Upload
uniku
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
Investigasi Potensi Antibakteri dari Ekstrak n-Heksan Ubi Jalar AC Merah
dan AC Putih dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus sp di
Laboratorium
Nursidiq1, Ilah Nurlaelah
2, Ina Setiawati
3
Program Studi Pendidikan Biologi1
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan2 3
ABSTRAK
Ubi jalar yang berasal dari Kuningan Jawa Barat memiliki varietas ubi jalar AC
yang merupakan singkatan dari Anak Ciremai. Varietas tersebut memiliki dua
jenis yaitu AC merah dan AC putih. Kelebihan dari ubi jalar yaitu mengandung
beberapa senyawa kimia yang berpotensi sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak n-heksan daging ubi jalar
Kuningan terpilih dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp.
Aktivitas antibakteri ekstrak diamati dengan metode difusi cakram menunjukkan
ekstrak dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus sp. Hasil pengujian
antibakteri ekstrak n-heksan ubi jalar AC merah terhadap Staphylococcus sp pada
konsentrasi 2000 ppm, 1000 ppm, dan 500 ppm diperoleh zona hambatan yang
berbeda yaitu 4 mm, 2,58 mm dan 3 mm. Sedangkan ekstrak n-heksan ubi jalar
AC putih terhadap Staphylococcus sp pada konsentrasi 2000 ppm, 1000 ppm, dan
500 ppm diperoleh zona hambatan yang berbeda yaitu 3,66 mm, 3,75 mm dan
3,75 mm. Berdasarkan uji anova (two way) didapat hasil nilai signifikan lebih
kecil atau hampir sama di bandingkan dengan taraf kepercayaan pada jenis ubi
jalar yaitu 0,001 ≤ 0,05, sehingga ekstrak n-heksan ubi jalar kuningan terpilih
berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp. Hasil uji lanjut
LSD menunjukkan adanya perbedaan rata-rata zona hambat akibat perlakuan
konsentrasi. Dalam hal ini konsentrasi 2000 ppm yang paling berpengaruh dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp.
Kata Kunci : antibakteri, ubi jalar, Staphylococcus sp.
2 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
Investigation of Antibacterial Potential of Sweet Potato Brass Selected in
Inhibits Growth of Staphylococcus sp in the Laboratory
Nursidiq1, Ilah Nurlaelah
2, Ina Setiawati
3
Biology Education Studies Program University of Kuningan2 3
ABSTRACT
Sweet potatoes originating from West Java Kuningan has AC sweet potato
varieties which stands for Anak Ciremai. These varieties have two types of red
AC and white AC. The advantages of sweet potato which contains several
chemical compounds that have the potential as an antibacterial. The purpose of
this study was to determine the antibacterial potency of n-hexane extract of sweet
potato flesh Brass elected in inhibiting the growth of bacteria Staphylococcus sp.
Antibacterial activity of the extract was observed by disc diffusion method
showed the extract can inhibit the growth of Staphylococcus sp. Antibacterial test
results n-hexane extract of sweet potato red AC against Staphylococcus sp at
concentrations of 2000 ppm, 1000 ppm, and 500 ppm is obtained a different zone
of inhibition that is 4 mm, 2,58 mm and 3 mm. While the n-hexane extract of
sweet potato white against Staphylococcus sp AC at a concentration of 2000 ppm,
1000 ppm, and 500 ppm is obtained a different zone of inhibition is 3,66 mm,
3,75 mm and 3,75 mm. Based on the ANOVA test (two way) obtained results
significantly smaller value or almost the same in comparison with the level of
confidence on the type of sweet potato is 0,001 ≤ 0,05, so the n-hexane extract of
sweet potato elected brass potentially inhibit the growth of Staphylococcus sp.
LSD test results further indicate a difference in the average zone of inhibition due
to treatment concentration. In this case the concentration of 2000 ppm of the most
influential in inhibiting the growth of bacteria Staphylococcus sp.
Keywords : antibacterial, sweet potato, Staphylococcus sp.
3 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
PENDAHULUAN
Kuningan merupakan salah satu daerah produksi ubi jalar yang cukup
potensial. Namun, hingga saat ini belum banyak penelitian terhadap tanaman ubi
jalar di Kuningan. Masyarakat sangat awam akan informasi mengenai kandungan
gizi dalam tanaman ubi jalar dan khasiatnya bagi kesehatan terutama dalam
mengatasi penyakit serangan patogen. Sehingga, tanaman ubi jalar hanya
dimanfaatkan untuk konsumsi makanan harian saja.
