Upload
twa
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan secara optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan
perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata di seluruh wilayah
Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2010).
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2002 dan
2003 di Indonesia memperlihatkan penyakit ISPA
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
bayi dan anak balita. Survei tahun 2003 menunjukkan
bahwa 25,7% penduduk menderita ISPA dengan
2
penyebaran 42,4% pada anak di bawah 1 tahun, 40,6%
pada usia 1- 4 tahun dan 32,5% pada anak berumur 5 -
14 tahun. Penyebab kematian bayi tersebut
setengahnya terkait dengan kesehatan ibu hamil,
proses kelahiran bayi, dan kekebalan tubuh terhadap
serangan penyakit yang merupakan salah satu modal
utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal,
tetapi di beberapa daerah masih ada kasus kecacatan
dan penyakit yang disebabkan oleh imunisasi yang
belum lengkap atau sama sekali tidak mendapat
imunisasi sejak lahir, karena akses kesehatan masih
belum terjangkau karena kondisi wilayah atau daerah
setempat (DepKes RI 2006).
Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah
tertinggi di Negara ASEAN. Penyebab angka kesakitan
dan kematian anak terbanyak saat ini diakibatkan
oleh pneumonia. Untuk itu petugas kesehatan berupaya
peningkatkan pengetahuan dan kemampuanya untuk
menanggulangi berbagai masalah, termasuk pneumonia.
3
Pneomonia merupakan salah satu penyebab dari 4
juta kematian pada balita di Negara berkembang,
khususnya pada bayi. Kejadian pneumonia pada bayi
dan balita di Indonesia diperkirakan antara 10-20%
per tahun. Program pemberantasan penyakit ISPA yang
telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu
menetapkan angka 10% balita sebagai target penemuan
penderita pneumonia balita pada suatu wilayah kerja.
Secara teoritis di perkirakan bahwa 10 % dari
pneumonia akan meninggal bila tidak diberi
pengobatan. Perkiraan angka kematian pneumonia
secara nasional adalah 6 per 1000 balita atau
150.000 balita per tahun.
Menurut WHO, kriteria untuk menentukan bahwa
kematian pneumonia pada balita masih merupakan
masalah di suatu wilayah//Negara, adalah apabila
angka kematian bayi berada diatas 40/1000 balita,
atau proporsi kematian akibat pneumonia pada balita
diatas 20% pneumonia masih menjadi masalah di
Indonesai, karena angka kematian balita adalah
4
46/1000 kelahiran hidup dan angka kematian pneumonia
balita diperkirakan sekitar 6/1000 balita.
Kematian akibat ISPA pada anak, khususnya balita
terutama disebabkan oleh pneumonia. Di Indonesia,
angka kejadian pneumonia pada balita adalah sekitar
10-20% per tahun. Angka kematian pneumonia pada
balita di Indonesia 6 per 1000 balita. Ini berarti
dari setiap 1000 balita setaip tahun ada 6 orang
diantaranya meninggal akibat pneumonia.
Jika dihitung jumlah balita yang meninggal akibat
pneumonia di Indonesia dapat mencapai 150.000 orang
per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 orang
perjam, atau setiap balita per menit. Usia yang
rawan adalah usia bayi di bawah satu tahun karena
sekitar 60-80% kematian pneumonia terjadi pada bayi.
Menurut survey kesehatan rumah tangga 1995, proporsi
kematian ISPA (terutama pneomonia) pada bayi adalah
29,5 %. Artinya dari setaip 100 orang bayi yang
meninggal, sekitar 30 orang bayi yang meninggal
karena ISPA terutama pneumonia. Survey ini juga
5
mengungkapkan bahwa penyebab kematian terbesar pada
bayi adalah ISPA.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diangkat yaitu untuk mengetahui
“Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan
Pneomoni Di Rumah Sakit Mitra Masyarakat Kabupaten
Mimika Di Ruang Antonius“.
1.2.1 Bagaimana maemahami asuhan kebidanan dasar
balita dengan pneomini?
1.2.2 Bagaimana melakukan pengkajian kebidanan pada
balita dengan pneomini?
1.2.3 Bagaimana merumuskan diagnose kebidanan pada
balita denagn pneomini?
1.2.4 Bagaimana menentukan intervensi pada balita
dengan pneomoni?
1.2.5 Bagaimana melakukan implementasi pada balita
dengan pneomoni ?
1.2.6 Bagaimana melakukan evaluasi pada balita
dengan pneomoni ?
6
1.2.7 Bagaimana cara pendoukementasian semua
tindakan asuhan kebianan pada balita dengan
pneomini ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu mempelajari, memahami dan
menerapkan asuhan kebidanan pada balita sakit
dengan pneomoni.
1.3.2 tujuan khusus
1.3.2.1 mampu memahami asuhan kebidanan dasar
baita dengan pneomoni.
1.3.2.2 Mampu melakukan pengkajian kebidanan
pada balita dengan pneomoni.
1.3.2.3 Mampu merumuskan diagnose kebidanan pada
balita dengan pneomoni.
1.3.2.4 Mampu menentukan intervensi pada balita
dengan pneomoni.
1.3.2.5 Mampu melakukan implementasi pada balita
dengan pneomoni.
7
1.3.2.6 Mampu melakukan evaluasi pada balita
dengan pneomoni.
1.3.2.7 Mampu mendokumentasikan semua tindakan
asuhan kebidanan pada balita dengan
pneomini.
1.4 MANFAAT PENULISAN
1.4.1 Bagi diri sendiri.
1.4.1.1 Untuk mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari pendidiikan dan
memperoleh pengalaman nyata dalam
melaksanankan penelitian.
1.4.1.2 Mengembangkan pola piker penulis
dalam meenerapkan teori dengan praktik
I lahan, khususnya penanganan pneomoni.
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan
1.4.2.1 Sebagai sumber kepustakan bagi
mahasiswa
1.4.2.2 Sebagaia tolak ukur dalam
keberhasilan proses belajar mengajar.
8
1.4.2.3 Masukan bagi institus pendidikan
tentang permasalahan yang timbul dan
penanganan pneomoni.
1.4.3 Bagi rumah sakit
Mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dan penanganan pneomoni.
1.4.4 bagi pasien
mampu meningkatkan derajat kesehatan yang
lebih optimal dan mempercepat penyembuhan
tanpa menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
1.4.5 bagi masyarakat
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai penyaki pneomoni sehingga masyarakat
mampu dan mengerti cara pencegahan penyakit
pneomoni.
