Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
2017
HUBUNGAN MEROKOK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI
Diusulkan oleh:
ERIC UNTARIO
C11114047
Pembimbing:
dr. Andi Alief Utama Armyn, M.Kes, Sp.JP, FIHA
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
menyelesaikan program studi Pendidikan Dokter
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar hasil di Departemen Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul:
“HUBUNGAN MEROKOK TERHADAP KEJADIAN
HIPERTENSI”
Hari/Tanggal : Kamis, 11 Januari 2018
Pukul : 11.00 WITA – selesai
Tempat : Ruang Pertemuan Pusat Jantung Terpadu RSUP Wahidin
Sudirohusodo
Makassar, 11 Januari 2018
Pembimbing,
dr. Andi Alief Utama Armyn, M.Kes, Sp.JP, FIHA
NIP. 19860206 200912 1 003
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama : Eric Untario
NIM : C111 14 047
Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter
Judul Skripsi : Hubungan Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi
Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
dr. Andi Alief Utama Armyn, M.Kes., Sp.JP., FIHA
NIP. 19860206 200912 1 003
Penguji
Dr. dr. Muzakkir Amir, Sp.JP.
NIP. 19710810 200012 1 003
Ditetapkan di : Makassar
Tanggal : 11 Januari 2018
iv
DEPARTEMEN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK
Judul Skripsi:
HUBUNGAN MEROKOK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI
Makassar, 11 Januari 2018
Pembimbing,
dr. Andi Alief Utama Armyn, M.Kes, Sp.JP, FIHA
NIP. 19860206 200912 1 003
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini
dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Terima kasih penulis ucapkan dengan tulus dan ikhlas kepada kedua orang tua yang
dengan sabar, tabah dan penuh kasih sayang serta selalu memanjatkan doa dan
dukungannya selama masa studi penulis. Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat
dan terima kasih yang mendalam kepada dr. Andi Alief Utama Armyn, M.Kes, Sp.JP,
FIHA, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan sabar dalam
memberikan arahan, koreksi dan bimbingan kepada penulis, tahap demi tahap selama
penyusunan skripsi ini. Waktu yang beliau berikan merupakan kesempatan berharga
bagi penulis untuk belajar. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Lurah Tamarunang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
wilayah kerjanya.
2. Masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, yang telah bersedia
menjadi responden penelitian.
3. Pimpinan dan staf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar yang
telah membantu dalam hal administrasi.
4. Seluruh keluarga dan dosen-dosen penulis yang juga telah memberikan dorongan
dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. My Lovely One, Assyifa Amalia Amin, yang telah banyak membantu penulis mulai
dari proses pembuatan proposal, pengambilan data, hingga proses pembuatan
vi
skripsi ini.
6. Verry Asward Samiun, Siti Anissa Safira, Yulianti, dan Muh. Ariiq Saifullah, yang
telah membantu penulis dalam mengambil data penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak. Akhirnya penulis berdoa semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan imbalan yang setimpal kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Amin.
Makassar, Januari 2018
Penulis
vii
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Desember 2017
Eric Untario
dr. Andi Alief Utama Armyn, M.Kes., Sp.JP., FIHA
“Hubungan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi”
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang mendunia
dan menjadi salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat di dunia. Hipertensi
ditandai dengan peningkatan tekanan darah dengan sistolik ≥ 130 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥ 80 mmHg. Menurut data WHO tahun 2011, pada tahun 2007
Indonesia menempati posisi ke-4 dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Merokok
telah menyebabkan 5,4 juta orang meninggal setiap tahun. Pada penelitian yang telah
banyak dilakukan, dijelaskan bahwa efek akut yang disebabkan oleh merokok antara
lain meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah dengan adanya peningkatan
kadar hormon epinefrin dan norepinefrin karena aktivasi sistem saraf simpatis. Banyak
penelitian juga mengatakan bahwa efek jangka panjang dari merokok adalah
peningkatan tekanan darah karena adanya peningkatan zat inflamasi, disfungsi
endotel, pembentukan plak, dan kerusakan vaskular.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain
penelitian cross-sectional. Subjek penelitian dipilih menggunakan metode simple
random sampling, dari masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota
Makassar. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer diperoleh melalui
pengisian kuesioner dan pemeriksaan tekanan darah menggunakan sfigmomanometer
dan stetoskop. Data penelitian dianalisis dengan uji chi-square dengan nilai p < 0,05
untuk signifikansi.
Hasil: Pada penelitian ini responden yang berpartisipasi paling banyak ditemukan
pada kelompok umur 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 32 orang (31,37%). Responden
yang merokok sebanyak 34 orang (33,3%) dengan tekanan darah normal sebanyak 39
orang (38,2%) dan hipertensi 63 orang (61,8%). Hasil penelitian didapatkan tidak ada
hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,387) yang
dipengaruhi oleh jenis rokok (p=0,43) dan derajat merokok (p=0,761).
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi.
Kata Kunci: hipertensi, merokok
viii
THESIS
MADICAL FACULTY
HASANUDDIN UNIVERSITY
December 2017
Eric Untario
Andi Alief Utama Armyn, MD., M.Kes., Sp.JP., FIHA
“The Correlation between Smoking and The Incidence of Hypertension”
ABSTRACT
Background: Hypertension is one of the globally health problem and to be one of the
cause of premature death in the world. Hypertension is characterized by elevated blood
pressure: systolic ≥ 140 mmHg or diastolic ≥ 90 mmHg. According to WHO data in
2011, Indonesia occupies the fourth position with the largest number of smokers in the
world in 2007. Smoking has been cause 5.4 million death cases each year. In many
researches, the acute effects that caused by smoking such as tachycardia and
hypertension, because of activation of sympathic nerve system that cause the amount
of epinephrine and norepinephrine is elevating in the blood. Many researches prove
that chronic effects of smoking is hypertension due to increasing of inflammation
agents, endothelium dysfunction, atherosclerosis, and vascular damage.
Purpose: This study aims to determine the correlation between smoking habits eith
the incidence of hypertension.
Method: This study was an analitical descriptive study using cross-sectional research
design. The subject of this study taken by simple random sampling method, from the
villager of Tamarunang Village, Mariso District, Makassar. The type of data in this
study is primary data obtained through the spread of questionaires and blood pressure
measurement using sphygmomanometer and stethoscope. Data were analyzed by chi-
square test with p <0,05 for significance.
Hasil: In this study, most of the respondents were found in the 41-50 year age group
of 32 people (31.37%). Respondents smoked as many as 34 people (33.3%) with
normal blood pressure of 39 people (38.2%) and hypertension 63 people (61.8%). The
result showed no correlation between smoking habit and hypertension occurrence (p =
0.387) influenced by cigarette type (p=0.43) and smoker indicator (p=0.761).
