11
GENERALISASI METODE PENGKONSTRUKSIAN PERSEGI AJAIB ORDER GENAP DENGAN ELEMEN PENYUSUN BILANGAN RASIONAL Yeni Rohma Yanti, Dr. Baiduri, M.Si, Dr. Moh. Mahfud Effendi, M.M [email protected] 085733359386 ABSTRAK Abstract: Magic square is a set of numbers which arrange in a square is anΓ— and there should be no numbers are repeated also amount of each row, each column, and bath diagonal is the same. The magic square construction requeres construct and method of magic number. Construction methods of magic square used Diagonal Lozenge Method, Strachey Method, and LUX method. The steps of constructing of magic square even order is constituent elements of magic square forming and arithmetic sequence pattern, furthermore to calculate the magic square number is use this formula = + 2 ( 2 βˆ’ 1) and constructed by Diagonal Lozenge method, Strachey method, and LUX method. The construction results obtained can be modified in matrix form [] + 1 [ ]. Abstrak: Persegi ajaib adalah sekumpulan bilangan yang tersusun dalam sebuah persegi ukuran Γ— dengan tidak bolah ada bilangan yang berulang serta jumlah dari baris, kolom, dan diagonal adalah sama. Pada konstruksi persegi ajaib memerlukan metode konstruksi dan jumlah ajaib. Metode konstruksi persegi ajaib yang digunakan adalah metode Diagonal Lozenge, metode Strachey, dan metode LUX. Langkah-langkah dalam mengkonstruksi persegia ajaib order genap yakni elemen penyusun persegi ajaib memebentuk pola barisan aritmatika, selanjutnya menghitung jumlah ajaibnya menggunkan rumus = + 2 ( 2 βˆ’ 1) dan dikonstruksi dengan metode Diagonal Lozenge, metode Strachey, dan metode LUX. Hasil konsruksi yang didapat dirubah dalam bentuk matriks, sehigga akhirnya membentuk matriks [] + 1 [ ]. Kata Kunci:Magic Square, Generalisasi, Jumlah Ajaib, Matriks. PENDAHULUAN Persegi ajaib (Magic Square) merupakan salah satu karya seni matematika yang sudah dikenal sejak 2800 sebelum Masehi oleh Bangsa Cina(Tung Khoe, 2011). Persegi ajaib (Magic Square) mempunyai banyak manfaat yakni, untuk mengasah otak anak, melatih daya ingat, serta dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak.Banyak metode yang bisa digunakan dalam mengkonstruksi persegi ajaib, tetapi tidak semua persegi dapat dikonstruksi dengan metode yang sama. Hal tersebut membuat para matematikawan tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang metode pengkonstruksian persegi ajaib. Seperti yang telah dilakukan oleh Hendarto (2006) mengkaji metoda konstruksi persegi ajaib order Γ— dan dalam penelitianya tersebut

magic square

Embed Size (px)

Citation preview

GENERALISASI METODE PENGKONSTRUKSIAN PERSEGI

AJAIB ORDER GENAP DENGAN ELEMEN PENYUSUN

BILANGAN RASIONAL

Yeni Rohma Yanti, Dr. Baiduri, M.Si, Dr. Moh. Mahfud Effendi, M.M

[email protected]

085733359386

ABSTRAK

Abstract: Magic square is a set of numbers which arrange in a square is an𝑛 Γ— 𝑛 and there should

be no numbers are repeated also amount of each row, each column, and bath diagonal is the same.

The magic square construction requeres construct and method of magic number. Construction

methods of magic square used Diagonal Lozenge Method, Strachey Method, and LUX method.

The steps of constructing of magic square even order is constituent elements of magic square

forming and arithmetic sequence pattern, furthermore to calculate the magic square number is use

this formula πœ‡π‘› = π‘›π‘Ž +𝑛

2(𝑛2 βˆ’ 1)

𝑑

𝑒 and constructed by Diagonal Lozenge method, Strachey

method, and LUX method. The construction results obtained can be modified in matrix form [𝐴] +1

𝑒[𝑇𝑛].

Abstrak: Persegi ajaib adalah sekumpulan bilangan yang tersusun dalam sebuah persegi ukuran

𝑛 Γ— 𝑛 dengan tidak bolah ada bilangan yang berulang serta jumlah dari baris, kolom, dan diagonal

adalah sama. Pada konstruksi persegi ajaib memerlukan metode konstruksi dan jumlah ajaib.

Metode konstruksi persegi ajaib yang digunakan adalah metode Diagonal Lozenge, metode

Strachey, dan metode LUX. Langkah-langkah dalam mengkonstruksi persegia ajaib order genap

yakni elemen penyusun persegi ajaib memebentuk pola barisan aritmatika, selanjutnya menghitung

jumlah ajaibnya menggunkan rumus πœ‡π‘› = π‘›π‘Ž +𝑛

2(𝑛2 βˆ’ 1)

𝑑

𝑒 dan dikonstruksi dengan metode

Diagonal Lozenge, metode Strachey, dan metode LUX. Hasil konsruksi yang didapat dirubah

dalam bentuk matriks, sehigga akhirnya membentuk matriks [𝐴] +1

𝑒[𝑇𝑛].

Kata Kunci:Magic Square, Generalisasi, Jumlah Ajaib, Matriks.

