22
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA PERCOBAAN 3 GELOMBANG BUNYI KP: D Disusun Oleh : 1. Andreas Tonny/160214086 2. Ardi Triansyah/160214089 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SURABAYA 2015

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA PERCOBAAN 3 GELOMBANG BUNYI

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA

PERCOBAAN 3

GELOMBANG BUNYI

KP: D

Disusun Oleh :

1. Andreas Tonny/160214086

2. Ardi Triansyah/160214089

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS SURABAYA

2015

Percobaan 3

(Gelombang Bunyi)

A. Tujuan Percobaan

1. Memahami gejala resonansi bunyi

2. Menentukan kecepatan bunyi di udara

3. Menentukan frekuensi sumber bunyi yang akan ditera

4. Menentukan nada dasar dan nada atas untuk panjang kolom udara tertentu

B. Dasar Teori

Bunyi termasuk gelombang longitudinal yang terjadi akibat adanya perapatan dan

peregangan dalam medium padat, cair, atau gas. Gelombang ini dihasilkan ketika suatu benda

bergetar dan menggetarkan medium yang ada di sekitarnya sehingga menimbulkan perapatan

atau peregangan medium tersebut. Ketika gelombang longitudinal merambat sepanjang

medium, gelombang tersebut memindahkan energi dari suatu tempat ke tempat lain atau dari

suatu benda ke benda lainnya.

Rapatan dan regangan terjadi akibat adanya simpangan molekul-molekul dari posisi

setimbangnya. Jika pada gelombang tali simpangan partikel tali terjadi pada arah vertikal

maka simpangan molekul-molekul zat padat, cair, atau gas yang dilalui gelombang bunyi

terjadi pada arah horisontal. Selain dapat meninjau gelombang bunyi dalam bentuk rapatan

atau regangan (simpangan molekul), gelombang bunyi bisa ditinjau dari sudut pandang

tekanan. Ketika terjadi rapatan (molekul-molekul saling berdempetan), tekanan medium

bertambah.

Sebaliknya ketika terjadi peregangan (molekul-molekul saling menjauhi), tekanan

medium menjadi berkurang. Hal-hal yang berkaitan dengan gelombang bunyi, yaitu pertama,

sumber bunyi. Setiap bunyi yang dihasilkan pasti mempunyai sumber bunyi. Sumber bunyi

adalah benda yang bergetar. Kedua, bunyi merambat dari sumber bunyi dalam bentuk

gelombang longitudinal.

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena perapatan

dan perenggangan dalam medium yang dilalui (mediumnya bisa berupa benda padat, cair atau

gas). Bunyi membutuhkan medium (perantara atau penghantar) agar bisa merambat. Ketiga,

penerima bunyi. Contohnya pada manusia.

Organ telinga merupakan penerima bunyi bagi manusia sehingga manusia dapat

menerima bunyi. Kecepatan rambat gelombang bunyi di udara pada dasarnya dapat dihitung

dengan rumus yang sama dengan menghitung kecepatan rambat gelombang secara umum,

sebagai berikut:

v = λ . f

Keterangan:

v = kecepatan rambat gelombang (m/s)

λ = panjang gelombang (m)

f = frekuensi sumber bunyi (Hz)

Namun, besar panjang gelombang tidak dapat diketahui dengan pengukuran langsung

karena dalam tentunya kita tidak dapat melihat batas satu gelombang di udara. Sehingga

pengukuran panjang gelombang dilakukan pada kolom udara tertentu pada saat terjadi

resonansi. Resonansi merupakan peristiwa di mana ikut bergetarnya benda lain ketika ada

benda lain yang bergetar. Resonansi hanya terjadi jika kedua benda tersebut mempunyai

frekuensi yang sama.