1.4.6 Bagi peneliti lain
Untuk wacana dan ilmu pengetahuan peneliti
lain tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan penomoni.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI BALITA
2.1.1 Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak
usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan
pengertian usia anak di bawah lima
tahun (Muaris.H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan
10
Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum
bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang
air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan
sudah bertambah baik.
Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa
balita merupakan periode penting dalam proses
tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di
periode selanjutnya.
Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan
masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
terulang, karena itu sering disebut golden age
atau masa keemasan.
11
1. Karakteristik Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam
dua kategori yaitu anak usia 1-3 tahun (batita)
dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia
1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak
menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya.
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa
usia pra-sekolah sehingga diperlukan
jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut
yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan
yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih
kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh
karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering Pada usia pra-
sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka
sudah dapat memilih makanan yang disukainya.
Pada usia ini anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga
anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku.
Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
12
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak”
terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan
anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari
aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun
penolakan terhadap makanan. Diperkirakan
pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak
mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan
dengan anak laki-laki.
2. Tumbuh Kembang Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-
beda, namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola
yang sama, yakni:
a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas
menuju bagian
bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai
dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan
13
berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan
belajar menggunakan kakinya.
b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah
luar. Contohnya adalah anak akan lebih dulu
menguasai penggunaan telapak tangan untuk
menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda
dengan jemarinya.
c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak
belajar mengeksplorasi keterampilan-
keterampilan lain. Seperti melempar, menendang,
berlari dan lain-lain.
Menurut Soetjiningsih (2005) walaupun terdapat
variasi yang besar, akan tetapi setiap anak akan
melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-
tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut
:
Masa prenatal atau masa intrauterin (masa janin
dalam kandungan )
14
1) Masa mudigah/embrio : konsepsi sampai 8
minggu2) Masa janin/fetus : 9 minggu sampai
lahir. Masa bayi : usia 0 sampai 1 tahun
2) Masa neonatal : usia 0 sampai 28 hari yang
terdiri dari masa neonatal dini yaitu 0-7
hari dan masa neonatal lanjut yaitu 8-28
hari2) Masa pasca neonatal : 29 hari sampai
1 tahun. Masa prasekolah (usia 1 sampai 6
tahun).
Klasifikasi umur balita menurut Murwani (2009)
yaitu:
a. Masa prenatal yang terdiri dari dua
periode yaitu masa embrio dan masa fetus
(usia 0-9 bulan)
b. Masa neonatal (0-28 hari)
c. Masa bayi (29 hari-1 tahun)
d. Masa batita (1-3 tahun), Masa balita (3-5
tahun).
15
3.1 PNEOMONI
3.1.1 PENGERTIAN PNEUMONIA
Pneomonia adalah penakit yang menyerang paru-
paru dan ditandai dengan batuk dan kesukaran
bernapas. Balita yang terserang pneumonia dan
tidak segera diobati dengan tepat sangat mudah
meninggal.
Pneumonia adalah suatu inflamasi pada
parenkim paru, pada umumnya pneumonia pada anak
16
digambarkan sebagai bronco pneomoni yang mana
merupakan suatu kombinasi dari penyebaran
pneumonia lobular(adanya infiltratpada sebagian
area pada kedua lapangan/ bidang paru dan sekitar
bronki).
Pneumonia adalah suatu inflamasi pada
parynchema paru, pada umumnya pneumonia pada masa
anak digambarkan sebagai broncho pneomoni, yang
mana merupakan suatu kombinasi dan penyebaran
pneumonia.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru paru (alveoli) biasanya
disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang
ditandai oleh gejalaklinis batuk, demam tinggi dan
disertai adanya napas cepat ataupun tarikan
dinding dada bagianbawah ke dalam. Dalam
pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA)
semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun
bronchopneumonia disebut pneumonia (Depkes RI,
2002).
17
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek
disertai napas sesak atau napas cepat. Napas sesak
ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke
dalam, sedangkan napas cepat diketahui dengan
menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk
balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan
napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit,
balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan
napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur
kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kaliatau
lebih per menit (Depkes, 1991).
3.1.2 KLASIFIKASI PNEOMONIA
Berdasarkan Umur
1. Kelompok umur < 2 bulan
a) Pneumonia berat Bila disertai dengan tanda-
tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika
sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa
kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun,
stridor pada anak yang tenang, mengi, demam
18
(38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah
(di bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali
atau lebih per menit, penarikan dinding dada
berat, sianosis sentral (pada lidah),
serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen
tegang.
b) Bukan pneumonia Jika anak bernapas dengan
frekuensi kurang dari 60 kali permenit dan
tidak terdapat tanda pneumoniaseperti diatas
2. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun
a) Pneumonia sangat berat Batuk atau kesulitan
bernapas yang disertai dengan sianosis
sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan
dinding dada, anak kejang dan sulit
dibangunkan.
b) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan
dinding dada,tetapi tidak disertai sianosis
sentral dan dapat minum.
19
c) Pneumonia Batuk atau kesulitan bernapas dan
pernapasan cepat tanpa penarikan dinding
dada.
d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) Batuk
atau kesulitan bernapas tanpa
pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.
e) Pneumonia persisten Balita dengan diagnosis
pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati
selama10-14 hari dengan dosis antibiotik yang
kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya
terdapat penarikan dinding dada, frekuensi
pernapasan yang tinggi, dan demam ringan
(WHO, 2003)
Sebagai anatomi, pneumonia dapat dikenal sebagai
berikut :
1. Pneumonia lobaris, dimana yang terserang adalah
seluruh atau segmen yang besar dari satu atau
lebih lobus pulmonary. Apabila kedua paru yang
terkena maka hal ini sering disebut sebagai
20
bilateral atau “ double” pneumonia (pneumonia
lobular).
2. Broncho pneumonia yang dimulai pada terminal
bronchiolus menjadi tersumbat dengan eksudat muco
purulent sampai membentuk gabungan pada daerah
dekat lobules.
3. Interstitial pneumonia yang mana adanya suatu
proses inflamasi yang lebih atau hanya terbatas
dari dinding alveolar (intersitium) dan
peribonchial dan jaringan inter lobular.
3.1.3 Penyebab Pneumonia
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat
umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma
(bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan
protozoa.
