41
i LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI PENATAAN LAHAN DALAN UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN BELU NAMA : GERARDUS MBULU, SE. NDH : 13 INSTANSI : DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN KABUPATEN BELU PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TK. II ANGKATAN XXIV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2019

laporan proyek perubahan optimalisasi penataan lahan dalan

Embed Size (px)

Citation preview

i

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

OPTIMALISASI PENATAAN LAHAN DALAN UPAYA

MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN BELU

NAMA : GERARDUS MBULU, SE.

NDH : 13

INSTANSI : DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA

DAN PERKEBUNAN KABUPATEN BELU

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TK. II ANGKATAN XXIV

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

TAHUN 2019

ii

ii

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II

ANGKATAN XXIV TAHUN 2019

NAMA : GERARDUS MBULU, SE.

NDH : 13

JABATAN : KEPALA DINAS

INSTANSI : DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA

DAN PERKEBUNAN KABUPATEN BELU

GAGASAN PROYEK

PERUBAHAN : OPTIMALISASI PENATAAN LAHAN DALAM UPAYA

MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN

BELU.

Mentor Coach

Drs. J.T. OSE LUAN Dra. PURWASTUTI, MBA

NIP.

i

i

ABSTRAK

Kebijakan otonomi daerah akan mendorong setiap kabupaten untuk memproduksi

berbagai komoditas pertanian dalam kerangka swasembada dan dituntut mengurangi

ketergantungan kebutuhan pangan terhadap daerah lain. Kabupaten Belu Provinsi Nusa

Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan Negara Republic Demokratic Timor Leste

mempunyai potensi besar sebagai produsen komoditas pertanian terutama tanaman

hortikultura.

Namun potensi yang besar untuk tanaman hortikultura tersebut masih

menghadapi berbagai macam permasalahan terkait dengan belum terwujudnya ragam, kualitas,

kesinambungan pasokan, dan jumlah produksi yang diminta konsumen. Penyusunan Laporan

Proyek Perubahan ini bertujuan untuk mengkaji potensi, tantangan, permasalahan, pola

kemitraan dan konsep pengembangan agribisnis di Kabupaten Belu. Petensi yang dimiliki dan

tersedia berupa sarana dan prasarana pertanian baik alat mesin pertanian maupun

pembangunan embung yang tersebar pada seluruh wilayah Kabupaten Belu dan diharapkan

juga partisipasi stakeholder terkait terutama penyuluh untuk mengambil peran penting dalam

membantu mendampingi masyarakat dan kelompok tani untuk mengembangkan berbagai

tanaman pangan dan hortikultura demi pemenuhan kebutuhan masyarakat di Kabupaten Belu.

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rachmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Proyek Perubahan ini

dengan baik. Penyusunan Laporan Pelaksanaan Proyek Perubahan ini dilakukan dalam rangka

mempertanggung jawabkan Pelaksanaan Proyek Perubahan yang telah dilakukan di tempat tugas

dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama

kegiatan pembekalan dan pendalaman materi, sangatlah sulit bagi saya untuk

mengimplementasikan dan menuangkannya dalam bentuk Laporan ini. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Bupati dan Wakil Bupati Belu yang telah memberikan kesempatan dan mengirimkan

saya untuk mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II pada Tahun 2019 ini;

2. Dra. Purwastuti, MBA., selaku Pembimbing yang telah menyediakan waktu , tenaga dan

pikiran untuk mengarahkan saya mulai dari penyusunan Rancangan Proyek Perubahan sampai

dengan Laporan Pelaksanaan Proyek Perubahan;

3. Bapak. Willybrodus Lay, dan Bapak Drs. J.T. Ose Luan selaku Mentor yang membimbing,

mengarahkan dan mendampingi saya dalam Pelaksanaan Proyek Perubahan;

4. Penyelenggara dan Panitia yang dengan setia dan sabar memberikan layanan yang terbaik

selama kegiatan berlangsung;

5. Rekan-rekan sesama peserta Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XIV khususnya

kelompok 2 yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Laporan Pelaksanaan

Proyek Perubahan ini.

6. Para Kepala Bidang, kepala subbagian dan kepala seksi dan rekan-rekan tim kerja yang telah

membantu dan mendukung saya sejak penyusunan Rancangan Proyek Perubahan sampai

dengan Laporan Pelaksanaan Proyek Perubahan;

Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang

telah membantu saya.

Jakarta, 1 Desember 2019.

Project Leader.

GERARDUS MBULU, SE.

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….,,, i

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………................... ii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………….................... v

DAFTR LAMPIRAN ……………………………………………………………………… vi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 JUDUL …………………………………………………………………….. 1

1.2 DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN ………………………………… 1

1.3 LATAR BELAKANG (BURNING ISSUES) ……………………........... 1

1.3.1 PROFIL DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA

DAN PERKEBUNAN KABUPATEN BELU …...……………… 3

1.3.2 LANDASAN HUKUM ………………………………..………....... 6

1.3.3 PERMASALAHAN ORGANISASI ……………………………… 8

1.3.4 KONDISI YANG DIHARAPKAN …………………………......... 8

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT UNTUK ORGANISASI ADAPTIF …....... 8

1.4.1 TUJUAN ………………………………………………………....... 8

1.4.2 MANFAAT ……………………………………………………....... 9

1.5 OUTPUT DAN OUTCOME ………………………………………...………. 9

BAB II ANALISA PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN ……………………... 11

2.1. ANALISA LINGKUNGAN ……………………………………………..... 11

2.2. KONDISI SAAT INI DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN ………... 12

2.3. MILESTONE PROYEK PERUBAHAN ………………………………… 13

2.4. RENCANA STRATEGI MARKETING ……………………………...... 14

2.4.1. IDENTIFIKASI STAKEHOLDER …………………………….. 15

2.4.2. TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN ………………........ 17

2.4.3. RENCANA STRATEGI MARKETING…………………………... 18

2.4.4. POTENSI, KENDALA, DAN RESIKO MENGHADAPI

MASALAH ……………………………………………………….. 19

2.5. KRITERIA KEBERHASILAN ……..……………………………. 19

2.6. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN ………………………………. 20

iv

BAB III. IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

3.1. CAPAIAN YAHAAPAN RENCANA STRATEGIS …………………….. 21

3.2. IMPLEMENTASI STRSTEGI MSRKETING …………………………... 26

3.3. PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEMBELAJARAN.………………... 30

3.4. ANGGARAN ……………………………………………………………….. 31

BAB IV. PENUTUP

4.1. KESIMPULAN …………………………………………………….............. 32

4.2. SARAN ……………………………………………………………………… 32

4.3. LESSON LEARN ………………………………………………………….. 33

4.4. REKOMENDASI ……………………………………………..,,,,,,,………, 34

LAMPIRAN

v

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Peta Kabupaten Belu …………………………………………………............. 3

2. Gambar 2. Tata Kelola Proyek Perubahan ……………………………...,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 17

vi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Luas wilayah kabupaten Belu ……………………………….………………….. 3

2. Tabel 2. Penggunaan Lahan di Kabupaten Belu 2017 ………………………………….. 4

3. Tabel 3. Data Embung dari 2017 - 2019 ………………………………………………… 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Judul

Optimalisasi Penataan Lahan Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten

Belu

1.2. Deskripsi Proyek Perubahan

Optimalisasi penataan lahan merupakan upaya dan kebijakan yang diambil untuk

membantu petani dalam mengelolah lahan-lahan potensial khusus pada area disekitar

tampungan air (embung) yang dimanfaatkan bagi petani dengan tujuan meningkatkan

pendapatan bagi petani di kabupaten Belu khususnya bagi kelompok tani Ai See Desa

Dafala Kecamatan Tasifeto Timur dan kelompok tani Laran Diak Desa Tuku Neno

Kecamatan Tasifeto Barat.

