81
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan secara optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2002 dan 2003 di Indonesia memperlihatkan penyakit ISPA merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas bayi dan anak balita. Survei tahun 2003 menunjukkan bahwa 25,7% penduduk menderita ISPA dengan

Isi Pnemoni (KTI)

  • Upload
    twa

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia

Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan secara optimal melalui

terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia

yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan

perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata di seluruh wilayah

Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2010).

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2002 dan

2003 di Indonesia memperlihatkan penyakit ISPA

merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas

bayi dan anak balita. Survei tahun 2003 menunjukkan

bahwa 25,7% penduduk menderita ISPA dengan

2

penyebaran 42,4% pada anak di bawah 1 tahun, 40,6%

pada usia 1- 4 tahun dan 32,5% pada anak berumur 5 -

14 tahun. Penyebab kematian bayi tersebut

setengahnya terkait dengan kesehatan ibu hamil,

proses kelahiran bayi, dan kekebalan tubuh terhadap

serangan penyakit yang merupakan salah satu modal

utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal,

tetapi di beberapa daerah masih ada kasus kecacatan

dan penyakit yang disebabkan oleh imunisasi yang

belum lengkap atau sama sekali tidak mendapat

imunisasi sejak lahir, karena akses kesehatan masih

belum terjangkau karena kondisi wilayah atau daerah

setempat (DepKes RI 2006).

Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah

tertinggi di Negara ASEAN. Penyebab angka kesakitan

dan kematian anak terbanyak saat ini diakibatkan

oleh pneumonia. Untuk itu petugas kesehatan berupaya

peningkatkan pengetahuan dan kemampuanya untuk

menanggulangi berbagai masalah, termasuk pneumonia.

3

Pneomonia merupakan salah satu penyebab dari 4

juta kematian pada balita di Negara berkembang,

khususnya pada bayi. Kejadian pneumonia pada bayi

dan balita di Indonesia diperkirakan antara 10-20%

per tahun. Program pemberantasan penyakit ISPA yang

telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu

menetapkan angka 10% balita sebagai target penemuan

penderita pneumonia balita pada suatu wilayah kerja.

Secara teoritis di perkirakan bahwa 10 % dari

pneumonia akan meninggal bila tidak diberi

pengobatan. Perkiraan angka kematian pneumonia

secara nasional adalah 6 per 1000 balita atau

150.000 balita per tahun.

Menurut WHO, kriteria untuk menentukan bahwa

kematian pneumonia pada balita masih merupakan

masalah di suatu wilayah//Negara, adalah apabila

angka kematian bayi berada diatas 40/1000 balita,

atau proporsi kematian akibat pneumonia pada balita

diatas 20% pneumonia masih menjadi masalah di

Indonesai, karena angka kematian balita adalah

4

46/1000 kelahiran hidup dan angka kematian pneumonia

balita diperkirakan sekitar 6/1000 balita.

Kematian akibat ISPA pada anak, khususnya balita

terutama disebabkan oleh pneumonia. Di Indonesia,

angka kejadian pneumonia pada balita adalah sekitar

10-20% per tahun. Angka kematian pneumonia pada

balita di Indonesia 6 per 1000 balita. Ini berarti

dari setiap 1000 balita setaip tahun ada 6 orang

diantaranya meninggal akibat pneumonia.

Jika dihitung jumlah balita yang meninggal akibat

pneumonia di Indonesia dapat mencapai 150.000 orang

per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 orang

perjam, atau setiap balita per menit. Usia yang

rawan adalah usia bayi di bawah satu tahun karena

sekitar 60-80% kematian pneumonia terjadi pada bayi.

Menurut survey kesehatan rumah tangga 1995, proporsi

kematian ISPA (terutama pneomonia) pada bayi adalah

29,5 %. Artinya dari setaip 100 orang bayi yang

meninggal, sekitar 30 orang bayi yang meninggal

karena ISPA terutama pneumonia. Survey ini juga

5

mengungkapkan bahwa penyebab kematian terbesar pada

bayi adalah ISPA.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang diangkat yaitu untuk mengetahui

“Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan

Pneomoni Di Rumah Sakit Mitra Masyarakat Kabupaten

Mimika Di Ruang Antonius“.

1.2.1 Bagaimana maemahami asuhan kebidanan dasar

balita dengan pneomini?

1.2.2 Bagaimana melakukan pengkajian kebidanan pada

balita dengan pneomini?

1.2.3 Bagaimana merumuskan diagnose kebidanan pada

balita denagn pneomini?

1.2.4 Bagaimana menentukan intervensi pada balita

dengan pneomoni?

1.2.5 Bagaimana melakukan implementasi pada balita

dengan pneomoni ?

1.2.6 Bagaimana melakukan evaluasi pada balita

dengan pneomoni ?

6

1.2.7 Bagaimana cara pendoukementasian semua

tindakan asuhan kebianan pada balita dengan

pneomini ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Tujuan umum

Penulis mampu mempelajari, memahami dan

menerapkan asuhan kebidanan pada balita sakit

dengan pneomoni.

1.3.2 tujuan khusus

1.3.2.1 mampu memahami asuhan kebidanan dasar

baita dengan pneomoni.

1.3.2.2 Mampu melakukan pengkajian kebidanan

pada balita dengan pneomoni.

1.3.2.3 Mampu merumuskan diagnose kebidanan pada

balita dengan pneomoni.

1.3.2.4 Mampu menentukan intervensi pada balita

dengan pneomoni.

1.3.2.5 Mampu melakukan implementasi pada balita

dengan pneomoni.

7

1.3.2.6 Mampu melakukan evaluasi pada balita

dengan pneomoni.

1.3.2.7 Mampu mendokumentasikan semua tindakan

asuhan kebidanan pada balita dengan

pneomini.

1.4 MANFAAT PENULISAN

1.4.1 Bagi diri sendiri.

1.4.1.1 Untuk mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh dari pendidiikan dan

memperoleh pengalaman nyata dalam

melaksanankan penelitian.

1.4.1.2 Mengembangkan pola piker penulis

dalam meenerapkan teori dengan praktik

I lahan, khususnya penanganan pneomoni.

1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan

1.4.2.1 Sebagai sumber kepustakan bagi

mahasiswa

1.4.2.2 Sebagaia tolak ukur dalam

keberhasilan proses belajar mengajar.

8

1.4.2.3 Masukan bagi institus pendidikan

tentang permasalahan yang timbul dan

penanganan pneomoni.

1.4.3 Bagi rumah sakit

Mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

dan penanganan pneomoni.

1.4.4 bagi pasien

mampu meningkatkan derajat kesehatan yang

lebih optimal dan mempercepat penyembuhan

tanpa menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

1.4.5 bagi masyarakat

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

mengenai penyaki pneomoni sehingga masyarakat

mampu dan mengerti cara pencegahan penyakit

pneomoni.

