Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE
DAN INTENSITAS PERILAKU MEROKOK ROKOK
ELEKTRONIK PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Anindya Winda Kusumawati
NIM: 139114051
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Rasakanlah ketakutan itu, dan tetaplah melakukannya (Tamara Mellon)
Belajar dari kemarin, hidup untuk hari ini, berharap untuk hari esok. Yang
terpenting adalah jangan sampai berhenti bertanya (Albert Einstein)
Sukses berjalan dari kegagalan satu menuju kegagalan lain tanpa kehilangan
semangat dan antusiasme (Winston Churchill)
Seseorang bisa duduk di tempat teduh sekarang, karena seseorang telah
menanam pohon sejak lama (Warren Buffet)
Tidak ada jalan mudah menuju kebebasan, dan banyak dari kita akan harus
melewati lembah gelap menyeramkan. Lagi dan lagi sebelum akhirnya kita
meraih puncak kebahagiaan (Nelson Mandela)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada semua orang yang telah turut membantu
saya dalam bentuk bimbingan, doa, semangat, motivasi dan apapun :
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu setia membimbing, mendampingi
dan memberikan jalan keluar ketika saya mendapatkan hambatan dalam
penyusunan skripsi ini.
Orangtua, Kakak, Adik, Pacar, sahabat, teman-teman, saudara-saudara dan
keluarga besar yang selalu mendukung, menyemangati dan memberikan bantuan
sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Dosen Pembimbing, Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. yang selalu sabar
dalam mengarahkan, membimbing, memberikan waktu, dan memotivasi saya
sampai penelitian ini terselesaikan dengan lancar.
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sebagai tempat saya menuntut
ilmu dan berkembang menjadi seorang yang cerdas dan humanis serta dapat
memperoleh berbagai pengalaman hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Mei 2018
Penulis
Anindya Winda Kusumawati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN INTENSITAS PERILAKU MEROKOK ROKOK ELEKTRONIK PADA MAHASISWA
Anindya Winda Kusumawati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi kepribadian
Big Five dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang negatif antara dimensi-
dimensi Big Five dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa.
Subjek dalam penelitian ini adalah 132 mahasiswa pengguna rokok elektronik. Penelitian
ini menggunakan skala Transparent Bipolar Inventory dan skala intensitas perilaku
merokok rokok elektronik. Skala Transparent Bipolar Inventory memiliki 35 item dengan
koefisien reliabilitas dimensi Extraversion sebesar 0,834; Agreeableness sebesar 0,866;
Conscientiousness sebesar 0,785; Neuroticsm sebesar 0,920 dan Openess sebesar 0,880.
Skala intensitas perilaku merokok rokok elektronik memiliki 3 item dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,835. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji korelasi Spearman’s rho dikarenakan sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak
normal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi Extraversion memiliki nilai
korelasi r = -0,163; p = 0,031; dimensi Agreeableness r = -0,267; p = 0,001; dimensi
Conscientiousness r = -0,158; p = -0,035; dimensi Neuroticsm tidak terdapat hubungan
yang linear dengan intensitas perilaku merokok rokok elektronik. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara dimensi Extraversion,
Agreeableness dan Conscientiousness dengan intensitas perilaku merokok rokok elektronik
pada mahasiswa. Selanjutnya, dimensi Openess memiliki nilai korelasi r = 0,192; p = 0,014.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dimensi
Openess dengan intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Artinya,
semakin tinggi skor pada dimensi Openess maka intensitas perilaku merokok rokok
elektronik pada mahasiswa semakin tinggi.
Kata kunci: dimensi kepribadian Big Five, intensitas perilaku merokok, rokok elektronik,
mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE CORRELATION BETWEEN BIG FIVE PERSONALITY DIMENSION AND
VAPING BEHAVIOR INTENSITY TOWARDS COLLEGE STUDENTS
Anindya Winda Kusumawati
ABSTRACT
This research was conducted to find out the relation between big five personality
dimension and vaping intensity towards college students. The hypothesis in this research
was that there was a negative correlation between Big Five personality dimensions and
vaping behavior intensity towards college students. The subject in this research was 132
college students that use vapors. The data collection used in this research was Transparent
Bipolar Inventory scale and vaping behavior intensity scale. Transparent Bipolar
Inventory scale had 35 items with Extraversion dimension reliability coefficient of 0,834;
Agreeableness dimension reliability coefficient of 0,866; Conscientiousness dimension
reliability coefficient of 0,785; Neuroticsm dimension reliability coefficient of 0,920; and
Openess dimension reliability coefficient of 0,880. The vaping behavior intensity scale had
3 items with reliability coefficient of 0,835. The method used in the analysis of this research
was Spearman’s rho correlation test due to abnormal data distribution of the two variables.
The results of this research showed that Extraversion dimension had correlation score of r
= -0,163; p = 0,031; Agreeableness dimension r = -0,267; p = 0,001; Conscientiousness
dimension r = -0,158; p = -0,035; Neuroticsm had no linear correlation with vaping
behavior intensity. The results showed that there was a negative and significant correlation
between Extraversion, Agreeableness and Conscientiousness dimensions and vaping
behavior intensity towards college students. Then, Openess dimension had correlation
score of r = 0,192; p = 0,014. This result showed that there was a positive and significant
correlation between Openess dimension and vaping behavior intensity towards college
students. This meant the higher the score of Openess dimension the higher vaping behavior
intensity towards college students became.
Key words: Big Five personality dimension, smoking behavior intensity, vapor, college student
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma :
Nama : Anindya Winda Kusumawati
Nomor Mahasiswa : 139114051
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN
INTENSITAS PERILAKU MEROKOK ROKOK ELEKTRONIK PADA
MAHASISWA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 30 Mei 2018
Yang menyatakan,
(Anindya Winda Kusumawati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Skripsi ini juga tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai peneliti dari awal proses
penulisan hingga skripsi ini terselesaikan dan selalu menunjukkan jalan keluar
dalam setiap kesulitan yang peneliti hadapi.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Monica E. Madyaningrum, M.Psych., PhD. selaku Ketua Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu sabar dalam membimbing dan mengarahkan peneliti untuk bisa
mengerjakan dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih atas peran
Ibu sebagai pembimbing yang selalu mencurahkan perhatian, waktu, tenaga,
pikiran, dan semangat kepada peneliti untuk menyusun skripsi ini dari awal
hingga selesai.
5. Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si. dan Bapak Minta Istono, M.Si. selaku
Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dalam hal
akademik kemahasiswaan.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
yang telah mengajar, mendidik,dan memberi ilmu pengetahuan selama peneliti
menempuh ilmu di Perguruan Tinggi ini.
7. Seluruh staff sekretariat dan laboratorium Fakultas Psikologi, yaitu Mas
Gandung, Ibu Nanik, dan Mas Muji yang telah banyak memberikan bantuan
dalam pengurusan segala sesuatu tentang perkuliahan.
8. Seluruh staff perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
selama ini telah memberikan pelayanan yang baik kepada peneliti.
9. Seluruh subjek penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu dan
tenaganya untuk membantu peneliti dalam pengisian skala penelitian, bantuan
yang kalian berikan sangat berarti bagi peneliti.
10. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih untuk kasih sayang, kesabaran, dukungan,
doa dan semua fasilitas yang telah diberikan. Terima kasih juga kepada
keluarga besarku, untuk doa, perhatian dan semangatnya.
11. Kepada kakakku tercinta Murti Kusumawati Dinihari, S.E. dan kakak iparku
Raden Beno Legowo, S.Akt. yang selalu setia menemani dan meluangkan
waktunya untuk mendengarkan semua keluh kesah yang peneliti alami selama
mengerjakan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adikku Titan Puspitarani
dan keponakanku Raden Jordan Timor Legowo yang selalu memberikan
semangat dan penghiburan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan lancar.
12. Mas Robertus Darutama, terima kasih telah menjadi pacar, sahabat, kakak,
teman curhat dan segalanya. Terima kasih untuk semuanya terutama semangat,
dukungan dan bantuan yang tak pernah putus selama peneliti menyusun skripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ini. Mari kita semangat supaya bisa wisuda bersama di bulan September.
13. Teman-teman Student Staff Sekretariat Psikologi (Angel, Ruth, Febri dan
Sisca), Pak Sidiq, Mas Gandung dan Bu Nanik yang selalu memberikan
semangat, dukungan, dan bantuan sehingga saya menjadi semangat dalam
mengerjakan skripsi. Terima kasih juga atas kesempatan dan pengalaman yang
diberikan kepada saya untuk bisa belajar bekerjasama dan mengetahui
bagaimana gambaran dunia kerja yang akan saya hadapi.
14. Sahabat dan semua teman-teman bimbingan Bu Etta : Abiel, Ana, Anggi, Elcia,
Gera, Jeje, Ojek, Jessica, Randy, Rossa, Syifa, Dea, Sam, Dito, Heidy, Lias,
Edwin, Praba, KI dan Sony yang selalu memberikan semangat dan dukungan,
selalu berbagi cerita dan memberikan pengalaman hidup yang berharga
sehingga peneliti menjadi termotivasi dalam mengerjakan skripsi.
15. Seluruh teman-teman angkatan 2013 terutama teman-teman Psikologi kelas C
: Aga, Aji Joko, Anas, Chocho, Elcia, Jeje, Monik, Nia, Panca, Phina, Putri,
Mamah Rosa, Rossa, Sisca, Visky, Yesa, Zetra, Aji Seno, Resti, Syifa, Victor,
Nana, Bagus, Tasya, Rio, Davin, Ratih, Endah, Mita, Monica, Ana, Rosy,
Mesa, Cendy, Erik, Niken, Andina, Pristi dan Sony. Terima kasih atas
persahabatan, kekompakan, dan canda tawa kalian yang tak terlupakan.
Semangat dan sukses selalu untuk kita semua.
16. Teman-teman KKN : Valen, Rey, Lizdha, Tasya Hori dan Roidi yang selalu
memberikan semangat, doa, dukungan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar. Semoga suatu saat nanti kita dapat
bertemu dan berkumpul kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
17. Seluruh pihak lainnya yang belum peneliti sebutkan satu persatu yang juga
telah membantu, mendukung, dan memberikan semangat bagi peneliti untuk
bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan memberkati dan melindungi
kalian semua.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
peneliti membuka diri terhadap kritik dan saran yang dapat menjadikan skripsi ini
lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Akhir kata,
peneliti mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata dalam penulisan skripsi
ini. Terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN INTENSITAS PERILAKU MEROKOK ROKOK ELEKTRONIK PADA MAHASISWA ......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I .......................................................................................................................1
Latar Belakang ...........................................................................................1
Rumusan Masalah ....................................................................................15
Tujuan Penelitian .....................................................................................16
Manfaat Penelitian ...................................................................................16
BAB II ....................................................................................................................18
Perilaku Merokok Rokok Elektronik .......................................................18
Dimensi Kepribadian Big Five.................................................................29
Mahasiswa................................................................................................39
Dinamika Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five Dan Perilaku Merokok Rokok Elektronik pada Mahasiswa ..........................................41
Skema Hubungan antara Dimensi Kepribadian Big Five dan Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik pada Ma ........................................48
Hipotesis ..................................................................................................51
BAB III ..................................................................................................................53
Jenis Penelitian.........................................................................................53
Identifikasi Variabel Penelitian................................................................53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Definisi Operasional ................................................................................54
Subjek Penelitian .....................................................................................57
Metode dan Alat Pengumpulan Data .......................................................57
Validitas dan Reliabilitas .........................................................................64
Metode Analisis Data ...............................................................................71
BAB IV ..................................................................................................................75
Pelaksanaan Penelitian .............................................................................75
Deskripsi Subjek Penelitian .....................................................................76
Deskripsi Data Penelitian .........................................................................78
Hasil Penelitian ........................................................................................84
Pembahasan..............................................................................................93
BAB V ..................................................................................................................102
Kesimpulan ............................................................................................102
Saran ......................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................104
LAMPIRAN ....................................................................................................... 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Model Lima-Faktor Kepribadian Costa dan McCrae .............................39
Tabel 2. Sebaran Item Skala Transparent Bipolar Inventory Sebelum Uji Coba ..59
Tabel 3. Skor Respon pada Variabel Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik menggunakan Pertanyaan dengan Pilihan Ganda ................................63
Tabel 4. Sebaran Item Skala Transparent Bipolar Inventory Setelah Uji Coba ....67
Tabel 5. Reliabilitas Skala Transparent Bipolar Inventory ....................................69
Tabel 6. Deskripsi Usia Subjek ..............................................................................76
Tabel 7. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ..............................................................76
Tabel 8. Deskripsi Waktu saat Subjek Merokok Rokok Elektronik ......................77
Tabel 9. Deskripsi Perasaan Subjek saat Merokok Rokok Elektronik...................78
Tabel 10. Deskripsi Perasaan Subjek Ketika dapat Mengeluarkan Asap yang Banyak Meskipun Rasanya Tidak Enak ................................................................78
Tabel 11. Deskripsi Lamanya Subjek Mulai Merokok Rokok Elektronik.............78
Tabel 12. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Extraversion ................................................................................................................................79
Tabel 13. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Agreeableness ........................................................................................................80
Tabel 14. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Conscientiousness ..................................................................................................81
Tabel 15. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Neuroticsm / Emotional Stability .................................................................................................82
Tabel 16. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Openess .....82
Tabel 17. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik .....................................................................83
Tabel 18. Hasil Uji Normalitas ..............................................................................85
Tabel 19. Hasil Uji Linearitas Dimensi Extraversion ............................................86
Tabel 20. Hasil Uji Linearitas Dimensi Agreeableness .........................................87
Tabel 21. Hasil Uji Linearitas Dimensi Conscientiousness ...................................87
Tabel 22. Hasil Uji Linearitas Dimensi Neuroticsm ..............................................88
Tabel 23. Hasil Uji Linearitas Dimensi Openess ...................................................89
Tabel 24. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Extraversion ................................................................................................................................90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 25. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Agreeableness ........................................................................................................90
Tabel 26. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Conscientiousness ..................................................................................................91
Tabel 27. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Openess .....92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Skala Uji Coba ...........................................................................109
LAMPIRAN B Reliabilitas Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik dan Seleksi Item ...................................................................................................121
LAMPIRAN C Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Item Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik ...................................................................123
LAMPIRAN D Hasil Uji Reliabilitas Skala Transparent Bipolar Inventory ......125
LAMPIRAN E Skala Penelitian ..........................................................................130
LAMPIRAN F Hasil Uji t Mean Teoritis dan Mean Empiris ..............................142
LAMPIRAN G Hasil Uji Normalitas ...................................................................146
LAMPIRAN H Hasil Uji Linearitas ....................................................................148
LAMPIRAN I Hasil Uji Hipotesis .......................................................................151
LAMPIRAN J Izin dari Peneliti Skala Transparent Bipolar Inventory ..............154
LAMPIRAN K Surat Keterangan Penerjemah Skala Transparent Bipolar Inventory ke dalam Bahasa Indonesia ..................................................................157
LAMPIRAN L Surat Keterangan Penerjemah Skala Transparent Bipolar Inventory ke dalam Bahasa Inggris ......................................................................159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan rokok menjadi masalah terpenting di Indonesia.
Berdasarkan riset Atlas Tobbaco, Indonesia menduduki ranking pertama
konsumsi rokok dengan jumlah perokok yang mencapai 90 juta orang
(koranjakarta.com, 2017). Rokok pun dianggap sebagai salah satu benda
mematikan yang dapat merusak generasi bangsa (koranjakarta.com, 2017).
Seiring dengan perkembangan jaman, rokok pun bertransformasi
dari yang disebut rokok kretek hingga sekarang muncul rokok elektronik
atau yang disebut dengan vape. Meski disebut-sebut tidak berbahaya,
namun menurut hasil temuan terbaru dari para ahli kesehatan di Jepang
menemukan bahwa kandungan formalin dan asetaldehida dalam uap yang
dihasilkan beberapa cairan rokok elektronik lebih berbahaya dibandingkan
dengan rokok biasa (liputan6.com, 2014).
Selain memiliki kandungan yang berbahaya, rokok elektronik juga
dijual dengan harga yang cukup mahal. Seorang perokok elektronik dapat
menghabiskan Rp 800 ribu hingga Rp 2 juta dalam sebulan hanya untuk
mengkonsumsi rokok elektronik (krjogja.com, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
2
Namun kebiasaan menghisap rokok elektronik kini sudah menjadi
gaya hidup di kalangan masyarakat terutama anak muda meski diikuti
dengan segala pro kontra meski memiliki kandungan yang berbahaya dan
harga yang cukup mahal. Benda elektronik yang di desain dengan elegan
serta cairan (liquid) dengan rasa yang bermacam-macam ini mampu
menyedot perhatian banyak orang untuk mencoba bahkan membuat
konsumen menjadi ketagihan.
Di sisi lain, tidak sedikit pula masyarakat yang takut untuk
mengkonsumsi rokok tersebut, salah satunya karena rokok tersebut dapat
meledak di mulut. Dalam sebuah artikel di kompas.com, menurut analisis
terbaru dari sebuah rumah sakit di Amerika menunjukkan dalam kurun
waktu Oktober 2015 sampai Juni 2016, petugas kesehatan di University of
Washington Medical Center telah menangani sebanyak 15 pasien yang
cedera karena ledakan rokok elektronik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 12
orang mengalami luka bakar.
Selain itu, dalam laporan New England Journal of Medicine, dalam
waktu 2009-2014 terdapat 25 laporan korban ledakan rokok elektronik.
Dalam kasus luka bakar yang cukup parah, pasien harus melakukan
pencangkokkan kulit yaitu dengan menggunakan kulit pasien yang masih
sehat untuk menggantikan kulit di area yang terbakar. Kebanyakan pasien
juga mengalami luka bakar di area paha dan selangkangan, cedera di tangan,
dan sebagian lagi di daerah wajah. Bahkan, beberapa pasien juga terpaksa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
3
harus kehilangan giginya pada saat rokok elektronik tersebut meledak
(kompas.com, 2016).
Sebuah artikel di okezone.com, menyatakan bahwa beberapa
penyakit serius dapat muncul akibat mengkonsumsi rokok elektronik.
Penyakit-penyakit tersebut di antaranya adalah infeksi paru-paru, lemahnya
sistem kekebalan tubuh dan kanker. Efek dari menghirup asap rokok
elektronik yaitu dapat mengganggu sistem pernapasan seseorang, sehingga
menyebabkan infeksi paru-paru. Rokok elektronik juga dianggap dapat
melemahkan respon sistem kekebalan terhadap bakteri dan virus, sehingga
pengguna rokok elektronik dapat mudah terserang bakteri pneumonia,
sinusitis dan virus flu. Karsinogen seperti formalin dan asetaldehida yang
terkandung dalam uap rokok elektronik dapat memicu kanker yang
mematikan (okezone.com, 2015).
Di Indonesia, Pemerintah melalui Kementrian Perdagangan serius
untuk melarang penjualan dan impor rokok elektronik dengan alasan utama,
yaitu kesehatan (detik.com, 2015). Menurut sebuah artikel di kompas.com,
hingga saat ini peraturan tersebut belum diberlakukan, namun mulai
pertengahan tahun 2018 Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea Cukai
dan Kementerian Keuangan akan menerapkan cukai vape atau hasil produk
tembakau lainnya (HPTL). Alasannya, peredaran vape selama ini tidak
memberikan keuntungan bagi Indonesia karena tidak memberikan dampak
kesejahteraan bagi petani tembakau (kompas.com, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Tren rokok elektronik nampaknya juga telah merambah ke
Indonesia dan peminatnya pun juga sudah banyak. Hal ini dibuktikan
dengan menjamurnya seller produk ini, sehingga rokok elektronik dapat
dengan mudah ditemukan dan dijual bebas terutama melalui penjualan
online. Terdapat banyak situs toko online terkemuka saat ini yang menjual
rokok elektronik dengan berbagai variasi dan desain (Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, 2015). Konsumen rokok elektronik dapat
membeli rokok tersebut dengan kisaran harga ratusan ribu hingga lima
jutaan. Selain di toko online, konsumen pun dapat membeli rokok elektronik
tersebut di media sosial seperti Facebook, twitter dan juga Youtube. Jika
ingin memilih variasi dan desain secara langsung, konsumen dapat langsung
mengunjungi kedai vaping, toko-toko elektronik atau pada kegiatan tertentu
seperti Car Free Day (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2015). Dengan banyaknya akses untuk membeli rokok
elektronik, hal ini dapat membuat pengguna rokok semakin banyak
mengeluarkan uang untuk sekedar membeli rokok.
Seseorang mulai belajar merokok pada fase remaja. Ketika seorang
remaja melihat orang dewasa menikmati dan mendapatkan perhatian secara
sosial karena merokok, maka remaja tersebut akan cenderung ingin meniru
untuk mulai merokok. Lain halnya ketika orang dewasa tersebut
mendapatkan hukuman karena merokok atau dijauhi oleh teman-teman satu
kelas karena merokok, maka kecil kemungkinan remaja tersebut tertarik
untuk merokok (Sarafino, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Menurut Mai, Jung, Lantz dan Loeb (dalam Ghani et al, 2011),
orang-orang muda dapat menjadi pelopor dalam mengadopsi gaya hidup
modern akibat. Hal ini berkaitan dengan ketidakmampuan orang-orang
muda dalam mengontrol ekspresi emosional yang ada dalam diri mereka.
Orang yang lebih tua cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi
emosional dibandingkan dengan orang yang lebih muda (Lawton, Kleban,
Rajogopal, & Dean, 1992; Mc Conatha 1994, dalam Lin & Chuang, 2005).
Hal tersebut juga didukung oleh Rook (1987) yang menyatakan bahwa
rasionalitas dan kemampuan seseorang untuk menahan keinginan
mengkonsumsi produk dapat meningkat seiring pertambahan usia.
Salah satu individu yang termasuk dalam kategori manusia muda
adalah mahasiswa. Menurut Sarwono (1978), mahasiswa adalah setiap
orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di
perguruan tinggi dengan batas usia antara 18 sampai dengan 30 tahun.