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang
siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.
Sebenarnya bakteri penyebab pneumoniayang
paling umum adalah Streptococcus pneumonia
21
sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua
atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak
diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang
terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,
berkeringat, napas terengah-engahdan denyut
jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia
diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun
virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran
pernapasan bagian atas, pada balita gangguan
ini bisa memicu pneumonia Tetapi pada umumnya
sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat
dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila
infeksi terjadi bersamaan dengan virus
influenza, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008).
22
3. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil dialam bebas
yang menyebabkan penyakit pada manusia.
Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai
virus maupun bakteri, meski memiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang
dihasilkan biasanya berderajat ringan dan
tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala
jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria
remaja dan usia muda. Angka kematian sangat
rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati
(Misnadiarly, 2008).
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa
sering disebut pneumonia pneumosistis. Termasuk
golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia(PCP). Pneumonia pneumosistis sering
ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan
penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu
sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat
23
dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan
jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru
atau spesimen yang berasal dari paru
(Djojodibroto, 2009).
3.1.4 PATHOGENESIS PNEUMONIA
Pneumonia masuk kedalam paru melalui jalan
pernapasan secara percikan atau secara droplet.
Proses radang pneumonia dibagi menjadi empat
stadium.
1. Stadium I, kongesti
Kapiler melebar dan kongesti didalam
alveolus terdapat eksudt jernih.
2. Stadium II, hepatisasi merah
Lobus dan lobules yang terkena lebih padat
dan tidak mengandung udara, warna menjadi
merah, pada perabaan seperi hepar, didalam
alveolus terdapat fibrin.
24
3. Stadium III, hepatisasi kelabu
Lobus masih padat dan erwarna merah
menjadi kelabu/ pucat, permukaan pleura
suram karena diliputi oleh fibris dan
leucocyt, tempat terjadi pagositosis
pneumococcus dan kapiler tidak lagi
kongesti.
4. Stadium IV, Resolusi
Eksudat berkurang, didalam alveolus
macrofag bertambah dan leococyt necrosis
serta degenerasi lemak fibri kemudian
diekskresi dan menghilang.
3.1.5 GAMBARAN KLINIS PNEOMONIA
Manifestasi klinis dari pneumonia sangat
besar variasinya tergantung pada agent
etiologi, umur anak, reaksi sistemik anak
terhadap infeksi, perluasan lesi, tingkat
25
obstruksi pada bronchial dan bronchioler. Agen
etiologi sebagian besar diidentifikasi dari:
riwayat klinik, umur anak, riwayat kesehtan
secara umum, pemeriksaan fisik, adiografi dan
pemeriksaan laboratorium.
a. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya
didahului dengan infeksi saluran napas
atas akut selama beberapa hari. Selain
didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat
celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk
dengan dahak kental, terkadang dapat
berwarna kuning hingga hijau. Pada
sebagian penderita juga ditemui gejala
lain seperti nyeri perut, kurang nafsu
makan, dan sakit kepala (Misnadiarly,
2008).
b. Tanda
26
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda
penyakit pneumoniapada balita antara
lain :
1) Batuk nonproduktif
2) Ingus (nasal discharge)
3) Suara napas lemah
4) Penggunaan otot bantu napas
5) Demam
6) Cyanosis (kebiru-biruan)
7) Thoraxphoto menujukkan infiltrasi
melebar
8) Sakit kepala
9) Kekakuan dan nyeri otot
10) Sesak napas
11) Menggigil
12) Berkeringat
13) Lelah
14) Terkadang kulit menjadi lembab
15) Mual dan muntah
27
Pneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas dengan tanda-tanda:
1. Suhu meningkat mendadak 39-40 ˚C, kadang kadang
disertai kejang karena demam yang tinggi.
2. Anak gelisah, dyspnoe, pernapasan cepat dan
dangkal disertai cuping hidung dan sianosis
sekitar mulut dan hidung kdang-kadang disertai
muntah dan diare.
3. Batuk setelah beberapa hari sakit, mula mula
batuk kering kemudia batuk produktif.
4. Anak lebih senang tiduran pada sebelah dada
yang terinfeksi.
5. Pada auskultasi terdengar ronchi basah nyaring
halus dan sedang.
3.1.6 FAKTOR RESIKO PNEOMONIA
Factor resiko pneumonia telah diindentifikasi
secara rinc yaitu faktor yang meningkatkan
terjadinya morbiditas pneumonia dan factor yang
28
meningkatkan terjadinya kematian (mortalitas )
pada pneumonia.
1. Factor resiko yang meningkatkan insiden
pneumonia
a. Umur < 2 bulan
b. Laki laki
c. Gizi buruk
d. Berat badan lahir rendah
e. Tidak mendapat ASI yang memadai
f. Polusi udara
g. Kepadatan tempat tinggal
h. Membedong anak menyelimuti berlebihan
i. Defisiensi vitamin A
2. Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian
pneumonia
a. Umur < 2 bulan
b. Tingkat social ekonomi rendah
c. Gizi buruk
d. Beratbadan lahir rendah
e. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
29
f. Tingkat jangkauan pelyanan kesehatan yang
rendah
g. Kepadatan tempat tinggal
h. Imunisasi yang tidak memadai
i. Menderita penyakit kronis
3.1.7 PEMERIKSAAN PNEOMONIA
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan
terhadap penyakit pneumonia antara lain:
3.1.7.1 Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea
dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri
dada pada waktu menarik napas. Batasan
takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun
adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu
diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke
dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia
30
berat, tarikan dinding dada kedalam akan
tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati
mungkin membesar, fremitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi
mungkin mengalami peningkatan atau
tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan
dengan cara mendekatkan telinga ke hidung /
mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara napas
berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit,
dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni,
31
kadang terdengar bising gesek pleura
(Mansjoer,2000).
3.1.7.2 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan rontgen
Pada pemeriksaan rontgen, penyakit
broncho pneumonia menunjukkan gambaran adanya
bercak-bercak infiltrate pada satu atau
beberapa lobus, dapat juga menunjukkan adanya
komplikasi seperti pleuritis, atelectasis,
abses paru, pneo thorax dll.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
gambaran darah leukositosis dan kuman
penyebabnya dapa dibiakkan dan usapan
tenggorokan dan darah.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah :
Pemeriksaan laboraturium
a) Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3
b) Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.
