13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang terkubur dalam tanah dan membatu , ketika makhluk hidup mati sebagian jasad hancur tetapi bagian-bagian yang keras sering terawetkan. Sisa-sisa ini lalu tertimbun endapan yang semakin tebal karena terbungkus endapan. Ditambah dengan tekanan dan suhu yang meningkat, pori-pori bahan organik itu lalu terisi oleh mineral-mineral tertentu, terutama silika, sehingga akhirnya mengeras dan bertambah berat. Seperti batu itulah yang disebut fosil. Fosil yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam beberapa kasus kandungan mineral berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya terlarut semua, sehingga digantikan cetakan . Pada saat di dalam tanah fosil terawetkan karena tidak tersentuh oleh udara terutama oksigen dan mikroorganism terutama jamur (fosil yang terkubur dalam tanah mengalami fase sterilisasi). Fosil yang terbawa ke permukaan bumi sudah tidak steril lagi, sehingga membutuhkan perawatan khusus untuk menjaganya agar tetap awet . Berdasarkan pemaparan diatas yang telah dijelaskan, maka perlu di lakukan suatu penelitian mengenai “ cara pemeliharaan fosil “. 1.2 Rumusan Masalah Dalam rumusan masalah ini kami akan memberikan sebagian kecil mengenai pengetahuan tentang Museum Sangiran, yakni: bagaimana cara memelihara fosil di Sangiran. Sebagai yang telah kita ketahui, bahwa dalam penulisan dari suatu hasil karya perlu ada penentuan masalah yang akan di bahas pada bab-bab berikutnya. 1

kti sangiran

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang terkubur dalam tanah dan

membatu , ketika makhluk hidup mati sebagian jasad hancur tetapi bagian-bagian

yang keras sering terawetkan. Sisa-sisa ini lalu tertimbun endapan yang semakin

tebal karena terbungkus endapan. Ditambah dengan tekanan dan suhu yang

meningkat, pori-pori bahan organik itu lalu terisi oleh mineral-mineral tertentu,

terutama silika, sehingga akhirnya mengeras dan bertambah berat. Seperti batu

itulah yang disebut fosil.

Fosil yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam

beberapa kasus kandungan mineral berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya

terlarut semua, sehingga digantikan cetakan .

Pada saat di dalam tanah fosil terawetkan karena tidak tersentuh oleh udara

terutama oksigen dan mikroorganism terutama jamur (fosil yang terkubur dalam

tanah mengalami fase sterilisasi). Fosil yang terbawa ke permukaan bumi sudah

tidak steril lagi, sehingga membutuhkan perawatan khusus untuk menjaganya agar

tetap awet .

Berdasarkan pemaparan diatas yang telah dijelaskan, maka perlu di

lakukan suatu penelitian mengenai “ cara pemeliharaan fosil “.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam rumusan masalah ini kami akan memberikan sebagian kecil

mengenai pengetahuan tentang Museum Sangiran, yakni: bagaimana cara

memelihara fosil di Sangiran. Sebagai yang telah kita ketahui, bahwa dalam

penulisan dari suatu hasil karya perlu ada penentuan masalah yang akan di bahas

pada bab-bab berikutnya.

1

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini selain memenuhi tugas

sekolah juga untuk mengetahui cara memelihara fosil yang ada di Museum Purba

Sangiran.

1.4 Manfaat

Manfaat yang kami peroleh dari penulisan dan penelitian ini, yakni:

1) Makalah yang kami buat ini dapat dijadikan tinjauan pustaka bagi yang

akan melakukan penelitian.

2) Dapat mengetahui cara pemeliharaan fosil di Museum Purba Sangiran.

3) Dapat mengetahui dampak positif diadakannya Museum Manusia Purba

di Sangiran.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembentukan Fosil

Para ahli dapat mengetahui keadaan alam dan kehidupan zaman purba

terutama dari fosil dan jejak-jejak yang tertera pada batuan. Fosil dan jejak pada

batuan terjadi melalui proses panjang. Ketika makhluk hidup mati sebagian jasad

hancur. Tetapi, bagian-bagian yang keras sering sekali terawetkan. Sisa ini lalu

tertimbun endapan yang semakin tebal. Karena terbungkus endapan di tambah

dengan tekanan dan suhu yang meningkat, pori-pori bahan organik itu lalu terisi

oleh mineral-mineral tertentu, terutama silika. Sehingga akhirya mengeras

bertambah berat. Batu itulah yang di sebut fosil (Sangiran).

2.2 Keadaan Fosil di Dalam Tanah

Fosil berumur ratusan tahun yang terkubur dalam tanah bisa bertahan

hingga saat ini, karena di dalam tanah fosil tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme

penghancur, itu artinya fosil dalam tanah terlindungi (Anonim).

2.3 Keadaan Fosil di permukaan Bumi

Dipermukaan bumi fosil harus dilindungi dari udara terutama oksigen

sehingga tidak menimbulkan tumbuhnya mikroorganisme penghancur terutama

jamur (Anonim).

3

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Museum Manusia Purba Sangiran yang terletak 10 km ke utara dari kota

Surakarta dan termasuk dalam Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Luas wilayah

situs Sangiran mencapai 56 km2 . Museum ini terdiri dari :

1) Kabupaten Sragen : Kecamatan Klupuk, Kecamatan Kalijambe, dan

Kecamatan Molong.

2) Kabupaten Karang Anyar: Kecamatan Gondong.

3.2 Waktu dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tersebut dilaksanakan pada :

1) Hari : Selasa

2) Tanggal : 10 Desember 2013

3) Waktu : Pukul 08.02 – 10.05 WIB

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi :

1) Buku

2) Bolpoin

3) Kamera

4) Alat rekam atau Hp

3.4 Data Penelitian

3.4.1 Jenis Data

Jenis data adalah observasi dan wawancara .

4

3.4.2 Sumber Data

a) Berdasarkan data observasi terhadap objek penelitian sebagian

besar dari fosil-fosil di Sangiran .

b) Literatur yang berkenaan dengan objek penelitian dan sumber-

sumber lain yang sesuai dengan objek penelitian.

3.4.3 Instrumen Penelitian

a) Jumlah Responden

Instrumen pengumpulan melalui wawancara langsung dan

pengumpulan data berasal dari buku dan internet.

b) Lokasi

Museum Manusia Purba Sangiran terletak di 4 Kecamatan yaitu

di Kecamatan Klupuk, Kecamatan Kalijambe, Kecamatan

Molong, Kecamatan Gondong Rejo yang termasuk 2 wilayah

Kabupaten yaitu Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa

Tengah.

c) Data

Data yang dikumpulkan menggunakan wawancara dari study

lapangan dan pengumpulan data dari study pustaka.

d) Pelaksana

Dalam pelaksanaan pengumpulan data, pelaksana atau peneliti

menggunakan wawancara dan study pustaka.

5

3.4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan berbagai metode sebagai berikut :

a) Wawancara,

b) Perangkat observasi,

c) Penggunaan dokumentasi,

d) Study pustaka, dan

e) Rekaman.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Reduksi Data

Metode yang digunakan adalah dengan merangkum, memilih, dan

memfokuskan hal-hal yang penting berhubungan dengan cara

pemeliharaan fosil.

3.5.2 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat dalam bentuk

paragraf yang padu.

3.5.3 Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara.

Tetapi, jika kesimpulan awal didukung oleh bukti yang kuat, maka

pengumpulan data penelitian tersebut memiliki kesimpulan kredibel

(dapat dipercaya).

3.6 Rancangan Penelitian

Rancangan peneltian ini berisi tentang pemikiran yang mencakup

langkah-langkah penelitian secara sistematis untuk mencapai tujuan penelitian,

adapun rancangan penelitian sebagai berikut:

6

1. Membagi – bagi tugas,

2. Menyiapkan berbagai pertanyaan mengenai pemeliharaan fosil,

3. Membenarkan pertanyaan- pertanyaan yang telah di buat,

4. Datang ke Museum Manusia Purba Sangiran,

5. Menonton film, merekamnya dan mencatat hal – hal yang penting,

6. Menuju ruang pamer fosil manusia purba. Sebagian anggota

kelompok mengamati dan mencatat data - data yang penting selama di

ruang pamer serta mengambil foto yang dibutuhkan dalam penelitian

sebagai barang bukti. Sebagian anggota kelompok lainnya

mewawancarai guide, dan

7. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara dikumpulkan

sebagai bahan membuat makalah tentang pemeliharaan fosil di

Museum Manusia Purba Sangiran.

7

BAB IV

HASIL DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data

Museum Manusia Purba Sangiran terletak di 4 kecamatan yang termasuk 2

lingkup Kabupaten. Museum Sangiran terletak di kecamatan Plupuk, Kalijambi,

dan Molong yang termasuk wilayah kabupaten Sragen. Selain itu museum ini juga

terletak di kecamatan Gondang Rejo, yang termasuk kabupaten Karanganyar di

provinsi Jawa Tengah. Walaupun masih terletak di lingkup Jawa, tapi museum

Sangiran tidak pernah melakukan ritual-ritual adat jawa untuk koleksi-koleksi

fosilnya.

Pada awal ditemukannya fosil, masyarakat sangiran berasumsi bahwa fosil

mengandung hal-hal yang mistis. Namun, asumsi itu lama-kelamaan memudar

dengan seiring datangnya ilmuwan ke Sangiran. Asumsi itu berubah menjadi

asumsi lain, bahwa fosil bukanlah benda mistis, melainkan benda yang

mengandung ilmu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk mengetahui

peradapan makhluk purba.

Museum Manusia Purba Sangiran tutup setiap hari Senin, khususnya untuk

ruang pamer. Pada hari libur inilah para staf museum khususnya instansi

pemeliharaan yaitu BPS (Badan Pemeliharaan Sangiran) melakukan perawatan

pada koleksi-koleksi fosil di museum . Dana pemeliharaan seluruhnya dari

pemerintah .

Pak Eko Prasetyo mengatakan bahwa perawatan koleksi-koleksi fosil

Museum Manusia Purba Sangiran tidaklah sulit dan memerlukan keahlian

khusus. Koleksi fosil cukup dibersihkan dari konkresi (kotoran yang menempel

pada fosil) menggunakan alat sederhana berupa kuas. Setelah itu dibersihkan

menggunakan larutah zat kimia berupa alkohol ataupun asam sulfat (H2SO4)

dengan cara disemprotkan. Pihak pemeliharaan museum lebih memilih

8

pembersihan melakukan larutan alkohol sehingga fosil terlihat lebih mengkilat

setelah dibersihkan.

Pada pengamatan yang telah dilakukan oleh tim pengamat kami, bahwa

pada Museum Manusia Purba Sangiran tidak ditemukan fosil yang rusak, cacat,

dan berjamur. Namun, tim pengamat menemukan fosil yang tidak terlindungi

(lihat lampiran).

4.2 Pembahasan

Fosil merupakan salah satu benda yang dipelajari untuk mengetahui

kehidupan makluk hidup di masa lalu. Umumnya, fosil diletakkan di museum

sebagai barang pemerintah yang pamerkan seperti di museum Sangiran.

Pemeliharaan fosil di museum sangiran tidaklah sulit. Pembersihan

konkresi dari fosil harus dengan hati-hati menggunakan ukuran kuas yang cocok

karena beberapa fosil memiliki celah dan lubang yang berbeda. Pemilihan larutan

kimia harus tepat seperti penyemprotan alkohol dibandingkan penyemprotan asam

sulfat yang dapat mengikis dan mengubah bentuk fosil sedikit demi sedikit.

Dalam hasil data telah dipaparkan bahwa tidak ada fosil dimuseum

Manusia Purba mengalami kerusakan, cacat, dan berjamur. Hal itu menandakan

bahwa perawatan yang dilakukan sudah benar.

9

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan :

1) Museum Sangiran adalah tempat menyimpan fosil-fosil yang telah

ditemukan,

2) Ternyata pemeliharaan fosil di Museum Manusia Purba Sangiran tidaklah

sulit dan tidak memerlukan trik khusus,

3) Pemeliharaan fosil di museum sangiran ditangani oleh salah satu instansi di

museum Sangiran yaitu BPS (Badan Pemeliharaan Sangiran),

4) Perawatan dan pembersihan fosil dilakukan seminggu sekali secara rutin

dengan cara:

a) Fosil dibersihkan dari konkresi menggunakan kuas, dan

b) Fosil dibersihkan dengan menggunakan cairan kimia yaitu alkohol, dan

5) Cara perawatan sudah benar.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian dan pembuatan makalah ini, kami menyadari

penelitian kami memiliki kekurangan, untuk itu kami memberikan saran, yaitu

sebagai berikut:

1. Bagi pihak Sangiran, fosil-fosil yang tidak terbungkus kaca atau

dipamerkan sebaiknya dilakukan pemeliharaan dalam periode yang lebih

cepat daripada fosil-fosil yang terbungkus kaca,

2. Bagi pihak penyelenggara study ilmiah, disetiap tempat objek penelitian

setidaknya jangan dipercepat atau diberi waktu yang pendek, karena yang

kami lakukan ini bukanlah sekedar penelitian yang setelah dilihat, selesai

begitu saja, itu bukanlah arti penelitian yang sesungguhnya. Tapi,

penelitian butuh waktu hingga semua data yang diperoleh dapat dipastikan

10

adalah kenyataan. Waktu yang dibutuhkan penelitian tidaklah cukup jika

satu jam atau dua saja. Namun, lebih dari itu, karena penelitian butuh

pengulangan untuk memastikan data sesuai dengan data yang diperoleh

tadi atau tidak. Sering kali data yang dibutuhakan lebih banyak dari yang

perkirakan.

3. Bagi Bapak atau Ibu guru, tolong beri kami informasi yang lebih mengenai

objek penelitian dan bantu kami pada saat penelitian. Misalnya, dalam

penelitian yang bertemakan “cara memelihara fosil”, bekali kami dengan

mikroskop sehingga memudahkan kami dalam penelitian. Bimbing kami

sedemikian rupa sehingga kami tidak kaget pada saat datang ke tempat

penelitian dan pada saat meneliti.

4. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai cara mebersihkan fosil dengan

larutan asam yang benar sehingga tidak hanya permukaannya saja terkena

larutan. Namun, permukaan yang di dalam pori-pori juga terkena dan

mengenai ukuran pH larutan asam yang sesuai, sehingga dapat membunuh

habis mikroorganisme yang merugikan keberadaan fosil tetapi fosil tetap

terlindungi dari asam tersebut.

11

LAMPIRAN

FOSIL YANG TIDAK TERLINDUNGI

Keterangan :

Fosil yang ditempatkan tanpa pelindung atau (kaca) memudahkan mikroorganisme penghancur untuk tumbuh dalam permukaan fosil.

12

FOSIL YANG TERLINDUNGI

KeteranganFosil yang terbungkus oleh pelindung (kaca) tidak akan ada pergantian udara dan tidak tersentuh tangan manusia sehingga tidak ada bakteri yang tumbuh serta fosil-fosil yang didalam kaca akan tetap awet.

13