Dalam menjalani kehidupan perkuliahan, mahasiswa diharuskan untuk
menempuh studi akademis yang berupa tugas dan tanggung jawab sebagai
seorang mahasiswa. Banyaknya mata kuliah yang harus dikuasai mahasiswa
seringkali membuat mereka menjadi sulit untuk fokus dan kurang
menguasai materi kuliah secara mendalam (Republika.co.id). Akibatnya,
jumlah mahasiswa yang mengalami stres akademik terus meningkat setiap
semester dan hal ini dialami oleh sebagian besar pelajar di dunia (Strodl &
Sun, 2014). Ketika sudah mengalami stres, mahasiswa seringkali tidak
mengukur resiko yang menimpa dirinya sehingga cenderung untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
berperilaku sembarangan seperti merokok atau mengkonsumsi minuman
beralkohol dan obat-obatan terlarang (Sarwono, 1978).
Selain itu, terdapat masalah-masalah lain yang harus dihadapi oleh
mahasiswa seperti masalah ekonomi dan masalah kesehatan mahasiswa
tersebut. Mahasiswa yang memilih untuk tinggal di kost umumnya memiliki
jumlah uang yang terbatas. Di sisi lain, mahasiswa tersebut juga memiliki
banyak kebutuhan seperti makan dan pengeluaran tugas-tugas kampus yang
membuat pengeluaran menjadi bertambah besar. Selain itu, naiknya harga
kebutuhan pokok seperti sembako dan bensin juga turut berpengaruh
terhadap pengeluaran mahasiswa (liputan6.com, 2015).
Di sisi lain, mahasiswa cenderung mudah untuk mengikuti trend
yang sedang terjadi di kalangan anak muda, seperti ikut-ikutan mencoba
merokok dengan rokok elektronik. Hal ini tentu saja semakin membuat
pengeluaran seorang mahasiswa menjadi semakin besar sebab rokok
elektronik memiliki harga yang mahal mulai dari Rp 800 ribu hingga Rp 2
juta (krjogja.com).
Selain masalah ekonomi, pada mahasiswa yang tinggal di kost juga
cenderung dapat mengalami masalah kesehatan. Menurut dokter anak
konsultan penyakit menular dan penasehat dari Public Health England yaitu
Dr. Shamez Ladhani (liputan6.com, 2015), mahasiswa kost rentan
mengalami penyakit yang berbeda karena perubahan pola perilaku dan
mengalami kontak yang sangat dekat dengan mahasiswa baru lainnya.
Selain itu, sistem kekebalan tubuh yang tidak bekerja dengan baik karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pola makan yang buruk, ditambah stres karena hidup menjauh dari orangtua
membuat tubuh mahasiswa tersebut menjadi rentan terkena berbagai macam
penyakit. Hal ini semakin diperparah apabila mahasiswa tersebut juga
seorang perokok aktif yang menggunakan rokok elektronik. Adanya zat-zat
yang berbahaya dapat membuat kesehatan mahasiswa tersebut semakin
memburuk.
Jika perilaku tersebut terus berlangsung, maka hal tersebut dapat
berubah menjadi kebiasaan. Ketika sudah menjadi kebiasaan, maka
seseorang akan cenderung melakukan sesuatu tanpa kesadaran seperti saat
seorang perokok mengambil rokok yang ada di saku celananya lalu
menyalakannya (Sarafino, 2001). Sangat sulit merubah perilaku yang sudah
berubah menjadi kebiasaan, untuk itu seseorang diharapkan dapat
menerapkan perilaku yang baik sedini mungkin dan berusaha sebisa
mungkin menghindari perilaku yang tidak sehat.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sehat
seseorang, salah satunya adalah faktor sosial (Baranowski & Nader, 1985;
Thirlaway & Upton, 2009). Teman-teman dan keluarga dapat mendorong
atau justru melemahkan perilaku sehat seorang anak termasuk merokok. Hal
ini dapat terjadi ketika seorang anak melihat konsekuensi yang di dapatkan
orang dewasa ketika merokok, seperti pujian atau keluhan. Dua faktor
lainnya yang berhubungan dengan perilaku sehat adalah kepribadian dan
emosi seseorang termasuk stres di dalamnya (Sarafino, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Kepribadian adalah pola perilaku yang terjadi secara konsisten dan
merupakan proses intrapersonal yang berasal dari dalam diri individu
(Burger, 2011). Selain itu, kepribadian juga dapat diartikan sebagai pola
sifat dan karakteristik tertentu yang relatif permanen dan memberikan, baik
konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang (Feist and Feist,
2009). Sifat merupakan bagian dari kepribadian yang merupakan faktor
penyebab adanya perbedaan antar individual dalam perilaku, konsistensi
perilaku dari waktu ke waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi
(Feist and Feist, 2009). Sifat seseorang bisa saja unik, sama pada beberapa
kelompok manusia dan dimiliki semua manusia, tetapi pola sifat masing-
masing manusia pasti berbeda. Jadi, masing-masing orang pasti memiliki
kepribadian yang berbeda-beda meskipun terdapat kesamaan dalam
beberapa hal.
Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan
kepribadian adalah teori Big Five. Peneliti memilih teori Big Five karena
menurut Wood (2007), teori ini merumuskan tentang penemuan lima
dimensi dasar kepribadian pada berbagai budaya dan bahasa serta berbagai
tahapan usia, sehingga sangat cocok digunakan untuk mengukur
kepribadian setiap orang. Kelima dimensi tersebut meliputi Extraversion,
Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticsm dan Openess yang
dikembangkan oleh Mc Crae & Costa. Masing-masing dimensi dalam
kepribadian ini memiliki nilai positif dan negatif, namun ada dimensi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
lebih dominan daripada dimensi yang lainnya yang akan memberikan
gambaran sifat perilaku individu tersebut.
Dimensi pertama dari Big Five adalah Extraversion. Dalam dimensi
kepribadian ini, ketika seseorang merasa senang bergaul, energetik,
optimistik, bersahabat serta asertif, maka orang tersebut akan mendapatkan
skor tinggi (Burger, 2011). Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist &
Feist, 2008), individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi Extraversion
cenderung lebih asertif dan memperhatikan dirinya. Hal tersebut membuat
individu menjadi lebih menjaga kesehatannya dan cenderung
mempertimbangkan segala resiko dari perilaku yang akan dilakukan.
Inidividu tersebut menjadi lebih sehat dan menghindari melakukan perilaku
tidak sehat seperti merokok. Sebaliknya, ketika seseorang merasa dirinya
Introvert, maka individu tersebut akan cenderung untuk menjaga jarak
dengan orang lain di sekitarnya, termasuk orang yang mandiri serta
cenderung untuk bergerak dengan teratur atau hati-hati (Burger, 2011).
Dimensi kedua dari Big Five yaitu Agreeableness. Dalam dimensi
ini, seseorang yang memiliki skor Agreeableness yang tinggi akan
cenderung memiliki perilaku yang suka menolong, memiliki kepercayaan
yang penuh pada orang lain, perasaan simpatik yang juga tinggi terhadap
orang lain serta dapat membangun interaksi sosial yang menyenangkan
dengan orang lain (Burger, 2011). Dimensi ini berkaitan dengan perilaku
sehat seseorang karena individu tersebut cenderung mudah untuk bercerita
dengan orang lain ketika ada masalah. Hal ini tentu juga berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
terhadap kesehatan fisik dan psikologisnya. Berbeda dengan individu yang
memiliki skor rendah pada dimensi ini maka ia akan cenderung menjadi
antagonistik, memiliki perilaku yang skeptis dan suka berkompetisi atau
berdebat (Burger, 2011). Ketika terjadi masalah, individu tersebut
cenderung tidak mudah untuk bercerita dengan orang lain. Sehingga hal ini
mengakibatkan individu tersebut mudah untuk melampiaskan
permasalahannya dengan merokok.
Dimensi ketiga dari Big Five yaitu Conscientiousness. Dimensi ini
lebih mengarahkan individu yang mempunyai kendali serta disiplin diri
yang baik. Seseorang yang memiliki skor Conscientiousness yang tinggi
biasanya merupakan orang yang teratur, terbiasa untuk membuat
perencanaan sebelum bertindak serta memiliki tekad yang bulat (Burger,
2011). Selain memiliki perencanaan dan terorganisir, dimensi kepribadian
Conscientiousness juga berhubungan dengan perilaku hidup sehat seseorang
(Sarafino, 2001). Hal ini membuat individu menjadi terhindar dari perilaku
tidak sehat dan kebiasaan buruk seperti merokok. Sementara itu, seseorang
dengan skor Conscientious yang rendah cenderung untuk berperilaku secara
sembarangan, perhatiannya mudah teralihkan serta cenderung kurang dapat
diandalkan (Burger, 2011). Pada individu yang memiliki kebiasaan
merokok, cenderung kurang memiliki kendali diri yang baik dan berperilaku
secara sembarangan termasuk merokok. Tomkins (dalam Sarafino, 2002)
juga mengungkapkan salah satu alasan seseorang untuk merokok yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
karena merokok dianggap sebagai kebiasaan yang secara otomatis
dilakukan tanpa kesadaran.
Dimensi keempat dari Big Five adalah Neurotism. Dimensi
kepribadian ini menempatkan individu secara berkelanjutan mengikuti
stabilitas emosi dan penyesuaian diri. Berbeda dengan seseorang yang
memiliki skor rendah pada dimensi ini yaitu mereka cenderung lebih tenang,
dapat menyesuaikan diri dengan baik dan tidak memunculkan reaksi emosi
yang ekstrem (Burger, 2011). Seseorang yang memiliki skor tinggi pada
dimensi ini akan mengalami kesedihan dan emosi yang dapat berubah secara
ekstrem. Mereka dapat lebih mudah terpengaruh pada tekanan harian serta
cenderung sering mengalami emosi yang negatif. Menurut Conrad dan
Miller (dalam Sitepoe, 2000), salah satu alasan dan penyebab seseorang
merokok adalah adanya dorongan psikologis di dalam diri orang tersebut.
Dorongan psikologis seorang perokok ditujukan untuk mengurangi emosi
negatif yang ada di dalam diri seperti kecemasan, merasa kurang jantan dan
tidak dewasa. Ketika seseorang mulai merokok, maka perilaku tersebut
dapat digunakan sebagai cara untuk mengalihkan kecemasan, menunjukkan
kejantanan dan kedewasaan.
Dimensi kelima dari Big Five yaitu Openess. Dimensi ini lebih
mengarah pada individu yang mencoba untuk terbuka pada pengalaman.
Seseorang yang memiliki skor openess yang tinggi cenderung untuk
berimajinasi secara aktif, bersedia untuk menerima ide baru serta berpikir
luas. Individu tersebut juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
merupakan pemikir yang independen namun tidak kuno (Burger, 2011).
Sayangnya, keingintahuan tersebut tidak diimbangi dengan informasi yang
cukup, sehingga individu menjadi kurang memahami resiko dari tindakan
yang dilakukan seperti misalnya mencoba merokok rokok elektronik.
Berbeda dengan individu yang memiliki skor openess yang rendah maka ia
akan lebih menyukai hal-hal yang sudah familiar dan tidak tertarik untuk
mencoba hal yang baru (Burger, 2011). Hal ini juga menggambarkan bahwa
individu kurang tertarik untuk mengikuti hal-hal baru seperti merokok
rokok elektronik.
Dalam sebuah artikel yang berjudul “Cigarette Smoking and Panic:
The Role of Neuroticism” dijelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang
berhubungan dengan panik dan perilaku merokok seseorang yaitu genetik,
lingkungan dan kepribadian. Kepribadian berkontribusi untuk
memunculkan resiko serangan panik dan perilaku merokok seseorang.
Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa terdapat resiko tinggi seseorang
mengalami gangguan panic disorder pada masa dewasa awal yang merokok
sebelum remaja. Hal tersebut juga mendukung sejumlah hipotesis yang ada
dalam penelitian tersebut bahwa merokok dapat menambah resiko
berkembangnya panik dan gangguan kecemasan lainnya.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Terracciano dan Costa
(2004) berjudul “Smoking and the Five-Factor Model of Personality”.
Subjek dalam penelitian ini adalah perokok usia dewasa awal di Amerika,
dan dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa perokok tetap memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
skor yang tinggi pada dimensi Neuroticsm dan skor yang rendah pada
dimensi Agreeableness dan Conscientiouness dibandingkan dengan
individu yang tidak merokok. Pada dimensi Extraversion di beberapa
penelitian sebelumnya juga dijelaskan bahwa hasil pada dimensi ini
cenderung kurang konsisten. Hal ini dipengaruhi oleh sifat pada dimensi
Extraversion yang cenderung mudah bergaul. Apabila individu dengan skor
Extraversion yang tinggi tergabung dalam populasi perokok maka individu
cenderung akan ikut merokok. Sebaliknya, jika individu tergabung dalam
populasi yang tidak merokok maka individu cenderung tidak ikut merokok.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa perokok
memiliki karakteristik untuk mencari rangsangan atau gairah yang tinggi,
namun seringkali perokok cenderung melawan keinginan tersebut. Hal ini
mengakibatkan perokok cenderung berperilaku impulsif. Selain itu, perokok
juga cenderung memiliki disiplin diri yang kurang baik sehingga dapat
berperilaku secara sembarangan seperti merokok. Kurangnya pengetahuan
tentang konsekuensi dari tindakan yang dilakukan juga menjadi
karakteristik lain dari seorang perokok.
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Raynor dan Levine
(2009) terhadap sejumlah mahasiswa di Amerika diperoleh hasil yang
berbeda dengan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam
penelitian yang berjudul “Associations Between the Five-Factor Model of
Personality and Health Behaviors Among”, diperoleh hasil bahwa hanya
mahasiswa dengan skor Conscientiousness yang tinggi saja yang cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
lebih melakukan perilaku sehat seperti mengenakan sabuk pengaman,
mengkonsumsi minuman beralkohol secukupnya untuk menghangatkan
tubuh, banyak melakukan gerakan badan, terbiasa tidur cukup serta
mengkonsumsi buah dan sayur untuk meminimalisir resiko penyakit
radiovaskular dan kanker. Individu juga cenderung mengurangi merokok,
mengurangi konsumsi alkohol secara berlebihan dan berpesta minuman
keras. Selain itu, individu juga cenderung dapat menerima serta mematuhi
peraturan yang berlaku di masyarakat seperti memakai sabuk pengaman dan
tidak mengkonsumsi minuman beralkohol sebelum mencapai usia yang
telah ditetapkan Pemerintah.
Selain itu, dalam penelitian tersebut juga didapatkan hasil bahwa
pada individu yang memiliki skor Extraversion yang tinggi cenderung
berperilaku tidak sehat seperti mengkonsumsi minuman beralkohol secara
berlebihan. Kemudian pada individu yang memiliki dimensi Agreeableness
tinggi cenderung lebih berperilaku sehat seperti tidak berganti-ganti
pasangan dan hanya mengkonsumsi minuman beralkohol untuk
menghangatkan tubuh saja. Pada individu yang memiliki skor Openess yang
tinggi cenderung mengkonsumsi buah dan sayur karena lebih familiar
dengan cara menjaga kesehatan. Di sisi lain, individu dengan skor
Neuroticsm tinggi cenderung mudah merokok dan kurang tidur.
Dari analisis kedua hasil penelitian sebelumnya, dapat dikatakan
bahwa kedua jurnal tersebut memiliki hasil yang berbeda pada dimensi
Extraversion. Pada hasil penelitian pertama dijelaskan bahwa individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
memiliki dimensi Extraversion tinggi tidak selalu ingin merokok sebab
perilaku tersebut tergantung pada individu itu sendiri. Sedangkan pada
penelitian yang kedua dijelaskan bahwa individu yang memiliki skor
Extraversion tinggi cenderung sering berperilaku tidak sehat seperti
mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dan merokok.
Perbedaan tersebut juga disertai dengan penjelasan yang juga
menguatkan hasil penelitian yang telah dikemukakan para peneliti tersebut.
Dengan adanya hasil yang berbeda, peneliti tertarik untuk meneliti kembali
hubungan antara dimensi kepribadian Big Five dan dikaitkan dengan
perilaku tidak sehat pada mahasiswa yaitu merokok. Peneliti tertarik untuk
melihat dimensi kepribadian pada mahasiswa yang dihubungkan dengan
kebiasaan merokok rokok elektronik. Fenomena tersebut penting untuk
diteliti karena perilaku tersebut merupakan perilaku yang tidak sehat dan
membuat konsumen rokok elektronik harus mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit agar dapat mengkonsumsi rokok elektronik tersebut.
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara dimensi kepribadian Big Five yang terdiri dari
Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticsm dan Openess
dengan perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
dimensi kepribadian Big Five yang terdiri dari Extraversion, Agreeableness,
Conscientiousness, Neuroticsm dan Openess dengan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik pada mahasiswa.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan 2 manfaat, yakni
manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat
memberikan wawasan, pengetahuan serta dapat menjadi bahan bacaan
dan kajian referensi bagi khalayak yang meminati studi psikologi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan di
bidang psikologi konsumen, psikologi kesehatan dan psikologi
kepribadian berupa gambaran psikologi secara umum terutama
mengenai hubungan kepribadian dengan perilaku merokok rokok
elektronik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa pengguna rokok elektronik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi
para mahasiswa pengguna rokok elektronik. Dengan melakukan
evaluasi tersebut, mahasiswa diharapkan dapat menyadari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bermanfaat atau tidaknya dari perilaku merokok tersebut. Selain itu,
mahasiswa juga diharapkan dapat semakin memahami
kepribadiannya termasuk hal-hal positif dan negatif yang ada di
dalam dirinya. Dengan demikian, mahasiswa juga dapat memahami
dan menerima dirinya serta dapat menyesuaikan diri di lingkungan
sekitarnya.
b. Bagi Organisasi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu dimanfaatkan oleh
praktisi kesehatan untuk membuat promosi kesehatan terkait
larangan mengkonsumsi rokok elektronik. Misalnya, para praktisi
kesehatan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat
tentang bahaya rokok elektronik bagi orang yang
mengkonsumsinya. Selain itu, promosi kesehatan tersebut dapat
dilanjutkan dengan pembuatan iklan yang bertujuan untuk
memahami dampak kesehatan masyarakat jika mengkonsumsi
rokok elektronik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
BAB II
LANDASAN TEORI
Perilaku Merokok Rokok Elektronik
1. Definisi Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Rokok merupakan gulungan tembakau yang dibalut dengan daun
nipah atau kertas (Poerwadaminta, 2005). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, rokok juga dapat diartikan sebagai gulungan tembakau yang kira-
kira sebesar kelingking yang dibungkus dengan daun nipah atau kertas.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 81 tahun 1999
tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan dalam Bab I, Pasal I, dijelaskan
bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiona tabacum, Nicotiana
rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan
tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Rokok juga dikenal dengan berbagai jenis seperti rokok kawung,
rokok kelembak dan rokok kretek (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Rokok-
rokok tersebut merupakan jenis rokok konvensional. Rokok kawung
merupakan rokok yang dibungkus dengan daun enau atau daun aren,
sedangkan rokok kelembak adalah rokok yang tembakaunya dibubuhi
dengan kelembak. Adapun rokok kretek adalah rokok yang tembakaunya
dibubuhi dengan cengkih (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Di samping itu, saat ini terdapat inovasi rokok yang sedang populer
di kalangan masyarakat yaitu rokok elektrik atau vape. Rokok elektrik
merupakan sebuah benda elektrik yang menggunakan baterai yang dapat
bekerja dengan cara memanaskan cairan di dalam tabung atau yang disebut
vaping. Rokok eletrik memiliki design yang elegan serta memiliki rasa yang
bermacam-macam. Perokok elektrik biasanya berasal dari berbagai
kalangan dan umur, hal ini disebabkan karena rokok elektrik dapat dengan
mudah diperoleh dimana saja.
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat
(Food and Drug Administration/FDA), menyatakan telah mendeteksi
adanya kandungan nikotin dalam rokok elektrik, meskipun sebelumnya
diklaim bahwa rokok elektrik tidak mengandung nikotin (antaranews.com).
Selain itu, dalam sebuah rokok elektrik juga
terdapat zat Propylene Glycol yang terkandung dalam kepulan asap dan
sering digunakan sebagai zat adiktif pada makanan. Sementara itu, Glycerol
juga sering digunakan pada industri makanan, kosmetik dan farmasi
(antaranews.com). Kadar timbal dan kromium dalam uap rokok elektrik
sama dengan rokok konvensional. Meski demikian, rokok elektrik memiliki
kadar nikel 100 kali lebih tinggi dibandingkan rokok konvensional
(antaranews.com). Zat lainnya yang terkandung dalam rokok elektrik yaitu
karbonil yang merupakan karsinogen potensial yang terdapat dalam uap
rokok elektrik. Selain itu, dalam rokok elektrik terkandung pula zat tobacco
nitrosamines yang terdapat dalam uap semua rokok elektrik dengan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
lebih rendah atau setara dengan yang terdapat dalam asap tembakau
(antaranews.com). Sejumlah zat lainnya seperti aerosol, rimonabant,
diethylene glycol, coumarin, dan tadalafil atau senyawa obat untuk terapi
disfungsi seksual juga terdapat dalam rokok elektrik (antaranews.com).
Perilaku merokok dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
merupakan perilaku menghisap rokok. Seseorang yang memiliki kebiasaan
senang merokok disebut dengan perokok aktif, sedangkan orang yang hanya
menerima asap rokok saja namun tidak merokok disebut dengan perokok
pasif (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Armstrong (1990) perilaku
merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh
kemudian menghembuskan kembali keluar. Seorang ahli lain yang juga
mendukung pendapat Armstrong yaitu Levy (2004) mendefinisikan
perilaku merokok sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang dengan
membakar tembakau dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap
yang dapat terhisap oleh orang-orang di sekitarnya. Sebelum perilaku
merokok terbentuk, terdapat beberapa tahapan yang dilewati sehingga
individu dapat menjadi seorang perokok.
Perilaku merokok merupakan salah satu contoh perilaku tidak sehat
dan merugikan. Masyarakat seharusnya dapat menerapkan pola perilaku
sehat untuk menjaga kesehatan. Menurut Gochman (dalam Smet, 1994) di
buku berjudul “Psikologi Kesehatan”, perilaku kesehatan adalah atribut-
atribut seperti keyakinan, ekspektasi-ekspektasi, motif-motif, nilai-nilai,
persepsi-persepsi dan elemen-elemen kognitif lain, karakteristik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kepribadian yang meliputi keadaan afektif dan emosional serta ciri-ciri; pola
perilaku terbuka, tindakan dan kebiasaan yang berkaitan dengan perawatan
kesehatan dengan pemulihan dan perbaikan. Definisi tersebut tidak hanya
meliputi tindakan yang dapat secara langsung diamati dan jelas tetapi juga
kejadian mental dan keadaan perasaan yang diteliti dan diukur secara tidak
langsung.
Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok
rokok elektonik merupakan perilaku seorang perokok yang menghisap
rokok elektronik dan menghembuskan asap berbahaya yang dapat dihirup
oleh orang-orang di sekitarnya.
2. Definisi Intensitas Perilaku Merokok Elektronik
Intensitas merupakan nilai kuantitatif dari sebuah stimulus atau
sensasi. Selain itu, intensitas juga dapat berarti kekuatan dari perilaku
seperti impuls atau emosi. Kekuatan dari performansi individu dalam
beberapa aktivitas atau bidang dengan satu atau lebih referensi atribut,
seperti gairah, komitmen, upaya, asertif, dan fokus (VandenBos et al.,
2007).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), intensitas diartikan
sebagai keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Intens didefinisikan
sebagai kekuatan atau efek yang sangat kuat atau hebat (KBBI, 2011).
Secara lebih menyeluruh, definisi intensitas merujuk pada keadaan
tingkatan atau ukuran kekuatan atau efek. Sementara itu, Tubbs & Moss
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(1983) yang menyatakan bahwa intensitas merupakan suatu momentum
untuk diketahui dan dipengaruhi oleh waktu. Definisi tersebut juga
didukung oleh Wulandari (2000) yang mengemukakan bahwa intensitas
merupakan waktu yang dibutuhkan seseorang dalam melakukan aktivitas
tertentu (durasi). Hal ini juga didukung oleh Depdiknas (2011) yang
menyatakan bahwa durasi merupakan lamanya seseorang telah melakukan
sebuah kegiatan.
Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
definisi intensitas perilaku merokok rokok elektronik yaitu kuantitas dan
durasi penggunaan seseorang ketika menghisap rokok dan menghembuskan
asap.
3. Tipe Perilaku Merokok
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui dan mengukur perilaku
merokok rokok elektrik, peneliti melihat dari frekuensi atau jumlah individu
mengulangi perilaku merokok rokok elektrik seperti menghisap rokok dan
menghembuskan asap, durasi atau waktu yang dihabiskan individu untuk
merokok terhitung sejak pertama kali mulai merokok. Menurut Smet
(1994), ada tiga tipe perokok yang diklasifikasi menurut banyaknya rokok
yang dihisap, yaitu :
a. Perokok berat, yaitu perokok yang menghisap lebih dari 15 batang rokok
dalam sehari. Menurut Salber dkk (dalam Leventhal dan Cleary, 1980),
dibutuhkan waktu selama dua tahun atau lebih untuk dapat dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menjadi seorang perokok berat dihitung dari waktu pertama kali
merokok atau hanya mencoba rokok. Hal tersebut juga didukung dengan
pernyataan seorang dokter spesialis paru yang bernama dr. Frans
Abednego, untuk menentukan seberapa berat kebiasaan merokok
seseorang, maka dapat dilakukan dengan menghitung usia saat mulai
merokok sampai sekarang lalu dikalikan dengan jumlah batang yang
dihisap dalam sehari (Kompas.com, 2015). Jika hasil jumlah rokok yang
dihisap lebih dari 800, maka individu tersebut digolongkan sebagai
perokok berat.
b. Perokok sedang, yaitu perokok yang menghisap 5 sampai 14 batang
rokok dalam sehari. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
untuk menentukan seberapa berat kebiasaan merokok seseorang, maka
dapat dilakukan dengan menghitung usia saat mulai merokok sampai
sekarang lalu dikalikan dengan jumlah batang yang dihisap dalam sehari
(Kompas.com, 2015). Jika hasil jumlah rokok yang dihisap 600-800,
maka individu tersebut digolongkan sebagai perokok sedang.
c. Perokok ringan, yaitu perokok yang menghisap 1 sampai 4 batang rokok
dalam sehari. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk
menentukan seberapa berat kebiasaan merokok seseorang, maka dapat
dilakukan dengan menghitung usia saat mulai merokok sampai sekarang
lalu dikalikan dengan jumlah batang yang dihisap dalam sehari
(Kompas.com, 2015). Jika hasil jumlah rokok yang dihisap 200-600,
maka individu tersebut digolongkan sebagai perokok ringan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Perilaku merokok sigaret maupun perilaku resiko lainnya seperti
penyalahgunaan obat pertama-tama dimulai di fase percobaan pada masa
remaja dan terus berkembang hingga ke fase penggunaan secara tetap dalam
kurun waktu beberapa tahun awal (Perry dkk, 1988). Sejumlah penelitian
menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai menghisap rokok
pertamanya di usia 11-13 tahun, dan 85% sampai 90% sebelum umur 18
tahun (Leventhal, dkk, 1988; Dhuyvettere, 1990). Di Indonesia, perilaku
merokok dimulai pada usia lebih lanjut (Smet, 1993b). Faktanya, semakin
muda usia seseorang pada saat mulai merokok, maka makin banyak jumlah
rokok yang dihisap ketika menginjak dewasa. Menurut Laventhal dan
Cleary (dalam Oskamp, 1984), seseorang akan mulai merokok karena telah
memiliki persepsi tertentu pada rokok. Perilaku merokok juga merupakan
perilaku yang kompleks karena merupakan hasil interaksi kognitif,
lingkungan sosial, psikologis, conditioning dan fisiologis. Menurut
Laventhal dan Cleary (dalam Oskamp, 1984), pada umumnya faktor
psikologis seseorang merokok terbagi dalam lima bagian, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a. Kebiasaan
Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan
tanpa adanya motif yang bersifat negatif maupun positif. Biasanya,
seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa disertai
dengan tujuan tertentu. Sangat sulit untuk merubah perilaku yang sudah
menjadi kebiasaan, untuk itu seseorang perlu menerapkan perilaku yang
baik sedini mungkin dan menghindari perilaku yang tidak sehat.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan
seseorang, salah satunya adalah faktor sosial (Baranowski & Nader,
1985; Thirlaway & Upton, 2009). Dua faktor lainnya yang berhubungan
dengan perilaku sehat seseorang adalah kepribadian dan emosi
(Sarafino, 2001).
b. Reaksi emosi yang positif
Merokok dapat digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif,
seperti rasa senang, relaksasi dan kenikmatan rasa. Selain itu, merokok
juga dapat digunakan untuk menunjukkan kebanggaan diri atau
menunjukkan kedewasaan. Hal ini sangat berkaitan dengan individu
yang memiliki skor tinggi pada dimensi Neuroticsm, sebab menurut
Conrad dan Miller (dalam Sitepoe, 2000), alasan seseorang merokok
karena merasa kurang jantan dan tidak dewasa. Dengan merokok,
seseorang akan mendapatkan efek menyenangkan yang membuat
munculnya conditioning, sehingga seseorang ingin mengulang perilaku
merokoknya dan secara fisiologis membuat tubuh menjadi tergantung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pada nikotin (Oskamp, 1984). Para perokok yang masih berusia remaja
beralasan bahwa rokok memiliki bau dan rasa yang disukai. Selain itu,
para remaja tersebut juga menganggap merokok adalah sebuah
pengalaman yang menyenangkan, dapat membuat mereka santai, dan
merkok dapat memberikan sebuah pekerjaan bagi tangan mereka.
c. Reaksi untuk penurunan emosi
Selain dapat menghasilkan emosi yang positif, merokok juga dapat
mengurangi rasa tegang dalam diri seseorang dan kecemasan yang dapat
timbul karena interaksi dengan orang lain. Merokok juga dapat
dijadikan satu alternatif pemecahan masalah sehari-hari yang dirasakan
sebagai sesuatu yang berat dan menegangkan. Hal ini juga berkaitan
dengan kepribadian seorang perokok sebab efek santai adalah sesuatu
yang dicari dari rokok ketika dalam keadaan tegang. Merokok dapat
mempengaruhi performansi dalam pengaturan stress psikologis. Selain
itu, nikotin juga dapat berperan dalam meningkatkan performansi dan
sebagai simultan ketika menghadapi stres (Oskamp, 1984).
d. Alasan sosial
Merokok dapat ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang
umumnya terjadi pada remaja dan anak-anak. Selain itu, perilaku
merokok juga dapat menjadi identifikasi dengan perokok lain serta
menentukan image diri seseorang. Merokok juga dapat dijadikan alasan
untuk menjaga pergaulan seseorang. Para remaja mengakui bahwa pada
awalnya mereka tertarik untuk turut serta berbagi kenikmatan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
melihat perilaku merokok yang dilakukan orang tua, saudara yang lebih
tua, teman-teman dan public figure (Oskamp, 1984).
e. Kecanduan atau ketagihan
Kebanyakan perokok mengakui bahwa alasan mereka merokok adalah
karena telah mengalami kecanduan. Kecanduan dapat terjadi karena
adanya nikotin yang terkandung di dalam sebatang rokok. Awalnya,
perokok hanya ingin mencoba-coba rokok, namun kemudian sulit untuk
berhenti karena kebutuhan tubuh akan nikotin (Oskamp, 1984).
Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor
psikologis seseorang dalam merokok, seperti ketika seseorang ingin
mengetahui bagaimana sesungguhnya rasa rokok karena orang tersebut
belum pernah merokok sebelumnya dan ingin mendapatkan
pengalaman baru. Hal tersebut juga dapat membuat seseorang tergiur
untuk mencoba menghisap rokok. Selain itu, faktor psikologis lainnya
adalah adanya perasaan diterima oleh lingkungan sekitarnya jika
merokok, atau sebagai bentuk ekspresi dari rasa bebas atau rasa
permusuhan. Rokok juga dapat memberikan rasa tenang kepada
penggunanya. Terkadang, seseorang merokok untuk menghindari atau
melarikan diri dari suatu masalah yang sedang dihadapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
5. Cara Mengukur Intensitas Perilaku Merokok
Menurut sebuah artikel di kompas.com, untuk mengukur intensitas
perilaku merokok maka diperoleh data melalui:
a. Jumlah konsumsi (kuantitas)
Dalam penelitian ini, karena peneliti ingin mengetahui jumlah
konsumsi rokok elektrik seseorang, maka peneliti melihat melalui
berapa banyak cairan (liquid) yang biasanya dihabiskan seseorang
dalam kurun waktu satu hari dan satu minggu. Menurut sebuah artikel
yang dimuat dalam vanillacube.com, dijelaskan bahwa perokok berat
biasanya mampu menghabiskan cairan (liquid) sebanyak 30 ml > selama
satu minggu atau 4 ml > selama satu hari. Sedangkan pada seseorang
yang bukan tergolong perokok berat biasanya dapat menghabiskan
cairan (liquid) sebanyak ≤ 30 ml selama satu minggu atau ≤ 4 ml selama
satu hari.
b. Durasi
Menurut sebuah artikel yang dimuat dalam kompas.com,
seseorang yang menghisap rokok elektrik selama 1 jam > setara dengan
merokok lebih dari 100 batang rokok konvensional. Perokok tersebut
dapat dikategorikan sebagai perokok berat karena telah menghisap lebih
dari 15 batang rokok dalam sehari. Begitu pula sebaliknya, apabila
seseorang menghisap rokok elektrik ≤ 1 jam maka setara dengan
menghisap kurang dari 100 batang rokok konvensional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Dimensi Kepribadian Big Five
1. Sejarah Perkembangan Big Five
Teori Big Five pertama kali diperkenalkan oleh Lewis R. Goldberg
pada tahun 1981 untuk mendeskripsikan temuan yang konsisten dari analisis
faktor atas sifat kepribadian. Pada awalnya, kajian mengenai sifat manusia
pertama kali dilakukan oleh Allport dan Odbert pada tahun 1930-an,
kemudian dilanjutkan oleh Cattel pada tahun 1940-an dan oleh Tupes,
Christal, dan Norman pada tahun 1960-an (Feist & Feist, 2010). Di akhir
tahun 1970-an, dan awal tahun 1980-an, Costa dan McCrae membangun
taksonomi yang terelaborasi mengenai sifat dan kepribadian. Mereka tidak
menggunakan klasifikasi tersebut untuk menghasilkan hipotesis yang dapat
diuji, melainkan hanya menggunakan teknik analisis faktor untuk menguji
stabilitas dan struktur kepribadian. Pada masa tersebut, Costa dan McCrae
hanya terfokus pada dua dimensi utama, yaitu Neuroticsm dan Extraversion.
Namun, tidak lama kemudian Costa dan McCrae menemukan faktor ketiga
yang disebut dengan Openess (Feist and Feist, 2010).
Pada tahun 1985, Costa dan McCrae mulai melaporkan studi pada lima
faktor kepribadian yang dimasukkan dalam inventori kepribadian lima
faktor yang baru yaitu NEO-PI (Costa dan McCrae, 1985). Inventori NEO-
PI adalah revisi dari inventori kepribadian sebelumnya namun tidak
diterbitkan dan hanya mengukur tiga dimensi awal N, E dan O. Pada tahun
yang sama, dua dimensi terakhir yaitu Agreeableness dan Conscientiousness
masih merupakan skala yang belum terlalu dikembangkan dengan baik, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tidak mempunyai subskala yang diasosiasikan dengan ketiga dimensi
sebelumnya. Costa dan McCrae tidak sepenuhnya mengembangkan skala
Agreeableness dan Conscientiousness sampai versi revisi dari NEO-PI
muncul pada tahun 1992.
Selama tahun 1980-an, Costa dan McCrae meneruskan studinya dalam
menganalisis faktor dari hampir semua inventori kepribadian utama lainnya,
termasuk Myers-Briggs Type Indicator (Myers, 1962) dan Eysenck
Personality Inventory (H. Eysenck & S. Eysenck, 1975, 1993). Sebagai
contoh, dalam perbandingan langsung dari model yang mereka kembangkan
dan inventori Eysenck, Costa dan McCrae melaporkan bahwa kedua faktor
pertama Eysenck yaitu neuroticism dan extraversion konsisten secara penuh
dengan dua faktor pertama mereka. Pengukuran yang dilakukan Eysenck
atas faktor psikotik terletak pada sisi bawah dari Agreeableness dan
Conscientiousness, tetapi tidak termasuk dalam openess (Costa & McCrae,
1985).
Hal tersebut membuat munculnya dua pertanyaan besar yang saling
terkait dalam penelitian tentang kepribadian. Pertanyaan pertama yaitu
bagaimana dapat muncul suatu bahasa yang umum untuk digunakan
sedangkan terdapat banyak inventori kepribadian dan ratusan skala yang
berbeda-beda? Setiap individu memiliki serangkaian variabel kepribadian
yang unik dalam dirinya, dan hal tersebut membuat perbandingan antara
penelitian dan kemajuan secara kumulatif. Pertanyaan kedua yaitu apakah
struktur dari kepribadian? Menurut Cattel terdapat 16 faktor, sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Eysenck berargumen terdapat tiga faktor, namun banyak ahli juga yang
berpendapat terdapat lima faktor. Pada akhirnya, penemuan kelima faktor
menjadi jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut.
Pada akhir tahun 1980-an, McCrae dan Costa mulai yakin bahwa
mereka dan para peneliti lainnya telah menemukan struktur yang cukup
stabil dari kepribadian. Bidang ini akhirnya mempunyai bahasa yang
disepakati bersama untuk mendeskripsikan kepribadian, dan hal tersebut
adalah kelima faktor yang telah disebut sebelumnya. Akan tetapi, untuk
mendeskripsikan sifat-sifat dari kepribadian tidak sama dengan menjelaskan
hal tersebut. Untuk dapat menjelaskan, ilmuwan membutuhkan teori dan
itulah yang menjadi proyek selanjutnya bagi McCrae dan Costa. Pada tahun
1996, McCrae dan Costa menolak teori-teori terdahulu karena dianggap
terlalu bergantung pada pengalaman klinis dan spekulasi pasif. Di tahun
1980-an, jurang antara teori klasik dan teori modern berbasis riset semakin
mulai terlihat. Teori-teori lama tersebut tidak dapat begitu saja ditinggalkan,
akan tetapi teori-teori tersebut harus dapat digantikan dengan teori generasi
baru yang tumbuh dari pemikiran konseptual masa lalu dan temuan empiris
dari penelitian kontemporer. Tekanan antara teori yang lama dan yang baru
inilah yang merupakan salah satu dorongan di balik usaha McCrae dan
Costa untuk dapat menemukan teori alternatif yang dapat mencapai lebih
dari sekedar taksonomi lima faktor (Feist & Feist, 2010).
Lebih lanjut, menurut McCrae dan Costa, teori yang baru harus dapat
mencakup perubahan dan pertumbuhan yang telah terjadi selama 25 tahun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
namun tetap terikat pada prinsip empiris yang terjadi selama penelitian.
Selama 25 tahun, McCrae dan Costa berusaha untuk mengembangkan dan
mengelaborasikan lima faktor.
Kelima faktor tersebut juga dapat bertahan seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, misalnya pada orangtua. Para orangtua
cenderung dapat mempertahankan struktur kepribadian yang sama saat
mereka bertambah tua apabila mereka tidak mengidap penyakit seperti
Alzheimer (Costa & McCrae, 2003).
Hal tersebut juga didukung oleh Goldberg (1990) yang menyatakan
bahwa kelima faktor atau yang disebut ”Big Five” dapat merepresentasikan
kepribadian individu dan lingkungannya. Untuk dapat menganalisis
kepribadian individu, maka model pengukuran yang digunakan adalah
model beda semantik, yaitu subjek diminta diberikan pilihan yang terdiri
atas 9 bagian (Peabody & Goldberg, 1990). Kemudian dimulai dari kutub
unfavorable sampai dengan kutub favorable dari sifat-sifat yang menjadi
bagian dari dimensi Big Five (Goldberg, 1992).
Untuk mendapatkan gambaran kepribadian yang maksimal, peneliti
perlu melakukan uji coba kepada subjek terhadap teori Big Five (Goldberg,
1990). Hal ini perlu dilakukan karena dalam penghitungan skala untuk
mengukur kepribadian Big Five, terdapat sebuah karakteristik yaitu
psikometri (Goldberg, 1990). Sehingga peneliti perlu lebih dalam
mengetahui sejauh mana sebuah angka atau nilai yang diperoleh individu
dapat menggambarkan kepribadiannya (Goldberg, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2. Dimensi Kepribadian Big Five
Dimensi kepribadian Big Five berkembang melalui dua jenis
pendekatan penelitian, yaitu pendekatan psikoleksikal dan pendekatan
kuesioner. Dalam pendekatan psikoleksikal menggunakan seluruh katalog
yang signifikan sehingga dapat menggambarkan perbedaan individual yang
diperoleh dari berbagai bahasa. Selain itu, pendekatan psikoleksikal juga
menggunakan tahapan-tahapan dalam menggambarkan kepribadian.
Sedangkan dalam pendekatan kuesioner menggunakan beberapa sifat
khusus kepribadian yang ada dalam faktor kepribadian Big Five. Sifat-sifat
khusus yang terdapat dalam setiap faktor dimensi kepribadian Big Five
disebut dengan facet (Raad & Perugini, 2002).
Menurut Smith dan Williams (1992) pendekatan psikoleksikal dan
kuesioner bertujuan untuk menghasilkan lima faktor kepribadian yang sama.
Istilah model lima faktor kepribadian (The Five Factor Model of
Personality) dan model Big Five (The Big Five Model) merupakan istilah
yang sama sehingga dapat dipertukarkan.
Menurut Patty dan Johnson (1953) istilah dimensi cenderung digunakan
dalam pembicaraan berkaitan dengan tempramen dan kepribadian. Istilah
dimensi mengacu pada jangkauan atau jarak (range) dalam skala linear
seperti kompetitif-kooperatif, sosial-anti sosial, stabil-tidak stabil, tinggi-
rendahnya energi dan tinggi-rendahnya intelegensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Pada pola pengukuran dimensi kepribadian Big Five, subjek diminta
untuk memberikan bobot penilaian atau keyakinan mereka terhadap
pasangan kata sifat yang terdapat dalam kontinum skala (Goldberg, 1992).
Dengan menggunakan kontinum skala, individu dapat dikatakan masih
memiliki facet sebelumnya atau tidak mengabaikan facet sebelumnya.
Misalnya, ketika individu memiliki skor tinggi pada kepribadian ekstrovert,
maka individu tersebut juga memiliki kepribadian intovert namun tidak
mendominasi.
McCrae dan Costa menyetujui pendapat Eysenck bahwa sifat dari
kepribadian adalah bipolar dan mengikuti distribusi lonceng. Artinya,
kebanyakan orang akan memiliki skor yang berada dekat dengan titik tengah
dari setiap sifat, dan hanya sedikit orang yang memiliki skor pada titik
esktrem. Neurotisme (N) dan Ekstraversi (E) adalah dua sifat kepribadian
yang paling kuat dan terjadi di mana-mana.
a. Ekstraversion
Dimensi Ekstraversion atau yang sering disebut juga surgency,
menunjukkan individu yang penuh semangat, antusias terhadap hal di
sekitarnya, dominan dan juga komunikatif (Friedman & Schustack,
2006). Individu dengan skor Ekstraversion yang tinggi cenderung penuh
kasih sayang, ceria, senang berbicara, senang berkumpul dan
menyenangkan. Hal ini membuat individu tersebut mampu bersikap
ramah, hangat dan asertif dengan orang lain (Friedman & Schustack,
2006). Sebaliknya, individu yang memiliki skor Ekstraversion yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
rendah biasanya tertutup, pendiam, penyendiri, pasif dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat (Feist
& Feist, 2010). Selain itu, pada umumnya individu juga cenderung
pemalu, tidak percaya diri dan submisif (Friedman & Schustack, 2006).
b. Agreeableness
Dimensi Agreeableness menunjukkan individu yang cenderung
mampu bersikap ramah, kooperatif, mudah percaya serta hangat
(Friedman & Schustack, 2006). Dalam dimensi ini juga dapat dibedakan
antara orang-orang yang berhati lembut dengan orang yang kurang
ramah. Individu yang memiliki skor Agreeableness yang tinggi
cenderung mudah percaya, murah hati, cenderung mengalah, mudah
menerima dan memiliki perilaku yang baik (Feist & Feist, 2010).