Kesimpulan : There is no relationship between smoking habit and incidence of
hypertension
Keywords: hypertension, smoking
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3
1.4.1 Manfaat Ilmiah ...................................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok................................................................................................................. 4
2.1.1 Jenis-jenis Rokok ................................................................................... 4
2.1.2 Kandungan Rokok ................................................................................. 5
2.1.3 Derajat dan Klasifikasi Perokok ............................................................ 6
2.2 Hipertensi........................................................................................................... 7
2.2.1 Klasifikasi .............................................................................................. 7
2.2.2 Faktor-Faktor Risiko.............................................................................. 8
2.2.3 Patofisiologi ......................................................................................... 11
2.2.4 Diagnosis ............................................................................................. 13
2.2.5 Komplikasi........................................................................................... 14
x
2.2.6 Penatalaksanaan ................................................................................... 15
2.3 Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi ........................................... 18
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori ................................................................................................ 20
3.2 Kerangka Konsep ............................................................................................ 21
3.3 Definisi Operasional ........................................................................................ 21
3.4 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 24
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Tipe dan Desain Penelitian .............................................................................. 25
4.2 Variabel Penelitian .......................................................................................... 25
4.2.1 Variabel Dependen .............................................................................. 25
4.2.2 Variabel Independen ............................................................................ 25
4.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................... 25
4.4 Populasi dan Sampel ........................................................................................ 25
4.4.1 Populasi ............................................................................................... 25
4.4.2 Sampel. ................................................................................................ 26
4.5 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 26
4.6 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 27
4.7 Prosedur Penelitian .......................................................................................... 27
4.7.1 Tahap Persiapan ................................................................................... 27
4.7.2 Tahap Pelaksanaan .............................................................................. 27
4.7.3 Tahap Pelaporan .................................................................................. 28
4.8 Etika Penelitian ................................................................................................ 28
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ................ 29
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden Penelitian ............................................................... 35
6.2 Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap Status Hipertensi pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso .................................................. 38
6.3 Hubungan Jenis Rokok terhadap Status Hipertensi pada Masyarakat Kelurahan
Tamarunang, Kecamatan Mariso ................................................................... 39
xi
6.4 Hubungan Derajat Merokok terhadap Status Hipertensi pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso .................................................. 40
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 43
LAMPIRAN ............................................................................................................... 45
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Kriteria AHA 2017 .................... 8
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017 ......................................... 29
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017 ......................................... 30
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017 ......................................... 30
Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Merokok pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017 ......................................... 30
Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Rokok pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017 ......................................... 31
Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Hipertensi pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017 ......................................... 31
Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Klasifikasi Tekanan Darah pada
Masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017 ...................... 32
Tabel 5.8. Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap Status Hipertensi pada
Masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017 ...................... 32
Tabel 5.9. Hubungan Jenis Rokok terhadap Status Hipertensi pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017 ......................................... 33
Tabel 5.10. Hubungan Derajat Merokok terhadap Status Hipertensi pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017 ......................................... 34
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Algoritma Tatalaksana Hipertensi ......................................................... 17
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1. Kerangka Teori ........................................................................................ 20
Bagan 3.2. Kerangka Konsep .................................................................................... 21
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian ................................................................................. 45
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ............................................................................. 46
Lampiran 3. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik ................................................... 47
Lampiran 4. Lembar Kuesioner ............................................................................... 48
Lampiran 5. Data Diri Penulis .................................................................................. 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi atau yang dikenal pula sebagai tekanan darah tinggi merupakan
masalah kesehatan yang mendunia. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
(Mills et al, 2016). Hipertensi berkontribusi dalam memperburuk penyakit
jantung, stroke, dan gagal ginjal (WHO, 2013).
Berdasarkan data dari World Health Organization, hipertensi telah
mengakibatkan 9,4 juta orang meninggal di seluruh dunia tiap tahun; hipertensi
berperan dalam 45% kematian yang disebabkan karena penyakit jantung dan 51%
kematian yang disebabkan oleh stroke (WHO, 2013). Menurut American Heart
Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia di atas 20 tahun menderita
hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-
95% kasus tidak diketahui penyebabnya (WHO, 2013).
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan
primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu
sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan
hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif telah banyak tersedia
(Kemenkes RI, 2014).
Salah satu faktor risiko hipertensi adalah kebiasaan merokok. Faktor risiko
hipertensi lainnya antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan genetik
2
(faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), serta kebiasaan mengonsumsi
garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, dan penggunaan
estrogen/kontrasepsi pil KB (Kemenkes RI, 2014).
Sebagaimana yang telah diketahui, merokok dapat mengakibatkan berbagai
macam penyakit. Jumlah perokok dunia mencapai 1,35 miliar orang. Indonesia
merupakan negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia, yaitu pada urutan
keempat setelah China, Amerika Serikat, dan Rusia. Jumlah batang rokok yang
dikonsumsi di Indonesia cenderung meningkat dari 182 milyar batang pada tahun
2001 menjadi 260,8 milyar batang pada tahun 2009 (Gumus et al, 2013).
Merokok dan hipertensi adalah dua faktor risiko yang terpenting dalam
penyakit aterosklerosis, penyakit jantung koroner, infark miokard akut, dan
kematian mendadak. Merokok telah menyebabkan 5,4 juta orang meninggal setiap
tahun (Gumus et al, 2013). Pada penelitian yang telah banyak dilakukan,
dijelaskan bahwa efek akut yang disebabkan oleh merokok antara lain
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah dengan adanya peningkatan
kadar hormon epinefrin dan norepinefrin karena aktivasi sistem saraf simpatis.
Banyak penelitian juga mengatakan bahwa efek jangka panjang dari merokok
adalah peningkatan tekanan darah karena adanya peningkatan zat inflamasi,
disfungsi endotel, pembentukan plak, dan kerusakan vaskular (Gumus et al,
2013).
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana hubungan merokok
terhadap kejadian hipertensi?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara merokok dengan kejadian hipertensi.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain.
1. Untuk mengetahui hubungan jenis rokok terhadap kejadian hipertensi.
2. Untuk mengetahui hubungan derajat merokok terhadap kejadian
hipertensi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Ilmiah
Untuk mengetahui dampak merokok terhadap peningkatan tekanan darah pada
masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota Makassar.
1.4.2. Manfaat Praktis
Sebagai referensi data perokok yang menderita hipertensi pada masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, yang dapat
dijadikan sebagai data untuk membuat kebijakan publik mengenai
kebiasaan merokok.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003
Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Pasal 1 Ayat 1, yang dimaksud
dengan rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana
rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan.
2.1.1 Jenis-jenis Rokok
Berdasarkan bahan bakunya, rokok terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2. Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,
cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu (Tawbariah et al, 2014).
Berdasarkan penggunaan filter, rokok terbagi menjadi dua yaitu:
1. Rokok Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
2. Rokok Non Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
5
2.1.2 Kandungan Rokok
Asap rokok (tembakau) mengandung kurang lebih 4000 komponen. Beberapa
di antaranya bersifat racun (toksik), beberapa lainnya dapat mengubah sifat sel-sel
tubuh menjadi ganas (onkogenik). Setidaknya ada 43 zat dalam tembakau yang sudah
diketahui dapat menyebabkan kanker. Zat-zat dalam rokok yang paling besar
memberikan dampak kesehatan antara lain nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO).
1. Nikotin
Nikotin (β-pyridil-α-N-methyl pyrrolidine) merupakan senyawa organik spesifik yang
terkandung dalam daun tembakau. Apabila diisap senyawa ini akan menimbulkan rangsangan
psikologis bagi perokok dan membuatnya menjadi ketagihan. Dalam rokok, nikotin
berpengaruh terhadap beratnya rasa isap. Semakin tinggi kadar nikotin rasa isapnya semakin
berat, sebaliknya tembakau (rokok) yang berkadar nikotin rendah rasanya hambar
(Tirtosastro, 2010).
2. Tar
Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan
adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian dapat merusak sel paru karena dapat lengket
dan menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya kanker.
Pada saat rokok diisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Tar
adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru,
mengandung bahan-bahan karsinogen. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk
endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok
berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami
6
penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, agen karsinogenik tetap bisa masuk dalam
paru-paru (Tirtosastro, 2010).
3. Karbon monoksida (CO)
Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan kendaraan bermotor.
Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon.
CO menggantikan 15% oksigen yang seharusnya dibawa oleh sel-sel darah merah. CO juga
dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada dinding
pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat (Tirtosastro, 2010).
2.1.3 Derajat dan Klasifikasi Perokok
Derajat merokok dapat diukur menggunakan Indeks Brinkman. Derajat merokok
menurut Indeks Brinkman adalah hasil perkalian antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap
perhari dengan lama merokok dalam satuan tahun (Tawbariah et al, 2014).
Dikatakan sebagai perokok ringan apabila hasilnya kurang dari 200
Dikatakan sebagai perokok sedang apabila hasilnya antara 200 – 599
Dikatakan perokok berat apabila hasilnya lebih atau sama dengan 600.
Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak rokok yang diisap perhari, maka
derajat merokok akan semakin berat (Tawbariah et al, 2014).
Kemudian untuk klasifikasi lainnya ada pula yang membedakan antara perokok aktif
dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang mengonsumsi rokok secara langsung
(diisap), sedangkan perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tetapi menghirup asap
rokok dari orang lain (Tawbariah et al, 2014).
7
2.2 Hipertensi
Hampir semua konsensus atau pedoman utama, baik dari dalam maupun luar
negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi atau tekanan darah
tinggi apabila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan/atau tekanan darah
diastolik ≥ 80 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat atau tenang (Weber et al, 2014).
2.2.1 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi terbagi menjadi:
1. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan
dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola
makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi (Kemenkes RI, 2014).
2. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu, misalnya pil KB (Kemenkes RI,
2014).
Ada pula yang disebut sebagai krisis hipertensi oleh karena jenis hipertensi ini
memerlukan penatalaksanaan yang cepat dan tepat dalam menurunkan tekanan darah
(kasus gawat darurat). Krisis hipertensi terbagi atas:
1. Hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan darah hebat (>180/120 mmHg) yang
tidak mengancam nyawa namun berhubungan dengan gejala (seperti sakit kepala
berat) atau kerusakan sedang organ target. Disarankan untuk terapi obat oral dan
8
evaluasi dalam 24-72 jam (American Heart Association, 2017 dan National Heart
Foundation of Australia, 2016).
2. Hipertensi emergensi adalah keadaan di mana tekanan darah meningkat sangat
tinggi (> 180/120 mmHg) dan terdapat kerusakan atau disfungsi organ target akut
(gagal jantung, edema paru akut, infark miokard akut, gagal ginjal akut, defisit
neurologi berat, ensefalopati hipertensif, papilloedema, infark serebri, strok
hemoragik). Dapat diindikasikan untuk perawatan inap (intensive care unit),
monitor tekanan darah, dan terapi antihipertensi parenteral (American Heart
Association, 2017 dan National Heart Foundation of Australia, 2016).
Adapun klasifikasi tekanan darah disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Kriteria AHA 2017
Klasifikasi Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Meningkat 120 – 129 Atau < 80
Hipertensi derajat 1 130 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi derajat 2 ≥ 140 Atau ≥ 90
Sumber: Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of
High Blood Pressure in Adults, American Heart Association/AHA, 2017
2.2.2 Faktor-Faktor Risiko
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain.
1. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
9
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium.
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu, didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga (Nuraini, 2015).
2. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA,
prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30
(obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status
gizi normal menurut standar internasional). Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis
dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem
reninangiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal (Nuraini, 2015).
3. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya adalah
penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
10
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang
selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita
secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Nuraini,
2015).
4. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stres, dan hal itu dapat mengakibatkan jantung memompa
darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat (Nuraini, 2015).
5. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa
apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu. Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuatan yang mendesak arteri (Nuraini, 2015).
6. Asupan garam yang tinggi dalam diet
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang
dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
11
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi (Nuraini, 2015).
7. Kebiasaan merokok
Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan
dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal
yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S.
Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek
yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan
perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang
merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8
tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok
subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Nuraini, 2015).
2.2.3 Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan tingkat resistensi perifer. Apabila
terjadi peningkatan salah satu variabel tersebut dan tidak terkompensasi, maka dapat
menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan
mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian
tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti
refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, dan
12
susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan
sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan
rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian
dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh
sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ (Nuraini, 2015).
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya Angiotensin II dari
Angiotensin I oleh Angiotensin I Converting Enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung Angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, senyawa renin yang diproduksi oleh
ginjal akan diubah menjadi Angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
Angiotensin I diubah menjadi Angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam meningkatkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah
meningkatkan sekresi hormon Antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin (Nuraini, 2015).
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi hormon Aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, Aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
13
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Nuraini, 2015).
Menurut Elizabeth J. Corwin adalah sebagian besar gejala klinis (manifestasi klinis)
timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat
berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan
langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen
akibat peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada
satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar
tidur, dan mata berkunang-kunang (Nuraini, 2015).
2.2.4 Diagnosis
Tekanan darah dapat diukur dengan menggunakan sfigmomanometer dan
stetoskop (metode auskultasi) atau alat pengukur tekanan darah elektronik. Pada
metode auskultasi, kita perlu mendengar bunyi Korotkoff pertama dan kelima (timbul
dan hilangnya suara denyut) yang berhubungan dengan tekanan darah sistol dan diastol
(Weber et al, 2014).
Pengukuran tekanan darah semestinya dilakukan setelah pasien atau klien
mengosongkan kandung kemih (buli-buli) terlebih dahulu. Sebaiknya pasien duduk
bersandar pada kursi dan kaki pada posisi istirahat (tidak bersilang) dengan menyentuh
14
tanah selama 5 menit. Lengan pasien yang hendak dipakai untuk pengukuran tekanan
darah mesti sejajar dengan jantung dan dalam posisi lemas pada meja. Dianjurkan
untuk melakukan 2 kali pengukuran dengan jeda 1-2 menit, lalu gunakan rata-rata dari
2 pengukuran tersebut (Weber et al, 2014).
Penting untuk mengukur tekanan darah saat berdiri (umumnya setelah 1 menit dan
3 menit) untuk memeriksa efek postural (hipertensi ortostatik), terutama pada pasien
lansia. Umumnya, diagnosis hipertensi dapat dikonfirmasi pada kunjungan pasien
yang kedua, biasanya 1-4 minggu setelah pengukuran pertama. Pada kedua keadaan,
tekanan darah sistol harus ≥ 140mmHg dan/atau tekanan diastol harus ≥ 90mmHg
untuk menentukan diagnosis hipertensi. Apabila tekanan darah pasien sangat tinggi
(misalnya tekanan sistol ≥180mmHg) atau apabila pasien tidak memungkinkan untuk
datang kunjungan kedua, maka diagnosis dan tatalaksana yang tepat dapat mulai
diberikan setelah pengukuran pertama yang mengindikasikan hipertensi (Weber et al,
2014).
2.2.5 Komplikasi
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit
jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2014).
15
2.2.6 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu terapi non
farmakologis dan terapi farmakologis.
1. Terapi Non Farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan
secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko
kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,
yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak
didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko
kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi
(PERKI, 2015).
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines antara lain (PERKI,
2015).
Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan
tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia (PERKI, 2015).
Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak
merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien
tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging
olahan, dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥2. Dianjurkan
untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/hari (PERKI, 2015).
16
Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30-60 menit per hari,
minimal 3 hari per minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien
yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap
dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam
aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya (PERKI, 2015).
Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup
yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat
seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar.
Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita,
dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian, membatasi atau menghentikan
konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
Berhenti merokok. Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit
kardiovaskular dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok (PERKI, 2015).
2. Terapi Farmakologis
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi
derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola
hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥2. Beberapa prinsip dasar terapi
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek
samping, yaitu.
Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal.
Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya.
17
Berikan obat pada pasien usia lanjut (di atas usia 80 tahun) seperti pada usia 55 – 80
tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid.
Jangan mengombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan
angiotensin II receptor blockers (ARBs).
Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi.
Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
Algoritma tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan berbagai guidelines memiliki
persamaan prinsip, dan di bawah ini adalah algoritma tatalaksana hipertensi secara
umum, yang disadur dari A Statement by the American Society of Hypertension and the
International Society of Hypertension tahun 2013 (PERKI, 2015).
Gambar 2.1. Algoritma Tatalaksana Hipertensi
Sumber: Guideline for the prevention, detection, evaluation, and management of high
blood pressure in adults, American Heart Association, 2017
18
2.3 Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, salah satu faktor risiko
terjadinya hipertensi adalah merokok. Risiko ini terjadi akibat zat kimia bersifat
toksik, misalnya nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok yang
masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri
dan mengakibatkan proses arteriosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi
autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya
aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut
jantung dan kebutuhan oksigen otot jantung (Aula, 2010).
Zat-zat kimia beracun (toksik) dalam rokok dapat mengakibatkan tekanan
darah tinggi atau hipertensi. Salah satu zat toksik tersebut adalah nikotin. Nikotin
dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan
bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat, dan kontraksi jantung meningkat
sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat (Aula, 2010).
Kadar zat-zat kimia rokok dalam darah secara langsung ditentukan dari
banyak sedikitnya konsumsi rokok. Semakin banyak jumlah konsumsi batang
rokok per hari maka semakin berat hipertensi yang diderita seseorang (Aula, 2010).
Mekanisme yang mendasari hubungan rokok dengan dengan tekanan darah
adalah proses inflamasi, baik pada mantan perokok maupun perokok aktif. Terjadi
peningakatan jumlah protein C reaktif, termasuk protein inflamasi alami,
mengakibatkan proses inflamasi pada endotelium, sehingga terjadi disfungsi dari
sel endotel kerusakan pembuluh darah, dan kekakuan pada dinding arteri yang
berujung pada peningkatan resistensi vaskular perifer (Aula, 2010).
19
Penelitian yang dilakukan oleh Abulnaja (2007) juga menemukan bahwa
agen-agen inflamasi alami memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap
timbulnya hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah agen inflamasi
dalam darah pada penderita hipertensi jauh lebih tinggi dibandingkan pada
normotensif dan demikian juga halnya pada penderita hipertensi yang merupakan
perokok atau mantan perokok jauh lebih banyak dibandingkan yang bukan
perokok. Ketiga zat tersebut akan mengakibatkan kerusakan endotelium vaskular
yang merupakan resiko timbulnya penyakit hipertensi dan kardiovaskular
(Abulnaja, 2007).
Hasil penelitian ini diperkuat dengan teori bahwa apapun yang
menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat menaikkan tekanan darah,
termasuk nikotin yang ada dalam rokok. Nikotin merangsang sistem saraf
simpatik, sehingga pada ujung saraf tersebut melepaskan hormon stres
norephinephrine dan segera mengikat reseptor hormon alfa-1. Hormon ini
mengalir dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, jantung akan
berdenyut lebih cepat (takikardia) dan pembuluh darah akan mengalami
vasokonstriksi. Selanjutnya akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan
menghalangi aliran darah secara normal, sehingga tekanan darah akan meningkat
(Tawbariah et al, 2014).
20
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori
Bagan 3.1. Kerangka Teori
Rokok
Mengandung banyak zat
toksik
Meningkatnya agen-agen inflamasi
Nikotin
Aktivasi hormon adrenalin
Zat toksik lainnya
Merangsang sistem saraf
simpatis
Terjadinya proses inflamasi pada
endotelium
Peningkatan resistensi vaskular perifer
Hipertensi
Takikardia dan
vasokonstriksi
21
3.2 Kerangka Konsep
Keterangan:
Bagan 3.2. Kerangka Konsep
3.3 Definisi Operasional
Merokok
Definisi : mengisap hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : responden mengisi kuesioner dengan didampingi peneliti untuk
mengurangi bias penelitian.
Skala ukur : nominal
Kriteria objektif: merokok atau tidak merokok
Kebiasaan merokok Kejadian hipertensi
Faktor risiko lainnya yang mempengaruhi:
1. Genetik
2. Obesitas
3. Stress
4. Pola makan (asupan garam/Na)
5. Olah raga (aktivitas)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi:
1. Jumlah rokok
2. Jenis rokok
3. Lama menghisap rokok
Variabel independen Variabel dependen
Variabel lain
yang turut diteliti
Variabel
perancu
22
Derajat merokok
Definisi : tingkatan seorang perokok yang berkaitan dengan lama merokok dan
jumlah rokok yang diisap per harinya (diukur dengan menggunakan
Indeks Brinkman)
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : responden mengisi kuesioner dengan didampingi peneliti untuk
mengurangi bias penelitian, kemudian hasil perkalian antara lama
merokok dengan jumlah rokok yang diisap per hari dijadikan indikator
derajat merokok.
Skala ukur : ordinal
Kriteria objektif: Dikatakan sebagai perokok ringan apabila hasil perkaliannya kurang
dari 200, perokok sedang apabila hasilnya antara 200-599, dan perokok
berat apabila hasilnya ≥600.
Hipertensi
Definisi : peningkatan tekanan darah ≥ 130/80 mmHg
Alat ukur : sfigmomanometer dan stetoskop
Cara ukur : dengan melilitkan manset pada salah satu lengan atas responden lalu
memompa hingga tekanan tertentu, kemudian diturunkan hingga
terdengar bunyi Korotkoff pertama hingga kelima yang didengar
dengan bantuan stetoskop.
Skala ukur : nominal dan ordinal
Kriteria objektif: hipertensi (apabila tekanan darah ≥ 130/80 mmHg) atau tidak hipertensi
(tekanan darah ≤ 130/80 mmHg);
23
derajat hipertensi (derajat 1 apabila tekanan darah sistol antara 130-139
mmHg atau tekanan diastol antara 80-89, derajat 2 apabila tekanan sistol ≥ 140
mmHg atau tekanan diastol ≥ 90 mmHg)
Obesitas
Definisi : tingkatan obesitas seseorang diukur dengan indeks massa tubuh (IMT)
yang membagi berat badan dengan kuadrat dari tinggi badan (satuan
Kg/m2)
Alat ukur : timbangan berat badan dan microtoise
Cara ukur : responden diukur berat badannya menggunakan timbangan berat badan
dan tinggi badannya menggunakan microtoise oleh peneliti, kemudian
hasil pembagian antara berat badan dengan kuadrat dari tinggi badan
dijadikan sebagai indikator IMT.
Skala ukur : ordinal
Kriteria objektif: Klasifikasi IMT menurut kriteria Asia Pasifik menggolongkan Obesitas
kelas 1 (Obese 1) apabila nilai IMT antara 25 – 29,9 dan Obese 2
apabila nilai IMT ≥ 30.
Stres
Definisi : Stres merupakan peristiwa-peristiwa fisik maupun psikologis yang
dipersepsikan sebagai ancaman potensial terhadap gangguan fisik
maupun psikologis
Alat Ukur : Kuesioner Depression Anxiety Stres Scale-42 (DASS-42)
Cara Ukur : Responden menjawab kuesioner Depression Anxiety Stres Scale-42
Skala Ukur : Numerik ke Ordinal
24
Kriteria Objektif : Normal (Stres score 0 - 14), Ringan (Stres score 15 - 18), Sedang
(Stres score 19 - 25), Berat (Stres score 26 - 33), Sangat Berat (Stres
score ≥ 34)
3.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Tipe dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain
penelitian cross sectional untuk mengetahui dampak kebiasaan merokok terhadap
peningkatan tekanan darah masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan
Mariso, Kota Makassar.
4.2 Variabel Penelitian
4.2.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian hipertensi.
4.2.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok
masyarakat Kelurahan Tamarunang.
4.3 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember
berlokasi di Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Makassar.
4.4 Populasi dan Sampel
4.4.1 Populasi
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil populasi masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota Makassar.
26
4.4.2 Sampel
Dalam menentukan besar sampel, jumlah populasi (N) dapat diketahui dari
jumlah penduduk Kelurahan Tamarunang. Sampel dipilih dengan metode
simple random sampling. Besar sampel ditentukan dengan rumus Slovin:
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁 × 𝑒2
Dengan n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi, dan e adalah
batas toleransi kesalahan (error tolerance).
Dengan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel minimal 98 orang
dengan perhitungan sebagai berikut:
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁 × 𝑒2=
4.279
1 + 4.279 × 0,12= 97,71 ≈ 98
Adapun kriteria inklusi dari penelitian ini antara lain:
Merupakan masyarakat Tamarunang yang dibuktikan dengan kartu
identitas (KTP atau SIM)
Berusia ≥ 18 tahun
Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini antra lain:
Masyarakat Tamarunang yang sedang menjalani terapi hipertensi
Masyarakat yang tidak bersedia mengisi kuesioner
4.5 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai pencatatan data karakteristik
sampel dan menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop untuk pemeriksaan
tekanan darah.
27
4.6 Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan SPSS dengan
metode analisis uji Chi-Square.
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Tahap persiapan
Tahap persiapan penelitian meliputi:
1. Diskusi dengan pembimbing.
2. Penyusunan proposal dan kelengkapan lampiran berupa kuesioner.
3. Pengurusan izin etik dan izin penelitian.
4. Pendataan awal sampel.
4.7.2 Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi:
1. Peneliti memberi pengantar dan penjelasan mengenai penelitian
kepada partisipan.
2. Peneliti melakukan pemeriksaan tekanan darah menggunakan
sfigmomanometer dan stetoskop serta meminta partisipan untuk
mengisi kuesioner yang meliputi karakteristik kebiasaan merokok
partisipan (jumlah rokok, lama merokok, dan jenis rokok yang
digunakan) dan indikator lain yang merupakan faktor risiko hipertensi
selain kebiasaan merokok.
3. Peneliti melakukan input data dalam sebuah tabel dan menganalisis
data tersebut.
4. Peneliti melakukan pengolahan dan penyajian data hasil penelitian.
28
4.7.3 Tahap pelaporan
Tahap pelaporan penelitian meliputi:
1. Penulisan hasil analisis dan kesimpulan penelitian.
2. Evaluasi hasil data bersama pembimbing.
3. Pencetakan hasil dan publikasi penelitian
4.8 Etika Penelitian
Etika penelitian ini akan dievaluasi oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan
(KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
29
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Penelitian ini melibatkan masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan
Mariso, Makassar sebagai responden. Dengan metode simple random sampling,
diperoleh 102 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik responden
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017
Kelompok Umur
(Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
11-20 9 8.82
21-30 23 22.55
31-40 12 11.76
41-50 32 31.37
51-60 14 13.73
61-70 10 9.80
71-80 2 1.96
Total 102 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok umur, responden
paling banyak berusia pada rentang 41-50 tahun, yaitu sebanyak 32 orang (31,37%)
dan paling sedikit berusia pada rentang 71-80 tahun, yakni sebanyak 2 orang (1,96%).
Usia responden yang paling muda adalah 18 tahun (berdasarkan kriteria inklusi)
sebanyak 4 orang, sedangkan usia responden yang paling tua adalah 76 tahun sebanyak
1 orang.
30
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-Laki 47 46.1
Perempuan 55 53.9
Total 102 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, responden
penelitian lebih banyak berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 55 orang (53,9%)
dibandingkan dengan laki-laki sebanyak 47 orang (46,1%).
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017
Kebiasaan Merokok Frekuensi (n) Persentase (%)
Merokok 34 33.3
Tidak Merokok 68 66.7
Total 102 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan kebiasaan merokok, responden
penelitian lebih banyak yang tidak merokok, yaitu sebanyak 68 orang (66,7%)
dibandingkan dengan yang merokok, yaitu sebanyak 34 orang (33,3%).
Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Merokok pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017
Derajat Merokok Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Merokok 68 66.7
Perokok Ringan 21 20.6
Perokok Sedang 8 7.8
Perokok Berat 5 4.9
Total 102 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
31
Tabel di atas menunjukkan bahwa di antara responden penelitian yang merokok
paling banyak yang tergolong sebagai perokok ringan sebanyak 21 orang (20,6%),
disusul perokok sedang sebanyak 8 orang (7,8%), dan perokok berat sebanyak 5 orang
(4,9%).
Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Rokok pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017
Jenis Rokok Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Merokok 68 66.7
Rokok Filter 32 31.4
Rokok Non Filter 2 2.0
Total 102 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan jenis rokok yang dihisap,
responden penelitian lebih banyak yang merokok menggunakan rokok filter, yaitu
sebanyak 32 orang (31,4%) dibandingkan dengan yang merokok menggunakan rokok
non filter, yaitu sebanyak 2 orang (2%).
Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Hipertensi pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017
Status Hipertensi Frekuensi (n) Persentase (%)
Hipertensi 63 61.8
Tidak Hipertensi 39 38.2
Total 102 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan status hipertensi, responden
penelitian lebih banyak yang mengalami hipertensi, yaitu sebanyak 63 orang (61,8%)
dibandingkan dengan yang tidak mengalami hipertensi, yaitu sebanyak 39 orang
(38,2%).
32
Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Klasifikasi Tekanan Darah pada
Masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017
Klasifikasi Tekanan Darah Frekuensi (n) Persentase (%)
Normal 39 38.2
Hipertensi Derajat 1 12 11.8
Hipertensi Derajat 2 51 50.0
Total 102 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan klasifikasi tekanan darah
(berdasarkan kriteria AHA 2017), separuh dari responden penelitian mengalami
hipertensi derajat 2, sebanyak 51 orang (50%), sedangkan yang mengalami hipertensi
derajat 1 sebanyak 12 orang (11,8%).
Tabel 5.8. Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap Status Hipertensi pada
Masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017
Merokok
Status Hipertensi
n % P
Value Hipertensi Tidak
Hipertensi
N % N %
Merokok 23 67.6 11 32.4 34 100.0
0.387 Tidak Merokok 40 58.8 28 41.2 68 100.0
Total 63 61.8 39 38.2 102 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 102 responden penelitian, yang merokok
sebanyak 23 orang (67,6%) yang mengalami hipertensi. Terdapat 40 orang (58,8%)
yang tidak merokok dan mengalami hipertensi. Hasil uji statistik dengan menggunakan
uji Chi-Square menunjukkan nilai p (p-value) = 0,387 (p>0,05). Ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan angka kejadian
33
hipertensi pada masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota
Makassar tahun 2017.
Tabel 5.9. Hubungan Jenis Rokok terhadap Status Hipertensi pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017
Jenis Rokok
Status Hipertensi
n % P
Value Hipertensi Tidak
Hipertensi
N % N %
Tidak Merokok 40 58.8 28 41.2 68 100.0
0.430 Rokok Filter 21 65.6 11 34.4 32 100.0
Rokok Non Filter 2 100.0 0 0.0 2 100.0
Total 63 61.8 39 38.2 102 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 102 responden penelitian, yang merokok
menggunakan rokok filter sebanyak 21 orang (65,6%) yang mengalami hipertensi.
Terdapat 2 orang (100%) yang merokok menggunakan rokok non filter yang
mengalami hipertensi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
menunjukkan nilai p (p-value) = 0,43 (p>0,05). Ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara jenis rokok dengan angka kejadian hipertensi pada masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota Makassar tahun 2017.
34
Tabel 5.10. Hubungan Derajat Merokok terhadap Status Hipertensi pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso Tahun 2017
Derajat Merokok
Status Hipertensi
n % P
Value Hipertensi Tidak
Hipertensi
N % N %
Tidak Merokok 40 58.8 28 41.2 68 100.0
0.761
Perokok Ringan 14 66.7 7 33.3 21 100.0
Perokok Sedang 5 62.5 3 37.5 8 100.0
Perokok Berat 4 80.0 1 20.0 5 100.0
Total 63 61.8 39 38.2 102 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 102 responden penelitian, yang tergolong
perokok ringan sebanyak 14 orang (66,7%) yang mengalami hipertensi. Terdapat 5
orang (62,5%) yang tergolong perokok sedang yang mengalami hipertensi. Dan
terdapat 4 orang (80%) yang tergolong perokok berat dan mengalami hipertensi. Hasil
uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan nilai p (p-value) =
0,761 (p>0,05). Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara derajat merokok
dengan angka kejadian hipertensi pada masyarakat Kelurahan Tamarunang,
Kecamatan Mariso, Kota Makassar tahun 2017.
35
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden Penelitian
Responden penelitian diambil dari masyarakat Kelurahan Tamarunang,
Kecamatan Mariso, Makassar pada bulan Desember 2017. Responden penelitian
berjumlah 102 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 47 orang (46,1%) dan
perempuan sebanyak 55 orang (53,9%). Perbandingan jumlah responden laki-laki
dan perempuan tidak sama karena proses pengambilan sampel dilakukan dengan
metode simple random sampling. Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa
responden penelitian berusia pada rentang 18 tahun sampai 76 tahun. Kelompok
umur terbesar adalah responden dengan usia 41-50 tahun, yaitu sebanyak 32 orang
(31,37%) dan kelompok umur paling sedikit berusia pada rentang 71-80 tahun,
yaitu sebanyak 2 orang (1,96%).
Dari 102 responden di Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso
didapatkan lebih banyak responden yang tidak merokok, yaitu sebanyak 68 orang
(66,7%) dibandingkan dengan yang merokok, yaitu sebanyak 34 orang (33,3%).
Merokok dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (hipertensi). Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
Berdasarkan Tabel 5.4. responden penelitian yang merokok paling banyak
yang tergolong sebagai perokok ringan sebanyak 21 orang (20,6%), disusul
perokok sedang sebanyak 8 orang (7,8%), dan perokok berat sebanyak 5 orang
(4,9%). Tingkatan seorang perokok yang berkaitan dengan lama merokok dan
36
jumlah rokok yang diisap per harinya diukur dengan menggunakan Indeks
Brinkman, Dikatakan sebagai perokok ringan apabila hasil perkaliannya kurang
dari 200, perokok sedang apabila hasilnya antara 200-599, dan perokok berat
apabila hasilnya ≥600. Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak
rokok yang diisap perhari, maka derajat merokok akan semakin berat (Tawbariah,
2014).
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis rokok yang dihisap,
responden penelitian lebih banyak yang merokok menggunakan rokok filter, yaitu
sebanyak 32 orang (31,4%) dibandingkan dengan yang merokok menggunakan
rokok non filter, yaitu sebanyak 2 orang (2%). Terdapat kesenjangan yang jauh
antara yang merokok dengan rokok filter dan rokok non filter sebab pengambilan
sampel dilakukan dengan metode simple random sampling, sehingga peneliti
tidak dapat memprediksi karakteristik sampel yang diperoleh.
Dari 102 responden penelitian didapatkan lebih banyak yang mengalami
hipertensi, yaitu sebanyak 63 orang (61,8%) dibandingkan dengan yang tidak
mengalami hipertensi, yaitu sebanyak 39 orang (38,2%). Berdasarkan kriteria yang
ditetapkan oleh American Heart Association tahun 2017, seseorang akan dikatakan
hipertensi atau tekanan darah tinggi apabila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 130
mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 80 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang
(American Heart Association, 2017). Tekanan darah dapat diukur dengan
menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop (metode auskultasi) atau alat
pengukur tekanan darah elektronik. Pada metode auskultasi, kita perlu mendengar
37
bunyi Korotkoff pertama dan kelima (timbul dan hilangnya suara denyut) yang
berhubungan dengan tekanan darah sistol dan diastol (Weber et al, 2014).
Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar gejala klinis (manifestasi
klinis) timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis
yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai
mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan
kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus, edema dependen akibat peningkatan
tekanan kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada
satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang (Nuraini, 2015).
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan Tabel 5.7, separuh dari responden penelitian mengalami
hipertensi derajat 2, yaitu sebanyak 51 orang (50%), sedangkan yang mengalami
hipertensi derajat 1 sebanyak 12 orang (11,8%). Klasifikasi ini digolongkan
berdasarkan kriteria American Heart Association tahun 2017 yang
menggolongkan hipertensi apabila tekanan darah ≥ 130/80 mmHg. Hipertensi
38
derajat 1 apabila tekanan darah sistol antara 130-139 mmHg atau tekanan diastol
antara 80-89 dan hipertensi derajat 2 apabila tekanan sistol ≥ 140 mmHg atau
tekanan diastol ≥ 90 mmHg (AHA, 2017).
6.2 Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap Status Hipertensi pada
Masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso
Berdasarkan Tabel 5.8, dari 102 responden penelitian, yang merokok sebanyak 23
orang (67,6%) yang mengalami hipertensi. Terdapat 40 orang (58,8%) yang tidak
merokok dan mengalami hipertensi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-
Square menunjukkan nilai p (p-value) = 0,387 (p>0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan angka kejadian
hipertensi pada masyarakat Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota Makassar
tahun 2017.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thuy et al
(2010) dan Hafiz et al (2016) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara kebiasaan merokok dengan hipertensi. Tidak adanya hubungan yang
bermakna antara kebiasaan merokok dengan hipertensi disebabkan oleh besar sampel
yang tidak mencukupi untuk menunjukkan kebermaknaan pada penelitian ini. Penelitian
tersebut menjelaskan bahwa risiko orang yang sedang merokok saat ini (perokok aktif)
relatif sama dengan orang yang tidak pernah merokok atau bukan perokok (Thuy et al, 2010).
Berbeda dengan hasil penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh Setyanda
(2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok
dengan kejadian hipertensi dengan nilai p (p-value) 0,003. Nikotin yang ada di dalam
rokok dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang, dapat melalui pembentukan plak
39
aterosklerosis, efek langsung nikotin terhadap pelepasan hormon epinefrin dan
norepinefrin, maupun melalui efek CO yang dapat berikatan dengan sel darah merah
(Setyanda, 2015).
6.3 Hubungan Jenis Rokok terhadap Status Hipertensi pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso
Berdasarkan Tabel 5.9, dari 102 responden penelitian, yang merokok
menggunakan rokok filter sebanyak 21 orang (65,6%) yang mengalami hipertensi.
Terdapat 2 orang (100%) yang merokok menggunakan rokok non filter yang
mengalami hipertensi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
menunjukkan nilai p (p-value) = 0,43 (p>0,05). Ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara jenis rokok dengan angka kejadian hipertensi pada masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota Makassar tahun 2017.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniati
(2012) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis rokok dengan
peningkatan tekanan darah. Penelitian ini juga memperoleh jumlah perokok filter yang
jauh lebih banyak yaitu sebanyak 97,22% dibandingkan perokok non filter. Harga
rokok filter di pasaran relatif lebih murah dan banyak tersedia di warung-warung di
lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, masyarakat lebih banyak yang merokok
menggunakan rokok filter (Kurniati, 2012).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyanda (2015) yang
menunjukkan adanya hubungan bermakna antara jenis rokok dengan kejadian
hipertensi (p-value = 0,017). Kandungan nikotin dalam rokok non filter lebih besar dari
rokok filter, sehingga risiko yang ditimbulkannya akan lebih besar (Setyanda, 2015).
40
Jenis rokok filter dapat mengurangi masuknya nikotin ke dalam tubuh. Filter tersebut
berfungsi sebagai penyaring asap rokok yang akan dihisap, sehingga nantinya tidak
terlalu banyak bahan kimia yang akan masuk sampai ke paru-paru (Nurcahyani, 2011).
6.4 Hubungan Derajat Merokok terhadap Status Hipertensi pada Masyarakat
Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso
Berdasarkan Tabel 5.10, dari 102 responden penelitian, yang tergolong
perokok ringan sebanyak 14 orang (66,7%) yang mengalami hipertensi. Terdapat
5 orang (62,5%) yang tergolong perokok sedang yang mengalami hipertensi. Dan
terdapat 4 orang (80%) yang tergolong perokok berat dan mengalami hipertensi.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan nilai p (p-
value) = 0,761 (p>0,05). Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
derajat merokok dengan angka kejadian hipertensi pada masyarakat Kelurahan
Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota Makassar tahun 2017.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Thuy et
al (2010) dan Tawbariah et al (2014) yang menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara derajat merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian tersebut
mengatakan bahwa semakin tingginya derajat merokok seseorang semakin tinggi
pula risiko seseorang terkena hipertensi. Agen-agen inflamasi yang ditimbulkan
oleh rokok dapat mengakibatkan kerusakan endothelium vaskular yang
merupakan resiko timbulnya penyakit hipertensi dan kardiovaskular (Tawbariah
et al, 2014).
Di samping itu, nikotin akan meningkatkan tekanan darah dengan
merangsang pelepasan sistem humoral kimia, yaitu norephinephrin melalui saraf
41
adrenergik dan meningkatkan katekolamin yang dikeluarkan oleh medula adrenal.
Akibatnya, terjadi perubahan diameter pembuluh darah (penyempitan pembuluh
darah), maka akan terjadi perubahan pada nilai osmotik dan tekanan hidrostatis di
dalam vaskuler dan di ruang-ruang interstisial di luar pembuluh darah. Tekanan
hidrostatis dalam vaskuler akan meningkat, sehingga tekanan darah juga akan
meningkat (Tawbariah et al, 2014).
42
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan merokok
terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat Kelurahan Tamarunang,
Kecamatan Mariso, Kota Makassar dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara merokok, jenis rokok, dan derajat merokok
terhadap kejadian hipertensi. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara
merokok dengan hipertensi disebabkan oleh banyaknya faktor risiko hipertensi
selain merokok yang dapat mempengaruhi karakteristik sampel penelitian. Selain
itu, sebagian besar penderita hipertensi tergolong dalam hipertensi esensial.
7.2 Saran
1. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya, diadakan pemeriksaan untuk
mengetahui kadar Natrium yang dikonsumsi oleh responden sebagai salah
satu faktor risiko hipertensi selain kebiasaan merokok.
2. Sebaiknya pengambilan sampel dilakukan dalam jumlah yang lebih besar
agar tingkat kepercayaan (validitas) sampel lebih tinggi.
43
DAFTAR PUSTAKA
Abulnaja, K.O. (2007). Impact of Hypertension, Smoking, and Liver Affection on
Endothelial Dysfunction and Subsequent Vascular Damage in Saudi Middle
Aged males. J. Appl. Biomed, 5, pp. 179-188.
Aula, L. E. (2010). Stop Merokok (Sekarang atau Tidak Sama Sekali). Yogyakarta:
Garailmu.
Gumus, A., Kayhan, S., Cinarka, H., Sahin, U. (2013). The Effect of Cigarette
Smoking on Blood Pressure and Hypertension. ABCmed, 1:7-9.
Hafiz, M., Weta, I. W., Ratnawati, N. L. K. A. (2016). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. Jurnal
Medika, 5(7), pp. 1-23.
Kurniati, A., Udiyono, A., Saraswati, L. D. (2012). Gambaran Kebiasaan Merokok
dengan Profil Tekanan Darah pada Mahasiswa Perokok Laki-Laki Usia 18-22
Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2), pp.251-61.
Mills, K. T. et al. (2016). Global Disparities of Hypertension Prevalence and Control.
