannyadengan melihat prospek KKG, untuk sementara tentu ini masihmenggembirakan. Dengan kata lain, meskipun fenomena kemajuanICT telah merambah ke dalam dunia industri media, dengan manamengkondisikan media tidak memiliki pilihan untuk tidakmengadopsi media konvergen, sekalipun itu mengurangiperolehan laba, akan tetapi bagi KKG fenomena di AmerikaSerikat yang disebut pertumbuhan penggunanya (blog journalismkhususnya) relatif lambat, kiranya menjadi in put yangmenjanjikan bagi prospek bisnis KKG untuk 10 tahun ke depan.Dalam masa-masa dimaksud, produk-produk konvensionalnyaberupa newsprint (Kompas, Warta Kota, Intisari) cenderungmasih akan tetap digunakan para pelanggannya dalam mengaksesberita dan informasi. Akan tetapi, terkait dengan fenomenaakses berita yang belakangan ini berindikasi kuat dapatmengurangi trafik akses berita pada media konvensional ataumedia online, maka hal ini kiranya dapat menjadi hal yangtidak menggembirakan bagi eksistensi media konvensional ataumedia online, dalam hal ini bagi Kompas (KKG) tentunya. PENUTUPKesimpulan dan Saran

23

Berdasarkan pembahasan, dapat dimpulkan bahwa : pertama: terdapat indikasi bahwa proses suksesi kepemimpinan modelkolektif bernuansa humanisme di lingkungan manajemen KKGkeberlangsungannya berjalan kurang ideal. Karena indikasitersebut, maka ada dua pilihan solusi. Pertama, solusi yangdisesuaikan menurut tradisi manajemen yang berlaku di KKG.Kedua, solusi yang disesuaikan dengan prinsip-prinsipmanajemen organisasi modern yang aktual.

Alternatif pertama diperlukan karena pertimbangan demiterjaganya kelanggengan manajemen dalam tubuh orgnisasi KKGyang nobene sejauh ini memang menunjukkan keberhasilan yangsangat signifikan. Dalam hubungan ini maka diperlukan prosessuksesi kepemimpinan di tingkat manajemen KKG yang sangaturgen berhubung kondisi fisik Jacob Oetama yang semakin harisemakin kurang ideal. Untuk itu, dalam waktu yang sesegeramungkin, pihak jajaran pimpinan KKG perlu mengambil langkah-langkah konkrit diantaranya berupa pembentukan panitia adhock untuk menyerap, mengkonseptualisir, dan kemudianmengoperasionalisasikan konsep-konsep gaya kepemimpinankolektif ala Jacob Oetama tadi. Hasil kerja tim ad hochtersebut, kemudian disosialisasikan di tingkat pimpinan.Khusus menyangkut para pemimpin yang dinilai potensial untukmenerima suksesi, para pemimpin dimaksud perlu dibina secaraintensif. Hasil pembinaan tersebut kemudian dievaluasi gunamenemukan calon yang relatif pas dalam menerima tongkatestafet kepemimpinan ala jacob Oetama.

Berkaitan dengan alternatif kedua, yaitu solusi yangdisesuaikan dengan prinsip-prinsip manajemen organisasimodern yang aktual. Dalam kaitan ini, sejalan dengan semakinmeningkatnya persaingan yang mengindikasikan terpengaruhnyamodel kepemimpinan kolektif KKG, maka divestasi saham yangseluas mungkin demi terwujudnya pluralisme kontrolberindikasi menjadi pilihan terbaik bagi manajemen KKG agartetap eksis dalam bisnis industri media.

Terkait dengan permasalahan kedua, maka dalam kaitanfenomena perkembangan ICT ada indikasi bahwa dalam masa-masasepuluh tahun ke depan, produk-produk konvensional KKGberupa newsprint (Kompas, Warta Kota, Intisari) cenderungmasih akan tetap digunakan para pelanggan dalam mengakses

24

berita dan informasi. Namun demikian, berdasarkan fenomenaakses berita terkini, eksistensi penggunaan tadi dapatterganggu. DAFTAR PUSTAKAMc Manus, John H.,1994,Market-Driven Journalism: Let the

CitizenBeware?, California, Sage Publications, Chapter11, p. 153.

Nainggolan, Bestian, 2006, Handout mata kuliah PerkembanganTeknik-teknik Jurnalistik, PPS Magister IlmuKomunikasi, Jakarta, UPDM (B).

Onggo, Bob Julius, dalam Warta Ekonomi, 09/Th. XVIII, 12Mei, 2006, 70.

Picard (1993), dalam Mc Manus, John H.,1994,Market-DrivenJournalism: Let the CitizenBeware?, California, SagePublications, Chapter 11.

Schramm (1982), dalam Cangara, Hafied, Pengantar IlmuKomunikasi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998.

Sukartono, 2000, dalam Manihuruk, Amin Sar, 2002, ”MediumInternet dan Penggunaannya oleh Pelajar”, dalam JurnalPenelitian Pers dan Pendapat Umum, Vol. 6 (1), hal.11, Jakarta, BPPI DKI Jakarta.

Sumber Lain : Majalah Trust, 2006 : 13. ; www.wipo.int. ; Majalah Trust,

2006 : 15.; Bisnis Indonesia, 11 Juli 2006.Journalism_org- The State of the News Media 2006.htm

25