Sebaliknya, individu yang memiliki skor Agreeableness yang rendah
cenderung penuh curiga, kikir, tidak ramah, mudah kesal dan cenderung
suka mengkritik orang lain (Feist & Feist, 2010). Hal ini membuat
individu juga dipandang sebagai seseorang yang dingin, konfrontatif dan
kejam (Friedman & Schustack, 2006).
c. Conscientiousness
Dimensi Conscientiousness atau yang sering juga disebut Lack of
Impulsivity menunjukkan individu yang cenderung dapat diandalkan dan
bertanggung jawab (Friedman & Schustack, 2006). Dalam dimensi ini
juga mendeskripsikan individu yang cenderung teratur, terkontrol,
terorganisasi ambisius, fokus pada pencapaiannya dan memiliki disiplin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
diri yang baik (Feist & Feist, 2010). Secara umum, individu yang
memiliki skor Conscientiousness yang tinggi biasanya merupakan orang
yang suka bekerja keras, berhati-hati, tepat waktu dan mampu bertahan
(Feist & Feist, 2010). Sebaliknya, individu yang memiliki skor
Conscientiousness yang rendah atau impulsif cenderung tidak teratur,
ceroboh, pemalas, serta tidak memiliki tujuan dan lebih mudah menyerah
saat menemui kesulitan ketika mengerjakan sesuatu (Feist & Feist,
2010). Selain itu, individu juga cenderung berantakan dan tidak dapat
diandalkan (Friedman & Schustack, 2006). Kelima dimensi tersebut
membentuk sifat dari kepribadian pada model lima faktor, atau yang
sering disebut Big Five (Goldberg, 1981).
d. Neuroticsm
Dimensi Neuroticsm atau yang disebut juga Emotional Instability
menunjukkan individu yang cenderung gugup, sensitif, tegang serta
mudah cemas (Friedman & Schustack, 2006). Orang-orang yang
memiliki skor Neuroticsm yang tinggi cenderung penuh kecemasan,
tempramental, mengasihani diri sendiri, sadar akan dirinya sendiri,
cenderung emosional dan rentan terhadap gangguan yang berhubungan
dengan stres (Feist & Feist, 2010). Sebaliknya, orang-orang yang
memiliki skor Neuroticsm yang rendah cenderung tenang, tidak
tempramental, puas terhadap dirinya sendiri dan tidak emosional (Feist
& Feist, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Individu juga cenderung mampu bersikap tenang dan santai ketika
mengalami kesulitan (Friedman & Schustack, 2006). Menurut Hall dan
Lindzey (1957), dimensi Neurotisme dapat dibagi menjadi dua yaitu
Neuroticsm Introvert dan Neuroticsm Ekstravert. Pada individu yang
memiliki skor Neurotisme Introvert, individu cenderung menunjukkan
tendensi kecemasan yang terus meningkat dan memunculkan simtom
depresi. Hal ini mengakibatkan individu menjadi pribadi yang mudah
sakit hati, gugup, memiliki mood yang mudah berubah-ubah dan kurang
bisa bercanda dengan orang lain. Sedangkan pada individu dengan skor
Neurotisme Ekstravert, Hall dan Lindzey (1957) menjelaskan bahwa
individu pada dimensi ini cenderung menunjukkan tendensi simtom
histeris yang terus meningkat. Selain itu, individu juga cenderung
memiliki kesehatan yang buruk sehingga mudah sakit, serta memiliki
intelegensi yang rendah yang ditandai dengan berkurangnya kosakata
yang diketahui. Di sisi lain, individu cenderung masih dapat bercanda
dengan orang lain dibandingkan dengan individu pada dimensi
Neurotisme Introvert.
e. Openess
Dimensi Openess atau yang sering disebut juga Culture atau
Intellect menunjukkan individu yang terlihat imajinatif, menyenangkan,
kreatif, dan artistik (Friedman & Schustack, 2006). Dalam dimensi ini
dapat dibedakan antara orang-orang yang memilih keragaman dengan
orang-orang yang mempunyai suatu kebutuhan atas akhir yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
sempurna, serta yang tetap merasa nyaman dengan asosiasi mereka
terhadap hal-hal yang tidak asing. Orang-orang yang secara konsisten
mencari pengalaman yang berbeda dan bervariasi akan memiliki skor
yang tinggi pada dimensi Openess (Feist & Feist, 2010). Sebagai contoh,
seseorang yang terlihat sedang menikmati mencoba makanan baru di
sebuah restoran atau tertarik mencari restoran yang baru dan menarik.
Sebaliknya, mereka yang memiliki skor Openess yang rendah, hanya
akan bertahan dengan hal-hal yang tidak asing, yang mereka tahu akan
mereka nikmati.
Selain itu, individu dengan skor Openess yang tinggi juga cenderung
mempertanyakan nilai-nilai tradisional, sementara itu individu dengan
skor Openess yang rendah cenderung mendukung nilai tradisional dan
memelihara gaya hidup yang konstan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
skor pada dimensi Openess yang tinggi cenderung dimiliki oleh orang-
orang yang kreatif, imajinatif, penuh rasa penasaran, terbuka dan lebih
memilih variasi (Feist & Feist, 2010). Sebaliknya, skor pada dimensi
Openess yang rendah cenderung dimiliki oleh individu yang
konvensional, rendah hati, konservatif dan tidak terlalu penasaran
terhadap sesuatu (Feist & Feist, 2010). Selain itu, individu juga
cenderung menjadi orang yang dangkal dan membosankan serta
sederhana (Friedman & Schustack, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 1 : Model Lima-Faktor Kepribadian Costa dan McCrae (Feist and Feist, 2008)
Extraversion Skor Tinggi Skor Rendah Penuh perhatian
Mudah bergabung Aktif bicara Menyukai kelucuan Aktif Bersemangat
Cuek Penyendiri Pendiam Serius Pasif Tidak berperasaan
Agreeableness Skor Tinggi Skor Rendah Berhati lembut
Mudah percaya Murah hati Pendamai Pemaaf Baik hati
Kejam Penuh syak-wasangka Pelit Penentang Selalu mengkritik Mudah terluka
Conscientiousness Skor Tinggi Skor Rendah Peka nurani
Pekerja keras Teratur/tertib Tepat waktu Ambisius Tekun
Bebal Malas Tidak teratur/tertib Selalu terlambat Tidak berarah tujuan Mudah menyerah
Neuroticsm Skor Tinggi Skor Rendah Cemas
Tempramental Mengasihani diri Sadar diri Emosional Rentan
Tenang Bertempramen lembut Puas diri Merasa nyaman Dingin Kukuh
Openess Skor Tinggi Skor Rendah Imajinatif
Kreatif Orisinal Menyukai keragaman Penuh ingin tahu Liberal
Riil Tidak kreatif Tunduk pada konvensi Menyukai rutinitas Tidak mau tahu Konservatif
Mahasiswa
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun
1999 tentang Pendidikan Tinggi, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dirumuskan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan
belajar pada perguruan tinggi tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dijelaskan bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar di
perguruan tinggi, baik universitas, institut atau akademi. Selain itu, mereka
yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi juga dapat disebut sebagai
mahasiswa (Takwin, 2008). Hal ini juga didukung oleh Sarwono (1978)
yang menyatakan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi
terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan
batas usia antara 18-30 tahun. Selain itu, mahasiswa juga merupakan suatu
golongan dari masyarakat atau bagian dari masyarakat yang mempunyai dua
sifat manusia muda dan calon intelektual. Sehingga sebagai calon
intelektual, mahasiswa juga harus dapat berpikir secara kritis terhadap
kenyataan sosial.
Selain itu, dalam menjalani kehidupan perkuliahan, mahasiswa
diharuskan untuk menempuh studi akademis yang berupa tugas dan
tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa. Banyaknya mata kuliah yang
harus dikuasai mahasiswa seringkali membuat mereka menjadi sulit untuk
fokus dan kurang menguasai materi kuliah secara mendalam
(Republika.co.id). Akibatnya, jumlah mahasiswa yang mengalami stres
akademik terus meningkat setiap semester dan hal ini dialami oleh sebagian
besar pelajar di dunia (Strodl & Sun, 2014). Ketika sudah mengalami stres,
mahasiswa seringkali tidak mengukur resiko yang menimpa dirinya
sehingga cenderung untuk berperilaku sembarangan seperti merokok atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang (Sarwono,
1978).
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar
secara resmi serta belajar di sebuah perguruan tinggi, universitas, institut,
maupun akademisi dan termasuk dalam bagian masyarakat yang tergolong
sebagai manusia muda dan calon intelektual.
Dinamika Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five Dan
Perilaku Merokok Rokok Elektronik pada Mahasiswa
Secara tidak langsung, kepribadian seseorang dapat mempengaruhi
perilaku atau kebiasaan sehat orang tersebut. Meskipun terdapat faktor-
faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku sehat seseorang, namun
faktor kepribadian juga turut berkontribusi dalam perilaku sehat yang
dilakukan. Demikian pula dengan dimensi kepribadian Big Five yang
berkaitan dengan perilaku merokok pada mahasiswa. Kelima dimensi
kepribadian tersebut meliputi Extraversion, Agreeableness,
Conscientiousness, Neuroticsm, dan Openess.
Dimensi pertama dalam Big Five yaitu dimensi Extraversion.
Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2008), skor tinggi yang
diperoleh individu pada dimensi kepribadian ini menunjukkan individu
yang penuh perhatian, aktif dan mudah bergabung, menyukai segala hal
yang bersifat lucu dan penuh semangat. Selain itu, individu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
digambarkan senang bergaul, optimistik, bersahabat serta asertif (Burger,
2011). Individu yang memiliki perhatian penuh pada dirinya dan cenderung
asertif membuat individu tersebut menjadi lebih menjaga kesehatannya dan
cenderung mempertimbangkan segala resiko dari perilaku yang akan
dilakukan. Inidividu tersebut menjadi lebih sehat dan menghindari
melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok. Berbeda dengan individu
yang memiliki skor rendah pada dimensi Extraversion, maka akan
cenderung bersikap cuek, penyendiri, pendiam, serius, pasif dan tidak
berperasaan (McCrae dan Costa, dalam Feist & Feist, 2008). Hal ini juga
dapat diartikan bahwa individu tersebut merupakan orang yang Introvert,
sehingga cenderung akan menjaga jarak dengan orang lain, mandiri serta
cenderung dapat bergerak secara teratur atau hati-hati (Burger, 2011).
Dimensi kedua dalam Big Five yaitu dimensi Agreeableness.
Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2008), skor tinggi yang
diperoleh seseorang pada dimensi ini digambarkan sebagai individu yang
berhati lembut, cenderung mudah percaya dengan siapa saja, murah hati,
pendamai dan pemaaf serta baik hati. Selain itu, individu tersebut juga
memiliki perilaku yang suka menolong orang lain, perasaan simpatik yang
tinggi pada orang lain dan dapat membangun interaksi sosial yang
menyenangkan dengan orang lain (Burger, 2011). Dimensi Agreeableness
berkaitan dengan perilaku sehat karena individu menjadi lebih mudah untuk
bercerita dengan orang lain ketika sedang ada masalah. Hal ini juga dapat
mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis individu tersebut. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sebaliknya, pada individu yang memiliki skor rendah pada dimensi ini
cenderung berperilaku skeptis dan menyukai perdebatan atau berkompetisi
(Burger, 2011). Selain itu, menurut McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist,
2008), individu juga cenderung menjadi kejam, penuh prasangka, pelit,
cenderung suka menentang, selalu mengkritik dan mudah terluka. Sehingga
ketika individu tersebut memiliki masalah cenderung tidak mudah untuk
menceritakannya dengan orang lain. Hal tersebut mengakibatkan individu
tersebut menjadi lebih mudah untuk melampiaskan permasalahannya
dengan berperilaku tidak sehat seperti merokok.
Dimensi ketiga dalam Big Five yaitu dimensi Conscientiousness.
Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2008), individu yang
mendapatkan skor tinggi pada dimensi ini menggambarkan individu yang
peka nurani, pekerja keras, cenderung teratur dan tertib, tepat waktu,
ambisius dan tekun. Selain itu, dalam dimensi ini individu juga mampu
membuat perencanaan sebelum bertindak serta memiliki tekad yang bulat
(Burger, 2011). Menurut Sarafino (2001), dimensi Conscientiousness
memiliki hubungan dengan perilaku hidup sehat seseorang. Dalam beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga didapatkan hasil bahwa
individu yang memiliki skor Conscientiousness yang tinggi cenderung
menyadari pentingnya menjaga kesehatan. Sehingga individu tersebut
cenderung membuat perencanaan yang baik dan melakukan pencegahan
yang dapat memperpanjang kesehatan mereka seperti mengkonsumsi buah
dan sayur untuk meminimalisir resiko penyakit radiovaskular. Sementara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
itu, menurut McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2008), individu yang
mendapatkan skor rendah dalam dimensi Conscientiousness cenderung
berperilaku bebal, malas, tidak teratur dan tertib, selalu terlambat, tidak
memiliki arah tujuan dan mudah menyerah. Selain itu, individu juga
cenderung berperilaku sembarangan, perhatiannya mudah teralihkan dan
kurang dapat diandalkan (Burger, 2011). Pada individu yang memiliki
kebiasaan merokok, cenderung kurang memiliki kendali diri yang baik
sehingga cenderung berperilaku secara sembarangan termasuk merokok.
Hal ini juga didukung oleh Tomkins (dalam Sarafino, 2002) bahwa salah
satu alasan seseorang merokok yaitu karena merokok sudah menjadi
kebiasaan sehingga sering dilakukan tanpa kesadaran.
Dimensi keempat dalam Big Five yaitu dimensi Neuroticsm.
Dimensi ini menempatkan individu secara berkelanjutan mengikuti
stabilitas emosi dan penyesuaian diri (Burger, 2011). Pada individu yang
memiliki skor tinggi pada dimensi ini dicerminkan oleh perasaan sedih dan
emosi yang dapat berubah secara ekstrem, cenderung mudah cemas,
tempramental, mengasihani diri, sadar diri serta rentan emosional. Sifat-
sifat tersebut membuat individu cenderung kurang dapat mengontrol emosi
negatif yang ada di dalam diri mereka, sehingga hal tersebut menyebabkan
munculnya dorongan psikologis untuk mengurangi emosi negatif seperti
kecemasan, merasa kurang jantan dan tidak dewasa (Conrad dan Miller,
dalam Sitepoe, 2000). Salah satu cara yang digunakan untuk memenuhi
dorongan psikologis tersebut adalah dengan merokok. Ketika seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
mulai merokok, maka perilaku tersebut dapat digunakan untuk mengalihkan
kecemasan, menunjukkan kejantanan serta kedewasaan. Sebaliknya, pada
individu dengan skor Neuroticsm yang rendah cenderung tenang, memiliki
tempramen yang lembut, puas dengan dirinya sendiri, merasa nyaman,
dingin dan kukuh (Feist and Feist, 2008). Selain itu, individu juga dapat
menyesuaikan diri dengan baik dan tidak memunculkan reaksi emosi yang
ekstrem (Burger, 2011). Sehingga hal ini menunjukkan bahwa dapat
bersikap tenang ketika menghadapi masalah dan cenderung tidak
melakukan hal-hal yang menyimpang seperti merokok.
Dimensi kelima dalam Big Five yaitu dimensi Openess. Menurut
McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2008), pada individu yang
mendapatkan skor tinggi dalam dimensi ini menggambarkan individu yang
imajinatif, cenderung kreatif, orisinal, menyukai keragaman, penuh dengan
rasa ingin tahu dan liberal. Selain itu, individu tersebut juga bersedia untuk
menerima ide baru sehingga mampu berpikir luas dan merupakan pemikir
yang independen namun tidak kuno (Burger, 2011). Namun, keingintahuan
tersebut kurang diimbangi dengan informasi yang memadai, sehingga
individu menjadi kurang memahami resiko dari tindakan yang dilakukan
seperti mencoba untuk merokok. Sebaliknya, pada individu yang
mendapatkan skor rendah dalam dimensi ini digambarkan sebagai individu
yang riil, cenderung tidak kreatif, tunduk pada konvensi, menyukai rutinitas,
tidak mau tahu dan cenderung konservatif (McCrae dan Costa, dalam Feist
& Feist, 2008). Selain itu, individu tersebut juga cenderung menyukai hal-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
hal yang sudah familiar dan tidak tertarik untuk mencoba hal baru (Burger,
2011). Hal ini membuat individu menjadi kurang tertarik untuk mencoba
hal baru seperti mulai merokok.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa
kepribadian dapat mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku
merokok rokok eletronik. Tren rokok elektronik nampaknya juga telah
merambah ke Indonesia dan peminatnya pun juga sudah banyak termasuk
kalangan orang muda yang kebanyakan memiliki ketidakmampuan dalam
mengontrol ekspresi emosional yang ada dalam diri mereka (Lawton,
Kleban, Rajogopal, & Dean, 1992; Mc Conatha 1994, dalam Lin & Chuang,
2005). Salah satu individu yang termasuk dalam kategori manusia muda
adalah mahasiswa.
Ketika menjalani kehidupan perkuliahan, mahasiswa diharuskan
untuk menempuh studi akademis yang meliputi tugas dan tanggung jawab
sebagai seorang mahasiswa. Banyaknya tugas dan tanggung jawab tersebut
seringkali membuat mahasiswa mengalami suatu tekanan karena diharuskan
melampaui kemampuan dirinya. Hal ini juga terjadi pada mahasiswa di
Indonesia yang diharuskan memahami seluruh materi perkuliahan secara
mendalam sehingga menimbulkan kesan bahwa mahasiswa harus serba bisa
(Republika.co.id, 2014). Akibatnya, banyak mahasiswa yang mengalami
stres akademik (Govaerst & Gregoire, 2004). Fakta tersebut diperkuat
dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Liu (2005) kepada 368 siswa
sekolah di China. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa 90%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
siswa mengalami stres akademik yang disebabkan oleh ujian, kurangnya
prestasi di sekolah, banyaknya tugas sekolah, iklim sekolah yang kurang
mendukung serta ketatnya peraturan di sekolah tersebut.
Ketika mahasiswa mengalami stres, mereka seringkali tidak
mengukur resiko yang menimpa dirinya sehingga cenderung untuk
berperilaku sembarangan seperti merokok atau mengkonsumsi minuman
beralkohol dan obat-obatan terlarang (Sarwono, 1978). Hal ini juga
didukung oleh Sitepoe (2000) yang menyatakan bahwa alasan utama
seseorang merokok adalah untuk menghilangkan rasa jenuh, merasa
ketagihan dengan sensasi merokok dan untuk menghilangkan stres. Lebih
lanjut, Mu’tadin (2002) juga menjelaskan bahwa faktor kepribadian dapat
mempengaruhi perilaku sehat seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Skema Hubungan antara Dimensi Kepribadian Big Five dan Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik pada Ma
Individu
Skor extraversion
tinggi
Perilaku umum :
- Penuh perhatian
- Mudah bergaul
- Mudah bergabung
- Aktif bicara
- Menyukai kelucuan
- Optimistik
- Bersahabat
- Bersemangat
Individu cenderung lebih asertif dan memperhatikan dirinya sehingga indiviu akan menjaga kesehatannya dan mempertimbangkan resiko dari perilakunya, sehingga individu menjadi lebih sehat dan menghindari melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok.
Individu
Skor agreeableness
tinggi
Perilaku umum :
- Suka menolong
- Percaya penuh pada orang lain
- Simpatik pada orang lain
- Dapat membangun interaksi sosial yang menyenangkan dengan orang lain
Individu cenderung mudah menceritakan
permasalahannya dengan orang lain
sehingga hal tersebut membuatnya tidak
mudah untuk melampiaskan
permasalahannya dengan merokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Individu Skor
conscientiousness tinggi
Perilaku umum :
- Memiliki disiplin diri yang baik
- Teratur
- Terbiasa membuat perencanaan sebelum bertindak
- Memiliki tekad yang bulat
Individu lebih menyadari
pentingnya berperilaku sehat
untuk menjaga kesehatannya.
Individu juga akan
menghindari perilaku tidak
sehat dan kebiasaan buruk
seperti merokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Individu Skor neurotisme tinggi
Perilaku umum :
- Cemas
- Tempramental
- Mengasihani
diri
- Sadar diri
- Emosional
- Rentan
Seorang perokok memiliki dorongan psikologis untuk mengurangi emosi negatif yang ada dalam diri seperti kecemasan, merasa kurang jantan dan tidak dewasa. Merokok dapat digunakan sebagai cara untuk mengalihkan kecemasan, menunjukkan kejantanan dan kedewasaan.
Individu Skor openess tinggi
Perilaku umum :
- Pintar
- Analitis
- Suka penasaran
- Kreatif
- Imajinatif
Individu yang cenderung memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi
terkadang kurang diimbangi
dengan pengetahuan atau
informasi yang cukup, sehingga
mudah tergoda untuk mencoba hal
baru seperti mencoba merokok
rokok elektronik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Hipotesis
Dalam penelitian ini terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis
mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang
mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Menurut
Kartono (1980), hipotesis mayor juga disebut dengan sumber dari anak-
anak hipotesis atau hipotesis minor. Sedangkan hipotesis minor adalah
hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor
dan merupakan jabaran dari hipotesis mayor (Kartono, 1980).
Hipotesis mayor dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara
dimensi-dimensi kepribadian Big Five dan intensitas perilaku merokok
rokok elektronik pada mahasiswa. Sehingga, hipotesis minor dalam
penelitian ini adalah:
a. Ada hubungan negatif antara dimensi Extraversion dan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Artinya, semakin tinggi skor
Extraversion, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada
mahasiswa menjadi semakin rendah.
b. Ada hubungan negatif antara dimensi Agreeableness dan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Artinya, semakin tinggi skor
Agreeableness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada
mahasiswa menjadi semakin rendah.
c. Ada hubungan negatif antara dimensi Conscientiousness dan intensitas
perilaku merokok rokok elektronik pada remaja. Artinya, semakin tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
skor Conscientiousness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik
pada remaja menjadi semakin rendah.
d. Ada hubungan positif antara dimensi Neuroticsm dan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Artinya, semakin tinggi skor
Neuroticsm, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada
mahasiswa menjadi semakin tinggi.
e. Ada hubungan positif antara dimensi Openess dan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Artinya, semakin tinggi skor
Openess, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada remaja
menjadi semakin tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan analisis yang menekankan pada data-data numerikal atau
angka dan kemudian diolah dengan metode statistik (Azwar, 2004). Data-
data yang berupa angka tersebut diperoleh dari pengukuran dengan skala
terhadap variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Jenis
penelitian ini yaitu penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui
bentuk arah hubungan antara dua variabel atau lebih (Siregar, 2013).
