22
METODOLOGI PENELITIAN FILOLOGI Mendekati Teks Kebahasaan dari Sudut Kesejarahan Fina Aunul Kafi UIN Sunan Ampel Surabaya Abstrak Filologi selama ini dikenal sebagai ilmu yang berhubungan dengan karya masa lampau yang berupa tulisan. Studi karya tulis pada masa lampau dilakukan karena adanya anggapan bahwa dalam peninggalan tulisan terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini. Karya-karya tulisan masa lampau merupakan peninggalan yang mampu menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang pernah ada. Karya-karya dengan kandungan informasi mengenai masa lampau itu tercipta dari latar sosial budaya yang tidak lagi ada atau tidak sama dengan latar sosial masyarakat pembaca masa kini. Peninggalan tulisan yang berasal dari kurun waktu ratusan tahun yang lalu pada saat ini dalam kondisi yang sudah mengalami kerusakan, atau berwujud sebagai hasil proses penyalinan yang telah berjalan dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan bacaan, kerusakan bahan dan munculnya variasi pada teksnya menuntut cara untuk mendekatinya. Sebagai akibatnya, upaya untuk menggali informasi yang tersimpan dalam karya tulis yang berupa produk masa lampau itu harus berhadapan dengan kondisi karya tulis yang selain materi yang diinformasikan tidak lagi dipahami oleh pembaca masa kini, juga dengan kondisi fisiknya yang sudah tidak sempurna lagi karena rusak oleh waktu. Karakteristik karya-karya tulis dengan kondisi seperti tersebut menuntut pendekatan yang ISSN: 2085-5079

ISSN: 2085-5079 - e-journal

Embed Size (px)

Citation preview

METODOLOGI PENELITIAN FILOLOGI

Mendekati Teks Kebahasaan dari Sudut Kesejarahan

Fina Aunul Kafi UIN Sunan Ampel Surabaya

Abstrak Filologi selama ini dikenal sebagai ilmu yang

berhubungan dengan karya masa lampau yang berupa

tulisan. Studi karya tulis pada masa lampau dilakukan

karena adanya anggapan bahwa dalam peninggalan

tulisan terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan

kehidupan masa kini. Karya-karya tulisan masa lampau

merupakan peninggalan yang mampu menginformasikan

buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai

berbagai segi kehidupan yang pernah ada. Karya-karya

dengan kandungan informasi mengenai masa lampau itu

tercipta dari latar sosial budaya yang tidak lagi ada atau

tidak sama dengan latar sosial masyarakat pembaca masa

kini. Peninggalan tulisan yang berasal dari kurun waktu

ratusan tahun yang lalu pada saat ini dalam kondisi yang

sudah mengalami kerusakan, atau berwujud sebagai hasil

proses penyalinan yang telah berjalan dalam kurun waktu

yang lama. Kerusakan bacaan, kerusakan bahan dan

munculnya variasi pada teksnya menuntut cara untuk

mendekatinya. Sebagai akibatnya, upaya untuk menggali

informasi yang tersimpan dalam karya tulis yang berupa

produk masa lampau itu harus berhadapan dengan

kondisi karya tulis yang selain materi yang diinformasikan

tidak lagi dipahami oleh pembaca masa kini, juga dengan

kondisi fisiknya yang sudah tidak sempurna lagi karena

rusak oleh waktu. Karakteristik karya-karya tulis dengan

kondisi seperti tersebut menuntut pendekatan yang

ISSN: 2085-5079

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad

Kholil Bangkalan

memadai. Untuk membaca karya-karya tulis tersebut

diperlukan ilmu yang mampu menyaingi kesulitan-

kesulitan akibat kondisinya sebagai produk masa lampau,

yaitu ilmu filologi.

Dalam hal ini penulis bermaksud membahas

tentang metodologi penelitian filologi, dimaksudkan

untuk mengetahui cara-cara yang harus dilakukan untuk

bisa membaca sebuah naskah yang berumur lebih dari

seratus tahun. Dan pembahasan ini adalah pembahasan

secara literature atau kajian pustaka, yaitu mengkaji

sumber – sumber pustaka untuk mendapatkan buku-buku

yang berkaitan dengan pembahasan.

Dalam pembahasan ini penulis mendapatkan

kesimpulan bahwa objek kajian filologi adalah naskah

dengan teks yang dikandungnya. Sedangkan tujuannya

adalah mengungkap budaya bangsa. Adapun proses dan

metode penelitian filologi antara lain : pengumpulan data,

deskripsi, pertimbangan dan pengurangan, penentuan

naskah asli, transliterasi dan suntingan teks.

Penulis membahas tentang metodologi penelitian

filologi ini hanya sebagian kecil yang penulis dapat

sampaikan dan masih banyak kekurangan-

kekurangannya, Untuk itu penulis mengharapkan bagi

penulis yang selanjutnya bisa lebih luas dan lebih

mendalam lagi dari pembahasan sebelumnya,Amin.

Kata Kunci : Sudut kesejarahan, teks kebahasaan, filologi

PENDAHULUAN

Kajian tentang penanganan serta pembacaan dan analisis

karya-karya klasik di Indonesia mau tidak mau harus menga-

dopsi sebuah disiplin ilmu dari para sarjana barat. Adapun

disiplin ilmu tersebut adalah filologi atau dalam istilah bahasa

Inggrisnya disebut philology.