Penataan lahan pada area embung dilakukan sebagai usaha untuk memberikan contoh dan

mendorong para petani dalam upaya memanfaatkan lahan untuk tanaman pangan dan

horti karena ketersediaan sumber air yang cukup sehingga kelompok tani dapat

mengelola lahan demi meningkatkan pendapatan para pertanian.

Pelaksanaan proyek perubahan ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu jangka pendek

Oktober sampai dengan Desember 2019, jangka menengah Januari sampai dengan

Desember 2020 dan jangka panjang sampai dengan tahun 2021.

1.3 Latar Belakang

Pembangunan Pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan bagian

penting dari pembangunan nasional dengan tujuan untuk meningkatkan

pendapatan bagi keluarga petani, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan

berusaha di pedesaan.

Tujuh puluh lima porsen penduduk Kabupaten Belu menggantungkan hidupnya pada sektor

pertanian dalam arti sebagai sumber pendapatan. Banyak lahan kering yang belum diolah,

hal tersebut merupakan potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk proses produksi agar dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan

melalui inovasi teknologi dan kearifan lokal. Kendala produksi dilahan kering adalah

kondisi fisik lahan, teknologi dan sosial ekonomi. Oleh karena itu pengelolaan lahan kering

yang tepat yang mengarah pada peningkatan produksi yang berkesinambungan mutlak

2

diperlukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengembangkan teknologi

usahatani yang sesuai dengan kondisi setempat. Teknologi pengelolaan lahan kering yang

umum dilakukan meliputi : konservasi air dan pemanfaatan bahan organik, dan akan

semakin berarti apabila diintegrasikan dengan usahatani ternak, karena dalam

implementasinya konservasi lahan dan air akan terjamin keberlanjutannya jika

diintegrasikan dengan ternak. Dengan merekayasa model pengelolaan usahatani lahan

kering sesuai dengan kearifan lokal masyarakat diharapkan dapat menjadi model

pengembangan lahan kering berkelanjutan yang berwawasan agribisnis.

Pembangunan pertanian pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan petani, menciptakan lapangan pekerjaan di sektor pertanian, dan

meningkatkan hasil produksi pertanian, sehingga dapat mengurangi impor

hasil pertanian yang selama ini dilakukan, selain itu juga dapat mendukung

pembangunan industri yang sedang berjalan. Sektor pertanian merupakan

sektor yang paling berperan dalam mengembangkan pembangunan Indonesia

yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lain.

Salah satu komoditas yang dapat dikembangkan dalam rangka untuk

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat adalah komoditas

hortikultura. Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial untuk

dikembangkan dalam sektor pertanian di Kabupaten Belu. Selain itu

komoditas hortikultura diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para

petani karena mampu memberikan nilai tambah bagi kemajuan sektor

pertanian di Kabupaten Belu, dan juga mampu menunjang ketersediaan bahan pangan dan

memperbaiki kualitas gizi masyarakat. Salah satu prasarana yang tersedia agar dapat

dikembangkan untuk komoditas hortikultura adalah pemanfatan embung.

Jumlah embung di Kabupaten Belu tiga tahun terahkir 2017 s/d 2019 sebanyak 19 (belum

termasuk yang dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, baik yang berskala

besar, sedang maupun kecil, belum dimanfaatkan secara optimal bahkan pada musim

kemarau saat ini tidak ada satu embungpun yang dimanfaatkan oleh petani untuk

pengembangan tanaman hortikultura padahal persediaan air di embung sangat mendukung

untuk pertanian hortikultura karena jangka waktu tanam tidak lebih dari 3 bulan dan tidak

membutuhkan air dalam jumlah yang banyak. Dari 12 wilayah kecamatan ada 8 kecamatan

yang pembangunan embung belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu sebagai

Project Leader hendak melakukan terobosan dengan mengembangkan pertanian

3

hortikultura pada desa Dafala Kecamatan Tasifeto Timur dan Desa Tuku Neno Kecamatan

Tasifeto Barat untuk dijadikan sebagai pilot projek dalam memanfaatkan embung dengan

menata lahan pertanian untuk mengembangkan komoditas hortikultura.

1.3.1 Profil Dinas

Luas wilayah administrasi Kabupaten Belu adalah 1.284,94 km2

atau 128. 494 Ha

dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:

Kabupaten Belu terbagi atas 12 (dua

belas) Kecamatan, 69 (enam puluh

sembilan) Desa dan 12 (dua belas)

Kelurahan. Kecamatan dengan wilayah

terluas adalah Kecamatan Tasifeto Barat

dengan luas wilayah 224,19 km2

atau

17,45% dari luas wilayah Kabupaten

Belu. Sedangkan yang terkecil adalah

Kecamatan Atambua Barat dengan luas

wilayah 15,55 km2

atau 1,21% dari luas

wilayah Kabupaten Belu seperti tertera

pada Tabel 1 berikut ini.

Gambar 1 Peta Wilayah Kabupaten Belu

Tabel 1

Luas Wilayah Kabupaten Belu

No Kecamatan Jumlah

Desa/Kelurahan

Luas Wilayah

(Km2)

Prosentase (%)

1 Raimanuk 9 179.42 13.96

2 Tasifeto Barat 8 224.19 17.45

3 Kakuluk Mesak 6 187.54 14.6

4 Nanaet Duabesi 4 60.25 4.69

5 Kota Atambua 4 24.90 1.94

6 Atambua Barat 4 15.55 1.21

7 Atambua Selatan 4 15.73 1.22

1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Ombai

2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Malaka

3. Sebelah Timur : berbatasan dengan negara Republic Demokratic Timor Leste

4. Sebelah barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara

Peta wilayah Kabupaten Belu

4

No Kecamatan Jumlah

Desa/Kelurahan

Luas Wilayah

(Km2)

Prosentase (%)

8 Tasifeto Timur 12 211.37 16.45

9 Raihat 6 87.20 6.79

10 Lasiolat 7 64.48 5.02

11 Lamaknen 9 105.90 8.24

12 Lamaknen Selatan 8 108.41 8.44

Total 81 1.284.94 100.00

Sumber : Belu Dalam Angka, BPS ( 2015)

Tabel 2

Penggunaan Lahan Di Kabupaten Belu Tahun 2017

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) %

1 Sawah Lahan Basah 5.033,20 3,92

2 Sawah Tadah Hujan 2.618 2,04

3 Lahan Kering 25.958,20 20,20

4 Perkebunan Rakyat 2.496,38 1,94

5 Kolam/Empang/Rawa 62,46 0,05

6 Tambak 100 0,08

7 Padang Pengembalaan 9.765,80 7,60

8 Hutan Lindung 35.760,62 27,83

9 Hutan Produksi Tetap 604,47 0,47

10 Hutan Produksi Terbatas 653,4 0,51

11 Hutan Bakau 317,98 0,25

12 Lahan Tidur 21.181 16,48

13 Semak Belukar dan alang alang 12.421,50 9,67

14 Lahan pekarangan dan permukiman 11.521 8,97

Jumlah 128.494 100,00 Sumber: BP4D,Kabupaten Belu (2017)

5

Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peratuan Daerah Nomor 07 Tahun 2016 Pasal 3 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah yang selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Bupati Belu Nomor

61 Tahun 2016, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Belu

mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan di bidang Pertanian.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Kepala Dinas menyelenggarakan Fungsi :

1. Perumusan kebijakan di Bidang Prasarana dan Sarana Tanaman Pangan, Hortikultura dan

Perkebunan serta Penyuluhan Pertanian;

2. Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian;

3. Pengembangan Prasarana Pertanian;

4. Pengawasan Mutu, Peredaran dan Pengendali Benih Tanaman;

5. Pengawasan Penggunaan Sarana Pertanian;

6. Pembinaan Produksi di bidang pertanian;

7. Pengendalian dan penanggulangan hama penyakit tanaman;

8. Pembinaan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian;

9. Pelaksanaan penyuluhan pertanian;

6

1.3.2 Landasan Hukum

Dasar Hukum yang digunakan sebagai landasan dalam penyusunan Proyek Perubahan

Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan adalah :

1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II

Dalam Wilayah Daerah Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara

Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggraan Negara yang Bersih dan

Bebas dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun

1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815);

3. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

4. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5170);

6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5360);

7. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5433);

8. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5613);

9. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua Atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

7

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5679);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan

Pangan Dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 60,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680);

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5687);

12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 -2019 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

13. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 41/Permentan/OT.140/9/2009

tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian;

14. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 41/Permentan/OT.140/3/2014

tentang Pedoman Perencanaan Pembangunan Berbasis E-Planning (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1243);

15. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 08/Permentan/KB.400/2/2016

tentang Pedoman Perencanaan Perkebunan Spasial (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 250);

16. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 09/Permentan/RC.020/3/2016

tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019;

17. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2030, (Lembaran

Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 Nomor 02, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi nusa Tenggara Timur Nomo 0045);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah, (Lembaran Daerah Kabupaten Belu Tahun 2016 Nomor 07,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Belu Nomor 104);

19. Peraturan Bupati Belu Nomor 16 Tahun 2016 tentang Tugas dan Fungsi Dinas Tanaman

Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Belu.

8

1.3.3 Permasalahan Organisasi

Kondisi riil yang dihadapi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten

Belu saat ini adalah :

1. Sebagian besar wilayah Kabupaten Belu, mengalami kekeringan yang disebabkan

kemarau panjang sehingga petani tidak dapat mengolah lahan baik untuk tanaman pangan

maupun tanaman hortikultura.

2. Adanya ketersediaan air pada daerah penampungan (embung) tidak dimanfaatkan oleh

petani dalam upaya mengembangkan taanaman pangan maupun tanaman hortikultura.

3. Terdapat lahan produktif pada area sekitar embung belum diolah oleh para petani untuk

lahan pertanian tanaman pangan maupun tanaman hortikultura.

1.3.4 Kondisi yang Diharapkan

1. Petani dapat memanfaatkan lahan yang tersedia untuk pertanian tanaman pangan maupun

tanaman hortikultura.

2. Sumber air yang tersedia pada daerah penampungan (embung) dapat digunakan untuk

tanaman hortikultura.

3. Memberikan manfaat dan dampak dalam meningkatkan pendapatan para petani.

1.4 Tujuan dan Manfaat untuk Organisasi Adaptif

1.4.1 Tujuan

1. Tujuan Jangka Pendek yaitu :

Membangun komitmen bersama antara stakeholders internal dan stakeholders

eksternal yakni Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan dengan Dinas

Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Kepala Desa dan Masyarakat untuk dapat

memaksimalkan pemanfaatan lahan disekitar embung melalui, penyuluhan, dan

sosialisasi dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat khusnya kelompok

tani sekitar embung.

2 Tujuan Jangka Menengah yaitu :

Terlaksananya penataan lahan disekitar embung dan pengembangan tanaman

hortikultura dan tanaman lainnya untuk pakan ternak dalam upaya meningkatkan

pendapatan masyarakat.

9

3 Tujuan Jangka Panjang yaitu :

Melakukan monitoring dan evaluasi serta memperluas jumlah lahan dan jumlah

embung yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tanaman pangan dan

hortikultura.

1.4.2 Manfaat

Melalui proyek perubahan Optimalisasi Penataan Lahan Dalam Upaya Meningkatkan

Pendapatan Petani di Kabupaten Belu, diharapkan masyarakat yang berada pada

daerah sekitar embung termotovasi dalam upaya memanfaatkan lahan yang tersedia

untuk mengembangkan tanaman hortikultura untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat.

Adapun manfaat yang diperoleh dari Proyek Perubahan ini antara lain:

1. Bagi Organisasi :

a. Meningkatkan kinerja pemerintahan khususnya Dinas Tanaman Pangan,

Hortikultura dan Perkebunan sebagai bentuk pelayanan kepada

masyarakat/kelompok tani

b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah khusunya Dinas

Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan.

c. Sangat bermanfaat untuk sebagian masyarakat petani diwilayah Kabupaten

Belu.

2. Bagi Masyarakat/Kelompok Tani.

a. Masyarakat /kelompok tani memperoleh bahan pangan cukup untuk

pemenuhan kebutuhan hidupnya

b. Petani memperoleh tambahan penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan gizi

keluarga dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1.5 OUTPUT DAN OUTCOME

Output

1. Terbangunya komitmen antara stakeholder internal dengan stakeholder eksternal (Dinas

PUPR, Kepala Desa, dan masyarakat),

2. Terlaksananya sosialisasi kepada masyarakat

3. Terlaksananya pengolahan dan penataan lahan pada daerah sekitar embung

4. Penyuluhan dan pelatihan

5. Penyiapan bibit dan pembenihan

10

6. Penanaman dan pemupukan

Outcome

1. Masyarakat dapat memperoleh tambahan penghasilan dari pengolahan lahan pada area

sekitar embung.

2. Dari jumlah 19 embung yang tersebar pada 10 kecamatan dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan tanaman pertanian dan hortikultura.

3. Sebagai pilot project bagi masyarakat dalam mengembangkan tanaman pertanian pada

embung yang ada pada wilayahnya.

11

BAB II

ANALISA PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

2.1 ANALISIS LINGKUNGAN

Penyusunan strategi meliputi pengembangan misi dan tujuan, dilakukan dengan

menganalisis faktor lingkungan eksternal untuk mengetahui peluang (opportunities) dan

ancaman (threats). Sedangkan faktor lingkungan internal diperlukan untuk mengetahui

kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dengan menggunakan alat analisis SWOT.

1. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan

organisasi yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kekuatan (stenght), meliputi:

1) Kelembagaan pemerintah dalam bidang pertanian cukup memadai

2) Sarana dan prasarana pertanian cukup memadai

3) Mempunyai petugas pertanian di masing-masing kecamatan

4) Tingkat pendidikan pegawai cukup memadai

5) Sumber daya lahan memadai

6) Komitmen pimpinan dalam pembangunan cukup tinggi

7) Teknologi maju cukup tersedia

8) Iklim tropis yang sangat menunjang

b. Kelemahan (Weakness), meliputi:

1) Motivasi kerja dan kualitas aparatur pada umumnya masih kurang

2) Pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani kurang memadai

3) Kepemilikan lahan petani pada umumnya sempit

4) Kemampuan modal petani masih lemah

5) Kelembagaan ekonomi petani masih berkembang

6) Sarana dan prasarana masih belum memadai

7) Pengembangan teknologi lokal spesifik masih terbatas

8) Pola produksi belum sesuai dengan pola pemerintahan

2. Analisis Lingkungan Eksternal

a. Peluang (opportunities), meliputi:

1) Dukungan dan komitmen pemerintah terhadap pembangunan pertanian cukup

tinggi

12

2) Meningkatnya permintaan pasar cukup memadai

3) Permintaan ekspor terhadap produk pertanian ke Timor Leste cukup besar

4) Meningkatnya IPTEK pertanian

5) Pihak perbankan dan koperasi cukup potensial menunjang terhadap pemberian

fasilitas permodalan usaha tani

6) Kondisi sosial budaya masyarakat pertanian sangat mendukung

7) Teknologi informasi sangat terbuka

b. Ancaman (threats), meliputi:

1) Harga komoditi pertanian sangat fluktuatif dan posisi tawar-menawar masih

rendah

2) Iklim usaha pertanian masih belum kondusif

3) Terancamnya kelestarian SDA bencana alam (kebanjiran, kekeringan, dan

gangguan OPT)

4) Lemahnya fungsi kelembagaan kelompok tani dan SDM petani

Asumsi

Berdasarkan hasil analisa seperti di atas dengan menggunakan analisa SWOT, maka dapat

diperoleh kesimpulan atau asumsi antara lain sebagai berikut:

1. Dengan memperhatikan faktor lingkungan internal dan eksternal, yang menunjukkan

gambaran bahwa kekuatan lebih besar dari kelemahan serta peluang lebih besar dari

ancaman/tantangan, berarti Kabupaten Belu sangat memungkinkan untuk meningkatkan

keberhasilan pembangunan tanaman pangan hortikultura dan perkebunan.

2. Dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada, tentunya Kabupaten Belu

mempunyai proyek yang baik untuk meningkatkan kinerja dalam pengembangan

pertanian, sepanjang dalam pelaksanannya disertai dengan terus mengupayakan untuk

mengatasi berbagai kelemahan dan ancaman/tantangan yang masih ada.

3. Dengan adanya dukungan pemerintah dan komitmen kerja pegawai yang cukup tinggi,

memungkinkan tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai dengan baik dan lancar.

2.2 KONDISI SAAT INI DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN

Kondisi saat ini yaitu :

1. Provinsi Nusa Tenggara Timur khususnya Kabupaten Belu dilanda musim kekeringan

dan kemarau yang panjang sehingga para petani tidak dapat mengelola lahan pertanian

13

untuk tanaman pangan dan tanaman hortikultura sehingga berakibat kepada rendahnya

pendapatan masyarakat.

2. Embung yang telah dibangun oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan

termasuk yang dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dari tahun

2017, 2018 dan 2019 sebanyak 19 unit belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh para petani.

3. Tersedia alat mesin pertanian yang bertujuan untuk membantu pengolahan lahan

masyarakat dalam meningkatkan produksi dan produktifitas hasil pertanian.

Kondisi Ideal yang diharapkan.

1. Masyarakat dapat memanfaatkan lahan yang ada disekitar embung untuk diolah dan

dimanfaatkan dengan menanam tanaman pangan maupun tanaman hortikultura sehingga

dapat meningkatkan pendapatan para petani.

2. Pemanfaatan alat mesin pertanian secara optimal dalam membantu mengolah lahan

masyarakat untuk tanaman pangan dan hortikultura.

2.3 MILESTONE PROYEK PERUBAHAN.

Pelaksanaan proyek perubahan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu jangka pendek, jangka

menengah dan jangka Panjang. Masing-masing tahap dibuat milestone untuk pencapaian

tujuan disetiap tahapan yang sudah ditetapkan dan kemudian dituangkan dalam aktivitas

berupa target pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam proyek perubahan ini.

1. Jangka Pendek

No Tahapan dan Kegiatan Waktu Output

1. Membangun Komitmen Minggu 1 oktober 1. MOU

2. BA Kesepakatan

3. Keputusan

2. Sosialisasi Minggu 2 Oktober 1. Daftar hadir

2. Notulen

3. Mobilisasi Alsintan Minggu 3 Oktober Tersedia alat untuk

pengolahan lahan

4. Pembersihan dan penyiapan

lahan

Minggu 3 dan 4 Oktober Luas lahan yang

diolah

14

5. Penyuluhan Minggu 1 November 1. Daftar hadir

2. Notulen

6. Pembenihan dan pembibitan Minggu 1-2 November Benih siap ditanam

7. Penanaman Minggu 3 November Luas lahan yang

ditanam

8. Perawatan dan pemupukan Minggu 1 Desember Luas lahan tanaman

yang dipupuk

2. Jangka Menengah

No Tahapan dan Kegiatan Waktu Output

1. Pemanfaatan hasil Januari-Februari 2020 1. Pemenuhan

kebutuhan

masyarakat

2. Pendapatan

meningkat

2. Perluasan jumlah pengolahan

lahan pada daerah embung

Maret –Desember 2020 Bertambahnya luas

lahan yang diolah

dari 1 unit menjadi 5

3. Dilakukan penghijauan

dilingkungan embung

Maret –Desember 2020 Ketersediaan air di

embung bisa terjaga

3. Jangka Panjang

No Tahapan dan Kegiatan Waktu Output

1. Monitoring dan Evaluasi 2021 1. Laporan hasil

monitoring dan

evaluasi

2. Rekomendasi dan

tindaklanjut.

2.4 RENCANA STRATEGIS MARKETING

Proyek Perubahan ini perlu mendapatkan dukungan dari para stakeholders agar sukses

dalam implementasinya. Oleh karena itu diperlukan strategi marketing yang tepat, untuk

15

menyosialisasikan sekaligus mempromosikan produk sehingga stakeholders akan tertarik

untuk ikut mensukseskan proyek. Berikut akan dilakukan analisa melalui pemetaan

stakeholders dilanjutkan dengan analisa menggunakan prinsip 4P 1 C (Product, Price,

Place, Promotion, Customer).

2.4.1 Identifikasi Stakeholders

a. Peta Stakeholder

Stakeholder Deskripsi

Internal :

1. Bupati Belu

2. Wakil Bupati Belu

3. Sekretaris Daerah

4. Asisten Administrasi

Pembangunan

5. Para Kepala Bidang, kepala

seksi dan penyuluh

1. Bupati mempunyai kewenangan membuat

kebijakan dan Keputusan serta sebagai

pengarah dan mentor.

2. Wakil Bupati mempunyai kewenangan

mengarahkan dan sebagai motivator dan

mentor.

3. Sekda yang mempunyai kewenangan untuk

mengarahkan, membimbing dan memotivasi

4. Asisten II yang menangani dan

mengkoordinir Dinas Tanaman Pangan,

Hortikultura dan Perkebunan

5. Penanggung jawab, pelaksana dan

pendukung pelaksanaan proyek perubahan

Eksternal :

a. DPRD

b. Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang

c. Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan

d. Dinas Lingkungan Hidup

e. Dinas Pemberdayaan

5.3.1 Lembaga yang memberikan dukungan

politis, penganggaran dan pengawasan.

5.3.2 Memberikan dukungan agar embung

yang telah dibangun oleh Dinas PUPR dapat

dimanfaat oleh para petani.

5.3.3 Memberi dukungan dengan

menyediakan bibit untuk pengembangan

pakan ternak

5.3.4 Memberi dukungan dalam bentuk

menyediakan anakan untuk dilakukan

penghijauan pada areal sekitar embung

5.3.5 Mendorong agar dana desa dapat

16

Masyarakat dan Desa

f. Kepala Bagian Hukum

g. Kepala Desa

h. Kelompok Tani

i. LSM

dialokasikan bagi masyarakat untuk

pemanfaatan lahan disekitar embung.

5.3.6 OPD yang melakukan verifikasi dan

penatausahaan terhadap dokumen hukum

5.3.7 Penggerak dan motivator

5.3.8 Pelaksana

5.3.9 Lembaga yang merupakan mitra untuk

melakukan penilaian dan evaluasi.

b. Analisa Peta Stakeholder

LATENT, PROMOTORS, APHATETIC DAN DEFENDERS

Dari identifikasi stakeholders tersebut diatas terdapat 4 (empat) kelompok yang mempunyai

kepentingan dan pengaruh yaitu:

APHATETICS DEFENDERS

PROMOTORS LATENS

Bupati Wakil Bupati Sekretaris Daerah Asisten Administrasi Dinas Peternakan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Lingkungan Hidup Dinas PU PR Dinas PMD

Kepala Bidang Tanaman Pangan Kepala Bidang Perkebunan

Media massa Kelompok Tani Masyarakat

DPRD Kepala Bagian Hukum

Kepentingan(Interest)

P

o

w

e

r

17

1) Kelompok promotors adalah mereka yang mempunyai kepentingan dan pengaruh yang

besar dalam pelaksanaannya. Sebagai stakeholder promotor terdiri dari Bupati dan Wakil

Bupati dalam hal pengambil kebijakan dan keputusan, Sekretaris Daerah memberikan

pembinaan, Asisten Administrasi Pembangunan sebagai Koordinator, Dinas Tanaman

Pangan Hortikultura dan Perkebunan sebagai pelaksana dan Dinas Ketahanan Pangan

memberikan dukungan.

2) Kelompok Defenders adalah mereka yang memiliki kepentingan besar namun

mempunyai pengaruh kecil yaitu Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan yang

lebih berperan pada mengikuti saran atau dorongan dari stakeholder lainnya.

3) Kelompok Latens adalah mereka yang memiliki kepentingan kecil dan pengaruh besar

yaitu DPRD dan Kepala Bagian Hukum yang berkepetingan sebagai pemberi dukungan.

4) Aphatetics adalah mereka yang mempunyai kepentingan kecil dan pengaruh kecil yaitu

masyarakat, kelompok tani dan media massa. Strategi yang dihadapi adalah tetap

menjaga dan selalu memperhatikan serta memberi informasi agar tidak menjadi

penghambat.

2.4.2 Tata Kelola Proyek Perubahan

BUPATI BELU

MENTOR / WAKIL BUPATI

BELU

COACH

PROJECT LEADER

STAKEHLDER EKSTERNAL

DPRD

DINAS PMD

DINAS LINGKUNGAN

HIDUP

DINAS PETERNAKAN DINAS PUPR

TIM EFEKTIF (SEKRETARIS SELAKU

KOORDINATOR TIM)

DAN PARA KABID DAN

KASI

18

2.4.3. RENCANA STRATEGI MARKETING

Strategi Marketing yang efektif adalah hal yang mutlak untuk mewujudkan tujuan

proyek perubahan. Marketing sektor publik yang ditempuh difokuskan kepada:

1) Policy Marketing, yakni untuk meyakinkan OPD terkait Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa, Dinas Peternakan, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup Camat,

Lurah dan Kepala Desa untuk menerima kebijakan mengalokasikan dana desa untuk

mengolah, menata dan memanfaatkan area sekitar embung untuk pengembangan

tanaman hortikultura dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat.

2) Social Marketing, yakni mendorong masyarakat/kelompok tani agar memanfaatkan

lahan yang tersedia disekitar embung sebagai upaya meningkatkan pendapatan

masyarakat /kelompok tani.

Strategi Marketing Sektor Publik Proyek Perubahan ini disusun berdasarkan elemen

Potter Marketing Mix, yaitu Product, Price, Promotion, Place dan Customer (4P 1 C)

dengan uraian sebagai berikut :

19

2.4.4. Potensi, Kendala dan Resiko menghadapi masalah

1. Potensi-potensi

1) Adanya ketersediaan air yang cukup pada embung sehingga upaya pengembangan

dan pengolahan lahan disekitar embung untuk tanaman hortikultura dapat

dilaksanakan.

2) Tidak membutuhkan air dalam jumlah yang lama dan pengolahan hingga panen

tidak membutuhkan waktu yang panjang.

3) Ada animo dari kepala desa dan masyarakat sekitar embung untuk mengelola

lahan pada daerah disekitar embung untuk pengembangan tanaman hortikultura

2. Kendala

1) Tim efektif kurang respon karena waktu pelaksanaan proyek perubahan menjelang

akhir tahun dimana tim efektif fokus pada pelaksanaan program kegiatan berjalan

yang telah dialokasikan dalam DPA SKPD.

2) Kelompok tani/masyarakat fokus mempersiapkan pengolahan lahan untuk MT 1

yaitu musim tanam Oktober –Desember.

3) Kondisi Kabupaten Belu saat ini dilanda musim kemarau yang panjang menjadi

salah satu kendala terhadap pelaksanaan proyek perubahan pada tahap akir.

4) Tidak tersedia anggaran untuk program kegiatan optimalisasi penataan lahan

dalam upaya meningkat pendapatan petani karena APBDP telah ditetapkan.

3. Resiko (alternative)

1) Diperlukan kerja keras untuk meyakinkan tim efektif, tim teknis dan pelaksana

serta masyarakat/kelompok tani karena rancangan proyek perubahan ini akam

memberi manfaat pada pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan bagi

kelompok tani dan masyarakat.

2) Adanya keseriusan dan kesungguhan dari Project Leader untuk mewujudkan

harapan dan memastikan bahwa proyek perubahan ini dapat dilaksana sesuai

dengan rancangan dan milestone yang telah disusun.

2.4.5. Kriteria Keberhasilan

1. Terbangunnya pilot project / lahan percontohan pemanfaatan lahan disekitar embung.

2. Desa dan Kelurahan mempunyai komitmen untuk mengembangkan lahan hortikultura

pada daerah-daerah disekitar embung.

20

3. Dapat terpenuhinya kebutuhan petani akan pangan dan dapat meningkatkan gizi

terutama pada masa pertumbuhan anak.

4. Dapat meningkatkan pendapatan para petani dan kesejahteran masyarakat.

2.4.6. Faktor Kunci Keberhasilan

1. Ada komitmen bersama yang dibangun baik dengan OPD terkait maupun para Camat,

Kelurahan dan Desa serta kelompok masyarakat yang akan mengolah dan menata

lahan disekitar embung.

2. Dukungan yang kuat dari Bupati, Wakil Bupati dan Sekda untuk keberhasilan

pelaksanan proyek perubahan ini mengingat sumber penerimaan para petani adalah

dari hasil usaha pertanian.

3. Tersedianya Sarana dan Prasarana pertanian dalam mendukung pengolahan lahan

pertanian disekitar kawasan embung.

4. SDM penyuluh dapat menunjang pelaksanaan dan keberhasilan proyek perubahan ini.

5. Masyarakat / kelompok tani memiliki tekad untuk memperbaiki dan meningkatkan

taraf hidup mereka melalui usaha pengolahan dan pemanfaatan lahan untuk

pengembangan tanaman hortikultura.