PENDAHULUAN

Persegi ajaib (Magic Square)

merupakan salah satu karya seni

matematika yang sudah dikenal sejak

2800 sebelum Masehi oleh Bangsa

Cina(Tung Khoe, 2011). Persegi ajaib

(Magic Square) mempunyai banyak

manfaat yakni, untuk mengasah otak

anak, melatih daya ingat, serta dapat

meningkatkan konsentrasi belajar

anak.Banyak metode yang bisa

digunakan dalam mengkonstruksi

persegi ajaib, tetapi tidak semua

persegi dapat dikonstruksi dengan

metode yang sama. Hal tersebut

membuat para matematikawan tertarik

untuk meneliti lebih lanjut tentang

metode pengkonstruksian persegi ajaib.

Seperti yang telah dilakukan oleh

Hendarto (2006) mengkaji metoda

konstruksi persegi ajaib order 𝑛 Γ— 𝑛

dan dalam penelitianya tersebut

menyebutkan bahwa Andrew (1927),

Benson (1976) dan Cazalas (1934)

telah menyelesaikan masalah

konstruksi persegi ajaib beberapa

bilangan asli dan kelipatanya, Andrew

(1960) dan Chebrakov (1998)

menyelesaikan untuk pengkonstruksian

bilangan prima. Hasil dari konstruksi

persegi ajaib tersebut adalah sebuah

persegi ajaib baku, dengan bilangan

penyusun dimulai dari angka

1, 2, 3, … , 𝑛2 dan generalisasi jumlah

ajaibnya adalah 𝑆𝑛

2

𝑛.

Perkembangan yang cukup

pesat terjadi pada metode

pengkonstruksian dan penentuan

bilangan ajaib pada persegi ajaib.

Perhitungan jumlah ajaib yang

digunakan oleh Yulianto (2011)

menggunakan model barisan aritmatika

dan hasil generalisasi jumlah ajaib

untuk order-4πœ‡4 β‰₯ 34, sedangkan nilai

antar suku pada baris aritmatika sangat

dipengaruhi oleh suku pertama dan

selisih (beda) antar bilangan. Dari

bentuk persegi ajaib yang ada selisih

antar bilangan ajaib berupa bilangan

bulat sehingga bilangan ajaib yang

terbentuk merupakan elemen bilangan

bulat.Selisih antar bilangan ajaib tidak

hanya pada bilangan bulat saja

sehingga bisa dikembangkan pada

bilangan rasional dan jumlah ajaib pada

persegi ajaib yang dihasilkan elemen

bilangan rasional. Pada kajin ini jumlah

ajaib πœ‡π‘› akan diperluas menjadi elemen

bilangan rasional dengan aturan barisan

matematika yang selisih antar bilangan

ajaib merupakan elemen bilangan

rasional. Elemen bilangan persegi ajaib

yang dihasilkan dikonstruksi dengan

beberapa metode yakni metode

lozenge, strachey method, dan metode

LUX, hasil dari konstruksi dianalisis

dan dibentuk matriks dengan

menggunakan aturan penjumlahan

matriks dan perkalian matriks dengan

skalar. Penulis memilih konstruksi

menggunakan penjumlahan dan

perkalian matriks dengan skalar karena

matriks lebih mudah dipahami dan

hampir semua orang memahami materi

tersebut sehingga nantinya bisa

mempermudah dalam mengkonstruksi

persegi ajaib tanpa harus menghafal

metode konstruksi yang baru.

Berdasarkan pemahaman di

atas maka penulis tertarik untuk

mengembangkan konstruksi persegi

ajaib dengan menggunakan elemen

bilangan rasional pada order genap

dengan 𝑛 β‰  2. Sehingga penulis

memberi judul tugas akhir ini

β€œGeneralisasi Metode

Pengkonstruksian Persegi Ajaib Order

Genap Dengan Elemen Penyusun

Bilangan Rasional”.

Normal Magic Square (Persegi Ajaib

Baku)

Normal magic square atau

sering disebut persegi ajaib baku

merupakan persegi ajaib dengan ukuran

𝑛 Γ— 𝑛 petak yang setiap petaknya

tersusun atas bilangan-bilangan

berbeda sebanyak𝑛2 dengan 𝑛 adalah

bilangan bulat positif(Pickover, 2002).

Order persegi ajaib adalah sebuah

persegi yang memiliki 𝑛 baris dan 𝑛

kolom dengan elemen sebanyak

𝑛2(Kirmani dan Singh : 2005).

Konstruksi Persegi Ajaib

Pengkonstruksian pada persegi

ajaib ini merupakan persoalan yang

luas, baik ditinjau dari order maupun

metode konstruksinya. Metode

konstruksi persegi ajaib secara umum

dikelompokkan menjadi dua besar

yakni order genap (2𝑛) dan order

ganjil (2𝑛 + 1). Pada kajian ini akan

membahas tentang generalisasi metode

konstruksi pada persegi ajaib order

genap (2𝑛) dengan menggunakan

contoh yang terbatas pada order 2 <

𝑛 ≀ 8. Bilangan ajaib/elemen penyusun

persegi ajaib (π‘Žπ‘–π‘—) yang digunakan

dalam menyusun persegi ajaib adalah

bilangan rasional karena dalam

menentukan selisih antar bilangan ajaib

menggunakan bilangan rasional

sehingga elemen penyusun persegi

ajaib merupakan bilangan rasional

sehingga jumlah ajaib (πœ‡π‘›) yang

peroleh merupakan elemenbilangan

rasional.

