36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termo kimia menjadi gas, dimana udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang digunakan untuk proses pembakaran. Selama proses gasifikasi reaksi kimia utama yang terjadi adalah endotermis (diperlukan panas dari luar selama proses berlangsung). Media yang paling umum digunakan pada proses gasifikasi ialah udara dan uap. Produk yang dihasilkan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian utama, yaitu padatan, cairan (termasuk gas yang dapat dikondensasikan) dan gas permanen. Media yang paling umum digunakan dalam proses gasifikasi adalah udara dan uap. Gas yang dihasilkan dari gasifikasi dengan menggunakan udara mempunyai nilai kalor yang 1

Gasifikasi batubara

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan

bakar padat secara termo kimia menjadi gas, dimana

udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang

digunakan untuk proses pembakaran. Selama proses

gasifikasi reaksi kimia utama yang terjadi adalah

endotermis (diperlukan panas dari luar selama proses

berlangsung). Media yang paling umum digunakan pada

proses gasifikasi ialah udara dan uap. Produk yang

dihasilkan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian

utama, yaitu padatan, cairan (termasuk gas yang

dapat dikondensasikan) dan gas permanen. Media yang

paling umum digunakan dalam proses gasifikasi adalah

udara dan uap. Gas yang dihasilkan dari gasifikasi

dengan menggunakan udara mempunyai nilai kalor yang

1

lebih rendah tetapi disisi lain proses operasi

menjadi lebih sederhana. Proses gasifikasi batubara

adalah proses yang mengubah batubara dari  bahan

bakar padat menjadi bahan bakar gas. Dengan mengubah

batubara menjadi gas, maka material yang tidak

diinginkan yang terkandung dalam  batubara seperti

senyawa sulfur dan abu, dapat dihilangkan dari gas

dengan menggunakan metode tertentu sehingga dapat

dihasilkan gas bersih dan dapat dialirkan sebagai

sumber energi. Sebagaimana diketahui, saat bahan

bakar dibakar, energi kimia akan dilepaskan dalam

bentuk panas. Pembakaran terjadi saat Oksigen yang

terkandung dalam udara bereaksi dengan karbon dan

hidrogen yang terkandung dalam batubara dan

menghasilkan CO2 dan air serta energi panas. Dalam

kondisi normal, dengan pasokan udara yang tepat akan

mengkonversi semua energi kimia menjadi energi

panas.  Namun kemudian, jika pasokan udara

2

dikurangi, maka pelepasan energi kimia dari batubara

akan berkurang, dan kemudian senyawa gas baru akan

terbentuk dari proses pembakaran yang tidak sempurna

ini (sebut saja pembakaran “setengah matang”).

Senyawa gas yang terbentuk ini terdiri atas H2, CO,

dan CH4 (methana), yang masih memiliki potensi

energi kimia yang belum dilepaskan. Dalam bentuk

gas, potensi energi ini akan lebih mudah dialirkan

dan digunakan untuk sumber energi pada proses

lainnya, misalnya dibakar dalam boiler, mesin

diesel, gas turbine, atau diproses untuk menjadi

bahan sintetis lainnya (menggantikan bahan baku gas

alam). Dengan fungsinya yang bisa menggantikan gas

alam, maka gas hasil gasifikasi batubara disebut

juga dengan syngas (syntetic gas). Dengan  proses

lanjutan, syngas ini dapat diproses menjadi cairan.

Proses ini disebut dengan coal liquefaction

(pencairan batubara). Untuk dapat menghasilkan gas d

3

ari batubara dengan maksimal, maka pasokan oksigen h

arus dikontrol sehingga panas yang dihasilkandari pe

mbakaran “setengah matang” ditambah energi yang terk

andung pada senyawa gas yang terbentuk setara dengan 

energi dari batubara yang dipasok.