Filologi Berdasarkan pengertian secara harfiahnya istilah

ini adalah “pecinta kata-kata”. Itulah sebabnya filolog selalu asyik

dengan kata-kata atau teks. Kata-kata dipertimbangkan, dibet-

Fina Aunul Kafi

ulkan, diperbandingkan, dijelaskan asal-usul dan sebagainya, se-

hingga jelas bentuk dan artinya.1

Meskipun pada awal perkembangannya filologi selalu

ditekankan pada kajian serta telaah teks Injil baik perjanjian lama

maupun perjanjian baru, namun karena dipandang berhasil da-

lam memecahkan masalah penelusuran naskah asli dari sekian

banyak turunannya, maka ruang lingkup kajian teks ini terus

berkembang. Tidak hanya pada teks-teks yang dipandang

mempunyai nilai agamis (Sacral Text) melainkan pada setiap teks

peninggalan masa lalu dalam bentuk arkaisnya dengan kekhasan

ciri masing-masing.

Sebagai istilah, kata “Filologi” mulai dipakai pada kira-

kira abad ke-3 SM oleh sekelompok ahli dari Iskandariyah, yaitu

untuk menyebut keahlian yang diperlukan untuk mengkaji pen-

inggalan tulisan yang berasal dari kurun waktu beratus-ratus ta-

hun sebelumnya. Ahli dari Iskandariyah yang pertama kali mel-

ontarkan istilah filologi bernama Eratosthenes. Pada waktu itu

mereka harus berhadapan dengan sejumlah peninggalan tulisan

yang menyimpan informasi dengan bentuk yang bermacam-

macam, juga pada fisik peninggalan tulisan itu terdapat sejumlah

bacaan yang rusak atau korup.2

Pada dasarnya dalam filologi yang terpenting adalah

bagaimana sebuah teks kuno dengan aksara serta bahasa yang

sudah mati menjadi hidup, terbaca dan terkuak isinya. Untuk

mencapai tujuan itu tentu saja harus melalui cara atau metode.

PENGERTIAN FILOLOGI

Kata “Filologi” berasal dari bahasa Yunani philologia yang

berupa gabungan dari dua kata, yaitu philos yang berarti “teman”

1 Edward Djamaris, Metode penelitian Filologi,( Jakarta : CV. Manasco, 2002),

hal. 6 2 Siti Baroroh Baried dkk, Pengantar Teori Filologi, (Yogyakarta :BPPF UGM,

1999), hal.3

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad

Kholil Bangkalan

atau ‘kecintaan/kegemaran’ dan logos yang berarti “pembicaraan”

atau ‘ilmu’. Dalam bahasa Yunani philologia berarti “ senang ber-

bicara” yang kemudian berkembang ‘senang belajar’,’senang

kepada ilmu’, ‘senang kepada tulisan-tulisan’, dan kemudian ‘se-

nang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi’ seperti karya-

karya sastra.3 Itulah sebabnya filolog selalu asyik dengan kata-

kata atau teks.

Pengertian filologi ini kemudian berkembang dari

pengertian cinta pada kata-kata menjadi cinta pada ilmu. Filologi

tidak hanya sibuk dengan kritik teks, serta komentar penjelasann-

ya, tetapi juga ilmu yang menyelidiki kebudayaan suatu bangsa

berdasarkan naskah. Objeknya tetap sama, yaitu kebudayaan

yang menghasilkan karya sastra itu, seperti kepercayaan, agama,

adat-istiadat, dan pandangan hidup suatu bangsa.4

Definisi filologi yang lain juga menyebutkan antara lain :

1. Filologi adalah ilmu tentang segala sesuatu yang sudah/

pernah diketahui. Arti ini lahir sehubungan dengan luasnya

jangkauan isi teks dan peranannya dalam dunia pengetahuan

pada waktu itu.

2. Filologi ialah studi sastra secara ilmiah. Pengertian ini mun-

cul pada waktu teks-teks dalam naskah lama yang dikaji itu

berupa karya-karya sastra tinggi, seperti karya sastra Hu-

meros. Sebagai akibatnya filologi hanya diterapkan pada

karya sastra yang bernilai tinggi saja. Pada saat ini pengertian

demikian tidak lagi dijumpai.

3. Filologi adalah studi bahasa atau ilmu bahasa, sebagaimana

istilah linguistik pada masa kini. Lahirnya pengertian ini ada-

lah akibat dari pentingnya peranan bahasa dalam menggarap

naskah lama.

3 Ibid, hal.2 4 Edwar Djamaris, hal. 7

Fina Aunul Kafi

4. Filologi berarti pengetahuan yang sibuk dengan studi teks,

kebanyakan teks-teks bidang sastra. Sebagai tujuannya ada-

lah penetapan bentuk asli teks dan interpretasi isi teks

menurut konteks budaya yang melahirkannya. Pengertian

teks di sini mencakup teks lisan dan tulis.5

Pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

filologi adalah salah satu disiplin yang berupaya mengungkapkan

kandungan teks yang tersimpan dalam naskah produk masa lam-

pau. Sebagai penggali produk hasil budi daya manusia, filologi

tergolong ilmu-ilmu kemanusiaan atau ilmu humaniora.

SASARAN DAN OBJEK KERJA FILOLOGI

Peninggalan tulisan masa lampau pada saat ini dikenal

dengan kata-kata “naskah”. Kata Arab yang berarti “tulisan tan-

gan”. Di sini istilah yang digunakan adalah naskah. Dalam pen-

inggalan yang bernama naskah, tersimpan sejumlah informasi

masa lampau yang memperlihatkan buah pikiran, perasaan, ke-

percayaan, adat kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku pada

masyarakat masa lampau. Kandungan yang tersimpan dalam

naskah, dalam kegiatan filologi pada umumnya, disebut teks.

Apabila naskah merupakan produk yang bersifat konkret, teks

merupakan produk yang bersifat abstrak. Jadi, teks adalah infor-

masi yang terkandung dalam naskah.

Dari sejarah lahirnya filologi sebagai istilah, dapat

diketahui bahwa filologi mempunyai sasaran kerja yang berupa

naskah. Ilmu yang berkaitan dengan naskah dan pernaskahan

disebut kodikologi, yaitu ilmu tentang kodeks (kata lain untuk

naskah). Oleh karena itu, objek kajian filologi berupa teks, yaitu

informasi yang terkandung dalam naskah, yang sering disebut

5 Leres IAIN, Metodologi penelitian filologi 1,(Yogyakarta : Lembaga Research

dan survey IAIN Sunan Kalijaga, 1987),14-16

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad

Kholil Bangkalan

juga muatan naskah. Ilmu yang berkaitan dengan teks yang ter-

simpan dalam naskah disebut tekstologi.6

Dasar kerja pada pendapat bahwa teks berubah-ubah da-

lam penurunan akan memberi perhatian yang besar pada peru-

bahan teks yang diakibatkan oleh penurunan tersebut. Kesalahan-

kesalahan atau keadaan korup akan memberi informasi yang ber-

harga untuk pelacakan bentuk asli teksnya.

Berangkat dari pelacakan lewat kesalahan-kesalahan ter-

sebut rangkaian kerja filologi dilakukan lewat tahapan-tahapan

berikut : mengumpulkan naskah dari eksemplar teksnya,

mengumpulkan sebanyak mungkin informasi-informasi terhadap

naskah/ teksnya, membandingkan variant-variantnya, menetap-

kan teks arketipnya, membuat pembetulan atas bacaan yang ru-

sak, dan menyunting dalam bentuk “terbaca”, ialah antara lain

dengan membuat transliterasinya.7

TUJUAN PENELITIAN FILOLOGI

Tujuan filologi dapat dirinci sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

a. Mengungkapkan produk masa lampau melalui pening-

galan tulisan.

b. Mengungkapkan fungsi peninggalan tulisan pada

masyarakat penerimanya, baik pada masa lampau mau-

pun pada masa kini.

c. Mengungkapkan nilai-nilai budaya masa lampau.

2. Tujuan Khusus.

a. Mengungkapkan bentuk mula teks yang tersimpan da-

lam peninggalan tulisan masa lampau.

b. Mengungkapkan sejarah perkembangan teks.

6 Siti Baroroh Baried dkk, Pengantar Teori Filologi, (Yogyakarta :BPPF UGM,

1999),hlm.6 7 Leres IAIN, Metodologi penelitian filologi 1,(Yogyakarta : Lembaga Research

dan survey IAIN Sunan Kalijaga, 1987),hal. 20

Fina Aunul Kafi

c. Menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh

masyarakat masa kini, yaitu dalam bentuk suntingan.8

METODE PENELITIAN

Filologi adalah berbicara mengenai bagaimana sebuah

naskah kuno yang bernilai atau mempunyai makna besar bagi

kehidupan manusia itu dikaji dengan cara seksama dan dengan

ketelitian yang tinggi. Ketika hendak melakukan prosesi

penelitian naskah, kita sebagai seorang peneliti (filolog) akan

melakukan beberapa langkah standar yang telah digunakan dan

disepakati oleh para ahli untuk mencari atau menyunting sebuah

naskah kuno agar selanjutnya bisa dipublikasikan kepada

masyarakat luas.

Adapun langkah-langkah atau metodologi dalam

penelitian filologi adalah sebagai berikut :

1. Inventarisasi atau pengumpulan data (naskah).

Apabila kita telah menentukan untuk meneliti suatu

naskah, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah

mencatat naskah dan teks cetakan yang berjudul sama atau berisi

cerita yang sama, yang termuat dalam katalogus di berbagai per-

pustakaan, museum, instansi lain yang menaruh perhatian ter-

hadap naskah. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan

metode studi pustaka. Metode pengumpulan data berikutnya ada-

lah metode studi lapangan ( Field Research). Naskah tidak hanya ter-

simpan di perpustakaan atau museum, tetapi juga terdapat di ka-

langan masyarakat. Ada segolongan orang yang menganggap

naskah sebagai benda yang sangat berharga, benda pusaka se-

hingga naskah itu dikeramatkan. Untuk itu naskah disimpannya

8 Siti Baroroh Baried dkk, hal.8

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad

Kholil Bangkalan

baik-baik dan tidak boleh dibaca oleh sembarang orang. Untuk

membaca naskah itu kadang-kadang disertai upacara tertentu.

Adakalanya naskah tersimpan di tempat-tempat pendidi-

kan, seperti pesantren, atau surau, serta tempat-tempat acara

kesenian. Tokoh masyarakat atau budayawan ada kalanya juga

menyimpan naskah-naskah ini.

Dalam metode studi lapangan perlu diketahui terlebih

dahulu tempat-tempat tersebut. Tempat-tempat tersebut dapat

ditanyakan di kantor dinas kebudayaan daerah.

Untuk mendapat bahan penelitian yang lengkap guna

penafsiran teks yang setepat-tepatnya dari berbagai segi, perlu

pula dikumpulkan ulasan-ulasan mengenai teks naskah itu se-

luruhnya atau sebagian dalam karya-karya lain

Adakalanya naskah terdapat dalam jumlah lebih dari satu,

tetapi dapat juga terjadi naskah itu satu-satunya saksi (Codex

Unicus). Perbedaan jumlah ini menentukan penanganan naskah

untuk suatu edisi.

Apabila teks terdapat dalam jumlah besar naskah maka

perlu diadakan perbandingan. Setelah diperoleh gambaran garis

keturunan versi-versi dan naskah-naskah, tindakan selanjutnya

adalah resensi atau pensahihan, yaitu penentuan arketip (naskah

mula) berdasarkan perbandingan naskah yang termasuk satu

stema (silsilah). Setelah itu dilakukan emendasi, yaitu pembetulan

dalam arti mengembalikan teks kepada bentuk yang dipandang

asli yang dilakukan melalui kritik teks.9

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti ha-

ruslah mengetahui terlebih dahulu keberadaan dari naskah-

naskah yang hendak diteliti serta keadaan dari naskah tersebut,

apakah dalam jumlah sedikit atau justru sebaliknya. Semua itu

9 Ibid, hal.66

Fina Aunul Kafi

harus dikumpulkan dan dicatat dengan baik untuk menuju ke

langkah berikutnya.

2. Deskripsi Naskah

Naskah yang sudah berhasil dikumpulkan perlu segera

diolah berupa deskripsi naskah. Metode yang digunakan dalam

diskripsi naskah adalah metode deskriptif. Semua naskah

dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah, uku-

ran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon, dan

garis besar isi cerita. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tahap

penelitian selanjutnya berupa pertimbangan (recentio), penggugu-

ran (eleminatio) dan kolasi (collatio), perbandingan naskah.10

Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bah-

wa dalam deskripsi naskah dapat disusun urutan episode tiap

naskah, table yang berisi jumlah episode tiap naskah, dan jumlah

naskah yang memuat episode yang sama, serta tahun dan tempat

penyalinan naskah-naskah itu terlebih dahulu untuk memu-

dahkan filolog dalam melakukan penelitian.

3. Pertimbangan dan pengguguran naskah

Setelah semua naskah dideskripsikan secara cermat

dengan pola dan unsur yang sama, beberapa unsur tiap naskah

itu dapat diperbandingkan sebagai bahan pertimbangan dan

pengguguran naskah. Metode yang digunakan adalah metode

perbandingan.

Dari perbandingan garis besar isi cerita dapat diketahui

naskah yang berupa fragmen, naskah yang tidak lengkap yang

hanya terdiri atas beberapa bagian cerita saja yang jauh berbeda

dengan naskah yang lengkap dan utuh. Dari perbandingan

bacaan naskah, dapat diketahui naskah yang merupakan salinan

langsung dari naskah lain atau naskah yang berupa transliterasi

10 Edwar Djamaris, metodologi penelitian filologi, ( Jakarta : CV. Manasco,

2002),hal.11

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad

Kholil Bangkalan

dari naskah lain. Dari perbandingan nama tokoh cerita, latar ceri-

ta, atau panjang pendeknya isi cerita dapat diketahui teks yang

berbeda versinya. Dari perbandingan bahasa dapat diketahui

naskah yang disadur atau naskah yang sudah disesuaikan baha-

sanya dengan bahasa yang berlaku sekarang. Naskah-naskah

yang berupa fragmen, naskah yang tidak lengkap dan utuh,

naskah salinan langsung atau naskah yang berupa transliterasi

atau transkripsi, atau naskah yang berupa saduran, digugurkan

dan tidak perlu lagi dilibatkan dalam penelitian selanjutnya un-

tuk menentukan naskah yang asli atau naskah yang berwibawa.11

4. Penentuan naskah yang asli (Autografi)

Langkah penting yang perlu dilakukan dalam penelitian

filologi ini adalah penentuan naskah asli (naskah autografi) atau

naskah yang mendekati naskah asli (arkhetipe).

Tujuan pokok kritik teks, sebagaimana dikemukakan Paul

Maas (1967:1), yaitu The Bussines of textual criticism is to produce a

text as close as possible to the original (constitution textus). Dengan

kata lain Reynolds (1975: 186) menjelaskan to restore the texts as

closely as possible to the form which they originally had. Hal yang sama

dikemukakan oleh Robson (1971: 41), yaitu: to discover, reveal and

illuminate the original words as best he can by means of careful compari-

son of extant manuscripts. Maksudnya adalah, tujuan kritik teks

yaitu menyajikan sebuah kritik teks dalam bentuk seasli-aslinya

dan betul berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam naskah

yang ada.12

Untuk mencapai tujuan mendapat teks asli itu digunakan

metode stemma yang dikembangkan oleh Lanchmann. Sarana

utama metode stemma adalah kesalahan bersama yang terdapat

dalam naskah tertentu. Dengan kata lain, naskah-naskah itu

11 Ibid, hal. 13 12 Ibid, hal. 14

Fina Aunul Kafi

disusun dalam sebuah stemma atau silsilah naskah yang hub-

ungannya ditentukan dengan memperbandingkan kesalahan-

kesalahan yang dimiliki bersama itu. Bila dari tujuh naskah, tiga

diantaranya mengandung kesalahan yang sama pada tempat

yang sama, kita dapat menyimpulkan bahwa ketiga naskah itu

berasal dari satu sumber.

Prinsip utama stemma ini ialah, adanya suatu teks yang

asli dan utuh kedua, tidak adanya kontaminasi, pembauran

naskah, naskah hanya diturunkan vertikal dari naskah yang

merupakan induknya, dan ketiga, kesalahan bersama yang ter-

dapat pada naskah tertentu.

Penerapan metode stemma ini sukar dilakukan. Kesu-

karan penerapan metode stemma ini dikemukakan oleh Reynolds

(1975: 192-194), Teeuw (1984 : 267-268), dan Robson (1978 : 39-40)

sebagai berikut :

1) Naskah-naskah tidak dapat digolongkan berdasarkan

seperangkat kesalahan yang sama karena adanya percampu-

ran antara teks yang setingkat, horizontal transmission atau

dengan istilah lain horizontal contamination. Sebagai contoh

dikemukakan oleh Reynolds, dalam zaman kuno atau abad

pertengahan orang tidak betul-betul menyalin suatu teks dari

suatu naskah tunggal. Apabila naskah itu rusak atau ada ba-

gian yang hilang, mereka memperbandingkan beberapa sa-

linan. Kemudian memasukkan bacaan yang baik atau varian

yang penting yang ditemuinya.

2) Naskah-naskah tidak dapat ditelusuri kembali pada satu

arkhetipe yang tunggal. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya

pola yang tetap. Penyalin kadang-kadang mengonsultasikan

beberapa bacaan yang sukar kepada orang yang dianggap

lebih tahu sehingga timbul varian dari teks dasar.

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad

Kholil Bangkalan

3) Pengarang sendiri mengadakan perbaikan terhadap teks asli

yang sudah disalin atau diterbitkan.13

Satu cara lagi yang bisa dilakukan untuk pengelompokan

naskah adalah cara perbandingan bacaan (kata per kata atau ka-

limat) tiap naskah pada bagian tertentu, misalnya pada bagian

awal, tengah, atau bagian akhir naskah.

5. Transliterasi/ Transkripsi naskah

Transliterasi merupakan salah satu tahap/ langkah dalam

penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau

huruf Arab-Melayu. Dalam rangka penyuntingan teks yang di-

tulis dengan huruf Arab atau huruf daerah itu terlebih dahulu

teks itu ditransliterasi ke huruf Latin. Misalnya pengalihan huruf

dari huruf Arab-Melayu ke huruf latin. Disamping istilah translit-

erasi, ada istilah lain yang hampir sama, yaitu transkripsi. Dalam

hal ini transkripsi dimaksudkan pengubahan satu teks dari satu

ejaan ke ejaan yang lain. Misalnya naskah lama yang ditulis

dengan huruf Latin ejaan lama, diubah ke ejaan yang baru yang

berlaku sekarang. Transkripsi juga diartikan penggantian/ penga-

lihan teks lisan (rekaman) ke dalam teks tertulis..14

Baroroh Baried dkk dalam bukunya mengemukakan,

transliterasi artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf

dari abjad yang satu ke abjad yang lain, lepas dari pada lafal bun-

yi kata yang sebenarnya. Sedangkan Transkripsi adalah pengu-

bahan teks dari satu ejaan ke ejaan yang lain, dengan tujuan

menyarankan lafal bunyi unsure bahasa yang bersangkutan.15

Akan tetapi tugas yang dilakukan dalam transliterasi atau

transkripsi itu tidak hanya sampai di situ saja. Naskah-naskah

13 Ibid, hal.14-15 14 Edwar Djamaris, hal.19 15 Siti Baroroh Baried, Pengantar Teori Filologi, (Yogyakarta : BPPF UGM, 1999),

hal. 63

Fina Aunul Kafi

yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu itu tidak disertai tanda

baca seperti titik, koma, tanda kutip, huruf besar dan lain se-

bagainya. Sehingga sukar menyusun kalimat, juga tidak ada

pembagian dalam alinea dan bab, sehingga sukar menentukan

kesatuan-kesatuan bagian cerita dan menyukarkan membaca. Se-

bagian besar naskah-naskah yang berbahasa Melayu ditulis

dengan huruf Arab-Melayu. Semua itu perlu dijelaskan oleh

filolog, agar tidak terdapat lagi kekeliruan dan salah tafsir. Filolog

hendaklah sedapat-dapatnya menyajikan bahan transliterasi atau

transkripsi itu selengkap-lengkapnya dan sebaik-baiknya, sehing-

ga mudah dibaca dan dipahami, dengan jalan menyusun kalimat

yang jelas disertai tanda baca yang teliti, pembagian alinea dan

bab untuk memudahkan konsentrasi pikiran. Di samping itu juga

disajikan perbedaan-perbedaan kata pada naskah-naskah lain,

perbaikan-perbaikan serta komentar dan penjelasannya, sehingga

dapat ditetapkan bagaimana bunyi teks itu seharusnya.

Transliterasi kata-kata atau kalimat-kalimat dalam bahasa

Arab memerlukan sestem yang khusus, karena fonem-fonem ba-

hasa Indonesia. Dalam hal ini perlu ditentukan terlebih dahulu

sistem ejaan khusus yang dipakai untuk transliterasi bahasa Arab

itu.16

6. Suntingan Teks

Secara umum metode penyuntingan teks dapat dibedakan

dalam dua hal. Pertama penyuntingan naskah tunggal, dan ke

dua penyuntingan naskah jamak, lebih dari satu naskah.

a. Metode penyuntingan teks.

a.1. Metode penyuntingan naskah tunggal.

16 http://hermankhan.blogspot.com/2010/08/filologi-dan-cara-kerja-

penelitian.html

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad

Kholil Bangkalan

Penyuntingan naskah tunggal dapat dilakukan dengan

dua metode, yaitu metode standar dan metode diplomatik.

Metode Standar (biasa)

Metode standar adalah metode yang biasa digunakan da-

lam penyuntingan teks naskah tunggal. Metode standar itu

digunakan apabila isi naskah itu dianggap sebagai cerita biasa,

bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama

atau sejarah, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus

atau istimewa.

Hal-hal yang diperlu dilakukan dalam edisi standar antara

lain, yaitu :

a) Mentransliterasikan teks

b) Membetulkan kesalahan teks (Emendation atau conjectura)

c) Membuat catatan perbaikan/ perubahan

d) Memberi komentar, tafsiran (informasi di luar teks)

e) Membagi teks dalam beberapa bagian

f) Menyusun daftar kata sukar (glosari)

Tujuan penggunaan metode standar ini adalah untuk

memudahkan pembaca atau peneliti membaca dan memahami

teks.17

Metode Diplomatik

Metode diplomatik adalah metode yang kurang lazim

digunakan dalam penyuntingan naskah. Metode ini digunakan

apabila isi cerita dalam naskah itu dianggap suci atau dianggap

penting dari segi sejarah, kepercayaan atau bahasa sehingga di-

perlakukan khusus atau istimewa. Dalam suntingan teks yang

menggunakan metode diplomatik ini teks disajikan seteliti-

telitinya tanpa perubahan, teks disajikan sebagaimana adanya.

17 Edwar Djamaris, hal.24-25

Fina Aunul Kafi

Hal-hal yang bisa dilakukan dalam edisi diplomatik itu adalah

sebagai berikut :

a) Teks diproduksi persis seperti terdapat dalam naskah, sa-

tu hal pun tidak boleh diubah, seperti ejaan, tanda baca,

atau pembagian teks. Dalam bentuk yang paling sempur-

na metode diplomatik ini adalah reproduksi fotografis.

Hasil reproduksi fotografis ini disebut faksimile. Untuk

membantu pembaca disediakan transliterasi tanpa perbai-

kan atau penyesuaian.

b) Kesalahan harus ditunjukkan dengan metode referensi

yang tepat.

c) Saran untuk membetulkan kesalahan teks.

d) Komentar mengenai kemungkinan perbaikan teks.

Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk mempertahankan

kemurnian teks.18

a.2. Metode penyuntingan naskah jamak

Penyuntingan teks yang terdapat dalam dua naskah atau

lebih dapat dilakukan dalam dua metode, yaitu metode gabungan

dan metode landasan.

Metode Gabungan

Metode ini dipakai apabila nilai naskah menurut tafsiran

filologi semuanya hampir sama. Perbedaan antar naskah tidak

besar. Walaupun ada perbedaan tetapi hal itu tidak

mempengaruhi teks. Pada unumnya yang dipilih adalah bacaan

mayoritas atas dasar perkiraan bahwa jumlah naskah yang ban-

yak itu merupakan saksi bacaan yang betul. Dalam hal ada yang

meragu-ragukan karena misalnya, jumlah naskah yang mewakili

bacaan tertentu sama, dipakai pertimbangan lain, diantaranya

kesesuaian dengan norma tata bahasa, jenis sastra, keutuhan ceri-

ta, faktor-faktor literer lain, dan latar belakang pada umumnya.

18 Ibid, hal.25

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad

Kholil Bangkalan

Dengan metode ini, teks yang disunting merupakan teks baru

yang merupakan gabungan bacaan dari semua naskah yang ada.19

Kelemahan menggunakan metode ini adalah teks yang

disajikan merupakan teks baru yang menggabungkan bacaan dari

semua naskah yang ada sehingga dari segi ilmiah agak sukar di-

pertanggung jawabkan. Dari segi praktis, khususnya dari segi

pemahaman, suntingan teks gabungan ini lebih mudah dipahami

dan lebih lengkap dari semua naskah yang ada.

Metode Landasan

Metode ini diterapkan apabila menurut tafsiran ada satu

atau segolongan naskah yang unggul kualitasnya dibandingkan

dengan naskah-naskah lain yang diperiksa dari sudut bahasa,

kesusastraan, sejarah, dan lain sebagainya sehingga dapat dinya-

takan sebagai naskah yang mengandung paling banyak bacaan

yang baik. Oleh karena itu, naskah dipandang paling baik untuk

dijadikan landasan atau induk teks untuk edisi. Metode ini dise-

but juga metode induk atau metode legger (landasan).

Varian-variannya hanya dipakai sebagai pelengkap atau

penunjang. Seperti halnya pada metode atas dasar bacaan mayori-

tas, pada metode landasan ini pun varian-varian yang terdapat

dalam naskah-naskah lain seversi dimuat dalam aparat kritik, yai-

tu perabot pembanding yang menyertai penyalinan suatu

naskah.20

Tujuan penyuntingan teks dengan metode landasan ada-

lah untuk mendapatkan teks yang autoritatif dan untuk mem-

bebaskan teks itu dari segala macam kesalahan yang terjadi pada

waktu penyalinannya sehingga teks itu dapat dipahami sebaik-

baiknya. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan itu adalah

membetulkan segala macam kesalahan, mengganti bacaan yang

19 Siti Baroroh Baried dkk, hal.67 20 Ibid, hal. 67

Fina Aunul Kafi

tidak sesuai, menambah bacaan yang ketinggalan, dan mengu-

rangi bacaan yang kelebihan.

Naskah-naskah itu dibandingkan kata demi kata. Dari

perbandingan itu, pertama, dipilih naskah dasar sesuai dengan

ketentuan yang dikemukakan tersebut, sedangkan variannya dari

naskah lainnya dapat dicatat dalam Apparatus Criticus (kritik apa-

rat). Ke dua, bacaan naskah dasar diganti, ditambah, atau diku-

rangi apabila ada bacaan naskah dasar ini yang tidak jelas,

ketinggalan, atau ada tambahan yang tidak sesuai. Bacaan naskah

dasar yang diganti atau dikurangi itu dicatat pula dalam Appa-

ratus Criticus. Hal ini penting karena apabila ada bacaan yang di-

ganti, ditambah, atau dikurangi itu ternyata salah atau tidak

sesuai, datanya dari bacaan yang benar itu tidak hilang karena

sudah dicatat dalam Apparatus Criticus. Hanya saja, kesalahan-

kesalahan kecil dalam ejaan karena ketidak konsistenan dalam

cara penulisan kata dan kesalahan-kesalahan kecil lain yang ser-

ing dijumpai di mana-mana, seperti sahut-menyahut, seperti

demikian-seperti yang demikian, maka mereka-mereka, takut ma-

ti-takut akan mati, kaya di dalam-kaya dalam, dipalu-dipalulah,

di awang-gumawang – di awing gumawang itu, tiga jurai-tiga

juarainya, dari itu-dari pada itu, dan sana-sanan, langsung diper-

baiki dan dikonsistenkan dan tidak dicatat dalam Apparatus Criti-

cus. Perbedaan itu tidak mengubah makna dan tidak merupakan

ciri bahasa lama. Kata atau bagian kata itu tidak tergolong bacaan

yang bermakna (significant reading).21

Berikut dijelaskan beberapa contoh perbaikan suntingan

teks dasar. Ada tiga cara yang dilakukan dalam perbaikan sun-

tingan ini, yaitu mengganti, menambah dan mengurangi.

1) Mengganti.

21 Edwar Djamaris, hal.27

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad

Kholil Bangkalan

Jika pada teks dasar (naskah A) terdapat bacaan yang tid-

ak jelas maknanya, walaupun bacaan itu didukung oleh dua teks

lain, bacaan teks dasar ini diganti dengan bacaan teks ke tiga yang

jelas maknanya. Bacaan teks dasar dan varian kedua teks lain itu

dipindahkan dalam Apparatus Criticus.

Sebagai contoh, pada naskah A terdapat bacaan “kala-kala

dan perkara”. Bacaan ini juga terdapat pada naskah B dan pada

naskah C dengan perbedaan kecil yaitu “kala-kala dan purba-

kala”. Pada naskah D terdapat bacaan yang jelas maknanya dan

sesuai dengan konteks kalimatnya, yaitu “segala perkara”.

Dengan demikian, bacaan “kala-kala dan perkara” pada teks da-

sar diganti dengan bacaan “segala perkara” dari bacaan naskah D.

2) Menambah.

Cara kedua adalah menambah bacaan teks dasar dengan

ketiga teks lainnya bila pada ketiga teks lainnya itu terdapat

bacaan yang memberikan pengertian yang lebih lengkap, dan

kesesuaian dengan norma bahasa lama atau gaya bahasa. Contoh:

Demikianlah kata Malaikat kepada anak-anak bidadari itu. “bawa

olehmu segala pakaian ke dunia supaya tahu orang isi dunia.”

Pada naskah D, sesudah bacaan itu ada tambahan bacaan

“meniru menuladani”.

Tambahan bacaan itu dimaksudkan dalam suntingan

sekarang ini sehingga bacaan itu menjadi :

Demikianlah kata Malaikat kepada anak-anak bidadari itu, “bawa

olehmu segala pakaian ke dunia supaya tahu orang isi dunia

‘meniru menuladani’.

3) Mengurangi.

Cara ketiga ialah mengurangi atau menghilangkan bacaan

yang tidak cocok dengan konteksnya atau bacaan yang diduga

ditulis dua kali (ditografi). Bacaan itu dalam suntingan teks diberi

tanda garis miring pada awal dan akhir bacaan itu dengan mak-

Fina Aunul Kafi

sud member tahu pembaca bahwa bacaan itu seharusnya di-

hilangkan saja dan tidak perlu dibaca. Perhatikan kutipan di

bawah ini .

Maka bertitah daulat yang dipertuan kepada isi perahu itu.

/kembalikan pada tempatnya maka heranlah raja itu maka Allah

Taala Maha kasih kepada raja maka bertitah daulat yang dipertuan

kepada segala isi perahu itu/,”jikalau kamu perbaiki perahu itu

kembali seperti adat dahulunya maka aku ambil kamu akan menan-

tuku. “ maka haraplah hati segala.22

Metode Objektif

Pada tahun 1830-an, ahli filologi Jerman Lachmann dan

kawan-kawan meneliti secara sistematis hubungan kekeluargaan

antara naskah-naskah sebuah teks atas dasar perbandingan

naskah yang mengandung kekhilafan bersama. Apabila dari

sejumlah naskah ada beberapa naskah yang selalu mempunyai

kesalahan yang sama pada tempat yang sama pula, dapat disim-

pulkan bahwa naskah-naskah tersebut berasal dari satu sumber

(yang hilang). Dengan memperhatikan kekeliruan-kekeliruan ber-

sama dalam naskah tertentu, dapat ditentukan silsilah naskah.

Sesudah itu, barulah dilakukan kritik teks yang sebenarnya.

Metode objektif yang sampai kepada silsilah naskah disebut

metode stemma. Penerapan metode stemma ini sangat penting

karena pemilihan atas dasar subjektivitas selera baik dan akal

sehat dapat dihindari.23

b. Teknik penyajian suntingan teks

Salah satu tujuan penyuntingan teks ialah agar teks dapat

dibaca dengan mudah oleh kalangan yang lebih luas, oleh sebab

itu diusahakan agar susunannya mudah dibaca dan dipahami.

Untuk memudahkan kita mengetahui isinya secara keseluruhan,

22 Ibid, hal.27-30. 23Siti Baroroh Baried, hal. 66-67

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad

Kholil Bangkalan

suntingan teks dibagi dalam bagian-bagian yang disebut dengan

episode. Tiap episode diberi nomor dan nomor angka Arab atau

abjad huruf kecil disertai judul yang sesuai dengan isi episode

atau bagian cerita itu. Judul episode atau judul bagian cerita itu

hendaklah ditandai dengan mengapit judul-judul itu dengan

tanda kurung siku [….]. Hal ini diperlukan untuk memberitahu

pembaca bahwa judul-judul itu sesungguhnya dalam naskah asli

tidak ada. Judul-judul itu adalah tambahan dari penyunting un-

tuk memudahkan pembaca dan pemahaman teks. Samping kiri

teks diberi angka petunjuk jumlah baris untuk memudahkan pe-

rujukan teks. Untuk memudahkan pembacaan, teks dibagi dalam

paragraf dan disertai pemakaian tanda-tanda baca dengan seksa-

ma.

Tanda-tanda baca atau lambang yang digunakan dalam

suntingan teks adalah sebagai berikut :

/…./ Penghilangan, pengurangan

Bacaan yang terdapat di antara tanda garis miring ini

seharusnya dihilangkan.

(….) Penambahan

Bacaan yang terdapat di antara dua tanda kurung adalah

tambahan dari

naskah pembantu.

[….] Penambahan menurut dugaan

Bacaan yang terdapat di antara dua tanda kurung siku

adalah tambahan menurut dugaan penyunting.

Bacaan diberi ulasan dalam Komentar Teks atau dalam

Glosari.24

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan :

24 Ibid, hal.30

Fina Aunul Kafi

1. Filologi merupakan ilmu yang mampu menggali nilai-nilai

budaya yang diperlukan dalam pembangunan bangsa

seutuhnya.

2. Sasaran dan objek kajian filologi adalah naskah dengan teks

yang dikandungnya. Sedangkan dasar kerjanya adalah teks

yang berubah-ubah dalam penurunan.

3. Tujuan filologi mencakup tujuan umum yaitu mengungkap-

kan budaya bangsa, dan tujuan khusus yaitu menyunting

teks dengan menyajikan komentar serta kritik secara ilmiah.

4. Tahapan/ proses dan metode penelitian filologi antara lain :

pengumpulan data, deskripsi naskah, pertimbangan dan

pengurangan naskah, penentuan naskah yang asli, translit-

erasi, dan suntingan teks.

DAFTAR PUSTAKA

Baroroh Baried, Siti dkk, Pengantar Teori Filologi, Yogyakarta :

BPPF UGM, 1999

Djamaris, Edwar, Metode Penelitian Filologi, Jakarta : CV. Manasco,

2002

Hermankhan dalam

http://hermankhan.blogspot.com/2010/08/filologi-dan-

cara-kerja-penelitian.html

Himpunan makalah, artikel dll, Metodologi Penelitian Filologi I,Yogyakarta: Lembaga Research dan Survey IAIN Sunan Kalijaga, 1987.