Menurut Creswell (dalam Supratiknya, 2014) dalam penelitian korelasional
juga menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar
variabel-variabel yang diukur dengan instrumen-instrumen penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dimensi kepribadian
Big Five dengan perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa.
Identifikasi Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel X : Dimensi Kepribadian Big Five
2. Variabel Y : Intensitas Perilaku Merokok Rokok
Elektronik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Definisi Operasional
1. Dimensi Kepribadian Big Five
Dimensi kepribadian Big Five merupakan suatu dimensi kepribadian
dalam diri mahasiswa yang terdiri dari lima dimensi yang meliputi
dimensi Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticsm
dan Openess.
a. Dimensi Extraversion dicerminkan oleh individu yang memiliki
sifat dapat memusatkan perhatian dan pikiran kepada orang lain,
penuh vitalitas, banyak bicara atau cerewet, pemberani, aktif,
tegas dan suka berpetualang.
b. Dimensi Agreeableness dicerminkan oleh individu yang
memiliki sifat mudah didekati, baik, suka bekerjasama, tidak
egois, menyenangkan, bisa dipercaya dan suka memberi.
c. Dimensi Conscientiousness dicerminkan oleh individu yang
memiliki sifat tertata, bertanggung jawab, sangat hati-hati,
mudah mempraktekkan, teliti, pekerja keras dan pelit.
d. Dimensi Neuroticsm dicerminkan oleh individu yang memiliki
sifat marah, tegang, gugup, suka iri, tidak stabil, tidak puas dan
emosional.
e. Dimensi Openess dicerminkan oleh individu yang memiliki sifat
pintar, analitis, reflektif, suka penasaran, imajinatif, kreatif dan
kompleks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Data tentang dimensi kepribadian Big Five dalam penelitian ini
diperoleh melalui hasil adaptasi skala Transparent Bipolar Inventory dari
Goldberg (1992). Skala tersebut disusun menggunakan pasangan kata
sifat pada setiap faktor sebagai skala dimensi kepribadian Big Five yang
diberikan kepada para mahasiswa. Peneliti memilih skala ini karena
dalam skala Transparent Bipolar Inventory menggunakan skala
kontinum sehingga subjek dapat memberikan penilaiannya mulai dari
angka 1 sampai dengan 9, sehingga dan angka tersebut secara konsisten
dapat digunakan untuk menggambarkan dengan jelas kepribadian
individu (Goldberg, 1992).
Skor dimensi kepribadian Big Five tersebut dihitung berdasarkan
skor total untuk setiap dimensinya. Dalam skala tersebut, semakin tinggi
skor total yang diperoleh individu pada setiap dimensi, maka hal tersebut
menunjukkan bahwa individu cenderung merepresentasikan salah satu
dimensi tersebut. Begitu pula sebaliknya, apabila semakin rendah skor
total yang diperoleh individu pada setiap dimensi, maka hal tersebut
menunjukkan bahwa individu kurang merepresentasikan salah satu
dimensi kepribadian Big Five tersebut.
2. Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Intensitas perilaku merokok rokok elektronik adalah kuantitas dan
durasi ketika seseorang menghisap rokok dan menghembuskan asap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Dalam penelitian ini intensitas perilaku merokok rokok
elektronik diukur menggunakan skala intensitas merokok rokok
elektronik. Untuk mengukur intensitas perilaku merokok rokok
elektronik, peneliti melihat kuantitas dan durasi seseorang saat
menghirup rokok elektronik dalam jangka waktu tertentu (kompas.com,
2015). Peneliti menanyakan berapa banyak liquid (kuantitas) yang
dihabiskan subjek untuk menghisap rokok elektronik dalam sehari dan
seminggu. Selain itu, peneliti juga menanyakan berapa lama (durasi)
subjek telah menjadi seorang perokok aktif.
Selanjutnya, subjek diminta untuk memberikan respon dengan
cara memilih salah satu jawaban dari ketiga pilihan jawaban yang telah
disediakan sesuai dengan keadaan diri subjek yang sebenarnya. Skor
intensitas perilaku merokok rokok elektronik tersebut dihitung
berdasarkan skor total yang dihasilkan oleh individu ketika mengisi
skala tersebut pada masing-masing item. Semakin tinggi skor yang
diperoleh subjek maka hal tersebut menunjukkan tingginya intensitas
perilaku merokok rokok elektronik pada subjek. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka hal
tersebut menunjukkan rendahnya intensitas perilaku merokok rokok
elektronik pada subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
dengan rentang usia 18-30 tahun. Karakteristik lain dari subjek adalah
mahasiswa yang sedang mengkonsumsi rokok elektronik. Penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobability sample atau
nonrandom sampe atau disebut juga convenience sample, yaitu individu
yang diambil dari populasi dipilih secara sengaja menurut
pertimbangan tertentu sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki
kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel (Purwanto dan
Sulistyastuti, 2007).
Metode dan Alat Pengumpulan Data
1. Dimensi Kepribadian Big Five
Alat ukur kepribadian Big Five yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan hasil terjemahan dan adaptasi dari
Transparent Bipolar Inventory yang dikembangkan oleh Goldberg di
tahun 1992. Skala Transparent Bipolar Inventory merupakan skala
yang diadaptasi oleh peneliti dengan menggunakan metode back to
back translation. Dalam metode tersebut, kuesioner atau kalimat
diterjemahkan dalam bahasa sumber ke bahasa yang diinginkan,
kemudian diterjemahkan kembali oleh pihak kedua ke dalam bahasa
sumber. Terjemahan kembali dapat digunakan untuk membuktikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
bahwa terjemahan pertama memiliki arti yang dimaksud oleh peneliti
(Cateora dan Graham, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 2. Sebaran Item Skala Transparent Bipolar Inventory Sebelum Uji Coba
Dimensi (Presentase) Sifat (facet-facet) Unfavorable Favorable
Extraversion 7
20%
Memusatkan perhatian dan pikiran kepada diri sendiri
vs Memusatkan perhatian dan pikiran kepada orang lain
Tidak ada tenaga vs Penuh vitalitas Pendiam vs Cerewet Penakut vs Pemberani Tidak aktif vs Aktif Tidak tegas vs Tegas Tidak suka berpetualang
vs Suka berpetualang
Agreeableness 7
20%
Bersikap dingin vs Mudah didekati Tidak baik vs Baik Tidak bisa bekerjasama
vs Suka bekerjasama
Egois vs Tidak egois Tidak menyenangkan vs Menyenangkan Tidak bisa dipercaya vs Bisa dipercaya Pelit vs Suka memberi
Conscientiousness 7
20%
Tak tertata vs Tertata Tidak mempunyai rasa tanggung jawab
vs Bertanggung jawab
Tidak hati-hati vs Sangat hati-hati Tidak mudah mempraktekkan
vs Mudah mempraktekkan
Ceroboh vs Teliti Malas vs Pekerja keras Bermewah-mewahan vs Pelit
Neuroticsm / Emotional Stability
7 20%
Marah vs Tenang Tegang vs Rileks Gugup vs Tenang Suka iri vs Tidak suka iri Tak stabil vs Stabil Tak puas vs Puas Emosional vs Tidak emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Dimensi (Presentase) Sifat (facet-facet) Unfavorable Favorable
Openess / Intelect 7
20%
Tak berakal vs Pintar Tak analitis vs Analitis Tak reflektif vs Reflektif Cuek vs Suka penasaran Tidak imajinatif vs Imajinatif Tidak kreatif vs Kreatif Simpel vs Kompleks
35 (100%)
TOTAL
Dalam instrumen ini terdapat 50 item yang dirancang untuk
mengukur kelima dimensi kepribadian Big Five, yaitu Extraversion,
Agreeableness, Conscientiousness, Emotional stability / Neuroticsm
dan Openess to Experience. Kelima dimensi tersebut diukur
menggunakan facet-facet atau sifat-sifat yang terkandung dalam tiap-
tiap dimensi.
Pola dasar pengukuran yang digunakan dalam alat ukur ini
mengikuti model beda semantik, yaitu subjek diminta untuk
memberikan bobot penilaian atau keyakinan mereka terhadap pasangan
kata sifat yang terdapat pada setiap kontinum skala. Subjek diberikan
pilihan yang terdiri atas 9 bagian yang diberi angka 1 sampai dengan 9,
dimulai dari kutub unfavorable sampai dengan kutub favorable dari
sifat-sifat yang menjadi bagian dari dimensi Big Five yang diungkap
(Goldberg, 1992).
Dalam instrumen ini, cara pemberian skor dilakukan dengan
mengikuti angka yang dipilih oleh subjek. Angka 1 menunjukkan
adanya arah sikap yang unfavorable dengan intensitas yang tinggi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sedangkan angka 9 menunjukkan adanya sikap yang favorable dengan
intensitas yang juga tinggi. Apabila subjek memberikan skor 5 yaitu
respon atau jawaban yang diletakkan di tengah, maka hal tersebut
menunjukkan adanya kenetralan sikap subjek terhadap sifat dalam
dimensi yang bersangkutan (Goldberg, 1992). Berikut ini adalah
ilustrasi dari skala dimensi kepribadian Big Five yang digunakan dalam
penelitian.
Ilustrasi Transparent Bipolar Inventory
Kutub unfavorable kutub favorable
Sangat Sedang Netral Sedang Sangat
Dingin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hangat
Egois 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak
egois
Secara keseluruhan Transparent Bipolar Inventory ini memiliki
35 item. Masing-masing dimensi terdiri dari 7 pasangan kata sifat.
Pasangan kata sifat tersebut merupakan kata sifat yang diidentifikasi
dari ciri-ciri perilaku individu dalam setiap dimensi.
Skor skala pada setiap dimensi diperoleh dengan cara
menjumlahkan skor semua item pada setiap dimensi. Semakin banyak
subjek memberikan jawaban yang favorable atau memilih angka 9,
maka semakin tinggi pula skor yang diperoleh subjek pada dimensi
tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi dimensi
kepribadian Big Five yang dimiliki subjek tersebut (Goldberg, 1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Sebaliknya, semakin banyak jawaban unfavorable yang
diberikan oleh subjek, maka semakin rendah pula skor yang diperoleh.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah pula dimensi
kepribadian Big Five yang dimiliki subjek tersebut. Pada skor di item
emotional stability, semakin rendah maka menunjukkan semakin
unfavorable skor atau individu semakin neuroticsm (Goldberg, 1992).
2. Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
variabel intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada penelitian
ini adalah dengan menggunakan skala pilihan yang merupakan bagian
dari rating scale atau skala penilaian. Dalam mengisi skala penilaian,
subjek diminta untuk menyatakan secara langsung jawaban atau
pendapat, perasaan atau sikap subjek terhadap pertanyaan atau konsep
tertentu dengan teknik tertentu, dan selanjutnya respon atau jawaban
tersebut diubah ke dalam bilangan atau nilai skala tertentu yang
mencerminkan atribut psikologis yang sedang menjadi objek
pengukuran (Supratiknya, 2014).
Skala intensitas perilaku merokok rokok elektronik yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan skala perilaku dengan model
pilihan ganda. Subjek diminta untuk memberikan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan, atau memberikan penilaian terhadap objek
pengukuran atau konsep dengan cara memilih salah satu di antara dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
atau lebih jawaban yang sudah disediakan. Instrumen untuk mengukur
variabel perilaku merokok rokok elektronik dibuat sendiri oleh peneliti
berdasarkan kuantitas dan durasi merokok seseorang.
Tabel 3. Skor Respon pada Variabel Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik menggunakan Pertanyaan dengan Pilihan Ganda
Pilihan jawaban Skor A 3 B 2 C 1
Pertanyaan dengan pilihan ganda merupakan jenis pertanyaan
yang menyajikan lebih dari dua alternatif jawaban. Subjek harus
memilih satu jawaban yang paling benar atau paling sesuai dengan
keadaan dirinya (Supratiknya, 2015). Item-item pada skala ini
ditunjukkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat khusus terkait
dengan intensitas perilaku merokok rokok elektronik. Item-item
tersebut digunakan untuk dikorelasikan dengan dimensi kepribadian
Big Five. Masing-masing pilihan jawaban diberi skor, misalnya 3, 2,
dan 1 untuk jawaban a sampai dengan c pada item yang telah
disediakan. Skor seseorang pada skala merupakan jumlah skornya pada
masing-masing item. Penskalaan dengan teknik ini menghasilkan
pengukuran pada taraf ordinal (Allen & Yen, 1974 dalam Supratiknya,
2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah kualitas esensial yang dapat menunjukkan sejauh
mana suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang
hendak diukur (Supratiknya, 2014). Alat ukur dapat dikatakan memiliki
validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut dapat menjalankan fungsi
ukur atau akurat dalam melakukan pengukuran yang ingin diukur
(Azwar, 2010). Pengujian validitas yang digunakan dalam skala ini
adalah validitas isi. Validitas isi dapat berupa penilaian pakar atau ahli
terhadap kesesuaian antara bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur
(Supratiknya, 2014).
Validitas isi merupakan proses pengujian isi alat ukur yang
dilakukan berdasarkan professional judgement (Azwar, 2007). Validitas
ini dinilai berdasarkan penilaian dosen pembimbing sebagai
professional judgement untuk mengetahui kesesuaian item-item dalam
tes dengan dimensi yang hendak diungkap. Selain itu, validitas isi dalam
skala Transparent Bipolar Inventory yang merupakan skala adaptasi
diterjemahkan oleh peneliti dan dibantu juga oleh ahli bahasa, kemudian
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing skripsi. Peneliti juga
berkonsultasi kepada dosen pembimbing skripsi sebagai ahli mengenai
skala perilaku merokok rokok elektronik yang dibuat sendiri oleh
peneliti. Skala tersebut kemudian diujicobakan dan dianalisis dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
analisis item untuk menguji kejelasan dan keefektivan petunjuk serta
rumusan item-itemnya (Supratiknya, 2015).
2. Seleksi Item
Seleksi item merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan
validitas isi oleh expert judgement dan dilakukan tryout dengan
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 25. Seleksi item
perlu dilakukan untuk memutuskan item-item mana yang dipandang
langsung memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam bentuk final tes.
Dalam seleksi item, peneliti perlu memilih mana yang perlu terlebih dulu
direvisi dan diuji-cobakan kembali sebelum dimasukkan ke dalam
bentuk final tes, dan mana yang harus digugurkan karena memiliki ciri-
ciri statistik yang terlalu jauh dari yang dipersyaratkan (Supratiknya,
2014). Setelah melakukan uji coba skala, peneliti melakukan
diskriminasi item dengan cara menghitung korelasi antara distribusi skor
per item dengan distribusi skor skala untuk memilih item yang baik.
Ketika melakukan seleksi item, peneliti melihat besarnya koefisien
korelasi item total yang berada dalam kisaran -1.00 sampai dengan +1.00
(Supratiknya, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik daya
diskriminasi item, maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka
1.00. Jika skor semakin mendekati angka 0 atau memiliki tanda negatif,
maka item tersebut akan didiskriminasi (Azwar, 2009). Kriteria
pemilihan item berdasar pada korelasi item total dengan batasan rix ≥
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
0,40. Item-item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,20 memiliki
daya diskriminasi yang memuaskan, sedangkan item dengan rix atau ri(x-
i) kurang dari 0,20 maka dapat diinterpretasikan sebagai item yang
memiliki daya diskriminasi rendah sehingga harus digugurkan atau
direvisi secara total (Supratiknya, 2014).
Uji coba skala dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2017 hingga
27 Desember 2017 dengan responden sejumlah 52 orang. Hasil uji coba
dianalisis dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 25.
Hasil uji coba skala adalah sebagai berikut :
a. Skala Transparent Bipolar Inventory
Pada skala Transparent Bipolar Inventory dengan item
sejumlah 35 buah, tidak didapatkan item yang menunjukkan nilai rix
< 0,30. Hal tersebut menunjukkan bahwa item-item tersebut
memiliki daya beda yang tinggi. Tabel skala Transparent Bipolar
Inventory setelah dilakukan uji coba adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4. Sebaran Item Skala Transparent Bipolar Inventory Setelah Uji Coba
Dimensi (Presentase)
Sifat (facet-facet)
Unfavorable Favorable Extraversion
7 20%
Memusatkan perhatian dan pikiran kepada diri sendiri
vs Memusatkan perhatian dan pikiran kepada orang lain
Tidak ada tenaga vs Penuh vitalitas Pendiam vs Cerewet Penakut vs Pemberani Tidak aktif vs Aktif Tidak tegas vs Tegas Tidak suka berpetualang
vs Suka berpetualang
Agreeableness 7
20%
Bersikap dingin vs Mudah didekati Tidak baik vs Baik Tidak bisa bekerjasama
vs Suka bekerjasama
Egois vs Tidak egois Tidak menyenangkan vs Menyenangkan Tidak bisa dipercaya vs Bisa dipercaya Pelit vs Suka memberi
Conscientiousness 7
20%
Tak tertata vs Tertata Tidak mempunyai rasa tanggung jawab
vs Bertanggung jawab
Tidak hati-hati vs Sangat hati-hati Tidak mudah mempraktekkan
vs Mudah mempraktekkan
Ceroboh vs Teliti Malas vs Pekerja keras Bermewah-mewahan vs Pelit
Neuroticsm / Emotional Stability
7 20%
Marah vs Tenang Tegang vs Rileks Gugup vs Tenang Suka iri vs Tidak suka iri Tak stabil vs Stabil Tak puas vs Puas Emosional vs Tidak emosional
Openess / Intelect 7
20%
Tak berakal vs Pintar Tak analitis vs Analitis Tak reflektif vs Reflektif Cuek vs Suka penasaran Tidak imajinatif vs Imajinatif Tidak kreatif vs Kreatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Simpel vs Kompleks 35
(100%) TOTAL
b. Skala Intensitas Perilaku Merokok Elektronik
Hasil uji coba skala intensitas perilaku merokok rokok
elektronik yang memiliki 3 item pertanyaan khusus yang akan
dikorelasikan menunjukkan bahwa tidak didapatkan item yang
menunjukkan nilai rix < 0,30. Hal tersebut menunjukkan bahwa
item-item tersebut memiliki daya beda yang tinggi sehingga tidak
digugurkan.
3. Reliabilitas
Menurut Azwar (2000) reliabilitas merupakan sejauh mana hasil
pengukuran dapat dipercaya. Sebuah alat tes yang reliabel dapat
menunjukkan konsistensi hasil pengukuran ketika prosedur
pengetesannya dilakukan secara berulang kali terhadap suatu populasi
individu atau kelompok (AERA, APA & NCME, 1999 dalam
Supratiknya, 2014). Nilai tinggi maupun rendah dari reabilitas alat ukur
ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas. Artinya bahwa semakin tinggi
koefisien reliabilitas, maka semakin baik alat ukur tersebut, dan begitu
pula sebaliknya.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi
internal yang bertujuan melihat konsistensi antar item atau antar bagian
dalam tes. Untuk mencari estimasi reliabilitas konsistensi internal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
tersebut, maka dapat digunakan rumus dari Alpha Cronbach dengan
bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 25.
Teknik tersebut membagi skala menjadi dua atau tiga bagian, sehingga
setiap bagian akan berisi item-item dengan jumlah yang sama
banyaknya (Azwar, 2012). Teknik ini dianggap efektif karena peneliti
dapat memperoleh data melalui penyajian satu bentuk skala dalam
waktu sekali saja pada kelompok subjek, sehingga masalah yang dapat
timbul seperti pengulangan tes pada pendekatan reliabilitas ini dapat
dihindari (Azwar, 2012). Skala reliabilitas yang baik memiliki skor
minimum 0,7, sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa semakin
mendekati angka 1 maka semakin baik skala tersebut. Apabila skala
reliabilitas memiliki skor dibawah 0,7 maka skala tersebut menjadi
kurang baik untuk digunakan karena kesalahan baku skor tampak besar,
sehingga interpretasi skor menjadi meragukan (Supratiknya, 2014).
a. Skala Transparent Bipolar Inventory
Tabel 5. Reliabilitas Skala Transparent Bipolar Inventory Dimensi Jumlah
item Reliabilitas Skala dari Jurnal Asli
Reliabilitas
Extraversion 7 0,950 0,834 Agreeableness 7 0,930 0,866
Conscientiousness 7 0,960 0,785 Neuroticsm 7 0,900 0,920
Openess 7 0,980 0,880
Reliabilitas pertama pada dimensi Extraversion pada skala
Transparent Bipolar Inventory dalam penelitian ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
nilai koefisien alpha untuk 7 item sebesar 0,834. Pada jurnal asli
(Goldberg, 1992), dimensi Extraversion memiliki reliabilitas sebesar
0,950. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi Extraversion pada
skala Transparent Bipolar Inventory tergolong reliabel. Selanjutnya,
reliabilitas kedua pada dimensi Agreeableness pada skala Transparent
Bipolar Inventory dalam penelitian ini menunjukkan nilai koefisien
alpha untuk 7 item sebesar 0,866. Pada jurnal asli (Goldberg, 1992),
dimensi Agreeableness memiliki reliabilitas sebesar 0,930. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dimensi Agreeableness pada skala
Transparent Bipolar Inventory tergolong reliabel.
Reliabilitas ketiga pada dimensi Conscientiousness pada skala
Transparent Bipolar Inventory dalam penelitian ini menunjukkan
nilai koefisien alpha untuk 7 item sebesar 0,785. Pada jurnal asli
(Goldberg, 1992), dimensi Conscientiousness memiliki reliabilitas
sebesar 0,960. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi
Conscientiousness pada skala Transparent Bipolar Inventory
tergolong reliabel. Selanjutnya, reliabilitas keempat pada dimensi
Neuroticsm pada skala Transparent Bipolar Inventory dalam
penelitian ini menunjukkan nilai koefisien alpha untuk 7 item sebesar
0,920. Pada jurnal asli (Goldberg, 1992), dimensi Neuroticsm
memiliki reliabilitas sebesar 0,900. Hal tersebut menunjukkan bahwa
dimensi Neuroticsm pada skala Transparent Bipolar Inventory
tergolong reliabel. Reliabilitas kelima pada dimensi Openess pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
skala Transparent Bipolar Inventory dalam penelitian ini
menunjukkan nilai koefisien alpha untuk 7 item sebesar 0,880. Pada
jurnal asli (Goldberg, 1992), dimensi Openess memiliki reliabilitas
sebesar 0,980. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi Openess
pada skala Transparent Bipolar Inventory tergolong reliabel.
b. Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Reliabilitas pada skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok
Elektronik untuk 3 item pertanyaan khusus yang akan dikorelasikan
setelah diuji coba pada penelitian ini menunjukkan nilai koefisien
alpha sebesar 0,835. Hal tersebut menunjukkan bahwa skala intensitas
perilaku merokok rokok elektronik tergolong reliabel.
Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian untuk mengecek data penelitian
dari populasi dengan sebaran normal atau tidak (Santoso, 2010).
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu
dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan teknik Kolmogrov-Smirnov dengan
bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antar
variabel yang dianalisis apakah memiliki hubungan yang linear atau
tidak (Priyatno, 2014). Dalam penelitian ini pengujian linearitas
menggunakan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 25. Uji linearitas dapat dilihat apabila hubungan antar
variabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus. Hal ini dapat
terlihat dari penurunan atau peningkatan kuantitas di salah satu
variabel yang akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau
penurunan kuantitas di variabel lainnya. Menurut Santoso (2010), uji
linearitas digunakan untuk melihat kekuatan hubungan antara dua
variabel dalam sebuah penelitian. Jika nilai p > 0.05, maka hubungan
antar dua variabel menjadi tidak linear atau lemah.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan untuk melihat
hubungan antara dimensi kepribadian Big Five dengan perilaku
merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Masing-masing
hipotesis pada penelitian ini diuji dengan menggunakan formula
korelasi Product Moment Pearson. Teknik korelasi ini digunakan
untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua
variabel apabila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio,
dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama
(Sugiyono, 2014). Rumus korelasi ini baik diterapkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
menghitung koefisien korelasi antara skor item dan skor total tes
khususnya pada jenis-jenis multi-point item, yaitu jenis item yang
memiliki kisaran skor 1-4 atau lebih (Kline, 1986; Crocker & Algina,
2008 dalam Supratiknya, 2014).
Apabila asumsi tidak terpenuhi, maka masing-masing hipotesis
dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan formula korelasi
Spearman Rank. Dalam teknik korelasi ini, sumber data untuk kedua
variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang
tidak sama. Selain itu, jenis data yang dikorelasikan adalah data
ordinal, serta data dari kedua variabel tidak harus membentuk
distribusi normal. Sehingga, korelasi Spearman Rank bekerja
dengan data ordinal/berjenjang/ranking dan bebas distribusi
(Sugiyono, 2014). Dalam menguji hipotesis-hipotesis ini, peneliti
melakukan perhitungan dengan menggunakan program Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 25.
Uji signifikansi dengan korelasi produk momen menghasilkan
nilai -1 dan +1 yang menunjukkan arah hubungan positif dan negatif
antar variabel (Sugiyono, 2010). Semakin mendekati angka 1 maka
korelasi semakin mendekati sempurna. Arah hubungan yang positif
menunjukkan bahwa pola hubungan searah atau semakin tinggi A
maka semakin tinggi pula B (Sugiyono, 2010). Jika nilai sig. atau p
< 0.05, maka hipotesis nol ditolak atau ada hubungan signifikan
antara dua variabel. Begitu pula sebaliknya, apabila nilai sig. atau p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
> 0.05, maka hipotesis nol diterima atau tidak ada hubungan yang
signifikan antara dua variabel (Sugiyono 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama dua minggu mulai hari Senin tanggal
1 Januari 2018 hingga hari Rabu tanggal 24 Januari 2018. Subjek penelitian
ini adalah mahasiswa/i dengan kriteria rentang usia 18-30 tahun yang
sedang mengkonsumsi rokok eletronik atau vape. Pengambilan data
dilakukan dengan menyebar skala penelitian kepada beberapa mahasiswa/i
sesuai kriteria dari berbagai universitas di Yogyakarta. Selain itu, peneliti
juga menyebar skala penelitian kepada para mahasiswa yang tergabung
dalam komunitas vape dan memberikan skala kepada mahasiswa yang
merupakan konsumen di berbagai vape store di Yogyakarta. Peneliti
membuat skala dalam bentuk online, sehingga sebelum melakukan
pengambilan data, peneliti memberi arahan kepada beberapa teman yang
bersedia membantu supaya subjek yang dituju sesuai dengan kriteria
penelitian. Pengambilan data juga dilakukan di beberapa tempat yang
berbeda berdasarkan ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh
subjek penelitian. Total subjek yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 132 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa/i yang sedang
mengkonsumsi rokok eletronik atau vape dan berada dalam batasan usia 18
hingga 30 tahun. Data demografi subjek yang terlibat dalam penelitian ini
dapat dideskripsi sebagai berikut :
Tabel 6. Deskripsi Usia Subjek Usia Jumlah Persentasi
18 – 21 tahun 62 orang 46%
22 – 24 tahun 70 orang 54%
Total 132 orang 100%
Tabel 7. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Jenis Kelamin Jumlah Persentasi
Laki-laki 102 orang 77%
Perempuan 30 orang 23%
Total 132 orang 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel 8. Deskripsi Waktu saat Subjek Merokok Rokok Elektronik Waktu Jumlah Persentasi
Saat ada teman yang membawa rokok elektronik
20 orang 15%
Tidak menentu 8 orang 6% Saat ada waktu senggang 17 orang 13% Saat sedang berkumpul dengan teman
10 orang 8%
Ketika sedang ingin merokok
4 orang 3%
Saat hujan dan kehabisan rokok batang
5 orang 4%
Setiap saat 12 orang 9% 2 kali sehari 1 orang 0,75% Sesekali saja 3 orang 2% Saat sedang ingin merokok rokok elektronik
6 orang 4,5%
Setiap ada kesempatan 8 orang 6% Sebelum dan setelah kuliah
3 orang 2%
Saat jeda kuliah 2 orang 1,5% Setelah makan 6 orang 4,5% Saat di kost 2 orang 1,5% Saat di kampus 2 orang 1,5% Saat di luar rumah 2 orang 1,5% Saat sedang bersama pacar
2 orang 1,5%
Sebelum tidur 1 orang 0,75% Sore atau malam 1 orang 0,75% Setelah bangun tidur 1 orang 0,75% Sedang galau, sedih dan ada masalah
6 orang 4,5%
Sedang sendiri 2 orang 1,5% Sedang istirahat 8 orang 6%
TOTAL 132 orang 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel 9. Deskripsi Perasaan Subjek saat Merokok Rokok Elektronik Perasaan Jumlah Persentasi Senang 111 orang 84%
Tidak Senang 21 orang 16% TOTAL 132 orang 100%
Tabel 10. Deskripsi Perasaan Subjek Ketika dapat Mengeluarkan Asap yang Banyak Meskipun Rasanya Tidak Enak
Perasaan Jumlah Persentasi Puas 40 orang 30%
Tidak Puas 92 orang 70% TOTAL 132 orang 100%
Tabel 11. Deskripsi Lamanya Subjek Mulai Merokok Rokok Elektronik
Lama Waktu Jumlah Persentasi ≤ 2 tahun (kurang dari
2 tahun) 20 orang 15%
2 tahun < (lebih dari 2 tahun)
112 orang 85%
TOTAL 132 orang 100%
Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian bertujuan untuk mengetahui tinggi
rendahnya intensitas perilaku merokok rokok elektronik dan kepribadian
Big Five. Deskripsi data dilakukan dengan cara mencari mean empiris dan
mean teoritis. Mean teoritis adalah hasil perhitungan manual berdasarkan
skor terendah dan skor tertinggi yang dapat diraih dalam sebuah skala. Hal
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Mean Teoritis = (����������������������)�(�����������������������)
�
Mean empiris merupakan rata-rata dari skor yang dimiliki oleh subjek
penelitian. Mean empiris yang lebih tinggi dari mean teoritis menunjukkan
bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat dimensi kepribadian Big
Five dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik yang tinggi.
Sebaliknya, mean empiris yang lebih rendah mean teoritis menunjukkan
bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat dimensi kepribadian Big
Five dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik yang rendah. Selain
itu, deskripsi data pada penelitian ini juga menggunakan uji One-Sample
Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara mean teoritis dan mean empiris. Skor mean empiris dan uji
One-Sample Test didapatkan dengan menggunakan SPSS for Windows versi
25.
Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil
perhitungan mean teoritis dimensi kepribadian Big Five sebagai berikut :
1. Dimensi Extraversion
Mean Teoritis = (��)�(��)
� =
��
� = 35
Tabel 12. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Extraversion
Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.
35 42,93 10,316 0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala
Transparent Bipolar Inventory yaitu dimensi Extraversion (Tabel 12)
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari
dimensi Extraversion. Mean teoritis pada skala dimensi Extraversion sebesar
35 dan mean empiris sebesar 42,93 (SD = 10,316). Hasil ini menunjukkan
bahwa mean empiris secara secara signifikan lebih tinggi daripada mean
teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini
memiliki dimensi Extraversion yang cenderung tinggi.
2. Dimensi Agreeableness
Mean Teoritis = (��)�(��)
� =
��
� = 35
Tabel 13. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Agreeableness
Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala Transparent
Bipolar Inventory yaitu dimensi Agreeableness (Tabel 13) diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari dimensi
Agreeableness. Mean teoritis pada skala dimensi Agreeableness sebesar 35
dan mean empiris sebesar 42,93 (SD = 9,462). Hasil ini menunjukkan bahwa
Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.
35 42,93 9,462 0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
mean empiris secara signifikan lebih tinggi daripada mean teoritis, sehingga
dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki dimensi
Agreeableness yang cenderung tinggi.
3. Dimensi Conscientiousness
Mean Teoritis = (��)�(��)
� =
��
� = 35
Tabel 14. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Conscientiousness
Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala Transparent
Bipolar Inventory yaitu dimensi Conscientiousness (Tabel 14) diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari dimensi
Conscientiousness. Mean teoritis pada skala dimensi Conscientiousness
sebesar 35 dan mean empiris sebesar 46,19 (SD = 8,448). Hasil ini
menunjukkan bahwa mean empiris secara signifikan lebih tinggi daripada
mean teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini
memiliki dimensi Conscientiousness yang cenderung tinggi.
4. Dimensi Neuroticsm / Emotional Stability
Mean Teoritis = (��)�(��)
� =
��
� = 35
Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.
35 46,19 8,448 0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel 15. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Neuroticsm / Emotional Stability
Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala Transparent
Bipolar Inventory yaitu dimensi Neuroticsm / Emotional Stability (Tabel 15)
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari
dimensi Neuroticsm / Emotional Stability. Mean teoritis pada skala dimensi
Neuroticsm / Emotional Stability sebesar 35 dan mean empiris sebesar 45,19
(SD = 11,123). Hasil ini menunjukkan bahwa mean empiris secara signifikan
lebih tinggi daripada mean teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek
dalam penelitian ini memiliki dimensi Neuroticsm / Emotional Stability yang
cenderung tinggi.
5. Dimensi Openess
Mean Teoritis = (��)�(��)
� =
��
� = 35
Tabel 16. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Dimensi Openess
Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.
35 45,19 11,123 0,000
Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.
35 44,70 9,981 0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala Transparent
Bipolar Inventory yaitu dimensi Openess (Tabel 16) diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari dimensi
Openess. Mean teoritis pada skala dimensi Openess sebesar 35 dan mean
empiris sebesar 44,70 (SD = 9,981). Hasil ini menunjukkan bahwa mean
empiris secara signifikan lebih tinggi daripada mean teoritis, sehingga dapat
disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki dimensi Openess
yang cenderung tinggi.
Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil
perhitungan mean teoritis dan mean empiris intensitas perilaku merokok
rokok elektronik sebagai berikut :
Mean Teoritis = (��)�(��)
� =
��
� = 6
Tabel 17. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Berdasarkan tabel uji beda mean One-Sample Test skala intensitas
perilaku merokok rokok elektronik (Tabel 17) diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara mean teoritis dan mean empiris dari intensitas perilaku
merokok rokok elektronik. Mean teoritis pada skala intensitas perilaku
Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.
6 7,27 1,907 0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
merokok rokok elektronik sebesar 6 dan mean empiris sebesar 7,27 (SD =
1,907). Hasil ini menunjukkan bahwa mean empiris secara signifikan lebih
tinggi daripada mean teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek
dalam penelitian ini memiliki intensitas perilaku merokok rokok elektronik
yang cenderung tinggi.
Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk melihat apakah data penelitian
memenuhi syarat untuk dianalisis menggunakan teknik korelasi
tertentu. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan uji linearitas dengan
menggunakan test for linearity dengan bantuan SPSS for Windows versi
25.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah nilai residual yang
dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak
(Priyastama, 2017). Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas
adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data tersebut
berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05
maka data tersebut tidak berdistribusi normal (Ragam Model Penelitian
dan Pengolahannya dengan SPSS, 2017). Hasil uji normalitas
menggunakan Lilliefors Significance Correction pada Kolmogorov-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Smirnov melalui SPSS for Windows versi 25 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig. Dimensi Extraversion ,140 132 ,000 Dimensi Agreeableness ,164 132 ,000 Dimensi Conscientiousness ,196 132 ,000 Dimensi Neuroticsm ,148 132 ,000 Dimensi Openess ,165 132 ,000 Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
,211 132 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan hasil bahwa data
penelitian dimensi Extraversion, dimensi Agreeableness, dimensi
Conscientousness, dimensi Neuroticsm dan dimensi Openess yang
merupakan skala Transparent Bipolar Inventory (p = 0,000) memiliki
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat diasumsikan
bahwa data penelitian pada skala Transparent Bipolar Inventory
memiliki distribusi yang tidak normal. Pada data penelitian skala
intensitas perilaku merokok rokok elektronik (p = 0,000) memiliki nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data
penelitian pada skala intensitas perilaku merokok rokok elektronik juga
memiliki distribusi yang tidak normal. Dengan demikian, uji hipotesis
pada penelitian ini akan menggunakan teknik korelasi non-parametrik
Spearman’s rho.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
2. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antar
variabel yang ingin dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak, sehingga
peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara
linear oleh peningkatan atau penurunan di variabel lainnya (Santoso,
2010). Suatu hubungan variabel dapat dikatakan linear jika memiliki nilai
p < 0,05. Sebaliknya, jika nilai p > 0,05, maka hubungan antar variabel
tersebut tidak linear. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 19. Hasil Uji Linearitas Dimensi Extraversion
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Extraversion
Sig. Deviation from Linearity
0,069 0,848
Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian
memiliki pola hubungan yang tidak linear (tidak lurus) karena nilai
signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,069). Namun, dalam perhitungan tersebut
juga didapatkan hasil bahwa nilai deviation from linearity lebih dari 0,05 (p
> 0,848) yang berarti semakin besar nilai persebarannya maka data tersebut
semakin bervariasi. Nilai deviation from linearity dapat menunjukkan
selinear apa data yang dipergunakan. Apabila nilai deviation from linearity
lebih besar dari nilai signifikansi, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pola hubungan yang linear pada variabel intensitas perilaku merokok rokok
elektronik dengan salah satu dimensi kepribadian Big Five yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Extraversion, sehingga dimensi tersebut memenuhi syarat untuk dilanjutkan
pada uji hipotesis.
Tabel 20. Hasil Uji Linearitas Dimensi Agreeableness
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Agreeableness
Sig. Deviation from Linearity
0,000 0,020
Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian
memiliki pola hubungan yang linear (lurus) karena nilai signifikansi kurang
dari 0,05 (p > 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa intensitas perilaku
merokok rokok elektronik memiliki hubungan yang linear dengan salah satu
dimensi kepribadian Big Five yaitu Agreeableness, sehingga pengolahan
data dapat dilanjutkan pada uji hipotesis.
Tabel 21. Hasil Uji Linearitas Dimensi Conscientiousness
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Conscientiousness
Sig. Deviation from Linearity
0,011 0,002
Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian
memiliki pola hubungan yang linear (lurus) karena nilai signifikansi
kurang dari 0,05 (p > 0,011). Hal ini menunjukkan bahwa intensitas
perilaku merokok rokok elektronik memiliki hubungan yang linear
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dengan salah satu dimensi kepribadian Big Five yaitu Conscientiousness,
sehingga pengolahan data dapat dilanjutkan pada uji hipotesis.
Tabel 22. Hasil Uji Linearitas Dimensi Neuroticsm
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Neuroticsm
Sig. Deviation from Linearity
0,086 0,030
Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian
memiliki pola hubungan yang tidak linear (p > 0,086) dengan intensitas
perilaku merokok rokok elektronik. Dalam perhitungan tersebut juga
diperoleh nilai deviation from linearity yang kurang dari 0,05 (p < 0,030),
yang berarti semakin kecil nilai persebarannya maka data tersebut
semakin tidak bervariasi. Nilai deviation from linearity dapat
menunjukkan selinear apa data yang dipergunakan (Santoso, 2010).
Apabila nilai deviation from linearity lebih kecil dari nilai signifikansi,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pola hubungan yang linear
pada variabel intensitas perilaku merokok rokok elektronik dengan salah
satu dimensi kepribadian Big Five yaitu Neuroticsm, sehingga dimensi
tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilanjutkan pada uji hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tabel 23. Hasil Uji Linearitas Dimensi Openess
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Openess
Sig. Deviation from Linearity
0,054 0,085
Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian
memiliki pola hubungan yang linear (lurus) karena nilai signifikansi
kurang dari 0,05 (p > 0,030). Hal ini menunjukkan bahwa intensitas
perilaku merokok rokok elektronik memiliki hubungan yang linear
dengan salah satu dimensi kepribadian Big Five yaitu Openess, sehingga
pengolahan data dapat dilanjutkan pada uji hipotesis.
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji asumsi, diketahui bahwa skala Transparent
Bipolar Inventory dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik tidak
terdistribusi secara normal. Oleh karena itu, maka pengujian hipotesis
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi
Spearman’s rho dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 dan menggunakan
program SPSS for Windows versi 25. Hasil pengujian hipotesis dapat
dilihat pada tabel berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tabel 24. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Extraversion
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Dimensi Extraversion
Correlation Coefficient
-0,163 -0,163
Sig. 0,031 0,031
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi
Spearman’s rho, diketahui bahwa dimensi Extraversion dan intensitas
perilaku merokok rokok elektronik memiliki koefisien korelasi sebesar -
0,163 dengan nilai signifikansi sebesar 0,031 (p > 0,05). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan
antara dimensi Extraversion dan intensitas perilaku merokok rokok
elektronik secara keseluruhan. Jadi, semakin tinggi dimensi
Extraversion, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik akan
semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dimensi Extraversion,
maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik akan semakin tinggi.
Dengan demikian, maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan
diterima.
Tabel 25. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Agreeableness
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Dimensi Agreeableness
Correlation Coefficient
-0,267 -0,267
Sig. 0,001 0,001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi
Spearman’s rho, diketahui bahwa dimensi Agreeableness dan intensitas
perilaku merokok rokok elektronik memiliki koefisien korelasi sebesar -
0,267 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan
antara dimensi Agreeableness dan intensitas perilaku merokok rokok
elektronik secara keseluruhan. Jadi, semakin tinggi dimensi
Agreeableness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik akan
semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dimensi Agreeableness,
maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik akan semakin tinggi.
Dengan demikian, maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan
diterima.
Tabel 26. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Conscientiousness
Intensitas Perilaku Merokok Rokok
Elektronik
Dimensi Conscientiousness
Correlation Coefficient
-0,158 -0,158
Sig. 0,035 0,035
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi
Spearman’s rho, diketahui bahwa dimensi Conscientiousness dan
intensitas perilaku merokok rokok elektronik memiliki koefisien korelasi
sebesar -0,158 dengan nilai signifikansi sebesar 0,035 (p < 0,05). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
signifikan antara dimensi Conscientiousness dan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik secara keseluruhan. Jadi, semakin tinggi
dimensi Conscientiousness, maka intensitas perilaku merokok rokok
elektronik akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dimensi
Conscientiousness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik
akan semakin tinggi. Dengan demikian, maka hipotesis dalam penelitian
ini dinyatakan diterima.
Peneliti tidak melanjutkan uji hipotesis pada dimensi Neuroticsm
dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik karena dimensi
Neuroticsm gagal memenuhi asumsi pada uji linearitas. Dengan
demikian, hipotesis peneliti mengenai adanya hubungan yang positif
antara dimensi Neuroticsm dan intensitas perilaku merokok rokok
elektronik ditolak.
Tabel 27. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations Dimensi Openess
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Dimensi Openess
Correlation Coefficient
0,163 0,192
Sig. 0,014 0,014
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi
Spearman’s rho, diketahui bahwa dimensi Openess dan intensitas
perilaku merokok rokok elektronik memiliki koefisien korelasi sebesar
0,192 dengan nilai signifikansi sebesar 0,014 (p < 0,05). Hasil tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara dimensi Openess dan intensitas perilaku merokok rokok
elektronik secara keseluruhan. Jadi, semakin tinggi dimensi Openess,
maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik akan semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah dimensi Openess, maka intensitas perilaku
merokok rokok elektronik akan semakin rendah. Dengan demikian, maka
hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima.
Pembahasan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara
dimensi kepribadian Big Five dan intensitas perilaku merokok rokok
elektronik pada mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dimensi Extraversion dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik
memiliki hubungan yang negatif dan signifikan (r = -0,163; p = 0,031). Hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi
Extraversion maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada
mahasiswa menjadi semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dimensi
Extraversion maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik yang
dilakukan mahasiswa menjadi semakin tinggi. Hasil ini sesuai dengan
hipotesis yang telah diajukan peneliti yaitu, dimensi Extraversion dan
intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa memiliki
hubungan yang negatif dan signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
negatif dan signifikan antara dimensi Extraversion dan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Hal tersebut mendukung hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa
mahasiswa yang memiliki kepribadian Extraversion secara signifikan dapat
menghasilkan perilaku yang stabil saat masih remaja (Costa & McCrae,
1998). Perilaku stabil tersebut secara konsisten membuat mahasiswa dapat
menerapkan pola-pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
menurut Costa dan McCrae (1998) kepribadian merupakan dimensi penting
yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap perilaku sehat mahasiswa.