32
c) LED meningkat
X-foto dada Terdapat bercak – bercak
infiltrate yang tersebar (bronco
pneumonia) atau yang meliputi
satu/sebagian besar lobus/lobule
(Mansjoer,2000).
3.1.8 CARA PENULARAN PENYAKIT PNEUMONIA
Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam
penyakit menular yang ditularkan melalui udara.
Sumber penularan adalah penderita pneumonia
yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk
atau bersin dalam bentuk droplet.
Inhalasimerupakan cara terpenting masuknya
kuman penyebab pneumonia kedalam saluran
pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di
samping itu terdapat juga cara penularan
langsungyaitu melalui percikan droplet yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin
33
dan berbicara kepada orang di sekitar
penderita, transmisi langsung dapat juga
melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda
yang telah terkena sekresi saluran pernapasan
penderita (Azwar, 2002).
3.1.9 FAKTOR RISIKO PENYEBAB TERJADINYA PNEUMONIA
Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan
terjadinya pneumonia pada balita (Depkes,
2004), diantaranya :
1. Faktor risiko yang terjadi pada balita Salah
satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya
pneumonia dan berat ringannya penyakit adalah
daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya :
a) Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat
penting bagi timbulya pneumonia. Tingkat
pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik
34
seseorang sangat dipengaruhi adanya
persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan
zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan
beratnya infeksi suatu penyakit seperti
pneumonia (Dailure, 2000).
b) Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan,
keadaan ini dapat dijumpai pada balita umur
5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita
terhindar dari penyakit. Dikarenakan
kekebalan bawaan hanya bersifat sementara,
maka diperlukan imunisasi untuk tetap
mempertahankan kekebalan yang ada pada balita
(Depkes RI, 2004). Salah satu strategi
pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan
kematian akibat pneumoniaadalah dengan
pemberian imunisasi. Melalui imunisasi
diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian penyakit yang dapapat dicegah
dengan imunisasi.
35
c) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia
4 bulan selain sebagai bahan makanan bayi
juga berfungsi sebagai pelindung dari
penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah
pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat
pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu
faktor risiko yang dapat meningkatkan
kejadian pneumonia pada balita (Dailure,
2000).
d) Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia. Risiko
untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak
umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih
tua, hal ini dikarenakan status kerentanan
anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan
lumensaluran napas yang masih sempit
(Daulaire, 2000).
36
e) Faktor Lingkungan
Lingkungan khususnya perumahan sangat
berpengaruh pada peningkatan resiko
terjadinya Pneumonia. Perumahan yang padat
dan sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana
air bersih menyebabkan balita sering
berhubungan dengan berbagai kuman penyakit
menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman
yang berasal dari tempat yang kotor tersebut
(Depkes RI, 2004), yang berpengaruh
diantaranya :
f) Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara
ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari
ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi
adalah jendela dan penghawaan dengan
persyaratan minimal 10% dari luas lantai.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya
kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi
37
merupakan media untuk berkembangnya bakteri
terutama bakteri patogen (Semedi, 2001).
g) Polusi Udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam
rumah umumnya disebabkan oleh polusi di dalam
dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan
faktor risiko terhadap kejadian pneumonia
pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga
dapat disebabkan oleh karena asap rokok,
kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga
akibat pembakaran yang tidak sempurna dari
kendaraan bermotor (Lubis, 1989).
3.1.10 PENANGANAN PENYAKIT PNEOMONI
Menurut Mansjoer (2000) Penanganan pneumonia
berdasarkan klasifikasi pneumonia :
3.1.10.1 Pneumonia berat atau pneumonia sangat
berat harus dirawat di RS dan diberi
antibiotik.
38
3.1.10.2 Pneumonia tidak perlu dirawat dirumah
sakit
3.1.10.3 Batuk bukan pneumonia tidak perlu
dirawat tidak perlu antibiaotik.
Menurut Mansjoer (2000), Apabila anak
diklasifikasikan menderita pneumonia berat atau
penyakit sangat berat di puskesmas / balai
pengobatan, maka anak perlu dirujuk segera
setelah diberi dosis pertama antibiotik yang
sesuai. Dosis pertama antibiotika yang dimaksud
adalah klorampenikol yan diberikan secara
intramuscular dengan dosis 40 mg/kg BB.
Jika anak diklasifikasikan menderita pneumonia,
maka tindakan berikut ini diperlukan :
1. Pemberian antibiotik yang sesuai selama 5
hari.
2. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang
aman.
3. Berikan nasihat kepada orang tua kapan harus
segera kembali.
39
4. Melakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.
Sedangkan untuk anak dengan pneumonia yang
dirawat di rumah sakit, diperlukan rencana
perawatan yang sesuai dengan masalahanya, yaitu
:
1. Efektivitas pola napas, rencana perawatan
yang diperlukan adalah :
a. Berikan oksigen yang dilembabkan sesuai
takikardi.
b. Lakukan fisioterapi dada : kerjakan sesuai
jadwal.
c. Observasi tanda vital
d. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai
advis.
e. Periksa dan catat hasil x-ray dada dan
jumlah sel darah putih sesuai indikasi.
f. Lakukan suction bila perlu.
g. Kaji dan catat pengetahuan serta
partisipasi keluarga dalam perawatan,
40
misalnya, pemberian obat serta pengenalan
tanda dan gejala inefektivitas pola napas.
h. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2. Devisit volume cairan, intervensi yang
diperlukan adalah :
a. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.
b. Catat secara akurat intake dan output.
c. Kaji dan catat tanda vital serta gejala
kekurangan cairan.
d. Periksa dan catat BJ urine tiap 4 jam atau
sesuai advis.
e. Lakukan perawatan mulut sesuai dengan
kebutuhan.
f. Kaji dan catat pengetahuan serta
partisipasi keluarga dalam monitoring
intake dan output serta dalam mengenali
tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
g. Ciptakan situasi yang nyaman.
41
3.1.11 PENCEGAHAN PENYAKIT PNEUMONIA
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi
aktif dari masyarakat atau keluarga terutama
ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat
dipengaruhi oleh kebersihan di dalam dan di
luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan
untuk menghindari terjadinya penyakit pneumonia
pada balita. Berikut adalah upaya untuk
mencegah terjadinya penyakit pneumonia :
1. Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan
lahir rendah, perlu gizi ibu selama kehamilan
dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup
bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam
kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal
yang memungkinkan terkenanya infeksi selama
kehamilan.
2. Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita
yang disebabkan karena malnutrisi, sebaiknya
42
dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi
neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI
terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi
serta mengandung faktor-faktor antibodi
sehingga dapat memberikan perlindungan dan
ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri.
Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI
secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding
balita yang tidak mendapatkannya.
3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak Untuk
mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan
pemberian imunisasi yang memadai, yaitu
imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan,
imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3
bulan dan 4 bulan.
4. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila
terserang batuk. Balita yang menderita batuk
harus segera diberi pengobatan yang sesuai
untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek
43
biasa menjadi batuk yang disertai pengan napas
cepat/sesak napas.
5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar
kadar debu dan asap diturunkan dengan cara
mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa
balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi
yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan
tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin,
perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai
faktor yang memberi kecenderungan untuk terkena
penyakit pneumonia.
6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit
terutama penyakit pada saluran pernapasan,
karena itu jauhkanlah balita dari orang yang
terserang penyakit batuk. Udara napas seperti
batuk dan bersin bersin dapat menularkan
pneumonia pada orang lain. Karena bentuk
penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi
44
akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah
akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran
napas yang berat. Semua anak yang sehat
sesekali akan menderita salesma (radang selaput
lendir pada hidung), tetapi sebagian besar
mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.
4.1 MANAJEMEN VARNEY
4.1.1 Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian manejemen kebidanan.
Manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan teori ilmiah, penemuan keterampilan
dalam rangakaian atau tahapan yang logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus
pada klien.
45
Manajemen kebidanan menurut Varney
terdiri dari 7 langkah yaitu, pengkajian,
interpretasi data, diagnose potensial,
antisipasi, penyusunan rencana, pelaksanaan
rencana asuhan secara efisien dan aman
kemudian evaluasi (Varney, 2004).
2. Proses manajemen kebidanan menurut Varney
Menurut Varney (2004), proses manajemen
kebidanan terdiri dari :
a. Pengkajian Data
Dalam tahap ini data/fakta yang
dikumpulkan adalah data obyektif dan
data subyektif dari pasien atau keluarga
(Wildan & Hidayat, 2008).
b. Interpretasi Data
Langkah ini dilakukan dengan
mengidentifikasi data secara benar
terhadap diagnosis atau masalah
kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis
yang spesifik dapat ditemukan
46
berdasarakan interpretasi yang benar
terhadap data dasar. Selain itu sudah
terpikirkan perencanaan yang dibutuhkan
terhadap masalah (Wildan & Hidayat,
2008).
c.Diagnosa Masalah Potensial.
angkah ini dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial yang lain berdasarkan beberapa
masalah dan diagnose yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi yang cukup dan apabila
memungkinkan dilakukan proses pencegahan
atau dalam kondisi tertentu pasien
membutuhkan tindakan segera (Wildan &
Hidayat, 2008).
d.Identifikasi Kebutuhan Segera.
Tahap ini dilakukan oleh bidan
denngan melakukan identifikasi dan
melakukan beberapa kebutuhan setelah
47
diagnosis dan masalah ditegakkan.
Keegiatan bidan dalam tahap ini adalah
konsultasi, kolaborasi atau melakukan
rujukan (WWildan & Hidayat, 2008).
Antisipasi muncul jika diagnosa
potensial muncul kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan segera
(WHO,2003).
Langkah yang perlu dilaksanakan,
antara lain :
1. Pemberian cairan tergantung
keadaaan pasien.
2. Pemberian makanan.
3. Pemberian terapi secara mandiri
untuk obat demam dan batuk.
e. Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan yang
mencakup tujuan dan langkah-langkah yang
dilakukan bidan dalam melakukan
intervensi dalam rangka memecahkan
48
masalah termasuk rencana evaluasi
(Wildan & Hidayat, 2008).
f. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan rencana asuhan
kebidanan, bidan harus bertindak sesuai
rencana yang sudah ditentukan.
Pencatatan dalam pelaksanaan juga
termasuk penanganan kasus-kasus yang
memerlukan tindakan di luar wewenang
bidan sehingga perlu dilakukan kegiatan
kolaborasi dan rujukan. Selain itu,
pengawasan dan monitor kemajuan
kesehatan pasien juga perlu dicatat
(Wildan & Hidayat, 2008).
a. Evaluasi
Dalam evaluasi kegiatan yang perlu
dilaksanakan adalah mencatat proses
manajemn kebidanan. Evaluasi diperoleh
dari tindakan pengukuran antara
keberhasilan dan rencana. Evaluasi juga
49
dilakuakan dengan membandingkan
keberhasilan dengan langkah-langkah
manajemn lainnya. Hasil evaluasi dapat
dijadikan identifikasi/analisis masalah
selanjutnya bila diperlukan (Wildan &
Hidayat, 2008).
50
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG PADA BALITA 1 TAHUN
DENGAN PNEOMONI
DI RSMM RUANG ANTONIUS KABUPATEN MIMIKA
Hari : Senin
Tanggal : 16 maret 2015
Pengkaji : NUR FAIDAH AMELIA
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1) IDENTITAS
51
a. Anak
Nama : An. D
Umur : 1 Thn 6 bulan
Agama : Kristen protestan
Suku/bangsa : Amungme / indonesia
Alamat : jln. Cendrawasih kuala
kencana
b. Orang tua
Nama ibu: Ny. M nama ayah : Tn.
J
Umur : 42 Thn umur : 48 Th
Agama : Kristen P. agama
: Kristen P
Suku/bangsa: Amungme suku/bangsa
: Amungme
Pendidikan : SMP pendidikan
: SI
Pekerjaan : IRT pekejaan
:
52
2) Alasan kunjungan :
Ibu mengatakan anaknya sesak sejak 2 hari
yang lalu disertai dengan panas.
3) riwayat obstetric
a. pre natal
pemeriksaan kehamilan : 9 kali, di
RSMM
penyakit penyerta kehamilan : Tidak ada
b. natal
tempat persalinan : di rumah
penolong : keluarga
komplikasi : tidak ada
jenis persalinan : normal
c. neonatal
kondisi bayi waktu lahir : langsung
menagis
berat badan : tidak tahu
panjang badan : tidak tahu
4) riwayat kesehatan
a. riwayat kesehatan sekarang
53
diabetes militus, hepatitis, HIV/AIDS,
kejiwaan, malaria, asma.
b. riwayat kesehatan yang lalu
diabetes militus, hepatitis, HIV/AIDS,
kejiwaan, malaria, asma, pernah opname?
Pernah/tidak pernah
c. riwayat kesehatan keluarga
dabetes militus, hepatitis, HIV/AIDS,
kejiwaan, malaria, asma
5) pola kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi a. makan
fekuensi : 3 x
sehari
buah : ya
b. minum : 8 gelas/
hari
c. makanan kesukaan :
tidak ada
d. keluhan : tidak
54
ada
Pola istirahat a. tidur siang : 1-2
jam
b. tidur malam: 8-10
jam
c. keluhan : tidak
ada
Pola eliminasi a. BAK
Frekuensi: 4-6
x/hari
Warna : jernih
Bau : khas amoniak
Keluhan : tidak
ada
b. BAB
Frekuensi : 1
x/hari
Warna : kuning
Konsistensi :
55
lunak
Bau: khas
Keluhan: tidak ada
Pola hygiene a. Mandi : 2x/ hari
b. Gosok gigi: tidak
gosok gigi
c. Keramas: 2x/
minggu
d. Ganti baju:
2x/hari
B. DATA OBJEKTIF
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
BB Sekarang : 12 kg
PB : 84 cm
LK : 47 cm
2) Pemeriksaan tumbuh kembang
a. Hasil pemeriksaan KPSP : tidak dilakukan
56
b. Hasil pemeiksaan TDD: sesuai
c. Hasil pemeriksaan TDL : Tidak dilakukan
d. Hasil pemeriksaan KMEE : tidak dilakukan
e. Hasil pemeriksaan CHAAT : Tidak
dilakukan
f. Hasil pemeriksaan GPPH : Tidak
dilakukan.
II. INTERPRETASI DATA
A. DIAGNOSA
Balita usia 1 tahun dengan pneomoni
B. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan anaknya sesak sejak 2 hari ,
disertai batuk dan demam yang tidak turun
turun.
C. DATA OBJEKTIF
Keadaaan umum sedang, kesadaran compos
mentis, observasi TTV : N : 132 x/m, SB:
37,8˚C, RR : 62 x/m, pemeriksaan fisik kepala
57
: normal, dada : simetris tidak ada kelainan,
abdomen nomal, eksremitas : hangat tidak
oedema.
III. DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
a. Mandiri : KIE ibu tentang pneomoni
b. Kolaborasi : kolaborasi dengan dokter
c. Rujuk : tidak perlu
V. INTERFENSI
Hari/ tanggal: 16 Maret 2015
jam:11.15 wit
1) Lakukan pendekatan terapeutik
Rasional: pendekatan terapeutik dilakukan
dengan cara menyapa ibu dengan sopan,
bertatap muka dan melakukan pendekatan yamg
baik agar terjalin saling percaya.
2) Lakukan pemeriksaan observasi pada balita dan
pemeriksaan fisik balita
58
Rasional: pemeriksaan umum dan pemeriksaan
fisik balita dilakukan untuk mengetahui
keadaan balita dalam keadaan normal/ tidak.
3) Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
Rasional : agar orang tua mengerti keadaan
anaknya.
4) Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk
pemberian therapy
Rasional : agar terapi yang diberikan sesuai
dengan diagnose penyakitnya.
5) Beri informant consent pada orang tua pasien
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan.
Rasional : bukti tertulis dari kelurga
menyetujui tindakan medis yang akan
dilakukan.
6) Lakukan pemasangan infus KN 1B 500 Mg/12 jam
Rasional : infus diberikan untuk menjaga
kehilangan cairan
7) Lakukan pengambilan sampel darah.
59
Rasional : sampel darah dilakukan untuk
pemeriksaan keadaan umum
8) Lakukan pemasangan O2 nasal canul 1 LPM
Rasional: oksigen diberikan untuk
memfasilitasi O2 dalam tubuh
9) Beritahukan orang tua anak, agar anak dapat
istirahat agar sesaknya dapat berkurang
Rasional: istirahat yang cukup dapat
mengembalikan kondisi anak dapat pulih
kembali.
10) Anjurkan orang tua untuk tetap memberi
makan dan ASI tetap di lanjut.
Rasional : agar memenuhi kebutuhan nutrisi
anak.
11) Lakukan pendokumentasian
Rasional: digunakan sebagai bukti tertulis
tanggung jawab dan tanggung gugat.
VI. IMPLEMENTAS
Hari/tanggal: 16 maret 2015 jam :
11.30 wit
60
1) Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu atau
orang tua
2) Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan
pemeriksaan fisik balita. Menjelaskan hasil
pemeriksaan pada orang tua.
3) Melakukan kolaborasi dengan dr.Sp. A untuk
tindakan medis yang akan dilakukan, dari
pemberian infus, therapy injeksi, dan terapi
oral.
4) Melakukan informant consent pada orang tua
anak.
5) Melakukan pemasagan infus KN 1B 500 CC /12
Jam
6) Melakukan pengambilan sampel darah UL untuk
pemeriksaan HB, DL, DDR, GDS.
7) Melakukan pemberian O2 nasal ½ LPM
8) Memberitahukan orang tua pasien untuk
anaknya dapat istirahat yang cukup selama
beberapa hari sampai sesak berkurang dan
sampai kondisi pulih kembali.
61
9) Menganjurkan orang tua untuk memberikan
makanan dan ASI yang cukup.
10) Melakukan pendokumentasian
VII. EVALUASI
Hari/tanggal: 16 maret 2015 jam: 11.45
wit
1) Hasil pemeriksaan fisik dan tanda tanda vital
yaitu : N: 132 x/m SB : 37,8˚C RR: 62 x/m,
BB: 12 Kg, TB : 84 cm, LK : 47 cm, kepala
tidak ada kelainan, abdomen : normal,
ekstremitas : hangat tidak ada oedema.
2) Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan
3) Ibu mengerti dengan keadaan balitanya saat
ini
4) Tindakan kolaborasi telah dilakukan
5) Informant consen telah dilakukan dan orang
tua pasien menyetujui tindakan yang akan
dilakukan
6) Balita telah terpasang O2 Nasal, infus
62
7) Pasien sudah istirahat yang cukup
8) Orang tua mengatakan anaknya mau makan dan
minum ASI
9) Terapi sudah diberikan sesui instruksi dokter
10) Pendokumentasian telah selesai
dilakukan.
CATATAN PERKEMBANGAN HARI 0
TANGGAL: 16 maret 2015 JAM: 14.00
wit
RUANG: Antonius RSMM kabupaten Mimika
DATA DASAR
S : Ibu mengatakan anaknya sesak napas,
batuk dan panas
O : Keadaan umum lemah, kesadaran compos
mentis, N: 132x/m , SB : 37,8˚C, RR :
62x/m.BB : 12 Kg, TB : 84 cm, LK : 47
Cm, pemeriksaan fisik, kepala : tidak
ada kelainan, abdomen : normal,
ekstremitas hangat tidak oedema.
63
A. anak D usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
1. melakukan observasi tanda tanda vital
2. memberikan terapi berdasarkan konsultasi
dengan dokter
3. pemberian injeksi ceftriaxone 250 mg/IV ,
gentamisin 25 mg/IV , dexa 1 mg/iv
4. Pemberian obat oral pulurus batus 1
bungkus
5. Pemberian obat oral paracetamol 3x1
6. Memberitahu orang tua anaknya harus
istirahat yang cukup.
Tanggal : 16 maret 2015 jam :
20.00 wit
DATA DASAR
S.:
64
Ibu mengatakan anaknya masih sesak,
batuk dan masih demam dan
menangis terus
O:
1. Keadaan umum lemah, sesak (+), panas
(+)
2. Tanda- tanda vital :
Suhu : 37,9˚C
Nadi : 140x/m
Respirasi : 62 x/m
A: An. D Usia 1 tahun dengan pneomoni.
P:
1. Melakukan observasi lanjut N : 132 x/m,
SB : 37,7˚C, RR: 66 x/m
2. Memberikan therapy lanjut dengan
pemberian :
a. Pemberian injeksi dexametason 1 mg/iv
b. Pemberian obat oral pulurus batus 3x
1
65
c. Pemberian paracetamol 3x1
CATATAN PERKEMBANGAN HARI II
TEMPAT: RSMM Kabupaten Mimika Ruang Antonius
TANGGAL: 17 Maret 2015 JAM : 08.00 wit
S:
Orang tua mengatakan anaknya sesak
berkurang, batuk masih ada, masih panas
dan menangis terus
O:
1. Keadaan umum lemah, panas (+), sesak (+),
batuk (+)
2. Tanda tanda vital :
Suhu : 37,6˚C
Nadi : 132 x/m
Respirasi : 60 x/m
A: An D usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
66
1. Melakukan observasi lanjut N: 127x/m, SB:
37,6˚C, RR: 60x/m
2. Mengambil samapel darah untuk pemeriksaan
GDS, DDR
Hasil GDS: 129 g/dl DDR (-)
3. Mengganti infus KAEN 1B 1000 dl/24 jam
4. Pemberian injeksi ceftiaxon 250 mg/iv
5. Pemberian injeksi gentamisin 25 mg/iv
6. Pemberian injeksi dexa 1 mg/iv
7. Pemberian obat oral pulurus batus 1
bungkus dan paracetamol 3x1
8. Menganjurkan ibu / orang tua memperhatikan
makanan dan ASI yang diminum
Tanggal: 17 Maret 2015 jam: 14.00
wit
DATA DASAR
S:
67
Ibu mrngatakan anaknya sudah tidak panas tapi
sesak masih ada dan batuk masih ada.
O: keadaan umum sedang, sesak (+), panas (-),
batuk (+).
1. Suhu : 36,8˚C
2. Nadi : 127x/m
3. Respirasi : 60 x/m
A: An D, usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
1. Observasi TTV lanjut N : 130 x/m, SB : 36,6˚C,
RR: 60 x/m
2. Pemasangan O2 ½ Lpm
3. Pemberian terapi lanjut
a. Injeksi dexa 1 mg/ iv
b. Pemberian obat oral pulurus batus 1 bungkus
c. Pemberian paracetamol 3x1
Tanggal : 17 maret 2015 jam : 20.00 wit
68
DATA DASAR
S: Ibu mengatakan anaknya sudah tidak panas, sesak
berkurang, makan dan minum susu banyak
O: keadaan umum sedang, panas (-), batuk (+),
sesak berkurang.
1. Suhu : 37 ˚c
2. Nadi : 126 x/m
3. Respirasi : 52 x/m
A: An D usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
1. observasi lanjut SB : 36,6˚C, N: 127 x/m,
RR: 50 x/m
2. Pemberian terapi lanjut :
a. Pemberian injeksi ceftiaxon 250 mg/iv
b. Pemberian injeksi gentamisin 25 mg/iv
c. Pemberian injeksi dexa 1 mg/iv
d. Pemberian obat oral pulurus batus 1 bungkus
dan paracetamol 3x1
69
e. Meminta orang tua memperhatikan makan dan
minuman yang masuk.
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE III
TEMPAT: RSMM Ruang Antonius Kabupaten Mimika
TANGGAL: 18 Maret 2015 jam: 08.00 wit
S: ibu mengatakan anaknya sesak, batuk
berkurang, dan makan sudah mulai banyak, aanak
sudah dapat tertawa dan bermain.
O: keadaan umum sedang, batuk berkurang, panas
(-), sesak (-)
1. Suhu : 36,9˚C
2. Nadi : 140x/m
3. Respirasi : 42 x/m
A: An D usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
70
1. Melepas dan Mengganti pemasangan vemplon pada
tangan kanan karena mencegah terjadinya
infeksi
2. Observasi lanjut N : 136 x/m, SB : 36,9˚c,
R : 41 x/m
3. Instruksi dokter Sp.A Pelepasan cairan infus,
ivcath/ vemplon (+) terapi injeksi dan oral
lanjut.
4. Pemberian injeksi dexa 1 mg/iv
5. Pemberian terapi oral pulurus batus 1
bungkus, dan paracetamol 3x1
6. Menganjurkan pada orang tua Memantau makanan
dan minuman yang masuk pada anak.