Ubi jalar yang berasal dari Kuningan Jawa Barat memiliki varietas ubi jalar
AC yang merupakan singkatan dari Anak Ciremai. Varietas tersebut memiliki dua
jenis yaitu AC Merah dan AC Putih. Ubi jalar AC putih yang memiliki ciri-ciri
kulitnya berwarna putih, dagingnya berwarna kekuningan serta ukurannya tidak
terlalu besar seperti ubi putih pada umumnya dan bentuk daun sama seperti ubi
jalar lainnya.
Ubi jalar merupakan sumber energi yang baik dalam bentuk karbohidrat.
Komposisi kimia ubi jalar dipengaruhi oleh varietas, lokasi, dan musim tanam.
Pada musim kemarau, varietas yang sama akan menghasilkan kadar tepung yang
lebih tinggi daripada musim penghujan. Kandungan gizi dalam ubi jalar segar
berupa kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A,
vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan air (Soenarjo, 1984).
Dilihat dari kandungan gizinya yang cukup lengkap, ubi jalar dapat
memenuhi kebutuhan gizi bagi kesehatan tubuh. Zat-zat yang terkadung di
dalamnya dapat mencegah berbagai penyakit. Selain itu, ubi jalar juga
mengandung jenis senyawa fenol yang umum adalah flavonoid, asam fenolat,
polifenol (Ginting, dkk, 2011). Fungsi dari polifenol dan turunannya dikenal
sebagai antibakteri. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi
daya hambat ektrak n-heksan ubi jalar AC merah dan ubi jalar AC putih
Kuningan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp.
Menurut Murtiningsih dan Suyanti (2011:55) kandungan karbohidratnya yang
tinggi membuat ubi jalar dapat dijadikan sumber kalori. Selain itu kandungan
karbohidrat ubi jalar tergolong Low glycemix Index (LGI 51), yaitu tipe
karbohidrat yang jika dikonsumsi tidak akan menaikkan kadar gula darah secara
drastis. Sangat berbeda dengan beras dan jagung yang mengandung karbohidrat
dengan Glycemix Index tinggi yang dapat menaikkan gula darah secara drastis.
Oleh karena itu, ubi jalar sangat baik jika dikonsumsi penderita diabetes.
Dengan melihat kelimpahan dan manfaat dari ubi jalar di daerah Kuningan
ini, maka diperlukan penelitian dengan judul “Investigasi Potensi Antibakteri dari
Ubi Jalar Kuningan Terpilih dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus sp
di Laboratorium”.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Kultur
Jaringan Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Kuningan. Jalan Pramuka No.67 Kuningan 45512
Telp./Fax. (0232)871982. Dan waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
Februari sampai dengan bulan Mei 2015.
Bahan-bahan yang digunakan adalah ubi jalar (Ipomoea batatas) AC merah
dan ubi jalar AC putih Kuningan dengan usia 3-4 bulan yang telah dijadikan
4 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
tepung sebagai bahan untuk ekstrasi, bakteri uji yaitu Staphylococcus sp. Larutan
n-heksan teknis sebagai pelarut untuk ekstrasi daging ubi jalar. Kloramfenikol,
DMSO 1,25%, aquades steril, medium Manithol Salt Agar (MSA) dan medium
Nutrient Borth (NB) untuk medium pertumbuhan bakteri.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, kertas saring,
rotaryevaporator Buchi, incubator, lemari es, mikropipet ukuran 20-200𝜇L, 100-
1000 𝜇L, tabung reaksi, kompor, cawan petri, kertas cakram steril, jarum ose,
plastik wrappting, labu erlenmeyer, batang pengaduk, bayang L/Drugle,
alumunium foil, oven, kapas, kain kasa steril, kertas saring, kamera, kertas label,
karet gelang, kertas, blender.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode eksperimen, yaitu
dengan cara penelitian langsung terhadap objek yang diteliti. Penelitian ini
menggunakan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan mengunakan 5
perlakuan dan 3 kali ulangan.
Pembuatan Sampel
Daging ubi jalar varietas AC putih dan AC merah asal Kuningan Jawa Barat.
Kemudian pilih yang tidak memiliki penyakit atau lanas, lalu dibersihkan dari
tanah yang masih menempel. Ubi yang digunakan sebanyak 1 Kg, kemudian
dikupas dan dicuci sampai bersih. Kemudian ubi yang telah dibersihkan dipotong-
potong dengan ukuran yang lebih kecil untuk selanjutnya dikeringkan dalam
inkubator (drying air) selama 3 jam berturut-turut pada suhu 60°C, setelah ubi
dikeringkan tahapan selanjutnya ubi diblender hingga menghasilkan tepung ubi
yang kasar. Tepung ubi yang kasar tersebut disaring atau diayak kembali guna
menghasilkan tepung yang halus dan disimpan diwadah tertutup (PT. Galih
Estetika Kuningan, 2014).
Pembuatan Ekstrak Ditimbang sejumlah tepung ubi jalar AC Merah dan AC Putih sebanyak 300
g, kemudian dimaserasi dengan menggunakan pelarut n-heksan sebanyak 1 liter
selama 24 jam, kemudian ditutup dengan alumunium foil. Setelah perendaman
selama 24 jam disaring dan akan menghasilkan filtrat dan ampas. Filtrat yang
dihasilkan kemudian dipekatkan dengan menggunakan alat Rotary evaporator
sehingga menghasilkan ekstrak kental ubi jalar sebanyak 10 gram. Ekstrak yang
didapat sebanyak 10 gram yang akan digunakan untuk melakukan uji aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp dengan menggunakan metode kertas cakram (Modifikasi Umayah, 2007).
Sedangkan untuk pembuatan larutan uji dibuat dari ekstrak n-heksan ubi jalar
(Ipomoea batatas) AC merah dan AC putih dibuat stok 10 mg/ml dengan
dilarutkan dalam DMSO 1,25%, dibuat tiga konsentrasi untuk teknik pengenceran
yaitu 2000 ppm, 1000 ppm, 500 ppm. Pembuatan larutan uji ini dilakukan di
dalam laminar air flow secara aseptis.
Pembuatan Medium MSA (Petunjuk Preparasi Produk) Medium yang digunakan adalah Manithol Salt Agar (MSA). MSA dengan
komposisi : MSA sebanyak 54 gr dan aquades 500 ml. Medium dilarutkan dalam
aquades dan dipanaskan hingga larut sempurna, lalu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 7 ml dan dimasukkan juga pada Erlenmeyer sebanyak 250 ml
kemudian ditutup dengan alumunium foil, lalu disterilkan dalam autoklaf pada
5 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
suhu 121oC tekanan 1 atm selama 15 menit. Tabung reaksi dimiringkan dan di
diamkan hingga memadat.
Peremajaan Bakteri
Peremajaan bakteri adalah upaya yang dilakukan untuk memperlihatkan
sifat alami bakteri yang diisolasi. Bakteri yang diremajakan adalah jenis bakteri
biakan murni yaitu bakteri yang terdiri dari satu jenis bakteri yang dibutuhkan
tanpa adanya kontaminasi. Perlakuan aseptis sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan biakan murni. Sejumlah 1 ose bakteri di ambil dari biakan bakteri
uji, memasukan biakan bakteri uji ke dalam tabung reaksi agar miring dengan zig-
zag kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam (Kusmayati, 2007).
Sterilisasi Alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tentang
aktivitas antibakteri terlebih dahulu harus disterilisasikan dalam autoclave padda
suhu 121oC selama 15 menit (Mpila, Deby A, dkk.2012).
Pembuatan Medium NB (Nutrient Borth)
Pembuatan media nutrien broth (NB) yaitu dengan melarutkan 1,3 gr
nutrien broth dengan 100 ml aquadest kedalam erlenmeyer dan ditutup
alumunium foil, distirer dengan pemanas hingga mendidih lalu dimasukkan ke
tabung reaksi masing – masing 5 ml, kemudian ditutup dengan kapas dan
alumunium foil lalu distreril dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit
dan tekanan 1 atm (Prawira, 2013). Pembuatan natrium NB ini bertujuan untuk
menumbuhkan bakteri uji. Bakteri uji yang terdapat dalam agar miring diambil
sebanyak l ose, kemudian dimasukan kedalam larutan NB tadi, dihomogenkan
antara bakteri dan media NB. Selanjutnya ditutup dengan menggunakan kain kasa
dan kapas kemudian dililit dengan wraifing. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC
selama 24-48 jam sehingga kekeruhannya mencapai 25% (Kusmiyati,2007).
Pengujian Aktivitas Senyawa Antibakteri Ekstrak n-heksan Daging Ubi
Jalar AC Putih dan AC merah terhadap Bakteri Uji (Staphylococcus sp)
Ekstrak kloramfenikol yang akan diuji dilarutkan dalam DMSO 1,25 %
dengan konsentrasi 2000, 1000, dan 500 ppm (mg/I). Kertas cakram steril yang
telah ditetesi dengan ekstrak yang akan diuji yaitu ekstrak daging ubi jalar dan
kloramfenikol diletakkan di atas medium agar, kemudian diinkubasi selama 24
jam. Cawan petri yang sudah diisi dengan bakteri uji dan senyawa antibakkteri
kemudian dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 30C. Menurut penelitian (Prawiria, 2013) Uji daya hambat menggunakan metode difusi
kertas cakram. Disiapkan 5 cawan petri yang telah di dituangi media padat
kemudian ditambahkan 0,1 ml bakteri aktif media cair NB. Diratakan dengan
spreader (metode sebar) sampai mengering. Kemudian cakram disk dicelupkan
pada masing-masing perlakuan kosentrasi dekok daun kersen. Cakram disk hasil
celupan tersebut dianginkan agar kering dan diletakkan pada permukaan media
NA Setelah itu media tersebut diinkubasi selama 24–48 jam pada suhu 37oC.
Pengamatan dilakukan dengan melihat zona hambat/zona bening disekeliling
paper disk yang menunjukkan daerah hambatan pertumbuhan bakteri.
Zona hambat yang terbentuk dalam cawan petri diukur dengan cara
mengukur diameter zona bening yang tidak terlewati bakteri di sekitar kertas
cakram. Besarnya diameter hambatan yang dibentuk oleh ekstrak ubi jalar
6 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
(Ipomea batatas) dapat dibandingkan dengan diameter zona bening
kloramfenikol, sehingga dapat diketahui besarnya potensi hambatan dengan
rumus: 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑎𝑥 100%
Untuk langkah kerja dalam metode ekstraksi dan pengujian aktivitas
antibakteri pertama ubi jalar AC merah dan AC Putih dihaluskan dengan cara
diblender, setelah mendapatkan tepung dari ubi jalar AC Merah dan AC Putih
maka dilakukan maserasi dengan n-heksan selama 24 jam, dan filtrat AC merah
dan AC Putih dipekatkan dengan rotaryevaporator. Terbentuk ekstrak n-heksan
lalu pengujian aktivitas antibakteri sampai hasil uji.
Analisis Data
Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas terhadap daya kerja ekstrak n-heksan ubi jalar (Ipomoea batatas L)
AC Merah dan AC Putih pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp dari setiap
pengulangan dan konsentrasi. Sebelum melakukan uji hipotesis yang harus
dilakukan terlebih dahulu perhitungan uji normalitas dengan menggunakan
metode Two Way ANOVA dengan program Statistical Product Services Solution
(SPSS 16) dengan membandingkan antara hasil signifikansi dengan taraf
kepercayaan 95% atau α = 0,05, kemudian data dilanjutkan dengan uji LSD.
(Trihendradi, 2010)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas Penghambatan Ekstrak n-heksan Ubi Jalar AC Merah dan AC
Putih terhadap Bakteri Uji (Staphylococcus sp)
Hasil pengukuran zona hambat yang didapat dengan cara mengukur diameter
dari pengujian ekstrak n-heksan dengan metode kertas cakram, dalam pengujian
ini menggunakan kertas cakram yang sudah steril ditetesi 25 l dari masing-masing konsentrasi, yaitu ekstrak n-heksan ubi jalar AC Merah dan AC Putih,
Kloramfenikol dan DMSO 1,25%. Kemudian letakan pada cawan petri yang berisi
media MSA dan inkubasi selama 24-72 jam dengan suhu 370C. Hasil penelitian
pada ekstrak masing-masing konsentrasi dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2
sebagai berikut : Tabel 4.1
Rata-rata Diameter hambat (mm) ekstrak n-heksan ubi jalar AC Merah masing-
masing konsentrasi
Perlakuan
Diameter Hambat (mm)
Konsentrasi
2000 ppm
Konsentrasi
1000 ppm
Konsentrasi
500 ppm
DMSO
1,25%
Kloramfenikol
100 ppm
1 4,25 2,5 2,75 1 5,75
2 4,5 2,75 3 1 6,75
3 3,25 2,5 3,25 2 8
Rata-rata
(X) 4* 2,58* 3* 0,16* 6,83*
Ket : 1 = pengulangan ke 1, 2 = pengulangan ke 2, 3 = pengulangan ke 3, *= rata-rata
diameter hambat konsentrasi.
7 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
Tabel 4.2
Rata-rata Diameter hambat (mm) ekstrak n-heksan ubi jalar AC Putih masing-
masing konsentrasi
Perlakuan
Diameter Hambat (mm)
Konsentrasi
2000 ppm
Konsentrasi
1000 ppm
Konsentrasi
500 ppm
DMSO
1,25%
Kloramfenikol
100 ppm
1 3,75 3,5 4 1,25 5,75
2 3,75 3,5 3,5 1 10,5
3 3,5 4,25 3,75 1 11,25
Rata-rata
(X) 3,66* 3,75* 3,75* 1,08* 9,16*
Ket : 1 = pengulangan ke 1, 2 = pengulangan ke 2, 3 = pengulangan ke 3, *= rata-rata
diameter hambat konsentrasi.
Hasil dari pengujian ubi jalar AC merah dan AC putih didapat diameter zona
hambat dari yang terbesar sampai terkecil yaitu pada AC Merah terdapat pada
konsentrasi 2000 ppm (4 mm), 500 ppm (3 mm) 1000 ppm (2,58 mm) dan pada
ubi jalar AC Putih terdapat pada konsentrasi 1000 ppm (3,75 mm), 500 ppm (3,75
mm) dan 2000 ppm (3,66 mm). Dari data tabel 1.1 dan tabel 1.2 potensi hambat
ekstrak n-heksan ubi jalar AC Merah dan AC Putih dari masing-masing
konsentrasi dapat diketahui dengan cara menghitung besarnya rata-rata diameter
konsentrasi hambatan yang di bentuk oleh ekstrak ubi jalar AC Merah dan AC
Putih dibandingkan dengan rata-rata diameter zona bening kloramfenikol (100
ppm) sebagai kontrol positif di kali 100 %, sehingga di dapatkan hasil sebagai
berikut dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.3
Diameter Hambat (mm) dan Potensi Hambat (%) ekstrak n-heksan ubi jalar AC
Merah terhadap Bakteri Staphylococcus sp
Konsentrasi Diameter Hambat
(mm)
Potensi Hambat
(%)
Konsentrasi 2000 ppm 4* 58,56*
Konsentrasi 1000 ppm 2,58 37,77
Konsentrasi 500 ppm 3 43,92 Ket : * = Diameter hambat dan potensi hambat
Tabel 4.4
Diameter Hambat (mm) dan Potensi Hambat (%) ekstrak n-heksan ubi jalar AC
Putih terhadap Bakteri Staphylococcus sp
Konsentrasi Diameter Hambat
(mm)
Potensi Hambat
(%)
Konsentrasi 2000 ppm 3,66 39,95
Konsentrasi 1000 ppm 3,75* 40,93*
Konsentrasi 500 ppm 3,75* 40,93* Ket : * = Diameter hambat dan potensi hambat
Dari hasil pada tabel 4.3 dan 4.4 dapat dilihat bahwa potensi hambat terbesar
pada ubi jalar AC Merah ditunjukkan dengan nilai yang bervariasi dari
konsentrasi 2000 ppm (58,56%), konsentrasi 500 ppm (43,92%), konsentrasi 1000
8 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
ppm (37,77%) sedangkan potensi hambat terbesar pada ubi jalar AC Putih
ditunjukkan dari konsentrasi 1000 ppm (40,93%), konsentrasi 500 ppm (40,93%)
dan konsentrasi 2000 ppm (39,95%). Secara umum dapat ditunjukan bahwa
potensi hambat terbesar dari ubi jalar AC Merah terletak pada konsentrasi 2000
ppm (58,56%) dan potensi hambat terbesar pada ubi jalar AC Putih terletak pada
konsentrasi 1000 ppm (40,93%) dan konsentrasi 500 ppm (40,93%).
Uji Kandungan Senyawa Antibakteri Polifenol
Pengujian analisis kandungan senyawa polifenol ubi jalar AC merah dan ubi
jalar AC putih dilakukan menurut metode AOAC (2000) (Oktavia, dkk, 2013).
Untuk mengetahui kandungan senyawa antibakteri polifenol dari ubi jalar AC
merah dan AC putih dengan penentuan kadar kandungan polifenol menggunakan
metode AOAC (2000) dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Hasil Uji Kandungan Polifenol
No Kode
Sampel
Parameter
Uji
Metode
Uji
Hasil
Uji/Satuan RSD
1 Merah Total
polyfenol
AOAC
2000 356,78
19,25 ppm
5,40%
2 Putih Total
polyfenol
AOAC
2000 206,72
6,90 ppm
3,34%
Berdasarkan hasil uji kandungan polifenol pada tabel 5.1 terlihat bahwa
kandungan polifenol daging ubi jalar AC merah lebih tinggi dibandingkan
dengan kandungan polifenol pada daging ubi jalar AC putih. Seperti yang telah
kita ketahui Polifenol dan turunannya dikenal memiliki aktivitas antibakteri,
antimelanogenesis, antioksidan dan antimutagen (Lestari, 2012).
Analisis Data
Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas terhadap daya kerja ekstrak n-heksan ubi jalar (Ipomoea batatas L)
AC Merah dan AC Putih pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp dari setiap
pengulangan dan konsentrasi. Sebelum melakukan uji hipotesis yang harus
dilakukan terlebih dahulu perhitungan uji normalitas dengan menggunakan
metode Two Way ANOVA dengan program Statistical Product Services Solution
(SPSS 16) dengan membandingkan antara hasil signifikansi dengan taraf
kepercayaan 95% atau α = 0,05. Dari hasil data uji ANOVA diketahui nilai
signifikan lebih kecil atau hampir sama dibandingkan dengan taraf kepercayaan
yaitu 0,001 ≤ 0,05 sehingga diketahui hipotesis H1 diterima dan H0 ditolak.
Tabel 4.6
Hasil Uji ANOVA Two Way
Data Sig α F hit F tab Kesimpulan
Jenis 0,001 0,05 12,687 2,241 H1 diterima H0 ditolak
Dari tabel 4.6 dapat dirumuskan hipotesis dengan melihat bahwa nilai
signifikan lebih kecil atau hampir sama di bandingkan dengan taraf kepercayaan
pada jenis ubi jalar yaitu 0,001 ≤ 0,05. Sehingga untuk hipotesisnya H1 diterima
H0 ditolak. Selain itu juga uji hipotesis dapat dilakukan dengan membandingkan
9 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
nilai F hitung dengan F tabel, dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai F hitung
lebih besar dari nilai F tabel pada jenis 12,687 2,241. Dari data pada tabel 4.10 membuktikan bahwa ekstrak n-heksan ubi jalar kuningan terpilih berpotensi
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp. Sehingga dapat dilakukan
uji lanjut mengenai perbedaan nilai rata-rata dari tabel 4.6 dengan analisis Post
Hock Test LSD.
Adapun untuk hasil uji lanjut LSD dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel
4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Lanjut LSD
Konsentrasi
(I)
Konsentrasi
(J)
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95%Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
2000
1000 .67* .181 .000 .30 1.03
500 .46* .181 .014 .10 .82
1000 2000 -.67
* .181 .000 -1.03 -.30
500 -.21 .181 .255 -.57 .15
500 2000 -.46
* .181 .014 -.82 -.10
1000 .21 .181 .255 -.15 .57
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Dari tabel 4.6 bisa dilihat nilai dari konsentrasi 2000 ke 1000 yaitu 0,67*
dan 2000 ke 500 yaitu 0,46*. Sehingga terjadi perbedaan rata-rata yang
signifikan akibat pengaruh dari konsentrasi ekstrak terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus sp, hal ini didukung dari data pada tabel 4.6 pada kolom
sig < (0,05).
Uji lanjut LSD (tabel 4.6) terhadap diameter zona hambat bakteri
Staphylococcus sp menunjukkan adanya perbedaan rata-rata zona hambat akibat
perlakuan konsentrasi. Dalam hal ini konsentrasi 2000 ppm yang paling
berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp.
Pembentukan zona hambat di sekitar paper disk menunjukkan bahwa
ekstrak n-heksan ubi jalar mengandung senyawa aktif yang bersifat antibakteri,
yang diduga adalah polifenol (hasil uji senyawa polifenol). Senyawa aktif
tersebut dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus sp.
Hal ini menunjukan bahwa potensi ekstrak n-heksan ubi jalar (Ipomea
batatas) AC merah dan AC putih sebagai senyawa antibakteri mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp pada penelitian ini
konsentrasi 2000 ppm yang paling berpengaruh dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp.
10 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
Dilihat dari kandungan gizinya yang cukup lengkap, ubi jalar dapat
memenuhi kebutuhan gizi bagi kesehatan tubuh. Zat-zat yang terkadung di
dalamnya dapat mencegah berbagai penyakit. Selain itu, ubi jalar juga
mengandung jenis senyawa fenol yang umum adalah flavonoid, asam fenolat,
polifenol (Ginting, dkk, 2011). Fungsi dari polifenol dan turunannya dikenal
sebagai antibakteri.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Investigasi Potensi Antibakteri Dari
Ubi Jalar Kuningan Terpilih dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus sp
di Laboratorium dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga
kesimpulannya ekstrak n-heksan ubi jalar Kuningan Terpilih berpotensi
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp.
2. Ekstrak n-heksan ubi jalar AC merah memiliki potensi hambat yang lebih baik
dari ekstrak n-heksan ubi jalar AC putih terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus sp.
3. Dalam penelitian ini zona hambat terbesar pada Ubi jalar AC merah ada pada
konsentrasi 2000 ppm dan pada ubi jalar AC putih ada pada konsentrasi 1000
ppm dan 500 ppm.
SARAN
1. Pada penelitian ini yang menjadi masalah pada saat mengukur zona bening
dikarenakan diameter zona bening tidak selalu berbentuk lingkaran pada zona
beningnya sehingga dalam mengukurnya harus teliti.
2. Penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekstrak n-heksan ubi jalar AC
Merah dan ubi jalar AC Putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus sp.
3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan dalam ubi jalar AC
Merah dan ubi jalar AC Putih yang berkhasiat sebagai antibakteri terhadap
bakteri patogen lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Erliana, dkk. 2011. Potensi Ubijalar Ungu sebagai Pangan Fungsional.
Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian, Malang. Iptek Tanaman Pangan Vol. 6 No. 1 – 2011
Kusmayati dan Agustini, N. W. R. 2007. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari
Mikroalga (Porphyridium cruentum). B I O D I V E R S I T A S. ISSN:
1412-033X. Volume 8, nomor 1 Januari 2007 Halaman: 48-53.
Lestari, Sri. 2012. Ubi Jalar Sebagai Antioksidan.
https://srilestariey.blogspot.com/2012/10/13/ubi-jalar-sebagai-
antioksidan.html. Diakses tanggal 26 Januari 2015
Mpila, D.A. 2012. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun mayana (Coleus
atropurpureus benth) terhadap Staphylococcus aureus, echerichia coli
11 Proposal Skripsi/Nursidiq/Universitas Kuningan
dan pseudomonas aeruginosa secara invitro. Skripsi. Program Studi
Farmasi Fakultas MIPA. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Oktavia, Astrid Devita, dkk. 2013. Studi Awal Pemisahan Amilosa Dan
Amilopektin Pati Ubi Jalar (Ipomoea Batatas Lam) Dengan Variasi
Konsentrasi N-Butanol. Program Studi Kimia, Fakultas MIPA,
Universitas Tanjungpura. JKK, tahun 2013, volume 2(3), halaman 153-
156. ISSN 2303-1077
Prawira, Mahmud Yudha. 2013. Daya Hambat Dekok Daun Kersen (Muntingia
Calabura L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus
Penyebab Penyakit Mastitis Pada Sapi Perah. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
PT. Galih Estetika, 2014. Kuningan
Soenarjo, R. 1984. Potensi Ubi Jalar sebagai Bahan Baku Gula Fruktosa. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Umayah, Evi dan Moch. Amrun. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah
Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose. Jurnal ILMU DASAR,
Vol. 8 No. 1, 2007 : 83-90. Staf Pengajar Program Studi Farmasi
Universitas Jember
Pembimbing I
ILAH NURLAELAH, M.Si.
NIK. 410 380 321 45
Pembimbing II
INA SETIAWATI, M.Pd.
NIK. 410 380 913 18