178
1 HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN INTENSITAS PERILAKU MEROKOK ROKOK ELEKTRONIK PADA MAHASISWA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Anindya Winda Kusumawati NIM: 139114051 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hubungan antara dimensi kepribadian big five dan intensitas

Embed Size (px)

Citation preview

1

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE

DAN INTENSITAS PERILAKU MEROKOK ROKOK

ELEKTRONIK PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Anindya Winda Kusumawati

NIM: 139114051

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN MOTTO

Rasakanlah ketakutan itu, dan tetaplah melakukannya (Tamara Mellon)

Belajar dari kemarin, hidup untuk hari ini, berharap untuk hari esok. Yang

terpenting adalah jangan sampai berhenti bertanya (Albert Einstein)

Sukses berjalan dari kegagalan satu menuju kegagalan lain tanpa kehilangan

semangat dan antusiasme (Winston Churchill)

Seseorang bisa duduk di tempat teduh sekarang, karena seseorang telah

menanam pohon sejak lama (Warren Buffet)

Tidak ada jalan mudah menuju kebebasan, dan banyak dari kita akan harus

melewati lembah gelap menyeramkan. Lagi dan lagi sebelum akhirnya kita

meraih puncak kebahagiaan (Nelson Mandela)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada semua orang yang telah turut membantu

saya dalam bentuk bimbingan, doa, semangat, motivasi dan apapun :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu setia membimbing, mendampingi

dan memberikan jalan keluar ketika saya mendapatkan hambatan dalam

penyusunan skripsi ini.

Orangtua, Kakak, Adik, Pacar, sahabat, teman-teman, saudara-saudara dan

keluarga besar yang selalu mendukung, menyemangati dan memberikan bantuan

sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan lancar.

Dosen Pembimbing, Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. yang selalu sabar

dalam mengarahkan, membimbing, memberikan waktu, dan memotivasi saya

sampai penelitian ini terselesaikan dengan lancar.

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sebagai tempat saya menuntut

ilmu dan berkembang menjadi seorang yang cerdas dan humanis serta dapat

memperoleh berbagai pengalaman hidup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Mei 2018

Penulis

Anindya Winda Kusumawati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN INTENSITAS PERILAKU MEROKOK ROKOK ELEKTRONIK PADA MAHASISWA

Anindya Winda Kusumawati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi kepribadian

Big Five dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang negatif antara dimensi-

dimensi Big Five dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa.

Subjek dalam penelitian ini adalah 132 mahasiswa pengguna rokok elektronik. Penelitian

ini menggunakan skala Transparent Bipolar Inventory dan skala intensitas perilaku

merokok rokok elektronik. Skala Transparent Bipolar Inventory memiliki 35 item dengan

koefisien reliabilitas dimensi Extraversion sebesar 0,834; Agreeableness sebesar 0,866;

Conscientiousness sebesar 0,785; Neuroticsm sebesar 0,920 dan Openess sebesar 0,880.

Skala intensitas perilaku merokok rokok elektronik memiliki 3 item dengan koefisien

reliabilitas sebesar 0,835. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji korelasi Spearman’s rho dikarenakan sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak

normal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi Extraversion memiliki nilai

korelasi r = -0,163; p = 0,031; dimensi Agreeableness r = -0,267; p = 0,001; dimensi

Conscientiousness r = -0,158; p = -0,035; dimensi Neuroticsm tidak terdapat hubungan

yang linear dengan intensitas perilaku merokok rokok elektronik. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara dimensi Extraversion,

Agreeableness dan Conscientiousness dengan intensitas perilaku merokok rokok elektronik

pada mahasiswa. Selanjutnya, dimensi Openess memiliki nilai korelasi r = 0,192; p = 0,014.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dimensi

Openess dengan intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Artinya,

semakin tinggi skor pada dimensi Openess maka intensitas perilaku merokok rokok

elektronik pada mahasiswa semakin tinggi.

Kata kunci: dimensi kepribadian Big Five, intensitas perilaku merokok, rokok elektronik,

mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

THE CORRELATION BETWEEN BIG FIVE PERSONALITY DIMENSION AND

VAPING BEHAVIOR INTENSITY TOWARDS COLLEGE STUDENTS

Anindya Winda Kusumawati

ABSTRACT

This research was conducted to find out the relation between big five personality

dimension and vaping intensity towards college students. The hypothesis in this research

was that there was a negative correlation between Big Five personality dimensions and

vaping behavior intensity towards college students. The subject in this research was 132

college students that use vapors. The data collection used in this research was Transparent

Bipolar Inventory scale and vaping behavior intensity scale. Transparent Bipolar

Inventory scale had 35 items with Extraversion dimension reliability coefficient of 0,834;

Agreeableness dimension reliability coefficient of 0,866; Conscientiousness dimension

reliability coefficient of 0,785; Neuroticsm dimension reliability coefficient of 0,920; and

Openess dimension reliability coefficient of 0,880. The vaping behavior intensity scale had

3 items with reliability coefficient of 0,835. The method used in the analysis of this research

was Spearman’s rho correlation test due to abnormal data distribution of the two variables.

The results of this research showed that Extraversion dimension had correlation score of r

= -0,163; p = 0,031; Agreeableness dimension r = -0,267; p = 0,001; Conscientiousness

dimension r = -0,158; p = -0,035; Neuroticsm had no linear correlation with vaping

behavior intensity. The results showed that there was a negative and significant correlation

between Extraversion, Agreeableness and Conscientiousness dimensions and vaping

behavior intensity towards college students. Then, Openess dimension had correlation

score of r = 0,192; p = 0,014. This result showed that there was a positive and significant

correlation between Openess dimension and vaping behavior intensity towards college

students. This meant the higher the score of Openess dimension the higher vaping behavior

intensity towards college students became.

Key words: Big Five personality dimension, smoking behavior intensity, vapor, college student

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma :

Nama : Anindya Winda Kusumawati

Nomor Mahasiswa : 139114051

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN

INTENSITAS PERILAKU MEROKOK ROKOK ELEKTRONIK PADA

MAHASISWA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 30 Mei 2018

Yang menyatakan,

(Anindya Winda Kusumawati)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Skripsi ini juga tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai peneliti dari awal proses

penulisan hingga skripsi ini terselesaikan dan selalu menunjukkan jalan keluar

dalam setiap kesulitan yang peneliti hadapi.

2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Monica E. Madyaningrum, M.Psych., PhD. selaku Ketua Program Studi

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

selalu sabar dalam membimbing dan mengarahkan peneliti untuk bisa

mengerjakan dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih atas peran

Ibu sebagai pembimbing yang selalu mencurahkan perhatian, waktu, tenaga,

pikiran, dan semangat kepada peneliti untuk menyusun skripsi ini dari awal

hingga selesai.

5. Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si. dan Bapak Minta Istono, M.Si. selaku

Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dalam hal

akademik kemahasiswaan.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

yang telah mengajar, mendidik,dan memberi ilmu pengetahuan selama peneliti

menempuh ilmu di Perguruan Tinggi ini.

7. Seluruh staff sekretariat dan laboratorium Fakultas Psikologi, yaitu Mas

Gandung, Ibu Nanik, dan Mas Muji yang telah banyak memberikan bantuan

dalam pengurusan segala sesuatu tentang perkuliahan.

8. Seluruh staff perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

selama ini telah memberikan pelayanan yang baik kepada peneliti.

9. Seluruh subjek penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu dan

tenaganya untuk membantu peneliti dalam pengisian skala penelitian, bantuan

yang kalian berikan sangat berarti bagi peneliti.

10. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih untuk kasih sayang, kesabaran, dukungan,

doa dan semua fasilitas yang telah diberikan. Terima kasih juga kepada

keluarga besarku, untuk doa, perhatian dan semangatnya.

11. Kepada kakakku tercinta Murti Kusumawati Dinihari, S.E. dan kakak iparku

Raden Beno Legowo, S.Akt. yang selalu setia menemani dan meluangkan

waktunya untuk mendengarkan semua keluh kesah yang peneliti alami selama

mengerjakan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adikku Titan Puspitarani

dan keponakanku Raden Jordan Timor Legowo yang selalu memberikan

semangat dan penghiburan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan lancar.

12. Mas Robertus Darutama, terima kasih telah menjadi pacar, sahabat, kakak,

teman curhat dan segalanya. Terima kasih untuk semuanya terutama semangat,

dukungan dan bantuan yang tak pernah putus selama peneliti menyusun skripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

ini. Mari kita semangat supaya bisa wisuda bersama di bulan September.

13. Teman-teman Student Staff Sekretariat Psikologi (Angel, Ruth, Febri dan

Sisca), Pak Sidiq, Mas Gandung dan Bu Nanik yang selalu memberikan

semangat, dukungan, dan bantuan sehingga saya menjadi semangat dalam

mengerjakan skripsi. Terima kasih juga atas kesempatan dan pengalaman yang

diberikan kepada saya untuk bisa belajar bekerjasama dan mengetahui

bagaimana gambaran dunia kerja yang akan saya hadapi.

14. Sahabat dan semua teman-teman bimbingan Bu Etta : Abiel, Ana, Anggi, Elcia,

Gera, Jeje, Ojek, Jessica, Randy, Rossa, Syifa, Dea, Sam, Dito, Heidy, Lias,

Edwin, Praba, KI dan Sony yang selalu memberikan semangat dan dukungan,

selalu berbagi cerita dan memberikan pengalaman hidup yang berharga

sehingga peneliti menjadi termotivasi dalam mengerjakan skripsi.

15. Seluruh teman-teman angkatan 2013 terutama teman-teman Psikologi kelas C

: Aga, Aji Joko, Anas, Chocho, Elcia, Jeje, Monik, Nia, Panca, Phina, Putri,

Mamah Rosa, Rossa, Sisca, Visky, Yesa, Zetra, Aji Seno, Resti, Syifa, Victor,

Nana, Bagus, Tasya, Rio, Davin, Ratih, Endah, Mita, Monica, Ana, Rosy,

Mesa, Cendy, Erik, Niken, Andina, Pristi dan Sony. Terima kasih atas

persahabatan, kekompakan, dan canda tawa kalian yang tak terlupakan.

Semangat dan sukses selalu untuk kita semua.

16. Teman-teman KKN : Valen, Rey, Lizdha, Tasya Hori dan Roidi yang selalu

memberikan semangat, doa, dukungan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik dan lancar. Semoga suatu saat nanti kita dapat

bertemu dan berkumpul kembali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

17. Seluruh pihak lainnya yang belum peneliti sebutkan satu persatu yang juga

telah membantu, mendukung, dan memberikan semangat bagi peneliti untuk

bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan memberkati dan melindungi

kalian semua.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga

peneliti membuka diri terhadap kritik dan saran yang dapat menjadikan skripsi ini

lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Akhir kata,

peneliti mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata dalam penulisan skripsi

ini. Terimakasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

DAFTAR ISI

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN INTENSITAS PERILAKU MEROKOK ROKOK ELEKTRONIK PADA MAHASISWA ......................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................................x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I .......................................................................................................................1

Latar Belakang ...........................................................................................1

Rumusan Masalah ....................................................................................15

Tujuan Penelitian .....................................................................................16

Manfaat Penelitian ...................................................................................16

BAB II ....................................................................................................................18

Perilaku Merokok Rokok Elektronik .......................................................18

Dimensi Kepribadian Big Five.................................................................29

Mahasiswa................................................................................................39

Dinamika Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five Dan Perilaku Merokok Rokok Elektronik pada Mahasiswa ..........................................41

Skema Hubungan antara Dimensi Kepribadian Big Five dan Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik pada Ma ........................................48

Hipotesis ..................................................................................................51

BAB III ..................................................................................................................53

Jenis Penelitian.........................................................................................53

Identifikasi Variabel Penelitian................................................................53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

Definisi Operasional ................................................................................54

Subjek Penelitian .....................................................................................57

Metode dan Alat Pengumpulan Data .......................................................57

Validitas dan Reliabilitas .........................................................................64

Metode Analisis Data ...............................................................................71

BAB IV ..................................................................................................................75

Pelaksanaan Penelitian .............................................................................75

Deskripsi Subjek Penelitian .....................................................................76

Deskripsi Data Penelitian .........................................................................78

Hasil Penelitian ........................................................................................84

Pembahasan..............................................................................................93

BAB V ..................................................................................................................102

Kesimpulan ............................................................................................102

Saran ......................................................................................................103

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................104

LAMPIRAN ....................................................................................................... 108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Model Lima-Faktor Kepribadian Costa dan McCrae .............................39

Tabel 2. Sebaran Item Skala Transparent Bipolar Inventory Sebelum Uji Coba ..59

Tabel 3. Skor Respon pada Variabel Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik menggunakan Pertanyaan dengan Pilihan Ganda ................................63

Tabel 4. Sebaran Item Skala Transparent Bipolar Inventory Setelah Uji Coba ....67

Tabel 5. Reliabilitas Skala Transparent Bipolar Inventory ....................................69

Tabel 6. Deskripsi Usia Subjek ..............................................................................76

Tabel 7. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ..............................................................76

Tabel 8. Deskripsi Waktu saat Subjek Merokok Rokok Elektronik ......................77

Tabel 9. Deskripsi Perasaan Subjek saat Merokok Rokok Elektronik...................78

Tabel 10. Deskripsi Perasaan Subjek Ketika dapat Mengeluarkan Asap yang Banyak Meskipun Rasanya Tidak Enak ................................................................78

Tabel 11. Deskripsi Lamanya Subjek Mulai Merokok Rokok Elektronik.............78

Tabel 12. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Extraversion ................................................................................................................................79

Tabel 13. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Agreeableness ........................................................................................................80

Tabel 14. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Conscientiousness ..................................................................................................81

Tabel 15. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Neuroticsm / Emotional Stability .................................................................................................82

Tabel 16. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Openess .....82

Tabel 17. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik .....................................................................83

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas ..............................................................................85

Tabel 19. Hasil Uji Linearitas Dimensi Extraversion ............................................86

Tabel 20. Hasil Uji Linearitas Dimensi Agreeableness .........................................87

Tabel 21. Hasil Uji Linearitas Dimensi Conscientiousness ...................................87

Tabel 22. Hasil Uji Linearitas Dimensi Neuroticsm ..............................................88

Tabel 23. Hasil Uji Linearitas Dimensi Openess ...................................................89

Tabel 24. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Extraversion ................................................................................................................................90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

Tabel 25. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Agreeableness ........................................................................................................90

Tabel 26. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Conscientiousness ..................................................................................................91

Tabel 27. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Openess .....92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Skala Uji Coba ...........................................................................109

LAMPIRAN B Reliabilitas Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik dan Seleksi Item ...................................................................................................121

LAMPIRAN C Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Item Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik ...................................................................123

LAMPIRAN D Hasil Uji Reliabilitas Skala Transparent Bipolar Inventory ......125

LAMPIRAN E Skala Penelitian ..........................................................................130

LAMPIRAN F Hasil Uji t Mean Teoritis dan Mean Empiris ..............................142

LAMPIRAN G Hasil Uji Normalitas ...................................................................146

LAMPIRAN H Hasil Uji Linearitas ....................................................................148

LAMPIRAN I Hasil Uji Hipotesis .......................................................................151

LAMPIRAN J Izin dari Peneliti Skala Transparent Bipolar Inventory ..............154

LAMPIRAN K Surat Keterangan Penerjemah Skala Transparent Bipolar Inventory ke dalam Bahasa Indonesia ..................................................................157

LAMPIRAN L Surat Keterangan Penerjemah Skala Transparent Bipolar Inventory ke dalam Bahasa Inggris ......................................................................159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permasalahan rokok menjadi masalah terpenting di Indonesia.

Berdasarkan riset Atlas Tobbaco, Indonesia menduduki ranking pertama

konsumsi rokok dengan jumlah perokok yang mencapai 90 juta orang

(koranjakarta.com, 2017). Rokok pun dianggap sebagai salah satu benda

mematikan yang dapat merusak generasi bangsa (koranjakarta.com, 2017).

Seiring dengan perkembangan jaman, rokok pun bertransformasi

dari yang disebut rokok kretek hingga sekarang muncul rokok elektronik

atau yang disebut dengan vape. Meski disebut-sebut tidak berbahaya,

namun menurut hasil temuan terbaru dari para ahli kesehatan di Jepang

menemukan bahwa kandungan formalin dan asetaldehida dalam uap yang

dihasilkan beberapa cairan rokok elektronik lebih berbahaya dibandingkan

dengan rokok biasa (liputan6.com, 2014).

Selain memiliki kandungan yang berbahaya, rokok elektronik juga

dijual dengan harga yang cukup mahal. Seorang perokok elektronik dapat

menghabiskan Rp 800 ribu hingga Rp 2 juta dalam sebulan hanya untuk

mengkonsumsi rokok elektronik (krjogja.com, 2017).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

2

Namun kebiasaan menghisap rokok elektronik kini sudah menjadi

gaya hidup di kalangan masyarakat terutama anak muda meski diikuti

dengan segala pro kontra meski memiliki kandungan yang berbahaya dan

harga yang cukup mahal. Benda elektronik yang di desain dengan elegan

serta cairan (liquid) dengan rasa yang bermacam-macam ini mampu

menyedot perhatian banyak orang untuk mencoba bahkan membuat

konsumen menjadi ketagihan.

Di sisi lain, tidak sedikit pula masyarakat yang takut untuk

mengkonsumsi rokok tersebut, salah satunya karena rokok tersebut dapat

meledak di mulut. Dalam sebuah artikel di kompas.com, menurut analisis

terbaru dari sebuah rumah sakit di Amerika menunjukkan dalam kurun

waktu Oktober 2015 sampai Juni 2016, petugas kesehatan di University of

Washington Medical Center telah menangani sebanyak 15 pasien yang

cedera karena ledakan rokok elektronik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 12

orang mengalami luka bakar.

Selain itu, dalam laporan New England Journal of Medicine, dalam

waktu 2009-2014 terdapat 25 laporan korban ledakan rokok elektronik.

Dalam kasus luka bakar yang cukup parah, pasien harus melakukan

pencangkokkan kulit yaitu dengan menggunakan kulit pasien yang masih

sehat untuk menggantikan kulit di area yang terbakar. Kebanyakan pasien

juga mengalami luka bakar di area paha dan selangkangan, cedera di tangan,

dan sebagian lagi di daerah wajah. Bahkan, beberapa pasien juga terpaksa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

3

harus kehilangan giginya pada saat rokok elektronik tersebut meledak

(kompas.com, 2016).

Sebuah artikel di okezone.com, menyatakan bahwa beberapa

penyakit serius dapat muncul akibat mengkonsumsi rokok elektronik.

Penyakit-penyakit tersebut di antaranya adalah infeksi paru-paru, lemahnya

sistem kekebalan tubuh dan kanker. Efek dari menghirup asap rokok

elektronik yaitu dapat mengganggu sistem pernapasan seseorang, sehingga

menyebabkan infeksi paru-paru. Rokok elektronik juga dianggap dapat

melemahkan respon sistem kekebalan terhadap bakteri dan virus, sehingga

pengguna rokok elektronik dapat mudah terserang bakteri pneumonia,

sinusitis dan virus flu. Karsinogen seperti formalin dan asetaldehida yang

terkandung dalam uap rokok elektronik dapat memicu kanker yang

mematikan (okezone.com, 2015).

Di Indonesia, Pemerintah melalui Kementrian Perdagangan serius

untuk melarang penjualan dan impor rokok elektronik dengan alasan utama,

yaitu kesehatan (detik.com, 2015). Menurut sebuah artikel di kompas.com,

hingga saat ini peraturan tersebut belum diberlakukan, namun mulai

pertengahan tahun 2018 Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea Cukai

dan Kementerian Keuangan akan menerapkan cukai vape atau hasil produk

tembakau lainnya (HPTL). Alasannya, peredaran vape selama ini tidak

memberikan keuntungan bagi Indonesia karena tidak memberikan dampak

kesejahteraan bagi petani tembakau (kompas.com, 2017).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Tren rokok elektronik nampaknya juga telah merambah ke

Indonesia dan peminatnya pun juga sudah banyak. Hal ini dibuktikan

dengan menjamurnya seller produk ini, sehingga rokok elektronik dapat

dengan mudah ditemukan dan dijual bebas terutama melalui penjualan

online. Terdapat banyak situs toko online terkemuka saat ini yang menjual

rokok elektronik dengan berbagai variasi dan desain (Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia, 2015). Konsumen rokok elektronik dapat

membeli rokok tersebut dengan kisaran harga ratusan ribu hingga lima

jutaan. Selain di toko online, konsumen pun dapat membeli rokok elektronik

tersebut di media sosial seperti Facebook, twitter dan juga Youtube. Jika

ingin memilih variasi dan desain secara langsung, konsumen dapat langsung

mengunjungi kedai vaping, toko-toko elektronik atau pada kegiatan tertentu

seperti Car Free Day (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia, 2015). Dengan banyaknya akses untuk membeli rokok

elektronik, hal ini dapat membuat pengguna rokok semakin banyak

mengeluarkan uang untuk sekedar membeli rokok.

Seseorang mulai belajar merokok pada fase remaja. Ketika seorang

remaja melihat orang dewasa menikmati dan mendapatkan perhatian secara

sosial karena merokok, maka remaja tersebut akan cenderung ingin meniru

untuk mulai merokok. Lain halnya ketika orang dewasa tersebut

mendapatkan hukuman karena merokok atau dijauhi oleh teman-teman satu

kelas karena merokok, maka kecil kemungkinan remaja tersebut tertarik

untuk merokok (Sarafino, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Menurut Mai, Jung, Lantz dan Loeb (dalam Ghani et al, 2011),

orang-orang muda dapat menjadi pelopor dalam mengadopsi gaya hidup

modern akibat. Hal ini berkaitan dengan ketidakmampuan orang-orang

muda dalam mengontrol ekspresi emosional yang ada dalam diri mereka.

Orang yang lebih tua cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi

emosional dibandingkan dengan orang yang lebih muda (Lawton, Kleban,

Rajogopal, & Dean, 1992; Mc Conatha 1994, dalam Lin & Chuang, 2005).

Hal tersebut juga didukung oleh Rook (1987) yang menyatakan bahwa

rasionalitas dan kemampuan seseorang untuk menahan keinginan

mengkonsumsi produk dapat meningkat seiring pertambahan usia.

Salah satu individu yang termasuk dalam kategori manusia muda

adalah mahasiswa. Menurut Sarwono (1978), mahasiswa adalah setiap

orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di

perguruan tinggi dengan batas usia antara 18 sampai dengan 30 tahun.