21

BAB III

IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

3.1. CAPAIAN TAHAPAN RENCANA STRATEGIS

Implementasi proyek perubahan dengan judul: “Optimalisasi Pemanfaatan Lahan

Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Belu” dilaksanakan

melalui beberapa tahapan. Tahapan implementasi proyek perubahan yang dilaksanakan

dalam jangka pendek dengan output kunci diuraikan sebagai berikut:

1. Pengelolaan Proyek Perubahan

Sebagaimana diuraikan pada tahapan rencana perubahan strategis bahwa rencana

perubahan dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka

Panjang. Masing-masing tahap dibuat milestone untuk pencapaian tujuan disetiap tahapan

yang sudah ditetapkan dan kemudian dituangkan dalam kegiatan yang dilaksanakan

dalam proyek perubahan ini. Kegiatan yang dilakukan selama tahapan jangka pendek dari

tanggal 1 Oktober sampai dengan 30 Nopember 2019, sebagai berikut :

a. Pengorganisasian :

Pengorganisasian diawali dengan pembentukan tim efektif dengan rincian tugas dan

tanggungjawabnya untuk mengatur pelaksanaan kegiatan secara terkordinir kepada

semua individu dan kelompok untuk menerapkan rencana. Dengan pengorganisasian,

pemimpin proyek mewujudkan rencana menjadi tindakan nyata melalui penentuan

tugas, menunjuk personel dan melengkapi mereka dengan teknologi dan sumber daya

yang lain.

Struktur organisasi pelaksanaan proyek perubahan ini, sebagai berikut :

2. Mentor

Peran dan tugas mentor adalah:

a. Sebagai atasan langsung untuk memberikan kesepakatan dan persetujuan atas

proposal proyek perubahan yang diajukan oleh peserta;

b. Bertindak sebagai pembimbing peserta dengan sikap profesional;

c. Memberikan dukungan penuh dalam mempersiapkan rancangan dan

implementasi proyek perubahan ;

d. Memberikan bimbingan serta arahan dalam mempersiapkan rancangan dan

implementasi proyek perubahan ;

e. Memberikan bimbingan dalam mengatasi kendala yang muncul selama proses

implementasi berlangsung;

22

f. Membantu dalam memetakan agenda project yang akan dilaksanakan dan

rencana jadwal pertemuan yang akan dilaksanakan;

g. Menjelaskan kontrak penyelesaian tugas kepada peserta pelatihan;

h. Memantau setiap perkembangan proyek perubahan dengan meminta progress

report setiap minggunya;

i. Memantau capaian sesuai tahapan perubahan rencana strategis yang telah

ditetapkan;

j. Memberikan dukungan dalam mendayagunakan seluruh potensi sumberdaya

yang diperlukan dalam melakukan implementasi proyek perubahan; dan

k. Memberikan inspirasi dalam melakukan inovasi-inovasi/pemecahan

permasalahan yang diperlukan.

3. Coach

a. Memberikan motivasi dan tantangan-tantangan kepada peserta dalam aspek

substansi perubahan yang akan dilakukan;

b. Memantau kegiatan peserta selama agenda aktualisasi kepemimpinan melalui

media teknologi informasi yang telah disiapkan oleh penyelenggara dengan

metode e-learning atau dengan media lain yang dapat digunakan oleh coach dan

peserta;

c. Melakukan koordinasi dengan mentor untuk membantu peserta apabila peserta

mengalami permasalahan selama agenda aktualisasi kepemimpinan;

d. Memberikan masukan kepada peserta terkait usulan proyek perubahan yang

sedang dirumuskan pada agenda aktualisasi kepemimpinan;

e. Memberikan feedback terhadap laporan perkembangan implementasi proyek

perubahan yang disampaikan peserta bimbingan minimal seminggu sekali;

f. Mengembangkan instrumen monitoring dan perekaman terhadap perkembangan

yang dilaporkan oleh peserta bimbingan (dapat menggunakan format yang

tersedia);

g. Mengkomunikasikan proses, kemajuan dan hasil coaching kepada

penyelenggara PKN Tk. II.

h. Menjadi counsellor pada saat peserta mengalami kebuntuan dan kurang

motivasi.

23

4. Leader

Selama berada pada agenda aktualisasi kepemimpinan peserta lebih bersifat

mandiri dalam menginisiasi gagasan rencana perubahan, memobilisasi kegiatan-

kegiatan yang telah direncanakan dalam implementasi proyek perubahan. Beberapa

hal yang harus dilakukan peserta adalah :

a. Mempersiapkan/merencanakan dokumen/instrument/waktu yang diperlukan

dengan baik sebelum pertemuan dengan mentor;

b. Mengambil inisiatif dalam dialog dengan mentor dan coach;

c. Menggalang komunikasi dan kesepakatan dengan stakeholders terkait (internal

& eksternal).

d. Melakukan eksekusi keseluruhan tahapan yang telah dirancang dengan

mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimiliki;

e. Secara aktif melakukan diskusi, bertanya atau melaporkan perkembangan

implementasi proyek perubahan kepada coach dan mendiskusikan progress

penyusunan proyek perubahan sesuai waktu yang ditentukan;

f. Merujuk pada tahapan perubahan rencana strategis yang telah ditargetkan dalam

pelaksanaan proyek perubahan sebagai dasar pencapaian target perubahan;

g. Mengumpulkan dokumen kegiatan yang dapat dijadikan bukti dalam evaluasi

dan untuk bahan pelengkap laporan kegiatan;

h. Menggerakkan seluruh elemen stakeholders terkait (internal & eksternal) dalam

mendukung keseluruhan tahapan implementasi perubahan;

i. Mengembangkan instrumen monitoring dan melakukan perekaman terhadap

setiap progress yang dihasilkan dalam proses implementasi proyek perubahan;

j. Menyusun laporan proyek perubahan secara utuh, mulai dari rancangan proyek

perubahan sampai dengan hasil/capaian dari implementasi proyek perubahan.

Deskripsi dan analisis terhadap critical succees factor dan strategi mengatasi

kendala-kendala yang muncul selama tahapan ini merupakan bagian penting

yang harus tercakup dalam laporan ini.

k. Menyerahkan laporan implementasi proyek perubahan kepada penyelenggara

Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tk. II sesuai jadwal yang telah ditetapkan (1

hari sebelum seminar hasil implementasi proyek perubahan).

24

5. Tim Efektif

a. Sekretariat/perumus

1) Menyiapkan surat-surat yang diperlukan.

2) Menyiapkan dan menyelenggarakan pertemuan Tim.

3) Mengumpulkan bukti-bukti kegiatan.

4) Membuat laporan kegiatan.

5) Menyusun laporan Proyek Perubahan.

6) Menyiapkan draf surat keputusan

b. pelaksana

1) Menyusun Draf.

2) Paparan draf.

3) Menyempurnakan Draf.

4) Menyiapkan bahan paparan

c. Tim Dokumentasi

1) Meliput setiap kegiatan yang dilaksanakan.

2) Mengolah hasil liputan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah upaya untuk melakukan tindakan dengan melibatkan anggota tim

dalam mencapai tujuan atas rencana yang telah disepakati bersama.

Adapun tahapan implementasi proyek perubahan dalam jangka pendek dengan output

kunci diuraikan sebagai berikut:

No Kegiatan Stakeholder Pelaksanaan

1. Membangun Komitmen

Bersama

1.Tim Efektif Dinas

Tanaman Pangan,

Hortikultura dan

Perkebunan

Senin, 7 Oktober 2019

2. Kelompok Tani Laran

Diak Desa Tuku Neno

Kecamatan Tasifeto

Barat

Rabu, 9 Oktober 2019

25

3. Kelompok Tani Ai See

Desa Dafala

Kecamatan Tasifeto

Timur.

Kamis, 10 Oktober

2019

2. Penandatanganan Surat

Perjanjian Kerjassama

- Dinas PUPR

- Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura dan

Perkebunan

Senin, 7 Oktober 2019

3. Keputusan Bupati

Penetapan Kelompok

Bupati Belu

Selasa, 1 Oktober 2019

4. Nota Kesepahaman

Bersama

- Institut Pertanian Bogor

- Bupati Belu

Rabu, 13 November

2019

5. Sosialisasi - Sekretaris Daerah

- Kadis Peternakan

- Kasi Pelaksanaa SDA

dari Dinas PUPR

- Camat Tasifeto Timur

- kelompok tani

Rabu, 20 November

2019

6. Mobilisasi Alsintan dan

penggusuran lahan

pada areal embung

Desa Dafala

Kasi Alsintan dan

Operator

Kamis, 3 Oktober 2019

7. Penandatanganan

Berita Acara

Kepala Dinas dengan

Ketua Kelompok Tani

Kamis, 10 Oktober

2019

8. Mobilisasi dan

pengolahan lahan Desa

Tukuneno

Operator Alat mesin

pertanian

Rabu, 9 Oktober 2019

9. Pembenihan Bidang Hortikultura

10. Penanaman - Dinas Tanaman Pangan

- Kelompok Tani

- Penyuluh

Jumat, 22 November

2019 dan Rabu, 27

November 2019

26

Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan selama dua bulan, bila dievaluai

berdasarkan tahapan rencana perubahan strategis jangka pendek, jangka menengah dan

jangka Panjang, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jangka Pendek :

1) Semua rencana perubahan strategis dalam jangka pendek dapat dilaksanakan

seluruhnya agar mencapai tujuan dan target proyek perubahan.

2) Terjadi pergeseran jadwal kegiatan sosialisasi sesuai rencana minggu kedua

oktober namun dilaksanakan pada minggu ketiga November karena padatnya

jadwal Sekda untuk membuk kegiatan tersebut.

3) Terjadi penambahan kegiatan yaitu adanya Nota Kesepahaman bersama antara

Pemerintah Kabupaten Belu dengan Institut Pertanian Bogor.

2. Capaian tujuan Proyek Perubahan

Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan selama dua bulan , capaian tujuan

proyek perubahan adalah :

a. Jangka Pendek :

1) Adanya komitmen dan dukungan kuat dari Bupati, Wakil Bupati, Sekda dan

Stakeholder terkait untuk mewujudkan pelaksanaan proyek perubahan ini

karena dipandang sangat bermanfaat dalam upaya mengoptimalkan lahan

sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

2) Terdapat lahan 2 kelompok tani yang diolah dan diberikan bantuan baik saa

penggusuran, pengolahan dan pada saat tanam dengan menyediakan sarana dan

prasarana untuk tercapainaya pelaksanaan proyek perubahan optimalisasi

penataan lahan dalam upaya meningkatkan pendapatan petani di kabupaten

belu.

3) Ada bantuan benih dari Institut Pertanian Bogor yang telah bersertifikasi yaitu

bibit indigofera untuk pakan ternakyang mengandung protein tinggi.

3.2. IMPLEMENTASI STRATEGI MARKETING

Implementasi strategi marketing terfokus pada upaya project leader mengorganisir,

membangun komunikasi dan mendayagunakan semua sumber daya (stakeholder) dalam

mendukung proyek perubahan, dengan hasil sebagai berikut:

1. Teknik komunikasi dalam mempengaruhi stakeholder.

27

Teknik komunikasi dalam mempengaruhi stakeholder mengacu pada hasil identifikasi

dan pemetaan stakeholder dengan melihat pada keberadaan serta peran, dukungan,

kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholders, baik stakeholder internal

maupun stakeholder eksternal adalah :

a. Kelompok promotors yang terdiri dari Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Daerah,

Asisten Administrasi, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pemberdaayaan

Masyarakat dan Desa, Camat Tasifeto Timur dan Kepala Desa Dafala. Bupati,

Wakil Bupati, Sekretaris Daerah adalah kelompok yang memiliki peran dan

pengaruh yang besar terhadap implementasi proyek perubahan.Tekhnik komunikasi

yang digunakan dalam mempengaruhi stakeholder kelompok ini adalah :

1) Menjelaskan kepada Bupati bahwa pelaksanaan proyek perubahan ini sangat

bermanfaat bagi masyarakat terutama menghadapi musim kemarau panjang

embung yang masih memiliki ketersediaan air harus dapat dimanfaatkan untuk

tanaman pangan dan hortikultura mengingat tanaman ini memiliki jangka waktu

yang relative singkat sampai pada saat panen.

2) Isu stunting menjadi salah satu faktor pendorong pemanfaatan embung dalam

upaya meningktkan pendapatan dan gizi masyarakat terutama anak-anak usia

dini.

3) Menjelaskan pula kepada Bupati bahwa embung yang dibangun dengan dana

besar apabila tidak dimanfaatkan merupakan suatu kerugian besar bagi

masyarakat apalagi pada saat masyarakat mendapat kesulitan air pada musim

kemarau yang panjang.

b. Kelompok Defenders yang terdiri dari Kabid Tanaman Pangan dan Kabid

Perkebunan adalah kelompok yang memiliki kepentingan besar namun mempunyai

pengaruh kecil. Strategi menghadapi kelompok ini agar berperan efektif pada proyek

perubahan ialah :

1) Menjelaskan secara detail tentang manfaat proyek perubahan.

2) Membangun dialog dan diskusi, memberi motivasi, dan terlibat dalam mengambil

keputusan dalam pelaksanaan proyek perubahan.

Dengan teknik komunikasi yang efektif, terbukti terjadi pergeseran dukungan dari

yang defenders menjadi promotors.

28

c. Kelompok Latens terdiri dari DPRD dan Kabag Hukum adalah kelompok yang tidak

memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam kegiatan, tetapi memiliki

kekuatan besar untuk mempengaruhi, jika mereka menjadi tertarik .Strategi yang

ditempuh adalah :

Membangun komunikasi dan memberikan informasi yang lengkap tentang manfaat

dan upaya proyek perubahan sehingga mendapat dukungan berupa pernyataan

dukungan atas pelaksanaan proyek perubahan ini.

Bukti keberhasilan dalam mempengaruhi stakeholder kelompok ini adalah surat

pernyataan dukungan atas pelaksanaan proyek perubahan.

d. Kelompok Aphatetics adalah mereka kurang memiliki kepentingan maupun

kekuatan, bahkan mungkin tidak mengetahui adanya upaya. Strategi menghadapinya

adalah tetap menjaga dan selalu memperhatikan serta memberi informasi agar tidak

menjadi penghambat.

2. Perubahan/Pergeseran Stakeholder

Dalam pelaksanaan proyek perubahan ini, terjadi pergeseran atau perubahan

stakeholder dari negatif menjadi positif atau yang pada awalnya diprediksiresisten dan

menghambat, berubah menjadi mendukung proyek perubahan, sebagaimana terlihat

dalam bagan berikut:

29

LATENT, PROMOTORS, APHATETIC DAN DEFENDERS

Berdasarkan matriks diatas, digambarkan bahwa terjadi pergeseran dukungan positif yang

signifikan untuk mendukung proyek perubahan. Hal ini terjadi karena upaya persuasi dan

melakukan komunikasi secara intens.

Semua stakeholder pada kuadran Latens, bergeser ke kuadran promoters. Artinya Project

Leader dapat meyakinkan stakeholder dengan berbagai strategi yang dilakukan. Bahkan

kelompok Aphatetics yang selama ini tidak memiliki kepentingan dan kekuatan langsung,

berubah menjadi stakeholder yang berperan besar dalam keberhasilan proyek perubahan

karena proyek perubahan ini berpengaruh besar pada kelompok tani, hal ini karena project

leders melakukan komunikasi dan pendekatan yang terus menerus sehingga kelompok ini

yang semula dikuatirkan dapat menggagalkan proyrk perubahan akirnya beralih menjadi

kelompok promoters.

APHATETICS DEFENDERS

PROMOTORS LATENS

Bupati , Wakil Bupati Sekretaris Daerah DPRD, Kepala Bagian Hukum Asisten Administrasi Dinas Peternakan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Lingkungan Hidup Dinas PU PR Dinas PMD Kelompok Tani/masyarakat

Kepala Bidang Tanaman Pangan Kepala Bidang Perkebunan

Media massa

Kepentingan(Interest)

P

o

w

e

r

30

3. Strategi Marketing

Pelaksanaan Strategi Marketing Sektor Publik Proyek Perubahan ini disusun

berdasarkan elemen Potter Marketing Mix, yaitu Product, Price, Promotion, Place dan

Customer (4P 1 C) dengan uraian sebagai berikut :

3.1. PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEMBELAJARAN

Upaya dalam mengajak stakeholder baik internal maupun eksternal untuk mendukung

Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani di Ka

upaten Belu, dilakukan sebagai berikut:

a) Membangun komunikasi yang intens;

Komunikasi dilakukan melalui dialog atau tatap muka, juga komunikasi verbal melalui

surat menyurat baik stakeholder internal maupun eksternal.

b) Melibatkan stakeholder dalam pengambilan keputusan;

Semua stakeholder dilibatkan dalam seluruh tahapan sesuai peranan, tugas pokok dan

fungsi dalam mendukung proyek perubahan, termasuk dalam pengambilan keputusan.

PRODUCT

- Pemanfaatan lahan

- Penanaman tanaman horti

- MOU dengan Kadis PUPR

- Draf MOU dengan IPB

- BA Kesepakatan dengan

kelompok tani

Customen

- Masyarakat

- Kelompok tani desa

dafaladan desa

Tukuneno

- Camat Tasifeto Timur

- Kepala Desa Dafala

PROMOTION

- Sosialisasi

- Penyuluhan

- Kelompok tani

PLACE

- Desa Dafala

- Desa Tukuneno

PRICE

- Dukungan dari

Dinas PUPR

- Dukungan Camat

- Dukungan dari

Kepala Desa

31

Kondisi ini meyakinkan bahwa keberhasilan proyek perubahan sangat ditentukan oleh

keterlibatan stakeholder. Demikian juga sebaliknya, kegagalan proyek perubahan juga

merupakan kontribusi stakeholder.

c) Menjaga sinergi dan soliditas stakeholder;

Peranan project leader sangat sentral dalam membangun kerjasama Tim Efektif dan

menjaga soliditas tim. Tim yang efektif adalah Tim yang mampu bekerja secara bersama-

sama dan memahami peranan masing-masing anggota Tim.

d) Mengapresiasi dan menghargai hasil kerja mereka;

Menghargai hasil kerja Tim sering terlupakan. Namun pada kondisi ini, project leader

benar-benar memberikan apresiasi dan respek terhadap peranan stakeholder.

Ucapan terima kasih, merupakan hal yang paling sederhana, bernilai dan akan membekas

dalam diri setiap orang.

e) Meyakinkan stakeholder tentang pentingnya optimalisasi pemanfaatan lahan disekitar

embung karena stakeholder terkait akan mengambil bagian dalam pengembangannya,

bukan hanya tanaman hortikultura tetapi pakan ternak dan penghijauan harus dilakukan

untuk menjaga eksistensi dari embung tersebut.

f) Sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan.

Sosialisasi dilakukan kepada kelompok tani tentang penting dan manfaatnya bila

kelompok tani mengelola lahan disekitar embung yang ketersediaan airnya dapat

dimanfaatkan untuk berbagai tanaman hortikultura dan tanaman pangan.

g) Pendapingan kepada kelompok tani baik oleh PPL maupun bidang-bidang yang memiliki

kapabilitas terhadap pemanfaatan lahan pada daerah embung.

3.2. ANGGARAN

Proyek perubahan ini dilaksanakan belum tersedia anggaran karena pelaksanaan proyek

perubahan ini setelah penetapan APBD Perubagan. Namun dalam mendukung suksesnya

pelaksanaan proyek perubahan ini didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai

yang dimiliki stakeholder internal untuk mengolah lahan petani.

Dalam jangka menengah pelaksanaan proyek perubahan ini telah didukung dengan alokasi

anggaran dengan target 7 unit embung pada tahun anggaran 2020 akan ditata dan

dimanfaatkan untuk diolah lahan oleh kelompok tani.

32

BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil implementasi proyek perubahan yang berjudul “Optimalisasi

pemanfaatan lahan dalam upaya meningkatkan pendapatan petani di kabupaten Belu, maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, bukan hanya tanaman pangan

saja yang diolah petani, tetapi juga tanaman hortikultura karena memberikan dampak

yang signifikan apabila dapat dimanfaatkan oleh para petani.

2. Terdapat embung atau tampung air yang dibangun oleh pemerintah, baik oleh Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Runga, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan

maupun oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan belum sepenuhnya

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan hortikultura, oleh karena itu pemanfaatan

lahan disekitar embung oleh kelompok tani/masyarakat sangat diharapkan oleh

pemerintah dalam upaya meningkatkan pendapatan bagi petani.

4.2. SARAN

Bahwa pelaksanaan proyek perubahan ini tidak terhenti pada 2 kelompok yang telah ditata

dan diolah lahannya akan tetapi ini merupakan percontohan untuk selanjutnya menjadi ruul

model pengembangan embung yang tersebar pada seluruh wilayah kabupaten Belu.

4.3. REKOMENDASI

Dalam rangka peningkatan kinerja Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan

Kabupaten Belu, dengan indikator peningkatan pendapatan petani di Kabupaten Belu,

maka beberapa rekomendasi disampaikan sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Belu perlu intens membangun komitmen dan sinergi semua

pihak bagi OPD terkait dalam mengawal semua tahapan yang sudah dibangun secara

baik dan berkesinambungan, karena tujuan proyek perubahan ini sangat penting dan

strategis untuk daerah khusus peningkatan pendapatan petanih.

2. Perlu adanya komitmen Pemda Kabupaten Belu untuk menerapkan reward and

punishment kepada kelompok tani, yang berhasil dan gagal menerapkan kebijakan ini.

33

3. Waktu penyelesaian proyek perubahan berbenturan dengan agenda pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi stakeholder, untuk itu diharapkan LAN sebagai penyelenggara Diklat

dapat menjamin fleksibilitas waktu pelaksanaan proyek perubahan.

4.4. LESSON LEARN

Pengalaman yang didapat dalam proyek perubahan adalah:

1. Bahwa dalam proses implementasi proyek perubahan, project leader dituntut harus

mampu membangun dan mendayagunakan adaptive organization dan agile team yang

solit dan kuat, berkinerja dan inovatif menghadapi tuntutan perkembangan atau

perubahan global yang dinamis dan kompleks.

2. Keberhasilan proyek perubahan juga sangat ditentukan oleh pentingnya project leader

membangun net working dan komunikasi yang intens dengan stakeholder.

3. Proyek perubahan mengasah kemampuan manajerial dan leadership project leader, agar

mampu tampil sebagai pemimpin agail, pemimpin adaptif untuk menjawabi tuntutan

global yang kompetitif.

4. Pelaksanaan Proyek Perubahan ini diperlukan manajemen waktu yang baik sehingga

tugas pokok dan tugas pelaksanaan proyek perubahan dapat diselesaikan dengan baik dan

tepat waktu.