Langkah-langkah dalam Konstruksi

Metode Strachey(Mujtahidah, 2013)

1. Persegi order (4π‘š + 2) dibagi

menjadi 4 bagian sama besar yang

tiap bagianya diberi mana

𝐴, 𝐡, 𝐢, dan 𝐷 dengan urutan

2. pada bagian 𝐴 diisi dengan bilangan

ke-1 hingga bilangan ke-1

4𝑛2,

sedangkan pada bagian 𝐡 diisi

dengan bilangan lanjutan dari

bagian 𝐴 sebanyak 1

4𝑛2, begitu juga

dengan bagian 𝐢 yang merupakan

lanjutan dari bilangan pada bagian 𝐡

sebanyak 1

4𝑛2, dan 𝐷 merupakan

lanjutan dari bilangan pada bagian 𝐢

sebanyak 1

4𝑛2. Sedangkan

penempatan bilangan pada masing-

masing bagian menggunakan aturan

pada metode Siames.

3. menukar π‘š kolom pertama pada

bagian 𝐴 dengan π‘š kolom pertama

pada bagian𝐷. Kemudian menukar

(π‘š βˆ’ 1) kolom terakhir pada

bagian𝐡 dengan (π‘š βˆ’ 1) kolom

terakhir pada bagian𝐢.

4. menukar petak barisan tengah paling

kiri pada bagian A dengan sel yang

sesuai pada bagian D. Kemudian

menukar petak yang tepat di tengah-

tengah pada bagian A dengan sel

yang sesuai pada bagian D.

Langkah-langkah dalam Konstruksi

Metode LUX(Mujtahidah, 2013)

Gambar 1 Metode LUX

1. Persegi order (4π‘š + 2) dibagi

menjadi kumpulan petak 2 Γ— 2.

2. Petak-petak yang terbentuk diberi

tanda dengan ketentuan sebagai

berikut.

(π‘š βˆ’ 1) baris pertama adalah L

1 baris berikutnya adalah U

(π‘š βˆ’ 1) baris terakhir adalah X

Selanjutnya tukar petak U yang

berada di tengah dengan petak L

yang ada di atasnya.

3. Menuliskan bilangan menggunakan

metode Siames hingga semua petak

terisi dengan menggunakan aturan

LUX pada gambar 1.

Langkah-langkah dalam Konstruksi

Metode Diagonal Lozenge

Simon (1964) menggambarkan

langkah-langkah dalam

mengkonstruksi persegi ajaib berorder-

4π‘š dengan π‘š β‰₯ 1, berikut adalah

langkah-langkahnya:

1. Gambar persegi kosong 𝑛 Γ— 𝑛 yang

berukuran order-4π‘š dan masukkan

bilangan secara berurutan

dimulaidari bilangan pertama hingga

bilangan terakhir dalam persegi

tersebut.

2. Buat garis menyilang disetiap

diagonalnya.

3. Refleksikan semua bilangan yang

terletak pada garis diagonal tersebut

terhadap titik pusat persegi.

4. satukan hasil refleksi tersebut

dengan bilangan awal yang tetap

pada posisinya semula.

METODE PENELITIAN

Persegi ajaib sangat menarik

untuk digeneralisasi serta banyak

metode yang bisa digunakan untuk

konstruksi persegi ajaib, cara

konstruksi persegi ajaib dibagi dalam

dua kelompok besar yakni berdasarkan

pada order persegi ajaib, yang mana

ada order ganjil (2𝑛 + 1) dan genap

(2𝑛). Konstruksi order ganjil bisa

menggunakan metode siames,

sedangkan order genap menggunakan

metode lozenge, metode strachey, dan

metode LUX, sedangkan pada

penelitian ini membahas order genap.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menentukan Pola Bilangan

Penyusun Persegi Ajaib

Pola bilangan penyusun persegi

ajaib baku yang digunakan haruslah

membentuk pola barisan aritmatika

yaitu memiliki selisis antara dua suku

yang berurutan selalu tetap.Selisih

antar bilangan pada persegi ajaib harus

berupa bilangan pecahan, sehingga

dapat dimisalkansuku pertama π‘Ž dan

selisih antar bilangan𝑑

𝑒dengan 𝑑, 𝑒 ∈ 𝑍

, 𝑑 β‰  0, 𝑒 β‰  0 dan 𝑑 < 𝑒 maka.

π‘Ž, π‘Ž +𝑑

𝑒, π‘Ž +

2𝑑

𝑒, … , π‘Ž +

(π‘›βˆ’1)𝑑

𝑒 ......... (1)

Setelah didapat barisan aritmatika

langkah selanjutnya adalah menghitung

jumlah ajaib persegi ajaib baku yang

dalam perhitunganya memerlukan deret

aritmatika sehingga dari barisan

aritmatika tersebut dibentuk menjadi

deret aritmatika dan hasilnya sebagai

berikut.

π‘Ž + (π‘Ž +𝑑

𝑒) + (π‘Ž +

2𝑑

𝑒) + β‹―+

(π‘Ž +(π‘›βˆ’1)𝑑

𝑒).

Generalisasi Jumlah Ajaib Persegi

Ajaib Baku

Menentukan bilangan penyusun

persegi ajaib yang tergenaralisasi

sangat diperlukan karena bilangan

penyusun persegi ajaib akan digunakan

untuk menentukan jumlah ajaib pada

persegi ajaib yang tergeneralisai.

Teorema

Jika bilangan penyusun persegi ajaib

order-n dengan 𝑛 β‰₯ 3 berbentuk

barisan aritmatika dengan bilangan

awal π‘Ž dan beda 𝑑

𝑒 dengan 𝑑 dan 𝑒

bilangan bulat, 𝑑 β‰  0, 𝑒 β‰  0 dan 𝑑 < 𝑒,

maka jumlah ajaibnya πœ‡π‘› = π‘›π‘Ž +

𝑛

2(𝑛2 βˆ’ 1)

𝑑

𝑒.

Bukti:

Didapatkan bahwa untuk

menghitung nilai dari barisan

aritmatika sebanyak suku ke-π‘₯

adalah 𝑆π‘₯2 =𝑛2

2[2π‘Ž + (π‘₯ βˆ’ 1)𝑏]

sehingga pada persegi ajaib dengan

banyak suku 𝑛2 persamaan menjadi

𝑆𝑛2 =𝑛2

2[2π‘Ž + (𝑛2 βˆ’ 1)𝑏]

𝑆𝑛2 =𝑛2

2[2π‘Ž + (𝑛2 βˆ’ 1)

𝑑

𝑒]

Dari rumus jumlah seluruh bilangan

penyusun persegi ajaib didapatkan

rumus jumlah ajaib persegi ajaib

sebagai berikut

πœ‡π‘› =𝑆𝑛2

𝑛

=

𝑛2

2[2π‘Ž + (𝑛2 βˆ’ 1)

𝑑

𝑒]

𝑛

=𝑛2 [2π‘Ž + (𝑛2 βˆ’ 1)

𝑑

𝑒]

2𝑛

=𝑛 [2π‘Ž + (𝑛2 βˆ’ 1)

𝑑

𝑒]

2

πœ‡π‘› = π‘›π‘Ž +𝑛

2(𝑛2 βˆ’ 1)

𝑑

𝑒 .................. (2)

Jadi, untuk mencari jumlah ajaib

dari persegi ajaib order-𝑛 yang

tergeneralisasi bisa menggunakan

rumus πœ‡π‘› = π‘›π‘Ž +𝑛

2(𝑛2 βˆ’ 1)

𝑑

𝑒.

Sehingga dapat disimpulkan

bahwa jumlah ajaib dari persegi ajaib

dipengaruhi oleh nilai bilangan awal,

beda dan order persegi ajiab serta

jumlah ajaibnya merupakan elemen

bilangna rasional. Langkah selanjutnya

dalam generalisasi adalah

mengkonstruksi persegi ajaib dengan

metode yang sudah ditentukan serta

akan dirubah dalam bentuk matriks.

Konstruksi Persegi Ajaib Order

Genap Pada Jumlah Ajaib

Tergeneralisasi

Mengkonstruksi menggunakan

metode yang sudah ditentukan untuk

mengetahui pola letak dari bilangan

penyusun persegi ajaib. Metode yang

digunakan adalah metode Strachey,

metode LUX, dan metode Diagonal

Lozenge. Metode Strachey dan metode

LUX hanya berlaku pada persegi 4π‘š +

2 dengan π‘š β‰₯ 1, sedangkan metode

Diagonal Lozenge berlaku untuk

persegi 4π‘š dengan π‘š β‰₯ 1. Karena

yang akan dibahas adalah persegi ajaib

order genap maka dimulai dari order-4

dengan bilangan pertama= π‘Ž dan

selisih antar bilangan=𝑑

𝑒 selanjutnya

dikonstruksi menggunakan metode

diagonal lozenge.

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 15𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 2𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 12𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 4𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 10𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 9𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 7𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 8𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 6𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 5𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 11𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 3𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 13𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 14𝑑)

1

𝑒(π‘Ž)

Gambar 2 Hasil Konstruksi Persegi

Ajaib Orde- Dengan Metode

Doagonal Lozenge

Untuk memastikan jumlah ajaib

dari persegi ajaib pada gambar 1 maka

perlu dilakukan analisis jumlah ajiab

dari setiap baris, kolom, dan

diagonalnya serta dilakukan

perhitungan menggunakan rumus πœ‡4 =

4π‘Ž + 30𝑑

𝑒=

4π‘Žπ‘’+30𝑑

𝑒=

1

𝑒(4π‘Žπ‘’ + 30𝑑). Jika

jumlah ajaib yang dihasilkan sama

maka langkah selanjutnya adalah

merubah bilangan pada pada persegi

ajaib hasil konstruksi ke dalam bentuk

matriks dengan aturan π‘Ž11 (baris 1

kolom 1) pada persegi ajaib diletakkan

pada π‘Ž11 (baris 1 kolom 1) pada

matriks begitu juga dengan penempatan

bilangan yang lainya. Berukut adalah

bentuk matriksnya

[ 1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 15𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 4𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 10𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 2𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 12𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 9𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 7𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 8𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 6𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 3𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 13𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 5𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 11𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 14𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’)

]

=1

𝑒[

(π‘Žπ‘’ + 15𝑑) (π‘Žπ‘’ + 𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 4𝑑) (π‘Žπ‘’ + 10𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 2𝑑) (π‘Žπ‘’ + 12𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 9𝑑) (π‘Žπ‘’ + 7𝑑)(π‘Žπ‘’ + 8𝑑) (π‘Žπ‘’ + 6𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 3𝑑) (π‘Žπ‘’ + 13𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 5𝑑) (π‘Žπ‘’ + 11𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 14𝑑) (π‘Žπ‘’)

]

=1

𝑒([

π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’

π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’

π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’

π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’

] + [

15𝑑 𝑑4𝑑 10𝑑

2𝑑 12𝑑9𝑑 7𝑑

8𝑑 6𝑑3𝑑 13𝑑

5𝑑 11𝑑14𝑑 0𝑑

])

= [

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

] +1

𝑒[

15𝑑 𝑑4𝑑 10𝑑

2𝑑 12𝑑9𝑑 7𝑑

8𝑑 6𝑑3𝑑 13𝑑

5𝑑 11𝑑14𝑑 0𝑑

]

= [𝐴] +1

𝑒[𝑇4] ............................................ (3)

Agar lebih memahami dalam

penggunaan rumus diatas maka berikut

dalam contohnya. Terdapat suatu

barisan aritmatika dengan suku pertama

adalah 1 dan selisih antar bilangan 2

3

maka, dapat diketahui π‘Ž = 1, 𝑑 =

2, 𝑒 = 3.

[

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

] +1

𝑒[

15𝑑 𝑑4𝑑 10𝑑

2𝑑 12𝑑9𝑑 7𝑑

8𝑑 6𝑑3𝑑 13𝑑

5𝑑 11𝑑14𝑑 0𝑑

]

= [

1 11 1

1 11 1

1 11 1

1 11 1

] +1

3[

15 Γ— 2 24 Γ— 2 10 Γ— 2

2 Γ— 2 12 Γ— 29 Γ— 2 7 Γ— 2

8 Γ— 2 6 Γ— 23 Γ— 2 13 Γ— 2

5 Γ— 2 11 Γ— 214 Γ— 2 0

]

= [

1 11 1

1 11 1

1 11 1

1 11 1

] +1

3[

30 28 20

4 2418 14

16 126 26

10 1128 0

]

=

[ 1 1

1 1

1 1

1 1

1 1

1 1

1 1

1 1]

+

[ 10

2

3

8

3

20

3

4

38

614

3

16

34

226

3

10

3

11

3

28

30 ]

=

[ 11

5

3

11

3

23

3

7

39

717

3

19

35

329

3

13

3

14

3

31

31 ]

Dari bentuk matriks yang didapat akan

dirubah dalam bentuk persegi ajaib

dengan aturan π‘Ž11 (baris 1 kolom 1)

pada matriks diletakkan pada π‘Ž11 (baris

1 kolom 1) pada persegi ajaib begitu

juga dengan penempatan bilangan yang

lainya. Namun sebelum dirubah dalam

bentuk persegi ajaib terlebih dahulu

dihitung jumlah ajaibnya menggunakan

rumus yang ada

πœ‡4 = 4π‘Ž + 30𝑑

𝑒= 4 Γ— 1 + 30 (

2

3)

= 4 + 20 = 24

Berikut adalah bentuk persegi ajaibnya

11 5

3

7

3 9

11

3

23

3 7

17

3

19

3 5

13

3

14

3

3 29

3

31

3 1

Gambar 3 Hasil Persegi Ajaib Order-4

Dengan πœ‡4 = 24

Sama dengan cara konstruksi

order-4 hanya saja pada order-6 ini

metode konstruksinya menggunakan

metode Strachey dan metode LUX

sehingga berikut adalah hasil

konstruksi persegi ajaib baku order-6.

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 34𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 5𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 25𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 18𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 23𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 2𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 31𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 6𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 20𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 22𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 24𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 30𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 8𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 21𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 26𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 19𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 7𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 27𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 32𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 16𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 9𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 14𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 29𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 4𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 33𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 11𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 13𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 15𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 3𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 35𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 28𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 12𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 17𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 10𝑑)

(a)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 31𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 28𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 3𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 23𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 20𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 29𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 30𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 2𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 21𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 22𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 11𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 8𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 16𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 19𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 27𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 24𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 9𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 10𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 17𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 18𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 25𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 26𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 12𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 15𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 35𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 32𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 4𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 7𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 13𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 14𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 33𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 34𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 5𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’

+ 6𝑑)

(b)

Gambar 4 Hasil Konstruksi Persegi

Ajaib Orde-6(a) Dengan Metode

Strachey dan (b) Dengan Metode LUX

Untuk memastikan jumlah ajaib

dari persegi ajaib pada gambar 1 maka

perlu dilakukan analisis jumlah ajiab

dari setiap baris, kolom, dan

diagonalnya serta dilakukan

perhitungan menggunakan rumus πœ‡6 =

6π‘Ž + 105𝑏 = 6π‘Ž + 105𝑑

𝑒=

6π‘Žπ‘’+105𝑑

𝑒=

1

𝑒(6π‘Žπ‘’ + 105𝑑). Jika jumlah ajaib yang

dihasilkan sama maka langkah

selanjutnya adalah merubah bilangan

pada pada persegi ajaib hasil konstruksi

ke dalam bentuk matriks dengan aturan

π‘Ž11 (baris 1 kolom 1) pada persegi

ajaib diletakkan pada π‘Ž11 (baris 1

kolom 1) pada matriks begitu juga

dengan penempatan bilangan yang

lainya. Berukut adalah bentuk matriks

dari metode strachey

[ 1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 34𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 5𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 2𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 31𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 6𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 30𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 8𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 1𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 25𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 18𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 23𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 20𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 22𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 24𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 21𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 26𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 19𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 7𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 27𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 32𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 29𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 4𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 33𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 3𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 35𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 28𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 16𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 9𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 14𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 11𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 13𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 15𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 12𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 17𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 10𝑑)]

=1

𝑒

[ (π‘Žπ‘’ + 34𝑑) (π‘Žπ‘’) (π‘Žπ‘’ + 5𝑑)(π‘Žπ‘’ + 2𝑑) (π‘Žπ‘’ + 31𝑑) (π‘Žπ‘’ + 6𝑑)(π‘Žπ‘’ + 30𝑑) (π‘Žπ‘’ + 8𝑑) (π‘Žπ‘’ + 𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 25𝑑) (π‘Žπ‘’ + 18𝑑) (π‘Žπ‘’ + 23𝑑)(π‘Žπ‘’ + 20𝑑) (π‘Žπ‘’ + 22𝑑) (π‘Žπ‘’ + 24𝑑)(π‘Žπ‘’ + 21𝑑) (π‘Žπ‘’ + 26𝑑) (π‘Žπ‘’ + 19𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 7𝑑) (π‘Žπ‘’ + 27𝑑) (π‘Žπ‘’ + 32𝑑)(π‘Žπ‘’ + 29𝑑) (π‘Žπ‘’ + 4𝑑) (π‘Žπ‘’ + 33𝑑)(π‘Žπ‘’ + 3𝑑) (π‘Žπ‘’ + 35𝑑) (π‘Žπ‘’ + 28𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 16𝑑) (π‘Žπ‘’ + 9𝑑) (π‘Žπ‘’ + 14𝑑)(π‘Žπ‘’ + 11𝑑) (π‘Žπ‘’ + 13𝑑) (π‘Žπ‘’ + 15𝑑)(π‘Žπ‘’ + 12𝑑) (π‘Žπ‘’ + 17𝑑) (π‘Žπ‘’ + 10𝑑)]

=1

𝑒

(

[ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’

π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’

π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’

π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’]

+

[ 34𝑑 0𝑑 5𝑑2𝑑 31𝑑 6𝑑30𝑑 8𝑑 𝑑

25𝑑 18𝑑 23𝑑20𝑑 22𝑑 24𝑑21𝑑 26𝑑 19𝑑

7𝑑 27𝑑 32𝑑29𝑑 4𝑑 33𝑑3𝑑 35𝑑 28𝑑

16𝑑 9𝑑 14𝑑11𝑑 13𝑑 15𝑑12𝑑 17𝑑 10𝑑]

)

=

[ π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž]

+1

𝑒

[ 34𝑑 0𝑑 5𝑑2𝑑 31𝑑 6𝑑30𝑑 8𝑑 𝑑

25𝑑 18𝑑 23𝑑20𝑑 22𝑑 24𝑑21𝑑 26𝑑 19𝑑

7𝑑 27𝑑 32𝑑29𝑑 4𝑑 33𝑑3𝑑 35𝑑 28𝑑

16𝑑 9𝑑 14𝑑11𝑑 13𝑑 15𝑑12𝑑 17𝑑 10𝑑]

= [𝐴] +1

𝑒[𝑇6π‘Ž] ............................................... (4)

Contoh persegi ajaib order-6 dengan

bilangan pertama βˆ’3 dan selisih antar

bilangan adalah 1

4, sehingga didapat

π‘Ž = βˆ’3, 𝑑 = 1,

𝑒 = 4. Berikut adalah perhitunganya.

[ π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž]

+1

𝑒

[ 34𝑑 0𝑑 5𝑑

2𝑑 31𝑑 6𝑑

30𝑑 8𝑑 𝑑

25𝑑 18𝑑 23𝑑

20𝑑 22𝑑 24𝑑

21𝑑 26𝑑 19𝑑

7𝑑 27𝑑 32𝑑

29𝑑 4𝑑 33𝑑

3𝑑 35𝑑 28𝑑

16𝑑 9𝑑 14𝑑

11𝑑 13𝑑 15𝑑

12𝑑 17𝑑 10𝑑]

=

[ βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3]

+1

4

[ 34 Γ— 1 0 5 Γ— 1

2 Γ— 1 31 Γ— 1 6 Γ— 1

30 Γ— 1 8 Γ— 1 1

25 Γ— 1 18 Γ— 1 23 Γ— 1

20 Γ— 1 22 Γ— 1 24 Γ— 1

21 Γ— 1 26 Γ— 1 19 Γ— 1

7 Γ— 1 27 Γ— 1 32 Γ— 1

29 Γ— 1 4 Γ— 1 33 Γ— 1

3 Γ— 1 35 Γ— 1 28 Γ— 1

16 Γ— 1 9 Γ— 1 14 Γ— 1

11 Γ— 1 13 Γ— 1 15 Γ— 1

12 Γ— 1 17 Γ— 1 10 Γ— 1]

=

[ βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3]

+

[ 17

20

5

4

1

2

31

4

3

2

15

22

1

4

25

4

9

2

23

4

511

26

21

4

13

2

19

4

7

4

27

48

29

41

33

4

3

4

35

47

49

4

7

2

11

4

13

4

15

4

317

4

5

2 ]

=

[

11

2βˆ’3 βˆ’

7

4

βˆ’5

2

9

4βˆ’

3

2

9

2βˆ’1 βˆ’

11

4

13

4

3

2

11

4

25

23

9

4

7

2

7

4

βˆ’5

4

15

45

7

4βˆ’2

21

4

βˆ’9

4

23

44

1 βˆ’3

4

1

2

βˆ’1

4

1

4

3

4

05

4βˆ’

1

2]

Selanjutnya menghitung jumlah

ajaibnya menggunakan rumus yang ada

πœ‡6 = 6π‘Ž + 105𝑑

𝑒= 6 Γ— (βˆ’3) + 105 (

1

4)

= βˆ’18 +105

4=

33

4

Berikut adalah bentuk persegi ajaibnya

adalah

11

2 -3 βˆ’

7

4

13

4

3

2

11

4

βˆ’5

2

9

4 βˆ’

3

2 2

5

2 3

9

2 βˆ’1 βˆ’

11

4

9

4

7

2

7

4

βˆ’5

4

15

4 5 1 βˆ’

3

4

1

2

7

4 βˆ’2

21

4 βˆ’

1

4

1

4

3

4

βˆ’9

4

23

4 4 0

5

4 βˆ’

1

2

Gambar 5 Hasil Persegi Ajaib Order-6

Cara a Dengan πœ‡4 =33

4

Sedangkan berikut adalah konstruksi

dengna metode LUX

[ 1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 31𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 28𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 3𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 29𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 30𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 11𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 8𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 16𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 23𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 20𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 2𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 21𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 22𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 19𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 27𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 24𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 9𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 10𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 17𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 12𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 15𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 35𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 13𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 14𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 33𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 18𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 25𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 26𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 32𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 4𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 7𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 34𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 5𝑑)

1

𝑒(π‘Žπ‘’ + 6𝑑) ]

=1

𝑒

[ (π‘Žπ‘’ + 31𝑑) (π‘Žπ‘’ + 28𝑑) (π‘Žπ‘’ + 3𝑑)(π‘Žπ‘’ + 29𝑑) (π‘Žπ‘’ + 30𝑑) (π‘Žπ‘’ + 𝑑)(π‘Žπ‘’ + 11𝑑) (π‘Žπ‘’ + 8𝑑) (π‘Žπ‘’ + 16𝑑)

(π‘Žπ‘’) (π‘Žπ‘’ + 23𝑑) (π‘Žπ‘’ + 20𝑑)(π‘Žπ‘’ + 2𝑑) (π‘Žπ‘’ + 21𝑑) (π‘Žπ‘’ + 22𝑑)(π‘Žπ‘’ + 19𝑑) (π‘Žπ‘’ + 27𝑑) (π‘Žπ‘’ + 24𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 9𝑑) (π‘Žπ‘’ + 10𝑑) (π‘Žπ‘’ + 17𝑑)(π‘Žπ‘’ + 12𝑑) (π‘Žπ‘’ + 15𝑑) (π‘Žπ‘’ + 35𝑑)(π‘Žπ‘’ + 13𝑑) (π‘Žπ‘’ + 14𝑑) (π‘Žπ‘’ + 33𝑑)

(π‘Žπ‘’ + 18𝑑) (π‘Žπ‘’ + 25𝑑) (π‘Žπ‘’ + 26𝑑)(π‘Žπ‘’ + 32𝑑) (π‘Žπ‘’ + 4𝑑) (π‘Žπ‘’ + 7𝑑)(π‘Žπ‘’ + 34𝑑) (π‘Žπ‘’ + 5𝑑) (π‘Žπ‘’ + 6𝑑) ]

=1

𝑒

(

[ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’

π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’

π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’

π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’ π‘Žπ‘’]

+

[ 31𝑑 28𝑑 3𝑑29𝑑 30𝑑 𝑑11𝑑 8𝑑 16𝑑

0𝑑 23𝑑 20𝑑2𝑑 21𝑑 22𝑑19𝑑 27𝑑 24𝑑

9𝑑 10𝑑 17𝑑12𝑑 15𝑑 35𝑑13𝑑 14𝑑 33𝑑

18𝑑 25𝑑 26𝑑32𝑑 4𝑑 7𝑑34𝑑 5𝑑 6𝑑 ]

)

=

[ π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž]

+1

𝑒

[ 31𝑑 28𝑑 3𝑑29𝑑 30𝑑 𝑑11𝑑 8𝑑 16𝑑

0𝑑 23𝑑 20𝑑2𝑑 21𝑑 22𝑑19𝑑 27𝑑 24𝑑

9𝑑 10𝑑 17𝑑12𝑑 15𝑑 35𝑑13𝑑 14𝑑 33𝑑

18𝑑 25𝑑 26𝑑32𝑑 4𝑑 7𝑑34𝑑 5𝑑 6𝑑 ]

=

[ π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Žπ‘Ž π‘Ž]

+1

𝑒

[ 31𝑑 28𝑑 3𝑑29𝑑 30𝑑 𝑑11𝑑 8𝑑 16𝑑

0𝑑 23𝑑 20𝑑2𝑑 21𝑑 22𝑑19𝑑 27𝑑 24𝑑

9𝑑 10𝑑 17𝑑12𝑑 15𝑑 35𝑑13𝑑 14𝑑 33𝑑

18𝑑 25𝑑 26𝑑32𝑑 4𝑑 7𝑑34𝑑 5𝑑 6𝑑 ]

= [𝐴] +1

𝑒[𝑇6𝑏] ............................................. (5)

Dengan contoh soal yang sama dengan

cara a yakni bilangan pertama βˆ’3 dan

selisih antar bilangan adalah 1

4,

sehingga didapatπ‘Ž = βˆ’3, 𝑑 = 1, 𝑒 = 4.

Berikut adalah perhitunganya.

[ π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž

π‘Ž π‘Ž]

+1

𝑒

[ 31𝑑 28𝑑 3𝑑

29𝑑 30𝑑 𝑑

11𝑑 8𝑑 16𝑑

0𝑑 23𝑑 20𝑑

2𝑑 21𝑑 22𝑑

19𝑑 27𝑑 24𝑑

9𝑑 10𝑑 17𝑑

12𝑑 15𝑑 35𝑑

13𝑑 14𝑑 33𝑑

18𝑑 25𝑑 26𝑑

32𝑑 4𝑑 7𝑑

34𝑑 5𝑑 6𝑑 ]

=

[ βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3]

+1

4

[ 31 Γ— 1 28 Γ— 1 3 Γ— 1

29 Γ— 1 30 Γ— 1 1

11 Γ— 1 8 Γ— 1 16 Γ— 1

0 23 Γ— 1 20 Γ— 1

2 Γ— 1 21 Γ— 1 22 Γ— 1

19 Γ— 1 27 Γ— 1 24 Γ— 1

9 Γ— 1 10 Γ— 1 17 Γ— 1

12 Γ— 1 15 Γ— 1 35 Γ— 1

13 Γ— 1 14 Γ— 1 33 Γ— 1

18 Γ— 1 25 Γ— 1 26 Γ— 1

32 Γ— 1 4 Γ— 1 7 Γ— 1

34 Γ— 1 5 Γ— 1 6 Γ— 1 ]

=

[ βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3

βˆ’3 βˆ’3]

+

[ 31

47

3

4

29

4

15

2

1

4

11

42 4

023

45

1

2

21

4

11

2

19

4

27

46

9

4

5

2

17

4

315

4

35

4

13

4

7

2

33

4

9

2

25

4

13

2

8 17

4

17

2

5

4

3

2 ]

=

[

9

44 βˆ’

9

4

7

4

9

2βˆ’

11

4

βˆ’1

4 βˆ’1 1

βˆ’311

42

βˆ’5

2

9

4

5

2

7

4

15

43

βˆ’3

4βˆ’

1

2

5

4

03

4

23

4

1

4

1

2

21

4

3

2

13

4

7

2

5 βˆ’2 βˆ’5

4

11

2βˆ’

7

4βˆ’

3

2]

Selanjutnya menghitung jumlah

ajaibnya menggunakan rumus yang ada

πœ‡6 = 6π‘Ž + 105𝑑

𝑒= 6 Γ— (βˆ’3) + 105 (

1

4)

= βˆ’18 +105

4=

33

4

Berikut adalah bentuk persegi ajaibnya

adalah

9

4 4 βˆ’

9

4 βˆ’3

11

4 2

7

4

9

2 βˆ’

11

4 βˆ’

5

2

9

4

5

2

βˆ’1

4 βˆ’1 1

7

4

15

4 3

βˆ’3

4 βˆ’

1

2

5

4

3

2

13

4

7

2

0 3

4

23

4 5 βˆ’2 βˆ’

5

4

1

4

1

2

21

4

11

2 βˆ’

7

4 βˆ’

3

2

Gambar 6 Hasil Persegi Ajaib Order-6

Cara b Dengan πœ‡4 =33

4

Menggunakan langkah-langkah

yang sama dalam mengkonstruksi

maka akan diperoleh hasil konstruksi

persegi ajaib order genap. Untuk order

genap kelipatan 4 dapat dilakukan

dengan satu cara konstruksi yakni

dengan metode doagonal lozenge.

Sedangkan untuk order genap yang

bukan kelipatan 4 dapat dilakukan

dengan dua cara konstruksi yakni

dengan metode strahey dan metode

LUX.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan

persegi ajaib order genap yang

tergeneralisasi didapatkan langkah-

langkah dalam mengkonstruksi persegi

ajaib order genap, yaitu pertama

menentukan elemen penyusun persegi

ajaib, yakni harus membentuk pola

barisan aritmatika.Kedua menentukan

jumlah ajaib persegi ajaib dengan

rumus πœ‡π‘› = π‘›π‘Ž +𝑛

2(𝑛2 βˆ’ 1)

𝑑

𝑒. Ketiga

dikonstruksi dengan metode yang

sudah ada sebelumnya, yakni metode

Lozenge untuk persegi ajaib 4π‘š

sedangkan metode Strachey dan

metode LUX untuk persegi ajaib 4π‘š +

2 dengan π‘š β‰₯ 1. Yang terakhir adalah

hasil konstruksi persegi ajaib diubah

dalam bentuk matriks dengan

aturanπ‘Ž11 (baris 1 kolom 1) pada

persegi ajaib diletakkan pada π‘Ž11 (baris

1 kolom 1) pada matriks begitu juga

dengan penempatan bilangan yang

lainnya. Selanjutnya dikonstruksi

hingga membentuk matriks [𝐴] +1

𝑒[𝑇𝑛].

RUJUKAN

Hendarto, Cahyono. 2006. Metode

Pengkonstruksian Persegi Ajaib.

Gammatika Tahun 2011 No.2:

149-162.

Kirmani, M. Zaki & N.K. Singh. 2005.

Encyclopedia Of Islamic Science

And Scientists.New Delhi:Global

Vision Publishing House.

Mujtahidah, Adila. 2013. Azimat

Gabungan Antara Alfabetik Dan

Numerik. Skripsi S1 SAINS

Matematika. Universitas Islam

Negeri Malang.

Pickover, Clifford A.. 2002. The Zen of

Magic Square, Circles, and Stars.

New Jersey: Princeton University

Press.

Simon, William. 1964. Mathematical

Magic. New York: Charles

Scribner’s Sons.

Tung, Khoe Yao. 2011. Memahami

Teori Bilangan Dengan Mudah

Dan Menarik. Jakarta: PT

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Yulinto, Dedi. 2011. Generalisasi

Jumlah Ajaib Pada Persegi Ajaib

Order Empat. Skripsi S1

Pendidikan. Universitas

Muhammadiyah Malang.