Dalam menjalani kehidupan perkuliahan, mahasiswa diharuskan untuk

menempuh studi akademis yang berupa tugas dan tanggung jawab sebagai

seorang mahasiswa. Banyaknya mata kuliah yang harus dikuasai mahasiswa

seringkali membuat mereka menjadi sulit untuk fokus dan kurang

menguasai materi kuliah secara mendalam (Republika.co.id). Akibatnya,

jumlah mahasiswa yang mengalami stres akademik terus meningkat setiap

semester dan hal ini dialami oleh sebagian besar pelajar di dunia (Strodl &

Sun, 2014). Ketika sudah mengalami stres, mahasiswa seringkali tidak

mengukur resiko yang menimpa dirinya sehingga cenderung untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

berperilaku sembarangan seperti merokok atau mengkonsumsi minuman

beralkohol dan obat-obatan terlarang (Sarwono, 1978).

Selain itu, terdapat masalah-masalah lain yang harus dihadapi oleh

mahasiswa seperti masalah ekonomi dan masalah kesehatan mahasiswa

tersebut. Mahasiswa yang memilih untuk tinggal di kost umumnya memiliki

jumlah uang yang terbatas. Di sisi lain, mahasiswa tersebut juga memiliki

banyak kebutuhan seperti makan dan pengeluaran tugas-tugas kampus yang

membuat pengeluaran menjadi bertambah besar. Selain itu, naiknya harga

kebutuhan pokok seperti sembako dan bensin juga turut berpengaruh

terhadap pengeluaran mahasiswa (liputan6.com, 2015).

Di sisi lain, mahasiswa cenderung mudah untuk mengikuti trend

yang sedang terjadi di kalangan anak muda, seperti ikut-ikutan mencoba

merokok dengan rokok elektronik. Hal ini tentu saja semakin membuat

pengeluaran seorang mahasiswa menjadi semakin besar sebab rokok

elektronik memiliki harga yang mahal mulai dari Rp 800 ribu hingga Rp 2

juta (krjogja.com).

Selain masalah ekonomi, pada mahasiswa yang tinggal di kost juga

cenderung dapat mengalami masalah kesehatan. Menurut dokter anak

konsultan penyakit menular dan penasehat dari Public Health England yaitu

Dr. Shamez Ladhani (liputan6.com, 2015), mahasiswa kost rentan

mengalami penyakit yang berbeda karena perubahan pola perilaku dan

mengalami kontak yang sangat dekat dengan mahasiswa baru lainnya.

Selain itu, sistem kekebalan tubuh yang tidak bekerja dengan baik karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

pola makan yang buruk, ditambah stres karena hidup menjauh dari orangtua

membuat tubuh mahasiswa tersebut menjadi rentan terkena berbagai macam

penyakit. Hal ini semakin diperparah apabila mahasiswa tersebut juga

seorang perokok aktif yang menggunakan rokok elektronik. Adanya zat-zat

yang berbahaya dapat membuat kesehatan mahasiswa tersebut semakin

memburuk.

Jika perilaku tersebut terus berlangsung, maka hal tersebut dapat

berubah menjadi kebiasaan. Ketika sudah menjadi kebiasaan, maka

seseorang akan cenderung melakukan sesuatu tanpa kesadaran seperti saat

seorang perokok mengambil rokok yang ada di saku celananya lalu

menyalakannya (Sarafino, 2001). Sangat sulit merubah perilaku yang sudah

berubah menjadi kebiasaan, untuk itu seseorang diharapkan dapat

menerapkan perilaku yang baik sedini mungkin dan berusaha sebisa

mungkin menghindari perilaku yang tidak sehat.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sehat

seseorang, salah satunya adalah faktor sosial (Baranowski & Nader, 1985;

Thirlaway & Upton, 2009). Teman-teman dan keluarga dapat mendorong

atau justru melemahkan perilaku sehat seorang anak termasuk merokok. Hal

ini dapat terjadi ketika seorang anak melihat konsekuensi yang di dapatkan

orang dewasa ketika merokok, seperti pujian atau keluhan. Dua faktor

lainnya yang berhubungan dengan perilaku sehat adalah kepribadian dan

emosi seseorang termasuk stres di dalamnya (Sarafino, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Kepribadian adalah pola perilaku yang terjadi secara konsisten dan

merupakan proses intrapersonal yang berasal dari dalam diri individu

(Burger, 2011). Selain itu, kepribadian juga dapat diartikan sebagai pola

sifat dan karakteristik tertentu yang relatif permanen dan memberikan, baik

konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang (Feist and Feist,

2009). Sifat merupakan bagian dari kepribadian yang merupakan faktor

penyebab adanya perbedaan antar individual dalam perilaku, konsistensi

perilaku dari waktu ke waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi

(Feist and Feist, 2009). Sifat seseorang bisa saja unik, sama pada beberapa

kelompok manusia dan dimiliki semua manusia, tetapi pola sifat masing-

masing manusia pasti berbeda. Jadi, masing-masing orang pasti memiliki

kepribadian yang berbeda-beda meskipun terdapat kesamaan dalam

beberapa hal.

Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan

kepribadian adalah teori Big Five. Peneliti memilih teori Big Five karena

menurut Wood (2007), teori ini merumuskan tentang penemuan lima

dimensi dasar kepribadian pada berbagai budaya dan bahasa serta berbagai

tahapan usia, sehingga sangat cocok digunakan untuk mengukur

kepribadian setiap orang. Kelima dimensi tersebut meliputi Extraversion,

Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticsm dan Openess yang

dikembangkan oleh Mc Crae & Costa. Masing-masing dimensi dalam

kepribadian ini memiliki nilai positif dan negatif, namun ada dimensi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

lebih dominan daripada dimensi yang lainnya yang akan memberikan

gambaran sifat perilaku individu tersebut.

Dimensi pertama dari Big Five adalah Extraversion. Dalam dimensi

kepribadian ini, ketika seseorang merasa senang bergaul, energetik,

optimistik, bersahabat serta asertif, maka orang tersebut akan mendapatkan

skor tinggi (Burger, 2011). Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist &

Feist, 2008), individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi Extraversion

cenderung lebih asertif dan memperhatikan dirinya. Hal tersebut membuat

individu menjadi lebih menjaga kesehatannya dan cenderung

mempertimbangkan segala resiko dari perilaku yang akan dilakukan.

Inidividu tersebut menjadi lebih sehat dan menghindari melakukan perilaku

tidak sehat seperti merokok. Sebaliknya, ketika seseorang merasa dirinya

Introvert, maka individu tersebut akan cenderung untuk menjaga jarak

dengan orang lain di sekitarnya, termasuk orang yang mandiri serta

cenderung untuk bergerak dengan teratur atau hati-hati (Burger, 2011).

Dimensi kedua dari Big Five yaitu Agreeableness. Dalam dimensi

ini, seseorang yang memiliki skor Agreeableness yang tinggi akan

cenderung memiliki perilaku yang suka menolong, memiliki kepercayaan

yang penuh pada orang lain, perasaan simpatik yang juga tinggi terhadap

orang lain serta dapat membangun interaksi sosial yang menyenangkan

dengan orang lain (Burger, 2011). Dimensi ini berkaitan dengan perilaku

sehat seseorang karena individu tersebut cenderung mudah untuk bercerita

dengan orang lain ketika ada masalah. Hal ini tentu juga berpengaruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

terhadap kesehatan fisik dan psikologisnya. Berbeda dengan individu yang

memiliki skor rendah pada dimensi ini maka ia akan cenderung menjadi

antagonistik, memiliki perilaku yang skeptis dan suka berkompetisi atau

berdebat (Burger, 2011). Ketika terjadi masalah, individu tersebut

cenderung tidak mudah untuk bercerita dengan orang lain. Sehingga hal ini

mengakibatkan individu tersebut mudah untuk melampiaskan

permasalahannya dengan merokok.

Dimensi ketiga dari Big Five yaitu Conscientiousness. Dimensi ini

lebih mengarahkan individu yang mempunyai kendali serta disiplin diri

yang baik. Seseorang yang memiliki skor Conscientiousness yang tinggi

biasanya merupakan orang yang teratur, terbiasa untuk membuat

perencanaan sebelum bertindak serta memiliki tekad yang bulat (Burger,

2011). Selain memiliki perencanaan dan terorganisir, dimensi kepribadian

Conscientiousness juga berhubungan dengan perilaku hidup sehat seseorang

(Sarafino, 2001). Hal ini membuat individu menjadi terhindar dari perilaku

tidak sehat dan kebiasaan buruk seperti merokok. Sementara itu, seseorang

dengan skor Conscientious yang rendah cenderung untuk berperilaku secara

sembarangan, perhatiannya mudah teralihkan serta cenderung kurang dapat

diandalkan (Burger, 2011). Pada individu yang memiliki kebiasaan

merokok, cenderung kurang memiliki kendali diri yang baik dan berperilaku

secara sembarangan termasuk merokok. Tomkins (dalam Sarafino, 2002)

juga mengungkapkan salah satu alasan seseorang untuk merokok yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

karena merokok dianggap sebagai kebiasaan yang secara otomatis

dilakukan tanpa kesadaran.

Dimensi keempat dari Big Five adalah Neurotism. Dimensi

kepribadian ini menempatkan individu secara berkelanjutan mengikuti

stabilitas emosi dan penyesuaian diri. Berbeda dengan seseorang yang

memiliki skor rendah pada dimensi ini yaitu mereka cenderung lebih tenang,

dapat menyesuaikan diri dengan baik dan tidak memunculkan reaksi emosi

yang ekstrem (Burger, 2011). Seseorang yang memiliki skor tinggi pada

dimensi ini akan mengalami kesedihan dan emosi yang dapat berubah secara

ekstrem. Mereka dapat lebih mudah terpengaruh pada tekanan harian serta

cenderung sering mengalami emosi yang negatif. Menurut Conrad dan

Miller (dalam Sitepoe, 2000), salah satu alasan dan penyebab seseorang

merokok adalah adanya dorongan psikologis di dalam diri orang tersebut.

Dorongan psikologis seorang perokok ditujukan untuk mengurangi emosi

negatif yang ada di dalam diri seperti kecemasan, merasa kurang jantan dan

tidak dewasa. Ketika seseorang mulai merokok, maka perilaku tersebut

dapat digunakan sebagai cara untuk mengalihkan kecemasan, menunjukkan

kejantanan dan kedewasaan.

Dimensi kelima dari Big Five yaitu Openess. Dimensi ini lebih

mengarah pada individu yang mencoba untuk terbuka pada pengalaman.

Seseorang yang memiliki skor openess yang tinggi cenderung untuk

berimajinasi secara aktif, bersedia untuk menerima ide baru serta berpikir

luas. Individu tersebut juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

merupakan pemikir yang independen namun tidak kuno (Burger, 2011).

Sayangnya, keingintahuan tersebut tidak diimbangi dengan informasi yang

cukup, sehingga individu menjadi kurang memahami resiko dari tindakan

yang dilakukan seperti misalnya mencoba merokok rokok elektronik.

Berbeda dengan individu yang memiliki skor openess yang rendah maka ia

akan lebih menyukai hal-hal yang sudah familiar dan tidak tertarik untuk

mencoba hal yang baru (Burger, 2011). Hal ini juga menggambarkan bahwa

individu kurang tertarik untuk mengikuti hal-hal baru seperti merokok

rokok elektronik.

Dalam sebuah artikel yang berjudul “Cigarette Smoking and Panic:

The Role of Neuroticism” dijelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang

berhubungan dengan panik dan perilaku merokok seseorang yaitu genetik,

lingkungan dan kepribadian. Kepribadian berkontribusi untuk

memunculkan resiko serangan panik dan perilaku merokok seseorang.

Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa terdapat resiko tinggi seseorang

mengalami gangguan panic disorder pada masa dewasa awal yang merokok

sebelum remaja. Hal tersebut juga mendukung sejumlah hipotesis yang ada

dalam penelitian tersebut bahwa merokok dapat menambah resiko

berkembangnya panik dan gangguan kecemasan lainnya.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Terracciano dan Costa

(2004) berjudul “Smoking and the Five-Factor Model of Personality”.

Subjek dalam penelitian ini adalah perokok usia dewasa awal di Amerika,

dan dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa perokok tetap memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

skor yang tinggi pada dimensi Neuroticsm dan skor yang rendah pada

dimensi Agreeableness dan Conscientiouness dibandingkan dengan

individu yang tidak merokok. Pada dimensi Extraversion di beberapa

penelitian sebelumnya juga dijelaskan bahwa hasil pada dimensi ini

cenderung kurang konsisten. Hal ini dipengaruhi oleh sifat pada dimensi

Extraversion yang cenderung mudah bergaul. Apabila individu dengan skor

Extraversion yang tinggi tergabung dalam populasi perokok maka individu

cenderung akan ikut merokok. Sebaliknya, jika individu tergabung dalam

populasi yang tidak merokok maka individu cenderung tidak ikut merokok.

Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa perokok

memiliki karakteristik untuk mencari rangsangan atau gairah yang tinggi,

namun seringkali perokok cenderung melawan keinginan tersebut. Hal ini

mengakibatkan perokok cenderung berperilaku impulsif. Selain itu, perokok

juga cenderung memiliki disiplin diri yang kurang baik sehingga dapat

berperilaku secara sembarangan seperti merokok. Kurangnya pengetahuan

tentang konsekuensi dari tindakan yang dilakukan juga menjadi

karakteristik lain dari seorang perokok.

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Raynor dan Levine

(2009) terhadap sejumlah mahasiswa di Amerika diperoleh hasil yang

berbeda dengan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam

penelitian yang berjudul “Associations Between the Five-Factor Model of

Personality and Health Behaviors Among”, diperoleh hasil bahwa hanya

mahasiswa dengan skor Conscientiousness yang tinggi saja yang cenderung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

lebih melakukan perilaku sehat seperti mengenakan sabuk pengaman,

mengkonsumsi minuman beralkohol secukupnya untuk menghangatkan

tubuh, banyak melakukan gerakan badan, terbiasa tidur cukup serta

mengkonsumsi buah dan sayur untuk meminimalisir resiko penyakit

radiovaskular dan kanker. Individu juga cenderung mengurangi merokok,

mengurangi konsumsi alkohol secara berlebihan dan berpesta minuman

keras. Selain itu, individu juga cenderung dapat menerima serta mematuhi

peraturan yang berlaku di masyarakat seperti memakai sabuk pengaman dan

tidak mengkonsumsi minuman beralkohol sebelum mencapai usia yang

telah ditetapkan Pemerintah.

Selain itu, dalam penelitian tersebut juga didapatkan hasil bahwa

pada individu yang memiliki skor Extraversion yang tinggi cenderung

berperilaku tidak sehat seperti mengkonsumsi minuman beralkohol secara

berlebihan. Kemudian pada individu yang memiliki dimensi Agreeableness

tinggi cenderung lebih berperilaku sehat seperti tidak berganti-ganti

pasangan dan hanya mengkonsumsi minuman beralkohol untuk

menghangatkan tubuh saja. Pada individu yang memiliki skor Openess yang

tinggi cenderung mengkonsumsi buah dan sayur karena lebih familiar

dengan cara menjaga kesehatan. Di sisi lain, individu dengan skor

Neuroticsm tinggi cenderung mudah merokok dan kurang tidur.

Dari analisis kedua hasil penelitian sebelumnya, dapat dikatakan

bahwa kedua jurnal tersebut memiliki hasil yang berbeda pada dimensi

Extraversion. Pada hasil penelitian pertama dijelaskan bahwa individu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

memiliki dimensi Extraversion tinggi tidak selalu ingin merokok sebab

perilaku tersebut tergantung pada individu itu sendiri. Sedangkan pada

penelitian yang kedua dijelaskan bahwa individu yang memiliki skor

Extraversion tinggi cenderung sering berperilaku tidak sehat seperti

mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dan merokok.

Perbedaan tersebut juga disertai dengan penjelasan yang juga

menguatkan hasil penelitian yang telah dikemukakan para peneliti tersebut.

Dengan adanya hasil yang berbeda, peneliti tertarik untuk meneliti kembali

hubungan antara dimensi kepribadian Big Five dan dikaitkan dengan

perilaku tidak sehat pada mahasiswa yaitu merokok. Peneliti tertarik untuk

melihat dimensi kepribadian pada mahasiswa yang dihubungkan dengan

kebiasaan merokok rokok elektronik. Fenomena tersebut penting untuk

diteliti karena perilaku tersebut merupakan perilaku yang tidak sehat dan

membuat konsumen rokok elektronik harus mengeluarkan biaya yang tidak

sedikit agar dapat mengkonsumsi rokok elektronik tersebut.

Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara dimensi kepribadian Big Five yang terdiri dari

Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticsm dan Openess

dengan perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

dimensi kepribadian Big Five yang terdiri dari Extraversion, Agreeableness,

Conscientiousness, Neuroticsm dan Openess dengan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik pada mahasiswa.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan 2 manfaat, yakni

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat

memberikan wawasan, pengetahuan serta dapat menjadi bahan bacaan

dan kajian referensi bagi khalayak yang meminati studi psikologi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan di

bidang psikologi konsumen, psikologi kesehatan dan psikologi

kepribadian berupa gambaran psikologi secara umum terutama

mengenai hubungan kepribadian dengan perilaku merokok rokok

elektronik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa pengguna rokok elektronik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi

para mahasiswa pengguna rokok elektronik. Dengan melakukan

evaluasi tersebut, mahasiswa diharapkan dapat menyadari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

bermanfaat atau tidaknya dari perilaku merokok tersebut. Selain itu,

mahasiswa juga diharapkan dapat semakin memahami

kepribadiannya termasuk hal-hal positif dan negatif yang ada di

dalam dirinya. Dengan demikian, mahasiswa juga dapat memahami

dan menerima dirinya serta dapat menyesuaikan diri di lingkungan

sekitarnya.

b. Bagi Organisasi

Hasil penelitian ini diharapkan mampu dimanfaatkan oleh

praktisi kesehatan untuk membuat promosi kesehatan terkait

larangan mengkonsumsi rokok elektronik. Misalnya, para praktisi

kesehatan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat

tentang bahaya rokok elektronik bagi orang yang

mengkonsumsinya. Selain itu, promosi kesehatan tersebut dapat

dilanjutkan dengan pembuatan iklan yang bertujuan untuk

memahami dampak kesehatan masyarakat jika mengkonsumsi

rokok elektronik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

BAB II

LANDASAN TEORI

Perilaku Merokok Rokok Elektronik

1. Definisi Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Rokok merupakan gulungan tembakau yang dibalut dengan daun

nipah atau kertas (Poerwadaminta, 2005). Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, rokok juga dapat diartikan sebagai gulungan tembakau yang kira-

kira sebesar kelingking yang dibungkus dengan daun nipah atau kertas.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 81 tahun 1999

tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan dalam Bab I, Pasal I, dijelaskan

bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiona tabacum, Nicotiana

rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan

tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Rokok juga dikenal dengan berbagai jenis seperti rokok kawung,

rokok kelembak dan rokok kretek (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Rokok-

rokok tersebut merupakan jenis rokok konvensional. Rokok kawung

merupakan rokok yang dibungkus dengan daun enau atau daun aren,

sedangkan rokok kelembak adalah rokok yang tembakaunya dibubuhi

dengan kelembak. Adapun rokok kretek adalah rokok yang tembakaunya

dibubuhi dengan cengkih (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Di samping itu, saat ini terdapat inovasi rokok yang sedang populer

di kalangan masyarakat yaitu rokok elektrik atau vape. Rokok elektrik

merupakan sebuah benda elektrik yang menggunakan baterai yang dapat

bekerja dengan cara memanaskan cairan di dalam tabung atau yang disebut

vaping. Rokok eletrik memiliki design yang elegan serta memiliki rasa yang

bermacam-macam. Perokok elektrik biasanya berasal dari berbagai

kalangan dan umur, hal ini disebabkan karena rokok elektrik dapat dengan

mudah diperoleh dimana saja.

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat

(Food and Drug Administration/FDA), menyatakan telah mendeteksi

adanya kandungan nikotin dalam rokok elektrik, meskipun sebelumnya

diklaim bahwa rokok elektrik tidak mengandung nikotin (antaranews.com).

Selain itu, dalam sebuah rokok elektrik juga

terdapat zat Propylene Glycol yang terkandung dalam kepulan asap dan

sering digunakan sebagai zat adiktif pada makanan. Sementara itu, Glycerol

juga sering digunakan pada industri makanan, kosmetik dan farmasi

(antaranews.com). Kadar timbal dan kromium dalam uap rokok elektrik

sama dengan rokok konvensional. Meski demikian, rokok elektrik memiliki

kadar nikel 100 kali lebih tinggi dibandingkan rokok konvensional

(antaranews.com). Zat lainnya yang terkandung dalam rokok elektrik yaitu

karbonil yang merupakan karsinogen potensial yang terdapat dalam uap

rokok elektrik. Selain itu, dalam rokok elektrik terkandung pula zat tobacco

nitrosamines yang terdapat dalam uap semua rokok elektrik dengan tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

lebih rendah atau setara dengan yang terdapat dalam asap tembakau

(antaranews.com). Sejumlah zat lainnya seperti aerosol, rimonabant,

diethylene glycol, coumarin, dan tadalafil atau senyawa obat untuk terapi

disfungsi seksual juga terdapat dalam rokok elektrik (antaranews.com).

Perilaku merokok dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

merupakan perilaku menghisap rokok. Seseorang yang memiliki kebiasaan

senang merokok disebut dengan perokok aktif, sedangkan orang yang hanya

menerima asap rokok saja namun tidak merokok disebut dengan perokok

pasif (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Armstrong (1990) perilaku

merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh

kemudian menghembuskan kembali keluar. Seorang ahli lain yang juga

mendukung pendapat Armstrong yaitu Levy (2004) mendefinisikan

perilaku merokok sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang dengan

membakar tembakau dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap

yang dapat terhisap oleh orang-orang di sekitarnya. Sebelum perilaku

merokok terbentuk, terdapat beberapa tahapan yang dilewati sehingga

individu dapat menjadi seorang perokok.