Ketika sudah memasuki masa perkuliahan, mahasiswa cenderung
dapat mengalami stres karena banyaknya tugas dan tanggung jawab yang
harus dilakukan. Menurut Shahjenan, et al (2011), ketidakstabilan emosi
menjadi salah satu gejala stres dalam aspek psikosial yang dapat
mempengaruhi seseorang dalam mengkoonsumsi sebuah produk secara
berlebihan. Selain itu, beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa
sasaran utama iklan adalah orang-orang yang kurang memiliki emosi yang
stabil sehingga lebih mudah untuk dipengaruhi dalam mengkonsumsi suatu
produk. Hal tersebut nampaknya tidak terjadi pada individu yang memiliki
kepribadian Extraversion, sebab penelitian lain menyatakan bahwa individu
yang memiliki kepribadian Extraversion cenderung dapat keluar atau
bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga cenderung mengalami emosi
yang positif (Clark & Watson, 1991). Emosi tersebut membuat individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
cenderung dapat menghasilkan perilaku yang positif terkait dengan
kesehatan seperti rutin melakukan olahraga. Perilaku sehat tersebut
dilakukan sebagai perilaku preventif untuk menjaga kesehatan (Coetzer &
Rothman, 2003). Oleh karena itu, individu yang memiliki kepribadian
Extraversion cenderung dapat menghindari perilaku-perilaku tidak sehat
seperti mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan merokok (Clark &
Watson, 1991).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dimensi Agreeableness
dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik memiliki hubungan yang
negatif dan signifikan (r = -0,267; p = 0,001). Hasil penelitian yang
diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi Agreeableness,
maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa
menjadi semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dimensi
Agreeableness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada
mahasiswa menjadi semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang
telah diajukan peneliti yaitu, dimensi Agreeableness dan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik memiliki hubungan yang negatif dan signifikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
negatif dan signifikan antara dimensi Agreeableness dan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Dalam kehidupan perkuliahan,
seorang mahasiswa yang cenderung mengalami banyak tekanan dalam
menghadapi tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswa
cenderung dapat mengalami tingkat stres yang tinggi. Hal tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
terlihat dari kemunduran prestasi, kecemasan dan tingkah laku yang
cenderung maladaptif, mengalami masalah terkait dengan psikososial dan
ketidakstabilan emosi (Sarafino, 2008). Hal tersebut mendukung pernyataan
Eysenck (1980) yang secara konsisten beranggapan bahwa merokok identik
dengan sikap antisosial. Hal ini juga didukung oleh Smith (1967) yang
menemukan bahwa perokok cenderung tidak mudah menyetujui pendapat
atau saran untuk tidak merokok dari teman sebaya.
Rendahnya skor Agreeableness bukan hal yang baru, sebab beberapa
penelitian juga menunjukkan bahwa sifat memberontak berkaitan erat
dengan tidak mudah menyetujui pendapat orang lain sehingga hal tersebut
turut memberikan kontribusi pada etiologi merokok (Stewart & Livson,
1966 dalam Costa & Teraciano, 2003). Selain itu, individu dengan skor
Agreeableness yang rendah juga memiliki sifat antagonis, bermusuhan dan
tidak toleran. Hal ini disebabkan karena individu tersebut memiliki
kebutuhan yang lebih rendah pada persetujuan sosial, sehingga mereka lebih
memilih untuk memulai merokok atau tetap melanjutkan untuk merokok
meskipun mereka mengetahui bahwa merokok sangat merugikan diri sendiri
dan orang lain (Costa & Teraciano, 2003).
Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa dimensi
Conscientiousness dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik
memiliki hubungan yang negatif dan signifikan (r= -0,158; p = 0,035). Hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin rendah dimensi
Conscientiousness, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi dimensi Conscientiousness,
maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik semakin rendah. Hasil
ini sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan peneliti yaitu, dimensi
Conscientiousness dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik
memiliki hubungan yang negatif dan signifikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
negatif dan signifikan antara dimensi Conscientiousness dan intensitas
perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Dalam menjalankan
kehidupan sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk dapat mencerminkan
diri sebagai calon intelektual yang mampu berpikir kritis (Sarwono, 1978).
Untuk itu, mahasiswa diharuskan memahami seluruh mata kuliah yang
diberikan dan dituntut untuk menjadi manusia yang serba bisa (Republika,
2014). Tidak jarang hal tersebut membuat mahasiswa mengalami stres
karena merasa bahwa dirinya kurang memiliki sumber daya yang memadai
untuk menangani tuntutan yang dirasakan dari sebuah situasi (Govaers &
Gregoire, 2004). Hal tersebut membuat mahasiswa menjadi kurang sadar
ketika melakukan suatu perilaku seperti membeli suatu produk tanpa alasan
yang penting, melainkan hanya untuk mencari kesenangan dan bagian dari
gaya hidup modern (Herabadi, et al., 2009).
Hal tersebut juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Bogg dan Roberts (2004), yang menyatakan bahwa individu
dengan skor Conscientiousness yang rendah sering dikaitkan dengan
perilaku negatif yang berkaitan dengan berbagai resiko kesehatan. Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
rendah tersebut menunjukkan bahwa individu memiliki kesadaran
berperilaku sehat yang masih rendah. Misalnya, individu dengan skor
Conscientiousness yang rendah lebih cenderung untuk mengkonsumsi
tembakau, minuman beralkohol hingga menggunakan narkoba (Elkins,
King, McGue, & Iacono, 2006; Flory, Lynam, Milich, Leukefeld, &
Clayton, 2002; Terracciano & Costa, 2004; Trull & Sher, 1994; Walton &
Roberts, 2004 dalam Hong & Paunonen, 2009). Selain itu, bentuk perilaku
negatif lainnya dicerminkan dengan aktivitas seks bebas dan tidak tertib saat
berkendara di jalan (Arthur & Graziano, 1996; Schwebel, Severson, Ball, &
Rizzo, 2006 dalam Hong & Paunonen, 2009). Hal ini juga didukung oleh
Raynor dan Levine (2009) yang menyatakan bahwa individu dengan skor
Conscientiousness rendah cenderung tidak dapat menerima serta mematuhi
peraturan yang berlaku di masyarakat seperti memakai sabuk pengaman dan
tidak mengkonsumsi minuman beralkohol sebelum mencapai usia yang
telah ditetapkan Pemerintah. Individu cenderung tidak dapat membuat
keputusan dengan hati-hati serta kurang mempertimbangkan keuntungan
dan kerugian ketika melakukan perilaku tidak sehat termasuk merokok dan
pesta minuman keras. Selain itu, kurangnya perencanaan yang baik
membuat individu menjadi malas untuk melakukan upaya pencegahan yang
dapat memperpanjang kesehatan mereka, seperti mengkonsumsi buah dan
sayur untuk meminimalisir resiko penyakit radiovaskular dan kanker.
Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi
Neuroticsm dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
hubungan yang tidak linear (p = 0,086) dengan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik. Dalam perhitungan tersebut juga diperoleh
nilai deviation from linearity yang kurang dari 0,05 (p < 0,030), yang
berarti semakin kecil nilai persebarannya maka data tersebut semakin
tidak bervariasi. Dalam hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
nilai deviation from linearity lebih kecil dari nilai signifikansi, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pola hubungan yang linear pada
variabel intensitas perilaku merokok rokok elektronik dengan salah satu
dimensi kepribadian Big Five yaitu Neuroticsm. Oleh karena itu, dimensi
tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilanjutkan pada uji hipotesis.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
adanya outliers (data yang aneh) dan keunikan individu yang menjadi
subjek dalam pengisian skala ini (Widhiarso, 2011). Peneliti menduga
bahwa adanya data outliers disebabkan karena subjek yang kurang
konsisten dalam mengisi skala Transparent Bipolar Inventory terutama
dalam dimensi Neuroticsm. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
perhitungan skala dalam Microsoft Excel yang cenderung menunjukkan
angka dengan rentang yang jauh, seperti misalnya di item bagian atas
subjek memberikan skor yang tinggi pada sifat-sifat yang berkaitan
dengan dimensi Neuroticsm, namun di beberapa item terakhir subjek
memberikan skor yang rendah pada dimensi Neuroticsm. Peneliti juga
menduga bahwa subjek belum benar-benar memahami kepribadian
mereka yang sesungguhnya. Namun, kekurangan tersebut justru dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
menjadi sebuah keunikan karena sesungguhnya masing-masing individu
memiliki kepribadian yang berbeda-beda.
Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dimensi
Openess dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik memiliki
hubungan yang positif dan signifikan (r = 0,192; p = 0,014). Hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi
Openess, maka intensitas perilaku merokok rokok elektronik menjadi
semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah dimensi Openess, maka
intensitas perilaku merokok rokok elektronik menjadi semakin rendah.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan peneliti yaitu,
dimensi Openess dan intensitas perilaku merokok rokok elektronik
memiliki hubungan yang positif dan signifikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
negatif dan signifikan antara dimensi Openess dan intensitas perilaku
merokok rokok elektronik pada mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa,
mereka dituntut untuk dapat berpikir secara kritis dan kreatif sehingga
seringkali mahasiswa memiliki rasa keingintahuan yang tinggi
(Republika, 2014). Akan tetapi, seringkali minimnya informasi yang
diterima oleh mahasiswa mengakibatkan pengambilan keputusan
menjadi relatif cepat dan singkat (Dawson & Kim, 2009). Hal ini juga
membuat mahasiswa tidak mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum
melakukan pembelian suatu produk (Bayley & Nancarrow, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zvolensky dan
rekan-rekannya selama 10 tahun dengan subjek sebanyak 2.101 orang
dewasa Amerika, ditemukan bahwa skor yang tinggi pada dimensi
Openess memiliki hubungan yang signifikan dengan peningkatan resiko
penggunaan rokok seumur hidup. Menurut Cheng & Furnham (2016),
meskipun tidak banyak penelitian yang membahas tentang dimensi
Openess dan intensitas merokok, namun sesungguhnya kedua hal
tersebut sangat berkaitan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Cheng & Furnham (2016), yang menunjukkan
bahwa individu dengan skor Openess yang tinggi cenderung memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi sehingga membuat individu tertarik untuk
melakukan eksperimen dengan mencoba merokok di usia muda.
Eksperimen tersebut bertujuan untuk membuktikan apakah nantinya
tembakau benar-benar dapat membuat mereka menjadi kecanduaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dimensi
Extraversion dan dimensi Conscientiousness memiliki nilai korelasi r = -
0,163; p = 0,031 > 0,05 dan r = -0,158; p = 0,035 > 0,05. Kemudian, dimensi
Agreeableness dan Openess memiliki nilai korelasi r = -0,267; p = 0,001
dan r = 0,192; p = 0,014. Selanjutnya, pada dimensi Neuroticsm tidak
terdapat hubungan yang linear dengan intensitas perilaku merokok rokok
elektronik pada mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara dimensi Extraversion,
Agreeableness, dan Conscientiousness. Kemudian, tidak terdapat hubungan
yang positif pada dimensi Neuroticsm dan pada dimensi Openess terdapat
hubungan yang positif dengan intensitas perilaku merokok rokok elektronik
pada mahasiswa. Hal ini berarti semakin tinggi skor pada dimensi
Extraversion, Agreeableness dan Conscientiousness, maka intensitas
perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa menjadi semakin
rendah. Kemudian, semakin tinggi skor pada dimensi Openess, maka
intensitas perilaku merokok rokok elektronik pada mahasiswa menjadi
semakin tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Saran
1. Bagi Subjek
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat dimensi
kepribadian Big Five memiliki hubungan yang signifikan dengan intensitas
perilaku merokok rokok elektronik. Oleh karena itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi para mahasiswa pengguna rokok
elektronik. Mahasiswa diharapkan dapat lebih menyadari perilaku
merokoknya sehingga mampu mengevaluasi apakah merokok itu
bermanfaat untuk dirinya atau justru merugikan. Selain itu, mahasiswa juga
diharapkan dapat lebih memahami kepribadiannya, sehingga dapat
mengetahui secara jelas hal-hal positif dan negatif yang ada di dalam
dirinya. Dengan memahami kepribadiannya, mahasiswa diharapkan
mampu menerima dirinya sendiri dan juga mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa skala penelitian tidak
terdistribusi secara normal, sehingga data yang dihasilkan dalam penelitian
ini tidak dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi. Untuk penelitian
selanjutnya, peneliti menyarankan supaya subjek yang digunakan dalam
penelitian dapat lebih diperluas, sehingga semakin dapat mewakili jumlah
populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
DAFTAR PUSTAKA
Antonio Terracciano & Paul T. Costa, Jr. (2004). Smoking and the Five-Factor Model of Personality. Laboratory of Personality and Cognition National Institute on Aging, No. 99, 472 – 481.
Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi (Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Bayley, G., Nancarrow, C. (1998). Impulse Purchasing a Qualitative Exploration of
the Phenomenon. An International Journal, Vol. 1. No. 2. Pp. 99-114. Burger, J. M. (2011). Introduction to Personality (8th ed.). Stamford, CT: Cengage
Learning. Creswell, John W. (2012). Research Design Pendekatan Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dawson, S., & Kim, M. (2009). External and Internal Trigger Cues of Impulsive
Buying Online. An International Journal, Vol. 3, halaman 20-34. Desideria B. (2014, Desember 01). Awas Rokok Elektronik 10 Kali Lebih Bahaya
Daripada Rokok Biasa. Liputan 6. Dipungut 25 Maret, 2017, dari m.liputan6.com/health/read/2140636/awas-rokok-elektronik-10-kali-lebih-bahaya-daripada-rokok-biasa
Douglas A. Raynor, PhD; Heidi Levine, PhD (2009). Associations Between the Five-Factor Model of Personality and Health Behaviors Among College Students. Journal of American College Health, Vol. 58, No. 1, Pp. 73 – 82.
Feist, J. & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality: 6th Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Feist, J. & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality: 7th Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Feist, J. & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika. Friedman H. S., & Schustack M. W. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset
Modern: Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga Furnham A,. & Cheng, H. (2016). The Big-Five Personality traits, Maternal
Smoking during Pregnancy, and Educational Qualifacations as Predictors of Tobacco Use in a Nationally Representative Sample. Journal Plos One. Pp. 1-10.
Graham, Cateora P. R. (2007). Pemasaran Internasional 2 (Edisi 13). Jakarta: Salemba Empat.
Goldberg, L. R. (1990). An alternative “Description of Personality”. The Big-Five factor structure. Journal of Personality and Social Psychology, 59, 1216-1229.
Hall C. S., & Lindzey G. (1963). Theories of Personality. New York: John Willey & Sons, Inc.
Info POM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Vol. 16 No. 5 September-Oktober 2015
John M. Malouff, dkk. (2006). The Five-Factor Model of Personality and Smoking: A Meta-Analysis. Journal Drug Education. Vol. 36, halaman 47-58.
Karch, M.D., Steven B. 1998. Drug Abuse Handbook. New York: CRC Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Karnia, D. (2015, April 23). Penyakit Mematikan Akibat Sering Isap Asap Rokok. Okezone. Dipungut 25 Maret 2017 dari https://www.google.co.id/amp/lifestyle.okezone.com/amp/2015/04/23/481/1138748/penyakit-mematikan-akibat-sering-isap-rokok-elektronik?espv=1
Kartono, K., & Gulo, D., (1980). Kamus Psikologi. Bandung: CV. Pionir Jaya.
Komalasari, Dian & Helmi, Avin Fadilla. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 28: 37-47.
Leventhal, Howard & Cleary, Paul D. 1980. The Smoking Problem: A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin, 80(2) Pp. 370-405.
Lewis R. Goldberg (1992). The Development of Markets for the Big-Five Factor Structure. American Psychological Association, Inc. Vol. 4, No. 1, 26-42.
Maharani D. (2016, Oktober 10). Korban Rokok Elektronik Meledak Semakin Banyak. Kompas. Dipungut 25 Maret 2017 dari health.kompas.com/read/2016/10/10/124500423/korban.rokok.elektronik.meledak.semakin.banyak
Maharani D. (2015, Agustus 27). Awas, Shisha 1 Jam Setara Menghisap 100 Batang Rokok!. Kompas. Dipungut 9 Mei 2018 dari https://sains.kompas.com/read/2015/08/27/184000423/Awas.Shisha.1.Jam.Setara.Menghisap.100.Batang.Rokok.
Mengukur Beban Kuliah Mahasiswa. (2014, Agustus 15). Diakses pada Maret 13, 2018, from Republika.co.id: http://www.republika.co.id/berita/koran/pendidikankoran/14/08/15/macq6x-mengukur-beban-kuliah-mahasiswa
Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja (online). Diakses 3 Juli 2017 dari http://www.e-psikologi.com/remaja/050602.html
Oskamp, Stuart. (1984). Applied Social Psychology. New Jersey: Prentice Hall. Pasaribu, A. (2015, Maret 3). Zat Berbahaya yang Terkandung dalam Rokok
Elektrik. Antara News. Dipungut 3 Juli 2017 dari http://www.antaranews.com/berita/483066/zat-berbahaya-yang-terkandung-dalam-rokok-elektrik
Peabody, D., & Goldberg, L. R. (1989). Some determinants of factor structures from personality-trait descriptors. Journal of Personality and Social Psychology, 57, 552-567.
Priherdityo, E. (2016, Mei 31). Di Indonesia, Rokok Sudah Jadi Kebutuhan ‘Primer’. CNN Indonesia. Dipungut 27 Maret 2017 dari http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160531020808-277-134583/di-indonesia-rokok-sudah-jadi-kebutuhan-primer/
Priyatno, D. (2014). SPSS 22: Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi Offset. Priyastama, R. (2017). Buku Sakti Kuasai SPSS Pengolahan Data & Analisis Data.
Yogyakarta: PT. Anak Hebat Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Psikologi Indonesia Forum. 2006. Pengaruh terapi Hipnosa Terhadap intensitas Perilaku Merokok di Kalangan Pria Dewasa Dini, (online), (http://groups. google.co.id/group/psikologi-indonesia-forum/browse_thread/thread/6c3a8-daf8702f1f7/935da65c0ebf1f93%23935da65c0ebf, diakses 24 September 2017).
Purwadarminta, W. J. S. (1972). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwandono A. (2017, Maret 10). Vapor Rokok Elektronik yang Sedang Naik Pamor. KR Jogja. Dipungut 25 Maret, 2017 dari krjogja.com/web/news/read/26712/Vapor_Rokok_Elektronik_yang_Sedang_Naik_Pamor
Purwanto & Sulistyastuti. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi, Dari Blog menjadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sarafino, E. P. (2002). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions: 4th Edition. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions: 7th Edition. Hlm. 138-139. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Sarwono, J. (2006). Perbedaan antara Pemimpin dan Aktivis dalam Gerakan Protes Mahasiswa. Jakarta: Bulan Bintang.
Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta: Gramedia. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo. Stephanie Booth-Kewley & Ross R. Vickers, Jr. (1994). Associations Between
Major Domains of Personality and Health Behavior. Journal of Personality. No. 62:3, 281-298.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sulaiman R.M. (2017). Terbukti! Nge-vape Bikin Orang Merokok Lebih Banyak.
Detikhealth. Dipungut 8 November 2017 dari https://health.detik.com/read/2017/06/20/085850/3536094/763/terbukti-nge-vape-bikin-orang-merokok-lebih-banyak
Suparno, P. S.J. (2011). Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Takwin. (2008). Menjadi Mahasiswa. Diakses pada Juli 3, 2017, dari bagustakwinmultiply.com: http://bagustakwin.multiply.com/journal/item/18.
Tanpa penulis (2015). Berapa Batang Rokok yang Anda Habiskan Sehari?. Tribunnews.com. Dipungut dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
http://jogja.tribunnews.com/2015/08/23/berapa-batang-rokok-yang-anda-habiskan-sehari
Tanpa Penulis. (2017, Maret 25). Indonesia Darurat Rokok. Koran Jakarta. Dipungut 25 Maret 2017 dari www.koran-jakarta.com/indonesia-darurat-rokok/
Tanpa Penulis. (2015, Mei 16). Mendag Gobel : Penjualan Rokok Elektronik Dilarang Total. Detik Finance. Dipungut 25 Maret 2017 dari https://m.detik.com/finance/ekonomi-bisnis/2916302/mendag-gobel-penjualan-rokok-elektronik-dilarang-total
Tim Litbang Wahana Komputer. (2017). Ragam Model Penelitian & Pengolahannya dengan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Wardana A. K. (25 Mei 2016) Jumlah Perokok di Indonesia Terbanyak di Dunia Kalahkan Rusia dan China. Tribun news. Dipungut 6 April 2016, dari https://www.google.co.id/amp/makassar.tribunnews.com/amp/2016/05/25/jumlah-perokok-di-indonesia-terbanyak-di-dunia-kalahkan-rusia-dan-china?espv=1
Widhiarso, W. (2011). Berurusan dengan ouliers. Diskusi Metodologi Penelitian. Dipungut 12 Februari 2017 dari http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2011/02/21/berurusan-dengan-outliers/
Wood, S.E; Wood, E.G; Boyd, D. 2007. The World of Psychology. Boston: Pearson Zulfa M. (2015). Apakah Kebiasaan Merokok Anda Tergolong Berat? Hitung
dengan Rumus Ini. Kompas.com. Dipungut dari http://lifestyle.kompas.com/read/2015/11/02/130900323/Apakah.Kebiasaan.Merokok.Anda. Tergolong.Berat.Hitung.dengan.Rumus.Ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
SKALA UJI COBA
Sebagai bagian dalam Penyusunan Skripsi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Anindya Winda Kusumawati
139114051
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Yogyakarta, 14 Maret 2018
Kepada
Yth. Saudara/Saudari yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Dengan ini saya:
Nama : Anindya Winda Kusumawati
Kontak : 085326215947 ([email protected])
Institusi : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa, maka peneliti
mohon kesediaan saudara/i membantu serta berpartisipasi untuk memberikan
tanggapan pada pernyataan-pernyataan yang telah peneliti susun dalam skala
penelitian ini.
Saat merespon pernyataan-pernyataan tersebut, saudara/i diharapkan dapat
mengisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi saudara/i dalam
kehidupan sehari-hari. Pada skala ini, tidak ada penilaian benar atau salah. Data
yang diberikan oleh saudara/i sangat terjaga kerahasiannya. Pada saat mengisi skala
ini, mohon untuk selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang
diberikan, karena hasil dari pengisian skala ini akan digunakan untuk kepentingan
akademik.
Peneliti mengucapkan terimakasih atas waktu dan kesediaan saudara/i untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Hormat saya,
(Peneliti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa
adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun. Saya bersedia mengisi skala
ini dengan sukarela, demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini.
Semua respon yang saya berikan dalam skala ini, benar-benar mewakili apa
yang saya alami dalam kehidupan sehari-hari dan bukan atas pandangan
masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan izin agar jawaban saya dapat
digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini.
Yogyakarta, .................................. 2017
Menyetujui,
.......................................... (Tanda Tangan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
IDENTITAS RESPONDEN
Umur :
Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu yang sesuai)
Pekerjaan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan berikut ini. Saudara/i diminta
untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan
perilaku merokok rokok elektronik Saudara/i, dengan cara memberi tanda silang
(X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.
Jawaban setiap individu dapat berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-
masing dan sangat diharapkan untuk memeriksa kembali semua jawaban dari
pernyataan yang ada setelah mengerjakan skala ini, supaya tidak ada yang
terlewatkan.
Saya sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan Saudara/i ketika mengerjakan skala ini.
Contoh :
Apakah anda seorang perokok?
a. Ya
b. Tidak
Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda sama
dengan (=) pada jawaban pertama kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban
yang dipilih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
SKALA BAGIAN PERTAMA
Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan! Selamat Mengerjakan! Pertanyaan Umum :
1. Apakah anda seorang pengguna rokok elektrik?
a. Ya b. Tidak
2. Kapan biasanya anda merokok elektrik?
............................................................................................................
..............
3. Apakah menghirup rokok elektrik dapat membuat anda merasa
senang dan
segar?
a. Ya b. Tidak
4. Ketika sedang merokok vape, apakah anda merasa puas ketika
dapat mengeluarkan asap yang banyak meskipun rasanya tidak
enak?
a. Ya b. Tidak
5. Berapa lama anda mulai merokok vape terhitung dari waktu
pertama kali merokok atau hanya mencoba rokok?
a. ≤ 2 tahun
b. 2 tahun <
Pertanyaan Khusus :
1. Kira-kira berapa banyak cairan (liquid) yang biasanya anda habiskan
dalam kurun waktu satu hari?
a. ± 1 ml - 3 ml
b. ± 4 ml - 5 ml
c. 5 ml >
2. Berapa banyak cairan (liquid) yang biasanya anda habiskan dalam
kurun waktu satu minggu?
a. ± 1 ml – 15 ml
b. ± 16 ml – 30 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
c. 30 ml >
3. Berapa lama waktu yang anda butuhkan dalam sehari untuk merokok?
a. < 30 menit
b. 30 – 60 menit
c. 60 menit >
Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang
terlewatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
Pada halaman berikut, terdapat beberapa pasangan kata sifat yang dimiliki oleh
setiap orang pada umumnya.
Saudara/i diminta untuk memberikan tanda X (silang) pada angka yang
menggambarkan diri Saudara/i. Angka tersebut bergerak dari 1 (satu) sampai 9
(sembilan).
Contoh :
sabar 1 2 3 4 5 6 7 8 9
emosional
sabar 1 2 3 4 5 6 7 8 9
emosional
Pada contoh di atas, jika Saudara/i merasa sebagai seorang yang sangat
sabar, Saudara/i memberi tanda X (silang) pada angka 1 (satu). Tetapi jika Saudara/i
merasa sebagai seorang yang sangat emosional, Saudara/i memberi tanda X (silang)
pada angka 9 (sembilan). Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara
memberikan tanda X (silang) pada jawaban yang akan dipilih.
Pada setiap pandangan kata sifat tersebut hanya ada satu jawaban saja.
Berikanlah jawaban Saudara/i pada salah satu angka yang sesuai dengan
kecenderungan diri Saudara/i pada seluruh pasangan kata sifat. Tidak ada jawaban
yang atau benar sehingga mohon diisi sesuai dengan keadaan diri Saudara/i
sejujur-jujurnya.
Apabila Saudara/i telah selesai, mohon diperiksa kembali supaya tidak ada
yang terlewati.
Terima kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
SKALA BAGIAN KEDUA
EKSTRAVERSION
Tidak
Sangat Sedang Keduanya Sedang Sangat
Memusatkan perhatian
dan pikiran kepada diri
sendiri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Memusatkan perhatian
dan pikiran kepada
orang lain
Tidak bersemangat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penuh semangat
Pendiam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cerewet
Penakut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pemberani
Tidak aktif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aktif
Tidak tegas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Asertif
Tidak suka
berpetualang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka berpetualang
AGREEABLENESS
Bersikap dingin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mudah didekati
Tidak baik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Baik
Tidak bisa
bekerjasama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka bekerjasama
Egois 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak egois
Tidak mudah
menyetujui
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menyetujui
Tidak bisa dipercaya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bisa dipercaya
Pelit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dermawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
CONSCIENTIOUSNESS
Tidak tertata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tertata
Tidak mempunyai rasa
tanggung jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bertanggung jawab
Mengabaikan kata hati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mendengarkan kata hati
Tidak praktis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Praktis
Kurang peduli terhadap
detail
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Teliti
Malas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pekerja keras
Boros 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hemat
NEUROTICSM / EMOTIONAL STABILITY
Marah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kalem
Tegang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rileks
Gugup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Santai
Iri hati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak iri
Tak stabil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Stabil
Tak puas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Puas
Emosional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak emosional
OPENESS
Tidak cerdas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cerdas
Tak analitis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Analitis
Tak reflektif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Reflektif
Cuek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka penasaran
Tidak imajinatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Imajinatif
Tidak kreatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kreatif
Sederhana 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menakjubkan
Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih atas kontribusi Anda dalam membantu
peneliti menyelesaikan penyusunan skripsi. Peneliti tidak dapat memberikan
imbalan apapun, namun peneliti percaya bahwa saat kita membantu orang lain,
maka bantuan juga akan datang saat kita membutuhkannya. Sekali lagi, peneliti
mengucapkan terimakasih atas bantuan Anda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
LAMPIRAN B Reliabilitas Skala Intensitas Perilaku Merokok Rokok
Elektronik dan Seleksi Item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Reliabilitas Skala Perilaku Merokok Rokok Elektronik dan Seleksi Item
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 52 100.0
Excludeda 0 .0
Total 52 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.835 3
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item7 3.50 1.824 .858 .599
Item8 .350 .1.824 .858 .599
Item9 .338 .2751 ,429 .1.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
LAMPIRAN C Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Item Skala Intensitas
Perilaku Merokok Rokok Elektronik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Item Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 52 100.0
Excludeda 0 .0
Total 52 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.835 3
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item7 3.50 1.824 .858 .599
Item8 .350 .1.824 .858 .599
Item9 .338 .2751 ,429 .1.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
LAMPIRAN D Hasil Uji Reliabilitas Skala
Transparent Bipolar Inventory
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Hasil Uji Reliabilitas Skala Transparent Bipolar Inventory
a. Dimensi Extraversion
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 52 100.0
Excludeda 0 .0
Total 52 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.834 7
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 36.02 86.607 .521 .823
Item2 35.31 85.982 .683 .798
Item3 36.38 88.516 .445 .837
Item4 35.17 86.381 .637 .804
Item5 35.38 83.379 .666 .798
Item6 35.44 82.722 .732 .789
Item7 34.94 93.310 .452 .831
b. Dimensi Agrreableness
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 52 100.0
Excludeda 0 .0
Total 52 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Item-Total Statistics
Scale
Mean if
Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item8 38.12 87.954 .614 .855
Item9 37.29 95.817 .687 .842
Item10 37.35 86.937 .811 .823
Item11 38.21 92.876 .648 .846
Item12 38.62 99.496 .513 .864
Item13 37.02 100.19 .563 .857
Item14 38.10 92.206 .673 .843
c. Dimensi Conscientiousness
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 52 100.0
Excludeda 0 .0
Total 52 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.785 7
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.866 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item15 38.81 62.080 .511 .759
Item16 37.54 70.057 .540 .758
Item17 37.87 66.276 .536 .754
Item18 38.23 71.475 .390 .779
Item19 38.29 59.268 .690 .720
Item20 39.06 61.271 .633 .733
Item21 39.63 66.707 .349 .796
d. Dimensi Neuroticsm
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 52 100.0
Excludeda 0 .0
Total 52 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.920 7
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item22 36.67 117.479 .713 .912
Item23 36.77 112.063 .808 .902
Item24 36.48 119.470 .749 .909
Item25 36.71 114.288 .819 .902
Item26 37.04 111.567 .778 .906
Item27 36.92 120.974 .701 .913
Item28 37.06 118.604 .707 .913
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
e. Dimensi Openess
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 52 100.0
Excludeda 0 .0
Total 52 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.880 7
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item29 37.38 100.084 .612 .869
Item30 37.44 96.212 .770 .852
Item31 37.31 97.943 .694 .860
Item32 37.46 96.410 .634 .867
Item33 37.29 91.072 .749 .852
Item34 37.33 91.362 .765 .850
Item35 38.75 95.015 .508 .889
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
SKALA PENELITIAN
Sebagai bagian dalam Penyusunan Skripsi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Anindya Winda Kusumawati
139114051
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Yogyakarta, 14 Maret 2018
Kepada
Yth. Saudara/Saudari yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Dengan ini saya:
Nama : Anindya Winda Kusumawati
Kontak : 085326215947 ([email protected])
Institusi : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa, maka peneliti
mohon kesediaan saudara/i membantu serta berpartisipasi untuk memberikan
tanggapan pada pernyataan-pernyataan yang telah peneliti susun dalam skala
penelitian ini.
Saat merespon pernyataan-pernyataan tersebut, saudara/i diharapkan dapat
mengisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi saudara/i dalam
kehidupan sehari-hari. Pada skala ini, tidak ada penilaian benar atau salah. Data
yang diberikan oleh saudara/i sangat terjaga kerahasiannya. Pada saat mengisi skala
ini, mohon untuk selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang
diberikan, karena hasil dari pengisian skala ini akan digunakan untuk kepentingan
akademik.
Peneliti mengucapkan terimakasih atas waktu dan kesediaan saudara/i untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Hormat saya,
(Peneliti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa
adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun. Saya bersedia mengisi skala
ini dengan sukarela, demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini.
Semua respon yang saya berikan dalam skala ini, benar-benar mewakili apa
yang saya alami dalam kehidupan sehari-hari dan bukan atas pandangan
masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan izin agar jawaban saya dapat
digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini.
Yogyakarta, .................................. 2017
Menyetujui,
.......................................... (Tanda Tangan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
IDENTITAS RESPONDEN
Umur :
Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu yang sesuai)
Pekerjaan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan berikut ini. Saudara/i diminta
untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan
perilaku merokok rokok elektronik Saudara/i, dengan cara memberi tanda silang
(X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.
Jawaban setiap individu dapat berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-
masing dan sangat diharapkan untuk memeriksa kembali semua jawaban dari
pernyataan yang ada setelah mengerjakan skala ini, supaya tidak ada yang
terlewatkan.
Saya sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan Saudara/i ketika mengerjakan skala ini.
Contoh :
Apakah anda seorang perokok?
c. Ya
d. Tidak
Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda sama
dengan (=) pada jawaban pertama kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban
yang dipilih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
SKALA BAGIAN PERTAMA
Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan! Selamat Mengerjakan! Pertanyaan Umum :
1. Apakah anda seorang pengguna rokok elektrik?
a. Ya b. Tidak
2. Kapan biasanya anda merokok elektrik?
............................................................................................................
..............
3. Apakah menghirup rokok elektrik dapat membuat anda merasa
senang dan
segar?
a. Ya b. Tidak
4. Ketika sedang merokok vape, apakah anda merasa puas ketika dapat
mengeluarkan asap yang banyak meskipun rasanya tidak enak?
a. Ya b. Tidak
5. Berapa lama anda mulai merokok vape terhitung dari waktu pertama
kali merokok atau hanya mencoba rokok?
c. ≤ 2 tahun
d. 2 tahun <
Pertanyaan Khusus:
Untuk mwngukur kuantitas:
1. Kira-kira berapa banyak cairan (liquid) yang biasanya anda habiskan
dalam kurun waktu satu hari?
a. ± 1 ml - 3 ml
b. ± 4 ml - 5 ml
c. 5 ml >
2. Berapa banyak cairan (liquid) yang biasanya anda habiskan dalam
kurun waktu satu minggu?
a. ± 1 ml – 15 ml
d. ± 16 ml – 30 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
e. 30 ml >
Untuk Mengukur Durasi:
3. Berapa lama waktu yang anda butuhkan dalam sehari untuk merokok?
a. < 30 menit
b. 30 – 60 menit
c. 60 menit >
Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang
terlewatkan.
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
Pada halaman berikut, terdapat beberapa pasangan kata sifat yang dimiliki oleh
setiap orang pada umumnya.
Saudara/i diminta untuk memberikan tanda X (silang) pada angka yang
menggambarkan diri Saudara/i. Angka tersebut bergerak dari 1 (satu) sampai 9
(sembilan).
Contoh :
sabar 1 2 3 4 5 6 7 8 9
emosional
sabar 1 2 3 4 5 6 7 8 9
emosional
Pada contoh di atas, jika Saudara/i merasa sebagai seorang yang sangat
sabar, Saudara/i memberi tanda X (silang) pada angka 1 (satu). Tetapi jika Saudara/i
merasa sebagai seorang yang sangat emosional, Saudara/i memberi tanda X (silang)
pada angka 9 (sembilan). Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara
memberikan tanda X (silang) pada jawaban yang akan dipilih.
Pada setiap pandangan kata sifat tersebut hanya ada satu jawaban saja.
Berikanlah jawaban Saudara/i pada salah satu angka yang sesuai dengan
kecenderungan diri Saudara/i pada seluruh pasangan kata sifat. Tidak ada jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
yang atau benar sehingga mohon diisi sesuai dengan keadaan diri Saudara/i
sejujur-jujurnya.
Apabila Saudara/i telah selesai, mohon diperiksa kembali supaya tidak ada
yang terlewati.
Terima kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
SKALA BAGIAN KEDUA
EKSTRAVERSION
Tidak
Sangat Sedang Keduanya Sedang Sangat
Memusatkan perhatian
dan pikiran kepada diri
sendiri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Memusatkan perhatian
dan pikiran kepada
orang lain
Tidak bersemangat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penuh semangat
Pendiam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cerewet
Penakut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pemberani
Tidak aktif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aktif
Tidak tegas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Asertif
Tidak suka
berpetualang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka berpetualang
AGREEABLENESS
Bersikap dingin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mudah didekati
Tidak baik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Baik
Tidak bisa bekerjasama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka bekerjasama
Egois 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak egois
Tidak mudah
menyetujui
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menyetujui
Tidak bisa dipercaya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bisa dipercaya
Pelit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dermawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
CONSCIENTIOUSNESS
Tidak tertata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tertata
Tidak mempunyai rasa
tanggung jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bertanggung jawab
Mengabaikan kata hati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mendengarkan kata hati
Tidak praktis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Praktis
Kurang peduli terhadap
detail
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Teliti
Malas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pekerja keras
Boros 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hemat
NEUROTICSM / EMOTIONAL STABILITY
Marah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kalem
Tegang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rileks
Gugup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Santai
Iri hati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak iri
Tak stabil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Stabil
Tak puas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Puas
Emosional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak emosional
OPENESS
Tidak cerdas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cerdas
Tak analitis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Analitis
Tak reflektif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Reflektif
Cuek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suka penasaran
Tidak imajinatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Imajinatif
Tidak kreatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kreatif
Sederhana 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menakjubkan
Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih atas kontribusi Anda dalam membantu
peneliti menyelesaikan penyusunan skripsi. Peneliti tidak dapat memberikan
imbalan apapun, namun peneliti percaya bahwa saat kita membantu orang lain,
maka bantuan juga akan datang saat kita membutuhkannya. Sekali lagi, peneliti
mengucapkan terimakasih atas bantuan Anda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Hasil Uji t Mean Teoritis dan Mean Empiris
a. Extraversion
One Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Dimensi Extraversion 132 42,93 10,316 ,898
One-Sample Test
b. Agreeableness
One Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Dimensi Agreeableness 132 45,61 9,462 ,824
One-Sample Test
Test Value = 35
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Dimensi Extraversion
8,834 131 .000 7,932 6.16 9.71
Test Value = 35
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Dimensi Agreeableness
12,888 131 .000 10,614 8,98 12,24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
c. Conscientiousness
One Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Dimensi Conscientiousness
132 46,19 8,448 ,735
One-Sample Test
d. Neuroticsm
One Sample Statistics
One-Sample Test
Test Value = 35
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Dimensi Conscientiousness
15,217 131 .000 11,189 9,73 12,64
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Dimensi Neuroticsm / Emotional Stability
132 45,19 11,123 ,968
Test Value = 35
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Dimensi Neuroticsm / Emotional Stability
10,525 131 .000 10,189 8,27 12,10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
e. Openess
One Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Dimensi Openess 132 44,70 9,981 ,869
One-Sample Test
Test Value = 35
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Dimensi Openess
11,170 131 .000 9,705 7,99 11,42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Dimensi Extraversion ,140 132 ,000
Dimensi Agreeableness ,164 132 ,000
Dimensi Conscientiousness ,196 132 ,000
Dimensi Neuroticsm ,148 132 ,000
Dimensi Openess ,165 132 ,000
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik ,211 132 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
a. Dimensi Extraversion
b. Dimensi Agreeableness
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Agreeableness
Between Groups
(Combined) 213,923 37 5,782 2,072 ,003
Linearity 41,059 1 41,059 14,716 ,000
Deviation from Linearity
172,864 36 4,802 1,721 ,020
Within Groups 354,440 262,259 94 2,790
Total 476,182 476,182 131
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Extraversion
Between Groups
(Combined) 121,741 39 3,122 ,810 ,767
Linearity 13,046 1 13,046 3,386 ,069
Deviation from Linearity
108,696 38 2,860 ,742 ,848
Within Groups 354,440 92 3,853
Total 476,182 131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
c. Dimensi Conscientiousness
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Conscientiousness
Between Groups
(Combined) 210,558 33 6,381 2,354 ,001
Linearity 18,347 1 18,347 6,769 ,011
Deviation from Linearity
192,211 32 6,007 2,216 ,002
Within Groups 354,440 265,624 98 2,710
Total 476,182 476,182 131
d. Dimensi Neuroticsm
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Neuroticsm
Between Groups
(Combined) 197,318 39 5,059 1,669 ,024
Linearity 9,106 1 9,106 3,004 ,086
Deviation from Linearity
188,211 38 4,953 1,634 ,030
Within Groups 354,440 278,864 92 3,031
Total 476,182 476,182 131
e. Dimensi Openess
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik Dimensi Openess
Between Groups
(Combined) 186,304 39 4,777 1,516 ,054
Linearity 15,284 1 15,284 4,851 ,030
Deviation from Linearity
171,020 38 4,501 1,428 ,085
Within Groups 354,440 289,878 92 3,151
Total 476,182 476,182 131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
a. Dimensi Extraversion
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Dimensi Extraversion
Spearman's rho Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Correlation Coefficient
1,000 ,163**
Sig. (1-tailed)
. ,031
N 132 132
Dimensi Extraversion
Correlation Coefficient
,163** 1,000
Sig. (1-tailed)
,031 .
N 132 132
**. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
b. Dimensi Agreeableness
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Dimensi Agreeableness
Spearman's rho Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Correlation Coefficient
1,000 ,267**
Sig. (1-tailed)
. ,001
N 132 132
Dimensi Agreeableness
Correlation Coefficient
,267** 1,000
Sig. (1-tailed)
,001 .
N 132 132
**. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
c. Dimensi Conscientiousness
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Dimensi Conscientiousness
Spearman's rho
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Correlation Coefficient
1,000 -,158*
Sig. (1-tailed)
. ,035
N 132 132
Dimensi Conscientiousness
Correlation Coefficient
-,158* 1,000
Sig. (1-tailed)
,035 .
N 132 132
**. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
d. Dimensi Neuroticsm
-
e. Dimensi Openess
Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Dimensi Openess
Spearman's rho Intensitas Perilaku Merokok Rokok Elektronik
Correlation Coefficient
1,000 ,192*
Sig. (1-tailed)
. ,014
N 132 132
Dimensi Openess
Correlation Coefficient
,192* 1,000
Sig. (1-tailed)
,014 .
N 132 132
**. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
LAMPIRAN J Izin dari Peneliti Skala Transparent Bipolar
Inventory
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Izin dari Peneliti Skala Transparent Bipolar Inventory
anindya winda <[email protected]> 8 April 2017 21.00 Kepada: [email protected]
Dear Mr Goldberg,
My name is Anindya Winda, and right now i’m an undergraduate student in Department of Psychology at Sanata Dharma University, Indonesia. Currently, I’m at my last semester and right now i’m doing my thesis about The Big Five Personality Factors, which is really inspired by your research journal on 1992 (The Development of Markets for the Big-Five Factor Structure).
I found that your research is very detailed and really helped me a lot in gaining knowledge about The Big Five Personality Factors. Right now, my research title is “The Correlation Between Big Five Personality Factors and Intensity Towards University Student’s Vaping Behavior.”
As right now, I ask your permission because i want to adapt and use your Transparent Bipolar Inventory scale in my research. For your information, I will only use your scale on my research only, I won’t use your scale to gain any profit or sell it. If my terms is acceptable, please reply my email and give me permission to use your scale. Also if you authorize it, I may need your information about the update of your research on Big Five Personality Factors because I found that your research is very interesting and applicable in Indonesia.
I think that’s all i’m asking right now, thank you for your attention and time to read this email, I hope you can help me on my research.
Sincerely, Anindya Winda Kusumawati
Lew Goldberg <[email protected]> 3 November 2017 20.47 Kepada: anindya winda <[email protected]> Yes, you can freely use anything that I have developed. There are far more, and more recently developed, measures at this web-site: http://ipip.ori.org/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
As you’ll see there, they are all freely available in the public domain, and no one need ever ask permission. Lew Goldberg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
LAMPIRAN K Surat Keterangan Penerjemahan
Skala Transparent Bipolar Inventory ke dalam Bahasa
Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
LAMPIRAN L Surat Keterangan Penerjemahan
Skala Transparent Bipolar Inventory ke dalam Bahasa
Inggris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI