Upload
independent
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang terkubur dalam tanah dan
membatu , ketika makhluk hidup mati sebagian jasad hancur tetapi bagian-bagian
yang keras sering terawetkan. Sisa-sisa ini lalu tertimbun endapan yang semakin
tebal karena terbungkus endapan. Ditambah dengan tekanan dan suhu yang
meningkat, pori-pori bahan organik itu lalu terisi oleh mineral-mineral tertentu,
terutama silika, sehingga akhirnya mengeras dan bertambah berat. Seperti batu
itulah yang disebut fosil.
Fosil yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam
beberapa kasus kandungan mineral berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya
terlarut semua, sehingga digantikan cetakan .
Pada saat di dalam tanah fosil terawetkan karena tidak tersentuh oleh udara
terutama oksigen dan mikroorganism terutama jamur (fosil yang terkubur dalam
tanah mengalami fase sterilisasi). Fosil yang terbawa ke permukaan bumi sudah
tidak steril lagi, sehingga membutuhkan perawatan khusus untuk menjaganya agar
tetap awet .
Berdasarkan pemaparan diatas yang telah dijelaskan, maka perlu di
lakukan suatu penelitian mengenai “ cara pemeliharaan fosil “.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah ini kami akan memberikan sebagian kecil
mengenai pengetahuan tentang Museum Sangiran, yakni: bagaimana cara
memelihara fosil di Sangiran. Sebagai yang telah kita ketahui, bahwa dalam
penulisan dari suatu hasil karya perlu ada penentuan masalah yang akan di bahas
pada bab-bab berikutnya.
1
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini selain memenuhi tugas
sekolah juga untuk mengetahui cara memelihara fosil yang ada di Museum Purba
Sangiran.
1.4 Manfaat
Manfaat yang kami peroleh dari penulisan dan penelitian ini, yakni:
1) Makalah yang kami buat ini dapat dijadikan tinjauan pustaka bagi yang
akan melakukan penelitian.
2) Dapat mengetahui cara pemeliharaan fosil di Museum Purba Sangiran.
3) Dapat mengetahui dampak positif diadakannya Museum Manusia Purba
di Sangiran.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembentukan Fosil
Para ahli dapat mengetahui keadaan alam dan kehidupan zaman purba
terutama dari fosil dan jejak-jejak yang tertera pada batuan. Fosil dan jejak pada
batuan terjadi melalui proses panjang. Ketika makhluk hidup mati sebagian jasad
hancur. Tetapi, bagian-bagian yang keras sering sekali terawetkan. Sisa ini lalu
tertimbun endapan yang semakin tebal. Karena terbungkus endapan di tambah
dengan tekanan dan suhu yang meningkat, pori-pori bahan organik itu lalu terisi
oleh mineral-mineral tertentu, terutama silika. Sehingga akhirya mengeras
bertambah berat. Batu itulah yang di sebut fosil (Sangiran).
2.2 Keadaan Fosil di Dalam Tanah
Fosil berumur ratusan tahun yang terkubur dalam tanah bisa bertahan
hingga saat ini, karena di dalam tanah fosil tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme
penghancur, itu artinya fosil dalam tanah terlindungi (Anonim).
2.3 Keadaan Fosil di permukaan Bumi
Dipermukaan bumi fosil harus dilindungi dari udara terutama oksigen
sehingga tidak menimbulkan tumbuhnya mikroorganisme penghancur terutama
jamur (Anonim).
3
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Museum Manusia Purba Sangiran yang terletak 10 km ke utara dari kota
Surakarta dan termasuk dalam Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Luas wilayah
situs Sangiran mencapai 56 km2 . Museum ini terdiri dari :
1) Kabupaten Sragen : Kecamatan Klupuk, Kecamatan Kalijambe, dan
Kecamatan Molong.
2) Kabupaten Karang Anyar: Kecamatan Gondong.
3.2 Waktu dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tersebut dilaksanakan pada :
1) Hari : Selasa
2) Tanggal : 10 Desember 2013
3) Waktu : Pukul 08.02 – 10.05 WIB
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi :
1) Buku
2) Bolpoin
3) Kamera
4) Alat rekam atau Hp
3.4 Data Penelitian
3.4.1 Jenis Data
Jenis data adalah observasi dan wawancara .
4
3.4.2 Sumber Data
a) Berdasarkan data observasi terhadap objek penelitian sebagian
besar dari fosil-fosil di Sangiran .
b) Literatur yang berkenaan dengan objek penelitian dan sumber-
sumber lain yang sesuai dengan objek penelitian.
3.4.3 Instrumen Penelitian
a) Jumlah Responden
Instrumen pengumpulan melalui wawancara langsung dan
pengumpulan data berasal dari buku dan internet.
b) Lokasi
Museum Manusia Purba Sangiran terletak di 4 Kecamatan yaitu
di Kecamatan Klupuk, Kecamatan Kalijambe, Kecamatan
Molong, Kecamatan Gondong Rejo yang termasuk 2 wilayah
Kabupaten yaitu Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa
Tengah.
c) Data
Data yang dikumpulkan menggunakan wawancara dari study
lapangan dan pengumpulan data dari study pustaka.
d) Pelaksana
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, pelaksana atau peneliti
menggunakan wawancara dan study pustaka.
5
3.4.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan berbagai metode sebagai berikut :
a) Wawancara,
b) Perangkat observasi,
c) Penggunaan dokumentasi,
d) Study pustaka, dan
e) Rekaman.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Reduksi Data
Metode yang digunakan adalah dengan merangkum, memilih, dan
memfokuskan hal-hal yang penting berhubungan dengan cara
pemeliharaan fosil.
3.5.2 Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat dalam bentuk
paragraf yang padu.
3.5.3 Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara.
Tetapi, jika kesimpulan awal didukung oleh bukti yang kuat, maka
pengumpulan data penelitian tersebut memiliki kesimpulan kredibel
(dapat dipercaya).
3.6 Rancangan Penelitian
Rancangan peneltian ini berisi tentang pemikiran yang mencakup
langkah-langkah penelitian secara sistematis untuk mencapai tujuan penelitian,
adapun rancangan penelitian sebagai berikut:
6
1. Membagi – bagi tugas,
2. Menyiapkan berbagai pertanyaan mengenai pemeliharaan fosil,
3. Membenarkan pertanyaan- pertanyaan yang telah di buat,
4. Datang ke Museum Manusia Purba Sangiran,
5. Menonton film, merekamnya dan mencatat hal – hal yang penting,
6. Menuju ruang pamer fosil manusia purba. Sebagian anggota
kelompok mengamati dan mencatat data - data yang penting selama di
ruang pamer serta mengambil foto yang dibutuhkan dalam penelitian
sebagai barang bukti. Sebagian anggota kelompok lainnya
mewawancarai guide, dan
7. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara dikumpulkan
sebagai bahan membuat makalah tentang pemeliharaan fosil di
Museum Manusia Purba Sangiran.
7
BAB IV
HASIL DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Data
Museum Manusia Purba Sangiran terletak di 4 kecamatan yang termasuk 2
lingkup Kabupaten. Museum Sangiran terletak di kecamatan Plupuk, Kalijambi,
dan Molong yang termasuk wilayah kabupaten Sragen. Selain itu museum ini juga
terletak di kecamatan Gondang Rejo, yang termasuk kabupaten Karanganyar di
provinsi Jawa Tengah. Walaupun masih terletak di lingkup Jawa, tapi museum
Sangiran tidak pernah melakukan ritual-ritual adat jawa untuk koleksi-koleksi
fosilnya.
Pada awal ditemukannya fosil, masyarakat sangiran berasumsi bahwa fosil
mengandung hal-hal yang mistis. Namun, asumsi itu lama-kelamaan memudar
dengan seiring datangnya ilmuwan ke Sangiran. Asumsi itu berubah menjadi
asumsi lain, bahwa fosil bukanlah benda mistis, melainkan benda yang
mengandung ilmu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk mengetahui
peradapan makhluk purba.
Museum Manusia Purba Sangiran tutup setiap hari Senin, khususnya untuk
ruang pamer. Pada hari libur inilah para staf museum khususnya instansi
pemeliharaan yaitu BPS (Badan Pemeliharaan Sangiran) melakukan perawatan
pada koleksi-koleksi fosil di museum . Dana pemeliharaan seluruhnya dari
pemerintah .
Pak Eko Prasetyo mengatakan bahwa perawatan koleksi-koleksi fosil
Museum Manusia Purba Sangiran tidaklah sulit dan memerlukan keahlian
khusus. Koleksi fosil cukup dibersihkan dari konkresi (kotoran yang menempel
pada fosil) menggunakan alat sederhana berupa kuas. Setelah itu dibersihkan
menggunakan larutah zat kimia berupa alkohol ataupun asam sulfat (H2SO4)
dengan cara disemprotkan. Pihak pemeliharaan museum lebih memilih
8
pembersihan melakukan larutan alkohol sehingga fosil terlihat lebih mengkilat
setelah dibersihkan.
Pada pengamatan yang telah dilakukan oleh tim pengamat kami, bahwa
pada Museum Manusia Purba Sangiran tidak ditemukan fosil yang rusak, cacat,
dan berjamur. Namun, tim pengamat menemukan fosil yang tidak terlindungi
(lihat lampiran).
4.2 Pembahasan
Fosil merupakan salah satu benda yang dipelajari untuk mengetahui
kehidupan makluk hidup di masa lalu. Umumnya, fosil diletakkan di museum
sebagai barang pemerintah yang pamerkan seperti di museum Sangiran.
Pemeliharaan fosil di museum sangiran tidaklah sulit. Pembersihan
konkresi dari fosil harus dengan hati-hati menggunakan ukuran kuas yang cocok
karena beberapa fosil memiliki celah dan lubang yang berbeda. Pemilihan larutan
kimia harus tepat seperti penyemprotan alkohol dibandingkan penyemprotan asam
sulfat yang dapat mengikis dan mengubah bentuk fosil sedikit demi sedikit.
Dalam hasil data telah dipaparkan bahwa tidak ada fosil dimuseum
Manusia Purba mengalami kerusakan, cacat, dan berjamur. Hal itu menandakan
bahwa perawatan yang dilakukan sudah benar.
9
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan :
1) Museum Sangiran adalah tempat menyimpan fosil-fosil yang telah
ditemukan,
2) Ternyata pemeliharaan fosil di Museum Manusia Purba Sangiran tidaklah
sulit dan tidak memerlukan trik khusus,
3) Pemeliharaan fosil di museum sangiran ditangani oleh salah satu instansi di
museum Sangiran yaitu BPS (Badan Pemeliharaan Sangiran),
4) Perawatan dan pembersihan fosil dilakukan seminggu sekali secara rutin
dengan cara:
a) Fosil dibersihkan dari konkresi menggunakan kuas, dan
b) Fosil dibersihkan dengan menggunakan cairan kimia yaitu alkohol, dan
5) Cara perawatan sudah benar.
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian dan pembuatan makalah ini, kami menyadari
penelitian kami memiliki kekurangan, untuk itu kami memberikan saran, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagi pihak Sangiran, fosil-fosil yang tidak terbungkus kaca atau
dipamerkan sebaiknya dilakukan pemeliharaan dalam periode yang lebih
cepat daripada fosil-fosil yang terbungkus kaca,
2. Bagi pihak penyelenggara study ilmiah, disetiap tempat objek penelitian
setidaknya jangan dipercepat atau diberi waktu yang pendek, karena yang
kami lakukan ini bukanlah sekedar penelitian yang setelah dilihat, selesai
begitu saja, itu bukanlah arti penelitian yang sesungguhnya. Tapi,
penelitian butuh waktu hingga semua data yang diperoleh dapat dipastikan
10
adalah kenyataan. Waktu yang dibutuhkan penelitian tidaklah cukup jika
satu jam atau dua saja. Namun, lebih dari itu, karena penelitian butuh
pengulangan untuk memastikan data sesuai dengan data yang diperoleh
tadi atau tidak. Sering kali data yang dibutuhakan lebih banyak dari yang
perkirakan.
3. Bagi Bapak atau Ibu guru, tolong beri kami informasi yang lebih mengenai
objek penelitian dan bantu kami pada saat penelitian. Misalnya, dalam
penelitian yang bertemakan “cara memelihara fosil”, bekali kami dengan
mikroskop sehingga memudahkan kami dalam penelitian. Bimbing kami
sedemikian rupa sehingga kami tidak kaget pada saat datang ke tempat
penelitian dan pada saat meneliti.
4. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai cara mebersihkan fosil dengan
larutan asam yang benar sehingga tidak hanya permukaannya saja terkena
larutan. Namun, permukaan yang di dalam pori-pori juga terkena dan
mengenai ukuran pH larutan asam yang sesuai, sehingga dapat membunuh
habis mikroorganisme yang merugikan keberadaan fosil tetapi fosil tetap
terlindungi dari asam tersebut.
11
LAMPIRAN
FOSIL YANG TIDAK TERLINDUNGI
Keterangan :
Fosil yang ditempatkan tanpa pelindung atau (kaca) memudahkan mikroorganisme penghancur untuk tumbuh dalam permukaan fosil.
12