1.2 Sejarah Perkembangan Gasifikasi

Gasifikasi batu bara pertama kali diusulkan

untuk dijadikan cara alternatif oleh presiden

Amerika Serikat Jimmy Carter pada tahun 1970. Proyek

tersebut termasuk dalam program Synthetic Fuels

Corporation. Usulan itu muncul ketika itu karena

pada tahun 1970 harga minyak yang diimpor terus-

menerus mengalami peningkatan. Alasan lain adalah

karena gasifikasi batu bara lebih ramah lingkungan

dibandingkan dengan  pembakaran minyak. Namun pada

tahun 1980an proyek itu mengalami kendala karena

4

pada tahun 1980 harga bahan bakar minyak mengalami

penurunan. Gasifikasi masih berkembang sampai dengan

saat ini. Pada tahun 2009 pabrik gasifikasi batu

bara dibangun di The Great Plains di kota Beulah,

Amerika Serikat, dan berhasil memproduksi gas alam

serta mengurangi emisi karbon.

1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini

adalah untuk menambah wawasan tentang bagaimana

proses, metoda, dan apa yang harus di perhatikan

dalam proses gasifikasi batubara.

1.4 Batasan Masalah

Dalam tulisan hanya membatasi masalah tentang

pengertian gasifikasi batubara serta proses-

prosesnya.

BAB II

5

PEMBAHASAN

2.1 Batubara

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil.

Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat

terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya

adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui

proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri

dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga

adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat

fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui da

lam berbagai bentuk

Analisa unsur memberikan rumus formula mpiris sepert

i C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk 

antrasit.

2.2 Sifat Fisis Batubara

Sifat – sifat fisis batu bara :

1. FSI ( Free Swelling Index )

6

Tes ini dilakukan untuk menentukan angka pele

buran dengan cara memanaska sejumlah sampel pada

temperatur peleburan normal (kira-kira 800°C).

Setelah pemanasan atau sampai semua semua volatile

dikelurkan, sejumlah coke tersisa dari peleburan.

Swelling number dipengaruhi oleh distribusi ukuran

partikel dan kecepatan pemanasan.Sifat Caking dan

Coking, Kedua sifat tersebut ditunjukan oleh nilai

muai bebas (free swelling index) dan harga

dilatasi, yang terutama memberikan gambaran sifat

fisik pelunakan batubara pada pemanasannya.

Sampel batubara dimasukkan ke dalam cawan

khusus dan dipanaskan di dalam furnace. Kokas

diamati profilnya dengan cara membandingkan bentuk

kokas dengan bentuk profil kokas standar yang

mempunyai nilai dari angka 1 sampai 9. Gambar di

bawah ini menunjukkan furnace yang digunakan dalam

analisis FSI dan kokas yang

7

terbentuk setelah proses pemanasan. Warna merah di 

dalam furnace terlihat karena tingginya temperatur 

di dalam furnace dapat merasakan panas radiasinya 

bahkan dari jark 3 meter.

2. HGI ( Hardgrove Grindability Index )

Hardgrove Grindability Index Bulk Density

(tingkat ketergerusan ) adalah salah satu sifat

fisik dari batubara yang menyatakan kemudahan

batubara untuk di pulverise sampai ukuran 200 mesh

atau 75 micron. HGI dapat dijadikan pembanding

untuk batubara yang satu dengan lainnya mengenai

kemudahannya untuk dimilling. Nilai HGI dari suatu

batubara, ditentukan oleh organik batubara seperti

jenis maceral dan lain-lain. Secara umum semakin

tinggi peringkat batubara, maka semakin rendah HGI

nya. Namun hal ini tidak terjadi pada bituminous

yang memiliki sifat cooking. Dimana untuk jenis

batubara ini HGInya tinggi sekali, bahkan bisa

8

mencapai lebih dari 100. Nilai HGI juga dapat

dipengaruhi oleh dilusi abu dari penambangan.

Secara umum penambahan abu dilusi dapat menaikan

nilai HGI. Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh

kandungan moisture.

3. Size stability

Size stability adalah kemampuan untuk

bertahan dengan penurunan ukuran saat mengatasi

kecenderungan untuk terpecah-pecah. Salah satu

ukuran dari kekuatan batubara adalah kemampuannya

untuk menahan degradasi ukuran penanganan.

Ukuran batubara berpengaruh terhadap

banyaknya perolehan tar, char, gas dan air di

dalam proses pirolisis yaitu makin kecil ukuran

partikel cenderung menghasilkan produk tar, char,

gas yang lebih besar.

Perbedaan perolehan ini mungkin disebabkan oleh pe

rbedaan ratio luaspermukaan dengan volume dimana u

9

ntuk partikel dengan ukuran lebihkecil mempunyai r

atio yang lebih besar sehingga permukaan untuk

menerima transfer panas menjadi lebih luas. Ukuran

butir batubara dibatasi pada rentang butir halus

dan butir kasar. Butir paling halus untuk ukuran

maksimum 3mm, sedangkan butir paling kasar sampai

dengan ukuran 50mm.

4. Spesific Heat

Specific heat (kalor jenis) adalah jumlah

kKal yang diperlukan

untuk menaikan suhu 1 kg batubara sebesar 10 C. 

Satuan panas jenis adalah kkal/kg0C (dalam SI).

5. Bulk densitty

Bulk density adalah massa dari kumpulan parti

kel batubara yang terdapat dalam suatu wadah

dibagi dengan volume dari wadah tersebut. Bulk

density dipengaruhi oleh true density, ukuran

10

partikel dan distribusi ukuran, bentuk partikel,

surface moisture, dan tingkat kepadatannya.

Semakin besar nilai bulk density maka nilai

densitas energy juga naik, hal

ini dibarengi dengan meningkatnya jumlah fixed kar

bon. Nilai fixed karbon yang besar mengindikasikan 

bahwa kualitas batubara itu baik.

2.3 Pengertian Gasifikasi Batubara

Proses gasifikasi batubara adalah salah satu

pengolahan batu bara yang bertujuan untuk

mengkonversi secara termo-kimia bahan batubara

padat menjadi bahan gas, sehingga mudah terbakar.

Proses gasifikasi pada dasarnya merupakan proses

pirolisa pada suhu sekitar 150 – 900 °C, diikuti

oleh proses oksidasi gas hasil pirolisa pada suhu

900 – 1400 °C, serta proses reduksi pada suhu 600 –

900 °C. Baik proses pirolisa maupun reduksi yang

11

berlangsung dalam reaktor gasifikasi terjadi dengan

menggunakan panas yang diperoleh dari proses

oksidasi. Gasifikasi batubara berlangsung dalam

keadaan kekurangan oksigen. Dengan kata lain,

gasifikasi batubara boleh dipahami sebagai reaksi

oksidasi parsial batubara menghasilkan campuran gas

yang masih dapat dioksidasi lebih lanjut (bersifat

bahan bakar). Gasifikasi batubara merupakan proses

yang dapat digunakan untuk menghasilkan gas

sintetis (syn-gas) dari bahan bakar padat. Dengan

pemanasan dalam gasifier, bahan baku batubara akan

terurai menjadi gas hidrogen, methana, karbon

monoksida, karbon dioksida, nitrogen, polutan dan

abu. Komponen syn-gas yang dapat dimanfaatkan untuk

menghasilkan energi adalah hidrogen, methan dan

karbon monoksida.

Pada proses gasifikasi terjadi banyak reaksi

yang terjadi secara bertingkat. Jika

12

disederhanakan, secara netto reaksi gasifikasi

dengan oksidator udara atau oksigen dapat

dituliskan dengan persamaan sebagai berikut.

Hasil yang diperoleh dari gasifikasi batubara

merupakan campuran beberapa macam gas. Komponen

utama bahan bakar dalam gas batubara adalah H2 dan

CO. Kandungan CO dalam gas batubara 15 – 30 %,

sedang H2 antara 10 – 20 %. Komponen CnHmOk pada

persamaan di atas berupa

fraksi uap campuran dari berbagai macam senyawa org

anik yang disebut dengan nama umum tar.

Gas hasil proses gasifikasi dinamakan producer

gas.. Sedang alat atau ruang yang digunakan untuk

menggasifikasi batubara dinamakan gasifier atau

reaktor gasifikasi atau generator gas.

Proses yang terjadi di gasifier terdiri dari

oksidasi, reduksi, pirolisis, dan pengeringan.

Reaksi yang terjadi di gasifier adalah proses

13

termokimia yang komplek, yang dapat digambarkan

pada reaksi di bawah ini :

Panas reaksi dari (a), (b), (c), (d), dan (e)

didapat pada kondisi 250C

dan 1 atm. Di antara reaksi di atas, (c) dan (g) ad

alah tipe dari reaksi gasifikasi yaitu jumlah CO da

n H2 dengan persentase terbesar dari gas produser

pada pembakaran. Reaksi (d) juga penting karena rea

ksi antara methane danoksigen dapat menghasilkan pa

nas. Diketahui dari daftar reaksi diatas, beberapa 

reaksinya merupakan endotermis.

14

Gambar 2.1

2.4 Reaktor Gasifikasi Batubara

Teknologi gasifikasi dapat dikelompokkan

berdasarkan konfigurasi aliran dari unit gasifiernya.

Konfigurasi yaitu :

1.    Fixed bed

2.    Fluidized bed

3.    Entrained flow

4.    Molten bath

1. Fixe bed

Pada konfigurasi ini, batubara diumpankan dari 

atas kemudian perlahan lahan turun kebawah dan dipa

naskan oleh gas panas dari arah bawah.

15

Batubara melewati zona karbonisasi kemudian

zona gasifikasi, akhirnya sampai pada zona

pembakaran pada bagian bawah gasifier tempat

reaktan gas diinjeksi. Sistem ini diilustrasikan

pada Gambar 2.2. berikut ini :

Gambar 2.2. Fixed bed gasifierReaksi kimia yang terjadi dalam fixed bed gasifier,

yaitu :

 

16

Gambar 2.3. Reaksi kimia yang terjadi dalam

fixed bed gasifier

Pada proses gasifikasi dengan fixed bed gasifier

Ada 4 zona reaksi yaitu :

1. Zona devolatilisasi

Pada zona ini terjadi penguapan uap air dan

zat-zat volatil yang terkandung dalam batubara.

2. Zona Gasifikasi

Pada zona ini uap air yang dialirkan dan CO2

yang terbentuk dari pembakaran sempurna bereaksi

dengan batubara pada suhu tinggi membentuk gas

sintesis yang terdiri dari CO, H2 dan N2.

17

3. Zona Pembakaran

Pada zona ini oksigen yang masuk bereaksi

dengan sebagian batubara membentuk CO2 dan H2O yang

diperlukan dalam reaksi gasifikasi.

4. Zona abu

Zona ini adalah tempat penampungan abu yang

dihasilkan, baik hasil reaksi pembakaran maupun

reaksi gasifikasi.

2. Fluidized bed

Dalam fluidized bed gasifier, reaktor gas digunakan

untuk membuat fluidisasi material batubara. Untuk

menghindari sintering dari abu, fluidized bed gasifier

dibatasi beroperasi pada temperatur non-slagging. 

18

Gambar 2.4. Fluidized bed gasifie

Batubara dimasukkan dari bagian samping

sedangkan oksidannya dari arah bawah. Oksidan (O2

dan uap) selain berperan sebagai reaktan pada

proses, juga berfungsi sebagai media lapisan

mengambang dari batubara yang digasifikasi. Dengan

kondisi penggunaan oksidan yang demikian maka salah

satu fungsi tidak akan dapat maksimal karena harus

melengkapi fungsi lainnya atau bersifat

komplementer.

3. Entrained flow

Batubara dialirkan kedalam gasifier secara

cocurrent atau bersama-sama dengan agen gasifikasi

atau oksidan berupa uap air dan oksigen, bereaksi

19

pada tekanan atmosfer. Pada entrained gasifier,

batubara dihaluskan sampai ukuran kurang dari 0,1

mm diumpankan dengan reaktan gas ke dalam chamber

dimana reaksi gasifikasi terjadi seperti halnya

sistem pembakaran bahan bakar berbentuk serbuk.

Residence time partikel padatan yang singkat

dalam sistem fase entrained memerlukan kondisi

operasi dibawah slagging untuk mencapai laju reaksi

dan konversi karbon yang tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa operasi non-slagging pada

entrained gasifier baik sekali hanya untuk proses

hidrogasifikasi.

Gambar 2.5. Entrained gasifier

Konfigurasi lainnya adalah molten bath 

4. Molten bath

20

Molten bath mirip dengan sistem fluidized bed

dimana reaksi terjadi dalam medium yang tercampur

merata dari inersia panas tinggi. Temperatur

operasi tergantung pada tipe bath : untuk slag

dan molten metal bath diperlukan temperatur tinggi

(1400–1700oC), tetapi temperatur 1000oC dapat

digunakan molten salt. Reaktan gas dapat diinjeksi

dari atas seperti jet kemudian berpenetrasi

kedalam permukaan bath, seperti ditunjukkan pada

gambar 2.6, atau dapat diumpankan ke bottom bath

21

Gambar 2.6. Molten bath gasifier

Fixed bed gasifier termasuk dalam kategori sistem

aliran counter current, fluidized bed dan molten bath gasifier

dapat dianggap sebagai reaktor tanki pengaduk

kontinyu dan entrained gasifier sebagai sistem aliran

co-current.

Aliran counter current dalam reaktor fixed bed,

pemindahan volatile matter yang dihasilkan dari

gasifier tanpa melewati zona gasifikasi temperatur

tinggi atau zona pembakaran. Karakteristik

komposisi produk gas pada fixed bed gasifier yaitu

adanya uap tar (bila digunakan antrasit atau

devolatilisasi char/coke sebagai bahan baku) dan

yield metana yang tinggi. Residence time yang paling

lama terdapat pada fixed bed gasifier dimana

22

kecepatan gas dibatasi untuk menghindari semburan

serbuk batubara ke dalam aliran produk gas.

Sedangkan residence time terpendek terdapat dalam

entrained gasifier.

Perbedaan residence time padatan diantara tipe

gasifier merupakan hal substansial. Pada fixed bed

residence time padatan biasanya beberapa jam.

Sedangkan pada fluidized bed atau molten bath pada

umumnya sekitar 1 jam. Pada fluidized bed, char yang

tidak terkonversi dikumpulkan dan diumpankan ke

gasifier lainnya atau ke pembakar. Sedangkan pada

entrained kecuali untuk hidrogasifikasi, umumnya

beroperasi pada temperatur slagging untuk mencapai

laju reaksi dan konversi karbon yang tinggi.

Residence time yang pendek pada entrained membuat

kontrol pada kondisi operasi gasifikasi lebih sulit

dan perlu adanya kekonsistensian umpan batubara,

merupakan hal yang harus diperhatikan.

23

2.5 Keunggulan Teknologi Gasifikasi Batubara

• Dapat menghemat biaya pemakaian bahan bakar

(dibanding solar) sekitar 70-80%

• Pengembalian investasi sangat singkat (pemakaian

16 jam/hari) sekitar 3-4 bulan.

• Mudah dalam pengoperasian dan tidak menimbulkan

resiko / bahaya

• Tidak berbau dan ramah lingkungan

2.6 Pemanfaatan Gas Batubara

Gas batubara dapat dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan. Sebagai bahan bakar, gas batubara

mempunyai pemanfaatan yang cukup luas, antara lain

untuk memasak, menggerakkan turbin gas,

menggerakkan motor bakar

dalam, sebagai bahan bakar pada ketel uap, serta un

tuk penerangan. Pada saat ini, pemanfaatan utama

24

gas batubara adalah untuk menjalankan motor

stasioner pembangkit listrik. Dengan sedikit modifi

kasi, motor bensin biasa dapat dijalankan dengan ba

han bakar gas batubara. Jika gasnya dibakar untuk m

enghasilkan panas, sistem gasifikasi memiliki keleb

ihan dibanding pembakaran batubara secara langsung. 

Karena berbentuk gas, pembakaran gas batubara jauh 

lebih mudah dikontrol dibanding pembakaran batubara

secara langsung, sehingga hal tersebut

menguntungkan dari segi konservasi energi serta

penekanan polusi udara.

Polutan dan abu sisa gasifikasi diserap oleh

gas cleaning dan cooling subsystem yang terdiri

dari cyclone untuk memfilter partikel padat yang

terbawa gas dan wet scrubber untuk memfilter

polutan dan partikel padat yang masih terbawa gas.

Gas cooling subsystem digunakan untuk

25

mendinginkan gas sintetis untuk meningkatkan densit

y gas.

Gas sintetis yang dihasilkan selanjutnya dapat 

dimanfaatkan untuk pembakaran/pemanasan

(heating/drying) maupun dapat juga digunakan

sebagai bahan bakar pembangkit berbahan bakar gas

atau bias juga pembangkit berbahan bakar diesel

yang dimodifikasi. Penggunaan gas cleaning dan

cooling subsystem akan membuat gas terbakar

sempurna

sedemikian rupa sehingga yang tersisa hanya gas kar

bon dioksida.

Batubara kualitas rendah sampai sekarang ini

harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan

bakar minyak atau gas. Keuntungan gasifikasi antara

lain: lebih bersih, karena pembakaran lebih

sempurna sehingga emisi polutan lebih rendah.

26

Selain itu lebih mudah pengaturan laju

pembakarannya.

Namun ada beberapa kerugian yaitu, peralatan

lebih rumit dan lebih mahal dibanding pembakaran

langsung serta memerlukan ketrampilan yang

lebih tinggi. Selain itu juga memerlukan persiapan 

bahan (perlu dicacah menjadi serpih kecil).

Hasil gas dari proses gasifikasi dapat

dimanfaatkan untuk beberapa proses salah satunya,

system pambangkit listrik. Teknologi dari

gasifikasi batubara dan tenaga pembangkitan adalah

teknologi yang berkembang dan diwujudkan dalam

peralatan yang canggih sejak teknologi tersebut

menjadi proyek yang yang penting untuk dikembangkan

pada sumber energy, gasifier batubara menggunakan

proses fixed bed atau fluid bed yang telah digunkan

pada berbagai skala. Pada umumnya, ada 3 cara untuk

27

menghasilkan tenaga listrik dengan gas pruduser

seperti turbin uap, turbin gas, dan mesin diesel.

Aplikasi gas batubara sebagai Sumber panas atau

bahan bakar dalam unit mesin :

1. BOILER,untuk menghasilkan air panas / uap pada i

ndustri perhotelan,pembangkitlistrik,tekstil,kimia 

dll

2. OVEN, untuk proses pengeringandalam industri mak

anan, plastik, kendaraan, kimia, dll

3. FURNACE, untuk proses pembakaran dalam industri 

keramik, heat tratment incinerator dll

4. SMELTER, untuk proses pembakaran dalam industri 

aspal, timah, pengecoran logam/alumunium dll

5. DRYER ,untuk proses pengeringan hasil pertanian  

/ perkebunan, produk2 makanan, kimia, tambang, dll

6. KILN, untuk proses pembakaran dalam industri sem

en, incinerator, dll

28

7. GENSET, penggerak engine untuk memutar generator

2.7 Proses Gasifikasi Batubara

Gasifikas iadalah suatu teknologi proses yang meng

ubah batubara dari bahan bakar padat menjadi bahan 

bakar gas.

Berbeda dengan pembakaran

batubara, gasifikasi adalah proses pemecahan

rantai karbon batubara ke  bentuk unsur atau

senyawa kimia lain. Secara sederhana, batubara

dimasukkan ke dalam reaktor dan sedikit dibakar

hingga menghasilkan  panas. Sejumlah udara atau

oksigen dipompakan dan pembakaran dikontrol dengan

uap agar sebagian besar batubara terpanaskan

hingga molekul- molekul karbon pada batubara

terpecah dan dirubah menjadi ”coal gas”.

Coal Gas merupakan campuran gas-gas hidrogen,

karbon monoksida, nitrogen serta unsur gas

lainnya. Gasifikasi batubara merupakan teknologi

29

terbaik serta paling bersih dalam mengkonversi

batubara menjadi gas-gas yang dapat dimanfaatkan

sebagai energi listrik. Ada perbedaan antara gas

batubara dan campuran gas yang terjadi dari

gasifiksai batubara. Gas batubara dihasilakan dari

destilasi destruktif  batubara dan hasil sampingan

proses karbonisasi batubara. Perolehan gas dan

komposisinya tergantung pada peringkat batubara

dan temperature karbonisasi. Proses gasifikasi

mengubah semua material organic batubara menjadi

bentuk gas, peringkat batubara dan temperature

hanya mempengaruhi laju gasifikasi dan jika

diinginkan bias diperoleh gas yang kesemuanya

mengandung CO, CO2, dan H2.

Disamping pengotor hydrogen sulfide. Perbedaan

yang mencolok ini disebabkan pada proses

gasifikasi terjadi raihan yang jauh dan interaksi

lebih lanjut yang dapat dikendalikan antara

30

volatile matter dan char atau

kokas dengan oksigen. Teknologi gasifikasi batu ba

ra sebagai energi alternatif dapat mengurangi emis

i CO2 di Indonesia sehingga dapat mempengaruhi pas

ar di Indonesia.

2.8 Potensi Peluang Implementasi di Indonesia

Gasifikasi batu bara memang menghasilkan

energi yang besar dan dapat menjadi sumber energi

jangka panjang yang bagus untuk negara Indonesia.

Tetapi gasifikasi batu bara ini juga mempunya

berbagai hambatan. Salah satu hambatan yang

dihadapi dalam pengembangan gasifikasi batubara di

Indonesia adalah, investasi yang dibutuhkan untuk

proyek gasifikasi batu bara ini sangatlah besar.

Investasi untuk gasifikasi ini besar karena harga

batu bara sangat tinggi. Harga batu bara juga

lebih mahal dibandingkan dengan minyak bumi. Hal

31

ini akan menyebabkan  perusahaan akan lebih

memilih untuk menggunakan minyak bumi daripada

batubara. Aplikasi teknologi ini masih sangat

mahal dan tingat efisiensinya masih sangat kecil.

Batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna,

karena di dalamnya terdapat sulfur dan nitrogen.

Bila batu bara ini terbakar maka kotoran-kotoran

ini akan dilepaskan ke udara, bila mengapung di

udara maka zat kimia ini dapat menggabung dengan

uap air (seperti contoh kabut) dan tetesan yang

jatuh ke tanah akan menjadi asam sulfurik dan

nitrit. Hal ini akan mengakibatkan hujan asam.

2.9 Manfaat dari Proses Gasifikasi

1. Mampu menghasilkan produk gas yang konsisten yang

dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.

32

2. Mampu memproses beragam input bahan bakar

termasuk batu bara, minyak berat, biomassa,

berbagai macam sampah kota dan lain sebagainya.

3. Mampu mengubah sampah yang bernilai rendah

menjadi produk yang  bernilai lebih tinggi.

4. Mampu mengurangi jumlah sampah padat.

5. Gas yang dihasilkan tidak mengandung furan dan

dioxin yang berbahaya

BAB III

PENUTUP

Dari materi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan

bahwa :

33

  Proses gasifikasi batubara adalah proses yang

mengubah batubara dari  bahan bakar padat menjadi

bahan bakar gas. Dengan mengubah batubara menjadi

gas, maka material yang tidak diinginkan yang

terkandung dalam  batubara seperti senyawa sulfur

dan abu, dapat dihilangkan dari gas dengan

menggunakan metode tertentu sehingga dapat

dihasilkan gas  bersih dan dapat dialirkan sebagai

sumber energi.

Untuk melangsungkan gasifikasi diperlukan suatu

suatu reaktor. Reaktor tersebut dikenal dengan nama

gasifier. Jenis gasifier diantaranya : 1. Fixed bed

gasifier 2. Fluidized-bed Gasifier 3. Entrained-Bed

Gasifier 4. Molten Bath Gasifier.

34

DAFTAR PUSTAKA

Handbook of coal analysis, James G. Speight,2005,Published by John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jerseywww.imambudiraharjo.wordpress.com/2009/03/05/mengenal-batubara/www.imambudiraharjo.wordpress.com/2009/03/06/gasifikasi-batubara/www.webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Q_qHZqioya0J:xa.yimg.com/kq/groups/12971802/63756859/name/BATUBARA2.ppt+parameter+hardgrove+grindability+index&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&lr=lang_id&client=firefox-awww.wikipedia.org/wiki/Batu_barawww.tekmira.esdm.go.id/HasilLitbang/?tag=gasifikasi-batubara

35

36