Syarat lain terjadinya resonansi adalah terdapat pertemuan dua gelombang yang

amplitudo maksimumnya saling menguatkan sehingga saat terjadi resonansi terdengar

dengung yang sangat keras. Dalam percobaan ini, jika diilustrasikan ada beberapa

kemungkinan terjadinya resonansi, di mana di air sebagai pemantul terjadi simpul gelombang,

dan di mulut tabung terjadi perut gelombang. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Pada kasus tabung resonansi (pipa organa tertutup), sumber bunyi diletakkan di ujung

tabung yang terbuka, lalu digetarkan sehingga gelombang bunyi merambat ke dalam kolom

udara. Oleh karena salah satu ujung pipa tertutup, maka gelombang bunyi akan dipantulkan ke

ujung lainnya.

Adanya dua gelombang bunyi yang merambat dalam arah yang berlawanan maka akan

terjadi interferensi sehingga timbul gelombang bunyi berdiri dalam kolom udara. Agar bisa

timbul gelombang berdiri maka frekuensi kedua gelombang bunyi yang tumpang tindih harus

sama dengan frekuensi alami kolom udara (frekuensi resonansi). Agar bisa terjadi gelombang

berdiri maka ujung pipa yang tertutup harus berperan sebagai titik simpul simpangan (node),

sebaliknya ujung pipa terbuka berperan sebagai titik perut simpangan (anti node), seperti

terlihat pada GAMBAR 1.

Jarak minimum antara titik simpul dan titik perut sebuah gelombang berdiri adalah 1/4

panjang gelombang (1/4 λ), karenanya gelombang berdiri bisa terjadi jika panjang kolom

udara atau panjang pipa minimal harus sama dengan 1/4 λ. Secara matematis dapat ditulis

seperti ini:

L=(2n+1)λ/4

Keterangan:

L = panjang pipa atau panjang kolom udara (m)

λ = panjang gelombang bunyi resonansi (m)

n = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dst

Catatan: resonansi dasar terjadi ketika n = 0, sedangkan n = 1, 2, … menghasilkan resonansi

nada atas pertama, kedua, dst. Pada kenyataannya letak perut gelombang terluar pada saat

resonansi berada sedikit di atas mulut tabung, yakni sekitar 0,3 kali diameter tabung. Untuk

menentukan panjang gelombang bunyi digunakan metode selisih posisi resonansi berurutan

yaitu:

ΔL=L3-L2=λ2

Bila dimasukkan ke dalam persamaan v=λ.f, maka nilai kecepatan rambat bunyi di udara

dapat diperoleh. Selain itu, cepat rambat bunyi di udara dapat dicari melalui metode kecepatan

bunyi sebagai fungsi suhu udara, seperti berikut:

v=√ γRTM

Keterangan:

V = cepat rambat bunyi di udara (m/s)

γ = tetapan Laplace = 1,4

R = tetapan umum gas ideal = 8,314 J/kmol-1

T = suhu mutlak (K)

M = massa molekul gas (kg kmol-1)=28,8 10-3 kg.mol-1

Dari persamaan di atas, dapat diketahui bahwa cepat rambat bunyi dalam udara tidak

dipengaruhi oleh tekanan, dan berbanding lurus dengan akar suhu mutlaknya. Namun, cepat

rambat bunyi dalam udara berbanding terbalik dengan akar massa jenis normalnya, apabila

tetapan Laplacenya sama.

C. Alat Bahan dan Cara Kerja

a. Alat Bahan

Adapun alat yang diperlukan dalam percobaan ini adalah:

a. Tabung resonansi beserta pengontrol permukaan air, 1 buah.

b. Microphone dan headphone, masing-masing 1 buah.

c. Sumber bunyi dengan frekuensi variabel.

d. Sepotong kayu untuk menggetarkan garpu tala, 1 buah.

e. Rollmeter, 1 buah.

b. Cara Kerja

Untuk melakukan percobaan ini diperlukan langkah-langkah yang runtut, sebagai

berikut:

1. Mencatat suhu dan tekanan udara saat percobaan.

2.Memastikan alat terpasang seperti GAMBAR 3.1

Percobaan a (menentukan kecepatan rambatan bunyi di udara)

3. Mengisi penuh tabung resonansi menggunakan pengontrol permukaan air.

4. Menyalakan sumber bunyi dengan frekuensi tertentu di atas tabung resonansi,

frekuensi yang diperbolehkan antara 450 – 650 Hz.