1.4.6 Bagi peneliti lain

Untuk wacana dan ilmu pengetahuan peneliti

lain tentang asuhan keperawatan pada pasien

dengan penomoni.

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI BALITA

2.1.1 Pengertian Balita 

Anak balita adalah anak yang telah menginjak

usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan

pengertian usia anak di bawah lima

tahun (Muaris.H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan

10

Anggraeni. DY, (2010),  Balita adalah istilah umum

bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

prasekolah (3-5 tahun).  Saat usia batita, anak

masih tergantung penuh kepada orang tua untuk

melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang

air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan

sudah bertambah baik.

Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa

balita merupakan periode penting dalam proses

tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan

pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di

periode selanjutnya.

Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan

masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah

terulang, karena itu sering disebut golden age

atau masa keemasan. 

11

1. Karakteristik Balita 

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam

dua kategori yaitu anak usia 1-3 tahun (batita)

dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004).  Anak usia

1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak

menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya.

Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa

usia pra-sekolah sehingga diperlukan

jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut

yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan

yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih

kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh

karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi

kecil dengan frekuensi sering Pada usia pra-

sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka

sudah dapat memilih  makanan yang disukainya.

Pada usia ini anak mulai bergaul dengan

lingkungannya atau bersekolah  playgroup sehingga

anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku.

Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar

12

memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak”

terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan

anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari

aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun

penolakan terhadap makanan. Diperkirakan

pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak

mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan

dengan anak laki-laki.

2. Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-

beda, namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola

yang sama, yakni:

a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas

menuju bagian

bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai

dari kepala hingga ke ujung kaki, anak  akan

13

berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan

belajar menggunakan kakinya.

b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah

luar. Contohnya adalah anak akan lebih dulu

menguasai penggunaan  telapak tangan untuk

menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda

dengan jemarinya.

c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak

belajar mengeksplorasi keterampilan-

keterampilan lain. Seperti melempar, menendang,

berlari dan lain-lain. 

Menurut Soetjiningsih (2005) walaupun terdapat

variasi yang besar, akan tetapi setiap anak akan

melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-

tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut

:

Masa prenatal atau masa intrauterin (masa janin

dalam kandungan )

14

1) Masa mudigah/embrio : konsepsi sampai 8

minggu2)   Masa janin/fetus : 9 minggu sampai

lahir. Masa bayi : usia 0 sampai 1 tahun

2) Masa neonatal : usia 0 sampai 28 hari yang

terdiri dari masa neonatal dini yaitu 0-7

hari dan masa neonatal lanjut yaitu 8-28

hari2)   Masa pasca neonatal : 29 hari sampai

1 tahun. Masa prasekolah (usia 1 sampai 6

tahun).

Klasifikasi umur balita menurut Murwani (2009)

yaitu:

a. Masa prenatal yang terdiri dari dua

periode yaitu masa embrio dan masa fetus

(usia 0-9 bulan)

b. Masa neonatal (0-28 hari)

c. Masa bayi (29 hari-1 tahun)

d. Masa batita (1-3 tahun), Masa balita (3-5

tahun).

15

3.1 PNEOMONI

3.1.1 PENGERTIAN PNEUMONIA

Pneomonia adalah penakit yang menyerang paru-

paru dan ditandai dengan batuk dan kesukaran

bernapas. Balita yang terserang pneumonia dan

tidak segera diobati dengan tepat sangat mudah

meninggal.

Pneumonia adalah suatu inflamasi pada

parenkim paru, pada umumnya pneumonia pada anak

16

digambarkan sebagai bronco pneomoni yang mana

merupakan suatu kombinasi dari penyebaran

pneumonia lobular(adanya infiltratpada sebagian

area pada kedua lapangan/ bidang paru dan sekitar

bronki).

Pneumonia adalah suatu inflamasi pada

parynchema paru, pada umumnya pneumonia pada masa

anak digambarkan sebagai broncho pneomoni, yang

mana merupakan suatu kombinasi dan penyebaran

pneumonia.

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang

mengenai jaringan paru paru (alveoli) biasanya

disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang

ditandai oleh gejalaklinis batuk, demam tinggi dan

disertai adanya napas cepat ataupun tarikan

dinding dada bagianbawah ke dalam. Dalam

pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA)

semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun

bronchopneumonia disebut pneumonia (Depkes RI,

2002).

17

Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek

disertai napas sesak atau napas cepat. Napas sesak

ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke

dalam, sedangkan napas cepat diketahui dengan

menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk

balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan

napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit,

balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan

napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur

kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kaliatau

lebih per menit (Depkes, 1991).

3.1.2 KLASIFIKASI PNEOMONIA

Berdasarkan Umur

1. Kelompok umur < 2 bulan

a) Pneumonia berat Bila disertai dengan tanda-

tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika

sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa

kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun,

stridor pada anak yang tenang, mengi, demam

18

(38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah

(di bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali

atau lebih per menit, penarikan dinding dada

berat, sianosis sentral (pada lidah),

serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen

tegang.

b) Bukan pneumonia Jika anak bernapas dengan

frekuensi kurang dari 60 kali permenit dan

tidak terdapat tanda pneumoniaseperti diatas

2. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun

a) Pneumonia sangat berat Batuk atau kesulitan

bernapas yang disertai dengan sianosis

sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan

dinding dada, anak kejang dan sulit

dibangunkan.

b) Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan

dinding dada,tetapi tidak disertai sianosis

sentral dan dapat minum.

19

c) Pneumonia Batuk atau kesulitan bernapas dan

pernapasan cepat tanpa penarikan dinding

dada.

d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) Batuk

atau kesulitan bernapas tanpa

pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.

e) Pneumonia persisten Balita dengan diagnosis

pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati

selama10-14 hari dengan dosis antibiotik yang

kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya

terdapat penarikan dinding dada, frekuensi

pernapasan yang tinggi, dan demam ringan

(WHO, 2003)

Sebagai anatomi, pneumonia dapat dikenal sebagai

berikut :

1. Pneumonia lobaris, dimana yang terserang adalah

seluruh atau segmen yang besar dari satu atau

lebih lobus pulmonary. Apabila kedua paru yang

terkena maka hal ini sering disebut sebagai

20

bilateral atau “ double” pneumonia (pneumonia

lobular).

2. Broncho pneumonia yang dimulai pada terminal

bronchiolus menjadi tersumbat dengan eksudat muco

purulent sampai membentuk gabungan pada daerah

dekat lobules.

3. Interstitial pneumonia yang mana adanya suatu

proses inflamasi yang lebih atau hanya terbatas

dari dinding alveolar (intersitium) dan

peribonchial dan jaringan inter lobular.

3.1.3 Penyebab Pneumonia

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat

umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma

(bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan

protozoa.

1. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang

siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.

Sebenarnya bakteri penyebab pneumoniayang

paling umum adalah Streptococcus pneumonia

21

sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu

pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua

atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak

diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang

terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,

berkeringat, napas terengah-engahdan denyut

jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).

2. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia

diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang

tersering menyebabkan pneumonia adalah

Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun

virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran

pernapasan bagian atas, pada balita gangguan

ini bisa memicu pneumonia Tetapi pada umumnya

sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat

dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila

infeksi terjadi bersamaan dengan virus

influenza, gangguan bisa berat dan kadang

menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008).

22

3. Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil dialam bebas

yang menyebabkan penyakit pada manusia.

Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai

virus maupun bakteri, meski memiliki

karakteristik keduanya. Pneumonia yang

dihasilkan biasanya berderajat ringan dan

tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala

jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria

remaja dan usia muda. Angka kematian sangat

rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati

(Misnadiarly, 2008).

4. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa

sering disebut pneumonia pneumosistis. Termasuk

golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii

Pneumonia(PCP). Pneumonia pneumosistis sering

ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan

penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu

sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat

23

dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan

jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru

atau spesimen yang berasal dari paru

(Djojodibroto, 2009).

3.1.4 PATHOGENESIS PNEUMONIA

Pneumonia masuk kedalam paru melalui jalan

pernapasan secara percikan atau secara droplet.

Proses radang pneumonia dibagi menjadi empat

stadium.

1. Stadium I, kongesti

Kapiler melebar dan kongesti didalam

alveolus terdapat eksudt jernih.

2. Stadium II, hepatisasi merah

Lobus dan lobules yang terkena lebih padat

dan tidak mengandung udara, warna menjadi

merah, pada perabaan seperi hepar, didalam

alveolus terdapat fibrin.

24

3. Stadium III, hepatisasi kelabu

Lobus masih padat dan erwarna merah

menjadi kelabu/ pucat, permukaan pleura

suram karena diliputi oleh fibris dan

leucocyt, tempat terjadi pagositosis

pneumococcus dan kapiler tidak lagi

kongesti.

4. Stadium IV, Resolusi

Eksudat berkurang, didalam alveolus

macrofag bertambah dan leococyt necrosis

serta degenerasi lemak fibri kemudian

diekskresi dan menghilang.

3.1.5 GAMBARAN KLINIS PNEOMONIA

Manifestasi klinis dari pneumonia sangat

besar variasinya tergantung pada agent

etiologi, umur anak, reaksi sistemik anak

terhadap infeksi, perluasan lesi, tingkat

25

obstruksi pada bronchial dan bronchioler. Agen

etiologi sebagian besar diidentifikasi dari:

riwayat klinik, umur anak, riwayat kesehtan

secara umum, pemeriksaan fisik, adiografi dan

pemeriksaan laboratorium.

a. Gejala

Gejala penyakit pneumonia biasanya

didahului dengan infeksi saluran napas

atas akut selama beberapa hari. Selain

didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh

meningkat dapat mencapai 40 derajat

celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk

dengan dahak kental, terkadang dapat

berwarna kuning hingga hijau. Pada

sebagian penderita juga ditemui gejala

lain seperti nyeri perut, kurang nafsu

makan, dan sakit kepala (Misnadiarly,

2008).

b. Tanda

26

Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda

penyakit pneumoniapada balita antara

lain :

1) Batuk nonproduktif

2) Ingus (nasal discharge)

3) Suara napas lemah

4) Penggunaan otot bantu napas

5) Demam

6) Cyanosis (kebiru-biruan)

7) Thoraxphoto menujukkan infiltrasi

melebar

8) Sakit kepala

9) Kekakuan dan nyeri otot

10) Sesak napas

11) Menggigil

12) Berkeringat

13) Lelah

14) Terkadang kulit menjadi lembab

15) Mual dan muntah

27

Pneumonia biasanya didahului oleh infeksi

saluran nafas bagian atas dengan tanda-tanda:

1. Suhu meningkat mendadak 39-40 ˚C, kadang kadang

disertai kejang karena demam yang tinggi.

2. Anak gelisah, dyspnoe, pernapasan cepat dan

dangkal disertai cuping hidung dan sianosis

sekitar mulut dan hidung kdang-kadang disertai

muntah dan diare.

3. Batuk setelah beberapa hari sakit, mula mula

batuk kering kemudia batuk produktif.

4. Anak lebih senang tiduran pada sebelah dada

yang terinfeksi.

5. Pada auskultasi terdengar ronchi basah nyaring

halus dan sedang.

3.1.6 FAKTOR RESIKO PNEOMONIA

Factor resiko pneumonia telah diindentifikasi

secara rinc yaitu faktor yang meningkatkan

terjadinya morbiditas pneumonia dan factor yang

28

meningkatkan terjadinya kematian (mortalitas )

pada pneumonia.

1. Factor resiko yang meningkatkan insiden

pneumonia

a. Umur < 2 bulan

b. Laki laki

c. Gizi buruk

d. Berat badan lahir rendah

e. Tidak mendapat ASI yang memadai

f. Polusi udara

g. Kepadatan tempat tinggal

h. Membedong anak menyelimuti berlebihan

i. Defisiensi vitamin A

2. Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian

pneumonia

a. Umur < 2 bulan

b. Tingkat social ekonomi rendah

c. Gizi buruk

d. Beratbadan lahir rendah

e. Tingkat pendidikan ibu yang rendah

29

f. Tingkat jangkauan pelyanan kesehatan yang

rendah

g. Kepadatan tempat tinggal

h. Imunisasi yang tidak memadai

i. Menderita penyakit kronis

3.1.7 PEMERIKSAAN PNEOMONIA

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan

terhadap penyakit pneumonia antara lain:

3.1.7.1 Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

Perlu diperhatikan adanya takipnea

dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan

cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula

nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri

dada pada waktu menarik napas. Batasan

takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun

adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu

diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke

dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia

30

berat, tarikan dinding dada kedalam akan

tampak jelas.

2. Palpasi

Suara redup pada sisi yang sakit, hati

mungkin membesar, fremitus raba mungkin

meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi

mungkin mengalami peningkatan atau

tachycardia.

3. Perkusi

Suara redup pada sisi yang sakit.

4. Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan

dengan cara mendekatkan telinga ke hidung /

mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan

terdengar stridor. Sementara dengan

stetoskop, akan terdengar suara napas

berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit,

dan ronkhi basah pada masa resolusi.

Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni,

31

kadang terdengar bising gesek pleura

(Mansjoer,2000).

3.1.7.2 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan rontgen

Pada pemeriksaan rontgen, penyakit

broncho pneumonia menunjukkan gambaran adanya

bercak-bercak infiltrate pada satu atau

beberapa lobus, dapat juga menunjukkan adanya

komplikasi seperti pleuritis, atelectasis,

abses paru, pneo thorax dll.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan

gambaran darah leukositosis dan kuman

penyebabnya dapa dibiakkan dan usapan

tenggorokan dan darah.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan

adalah :

Pemeriksaan laboraturium

a) Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3

b) Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.

32

c) LED meningkat

X-foto dada Terdapat bercak – bercak

infiltrate yang tersebar (bronco

pneumonia) atau yang meliputi

satu/sebagian besar lobus/lobule

(Mansjoer,2000).

3.1.8 CARA PENULARAN PENYAKIT PNEUMONIA

Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam

penyakit menular yang ditularkan melalui udara.

Sumber penularan adalah penderita pneumonia

yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk

atau bersin dalam bentuk droplet.

Inhalasimerupakan cara terpenting masuknya

kuman penyebab pneumonia kedalam saluran

pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di

samping itu terdapat juga cara penularan

langsungyaitu melalui percikan droplet yang

dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin

33

dan berbicara kepada orang di sekitar

penderita, transmisi langsung dapat juga

melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda

yang telah terkena sekresi saluran pernapasan

penderita (Azwar, 2002).

3.1.9 FAKTOR RISIKO PENYEBAB TERJADINYA PNEUMONIA

Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan

terjadinya pneumonia pada balita (Depkes,

2004), diantaranya :

1. Faktor risiko yang terjadi pada balita Salah

satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya

pneumonia dan berat ringannya penyakit adalah

daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh

tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal

diantaranya :

a) Status gizi

Keadaan gizi adalah faktor yang sangat

penting bagi timbulya pneumonia. Tingkat

pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik

34

seseorang sangat dipengaruhi adanya

persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan

zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan

beratnya infeksi suatu penyakit seperti

pneumonia (Dailure, 2000).

b) Status imunisasi

Kekebalan dapat dibawa secara bawaan,

keadaan ini dapat dijumpai pada balita umur

5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita

terhindar dari penyakit. Dikarenakan

kekebalan bawaan hanya bersifat sementara,

maka diperlukan imunisasi untuk tetap

mempertahankan kekebalan yang ada pada balita

(Depkes RI, 2004). Salah satu strategi

pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan

kematian akibat pneumoniaadalah dengan

pemberian imunisasi. Melalui imunisasi

diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan

dan kematian penyakit yang dapapat dicegah

dengan imunisasi.

35

c) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Asi yang diberikan pada bayi hingga usia

4 bulan selain sebagai bahan makanan bayi

juga berfungsi sebagai pelindung dari

penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah

pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat

pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu

faktor risiko yang dapat meningkatkan

kejadian pneumonia pada balita (Dailure,

2000).

d) Umur Anak

Umur merupakan faktor risiko yang

berhubungan dengan kejadian pneumonia. Risiko

untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak

umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih

tua, hal ini dikarenakan status kerentanan

anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan

lumensaluran napas yang masih sempit

(Daulaire, 2000).

36

e) Faktor Lingkungan

Lingkungan khususnya perumahan sangat

berpengaruh pada peningkatan resiko

terjadinya Pneumonia. Perumahan yang padat

dan sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana

air bersih menyebabkan balita sering

berhubungan dengan berbagai kuman penyakit

menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman

yang berasal dari tempat yang kotor tersebut

(Depkes RI, 2004), yang berpengaruh

diantaranya :

f) Ventilasi

Ventilasi berguna untuk penyediaan udara

ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari

ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi

adalah jendela dan penghawaan dengan

persyaratan minimal 10% dari luas lantai.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya

kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi

37

merupakan media untuk berkembangnya bakteri

terutama bakteri patogen (Semedi, 2001).

g) Polusi Udara

Pencemaran udara yang terjadi di dalam

rumah umumnya disebabkan oleh polusi di dalam

dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan

faktor risiko terhadap kejadian pneumonia

pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga

dapat disebabkan oleh karena asap rokok,

kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga

akibat pembakaran yang tidak sempurna dari

kendaraan bermotor (Lubis, 1989).

3.1.10 PENANGANAN PENYAKIT PNEOMONI

Menurut Mansjoer (2000) Penanganan pneumonia

berdasarkan klasifikasi pneumonia :

3.1.10.1 Pneumonia berat atau pneumonia sangat

berat harus dirawat di RS dan diberi

antibiotik.

38

3.1.10.2 Pneumonia tidak perlu dirawat dirumah

sakit

3.1.10.3 Batuk bukan pneumonia tidak perlu

dirawat tidak perlu antibiaotik.

Menurut Mansjoer (2000), Apabila anak

diklasifikasikan menderita pneumonia berat atau

penyakit sangat berat di puskesmas / balai

pengobatan, maka anak perlu dirujuk segera

setelah diberi dosis pertama antibiotik yang

sesuai. Dosis pertama antibiotika yang dimaksud

adalah klorampenikol yan diberikan secara

intramuscular dengan dosis 40 mg/kg BB.

Jika anak diklasifikasikan menderita pneumonia,

maka tindakan berikut ini diperlukan :

1. Pemberian antibiotik yang sesuai selama 5

hari.

2. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang

aman.

3. Berikan nasihat kepada orang tua kapan harus

segera kembali.

39

4. Melakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.

Sedangkan untuk anak dengan pneumonia yang

dirawat di rumah sakit, diperlukan rencana

perawatan yang sesuai dengan masalahanya, yaitu

:

1. Efektivitas pola napas, rencana perawatan

yang diperlukan adalah :

a. Berikan oksigen yang dilembabkan sesuai

takikardi.

b. Lakukan fisioterapi dada : kerjakan sesuai

jadwal.

c. Observasi tanda vital

d. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai

advis.

e. Periksa dan catat hasil x-ray dada dan

jumlah sel darah putih sesuai indikasi.

f. Lakukan suction bila perlu.

g. Kaji dan catat pengetahuan serta

partisipasi keluarga dalam perawatan,

40

misalnya, pemberian obat serta pengenalan

tanda dan gejala inefektivitas pola napas.

h. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

2. Devisit volume cairan, intervensi yang

diperlukan adalah :

a. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.

b. Catat secara akurat intake dan output.

c. Kaji dan catat tanda vital serta gejala

kekurangan cairan.

d. Periksa dan catat BJ urine tiap 4 jam atau

sesuai advis.

e. Lakukan perawatan mulut sesuai dengan

kebutuhan.

f. Kaji dan catat pengetahuan serta

partisipasi keluarga dalam monitoring

intake dan output serta dalam mengenali

tanda dan gejala kekurangan volume cairan.

g. Ciptakan situasi yang nyaman.

41

3.1.11 PENCEGAHAN PENYAKIT PNEUMONIA

Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi

aktif dari masyarakat atau keluarga terutama

ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat

dipengaruhi oleh kebersihan di dalam dan di

luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan

untuk menghindari terjadinya penyakit pneumonia

pada balita. Berikut adalah upaya untuk

mencegah terjadinya penyakit pneumonia :

1. Perawatan selama masa kehamilan

Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan

lahir rendah, perlu gizi ibu selama kehamilan

dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup

bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam

kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal

yang memungkinkan terkenanya infeksi selama

kehamilan.

2. Perbaikan gizi balita

Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita

yang disebabkan karena malnutrisi, sebaiknya

42

dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi

neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI

terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi

serta mengandung faktor-faktor antibodi

sehingga dapat memberikan perlindungan dan

ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri.

Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI

secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding

balita yang tidak mendapatkannya.

3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak Untuk

mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan

pemberian imunisasi yang memadai, yaitu

imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan,

imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3

bulan dan 4 bulan.

4. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila

terserang batuk. Balita yang menderita batuk

harus segera diberi pengobatan yang sesuai

untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek

43

biasa menjadi batuk yang disertai pengan napas

cepat/sesak napas.

5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah

Untuk mencegah pneumonia disarankan agar

kadar debu dan asap diturunkan dengan cara

mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa

balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi

yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan

tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin,

perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai

faktor yang memberi kecenderungan untuk terkena

penyakit pneumonia.

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

Balita sangat rentan terserang penyakit

terutama penyakit pada saluran pernapasan,

karena itu jauhkanlah balita dari orang yang

terserang penyakit batuk. Udara napas seperti

batuk dan bersin bersin dapat menularkan

pneumonia pada orang lain. Karena bentuk

penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi

44

akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah

akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran

napas yang berat. Semua anak yang sehat

sesekali akan menderita salesma (radang selaput

lendir pada hidung), tetapi sebagian besar

mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.

4.1 MANAJEMEN VARNEY

4.1.1 Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian manejemen kebidanan.

Manajemen kebidanan adalah proses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai

metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan teori ilmiah, penemuan keterampilan

dalam rangakaian atau tahapan yang logis

untuk pengambilan keputusan yang berfokus

pada klien.

45

Manajemen kebidanan menurut Varney

terdiri dari 7 langkah yaitu, pengkajian,

interpretasi data, diagnose potensial,

antisipasi, penyusunan rencana, pelaksanaan

rencana asuhan secara efisien dan aman

kemudian evaluasi (Varney, 2004).

2. Proses manajemen kebidanan menurut Varney

Menurut Varney (2004), proses manajemen

kebidanan terdiri dari :

a. Pengkajian Data

Dalam tahap ini data/fakta yang

dikumpulkan adalah data obyektif dan

data subyektif dari pasien atau keluarga

(Wildan & Hidayat, 2008).

b. Interpretasi Data

Langkah ini dilakukan dengan

mengidentifikasi data secara benar

terhadap diagnosis atau masalah

kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis

yang spesifik dapat ditemukan

46

berdasarakan interpretasi yang benar

terhadap data dasar. Selain itu sudah

terpikirkan perencanaan yang dibutuhkan

terhadap masalah (Wildan & Hidayat,

2008).

c.Diagnosa Masalah Potensial.

angkah ini dilakukan dengan

mengidentifikasi masalah atau diagnose

potensial yang lain berdasarkan beberapa

masalah dan diagnose yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi yang cukup dan apabila

memungkinkan dilakukan proses pencegahan

atau dalam kondisi tertentu pasien

membutuhkan tindakan segera (Wildan &

Hidayat, 2008).

d.Identifikasi Kebutuhan Segera.

Tahap ini dilakukan oleh bidan

denngan melakukan identifikasi dan

melakukan beberapa kebutuhan setelah

47

diagnosis dan masalah ditegakkan.

Keegiatan bidan dalam tahap ini adalah

konsultasi, kolaborasi atau melakukan

rujukan (WWildan & Hidayat, 2008).

Antisipasi muncul jika diagnosa

potensial muncul kegawatdaruratan

yang memerlukan tindakan segera

(WHO,2003).

Langkah yang perlu dilaksanakan,

antara lain :

1. Pemberian cairan tergantung

keadaaan pasien.

2. Pemberian makanan.

3. Pemberian terapi secara mandiri

untuk obat demam dan batuk.

e. Perencanaan

Perencanaan adalah kegiatan yang

mencakup tujuan dan langkah-langkah yang

dilakukan bidan dalam melakukan

intervensi dalam rangka memecahkan

48

masalah termasuk rencana evaluasi

(Wildan & Hidayat, 2008).

f. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan rencana asuhan

kebidanan, bidan harus bertindak sesuai

rencana yang sudah ditentukan.

Pencatatan dalam pelaksanaan juga

termasuk penanganan kasus-kasus yang

memerlukan tindakan di luar wewenang

bidan sehingga perlu dilakukan kegiatan

kolaborasi dan rujukan. Selain itu,

pengawasan dan monitor kemajuan

kesehatan pasien juga perlu dicatat

(Wildan & Hidayat, 2008).

a. Evaluasi

Dalam evaluasi kegiatan yang perlu

dilaksanakan adalah mencatat proses

manajemn kebidanan. Evaluasi diperoleh

dari tindakan pengukuran antara

keberhasilan dan rencana. Evaluasi juga

49

dilakuakan dengan membandingkan

keberhasilan dengan langkah-langkah

manajemn lainnya. Hasil evaluasi dapat

dijadikan identifikasi/analisis masalah

selanjutnya bila diperlukan (Wildan &

Hidayat, 2008).

50

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG PADA BALITA 1 TAHUN

DENGAN PNEOMONI

DI RSMM RUANG ANTONIUS KABUPATEN MIMIKA

Hari : Senin

Tanggal : 16 maret 2015

Pengkaji : NUR FAIDAH AMELIA

I. PENGKAJIAN

A. DATA SUBJEKTIF

1) IDENTITAS

51

a. Anak

Nama : An. D

Umur : 1 Thn 6 bulan

Agama : Kristen protestan

Suku/bangsa : Amungme / indonesia

Alamat : jln. Cendrawasih kuala

kencana

b. Orang tua

Nama ibu: Ny. M nama ayah : Tn.

J

Umur : 42 Thn umur : 48 Th

Agama : Kristen P. agama

: Kristen P

Suku/bangsa: Amungme suku/bangsa

: Amungme

Pendidikan : SMP pendidikan

: SI

Pekerjaan : IRT pekejaan

:

52

2) Alasan kunjungan :

Ibu mengatakan anaknya sesak sejak 2 hari

yang lalu disertai dengan panas.

3) riwayat obstetric

a. pre natal

pemeriksaan kehamilan : 9 kali, di

RSMM

penyakit penyerta kehamilan : Tidak ada

b. natal

tempat persalinan : di rumah

penolong : keluarga

komplikasi : tidak ada

jenis persalinan : normal

c. neonatal

kondisi bayi waktu lahir : langsung

menagis

berat badan : tidak tahu

panjang badan : tidak tahu

4) riwayat kesehatan

a. riwayat kesehatan sekarang

53

diabetes militus, hepatitis, HIV/AIDS,

kejiwaan, malaria, asma.

b. riwayat kesehatan yang lalu

diabetes militus, hepatitis, HIV/AIDS,

kejiwaan, malaria, asma, pernah opname?

Pernah/tidak pernah

c. riwayat kesehatan keluarga

dabetes militus, hepatitis, HIV/AIDS,

kejiwaan, malaria, asma

5) pola kebiasaan sehari-hari

Pola nutrisi a. makan

fekuensi : 3 x

sehari

buah : ya

b. minum : 8 gelas/

hari

c. makanan kesukaan :

tidak ada

d. keluhan : tidak

54

ada

Pola istirahat a. tidur siang : 1-2

jam

b. tidur malam: 8-10

jam

c. keluhan : tidak

ada

Pola eliminasi a. BAK

Frekuensi: 4-6

x/hari

Warna : jernih

Bau : khas amoniak

Keluhan : tidak

ada

b. BAB

Frekuensi : 1

x/hari

Warna : kuning

Konsistensi :

55

lunak

Bau: khas

Keluhan: tidak ada

Pola hygiene a. Mandi : 2x/ hari

b. Gosok gigi: tidak

gosok gigi

c. Keramas: 2x/

minggu

d. Ganti baju:

2x/hari

B. DATA OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : compos mentis

BB Sekarang : 12 kg

PB : 84 cm

LK : 47 cm

2) Pemeriksaan tumbuh kembang

a. Hasil pemeriksaan KPSP : tidak dilakukan

56

b. Hasil pemeiksaan TDD: sesuai

c. Hasil pemeriksaan TDL : Tidak dilakukan

d. Hasil pemeriksaan KMEE : tidak dilakukan

e. Hasil pemeriksaan CHAAT : Tidak

dilakukan

f. Hasil pemeriksaan GPPH : Tidak

dilakukan.

II. INTERPRETASI DATA

A. DIAGNOSA

Balita usia 1 tahun dengan pneomoni

B. DATA SUBJEKTIF

Ibu mengatakan anaknya sesak sejak 2 hari ,

disertai batuk dan demam yang tidak turun

turun.

C. DATA OBJEKTIF

Keadaaan umum sedang, kesadaran compos

mentis, observasi TTV : N : 132 x/m, SB:

37,8˚C, RR : 62 x/m, pemeriksaan fisik kepala

57

: normal, dada : simetris tidak ada kelainan,

abdomen nomal, eksremitas : hangat tidak

oedema.

III. DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

a. Mandiri : KIE ibu tentang pneomoni

b. Kolaborasi : kolaborasi dengan dokter

c. Rujuk : tidak perlu

V. INTERFENSI

Hari/ tanggal: 16 Maret 2015

jam:11.15 wit

1) Lakukan pendekatan terapeutik

Rasional: pendekatan terapeutik dilakukan

dengan cara menyapa ibu dengan sopan,

bertatap muka dan melakukan pendekatan yamg

baik agar terjalin saling percaya.

2) Lakukan pemeriksaan observasi pada balita dan

pemeriksaan fisik balita

58

Rasional: pemeriksaan umum dan pemeriksaan

fisik balita dilakukan untuk mengetahui

keadaan balita dalam keadaan normal/ tidak.

3) Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan

Rasional : agar orang tua mengerti keadaan

anaknya.

4) Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk

pemberian therapy

Rasional : agar terapi yang diberikan sesuai

dengan diagnose penyakitnya.

5) Beri informant consent pada orang tua pasien

mengenai tindakan medis yang akan dilakukan.

Rasional : bukti tertulis dari kelurga

menyetujui tindakan medis yang akan

dilakukan.

6) Lakukan pemasangan infus KN 1B 500 Mg/12 jam

Rasional : infus diberikan untuk menjaga

kehilangan cairan

7) Lakukan pengambilan sampel darah.

59

Rasional : sampel darah dilakukan untuk

pemeriksaan keadaan umum

8) Lakukan pemasangan O2 nasal canul 1 LPM

Rasional: oksigen diberikan untuk

memfasilitasi O2 dalam tubuh

9) Beritahukan orang tua anak, agar anak dapat

istirahat agar sesaknya dapat berkurang

Rasional: istirahat yang cukup dapat

mengembalikan kondisi anak dapat pulih

kembali.

10) Anjurkan orang tua untuk tetap memberi

makan dan ASI tetap di lanjut.

Rasional : agar memenuhi kebutuhan nutrisi

anak.

11) Lakukan pendokumentasian

Rasional: digunakan sebagai bukti tertulis

tanggung jawab dan tanggung gugat.

VI. IMPLEMENTAS

Hari/tanggal: 16 maret 2015 jam :

11.30 wit

60

1) Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu atau

orang tua

2) Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan

pemeriksaan fisik balita. Menjelaskan hasil

pemeriksaan pada orang tua.

3) Melakukan kolaborasi dengan dr.Sp. A untuk

tindakan medis yang akan dilakukan, dari

pemberian infus, therapy injeksi, dan terapi

oral.

4) Melakukan informant consent pada orang tua

anak.

5) Melakukan pemasagan infus KN 1B 500 CC /12

Jam

6) Melakukan pengambilan sampel darah UL untuk

pemeriksaan HB, DL, DDR, GDS.

7) Melakukan pemberian O2 nasal ½ LPM

8) Memberitahukan orang tua pasien untuk

anaknya dapat istirahat yang cukup selama

beberapa hari sampai sesak berkurang dan

sampai kondisi pulih kembali.

61

9) Menganjurkan orang tua untuk memberikan

makanan dan ASI yang cukup.

10) Melakukan pendokumentasian

VII. EVALUASI

Hari/tanggal: 16 maret 2015 jam: 11.45

wit

1) Hasil pemeriksaan fisik dan tanda tanda vital

yaitu : N: 132 x/m SB : 37,8˚C RR: 62 x/m,

BB: 12 Kg, TB : 84 cm, LK : 47 cm, kepala

tidak ada kelainan, abdomen : normal,

ekstremitas : hangat tidak ada oedema.

2) Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan

3) Ibu mengerti dengan keadaan balitanya saat

ini

4) Tindakan kolaborasi telah dilakukan

5) Informant consen telah dilakukan dan orang

tua pasien menyetujui tindakan yang akan

dilakukan

6) Balita telah terpasang O2 Nasal, infus

62

7) Pasien sudah istirahat yang cukup

8) Orang tua mengatakan anaknya mau makan dan

minum ASI

9) Terapi sudah diberikan sesui instruksi dokter

10) Pendokumentasian telah selesai

dilakukan.

CATATAN PERKEMBANGAN HARI 0

TANGGAL: 16 maret 2015 JAM: 14.00

wit

RUANG: Antonius RSMM kabupaten Mimika

DATA DASAR

S : Ibu mengatakan anaknya sesak napas,

batuk dan panas

O : Keadaan umum lemah, kesadaran compos

mentis, N: 132x/m , SB : 37,8˚C, RR :

62x/m.BB : 12 Kg, TB : 84 cm, LK : 47

Cm, pemeriksaan fisik, kepala : tidak

ada kelainan, abdomen : normal,

ekstremitas hangat tidak oedema.

63

A. anak D usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

1. melakukan observasi tanda tanda vital

2. memberikan terapi berdasarkan konsultasi

dengan dokter

3. pemberian injeksi ceftriaxone 250 mg/IV ,

gentamisin 25 mg/IV , dexa 1 mg/iv

4. Pemberian obat oral pulurus batus 1

bungkus

5. Pemberian obat oral paracetamol 3x1

6. Memberitahu orang tua anaknya harus

istirahat yang cukup.

Tanggal : 16 maret 2015 jam :

20.00 wit

DATA DASAR

S.:

64

Ibu mengatakan anaknya masih sesak,

batuk dan masih demam dan

menangis terus

O:

1. Keadaan umum lemah, sesak (+), panas

(+)

2. Tanda- tanda vital :

Suhu : 37,9˚C

Nadi : 140x/m

Respirasi : 62 x/m

A: An. D Usia 1 tahun dengan pneomoni.

P:

1. Melakukan observasi lanjut N : 132 x/m,

SB : 37,7˚C, RR: 66 x/m

2. Memberikan therapy lanjut dengan

pemberian :

a. Pemberian injeksi dexametason 1 mg/iv

b. Pemberian obat oral pulurus batus 3x

1

65

c. Pemberian paracetamol 3x1

CATATAN PERKEMBANGAN HARI II

TEMPAT: RSMM Kabupaten Mimika Ruang Antonius

TANGGAL: 17 Maret 2015 JAM : 08.00 wit

S:

Orang tua mengatakan anaknya sesak

berkurang, batuk masih ada, masih panas

dan menangis terus

O:

1. Keadaan umum lemah, panas (+), sesak (+),

batuk (+)

2. Tanda tanda vital :

Suhu : 37,6˚C

Nadi : 132 x/m

Respirasi : 60 x/m

A: An D usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

66

1. Melakukan observasi lanjut N: 127x/m, SB:

37,6˚C, RR: 60x/m

2. Mengambil samapel darah untuk pemeriksaan

GDS, DDR

Hasil GDS: 129 g/dl DDR (-)

3. Mengganti infus KAEN 1B 1000 dl/24 jam

4. Pemberian injeksi ceftiaxon 250 mg/iv

5. Pemberian injeksi gentamisin 25 mg/iv

6. Pemberian injeksi dexa 1 mg/iv

7. Pemberian obat oral pulurus batus 1

bungkus dan paracetamol 3x1

8. Menganjurkan ibu / orang tua memperhatikan

makanan dan ASI yang diminum

Tanggal: 17 Maret 2015 jam: 14.00

wit

DATA DASAR

S:

67

Ibu mrngatakan anaknya sudah tidak panas tapi

sesak masih ada dan batuk masih ada.

O: keadaan umum sedang, sesak (+), panas (-),

batuk (+).

1. Suhu : 36,8˚C

2. Nadi : 127x/m

3. Respirasi : 60 x/m

A: An D, usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

1. Observasi TTV lanjut N : 130 x/m, SB : 36,6˚C,

RR: 60 x/m

2. Pemasangan O2 ½ Lpm

3. Pemberian terapi lanjut

a. Injeksi dexa 1 mg/ iv

b. Pemberian obat oral pulurus batus 1 bungkus

c. Pemberian paracetamol 3x1

Tanggal : 17 maret 2015 jam : 20.00 wit

68

DATA DASAR

S: Ibu mengatakan anaknya sudah tidak panas, sesak

berkurang, makan dan minum susu banyak

O: keadaan umum sedang, panas (-), batuk (+),

sesak berkurang.

1. Suhu : 37 ˚c

2. Nadi : 126 x/m

3. Respirasi : 52 x/m

A: An D usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

1. observasi lanjut SB : 36,6˚C, N: 127 x/m,

RR: 50 x/m

2. Pemberian terapi lanjut :

a. Pemberian injeksi ceftiaxon 250 mg/iv

b. Pemberian injeksi gentamisin 25 mg/iv

c. Pemberian injeksi dexa 1 mg/iv

d. Pemberian obat oral pulurus batus 1 bungkus

dan paracetamol 3x1

69

e. Meminta orang tua memperhatikan makan dan

minuman yang masuk.

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE III

TEMPAT: RSMM Ruang Antonius Kabupaten Mimika

TANGGAL: 18 Maret 2015 jam: 08.00 wit

S: ibu mengatakan anaknya sesak, batuk

berkurang, dan makan sudah mulai banyak, aanak

sudah dapat tertawa dan bermain.

O: keadaan umum sedang, batuk berkurang, panas

(-), sesak (-)

1. Suhu : 36,9˚C

2. Nadi : 140x/m

3. Respirasi : 42 x/m

A: An D usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

70

1. Melepas dan Mengganti pemasangan vemplon pada

tangan kanan karena mencegah terjadinya

infeksi

2. Observasi lanjut N : 136 x/m, SB : 36,9˚c,

R : 41 x/m

3. Instruksi dokter Sp.A Pelepasan cairan infus,

ivcath/ vemplon (+) terapi injeksi dan oral

lanjut.

4. Pemberian injeksi dexa 1 mg/iv

5. Pemberian terapi oral pulurus batus 1

bungkus, dan paracetamol 3x1

6. Menganjurkan pada orang tua Memantau makanan

dan minuman yang masuk pada anak.

Tanggal: 18 Maret 2015 jam: 14.00 wit

DATA DASAR

S:

ibu mengatakan anaknya sudah tidak sesak,

batuk berkurang anak sudah dapat tertawa dan

dapat bermain.menangis berkurang

71

O:

keadaan umum sedang, panas (-), batuk

berkurang, sesak berkurang. Aktif (+)

1. Suhu : 36,8˚c

2. Nadi : 140 x/m

3. Respirasi : 40 x/m

A: An. D usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

1. Observasi lanjut N: 136 x/m RR: 40 x/m, SB:

36,7˚C

2. Pemberian injeksi ceftiaxon 250 mg/iv

3. Pemberian injeksi gentamisin 25 mg/iv

4. Pemberian injeksi dexa 1 mg/iv

5. Pemberian obat oral pulurus batus 1 bungkus

dan paracetamol 3x1

6. Meminta orang tua memperhatikan makan dan

minuman yang masuk.

Tanggal: 18 Maret 2015 jam: 20.00

wit

72

DATA DASAR

S: Ibu mengatakan anaknya tidak panas, batuk

berkurang, dapat tidur tenang, tidak

menangis.

O: keadaan umum sedang, panas(-), batuk

berkurang, sesak berkurang sudah tidak

terdengar suara rhonki

1. Suhu: 37˚C

2. Nadi: 132 x/m

3. Respirasi : 40 x/m

A: An D Usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

1. Observasi lanjut N: 13O x/m, SB: 36,6˚C,

RR: 38x/m

2. Terapi injeksi dexa 1 mg/Iv

3. Terapi oral batus pulurus 1 bungkus, dan

paracetamol 3x1

73

DATA PERKEMBANGAN HARI IV

TEMPAT: RSMM bangsal Antonius kabupaten

Mimika

TANGGAL: 19 Maret 2015 jam: 08.00

wit

S:

ibu mengatakan anaknya aktif, mau makan

tidak panas batuk berkurang sesak berkurang

dan dapat tidur nyenyak

O:

kedaan anak sedang, panas (-), batuk

berkurang, sesak (-) tidak ada suara

rhonki.

1. Suhu : 36,7˚c

2. Nadi : 134 x/m

74

3. Respirasi : 38 x/m

A: An D Usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

1. Perawatan infus

2. observasi lanjut N: 133 x/m SB : 36,7˚C,

RR: 38x/m

3. Instruksi dari dokter Sp. A melepas O2

Karena tidak sesak dan menghentikan terapi

oral paracetamol. Besok tanggal 20 maret

2015 jika keadaan membaik dapat

dipulangkan.

4. Pemberian injeksi ceftiaxon 250 mg/iv

5. Pemberian injeksi gentamisin 25 mg/iv

6. Pemberian injeksi dexa 1 mg/iv

7. Pemberian obat oral pulurus batus 1

bungkus.

Tanggal: 19 Maret 2015 jam: 14.00 wit

75

DATA DASAR

S: Ibu mengatakan anaknya tidur pulas dari

jam 13.00, tidak panas, tidak batuk, sesak

berkurang.

O: keadaan umum baik, panas (-), sesak (-),

batuk berkurang

1. Suhu : 36,7˚C

2. Nadi : 136 x/m

3. Respirasi : 34 x/m

A: An. D usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

1. Observasi lanajut N: 142 x/m, SB : 36,8˚C,

RR: 40 x/m

2. injeksi dexa 1 mg/IV

3. Pemberian obat pulurus batus 1 bungkus

76

Tanggal: 19 Maret 2015 jam:

20.00 wit

DATA DASAR

S: Ibu mengatakan anaknya tidak panas,

batuk berkurang, dapat tidur tenang,

tidak menangis.

O: keadaan umum sedang, panas (-), batuk

berkurang, sesak berkurang sudah tidak

terdengar suara rhonki

1. Suhu : 36,7˚C

2. Nadi : 132 x/m

3. Respirasi : 44 x/m

A: An D Usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

1. Observasi lanjut N: 13O x/m, SB:

36,7˚C, RR: 39x/m

2. Terapi injeksi dexa 1 mg/Iv

3. Terapi oral batus pulurus 1 bungkus.

77

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE V

TEMPAT: RSMM Kabupaten Mimika Ruang Antonius

TANGGAL: 20 maret 2015 jam : 08.00 wit

S: ibu mengatakan anaknya sudah sudah sehat,

tidak panas dan tidak sesak batuk juga

sudah berkurang.

O: keadaan umum baik, panas (-), sesak (-),

batuk masih ada

1. Suhu: 36,7˚c

2. Nadi 127 x/m

78

3. Pernapasan 42 x/m

A: An D Usia 1 tahun dengan pneomoni

P:

1. Observasi lanjut N: 142 x/m, R: 42 x/m

SB: 36,8˚C

2. Instruksi Dari Dokter Sp.A Pasien dapat

dipulangkan, menghentikan terapi injeksi

terapy oral lanjut sampai dirumah , aff

vemplon. Dokter memberikan resep terapy

oral yang akan di bawa pulang.

3. Melepas vemlon, pemberian terapy oral

pulurus batus 1 bungkus.

4. Menjelaskan pada orang tua untuk

memperhatikan anaknya lingkungan bermain

yang dapat memacu terjadinya penyakit

pneomoni.

79

BAB IV

PEMBAHASAN

80

Pada pembahasan akan dijelaskan tentang

kesenjangan antara teori dan praktik yang dilakukan di

RSMM Kabupaten Mimika pada pembahasan akan dijelaskan

kesenjangan tersebut menurut manajemen kebidanan varney

yang meliputi 7 langkah.

Pembahasan ini diambil bermaksud untuk diambil

suatu pemecahan masalah dan kesenjangan- kesenjangan

yang terjadi sehingga dapat ditindak lanjuti dalam

penerapan asuhan kebidanan yang meliputi:

a. Pengkajian

Pada kasus ini data yang didapatkan An D umur

1 Tahun, agama Kristen protestan , suku

Amungme, alamat Kuala Kencana RT. 04 no. 14,

Riwayat kesehatan sekarang anak panas, sesak

dan disertai batuk sejak tanggal 14 maret 2015

riwayat obstetric yang lalu, ibu mengatakan

rutin periksa di RSMM, bersalin dirumah dan

ditolong oleh keluarga, pada langkah ini tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktek.

81

b. Interpretasi data dasar

Berasarkan pengkajian yang dilakukan,

diagnose yang diidentifikasi adalah An, D Umur

1 tahun dengan pneomoni, didapatkan masalah

anak panas, batuk, sesak dan terdengar suara

ronki dan cuping hidung, dan pada langkah ini

tidak di temukan kesenjangan antara teori dan

praktek

c. Identifikasi masalah segera