Circulation, 134, pp. 441-450.
National Heart Foundation of Australia. (2016). Guideline for the diagnosis and
management of hypertension in adults. Melbourne: National Heart Foundation
of Australia.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. Medical Journal of Lampung
University, 4(5), pp. 10-19
Nurcahyani, F. H., Bustamam, N., Diandini, R. (2011). Hubungan antara kebiasaan
merokok dengan kejadian hipertensi di layanan kesehatan. Bina Widya, 22(4),
pp.185-90.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2015). Pedoman
Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular. Edisi Pertama. Jakarta.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2014). Info Data dan Informasi
(infoDATIN): Hipertensi. Jakarta: Kemenkes RI.
Setyanda, Y. O. G., Sulastri, D., Lestari, Y. Hubungan Merokok dengan Kejadian
Hipertensi pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 4(2), pp. 434-440.
Stefhany, E. (2012). Hubungan Pola Makan, Gaya Hidup, dan Indeks Massa Tubuh
dengan Hipertensi pada Pra Lansia dan Lansia di Posbindu Kelurahan Depok
Jaya Tahun 2012. Depok: Universitas Indonesia.
Tawbariah, L., Apriliana, E., Wintoko, R., dan Sukohar, A. (2014). Hubungan
Konsumsi Rokok dengan Perubahan Tekanan Darah pada Masyarakat di Pulau
44
Pasaran Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Bandar
Lampung. Medical Journal of Lampung University, 3(6), pp. 91-98.
Thuy, A. B., Blizzard L., Schmidt, M. D., Luc P. H., Granger, R. H., dan Dwyer, T.
(2010). The association between smoking and hypertension in a population-
based sample of Vietnamese men. Journal of Hypertension, 28(2), pp.245-250.
Tirtosastro, S. dan Murdiyati, A. S. (2010). Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok.
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri, 2(1), pp. 33-43.
Weber, M. A. et al. (2014). Clinical Practice Guidelines for the Management of
Hypertension in the Community A Statement by the American Society of
Hypertension and the International Society of Hypertension. J Clin
Hypertension, 16(1), pp. 14-26.
Whelton, P.K., et al. (2017). Guideline for the prevention, detection, evaluation, and
management of high blood pressure in adults: a report of the American College
of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice
Guidelines.
45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
NO. NAMA KEGIATAN NOVEMBER DESEMBER JANUARI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. TAHAP PERSIAPAN
Pembuatan dan Pengajuan Pemohonan
Bimbingan
Diskusi dengan Pembimbing
Pembuatan dan Pengesahan Proposal
Penelitian
Pengajuan Proposal Penelitian
Pembuatan Kelengkapan Perizinan
Persiapan Instrumen Penelitian
Pendataan Sampel
2 TAHAP PELAKSANAAN
Pengambilan Data (Pemeriksaan
Tekanan Darah dan Kuesioner)
Diskusi dengan Pembimbing
Analisis Data
3 TAHAP PELAPORAN
Penyusunan Draft Laporan Penelitian
Pencetakan, Pengesahan, dan
Penggandaan Laporan Hasil Penelitian
Penyetoran Laporan Hasil Penelitian
Presentasi dan Publikasi Laporan Hasil
Penelitian
48
Lampiran 4. Lembar Kuesioner
No. Registrasi : 000
Nama Lengkap : _____________________________________________
Umur : ___________ tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Data Antropometrik :
Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m) IMT (Kg/m2) Klasifikasi
Data Pemeriksaan Tekanan Darah:
Tekanan Darah
(mmHg) Pemeriksaan 1 Pemeriksaan 2 Pemeriksaan 3 Rata-rata
Sistol
Diastol
1. Apakah Anda merokok?
YA (termasuk telah berhenti merokok) TIDAK (lanjut ke no. 5)
2. Jika YA, berapa batang rokok yang Anda hisap per harinya? ______ batang/hari
3. Sudah berapa lama Anda merokok? ________ hari/bulan/tahun*
4. Dari segi filternya, rokok apa yang Anda hisap?
Rokok Filter Rokok Non Filter
5. Apakah Anda rutin berolahraga?
YA TIDAK
6. Jika YA, olahraga apa yang RUTIN Anda lakukan?
Jogging Futsal/Sepak bola Bulutangkis
Tenis Lapangan Tenis Meja Renang
Lainnya _________________________ (silakan diisi)
7. Berapa kali Anda berolahraga dalam seminggu? ________ kali/minggu
49
8. Apakah ada anggota keluarga Anda yang menderita hipertensi?
YA TIDAK
9. Isilah kuesioner berikut dengan memberi tanda centang () pada kolom angka yang
sesuai dengan pribadi Anda atau apa yang Anda rasakan saat ini.
Keterangan:
0 : Tidak ada atau tidak pernah
1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu (kadang-kadang)
2 : Sering
3 : Sangat sesuai dengan yang dialami atau hampir setiap saat
No. Pernyataan 0 1 2 3
1. Saya menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele.
2. Saya cenderung bereaksi berlebihan pada beberapa
situasi.
3. Saya merasa sulit untuk relaksasi/bersantai.
4. Saya mudah merasa kecewa.
5. Saya merasa banyak menghabiskan energi karena
cemas.
6. Saya tidak sabaran (terutama saat diharuskan
menunggu di lift, lampu lalu lintas, kemacetan, dsb.)
7. Saya mudah tersinggung.
8. Saya sulit untuk beristirahat
9. Saya mudah marah atau jengkel.
10. Saya kesulitan untuk tenang setelah terjadi sesuatu
yang mengganggu/menyebalkan.
11. Saya sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap
hal yang saya sedang lakukan.
12. Saya berada pada keadaan tegang.
13.
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang
sedang saya lakukan.
14. Saya mudah gelisah.
50
Lampiran 5. Data Diri Penulis
Nama Lengkap : Eric Untario
Nama Panggilan : Eric
NIM : C111 14 047
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter/Kedokteran
Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 01 Oktober 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Alamat : Jalan Toddopuli Raya Blok H3 No. 5 Makassar
Telepon : 085656246790
E-mail : [email protected]
Hobi : Membaca, Bermain Musik, dan Bersepeda
Riwayat Pendidikan :
- SD Katolik Santo Joseph Rajawali (2003 – 2009)
- SMP Katolik Rajawali (2009 – 2011)
- SMA Negeri 17 Makassar (2011 – 2014)
- Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (2014 – Sekarang)
Pengalaman Organisasi :
- Anggota Paskibra SMA Negeri 17 Makassar (2011-2014)
- Koordinator Divisi Pendidikan Biology on Seventeen Association
(BONSAI17) (2012-2013)
- Anggota Keluarga Katolik Mahasiswa Kedokteran (KKMK) Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin (2014 – Sekarang)
- Anggota Medical Youth Research Club (MYRC) Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin (2015 – Sekarang)
- Ketua Plica Vocalis Fakultas Kedokteran Unhas (2016 – 2017)
Pengalaman Karya Ilmiah dan Penghargaan:
- Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Biology Open Day (BODY) Fakultas
MIPA UNM 2011
- Juara 1 LKTI Gebyar Civitas Fisika (GRAVITASI) Fakultas MIPA UNM
2011
- Juara 1 Poster Publik Tarumanegara Medical Competition Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanegara 2016