5. Menurunkan permukaan air (mengubah panjang kolom udara) perlahan-lahan

hingga terdengar suara dengung yang menandakan resonansi gelombang bunyi

pertama.

6. Mencatat kedudukan permukaan air dari mulut tabung sebagai panjang kolom udara,

saat terjadi resonansi.

7. Terus menurunkan permukaan air hingga didapatkan kedudukan permukaan yang

menimbulkan resonansi kedua dan ketiga, kemudian mencatatnya sebagai panjang

kolom udara juga.

8. Melakukan langkah 3 sampai langkah 8 untuk empat frekuensi yang berbeda.

Percobaan b (menentukan frekuensi sumber bunyi yang akan ditera)

9. Meletakkan garpu tala di atas tabung resonansi dan menurunkan

permukaan air hingga terjadi dengung yang menandakan resonansi pertama.

10. Mencatat kedudukan permukaan air dari mulut tabung sebagai panjang kolom

udara.

11. Terus menurunkan permukaan air sampai didapatkan kedudukan permukaan air

yang menimbulkan resonansi kedua dan ketiga, kemudian mencatatnya juga.

Percobaan c (menentukan nada dasar dan nada atas untuk panjang kolom udara

tertentu)

14. Menetapkan panjang kolom udara tertentu, yaitu dari mulut tabung sampai

permukaan air.

15. Mengubah-ubah frekuensi sumber bunyi hingga didapat frekuensi yang

menyebabkan resonansi pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima.

16. Mengulangi pengukuran sebanyak lima kali..

D. Data Hasil Pengukuran

1. Skala terkecil roll meter = 10-1 cm

2. Skala terkecil sumber bunyi penghasil frekuensi = 1Hz

3. Suhu Udara = 280C

4. Tekanan Udara = 755 mmHg

Tabel Hasil Pengukuran (Menentukan cepat rambat bunyi di udara)

Frekuensi sumber bunyi : f1 = 445 Hz

Panjang kolom udara (m)

Pengukuran ke :

1 2 3

L1 0.222 0.227 0.233

L2 0.434 0.427 0.429

L3 0.801 0.805 0.804

Frekuensi sumber bunyi : f2 = 530 Hz

Panjang kolom udara (cm)

Pengukuran ke :

1 2 3

L1 0.207 0.205 0.204

L2 0.417 0.411 0.413

L3 0.79 0.797 0.795

Frekuensi sumber bunyi : f3 = 605 HzPanjang kolom udara

(cm)Pengukuran ke :

1 2 3L1 0.201 0.195 0.197L2 0.388 0.386 0.386L3 0.735 0.73 0.735

Frekuensi sumber bunyi : f4 = 680 HzPanjang kolom udara

(cm)Pengukuran ke :

1 2 3L1 0.171 0.175 0.172L2 0.365 0.368 0.364L3 0.642 0.645 0.643

Frekuensi sumber bunyi : f5 = 755 Hz

Panjang kolom udara (cm)

Pengukuran ke :1 2 3

L1 0.149 0.145 0.143L2 0.335 0.34 0.339L3 0.576 0.57 0.572

2. Menentukan frekuensi sumber bunyi yang akan ditera

Frekuensi sumber bunyi yang akan ditera :

Panjang kolom udara (cm) Pengukuran ke :

1 2 3

L1 16.2 16 16.1

L2 56 56.5 56.6

L3 89 85.4 85.3

3. Menentukan nada dasar dan nada atas untuk panjang kolom udara tertentu

Untuk panjang kolom udara tertentu : L = 35 cm

Frekuensi (Hz) Pengukuran ke :