Perilaku merokok merupakan salah satu contoh perilaku tidak sehat

dan merugikan. Masyarakat seharusnya dapat menerapkan pola perilaku

sehat untuk menjaga kesehatan. Menurut Gochman (dalam Smet, 1994) di

buku berjudul “Psikologi Kesehatan”, perilaku kesehatan adalah atribut-

atribut seperti keyakinan, ekspektasi-ekspektasi, motif-motif, nilai-nilai,

persepsi-persepsi dan elemen-elemen kognitif lain, karakteristik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

kepribadian yang meliputi keadaan afektif dan emosional serta ciri-ciri; pola

perilaku terbuka, tindakan dan kebiasaan yang berkaitan dengan perawatan

kesehatan dengan pemulihan dan perbaikan. Definisi tersebut tidak hanya

meliputi tindakan yang dapat secara langsung diamati dan jelas tetapi juga

kejadian mental dan keadaan perasaan yang diteliti dan diukur secara tidak

langsung.

Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok

rokok elektonik merupakan perilaku seorang perokok yang menghisap

rokok elektronik dan menghembuskan asap berbahaya yang dapat dihirup

oleh orang-orang di sekitarnya.

2. Definisi Intensitas Perilaku Merokok Elektronik

Intensitas merupakan nilai kuantitatif dari sebuah stimulus atau

sensasi. Selain itu, intensitas juga dapat berarti kekuatan dari perilaku

seperti impuls atau emosi. Kekuatan dari performansi individu dalam

beberapa aktivitas atau bidang dengan satu atau lebih referensi atribut,

seperti gairah, komitmen, upaya, asertif, dan fokus (VandenBos et al.,

2007).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), intensitas diartikan

sebagai keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Intens didefinisikan

sebagai kekuatan atau efek yang sangat kuat atau hebat (KBBI, 2011).

Secara lebih menyeluruh, definisi intensitas merujuk pada keadaan

tingkatan atau ukuran kekuatan atau efek. Sementara itu, Tubbs & Moss

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

(1983) yang menyatakan bahwa intensitas merupakan suatu momentum

untuk diketahui dan dipengaruhi oleh waktu. Definisi tersebut juga

didukung oleh Wulandari (2000) yang mengemukakan bahwa intensitas

merupakan waktu yang dibutuhkan seseorang dalam melakukan aktivitas

tertentu (durasi). Hal ini juga didukung oleh Depdiknas (2011) yang

menyatakan bahwa durasi merupakan lamanya seseorang telah melakukan

sebuah kegiatan.

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

definisi intensitas perilaku merokok rokok elektronik yaitu kuantitas dan

durasi penggunaan seseorang ketika menghisap rokok dan menghembuskan

asap.

3. Tipe Perilaku Merokok

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui dan mengukur perilaku

merokok rokok elektrik, peneliti melihat dari frekuensi atau jumlah individu

mengulangi perilaku merokok rokok elektrik seperti menghisap rokok dan

menghembuskan asap, durasi atau waktu yang dihabiskan individu untuk

merokok terhitung sejak pertama kali mulai merokok. Menurut Smet

(1994), ada tiga tipe perokok yang diklasifikasi menurut banyaknya rokok

yang dihisap, yaitu :

a. Perokok berat, yaitu perokok yang menghisap lebih dari 15 batang rokok

dalam sehari. Menurut Salber dkk (dalam Leventhal dan Cleary, 1980),

dibutuhkan waktu selama dua tahun atau lebih untuk dapat dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

menjadi seorang perokok berat dihitung dari waktu pertama kali

merokok atau hanya mencoba rokok. Hal tersebut juga didukung dengan

pernyataan seorang dokter spesialis paru yang bernama dr. Frans

Abednego, untuk menentukan seberapa berat kebiasaan merokok

seseorang, maka dapat dilakukan dengan menghitung usia saat mulai

merokok sampai sekarang lalu dikalikan dengan jumlah batang yang

dihisap dalam sehari (Kompas.com, 2015). Jika hasil jumlah rokok yang

dihisap lebih dari 800, maka individu tersebut digolongkan sebagai

perokok berat.

b. Perokok sedang, yaitu perokok yang menghisap 5 sampai 14 batang

rokok dalam sehari. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa

untuk menentukan seberapa berat kebiasaan merokok seseorang, maka

dapat dilakukan dengan menghitung usia saat mulai merokok sampai

sekarang lalu dikalikan dengan jumlah batang yang dihisap dalam sehari

(Kompas.com, 2015). Jika hasil jumlah rokok yang dihisap 600-800,

maka individu tersebut digolongkan sebagai perokok sedang.

c. Perokok ringan, yaitu perokok yang menghisap 1 sampai 4 batang rokok

dalam sehari. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk

menentukan seberapa berat kebiasaan merokok seseorang, maka dapat

dilakukan dengan menghitung usia saat mulai merokok sampai sekarang

lalu dikalikan dengan jumlah batang yang dihisap dalam sehari

(Kompas.com, 2015). Jika hasil jumlah rokok yang dihisap 200-600,

maka individu tersebut digolongkan sebagai perokok ringan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Perilaku merokok sigaret maupun perilaku resiko lainnya seperti

penyalahgunaan obat pertama-tama dimulai di fase percobaan pada masa

remaja dan terus berkembang hingga ke fase penggunaan secara tetap dalam

kurun waktu beberapa tahun awal (Perry dkk, 1988). Sejumlah penelitian

menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai menghisap rokok

pertamanya di usia 11-13 tahun, dan 85% sampai 90% sebelum umur 18

tahun (Leventhal, dkk, 1988; Dhuyvettere, 1990). Di Indonesia, perilaku

merokok dimulai pada usia lebih lanjut (Smet, 1993b). Faktanya, semakin

muda usia seseorang pada saat mulai merokok, maka makin banyak jumlah

rokok yang dihisap ketika menginjak dewasa. Menurut Laventhal dan

Cleary (dalam Oskamp, 1984), seseorang akan mulai merokok karena telah

memiliki persepsi tertentu pada rokok. Perilaku merokok juga merupakan

perilaku yang kompleks karena merupakan hasil interaksi kognitif,

lingkungan sosial, psikologis, conditioning dan fisiologis. Menurut

Laventhal dan Cleary (dalam Oskamp, 1984), pada umumnya faktor

psikologis seseorang merokok terbagi dalam lima bagian, yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

a. Kebiasaan

Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan

tanpa adanya motif yang bersifat negatif maupun positif. Biasanya,

seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa disertai

dengan tujuan tertentu. Sangat sulit untuk merubah perilaku yang sudah

menjadi kebiasaan, untuk itu seseorang perlu menerapkan perilaku yang

baik sedini mungkin dan menghindari perilaku yang tidak sehat.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan

seseorang, salah satunya adalah faktor sosial (Baranowski & Nader,

1985; Thirlaway & Upton, 2009). Dua faktor lainnya yang berhubungan

dengan perilaku sehat seseorang adalah kepribadian dan emosi

(Sarafino, 2001).

b. Reaksi emosi yang positif

Merokok dapat digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif,

seperti rasa senang, relaksasi dan kenikmatan rasa. Selain itu, merokok

juga dapat digunakan untuk menunjukkan kebanggaan diri atau

menunjukkan kedewasaan. Hal ini sangat berkaitan dengan individu

yang memiliki skor tinggi pada dimensi Neuroticsm, sebab menurut

Conrad dan Miller (dalam Sitepoe, 2000), alasan seseorang merokok

karena merasa kurang jantan dan tidak dewasa. Dengan merokok,

seseorang akan mendapatkan efek menyenangkan yang membuat

munculnya conditioning, sehingga seseorang ingin mengulang perilaku

merokoknya dan secara fisiologis membuat tubuh menjadi tergantung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

pada nikotin (Oskamp, 1984). Para perokok yang masih berusia remaja

beralasan bahwa rokok memiliki bau dan rasa yang disukai. Selain itu,

para remaja tersebut juga menganggap merokok adalah sebuah

pengalaman yang menyenangkan, dapat membuat mereka santai, dan

merkok dapat memberikan sebuah pekerjaan bagi tangan mereka.

c. Reaksi untuk penurunan emosi

Selain dapat menghasilkan emosi yang positif, merokok juga dapat

mengurangi rasa tegang dalam diri seseorang dan kecemasan yang dapat

timbul karena interaksi dengan orang lain. Merokok juga dapat

dijadikan satu alternatif pemecahan masalah sehari-hari yang dirasakan

sebagai sesuatu yang berat dan menegangkan. Hal ini juga berkaitan

dengan kepribadian seorang perokok sebab efek santai adalah sesuatu

yang dicari dari rokok ketika dalam keadaan tegang. Merokok dapat

mempengaruhi performansi dalam pengaturan stress psikologis. Selain

itu, nikotin juga dapat berperan dalam meningkatkan performansi dan

sebagai simultan ketika menghadapi stres (Oskamp, 1984).

d. Alasan sosial

Merokok dapat ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang

umumnya terjadi pada remaja dan anak-anak. Selain itu, perilaku

merokok juga dapat menjadi identifikasi dengan perokok lain serta

menentukan image diri seseorang. Merokok juga dapat dijadikan alasan

untuk menjaga pergaulan seseorang. Para remaja mengakui bahwa pada

awalnya mereka tertarik untuk turut serta berbagi kenikmatan karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

melihat perilaku merokok yang dilakukan orang tua, saudara yang lebih

tua, teman-teman dan public figure (Oskamp, 1984).

e. Kecanduan atau ketagihan

Kebanyakan perokok mengakui bahwa alasan mereka merokok adalah

karena telah mengalami kecanduan. Kecanduan dapat terjadi karena

adanya nikotin yang terkandung di dalam sebatang rokok. Awalnya,

perokok hanya ingin mencoba-coba rokok, namun kemudian sulit untuk

berhenti karena kebutuhan tubuh akan nikotin (Oskamp, 1984).

Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor

psikologis seseorang dalam merokok, seperti ketika seseorang ingin

mengetahui bagaimana sesungguhnya rasa rokok karena orang tersebut

belum pernah merokok sebelumnya dan ingin mendapatkan

pengalaman baru. Hal tersebut juga dapat membuat seseorang tergiur

untuk mencoba menghisap rokok. Selain itu, faktor psikologis lainnya

adalah adanya perasaan diterima oleh lingkungan sekitarnya jika

merokok, atau sebagai bentuk ekspresi dari rasa bebas atau rasa

permusuhan. Rokok juga dapat memberikan rasa tenang kepada

penggunanya. Terkadang, seseorang merokok untuk menghindari atau

melarikan diri dari suatu masalah yang sedang dihadapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

5. Cara Mengukur Intensitas Perilaku Merokok

Menurut sebuah artikel di kompas.com, untuk mengukur intensitas

perilaku merokok maka diperoleh data melalui:

a. Jumlah konsumsi (kuantitas)

Dalam penelitian ini, karena peneliti ingin mengetahui jumlah

konsumsi rokok elektrik seseorang, maka peneliti melihat melalui

berapa banyak cairan (liquid) yang biasanya dihabiskan seseorang

dalam kurun waktu satu hari dan satu minggu. Menurut sebuah artikel

yang dimuat dalam vanillacube.com, dijelaskan bahwa perokok berat

biasanya mampu menghabiskan cairan (liquid) sebanyak 30 ml > selama

satu minggu atau 4 ml > selama satu hari. Sedangkan pada seseorang

yang bukan tergolong perokok berat biasanya dapat menghabiskan

cairan (liquid) sebanyak ≤ 30 ml selama satu minggu atau ≤ 4 ml selama

satu hari.

b. Durasi

Menurut sebuah artikel yang dimuat dalam kompas.com,

seseorang yang menghisap rokok elektrik selama 1 jam > setara dengan

merokok lebih dari 100 batang rokok konvensional. Perokok tersebut

dapat dikategorikan sebagai perokok berat karena telah menghisap lebih

dari 15 batang rokok dalam sehari. Begitu pula sebaliknya, apabila

seseorang menghisap rokok elektrik ≤ 1 jam maka setara dengan

menghisap kurang dari 100 batang rokok konvensional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Dimensi Kepribadian Big Five

1. Sejarah Perkembangan Big Five

Teori Big Five pertama kali diperkenalkan oleh Lewis R. Goldberg

pada tahun 1981 untuk mendeskripsikan temuan yang konsisten dari analisis

faktor atas sifat kepribadian. Pada awalnya, kajian mengenai sifat manusia

pertama kali dilakukan oleh Allport dan Odbert pada tahun 1930-an,

kemudian dilanjutkan oleh Cattel pada tahun 1940-an dan oleh Tupes,

Christal, dan Norman pada tahun 1960-an (Feist & Feist, 2010). Di akhir

tahun 1970-an, dan awal tahun 1980-an, Costa dan McCrae membangun

taksonomi yang terelaborasi mengenai sifat dan kepribadian. Mereka tidak

menggunakan klasifikasi tersebut untuk menghasilkan hipotesis yang dapat

diuji, melainkan hanya menggunakan teknik analisis faktor untuk menguji

stabilitas dan struktur kepribadian. Pada masa tersebut, Costa dan McCrae

hanya terfokus pada dua dimensi utama, yaitu Neuroticsm dan Extraversion.

Namun, tidak lama kemudian Costa dan McCrae menemukan faktor ketiga

yang disebut dengan Openess (Feist and Feist, 2010).

Pada tahun 1985, Costa dan McCrae mulai melaporkan studi pada lima

faktor kepribadian yang dimasukkan dalam inventori kepribadian lima

faktor yang baru yaitu NEO-PI (Costa dan McCrae, 1985). Inventori NEO-

PI adalah revisi dari inventori kepribadian sebelumnya namun tidak

diterbitkan dan hanya mengukur tiga dimensi awal N, E dan O. Pada tahun

yang sama, dua dimensi terakhir yaitu Agreeableness dan Conscientiousness

masih merupakan skala yang belum terlalu dikembangkan dengan baik, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

tidak mempunyai subskala yang diasosiasikan dengan ketiga dimensi

sebelumnya. Costa dan McCrae tidak sepenuhnya mengembangkan skala

Agreeableness dan Conscientiousness sampai versi revisi dari NEO-PI

muncul pada tahun 1992.

Selama tahun 1980-an, Costa dan McCrae meneruskan studinya dalam

menganalisis faktor dari hampir semua inventori kepribadian utama lainnya,

termasuk Myers-Briggs Type Indicator (Myers, 1962) dan Eysenck

Personality Inventory (H. Eysenck & S. Eysenck, 1975, 1993). Sebagai

contoh, dalam perbandingan langsung dari model yang mereka kembangkan

dan inventori Eysenck, Costa dan McCrae melaporkan bahwa kedua faktor

pertama Eysenck yaitu neuroticism dan extraversion konsisten secara penuh

dengan dua faktor pertama mereka. Pengukuran yang dilakukan Eysenck

atas faktor psikotik terletak pada sisi bawah dari Agreeableness dan

Conscientiousness, tetapi tidak termasuk dalam openess (Costa & McCrae,

1985).

Hal tersebut membuat munculnya dua pertanyaan besar yang saling

terkait dalam penelitian tentang kepribadian. Pertanyaan pertama yaitu

bagaimana dapat muncul suatu bahasa yang umum untuk digunakan

sedangkan terdapat banyak inventori kepribadian dan ratusan skala yang

berbeda-beda? Setiap individu memiliki serangkaian variabel kepribadian

yang unik dalam dirinya, dan hal tersebut membuat perbandingan antara

penelitian dan kemajuan secara kumulatif. Pertanyaan kedua yaitu apakah

struktur dari kepribadian? Menurut Cattel terdapat 16 faktor, sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Eysenck berargumen terdapat tiga faktor, namun banyak ahli juga yang

berpendapat terdapat lima faktor. Pada akhirnya, penemuan kelima faktor

menjadi jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut.

Pada akhir tahun 1980-an, McCrae dan Costa mulai yakin bahwa

mereka dan para peneliti lainnya telah menemukan struktur yang cukup

stabil dari kepribadian. Bidang ini akhirnya mempunyai bahasa yang

disepakati bersama untuk mendeskripsikan kepribadian, dan hal tersebut

adalah kelima faktor yang telah disebut sebelumnya. Akan tetapi, untuk

mendeskripsikan sifat-sifat dari kepribadian tidak sama dengan menjelaskan

hal tersebut. Untuk dapat menjelaskan, ilmuwan membutuhkan teori dan

itulah yang menjadi proyek selanjutnya bagi McCrae dan Costa. Pada tahun

1996, McCrae dan Costa menolak teori-teori terdahulu karena dianggap

terlalu bergantung pada pengalaman klinis dan spekulasi pasif. Di tahun

1980-an, jurang antara teori klasik dan teori modern berbasis riset semakin

mulai terlihat. Teori-teori lama tersebut tidak dapat begitu saja ditinggalkan,

akan tetapi teori-teori tersebut harus dapat digantikan dengan teori generasi

baru yang tumbuh dari pemikiran konseptual masa lalu dan temuan empiris

dari penelitian kontemporer. Tekanan antara teori yang lama dan yang baru

inilah yang merupakan salah satu dorongan di balik usaha McCrae dan

Costa untuk dapat menemukan teori alternatif yang dapat mencapai lebih

dari sekedar taksonomi lima faktor (Feist & Feist, 2010).

Lebih lanjut, menurut McCrae dan Costa, teori yang baru harus dapat

mencakup perubahan dan pertumbuhan yang telah terjadi selama 25 tahun,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

namun tetap terikat pada prinsip empiris yang terjadi selama penelitian.

Selama 25 tahun, McCrae dan Costa berusaha untuk mengembangkan dan

mengelaborasikan lima faktor.

Kelima faktor tersebut juga dapat bertahan seiring dengan

bertambahnya usia seseorang, misalnya pada orangtua. Para orangtua

cenderung dapat mempertahankan struktur kepribadian yang sama saat

mereka bertambah tua apabila mereka tidak mengidap penyakit seperti

Alzheimer (Costa & McCrae, 2003).

Hal tersebut juga didukung oleh Goldberg (1990) yang menyatakan

bahwa kelima faktor atau yang disebut ”Big Five” dapat merepresentasikan

kepribadian individu dan lingkungannya. Untuk dapat menganalisis

kepribadian individu, maka model pengukuran yang digunakan adalah

model beda semantik, yaitu subjek diminta diberikan pilihan yang terdiri

atas 9 bagian (Peabody & Goldberg, 1990). Kemudian dimulai dari kutub

unfavorable sampai dengan kutub favorable dari sifat-sifat yang menjadi

bagian dari dimensi Big Five (Goldberg, 1992).

Untuk mendapatkan gambaran kepribadian yang maksimal, peneliti

perlu melakukan uji coba kepada subjek terhadap teori Big Five (Goldberg,

1990). Hal ini perlu dilakukan karena dalam penghitungan skala untuk

mengukur kepribadian Big Five, terdapat sebuah karakteristik yaitu

psikometri (Goldberg, 1990). Sehingga peneliti perlu lebih dalam

mengetahui sejauh mana sebuah angka atau nilai yang diperoleh individu

dapat menggambarkan kepribadiannya (Goldberg, 1990).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

2. Dimensi Kepribadian Big Five

Dimensi kepribadian Big Five berkembang melalui dua jenis

pendekatan penelitian, yaitu pendekatan psikoleksikal dan pendekatan

kuesioner. Dalam pendekatan psikoleksikal menggunakan seluruh katalog

yang signifikan sehingga dapat menggambarkan perbedaan individual yang

diperoleh dari berbagai bahasa. Selain itu, pendekatan psikoleksikal juga

menggunakan tahapan-tahapan dalam menggambarkan kepribadian.

Sedangkan dalam pendekatan kuesioner menggunakan beberapa sifat

khusus kepribadian yang ada dalam faktor kepribadian Big Five. Sifat-sifat

khusus yang terdapat dalam setiap faktor dimensi kepribadian Big Five

disebut dengan facet (Raad & Perugini, 2002).

Menurut Smith dan Williams (1992) pendekatan psikoleksikal dan

kuesioner bertujuan untuk menghasilkan lima faktor kepribadian yang sama.

Istilah model lima faktor kepribadian (The Five Factor Model of

Personality) dan model Big Five (The Big Five Model) merupakan istilah

yang sama sehingga dapat dipertukarkan.

Menurut Patty dan Johnson (1953) istilah dimensi cenderung digunakan

dalam pembicaraan berkaitan dengan tempramen dan kepribadian. Istilah

dimensi mengacu pada jangkauan atau jarak (range) dalam skala linear

seperti kompetitif-kooperatif, sosial-anti sosial, stabil-tidak stabil, tinggi-

rendahnya energi dan tinggi-rendahnya intelegensi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Pada pola pengukuran dimensi kepribadian Big Five, subjek diminta

untuk memberikan bobot penilaian atau keyakinan mereka terhadap

pasangan kata sifat yang terdapat dalam kontinum skala (Goldberg, 1992).

Dengan menggunakan kontinum skala, individu dapat dikatakan masih

memiliki facet sebelumnya atau tidak mengabaikan facet sebelumnya.

Misalnya, ketika individu memiliki skor tinggi pada kepribadian ekstrovert,

maka individu tersebut juga memiliki kepribadian intovert namun tidak

mendominasi.

McCrae dan Costa menyetujui pendapat Eysenck bahwa sifat dari

kepribadian adalah bipolar dan mengikuti distribusi lonceng. Artinya,

kebanyakan orang akan memiliki skor yang berada dekat dengan titik tengah

dari setiap sifat, dan hanya sedikit orang yang memiliki skor pada titik

esktrem. Neurotisme (N) dan Ekstraversi (E) adalah dua sifat kepribadian

yang paling kuat dan terjadi di mana-mana.

a. Ekstraversion

Dimensi Ekstraversion atau yang sering disebut juga surgency,

menunjukkan individu yang penuh semangat, antusias terhadap hal di

sekitarnya, dominan dan juga komunikatif (Friedman & Schustack,

2006). Individu dengan skor Ekstraversion yang tinggi cenderung penuh

kasih sayang, ceria, senang berbicara, senang berkumpul dan

menyenangkan. Hal ini membuat individu tersebut mampu bersikap

ramah, hangat dan asertif dengan orang lain (Friedman & Schustack,

2006). Sebaliknya, individu yang memiliki skor Ekstraversion yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

rendah biasanya tertutup, pendiam, penyendiri, pasif dan tidak

mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat (Feist

& Feist, 2010). Selain itu, pada umumnya individu juga cenderung

pemalu, tidak percaya diri dan submisif (Friedman & Schustack, 2006).

b. Agreeableness

Dimensi Agreeableness menunjukkan individu yang cenderung

mampu bersikap ramah, kooperatif, mudah percaya serta hangat

(Friedman & Schustack, 2006). Dalam dimensi ini juga dapat dibedakan

antara orang-orang yang berhati lembut dengan orang yang kurang

ramah. Individu yang memiliki skor Agreeableness yang tinggi

cenderung mudah percaya, murah hati, cenderung mengalah, mudah

menerima dan memiliki perilaku yang baik (Feist & Feist, 2010).

Sebaliknya, individu yang memiliki skor Agreeableness yang rendah

cenderung penuh curiga, kikir, tidak ramah, mudah kesal dan cenderung

suka mengkritik orang lain (Feist & Feist, 2010). Hal ini membuat

individu juga dipandang sebagai seseorang yang dingin, konfrontatif dan

kejam (Friedman & Schustack, 2006).

c. Conscientiousness

Dimensi Conscientiousness atau yang sering juga disebut Lack of

Impulsivity menunjukkan individu yang cenderung dapat diandalkan dan

bertanggung jawab (Friedman & Schustack, 2006). Dalam dimensi ini

juga mendeskripsikan individu yang cenderung teratur, terkontrol,

terorganisasi ambisius, fokus pada pencapaiannya dan memiliki disiplin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

diri yang baik (Feist & Feist, 2010). Secara umum, individu yang

memiliki skor Conscientiousness yang tinggi biasanya merupakan orang

yang suka bekerja keras, berhati-hati, tepat waktu dan mampu bertahan

(Feist & Feist, 2010). Sebaliknya, individu yang memiliki skor

Conscientiousness yang rendah atau impulsif cenderung tidak teratur,

ceroboh, pemalas, serta tidak memiliki tujuan dan lebih mudah menyerah

saat menemui kesulitan ketika mengerjakan sesuatu (Feist & Feist,

2010). Selain itu, individu juga cenderung berantakan dan tidak dapat

diandalkan (Friedman & Schustack, 2006). Kelima dimensi tersebut

membentuk sifat dari kepribadian pada model lima faktor, atau yang

sering disebut Big Five (Goldberg, 1981).

d. Neuroticsm

Dimensi Neuroticsm atau yang disebut juga Emotional Instability

menunjukkan individu yang cenderung gugup, sensitif, tegang serta

mudah cemas (Friedman & Schustack, 2006). Orang-orang yang

memiliki skor Neuroticsm yang tinggi cenderung penuh kecemasan,

tempramental, mengasihani diri sendiri, sadar akan dirinya sendiri,

cenderung emosional dan rentan terhadap gangguan yang berhubungan

dengan stres (Feist & Feist, 2010). Sebaliknya, orang-orang yang

memiliki skor Neuroticsm yang rendah cenderung tenang, tidak

tempramental, puas terhadap dirinya sendiri dan tidak emosional (Feist

& Feist, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Individu juga cenderung mampu bersikap tenang dan santai ketika

mengalami kesulitan (Friedman & Schustack, 2006). Menurut Hall dan

Lindzey (1957), dimensi Neurotisme dapat dibagi menjadi dua yaitu

Neuroticsm Introvert dan Neuroticsm Ekstravert. Pada individu yang

memiliki skor Neurotisme Introvert, individu cenderung menunjukkan

tendensi kecemasan yang terus meningkat dan memunculkan simtom

depresi. Hal ini mengakibatkan individu menjadi pribadi yang mudah

sakit hati, gugup, memiliki mood yang mudah berubah-ubah dan kurang

bisa bercanda dengan orang lain. Sedangkan pada individu dengan skor

Neurotisme Ekstravert, Hall dan Lindzey (1957) menjelaskan bahwa

individu pada dimensi ini cenderung menunjukkan tendensi simtom

histeris yang terus meningkat. Selain itu, individu juga cenderung

memiliki kesehatan yang buruk sehingga mudah sakit, serta memiliki

intelegensi yang rendah yang ditandai dengan berkurangnya kosakata

yang diketahui. Di sisi lain, individu cenderung masih dapat bercanda

dengan orang lain dibandingkan dengan individu pada dimensi

Neurotisme Introvert.

e. Openess

Dimensi Openess atau yang sering disebut juga Culture atau

Intellect menunjukkan individu yang terlihat imajinatif, menyenangkan,

kreatif, dan artistik (Friedman & Schustack, 2006). Dalam dimensi ini

dapat dibedakan antara orang-orang yang memilih keragaman dengan

orang-orang yang mempunyai suatu kebutuhan atas akhir yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

sempurna, serta yang tetap merasa nyaman dengan asosiasi mereka

terhadap hal-hal yang tidak asing. Orang-orang yang secara konsisten

mencari pengalaman yang berbeda dan bervariasi akan memiliki skor

yang tinggi pada dimensi Openess (Feist & Feist, 2010). Sebagai contoh,

seseorang yang terlihat sedang menikmati mencoba makanan baru di

sebuah restoran atau tertarik mencari restoran yang baru dan menarik.

Sebaliknya, mereka yang memiliki skor Openess yang rendah, hanya

akan bertahan dengan hal-hal yang tidak asing, yang mereka tahu akan

mereka nikmati.

Selain itu, individu dengan skor Openess yang tinggi juga cenderung

mempertanyakan nilai-nilai tradisional, sementara itu individu dengan

skor Openess yang rendah cenderung mendukung nilai tradisional dan

memelihara gaya hidup yang konstan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

skor pada dimensi Openess yang tinggi cenderung dimiliki oleh orang-

orang yang kreatif, imajinatif, penuh rasa penasaran, terbuka dan lebih

memilih variasi (Feist & Feist, 2010). Sebaliknya, skor pada dimensi

Openess yang rendah cenderung dimiliki oleh individu yang

konvensional, rendah hati, konservatif dan tidak terlalu penasaran

terhadap sesuatu (Feist & Feist, 2010). Selain itu, individu juga

cenderung menjadi orang yang dangkal dan membosankan serta

sederhana (Friedman & Schustack, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Tabel 1 : Model Lima-Faktor Kepribadian Costa dan McCrae (Feist and Feist, 2008)

Extraversion Skor Tinggi Skor Rendah Penuh perhatian

Mudah bergabung Aktif bicara Menyukai kelucuan Aktif Bersemangat

Cuek Penyendiri Pendiam Serius Pasif Tidak berperasaan

Agreeableness Skor Tinggi Skor Rendah Berhati lembut

Mudah percaya Murah hati Pendamai Pemaaf Baik hati

Kejam Penuh syak-wasangka Pelit Penentang Selalu mengkritik Mudah terluka

Conscientiousness Skor Tinggi Skor Rendah Peka nurani

Pekerja keras Teratur/tertib Tepat waktu Ambisius Tekun

Bebal Malas Tidak teratur/tertib Selalu terlambat Tidak berarah tujuan Mudah menyerah

Neuroticsm Skor Tinggi Skor Rendah Cemas

Tempramental Mengasihani diri Sadar diri Emosional Rentan

Tenang Bertempramen lembut Puas diri Merasa nyaman Dingin Kukuh

Openess Skor Tinggi Skor Rendah Imajinatif

Kreatif Orisinal Menyukai keragaman Penuh ingin tahu Liberal

Riil Tidak kreatif Tunduk pada konvensi Menyukai rutinitas Tidak mau tahu Konservatif

Mahasiswa

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun

1999 tentang Pendidikan Tinggi, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

dirumuskan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan

belajar pada perguruan tinggi tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia dijelaskan bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar di

perguruan tinggi, baik universitas, institut atau akademi. Selain itu, mereka

yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi juga dapat disebut sebagai

mahasiswa (Takwin, 2008). Hal ini juga didukung oleh Sarwono (1978)

yang menyatakan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan

batas usia antara 18-30 tahun. Selain itu, mahasiswa juga merupakan suatu

golongan dari masyarakat atau bagian dari masyarakat yang mempunyai dua

sifat manusia muda dan calon intelektual. Sehingga sebagai calon

intelektual, mahasiswa juga harus dapat berpikir secara kritis terhadap

kenyataan sosial.

Selain itu, dalam menjalani kehidupan perkuliahan, mahasiswa

diharuskan untuk menempuh studi akademis yang berupa tugas dan

tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa. Banyaknya mata kuliah yang

harus dikuasai mahasiswa seringkali membuat mereka menjadi sulit untuk

fokus dan kurang menguasai materi kuliah secara mendalam

(Republika.co.id). Akibatnya, jumlah mahasiswa yang mengalami stres

akademik terus meningkat setiap semester dan hal ini dialami oleh sebagian

besar pelajar di dunia (Strodl & Sun, 2014). Ketika sudah mengalami stres,

mahasiswa seringkali tidak mengukur resiko yang menimpa dirinya

sehingga cenderung untuk berperilaku sembarangan seperti merokok atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang (Sarwono,

1978).

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan, maka dapat

disimpulkan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar

secara resmi serta belajar di sebuah perguruan tinggi, universitas, institut,

maupun akademisi dan termasuk dalam bagian masyarakat yang tergolong

sebagai manusia muda dan calon intelektual.

Dinamika Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five Dan

Perilaku Merokok Rokok Elektronik pada Mahasiswa

Secara tidak langsung, kepribadian seseorang dapat mempengaruhi

perilaku atau kebiasaan sehat orang tersebut. Meskipun terdapat faktor-

faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku sehat seseorang, namun

faktor kepribadian juga turut berkontribusi dalam perilaku sehat yang

dilakukan. Demikian pula dengan dimensi kepribadian Big Five yang

berkaitan dengan perilaku merokok pada mahasiswa. Kelima dimensi

kepribadian tersebut meliputi Extraversion, Agreeableness,

Conscientiousness, Neuroticsm, dan Openess.

Dimensi pertama dalam Big Five yaitu dimensi Extraversion.

Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2008), skor tinggi yang

diperoleh individu pada dimensi kepribadian ini menunjukkan individu

yang penuh perhatian, aktif dan mudah bergabung, menyukai segala hal

yang bersifat lucu dan penuh semangat. Selain itu, individu juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

digambarkan senang bergaul, optimistik, bersahabat serta asertif (Burger,

2011). Individu yang memiliki perhatian penuh pada dirinya dan cenderung

asertif membuat individu tersebut menjadi lebih menjaga kesehatannya dan

cenderung mempertimbangkan segala resiko dari perilaku yang akan

dilakukan. Inidividu tersebut menjadi lebih sehat dan menghindari

melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok. Berbeda dengan individu

yang memiliki skor rendah pada dimensi Extraversion, maka akan

cenderung bersikap cuek, penyendiri, pendiam, serius, pasif dan tidak

berperasaan (McCrae dan Costa, dalam Feist & Feist, 2008). Hal ini juga

dapat diartikan bahwa individu tersebut merupakan orang yang Introvert,

sehingga cenderung akan menjaga jarak dengan orang lain, mandiri serta

cenderung dapat bergerak secara teratur atau hati-hati (Burger, 2011).

Dimensi kedua dalam Big Five yaitu dimensi Agreeableness.

Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2008), skor tinggi yang

diperoleh seseorang pada dimensi ini digambarkan sebagai individu yang

berhati lembut, cenderung mudah percaya dengan siapa saja, murah hati,

pendamai dan pemaaf serta baik hati. Selain itu, individu tersebut juga

memiliki perilaku yang suka menolong orang lain, perasaan simpatik yang

tinggi pada orang lain dan dapat membangun interaksi sosial yang

menyenangkan dengan orang lain (Burger, 2011). Dimensi Agreeableness

berkaitan dengan perilaku sehat karena individu menjadi lebih mudah untuk

bercerita dengan orang lain ketika sedang ada masalah. Hal ini juga dapat

mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis individu tersebut. Namun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

sebaliknya, pada individu yang memiliki skor rendah pada dimensi ini

cenderung berperilaku skeptis dan menyukai perdebatan atau berkompetisi

(Burger, 2011). Selain itu, menurut McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist,

2008), individu juga cenderung menjadi kejam, penuh prasangka, pelit,

cenderung suka menentang, selalu mengkritik dan mudah terluka. Sehingga

ketika individu tersebut memiliki masalah cenderung tidak mudah untuk

menceritakannya dengan orang lain. Hal tersebut mengakibatkan individu

tersebut menjadi lebih mudah untuk melampiaskan permasalahannya

dengan berperilaku tidak sehat seperti merokok.

Dimensi ketiga dalam Big Five yaitu dimensi Conscientiousness.

Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2008), individu yang

mendapatkan skor tinggi pada dimensi ini menggambarkan individu yang

peka nurani, pekerja keras, cenderung teratur dan tertib, tepat waktu,

ambisius dan tekun. Selain itu, dalam dimensi ini individu juga mampu

membuat perencanaan sebelum bertindak serta memiliki tekad yang bulat

(Burger, 2011). Menurut Sarafino (2001), dimensi Conscientiousness

memiliki hubungan dengan perilaku hidup sehat seseorang. Dalam beberapa

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga didapatkan hasil bahwa

individu yang memiliki skor Conscientiousness yang tinggi cenderung

menyadari pentingnya menjaga kesehatan. Sehingga individu tersebut

cenderung membuat perencanaan yang baik dan melakukan pencegahan

yang dapat memperpanjang kesehatan mereka seperti mengkonsumsi buah

dan sayur untuk meminimalisir resiko penyakit radiovaskular. Sementara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

itu, menurut McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2008), individu yang

mendapatkan skor rendah dalam dimensi Conscientiousness cenderung

berperilaku bebal, malas, tidak teratur dan tertib, selalu terlambat, tidak

memiliki arah tujuan dan mudah menyerah. Selain itu, individu juga

cenderung berperilaku sembarangan, perhatiannya mudah teralihkan dan

kurang dapat diandalkan (Burger, 2011). Pada individu yang memiliki

kebiasaan merokok, cenderung kurang memiliki kendali diri yang baik

sehingga cenderung berperilaku secara sembarangan termasuk merokok.

Hal ini juga didukung oleh Tomkins (dalam Sarafino, 2002) bahwa salah

satu alasan seseorang merokok yaitu karena merokok sudah menjadi

kebiasaan sehingga sering dilakukan tanpa kesadaran.

Dimensi keempat dalam Big Five yaitu dimensi Neuroticsm.

Dimensi ini menempatkan individu secara berkelanjutan mengikuti

stabilitas emosi dan penyesuaian diri (Burger, 2011). Pada individu yang

memiliki skor tinggi pada dimensi ini dicerminkan oleh perasaan sedih dan

emosi yang dapat berubah secara ekstrem, cenderung mudah cemas,

tempramental, mengasihani diri, sadar diri serta rentan emosional. Sifat-

sifat tersebut membuat individu cenderung kurang dapat mengontrol emosi

negatif yang ada di dalam diri mereka, sehingga hal tersebut menyebabkan

munculnya dorongan psikologis untuk mengurangi emosi negatif seperti

kecemasan, merasa kurang jantan dan tidak dewasa (Conrad dan Miller,

dalam Sitepoe, 2000). Salah satu cara yang digunakan untuk memenuhi

dorongan psikologis tersebut adalah dengan merokok. Ketika seseorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

mulai merokok, maka perilaku tersebut dapat digunakan untuk mengalihkan

kecemasan, menunjukkan kejantanan serta kedewasaan. Sebaliknya, pada

individu dengan skor Neuroticsm yang rendah cenderung tenang, memiliki

tempramen yang lembut, puas dengan dirinya sendiri, merasa nyaman,

dingin dan kukuh (Feist and Feist, 2008). Selain itu, individu juga dapat

menyesuaikan diri dengan baik dan tidak memunculkan reaksi emosi yang

ekstrem (Burger, 2011). Sehingga hal ini menunjukkan bahwa dapat

bersikap tenang ketika menghadapi masalah dan cenderung tidak

melakukan hal-hal yang menyimpang seperti merokok.

Dimensi kelima dalam Big Five yaitu dimensi Openess. Menurut

McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2008), pada individu yang

mendapatkan skor tinggi dalam dimensi ini menggambarkan individu yang

imajinatif, cenderung kreatif, orisinal, menyukai keragaman, penuh dengan

rasa ingin tahu dan liberal. Selain itu, individu tersebut juga bersedia untuk

menerima ide baru sehingga mampu berpikir luas dan merupakan pemikir

yang independen namun tidak kuno (Burger, 2011). Namun, keingintahuan

tersebut kurang diimbangi dengan informasi yang memadai, sehingga

individu menjadi kurang memahami resiko dari tindakan yang dilakukan

seperti mencoba untuk merokok. Sebaliknya, pada individu yang

mendapatkan skor rendah dalam dimensi ini digambarkan sebagai individu

yang riil, cenderung tidak kreatif, tunduk pada konvensi, menyukai rutinitas,

tidak mau tahu dan cenderung konservatif (McCrae dan Costa, dalam Feist

& Feist, 2008). Selain itu, individu tersebut juga cenderung menyukai hal-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

hal yang sudah familiar dan tidak tertarik untuk mencoba hal baru (Burger,

2011). Hal ini membuat individu menjadi kurang tertarik untuk mencoba

hal baru seperti mulai merokok.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa

kepribadian dapat mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku

merokok rokok eletronik. Tren rokok elektronik nampaknya juga telah

merambah ke Indonesia dan peminatnya pun juga sudah banyak termasuk

kalangan orang muda yang kebanyakan memiliki ketidakmampuan dalam

mengontrol ekspresi emosional yang ada dalam diri mereka (Lawton,

Kleban, Rajogopal, & Dean, 1992; Mc Conatha 1994, dalam Lin & Chuang,

2005). Salah satu individu yang termasuk dalam kategori manusia muda

adalah mahasiswa.

Ketika menjalani kehidupan perkuliahan, mahasiswa diharuskan

untuk menempuh studi akademis yang meliputi tugas dan tanggung jawab

sebagai seorang mahasiswa. Banyaknya tugas dan tanggung jawab tersebut

seringkali membuat mahasiswa mengalami suatu tekanan karena diharuskan

melampaui kemampuan dirinya. Hal ini juga terjadi pada mahasiswa di

Indonesia yang diharuskan memahami seluruh materi perkuliahan secara

mendalam sehingga menimbulkan kesan bahwa mahasiswa harus serba bisa

(Republika.co.id, 2014). Akibatnya, banyak mahasiswa yang mengalami

stres akademik (Govaerst & Gregoire, 2004). Fakta tersebut diperkuat

dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Liu (2005) kepada 368 siswa

sekolah di China. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa 90%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

siswa mengalami stres akademik yang disebabkan oleh ujian, kurangnya

prestasi di sekolah, banyaknya tugas sekolah, iklim sekolah yang kurang

mendukung serta ketatnya peraturan di sekolah tersebut.

Ketika mahasiswa mengalami stres, mereka seringkali tidak

mengukur resiko yang menimpa dirinya sehingga cenderung untuk

berperilaku sembarangan seperti merokok atau mengkonsumsi minuman

beralkohol dan obat-obatan terlarang (Sarwono, 1978). Hal ini juga

didukung oleh Sitepoe (2000) yang menyatakan bahwa alasan utama

seseorang merokok adalah untuk menghilangkan rasa jenuh, merasa

ketagihan dengan sensasi merokok dan untuk menghilangkan stres. Lebih

lanjut, Mu’tadin (2002) juga menjelaskan bahwa faktor kepribadian dapat

mempengaruhi perilaku sehat seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Skema Hubungan antara Dimensi Kepribadian Big Five dan Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik pada Ma

Individu

Skor extraversion

tinggi

Perilaku umum :

- Penuh perhatian

- Mudah bergaul

- Mudah bergabung

- Aktif bicara

- Menyukai kelucuan

- Optimistik

- Bersahabat

- Bersemangat

Individu cenderung lebih asertif dan memperhatikan dirinya sehingga indiviu akan menjaga kesehatannya dan mempertimbangkan resiko dari perilakunya, sehingga individu menjadi lebih sehat dan menghindari melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok.

Individu

Skor agreeableness

tinggi

Perilaku umum :

- Suka menolong

- Percaya penuh pada orang lain

- Simpatik pada orang lain

- Dapat membangun interaksi sosial yang menyenangkan dengan orang lain

Individu cenderung mudah menceritakan

permasalahannya dengan orang lain

sehingga hal tersebut membuatnya tidak

mudah untuk melampiaskan

permasalahannya dengan merokok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Individu Skor

conscientiousness tinggi

Perilaku umum :

- Memiliki disiplin diri yang baik

- Teratur

- Terbiasa membuat perencanaan sebelum bertindak

- Memiliki tekad yang bulat

Individu lebih menyadari

pentingnya berperilaku sehat

untuk menjaga kesehatannya.

Individu juga akan

menghindari perilaku tidak

sehat dan kebiasaan buruk

seperti merokok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Individu Skor neurotisme tinggi

Perilaku umum :

- Cemas

- Tempramental

- Mengasihani

diri

- Sadar diri

- Emosional

- Rentan

Seorang perokok memiliki dorongan psikologis untuk mengurangi emosi negatif yang ada dalam diri seperti kecemasan, merasa kurang jantan dan tidak dewasa. Merokok dapat digunakan sebagai cara untuk mengalihkan kecemasan, menunjukkan kejantanan dan kedewasaan.

Individu Skor openess tinggi

Perilaku umum :

- Pintar

- Analitis

- Suka penasaran

- Kreatif

- Imajinatif

Individu yang cenderung memiliki

rasa ingin tahu yang tinggi

terkadang kurang diimbangi

dengan pengetahuan atau

informasi yang cukup, sehingga

mudah tergoda untuk mencoba hal

baru seperti mencoba merokok

rokok elektronik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Hipotesis

Dalam penelitian ini terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis

mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang

mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Menurut

Kartono (1980), hipotesis mayor juga disebut dengan sumber dari anak-

anak hipotesis atau hipotesis minor. Sedangkan hipotesis minor adalah

hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor

dan merupakan jabaran dari hipotesis mayor (Kartono, 1980).

Hipotesis mayor dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara

dimensi-dimensi kepribadian Big Five dan intensitas perilaku merokok

rokok elektronik pada mahasiswa. Sehingga, hipotesis minor dalam

penelitian ini adalah:

a. Ada hubungan negatif antara dimensi Extraversion dan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Artinya, semakin tinggi skor

Extraversion, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada

mahasiswa menjadi semakin rendah.

b. Ada hubungan negatif antara dimensi Agreeableness dan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Artinya, semakin tinggi skor

Agreeableness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada

mahasiswa menjadi semakin rendah.

c. Ada hubungan negatif antara dimensi Conscientiousness dan intensitas

perilaku merokok rokok elektronik pada remaja. Artinya, semakin tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

skor Conscientiousness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik

pada remaja menjadi semakin rendah.

d. Ada hubungan positif antara dimensi Neuroticsm dan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Artinya, semakin tinggi skor

Neuroticsm, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada

mahasiswa menjadi semakin tinggi.

e. Ada hubungan positif antara dimensi Openess dan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Artinya, semakin tinggi skor

Openess, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada remaja

menjadi semakin tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif dengan analisis yang menekankan pada data-data numerikal atau

angka dan kemudian diolah dengan metode statistik (Azwar, 2004). Data-

data yang berupa angka tersebut diperoleh dari pengukuran dengan skala

terhadap variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Jenis

penelitian ini yaitu penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui

bentuk arah hubungan antara dua variabel atau lebih (Siregar, 2013).

Menurut Creswell (dalam Supratiknya, 2014) dalam penelitian korelasional

juga menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar

variabel-variabel yang diukur dengan instrumen-instrumen penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dimensi kepribadian

Big Five dengan perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa.

Identifikasi Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel X : Dimensi Kepribadian Big Five

2. Variabel Y : Intensitas Perilaku Merokok Rokok

Elektronik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Definisi Operasional

1. Dimensi Kepribadian Big Five

Dimensi kepribadian Big Five merupakan suatu dimensi kepribadian

dalam diri mahasiswa yang terdiri dari lima dimensi yang meliputi

dimensi Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticsm

dan Openess.

a. Dimensi Extraversion dicerminkan oleh individu yang memiliki

sifat dapat memusatkan perhatian dan pikiran kepada orang lain,

penuh vitalitas, banyak bicara atau cerewet, pemberani, aktif,

tegas dan suka berpetualang.

b. Dimensi Agreeableness dicerminkan oleh individu yang

memiliki sifat mudah didekati, baik, suka bekerjasama, tidak

egois, menyenangkan, bisa dipercaya dan suka memberi.

c. Dimensi Conscientiousness dicerminkan oleh individu yang

memiliki sifat tertata, bertanggung jawab, sangat hati-hati,

mudah mempraktekkan, teliti, pekerja keras dan pelit.

d. Dimensi Neuroticsm dicerminkan oleh individu yang memiliki

sifat marah, tegang, gugup, suka iri, tidak stabil, tidak puas dan

emosional.

e. Dimensi Openess dicerminkan oleh individu yang memiliki sifat

pintar, analitis, reflektif, suka penasaran, imajinatif, kreatif dan

kompleks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Data tentang dimensi kepribadian Big Five dalam penelitian ini

diperoleh melalui hasil adaptasi skala Transparent Bipolar Inventory dari

Goldberg (1992). Skala tersebut disusun menggunakan pasangan kata

sifat pada setiap faktor sebagai skala dimensi kepribadian Big Five yang

diberikan kepada para mahasiswa. Peneliti memilih skala ini karena

dalam skala Transparent Bipolar Inventory menggunakan skala

kontinum sehingga subjek dapat memberikan penilaiannya mulai dari

angka 1 sampai dengan 9, sehingga dan angka tersebut secara konsisten

dapat digunakan untuk menggambarkan dengan jelas kepribadian

individu (Goldberg, 1992).

Skor dimensi kepribadian Big Five tersebut dihitung berdasarkan

skor total untuk setiap dimensinya. Dalam skala tersebut, semakin tinggi

skor total yang diperoleh individu pada setiap dimensi, maka hal tersebut

menunjukkan bahwa individu cenderung merepresentasikan salah satu

dimensi tersebut. Begitu pula sebaliknya, apabila semakin rendah skor

total yang diperoleh individu pada setiap dimensi, maka hal tersebut

menunjukkan bahwa individu kurang merepresentasikan salah satu

dimensi kepribadian Big Five tersebut.

2. Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Intensitas perilaku merokok rokok elektronik adalah kuantitas dan

durasi ketika seseorang menghisap rokok dan menghembuskan asap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Dalam penelitian ini intensitas perilaku merokok rokok

elektronik diukur menggunakan skala intensitas merokok rokok

elektronik. Untuk mengukur intensitas perilaku merokok rokok

elektronik, peneliti melihat kuantitas dan durasi seseorang saat

menghirup rokok elektronik dalam jangka waktu tertentu (kompas.com,

2015). Peneliti menanyakan berapa banyak liquid (kuantitas) yang

dihabiskan subjek untuk menghisap rokok elektronik dalam sehari dan

seminggu. Selain itu, peneliti juga menanyakan berapa lama (durasi)

subjek telah menjadi seorang perokok aktif.

Selanjutnya, subjek diminta untuk memberikan respon dengan

cara memilih salah satu jawaban dari ketiga pilihan jawaban yang telah

disediakan sesuai dengan keadaan diri subjek yang sebenarnya. Skor

intensitas perilaku merokok rokok elektronik tersebut dihitung

berdasarkan skor total yang dihasilkan oleh individu ketika mengisi

skala tersebut pada masing-masing item. Semakin tinggi skor yang

diperoleh subjek maka hal tersebut menunjukkan tingginya intensitas

perilaku merokok rokok elektronik pada subjek. Begitu pula

sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka hal

tersebut menunjukkan rendahnya intensitas perilaku merokok rokok

elektronik pada subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa

dengan rentang usia 18-30 tahun. Karakteristik lain dari subjek adalah

mahasiswa yang sedang mengkonsumsi rokok elektronik. Penelitian ini

menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobability sample atau

nonrandom sampe atau disebut juga convenience sample, yaitu individu

yang diambil dari populasi dipilih secara sengaja menurut

pertimbangan tertentu sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki

kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel (Purwanto dan

Sulistyastuti, 2007).

Metode dan Alat Pengumpulan Data

1. Dimensi Kepribadian Big Five

Alat ukur kepribadian Big Five yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan hasil terjemahan dan adaptasi dari

Transparent Bipolar Inventory yang dikembangkan oleh Goldberg di

tahun 1992. Skala Transparent Bipolar Inventory merupakan skala

yang diadaptasi oleh peneliti dengan menggunakan metode back to

back translation. Dalam metode tersebut, kuesioner atau kalimat

diterjemahkan dalam bahasa sumber ke bahasa yang diinginkan,

kemudian diterjemahkan kembali oleh pihak kedua ke dalam bahasa

sumber. Terjemahan kembali dapat digunakan untuk membuktikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

bahwa terjemahan pertama memiliki arti yang dimaksud oleh peneliti

(Cateora dan Graham, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Tabel 2. Sebaran Item Skala Transparent Bipolar Inventory Sebelum Uji Coba

Dimensi (Presentase) Sifat (facet-facet) Unfavorable Favorable

Extraversion 7

20%

Memusatkan perhatian dan pikiran kepada diri sendiri

vs Memusatkan perhatian dan pikiran kepada orang lain

Tidak ada tenaga vs Penuh vitalitas Pendiam vs Cerewet Penakut vs Pemberani Tidak aktif vs Aktif Tidak tegas vs Tegas Tidak suka berpetualang

vs Suka berpetualang

Agreeableness 7

20%

Bersikap dingin vs Mudah didekati Tidak baik vs Baik Tidak bisa bekerjasama

vs Suka bekerjasama

Egois vs Tidak egois Tidak menyenangkan vs Menyenangkan Tidak bisa dipercaya vs Bisa dipercaya Pelit vs Suka memberi

Conscientiousness 7

20%

Tak tertata vs Tertata Tidak mempunyai rasa tanggung jawab

vs Bertanggung jawab

Tidak hati-hati vs Sangat hati-hati Tidak mudah mempraktekkan

vs Mudah mempraktekkan

Ceroboh vs Teliti Malas vs Pekerja keras Bermewah-mewahan vs Pelit

Neuroticsm / Emotional Stability

7 20%

Marah vs Tenang Tegang vs Rileks Gugup vs Tenang Suka iri vs Tidak suka iri Tak stabil vs Stabil Tak puas vs Puas Emosional vs Tidak emosional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Dimensi (Presentase) Sifat (facet-facet) Unfavorable Favorable

Openess / Intelect 7

20%

Tak berakal vs Pintar Tak analitis vs Analitis Tak reflektif vs Reflektif Cuek vs Suka penasaran Tidak imajinatif vs Imajinatif Tidak kreatif vs Kreatif Simpel vs Kompleks

35 (100%)

TOTAL

Dalam instrumen ini terdapat 50 item yang dirancang untuk

mengukur kelima dimensi kepribadian Big Five, yaitu Extraversion,

Agreeableness, Conscientiousness, Emotional stability / Neuroticsm

dan Openess to Experience. Kelima dimensi tersebut diukur

menggunakan facet-facet atau sifat-sifat yang terkandung dalam tiap-

tiap dimensi.

Pola dasar pengukuran yang digunakan dalam alat ukur ini

mengikuti model beda semantik, yaitu subjek diminta untuk

memberikan bobot penilaian atau keyakinan mereka terhadap pasangan

kata sifat yang terdapat pada setiap kontinum skala. Subjek diberikan

pilihan yang terdiri atas 9 bagian yang diberi angka 1 sampai dengan 9,

dimulai dari kutub unfavorable sampai dengan kutub favorable dari

sifat-sifat yang menjadi bagian dari dimensi Big Five yang diungkap

(Goldberg, 1992).

Dalam instrumen ini, cara pemberian skor dilakukan dengan

mengikuti angka yang dipilih oleh subjek. Angka 1 menunjukkan

adanya arah sikap yang unfavorable dengan intensitas yang tinggi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

sedangkan angka 9 menunjukkan adanya sikap yang favorable dengan

intensitas yang juga tinggi. Apabila subjek memberikan skor 5 yaitu

respon atau jawaban yang diletakkan di tengah, maka hal tersebut

menunjukkan adanya kenetralan sikap subjek terhadap sifat dalam

dimensi yang bersangkutan (Goldberg, 1992). Berikut ini adalah

ilustrasi dari skala dimensi kepribadian Big Five yang digunakan dalam

penelitian.

Ilustrasi Transparent Bipolar Inventory

Kutub unfavorable kutub favorable

Sangat Sedang Netral Sedang Sangat

Dingin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hangat

Egois 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak

egois

Secara keseluruhan Transparent Bipolar Inventory ini memiliki

35 item. Masing-masing dimensi terdiri dari 7 pasangan kata sifat.

Pasangan kata sifat tersebut merupakan kata sifat yang diidentifikasi

dari ciri-ciri perilaku individu dalam setiap dimensi.

Skor skala pada setiap dimensi diperoleh dengan cara

menjumlahkan skor semua item pada setiap dimensi. Semakin banyak

subjek memberikan jawaban yang favorable atau memilih angka 9,

maka semakin tinggi pula skor yang diperoleh subjek pada dimensi

tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi dimensi

kepribadian Big Five yang dimiliki subjek tersebut (Goldberg, 1992).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Sebaliknya, semakin banyak jawaban unfavorable yang

diberikan oleh subjek, maka semakin rendah pula skor yang diperoleh.

Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah pula dimensi

kepribadian Big Five yang dimiliki subjek tersebut. Pada skor di item

emotional stability, semakin rendah maka menunjukkan semakin

unfavorable skor atau individu semakin neuroticsm (Goldberg, 1992).

2. Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

variabel intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada penelitian

ini adalah dengan menggunakan skala pilihan yang merupakan bagian

dari rating scale atau skala penilaian. Dalam mengisi skala penilaian,

subjek diminta untuk menyatakan secara langsung jawaban atau

pendapat, perasaan atau sikap subjek terhadap pertanyaan atau konsep

tertentu dengan teknik tertentu, dan selanjutnya respon atau jawaban

tersebut diubah ke dalam bilangan atau nilai skala tertentu yang

mencerminkan atribut psikologis yang sedang menjadi objek

pengukuran (Supratiknya, 2014).

Skala intensitas perilaku merokok rokok elektronik yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan skala perilaku dengan model

pilihan ganda. Subjek diminta untuk memberikan jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan, atau memberikan penilaian terhadap objek

pengukuran atau konsep dengan cara memilih salah satu di antara dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

atau lebih jawaban yang sudah disediakan. Instrumen untuk mengukur

variabel perilaku merokok rokok elektronik dibuat sendiri oleh peneliti

berdasarkan kuantitas dan durasi merokok seseorang.

Tabel 3. Skor Respon pada Variabel Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik menggunakan Pertanyaan dengan Pilihan Ganda

Pilihan jawaban Skor A 3 B 2 C 1

Pertanyaan dengan pilihan ganda merupakan jenis pertanyaan

yang menyajikan lebih dari dua alternatif jawaban. Subjek harus

memilih satu jawaban yang paling benar atau paling sesuai dengan

keadaan dirinya (Supratiknya, 2015). Item-item pada skala ini

ditunjukkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat khusus terkait

dengan intensitas perilaku merokok rokok elektronik. Item-item

tersebut digunakan untuk dikorelasikan dengan dimensi kepribadian

Big Five. Masing-masing pilihan jawaban diberi skor, misalnya 3, 2,

dan 1 untuk jawaban a sampai dengan c pada item yang telah

disediakan. Skor seseorang pada skala merupakan jumlah skornya pada

masing-masing item. Penskalaan dengan teknik ini menghasilkan

pengukuran pada taraf ordinal (Allen & Yen, 1974 dalam Supratiknya,

2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah kualitas esensial yang dapat menunjukkan sejauh

mana suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang

hendak diukur (Supratiknya, 2014). Alat ukur dapat dikatakan memiliki

validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut dapat menjalankan fungsi

ukur atau akurat dalam melakukan pengukuran yang ingin diukur

(Azwar, 2010). Pengujian validitas yang digunakan dalam skala ini

adalah validitas isi. Validitas isi dapat berupa penilaian pakar atau ahli

terhadap kesesuaian antara bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur

(Supratiknya, 2014).

Validitas isi merupakan proses pengujian isi alat ukur yang

dilakukan berdasarkan professional judgement (Azwar, 2007). Validitas

ini dinilai berdasarkan penilaian dosen pembimbing sebagai

professional judgement untuk mengetahui kesesuaian item-item dalam

tes dengan dimensi yang hendak diungkap. Selain itu, validitas isi dalam

skala Transparent Bipolar Inventory yang merupakan skala adaptasi

diterjemahkan oleh peneliti dan dibantu juga oleh ahli bahasa, kemudian

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing skripsi. Peneliti juga

berkonsultasi kepada dosen pembimbing skripsi sebagai ahli mengenai

skala perilaku merokok rokok elektronik yang dibuat sendiri oleh

peneliti. Skala tersebut kemudian diujicobakan dan dianalisis dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

analisis item untuk menguji kejelasan dan keefektivan petunjuk serta

rumusan item-itemnya (Supratiknya, 2015).

2. Seleksi Item

Seleksi item merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan

validitas isi oleh expert judgement dan dilakukan tryout dengan

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 25. Seleksi item

perlu dilakukan untuk memutuskan item-item mana yang dipandang

langsung memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam bentuk final tes.

Dalam seleksi item, peneliti perlu memilih mana yang perlu terlebih dulu

direvisi dan diuji-cobakan kembali sebelum dimasukkan ke dalam

bentuk final tes, dan mana yang harus digugurkan karena memiliki ciri-

ciri statistik yang terlalu jauh dari yang dipersyaratkan (Supratiknya,

2014). Setelah melakukan uji coba skala, peneliti melakukan

diskriminasi item dengan cara menghitung korelasi antara distribusi skor

per item dengan distribusi skor skala untuk memilih item yang baik.

Ketika melakukan seleksi item, peneliti melihat besarnya koefisien

korelasi item total yang berada dalam kisaran -1.00 sampai dengan +1.00

(Supratiknya, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik daya

diskriminasi item, maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka

1.00. Jika skor semakin mendekati angka 0 atau memiliki tanda negatif,

maka item tersebut akan didiskriminasi (Azwar, 2009). Kriteria

pemilihan item berdasar pada korelasi item total dengan batasan rix ≥

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

0,40. Item-item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,20 memiliki

daya diskriminasi yang memuaskan, sedangkan item dengan rix atau ri(x-

i) kurang dari 0,20 maka dapat diinterpretasikan sebagai item yang

memiliki daya diskriminasi rendah sehingga harus digugurkan atau

direvisi secara total (Supratiknya, 2014).

Uji coba skala dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2017 hingga

27 Desember 2017 dengan responden sejumlah 52 orang. Hasil uji coba

dianalisis dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 25.

Hasil uji coba skala adalah sebagai berikut :

a. Skala Transparent Bipolar Inventory

Pada skala Transparent Bipolar Inventory dengan item

sejumlah 35 buah, tidak didapatkan item yang menunjukkan nilai rix

< 0,30. Hal tersebut menunjukkan bahwa item-item tersebut

memiliki daya beda yang tinggi. Tabel skala Transparent Bipolar

Inventory setelah dilakukan uji coba adalah sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Tabel 4. Sebaran Item Skala Transparent Bipolar Inventory Setelah Uji Coba

Dimensi (Presentase)

Sifat (facet-facet)

Unfavorable Favorable Extraversion

7 20%

Memusatkan perhatian dan pikiran kepada diri sendiri

vs Memusatkan perhatian dan pikiran kepada orang lain

Tidak ada tenaga vs Penuh vitalitas Pendiam vs Cerewet Penakut vs Pemberani Tidak aktif vs Aktif Tidak tegas vs Tegas Tidak suka berpetualang

vs Suka berpetualang

Agreeableness 7

20%

Bersikap dingin vs Mudah didekati Tidak baik vs Baik Tidak bisa bekerjasama

vs Suka bekerjasama

Egois vs Tidak egois Tidak menyenangkan vs Menyenangkan Tidak bisa dipercaya vs Bisa dipercaya Pelit vs Suka memberi

Conscientiousness 7

20%

Tak tertata vs Tertata Tidak mempunyai rasa tanggung jawab

vs Bertanggung jawab

Tidak hati-hati vs Sangat hati-hati Tidak mudah mempraktekkan

vs Mudah mempraktekkan

Ceroboh vs Teliti Malas vs Pekerja keras Bermewah-mewahan vs Pelit

Neuroticsm / Emotional Stability

7 20%

Marah vs Tenang Tegang vs Rileks Gugup vs Tenang Suka iri vs Tidak suka iri Tak stabil vs Stabil Tak puas vs Puas Emosional vs Tidak emosional

Openess / Intelect 7

20%

Tak berakal vs Pintar Tak analitis vs Analitis Tak reflektif vs Reflektif Cuek vs Suka penasaran Tidak imajinatif vs Imajinatif Tidak kreatif vs Kreatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Simpel vs Kompleks 35

(100%) TOTAL

b. Skala Intensitas Perilaku Merokok Elektronik

Hasil uji coba skala intensitas perilaku merokok rokok

elektronik yang memiliki 3 item pertanyaan khusus yang akan

dikorelasikan menunjukkan bahwa tidak didapatkan item yang

menunjukkan nilai rix < 0,30. Hal tersebut menunjukkan bahwa

item-item tersebut memiliki daya beda yang tinggi sehingga tidak

digugurkan.

3. Reliabilitas

Menurut Azwar (2000) reliabilitas merupakan sejauh mana hasil

pengukuran dapat dipercaya. Sebuah alat tes yang reliabel dapat

menunjukkan konsistensi hasil pengukuran ketika prosedur

pengetesannya dilakukan secara berulang kali terhadap suatu populasi

individu atau kelompok (AERA, APA & NCME, 1999 dalam

Supratiknya, 2014). Nilai tinggi maupun rendah dari reabilitas alat ukur

ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas. Artinya bahwa semakin tinggi

koefisien reliabilitas, maka semakin baik alat ukur tersebut, dan begitu

pula sebaliknya.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi

internal yang bertujuan melihat konsistensi antar item atau antar bagian

dalam tes. Untuk mencari estimasi reliabilitas konsistensi internal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

tersebut, maka dapat digunakan rumus dari Alpha Cronbach dengan

bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 25.

Teknik tersebut membagi skala menjadi dua atau tiga bagian, sehingga

setiap bagian akan berisi item-item dengan jumlah yang sama

banyaknya (Azwar, 2012). Teknik ini dianggap efektif karena peneliti

dapat memperoleh data melalui penyajian satu bentuk skala dalam

waktu sekali saja pada kelompok subjek, sehingga masalah yang dapat

timbul seperti pengulangan tes pada pendekatan reliabilitas ini dapat

dihindari (Azwar, 2012). Skala reliabilitas yang baik memiliki skor

minimum 0,7, sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa semakin

mendekati angka 1 maka semakin baik skala tersebut. Apabila skala

reliabilitas memiliki skor dibawah 0,7 maka skala tersebut menjadi

kurang baik untuk digunakan karena kesalahan baku skor tampak besar,

sehingga interpretasi skor menjadi meragukan (Supratiknya, 2014).

a. Skala Transparent Bipolar Inventory

Tabel 5. Reliabilitas Skala Transparent Bipolar Inventory Dimensi Jumlah

item Reliabilitas Skala dari Jurnal Asli

Reliabilitas

Extraversion 7 0,950 0,834 Agreeableness 7 0,930 0,866

Conscientiousness 7 0,960 0,785 Neuroticsm 7 0,900 0,920

Openess 7 0,980 0,880

Reliabilitas pertama pada dimensi Extraversion pada skala

Transparent Bipolar Inventory dalam penelitian ini menunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

nilai koefisien alpha untuk 7 item sebesar 0,834. Pada jurnal asli

(Goldberg, 1992), dimensi Extraversion memiliki reliabilitas sebesar

0,950. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi Extraversion pada

skala Transparent Bipolar Inventory tergolong reliabel. Selanjutnya,

reliabilitas kedua pada dimensi Agreeableness pada skala Transparent

Bipolar Inventory dalam penelitian ini menunjukkan nilai koefisien

alpha untuk 7 item sebesar 0,866. Pada jurnal asli (Goldberg, 1992),

dimensi Agreeableness memiliki reliabilitas sebesar 0,930. Hal

tersebut menunjukkan bahwa dimensi Agreeableness pada skala

Transparent Bipolar Inventory tergolong reliabel.

Reliabilitas ketiga pada dimensi Conscientiousness pada skala

Transparent Bipolar Inventory dalam penelitian ini menunjukkan

nilai koefisien alpha untuk 7 item sebesar 0,785. Pada jurnal asli

(Goldberg, 1992), dimensi Conscientiousness memiliki reliabilitas

sebesar 0,960. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi

Conscientiousness pada skala Transparent Bipolar Inventory

tergolong reliabel. Selanjutnya, reliabilitas keempat pada dimensi

Neuroticsm pada skala Transparent Bipolar Inventory dalam

penelitian ini menunjukkan nilai koefisien alpha untuk 7 item sebesar

0,920. Pada jurnal asli (Goldberg, 1992), dimensi Neuroticsm

memiliki reliabilitas sebesar 0,900. Hal tersebut menunjukkan bahwa

dimensi Neuroticsm pada skala Transparent Bipolar Inventory

tergolong reliabel. Reliabilitas kelima pada dimensi Openess pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

skala Transparent Bipolar Inventory dalam penelitian ini

menunjukkan nilai koefisien alpha untuk 7 item sebesar 0,880. Pada

jurnal asli (Goldberg, 1992), dimensi Openess memiliki reliabilitas

sebesar 0,980. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi Openess

pada skala Transparent Bipolar Inventory tergolong reliabel.

b. Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Reliabilitas pada skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok

Elektronik untuk 3 item pertanyaan khusus yang akan dikorelasikan

setelah diuji coba pada penelitian ini menunjukkan nilai koefisien

alpha sebesar 0,835. Hal tersebut menunjukkan bahwa skala intensitas

perilaku merokok rokok elektronik tergolong reliabel.

Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian untuk mengecek data penelitian

dari populasi dengan sebaran normal atau tidak (Santoso, 2010).

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu

dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan teknik Kolmogrov-Smirnov dengan

bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antar

variabel yang dianalisis apakah memiliki hubungan yang linear atau

tidak (Priyatno, 2014). Dalam penelitian ini pengujian linearitas

menggunakan program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 25. Uji linearitas dapat dilihat apabila hubungan antar

variabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus. Hal ini dapat

terlihat dari penurunan atau peningkatan kuantitas di salah satu

variabel yang akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau

penurunan kuantitas di variabel lainnya. Menurut Santoso (2010), uji

linearitas digunakan untuk melihat kekuatan hubungan antara dua

variabel dalam sebuah penelitian. Jika nilai p > 0.05, maka hubungan

antar dua variabel menjadi tidak linear atau lemah.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan untuk melihat

hubungan antara dimensi kepribadian Big Five dengan perilaku

merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Masing-masing

hipotesis pada penelitian ini diuji dengan menggunakan formula

korelasi Product Moment Pearson. Teknik korelasi ini digunakan

untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua

variabel apabila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio,

dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama

(Sugiyono, 2014). Rumus korelasi ini baik diterapkan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

menghitung koefisien korelasi antara skor item dan skor total tes

khususnya pada jenis-jenis multi-point item, yaitu jenis item yang

memiliki kisaran skor 1-4 atau lebih (Kline, 1986; Crocker & Algina,

2008 dalam Supratiknya, 2014).

Apabila asumsi tidak terpenuhi, maka masing-masing hipotesis

dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan formula korelasi

Spearman Rank. Dalam teknik korelasi ini, sumber data untuk kedua

variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang

tidak sama. Selain itu, jenis data yang dikorelasikan adalah data

ordinal, serta data dari kedua variabel tidak harus membentuk

distribusi normal. Sehingga, korelasi Spearman Rank bekerja

dengan data ordinal/berjenjang/ranking dan bebas distribusi

(Sugiyono, 2014). Dalam menguji hipotesis-hipotesis ini, peneliti

melakukan perhitungan dengan menggunakan program Statistical

Product and Service Solution (SPSS) versi 25.

Uji signifikansi dengan korelasi produk momen menghasilkan

nilai -1 dan +1 yang menunjukkan arah hubungan positif dan negatif

antar variabel (Sugiyono, 2010). Semakin mendekati angka 1 maka

korelasi semakin mendekati sempurna. Arah hubungan yang positif

menunjukkan bahwa pola hubungan searah atau semakin tinggi A

maka semakin tinggi pula B (Sugiyono, 2010). Jika nilai sig. atau p

< 0.05, maka hipotesis nol ditolak atau ada hubungan signifikan

antara dua variabel. Begitu pula sebaliknya, apabila nilai sig. atau p

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

> 0.05, maka hipotesis nol diterima atau tidak ada hubungan yang

signifikan antara dua variabel (Sugiyono 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama dua minggu mulai hari Senin tanggal

1 Januari 2018 hingga hari Rabu tanggal 24 Januari 2018. Subjek penelitian

ini adalah mahasiswa/i dengan kriteria rentang usia 18-30 tahun yang

sedang mengkonsumsi rokok eletronik atau vape. Pengambilan data

dilakukan dengan menyebar skala penelitian kepada beberapa mahasiswa/i

sesuai kriteria dari berbagai universitas di Yogyakarta. Selain itu, peneliti

juga menyebar skala penelitian kepada para mahasiswa yang tergabung

dalam komunitas vape dan memberikan skala kepada mahasiswa yang

merupakan konsumen di berbagai vape store di Yogyakarta. Peneliti

membuat skala dalam bentuk online, sehingga sebelum melakukan

pengambilan data, peneliti memberi arahan kepada beberapa teman yang

bersedia membantu supaya subjek yang dituju sesuai dengan kriteria

penelitian. Pengambilan data juga dilakukan di beberapa tempat yang

berbeda berdasarkan ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh

subjek penelitian. Total subjek yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 132 orang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa/i yang sedang

mengkonsumsi rokok eletronik atau vape dan berada dalam batasan usia 18

hingga 30 tahun. Data demografi subjek yang terlibat dalam penelitian ini

dapat dideskripsi sebagai berikut :

Tabel 6. Deskripsi Usia Subjek Usia Jumlah Persentasi

18 – 21 tahun 62 orang 46%

22 – 24 tahun 70 orang 54%

Total 132 orang 100%

Tabel 7. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Jenis Kelamin Jumlah Persentasi

Laki-laki 102 orang 77%

Perempuan 30 orang 23%

Total 132 orang 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Tabel 8. Deskripsi Waktu saat Subjek Merokok Rokok Elektronik Waktu Jumlah Persentasi

Saat ada teman yang membawa rokok elektronik

20 orang 15%

Tidak menentu 8 orang 6% Saat ada waktu senggang 17 orang 13% Saat sedang berkumpul dengan teman

10 orang 8%

Ketika sedang ingin merokok

4 orang 3%

Saat hujan dan kehabisan rokok batang

5 orang 4%

Setiap saat 12 orang 9% 2 kali sehari 1 orang 0,75% Sesekali saja 3 orang 2% Saat sedang ingin merokok rokok elektronik

6 orang 4,5%

Setiap ada kesempatan 8 orang 6% Sebelum dan setelah kuliah

3 orang 2%

Saat jeda kuliah 2 orang 1,5% Setelah makan 6 orang 4,5% Saat di kost 2 orang 1,5% Saat di kampus 2 orang 1,5% Saat di luar rumah 2 orang 1,5% Saat sedang bersama pacar

2 orang 1,5%

Sebelum tidur 1 orang 0,75% Sore atau malam 1 orang 0,75% Setelah bangun tidur 1 orang 0,75% Sedang galau, sedih dan ada masalah

6 orang 4,5%

Sedang sendiri 2 orang 1,5% Sedang istirahat 8 orang 6%

TOTAL 132 orang 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Tabel 9. Deskripsi Perasaan Subjek saat Merokok Rokok Elektronik Perasaan Jumlah Persentasi Senang 111 orang 84%

Tidak Senang 21 orang 16% TOTAL 132 orang 100%

Tabel 10. Deskripsi Perasaan Subjek Ketika dapat Mengeluarkan Asap yang Banyak Meskipun Rasanya Tidak Enak

Perasaan Jumlah Persentasi Puas 40 orang 30%

Tidak Puas 92 orang 70% TOTAL 132 orang 100%

Tabel 11. Deskripsi Lamanya Subjek Mulai Merokok Rokok Elektronik

Lama Waktu Jumlah Persentasi ≤ 2 tahun (kurang dari

2 tahun) 20 orang 15%

2 tahun < (lebih dari 2 tahun)

112 orang 85%

TOTAL 132 orang 100%

Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian bertujuan untuk mengetahui tinggi

rendahnya intensitas perilaku merokok rokok elektronik dan kepribadian

Big Five. Deskripsi data dilakukan dengan cara mencari mean empiris dan

mean teoritis. Mean teoritis adalah hasil perhitungan manual berdasarkan

skor terendah dan skor tertinggi yang dapat diraih dalam sebuah skala. Hal

ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Mean Teoritis = (����������������������)�(�����������������������)

Mean empiris merupakan rata-rata dari skor yang dimiliki oleh subjek

penelitian. Mean empiris yang lebih tinggi dari mean teoritis menunjukkan

bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat dimensi kepribadian Big

Five dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik yang tinggi.

Sebaliknya, mean empiris yang lebih rendah mean teoritis menunjukkan

bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat dimensi kepribadian Big

Five dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik yang rendah. Selain

itu, deskripsi data pada penelitian ini juga menggunakan uji One-Sample

Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang

signifikan antara mean teoritis dan mean empiris. Skor mean empiris dan uji

One-Sample Test didapatkan dengan menggunakan SPSS for Windows versi

25.

Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil

perhitungan mean teoritis dimensi kepribadian Big Five sebagai berikut :

1. Dimensi Extraversion

Mean Teoritis = (��)�(��)

� =

��

� = 35

Tabel 12. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Extraversion

Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.

35 42,93 10,316 0,000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala

Transparent Bipolar Inventory yaitu dimensi Extraversion (Tabel 12)

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari

dimensi Extraversion. Mean teoritis pada skala dimensi Extraversion sebesar

35 dan mean empiris sebesar 42,93 (SD = 10,316). Hasil ini menunjukkan

bahwa mean empiris secara secara signifikan lebih tinggi daripada mean

teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini

memiliki dimensi Extraversion yang cenderung tinggi.

2. Dimensi Agreeableness

Mean Teoritis = (��)�(��)

� =

��

� = 35

Tabel 13. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Agreeableness

Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala Transparent

Bipolar Inventory yaitu dimensi Agreeableness (Tabel 13) diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari dimensi

Agreeableness. Mean teoritis pada skala dimensi Agreeableness sebesar 35

dan mean empiris sebesar 42,93 (SD = 9,462). Hasil ini menunjukkan bahwa

Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.

35 42,93 9,462 0,000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

mean empiris secara signifikan lebih tinggi daripada mean teoritis, sehingga

dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki dimensi

Agreeableness yang cenderung tinggi.

3. Dimensi Conscientiousness

Mean Teoritis = (��)�(��)

� =

��

� = 35

Tabel 14. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Conscientiousness

Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala Transparent

Bipolar Inventory yaitu dimensi Conscientiousness (Tabel 14) diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari dimensi

Conscientiousness. Mean teoritis pada skala dimensi Conscientiousness

sebesar 35 dan mean empiris sebesar 46,19 (SD = 8,448). Hasil ini

menunjukkan bahwa mean empiris secara signifikan lebih tinggi daripada

mean teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini

memiliki dimensi Conscientiousness yang cenderung tinggi.

4. Dimensi Neuroticsm / Emotional Stability

Mean Teoritis = (��)�(��)

� =

��

� = 35

Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.

35 46,19 8,448 0,000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Tabel 15. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Neuroticsm / Emotional Stability

Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala Transparent

Bipolar Inventory yaitu dimensi Neuroticsm / Emotional Stability (Tabel 15)

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari

dimensi Neuroticsm / Emotional Stability. Mean teoritis pada skala dimensi

Neuroticsm / Emotional Stability sebesar 35 dan mean empiris sebesar 45,19

(SD = 11,123). Hasil ini menunjukkan bahwa mean empiris secara signifikan

lebih tinggi daripada mean teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek

dalam penelitian ini memiliki dimensi Neuroticsm / Emotional Stability yang

cenderung tinggi.

5. Dimensi Openess

Mean Teoritis = (��)�(��)

� =

��

� = 35

Tabel 16. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Openess

Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.

35 45,19 11,123 0,000

Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.

35 44,70 9,981 0,000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala Transparent

Bipolar Inventory yaitu dimensi Openess (Tabel 16) diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari dimensi

Openess. Mean teoritis pada skala dimensi Openess sebesar 35 dan mean

empiris sebesar 44,70 (SD = 9,981). Hasil ini menunjukkan bahwa mean

empiris secara signifikan lebih tinggi daripada mean teoritis, sehingga dapat

disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki dimensi Openess

yang cenderung tinggi.

Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil

perhitungan mean teoritis dan mean empiris intensitas perilaku merokok

rokok elektronik sebagai berikut :

Mean Teoritis = (��)�(��)

� =

��

� = 6

Tabel 17. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala intensitas

perilaku merokok rokok elektronik (Tabel 17) diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari intensitas perilaku

merokok rokok elektronik. Mean teoritis pada skala intensitas perilaku

Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.

6 7,27 1,907 0,000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

merokok rokok elektronik sebesar 6 dan mean empiris sebesar 7,27 (SD =

1,907). Hasil ini menunjukkan bahwa mean empiris secara signifikan lebih

tinggi daripada mean teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek

dalam penelitian ini memiliki intensitas perilaku merokok rokok elektronik

yang cenderung tinggi.

Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan untuk melihat apakah data penelitian

memenuhi syarat untuk dianalisis menggunakan teknik korelasi

tertentu. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dengan

menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan uji linearitas dengan

menggunakan test for linearity dengan bantuan SPSS for Windows versi

25.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah nilai residual yang

dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak

(Priyastama, 2017). Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas

adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data tersebut

berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05

maka data tersebut tidak berdistribusi normal (Ragam Model Penelitian

dan Pengolahannya dengan SPSS, 2017). Hasil uji normalitas

menggunakan Lilliefors Significance Correction pada Kolmogorov-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Smirnov melalui SPSS for Windows versi 25 dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig. Dimensi Extraversion ,140 132 ,000 Dimensi Agreeableness ,164 132 ,000 Dimensi Conscientiousness ,196 132 ,000 Dimensi Neuroticsm ,148 132 ,000 Dimensi Openess ,165 132 ,000 Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

,211 132 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan hasil bahwa data

penelitian dimensi Extraversion, dimensi Agreeableness, dimensi

Conscientousness, dimensi Neuroticsm dan dimensi Openess yang

merupakan skala Transparent Bipolar Inventory (p = 0,000) memiliki

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat diasumsikan

bahwa data penelitian pada skala Transparent Bipolar Inventory

memiliki distribusi yang tidak normal. Pada data penelitian skala

intensitas perilaku merokok rokok elektronik (p = 0,000) memiliki nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data

penelitian pada skala intensitas perilaku merokok rokok elektronik juga

memiliki distribusi yang tidak normal. Dengan demikian, uji hipotesis

pada penelitian ini akan menggunakan teknik korelasi non-parametrik

Spearman’s rho.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antar

variabel yang ingin dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak, sehingga

peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara

linear oleh peningkatan atau penurunan di variabel lainnya (Santoso,

2010). Suatu hubungan variabel dapat dikatakan linear jika memiliki nilai

p < 0,05. Sebaliknya, jika nilai p > 0,05, maka hubungan antar variabel

tersebut tidak linear. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 19. Hasil Uji Linearitas Dimensi Extraversion

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Extraversion

Sig. Deviation from Linearity

0,069 0,848

Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian

memiliki pola hubungan yang tidak linear (tidak lurus) karena nilai

signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,069). Namun, dalam perhitungan tersebut

juga didapatkan hasil bahwa nilai deviation from linearity lebih dari 0,05 (p

> 0,848) yang berarti semakin besar nilai persebarannya maka data tersebut

semakin bervariasi. Nilai deviation from linearity dapat menunjukkan

selinear apa data yang dipergunakan. Apabila nilai deviation from linearity

lebih besar dari nilai signifikansi, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pola hubungan yang linear pada variabel intensitas perilaku merokok rokok

elektronik dengan salah satu dimensi kepribadian Big Five yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Extraversion, sehingga dimensi tersebut memenuhi syarat untuk dilanjutkan

pada uji hipotesis.

Tabel 20. Hasil Uji Linearitas Dimensi Agreeableness

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Agreeableness

Sig. Deviation from Linearity

0,000 0,020

Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian

memiliki pola hubungan yang linear (lurus) karena nilai signifikansi kurang

dari 0,05 (p > 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa intensitas perilaku

merokok rokok elektronik memiliki hubungan yang linear dengan salah satu

dimensi kepribadian Big Five yaitu Agreeableness, sehingga pengolahan

data dapat dilanjutkan pada uji hipotesis.

Tabel 21. Hasil Uji Linearitas Dimensi Conscientiousness

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Conscientiousness

Sig. Deviation from Linearity

0,011 0,002

Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian

memiliki pola hubungan yang linear (lurus) karena nilai signifikansi

kurang dari 0,05 (p > 0,011). Hal ini menunjukkan bahwa intensitas

perilaku merokok rokok elektronik memiliki hubungan yang linear

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

dengan salah satu dimensi kepribadian Big Five yaitu Conscientiousness,

sehingga pengolahan data dapat dilanjutkan pada uji hipotesis.

Tabel 22. Hasil Uji Linearitas Dimensi Neuroticsm

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Neuroticsm

Sig. Deviation from Linearity

0,086 0,030

Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian

memiliki pola hubungan yang tidak linear (p > 0,086) dengan intensitas

perilaku merokok rokok elektronik. Dalam perhitungan tersebut juga

diperoleh nilai deviation from linearity yang kurang dari 0,05 (p < 0,030),

yang berarti semakin kecil nilai persebarannya maka data tersebut

semakin tidak bervariasi. Nilai deviation from linearity dapat

menunjukkan selinear apa data yang dipergunakan (Santoso, 2010).

Apabila nilai deviation from linearity lebih kecil dari nilai signifikansi,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pola hubungan yang linear

pada variabel intensitas perilaku merokok rokok elektronik dengan salah

satu dimensi kepribadian Big Five yaitu Neuroticsm, sehingga dimensi

tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilanjutkan pada uji hipotesis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Tabel 23. Hasil Uji Linearitas Dimensi Openess

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Openess

Sig. Deviation from Linearity

0,054 0,085

Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian

memiliki pola hubungan yang linear (lurus) karena nilai signifikansi

kurang dari 0,05 (p > 0,030). Hal ini menunjukkan bahwa intensitas

perilaku merokok rokok elektronik memiliki hubungan yang linear

dengan salah satu dimensi kepribadian Big Five yaitu Openess, sehingga

pengolahan data dapat dilanjutkan pada uji hipotesis.

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji asumsi, diketahui bahwa skala Transparent

Bipolar Inventory dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik tidak

terdistribusi secara normal. Oleh karena itu, maka pengujian hipotesis

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

Spearman’s rho dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 dan menggunakan

program SPSS for Windows versi 25. Hasil pengujian hipotesis dapat

dilihat pada tabel berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Tabel 24. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Extraversion

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Dimensi Extraversion

Correlation Coefficient

-0,163 -0,163

Sig. 0,031 0,031

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi

Spearman’s rho, diketahui bahwa dimensi Extraversion dan intensitas

perilaku merokok rokok elektronik memiliki koefisien korelasi sebesar -

0,163 dengan nilai signifikansi sebesar 0,031 (p > 0,05). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan

antara dimensi Extraversion dan intensitas perilaku merokok rokok

elektronik secara keseluruhan. Jadi, semakin tinggi dimensi

Extraversion, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik akan

semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dimensi Extraversion,

maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik akan semakin tinggi.

Dengan demikian, maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan

diterima.

Tabel 25. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Agreeableness

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Dimensi Agreeableness

Correlation Coefficient

-0,267 -0,267

Sig. 0,001 0,001

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi

Spearman’s rho, diketahui bahwa dimensi Agreeableness dan intensitas

perilaku merokok rokok elektronik memiliki koefisien korelasi sebesar -

0,267 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan

antara dimensi Agreeableness dan intensitas perilaku merokok rokok

elektronik secara keseluruhan. Jadi, semakin tinggi dimensi

Agreeableness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik akan

semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dimensi Agreeableness,

maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik akan semakin tinggi.

Dengan demikian, maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan

diterima.

Tabel 26. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Conscientiousness

Intensitas Perilaku Merokok Rokok

Elektronik

Dimensi Conscientiousness

Correlation Coefficient

-0,158 -0,158

Sig. 0,035 0,035

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi

Spearman’s rho, diketahui bahwa dimensi Conscientiousness dan

intensitas perilaku merokok rokok elektronik memiliki koefisien korelasi

sebesar -0,158 dengan nilai signifikansi sebesar 0,035 (p < 0,05). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

signifikan antara dimensi Conscientiousness dan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik secara keseluruhan. Jadi, semakin tinggi

dimensi Conscientiousness, maka intensitas perilaku merokok rokok

elektronik akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dimensi

Conscientiousness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik

akan semakin tinggi. Dengan demikian, maka hipotesis dalam penelitian

ini dinyatakan diterima.

Peneliti tidak melanjutkan uji hipotesis pada dimensi Neuroticsm

dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik karena dimensi

Neuroticsm gagal memenuhi asumsi pada uji linearitas. Dengan

demikian, hipotesis peneliti mengenai adanya hubungan yang positif

antara dimensi Neuroticsm dan intensitas perilaku merokok rokok

elektronik ditolak.

Tabel 27. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Openess

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Dimensi Openess

Correlation Coefficient

0,163 0,192

Sig. 0,014 0,014

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi

Spearman’s rho, diketahui bahwa dimensi Openess dan intensitas

perilaku merokok rokok elektronik memiliki koefisien korelasi sebesar

0,192 dengan nilai signifikansi sebesar 0,014 (p < 0,05). Hasil tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara dimensi Openess dan intensitas perilaku merokok rokok

elektronik secara keseluruhan. Jadi, semakin tinggi dimensi Openess,

maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik akan semakin tinggi.

Sebaliknya, semakin rendah dimensi Openess, maka intensitas perilaku

merokok rokok elektronik akan semakin rendah. Dengan demikian, maka

hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima.

Pembahasan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara

dimensi kepribadian Big Five dan intensitas perilaku merokok rokok

elektronik pada mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dimensi Extraversion dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik

memiliki hubungan yang negatif dan signifikan (r = -0,163; p = 0,031). Hasil

penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi

Extraversion maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada

mahasiswa menjadi semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dimensi

Extraversion maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik yang

dilakukan mahasiswa menjadi semakin tinggi. Hasil ini sesuai dengan

hipotesis yang telah diajukan peneliti yaitu, dimensi Extraversion dan

intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa memiliki

hubungan yang negatif dan signifikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

negatif dan signifikan antara dimensi Extraversion dan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Hal tersebut mendukung hasil

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa

mahasiswa yang memiliki kepribadian Extraversion secara signifikan dapat

menghasilkan perilaku yang stabil saat masih remaja (Costa & McCrae,

1998). Perilaku stabil tersebut secara konsisten membuat mahasiswa dapat

menerapkan pola-pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,

menurut Costa dan McCrae (1998) kepribadian merupakan dimensi penting

yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap perilaku sehat mahasiswa.

Ketika sudah memasuki masa perkuliahan, mahasiswa cenderung

dapat mengalami stres karena banyaknya tugas dan tanggung jawab yang

harus dilakukan. Menurut Shahjenan, et al (2011), ketidakstabilan emosi

menjadi salah satu gejala stres dalam aspek psikosial yang dapat

mempengaruhi seseorang dalam mengkoonsumsi sebuah produk secara

berlebihan. Selain itu, beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa

sasaran utama iklan adalah orang-orang yang kurang memiliki emosi yang

stabil sehingga lebih mudah untuk dipengaruhi dalam mengkonsumsi suatu

produk. Hal tersebut nampaknya tidak terjadi pada individu yang memiliki

kepribadian Extraversion, sebab penelitian lain menyatakan bahwa individu

yang memiliki kepribadian Extraversion cenderung dapat keluar atau

bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga cenderung mengalami emosi

yang positif (Clark & Watson, 1991). Emosi tersebut membuat individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

cenderung dapat menghasilkan perilaku yang positif terkait dengan

kesehatan seperti rutin melakukan olahraga. Perilaku sehat tersebut

dilakukan sebagai perilaku preventif untuk menjaga kesehatan (Coetzer &

Rothman, 2003). Oleh karena itu, individu yang memiliki kepribadian

Extraversion cenderung dapat menghindari perilaku-perilaku tidak sehat

seperti mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan merokok (Clark &

Watson, 1991).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dimensi Agreeableness

dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik memiliki hubungan yang

negatif dan signifikan (r = -0,267; p = 0,001). Hasil penelitian yang

diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi Agreeableness,

maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa

menjadi semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dimensi

Agreeableness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada

mahasiswa menjadi semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang

telah diajukan peneliti yaitu, dimensi Agreeableness dan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik memiliki hubungan yang negatif dan signifikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

negatif dan signifikan antara dimensi Agreeableness dan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Dalam kehidupan perkuliahan,

seorang mahasiswa yang cenderung mengalami banyak tekanan dalam

menghadapi tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswa

cenderung dapat mengalami tingkat stres yang tinggi. Hal tersebut dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

terlihat dari kemunduran prestasi, kecemasan dan tingkah laku yang

cenderung maladaptif, mengalami masalah terkait dengan psikososial dan

ketidakstabilan emosi (Sarafino, 2008). Hal tersebut mendukung pernyataan

Eysenck (1980) yang secara konsisten beranggapan bahwa merokok identik

dengan sikap antisosial. Hal ini juga didukung oleh Smith (1967) yang

menemukan bahwa perokok cenderung tidak mudah menyetujui pendapat

atau saran untuk tidak merokok dari teman sebaya.

Rendahnya skor Agreeableness bukan hal yang baru, sebab beberapa

penelitian juga menunjukkan bahwa sifat memberontak berkaitan erat

dengan tidak mudah menyetujui pendapat orang lain sehingga hal tersebut

turut memberikan kontribusi pada etiologi merokok (Stewart & Livson,

1966 dalam Costa & Teraciano, 2003). Selain itu, individu dengan skor

Agreeableness yang rendah juga memiliki sifat antagonis, bermusuhan dan

tidak toleran. Hal ini disebabkan karena individu tersebut memiliki

kebutuhan yang lebih rendah pada persetujuan sosial, sehingga mereka lebih

memilih untuk memulai merokok atau tetap melanjutkan untuk merokok

meskipun mereka mengetahui bahwa merokok sangat merugikan diri sendiri

dan orang lain (Costa & Teraciano, 2003).

Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa dimensi

Conscientiousness dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik

memiliki hubungan yang negatif dan signifikan (r= -0,158; p = 0,035). Hasil

penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin rendah dimensi

Conscientiousness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi dimensi Conscientiousness,

maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik semakin rendah. Hasil

ini sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan peneliti yaitu, dimensi

Conscientiousness dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik

memiliki hubungan yang negatif dan signifikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

negatif dan signifikan antara dimensi Conscientiousness dan intensitas

perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Dalam menjalankan

kehidupan sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk dapat mencerminkan

diri sebagai calon intelektual yang mampu berpikir kritis (Sarwono, 1978).

Untuk itu, mahasiswa diharuskan memahami seluruh mata kuliah yang

diberikan dan dituntut untuk menjadi manusia yang serba bisa (Republika,

2014). Tidak jarang hal tersebut membuat mahasiswa mengalami stres

karena merasa bahwa dirinya kurang memiliki sumber daya yang memadai

untuk menangani tuntutan yang dirasakan dari sebuah situasi (Govaers &

Gregoire, 2004). Hal tersebut membuat mahasiswa menjadi kurang sadar

ketika melakukan suatu perilaku seperti membeli suatu produk tanpa alasan

yang penting, melainkan hanya untuk mencari kesenangan dan bagian dari

gaya hidup modern (Herabadi, et al., 2009).

Hal tersebut juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Bogg dan Roberts (2004), yang menyatakan bahwa individu

dengan skor Conscientiousness yang rendah sering dikaitkan dengan

perilaku negatif yang berkaitan dengan berbagai resiko kesehatan. Skor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

rendah tersebut menunjukkan bahwa individu memiliki kesadaran

berperilaku sehat yang masih rendah. Misalnya, individu dengan skor

Conscientiousness yang rendah lebih cenderung untuk mengkonsumsi

tembakau, minuman beralkohol hingga menggunakan narkoba (Elkins,

King, McGue, & Iacono, 2006; Flory, Lynam, Milich, Leukefeld, &

Clayton, 2002; Terracciano & Costa, 2004; Trull & Sher, 1994; Walton &

Roberts, 2004 dalam Hong & Paunonen, 2009). Selain itu, bentuk perilaku

negatif lainnya dicerminkan dengan aktivitas seks bebas dan tidak tertib saat

berkendara di jalan (Arthur & Graziano, 1996; Schwebel, Severson, Ball, &

Rizzo, 2006 dalam Hong & Paunonen, 2009). Hal ini juga didukung oleh

Raynor dan Levine (2009) yang menyatakan bahwa individu dengan skor

Conscientiousness rendah cenderung tidak dapat menerima serta mematuhi

peraturan yang berlaku di masyarakat seperti memakai sabuk pengaman dan

tidak mengkonsumsi minuman beralkohol sebelum mencapai usia yang

telah ditetapkan Pemerintah. Individu cenderung tidak dapat membuat

keputusan dengan hati-hati serta kurang mempertimbangkan keuntungan

dan kerugian ketika melakukan perilaku tidak sehat termasuk merokok dan

pesta minuman keras. Selain itu, kurangnya perencanaan yang baik

membuat individu menjadi malas untuk melakukan upaya pencegahan yang

dapat memperpanjang kesehatan mereka, seperti mengkonsumsi buah dan

sayur untuk meminimalisir resiko penyakit radiovaskular dan kanker.

Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi

Neuroticsm dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

hubungan yang tidak linear (p = 0,086) dengan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik. Dalam perhitungan tersebut juga diperoleh

nilai deviation from linearity yang kurang dari 0,05 (p < 0,030), yang

berarti semakin kecil nilai persebarannya maka data tersebut semakin

tidak bervariasi. Dalam hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

nilai deviation from linearity lebih kecil dari nilai signifikansi, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pola hubungan yang linear pada

variabel intensitas perilaku merokok rokok elektronik dengan salah satu

dimensi kepribadian Big Five yaitu Neuroticsm. Oleh karena itu, dimensi

tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilanjutkan pada uji hipotesis.

Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti

adanya outliers (data yang aneh) dan keunikan individu yang menjadi

subjek dalam pengisian skala ini (Widhiarso, 2011). Peneliti menduga

bahwa adanya data outliers disebabkan karena subjek yang kurang

konsisten dalam mengisi skala Transparent Bipolar Inventory terutama

dalam dimensi Neuroticsm. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

perhitungan skala dalam Microsoft Excel yang cenderung menunjukkan

angka dengan rentang yang jauh, seperti misalnya di item bagian atas

subjek memberikan skor yang tinggi pada sifat-sifat yang berkaitan

dengan dimensi Neuroticsm, namun di beberapa item terakhir subjek

memberikan skor yang rendah pada dimensi Neuroticsm. Peneliti juga

menduga bahwa subjek belum benar-benar memahami kepribadian

mereka yang sesungguhnya. Namun, kekurangan tersebut justru dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

menjadi sebuah keunikan karena sesungguhnya masing-masing individu

memiliki kepribadian yang berbeda-beda.

Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dimensi

Openess dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik memiliki

hubungan yang positif dan signifikan (r = 0,192; p = 0,014). Hasil

penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi

Openess, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik menjadi

semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah dimensi Openess, maka

intensitas perilaku merokok rokok elektronik menjadi semakin rendah.

Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan peneliti yaitu,

dimensi Openess dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik

memiliki hubungan yang positif dan signifikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

negatif dan signifikan antara dimensi Openess dan intensitas perilaku

merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa,

mereka dituntut untuk dapat berpikir secara kritis dan kreatif sehingga

seringkali mahasiswa memiliki rasa keingintahuan yang tinggi

(Republika, 2014). Akan tetapi, seringkali minimnya informasi yang

diterima oleh mahasiswa mengakibatkan pengambilan keputusan

menjadi relatif cepat dan singkat (Dawson & Kim, 2009). Hal ini juga

membuat mahasiswa tidak mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum

melakukan pembelian suatu produk (Bayley & Nancarrow, 1998).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zvolensky dan

rekan-rekannya selama 10 tahun dengan subjek sebanyak 2.101 orang

dewasa Amerika, ditemukan bahwa skor yang tinggi pada dimensi

Openess memiliki hubungan yang signifikan dengan peningkatan resiko

penggunaan rokok seumur hidup. Menurut Cheng & Furnham (2016),

meskipun tidak banyak penelitian yang membahas tentang dimensi

Openess dan intensitas merokok, namun sesungguhnya kedua hal

tersebut sangat berkaitan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Cheng & Furnham (2016), yang menunjukkan

bahwa individu dengan skor Openess yang tinggi cenderung memiliki

rasa ingin tahu yang tinggi sehingga membuat individu tertarik untuk

melakukan eksperimen dengan mencoba merokok di usia muda.

Eksperimen tersebut bertujuan untuk membuktikan apakah nantinya

tembakau benar-benar dapat membuat mereka menjadi kecanduaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dimensi

Extraversion dan dimensi Conscientiousness memiliki nilai korelasi r = -

0,163; p = 0,031 > 0,05 dan r = -0,158; p = 0,035 > 0,05. Kemudian, dimensi

Agreeableness dan Openess memiliki nilai korelasi r = -0,267; p = 0,001

dan r = 0,192; p = 0,014. Selanjutnya, pada dimensi Neuroticsm tidak

terdapat hubungan yang linear dengan intensitas perilaku merokok rokok

elektronik pada mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara dimensi Extraversion,

Agreeableness, dan Conscientiousness. Kemudian, tidak terdapat hubungan

yang positif pada dimensi Neuroticsm dan pada dimensi Openess terdapat

hubungan yang positif dengan intensitas perilaku merokok rokok elektronik

pada mahasiswa. Hal ini berarti semakin tinggi skor pada dimensi

Extraversion, Agreeableness dan Conscientiousness, maka intensitas

perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa menjadi semakin

rendah. Kemudian, semakin tinggi skor pada dimensi Openess, maka

intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa menjadi

semakin tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Saran

1. Bagi Subjek

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat dimensi

kepribadian Big Five memiliki hubungan yang signifikan dengan intensitas

perilaku merokok rokok elektronik. Oleh karena itu, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi para mahasiswa pengguna rokok

elektronik. Mahasiswa diharapkan dapat lebih menyadari perilaku

merokoknya sehingga mampu mengevaluasi apakah merokok itu

bermanfaat untuk dirinya atau justru merugikan. Selain itu, mahasiswa juga

diharapkan dapat lebih memahami kepribadiannya, sehingga dapat

mengetahui secara jelas hal-hal positif dan negatif yang ada di dalam

dirinya. Dengan memahami kepribadiannya, mahasiswa diharapkan

mampu menerima dirinya sendiri dan juga mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitarnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa skala penelitian tidak

terdistribusi secara normal, sehingga data yang dihasilkan dalam penelitian

ini tidak dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi. Untuk penelitian

selanjutnya, peneliti menyarankan supaya subjek yang digunakan dalam

penelitian dapat lebih diperluas, sehingga semakin dapat mewakili jumlah

populasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

DAFTAR PUSTAKA

Antonio Terracciano & Paul T. Costa, Jr. (2004). Smoking and the Five-Factor Model of Personality. Laboratory of Personality and Cognition National Institute on Aging, No. 99, 472 – 481.

Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi (Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. Bayley, G., Nancarrow, C. (1998). Impulse Purchasing a Qualitative Exploration of

the Phenomenon. An International Journal, Vol. 1. No. 2. Pp. 99-114. Burger, J. M. (2011). Introduction to Personality (8th ed.). Stamford, CT: Cengage

Learning. Creswell, John W. (2012). Research Design Pendekatan Penelitian Kualitatif,

Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dawson, S., & Kim, M. (2009). External and Internal Trigger Cues of Impulsive

Buying Online. An International Journal, Vol. 3, halaman 20-34. Desideria B. (2014, Desember 01). Awas Rokok Elektronik 10 Kali Lebih Bahaya

Daripada Rokok Biasa. Liputan 6. Dipungut 25 Maret, 2017, dari m.liputan6.com/health/read/2140636/awas-rokok-elektronik-10-kali-lebih-bahaya-daripada-rokok-biasa

Douglas A. Raynor, PhD; Heidi Levine, PhD (2009). Associations Between the Five-Factor Model of Personality and Health Behaviors Among College Students. Journal of American College Health, Vol. 58, No. 1, Pp. 73 – 82.

Feist, J. & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality: 6th Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Feist, J. & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality: 7th Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Feist, J. & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika. Friedman H. S., & Schustack M. W. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset

Modern: Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga Furnham A,. & Cheng, H. (2016). The Big-Five Personality traits, Maternal

Smoking during Pregnancy, and Educational Qualifacations as Predictors of Tobacco Use in a Nationally Representative Sample. Journal Plos One. Pp. 1-10.

Graham, Cateora P. R. (2007). Pemasaran Internasional 2 (Edisi 13). Jakarta: Salemba Empat.

Goldberg, L. R. (1990). An alternative “Description of Personality”. The Big-Five factor structure. Journal of Personality and Social Psychology, 59, 1216-1229.

Hall C. S., & Lindzey G. (1963). Theories of Personality. New York: John Willey & Sons, Inc.

Info POM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Vol. 16 No. 5 September-Oktober 2015

John M. Malouff, dkk. (2006). The Five-Factor Model of Personality and Smoking: A Meta-Analysis. Journal Drug Education. Vol. 36, halaman 47-58.

Karch, M.D., Steven B. 1998. Drug Abuse Handbook. New York: CRC Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Karnia, D. (2015, April 23). Penyakit Mematikan Akibat Sering Isap Asap Rokok. Okezone. Dipungut 25 Maret 2017 dari https://www.google.co.id/amp/lifestyle.okezone.com/amp/2015/04/23/481/1138748/penyakit-mematikan-akibat-sering-isap-rokok-elektronik?espv=1

Kartono, K., & Gulo, D., (1980). Kamus Psikologi. Bandung: CV. Pionir Jaya.

Komalasari, Dian & Helmi, Avin Fadilla. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 28: 37-47.

Leventhal, Howard & Cleary, Paul D. 1980. The Smoking Problem: A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin, 80(2) Pp. 370-405.

Lewis R. Goldberg (1992). The Development of Markets for the Big-Five Factor Structure. American Psychological Association, Inc. Vol. 4, No. 1, 26-42.

Maharani D. (2016, Oktober 10). Korban Rokok Elektronik Meledak Semakin Banyak. Kompas. Dipungut 25 Maret 2017 dari health.kompas.com/read/2016/10/10/124500423/korban.rokok.elektronik.meledak.semakin.banyak

Maharani D. (2015, Agustus 27). Awas, Shisha 1 Jam Setara Menghisap 100 Batang Rokok!. Kompas. Dipungut 9 Mei 2018 dari https://sains.kompas.com/read/2015/08/27/184000423/Awas.Shisha.1.Jam.Setara.Menghisap.100.Batang.Rokok.

Mengukur Beban Kuliah Mahasiswa. (2014, Agustus 15). Diakses pada Maret 13, 2018, from Republika.co.id: http://www.republika.co.id/berita/koran/pendidikankoran/14/08/15/macq6x-mengukur-beban-kuliah-mahasiswa

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja (online). Diakses 3 Juli 2017 dari http://www.e-psikologi.com/remaja/050602.html

Oskamp, Stuart. (1984). Applied Social Psychology. New Jersey: Prentice Hall. Pasaribu, A. (2015, Maret 3). Zat Berbahaya yang Terkandung dalam Rokok

Elektrik. Antara News. Dipungut 3 Juli 2017 dari http://www.antaranews.com/berita/483066/zat-berbahaya-yang-terkandung-dalam-rokok-elektrik

Peabody, D., & Goldberg, L. R. (1989). Some determinants of factor structures from personality-trait descriptors. Journal of Personality and Social Psychology, 57, 552-567.

Priherdityo, E. (2016, Mei 31). Di Indonesia, Rokok Sudah Jadi Kebutuhan ‘Primer’. CNN Indonesia. Dipungut 27 Maret 2017 dari http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160531020808-277-134583/di-indonesia-rokok-sudah-jadi-kebutuhan-primer/

Priyatno, D. (2014). SPSS 22: Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi Offset. Priyastama, R. (2017). Buku Sakti Kuasai SPSS Pengolahan Data & Analisis Data.

Yogyakarta: PT. Anak Hebat Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Psikologi Indonesia Forum. 2006. Pengaruh terapi Hipnosa Terhadap intensitas Perilaku Merokok di Kalangan Pria Dewasa Dini, (online), (http://groups. google.co.id/group/psikologi-indonesia-forum/browse_thread/thread/6c3a8-daf8702f1f7/935da65c0ebf1f93%23935da65c0ebf, diakses 24 September 2017).

Purwadarminta, W. J. S. (1972). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwandono A. (2017, Maret 10). Vapor Rokok Elektronik yang Sedang Naik Pamor. KR Jogja. Dipungut 25 Maret, 2017 dari krjogja.com/web/news/read/26712/Vapor_Rokok_Elektronik_yang_Sedang_Naik_Pamor

Purwanto & Sulistyastuti. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.

Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi, Dari Blog menjadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sarafino, E. P. (2002). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions: 4th Edition. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions: 7th Edition. Hlm. 138-139. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Sarwono, J. (2006). Perbedaan antara Pemimpin dan Aktivis dalam Gerakan Protes Mahasiswa. Jakarta: Bulan Bintang.

Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta: Gramedia. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo. Stephanie Booth-Kewley & Ross R. Vickers, Jr. (1994). Associations Between

Major Domains of Personality and Health Behavior. Journal of Personality. No. 62:3, 281-298.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sulaiman R.M. (2017). Terbukti! Nge-vape Bikin Orang Merokok Lebih Banyak.

Detikhealth. Dipungut 8 November 2017 dari https://health.detik.com/read/2017/06/20/085850/3536094/763/terbukti-nge-vape-bikin-orang-merokok-lebih-banyak

Suparno, P. S.J. (2011). Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Takwin. (2008). Menjadi Mahasiswa. Diakses pada Juli 3, 2017, dari bagustakwinmultiply.com: http://bagustakwin.multiply.com/journal/item/18.

Tanpa penulis (2015). Berapa Batang Rokok yang Anda Habiskan Sehari?. Tribunnews.com. Dipungut dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

http://jogja.tribunnews.com/2015/08/23/berapa-batang-rokok-yang-anda-habiskan-sehari

Tanpa Penulis. (2017, Maret 25). Indonesia Darurat Rokok. Koran Jakarta. Dipungut 25 Maret 2017 dari www.koran-jakarta.com/indonesia-darurat-rokok/

Tanpa Penulis. (2015, Mei 16). Mendag Gobel : Penjualan Rokok Elektronik Dilarang Total. Detik Finance. Dipungut 25 Maret 2017 dari https://m.detik.com/finance/ekonomi-bisnis/2916302/mendag-gobel-penjualan-rokok-elektronik-dilarang-total

Tim Litbang Wahana Komputer. (2017). Ragam Model Penelitian & Pengolahannya dengan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset

Wardana A. K. (25 Mei 2016) Jumlah Perokok di Indonesia Terbanyak di Dunia Kalahkan Rusia dan China. Tribun news. Dipungut 6 April 2016, dari https://www.google.co.id/amp/makassar.tribunnews.com/amp/2016/05/25/jumlah-perokok-di-indonesia-terbanyak-di-dunia-kalahkan-rusia-dan-china?espv=1

Widhiarso, W. (2011). Berurusan dengan ouliers. Diskusi Metodologi Penelitian. Dipungut 12 Februari 2017 dari http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2011/02/21/berurusan-dengan-outliers/

Wood, S.E; Wood, E.G; Boyd, D. 2007. The World of Psychology. Boston: Pearson Zulfa M. (2015). Apakah Kebiasaan Merokok Anda Tergolong Berat? Hitung

dengan Rumus Ini. Kompas.com. Dipungut dari http://lifestyle.kompas.com/read/2015/11/02/130900323/Apakah.Kebiasaan.Merokok.Anda. Tergolong.Berat.Hitung.dengan.Rumus.Ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

LAMPIRAN A Skala Uji Coba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

SKALA UJI COBA

Sebagai bagian dalam Penyusunan Skripsi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Anindya Winda Kusumawati

139114051

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Yogyakarta, 14 Maret 2018

Kepada

Yth. Saudara/Saudari yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,

Dengan ini saya:

Nama : Anindya Winda Kusumawati

Kontak : 085326215947 ([email protected])

Institusi : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa, maka peneliti

mohon kesediaan saudara/i membantu serta berpartisipasi untuk memberikan

tanggapan pada pernyataan-pernyataan yang telah peneliti susun dalam skala

penelitian ini.

Saat merespon pernyataan-pernyataan tersebut, saudara/i diharapkan dapat

mengisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi saudara/i dalam

kehidupan sehari-hari. Pada skala ini, tidak ada penilaian benar atau salah. Data

yang diberikan oleh saudara/i sangat terjaga kerahasiannya. Pada saat mengisi skala

ini, mohon untuk selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang

diberikan, karena hasil dari pengisian skala ini akan digunakan untuk kepentingan

akademik.

Peneliti mengucapkan terimakasih atas waktu dan kesediaan saudara/i untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hormat saya,

(Peneliti)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa

adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun. Saya bersedia mengisi skala

ini dengan sukarela, demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini.

Semua respon yang saya berikan dalam skala ini, benar-benar mewakili apa

yang saya alami dalam kehidupan sehari-hari dan bukan atas pandangan

masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan izin agar jawaban saya dapat

digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini.

Yogyakarta, .................................. 2017

Menyetujui,

.......................................... (Tanda Tangan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

IDENTITAS RESPONDEN

Umur :

Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu yang sesuai)

Pekerjaan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan berikut ini. Saudara/i diminta

untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan

perilaku merokok rokok elektronik Saudara/i, dengan cara memberi tanda silang

(X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.

Jawaban setiap individu dapat berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-

masing dan sangat diharapkan untuk memeriksa kembali semua jawaban dari

pernyataan yang ada setelah mengerjakan skala ini, supaya tidak ada yang

terlewatkan.

Saya sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan Saudara/i ketika mengerjakan skala ini.

Contoh :

Apakah anda seorang perokok?

a. Ya

b. Tidak

Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda sama

dengan (=) pada jawaban pertama kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban

yang dipilih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

SKALA BAGIAN PERTAMA

Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan! Selamat Mengerjakan! Pertanyaan Umum :

1. Apakah anda seorang pengguna rokok elektrik?

a. Ya b. Tidak

2. Kapan biasanya anda merokok elektrik?

............................................................................................................

..............

3. Apakah menghirup rokok elektrik dapat membuat anda merasa

senang dan

segar?

a. Ya b. Tidak

4. Ketika sedang merokok vape, apakah anda merasa puas ketika

dapat mengeluarkan asap yang banyak meskipun rasanya tidak

enak?

a. Ya b. Tidak

5. Berapa lama anda mulai merokok vape terhitung dari waktu

pertama kali merokok atau hanya mencoba rokok?

a. ≤ 2 tahun

b. 2 tahun <

Pertanyaan Khusus :

1. Kira-kira berapa banyak cairan (liquid) yang biasanya anda habiskan

dalam kurun waktu satu hari?

a. ± 1 ml - 3 ml

b. ± 4 ml - 5 ml

c. 5 ml >

2. Berapa banyak cairan (liquid) yang biasanya anda habiskan dalam

kurun waktu satu minggu?

a. ± 1 ml – 15 ml

b. ± 16 ml – 30 ml

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

c. 30 ml >

3. Berapa lama waktu yang anda butuhkan dalam sehari untuk merokok?

a. < 30 menit

b. 30 – 60 menit

c. 60 menit >

Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang

terlewatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Pada halaman berikut, terdapat beberapa pasangan kata sifat yang dimiliki oleh

setiap orang pada umumnya.

Saudara/i diminta untuk memberikan tanda X (silang) pada angka yang

menggambarkan diri Saudara/i. Angka tersebut bergerak dari 1 (satu) sampai 9

(sembilan).

Contoh :

sabar 1 2 3 4 5 6 7 8 9

emosional

sabar 1 2 3 4 5 6 7 8 9

emosional

Pada contoh di atas, jika Saudara/i merasa sebagai seorang yang sangat

sabar, Saudara/i memberi tanda X (silang) pada angka 1 (satu). Tetapi jika Saudara/i

merasa sebagai seorang yang sangat emosional, Saudara/i memberi tanda X (silang)

pada angka 9 (sembilan). Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara

memberikan tanda X (silang) pada jawaban yang akan dipilih.

Pada setiap pandangan kata sifat tersebut hanya ada satu jawaban saja.

Berikanlah jawaban Saudara/i pada salah satu angka yang sesuai dengan

kecenderungan diri Saudara/i pada seluruh pasangan kata sifat. Tidak ada jawaban

yang atau benar sehingga mohon diisi sesuai dengan keadaan diri Saudara/i

sejujur-jujurnya.

Apabila Saudara/i telah selesai, mohon diperiksa kembali supaya tidak ada

yang terlewati.

Terima kasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

SKALA BAGIAN KEDUA

EKSTRAVERSION

Tidak

Sangat Sedang Keduanya Sedang Sangat

Memusatkan perhatian

dan pikiran kepada diri

sendiri

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Memusatkan perhatian

dan pikiran kepada

orang lain

Tidak bersemangat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penuh semangat

Pendiam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cerewet

Penakut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pemberani

Tidak aktif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aktif

Tidak tegas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Asertif

Tidak suka

berpetualang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka berpetualang

AGREEABLENESS

Bersikap dingin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mudah didekati

Tidak baik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Baik

Tidak bisa

bekerjasama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka bekerjasama

Egois 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak egois

Tidak mudah

menyetujui

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menyetujui

Tidak bisa dipercaya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bisa dipercaya

Pelit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dermawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

CONSCIENTIOUSNESS

Tidak tertata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tertata

Tidak mempunyai rasa

tanggung jawab

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bertanggung jawab

Mengabaikan kata hati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mendengarkan kata hati

Tidak praktis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Praktis

Kurang peduli terhadap

detail

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Teliti

Malas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pekerja keras

Boros 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hemat

NEUROTICSM / EMOTIONAL STABILITY

Marah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kalem

Tegang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rileks

Gugup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Santai

Iri hati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak iri

Tak stabil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Stabil

Tak puas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Puas

Emosional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak emosional

OPENESS

Tidak cerdas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cerdas

Tak analitis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Analitis

Tak reflektif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Reflektif

Cuek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka penasaran

Tidak imajinatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Imajinatif

Tidak kreatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kreatif

Sederhana 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menakjubkan

Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih atas kontribusi Anda dalam membantu

peneliti menyelesaikan penyusunan skripsi. Peneliti tidak dapat memberikan

imbalan apapun, namun peneliti percaya bahwa saat kita membantu orang lain,

maka bantuan juga akan datang saat kita membutuhkannya. Sekali lagi, peneliti

mengucapkan terimakasih atas bantuan Anda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

LAMPIRAN B Reliabilitas Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok

Elektronik dan Seleksi Item

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Reliabilitas Skala Perilaku Merokok Rokok Elektronik dan Seleksi Item

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 52 100.0

Excludeda 0 .0

Total 52 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.835 3

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Item7 3.50 1.824 .858 .599

Item8 .350 .1.824 .858 .599

Item9 .338 .2751 ,429 .1.000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

LAMPIRAN C Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Item Skala Intensitas

Perilaku Merokok Rokok Elektronik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Item Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 52 100.0

Excludeda 0 .0

Total 52 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.835 3

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Item7 3.50 1.824 .858 .599

Item8 .350 .1.824 .858 .599

Item9 .338 .2751 ,429 .1.000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

LAMPIRAN D Hasil Uji Reliabilitas Skala

Transparent Bipolar Inventory

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

Hasil Uji Reliabilitas Skala Transparent Bipolar Inventory

a. Dimensi Extraversion

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 52 100.0

Excludeda 0 .0

Total 52 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.834 7

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Item1 36.02 86.607 .521 .823

Item2 35.31 85.982 .683 .798

Item3 36.38 88.516 .445 .837

Item4 35.17 86.381 .637 .804

Item5 35.38 83.379 .666 .798

Item6 35.44 82.722 .732 .789

Item7 34.94 93.310 .452 .831

b. Dimensi Agrreableness

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 52 100.0

Excludeda 0 .0

Total 52 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

Item-Total Statistics

Scale

Mean if

Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Item8 38.12 87.954 .614 .855

Item9 37.29 95.817 .687 .842

Item10 37.35 86.937 .811 .823

Item11 38.21 92.876 .648 .846

Item12 38.62 99.496 .513 .864

Item13 37.02 100.19 .563 .857

Item14 38.10 92.206 .673 .843

c. Dimensi Conscientiousness

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 52 100.0

Excludeda 0 .0

Total 52 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.785 7

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.866 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Item15 38.81 62.080 .511 .759

Item16 37.54 70.057 .540 .758

Item17 37.87 66.276 .536 .754

Item18 38.23 71.475 .390 .779

Item19 38.29 59.268 .690 .720

Item20 39.06 61.271 .633 .733

Item21 39.63 66.707 .349 .796

d. Dimensi Neuroticsm

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 52 100.0

Excludeda 0 .0

Total 52 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.920 7

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Item22 36.67 117.479 .713 .912

Item23 36.77 112.063 .808 .902

Item24 36.48 119.470 .749 .909

Item25 36.71 114.288 .819 .902

Item26 37.04 111.567 .778 .906

Item27 36.92 120.974 .701 .913

Item28 37.06 118.604 .707 .913

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

e. Dimensi Openess

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 52 100.0

Excludeda 0 .0

Total 52 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.880 7

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Item29 37.38 100.084 .612 .869

Item30 37.44 96.212 .770 .852

Item31 37.31 97.943 .694 .860

Item32 37.46 96.410 .634 .867

Item33 37.29 91.072 .749 .852

Item34 37.33 91.362 .765 .850

Item35 38.75 95.015 .508 .889

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

LAMPIRAN E Skala Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

SKALA PENELITIAN

Sebagai bagian dalam Penyusunan Skripsi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Anindya Winda Kusumawati

139114051

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Yogyakarta, 14 Maret 2018

Kepada

Yth. Saudara/Saudari yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,

Dengan ini saya:

Nama : Anindya Winda Kusumawati

Kontak : 085326215947 ([email protected])

Institusi : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa, maka peneliti

mohon kesediaan saudara/i membantu serta berpartisipasi untuk memberikan

tanggapan pada pernyataan-pernyataan yang telah peneliti susun dalam skala

penelitian ini.

Saat merespon pernyataan-pernyataan tersebut, saudara/i diharapkan dapat

mengisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi saudara/i dalam

kehidupan sehari-hari. Pada skala ini, tidak ada penilaian benar atau salah. Data

yang diberikan oleh saudara/i sangat terjaga kerahasiannya. Pada saat mengisi skala

ini, mohon untuk selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang

diberikan, karena hasil dari pengisian skala ini akan digunakan untuk kepentingan

akademik.

Peneliti mengucapkan terimakasih atas waktu dan kesediaan saudara/i untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hormat saya,

(Peneliti)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa

adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun. Saya bersedia mengisi skala

ini dengan sukarela, demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini.

Semua respon yang saya berikan dalam skala ini, benar-benar mewakili apa

yang saya alami dalam kehidupan sehari-hari dan bukan atas pandangan

masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan izin agar jawaban saya dapat

digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini.

Yogyakarta, .................................. 2017

Menyetujui,

.......................................... (Tanda Tangan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

IDENTITAS RESPONDEN

Umur :

Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu yang sesuai)

Pekerjaan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan berikut ini. Saudara/i diminta

untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan

perilaku merokok rokok elektronik Saudara/i, dengan cara memberi tanda silang

(X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.

Jawaban setiap individu dapat berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-

masing dan sangat diharapkan untuk memeriksa kembali semua jawaban dari

pernyataan yang ada setelah mengerjakan skala ini, supaya tidak ada yang

terlewatkan.

Saya sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan Saudara/i ketika mengerjakan skala ini.

Contoh :

Apakah anda seorang perokok?

c. Ya

d. Tidak

Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda sama

dengan (=) pada jawaban pertama kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban

yang dipilih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

SKALA BAGIAN PERTAMA

Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan! Selamat Mengerjakan! Pertanyaan Umum :

1. Apakah anda seorang pengguna rokok elektrik?

a. Ya b. Tidak

2. Kapan biasanya anda merokok elektrik?

............................................................................................................

..............

3. Apakah menghirup rokok elektrik dapat membuat anda merasa

senang dan

segar?

a. Ya b. Tidak

4. Ketika sedang merokok vape, apakah anda merasa puas ketika dapat

mengeluarkan asap yang banyak meskipun rasanya tidak enak?

a. Ya b. Tidak

5. Berapa lama anda mulai merokok vape terhitung dari waktu pertama

kali merokok atau hanya mencoba rokok?

c. ≤ 2 tahun

d. 2 tahun <

Pertanyaan Khusus:

Untuk mwngukur kuantitas:

1. Kira-kira berapa banyak cairan (liquid) yang biasanya anda habiskan

dalam kurun waktu satu hari?

a. ± 1 ml - 3 ml

b. ± 4 ml - 5 ml

c. 5 ml >

2. Berapa banyak cairan (liquid) yang biasanya anda habiskan dalam

kurun waktu satu minggu?

a. ± 1 ml – 15 ml

d. ± 16 ml – 30 ml

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

e. 30 ml >

Untuk Mengukur Durasi:

3. Berapa lama waktu yang anda butuhkan dalam sehari untuk merokok?

a. < 30 menit

b. 30 – 60 menit

c. 60 menit >

Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang

terlewatkan.

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Pada halaman berikut, terdapat beberapa pasangan kata sifat yang dimiliki oleh

setiap orang pada umumnya.

Saudara/i diminta untuk memberikan tanda X (silang) pada angka yang

menggambarkan diri Saudara/i. Angka tersebut bergerak dari 1 (satu) sampai 9

(sembilan).

Contoh :

sabar 1 2 3 4 5 6 7 8 9

emosional

sabar 1 2 3 4 5 6 7 8 9

emosional

Pada contoh di atas, jika Saudara/i merasa sebagai seorang yang sangat

sabar, Saudara/i memberi tanda X (silang) pada angka 1 (satu). Tetapi jika Saudara/i

merasa sebagai seorang yang sangat emosional, Saudara/i memberi tanda X (silang)

pada angka 9 (sembilan). Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara

memberikan tanda X (silang) pada jawaban yang akan dipilih.

Pada setiap pandangan kata sifat tersebut hanya ada satu jawaban saja.

Berikanlah jawaban Saudara/i pada salah satu angka yang sesuai dengan

kecenderungan diri Saudara/i pada seluruh pasangan kata sifat. Tidak ada jawaban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

yang atau benar sehingga mohon diisi sesuai dengan keadaan diri Saudara/i

sejujur-jujurnya.

Apabila Saudara/i telah selesai, mohon diperiksa kembali supaya tidak ada

yang terlewati.

Terima kasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

SKALA BAGIAN KEDUA

EKSTRAVERSION

Tidak

Sangat Sedang Keduanya Sedang Sangat

Memusatkan perhatian

dan pikiran kepada diri

sendiri

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Memusatkan perhatian

dan pikiran kepada

orang lain

Tidak bersemangat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penuh semangat

Pendiam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cerewet

Penakut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pemberani

Tidak aktif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aktif

Tidak tegas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Asertif

Tidak suka

berpetualang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka berpetualang

AGREEABLENESS

Bersikap dingin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mudah didekati

Tidak baik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Baik

Tidak bisa bekerjasama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka bekerjasama

Egois 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak egois

Tidak mudah

menyetujui

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menyetujui

Tidak bisa dipercaya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bisa dipercaya

Pelit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dermawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

CONSCIENTIOUSNESS

Tidak tertata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tertata

Tidak mempunyai rasa

tanggung jawab

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bertanggung jawab

Mengabaikan kata hati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mendengarkan kata hati

Tidak praktis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Praktis

Kurang peduli terhadap

detail

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Teliti

Malas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pekerja keras

Boros 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hemat

NEUROTICSM / EMOTIONAL STABILITY

Marah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kalem

Tegang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rileks

Gugup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Santai

Iri hati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak iri

Tak stabil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Stabil

Tak puas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Puas

Emosional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak emosional

OPENESS

Tidak cerdas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cerdas

Tak analitis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Analitis

Tak reflektif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Reflektif

Cuek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka penasaran

Tidak imajinatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Imajinatif

Tidak kreatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kreatif

Sederhana 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menakjubkan

Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih atas kontribusi Anda dalam membantu

peneliti menyelesaikan penyusunan skripsi. Peneliti tidak dapat memberikan

imbalan apapun, namun peneliti percaya bahwa saat kita membantu orang lain,

maka bantuan juga akan datang saat kita membutuhkannya. Sekali lagi, peneliti

mengucapkan terimakasih atas bantuan Anda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

LAMPIRAN F Hasil Uji t Mean Teoritis

dan Mean Empiris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

Hasil Uji t Mean Teoritis dan Mean Empiris

a. Extraversion

One Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Dimensi Extraversion 132 42,93 10,316 ,898

One-Sample Test

b. Agreeableness

One Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Dimensi Agreeableness 132 45,61 9,462 ,824

One-Sample Test

Test Value = 35

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Dimensi Extraversion

8,834 131 .000 7,932 6.16 9.71

Test Value = 35

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Dimensi Agreeableness

12,888 131 .000 10,614 8,98 12,24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

c. Conscientiousness

One Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Dimensi Conscientiousness

132 46,19 8,448 ,735

One-Sample Test

d. Neuroticsm

One Sample Statistics

One-Sample Test

Test Value = 35

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Dimensi Conscientiousness

15,217 131 .000 11,189 9,73 12,64

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Dimensi Neuroticsm / Emotional Stability

132 45,19 11,123 ,968

Test Value = 35

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Dimensi Neuroticsm / Emotional Stability

10,525 131 .000 10,189 8,27 12,10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

e. Openess

One Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Dimensi Openess 132 44,70 9,981 ,869

One-Sample Test

Test Value = 35

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Dimensi Openess

11,170 131 .000 9,705 7,99 11,42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

LAMPIRAN G Hasil Uji Normalitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Dimensi Extraversion ,140 132 ,000

Dimensi Agreeableness ,164 132 ,000

Dimensi Conscientiousness ,196 132 ,000

Dimensi Neuroticsm ,148 132 ,000

Dimensi Openess ,165 132 ,000

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik ,211 132 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

LAMPIRAN H Hasil Uji Linearitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

a. Dimensi Extraversion

b. Dimensi Agreeableness

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Agreeableness

Between Groups

(Combined) 213,923 37 5,782 2,072 ,003

Linearity 41,059 1 41,059 14,716 ,000

Deviation from Linearity

172,864 36 4,802 1,721 ,020

Within Groups 354,440 262,259 94 2,790

Total 476,182 476,182 131

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Extraversion

Between Groups

(Combined) 121,741 39 3,122 ,810 ,767

Linearity 13,046 1 13,046 3,386 ,069

Deviation from Linearity

108,696 38 2,860 ,742 ,848

Within Groups 354,440 92 3,853

Total 476,182 131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

c. Dimensi Conscientiousness

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Conscientiousness

Between Groups

(Combined) 210,558 33 6,381 2,354 ,001

Linearity 18,347 1 18,347 6,769 ,011

Deviation from Linearity

192,211 32 6,007 2,216 ,002

Within Groups 354,440 265,624 98 2,710

Total 476,182 476,182 131

d. Dimensi Neuroticsm

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Neuroticsm

Between Groups

(Combined) 197,318 39 5,059 1,669 ,024

Linearity 9,106 1 9,106 3,004 ,086

Deviation from Linearity

188,211 38 4,953 1,634 ,030

Within Groups 354,440 278,864 92 3,031

Total 476,182 476,182 131

e. Dimensi Openess

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Openess

Between Groups

(Combined) 186,304 39 4,777 1,516 ,054

Linearity 15,284 1 15,284 4,851 ,030

Deviation from Linearity

171,020 38 4,501 1,428 ,085

Within Groups 354,440 289,878 92 3,151

Total 476,182 476,182 131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

LAMPIRAN I Hasil Uji Hipotesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

a. Dimensi Extraversion

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Dimensi Extraversion

Spearman's rho Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Correlation Coefficient

1,000 ,163**

Sig. (1-tailed)

. ,031

N 132 132

Dimensi Extraversion

Correlation Coefficient

,163** 1,000

Sig. (1-tailed)

,031 .

N 132 132

**. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

b. Dimensi Agreeableness

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Dimensi Agreeableness

Spearman's rho Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Correlation Coefficient

1,000 ,267**

Sig. (1-tailed)

. ,001

N 132 132

Dimensi Agreeableness

Correlation Coefficient

,267** 1,000

Sig. (1-tailed)

,001 .

N 132 132

**. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

c. Dimensi Conscientiousness

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Dimensi Conscientiousness

Spearman's rho

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Correlation Coefficient

1,000 -,158*

Sig. (1-tailed)

. ,035

N 132 132

Dimensi Conscientiousness

Correlation Coefficient

-,158* 1,000

Sig. (1-tailed)

,035 .

N 132 132

**. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

d. Dimensi Neuroticsm

-

e. Dimensi Openess

Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Dimensi Openess

Spearman's rho Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik

Correlation Coefficient

1,000 ,192*

Sig. (1-tailed)

. ,014

N 132 132

Dimensi Openess

Correlation Coefficient

,192* 1,000

Sig. (1-tailed)

,014 .

N 132 132

**. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

LAMPIRAN J Izin dari Peneliti Skala Transparent Bipolar

Inventory

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

Izin dari Peneliti Skala Transparent Bipolar Inventory

anindya winda <[email protected]> 8 April 2017 21.00 Kepada: [email protected]

Dear Mr Goldberg,

My name is Anindya Winda, and right now i’m an undergraduate student in Department of Psychology at Sanata Dharma University, Indonesia. Currently, I’m at my last semester and right now i’m doing my thesis about The Big Five Personality Factors, which is really inspired by your research journal on 1992 (The Development of Markets for the Big-Five Factor Structure).

I found that your research is very detailed and really helped me a lot in gaining knowledge about The Big Five Personality Factors. Right now, my research title is “The Correlation Between Big Five Personality Factors and Intensity Towards University Student’s Vaping Behavior.”

As right now, I ask your permission because i want to adapt and use your Transparent Bipolar Inventory scale in my research. For your information, I will only use your scale on my research only, I won’t use your scale to gain any profit or sell it. If my terms is acceptable, please reply my email and give me permission to use your scale. Also if you authorize it, I may need your information about the update of your research on Big Five Personality Factors because I found that your research is very interesting and applicable in Indonesia.

I think that’s all i’m asking right now, thank you for your attention and time to read this email, I hope you can help me on my research.

Sincerely, Anindya Winda Kusumawati

Lew Goldberg <[email protected]> 3 November 2017 20.47 Kepada: anindya winda <[email protected]> Yes, you can freely use anything that I have developed. There are far more, and more recently developed, measures at this web-site: http://ipip.ori.org/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

As you’ll see there, they are all freely available in the public domain, and no one need ever ask permission. Lew Goldberg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

LAMPIRAN K Surat Keterangan Penerjemahan

Skala Transparent Bipolar Inventory ke dalam Bahasa

Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

LAMPIRAN L Surat Keterangan Penerjemahan

Skala Transparent Bipolar Inventory ke dalam Bahasa

Inggris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI