Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAMPIRAN I
BERITA ACARA PELAKSANAAN RAPAT TKPRD
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PEMBAHASAN EVALUASI MUATAN TEKNIS RANPERDA
RTRW KABUPATEN NATUNA 2020-2040
16 JUNI 2020
BERITA ACARA RAPAT PEMBAHASAN EVALUASI MATERI MUATAN TEKNIS
RANPERDA RTRW KABUPATEN NATUNA TAHUN 2020 - 2040
Nomor : 003/ SA/ AAIJR;f.DA -riTRW IJA1UrJA / TARUNA NI/ 2. 020
Pada hari ini Selasa tanggal Enam Belas Juni Dua Ribu Dua Puluh telah dilakukan Rapat Pembahasan Evaluasi Materi Muatan Teknis Ranperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Natuna melalui video conference. guna membahas masukan, saran dan catatan-catatan strategis yang sesuai dengan kebijakan dan RTRW Provinsi Kepulauan Riau, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai dasar bagi Gubernur dalam memberikan Rekomendasi terhadap Ranperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Natuna untuk dapat diproses lebih lanjut oleh Menteri ATR/Kepala BPN guna mendapatkan persetujuan substansi.
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan, Ranperda RTRW Kabupaten Natuna perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Masukan, saran dan catatan-catatan strategis yang diberikan oleh TKPRD Provinsi Kepulauan Riau dalam matriks sebagaimana terlampir, agar dijadikan bahan penyempurnaan dan perbaikan Ranperda RTRW Kabupaten Natuna.
2. Perbaikan dan penyempurnaan tersebut akan disampaikan kembali kepada TKPRD Provinsi Kepulauan Riau sebagai dasar bagi Gubernur untuk memberikan Rekomendasi.
3. Matriks saran dan masukan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.
Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Tanjungpinang, 1� Juni 2020
KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANO DAN PERTANAHAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Rapat TKPRD Muatan Teknis RTRW Kabupaten Natuna 2020
DOKUMENTASI
RAPAT TKPRD MUATAN TEKNIS RTRW KABUPATEN NATUNA
Hari/ tanggal : Selasa / 16 Juni 2020
Waktu : 09.00 WIB – selesai
Media : Aplikasi Zoom Meeting Conferencing
Rapat TKPRD Muatan Teknis RTRW Kabupaten Natuna 2020
Pak Surat Mojo Perkim Natuna
Tim Rentaru Kab Natuna
Rapat TKPRD Muatan Teknis RTRW Kabupaten Natuna 2020
BPPD Natuna
Bu Hilda Disperindag Provinsi Kepri
Rapat TKPRD Muatan Teknis RTRW Kabupaten Natuna 2020
Pak Anggoro ESDM Kepri
Pak Wiwit DPUPP SDA Provinsi Kepri
Rapat TKPRD Muatan Teknis RTRW Kabupaten Natuna 2020
Hardi Nansyah
Pak Wan Evrizal Jakon DPUPP Provinsi Kepri
Rapat TKPRD Muatan Teknis RTRW Kabupaten Natuna 2020
Disnakertrans Natuna
Pak Suherman Kadisdik Natuna
LAMPIRAN II
SURAT SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NATUNA
PERIHAL TANGGAPAN HASIL RAPAT TKPRD PROVISI KEPULAUAN RIAU
11 AGUSTUS 2020
1
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
NATUNA
TAHUN 2020 - 2040
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI NATUNA,
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2017 – 2037
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,
Masukan Biro Hukum Prov. :
Agar mencantumkan lambang Burung Garuda pada Ranperda
- Masukan diterima
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelaraskan
perkembangan kebijakan strategis
nasional, provinsi, dan kabupaten, serta
dinamika internal di Kabupaten Natuna,
perlu dilakukan peninjauan kembali
terhadap sasaran Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Natuna Tahun 2011
– 2031;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 26
ayat (5) Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupatendapat ditinjaukembali 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun;
c. bahwa Peraturan DaerahKabupaten
Natuna Nomor 10 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Natuna Tahun 2011 – 2031 sudah tidak
sesuai dengan Peraturan Perundang-
Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
ketentuan Pasal 23 ayat (6) Undang-
undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2017 – 2037;
2
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
undangan dan belum dapat menampung
perkembangan kebutuhan pembangunan
dan investasi; dan
d. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Natuna Tahun
2020 – 2040.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999
tentang Pembentukan Kabupaten
Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu,
Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota
Batam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 181,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3902) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2008 tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 53 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Pelalawan,
Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten
Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten
Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten
Kuantan Singingi, dan Kota Batam
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Mengingat : 1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18
ayat (6);
2. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1960
Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
2013);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1974 tentang Pengairan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1974 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3037);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Nomor Republik Indonesia
3260);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1984 tentang Perindustrian
Masukan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman:
Perlu ditambahkan konsideran
mengingat terkait kebijakan
perumahan dan permukiman
seperti: 1. Undang – Undang Nomor
1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
2. Permen PUPR No. 3
Tahun 2013 tentang
Persampahan
3. Permen PU Nomor 4
Tahun 2017 tentang
Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik
(SPALD)
Masukan Biro Hukum Prov. :
Penambahan Konsideran
mengingat/dasar hukum yaitu:
1. Undang – Undang
Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem
- Masukan diterima
- Masukan
diterima
3
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Nomor 4880);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002
tentang Pembentukan Provinsi
Kepulauan Riau (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
111, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4237);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104; Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
84, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4739)
sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3274)
sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2014 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5492);
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888) sebagaimana
yang telah diubah dengan Undnag-
Undang Nomor 19 Tahun 2004
tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Kehutanan menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4410);
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4152);
8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
Perencanaan
Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara
Republik
IndonesiaTahun 2004
Nomor 104; Tambahan
Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 4421)
2. Undang – Undang
Nomor 17 Tahun
2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka
Panjang Nasional
Tahun 2005 – 2025
(Lembaran Negara
Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran
Negara Republik
Indonesia Nomor 4700)
3. Undang-Undang Nomor
44 Tahun 2007 tentang
Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas
Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2000
tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah
Pengganti
UndangUndang Nomor 1
Tahun 2000 tentang
Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan
4
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5490);
8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4775);
9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5188);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah kedua kalinya
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas
2002 tentang Pembentukan
Provinsi Kepulauan Riau
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 111,
Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Negara Nomor 4237);
9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun
2004 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4444);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2007 tentang Perkeretaapian
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara
Republlik Indonesia Nomor 4722);
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
12. Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2007 tentang Energi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara
RepublikIndonesia Nomor 4746);
13. Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2007 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2007
Bebas menjadi Undang-
Undang (Lembaran
Negara Republik
Indonesia Tahun 2007
Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 4775);
4. Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun
2012 tentang Rencana
Tata Ruang Pulau
Sumatera (Lembaran
Negara Republik
Indonesia Tahun 2012
Nomor 31);
5. Peraturan Presiden
Nomor 122 Tahun 2012
tentang Reklamasi di
wilayah Pesisir dan
Pulau- Pulau Kecil
(Lembaran Negara
Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 267);
6. Peraturan Presiden
Nomor 56 Tahun
2018 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional
(Lembaran Negara
Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 107);
7. Penambahan dasar
hukum yakni Peraturan
Menteri Dalam Negeri
Nomor 115 Tahun 2017
tentang Mekanisme
5
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5103);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833)
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6042);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2019 tentang Rencana Tata Ruang Laut
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6345);
14. Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Pulau
tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2000
tentang Penetapan Peraturan
Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4775);
14. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849);
15. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4959);
16. Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5025);
17. Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan
(Lembaran Negara Republik
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Daerah
8. Penambahan dasar
hukum yakni Peraturan
Menteri Dalam Negeri
Nomor 116 Tahun 2017
tentang Mekanisme
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Daerah
9. Penambahan dasar
hukum yakni
Peraturan Daerah
Kabupaten Natuna
tentang RPJPD….
10. Penambahan dasar
hukum yakni
Peraturan Daerah
Kabupaten Natuna
tentang RPJMD….
6
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Sumatera (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 31);
15. Peraturan Presiden Nomor 122 tahun
2012 tentang Reklamasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 267);
16. Peraturan Presiden Nomor 56 tahun 2018
tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
107);
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 470);
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor
04/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
456);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
115 Tahun 2017 tentang Mekanisme
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1853);
Indonesia Tahun 2009 Nomor 133,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5052);
18. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
19. Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2010 tentang Cagar Budaya
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5168);
20. Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4739)
sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5490);
21. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
7
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
116 Tahun 2017 tentang Koordinasi
Penataan Ruang Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1854);
21. Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan
Kota (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 394);
22. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan
Riau Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2017-2037
(Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan
Riau Tahun 2017 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan
Riau Nomor 43);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Natuna
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah
Kabupaten Natuna Tahun 2011 Nomor 8,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Natuna Tahun 2011 Nomor 8); dan
24. Peraturan Daerah Kabupaten Natuna
Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Natuna Tahun 2016-2021
(Lembaran Daerah Kabupaten Natuna
Tahun 2016 Nomor 7).
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587);
sebagaimana telah diubah kedua
kalinya dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang –
Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah daerah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 68
Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3776);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4655)
24. Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2007 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4757) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan
8
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pemerintah nomor 5 tahun 2011
(Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5195);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2007 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Bintan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4758);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 48
Tahun 2007 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Karimun (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 109, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4759);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 151
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070);
9
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
29. Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 30, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5112) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 61 tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5325);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 68
Tahun 2010 Tentang Bentuk Dan
Tata Cara Peran Masyarakat Dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5160);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2011 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik
10
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Indonesia Tahun 2011 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5230);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 193,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5468);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5393);
35. Peraturan Presiden Nomor 87
tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Batam Bintan
Karimun (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 127);
36. Peraturan Presiden Nomor 13
Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Pulau Sumatera (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 31);
37. Peraturan Presiden Nomor 122
tahun 2012 Tentang Reklamasi di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 267);
38. Peraturan Presiden Nomor 2
11
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015 – 2019
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
39. Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 tentang Program
Strategis Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 4);
40. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum,
Permukiman, dan Perumahan Rakyat
No. 37/PRT/M/2015 tentang Izin
Penggunaan dan/atau Sumber Air;
41. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum,
Permukiman, dan Perumahan
Rakyat No. 04/PRT/M/2016 tentang
Kriteria Penetapan Wilayah Sungai;
42. Peraturan Daerah Provinsi
Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun
2009 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang
Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025
(Lembaran Daerah Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2009 Nomor
2);
43. Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor
SK.76/MenLHK-II/2015 tentang
Perubahan Peruntukan Kawasan
Hutan Menjadi Bukan Kawasan
Hutan Seluas 207.569 Ha,
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
12
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
seluas 60.299 Ha dan Perubahan
Bukan Kawasan Hutan Menjadi
Kawasan Hutan seluas 536 Ha di
Provinsi Kepulauan Riau.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
NATUNA
dan
BUPATI NATUNA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan: RANCANGAN PERATURAN DAERAH
TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2020-2040
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
dan
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2017 – 2037
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat, yaitu
Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintahan Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Kepulauan Riau.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Masukan Biro Hukum Prov.
1. Pasal 1 angka 5: Bupati adalah Bupati Natuna 2. Pasal 1 angka 2 dan 3
dihapus.
- Masukan diterima
13
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
2. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Kepulauan
Riau.
3. Bupati adalah Bupati Natuna.
4. Provinsi adalah Provinsi Kepulauan Riau.
5. Kabupaten adalah Kabupaten Natuna.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Natuna.
7. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut NKRI adalah Negara Indonesia.
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan,
ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan
kehidupannya.
9. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
10. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi
utama lindung atau budidaya.
11. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.
12. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
13. Penataan ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
14. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten
adalah arahan pengembangan wilayah yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah guna mencapai
tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten.
15. Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten adalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah
sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom.
4. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Riau
yang karena jabatannya berkedudukan juga
sebagai Wakil Pemerintah di wilayah Provinsi
Kepualuan Riau.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disingkat dengan DPRD adalah
lembaga perwakilan rakyat daerah yang
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.
8. Penataan ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
9. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait padanya
yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional.
10. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
14
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam
langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang
menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur
ruang, pola ruang, dan kawasan strategis
Kabupaten.
16. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
17. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya
disingkat PKSN adalah kawasan perkotaan yang
ditetapkan untuk mendorong pengembangan
kawasan perbatasan negara.
18. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat
PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala Kabupaten atau
beberapa kecamatan.
19. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya
disingkat PPK adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan
atau beberapa desa.
20. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya
disingkat PPL adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa.
21. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori
dan jalan kabel.
22. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan jaringan
11. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Kepulauan Riau yang selanjutnya disebut RTRW
Provinsi adalah rencana tata ruang yang memuat
tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
wilayah, serta menetapkan kawasan-kawasan yang
harus dilindungi dan kawasan-kawasan yang dapat
dibudidayakan, termasuk di dalamnya kawasan-
kawasan produksi, kawasan permukiman, sistem
prasarana dan sarana serta wilayah-wilayah dalam
Provinsi yang akan diprioritas pengembangannya
dalam kurun waktu perencanaan.
12. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan
ruang pelabuhan berupa peruntukkan rencana tata
guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan
Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan.
13. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama
lindung atau budidaya.
14. Kawasan lindung adalah wilayah yang berada
dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
15. Kawasan budidaya adalah wilayah yang berada
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
16. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.
17. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
15
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
jalan yang terdiri atas sistem jaringan jalan primer
dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin
dalam hubungan hierarki.
23. Jalan nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor
dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.
24. Jalan provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota
provinsi dengan ibukota Kabupaten/kota, atau antar
ibukota Kabupaten/kota dan jalan strategis provinsi.
25. Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem
jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan
nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan
ibukota Kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antar ibukota kecamatan, ibukota Kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah Kabupaten, dan jalan
strategis Kabupaten.
26. Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
27. Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi.
28. Jalan lingkungan adalah jalan umum yang
menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan
kawasan perdesaan.
29. Subterminal adalah feeder atau pemberhentian
penumpang yang terintegrasi dengan terminal.
susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
18. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk
dan atau berada oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
19. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang
bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan,
dan hasil hutan yang diselenggarakan secara
terpadu.
20. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak
dapat dipisahkan.
21. Hutan produksi, yang selanjutnya disingkat HP
adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan.
22. Hutan lindung, yang selanjutnya disingkat HL
adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut,
dan memelihara kesuburan tanah.
23. Hutan konservasi, yang selanjutnya disingkat HK
adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya.
24. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri
khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan
dan satwa serta ekosistemnya, yang juga
16
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
30. Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas tertentu yang digunakan
sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat
barang, dan tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta fasilitas pokok, dan fasilitas penunjang
lainnya.
31. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang kemudian
disingkat PLTD.
32. Saluran Udara Tegangan Menengah yang
kemudian disingkat SUTM.
33. Gardu hubung atau yang juga disebut sebagai
gardu distribusi adalah bangunan gardu listrik berisi
atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung
Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Trafo
Distribusi, dan Perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok
kebutuhan daya listrik bagi para pelanggan baik
dengan Tengangan Menengah (TM 20kV) maupun
Tegangan Rendah (TR 220/380 V).
34. Serat optik (fiber optic) adalah saluran transmisi
atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau
plastik yang sangat halus, dan dapat digunakan
untuk mentransmisikan sinyal dari suatu tempat ke
tempat lain.
35. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
36. Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan laut.
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan.
25. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan
dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
26. Taman buru adalah kawasan hutan yang di tetapkan
sebagai tempat wisata berburu.
27. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH
adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, yang penggunanya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
28. Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah
yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri
dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran
komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau
kegiatan pendukung lainnya.
29. Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan
dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang berada
sebagai warisan dunia.
30. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan.
31. Laut adalah perairan lepas pantai yang meliputi
17
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
37. Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil
atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer
persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.
38. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan.
39. Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang
merupakan bagian dari kawasan lindung yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
ekosistem penyangga kehidupan untuk mengatur
tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
40. Kawasan resapan air adalah kawasan yang
mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan
air hujan yang berguna sebagai sumber air.
41. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian
pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk
dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m (seratus
meter) dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
42. Sempadan sungai adalah ruang antara tepi palung
sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang
terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai.
43. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
44. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,
permukaan, badan, dan dasar laut.
32. Perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesia
beserta perairan kepulauan dan perairan
pedalamannya.
33. Wilayah pesisir adalah Daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan laut.
34. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau
sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer
persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.
35. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil adalah suatu proses perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antar
sektor antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah,
antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu
pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
36. Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas angkutan di perairan, kepelabuhanan,
keselamatan dan keamanan serta perlindungan
lingkungan maritim.
37. Angkutan di Perairan adalah kegiatan
mengangkut dan/atau memindahkan penumpang
dan/atau barang dengan menggunakan kapal.
38. Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
39. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan
untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan
ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang
18
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan.
45. Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan
memiliki fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
46. Hutan produksi tetap adalah kawasan hutan
dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan
intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai
di bawah 125 (seratus dua puluh lima) di luar
kawasan lindung.
47. Hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan
dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan
intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai
antara 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan
174 (seratus tujuh puluh empat) di luar kawasan
hutan lindung.
48. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri
atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah
perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan
hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis.
49. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
50. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
dan/atau barang, keselamatan dan keamanan
berlayar, tempat perpindahan intra-dan / atau antar
moda serta mendorong perekonomian nasional dan
daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang
wilayah.
40. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas
daratan dan/atau perairan dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan pengusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi.
41. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat
digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut
dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di
laut atau di sungai.
42. Pelabuhan Utama adalah Pelabuhan yang fungsi
pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam
negeri dan internasional, alih muat angkutan laut
dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar,
dan sebagai tempat asal tujuan penumpang,
dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan
dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
43. Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang
fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri, alih muat angkutan dalam negeri
dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal
tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
antarprovinsi.
19
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara.
51. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
52. Kawasan pariwisata adalah kawasan yang memiliki
fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata.
53. Kawasan permukiman perkotaan adalah wilayah
yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial
dan kegiatan ekonomi.
54. Kawasan permukiman perdesaan adalah wilayah
yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
55. Kawasan pertahanan dan keamanan negara adalah
wilayah yang ditetapkan secara nasional yang
digunakan untuk kepentingan pertahanan.
56. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok
orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi,
dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah
lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
57. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif
masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
44. Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang
fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri, alih muat angkutan dalam negeri
dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi
pelabuhan utama dan pelabuhan penggumpul, dan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau
barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan dalam provinsi.
45. Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas
daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-
batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan
yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.
46. Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas
kolam sandar dan tempat kapal bersandar atau
tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan
naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar
muat.
47. Terminal Angkutan Jalan adalah pangkalan
kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan,
menaikkan dan menurunkan orang dan/atau
barang, serta perpindahan moda angkutan.
48. Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di
luar Daerah lingkungan kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang
merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk
melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya.
49. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) adalah
terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan
20
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
58. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang
selanjutnya disingkat TKPRD adalah badan bersifat
ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan mempunyai
fungsi membantu tugas Bupati dalam koordinasi
penataan ruang di daerah.
Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan
untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan
usaha pokoknya.
50. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah
perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal
khusus yang digunakan secara langsung untuk
kegiatan pelabuhan.
51. Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang
digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat
dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar
muat barang, dan tempat perpindahan infra dan
antarmoda transportasi yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta fasilitas pokok, dan fasilitas penunjang lainnya.
52. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah
perairan disekeliling daerah lingkungan kerja
perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk
menjamin keselamatan pelayaran.
53. Pusat Kegiatan Nasional, yang selanjutnya disingkat
PKN, adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala internasional,
nasional, atau beberapa provinsi.
54. Pusat Kegiatan Wilayah, yang selanjutnya disingkat
PKW, adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota.
55. Pusat Kegiatan Strategis Nasional, yang selanjutnya
disingkat PKSN, adalah kawasan perkotaan yang
berada untuk mendorong pengembangan kawasan
perbatasan negara.
56. Pusat Kegiatan Lokal, yang selanjutnya disingkat
PKL, adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
21
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau
beberapa kecamatan.
57. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral, batubara
dan panas bumi yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang.
58. Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut
WP adalah wilayah yang memiliki potensi mineral
dan tidak terikat dengan batasan administrasi
pemerintahan yang merupakan bagian dari tata
ruang nasional.
59. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja
yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia,
dan elektromagnetika.
60. Kelembagaan Penataan Ruang Daerah adalah
badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk
mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi
Kepulauan Riau dan mempunyai fungsi membantu
pelaksanaan tugas Gubernur dalam koordinasi
penataan ruang di Daerah.
61. Masyarakat adalah orang perseorangan,
kelompok orang dari berbagai kategori termasuk
masyarakat hukum adat, kelompok termarjinalkan
dan/atau rentan, korporasi, dan/atau pemangku
kepentingan non-pemerintah lain dalam penataan
ruang.
62. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan
untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
22
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan dan penegakkan hukum.
63. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang
berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk
melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara
lestari.
64. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif
masyarakat dengan memperhatikan akses,
partisipasi, keterlibatan dalam pengambilan
keputusan dan kesempatan dari berbagai kelompok
masyarakat untuk menikmati manfaat dari
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Bagian Kedua
Peran dan Fungsi
Pasal 2
RTRW Kabupaten berfungsi sebagai:
a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah;
b. acuan dalam pemanfaatan ruang/ pengembangan
wilayah Kabupaten;
c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan
pembangunan dalam wilayah Kabupaten;
d. acuan lokasi investasi dalam wilayah Kabupaten;
e. pedoman penyusunan rencana rinci tata ruang
Kabupaten;
23
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam
penataan/pengembangan wilayah Kabupaten; dan
g. acuan dalam administrasi pertanahan.
Bagian Ketiga
Lingkup Wilayah Perencanaan
Pasal 3
(1) Natuna mencakup wilayah yang secara geografis
terletak pada 1016’–7019’ LU (Lintang Utara) dan
105000’–110000’ BT (Bujur Timur) dengan luas
wilayah daratan kurang lebih 198.127 hektare.
(2) Batas-batas wilayah Kabupaten Natuna meliputi:
a. sebelah Utara berbatasan denganLaut Natuna
Utara
b. sebelah Timur berbatasan dengan Negara
Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat;
c. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Bintan; dan
d. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Kepulauan Anambas.
(3) Lingkup wilayah Kabupaten Natuna meliputi:
a. Kecamatan Bunguran Timur;
b. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
c. Kecamatan Bunguran Barat;
d. Kecamatan Bunguran Batubi;
e. Kecamatan Bunguran Selatan;
f. Kecamatan Bunguran Tengah;
g. Kecamatan Bunguran Utara;
h. Kecamatan Pulau Tiga;
i. Kecamatan Pulau Tiga Barat;
j. Kecamatan Pulau Laut;
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Wilayah perencanaan RTRW Provinsi Kepulauan Riau
mencakup seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Riau
dengan luas keseluruhan sebesar 425.214,67 km2 yang
terdiri atas:
a. Daratan seluas 9.982,88 km2; dan
b. Lautan seluas 415.231,79 km2.
(2) Wilayah perencanaan RTRW Provinsi terletak di antara
07019' Lintang Utara – 0040' Lintang Selatan dan 10303' –
110000' Bujur Timur dengan batas-batas wilayah
perencanaan sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Laut China Selatan
b. Sebelah selatan : Provinsi Bangka Belitung dan
Provinsi Jambi
c. Sebelah Barat : Negara Singapura, Negara
Malaysia, dan Provinsi Riau
d. Sebelah Timur : Negara Malaysia dan Provinsi
Kalimantan Barat
(3) Wilayah perencanaan RTRW Provinsi Kepulauan Riau
meliputi 5 (lima) Kabupaten dan 2 (dua) Kota, terdiri atas:
a. Kabupaten Bintan;
b. Kabupaten Karimun;
c. Kabupaten Lingga;
d. Kabupaten Natuna;
e. Kabupaten Kepulauan Anambas;
24
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
k. Kecamatan Midai;
l. Kecamatan Suak Midai;
m. Kecamatan Subi;
n. Kecamatan Serasan; dan
o. Kecamatan Serasan Timur.
f. Kota Batam; dan
g. Kota Tanjungpinang.
Pasal 4
Materi muatan RTRW Kabupaten ini meliputi:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang;
b. rencana struktur ruang;
c. rencana pola ruang;
d. penetapan kawasan strategis;
e. arahan pemanfaatan ruang; dan
f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 3
RTRW Provinsi meliputi:
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah
provinsi;
b. Struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi pusat-pusat
kegiatan, sistem jaringan prasarana utama, dan sistem
jaringan prasarana lainnya;
c. Pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan
lindung, kawasan budidaya, dan pemanfaatan ruang laut;
d. Penetapan kawasan strategis provinsi;
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi
indikasi program utama jangka menengah lima tahunan;
f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
provinsi yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi
sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi;
g. Hak, kewajiban dan peran masyarakat dalam penataan
ruang wilayah provinsi; dan
h. Kelembagaan Penataan Ruang Daerah.
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN
RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN
RUANG
Bagian Kesatu
Masukan Biro Hukum Prov. :
Penyempurnaan pasal menjadi ”Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Natuna adalah Mewujudkan.....
- Masukan diterima
25
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 5
Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Natuna adalah
mewujudkan ruang Kabupaten Natuna sebagai gerbang
utara Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mandiri,
berdaya saing berbasis agrominawisata, migas, industri,
serta pertahanan dan keamanan dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
Tujuan
Pasal 4
Penataan Ruang Wilayah Daerah bertujuan untuk
mewujudkan Kepulauan Riau yang maju dan sejahtera
melalui penataan ruang yang optimal dan berkelanjutan
sebagai wilayah kepulauan.
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Paragraf 1
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 6
Dalam rangka mewujudkan tujuan penataan ruang
sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 diperlukan kebijakan
penataan ruang kabupaten meliputi:
a. pengembangan pusat-pusat pelayanan yang dapat
mendorong pertumbuhan merata tanpa
mengesampingkan kondisi lingkungan di seluruh
wilayah dengan hierarki dan skala pelayanannya;
b. pengembangan sistem jaringan infrastruktur
transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya
air, dan lingkungan permukiman yang terintegrasi
dengan mempertahankan kondisi daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup;
c. pemanfaatan kawasan lindung yang efisien, serasi,
dan seimbang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan dan kemampuan daya dukung
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Pasal 5
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, berupa kebijakan penataan ruang
wilayah provinsi yang meliputi:
a. Pengembangan keterpaduan pusat-pusat kegiatan;
b. Mendorong terbentuknya aksesibilitas jaringan
transportasi kepulauan;
c. Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah;
d. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam guna
mendorong pengembangan ekonomi wilayah;
e. Mengembangkan zona dan kawasan industri berdaya
saing global;
f. Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, Karimun;
(pengembangan Kawasan Khusus)
g. Memelihara kelestarian wilayah kepulauan; dan
26
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
wilayah kepulauan;
d. pelestarian dan peningkatan fungsi serta daya
dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan
dan meningkatkan keseimbangan ekosistem,
melestarikan keanekaragaman hayati,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi
perlindungan kawasan, melestarikan keunikan
bentang alam, dan melestarikan warisan budaya
daerah;
e. pengembangan sektor ekonomi bertumpu pada
sektor migas, sumber daya bahari, pertanian, dan
pariwisata;
f. pengembangan dan peningkatan fungsi pertahanan
dan keamanan; dan
g. percepatan perwujudan kawasan strategis sudut
pandang ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan
hidup.
h. Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan
negara.
Paragraf 2
Strategi Penataan Ruang
Pasal 7
(1) Strategi pengembangan pusat-pusat pelayanan yang
dapat mendorong pertumbuhan merata tanpa
mengesampingkan kondisi lingkungan di seluruh
wilayah dengan hierarki dan skala pelayanannya
meliputi:
a. menetapkan kawasan perkotaan sebagai pusat
pelayanan kawasan sesuai dengan kesatuan
fungsional pengembangan wilayah; dan
b. Menentukan hierarki pusat pelayanan berdasarkan
aspek perekonomian pulau-pulau kecil, konservasi
alam, dan kependudukan.
Pasal 6
Untuk melaksanakan Kebijakan Pengembangan
Keterpaduan Pusat-Pusat Kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf a, berupa strategi yang meliputi:
a. Meningkatkan fungsi Pusat-Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) dan Pusat-Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
b. Mengembangkan Pusat-Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan
sentra-sentra produksi;
c. Mengembangkan dan meningkatkan keterkaitan
antarpusat kegiatan dan wilayah hinterland; dan
d. Mendorong pengembangan pusat-pusat kegiatan di
wilayah perbatasan.
27
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
(2) Strategi pengembangan sistem jaringan infrastruktur
transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air,
lingkungan permukiman, yang terintegrasi dengan
mempertahankan kondisi daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup meliputi:
a. mengembangkan dan meningkatkan aksesibilitas
untuk menghubungkan antarpusat kawasan melalui
sistem jaringan transportasi antarmoda yang
terintegrasi;
b. mengembangkan sarana dan prasarana energi
serta menciptakan energi alternatif terbarukan yang
efisien dan ramah lingkungan;
c. mengembangkan sarana dan prasarana
telekomunikasi yang terjangkau seluruh wilayah;
d. mengembangkan sarana dan prasarana air baku
dan air bersih untuk mewujudkan ketersediaan air
bersih;
e. meningkatkan kualitas jaringan infrastruktur
pemanfaatan sumber daya air serta mewujudkan
keterpaduan sistem jaringan sumber daya air;
f. mengembangkan kualitas dan kuantitas pelayanan
prasarana air limbah, penyediaan sistem
pengolahan air limbah yang komprehensif, dan
peningkatan kualitas pengelolaan air limbah
beracun dan berbahaya;
g. mengembangkan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan di perkotaan dan pulau-
pulau kecil berpenghuni; dan
h. mengembangkan sarana dan prasarana jaringan
evakuasi bencana.
(3) Strategi pemanfaatan kawasan lindung yang efisien,
serasi, dan seimbang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan dan kemampuan daya dukung wilayah
kepulauan meliputi:
Pasal 7
Untuk melaksanakan Kebijakan Mendorong Terbentuknya
Aksesibilitas Jaringan Transportasi Kepulauan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, berupa strategi yang
meliputi:
a. Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan secara
hirarkis yang menghubungkan antar pusat-pusat
kegiatan dengan masing-masing wilayah pelayanan;
b. Integrasi sistem intermoda dan perpindahan antarmoda
di seluruh wilayah kepulauan;
c. Pengembangan rute-rute pelayanan moda transportasi
publik menjangkau seluruh wilayah kepulauan sesuai
dengan intensitas aktivitas;
d. Pengembangan dan peningkatan kualitas layanan
terminal umum, dan pelabuhan laut, sebagai simpul
transportasi; dan
e. Pembangunan jembatan penghubung antarpulau.
Pasal 8
Untuk melaksanakan Kebijakan Pengembangan Sistem
Jaringan Prasarana Wilayah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf c, berupa strategi yang meliputi:
a. Pengembangan sistem jaringan energi;
b. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;
c. Pengembangan sistem jaringan sumberdaya air;
d. Pengembangan sistem jaringan air bersih;
e. Pengembangan sistem jaringan drainase;
f. Pengembangan sistem pengelolaan sampah dan
instalasi pegolahan lumpur tinja;
g. Pengembangan sistem jaringan limbah cair; dan
h. Pengembangan sistem pengelolaan limbah bahan
28
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
a. melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan
di kawasan resapan air, rawa, ruang sempadan,
dan daerah rawan bencana; dan
b. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
(4) Strategi pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan
meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi perlindungan kawasan,
melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan
warisan budaya daerah meliputi:
a. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia
yang dapat menimbulkan kerusakan;
b. mengembangkan ruang terbuka hijau;
c. melestarikan situs warisan budaya (peninggalan
budaya. dan lindung geologi;
d. pengalokasian ruang bagi kegiatan budidaya yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan berada di
dalam kawasan lindung; dan
e. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang
menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang
berkembang di dalam dan di sekitar kawasan
strategis.
(5) Strategi pengembangan sektor ekonomi bertumpu
pada sektor migas, sumber daya bahari, pertanian,
dan pariwisata meliputi:
a. memanfaatkan kawasan hutan produksi untuk
perkebunan masyarakat;
b. mengembangkan sarana dan prasarana untuk
menunjang produktivitas kawasan pertanian,
perkebunan, dan pertambangan sesuai dengan
kemampuan dan kesesuaian lahannya;
c. mengoptimalkan pemanfaatan kawasan budidaya
berbahaya dan beracun terpadu.
Pasal 9
Untuk melaksanakan Kebijakan Pemanfaatan Potensi
Sumberdaya Alam Guna Mendorong Pengembangan
Ekonomi Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf d, berupa strategi yang meliputi:
a. Pemanfaatan dan pengembangan potensi sektor
kelautan dan perikan;
b. Pemanfaatan potensi sektor pertambangan mineral dan
migas dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;
c. Mengembangkan kegiatan sektor unggulan di wilayah
sentra produksi; dan
d. Mengembangkan pusat-pusat tujuan wisata dan
kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya, alam,
dan MICE (Meeting, Incentive, Conferrence and
Exhibition).
Pasal 10
Untuk melaksanakan Kebijakan Mengembangkan Zona dan
Kawasan Industri Berdaya Saing Global sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf e, berupa strategi yang
meliputi:
a. Mengembangkan klaster industri berbasis produk
unggulan dan kompetensi inti daerah;
b. Menyiapkan sarana penunjangg kegiatan industri
berbasis teknologi modern; dan
c. Mengembangkan dan meningkatkan kegiatan industri
pengolahan komoditi unggulan di sentra-sentra
produuksi.
Pasal 11
29
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pesisir dan pulau-pulau kecil untuk meningkatkan
daya saing dan perekonomian masyarakat;
d. mengembangkan infrastruktur yang mendukung
pengembangan sektor perikanan;
e. mengembangkan industri pariwisata dan migas
yang mendorong peningkatan investasi kawasan,
usaha kecil menengah, dan penciptaan lapangan
kerja;
f. mengembangkan destinasi atau daya tarik
pariwisata yang diikuti dengan peningkatan iklim
usaha serta pemasaran pariwisata; dan
g. menjaga kondisi lingkungan hidup serta daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
(6) Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi
pertahanan dan keamanan meliputi:
a. mengembangkan dan mensinergikan
pengembangan kawasan pertahanan dan
keamanan dengan kawasan budidaya di sekitarnya
secara selektif; dan
b. melestarikan dan menjaga garis pantai pulau-pulau
terluar.
(7) Strategi percepatan perwujudan kawasan strategis
sudut pandang ekonomi, sosial budaya, dan
lingkungan hidup meliputi:
a. memanfaatkan sumber daya alam migas dan
bahari sebagai sektor potensial secara optimal dan
berkelanjutan;
b. mengembangkan kawasan peruntukan industri
dalam mendukung industri minyak dan gas maupun
industri lainnya; dan
c. mengembangkan kawasan agrominawisata untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Untuk melaksanakan Kebijakan Pengembangan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan,
dan Karimun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f,
berupa strategi yang meliputi:
a. Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan-kegiatan di Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas;
b. Mengembangkan daerah-daerah di luar Kawasan Batam,
Bintan, dan Karimun dalam rangka untuk mendukung
kegiatan-kegiatan di Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas; dan
c. Mensinergikan pemanfaatan ruang antara Kawasan
Perdagangan Bebas Batam Bintan Karimun dengan
kawasan di sekitarnya
Pasal 12
Untuk melaksanakan Kebijakan Memelihara Kelestarian
Wilayah Kepulauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf g, berupa strategi yang meliputi:
a. Mempertahankan fungsi kawasan lindung dalam rangka
memelihara keseimbangan ekosistem;
b. Mempertahankan dan melestarikan kawasan hutan
mangrove;
c. Menetapkan dan mempertahankan kelestarian
sumberdaya dan keanekaragaman ekosistem kelautan;
d. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian wilayah
konservasi;
e. Mengembalikan kualitas lingkungan pada kawasan yang
sudah mengalami degradasi;
f. Mewujudkan kawasan yang berfungsi lindung dalam
kawasan perkotaan dengan luas paling sedikit 20% (dua
puluh persen);
g. Penataan dan pengendalian kawasan reklamasi pantai;
30
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
dan
h. Mengembangkan kegiatan budidaya yang
mempertimbangkan mitigasi bencana dan memiliki
adaptasi lingkungan di kawasan rawan bencana.
Pasal 13
Untuk melaksanakan Kebijakan Peningkatan Fungsi
Kawasan Pertahanan dan Keamanan Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf h, berupa strategi yang
meliputi:
a. Mendukung kawasan pertahanan dan keamanan negara;
dan
b. Mengembangkan kegiatan budidaya yang selektif pada
kawasan perbatasan dan sekitarnya.
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
(1) Rencana struktur ruang meliputi:
a. Sistem perkotaan; dan
b. Sistem jaringan prasarana.
(2) Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB IV
STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 14
(1) Struktur ruang wilayah provinsi disusun berdasarkan
kebijakan dan strategi penataan ruang.
(2) Struktur ruang wilayah provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Pusat-pusat kegiatan;
b. Sistem jaringan prasarana utama; dan
c. Sistem jaringan prasarana lainnya.
31
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Bagian Kedua
Sistem Perkotaan
Pasal 9
(1) Sistem perkotaan Kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN);
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
(2) Pusat Kegiatan Strategis Nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan PKSN
Ranai.
(3) Pusat Kegiatan Lokal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. PKL Serasan di Kecamatan Serasan dengan
fungsi pusat permukiman serta distribusi hasil
pertanian, perkebunan dan perikanan,
perdagangan skala lokal, dan simpul transportasi
regional;
b. PKL Sedanau di Kecamatan Bunguran Barat
dengan fungsi pusat pusat permukiman serta
distribusi hasil pertanian, perkebunan, dan
perikanan, perdagangan skala lokal, dan simpul
transportasi regional;
c. PKL Pulau Tiga di Kecamatan Pulau Tiga dengan
fungsi sebagai pusat pusat permukiman serta
pengembangan sentra perikanan, pendukung
pengembangan wisata bahari, dan simpul
pelayanan transportasi laut regional; dan
d. PKL Midai di Kecamatan Midai dengan fungsi
sebagai pusat pusat permukiman serta koleksi
Bagian Kedua
Pusat-Pusat Kegiatan
Pasal 15
(1) Pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) huruf a terdiri dari:
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN);
b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
c. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN); dan
d. Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
(2) PKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan Kawasan Perkotaan Batam.
(3) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi Kawasan Perkotaan Tanjungpinang, Daik
Lingga, Dabo – Pulau Singkep, Tarempa, dan Tanjung
Balai Karimun.
(4) PKSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi Kawasan Perkotaan Batam, Ranai, dan Tarema.
(5) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi Kawasan Perkotaan Tanjung Batu, Moro, Meral,
Bandar Seri Bintan, Tanjung Uban, Kijang, Letung,
Tebangladan, Sedanau, Serasan, Senayang, Pancur,
Tambelan, Midai, dan Pulau Tiga.
(6) Arahan pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
32
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
dan distribusi hasil pertanian, perikanan, dan
perkebunan, simpul pelayanan transportasi laut
regional, dan pendukung pengembangan wisata
bahari.
(4) Pusat Pelayanan Kawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c merupakan pusat permukiman
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan
meliputi:
a. PPK Kelarik di Kecamatan Bunguran Utara;
b. PPK Batubi Jaya di Kecamatan Bunguran Batubi;
c. PPK Cemaga di Kecamatan Bunguran Selatan;
d. PPK Pulau Laut di Kecamatan Pulau Laut;
e. PPK Subi di Kecamatan Subi;
f. PPK Tanjung di Kecamatan Bunguran Timur Laut;
g. PPK Air Nusa di Kecamatan Serasan Timur; dan
h. PPK Tanjung Kumbik Utara di Kecamatan Pulau
Tiga Barat.
(5) Pusat Pelayanan Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. PPL Seluan Barat di Kecamatan Bunguran Utara;
b. PPL Binjai di Kecamatan Bunguran Barat;
c. PPL Selaut di Kecamatan Bunguran Barat;
d. PPL Setengar di Kecamatan Bunguran Selatan;
e. PPL Pulau Panjang di Kecamatan Subi;
f. PPL Pulau Kerdau di Kecamatan Subi; dan
g. PPL Batu Berian di Kecamatan Serasan.
(6) Sistem perkotaan kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) selanjutnya akan disusun Rencana
Detail Tata Ruang yang ditetapkan dengan peraturan
daerah meliputi :
a. PKL Serasan
b. PKL Sedanau
c. PKL Pulau Tiga
d. PKL Midai
33
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana
Pasal 10
Sistem jaringan sarana dan prasarana yang dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b meliputi:
a. sistem jaringan transportasi;
b. sistem jaringan energi;
c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem jaringan sumber daya air; dan
e. sistem jaringan prasarana lainnya.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 16
Pengembangan sistem jaringan prasarana utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf b
meliputi sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan
transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 11
Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf a meliputi:
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan transportasi udara.
Pasal 12
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf a meliputi:
a. sistem jaringan jalan; dan
b. sistem jaringan sungai, danau, dan
Paragraf Kesatu
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 17
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 terdiri atas:
a. Pengembangan sistem jaringan jalan dan jembatan
yang terdiri dari pengembangan jaringan jalan,
pengembangan jalan lingkar, pengembangan fly
over, pengembangan underpass, pengembangan
jalan bebas hambatan, pengembangan rencana
peningkatan jalan kolektor 1, dan pembangunan
jembatan antar pulau; dan
b. Pengembangan jaringan pelayanan terdiri dari
pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan
jalan, pengembangan jaringan angkutan sungai,
34
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
penyeberangan.
(2) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. jaringan jalan; dan
b. terminal penumpang.
(3) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi:
a. jaringan jalan nasional;
b. jaringan jalan provinsi; dan
c. jaringan jalan kabupaten.
(4) Jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a merupakan Jalan Kolektor Primer
satu (JKP-1. dan juga sebagai Jalan Strategis
Nasional (JSN. meliputi:
a. ruas jalan Selat Lampa – Sp. Sekunyam;
b. ruas jalan Sp. Sekunyam – Desa Cemaga;
c. ruas jalan Desa Cemaga – Sei Ulu;
d. ruas jalan Sei Ulu – Ranai (Sp. Lantamal);
e. ruas jalan Ranai – Sp. Tanjung;
f. ruas jalan Sp. Tanjung – Tanjung Datuk; dan
g. ruas jalan Tanjung Datuk – Teluk Buton.
(5) Jaringan jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b meliputi:
a. jaringan Jalan Kolektor Primer dua (JKP-2)
sebagai berikut:
1. ruas jalan Bukit Leman – Trans Batubi;
2. ruas jalan Bandarsyah – Penagi;
3. ruas jalan Sp. Sekunyam – Pian Tengah;
4. ruas jalan Setengar – Teluk Depih;
5. ruas jalan Padang Angus – Cemaga; dan
6. ruas jalan Sp. Harapan Jaya – Sp. Bukit
Leman.
b. jaringan Jalan Kolektor Primer tiga (JKP-3)
sebagai berikut:
danau, dan penyeberangan serta pengembangan
jaringan jalur kereta api.
(2) Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas
pengembangan jaringan jalan arteri primer (JAP) dan
jalan kolektor 1 primer (JKP-1) yang statusnya ditetapkan
oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
dan pengembangan jaringan jalan lainnya yang
statusnya ditetapkan oleh Gubernur.
(3) Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(4) Pengembangan jalan lingkar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Ruas-ruas jalan lingkar di wilayah Kota
Tanjungpinang meliputi Sungai Nyirih – Madong,
Madong – Tanjung Lanjut, Tanjung Lanjut – Pinang
Marina, Batu Hitam – Pantai Impian, Mesjid Raya
Dompak, Mesjid Raya Pulau Dompak – Jembatan
Hang Lekir Pulau Dompak, dan Jembatan Hang
Lekir Pulau Dompak – Kelam Pagi.
b. Ruas jalan lingkar di wilayah Kabupaten Bintan
meliputi Simpang Tembeling – Kampung Mansur,
Simpang Lintas Barat (KM 16 Tanjung Uban) – Sp
Tembeling, Lintas Barat Lanjutan – Simpang Lintas
Barat (KM 16 Tanjung Uban), Jalan Nusantara (KM
14 Kijang/Vihara) – Lintas Barat Lanjutan, Lintas
Barat Lanjutan – Jalan Nusantara KM 23, Jalan
Nusantara – Kolong Enam dan Wacopek – Batu Licin
– Kolong Enam.
c. Ruas jalan antar pulau/antar lintas negara meliputi
Kampung Danai, Kabupaten Pelalawan, Pulau
Kundur – Pulau Belat, Pulau Papan – Pulau Lumut,
35
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
1. ruas jalan Sp. Tanjung – Sp. Bukit Leman;
2. ruas jalan Trans Batubi – Kelarik;
3. ruas jalan Batu Bayan – Cemaga;
4. ruas jalan Trans Batubi – Sebangkar;
5. ruas jalan Lingkar Serasan;
6. ruas jalan Padang Angus – Binjai;
7. ruas jalan Trans Batubi – Tg. Kudu; dan
8. ruas jalan Sp. Harapan Jaya – Padang
Angus.
(6) Jaringan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c meliputi:
a. jaringan Jalan Kolektor Primer empat (JKP-4)
sebagai berikut:
1. ruas jalan Ranai Darat – Bandarsyah;
2. ruas jalan Bandarsyah – Kantor DPRD;
3. ruas jalan Pramuka;
4. ruas jalan Kelarik – Gunung Durian;
5. ruas jalan Kelarik Utara – Air Mali;
6. ruas jalan Lingkar Pulau Tanjung Kumbik
(Desa Pulau Tiga – Desa Setumuk);
7. ruas jalan Lingkar Pulau Tanjung Kumbik
(Desa Pulau Tiga – Desa Selading);
8. ruas jalan Lingkar P. Sedanau;
9. ruas jalan Pelabuhan – P. Maros;
10. ruas jalan Limau Manis – Simpang Ceruk;
11. ruas jalan Gunung Lintang – Harapan Jaya;
12. ruas jalan Sekalong – Limau Manis;
13. ruas jalan Tegul Lapek – Batu Sisir;
14. ruas jalan Sebintang – Batu Bayan;
15. ruas jalan Pian Padang;
16. ruas jalan Binjai – Pelabuhan Tanjung
Bayan;
17. ruas jalan Kelarik – Hulu Segeram;
18. ruas jalan Lingkar Pulau Sabang Mawang
Pulau Parit – Pulau Karimun, Pulau Karimun Anak –
Pulau Kukup (Malaysia);
d. Ruas jalan lingkar timur Pulau Batam meliputi
Bandara Hang Nadim – Batam Center – Batu Ampar.
e. Ruas jalan lingkar Kota Batam meliputi Sekupang –
Batu Ampar, Sei Beduk – Batu Aji, dan Nongsa –
Batu Ampar.
f. Ruas jalan jembatan Batam – Bintan –
Tanjungpinang meliputi Tanjung Uban – Pulau
Pengujan – Tanjung Sebauk – Jalan Lingkar
Tanjungpinang.
g. Ruas jalan lintas Pulau Siantan meliputi Tarempa –
Rintis.
(5) Pengembangan flyover sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 huruf a meliputi :
a. Sp. Kabil – Sp. Jam (Jl. Jend Sudirman) di Kota
Batam.
b. Jl. Gajah Mada – Jl. Raja Haji Fisabilillah di Kota
Batam.
c. Jl. Raja Haji Fisabilillah – Jl. Laksamana Bintan di
Kota Batam d. Jl. Bandara (SP RSUP – Bandara
RHF) di Kota Tanjungpinang.
d. Tanjung Ayun Sakti (Depan Ramayana) –
Jembatan 1 Pulau Dompak di Kota Tanjungpinang
(6) Pengembangan jalan bebas hambatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi : Ruas Batu
Ampar - Kawasan Industri Muka Kuning – Kawasan
Industri Tanjung Uncang; Simpang Empat Muka Kuning -
Bandar Udara Hang Nadim; Ruas Jalan Simpang Tiga
Bundaran Kabil – Jembatan Batam-Bintan (P. Batam – P.
Tanjung Sauh - P. Buau – P. Bintan); dan Ruas Jalan
Kawasan Industri Muka Kuning – Pulau Galang Baru.
(7) Pengembangan rencana peningkatan jalan kolektor 1
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi :
36
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
(Desa Sabang Mawang Barat – Tanjung
Batang – Serantas);
19. ruas jalan Lingkar Pulau Sabang Mawang
(Desa Sabang Mawang Barat – Desa
Sabang Mawang);
20. ruas jalan Sei Setekan – Air Mali;
21. ruas jalan Pantai Sisi – Jermalik;
22. ruas jalan Lingkar Pulau Laut;
23. ruas jalan Tanjung Pala – Sekatung;
24. ruas jalan Bata Merah – Padang Angus;
25. ruas Sp. Lantamal – Penagi;
26. ruas jalan Air Raya – Kodim;
27. ruas jalan Lingkar Midai;
28. ruas jalan Simpang Sungai ulu – Harapan
Jaya;
29. ruas jalan Datuk Megat – Seminteh;
30. ruas jalan Teluk Buton – Sei Setekan;
31. ruas jalan Air Mali – Pelabuhan Kelarik;
32. ruas jalan Sp. Tiga Kantor Bupati – Sp. Tiga
Tapau;
33. ruas jalan Ranai – Puak;
34. ruas jalan Semedang – Batubi Jaya;
35. ruas jalan Lingkar Pian Tengah – Teluk
Buton;
36. ruas jalan Air Nusa – Pantai Sisi;
37. ruas jalan Tanjung Dayung Subi Besar;
38. ruas jalan Lingkar Subi Kecil;
39. ruas jalan Lingkar Pulau Panjang;
40. Ruas jalan Lingkar Pulau Seluan;
41. ruas jalan Teluk Depih – Selat Lampa;
42. ruas jalan Maros – Tuk Aye;
43. ruas jalan Binjai – Penarik;
44. ruas jalan Simpang Camat Batubi –
Pelabuhan;
Ruas Jalan Jembatan I Barelang – Tanjung Piayu –
Punggur; Ruas Jalan Patam Lestari – Jodoh; Ruas Jalan
Tiban – Tembesi; Ruas Jalan Batam Center – Nongsa;
(8) Pembangunan jembatan antar pulau sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi :
a. Jembatan Pulau Batam - Tanjung Sauh, Jembatan
Tanjung Sauh – Pulau Buau – Pulau Bintan;
b. Jembatan Pulau Lingga – Pulau Selayar – Pulau
Lipan – Pulau Singkep;
c. Jembatan antar Pulau Lingga – Pulau Talas – Pulau
Mentutu – Pulau Benut Kecil – Pulau Benut Besar –
Pulau Gajah – Pulau Krakap – Pulau Bakung Besar
(Senayang) – Pulau Tapai; dan
d. Jembatan antar Pulau Senayang – Pulau Sebangka.
e. Jembatan Pulau Matak - Pulau Siantan- Pulau Bajau;
f. Jembatan Tanjungpinang – Pulau Dompak;
g. Jembatan Pulau Karimun – Pulau Parit - Pulau
Lumut – Pulau Papan - Pulau Belat – Pulau Kundur;
dan
h. Jembatan Pulau Bunguran - Pulau Sedanau
(9) Pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi :
a. Pembangunan Ruang Lalu Lintas, Perlengkapan
Jalan, Terminal, fasilitas parkir umum, dan fasilitas
pendukung yang terdiri dari trotoar, lajur sepeda,
tempat penyeberangan Pejalan Kaki, Halte, dan/atau
fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia
usia lanjut.
b. Pengembangan simpul (terminal) di Provinsi
Kepulauan Riau yang terdiri dari:
1. Pengembangan terminal penumpang meliputi :
a. Pengembangan Terminal Type B di Kota
Tanjungpinang;
b. Pengembangan Terminal Type B di Kota
37
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
45. ruas jalan Segeram – Seminte;
46. ruas jalan Tanjung Kumbik Utara – Setumuk;
47. ruas jalan Setumuk – Selading;
48. ruas jalan Sededap – Teluk Labuh; dan
49. ruas jalan Simpang Kadur – Sekatung.
b. Jalan Lokal Primer (JLP. meliputi:
1. ruas jalan Ranai – Bandarsyah;
2. ruas jalan Mahligai – Batu Sisir;
3. ruas jalan Air Lakon – Sual;
4. ruas jalan Batu Ampar – Air Lakon;
5. ruas jalan Batu Hitam – Air Lakon;
6. ruas jalan Bumi Perkemahan;
7. ruas jalan Air Raya – Kantor Bupati;
8. ruas jalan Sual – Air Raya;
9. ruas jalan Gunung Air Makan – Sepempang;
10. ruas jalan Puak – Kompi C;
11. ruas jalan Batu Gajah – Air Bayan;
12. ruas jalan Lada Hitam;
13. ruas jalan Pulau Kambing;
14. ruas jalan Sepang – Selat Lampa;
15. ruas jalan Sedarat Baru – Batubi Jaya;
16. ruas jalan Lingkar Subi Besar;
17. ruas jalan Datuk Mahadi Subi Kecil;
18. ruas jalan Muh Kebun;
19. ruas jalan Pantai Sisi Pantai;
20. ruas jalan Padang Kurak – Sual;
21. ruas jalan Sebala;
22. ruas jalan TPA Batu Sisir;
23. ruas jalan Menyur;
24. ruas jalan Ceruk – Sebadai Hulu;
25. ruas jalan Kramat – Sagusari;
26. ruas jalan Kelanga – Sebadai Hulu;
27. ruas jalan Setedung – Sebadai Hilir;
28. ruas jalan Ceruk – Kantor Camat;
Batam;
c. Pengembangan Terminal Type B di
Kabupaten Bintan; dan
d. Pengembangan Terminal Type B di
Kabupaten Karimun.
2. Pengembangan terminal barang dapat
dilakukan untuk melakukan kegiatan bongkar
muat barang, perpindahan intramoda dan
antarmoda angkutan barang, konsolidasi
barang/pusat kegiatan logistik, dan/atau tempat
parkir mobil barang dimasing-masing
kabupaten kota se-Provinsi Kepulauan Riau.
c. Pengembangan Jaringan Trayek Antar
Kabupaten/Kota Dalam Provinsi dan angkutan masal
yang akan melayani Kota Tanjungpinang dan
Kabupaten Bintan.
(10) Pengembangan jaringan angkutan Sungai,
Danau dan Penyeberangan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi:
a. Pengembangan jaringan angkutan
penyeberangan berfungsi sebagai jembatan
bergerak yang menghubungkan antar pulau,
meliputi:
1. Jaringan angkutan penyeberangan lintas
Negara;
2. Jaringan angkutan penyeberangan lintas
Provinsi;
3. Jaringan angkutan penyeberangan lintas
Kabupaten/Kota; dan
4. Jaringan angkutan penyeberangan dalam
Kabupaten/Kota.
b. Pelabuhan penyeberangan sebagai prasarana
pendukung dari jaringan angkutan penyeberangan
meliputi :
38
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
29. ruas jalan Kelarik – Air Mali;
30. ruas jalan Pasir Laut;
31. ruas jalan Air Merah;
32. ruas jalan Air Buluh – SMA Cemaga;
33. ruas jalan Pantai Sisi;
34. ruas jalan Air Kicur – Perkemahan;
35. ruas jalan Simpang Ranai Darat –
Waterboom;
36. ruas jalan Simpang Man – Kantor Bupati;
37. ruas jalan Air Kumbik – Simp. Kuburan;
38. ruas jalan Air Raya – Kantor Bupati;
39. ruas jalan Air Kijang – Mahligai;
40. ruas jalan Simpang Polres – Air Raya;
41. ruas jalan Sebayar – Mahligai;
42. ruas jalan Simpang SMK YPKN – PLN Pring;
43. ruas jalan Simpang MAN – Padang Kurak;
44. ruas jalan Ranai Darat – RSUD;
45. ruas jalan Simpang MTS Relli – Sual;
46. ruas jalan Simpang Kodim – Embung
Sebayar;
47. ruas jalan Pinang Merah – Batu Sisir;
48. ruas jalan Sebadai Hulu – Selemam;
49. ruas jalan Air Seneh – Pantai Kukup;
50. ruas jalan Simpang Pian Padang – Pabrik
Es;
51. ruas jalan Simpang Lada Hitam – Batu
Gajah;
52. ruas jalan Teluk Surga;
53. ruas jalan Teluk Resak Jermalik – Pantai
Sisi;
54. ruas jalan Payak – Pantai Sisi; dan
55. ruas jalan Simpang Pantai Labu Silan.
c. Jalan lingkungan primer, meliputi:
1. ruas jalan Poros Tengah Gunung Putri;
1. Pelabuhan Penyeberangan Telaga Punggur –
Batam
2. Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Uban–
Kab. Bintan
3. Pelabuhan Penyeberangan Dompak –
Tanjungpinang
4. Pelabuhan Penyeberangan Parit Rampak –
Kab. Karimun
5. Pelabuhan Penyeberangan Jagoh (Dabo) –
Kab. Lingga
6. Pelabuhan Penyeberangan Penarik – Kab.
Lingga
7. Pelabuhan Penyeberangan Matak – Kab.
Anambas
8. Pelabuhan Penyeberangan Selat Beliah –
Kab. Karimun
9. Pelabuhan Penyeberangan Penagi – Kab.
Natuna
10. Pelabuhan Penyeberangan Tambelan – Kab.
Bintan
11. Pelabuhan Penyeberangan Sekupang – Kota
Batam
12. Pelabuhan Penyeberangan Siantan/Tarempa
– Kab. Anambas
13. Pelabuhan Penyeberangan Selat Lampah –
Kab. Natuna
14. Pelabuhan Penyeberangan Sebangka – Kab.
Lingga
15. Pelabuhan Penyeberangan Letung – Kab.
Kepulauan Anambas
16. Pelabuhan Penyeberangan Moro – Kab.
Karimun
c. Pengembangan jaringan angkutan sungai Resun
di Kabupaten Lingga.
39
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
2. ruas jalan Air Seneh;
3. ruas jalan Sungai Angu;
4. ruas jalan Air Kesung Subi Besar;
5. ruas jalan Batu Ampar – Air Kesung Subi
Besar;
6. ruas jalan Abu Bakar;
7. ruas jalan Binjai – Kem Bakar;
8. ruas jalan Tahu Karya – T5;
9. ruas jalan Bata Merah – T5;
10. ruas jalan Simpang SMA Bunguran Tengah
Desa Tapau;
11. ruas jalan T12 – Batu Sisir;
12. ruas jalan Limau Manis – SMP;
13. ruas jalan Kelarik Hulu – Belakang Gunung;
dan
14. ruas jalan Simpang Pelabuhan Perintis –
Simpang Batu Ampar Subi Besar.
d. Jalan lingkungan sekunder, meliputi:
1. ruas jalan Kp Dalam Harapan Jaya; dan
2. ruas jalan Pantai – Cemaga.
(7) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, meliputi:
a. Terminal tipe C di Kecamatan Bunguran Timur;
dan
b. Subterminal, meliputi:
1. Subterminal penumpang Kelarik di
Kecamatan Bunguran Utara;
2. Subterminal penumpang Teluk Buton di
Kecamatan Bunguran Utara;
3. Subterminal penumpang Selat Lampa di
Kecamatan Pulau Tiga;
4. Subterminal penumpang Binjai di
Kecamatan Bunguran Barat; dan
5. Subterminal penumpang Batubi di
(11) Pengembangan jaringan angkutan penyeberangan
sebagaimana dimaksud pada Ayat 8 huruf a tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(12) Rencana jaringan jalur kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi :
a. Jaringan jalur kereta api perkotaan di Kota Batam
meliputi :
1. Jalur kereta api Batu Ampar - Bandara Hang
Nadim ;
2. Jalur kereta api Batam Center – Tanjung
Uncang; dan
3. Jalur kereta api Batu Ampar – Sekupang –
Tanjung Uncang; dan
4. Jalur kereta api Punggur – Batam Centre.
b. Jaringan kereta api yang menghubungkan Tanjung
Uban, Lagoi, Gunung Kijang, Kijang, dan
Tanjungpinang.
(13) Dalam hal terjadi perubahan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang sistem jaringan
transportasi darat berpedoman pada Peraturan
Perundang-undangan dimaksud.
40
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kecamatan Bunguran Batubi.
(8) Sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. lintas penyeberangan; dan
b. pelabuhan penyeberangan.
(9) Lintas penyeberangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) huruf a meliputi:
a. lintas penyeberangan antar provinsi, meliputi
Dompak (Tanjung Pinang. – Tambelan – Sintete
– Serasan – Penagi (Kabupaten Natuna).
b. lintas penyeberangan antar kabupaten/kota,
meliputi Dompak (Tanjung Pinang) – Letung
(Kuala Maras) – Tarempa – Sedanau – Penagi
(Kabupaten Natuna).
c. lintas penyeberangan dalam Kabupaten,
meliputi:
1. Selat Lampa – Sabang Mawang –
Sededap;
2. Selat Lampa – Tanjung Kumbik;
3. Selat Lampa – Midai;
4. Midai – Subi;
5. Subi - Pulau Panjang – Kerdau;
6. Subi – Serasan;
7. Serasan – Batu Berian;
8. Sedanau – Kelarik – Seluan – Selaut;
9. Sedanau – Batubi;
10. Teluk Buton – Pulau Laut;
11. Penagi – Subi;
12. Penagi – Serasan;
13. Binjai – Sedanau; dan
14. Sedanau - Selat Lampa.
(10) Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) huruf b meliputi:
41
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
a. Pelabuhan Sedanau di Kecamatan Bunguran
Barat;
b. Pelabuhan Penagi di Kecamatan Bunguran
Timur;
c. Pelabuhan Serasan di Kecamatan Serasan;
d. Pelabuhan Midai di Kecamatan Midai;
e. Pelabuhan Binjai di Kecamatan Bunguran Barat;
f. Pelabuhan Subi di Kecamatan Subi; dan
g. Pelabuhan Selat Lampa di Kecamatan Pulau
Tiga.
Pasal 13
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf b merupakan
pelabuhan laut yang meliputi:
a. pelabuhan laut; dan
b. alur pelayaran.
(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. pelabuhan pengumpul, meliputi :
1. Pelabuhan Selat Lampa di Kecamatan Pulau
Tiga; dan
2. Pelabuhan Tanjung Payung Penagi di
Kecamatan Bunguran Timur.
b. pelabuhan pengumpan regional, meliputi:
1. Pelabuhan Teluk Buton di Kecamatan
Bunguran Utara;
2. Pelabuhan Seluan di Kecamatan Bunguran
Utara;
Paragraf Kedua
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 18
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 terdiri atas:
a. Pengembangan dan peningkatan pelabuhan;
b. Pengembangan pelayanan angkutan laut; dan
c. Pengembangan alur pelayaran.
(2) Pengembangan dan peningkatan pelabuhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus
sesuai dengan Rencana Pengembangan Pelabuhan
Provinsi yang dtetapkan melalui Keputusan
Gubernur.
(3) Pengembangan Pelabuhan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) secara hierarki terdiri atas:
a. Pelabuhan utama;
b. Pelabuhan pengumpul; dan
c. Pelabuhan pengumpan meliputi pelabuhan
pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan
lokal.
Masukan DKP Prov:
Belum semua pelabuhan yang
yang direncanakan sinkron
dengan usulan perencanaan
pelabuhan dalam RZWP-3-K
Provinsi Kepri.
Pada Pasal 13 Ayat 3, Alur pelayaran dalam Ranperda agar di khususkan alur pelayaran di dalam kabupaten Natuna dan menjelaskan alur masuk pelabuhan di Kabupaten Natuna sesuai daftar pelabuahan pada ayat 2
1. Telah ditambahkan pelabuhan pengumpul tanjung payung, dan pelabuhan lokal penyesuaian terhadap dokumen RZWP-3K Provinsi Kepri.
2. Pelabuhan kelarik dan seluan yang ditetapkan dalam RZWP3K sebagai pelabuhan pengumpan lokal telah ditetapkan dalam dokumen RIPN sebagai pelabuhan pengumpan regional.
3. Pelabuhan Maro Sulit yang ditetapkan sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional dalam RZWP3K dan RIPN tidak berlokasi di Kabupaten Natuna.
4. Alur Pelayaran dalam kabupaten belum
42
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
3. Pelabuhan Kelarik di Kecamatan Bunguran
Utara;
4. Pelabuhan Tanjung Payung (Ranai) di
Kecamatan Bunguran Timur;
5. Pelabuhan Sedanau di Kecamatan
Bunguran Barat;
6. Pelabuhan Nyit-nyit di Kecamatan Pulau
Tiga;
7. Pelabuhan Pulau Laut di Kecamatan Pulau
Laut;
8. Pelabuhan Serasan di Kecamatan Serasan;
9. Pelabuhan Subi di Kecamatan Subi; dan
10. Pelabuhan Midai di Kecamatan Midai.
c. Pelabuhan pengumpan lokal, meliputi:
1. Pelabuhan Desa Teluk Buton di Kecamatan
Bunguran Utara;
2. Pelabuhan Tanjung Bak Dai di Kecamatan
Bunguran Utara;
3. Pelabuhan Tanjung di Kecamatan Bunguran
Timur Laut;
4. Pelabuhan Teluk Baruk, Sepempang di
Kecamatan Bunguran Timur;
5. Pelabuhan Kota Tua Penagi di Kecamatan
Bunguran Timur;
8. Pelabuhan Batu Hitam di Kecamatan
Bunguran Timur;
9. Pelabuhan Kampung Hilir di Kecamatan
Serasan;
10. Pelabuhan Pelimpak di Kecamatan
Serasan;
11. Pelabuhan Batu Berian di Kecamatan
Serasan;
12. Pelabuhan Tanjung Balau di Kecamatan
(4) Hierarki pelabuhan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditetapkan dengan memperhatikan kriteria
teknis yang tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(5) Setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk
Pelabuhan, Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan.
(6) Prosedur penetapan Rencana Induk Pelabuhan dan
pedoman teknis penetapan kebutuhan lahan
daratan dan perairan untuk Daerah Lingkungan
Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan
daerah ini.
(7) Untuk menunjang kegiatan tertentu dapat di bangun
dan dioperasikan terminal khusus dan terminal
untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan
usaha pokoknya dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(8) Pengembangan pelayanan angkutan laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Angkutan laut dalam negeri;
b. Angkutan laut luar negeri;
c. Angkutan laut khusus; dan
d. Angkutan laut pelayaran rakyat.
(9) Pengembangan rute pelayanan angkutan laut
sebagaimana dimaksud pada ayat 6 tercantum
dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini dan sewaktu-
waktu dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan.
(10) Pengembangan alur pelayaran di Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
dilakukan penetapan sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam dokumen RTRW. Selanjutnya akan ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.
5. Telah ditambahkan pelabuhan Pulau Tiga sebagai Pelabuhan Penyeberangan.
43
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Serasan;
13. Pelabuhan Pak Aras di Kecamatan Serasan
Timur;
14. Pelabuhan Pak Kalun di Kecamatan
Serasan Timur;
15. Pelabuhan Air Peluntan di Kecamatan
Serasan Timur;
16. Pelabuhan Batu Ampar di Kecamatan
Serasan Timur;
17. Pelabuhan Arung Ayam di Kecamatan
Serasan Timur;
18. Pelabuhan Air Nusa di Kecamatan Serasan
Timur;
19. Pelabuhan Sedanau (Pinyong) di
Kecamatan Bunguran Barat;
20. Pelabuhan Tanjung Bayan di Kecamatan
Bunguran Barat;
21. Pelabuhan Binjai di Kecamatan Bunguran
Barat;
22. Pelabuhan Selaut di Kecamatan Bunguran
Barat;
23. Pelabuhan Semedang di Kecamatan
Bunguran Batubi;
24. Pelabuhan Sebangkar di Kecamatan
Bunguran Batubi;
25. Pelabuhan Sabang Mawang di Kecamatan
Pulau Tiga;
26. Pelabuhan Sededap di Kecamatan Pulau
Tiga;
27. Pelabuhan Sungai Besar di Kecamatan
Pulau Tiga;
28. Pelabuhan Teluk Melam di Kecamatan
Pulau Tiga;
29. Pelabuhan Serantas di Kecamatan Pulau
a. Pembangunan dan perawatan sarana dan prasarana
alur pelayaran untuk menjamin keselamatan
pelayaran di perairan Provinsi; dan
b. Pendalaman alur pelayaran di dalam maupun di luar
perairan.
44
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Tiga;
30. Pelabuhan Setumuk di Kecamatan Pulau
Tiga Barat;
31. Pelabuhan Selading di Kecamatan Pulau
Tiga Barat;
32. Pelabuhan Tanjung Kumbik di Kecamatan
Pulau Tiga Barat;
33. Pelabuhan Karang Labuh di Kecamatan
Pulau Tiga Barat;
34. Pelabuhan Sepasir di Kecamatan Pulau
Tiga Barat;
35. Pelabuhan Subi Kecil di Kecamatan Subi;
36. Pelabuhan Meliah di Kecamatan Subi;
37. Pelabuhan Terayak di Kecamatan Subi;
38. Pelabuhan Pulau Panjang di Kecamatan
Subi;
39. Pelabuhan Kerdau di Kecamatan Subi;
40. Pelabuhan Sabang Barat di Kecamatan
Midai;
41. Pelabuhan Sabang Muduk di Kecamatan
Midai;
42. Pelabuhan Batu Belanak di Kecamatan
Suak Midai;
43. Pelabuhan Air Putih di Kecamatan Suak
Midai;
44. Pelabuhan Air Kumpai di Kecamatan Suak
Midai;
45. Pelabuhan Tanjung Pala di Kecamatan
Pulau Laut;
46. Pelabuhan Kadur di Kecamatan Pulau Laut;
47. Pelabuhan Air Payang di Kecamatan Pulau
laut;
48. Pelabuhan Tanjung Batu di Kecamatan
Pulau Laut; dan
45
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
49. Pelabuhan Semiun di Kecamatan Pulau
Laut.
d. Terminal khusus Pelabuhan Pertamina Selat
Lampa di Kecamatan Pulau Tiga.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi :
a. Alur pelayaran umum dan perlintasan meliputi :
Selat Sunda - Selat Karimata - Laut Natuna -
Laut Cina Selatan
b. Alur pelayaran masuk pelabuhan meliputi
1. Tg Priok – Belinyu – Kijang – Letung –
Tarempa – Natuna – Midai – Serasan –
Pontianak – Surabaya.
2. Tanjungpinang – Kuala Maras – Tarempa –
Midai – Pulau Tiga – Sedanau – Pulau Laut
– Ranai – Subi – Serasan – Sintete –
Tambelan – Tanjungpinang.
Pasal 14
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf c meliputi:
a. Bandar udara; dan
b. Ruang udara.
(2) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. Bandar udara pengumpul skala pelayanan
tersier meliputi:
1. Bandar udara Ranai di Kecamatan
Bunguran Timur; dan
2. Bandar udara Kelarik di Kecamatan
Bunguran Utara.
b. Bandar udara pengumpan, meliputi:
Paragraf Ketiga
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 19
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 terdiri atas:
a. Tatanan kebandarudaraan;
b. Pengembangan heliport; dan
c. Pembangunan seaplane.
(2) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf a terdiri atas:
a. Bandar udara umum eksisting berdasarkan peran,
fungsi, penggunaan dan hierarki;
b. Pembangunan dan pengembangan bandar udara
46
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
1. Bandar udara Serasan di Kecamatan
Serasan;
2. Bandar udara Subi di Kecamatan Subi; dan
3. Bandar udara Pulau Laut di Kecamatan
Pulau Laut.
c. Bandar udara khusus berupa bandar udara
perairan (waterbase. Pulau Senua di Kecamatan
Bunguran Timur.
(3) Ruang udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP), pengaturan dan pengelolaan
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP) lebih lanjut dilaksanakan sesuai Peraturan
Perundang-undangan.
umum; dan
c. Pengembangan bandar udara yang berfungsi
sebagai bandar udara khusus terdiri dari Bandar
Udara Khusus Matak di Kabupaten Kepulauan
Anambas, Bandar Udara Khusus Busung di
Kabupaten Bintan, Bandar Udara Khusus di Pulau
Kepala Jeri dan Pulau Abang Besar di Kota Batam.
(3) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(4) Pembangunan dan existing heliport sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 huruf b meliputi Surface
Level Heliport, Elevated Heliport dan Helideck di
tempat-tempat strategis, lepas pantai serta daerah-
daerah terisolir maupun perbatasan negara.
(5) Pembangunan Seaplane sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 huruf c untuk kepentingan pariwisata
dan peningkatan perekonomian.
(6) Pengembangan rute penerbangan untuk Bandar
Udara sangat dimungkinkan berdasarkan
kebutuhan.
(7) Ruang Udara penerbangan di wilayah Provinsi
Kepulauan Riau disesuaikan dengan Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) setiap
Bandar Udara terdekat.
Bagian Kelima
Sistem Jaringan
Pasal 20
Pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf c
terdiri atas:
47
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
a. Sistem jaringan energi;
b. Sistem jaringan telekomunikasi;
c. Sistem jaringan sumberdaya air; dan
d. Sistem jaringan lainnya.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi
Pasal 15
(1) Jaringan sarana dan prasarana energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b
meliputi:
a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
(2) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. jaringan transmisi minyak dan gas bumi meliputi:
1. jaringan Natuna Blok D-Alpha (East Natuna)
– Kabupaten Natuna – Kabupaten Kepulauan
Anambas – Kota Batam – Kota
Tanjungpinang – Kabupaten Bintan –
Kabupaten Karimun – Duri (Riau).
2. Natuna-Singapura (WNTS);
3. West Natuna Transport System (WNTS) Tie
in ke Pulau Pemping – Jaringan Tanjung
Uncang Batam
b. jaringan distribusi minyak adalah jaringan Dumai
(Riau) – Tanjung Uban (Kabupaten Bintan) –
Selat Lampa (Kabupaten Natuna).
c. sarana penimbunan minyak meliputi:
1. Terminal Bahan Bakar Minyak Selat Lampa,
Paragraf Kesatu
Sistem Jaringan Energi
Pasal 21
Sistem jaringan energi di Provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf a terdiri atas :
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; dan
b. sistem jaringan ketenagalistrikan.
Pasal 22
Jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf a meliputi:
(1) Jaringan transmisi minyak dan gas bumi meliputi :
a. Grissik (Sumsel)-Batam-Singapura;
b. Natuna-Singapura (WNTS);
c. West Natuna Transport System (WNTS) Tie in ke
Pulau Pemping – Jaringan Tanjung Uncang Batam;
dan
d. Natuna Blok D-Alfa (East Natuna) – Kabupaten
Natuna – Kabupaten Kepulauan Anambas – Kota
Batam – Kota Tanjungpinang – Kabupaten Bintan
– Kabupaten Karimun - Duri (Riau);
(2) Jaringan distribusi gas bumi meliputi :
a. Kota Batam – Kabupaten Bintan - Kota
Tanjungpinang – Kabupaten Lingga;
b. Kota Batam – Kabupaten Karimun;
Masukan DPUPP Prov: Jaringan minyak bumi dan gas dalam Ranperda Natuna tidak mengakomodir Pasal 22 ayat 1 huruf b dan c RTRW Prov, mohon penjelasan.
1. Telah ditambahkan
jaringan minyak dan gas sesuai Pasal 22 ayat 1 huruf b dan c RTRW Provinsi
48
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kecamatan Pulau Tiga; dan
2. Terminal Bahan Bakar Minyak Ranai,
Kecamatan Bunguran Timur.
d. Liquefied Natural Gas di Kecamatan Bunguran
Selatan.
(3) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan
sarana pendukungnya; dan
b. infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan
sarana pendukungnya.
(4) Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan
sarana pendukungnya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) huruf a meliputi:
a. PLTD Ranai di Kecamatan Bunguran Timur;
b. PLTD Selat Lampa di Kecamatan Pulau Tiga;
c. PLTD Pulau Sedanau di Kecamatan Bunguran
Barat;
d. PLTD Pulau Midai di Kecamatan Midai;
e. PLTD Pulau Serasan di Kecamatan Serasan;
f. PLTD Pulau Subi Kecil di Kecamatan Subi;
g. PLTD Air Payang di Kecamatan Pulau Laut;
h. PLTD Pulau Sabang Mawang di Kecamatan
Pulau Tiga;
i. PLTD Pulau Tanjung Kumbik di Kecamatan
Pulau Tiga Barat;
j. PLTD Pulau Sededap di Kecamatan Pulau Tiga;
k. PLTD Pulau Panjang di Kecamatan Subi;
l. PLTD Pulau Sekatung di Kecamatan Pulau Laut;
m. PLTD Pulau Selaut di Kecamatan Bunguran
Barat;
n. PLTD Pulau Batu Berian di Kecamatan Serasan;
o. PLTD Pulau Kerdau di Kecamatan Subi;
(3) Rencana Liquefied Natural Gas (LNG) Receiving
Terminal di Kota Batam, Kabupaten Bintan yang dapat
diangkut dengan kapal tanker, pipa dan truk untuk
kebutuhan Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga,
Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Natuna dan
provinsi-provinsi lainnya;
(4) Pengembangan Compressed Natural Gas (CNG) di
Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kota Tanjungpinang,
Kabupaten Lingga dan Kabupaten Karimun yang dapat
diangkut dengan tanker atau truk;
(5) Sarana penimbunan minyak dan gas (migas) yang
meliputi terminal minyak dan gas yang terdapat di Kota
Batam (Pulau Sambu, Kabil, Janda Berhias, Kepala Jeri,
dan Tanjung Sauh), Kabupaten Bintan (Kijang dan
Tanjung Uban) Kabupaten Natuna (Selat Lampa),
Kabupaten Kepulauan Anambas (Pulau Matak dan Pulau
Jemaja, Kabupaten Karimun (Pulau Karimun dan Pulau
Karimun Anak), dan Kabupaten Lingga
(6) Sarana penimbunan minyak dan gas selain yang
tersebut pada ayat (5) dapat dikembangkan pada
daerah – daerah yang berpotensi untuk
dikembangkan.
Pasal 23
49
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
p. PLTD Pulau Seluan di Kecamatan Bunguran
Utara;
q. Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Setengar di
Kecamatan Bunguran Selatan; dan
r. Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Penarik di
Kecamatan Bunguran Selatan.
(5) Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukungnya sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) huruf b dapat meliputi:
a. jaringan transmisi tenaga listrik;
b. jaringan distribusi tenaga listrik; dan
c. gardu induk.
(6) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf a, meliputi Saluran
Udara Tegangan Tinggi Pulau Bunguran yang
melayani sistem jangkauan meliputi Penarik –
Harapan Jaya – Kelarik – Teluk Buton.
(7) Jaringan distribusi tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf b meliputi:
a. SUTM di Pulau Sedanau;
b. SUTM di Pulau Subi Kecil dan Pulau Subi
Besar;
c. SUTM di Pulau Midai;
d. SUTM di Pulau Sabang Mawang;
e. SUTM di Pulau Tanjung Kumbik;
f. SUTM di Pulau Sededap;
g. SUTM di Pulau Laut;
h. SUTM di Pulau Sekatung;
i. SUTM di Pulau Seluan;
j. SUTM di Pulau Selaut;
k. SUTM di Pulau Kerdau;
l. SUTM di Pulau Panjang;
m. SUTM di Pulau Batu Berian Besar;
n. SUTM di pulau-pulau berpenghuni lainnya; dan
(1) Sistem jaringan ketenagalistrikan di Kabupaten Bintan
dilakukan melalui penyediaan Sarana Prasarana
pembangkit, Transmisi dan distribusi meliputi :
a. PLTD Lobam, PLTD Lagoi, PLTU Galang Batang,
PLTMG Tekojo,
b. Jaringan Interkoneksi 150 KV Batam - Bintan
melalui gardu induk yang terdiri dari GI-Tanjung
Uban, GI-Bandar Seri Bintan dan GI-Kijang;
(2) Pengembangan sistem sarana prasarana
ketenagalistrikan di Kabupaten Bintan meliputi :
a. PLTU di Kawasan Industri Lobam dan Kawasan
Bandar Seri Bentan;
b. PLTU di Sungai Lekop, Sei Enam, Galang Batang
dan Lobam, PLTU TLB (Tenaga Listrik Bintan)
Kijang, PLTU PLN EPC Kijang, pembangunan
PLTU;
c. Tenaga listrik alternatif, yakni energi kelautan (arus,
gelombang), energi surya, biomass, biofuel, biogas
dan angin; dan
d. Sistem jaringan distribusi dari Pulau Bintan ke pulau-
pulau kecil dan antar pulau-pulau kecil.
e. Pengembangan sarana prasarana ketenagalistrikan
selain yang disebutkan pada huruf a dan huruf b,
dapat dikembangkan pada daerah – daerah yang
berpotensi untuk dikembangkan.
Pasal 24
(1) Sistem Jaringan Ketenagalistrikan Kota
Tanjungpinang dilakukan melalui penyediaan Sarana
Prasarana pembangkit, Transmisi dan distribusi meliputi:
a. PLTD Suka Berenang;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG)
50
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
o. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) di
kawasan perkotaan Ranai.
(8) Gardu induk sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf c merupakan bagian tidak terpisahkan dari
transmisi tenaga listrik, meliputi:
a. gardu induk kawasan bandar udara Kelarik di
Kecamatan Bunguran Utara;
b. gardu induk kawasan industri Teluk Buton di
Kecamatan Bunguran Utara;
c. gardu hubung Harapan Jaya di Kecamatan
Bunguran Tengah;
d. gardu hubung Ranai di Kecamatan Bunguran
Timur; dan
e. gardu hubung Kelarik di Kecamatan Bunguran
Utara
Pulau Dompak;
c. Pembangunan jaringan interkoneksi Batam–Bintan;
d. Pembangunan Gardu Induk di Air Raja dan Pulau
Dompak;
e. Pembangunan jaringan distribusi Tanjungpinang-
Penyengat.
(2) Pengembangan sistem jaringan ketenagalistrikan
di Kota Tanjungpinang meliputi:
a. Listrik Tenaga Gas (PLTG/MG) Pembangkit
Tanjungpinang;
b. Tenaga listrik alternatif, yakni energi kelautan (arus,
gelombang), energi surya, biomass, dan angin;
c. Pengembangan sarana prasarana ketenagalistrikan
di daerah- daerah yang berpotensi untuk
dikembangkan.
Pasal 25
(1) Sistem jaringan ketenagalistrikan di Kabupaten Karimun
dilakukan melalui penyediaan sarana prasarana
pembangkit, transmisi dan distribusi meliputi PLTD di
Bukit Carok, PLTU di Tanjung Sebatak, PLTD Tanjung
Batu, PLTD Moro, PLTD Buru, dan PLTD Durai;
(2) Pengembangan sistem jaringan ketenagalistrikan
meliputi:
a. PLTU Peranap, PLTU Bukit Jantan Power, PLTU
Pulau Kundur, PLTU Batubara, PLTU Tanjung Balai
Karimun Peaker;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG/MG)
Tanjung Balai Karimun Peaker, Pembangkit Listrik
Tenaga Gas (PLTMG) Tanjung Batu;
c. Pembangkit Tenaga Listrik Surya (PLTS) Tanjung
Balai Karimun, Pembangkit Tenaga Listrik Surya
(PLTS) Tanjung Batu dan pulau- pulau kecil lainnya;
51
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
d. Sistem Jaringan Interkoneksi Batam-Karimun
melalui Pengembangan Gardu Induk (GI) di Pulau
Citlim, Pulau Sugi dan Pulau Karimun;
e. Sistem jaringan distribusi dari pembangkit yang
sudah ada ke pulau-pulau kecil terdekat.
f. Tenaga listrik alternatif, yakni energi kelautan (arus,
gelombang), energi surya, biomass, biofuel, biogas
dan angin.
g. Pengembangan sarana prasarana ketenagalistrikan
selain yang disebutkan pada huruf a, huruf b, huruf,
c, dan huruf d dapat dikembangkan pada daerah –
daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.
Pasal 26
(1) Sistem jaringan ketenagalistrikan di Kabupaten Lingga
dilakukan melalui penyediaan sarana prasarana
pembangkit, transmisi dan distribusi meliputi PLTD
Dabo, PLTD Lingga dan PLTD Senayang.
(2) Pengembangan sistem jaringan ketenagalistrikan
meliputi :
a. PLTD yang tersebar di Kabupaten Lingga;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa
Jagoh Kecamatan Singkep Barat;
c. Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG)
Dabo Singkep;
d. Pembangkit Listrik MikroHidro (PLTMH) terletak
di Sungai Jelutung Desa Mentuda Kecamatan
Lingga dan Desa Resun;
e. Pengembangan saluran udara transmisi dan
distribusi di Pulau Lingga, Pulau Singkep, Pulau
Senayang, Pulau Sebangka, Pulau Benan, Pulau
Selayar, Pulau Bakung dan Pulau Cempa serta
pengembangan gardu induk di Kecamatan Singkep
52
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Barat;
f. Tenaga listrik alternatif, yakni energi kelautan (arus,
gelombang), energi surya,biomass, biofuel, biogas
dan angin; dan
g. Pengembangan sarana prasarana
ketenagalistrikan selain yang disebutkan pada
huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf e, dapat
dikembangkan pada daerah – daerah yang
berpotensi untuk dikembangkan.
Pasal 27
(1) Sistem jaringan ketenagalistrikan di Kabupaten Natuna
dilakukan melalui penyediaan sarana prasarana
pembangkit, transmisi dan distribusi meliputi PLTD
Ranai, PLTD Kelarik, PLTD Sedanau, PLTD Midai, PLTD
Serasan, PLTD di Pulau Subi, PLTD Pulau Laut, PLTD
Pulau Tiga, PLTS Komunal Pulau Subi, PLTS Komunal
Pulau Tiga.
(2) Pengembangan sistem jaringan ketenagalistrikan
meliputi :
a. PLTD dan PLTMG Ranai, PLTD Pering, PLTU
di Kecamatan Bunguran Selatan, PLTMG Teluk
Buton (Ranai), PLTMH Seisegram, PLTMH Pulau
Tiga;
b. Sistem jaringan distribusi dari pembangkit yang
sudah ada ke pulau-pulau kecil terdekat;
c. Pengembangan Gardu Induk/Hubung di Natuna
terdiri atas gardu induk di Kelarik dan Ranai;
d. Tenaga listrik alternatif, yakni energi kelautan (arus,
gelombang), energi surya, biomass, biofuel, biogas
dan angin; dan
53
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
e. Pengembangan sarana prasarana ketenagalistrikan
selain yang disebutkan pada huruf a dan huruf b,
dapat dikembangkan pada daerah – daerah yang
berpotensi untuk dikembangkan.
Pasal 28
(1) Sistem jaringan ketenagalistrikan di Kabupaten
Kepulauan Anambas dilakukan melalui penyediaan
sarana prasarana pembangkit, transmisi dan distribusi
meliputi PLTD Letung, PLTD Tarempa, PLTD Palmatak,
PLTS Komunal dan PLTS Hybrid
(2) Pengembangan sistem jaringan ketenagalistrikan
meliputi :
a. Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) di
Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan
Selatan, Kecamatan Jemaja Timur, PLTMG Siantan,
PLTMG Jemaja, dan PLTMG Palmatak;
b. Sistem Jaringan Interkoneksi Kabupaten Kepulauan
Anambas (Pulau Siantan - Pulau Matak);
c. Sistem jaringan distribusi dari pembangkit yang
sudah ada ke pulau-pulau kecil terdekat;
d. Tenaga listrik alternatif, yakni energi
kelautan (arus, gelombang), energi surya,
biomass, biofuel, biogas dan angin;
e. Pengembangan sarana prasarana ketenagalistrikan
selain yang disebutkan pada huruf a dan huruf b,
dapat dikembangkan pada daerah – daerah yang
berpotensi untuk dikembangkan.
Pasal 29
(1) Sistem jaringan ketenagalistrikan di Kota Batam
dilakukan melalui penyediaan sarana prasarana
54
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pembangkit, transmisi dan distribusi meliputi :
a. PLTD Sei Baloi, PLTD Batu Ampar I, PLTD Batu
Ampar II, PLTD Tanjung Sengkuang, PLTD Jembo,
PLTD Sekupang I, PLTD Sekupang II, PLTD Pulau
Terong, PLTD Pecong, PLTD Kasu, PLTD Pulau
Karas, PLTD Pulau Sembulang dan PLTD Pulau
Abang;
b. PLTG Panaran I, PLTG Panaran II, PLTG New
1, PLTG/E Kabil,PLTG/E PLNB, PLTG New 2,
PLTGU Tanjung Sengkuang, PLTGU Panaran,
PLTG Tanjung Uncang I dan PLTG Tanjung Uncang
II;
c. PLTU Tanjung Kasam I;
d. Sistem jaringan Interkoneksi Batam-Bintan;
e. Sistem jaringan distribusi Batam-Belakang Padang.
(2) Pengembangan sistem jaringan ketenagalistrikan
meliputi:
a. Pemenuhan kebutuhan gas bagi pembangkit dari
pipa cabang West Natuna Transportation System
(WNTS)-Pulau Pemping- Tanjung Uncang;
b. Jaringan transmisi tenaga listrik di Kota Batam
terdiri dari jaringan transmisi tenaga listrik Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT);
c. Jaringan distribusi Rempang-Galang
dengan Gardu Induk/Hubung;
d. Pengembangan Gardu Induk di Kota Batam terdiri
atas GI Sei Baloi, GI Sei Harapan, GI Tanjung
Sengkuang, GI Batu Besar, GI Tanjung Kasam, GI
Panaran, GI Rempang, GI Nongsa, GI Muka Kuning,
GI Tanjung Uncang, dan GI Kabil;
e. Sistem Jaringan Interkoneksi Batam-Karimun;
f. Sistem Jaringan distribusi Kota Batam-Pulau
Buluh-Pulau Sambu-Pulau Manis-Janda Berhias dan
pulau-pulau lainnya;
55
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
g. Tenaga listrik alternatif, yakni energi kelautan (arus,
gelombang), energi surya, biomass, biofuel, biogas
dan angin; dan
h. Pengembangan sarana prasarana
ketenagalistrikan selain yang disebutkan pada
huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, dapat
dikembangkan pada daerah – daerah yang
berpotensi untuk dikembangkan.
Paragraf 3
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 16
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf c, meliputi:
a. jaringan telekomunikasi tetap; dan
b. jaringan telekomunikasi bergerak.
(2) Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. penyelengaraan jaringan kabel telepon,
meliputi:
1. jaringan kabel telepon perkotaan Ranai;
2. jaringan kabel telepon Ranai – Sungai Ulu –
Kelarik;
3. jaringan kabel telepon Ranai – Teluk Buton;
dan
4. jaringan kabel telepon Ranai – Sungai Ulu –
Selat Lampa.
b. penyelenggaraan jaringan bawah tanah merupakan
jaringan fiber optic yang dikembangkan oleh Palapa
Ring Barat dengan pelayanan:
Paragraf Kedua
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 30
(1) Sistem jaringan telekomunikasi di Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf b terdiri atas jaringan
bergerak teresterial, jaringan bergerak satelit, dan
jaringan bergerak seluler berupa Base Transceiver
Station (BTS) telekomunikasi dan tower bersama sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Sistem jaringan telekomunikasi tetap di Daerah dilayani
oleh Sentral Telepon Otomat (STO). Pengembangan
layanan dilakukan dengan memperluas jaringan dan
jangkauan sistem telekomunikasi tetap yang sudah ada,
khususnya melalui penyediaan STO berkapasitas kecil
sampai dengan tinggi menggunakan radio transmisi.
(3) Pada STO di perkotaan yang mempunyai tingkat layanan
rendah, penambahan SST dilakukan secara
bertahap dalam jangka menengah dan panjang
setelah kapasitas SST terpasang terisi seluruhnya.
(4) Dalam rangka menyeimbangkan perkembangan
antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan
sebagai bagian dari upaya mempercepat perkembangan
56
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
1. jaringan kabel fiber optic perkotaan Ranai di
Kecamatan Bunguran Timur;
2. jaringan kabel fiber optic Pulau Sedanau di
Bunguran Barat;
3. jaringan kabel fiber optic Pulau Serasan di
Kecamatan Serasan dan Kecamatan Serasan
Timur;
4. jaringan kabel fiber optic Pulau Midai di
Kecamatan Midai dan Suak Midai;
5. jaringan kabel fiber optic Pulau Laut di
Kecamatan Pulau Laut;
6. jaringan kabel fiber optic Pulau Subi Kecil di
Kecamatan Subi;
7. jaringan kabel fiber optic Pulau Tanjung
Kumbik di Kecamatan Pulau Tiga Barat;
8. jaringan kabel fiber optic Pulau Sabang
Mawang di Kecamatan Pulau Tiga;
9. jaringan kabel fiber optic Kecamatan Bunguran
Timur – Kecamatan Bunguran Tengah –
Kecamatan Bunguran Batubi – Kecamatan
Bunguran Utara (Kelarik);
10. jaringan kabel fiber optic Kecamatan Bunguran
Timur – Kecamatan Bunguran Timur Laut –
Kecamatan Bunguran Utara (Teluk Buton); dan
11. jaringan kabel fiber optic Kecamatan Bunguran
Timur – Kecamatan Bunguran Selatan –
Kecamatan Bunguran Barat – Kecamatan
Pulau Tiga.
(3) Jaringan telekomunikasi bergerak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. jaringan bergerak seluler merupakan menara Base
Transceiver System (BTS) tersebar di Kecamatan
Pulau Laut, Kecamatan Bunguran Utara,
Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kecamatan
kawasan-kawasan yang masih tertinggal,
pengembangan layanan telekomunikasi yang
dilaksanakan diarahkan ke kawasan-kawasan dimaksud
dengan mempertimbangkan lokasi yang strategis yang
belum dapat diakses.
(5) Pembangunan serat optik antar seluruh
kabupaten/kota dan pengembangan transmisi
penyiaran TVRI.
(6) Pembangunan sistem jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berdasarkan
mekanisme kelayakan pembangunan jaringan
telekomunikasi.
57
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Bunguran Timur, Kecamatan Bunguran Tengah,
Kecamatan Bunguran Batubi, Kecamatan Bunguran
Barat, Kecamatan Bunguran Selatan, Kecamatan
Bunguran Pulau Tiga, Kecamatan Bunguran Pulau
Tiga Barat, Kecamatan Midai, Kecamatan Suak
Midai, Kecamatan Subi, Kecamatan Serasan, dan
Kecamatan Serasan Timur; dan
b. jaringan bergerak satelit merupakan jaringan VSAT
(Very Small Aperture Terminal) tersebar di
Kecamatan Pulau Laut, Kecamatan Bunguran
Utara, Kecamatan Bunguran Timur Laut,
Kecamatan Bunguran Timur, Kecamatan Bunguran
Tengah, Kecamatan Bunguran Batubi, Kecamatan
Bunguran Barat, Kecamatan Bunguran Selatan,
Kecamatan Bunguran Pulau Tiga, Kecamatan
Bunguran Pulau Tiga Barat, Kecamatan Midai,
Kecamatan Suak Midai, Kecamatan Subi,
Kecamatan Serasan, dan Kecamatan Serasan
Timur.
Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 17
(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf d, meliputi:
a. sumber air; dan
b. prasarana sumber daya air.
(2) Sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan air permukaan yang meliputi:
a. sungai yang berada di Kecamatan Pulau Laut,
Paragraf Ketiga
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 31
(1) Sistem jaringan sumber daya air di Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c
merupakan sistem sumber daya air pada wilayah sungai
lintas kabupaten/kota sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
(2) Sumber daya air adalah air, sumber air dan daya
air yang terkandung di dalamnya.
58
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kecamatan Bunguran Utara, Kecamatan Bunguran
Timur Laut, Kecamatan Bunguran Timur, Kecamatan
Bunguran Tengah, Kecamatan Bunguran Batubi,
Kecamatan Bunguran Barat, Kecamatan Bunguran
Selatan, Kecamatan Bunguran Pulau Tiga,
Kecamatan Bunguran Pulau Tiga Barat, Kecamatan
Midai, Kecamatan Suak Midai, Kecamatan Subi,
Kecamatan Serasan, dan Kecamatan Serasan Timur;
b. embung, yang terdiri atas:
1. Embung Sebayar di Kecamatan Bunguran
Timur;
2. Embung Air Tinggung di Kecamatan Bunguran
Timur;
3. Embung Kelanga di Kecamatan Bunguran Timur
Laut;
4. Embung Pengadah di Kecamatan Bunguran
Timur Laut;
5. Embung Teluk Buton di Kecamatan Bunguran
Utara;
6. Embung Seluan di Kecamatan Bunguran Utara;
7. Embung Sedanau di Kecamatan Bunguran
Barat;
8. Embung Selaut di Kecamatan Bunguran Barat;
9. Embung Pian Tengah di Kecamatan Bunguran
Barat;
10. Embung Curing di Kecamatan Bunguran Batubi;
11. Embung Tanjung Kumbik di Kecamatan Pulau
Tiga Barat;
12. Embung Selat Lampa di Kecamatan Pulau Tiga;
13. Embung Tanjung Batang di Kecamatan Pulau
Tiga;
14. Embung Sabang Mawang di Kecamatan Pulau
Tiga;
15. Embung Sededap di Kecamatan Pulau Tiga;
(3) Sumber air di Provinsi berasal dari sungai, waduk,
embung, air tanah, air laut dan mata air.
(4) Prasarana sumber daya air terdiri atas infrastruktur
penyediaan air baku, pengendalian banjir, irigasi,
pengamanan pantai serta bangunan air lainnya yang
diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air.
Sistem pengendalian banjir dilakukan pada sungai utama,
tanggul, bendungan, pompa air dan drainase dan sistem
pengamanan pantai diprioritaskan pada pantai rawan abrasi
serta pulau-pulau terluar di seluruh wilayah Provinsi.
59
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
16. Embung Serantas di Kecamatan Pulau Tiga;
17. Embung Serasan di Kecamatan Serasan;
18. Embung Batu Berian di Kecamatan Serasan;
19. Embung Pantai Tebung di Kecamatan Serasan
Timur;
20. Embung Pulau Laut di Kecamatan Pulau Laut;
21. Embung Subi di Kecamatan Subi;
22. Embung Pulau Panjang di Kecamatan Subi;
23. Embung Pulau Kerdau di Kecamatan Subi; dan
24. Embung Midai di Kecamatan Midai.
c. bendung, yang terdiri atas:
1. Bendung Tapau di Kecamatan Bunguran
Tengah;
2. Bendung Batubi di Kecamatan Bunguran Batubi;
3. Bendung Gunung Putri di Kecamatan Bunguran
Batubi;
4. Bendung Sedarat Baru di Kecamatan Bunguran
Batubi;
5. Bendung Kelarik di Kecamatan Bunguran Utara;
6. Bendung Payak di Kecamatan Serasan Timur;
dan
7. Bendung Sungai Binjai di Kecamatan Bunguran
Barat.
(3) Sumber air yang berasal dari sungai sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a akan dijelaskan
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4) Prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. sistem jaringan irigasi, terdiri atas:
1. sistem jaringan irigasi Tapau di Kecamatan
Bunguran Tengah;
2. sistem jaringan irigasi Kelarik di Kecamatan
Bunguran Utara;
60
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
3. sistem jaringan irigasi Batubi di Kecamatan
Bunguran Batubi;
4. sistem jaringan irigasi Gunung Putri di
Kecamatan Bunguran Batubi;
5. sistem jaringan irigasi Sedarat Baru di
Kecamatan Bunguran Batubi; dan
6. sistem jaringan irigasi Payak di Kecamatan
Serasan Timur.
b. sistem pengendalian banjir, terdiri atas:
1. kolam detensi di Kecamatan Bunguran Timur;
dan
2. sistem pengaman pantai pada kawasan rawan
gelombang pasang dan abrasi di Kecamatan
Pulau Laut, Kecamatan Bunguran Utara,
Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kecamatan
Bunguran Timur, Kecamatan Bunguran Selatan,
Kecamatan Bunguran Barat, Kecamatan Pulau
Tiga, Kecamatan Pulau Tiga Barat, Kecamatan
Subi, Kecamatan Midai, Kecamatan Suak Midai,
Kecamatan Serasan, dan Kecamatan Serasan
Timur.
Paragraf 5
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 18
Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf e, meliputi:
a. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);
b. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL);
c. Sistem pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3);
d. Sistem jaringan persampahan; dan
Paragraf Keempat
Sistem Jaringan Lainnya
Pasal 32
Sistem jaringan lainnya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 20 huruf
d meliputi:
a. Sistem Jaringan Air Bersih;
b. Sistem Pembuangan Air Limbah;
c. Sistem Pengelolaan Sampah dan Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja;
61
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
e. Sistem jaringan evakuasi bencana. d. Sistem Jaringan Drainase; dan
e. Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Terpadu.
Pasal 19
(1) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 huruf a meliputi:
a. jaringan perpipaan; dan
b. bukan jaringan perpipaan.
(2) Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. Unit air baku, meliputi:
1. embung Pulau Laut di Kecamatan Pulau Laut;
2. bendung Kelarik di Kecamatan Bunguran Utara;
3. embung Teluk Buton di Kecamatan Bunguran
Utara;
4. embung Seluan di Kecamatan Bunguran Utara;
5. embung Pengadah di Kecamatan Bunguran
Timur Laut;
6. embung Sebayar di Kecamatan Bunguran
Timur;
7. embung Kelanga di Kecamatan Bunguran
Timur;
8. embung Air Tinggung di Kecamatan Bunguran
Timur;
9. intake Gunung Ranai di Kecamatan Bunguran
Timur;
10. bendung Tapau di Kecamatan Bunguran
Tengah;
11. bendungan Sungai Binjai di Kecamatan
Bunguran Barat;
Pasal 33
(1) Sistem jaringan air bersih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf a dipadukan dengan sistem jaringan
sumber daya air untuk menjamin ketersediaan air baku.
(2) Sumber air baku pada jaringan air bersih terdiri atas:
a. sumber air bersih di Kabupaten Bintan adalah hasil
dari instalasi pengolahan air (IPA) di Tanjung Uban,
Waduk Gunung Bini, Teluk Sekuni, Kijang, Lobam,
Waduk Kawal, Waduk Sei Pulai, Waduk Jago,
Waduk Lagoi, Waduk Sei Lepan, Waduk Sekuning,
Waduk Galang Batang, Dam Teluk Bintan
(Sungai Kangboi, Sungai Ekang, Sungai Angculai,
Sungai Teluk Bintan), Kolong Enam Kijang, Sungai
Gesek, Bendungan Muara Sei Busung, Sungai
Kawal, Embung Cina Mati, Waduk Lower Gesek,
Danau SBP, Tampungan Kawal I, Tampungan
Kawal II, Danau Tembeling, Danau Bloreng, Kolong
Keter, Tampungan Ekang Anculai, Genangan Biru,
Waduk Sei Jeram I, Waduk Sei Jeram II, Kolong
Katen, Waduk Anculai, dan pengembangan IPA
lainnya berasal dari mata air dan embung/kolong
pasca tambang;
b. sumber air bersih di Kota Tanjungpinang adalah
hasil dari instalasi pengolahan air (IPA)
Waduk Sei Pulai dengan memperkuat intake
Waduk Sungai Gesek dan interkoneksi Waduk
Galang Batang, Bendungan Muara Sei Dompak dan
62
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
12. embung Pian Tengah di Kecamatan Bunguran
Barat;
13. embung Sedanau di Kecamatan Bunguran
Barat;
14. embung Selaut di Kecamatan Bunguran Barat;
15. embung Curing di Kecamatan Bunguran Batubi;
16. embung Sabang Mawang di Kecamatan Pulau
Tiga;
17. embung Tanjung Batang di Kecamatan Pulau
Tiga;
18. embung Selat Lampa di Kecamatan Pulau Tiga;
19. embung Sededap di Kecamatan Pulau Tiga;
20. embung Serantas di Kecamatan Pulau Tiga;
21. embung Tanjung Kumbik di Kecamatan Pulau
Tiga Barat;
22. embung Serasan di Kecamatan Serasan;
23. embung Batu Berian di Kecamatan Serasan;
24. embung Pantai Tebung di Kecamatan Serasan
Timur;
25. embung Subi di Kecamatan Subi;
26. embung Pulau Panjang di Kecamatan Subi;
27. embung Kerdau di Kecamatan Subi; dan
28. embung Midai di Kecamatan Midai.
b. unit produksi, meliputi:
1. IPA di Kecamatan Pulau Laut;
2. IPA di Kecamatan Bunguran Utara;
3. IPA di Kecamatan Bunguran Timur Laut;
4. IPA di Kecamatan Bunguran Timur;
5. IPA di Kecamatan Bunguran Tengah;
6. IPA di Kecamatan Bunguran Barat;
7. IPA di Kecamatan Bunguran Batubi;
8. IPA di Kecamatan Pulau Tiga;
9. IPA di Kecamatan Pulau Tiga Barat;
10. IPA di Kecamatan Subi;
embung Tanjung Duku Pulau Dompak, Danau
Sungai Timun, Kolong Sungai Nyirih, dan Sungai
Touca. Dan pengembangan IPA lainnya berasal
dari pengolahan air laut menjadi air minum
(Reverse Osmosis), kolong pasca tambang, mata
air dan tampungan lainnya sebagai sumber air
baku;
c. sumber air bersih di Kota Batam adalah hasil dari
instalasi pengolahan air (IPA) Waduk Sei Harapan,
Waduk Muka Kuning, Waduk Duriangkang, Sungai
Beduk, Sungai Tokong, Sungai Ngeden, Sungai
Pancur, Waduk Nongsa, Waduk Sei Ladi, Waduk
Sei Baloi, Waduk Tembesi, Sungai Cia (Rempang
Utara), Bendungan Muara Sei Gong, Sungai
Langkai, Waduk Rempang, Sungai Raya, Sungai
Curus, Sungai Ta’tas, Sungai Pratas, Sungai
Monggak, Sungai Galang, Sungai Galang Utara,
Sungai Galang Timur, Embung Kebun Raya,
Embung Sekanak I dan Embung Sekanak II, Pulau
Pemping, Embung Bulang, Pulau Bulan, Embung
Bulang Lintang, Estuari Dam Pulau Kepala Jeri dan
pengembangan IPA lainnya berasal dari
pengolahan air laut menjadi air minum (Reverse
Osmosis) dan mata air;
d. sumber air bersih di Kabupaten Natuna adalah hasil
dari instalasi pengolahan air (IPA) di Pulau
Bunguran (yang bersumber dari Sungai Ranai,
Waduk Air Hijau, Sungai Semala, Air Terjun Air
Lengit, Sungai Air Kupang, Sungai Air Kimak,
Bendungan Tapau, Bendungan Kelarik, Bendungan
Lampa, Sungai Binjai), di Pulau Midai (yang
bersumber dari mata air Gunung Jambat, Gunung
Teledu, Sabang Muduk, sumur Limau Kecil, sumur
Air Putih 1, sumur Air Putih 2, sungai Air Bunga,
63
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
11. IPA di Kecamatan Serasan;
12. IPA di Kecamatan Serasan Timur; dan
13. IPA di Kecamatan Midai.
c. unit distribusi yang tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten.
d. unit pelayanan yang tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten.
(3) Bukan jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi bangunan penangkap
mata air, sumur dangkal, bak penampung air hujan,
dan sumur pompa yang dapat dikembangkan di
kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
sungai Sebelat Laut, sungai Sabang Muduk, sungai
Air Salor, sungai cabang Sungai Abit dan sungai Air
Pancur); tampungan air baku kecil Sedanau, Air
Embung Teluk Buton, Embung Pulau Tiga, Embung
Pulau Laut, Tapungan Air Kampung Hilir (Serasan),
Tampungan Air Tanjung Umbik Utara, Tampungan
Air Desa Batu Gajah, Tampungan Air Kampung
Baru, Tampungan Air Bunguran Selatan, serta
sumber air baku yang berasal dari embung
penampungan air di pulau- pulau kecil dan mata air
serta pengembangan IPA lainnya berasal dari
pengolahan air laut menjadi air minum (Reverse
Osmosis);
e. sumber air bersih di Kabupaten Kepulauan
Anambas adalah hasil dari instalasi pengolahan air
(IPA) DAS Siantan, DAS Matak, DAS Mubur, DAS
Jemaja, DAS Bajau, DAS Air Abu, DAS Telaga, Air
Terjun Temburun, DAS Neraja dan Air
Terjun Air Bini, Tampungan Air Gunung Samak,
Tampungan Air Gunung Bintang, Tampungan Air
Batu Kabil, Tampungan Air Tebang Ladan, dan
pengembangan IPA lainnya berasal dari
pengolahan air laut menjadi air minum (Reverse
Osmosis), mata air dan air baku buatan;
f. sumber air bersih di Kabupaten Karimun adalah
hasil dari instalasi pengolahan air (IPA) di Pulau
Karimun, Pulau Kundur, Pulau Belat, Pulau Buru,
Pulau Ungar, Pulau Sugi Bawah, Pulau Combol,
Pulau Durai, Embung Sei Bati, Embung Moro,
Embung Tempan, Kolong pongkar I dan Kolong
Pongkar II, Kolong Sentani, Kolong Paya Manggis,
Kolong Depan RSUD dan Kolong Sei Bati – Dang
Merdu – Kodim, Tampungan Air Sidodadi
(Moro), Tampungan Pulau Parit, Tampungan Air
64
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Sawang/Layang (Kundur Barat), Tampungan Air
Prayun (Kundur), Tampungan Air Sidomoro,
Tampungan Air Gemuruh, Embung Pulau
Karimun Kecil (Meral), Embung Pulau Asam
(Tebing), Embung Pulau Kundur, Embung Pulau
Belat, serta pengembangan IPA lainnya dengan
sumber air baku berasal dari pengolahan air laut
menjadi air minum (sistem Reverse Osmosis),
estuari dam, mata air dan kolong pasca tambang;
g. sumber air bersih di Kabupaten Lingga adalah hasil
dari instalasi pengolahan air (IPA) yang bersumber
dari mata air gunung Muncung, Gunung Daik,
Cenot, Bukit Raja, Limbung, Sungai Kerandin,
Kudung, Sungai Pinang, Sungai Cik Latif, Sungai
Kuala Raya, Tebing Gunung Lanjut, Gunung
Tunggal, Bukit Selayar, Kolong Berindat, Kolong
Pasir Kuning, Kolong Serayak, Kolong Sungai
Kerekel, Kolong Marok Tua, Kolong Tanah Sejuk,
Kolong Raya, Air Gemuruh, Sungai Ulu Watik,
Sungai Cabang Dua Tanda, Air Terjun Gunung
Tanda, Sungai Gunung Pancur, Tampungan Air
Kampung Menserai dan Tanjung Tinggi, Kolong Air
Merah, Kolong Raya II, Telaga Hijau, Kolong
Air Panas I, Kolong Air Panas II, Kolong Bandung
1, Kolong Bandung 2, Kolong Bandung 3, Kolong
Marinif 1, Kolong Marinif 2, Kolong Marok Kecil,
Bendungan Mentuda, Mata Air Centeng,
Tampungan Air Sungai Centeng, Mata Air
Sinempek, Sungai Ulu Medak, Bendungan Resun
serta pengembangan IPA lainnya dengan sumber
air baku berasal dari pengolahan air laut (sistem
Reverse Osmosis), mata air dan kolong pasca
tambang.
65
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pasal 20
(1) Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPAL)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b
meliputi:
a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); dan
b. Sistem pembuangan air limbah rumah tangga.
(2) Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. IPAL Perkotaan Ranai di Kecamatan Bunguran
Timur;
b. IPAL Teluk Buton di Kecamatan Bunguran Utara;
c. IPAL Penarik di Kecamatan Bunguran Selatan;
dan
d. IPAL Selat Lampa di Kecamatan Pulau Tiga.
(3) Sistem pembuangan air limbah rumah tangga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) meliputi:
a. IPLT Sebayar di Kecamatan Bunguran Timur;
b. IPLT Teluk Buton di Kecamatan Bunguran Utara;
c. IPLT Kelarik di Kecamatan Bunguran Utara;
d. IPLT Batubi di Kecamatan Bunguran Batubi;
e. IPLT Sedanau di Kecamatan Bunguran Barat;
f. IPLT Midai di Kecamatan Midai;
g. IPLT Serasan di Kecamatan Serasan;
h. IPLT Subi di Kecamatan Subi; dan
i. IPLT Pulau Laut di Kecamatan Pulau Laut.
Pasal 34
Sistem pembuangan air limbah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf b mencakup pembangunan,
pengelolaan dan pelayanan septictank Komunal, Instalasi
Pengelolaan Limbah Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) Komunal yang berwawasan lingkungan
dan mengacu pada ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
Masukan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Prov :
1) Nomenklatur SPAL (Sistem
Pengelolaan Air Limbah) agar
disempurnakan menjadi
Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik (SPALD)
sesuai dengan Permen PUPR
No. 4 Tahun 2017 tentang
Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik.
2) Nomenklatur IPLT perlu
disesuaikan definisinya
dengan Permen PUPR No. 4
Tahun 2017. Agar dapat
dibedakan antara IPLT dan
septictank komunal.
3) Agar dipisahkan IPLT
eksisting dengan rencana
pembangunan IPLT.
1. Penggunaan
nomenklatur SPAL
(sistem Pengelolaan
Air Limbah) mengikuti
ketentuan Permen
ATR 1 Tahun 2018
tentang pedoman
penyusunan rencana
tata ruang wilayah
provinsi, Kabupaten
dan Kota.
2. Pemisahan IPLT
rencana dengan IPLT
eksisting dimuat
dalam indikasi
program (lampiran
RTRW)
3. Nomenklatur IPLT
dijelaskan dalam
lampiran penjelasan
pasal.
66
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pasal 21
Sistem pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c
merupakan Instalasi Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) di Kecamatan Bunguran Timur.
Pasal 37
(1) Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
huruf e merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan,
pengangkutan dan pengolahan dan atau penimbunan.
(2) Masing-masing mata rantai dalam pengelolaan
limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
pelaksanaannya harus mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Penetapan lokasi pengumpulan, pemanfaatan dan
pengolahan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditempatkan di
(4) Kabupaten/Kota dengan memperhatikan pemilihan
lokasi yang sesuai berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan.
(5) Persyaratan lokasi pengumpulan, pengolahan,
penimbunan, dan penanganan serta pemanfaatan
limbah B3 di daratan maupun di perairan mengacu
kepada ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pasal 22
(1) Sistem jaringan persampahan wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf d
meliputi:
a. Tempat Penampungan Sementara (TPS)Transfer
Depo Puak di Kecamatan Bunguran Timur;
b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST):
1. TPST di Pulau Serasan;
2. TPST di Pulau Sedanau;
3. TPST di Pulau Subi;
Pasal 35
(1) Rencana pengembangan sistem pengelolaan
persampahan dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c
dilakukan dengan melalui:
a. Pengurangan timbulan sampah;
b. Penanganan timbulan sampah;
c. Pengolahan timbulan sampah; dan d. Penanganan
Lumpur Tinja.
(2) Pengurangan timbulan sampah sebagaimana
67
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
4. TPST di Pulau Midai;
5. TPST di Pulau Sabang Mawang;
6. TPST di Pulau Laut; dan
7. TPST di Pulau Seluan;
8. TPST di Pulau Panjang;
9. TPST di Pulau Kerdau;
10. TPST di Pulau Batu Berian Besar;
11. TPST di Pulau Selaut;
12. TPST di Pulau Tanjung Kumbik; dan
13. TPST di Pulau Sededap.
c. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) meliputi:
1. TPA Sebayar di Kecamatan Bunguran Timur;
dan
2. TPA Batu Gajah di Kecamatan Bunguran
Timur.
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi kegiatan
Reduce, Reuse, Recovery dan Recycle (4R).
(3) Penangangan timbulan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Pengembangan instalansi pengolahan lumpur tinja
yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan
pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan
atau sifat sampah;
c. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah pada
penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu;
d. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari
sumber dan atau dari tempat penampungan
sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemprosesan akhir;
e. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi dan jumlah sampah harus berbasis pada
sistem sanitary landfiil;
f. pemprosesan akhir sampah dalam bentuk
pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara
aman.
(4) Pengolahan timbulan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Sistem pengolahan persampahan yang digunakan
adalah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan
metoda sanitary landfield & controlled landfill;
b. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi dan jumlah sampah;
c. Pemprosesan akhir timbulan sampah berupa
68
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
dalam bentuk pengembalian timbulan sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke
media lingkungan secara aman;
d. Pengolahan dan pemanfaatan sampah berbasis
teknologi tinggi
(5) Kegiatan pengurangan, penanganan sampah
dan/atau pengolahan timbulan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf
b dan huruf c mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6) Pengembangan Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT), sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d dilakukan melalui:
a. Penempatan IPLT dapat ditempatkan di
lokasi Tempat
b. Pembuangan Akhir sampah (TPA) dan/atau terpisah;
c. Pengangkutan lumpur tinja beserta air kotor dari
septictank yang akan diproses di IPLT dengan
menggunakan truk tangki khusus yang memenuhi
persyaratan; dan
d. Pelarangan pembuangan lumpur tinja secara
langsung ke media lingkungan dan kewajiban
membuang ke IPLT.
(7) Penetapan lokasi TPA dan IPLT sebagaimana
dimaksud pada ayat (5)
(8) berada dalam rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
(9) Pembangunan dan pengelolaan TPA Regional di
Pulau Bintan berada pada kewenangan Pemerintah
Provinsi.
(10) Pembangunan, Pengelolaan dan Penetapan
lokasi TPA Regional sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) diatur dengan Peraturan Gubernur.
69
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pasal 36
Pengembangan sistem jaringan drainase sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf d dilakukan dengan:
a. Mengalirkan limpasan air hujan dengan membuat
jaringan drainase dengan kapasitas dan desain
geometrik yang memadai atau sesuai dengan kodnisi
alamnya;
b. Menampung limpasan air hujan dalam bentuk catchment
area, pond, dan waduk dari sistem saluran pembuangan
air hujan untuk dijadikan sebagai sumber air baku secara
komunal;
c. Mengembangkan sistem jaringan drainase yang
berhirarkis, terpadu dan saling terintegrasi antar
kawasan.
Pasal 23
Sistem jaringan evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf e meliputi:
a. Jalur evakuasi bencana meliputi seluruh jaringan jalan
yang menjauhi kawasan rawan bencana; dan
b. Ruang evakuasi bencana meliputi ruang terbuka hijau,
kantor pemerintahan, sarana dan prasarana
umumatau bangunan yang dapat berubah fungsi
menjadi tempat pengungsian sementara, serta
70
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
memiliki fasilitas penunjang untuk evakuasi bencana.
Pasal 38
Struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Bab IV
digambarkan dalam Peta Rencana Struktur Ruang dengan
skala 1:250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 24
(1) Rencana pola ruang meliputi:
a. Kawasan peruntukan lindung; dan
b. Kawasan peruntukan budidaya.
(2) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
BAB V
POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 39
(1) Pola ruang wilayah Provinsi disusun berdasarkan
kebijakan dan strategi penataan ruang, dengan
mengacu pada tata ruang nasional, serta
memperhatikan pola ruang yang berada di
kabupaten/kota.
(2) Pola ruang wilayah Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. kawasan lindung;
b. kawasan budidaya; dan
c. pemanfaatan ruang laut.
Masukan Biro Pemerintahan dan Perbatasan
Prov:
Informasi toponimi (penamaan)
pulau dalam peta agar dapat
disinkronisasikan dengan
Bagian Pemerintahan
Kabupaten Natuna dan / atau
Biro Pemerintahan dan
Perbatasan Setda Kepri.
Tanggapan DPUPP Prov:
Berdasarkan analisis
superimpose peta menggunakan
aplikasi ArcGIS antara pola
ruang RTRW Provinsi dengan
Rencana pola ruang RTRW
Natuna, ditemukan beberapa
catatan penting yang dapat
disampaikan, diantaranya:
1. Terdapat perbedaan luas
antara kedua peta pola
ruang. Luas pola
1. Data toponomi pulau
telah disesuaikan
dengan data Bagian
Tata Pemerintahan
Kabupaten Natuna
2. Perbedaan luasan
dikarenakan
perbedaan garis
pantai dalam
pemetaan. Garis
pantai dalam proses
revisi RTRW
Kabupaten Natuna
menyesuaikan garis
pantai berdasarkan
basis data citra (SPOT
16, 17. Dan 18) dan
telah mendapatkan
rekomendasi dari BIG.
3. Polygon yang tidak
tergambar pada
RTRW Kabupaten
71
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
ruang Natuna sebesar
198.149,5917 ha,
sedangkan luas pola
ruang provinsi yang ada
di Kab Natuna sebesar
198.716,7323 ha, sehingga
diketahui selisih luas antara
keduanya sebesar 567,1406
ha.
2. Selisih luas antar kedua pola
ruang terdiri dari dua jenis
yaitu pola ruang provinsi
yang tidak tergambarkan
dalam pola Natuna dan
sebaliknya pola Natuna
yang tidak tergambarkan
dalam peta pola provinsi.
3. Berdasarkan analisa
spasial, terdapar sekitar 78
buah polygon (yg memiliki
luas diatas 6,25 ha) RTRW
Natuna yang tidak
ada/tergambarkan pada
RTRW Provinsi dengan luas
total 1.358,7473 Ha. Pola
ruang tersebut diantaranya:
Embung dgn luas sekitar
20,23 ha
Kawasan Ekosistem
Mangrove dgn luas
sekitar 142,22 ha
Kawasan Hutan
Produksi Terbatas dgn
luas sekitar 27,44 ha
Kawasan Hutan
Produksi Tetap dgn
luas sekitar 24,58 ha
tetapi tergambar
dalam RTRW Provinsi
dan sebaliknya
dikarenakan
perbedaan garis
pantai yang mengikuti
basis data citra (SPOT
16, 17, dan 18)
4. Ketidaksesuaian
beberapa pendetailan
pola ruang provinsi ke
dalam ranperda pola
ruang Natuna terjadi
karena:
- penyesuaian
nomenklatur mengikuti
ketentuan Permen
ATR 1 Tahun 2018
tentang pedoman
penyusunan rencana
tata ruang wilayah
provinsi, Kabupaten
dan Kota.
- kebutuhan
pengembangan
wilayah berdasarkan
data kebutuhan zonasi
pada setiap sektor-
sektor potensial
seperti pariwisata,
perikanan,
permukiman, industri
serta kawasan
budidaya lainnya.
72
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kawasan Hutan
Produksi yang
dapat dikonversi dgn
luas sekitar 55,25
Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil dgn luas sekitar
366,97 ha
Kawasan Pariwisata dgn
luas sekitar 71,25 ha
Kawasan Perkebunan
dgn luas sekitar 62,41
Kawasan Permukiman
Perdesaan 152,23 ha
Kawasan Permukiman
Perkotaan dgn luas
sekitar 76,05 ha
Kawasan Pertahanan
dan Keamanan dgn luas
sekitar 6,55 ha
Sempadan Pantai dgn
luas sekitar 353,52 ha.
Mohon penjelasan
terkait hal tersebut
File Digital (.shp)
terlampir
4. Sebaliknya, terdapat sekitar
sekitar 82 buah polygon (yg
memiliki luas diatas 6,25 ha)
RTRW Provinsi yang tidak
ada/tergambarkan pada
RTRW Natuna dengan luas
total 2.094,0388 Ha. Akan
tetapi berdasarkan kroscek
dengan peta citra, diketahui
sebagian besar polygon
berada di kawasan laut, hal
- terhadap perubahan
kawasan hutan
dilakukan karena
menyesuaikan dengan
perubahan kawasan
hutan yang
dituangkan dala SK 76
tahun 2015.
- penjelasan
perubahan pola ruang
akan dijelaskan lebih
rinci dalam tabel
(terlampir).
73
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
tersebut secara umum
dapat terjadi akibat proses
digitasi pada skala yang
berbeda serta adanya
updating peta. Adapun
beberapa polygon masih
diperlukan penjelasannya,
diantaranya:
Polygon Hutan Produksi
Polygon Hutan Produksi
Konversi dan
Polygon Tubuh Air di
Kec Bunguran Selatan,
Bunguran Barat,
Bunguran Batubi dan
Bunguran Timur Laut.
Mohon penjelasan terkait
hal tersebut.
File Digital (.shp)
terlampir.
5. Berdasarkan identity analysis
peta pola ruang, ditemukan
beberapa ketidaksesuaian
pendetailan pola ruang
provinsi ke dalam ranperda
pola ruang Natuna.
Setidaknya ditemukan sekitar
296 buah polygon (dgn luas
diatas 6,25 ha) yang perlu
ditinjau kembali terkait
justifikasi penentuan pola
ruang tersebut. Adapun pola
yang dimaksud diantaranya: Perubahan Industri
menjadi kawasan pariwisata seluas 177,80 ha.
74
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Perubahan Kawasan
Lindung menjadi hutan
produksi yang dapat
dikonversi, kawasan
perkebunan, kawasan
permukiman perdesaan
dan kawasan
permukiman perkotaan
seluas 2117,81 ha
Perubahan Pariwisata
menjadi Kawasan
Perkebunan, kawasan
permukiman perdesaan
dan kawasan
permukiman perkotaan
seluas 1629,02 ha
Perubahan
Permukiman menjadi
Kawasan Pariwisata,
Kawasan Perikanan
Budi Daya, Kawasan
Perikanan Tangkap,
Kawasan Perkebunan,
Kawasan Pertambangan
seluas 10.053,33 ha
Polygon tersebut
tersebar di seluruh
kecamatan di Kabupaten
Natuna
File Digital (.shp)
terlampir.
Bagian Kedua
Kawasan Peruntukan Lindung
Pasal 25
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 40
75
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a meliputi:
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan konservasi;
d. kawasan lindung geologi;
e. kawasan cagar budaya; dan
f. kawasan ekosistem mangrove.
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
ayat (2) huruf a meliputi:
a. Kawasan Hutan Lindung (HL)
b. Kawasan Lindung yang Berfungsi Memberikan
Perlindungan Kawasan Bawahannya;
c. Kawasan Lindung yang Berfungsi untuk Memberikan
Perlindungan Setempat;
d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar
Budaya;
e. Kawasan Rawan Bencana; dan
f. Kawasan Lindung Lainnya.
Paragraf 1
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap
Kawasan Bawahannya
Pasal 26
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf a meliputi:
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan lindung gambut; dan
c. Kawasan resapan air.
(2) Kawasan hutan lindung yang dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi:
a. Kawasan hutan lindung Gunung Ranai seluas
kurang lebih 2.511 hektare di Kecamatan
Bunguran Timur dan Kecamatan Bunguran
Timur Laut;
b. Kawasan hutan lindung Gunung Bedung
seluas kurang lebih 4.695 hektare di
Pasal 41
(1) Arahan kebijakan ruang kawasan hutan lindung (HL)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a meliputi :
a. Pengukuran dan tata batas di lapangan untuk
memudahkan pengendaliannya;
b. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah
ada/penggunaan lahan yang berlangsung lama;
c. Pengendalian hidro-orologis kawasan hutan yang
telah mengalami kerusakan (rehabilitasi dan
konservasi);
d. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya pada
kawasan hutan lindung dengan skor ≥ 175; dan
e. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan
berlokasi di hutan lindung; dan
f. Penambahan zona penyangga (buffer zone) pada
Masukan DLHK Prov:
1. Kawasan hutan untuk wilayah
Kabupaten Natuna
didasarkan pada Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor :
76/MenLHK- II/2015 tanggal
6 Maret 2015 tentang
Perubahan Peruntukan
Kawasan Hutan Menjadi
Bukan Kawasan Hutan
Seluas ± 207.569 (Dua
Ratus Tujuh Ribu Lima Ratus
Enam Puluh Sembilan)
Hektar, Perubahan Fungsi
Kawasan Hutan Seluas ±
60.299 (Enam Puluh Ribu
Dua Ratus Sembilan Puluh
Sembilan)Hektar dan
1. Kawasan hutan telah
menyesuaikan
dengan perubahan
kawasan hutan yang
ditetapkan dengan
Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
Nomor : 76/MenLHK-
II/2015 tanggal 6
Maret 2015 tentang
Perubahan
Peruntukan Kawasan
Hutan.
2. Terhadap Surat
Kehutanan Nomor
S.91/MenLHKII/2015
Tanggal 6 Maret
2015 Perihal
Permohonan
Persetujuan
76
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kecamatan Bunguran Timur Laut; dan
c. Kawasan hutan lindung Gunung Sekunyam
seluas kurang lebih 4.876 hektare di
Kecamatan Bunguran Barat, Kecamatan
Bunguran Selatan, Kecamatan Pulau Tiga, dan
Kecamatan Pulau Tiga Barat.
(3) Kawasan lindung gambut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b merupakan kawasan rawa
seluas kurang lebih 1.267 hektare yang tersebar di:
a. Kecamatan Pulau Laut;
b. Kecamatan Bunguran Utara;
c. Kecamatan Bunguran Barat;
d. Kecamatan Suak Midai;
e. Kecamatan Subi;
f. Kecamatan Serasan; dan
g. Kecamatan Serasan Timur.
(4) Kawasan resapan air yang dimaksud pada ayat (1)
huruf c seluas kurang lebih 652 hektare yang
tersebar di:
a. Kecamatan Bunguran Utara;
b. Kecamatan Bunguran Timur;
c. Kecamatan Bunguran Barat;
d. Kecamatan Midai;
e. Kecamatan Suak Midai;
f. Kecamatan Subi;
g. Kecamatan Serasan; dan
h. Kecamatan Serasan Timur.
kawasan yang berbatasan langsung dengan
kawasan hutan lindung dengan fungsi Ruang
Terbuka Hijau (RTH) yang di atur dalam Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Kawasan Hutan Lindung (HL) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
a. Kawasan Hutan Lindung (HL) di Kabupaten Bintan
meliputi HL Sungai Pulau, HL Gunung Lengkuas, HL
Gunung Kijang, HL Gunung Bintan Besar, HL
Gunung Bintan Kecil, HL Sungai Jago, HL Sebong
Lobam, HL Pulau Tambelan I dan HL Pulau
Tambelan II.
b. Kawasan Hutan Lindung (HL) di Kabupaten Karimun
meliputi HL Gunung Jantan Betina, HL Pulau Durian,
HL Pulau Panjang, HL Pulau Combol, HL Karimun
Kecil, HL Tanjung Selayang-Tanjung Buluh Kasap,
HL Pulau Tokong Hiu Besar, dan HL Pulau Moro
Tengah.
c. Kawasan Hutan Lindung (HL) di Kabupaten Lingga
meliputi HL Gunung Daik, HL Gunung Muncung,
HL Gunung Lanjut, HL Bukit Raja, HL Sungai
Nerekeh-Sungai Semarung dan HL Pulau Sebangka.
d. Kawasan Hutan Lindung (HL) di Kabupaten
Kepulauan Anambas meliputi HL Jemaja Utara, HL
Jemaja Selatan, HL Matak I dan HL Matak II.
e. Kawasan Hutan Lindung (HL) di Kabupaten Natuna
meliputi HL Gunung Ranai, HL Gunung Sekunyam
dan HL Gunung Bedung.
f. Kawasan Hutan Lindung (HL) di Kota Tanjungpinang
meliputi HL Bukit Kucing dan HL Sungai Pulai.
g. Kawasan Hutan Lindung (HL) di Kota Batam meliputi
HL Nongsa I, HL Nongsa II, HL Batu Ampar, HL
Dangas, HL Tanjung Uncang I, HL Sei Harapan, HL
Tiban, HL Sei Pelunut, HL Sei Peparan, HL Sei
Perubahan Bukan Kawasan
Hutan Menjadi Kawasan
Hutan Seluas ± 536 (Lima
Ratus Tiga Puluh Enam)
Hektar di Provinsi Kepulauan
Riau. Sehingga
penggambaran peta pola
ruang dalam Rencana Tata
Ruang wajib berdasarkan
keputusan tersebut. Agar
tidak terjadi kesalahan dalam
penggambaran peta,
diharapkan agar Pemerintah
Kabupaten Natuna
berkoordinasi dengan
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan untuk
mendapatkan asistensi.
2. Kawasan hutan untuk
wllayah Provinsi Kepulauan
Riau telah dibagi dalam 6
(enam) wilayah kelola yang
memiliki rencana pegelolaan
hutan jangka panjang
(RPHJP) yang berbeda-
beda. Agar tidak terjadi
kesalahan dalam
pemanfaatan ruang di dalam
atau di sempadan kawasan
hutan, Pemerintah
Kabupaten Natuna
diharapkan berkoordinasi
dengan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Kesatuan
Pengelolaan HutanLindung
(KPHL) Natuna mengingat
RPHJP KPH tersebut telah
Perubahan Kawasan
Hutan DPCLS Di
Provinsi Kepulauan
Riau telah
disesuaikan ke dalam
peta pola ruang
dalam bentuk holding
zone.
3. Terhadap surat
Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
kepada Gubernur
Kepulauan Riau
Nomor:
S.507/Menlhk/Setjen/
PLA.0/ 7/2019
tanggal 26 Juli 2019
perihal Persetujuan
Pola Penyelesaian
Penguasaan Tanah
Dalam Kawasan
Hutan (PPTKH) akan
dilakukan
penyesuaian dalam
bentuk holding zone.
4. Terkait rencana
pengelolaan hutan
jangka panjang
(RPHJP), Pemerintah
Kabupaten Natuna
telah berkoordinasi
dengan Unit
Pelaksana Teknis
(UPT) Kesatuan
Pengelolaan
77
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Tembesi, HL Sei Beduk I, HL Sei Beduk II, HL
Setokok, HL Tanjung Sinembah, HL Tanjung Kota,
HL Tanjung Dongdang, HL Rundan I, HL Rundan III,
HL Randang Daja-Bukit Kenan, HL Rempang Cate,
HL Blokeng-Kepala Tujuh, HL Monggak, HL Bukit
Bedagang, HL Pasir Panjang, HL Senhasen, HL
Tanjung Temiang, HL Sei Carus, HL Pulau Galang I,
HL Pulau Galang II, HL Pulau Galang III, HL Tanjung
Malang, HL Sei Hulu Galang, HL Bukit Kandap, HL
Tanjung Ujin, HL Sei Cogok Tapan, HL Sei Pelepas,
HL Tanjung Kokot I, HL Tanjung Kokot II, HL Galang
Baru I, HL Galang Baru II, HL Galang Baru V, HL
Tanjung Kasam, HL Duriangkang dan HL Sei Ulu
Lajai.
h. Kawasan Hutan Lindung (HL) di Provinsi Kepulauan
Riau sesuai dengan Keputusan Menteri yang
membidangi Kehutanan yang masih berlaku.
(3) Kawasan Hutan Lindung (HL) di Provinsi Kepulauan
Riau pada tingkat tapak dikelola oleh Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH).
(4) Terhadap kawasan Hutan Lindung (HL) yang belum
memiliki Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dikelola
oleh Pemerintah Provinsi yang membidangi Kehutanan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Kawasan Hutan Lindung (HL) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(6) Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang telah
ditetapkan berdasarkan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan terintegrasi dalam Rencana Peruntukan
Struktur dan Pola Ruang RTRW Provinsi Kepulauan
Riau. Rincian Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
disahkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
3. Terhadap kawasan hutan
yang sedang dalam proses
perubahan peruntukan
kawasan hutan atau
perubahan batas kawasan
hutan melalui program Tanah
Objek Reforma Agraria
(TORA) dapat ditetapkan
sebagai Zona tunda (holding
zone) sebagaimana yang
diimplementasikan dalam
Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kepulauan
Riau (Perda Nomor 1 Tahun
2017). Holding Zone
mengacu pada lampiran
Surat Menteri Lingkungan
Hidup Dan Kehutanan
Kepada Wakil Ketua DPR
RI/Koordinator Bidang
Industri Dan Pembangunan
No. S.91/MenLHKII/2015
Tanggal 6 Maret 2015 Perihal
Permohonan Persetujuan
Perubahan Kawasan Hutan
DPCLS Di Provinsi
Kepulauan Riau; dan surat
Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan kepada
Gubernur Kepulauan Riau
Nomor:
S.507/Menlhk/Setjen/PLA.0/
7/2019 tanggal 26 Juli 2019
perihal Persetujuan Pola
HutanLindung
(KPHL) Natuna.
5. Pencantuman luasan
kawasan mengikuti
ketentuan pedoman
penyusunan RTRW
kabupaten.
78
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
1:250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI,
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Pasal 42
(1) Kawasan Lindung yang Berfungsi Memberikan
Perlindungan Kawasan Bawahannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 huruf b adalah kawasan
resapan air.
(2) Kawasan Lindung yang Berfungsi Memberikan
Perlindungan Kawasan Bawahannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berada di sekitar waduk, danau,
kolong, mata air dan sungai, termasuk juga kawasan
hutan lindung.
Penyelesaian Penguasaan
Tanah Dalam Kawasan
Hutan (PPTKH)
4. Luasan wilayah kawasan
hutan agar tidak
dicantumkan karena ada
kemungkinan perubahan luas
kawasan hutan
Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 27
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 huruf b meliputi:
a. Sempadan pantai; dan
b. Sempadan sungai.
(2) Sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 1.564 hektare
Pasal 43
(1) Kawasan Lindung yang Berfungsi untuk Memberikan
Perlindungan Setempat selanjutnya disebut Kawasan
Lindung Setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 huruf c ditujukan untuk memberikan perlindungan
terhadap kawasan yang memerlukan perlindungan guna
menjamin kelestariannya.
(2) Kawasan Lindung yang Berfungsi untuk Memberikan
79
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
yang tersebar di:
a. Kecamatan Pulau Laut;
b. Kecamatan Bunguran Utara;
c. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
d. Kecamatan Bunguran Timur;
e. Kecamatan Bunguran Selatan;
f. Kecamatan Bunguran Barat;
g. Kecamatan Pulau Tiga;
h. Kecamatan Pulau Tiga Barat;
i. Kecamatan Midai;
j. Kecamatan Suak Midai;
k. Kecamatan Subi;
l. Kecamatan Serasan; dan
m. Kecamatan Serasan Timur.
(3) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b seluas kurang lebih 240 hektare
yang tersebar di:
a. Kecamatan Bunguran Utara;
b. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
c. Kecamatan Bunguran Timur;
d. Kecamatan Bunguran Selatan;
e. Kecamatan Bunguran Batubi;
f. Kecamatan Bunguran Barat;
g. Kecamatan Serasan; dan
h. Kecamatan Serasan Timur.
Perlindungan Setempat meliputi:
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan sekitar waduk dan mata air; dan d. ruang
terbuka hijau.
(3) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a meliputi:
a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak
sekurang-kurangnya
b. 100 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah
darat; atau
c. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan
kondisi fisiknya curam atau terjal dengan jarak
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai;
dan
d. Perairan sepanjang tepian laut sebagaimana pada
huruf a dan b dengan jarak 200 meter dari titik
pasang air laut tertinggi ke arah laut.
(4) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) berada di seluruh pantai wilayah Provinsi yang
belum terbangun, sedangkan untuk kawasan
sempadan pantai yang sudah terbangun akan ditata
dan diatur dalam peraturan Daerah tersendiri.
(5) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul
dengan jarak sekurang-kurangnya 5 (lima) meter
dari kaki tanggul sebelah luar;
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak
bertanggul di luar kawasan permukiman dengan
jarak sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari
tepi sungai; atau
c. Daratan sepanjang tepian sungai kecil tidak
80
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
bertanggul di luar kawasan permukiman dengan
jarak sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter
dari tepi sungai.
(6) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) berada di seluruh sungai di wilayah
Provinsi yang bermuara ke laut dan/atau bermuara ke
waduk dan mempengaruhi penyediaan sumber air baku
yang ada di waduk.
(7) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) berada di seluruh wilayah sungai Provinsi
yang belum terbangun, sedangkan untuk kawasan
sempadan sungai yang sudah terbangun akan ditata
dan diatur dalam peraturan Daerah tersendiri.
(8) Kawasan sekitar waduk dan mata air sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai
dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air
waduk tertinggi; atau
b. Daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik
waduk.
(9) Ruang Terbuka Hijau sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf d meliputi:
a. RTH publik yaitu RTH yang dimiliki dan
dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum, dapat berupa taman kota, hutan kota,
hutan mangrove, sabuk hijau, jalur hijau, pedestrian,
sempadan jalur listrik tegangan tinggi; dan
b. RTH privat, yaitu RTH milik institusi tertentu atau
orang perseorangan yang pemanfataannya untuk
kalangan terbatas,
c. antara lain berupa kebun, halaman
81
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang
ditanami tumbuhan.
(10) Ruang Terbuka Hijau sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) mempunyai luas paling sedikit 30% dari luas
kawasan perkotaan, dengan rincian 20% berupa RTH
publik dan 10% berupa RTH privat.
(11) Kawasan lindung yang berfungsi untuk memberikan
perlindungan setempat dalam Pasal ini berlaku untuk
kawasan yang belum terbangun, sedangkan untuk
kawasan yang sudah terbangun diatur tersendiri
dalam peraturan daerah Kabupaten/Kota.
Paragraf 3
Kawasan Konservasi
Pasal 28
Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 huruf c meliputi kawasan konservasi wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil seluas kurang lebih 1.079
hektare yang tersebar di:
a. Kecamatan Pulau Laut;
b. Kecamatan Bunguran Utara;
c. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
d. Kecamatan Bunguran Timur;
e. Kecamatan Bunguran Selatan;
f. Kecamatan Bunguran Barat;
g. Kecamatan Bunguran Batubi;
h. Kecamatan Pulau Tiga;
i. Kecamatan Pulau Tiga Barat;
j. Kecamatan Serasan;
k. Kecamatan Serasan Timur; dan
l. Kecamatan Subi.
Pasal 44
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf d
ditujukan untuk:
a. melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem,
gejala dan keunikan alami bagi kepentingan plasma
nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada
umumnya; dan
b. melindungi kekayaan budaya bangsa berupa
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen,
dan keragaman bentuk geologi, yang berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman
kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan
alam maupun manusia.
(2) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya meliputi:
a. kawasan suaka alam;
Masukan DLHK Prov: 1. Kawasan Suaka Alam di
Pulau Senoa status
kawasan hutannya sesuai
SK 76 Tahun 2015
merupakan Area
Penggunaan Lainnya
(APL), agar dapat
dipertimbangkan kembali
karena pengelolaan KSA
menjadi kewenangan
pemerintah pusat.
2. Kewenangan pengelolaan
kawasan konservasi yang
statusnya bukan kawasan
hutan perlu diperjelas
kembali, karena Dinas LHK
hanya berwenang mengatur
kawasan hutan.
1. Kawasan Suaka
Alam di Pulau Senua
merupakan kawasan
koservasi penyu,
ditetapkan
berdasarkan permen
KKP nomor 41 tahun
2018 tentang
rencana zonasi
kawasan strategis
nasional tertentu
pulau senua di
provinsi kepulauan
riau tahun 2018-
2037.
2. SK pencadangan
Gubernur Nomor
1050 Tahun 2019
merupakan SK
pencadangan
kawasan koservasi
82
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
b. kawasan pantai berhutan bakau;
c. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(3) Kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a merupakan kawasan yang memiliki
keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan
keunikan alam yang khas baik di darat maupun di
perairan, dan/atau mempunyai fungsi utama sebagai
kawasan pengawetan keanekaragaman jenis biota,
ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang terdapat
di dalamnya.
(4) Kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) meliputi :
a. Kawasan suaka alam laut meliputi Kawasan
Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Anambas;
Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD)
maupun Daerah Perlindungan Laut (DPL) di Kota
Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Lingga,
Kabupaten Natuna, Kabupaten Bintan, dan
Kabupaten Karimun; Kawasan habitat penyu bertelur
di Kabupaten Natuna (Pulau Panjang, Pulau
Senoa, Pulau Serasan dan Pulau Subi); kawasan
habitat penyu bertelur di Kabupaten Kepulauan
Anambas (Pulau Durai, Pulau Mangkai, dan Pulau
Pahat); dan kawasan habitat penyu bertelur di
Kabupaten Bintan (Kecamatan Tambelan).
b. Kawasan suaka alam darat meliputi Taman Wisata
Alam Muka Kuning dan Taman Buru di Pulau
Rempang (Kota Batam); dan Kawasan Konservasi
Bintan.
(5) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b merupakan koridor disepanjang
pantai dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga
puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi
Masukan DKP Prov:
Luasan kawasan konservasi
Natuna berbeda dengan SK
pencadangan Gubernur
Nomor 1050 Tahun 2019, agar
luasan dan wilayahnya
mengikuti SK Pencadangan.
Masukan DPUPP Prov:
Perlu penyempurnaan pada
pasal 28 menjadi: Kawasan
suaka alam dan
pelestarian alam Kawasan
Konservasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
25 huruf c meliputi
kawasan konservasi pesisir
dan pulau-pulau kecil
seluas kurang lebih 1.079
hektare yang tersebar di......
Perlu dibedakan antara
Kawasan Suaka Alam dan
Pelestarian alam dengan
Kawasan Konservasi sesuai
amanah Permen ATR/BPN
Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman
Penyusunan RTRW
Provinsi dan
Kabupaten/Kota
laut daerah sehingga
tidak termasuk
substansi RTRW
kabupaten natuna.
83
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut
terendah ke arah darat.
(6) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) berada di seluruh kawasan pantai berhutan
bakau di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
(7) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan
hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang
dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
(8) Pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
meliputi :
a. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di
Kota Batam terdiri dari tempat pertemuan Raja
Lingga dan Raja Johor di Kecamatan Bulang, makam
Nong Isa di Kecamatan Nongsa, makam Haji Daeng
Puang di Pulau Bulang Lintang Kecamatan Bulang,
peninggalan sejarah tentara Jepang di Sembulang
Pulau Rempang Kecamatan Galang dan lokasi bekas
perumahan pengungsi Vietnam di Pulau Galang
Kecamatan Galang;
b. Kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan di Kota Tanjungpinang terdiri dari
kawasan cagar budaya melayu di Pulau Penyengat,
Kota Piring dan Kota Rebah;
c. Kawasan Bukit Kerang di Kabupaten Bintan;
d. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di
Kabupaten Lingga terdiri dari kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan Damnah terletak di
Kecamatan Lingga dan kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan Pulau Mepar terletak di
Kecamatan Lingga;
e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di
84
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kabupaten Karimun terdiri dari Batu Bertulis Pasir
Panjang, Masjid Jami H. Abdul Ghani di Pulau Buru
(Kecamatan Buru), Masjid Al-Mubaraq di Pulau
Karimun, Klenteng Tua di Moro, Pulau Karimun,
Pulau Buru dan Pulau Kundur, Makam keramat di
kawasan Pantai Gading di Desa Gading, Makam si
Badang di Kecamatan Buru dan Kerajaan Sulit di
Desa Keban Kecamatan Moro.
Pasal 45
(1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 huruf e berada dalam rangka
pencegahan terjadinya bencana yang disebabkan oleh
alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan
manusia.
(2) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah;
b. kawasan rawan gelombang pasang;
c. kawasan rawan banjir;
d. kawasan rawan angin puting beliung;
e. Kawasan rawan abrasi; dan atau f. Kawasan Rawan
gempa bumi.
(3) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a meliputi kawasan berbentuk lereng
yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau
material campuran.
(4) Kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi kawasan sekitar
pantai yang rawan terhadap gelombang pasang
dengan kecepatan lebih dari 10 (sepuluh)
85
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau
gravitasi bulan atau matahari.
(5) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c meliputi kawasan yang diidentifikasi sering
dan/atau berpotensi mengalami bencana alam banjir.
(6) Kawasan rawan angin puting beliung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi kawasan yang
diidentifikasi sering dan/atau berpotensi mengalami
bencana angin puting beliung.
(7) Kawasan rawan abrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf e meliputi kawasan yang mengalami
perubahan bentuk pantai yang diakibatkan oleh
gelombang laut, arus laut dan pasang surut laut terutama
yang berada di pulau-pulau kecil dan pulau-pulau
terdepan.
(8) Kawasan rawan gempa bumi dengan potensi
bahaya rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf f tersebar di seluruh kabupaten/kota.
(9) Setiap kawasan rawan bencana diwajibkan
memiliki rencana penanggulangan bencana dan
Standar Operasional Prosedur/SOP yang selanjutnya
diatur dengan Peraturan Gubernur.
Paragraf 4
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 29
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf d merupakan kawasan cagar
alam geologi meliputi:
a. Kawasan situs warisan geologi (geosite)
Kabupaten; dan
b. Kawasan keragaman geologi (geodiversity)
Pasal 46
(1) Kawasan Lindung Lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 huruf f meliputi pulau-pulau kecil,
kawasan terumbu karang (coral reef), padang lamun
(sea grass).
(2) Kawasan lindung pulau-pulau kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk melindungi
86
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kabupaten.
(2) Kawasan situs warisan geologi (geosite) Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Kawasan Tanjung Senubing di Kecamatan
Bunguran Timur;
b. Kawasan Pulau Senua di Kecamatan Bunguran
Timur;
c. Kawasan Gunung Ranai di Kecamatan
Bunguran Timur;
d. Kawasan Tanjung Datuk di Kecamatan
Bunguran Timur Laut;
e. Kawasan Pantai dan Goa Kamak di Kecamatan
Bunguran Timur Laut;
f. Kawasan Pantai Batu Kasah di Kecamatan
Bunguran Selatan;
g. Kawasan Pulau Akar di Kecamatan Bunguran
Selatan; dan
h. Kawasan Pulau Setanau di Kecamatan Pulau
Tiga.
(3) Kawasan keragaman geologi (geodiversity)
Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. Kawasan Alif Stone Park di Kecamatan
Bunguran Timur;
b. Kawasan Bukit Kapur di Kecamatan Bunguran
Timur Laut;
c. Kawasan Batubi di Kecamatan Bunguran Batubi;
d. Kawasan Kelarik di Kecamatan Bunguran Utara;
e. Kawasan Kelarik – Batubi di Kecamatan
Bunguran Utara;
f. Kawasan Teluk Buton di Kecamatan Bunguran
Utara;
g. Kawasan Pulau Tiga – Sabang Mawang di
keberadaan pulau-pulau yang memiliki luas kurang dari
10 (sepuluh) hektar dan dimungkinkan untuk dilakukan
kegiatan budidaya secara terbatas, sesuai dengan
potensi dan kondisi pulau tersebut.
(3) Kawasan lindung pulau-pulau kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berada di seluruh wilayah
Provinsi Kepulauan Riau.
(4) Kawasan lindung terumbu karang (coral reef) dan
padang lamun (sea grass) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dipadukan dengan kawasan suaka alam
konservasi laut.
87
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kecamatan Pulau Tiga;
h. Kawasan Pian Padang di Kecamatan Bunguran
Selatan; dan
i. Kawasan Setengar di Kecamatan Bunguran
Selatan.
Paragraf 5
Kawasan Cagar Budaya
Pasal 30
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 huruf e meliputi:
a. situs makam tua di tanjung batang pulau tiga;
b. situs makam tua dan situs artefak keramik di
Kecamatan Bunguran Timur Laut;
c. sebaran situs makam tua, artefak keramik,
bangunan bersejarah, situs pesawat kasmir dan
situs keramat binjai di Kecamatan Bunguran
Barat.
d. sebaran artefak keramik, serta bangunan dan
benda bersejarah di Kecamatan Bunguran Utara;
e. sebaran situs artefak keramik, kerangka dan
benda bersejarah, serta temuan artefak megalitik
di Kecamatan Bunguran Timur;
f. sebaran artefak keramik, bangunan dan benda
bersejarah di Kecamatan Serasan;
g. sebaran artefak keramik, bangunan dan benda
bersejarah, serta bandara jepang di Kecamatan
Subi;
h. sebaran artefak keramik di Kecamatan Pulau
Laut.
88
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Paragraf 6
Kawasan Ekosistem Mangrove
Pasal 31
Kawasan ekosistem mangrove sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 huruf f seluas kurang
lebih2.349hektare yang tersebar di:
a. Kecamatan Pulau Laut;
b. Kecamatan Bunguran Utara;
c. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
d. Kecamatan Bunguran Timur;
e. Kecamatan Bunguran Batubi;
f. Kecamatan Bunguran Selatan;
g. Kecamatan Bunguran Barat;
h. Kecamatan Pulau Tiga;
i. Kecamatan Pulau Tiga Barat;
j. Kecamatan Subi;
k. Kecamatan Serasan; dan
l. Kecamatan Serasan Timur.
Bagian Ketiga
Kawasan Peruntukan Budidaya
Pasal 32
Kawasan peruntukan budidaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b meliputi:
a. Kawasan hutan produksi;
b. Kawasan pertanian;
c. Kawasan perikanan;
d. Kawasan pertambangan dan energi;
e. Kawasan peruntukan industri;
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 47
Kawasan Budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 ayat (2) huruf b meliputi :
a. Kawasan peruntukan Hutan Produksi;
b. Kawasan peruntukan Pertanian;
c. Kawasan peruntukan Perikanan;
d. Kawasan peruntukan Pertambangan;
e. Kawasan peruntukan Perindustrian;
89
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
f. Kawasan pariwisata;
g. Kawasan permukiman;
h. Kawasan pertahanan dan keamanan;
i. Kawasan transportasi; dan
j. Kawasan sumber daya air.
f. Kawasan peruntukan Pariwisata;
g. Kawasan peruntukan Permukiman; dan
Kawasan peruntukan Budidaya Lainnya.
Paragraf 1
Kawasan Hutan Produksi
Pasal 33
(1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf a meliputi:
a. Hutan produksi terbatas;
b. Hutan produksi tetap; dan
c. Hutan produksi yang dapat dikonversi.
(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan seluas
kurang lebih 34.245 hektare yang tersebar di:
a. Kecamatan Bunguran Utara;
b. Kecamatan Bunguran Timur;
c. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
d. Kecamatan Bunguran Tengah;
e. Kecamatan Bunguran Batubi;
f. Kecamatan Bunguran Barat;
g. Kecamatan Bunguran Selatan; dan
h. Kecamatan Pulau Tiga.
(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b seluas kurang
lebih 15.356 hektare yang tersebar di:
a. Kecamatan Pulau Laut;
b. Kecamatan Bunguran Utara;
c. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
Pasal 48
(1) Kawasan peruntukan hutan dengan fungsi
produksi (HP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
huruf a meliputi Kawasan Hutan Produksi Terbatas
(HPT), Hutan Produksi (HP), dan Hutan Produksi yang
dapat dikonversi (HPK).
(2) Pemanfaatan kawasan hutan dengna fungsi produksi
dilakukan dengan terlebih dahulu memperoleh izin dari
pemerintah sesuai dengan kewenangannya.
(3) Kawasan hutan dengan fungsi produksi di Provinsi
Kepulauan Riau pada tingkat tapak dikelola oleh
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
(4) Terhadap kawasan hutan dengan fungsi produksi
yang belum memiliki Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) dikelola oleh Pemerintah Provinsi yang
membidangi Kehutanan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(5) Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang telah
ditetapkan berdasarkan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan terintegrasi dalam Rencana Peruntukan
Struktur dan Pola Ruang RTRW Provinsi Kepulauan
Riau. Rincian Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
Masukan DLHK Prov: Perencanaan pemanfaatan ruang
pada Kawasan Hutan Produksi
Konversi agar dapat
disinkronisasikan dengan
Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Panjang (RPHJP)
Provinsi Kepulauan RIau yang
sudah disahkan oleh Menteri, dan
dapat dijadikan salah satu acuan
dalam outline Holding Zone pada
kawasan hutan.
Kawasan hutan telah
menyesuaikan dengan
perubahan kawasan
hutan yang ditetapkan
dengan Keputusan
Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
Nomor : 76/MenLHK-
II/2015 tanggal 6 Maret
2015 tentang Perubahan
Peruntukan Kawasan
Hutan.
90
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
d. Kecamatan Bunguran Timur;
e. Kecamatan Bunguran Tengah;
f. Kecamatan Bunguran Batubi;
g. Kecamatan Bunguran Barat;
h. Kecamatan Bunguran Selatan;
i. Kecamatan Subi;
j. Kecamatan Serasan; dan
k. Kecamatan Serasan Timur.
(4) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
seluas kurang lebih 51.134 hektare yang tersebar
di:
a. Kecamatan Pulau Laut;
b. Kecamatan Bunguran Utara;
c. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
d. Kecamatan Bunguran Tengah;
e. Kecamatan Bunguran Selatan;
f. Kecamatan Bunguran Batubi;
g. Kecamatan Bunguran Barat;
h. Kecamatan Pulau Tiga;
i. Kecamatan Pulau Tiga Barat;
j. Kecamatan Subi;
k. Kecamatan Midai;
l. Kecamatan Serasan; dan
m. Kecamatan Serasan Timur.
1:250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI,
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Paragraf 2
Kawasan Pertanian
Pasal 34
(1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud
dalamPasal 32 huruf b meliputi:
a. kawasan tanaman pangan;
Pasal 49
(1) Kawasan Peruntukan Pertanian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf b meliputi kawasan budidaya
tanaman pangan, kawasan hortikultura, kawasan
91
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
b. kawasan hortikultura;
c. kawasan perkebunan;
d. kawasan peternakan; dan
e. kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(KP2B)
(2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 70 hektare
yang tersebar di:
a. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
b. Kecamatan Bunguran Timur;
c. Kecamatan Bunguran Tengah;
d. Kecamatan Bunguran Batubi;
e. Kecamatan Subi; dan
f. Kecamatan Serasan Timur.
(3) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b seluas kurang lebih 771 hektare yang
tersebar di:
a. Kecamatan Pulau Laut
b. Kecamatan Bunguran Timur;
c. Kecamatan Bunguran Tengah;
(4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 44.150 hektare
yang tersebar di:
a. Kecamatan Pulau Laut;
b. Kecamatan Bunguran Utara;
c. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
d. Kecamatan Bunguran Timur;
e. Kecamatan Bunguran Tengah;
f. Kecamatan Bunguran Selatan;
g. Kecamatan Bunguran Batubi;
h. Kecamatan Bunguran Barat;
i. Kecamatan Pulau Tiga;
j. Kecamatan Pulau Tiga Barat;
k. Kecamatan Subi;
perkebunan, kawasan perikanan dan kawasan
peternakan.
(2) Pengembangan kawasan peruntukan pertanian
ditujukan guna pemanfaatan potensi kesesuaian lahan
secara berkelanjutan untuk mendukung ketahanan
pangan, kemandirian pangan dan agribisnis pertanian.
(3) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau dengan
mengacu pada kesesuaian lahan dan persyaratan
agroklimat.
(4) Dalam rangka menjaga ketahanan pangan, dilakukan
perlindungan terhadap lahan pertanian pangan melalui
Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang
ditetapkan oleh Kabupaten/Kota berdasarkan potensi
pada masing-masing daerah.
(5) Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B)
dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus
diintegrasikan dalam Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota.
(6) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf b yang masih berada pada
kawasan hutan meliputi HL dan KSA yang pemanfaatan
ruangnya masih zona tunda (holding zone) mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
92
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
l. Kecamatan Midai;
m. Kecamatan Suak Midai;
n. Kecamatan Serasan; dan
o. Kecamatan Serasan Timur.
(5) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf d seluas kurang lebih 478 hektare yang
tersebar di Kecamatan Bunguran Selatan
(6) Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e
ditetapkan seluas kurang lebih 1.851 hektare yang
tersebar di:
a. Kecamatan Bunguran Utara;
b. Kecamatan Bunguran Tengah;
c. Kecamatan Bunguran Batubi; dan
d. Kecamatan Serasan Timur.
(7) Kawasan perkebunan yang berdasarkan ketentuan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung
selanjutnya disebut sebagai Hutan
Lindung/Perkebunan seluas 69,8 hektare berada di:
a. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
b. Kecamatan Bunguran Selatan; dan
c. Kecamatan Pulau Tiga.
(8)Kawasan perkebunan yang berdasarkan ketentuan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi yang
dapat dikonversi selanjutnya disebut sebagai
HPK/Perkebunan seluas 2.600 hektare berada di:
a. Kecamatan Bunguran Utara;
b. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
c. Kecamatan Bunguran Tengah;
d. Kecamatan Bunguran Batubi;
e. Kecamatan Bunguran Barat;
f. Kecamatan Subi;
93
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
g. Kecamatan Serasan; dan
h. Kecamatan Serasan Timur.
(9) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Paragraf 3
Kawasan Perikanan
Pasal 35
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf c meliputi:
a. perikanan tangkap; dan
b. perikanan budidaya.
(2) Kawasan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 153 hektare
yang tersebar di:
a. Kecamatan Pulau Laut;
b. Kecamatan Bunguran Utara;
c. Kecamatan Bunguran Timur;
d. Kecamatan Bunguran Selatan;
e. Kecamatan Pulau Tiga;
f. Kecamatan Pulau Tiga Barat;
g. Kecamatan Suak Midai;
h. Kecamatan Subi; dan
i. Kecamatan Serasan.
(3) Kawasan perikanan budidaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas kurang lebih
226 hektare yang tersebar di:
Pasal 50
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf c terdiri atas:
a. Perikanan Tangkap;
b. Perikanan Budidaya Air Laut;
c. Perikanan Budidaya Air Tawar;
d. Perikanan Budidaya Air Payau;
e. Kawasan Minapolitan; dan
f. Pelabuhan Perikanan.
(2) Kawasan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a tersebar di seluruh wilayah laut dan
perairan umum Provinsi kepulauan Riau.
(3) Kawasan perikanan budidaya air laut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b tersebar di Kota Batam,
Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten
Kepulauan Anambas, Kabupaten Bintan, Kabupaten
Lingga dan Kabupaten Natuna meliputi pengembangan
kawasan peruntukan perikanan ditujukan untuk
pengembangan komoditas unggulan yang terdiri dari
Masukan Biro Hukum Prov. :
Kawasan Perikanan Tangkap
merupakan kewenangan
Pemerintah Provinsi
berdasarkan UU
23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah.
Masukan DPUPP Prov: Perlu penjelasan dasar/kriteria
penentuan pola ruang perikanan
tangkap seluas 153 hektar
sebagaimana Pasal 35 ayat (2).
1. Kawasan perikanan
tangkapa yang
ditetapkan dalam
RTRW kabupaten
bukan merupakan
zona tangkap ikan
melainkan ditetapkan
untuk mendukung
aktivitas tangkap di
laut. Ditetapkan di
daerah darat untuk
bangunan sarana dan
prasarana yang
menunjang aktivitas
perikanan tangkap
seperti TPI, industri
perikanan dan
lainnnya.
2. Kawasan perikanan
tangkap ditetapkan
berdasarkan Permen
ATR 1 Tahun 2018
tentang pedoman
penyusunan rencana
94
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
a. Kecamatan Bunguran Utara;
b. Kecamatan Bunguran Timur;
c. Kecamatan Bunguran Tengah;
d. Kecamatan Bunguran Selatan.
e. Kecamatan Bunguran Batubi; dan
f. Kecamatan Bunguran Barat.
(4) Kawasan perikanan dilengkapi dengan sarana
penunjang berupa pelabuhan perikanan dan tempat
pelelangan ikan yang meliputi:
a. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Selat Lampa
di Kecamatan Pulau Tiga;
b. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pering di
Kecamatan Bunguran Timur;
c. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelarik di
Kecamatan Bunguran Utara;
d. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Meliah di
Kecamatan Subi;
e. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Serasan di
Kecamatan Serasan;
f. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Belanak
di Kecamatan Suak Midai; dan
g. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Pala
di Kecamatan Pulau Laut.
(5) Kawasan perikanan yang berdasarkan ketentuan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung
selanjutnya disebut sebagai Hutan
Lindung/Perikanan seluas 72,1 hektare di Kecamatan
Pulau Tiga.
(6) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
rumput laut, ikan dan biota laut bernilai ekonomis
tinggi serta komoditi hasil budidaya perikanan.
(4) Kawasan perikanan budidaya air tawar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c tersebar di Kota Batam,
Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten
Kepulauan Anambas, Kabupaten Bintan, Kabupaten
Lingga dan Kabupaten Natuna.
(5) Kawasan perikanan budidaya air payau sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d tersebar di Kota Batam,
Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten
Bintan, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten
Natuna dan Kabupaten Lingga.
(6) Kawasan minapolitan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e tersebar di Kota Batam, Kota Tanjungpinang,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Kepulauan Anambas,
Kabupaten Bintan, Kabupaten Lingga dan Kabupaten
Natuna.
(7) Pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f terdiri atas:
a. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) yang
dikembangkan di Kabupaten Natuna dan Kota
Batam;
b. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang
dikembangkan di Kota Batam, Kabupaten Natuna
dan Kabupaten Kepulauan Anambas;
c. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang
dikembangkan di Kabupaten Karimun, Kabupaten
Kepulauan Anambas (Antang) dan Kabupaten
Natuna; dan
d. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang
dikembangkan di Kota Tanjungpinang (Tanjung
Batu Sawah), Kabupaten Bintan (Berakit, Tambelan,
Batu Duyung, Kawal, Barek Motor), Kota Batam
(Kecamatan Nongsa, Kec Bulang dan Kec Belakang
tata ruang wilayah
kabupaten.
.
95
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Padang, Kecamatan Galang), Kabupaten
Karimun (Moro), Kabupaten Lingga (Kecamatan
Senayang, Singkep, Selayar, Lingga Utara dan
Singkep Barat), Kabupaten Natuna (Serasan, Selat
Lempa, Pulau Laut, Bunguran Barat, Pulau Tiga,
Bunguran Utara, Subi, Midai, Bunguran Timur) dan
Kabupaten Kepulauan Anambas (Kecamatan
jemaja, jemaja timur, siantan timur, siantan tengah
dan siantan selatan).
Paragraf 4
Kawasan Pertambangan dan Energi
Pasal 36
(1) Kawasan pertambangan dan energi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf d meliputi:
a. Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi
berada di perairan Kabupaten Natuna; dan
b. Kawasan pertambangan mineral merupakan
wilayah pertambangan rakyat seluas kurang
lebih 887 hektare yang berada di:
1. Kecamatan Pulau Laut;
2. Kecamatan Bunguran Utara;
3. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
4. Kecamatan Bunguran Timur;
5. Kecamatan Bunguran Tengah;
6. Kecamatan Bunguran Selatan;
7. Kecamatan Bunguran Batubi;
8. Kecamatan Bunguran Barat;
9. Kecamatan Pulau Tiga;
10. Kecamatan Pulau Tiga Barat;
11. Kecamatan Midai;
Pasal 51
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf d merupakan kawasan
yang memiliki potensi pertambangan Minyak dan Gas
Bumi dan Pertambangan Mineral yang terdapat di
wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
(2) Kawasan Peruntukan Pertambangan Mineral termuat
dalam Wilayah Pertambangan dan Wilayah Usaha
Pertambangan yang telah ditetapkan oleh Kementerian.
(3) Wilayah pertambangan meliputi wilayah
kegiatan usaha pertambangan baik yang
sedang/sudah/belum dikerjakan, yang terdiri atas satu
atau lebih jenis bahan tambang mineral logam, mineral
non logam dan batuan.
(4) Potensi mineral logam yang terdapat dan telah
diusahakan terdiri dari Timah, Bauksid, biji besi dan
bahan galian tambang lainnya yang bernilai ekonomis
dan perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
(5) Potensi mineral bukan logam dan batuan yang terdapat
Masukan Dinas ESDM Prov. Kepri:
1. Revisi zona pertambangan
seluas 887 Ha perlu
diintegrasikan ke dalam peta
Rencana Pola Ruang
RTRW Kab. Natuna
2. Kawasan Pertambangan
eksisting agar tetap
digambarkan dalam peta
pola ruang
3. Bila pada suatu
kawasan izin produksi
pertambangan sudah
berakhir, tapi tahap
reklamasi pasca tambang
belum berakhir, maka
kawasan tersebut masih
masuk ke dalam kawasan /
zonasi pertambangan.
Tapi bila zonasi tersebut
akan dirubah menjadi
kawasan peruntukan selain
1. Zona pertambangan
yang sudah dimuat
dalam RTRW
kabupaten adalah
WPR berdasarkan
Keputusan Menteri
ESDM nomor 3669
tahun 2017.
2. Terhadapa
pertambangan
eksisting yang dalam
tahap pasca tambang
akan dibahas
bersama pokja
pengendalian
(TKPRD) kabupaten.
3. Semua WPR
ditetapkan dalam
bentuk polygon.
96
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
12. Kecamatan Suak Midai;
13. Kecamatan Subi;
14. Kecamatan Serasan; dan
15. Kecamatan Serasan Timur.
(2) Kawasan pertambangan dan energi yang
berdasarkan ketentuan perundang-undangan di
bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai
kawasan hutan lindung selanjutnya disebut Hutan
Lindung/Kawasan Pertambangan dan Energi seluas
5,26 hektare di Kecamatan Pulau Tiga.
(3) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
dan telah diusahakan terdiri dari Granit, Pasir Darat,
Pasir Laut, dan bahan galian lainnya yang memiliki nilai
ekonomi dan perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
(6) Wilayah pertambangan dan Wilayah Usaha
Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digambarkan dalam peta sebagaimana tercantum pada
lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(7) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf d yang berada pada
kawasan hutan pemanfaatannya mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(8) Kawasan peruntukan pertambangan harus berada di luar
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam Bintan Karimun.
(9) Potensi Mineral Logam, Mineral Bukan Logam dan
Batuan yang terdapat pada kawasan peruntukan lainnya
dan bernilai ekonomi dapat diusahakan dengan
mengacu kepada perundang-undangan yang berlaku.
pertambangan, dokumen
reklamasinya harus
disesuaikan dengan pola
ruang yang akan
difungsikan.
4. Apakah kawasan
pertambangan rakyat
sudah didelineasikan pada
peta pola ruang sesuai
dengan WPR yang telah
ditetapkan oleh
Kementerian ESDM yang
juga merupakan masukan
dari Kabupaten Natuna?.
5. Mohon untuk tetap
memasukkan WIUP IUP
yang pernah diterbitkan atas
nama PT. NATUNA PASIR
UTAMA
6. Kawasan pertambangan
yang luasannya terlalu kecil
dapat disimbolkan menjadi
titik dalam rencana pola
ruang, tapi dalam legenda/
keterangan dapat
disebutkan poligon
lokasinya
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 37
Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf e seluas kurang lebih 2.335 hektare
Pasal 52
(1) Kawasan peruntukan perindustrian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf e ditujukan sebagai
Masukan DISPERINDAG Prov:
1. Apakah di Kabupaten
Natuna tidak terdapat
Kawasan Industri (KI) yang
1. Belum terdapat
kawasan industri di
kabupaten Natuna.
2. Terkait sentra industri
kecil dan menengah
(SIKIM) akan dibahas
lebih lanjut dengan
97
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
yang meliputi:
a. Kawasan peruntukan industri Teluk Buton di
Kecamatan Bunguran Utara dan Kecamatan
Bunguran Timur Laut;
b. Kawasan peruntukan industri Penarik di Kecamatan
Bunguran Selatan;
c. Kawasan peruntukan industri Kelarik di Kecamatan
Bunguran Utara;
d. Kawasan peruntukan industri Tanjung di Kecamatan
Bunguran Timur Laut;
e. Kawasan peruntukan industri Kelanga di Kecamatan
Bunguran Timur Laut;
f. Kawasan peruntukan industri Sabang Mawang di
Kecamatan Pulau Tiga;
g. Kawasan peruntukan industri Batubi di Kecamatan
Bunguran Batubi;
h. Kawasan peruntukan industri Sabang Barat di
Kecamatan Midai;
i. Kawasan peruntukan industri Batu Berian di
Kecamatan Serasan; dan
j. Kawasan peruntukan industri Meliah di Kecamatan
Subi.
tempat pemusatan kegiatan industri yang berbasiskan
potensi daerah dan berwawasan lingkungan yang
dilengkapi sarana dan prasarana penunjang serta untuk
pengembangan, pembentukan dan pembangunan
Techno Park di seluruh Kabupaten/Kota.
(2) Kawasan peruntukan industri terdiri dari :
a. Kawasan industri besar;
b. Kawasan industri tertentu untuk usaha mikro,
kecil dan menengah; dan
(3) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
a. Kabupaten Bintan (kawasan industri di Kecamatan
Seri Kuala Lobam, Kecamatan Bintan Timur dan
Kecamatan Gunung Kijang);
b. Kabupaten Lingga (kawasan industri di Sungai
Tenam di Kecamatan Lingga dan kawasan industri
Marok Tua di Kecamatan Singkep Barat);
c. Kabupaten Karimun (kawasan industri di Parit
Rempak, Tanjung Melolo, Tanjung Penggaru,
Tanjung Jepun, Tanjung Sememal, Pasir Panjang
dan Teluk Lekup);
d. Kota Tanjungpinang (kawasan industri Air Raja,
Kawasan Industri Dompak Darat dan kawasan
industri Dompak Seberang);
e. Kota Batam (kawasan industri Kabil, Telaga
Punggur, Pulau Tanjung Sauh, Pulau Ngenang dan
Batu Besar di Kecamatan Nongsa, Batu Ampar di
Kecamatan Batu Ampar, Sekupang di Kecamatan
Sekupang, gugusan Pulau Janda Berhias di
Kecamatan Sekupang, Tanjung Uncang di
Kecamatan Batu Aji, Muka Kuning di Kecamatan
Sungai Beduk, Sagulung dan Tanjung Gundap di
Kecamatan Sagulung, Pulau Kepala Jeri di
telah ditetapkan oleh
kementerian? Mohon
penjelasan
2. Apakah Kabupaten Natuna
tidak merencanakan
sentra industri kecil dan
menengah (SIKIM)?
sedangkan Natuna
memiliki potensi besar
untuk dikembangkan
menjadi SIKIM terutama
dalam bidang perikanan.
Mohon penjelasan
3. Terdapat perubahan pola
ruang kawasan
peruntukan perindustrian
di Serantas, Kecamatan
Pulau Tiga menjadi
Kawasan Permukiman.
Mohon penjelasan.
4. Ketentuan Umum
Peraturan Zonasi
(KUPZ) pada Kawasan
Perikanan dan Kawasan
Permukiman agar
ditambahkan klausul yang
memperbolehkan adanya
kegiatan/aktivitas industri
skala tertentu untuk
mendukung fungsi
kawasan.
5. Agar dipertimbangkan
untuk mendetailkan
kawasan peruntukan
industri dalam RTRW
Kabupaten Natuna menjadi
Kawasan Industri dan
Disperindag
kabupaten.
3. Perubahan pola ruang
di Serantas karena
mengikuti perubahan
lokasi agropolitan
yang bergeser ke
Selat Lampa. Hal ini
didukung dengan
dokumen KSCT
(dokumen kabupaten)
dan masterplan
pengembangan
kawasan perikanan
Selat Lampa-Teluk
Depih (dokumen
KKP).
4. Berdasarkan Permen
ATR 1 Tahun 2018
tentang pedoman
penyusunan rencana
tata ruang wilayah
kabupaten.
5. Pendetailan kawasan
industri hanya sampai
dengan penetapan
kawasan peruntukan
industri (KPI) dan
sentra industri kecil
menengah (SIKIM).
98
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kecamatan Belakang Padang, Sembulang di
Kecamatan Galang, Batam Center di Kecamatan
Batam Kota, Pelita di Kecamatan Lubuk Baja, Pulau
Dangsi, Pulau Ladi, dan Pulau Belakang Sidi di
Kecamatan Bulang);
f. Kabupaten Kepulauan Anambas (kawasan industri di
Kecamatan Palmatak dan Kecamatan Jemaja); dan
g. Kabupaten Natuna (Kawasan Industri Teluk Buton di
Kecamatan Bunguran Utara dan Bunguran Timur
Laut, Kawasan Industri Kelarik di Kecamatan
Bunguran Utara dan Kawasan Industri Serantas di
Kecamatan Pulau Tiga).
(4) Kawasan peruntukan perindustrian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf e yang masih berada
pada kawasan hutan meliputi HL dan KSA yang
pemanfaatan ruangnya masih zona tunda (holding zone)
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
kawasan industri tertentu
untuk usaha mikro,kecil
dan menengah
sebagaimana yang
tertuang dalam RTRWP.
Paragraf 6
Kawasan Pariwisata
Pasal 38
Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf f seluas kurang lebih 3.710 hektare yang
berada di:
a. Kecamatan Pulau Laut;
b. Kecamatan Bunguran Utara;
c. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
d. Kecamatan Bunguran Timur;
e. Kecamatan Bunguran Selatan;
f. Kecamatan Bunguran Barat;
Pasal 53
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf f terdiri atas 7 (tujuh) koridor
pariwisata Provinsi yang berdasarkan keunggulan
kooperatif, meliputi:
a. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Batam sebagai
kawasan Wisata Kota, Wisata Bahari dan Wisata
MICE (Meeting, Incentive, Convention and
Exhibition), Wisata Minat Khusus, Wisata Terpadu
Eksklusif, Wisata Agro dan Wisata Alam;
99
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
g. Kecamatan Pulau Tiga;
h. Kecamatan Midai;
i. Kecamatan Suak Midai;
j. Kecamatan Subi;
k. Kecamatan Serasan; dan
l. Kecamatan Serasan Timur.
b. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Bintan sebagai
kawasan Wisata Terpadu Eksklusif, Kawasan Wisata
Terbuka Umum dan Wisata Minat Khusus;
c. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Karimun
sebagai kawasan Wisata Alam, Wisata Minat
Khusus dan Wisata Agro;
d. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Tanjungpinang
sebagai kawasan Wisata Sejarah, Wisata Budaya
dan Wisata Kreatif;
e. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Natuna sebagai
kawasan Wisata Bahari, Ekowisata, dan wisata minat
khusus;
f. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Anambas
sebagai kawasan Wisata Bahari dan Ekowisata;
g. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Lingga sebagai
kawasan Wisata Sejarah, Wisata Budaya, Wisata
Alam dan Wisata Bahari.
(2) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf f yang masih berada pada kawasan
hutan meliputi HL dan KSA yang pemanfaatan ruangnya
masih zona tunda (holding zone) mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Paragraf 7
Kawasan Permukiman
Pasal 39
(1) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf g meliputi:
a. Kawasan permukiman perkotaan; dan
b. Kawasan permukiman perdesaan.
Pasal 54
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf g terdiri atas
permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan.
(2) Kawasan peruntukan permukiman ditujukan untuk
100
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih
13.869 hektare yang berada di:
a. Kecamatan Bunguran Utara;
b. Kecamatan Bunguran Timur;
c. Kecamatan Bunguran Tengah;
d. Kecamatan Bunguran Selatan;
e. Kecamatan Bunguran Barat;
f. Kecamatan Pulau Tiga;
g. Kecamatan Midai;
h. Kecamatan Suak Midai; dan
i. Kecamatan Serasan.
(3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas kurang lebih
8.583 hektare yang berada di:
a. Kecamatan Pulau Laut;
b. Kecamatan Bunguran Utara;
c. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
d. Kecamatan Bunguran Tengah;
e. Kecamatan Bunguran Selatan;
f. Kecamatan Bunguran Batubi;
g. Kecamatan Bunguran Barat;
h. Kecamatan Pulau Tiga;
i. Kecamatan Pulau Tiga Barat;
j. Kecamatan Subi;
k. Kecamatan Serasan;
l. Kecamatan Serasan Timur;
m. Kecamatan Midai; dan
n. Kecamatan Suak Midai.
menciptakan pemusatan permukiman penduduk beserta
sarana prasarana dan fasilitas pendukung lainnya bagi
kegiatan masyarakat.
(3) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau.
(4) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf g yang masih berada
pada kawasan hutan meliputi HL dan KSA yang
pemanfaatan ruangnya masih zona tunda (holding zone)
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Paragraf 8
1. Kawasan Pertahanan
101
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Pasal 40
(1) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf h seluas kurang lebih
593 hektare meliputi:
a. Baterai Artileri Medan Teluk Buton (RAI-ARMED
Teluk Buton. di Kecamatan Bunguran Utara;
b. Batalyon Komposit Sepempang (YON KOMPOSIT
Sepempang. di Kecamatan Bunguran Timur;
c. Batalyon Infanteri 134 di Kecamatan Bunguran
Timur;
d. Baterai Artileri Pertahanan Udara Sungai Ulu (RAI
ARH Sungai Ulu. di Kecamatan Bunguran Timur;
e. Kompi Zeni Tempur Setengar (KI ZIPUR
Setengar. di Kecamatan Bunguran Selatan;
f. Komando Distrik Militer 0318 (KODIM
0318/Natuna. berada di Kecamatan Bunguran
Timur;
g. Komando Rayon Militer 0318-01 (KORAMIL 0318-
01 Ranai. di Kecamatan Bunguran Timur;
h. Komando Rayon Militer 0318-03 (KORAMIL 0318-
03 Sedanau. di Kecamatan Bunguran Barat;
i. Komando Rayon Militer 0318-06 (KORAMIL 0318-
06 Serasan. di Kecamatan Serasan;
j. Komando Rayon Militer 0318-08 (KORAMIL 0318-
08 Air Payang. di Kecamatan Pulau Laut;
k. Markas Komando TNI AL Ranai (MAKO LANAL
Ranai. di Kecamatan Bunguran Timur;
l. Lapangan udara (LANUD. Raden Sadjad di
Kecamatan Bunguran Timur;
m. Pos TNI AL (POSAL. Penagi di Kecamatan
Bunguran Timur;
Pasal 55
(1) Kawasan peruntukan budidaya lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf h ditujukan bagi
peruntukan kawasan pusat pemerintahan, kawasan
pendidikan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan
bandar udara, kawasan militer, kawasan pembangkit
listrik, kawasan pengolahan limbah, kawasan tempat
pembuangan sampah, kawasan pengusahaan tambang,
genangan (waduk/danau/embung/kolong/bendungan)
serta kawasan-kawasan yang peruntukannya diatur lebih
lanjut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Kawasan peruntukan budidaya lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf h yang masih berada
pada kawasan hutan meliputi HL dan KSA yang
pemanfaatan ruangnya masih zona tunda (holding zone)
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Masukan Biro Hukum Prov. : Kawasan Pertahanan dan
Keamanan merupakan
kewenangan pemerintah pusat,
untuk itu perlu disinkronkan
dengan Rencana Wilayah
Pertahanan
dan Keamanan
ditetapkan
berdasarkan data
asset dan rencana
pengembangan
kawasan hankam dari
TNI.
2. Ditetapkan terhadap
lokasi-lokasi yang
berada pada wilayah
administrasi
kabupaten Natuna.
3. Penetapan Kawasan
Pertahanan dan
Keamanan ditetapkan
berdasarkan Permen
Permen ATR 1 Tahun
2018 tentang
pedoman penyusunan
rencana tata ruang
wilayah kabupaten.
4. Kawasan Pertahanan
dan Keamanan akan
ditetapkan dengan
luasan dan lokasi
kecamatan tanpa
menyebutkan
nomenklatur yang
mendetail.
.
102
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
n. Pos TNI AL (POSAL. Midai di Kecamatan Midai;
o. Pos TNI AL (POSAL. Sedanau di Kecamatan
Bunguran Barat;
p. Pos TNI AL (POSAL. Air Payang di Kecamatan
Pulau Laut;
q. Posal berada di Pulau Laut, Pulau Subi, Pulau
Serasan, Pulau Sabang Mawang, dan Pulau
Midai;
r. Pos TNI AL (POSAL. SBM Sabang Mawang di
Kecamatan Pulau Tiga;
s. Pos TNI AL (POSAL. Kelarik di Kecamatan
Bunguran Utara;
t. Pos TNI AL (POSAL. Pengadah di Kecamatan
Bunguran timur Laut;
u. Kompi Komposit Marinir Jalayudha di Kecamatan
Bunguran Selatan; dan
v. Satuan Radar (SATRAD. 212 TNI AU dengan
penempatan radar di Kecamatan Bunguran Timur,
Kecamatan Bunguran Timur Laut, dan Kecamatan
Bunguran Utara.
w. Daerah latihan militer pada Kawasan Hutan di
Kecamatan Bunguran Utara dan Kecamatan
Bunguran Timur Laut; dan
x. Daerah latihan sasaran tembak pada Kawasan
Hutan Pulau Kukup di Kecamatan Bunguran
Timur.
(2) Kawasan pertahanan dan keamanan yang
berdasarkan ketentuan perundang-undangan di
bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai
kawasan hutan lindung selanjutnya disebut Hutan
Lindung/Pertahanan dan Keamanan seluas 5,79
hektare berada di Kecamatan Pulau Tiga.
(3) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
103
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Paragraf 9
Kawasan Transportasi
Pasal 41
(1) Kawasan transportasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf i merupakan kawasan transportasi
kepelabuhanan seluas kurang lebih 18 hektare
berada di Kecamatan Bunguran Barat.
(2) Kawasan transportasi yang berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung
selanjutnya disebut sebagai Hutan
Lindung/Transportasi seluas 65 hektare berada di
Kecamatan Pulau Tiga.
(3) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
Paragraf 10
Kawasan Sumber Daya Air
Pasal 42
Kawasan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf j berupa:
Masukan DPUPP Prov. Kepri:
Rencana Pengelolaan Sumber
Daya Air dalam RTRW
Kabupaten Natuna agar
Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air dalam
RTRW Kabupaten Natuna
telah sesuai.
104
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
a. sungai seluas kurang lebih 444 hektare, yang berada
di:
1. Kecamatan Bunguran Utara;
2. Kecamatan Bunguran Timur;
3. Kecamatan Bunguran Timur Laut;
4. Kecamatan Bunguran Selatan;
5. Kecamatan Bunguran Batubi;
6. Kecamatan Bunguran Barat;
7. Kecamatan Subi.
8. Kecamatan Serasan; dan
9. Kecamatan Serasan Timur.
b. embung seluas kurang lebih 41 hektare, yang berada
di:
1. embung Teluk Buton di Kecamatan Bunguran
Utara;
2. embung Sedanau di Kecamatan Bunguran
Barat;
3. embung Pulau Laut di Kecamatan Pulau Laut;
4. embung Selat Lampa di Kecamatan Pulau Tiga;
5. embung Sabang Mawang di Kecamatan Pulau
Tiga; dan
6. embung Subi di Kecamatan Subi.
c. bendungan merupakan Bendungan Tapau seluas
kurang lebih 186 hektare yang berada di Kecamatan
Bunguran Utara, Kecamatan Bunguran Timur Laut dan
Kecamatan Bunguran Tengah.
disesuaikan dengan rencana
pengelolaan sumber daya air
Provinsi Kepulauan Riau yang
telah ditetapkan dalam Keputusan
Menteri PUPR Nomor
569/KPTS/M/2019 sebagaimana
amanah UU Nomor 17 Tahun
2019 Pasal 39 bahwa perubahan
/ revisi rencana tata ruang harus
mengacu pada rencana
pengelolaan sumberdaya air.
Pasal 56
105
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pola ruang Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) huruf a dan
b digambarkan dalam Peta Pola Ruang dengan skala
1:250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran X yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Bagian Keempat
Pemanfaatan Ruang Laut
Pasal 57
(1) Pemanfaatan ruang laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 ayat (2) huruf c merupakan arahan
pemanfaatan sumberdaya laut termasuk pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil melalui pembagian
zonasi kawasan yang meliputi:
a. Kawasan pemanfaatan umum;
b. Kawasan konservasi;
c. Kawasan strategis nasional tertentu; dan
d. Alur laut.
(2) Pemanfaatan ruang laut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
dengan daya dukung ekosistem, fungsi
perlindungan, dimensi waktu, dimensi teknologi dan
sosial budaya, serta fungsi pertahanan dan
keamanan;
b. Keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis
sumberdaya, fungsi estetika lingkungan dan kualitas
lahan pesisir; dan
c. Kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses
masyarakat dalam pemanfaatan wilayah epsisir dan
106
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pulau-pulau kecil yang mempunyai fungsi sosial dan
ekonomi.
(3) Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan tujuan:
a. Melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi,
memanfaatkan dan memperkaya Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem
ekologisnya secara berkelanjutan;
b. Menciptakan keharmonisan dan sinergi antara
Pemerintah dan Pemerintah Provinsi dalam
pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
c. Memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga
pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat
dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan,
dan keberlanjutan; dan
(4) Meningkatkan nilai sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam
pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil.
Pasal 58
(1) Kawasan pemanfaatan umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 57 ayat (1) huruf a merupakan kawasan
yang dapat dimanfaatkan dan diperuntukkan sebagai
kawasan pariwisata, permukiman yang telah ada,
pelabuhan, pertanian, hutan, pertambangan, perikanan
budidaya, perikanan tangkap, industri, kawasan khusus
parkir kapal (Anchorage Area), kawasan alih muat
muatan kapal Ship to Ship (STS) Transfer), infrastruktur
umum dan zona pemanfaatan terbatas sesuai dengan
107
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
karakteristik biofisik lingkungannya.
(2) Kawasan khusus parkir kapal (Anchore Area) dan tempat
alih muat muatan kapal (Ship to Ship Transfer (STS))
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
atau dikerjasamakan antara swasta dengan unit
penyelenggara pelabuhan Pemerintah Daerah.
Pasal 59
(1) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 57 ayat (1) huruf b merupakan kawasan yang
dapat dimanfaatkan untuk zona konservasi perairan,
konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, dan/atau
sempadan pantai.
(2) Kawasan konservasi perairan di Provinsi Kepulauan Riau
(ekosistem terumbu karang, mangrove, seagrass dan
ekosistem terkait lainnya) terdiri dari:
a. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten
Bintan, meliputi perairan di sekitar wilayah
Kecamatan Tambelan, Kecamatan Gunung Kijang,
Kecamatan Telok Sebong dan Kecamatan Bintan
Pesisir, serta kawasan-kawasan binaan COREMAP
dan kawasan pengembangannya;
b. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten
Lingga, meliputi perairan di sekitar Kecamatan
Senayang dan Pulau-Pulau Lingga Kecamatan
Lingga Utara, serta kawasan-kawasan binaan
COREMAP dan kawasan pengembangannya;
c. Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten
Natuna, meliputi perairan di sekitar Kecamatan
Bunguran Utara, Kecamatan Bunguran Timur,
Kecamatan Pulau Tiga dan Sedanau, juga kawasan-
kawasan binaan COREMAP, dan kawasan
108
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pengembangannya;
d. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota
Batam, meliputi Perairan di sekitar wilayah
Kelurahan Galang Baru, Kelurahan Karas, dan
Kelurahan Pulau Abang, juga kawasan-kawasan
binaan COREMAP dan kawasan
pengembangannya;
e. Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Karimun yang
terletak di perairan Pulau Sugi Darat, perairan Pulau
Sugi Laut, Pulau Selarang, perairan Pulau Manis,
Pulau Jangkar, serta di perairan Pulau Telunas,
Pulau Condeng; dan
f. Daerah Perlindungan Laut Kota
Tanjungpinang sebagai konservasi gong-gong
meliputi perairan di sekitar Muara Nibung Angus
Pantai Impian, Bukit bestari, Pulau Dompak, Pulau
Basing, Pulau Terkulai dan Pulau Sekatap.
(3) Taman Nasional Laut Anambas di Kabupaten
Kepulauan Anambas merupakan Kawasan
Konservasi Perairan Nasional.
Pasal 60
Kawasan strategis nasional tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf c merupakan
kawasan yang dapat dimanfaatkan sebagai zona pertahanan
dan keamanan, situs warisan dunia, kawasan perbatasan
dan pulau-pulau kecil terdepan, termasuk 19 pulau kecil
terdepan yang berada di Provinsi Kepulauan Riau.
Pasal 61
109
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Alur laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1)
huruf d meliputi alur pelayaran internasional, nasional dan
regional, alur sarana umum, alur migrasi ikan, serta jaringan
kabel dan pipa gas bawah laut.
Pasal 62
(1) Pemanfaatan ruang laut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 ayat (2) huruf c digambarkan dalam
Peta Pemanfaatan Ruang Laut dengan skala 1:250.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini; dan
(2) Pemanfaatan ruang laut sebagaimana dimaksud dalam
pasal 57 ayat 1 akan diatur melalui Peraturan Daerah
tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (RSWP3K), Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K), Rencana pengelolaan
wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K),
Rencana Aksi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RAWP3K).
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 43
(1) Penetapan kawasan strategis terdiri atas:
a. Kawasan Strategis Nasional;
b. Kawasan Strategis Provinsi; dan
c. Kawasan Strategis Kabupaten.
(2) Penetapan kawasan strategis sebagaimana
BAB VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 63 (1) Kawasan strategis merupakan kawasan yang di
dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap:
110
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
a. tata ruang di wilayah sekitarnya;
b. kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan
di bidang lainnya; dan/atau
c. peningkatan kesejahteraan masyarakat. (2) Rencana pengembangan kawasan strategis meliputi
kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi.
Pasal 44
Kawasan Strategis Nasional (KSN. sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 ayat (1) huruf a adalah Kawasan
Perbatasan Negara di Kabupaten Natuna yang merupakan
pulau-pulau kecil terluar meliputi Pulau Subi Kecil, Pulau
Sekatung, Pulau Sebetul, Pulau Semiun, Pulau Tokong
Boro, Pulau Senua, dan Pulau Kepala.
Bagian Kedua
Kawasan Strategis Nasional
Pasal 64
Kawasan strategis nasional yang berada di Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) terdiri
atas:
a. kawasan perbatasan laut Republik Indonesia
termasuk 19 (sembilan belas) pulau kecil terdepan di
Kabupaten Natuna (Pulau Semiun, Pulau Sebetul,
Pulau Sekatung, Pulau Senua, Pulau Subi Kecil,
Pulau Kepala, dan Pulau Tokong Boro), di Kabupaten
Kepulauan Anambas (Pulau Tokong Malang Biru,
Pulau Damar, Pulau Mangkai, Pulau Tokong Nanas,
dan Pulau Tokong Belayar), di Kabupaten Bintan
(Pulau Sentut), di Kota Batam (Pulau Nipa, Pulau
Pelampong, Pulau Batu Berhanti/Batu Berantai, dan
Pulau Nongsa/Putri), dan di Kabupaten Karimun (Pulau
Iyu Kecil/Tokong Hiu Kecil dan Pulau Karimun
Kecil/Karimun Anak); dan
b. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
di Batam, Bintan, dan Karimun.
111
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pasal 45
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 ayat (1) huruf b meliputi kawasan strategis
provinsi di Kabupaten Natuna dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi, yang difokuskan sebagai simpul
transportasi laut internasional, kawasan pelabuhan
internasional, kawasan perikanan tangkap, dan kawasan
perindustrian terpadu untuk mendukung pelayanan
kepelabuhanan dan perindustrian global di Kecamatan
Bunguran Utara dan Kecamatan Bunguran Timur Laut.
Bagian Ketiga
Kawasan Strategis Provinsi
Pasal 65
(1) Kawasan Strategis Provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 ayat (2) merupakan wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan atau
lingkungan.
(2) Kawasan Strategis Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1) terdiri dari :
a. Kawasan Strategis Provinsi di Pusat
Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau Istana
Kota Piring, Kota Tanjungpinang merupakan
kawasan strategis Provinsi dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi, yang
berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat
pelayanan, pusat pertumbuhan baru dan
kegiatan kepariwisataan di Provinsi sebagai icon
daerah dengan nuansa budaya melayu;
b. Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten
Kepulauan Anambas merupakan kawasan
strategis Provinsi dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi dan pendayagunaan
sumber daya alam, yang difokuskan pada
pengembangan potensi di bidang perikanan dan
pariwisata bahari;
c. kawasan strategis Provinsi di Kabupaten
Lingga merupakan kawasan strategis
Provinsi dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi dan pendayagunaan sumber daya
alam, yang difokuskan pada pengembangan
potensi pertanian meliputi tanaman pangan,
112
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
holtikultura, perkebunan, perternakan dan
perikanan; dan
d. kawasan strategis Provinsi di Kabupaten
Natuna merupakan kawasan strategis Provinsi
dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,
yang difokuskan sebagai simpul transportasi laut
internasional, kawasan pelabuhan internasional,
kawasan perikanan tangkap dan kawasan
perindustrian terpadu untuk mendukung
pelayanan kepelabuhanan dan perindustrian
global.
(3) Penataan Ruang Kawasan Strategis Provinsi
selanjutnya akan diatur dengan Peraturan Daerah
Provinsi.
Pasal 46
(1) Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSP)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1)
huruf c meliputi:
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi; dan
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial
budaya.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. Kawasan agropolitan Kelarik di Kecamatan
Bunguran Utara;
b. Kawasan agropolitan Batubi di Kecamatan
Bunguran Batubi; dan
c. Kawasan agropolitan Payak di Kecamatan
Serasan Timur.
(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial
113
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi perkampungan Segeram di Kecamatan
Bunguran Barat.
(4) Kawasan strategis Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam
Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR).
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 47
(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
meliputi:
a. program utama;
b. lokasi;
c. besaran;
d. sumber pendanaan;
e. instansi pelaksana; dan
f. waktu pelaksanaan.
(2) Indikasi program utama memuat uraian meliputi:
a. perwujudan rencana struktur ruang wilayah
Kabupaten;
b. perwujudan rencana pola ruang wilayah
Kabupaten; dan
c. perwujudan rencana kawasan strategis
Kabupaten.
(3) Indikasi sumber pendanaan program pemanfaatan
ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten, swasta dan/atau sumber lain
BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 66
(1) Pemanfaatan ruang wilayah provinsi berpedoman
pada rencana struktur ruang, rencana pola
pemanfaatan ruang, peraturan zonasi, rencana pola
pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi.
(2) Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi berisi
indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
dalam kurun waktu Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, yakni dari tahun 2017 hingga 2037 yang
disejalankan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Provinsi Kepulauan Riau 2010 – 2030.
(3) Indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun
secara bertahap dan memuat usulan program, instansi
pelaksana dan waktu pelaksanaannya.
(4) Pendanaan pemanfaatan ruang wilayah Provinsi
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, investasi, dan/atau kerja sama pendanaan yang
sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
(5) Arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi
Masukan Biro Hukum Prov. :
Penyempurnaan Pasal 47 ayat 3 : Kata ’masyarakat’ dihilangkan
Kata ’masyarakat’ telah dihilangkan.
114
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
yang sah.
(4) Indikasi pelaksana kegiatan terdiri atas Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten,
Swasta, dan Masyarakat.
(5) Indikasi waktu pelaksanaan terdiri atas 4 (empat)
tahapan meliputi:
a. tahap pertama tahun 2021 – 2025;
b. tahap kedua yaitu tahun 2026 – 2030;
c. tahap ketiga yaitu tahun 2031 – 2035; dan
d. tahap keempat yaitu tahun 2036 – 2040.
(6) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tertuang dalam matrik indikasi program
utama dalam Lampiran V yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
program utama jangka menengah lima tahunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 48
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf f menjadi acuan pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
BAB VIII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 67
(1) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
provinsi digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.
(2) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
115
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Kabupaten.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. sanksi.
provinsi terdiri atas:
a. indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi;
b. arahan perizinan; dan
c. arahan perangkat insentif dan disinsentif.
d. arahan sanksi
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 49
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) huruf a
merupakan penjabaran umum ketentuan-ketentuan
yang mengatur persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya mencakup wilayah
Kabupaten.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi berfungsi
sebagai:
a. dasar pertimbangan dalam pengawasan
pemanfaatan ruang;
b. menyeragamkan ketentuan umum peraturan
zonasi di seluruh wilayah Kabupaten untuk
peruntukan ruang yang sama;
c. landasan bagi penyusunan peraturan zonasi
pada tingkatan operasional pengendalian
pemanfaatan ruang di setiap kawasan/zona; dan
d. dasar pemberian izin pemanfaatan ruang.
116
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi rencana
struktur ruang; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi rencana pola
ruang.
Paragraf 1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Rencana Struktur
Ruang
Pasal 50
Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf
a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar sistem perkotaan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar sistem jaringan transportasi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar sistem jaringan energi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar sistem jaringan telekomunikasi;
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar sumber daya air; dan
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar jaringan prasarana lainnya.
Pasal 51
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem
Bagian Kedua
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi
Pasal 68
(1) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) huruf a
berfungsi:
a. Sebagai dasar pelaksanaan pengawasan
pemanfaatan ruang;
b. Penyeragaman arahan peraturan zonasi di
seluruh wilayah provinsi untuk ruang yang sama;
dan
c. Sebagai arahan peruntukan fungsi yang diizinkan,
terbatas, bersyarat, dan dilarang serta intensitas
ruang pada wilayah provinsi.
(2) Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi;
a. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan
sekitar sistem jaringan prasarana wilayah provinsi;
b. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola ruang
yang memiliki nilai strategis provinsi; dan
c. Indikasi arahan zonasi untuk kawasan strategis
provinsi
(3) Indikasi arahan peraturan zonasi Sistem Jaringan
Tansportasi Udara sebagaimana dimaksud dalam
117
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf a ditetapkan sebagai berikut:
b. ketentuan umum peraturan zonasi Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
c. ketentuan umum peraturan zonasi Pusat
Kegiatan Lokal (PKL)
d. ketentuan umum peraturan zonasi Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK)
e. ketentuan umum peraturan zonasi Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL)
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi Pusat Kegiatan
Strategis Nasional (PKSN) meliputi:
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi
perkotaan berskala nasional/antarprovinsi.
b. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan
sebagai pusat permukiman dengan intensitas
pemanfaatan ruang tingkat menengah hingga
tinggi yang kecenderungan pengembangan
ruang ke arah horizontal dibatasi dan
memproritaskan pengembangan ruang secara
vertikal.
c. Pengembangan fungsi kawasan diarahkan
sebagai :
1. Pusat pemerintahan Kabupaten Natuna;
2. Pusat pertumbuhan kawasan perbatasan
negara;
3. Pintu gerbang Indonesia ke wilayah
Internasional;
4. Kawasan untuk kepentingan pertahanan
keamanan nasional serta integrasi
nasional;
5. Pusat pelayanan, ekspor serta akses ke
pasar global;
Pasal 69 huruf c meliputi :
a. Jaminan keselamatan dan keamanan
penerbangan serta pengembangan bandar udara
melalui penetapan kawasan keselamatan operasi
penerbangan dan batas-batas kawasan kebisingan;
b. Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan di
sekitar bandar udara dengan memperhatikan
Rencana Induk Bandar Udara dan Rencana Induk
Nasional Bandar Udara;
c. Penetapan batas daerah lingkungan kerja dan
daerah lingkungan kepentingan bandar udara
dengan koordinat geografis untuk menjamin
kegiatan bandar udara; dan
d. Pengaturan ketinggian bangunan di sekitar bandar
udara dengan memperhatikan Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).
(4) Indikasi arahan peraturan zonasi Sistem
Jaringan Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 huruf d meliputi :
a. Pembinaan dan pengawasan terhadap Badan
Usaha yang melakukan penyediaan, pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan dan pendistribusian
Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi sejak mulai
perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan realisasi
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Eksplorasi dan/atau eksploitasi Minyak dan
Gas Bumi dilaksanakan dan dikendalikan
melalui Kontrak Kerja Sama sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Dilarang melalukan Survey Umum Minyak dan Gas
Bumi tanpa hak;
d. diizinkan usaha penyediaan, pengolahan,
penyimpanan dan pendistribusian bahan bakar
118
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
6. Simpul transportasi laut nasional dan
internasional;
7. Simpul transportasi udara nasional;
8. Pusat koleksi dan distribusi skala regional
dan nasional;
9. Kawasan pengembangan industri
pendukung perikanan dan kelautan; dan
10. Pusat perdagangan dan jasa skala
regional.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) meliputi :
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi
perkotaan berskala kabupaten dan/atau
beberapa kecamatan.
b. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan
sebagai pusat permukiman dengan intensitas
pemanfaatan ruang tingkat menengah dan
rendah yang kecenderungan pengembangan
ruang ke arah horizontal.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi
perkotaan berskala desa/kelurahan
b. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan
sebagai pusat permukiman dengan intensitas
pemanfaatan ruang rendah yang
kecenderungan pengembangan ruang ke arah
horizontal.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi
perkotaan berskala desa/kelurahan atau
beberapa kampung
b. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan
minyak dan gas bumi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan berwawasan
lingkungan;
e. Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha
penyediaan tenaga listrik dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan;
f. Usaha penyediaan dan
pendistribusian di bidang ketenagalistrikan
dimaksudkan untuk mengurangi krisis energi di
Kabupaten/Kota harus memenuhi peraturan
perundang- undangan dan berwawasan lingkungan;
g. Pemerataan ketersediaan listrik melalui interkoneksi
bawah laut antar pulau di seluruh wilayah Provinsi
Kepulauan Riau sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
h. Dilarang pembangunan jaringan transmisi SUTT dan
SUTET pada daerah permukiman padat sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
(5) Indikasi arahan peraturan zonasi Sistem Prasarana
Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 huruf e meliputi :
a. Penyediaan layanan telekomunikasi untuk
menggunakan menara telekomunikasi bersama;
b. Penambahan jaringan telekomunikasi untuk
meningkatkan aksesibilitas pada daerah terisolir,
kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil dapat
dilakukan oleh badan hukum yang didirikan untuk
maksud tersebut, berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu BUMN,
BUMD, Badan Usaha Swasta dan Koperasi; dan
c. Penetapan lokasi menara yang sesuai dengan
zona menara, dengan memperhatikan kesesuaian
fungsi kawasan sekitar sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
119
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
sebagai pusat permukiman dengan intensitas
pemanfaatan ruang rendah yang
kecenderungan pengembangan ruang ke arah
horizontal.
Pasal 52
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf b ditetapkan sebagai berikut:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
jaringan transportasi darat;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
jaringan transportasi laut; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
jaringan transportasi udara.
Pasal 53
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan jalan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan sungai, danau, dan
penyeberangan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
(6) Indikasi arahan peraturan zonasi Sistem Jaringan
Sumberdaya Air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
huruf f meliputi :
a. Mempertahankan kelestarian dan fungsi konservasi
sumber daya air;
b. Pemanfaatan lahan di sekitar sumber daya air untuk
kegiatan budidaya yang tidak mengganggu fungsi
konservasi sumber daya air; dan
c. pembangunan sarana dan prasarana penunjang
pemanfaatan sumber daya air, pengendalian banjir
dan pengamanan pantai.
(7) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem
jaringan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 huruf g meliputi :
a. Penyediaan air bersih untuk mendukung
pengembangan permukiman, serta pengembangan
daerah perbatasan dan masyarakat pulau-pulau
kecil terdepan;
b. Penanganan dan penyediaan air bersih yang
berkelanjutan;
c. Pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah
melalui sistem setempat atau sistem terpusat;
d. Diperbolehkan penyediaan prasarana dan
sarana minimum kawasan peruntukan TPA
sampah;
e. Peningkatan, pengembangan, pembangunan
rehabilitasi dan pemantapan sistem pengolahan
persampahan dan Instalasi pengolahan lumpur tinja
(IPLT);
f. Ketentuan khusus kawasan peruntukan TPA
sampah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g. Pemeliharaan dan pengembangan jaringan drainase
yang selaras dengan pemeliharaan dan
Masukan Biro Hukum Prov. : Pasal 53 ayat 2 rumusan pasal
disempurnakan.
1. Penyempurnaan
ketentuan umum
peraturan zonasi
kawasan di sekitar
jaringan jalan
berdasarkan hasil
asistensi dengan
Kementrian ATR.
2. Masih akan dilakukan
penyempurnaan
terhadap KUPZ yang
lain berdasarkan
kebutuhan sektoral
berdasarkan
ketentuan yang
berlaku.
120
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
1. Bangunan pelengkap jalan; dan
2. Pembangunan jalur hijau (ruang terbuka
hijau).
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. pemanfaatan ruang milik jalan dan ruang
pengawasan jalan yang meliputi
pemasangan, pembangunan, perbaikan,
penggantian, pemindahan, dan
pembongkaran jaringan utilitas umum, iklan
dan media informasi;
2. pembangunan kawasan dengan potensi
bangkitan dan tarikan tinggi dengan syarat
menyertakan analisis dampak lalu lintas
untuk menilai kemampuan jaringan jalan
dalam menampung aktifitas pergerakan;
3. penggunaan ruang manfaat jalan yang
memerlukan perlakuan khusus terhadap
konstruksi jalan dan jembatan berupa
muatan dan kendaraan dengan dimensi,
muatan sumbu seberat dan/atau beban total
melebihi standar wajib memperoleh
dispensasi dari penyelenggara jalan sesuai
kewenangannya; dan
4. Penerbitan izin penggunaan ruang
pengawasan jalan untuk mendirikan
bangunan gedung dan bangunan yang tidak
mengganggu keselamatan pengguna jalan,
serta keamanan konstruksi jalan, wajib
memperoleh rekomendasi dari
penyelenggara jalan sesuai kewenangannya.
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. menggunakan dan memanfaatkan ruang
milik jalan dan ruang pengawasan jalan yang
mengakibatkan terganggunya keamanan dan
pengembangan atas ruang milik jalan; dan
h. Penampungan dan pengolahan limbah B3 pada
kawasan industri dan kawasan lain yang
memproduksi limbah B3.
121
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
keselamatan pengguna jalan, terganggunya
pandangan bebas pengemudi dan
konsentrasi pengemudi, terganggunya fungsi
dan konstruksi jalan serta bangunan
pelengkapnya, mengganggu fungsi rambu-
rambu dan sarana pengatur lalu lintas
lainnya;
2. Alih fungsi lahan pada kawasan yang
berfungsi lindung di sepanjang garis
sempadan jalan; dan
3. Pemanfaatan ruang di sepanjang jalan yang
tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan sungai, danau, dan penyeberangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan pembangunan jaringan prasarana
umum;
b. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang
untuk sistem jaringan penyeberangan yang dapat
berada di permukaan tanah, di dalam bumi, dan di
atas permukaan tanah; dan
c. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 54
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem jaringan transportasi laut sebagaimana
122
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf b ditetapkan
sebagai berikut:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang atau kegiatan
pendukung kepelabuhanan di dalam Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr) Pelabuhan dan Daerah
Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan;
b. diperbolehkan bersyarat pembangunan sarana
dan prasarana pendukung sesuai dengan fungsi
pelabuhan;
c. diperbolehkan bersyarat kegiatan perdagangan
dan jasa; dan
d. tidak diperbolehkan membangun permukiman dan
kegiatan lain yang dapat mengganggu kegiatan
pelabuhan di Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)
Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) Pelabuhan, kecuali pelabuhan
pengumpan lokal yang berada di kawasan
permukiman atas air.
Pasal 55
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
sistem jaringan transportasi udara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf c ditetapkan sebagai
berikut:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang di sekitar bandar
udara sesuai dengan kebutuhan pengembangan
bandar udara dengan memperhatikan ketentuan
keselamatan operasi penerbangan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang di sekitar
bandar udara.
123
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pasal 56
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem jaringan energi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf c ditetapkan
sebagai berikut:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan infrastruktur minyak dan gas
bumi; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan membangun sarana dan
prasarana untuk mendukung sistem jaringan
minyak dan gas bumi; dan
b. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di
atas jaringan pipa minyak dan gas bumi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar jaringan infrastruktur ketenagalistrikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan membangun sarana dan
prasarana untuk mendukung sistem jaringan
listrik;
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. pembangunan jaringan listrik yang melintasi
ruang udara dan ruang bawah tanah; dan
2. kegiatan lain dengan memperhatikan jarak
aman dari pembangkit listrik sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Masukan Biro Hukum Prov. : Air permukaan merupakan
kewenangan pemerintah provinsi
berdasarkan UU 23 Tahun 2014
Ketentuan umum
peraturan zonasi
kawasan di sekitar sistem
jaringan sumber daya air
disesuaikan dengan
Permen ATR nomor 1
tahun 2018 tentang
pedoman penyusunan
rencana tata ruang
wilayah provinsi,
124
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. mendirikan bangunan di kawasan sempadan
Saluran Udara Tegangan Tinggi; dan
2. Kegiatan yang mengganggu fungsi Saluran
Kabel Tegangan Menengah.
Pasal 57
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 huruf d ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. diperbolehkan membangun sarana dan
prasarana untuk mendukung sistem jaringan
telekomunikasi; dan
2. pengembangan dan pemanfaatan menara
bersama telekomunikasi.
b. diperbolehkan bersyarat jaringan telekomunikasi
yang melintasi ruang udara dan ruang bawah
tanah.
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. mendirikan bangunan di bawah dan di sekitar
menara Base Transceiver Station (BTS); dan
2. kegiatan yang mengganggu sistem jaringan
telekomunikasi.
Pasal 58
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
Kabupaten dan Kota.
125
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf e meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sumber air; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar prasarana sumber daya air.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan memanfaatkan air permukaan
sebagai sumber air baku pertanian dan air
minum permukiman;
b. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk
memanfaatkan sumber air baku di dalam
sempadan sumber mata air, sempadan sungai,
sempadan waduk, embung, dan jaringan irigasi;
c. diperbolehkan dengan syarat memperhatikan
kelestarian lingkungan untuk pemanfaatan
sumber air untuk kebutuhan air minum;
d. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. mendirikan bangunan di atas sumber air; dan
2. kegiatan yang mengganggu sumber air.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. mendirikan bangunan untuk mendukung
jaringan sumber daya air;
2. pembangunan dan pemasangan jaringan
sumber daya air;
3. pembangunan fasilitas pendukung
pengolahan sumber daya air; dan
4. pembangunan dan pemasangan jaringan
sumber daya air memanfaatkan ruang milik
126
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
jalan atau ruang pengawasan jalan
dilengkapi izin galian yang dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang.
b. tidak diperbolehkan kegiatan dan/atau
pembangunan yang mengganggu
infrastruktur pengendali banjir.
Pasal 59
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem jaringan prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf e
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem jaringan persampahan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem penyediaan air minum (SPAM);
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem pengelolaan air limbah (SPAL);
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3); dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem jaringan evakuasi bencana.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem jaringan persampahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan sebagai
berikut:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan sarana dan
prasarana pendukung persampahan;
b. diperbolehkan mendirikan bangunan tertentu
dengan spesifikasi khusus untuk mendukung
fungsi pengelolaan persampahan; dan
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
127
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
1. untuk kegiatan yang mengganggu fungsi
jaringan persampahan; dan
2. Bangunan permukiman dengan jarak minimal
sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem penyediaan air minum (SPAM)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan mendirikan sarana dan prasarana
pendukung sistem penyediaan air minum
(SPAM) ; dan
b. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan
dan/atau kegiatan lain yang mengganggu fungsi
instalasi dan jaringan air minum.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem pengelolaan air limbah (SPAL)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan lain yang mendukung kegiatan
pengolahan air limbah; dan
2. pembangunan prasarana dan sarana sistem
pengelolaan air limbah (SPAL) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. membuang limbah limbah B3; dan
2. mendirikan bangunan dan/atau kegiatan lain
yang mengganggu fungsi jaringan SPAL.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d ditetapkan sebagai berikut:
128
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
a. diperbolehkan mendirikan bangunan sarana dan
prasarana pendukung jaringan sistem
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (SPAL-B3); dan
b. tidak diperbolehkan kegiatan budidaya yang
berada di sekitar Sistem Pengolahan Air Limbah
bahan berbahaya dan beracun.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di
sekitar sistem jaringan evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
ditetapkan sebagai berikut:
a. diwajibkan penyediaan rambu-rambu jalur
evakuasi bencana;
b. diperbolehkan kegiatan dan/atau pembangunan
sarana dan prasarana yang dapat mendukung
jalur evakuasi bencana; dan
c. tidak diperbolehkan untuk kegiatan yang dapat
mengganggu fungsi evakuasi bencana.
Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Rencana Pola Ruang
Pasal 60
Ketentuan umum peraturan zonasi rencana pola ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf b
ditetapkan sebagai berikut:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan budidaya.
Paragraf Kedua
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Pola Ruang
Pasal 71
Indikasi arahan peraturan zonasi pola ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf b meliputi:
a. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung;
b. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya;
dan
c. indikasi arahan peraturan zonasi pemanfaatan ruang
laut.
129
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pasal 61
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan
lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf a
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perlindungan setempat;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
konservasi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung
geologi;
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar
budaya; dan
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
ekosistem mangrove.
Pasal 62
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi rencana kawasan
yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
hutan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
gambut; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
Pasal 72
Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf a terdiri atas:
a. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan hutan
lindung;
b. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung yang
berfungsi memberikan perlindungan kawasan
bawahannya;
c. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung yang
berfungsi untuk memberikan perlindungan setempat;
d. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan suaka alam,
pelestarian alam dan cagar budaya;
e. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan rawan
bencana; dan f. indikasi arahan peraturan zonasi
kawasan lindung lainnya.
Pasal 73
Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Hutan Lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf a meliputi :
a. Diizinkan pembangunan prasarana wilayah dan kegiatan
lain yang bersifat komplementer yang melintasi hutan
lindung sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
b. Pada kawasan hutan lindung dapat dilakukan kegiatan
budidaya dengan syarat:
1. Tidak mengurangi, mengubah atau
menghilangkan fungsi utamanya;
2. Pengolahan tanah terbatas;
3. Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik
dan sosial ekonomi.
130
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
resapan air.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan
lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan bersyarat sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
meliputi:
1. kegiatan yang berhubungan dengan
pelestarian hutan lindung;
2. kegiatan pemanfaatan kawasan yang dapat
meningkatkan fungsi konservasi hutan
lindung;
3. kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu;
4. pembangunan prasarana wilayah dan
kegiatan lain yang bersifat komplementer
yang melintasi hutan lindung;
5. kegiatan dan/atau pembangunan sarana
dan prasarana yang mempunyai tujuan
untuk kepentingan umum dan strategis;
6. kegiatan jasa lingkungan (wisata alam,
pemanfaatan sumber daya air,
pemanfaatan aliran air, dan lain-lain.
dengan tidak mengubah bentang alam dan
tidak merusak unsur keseimbangan
lingkungan;
7. pembangunan prasarana terbatas untuk
pencegahan dan penanggulangan bencana
alam seperti pembangunan pos keamanan
pada titik-titik tertentu sesuai kebutuhan
pengamanan lalu lintas dan pencegahan
perambahan hutan; dan
8. Pemanfaatan ruang kawasan untuk
kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi
c. Dilarang memperluas lahan permukiman/budidaya ke
kawasan hutan lindung; dan
d. Dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan dan perusakan keutuhan kawasan dan
ekosistemnya sehingga mengurangi/menghilangkan
fungsi kawasan.
Pasal 74
Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Lindung yang
Berfungsi Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf b meliputi :
a. Diizinkan permukiman yang berada pada kawasan
resapan air di kawasan lindung, dengan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
b. Tingkat kerapatan bangunan rendah, dengan
persentase luas lahan terbangun maksimal 10%;
c. Perkerasan permukaan menggunakan bahan yang
memiliki daya serap air tinggi; dan
d. Adanya sumur-sumur resapan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
e. Dilarang adanya kegiatan budidaya pada ruang resapan
air.
Pasal 76
(1) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan
Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72
huruf d terdiri atas:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Suaka
Alam;
b. Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan
Pantai Berhutan Bakau; dan
131
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
penduduk asli dengan luasan tetap, tidak
mengurangi fungsi lindung kawasan dan di
bawah pengawasan tetap.
b. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. Kegiatan pemungutan/pemanfaatan hasil
hutan kayu;
2. Kegiatan lain yang dapat mengakibatkan
perubahan dan kerusakan kawasan hutan
serta ekosistemnya;
3. Perluasan dan pengembangan kegiatan
permukiman di kawasan hutan lindung; dan
4. Kegiatan yang berpotensi mengurangi/
menghilangkan fungsi dan luas kawasan
hutan dan tutupan vegetasi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan gambut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian
fungsi kawasan;
2. kegiatan pengendalian material sedimen
yang masuk ke kawasan gambut; dan
3. penanggulangan terhadap kerusakan
ekosistem gambut.
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan pariwisata, penelitian dan
pengembangan, ilmu pengetahuan,
dan/atau jasa lingkungan tanpa mengubah
bentang alam;
2. kegiatan dan/atau pembangunan sarana
dan prasarana yang mempunyai tujuan
untuk kepentingan umum dan strategis;
3. pembangunan jaringan jalan; dan
4. pembangunan sarana dan prasarana
c. Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Cagar
Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
(2) Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Suaka Alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. Dilarang melakukan kegiatan budidaya yang
dapat merusak fungsi kawasan;
b. Dilarang melakukan kegiatan budidaya skala
besar dan eksploitasi sumberdaya kelautan yang
dapat merusak ekosistem laut dan perairan lainnya;
c. Dilarang melakukan kegiatan budidaya dan
eksploitasi sumberdaya pada kawasan suaka alam
darat;
d. Kegiatan penelitian, wisata alam, dan kegiatan
berburu yang tidak menyebabkan penurunan fungsi
kawasan; dan
e. Pembangunan prasarana wilayah, bangunan
penunjang fungsi kawasan, dan bangunan
pencegah bencana alam sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Pantai
Berhutan Bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi :
a. Diizinkan kegiatan pendidikan, penelitian dan
wisata alam tanpa menyebabkan penurunan fungsi
kawasan; dan
b. Diizinkan pembangunan sarana prasarana yang
tidak merusak fungsi kawasan.
(4) Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Cagar
Budaya dan Ilmu Pengetahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan dan
pariwisata; dan
b. Dilarang melakukan kegiatan dan mendirikan
132
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
penunjang pertanian dan air baku.
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
bentang alam, kesuburan dan keawetan
tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan
fauna, serta fungsi lingkungan hidup; dan
2. pembangunan permukiman.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan resapan
air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian
fungsi daerah resapan air; dan
2. kegiatan penghijauan dan penyediaan
sumur resapan dan/atau waduk sesuai
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan pariwisata, penelitian dan
pengembangan, ilmu pengetahuan,
dan/atau jasa lingkungan tanpa mengubah
bentang alam;
2. permukiman pedesaan dengan persyaratan
tingkat kerapatan bangunan, yang
dilengkapi dengan sumur-sumur resapan;
3. kegiatan dan/atau pembangunan sarana
dan prasarana yang mempunyai tujuan
untuk kepentingan umum dan strategis; dan
4. kegiatan perkebunan yang mempunyai
daya serap air tinggi.
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
bentang alam, kesuburan dan keawetan
tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan
fauna, serta fungsi lingkungan hidup; dan
bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi
kawasan.
Pasal 75
(1) Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Lindung
yang Berfungsi untuk memberikan perlindungan
setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf
c terdiri atas:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan
Sempadan Pantai;
b. Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan
Sempadan Sungai;
c. Indikasi arahan peraturan zonasi Sempadan Waduk
dan Mata Air; dan
d. Indikasi arahan peraturan zonasi Ruang Terbuka
Hijau.
(2) Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan
Sempadan Pantai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi :
a. Reklamasi pantai harus sesuai Rencana Tata
Ruang Wilayah dan peraturan perundangan-
undangan;
b. Kegiatan yang melindungi atau memperkuat
perlindungan kawasan sempadan pantai dari abrasi
dan infiltrasi air laut ke dalam tanah di sepanjang
garis pantai dan perlindungan ekosistem laut;
c. Pembangunan sarana dan prasarana kelautan serta
kegiatan perikanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
d. Dilarang mendirikan bangunan yang membelakangi
pantai atau laut sepanjang sempadan pantai; dan
e. Dilarang kegiatan budidaya yang dapat merusak
133
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
2. permukiman dengan kepadatan sedang
dan tinggi yang dapat merusak kualitas dan
kuantitas air, serta kondisi fisik kawasan.
Pasal 63
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perlindungan setempat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sempadan pantai; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sempadan sungai.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf aditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan yang berhubungan dengan
pelestarian jalur hijau; dan
2. kegiatan konservasi, penataan dan
pembangunan yang mendukung fungsi
kawasan sempadan pantai.
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan wisata dengan tidak mengubah
bentang alam dan tidak merusak unsur
keseimbangan lingkungan;
2. kegiatan dan/atau pembangunan sarana
dan prasarana yang mempunyai tujuan
untuk kepentingan umum dan strategis;
3. kegiatan pendidikan dan penelitian dengan
tidak mengubah bentang alam dan tidak
merusak unsur keseimbangan lingkungan;
fungsi lindung kawasan.
(3) Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan
Sempadan Sungai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi :
a. Penataan bangunan yang membelakangi sungai
sepanjang sempadan sungai;
b. Pembangunan prasarana wilayah dan utilitas
lainnya yang tidak menyebabkan terjadinya
perkembangan pemanfaatan ruang
c. Dilarang kegiatan budidaya yang dapat merusak
fungsi kawasan; dan
d. Dilarang mendirikan bangunan yang
membelakangi sungai sepanjang sempadan
sungai.
(4) Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan
Sempadan danau/waduk dan mata air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. Diizinkan kegiatan penunjang seperti kegiatan
perikanan dan pariwisata khususnya yang bersifat
pemandangan sesuai peraturan perundang-
undangan;
b. Dilarang mendirikan bangunan, permukiman, atau
kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian daya
tampung serta fungsi danau/waduk dan mata air;
dan
c. Pembangunan prasarana wilayah dan utilitas
lainnya yang tidak menyebabkan terjadinya
perkembangan pemanfaatan ruang.
(5) Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :
a. Dilarang alih fungsi RTH bagi kawasan perkotaan
dengan RTH kurang dari 20%; dan
b. Pembangunan fasilitas sosial secara terbatas
134
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
4. pembangunan prasarana terbatas untuk
pencegahan dan penanggulangan bencana
alam seperti pembangunan pos keamanan
pada titik-titik tertentu sesuai kebutuhan
pengamanan lalu lintas dan pencegahan
perambahan hutan;
5. kegiatan budidaya seperti kegiatan
penelitian, pembangunan prasarana
dermaga, bangunan pengendali air, dan
sistem peringatan dini (early warning
system.; dan
6. kegiatan budidaya pesisir dan perikanan
tradisional, serta kegiatan lain yang tidak
mengganggu kualitas kawasan sempadan
pantai dan memperhatikan teknis
keamanan dan keselamatan.
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan yang mengganggu bentang alam,
pelestarian fungsi pantai, dan akses
terhadap kawasan sempadan pantai; dan
2. pemanfaatan ruang yang mengurangi
kualitas pantai pada jarak 100 meter dari
titik pasang tertinggi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan jalur hijau dan ruang
terbuka hijau;
2. kegiatan yang berhubungan dengan
pelestarian sungai; dan
3. kegiatan konservasi, penataan, dan
pembangunan yang mendukung fungsi
kawasan sempadan sungai.
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 77
Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Rawan
Bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf e
meliputi :
a. Dilarang melakukan kegiatan eksploitasi pada
kawasan rawan bencana;
b. Penyiapan jalur evakuasi bencana;
c. Pembangunan prasarana untuk mitigasi bencana alam;
d. Pemetaan wilayah yang dianggap rawan bencana; dan
e. Pemanfaatan jenis tanaman yang mempunyai akar
tunjang yang tumbuh cepat dan dalam untuk kegiatan
mengurangi bencana tanah longsor.
Pasal 78
Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Lindung
Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf f
meliputi :
a. Diizinkan melakukan kegiatan penelitian, pendidikan
dan wisata alam tanpa merusak fungsi kawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat 1;
b. Dilarang melakukan kegiatan eksploitasi terumbu karang;
dan
c. Penetapan pulau-pulau dengan luas kurang dari 10
(sepuluh) hektar sebagai kawasan lindung.
135
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan dan/atau pembangunan sarana
dan prasarana yang mempunyai tujuan
untuk kepentingan umum dan strategis;
2. kegiatan pariwisata dengan tidak
mengubah bentang alam dan tidak merusak
unsur keseimbangan lingkungan;
3. pembangunan prasarana wilayah dan
kegiatan lain yang bersifat komplementer
yang melintasi kawasan sempadan sungai
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
4. pemanfaatan ruang untuk prasarana
bangunan pengelolaan badan air dan/atau
pemanfaatan air;
5. kegiatan pendidikan dan penelitian dengan
tidak mengubah bentang alam dan tidak
merusak unsur keseimbangan lingkungan;
dan
6. kegiatan pembangunan prasarana
sumberdaya air, fasilitas jembatan dan
dermaga, jalur pipa gas dan air minum,
rentangan kabel listrik dan telekomunikasi,
dan bangunan ketenagalistrik-an.
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. perluasan kegiatan dan bangunan pada
kawasan sempadan sungai di kawasan
permukiman; dan
2. kegiatan dan bangunan yang mengancam
dan menurunkan kualitas sungai.
Pasal 64
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi
136
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
sebagaimana dimaksud pada Pasal 61 huruf c ditetapkan
sebagai berikut:
a. diperbolehkan kegiatan dan bangunan yang
mendukung perlindungan ekosistem satwa;
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan pariwisata,
kegiatan penelitian, kegiatan pendidikan, kegiatan
lainnya yang tidak mengganggu ekosistem dan
fungsi kawasan serta tidak mengubah bentang alam;
c. diperbolehkan bersyarat kegiatan dan/atau
pembangunan sarana dan prasarana yang
mempunyai tujuan untuk kepentingan umum dan
strategis; dan
d. tidak diperbolehkan kegiatan pembangunan yang
mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan
perlindungan ekosistem hayati.
Pasal 65
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung
geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf d
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan wisata alam, edukasi, dan penelitian; dan
2. pembangunan sarana dan prasarana penunjang
kawasan lindung geologi pada zona pemanfaatan
lain.
b. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan selain wisata alam, edukasi, dan
pelatihan; dan
2. kegiatan yang mengubah bentukan geologi
tertentu yang mempunyai manfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, perlindungan
flora dan fauna, serta pelestarian air.
137
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pasal 66
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar
budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf e
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan kegiatan pariwisata yang rekreatif,
edukatif, dan apresiatif dengan memperhatikan azas
kelestarian cagar budaya;
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan memugar bangunan dengan
memperhatikan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku tentang Cagar Budaya; dan
2. pembangunan sarana dan prasarana yang
mendukung fungsi kawasan di luar zona inti.
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. mengubah bentuk dan/atau warna bangunan
yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya;
2. membangun bangunan baru di lingkungan yang
dipertahankan untuk mewakili suatu tipe
bangunan untuk suatu masa tertentu dengan
struktur masih baik yang bersama-sama
membentuk lingkungan yang serasi; dan
3. membangun bangunan baru di sekitar bangunan
cagar budaya yang mengakibatkan bangunan
yang dilindungi menjadi terganggu atau
mengurangi nilai budayanya.
Pasal 67
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ekosistem
mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf f
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan kegiatan konservasi, pendidikan dan
138
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pelatihan, serta penelitian dan pengembangan dengan
syarat:
1. memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan;
2. memperhatikan kemampuan sistem tata air
setempat; dan
3. menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
b. diperbolehkan kegiatan yang mendukung pelestarian
hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan
bakau, tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut
dan pelindung pantai dan pengikisan air laut serta
pelindung usaha budidaya di belakangnya;
c. diperbolehkan bersyarat bangunan yang mendukung
kegiatan ekowisata;
d. diperbolehkan bersyarat kegiatan dan/atau
pembangunan sarana dan prasarana yang mempunyai
tujuan untuk kepentingan umum dan strategis;
e. diperbolehkan terbatas pembangunan sarana dan
prasarana umum;
f. tidak diperbolehkan merusak ekosistem mangrove;
dan
g. tidak diperbolehkan melakukan konversi ekosistem
mangrove di kawasan atau zona budidaya yang tidak
memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis pesisir
dan pulu-pulau kecil.
Paragraf 3
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Kawasan Peruntukan Budidaya
Pasal 68
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan
budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf b
meliputi:
Pasal 79
Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan
Budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf b
terdiri atas:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan
Masukan Biro Hukum Prov. : Pasal 68 huruf c dan huruf h
agar disesuaikan dengan
kewenangan
Kawasan perikanan dan
kawasan pertahanan dan
keamanan telah
disesuaikan dengan
Permen ATR 1 Tahun
2018 tentang pedoman
penyusunan rencana tata
ruang wilayah provinsi,
Kabupaten dan Kota.
139
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan
produksi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertambangan dan energi;
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan industri;
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata;
g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
permukiman;
h. ketentuan umum peraturan zonasi rencana kawasan
pertahanan dan keamanan;
i. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
transportasi; dan
j. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sumber
daya air.
Pasal 69
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan
produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf a
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan konservasi, penataan, dan
pembangunan yang mendukung fungsi kawasan
hutan produksi dan tidak menimbulkan
gangguan lingkungan;
2. kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu, bukan
kayu, jasa lingkungan, dan pemanfaatan
kawasan;
3. mendirikan bangunan untuk menunjang kegiatan
pengamanan kawasan dan pemanfaatan hasil
hutan; dan
peruntukan hutan produksi;
b. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan
pertanian;
c. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan
perikanan;
d. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan
peruntukan pertambangan;
e. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan
industri;
f. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan
pariwisata;
g. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan
peruntukan permukiman; dan
h. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan
peruntukan budidaya lainnya.
Pasal80
Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan
hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
huruf a meliputi :
a. Dilarang melakukan kegiatan budidaya pada kawasan
hutan produksi dengan skor ≥ 175;
b. Pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk
kegiatan budidaya dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan kajian dari aspek ekologi, ekonomi
dan budaya masyarakat setempat; dan
c. Perubahan fungsi pokok kawasan peruntukan hutan
produksi dapat dilakukan untuk mendukung stabilitas
ketersediaan bahan baku industri pengolahan kayu
dan budidaya pertanian sesuai dengan peraturan
perundangan.
Pasal
8
140
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
4. kegiatan dan/atau pembangunan sarana dan
prasarana yang mempunyai tujuan untuk
kepentingan umum dan strategis.
b. Tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan budidaya di dalam kawasan hutan produksi
tetap, kecuali kegiatan kehutanan;
2. penggunaan kawasan hutan produksi untuk kegiatan
lainnya di luar kegiatan kehutanan yang dilakukan
tanpa izin; dan
3. kegiatan yang mengubah fungsi hutan produksi
tetap.
Pasal 70
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68
huruf b ditetapkan sebagai berikut:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertanian tanaman pangan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perkebunan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan darat dan
holtikultura dalam rangka mendukung
ketahanan pangan nasional;
2. kegiatan agrowisata yang tidak mengganggu
fungsi kawasan pertanian;
3. bangunan prasarana dan sarana pendukung
kegiatan pertanian (tanaman pangan,
1
(1) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan
pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
huruf b meliputi :
a. Diperbolehkan pembangunan prasarana dan
sarana wilayah yang memperhatikan daya dukung
kawasan;
b. Mempertahankan luas lahan peruntukan
pertanian dan peningkatan produktivitas guna
mendukung ketersediaan bahan pangan;
Pasal 84
(1) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan
industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf e
meliputi :
a. Peningkatan dan pengembangan Kawasan
Industri meliputi Industri besar dan Industri tertentu
untuk usaha mikro, kecil dan menengah.
b. Peningkatan dan pengembangan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
c. Peningkatan dan pengembangan Techno Park
sesuai potensi daerah.
(2) Indikasi arahan peraturan zonasi untuk
peningkatan dan pengembangan Kawasan
Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a wajib memenuhi:
d. Kawasan industri yang berwawasan lingkungan;
(3) Luasan lahan untuk kawasan industri usaha mikro,
usaha kecil, dan usaha menengah dalam satu
hamparan ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan
(4) Kawasan industri harus dilengkapi dengan sarana
perkantoran, asrama/mess pekerja, sarana
141
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
perkebunan, dan peternakan.; dan
4. bangunan sarana dan prasarana permukiman
perdesaan.
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan pertanian skala besar dengan syarat
didukung oleh studi kelayakan dan studi
analisis mengenai dampak lingkungan; dan
2. bangunan permukiman perdesaan dengan
memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan
dan Koefisien Lantai Bangunan berdasarkan
ketentuan bangunan dan gedung Kabupaten.
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan pemanfaatan ruang yang
mengganggu fungsi kawasan; dan
2. kegiatan pertambangan atau budidaya lainnya
yang mengganggu perlindungan dan
pelestarian lahan pertanian tanaman pangan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan perkebunan, hortikultura, dan jaringan
prasarana wilayah;
2. kegiatan permukiman yang didukung oleh
sarana dan prasarana permukiman yang
menunjang kegiatan perkebunan;
3. pendirian bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau transmisi bagi
kepentingan umum yang keberadaannya telah
mendapat persetujuan dari instansi terkait;
4. kegiatan pertanian dengan sub sektornya
berupa tanaman pangan, peternakan,
perikanan darat dan holtikultura; dan
olahraga/hiburan/restoran, pasar, klinik, tempat
ibadah, fasilitas pergudangan, pengolahan limbah
dan jalan lingkungan kawasan.
Kegiatan Industri dapat dilakukan di Kawasan
Peruntukan Industri Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota.
Pasal 85
(5) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf
f meliputi :
a. Diperbolehkan melakukan penelitian dan pendidikan;
b. Diperbolehkan pembangunan prasarana dan sarana
wilayah yang mendukung kegiatan pariwisata;
c. Pengembangan kawasan pariwisata harus
berwawasan lingkungan;
d. Dilarang pengembangan objek wisata minat khusus
yang merusak lingkungan dan menimbulkan
keresahan masyarakat.
e. Dilarang melakukan kegiatan budidaya yang tidak
terkait dengan pariwisata kecuali sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan wisata dan
kepentingan masyarakat.
(6) Kegiatan Pariwisata dapat dilakukan di
Kawasan Peruntukan Pariwisata Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota.
Pasal 86
(7) Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan
Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
huruf g meliputi :
a. Pengembangan kawasan permukiman baru harus
dilakukan pada lahan tidak subur dengan kelerengan
Masukan Biro Hukum Prov. : Untuk kawasan perikanan agar
ditinjau kembali dari sisi
kewenangan.
Kawasan perikanan telah
disesuaikan dengan
Permen ATR 1 Tahun
2018 tentang pedoman
142
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
5. diperbolehkan terbatas kegiatan cut and fill
untuk pembangunan.
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan industri pengolahan hasil perkebunan
yang mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
2. kegiatan pariwisata yang tidak mengganggu
fungsi kawasan perkebunan;
3. kegiatan pertambangan beserta sarana dan
prasarana penunjangnya, dengan
mendapatkan persetujuan teknis dan/atau
rekomendasi teknis dari instansi terkait, serta
memperhatikan daya dukung lingkungan
sekitar kawasan fungsi utamanya, dengan
mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 71
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf c
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan pertanian;
2. kegiatan lain yang bersifat mendukung
kegiatan perikanan;
3. pembangunan sarana dan prasarana
penunjang kawasan perikanan; dan
4. kegiatan pelabuhan perikanan yang diarahkan
pada pangkalan pendaratan ikan bidang
perikanan dan diprioritaskan untuk bongkar
muat hasil perikanan.
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi kegiatan wisata
alam serta, penelitian dan pendidikan.
0%-5% yang terdapat pada lapisan keras dan tidak
longsor;
b. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
fungsi kawasan permukiman harus memperhatikan
kebutuhan dan kepentingan kelompok masyarakat;
c. Pengaturan ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB dan
GSB yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. Dilarang pemanfaatan kawasan permukiman untuk
kegiatan lain yang menggangu fungsi kawasan; dan
e. Dilarang pengembangan kawasan permukiman yang
berdampak negatif terhadap keseimbangan ekologis
terutama pada kawasan rawan bencana.
(8) Kegiatan Pariwisata dapat dilakukan di
Kawasan Peruntukan Pariwisata Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota.
Pasal 87
Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan
budidaya lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
huruf h harus sesuai dengan fungsi dan peruntukannya
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 88
Indikasi arahan zonasi Pemanfaatan Ruang Laut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c meliputi
peraturan zonasi yang mendukung :
a. Dilarang melakukan kegiatan yang merusak
ekosistem dalam rangka menjaga kelestarian dan
keutuhan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan[
b. Rencana pemanfaatan ruang laut ditetapkan
melalui Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan
Masukan Biro Hukum Prov. :
Untuk kawasan
pertambangan dan energi
disesuaikan dengan Undang
– Undang Nomor 3
Tahun 2020.
penyusunan rencana tata
ruang wilayah provinsi,
Kabupaten dan Kota.
Kawasan
pertambangan dan
energi telah
disesuaikan dengan
Undang – Undang
Nomor 3 Tahun 2020.
143
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan lain yang mengganggu fungsi
kawasan perikanan; dan
2. penggunaan lahan dengan mengabaikan
kelestarian lingkungan.
d. kawasan perikanan yang berada di area bencana
harus dilengkapi oleh jalur evakuasi bencana dan
sistem peringatan dini.
Pasal 72
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan
dan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf d
meliputi:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan usaha pertambangan rakyat dengan
menjaga kelestarian lingkungan, sarana dan
prasarana umum yang berada di sekitar
kawasan peruntukan pertambangan serta
mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2. pembangunan fasilitas umum dan infrastruktur
umum untuk mendukung kawasan
pertambangan.
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. pengembangan sarana dan prasarana
pendukung fasilitas peruntukan tersebut sesuai
dengan petunjuk teknis dan peraturan
perundang-undangan;
2. pemanfaatan pembangunan budidaya lainnya
harus sesuai dengan peraturan teknis dan
sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan (Koefisien Dasar Bangunan,
Koefisien Lantai Bangunan, sempadan
Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K), Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K),
Rencana pengelolaan wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K), Rencana Aksi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAWP3K).
Masukan Biro Hukum Prov. :
Untuk kawasan peruntukan
perindustrian agar
disesuaikan dengan Undang
– Undang Nomor 3
Tahun 2014 tentang
Perindustrian.
144
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
bangunan, dan lain sebagainya); dan
3. kegiatan pengambilan pasir di badan air
sungai di luar kawasan pertambangan harus
memperhatikan keseimbangan daya dukung
dan daya tampung lingkungan, serta
mendapatkan rekomendasi teknis dari instansi
terkait sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 73
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan
industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf e
ditetapkan sebagai berikut:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan pertanian;
2. pembangunan infrastruktur industri antara lain
jaringan energi dan kelistrikan, jaringan
telekomunikasi, jaringan sumber daya air dan
jaminan pasokan air baku, sanitasi, dan
jaringan transportasi;
3. pembangunan infrastruktur penunjang industri
antara lain pendidikan dan pelatihan, penelitian
dan pengembangan, sarana kesehatan,
pemadam kebakaran, dan prasarana umum
lainnya.
b. disyaratkan memenuhi ketentuan perizinan usaha
industri;
c. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. bangunan permukiman dan perkantoran; dan
2. pembangunan tempat pembuangan dan
pengelolaan sampah.
d. tidak diperbolehkan penggunaan air tanah.
e. tidak diperbolehkan industri yang menghasilkan
145
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
polusi dan bersifat polutif.
f. kawasan peruntukan industri yang berada di area
bencana harus dilengkapi dengan jalur evakuasi
bencana dan sistem peringatan dini.
Pasal 74
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68
huruf f meliputi:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan pertanian;
2. kegiatan edukasi, pelestarian lingkungan, dan
penelitian; dan
3. bangunan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan wisata.
b. disyaratkan adanya pengelolaan limbah dan
sampah.
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan penggunaan air tanah;
2. pembangunan permukiman, kegiatan
pertambangan, dan kegiatan lain yang
menyebabkan pencemaran lingkungan serta
mengganggu fungsi kawasan; dan
3. pembangunan sarana dan prasarana yang
mengganggu fungsi kawasan pariwisata.
d. kawasan pariwisata yang berada di area bencana
harus dilengkapi dengan jalur evakuasi bencana
dan sistem peringatan dini.
Pasal 75
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68
146
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
huruf g ditetapkan sebagai berikut:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
permukiman perkotaan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
permukiman perdesaan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
permukiman perkotaan dengan ketentuan meliputi:
a. Diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan pertanian;
2. bangunan perumahan kepadatan tinggi dan
menengah yang didukung sarana dan
prasarana sebagai penunjang permukiman,
dengan ketentuan:
a). penyediaan ruang terbuka hijau (RTH)
sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku; dan
b). pengembangan lingkungan permukiman
dengan mempertimbangkan upaya
mitigasi bencana.
3. pembangunan sarana dan prasarana
pendukung fasilitas permukiman sesuai
dengan petunjuk teknis dan peraturan
perundang-undangan;
4. pembangunan prasarana wilayah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. pembangunan sarana dan prasarana
perkantoran;
6. kegiatan cut and fill dan/atau land clearing
untuk kegiatan pembangunan; dan
7. bangunan pendukung evakuasi bencana.
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan industri skala rumah tangga dan
fasilitas sosial ekonomi lainnya;
147
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
2. kegiatan industri makanan dan minuman yang
tidak menimbulkan polusi sesuai dengan
petunjuk teknis dan peraturan perundang-
undangan;
3. kegiatan pertambangan beserta sarana dan
prasarana penunjangnya, dengan
mendapatkan persetujuan teknis dan/atau
rekomendasi teknis dari instansi terkait, serta
memperhatikan daya dukung lingkungan dan
tidak mengubah fungsi utama kawasan,
dengan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
4. kegiatan pertanian dan sarana prasarana
pendukungnya; dan
5. kegiatan pariwisata serta perdagangan dan
jasa.
c. tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan yang mengganggu fungsi
permukiman dan kelangsungan kehidupan
sosial masyarakat;
2. kegiatan dan/atau pembangunan sarana dan
prasarana peternakan skala usaha;
3. pembangunan sarana dan prasarana industri
skala besar dan menengah;
4. pembangunan sarana dan prasarana yang
memiliki radiasi tinggi dan dapat mengganggu
kelangsungan hidup masyarakat; dan
5. pengembangan kegiatan sentra industri
menengah.
d. kawasan permukiman perkotaan yang berada di
area bencana harus dilengkapi oleh jalur evakuasi
bencana dan sistem peringatan dini.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
permukiman perdesaan dengan ketentuan meliputi:
Masukan Biro Hukum Prov. : Untuk kawasan pertahanan
dan keamanan agar ditinjau
Kawasan pertahanan dan
keamanan telah
disesuaikan dengan
Permen ATR 1 Tahun
148
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan pertanian;
2. bangunan perumahan dengan kepadatan
rendah dengan mempertimbangkan upaya
mitigasi bencana serta antisipasi jalur evakuasi
dan ruang evakuasi;
3. bangunan sarana dan prasarana penunjang
permukiman;
4. kegiatan pertanian dan sarana prasarana
pendukungnya;
5. kegiatan pariwisata serta perdagangan dan
jasa;
6. kegiatan cut and fill dan/atau land clearing
untuk kegiatan pembangunan; dan
7. bangunan pendukung evakuasi bencana.
b. diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan industri skala rumah tangga yang
ramah lingkungan dan tidak menimbulkan
polusi sesuai petunjuk teknis dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. kegiatan pertambangan beserta sarana dan
prasarana penunjangnya, dengan
mendapatkan persetujuan teknis dan/atau
rekomendasi teknis dari instansi terkait, serta
memperhatikan daya dukung lingkungan
sekitar kawasan fungsi utamanya, dengan
mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
3. pembangunan sarana dan prasarana
peternakan yang tidak mengganggu fungsi
permukiman dan kelangsungan hidup sosial
masyarakat.
c. Tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan yang dapat mengganggu atau
kembali dari kewenangan
Masukan Biro Hukum Prov. :
Pasal 78 huruf a angka 1 –
untuk kegiatan perikanan
disesuaikan dengan
2018 tentang pedoman
penyusunan rencana tata
ruang wilayah provinsi,
Kabupaten dan Kota.
kawasan perikanan telah
disesuaikan dengan
Permen ATR 1 Tahun
2018 tentang pedoman
penyusunan rencana tata
ruang wilayah provinsi,
149
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
menurunkan fungsi kawasan permukiman
perdesaan;
2. pembangunan sarana dan prasarana industri
skala besar dan menengah;
3. pembangunan sarana dan prasarana yang
memiliki radiasi tinggi dan dapat mengganggu
kelangsungan hidup masyarakat; dan
4. pengembangan sentra industri menengah.
d.kawasan permukiman perdesaan yang berada di
area bencana harus dilengkapi oleh jalur evakuasi
bencana dan sistem peringatan dini.
Pasal 76
Ketentuan umum peraturan zonasi rencana kawasan
pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 67 huruf h meliputi:
a. diperbolehkan untuk kegiatan pemanfaatan wilayah di
sekitar kawasan pertahanan dan keamanan yang
dapat mendukung fungsi kawasan;
b. tidak diperbolehkan untuk kegiatan pemanfaatan
wilayah di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan;
dan
c. kawasan pertahanan dan keamanan yang berada di
area bencana harus dilengkapi oleh jalur evakuasi
bencana dan sistem peringatan dini.
Pasal 77
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan transportasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf i meliputi:
a. diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas untuk
kegiatan perdagangan dan jasa dengan
memperhatikan ketersediaan lahan sesuai dengan
kewenangan berdasarkan UU
Nomor 23 Tahun 2014.
Pasal 78 huruf a angka 2 – agar
diberikan penjelasan terkait
Sarpras sistem jaringan
transportasi
Kabupaten dan Kota.
Terkait Sarana dan
prasarana sistem
jaringan transportasi di
kawasan sumbeer daya
air akan disesuaikna
dengan UU nomor 17
tahun 2019 tentang
sumber daya air.
150
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
kebutuhan pelayanan transportasi yang akan
dikembangkan serta aksesibilitas sarana pergantian
moda angkutan yang menghubungkan antarlokasi
kegiatan transportasi;
b. diperbolehkan penyediaan sarana dan prasarana
minimum meliputi tempat parkir kendaraan umum,
bangunan kantor terminal, toilet, sarana ibadah,
ruang pengobatan, ruang informasi dan pengaduan,
sarana telekomunikasi, ruang terbuka hijau, jaringan
utilitas yang dilengkapi sarana bagi disabilitas,
sarana air bersih, persampahan, limbah, dan
drainase; dan
c. tidak diperbolehkan untuk kegiatan dan/atau
pembangunan perumahan, industri, dan pertanian.
Pasal 78
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sumber daya
air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf j meliputi:
a. diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan perikanan dan pariwisata sesuai peraturan
perundang-undangan; dan
2. kegiatan dan/atau pembangunan sarana dan
prasarana sistem jaringan transportasi.
b. diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas
pembangunan prasarana wilayah dan utilitas lainnya
yang tidak menyebabkan terjadinya perkembangan
pemanfaatan ruang; dan
c. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan,
permukiman, atau kegiatan yang dapat mengganggu
kelestarian daya tampung serta fungsi sungai,
embung, dan bendungan.
151
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 79
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi
pejabat yang berwenang dalam pemberian izin
pemanfaatan ruang berdasarkan struktur ruang, pola
ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi, yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Ketentuan perizinan bertujuan untuk:
a. sebagai dasar dalam memberikan izin
pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang;
c. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang;
dan
d. melindungi kepentingan umum dan masyarakat
luas.
(3) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pemerintah
Kabupaten meliputi:
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT.;
d. izin mendirikan bangunan; dan
e. izin lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
(4) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan
menurut prosedur yang telah ditetapkan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Arahan Perizinan
Pasal 95
(1) Arahan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
67 ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi pejabat
yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan
ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang
yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat
yang berwenang sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan
menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
(4) Secara umum perizinan pemanfaatan ruang dapat diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemberian izin pemanfaatan ruang
diberikan oleh instansi pemerintah yang
berwenang sesuai dengan kewenangannya
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan-
undangan;
b. Perizinan diberikan terhadap kegiatan-
kegiatan yang sesuai dengan rencana pola ruang
dan mengacu pada arahan indikasi peraturan
zonasi; dan
c. Proses mekanisme perizinan untuk setiap kegiatan
pembangunan mengacu pada peraturan
perundang- undangan.
(5) Pemberian izin pemanfaatan ruang yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah meliputi:
a. Pemberian izin yang dianggap sangat penting dan
strategis bagi pencapaian tujuan penataan ruang
provinsi;
b. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang
diperkirakan memiliki dampak besar bagi skala
152
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
(5) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Provinsi;
c. Pemberian izin pemanfaatan ruang lintas Kabupaten/Kota;
dan d. Pemberian rekomendasi pemanfaatan ruang
yang memiliki dampak besar bagi skala nasional.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Paragraf 1
Umum
Pasal 80
Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 ayat (2) huruf c diselenggarakan untuk:
a. meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang
dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan
rencana tata ruang;
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar
sejalan dengan rencana tata ruang; dan
c. meningkatkan kemitraan semua pemangku
kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang yang
Bagian Keempat
Perangkat Insentif dan Disinsentif
Pasal 96
(1) Perangkat insentif dan disinsentif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) huruf c merupakan
acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian
insentif dan pengenaan disinsentif.
(2) Pemberian insentif bertujuan untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah provinsi, berupa penetapan
kebijakan di bidang ekonomi, fisik, dan pelayanan umum.
(3) Pengenaan disinsentif bertujuan untuk mencegah,
153
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
sejalan dengan rencana tata ruang.
Paragraf 2
Ketentuan Insentif
Pasal 81
(1) Insentif dapat diberikan untuk kegiatan pemanfaatan
ruang pada kawasan yang didorong
pengembangannya.
(2) Insentif diberikan dengan tetap menghormati hak
orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. pemberian keringanan pajak;
b. pemberian kompensasi;
c. pengurangan retribusi;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana;
h. kemudahan perizinan;
i. pemberian penghargaan; dan
j. publikasi atau promosi.
(4) Pengaturan mekanisme pemberian insentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berpedoman
kepada Peraturan Perundang-undangan.
Paragraf 3
Ketentuan Disinsentif
membatasi dan/ atau mengurangi pertumbuhan kegiatan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
provinsi, berupa penolakan pemberian izin pembangunan
dan/atau pembatasan pengadaan sarana dan prasarana.
(4) Arahan insentif dan disinsentif terdiri dari:
f. Arahan umum insentif-disinsentif; dan
g. Arahan khusus insentif-disinsentif.
(5) Pengaturan teknis mengenai pemberian insentif-
disinsentif akan diatur dalam Peraturan Kepala
Daerah.
Pasal 97
(1) Arahan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96
ayat (4) huruf a merupakan arahan pemberlakuan
insentif dan disinsentif untuk berbagai pemanfaatan
ruang secara umum.
(2) Arahan umum pemberian insentif terhadap
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan
penataan ruang dan peraturan zonasi adalah
sebagai berikut:
a. Kegiatan yang menimbulkan dampak positif diberikan
kemudahan dalam perizinan, penyelenggaraan sewa
ruang, perpanjangan perizinan, dan keringanan
pajak; dan
b. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
kawasan oleh pemerintah untuk memperingan biaya
investasi.
(3) Arahan pemberian disinsentif terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
ketentuan penataan ruang dan peraturan zonasi
adalah sebagai berikut:
a. Tidak menyediakan sarana dan prasarana
pendukung pengembangan kawasan;
154
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pasal 82
(1) Disinsentif dapat diberikan untuk kegiatan
pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi
pengembangannya.
(2) Disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak
orang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. kewajiban memberi kompensasi;
b. kewajiban memberi imbalan;
c. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana;
dan/atau
d. persyaratan khusus dalam perizinan.
(4) Pengaturan mekanisme pemberian disinsentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berpedoman
kepada Peraturan Perundang-undangan.
b. Tidak menerbitkan izin, perpanjangan izin
dan/atau mencabut izin terhadap kegiatan
pemanfaatan ruang yang dapat menimbulkan
masalah lingkungan maupun sosial;
c. Tidak menerbitkan izin pemanfaatan ruang budidaya
yang akan dilakukan di dalam kawasan lindung dan
pencabutan izin yang sudah diberikan karena adanya
perubahan pemanfaatan ruang budidaya menjadi
lindung; dan
d. Melakukan penuntutan terhadap pelaku pelanggaran
tata ruang.
Pasal 98
(1) Arahan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal
96 ayat (4) huruf b merupakan arahan pemberlakuan
insentif dan disinsentif untuk kegiatan-kegiatan yang
mendukung tercapainya tujuan penataan ruang
terutama dalam mewujudkan Kawasan Strategis
Provinsi, yang meliputi:
a. Arahan insentif-disinsentif Kawasan Strategis
Provinsi di Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan
Riau Istana Kota Piring, Kota Tanjungpinang;
b. Arahan insentif-disinsentif Kawasan Strategis
Provinsi di Kabupaten Lingga
c. Arahan insentif–disinsentif Kawasan Strategis
Provinsi di Kabupaten Kepulauan Anambas; dan
d. Arahan Insentif Kawasan Strategis Provinsi di
Kabupaten Natuna.
(2) Arahan insentif Kawasan Strategis Provinsi di Pusat
Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau Istana
Kota Piring, Kota Tanjungpinang yakni:
a. Kemudahan perizinan dan keringanan pajak dalam
pembangunan pengembangan kawasan pusat
155
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pemerintahan, pusat pelayanan, Pusat Pertumbuhan
baru dan kepariwisataan di Provinsi Kepulauan Riau;
b. Kemudahan pengurusan perijinan melalui Tim
Koordinasi Pembangunan dan Pengelolaan
Kawasan atau sebutan lainnya yang sesuai dengan
Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR)/Masterplan
Pulau Dompak; dan
c. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
kawasan.
(3) Arahan disinsentif Kawasan Strategis Provinsi
Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau Istana
Kota Piring yaitu:
a. Tidak menerbitkan izin, perpanjangan izin dan/atau
mencabut izin terhadap kegiatan yang tidak sesuai
dengan Rencana Rinci Tata Ruang
(RRTR)/Masterplan Pulau Dompak dan kegiatan
yang dapat menimbulkan masalah lingkungan
maupun sosial;
b. Melakukan penataan bagi bangunan yang tidak
sesuai dengan Rencana Rinci Tata Ruang
(RRTR)/Masterplan Pulau Dompak;
c. Tidak menerbitkan izin pemanfaatan ruang budidaya
yang akan dilakukan di dalam kawasan lindung dan
pencabutan izin yang sudah diberikan karena adanya
perubahan pemanfaatan ruang budidaya menjadi
lindung; dan
d. Melakukan penuntutan terhadap pelaku pelanggaran
tata ruang.
(4) Arahan insentif Kawasan Strategis Provinsi di
Kabupaten Lingga yakni:
a. Kemudahan perizinan dan keringanan pajak dalam
pembangunan pengembangan kawasan pertanian
dan perikanan;
b. Prioritas bantuan oleh pemerintah provinsi untuk
156
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
usaha kecil, menengah dan besar yang
mendorong perindustrian pertanian dan perikanan;
dan
c. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
kawasan pertanian dan perikanan.
(5) Arahan disinsentif Kawasan Strategis Provinsi di
Kabupaten Lingga yakni:
a. Tidak menerbitkan izin, perpanjangan izin
dan/atau mencabut izin terhadap kegiatan yang tidak
sesuai dengan Masterplan Kawasan Pertanian dan
Perikanan serta kegiatan yang dapat menimbulkan
masalah lingkungan maupun sosial;
b. Tidak menerbitkan izin pemanfaatan ruang budidaya
yang akan dilakukan di dalam kawasan lindung dan
pencabutan izin yang sudah diberikan karena adanya
perubahan pemanfaatan ruang budidaya menjadi
lindung; dan
c. Melakukan penuntutan terhadap pelaku pelanggaran
tata ruang.
(6) Arahan insentif Kawasan Strategis Provinsi di
Kabupaten Kepulauan Anambas yakni:
a. Kemudahan perizinan dan keringanan pajak dalam
pembangunan pengembangan kawasan perikanan
tangkap, budidaya perikanan, industri pengolahan
hasil perikanan dan pariwisata bahari;
b. Pemberian stimulus dan bantuan bagi kegiatan
perikanan tangkap, budidaya perikanan, industri
pengolahan hasil perikanan dan pariwisata bahari;
dan
c. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan perikanan tangkap, budidaya perikanan,
industri pengolahan hasil perikanan dan pariwisata
bahari.
(7) Arahan disinsentif Kawasan Strategis Provinsi
157
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
di Kabupaten Kepulauan Anambas yakni:
a. Tidak menerbitkan izin, perpanjangan izin
dan/atau mencabut izin terhadap kegiatan yang tidak
sesuai dengan Masterplan Kawasan Perikanan
Tangkap, Budidaya Perikanan, Industri Pengolahan
Hasil Perikanan dan Pariwisata Bahari serta
kegiatan yang dapat menimbulkan masalah
lingkungan maupun sosial;
b. Tidak menerbitkan izin pemanfaatan ruang budidaya
yang akan dilakukan di dalam kawasan lindung dan
pencabutan izin yang sudah diberikan karena adanya
perubahan pemanfaatan ruang budidaya menjadi
lindung; dan
c. Melakukan penuntutan terhadap pelaku pelanggaran
tata ruang.
(8) Arahan Insentif Kawasan Strategis Provinsi di
Kabupaten Natuna yakni:
a. Kemudahan perizinan dan keringanan pajak dalam
pembangunan pengembangan kawasan sebagai
simpul transportasi laut internasional, kawasan
pelabuhan internasional, kawasan perikanan tangkap
dan kawasan perindustrian terpadu;
b. Pemberian stimulus dan bantuan bagi
kegiatan simpul transportasi laut internasional,
kawasan pelabuhan internasional, kawasan
perikanan tangkap dan kawasan perindustrian
terpadu; dan
c. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan simpul transportasi laut internasional,
kawasan pelabuhan internasional, kawasan
perikanan tangkap dan kawasan perindustrian
terpadu.
(9) Arahan disinsentif Kawasan Strategis Provinsi di
Kabupaten Natuna yakni:
158
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
a. Tidak menerbitkan izin, perpanjangan izin
dan/atau mencabut izin terhadap kegiatan yang tidak
sesuai dengan Rencana Rinci Tata Ruang
(RRTR)/Masterplan Kawasan simpul transportasi laut
internasional, kawasan pelabuhan internasional,
kawasan perikanan tangkap dan kawasan
perindustrian terpadu;
b. Tidak menerbitkan izin pemanfaatan ruang budidaya
yang akan dilakukan di dalam kawasan lindung dan
pencabutan izin yang sudah diberikan karena adanya
perubahan pemanfaatan ruang budidaya menjadi
lindung; dan
c. Melakukan penuntutan terhadap pelaku pelanggaran
tata ruang.
Bagian Kelima
Sanksi
Paragraf 1
Umum
Pasal 83
(1) Arahan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2)
huruf d merupakan pengenaan sanksi dengan tujuan
untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya
peraturan perundang-undangan bidang penataan
ruang.
(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa sanksi administratif dan sanksi
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 99
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
ayat (2) huruf d merupakan acuan pengenaan sanksi
terhadap:
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah;
b. Pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan rencana tata
159
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pidana.
(3) Pengenaan sanksi dilaksanakan oleh instansi yang
berwenang.
Pasal 84
(1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang
penataan ruang dikenakan sanksi administratif.
(2) Pelanggaran penataan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang;
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat
berwenang;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang; dan/atau
d. menghalangi akses terhadap kawasan yang
dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan
sebagai milik umum.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
ruang wilayah provinsi (rtrwp);
d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
rtrwp;
e. Pelanggaran ketentuan yang berada dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan rtrwp;
f. pemanfataan ruang yang menghalangi akses
terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh
dengan prosedur yang tidak benar.
(2) Pelanggaran terhadap rencana tata ruang
wilayah provinsi yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini dikenakan sanksi:
a. Sanksi administratif; dan
b. Sanksi pidana.
Masukan Biro Hukum Prov. : Penyempurnaan pasal 84 ayat 4:
Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur
dengan Peraturan Bupati
- Masukan diterima
160
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
(3) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat
Pasal 85
Bentuk dan tata cara peran masyarakat meliputi:
a. hak masyarakat;
b. kewajiban masyarakat;
c. peran masyarakat; dan
d. tata cara peran masyarakat.
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kedua
Hak Masyarakat
Pasal 86
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
a. mendapatkan sosialisasi dan mengetahui secara
terbuka RTRW Kabupaten, rencana tata ruang
kawasan dan rencana rinci tata ruang kawasan;
b. memanfaatkan ruang darat dan udara berdasarkan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan,
agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian
yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 100
Dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, masyarakat
berhak:
a. Mengetahui secara terbuka Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kepulauan Riau dan mendapatkan
penjelasan teknis terkait dengan penataan ruang;
b. Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan
nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang;
c. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi
161
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang
kabupaten;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang di wilayahnya;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang kepada pejabat berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada
pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dan menimbulkan kerugian.
kerugian yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana
tata ruang;
d. Mengajukan keberatan kepada pejabat
berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang di wilayahnya; dan
e. Mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pemerintah
dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan
tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Pasal 101
(1) Untuk mengetahui Rencana Tata Ruang Wilayah,
selain dari Lembaran Daerah Provinsi, masyarakat
mengetahui rencana tata ruang yang telah ada melalui
pengumuman atau penyebarluasan oleh Pemerintah
Provinsi pada tempat-tempat yang memungkinkan
masyarakat mengetahui dengan mudah.
(2) Pengumuman atau penyebarluasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diketahui masyarakat dari
pemasangan peta Rencana Tata Ruang Wilayah
yang bersangkutan pada tempat-tempat umum dan
kantor-kantor yang secara fungsional menangani
rencana tata ruang tersebut.
Pasal 102
(1) Dalam menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan
nilai ruang sebagai akibat penataan ruang,
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta
sumber daya alam yang terkandung di dalamnya,
162
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
menikmati manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan
dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau
pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan ataupun atas hukum dan adat
kebiasaan yang berlaku atas ruang pada masyarakat
setempat.
Pasal 103
(1) Hak memperoleh penggantian yang layak atas
kerugian terhadap perubahan status semula yang
dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau
diselenggarakan dengan cara musyawarah antara pihak
yang berkepentingan.
(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), maka penyelesaiannya dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Kewajiban Masyarakat
Pasal 87
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 104
Dalam melaksanakan peran masyarakat pada
pemanfaatan ruang, masyarakat wajib:
a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ada;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang berada dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang;
163
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
ketentuan Peraturan Perundang-undangan dinyatakan
sebagai milik umum.
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan
sebagai milik umum; dan
e. Melaksanakan sanksi yang telah ada.
Pasal 105
(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam
penataan ruang dilaksanakan dengan mematuhi dan
menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-
aturan penataan ruang yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang
dipraktekkan masyarakat secara turun temurun
dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-
faktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan,
lokasi dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat
menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras,
dan seimbang.
Bagian Keempat
Peran Masyarakat
Pasal 88
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang
dilaksanakan dalam bentuk sebagai berikut:
a. perencanaan tata ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 106
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan
pada tahap:
a. Perencanaan tata ruang;
b. Pemanfaatan ruang; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam
164
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pada ayat (1) huruf a pada tahap perencanaan tata
ruang dapat berupa:
a. masukan mengenai persiapan penyusunan rencana
tata ruang, penentuan arah pengembangan wilayah
atau kawasan, pengidentifikasian potensi dan
masalah pembangunan wilayah atau kawasan,
perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
penetapan rencana tata ruang; dan
b. kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam
perencanaan tata ruang.
(3) Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b pada tahap pemanfaatan ruang
dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam
pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan
kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian
dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang
udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan
keamanan serta memelihara dan meningkatkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber
daya alam; dan
f. Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud
penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan;
(3) Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat,
pemerintah provinsi membangun sistem informasi
dan komunikasi penyelenggaraan penataan ruang
yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
165
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pada ayat (1) huruf c pada tahap pengendalian
pemanfaatan ruang dapat berupa:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif, dan disinsentif serta
pengenaan sanksi.
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi
pelaksanaan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang
berwenang dalam hal menemukan dugaan
penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata
ruang yang telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat
yang berwenang terhadap pembangunan yang
dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 89
(1) Dalam rangka mengoordinasikan penataan ruang dan
kerja sama antarsektor/daerah di bidang penataan
ruang dibentuk Tim Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (TKPRD. Kabupaten.
(2) Untuk membantu pelaksanaan tugas TKPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
Sekretariat dan Kelompok Kerja yang terbagi atas
Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dan
Kelompok Kerja Pemanfaatan dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang.
(3) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja TKPRD
BAB X
KELEMBAGAAN PENATAAN RUANG DAERAH
Pasal 107
(1) Kelembagaan Penataan Ruang Daerah Provinsi
Kepulauan Riau bertujuan untuk membantu
pelaksanaan koordinasi penataan ruang dan kerjasama
antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang di
Provinsi Kepulauan Riau.
(2) Pembentukan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi
Kepulauan Riau ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur.
166
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
BAB X
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 90
(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang diupayakan
berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan,
para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian
sengketa melalui pengadilan atau di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB XI
PENYIDIKAN
Pasal 91
(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik
Indonesia, pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan
instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang penataan ruang diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk membantu pejabat
penyidik kepolisian negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
BAB XIII
PENYIDIKAN
Pasal 110
(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia, pegawai negeri sipil tertentu di
lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang penataan ruang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu
pejabat penyidik kepolisian negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
167
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau
keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana
dalam bidang penataan ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga
melakukan tindak pidana dalam bidang penataan
ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana dalam
bidang penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang
berkenan dengan tindak pidana dalam bidang
penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang
diduga terdapat bahan bukti dari dokumen lain serta
melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan
dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan
bukti dalam perkara tindak pidana dalam bidang
penataan ruang; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dalam
bidang penataan ruang.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan
kepada Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) memerlukan tindakan
penangkapan dan penahanan, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil melakukan koordinasi dengan Pejabat
Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
(5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada
dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan
atau keterangan yang berkenaan dengan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang;
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga
melakukan tindak pidana dalam bidang penataan
ruang;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana dalam
bidang penataan ruang;
d. Melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen
yang berkenaan dengan tindakpidana dalam bidang
penataan ruang;
e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang
diduga terdapat bahan bukti dan dokumen lain serta
melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap
bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat
dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dalam
bidang penataan ruang; dan
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dalam
bidang penataan ruang.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan kepada pejabat
penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) memerlukan tindakan
penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai
negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabat
penyidik kepolisia negara Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
168
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
penuntut umum melalui Pejabat Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
dan tata cara proses penyidikan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil
penyidikan kepada penuntut umum melalui pejabat
penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.
Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata
cara serta proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XI
JANGKA WAKTU RTRW PROVINSI
Pasal 108
(1) RTRW Provinsi Kepulauan Riau berlaku untuk jangka
waktu 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 5
(lima) tahun sekali.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang
berkaitan dengan bencana alam skala besar
dan/atau perubahan batas teritorial wilayah Provinsi
yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, RTRW Provinsi Kepulauan Riau dapat
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan apabila terjadi perubahan
kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang provinsi dan/atau dinamika
internal provinsi.
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF
169
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Pasal 109
(1) Setiap orang dan/atau badan hukum yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (1) huruf e dan g, Pasal 70 ayat (4) huruf
c dan g, Pasal 74 huruf b, Pasal 75 ayat (2) huruf d dan
e, Pasal 75 ayat (3) huruf c dan d, Pasal 75 ayat (4)
huruf b, Pasal 75 ayat (5) huruf a, Pasal 76 ayat (2)
huruf a dan b, Pasal 76 ayat (4), Pasal 77, Pasal 80
huruf a, Pasal 83 huruf d, e, dan g, Pasal 85 huruf d dan
e dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
Pasal 99 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Pencabutan izin;
e. Pembatalan izin dan pembongkaran;
f. Penutupan lokasi;
g. Pemulihan fungsi ruang; dan h. denda administrasi.
(3) Tata cara sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada Pasal 99 ayat (2) berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 92
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 111
Masukan Biro Hukum Prov. :
Penyempurnaan pasal menjadi
170
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dikenakan
sanksi pidana sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang penataan ruang.
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 huruf c dan d, Pasal 75 ayat (5)
huruf a, Pasal 76 ayat (2) huruf c, Pasal 78 huruf b, Pasal 80
huruf b, Pasal 83 huruf e, Pasal 85 huruf d, Pasal 86 huruf d,
Pasal 86 huruf e, Pasal 87 huruf a dan e, Pasal 88 huruf a
diancam pidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang penataan ruang.
’Setiap orang yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan
– ketentuan dalam Peraturan
Daerah ini dikenaksan sanki
pidanan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang – undangan
di bidang penataan ruang.
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 93
(4) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten adalah 20 (dua puluh. tahun yaitu
tahun 2020 sampai dengan 2040 dan dapat
ditinjau kembali 1 (satu. kali dalam 5 (lima. tahun.
(5) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang
berkaitan dengan bencana alam skala besar
dan/atau perubahan batas teritorial wilayah yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan, Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten dapat ditinjau kembali lebih dari 1
(satu. kali dalam 5 (lima. tahun.
(6) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) juga dilakukan apabila terjadi perubahan
kebijakan nasional dan strategi yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang Kabupaten
dan/atau dinamika internal Kabupaten.
(7) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh
Menteri Kehutanan terhadap bagian wilayah
Kabupaten yang kawasan hutan tersebut belum
disepakati pada saat Peraturan Daerah ini
diundangkan, rencana dan album peta disesuaikan
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 112
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. Pelaksanaan Peraturan Daerah yang berkaitan
dengan Penataan Ruang Daerah yang telah ada
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Daerah ini;
b. Izin pemanfaatan ruang pada masing-masing wilayah
yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai
dengan masa berlakunya;
c. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi
tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
berlaku ketentuan:
1. Untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya,
izin tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan
dalam rencana tata ruang yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah
ini;
2. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
pemanfaatan ruang dilakukan dengan masa transisi
selama 3 (tiga) tahun dan dilakukan penyesuaian
dengan menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan
171
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan
hasil penetapan Menteri Kehutanan.
(8) Pengintegrasian peruntukan kawasan hutan
berdasarkan penetapan Menteri Kehutanan ke
dalam RTRW Kabupaten Natuna diatur dengan
Peraturan Bupati.
(9) Dalam hal terjadi perubahan wilayah administrasi
akibat pemekaran Kecamatan dan Kelurahan
dalam masa berlangkunya RTRW Kabupaten
Natuna, rencana struktur dan rencana pola ruang
tetap mengikuti pembagian wilayah administrasi
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3).
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 94
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah, maka semua
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan
penataan ruang daerah yang telah dinyatakan berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum
diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan
telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi
tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
fungsi kawasan dalam rencana tata ruang dan
peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah; dan
3. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya
dan tidak memungkinkan untuk menerapkan
rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan
dalam rencana tata ruang dan peraturan zonasi yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan
peraturan daerah ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian
yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut
dapat diberikan penggantian yang layak.
d. Penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada
angka 3 di atas, dengan memperhatikan indikator
sebagai berikut:
1. Memperhatikan harga pasaran setempat;
2. Sesuai dengan NJOP; atau
3. Sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
e. Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan
tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan dalam rencana tata
ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan pemerintah
daerah berdasarkan Peraturan Daerah ini;
f. Pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan
tanpa izin ditentukan sebagai berikut:
1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan
Daerah ini, pemenfaatan ruang yang bersangkutan
ditertibkan dan disesuaikan dengan fungsi kawasan
dalam rencana tata ruang dan peraturan zonasi yang
ditetapkan pemerintah daerah berdasarkan
Peraturan Daerah ini;
2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
g. Masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan
172
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunan, izin
tersebut diselesaikan dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
dilakukan penyesuaian dengan masa transisi
berdasarkan ketentuan perundang-undangan;
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan
tidak mungkin untuk dilakukan penyesuaian dengan
fungsi kawasan bersarkan Peraturan Daerah ini, izin
yang telah ditertibkan dapat dibatalkan dan terhadap
kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin
tersebut dapat diberikan penggantian yang layak;
4. penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada
angka 3, dengan memperhatikan indikator sebagai
berikut:
a. memperhatikan harga pasaran setempat;
b. sesuai dengan NJOP; dan
c. sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
c. pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan
tanpa izin dan bertentangan dengan daerah ketentuan
Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan disesuaikan
dengan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini, agar dipercepat untuk
mendapatkan izin yang diperlukan.
hak adat dan/atau hak-hak atas tanah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, yang karena
rencana tata ruang Provinsi Kepulauan Riau ini
pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka
penyelesaiannya diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
h. Semua rencana terkait pemanfaatan ruang tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan RTRW Provinsi.
Pasal 113
(1) Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017-2037
dilengkapi dengan Rencana dan Album Peta yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini
maka pengaturan untuk kawasan hutan tetap
berpedoman pada peraturan dan/atau keputusan
yang diterbitkan oleh Menteri yang menangani
urusan pemerintahan bidang Kehutanan.
(3) Dalam hal terbitnya peraturan dan/atau
keputusan perubahan kawasan hutan oleh Menteri
yang menangani urusan pemerintahan bidang
Kehutanan terhadap lokasi zona tunda (Holding
zone), maka dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan pengintegrasian
perubahan kawasan hutan tersebut dalam lampiran
Peraturan Daerah ini dilakukan dengan Peraturan
Gubernur.
173
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 95
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan
DaerahKabupaten Natuna Nomor 10 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Natuna Tahun
2011-2031dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 96
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Natuna.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 114
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Masukan Biro Hukum Prov. Penyempurnaan pasal 96: ’Agar setiap orang dapat mengetahuinya...”
Ditetapkan di Ranai
Pada tanggal, _____________ 2020
BUPATI NATUNA
ABDUL HAMID RIZAL
Ditetapkan di Tanjungpinang
Pada tanggal 6 Desember 2016
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU
Nurdin Basirun
174
DRAFT RAPERDA REVISI
PERDA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NATUNA TAHUN
2011 - 2031
PERDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NOMOR 1 TAHUN 2017
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017-2037
MASUKAN PENJELASAN
Diundangkan di Ranai
Pada tanggal, _____________ 2020
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN NATUNA
WAN SISWANDI
Diundangkan di Tanjungpinang
Pada tanggal 17 Januari 2017 2019
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
T.S. Arif Fadillah
No Pola Ruang Natuna Pola Ruang Provinsi Lokasi Luas (Ha) Keterangan Penjelasan
1 Kawasan Hutan Produksi Terbatas Tubuh Air Bunguran Selatan 11,70 Klarifikasi Penyesuaian garis Pantai
2 Kawasan Hutan Produksi Terbatas Tubuh Air Bunguran Barat 8,73 Klarifikasi Akan dilakukan penyesuaian terhadap SK76 tahun 2015 .
3 Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi Kawasan Lindung Bunguran Utara 7,20 Klarifikasi Mengikuti perubahan kawasan hutan sesuai SK 76 tahun 2015
4 Kawasan Industri Pertanian Bunguran Selatan 24,48 Klarifikasi
5 Kawasan Industri Pertanian Bunguran Selatan 39,57 Klarifikasi
6 Kawasan Pariwisata Pertanian Serasan Timur 41,29 Klarifikasi
1. Sudah tidak relevan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian dikarenakan
kondisi eksisting tidak sesuai terhadap potensi yang ada.
2. ditetapkan sebagai kawasan pariwisata untuk mendukung potensi wisata alam
Pantai Sisi dan Pantai Tebung berdasarkan dokumen RIPARKAB.
7 Kawasan Pariwisata Pertanian Serasan 112,24 Klarifikasi
8 Kawasan Pariwisata Pertanian Serasan 50,70 Klarifikasi
9 Kawasan Pariwisata Pertanian Subi 208,64 Klarifikasi
1. Sudah tidak relevan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian dikarenakan
kondisi eksisting tidak sesuai terhadap potensi yang ada.
2. ditetapkan sebagai kawasan pariwisata untuk mendukung potensi wisata alam di
Pulau Subi Besar berdasarkan dokumen RIPARKAB.
10 Kawasan Pariwisata Permukiman Bunguran Selatan 117,64 Klarifikasi
1. Sudah tidak relevan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian dikarenakan
kondisi eksisting tidak sesuai terhadap potensi yang ada.
2. ditetapkan sebagai kawasan pariwisata untuk mendukung Geopark Natuna potensi
wisata alam Pantai berdasarkan dokumen RIPARKAB.
3. Sudah terdapat aktivitas pariwisata dilokasi tersebut ( Tower Panglima, Pantai,
Camping Ground)
11 Kawasan Pariwisata Permukiman Bunguran Selatan 118,94 Klarifikasi
1. Sudah tidak relevan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian dikarenakan
kondisi eksisting tidak sesuai terhadap potensi yang ada.
2. ditetapkan sebagai kawasan pariwisata untuk mendukung potensi wisata alam
Pantai berdasarkan dokumen RIPARKAB.
12 Kawasan Pariwisata Pertanian Bunguran Selatan 35,07 Klarifikasi
1. Sudah tidak relevan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian dikarenakan
kondisi eksisting tidak sesuai terhadap potensi yang ada.
2. ditetapkan sebagai kawasan pariwisata untuk mendukung potensi wisata alam
Pantai berdasarkan dokumen RIPARKAB.
3. Penetapan kawasan pariwisata untuk mendukung Geopark Natuna.
13 Kawasan Pariwisata Permukiman Bunguran Selatan 18,87 Klarifikasi
1. Sudah tidak relevan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian dikarenakan
kondisi eksisting tidak sesuai terhadap potensi yang ada.
2. ditetapkan sebagai kawasan pariwisata untuk mendukung potensi wisata alam
Pantai berdasarkan dokumen RIPARKAB.
14 Kawasan Pariwisata Pertanian Bunguran Timur Laut 112,78 Klarifikasi
Tabel Perubahan Pola Ruang Natuna yang Perlu Diklarifikasi (dibutuhkan justifikasi)
1. Kebutuhan pengembangan kawasan industri yang memiliki akses langsung ke laut
agar proses bongkar lebih efektif.
1. Adanya penetapan kawasan pariwisata jermalik sebegai promosi pariwisata
didalam PERPRES 43 Tahun 2020
1. Sudah tidak relevan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian dikarenakan
kondisi eksisting tidak sesuai terhadap potensi yang ada.
15 Kawasan Pariwisata Pertanian Bunguran Timur Laut 24,89 Klarifikasi
16 Kawasan Pariwisata Permukiman Bunguran Selatan 107,29 Klarifikasi
1. Sudah tidak relevan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian dikarenakan
kondisi eksisting tidak sesuai terhadap potensi yang ada.
2. ditetapkan sebagai kawasan pariwisata untuk mendukung Geopark dan potensi
wisata alam Teluk Depih berdasarkan dokumen RIPARKAB.
17 Kawasan Perikanan Budi Daya Permukiman Bunguran Timur 28,07 Klarifikasi
Sudah Tidak relevan untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman dikarenakan
kondisi eksisting sudah dikembangkan menjadi kawasan perikanan budidaya (Tambak
Udang)
18 Kawasan Perikanan Tangkap Permukiman Bunguran Selatan 123,84 Klarifikasi
adanya masterplan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yang akan
mengembangkan kawasan perikanan di Teluk Depih untuk mendukung SKPT Selat
Lampa.
19 Kawasan Perikanan Tangkap Permukiman Bunguran Utara 7,58 Klarifikasi
1. Kebutuhan pengembangan kawasan perikanan tangkap yang memiliki akses
langsung ke laut agar terintegrasi dengan kegiatan tangkap ikan di laut lebih efektif.
2. Dokumen perencanaan Dinas Perikanan Kabupaten dalam upaya pengembangan
sektor perikanan tangkap di sisi utara pulau bunguran
20 Kawasan Perkebunan Permukiman Midai 32,98 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
21 Kawasan Perkebunan Pariwisata Midai 78,23 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
22 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Laut 37,90 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
23 Kawasan Perkebunan Permukiman Serasan 39,67 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
24 Kawasan Perkebunan Permukiman Serasan Timur 12,25 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
25 Kawasan Perkebunan Permukiman Serasan Timur 19,31 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
26 Kawasan Perkebunan Permukiman Serasan 22,63 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
27 Kawasan Perkebunan Permukiman Serasan 47,25 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
28 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Serasan 12,92 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
29 Kawasan Perkebunan Permukiman Subi 13,45 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
kondisi eksisting tidak sesuai terhadap potensi yang ada.
2. ditetapkan sebagai kawasan pariwisata untuk mendukung potensi wisata alam
Bukit Kapur berdasarkan dokumen RIPARKAB dan mendukung Geopark Natuna.
3. Sudah terdapat aktivitas pariwisata dilokasi tersebut ( Wisata Alam)
30 Kawasan Perkebunan Permukiman Subi 46,97 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
31 Kawasan Perkebunan Permukiman Midai 29,88 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
32 Kawasan Perkebunan Pariwisata Midai 29,96 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
33 Kawasan Perkebunan Pariwisata Suak Midai 16,41 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
34 Kawasan Perkebunan Permukiman Subi 59,73 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
35 Kawasan Perkebunan Permukiman Subi 8,39 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
36 Kawasan Perkebunan Permukiman Subi 45,98 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
37 Kawasan Perkebunan Permukiman Suak Midai 12,80 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
38 Kawasan Perkebunan Permukiman Subi 26,63 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
39 Kawasan Perkebunan Permukiman Subi 58,29 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
40 Kawasan Perkebunan Permukiman Subi 19,06 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
41 Kawasan Perkebunan Permukiman Subi 17,69 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
42 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Tiga 24,46 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi Yang tidak sesuai lokasi permukiman
43 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Tiga 16,16 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi Yang tidak sesuai lokasi permukiman
44 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Tiga 85,88 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi Yang tidak sesuai lokasi permukiman
45 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Pulau Tiga 7,91 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
46 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Tiga 44,11 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi Yang tidak sesuai lokasi permukiman
47 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Tiga Barat 12,70 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi Yang tidak sesuai lokasi permukiman
48 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Tiga Barat 21,44 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi Yang tidak sesuai lokasi permukiman
49 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Tiga Barat 19,46 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi Yang tidak sesuai lokasi permukiman
50 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Tiga Barat 7,72 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi Yang tidak sesuai lokasi permukiman
51 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Tiga Barat 89,85 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi Yang tidak sesuai lokasi permukiman
52 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 33,45 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi Yang tidak sesuai lokasi permukiman
53 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Barat 60,42 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
54 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 74,89 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
55 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Selatan 45,33 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
56 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 39,34 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
57 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Barat 38,79 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
58 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 134,29 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
59 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Batubi 31,18 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
60 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Barat 7,24 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
61 Kawasan Perkebunan Pariwisata Bunguran Barat 37,80 KlarifikasiPerubahan luasan Kawasan Pariwisata mengikuti topografi dan potensi
pengembangan sesuia dengan dokumen perencanaan pariwisata (RIPARKAB)
62 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 15,17 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
63 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 57,56 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
64 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 59,32 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
65 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Selatan 156,13 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
66 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Batubi 61,12 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
67 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Batubi 30,93 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
68 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Batubi 18,70 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
69 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Batubi 64,59 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data jenis tanah yang mendukung untuk perkebunan
70 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Batubi 344,07 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
71 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Barat 7,09 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
72 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 76,05 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
73 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Barat 53,89 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
74 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 690,25 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
75 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 175,13 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
76 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Barat 114,40 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
77 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Batubi 213,10 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
78 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Batubi 8,53 Klarifikasi1. Perubahan SK 76 Tahun 2015.
2. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
79 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Barat 35,41 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
80 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur 20,75 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
81 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur Laut 36,06 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Terdapat Tempat Pembuangan Akhir
3. Arah kecenderungan sebaran permukiman
82 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur 54,52 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
83 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Batubi 24,06 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
84 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Utara 16,50 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi yang tidak layak untuk permukiman
85 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Utara 22,68 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
86 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Utara 383,97 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
87 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Utara 188,53 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
88 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur Laut 16,39 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
89 Kawasan Perkebunan Pariwisata Bunguran Timur Laut 10,22 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
90 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Tengah 68,85 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
91 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur 38,03 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
92 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur Laut 45,47 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
93 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Timur Laut 133,45 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Resapan Air
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
94 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur Laut 37,18 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
95 Kawasan Perkebunan Pariwisata Bunguran Timur Laut 20,39 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
96 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur Laut 134,06 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
97 Kawasan Perkebunan Pariwisata Bunguran Timur Laut 48,38 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
98 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur Laut 180,12 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi yang tidak layak untuk permukiman
99 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur Laut 278,28 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
100 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur Laut 272,79 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
101 Kawasan Perkebunan Pariwisata Bunguran Timur Laut 29,57 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
102 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur Laut 103,28 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
103 Kawasan Perkebunan Pariwisata Bunguran Timur Laut 111,93 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
104 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Utara 1.360,39 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Rawa
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
105 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Utara 915,18 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
106 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Utara 21,96 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
107 Kawasan Perkebunan Pariwisata Bunguran Timur Laut 9,42 KlarifikasiSudah terjadi perubahan pada pola menjadi permukiman dikarenakan ada
permukiman eksisting
108 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur Laut 244,49 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi yang tidak layak untuk permukiman
109 Kawasan Perkebunan Pariwisata Bunguran Timur Laut 67,24 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
110 Kawasan Perkebunan Pariwisata Bunguran Timur Laut 128,83 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
111 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Laut 48,04 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
112 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Laut 71,82 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
113 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Selatan 44,91 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
114 Kawasan Perkebunan Permukiman Suak Midai 39,97 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
115 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Tiga 44,49 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi yang tidak layak untuk permukiman
116 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Batubi 6,28 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
117 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Batubi 39,24 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
118 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Batubi 46,70 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
119 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Selatan 547,90 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
120 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Selatan 38,39 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
121 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Batubi 42,78 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
122 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Selatan 514,20 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
123 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Tengah 431,99 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
124 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Tengah 67,47 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
125 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur 196,20 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
126 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Timur 387,41 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
127 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Bunguran Tengah 96,58 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Resapan Air
2. Tutupan Lahan merupakan Kebun Rakyat.
128 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Tengah 134,32 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
129 Kawasan Perkebunan Pariwisata Bunguran Timur Laut 7,64 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Bukan merupakan lokasi pengembangan Kawasan Pariwisata.
130 Kawasan Perkebunan Permukiman Bunguran Utara 18,15 Klarifikasi
1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
3. Data Topografi yang tidak layak untuk permukiman
131 Kawasan Perkebunan Kawasan Lindung Pulau Laut 7,83 Klarifikasi1. Perubahan SK 76 Tahun 2015.
2. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
132 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Laut 175,42 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
133 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Laut 37,49 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
134 Kawasan Perkebunan Pariwisata Pulau Laut 7,84 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
135 Kawasan Perkebunan Permukiman Pulau Laut 16,63 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
136 Kawasan Perkebunan Permukiman Serasan Timur 22,35 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting merupakan Kebun Rakyat.
2. Arah kecenderungan sebaran permukiman
137 Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan Lindung Serasan Timur 6,71 Klarifikasi Sudah diubah menjadi mangrove dan permukiman perdesaaan
138 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Serasan Timur 12,58 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
139 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata Bunguran Timur Laut 9,00 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
140 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata Bunguran Timur Laut 7,79 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
141 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata Midai 44,38 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
142 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Serasan 47,16 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
143 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Serasan 8,39 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
144 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Subi 118,04 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
145 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Pulau Tiga 31,61 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
146 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Pulau Tiga Barat 53,10 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
147 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Barat 43,67 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
148 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata Bunguran Selatan 283,43 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
149 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata Bunguran Selatan 18,53 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
150 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Batubi 158,28 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
151 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Batubi 8,72 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
152 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Batubi 74,52 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
153 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Timur Laut 21,32 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
154 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata Bunguran Timur Laut 87,07 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
155 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata Bunguran Timur Laut 218,68 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
156 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Timur Laut 122,30 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
157 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Utara 24,54 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
158 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Utara 13,33 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
159 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Utara 15,94 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
160 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Utara 13,62 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
161 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata Bunguran Timur Laut 152,02 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
162 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Midai 36,23 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
163 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Suak Midai 230,45 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
164 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata Suak Midai 6,89 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman Kota Baru
165 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata Bunguran Timur Laut 120,95 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
166 Kawasan Permukiman Perdesaan Pertanian Bunguran Tengah 117,59 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
167 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Serasan 21,23 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
168 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Serasan 19,47 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
169 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Serasan 25,57 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
170 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Serasan 24,88 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
171 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Serasan 180,91 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
172 Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan Lindung Serasan 13,50 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Permukiman.
173 Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan Lindung Pulau Tiga 23,59 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Mangrove.
2. Tutupan Lahan merupakan Permukiman.
174 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Pulau Tiga 29,74 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
175 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Selatan 80,36 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
176 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Selatan 20,86 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
177 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Selatan 63,99 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
178 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Selatan 262,13 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
179 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Utara 61,16 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
180 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Utara 33,40 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
181 Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan Lindung Bunguran Utara 17,37 Klarifikasi1. Kondisi Eksisting bukan merupakan Kawasan Rawa
2. Tutupan Lahan merupakan Permukiman.
182 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Tengah 73,57 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
183 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Tengah 678,60 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
184 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Timur 39,72 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
185 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Timur 27,28 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
186 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Timur 1.140,36 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
187 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Timur 235,60 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
188 Kawasan Permukiman Perkotaan Pariwisata Bunguran Timur 76,42 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
189 Kawasan Permukiman Perkotaan Pertanian Bunguran Timur 197,28 KlarifikasiKondisi eksisting sudah ada aktivitas permukiman dan Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman Kota Baru
190 Kawasan Pertahanan dan Keamanan Pertanian Subi 6,55 KlarifikasiPP 13/2017 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) - KSN, PermenHan 138
tahun 2018 Rencana Wilayah Pertahanan dan Database TNI
191 Kawasan Pertambangan Pertanian Bunguran Timur Laut 49,44 KlarifikasiKepmen ESDM No 3669 Tahun 2017 dan Kepmen ESDM 1798/2018 Pedoman
Pelaksanaan Penyiapan, Penetapan, dan Pemberian WIUP
192 Kawasan Pertambangan Pertanian Bunguran Timur Laut 85,75 KlarifikasiKepmen ESDM No 3669 Tahun 2017 dan Kepmen ESDM 1798/2018 Pedoman
Pelaksanaan Penyiapan, Penetapan, dan Pemberian WIUP
193 Kawasan Pertambangan Permukiman Bunguran Timur Laut 24,87 KlarifikasiKepmen ESDM No 3669 Tahun 2017 dan Kepmen ESDM 1798/2018 Pedoman
Pelaksanaan Penyiapan, Penetapan, dan Pemberian WIUP
194 Kawasan Transportasi Pertanian Bunguran Barat 14,96 Klarifikasi Kebutuhan unntuk pengembangan prasarana kepelabuhanan