1 2 3

f1 226 233 236

f2 679 684 680

f3 1308 1309 1310

f4 2028 2041 2047

f5 2610 2615 2620

B. Analisa Kuantitatif

Ralat Langsung ( 1 kali pengukuran)

Skala terkecil rollmeter = 0,1 cm

Ralat = ½ x skala terkecil = 0,005 cm

Skala terkecil sumber bunyi penghasil frekuensi = 1 Hz

Ralat = ½ x skala terkecil = 0,5 Hz

Skala terkecil termometer ruangan = 1OC

Ralat = ½ x skala terkecil = 0,5OC

Skala terkecil barometer = 1 mmHg

Ralat = ½ x skala terkecil = 0,5 mmHg

1. MENENTUKAN KECEPATAN RAMBATAN BUNYI

Frekuensi sumber bunyi : f1 = 445 HzPanjang kolom

udara (m)Pengukuran ke :

1 2 3 ɩL1 0.222 0.227 0.233 0.23L2 0.434 0.427 0.429 0.43L3 0.801 0.805 0.804 0.80

L2(rata2) 0.43

L3(rata2) 0.80

ΔL(rata2) 0.37λ 0.75f 467.12

Frekuensi sumber bunyi : f2 = 530 Hz

Panjang kolom udara (cm)

Pengukuran ke :

1 2 3 ɩ

L1 0.207 0.205 0.204 0.21

L2 0.417 0.411 0.413 0.41

L3 0.79 0.797 0.795 0.79

L2(rata2) 0.41

L3(rata2) 0.79

ΔL(rata2) 0.38

λ 0.76

f 458.52

Frekuensi sumber bunyi : f3 = 605 HzPanjang kolom

udara (cm)Pengukuran ke :

1 2 3 ɩL1 0.201 0.195 0.197 0.20L2 0.388 0.386 0.386 0.39L3 0.735 0.73 0.735 0.73

L2(rata2) 0.39L3(rata2) 0.73ΔL(rata2) 0.35

λ 0.69f 503.05

Frekuensi sumber bunyi : f4 = 680 HzPanjang kolom

udara (cm)Pengukuran ke :

1 2 3 ɩL1 0.171 0.175 0.172 0.17L2 0.365 0.368 0.364 0.37L3 0.642 0.645 0.643 0.64

L2(rata2) 0.37L3(rata2) 0.64ΔL(rata2) 0.28

λ 0.56f 628.06

Frekuensi sumber bunyi : f5 = 755 HzPanjang kolom

udara (cm)Pengukuran ke :

1 2 3 ɩL1 0.149 0.145 0.143 0.15L2 0.335 0.34 0.339 0.34L3 0.576 0.57 0.572 0.57

L2(rata2) 0.34

L3(rata2) 0.57

ΔL(rata2) 0.23

λ 0.47

f 743.15

Menghitung Rata-rata Panjang Kolom Udara (L):

L=1n∑ L ¿ 0.222+0.227+0.233

3 = 0.23 m

Menghitung selisih panjang kolom udara melalui rata-rata panjang kolom L3 atau L2

∆ L=L3−L2

= 0.80-0.43

= 0.37 m

Menghitung Panjang gelombang

λ= vf

λ=2 x0.37

= 0.75 m

R 8.314

γ 1.4

M 0.0288

T 301

Menghitung kecepatan rambat bunyi

v=√ γRTM

v = √1.4 x 8.314 x 301/0.0288

= 348.7836 m/s

Menghitung frekuensi sumber bunyi

f = vλ

f = 348.7836 / 0.75

= 467.12 Hz

o Grafik f terhadap 1ΔL

Dimana terdapat :

Sumbu x sebagai f

Sumbu y sebagai 1ΔL

Xn (f) Yn Xn.Yn Xn2

467.12 2.68 1251.21 218201.09

458.52 2.63 1205.57 210240.59

503.05 2.88 1451.11 253059.30

628.06 3.60 2261.92 394459.36

743.15 4.26 3166.83 552271.92Σ 2799.9 16.06 9336.65 1628232.27

A = ∑ X n2∑Yn−∑ Xn ∑ XnYnN ∑ X n2−¿¿

= 1628232.27 x 16.06−2799.9 x 9336.655 x 1628232.27−¿¿ = 6.515E-05

B = N ∑ XnYn−∑ Xn ∑Yn

N ∑ X n2−¿¿

= 5x 9336.65−2799.9 x 16.065x 1628232.27−¿¿ = 0.0057

400 450 500 550 600 650 700 750 8000.000.501.001.502.002.503.003.504.004.50

f(x) = 0.00573411116299845 x + 6.51496848944611E-05R² = 0.999999999845255

Grafik f terhadap

Grafik f terhadap garis regresiLinear (garis regresi)

f ( Hz)

v=λ × f

v=(2× ∆ L ) × f

1∆ L

=2v

× f

y = B x B = 2v v = 2

B

Persamaan garis

A = 6.515E-05

B 0.0057

R2= 0.999

1ΔL

=¿6.515E-05f + 0.0057

Menghitung cepat rambat bunyi dari persamaan garis

B = 2v

v = 2B =

20.0057 ≈ 348.7899

ms

v = 348.7899 ms

2. Menentukan frekuensi sumber bunyi yang akan ditera

Mencari frekuensi garputala yang di tera (f)

v (m/s) L2 (m) L3 (m) ΔL (m) λ (m) f (Hz)δn δn^2

348.789956 89 33 66 5.28

-0.51 0.26

348.789956.5 85.4 28.9 57.8 6.03

0.24 0.06

348.789956.6 85.3 28.7 57.4 6.08

0.28 0.08

5.80 0.40

f = vλ

f = 352.6/66

= 5.34 Hz

f =1n∑ fi ¿

5.28+6.03+6.083 = 5.80 m

Menghitung Standard deviasi:

5.80

S f = √ Σ δ2

(N−1) =√ 0.40

(3−1) = 0.44549 cm

3. Menentukan nada dasar dan nada atas untuk panjang kolom udara tertentu

Untuk panjang kolom udara tertentu : L = 35 cm

Frekuensi (Hz)Pengukuran ke :

1 2 3 f

f1 226 233 236 231.67

f2 679 684 680 681.00

f3 1308 1309 1310 1309.00

f4 2028 2041 2047 2038.67

f5 2610 2615 2620 2615.00

Perbandingan Percobaan = 1 : 3 : 5 : 9 : 11

Perbandingan Literatur = 1 : 3 : 5 : 7 : 9

o Menghitung eror dan akurasi pada gelombang bunyi

1. Menentukan cepat rambat bunyi di udara

Literatur teori yang disediakan yaitu menggunakan 340 m/s sebagai cepat rambat

bunyi di udara.

% Error=|V grafik−LiteraturLiteratur |x100 %

% Error=|348.7899−340340 |x 100 %=¿2.58 %

f = 5.80 ± 0.44549 Hz

% Akurasi = 100% - 2.58 %

= 97.42 %

E. Analisa Kualitatif

Pada percobaan 3, “Gelombang Bunyi” praktikan melakukan tiga sub-judul percobaan

yang berbeda. Pada percobaan , praktikan diminta menentukan cepat rambat bunyi di udara,

Menentukan frekuensi sumber bunyi yang akan ditera dan menentukan nada dasar dan nada

atas untuk panjang kolom udara tertentu

Dalam rambatannya gelombang bunyi mempunyai besaran kecepatan, frekuensi, dan

panjang gelombang.

λ= vf

Dimana λ = panjang gelombang bunyi

v = cepat rambat bunyi di udara

f = frekuensi gelombang bunyi = frekuensi

Percobaan ini menggunakan tabung resonansi, dengan cara memasukkan air ke dalam

tabung sehingga berfungsi sebagai tabung organa tertutup. Jika terjadi resonansi, maka

permukaan air merupakan tempat simpul gelombang, sedang ujung tabung yang terbuka

merupakan tempat perut gelombang. Praktikan dalam menentukan panjang kolom udara

diberikan frekuensi sumber bunyi antara lain f1 = 445 Hz, f2= 530 Hz, f3= 605 Hz, f4= 680

Hz dan f5 = 755 Hz. Untuk menentukan sumber bunyi yang akan ditera dengan menggunakan

speaker hitam untuk menentukan panjang kolom udara, selain itu untuk nada dasar dan nada

atas praktikan mendapatkan panjang kolom udara tertentu sebesar 0.35 m.

Pada percobaan kali ini praktikan mendapatkan cepat rambat bunyi di udara secara grafik

yaitu 348.7899 ms . Dengan hasil perhitungan eror didapatkan 2.58 % dan akurasi praktikan

pada percobaan 3 gelombang bunyi ini yaitu 97.42 %. Setelah itu, praktikan menentukan

frekuensi sumber bunyi yang akan di tera dimana didapatkan hasil frekuensi sebesar f = 5.80 ±

0.44549 Hz. Untuk menentukan nada dasar didapatkan hasil literaturnya 1:3:5:7:9 itu

praktikan mendapatkan kesalahan dari bunyi yang diukur tidak teliti maka didapatkan hasil

percobaan 1:3:5:9:11 hasilnya berbeda jauh dengan hasil yang diharapkan.

Panjang kolom udara dalam tabung dapat diatur dengan mengubah posisi permukaan

airnya. Pada kolom udara yang terpendek, maka panjangnya akan sama dengan seperempat

panjang gelombangnya. Bunyi yang terdengar merupakan bunyi paling kuat, sedang panjang

kolom udara yang lebih panjang, yaitu 3/4 panjang gelombang, dan seterusnya, bunyi yang

terdengar makin lemah.

Sebenarnya letak perut gelombang terluar pada saat resonansi berada sedikit di atas mulut

tabung sekitar 0,3 kali diameter tabung. Oleh karena itu untuk menentukan panjang

gelombang bunyi dipakai metoda selisih posisi resonansi berurutan, sebagai berikut:

ΔL = ∆ L3−∆ L2Bila panjang kolom udara dalam tabung tidak diubah, maka hanya

frekuensi-frekuensi tertentu saja yang menghasilkan resonansi.

Selain itu, cepat rambat bunyi di udara dapat dicari melalui metode kecepatan bunyi

sebagai fungsi suhu udara, seperti berikut

v=√ γ RTM

Keterangan: v = cepat rambat bunyi di udara (m/s) ; γ = tetapan Laplace = 1,4 ; R =

tetapan umum gas ideal = 8300 J/kmol-1 K-1 ; T = suhu mutlak (K) ; M = massa molekul gas

(kg kmol-1)=28,8 kg kmol-1. Dalam hal ini ruangan didapatkan suhu konstan 280C diubah

menjadi Kelvin 301 K , Dengan memasukkan angka-angka tetapan serta hasil pengukuran

suhu ruangan saat dilakukan percobaan, maka praktikan mendapatkan cepat rambat bunyi

sebesar 348,7836 m/s

Dari persamaan di atas, dapat diketahui bahwa cepat rambat bunyi dalam udara tidak

dipengaruhi oleh tekanan, dan berbanding lurus dengan akar suhu mutlaknya. Namun, cepat

rambat bunyi dalam udara berbanding terbalik dengan akar massa jenis normalnya, apabila

tetapan Laplacenya sama.

Dalam praktikum percobaan kali ini kami mendapatkan factor-factor yang membuat

percobaan kali ini melakukan kesalahan. Yang pertama praktikan dalam melakukan

pengukuran yang meliputi pengukuran panjang kolom udara, yang kedua yaitu factor alat

percobaan yang digunakan Alat yang digunakan tidak berada dalam kondisi yang ideal

misalnya frekuensi sumber bunyi yang tidak tetap (naik-turun), headphone yang tidak

terdengar jelas, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh pula, dapat dilihat bahwa semakin besar

frekuensi sumber bunyi yang digunakan, maka panjang gelombang yang dihasilkan semakin

kecil. Dari hasil tersebut, ditemukan perbandingan nada dasar dibanding nada atas pertama

dibanding nada atas kedua dibanding nada atas ketiga dibanding nada atas keempat sebesar

1:3:5:7:9. Hal ini tentunya pada penjelasan dengan teori harus sama, maka kami tentunya

tidak sama dengan teori yang menyatakan bahwa perbandingan nada dasar dibanding nada

atas pertama sampai keempat pada pipa organa tertutup berturut – turut adalah 1:3:5:7:9.

Disini praktikan terdapat kesalahan saat menentukan nada dasar dan nada atas.

Untuk analisa grafiknya kami mendapatkan hasil grafik A = 6.515E-05 dan B =

0.0057 maka didapatkan grafik dengan y = 0.0057x + 6.515E-05.

F. Kesimpulan

1. Praktikan dapat menentukan cepat rambat bunyi di udara dengan tiga metode

berbeda. Melalui metode persamaan, dengan memanfaatkan persamaan cepat rambat bunyi di

udara sebagai fungsi suhu, v=γRTM ditemukan harga cepat rambat bunyi di udara sebesar

348.7899 ms . untuk menentukan frekuensi sumber bunyi yang akan ditera f = 5.80 ± 0.44549

Hz. Sedangkan teori menyebutkan cepat rambat bunyi di udara sebesar 340 m/s. Perbedaan

tersebut disebabkan berbagai hal, di antaranya faktor alat yang tidak ideal, ketidaktelitian

praktikan, pendengaran setiap individu yang berbeda, suhu udara dan tekanan udara di

laboraturium yang berbeda dengan suhu udara dan tekanan udara yang diharapkan. Dapat

disimpulkan pula bahwa frekuensi bunyi berbanding terbalik dengan panjang gelombang

bunyi yang dihasilkan.

2. Praktikan dapat memahami gejala resonansi bunyi yang pada percobaan ini

dapat diketahui lewat suara dengungan yang keras yang terjadi karena interferensi gelombang

bunyi dimana simpul-simpul dari gelombang bunyi yang saling menguatkan sehingga

amplitudonya semakin besar. Semakin besar amplitudonya, maka suara dengungan semakin

keras.

3. pada percobaan untuk menentukan nada dasar dan nada atas praktikan dapat

menentukan perbandingan nada dasar dari nada atas pertama, nada atas kedua, nada atas

ketiga, dan nada atas keempat pada pipa organa tertutup. Secara teori didapatkan 1:3:5:7:9,

dan hasil pengukuran praktikan mendapatkan perbandingannya 1:3:5:9:11. Disini harapan

untuk mencapai kesamaan dengan teori tidak sama karena kesalahan praktikan saat

menentukan titik bunyi dengan dengungan yang keras.

4. Hal tersebut menunjukkan akurasi yang didapatkan 97.42% dengan eror yang

dihasilkan yaitu 2.58 %.

DAFTAR PUSTAKA

1. Irawati, fenny, dkk. 2015. Petujuk Praktikum Fisika Berdasarkan Kurikulum 2010.

Buku tidak diterbitkan. Universitas Surabaya. Surabaya.

2. Sutrisno , Seri Fisika Dasar, Penerbit ITB , 2000

3. Halliday, D.,Resnick, R., Walker, J., Fundamentals of physics, john wiley “& sons,

1997.

4. http://www.informasi-pendidikan.com/2014/12/cepat-rambat-bunyi.html . diakses

pada jumat, 24 mei 2015.