Tanggal: 18 Maret 2015 jam: 14.00 wit
DATA DASAR
S:
ibu mengatakan anaknya sudah tidak sesak,
batuk berkurang anak sudah dapat tertawa dan
dapat bermain.menangis berkurang
71
O:
keadaan umum sedang, panas (-), batuk
berkurang, sesak berkurang. Aktif (+)
1. Suhu : 36,8˚c
2. Nadi : 140 x/m
3. Respirasi : 40 x/m
A: An. D usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
1. Observasi lanjut N: 136 x/m RR: 40 x/m, SB:
36,7˚C
2. Pemberian injeksi ceftiaxon 250 mg/iv
3. Pemberian injeksi gentamisin 25 mg/iv
4. Pemberian injeksi dexa 1 mg/iv
5. Pemberian obat oral pulurus batus 1 bungkus
dan paracetamol 3x1
6. Meminta orang tua memperhatikan makan dan
minuman yang masuk.
Tanggal: 18 Maret 2015 jam: 20.00
wit
72
DATA DASAR
S: Ibu mengatakan anaknya tidak panas, batuk
berkurang, dapat tidur tenang, tidak
menangis.
O: keadaan umum sedang, panas(-), batuk
berkurang, sesak berkurang sudah tidak
terdengar suara rhonki
1. Suhu: 37˚C
2. Nadi: 132 x/m
3. Respirasi : 40 x/m
A: An D Usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
1. Observasi lanjut N: 13O x/m, SB: 36,6˚C,
RR: 38x/m
2. Terapi injeksi dexa 1 mg/Iv
3. Terapi oral batus pulurus 1 bungkus, dan
paracetamol 3x1
73
DATA PERKEMBANGAN HARI IV
TEMPAT: RSMM bangsal Antonius kabupaten
Mimika
TANGGAL: 19 Maret 2015 jam: 08.00
wit
S:
ibu mengatakan anaknya aktif, mau makan
tidak panas batuk berkurang sesak berkurang
dan dapat tidur nyenyak
O:
kedaan anak sedang, panas (-), batuk
berkurang, sesak (-) tidak ada suara
rhonki.
1. Suhu : 36,7˚c
2. Nadi : 134 x/m
74
3. Respirasi : 38 x/m
A: An D Usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
1. Perawatan infus
2. observasi lanjut N: 133 x/m SB : 36,7˚C,
RR: 38x/m
3. Instruksi dari dokter Sp. A melepas O2
Karena tidak sesak dan menghentikan terapi
oral paracetamol. Besok tanggal 20 maret
2015 jika keadaan membaik dapat
dipulangkan.
4. Pemberian injeksi ceftiaxon 250 mg/iv
5. Pemberian injeksi gentamisin 25 mg/iv
6. Pemberian injeksi dexa 1 mg/iv
7. Pemberian obat oral pulurus batus 1
bungkus.
Tanggal: 19 Maret 2015 jam: 14.00 wit
75
DATA DASAR
S: Ibu mengatakan anaknya tidur pulas dari
jam 13.00, tidak panas, tidak batuk, sesak
berkurang.
O: keadaan umum baik, panas (-), sesak (-),
batuk berkurang
1. Suhu : 36,7˚C
2. Nadi : 136 x/m
3. Respirasi : 34 x/m
A: An. D usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
1. Observasi lanajut N: 142 x/m, SB : 36,8˚C,
RR: 40 x/m
2. injeksi dexa 1 mg/IV
3. Pemberian obat pulurus batus 1 bungkus
76
Tanggal: 19 Maret 2015 jam:
20.00 wit
DATA DASAR
S: Ibu mengatakan anaknya tidak panas,
batuk berkurang, dapat tidur tenang,
tidak menangis.
O: keadaan umum sedang, panas (-), batuk
berkurang, sesak berkurang sudah tidak
terdengar suara rhonki
1. Suhu : 36,7˚C
2. Nadi : 132 x/m
3. Respirasi : 44 x/m
A: An D Usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
1. Observasi lanjut N: 13O x/m, SB:
36,7˚C, RR: 39x/m
2. Terapi injeksi dexa 1 mg/Iv
3. Terapi oral batus pulurus 1 bungkus.
77
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE V
TEMPAT: RSMM Kabupaten Mimika Ruang Antonius
TANGGAL: 20 maret 2015 jam : 08.00 wit
S: ibu mengatakan anaknya sudah sudah sehat,
tidak panas dan tidak sesak batuk juga
sudah berkurang.
O: keadaan umum baik, panas (-), sesak (-),
batuk masih ada
1. Suhu: 36,7˚c
2. Nadi 127 x/m
78
3. Pernapasan 42 x/m
A: An D Usia 1 tahun dengan pneomoni
P:
1. Observasi lanjut N: 142 x/m, R: 42 x/m
SB: 36,8˚C
2. Instruksi Dari Dokter Sp.A Pasien dapat
dipulangkan, menghentikan terapi injeksi
terapy oral lanjut sampai dirumah , aff
vemplon. Dokter memberikan resep terapy
oral yang akan di bawa pulang.
3. Melepas vemlon, pemberian terapy oral
pulurus batus 1 bungkus.
4. Menjelaskan pada orang tua untuk
memperhatikan anaknya lingkungan bermain
yang dapat memacu terjadinya penyakit
pneomoni.
80
Pada pembahasan akan dijelaskan tentang
kesenjangan antara teori dan praktik yang dilakukan di
RSMM Kabupaten Mimika pada pembahasan akan dijelaskan
kesenjangan tersebut menurut manajemen kebidanan varney
yang meliputi 7 langkah.
Pembahasan ini diambil bermaksud untuk diambil
suatu pemecahan masalah dan kesenjangan- kesenjangan
yang terjadi sehingga dapat ditindak lanjuti dalam
penerapan asuhan kebidanan yang meliputi:
a. Pengkajian
Pada kasus ini data yang didapatkan An D umur
1 Tahun, agama Kristen protestan , suku
Amungme, alamat Kuala Kencana RT. 04 no. 14,
Riwayat kesehatan sekarang anak panas, sesak
dan disertai batuk sejak tanggal 14 maret 2015
riwayat obstetric yang lalu, ibu mengatakan
rutin periksa di RSMM, bersalin dirumah dan
ditolong oleh keluarga, pada langkah ini tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek.
81
b. Interpretasi data dasar
Berasarkan pengkajian yang dilakukan,
diagnose yang diidentifikasi adalah An, D Umur
1 tahun dengan pneomoni, didapatkan masalah
anak panas, batuk, sesak dan terdengar suara
ronki dan cuping hidung, dan pada langkah ini
tidak di temukan kesenjangan antara teori dan
praktek
c. Identifikasi masalah segera